panduan praktikum elektronika dasarlabfisikauntan.com/download/modul/modul_elektronika_dasar.pdf ·...
TRANSCRIPT
PANDUAN PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
MODUL I
KARAKTERISTIK DIODA
I. Tujuan Percobaan
Memahami prinsip kerja dari dioda dan karakteristiknya.
II. Alat dan Bahan
1. Breadboard
2. Power supply
4. Multimeter
5. Kabel penghubung
3. Dioda
III. Teori Dasar
Dioda adalah komponen elektronika yang memiliki 2 kutub yaitu kutub positif
yang disebut anoda dan kutub negatif yang disebut katoda. Arus listrik DC hanya dapat
mengalir dari anoda ke katoda dan tidak dapat mengalir dari katoda ke anoda. Fungsi
dioda secara umum adalah sebagai penyearah arus listrik, oleh sebab itu dioda umum
digunakan sebagai pengubah arus AC menjadi arus DC.
Dioda adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai penyearah.
Bahan tipe-p akan menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n akan menjadi katode.
Berdasar pada polaritas tegangan yang diberikan kepadanya, dioda bisa berlaku sebagai
sebuah saklar tertutup (apabila bagian anode mendapatkan tegangan positif sedangkan
katodenya mendapatkan tegangan negatif) dan berlaku sebagi saklar terbuka (apabila
bagian anode mendapatkan tegangan negatif sedangkan katode mendapatkan tegangan
positif). Kondisi tersebut terjadi hanya pada dioda ideal-konseptual. Pada dioda faktual
(riil), perlu tegangan lebih besar dari 0,7V (untuk dioda yang terbuat dari bahan silikon)
pada anode terhadap katode agar dioda dapat menghantarkan arus listrik. Tegangan
sebesar 0,7V ini disebut sebagai tegangan halang (barrier voltage). Dioda yang terbuat
dari bahan Germanium memiliki tegangan halang kira-kira 0,3V.
Kaki positif (anoda) Kaki negatif (Katoda)
.
sambungan (juction)
Gambar 1. Bagian-bagian dioda Dioda
terbagi menjadi beberapa macam antara lain :
1. Dioda silikon
Dioda silikon adalah dioda yang paling umum terdapat dipasaran dan banyak digunakan
sebagai penyerah arus AC ke DC.
2. Cristal dioda (Cat’s Whisker)
Dioda ini biasanya disebut dioda germanium, umum digunakan pada radio sebagai alat
demodulasi.
3. Varactor dioda
Varactor dioda adalah dioda yang digunakan untuk mengontrol tegangan listrik
4. Silicon Controler Rectifier (SCR)
SCR hampir sama dengan Varactor, namun SCR lebih baik kinerjanya bila
dibandingkan dengan varaktor
Semikonduktor tipe P Semikonduktor tipe N
P N
5. Photodioda
Photodioda biasanya digunakan sebagai sensor
6. Laser dioda
Laser dioda adalah hasil pengembangan dari LED sehingga cahaya yang keluar menjadi
cahaya monokromatik yang koheren
7. Dioda Zener
Dioda zener adalah dioda yang digunakan untuk menstabilkan tegangan listrik, dioda
zener memiliki tegangan breakdown yang rendah.
8. Light emitting Dioda (LED)
LED adalah sejenis dioda yang dapat menghasilkan cahaya
9. Gunn dioda
Adalah dioda tegangan tinggi yang umum digunakan dalam mikrowave
10. Thermal dioda
Thermal dioda adalah yang dapat digunakan untuk mengatur temperatur dengan
mengatur besarnya tegangan yang melawatinya. Dioda ini banyak digunakan
dalam sistem pendingin termoelektrik.
Dioda tidak memiliki nilai yang spesifik, namun biasanya ukuran sebuah
dioda dinyatakan dalam satuan berapa kuat arus dan tegangan maksimum yang
dapat dilewatkan pada dioda. Dipasaran ukuran dioda dinyatakan dalam bentuk no
tipe dioda yang telah ditetapkan oleh pabrik yang membuatnya. Contoh tipetipe
dioda adalah1N4002, 1N4005, BY15 dan sebagainya.
Lambang untuk macam-macam dioda adalah sebagai berikut :
Forward Voltage (Panjar Maju)
Dioda berfungsi untuk membuat arus listrik mengalir pada satu arah saja.
Seperti halnya orang yang mengeluarkan energi untuk membuka pintu dan
melaluinya, listrik juga mengeluarkan energi saat melalui dioda. Tegangan listrik
akan berkurang sekitar 0.7 Volt saat arus listrik melewati dioda (yang terbuat dari
silikon). Tegangan sebesar 0.7 Volt ini disebut forward voltage.
Reverse Voltage (Panjar Mundur)
Dioda ideal tidak akan melewatkan arus yang mengalir pada arah yang
berlawanan (dengan panah pada simbol dioda). Namun, secara praktis terdapat
kebocoran, yaitu ada arus dilewatkan maksimum sebesar beberapa μA meski dapat
diabaikan. Tegangan balik maksimum (maximum reverse voltage) sebesar 50V
atau lebih adalah nilai maksimum tegangan (dengan arah arus berlawanan) yang
masih dapat ditahan oleh dioda. Bila tegangan balik melebihi rating tegangan balik
maksimum ini maka dioda akan rusak, kebocoran arus.
Dioda Signal
Dioda jenis ini digunakan untuk meneruskan arus dengan nilai arus kecil,
yaitu hingga 100mA. Contoh dioda jenis ini adalah dioda 1N4148 yang terbuat
dari bahan silikon.
Dioda Rectifier
Dioda jenis ini digunakan dalam rangkaian Power Supply. Dioda tersebut
berfungsi untuk mengubah arus bolak-balik ke arus searah. Rating maksimum arus
yang dapat dilewatkan samadengan 1A atau lebih besar dan maximum reverse
voltage samadengan 50V atau lebih besar .
Dioda Zener
Dioda ini digunakan untuk memperoleh tegangan (dioda zener) yang tetap
ketika reverse voltage sudah berada di daerah breakdown. Ketika reverse voltage,
meski nilainya berubah-ubah, asalkan berada di daerah breakdown maka tegangan
dioda zener tersebut akan tetap.
Karakteristik Dioda
Kita dapat menyelidiki karakteristik statik dioda, dengan cara memasang
dioda seri dengan sebuah catu daya dc dan sebuah resistor. Kurva karakteristik
statik dioda merupakan merukan fungsi dari arus ID, arus yang melalui dioda
terhadap tegangan VD, beda tegangan antara titik a dan b ( lihat gambar 2).
Gambar 2. Kurva Karakteristik Dioda
Karakteristik ststik dioda dapat diperoleh dengan mengukur tegangan dioda Vab
dan arus yang melalui dioda yaitu ID. Dapat diubah dengan dua cara yaitu mengubah
VDD. Bila arus dioda ID kita plotkan terhadap tegangan dioda Vab, kita peroleh
karakteristik dioda. Bila anoda berada pada tegangan lebih tinggi daripada tegangan
katoda (VD positif) dioda dikatakan mendapatkan bias forward.Bila VD negatif
disebut bias reverse atau bias mundur. Dioda yang biasa tidak akan mengijinkan arus
listrik untuk mengalir secara berlawanan jika dicatu-balik (reversebiased) di bawah
tegangan rusaknya. Jika melampaui batas tegangan rusaknya, dioda biasa akan menjadi
rusak karena kelebihan arus listrik yang menyebabkan panas. Namun proses ini adalah
reversibel jika dilakukan dalam batas kemampuan. Dalam kasus pencatuan-maju
(sesuai dengan arah gambar panah), dioda ini akan memberikan tegangan jatuh (drop
voltage) sekitar 0.6 Volt yang biasa untuk dioda silikon. Tegangan jatuh ini tergantung
dari jenis dioda yang dipakai.
IV. Prosedur Percobaan
1. Karakteristik Dioda
a. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3 di bawah ini menggunakan breadboard.
b. Atur resistor variabel (potensiometer) untuk mendapatkan nilai tegangan dc sebesar 1
V, 1.2 V, 1.4 V, 1.6 V dan 1.8 V
c. Ukur dan catat arus yang mengalir pada rangkaian dioda untuk setiap tegangan yang
diberikan. Masukkan datanya ke dalam tabel 1.
d. Buat grafik hubungan arus dengan tegangan berdasarkan data tersebut.
e. Posisikan resistor variabel sehingga didapat nilai tegangan sebesar 0 Volt.
f. Pasangan Voltmeter dan Ampermeter pada dioda.
e. Naikkan perlahan nilai tegangan dengan merubah resistor variabel hingga nilai
maksimum yang didapat.
g. Catat arus dan tegangan dioda.
h. Buatlah grafik arus dengan tegangan, amati perubahan nilai tegangan jatuh pada dioda.
Tarik kesimpulan dari fenomena tersebut.
Tabel 1.
Gambar 3. Rangkaian Dioda 2.
Dioda Zener
a. Setting rangkaian seperti pada gambar berikut.
b. Beritahukan kepada asisten pada saat memulai praktikum
c. Atur nilai V dc pada nilai 4 Volt, tutup saklar. Ukur nilai arus yang mengalir dan tegangan
pada dioda zener, catat harga yang didapat
d. Ulangi prosedur percobaan diatas untuk nilai 2 V, 3V, 4V, 5V dan 6V, catat harga yang
didapat.
e. Balik polaritas dari dioda zener, ukur arus dan tegangan zener untuk tegangan sumber 4V
dan 5V.
No Arus Tegangan
1
2
3
4
5
3. LED
a. Setting rangkaian seperti pada gambar berikut,
b. Beritahukan kepada asisten pada saat memulai praktikum
c. Biarkan S1 dalam posisi terbuka, naikan perlahan nilai V AC variabel (pada posisi R2
minimum), amati perubahan kecemerlangan dari LED merah. Buat kesimpulan atas
pengamatan tersebut.
d. Setting V AC sebesar 6 Volt, naikan perlahan nilai resistor variabel (R2), amati perubahan
kecemerlangan dari LED merah. Buat kesimpulan atas fenomena tersebut dan amati
fenomena yang terjadi. Pada V AC 6 Volt ini, balik polaritas dari LED Merah, ulangin
prosedur (e) dan amati fenomena yang terjadi. Kembalikan pada posisi semula.
e. Tutup saklar S1, lakukan prosedur (d) dan (e). Amati kecemerlangan dari kedua LED
tersebut.
MODUL II
RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG
I. Tujuan Praktikum
1. Membuat rangkaian penyearah gelombang arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah
(DC).
2. Mengetahui kegunaan dari dioda semikonduktor.
II. Alat dan Bahan Praktikum
1. Transformator Step Down 4. Dioda, Resistor, Kapasitor
2. Osiloskop 5. Kabel penghubung dan jepit buaya
3. Multimeter
III. Te ori Dasar
Transformator berfungsi untuk menurunkan atau menaikkan tegangan AC. Dalam
percobaan ini digunakan transformator untuk menurunkan tegangan sekunder. Perhatikan
diagram transformator pada gambar.
Setiap transformator memiliki hambatan keluaran Ro, yang akan menyebabkan
turunnya tegangan sekunder dari trafo jika dipasang beban antara CT dan V. Tegangan
turun sebesar V = IL Ro, dimana IL adalah arus beban. Makin besar arus beban yang
ditarik, makin kecil tegangan keluaran.
Tegangan keluaran dalam keadaan terbebani (Vob) adalah Vob = Voo-IL Ro,
sedangkan Voo adalah tegangan keluaran tanpa beban yang merupakan tegangan keluaran
transfor-mator diukur dengan multimeter tanpa beban. Hal tersebut perlu kita lakukan
untuk dapat menentukan hambatan keluaran transformator, karena kita tidak memiliki
amperemeter yang dapat mengukur langsung arus beban.
Untuk memperoleh tegangan yang konstan, kita dapat membuat penyearah
tegangan dengan menggunakan dioda. Kita dapat membuat berbagai macam rangkaian
penyearah, misalnya rangkaian penyearah dengan tapis yang berfungsi meratakan
tegangan keluaran
T D Vo
PLN RL t Gambar 5. Penyearah setengah gelombang
Gambar 4. Pembebanan transformator
R L CT
T
PLN V
CT
T D1 c V =
Vo c PLN RL
t
Gambar 6. Penyearah gelombang penuh
C
CATU DAYA TEREGULASI ZENER
RL
a
b
V
V
Gambar 8. Penyearah dengan regulator zener
D1
D2
C
+ CT
T
Z
R S
PLN
a
b
c
Is
Iz
I L
Tegangan keluaran dari penyearah akan mengalami penurunan tegangan jika
D2
CT
a
b
Gambar 7. Penyearah dengan tapis
D1
D2
R L + CT
T
PLN
kita bebani. Kita dapat mencegah terjadinya hal ini sehingga kita memperoleh penyearah
yang tidak akan turun tegangan keluarannya jika kita bebani dalam batasbatas tertentu.
Dengan menggunakan dioda zener maka tujuan tersebut akan dapat dicapai.
IV. Prosedur Percobaan
1. Penyearah Setengah Gelombang
a. Buatlah rangkaian seperti pada gambar di bawah ini.
b. Isilah tabel sesuai pengamatan
RL = 1K ohm
Virms = tegangan input dioda, diukur dengan Multimeter
Vipp = tegangan input dioda, diukur dengan Osiloskop (CRO)
VoDC = tegangan out put, diukur dengan Osiloskop
Tabel Pengamatan
Teganga
Trafo
Virms
(V)
Vipp
(V)
VoDC
(V)
Gambar Vi pada
CRO
Gambar Vo pada
CRO
12V
15V
18V
2. Penyearah Gelombang Penuh
RL = 1 K ohm
Tabel Pengamatan
Tegangan
Trafo
Virms
(V)
Vipp
(V)
VoDC
(V)
Gambar Vi pada
CRO
Gambar Vo pada
CRO
12V
15V
18V
3. Penyearah Gelombang Penuh dengan Filter Kapasitor
RL = 1 K ohm
C1 = 4700 F/25V
Tabel Pengamatan
Tegangan
Trafo
Virms
(V)
Vipp
(V)
VoDC
(V)
Gambar Vi pada
CRO
Gambar Vo pada
CRO
12V
15V
18V
MODUL III
PENGUAT OPERASIONAL (OP AMP)
I. Tujuan Praktikum
1. Membuat rangkaian penguat operasional membalik dan tak membalik menggunakan
IC OP-AMP
II. Alat dan Bahan Praktikum
1. Osiloskop
2. Multimeter
4. Resistor
5. Power supply
3. IC LM 741
III. Ringkasan Teori
Penguat Operasiaonal (yang selanjutnya disebut Op-Amp) adalah penguat
tegangan dengan peroleh tinggi yang dirancang untuk menguatkan sinyal (isyarat)
pada rentang frekuensi yang lebar. Lumrahnya Op-Amp mempunyai dua terminal
input dan satu terminal output dan peroleh tegangan sekurang-kurangnya 105. Simbol
Op-Amp adalah sebagai berikut.
Input terdiri atas dua buah, Vn (input membalik = inverting) dan Vp (input tak
membalik = non inverting). Output pada pin Vo. Penyedia tegangan berifat dua
tegangan, yaitu +Vcc dan –Vcc. Untuk penggambaran selanjutnya penyedia daya
tidak digambar. Biasanya Op-Amp dikonfigurasi dengan jaringan umpan balik
eksternal untuk membentuk fungsi tertentu. Karakteristik Op-Amp ideal:
Penguatan tegangan A =
Tegangan Output Vo = 0 pada saat Vn=Vp
Lebar band frekuensi BW =
Impedans input Zi =
Impedans output Zo = 0
Meskipun ini adalah spesifikasi ekstrim, tetapi secara komersial
spesifikasinya mendekati ideal, sehingga banyak rangkaian praktis dapat dirancang
dengan karakteristik ini. Op-Amp secara komersial mempunyai banyak jenis,
misalnya tipe LM741, LM351, TL 074 dan lain-lainya.
Non inverting Amplifier
Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang diperlihatkan
pada gambar 2 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki masukan yang dibuat
melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian ini akan satu
fasa dengan tegangan inputnya. Untuk menganalisa rangkaian penguat op-amp non
inverting, caranya sama seperti menganalisa rangkaian inverting.
Gambar 2 : penguat non-inverter
Dengan menggunakan aturan 1 dan aturan 2, kita uraikan dulu beberapa fakta yang ada, antara
lain :
vin = v+ v+ =
v- = vin
Dari sini ketahui tegangan jepit pada R2 adalah vout – v- = vout – vin, atau iout = (vout-
vin)/R2. Lalu tegangan jepit pada R1 adalah v- = vin, yang berarti arus iR1 = vin/R1.
Hukum kirchof pada titik input inverting merupakan fakta yang mengatakan bahwa : iout
+ i(-) = iR1
Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika disubsitusi ke rumus yang sebelumnya, maka
diperoleh
iout = iR1 dan Jika ditulis dengan tegangan jepit masing-masing maka diperoleh
(vout – vin)/R2 = vin/R1 yang kemudian dapat disederhanakan menjadi vout
= vin (1 + R2/R1)
Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka
didapat penguatan op-amp non-inverting :
Impendasi untuk rangkaian Op-amp non inverting adalah impedansi dari input
noninverting op-amp tersebut. Dari datasheet, LM741 diketahui memiliki impedansi input
Zin = 108 to 1012 Ohm.
Inverting Amplifier
Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 3,
dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Seperti tersirat pada namanya,
pembaca tentu sudah menduga bahwa fase keluaran dari penguat inverting ini akan selalu
berbalikan dengan inputnya. Pada rangkaian ini, umpanbalik negatif di bangun melalui
resistor R2
gambar 3 : penguat inverter
Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau v+ = 0.
Dengan mengingat dan menimbang aturan 1 (lihat aturan 1), maka akan dipenuhi v- = v+
= 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke ground, input op-amp v- pada
rangkaian ini dinamakan virtual ground. Dengan fakta ini, dapat dihitung tegangan jepit
pada R1 adalah vin – v- = vin dan tegangan jepit pada reistor R2 adalah vout – v- = vout.
Kemudian dengan menggunakan aturan 2, di ketahui bahwa :
iin + iout = i- = 0, karena menurut aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0.
iin + iout = vin/R1 + vout/R2 = 0
Selanjutnya vout/R2 = - vin/R1 ....
atau vout/vin = - R2/R1
Jika penguatan G didefenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran terhadap
tegangan masukan, maka dapat ditulis G = R2/R1
Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari sinyal
masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui adalah
0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Zin = R1.
IV. Prosedur Percobaan
1. Penguat membalik
a. Buatlah rangkaian penguat membalik/inverting seperti gambar diatas.
b. Amatilah bentuk gelombang dan tegangan pada Vi dan Vo dengan osiloskop. Vi dari
AFG gelombang sinus f = 1 kHz.
R1=10k,RF=100k R1=22k,RF=100k R1=47k,RF=100k
Gambar gelombang
Vi = 20 mV
(peak to peak)
Gambar gelombang
Vo Vo = .......... Vo = .......... Vo = ..........
Hitung AF
AF = .......... AF = .......... AF = ..........
Hitung AF dr rumus
AF = .......... AF = .......... AF = ..........
2. Penguat tak membalik
a. Buatlah untai penguat tak membalik/ non inverting seperti gambar diatas.
b. Amatilah bentuk gelombang dan tegangan pada Vi dan Vo dengan osiloskop. Vi dari
AFG gelombang sinus f = 1 kHz.
R1=10k,RF=100k R1=22k,RF=100k R1=47k,RF=100k
Gambar gelombang
Vi = 20 mV
(peak to peak)
Gambar gelombang
Vo Vo = .......... Vo = .......... Vo = ..........
Hitung AF
AF = .......... AF = .......... AF = ..........
Hitung AF dr rumus
AF = .......... AF = .......... AF = ..........
MODUL IV
TRANSISTOR BIPOLAR
I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui karakteristik transistor bipolar
2. Menentukan pengaruh bias maju dan bias balik pada junction basis-emiter.
3. Menguji dan mengukur penguatan arus pada transistor NPN dan PNP
II. Alat dan Bahan
1. Power supply
2. Transistor BD139
3. Mult meter
4. Resistor
5. Breadboard
6. Kabel
penghubung
III. Teori Dasar
Karakteristik Transistor Bipolar
Salah satu cara untuk membayangkan bagaimana transistor bekerja, yaitu dengan
membuat grafik yang menghubungkan arus dan tegangan transistor. Dapat diperoleh kurva
kolektor CE dengan membentuk suatu rangkaian seperti gambar 3.1, yaitu dengan
mengubah-ubah tegangan VBB dan VCC untuk memperoleh tegangan dan arus transistor
yang berbeda-beda.
Gambar 3.1 Rangkaian untuk mengatur arus dan tegangan kolektor
Untuk mendapatkan hasil yang baik, prosedur yang biasa digunakan yaitu dengan
menentukan suatu nilai dari IB dan menjaganya tetap stabil sambil VCC diubah. Dengan
mengukur IC dan VCE, diperoleh data untuk menggambar grafik IC dan VCE. Misalkan
seperti gambar 3.1, kita tentukan IB konstan sebesar 10 uA.
Kemudian dengan mengubah VCC, dapat terukur hasil IC dan VCE seperti kurva
tergambar pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Kurva transistor dengan IB = 10 Ua
Kurva pada gambar 3.2 menggambarkan penjelasan tentang kerja transistor. Jika
VCE = 0, dioda kolektor tidak terbias balik, karena itu arus koletor sangat kecil. Untuk
VCE antara 0 dan mendekati 1 V, arus kolektor naik dengan cepat dan kemudian menjadi
hampir konstan. Ini berhubungan dengan gagasan membias balik dioda kolektor.
Dibutuhkan kira-kira 0,7 V untuk membias dioda kolektor.
Jika digambarkan beberapa kurva untuk IB yang berbeda-beda, diperoleh grafik
seperti gambar 3.3. Karena menggunakan transistor dengan βdc kira-kira 100, maka arus
kolektor 100 kali lebih besar daripada arus basis. Kurva ini seringkali disebut kurva
kolektor statik karena yang digambarkan arus dan tegangan DC.
Gambar 3.3 Kurva transistor dengan IB variabel
Juga diperhatikan tegangan breakdown, tegangan breakdown menjadi lebih kecil
pada arus yang lebih besar. Ini berarti bahwa voltage compliance dari transistor berkurang
untuk arus yang lebih besar. Semuanya ini dibutuhkan untuk mencegah breakdown pada
segala keadaan. Ini menjamin bahwa transistor akan bekerja pada daerah aktif. Bias
Transistor
Prinsip dasar transistor bipolar merupakan pengembangan dari dioda, yakni
rangkaian sambungan dua buah dioda. Pada transistor NPN, pembiasan maju dioda emiter
mengendalikan jumlah elektron-elektron bebas yang diinjeksikan ke basis.
Makin besar VBE, maka makin banyak jumlah elektron yang diinjeksikan sehingga arus yang
dapat dihantarkan akan lebih besar.
Bias balik pada dioda kolektor mempunyai pengaruh yang kecil pada jumlah
elektron yang memasuki kolektor. Memperbesar VBE akan mempertinggi arus kolektor,
namun jumlah elektron yang tiba pada lapisan pengosongan kolektor akan tetap.
Gambar 3.4 Rangkaian dasar transistor NPN
3.5. Karena dioda emiter dan kolektor menunjuk ke arah berlainan, semua arus dan tegangan
dibalik.
Transistor PNP dikatakan komplemen dari transistor NPN. Kata “komplemen”
menandakan bahwa semua tegangan dan arusnya berlawanan dengan yang dimiliki
transistor NPN. Semua rangkaian NPN mempunyai rangkaian komplementer. Untuk
mendapatkan trasnsistor PNP komplementer:
Gambar 3.6 memperlihatkan rangkaian transistor PNP komplementer, yang
dilakukan adalah mengkomplemenkan tegangan dan arusnya serta mengganti transistor
NPN dengan PNP.
1 . Gantilah transistor NPN dengan transistor PNP
2 . Balik lah semua tegangan dan arusnya
Gambar 3.5 Transistor PNP dan a liran konvensional
Gambar 3.6 Rangkaian dasar transistor PNP
III Prosedur Percobaan
Karakteristik Transistor
1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 3.7 di bawah ini.
2. Pasang power supply pada VBB = 5 V (variabel) dan VCC = 5 V.
3. Mengatur VBB sebesar 0 V dengan membuka S2.
4. Mengatur RC bernilai 5 kΩ. Menutup S1.
5. Mencatat IB, IC, VRC, VBE, VCE pada Tabel 3.1. Membuka S1
6. Menutup S2, mengatur VBB=0,5 V
7. Mengatur RC bernilai 5 kΩ. Menutup S1.
8. Mencatat IB, IC, VRC, VBE, VCE pada Tabel 3.1. Membuka S1
9. Mengulangi langkah 4-8 dengan nilai RC diubah secara berturut-turut 4 kΩ, 3 kΩ, dan 2
kΩ.
10. Masing-masing data IB, IC, VRC, VBE, VCE dicatat pada Tabel 3.1.
11. Mengulangi langkah 6-10, namun mengatur VBB secara berturut-turut 4V dan 5 V.
12. Membuat grafik karakteristik transistor IC terhadap VCE dengan masing-masing IB konstan
Tabel pengamatan
VBB Rc (kΩ) IB IC VBE VRC VCE
0 V 5
0,5 V 5
4
3
2
4 V 5
4
3
2
5 V 5
4
3
2
MODUL V
TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR ELEKTRONIK
I. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara menggunakan transistor sebagai saklar elektronik
2. Mampu merancang rangkaian transistor sebagai saklar elektronik
3. Mampu menganalisisa rangkaian transistor sebagai saklar elektronik
4. Mampu mengaplkasikan transistor sebagai saklar elektronik
II. Bahan Praktikum
1. Transistor 4. Projectboart
2. Resistor 5. Catu daya
3. LED 6. Multimeter
III. Ringkasan Teori
Transistor bipolar dapat difungsikan sebagai saklar elektronika dengan memanfaatkan
dua keadaan transistor yaitu keadan saturasi ( sebagai saklar tertutup ) dan keadaan cut off (
sebagai saklar terbuka ).
Pada saat saturasi maka arus kolektor adalah
V cc I
c(sat) R c
Pada saat cut off tegangan kolektor emitter sama dengan tegangan sumber kolektor dan arus basis mendekati nol.
ICE(cut) V cc
IB(cut) 0
Untuk mencari arus basis pada keadaan resistor basis terpasang dapat dihitung dengan persamaan berikut :
IB V BB V BE
R B
IV. Tugas Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud dengan saturasi dan cut off? Jelaskan !
2. Jelaskan bagaimana cara menentukan garis bebab pada kurva transistor?
3. Jelaskan cara kerja transistor sebagai saklar pada rangkaian percobaan A?
4. Berapa besar penguatan arusnya ketika saklar S1ditutup, V1 10V , V2 15V dan
R1 R2 1K ?
V. Langkah Percobaan
A. Transistor sebagai saklar
1. Susunlah rangkaian seperti gambar di
bawah ini Tentukan Q1,R1,R2,V1 dan V2
Gambar 5.1. Rangkaian Transistor sebagai Saklar
2. Ukur besar tegangan R2 dan LED 3. Tutup
saklar. Apa yang terjadi pada LED?
4. Ukur kembali besar tegangan R2 dan LED.
5. Ukur besar IB dan IC . Hitung besar penguatan transistor.
6. Buktikan nilai IB,IC dan VR1 menggunakan persamaan.
B. Transistor sebagai saklar tanpa RB
1. Susunlah rangkaian seperti gambar di
bawah ini kemudian tentukan Q1,R1,V1 dan
V2 .
Gambar 5.2. Rangkaian Transistor sebagai Saklar tanpa RB
2. Ukur besar tegangan R1 dan LED 3. Tutup
saklar. Apa yang terjadi pada LED?
4. Ukur kembali besar tegangan R1 dan LED.
5. Ukur besar IB dan IC . Hitung besar penguatan transistor.
6. Buktikan nilai IB dan IC menggunakan persamaan.