panpel-ksft
DESCRIPTION
PanpelTRANSCRIPT
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Panas pelarutan adalah perubahan 1 mol zat dilarutkan dalam n mol solvent
pada tekanan dan suhu yang konstan, hal ini disebabkan adanya ikatan kimia baru dari
atom-atom.
Secara teoritis, panas pelarutan (∆Hs) untuk senyawa KCl sebesar -4.404
kcal/mol, CuSO4.5H2O sebesar -2,85 kcal/mol sedangkan untuk NaOH sebesar
+10,18 kcal/mol. Tanda positif (+) pada data ∆Hs menunjukkan bahwa reaksi bersifat
eksotermis atau reaksi menghasilkan panas dari sistem ke lingkungan. Sedangkan
tanda negatif (-) menunjukkan bahwa reaksi bersifat endotermis atau reaksi menyerap
panas dari lingkungan ke sistem.
Salah satu faktor yang mempengaruhi panas pelarutan adalah jenis solute.
Solute standar adalah solute yang telah diketahui panas pelarutannya, yang dijadikan
dasar untuk mencari besarnya tetapan kalorimeter. Sedangkan solute variabel adalah
solute yang akan dicari besar panas pelarutannya.
Dengan mengetahui panas pelarutan suatu zat, karakteristik zat tersebut juga
dapat diketahui, sehingga di dalam industri kimia kerusakan reaktor pada kondisi
thermal dapat dihindari. Selain itu, dengan mengetahui panas pelarutan suatu zat, kita
dapat memilih tungku sesuai panas pelarutan zat tersebut dan juga dalam pemilihan
bahan bakar yang menimbulkan panas seefisien mungkin.
I.2 Tujuan Praktikum
1. Menentukan panas pelarutan dari suatu zat
2. Mencari hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas dan suhu larutan
3. Mencari hubungan antara suhu dengan waktu terhadap panas pelarutan
I.3 Manfaat Praktikum
1. Praktikan mampu menentukan panas pelarutan dari suatu zat
2. Praktikan mengetahui hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas dan suhu
larutan
3. Praktikan mengetahui hubungan antara suhu dengan waktu terhadap panas
pelarutan.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian kelarutan
Panas pencampuran didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi bila dua
atau lebih zat murni dicampur membentuk suatu larutan pada temperatur konstan dan
tekanan 1 atm. Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan panas 1 mol zat
dilarutkan dalam n mol solvent pada temperatur dan tekanan yang sama, hal ini
disebabkan adanya ikatan kimia baru dari atom-atom. Demikian juga pada peristiwa
pelarutan, kadang-kadang terjadi perubahan energi, hal ini disebabkan adanya perbedaan
gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil daripada gaya tarik
pada ikatan kimia, sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih kecil daripada panas
reaksi.
II.2 Panas Pelarutan Integral dan Differensial
Panas pelarutan integral adalah panas yang diserap atau dilepas bila satu mol zat
solute dilarutkan dalam jumlah tertentu solvent, sehingga membentuk larutan dengan
konsentrasi tertentu. Sedangkan panas pelarutan differensial adalah panas yang
menyertai pada penambahan satu mol solute ke dalam sejumlah larutan dengan
konsentrasi tertentu, sampai penambahan solute tersebut tidak mempengaruhi larutan.
Jika penambahan mol solute terjadi pada sejumlah tertentu larutan menghasilkan
efek panas pada temperatur dan tekanan konstan. Panas pelarutan differensial tidak dapat
ditentukan secara langsung, tetapi secara tidak langsung dari panas pelarutan dapat
ditulis:
d (∆ H )d n2
=[ d ( ∆ H f )d n2
]T , P , n....................(1)
Dimana d(∆H) = ∆Hs, adalah perubahan entalpi untuk larutan n2 mol dalam n mol
solvent. Pada T, P, dan n konstan, perubahan n2 dianggap 0. Karena n berbanding lurus
terhadap konentrasi m (molal), pada T dan P konstan penambahan mol solute dalam
larutan dengan konsentrasi m molal menimbulkan entalpi sebesar d(m.∆Hs) dan panas
pelarutan differensial dapat dinyatakan dengan persamaan 2 :
[ d ( ∆ H s )d n2
]T , P , n=[ d ( m. ∆ H s )dm ]T , P ......(2)
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
II.3 Penentuan Tetapan Kalorimeter
Tetapan kalorimeter adalah banyak kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
kalorimeter beserta isinya 10C. Salah satu cara kalibrasi yang dapat dilakukan adalah
dengan memasukan sejumlah solute tertentu yang telah diketahui panas pelarutan ke
dalam kalorimeter yang telah diisi solvent lalu perubahan suhu yang terjadi dicatat
berdasarkan Asas Black dan dapat dinyatakan sebagai persamaan 3 atau 4
m. ∆H = C. ∆T………………..(3)
C=m. ∆ H∆ T
…………................(4)
Dimana ; C = tetapan kalorimeter
m = jumlah mol solute
∆H = panas pelarutan
∆T = perubahan suhu yang terjadi
III.4 Penentuan Kadar Pelarutan Zat yang Akan Diselidiki
Dalam penentuan ini diusahakan agar volume solvent sama dengan volume solvent
yang akan dikalibrasi. Berdasarkan Asas Black maka panas pelarutan suatu zat di
rumuskan sebagai berikut :
∆ H=M C ∆ TW
−∫T1
T2
Cp dT
Dimana : ∆H = panas pelarutan
W = berat solute
M = berat molekul
∆T = suhu konstan 1- suhu konstan 2
T1 = suhu solute sebelum dilarutkan
T2 = suhu akhir kalorimeter
Cp = panas jenis solute
II.5 Efek Panas pada Proses Pencampuran
Efek panas yang timbul pada proses pencampuran atau proses pelarutan dapat
dinyatakan dengan entalpi. Reaksi kimia kebanyakan dilaksanakan pada tekanan sistem
tetap yang sama dengan tekanan luar, sehingga didapat :
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
∆E = dQ - P.dV ; P = tekanan sistem
E2 - E1 = Q - P1.(V2 – V1)
E2 - E1 = Q - P.V2 + P.V1
Karena P1 = P2 = P maka :
E2 - E1 = Q - P2.V2 + P1.V1
(E2 + P2.V2) = (E1 + P1.V1) + Q
Karena E, P, dan V adalah fungsi keadaan maka E + PV juga merupakan fungsi
keadaan. Fungsi ini disebut entalpi (H), dimana H = E + PV sehingga persamaan diatas
menjadi :
H2 – H1 = Q
∆H = Q
∆H = H2 – H1
Pencampuran dapat dilakukan dalam konsep entalpi :
∆E = Q – W1
= Q – P.(V2-V1)
E2+P .V 2
H 2
−E1+P .V 1
H 1
=Q . P
∆H = H2 – H1 = Q.P
Saat substrat dicampur membentuk suatu larutan biasanya disertai efek panas
dalam proses pencampuran pada tekanan tetap. Efek panas sesuai dengan perubahan
entalpi total. Begitu juga dengan reaksi steady state yaitu perubahan entalpi kinetik dan
potensial dapat diabaikan karena hal ini sudah umum dalam proses pencampuran dapat
disamakan dengan efek panas.
II.6 Kapasitas Panas dan Enthalpi
Kapasitas panas adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
zat (benda) sebesar jumlah tertentu (missal 1oC) pada tekanan tetap. Panas jenis adalah
kapasitas bahan tiap massa.
n.I = m.C
I=m.Cn
; M=mn
I = M.C
Dimana : C = panas jenis
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
M = berat molekul
m = massa
n = jumlah mol
Entalpi didefinisikan sebagai :
H = U + PV
∆H = H2-H1 = Q.P
Dimana : H = Entalpi
U = Enegi dalam
Q = Panas yang diserap pada P konstan
Jadi perubahan entalpi adalah panas yang diserap pada tekanan konstan, jadi
harganya tergantung pada M untuk mencapai kondisi akhir.
II.7 Kegunaan Panas Pelarutan dalam Industri
1. Dapat panas bahan bakar yang semaksimal mungkin, misal suatu zat diketahui
kelarutannya 4000oC maka bahan bakar yang memberi panas 4000oC, sehingga keper-
luan bahan bakar dapat ditekan semaksimal mungkin.
2. Dalam pembuatan reaktor kimia, bila panas pelarutannya diketahui dengan demikian
perancangan reaktor disesuaikan dengan panas pelarutan zat, hal ini untuk menghin-
dari kerusakan pada reaktor karena kondisi thermal tertentu dengan kelarutan reaktor
tersebut.
Data Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (∆Hs) dari Beberapa Senyawa
Beberapa data senyawa dengan kapasitas panas dan panas pelarutannya dapat dilihat
pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (∆Hs)
Senyawa Kapasitas Panas (cal/mol K) Panas Pelarutan (cal/mol)
KCl 10,3+0,00376T -4.404
MgSO4.7H2O 89 -3.180
MgCl2. 6H2O 77,1 3.400
CuSO4.5H2O 67,2 -2.850
BaCl2.2H2O 37,3 -4.500
Sumber : Perry,R.H..1984.Chemical Engineering Hand Book
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Tanda positif (+) pada data ∆Hs menunjukkan bahwa reaksi bersifat eksotermis
atau reaksi menghasilkan panas dari sistem ke lingkungan. Sedangkan tanda negatif (-)
menunjukkan bahwa reaksi bersifat endotermis atau reaksi menyerap panas dari
lingkungan ke sistem.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB III
METODA PRAKTIKUM
III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan
Bahan
1. Aquades 70O C 80 ml
2. Solute standar : KCl 3 gram
3. Solute variabel :
Na2SO4.5H2O 1,1;2,2;3,3;4,4 gram
NaOH 1,1;2,2;3,3;4,4 gram
CuSO4.5H2O 1,1;2,2;3,3;4,4 gram
Alat
1. Thermometer
2. Gelas ukur
3. Kalorimeter
4. Beaker glass
5. Pipet tetes
6. Pipet volume
7. Kompor listrik
III.2 Gambar Alat Utama
Keterangan :
a = Kalorimeter
b = Thermometer
III. 3 Variabel Operasi
1. Variabel Tetap
a. Solute standar 3 gram
b. Aquades
a
b
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
2. Variabel Bebas
a. Solute variabel 1,1;2,2;3,3;4,4 gram
b. ∆t = 2,2 menit
III.4 Cara Kerja
Penentuan Tetapan Kalorimeter
1. Panaskan 80 ml aquades pada T = 70oC.
2. Masukan ke kalorimeter lalu catat suhu tiap 2,2 menit sampai 3× konstan.
3. Panaskan lagi 80 ml aquades pada T = 70oC.
4. Timbang 3 gram solute standar yang telah diketahui panas pelarutannya.
5. Masukkan aquades yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta solute standar
yang telah ditimbang.
6. Mencatat suhunya tiap 2,2 menit sampai 3× konstan.
Penentuan Panas Pelarutan Solute Variabel
1. Panaskan x ml aquades T = 70oC
2. Timbang 3 gram solute variabel.
3. Masukan aquades yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta variabel
berubahnya.
4. Mencatat suhunya tiap 2,2 menit sampai 3× konstan.
DAFTAR PUSTAKA
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Badger,W.Z. and Bachero,J.F..Introduction to Chemial Engineering.International
Student edition.Mc Graw Hill Book Co.Kogakusha.Tokyo.
Daniel F.1962.Experimental Physical Chemistry.6th ed.International Student edition.Mc
Graw Hill Book Co.Inc New York.Kogakusha Co.Ltd.Tokyo.
Perry,R.H..1984.Chemical Engineering Hand Book.6th ed. Mc Graw Hill Book
Co.Kogakusha Co.Ltd.Tokyo.
R.A. Day Jr, A.L. Underwood.1983.Analisa Kimia Kuantitatif.edisi 4 diterjemahkan Drs.
R.Gendon.Erlangga.Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
I.1 Latar Belakang
Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai
maksimal sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut lagi. Konsentrasi
solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute padat maka larutan
jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat meninggalkan fasenya dan
masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion dari fase
cair yang mengkristal menjadi fase padat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, jika suhu dinaikkan,
kelarutan menjadi semakin besar. Besar partikel, semakin besar luas permukaan,
partikel akan mudah larut. Pengadukan, dengan pengadukan, tumbukan antara
molekul-molekul solvent makin cepat sehingga semakin cepat larut atau kelarutannya
besar. Tekanan dan volume, jika tekanan diperbesar atau volume diperkecil, gerakan
partikel semakin cepat, hal ini berpengaruh besar terhadap fase gas sedang pada zat
cair hal ini tidak berpengaruh.
Beberapa contoh kegunaan metode kelarutan sebagai fungsi suhu ini dalam
industri antara lain, pada pembuatan reaktor kimia. Selain itu kegunaan lainnya adalah
pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan. Dan digunakan juga sebagai dasar
proses pembuatan granal-granal pada industri baja.
Sebagai seorang sarjana teknik kimia yang pada umumnya bekerja di bidang
industri patutlah mengetahui dan memahami kelarutan sebagai fungsi suhu. Seperti
yang telah disebutkan di atas bahwa banyak manfaat yang didapatkan dengan
mengetahui kelarutan suatu zat. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa teknik kimia
praktikum panas pelarutan ini menjadi sangat penting untuk dilakukan.
I.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui kelarutan suatu zat
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan kelarutan
I.3 Manfaat Praktikum
1. Praktikan mengetahui kelarutan dari suatu zat
2. Praktikan mengetahui suhu terhadap kecepatan kelarutan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
II.1 Pengertian kelarutan
Jika kelarutan suatu sistem kimia dalam keseimbangan dengan padatan, cairan atau
gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan jenuh adalah larutan
yang kandungan solutenya sudah mencapai maksimal sehingga penambahan solute lebih
lanjut tidak dapat larut lagi. Konsentrasi solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan.
Untuk solute padat maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase
padat meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan
molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase padat.
II.2 Pembuktian Rumus
Hubungan antara keseimbangan tetap dan temperature subsolute atau kelarutan
dengan temperatur dirumuskan Van’t Hoff :
d ln SdT
= ∆ H
R T 2
∫ d ln S=∫ ∆ H
R T 2dT
ln S=−∆ HRT
+C
log S= −∆ H2,303 R
.1T
+C
Dimana :
ΔH = panas pelarutan zat per mol (kal/g mol)
R = konstanta gas ideal (1,987 kal/g mol K)
T = suhu (K)
S = kelarutan per 1000 gr solute
Penurunan rumus Van’t Hoff :
G=H−TS
∆ S=−d ∆ Go
dT
∆ Go=∆ H−T ∆ S
−d ∆ Go
dT=−∆ H o
T−∆ Go
T
Dimana : ∆ G=−Rt ln K
−∆ G=Rt ln K
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
−d ∆ Go
dT=∆ H o−∆ Go
T
∆ H o−∆ G o=Rt ln K+R T2 d ln KdT
II.3 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
1. Suhu
log s= −∆ H2,303 RT
+C
Pada reaksi endoterm ΔH (+) maka −∆ H
2,303 RT berharga (-) sehingga¿10
−∆H2,303 RT . Dengan
demikian jika suhu dinaikkan, pangkat dari 10 menjadi kecil sehingga S menjadi
semakin besar. Dan pada reaksi eksoterm ΔH (-) maka∆ H
2.303 RTberharga (+). Juga
apabila suhu diperbesar maka S semakin besar dan sebaliknya.
2. Besar Partikel
Semakin besar luas permukaan, partikel akan mudah larut.
3. Pengadukan
Dengan pengadukan, tumbukan antara molekul-molekul solvent makin cepat sehingga
semakin cepat larut (kelarutannya besar).
4. Tekanan dan Volume
Jika tekanan diperbesar atau volume diperkecil, gerakan partikel semakin cepat.Hal ini
berpengaruh besar terhadap fase gas sedang pada zat cair hal ini tidak berpengaruh.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB III
METODA PRAKTIKUM
III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan
Bahan
1. Larutan Asam boraks Jenuh 86 OC 82 ml 22,736 gr/100 ml
2. NaOH 0,8 N 140 ml 4,48 gram
3. Aquades
Alat
1. Tabung reaksi besar
2. Erlenmeyer
3. Thermometer
4. Buret, statif, klem
5. Beaker glass
6. Pipet tetes
7. Corong
8. Pengaduk
9. Toples kaca
III.2 Gambar Alat
d
c
Keterangan:
a a : Toples kaca
b : Es batu
b c : Tabung reaksi
d : Thermometer
III.3 Variabel Operasi
1. Variabel Tetap
Volume asam boraks untuk dititrasi = 3 ml
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
2. Variabel Bebas
∆T Asam boraks = 8 oC
III.4 Cara Kerja
1. Membuat larutan asam boraks jenuh 86oC 82ml
2. Larutan asam boraks jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.
3. Tabung reaksi dimasukkan dalam toples kaca berisi es batu dan garam lalu mas-
ukkan thermometer ke dalam tabung reaksi.
4. Larutan jenuh diambil 3 ml tiap penurunan suhu 8oC.
5. Beri indikator PP 3 tetes. Titrasi dengan NaOH 0,8 N, sampai warna merah ham-
pir hilang.
6. Mencatat kebutuhan NaOH
7. Tabung reaksi dikeluarkan pada saat suhu terendah lalu diambil 3 ml lagi setiap
kenaikan suhu 8oC.
8. Beri indikator PP 3 tetes. Titrasi dengan NaOH 0,8 N, sampai warna merah ham-
pir hilang.
9. Mencatat kebutuhan NaOH
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR PUSTAKA
DANIEL f . 1962. “Experimental Phisycal Chemistry”. 6thed .International Student
Edition. Mc Graw Hill Book Co, Inc. New York. Kogakusha Co. Ltd. Tokyo.
RA. Day Jr, AL Underwood. 1983. “Analisa Kimia Kuantitatif”. Edisi 4 diterjemahkan
Drs. R. Soendon.Erlangga. Jakarta.