pangan fungsional

15
KOMPONEN BIOAKTIF DALAM ANTI HIPERTENSI TEKNOLOGI PANGAN FUNGSIONAL MAKALAH Disusun oleh: Kelompok 10THP-B Rohmah Munawaroh 131710101059 Moh. Afton Nadir 131710101111 Istiqomah Alfulaili 131710101114 JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2015

Upload: aftonnadir

Post on 13-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Tugas Anak THP

TRANSCRIPT

Page 1: Pangan Fungsional

KOMPONEN BIOAKTIF DALAM ANTI HIPERTENSI

TEKNOLOGI PANGAN FUNGSIONAL

MAKALAH

Disusun oleh:

Kelompok 10THP-B

Rohmah Munawaroh 131710101059

Moh. Afton Nadir 131710101111

Istiqomah Alfulaili 131710101114

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Pangan Fungsional

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih tinggi dari 140 mm

Hg atau tekanan diastolik 90 mm Hg pada 2x pengukuran dalam keadaan tenang.

1.2 Klasifikasi Hipertensi

Beberapa klasifikasi hipertensi:

a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7

Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program merupakan

sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm sukarelawan, dan agen federal.

Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli

hipertensi nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).

Tabel 1. Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection,

Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Kategori

Tekanan Darah

menurut JNC 7

Kategori

Tekanan Darah

menurut JNC 6

Tekanan

Darah Sistol

(mmHg)

dan/

atau

Tekanan

Darah Diastol

(mmHg)

Normal Optimal < 120 dan < 80

Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89

- Nornal < 130 dan < 85

- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89

Hipertensi: Hipertensi:

Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99

Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100

- Tahap 2 160-179 atau 100-109

Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110

(Sumber: Sani, 2008)

1.3 Mekanisme Terjadinya Hipertensi

Mekanisme terrjadinya hipertensi dapat dibedakan mnjadi dua aksi, hal ini dimulai

dari pembentukan angitoensin II dari angiotensin I oleh ACE ( angiotensin I converting

enzyme). ACE memegang peran fisiologis dalam mengatur tekanan darah, hal ini

dikarenakan darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh

Page 3: Pangan Fungsional

hormon renin ( diproduksi oeh ginjal ) akan diubah menjadi angiotensin I. Dengan adanya

ACE maka angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II. Inilah proses dalam menaikkan

tekanan darah melaui dua aksi utama dan meupakan suatu vasokonstriktor kuat,yang pada

giliranya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks ardenal. Hormon inilah yang

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler( Brunneret al, 2002).

Dampak pertama dari pembentukan angiotensin II adalah meningkatnaya sekresi

hormon antideuritik (ADH) yang berbanding terbalik dengan keluarnya urin. Hal ini akan

menyebabkan urin yang dikeluarkan mempunyai warna pekat dan mempunyai osmolalitas

yang tinggi. Untuk mengencerkannya tubuh bereaksi dengan meningkatkan cairan

ekstraselular dengan cara menarik cairan dari bagian intraselular. Akibatnya, volume darah

meningkat danpada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.

Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi

NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi

NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler

yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini, 2008).

Page 4: Pangan Fungsional

Gambar 1. Patofisiologi hipertensi.

(Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi

dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari arteri

(peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah ini

dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya

merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah

jantung dan / atau ketahanan periferal

1.4 Hubungan Konsumsi Lemak dan Mineral Dengan Hipertensi

1. Hubungan Konsumsi Lemak Dengan Hipertensi

Renin

Angiotensin I

Angiotensin II

↑ Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal

Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas

Mengentalkan

Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler

Volume darah ↑

↑ Tekanan darah

↓ Ekskresi NaCl (garam) dengan mereabsorpsinya di tubulus ginjal

↑ Konsentrasi NaCl di pembuluh darah

Diencerkan dengan ↑ volume ekstraseluler

↑ Volume darah

↑ Tekanan darah

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Page 5: Pangan Fungsional

Asupan lemak jenuh yang berlebih dapat memacu adanya penyakit hypertensi. Hal ni

sesuai dengan penelitian bahwa Kadar lemak tinggi dalam darah dapat menyebabkan

penyumbatan pembuluh darah karena banyaknya lemak yang menempel pada dinding

pembuluh darah.Keadaan seperti ini dapat memacu jantung untuk memompa darah lebih

kuat sehingga memicu kenaikan tekanan darah

2. Hubungan Konsumsi Mineral dengan Hipertensi

No Jenis Mineral Hubungan Hypertensi

1 Natrium Asupan natrium yang terlalu tinggi secara terus-menerus dapat

menyebabkan keseimbangan natrium yang berdampak pada tekanan darah.

Asupan natrium yang terlalu tinggi secara terus-menerus

dapat menyebabkan keseimbangan natrium terganggu.

2 Kalium Kalium merupakan mineral penting yang membantu ginjal berfungsi

fisiologis dan merupakan elektrolit yang berperan sebagai listrik tubuh

bersama dengan natrium, klorida dan magnesium. Bagi responden lansia

terjaddi penurunan kemampuan fungsi berbagai organ dan sistem yang

terdapat didalam tubuhnya sehingga konsumsi kalium sangat dibutuhkan

karena berperan penting menjaga fungsi jantung, otot rangka dan kontraksi

otot polos untuk fungsi pencernaan dan geraknya (Santoso & Ismail,A.

2008).

1.5 Pengobatan Hipertensi

Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah adalah :

1. Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis. Pengurangan

volume plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan dengan dieresis dalam penurunan

curah jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah pada akhirnya. Penurunan curah

jantung yang utama menyebabkan resitensi perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi

kronik volume cairan ekstraseluler dan volume plasma hampir kembali kondisi

pretreatment.

a. Thiazide

Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi, golongan lainnya

efektif juga untuk menurunkan tekanan darah. Penderita dengan fungsi ginjal yang

kurang baik Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit, thiazide merupakan

agen diuretik yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah. Dengan

menurunnya fungsi ginjal, natrium dan cairan akan terakumulasi maka diuretik jerat

Page 6: Pangan Fungsional

Henle perlu digunakan untuk mengatasi efek dari peningkatan volume dan natrium

tersebut. Hal ini akan mempengaruhi tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan

tekanan darah dengan cara memobilisasi natrium dan air dari dinding arteriolar yang

berperan dalam penurunan resistensi vascular perifer.

b. Diuretik Hemat Kalium

Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika digunakan tunggal.

Efek hipotensi akan terjadi apabila diuretik dikombinasikan dengan diuretik hemat

kalium thiazide atau jerat Henle. Diuretik hemat kalium dapat mengatasi kekurangan

kalium dan natrium yang disebabkan oleh diuretik lainnya.

c. Antagonis Aldosteron

Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi lebih berpotensi

sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama (hingga 6 minggu dengan

spironolakton).

2. Beta Blocker

Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan

menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung dan

inhibisi pelepasan renin dan ginjal.

a. Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan kardioselektif pada dosis

rendah dan mengikat baik reseptor β1 daripada reseptor β2. Hasilnya agen tersebut

kurang merangsang bronkhospasmus dan vasokontruksi serta lebih aman dari non

selektif β bloker pada penderita asma, penyakit obstruksi pulmonari kronis (COPD),

diabetes dan penyakit arterial perifer. Kardioselektivitas merupakan fenomena dosis

ketergantungan dan efek akan hilang jika dosis tinggi.

b. Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas intrinsik

simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis reseptor β.

3. Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)

ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi tekanan

darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada pada beberapa tipe sel

yang berbeda tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian, tempat

utama produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan ginjal. Pada kenyataannya,

inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada penderita dengan aktivitas renin plasma

normal, bradikinin, dan produksi jaringan ACE yang penting dalam hipertensi.

4. Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)

Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (termasuk ACE) dan jalur

alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases. Inhibitor ACE hanya

Page 7: Pangan Fungsional

menutup jalur renin-angiotensin, ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I,

reseptor yang memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti inhibitor ACE, ARB

tidak mencegah pemecahan bradikinin.

5. Antagonis Kalsium

CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran

kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstra

selluler ke dalam sel. Relaksasai otot polos vasjular menyebabkan vasodilatasi dan

berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridini

dapat menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan semua golongan ini (kecuali

amilodipin) memberikan efek inotropik negative.

Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi nodus AV, dan

menghasilkan efek inotropik negative yang dapat memicu gagal jantung pada penderita

lemah jantung yang parah. Diltiazem menurunkan konduksi AV dan denyut jantung

dalam level yang lebih rendah daripada verapamil.

6. Alpha blocker

Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat reseptor α1 yang

menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular perifer yang memberikan efek

vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor α2 sehingga tidak

menimbulkan efek takikardia.

7. VASO-dilator langsung

Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol.

Aktivitasi refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari pusat

fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan renin. Oleh

karena itu efek hipotensi dari vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga

mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik.

8. Inhibitor Simpatetik Postganglion

Guanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin dari terminal simpatetik

postganglionik dan inhibisi pelepasan norepinefrin terhadap respon stimulasi saraf

simpatetik. Hal ini mengurangi curah jantung dan resistensi vaskular perifer .

9. Agen-agen obat yang beraksi secara sentral

10. VASO-dilator langsung

Page 8: Pangan Fungsional

Lampiran 1.

Tabel 1. Beberapa Pangan Nabati yang telah dibuktikan memiliki sifat fungsional dalam

penyakit anti hypertensi

No Pangan Komponen Bioaktif Sifat Fungsional

Non Gizi

1 Tomat Alkaloid slonain,sapinin Antioksidant

2 Cincau

hitam

Fenol: Asam kafeat Menurunkan Hypertensi dengan mekanisme

kerja simpatolitik

3 Pisang Bioflavooid

4 Buah

Kiwi

Flavonoid:flavanones: flavanone

3-hydroxylase

Antioksidant

5 Mentimun Antioksidant : asam linoleat

terkonjugasi

Antioksidant yang dapat mengurangi kadar

lemak dalam tubuh

6 Seledri Kalsium (Apingenin) Antioksidant

7 Mengkudu Scopoletin dan xeronine Scopoletin berfungsi sebagai vasodilator yang

menurunkan tekanan darah dengan

merelaksasikan otot polos vaskuler sehingga

tekanan darah arteri menurun tekanan darah

juga menurun. Xeronine berperan dalam zat

deurotik

8 Daun

salam

Tanin dan saponin Bekerja menhambat penyerapan lemak

9 Kunyit Curcumin - Antimutagenik

- Antiinflamatori

- Antioksidatif yang memiliki kemampuan

dalam mencegah pengumpalan darah,

mencegah oksidasi kolesterol LDL

- serta mampu menghambat pembentukan

plak didalam pembuluh darah.

10 Blimbing

Wuluh

Saponin, Potasium (Kalium) Antioksidant yang bekerja dengan

mengadsorbsi senyawa senyawa deuretikum

11 Biji

Bunga

Matahari

Pitosterol Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan

biji bunga matahari mengandung pitosterol,

yang dapat mengurangi kadar kolesterol

Page 9: Pangan Fungsional

dalam tubuh. Kolesterol tinggi merupakan

pemicu tekanan darah tinggi, karena dapat

menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

Tapi, pastikan mengonsumsi kuaci segar yang

tidak diberi garam.

12 Advokat Asam oleat

13 Benalu

Teh

Flavonoid (Quersetin) Antioksidant

Gizi

1 Blimbing Kalium

2 Tempe Protein (polipeptida),vitamin

B,Zat Besi

- Anti biotika,Antioksidan

- Mencegah penyakit degeneratif

3 Pisang Vitamin ( B1, B2, B6,C,E,

Likopen ,niasin) dan histamin

- Bioflavonoid

- Memberikan Fleksibilitas pada pembuluh

darah

4 Ikan tawar Vitamin A dan D

Mineral

(kalsium,fosfor,iodium,besi dan

selenium)

- Mencegah berbagai penyakit degeneratif

(hypertensi)

Tabel 2. Beberapa Pangan Nabati yang telah dibuktikan memiliki sifat fungsional dalam

penyakit anti hypertensi

No Nama Jenis

komponen

bioaktif

Efek Sehat yang

Teruji Secara Ilmiah

Modus Aksinya

1 Antioksidant - Antioksidan mampu

melindungi tubuh

terhadap kerusakan

tang disebabkan

spesies oksigen

reaktif

- Menghambat

peroksidase lipid

Antioksidant akan bekerja sebagai vasodilator

karena peran otot polos dan endotel pembuluh

darah.

Page 10: Pangan Fungsional

pada makanan

2 Kalium - Kalium merupakan

mineral penting

yang membantu

ginjal berfungsi

fisiologis dan

merupakan elektrolit

yang berperan

sebagai listrik tubuh

bersama dengan

natrium, klorida dan

magnesium

antagonis kalsium menghambat influks kalsium

pada sel otot polos pembuluh darah dan

miokard. Di pembuluh darah, antagonis

kalsium terutama menimbulkan relaksasi

arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi.

Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti

efek takikardia dan vasokonstriksi, terutama

bila menggunakan golongan obat dihidropirin

(Nifedipine). Sedangkan Diltiazem dan

Veparamil tidak menimbulkan takikardia

karena efek kronotropik negatif langsung pada

jantung.

Daftar Pustaka

Wahyono, dkk. 2015. Potensi Cincau Hitam (Mesona Palustris Bl.) Sebagai Pangan Fungsional

Untuk Kesehatan. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 3 p.957-961 Malang

Andi,dkk.2012. Hubungan Faktor Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Di Puskesmas Pattingalloang. Universitas Hassanudin. Malang

Putri. 2011. Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto. Jurnal Keperawatan –

Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011. Malang

Nour A, dkk.2012. Mekanisme Kerja Benalu T eh pada Pembuluh Darah. Jurnal Kedokteran

Brawijaya, Vol. 27 No. 1. Universitas Brawijaya. Malang

Haendra,dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas

Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1). Program Studi

S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jakarta Timur