pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

38
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN MASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA FEBRI DWI NINGTYAS G0013094 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 1

Upload: febri-dwi-ningtyas

Post on 30-Nov-2015

597 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

KEHIDUPAN MASYARAKAT, BERBANGSA, DAN

BERNEGARA

FEBRI DWI NINGTYAS

G0013094

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

1

Page 2: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

bimbingan-Nya, makalah yang berjudul “Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Berbangsa

dan Bernegara” dapat terselesaikan dengan lancar.

Makalah ini disusun berdasarkan fakta dengan menggunakan jurnal ilmiah yang

membahas tentang topik ini. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberi penguraian

tentang pengertian paradigma, penjelasan mengenai Pancasila sebagai paradigma reformasi

dan paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila pada Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa

makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi mengenai Pancasila sebagai

paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermanfaat bagi para pembacanya.

Surakarta, 1 Oktober 2013

Penulis

2

Page 3: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................... 4

1.2 TOPIK BAHASAN............................................................................................ 4

1.3 TUJUAN PENULISAN...................................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN PARADIGMA........................................................................... 6

2.2 PENGERTIAN DAN MAKNA PEMBANGUNAN…….................................. 6

2.3 PENGERTIAN REFORMASI………................................................................ 7

2.4 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN......................... 8

BAB III PEMBAHASAN

3.1 PENGERTIAN PARADIGMA........................................................................... 9

3.2 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN........................... 9

3.2.1 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

POLITIK................................................................................................ 10

3.2.2 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

EKONOMI............................................................................................. 11

3.2.3 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN SOSIAL

BUDAYA................................................................................................13

3.2.4 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

HUKUM………………………………………………………………. 15

3.2.5 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA BANGSA………....………….. 17

3.2.6 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN IPTEK...19

3.3 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI............……………... 21

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 23

4.2 SARAN................................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 24

3

Page 4: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan

oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,

diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama batang tubuh

UUD 1945. Sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, Pancasila mengalami

berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik. Karena hal tersebut Pancasila tidak

lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia

melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada

saat itu.   Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai

acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir; atau jelasnya sebagaisistem nilai

yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah/tujuan

bagi ‘yang menyandangnya. Yang menyandangnya itu di antaranya: (a) bidang politik,

(b) bidang ekonomi, (c) bidang sosial budaya, (d) bidang hukum, (e) bidang kehidupan

antar umat beragama, Memahami asal mula Pancasila.

1.2 TOPIK BAHASAN

Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1.2.1 Pengertian paradigma

1.2.2 Makna pembangunan dan aspek-aspeknya

1.2.3 Pengertian reformasi

4

Page 5: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Menjelaskan pengertian paradigma

1.3.2 Menjelaskan pengertian pancasila sebagai paradigma pembangunan politik,

ekonomi, sosial, budaya, hukum, kehidupan antarumat beragama, dan iptek.

1.3.3 Menjelaskan pengertian pancasila seba paradigma reformasi.

1.3.4 Menjelaskan pengertian pancasila sebagai paradigma kehidupan

5

Page 6: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Paradigma

Pengertian Paradigma pada mulanya dikemukakan oleh Thomas S. Khun dalam

bukunya The Structure Of Scientific Revolution, yakni asumsi-asumsi dasar dan asumsiasumsi

teoritis yang bersifat umum (sumber nilai), sehingga sebagai sumber hukum, metode yang

dalam penerapan ilmu pengetahuan akan menentukan sifat, ciri dari ilmu tersebut. Ilmu

pengetahuan sifatnya dinamis, karena banyaknya hasil-hasil penelitian manusia, sehingga

kemungkinan dapat ditemukan kelemahan dan kesalahan pada teori yang telah ada. Jika

demikian ilmuwan/peneliti akan kembali pada asumsi-asumsi dasar dan teoritis, shingga ilmu

pengetahaun harus mengkaji kembali pada dasar ontologis dari ilmu itu sendiri. Misal

penelitian ilmu-ilmu sosial yang menggunakan metode kuantitatif, karena tidak sesuai dengan

objek penenelitian, sehingga ditemukan banyak kelemahan, maka perlu menggunakan metode

baru/lain yang sesuai dengan objek penelitian, yaitu beralih dengan menggunakan metode

kualitatif.

Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan

manusia, diantaranya: politik, hukum, ekonomi, budaya.. Istilah paradigma berkembang

menjadi terminologi yang mengadung konotasi pengertian: sumber nilai, kerangka pikir,

orientasi dasar, sumber asas, serta arah dan tujuan.

2.2 Pengertian dan Makna Pembangunan

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh sistem

sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi,

kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan

sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan

yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan

Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai

“suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara

terencana”.

Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang

mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan

industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut

6

Page 7: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

didasarkan pada aspek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi

serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu,

keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing

mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang

berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi

dan Bratakusumah, 2005).

Menurut Tikson (2005) pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai

transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi

menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat

melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat disektor industri dan jasa,

sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi

sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan

industrialisasi dan modernisasi ekonomi.

Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui

pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan,

kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan

keputusan politik. Sedangkan transformasibudaya sering dikaitkan, antara lain, dengan

bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan

norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke

materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi,

dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.

2.3 Pengertian Reformasi

Makna Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dari akar

katareform, sedangkan secara harafiah reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang

memformat ulang, menata ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang, untuk

dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang

dicitacitakan rakyat. Reformasi juga diartikan pemabaharuan dari paradigma, pola lama ke

paradigma, pola baru untuk memenuju ke kondisi yang lebih baik sesuai dengan harapan.

Suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat:

a) Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpanganpenyimpangan.

Masa pemerintahan Orba banyak terjadi suatu penyimpangan misalnya asas

7

Page 8: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

kekeluargaan menjadi “nepotisme”, kolusi dan korupsi yang tidak sesuai dengan

makna dan semangat UUD 1945.

b) Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka structural

tertentu, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia. Jadi

reformasi pada prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan kepada dasar nilainilai

sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.

c) Gerakan reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem Negara demokrasi,

bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat, sebagaimana terkandung dalam pasal 1

ayat (2). Reformasi harus melakukan perubahan kea rah sistem Negara hukum dalam

penjelasan UUD 1945, yaitu harus adanya perlindungan hak-hak asasi manusia,

peradilan yang bebas dari penguasa, serta legalitas dalam arti hukum. Oleh karena itu

reformasi sendiri harus berdasarkan pada kerangka dan kepastian hukum yang jelas.

d) Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan yang lebih

baik, perubahan yang dilakukan dalam reformasi harus men garah pada suatu kondisi

kehidupan rakyat yang lebih baik dalam segala aspek, antara lain bidang politik,

ekonomi, sosial, budaya, serta kehidupan keagamaan.

e) Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang

berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.

2.4 . Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan.

Secara fisiologis, hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan

nasional mengandung sutu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional

kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai dari sila-sila Pancasila. Oleh karena hakikat

nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai subjek

pendukung pokok sila-sila Pancasila sekaligus pendukung pokok negara.

Konsekuensinya dalam pembangunan nasional dalam berbagai bidang untuk

mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten berdasarkan pada

nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka pembangunan nasionla harus meliputi aspek

jiwa (rohani) : yang mencakup akal, rasa, dan kehendak; aspek raga (jasmani); aspek individu,

aspek makhluk sosial; aspek pribadi; dan juga aspek kehidupan ketuhanannya.

8

Page 9: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Paradigma

Istilah ‘paradigma’ pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan

terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis, tokoh yang

mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun

dalam bukunya yang berjudul “The Strusture of Scientific Revolution” (1970 : 49). Inti sari

pengertian paradigm adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang

umum (merupakan sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode,

serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, cirri, serta

karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

Istilah ini berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia serta ilmu

pengetahuan lain, misalnya politik, hukum, ekonomi, social, budaya, dan bidang-bidang

lainnya. Dalam hal ini, istilah ‘paradigma’ berkembang menjadi terminologi yang

mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas,

serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang

tertentu termasuk dalam bidang pembangunan, iptek maupun dalam pendidikan.

3.2 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau

persekutuan hidup manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan

tolok ukur penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan. Nilai-

nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat manusia menurut

Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis tersebut

mempunyai ciri-ciri, antara lain:

a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga

b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial

c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat

dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.

9

Page 10: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas.

Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara

keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup

seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial

budaya, dan pertahanan keamanan.

3.2.1 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik

Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau

pelaku politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia

maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu

menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh

rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai

paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter.

Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas

kerakyatan (sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik

didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu,

secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan,

moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan. Perilaku

politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara dikembangkan atas

dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan

bermoral.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa

Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan

dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya

dapat dilihat secara berurutan-terbalik:

a. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,

agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari;

b. Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan

keputusan;

10

Page 11: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

c. Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan

konsep mempertahankan persatuan;

d. Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang

adil dan beradab;

e. Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan

kemanusiaan (keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan

Yang Maha Esa.

Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu

direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup

masyarakat tradisional (berbagai asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat

industrial, dan masyarakat purna industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik

yang dijadikan moral baru masyarakat informasi adalah:

a. nilai toleransi;

b. nilai transparansi hukum dan kelembagaan;

c. nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata);

d. bermoral berdasarkan konsensus (Fukuyama dalam Astrid: 2000:3).

3.2.2 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi

Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem

dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara

khusus, sistem ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I

Pancasila) dan kemanusiaan (sila II Pancasila). Sistem ekonomi yang mendasarkan

pada moralitas dam humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi yang

berperikemanusiaan. Sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik selaku

makhluk individu, sosial, makhluk pribadi maupun makhluk Tuhan.

Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi

liberal yang hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia

lain. Sistem ekonomi demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem

sosialis yang tidak mengakui kepemilikan individu.

11

Page 12: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek.

Oleh karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan

pembangunan ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.

Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang

berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari

nilai-nilai moral kemanusiaan. Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan

diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya

akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga

negara.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila

Keempat Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada

pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan demikian subjudul ini menunjuk

pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan Demokrasi Ekonomi atau

pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila.

Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk

sebesarbesar kemakmuran/kesejahteraan rakyat—yang harus mampu mewujudkan

perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak

lagi yang seperti selama Orde Baru yang telah berpihak pada ekonomi

besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih memberikan kesempatan,

dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil,

dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.

Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi. Ekonomi

Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah

daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan

keadilan dan pemerataan pembangunan daerah.

Dengan demikian, Ekonomi Kerakyatan akan mampu memberdayakan

daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan

partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis

berperanan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi

warga atau meningkatkan kepastian hukum.

12

Page 13: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

3.2.3 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila

bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana

tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu,

pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat

manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial

budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat

anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan beradab.

Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu

meningkatkan derajat kemanusiaannya. Manusia harus dapat mengembangkan dirinya

dari tingkat homo menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan

sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-

budaya yang beragam di seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa

persatuan sebagai bangsa.

Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial

berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima

sebagai warga bangsa. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak

menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.

Paradigma-baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan

berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan

dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti yang terlibat, di samping hak

negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi individu secara berimbang

(Sila Kedua).

Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara

hak negara dan hak asasi individu. Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan

yang sentralistik dan yang mengabaikan kemajemukan masyarakat dan

keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, era otonomi daerah tidak

akan mengarah pada otonomi suku bangsa tetapi justru akan memadukan

pembangunan lokal/daerah dengan pembangunan regional dan pembangunan nasional

13

Page 14: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

(Sila Keempat), sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan kemerataan (Sila

Kelima) dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup

menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI (Sila Ketiga).

Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria

sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi

kebudayaan – kebudayaan di daerah:

a. Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan

sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

b. Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap

warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan,

kedaerahan, maupun golongannya;

c. Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad

masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri

sebagai satu bangsa yang berdaulat;

d. Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan

masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui

musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya

yang mendahulukan kepentingan perorangan;

e. Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang

membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial.

3.2.4 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum

Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa

tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga

rakyat Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan

keamanan adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan

14

Page 15: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat

semesta (sishankamrata).

Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara,

wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh

pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk

menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa

dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada

kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan

sendiri.

Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan

dari rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah

pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai paradigma pembangunan

pertahanan keamanan telah diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam

UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara.

Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak

pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan dan

tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah konstitusi, yang di

dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi-muatan konstitusi, yaitu:

a. adanya perlindungan terhadap HAM,

b. adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar, dan

c. adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga

mendasar.Sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat rumusan

Pancasila, Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari UUD 1945 atau

merupakan bagian dari hukum positif. Dalam kedudukan yang demikian, ia

mengandung segi positif dan segi negatif. Segi positifnya, Pancasila dapat

dipaksakan berlakunya (oleh negara); segi negatifnya, Pembukaan dapat

diubah oleh MPR—sesuai dengan ketentuan Pasal 37 UUD 1945.

15

Page 16: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

Hukum tertulis seperti UUD—termasuk perubahannya—, demikian juga UU dan

peraturan perundang-undangan lainnya, harus mengacu pada dasar negara (sila – sila

Pancasila dasar negara).

Dalam kaitannya dengan ‘Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum’,

hukum (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk tidak dapat

dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila:

(1) Ketuhanan Yang Maha Esa,

(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,

(3) Persatuan Indonesia,

(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan,

(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan

perwujudan atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya,

substansi produk hukum merupakan karakter produk hukum responsif (untuk

kepentingan rakyat dan merupakan perwujuan aspirasi rakyat).

3.2.5 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama

Bangsa

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama Bangsa

Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun, bahkan predikat

ini menjadi cermin kepribadian bangsa kita di mata dunia internasional. Indonesia

adalah Negara yang majemuk, bhinneka dan plural. Indonesia terdiri dari beberapa

suku, etnis, bahasa dan agama namun terjalin kerja bersama guna meraih dan mengisi

kemerdekaan Republik Indonesia kita.

Namun akhir-akhir ini keramahan kita mulai dipertanyakan oleh banyak kalangan

karena ada beberapa kasus kekerasana yang bernuansa Agama. Ketika bicara peristiwa

yang terjadi di Indonesia hampir pasti semuanya melibatkan umat muslim, hal ini

karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Masyarakat muslim di

Indonesia memang terdapat beberapa aliran yang tidak terkoordinir, sehingga apapun

16

Page 17: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

yang diperbuat oleh umat Islam menurut sebagian umat non muslim mereka seakan-

seakan merefresentasikan umat muslim.

Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya kerukunan umat

beragama perspektif Piagam Madinah pada intinya adalah seperti berikut:

(1) Semua umat Islam, meskipun terdiri dari banyak suku merupakan satu komunitas

(ummatan wahidah)

(2) Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas Islam dan

komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsi:

a. Bertentangga yang baik

b. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama

c. Membela mereka yang teraniaya

d. Saling menasehati

e. Menghormati kebebasan beragama.

Lima prinsip tersebut mengisyaratkan:

(1) Persamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara tanpa diskriminasi

yang didasarkan atas suku dan agama;

(2) pemupukan semangat persahabatan dan saling berkonsultasi dalam menyelesaikan

masalah bersama serta saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.

Dalam “Analisis dan Interpretasi Sosiologis dari Agama” (Ronald Robertson, ed.)

misalnya, mengatakan bahwa hubungan agama dan politik muncul sebagai

masalah, hanya pada bangsa-bangsa yang memiliki heterogenitas di bidang agama.

Hal ini didasarkan pada postulat bahwa homogenitas agama merupakan kondisi

kesetabilan politik. Sebab bila kepercayaan yang berlawanan bicara mengenai nilai-

nilai tertinggi (ultimate value) dan masuk ke arena politik, maka pertikaian akan mulai

dan semakin jauh dari kompromi.

Dalam beberapa tahap dan kesempatan masyarakat Indonesia yang sejak semula

bercirikan majemuk banyak kita temukan upaya masyarakat yang mencoba untuk

membina kerunan antar masayarakat. Lahirnya lembaga-lembaga kehidupan sosial

budaya seperti “Pela” di Maluku, “Mapalus” di Sulawesi Utara, “Rumah Bentang” di

Kalimantan Tengah dan “Marga” di Tapanuli, Sumatera Utara, merupakan bukti-bukti

kerukunan umat beragama dalam masyarakat.

17

Page 18: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

Ke depan, guna memperkokoh kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia

yang saat ini sedang diuji kiranya perlu membangun dialog horizontal dan dialog

Vertikal. Dialog Horizontal adalah interaksi antar manusia yang dilandasi dialog untuk

mencapai saling pengertian, pengakuan akan eksistensi manusia, dan pengakuan akan

sifat dasar manusia yang indeterminis dan interdependen.

Identitas indeterminis adalah sikap dasar manusia yang menyebutkan bahwa posisi

manusia berada pada kemanusiaannya. Artinya, posisi manusia yang bukan sebagai

benda mekanik, melainkan sebagai manusia yang berkal budi, yang kreatif, yang

berbudaya.

3.2.6 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK

Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya

maka manusia mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). IPTEK

pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreatifitas rohani manusia. Unsur jiwa (rohani)

manusia meliputi akal, rasa dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia

yang berhubungan dengan intelektualitas, rasa merupakan hubungan dalam bidang

estetis dan kehendak berhubungan dengan bidang moral (etika).

Atas dasar kreatifitas akalnya itulah maka manusia mengembangkan IPTEK untuk

mengolah kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu

tujuan yang esensial dari IPTEK adalah semata-mata untuk  kesejahteraan umat

manusia. Dalam masalah ini pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai bagi

pengembangan IPTEK demi kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan IPTEK

sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral ketuhanan dan

kemanusiaan yang adil dan beradab dari sila-sila yang tercantum dalam pancasila.

Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah

menjadi sistem etika dalam pengembangan IPTEK. 

a. Sila ketuhanaan yang maha esa.

Sila ini mengklomentasikan ilmu pengetahuan, menciptakan sesuatu

berasarkan pertimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan

kehendak. Berdasarkan sila ini IPTEK  tidak hanya memikirkan apa yang 18

Page 19: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

ditemukan dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksudnya

dan akibatnya apakah merugikan manusia disekitarnya atau tidak. Sila ini

menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagi pusatnya melainkan

sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya (T.Jacob, 1986).

Contoh perkembangan IPTEK dari sila ketuhanan yang maha esa adalah

ditemukannya teknologi transfer inti sel atau yang dikenal dengan teknologi

kloning yang dalam perkembangannya pun masih menuai kotroversi.

Persoalannya adalah terkait dengan adanya “intervensi penciptaan” yang

semestinya dilakukan oleh Tuhan YME. Bagi yang beragama muslim, pada

surat An-naazi’aat ayat 11-14 diisyaratkan adannya suatu perkembangan

teknologi dalam kehidupan manusia yang mengarahkan pada kehidupan

kembali dari tulang belulang. “apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami

telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?”, mereka berkata “kalau

demikian itu adalah suatu pengembalian yang merugikan”. Sesungguhnya

pengembalian itu hanya satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka

hidup kembali di permukaan bumi”.

b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab

Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan

IPTEK haruslah bersifat beradab. IPTEK adalah sebagai hasil budaya manusia

yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu pengembangan IPTEK harus

didasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan manusia. IPTEK bukan

untuk kesombongan, kecongkakan dan keserakahan manusia namun harus

diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia. 

c. Sila persatuan indonesia

Mengklomentasikan universal dan internasionalisme (kemanusiaan) dr sila-

sila lain. Pengembangan IPTEK diarahkan demi kesejahteraan umat manusia

termasuk di dalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia. Pengembangan IPTEK

hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta

keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia.

Contohnya seperti lima website yang telah mempermudah gerakan revolusi

di abad 21 ini. Ada Wikileaks, Facebook, Twitter, Blog,  dan Video Sharing.

19

Page 20: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

Terkait dengan sila persatuan Indonesia GERAKAN 100% CINTA

INDONESIA dan Gerakan 1000000 facebookers Dukung tetap bayar pajak

adalah bentuk dari sekian banyaknya gerakan-gerakan social network yang

menpersatukan pemikiran bangsa Indonesia. 

d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

Artinya mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis. Artinya

setiap orang haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK.

Selain itu dalam pengembangan IPTEK setiap orang juga harus menghormati

dan menghargai kebebasan oranglain dan harus memiliki sikap terbuka.

Artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan

penemuan teori-teori lainnya.

Contoh dalam kasus ini adalah ketika santer beredar kabar mengenai akan

dibangunnya reaktor nuklir di Indonesia. Beramai-ramai seluruh aliansi dari

berbagi daerah memberikan pernyataan pro atau kontranya mereka terhadap

rencana pembangunan ini. Bahkan melalui jejaring sosial facebook muncul

gerakan TOLAK PEMBANGUNAN REAKTOR NUKLIR di INDONESIA.

Hal seperti inilah yang seharusnya menjadi bahan permusyawarahan  bagi para

elit politik beserta rakyatnya sehingga mencapai suatu kebijakan yang

bijaksana demi kemaslahatan bangsa Indonesia sendiri. 

e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas bibit unggul padi

Cilosari dari teknik radiasi. Penemuan ini adalah hasil buah karya anak bangsa.

Diharapkan dalam perkembangan swasembada pangan ini nantinya akan

mensejahterakan rakyat Indonesia dan memberikan rasa keadilan setelah

ditingkatkannya jumlah produksi sehingga pada perjalanannya rakyat dari

berbagai golongan dapat menikmati beras berkualitas dengan harga yang

terjangkau.

3.3 Pancasila sebagai Paradigma Reformasi

20

Page 21: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

Negara Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan, yaitu menata kembali kehidupan

berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera, masyarakat

yang bermartabat kemanusiaan yang menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang

demokratis yang bermoral religius serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan dan beradab.

Reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraan kearah sumber nilai yang merupakan

platform kehidupan bersama bangsa Indonesia, yang selama ini diselewengkan demi

kekuasaan sekelompok orang, baik pada masa orde lama maupun orde baru. Proses reformasi

walaupun dalam lingkup pengertian reformasi total harus memiliki platform dan sumber nilai

yang jelas dan merupakan arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila.

21

Page 22: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pengertian Paradigma yakni asumsi-asumsi dasar dan asumsi – asumsi teoritis yang

bersifat umum (sumber nilai), sehingga sebagai sumber hukum, metode yang dalam

penerapan ilmu pengetahuan akan menentukan sifat, ciri dari ilmu tersebut. Sedangkan,

pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial,

seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan,

dan budaya (Alexander 1994).

Pancasila sebagai paradigma mempunyai kaitan yang erat dengan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara karena Pancasila mempunyai peran yang sangat

penting dalam berbagai bidang seperti dalam bidang hukum, ekonomi, sosial budaya, dan juga

pembangunan. Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem

nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir atau jelasnya sebagaisistem nilai

yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah/tujuan bagi

‘yang menyandangnya’.

4.2 SARAN

Dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang seperti dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum, dan iptek, hendaknya selalu mengacu pada Pancasila.

22

Page 23: pancasila sebagai paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Pancasila Sebagai Paradigma. http://www.empatpilarkebangsaan.web.id/pancasila-

sebagai-paradigma. diakses September 2013

Calam, Ahmad dan Sobirin. 2008. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Bermasyarakat,

Berbangsa, dan Bernegara. SAINTIKOM

Djanarko, Indri. Bab VII Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi. Fakultas Ekonomi –

Universitas Narotama Surabaya

Kartika. 2011. Pancasila sebagai Paradigma dalam Pembangunan Nasional dan

Aktualisasi Diri. http://namiho.wordpress.com/2011/04/01/pancasila-sebagai-paradigma-

dalam-pembangunan-nasional-dan-aktualisasi-diri/. diakses September 2013

Purnamasari, Nur Asmita. 2012. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK.

http://asmitagari.wordpress.com/2012/06/25/pancasila-sebagai-

paradigma-pembangunan-iptek/ . diakses September 2013

Setiyono. 2013. Makalah Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Bermasyarakat,

Berbangsa, Dan Bernegara. http://anakmudaberbagi.blogspot.com/2013/06/makalah-

pancasila-sebagai-paradigma.html . diakses September 2013

23