pandemi covid-19 dan stimulus fiskal di negara-negara ......yang mengalami kontraksi yang cukup...
TRANSCRIPT
1
Pandemi COVID-19 dan Stimulus Fiskal di Negara-Negara ASEAN+3
A. Pendahuluan
Virus Corona pertama kali muncul di kota Wuhan, propinsi Hubei, Tiongkok, pada akhir Desember 2019
yang dikenal dengan nama COVID-19. Virus ini mengingatkan dunia akan kembalinya varian virus
sebelumnya yaitu Severe Acure Respitory Sumdrome (SARS) pada tahun 2002 yang dapat menular dari
hewan ke manusia dan antar manusia. Walaupun Pemerintah Tiongkok telah memiliki pengalaman SARS,
penanganan penyebarab COVID-19 masih sangat sulit dikendalikan hingga pada 23 Januari 2020
Pemerintah Tiongkok menetapkan status “lockdown” pada provinsi Hubei setelah jumlah kasus terinfeksi
COVID-19 meningkat sangat cepat.
Pada Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi global.
Hal tersebut menyebabkan gangguan pada kehidupan masyarakat, menimbulkan ketidakpastian, dan
goncangan terhadap kegiatan ekonomi di seluruh dunia. Di kawasan ASEAN+3, hingga periode 1 Agustus
2020, jumlah kasus positif COVID-19 terbanyak di Indonesia sebanyak 108.376 kasus, diikuti oleh Philipina
sebanyak 93.354 kasus, dan China sebanyak 87,655 kasus (grafik A.1). Sementara total jumlah kematian
terbanyak berasal dari Indonesia sebanyak 5.131 orang, diikuti oleh China sebanyak 4.661 orang, dan
Philipina sebanyak 2.023 orang (grafik A.2).
Grafik A.1 Perkembangan Jumlah Kasus Positif COVID-19 di Kawasan ASEAN+3
Grafik A.2 Perkembangan Jumlah Kematian karena COVID-19 di Kawasan ASEAN+3
Sumber: Our World in Data, per 1 Agustus 2020 Sumber: Our World in Data, per 1 Agustus 2020
Pandemi COVID-19 juga memberikan dampak negatif pada ekonomi di kawasan ASEAN+3 dan seluruh
dunia pada tahun 2020. Di kawasan ASEAN+3, pandemi sejauh ini membawa gangguan langsung dalam
kegiatan ekonomi seperti: penurunan arus pariwisata, gangguan perjalanan udara, dan melemahnya
kepercayaan konsumen dan bisnis karena hampir semua negara memberlakukan kebijakan kuncian
(isolasi wilayah), pembatasan sosial, karantina masyarakat, penutupan bisnis sementara, dan pembatasan
atau larangan perjalanan yang berpotensi mendatangkan atau menyebarkan virus.
Pada awal wabah COVID-19 di Wuhan, gangguan yang langsung dapat dirasakan oleh negara-negara di
kawasan adalah terhentinya rantai pasokan karena penguncian wilayah dan penutupan sementara pabrik
2
di provinsi Hubei. Hubei merupakan pusat industri utama, terutama untuk mesin dan elektronik. Ketika
produksi di sana terhenti, hal tersebut menciptakan kekurangan pasokan suku cadang, yang
menyebabkan gangguan operasi di sepanjang rantai pasokan termasuk di luar negeri. Hal ini
mempengaruhi negara-negara yang terintegrasi dalam rantai pasokan, termasuk negara di kawasan
ASEAN+3. Ketika COVID-19 semakin meluas, sebagian besar negara-negara di kawasan membatasi
perjalanan dari atau ke China, termasuk ke negara lain yang terkena dampak seperti Jepang dan Korea
Selatan. Mengingat negara-negara di kawasan sangat terkoneksi dan sumber wisatawan terbesar adalah
Tiongkok, pembatasan tersebut menyebabkan dampak langsung terhadap sektor perjalanan dan
pariwisata.
Secara faktual dampak pandemi COVID-19 di kawasan dapat terlihat pada pertumbuhan PDB yoy di Q1
dan Q2-2020 (grafik A.3) di mana hampir seluruh negara di kawasan ASEAN+3 mencatatkan pertumbuhan
yang lebih rendah dibandingkan kinerja pertumbuhan di tahun 2019. Beberapa negara telah mencatatkan
pertumbuhan negatif di Q1 yaitu Tiongkok (-6,8 persen), Thailand (-1,7 persen), Jepang (-1,7 persen),
Singapura (-0,7 persen), dan Filipina (-0,1 persen). Sementara beberapa negara lainnya mencatatkan
pertumbuhan positif yaitu Malaysia (0,7 persen), Korea Selatan (1,3 persen), Indonesia (2,9 persen), dan
Vietnam (3,8 persen). Namun di Q2, semua negara mengalami kontraksi kecuali Tiongkok yang tumbuh
positif sebesar 3,2 persen yoy, sementara Malaysia mengalami kontraksi terbesar yaitu 17,07 persen.
ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), sebuah lembaga surveillance regional, memprediksi
sepanjang tahun 2020 ekonomi di kawasan ASEAN+3 hanya akan tumbuh sebesar 0,3 persen dan akan
tumbuh lebih kuat sebesar 6,2 persen pada tahun 2021.
Grafik A.3 Pertumbuhan Riil PDB (yoy, persen)
Sumber: CEIC, 2020
Sejak awal tahun 2020, negara-negara tetangga ASEAN telah mengalami dampak dari menurunnya
aktivitas ekonomi global akibat pandemic COVID-19 di Tiongkok. Hal itu terindikasi jelas dari grafik A.3,
dimana terjadi pertumbuhan ekonomi yang negative dan secara lebih rinci dijelaskan oleh tabel A.1.
Evaluasi lebih mendalam terhadap sektor pendukung PDB dari sisi pengeluaran, terutama di negara
ASEAN-5 menunjukkan perlambatan pada komponen investasi (Gross Fixed Capital) di seluruh negara
kawasan khususnya Thailand, Filipina, Malaysia. Seperti diketahui, faktor utama pendukung pertumbuhan
ekonomi banyak berasal dari aktivitas perdagangan internasional dan invetasi (Gross Fixed Capital)
merupakan modal utama untuk meningkatkan daya saing perdagagan. Menurunnya investasi pada
-20,00
-15,00
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
03
/01
/20
16
06
/01
/20
16
09
/01
/20
16
12
/01
/20
16
03
/01
/20
17
06
/01
/20
17
09
/01
/20
17
12
/01
/20
17
03
/01
/20
18
06
/01
/20
18
09
/01
/20
18
12
/01
/20
18
03
/01
/20
19
06
/01
/20
19
09
/01
/20
19
12
/01
/20
19
03
/01
/20
20
06
/01
/20
20
Thailand Vietnam Philippines
Singapore South Korea Malaysia
Indonesia China Japan
3
negara-negara ASEAN pada q1 kemudian diperjelas pada grafik A.3 yang memperlihatkan kembali
pertumbuhan ekonomi pada q2. Dengan demikian, negara-negara ASEAN tersebut telah memasuki fase
resesi ekonomi.
Kondisi lebih baik dialami oleh Indonesia, dimana pada awal tahun aktivitas ekonomi masih berjalan
dengan normal sampai akhir q1 2020. Indonesia masih mencatatkan kinerja pertumbuhan positif meski
menunjukan perlambatan. Konsumsi masyarakat (Private Consumption) masih merupakan faktor
pendukung utama pertumbuhan ekonomi yang menunjukan pertumbuhan sebesar 5,02% YoY atau
meningkat dibandingkan q1 2019 yang sebesar 2,22% YoY. Sementara itu, komponen konsumsi swasta
juga tercatat positif di semua negara kecuali Singapura (tabel A.1).
Dalam rangka menghadapi perlambatan Ekonomi, beberapa negara ASEAN dari q1 2020 telah
meningkatkan belanja pemerintah (government consumption). Hal tersebut terlihat jelas di Singapura,
Filipina dan Malaysia yang memiliki pertumbuhan belanja pemerintah yang signifikan pada q1 2020
dibandingkan pada q1 2019. Dengan kondisi perlambatan perekonomian pada negara-negara ASEAN,
Indonesia juga bersiap-siap untuk menahan penurunan aktivitas perekonomian dengan meningkatkan
belanja pemerintah sebesar 5,02% pada q1 2020 atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
2,2% YoY.
Tabel A.1 Komposisi Pertumbuhan PDB ASEAN-5 (yoy, persen)
Sumber: CEIC, 2020
Neraca transaksi berjalan (CAD) negara di kawasan cenderung menurun pada Q2-2020 (grafik A.4) dengan
beberapa negara mencatatkan penguatan CAD seperti Singapura, Philipina, dan Indonesia. Secara umum
penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan ekspor karena penurunan produksi domestik dan
perlambatan permintaan global karena COVID-19. Thailand mencatatkan penurunan CAD yang sangat
tajam hingga 109 persen pada Q2-2020 dibandingkan kuartal sebelumnya yang didorong oleh perlemahan
kinerja ekspor.
Thailand Singapore Filipina Malaysia Indonesia
Q12020 -0,40% 4,06% 13,34% 2,88% 5,02%
Q42019 8,92% 2,67% 23,25% 1,66% 4,65%
Q32019 10,67% 3,61% 13,12% -0,57% 5,16%
Q22019 4,45% -1,06% 8,59% -4,46% 7,70%
Q12019 4,97% 1,19% 6,87% 1,75% 2,22%
Q12020 4,73% -3,65% 5,52% 5,35% 5,13%
Q42019 13,49% 4,57% 11,33% 9,36% 13,69%
Q32019 13,27% 4,07% 11,00% 6,59% 12,40%
Q22019 7,27% 1,36% 8,86% 3,58% 6,75%
Q12019 5,71% 2,88% 7,62% 3,92% 3,88%
Q12020 -5,92% 0,61% -1,69% -6,44% 2,20%
Q42019 8,97% -0,02% 10,73% 0,41% 11,12%
Q32019 9,97% 3,49% 12,87% -3,87% 10,15%
Q22019 3,95% -1,65% 1,20% -4,28% 5,38%
Q12019 3,37% -2,29% 8,73% -6,68% 3,76%
Gross Fixed Capital Formation
Private Consumption
Government Consumption
4
Grafik A.4 Capital Account (USD juta) Grafik A.5 Laju Pertumbuhan CAD (persen, yoy)
Sumber: CEIC, 2020 Sumber: CEIC, 2020
Sementara laju pertumbuhan CAD di negara kawasan menunjukkan tingkat yang fluktuatif. Pada periode
Q1-2020, semua negara menunjukkan pertumbuhan yang negatif, hanya Korea Selatan yang tumbuh
positif. Indonesia mengalami pertumbuhan negatif sebesar 42 persen pada Q1-2020, membalikkan
pertumbuhan yang positif pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 29 persen.
Grafik A.6 Perkembangan FDI (USD juta)
Sumber: CEIC, 2020
Grafik A.6. menunjukkan perkembangan investasi langsung asing (FDI) di beberapa negara ASEAN+3.
Singapura merupakan negara dengan realisasi FDI terbesar pada periode Q2 2020 yaitu sebesar USD 6,06
miliar. Pada periode Q1 2020, semua negara mengalami penurunan realisasi FDI yang disebabkan oleh
mulai meluasnya pandemi COVID-19. Tercatat Singapura mengalami kontraksi terbesar hingga mencapai
46,5 persen pada periode Q1-2020 dibandingkan dengan kuartal yang sama periode sebelumnya.
Perkembangan Kinerja Perdagangan dan Sektor Rill Regional
Pandemi COVID-19 belum memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kinerja perdagangan
internasional di kawasan pada Q1-2020. (tabel A.2). Kinerja perdagangan di beberapa negara seperti
-2000
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Malaysia Korea Selatan Viet Nam Thailand
Singapura Philipina Indonesia
5
Vietnam, Laos dan Kamboja tetap menunjukan pertumbuhan yang relatif stabil baik di tahun 2019
maupun Q1-2020. Namun, beberapa negara lainnya secara konsisten menunjukan tren kontraksi baik di
tahun 2019 maupun Q1-2020 yang terutama dipengaruhi oleh perlambatan perdagangan global, yaitu
Thailand, Korea Selatan, Singapura, dan Jepang. Negara seperti Malaysia dan Indonesia, justru berhasil
meningkatkan kinerja dengan membalikan tren kontraksi menjadi ekspansi di Q1-2020.
Tabel A.2 Pertumbuhan Perdagangan Internasional Kuartal YoY (persen)
Sumber: CEIC, 2020 Catatan: Hijau menunjukan pertumbuhan positif, merah menunjukan pertumbuhan negatif
Indikator Manufacturing PMI di negara-negara kawasan menunjukan penurunan aktifitas manufaktur
yang mengalami kontraksi yang cukup dalam walaupun dapat pula dicatat bahwa kinerja manufaktur
beberapa negara seperti Korea, Jepang, Indonesia, Malaysia, dan Thailand telah menunjukan gejala
kontraksi bahkan sebelum pandemi terjadi (tabel A.7). Namun, pada bulan Mei 2020, terjadi tren
penguatan kinerja indeks di seluruh negara yang menunjukan potensi perbaikan aktifitas manufaktur,
bahkan indeks Manufacturing PMI di Tiongkok telah kembali mencapai teritori ekspansi di bulan Mei.
Penurunan indeks PMI manufaktur juga dapat tercermin dari penurunan kinerja ekspor produk
manufaktur pada bulan Maret 2020, namun kemudian menunjukkan tren yang stabil pada bulan Mei 2020
sebagaimana pada grafik A.8.
Grafik A.7 PMI Manufacturing Index Grafik A.8 Kinerja Ekspor Manufaktur (juta USD)
Sumber: CEIC, 2020 Sumber: CEIC, 2020
Q12019 Q22019 Q32019 Q42019 Q12020 Q12019 Q22019 Q32019 Q42019 Q12020
Vietnam 5,21 9,13 10,51 8,53 7,63 7,84 9,70 7,32 3,45 3,35
Thailand -2,30 -3,00 -6,82 -11,47 -2,98 -1,56 -3,40 -11,94 -13,51 -5,90
South Korea -8,55 -8,66 -12,31 -11,77 -1,80 -6,52 -3,29 -4,11 -9,69 -1,43
Singapore -0,03 -4,58 -7,30 -4,31 -1,33 4,54 0,48 -5,94 -6,27 2,65
Philippines -1,96 2,92 2,19 6,24 -5,09 7,62 -1,88 -3,97 -4,89 -13,58
Myanmar 10,14 10,39 -9,74 29,01 -1,66 -13,56 -3,50 -8,51 11,81 30,96
Malaysia -1,09 -0,37 -1,89 -3,35 1,11 -2,64 -1,43 -5,80 -3,93 1,31
Laos 7,86 10,70 13,44 4,04 2,94 4,40 -12,46 11,37
Japan -3,86 -5,52 -4,97 -7,84 -5,49 -1,91 -0,13 -4,91 -11,92 -7,23
Indonesia -8,17 -8,95 -6,94 -3,83 2,84 -7,48 -7,97 -11,61 -10,67 -3,69
Cambodia 14,80 12,49 14,93 22,16 18,09 18,38 18,07 20,28
Brunei 17,69 3,84 -12,06 33,79 33,39 18,18 10,60 -15,98 74,80 9,79
Eskpor Impor
6
Sektor pariwisata menunjukan tren pelemahan yang signifikan bagi kawasan, terutama setelah banyak
negara secara aktif melakukan pembatasan penerbangan internasional di bulan Maret dan April.
Kedatangan turis mancanegara di bulan Juli 2020 hanya tersisa sebesar kurang lebih 1 persen dari jumlah
kedatangan turis di bulan Januari 2020 (grafik A.9).
Grafik A.9 Jumlah Kedatangan Turis Mancanegara
Sumber: CEIC, 2020
Tingkat kepercayaan konsumen juga mengalami pelemahan pada Q1 dan Q2 2020, di hampir seluruh
negara di kawasan (grafik A.10). Hanya Tiongkok yang masih dapat mempertahankan tingkat kepercayaan
optimisme konsumen (skor kepercayaan konsumen positif) sedangkan negara lainnya seperti Indonesia
Philipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan telah mengalami tingkat kepercayaan
konsumen yang cenderung pesimis (skor kepercayaan konsumen negatif). Nilai skor kepercayaan
konsumen di Thailand paling rendah mencapai -50 persen pada Q2-2020. Nilai kepercayaan konsumen
yang negatif di sebagian besar negara ASEAN+3 menunjukkan bahwa ekspektasi perekonomian kedepan
masih akan melemah.
Grafik A.10 Consumer Confidence: Net Balance (persen)
Sumber: CEIC, 2020
7
Perkembangan Kinerja Sektor Keuangan
Ketidakpastian ekonomi global karena pandemi telah menyebabkan kondisi pasar modal ekuitas di
kawasan juga mengalami tekanan yang cukup besar terutama di bulan Januari – Maret 2020, namun
kembali menguat di bulan April dan Mei 2020 (grafik A.11 dan A.12). Hingga bulan Mei 2020, COVID-19
telah menyebabkan beberapa negara mencatatkan pelemahan indeks ekuitas bervariasi, dengan
penurunan terbesar dialami oleh Indonesia (-21,86 persen), Singapura (-20,39 persen), dan Filipina (-18,91
persen). Di sisi lain, justru Kamboja mencatatkan pertumbuhan indeks ekuitas sebesar 10,23 persen.
Namun penguatan beberapa indeks ekuitas di beberapa negara sejak pandemi COVID-19 melanda belum
kembali ke posisi indeks sebelum guncangan terjadi.
Grafik A.11 Pergerakan Indeks Ekuitas Jan-Mei 2020 Grafik A.12 Perubahan Indeks Ekuitas Jan-Mei 2020
Sumber: CEIC, 2020 Sumber: CEIC, 2020
Tekanan sektor keuangan akibat aliran keluar modal asing menyebabkan tingkat yield obligasi pemerintah
jangka pendek di beberapa negara di kawasan cenderung meningkat di bulan Februari dan Maret 2020
(grafik A.13). Yield obligasi pemerintah jangka pendek terus menunjukan tren penurunan yang berlansung
sejak April hingga Juni 2020, menunjukan penguatan tingkat kepercayaan investor pada fundamental dan
kinerja pemerintah negara kawasan. Hal berbeda terjadi pada yield obligasi Pemerintah Tiongkok yang
kembali menunjukan peningkatan di bulan Mei dan Juni 2020.
-30,00%
-20,00%
-10,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
Ind
on
esia
: Jak
arta
Co
mp
osi
te
Sin
gap
ore
: SG
X S
trai
t Ti
mes
Ph
ilip
pin
es: P
SEi
Lao
s: L
SX
Th
aila
nd
: SET
Vie
tnam
: HC
MC
Jap
an: N
ikke
i 22
5 S
tock
So
uth
Ko
rea:
KO
SPI
Mal
aysi
a: F
TSE
Bu
rsa
Mal
aysi
a:…
Ch
ina:
Sh
angh
ai S
hen
zhen
30
0
Cam
bo
dia
: Co
mp
osi
te In
dex
01/01/2020 02/01/2020 03/01/2020 04/01/2020 05/01/2020
-21,86%
-20,39%
-18,91%
-13,99%
-11,31%
-7,70%
-5,72%
-4,22%
-3,78%
-3,42%
10,23%
Indonesia: Jakarta Composite
Singapore: SGX Strait Times
Philippines: PSEi
Laos: LSX
Thailand: SET
Vietnam: HCMC
Japan: Nikkei 225 Stock
South Korea: KOSPI
Malaysia: FTSE Bursa Malaysia:Composite
China: Shanghai Shenzhen 300
Cambodia: Composite Index
8
Grafik A.13 Pergerakan Bond Yields Negara Kawasan
Sumber: Asian Bonds Online, 2020 Sumber: Asian Bonds Online, 2020
Kondisi perlambatan ekonomi akibat COVID-19 juga berdampak pada sektor perbankan negara-negara di
kawasan, baik dari rasio NPL yang secara keseluruhan menunjukan peningkatan walaupun masih berada
pada batas aman di bawah 5 persen, maupun CAR yang menunjukan penurunan walaupun masih dalam
batas aman di atas 8 persen berdasarkan Basel III (grafik A.14 dan 1.15). Kondisi perbankan di Indonesia
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya menunjukan terdapat masalah penyaluran kredit yang
ditunjukan dengan tingginya CAR dan tingginya risiko kredit (NPL). Seiring dengan berbagai negara ASEAN
yang memasuki resesi ekonomi, Indonesia perlu mempertimbangkan untuk mendukung penyaluran kredit
perbankan dari sisi kebijakan fiskal. Pada masa resesi ekonomi, kebijakan moneter berupa penurunan
suku bunga tidak lagi elastis untuk meningkatkan aktivitas perekonomian. Dengan demikian, diperlukan
kebijakan fiskal pemerintah seperti berupa subsidi bunga atau bantuan restrukturisasi kredit untuk
stabilisasi aktivitas perekonomian dalam jangka pendek.
Grafik A.14 Rasio NPL Perbankan Kuartal Grafik A.15 Capital Adequacy Ratio Kuartal
Sumber: CEIC, 2020 Sumber: CEIC, 2020
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
08
/01
/20
18
10
/01
/20
18
12
/01
/20
18
02
/01
/20
19
04
/01
/20
19
06
/01
/20
19
08
/01
/20
19
10
/01
/20
19
12
/01
/20
19
02
/01
/20
20
04
/01
/20
20
06
/01
/20
20
Indonesia Philippines
South Korea Japan
Malaysia
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
06
/01
/20
16
10
/01
/20
16
02
/01
/20
17
06
/01
/20
17
10
/01
/20
17
02
/01
/20
18
06
/01
/20
18
10
/01
/20
18
02
/01
/20
19
06
/01
/20
19
10
/01
/20
19
02
/01
/20
20
06
/01
/20
20
South Korea Vietnam
Thailand Singapore
Malaysia Indonesia
China
9
Grafik A.16 Pergerakan Mata Uang Rata-Rata Bulanan Kawasan Januari-Mei 2020
Grafik A.17 Perubahan Nilai Tukar Januari dan Mei 2020
Sumber: CEIC, 2020 Sumber: CEIC, 2020
Pada aspek nilai tukar mata uang negara di Kawasan (grafik A.16 dan A.17), tekanan aliran modal sempat
mengakibatkan depresiasi mata uang hampir seluruh negara di kawasan dan cenderung membaik sejak
bulan April 2020. Indonesia dan Malaysia merupakan negara yang mengalami depresiasi mata uang
tertinggi di mana antara Januari dan Mei 2020 mencatatkan penurunan nilai mata uang sebesar -6,3
persen dan -5,3 persen. Di sisi lain, beberapa negara menunjukan pergerakan nilai mata uang yang relatif
stabil yaitu Vietnam dan Filipina yang mencatatkan apresiasi/depresiasi di bawah 1 persen, sedangkan
beberapa negara mencatatkan apresiasi nilai mata uang (Jepang menguat 1,9 persen dan Myanmar
menguat 4,4 persen).
Dari gambaran perkembangan indikator-indikator ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3
menunjukkan bahwa COVID-19 telah memberikan dampak bagi pelemahan perekonomian di kawasan
secara keseluruhan. Untuk mengatasi dampak negatif penyebaran COVID-19 tersebut, pemerintah
negara-negara di kawasan telah melakukan berbagai langkah kebijakan untuk memitigasi dan menangani
penyebaran COVID-19 terhadap perlambatan aktivitas ekonomi. Kajian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi program-program stimulus fiskal yang dikeluarkan oleh Pemerintah di negara-negara
kawasan ASEAN+3 dalam rangka mengatasi penyebaran COVID-19, menggerakkan sektor-sektor
ekonomi, dan melindungi kelompok masyarakat serta sektor usaha yang terkena dampak COVID-19.
Kajian juga mengulas perkembangan indikator-indikator ekonomi di kawasan maupun gambaran umum
ekonomi per negara yang terpengaruh oleh penyebaran COVID-19. Adapun negara-negara di kawasan
ASEAN+3 yang dianalisis mencakup antara lain Tiongkok, Hongkong, Jepang, Korea Selatan, Malaysia,
Philipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan strategi kebijakan stimulus fiskal yang dilakukan
oleh negara-negara di kawasan ASEAN+3 sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam melakukan
perumusan dan formulasi kebijakan stimulus fiskal yang komprehensif dan efektif dalam mengatasi
penyebaran COVID-19 di Indonesia. Kajian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan terkait
langkah-langkah teknis implementatif kebijakan stimulus fiskal di Indonesia dalam rangka mendukung
pemulihan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2020.
-10%
-8%
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%01/01/20 01/02/20 01/03/20
01/04/20 01/05/20
10
B. Pengalaman Negara-Negara di Kawasan ASEAN+3
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah yang diambil oleh negara-negara di kawasan
ASEAN+3 dalam mengatasi dampak negatif dari merebaknya COVID-19 terhadap perekonomian yang
difokuskan pada implementasi kebijakan stimulus fiskal. Pembahasan diawali dengan penjelasan
gambaran umum kondisi perekonomian negara, yang mencakup analisis mengenai perkembangan kinerja
perekonomian, sektor-sektor yang berkontribusi dalam PDB, kinerja perdagangan internasional, serta
gambaran dampak dari menyebarnya COVID-19 ke beberapa sektor ekonomi. Bagian akhir akan mengulas
respon kebijakan stimulus fiskal pemerintah di masing-masing negara dalam mengatasi dampak pandemi
COVID-19.
B.1. Republik Rakyat Tiongkok
B.1.1. Gambaran Umum Ekonomi
Perekonomian Tiongkok mengalami konstraksi sebesar -6,8 persen yoy pada Q1-2020, atau -9,8 persen
jika dibandingkan Q4-2019 (table B.1.1). Perekonomian Tiongkok yang didominasi oleh sektor jasa
(tertiary industry) dengan kontribusi sebesar 59,4 persen mengalami penurunan sebesar -5,2 persen. Oleh
karena itu, walaupun sektor secondary industry memberikan sumbangan penurunan sebesar -9,6 persen,
PDB Tiongkok hanya turun sebesar -6,8 persen. Sektor secondary industry meliputi industri manufaktur
yang mengalami penurunan signifikan dengan pertumbuhan -10,2 persen. Sektor jasa (tertiary industry)
di Tiongkok, yang didominasi oleh sektor keuangan masih tumbuh sebesar 6 persen. Namun demikian,
sektor jasa lainnya, seperti perdagangan eceran dan grosir, transportasi-pergudangan-pos, dan hotel dan
restoran mengalami penurunan yang sangat tajam, masing-masing mencapai -17,8 persen, -14 persen,
dan -35,3 persen.
Tabel B.1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok Q1-2020 (Produksi)
Sumber: National Bureau of Statistics of Tiongkok (2020)
Pembukaan kembali aktivitas perekonomian Tiongkok pada akhir Maret 2020, berdampak pada
pemulihan perdagangan eceran dan grosir (tertiary industry). Sementara itu, pemulihan pada sektor
akomodasi dan pariwisata masih akan berlangsung lama. Pelancong dengan tujuan bisnis menjadi
11
prioritas Pemerintah yang diijinkan untuk menggunakan maskapai udara, karena jumlahnya relatif
terbatas dan mudah untuk dikelola, serta peran pentingnya dalam memulai kegiatan ekonomi. Selain itu,
beberapa COVID-19 terakhir di Tiongkok menunjukan potensi penyebaran yang berasal dari luar negeri.
Oleh karena itu, kehadiran wisatawan luar negeri bukan menjadi pilihan Pemerintah saat ini, namun lebih
ke target wisatawan lokal.
PDB Tiongkok ditopang oleh konsumsi final dari sisi pengeluaran dan industri tersier dari sisi produksi. Komposisi dari komponen dari sisi pengeluaran dan produksi selalu dinamis, namun kedua komponen tersebut selalu mendominasi di tiap periode kecuali di triwulan I tahun 2020 (grafik B.1.1 dan grafik B.1.2). Pada periode tersebut, industri sekunder berkontribusi sebesar 53,8 persen terhadap PDB.
Grafik B.1.1 Pertumbuhan PDB RRT 2019—2020 qoq (Konsumsi)
Grafik B.1.2 Pertumbuhan PDB RRT 2019—2020 qoq (Produksi)
Sumber: National Bureau of Statistics of China, 2020. Sumber: National Bureau of Statistics of China, 2020.
Pemulihan pada sektor manufaktur (secondary industry) juga masih mengalami pasang surut. Pada Mei 2020, PMI manufaktur Tiongkok turun sebesar -0,2 persen menjadi 50,6 persen (grafik B.1.3). Tren penurunan ini dimulai sejak Maret dengan PMI sebesar 52 persen. Apabila dilihat lebih rinci berdasarkan skala perusahaan, PMI perusahaan besar masih mengalami kenaikan 0,5 persen menjadi 51,6 persen. Namun demikian, PMI perusahaan menengah dan kecil mengalami penurunan masing-masing sebesar -1,4 persen dan -0,2 persen menjadi 48,8 persen dan 50,8 persen.
Grafik B.1.3 PMI Manufaktur Tabel B.1.2 Komponen PMI Manufaktur
Sumber: National Bureau of Statistics of Tiongkok (2020) Sumber: National Bureau of Statistics of Tiongkok (2020)
1,60% 1,50% 1,30% 1,50%
-9,80%-10%
-5%
0%
5%
2019Q1 2019Q2 2019Q3 2019Q4 2020Q1
Ekspor netoPembentukan modal tetapKonsumsi finalPertumbuhan
1,60% 1,50% 1,30% 1,50%
-9,80%-10%
-8%
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
2019Q1 2019Q2 2019Q3 2019Q4 2020Q1
Industri primer Industri sekunder
Industri tersier Pertumbuhan
12
Klasifikasi PMI terdiri atas lima sub-indeks komponen, di mana indeks produksi, indeks pesanan baru, dan
indeks waktu distribusi pemasok berada di atas ambang batas (lebih dari 50 persen), sementara indeks
persediaan bahan baku utama dan indeks pekerja masih dibawah ambang batas. Indeks produksi turun
sebesar -0,5 persen menjadi 53,2 persen yang mengindikasikan perlambatan ekspansi di sektor
manufaktur. Sementara itu, permintaan produk manufaktur meningkat yang diindikasikan oleh indeks
pesanan baru yang naik 0,7 persen menjadi 50,9 persen. Indeks persediaan bahan baku utama menurun
sebesar -0,9 persen menjadi 47, persen dan Indeks ketenagakerjaan juga menurun sebesar -0,8 persen
menjadi 49,4 persen yang menunjukan persediaan bahan baku dan jumlah pekerja di perusahaan
manufaktur yang lebih rendah. Komponen terakhir, indeks waktu distribusi pemasok meningkat sebesar
-0,4 persen menjadi 50,5 persen yang menunjukan perbaikan kecepatan waktu pengiriman bahan baku di
industri manufaktur (tabel B.1.2).
Penjualan ritel turut mengalami perlambatan hingga di tingkat negatif di triwulan I tahun 2020, kecuali untuk supermarket. Tingkat pertumbuhan negatif tertinggi dialami oleh department store, disusul oleh toko ekslusif dan toko kebutuhan professional. Terkait kunjungan ke luar negeri, RRT merupakan negara asal terbesar yang melakukan kunjungan ke Amerika Serikat pada Januari 2020. Kunjungan itu berkurang drastis dari lebih dari 300 ribu orang di Januari 2020 menjadi 400 orang di bulan April 2020. Berikut gambaran mengenai penurunan penjualan di ritel dan penurunan kunjungan ke Amerika Serikat yang berasal dari RRT dengan perbandingan dengan negara lain. Perlu pendalaman lebih lanjut apakah penyebab penurunan karena tidak ada izin masuk yang diterbitkan oleh negara tujuan atau karena preferensi lainnya. Walau begitu, negara tujuan telah kehilangan kesempatan pemasukan dari kunjungan, termasuk wisatawan mancanegara.
Grafik B.1.4 Penjualan Ritel Grafik B.1.5 Kunjungan dari RRT ke AS
Sumber: National Bureau of Statistics of China (2020). Sumber: National Travel and Tourism Office USA (2020).
Tingkat pengangguran pada usia kerja di RRT relatif stabil di bawah 4 persen sejak tahun 2017. Pada triwulan I tahun 2020, tingkat pengangguran meningkat menjadi 3,66 persen. Namun demikian, banyak ditemukan artikel media di internet yang meragukan validitas data tersebut. Berikut perkembangan tingkat pengangguran di RRT.
1,90%
-34,90%
-24,70%-28,70%
-40,00%
-30,00%
-20,00%
-10,00%
0,00%
10,00%
2019Q1 2019Q2 2019Q3 2019Q4 2020Q1
Supermarket
Department store
Toko pro
Toko ekslusif
28549172430615
869768
15147
321009
3290210824 415 0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
0
100000
200000
300000
400000
Januari Februari Maret April
Total pengunjung RRT
Jepang Inggris
Korea Selatan
13
Grafik B.1.6 Perkembangan Tingkat Pengangguran di Tiongkok
Sumber: CEIC, 2020.
Indeks harga konsumen (CPI) di RRT dan indeks harga produsen (IPP) menunjukkan angka yang fluktuatif dengan rentang 97—101 dengan indeks 100 atas bulan sebelumnya. Kedua indeks relatif stabil dan inflasi dari bulan berjalan terhadap periode bulan sebelumnya (month to month/mtm) tergolong rendah, namun beberapa periode bulan terdeteksi terjadi deflasi. Angka inflasi maupun CPI dan tertinggi sejak tahun 2017 tercatat pada bulan Januari 2020. Selain bertepatan dengan kebijakan isolasi pandemi, pada bulan itu terdapat perayaan Imlek yang dapat memacu inflasi sesuai tren seasonalitas yang terdapat pada variabel lainnya seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Gambaran atas CPI, PPI, dan inflasi mtm di RRT sejak tahun 2017 adalah:
Grafik B.1.7 Perkembangan CPI, PPI, dan Inflasi RRT 2017—2020
Sumber: National Bureau of Statistics of China, 2020.
Kinerja Sektor Perdagangan
Kinerja perdagangan Tiongkok pada April 2020 mengalami surplus sebesar USD45,34 miliar. Ekspor
Tiongkok secara tidak terduga tumbuh 3,5 persen setelah pada bulan sebelumnya turun sebesar -6,6
persen. Pertumbuhan ekspor sebesar 3,5 persen jauh di atas konsesus ekonom di Reuters1 yang
memperkirakan ekspor turun sebesar 15,7 persen. Peningkatan ekspor terutama berasal dari peningkatan
ekspor peralatan kesehatan seperti masker wajah dan alat pelindung diri yang meningkat hampir tiga kali
lipat menjadi USD423 juta. Namun demikian, peningkatan ekspor diperkirakan tidak akan berkelanjutan
1 China's April exports rebound but outlook remains grim, 7 Mei 2020, Reuters.
99,299,6
-3,00%-2,50%-2,00%-1,50%-1,00%-0,50%0,00%0,50%1,00%1,50%2,00%
9797,5
9898,5
9999,5100
100,5101
101,5102
Jun
-17
Au
g-1
7
Oct
-17
Dec
-17
Feb
-18
Ap
r-1
8
Jun
-18
Au
g-1
8
Oct
-18
Dec
-18
Feb
-19
Ap
r-1
9
Jun
-19
Au
g-1
9
Oct
-19
Dec
-19
Feb
-20
Ap
r-2
0
CPI PPI Inflasi
3,95 3,95 3,9 3,893,83 3,82 3,8
3,673,61 3,62
3,66
3,4
3,5
3,6
3,7
3,8
3,9
4%
14
mengingat pabrik peralatan medis di negara lain akan mulai beroperasi kembali. Selain itu, PMI
manufaktur pada bulan Mei juga memperlihatkan pelemahan, terutama pada indeks persediaan bahan
baku dan pekerja untuk bulan selanjutnya (grafik B.1.8).
Sementara itu, impor Tiongkok masih mengalami pelemahan sebesar -14,2 persen, yang terutama
bersumber dari turunnya permintaan konsumen domestik, menurunnya impor bahan baku untuk ekspor,
dan penurunan harga komoditas. Melemahnya permintaan domestik Tiongkok terindikasi deflasi dan
penjualan eceran yang masih terkontraksi.
Grafik B.1.8 Kinerja Perdagangan Grafik B.1.9 Perubahan Ekspor dan Impor
Sumber: National Bureau of Statistics of China, 2020. Sumber: National Bureau of Statistics of China, 2020.
Sementara berdasarkan produk utama ekspor impor dan negara mitra, produk utama dapat dilihat pada tabel di bawah. Data tahunan paling mutakhir yang tersedia hanya sampai tahun 2018, produk utama ekspor dengan nilai perdagangan selama satu tahun lebih dari USD100 miliar adalah produk mesin dan elektronika, produk berteknologi tinggi, mesin dan komponen prosesor data otomatis, garmen, dan set telepon. Sementara untuk impor, produk utama yang mencapai nilai lebih dari USD100 miliar, adalah produk mesin dan elektronika, produk berteknologi tinggi, dan minyak mentah.
Tabel B.1.3 Produk utama ekspor impor dan nilainya per tahun 2018
Produk Utama Ekspor Nilai Ekspor (USD miliar)
Produk Utama Impor Nilai Impor (USD miliar)
Mechanical and Electrical Products 1.460,3 Mechanical and Electrical
Products 965,6
High and New-tech Products 746,8 High and New-tech
Products 671,6
Automatic Data Processing Machines and Components
171,9 Crude Oil 240,3
Garments (Excluding Knitwear and Crochet)
157,6 Iron Ore 75,9
Telephone Sets 142,1 Motor Vehicles (including
Spare Parts) 50,5
Sumber: National Bureau of Statistics of China, 2020.
Sementara berdasarkan negara, negara/daerah tujuan ekspor dengan transaksi pada tahun 2018 yang lebih besar daripada USD100 miliar adalah Amerika Serikat, Hongkong, Jepang, dan Korea Selatan. Dari
-50000000
0
50000000
100000000
150000000
200000000
250000000
300000000
Jun
-17
Oct
-17
Feb
-18
Jun
-18
Oct
-18
Feb
-19
Jun
-19
Oct
-19
Feb
-20
Neraca perdagangan Ekspor Impor
-60,00%
-40,00%
-20,00%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
Jul-
17
Oct
-17
Jan
-18
Ap
r-1
8
Jul-
18
Oct
-18
Jan
-19
Ap
r-1
9
Jul-
19
Oct
-19
Jan
-20
Ap
r-2
0
Perubahan ekspor Perubahan impor
15
sisi impor, negara/tujuan asal impor dengan transaksi yang di atas USD100 miliar, selain dari lima lokasi di bawah, termasuk pula Jerman (USD106,3 miliar) dan Australia (USD105,8 miliar).
Tabel B.1.4 Negara utama ekspor impor dan nilainya per tahun 2018
Negara Ekspor Nilai Ekspor (USD miliar)
Negara Impor Nilai Impor (USD miliar)
Amerika Serikat 478,3 Korea Selatan 204,6
Hongkong (RRT) 302,0 Jepang 180,6
Jepang 147,0 Taiwan (RRT) 177,5
Korea Selatan 108,7 Amerika Serikat 155,1
Vietnam 83,8 RRT 146,2 Sumber: National Bureau of Statistics of China, 2020.
B.1.2. Kebijakan Stimulus Fiskal
Dalam mengatasi dampak penyebaran COVID-19 terhadap pelemahan ekonomi, pemerintah Tiongkok
telah mengalokasi dana sekitar RMB4,2 triliun (atau 4,1 persen dari PDB). Langkah-langkah kebijakan
utama yang dilakukan meliputi: (i) peningkatan pengeluaran untuk pencegahan dan pengendalian
epidemi, (ii) produksi peralatan medis, (iii) percepatan pencairan asuransi pengangguran dan perluasan
kepada pekerja migran, (iv) keringanan pajak dan kontribusi iuran jaminan sosial yang dihapuskan, dan (v)
investasi publik. Ekspansi sektor publik secara keseluruhan diharapkan akan secara signifikan lebih tinggi,
yang mencerminkan efek dari perbaikan sistem manajemen darurat kesehatan masyarakat nasional,
dukungan tambahan melalui badan usaha milik negara, dan stabilisator otomatis.
Secara detail bentuk stimulus yang diberikan meliputi:
a) Perlindungan bagi individu dan masyarakat terdampak
• Pemberian subsidi biaya perawatan bagi pasien yang terpapar COVID-19 selama di rumah sakit.
• Pemberian subsidi bagi tenaga medis dan pekerja garis depan pencegahan epidemi.
i. Disesuaikan dengan faktor-faktor seperti tingkat risiko, masing-masing diberikan CNY300
dan CNY200 per orang per hari.
ii. Untuk staf medis lini pertama yang bekerja di bangsal pasien kritis, jumlah hari kerja dihitung
berdasarkan 1,5 kali jumlah hari kerja aktual.
iii. Meningkatkan jumlah total upah kinerja satu kali ke lembaga medis dan kesehatan yang
melakukan tugas-tugas pencegahan dan kontrol yang berat dan beban kerja yang berat
sesuai dengan situasi melakukan tugas-tugas pencegahan dan kontrol.
iv. Selama periode pencegahan dan pengendalian epidemi, standar yang sesuai dari subsidi
kerja sementara untuk tenaga medis lini pertama di Provinsi Hubei (termasuk tim medis
untuk Provinsi Hubei, yang sama di bawah ini) akan berlipat ganda.
• Preferensi pajak penghasilan pribadi
i. subsidi medis sementara dan bonus yang diperoleh oleh tenaga medis dan pekerja
pencegahan epidemi yang berpartisipasi dalam kerja pencegahan dan pengendalian epidemi
sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah dibebaskan dari pajak penghasilan
pribadi.
ii. Entitas, seperti obat-obatan, persediaan medis dan barang pelindung yang dikeluarkan oleh
unit untuk pencegahan pneumonia koroner baru, tidak termasuk dalam upah dan gaji dan
dibebaskan dari pajak pendapatan pribadi.
• Pemberian subsidi pembiayaan perumahan
16
• Alokasi dana sebesar CNY500 miliar untuk pengurangan tarif PPN dan bantuan pembiayaan
asuransi jaminan hari tua karyawan yang dibayarkan oleh perusahaan yang mencakup: (i)
kontribusi UMKM untuk pembayaran dasar asuransi hari tua, asuransi pengangguran, dan skema
asuransi kompensasi cedera kerja; (ii) mengurangi atau membatalkan PPN untuk wajib pajak skala
kecil; (iii) membebaskan PPN pada layanan seperti transportasi umum, restoran dan hotel,
pariwisata dan hiburan, dan budaya dan olahraga; dan (iv) mengurangi atau membatalkan
kontribusi dana pengembangan penerbangan sipil dan biaya pengembangan pelabuhan.
• Mereka yang berpenghasilan rendah akan diizinkan untuk menunda pembayaran premi asuransi
sosial mereka, dan semua biaya pemerintah terkait pekerjaan akan dibatalkan.
b) Dukungan bagi sektor usaha
• Layanan jaminan pembiayaan untuk perusahaan yang terkena dampak epidemi
i. Untuk usaha kecil dan mikro, jaminan pembiayaan dari pemerintah atau badan penjaminan
di semua tingkatan mengurangi bunga jaminan dan biaya penjaminan, serta membatalkan
persyaratan kontra-jaminan.
ii. Untuk lembaga penjaminan keuangan dan lembaga penjaminan ulang di daerah yang sangat
terpengaruh oleh epidemi, dana jaminan pembiayaan nasional akan mengurangi separuh
biaya penjaminan ulang.
• Alokasi dana untuk mendukung perusahaan transportasi udara Cina dan asing.
• Kebijakan preferensi pajak untuk perusahaan transportasi, katering, akomodasi, pariwisata dan
industri lain yang sangat terpengaruh oleh epidemi.
• Bahan impor yang disumbangkan untuk pencegahan dan pengendalian epidemi dibebaskan dari
bea masuk, pajak pertambahan nilai impor, dan pajak konsumsi.
• Mengurangi biaya produksi dan operasi perusahaan, melalui pengurangan harga listrik untuk
bisnis industri dan komersial umum sebesar 5 persen akan diperpanjang hingga akhir tahun 2020.
Tarif untuk layanan akses internet broadband dan khusus akan dipotong rata-rata 15 persen.
Sewa untuk bangunan milik negara akan diturunkan atau dikecualikan, dan semua tipe pemilik
properti lainnya didorong untuk mengurangi, mengabaikan, atau menunda pembayaran sewa,
dan mereka akan menerima dukungan kebijakan dari pemerintah untuk melakukannya. Kami
akan mengambil langkah tegas untuk menghentikan pungutan tidak resmi atas perusahaan.
• Penundaan pembayaran pajak pendapatan perusahaan oleh usaha mikro dan kecil dan
wiraswasta hingga tahun 2021.
• Meningkatkan dukungan keuangan untuk menjaga operasi bisnis. Memungkinkan usaha mikro,
kecil, dan menengah untuk menunda pembayaran pokok dan bunga atas pinjaman akan
diperpanjang hingga akhir Maret tahun depan — pembayaran untuk semua pinjaman inklusif
usaha mikro dan kecil yang memenuhi syarat untuk kebijakan ini juga harus ditunda, dan bisnis
lain yang menghadapi kesulitan keuangan dapat mendiskusikan persyaratan serupa dengan
kreditor mereka.
• Mendorong bank untuk secara substansial meningkatkan pinjaman kredit, pinjaman pertama kali,
dan perpanjangan pinjaman tanpa pembayaran pokok untuk usaha mikro dan kecil. Ruang lingkup
jaminan pembiayaan pemerintah akan diperluas dan biaya jaminan akan berkurang secara
signifikan.
• Bank-bank komersial besar didorong untuk meningkatkan pinjaman keuangan inklusif untuk
usaha mikro dan kecil lebih dari 40 persen.
c) Dukungan dari pembiayaan internasional
17
• Pada tanggal 3 April 2020, AIIB menyetujui penyediaan dana bantuan darurat sebesar RMB2,485
miliar ke Tiongkok untuk mendukung pengeluaran darurat kesehatan kesehatan masyarakat
terkait perang melawan epidemi di Beijing dan Chongqing, Termasuk pengadaan peralatan dan
bahan darurat dan pembangunan infrastruktur kesehatan masyarakat seperti rumah sakit dan
bangsal. Pinjaman ini memiliki jangka waktu 34,5 tahun, dan memiliki karakteristik biaya rendah,
pembayaran cepat dan jangka panjang. Melalui dukungan finansial dan intelektual dari lembaga-
lembaga keuangan internasional, ini akan membantu meningkatkan tingkat infrastruktur
kesehatan masyarakat Tiongkok dan memperkuat kemampuan untuk menanggapi keadaan
darurat kesehatan masyarakat.
18
B.2 Hong Kong
B.2.1. Gambaran Umum Ekonomi
Kinerja perekonomian Hong Kong tahun 2020 diprediksi akan penuh tantangan, terlebih akibat pandemi
COVID-19 yang tidak hanya melanda Hong Kong melainkan juga ke lebih dari 200 negara di dunia, sehingga
secara langsung akan menyebabkan perlambatan ekonomi. Selain itu, hubungan dagang Amerika Serikat
dan Tiongkok serta kinerja ekonomi Tiongkok sendiri turut mempengaruhi kondisi ekonomi di Hong Kong.
Pada Q1-2020, kinerja ekonomi terkontraksi hingga -8,9 persen yoy, dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang masih berada pada teritori positif 0,7 persen (grafik B.2.1). Penurunan kinerja
ekonomi pada Q1-2020 didukung oleh melemahnya konsumsi rumah tangga dan investasi terutama
disebabkan oleh kebijakan lockdown karena penyebaran COVID-19, permintaan konsumen yang
menurun, dan hilangnya kepercayaan pasar. Pengeluaran investasi secara keseluruhan terus
menunjukkan kontraksi tajam yoy sebesar 14,3 persen di tengah sentimen bisnis yang lemah dan aktivitas
konstruksi yang jatuh. Namun demikian, konsumsi pemerintah mencatatkan pertumbuhan yang cukup
tinggi sebesar 8,3 persen yoy pada Q1-2020 yang disebabkan oleh kenaikan belanja pemerintah karena
kebijakan stimulus. Di tengah pandemi, belanja pemerintah masih memberikan kontribusi yang besar bagi
pertumbuhan ekonomi Hong Kong. Sementara pos pengeluaran investasi sektor publik menunjukkan
angka yang relatif rendah karena tertundanya penyelesaian beberapa proyek infrastruktur utama di
tengah pandemi.
Grafik B.2.1 Pertumbuhan PDB Hong Kong, Konsumsi (yoy, persen)
Grafik B.2.2 Pertumbuhan PDB Hong Kong, Produksi (yoy, persen)
Sumber: CEIC, 2020 Sumber: CEIC, 2020
Dari sisi produksi, penurunan kinerja sektor jasa memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pelemahan
PDB Hong Kong. Sektor jasa terkontraksi sebesar -8,8 persen yoy pada Q1-2020, mengalami pembalikan
dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,7 persen. Hal sama juga
terjadi pada sektor manufaktur dan konstruksi yang mencatatkan penurunan kinerja di mana kedua sektor
tersebut mengalami kontaksi sebesar masing-masing -4,6 persen yoy dan -9,0 persen yoy dibandingkan
kuartal yang sama tahun sebelumnya grafik B.2.2). Penurunan kinerja sektor-sektor utama pendukung
pertumbuhan ekonomi disebabkan karena melemahnya permintaan domestik dan global karena wabah
COVID-19, serta adanya kebijakan pembatasan wilayah oleh pemerintah.
Kinerja perdagangan Hong Kong menunjukkan tren pelemahan pada tahun 2020. Pada Q1-2020, Hong
Kong mencatatkan defisit perdagangan sebesar HKD23,3 miliar dengan total volume perdagangan
mencapai HKD642,2 miliar (menurun dibandingkan kuartal sebelumnya) (grafik B.2.3). Total ekspor
barang menunjukkan penurunan sebesar 9,9 persen yoy, disebabkan oleh gangguan serius pada kegiatan
19
ekonomi di Daratan, rantai pasokan regional dan kegiatan perdagangan di tengah ancaman COVID-19,
dan moderasi tajam kegiatan ekonomi di seluruh dunia. Ekspor layanan anjlok dengan rekor 37,8 persen
secara riil dari setahun sebelumnya, dengan pariwisata inbound terhenti pada bulan Februari dan Maret
serta transportasi lintas batas dan layanan komersial turun.
Kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok justru terlihat berdampak positif bagi ekonomi
lokal dalam jangka pendek terutama pada akhir periode tahun 2019. Namun secara keseluruhan performa
perdagangan eksternal Hong Kong mengalami pelemahan seiring melemahnya pertumbuhan arus
perdagangan global. Pandemi COVID-19 juga dikhawatirkan akan mengganggu arus rantai pasokan
regional dan aktivitas ekonomi antar negara, terutama pada sektor pariwisata dan ekspor-impor.
Grafik B.2.3 Kinerja Perdagangan
Sumber: CEIC, 2020
Pandemi COVID-19 juga menyebabkan tekanan pada sektor tenaga kerja Hong Kong. Tingkat
pengangguran naik dari 3,3 persen di akhir tahun 2019 menjadi 5,9 persen di bulan Mei 2020. Sektor ritel,
penginapan/akomodasi, dan layanan makanan merupakan sektor-sektor yang paling terkena dampak,
dengan tingkat pengangguram tertinggi kedua setelah sektor konstruksi yang memperoleh tekanan paling
besar akibat pandemi ini. Tingkat pengangguran diprediksi akan terus bertambah di periode yang akan
datang. Analis swasta memprediksi tingkat pengangguran sepanjang tahun 2020 dapat mencapai angka
antara 3,1 – 4,7 persen dengan sektor UMKM yang sangat rentan mengalami gejolak. Berikut
perbandingan tingkat pengangguran Hong Kong sepanjang bulan Januari sampai Mei 2020.
Grafik B.2.4 Tingkat Pengangguran Hong Kong Jan-Mei 2020 (persen)
Sumber: Tradingeconomics.com, 2020.
3,43,7
4,2
5,2
5,9
0
1
2
3
4
5
6
7
Jan Feb Mar April Mei
20
Grafik B.2.5 Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing dan Tingkat Okupansi Hotel
Sumber: CEIC, 2020
Penyebaran COVID-19 juga menyebabkan tingkat okupansi hotel menurun drastis hingga sebesar 29
persen pada bulan Februari 2020 dan mulai membaik pada bulan berikutnya. Kebijakan pembatasan dan
pelarangan perjalanan, penundaan kegiatan MICE, serta penguncian wilayah menjadi salah satu penyebab
menurunnya tingkat hunian hotel. Di samping itu, menurunnya jumlah kunjungan asing pada Q1-2020
juga menjadi salah satu faktor penyebab melemahnya sektor pariwisata Hong Kong. Tercatat pada bulan
Maret 2020 jumlah kunjungan wisatawan asing hanya sebanyak 82.285 orang.
Mempertimbangkan kontraksi ekonomi yang tajam pada kuartal pertama serta ketidakpastian yang tinggi
seputar pandemi, termasuk situasi ekonomi global yang sulit dan bantuan besar-besaran yang diluncurkan
oleh Pemerintah, perkiraan pertumbuhan PDB riil untuk tahun 2020 secara keseluruhan telah direvisi
turun dari -4 persen menjadi -7 persen seperti yang diumumkan oleh Sekretaris Keuangan pada 29 April
2020. Jika epidemi lokal tetap terkendali dan mitra dagang utama berhasil membuka kembali ekonomi
mereka, kinerja ekonomi Hong Kong diharapkan akan meningkat secara bertahap di paruh kedua tahun
ini. Pemerintah akan terus memantau situasi dengan seksama dan memperkenalkan langkah-langkah
yang diperlukan untuk mendukung perusahaan dan melindungi pekerjaan.
B.2.2. Kebijakan Stimulus Fiskal
Pada bulan Februari 2020 Pemerintah melalui Financial Secretary mengumumkan paket kebijakan
pemulihan ekonomi dalam anggaran 2020/2021, yaitu sebesar HKD120 miliar sehingga total dana yang
telah disetujui untuk pos ini sebesar HKD287,5 miliar. Pemerintah memperkirakan defisit anggaran Hong
Kong mencapai HKD158,6 miliar dengan total belanja pemerintah sebesar HKD731,1 miliar.
Alokasi anggaran stimulus terdiri dari: (i) Anti-Epidemic Fund sebesar HKD30 miliar dan tambahan
HKD137,5 miliar pada bulan April 2020, (ii) penguatan pelayanan rumah sakit sebesar HKD75 miliar, (iii)
tenaga medis sebesar HKD3,6 miliar, dan (iv) pusat layanan kesehatan oleh LSM sebesar HKD600 juta.
Beberapa rencana, diantaranya membangun fasilitas karantina, menambah persediaan peralatan medis,
memperkuat penelitian untuk menghindari penyebaran virus, serta meningkatkan kebersihan lingkungan.
Anti Epidemic Fund ditujukan untuk: (i) membantu pelaku usaha agar tetap dapat menjalankan usahanya,
(ii) membantu karyawan agar dapat tetap bekerja dan memperoleh penghasilan, (iii) menghindari kondisi
21
finansial yang buruk, baik bagi individu maupun unit usaha, serta (iv) membantu Pemerintah dalam proses
perbaikan ekonomi paska pandemi.
Sektor-sektor penerima Anti Epidemic Fund diperluas, antara lain meliputi subsidi untuk transportasi
umum dan taksi, bantuan bagi pekerja kebersihan dan keamanan, subsidi perumahan, bantuan untuk
industri pariwisata, dukungan untuk sektor konstruksi/perencanaan kota, bantuan untuk sektor bisnis
makanan, bantuan untuk sektor rumah tangga, pelajar, karyawan, dll.
Program Cash Payout Scheme
Pada bulan Juni 2020 Financial Secretary, Permanent Secretary for Financial Services and Treasury,
Coordinator (Special Duties) of the Financial Secretary's Office, dan Government Chief Information Officer
mengumumkan skema paket bantuan bagi seluruh warga negara Hong Kong yang memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Berusia minimal 18 tahun pada atau sebelum 31 Maret 2021.
b. Memiliki Hong Kong Permanent Identity Card (HKPIC) setelah 23 Juni 2003 dan juga Exemption
Certificate (EC) dari Commissioner of Registration di bawah Registration of Persons Regulations,
Cap. 177A.
c. Berlaku juga bagi penduduk yang sedang mengajukan status kewarganegaraan Hong Kong
(Permanent Resident), dibuktikan dengan telah mengirim aplikasi Verification of Eligibility for
Permanent Identity Card (VEPIC) ke Departemen Immigrasi sampai dengan 30 September 2021
dan segera mengirimkan aplikasi HKPIC atau EC ke Departemen Imigrasi sampai dengan 31
Desember 2021 begitu VEPIC diterima.
Paket bantuan berlaku untuk periode Juni 2020 sampai dengan 31 Desember 2021 dengan melakukan
registrasi secara elektronik maupun manual. Secara elektronik, yaitu melalui rekening salah satu dari 21
bank yang telah ditunjuk (rekening dalam bentu mata uang Dolar Hong Kong), baik dengan internet
banking maupun masuk ke halaman website bank tersebut. Secara manual, yaitu dengan mengisi formulir
dan mengirimkannya lewat bank atau Hong Kong Post. Pendaftar melalui bank, dana dikirim ke rekening
bank, sementara pendaftar melalui kantor pos, dana diberikan dalam bentuk cek. Setiap warga negara
memperoleh bantuan sebesar HKD10.000 dan bagi pendaftar secara elektronik memperoleh transfer
dana lebih cepat.
Di sektor bisnis, Pemerintah memberikan beberapa kebijakan, diantaranya:
i. Memperkenalkan skema jaminan pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan total
anggaran sebesar HKD20 miliar selama periode enam bulan berupa pinjaman konsesi berbunga
rendah dengan jaminan 100 persen, dengan periode pelunasan maksimal tiga tahun. Dasar
pembiayaan ini dilihat dari gaji dan pengeluaran sewa, dengan batas maksimal HKD2 juta.
ii. Pemerintah memberikan pengurangan pajak penghasilan bagi perusahaan untuk periode tahun
2019/2020 sebesar 100 persen dengan batas maksimal sebesar HKD20.000. Skema ini akan
menguntungkan 141.000 pembayar pajak namun akan mengurangi penerimaan negara sebesar
HKD2 miliar.
iii. Pemerintah juga melakukan penghapusan tarif properti bagi residen non-domestik selama 4
kuartal tahun 2020-2021 dengan plafon masing-masing HKD5000 di dua kuartal pertama dan
masing-masing HKD 1500 di dua kuartal berikutnya. Di satu sisi skema ini akan menguntungkan
22
420.000 properti residen non-domestik namun juga akan mengurangi penerimaan negara sebesar
HKD3.2 miliar.
iv. Pembebasan biaya registrasi bisnis tahun 2020-2021. Skema ini akan menguntungkan 1,5 juta
pelaku usaha namun akan mengurangi penerimaan negara sebesar HKD3 miliar. Pemerintah juga
menghapus biaya pendaftaran perusahaan yang dipungut oleh Badan Register Perusahaan
selama dua tahun. Hal ini akan memberikan keuntungan bagi 1,4 juta perusahaan dan mengurangi
pendapatan pemerintah sebesar HKD212 juta secara total.
v. Untuk memberikan perlindungan pekerjaan bagi warga Hong Kong, pemerintah mengalokasikan
masing-masing dana sebesar HKD30 juta/tahun untuk meningkatkan program bantuan
ketenagakerjaan, memberikan HKD2.5 miliar kepada Balai Pelatihan Kembali Karyawan. Selain itu,
bantuan juga akan diberikan kepada Dewan Industri Konstruksi berupa tunjangan pelatihan
pekerja dan subsidi bagi kontraktor dan sub-kontraktor.
vi. Memberikan subsidi sewa bagi perusahaan daur ulang lokal selama enam bulan dengan total nilai
sebesar HKD100 juta.
vii. Memberikan pengurangan biaya sewa hingga 50 persen untuk masa enam bulan berikutnya bagi
penyewa tanah dan properti Pemerintah serta Ecopark yang memenuhi kriteria. Hal ini akan
mengurangi pendapatan Pemerintah sebesar HKD573 juta.
viii. Pengurangan biaya sewa 50 persen untuk masa enam bulan berikutnya bagi operator properti
yang memenuhi kriteria. Hal ini akan mengurangi pendapatan Pemerintah sebesar HKD265 juta.
ix. Pengurangan biaya sewa 50 persen untuk masa enam bulan berikutnya bagi penyewa pusat
perkantoran di bawah Leisure and Cultural Services Department. Hal ini akan mengurangi
pendapatan Pemerintah sebesar HKD23 juta.
x. Pengurangan biaya sewa untuk masa enam bulan berikutnya bagi penyewa kapal di Cruise
Terminal. Hal ini akan mengurangi pendapatan Pemerintah sebesar HKD18 juta.
xi. Penerbitan Green Bonds sebesar HKD66 miliar dalam lima tahun ke depan serta iBond dan Silver
Bonds dengan total minimal HKD13 miliar. iBond diluncurkan untuk mempromosikan obligasi
retail, sedangkan Silver Bond secara khusus ditujukan bagi penduduk Hongkong berusia 65 tahun
ke atas yang ingin memiliki produk investasi.
xii. Suntikan dana masing-masing sebesar HKD2 miliar kepada Innovation and Technology Fund dalam
skema pendanaan reindustrialisasi untuk mendukung finansial perusahaan manufaktur di
Hongkong dan Hongkong Science and Technology Parks Corporation yang akan membangun pusat
mikro elektronik menggantikan Yuen Long Industrial Estate.
xiii. Skema subsidi sebesar HKD 345 juta bagi penyedia layanan logistik pihak ketiga yang memenuhi
kriteria, untuk meningkatkan produktivitas melalui aplikasi teknologi.
xiv. Penyelamatan Cathay Pasific lewat suntikan investasi Pemerintah
Pemerintah Hong Kong juga memberikan suntikan dana investasi kepada maskapai penerbangan
nasional Cathay Pacific yang secara langsung turut mengalami keterpurukan akibat wabah COVID-
19. Tidak hanya dari sisi jumlah penumpang dan rute penerbangan yang menurun secara
signifikan akibat diberlakukannya kebijakan lockdown, jumlah layanan pengiriman kargo pun
berkurang tajam. Cathay Pasific juga kesulitan untuk memperoleh pinjaman dari pihak swasta
sehingga Pemerintah dapat turut campur tangan melalui suntikan investasi ini.
Bantuan berupa Land Fund bertujuan untuk membantu (i) melindungi peran Hong Kong sebagai
pusat jalur penerbangan internasional di kawasan, (ii) membangun ekonomi jangka panjang Hong
Kong secara keseluruhan serta (iii) menghasilkan pengembalian yang wajar bagi Pemerintah.
Sebagaimana diketahui, jaringan penerbangan Hong Kong tidak hanya memfasilitasi aliran
23
penumpang dan kargo tetapi juga mendukung pengembangan berbagai kegiatan ekonomi,
terutama perdagangan dan logistik, jasa keuangan, dan pariwisata.
Adapun total jumlah investasi Pemerintah sebesar HKD27,3 miliar yang terdiri dari saham waran
yang dapat dilepas sekitar HKD19,5 miliar dan pinjaman sementara sekitar HKD7,8 miliar. Di sisi
lain, Cathay Group juga akan meluncurkan penawaran umum saham terbatas senilai HKD11,7
miliar kepada para pemegang saham. Dua pemegang saham utama Cathay Group, yaitu Swire
Pacific dan Air China, telah berkomitmen untuk melakukan rights issue sesuai dengan kepemilikan
saham masing-masing sebagai bentuk dukungan pendanaan kepada Cathay Grup.
Industri penerbangan memainkan peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi Hong Kong.
Investasi ini menjadi tanda dan komitmen Pemerintah dalam memperkuat status Hong Kong
sebagai pusat penerbangan internasional serta sebagai langkah untuk mengupayakan
kebangkitan kembali ekonomi pasca pandemi COVID-19.
Pemerintah juga memberikan bantuan kepada rumah tangga non-domestik, diantaranya:
i. Subsidi listrik sebesar 75 persen selama empat bulan dengan batas maksimal HKD5000 per bulan,
per akun. Pemerintah diperkirakan akan menggelontorkan dana HKD 2.9 miliar untuk subsidi ini.
ii. Subsidi air dan saluran pembuangan sebesar 75 persen selama empat bulan dengan batas
maksimal masing-masing HKD20.000 dan HKD12.500 per bulan, per akun. Pemerintah
diperkirakan akan menggelontorkan total HKD340 juta untuk kedua subsidi ini.
Untuk meringankan beban masyarakat, pemerintah Hong Kong juga melakukan program-program antara
lain:
i. Pemberian bantuan tunai sebesar HKD10.000 bagi warga Hong Kong yang berusia di atas 18 tahun
(7 juta orang), dengan tujuan untuk meningkatkan konsumsi lokal dan menghapus kesulitan
ekonomi masyarakat. Pemerintah akan mengeluarkan anggaran dengan jumlah total mencapai
HKD71 miliar.
ii. Pengurangan pajak penghasilan dan pajak berdasarkan penilaian pribadi untuk tahun penilaian
2019/2020 sebesar 100 persen dengan batas maksimum HKD20.000. Kebijakan ini akan
menguntungkan 1.95 juta pembayar pajak dan mengurangi pendapatan Pemerintah sebesar
HKD18.8 miliar.
iii. Pembebasan tarif untuk hunian properti dengan batas maksimum HKD1.500 per kuartal per
properti selama empat kuartal. Proposal ini mencakup 2.93 juta properti domestik dan akan
mengurangi pendapatan Pemerintah sebesar HKD13.3 miliar.
iv. Bantuan Jaminan Sosial Komprehensif Standar, Tunjangan Hari Tua, Tunjangan Hidup Lansia atau
Tunjangan Cacat Jiwa, dan bantuan bagi penerima subsidi transportasi insentif kerja dengan total
anggaran sebesar HKD4225 miliar.
v. Bantuan sewa satu bulan bagi penyewa berpenghasilan rendah di Hongkong Housing Authority
dan Hongkong Housing Society dengan total HKD1829 miliar.
vi. Pembayaran biaya ujian untuk calon pelajar tahun 2021 Hongkong Diploma of Secondary
Education Examination, dengan total HKD150 juta.
Untuk sektor pariwisata dan perdagangan pemerintah mengalokasikan dana sebesar HKD700 juta kepada
Hong Kong Tourism Board untuk promosi pariwisata setelah epidemik dan sebesar HKD150 juta untuk
Trade Development Council guna membantu perusahaan mencari peluang usaha. Sementara untuk
industri kreatif dan kebudayaan, dialokasikan dana sebesar HKD900 juta bagi pengembangan seni dan
budaya. Bantuan sebesar HKD40 juta juga akan diberikan untuk subsidi bagi peserta magang dalam
24
program pendidikan Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM) dan program penelitian dan
Postdoctoral Hub termasuk semua perusahaan teknologi yang melakukan kegiatan pengembangan riset
di Hong Kong.
Pemerintah Hong Kong juga mengalokasikan HKD3,73 miliar (USD490 juta) untuk 28.000 pemegang lisensi
penjual makanan, yaitu: pertama, mereka yang memiliki lisensi restoran umum, lisensi restoran laut atau
lisensi kantin yang memenuhi syarat berupa hibah satu kali sebesar HKD200.000 (USD26.000); kedua,
pemegang lisensi makanan ringan, seperti toko roti, pabrik makanan dan siu mei atau lo mei (masakan
Tiongkok), memenuhi syarat untuk mendapatkan hibah tunai masing-masing sebesar HKD80.000.
Pemerintah mengalokasikan dana sebesar HKD300 juta untuk menyediakan sekitar 3000 layanan
perawatan di rumah bagi penduduk lansia, juga 1000 voucher layanan perawatan bagi komunitas lansia
yang memerlukan. Selain itu, Pemerintah juga memberikan subsidi sebesar HKD46 juta bagi Social Welfare
Department, terutama untuk membantu pemenuhan kebutuhan listrik, juga HKD75 juta guna
menyediakan makanan bertekstur lembut bagi para penduduk lansia.
25
B.3. JEPANG
B.3.1 Gambaran Umum Ekonomi
Pandemi COVID-19 memberikan ujian serius bagi perekonomian Jepang. Ekonomi Jepang mengalami
kontraksi sebesar -0,6 persen yoy pada Q1-2020, dibandingkan Q4-2019. Pelemahan ekonomi terjadi
sebagai akibat kenaikan pajak penjualan, perang dagang Tiongkok dan AS, serta bencana alam. Oleh
karena ekonomi Jepang telah terkontraksi -1,9 persen pada Q4-2019 (dibandingkan kuartal sebelumnya),
maka pertumbuhan ekonomi negatif di Q1-2020 secara resmi membawa Jepang ke dalam masa resesi.
Kontraksi ekonomi pada Q4-2019 terjadi karena adanya kenaikan pajak penjualan dari 8 persen menjadi
10 persen yang secara langsung mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Selain itu, perang dagang
antara Tiongkok dan AS juga mempengaruhi nilai perdagangan Jepang yang mengakibatkan tekanan pada
pertumbuhan ekonomi Jepang. Di awal tahun 2020, Pemerintah Jepang dan sejumlah lembaga
internasional sempat memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2020 yang lebih baik dibandingkan tahun
sebelumnya. Namun demikian, merebaknya pandemi COVID-19 memberikan hantaman yang cukup serius
terhadap perekonomian Jepang.
Grafik B.3.1 Pertumbuhan Riil PDB Jepang Diagram B.3.1 Komponen PDB Jepang
Sumber: Japan Cabinet Office, 2020 Sumber: Japan Cabinet Office, 2020
Mengacu pada diagram B.3.2 apabila ditinjau dari sisi permintaan, penggerak utama perekonomian
Jepang adalah private consumption dengan porsi 56 persen. Merebaknya COVID-19, mengakibatkan
konsumsi masyarakat di Q1-2020 turun sebesar -0,8 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini
terutama disebabkan turunnya daya beli masyarakat sebagai akibat pembatasan kegiatan ekonomi dan
melemahnya tingkat confidence masayarakat. Penurunan juga terjadi di sisi residential investment dan
ekspor, yang menutupi dampak dari pertumbuhan business investment yang naik sebesar 1,9 persen.
Dari sisi penawaran, pandemi COVID-19 juga memberi tekanan bagi seluruh sektor ekonomi di Jepang,
baik manufaktur maupun sektor jasa. Grafik B.3.2 menunjukkan bahwa setelah sempat meningkat di
bulan Januari 2020, yang terutama disebabkan peningkatan produksi otomotif, indeks Industrial
Production Jepang terus mengalami penurunan sampai dengan bulan April 2020. Penurunan juga terjadi
di jumlah penjualan jasa Jepang. Penjualan sektor jasa mengalami penurunan dari JPY96,02 di Q4-2019
miliar menjadi JPY95,57 miliar di Q1-2020. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang
mengalami penurunan yang cukup besar. Pada periode Januari-Maret 2020 jumlah wisatawan asing yang
datang ke Jepang terus mengalami penurunan signifikan sebagai akibat pembatasan perjalanan dan akses
yang diterapkan. Pada bulan Maret 2020, tercatat hanya 197.300 wisatawan asing yang mengunjungi
26
Jepang, turun drastis apabila dibandingkan dengan jumlah kunjungan di bulan Maret 2019 yakni
2.760.000.
Grafik B.3.2 Nilai Penjualan Jasa Jepang (JPY) Grafik B.3.3 Indeks Produksi Manufaktur
Sumber: Statistic Bureau of Japan, 2020 Sumber: Statistic Bureau of Japan, 2020
Pandemi COVID-19 juga memberikan tekanan terhadap pasar tenaga kerja di Jepang. Perlambatan
ekonomi yang terjadi sebagai akibat pandemi COVID-19 berakibat langsung pada meningkatnya jumlah
pengangguran Jepang. Tingkat pengangguran pada bulan Maret 2020 sebesar 2,5 persen, lebih tinggi dari
tingkat pengangguran pada bulan Desember 2019 yaitu 2,2 persen. Bahkan data April 2020 menunjukkan
tingkat pengangguran yang lebih tinggi yakni 2,6 persen (grafik B.3.4).
Grafik B.3.4 Tingkat Pengangguran dan Pembukaan Lapangan Kerja Baru
Sumber: Statistic Bureau of Japan, 2020
Sektor perdagangan merupakan salah satu kontributor pertumbuhan ekonomi Jepang. Neraca
perdagangan Jepang seringkali berada pada posisi surplus. Namun demikian, perang dagang antara
Tiongkok dengan AS memberikan dampak negatif pada perdagangan Jepang. Pada tahun 2020, kondisi ini
diperburuk oleh melemahnya permintaan dunia sebagai dampak pandemi COVID-19. Neraca
perdagangan Jepang pada Q1-2020 berada dalam posisi defisit JPY201,33 miliar.
95
.66
4.5
85
9
1.4
38
.32
5
93
.58
4.2
03
9
4.6
65
.01
4
96
.91
4.3
24
9
2.4
62
.68
9
94
.48
6.1
45
9
6.7
91
.88
4
98
.58
2.1
25
9
3.2
66
.23
0
96
.25
7.4
89
9
6.0
20
.41
3
95
.57
4.7
90
86.000.000
88.000.000
90.000.000
92.000.000
94.000.000
96.000.000
98.000.000
100.000.000
0
1
2
3
4
Unemployment Rate Seasonally Adjusted New Opening Rate
27
Grafik B.3.5 Kinerja Neraca Perdagangan Jepang
Sumber: CEIC, 2020
Kinerja perdagangan Jepang yang selama ini sudah mengalami tekanan sebagai akibat perang dagang
antara Tiongkok dan Jepang terus menghadapi pelemahan permintaan global sebagai akibat merebaknya
COVID-19. Setelah sempat mengalami posisi surplus pada bulan Februari 2020, nilai ekspor jepang terus
mengalami penuruan dengan laju yang lebih cepat dibandingkan penurunan impor sehingga pada bulan
April 2020 dan Mei 2020 Jepang mencatatkan defisit neraca perdagangan sebesar JPY931 miliar dan
JPY833,39 miliar (grafik B.3.5).
Diagram. B.3.2 Daerah Tujuan Ekspor Jepang Mei 2020
Sumber: Ministry of Finance Japan (diolah), 2020
Dari diagram di atas diketahui bahwa daerah tujuan ekspor utama Jepang adalah Asia, diikuti Amerika
Utara dan Eropa Barat. Merebaknya COVID-19 mengakibatkan penurunan ekspor Jepang ke Asia pada
bulan Mei 2020 turun sebesar -12 persen dibandingkan ekspor Jepang ke Asia pada bulan Mei 2019 (nilai
ekspor ke Asia pada Mei 2020 adalah JPY2.744miliar). Sedangkan ekspor ke Amerika Utara bulan Mei 2020
turun sebesar -51 persen dibandingkan nilai bulan Mei 2019 dan ekspor ke Eropa Barat dibulan Mei 2020
turun -35,4 persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2019. Penurunan ekspor terjadi di semua produk
Jepang. Ekspor kendaraan bermotor yang merupakan produk ekspor utama Jepang mengalami penurunan
-64,1 persen pada bulan Mei 2020 dibandingkan Mei 2019.
-2000,00
0,00
2000,00
4000,00
6000,00
8000,00
10000,00
10
/20
18
11
/20
18
12
/20
18
01
/20
19
02
/20
19
03
/20
19
04
/20
19
05
/20
19
06
/20
19
07
/20
19
08
/20
19
09
/20
19
10
/20
19
11
/20
19
12
/20
19
01
/20
20
02
/20
20
03
/20
20
04
/20
20
05
/20
20
eksport Import Trade Balance
65,6%
1,8%
14,7%
2,8%
10,1%2,1% 2,0% 1,0%
ASIA
Oceania
Amerika Utara
Amerika tengah dan selatan
Eropa Barat
Eropa Tengah dan Timur
28
B. 3.2 Kebijakan Stimulus Fiskal
Sampai dengan bulan Mei 2020, Pemerintah Jepang telah menerbitkan empat paket stimulus terkait
penyebaran COVID-19. Paket stimulus pertama dikeluarkan pada 14 Februari 2020 sebesar JPY10 miliar
yang berasal dari dana cadangan darurat (contingency reserve fund) untuk mengatasi dampak ekonomi
COVID-19. Stimulus ditujukan untuk mengatasi dampak berkelanjutan dari turunnya wisatawan asing
yang masuk ke Jepang, terganggunya rantai pasokan, penurunan ekspor, dan penurunan kinerja ekonomi
Tiongkok akibat pandemi COVID-19. Secara spesifik, dana stimulus digunakan untuk mendorong virus
testing di 83 lembaga riset, menyediakan 1.800 tempat tidur rumah sakit, dan memberi pinjaman darurat
tanpa bunga senilai JPY500 miliar bagi bagi perusahaan kecil dan menengah.
Pada Maret 2020, Pemerintahan mengeluarkan paket kedua untuk mengatasi dampak virus sebesar
JPY1,1 triliun untuk pinjaman dan JPY430,8 miliar untuk membantu para profesional medis dan pihak-
pihak yang terkena dampak penutupan sekolah. Paket ini menambah JPY500 miliar yang dialokasikan
bulan Februari 2020 dalam pinjaman berbiaya rendah untuk perusahaan-perusahaan yang terdampak
pandemi, sehingga total anggaran untuk dukungan penanganan COVID-19 menjadi JPY2,03 triliun.
Stimulus ketiga dikeluarkan pada April 2020 sebesar JPY117 triliun (USD1 trilliun) atau setara dengan 22
persen GDP. Sekitar 3/4 dari paket stimulus ekonomi tersebut dialokasikan untuk mendukung dunia usaha
dan pemberi kerja, dan sisanya dialokasikan untuk menunjang sistem kesehatan, mendorong tingkat
konsumsi dan investasi publik.
Pada Mei 2020, kabinet Jepang menyetujui paket stimulus keempat dengan nilai sekitar JPY117 trilliun. Dengan demikian, total paket stimulus yang diluncurkan oleh Jepang akan bernilai sekitar USD2,18 triliun atau setara dengan kurang lebih 40 persen GDP Jepang. Paket stimulus keempat ini terdiri dari dukungan fasilitas kesehatan, dukungan terhadap dunia usaha, dukungan pada perekonomian rumah tangga, transfer pada pemerintah daerah, dan peningkatan dana cadangan penanganan COVID-19.
Beberapa stimulus fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka mengurangi dampak dari COVID-19, antara lain:
• Paket dukungan keuangan pertama senilai JPY500 miliar pada Februari 2020, dengan menyediakan
pinjaman berbunga rendah untuk UKM, khususnya di industri pariwisata.
• Paket stimulus kedua sebesar JPY1,6 triliun (USD15,6 miliar atau Rp224,3 triliun) untuk perusahaan
kecil dan menengah serta pekerja wiraswasta yang terkena dampak COVID-19.
o Pemerintah menggunakan lembaga keuangan publik termasuk Japan Finance Corporation dan
Development Bank of Japan untuk penyaluran dana tersebut.
o Paket stimulus kedua berupa penawaran pinjaman hingga JPY300 juta dengan bunga kurang
dari 1 persen per tahun bagi UKM yang penjualannya menurun 5 persen atau lebih karena
wabah virus. Untuk UKM dan wiraswasta yang mengalami penurunan 10 hingga 20 persen dan
harus meminjam dari bank, pemerintah akan membayar bunga atas pinjaman tersebut.
o Paket stimulus fiskal kedua juga ditujukan membantu perusahaan besar yang mengalami
ganguan akibat COVID-19. Japan Finance Corporation dan Development Bank of Japan, akan
memfasilitasi pemanfaatan dana sebesar JPY200 miliar untuk mendukung perusahaan yang
ingin merelokasi produksi kembali ke Jepang. Dana tersebut akan menggunakan sistem
pembiayaan krisis yang dibuat setelah krisis keuangan global 2008. Bank Jepang untuk
Kerjasama Internasional (Japan Bank for International Cooperation/JBIC), juga ditugaskan untuk
29
meyediakan dukungan dana sebesar JPY250 miliar, terutama untuk mendukung operasi
perusahaan Jepang di luar negeri.
o Pemberian kompensasi bagi orang tua yang terdampak kebijakan penutupan sekolah, berupa
biaya makan sekolah. Selain itu, pekerja lepas dan orang tua wiraswasta akan menerima
kompensasi harian sebesar JPY4.100 jika dipaksa untuk mengurangi pekerjaan.
o Penawaran kepada freelancer atau pekerja bebas berupa pinjaman tanpa bunga hingga
JPY100.000. Jika pendapatan tahunan mereka menurun hingga 20 persen atau lebih,
pemerintah akan mempertimbangkan untuk menghapus hutang mereka.
• Paket stimulus ketiga sebesar JPY117 triliun (USD1 trilliun) dialokasikan untuk perlindungan dunia
usaha dan mempertahankan ketersediaan lapangan kerja, pemulihan kegiatan ekonomi, dan
pengembangan struktur ekonomi yang tangguh yang diantaranya terdiri dari:
o Perluasan employment adjustment subsidies (JPY69 miliar);
o Dukungan asuransi untuk pekerja;
o Dukungan likuiditas bagi usaha mikro, kecil, dan menengah sebesar JPY3,8 triliun, termasuk di
dalamnya pemberian pinjaman dengan bunga rendah;
o Subsidi untuk usaha mikro, kecil, dan menengah sebesar JPY2,3 triliun;
o Subsidi untuk masyarakat perorangan sebesar JPY12 triliun;
o Subsidi khusus sementara bagi rumah tangga yang memiliki anak sebesar JPY165 miliar;
o “Go to campaign”, berupa dukungan kepada industri yang terdampak dengan
menyelenggarakan public-private joint campaigns seperti pada usaha transportasi, restoran,
hiburan, sebesar JPY1,6 Triliun;
o Program pengembangan struktur ekonomi yang tangguh dengan nilai total sebesar JPY912
miliar, yang terdiri dari subsidi untuk mendorong investasi dalam negeri dengan tujuan
mendukung supply chain (JPY220 miliar), program mendukung diversifikasi global supply chain
(JPY23 miliar), memastikan pendidikan yang merata dengan mempercepat GIGA school plan
(JPY229 miliar), pengembangan infrastruktur digital melalui investasi publik (JPY17,8 miliar),
dan program untuk mendorong digitalisasi oleh UMKM (JPY10 miliar);
o Penyediaan dana cadangan COVID-19 sebesar JPY1,5 triliun;
• Pada paket stimulus keempat, pemerintah Jepang masih meneruskan program-program yang sudah
dilaksanakan pada paket stimulus ketiga dengan jumlah dana yang lebih besar, seperti bantuan
kepada pekerja baik berupa subsidi dan bantuan asuransi, pinjaman kepada usaha mikro, kecil, dan
menengah, dan program subsidi untuk mempertahankan keberlangsungan dunia usaha. Namun
demikian, terdapat beberapa program stimulus baru yang diluncurkan oleh Pemerintah seperti:
o Pinjaman kepada perusahaan besar dengan nilai JPY452 miliar;
o Penyediaan modal kerja sebesar JPY2,36 triliun;
o Rent support grant untuk UMKM sebesar JPY2 triliun;
• Memberikan penangguhan pembayaran pajak bagi perusahaan maupun individu yang terkena
dampak langsung wabah selama 1 tahun dan dapat diperpanjang. Fasilitas ini diberikan kepada wajib
pajak yang penerimaannya mengalami penurunan setidaknya 20 persen dari periode sebelumnya.
• Pengurangan pajak untuk investasi terkait teleworking oleh pengusaha kecil dan menengah.
• Memberikan jaminan kredit bagi perusahaan yang terkena dampak sangat signifikan dari COVID-19.
Jaminan kredit 100 persen (dengan nilai hingga JPY280 juta) bagi perusahaan/industri yang
mengalami penurunan penjualan hingga 20 persen dari tahun sebelumnya. Untuk kategori industri
yang tidak terdampak parah, jaminan kredit sebesar 80 persen diberikan jika penjualan turun hingga
5 persen dengan nilai total jaminan sebesar JPY280 juta.
30
B.4. Korea Selatan
B.4.1. Gambaran Umum Ekonomi
Akibat pandemi COVID-19, pertumbuhan ekonomi Korea Selatan mengalami kontraksi sebesar 1,3 persen
qoq pada Q1-2020. Semua sektor produksi mengalami gangguan akibat menurunnya permintaan baik
domestik maupun internasional. Namun beberapa sektor masih mencatatkan pertumbuhan yang positif.
Sektor manufaktur jatuh akibat ekspor stagnan karena kondisi ekonomi global yang tidak stabil. Sektor
jasa juga mengalami kontraksi karena berkurangnya permintaan jasa yang bersifat tatap muka dan
interaksi langsung. Penurunan produksi di beberapa sektor utama ekonomi telah memberikan dampak
pada pasar tenaga kerja dan sentimen masyarakat.
Tabel B.4.1 Pertumbuhan PDB Berdasarkan Produksi (qoq)
Sumber: Bank of Korea, 2020
Sektor manufaktur mengalami kontraksi pada Q1-2020 qoq sebesar -0,1 persen, dibandingkan kuartal
sebelumnya sebesar 1,8 persen. Sektor jasa juga mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -2,4 persen
pada Q1-2020. Sektor jasa yang berkaitan dengan pariwisata seperti entertaiment and leisure serta
industri perhotelan dan restoran mengalami penurunan output dua digit pada Maret 2020, yaitu sebesar
-31,2 persen dan -17,1 persen secara berturut.
Sektor konstruksi masih mencatatkan kontribusi yang positif terhadap ekonomi Korea Selatan, tumbuh
sebesar 0,2 persen pada Q1-2020 qoq, melemah dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 3,7 persen.
Hal yang sama juga dialami oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mencatatkan kontribusi
positif sebesar 3,7 persen qoq pada Q1-2020, naik cukup tinggi membalikkan kontraksi pada kuartal
sebelumnya sebesar -1,5 persen. Sektor kelistrikan, gas, dan pasokan air tumbuh sangat cepat sebesar 9,9
persen qoq pada Q1-2020, melanjutkan pertumbuhan positif pada kuartal sebelumnya.
Forbes2 mencatat bahwa jumlah penumpang internasional yang masuk dan keluar melalui bandara
Internasional Incheon jatuh sebesar 97,3 persen pada bulan April 2020. Jumlah turis yang mengunjungi
pulau Jeju, tujuan utama pariwisata di Korea Selatan, menurun sampai -99,3 persen. Tiongkok sebagai
2 Kirk, Donald, COVID-19 Hitting South Korea Hard As Economy Contracts And Exports Tumble, Forbes, May. 13, 2020
https://www.forbes.com/sites/donaldkirk/2020/05/13/covid-19-hitting-south-korea-hard-as-economy-contracts-and-exports-tumble/#347d095358fe
31
salah satu penyumbang turis terbesar ke Korea Selatan mengalami penurunan hingga -99,1 persen di
bulan April 2020. Konsumsi turis domestik juga menurun sebesar -52,9 persen.
Kinerja Sektor Perdagangan
Menurut data dari Korea Costum Service surplus neraca perdagangan Korea Selatan pada Q1-2020 sebesar
USD8,73 miliar, naik sedikit dibandingkan tahun 2019 pada kuartal yang sama yaitu USD8,86 milyar.
Namun demikian pada bulan April untuk pertama kalinya sejak krisis global 2008, Korea Selatan
mengalami defisit neraca perdagangan. Peningkatan ekspor hanya di alami oleh produk komputer
sedangkan produk lainnya seperti semikonduktor, mesin, minyak dan turunannya, serta kendaraan
mengalami penurunan. Kinerja impor mengalami penurunan baik impor barang komoditas, barang
konsumsi, maupun barang modal. Penurunan kinerja perdagangan hampir dialami Korea Selatan dengan
semua mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Uni Eropa, Timur Tengah dan ASEAN.
Grafik B.4.1 Neraca Perdagangan (juta USD)
Sumber: Korea Custom Service, 2020
Perkembangan Tenaga Kerja
Komposisi tenaga kerja di Korea Selatan di dominasi oleh sektor jasa, sehingga ketika pandemi COVID-19
menyerang ekonomi Korea Selatan, hal tersebut memberikan dampak pada sektor tenaga kerja. Tingkat
penyerapan tenaga kerja (employment rate) jatuh dari 67,3 persen di Q4-2019 menjadi 66.1 persen di Q1-
2020. Pandemi Covid-19 diperkirakan akan semakin memperburuk kinerja sektor tenaga kerja Korea.
Tabel B.4.2 Tabel Pertumbuhan Tenaga Kerja 2018-2020
Sumber: Statistic of Korea, 2020
32
Meskipun secara yoy tingkat pengangguran menurun, namun jika dibandingkan dengan Q4-2019, tingkat
pengangguran di Q1-2020 meningkat dari 3,1 persen menjadi 4,2 persen. Tingkat populasi masyarakat
yang tidak aktif dalam kegiatan ekonomi juga meningkat, salah satunya karena penurunan aktifitas pada
sektor pendidikan.
B.4.2 Kebijakan Stimulus Fiskal
Hingga bulan Juni 2020, Pemerintah Korea Selatan telah mengeluarkan 3 kali Supplementary Budget
dalam rangka penanganan penyebaran COVID-19.
• Supplementary Budget I disetujui sebesar KRW11.7 triliun. Sebesar KRW10,9 triliun digunakan
untuk tambahan belanja bagi pencegahan dan pengobatan penyakit, penyediaan pembiayaan
murah dan jaminan bagi industri terdampak Covid 19, serta dukungan untuk rumah tangga dan
ekonomi lokal.
• Supplementary Budget yang kedua disetujui pada April 2020 sebesar KRW12,2 triliun yang
diutamakan untuk membiaya sebagian paket stimulus Household Emergency Relief Program yang
nilainya mencapai KRW14.3 triliun. Sedangkan KRW1.2 triliun digunakan untuk mendukung
pemerintah daerah.
• Supplementary Budget yang ketiga diajukan pada Juni 2020. Pemerintah mengajukan tambahan
anggaran sebesar KRW35,5 triliun, mencakup pengurangan pendapatan sebesar KRW11,4 triliun
dan tambahan belanja sebesar KRW23,9 triliun untuk dukungan keuangan bagi perusahaan,
perluasan lapangan kerja dan keselamatan sosial, pengendalian penyakit, dan pengeluaran untuk
industri digital dan hijau.
Sejauh ini paket-paket stimulus yang digelontorkan pemerintah sejak awal tahun menyasar masyarakat
berpenghasilan rendah, pekerja di sektor informal, perkerja lepas, wanita dan penyandang disabiltas.
Dilihat dari tujuannya maka paket-paket stimulus tersebut dapat dibagi menjadi 3 yaitu: (i) melindungi
masyarakat yang rentan dan UMKM, (ii) mengembalikan ketahanan ekonomi, dan (iii) persiapan untuk
menghadapai new normal paska pandemi COVID-19. Secara lebih rinci, paket-paket stimulus tersebut
mencakup antara lain:
1. Melindungi Kelompok Masyarakan dan Sektor Bisnis yang Rentan (UMKM)
a. Tenaga Kerja
Sejumlah subsidi dan dana darurat disediakan untuk menolong pekerja, baik dengan menjaga mereka
agar tetap dipekerjakan oleh perusahaan (meski perusahaan sedang merugi dan sebagain pekerja
dirumahkan) maupun untuk menolong para pencari kerja. Banyaknya program stimulus ini diciptakan
untuk menjangkau seluruh perkerja dan pencari kerja yang membutuhkan atau menutup gap yang
tidak terjangkau oleh paket-paket sebelumnya.
• Special Employment Support Sectors: pemerintah mengbayarkan sebagian gaji karyawan yang
bekerja pada sektor yang terdampak signifikan oleh Covid 19 seperti perjalanan, pariwisata,
perhotelan, industri pertunjukan, penerbangan, duty free dan retail perjalanan, serta pameran
dan konferensi internasional.
• Prompt Subsidy Program: pemerintah menanggung gaji pegawai yang harus dirumahkan
sampai 90 hari. Program ini di berikan kepada perusahaan yang dianggap tidak mampu
membayar pekerjanya selama perusahaan tidak beroperasi.
• Unemployment Benefit: program ini sudah ada sebelum pandemi COVID-19 namun kemudian
ditingkatkan jumlahnya.
33
• COVID-19 Emergency Employment Stability Subsidy: bantuan subsidi bagi pengusaha mikro
yang pendapatannya menurun tajam akibat penyebaran COVID-19, pekerja lepas, dan pekerja
informal (tidak memiliki kontrak kerja) yang tidak mendapat akses terhadap Unemployment
Benefit.
• Employment Retention Subsidy: subsidi bagi pekerja dan perusahaan untuk mempertahankan
pekerja tetap bekerja. Subsidi ini menanggung sebagian gaji pegawai perusahaan atau UMKM
yang terkena dampak COVID-19 baik langsung maupun tidak langsung. Awalnya subsidi ini
hanya meng-cover sebagian kecil gaji pegawai, selebihnya dibayar perusahaan sebagai insentif
meskipun pegawai dirumahkan karena kebijakan pembatasan sosial; namun karena tingkat
pemutusan kerja tetap meningkat dari bulan ke bulan pemerintah kemudian menaikkan
subsidi ini sampai meng-cover 90 persen gaji pegawai selama 3 bulan dari April sampai Juli.
• Employment Success Program: bantuan kepada orang-orang yang rentan seperti pemuda,
orang tua, dan individu dari keluarga berpenghasilan rendah yang sedang mencari kerja.
Bantuan yang diberikan berupa tunjangan untuk biaya hidup mereka.
• Livelihood Support Loans: pinjaman lunak tanpa jaminan kepada pekerja dengan gaji yang
sangat rendah.
• Special Support Program for Regional Employment: bantuan yang disediakan oleh pemerintah
daerah untuk pekerja lepas dan self-employed (seperti pemilik usaha mikro) berupa subsidi per
bulan.
• Emergency Family Care Leave Subsidy: subsidi yang diberikan kepada mereka yang harus
mengambil cuti untuk menjaga anak karena sekolah dan tempat penitipan ditutup pemerintah.
b. Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Paket stimulus yang dirujukan untuk mendukung masyarakat berpenghasilan rendah terdiri dari:
• Emergency Relief Payments: diberikan kepada rumah tangga tanpa terkecuali yang besarnya
tergantung pada jumlah anggota keluarga; awalnya diberikan kepada 14 juta penduduk namun
kemudian diperluas menjadi 21,71 juta penduduk dan dibayarkan sejak Mei 2020. Bantuan ini
disalurkan dalam bentuk kas atau setara kas.
• Social Security Contribution Reliefs: bantuan ini membebaskan masyarakat membayar iuran
jaminan sosial selama 3 bulan (iuran pensiun, asuransi bagi pengangguran, asuransi
kompensasi) dan mengurangi jumlah iuran yang harus dibayar (asuransi kesehatan nasional).
c. Pasar Keuangan dan UMKM
Dukungan pada pasar keuangan berupa: (i) pinjaman super lunak untuk UMKM, (ii) penundaan
pembayaran bunga utang dan perpanjangan masa jatuh tempo utang, dan (iii) tindakan pengamanan
lainnya, seperti pemberian jaminan kredit oleh pemerintah. Adapun jenis-jenis bantuan paket ini
terdiri dari:
• Emergency Fund dari pemerintah ditambah pinjaman super lunak untuk menolong UMKM dan
perbankan.
• Korea Credit Guarantee Fund yang memberikan jaminan kepada perbankan atas 95 persen
utang mereka.
• Special Guarantee untuk utang UMKM dengan jaminan yang lebih besar dan bunga yang lebih
rendah dari pemerintah.
• Full Guarantee untuk UMKM yang pendapatan penjualan pertahun kurang dari KRW100 juta
dan terdampak COVID-19, baik langsung maupun tak langsung.
34
• Untuk debitur individual seperti masyarakat yang kesulitan membayar cicilan rumah atau yang
memiliki lebih dari 1 jenis utang maka diberikan keleluasaan untuk menunda pembayaran atau
diberikan subsidi dalam bentuk pembayaran pinalti atau biaya keterlambatan bayar.
• Bond Market Stabilization Fund adalah bantuan liquiditas yang berasal dari invetasi bersama
oleh Bank, Sekuritas dan Asuransi dengan membeli obligasi dan saham perusahaan yang
terkena dampak Covid 19 yang memiliki investment grade. Selanjutnya Pemerintah juga
mendirikan unit khusus (SPV) untuk membeli obligasi dan saham komersil dengan grade yg
lebih rendah.
• Securities Market Stabilization Fund merupakan dana yang dikumpulkan oleh beberapa
perusahaan keuangan terbesar di Korea untuk diinvetasikan pada KOSPI 200 index (indeks
saham gabungan Korea).
d. Pemerintah Daerah
Untuk mendukung pemerintah daerah, bebrerapa paket stimulus diberikan dalam bentuk:
• Emergency Support Measures for Regional Economies against COVID-19 dikucurkan
pemerintah dengan jumlah yang setara dengan 60 persen dana daerah. Untuk membantu
pemerintah daerah, Pemerintah Pusat juga menaikkan discount rate on regional gift
certificates dari 5 persen menjadi 10 persen. Pemerintah juga menyediakan pemotongan pajak
bagi usaha yang harus ditutup karena ada pegawai atau pelanggan yang positif Covid 19. Pajak
perusahaan dan pertambahan nilai juga ditunda pemungutannya sampai 9 bulan.
• Pemerintah daerah juga didorong untuk memberikan bantuan kepada usaha sesuai dengan
kebutuhan masing-masing daerah.
2. Mendorong Ketahanan Ekonomi
Paket kebijakan stimulus dalam rangka mendorong ketahanan ekonomi, dilakukan melalui instrument
antara lain:
a. Pembelian Barang dan Jasa dimuka oleh Pemerintah
Pemerintah sebagai konsumen melakukan pembelian barang dan jasa, pembayaran dan kontrak
dimuka untuk meningkatkan permintaan domestik, misalnya mengadakan kontrak untuk
pengadaaan acara-acara konferensi dan pertemuan internasional yang diadakan diparuh kedua
2020, termasuk membeli tiket dan membayar akomodasi. Pemerintah juga membeli sejumlah
kendaraan bermotor yang ramah lingkungan sebagai kendaraan dinas.
b. Pemotongan dan Penundaaan Pemungutan Pajak
Pemerintah menawarkan pengurangan pajak sebesar 80 persen untuk pemengang kartu kredit
dan debit bagi usaha yang terkena dampak COVID-19, seperti restoran, perhotelan, pariwisata,
konser, dan transportasi umum. Bagi pengusaha yang membeli barang dan jasa dari pengusaha
kecil (self-employed) juga diberikan potongan pajak sebesar 1 persen.
National Tax Service diminta untuk memperpanjang masa jatuh tempo pembayaran pajak bagi UMKM
sampai 3 bulan. Sebagai tambahan UMKM juga bisa mendapatkan potongan pajak bila mereka
mengalami dan melaporkan kerugian akibat COVID-19.
c. Stimulus Perdagangan
Stimulus terkait perdagangan ditujukan untuk meningkatkan perdagangan internasional dan rantai
pasokan.
• Meningkatkan Perdagangan
35
Dalam rangka meningkatkan kinerja perdagangan internasional, bank ekspor impor (KEXIM) dan
asosiasi asuransi perdagangan (K-SURE) Korea Selatan memperpanjang masa pembayaran utang
dan premi asuransi kepada perusahaan dagang yang terimbas dampak COVID-19. Pemerintah
Korea Selatan juga membangun infrastruktur untuk membantu eksportir menemukan pembeli
asing dengan media daring dan memfasilitasi penandatangan kontrak dibawah satu atap. Proses
ini termasuk konsultasi, kontrak, custom clearance, dan prosedur logistik. Salah satu caranya
mempertemukan pengusaha Korea Selatan dengan pembeli asing adalah dengan mengadakan
pameran daring menggunakan teknologi AR dan VR.
Pemerintah juga membantu pengusaha untuk masuk ke negara lain melalui kerja sama bilateral
maupun multilateral. Korea juga membantu tenaga ahli yang mengoperasikan fasilitas produksi
utama di Korea Selatan dengan mempercepat proses pengeluaran dan perpanjangan visa.
Pemerintah juga merencanakan untuk menambah rute perjalanan pesawat dan kapal. Selain itu
diberikan subsidi untuk biaya transportasi (harga pengirimin barang dengan pesawat) bagi UMKM
yang bergerak di bidang ekspor.
• Mendukung Rantai Pasok Global
Dalam rangka mendukung rantai pasok global, pemerintah melakukan beberapa inisiatif yaitu:
o Menyediakan Supply Support Center untuk memantau barang-barang impor utama Korea
Selatan, dan memberikan subsidi dan tempat penyimpanan barang-barang impor.
o Untuk industri-industri utama (penerbangan, perkapalan, automobile, minyak, serta
pertanian dan perikanan) diberikan layanan berupa injeksi dana, pengurangan pajak, subsidi
sewa dan dukungan lainnya.
• Industri penerbangan diberikan injeksi dana darurat bagi perusahaan penerbangan yang
menyediakan penerbangan murah (LCC). UMKM mendapatkan pengurangan harga sewa
fasilitas bandara. Pemotongan dan penundaan pembayaran pajak juga diberlakukan
untuk meringankan beban perusahaan di sektor ini. Untuk pekerja yang berada disektor
ini disediakan Special Employment Support.
• Dana darurat juga disiapkan untuk industri perkapalan, khususnya yang mengangkut
barang dan orang dari Korea Selatan ke Tiongkok dan sebaliknya. Korea Ocean Business
Croporation (KOBC) juga membantu perusahaan-perusahaan perkapalan terutama
perusahaan kecil dengan membeli obligasi dan saham mereka. Lebih jauh KOBC juga ikut
berinvestasi jika ada perusahaan-perusahaan yang melakukan merger.
• Untuk industri mobil/automobile, diberikan tarif spesial, pemotongan dan perpanjangan
pembayaran pajak, penyediaan tempat penyimpanan mobil dibandara untuk waktu yang
lama, serta membeli sejumlah mobil ramah lingkungan untuk dipakai pemerintah.
• Untuk sektor oil refinement, diberikan pemotongan dan penundaaan pemungutan pajak
dan tarif serta iuran kontribusi dari penjualan kepada pemerintah. Beberapa cadangan
minyak kunci juga dibeli oleh pemerintah.
• Untuk sektor pertanian dan perikanan yang mengalami penurun permintaan akibat
tutupnya restoran dan sekolah maka pemerintah mendukung dengan membantu promosi
produk perikanan dan pertanian, pemerintah juga menyediakan jasa konsultasi melalui
layanan daring. Pemerintah menggunakan Emergency Business Management Stability
Funds untuk membantu pengusaha mempertahankan pekerja walau bisnis sedang sepi.
• Untuk perusahaan yang bergerak dibidang IT dan Komunikasi disediakan pinjaman untuk
kegiatan Penelitian dan Pengembangan (R&D). Penurunan harga sewa fasilitas dan
penyediaan peralatan juga diberikan bagi beberapa perusahaan terpilih.
36
3. Persiapan New Normal Paska Pandemi COVID-19
Pemerintah Korea Selatan menyiapkan kebijakan Korean New Deal yang berisi stimulus untuk
menghadapai era paska pandemic COVID-19. Korean New Deal dibagi menjadi dua yaitu Digital New
Deal dan Green New Deal. Sebagian dari Supplementary Budget yang ketiga rencananya akan
digunakan untuk membiaya stimulus ini.
• Digital New Deal fokus pada 4 area yaitu: (i) mengembangkan data, jaringan, dan artificial
intelenge; (ii) membangun inklusif digital dan perlindungan data; (iii) mempersiapkan
infrastruktur untuk smart dan remote working; serta menjamin ketersediaan layanan digital yang
aman dan smart.
• Green New Deal difokuskan pada (i) pencipataan kota dan infrastruktur yang ramah lingkungan;
(ii) mendukung industri hijau dan industri manufaktur ramah lingkungan; serta (iii)
mempromosikan teknologi low-carbon. Sebanyak KRW4,1 triliun direncankan akan dialokasikan
untuk kedua paket kebijakan ini untuk paruh kedua tahun 2020.
37
B.5. Malaysia
B.5.1. Gambaran Umum Ekonomi
Perekonomian Malaysia tumbuh moderat sebesar 0,7 persen yoy pada Q1-2020 dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,5 persen. Di sisi produksi, sektor jasa dan manufaktur
dimoderasi sementara sektor lainnya mengalami kontraksi. Di sisi pengeluaran, permintaan dan investasi
eksternal menurun, sementara pertumbuhan konsumsi swasta dimoderasi. Berdasarkan perhitungan qoq
yang disesuaikan secara musiman, ekonomi Malaysia mengalami kontraksi sebesar 2,0 persen.
Akibat adanya kebijakan Movement Control Order (MCO) di bulan Maret yang diterapkan oleh pemerintah
Malaysia untuk mengatasi masalah pandemi COVID-19, perekonomian Malaysia mengalami koreksi cukup
dalam (grafik B.5.2). Sektor jasa dan sektor manufaktur masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,1
persen dan 1,5 persen (yoy) sedangkan sektor konstruksi, pertambangan dan agrikultur mengalami
pertumbuhan negatif (grafik B.5.1).
Grafik B.5.1 Kontribusi Komponen Produksi Terhadap Pertumbuhan PDB
Grafik B.5.2 Kontribusi Komponen Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan PDB
Sumber: Department of Statistic, Malaysia, 2020 Sumber: Department of Statistic, Malaysia, 2020
Sektor jasa tumbuh moderat sebesar 3,1 persen pada Q1-2020 (Q4-2019: 6,2 persen). Sektor ini
dipengaruhi oleh pandemi COVID-19, terutama sub-sektor ritel yang terkait dengan pariwisata dan non-
makanan. Implementasi MCO ikut mempengaruhi aktivitas bisnis, pariwisata, dan pengeluaran
konsumen, menyebabkan perlambatan tajam dalam perdagangan grosir dan eceran, serta sub-sektor
makanan dan minuman dan akomodasi. Hal yang sama terjadi pada sektor manufaktur yang tumbuh
moderat sebesar 1,5 persen (Q4-2019: 3,0 persen). Penguncian di Tiongkok untuk menahan pandemi
mengganggu rantai pasokan global untuk berbagai produk termasuk listrik dan elektronik (E&E) dan
peralatan transportasi. Sementara itu, sektor konstruksi mengalami kontraksi sebesar 7,9 persen pada
Q1-2020 (Q42019: + 1,0 persen), terutama mencerminkan penghentian kegiatan selama MCO.
Jika dilihat dari kontribusi komponen penyusun PDB, konsumsi publik tumbuh lebih cepat sebesar 5
persen (Q4-2019: 1,3 persen) dan konsumsi privat masih tumbuh sebesar 6,7 persen (Q4-2019: 8,1
persen) (grafik B.5.2). Namun demikian, pertumbuhan net ekspor dan PMTB kembali dicatatkan kontraksi.
Permintaan domestik mencatat pertumbuhan moderat 3,7 persen pada kuartal pertama 2020 (Q4-2019:
4,8 persen), terutama disebabkan oleh belanja modal yang lebih lemah oleh sektor swasta dan publik.
Aktivitas investasi yang lemah ini terutama disebabkan oleh tindakan penahanan yang dilakukan oleh
38
pihak berwenang baik secara global maupun domestik. Permintaan domestik juga dipengaruhi oleh
sentimen konsumen yang lebih lemah dan kepercayaan bisnis, mengingat tingginya ketidakpastian karena
COVID-19. Selain itu, kinerja ekspor neto juga merupakan hambatan besar bagi pertumbuhan selama Q1-
2020.
Grafik B.5.3 Current Account Balance
Sumber: Department of Statistic, Malaysia, 2020
Current account surplus di Q1-2020 sedikit meningkat menjadi RM9,5 miliar (2,6 persen dari PDB) dari
sebelumnya RM7,5 miliar (1,9 persen dari PDB). Hal ini disebabkan karena adanya penurunan defisit
primary income yang signifikan utamanya di sektor keuangan, asuransi, dan manufaktur; yang diimbangi
dengan adanya sedikit penurunan dari perdagangan barang dan melebarnya defisit perdagangan jasa.
Grafik B.5.4 Kinerja Mata Uang Kawasan terhadap USD (1 Jan-31 Maret 2020)
Grafik B.5.5 Kinerja Pasar Ekuitas Regional
Sumber: BNM, 2020 Sumber: Bloomberg, 2020
Seiring dengan meningkatnya ketidakpastian global akibat adanya pandemi COVID-19, kinerja sektor
finansial Malaysia juga turut terimbas. Investor non residen cenderung risk averse yang mengakibatkan
terjadinya flight to quality, portfolio outflow oleh non residen. Akibatnya, kinerja pasar modal juga
mengalami pelemahan sebagaimana yang terjadi di regional. Nilai tukar ringgit juga mengalami depresiasi
seperti halnya nilai tukar di kawasan yang mengalami depresiasi.
39
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pertemuan Monetary Policy Committee (MPC) pada bulan
Januari dan Maret 2020 mengambil kebijakan penurunan Overnight Policy Rate sebesar 25 basis poin.
Lebih jauh, pada bulan Mei komite MPC kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin
menjadi 2 persen. Selain itu, untuk mendorong aktivitas intermediasi finansial, bank sentral juga
menyesuaikan ketentuan giro wajib minimum.
Grafik B.5.6 Tingkat Pengangguran
Sumber: Department of Statistic, Malaysia, 2020
Pasar tenaga kerja melambat pada Q1-2020. Pertumbuhan lapangan kerja hanya sebesar 2,1 persen pada
2 bulan pertama Q1, sementara tingkat pengangguran stabil di 3,3 persen. Kondisi pasar tenaga kerja
memburuk pada bulan Maret terutama karena kelemahan dalam industri terkait pariwisata. Penerapan
MCO mempengaruhi pertumbuhan lapangan kerja dalam dua minggu terakhir bulan Maret. Pada Q1,
pertumbuhan lapangan kerja melambat sebesar 1,6 persen (Q4-2019: 2,2 persen). Tingkat pengangguran
naik menjadi 3,5 persen pada kuartal pertama (Q4-2019: 3,2 persen).
Prospek perekonomian Malaysia pada tahun 2020 akan mengalami tekanan yang cukup signifikan karena
pandemi COVID-19. Namun demikian, aktivitas ekonomi diharapkan dapat menuju normal secara
bertahap pada semester kedua. Kebijakan Prihatin 2020 pun diharapkan dapat menolong rumah tangga
dan bisnis. Demikian halnya dengan adanya dukungan kebijakan di sisi moneter melalui relaksasi giro
wajib minimum dan penurunan overnight policy rate. Inflasi indeks harga konsumen diprediksi akan
mengalami pertumbuhan negatif, utamanya berasal dari proyeksi penurunan harga minyak dunia.
Sedangkan inflasi inti akan tetap terjaga di tengah proyeksi pelemahan permintaan domestik.
B.3.2. Kebijakan Stimulus Fiskal
Pada Februari 2020 Pemerintah Malaysia mengeluarkan Pakej Rangsangan Ekonomi yaitu paket stimulus
fiskal dalam rangka merespon dampak dari pandemi COVID-19. Paket ini kemudian disempurnakan
menjadi Pakej Rangsangan Ekonomi Prihatin Rakyat 2020 (Prihatin 2020) pada bulan Maret. Prihatin 2020
senilai RM250 milliar ini difokuskan kepada tiga komponen utama yaitu: 1) perlindungan masyarakat, 2)
dukungan bisnis/perniagaan, dan 3) penguatan ekonomi.
1. Perlindungan Masyarakat.
a) Membendung penularan COVID-19
40
Pemerintah mengaloksikan dana sebesar RM500 juta diperuntukkan kepada Kementerian
Kesehatan untuk membendung penularan covid berupa pembelanjaan peralatan dan
perlengkapan medis seperti ventilator, peralatan ICU dan alat proteksi diri. Selain itu diberikan
juga tunjangan bagi para pekerja yang terlibat dalam penanganan pandemi COVID-19.
b) Diskon tagihan listrik serta insentif multimedia seperti penyediaan internet gratis
Selain itu ditawarkan paket internet gratis senilai RM600 juta.
c) Mendorong konsumsi dalam negeri.
Selain sektor pariwisata, pandemi COVID-19 menyebab gangguan rantai pasokan bahan baku
yang melibatkan pabrik dan pelabuhan di Tiongkok dan berdampak pada penurunan kinerja
ekspor Malaysia. Dalam memitigasi hal tersebut, Pemerintah Malaysia berupaya mendorong
pertumbuhan konsumsi lokal untuk mengimbangi penurunan permintaan ekspor dan
melindungi pekerjaan lokal Malaysia. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi:
• Kontribusi Employees Provident Fund (EPF) minimum oleh karyawan akan dikurangi sebesar
4 persen dari 11 persen menjadi 7 persen selama 1 April 2020 hingga 31 Desember 2020
untuk meningkatkan konsumsi pribadi senilai RM10 miliar.
• Pemberian RM200 kepada penerima bantuan biaya hidup masyarakat miskin melalui
program Bantuan Sara Hidup (BSH). Pemberian tambahan RM100 disalurkan melalui
rekening bank penerima BSH pada Mei 2020, sebesar RM50 diberikan dalam bentuk e-tunai.
• Bantuan kepada ASN program prihatin 2020 serta para pensiunan sebesar RM500 per orang.
• Program jaminan makanan dengan mengalokasikan dana sebesar RM1 miliar kepada Dana
Jaminan Makanan.
• Program retensi pekerjaan dalam bentuk subsidi upah sebanyak RM600 per bulan dalam
tempo 3 bulan untuk menghindari PHK.
• Bantuan tunai kepada pekerja transportasi daring sebesar RM500 per orang kepada 120.000
pekerja secara one-off.
d) Peningkatan Daya Beli
Untuk meningkatkan pendapatan rakyat dan mengurangi biaya hidup, Pemerintah memberikan
berbagai insentif berupa:
41
• Bantuan tunai prihatin nasional yang menyasar rumah tangga secara one-off.
• Bantuan kepada pelajar sebesar RM270 juta untuk berbagai tingkat pendidikan termasuk
kepada politeknik, community college, serta perguruan tinggi.
• Bantuan kepada kelompok yang terdampak seperti lansia dan anak-anak di panti sosial,
warga disabilitas, serta gelandangan sebesar RM25 juta.
• Aalokasi RM10 juta kepada Lembaga Pemasaran Pertanian-Kementerian Pertanian Malaysia
untuk menyediakan fasilitas penyimpanan makanan untuk menurunkan harga makanan.
• Hibah sebesar RM1.000 hingga 10.000 untuk pengusaha lokal dalam mempromosikan
penjualan produk mereka di platform e-commerce.
• MySalam, program penggantian pendapatan sebesar RM50 per hari, maksimal 14 hari bagi
pasien positif COVID-19 maupun pasien dalam pengawasan.
• Alokasi RM20 juta diberikan kepada lembaga Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC)
dengan program Perkhidmatan eDagang Setempat (PeDAS) yang mentransformasi Pusat
Internet Desa menjadi pusat perdagangan e-commerce.
e) Stimulus untuk pedesaan
• Pemerintah mengalokasikan dana tambahan RM2 miliar untuk percepatan implementasi
rehabilitasi ringan infrastruktur dan peningkatan proyek secara nasional terutama pada
daerah pedesaan. Untuk memastikan bahwa proyek-proyek dilaksanakan secara efektif
untuk kepentingan rakyat, alokasi dana tambahan disalurkan melalui kemitraan antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Suaka Masyarakat dan Masyarakat Lokal.
• Untuk mempercepat implementasi program tersebut, Kementerian Keuangan memberikan
relaksasi khusus pada prosedur pengadaan untuk tahun anggaran 2020 dan memastikan
penyaluran alokasi yang cukup ke masing-masing lembaga pelaksana pada kuartal pertama
2020. Kementerian Keuangan Malayasia juga akan mengawasi kepatuhan terhadap jadwal
pengadaan guna memastikan proyek dilaksanakan tepat waktu.
2. Dukungan bisnis/perniagaan.
Dampak ekonomi langsung pandemi COVID-19 dirasakan oleh sektor wisata dengan penurunan
kunjungan wisata yang mempengaruhi penurunan aktivitas bisnis perhotelan, penerbangan,
perusahaan travel, dan perdagangan eceran yang terkait. Untuk mengurangi dampak COVID-19,
Pemerintah Malaysia menerapkan tiga pendekatan melalui:
42
a) Membantu arus kas bisnis yang terkena dampak.
Pemerintah memberikan program bantuan selama bulan April sampai September 2020 berupa:
• Penangguhan pembayaran, restrukturisasi, dan penjadwalan ulang pembayaran
Employment Provident Fund;
• Pengecualiaan pembayaran pungutan Tabung Pembangunan Sumber Manusia bagi semua
sektor untuk tempo enam bulan mulai bulan April 2020;
• Penangguhan pembayaran angsuran pajak pendapatan kepada semua UMKM untuk tempo
tiga bulan mulai 1 April 2020;
• Penundaan pembayaran angsuran pajak pendapatan bulanan dan merevisi estimasi laba
tahun 2020 untuk pembayaran cicilan pajak penghasilan bulanan di sektor pariwisata;
• Memberikan diskon 15 persen dalam tagihan listrik bulanan hotel, agen perjalanan,
maskapai penerbangan, pusat perbelanjaan, dan lokasi pameran;
• Mengecualikan pungutan Dana Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk hotel dan
perusahaan terkait perjalanan; serta
• Membebaskan pajak layanan hotel sebesar 6 persen yang berlaku efektif dari bulan
sebelumnya, yaitu dari bulan Maret hingga Agustus 2020.
Pemerintah juga memberikan fasilitas pembiayaan untuk perusahaan yang terdampak melalui:
• Bank Simpanan Nasional (BSN) akan mengalokasikan RM200 juta berupa fasilitas kredit
mikro dengan tingkat bunga 4 persen bagi bisnis yang terkena dampak. Selain itu, proses
persetujuan untuk dana pinjaman akan disimplifikasi seperti Dana Infrastruktur Pariwisata
Bank Pembangunan sebesar RM1,5 miliar.
• Atas fasilitas pembiayaan yang diberikan, Pemerintah mengharapkan pelaku bisnis hotel dan
pusat perbelanjaan untuk memberikan potongan harga/ diskon.
• Malaysia Airport Holdings Berhad (MAHB) juga akan memberikan potongan harga untuk
sewa tempat di bandara serta biaya pendaratan dan parkir.
b) Memberikan dana untuk usaha mikro, kecil, dan menengah.
• Menambah dana skema Special Relief Facility sebanyak RM3 miliar.
• Meningkatkan dana RM1 miliar dibawah Kemudahan Semua Sektor Ekonomi dalam upaya
meningkatkan akses pembiayaan UMKM.
• Menyediakan dana tambahan sebanyak RM500 juta dalam skema kredit mikro.
• Pemberian skema BizMula-i dan BizWanita-i Syarikat Jaminan Kredit Malaysia Berhad (CGC)
untuk pembiayaan hingga RM300 ribu.
• Syarikat Jaminan Pembiayaan Perniagaan (BUMN Penjaminan Malaysia) memberikan
kemudahan jaminan bernilai RM5 miliar dengan nilai jaminan meningkat hingga 80 persen.
c) Membantu individu yang terkena dampak.
• Terkait penurunan wisatawan, Pemerintah akan memberikan satu kali pembayaran masing-
masing sebesar RM600 kepada pengemudi taksi, pengemudi bus wisata, pemandu wisata,
dan pengemudi becak terdaftar.
• Pemerintah memberikan tunjangan bulanan kepada pihak yang menangani langsung
penularan COVID-19 sebesar RM400 untuk dokter medis dan tenaga medis lainnya, serta
RM200 untuk imigrasi mulai Februari 2020 hingga berakhirnya wabah.
• Kementerian Kesehatan telah berkomitmen RM150 juta untuk membeli peralatan, obat-
obatan dan perlengkapan untuk menanggulangi pandemi COVID-19.
43
Terkait pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM):
• Pemerintah mendorong pengusaha untuk investasi pada peningkatan produktivitas SDM
melalui pengurangan pajak sebesar dua kali lipat atas biaya pelatihan terkait pariwisata yang
disetujui. Pemerintah juga memberikan hibah hingga RM100 juta melalui Human Resource
Development Fund (HRDF) dengan target jangkauan 40.000 karyawan.
• Pemerintah Malaysia menyediakan RM50 juta untuk mensubsidi kursus singkat dalam bidang
digital dan kursus keahlian lainnya dengan target jangkauan 100.000 orang Malaysia.
• Pekerja Malaysia yang mengalami pemutusan hubungan kerja dapat memanfaatkan
Emplyoment Insurance System (EIS) yang dialokasikan sebesar RM1,1 miliar. Secara lebih
rinci, biaya pelatihan yang dapat diklaim ke EIS meningkat dari RM4.000 ke RM6.000 dan EIS
juga menyediakan tunjangan pelatihan harian sebesar RM30 per hari.
d) Mendorong permintaan perjalanan dan pariwisata.
• Pemerintah memberikan insentif keringanan pajak penghasilan pribadi hingga RM1.000
untuk pengeluaran terkait pariwisata domestik;
• Warga negara Malaysia akan mendapatkan insentif voucher digital untuk pariwisata
domestik hingga RM100 per orang untuk penerbangan domestik, kereta api, dan akomodasi
hotel. Selain itu, hibah tambahan untuk promosi pariwisata dialokasikan sebesar RM500 juta.
• Pemerintah melakukan relaksasi pedoman yang ada untuk membatasi utilisasi hotel oleh
badan-badan pemerintah.
3. Meningkatkan kualitas investasi
a) Untuk meningkatkan kepercayaan dunia bisnis, Pemerintah berkomitmen untuk melanjutkan
menopang investasi publik demgan mempercepat proses tender dan pelaksanaan
pembangunan. Percepatan investasi Pemerintah pada tahun 2020, yaitu:
• Kementerian Energi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahan Iklim akan
melakukan tender terbuka untuk penawaran pembangunan pembangkit tenaga surya 1.400
MW. Proyek ini diperkirakan akan menarik investasi swasta sebesar RM5 miliar dan
menyerap 25.000 tenaga kerja;
• Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia mengeluarkan pembiayaan hingga RM3 miliar
pada pekerjaan terkait National Fiberisation and Connectivity Plan (NFCP); dan
• Perusahaan yang terafiliasi dengan Pemerintah akan menginvestasikan RM13 miliar pada
penyediaan infrastruktur lampu jalan LED, jalur transmisi dan instalasi panel surya.
b) Untuk meningkatkan daya saing nasional yang lebih besar, Pemerintah akan mendorong investasi
sektor swasta yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi melalui:
• Dana Investasi Bersama sebesar RM500 juta yang akan diinvestasikan sesuai dengan
kebutuhan investor swasta dengan rasio minimal 1 banding 3 dengan target total dana
menjadi RM2 miliar untuk investasi pada perusahaan Malaysia;
• Pemberian tunjangan modal dipercepat selama dua tahun atas biaya yang dikeluarkan untuk
mesin dan peralatan di sektor teknologi informasi dan komunikasi;
• Pengurangan pajak hingga RM300.000 untuk biaya renovasi dan perbaikan; dan
• Pembebasan bea masuk dan pajak penjualan atas impor atau pembelian lokal atas mesin
dan peralatan yang digunakan dalam operasi pelabuhan selama 3 tahun mulai 1 April 2020.
44
B.6. Philipina
B.6.1. Gambaran Umum Ekonomi
Kinerja ekonomi Philipina mengalami perlambatan sebesar 0,2 persen yoy pada Q1-2020, penurunan
signifikan dari pertumbuhan 5,7 persen dan 6,7 persen yang dicapai sebelumnya pada Q1-2019 dan Q4-
2019. Sektor jasa berhasil mencatatkan pertumbuhan moderat sebesar 1,4 persen selama periode Q1-
2020, yang diimbangi oleh penurunan di sektor industri sebesar 3,0 persen didorong terutama oleh
kontraksi di sektor manufaktur, konstruksi dan pertambangan dan subsektor penggalian. Sektor
pertanian, perikanan dan kehutanan juga mengalami kontraksi sebesar 0,4 persen terutama karena
produksi palay yang lebih rendah serta perikanan dan akuakultur. Di sisi permintaan, pembentukan modal
bruto turun 18,3 persen setelah penurunan peralatan dan konstruksi yang tahan lama. Pengeluaran
rumah tangga juga mencatat pertumbuhan yang lebih lemah 0,2 persen karena keterbatasan mobilitas
barang dan jasa di bawah kebijakan karantina. Sementara itu, pengeluaran pemerintah berhasil
meningkat sebesar 7,1 persen.
Di sisi pengeluaran, kontraksi output PDB Q1-2020 dipicu oleh penurunan pembentukan modal karena
keterlambatan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur utama sesuai dengan pedoman kebijakan
karantina. Seiring dengan kebijakan “tinggal di rumah” oleh pemerintah untuk menahan penyebaran
COVID-19, konsumsi rumah tangga secara signifikan melambat yang juga berkontribusi pada penurunan
permintaan domestik (grafik B.6.1).
Grafik B.6.1 Pertumbuhan GDP Philipina (Konsumsi)
Grafik B.6.2 Pertumbuhan GDP Philipina (Produksi)
Sumber: Bank Sentral Philipina, 2020 Sumber: Bank Sentral Philipina, 2020
Pengeluaran rumah tangga, yang menyumbang sekitar tiga perempat ekonomi, tumbuh hanya 0,2 persen
yoy pada Q1-2020, perlambatan signifikan dari pertumbuhan yang kuat sebesar 6,2 persen pada periode
yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga menurun karena konsumen
mengurangi pengeluaran mereka untuk komoditas non-esensial dan hanya fokus pada kebutuhan dasar
untuk mengatasi krisis kesehatan yang sedang berlangsung. Makanan dan minuman non-alkohol, yang
menyumbang 33,7 persen dari total pengeluaran rumah tangga, tumbuh lebih lambat 4,7 persen
dibandingkan dengan ekspansi 5,9 persen yang tercatat di Q1-2019 dan pertumbuhan 4,8 persen Q4-
2019. Sementara itu, pengeluaran kesehatan membukukan pertumbuhan yang kuat sebesar 11,5 persen,
45
lebih cepat dari pertumbuhan 5,0 persen dan 6,9 persen yang dicatat pada Q1-2019 dan Q4-2019, di
tengah pandemi COVID-19.
Pengeluaran pemerintah naik 7,1 persen pada Q1-2020, mencerminkan komitmen pemerintah untuk
mengimplementasikan program-programnya dalam menanggapi bencana (mis., Letusan gunung berapi
Taal) dan pandemi COVID-19. Sementara moderasi pertumbuhan 17,0 persen pada Q4-2019 karena
pemerintah mempercepat pengeluarannya sebagai bagian dari rencana mengejar ketinggalannya.
Dengan penataan kembali anggaran nasional di bawah “Bayanihan to Heal as One Act”, pemerintah akan
terus mendanai kegiatan yang terkait dengan perlindungan kesehatan dan sosial yang bertujuan untuk
penanganan pandemi COVID-19, serta program dan proyek lain yang akan membantu sektor dan industri
yang terkena dampak dari perlambatan ekonomi.
Di sisi produksi, sektor jasa tumbuh 1,4 persen yoy pada Q1-2020, mengalami penurunan dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,1 persen. Pelemahan pertumbuhan sektor jasa
merupakan ekspansi terlemah dalam dua dekade terkahir. Sektor jasa menyumbangan sekitar 60,3 persen
terhadap PDB, dan berkontribusi sebesar 0,8 ppts pada pertumbuhan di Q1-2020. Sub sektor keuangan
dan asuransi, kesehatan manusia dan subsektor pekerjaan sosial mencatat pertumbuhan yang kuat
selama kuartal I sebesar masing-masing 9,6 persen dan 9,2 persen, karena layanan ini dikategorikan
sebagai kegiatan penting dan melanjutkan operasi mereka di tengah kebijakan karantina (grafik B.6.2).
Sektor industri berkontraksi sebesar 3,0 persen, pembalikan dari ekspansi sebesar 4,9 persen pada Q1-
2019 dan pertumbuhan 6,0 persen pada Q4-2019. Penurunan sektor industri terutama mengurangi
kinerja ekonomi Q1-2020 karena memangkas 0,9 poin dari pertumbuhan output keseluruhan. Dari
komponen utama sektor ini, subsektor manufaktur turun 3,6 persen pada Q1-2020 dari pertumbuhan 5,2
persen yang dicatat pada Q1-2019 dan 4,3 persen pada Q4-2019, terseret terutama oleh penurunan besar
dalam pembuatan produk minyak kokas dan olahan karena kontraksi permintaan domestik yang
disebabkan kebijakan karantina di Luzon dan bagian lain negara.
Grafik B.6.2 Kinerja Perdagangan Internasional (PHP juta)
Sumber: CEIC, 2020
Kinerja perdagangan internasional terus menghadapi tantangan ditengah kegiatan ekonomi yang terbatas
untuk menekan penyebaran COVID-19, konflik geopolitik yang sedang berlangsung dan ketegangan
perang dagang. Ekspor turun 3,0 persen pada Q1-2020, turun dari pertumbuhan 4,2 persen pada periode
yang sama tahun sebelumnya dan 0,3 persen pada kuartal sebelumnya. Kontraksi yang lebih besar dari
46
9,0 persen dicatat untuk impor dari ekspansi 8,9 persen pada Q1-2019, yang mengakibatkan penyempitan
defisit perdagangan negara. Ekspor bersih menyumbang 2,9 ppts ke output PDB Q1-2020.
Grafik B.6.3 Tingkat Pegangguran
Sumber: BSP, 2020
Penyebaran COVID-19 juga memberikan tekanan pada sektor tenaga kerja di Philipina. Tingkat
pengangguran naik menjadi 17,7 persen, menjadikan 7,3 juta orang Filipina menganggur di angkatan kerja
pada April 2020. Ini menjadi rekor tertinggi dalam tingkat pengangguran yang mencerminkan dampak
COVID-19 di pasar tenaga kerja Philipina. Tingkat pengangguran pada Januari 2020 adalah 5,3 persen
sementara pada bulan April 2019, tercatat 5,1 persen. Tingkat partisipasi angkatan kerja Philipina
diperkirakan hanya mencapai 55,6 persen pada April 2020, terendah dalam sejarah pasar tenaga kerja
Philipina.
B.6.2. Kebijakan Stimulus Fiskal
Pemerintah Philipina meluncurkan empat pilar strategi sosial-ekonomi untuk menangani COVID-19 yang
mencakup dukungan kepada kelompok dan individu yang rentan, perluasan sumber daya untuk pekerja
medis di garis depan, serta langkah-langkah penanganan di sisi fiskal dan moneter.
Pada Juni 2020, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Philipina menyetujui paket stimulus ekonomi
sebesar PHP1,3 triliun (USD26 miliar) yang dirancang untuk membantu perekonomian pulih dari pandemi
dalam empat tahun ke depan, dengan disahkannya RUU No. 6815 yang disebut dengan Accelerated
Recovery and Investments Stimulus for the Economy of the Philippines (ARISE Philippines).
Paket stimulus ekonomi tersebut memberikan berbagai bentuk bantuan kepada masyarakat, UMKM,
serta sektor bisnis utama lainnya yang terkena dampak pandemi COVID-19, dan pada saat yang sama
berusaha membangun kembali kepercayaan konsumen. Stimulus tersebut ditujukan untuk menghasilkan
penyediaan sekitar 1,5 juta pekerjaan dalam kurun waktu antara tahun 2020 hingga 2023 sebagai efek
dari adanya proyek infrastruktur dan bantuan keuangan. Paket stimulus ini juga didukung oleh 44
kelompok bisnis terbesar di Philipina, yang mengatakan bahwa ARISE akan menjadi program efektif untuk
menopang langkah-langkah lain yang pemerintah lakukan untuk mengurangi dampak pandemi.
Secara garis besar, paket stimulus sebesar PHP1,3 triliun akan digunakan untuk mendanai subsidi upah
dan program bantuan langsung tunai untuk pekerja yang dirumahkan, pinjaman tanpa bunga untuk
perusahaan, serta jaminan pinjaman untuk bank. Dana sebesar PHP708 miliar akan disisihkan untuk tahun
47
2020 sedangkan PHP600 miliar akan dialokasikan untuk tahun 2021 hingga 2022. Adapun beberapa
peruntukan detil dari paket stimulus tersebut antara lain:
• Alokasi dana sebesar 205 miliar PHP (1,1 persen dari PDB 2019) akan disalurkan dalam bentuk bantuan
langsung tunai yang ditujukan kepada 18 juta rumah tangga berpenghasilan rendah, di mana rumah
tangga yang memenuhi syarat diharapkan menerima transfer tunai antara PHP5.000 - 8.000 sebulan
untuk jangka waktu dua bulan.
• Lebih dari PHP56 miliar (0,3 persen dari PDB 2019 akan disalurkan untuk langkah-langkah
perlindungan sosial bagi para pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja).
• Lebih dari PHP54 miliar (0,3 persen dari PDB 2019) akan disalurkan untuk mendukung sektor
kesehatan terkait COVID-19.
• Jaminan kredit sebesar PHP120 miliar (0,6 persen dari PDB 2019) untuk usaha kecil dan dukungan
untuk sektor pertanian.
• Bantuan keuangan juga akan diberikan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang
terkena dampak dan rumah tangga yang rentan melalui pinjaman keuangan mikro khusus dan
restrukturisasi pinjaman.
• Alokasi sebesar PHP20 miliar untuk pengujian COVID-19 secara masif kepada jutaan pekerja Filipina
pada tahun 2020 dan 2021.
• PHP650 miliar akan ditempatkan selama 3 tahun mulai 2021 hingga 2023 untuk program infrastruktur
pemerintah yang disebut dengan Build, Build, Build.
Anggaran sebesar PHP1,3 triliun yang dianggarkan pemerintah Filipina akan bersumber dari rekening di
luar anggaran atau pendapatan lembaga pemerintah dari operasi. Hal tersebut diizinkan oleh Undang-
Undang Nomor 11469 yang memberikan presiden wewenang khusus dalam usaha mengatasi pandemi.
48
B.7. Singapura
B.7.1. Gambaran Umum Ekonomi
Kinerja ekonomi Singapura secara keseluruhan mengalami tekanan yang cukup dalam pada awal tahun
2020. Pada Q1-2020 ekonomi terkontraksi sebesar 0,7 persen yoy (dari 1 persen pada Q4-2019), kuartal
pertama negatif sejak krisis kuangan global (grafik B.7.1 dan grafik B.7.2). Dari sisi produksi, ekonomi
Singapura dipengaruhi oleh memburuknya kinerja sektor konstruksi dan industri layanan, serta
merebaknya pandemi COVID-19 yang melemahkan permintaan. Sementara dari sisi konsumsi, kontraksi
pada konsumsi rumah tangga menjadi faktor utama pelemahan ekonomi Singapura.
Konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sebesar 1,6 persen yoy pada Q1-2020, mengalami
pembalikan dari 2,6 persen pada kuartal sebelumnya. Pelemahan terjadi karena turunnya daya beli dan
permintaan masyarakat karena wabah. Pengeluaran pemerintah tumbuh cukup tinggi pada Q1-2020
sebesar 8,5 persen yoy (dari 4,3 persen pada Q4-2019), seiring penyaluran dana stimulus fiskal untuk
bantuan sosial dan pembayaran tunai masyarakat terdampak pandemi. Paket stimulus pemerintah
sebesar SGD6,4 miliar di awal tahun belum mampu mendorong pertumbuhan konsumsi.
Grafik B.7.1 GDP Singapura (Produksi) Grafik B.7.2 GDP Singapura (Konsumsi)
Sumber: Department of Statistic, Singapore, 2020 Sumber: Singapore Economic Development Board, 2020
Menurunnya aktivitas belanja di toko-toko serta berkurangnya kedatangan wisatawan asing
menyebabkan segmen perdagangan ritel (tidak termasuk kendaraan bermotor) mengalami kontraksi
hingga 10,9 persen yoy di bulan Maret (grafik B.7.3), dengan penjualan barang-barang pilihan, seperti
barang-barang department store, pakaian dan alas kaki serta jam tangan dan perhiasan tercatat secara
substansial menurun. Penjualan kendaraan bermotor juga mengalami kontraksi yang cukup dalam
sebesar 27 persen pada Q1 melanjutkan penurunan pada kuartal sebelumnya.
Grafik B.7.3 Pertumbuhan Volume Penjualan Retail, Kendaraan, dan Jasa F&B
Grafik B.7.4 Pertumbuhan Industri Manufaktur
Sumber: Department of Statistic, Singapore, 2020 Sumber: Singapore Economic Development Board, 2020
% yoy
49
Kinerja industri manufaktur tumbuh sebesar 6,6 persen yoy pada Q1-2020, membalikkan kontraksi 2,3
persen pada kuartal sebelumnya. Kenaikan didukung oleh lonjakan sebesar 68 persen pada output farmasi
di bawah kluster industri biomedis (grafik 2.28). Hal sama terjadi pada industri rekayasa presisi yang
tumbuh 20,6 persen. Sementara segmen industri elektronik mengalami kontraksi sebesar 10,5 persen,
dipicu oleh jatuhnya output semikonduktor disebabkan gangguan pemulihan siklus elektronik global
karena pandemi.
Sektor-sektor terkait perjalanan melemah karena penurunan kedatangan wisatawan. Sektor transportasi
dan penyimpanan terkontraksi sebesar 8,1 persen yoy pada Q1-2020, pembalikan dari ekspansi 0,8 persen
pada Q4-2019. Larangan pembatasan dan perjalanan oleh pemerintah menyebabkan jumlah kunjungan
ke Singapura turun drastis hingga 84 persen yoy pada bulan Maret (grafik 2.29). Akibatnya, pergerakan
penumpang di Bandara Changi turun tajam hingga 71 persen. Sektor perhotelan dan jasa makanan juga
mengalami kontraksi 23,8 persen pada Q1-2020, pelemahan yang signifikan dari pertumbuhan 2,5 persen
pada Q4-2019. Pendapatan hotel per kamar yang tersedia anjlok karena tingkat hunian turun hingga 40
persen pada bulan Maret dari rata-rata 78,5 persen dalam lima bulan terakhir. Sementara itu, tarif rata-
rata kamar hotel turun sebesar SGD171,5 untuk reservasi di bulan Maret (grafik 2.30).
Grafik B.7.5. Pertumbuhan dan Jumlah Kedatangan Wisatawan Asing
Grafik B.7.6 Tingkat Okupansi Hotel dan Harga Rata-Rata Per-Kamar Standar
Sumber: Department of Statistic, Singapore, 2020 Sumber: Department of Statistic, Singapore, 2020
Aktivitas sektor jasa modern menurun pada Q1-2020 karena sentimen negatif bisnis dan pelambatan
pengeluaran perusahaan. Segmen sewa dan leasing melemah karena permintaan untuk jasa leasing
pesawat menurun tajam, mengikuti aturan pembatasan perjalanan. Hal berbeda terjadi pada sektor
keuangan dan asuransi yang meningkat 8,0 persen yoy pada Q1-2020, lebih cepat dari pertumbuhan 4,0
persen pada Q4-2019. Kenaikan klaim asuransi perjalanan dan klaim bisnis karena penangguhan operasi
perusahaan menjadi pendorong sektor ini. Di segmen lain, meskipun pembelian makanan online
melonjak, pembelian jenis barang besar seperti barang mewah, pakaian, dan furniture melambat.
Pandemi COVID-19 juga akan mengurangi pertumbuhan lapangan kerja secara keseluruhan pada 2020.
Total pekerjaan (tidak termasuk foreign domestic workers) mengalami kontraksi sebesar 19.900 pada Q1-
2020 karena penurunan jumlah pekerja asing. Permintaan tenaga kerja domestik juga turun karena
kebijakan pembatasan wilayah. Berdasarkan sektor, secara keseluruhan permintaan tenaga kerja
melemah hingga periode Q4-2019 (grafik 2.31). Sektor konstruksi memberikan dorongan pada
peningkatan pertumbuhan lapangan kerja, sementara ekspansi jumlah karyawan di sektor terkait
perjalanan melambat.
Laju peningkatan lapangan kerja di sektor jasa modern tercatat stabil. Sementara itu, indikator pasar
tenaga kerja agregat sebagian besar landai di Q4-2019. Tingkat lowongan kerja keseluruhan mengalami
50
kenaikan pada kuartal tersebut, relatif rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (grafik
2.32). Hal serupa juga terjadi pada rasio lowongan kerja terhadap orang yang tidak bekerja tetap di bawah
satu, menunjukkan bahwa permintaan tenaga kerja yang relatif lemah. Kondisi tersebut menyebabkan
tingkat pengangguran sedikit meningkat sebesar 3,2 persen di Q4-2019.
Grafik B.7.7. Perubahan Jumlah Pekerja Per Sektor
Grafik B.7.8 Vacancy Rate dan Vacancies-to-unemployed persons ratio
Sumber: MOM dan MAS, 2020 Sumber: MOM dan MAS, 2020
Kinerja Sektor Perdagangan
Kinerja perdagangan masih tertekan akibat pelemahan permintaan global dan domestik. Pada Q1-2020,
neraca perdagangan Singapura tercatat surplus sebesar SGD5,85 miliar atau menurun dibandingkan
surplus kuartal sebelumnya sebesar SGD11,66 miliar. Ekspor barang pada Q1-2020 terkontraksi (-1,3
persen yoy dari -4,3 persen pada Q4-2019), terutama akibat penurunan ekspor mineral fuels dan
chemicals and chemical products (grafik B.7.10). Impor barang meningkat tajam sebesar 2,6 persen
dibandingkan kuartal sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 6,3 persen, dikontribusi oleh
peningkatan impor machinery and transport equipment, alat kesehatan dan produk kimia. Di sektor
perdagangan jasa, mengalami kontraksi sebesar 3,5 persen yang disebabkan oleh penurunan tajam ekspor
dan impor jasa berturut-turut sebesar 2,9 persen dan 4,2 persen (grafik B.7.11).
Grafik B.7.10 Pertumbuhan Perdagangan Barang Grafik B.7.11 Pertumbuhan Perdagangan Jasa
Sumber: Ministry of Trade and Investment, Singapore, 2020 Sumber: Ministry of Trade and Investment, Singapore, 2020
B.6.2. Kebijakan Stimulus Fiskal
Untuk mengatasi dampak negatif pandemi COVID-19 terhadap perekonomian, Pemerintah Singapura
telah mengumumkan 5 paket kebijakan stimulus pada 18 Februari, 26 Maret, 6 April, 21 April, dan 26 Mei
51
2020 dengan total stimulus sebesar SGD92,9 miliar (19,2 persen dari PDB). Dana untuk penanganan
wabah sebesar SGD800 juta terutama untuk mendukung kegiatan Kementerian Kesehatan.
Paket Perawatan dan Dukungan diberikan untuk mendukung ketahanan rumah tangga dari pandemi
COVID-19 sebesar SGD5,7 miliar, termasuk pembayaran tunai untuk semua warga Singapura, dan
pembayaran tambahan untuk individu berpenghasilan rendah dan pengangguran. Paket Stabilisasi dan
Dukungan diberikan untuk mendukung keberlangsungan sektor bisnis sekitar SGD35,3 miliar yang
mencakup antara lain pemberian subsidi upah, peningkatan skema pembiayaan, dan dukungan tambahan
untuk industri yang terkena dampak langsung pandemi COVID-19 dan dukungan bagi wiraswasta. Paket
stimulus tersebut juga dialokasikan untuk dukungan modal pinjaman sebesar SGD20 miliar dan
memperkenalkan langkah-langkah ketahanan ekonomi lainnya sebesar SGD1,9 miliar. Paket tambahan
terbaru yang dikeluarkan pada bulan Mei 2020 sebesar SGD33 miliar difokuskan pada dukungan bagi para
pekerja dan bisnis.
Secara lebih detail paket kebijakan stimulus pemerintah Singapura meliputi:
a. Paket dukungan dan kepedulian (care and support package)
Paket senilai SGD1,6 miliar ditujukan untuk membantu individu dan keluarga yang terdampak
penurunan ekonomi, terutama akibat merebaknya COVID-19. Rinciannya adalah sebagai berikut:
ii. Semua warga negara Singapura mendapatkan antara SGD100 s.d. 300, tergantung dari
penghasilan;
iii. Semua keluarga dengan anak di bawah usia 20 tahun (<20) akan mendapat tambahan SGD100;
Tabel B.7.1 Care and Support – Tunai
Assessable Income (AI) for Year of Assessment (YA) 2019
SGD0 to SGD28,000
SGD28,001 to SGD100,000
More than SGD100,000 or owns more than one property
For all Singaporean adults, aged 21 and
above in 2020
Care and Support – Cash SGD 900 SGD 600 SGD 300
Solidarity Payment SGD600
[Paid in April] (First SGD300 of the Care and Support – Cash was paid out in April)
Remaining Care and Support – Cash
[Paid from 18 Jun] SGD600 SGD300 0
For parents SGD300
Singaporeans aged 50 and above
SGD100
iv. Rabat service & conservacy charge (biaya kebersihan dan pengelolaan lingkungan di HDB atau
perumahan rakyat Singapura) antara 1,5 s.d. 3,5 bulan;
v. Melipatgandakan rabat utility expenses (listrik dan air). Keluarga dengan anggota 5 orang atau
lebih akan mendapatkan rabat sampai dengan 2,5 kali nilai rabat reguler;
Tabel B.7.2 Voucher GST – U-Save untuk FY2020
Tipe Tempat Tinggal Regular GSTV –
U-Save
GSTV – U-Save
Special Payment
Tambahan Rabat GSTV –
U-Save
Total GSTV – U-Save
untuk FY2020
52
Rumah Tangga yang Memenuhi
Syarat
Rumah Tangga Besar
yang Memenuhi Syarat
1- dan 2-kamar SGD400 + SGD400 + SGD200 SGD800 atau SGD1,000
3-kamar SGD360 + SGD360 + SGD180 SGD720 atau SGD900
4- kamar SGD320 + SGD320 + SGD160 SGD640 atau SGD800
5- kamar SGD280 + SGD280 + SGD140 SG560 atau SGD700
Executive / Multi-
Generation SGD240 + SGD240 + SGD120 SGD480 atau SGD600
vi. Tunjangan untuk warga usia 50 tahun ke atas sebesar SGD100 dengan menambahkan saldo pada
passion card yang dimiliki. Dana tersebut dapat dibelanjakan di toko grosir dan membayar
kegiatan atau aktivitas di pusat-pusat komunitas;
vii. Voucher grosir SGD100 untuk membantu keluarga berpenghasilan rendah dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari;
viii. Tunjangan pekerja berpenghasilan rendah berupa workforce income supplement (WIS) akan
ditambah dengan workforce special payment (WSP) sebesar 20 persen dari WIS yang diterima
tahun lalu dengan pembayaran minimum SGD100. Pembayaran akan diberikan secara tunai, dan
akan memberikan dukungan tambahan untuk pekerja berupah rendah dan wiraswasta berusia 35
tahun ke atas pada tahun 2019.
Tabel B.7.3 Workfare Special Payment
Umur pada
tahun 2019
20 persen dari Total Pembayaran Tahunan WIS untuk Tahun Kerja 2019
Karyawan Wiraswasata
35 s.d. 44 SG D100 s.d. SG D300 SGD100 s.d. SG D200
45 s.d.54 SG D100 s.d. SG D440 SG D100 s.d. SG D293
55 s.d.59 SG D100 s.d. SG D580 SG D100 s.d. SG D387
60 dan ke atas SG D100 s.d. SG D720 SG D100 s.d. SG D480
ix. Bantuan untuk self-help group (lembaga swadaya) sebesar SGD10 juta dan melalui community
development council (CDC) sebesar SGD20 juta. CDC adalah lembaga yang digerakkan oleh
pemerintah (government-led) untuk mengatur organisasi akar rumput dan program masyarakat
dalam unit kecil dan lokal untuk menjembatani masyarakat dan pemerintah.
b. Paket dukungan dan stabilisasi (stabilization and support package)
Nilai paket dukungan sebesar SGD4 miliar ditujukan untuk mengurangi pemutusan hubungan kerja,
membantu arus kas perusahaan, dan menstabilkan perekonomian. Bantuan lebih besar diberikan
pada sektor-sektor yang terdampak paling parah seperti pariwisata, transportasi dan retail.
Rinciannya adalah sebagai berikut:
i. Membantu perusahaan mempertahankan karyawannya dengan meluncurkan jobs support
scheme. Pemerintah menanggung 8 persen dari upah warga negara Singapura dan permanent
resident maksimal SGD3.600 per orang per bulan selama 3 bulan. Skema ini membutuhkan dana
sebesar SGD1,3 miliar yang akan diterima oleh 1,9 juta karyawan lokal. Selain itu, skema lama
berupa wage credit scheme juga akan ditingkatkan dan memerlukan biaya sebesar SGD1,1 miliar.
Skema tersebut akan dinikmati 90.000 perusahaan dan 700.000 orang.
53
ii. Meningkatkan dukungan untuk bisnis dan wirausahawan:
• Rabat pajak penghasilan badan (Corporate Income Tax) sebesar 25 persen maksimum
SGD15.000 pada penghitungan pajak 2020. Program ini membutuhkan biaya sebesar SGD400
juta. Selain itu juga akan ada perlakukan pajak khusus dalam satu tahun untuk membantu
aliran kas perusahaan berupa penyusutan aset dipercepat;
✓ Rabat Pajak Penghasilan Badan untuk YA2020
✓ Mendorong kembali pembayaran pajak penghasilan selama 3 bulan: (i) Perusahaan
membayar pajak penghasilan untuk laba tahun 2019 dari Juli 2020, bukan April 2020; dan
(ii) SEP membayar pajak penghasilan untuk pendapatan yang diperoleh pada 2019 mulai
Agustus 2020 dan bukan Mei 2020
✓ Potongan pajak properti untuk properti non-hunian untuk tahun 2020
✓ DIPERBARUI: Bantuan penyewaan untuk penyewa UKM, dan penyewa Pemerintah pada
tahun 2020
✓ DIPERBARUI: Bebaskan 100 persen dari Imbalan Pekerja Asing (FWL) yang jatuh tempo
pada bulan April, Mei dan Juni 2020; 50 persen pada Juli 2020
✓ DIPERBARUI: Rabat FWL sebesar SGD750 untuk setiap Izin Kerja atau pemegang S Pass
pada bulan April, Mei dan Juni 2020; SGD375 pada Juli 2020
✓ BARU: Tunda rencana kenaikan tingkat kontribusi CPF untuk pekerja senior dari 1 Jan
2021 hingga 1 Jan 2022
• Peningkatan tax treatment dalam pengaturan sistem pajak perusahaan selama satu tahun.
Perusahaan yang membayar pajak penghasilan badan dengan giro dapat secara otomatis
menikmati angsuran bebas bunga selama dua bulan tambahan, ketika mengajukan perkiraan
penghasilan tertagih dalam waktu tiga bulan sejak periode akhir tahun keuangan perusahaan.
Tunjangan modal yang tidak diserap dan kerugian perdagangan untuk tahun penilaian 2020
diperbolehkan hingga SGD100.000 untuk dibawa kembali hingga tiga tahun penilaian
sebelumnya. Menyediakan opsi untuk mempercepat penghapusan biaya perolehan pabrik
dan mesin pada tahun anggaran 2020 selama dua tahun dan mempercepat pengurangan
biaya yang dikeluarkan untuk renovasi serta perbaikan pada tahun anggaran 2020 dalam satu
tahun.
• Memperkuat komponen enterprise financing scheme working capital loan untuk UKM.
Memperbesar pagu pinjaman dari SGD300.000 menjadi SGD600.000, dan memperbesar porsi
risiko yang ditanggung pemerintah menjadi 80 persen dari yang semula 50 persen s.d. 70
persen;
iii. Insentif bagi sektor yang terdampak langsung (pariwisata, penerbangan, retail, kuliner, dan
transportasi darat), dengan cara sebagai berikut:
• Meningkatkan kapasitas pekerja di sektor yang terdampak langsung di bawah skema adapt
and grow. Pembiayaan pemerintah akan ditambah yang semula 3 bulan menjadi 6 bulan.
Bersama program jobs support scheme, Pemerintah membantu perusahaan
mempertahankan 330.000 orang karyawan lokalnya;
• Meringankan biaya operasi perusahaan dengan memberikan rabat pajak properti untuk
sektor pariwisata. Hotel, service apartment, dan tempat Meeting, Incentive, Convention, and
Exhibition (MICE) mendapatkan rabat pajak properti 30 persen. International cruise terminal
dan regional fery terminal mendapatkan rabat pajak properti sebesar 15 persen, sedangkan
resort terintegrasi mendapatkan rabat sebesar 10 persen;
54
• Pemerintah akan menggandeng lembaga-lembaga keuangan untuk memperkenalkan
temporary bridging loan program untuk 1 tahun, dengan bunga pinjaman maksimal 5 persen.
Pemerintah akan menanggung 80 persen risiko pinjaman ini;
• Untuk sektor penerbangan, akan diberikan rabat untuk parkir pesawat, ground handling, dan
lainnya, serta akan diberikan rabat untuk biaya sewa bagi toko-toko dan agen kargo di
bandara Changi. Untuk bandara Changi sendiri akan mendapatkan rabat properti sebesar 15
persen;
• Bagi sektor kuliner dan ritel akan diberikan pembebasan biaya sewa sebagai berikut:
✓ Bagi penyewa properti yang dikelola National Environment Agency seperti Hawker Street
diberikan pembebasan biaya sewa satu bulan penuh;
✓ Bagi penyewa properti pemerintah melalui Housing & Development Board (HBD) diberikan
pembebasan sewa setengah bulan;
✓ Bagi penyewa properti swasta akan diberikan rabat pajak properti sebesar 15 persen dan
Pemerintah menghimbau kepada pemilik properti untuk menurunkan harga sewanya.
• Pemerintah juga memberikan paket bantuan sebesar SGD77 juta untuk membantu supir taksi
dan taksi online. Dari jumlah tersebut, SGD45 juta berasal dari pemerintah dan sisanya dari
perusahaan taksi. Dengan skema tersebut, setiap supir mendapatkan bantuan dana SGD20
per hari selama 3 bulan mulai tanggal 14 Februari 2020.
c. Dana tambahan (additional funding) sebesar SGD800 juta untuk instansi-instansi pemerintah yang
menjadi ujung tombak dalam menanggulangi dan memberantas penyebaran pandemi COVID-19,
terutama untuk Kementerian Kesehatan.
Selain menyediakan paket kebijakan fiskal yang secara langsung didanai pemerintah, untuk meringankan
tekanan perekonomian dan melihat kemampuan penerimaan negara saat ini, Pemerintah memastikan
bahwa GST tidak akan dinaikkan pada tahun 2021. Sebelumnya, pada pidato anggaran tahun lalu,
Pemerintah berencana untuk menaikkan GST dari 7 persen menjadi 9 persen dan akan dimulai antara
tahun 2021 s.d. 2025. Mempertimbangkan kondisi saat ini Pemerintah Singapura memutuskan untuk
belum akan menaikkan GST di tahun 2021.
55
B.8. Thailand
B.8.1 Perkembangan Umum Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Thailand pada Q1-2020 mengalami kontraksi sebesar 1,8 persen yoy dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,9 persen. Pelemahan ekonomi disebabkan oleh
melemahnya kinerja di hampir semua sektor utama perekonomian. Sektor manufaktur tercatat
mengalami kontraksi sebesar -2,7 persen yoy, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
tumbuh moderat sebesar 0,1 persen. Hal yang sama juga terjadi pada sektor konstruksi dan jasa di mana
mencatatkan kontraksi masing-masing sebesar 9,9 persen dan 1,1 persen yoy, dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar masing-masing 3 persen dan 4,3 persen. Sementara sektor kelistrikan,
gas, dan pasokan AC mencatatkan kinerja yang positif, tumbuh moderat sebesar 1,1 persen yoy (grafik
B.8.1).
Grafik B.6.2 Pertumbuhan GDP Thailand (yoy, persen)
Sumber: CEIC, 2020
Di sisi konsumsi, kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi melemah cukup tajam sebesar -6,9 persen yoy pada Q1-2020, membalikkan pertumbuhan sebesar 3,6 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada konsumsi rumah tangga yang mengalami penurunan drastis sebesar -1,4 persen yoy pada Q1-2020, membalikkan pertumbuhan sebesar 5,2 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pelemahan terjadi karena turunnya daya beli dan permintaan masyarakat karena wabah dan kebijakan penguncian wilayah.
Secara khusus, pengeluaran konsumen dalam bentuk jasa mengalami kontraksi secara signifikan, dan hanya pengeluaran untuk kebutuhan dasar yang masih bisa tumbuh. Indikator investasi swasta juga mengalami kontraksi, didorong oleh melemahnya permintaan domestik dan eksternal dan masalah dalam pengangkutan barang modal impor dari Tiongkok. Meskipun telah diperkenalkan langkah-langkah untuk mengurangi dampak COVID-19 bagi rumah tangga maupun bisnis, pemerintah tidak dapat memberikan dukungan yang memadai untuk ekonomi pada Q1-2020 mengingat permasalahan persetujuan pengesahan anggaran oleh parlemen.
56
Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 diperkirakan mengalami kontraksi antara -6 s.d. -5 persen3
yang sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor turunan penyebaran COVID-19, diantaranya (i) dampak
perlambatan perdagangan global; (ii) anjloknya jumlah dan pendapatan dari turis mancanegara; (iii)
pembatasan sosial pencegahan penyebaran COVID-19; dan (iv) kekeringan. Selanjutnya, nilai ekspor
barang, konsumsi, dan total investasi diprediksi akan mengalami penurunan masing-masing sebesar 8
persen; 1,7 persen; dan 2,1 persen. Sementara itu, inflasi tahun 2020 diperkirakan berada dalam kisaran
-1,5 persen s.d. -0,5 persen, sedangkan current account diprediksi mencatatkan surplus sebesar 4,9 persen
terhadap GDP.
Grafik B.6.3 Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing dan Tingkat Okupansi Hotel
Sumber: CEIC, 2020
Penyebaran COVID-19 juga menyebabkan tingkat okupansi hotel menurun drastis hingga sebesar 2,26
persen pada bulan April 2020. Kebijakan pembatasan dan pelarangan perjalanan, penundaan kegiatan
MICE, serta penguncian wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya tingkat hunian hotel. Di
samping itu, menurunnya jumlah kunjungan wisatawan asing pada Q1-2020 juga menjadi salah satu faktor
penyebab melemahnya sektor pariwisata Thailand. Tercatat pada Q1-2020 jumlah kunjungan wisatan
asing hanya sebanyak 6,69 juta orang.
Grafik B.8.3 Kinerja Perdagangan
Sumber: CEIC, 2020
3 National Economic and Social Development Council (NESDC) Economic Report, 18 Mei 202
57
Kinerja perdagangan internasional masih menunjukkan tren yang stabil. Pada Q1-2020, perdagangan
mencatatkan surplus sebesar THB325 miliar dengan volume perdagangan mencapai sebesar THB4,4
triliun (grafik B.8.3). Pada Q1-2020 kinerja ekspor mengalami kontraksi sebesar -7,7 persen yoy,
dibandingkan sebesar -2,4 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara kinerja impor
juga mengalami pelemahann sebesar -3,4 yoy pada Q1-2020, dibandingkan pertumbuhan sebesar 0,6
persen pada periode yang sama tahun lalu. Menurunnya kinerja ekspor disebabkan oleh melemahnya
permintaan global dan regional karena pandemi COVID-19.
B.8.2 Kebijakan Stimulus Fiskal
Pemerintah Thailand telah meluncurkan tiga paket kebijakan stimulus dalam rangka menangani
penyebaran COVID-19. Paket kebijakan tersebut mencakup:
• Paket stimulus Fase 1 diluncurkan pada tanggal 4 Maret 2020 dengan total pendanaan mencapai
THB100 miliar (USD3,2 milliar). Paket pertama ini berfokus pada penyediaan bantuan keuangan untuk
UMKM berupa pinjaman lunak, dan keringanan pajak.
• Paket stimulus Fase 2 dikeluarkan pada 24 Maret 2020 dengan nilai THB117 milliar (USD3,56 milliar).
Paket ini ditujukan untuk: (i) menguatkan insentif yang diberikan pada Fase 1, (ii) memitigasi dampak
COVID-19 terhadap ekonomi melalui pemberian bantuan tunai untuk rumah tangga dan pinjaman
lunak untuk pelaku bisnis, dan (iii) keringanan pajak dengan memperpanjang pengisian tax return
untuk pelaku bisnis dan individu.
• Paket stimulus Fase 3 diumumkan pada 7 April 2020 dengan jumlah kucuran dana THB1,9 trilliun
(USD58 milliar) yang setara dengan 9 persen PDB Thailand. Fase 3 ini selain memiliki nilai total yang
jauh lebih besar dari dua fase sebelumnya (TBH100 milliar dan 119 milliar) juga memiliki cakupan
program yang lebih luas, meliputi bantuan untuk petani yang sebelumnya belum masuk, serta rencana
pemulihan sosial dan ekonomi setelah pandemi berakhir. Terdapat 3 dekrit eksekutif yang menjadi
dasar implementasi paket stimulus Fase 3 (diagram B.8.1), yaitu:
1. Dekrit mengijinkan pembiayaan melalui penerbitan obligasi pemerintah;
2. Dekit mengijinkan Bank of Thailand (BoT) menambah kredit lunak UKM hingga TBH500 milliar;
3. Dekrit pembentukan Corporate Bond Liquidity Stabilization Fund (BSF) dengan nilai THB400
milliar. BSF merupakan sebuah skema pinjaman khusus yang memungkinkan BoT untuk membeli
obligasi korporasi melalui BSF untuk memastikan terjaminnya likuiditas pasar.
Paket Stimulus Fase 3 Thailand merupakan hasil kebijakan bauran hasil koordinasi antara Pemerintah
Thailand dan BoT. Di dalamnya sudah mencakup kebijakan fiskal dan moneter. Sebagai bagian dari Fase
3, pada 7 April 2020 Bank of Thailand (BOT) juga mengumumkan empat kebijakan penanganan dampak
Covid yang bertujuan membantu UMK dan menstabilkan pasar fixed-income, yaitu:
• Pembebasan pembayaran bunga (grace period) selama 6 bulan bagi UKM yang telah memiliki
pinjaman dibawah THB100 juta.
• Pinjaman lunak bagi UKM (dengan batas pinjaman TBH500 juta) dengan bunga rendah 2,0 persen
p.a. dan 0 persen bunga pada 6 bulan pertama.
• Pemotongan iuran Financial Institution Development Fund (FIDF) dari 0,46 persen menjadi 0,23
persen dari deposit selama dua tahun. Dengan kebijakan ini, bank dan lembaga keuangan diharapkan
dapat mengurangi biaya bunga untuk klien korporat dan ritelnya.
• Pendirian BSF yang merupakan ranah BoT.
58
Diagram B.8.1 Rincian Paket Stimulus Fase 3 Thailand
Sumber: Kementerian Keuangan Thailand
Adapun beberapa kebijakan pokok terkait keringanan pajak sebagaimana terdapat dalam Paket Simulus
Fase 1 dan 2 adalah sebagai berikut:
a. Fase 1
• Pengurangan pemungutan pajak penghasilan (withholding tax) melalui e-Withholding Tax
System dari 3 persen menjadi 1,5 persen terhitung mulai 1 April hingga 30 September 2020, dan
menjadi 2 persen untuk periode 1 Oktober hinga 31 Desember 2020. Kebijakan ini berlaku untuk
penghasilan dari komisi, royalti, dan penghasilan profesional.
• Percepatan pengembalian pajak pertambahan nilai (VAT refund) dari 30 hari menjadi 15 hari
melalui sistem e-filling untuk ekporter dengan predikat baik.
• Pengurangan pajak (tax deduction) sebesar 150 persen untuk pembayaran bunga pinjaman
lunak periode April hingga Desember 2020 bagi UKM. Total yang dapat diterima tiap UKM adalah
THB20 juta. Syarat untuk mendapatkan keringanan ini adalah UKM harus: (i) memiliki kurang
dari 200 karyawan; (ii) satu pembukuan; dan (iii) pendapatan per tahun kurang dari THB500 juta.
• Pengurangan pajak sebesar 300 persen untuk biaya gaji karyawan periode April - Juli 2020.
Keringanan berlaku untuk UKM dengan kriteria: (i) gaji karyawan kurang dari THB15 ribu per
bulan per karyawan; (ii) total karyawan kurang dari 200 orang; (iii) pendapatan per tahun UKM
kurang dari THB500 juta; (iv) karyawan harus terdaftar pada program jaminan sosial nasional.
b. Fase 2
- Keringanan Pajak bagi individu (WP Pribadi)
Terdapat perpanjangan periode pengisian dan pembayaran pajak hingga Agustus 2020.
Pemerintah Thailand juga memberikan pengurang pajak untuk premi asuransi kesehatan hingga
THB25 ribu, naik dari THB15 ribu sebelumnya.
- Keringanan Pajak bagi perusahaan (WP Badan)
• Perpanjangan periode pengisian form pajak penghasilan hingga Agustus 2020, serta
perpanjangan periode pengisian dan pembayaran pajak pertambahan nilai (VAT) dan Special
Business Tax (SBT) hingga satu bulan.
• Perpanjangan pengisian formulir cukai (excise tax) hingga tiga bulan.
• Pembebasan bea masuk produk pencegahan dan perawatan terkait penangan COVID-19
hingga September 2020.
Paket StimulusFase 3Totalnilai THB1,9trilliun
Dekrit penerbitan obligasioleh MoF (THB1trilliun)
Dekrit penambahan kreditUKM(THB500milliar)
Dekrit Pendirian BSFolehBoT (THB400milliar)
Programpemulihan sosialdan ekonomi (THB400milliar
ProgramSektor Kesehatan(THB600milliar)
Kementerian Keuangan Thailand BankofThailand
59
• Dari 1 Januari 2020 hingga 31 Desember 2021, terdapat pembebasan pajak dan pemotongan
biaya untuk resturkturisasi utang pada kreditor non-lembaga keuangan.
Program di sektor kesehatan diantaranya adalah perpanjangan periode pemberian bantuan tunai
THB5.000/bulan kepada kurang lebih 9 juta penerima dari 3 bulan menjadi 6 bulan, dan program
kesehatan lain. Pemulihan sosial dan ekonomi meliputi pemberian bantuan keuangan kepada petani,
serta proyek-proyek lain yang berfokus pada penciptaan lapangan kerja, penguatan komunitas, dan
pembangunan infrastuktur. Pemerintah Thailand juga mengalokasikan THB10 milliar dari program
pinjaman lunak Fase 1 untuk didistribusikan kepada UKM di sektor pariwisata melalui Government Saving
Bank. Kementerian Keuangan Thailand juga akan mengeluarkan moratorium terkait pembayaran sewa
pada gedung pemerintah yang digunakan oleh UKM sektor pariwisata hingga September 2020. Untuk
penerbangan domestik, pemerintah mengurangi pajak bahan bakar pesawat (avtur) dari THB4.726 per
liter menjadi THB0,20 per liter hingga 30 September 2020.
Untuk membiayai ketiga Fase program stimulus tersebut, Kementerian Keuangan Thailand berencana
mengeluarkan surat utang dengan total nilai THB1 triliun. dalam beberapa tahap dalam rentang waktu
Mei 2020 hingga September 2021. Rasio utang terhadap PDB (public debt to GDP) saat ini berada di kisaran
42 persen. Dengan tambahan rencana penjualan obligasi, rasio tersebut diperkirakan masih berada di
bawah batas 60 persen sesuai framework kesinambungan fiskal.
60
B.9. Vietnam
B.9.1. Gambaran Umum Ekonomi
Setelah tumbuh sebesar 7,1 persen pada tahun 2018, ekonomi Vietnam mengalami perlambatan pada tahun 2019 sebesar 7,0 persen terutama disebabkan oleh permintaan eksternal yang lebih lemah dan pengetatan kebijakan kredit dan fiskal yang berlanjut. Pada tahun 2020, Pemerintah Vietnam mentargetkan ekonomi dapat tumbuh sebesar 6,8 persen dengan mempertimbangkan dampak penyebaran COVID-19. Pemerintah menyusun simulasi dua skenario pertumbuhan ekonomi, yaitu: (i) apabila COVID-19 dapat ditangani pada kuartal I 2020, maka PDB tahun 2020 diperkirakan akan tercapai sebesar 6,7 persen dengan peningkatan Indeks Harga Konsumen (CPI) sebesar 3,96 persen; dan (ii) apabila COVID-19 baru dapat ditangani pada kuartal II 2020, maka PDB 2020 diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 6,09 persen dengan peningkatan Indeks Harga Konsumen (CPI) sebesar 3,96 persen.
Penyebaran COVID-19 menyebabkan perlambatan perekonomian Vietnam pada Q1-2020. Ekonomi hanya tumbuh sebesar 3,82 persen yoy, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,79 persen. Perlambatan ekonomi di dukung oleh melemahnya kinerja sektor-sektor pendukung utama PDB seperti: 1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2) industri dan konstruksi, 3) jasa, dan 4) pajak dikurang subsidi dalam produksi (grafik B.9.1).
Dari perspektif belanja, konsumsi final meningkat sebesar 3,07 persen yoy pada Q1-2020 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019, di mana sebesar 2,92 persen berasal dari konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga pada triwulan I tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 7,22 persen dibandingkan dengan triwulan I tahun 2019. Komponen PDB yang lain yang juga mengalami kenaikan, yaitu akumulasi aset sebesar 2,2 persen, ekspor barang dan jasa sebesar 1,59 persen, dan impor barang dan jasa sebesar 1,05 persen (grafik B.9.2).
Grafik B.9.1 Pertumbuhan PDB Vietnam (Produksi)
Grafik B.9.2 Pertumbuhan PDB Vietnam (Konsumsi)
Sumber: General Statistics Office of Viet Nam, 2020 Sumber: General Statistics Office of Viet Nam, 2020
6,82% 6,73%7,48%
6,97%
3,82%
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
2019 Q1 2019 Q2 2019 Q3 2019 Q4 2020 Q1
Pertumbuhan ekonomi
Konsumsi final
Akumulasi aset
Ekspor barang dan jasa
Impor barang dan jasa
0,69% 1,10% 0,95% 1,08%0,39%
2,41%2,24% 2,51% 2,48%
1,36%
3,00% 2,72%3,28% 2,75%
1,67%
0,72% 0,67%0,73%
0,67%
0,41%
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
6,00%
7,00%
8,00%
6.82% 6.73% 7.48% 6.97% 3.82%
2019 Q1 2019 Q2 2019 Q3 2019 Q4 2020 Q1
Pajak - Subsidi
Jasa
Industri, Konstruksi
Pertanian, Kehutanan, Perikanan
61
Hampir semua sektor ekonomi mengalami penurunan lebih dari 25 persen pada Q1-2020. Sektor industri dan konstruksi, serta jasa menopang lebih dari 50 persen kontribusi kepada ekonomi Vietnam. Sektor pertambangan menunjukkan kecenderungan menurun sejak tahun 2017, yang didukung oleh melemahnya permintaan global karena pandemi COVID-19 dan turunnya harga komoditas. Secara umum baik industri maupun konstruksi, persentase penurunan antara triwulan I tahun 2020 dan triwulan IV tahun 2019 lebih besar daripada persentase antara triwulan I tahun 2020 dan triwulan I tahun 2019. Faktor musiman lebih banyak berpengaruh pada sektor pertanian (iklim, cuaca, dan arus laut), analisis perbandingan struktur kedua komponen tersebut secara yoy triwulan I 2020 dengan 2019 maupun antara triwulan I 2020 dengan triwulan IV 2019 menjadi lebih rasional untuk dilakukan.
Pada komponen jasa, hampir semua sektor mengalami persentase negatif untuk perbandingan antara triwulan I tahun 2020 dan triwulan IV tahun 2019, sementara subkomponen transportasi dan gudang, serta akomodasi dan prasmanan (selain itu: dukungan kepada partai komunis) menunjukkan persentase negatif untuk di kedua perbandingan. Dari komponen PDB, khususnya perbandingan penurunan yoy dan antar-triwulan, sektor yang terdampak dari pandemi COVID-19 di Vietnam di sektor jasa adalah transportasi dan gudang (seperti penerbangan), serta akomodasi dan prasmanan. Sementara dari industri dan konstruksi masih sulit ditentukan karena semua sektor mengalami penurunan.
Sektor pariwisata memberikan kontribusi pendapatan sebesar USD31 miliar bagi ekonomi Viet Nam pada
tahun 2019, atau naik sebesar 16,7 persen dibanding tahun 2018. Pandemi COVID-19 telah menyebabkan
kontraksi terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke Vietnam. Secara musiman, terlihat kecenderungan
penurunan jumlah kunjungan pada semester I setiap tahunnya. Pada tahun 2020, jumlah kunjungan telah
mengalami penurunan di triwulan I, dan apabila tren musiman di triwulan II terjadi maka jumlah
kunjungan asing akan semakin menurun di triwulan II tahun 2020. Mayoritas kunjungan ke Vietnam
dilakukan dengan moda transportasi udara, disusul dengan transportasi darat, dan terakhir transportasi
laut. Asal kunjungan pelancong sebagian besar berasal dari Asia, disusul oleh Eropa, Amerika, Australia,
dan Afrika.
Grafik B.9.3 Kunjungan Internasional ke Vietnam berdasarkan Moda Transportasi (ribu orang)
Grafik B.9.4 Kunjungan internasional ke Vietnam berdasarkan Kawasan (ribu orang)
Sumber: diolah dari General Statistics Office of Viet Nam, 2020.
1343,41183,1
3724,93881,3
4500,1
3980,94389,5
5138,1
3686,8
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Udara Laut Darat Total
1343,41183,1
3724,93881,3
4500,1
3980,94389,5
5138,1
3686,8
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Asia Amerika Eropa
Australia Afrika Total
62
Penyebaran COVID-19 juga memberikan tekanan terhadap tenaga kerja di Vietnam. Tingkat pengangguran pada usia kerja meningkat sebesar 0,6 persen menjadi 2,2 persen, peningkatan yang hampir terjadi dua kali lipat terjadi pada indikator pengangguran setengah menganggur. Jumlah pengangguran setengah menganggur nilainya 1,07 persen di triwulan IV tahun 2019 meningkat menjadi 2 persen pada triwulan I tahun 2020, yang secara berkala sebelumnya terlihat tren penurunan angka populasi setengah menganggur pada usia angkatan kerja di Vietnam. Tingkat di kota lebih tinggi daripada di desa, dan tingkat pengangguran di kota berada di atas tingkat pengangguran secara nasional. Sementara itu, tingkat setengah menganggur di desa lebih tinggi daripada di kota, dan tingkat di desa lebih tinggi daripada rata-rata secara nasional. Perlambatan ekonomi pada triwulan I di Vietnam dapat meningkatkan tingkat pengangguran di kota dan tingkat setengah menganggur di desa, yang dapat mengakibatkan masalah ketenagakerjaan tidak hanya akan terjadi di kota, namun juga di pedesaan. Apabila data GDP dan tingkat pengangguran dikorelasikan, terlihat bahwa terdapat hubungan yang berlawanan arah dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,5. Arah yang sama juga terjadi pada korelasi antara PDB dan tingkat setengah menganggur dengan nilai koefisien yang lebih tinggi sebesar -0,52.
Gambar B.9.5 Perkembangan tingkat pengangguran di Vietnam
Sumber: General Statistics Office of Viet Nam, 2020 Indeks harga konsumen (CPI) di Vietnam menunjukkan angka yang fluktuatif dengan tren meningkat sejak triwulan III tahun 2019. CPI pada Maret 2020 menunjukkan angka tertinggi sejak tahun 2017. Secara korelasi, apabila variabel PDB dan CPI sejak tahun 2017 disandingkan, hubungan yang terlihat adalah berlawanan arah dengan koefisien -0,25 yang tidak cukup erat/kuat. Namun, tidak bisa menyimpulkan apakah keduanya mempengaruhi satu sama lain.
Grafik B.9.6 Perkembangan CPI Vietnam 2017—2020
Sumber: General Statistics Office of Viet Nam, 2020.
2,3 2,26 2,23 2,21 2,19 2,2 2,18 2,19 2,17 2,16 2,17 2,16 2,221,82
1,62 1,58 1,5 1,43 1,45 1,44 1,461,21
1,38 1,381,07
2
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5TIngkat pengangguran
Pengangguran di Kota
Pengagguran di Desa
SetengahpengangguranSetengah Menganggurdi KotaSetengah Menganggurdi Desa
104,96104,15 103,79 103,53
102,82103,29 103,57 103,44
102,63 102,65 102,5
103,66
105,56
100
101
102
103
104
105
106
Q12017 Q22017 Q32017 Q42017 Q12018 Q22018 Q32018 Q42018 Q12019 Q22019 Q32019 Q42019 Q12020
63
Tabel B.9.1 Perkembangan inflasi (core inflation) selama tahun 2020 di Vietnam
No. Periode Observasi
Month to month Year to year
1. Maret 2020 -0,06 persen 2,95 persen
2. Februari 2020 2,94 persen 0,17 persen
3. Januari 2020 3,25 persen 0,76 persen Sumber: diolah dari General Statistics Office of Viet Nam, 2020.
Tingkat inflasi (core inflation) pada bulan Maret 2020 menunjukkan angka negatif secara month to month dengan penurunan terbesar berada di sektor transportasi. Namun, terdapat peningkatan nilai inflasi secara yoy yang hampir mendekati 3 persen, yang pada bulan-bulan sebelumnya kenaikannya tidak sampai 0,5 persen. Kinerja Sektor Perdagangan
Pemerintah Vietnam melakukan simulasi terhadap kinerja perdagangan dengan mempertimbangkan
dampak dari penyebaran COVID-19, sebagai berikut: (i) apabila pandemi COVID-19 dapat ditangani pada
Q1-2020, penurunan nilai perdagangan Vietnam pada Q1 dibandingkan periode yang sama tahun 2019
untuk ekspor sebesar 21 persen dan impor sebesar 13 persen; dan (ii) apabila COVID-19 baru dapat
ditangani pada Q2-2020, maka total penurunan perdagangan pada Q2 dibandingkan periode yang sama
tahun 2019 untuk ekspor sebesar 20 persen dan impor sebesar 16 persen.
Meskipun secara volume menurun, kinerja perdagangan Vietnam menunjukkan tren yang positif. Pada Q1-2020, perdagangan barang mengalami surplus sebesar USD2,8 miliar, sementara perdagangan jasa mengalami defisit sebesar USD0,9 miliar (grafik B.9.7 dan grafik B.9.8). Secara umum neraca perdagangan barang Vietnam menunjukkan tren yang positif, di mana ekspor lebih besar dari impor kecuali pada triwulan II tahun 2019. Namun, pada perdagangan jasa, neraca perdagangan jasa Vietnam berada di level negatif. Ekspor dan impor (baik secara umum mapupun sektor jasa) Vietnam sejak triwulan III tahun 2019 menunjukkan tren menurun. Persentase ekspor dan impor sektor jasa tidak lebih dari 10 persen total perdagangan internasional. Grafik B.9.7 Kinerja Perdagangan Barang (USD juta) Grafik B.9.8 Kinerja Perdagangan Jasa (USD juta)
Sumber: General Statistics Office of Viet Nam, 2020. Sumber: General Statistics Office of Viet Nam, 2020.
2961 886 1411 -14455560 2794 2815
-20000
0
20000
40000
60000
80000
Ekspor umum Impor umum
Neraca perdagangan
-1415-885
-335-930 -898
-213-930
-2000
0
2000
4000
6000
Ekspor jasa
Impor jasa
Neraca perdagangan jasa
64
RRT dan Amerika Serikat termasuk sebagai salah satu negara mitra utama Vietnam baik dari sisi ekspor maupun impor. Kedua negara tersebut merupakan salah satu negara yang terdampak COVID-19 sehingga mungkin akan berpengaruh pada ekspor dan impor Vietnam, baik volume maupun nilai. Pada bulan Maret 2020, produk utama ekspor dan impor beserta negara tujuan utama ekspor dan impor Vietnam per Maret 2020 adalah sebagaimana tabel di bawah. Pengkategorian utama pada produk dan tujuan adalah pertimbangan nilai transaksinya yang tertinggi.
Tabel B.9. 2 Produk dan Negara Utama Ekspor-Impor Vietnam per Maret 2020
Ekspor Impor
Produk utama Tujuan utama Produk utama Asal utama
1. Suku cadang telepon
2. Suku cadang komputer dan elektronika
3. Tekstil 4. Mesin lainnya,
instrumen, dan aksesori
5. Alas kaki
1. Amerika Serikat 2. RRT 3. Jepang 4. Korea Selatan 5. Jerman
1. Suku cadang telepon
2. Suku cadang komputer dan elektronika
3. Produk plastic 4. Produk kimia dan
petrokimia 5. Suku cadang dan
aksesori motor
1. RRT 2. Korea Selatan 3. Jepang 4. Taiwan 5. Amerika Serikat
Sumber: diolah dari General Statistics Office of Viet Nam, 2020.
B.9.2 Kebijakan Stimulus Fiskal Wabah COVID-19 telah mempengaruhi kinerja anggaran belanja Vietnam. Realisasi pendapatan dan belanja sesuai anggaran tahun 2020 terlihat bahwa selain di bulan Januari, pendapatan selalu berada di atas total belanja. Pendapatan utama berasal dari pendapatan domestik, yang termasuk di antaranya adalah pajak dan dari operasional perusahaan negara. Dari rilis badan statistika, tidak tercantum keterangan mengenai virus COVID-19 pada realisasi anggaran.
Grafik B.9.9 Realisasi Pendapatan dan Belanja (dalam triliun VND)
Grafik B.9.10 Persentase Realisasi terhadap Anggaran di awal tahun
Sumber: General Statistics Office of Viet Nam, 2020
0
100
200
300
400
500
600
15Januari
15Februari
15 Maret 15 April 15 Mei
Nominal pendapatan Pendapatan domestik
Belanja
0%
10%
20%
30%
40%
15Januari
15Februari
15 Maret 15 April 15 Mei
Pesentase pendapatan domestik
Persentase pendapatan
Persentase belanja'
65
Kementerian Keuangan Vietnam dalam rilis mengenai perkembangan anggaran di Q1-2020 menyebutkan pandemi Covis-19 merupakan salah satu kendala yang akan dihadapi perekonomian nasional. Di sisi belanja dijelaskan bahwa dalam rangka mengendalikan, mencegah, dan mengatasi COVID-19, pemerintah pusat dan provinsi meningkatkan anggaran untuk kesehatan, menjaga lingkungan bersih, dan kegiatan pendukung lainnya. Di samping itu, sesuai arahan Perdana Menteri 12,76 ribu ton beras disalurkan dari cadangan nasional untuk menyediakan bantuan darurat kepada komunitas dari bencana alam di antara periode tanam di tahun 2020. Namun, tidak dispesifikkan mengenai angka belanjanya.
Pada bulan Mei 2020 dalam implementasi agenda kerja April dan Mei 2020, Kementerian Keuangan Vietnam terkait penanganan COVID-19 mengeluarkan kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
Tabel B.9.3 Kebijakan Pemerintah Vietnam terkait Pandemi COVID-19
Bidang Keterangan
Perpajakan • General Department of Taxation telah menerbitkan pedoman mengarahkan kantor pajak di daerah untuk segera mengorganisasikan implementasi Keputusan Pemerintah No. 41/2020/ND-CP tanggal 8 April 2020 terkait perpanjangan batas waktu pembayaran pajak dan sewa tanah untuk dunia usaha, organisasi, rumah tangga, dan individu yang terdampak pandemi COVID-19; mengimplementasikan komunikasi publik yang efektif dan diseminasi informasi terkait kebijakan dan pedoman; menciptakan persyaratan yang memudahkan bagi wajib pajak seperti declaration pajak, membuat dan mengirim permintaan tertulis untuk perpanjangan tenggat secara elektronik, pos, atau personal di kantor pajak; menangani ekstensi wajib pajak sesuai rezim yang dianjurkan, meyakinkan ketepatan waktu dan meningkatkan inspeksi/pengawasan untuk mencegah penyalahgunaan.
• Diperkirakan 47 dari 63 kantor daerah di secara nasional mengumpulkan pajak lebih tinggi daripada estimasi 30 persen sesuai rencana, yang mana 32 kantor lebih dari 34 persen dari rencana, 28 kantor mengumpulkan lebih tinggi secara yoy, 35 kantor mengumpulkan lebih rendah yoy.
Belanja • Untuk pencegahan dan pengendalian, pemerintah pusat dan daerah meningkatkan anggaran kesehatan, sanitasi, dan kegiatan lain yang mendukung. Kementerian Keuangan berkoordinasi dengan Kementerian teknis menyampaikan proposal kepada Perdana Menteri untuk pertimbangan penarikan dana cadangan anggaran pemerintah pusat di tahun 2020 untuk menyediakan tambahan dana bagi Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertahanan Nasional, dan Kementerian Keamanan Publik untuk aktivitas pencegahan dan pengendalian sebesar VND2,8 triliun; mendukung 8 daerah di Delta Sungai Mekong untuk mencegah dan mengatasi kekeringan, kekurangan air, dan intrusi garam dengan nilai anggaran VND530 miliar.
• Implementasi Resolusi Pemerintah No. 42/NQ-CP tanggal 9 April 2020 tentang ukuran mendukung masyarakat menghadapi kesulitan terkait pandemi, Kementerian Keuangan melaporkan kepada Pemerintah dan menyampaikan proposal kepada National Assembly’s Standing Committee terkait pendanaan VND20 triliun bersumber dari tambahan pendapatan dan penghematan belanja dari anggaran pemerintah pusat di tahun 2019 untuk mendukung daerah sesuai Resolusi No. 4/NQ-CP.
Manajemen aset Kementerian Keuangan berkorespondensi dengan Menteri Kesehatan, Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Keamanan Publik, Menteri Pertahanan Nasional, dan presiden People Committee di daerah untuk menangani barang
66
Bidang Keterangan
sitaan berupa masker medis untuk pencegahan pandemi; mengirimkan korespondensi menyediakan komentar tentang standar dan norma terkait unit sesuai lingkup otoritas Kementerian Keuangan; mengarahkan kementerian teknis, sektor, dan daerah dalam implementasi konten terkait pengumpulan pungutan penggunaan tanah dan sewa tanah, pembebasan atau pengurangannya seuai undang-undang keagrariaan.
Manajemen harga dan pasar
Level harga komiditas di bulan-bulan awal tahun 2020 meningkat tajam dibandingkan dengan target yang telah disusun. Dalam hal ini, Kementerian Keuangan mengambil inisiatif berkoordinasi dengan kementerian teknis, sektor, dan daerah untuk implementasi langkah-langkah meningkatkan stabilitas harga pasar, khususnya yang esensial untuk pencegahan dan pengendalian pandemi; mempercepat inspeksi untuk memastikan kepatuhan terhadap perundang-undangan terkait aktivitasi pengakuan harga, konsultasi harga; menangani pelanggaran terkait manajemen harga dan administrasi.
Kerja sama internasional
Kerja sama dan integrasi keuangan oleh Kementerian Keuangan di bulan Mei 2020 diharapkan melakukan aktivitas seperti: mengembangkan rencana mempersiapkan Sesi 9 perundingan FTA Vietnam-Israel; melanjutkan memantau situasi pandemi untuk mengusulkan waktu penyelenggaraan ASEAN/ASEAN+3 Finance Ministers Meetings.
Pengawasan dan kepabeanan
• Unit inspektorat dan departemen terkait akan melakukan inspeksi untuk meyakinkan bahwa rencana yang telah disusun dapat dijalankan; membentuk delegasi untuk inspeksi lelang untuk pembelian beras pada sejumlah kantor cadangan daerah.
• Kementerian Keuangan akan menampilkan pekerjaan yang regular maupun tidak pada Steering Committee 138/CP di bidang pengendalian kepabeanan; secara tegas mengikuti aturan terkait manajemen kepabeanan untuk barang ekspor, khususnya beras dalam konteks pandemi.
Sumber: Kementerian Keuangan Vietnam, 2020.
Untuk penanganan pandemi COVID-19, Vietnam melakukan perikatan dengan lembaga keuangan multilateral dan organisasi internasional untuk utang dan hibah luar negeri (ADB, 2020), senilai VND3,8 triliun (setara USD165 juta). ADB menyediakan USD164 juta pada bulan Februari dan April baik sebagai utang secara co-financing dan hibah. Berikut adalah data program utang dan hibah tersebut:
Tabel B.9.4 Asistensi Dana Luar Negeri kepada Vietnam untuk Penanganan COVID-19
Bulan Penyedia Nilai Keterangan
Februari ADB USD500 ribu
Utang, dalam proyek Greater Mekong Subregion Health Security Project
April ADB dan co-finance
USD161,81 juta
Utang dan penjaminan di bawah the Trade Finance Program
8 April ADB USD950 ribu
Hibah bantuan teknik di bawah Regional Support to Address the Outbreak of COVID-19
24 April ADB USD750 ribu
Hibah bantuan teknik di bawah Policy Advice for COVID-19 Economic Recovery in Southeast Asia
11 Mei PBB USD1 juta Hibah dari UN COVID-19 Response & Recovery Funds
USAID USD9,5 juta Hibah untuk kesehatan dan bantuan kemanusiaan Sumber: ADB, 2020
67
C. PENGAMATAN DAN ANALISIS
Dampak negatif wabah COVID-19 terhadap perekonomian telah mendorong pemerintah di negara-negara
kawasan ASEAN+3 untuk melakukan langkah-langkah penanganan. Secara lebih detail, dampak pandemi
COVID-19 mempengaruhi elemen-elemen signifikan dari sisi permintaan maupun dunia usaha (pasokan).
Keengganan konsumen dan bisnis untuk berbelanja mengakibatkan penurunan permintaan. Sementara
gangguan terhadap bisnis telah menurunkan produksi memberikan efek kejutan terhadap penawaran.
Di sisi konsumsi, wabah COVID-19 menyebabkan meningkatnya ketidakpastian, hilangnya pendapatan
pekerja karena terganggunya aktivitas produksi, serta ancaman penularan virus berakibat pada
penurunan konsumsi masyarakat. Di negara-negara di kawasan, banyak pekerja yang diberhentikan
karena perusahaan tidak mampu membayar gaji mereka. Dampak yang lebih parah terjadi pada sektor-
sektor yang mempunyai keterkaitan langsung dengan gangguan dari virus, seperti pariwisata dan
perjalanan. Selain dampak sektoral, memburuknya sentimen konsumen dan bisnis juga menyebabkan
perusahaan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi permintaan dan pengeluaran, maupun
rencana investasi. Hal tersebut pada gilirannya akan memberikan dampak pada penutupan usaha dan
PHK.
Dari sisi dunia usaha, penyebaran COVID-19 memberikan gangguan langsung terhadap proses produksi
yang disebabkan oleh faktor kesehatan dan kematian dari tenaga kerja, serta adanya karantina atau
penguncian wilayah terhadap penyebaran penyakit yang menyebabkan aktivitas ekonomi terganggu.
Sebagai efek domino, keterbatasan mobilitas, rantai pasokan yang terbatas dan adanya pengetatan kredit
menyebabkan biaya yang lebih tinggi untuk melakukan bisnis. Perusahaan yang mengandalkan rantai
pasokan mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi,
baik yang bersumber dari dalam negeri maupun internasional. Dalam hal ini, Tiongkok sebagai mitra
perdagangan utama bagi negara-negara di kawasan ASEAN+3 merupakan pemasok penting untuk barang
setengah jadi, terutama produk mesin dan elektronika, dan peralatan. Gangguan produksi di Tiongkok
memberikan dampak langsung bagi aliran ekspor-impor barang-barang tersebut ke negara-negara di
ASEAN+3. Gangguan tersebut pada akhirnya akan memberikan dampak kepada kenaikan biaya bisnis dan
memberikan efek kejutan terhadap produktivitas dan aktivitas ekonomi.
Untuk mengatasi berbagai dampak negatif dari penyebaran COVID-19 terhadap perekonomian,
pemerintah di negara-negara kawasan ASEAN+3 telah melakukan langkah-langkah penanganan
pemulihan ekonomi baik dari sisi demand maupun supply melalui berbagai instrumen kebijakan stimulus
moneter, fiskal, dan keuangan. Tujuan dari langkah-langkah tersebut pada umumnya ditargetkan secara
substansial untuk memitigasi dan mengurangi tekanannya terhadap perekonomian domestik terutama
bagi rumah tangga dan bisnis, khsusunya sektor yang terkena dampak paling besar. Paket kebijakan juga
difokuskan untuk menahan penyebaran virus, mendukung penyediaan dan memperkuat sistem
perawatan kesehatan, meningkatkan kepercayaan dan permintaan, melindungi kelompok masyarakat
dan perusahaan yang rentan dan mengalami gangguan pendapatan, menjaga keberlangsungan sektor
usaha, serta mengurangi dampak gangguan rantai pasokan.
Respon kebijakan moneter yang akomodatif melalui penurunan suku bunga merupakan langkah cepat
yang dilakukan untuk memberi insentif penurunan biaya bunga untuk aktivitas produksi dan konsumsi.
Namun demikian, hal ini akan sangat tergantung kepada apakah para pelaku ekonomi akan
memanfaatkan insentif ini. Dalam hal ini, koordinasi kebijakan fiskal dan moneter sangat penting agar
tujuan kebijakan yang dikeluarkan dapat berjalan efektif.
68
Selain reaksi kebijakan moneter, seluruh negara di kawasan ASEAN+3 telah mengeluarkan kebijakan
stimulus fiskal baik melalui budget maupun non-budget financing, yang ditujukan untuk memberikan
dukungan bagi individu dan rumah tangga yang rentan, dukungan bagi sektor usaha (terutama UMKM)
untuk menjaga agar tetap beroperasi, dan sektor publik secara umum untuk penanganan meluasnya
wabah. Instrumen kebijakan stimulus fiskal yang dikeluarkan meliputi kebijakan pengurangan atau
penangguhan pembayaran pajak dan belanja pemerintah. Pengurangan maupun penangguhan
pembayaran pajak akan secara langsung menurunkan biaya produksi. Namun demikian, hal tersebut tidak
serta merta membuat produsen akan meningkatkan produksinya, karena melemahnya permintaan.
Dalam hal inilah, peran belanja pemerintah menjadi sangat penting untuk menjaga daya beli masyarakat
dan mendorong permintaan yang pada akhirnya akan menyerap produksi di perekonomian.
Secara khusus, instrumen fiskal dipandang memainkan peran yang strategis dalam memitigasi dan
mencegah dampak negatifnya baik di sisi permintaan maupun produksi akibat pandemi COVID-19. Fungsi
utama kebijakan fiskal adalah untuk melakukan stabilisasi, distribusi, dan alokasi. Fungsi stabilisasi
dilakukan melalui kebijakan countercyclical dengan percepatan belanja dan stimulus untuk sektor-sektor
yang terdampak serta menjaga konsumsi masyarakat. Fungsi distribusi untuk melindungi masyarakat
rentan melalui percepatan belanja sosial. Sementara fungsi alokasi untuk menjamin kualitas belanja
produktif dan terjaganya layanan publik. Peran strategis kebijakan stimulus fiskal tentunya bukan tanpa
tantangan. Implementasi kebijakan stimulus fiskal dalam kondisi tertentu membutuhkan waktu yang lebih
panjang, karena harus melalui persetujuan lembaga legislatif.
Dari paket kebijakan stimulus fiskal yang dikeluarkan oleh negara-negara di kawasan ASEAN+3, terdapat
beberapa persamaan, yaitu ditargetkan kepada konsumen dan produsen yang menitikberatkan pada
sektor yang terdampak langsung dari perlambatan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Namun demikian,
terdapat perbedaan nilai stimulus yang tergantung dengan kapasitas fiskal dan struktur ekonomi dari
masing-masing negara. Dalam hal ini, Jepang merupakan negara yang memberikan stimulus fiskal tertinggi
di kawasan dengan total budget dan non-budget financing mencapai lebih dari 40 persen dari GDP, diikuti
oleh Singapura dan Malaysia dengan total stimulus di atas 15 persen. Negara di kawasan lainnya termasuk
Indonesia memberikan stimulus dengan nilai di bawah 10 persen (grafik C.1). Stimulus yang sangat besar
dikeluarkan pemerintah Jepang untuk meminimalkan jatuhnya ekonomi akibat pandemi COVID-19, yang
menyebabkan nyaris semua kegiatan perusahaan dan usaha kecil berhenti. Komponen terbesar stimulus
berupa pengeluaran pajak langsung untuk meringankan beban perusahaan dan masyarakat yang
mencapai JPY39 triliun atau 7 persen dari total PDB.
Grafik C.1 Stimulus Fiskal (persen PDB)
Sumber: AMRO, 2020
ID
Non Budget Financing
Budget Financing
69
Secara umum, kebijakan stimulus fiskal di lakukan oleh negara-negara di kawasan difokuskan untuk
mendukung dan melindungi masyarakat rentan dan bisnis yang terdampak langsung pandemi, terutama
sektor-sektor seperti kesehatan, UMKM, manufaktur, perjalanan dan pariwisata. Adapun paket stimulus
fiskal yang dikeluarkan negara-negara di kawasan dapat dikategorikan ke dalam tiga tujuan utama, yaitu:
(i) menghentikan dan mengatasi krisis kesehatan masyarakat, (ii) menjaga konsumsi masyarakat (sisi
permintaan), dan (iii) mendukung produksi (sisi penawaran). Stimulus untuk tujuan konsumsi dan
produksi pemberiannya bersifat tunai dan non-tunai pada sektor-sektor tertentu seperti sektor
kesehatan, UMKM, pariwisata, manufaktur, dan perdagangan retail tergantung pada seberapa besar
sektor tersebut terkena dampak dari COVID-19. Dalam mengimplementasikan kebijakan stimulus, masing-
masing negara perlu menpertimbangkan komposisi, waktu, dan penargetan paket stimulus yang
dikeluarkan untuk memberikan efek target pertumbuhan yang diinginkan.
C.1. Variasi Jenis Stimulus Fiskal
C.1.1 Stimulus Fiskal untuk Mengatasi Krisis Kesehatan dan Pendanaan Darurat untuk Gelombang
Pandemi Berikutnya
Stimulus fiskal untuk menghentikan dan mengatasi krisis kesehatan masyarakat berupa dana tambahan
dari anggaran APBN yang sudah ada. Ada sejumlah tindakan yang perlu diambil untuk membantu
membatasi dampak virus. Stimulus fiskal diberikan untuk mendanai langkah-langkah seperti membayar
biaya pengujian virus, memasok lebih banyak alat uji, menyediakan peralatan perlindungan darurat untuk
petugas kesehatan, menyediakan pasokan ke pusat-pusat kesehatan, dan memberikan layanan dasar
kepada orang-orang yang harus dikarantina serta untuk bisnis yang terkena dampak.
Beberapa stimulus fiskal yang telah diterapkan untuk tujuan kesehatan antara lain:
a) Pemerintah Tiongkok menyediakan anggaran sebesar RMB162 milyar untuk pengadaan barang-
barang esensian dan obat-obatan dalam rangka pengendalian pandemi, pendirian fasilitas kesehatan
sementara, dan pengobatan kepada penderita.
b) Filipina menyediakan anggaran sebesar USD1.172 milyar untuk pembelian perlengkapan medis,
subsidi biaya pengobatan, serta kompensasi bagi pekerja medis.
c) Singapura dalam revisi keempat anggarannya, telah menyediakan SGD33 milyar, termasuk untuk
pembiayaan kepada garda terdepan guna meningkatkan kemampuan pengelolaan kasus pandemi dan
kapasitas tes kesehatan (swabbing and testing capabilities).
d) Jepang mengalokasikan sekitar JPY2,5 triliun untuk membantu sektor medis dan pengembangan obat
untuk merawat pasien COVID-19. Pemerintah Jepang juga berencana menimbun medikasi influenza,
seperti Avigan atau Favipiraviruntuk bisa digunakan bagi 2 juta pasien.
C.1.2. Stimulus Fiskal untuk Tujuan Konsumsi (Sisi Permintaan)
Pemberian stimulus fiskal untuk tujuan konsumsi antara lain melalui pemberian bantuan tunai dan non
tunai kepada kelompok masyarakat menengah bawah yang rentan dan memiliki marginal propensity to
consume yang tinggi dengan tujuan untuk mempertahankan daya beli. Bantuan tunai diberikan dalam
bentuk subsidi upah kepada orang-orang dan perusahaan untuk membantu mencegah penularan.
Bantuan tunai juga ditujukan untuk perluasan dan perpanjangan transfer, baik tunai maupun natura,
terutama untuk kelompok rentan. Bantuan tunai yang diberikan harus tepat waktu, bersifat sementara,
dan ditargetkan pada kelompok yang sangat rentan.
Bentuk-bentuk stimulus untuk tujuan konsumsi yang dilakukan oleh negara-negara di ASEAN+3 dalam
bentuk bantuan tunai dan non-tunai, antara lain berupa:
70
a) Bantuan Tunai untuk Kelompok Masyarakat yang Rentan.
i. Pemerintah Malaysia memberikan RM200 kepada penerima bantuan biaya hidup bagi masyarakat
miskin melalui program Bantuan Sara Hidup (BSH) yang sebelumnya dijadwalkan untuk disalurkan
pada bulan Mei 2020 kemudian dimajukan menjadi bulan Maret 2020.
ii. Pemerintah Singapura memberikan voucher grosir SGD100 untuk membantu keluarga
berpenghasilan rendah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Singapura juga memberikan
tunjangan untuk pekerja berpenghasilan rendah berupa workforce income supplement (WIS) akan
ditambah dengan workforce special payment (WSP) sebesar 20 persen dari WIS yang diterima
tahun lalu dengan pembayaran minimum SGD100. Bantuan untuk self-help group (lembaga
swadaya) sebesar SGD10 juta dan melalui community development council (CDC) sebesar SGD20
juta.
iii. Hong Kong memberikan bantuan tunai sebesar HKD10.000 bagi warga yang berusia di atas 18
tahun (7 juta orang), dengan tujuan untuk meningkatkan konsumsi lokal dan menghapus kesulitan
ekonomi masyarakat, dengan total anggaran mencapai HKD71 miliar.
iv. Malaysia memilih kebijakan yang lebih beragam dengan memberikan kompensasi langsung untuk
mempertahankan daya beli masyarakat dengan pendapatan rendah.
v. Korea Selatan mengeluarkan program Emergency Relief Payments yang diberikan kepada rumah
tangga tanpa terkecuali yang besarnya tergantung pada jumlah anggota keluarga; awalnya
diberikan kepada 14 juta penduduk namun kemudian diperluas menjadi 21,71 juta penduduk dan
dibayarkan sejak Mei 2020. Bantuan ini disalurkan dalam bentuk kas atau setara kas.
vi. Jepang memberikan bantuan tunai JPY300 ribu per rumah tangga berpenghasilan rendah yang
kehilangan atau kekurangan pendapatan akibat pandemi. Jumlah tersebut tidak termasuk JPY10
ribu per anak. Individu yang membutuhkan juga diberikan akses pinjaman darurat tanpa bunga.
b) Pemberian Bantuan Tunai Kepada Masyarakat Umum
i. Pemerintah Hong Kong memberikan bantuan tunai sebesar HKD10.000 bagi warga Hong Kong di
atas usia 18 tahun. Hong Kong juga mempercepat pembayaran tunjangan asuransi pengangguran
dan memperluas jaring pengaman sosial.
ii. Pemerintah Singapura memberikan bantuan kepada warga negaranya sebesar SGD100 s.d.
SGD300, tergantung dari penghasilan. Sebagai tambahan, Pemerintah Singapura juga memberikan
insentif tambahan kepada keluarga dengan anak di bawah usia 20 tahun (<20) sebesar SGD100.
Singapura juga memberikan tunjangan untuk warga usia 50 tahun ke atas sebesar SGD100 dengan
menambahkan saldo pada passion card yang dimiliki. Dana tersebut dapat dibelanjakan di toko
grosir, dan membayar kegiatan atau aktivitas di pusat-pusat komunitas.
iii. Jepang memberikan subsidi kepada perusahaan dan individu untuk cuti yang diambil untuk tinggal
di rumah untuk merawat anak-anak selama penutupan sekolah.
c) Pemberian Insentif Non-Tunai
i. Pemerintah Tiongkok memberikan subsidi biaya perawatan bagi pasien yang terpapar COVID-19
selama di rumah sakit dan subsidi bagi tenaga medis dan pekerja garis depan pencegahan epidemi.
ii. Pemerintah Hong Kong memberikan pengurangan pajak penghasilan dan pajak berdasarkan
penilaian pribadi untuk tahun penilaian 2019/2020 sebesar 100 persen hingga HKD20.000. Hong
Kong juga memberikan pembebasan tarif untuk hunian properti hingga HKD1.500 per kuartal,
71
memberikan tunjangan berupa pembayaran bantuan Jaminan Sosial Komprehensif Standar,
Tunjangan Hari Tua, Tunjangan Hidup Lansia atau Tunjangan Cacat Jiwa.
iii. Pemerintah Malaysia memberikan insentif keringanan pajak penghasilan pribadi hingga RM1.000
untuk pengeluaran terkait pariwisata domestik. Malaysia juga memberikan insentif kepada warga
negaranya berupa voucher digital untuk pariwisata domestik hingga RM100 per orang untuk
penerbangan domestik, kereta api, dan akomodasi hotel. Menurunkan kontribusi Employees
Provident Fund (EPF) minimum oleh karyawan dikurangi sebesar 4 persen dari 11 persen menjadi
7 persen, yang berlaku mulai 1 April 2020 hingga 31 Desember 2020. Pengurangan ini diharapkan
akan meningkatkan konsumsi pribadi senilai RM10 miliar.
iv. Pemerintah Singapura memberikan rabat service & conservacy charge (biaya kebersihan dan
pengelolaan lingkungan di HDB atau perumahan rakyat Singapura) antara 1,5 s.d. 3,5 bulan.
Singapura juga memberikan insentif dengan melipatgandakan rabat utility expenses (listrik dan
air). Keluarga dengan anggota 5 orang atau lebih akan mendapatkan rabat sampai dengan 2,5 kali
nilai rabat regular. Pemerintah menanggung 8 persen dari upah warga negara Singapura dan
permanent resident maksimal SGD3.600 per orang per bulan selama 3 bulan. Skema ini
membutuhkan dana sebesar SGD1,3 miliar yang akan diterima oleh 1,9 juta karyawan lokal.
v. Pemerintah Thailand memberikan insentif bagi turis domestik yang melakukan perjalanan wisata
di dalam negeri, dapat mencatatkan pengeluaran mereka untuk menjadi pengurang penghasilan
bagi penghitungan pajak. Thailand melalui program pariwisata “Eat, Shop and Spend” (Chim, Shop,
Chai) juga memberikan insentif kepada warga negaranya berupa cash back melalui g-wallet (e-
money) untuk mereka yang melakukan registrasi (melalui aplikasi Pao Tang) sebesar THB 1.000 per
orang dan cash back sebesar 15 persen untuk pembelanjaan sampai dengan THB30.000 dan 20
persen untuk di atas THB30.000 di toko-toko.
vi. Pemerintah Viet Nam memberikan perpanjangan batas waktu pembayaran pajak dan biaya sewa
tanah untuk perusahaan dan individu yang dirugikan oleh pandemi. Besarnya stimulus pajak sekitar
VND30 triliun (USD1,3 miliar) untuk mendukung perusahaan guna mengatasi kesulitan yang
disebabkan oleh pandemi COVID-19.
vii. Korea Selatan mengeluarkan program Social Security Contribution Reliefs, yaitu bantuan untuk
membebaskan masyarakat membayar iuran jaminan sosial selama 3 bulan (iuran pensiun, asuransi
bagi pengangguran, asuransi kompensasi) dan mengurangi jumlah iuran yang harus dibayar
(asuransi kesehatan nasional).
C.1.3. Stimulus Fiskal untuk Tujuan Produksi (Sisi Penawaran)
Pemberian stimulus fiskal untuk tujuan produksi antara lain melalui pemberian bantuan tunai tanpa syarat
dan dengan syarat untuk tujuan tertentu. Stimulus ini ditujukan untuk menjaga agar sektor bisnis tetap
dapat melakukan operasional perusahaannya. Bentuk-bentuk stimulus untuk tujuan produksi yang
dilakukan oleh negara-negara di kawasan ASEAN+3 dapat dikelompokkan berdasarkan (i) sektor-sektor
yang terkena dampak langsung dari wabah COVID-19, dan (ii) pemberian insentif non-tunai berupa
potongan pajak, insentif pembiayaan, pembebasan biaya registrasi bisnis dan tarif bagi rumah tangga dan
perusahaan yang terdampak.
a) Stimulus untuk Sektor-Sektor Ekonomi yang Terdampak
i. Sektor Kesehatan
72
• Hong Kong menganggarkan HKD30 miliar dalam Anti-Epidemic Fund, penguatan pelayanan
rumah sakit sebesar HKD75 miliar, tenaga medis sebesar HKD3,6 miliar dan pusat layanan
kesehatan oleh LSM sebesar HKD600 juta.
• Jepang mengeluarkan paket kebijakan senilai JPY15,3 miliar, untuk memitigasi dampak virus
COVID-19 yang antara lain akan digunakan untuk mendorong virus testing di 83 lembaga riset,
menyediakan 1.800 tempat tidur rumah sakit.
• Malaysia memberikan insentif kepada pihak yang terlibat langsung dalam upaya penahanan
akan mendapatkan tunjangan khusus bulanan sebesar RM400 untuk dokter medis dan tenaga
medis lainnya, serta RM200 untuk imigrasi dan staf garis depan.
• Singapura mengalokasikan dana tambahan (additional funding) sebesar SGD800 juta untuk
instansi-instansi pemerintah yang menjadi ujung tombak dalam menanggulangi dan
memberantas penyebaran pandemi COVID-19, terutama untuk Kementerian Kesehatan.
• Thailand memberikan insentif untuk penanggulangan COVID-19, melalui National Health
Security Office yang sedang mencari persetujuan alokasi anggaran belanja sebesar THB3.5
miliar dalam skema Universal Health Coverage untuk penggunaan diagnosis, perawatan, dan
rehabilitasi pasien COVID-19.
ii. Sektor Tenaga Kerja
• Hong Kong mengalokasikan masing-masing dana sebesar HKD30 juta/tahun untuk
meningkatkan program bantuan ketenagakerjaan, memberikan HKD2.5 miliar kepada Balai
Pelatihan Kembali Karyawan.
• Malaysia memberikan insenstif pada yang terkena pemutusan hubungan kerja berupa
Emplyoment Insurance System (EIS) yang dialokasikan sebesar RM1,1 miliar. Secara lebih rinci,
biaya pelatihan yang dapat diklaim ke EIS meningkat dari RM4.000 ke RM6.000. Pemerintah
mensubsidi kursus singkat dalam bidang digital dan kursus keahlian lainnya dengan target
jangkauan 100.000 orang. Malaysia juga memberikan hibah melalui Human Resource
Development Fund (HRDF) untuk mendanai 40.000 karyawan tambahan dari sektor pariwisata
dan sektor-sektor lain yang terkena dampak.
iii. Sektor Transportasi
• Malaysia memberikan satu kali pembayaran masing-masing sebesar RM600 kepada
pengemudi taksi, pengemudi bus wisata, pemandu wisata, dan pengemudi becak terdaftar.
• Singapura memberikan paket bantuan untuk membantu supir taksi dan taksi online. Dari
jumlah tersebut, SGD45 juta berasal dari pemerintah dan sisanya dari perusahaan taksi.
Dengan skema tersebut, setiap supir mendapatkan bantuan dana SGD20 per hari selama 3
bulan mulai tanggal 14 Februari 2020.
iv. Sektor Pariwisata
• Hong Kong mengalokasikan anggaran untuk promosi pariwisata setelah epidemik melalui
Hong Kong Tourism Board. Pemerintah Hong Kong mensubsidi 8.000 pemegang lisensi
penjual makanan, berupa hibah masing-masing sebesar HKD80.000. Mengalokasikan dana
untuk: (i) industri kreatif dan kebudayaan bagi pengembangan seni dan budaya, (ii) lembaga
Hong Kong Tourism Board untuk promosi pariwisata setelah epidemik, dan (iii) Trade
Development Council untuk membantu perusahaan mencari peluang usaha.
73
• Malaysia memberikan hibah untuk promosi pariwisata sebesar RM500 juta.
b) Pemberian Insentif Non-Tunai Berupa Potongan dan Relaksasi Pembayaran Pajak, Insentif
Pembiayaan, Pembebasan Biaya Registrasi Bisnis dan Tariff untuk Rumah Tangga dan Perusahaan.
i. Pemotongan dan Relakasi Pembayaran Pajak
• Pemerintah Tiongkok mengalokasikan dana sebesar CNY500 miliar untuk pengurangan tarif
PPN dan bantuan pembiayaan asuransi jaminan hari tua karyawan yang dibayarkan oleh
perusahaan yang mencakup: (i) kontribusi UMKM untuk pembayaran dasar asuransi hari tua,
asuransi pengangguran, dan skema asuransi kompensasi cedera kerja; (ii) mengurangi atau
membatalkan PPN untuk wajib pajak skala kecil; (iii) membebaskan PPN pada layanan seperti
transportasi umum, restoran dan hotel, pariwisata dan hiburan, dan budaya dan olahraga;
dan (iv) mengurangi atau membatalkan kontribusi dana pengembangan penerbangan sipil
dan biaya pengembangan pelabuhan.
• Singapura memberikan rabat pajak penghasilan badan (Corporate Income Tax) sebesar 25
persen maksimum SGD15.000 pada penghitungan pajak 2020. Program ini membutuhkan
biaya sebesar SGD400 juta. Singapura juga memberikan insentif peningkatan tax treatment
dalam pengaturan sistem pajak perusahaan selama satu tahun. Perusahaan yang membayar
pajak penghasilan badan dengan GIRO dapat secara otomatis menikmati angsuran bebas
bunga selama dua bulan tambahan. Pemerintah meringankan biaya operasi perusahaan
dengan memberikan rabat pajak properti untuk sektor pariwisata. Hotel, service apartment,
dan MICE venue mendapatkan rabat pajak properti 30 persen. International cruise terminal
dan regional fery terminal mendapatkan rabat pajak properti sebesar 15 persen, sedangkan
resort terintegrasi mendapatkan rabat sebesar 10 persen.
• Malaysia memberikan insentif penundaan pembayaran angsuran pajak pendapatan dan revisi
estimasi laba untuk pajak selama 6 bulan di sektor bisnis pariwisata; membebaskan pajak
layanan hotel sebesar 6 persen yang berlaku efektif dari bulan sebelumnya, yaitu dari bulan
Maret hingga Agustus 2020; memberikan pengurangan pajak hingga RM300.000 untuk biaya
renovasi dan perbaikan; dan memberi pembebasan bea masuk dan pajak penjualan atas
impor atau pembelian lokal atas mesin dan peralatan yang digunakan dalam operasi
pelabuhan selama 3 tahun mulai 1 April 2020.
• Vietnam membebaskan pajak impor atas masker medis, bahan baku untuk pembuatan
masker, air dan desinfektan cair.
• Jepang memberikan penangguhan pembayaran pajak bagi perusahaan yang terkena dampak
langsung dari wabah COVID-19 selama satu tahun dan dapat diperpanjang dan pengurangan
pajak untuk investasi terkait teleworking oleh pengusaha kecil dan menengah.
• Thailand memberikan insentif di sektor pariwisata dengan memotong pajak bahan bakar
pesawat dari THB4.726 menjadi THB0.2 hingga akhir September 2020. Pemerintah juga
memperpanjang batas waktu pembayaran pajak penghasilan hingga akhir Juni. Pelaku bisnis
juga diperkenankan untuk menggandakan (2 kali) biaya yang timbul dari penyelenggaraan
seminar sebagai pengurang penghasilan pada perhitungan pajak penghasilan badan.
• Korea Selatan memberikan pemotongan pajak konsumsi; pemotongan pajak untuk tuan
tanah yang menerapkan pengurangan biaya sewa; pengurangan PPN untuk kalangan
wiraswasta; dan penangguhan pembayaran pajak yang mencakup berbagai pajak untuk usaha
kecil dan wiraswasta di bidang medis, pariwisata, dan sektor-sektor lain yang terpengaruh.
74
ii. Insentif Pembiayaan
• Pemerintah Tiongkok memberikan jaminan pembiayaan untuk perusahaan yang terkena
dampak epidemi. Bagi usaha kecil dan mikro, jaminan pembiayaan dari pemerintah atau
badan penjaminan di semua tingkatan mengurangi bunga jaminan dan biaya penjaminan,
serta membatalkan persyaratan kontra-jaminan. Sementara untuk lembaga penjaminan
keuangan dan lembaga penjaminan ulang di daerah yang sangat terpengaruh oleh epidemi,
dana jaminan pembiayaan nasional akan mengurangi separuh biaya penjaminan ulang.
• Pemerintah Singapura memperkuat komponen enterprise financing scheme working capital
loan untuk UKM. Memperbesar pagu pinjaman dari SGD300.000 menjadi SGD600.000, dan
memperbesar porsi risiko yang ditanggung pemerintah menjadi 80 persen dari yang semula
50 persen s.d. 70 persen. Pemerintah juga meningkatkan kapasitas pekerja di sektor yang
terdampak langsung di bawah skema adapt and grow; dan menggandeng lembaga-lembaga
keuangan untuk memperkenalkan temporary bridging loan program untuk 1 tahun, dengan
bunga pinjaman maksimal 5 persen.
• Jepang memberi pinjaman darurat senilai JPY500 miliar bagi UKM. Dukungan likuiditas bagi
usaha mikro, kecil, dan menengah sebesar JPY3,8 triliun, termasuk di dalamnya pemberian
pinjaman dengan bunga rendah; subsidi untuk usaha mikro, kecil, dan menengah sebesar
JPY2,3 triliun; dan subsidi untuk masyarakat perorangan sebesar JPY12 triliun.
• Hong Kong memberikan Skema Jaminan Pembiayaan UKM dengan total HKD20 miliar selama
periode enam bulan berupa pinjaman konsesi berbunga rendah dengan jaminan 100 persen,
dengan periode pelunasan maksimal tiga tahun. Dasar pembiayaan ini dilihat dari gaji dan
pengeluaran sewa, dengan batas HKD2 juta.
• Malaysia melalui Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia akan mengeluarkan
pembiayaan hingga RM3 miliar pada pekerjaan terkait National Fiberisation and Connectivity
Plan (NFCP). Pemerintah juga memberikan insentif pembiayaan melalui Dana Investasi
Bersama sebesar RM500 juta yang akan diinvestasikan bersama investor swasta dengan rasio
minimal 1 banding 3 dengan total dana menjadi RM2 miliar pada perusahaan Malaysia.
• Thailand mendorong lembaga-lembaga keuangan untuk memberikan pinjaman lunak bagi
agen/operator wisata atau pemilik hotel yang akan melakukan renovasi. Biaya renovasi juga
dapat dijadikan pengurang penghasilan bagi penghitungan pajak.
• Pemerintah Korea Selatan menyediakan likuiditas bagi usaha kecil sebesar KRW12 triliun
untuk pendanaan darurat untuk operasi bisnis dan pinjaman dengan suku bunga rendah.
Memberikan jaminan khusus pada pinjaman UKM senilai KRW5,5 triliun diberikan melalui
Korea Technology Finance Corporation, Dana Jaminan Kredit Korea dan yayasan penjaminan
kredit lokal, dan memberikan jaminan pinjaman 100 persen senilai KRW3 triliun untuk
pedagang kecil.
iii. Pembebasan Biaya Registrasi Bisnis dan Tarif, Sewa, dan Pemberian Diskon
• Pemerintah Tiongkok mengurangi biaya produksi dan operasi perusahaan, melalui
pengurangan harga listrik untuk bisnis industri dan komersial umum sebesar 5 persen akan
diperpanjang hingga akhir tahun 2020. Tarif untuk layanan akses internet broadband dan
khusus akan dipotong rata-rata 15 persen. Sewa untuk bangunan milik negara akan
diturunkan atau dikecualikan, dan semua tipe pemilik properti lainnya didorong untuk
mengurangi, mengabaikan, atau menunda pembayaran sewa, dan mereka akan menerima
75
dukungan kebijakan dari pemerintah untuk melakukannya. Kami akan mengambil langkah
tegas untuk menghentikan pungutan tidak resmi atas perusahaan.
• Singapura memberikan insentif untuk sektor penerbangan berupa rabat untuk parkir
pesawat, ground handling, dan lainnya, serta akan diberikan rabat untuk biaya sewa bagi
toko-toko dan agen kargo di bandara Changi. Untuk bandara Changi sendiri akan
mendapatkan rabat properti sebesar 15 persen. Pemerintah juga memberikan pembebasan
biaya sewa untuk sektor kuliner dan retail, yaitu pertama, bagi penyewa properti yang
dikelola National Environment Agency seperti Hawker Street diberikan pembebasan biaya
sewa satu bulan penuh; kedua bagi penyewa properti pemerintah lain seperti HDB diberikan
pembebasan sewa setengah bulan; dan ketiga bagi penyewa properti swasta akan diberikan
rabat pajak properti sebesar 15 persen dan Pemerintah menghimbau kepada pemilik properti
untuk menurunkan harga sewanya.
• Hong Kong memberikan pembebasan biaya registrasi bisnis tahun 2020-2021. Skema ini akan
menguntungkan 1,5 juta pelaku usaha namun akan mengurangi penerimaan negara sebesar
HKD3 miliar.
• Malaysia melalui Malaysia Airport Holdings Berhad (MAHB) juga akan memberikan potongan
harga untuk sewa tempat di bandara serta biaya pendaratan dan parkir.
• Thailand memberikan insentif kepada dunia usaha berupa pengurangan sampai dengan 2,5
kali nilai investasi mesin baru atas penghasilan yang menjadi dasar pengenaan pajak.
C.2. Dasar Pertimbangan Perencanaan Stimulus Fiskal
Dalam seri publikasi terkait pandemi COVID-19, IMF menyampaikan bahwa dampak pandemi dan
kontraksi perekonomian global mengakibatkan setiap negara perlu melihat kembali aturan kebijakan
fiskal (fiscal rules) masing-masing. Batasan kerangka kebijakan fiskal perlu memiliki fleksibilitas untuk
mengantisipasi dampak kondisi luar biasa akibat pandemi. Deviasi dari kerangka kebijakan fiskal yang
baku perlu dengan konsep yang baik (well specified), transparan, dan kredibel, dengan disertai
perencanaan yang kuat untuk kembali kepada kerangka baku semula. Banyak negara menerapkan
fleksibilitas ini untuk periode selama dua tahun, dan memperkirakan dapat kembali kepada batasan
kerangka kebijakan fiskal bakunya pada tahun 2022.
Dalam publikasi lainnya, IMF mengidentifikasi bahwa langkah kebijakan fiskal yang diambil oleh suatu
pemerintahan dapat menimbulkan risiko fiskal baru. Dalam hal ini pemerintah perlu melakukan
identifikasi menyeluruh terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi proyeksi perekonomiannya,
menyusun kebijakan fiskal secara terukut, dan melakukan pengelolaan secara proaktif. Risiko yang muncul
pada masa krisis keuangan mengakibatkan kenaikan tingkat utang hingga 26 persen PDB. Pemerintah
perlu memahami dampak berbagai dampak perubahan kondisi makroekonomi dan keuangan terhadap
konsekuensi fiskal dalam negeri. Stimulus dapat dirancang melalui kebijakan anggaran maupun non
anggaran (off-budgetary measures). Masing-masing skema perlu memiliki dasar pengambilan keputusan
yang tepat. Pengelolaan keuangan publik (public finance management – PFM) yang baik setidaknya
menerapkan beberapa kerangka dasar, yaitu: (i) monitoring yang kuat dan intens, baik untuk sisi
penerimaan maupun pengeluaran negara, (ii) penghitungan kebutuhan pembiayaan kondisi luar biasa
disertai dengan opsi kebijakan dan strategi komunikasi yang baik, (iii) identifikasi kemungkinan hambatan
dalam proses belanja (spending barriers), (iv) penyusunan program yang tepat sasaran, (v) pengelolaan
posisi utang, akses pasar, dan keseluruhan risiko, serta (vi) memastikan implementasi PFM tetap
terkendali.
76
Di sisi lain, AMRO dalam kajiannya mencoba melihat ketersediaan ruang kebijakan fiskal dan moneter
pada setiap perekonomian di kawasan ASEAN+3. Ruang kebijakan fiskal diukur berdasarkan tiga faktor
utama, yaitu indikator sustainabilitas utang (kuantitatif), risiko kapasitas pembiayaan dan profil utang
(kualitatif), serta faktor-faktor khusus per negara. Berdasarkan indikator sustainabilitas utang kuantitatif,
mayoritas negara di kawasan masih memiliki ruang kebijakan fiskal untuk perluasan stimulus fiskal.
Sementara berdasarkan penilaian kualitatif, masing-masing negara memiliki tantangan yang berbeda-
beda yang dapat dilihat dari tiga faktor analisa, yaitu (i) persepsi pasar (tingkat imbal hasil/yield), (ii)
komposisi utang (resident dan non-resident), dan (iii) rasio utang terhadap PDB. Dalam kajian ini, secara
umum AMRO menilai bahwa masing-masing negara di kawasan masih memiliki ruang untuk perluasan
kebijakan fiskal dalam rangka merespon dampak covid. Korea, Hong Kong, Singapura, dan Thailand masih
memiliki fiscal space dengan kategori cukup (ample), sedangkan Tiongkok, Indonesia, Malaysia, dan
Filipina masuk ke dalam kategori “moderate,” dan Jepang menjadi satu-satunya negara di kawasan
dengan ruang kebijakan fiskal sangat terbatas (limited). Selanjutnya AMRO juga menemukan bahwa
implementasi stimulus fiskal yang telah dikeluarkan hingga saat ini berpengaruh terhadap debt profile dan
risiko financing capacity negara-negara di kawasan, dengan perkembangan yang memburuk di Tiongkok
dan ASEAN-4, sebagaimana berikut:
77
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Penyebaran COVID-19 telah memberikan dampak negatif bagi ekonomi global dengan mempengaruhi
elemen-elemen penting baik dari sisi pasokan maupun permintaan. Dari sisi pasokan, gangguan
produksi terjadi karena penurunan kesehatan tenaga kerja dan kematian dan terganggunya logistik
akibat pembatasan mobilitas (karantina). Sebagai efek domino, keterbatasan mobilitas, rantai
pasokan yang terbatas dan adanya pengetatan kredit menyebabkan biaya yang lebih tinggi untuk
melakukan bisnis. Dampak perlambatan output industrial di Tiongkok, yang merupakan mitra dagang
utama negara-negara di kawasan ASEAN+3, telah menurunkan permintaan terhadap bahan baku dan
bahan pembantu dalam proses produksi. Sementara itu, dari sisi permintaan, gangguan terjadi akibat
meningkatnya ketidakpastian, kenaikan biaya dan penurunan pendapatan tenaga kerja yang secara
simultan berpotensi mengurangi kemampuan daya beli, penutupan usaha, dan pemutusan hubungan
kerja.
2. Tiongkok merupakan mitra dagang utama dari negara-negara di kawasan ASEAN+3 di mana lebih dari
20 persen pangsa pasar negara-negara tersebut, baik ekspor maupun impor adalah Tiongkok.
Sementara dari sektor pariwisata, wisatawan dari Tiongkok juga memberikan kontribusi paling besar
dalam kunjungan wisatawan asing ke negara-negara yang di analisis. Penyebaran COVID-19 telah
memberikan dampak yang signifikan bagi negara-negara tersebut, baik dari sisi penularan
penyakitnya, hubungan perdagangan dengan dengan Tiongkok yang menyebabkan terhambatnya
pasokan, maupun menurunnya jumlah kunjungan wisatawan.
3. Dalam memitigasi dan menangani dampak negatif penyebaran COVID-19 bagi perekonomian, negara-
negara di kawasan ASEAN+3 telah melakukan berbagai langkah-langkah kebijakan baik moneter,
fiskal, maupun keuangan yang ditujukan untuk menahan penyebaran virus, mendukung penyediaan
dan memperkuat sistem perawatan kesehatan, meningkatkan kepercayaan dan permintaan,
melindungi kelompok masyarakat dan perusahaan yang rentan dan mengalami gangguan
pendapatan, serta membatasi efek persediaan yang merugikan.
4. Kebijakan stimulus fiskal dipandang memainkan peran yang strategis dalam memitigasi dan mencegah
dampak negatif penyebaran COVID-19. Fungsi fiskal sebagai stabilisasi diperlukan untuk percepatan
belanja dan stimulus bagi sektor-sektor yang terdampak langsung. Stimulus juga didistribusikan untuk
melindungi masyarakat rentan melalui percepatan belanja sosial guna menjaga konsumsi masyarakat.
Sementara fungsi alokasi untuk menjamin kualitas belanja produktif dan terjaganya layanan publik.
5. Instrumen kebijakan stimulus fiskal yang dilakukan oleh negara-negara di kawasan ASEAN+3 berupa
insentif perpajakan dan belanja pemerintah. Penurunan pajak secara langsung akan menurunkan
biaya produksi, namun tidak serta merta membuat produsen meningkatkan produksinya, karena
terganggunya permintaan. Dalam hal ini, peran belanja pemerintah menjadi sangat penting untuk
mendorong permintaan dan mendukung consumer confidence agar kembali melakukan konsumsi,
yang pada akhirnya akan menyerap produksi dari perekonomian.
6. Dari paket kebijakan stimulus fiskal yang dikeluarkan oleh beberapa negara kawasan ASEAN+3 yang
dianalisis, terdapat beberapa persamaan karakteristik, yaitu ditargetkan kepada konsumen dan
produsen yang menitikberakan pada sektor yang terdampak langsung karena perlambatan ekonomi
akibat wabah COVID-19. Namun demikian, terdapat perbedaan nilai stimulus yang tergantung dengan
kemampuan fiskal dan struktur ekonomi dari masing-masing negara. Secara umum, sektor-sektor
78
yang mendapatkan perhatian adalah kesehatan, UMKM, manufaktur, dan pariwisata. Adapun paket
stimulus fiskal yang dikeluarkan oleh negara-negara di kawasan ASEAN+3 dapat dikategorikan ke
dalam 3 tujuan, yaitu (i) stimulus untuk menghentikan dan mengatasi krisis kesehatan masyarakat, (ii)
stimulus untuk tujuan konsumsi (sisi permintaan), dan (iii) stimulus untuk tujuan produksi (sisi
penawaran). Stimulus untuk tujuan konsumsi dan produksi pemberiannya bersifat tunai dan non-
tunai pada sektor-sektor tertentu seperti sektor kesehatan, pariwisata, manufaktur, dan perdagangan
retail tergantung pada seberapa besar sektor tersebut terkena dampak dari COVID-19. Hampir semua
negara di ASEAN+3 memfokuskan stimulus produksi untuk membantu UMKM yang terdampak.
7. Bentuk-bentuk kebijakan stimulus fiskal yang dilakukan negara-negara di kawasan ASEAN+3 dalam
menangani penyebaran pandemi COVID-19 mencakup antara lain: (i) pengalokasian dana untuk
menghentikan dan mengatasi penyebaran virus, (ii) pemberian bantuan tunai/non-tunai dan subsidi
bagi masyarakat rentan untuk mengurangi beban pengeluaran dan menjaga daya beli, (iii) mengurangi
beban perusahaan yang terdampak melalui pemberian insentif tunai berupa pengurangan dan
penundaan pembayaran pajak, serta pembebasan biaya registrasi bisnis, (iv) memberikan dukungan
pembiayaan bagi perusahaan yang terdampak, dan (vi) pemberian insentif fiskal sementara untuk
mendukung bisnis di sektor-sektor yang terkena penurunan tajam dalam perjalanan dan pariwisata
seperti penerbangan, ritel, kuliner, dan transportasi darat.
8. Terdapat beberapa perbedaan fokus dari kebijakan stimulus fiskal yang dilakukan oleh negara-negara
ASEAN+3. Beberapa negara seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, kebijakan
stimulus yang dilakukan lebih diarahkan untuk mendorong sektor riil (supply). Sementara beberapa
negara seperti Indonesia, Thailand, dan Viet Nam kebijakan stimulus fiskal lebih diarahkan untuk
mendukung peningkatan konsumsi masyarakat (demand).
Dari pengalaman langkah-langkah kebijakan stimulus fiskal yang dilakukan oleh negara-negara di kawasan
ASEAN+3, beberapa rekomendasi dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah RI antara lain:
• Negara-negara di kawasan ASEAN+3 termasuk Indonesia masih memiliki ruang fiskal yang cukup
untuk penanggulangan dampak COVID-19 dan mendorong upaya pemulihan ekonomi. Namun
demikian perumusan kebijakan fiskal tetap perlu dilakukan dengan berhati-hati dan terukur agar
dapat tepat sasaran dan kredibel. Hal ini juga sejalan dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN) yang ditetapkan berdasarkan PP No. 43 tahun 2020. Dalam PP tersebut, program PEN harus
dijalankan sesuai prinsip: (i) menjunjung keadilan sosial bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
(ii) mendukung para pelaku usaha yang terdampak pandemi COVID-19, (iii) memperhatikan kebijakan
yang pruden serta tata kelola yang baik, transparan, akseleratif, adil, dan akuntabel, (iv) menghindari
moral hazard, (v) membagi segala biaya dan risiko antar para stakeholder sesuai tupoksi masing-
masing. PP juga mengatur lima bentuk modalitas yang dapat dilakukan Pemerintah dalam rangka
implementasi program PEN, yaitu melalui belanja APBN, penempatan dana untuk perbankan,
penjaminan untuk kredit modal kerja, serta penyertaan modal negara untuk BUMN dan investasi.
• Kebijakan stimulus yang diterapkan oleh masing-masing perekonomian bergerak satu arah di mana
negara-negara di kawasan ASEAN+3 sama-sama memberikan subsidi/insentif, melakukan
penambahan anggaran termasuk penambahan utang dalam mengatasi dampak pandemi COVID-19.
Kondisi tersebut membutuhkan antisipasi bersama agar upaya-upaya pemenuhan kebutuhan
pembiayaan di kawasan dapat terus dicapai dengan tetap mempertahankan stabilitas ekonomi dan
keuangan. Dalam hal ini pemerintah dapat memanfaatkan mekanisme pertukaran informasi terkait
dampak domestik dan respon kebijakan di masing-masing negara pada berbagai forum kerjasama
79
internasional, sebagai bagian dari upaya membangun best practice. Mekanisme pertukaran informasi
tersebut juga dapat diterapkan di level domestik untuk mengembangkan sinergi kebijakan di level
regional daerah maupun nasional terutama dalam hal penyusunan evaluasi dan strategi implementasi
kebijakan stimulus baik di tingkat regional maupun nasional, guna mendukung implementasi program
PEN dapat berjalan secara optimal.
• Pemerintah perlu memprioritaskan sektor-sektor mana saja yang memerlukan stimulus fiskal dengan
tetap menjaga kualitas belanja yang baik, agar stimulus tersebut dapat efektif dan memberikan
dampak yang positif terhadap pertumbuhan. Stimulus untuk tujuan konsumsi, seperti perluasan
program-program bantuan langsung tunai, bantuan pangan non tunai, dan kartu pra kerja dapat
diprioritaskan untuk mendorong daya beli masyarakat melalui konsumsi rumah tangga. Stimulus
untuk tujuan konsumsi juga perlu diberikan bagi sektor kelas menengah, seperti pariwisata (meliputi
transportasi, akomodasi, makanan, dan minuman) agar pemulihan ekonomi dapat terealisasi secara
merata. Dari sisi produksi, aktivitas perdagangan dan manufaktur yang terkena dampak pada periode
Q1 dan Q2 2020 diharapkan dapat mulai pulih pada kuartal-kuartal berikutnya. Selain itu, stimulus
bagi sektor usaha dalam bentuk insentif fiskal, termasuk UMKM dan BUMN/BUMD perlu juga
diberikan secara tepat, antara lain:
a. Bagi UMKM: penundaan pembayaran pokok dan bunga serta pemberian subsidi bunga kredit,
insentif perpajakan, penjaminan kredit modal kerja, dan dana insentif daerah. Kebijakan insentif
pajak dalam bentuk pemberian rabat pajak penghasilan badan (Corporate Income Tax) untuk
UMKM dapat dipertimbangkan oleh pemerintah.
b. Bagi BUMN/BUMD: dukungan penempatan dana pemerintah, pemberian insentif perpajakan
maupun dana talangan, penyaluran kredit modal kerja, penempatan dana di sektor perbankan
yang terdampak restrukturisasi kredit serta dana dukungan untuk program B-30 (program
mandatori bio-diesel 30%) yang saat ini mengalami tekanan akibat rendahnya harga minyak.
Penyertaan modal pemerintah dapat dilakukan pada perusahaan-perusahaan BUMN yang paling
terdampak terutama di sektor jasa transportasi seperti perusahaan angkutan udara dan air.
c. Untuk industri pariwisata, Pemerintah dapat memberikan keringanan biaya operasi perusahaan
dengan memberikan insentif berupa rabat pajak properti untuk sektor pariwisata, termasuk
hotel, service apartment, dan MICE venue dan mendorong promosi untuk wisatawan lokal guna
menjaga sektor pariwisata dapat tetap bertahan di masa krisis.
• Pemerintah juga perlu memperhatikan potensi peningkatan defisit anggaran sebagai akibat dari
pemberian stimulus kepada kelompak masyarakat yang terkena dampak COVID-19. Pemberian
kebijakan stimulus tetap perlu mempertimbangkan kemampuan pembiayaan dari pemerintah.
Meskipun ruang fiskal terbatas untuk pemberian stimulus, pemerintah dapat melakukan perubahan
struktur belanja dan penerimaan ke arah atau kebijakan yang dapat membantu mengendalikan
dampak dari pandmemi COVID-19, serta membantu mendukung pertumbuhan ekonomi. Untuk itu,
pemerintah perlu memberi ruang fleksibilitas untuk memfasilitasi potensi perubahan alokasi
anggaran dalam APBN tersebut termasuk merubah postur APBN apabila diperlukan yang disesuaikan
dengan dinamika perkembangan ekonomi.
• Pandemi COVID-19 telah menyebabkan peningkatan kredit bermasalah di sektor perbankkan. Di sisi
lain, tingkat CAR perbankkan masih tetap tinggi. Untuk itu, koordinasi kebijakan fiskal dan moneter
sangat diperlukan terutama dukungan kebijakan fiskal melalui penempatan dana pemerintah di
80
perbankkan nasional guna mengurangi beban kreditor terutama sektor UMKM melalui pemberian
subsidi bunga. Selain itu, kebijakan pemberian subsidi bunga (bunga murah) bagi usaha mikro yang
akan mengajukan pinjaman dapat difasilitasi oleh pemerintah melalui penempatan dana di
perbankkan atau lembaga keuangan lainnya.
• Koordinasi kebijakan di tingkat global dan regional diperlukan untuk mengantisipasi semakin
meluasnya wabah COVID-19 dan terjadinya risiko penurunan pertumbuhan global yang menyebabkan
pertumbuhan semakin rendah. Kondisi penurunan tersebut menimbulkan tantangan bagi pemerintah
dimana ruang kebijakan domestik terbatas. Koordinasi global dan regional diperlukan untuk
memastikan penyediaan layanan kesehatan yang efektif di seluruh dunia dan menyediakan stimulus
paling efektif untuk mendorong kinerja ekonomi global.
• Perumusan kebijakan fiskal dalam bentuk insentif dan subsidi khususnya pada sisi produksi perlu
memperhatikan kaidah Hukum terkait kegiatan bisnis universal seperti Hukum Persaingan Usaha dan
Hukum dagang, serta kesepakatan dalam perjanjian internasional, seperti WTO dan GATTS. Hal ini
diperlukan agar langkah kebijakan domestik terkait penanggulangan pandemi COVID-19 tidak
menimbulkan implikasi lain yang mencederai prinsip-prinsip dalam upaya keterbukaan pasar dan
persaingan usaha yang berlaku dan telah disepakati.
81
DAFTAR PUSTAKA
ADB. (2020). ADB Covid-19 Policy Database, diunduh dari https://covid19policy.adb.org/policy-
measures/VIE
AMRO. (2020). AMRO Covid Monitor Weekly Roundup, 19 Juni 2020.
ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), Policy Space in ASEAN+3 Economies and the Combat
against COVID 19 Pandemics (belum dipublikasikan), Juni 2020
Bank of Thailand, Balance of Payments (Summary),
2020, https://www.bot.or.th/App/BTWS_STAT/statistics/ReportPage.aspx?reportID=644&language=
eng
Cabinet Office, Government of Japan, Economic Impacts of the Novel COVID-19virus, March 4, 2020
Cynthia Kim, South Korea unveils D9.8 billion stimulus to fight COVID-19virus.
https://www.reuters.com/article/us-southkorea-economy-budget/south-korea-unveils-98-billion-
stimulus-to-fight-COVID-19virus-idUSKBN20R046
Department of Statistic Singapore, National Accounts, 2020, https://www.singstat.gov.sg/find-
data/search-by-theme/economy/national-accounts/latest-data
Frank Tang, The China COVID-19virus stimulus: what measures have been used to combat the economic
impact of Covid-19? May 2020, https://www.scmp.com/week-asia/health-
environment/article/3089881/COVID-19virus-second-wave-which-asian-countries-are-most
General Statistic Office of Viet Nam, 2020, National Accounts and State budged,
https://www.gso.gov.vn/default_en.aspx?tabid=775
Gita Gopinath, the Economic Counsellor and Director of the Research Department at the International
Monetary Fund (IMF) Limiting the Economic Fallout of the COVID-19virus with Large Targeted Policies,
IMF Blog 2020
Hong Kong The 2020-21 Budget Speech., Speech by the Financial Secretary, the Hon Paul MP Chan moving
the Second Reading of the Appropriation Bill 2020 Wednesday, 26 February 2020
International Monetary Fund, IMF Policy Paper No. 20/015, Maret 2020, Policy Steps to Address the
COVID-19 Crisis
International Monetary Fund, Fiscal Rules, Escape Clauses, and Large Shocks,
https://www.imf.org/en/Publications/SPROLLs/covid19-special-notes
International Monetary Fund, Managing Fiscal Risks Under Fiscal Stress,
https://www.imf.org/en/Publications/SPROLLs/covid19-special-notes
International Monetary Fund, Policy Responses to Covid-19, https://www.imf.org/en/Topics/imf-and-
covid19/Policy-Responses-to-COVID-19
IMF. (2020). China and IMF, diunduh dari https://www.imf.org/en/Countries/CHN
JBIC. (2020). Survey Report on Overseas Business Operations by Japanese Manufacturing Companies,
diunduh dari https://www.jbic.go.jp/en/information/reference/reference-
2019/contents/20200325_spot.pdf
82
Kristalina Georgieva, Managing Director, IMF, Potential Impact of the COVID-19virus Epidemic: What We
Know and What We Can Do, IMF Blog 2020
Ministry of Finance Japan, Policy Finance and National Tax Initiatives, New COVID-19virus Infections to
affected businesses, March 2020
Ministry of Economy and Finance, Republic of Korea, Government to Launch Financial Support Package
Worth Over 50 Trillion Won, Pres Release, Release Date: March 19, 2020
Ministry of Finance and Economy (2020), “Safeguarding Economic Resilience in Responding to the
economic impact of COVID-19, June 11, 2020”
Ministry of Finance, Singapore, Fortitude Budget Statement, https://www.singaporebudget.gov.sg,
Release Date: May 26, 2020
Ministry of Finance, Vietnam (2020). On the Implementation of the April 2020 Working Agenda and the Implementation of May 2020 Working Agenda of the Ministry of Finance, diunduh https://www.mof.gov.vn/webcenter/portal/mof/r/l/cm16262?dDocName=MOFUCM177024&dID=184879
Muhammad Chatib Basri: Perekonomian dan Virus COVID-19,
https://www.feb.ui.ac.id/en/blog/2020/02/28/muhammad-chatib-basri-perekonomian-dan-virus-
COVID-19/
Muhammad Chatib Basri: Stimulus di Tengah COVID-19, Kompas Gramedia, 19 Maret 2020
National Bureau of Statistics of China. (2020). diunduh dari
http://data.stats.gov.cn/english/easyquery.htm?cn=C01
National People’s Congress of the People’s Republic of China, Report on the work of the government,
Delivered at the Third Session of the 13th National People’s Congress of the People’s Republic of China
on May 22, 2020 Li Keqiang Premier of the State Council
OECD, Interim Economic Assessment COVID-19virus: The world economy at risk, 2 March 2020
Pidato Perdana Menteri Malaysia, 27 Februari 2010, https://www.treasury.gov.my/index.php/en/gallery-
activities/speech/item/6026-speech-text-2020-economic-stimulus-package.html
Press Release MOEF tanggal 17 Maret 2020 Supplementary Budget Passed, New Spending Revised Up to
10.9 Trillion Won
Press Release MOEF tanggal 30 April 2020 tentang 2nd Supplementary Budget Passed, Extra Spending
Increased to 12.2 Trillion Won
Press Release MOEF tanggal 3 Juni 2020 tentang 3rd Extra Budget to Support Job Security and Korean
New Deal
Press Release Bank of Korea tanggal 28 Mei 2020 tentang Economic Outlokk (May 2020)
Republic of Korea Economic Buletin, May 2020, Vol. 42 No.5 MOEF and KDI
Singapore budget statement 2020, Advancing as One Singapore, Februari 2020.
World Bank. (2020). Financial Sector Support Measures in Response to Covid-19, diunduh dari
https://dataviz.worldbank.org/views/FS-
83
COVID19/Overview?:embed=y&:isGuestRedirectFromVizportal=y&:display_count=n&:showAppBan
ner=false&:origin=viz_share_link&:showVizHome=n
World Integrated Trade Solution (WITS), 2020
.