panduan praktek klinis - pemerhatiinacbg.or.id · peran komite medik dalam pembentukan panduan...

29
PERAN KOMITE MEDIK DALAM PEMBENTUKAN PANDUAN PRAKTIK KLINIS ANANG TRIBOWO PPII, NEO DENPASAR 11 – 05 - 2018

Upload: doantuong

Post on 06-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERAN KOMITE MEDIK DALAM PEMBENTUKAN PANDUAN PRAKTIK KLINIS

ANANG TRIBOWO

PPII, NEO DENPASAR 11 – 05 - 2018

PENDAHULUAN

KEMAJUAN IPTEKDOK PANDUAN KERJA

MUTU

PNPK ( PANDUAN NASIONAL PRAKTIK KEDOKTERAN ) PPK ( PANDUAN PRAKTIK KLINIS ) CLINICAL PATHWAY

Pasien

PCC merupakan pendekatan yg lbh modern dan inovatif dlm pelayanan kes

sekarang, diterapkan dgn cepat di banyak RS di seluruh dunia.

Model ini telah menggeser semua PPA menjadi di sekitar Pasien

fokus pada pasien Patient-centered Care

Sbg tambahan, mereka semua sama pentingnya pada kontribusi profesi nya

dalam asuhan pasien

“Interdisciplinary team model” kompetensi-kewenangan yang memadai

“Dokter =

Team Leader”

Model Patient-centered Care

Kompetensi

yg memadai

“Interdisciplinary

Team

Model”

Dokter/

DPJP

Fisio

terapis

Perawat

Apoteker

Ahli

Gizi

Lainnya Analis

Radio

grafer

Asuhan

Integrasi

Staf Klinis

Panduan Praktik Klinis adalah panduan prosedur standar dalam pelayanan dan perawatan kepada pasien yang harus diketahui dan dijalankan oleh seorang dokter untuk melaksanakan kegiatan kesehatan secara optimal, profesional, dan dapat dipertanggung jawabkan

Panduan Praktik Klinis dibuat dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan dan perawatan kepada pasien secara optimal, berkesinambungan, profesional dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan material

APA ITU STANDAR ?

Merupakan hal yang harus dilakukan pada semua keadaan.

jadi secara teknis SPO dibuat berupa PPK yg dapat disertai dengan salah satu :

1.clinical pathway

2.protokol

3.prosedur

4.algoritme

5.standing order

bila tersedia Panduan Nasional Praktik Kedokteran (PNPK), Panduan Praktik Klinis (PPK) dibuat dengan rujukan utama Panduan Nasional Praktik Kedokteran (PNPK).

Apabila Tidak Ada, maka :

PPK dibuat dengan merujuk ; Pustaka mutakhir; artikel asli,review/metaanalisis PNPK asing, evidence based text book, etc Di RS ; PPK penyakit terbanyak untuk setiap

departemen,sedangkan untuk RS rujukan ; PPK untuk penyakit tiap subdisiplin

Pembuatan PPK dikoordinasi oleh Komite Medis dan berlaku setelah disahkan oleh Direktur

Apabila Tidak Ada, maka :

PPK dibuat dengan merujuk ; Pustaka mutakhir; artikel asli,review/metaanalisis PNPK asing, evidence based text book, etc Di RS ; PPK penyakit terbanyak untuk setiap

departemen,sedangkan untuk RS rujukan ; PPK untuk penyakit tiap subdisiplin

Pembuatan PPK dikoordinasi oleh Komite Medis dan berlaku setelah disahkan oleh Direktur

Menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical

governance) yang baik agar lebih terjamin dan

terlindungi :

Mutu pelayanan medis

Keselamatan pasien

TUJUAN KOMITE MEDIK

RUANG LINGKUP PPK

• Ruang lingkup Panduan Praktek Klinis mencakup :

Penyakit terbanyak dari setiap divisi dan

subdivisi

Penyakit-penyakit yang dianggap penting

walaupun angka kejadian kecil

Penyakit-penyakit yang memerlukan tindakan

emergensi

Tata laksana tindakan/prosedur

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) RS KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA SELATAN

GLAUKOMA

POAG ( Primary Open Angle Glaucoma)atauGlaukoma Sudut Terbuka Primer

1. Pengertian (Definisi)

POAG ( Primary Open Angle Glaucoma) atau Glaukoma Sudut Terbuka Primer merupakan Neuropati Optik dengan defek lapang pandang dan peningkatan TIO merupakan faktor penyebab terbanyak pada Gonioskopi sudut terbuka

2. Anamnesa Sakit kepala, lapang pandang menyempit

3. Pemeriksaan Fisik

TIO (Tekanan Intra Okular ) meningkat Visus : bisa normal / menurun Segmen anterior tenang Funduskopi : pelebaran “cupping” Defek Lapang Pandang

4. Kriteria Diagnosis 1. TIO meningkat

2. Funduskopi : pelebaran cupping 3. Lapang pandang menyempit 4. Gonioskopi : sudut terbuka

5. Diagnosis Glaukoma sudut terbuka primer

6. Diagnosis Banding 1. Glaukoma sudut terbuka sekunder 7. Pemeriksaan Penunjang 1. OCT

2. Humphrey

8. Terapi 1. Anti Glaukoma : 1. β Blocker 2. Miotikum

3. Analog prostaglandin 4. Gliserin / Manitol 2. Trabekulektomi

9. Edukasi 1. Kontrol berkala

2. Evaluasi Funduskopi 3. Evaluasi Lapang Pandang 4. Kontrol penyakit sistemis

10. Prognosis Ad Vitam : dubia ad bonam Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam Ad Fungsionam : dubia ad bonam/bonam

11. Tingkat Evidens I/II/III 12. Tingkat Rekomendasi A/B/C 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis

15. Kepustakaan 1. AAO 2015-2016 2. Baecker and Shaffer

PANDUAN PRAKTiK KLINIS (PPK) RS KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA SELATAN

REFRAKSI

Buta Warna

1. Pengertian (Definisi)

Buta Warna : Kelainan penglihatan yang diturunkan (Color Blindness) secara ginetik akibat ketidak mampuan seseorang membedakan warna tertentu yang disebut juga. Sex Linted kornea dibawa oleh kromosom x

2. Anamnesa

1. Kesulitan melihat warna tertentu 2. Adakah riwayat penyakit tertentu à untuk mengetahui

etiologi (katarak, degenerasi makula, retinopati diabetikum, glaukoma, neuropati optik)

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan visus dengan koneksi terbaik

2. Uji Ishihara ( 38 Plate ) 3. Ruang pemeriksaan harus cukup pencahayaan 4. Lama pengamatan masing – masing lembar maksimal 10

detik 4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis

2. Pemeriksaan status ophthalmologi

5. Diagnosis Color Blindness à Acquired atau iterited 1. Parsial atau total

6. Diagnosis Banding 7. Pemeriksaan Penunjang 1. Funduscopy

2. Pemeriksaan Lapang Pandang

8. Terapi Sesuai dengan Etiologi 9. Edukasi 1. Konseling Genetik

2. Memilih pekerjaan yang tidak membutuhkan penglihatan warna yang baik

10. Prognosis Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam Ad Fungsionam : dubia ad bonam

11. Tingkat Evidens I/II/III

12. Tingkat Rekomendasi A/B/C 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis

15. Lama Rawat 16. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology

2. Dasar teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata ( sidarta ilyas)

Format Panduan Praktik Klinis (PPK):

1.Pengertian 2.Anamnesis 3.Pemeriksaan Fisik 4.Prosedur Diagnostik 5.Diagnosis Kerja 6.Diagnosis Banding 7.Pemeriksaan Penunjang 8.Tata Laksana 9.Edukasi (Hospital Health

Promotion) 10.Prognosis 11.Tingkat Evidens*

12.Tingkat Rekomendasi*

13.Penelaah Kritis.

14.Indikator

15. Kepustakaan

Catatan :

* Bila memungkinkan dan sesuai kemampuan rumah sakit dan diputuskan oleh Direktur RS atas rekomendasi Komite Medis dan atau Komisi HTA

TUGAS DAN FUNGSI KOMITE MEDIK

LANJUTAN

b) Memelihara mutu profesi staf medis, memiliki fungsi antara lain : Pelaksanaan audit medis;

Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf

medis;

Rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf

medis rumah sakit tersebut; dan

Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang membutuhkan.

c) Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis memiliki fungsi antara lain: Pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;

Pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;

Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit; dan

Pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan medis

pasien.

WEWENANG KOMITE MEDIK

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik berwenang:

a) memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);

b) memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appointment);

c) memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu;

d) memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical

privilege);

e) memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis;

f) memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan;

g) memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan

h) memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin;

HUBUNGAN KOMITE MEDIK DENGAN KEPALA/DIREKTUR

Hubungan komite medik dengan Kepala/Direktur, antara lain :

1. Kepala/direktur rumah sakit menetapkan kebijakan, prosedur

dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan

fungsi komite medik.

2. Komite medik bertanggung jawab kepada kepala/direktur rumah

sakit.

PENUNJANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS

1. Clinical Pathway bersifat multidisiplin, semua pihak yang terlibat dalam

pelayanan dokter/dokter gigi, perawat, fisioterapis, nutrisionis/dietisien, Apoteker, dll dapat menggunakan format yang sama.

Kelebihan format ini adalah perkembangan pasien dapat dimonitor setiap hari, baik intervensi maupun outcome-nya.

Clinical Pathway paling layak dibuat untuk penyakit atau kondisi klinis yang memerlukan pendekatan multidisiplin. Perjalanan klinisnya dapat diprediksi. Dalam perjalanan klinis ditemukan hal-

hal yang menyimpang, ini harus dicatat sebagai varian yang harus dinilai lebih lanjut.

Perjalanan klinis dan outcome penyakit yang dibuat dalam Clinical Pathway dapat tidak sesuai dengan harapan karena:

memang sifat penyakit pada individu tertentu,

terapi tidak diberikan sesuai dengan ketentuan,

pasien tidak mentoleransi obat, atau

terdapat ko-morbiditas.

• Pada umumnya di rumah sakit umum hanya 30% pasien dirawat dengan Clinical Pathway. Selebihnya pasien dirawat dengan prosedur biasa (usual care). Clinical Pathway hanya efektif dan efisien apabila dilaksanakan untuk penyakit atau kondisi kesehatan yang perjalanannya predictable, khususnya bila memerlukan perawatan multidisiplin.

a. Apakah Clinical Pathway perlu dibuat untuk semua penyakit? Clinical Pathway hanya untuk penyakit yang perjalanan klinisnya

predictable dan memerlukan penanganan multidisiplin. b. Apakah Clinical Pathway dibuat untuk perincian biaya perawatan? Panduan Praktik Klinis (PPK) dan semua perangkatnya, termasuk Clinical

Pathway, harus patient oriented,patient oriented, bukan DGR (diagnosis-related group)-oriented, length of stay oriented, atau BPJS oriented. Bahwa setelah Clinical Pathway dibuat digunakan untuk keperluan penghitungan pembiayaan tentu hal tersebut sah-sah saja.

Clinical Pathway juga tidak efektif bila terdapat ko-morbiditas.

KARAKTERISTIK

CLINICAL PATHWAYS KONSEP PERENCANAAN PROSES LAYANAN PERAWATAN

PASIEN YG SISTEMATIS (DARI MASUK RS s.d KELUAR RS)

DIRANCANG DENGAN MELIBATKAN SELURUH PROFESI:

MEDIS,

PERAWAT/PENATA/LABORATORIS,

APOTEKER/ FARMASIS

HASIL (OUTCOME) TERUJI

DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU

FLEKSIBEL : DIGUNAKAN SEBAGAI PANDUAN DALAM

PELAKSANAAN PROSES PERAWATAN (USE TO GUIDE ) TETAPI TIDAK HARUS SAMA PERSIS DIIKUTI ( NOT TO MANDATE ).

1

Peningkatan mutu dan keselamatan pasien

TERIMA KASIH