panduan praktikum farmako

23
Panduan Praktikum Preparat obat Dermatologi dan Ophthalmologi Oleh Enny Kusumastuti Blok 15 Fakultas Kedokteran

Upload: zailabadi

Post on 27-Oct-2015

236 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

farmako

TRANSCRIPT

Page 1: Panduan Praktikum farmako

Panduan Praktikum

Preparat obat Dermatologi dan Ophthalmologi

Oleh Enny Kusumastuti

Blok 15Fakultas KedokteranUniversitas Sriwijaya

Page 2: Panduan Praktikum farmako

Pembagian grup :

1. Blok 15 Indralaya (3 grup) : L1, L2 dan L3

2. Blok 15 Bukit (3 grup) : B1, B2 dan B3

Waktu praktikum :

1. Blok 15 Indralaya : 8 Desember 2009

2. Blok 15 Bukit : 10 Desember 2009

Materi praktikum :

1. Preparat obat dermatologi : a. Solutio

b. Unguentum

c. Krim

2. Preparat obat ophthalmologi : a. Obat tetes mata

Tugas mahasiswa :

1. Membuat obat sesuai tugas

2. Membuat laporan hasil pembuatan obat ( setiap mahasiswa)

Bahan pretes dan postes :

1. Medicines preparation for special sensory organs system (IT)

2. Panduan praktikum

LARUTAN (solutio)

Yang dimaksud dengan bentuk sediaan larutan adalah suatu sediaan yang

mengandung bahan obat terlarut, dalam pelarut air atau sebagian besar air dengan

cairan lain. Larutan harus jernih. Solutio adalah larutan dari satu macam zat dalam

pelarut. Apabila bahan obat terlarut lebih dari satu maka sediaan disebut mikstura.

ISTILAH KELARUTAN

Keterangan Jumlah bagian yang diperlukan untukmelarutkan 1 bagian bahan

Sangat mudah larut Mudah larutLarutAgak sukar larutSukar larutSangat sukar larutPraktis tidak larut

Kurang dari 11 – 10

10 – 3030 – 100

100 – 10001000 – 10.000

lebih dari 10.000

Page 3: Panduan Praktikum farmako

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan sediaan larutan :

a. Pembawa yang umum digunakan adalah air yang telah dimasak dan/atau

disuling.

b. Kelarutan bahan obat harus diketahui. Apabila bahan obat tidak larut dalam

pembawa air maka bahan obat diganti bentuk lainnya yang larut misal : bentuk

garamnya atau ester. Dalam hal ini sediaan dapat dibuat dalam bentuk eliksir

dengan pembawa campuran air dan pembawa organik (alkohol, gliserin).

c. Bahan obat berkhasiat keras dilarutkan terpisah kemudian baru dicampur,

kecuali jika ada prosedur lain yang dapat meningkatkan kelarutan bahan obat

tersebut. Misal : coffein dengan natrium benzoat; kloramfenikol dengan dapar

borat.

d. Bahan-bahan yang mudah menguap ditimbang dan ditambahkan terakhir.

e. Larutan harus jernih dan bebas partikel, bila perlu disaring.

Mikstura adalah larutan yang mengandung zat berkhasiat lebih dari satu dalam pelarut,

misal: Solutio Magnesii Citratis ( mengandung 20% Magnesium citras).

Tugas praktikum :

1. Solutio Permanganas Kalicus 1‰ 50 ml 2. Solutio Acidi Salicylici 0.5% 50 ml 3. Asam aslisilat 0.5%, camphora 2%, buat solutio ad 40 ml4. Solutio asam borat 3% 30 ml 5. Solutio Camphorae Spirituosa 50 ml

SUSPENSI

Yang dimaksud dengan sediaan suspensi adalah suatu sediaan cair yang

mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam

cairan pembawa. Bahan yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat

mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali.

Sediaan suspensi dapat dipakai untuk penggunaan oral maupun topikal. Untuk

pemakaian luar disebut LOTIO.

Page 4: Panduan Praktikum farmako

Pada pembuatan sediaan suspensi ditambahkan suatu bahan pensuspensi yang

berfungsi untuk menstabilkan dispersi padat dalam cair.

Bahan pensuspensi yang sering digunakan adalah : Gom Arab 1-2% , Tragakan 1-2%,

Metilselulosa 0,5-2%, Bentonit 2%, Karboksimetilselulosa natrium 0,5-2%

Teknik pembuatan suspensi ada dua cara:

1. Bahan suspensi dibuat mucilago dengan sejumlah 10 kali jumlah bahan

pensuspensi. Bahan-bahan dapat dicampur dengan mucilago bahan suspensi

dan digerus sampai terbentuk pasta yang homogen. Kemudian ditambahkan

pembawa sedikit demi sedikit.

2. Bahan-bahan padat dan serbuk bahan pensuspensi digerus homogen, kemudian

ditambahkan air sedikit demi sedikit sampai terbentuk pasta yang baik setelah

terbentuk pasta, sisa air ditambahkan sedikit demi sedikit.

Salep (unguentum).

Salep adalah gel dengan perubahan bentuk plastis, digunakan untuk kulit sehat, sakit

atau terluka atau pada selaput lendir (hidung, mata). Sediaan salep mengandung bahan

obat yang terlarut (salep larutan) atau bahan obat yang tersuspensi (salep suspensi)

dalam dasar salep.

Menurut daya terapinya, salep dapat dibagi sebagai berikut:

a. Salep epidermik : yaitu salep yang dimaksudkan bekerja hanya pada permukaan

kulit dengan efek lokal. Pada umumnya digunakan sebagai pelindung, antiseptik,

adstringensia dan parasitisida. Dasar salep yang digunakan adalah vaselin.

b. Salep endodermik : yaitu salep yang dimaksudkan untuk melepaskan obat agar

memasuki kulit, tetapi tidak menembus kulit, sebagian diserap dan bersifat sebagai

emollientia, stimulantia dan lokal irritant. Dasar salep yang digunakan adalah minyak

tumbuhan dan minyak alami.

c. Salep diadermik : yaitu salep yang dapat melepaskan obat menembus kulit dan

menimbulkan efek konstitusi. Salep diadermik hanya untuk pemakaian khusus

misal: bahan obat berupa senyawa raksa, iodida, belladona. Dasar salep yang baik

adalah: lanolin, adeps lanae, oleum cacao.

Page 5: Panduan Praktikum farmako

Menurut dasar salepnya, terdapat 2 jenis salep:

I. Salep hidrofob : yaitu salep dengan dasar berlemak, mengandung campuran

lemak, minyak, malam dan tidak dapat dicuci dengan air. Contoh: salep

benzocaina FI.

II. Salep hidrofil : yaitu salep dengan dasar salep emulsi w/o atau o/w, mempunyai

daya serap air cukup besar. Salep jenis ini lebih mudah dicuci dengan air,

terutama dasar salep o/w.

Empat cara yang harus diperhatikan pada pembuatan salep yaitu:

Cara 1: Bahan-bahan yang larut dalam campuran lemak yang tersedia, dilarutkan di dalamnya dan jika perlu dilakukan dengan pemanasan (penghangatan). Pada umumnya kelarutan bahan-bahan obat yang ditambahkan dalam salep lebih

besar dalam minyak lemak daripada dalam vaselin. Cara melarutkan dengan bahan

dasar minyak yaitu dengan menggerusnya dalam mortir, sedangkan dalam vaselin

dihangatkan terlebih dulu. Contoh: kamfer, menthol, fenol, guaiakol dapat dilarutkan

dengan mudah dengan jalan menggerusnya dalam mortir dengan suatu minyak, apabila

dilarutkan dengan vaselin maka mortir harus dihangatkan terlebih dahulu.

Cara 2 : Bahan-bahan yang mudah larut dalam air, jika tidak diberikan petunjuk lain, maka terlebih dahulu dilarutkan dalam air yang mana jumlah air yang digunakan untuk melarutkan dapat diserap oleh jumlah campuran lemak yang ada. Banyaknya air yang dipakai dikurangkan dari jumlah campuran lemak yang ada.

Pada cara 2 ini terdapat pengecualian yaitu AgNO3 walaupun larut dalam air,

tetapi dalam salep tidak dilarutkan dalam air karena bahan tersebut bersifat oksidator,

merusak zat-zat organik dan menghitamkan kulit.

Daya serap air dari dasar salep :

100 bagian dasar salep air gliserin spir. dil.

Adeps lanae 180-220 120-140 30-40Lanolin 110-140 ± 60 22-35Vaselin flavum 10-40 20-100 8-15 Vas flav + 5% cera flava 24-60 ± 55 12-25Vas flav + 5% adeps lanae 100-140 ± 110 20-25Vaselin album 10-40 20-90 15-20Vas alb + 5% cera flava 40-75 ± 60 5-10Vas alb + 5% adeps lanae 80-120 ± 150 10-15

Page 6: Panduan Praktikum farmako

Kelarutan zat-zat dalam vaselin album :

Acidum salicylicum 0.03-0.06% Naphtholum 0.1-0.13%Camphora 14-25% Phenolum 0.5-0.75%Iodium 0.8-1% Sulfur praecipitatum 0.25-0.5%Mentholum 18-20% Thymolum 5.8-6%

Cara 3: Bahan-bahan yang sukar atau tidak cukup melarut dalam lemak dan air,

mula-mula diserbuk dan diayak dengan ayakan B-40. Pada pembuatan salep,

bahan padat dicampur dengan setengah atau sama dengan bobot lemak, jika

perlu lemak dicairkan lebih dahulu kemudian sisa lemak ditambahkan sedikit

demi sedikit.

Pada cara ini yang sering dilupakan adalah bahan padat tidak diayak dan

pemakaian lemak untuk melarutkan terlalu banyak, sehingga salep yang terbentuk

mengandung butir-butir. Apabila terjadi demikian maka dapat diperbaiki dengan cara

mencairkan salep, apabila bahan-bahan tahan panas, kemudian diaduk sampai dingin.

Contoh bahan: ZnO, sulfonamida, kalomel.

Cara 4 : Jika salep dibuat dengan jalan mencairkan, maka campuran harus diaduk sampai dingin.

Salep yang dibuat dengan cara ini disebut salep lebur, terutama bila mengandung

dasar salep campuran. Contoh dasar salep campuran: 1. vaselin dengan adeps lanae

2. vaselin dengan paraffin solidum

Pengerjaan bahan-bahan tertentu dalam pembuatan salep:

a. Asam salisilat, benzocain: karena bahan-bahan tersebut sukar larut dalam lemak

maupun air, maka digerus dalam mortir hangat sambil ditetesi alkohol 90% sampai

larut (4 – 5 tetes), kemudian ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.

b.ZnO, asam borat, sulfonamida: mula-mula digerus halus, kemudian diayak dengan

ayakan B-40 baru kemudian dengan dasar salep sejumlah setengahnya atau sama

dengan bobot bahan obat. Bila perlu dasar salep dicairkan dahulu.

c.Ichtyolum,balsam peru: bahan ini harus ditambahkan terakhir dan dasar salep dalam

keadaan dingin.

d.Beta-naftol: karena mempunyai dosis maksimum maka harus dihitung dosis pakainya

dan dibuat dalam bentuk salep yang terbagi.

Page 7: Panduan Praktikum farmako

e.Cairan-cairan alcohol dalam salep : bila zat berkhasiat tidak menguap dan tahan

panas, diuapkan sampai konsistensinya menyerupai sirup, kehilangan berat zat diganti

dengan dasar salep, contoh : Tct. Opii, ekstrak liquidum. Bila zat berkhasiat mudah

menguap, tidak tahan pemanasan maka campurkan sedikit-sedikit.

Contoh resep

1. 2.

Tugas praktikum

1. Whitefield salep 10 g, untuk Anto , 5 tahun(Form Ind)2. Salep 2-4, untuk Wilmar, 6 tahun (Form Ind)3. Ol. Anisi dalam Methylis Salicylatis unguentum, 10 g, untuk Nindya (For

Nas)4. Asam salisilat 1 % dalam Zinci unguentum 10 g, untuk Desi (Form Ind)5. Asam benzoat 1% dalam Unguentum ichthamoli 10 g, untuk Hanum (Form

Ind)Krim

Krim merupakan sediaan setengah padat , berupa emulsi, mengandung air tidak kurang

dari 60%. Sediaan untuk kosmetika mengandung air lebih besar dari 60%. Krim

dimaksudkan untuk terapi lokal, selain untuk kulit juga untuk membran mukosa. Dasar

krim adalah emulsi tipe w/o atau o/w.

Pada pembuatan emulsi sebagai dasar krim digunakan suatu emulgator agar dasar

krim tidak rusak (stabil). Emulgator yang sering digunakan: emulgide,

trietanolaminstearat (TEA ).

Krim stearat dibutuhkan dalam kosmetik sebagai vanishing cream, sebagai emulgator

adalah garam-garam natrium, kalium, atau ammonium dari asam stearat seperti

trietanolaminstearat. Untuk penyiapannya digunakan komponen alkali dan asam stearat

dalam suatu perbandingan, sehingga terbentuk 15 – 20% senyawa garam.

Dr. DimasSIP 1231/IP/2000

Jl. Mahakam 5 Palembang Plg, 20 Maret 09

R/ Camphora 1% Ol Cayuputi ml 1 Metil salisilat ml 2 Vaselin ad 20 mf ungt s u e

Dr. NadiaSIP 4311/IP/2001

Jl.Musi 8 Palembang Plg, 22 Maret 09

R / Garamisin 0,3% Hidrokortison Ac. 1,0% Vaselin ad 10 mf ungt s u e

Pro : Juwita

Page 8: Panduan Praktikum farmako

Penambahan gliserol 10% sebagai pelembut atau pelunak, lihat komposisi dasar krim C

(krim stearat beralkali lemah dengan pH 7,2 – 8,4, perhatikan pH lingkungan kulit 4,8 –

5,8).

Komposisi dasar krim

A. Oleum sesami 15 B. Oleum sesami 30 Emulgide 15 Emulgide 10 Aqua ad 100 Aqua ad 100

Krim stearat : R/ As. Stearat 14.2 Gliserin 10.0 Borax 0.25 TEA 1.0 Aqua 75

Cara pembuatan dasar krim A dan B:

a. Emulgide dan oleum sesami dipanaskan di penangas air sampai melebur.b. Aqua dipanaskan.c. a dan b dicampur dalam mortir yang sudah dipanaskan ( suhu a dan b diusahakan

sama). Campuran diaduk sampai homogen dan dingin, kemudian digunakan untuk pembuatan krim.

Cara pembuatan dasar krim stearat:

a. Asam stearat dan gliserin dipanaskan di atas penangas air.b. Boraks, TEA dan air dipanaskan di atas penangas air.c. a dan b dicampur dalam mortir yang telah dipanaskan (suhu a dan b diusahakan

sama). Campuran diaduk sampai homogen dan dingin, kemudian digunakan untuk pembuatan krim.

Contoh resep

1. 2.

Dr. AmiruddinSIP. 671/IP/1980

Jl. Bangka 7 Palembang

Plg, 4-11-2009

R/ Eritromisin 0,3% Vitamin C 1% Mf krim ad 10 s.u.e

Pro : Nurma

Dr. AmiruddinSIP. 671/IP/1980

Jl. Bangka 7 Palembang

Plg, 5 -11-2009

R/ Ol. Cayuputi 2% Camphora 3% Mfla krim ad 15

s.u.e

Pro : Mirna

Page 9: Panduan Praktikum farmako

Tugas praktikum :

1. As. Salisilat 1%, asam benzoat 1% basis krim stearat ad 10 g, pro: Hasni, sue

2. Ol. Cayuputi 3%, metil salisilat 2%, basis krim stearat ad 10 g, pro : Wanna, suc

3. Camphora 2%, mentol 1%, basis krim stearat ad 10 g, pro : Zurna, sue4. Oleum anisi 4%, mentol 5% basis krim stearat ad 10 g, pro : Prita, suc5. Asam salisilat 1%, sulfur 2%, basis krim stearat ad 10g, pro : Gunadi, sue

GUTTAE

Yang dimaksud dengan sediaan guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa

larutan, suspensi atau emulsi yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam atau luar,

digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan

tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku Farmakope Indonesia.

Guttae diberikan untuk pemakaian dalam dan pemakaian luar, contoh guttae untuk

pemakaian dalam adalah obat tetes yang diberikan secara oral antara lain : vitamin,

antibiotika, obat penurun panas, dan lain-lain.

Guttae yang diberikan untuk pemakaian luar :

a. Guttae auriculares (tetes telinga)

Kecuali dinyatakan lain, sediaan tetes telinga dibuat dengan menggunakan cairan

pembawa, mempunyai kekentalan yang sesuai agar obat mudah menempel pada

dinding telinga. Pembawa yang sering digunakan : gliserol, propilenglikol, dapat

juga digunakan etanol, heksilenglikol, minyak lemak nabati.

a. Guttae nasales (tetes hidung)

Sediaan yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam

rongga hidung, dapat mengandung bahan pensuspensi, bahan dapar, dan

pengawet. Pembawa yang digunakan biasanya air, apabila digunakan pembawa

selain air maka sedapat mungkin mempunyai pH antara 5,5 sampai 7,5,

kapasitas dapar sedang.

b. Guttae opthalmicae ( tetes mata)

Page 10: Panduan Praktikum farmako

Sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara

meneteskan obat pada selaput lendir mata sekitar kelopak mata . Sediaan tetes

mata harus memenuhi syarat dalam hal : sterilitas dan kejernihan (untuk larutan).

Pada sediaan guttae perlu ditambahkan bahan pengawet, terutama sediaan tetes mata

dosis ganda.

Contoh bahan pengawet : tiomersal 0,002%, garam fenilmerkuri 0,002%, klorheksidin

0,0005%-0,01%, bensilakohol 0,5%-1.0%.

Hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan sediaan guttae :

1. Kelarutan dan sifat bahan obat harus diketahui. Karena volume yang dibuat pada

umumnya kecil, maka pada saat melarutkan bahan obat perlu diperhatikan cara

melarutkannya.

2. Sediaan tetes mata berupa larutan harus jernih, maka perlu dilakukan

penyaringan dua kali. Oleh karenanya pada pembuatan volume yang dibuat

ditambah 20% dari volume yang diminta.

TONISITAS

Suatu larutan dikatakan mempunyai tonisitas yang sama dengan serum atau cairan

mata atau ISOTONIS apabila :

1. Mempunyai titik beku yang sama dengan serum atau cairan mata yaitu –0.52

(dihitung berdasarkan penurunan titik beku zat berkhasiat).

2. Mempunyai konsentrasi sama dengan serum yaitu 0.3 M (dihitung berdasarkan

molaritas larutan zat berkhasiat).

3. Mempunyai tonisitas sama dengan 0,9% NaCl (dihitung berdasarkan ekivalensi

zat berkhasiat dengan NaCl).

Suatu larutan dapat bersifat hipertonis atau hipotonis. Apabila suatu larutan hipertonis

akan dibuat isotonis maka konsentrasi bahan yang harus dikurangi, sedangkan untuk

larutan hipotonis harus ditambahkan suatu bahan pengisotoni hingga mencapai

tonisitas yang sama dengan serum.

Page 11: Panduan Praktikum farmako

Contoh resep:

1. 2.

.

Tugas praktikum : Buat obat tetes mata isotonis

1. Nafazolin 1%, Zink sulfat 200 mg, aqua ad 20 ml, aturan pakai tiga kali sehari

tiga tetes pada mata kiri dan kanan

2. Pilokarpine HCl 100 mg ,asam borat 1% , aqua ad 20 ml aturan pakai tiga kali

sehari empat tetes pada mata kanan

3. Zink sulfas 200 mg, Homatropin HBr 100 mg aqua ad 20 ml aturan pakai tiga

kali sehari dua tetes pada mata kiri

4. Skopolamin HCl 1%, Zink khlorid 100 mgaqua ad 20 ml aturan pakai tiga kali

sehari dua tetes pada mata kiri dan kanan

5. Physostigmin sulfas 0.5%, Zink sulfas 0.5% aqua ad 20 ml aturan pakai tiga kali

sehari empat tetes pada mata kanan

Dr. AndraSIP : 324/IP/1985

Jl. Merawan no. 5 Plg Plg, 14-11-2009

R / Pilokarpin HCl 1%Zink Sulf. 1%Aqua ad 20 mlMfla gutt.Opht.isot.S tdd gtt. IV o.s.

Pro : Nurma

Dr. Fathia RSIP :2345/IP/2000

Jl. Diponogoro no. 1 Plg Plg,14-11-2009

R/ Albucid HCl 5%Lidokain HCl 1%Aqua ad 10 mlMfla gutt.ophth. isotoniS t dd gtt. III ods.

Pro : Bani

Page 12: Panduan Praktikum farmako

CARA MENYELESAIKAN SEBUAH RESEP (OBAT RACIKAN)

Sebelum kita mengerjakan suatu resep, hal yang perlu diperhatikan dari resep tersebut adalah:

1. Kelengkapan resep: apakah sudah memenuhi syarat sebuah resep yang lengkap.

2. Komposisi obat: apakah mengandung obat paten, obat jadi, atau obat standar.

3. Interaksi obat: apakah terdapat interaksi baik secara fisika, kimia atau farmakologi.

4. Ada tidaknya obat narkotika dan/atau obat keras.

Apabila resep yang akan dibuat telah diteliti sebagaimana disebut di atas, langkah selanjutnya adalah:

1. Lengkapilah resep tersebut apabila ada kekurangan dalam penulisan misalkan: jumlah obat,

tanggal, signa/aturan pakai.

2. Komposisi dari obat paten, obat jadi, atau obat standar dapat dilihat dalam buku-buku antara

lain: Daftar Obat Indonesia (DOI), Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Indonesia

Index of Medical Specialities (IIMS), Formularium Nasional .

3. Apabila terdapat interaksi dalam resep tersebut, maka harus dicari cara pengatasannya.

Bahan-bahan yang dapat berinteraksi misalkan: dipisahkan, diganti, atau dikeluarkan.

4. Resep yang mengandung obat narkotika atau obat keras harus dihitung dosis pakainya.

CONTOH:

Dr. MustikaSID : 0586/Kanwil/ID/98SIP : 014/Kanwil/ID/99

Rumah: Praktek:Jl. Musi 10 Jl. Indragiri 14Palembang Palembang Plg, 2-11-2009R/ Erysanbe kap. 1/2 Parasetamol tab. 1/4 Codein HCl. mg 10 Mf pulv. dtd no. X S tdd pulv

Pro: Gilang (2 tahun)

Page 13: Panduan Praktikum farmako

Penyelesaian contoh resep di atas sebagai berikut:

1. Kelengkapan resep : tidak lengkap. Dalam hal ini tidak ditulis tempat dan tanggal resep dibuat,

sehingga perlu dilengkapi.

2. Komposisi obat : terdapat obat paten yaitu Erysanbe dan obat generik Parasetamol, maka perlu dicari

di ISO atau DOI. Dari buku didapat bahwa Erysanbe kapsul mengandung Eritromisin 200

mg/kapsul, Parasetamol mengandung Asetaminofen 500 mg.

3. Interaksi obat :

1. Erysanbe adalah antibiotika yang potensinya akan turun jika dicampur dengan obat-obat lain

sehingga perlu dipisahkan dari bahan obat lainnya.

2. Parasetamol berkhasiat analgesik-antipiretik yang digunakan apabila pasien panas saja, sebaiknya

dibuat sediaan terpisah.

4. Perhitungan dosis pakai obat :

Dalam resep terdapat narkotika yaitu Codein HCl dan obat keras yaitu Erysanbe sehingga

perlu diperhitungkan dosis pakainya terhadap dosis maksimum untuk pasien tersebut.

Dari Farmakope Indonesia III diketahui bahwa:

Dosis maksimum Codein HCl : satu kali 60 mg dan satu hari 300 mg.

Dosis maksimum Eritromisin : satu kali 500 mg dan satu hari 4000 mg.

Selanjutnya dihitung dosis maksimum anak umur 4 tahun dan seterusnya sebagaimana telah ditulis

pada bab perhitungan dosis untuk anak, juga proses dosis pakainya.

Jika dosis pakai melebihi dosis maksimum, maka dosis pakai harus dipertimbangkan lagi apakah

memang dikehendaki demikian atau dosisnya diturunkan.

5. Penulisan resep yang rasional. Dr. MustikaSID : 0586/Kanwil/ID/98SIP : 014/Kanwil/ID/99

Rumah: Praktek:Jl. Musi 10 Jl. Indragiri 14Palembang Palembang Palembang, 2-11-2009R/ Erysanbe kap ½ Mf pulv. dtd no. X S tdd pulv IR/ Parasetamol tab. ¼

Mf pulv. dtd no. X S tdd p I prn

R/ Codein HCl. mg 10 Mf pulv. dtd no. X S tdd pulv I Pro: Gilang (2 tahun)

Page 14: Panduan Praktikum farmako

6. Penimbangan dan pembuatan obat.

Langkah-langkah pembuatan sediaan secara garis besar sebagai berikut:

1. Lakukan penimbangan bahan obat (untuk obat yang jumlahnya < 50 mg, dilakukan pengenceran

dengan menambahkan vehikulum pada bahan obat).

2. Lakukan pembuatan sediaan sesuai dengan bentuk sediaan yang ditentukan sifat bahan obat (secara

lege artis).

3. Lakukan pengemasan yang rapi dan bersih.

4. Tulis etiket dan label untuk sediaan sesuai aturan pakai dan nama penderita dalam resep.

CONTOH JURNAL RESEP

1. KELENGKAPAN RESEP : lengkap /tidak lengkap a. Nama dokter : b. Alamat praktek : c. Tempat/tanggal resep ditulis : d. Nama obat dan jumlah obat : e. Cara pembuatan dan Signatura : f. Nama penderita dan umur : g. Alamat penderita :

2. KOMPOSISI OBAT : obat paten/standar : ada/ tidakBuku : ISO/DOI/IIMS/FORM.IND/FORM. NAS.hal :

3. PERHITUNGAN DOSIS PAKAI/DOSIS MAKSIMUM : obat narkotika/keras.Buku : Farmakope Indonesia III, Nederlandse Pharmacopee V dan lainnya.

Page 15: Panduan Praktikum farmako

4.PENULISAN RESEP YANG RASIONAL

Page 16: Panduan Praktikum farmako

5. PEMBUATAN OBAT : (dengan penimbangan terperinci)

6.ETIKET : putih (obat dalam), biru (obat luar)

Apotik Laboratorium Farmasi FK Unsri Kampus F Indralaya Ogan Ilir Apoteker : Dra. Enny Kusumastuti Apt. M.Kes S.I.P.F. : 012/2003 S.I.A. : 123//2003No. Plg,

Pro :

LABEL : a. Kocok dulu

b. Tidak boleh diulang tanpa resep dokter