panduan menulis buku nonfiksi

98
TIPS SUKSES MENULIS BUKU NONFIKSI Oleh : Afn Murtie Dipersembahan !leh: Penulispr!"#!m $Antimainstream Online Me%ia& ' Penulispr!"net $K!munitas Penulis Pr!%uti( Terbesar In%!nesia& qwertyuiopasdfghjklzxcvb nmqwertyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfghjkl zxcvbnmqwertyuiopasdfgh jklzxcvbnmqwertyuiopasdf ghjklzxcvbnmqwertyuiopa sdfghjklzxcvbnmqwertyuio pasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwe rtyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcv bnmqwertyuiopasdfghjklz xcvbnmqwertyuiopasdfghj klzxcvbnmqwertyuiopasdf ghjklzxcvbnmqwertyuiopa

Upload: trafficjam13th

Post on 05-Nov-2015

90 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Panduan menulis buku nonfiksi ini dipersembahkan untuk siapa saja yang berkeinginan belajar menulis buku khususnya nonfiksi.Persembahan dari: www.penulispro.com dan www.penulispro.net

TRANSCRIPT

TIPS SUKSES MENULIS BUKU NONFIKSI

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm

TIPS SUKSES MENULIS BUKU NONFIKSIOleh :1/22/2013Afin MurtieDipersembahkan oleh: Penulispro.com (Antimainstream Online Media) & Penulispro.net (Komunitas Penulis Produktif Terbesar Indonesia)

Dari PenulisAlhamdulillahirobbilalamin penyusunan buku menulis nonfiksi ini bisa terselesaikan juga. Segala puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menuangkan ide menulis dalam sebuah buku. Shalawat serta salam tercurah bagi baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah menuntun umat Islam menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.Terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada ibu dan bapak yang telah mengasuh dengan penuh sayang dan pengertian. Terima kasih kepada dukungan dan cinta yang tak henti dari suami Marzuqi Yahya, dan anak-anak Alfons serta Finka. Terima kasih kepada adik, kakak, dan sahabat yang telah menginspirasi dan menemani saat sedih dan bahagia. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan tim re! Media Service (Agensi naskah) dan segala bantuannya selama ini terhadap karier penulis. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin YRA.Menulis, bukanlah sebuah cita-cita yang dulu termasuk dalam daftar capaian yang hendak menjadi tujuan penulis di masa muda. Namun, hobi dan panggilan jiwa untuk berbagi hal-hal positif dan bermanfaat menggelitik minat untuk menuangkan semua pengetahuan dan pengalaman ke dalam buku yang bisa dibaca oleh semua peminatnya. Inilah mengapa setelah melalui proses yang cukup berliku, akhirnya penulis memilih menggeluti kepenulisan nonfiksi. Mulai dari psikologi yang sesuai dengan back ground pendidikan penulis, marketing dan bisnis sebagai aktualisasi diri, parenting dan keluarga yang ditulis berdasarkan pengalaman selama 16 tahun berumah-tangga, masakan dan ketrampilan sebagai aplikasi hobby, sampai dengan berbagai buku agama, pengobatan herbal, dan budidaya yang menggandeng sejumlah narasumber terpercaya. Akhirnya, bukan karena kebetulan jika saat ini bidang kepenulisan nonfiksi masih menjadi tantangan bagi penulis untuk senantiasa menaklukkannya. Ada gairah dan pembelajaran yang sarat arti ketika mulai mengumpulkan bahan, menyusun kata, dan menampilkannya sebagai tulisan yang layak terbit. Bukan penulis sendiri yang nanti akan menentukan apakah naskah tersebut memang layak untuk dibaca dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Peran serta agensi, penerbit, editor, desainer, dan pihak terkait sangat membantu dan mewarnai naskah yang telah tersusun untuk layak konsumsi.Ketika ada tawaran untuk menuangkan pengalaman kepenulisan nonfiksi tersebut dalam sebuah naskah. Penulis dengan senang hati menerima kepercayaan tersebut. Bukan karena penulis merasa telah mahir menyusun naskah nonfiksi, namun sebagai ungkapan syukur akan adanya dukungan dan semangat untuk membuatnya menjadi nyata. Buku ini hadir sebagai gambaran proses kreatif yang selama ini coba penulis jalani dan terapkan. Pastilah banyak hal yang berbeda dan mungkin kurang sesuai dengan pemikiran serta kondisi pembaca. Oleh karenanya penulis mengucapkan maaf sebelumnya apabila ada pendapat dan cara yang kurang sesuai menurut pembaca. Jika ada hal positif yang bisa diambil dari naskah ini maka itu datangnya dari Allah SWT. Dan jika ada hal yang kurang berkenan bagi pembaca itu datangnya dari diri penulis sendiri. Terima kasih dan salam hangat dari Sidoarjo yang tetap sejuk meskipun sebagian wilayahnya diterjang lumpur.Januari 2013,

(Penulis)

Daftar Isi(i) Daftar Isi(ii) Dari Penulis

Bab I. Terdampar Di Bidang Literasi A. Pemahaman Karya Kepenulisan NonfiksiB. Perbedaan Mendasar Antara Karya Fiksi dan NonfiksiC. Berbagai Bidang Karya Nonfiksi/Jenis-Jenis Naskah NonfiksiD. Siap Pada Kenyataan Yang Tak Selalu Manis

Bab II. Berkenalan Dengan Dunia PenerbitanA. Bedah Dapur Buku NonfiksiB. Pahami Hubungan Dengan PenerbitC. Fungsi Editor, Agensi Naskah, dan Agensi PenulisD. Menimang dan Melepas NaskahE. Waspada Dengan Jenis dan Sistem Pembayaran

Bab III. Menggali Ide Kreatif.A. Membuka Keenam IndraB. Hebatnya Hubungan BaikC. Ambil Hikmah Dari Setiap PeristiwaD. Rahasia Sumber Ide Yang Original.E. Memilih Judul Yang MengenaBab IV. Membuat Kisi-KisiA. Memahami Outline Atau ProposalB. Menuangkan Ide.C. Mencari Sistem PendukungD. Cerdas Dengan Outline Memikat

Bab V. Menulis Nonfiksi Bukan Buku DiktatA. Pahami Pokok BahasanB. Mengumpulkan DataC. Wawancara NarasumberD. Mengambil Foto PendukungE. Menulis Dengan HatiF. Self EditingG. Attitude, Penunjang Kesuksesan Menulis

(iii) Daftar Pustaka(iv) Profil Penulis

BAB ITERDAMPAR DI BIDANG LITERASI

Buku-buku nonfiksiSumber : dokumen pribadiTak pernah terbersit sedikitpun dalam pemikiran penulis untuk menggeluti bidang kepenulisan nonfiksi sebelumnya. Membayangkan menyusun skripsi saat kuliah S1 dulu saja rasanya begitu menghabiskan energi. Apalagi harus menyusun berbagai buku yang saat ini, Alhamdulillah telah tersebar di beberapa toko buku dan internet. Namun, penulis yakin bahwa semua bukanlah kebetulan semata. Adanya rencana Allah SWT diiringi dengan usaha untuk terus mengembangkan potensi dan memperbaiki diri menjadi kunci kenyamanan menyusun buku nonfiksi. Lalu, mengapa harus nonfiksi dan apakah sebenarnya inti dari kepenulisan nonfiksi itu sendiri?

A. Pemahaman Karya Kepenulisan NonfiksiKepenulisan nonfiksi merupakan karya tulis yang mendasarkan pada pengetahuan, teori, data, dan pengalaman nyata yang ada di sekitar kita. Dikatakan sebagai kepenulisan nonfiksi karena apa yang diungkapkan merupakan hal yang benar-benar terjadi atau fakta. Bukan sebuah karangan apalagi khayalan yang disampaikan ke dalam sebuah tulisan. Karena karya nonfiksi sendiri kebanyakan bukan merupakan sarana hiburan. Membaca karya nonfiksi seharusnya membuat seseorang menjadi bertambah pengetahuannya. Dari yang belum tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi lebih mengerti. Inilah mengapa sebenarnya ada satu beban mental ketika kita memutuskan untuk menerima tawaran menulis nonfiksi. Beban untuk menuliskan segala hal yang memang terjadi secara nyata, beban untuk mengungkap teori secara benar, beban untuk memengaruhi pembaca agar melakukan saran, tips, dan aplikasi nyata dari beberapa panduan pada naskah kita. Oleh karenanya sebelum terjun ke dalam bidang kepenulisan nonfiksi, sepertinya kita perlu mempersiapkan diri untuk memahami pengertian menulis karya nonfiksi itu sendiri.Jika kita katakan bahwa karya kepenulisan nonfiksi harus mendasarkan diri pada fakta, teori, dan pengalaman nyata maka kemudian kita tentu akan berpikir bagaimana mungkin kita bisa menyusun kata-kata sendiri? Tentu saja di sinilah fungsi dari seorang penulis nonfiksi, yaitu menyusun semua data, teori, dan pengalaman diri sendiri maupun orang lain ke dalam bahasa yang mudah dimengerti. Ketika kita menuliskan tentang strategi marketing untuk orang awam/tidak pernah bersentuhan langsung dengan marketing misalnya, maka bahasa yang digunakan haruslah mudah dipahami oleh siapapun pembacanya. Jika pembaca menjadi paham dan mudah mengaplikasikan tips praktis dalam menjalankan marketing seperti yang kita tulis, maka dapat dikatakan penyampaian kita cukup mudah dimengerti. Sebuah tantangan bagi penulis nonfiksi untuk mengungkapkan teori dan fakta menjadi satu susunan naskah dengan bahasa yang mudah dipahami. Dari sekilas pengertian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa karya nonfiksi adalah : Sebuah karya kepenulisan yang disusun berdasarkan teori, fakta, dan data nyata.Karya nonfiksi tidak bisa dikarang, direka-reka, dan ditulis dengan sistem kira-kira. Semua harus melalui pemahaman terhadap teori tertentu yang mendasari adanya pengetahuan tentang tema sebuah tulisan. Misalnya ketika seseorang menulis tentang mengasuh anak, maka tidak bisa kemudian mereka menyusun secara kira-kira.

Minimal ada teori tentang pengasuhan anak yang bisa menjadi acuan pokok, meskipun bisa saja kemudian diberi penambahan, pengurangan, dan pengubahan. Meskipun belum pernah memiliki anak atau tidak pernah mengasuh anak-anak mereka sendiri, minimal si penulis tahu hal-hal utama dalam pengasuhan anak. Misalnya jika ada anak yang menangis keras maka bisa saja ada beberapa hal yang membuat si anak tidak nyaman.

Dibuat dengan tujuan memberikan informasi kepada para pembaca.Sebagian besar karya nonfiksi bukan bersifat sebagai hiburan. Karya nonfiksi lebih banyak berfungsi sebagai pemberi informasi tambahan kepada para pembacanya. Kecuali apabila si pembaca memang memiliki hobby sesuai dengan tema karya nonfiksi tersebut.

Maka bisa saja mereka beranggapan bahwa karya itu cukup menghibur. Misalnya saya yang suka memasak, akan merasa terhibur jika membaca dan melihat-lihat gambar masakan di sebuah buku resep kuliner nusantara.

Karena dibuat untuk memberikan informasi inilah maka karya nonfiksi memerlukan berbagai tahapan sebelum dicetak. Terutama dalam hal pengumpulan data ketika proses kepenulisannya. Juga adanya fakta dan contoh konkret yang disebutkan di dalam buku nonfiksi tersebut.

Memerlukan study pustaka, informasi data, narasumber, survey, penelitian, dan pengalaman.Menulis sebuah karya nonfiksi, tidak mungkin mengandalkan imaginasi semata. Kepenulisan nonfiksi membutuhkan data akurat karena bisa jadi buku tersebut akan menjadi acuan bagi seseorang untuk mengerjakan hal penting. Misalnya bagi mereka yang akan mencoba berbisnis online, maka membeli dan membaca buku tentang bisnis online akan mendasari langkah membangun bisnis tersebut.

Bagaimana jadinya apabila buku bisnis online yang disusun ternyata hanya mendasarkan pada sistem kira-kira? Kembali kepada beban mental kepada para pembaca apabila memang kita sebagai penulisnya ternyata tidak menyajikan fakta akurat.

Inilah yang membuat karya nonfiksi memerlukan adanya study pustaka, membaca kembali buku sejenis atau yang berkaitan untuk mengambil pemahaman dan perbandingan dengan naskah yang akan kita susun. Memerlukan adanya data yang bisa didapatkan dari beberapa cara yaitu survey, penelitian, mendasarkan pengalaman, dan pembahasan oleh narasumber terpercaya.

Bisa disusun sendiri atau gabungan beberapa penulis dengan kompetensi seimbang.Karya nonfiksi bisa disusun oleh satu orang dan bisa juga oleh beberapa orang penulis. Yang pasti setiap penulis perlu memahami adanya kompetensi seimbang dalam penyusunan buku tersebut. Karena nantinya nama yang dipakai adalah nama berdua atau gabungan beberapa orang. Jika salah satu kurang kompeten maka naskah yang dihasilkan akan terasa timpang dan bisa saja dikembalikan karena kurang layak terbit.B. Perbedaan Mendasar Antara Karya Fiksi dan Nonfiksi

Karya nonfiksi dan fiksi sangat berbedaSeseorang dikatakan telah menjadi penulis apabila mereka telah menghasilkan karya yang bisa dinikmati oleh khalayak umum. Banyak cara agar tulisan kita bisa dan layak untuk dibaca. Setiap penulis memiliki ciri khas dan bidang khusus yang bisa digelutinya. Di antara pilihan bidang kepenulisan tersebut ada dua yang mendasar, yaitu bidang kepenulisan fiksi dan nonfiksi. Berbedakah keduanya? Tentu saja berbeda karena ide, tema, cara kepenulisan, tujuan, dan hasil karya naskah fiksi dan nonfiksi sendiri memang berbeda. Berikut perbedaan antara karya fiksi dan nonfiksi :Karya FiksiKarya Nonfiksi

Berupa penulisan naskah cerita atau kumpulan cerita. Berupa penyusunan naskah dari fakta yang ada.

Tidak bertujuan memberi informasi Bersifat memberi informasi

Ide naskah bisa bersifat nyata dan khayalan Ide naskah bersifat nyata dan ada faktanya

Pembuatan naskah didasarkan atas imaginasi penulis Pembuatan naskah didasarkan atas data dan fakta yang terkumpul

Tokoh dan setting yang dibuat bisa bersifat khayalan semata Tokoh dan setting yang dibuat bersifat nyata

Penulis disebut juga sebagai pengarang Penulis disebut juga sebagai penyusun

Menggunakan kata-kata indah, berona, dan seringkali hiperbola Menggunakan kata-kata lugas

Demikian sekilas beberapa perbedaan karya fiksi dan nonfiksi. Yang pasti karya fiksi identik dengan roman, novel, cerpen, dan kumpulan cerita. Sedangkan karya nonfiksi identik dengan buku-buku serius seperti parenting, bisnis, ekonomi, kesehatan, budidaya, pertanian, dan beberapa bahasan lainnya. Terdapat perbedaan mendasar antara karya fiksi dan nonfiksi sehingga nantinya terdapat perbedaan mendasar pula terhadap penulis dan cara menulisnya. Bisa saja sebenarnya seorang penulis mengarang karya fiksi sekaligus menyusun karya nonfiksi di lain waktu atau bersamaan. Namun, nantinya akan terlihat bahwa seorang penulis merasa lebih nyaman mengarang karya fiksi atau lebih nyaman menyusun karya nonfiksi. Keduanya memiliki dunia yang berbeda, pembaca yang berbeda, dan kepentingan yang berbeda pula. Jadi tak ada alasan yang bisa dibuat untuk membuat karya nonfiksi dan fiksi tersebut bersaing. Jika ada seorang penulis yang bisa membuat kedua karya tersebut sama baiknya maka dia bisa dikatakan sebagai penulis serba bisa. Tetapi kebanyakan seorang penulis hanya mampu menjalani salah satu bidang kepenulisan lebih baik daripada bidang lainnya. Misalnya lebih menghasilkan karya berbobot ketika menulis buku fiksi atau ketika menulis buku nonfiksi. Nantinya dalam kepenulisan buku nonfiksi-pun seorang penulis terfokus lagi pada beberapa tema yang dikuasainya. Baik penguasaan karena adanya latar belakang pendidikan sesuai dengan tema tersebut, adanya pengalaman, dan adanya data dari pihak lain.C. Jenis-Jenis Naskah NonfiksiKarena buku ini akan membahas tentang seluk beluk kepenulisan nonfiksi, maka yang kita ulas pertama kalinya adalah jenis-jenis karya nonfiksi itu sendiri. Karya nonfiksi memiliki beberapa jenis yang perlu diketahui, yaitu :1) Cerita nonfiksi/kisah nyataJika fiksi menuliskan tentang kisah sebagai hasil karangan penulis yang penuh dengan imaginasi, maka cerita nonfiksi didasarkan pada kisah nyata. Banyak cerita nonfiksi yang kemudian dicampur dengan penulisan ala fiksi yaitu penuh dengan bahasa indah, berona, dan hiperbola.

Apabila kemudian karya tersebut dibubuhi dengan tambahan kisah dari hasil imaginasi penulis, maka selanjutnya karya tersebut bisa dinamakan dengan faksi. Yaitu karya fiksi yang didasarkan atas kisah nyata. Contoh faksi antara lain : novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

Cerita nonfiksi ini bisa jadi akan berbentuk semacam reportase bagi cerita yang tidak dibumbuhi oleh bahasa kiasan, berona, dan hiperbola. Seperti halnya cerita tentang berbagai peristiwa di dalam surat kabar atau media lain. Di sana ditulislah cerita dalam bentuk reportase atau laporan pandangan mata. Contoh : Buku Detik Demi Detik oleh Nagiga Nur Aryati terbitan Rumah Orange. Buku antologi Story Cake for Ramadhan oleh Lygia Pecanduhujan dkk terbitan Gramedia Pustaka Utama

2) Biografi/kisah perjalanan hidup seseorangBiografi adalah kisah perjalanan hidup seseorang. Biasanya biografi dibuat untuk menceritakan kisah seorang tokoh terkenal seperti presiden, agamawan, artis, politikus, penemu, dan tokoh lainnya yang banyak menginspirasi masyarakat luas. Penulisan biografi didasarkan atas cerita si tokoh, keluarga, saudara, teman, dan koleganya. Serta dibubuhi pula oleh berita dari media yang mengabarkan tentang tokoh tersebut.

Saat ini di Indonesia biografi banyak dibuat sebagai bentuk pencitraan diri seseorang yang akan maju pada pilihan kepala daerah atau berbagai jabatan penting lainnya. Jika biografi ditulis sendiri oleh si tokoh, maka karya tersebut disebut dengan otobiografi.

Di dalam sebuah biografi atau otobiografi ditulislah kisah perjalanan hidup seseorang mulai dari masa kecil atau bahkan sebelum kelahirannya sampai dengan kisah suksesnya. Oleh karenanya yang dibuat biografi adalah kisah orang-orang yang sukses.

Hal ini untuk memberikan inspirasi kepada orang lain agar memiliki semangat yang sama dalam menempuh kesuksesan hidup. Meskipun pada perkembangan selanjutnya karya biografi seringkali dibuat sebagai salah satu bentuk pengenalan diri atau kampanye sebelum maju menjadi sosok pemimpin baik di daerah maupjn tingkat nasional.Contoh : Buku biografi BJ Habibie Buku biografi Barrack Obama Dan sejenisnya

3) Laporan penelitian, skripsi, dan tesisBeberapa karya ilmiah, laporan penelitian, skripsi, dan tesis bisa disebut sebagai karya nonfiksi. Karena naskah yang disusun dalam karya tersebut murni sebagai hasil pengolahan data yang diambil dari survey dengan berbagai metode dan penghitungan akurat.

Laporan penelitian ini biasanya juga bisa diterbitkan dalam bentuk jurnal dan buku ilmiah yang bisa memberikan tambahan informasi terkait dengan bidang yang diteliti. Oleh karenanya bisa dikatakan setiap orang yang pernah membuat karya ilmiah semacam ini bisa dikatakan bisa menulis karya nonfiksi. Tetapi perkembangan selanjutnya tergantung dari minat dan kemampuan mereka untuk beradaptasi di dunia literasi.

Hanya saja karya ilmiah semacam skripsi dan hasil penelitian biasanya tidak dipublikasikan dan dibuat untuk kalangan sendiri. Namun pada perkembangan selanjutnya karya ilmiah tersebut bisa menjadi salah satu daftar pustaka kepenulisan nonfiksi.

Karena di dalamnya memuat hal-hal yang telah dibentuk melalui proses survey atau penelitian dengan tingkat validitas yang disebutkan juga di dalamnya. Untuk membuat karya ilmiah ini sebagai salah satu bahan referensi, kita perlu mencantumkan juga penulis dan lembaga yang menaungi mereka. Contoh : Skripsi mahasiswa fakultas psikologi Unair-Surabaya tahun 1999 tentang Perbandingan tingkat kepuasan diri siswa SD negeri dan swasta di Surabaya. Skripsi mahasiswa Institut Pertanian Bogor tentang Teknik Baru Budidaya Paprika. Dan sejenisnya.

4) Buku pelajaran sekolah/kuliahKarya nonfiksi juga bisa ditemui dalam penyusunan buku pelajaran untuk siswa sekolah dan mahasiswa. Di samping buku pelajaran, kumpulan soal yang berfungsi sebagai latihan juga bisa digolongkan ke dalam karya nonfiksi. Maka bisa dikatakan juga setiap pendidik atau guru bisa menghasilkan karya nonfiksi baik tentang penyusunan bahan ajaran sesuai dengan kuriikulum atau penyusunan soal-soal sebagai latihan siswa-siswi mereka.

Beberapa karya nonfiksi yang berbentuk buku pelajaran/diktat antara lain : Buku-buku pelajaran utama Buku-buku penunjang pelajaran Kumpulan soal bagi tiap tahap sekolah Kumpulan soal mata pelajaran tertentu Rangkuman materi pembelajaran Kamus bahasa asing Kumpulan rumus matematika DsbContoh : Kumpulan Sola-Soal Unas Kamus Bahasa Arab untuk Madrasah Dan sejenisnya

5) Buku AgamaBuku agama, apapun kepercayaannya dikatakan sebagai karya nonfiksi. Karena buku agama tidak mungkin disusun berdasarkan khayalan si penulis. Buku agama disusun berdasarkan ajaran agama yang bersangkutan. Contohnya buku tentang agama Islam disusun berdasarkan Al Quran, Hadist Rasulullah SAW, dan ijtihad para ulama.

Buku agama bisa ditulis dengan berbagai gaya, mulai dari gaya bercerita sampai dengan pemakaian poin-poin praktis untuk dipraktekkan. Yang pasti buku agama menunjang pembelajaran terhadap ketentuan, aturan, dan adab sesuai dengan agama yang dibahas di dalamnya.

Banyak buku agama yang beredar di pasaran dan biasanya ditulis oleh penulis nonfiksi yang memiliki bekal pengetahuan tentang agama bersangkutan. Bisa juga ditunjang oleh keberadaan satu lembaga keagamaan dan narasumber yang berkompeten.

Contoh : Panduan Fiqih Imam Syafii (Ringkasan kitab Kitab Fathul Qorib Al Mujib) oleh Marzuqi Yahya penerbit Al Maghfiroh Etika Islam, Menuju Kehidupan Yang Hakiki oleh Hasan Ayub, penerbit Trigenda karya. Dan sejenisnya. 6) Buku motivasiBuku motivasi digolongkan sebagai karya nonfiksi, mengapa? Bukankah buku motivasi seringkali memuat tentang cerita-cerita yang kadangkala diubah kembali sesuai dengan selera dan kemampuan seorang penulis?

Buku motivasi dikatakan sebagai karya nonfiksi karena pasti ada kisah nyata yang melatarbelakangi adanya susunan tulisan yang terangkai menjadi motivasi tersebut. Tumbuhnya buku motivasi karena adanya kesuksesan yang mendasari. Misalnya kesuksesan penulis, tokoh inspiratif, maupun hal lain. Sehingga memunculkan ide untuk berbagi dan memberikan informasi kepada orang lain tentang motivasi yang mendasari kesuksesan tersebut.

Buku motivasi tidak hanya berisi tentang kisah tokoh yang bisa membuat seseorang termotivasi saja tetapi juga bisa berisi tentang hal-hal lain yang memunculkan motivasi. Misalnya tentang cerita dari berbagai belahan dunia, kisah nyata dari berbagai sumber, sampai dengan cerita binatang dan perilaku mereka.

Contoh : 30 Hari Menggapai Kebahagiaan Hidup oleh Marzuqi Yahya, penerbit Al Maghfirah 7 Keajaiban Rezeki oleh Ippho Santosa, penerbit Elex Media. 7) Buku kewanitaanBuku kewanitaan merupakan buku-buku berisikan ketrampilan kewanitaan seperti masakan, kue-kue, kerajinan tangan, menyulam, merajut, sampai dengan merawat kecantikan. Buku-buku kewanitaan ini ada pula yang ditulis berdasarkan aturan serta norma agama tertentu sehingga letaknya bercampur dengan buku agama.

Berbagai buku kewanitaan sangat diperlukan oleh pembaca wanita karena berkenaan dengan pemberian informasi terkait dengan masalah ketrampilan kewanitaan, kesehatan reproduksi, pengasuhan, kecantikan, dan sejenisnya.

Contoh : Cantik Tak Harus Mahal Dengan Herbal Essensial oleh Afin Murtie, penerbit Cahaya Atma. Kreasi Jilbab dan Pashmina oleh Afin Murtie, penerbit Caesar Publishing. Masakan Korea Paling Populer oleh Afin Murtie, penerbit Pustaka Anggrek. Dan sejenisnya

8) ArsitekturMerupakan karya nonfiksi yang memuat tentang interior, eksterior, desain, dan segala hal yang berhubungan dengan pembangunan rumah, kantor, toko, dan lainnya. Buku arsitektur banyak menginspirasi para pembaca untuk membuat suasana menarik dan berbeda terhadap tempat tinggal mereka. Ide kreatif dan tampilan buku yang cantik seringkali menarik minat para pembaca untuk mengaplikasikannya secara langsung.

Contoh : Renovasi, Cara Tepat Mengecat Rumah, oleh Idea Books Dan sejenisnya

9) Psikologi populerBuku-buku prikologi selalu menarik untuk dibaca. Buku psikologi populer menyangkut berbagai karya nonfiksi yang berhubungan dengan ilmu psikologi. Seperti psikotes, pengembangan diri, dan berbagai hal terkait. Buku-buku hypnoterapy, konseling, mind maping, dan semacamnya juga termasuk ke dalam bidang psikologi populer.

Contoh : Tes Potensi Anak oleh Afin Murtie Psikotes Kerja oleh Afin Murtie, penerbit Agogos Mengenal Baby Blues Dan Pencegahannya oleh Hj Afin Murtiningsih, S.Psi, penerbit Dunia Sehat Dan sejenisnya

10) Parenting Kadangkala buku parenting disejajarkan dengan buku psikologi populer, karena memang keduanya tidak dapat dipisahkan. Ilmu parenting sendiri banyak dipengaruhi oleh ilmu psikologi yang memang mempelajari tentang sifat dan perilaku manusia. Buku-buku parenting juga mencakup buku tentang pengetahuan perkembangan anak, pengasuhan, permainan, dan berbagai hal sebagai upaya menjadi orang tua yang baik. Buku parenting bukan hanya mencakup pengetahuan tentang cara mengasuh anak normal tetapi juga tentang anak-anak istimewa dan berkebutuhan khusus.

Contoh : Anak Bertanya, Ibu Gelagapan oleh Indari Mastuti dan Afin Murtie, penerbit Cahaya Atma. Dan sejenisnya

11) Olah raga dan KesehatanBerbeda dengan buku diktat bagi mahasiswa kedokteran, buku kesehatan lebih memuat naskah tentang pengetahuan kesehatan bagi awam. Buku-buku kesehatan yang beredar di pasaran berkisar dari memelihara kesehatan keluarga, pengetahuan tentang penyakit, penyembuhan herbal, sampai dengan olah raga.

Contoh : Kubis si Pencegah Kanker oleh Marzuqi Yahya, penerbit Dunia Sehat Warisan Kuno Pengobatan Tiongkok oleh Poppy Alexano, penerbit Dunia Sehat Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Stroke oleh Afin Murtie, penerbit Dunia Sehat Dan sejenisnya

12) BisnisBuku bisnis merupakan karya nonfiksi yang tak pernah henti berkembang dan dicari. Karena setiap orang dewasa pasti tertarik dengan bisnis untuk dipahami dan bahkan diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Berbagai buku bisnis bukan hanya menambah pengetahuan tentang bisnis itu sendiri tetapi juga menambah motivasi untuk terjun ke dunia bisnis.

Contoh : 101 Bisnis Online Yang Paling Laris oleh : Ari Kurnia, Afin Murtie, Dian Nafi, Kiki Handriyani, dan Wuri Nugraheni, penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jurus Cerdas Investasi Emas oleh Marzuqi Yahya, penerbit Laskar Aksara Dan sejenisnya

13) Budidaya Buku budidaya terdiri dari berbagai macam pembahasan. Ada yang membahas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Berbagai buku budidaya tersebut ada yang dilandasi oleh bisnis, jadi budidaya sebagai salah satu sarana berbisnis. Dan ada pula yang didasarkan atas hobby, budidaya sebagai pengembangan kesukaan seseorang. Buku-buku tentang budidaya juga tidak ada sepinya, banyak hal yang bisa diungkapkan dan dibentuk sebagai naskah nonfiksi di bidang budidaya.

Contoh : Jati Emas Kultur Jaringan oleh Marzuqi Yahya, penerbit Cahaya Atma Budidaya Lovebird oleh Afin Murtie, penerbit Cahaya Atma Dan sejenisnya

14) Manajemen dan MarketingMarketing dan manajemen merupakan dua dunia yang saling berhubungan. Karya nonfiksi yang membahas keduanya juga tak habis untuk dibahas. Dari berbagai segi dan cara memanaje perusahaan sampai dengan marketing produk dibahas tuntas pada berbagai buku dengan berbagai teori dan aplikasi masing-masing.

Contoh : Belajar Manajemen Dengan Strategi Untuk Awam, oleh Afin Murtie, penerbit Laskar Aksara 7 Kesalahan Marketing Dalam Menjual oleh Afin Murtie, penerbit Laskar Aksara Dan sejenisnya

15) KamusKamus berbagai bahasa merupakan karya nonfiksi yang bertujuan membantu seseorang belajar dan mengetahui tentang bahasa negara lain. Bahkan ada pula kamus yang berisi bahasa daerah di beberapa pulau Indonesia. Menarik, kreatif, dan memiliki manfaat teramat besar. Apalagi kamus sekarang dilengkapi dengan tata cara pengucapan dan percakapan sehari-hari dari berbagai negara tersebut. Contoh :

Kamus Indonesia-Jerman oleh Poppy Alexano Dan sejenisnya

16) Perjalanan/wisataNaskah tentang perjalanan atau wisata merupakan karya nonfiksi yang bersifat reportase. Laporan pandangan mata dan pengalaman penulis tertuang dalam sebuah karya nin fiksi dengan dilengkapi gambar, foto, dan keunikan perjalanan yang dilakukan. Menarik minat para wisatawan baik domestik maupun asing, apalagi jika buku ini dibuat dengan disertai bahasa terjemahan dalam bahasa internasional seperti Inggris dan Mandarin.

Contoh : Catatan Perjalanan Asia dan Afrika oleh Prof Dr Hok Tanzil, penerbit Alumni Catatan Perjalanan Awal 1985, Karibia dan Amerika Selatan oleh Prof Dr Hok Tanzil, penerbit Alumni Dan sejenisnya

17) Buku anakBuku anak terdiri dari dua jenis, yaitu buku cerita yang sebagian besar merupakan karya fiksi dan buku nonfiksi. Buku-buku anak yang termasuk karya nonfiksi diantaranya adalah cerita sejarah, ensiklopedi, buku ketrampilan, dan pengembangan diri.

Contoh : 50 Cerita Klasik Nusantara dan Dunia Paling Inspiratif, oleh Indri Noor dkk, penerbit Gramedia Pustaka Utama Ensiklopedi Bocah Muslim, penerbit Mizan Dan sejenisnyaD. Siap Pada Kenyataan Yang Tak Selalu ManisPenulis sama seperti halnya berbagai pekerjaan lain yang bisa saja menjadi penopang hidup atau sumber penghasilan. Dan bisa pula dijadikan sebagai pekerjaan sampingan yang tentu saja diharapkan akan menambah pendapatan keluarga. Penulis nonfiksi juga demikian adanya. Ketika tulisan telah layak terbit maka kemudian sejumlah fee atau honor bisa didapatkan untuk menambah pendapatan. Berbeda ketika kita menulis di blog atau website pribadi, yang mungkin tidak berbayar. Kecuali apabila website atau blog tersebut telah memperoleh sponsor dan kita mendapatkan penghasilan dari pemasang iklan tersebut.Mengawali menjadikan penulis sebagai profesi tentu saja tak semudah yang sering kita bayangkan. Merasa telah pernah menembus media atau penerbit satu kali, bukan berarti selanjutnya langkah kita bisa secepat itu. Bisa jadi menunggu untuk beberapa saat agar naskah kita kembali dilirik oleh penerbit. Ide segar dan muatan tulisan yang sarat informasi diperlukan agar kita tetap mampu eksis di dunia kepenulisan nonfiksi. Jika dikatakan bahwa menulis itu tergantung mood, sepertinya hal ini kurang berlaku pada bidang kepenulisan nonfiksi. Karena sebagai penulis nonfiksi kita mengungkapkan dan menyusun fakta ke dalam satu bentuk naskah, bukan mengarangnya. Mood lebih identik dengan kemampuan untuk berkhayal dan menuliskan imaginasi kita ke dalam sebuah naskah fiksi. Namun demikian, apabila kita telah merasa lelah dan jenuh ada baiknya untuk beristirahat dan mencari kesenangan lainnya. Segera setelah tubuh terasa segar kembali, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menyusun informasi dan data terkumpul untuk menjadi naskah yang menarik dan inspiratif bagi pembaca.Kadang seringkali kita mendengar pertanyaan, kapan kepastian naskah saya dimuat? Atau bahkan kapan ya kira-kira outline yang saya buat disetujui oleh penerbit untuk kemudian saya buat naskahnya? Bagi seseorang yang baru terjun ke dunia penerbitan buku dan media, pastilah berbagai pertanyaan tersebut terus berkecamuk. Belum lagi berbagai prasangka mengapa outline atau naskah kita belum bisa lolos? Apakah tulisan kita kurang bagus? Ataukah karena kita belum memiliki nama seperti penulis lainnya?

Menjadi seorang penulis, sama dengan perellyHarus selalu siap pada kenyataan yang tak selalu manisSumber : dokumen pribadiWajar saja bagi siapapun untuk mengira dan menebak apa yang terjadi dengan kiriman outline dan naskahnya. Namun hendaknya kita kembali lagi menapak bumi, mendapati bahwa kadangkala kenyataan tak selalu manis seperti cerita sebuah novel romantis. Kenyataan bisa saja berbalik dari harapan, semua membutuhkan proses terutama dari dalam diri kita sendiri untuk lebih mengedepankan pemikiran positif dan semangat agar tak jenuh memperjuangkan apa yang menjadi tujuan.Mengapa saya bisa mengatakan demikian? Bahwa kenyataan apapun harus dihadapi sebagai seorang penulis nonfiksi? Hal tersebut karena saya sendiri telah mengalami suka duka menjalani pekerjaan menulis ini. Saya katakan sebagai pekerjaan, bukan hobby. Karena dengan menganggap bahwa menulis juga merupakan satu pekerjaan, maka ada rasa tanggung jawab dan komitmen dalam diri saya untuk segera menyelesaikannya apabila telah dipesan. Jika saya menganggap menulis sebagai hobby, tentu saya akan menjalankannya ketika ada waktu senggang dan tidak mengganggu pekerjaan lainnya.Mengapa saya mengatakan harus siap pada kenyataan yang tak selalu manis? Karena memang dunia menulis sama dengan dunia kerja dan bisnis lainnya. Kadangkala berita gembira cepat didapat bahwa naskah kita acc atau disetujui untuk diterbitkan. Kadangkala harus menunggu sampai waktu yang cukup lama, bahkan bisa sampai dua tahun sebelum ada kata diterima ataukah ditolak. Dan ujungnya sering juga terjadi penolakan atas naskah apalagi outline. Lalu, haruskah kita berputus asa? Jika memang kita ingin tetap mewarnai dunia kepenulisan, jika kita mau belajar untuk lebih baik, jika kita tak jenuh menggali ide-ide kreatif maka saya rasa tak ada seorangpun yang tak mampu untuk menjadi seorang penulis nonfiksi. Yang dibutuhkan hanyalah kesabaran dan pengetahuan yang bisa didapatkan dengan melimpahi diri akan bacaan-bacaan bermanfaat.Beberapa kenyataan tak manis itu : Komunikasi Kurang LancarKadangkala sebagai seorang penulis kita terhambat adanya komunikasi yang lancar dengan agensi atau penerbit. Apalagi di zaman internet saat ini dimana hubungan antara penulis dengan penerbit terjalin lewat email, telfon, dan surat. Jarang sekali penulis tahu dengan pasti wajah-wajah para editor dan pimpinan sebuah penerbitan.

Hal ini karena jarak antara kediaman penulis dengan penerbit cukup jauh. Banyak penulis yang masih setia tinggal di daerahnya, seperti saya yang masih nyaman tinggal di Sidoarjo-Jawa Timur. Sedangkan penerbit dan agensi biasanya berada di kota lain seperti Jogjakarta, Solo, Bandung, dan Jakarta.

Oleh karena itu butuh kesabaran apabila pihak agensi atau penerbit lambat merespon pertanyaan kita sebagai penulis. Bisa jadi tidak setiap waktu juga mereka online dan ada jadwal tertentu untuk menjawab pertanyaan dari para penulisnya.

Ide dan outline yang tak selalu berhasil memikat hati penerbitTak semua ide dan outline yang kita buat menarik dan bisa memikat hati penerbit. dari sepuluh outline yang saya buat, biasanya kurang dari setengah yang bisa sampai menjadi naskah. Lalu, harus berputus asakah saya? Tentu tidak, ada saatnya outline tersebut memang kurang tepat untuk waktu sekarang.

Mungkin akan menarik tiga bulan bahkan setahun kemudian. Pernah ada satu pengalaman tentang proses kepenulisan naskah tentang Terhindar Dari Jebakan Kartu Kredit oleh Marzuqi Yahya. Awalnya ide dan outline tersebut dibuat sampai setahun tak ada kabar apapun. Setelah itu ada kabar diminta menuliskan naskahnya.

Ternyata setelah kita telaah, setahun sebelumnya masih laris buku tentang Berbisnis Dengan Kartu Kredit. Maka ide tentang menghindari jebakan kartu kredit jelas bertentangan di pasar. Oleh karenanya outline kemudian diterima setelah banyak juga yang tidak bisa menggunakan kartu kredit secara bijak.

Jadi ketika outline kita tidak diterima sekarang, bukan berarti ide tidak menarik dan outline jelek tetapi mungkin saja saatnya kurang tepat. Outline dan bahkan naskah jadi tersebut bisa menjadi tabungan di lain waktu apabila ada penerbit yang menginginkannya.

Kepenulisan naskah tak selalu mulusMeskipun kita telah mengantongi surat kontrak kerja dari penerbit dan outline kita disetujui tetapi adakalanya kepenulisan naskah tersebut tak selalu mulus. Bisa jadi ada faktor internal semacam sakit, keluarga sakit, pekerjaan lain yang lebih penting, dan beberapa hal lain sebagai penghalangnya. Namun bisa jadi juga faktor eksternal yang menghalangi semacam kurangnya sumber informasi, sulitnya menemukan materi yang berkaitan dengan tema, dan sejenisnya.

Pencarian data dan narasumber yang cukup sulitTelah disebutkan di atas adanya faktor penghambat kegiatan menulis, diantaranya pencarian data dan narasumber yang cukup sulit. Memang kadangkala kenyataan bisa tak semanis perkiraan. Kita sudah meminta izin semenjak awal pada sebuah lembaga atau perorangan untuk dijadikan sebagai narasumber, ternyata saat penulisan berlangsung mereka sibuk sehingga tidak ada waktu bagi kita sebelum deadline untuk menemuinya.

Hal lain yang bisa menghambat adalah pencarian data yang cukup sulit. Bisa jadi buku yang senada dengan tulisan kita belum ada, karena ide kita termasuk baru. Misalnya saat menulis tentang lovebird di tahun 2011, burung mungil tersebut belum terlalu tenar.

Sehingga buku tentang lovebird juga belum banyak beredar. Mencari referensi di berbagai toko buku tak semudah yang dibayangkan. Akhirnya bisa juga mencari data lewat narasumber dan ada beberapa artikel tentang burung lovebird tersebut.

Revisi berulang kaliSetelah naskah selesai disusun, proses menulis tidak lantas selesai. Adakalanya kita harus revisi naskah berulang kali sampai naskah tersebut dianggap layak terbit. Bisa revisi karena bahasanya yang kurang tepat, kontent atau isinya yang kurang mengena, atau gambar yang kurang besar ukuran mega pixcelnya. Semua menjadio pekerjaan rumah (PR) bagi seorang penulis nonfiksi.

Ada beberapa penulis yang enggan merevisi naskahnya. Hal ini bisa mengakibatkan buku tidak bisa melalui proses cetak dengan cepat dan menjadikan penerbit atau agensi mencari penulis lain untuk merevisi naskah tersebut. Merepotkan, bukan?

Namun ketika kita pandai mengambil hikmahnya, proses revisi ini justru merupakan pembelajaran bagi penulis. Dengan adanya revisi, secara tidak langsung kita belajar untuk lebih bijak menyusun naskah. Mempelajari lagi EYD yang saat ini berlaku, memahami tema yang ditulis, dan lebih teliti menggunakan tanda baca. Cukup membantu jika kita mau belajar dari berbagai revisi yang dialami.

Pembayaran tak bisa langsung dipegangHonor atau fee menulis tak seperti ketika kita berbisnis lain seperti membuka toko atau bekerja formal. Honor untuk menulis tak mesti datang sebulan setelah kepenulisan selesai dan revisi telah dilakukan. Bisa jadi honor datang dalam waktu lebih dari satu bulan, dua bulan, dan bahkan sampai tiga bulan.

Hal ini perlu untuk diketahui oleh seluruh penulis, agar tidak lantas terus bertanya kapan honor akan diberikan. Dalam surat kontrak yang telah baku-pun tidak bisa lantas memperkirakan kapan honor benar-benar akan dikeluarkan oleh penerbit.

Meskipun demikian ada satu pelajaran berharga yang saya petik ketika bergabung dalam agensi naskah, yaitu bahwa ketika honor kita belum cair maka merekalah yang mendesak penerbit untuk segera memenuhi kewajibannya. Demikian pula dengan penghitungan royalti, maka agensi naskah berperan cukup aktif dalam bertanya tentang buku terjual.

Royalti tanpa tahu penghitungan penjualanPernah satu kali seorang teman penulis mengeluh bahwa selama ini dia terima royalti tanpa tahu penghitungan penjualan bukunya. Hal ini menjadikan satu tantangan tersendiri bagi mereka yang akan terjun di dunia kepenulisan. Bersabar dan berpikiran positif menjadi satu-satunya cara menghadapi royalti yang kita sendiri tak mengetahui pasti penghitungannya.

Anggaplah hitungan penerbit benar, maka hati akan terasa lebih tenang. Bagaimana tidak? Komentar di jejaring sosial bahwa banyak yang akan dan telah membeli buku kita juga bukan lantas menjadi jaminan mereka benar-benar membeli. Survey langsung ke toko buku juga tidak bisa kita lakukan ke seluruh Indonesia. Paling-paling kita hanya bisa melakukan cek penjualan buku di kota kita.

Kiriman Email dari pembaca yang tak selalu baikKiriman email dari pembaca dan orang lain akan banyak bermunculan ketika buku kita ternyata banyak yang membeli. Namun, diantara banyak email tersebut ada satu atau dua yang mungkin bernada kurang baik, melemahkan, dan bahkan menyalahkan tulisan kita.

Sebagai seorang penulis buku nonfiksi kita perlu membuang jauh emosi marah saat menghadapi pembaca yang demikian. Balaslah email dengan kata-kata sopan sehingga lama-kelamaan mereka akan berpikir ulang untuk mengirim kata-kata buruk kepada kita. Anggaplah protes dan cercaan sebagai lecutan bagi kita untuk bisa menghasilkan karya yang lebih baik di masa mendatang.

Meskipun demikian, email dari pembaca menunjukkan bahwa animo mereka sangat besar terhadap buku kita. Dari email yang masuk tersebut, kita bisa mengambil berbegai pelajaran berharga, bisa merendahkan hati, dan mengingat kembali tujuan kita menulis sebuah buku. Ada pembaca yang kemudian sering curhat setelah membaca buku parenting saya. Ada rasa senang karena dibutuhkan, bahagia bisa berbagi, meskipun butuh waktu tentunya untuk menjawab semuanya.

Persaingan antar penulisMerasa atau tidak, ternyata banyak terjadi persaingan antar penulis dan peluang untuk merasa harus berlomba dengan penulis lain. Mulai dari berbagai perlombaan menulis sampai dengan persaingan dengan judul dan outline yang memikat hati penerbit. Seperti halnya pada bidang pekerjaan lainnya, persaingan ini perlu disikapi dengan bijak.

Bahwa masing-masing penulis memiliki kemampuan khusus yang bisa saja berbeda. Ada penulis yang memiliki kemampuan di bidang kepenulisan fiksi atau nonfiksi dengan jenis tertentu. Sadar akan kemampuan diri adalah lebih baik dan membuat kita merasa ringan apabila ternyata kita kalah dalam perlombaan menulis atau belum bisa memikat hati penerbit.

Jika setiap penulis sadar akan kemampuan diri dan berbesar hati untuk menerima persaingan ini sebagai lecutan semangat agar lebih baik ke depannya. Maka tidak akan ada lagi black campaign atau rasa iri hati yang tercetus secara frontal di berbagai media.Bab II. BERKENALAN DENGAN DUNIA PENERBITAN

Haruskah karya yang dihasilkan oleh penulis itu diterbitkan? Pertanyaan tersebut rasanya bisa dijawab oleh masing-masing penulis. Ada yang menganggap bahwa karyanya akan terlihat lebih nyata apabila diterbitkan. Ada penulis spesialis lomba yang hanya mau mengikutsertakan karya-karyanya dalam lomba saja, tidak perlu diterbitkan asalkan bisa menang. Ada yang cukup berpuas diri bisa menulis dengan bagus di blog atau website pribadi, yang penting tujuannya untuk berbagi telah tercapai. Dan ada yang malu-malu dan hanya menyimpan tulisannya di laptop. Apapun tujuan kita menulis, sebaiknya kita mengetahui beberapa hal pokok dalam penerbitan naskah terutama yang berhubungan dengan penerbitannya.A. Bedah Dapur Buku NonfiksiTelah banyak kita ulas tentang pengertian naskah nonfiksi pada bab sebelumnya. Pada dasarnya naskah nonfiksi merupakan naskah yang dibuat berdasarkan fakta, nantinya berbagai metode atau cara bisa digunakan untuk mendapatkan informasi seputar fakta yang hendak diangkat ke dalam tulisan tersebut. Tentu saja salah satu cara untuk mendapatkan informasi terkait kepenulisan buku nonfiksi bisa bersumber dari buku lain/literasi dan juga internet. Kadangkala ada seseorang yang mengatakan bahwa buku nonfiksi si X semua informasinya ada di google. Coba kita telaah dulu pembicaraan bernada miring demikian. Benarkah si X menjiplak google? Naskah nonfiksi, sekali lagi merupakan naskah yang ditulis berdasarkan fakta dan kumpulan informasi. Dikatakan menjiplak atau plagiat, apabila naskah tersebut mengutip tanpa menuliskan kembali informasi yang didapatkan dari media lainnya termasuk internet. Dan naskah seperti ini (plagiat) sangat sulit/bahkan tidak mungkin untuk lolos menjadi sebuah buku yang diterbitkan. Karena proses dari naskah yang disusun oleh penulis sampai diterbitkan melalui beberapa tahapan, termasuk adanya proses editing oleh editor profesional. Nama baik editor dan penerbit sendiri dipertaruhkan untuk mengeluarkan buku yang naskahnya didapat dari hasil plagiat atau menjiplak. Maka kita harus lebih berhati-hati untuk menuduh sebuah naskah disusun sebagai hasil plagiat.Penulisan kembali dari sumber informasi terpercaya seringkali harus dilakukan oleh penulis nonfiksi. Coba kita ambil contoh yang sederhana, misalnya kita menulis tentang budidaya ayam kampung. Di buku dan media apapun yang membahas tentang budidaya ayam kampung pasti akan mengulas tentang penetasan alami. Yang berarti si induk mengerami telur di dalam sarang atau petarangan selama +/- 20 hari. Pada kenyataan di lapangan, ketika penulis menemui narasumber peternak ayam kampung mereka juga memberikan informasi yang sama. Jadi, sangat logis jika kemudian penulis menyusun naskah dan menjelaskan tentang penetasan alami tersebut. Dengan informasi yang sama dan bisa didapatkan di semua media. Begitu pula dengan buku-buku nonfiksi lainnya, seperti buku wisata, sejarah, rangkuman pengetahuan umum, dan sejenisnya. Semua buku tersebut pastilah memuat informasi yang sama dengan media lainnya. Misalnya informasi tentang Pancasila, tak mungkin penulis menambahkan menjadi enam sila atau mengurangi menjadi tiga sila saja. Inilah dunia karya nonfiksi. Perlu adanya rasa rendah hati, menyingkirkan ego, dan bijaksana menyikapi anggapan miring yang seringkali muncul dari pihak-pihak lain yang berpikiran negatif.Siapkan kita menyikapinya? Membenamkan diri dalam dunia kepenulisan nonfiksi yang penuh tantangan? Jika jawabannya ya, coba kita teruskan untuk mengulas bab-bab selanjutnya dengan penuh semangat.Pada intinya dapur seorang penulis nonfiksi berisikan hal-hal sebagai berikut : KreativitasPenulis nonfiksi dituntut untuk kreatif. Kreatif dalam mencari ide penulisan, kreatif mengolahnya menjadi tema dan outline memikat, dan kreatif pula menyusunnya sebagai sebuah naskah informatif. Bagaimanapun, kreatifitas dibutuhkan agar seorang penulis nonfiksi tetap eksis di bidangnya. Dengan adanya kreatifitas, maka semua hambatan bisa disingkirkan dalam waktu yang tidak lama. Lalu, bagaimana memunculkan kreatifitas?

Lakukan hal-hal yang kita sukai, nikmati sensasi dari hal tersebut, maka kreatifitas akan muncul dengan sendirinya. Misalnya saya yang suka berjalan-jalan mengitari mall karena kebetulan berada di samping kantor. Dari hobby jalan-jalan ini banyak hal kreatif yang bisa muncul.

Seperti tanggap ketika ada kebutuhan menulis fashion, resep masakan negara tetangga, sampai dengan membuat mainan anak. Tanggap karena setiap kali berjalan-jalan ada hal-hal tertentu yang menarik minat saya dan menyimpannya dalam ingatan untuk dikembangkan menjadi ide sebuah tulisan nonfiksi.

KomunitasBerkumpulah dengan orang baik, maka minimal kita akan tertular kebaikannya. Oleh karenanya memiliki komunitas dengan anggota yang baik dan saling mendukung bisa dijadikan sebagai satu kesempatan dan kemungkinan untuk berkembang menjadi sukses. Komunitas yang saling mendukung juga akan membentuk sikap terpuji masing-masing anggota. Misalnya berkumpul dengan komunitas pecinta alam, organisasi, dan bentuk lain asalkan bertujuan untuk kebaikan dan dilakukan dengan baik pula.

SupportDukungan orang-orang tersayang, suami dan anak-anak, juga beberapa kerabat dan sahabat membuat kepenulisan nonfiksi menjadi lancar.

SemangatSemangat untuk berkarya dan menghasilkan Usaha nyataB. Pahami Hubungan Dengan PenerbitJika memilih melanjutkan profesi sebagai penulis naskah nonfiksi, berarti kita telah siap untuk berhubungan dengan penerbit. Mengapa mesti penerbit? Karena penerbitlah yang memiliki kemampuan untuk menerbitkan sebuah buku. Karena penerbit memiliki jaringan distribusi dan marketing yang akan menyebarkan buku kita ke seluruh nusantara. Baik lewat toko buku, toko online, sampai dengan disebarkan ke sekolah-sekolah dengan berbayar maupun gratis karena adanya proyek pemerintah. Lalu, apakah kita tidak bisa menerbitkan sendiri?Sebenarnya saat ini sudah banyak penerbitan indie yang menawarkan kita menerbitkan buku sendiri secara mandiri. Jadi biaya pembuatan buku, mulai dari menulis, layout, desain, sampai dengan mencetak kita tanggung. Nantinya hasil penjualan buku juga kita terima secara utuh setelah dipotong berbagai biaya tersebut. Namun kendala kemudian ada pada distribusi dan promosi buku yang kurang merata. Karena penerbitan indie maksimal hanya akan memasang buku mereka di internet. Untuk dapat didisplay pada seluruh tokoh buku di Indonesia, sebuah buku perlu dicetak sebanyak minimal 3000 ekslempar.Di sinilah perlunya kita memahami hubungan dengan penerbit. Berhubungan dengan penerbit secara langsung maupun melalui pihak lain tetap bisa kita lakukan sebagai penulis karya nonfiksi. Untuk dapat menembus ke dalam dunia penerbitan ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan : Mencari tahu profesionalisme penerbit.Saat ini informasi mudah untuk digali, dari berbagai media dan sumber informasi lainnya termasuk teman, sahabat, dan saudara. Menentukan profesionalisme sebuah penerbit bisa kita lakukan dengan melihat performance penerbit tersebut.

Caranya cukup sederhana, datang ke toko buku dan lihat nama penerbit yang rata-rata mendisplay buku mereka di sana. Nama penerbit ini ada di bagian belakang buku dan dilengkapi dengan alamat serta emailnya. Penerbit profesional tentu mampu mencetak buku terbitan mereka sebanyak @3.000 buah untuk didispalay di toko buku seluruh Indonesia.

Menggali informasi tentang genre naskah yang dibutuhkan oleh si penerbitSetiap penerbit memiliki spesialisasi sendiri atas naskah-naskah yang dikeluarkannya. Meskipun tak jarang ada juga penerbit mayor yang mengeluarkan berbagai jenis naskah mulai dari fiksi sampai nonfiksi. Mulai dari buku kesehatan sampai dengan bisnis.

Namun ada juga penerbit yang lebih mengkhususkan diri menerbitkan buku-buku tertentu. Misalnya khusus menerbitkan buku kesehatan, arsitektur, bisnis, budidaya, atau genre lainnya. Di sinilah kita perlu memantau apabila berhubungan dengan salah satu penerbit tersebut. Melihat kebutuhan penerbit dan mengirimkan naskah sesuai kebutuhan tersebut.

Mengetahui selera pasarJika ingin karya nonfiksi kita diterbitkan dan dinikmati banyak pembaca, maka perlu bagi kita untuk selalu melihat selera pasar. Mengetahui dan mempelajari trend buku yang saat ini banyak dicari dan disukai. Sebab, menulis buku yang tidak ada peminatnya tentu saja sulit untuk mendapatkan respon positif.

Padahal respon positif tersebut sangat diperlukan untuk keberlangsungan profesi menulis kita. Jika respon pasar positif maka selanjutnya buku kita akan dinanti atau minimal ada yang berminat untuk membacanya. Misalnya saat ini sedang trend tentang budidaya lovebird maka membuat buku tentang burung cantik tersebut merupakan pilihan tepat dan dicari oleh pasar.

Berhubungan dengan pihak yang tepat dan berwenang dalam penerbitanAlamat penerbit memang bisa kita dapatkan dari buku-buku mereka yang beredar di toko buku. Namun, tidak sesederhana itu apabila kita ingin berhubungan langsung dengan penerbit dalam rangka menawarkan naskah yang telah ditulis. Alamat penerbit biasanya tidak terfokus pada pihak berwenang yang menentukan kelayakan sebuah naskah untuk diterbitkan.

Jika memang kebetulan kita tinggal di kota yang sama dengan perusahaan penerbitan tersebut, bisa saja kita melacak ke kantor dan menanyakan secara langsung pihak-pihak yang berwenang menyunting naskah. Biasanya pihak yang menyunting naskah untuk dinyatakan layak terbit adalah editor yang diketuai oleh seorang kepala editor. Editor memiliki spesifikasi sendiri, ada bagian fiksi, nonfiksi, yang nantinya akan dibagi lagi menjadi beberapa bagian khusus lainnya seperti editor buku agama, bisnis, dan lainnya.

Mengetahui peraturan tertulis dan kebiasaan yang berlangsung dalam penerbitan naskah di sebuah penerbit.Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam dunia penerbitan naskah, alangkah baiknya apabila kita terlebih dahulu mengetahui rule atau aturan yang berlaku di bidang ini. Seperti pihak-pihak mana yang seharusnya berkompeten menangani penerbitan naskah, bagaimanakah naskah yang dikatakan layak terbit, perolehan informasi akurat, menghindari plagiat, dan beberapa hal lainnya.

Seperti layaknya berada pada situasi dan kondisi baru dimana kita belum mengenal medan maka bertanya dan mencari informasi dari berbagai sumber terpercaya menjadi sarana untuk mengetahui seluk beluk penerbitan. Hanya saja kita juga tetap perlu pandai memilah untuk bertanya hanya kepada pihak-pihak terkait yang sekiranya bisa memberikan informasi secara akurat.

C. Fungsi Editor, Agensi Naskah, dan Agensi PenulisEditor :Penulis dan editor seperti dua sisi mata uang yang saling berhubungan erat. Apalagi bagi naskah nonfiksi, yang penuh dengan informasi terkait pembahasan tema bersangkutan. Berikut fungsi seorang editor bagi penulis dan naskah nonfiksi yang disusunnya : Menyunting bahasa Fungsi utama dan pertama dari seorang editor adalah menyunting bahasa penulis. Bagaimanapun seorang penulis, fiksi dan nonfiksi tetap perlu memerhatikan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Hanya saja EYD atau ejaan yang disempurnakan memiliki perkembangan yang cukup berarti dari tahun ke tahun. Sehingga, kadangkala penulis kurang memahami perkembangan EYD terbaru sehingga dalam beberapa konten tulisan masih terdapat kesalahan kata maupun tanda baca.

Secara pribadi, saya merasa sangat terbantu dengan para editor. Bagaimanapun cara dan sikap seorang editor, rata-rata tujuan mereka baik. Ingin membuat naskah kita layak terbit dan nyaman untuk dibaca. Pernah satu kali tulisan saya penuh dengan coretan seorang editor. Setelah saya amati dan konsultasikan dengannya, ternyata bahasa saya memang terlalu panjang dan lebar. Naluri seorang ibu yang suka bercerita terbawa dalam tulisan tentang parenting.

Dari coretan yang tak terhingga banyaknya tersebut, saya belajar memilah kata. Belajar menuliskan titik di saat yang tepat. Sehingga pembaca tidak merasa berlari dan lelah mengikuti gaya bercerita saya.

Jika kita menyambut penyampaian editor dengan baik, Insya Allah tak ada kata diomelin editor atau mungkin dimusuhi editor. Karena kembali lagi kepada cara berpikir positif, jika editor mencoret dan meminta kita mengganti naskah itu berarti karena naskah kita belum layak untuk terbit.

Merapikan naskahEditor bukan hanya berfungsi menyunting bahasa seorang penulis, tetapi mereka juga turut andil dalam merapikan naskah. Seringkali penulis lupa tentang hirarki bagi naskahnya. Bagian bab, sub bab, dan keterangan lain diacak penulisannya sehingga sulit untuk dibedakan.

Pembaca akan merasa bingung apabila melihat pembahasan tentang pakan bebek misalnya. Tiba-tiba pada tanda kotak berikutnya kita membahas tentang ukuran telur. Perlu bagi seorang penulis untuk memahami permintaan editor tentang hirarki.

Namun demikian naskah yang kurang rapi dalam artian tidak terlalu parah, akan dibenahi oleh si editor dengan senang hati. Terutama apabila naskah tersebut menarik minat si editor untuk memabacanya. Naskah yang rapi akan lebih mudah dilayout dan dicetak oleh penerbit.

Cek unsur plagiat Penulis karya nonfiksi riskan terkena unsur plagiat. Karena seperti ungkapan saya pada bab sebelumnya, bagaimana kita akan mengganti teori yang telah baku adanya. Hanya saja sangat memungkinkan bagi penulis untuk mengubah bahasa atau menceritakan kembali tentang satu hal yang telah pasti keberadaannya.

Misalnya saja kita menulis tentang mahapatih Majapahit di zaman kejayaannya yang terkenal dengan sumpah palapa. Maka bisa kita mengubah sedikit bahasanya menjadi, Sumpah palapa dilakukan oleh seorang mahapatih kerajaan Majapahit saat pemerintahan raja Hayam Wuruk. Sumpah palapa tersebut kemudian terwujud dengan luasnya wilayah Majapahit dari ujung barat sampai ke timur Indonesia.

Pengubahan dengan kata-kata sendiri ini tidak termasuk dalam plagiat, namun kadangkala ada juga orang lain yang menuliskan serupa dengan bahasa kita dalam menerangkan tentang sumpah palapa. Di sinilah fungsi editor untuk mengecek benarkan kata-kata si penulis merupakan plagiat ataukah bukan. Jadi, ketika sebuah buku terbit unsur plagiat yang telah dideteksi diharapkan tak ikut ambil bagian sehingga memalukan bagi penulis dan penerbit.

Menghubungkan penulis dengan penerbitKetika kita akan mengirimkan naskah kepada penerbit, maka jalan terlogis yang perlu dilakukan adalah menawarkan naskah kita kepada editor penerbitan tersebut. Sebab, editor memiliki peranan cukup penting dalam menentukan apakah naskah yang diterimanya tersebut menarik dan layak terbit.

Oleh karenanya tak jarang editor mengikuti pameran yang diadakan oleh asosiasi penerbit untuk mencari bibit-bibit penulis baru yang fresh dengan ide-ide segar dan layak untuk dijadikan sebuah buku.

Meskipun berfungsi menghubungkan penulis dengan penerbit, tetapi proses pembayaran dan royalti biasanya dilakukan oleh bagian akunting sebuah perusahaan penerbitan. Penulis tidak bisa serta merta menagih fee atau honor menulis kepada editor mereka.

Membimbing kepenulisan Seorang editor yang profesional dan baik hati, biasanya mau membimbing kepenulisan sebuah karya. Apalagi jika penulis yang bekerjasama dengan mereka tergolong baru. Bimbingan ini lebih pada kelengkapan naskah seperti foto yang relevan, usulan penambahan atau pengurangan pokok bahasan tertentu, dan hal lain yang berhubungan dengan buku yang akan diterbitkan.

Pada beberapa penerbit, editor sengaja mengadakan event lomba untuk menjaring penulis berbakat. Dalam berbagai lomba tersebut biasanya si editor mengadakan kelas menulis untuk memoles penulis menjadi profesional dan naskahnya lebih layak jual.Agensi Naskah:Dalam melakukan hubungan dengan penerbit, kadangkala penulis perlu menggunakan jasa agensi naskah. Agensi naskah ini berkembang cukup pesat di tanah air. Sebutlah beberapa nama yang tersebar di kota Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Solo, dan Surabaya. Biasanya agensi naskah dibentuk oleh seseorang yang paham tentang dunia penerbitan, pernah bekerja di perusahaan penerbitan, dan paham tentang tata cara pengumpulan naskah, editing, sampai dengan menjadi naskah siap cetak. Agensi naskah memiliki manfaat besar bagi seorang penulis dan juga bagi penerbit.Berikut beberapa fungsi agensi naskah : Menjembatani kerjasama antara penulis dengan penerbit.Agensi naskah berfungsi untuk menjembatani hubungan antara penerbit dengan penulis. Jika selama ini penerbit biasa menyebar editornya untuk mencari penulis-penulis yang memiliki naskah layak terbit. Maka boleh dikatakan agensi naskah membantu kinerja para editor dari berbagai penerbitan untuk berburu naskah dari penulis yang berkompeten.

Kerjasama antara penulis dengan penerbit yang dilakukan lewat agensi naskah biasanya lebih mudah dan transparan. Karena pihak agensi berada di tengah-tengah. Jadi agensi nas secara obyektif bisa memilih naskah yang bagus dan layak terbit. Kemudian dengan penulis pihak agensi juga bisa memilihkan penerbit yang transparan dan pembayaran fee atau honornya lancar.

Menyediakan ide dan judul bagi sebuah naskah sesuai minat pasarAgensi naskah membantu penerbit dan penulis dengan cara mengeluarkan ide dan tema tulisan. Kemudian mereka share kepada penerbit mana ide dan tema yang sekiranya sesuai dengan minat pasar. Menawarkannya kepada penulis, siapa yang sekiranya mampu menyusun naskah dengan tema tersebut. Kemudian mengawal penulis dalam penyusunan naskahnya sampai kemudian kembali lagi diserahkan kepada penerbit untuk dicetak.

Membantu penerbit untuk mencari naskah sesuai dengan tema yang diinginkanAdakalanya penerbit tertentu memiliki kekhususan dalam menerbitkan naskah dengan genre tertentu pula. Misalnya penerbit yang khusus menerbitkan naskah tentang kesehatan, budidaya, hobby, arsitektur, atau psikologi. Nah, penerbit yang demikian memiliki beberapa tema untuk dijadikan sebuah buku. Maka agensi naskah yang telah menjalin hubungan kerjasama dengan mereka akan membantu mencari naskah sesuai tema tersebut.

Membantu penerbit mencari penulis yang sesuai dengan standard penerbitan sebuah bukuAgensi naskah sebenarnya lebih banyak membantu penerbit, tetapi di samping itu agensi naskah juga membantu penulis yang ingin berkarya. Di sinilah ada sebuah simbiosis mutualisme antara agensi naskah dengan penerbit dan juga dengan penulis. Bagi penerbit, agensi naskah bermanfaat membantu mereka mencari penulis handal yang sesuai dengan standard penerbitan buku atau media lainnya.

Penulis-penulis yang tergabung pada sebuah agensi naskah biasanya memiliki jam terbang lebih tinggi, siap dikejar deadline, dan tak henti menempa pengetahuan. Baik yang didapatkan dari agensi naskah bersangkutan, maupun dengan sharing antar penulis dalam agensi tersebut. Oleh karenanya penulis lebih mampu menyelesaikan naskah yang diminta sesuai waktu dan standard yang diberlakukan oleh penerbit.

Memanaje dan mempercantik naskahAgensi naskah memiliki editor yang siap menyunting dan mempercantik naskah dari penulis. Memanaje naskah dalam artian mencari penulis yang tepat bagi proposal atau outline terpilih, membuat schedule kepenulisan, dan mengawal sampai naskah tersebut siap diterbitkan.

Nantinya agensi naskah juga yang akan mengatur kapan naskah selesai dibuat, mengedit naskah supaya nampak rapi dan layak terbit, dan bahkan kadangkala ikut juga mendesain dan melakukan lay out terhadap si naskah.

Mengatur pembayaran honor kepenulisanAdanya agensi naskah memiliki peran penting dalam hal pembayaran honor kepenulisan kepada penulis. Agensi memiliki bargaining tersendiri dengan penerbit sehingga pihak penulis sebagai pemilik naskah tidak merasa dirugikan. Biasanya agensi memperjuangkan hak penulis agar tidak terlalu lama keluar dari rentang waktu selesainya sebuah naskah. Sebab nantinya hal ini akan berhubungan dengan semangat dan kemauan penulis untuk menyusun naskah kembali di saat-saat berikutnya.

Honor kepenulisan yang lancar secara langsung akan membuat penulis merasa dihargai dan berbahagia. Sehingga di lain waktu tak ada lagi halangan untuk kembali menuangkan ide dalam sebuah karya. Karena bagaimanapun sebagai seorang manusia, tentu penulis juga memerlukan biaya hidup dan membahagiakan keluarga mereka.

Ikut serta promosi buku yang telah diterbitkanAgensi memiliki fungsi ganda sebagai tim promosi atas buku-buku yang telah dihasilkan oleh penulis mereka. Waktu dan kesempatan agensi untuk promo buku tentu lebih banyak daripada penulis. Apalagi dengan sebuah tim solid yang bekerjasama dalam membesarkan agensi tersebut.

Oleh karenanya sangat dimungkinkan bagi agensi naskah untuk ikut serta promosi buku-buku penulisnya. Misalnya dengan membuat website, upload di jejaring sosial, dan memberikan fasilitas diskon bagi penulis yang akan membeli bukunya sendiri untuk berbagai keperluan.Agensi Penulis :Jika agensi naskah lebih banyak berhubungan dengan naskah, maka agensi penulis tentu saja lebih banyak berhubungan dengan penulis. Agensi penulis belum umum di Indonesia, meskipun ada beberapa yang telah menekuni bidang tersebut. Namun, di negara-negara Eropa dan Amerika peran agensi penulis sangat penting bagi para penulis buku baik fiksi maupun nonfiksi. Sebutkan karya populer semacam Harry Potter yang lahir dari tangan seorang penulis dan memercayakan naskah ke agensinya.Berikut fungsi agensi penulis yang perlu diketahui : Mencari penulis-penulis berbakat dan berkemauan untuk majuAgensi naskah mencari naskah, sedangkan agensi penulis mencari penulis. Seperti halnya pencari bakat lainnya yang menelusuri jejak-jejak penulis baru yang dirasa mampu dan memiliki semangat untuk maju. Bakat saja tidak cukup menjadikan seseorang menjadi penulis handal.

Karena bakat tanpa ditunjang kemauan belajar akan membuat si penulis menjadi sosok arogan yang sombong. Sedangkan bagi penulis yang mungkin hanya sedikit memiliki bakat, akan bisa sukses jika ditunjang dengan kemauan keras untuk maju dan pembelajaran tada henti untuk mencapai kapasitas dan kemampuan yang lebih baik dari sebelumnya.

Menempa para penulisnya sehingga menjadi terasah dan trampil menyusun naskahAgensi penulis berfungsi untuk turut serta membentuk karakter seseorang dalam menghasilkan karya tulis. Membimbing dengan sabar dan ikhlas agar penulis yang ditempanya dapat memiliki kemampuan yang lebih baik dari hari ke hari berikutnya.menunjukkan trik untuk menulis dengan baik, mengajarkan EYD, memandu munculnya ide, dan menyemangati si penulis agar memiliki kemauan untuk maju bersama.

Menjembatani hubungan penulis dengan penerbitSetelah merasa bahwa penulis yang bernaung di bawah agensinya memiliki kemampuan untuk membuat naskah layak terbit, maka selanjutnya agensi penulis menawarkannya kepada penerbit. Mencari peluang untuk dapat menulis sesuai dengan tema yang diminta oleh si penerbit. Menawarkannya kembali pada si penulis, dan membuat kesepakatan untuk bekerjasama.

Mengawal penyusunan buku oleh penulisAgensi penulis berfungsi untuk mengawal penyusunan buku oleh si penulis yang berada di bawah naungan mereka. Mulai dari pembuatan kerangka tulisan, penyusunan naskah tiap bab yang perlu untuk direview, sampai dengan memberikan informasi terkait dengan kualitas foto. Semua dilakukan oleh agensi penulis untuk memudahkan para penulis mereka berkreasi dan memiliki naskah yang memenuhi standard terbit.

Mengawal promosi buku Penulisan dan penjualan buku sangat erat kaitannya. Jika penjualan sebuah buku lancar dan bahkan best seller, maka selanjutnya si penulis akan diminta kembali oleh penerbit untuk menciptakan sekuel atau buku-buku berikutnya yang masih berhubungan dengan buku pertama.

Bisa juga penulis akan diminta naskah yang berkaitan pembahasannya dengan buku laris yang dihasilkannya. Oleh karenanya agensi penulis sangat membantu apabila ikut serta berpromosi. Promosi bisa dilakukan lewat blog, website, toko buku, jejaring sosial, dan membuat acara bedah buku karya penulis mereka.

Melejitkan potensi penulisMeskipun bisa, tidak semua orang sabar untuk menjadi penulis. Oleh karenanya kemampuan dan kemauan tersebut perlu dilejitkan dengan cara-cara potensial. Agensi penulis memiliki peran penting dalam melejitkan penulis-penulis yang ada di bawah naungan mereka. Jika nantinya penulis tersebut terkenal, bukunya best seller, maka agensi penulis juga ikut meraih keuntungan karena adanya kerjasama antara penulis dengan mereka.Dalam memilih penerbit, agensi naskah, maupun agensi penulis hendaknya kita bijaksana dan berpikiran positif. Jika apa yang kita lakukan diniatkan demi kebaikan maka yang terjadi adalah hal-hal yang baik pula. Jangan segan untuk bergaul dan mengenal lebih dekat ketiga pihak yang akan membantu kita menerbitkan naskah tersebut. Dengan mengenal lebih dekat, mengunjungi kantornya, dan berinteraksi dengan baik maka diharapkan akan tumbuh sinergi untuk meraih kesuksesan.

D. Menimang dan Melepas NaskahSeorang penulis nonfiksi perlu mempertimbangkan masak-masak sebelum menimang dan melepaskan naskah yang telah disusunnya. Naskah ibarat seorang bayi yang kita lahirkan. Ada unsur merawat dan keikhlasan di sana. Merawat si naskah sampai menjadi sebuah buku dan mengikhlaskannya untuk dinikmati oleh banyak pembaca ketika kita arahkan untuk diterbitkan.Saat kita memperoleh kesempatan menyusun sebuah naskah, maka pergunakanlah kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya. Kecuali memang kita tidak pernah tertarik untuk mengambil kesempatan tersebut. Jika memang demikian, relakanlah orang lain untuk menyusun naskah dimana kita enggan melakukannya. Jika perlu bimbinglah mereka agar mampu menghasilkan naskah berkualitas layak terbit. Apa gunanya? Setiap perbuatan baik pasti akan berbalas baik, meskipun bukan orang yang bersangkutan akan membalasnya. Dan jika belum terbalas di dunia, Insya Allah Tuhan menjanjikannya dengan pahala. Bagaimanapun perbuatan baik akan menampakkan hikmah besar bagi kebaikan hidup kita. Inilah mengapa tak ada salahnya bagi kita untuk saling berbagi dengan penulis lain.Kembali lagi ke dalam permasalahan menimang naskah. Mengingat tujuan awal menulis merupakan langkah terbaik untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya yang bisa ditempuh. Jika awalnya kita bertujuan mencari materi, maka sertakanlah tujuan lain yaitu untuk berbagi agar naskah yang kita buat tetap berbobot. Jika awalnya kita menulis untuk berbagi maka sertakanlah dengan pencarian fee karena kita akan lebih bisa menghargai kesempatan dan deadline yang ditetapkan oleh pihak penerbit. Setelah mengingat dan memahami kembali tujuan kita menulis, maka selanjutnya kita bisa menentukan langkah selanjutnya dalam menimang naskah. Timanglah naskah yang kita suka dan kita kuasai, minimal kita mengenal narasumber dan mengetahui letaknya bagi penulis nonfiksi semacam buku budidaya. Berhati-hati untuk menerima naskah yang bahkan diri kita merasa enggan menuliskannya, bertentangan dengan hati nurani, dan tidak ada kemampuan dari dalam diri kita untuk menyusunnya. Misalnya saja saya yang tak akan pernah menyentuh dan meminang naskah pembuatan kue-kue modern. Meskipun saya suka memasak, tetapi saya kurang suka membuat kue. Sehingga hasil kue buatan saya-pun terkesan apa adanya. Bagaimana mungkin saya bisa mengerjakan pembuatan buku resep kue modern, jika saya sendiri kurang mampu dan jelas tidak bisa menikmati tahap penyusunannya?Jika tadi kita berbicara tentang menimang, maka saat ini kita akan beralih pembicaraan dengan melepaskan naskah. Apabila kita telah memiliki naskah jadi, lepaskanlah naskah pada penerbit yang tepat. Saat ini banyak keluhan tentang lamanya proses penerbitan, distribusi naskah, dan pembayaran. Oleh karenanya perlu bagi penulis untuk berhati-hati melepas naskahnya. Berikan naskah kepada penerbit yang benar-benar profesional dan beritikad baik. Pastikan surat perjanjian kerja atau surat kontrak telah diterima sebelum buku diterbitkan. Bacalah dengan seksama perjanjian tersebut agar tidak merugikan salah satu pihak. Memilih dan memilah penerbit memang bisa dilakukan sendiri oleh penulis. Tetapi alangkah sederhananya apabila ada pihak lain yang siap membantu untuk mencarikan penerbit profesional sekaligus mengawal keberadaan naskah kita. Di sinilah fungsi agensi naskah dan agensi penulis nampak sangat berarti.

E. Waspada Dengan Jenis dan Sistem PembayaranApabila seseorang telah menjadikan dunia menulis sebagai sumber pendapatan tambahan atau bahkan sumber penghasilan utama, maka prosedur pembayaran harus benar-benar diperhatikan. Karena di dalam dunia kepenulisan nonfiksi, pembayaran naskah memiliki dua sistem utama yaitu :1. Jual PutusSistem pembayaran naskah nonfiksi dari penerbit yang pertama adalah jual putus. Sistem jual putus ini seperti halnya ketika mengirim artikel atau naskah serupa ke redaksi koran dan majalah. Berikut hal-hal yang menjadi ciri khas sistem jual putus sebuah naskah :

Ada kontrak tertulis di awal kepenulisan atau setelah naskah diserahkan. Masing-masing penerbit dan agensi memiliki kebijakan tersendiri maslah kontrak kerja tersebut. Namun, sebagai seorang penulis saya menyarankan agar kita meminta kontrak kepenulisan di awal ketika outline atau naskah kita disetujui dan akan diterbitkan oleh mereka.

Di dalam kontrak ini tercantum beberapa aturan yang perlu dicermati oleh penulis. Di antara peraturan tersebut adalah bahwa naskah yang telah dibeli tidak boleh dipublikasikan kembali. Ada beberapa peraturan yang berbeda antara satu penerbit dengan lainnya. Ada penerbit yang menentukan jual putus berlaku selamanya, untuk berapapun cetakan ulang, dan karya terjemahan. Ada pula yang memberi kompensasi dan honor tambahan ketika naskah berhasil cetak ulang atau diterjemahkan ke dalam bahasa asing.

Honor dihitung per halaman atau per paket.Pada sistem pembayaran jual putus, honor dihitung berdasarkan dua hal. Ada yang dihitung per halaman yang jumlahnya sesuai dengan tingkat kesulitan naskah. Rata-rata honor per halaman antara Rp10.000,00 Rp50.000,00. Biasanya honor yang diberikan untuk penulis nonfiksi sudah termasuk foto dan gambar pendukung, kecuali ilustrasi yang dihandel sendiri oleh agensi dan penerbit.

Selain honor per halaman juga ada honor yang dihitung per paket. Karya nonfiksi yang biasanya mendapatkan honor per paket adalah buku masakan, ketrampilan, psikotes, soal Unas, Toefl, kamus, dan arsitektur. Honor per paket ini berkisar antara Rp2.000.000,00 Rp50.000.000,00 tergantung dari tingkat kesulitan naskah dan biaya yang mungkin dikeluarkan oleh si penulis.

Jangka waktu pemberian honor.Pemberian honor penjualan putus termasuk cepat. Setelah naskah selesai disusun dan diedit maka biasanya honor akan segera turun. Meskipun naskah belum dicetak. Jangka waktu antara selesainya naskah disusun dengan turunnya honor berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan. Contoh surat kontrak kepenulisan dengan sistem pembayaran jual putus :

2. Sistem RoyaltiSistem royalti merupakan sistem pembayaran naskah yang banyak ditawarkan dan diberikan oleh penerbit. Sistem ini memiliki keunggulan bagi kedua pihak baik penulis maupun penerbit. Penulis mendapatkan honor sesuai dengan buku mereka yang terjual. Sedangkan penerbit diuntungkan karena memberikan honor sesuai penjualan buku tersebut.

Berikut adalah hal-hal yang menjadi ciri khas pemberian royalti bagi seorang penulis:

Adanya surat kontrak pembelian naskah secara royaltiBaik dalam sistem jual putus maupun royalti, penulis tetap perlu mendapatkan surat kontrak pembelian naskah yang telah disusunnya. Kontrak royalti ini menyebutkan bahwa penulis akan mendapatkan sekian persen dari harga buku yang terjual. Biasanya royalti yang diberikan adalah 10% dari harga buku.

Misalnya harga buku Rp50.000,00 maka seorang penulis mendapatkan 10% x Rp50.000,00 = Rp5.000,00 per buku terjual. Dalam cetakan pertama penerbit biasanya mengeluarkan sekitar 3000 buku untuk disebar ke toko buku seluruh nusantara.

Pemberian uang muka/DPTidak semua penerbit memberikan uang muka/DP atas naskah yang telah diterbitkan. Hanya beberapa penerbit mayor yang memberikan DP sejumlah 20-30% dari total royalti yang seharusnya diterima jika penjualan buku cetakan pertama kita habis. Misalnya buku kita dicetak 3000 buah dengan harga Rp50.000,00 per buah. Maka DP yang akan diterima adalah 30%x 30.000 x (50.000 x 10%) = 30% x 3.000 x 5.000 = Rp4.500.000,00.

Jangka waktu pembayaran royalti Pembayaran royalti dilakukan oleh penerbit dalam waktu tertentu, sesuai dengan penghitungan mereka terhadap total penjualan buku. Biasanya pembayaran royalti dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan atau 6 bulan sekali. Bagi yang menerima uang muka/DP di awal penerbitan maka royalti pertama dikurangkan oleh DP tersebut. Namun bagi yang tidak menerima DP maka royalti seutuhnya menjadi milik penulis tanpa pengurangan lagi.Contoh surat kontrak kepenulisan dengan sistem pembayaran royalti :Bagi penulis yang menggunakan jasa agensi naskah atau agensi penulis untuk berhubungan dengan penerbit, maka honor atau fee naskah yang kita ulas di atas biasanya mendapat pengurangan. Pengurangan tersebut terbilang wajar sebagai biaya administrasi dan jasa penghubung, bimbingan, ide, penyuntingan sampai dengan desain dari naskah yang hendak diterbitkan. Besarnya biaya administrasi yang dikenakan oleh agensi tidaklah sama, tergantung masing-masing agensi dan perjanjian dengan penulis. Rata-rata agensi mengenakan biaya antara 20% - 30% dari total pendapatan atau honor penulis. Apabila penulis mendapatkan kontrak jual putus, agensi langsung memotongnya dari honor yang turun melalui mereka. Namun, pada kontrak royalti, biasanya ada perjanjian tiga pihak antara penulis, penerbit, dan agensi agar pembagian royalti langsung diserahkan kepada masing-masing pihak yaitu agensi dan penulis.Contoh surat kontrak penulisan dengan sistem pembayaran royalti :

Ada beberapa hal yang perlu dicermati oleh penulis sehubungan dengan sistem pembayaran, baik dari agensi maupun langsung penerbit yaitu : Teliti membaca surat kontrak atau surat perintah kerja dari agensi/penerbitSebelum menyerahkan naskah kepada agensi atau penerbit, hendaknya penulis memperhatikan dan membaca dengan teliti surat kontrak atau surat perintah kerja yang didapatkan. Jangan sampai terjadi naskah telah diterbitkan dan penulis belum mendapatkan surat kontrak. Tanyakan dengan jelas tentang sistem pembayaran yang dipakaiCarilah informasi tentang sistem pembayaran yang akan digunakan oleh agensi atau penerbit. Apabila di dalam surat kontrak tidak disebutkan, jangan segan untuk bertanya. Tanyalah langsung pada pihak berwenang daripada menanyakannya kepada sesama penulis yang mungkin saja mendapatkan pengalaman berbeda-beda.

BAB III. MENGGALI IDE KREATIF.

Deretan buku nonfiksi di sana lahir dari ide kreatifSumber : dokumen pribadiIde kreatif merupakan kunci pertama yang membuka jalan seseorang untuk berkiprah menjadi seorang penulis nonfiksi. Ide ini tidak bisa datang dari imaginasi, namun dari fakta yang ada di sekitar kita. Bisa dari pengetahuan karena latar belakang pendidikan, dari pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain, survey, penelitian, dan berbagai sumber informasi terpercaya. Semua bisa menjadi ide kreatif untuk menghasilkan karya layak terbit di tangan seorang penulis nonfiksi. Maka beberapa hal yang menjadi sub bab di bawah ini mungkin bisa sedikit menjabarkan tentang penggalian ide kreatif tersebut.A. Membuka Keenam IndraSebuah ide bagi seorang penulis sangatlah berharga. Apalagi jika ide tersebut ternyata memikat untuk diterbitkan. Ide memang bisa saja datang sewaktu-waktu ketika kita sedang diam atau sedang melakukan satu pekerjaan tertentu. Namun, sesungguhnya ide tersebut bukan datang dengan sendirinya. Ada proses di balik datangnya satu ide di kepala seorang penulis. Proses pertama adalah membuka keenam indra kita sebagai seorang manusia. Dengan membuka keenam indra, kita menjadi lebih peka dan tergerak untuk menjadikan semua informasi yang diterima sebagai ide kreatif. Berikut keenam indra yang bisa diaktifkan dan dibuka untuk menjaring ide-ide bagi sebuah karya nonfiksi : Penglihatan/MataAllah menganugerahkan mata bagi kita untuk melihat. Bersyukur apabila kita memiliki mata yang normal. Masih bersyukur juga apabila kita hanya memerlukan bantuan kaca mata untuk dapat melihat dengan jelas. Karena pandangan mata kita begitu luas menggapai seluruh isi dunia. Apalagi saat ini banyak media informasi dan komunikasi yang memungkinkan kita memandang ke seluruh penjuru bumi.

Dari pandangan yang kita sebar tersebut, ada banyak ide bisa dimunculkan. Misalnya ketika kita pergi ke perkebunan paprika, maka ada ide untuk menulis buku tentang budidaya paprika. Demikian pula ketika kita melihat ada banyak remaja berpasang-pasangan di taman kota, ada ide untuk menuangkannya sebagai buku parenting bagi orang tua. Pendek kata semua fenomena yang tertangkap oleh pandangan mata kita menjadi sebuah ide berharga bagi penulis nonfiksi.

Penciuman/HidungIndra kedua yang bisa menggali ide-ide kreatif ketika kita mengaktifkannya adalah hidung. Penciuman kita membuat ide mengalir deras apabila memang kita rasakan dengan seksama. Berbagai jenis bau bisa tercium apabila hidung kita dalam keadaan sehat. Oleh karenanya memiliki indra penciuman yang sehat sama pentingnya dengan indra penglihatan.

Mulai dari bau harum, sedap, asam, sampai dengan busuk bisa tercium oleh hidung yang sehat. Dari berbagai bau tadi kita bisa menggali ide kreatif. Ketika kita lewat di depan sebuah gerai masakan Jepang misalnya, tercium bau sedap olahan hasil laut dengan saus khas dan mayonaisenya.

Maka tumbuhlah ide untuk membuat buku resep masakan Jepang. Demikian juga ketika kita lewat di depan pembuangan sampah dan tercium bau busuk, bisa jadi ada ide juga untuk membuat buku pengolahan sampah organik. Semua bisa menjadi ide kreatif bagi penulis nonfiksi.

Pengecap/LidahIndra ketiga yang perlu kita cermati adalah lidah. Bagian pengecap ini berfungsi mendeteksi berbagai macam rasa seperti asin, manis, asam, pahit, dan campuran rasa seperti lezat, gurih, atau sedap. Dari berbagai makanan, minuman, obat, dan apapun yang bisa kita rasakan melalui lidah bisa tumbuh menjadi ide segar bagi kepenulisan buku nonfiksi.

Contohnya ketika kita disuguhi semangkuk es campur nan lezat. Nampak ada buah-buahan yang dipotong kecil disiram saus gula dan susu kental manis. Namun ada sesuatu yang berbeda dari buah tersebut. Setelah kita merasakan dengan seksama ternyata buah-buahan tersebut diolah menjadi manisan terlebih dahulu sebelum dibuat es campur.

Seorang penulis nonfiksi bisa mengolah sensasi rasa es campur tersebut menjadi buku resep minuman segar, menjadi buku motivasi yang menceritakan tentang fenomena kehidupan seperti es campur, dan menjadi berbagai buku lain sesuai dengan kreatifitas pengolahan idenya.

Pendegaran/TelingaMemiliki telinga, gunakan untuk mendengar tentang kebaikan. Sama halnya dengan memiliki indra lainnya seperti mata, hidung, dan lidah. Memiliki telinga sehat merupakan anugrah tak terhingga bagi seorang manusia termasuk para penulis. Telinga yang digunakan untuk mendengar kebaikan, akan memunculkan ide kreatif dalam penyusunan naskah.

Misalnya mendengar ceramah agama yang lugas dan lucu, membuat seorang penulis memiliki ide memunculkan buku humor sufi seperti Abunawas atau Nasrudin Hoja. Mendengarkan kokok ayam jantan membuat ide di kepala melayang pada pembuatan buku budidaya ayam serama yang sedang trend. Demikian luas, banyak, dan tak terhingga sebenarnya ide yang bisa kita gali dari indra sebagai seorang manusia.

Peraba/KulitIndra peraba yang dimanifestasikan dengan kulit tubuh juga menjadi sarana penggali ide yang efektif. Permukaan kasar, halus, lembut, panas, dan dingin menjadi sumber ide yang tiada habisnya. Coba sesekali kita merasakan apa yang diraba oleh kulit. Misalnya ketika mencuci muka dan merasakan dinginnya air di Lembang, maka sempat terbersit ide untuk menulis tentang buku wisata Bandung dan sekitarnya.

Ada lagi ketika kita rasakan permukaan kulit nenek yang masih kenyal di usia 80 tahun, maka terbersit untuk menulis resep kecantikan kuno ala nenek. Demikian luas dan banyaknya ide dari rasa yang kita dapat melalui indra, bukan?

Perasa/HatiSaya menuliskan keenam indra, meskipun yang nampak di permukaan hanyalah lima indra saja. Bukan bermaksud mengajak pembaca mempercayai tentang hal mistik, namun indra keenam di sini memang nyata adanya. Indra perasa, begitu saya menyebutnya adalah hakikat seorang manusia yang memiliki hati nurani. Sehingga bisa memiliki perasaan dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang dialaminya.

Misalnya saja ketika kita mengira bahwa seseorang berbuat baik karena ada maunya, dan kemudian hal tersebut terbukti maka bisa jadi sebuah ide tentang psikologi komunikasi. Membaca wajah seseorang, membaca sifat seseorang dari tulisannya, dan berbagai bahasan lainnya. Semua bisa tumbuh dari adanya hati yang merasakan sekeliling kita.

Biasakan menjadi anak-anak yang selalu membuka semua indra mereka untuk menyerap informasiSumber : dokumen pribadiB. Hebatnya Hubungan BaikIde bisa didapat dimana saja dan kapan saja. Tergantung apakah seorang penulis mampu mengambil hikmah dari semua perjalanan dan pertemuan yang dilakukannya dengan orang lain. Menjalin hubungan baik dengan pasangan, anak-anak, saudara, keluarga, teman, sahabat, dan bahkan orang lain yang baru dikenal bisa membuncahkan ide menjadi sebuah tema kreatif siap tulis. Hubungan baik yang didasari oleh niat yang baik, dijalani dengan penuh kebaikan, dan tentu saja dengan orang-orang yang baik.Mengapa harus baik, bukankah setiap hubungan dengan orang lain bisa memunculkan ide kreatif? Tak ada salahnya mendekat hanya kepada yang baik dan demi kebaikan. Apalagi sebagai penulis nonfiksi, kita tak perlu menumbuhkan karakter pada tokoh ciptaan sehingga tak perlu mengambil contoh karakter yang kurang baik.Hubungan baik yang dijalin dengan orang-orang di sekitar kita seringkali memunculkan ide kreatif untuk kemudian dijadikan sebagai sebuah buku. Misalnya berhubungan dengan teman dari berbagai profesi, ada dokter, pengacara, notaris, polisi, guru, dan petani. Semua memiliki nilai tambah bagi seorang penulis nonfiksi. Bukan hanya ide yang bisa melimpah ketika menjalin hubungan baik dengan multi profesi, multi etnis, dan multi budaya. Tetapi nantinya kita juga bisa meminta bantuan mereka untuk menulis duet atau menjadi narasumber bagi buku yang kita susun.Menjalin hubungan baik dengan siapapun di sekitar kita akan menambah wawasan tentang berbagai hal. Wawasan dan informasi inilah salah satu sumber bagi naskah nonfiksi. Katakanlah kita memiliki sahabat seorang dokter yang satu hari membicarakan tentang diet bagi penderita diabetes. Maka terpetik dalam pikiran kita untuk mengeluarkan ide tentang membuat buku masakan diet bagi penderita diabetes. Begitu juga ketika kita menjalin hubungan baik dengan pebisnis toko online, maka kita akan memiliki ide untuk mengupas tuntas tentang toko online dalam sebuah buku bisnis. Simpel dan cukup mudah untuk dilakukan.Bagaimana jika sulit untuk memulai hubungan baik? Tidak ada kata sulit untuk suatu hal yang baik. Apabila kita berusaha untuk memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu maka nantinya kita akan dapat menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang baik pula. Di sinilah inspirasi tentang ide menulis akan tumbuh dengan sendirinya. Tidak perlu dipaksakan atau terlalu banyak bertanya. Cukup bergaul dengan itikad baik maka ide akan mengalir dengan sendirinya melihat apa yang dilakukan oleh teman-teman kita tersebut.Meskipun di sekeliling kita banyak juga orang-orang yang mungkin bermaksud tidak baik, tetapi kita tetap perlu mengembangkan pemikiran positif. Sebab apabila kita terkungkung dalam kecurigaan dan pemikiran negatif maka dunia ini akan terasa suram. Belum lagi ide menulis dan kreatifitas yang akan terhambat begitu kita mengembangkan pemikiran negatif. Yang prlu juga untuk kita ingat bahwa hubungan baik bukan untuk diperjual-belikan. Dalam artian, apabila kita hendak membina hubungan baik dengan orang lain tak perlu ada ketentuan materi yang dikeluarkan. Apabila seseorang mau bersahabat dengan kita, pastikan itu bukan karena prestasi atau materi yang kita miliki. Tetapi karena ketulusan hati ingin berbagi sebagai seorang teman.

Hubungan baik, sumber inspirasisumber : dokumen pribadi

C. Ambil Hikmah Dari Setiap PeristiwaTerjadinya satu peristiwa, baik menyenangkan maupun menyedihkan tentu memiliki hikmah bagi setiap manusia. Termasuk kita sebagai seorang penulis. Setiap peristiwa yang terjadi pada diri kita, bisa diambil sebagai ide menuliskan naskah nonfiksi. Misalmya peristiwa kehamilan yang bisa dibuat berbagai buku bertema serupa. Peristiwa pernikahan yang juga bisa dijadikan ide membuat buku tentang pencarian jodoh. Dan banyak lagi peristiwa yang bisa mencuatkan ide kreatif untuk mengulas sebagai sebuah buku.Peristiwa yang bisa dijadikan sebagai sumber ide, bukan hanya dari kejadian yang kita alami saja. Tetapi semua peristiwa yang ada di dunia ini bisa dijadikan sebagai sebuah ide kreatif. Misalnya saja kasus maraknya kawin-cerai di kalangan artis, bisa dijadikan ide untuk membuat buku rahasia perkawinan bahagia. Peristiwa jatuhnya indeks saham di wall street bisa dijadikan sebagai buku ulasan pasar modal. Pendek kata banyak sekali ide yang bisa kita cetuskan sebagai penulis nonfiksi. Hanya saja nantinya kita tetap perlu memilah dan memilih mana ide yang sekiranya sanggup kita kerjakan dan susun sebagai sebuah buku, mana yang hanya bisa disusun sebagai sebuah artikel, dan mana yang bisa kita sharing ke penulis lain untuk dijadikan buku olehnya. Mengapa mesti memilah dan memilih ide? Karena setiap penulis nonfiksi memiliki kemampuan berbeda-beda. Berdasarkan latar belakang pendidikan, budaya, pengalaman hidup, dan pekerjaan yang tengah ditekuni. Luas dan banyak ide yang bisa kita keluarkan dan dijadikan sebuah naskah apabila memang kita mampu melakukannya. Bagaimana jika kurang memenuhi syarat untuk menulis ide yang dicetuskan tadi? Nantinya kita membutuhkan beberapa hal untuk menguatkan karya nonfiksi kita menjadi sumber informasi akurat. Diantaranya adalah teori baku, hasil penelitian, survey, dan keterangan dari narasumber.Beberapa peristiwa yang bisa memunculkan ide untuk menulis tema nonfiksi, antara lain : Trend yang terjadi di sekitar kitaTrend yang terjadi di sekitar penulis bisa memunculkan ide untuk menulis buku nonfiksi. Bukan hanya trend fashion seperti model jilbab, baju batik, sanggul, dan riasan ala Korea misalnya. Bisa jadi trend hobby seperti ayam serama, love