panduan praktis plywood

76
 i PANDUAN PRAKTIS PENGELOLAAN LINGKUNGAN INDUSTRI PLYWOOD Diterbitkan oleh: Asisten Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Agro Industri KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Pengarah: Ir. Mohd. Gempur Adnan Nara Sumber: Dr. Ir. Nastiti Siswi Inrasti Ketua Tim: Ir. Tuti Hendrawati Mintarsih. MPPPM  Tim Pen yusun: Staf A  sdep Urusan Pengendalian Pencemaran Agro Industri Alamat : Gedung B- Lt.4 Asisten Deputi urusan Pengendalia n Pencemaran Agro Industri Jl. DI Panjaitan Kav.24, Jakarta Timur 13410  T elp / F ax : 021-851 7257 Email : agroindustr [email protected]

Upload: maryam-ahmad-assegaf

Post on 21-Jul-2015

525 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

PANDUAN PRAKTIS PENGELOLAAN LINGKUNGAN INDUSTRI PLYWOODDterbtkan oleh: Asisten Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Agro Industri KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Pengarah: Ir. Mohd. Gempur Adnan Nara Sumber: Dr. Ir. Nastiti Siswi Inrasti Ketua Tm: Ir. Tuti Hendrawati Mintarsih. MPPPM Tm Penyusun: Staf Asdep Urusan Pengendalian Pencemaran Agro Industri

Alamat

:

Gedung B- Lt.4 Assten Deput urusan Pengendalan Pencemaran Agro Industr Jl. DI Panjatan Kav.24, Jakarta Tmur 13410 021-851 7257 [email protected]

Telp / Fax Emal

: :

KATA PENGANTAR Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Kayu Laps (Plywood) dsusun sebaga salah satu upaya untuk memberkan acuan bag ndustr plywood agar dapat menngkatkan knerja pengelolaan lngkungannya. Uraan dalam panduan prakts n dsajkan berdasarkan hasl pengamatan dan pengukuran yang dlakukan pada beberapa ndustr plywood sebaga benchmarking untuk memperoleh nformas seberapa besar perbedaan pengelolaan lngkungan ndustr sejens satu dengan lannya. Ruang lngkup panduan melput proses produks, teknolog pengolahan lmbah car dan gas, alternatf pengolahan dan analss baya penngkatan nla tambah lmbah kayu sebaga bahan bakar boler, sstem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3), produks bersh dan community development. Panduan n dharapkan juga dapat menjad bahan nformas bag phak-phak terkat lannya dalam menjalankan perannya untuk mewujudkan perbakan knerja pengelolaan lngkungan ndustr plywood terutama dalam memnmalkan dampak pencemaran terhadap lngkungan dan kesehatan masyarakat. Kam menyadar dalam penyusunan panduan n mash banyak kekurangan yang ada, saran perbakan sangat dharapkan guna penyempurnaan pedoman d kemudan har. Akhr kata kam berharap panduan n dapat memberkan kontrbus pemkran dalam pengelolaan lngkungan ndustr plywood yang aman dengan baya yang terjangkau. Jakarta, Agustus 2006 Deputi II MenLH Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Ir. Mohd. Gempur Adnan

v

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lngkup BAB II PROSES PRODUKSI KAYU LAPIS BAB III LIMBAH INDUSTRI KAYU LAPIS A. Lmbah Padat B. Ar Lmbah C. Lmbah Udara BAB IV TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH A. Lmbah Padat B. Ar Lmbah C. Lmbah Udara D. Acuan Penanganan Lmbah Industr Kayu Laps E. Analss Pemanfaatan Lmbah Kayu Sebaga Bahan Bakar Boler 13 13 15 21 22 25 8 8 9 11 3 1 1 2 2 v v x x

v

BAB V PERSYARATAN PENAATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAN UDARA Pengendalan Pencemaraan Ar A. Dasar Hukum B. Persyaratan dan Kewajban C. Baku Mutu Pengendalan Pencemaran Udara A. Dasar Hukum B. Persyaratan dan Kewajban C. Baku Mutu Ems D. Baku Tngkat Kebsngan E. Baku Tngkat Kebauan BAB VI PRODUKSI BERSIH BAB VII SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) BAB VIII COMMUNITY DEVELOPMENT DAFTAR PUSTAKA 58 63 55 51 31 31 31 31 38 40 40 42 47 49 49

v

DAFTAR TABELTabel 1 Acuan Penanganan Limbah Industri Kayu Lapis Tabel 2 Produksi dan konsumsi energi dengan menggunakan kayu Tabel 3 Perhitungan penggunaan limbah kayu dan solar sebagai bahan bakar boiler Tabel 4 Perhitungan biaya solar dan biaya bahan bakar kayu untuk boiler Tabel 5 Persyaratan dan atau Kewajiban Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Tabel 6 Persyaratan dan atau Kewajiban Peraturan KepMenLH No: Kep-51/MENLH/ LH/10/95 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri Tabel 7 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Tabel 8 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-51/MENLH/ LH/10/95 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri Tabel 9 Baku Mutu Konsentrasi Maksimum pada Beberapa Provinsi Tabel 10 Baku Mutu Beban Maksimum pada Beberapa Provinsi Tabel 11 Persyaratan dan atau Kewajiban Peraturan Pemerintah Nomor: Kep-13/MENLH/ III/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Tabel 12 Persyaratan dan atau Kewajiban Peraturan Pemerintah Nomor: 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara 43 42 41 39 38 35 33 32 28 27 25 22

v

Tabel 13 Persyaratan dan atau Kewajiban Peraturan Pemerintah Nomor: Kep-48/MENLH/ XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan Tabel 14 Persyaratan dan atau Kewajiban Peraturan Pemerintah Nomor: Kep-49/MENLH/ XI/1996 tentang Baku Tingkat Getaran Tabel 15 Persyaratan dan atau Kewajiban Peraturan Pemerintah Nomor: Kep-50/MENLH/ XI/1996 tentang baku Tingkat Kebauan Tabel 16 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-13/ MENLH/III/1995 tentang Baku Mutu Emisi untuk jenis Kegiatan Lain Tabel 17 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/ XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan Tabel 18 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-50/MENLH/ XI/1996 tentang baku Tingkat Kebauan Tabel 19 Produksi Bersih Industri Kayu Lapis Tabel 20 Ekoefisiensi Industri Kayu Lapis

45

46

47

48

49

50

52 54

v

DAFTAR GAMBARGambar 1 Log-log dari HPH dikumpulkan di log pond atau log yard Gambar 2 Proses Pembersihan log dari kotoran Gambar 3 Pemotongan kayu gelondongan dengan mesin pemotong Gambar 4 Log masuk ke mesin rotary untuk dikupas menjadi lembaran veneer Gambar 5 Lembaran hasil proses pada mesin rotar Gambar 6 Lembaran veneer hasil proses pada mesin rotary yang telah digulung Gambar 7 Proses pengeringan veneer Gambar 8 Proses perbaikan veneer Gambar 9 Proses perekatan veneer Gambar 10 Mesin cold press Gambar 11 Mesin hot press Gambar 12 Proses pemotongan sisi kayu lapis Gambar 13 Proses pendempulan kayu lapis Gambar 14 Produk plywood Gambar 15 Contoh limbah kayu yang dihasilkan oleh industri kayu lapis x 9 7 7 7 6 6 6 6 5 5 5 5 4 4 3

Gambar 16 Air limbah yang berasal dari pencucian glue spreader Gambar 17 Cerobong Boiler Gambar 18 Limbah cair dalam bak penampungan Gambar 19 Air limbah pada tangki aerasi Gambar 20 Tangki Pengurai Gambar 21 Tangki Ozonator Gambar 22 Tangki Penjernihan Gambar 23 Sand filter

10 11 16 17 18 19 19 20

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang pentng karena menghaslkan kayu dengan nla ekonom tngg. Sejak Indonesa menerapkan kebjaksanaan melarang ekspor hasl hutan mentah sepert kayu bulat, rotan mentah dan hasl hutan lannya menyebabkan berkembangnya ndustr-ndustr pengolahan kayu prmer d Indonesa sepert ndustr penggergajan dan ndustr kayu laps. Sejak tahun 1985, ndustr perkayuan terutama ndustr kayu laps telah mendapat sejumlah nsentf dar pemerntah yatu adanya penghentan ekspor log. Dsampng tu telah dkut pula sejumlah ntervens pemerntah berupa keharusan membangun ndustr perkayuan yang berntkan kayu laps bag pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan) bak secara sendr-sendr maupun gabungan. Pengertan kayu laps tu sendr menurut Klwon (1994) adalah suatu bahan padat yang berbentuk papan yang terdr dar susunan veneer kayu yang dsusun secara berslangan tegak lurus arah seratnya pada lembaran veneer berkutnya yang dsatukan dengan perekat organk d bawah tekanan dan suhu yang tngg. Salah satu hal terpentng dalam ndustr kayu laps adalah proses produks, yatu bagamana produk tersebut dhaslkan. TeknologPanduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

1

yang tepat dan ddukung dengan manajemen produks yang bak sehngga menghaslkan produk dengan kualtas tngg dengan mengoptmalkan penggunaan sumber daya yang ada dan terbatas serta mencegah terjadnya pencemaran dan kerusakan lngkungan. B. Tujuan Panduan prakts n dsusun untuk dapat dgunakan sebaga pedoman dasar dalam pengelolaan lngkungan ndustr plywood dengan baya terjangkau serta resko terhadap manusa dan lngkungan yang mnmum. C. Ruang Lingkup Panduan prakts n mempunya ruang lngkup sebaga berkut : 1. Panduan prakts dfokuskan pada pedoman dasar dalam pengelolaan lngkungan ndustr plywood. 2. Panduan prakts melput proses produks, lmbah ndustr kayu laps (padat, car dan gas), teknolog pengolahan lmbah (padat, car, gas), alternatf penanganan lmbah dan analss baya penngkatan nla tambah lmbah kayu sebaga bahan bakar boler), Sstem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), produks bersh dan community development.

2 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

BAB II

PROSES PRODUKSI KAYU LAPIS

Proses produks dbag menjad 2 bagan, yatu: A. Pra proses yang meliputi : Penermaan bahan baku kayu (log) sehngga dapat dketahu asal kayu yang akan dproses (lacak balak) perendaman log B. Proses produksi meliputi : 1. Proses produks kayu laps dawal dengan penermaan bahan baku kayu berupa kayu gelondongan (log) untuk kemudan dsortr d bagan log pond atau log yard sepert yang tampak pada gambar 1.

(a) Log Pond

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

3

(b) Log YardGambar 1

Log- Log dari HPH dikumpulkan di Log Pond atau log yard

2. Log selanjutnya dangkat oleh alat pengangkat dan dbershkan dar kotoran sepert yang terlhat pada Gambar 2.

Gambar 2

Proses pembersihan log dari kotoran

3. Kayu gelondongan (log) yang telah dbershkan tersebut kemudan dpotong dengan menggunakan mesn potong sesua ukuran sepert yang tampak pada Gambar 3.

Gambar 3

Pemotongan kayu gelondongan dengan mesin pemotong4 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

4. Kayu gelondongan (log) yang telah dpotong selanjutnya dkupas dengan menggunakan mesn rotary sepert yang tampak pada Gambar 4.Gambar 4

Log masuk ke mesin rotary untuk dikupas menjadi lembaran veneer

5. Hasl pengupasan berupa lembaran veneer, sepert yang tampak pada Gambar 5, untuk selanjutnya dgulung sepert pada Gambar 6.Gambar 5

Lembaran hasil proses pada mesin rotary

Gambar 6

Lembaran veneer hasil proses pada mesin rotary yang telah digulung

6. Lembaran veneer tersebut kemudan dkerngkan sepert yang terlhat pada Gambar 7.

Gambar 7

Proses pengeringan veneer5

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

7. Selanjutnya dlakukan perbakan mutu veneer. Veneer kerng tersebut dsortr, kualtas pertama untuk face, sedangkan kualtas kedua dperbak secara manual dan dgunakan untuk back. Proses perbakan veneer dperlhatkan pada Gambar 8.

Gambar 8

Proses perbaikan veneer 8. Kayu laps yang telah dperbak selanjutnya dsusun dan dangkut ke glue spreader sepert terlhat pada Gambar 9. Setelah kayu laps dber perekat kemudan dsusun sesua dengan rencana produks.Gambar 9

Proses kayu lapis 9. Veneer kemudan dmasukkan dalam cold press yang dperlhatkan pada Gambar 10. Setelah tu veneer dmasukkan dalam hot press. yang dperlhatkan pada Gambar 11.

Gambar 10

Mesin cold press

Gambar 11 Mesin hot press

6 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

10. Kayu laps yang telah selesa dpress kemudaan dpotong ssnya sesua ukuran, sepert yang terhat pada Gambar 12. Setelah dpotong kedua ss veneer kemudan dlakukan proses pengamplasan dan pendempulan yang dlakukan secara manual dapat dlhat pada Gambar 13.Gambar 12

Proses pemotongan sisi kayu lapis

Gambar 13

Proses pendempulan kayu lapis

11. Proses akhr dar proses pembuatan kayu laps adalah sortas kemudan dlakukan pengepakan, dan kayu laps tersebut dmasukkan ke gudang bahan jad yang merupakan hasl produks yang sap dpasarkan. Penampakan hasl produk plywood dperlhatkan pada Gambar 14Gambar 14

Produk plywood7

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

BAB III

LIMBAH INDUSTRI KAYU LAPIS

Hampr seluruh bagan dar proses produks kayu laps berkontrbus terhadap produks lmbah dengan jumlah dan karakterstk yang berbeda. Jens dan sumber lmbah d ndustr kayu laps melput : A. Limbah Padat Lmbah padat yang dhaslkan oleh ndustr kayu laps hampr terjad pada setap mesn sehngga kuanttasnya sangat besar yatu mencapa 40 persen dar volume log yang masuk. Besarnya persentase lmbah padat dalam proses produks kayu laps mengharuskan setap perusahaan kayu laps memanfaatkan lmbah padat tersebut secara optmal. Lmbah padat yang dhaslkan dalam proses produks kayu laps melput log afkr, ssa potongan (log end), serbuk gergaj, kult kayu, nt kayu, potongan tep log (edging), ssa kupasan, ssa potongan log, ssa potongan veneer, veneer yang tdak standar, ssa potongan core, core reject, padatan glue, ceceran glue, ssa potongan ss panel, sebetan, serbuk hasl pengemplasan, lumpur (sludge) ssa WWTU (Waste Water Treatment Unit), abu boler, kemasan kertas, film face, dan polyester coating. Lmbah padat dar proses produks kayu laps yang domnan adalah lmbah kayu. Contoh lmbah kayu yang dhaslkan oleh ndustr kayu laps dapat dlhat pada Gambar 15.

8 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Gambar 15

Contoh limbah kayu yang dihasilkan oleh industri kayu lapis

Selan lmbah kayu tersebut, pada ndustr kayu laps terdapat juga lmbah padat domestk yang merupakan ssa dar aktfitas tenaga kerja, mengngat ndustr kayu laps pada umumnya menggunakan sumber daya manusa yang sangat banyak. Lmbah padat domestk n berupa kertas, tssue dan plastk. Faktor-faktor yang mempengaruh tmbulnya lmbah padat yang dhaslkan pada ndustr kayu laps melput : Jumlah dan konds kayu yang dgunakan untuk produks kayu laps Cara pengolahan dan banyaknya lmbah kayu yang dolah kembal untuk proses produks lanjutan Mesn-mesn produks yang dgunakan Jumlah karyawan d ndustr kayu laps yang akan mempengaruh jumlah lmbah padat domestk

B. Air Limbah Ar lmbah yang dhaslkan dalam proses produks kayu laps secara umum hanya dhaslkan dar proses pencucan mesn glue spreader dan proses pencucan mesn dan peralatan produks lannya. Hal n menyebabkan komposs yang terkandung

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

9

dalam lmbah car yang dhaslkan adalah ar dan bahan-bahan yang dgunakan dalam pembuatan perekat. Sesua dengan sumber asalnya yatu mesn glue spreader maka ar lmbah yang dhaslkan mengandung bahan-bahan sesua dengan jens perekat yang dgunakan. Msalnya untuk jens perekat urea formalehde, bahan asalnya yatu urea formaldehde resn, tepung ndustr, kaoln, hardener, T-500, catcher dan basslum. Untuk jens perekat lan perbedaannya hanya pada resn yang dgunakan yatu melamn formaldehde resn dan fenol formaldehde resn. Namun pada umumnya dar tap tpe perekat yang dbuat, kandungan atau komposs terbesar adalah resn yang dgunakan yatu mencapa 70 sampa 80 persen dar total campuran perekat, sedangkan ssanya adalah bahan-bahan tambahan yang kompossnya berbeda-beda untuk tap perekat. Ar lmbah yang berasal dar ar pencucan glue spreader pada tempat penampungan lmbah dapat dlhat pada Gambar 16.

Gambar 16

Air limbah yang berasal dari pencucian glue spreader Selan ar lmbah ssa pencucan dhaslkan juga ar lmbah domestk yang berasal dar kegatan karyawan sepert kantn dan kamar mand. Ar lmbah n juga sangat besar, mengngat jumlah tenaga kerja d ndustr kayu laps sangat banyak. Karakterstk ar lmbah ndustr kayu laps pada umumnya ddomnas oleh nla pH, BOD (Bologcal Oxygen Demand), COD (Chemcal Oxygen Demand), TSS, phenol, amona total dan pH. Sstem pengolahan ar lmbah akan dtentukan oleh parameter dar ar lmbah yang dhaslkan. Dengan mengetahu jens-jens parameter d dalam

10 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

ar lmbah, maka dapat dtetapkan metoda pengolahan dan plhan jens peralatan yang dperlukan. Pada ndustr kayu laps, faktor-faktor yang mempengaruh tmbulnya ar lmbah adalah sebaga berkut : Jens bahan yang dgunakan dalam pembuatan perekat Jumlah ar yang dgunakan dalam proses pencucan alat dan mesn produks Frekuens pergantan lem/perekat yang dgunakan Sstem/proses produks yang dgunakan (kerng/basah) Jumlah karyawan d ndustr kayu laps yang akan mempengaruh jumlah ar lmbah domestk

C.

Limbah Udara

Lmbah udara yang dhaslkan oleh ndustr kayu laps secara umum adalah dust, kebsngan, gas buang (CO2, CO, SOx, NOx), formaldehde, amonak, uap aseton, toluen, uap strene, gas Cl2, dan freon CFC. Lmbah berupa dust (debu kayu) berasal dar proses pengerngan, pemotongan dan pengamplasan. Lmbah berupa formaldehde dan amonak berasal dar pelaburan perekat dan pengempaan panas sedangkan gas Cl2 berasal dar proses pengempaan panas. Gas buang sepert CO2, CO, SOx, NOx berasal dar cerobong bak untuk boler ataupun generator lstrk. Gambar cerobong boler yang dapat dlhat pada Gambar 17. Lmbah berupa uap aseton dan toluen berasal dar dempul sedangkan uap strene berasal dar proses pengerngan veneer dan uap hot melt glue. Freon CFC dhaslkan dar kebocoran mesn pendngn ar pada core bulder. Lmbah berupa kebsngan dhaslkan dar mesn-mesn produks.Gambar 17

Cerobong boilerPanduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 11

Lmbah udara n harus dtangan dengan bak karena dapat mencemar lngkungan dan berbahaya bag manusa. Faktor-faktor yang mempengaruh tmbulnya lmbah udara antara lan : Konds mesn-mesn produks yang dgunakan Jumlah kayu yang dgunakan untuk proses produks Sarana dan prasarana yang dgunakan untuk memnmsas lmbah udara

12 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

BAB IV

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH

Industr kayu laps menghaslkan berbaga jens lmbah yatu lmbah padat, lmbah B3, lmbah car dan lmbah gas. Jens-jens lmbah yang berbeda tersebut harus dolah dengan teknolog pengolahan lmbah yang berbeda pula sehngga tdak berbahaya bag manusa dan lngkungan. A. Limbah Padat Lmbah padat yang berupa ssa gumpalan lem dapat dgunakan kembal sebaga filter lem dengan cara dgrndng (dhaluskan lag). Pemanfaatan lmbah padat sebaga bahan bakar mampu mencukup kebutuhan energ (lstrk) bag keperluan pabrk, kantor dan perumahan; untuk keperluan energ n hampr tdak dperlukan tambahan bahan bakar lan, sehngga pencemaran udara dapat dmnmumkan. Selan tu, ssa lmbah padat dapat dgunakan sebaga bahan pembuat block board, lamn board, materal packng sepert palet, sebaga bahan pengs (filler) perekat, sebaga bahan campuran dempul (putty) dan bahan pembuat papan partkel atau djual ke phak lan sebaga sumber energ, bahan baku kerajnan atau alatalat rumah tangga dan kantor. Mesn dan peralatan yang dgunakan untuk pengolahan lmbah padat antara lan blower, waste conveyor, shred hammer dan chpPanduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 13

slo. Dmula dar proses pemotongan log yang menghaslkan serbuk gergajan (saw dust) dan ssa potongan (log end). Serbuk gergajan yang dhaslkan secara langsung dhsap blower masuk dalam chp slo dan akan terus dsalurkan melalu ppa-ppa menuju boler. Sementara tu ssa potongan dkumpulkan dan dangkut dengan forklft menuju shred hammer untuk dhancurkan terlebh dahulu sebelum dsalurkan ke boler. Proses pembershan kult log juga menghaslkan lmbah padat, tetap tdak dgunakan untuk bahan bakar boler melankan langsung dbuang. Sementara tu lmbah yang dperoleh dar proses pengupasan log yang berupa pemotongan tep log (edging), pengupasan log untuk mendapatkan log yang bulat (round up) dan ssa pemotongan venr yang dhaslkan (loss in clipping) dhancurkan menggunakan shred hammer yang sebelumnya dangkut dengan waste conveyor. Lmbah yang dhaslkan dalam proses n juga dsalurkan ke boler d bagan power plant. Untuk veneer yang tdak standar dgunakan sebaga bahan baku alas pengemas packng. Lmbah padat lan juga banyak dhaslkan dar proses peraktan atau penyambungan core (core composser). Lmbah yang dhaslkan dapat berupa veneer yang ukurannya kurang atau ketebalan tdak standar. Veneer tersebut akan jatuh jka dlewatkan mesn core composer dan penggunaannya yatu sebaga bahan LVL (Laminated Veneer Lumbercore) sedangkan hasl dar pemotongan ss-ss veneer dan veneer jatuh tetap tdak bsa dmanfaatkan lag masuk dalam shred hammer melalu waste conveyor. Pada akhrnya lmbah n juga dsalurkan melalu ppa-ppa menuju boler ke bagan power plant. Proses produks lan yang menghaslkan lmbah padat adalah pada proses pemotongan ss panel. Lmbah padat yang dhaslkan pada proses n yatu ssa potongan atau sebetan. Lmbah n dkumpulkan dan dbedakan antara sampah dengan sebetan. Sampah yang dhaslkan akan dmasukkan dalam shred hammer sedangkan sebetan akan dmanfaatkan sebaga bahan pembuatan block board, sementara tu serbuk yang dhaslkan dar proses pemotongan ss panel langsung dhsap oleh blower dan dsalurkan menuju boler. Proses selanjutnya yang menghaslkan lmbah padat adalah pengampelasan (sandering). Lmbah yang dhaslkan berupa serbuk halus dan dkumpulkan dalam karung plastk. Lmbah n tdak dpergunakan sebaga bahan bakar boler tetap dapat dgunakan sebaga bahan tambahan dalam proses pembuatan perekat ataupun dgunakan sebaga pengs pada pembuatan dempul.

14 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

B. Air Limbah Pengolahan ar lmbah ndustr kayu laps dlakukan dengan sstem pengendapan, bologs, aeras, kma, ozonator dan filtras (proses fiska dan kma). Ar setelah dproses yang sudah mempunya kualtas yang bak yang dpersyaratkan oleh lngkungan hdup, dpaka kembal untuk pencucan glue spreader. Apabla ada ssa dan harus dbuang ke sunga, maka perusahaan harus mempunya zn pembuangan lmbah ke sunga dan ar yang dbuang dukur menggunakan flowmeter. Int dar proses pengolahan ar lmbah ndustr kayu laps n menerangkan bahwa lmbah yang dhaslkan dar ar pencucan glue spreader dan mesn-mesn produks akan dgunakan kembal untuk proses pencucan. Hal n dsebut dengan sstem recycle. Proses pengolahan ar lmbah tersebut selalu dpantau setap har secara nternal dan dlakukan pengujan secara eksternal setap satu bulan sekal melalu nstans yang dtunjuk msalnya Departemen Pekerjaan Umum dan lannya. Parameter yang duj antara lan : pH, TSS, BOD, COD dan phenol. Berkut djelaskan mengena alat-alat dan proses untuk pengolahan ar lmbah ndustr kayu laps : 1. EQUALISATION TANK ( Bak Penampungan ) Ar lmbah ndustr kayu laps dtampung terlebh dahulu dalam tangk ekualsas. Tank n berfungs untuk menampung lmbah yang dhaslkan ar pencucan glue spreader dan mesn-mesn produks. Tangk n terdr dar 3 bak penampung yang dlengkap dengan: A. B. Aerator yang bekerja meng-gunakan Blower selama 24 jam nonstop. Ppa yang dgunakan dar PVC untuk menghndar dar koros /karat.

Ar lmbah yang berada dalam bak penampungan dapat dlhat pada Gambar 18.

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 15

Gambar 18

Limbah cair dalam bak penampungan Dalam tangk ekualsas, ar lmbah sudah dber perlakuan dengan menggunakan bahan kma antara lan: a. Alumnum Sulfat ( AL2SO4 ) yang berfungs untuk memecah memsahkan partkel-partkel yang larut dalam ar lmbah. Untuk 4.200 lter/har lmbah car dapat dgunakan AL2SO4 sebanyak 30-40 kg/har b. Soda Ash ( Caustc Soda ) berfungs untuk menakkan PH ar lmbah sampa berksar antara PH 7,5 8,5. soda ash dapat dtambahkan secukupnya saja pada ar. Perawatan tangk ekualsas dlakukan sebulan sekal. Hasl endapan d tangk n dpompa dan lumpur yang bers ar dmasukkan dalam karung untuk dkerngkan dan dhancurkan menggunakan crusher agar menjad tepung dan dpaka ulang. 2. AERATOR TANK ( Tangk Aeras ) Setelah dar tangk ekualsas, ar lmbah masuk dalam tangk aeras. Tangk n berfungs untuk menambah oksgen d dalam ar agar BOD dapat dturunkan. Tangk n dlengkap dengan : A. Aerator yang bekerja menggunakan dua buah blower selama 24 jam nonstop. B. Ppa yang dgunakan dar PVC unyuk menghndar koros / karat. C. Menggunakan grafitas ( alran ) Untuk menyupla lmbah yang sudah dproses dar bak ekualsas 3

16 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Gambar 19

Air limbah pada tangki aerasi

Ar lmbah pada tangk aeras dapat dlhat pada Gambar 19. Dalam tangk aeras, ar lmbah dber perlakuan dengan menggunakan bahan kma yang dsesuakan dengan lmbah yang dproses antara lan: a. AL2 (OH) CL4 (PAC) adalah ntsar dar Alumnum Sulfat. AL2SO4 yang berfungs untuk memecah partkel dalam ar lmbah sepert pada bak ekualsas, namun PAC tersebut lebh efektf bekerja pada PH tngg atau yang bersfat BASA antara PH > 7 dalam temperatur antara 25 o 40 oC. Untuk lmbah car sebanyak 4.200 lter/har dapat dtambahkan PAC + ar 93% sebanyak 100-150 lter/har. b. Flokulan (PAM) berfungs untuk mengkat partkel-partkel yang sudah dpecah (dpsah) menggunakan bahan kma d atas agar partkel-partkel tersebut bergabung menjad gumpalan-gumpalan partkel yang mempunya SG ( Specfic Gravty) lebh besar dar 1 Ton /m sehngga gumpalan-gumpalan partkel tersebut akan turun kebawah. Untuk lmbah car sebanyak 4.200 lter/har dapat dtambahkan PAM + ar 99,9% sebanyak 100-150 lter/har. Perawatan tangk aeras dlakukan tga bulan sekal. Hasl endapan pada tangk dpompa dan dalrkan ke tangk aeras. 3. CLARIFIER TANK ( Tank Pengura ) Dar tangk aeras ar lmbah masuk dalam tangk pengura. Tangk n yang berfungs untuk mengura atau mengendapkan lumpur yang dhaslkan dar tangk aeras yangPanduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 17

sudah melalu dengan proses pencampuran bahan kma sepert AL2 (OH) CL4 (PAC), Soda Ash ( Caustc Soda ), Flokulan (PAM) dan AL2 SO4 Pada tangk pengura n dtambahkan kaport secukupnya untuk membunuh bakter apabla mash ada sehngga lumpur akan membentuk gumpalan dan mengendap ke dasar tangk dan permukaan ar yang jernh dapat merembes ke tangk berkutnya. Tangk pengura n dapat dlhat pada Gambar 20. Tangk pengura n memlk beberapa kestmewaan yatu : a. Tangk d desan dengan bak cylndrs sehngga dapat menark lumpur sampa dasar bak yang berbentuk kerucut Pengalran d desan sedemkan rupa sehngga dapat merembes tepat pada permukaannya saja.

b.

Perawatan tangk pengura dlakukan dua bulan sekal. Hasl lumpur pada tangk pengura yang bercampur dengan ar dalrkan pada bak ekualsas.Gambar 20

Tangki pengurai 4. OZONATOR ( Ozone Reaktor Tank ) Ar dar tangk pengura akan masuk dalam tangk ozonator. Tangk n berfungs untuk menambahkan O3 ke dalam ar. Aplkas ozone memberkan beberapa kelebhan yatu : ne Menghancurkan bakter Menghancurkan bahan organk

18 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Mengoksdas logam berat Menngkatkan flokulas Bahan pemuth Menghancurkan jamur dan lumut Menghancurkan dan mengurang jentk-jentk

Gambar 21

Tangki ozonator 5. CHLORINATION TANK ( Tank Penjernh Kedua ) Setelah dar tangk ozonator, ar lmbah akan masuk dalam tangk penjernhan yang ddesan sedemkan rupa. Tank n mempunya 3 sekat / bak dmana tap bak mempunya fungs yang berbeda yatu : a. Bak 1 sebaga tempat penampungan ar dar tangk Ozonator b. Bak 2 merupakan hasl alran bak 1 melalu bawah / dasar tangk. c. Bak 3 dgunakan untuk mengalrkan ar pada permukaan secara merembes. Tangk penjernhan dapat dlhat pada Gambar 22. Perawatan tangk penjernhan dlakukan dua kal sebulan. Hasl cucan tangk n akan dalrkan pada bak ekualsas

Gambar 22

Tangki penjernihan

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 19

6. SAND FILTER ( Penyarng ) Dar tangk penjernhan selanjutnya ar lmbah masuk dalam tangk penyarngan. Tangk n berfungs untuk menyarng lmbah dar kotoran-kotoran. Tangk harus dbershkan secara rutn agar selalu bersh. Is tangk terdr dar 3 laps yang terdr dar : a. Is bagan atas bers juk b. Is bagan tengah bers Carbon actve c. Is bagan bawah bers pasr / kerkl Perawatan sand filter dlakukan semnggu sekal. Hasl cucannya dalrkan pada bak ekualsas Gambar 23. Sand filter 7. CLEAR WELL ( Bak Penampungan sebelum Ozonator ke II ) Setelah melewat proses penyarngan, ar lmbah akan masuk dalam bak penampungan II. Bak n berfungs untuk menampung hasl proses sebelum ozonator ke II. Pada bak n konds ar sudah jernh. Dar bak n ar lmbah d pompakan ke dalam ozone reaktor tank, sehngga keluar menuju tangk hasl pengolahan akhr melalu secondary filter yang terdr dar karbon aktf filter yang terdr dar anon filter dan caton filter. 8. TREATMENT WATER STORAGE TANK Setelah melewat proses secondary filter ar akan masuk ke tangk hasl pengolahan akhr yang basa dambl untuk dadakan pengujan. Apabla pengolahan ar djalankan dengan prosedur, maka dalam tangk n akan dhaslkan Test Laboratorum dengan hasl dbawah baku mutu yang dpersyaratkan antara lan yang dukur adalah: BOD COD TSS PH PHENOL.

20 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

C. Limbah Udara Lmbah berupa gas, pada ndustr kayu laps dapat dmnmalkan dengan penggunaan alat tambahan sepert blower, dust collector, ash collector, elektrostatk precptator, exhausted fan gas, cyclone, slo, ear plug dan masker yang dgunakan oleh karyawan. Secara umum, upaya-upaya yang dapat dlakukan untuk mengendalkan pencemaran udara adalah: Memasang alat dust collector d setap boler agar gas buang menjad lebh bersh Memasang dust collector portable pada setap mesn yang menghaslkan debu. Debu yang dhaslkan nantnya dapat dgunakan sebaga bahan bakar boler. Tetap menggunakan lmbah padat kayu sebaga bahan bakar boler untuk pembangkt lstrk bag seluruh kegatan pabrk, kantor dan perumahan, sehngga penggunaan solar untuk pembangkt lstrk mnmum Pemasangan cerobong gas buang yang tngg sehngga tdak mencemar karyawan dan penduduk sektar Melakukan penghjauan d pabrk dan lngkungan sektarnya

Untuk lmbah udara berupa debu dan gas buang ( NO, CO, SO2, H2S, NH3 ) dapat dmnmalkan dengan cara : Pemelharaan dust collector setap tahun Setap mesn potong ( crcular saw ) dber dust collector portable Perawatan tanaman, penghjauan dsekellng pada bagan tertentu dalam lokas ndustr Pemberan masker kepada seluruh karyawan Pembershan dust collector secara rutn Melengkap cerobong asap dengan exhausted fan gas Menyarng dahulu udara pembakaran sebelum masuk ke cerobong asap Merawat & memelhara boler Segera melakukan penambahan terhadap saluran serbuk yang bocor.

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 21

Untuk lmbah udara berupa kebsngan dapat dmnmalkan dengan cara : Tndakan preventve: pemakaan ear plug bag para pekerja dekat sumber buny lebh dar 85 db Tndakan kuratf: merawat mesn & memodfikas komponen sumber buny Perawatan mesn produks secara rutn

D. Acuan Penanganan Limbah Industri Kayu Lapis Berdasarkan tahapan proses produks dan jens-jens lmbah ndustr kayu laps, maka dsusun secara umum acuan penanganan dan pengolahan lmbah ndustr kayu laps yang dapat dlhat pada Tabel berkut. Tabel 1. Acuan Penanganan Limbah Industri Kayu Lapis Alternatif Penanganan Unit Proses Limbah Minimisasi Penerimaan log Log afkir Sisa potongan (log end) Serbuk gergaji Log Cutting (pemotongan log) Dust Reuse/recycle Block board Bahan bakar boiler Bahan bakar boiler Partikel board, bahan bakar boiler Treatment -

-

-

-

-

Merawat mesin dan modifikasi sumber bunyi, peredam

-

-

-

22 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Kulit kayu

-

-

Penimbunan tanah milik pabrik, bahan kerajinan -

Dust Debarker/ enobarker (Pembersihan kulit log)

Merawat mesin dan modifikasi sumber bunyi, peredam

Partikel board, bahan bakar boiler

-

-

Gas buang

Blower, bag filter, dust collector, cyclone, silo

-

-

Inti kayu

-

Bahan packing (sawn timber), block board, alatalat kantor Bahan bakar boiler Bahan bakar boiler Bahan bakar boiler dan bahan block board

-

Rotary (Pengupasan)

Potongan tepi log (edging) Sisa kupasan Sisa potongan log

-

-

-

-

-

-

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 23

Inti kayu

-

Bahan packing (sawn timber), block board, alatalat kantor

-

Rotary (Pengupasan)

Potongan tepi log (edging) Sisa kupasan Sisa potongan log

-

Bahan bakar boiler

-

-

Bahan bakar boiler Bahan bakar boiler dan bahan block board Bahan bakar boiler

-

-

-

Dryer (pengeringan)

Sisa potongan venir Sisa potongan venir Venir yang tidak standar

-

-

-

Bahan bakar boiler

-

-

Bahan baku alas packing Bahan baku alat packing Block board, bahan packing, bahan LVL (Laminated Veneer Lumbercore)

-

Core Composser

Sisa potongan core

-

-

Core reject

-

-

24 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Air cucian glue spreader Gluing (Glue spreader) Padatan glue

-

Pengganti air bersih dalam proses pencucian glue spreader Pencampuran perekat Ditambah serbuk jadi bahan bakar boiler (harus ada ijin)

IPAL

-

IPAL

Ceceran glue

-

-

E. Analisis Pemanfaatan Limbah Kayu Sebagai Bahan Bakar Boiler Analss pemanfaatan lmbah kayu sebaga bahan bakar boler dlakukan berdasarkan peneltan Nurendah (2006). Penggunaan lmbah kayu juga harus dpastkan tdak terkontamnas dengan lmbah B3. Analss yang dkembangkan n mempergunakan asums-asums dan perhtungan yang drancang berdasarkan pengalaman sejumlah perusahaan kayu laps. Tahapan awal dalam melakukan analss pemanfaatan lmbah kayu sebaga bahan bakar boler adalah dengan menghtung kebutuhan konsums energ. Secara lengkap rncan produks dan konsums boler dperlhatkan pada Tabel berkut. Tabel produksi dan konsumsi energi dengan menggunakan kayu (steam production using wood) Asumsi yang digunakan : Produks dan konsums energ: 9 lnes per bulan Contnuous Drver : 46.200,00 Kg Hot Press : 4.435,20 Kln Drver : 0,l00 Glue Reactor : 0,00 Lan-lan : 504,00 + Total : 51 139,20 Kg per bulan

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 25

Nla rata-rata kalor pada kayu (ACV= Avarage Calory Value) Total Potens Lmbah Kalor Kayu (Q) Pemasakan ar Suhu awal ar Suhu ddh ar Kapastas panas ar Panas laten perubahan fasa uap Hevp 1Kkalor M Efisens Panas Q 1.823.074.367,37 m m Uap yang dihasilkan

: 15.050,00 KJoule/kg : 1.823.074.367,37 KJoule Q = m (Cp) (T2-T1) + m Hevp : 30,00 C : 100,00 C : 1,00 Kalor/gram

: : : : = = = =

55,3544 Kkal/Kg 4,1840 Kjoule Bobot ar 92,00% m (Cp) (T2-T1) + H(ev).m m (1) (100-30) + 55.3544m 3.475.902,48 Kg 3.475,90 Ton

: 3.197,83 Ton

Berdasarkan hasl perhtungan tersebut maka ddapatkan kebutuhan konsums energ sebesar 3.197,83 ton. Dar nla n kemudan dlakukan analss nla tambah lmbah kayu sebaga bahan bakar boler untuk kemudan dbandngkan apabla perusahaan kayu laps mempergunakan solar sebaga bahan bakar pada boler. Asums yang dpergunakan dalam perhtungan penggunaan lmbah kayu dan solar sebaga bahan bakar boler dperlhatkan pada Tabel berkut:

26 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Tabel perhitungan penggunaan limbah kayu dan solar sebagai bahan bakar boiler STEAM PRODUCTION USING DIESEL ( COMPARATIVE STUDY ) Asums yang dgunakan : Nla rata-rata kalor pada kayu (ACV = Average calorc value of wood) Total Kebutuhan energ panas (QS)

: :

15.050 Kjoule/Kg 5.244.730.916,55 Kjoule

Rumus Total kebutuhan energ panas (QS) = (Boler Fuels/jumlah lmbah kayu basah dar shredder) X Total potens lmbah kalor kayu (QS) = ( 122.731,91 / 42.661,75 ) X 1.823.074.367,37 Kg = 5.244.730.916,55 Kjoule Rumus Kebutuhan Solar (SS) = QS/AVC Kebutuhan solar (SS) : 348 487.10 Kg X 1000 = 348.487.100 Lter (LT) Efisens Panas (TE =Thermal efficency) : 0,95 Rumus LT1 = LT/TE : 366 828 526.32 Lter Apabla perusahaan kayu laps menggunakan solar sebaga bahan bakar boler, maka dengan mengacu pada harga solar untuk ndustr pada bulan November 2006 yatu sebesar 4300/Lter, besarnya baya solar yang dkeluarkan oleh perusahaan kayu laps adalah Rp 131.446.888.597/bulan. Baya tersebut dluar baya nvestas mendesan ulang mesn-mesn pada boler sebesar Rp 120 000 000/unt. Dss lan, apabla perusahaan kayu laps menggunakan lmbah kayu sebaga bahan bakar boler, dengan asums lmbah kayu dbel dar phak lan dengan harga Rp 40 000/m3 lmbah kayu (asums harga lmbah kayu 40 % dar harga kayu sebesar Rp 160 000), maka perusahaan kayu laps hanya mengeluarkan baya sebesar Rp 409.120.000/bulan. Dengan demkanPanduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 27

apabla perusahaan kayu laps tdak membel lmbah kayu dar phak luar melankan menggunakan sendr lmbah kayu yang dhaslkan dalam proses produksnya, maka perusahaan kayu laps dapat lebh melakukan penghematan baya. Nla tambah yang dperoleh dengan menggunakan kayu sebaga bahan bakar boler dbandngkan dengan menggunakan solar adalah Rp 131.037.768.597/bulan. Dengan demkan, pada dasarnya perusahaan dapat menghemat sebesar Rp 131.037.768.597/ bulan apabla menggunakan lmbah kayu sebaga bahan bakar boler dbandngkan dengan menggunakan solar sebaga bahan bakar boler. Secara rnc perhtungan baya solar dan baya bahan bakar kayu dperlhatkan pada Tabel berkut: Tabel perhitungan biaya solar dan biaya bahan bakar kayu untuk boiler PERBANDINGAN BIAYA SOLAR DAN BAHAN BAKU KAYU Pada baya solar Rp 4.300 = LT 1 X Harga solar = 366 828 526,32 Lter X Rp 4.300 = Rp 1.577.362.663.170/tahun = Rp 131.446.888.597/bulan Investas modfikas gnton chamber = Rp 120 000 000/unt Asums harga lmbah 40% dar harga kayu = ( 40% X 160.000 = 40.000 ) Baya bahan bakar kayu jka kayu dharga Rp 40 000 = BF X Rp 40.000 = (122.731,91/12) X Rp 160.000 = 10.228 m3 X Rp 40 000 = Rp 409.120.000/bulan Nla Tambah = Rp 131.446.888.597/bulan Rp 409.120.000/bulan = Rp 131.037.768.597/bulan

28 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Berdasarkan hasl analss pemanfaatan lmbah kayu sebaga bahan bakar pada boler, maka dapat dsmpulkan bahwa pemanfaatan lmbah kayu sebaga bahan bakar boler dapat memberkan nla tambah bag perusahaan berupa penghematan. Nla tambah yang dperoleh oleh perusahaan dengan menggunakan kayu sebaga bahan bakar boler dbandngkan dengan apabla perusahaan menggunakan solar sebaga bahan bakar boler adalah Rp 131.037.768.597/bulan. Tabel perhitungan biaya solar dan biaya bahan bakar batu bara PERBANDINGAN BIAYA SOLAR DAN BAHAN BAKAR BATU BARA Asums: Produks dan konsums energ 9 lnes per bulan Contnuous drver = 46.200 kg Hot Press = 4.435,2 kg Kln Drver = 0,100 kg Lem Glue reactor = 0,00 kg Lan-lan = 51139,2 kg Berdasarkan total potens lmbah kalor kayu (Q) = 1823074367,37 kJoule Nla Average Calorc Value of Coal sebesar = 15050 kJoule/kg Nla Average Calorc Value of Coal sebesar = 7500 kJoule/kg Kebutuhan Kalor Batubara sesua nla kalor kayu = 7500/15050 x 1823074367,37 = 90850881,7 kJoule Pemasakan ar Q Suhu Awal Suhu Akhr

= m(Cp)(T2-T1) + m Hevp = 30oC = 100oC

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 29

Kapastas panas ar Panas laten perubahan fase uap Hevp 1 Kkalor Robot Ar Efisen Panas Termal Q 90850881,7 90850881,7 m m

= 1 kalor/gram

= 55,3544 kkal/kg = 4,1840 kJoule =M = 92 % = m(Cp)(T2-T1) + m Hevp = m(1)(100-30) + 55,3544 m = 125,35 m = 3480876,69 kg = 3480876,69 kg x 0,92 = 3202406,56 kg = 3202,4 Ton

Steam generatng Boler membutuhkan Batu Bara = 3202,4 Ton Asums Harga BatuBara = Rp. 570000/Ton Kebutuhan nvestas Batubara = 3202,4 Ton x Rp 570.000 = 1,8 x 109 rupah / bulan Rato Investas Batubara dan Penggunaan lmbah Kayu

Penggunaan Batu Bara Penggunaan Lmbah Kayu

=

1,8 x 109 Rupah 490.120.000 Rupah

=

3,7 1

30 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

BAB V

PERSYARATAN PENAATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAN PENCEMARAN UDARA

1. Pengendalian Pencemaran Air A. DASAR HUKUM Dalam pengendalan pencemaran ar yang menjad dasar hukum adalah : a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lngkungan Hdup b. Peraturan Pemerntah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualtas Ar dan Pengendalan Pencemaran Ar c. Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Lmbah Car bag Kegatan Industr d. Peraturan-peraturan terkat yang dterbtkan oleh Pemerntah Daerah B. PERSYARATAN DAN KEWAJIBAN a. Peraturan Pemerntah Nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualtas Ar dan Pengendalan Pencemaran ArPanduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 31

No.

Uraian Persyaratan dan atau Kewajiban(1) Setiap orang yang membuang air limbah ke prasarana dan atau sarana pengelolaan air limbah yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dikenakan retribusi. (2) Retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota. Setiap usaha dan atau kegiatan wajib membuat rencana penanggulangan pencemaran air pada keadaan darurat dan atau keadaan yang tidak terduga lainnya. Dalam hal terjadi keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam pasal 25, maka penanggungjawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan usaha. Setiap orang yang menduga atau mengetahui terjadinya pencemaran air, wajib melaporkan kepada Pejabat yang berwenang. Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan atau pihak ketiga yang ditunjuk untuk melakukan penanggulangan pencemaran air dan pemulihan kualitas air, wajib menyampaikan laporannya kepada Bupati/Walikota/Menteri. Setiap orang wajib : a. Melestarikan kualitas air pada sumber air sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (3) b. Mengendalikan pencemaran air pada sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4)

Pasal

1

Pasal 24 (1) & (2)

2

Pasal 25

3

Pasal 26

4

Pasal 27

5

Pasal 29

6

Pasal 31a & 31b

32 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

7

Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegitaan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pelaksanaan kewajiban pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. (1) Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib menyampaikan laporan tentang penaatan persyaratan izin aplikasi air limbah pada tanah. (2) Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib menyampaikan laporan tentang penaatan persyaratan izin pembuangan air limbah ke air atau sumber air. (3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) wajib disampaikan sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan disampaikan kepada Menteri.

Pasal 32

8

Pasal 34 (1), (2) & (3)

b. Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor : Kep-51/MENLH/LH/ X/1995 Tentang Baku Mutu Lmbah Car Bag Kegatan Industr No. Uraian Persyaratan dan atau Kewajiban (1) Baku mutu limbah cair untuk jenis industri (5) Baku mutu limbah cair sebagaimana tersebut dalam lampiran keputusan ini setiap saat tidak boleh dilampaui. Apabila analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan industri mensyaratkan Baku Mutu Limbah Cair lebih ketat dari Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud dalam lampiran ini, maka untuk kegiatan industri tersebut ditetapkan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana yang dipersyaratkan oleh analisis mengenai dampak lingkungan Pasal Pasal 2 (1) & (5)

1.

2.

Pasal 5

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 33

3.

Setiap penanggung jawab kegiatan industri sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 Keputusan ini wajib: a. melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan b. membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan c. memasang alat ukur debit atau laju air limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut d. tidak melakukan pengenceran limbah cair, termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair e. memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan f. memisahkan saluran pembuangan limbah cair dan limpahan air hujan g. melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya menyampaikan laporan tentang catatan debit harian, kadar parameter Baku Mutu Limbah cair, produksi bulanan senyatanya sebagaimana dimaksud dalam huruf c, e, g sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada Kepala Bapedal, Gubernur, instansi teknis yang membidangi industri lain yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pasal 6

c. Menghtung beban pencemaran Berdasarkan persyaratan dan kewajban datas untuk pengelolaan kualtas ar pada sumber ar maka penentuan krtera mutu ar berdasarkan kelas sebagamana lampran Peraturan Pemerntah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualtas Ar dan Pengendalan Pencemaran Ar adalah sebaga berkut :

34 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

PARAMETER I Deviasi 3 1000 50 KIMIA 6-9 6-9 6-9 5-9 50 400 400 Deviasi 3 1000 Deviasi 3 2000 Deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya Bagi pengolahan air minum secara konvensional residu tersuspensi 5000 mg/L Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah Angka batas minimum II IV III FISIKA Deviasi 3 1000

SATUAN

KELAS KETERANGAN

C mg/L

o

Temperatur Residu terlarut Residu tersuspensi

mg/L

pH

mg/L mg/L

BOD COD DO Total fosfat sbg P NO3 sebagai N 0.5 0.05 0.2 1 1 0.01 0.01 0.05 0.02 0.3 (-) (-) 1 0.2 (-) 1 0.05 0.01 0.05 0.02 1 0.2 (-) 1 0.05 0.01 0.05 0.02 (-) (-) (-) 1 0.2 (-) 1 0.05 0.01 1 0.2 (-)

mg/L mg/L

2 10 6 0.2 10

3 25 4 0.2 10

6 50 3 1 20

12 100 0 5 20

NH3 - N

mg/L

Arsen Kobalt Barium Boron Selenium Kadmium Khrom (VI) Tembaga

mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L

Bagi perikanan kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka 0.02 mg/L sebagai NH3

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 35

Besi

mg/L

Bagi pengolahan air minum secara konvensional Cu Bagi pengolahan air minum secara konvensional Fe 5 mg/L

Bagi pengolahan air minum secara konvensional Pb 0.1 mg/L Bagi pengolahan air minum secara konvensional Zn 5 mg/L

mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L 0.06 400 0.03 0.002 100 1000 0.1 1 1000 200 1 210 17 3 1 210 (-) (-) 200 5000 10000 10000 0.1 1 (-) 200 1 210 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) MIKROBIOLOGI 1000 2000 2000 0.002 0.002 (-) (-) 0.03 (-) 0.03 (-) (-) 0.06 0.06 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional NO2

0.03 0.1 0.001 0.05 600 0.02 0.5

0.03 (-) 0.002 0.05 (-) 0.02 1.5

0.03 (-) 0.002 0.05 (-) 0.02 1.5

1 (-) 0.005 2 (-) (-) (-)

mg/L

mg/L mg/L

Timbal Mangan Air Raksa Seng Khlorida Sianida Fluorida Nitrit Sebagai N Sulfat Khlorin bebas Belerang sebagai H2S Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Bagi pengolahan air minum secara konvensional S sebagai H2S < 0.1 mg/L

mg/L

36 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Fecal Coliform

Total Coliform

Jumlah/ 100ml Jumlah/ 100ml

Bagi pengolahan air minum secara konvensional fecal coliform 2000 jml/100 mL dan total coliform 10000 jml/100 mL

Gross A Gross B

Bq/L Bq/L

g/L

RADIOAKTIVITAS 0.1 0.1 1 1 KIMIA ORGANIK 1000 1000

Minyak dan Lemak Detergen sebagai MBAS Senyawa fenol sebagai Phenol BHC Aldrin/Dieldrin Chlordane

g/L

g/L g/L g/L g/L

g/L 18 56 35 1 5 (-) (-) 4 (-) (-) (-) 4 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

2

2

2

2

DDT Heptachlor dan heptachlor epoxide Lindane Methoxychlor Endrin Toxaphan

g/L

g/L g/L g/L g/L

Keterangan :

mg g ml L Bq MBAS ABAM

= mlgram = mkrogram = mllter = Lter = Baquerel = Methylene Blue Actve Substance = Ar Baku untuk Ar mnum

Logam berat merupakan logam terlarut Nla d atas merupakan batas maksmum, kecual untuk pH dan DO Bag pH merupakan nla rentang yang tdak boleh kurang atau lebh dar nla yang tercantum Nla DO merupakan batas mnmum Art (-) d atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tdak dpersyaratkan Tanda adalah lebh kecl atau sama dengan Tanda < adalah lebh kecl

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 37

C. BAKU MUTU Ar lmbah yang dbuang ke ar atau sumber ar dar ndustr kayu laps mengacu standar nasonal yatu Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor Kep51/MENLH/X/1995 tentang Baku Mutu Lmbah Car untuk Industr Kayu Laps Lampran B.XIII : KADAR MAKSIMUM (mg/L) 75 125 50 0,25 4 6,0 9,0 0,30 m3 per ton produk kayu lapis BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/m3 produk) 2,.5 37,5 15 0,08 1,2

PARAMETER BOD5 COD TSS Fenol Amonia Total, sebagai N pH Debit Limbah Maksimum

Sedangkan untuk daerah terdapat beberapa provns yang telah memlk baku mutu sendr mengacu pada peraturan tersebut. Baku mutu daerah yang akan dgunakan sebaga acuan penaatan d daerah masng-masng dsajkan secara rnc pada Tabel 4 untuk Baku Mutu Konsentras atau Kadar Maksmum dan Tabel 5 untuk Baku Mutu Beban Maksmum.

38 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Baku Mutu Konsentrai Maksimum Pada Beberapa Provinsi PARAMETER COD JATENG (Perda Jateng No.10 Tahun 2004) 125 JATIM (SK Gub No.45 Tahun 2002) 125 125 250 60 100 100 150 4 0,25 1,0 0,01 50 4 0,25 6-9 6-9 6-9 6-9 10 0,3 2,8 KALTIM (SK Gub No.26 Tahun 2002) KALBAR (SK Gub No.334 Tahun 1994) KALSEL (SK Gub No.58 Thun 1994) 50 4 0,25 6-9 0,3 TSS NH3-N FENOL Total pH FORMAL DEHIDE DEBIT -

PROVINSI

BOD

RIAU

-

BANTEN

-

75

75

100

100

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 39

30

Tabel d atas menunjukkan bahwa tdak semua provns mempunya baku mutu tersendr, baku mutu yang telah dtetapkan d beberapa provns tersebut sebagan besar mempunya nla yang sama dengan baku mutu nasonal. Untuk provns yang belum menetapkan Baku Mutu, maka analss ketaatan ndustr kayu laps d kawasan tersebut dlakukan dengan mengacu baku mutu nasonal. Tabel dsampng menunjukkan bahwa tdak semua provns yang telah menetapkan Baku Mutu Kadar Maksmum Ar Lmbah yang dapat dbuang ke badan ar telah menetapkan juga Baku Mutu Beban Maksmum yang dperbolehkan dbuang ke badan ar. Sebaga contoh hal tersebut terjad d Provns Jawa Tmur. Pada konds sepert n, analss beban pencemaran d provns yang bersangkutan tdak dlakukan dan hanya dlakukan analss beban pencemaran skala nasonal. 2. Pengendalian Pencemaran Udara A. DASAR HUKUM Dalam pengendalan pencemaran udara yang menjad dasar hukum adalah : a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lngkungan Hdup b. Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor Kep-13/ MENLH/III/1995 tentang Baku Mutu Ems Sumber Tdak bergerak c. Peraturan Pemerntah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalan Pencemaran Udara d. Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor : Kep-48/ MENLH/XI/1996 Tentang Baku Tngkat Kebsngan e. Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor : Kep-49/ MENLH/XI/1996 Tentang Baku Tngkat Getaran f. Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor : Kep-50/ MENLH/ XI/1996 Tentang Baku Tngkat Kebauan g. Peraturan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor: 7 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Ems Sumber Tdak Bergerak Bag ketel Uap40 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Baku Mutu Beban Maksimum Pada Beberapa Provinsi PARAMETER COD JATENG (Perda Jateng No.10 Tahun 2004) 37,5 15 1,2 0,08 6-9 0,3 TSS NH3-N Fenol Total pH DEBIT -

PROVINSI

BOD

RIAU

-

BANTEN

-

22,5

JATIM

-

KALTIM (SK Gub No.26 Tahun 2002) 0,045 0,03 0,0012 0,000075 6-9 0,003 -

0,03

KALBAR (SK Gub No.334 Tahun 1994) 0,70 0,28 2,8 6-9 2,8 -

0,28

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 41

KALSEL

-

B.

PERSYARATAN DAN KEWAJIBAN a. Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor : Kep-13/MENLH/ III/1995 Tentang Baku Mutu Ems Sumber Tdak Bergerak No. Uraian Persyaratan dan atau Kewajiban Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas maksimum emisi yang diperbolehkan dimasukkan kedalam lingkungan (1) Menteri menetapkan baku mutu emisi untuk kegiatan di luar jenis kegiatan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) (2) Selama baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berlaku baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam lampiran V keputusan ini Pasal

1

Pasal 1 butir 1

2

Pasal 3

3

Apabila AMDAL bagi kegiatan mensyaratkan baku mutu emisi yang lebih ketat dari baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini, maka untuk kegiatan tersebut ditetapkan baku mutu emisi sebagaimana disyaratkan oleh analisis mengenai dampak lingkungan

Pasal 6

Berdasarkan Keputusan Menter KLH No. KEP.13/MEN LH/III/1995, setap penanggung jawab jens kegatan wajb : Membuat cerobong ems yang dlengkap dengan sarana pendukung dan alat pengaman Memasang alat ukur pemantauan yang melput kadar dan laju alr volume untuk setap cerobong ems yang terseda serta alat ukur arah dan kecepatan angn; Melakukan pencatatan haran hasl ems yang dkeluarkan dar setap cerobong ems Menyampakan laporan hasl pemerksaan sebagamana dmaksud

42 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

dalam huruf (c) kepada Gubernur dengan tembusan Kepala Badan sekurang-kurangnya sekal dalam 3 (tga) bulan Melaporkan kepada Gubernur serta Kepala Badan apabla ada kejadan tdak normal dan atau dalam keadaan darurat yang mengakbatkan baku mutu ems dlampau.

b. Peraturan Pemerntah Republk Indonesa Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalan Pencemaran Udara

No.

Uraian Persyaratan dan atau Kewajiban Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang mengeluarkan emisi dan atau gangguan ke udara ambient wajib: a. menaati baku mutu udara ambient, baku mutu emisi, dan baku tingkat gangguan yang ditetapkan untuk usaha dan atau kegiatan yang dilakukan b. melakukan pencegahan dan atau penanggulangan pencemaran udara yang diakibatkan oleh usaha dan atau kegiatan yang dilakukannya c. memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat dalam rangka upaya pengendalian pencemaran udara dalam lingkup usaha dan atau kegiatannya Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yang mengeluarkan emisi dan atau gangguan wajib memenuhi persyaratan mutu emisi dan atau gangguan yang ditetapkan dalam izin melakukan usaha dan atau kegiatan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pasal

1

Pasal 21

2

Pasal 22

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 43

3

Setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL dilarang membuang mutu emisi melampaui ketentuan yang telah ditetapkan baginya dalam izin melakukan usaha dan atau kegiatan Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara dan atau gangguan wajib melakukan upaya penanggulangan dan pemulihan Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dari sumber tidak bergerak yang mengeluarkan emisi wajib menaati ketentuan baku mutu udara ambient, baku mutu emisi dan baku tingkat gangguan Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dari sumber tidak bergerak yang mengeluarkan gangguan wajib menaati ketentuan baku tingkat gangguan Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib: a. mengizinkan pengawas memasuki lingkungan kerjanya dan membantu terlaksananya tugas pengawasan tersebut b. memberikan keterangan dengan benar baik secara lisan maupun tertulis apabila hal itu diminta pengawas c. memberikan dokumen dan atau data yang diperlukan oleh pengawas d. mengizinkan pengawas untuk melakukan pengambilan contoh udara ambient dan atau lainnya yang diperlukan pengawas e. mengizinkan pengawas untuk melakukan pengambilan gambar dan atau melakukan pemotretan di lokasi f. kerjanya

Pasal 23

4

Pasal 25 (1)

5

Pasal 30 (1)

6

Pasal 39 (1)

7

Pasal 48

44 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

8.

Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan pengendalian pencemaran udara yang telah dilakukan kepada instansi yang bertanggung jawab, instansi teknis dan instansi terkait lainnya Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari upaya pengendalian pencemaran udara dan atau gangguan dari sumber tidak bergerak yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dibebankan kepada penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang mengakibatkan terjadinya pencemaran udara wajib menanggung biaya penanggulangan pencemaran udara serta biaya pemulihannya

Pasal 50

9.

Pasal 52

10.

Pasal 54

c.

Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor : Kep-48/MENLH/XI/1996 Tentang Baku Tngkat Kebsngan

No.

Uraian Persyaratan dan atau Kewajiban Apabila AMDAL bagi kegiatan mensyaratkan baku tingkat kebisingan lebih ketat dari baku tingkat kebisingan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini, maka untuk kegiatan tersebut ditetapkan baku mutu emisi sebagaimana disyaratkan oleh analisis mengenai dampak Lingkungan

Pasal

1.

Pasal 5

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 45

2.

(1) Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib: a. mentaati baku tingkat kebisingan yang telah dipersyaratkan b. memasang alat pencegahan terjadinya kebisingan c. menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat kebisingan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur, Menteri, Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan dan instansi teknis yang membidangi kegiatan yang bersangkutan serta instansi lain yang dipandang perlu (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicantumkan delam izin yang relevan untuk mengendalikan tingkat kebisingan dari setiap usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan

Pasal 6 (1) & (2)

d. Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor : Kep-49/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tngkat Getaran No. Uraian Persyaratan dan atau Kewajiban Apabila AMDAL bagi uasaha ataukegiatan mensyaratkan baku tingkat getaran lebih ketat dari baku tingkat getaran sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini, maka untuk kegiatan tersebut ditetapkan baku mutu emisi sebagaimana disyaratkan oleh analisis mengenai dampak lingkungan Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib: a. mentaati baku tingkat getaran yang telah dipersyaratkan b. memasang alat pencegahan terjadinya getaran c. menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat getaran sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur, Menteri, Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan dan instansi teknis yang membidangi kegiatan yang bersangkutan serta instansi lain yang dipandang perlu Pasal

1.

Pasal 5

2.

Pasal 6

46 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

e. Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor : Kep-50/MENLH/XI/1996 Tentang Baku Tngkat Kebauan No. Uraian Persyaratan dan atau Kewajiban Apabila AMDAL bagi kegiatan mensyaratkan baku tingkat kebauan lebih ketat dari baku tingkat kebauan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini, maka untuk kegiatan tersebut ditetapkan baku mutu emisi sebagaimana disyaratkan oleh analisis mengenai dampak lingkungan Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib: a. mentaati baku tingkat kebauan yang telah dipersyaratkan b. memasang alat pencegahan terjadinya kebauan c. menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat kebauan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur, Menteri, Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan dan instansi teknis yang membidangi kegiatan yang bersangkutan serta instansi lain yang dipandang perlu Pasal

1

Pasal 4

2

Pasal 5

C. BAKU MUTU EMISI Baku mutu yang dterapkan untuk ndustr kayu laps adalah baku mutu pada lampran V-B Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor Kep-13//MENLH/ III/1995 tentang Baku Mutu Ems untuk Jens Kegatan Lan sebaga berkut :

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 47

PARAMETER Bukan Logam 1. Ammonia (NH3) 2. Gas Klorin (Cl2) 3. Hidrogen Klorida (HCl) 4. Hidrogen Fluorida (HF) 5. Nitrogen Oksida (NO2) 6. Opasitas 7. Partikel 8. Sulfur Dioksida (SO2) 9. Total Sulfur Tereduksi (H2S) Total Reduced Sulphur Logam 10.Air Raksa (Hg) 11.Arsen (As) 12.Antimon (Sb) 13.Kadmium (Cd) 14.Seng (Zn) 15.Timah Hitam (Pb)

BATAS MAKSIMUM (mg/m3)

0,5 10 5 10 1000 30 % 350 800 35

5 8 8 8 50 12

48 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

D. BAKU TINGKAT KEBISINGAN Baku Tngkat Kebsngan yang dterapkan untuk ndustr kayu laps adalah baku tngkat kebsngan pada lampran I Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor Kep-48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tngkat Kebsngan sebaga berkut : Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan PERUNTUKAN KAWASAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Perumahan dan Pemukiman Perdagangan dan Jasa Perkantoran dan Perdagangan Ruang Terbuka Hijau Industri Pemerintahan dan Fasilitas Umum Rekreasi Khusus Bandar udara Stasiun Kereta Api Pelabuhan Laut Cagar Budaya DI LINGKUNGAN KEGIATAN 1. 2. 3. Rumah Sakit atau sejenisnya Sekolah atau sejenisnya Tempat ibadah atau sejenisnya 55 55 55 55 70 65 50 70 60 70 Tingkat Kebisingan dB (A)

70 60

E. BAKU TINGKAT KEBAUAN Baku Tngkat Kebauan yang dterapkan untuk ndustr kayu laps adalah baku Tngkat Kebauan pada lampran Keputusan Menter Negara Lngkungan Hdup Nomor Kep-50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tngkat Kebauan sebaga berkut :

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 49

Bau dari Odoran Tunggal

No ppm ppm 0.002 Absorpsi gas 2.0 Metoda Indofenol Spektrofotometer Gas Khromatograf

Parameter

satuan

Nilai Batas Peralatan

Metoda Pengukuran

1.

Amoniak (NH3)

2.

Metil Merkaptan (CH3 SH) ppm 0.02 a. merkuri tiosianat b. Absorpsi gas Absorpsi gas Absorpsi gas

50 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

3.

Hidrogen Sulfida (H2 S) ppm ppm 0.1 0.01

Spektrofotometer Gas Khromatograf Gas Khromatograf Gas Khromatograf

4.

Metil Sulfida (CH3)2)S

5.

Stirena (C6H5CHCH2)

BAB VI

PRODUKSI BERSIH

Penngkatan efisens proses produk, daur ulang dan pola konsums yang berkatan dengan penggunaan energ dan bahan merupakan kunc pertama dalam operasonal konsep produks bersh. Dalam produks bersh, penngkatan efisens dapat berupa housekeepng yang bak, sepert mencegah tumpahan atau kebocoran serta manajemen bahan yang lebh sempurna. Selan tu, ada kalanya teknolog proses perlu dkaj ulang, sehngga tercapa efisens bahan dan energ dalam proses produks. Efisens produks dapat dtngkatkan melalu penerapan prnsp-prnsp reuse dan recycling dalam daur ulang produk. Ar yang telah dpaka dalam unt proses tertentu, mash dapat dmanfaatkan dalam unt proses lannya. Mengngat ar maupun peralatan pengolah lmbah semakn mahal, maka ar buangan yang dpaka ulang lebh murah jka dbandngkan dengan mengolah lmbah car lalu dbuang ke sunga (Ernngpraja, 2001). Empat cara untuk lebh mengoptmalkan pemanfaatan produk bekas, yatu : 1) Reuse : memperpanjang pemanfaatan produk bekas melalu upaya pembershan, pencucan atau sterlsas, 2) Repair : memperbak barang dan alat yang mengalam kerusakan, tdak berfungs atau knerjanya kurang, 3) Reconditioning atau remanufacturing : memulhkan produk ke konds prmanya melalu penggantan komponen tertentu, 4) Recycling : mendaur ulang

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 51

produk bekas sebaga masukan pada proses produks tertentu (Ernngpraja, 2001). Produks bersh pada ndustr kayu laps dapat dlakukan pada hampr tap proses produks. Rekomendas produks bersh dalam upaya penngkatan nla tambah kayu pernah drekomendaskan oleh Indonesan Cleaner Industrial Production program (ICIP) pada tahun 1998 yang dapat dlhat pada Tabel berkut . Tabel 19. Produksi bersih industri kayu lapis (ICIP, 1998)

Unit Operasi 1. Penanganan Kayu Gelondongan 2. 3. 4. 1. 2. 3.

Tindakan dan manfaat peningkatan nilai tambah kayu Mengurangi transportasi kayu gelondongan untuk menghemat bahan bakar Menyemprotkan air terhadap kayu gelondongan baik pada waktu penimbunan di base camp, penghanyutan dan penyimpanan di area pabrik. Menyimpan kayu gelondongan diatas balok penyangga / hamparan agar tidak kotor dan lapuk oleh air. Menerapkan sistem First In First Out (FIFO) Memperbaiki penanganan dan pemanfaatan serbuk kayu agar tidak mengotori lingkungan Modifikasi pengganjal yang berfungsi untuk mengangkat kayu gelondongan pada saat dipotong Manfaatkan ujung-ujung kayu sebagai bahan bakar boiler atau dijual dalam bentuk chips Merebus balok sebelum dikupas untuk memperlunak kayu dan mempermudah pengupasan Menjaga suhu dan Ph air di dalam kolam rebusan supaya tetap dan mempertahankan agar semua bagian balok tercelup di dalam air selama perebusan Memfungsikan kembali soft-stop yang ada pada mesin kupas agar balok dapat dikupas secara sempurna Memasang X-Y Charger untuk menentukan titik pusat spindle supaya pengupasan sempurna Memasang atau memfungsikan kembali powered back up roll

Pemotongan kayu Gelondongan ( Log )

1. Perebusan Balok 2.

1. Pengupasan log 2. 3.

52 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Pengasahan Pisau

Menyetel dan menjaga pengasah yang bekerja pada permukaan pisau untuk didapat sudut yang benar. 1. 2. 3. Memperbaiki atau mengganti scanner agar veener yang masih memenuhi kriteria tidak terbuang Meningkatkan pemeliharaan mesin Melatih pegawai untuk mengoperasikan mesin pemotong Memperbaiki atau mengganti bafle, gerendel, dan gasket pada pintu mesin pengering supaya pengeringan sempurna Menutup pembatas ruangan antara pada mesin pengering supaya pengeringan dapat dilakukan secara sempurna. Memasang Ac detector dan PLC untuk mengatur kecepatan pengeringan agar pengeringan sempurna Mengelompokkan veener dengan berdasarkan Mcnya Lebih sering memonitor temperatur mesin pengering untuk menjamin temperaturnya memenuhi syarat Memodifikasi ducting untuk udara dingin agar veener yang keluar tidak menggelembung atau robek Meningkatkan kapasitas pendinginan agar veener yang keluar tidak menggelembung Memperbaiki dan mengganti steam coil pada mesin pengering agar terjadi efisiensi uap.

Pemotongan dan penyambungan Veener

1. 2. Pengeringan 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Core Builder Gluing

Meningkatkan penggunaan core veener 1. 2. 1. 2. Menggunakan debu kayu pada formulasi lem Memasang baffle pada alat pencampur lem agar perekat tercampur sempurna Memasang pengatur otomatis untuk damper untuk mengukur jumlah pembakaran Memonitor kualitas akan meningkatkan perlakuan terhadap air umpan boiler. Memonitor pemanaatan kayu dan produksi pada semua unit operasi Mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi dan peluang baru untuk pemanfaatan kayu dan limbah kayu Memanfaatkan core pengupasan untuk membuat produk yang laku jual.

Pengoperasian Boiler

1. Pemanfaatan Kayu 2. 3.

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 53

Rekomendas yang dpaparkan oleh ICIP merupakan rekomendas yang mengacu pada pendekatan lngkungan. Hal n sangat berkatan dengan ekoefisens. Penngkatan knerja ndustr kayu laps dapat juga dlakukan dengan strateg pendekatan ekoefisens. Salah satu dasar elemen ekoefisens adalah teknk manajemen. Teknk manajemen selan produks bersh, end of ppe, juga dapat berupa sstem manajemen lngkungan dan envronmental assessment. Dengan menggabungkan antara produks bersh dan ekoefisens pada ndustr kayu laps dapat menngkatkan knerjanya. Ekoefisens pada ndustr kayu laps berdasarkan Nurendah (2006) dapat dlhat pada Tabel sebag berkut : Tabel 20. Produksi bersih industri kayu lapis (ICIP, 1998)Alternatif strategi Program 1. Mendapatkan bahan baku melalui proses penyortiran terlebih dahulu agar sesuai dengan kebutuhan pabrik 2. Optimalisasi penggunaan bahan dengan keseimbangan dengan bahan neraca kayu 1. Pengunaan mesin rotary kecil dapat mengupas kayu dengan ukuran kecil, sampai sekecil kayu dengan diameter 145 cm dan menyisakan bagian inti kayu dengan diameter 6-8 cm sehingga menghasilkan limbah yang sedikit. 2. Menggunakan metode antrian pada proses produksi 1. Memanfaatkan limbah kayu untuk bahan bakar boiler (dibandingkan dengan menggunakan solar) 2. Memanfaatkan limbah kayu untuk blockboard 3. Memanfaatkan limbah kayu untuk balok laminasi 4. Memanfaatkan limbah kayu untuk kerajinan

Bahan baku

Teknologi

Recycle (mengolah ulang)

54 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN BAB VII KESEHATAN KERJA (SMK3)

Secara umum, pelaksanaan knerja ndustr berjalan semakn menngkat dengan adanya dukungan perangkat-perangkat Sstem Manajemen Lngkungan yang berupa Sstem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3) dan penerapan produks bersh (Cleaner producton). Sstem Manajemen Keselamatan kerja (SMK3) merupakan hal pentng yang harus dperhatkan dalam suatu ndustr. Beberapa prosedur SMK3 yang dapat dlakukan pada ndustr kayu laps antara lan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pennjauan ulang dentfikas potensal bahaya & resko sesua daerah bahaya Identfikas ulang pengaman / proteks mesn dar modfikas proses mesn Program penyuluhan rutn tentang pelaksanaan K3 Melakukan pelathan & lomba tentang K3 Melengkap sertfikas kelayakan mesn produks sesua peraturan perundangan Melengkap (SIO) sertfikat jn operas pelaksanaan tugas khusus untuk operator Menerapkan program nhl keselamatan kesehatan kerja ( Zero Accident ) Melakukan pemerksaan / patrol terhadap unsafe action &

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 55

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

21.

22.

unsafe condition dalam keselamatan kerja lngkungan ndustr d semua bagan Pengawasan area rawan kebakaran d dalam & d luar pabrk Menyedakan sarana kesehatan Pemerksaan kesehatan karyawan secara berkala Menyedakan sarana polklnk untuk nternal dan untuk eksternal dlayan dokter yang dtunjuk perusahaan Member bantuan baya pengobatan bag karyawan Penggantan srne pemadam kebakaran ( APAR / hydrant ) Pembuatan rambu bahaya area rawan kecelakaan Melakukan smulas / pelathan TKTD area rawan kebakaran / ledakan serta B3. Pemasangan tanda petunjuk APAR yang rusak Pemerksaan konds tabung APAR secara rutn Perawatan & perbakan mesn-mesn produks secara berkala Mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan terjadnya kebakaran antara lan dengan cara: Pembershan ducting secara rutn, perawatan mesn sesua ketentuan karena adanya gesekan psau scraft jont dengan body dapat menmbulkan perckan ap jka banyak sampah dapat menmbulkan kebakaran Lebh memperhatkan proses penggantan psau pada mesn potong pembershan cerobong ducting dlakukan secara rutn karena dengan adanya gesekan psau dengan panel plywood jens kayu keras & cerobong ductng dengan konds banyak sampah dapat menmbulkan kebakaran. Karyawan berusaha untuk menghndar tndakan-tndakan berbahaya, sepert : Mengoperaskan mesn tanpa wewenang Mengoperaskan dengan kecepatan berlebhan Membuat alat penyelamat tdak berfungs Menggunakan alat yang tdak berfungs Menggunakan alat secara tdak tepat guna Pemuatan / pembongkaran / penempatan yang tdak sesua Menservs alat yang berputar Tdak paka APD ( Alat Pelndung Dr ) Karyawan berusaha untuk menghndar konds / keadaan berbahaya, sepert : Alat penyelamat yang tdak berfungs / tdak ada Alat perkakas, bahan rusak / tdak sempurna Bahaya kebakaran & peledakan Konds udara berbahaya terhadap gas, debu, uap, panas

56 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Kebsngan tngg Pancaran radas Ilumnas dan ventlas kurang

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 57

BAB VIII COMMUNITY DEVELOPMENT

Meskpun stlah Community Development (Comdev) telah menjad wacana publk, namun belum dlaksanakan sesua harapan. Pengertan tentang ComDev yang sebenarnya adalah pemberdayaan masyarakat secara aktf dengan memperhatkan potens masng-masng wlayah untuk menngkatkan kemampuannya, sehngga mereka mampu mengdentfikas permasalahan yang ada, menggal potens yang dmlk, dan menganalss berbaga kekuatan dan kelemahannya. Pengertan Comdev tersebut serngkal rancu dengan pengertan yang berkembang tentang Community Relation. Communty Relaton tu sendr adalah kegatan yang sfatnya lebh banyak pada nat Perusahaan untuk membna hubungan bak dengan masyarakat sektar dan belum sampa pada tahap pembnaan masyarakat untuk mandr secara aktf (salah satu contohnya adalah sumbangan-sumbangan yang dlakukan oleh ndustr). Banyak perusahaan yang telah melakukan kegatan sosal namun mash sebatas Community Relation termasuk beberapa kegatan berkut yang dlakukan oleh sebagan ndustr plywood: A. Turut aktf dalam kegatan penghjauan yang melbatkan masyarakat sepert dalam hal penyedaan bbt tanaman B. Membantu fasltas sosal budaya masyarakat sektar msalnya dengan pemberan bantuan dalam bentuk dana rutn dan non rutn untuk pembangunan daerah sektar pabrk58 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

C. Bekerjasama dengan aparat kepolsan untuk keamanan pabrk dan lokas daerah sektarnya D. Membuka peluang usaha sebaga rekanan kerja utnuk masyarakat yang dlakukan sesua kebutuhan E. Mengembangkan koperas karyawan, sepert: memberkan kesempatan untuk mengelola lmbah F. Memberkan prortas kesempatan kerja bag masyarakat sektar lokas ndustr untuk penermaan karyawan tetap G. Memberkan kesnambungan kerja, sepert: mengupayakan karyawan haran lepas menjad karyawan tetap H. Memberkan upah mnmum standar (UMR) I. Memberkan kesempatan berusaha jasa bag penduduk d sektar lokas ndustr J. Pemberan fasltas ar bersh dan lstrk d sektar lokas pabrk K. Memnmalkan konflk sosal, sepert: Membuka jalur dalog dengan masyarakat sektar Pertemuan nformal antara masyarakat sektar perusahaan (ketua rt, tokoh masyarakat) Mengupayakan penyelesaan sengketa dengan cara musyawarah dbantu dengan koordnas phak yang berwenang Sosalsas upaya-upaya perusahaan pada masyarakat Mengupayakan pelbatan masyarakat dalam kegatan montorng Melakukan program penyuluhan lngkungan, ketramplan Pembuatan tempat sampah untuk masyarakat sektar lngkungan perusahaan Untuk mengembangkan konsep Pemberdayaan terdapat beberapa komponen yang harus dbangun antara lan : 1) Konds d tngkat lokal harus dperkuat, tmbulkan kreatvtas dar masyarakat dengan membangun suatu forum untuk berkomunkas guna menampung aspras atau kapastas mereka. 2) Penngkatan kemampuan masyarakat tu sendr melalu penddkan, pelathan, magang, dan lan-lan. 3) Peralatan berkomunkas dalam membangun suatu jejarng untuk mendapatkan dukungan sosal poltk sehngga masyarakat dapat berpartspas dengan bak.Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 59

Proses pemberdayaan masyarakat n berttk tolak untuk memandrkan masyarakat agar dapat menngkatkan taraf hdupnya, mengoptmalkan sumberdaya setempat (SDA dan SDM) serta dharapkan akan dkembangkan lebh jauh pola pkr yang krts dan sstemats. Dengan kata lan, ComDev harus berangkat dar rencana pengembangan wlayah tu sendr dan tdak dpengaruh oleh vs dan ms perusahaan.

60 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 61

62 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood

Daftar Pustaka[ICIP] Indonesan Cleaner Industral Producton program. 1998. kajan Produks bersh pada ndustr kayu laps Jakarta. Ernngpraja, L. 2001. Rancang Bangun Model Produks bersh Kebun Kelapa Sawt. Stud Kasus d Kebun Kelapa Sawt Kertajaya, banten dan kebun Kelapa Sawt Bah Jamb, Sumatera Utara. Dsertas. Program Pasca Sarjana-IPB, Bogor Tm Tekns Perencana IPAL Barstand Indag Semarang. 2004. Petunjuk Prakts Pengoperasan IPAL PT. Kayu Laps Indonesa. Hasl Kerjasama antara PT. Kayu Laps Indonesa dengan Bala Rset dan Standardsas Industr dan Perdagangan Semarang. Anonm. 2006. Profil PT. Wjaya Tr Utama Plywood Industry. PT. Wjaya Tr Utama Plywood Industry, Banjarmasn. Lasr, U. 2006. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan Lngkungan PT. Kayu Laps Indonesa Tr Wulan Ke II Tahun 2006. PT. Kayu Laps Indonesa, Kendal. Nurendah, Y. 2006. Strateg Penngkatan Knerja Industr Kayu Laps Melalu Pendekatan Ekoefisens. Dsertas. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor. Sukamto. 2006. SMK 3 dan Pengelolaan Lngkungan (ISO 14001). PT. Sumalndo Lestar Jaya Tbk. Loa Janan Samarnda.

Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood 63

64 Panduan Prakts Pengelolaan Lngkungan Industr Plywood