pancasila sebagai ideologi nasional-all-final

Upload: aypinz

Post on 09-Jul-2015

457 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONALDisusun Oleh : Aida Pinny (11090580) Ester Mangiri (11090758) Fika Fatriana (11090748) Sari Dian Puspitaningrum (11090731)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA

BAB V PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONALA. Pengertian Asal Mula Pancasila Kemajuan alam pikir manusia sebagai individu maupun kelompok telah melahirkan persamaan pemikiran dan pemahaman ke arah perbaikan nilai-nilai hidup manusia itu sendiri. Paham yang mendasar dan konseptual mengenai cita-cita hidup manusia merupakan hakikat ideologi. Dijadikannya manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa didunia ternyata membawa dampak kepada ideologi yang berbeda-beda sesuai dengan pemikiran, budaya, adat-istiadat dan nilai-nilai yang melekat dalam kehidupan masyarakat tersebut. Indonesia terlahir melalui perjalanan yang sangat panjang mulai dari masa kerajaan Kutai sampai masa keemasan Majapahit serta munculnya kerajaan-kerajaan Islam, kemudian mengalami masa penjajahan Belanda dan Jepang. Kondisi ini telah menimbulkan semangat berbangsa yang satu, bertanah air satu dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Semangat ini akhirnya menjadi latar belakang para pemimpin yang mewakili atas nama bangsa Indonesia 2

memandang pentingnya dasar filsafat negara sebagai simbol nasionalisme. Oleh karena itu secara musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur, antara lain dalam sidang BPUPKI ke-1, Sidang Panitia Sembilan yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta dan didalamnya memuat Pancasila untuk pertama kali, kemudian dibahas lagi dalam sidang BPUPKI ke-2. Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan oleh PPKI sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Kajian pengetahuan proses terjadinya Pancasila dapat ditinjau dari aspek kausalitasnya dan tinjauan perspektifnya. 1. Asal mula Langsung a. Asal mula Bahan (Kausa Materialis) adalah bahwa Pancasila bersumber dari nilai-nilai adat istiadat, budaya dan nilai religius yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. b. Asal mula Bentuk (Kausa Formalis) adalah kaitan asal mula bentuk, rumusan dan nama Pancasila sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan pemikiran Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan para anggota BPUPKI. c. Asal mula Karya (Kausa Efisien) adalah penetapan Pancasila sebagai calon dasar negara menjadi dasar negara yang sah oleh PPKI. d. Asal mula Tujuan (Kausa Finalis) adalah tujuan yang diinginkan BPUPKI, PPKI termasuk didalamnya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dari rumusan Pancasila sebelum disahkan oleh PPKI menjadi dasar negara yang sah. 2. Asal mula Tak langsung Jauh sebelum Proklamasi kemerdekaan, masyarakat Indonesia telah hidup dalam tatanan kehidupan yang penuh dengan : a. Nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusian, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. b. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang memaknai adat istiadat, kebudayaan serta nilai religius dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. c. Oleh karena itu secara tidak langsung Pancasila merupakan penjelmaan atau perwujudan bangsa Indonesia itu sendiri, karena apa yang terkandung dalam Pancasila merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia seperti yang dilukiskan oleh Ir. Soekarno dalam tulisannya Pancasila adalah lima mutiara galian dari ribuan tahun sap-sapnya sejarah bangsa sendiri.

3

3. Bangsa Indonesia Ber-Pancasila dalam Tri Prakara Dengan nilai adat-istiadat, budaya dan religius yang telah digali dan diwujudkan dalam rumusan Pancasila yang kemudian disahkan sebagai dasar negara t, pada hakikatnya telah menjadikan bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam tiga Prakara atau tiga asas, yaitu : a. Pancasila Asas Kebudayaan Secara yuridis, Pancasila telah dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam hal adat-istiadat dan kebudayaan. b. Pancasila Asas Religius Toleransi beragama yang didasarkan pada nilai-nilai religius telah mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. c. Pancasila Asas Kenegaraan Karena Pancasila merupakan jati diri bangsa dan disahkan menjadi dasar negara, maka secara langsung Pancasila sebagai asas kenegaraan. B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama bangsa Indonesia sekaligus penggerak perjuangan bangsa pada masa kolonialisme. Hal ini sekaligus menjadi warna dan sikap serta pandangan hidup bangsa Indonesia hingga secara formal pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 disahkan menjadi Dasar Negara Republik Indonesia. 1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Pandangan hidup terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur, merupakan suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri. Pandangan ini berfungsi sebagai : a. Kerangka acuan, baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya. b. Penuntun dan penunjuk arah bagi bangsa Indonesia dalam semua kegiatan dan aktivitas hidup serta kehidupan disegala bidang. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia yang ber-Pancasila selalu mengembangkan potensi kemanusiaannya sebagai makhluk individu dan sosial dalam rangka mewujudkan kehidupan bersama menuju satu pandangan hidup bangsa dan negara, yaitu Pancasila. 2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

4

Pancasila sebagai dasar negara memberikan arti bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia harus berdasarkan Pancasila, semua peraturan yang berlaku dinegara Republik Indonesia juga harus bersumber pada Pancasila. Atau dengan kata lain, Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum. Oleh karena itu semua tindakan kekuasaan atau kekuatan dalam masyarakat harus berdasarkan peraturan hukum. Selanjutnya, hukum pulalah yang berlaku sebagai norma didalam negara, sehingga negara Indonesia harus dibangun menjadi negara hukum. Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum, maka Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi, yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, serta hukum positif lainnya. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut : a. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. b. Pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945 dijabarkan dalam empat pokok pikiran. c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara baik tertulis maupun tidak tertulis. d. Pancasila mengandung norma yang mengharuskan UUD 1945 mengandung isi yang diwajibkan pemerintah dan lainlain penyelenggara negara, termasuk para penyelenggara partai dan golongan fungsional memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. e. Pancasila merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, penyelenggara negara, pelaksana pemerintah termasuk penyelenggara partai dan golongan fungsional. 3. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat sebelum membentuk negara. Unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat sendiri, sehingga bangsa ini merupakan Kausa Materialis (asal bahan) Pancasila. Unsur-unsur tersebut diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara Indonesia yang berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, bukan mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain. Pancasila juga bukan hanya 5

merupakan ide atau perenungan dari seseorang saja, melainkan berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa, sehingga Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsurunsur bangsa secara komperhensif. a) Pengertian Ideologi Ideologi berasal dari kata : idea = gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita logos = ilmu Secara harafiah, ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari idea disamakan artinya dengan cita-cita . Cita-cita yang dimaksud adalah yang bersifat tetap, yang harus dicapai, sehingga cita-cita tersebut sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham. Ideologi pertama kali dikemukakan oleh Destutt de Tracy pada tahun 1796. Beliau menyebutkan Ideologie yaitu science of ideas, suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan institutional dalam masyarakat. Sedangkan Karl Marx mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial ekonomi. Pengertian ideologi secara umum dapat diartikan sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut dalam bidang politik, sosial, kebudayaan, keagamaan. Ideologi negara pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Mempunyai derajat tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan. Mewujudkan asas kerohanian, pandangan dunia, pedoman hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban. b) Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup Ciri dari ideologi tertutup bahwa atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat, isinya bukan hanya berupa nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras dan diajukan mutlak. Ciri khas dari ideologi terbuka adalah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri. Dasarnya adalah hasil musyawarah dan hasil konsensus. Oleh karena itu, ideologi terbuka sebagaimana yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia senantiasa terbuka untuk proses reformasi dalam bidang 6

kenegaraan dan senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan aspirasi, pemikiran, serta akselarasi dari masyarakat dalam mewujudkan cita-citanya. c) Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif Dari segi sosiologis, pengetahuan mengenai ideologi dikembangkan oleh Karl Mannheim yang beraliran Marx yang membedakan dua macam kategori ideologi yaitu, ideologi yang bersifat partikular dan yang bersifat komprehensif. Ideologi partikular diartikan sebagai suatu keyakinankeyakinan yang tersusun secara sistematis dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial tertentu dalam masyarakat sedangkan Ideologi komprehensif diartikan sebagai suatu pemikiran menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan sosial. Kategori kedua ini bercita-cita melakukakan transformasi secara besar-besaran menuju bentuk tertentu. Ideologi Pancasila memiliki ciri menyeluruh, yaitu tidak berpihak pada golongan tertentu bahkan Ideologi Pancasila yang dikembangkan dari nilai-nilai yang ada pada realitas bangsa Indonesia itu mampu mengakomodasikan berbagai idealisme yang berkembang dalam masyarakat tersebut. d) Hubungan Antara Filsafat dan Ideologi Ideologi sebagai suatu system pemikirian (system of tought) mencari nilai, norma dan cita-cita yang bersumbaer pada filsafat, yang bersifat mendasar dan nyata untuk diaktualisasikan, artinya mempunyai potensi kemungkinan pelaksanaan yang tinggi, sehingga dapat memberi pengaruh yang positif karena mampu membangkitkan dinamika masyarakat ke arah kemajuan. Filsafat sebagai dasar dan sumber bagi perumusan ideologi. Makna Ideologi Bagi Bangsa dan Negara Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Ideologi sangat menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara, karena ideologi membimbing bangsa dan negara untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembangunan. Hal ini disebabkan dalam ideologi terkandung suatu orientasi praksis. Ideologi akan menjadi realistis manakala terjadi orientasi bersifat dinamis antara masyarakat bangsa dengan ideologi karena dengan begitu ideologi akan bersifat terbuka dan antisipatif bahkan bersifat reformatif (senantiasa mampu mengadaptasi perrubahanperubahan sesuai dengan aspirasi bangsanya namun jika perlakuannya diletakkan sebagai nilai yang sacral maka dapat dipastikan ideologi akan menjadi tertutup, kaku, beku, dogmatis dan menguasai kehidupan bangsanya.

7

Pancasila Sebagai Ideologi Yang Reformatif, Dinamis, dan Terbuka Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita yang mendasar yang bersifat tetap sehingga tidak langsung bersifat operasional, oleh karena itu harus dieksplisitkan. Eksplisitasi dilakukan dengan menghadapkannya pada berbagai masalah melalui refleksi yang rasional sehingga terungkap makna operasionalnya. Berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila adalah : Nilai dasar, hakikat dari sila kelima Pancasila adalah merupakan esensi dari sila-sila pancasila yang bersifat universal. Nilai instrumental, merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga pelaksaannya. Nilai ini merupakan eksplisitasi lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila. Nilai praksis, merupakan realisasi nilai instrumental dalam suatu realisasi pengalaman yang bersifat nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi, yaitu : 1. Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila yang bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh (universal). 2. Dimensi normatif, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila perlu dijabarkan dalam suatu system norma. 3. Dimensi realistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. C. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN PAHAM IDEOLOGI BESAR LAINNYA DI DUNIA Ideologi Pancasila Suatu ideologi pada suatu bangsa pada hakikatnya memiliki ciri khas serta karakteristik masing-masing sesuai dengan sifat dan ciri khas bangsa itu sendiri. Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara Pancasila Manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan harkat dan martabat tidaklah mungkin untuk dipenuhinya sendiri, oleh karena itu manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Dalam pengertian inilah manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara. 8

Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan, serta nilai religius yang kemudian dikristalisasikan menjadi suatu sistem nilai yang disebut Pancasila. Pancasila, yaitu suatu negara Persatuan, suatu negara Kebangsaan serta suatu negara yang bersifat integralistik. Hakikat serta pengertian sifat-sifat tersebut adalah : 1) Paham Negara Persatuan Bangsa dan negara Indonesia terdiri atas berbagai macam unsur yang membentuknya, yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama yang secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan. Hakikat negara persatuan dalam pengertian ini adalah negara yang merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri atas berbagai macam etnis suku bangsa, golongan, kebudayaan serta agama. Negara persatuan adalah merupakan satu negara, satu rakyat, satu wilayah dan tidak terbagi-bagi, misalnya seperti negara serikat, satu pemerintahan, satu tertib hukum nasional, satu bahasa serta satu bangsa, yaitu Indonesia. Pengertian Persatuan Indonesia lebih lanjut dijelaskan secara resmi dalam Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam berita Republik Indonesia tahun II No. 7, bahwa bangsa Indonesia mendirikan negara Indonesia. Negara persatuan yaitu negara yang mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan. Bhinneka Tunggal Ika Hakikat makna Bhinneka Tunggal Ika yang memberikan suatu pengertian bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda-beda, agama yang berbeda-beda dan terdiri atas beribu-ribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun keseluruhannya adalah merupakan suatu persatuan, yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia. 2) Paham Negara Kebangsaan Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat di dunia adalah sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang memiliki sifat kodrat sebagai makhluk individu yang memiliki kebebasan dan juga sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain. Menurut Muhammad Yamin, bangsa Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu bangsa dalam panggung politik internasional, yaitu suatu bangsa yang modern yang memiliki kemerdekaan dan kebebasan, berlangsung melalui tiga fase. Fase pertama, yaitu zaman kebangsaan Sriwijaya, kedua zaman kerajaan Majapahit. Kedua zaman negara kebangsaan tersebut merupakan kebangsaan lama, dan ketiga pada gilirannya masyarakat Indonesia membentuk suatu Nationale Staat atau suatu Etat Nationale, yaitu suatu negara 9

kebangsaan Indonesia modern menurut susunan kekeluargaan berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa serta Kemanusiaan (sekarang negara Proklamasi 17 Agustus 1945) a. Hakikat Bangsa Hakikatnya adalah merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia tersebut dalam merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya. Manusia membentuk suatu bangsa karena untuk memenuhi hak kodratnya, yaitu sebagai individu dan makhluk sosial, oleh karena itu deklarasi bangsa Indonesia tidak mendasarkan pada deklarasi kemerdekaan individu sebagaimana negara liberal. b. Teori Kebangsaan Dalam tumbuh berkembangnya suatu bangsa atau juga disebut sebagai Nation, terdapat berbagai macam teori besar yang merupakan bahan komparasi bagi para pendiri negara Indonesia untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter tersendiri. Teori-teori kebangsaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Teori Hans Kohn Hans Kohn sebagai seorang ahli antropologi etnis mengemukakan teorinya tentang bangsa, yaitu terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan. 2. Teori Kebangsaan Ernest Renan Menurut Renan, pokok-pokok pikiran tentang bangsa adalah : Bahwa bangsa adalah suatu jiwa dan suatu asas kerohanian. Bahwa bangsa adalah suatu solidaritas yang besar. Bahwa bangsa adalah suatu hasil sejarah. Bahwa bangsa bukan merupakan sesuatu yang abadi. Wilayah dan ras bukanlah suatu penyebab timbulnya bangsa. Wilayah memberikan ruang dimana bangsa hidup sedangkan manusia membentuk jiwanya. Dalam kaitan inilah maka Renan kemudian menyimpulkan bahwa bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas kerohanian. Lebih lanjut Ernest Renan menegaskan bahwa faktor-faktor yang membentuk jiwa bangsa adalah : Kejayaan dan kemuliaan di masa lampau Suatu keinginan hidup bersama baik dimasa sekarang dan dimasa yang akan dating Penderitaan-penderitaan bersama sehingga semuanya itu merupakan : Le Capital Social (suatu modal sosial) bagi pembentukan dan pembinaan paham kebangsaan. Yang terpenting adalah bukan apa yang berakar di masa lampau, 10

melainkan apa yang harus dikembangkan di masa mendatang yang memerlukan : Persetujuan bersama pada waktu sekarang, musyawarah mufakat. Keinginan untuk hidup bersama. Berani memberikan suatu pengorbanan yang harus terus dikembangkan. Pemungutan suara setiap hari, yang menjadi syarat mutlak bagi hidupnya suatu bangsa serta pembinaan bangsa (Ismaun, 1981 : 38-39).

3. Teori Geopolitik oleh Frederich Ratzel Teori ini menyatakan bahwa negara merupakan suatu organisme yang hidup. Dalam bahasa Jerman disebut Lebensraum. Negara-negara besar menurut Ratzel memiliki semangat ekspansi, militerisme serta optimism. Teori ini bagi negara-negara modern, terutama Jerman, mendapat sambutan yang cukup hangat, namun sisi negatifnya menimbulkan semangat kebangsaan yang chauvinistis. 4. Negara Kebangsaan Pancasila Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan Sriwijaya, Majapahit, serta saat penjajahan oleh bangsa asing selama tiga setengah abad. Unsur masyarakat yang membentuk bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, berbagai macam adat istiadat kebudayaan dan agama yang berdiam dalam suatu wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau. Oleh karena itu, keadaan yang beraneka ragam tersebut bukanlah merupakan suatu perbedaan untuk dipertentangkan, melainkan perbedaan justru merupakan suatu daya penarik kearah suatu kerjasama persatuan dan kesatuan sehingga keanekaragaman itu justru mewujudkan suatu kerjasama yang luhur. Sintesa persatuan dan kesatuan tersebut kemudian dituangkan dalam suatu asas kerohanian yang merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama, yaitu Pancasila. 3) Paham Negara Integralistik Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu asas kebersamaan, kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian ini, kesatuan integralistik memberikan suatu prinsip bahwa negara adalah suatu kesatuan integral dari unsur-unsur yang menyusunnya, negara mengatasi semua golongan bagian-bagian yang membentuk

11

negara, negara tidak memihak pada suatu golongan betapapun golongan tersebut sebagai golongan besar. Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangan tersebut adalah sebagai berikut : Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral. Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya. Semua golongan, bagian dari anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang organis. Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya. Negara tidak memihak kepada suatu golongan atau perseorangan. Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat. Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan saja. Negara menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral. Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Yamin, 1959).4) Negara

Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa Dasar ontologis negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah hakikat manusia monopluralis yang diwujudkan dalam suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa dan negara yang integralistik dan ber-Ketuhanan yang Maha Esa (Notonagoro, 1975). Rumusan Ketuhanan yang Maha Esa sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, memberikan sifat yang khas kepada negara Kebangsaan Indonesia, yaitu bukan merupakan negara sekuler yang memisahkan antara agama dengan negara; juga bukan merupakan negara agama, yaitu negara yang mendasarkan atas agama tertentu. Kebebasan beragama dan kebebasan agama merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak, karena langsung bersumber pada martabat manusia yang berkedudukan kodrat sebagai pribadi dan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa. a. Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa Sila pertama Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, maka sila tersebut merupakan sumber nilai, dan norma dalam setiap aspek 12

penyelenggaraan negara, baik yang bersifat material maupun spiritual. Arti material antara lain, bentuk dan tujuan negara, tertib hukum dan sistem negara. Sedangkan yang bersifat spiritual antara lain moral agama dan moral penyelenggaraan agama. Pancasila adalah negara kebangsaan yang berketuhanan yang Maha Esa dalam arti memiliki kebebasan dalam memeluk agama sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-masing (Pasal 29 Ayat 1 dan 2). b. Hubungan Negara Dengan Agama Negara pada hakikatnya merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Berdasarkan kodrat tersebut, maka terdapat berbagai macam konsep tentang hubungan negara dengan agama, dan hal ini sangat ditentukan oleh dasar ontologism manusia masingmasing. Hubungan negara dengan agama menurut Pancasila Bila dirinci, maka hubungan negara dengan agama menurut negara Pancasila adalah sebagai berikut : (1)Negara adalah berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa. (2) Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan yang Maha Esa, konsekuensinya setiap warga negara memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing. (3) Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme, karena hakikatnya manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan. (4)Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama. (5)Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama, karena ketaqwaan bukan hasil paksaan bagi siapapun juga. (6)Harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam negara. (7) Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa, terutama norma-norma hukum positif maupun norma moral baik moral negara maupun moral para penyelenggara negara. (8)Negara pada hakikatnya adalah merupakan . Berkat rahmat Allah yang Maha Esa. Hubungan negara dengan agama menurut paham Theokrasi

13

Bahwa negara dengan agama tidak dapat dipisahkan. Dalam praktek kenegaraan terdapat 2 macam pengertian negara Theokrasi, yaitu : (1)Negara Theokrasi Langsung Kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas Tuhan. Adanya negara didunia ini adalah atas kehendak Tuhan dan yang memerintah adalah Tuhan. Dalam sejarah Perang Dunia II, rakyat Jepang rela mati berperang demi kaisarnya, karena menurut kepercayaan kaisar adalah anak Tuhan. Di negara Tibet pernah terjadi perebutan kekuasaan antara Pancen Lama dan Dalai Lama, merupakan penjelmaan otoritas Tuhan dalam negara dunia. (2)Negara Theokrasi Tidak Langsung Negara Theokrasi tidak langsung bukan Tuhan sendiri yang memerintah, melainkan kepala negara atau raja yang memiliki otoritas atas nama Tuhan. Dalam sejarah kenegaraan Kerajaan Belanda, raja mengemban tugas suci, yaitu kekuasaan yang merupakan amanat dari Tuhan (mission sacre) untuk memakmurkan rakyatnya. Politik yang demikian diterapkan Belanda terhadap wilayah jajahannya dan dikenal dengan Ethische Politik (politik etis). Hubungan negara dengan agama menurut Sekulerisme Istilah sekularisme pertama kali digunakan oleh penulis Inggris, George Holoyake, pada tahun 1846. Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara, bahwa negara adalah masalah keduniawian, hubungan manusia dengan manusia; sedangkan agama adalah urusan akherat yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan. Negara sekularisme menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganak-emaskan sebuah agama tertentu. Sekularisme seringkali dikaitkan dengan Era Pencerahan di Eropa dan memainkan peranan utama dalam peradaban barat. Negara-negara yang umumnya dikenal sebagai sekular antara lain Kanada, India, Perancis, Turki, dan Korea Selatan, walaupun tidak ada dari negara ini yang bentuk pemerintahannya sama satu dengan yang lainnya.5) Negara

Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Yang

14

Filsafat Pancasila merupakan penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial, serta manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Negara adalah suatu negara kebangsaan berketuhanan yang Maha Esa dan berkemanusiaan yang adil dan beradab. Sifat dan keadaan negara tersebut meliputi bentuk negara, tujuan negara, organisasi negara, kekuasaan negara, penguasa negara, warga negara, masyarakat, rakyat dan bangsa. Negara dalam pengertian ini menempatkan manusia sebagai dasar ontologis, sehingga manusia adalah sebagai asal mula negara dan kekuasaan negara. Manusia merupakan paradigm sentral dalam setiap aspek penyelenggara negara, terutama dalam pembangunan negara (pembangunan nasional).6) Negara

Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan Negara kebangsaan yang berkedaulatan rakyat berarti bahwa kekuasaan tertinggi adalah ditangan rakyat dan sistem kenegaraan dilakukan oleh suatu majelis, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Pokok-pokok Kerakyatan yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaraan negara dapat dirinci sebagai berikut : a) Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan dan hak yang sama. b) Dalam menggunakan hak-haknya selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan negara dan masyarakat. c) Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama; maka pada dasarnya tidak dibenarkan memaksakan kehendak. d) Sebelum mengambil keputusan, terlebih dulu diadakan musyawarah. e) Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah. f) Musyawarah untuk mencapai mufakat, diliputi oleh suasana dan semangat kebersamaan.7) Negara

Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan Sosial Manusia pada hakikatnya adalah adil dan beradab, yang berarti manusia harus adil terhadap diri sendiri, Tuhan, orang lain dan masyarakat serta adil terhadap lingkungan alamnya. Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa dan negara harus terwujud keadilan (keadilan sosial) yang meliputi 3 hal, yaitu : a) Keadilan distributif (keadilan membagi), yaitu negara terhadap warganya b) Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu warga terhadap negaranya untuk menaati peraturan perundangan

15

c) Keadilan komutatif (keadilan antar sesama warga negara), yaitu hubungan keadilan antar warga satu dengan lainnya secara timbal balik. Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu negara kebangsaan mengharuskan negara untuk menciptakan suatu peraturan perundangan. Sebagai negara hukum harus terpenuhi 3 syarat pokok, yaitu : pengakuan dan perlindungan atas hak asasi manusia, peradilan yang bebas dan legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya, yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 1 dan 2, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 31 ayat 1. Ideologi Liberal Akar-akar rasionalisme yaitu paham yang meletakkan rasio sebagai sumber kebenaran tertinggi, materialism yang meletakkan materi sebagai nilai tertinggi, empirisme yang mendasarkan atas kebenaran fakta empiris (yang dapat ditangkap dengan indra manusia). Istilah Hobbes disebut Homo Homini Lupus, sehingga manusia harus membuat suatu perlindungan bersama atas dasar kepentingan bersama. Hubungan Negara Dengan Agama Menurut Paham Liberalisme Negara liberal hakikatnya mendasarkan pada kebebasan individu. Negara merupakan alat atau sarana individu, sehingga masalah agama dalam negara sangat ditentukan oleh kebebasan individu. Paham liberalism dalam pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh paham rasionalisme yang mendasarkan atas kebenaran rasio. Ideologi Sosialisme Komunis Adalah sebagai bentuk reaksi atas dasar perkembangan masyarakat kapitalis sebagai hasil dari ideologi liberal. Berkembangnya paham individualism liberalism yang berakibat munculnya masyarakat kapitalis menurut paham ini mengakibatkan penderitaan rakyat, sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan rakyat kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung pemerintah. Karl Marx memandang bahwa kebebasan dan hak individu itu tidak ada. Ideologi komunisme mendasarkan pada suatu keyakinan bahwa manusia pada hakikatnya hanya makhluk sosial saja. Manusia merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas, bukan individualitas. Hubungan Negara Komunisme Dengan Agama Menurut Paham

16

Pada komunisme, dalam memandang hakikat hubungan negara dengan agama mendasarkan pada pandangan filosofi materialis dialektis dan materialis historis. Hakikat kenyataan tertinggi menurut paham komunis adalah materi. Karl Marx menyatakan bahwa manusia merupakan suatu hakikat yang menciptakan dirinya sendiri dengan menghasilkan saranasarana kehidupan, sehingga sangat menentukan dalam perubahan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan bahkan agama. Dalam pengertian ini, maka komunisme berpaham atheis, karena manusia ditentukan oleh dirinya sendiri. Agama menurut komunis adalah suatu kesadaran diri bagi manusia yang kemudian menghasilkan masyarakat negara. Oleh karena itu menurut komunisme Marxis, agama merupakan candu masyarakat (Marx, dalam Louis Leahy, 1992 : 97, 98). Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis, bahkan bersifat antithesis, melarang dan menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah materi, sehingga nilai manusia ditentukan oleh materi.

17