pammula - repository.iainpare.ac.id

97
1 PAMMULA Sastra lisan merupakan bagian dari jenis karya yang menjadi wadah penyampaian ide/gagasan kesusastraan warga dalam sebuah kebudayaan yang diturunkan secara turun temurun secara lisan. Setiap daerah di Indonesia tentu memiliki sastra lisan sebagai khasanah budaya/ ciri khas daerah tersebut. Namun, sebagai suatu karya yang dihasilkan dari mulut ke mulut, sastra lisan sulit untuk dikuasai oleh semua masyarakat. Padahal setiap budaya daerah (sastra lisan) dapat menambah eratnya ikatan solidaritas masyarakat yang bersangkutan. Menurut Boscom budaya daerah mempunyai empat peran yakni sebagai: (1) sistem proyeksi, maksudnya sebagai cerminan pemikiran secara kolektif dalam suatu masyarakat; (2) bukti autentik pranata-pranata dalam lembaga-lembaga kebudayaan; (3) alat pendidikan untuk anak

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

1

PAMMULA

Sastra lisan merupakan bagian dari jenis

karya yang menjadi wadah penyampaian

ide/gagasan kesusastraan warga dalam sebuah

kebudayaan yang diturunkan secara turun

temurun secara lisan. Setiap daerah di Indonesia

tentu memiliki sastra lisan sebagai khasanah

budaya/ ciri khas daerah tersebut. Namun, sebagai

suatu karya yang dihasilkan dari mulut ke mulut,

sastra lisan sulit untuk dikuasai oleh semua

masyarakat. Padahal setiap budaya daerah (sastra

lisan) dapat menambah eratnya ikatan solidaritas

masyarakat yang bersangkutan.

Menurut Boscom budaya daerah mempunyai

empat peran yakni sebagai: (1) sistem proyeksi,

maksudnya sebagai cerminan pemikiran secara

kolektif dalam suatu masyarakat; (2) bukti autentik

pranata-pranata dalam lembaga-lembaga

kebudayaan; (3) alat pendidikan untuk anak

Page 2: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

2

(pedagogical device), dan (4) alat kontrol agar

norma-norma masyarakat selalu dipatuhi anggota

kolektifnya (Widianti, 2008)

Meskipun memiliki peran yang cukup penting,

sastra lisan dipandang sebelah mata. Kedudukan

sastra lisan dipisahkan dari pembicaraan resmi

karena dipandang tidak sesuai dengan ciri formal

dan kualitas yang biasanya diterima dalam

pembicaraan sastra Indonesia. Hal tersebut

menurut (Yoseph, 2011), dipengaruhi oleh

dominasi tata sastra modern, dominasi estetika

humanisme universal, dan hegemoni bahasa

Indonesia.

Menilik kondisi tersebut, maka perlu ada

upaya untuk menginventarisir kebudayaan

tersebut. Salah satu upaya menginventalisir

kebudayaan yang telah dilakukan adalah dengan

menjadikan sastra lisan tersebut menjadi seni

pertunjukan. Hal ini dapat dilihat dalam tulisan

Sudewa dengan judul Transformasi Sastra Lisan ke

Dalam Seni Pertunjukan di Bali: Perspektif

Page 3: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

3

Pendidikan (Sudewa, 2014). Selain hal tersebut,

menginventalisir juga bisa dilakukan dengan cara

membukukan sastra lisan tersebut (Sukihana and

Kurniawan, 2018). Dengan membukukan sasra

lisan, maka karya tersebut akan mudah

diperkenalkan ke masyarakat luas dan menjaga

agar karya sastra tersebut abadi. Selain itu,

membukukan sastra lisan dapat memperkaya

media penyebaran bahasa daerah.

Di Sulawesi Selatan terdapat berbagai jenis

bahasa daerah. Salah satu bahasa yang menjadi

sorotan Balai Bahasa adalah bahasa Konjo. Bahasa

Konjo oleh pusat bahasa dimasukkan ke dalam

kategori hampir punah. Tentu saja ada berbagai

faktor yang menyebabkan bahasa tersebut

dikategorikan sebagai bahasa yang hampir punah,

salah satunya adalah pergeseran bahasa.

Bulukumba sendiri merupakan kawasan yang

maejmuk, masyarakatnya memiliki tingkat

pendidikan dan penguasaan bahasa yang berbeda-

beda, apalagi di Bulukumba terdapat dua bahasa

Page 4: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

4

ibu, yakni bahasa Bugis, dan bahasa Konjo.

Bahasa Konjo pada dasarnya adalah bahasa yang

digunakan oleh masyarakat di Kabupaten

Bulukumba, khususnya pada kawasan Bulukumba

bagian Timur.

Sastra lisan di Bulukumba biasa digunakan

untuk mantra, pemanggil pengantin, nyanyian

pengiring mainan tradisional, kegiatan-kegiatan

adat, ataupun lagu pengantar tidur. Di

Bulukumba, khususnya pada pengguna bahasa

Konjo; sastra lisan ini, cenderung tidak lagi

digunakan. Orang tua lebih suka memutarkan lagu

atau musik untuk menidurkan anak, ketimbang

menyanyikan dojong yang memiliki makna dan

nilai-nilai yang mendalam, serta sebagai media

pengenalan bahasa daerah kepada anak.

Salah satu, penyebab utama kepunahan

bahasa-bahasa di dunia adalah karena para orang

tua tak lagi mengajarkan bahasa ibu kepada anak-

anaknya dan tidak lagi secara aktif

menggunakannya di rumah dalam berbagai

Page 5: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

5

ranah komunikasi sehari-hari (F. Grimes B (ed.),

2000). Kedua sebab ini terkait dengan sikap dan

pemertahanan bahasa (language maintenance)

masyarakat tuturnya. Jika pilihan untuk

tidak menggunakan dan kebiasaan orang tua

untuk tidak mentransmisikan bahasa ibu kepada

anak-anaknya lemah, maka kepunahan akan lebih

cepat lagi. Oleh karena itu, upaya yang harus

dilakukan untuk mempertahankan bahasa daerah

adalah memperkenalkan budaya dan tata krama

berbahasa itu sejak dini (Wilian, 2010).

Budaya dan tata krama berbahasa bisa

diperkenalkan lewat sastra lisan. Untuk

mewujudkan hal tersebut maka perlu diketahui

jenis sastra lisan apa saja yang masih ada di

masyarakat pengguna bahasa Konjo. Selain itu,

perlu pendeskripsian tentang wujud dari sastra

lisan tersebut. Buku ini hadir untuk menjawab

pertanyaan tentang sastra lisan yang ada di

masyarakat pengguna bahasa Konjo utamanya

pada masyarakat Bontobahari dan Bontotiro.

Page 6: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

6

PANGISENGANTA

A. Sastra Lisan

Sastra adalah cerminan masyarakat yang

digambarkan oleh penciptanya dengan

menambahkan imajinasi (Nafiyah and

Mardikantoro, 2016). Pendapat lain

mengungkapkan bahwa sastra merupakan sebuah

ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah

imitasi langsung dari kehidupan. Hal ini terkait

dengan proses penciptaan seniman yang

memerlukan perjuangan mencari dan menuliskan

ide untuk menciptakan dunia baru (karya

sastra)(Jan Van Luxemburg dan Miekel Bal, 1984)

Apabila suatu karya sastra menulis secara

langsung dan persis suatu peristiwa yang terjadi di

dalam kehidupan nyata, maka karya sastra

bukanlah karya sastra melainkan suatu berita atau

sejarah. Selanjutnya Luxemburg mengatakan

Page 7: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

7

bahwa sastra bukanlah sebuah benda yang kita

jumpai, sastra adalah sebuah nama yang dengan

alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil

tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan (Jan

Van Luxemburg dan Miekel Bal, 1984). Konsep ini

secara umum memberi penekanan pada

kesepakatan, pemberian nama dan penggolongan

oleh masyarakat kepada hasil cipta seseorang

yang berkaitan dengan kebudayaan.

Karya sastra merupakan karya imajinasi

penulis, baik lisan maupun tulis (Rondiyah,

Wardani and Saddhono, 2017). Sastra menjadi alat

perekam berbagai peristiwa yang ditulis oleh

pengarang sehingga dapat menggambarkan

sejarah pada masa tersebut. Sastra lisan maupun

tulis, yang memberikan informasi, layak dijadikan

sebagai bahan-bahan dokumenter bagi studi

sejarah (Sugihastuti, 2011).

Vansina mendefiniskan sastra lisan sebagai

berbagai tuturan yang ciri-cirinya sama dengan

Page 8: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

8

karya sastra. Sastra lisan meliputi prosa, puisi,

drama lisan, dan nyanyian. Sastra lisan adalah

bagian dari tradisi lisan (oral tradition) atau yang

biasanya dikembangkan dalam kebudayaan lisan

(oral culture) berupa cerita, pesan-pesan, atau

kesaksian-kesaksian ataupun yang diwariskan

secara turun temurun melalui lisan(Yoseph, 2011).

Sastra lisan merupakan salah satu bagian dari

sastra daerah yang menjadi identitas kebudayaan

yang dimiliki oleh suatu daerah. Adanya sastra

lisan, suatu daerah memiliki nilai tradisi yang

ditinggalkan oleh para leluhur kepada generasi

pewaris budaya (Purnani and Malang, 2017).

Sastra lisan merupakan karya sastra yang ada

dalam masyarakat, yang beredar dan diwariskan

turun-temurun secara lisan. Dalam hal ini, sastra

lisan merupakan folklor. Menurut Dundes

folk merupakan suatu masyarakat yang memiliki

ciri-ciri yang sama dan budaya yang sama yang

tinggal dalam daerah tertentu, sedangkan

lore merupakan sebagian dari kebudayaan yang

Page 9: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

9

disampaikan secara temurun dari mulut ke mulut

(Danandjaja, 2002). Sastra lisan sebagai folklor

dibedakan menjadi folklor lisan, dan folklor

sebagian lisan. Folklor lisan adalah sastra lisan

yang disampaikan dari mulut ke mulut. Sedangkan,

folklor sebagian lisan adalah perpaduan sastra lisan

yang disampaikan dari mulut kemulut dengan

musik, suara, gabungan seni kata, dan pertunjukan

(Anwar, 2011).

Menurut Semi, sastra lisan yang ada di

masyarakat Indonesia sudah lama ada. Bahkan,

setelah tradisi tulis berkembang, sastra lisan masih

bisa ditemukan, baik dari segi kualitas maupun

dari segi kuantitas. Ada berbagai macam sastra

lisan di Indonesia. Melalui sastra lisan, masyarakat

dengan kreativitas yang tinggi menyatakan diri

dengan menggunakan bahasa yang indah

(Gasong, 2014).

Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik

simpulan bahwa sastra lisan adalah sebuah

ungkapan perasaan yang diungkapkan secara lisan

Page 10: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

10

melalui bahasa yang indah, dalam sebuah tradisi

atau kegiatan-kegiatan tertentu yang diwariskan

secara turun temurun.

Ciri sastra lisan adalah 1) sastra lisan

bergantung pada penutur, mitra tutur, tempat, dan

waktu, 2) terjadi kontak fisik antara penutur

dengan mitra tutur, sarana komunikasi dilengkapi

dengan paralinguistik, 3) pencipta sastra lisan tidak

diketahui (bersifat anonim) (Muslim, 2011).

Ciri-ciri lain sastra lisan; 1) karya sastra

tersebut merupakan ide dari masyarakat tradisional

dengan pemikiran mereka yang polos dan rata-rata

dihasilkan sebelum masyarakat tersebut mengenal

aksara, 2) karya sastranya menggambarkan

kebudayaan tertentu dengan penulis anonim,

3) biasanya karya yang dihasilkan berceritakan hal-

hal khayalan, dan 4) kata-kata yang digunakan

dalam karya sastra tersebut lebih sering

menggunakan nada-nada memengaruhi dengan

perumpamaan(Endraswara, 2009).

Page 11: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

11

Sastra lisan memiliki fungsi sebagai berikut

sebagai alat pendidikan, sistem proyeksi dan

sebagai pengesah kebudayaan(Sorayah, no date)

Fungsi lainnya menurut Boscom sastra lisan

memiliki empat fungsi yakni, sebagai bentuk

hiburan, sebagai alat pengesah, dan pengawas

dalam norma masyarakat, alat pendidikan, dan alat

proyeksi dan pengesah kebudayaan (Rukesi, 2017)

Hasil kajian lain menunjukkan bahwa fungsi sastra

lisan sebagai adalah sebagai alat pendidikan,

budaya hiburan, dan sosiologi(Rukesi, 2017).

Sama halnya dengan sastra tulis sastra lisan

juga dikalsifikasikan menjadi prosa, puisi dan

drama. Setiap daerah di Indonesia memiliki sastra

lisan yang berbeda-beda, misal di Jawa sastra lisan

yang terkenal ada cerita babad, epik, dongeng,

lelembut, cerita panji, dll. Sementara sastra lisan

berbentuk puisi seperti tembang, parikan, dsb.

Sastra lisan tersebut tentulah menggunakan bahasa

Page 12: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

12

daerah sebagai media. Hal ini tentu menjadi

keunikan tersendiri untuk sastra lisan.

B. Sikap Bahasa

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan

sikap bahasa yakni teori Lambert, Garvin dan

Mathiot. Lambert (1967: 91) menyatakan bahwa

sikap bahasa tersebut terdiri dari tiga komponen

atau aspek yaitu komponen kognitif, komponen

afektif, dan komponen konatif.

Komponen kognitif berhubungan dengan

pengetahuan bahasa. Komponen afektif mengacu

pada sikap terhadap suatu bahasa (suka atau tidak

menyukai bahasanya). Komponen konatif

berhubungan dengan keterampilan seseorang

dalam menggunakan bahasa. Ketiga komponen ini

saling terkait dan untuk menentukan sikap bahasa

seseorang dapat dianalisis ketiga komponen

tersebut (Adnyana, 2018).

Menurut Garvin dan Mathiot (1968) ada tiga

karakteristik untuk mengetahui sikap bahasa tutur

Page 13: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

13

suatu bahasa yaitu: (1) kesetiaan bahasa yang

mendorong orang mempertahankan bahasanya dan

jika perlu untuk mencegah pengaruh bahasa lain;

(2) kebanggaan bahasa yang mendorong

seseorang untuk mengembangkan bahasa dan

menggunakannya sebagai simbol identitas;

(3) kesadaran akan norma yang mendorong orang

untuk menggunakan bahasa berdasarkan

konteksnya. Seseorang dituntut menggunakan

bahasanya (situasi formal) sesuai dengan kaidah

yang berlaku pada bahasa tersebut (Adnyana,

2018). Pada kajian ini, teori yang dipakai untuk

menentukan sikap bahasa masyarakat pengguna

bahasa Konjo adalah teori yang dikemukakan oleh

Lambert.

C. Pemertahanan Bahasa Daerah

Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan

secara turun temurun untuk berinteraksi dalam

suatu daerah (Azhar, 2009). Pada pasal 42 ayat 1

dijelaskan bahwa pemerintah wajib

Page 14: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

14

mengembangkan, membina, dan melindungi

bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi

fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai

perkembangan zaman, dan agar tetap menjadi

bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Pemertahanan bahasa sebagaimana yang

ditunjukkan dari hasil kajian yang dilakukan para

pakar pemeliharaan bahasa merupakan upaya

agar suatu bahasa tetap dipakai dan dihargai

terutama sebagai jati diri suatu kelompok dalam

masyarakat bahasa yang bersangkutan

(Kridalaksana, 2001).

Pemertahanan bahasa adalah kondisi ketika

sebuah kelompok dapat memertahankan, atau

melanjutkan penggunaan bahasa mereka dari

generasi ke generasi, meskipun ada kondisi yang

dapat memengaruhi mereka untuk beralih ke

bahasa lain (Jendra, 2012).

Pemertahanan bahasa diartikan sebagai

keputusan untuk tetap menggunakan bahasa

Page 15: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

15

secara kolektif oleh sebuah kelompok yang telah

menggunakan bahasa tersebut sebelumnya. Lebih

lanjut, Fasold juga menyatakan bahwa

pemertahanan bahasa ini merupakan kebalikan

atau sisi yang berlainan dari pergeseran bahasa;

yaitu di mana sebuah komunitas memutuskan

untuk mengganti bahasa yang telah digunakannya

atau memilih bahasa lain sebagai ganti bahasa

yang telah digunakannya (Fasold, 1991).

Sumarsono dan Partana mengungkapkan bahwa

dalam pemertahanan bahasa suatu komunitas

secara kolektif menentukan untuk melanjutkan

memakai bahasa yang sudah biasa dipakai

(Sumarsono dan Paina Partana, 2010).

Berdasarkan kajian sebelumnya, diperlukan

sebuah stategi untuk menghindari kepunahan

bahasa. Hal tersebut tentu berhubungan dengan

sikap pemertahanan bahasa oleh masyarakat

penuturnya. Pemertahanan bahasa merupakan

kesetiaan terhadap suatu bahasa untuk tetap

menuturkan bahasa khususnya, bahasa ibu

Page 16: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

16

(daerah) di tengah-tengah gempuran bahasa lain

yang kian populer. Pengkajian pemertahanan

bahasa biasanya mengarah kepada hubungan

kemantapan yang terjadi pada kebiasaan

berbahasa dengan proses psikologis, sosial, dan

budaya yang sedang berlangsung pada saat

masyarakat bahasa yang berbeda berhubungan

satu sama lain (Selvia, 2009).

Page 17: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

17

SASTRA LISAN BERBAHASA KONJO

Di Indonesia terdapat 742 bahasa daerah.

Semua bahasa tersebut dilindungi oleh negara

sebagai bagian dari kebudayaan bangsa.

Sayangnya, meskipun dilindungi, banyak dari

bahasa daerah di Indonesia yang nyaris punah.

Bahkan ada yang sudah punah karena

penggunanya tidak lagi menggunakan bahasa

tersebut sebagai bahasa pertama. Data dari

Ethnologue: Language of The Word (2005)

menunjukkan bahwa dari sekian banyaknya

bahasa daerah di Indonesia, hanya 737 bahasa

yang masih digunakan oleh penuturnya.

Di Sulawesi Selatan terdapat 14 bahasa

daerah, yakni bahasa Makassar, Bugis, Bajo, Bone

Rate, Bugis De, Laiyolo, Lemolang, Mandar,

Masserengpulu, Rampi, Seko, Toraja, dan Wotur

(Pusat Bahasa). Dari 14 bahasa daerah tersebut,

bahasa Konjo digolongkan ke dalam bahasa yang

nyaris punah. Bahasa Konjo terdiri atas tiga dialek,

Page 18: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

18

yaitu dialek Bira, dialek Ara, dan dialek Kajang

dengan persentase perbedaan antardialek tersebut

berkisar antara 61%—67%. Perbedan dialek

tersebut tentu menjadi satu khasanah tersendiri,

dalam penggunaan bahasa daerah di masyarakat

pengguna bahasa Konjo.

Berdasarkan penghitungan dialektometri,

isolek Konjo merupakan sebuah bahasa dengan

persentase antara 81%—100% jika dibandingkan

dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi

Selatan. Meskipun kadang dianggap mirip dengan

bahasa Makssar, tetapi berdasarkan perhitungan

dialektometri bahasa Konjo dan Bahasa Makassar

memiliki persentase perbedaan sebesar 88%.

Wilayah pengguna bahasa Konjo memang

tidak sebanyak bahasa lain yang ada di Sulawesi

Selatan. Bahasa Konjo hanya digunakan oleh

sebagian masyarakat Bulukumba, khususnya

Kecamatan Bontobahari, Bontotiro, Herlang, dan

Desa Possi Tanah, Kecamatan Kajang. Sementara

di wilayah Bulukumba yang lain, menggunakan

Page 19: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

19

bahasa Bugis sebagai bahasa pertamanya.

Terdapatnya dua bahasa daerah di Bulukumba,

menjadi salah satu indikasi adanya pergeseran

bahasa yang di wilayah tersebut. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Kridalaksana (1993)

bahwa kontak bahasa dapat menyebabkan

pergeseran bahasa. Pergeseran bahasa inilah yang

akan menjadi potensi kepunahan sebuah bahasa.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh

pemerintah untuk tetap melestarikan bahasa

daerah, seperti menjadikan bahasa daerah sebagai

matapelajaran di sekolah dasar, seminar bahasa

daerah, dan sosialisasi penggunaan bahasa daerah.

Sementara untuk melestarikan sastra yang berada

di daerah, pemerintah dan perguruan tinggi juga

telah mengadakan banyak seminar-seminar tentang

kesusastraan, khususnya sastra daerah.

Melestarikan bahasa dan sastra memang

menjadi tugas pemerintah. Hal ini sesuai dengan

amanat UU pasal 42 ayat 1 yang menjelaskan

bahwa pemerintah wajib mengembangkan,

Page 20: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

20

membina, dan melindungi bahasa, dan sastra

daerah agar tetap memenuhi fungsinya dalam

kehidupan bermasyarakat sesuai perkembangan

zaman, dan agar tetap menjadi bagian dari

kekayaan budaya Indonesia.

Upaya lain yang bisa dilakukan untuk tetap

mempertahankan bahasa daerah adalah melalui

proses inventarisasi sastra lisan, sebagai wujud

produk dari bahasa daerah tersebut. Sastra lisan

mengandung nilai-nilai budaya, dan bisa menjadi

pemantik untuk seseorang untuk tetap

mempelajari bahasa daerah.

Sastra lisan sejatinya mulai diperkenalkan

sejak dini. Sebagai wujud dari bagian

mempertahankan budaya, dan bahasa.

Berdasarkan medianya, sastra dapat dibedakan

menjadi sastra lisan, dan sastra tulisan.

Dibandingkan sastra tulisan, periodisasi sastra lisan

tentu lebih lama karena sastra ini hadir jauh

sebelum orang mengenal tulisan. Keberadaan

Sastra lisan di Sulawesi Selatan sudah menjadi

Page 21: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

21

perhatian pemerintah maupun peneliti. Terbukti

dengan banyaknya penelitian-penelitian tentang

sastra lisan. Hal tersebut tentu menjadi bagian dari

pelestarian kebudayaan yang ada di Sulawesi

Selatan.

Sayangnya, pada masyarakat pengguna

bahasa Konjo, satra lisan pun tidak lagi

dilestarikan. Hal tersebut berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan penulis bahwa perubahan

pola hidup masyarakat pengguna bahasa Konjo,

telah mereduksi pemahaman masyarakat terhadap

sastra lisan. Dahulu masyarakat senang berkumpul

bersama untuk menanam kacang, mencabut

kacang, menanam jagung, memanen jagung,

mengupas kulit jagung, dsb. Dalam kegiatan

tersebut mereka sering bernyanyi bersama

(akkelong) untuk menghindari kebosanan. Begitu

pun dengan acara penyambutan tamu pernikahan;

banyaknya pernikahan lintas daerah dengan bahasa

dan budaya yang berbeda, membuat orang

perlahan meninggalkan tradisi tersebut.

Page 22: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

22

Tradisi-tradisi yang ada pada masyarakat

Konjo tersebut seiring berjalannya waktu, mulai

terkikis. Masyarakat saat berkumpul bersama, lebih

sering membahas tentang sinetron, atau pun

bergosip. Tradisi “ Akkelong” di kebun tidak lagi

dilakukan. Orang sekarang membawa radio atau hp

untuk memutar musik di kebun. Begitu pun, saat

menidurkan bayi, berkembangnya teknologi

memberi andil yang besar terhadap tidak

digunakannya lagi, “Paddojong’ saat menidurkan

anak. Orang tua lebih suka memutarkan anaknya

musik, dibandingkan menyanyikannya sendiri

sambil mengayun, bahkan sekarang telah tersedia

ayun listrik, sepaket dengan musiknya. Si anak

diayun secara otomatis, orang tua bisa melakukan

pekerjaan yang lain. Begitupun jika ada orang yang

sakit, masyarakat pengguna bahasa Konjo sering

memanggil “sanro” untuk membacakan mantra

‘baca-baca’ yang berisi doa-doa agar orang yang

sakit segera sembuh. Sekarang, jika sakit selain

Page 23: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

23

beriktihar, masyarakat lebih memilih pergi ke

pustu/ puskesmas jika dibandingkan harus

memanggil sandro.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

penulis,“akkelong’, “a’dojong”, “ a’baca-baca’ tidak

lagi dilakukan oleh penerus (kaum muda) karena

mereka memang tidak menghafal sastra lisan

tersebut. Narasumber mejelaskan bahwa mereka

dulu sering mendengarkan orang tua mereka

menyanyi, menidurkan anak, atau pun membaca

mantra tetapi mereka tidak memiliki waktu untuk

menghafalkannya karena punya kegiatan lain.

Sementara, narasumber yang lain mengatakan

bahwa orang tua mereka tidak pernah

mengajarkan tentang sastra lisan tersebut. Ada

pula narasumber yang mengaku tidak paham

dengan makna sastra lisan yang orang tua

nyanyikan sehingga tidak tertarik untuk

mempelajarinya, dan mewariskannya ke anak, dan

cucu. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap

bahasa masyarakat pengguna bahasa Konjo

Page 24: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

24

terhadap sastra lisan cenderung negatif. Hal

tersebut sesuai teori Lambert komponen kognitif

berhubungan dengan pengetahuan bahasa.

Komponen afektif mengacu pada sikap terhadap

suatu bahasa (suka atau tidak menyukai

bahasanya). Komponen konatif berhubungan

dengan keterampilan seseorang dalam

menggunakan bahasa. Ketiga komponen ini saling

terkait dan untuk menentukan sikap bahasa

seseorang dapat dianalisis ketiga komponen

tersebut.

Pada aspek kognitif masyarakat pengguna

bahasa Konjo, khususnya kerabat responden yang

masih menguasai sastra lisan tidak memiliki

pengetahuan yang mumpuni terhadap sastra lisan.

Selanjutnya dari aspek afektif atau sikap; indikator

suka dapat dilihat jika seseorang sering

menggunakannya. Namun fakta bahwa mereka

tidak mengetahui isi dari sastra tersebut, menjadi

dasar bahwa mereka tidak memiliki ketertarikan

yang besar terhadap sastra lisan. Begitupun

Page 25: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

25

dengan aspek konatif, para responden sekunder

tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk

mendendangkan/membaca kelong, dojong, dan

baca-baca.

Lebih lanjut menurut teori Garvin dan Mathiot

(1968) ada tiga karakteristik untuk mengetahui

sikap bahasa tutur suatu bahasa yaitu: (1)

kesetiaan bahasa yang mendorong orang

mempertahankan bahasanya dan jika perlu untuk

mencegah pengaruh bahasa lain; (2) kebanggaan

bahasa yang mendorong seseorang untuk

mengembangkan bahasa dan menggunakannya

sebagai simbol identitas; (3) kesadaran akan

norma yang mendorong orang untuk

menggunakan bahasa berdasarkan konteksnya.

Pada dasarnya sebagian besar keturunan

masyarakat yang masih menguasai sastra lisan

memiliki kebanggaan terhadap sastra lisan, dan

menginginkan agar sastra lisan bisa berkembang.

Namun, faktanya mereka tidak menguasai dan

Page 26: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

26

memiliki kesadaran untuk menggunakan sastra

lisan tersebut dalam kegiatan-kegiatan tertentu.

Pada hakikatnya sastra lisan bahasa Konjo

tidak hanya sekadar sebagai bagian dari tradisi

masyarakat, ataupun juga sebagai ajang hiburan,

dan obat, tetapi sastra lisan bahasa Konjo memiliki

makna yang dalam terhadap nilai-nilai lokal,

budaya, dan agama. Nilai-nilai tersebut

termanipestasi dalam kelong, dojong, dan baca-

baca. Sebut saja pada “baca-baca” pada salah satu

mantra tersebu disebutkan tentang, bagaimana

jika ingin disukai oleh orang lain, kita harus saling

menghargai (rampea golla, nakurampeko kaluku).

Golla dan Kaluku adalah dua hal yang manis, yang

akan menjadi perpaduan yang lezat jika

digabungkan. Tidak hanya itu, hampir dari semua

mantra selalu menampilkan nama nabi Muhammad

yang menunjukkan bahwa masyarakat Konjo

memang beragama Islam. Hal tersebut

menunjukkan bahwa sastra lisan memiliki fungsi

yang sangat fundamental dalam masyarakat.

Page 27: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

27

Selain berfungsi sebagai hiburan sastra lisan

bahasa Konjo berfungsi sebagai budaya,

pendidikan, sosiologis, dan agama.

Pada bagian selanjutnya akan dibahas

tentang wujud sastra lisan berbahasa Konjo yang

masih dikuasai oleh beberapa masyarakat

pengguna bahasa Konjo. Pepatah mengatakan tak

kenal maka tak sayang; setelah mengenal wujud,

fungsi sastra lisan maka semoga akan tumbuh rasa

sayang terhadap sastra lisan, terutama sastra lisan

bahasa Konjo. Rasa sayang tersebut pun semoga

bisa diwujudkan dengan implementasi untuk tetap

melestarikan sastra lisan tersebut, dan tentunya

memupuk kecintaan kita terhadap bahasa daerah

(bahasa Konjo)

Page 28: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

28

Kelong

Kelong adalah salah satu sastra lisan yang

berada di masyarakat pengguna bahasa Konjo.

Kelong ini dinyanyikan sebagai penyemangat,

penghibur diri, dan juga dipakai pada kegiatan-

kegiatan tertentu. Lagu ini biasa dinyanyikan

sendiri ataupun bersama-sama. Berikut kelong

yang diperoleh dari informan

Manna bosi manna rimbu

Cakodo-kodo, cakumba-kumba

Lampajayya assikola

Lanribajina nikanayya pangissengan deng dandeng

(1)

Artinya : Walau hujan, walau gerimis, aku tetap

pergi sekolah, saking pentingnya yang

namanya pengetahuan.

Lagu ini bercerita tentang keteguhan hati

seseorang untuk tetap pergi ke sekolah, apa pun

rintangannya karena ia tahu betapa pentingnya

Page 29: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

29

pengetahuan. Lagu ini, dinyanyikan saat akan

pergi ke sekolah untuk memberikan semangat.

Kadang dinyanyikan sendiri saat masih di rumah,

saat bersiap- siap ke sekolah, atau saat berjalan

bersama teman ke sekolah. Dahulu belum banyak

kendaraan seperti sekarang. Orang jika pergi

sekolah harus berjalan kaki, atau naik sepeda.

Berjalan kaki dengan menempuh jarak berkilo-

kilometer, tidak terlalu terasa jika dilakukan

bersama-sama, apalagi jika sambil bernyanyi.

Kelong selain dinyanyikan saat pergi

sekolah, juga kadang dinyanyikan pada saat di

kebun (menanam jagung/kacang, atau pun saat

panen). Bernyanyi sambil bekerja membuat tidak

jenuh, dan tidak mengantuk.

“Biasaa akkelong ri koko, punna anyappea

batara, punna mi’bi batara. Iyapa tanni sarring

hambang alloa. Rurungan biasa Jaju, nakke

akkelong, Jaju aggambusu, biasa todo sibali-balia

akkelong. Mingka panra’mi gambusuna Jaju, jari

talamaimma akkelong rurung. Nene’ Mammanuji

Page 30: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

30

biasa nguranga akkelong punna mi’bia batara,

akkelongmakinjomae” (SR: 75)

Berikut kelong yang dinyanyikan saat

berkebun, atau pun berkumpul bersama (lagu ini

biasa dinyanyikan sendiri ataupun bersama-sama)

Tala bojama maraeng

Pantarangan naikau

Saba ikau

Narosso cinna matangku (2)

Artinya : Saya tidak mencari lagi yang lain, selain

dirimu sebab engkau telah membuat

mataku tertarik.

Lagu ini menjelaskan tentang perasaan yang

dalam kepada seseorang. Ia telah mengikrarkan

dirinya untuk orang tersebut dengan tidak mencari

orang lain lagi. Lagu berikut juga bercerita tentang

perasaan.

Tala bojaa tuballo

Bojayya ri panreakkan

Nia’ kuboja

Page 31: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

31

Pa’mae tammaminrayya

Tala bojaa tuballo

Bojaa ri panreakkan

Nia’ kuboja

Pa’mae tammaminrayya (3)

Artinya : Saya tidak mencari yang tampan, saya

mencari ketentraman, mencari

seseorang yang tidak akan berubah 2x

Lagu ini menceritakan tentang pilihan

seseorang dalam memilih pasangan hidup, bukan

karena wajah tetapi seseorang yang bisa

memberikan ketentraman atau kebahagiaan.

Kedde nakke tau lolo

Teaja bunting tantara

Lampai bundu

Jari jandaa riboko (4)

Artinya : Seandainya saya gadis. Saya tidak ingin

menikah dengan tentara. Jika ia pergi

berperang. Saya akan menjadi janda.

Page 32: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

32

Lagu ini menceritakan tentang pilihan untuk

tidak menikah dengan tentara karena berisiko

menjadi janda, jika tentara pergi berperang. Pada

saat itu, mereka yang menyanyikan pernah melihat

tentara yang bergerilya. Mereka melihat banyak

dari tentara yang pergi tapi tidak kembali.

Pa’risi’ku lalang sura’

Limpungku lalang tulisang

Je’ne matangku

Kamma daha’ pa’lampana

Pa’risi’ku lalang sura’

Limpungku lalang tulisang

Je’ne matangku, kamma daha’ pa’lampana

(5)

Artinya : Sakitku tertuang dalam surat. Pusingku

tertuang dalam tulisan. Air mataku

seperti lendir hilangnya.

Lagu ini berkisah tentang isi hati seseorang

yang sedang merindukan seseorang yang berada

Page 33: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

33

jauh darinya. Ungkapan kerinduan seseorang yang

diungkapkannya dalam secarik surat karena ia

tidak berdaya dengan keadaan.

Jangan-janganji nummolong

Nakuare mo daengku

Suka’demi

Nakupinawang bokoanna (6)

(Hanya burung yang lewat. Saya kira

kakakku (orang yang dipuja) Hampir aku

mengikutinya)

Lagu ini bercerita tentang seseorang yang

sedang merasakan kerinduan. Hingga ia mulai

berhalusinasi. Untung ia masih bias mawas diri

Barang nakkeji ngurangi

Nakkeji lamate pacce

I kau kapang

Tenaja pangguranginnu (6)

Page 34: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

34

Artinya : Jangan-jangan tinggal aku yang

mengingat. Aku akan mati dalam rindu.

Kamu mungkin tidak mengingatku lagi.

Lagu ini menceritakan tentang perasaan seseorang

yang mulai meragu terhadap pasangannya yang

berada jauh darinya. Ia mulai berpikir bahwa

hanya tinggal dia yang merasakan kerinduan,

sementara pasangannya tidak.

Cobasaki tansingai

Sililiang tallung taung

Bombang ni tete

Tamparang nipassittei (7)

Artinya : Ayo coba saling melupakan. Saling

menghindar selama tiga tahun. Maka

ombakpun akan kita lewati, kita

bertemu di laut.

Manna malling pa,mallingna

Mana tuju pattaunna

Nitajangijia, sipela’na buru’nenna (8)

Page 35: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

35

Artinya : Meskipun lama, selama-lamanya. Biar

tujuh tahun. Tetap kutunggu dia

bercerai dengan suaminya.

Lagu ini bercerita tentang seseorang yang

menaruh hati terhadap seorang perempuan yang

telah bersuami. Ia bersedia menunggu,

meskipun lama.

Injo nai bulangia

Janjangnana jimambani

Sombalianganna

Kira-kira tana ambong (9)

Artinya: Bulan itu hanya kelihatannya dekat.

Ibarat berlayar ke tanah Ambon.

Lagu ini menceritakan tentang angan-angan

terhadap seseorang yang tampaknya dekat, dapat

diraih. Namun, hal tersebut hanyalah khayalan.

Nampa memangko kucini’

Na kukana memang

Ri kau mintu

Ta’kimbolang pa’risi’ku (10)

Page 36: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

36

Artinya: Baru melihatmu. Kukatakan memang.

Bahwa engkaulah, penawar rasa sakitku.

Kelong ini menceritakan tentang keyakinan

seseorang terhadap perasaannya terhadap orang

lain. Ia yakin orang tersebut akan menyembuhkan

lukanya. Lagu ini biasanya dinyanyikan bersama

pasangan/ atau pun untuk menggoda lawan jenis.

Kelong lain yang sering dinyanyikan untuk

pasangan

Pungkusi’ra lampammuko

Boneko ere ri mangko’

Punna ta’kembong

Assami tangnga minroku (11)

Artinya: Jika besok aku jadi pergi. Simpanlah air di

mangkuk. Jika tertumpah, berarti aku takkan

kembali.

Kelong ini berisi tentang seseorang yang

meminta ikrar pasangannya karena ia akan pergi

jauh, ia meminta pasangannya untuk setia. Ia

berkata kepada pasangannya kalau kelak ia pergi

ia berharap sang pasangan tetap setia karena jika

Page 37: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

37

tidak yakin untuk setia, maka ia takkan kembali

untuk orang tersebut.

Sura’ mami lakukiring

Dawa’ mami labicara

Batang kalengku

Kana simbangi la’dolangeng (12)

Artinya: Tinggal surat yang akan kukirim. Tinta

yang akan berbicara. Tubuhku,

sepertinya belum bisa bertemu (?)

Lagu ini tentang seseorang yang berada

jauh dari orang yang disayanginya. Ia belum bisa

kembali, sehingga hanya suratlah yang bisa

menjadi media untuk menyampaikan perasaannya.

Teako lanre mattajang

Ri silajarami bedeng

Lonna tareppe

Sombala siallo mami (13)

Page 38: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

38

Artinya: Janganlah lelah menunggu. Dia sudah di

Selayar (sudah dekat). Tinggal sehari lagi

berlayar)

Lagu ini berisi tentang sugesti/hiburan

kepada seseorang/diri sendiri agar tetap bertahan

untuk menunggu. Memberikan harapan bahwa

yang ditunggu akan segera tiba.

Jika dilihat dari struktur lirik kelong bahasa

Konjo, lagu berbahasa Konjo tidaklah panjang,

kebanyakan tersusun dari 3-4 baris. Hal tersebut

senada dengan yang disampaikan informan bahwa

kelong yang sering mereka nyanyikan tidak

panjang, hanya saja kadang diulang dua kali.

Kelong bahasa Konjo, tidak hanya

mengisahkan tentang asmara tetapi juga

memberikan kritik, prinsip atau pun membahas

kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat. Hal

tersebut dapat dilihat pada lagu berikut

Nai tommi tala pacce Tala parasi nyahana Nibokoinna Tanni pahang passabankkeng

Page 39: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

39

Nai tommi tala pacce Tala parasi nyahana Nibokoinna Tanni pahang passabankkeng (14)

Artinya: Siapa yang tidak kecewa, tidak terluka

hatinya. Dibelakangi. Tanpa tahu apa

sebabnya.

Lagu ini bercerita tentang perasaan kecewa

karena merasa diabaikan/ dibenci tanpa ada

penjelasan.

Siganra mate parea Mate pucu biralle Ka purinanna....... Siganra mate parea Mate pucu biralle Ka purinanna Ero’ ri kamanakanna (15)

Artinya : Pantas padi mati. Mati pucuk jagung. Karena seorang paman menyukai

keponakannya.

Lagu ini bercerita tentang bencana yang

terjadi ketika seseorang melanggar hukum adat

Page 40: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

40

dan agama (seorang paman menyukai/ menikahi

keponakannya).

Lambusuang rie sirina

Tapi anre pangalina

Manna nikobi

Lambusuang sirina

Tapi anre pangalina

Manna nikobi

Tannipau ri aronna (16)

Lagu ini mengisahkan tentang seseorang

yang biasanya pemalu, tapi ternyata tidak dapat

menjaga nama baik (tahu bahwa seseorang

melakukan perbuatan melanggar adat

terhadapnya) Ia membiarkannya dan tidak

memberitahukan pada orang tuanya.

Batara kalukua

Toatompi nanialle

Bansa taua

Rikalo loloanna

Page 41: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

41

Kalukua batarayya

Toatompi nanialle

Bansa taua

Rikalo loloanna (17) Artinya: Jagung, kelapa. Nanti tua baru diambil.

Seperti manusia. Nanti Dewasa.

Lagu ini mengumpamakan jagung dan

kelapa dengan perempuan. Jagung dan kelapa

bisa dipetik jika sudah waktunya. Begitu pun

dengan perempuan, ada waktu dan fase yang

harus dilalui untuk mendapatkannya.

Bukkurua mannna kukang

Jannajia dongkokannna

Bansa taua

Tangi raja tangi lau’ (18)

Lagu ini menjelaskan tentang seseorang

yang seperti burung yang meski terjadi apa pun

tetap tidak bisa melakukan apa pun/ tidak bisa

mengambil keputusan.

A’ra tonja nidalleang Tanna tajang-tajangmama Nare’ki ganna

Page 42: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

42

Dalle tea mammminawa A’ra tonja nidalleang Tanna tajang-tangmama Nareki ganna Dalle tea mammminawa (19)

Artinya : Saya juga ingin dipuja/dinanti, tapi tidak

ditunggu/diharapkan. Dia mungkin

mengira, tidak ada keberuntungan untukku.

Kelong ini dapat digolongkan ke dalam lagu

pelipur lara. Tersirat dalam lagu bahwa nasib si

penyanyi tidaklah sesuai yang ia harapkan.

Manna bulaeng tuka’nu

Manna intang pa’ladannu

Teaja nai’

Ka papaui anronnu (20)

Artinya: Meski tanggamu terbuat dari emas. Intan

tempatmu beristirahat. Saya tidak akan

naik. Karena ibumu sering mengkritik.

Lagu ini menceritakan tentang seseorang

yang sakit hati, dan berikrar untuk tidak lagi

menjalin hubungan dengan seseorang yang ibunya

selalu mengkritik/mencela.

Page 43: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

43

Cangkiri apa bunganna

Dulang apa tulisina

Nasarro kamma

Nanipa’matematei

Cangkiri apa bunganna

Dulang apa tulisina

Nasarro kamma

Nanipa’matematei (21)

Artinya : Cangkir apa motifnya? Nampan apa

tulisannya? Mengapa begitu berlebihan?

Hingga melakukannya ibarat mau mati.

Lagu ini bercerita tentang keingintahuan

seseorang terhadap perilaku seseorang yang

terlihat berlebih-lebihan. Lagu ini semacam kritikan

terhadap orang lain.

Rua sombala kutannang Rua guling kupattaja Rua balango kubuang Makkanre ngase Rua sombala kutannang Rua guling kupattaja Rua balango kubuang Makkanre ngase (22)

Page 44: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

44

Lagu ini mengisahkan tentang upaya atau

kegiatan yang dilakukan tidak sia-sia. Lagu ini

semacam ungkapan kesyukuran atas segala

nikmat yang diperoleh.

Lanu pallei sekko Injo didia Burinti sala-salayya Sombala ke’ke Lanu pallei sekko Injo didia Burinti sala-salayya Sombala ke’ke (23)

Lagu ini berkisah tentang perbuatan sepeleh

yang dilakukan seseorang yang justru berakibat

fatal, dan merugikan.

Manna tinggi kalukua

Manna pada lajang-lajaang

Kuambi’jia

Punna siri’ latappela (24)

Artinya : Biar tinggi pohon kelapa. Biar setinggi

layang-layang, tetap akan kupanjat. Jika

itu akan membuatku terhina.

Page 45: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

45

Kelong ini memiliki makna bahwa demi harga diri

meskipun rintangan begitu besar/ tinggi tetap akan

dihadapi.

Inakke anreja pole

Anre tankuturuki

Turukii jammeng

Turuki lingka rianja (25)

Artinya: Kalau saya tidak ada masalah. Semua

kuturuti. Mengikuti kesedihan. Mengikuti langka

ke akhirat.

Kelong ini berkisah tentang seseorang yang

pasrah dalam mengarungi hidup.

Jangang-jangang rate kaju

Mattangke kalekalenna

Eroi iturunna

Nadeppammempoanna (26)

Artinya: Burung di atas pohon. Bertengger sendirian. Ingin turun, tetapi tidak

punya tempat.

Kelong ini mengisahkan tentang seseorang

yang kesepian, ia ingin bergabung/ berteman

Page 46: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

46

dengan yang lain tetapi tidak ada yang ingin

menerimanya.

Selain berkisah tentang perasaan dan kritik

sosial, kelong berbahasa Konjo juga banyak

berkisah tentang kematian dan kehidupan

selanjutnya. Hal tersebut dapat dilihat pada kelong

berikut

Ngurapi kumate dara

Kuni ahang bosi-bosi

Kunikerrokkan je’nea ri kuburukku (27)

Artinya: Kapan aku meninggal muda? Dikubur saat

hujan. Diambilkan air dalam kuburku.

Inakke kunni-kunnina

Se’remami taggalakku

Mateamami

Lingkayya mami rianja (28)

Artinya : Saat ini saya tinggal satu prioritasku. Kematian dan perjalananan di akhirat

Kedde linoji simata

Page 47: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

47

Kulleji allongjorengan

Manna nisanging paccea

Langura toi (29)

Artinya: Seandainya hanya kehidupan hanya

tentang dunia, maka aku takkan gusar (?). Biar

kumiliki sendiri duka, dia mau apa.

Lagu tentang kematian dan akhirat ini

menurut HN (80) sebagai pengingat bahwa semua

orang pasti akan kembali kepada-Nya.

Lamakelong-kelongkinni

Lamananro pangurangi

Pasiu’rangi ri lino sanging lajammeng (30)

Artinya : Aku ingin menyanyi. Menyimpan ingatan.

Saling mengingatkan. Di dunia penuh

kesedihan.

Lagu ini merupakan lagu pelipur lara.

Ungkapan perasaan seseorang tentang kehidupan

yang penuh dengan kesedihan. Kelong pelipur lara

ini, lebih sering dinyanyikan seorang diri.

Page 48: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

48

Sumbanjangko nujunnu

Pakajai amala'nu

Bambangi bede

passissaya ri naraka

Artinya: Salat dan wudhulah, serta perbaiki amalmu

karena katanya panas neraka sangat

menyiksa.

Selanjutnya berikut kelong yang diketahui oleh

HN (80), menurutnya lagu ini biasa dinyanyikan

bersama saat di kebun atau saat sendiri di rumah

melakukan aktivitas seperti, mengupas. Akkelong

dilakukan agar tidak mengantuk. Berikut Kelong

yang sering dinyanyikan HN

Leko lelengjai nakke

Kumanaija ritingja

I kau tarring

Numanrampa laminjaha (31)

(Lagu ini bercerita tentang seseorang yang merendah diri dengan mengumpamakan dirinya

seperti daun sirih yang telah berwarna hitam; tidak berharga )

Page 49: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

49

Tuniaji magguliling

Ia sunggua

Empo tojji ribori'na

Kabori'na taua

Kapatanna parrasangen

Siratang tongki

Inakke Tamalanrea

Naempoi tukapetta

Nata'rampei

tutassala ribori'na

Iyamminni ballasana

Parasangen mabellayya

Manta la'kiring kuraggeljinallante

Je'ne matang laniari

Teami tantang ritana, pinjeng toppa piring

panata'lembai (kelong)

Page 50: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

50

Lagu ini bercerita tentang seseorang yang

merasakan betapa tidak menyenangkannya tinggal

berjauhan dengan orang yang dikasihi

Inni mae kamma tojeng

Kamma bombong si palapa

Konni-konnina

kamma langi nabuttayya

Inni mae kamma tojeng

Tallang batu pammaekku

Konni-konnina

kammma bente pammohena

Iyaji kukana memang

Mappijngangko riolo

Bajji riboko

Nanassala kalenna

Nassassalimi kalenna

Natunrai pa'maena

Naturukiang pamae rongo-rongona

Page 51: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

51

Taba susa taba simpung

Punna kau lanatajang

Bajikan tojji nisombalang pa'risia

Parrrisia pamaekku

Nananroangki taua

Tammatetoki

Talingka tongki riangja

Inakke kunni-kunnina sere mami ta'galaku

Mateammi

Anjayya kunaha-naha

Bajikko mapparua kampong

Mappatallu pa'rasangeng

Kodi sere,ruapi kajangengannna

Apa minni lanikana

Punna battu lamatea

Manna sahada

Page 52: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

52

bismillah tanniasseang (kelong)

Apa nibokong rianja

nika'do ripadatari

Sumbajangia

puasa tallungbangia

(kelong)

Innimae kamma tojeng

Tallang batu pammaeku

Kunni-kunnina

Kamma bente pammohana (kelong)

Kelong toa mangku manna sarro kamaseku

Nia' patuna nasangka bonena lino

Tallino tang anja moni ta suragamanu..ni...

Alla'na mami pada tari' niempoi

Pada tari' alle to'ma suragapa

Alle toang, malanre toppi parisegarayya

Page 53: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

53

Pa'rasangeng tenangsitte

Bosi tujang silabaki

Tolong si cini nasikasomberi memang

Sombereajia ma'la'ba

Tuneaji magguliling

Ia sunggua empo toji ri bori'na

Kabori'na ritaua kapatanna parasanga siruntu'na

Natirunna palleteang

Pa’risi’ku lalang sura’

limpungku lalang tulisang

je’ne matangku

kamma daha’ pa’lampana

Sementara itu JW mengungkapkan bahwa ia

kadang masih sering menyanyi saat sendiri untuk

menghibur dirinya. Meskipun begitu ia tidak

memperdengarkannya ke orang lain. Berikut wujud

kelong yang lain menurut JW

Manna bosi

Page 54: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

54

Manna rimbu

Battuja a’la’ba-la’ba

Ta’ kukullena kusa’bipanranglakkennu

Artinya: Biar hujan, biar angin. Saya tetap datang

untuk mencari nafkah.Karena tidak bisa di

tinggalkan/di saksikan.

Kelong lainnya yang masih dapat

diinventarisasi sebagai berikut:

Tere mae pandang-pandang Natimboi bunga roti Nabao kamma Rasana mae ri kaming Tere mae pandang-pandang Natimboi bunga roti Nabao kamma Rasana mae ri kaming (31)

Malla-mallai baleang

Tonda-tonda buhungana

Leko ata'na

Narako didi daserena (32)

Page 55: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

55

Remba-rembaki kalau’

Ri kampongnna Balandayya

Cinde tappanging

Caulu ta’rimba-rimba (33)

Coba sai ado’-ado’

Kalorona balanmpieng

Punna malantang

Sokko mannaha-naha (34)

Coba sai adu’adu

Kaloro’na balantia

Punna malantang

Soho’ko mannawa-nawa

Coba sai adu’adu

Kaloro’na balantia

Punna malantang

Soho’ko mannawa-nawa

Tutonnaya tusarroa

Page 56: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

56

Kamasena

Tuti dei iyya

Bajina talangerang

Coba sai adu’adu

Kaloro’na balantia

Punna malantang

Soho’ko mannawa-nawa

Coba sai adu’adu

Kaloro’na balantia

Punna malantang

Soho’ko mannawa-nawa

Punna nia kuleanna

Sa’ra dalle sa’ra tongki

Sa’ra bintoeng

Tena tommo kacinikang

Artinya: Seandainya bisa. Surut rezeki, kurang (?)

Hilang bintang, tidak terlihat juga

Raja-rajapi alloa

Page 57: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

57

Bo’dongpi raung ta’bua

Raung barua

Kukellaingi la’bu-la’bu Artinya : Raja-rajapi matahari . Nanti bundar daun

tebu. Pucuk daun kubiarkan Panjang-

panjang.

Lagu ini bercerita tentang seseorang yang belum

membiarkan anaknya/ dirinya dipinang

oleh orang lain. Menurutnya hal tersebut

belum tepat (waktunya)

Batturatemaka ri bulang

Soro bintangi limangku

Lima Pajaai

Karameng pa’dawa-dawaang

Artinya: Saya sudah dari bulan. Meminta untuk

menerawang tanganku. Tangan yang kumiliki,

jari-jarinya jago membuat sesuatu.

Malla-mallai baleang

Page 58: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

58

Tonda-tonda buhungana

Leko ata'na

Narako didi daserena

Nalisa tintoonja

Nilanggatonja pa'mae

Nakonni-konni

Pariajan pai' mami

Nurinore apa

Parusana

Nakubuang panrannuang

Sikalipali kanu nia ria tinnu

Mannatonnia

Bunga tanco nacampaga

nasirilebu bunga ballonna leo

Kunrinmae

Ininimae nilangga pammaemmae

Nakunni-nakunni

Page 59: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

59

Pariajang pai mami

Pa'rasangeng tingang sitte

Bori tingang sila'bakki

Tingang sicini nasikasombere memang

Sombereaji ma'laba

Page 60: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

60

Rarangko mae allo Ka burung-burangi cabillo

Artinya : Cerahlah matahari karena Cabillo di

kerumuni hewan sejenis serangga.

Lagu ini dinyanyikan saat menjemur kacang, jagung atau pun hasil panen lainnya saat langit terlihat mulai mendung.

Page 61: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

61

Dojong

Dojong dalam bahasa Indonesia artinya lagu

pengantar tidur untuk bayi. Dojong ini, dinyanyikan

pada saat mengayun bayi. Bayi yang dinyanyikan

dojong lebih cepat tidur dibandingkan tidak,

kadang pula si penyanyi ikut tertidur saat

menyanyikan lagu ini.

“Nikelongangi punna patinroki ana’-ana’,

biasa attoengki, tinroto’maki’ (JW) (Dinyanyikan

saat mengayun anak-anak, kalau mengayung biasa

juga si pengayung tertidur). Berikut dojong yang

diketahui oleh JW (59)

Tinro- tinroko nu cokmo

Nu makkale rodeng-rodeng

Nubakka naik

nungerang tekne’-tekne’ pakmae (1)

Artinya: Tidurlah agar gemuk

Agar badanmu seperti rodeng-rodeng.

Supaya besar membawa kebaikan.

Page 62: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

62

Laku dojong-dojong sai

Laku tarinti baji’ sai

Anakna nambia

Cucuna nambi Muhammad (2)

Artinya : Mau saya nyanyikan

Mau saya jaga lagi

Anaknya nabi kita

Cucunya nabi muhammad(2)

Tinro-tinroko nu cokmo

numakkalerondeng rodeng

Nanubakka nai nungerang tekne’-te,ne’

pakmae

Nuppakjai amala’nu sannakki bedeng

passissaya ri noraka (3)

Artinya:

Tidurlah supaya kamu gemuk

Supaya cantik

Supaya besar nanti membawa kebaikan

Page 63: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

63

Memperbanyak amal supaya tidak siksa di

neraka(3)

Pakimburu dokkongkontu

malaja’bumbera kontu

Kalebakkanu kama mami rojong-rojong. (4)

Artinya: Orang yang cemburu akan menjadi kurus

Pada akhirnya akan menjadi semut(4)

Badan besarnya seperti laba-laba

Laku tarinti baji sai

Laku dojong-dojong sako

Kutarinti baji sai

Ana’na cucunna nambi Muhammad (6)

Artinya: Akan kujaga dengan baik

Akan kutidurkan

Akan kuajaga dengan baik

Anak cucu nabi muhammad

Bulang sumarakko nai’

Nanaseoro’ balla’ku

Page 64: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

64

Nakacinikang sombere kasi-asiku

Bintoeng mumbani pole (7)

Ampasiar’ kalenna

Mattayang langi’

Majannang makkilo-kilo

Bintoeng paleng mammumba

Kukana wari-waria

Kutuju mata

Kupare’ panyeleori (8)

Cinna cinikku ri kau

Tenamo naganna rua

Rikau mintu

Takkimbong tallasakku (9)

Cinna cinikku rikau

Erang soso’ ri kali’bong

Nakukalimbu’

La’limbang padatari (10)

Page 65: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

65

Cinna cinikku ri kau

Manna la,busu assingku

Ammantang tonja

Dakka di buku-bukunnu (11)

Cinna cinikku ri kau

Tenamo naganna rua

Tokkekka cini jarre’na

Patta’gala’na (12)

Cinna ciniku inakke

Tenamo naganna rua

Harangi naung

Punna nia, ri maraeng (13)

Menurut HN (80) ia menyanyikan dojong

untuk anak, hingga cucunya. Dojong tersebut

diketahuinya secara turun temurun dari nenek dan

orang tuanya. Dulu saat orang tua menyanyi, ia

juga ikut menyanyi. Menurutnya, di masa muda ia

mengetahui banyak kelong dan dojong.

Page 66: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

66

“Ana’ na ampu biasa nidojong, punna

lanipatinroi, nitoyeng nidojong to’mi’’ (Anak dan

cucu sering dinina bobokan, jika sedang

mengayun. Mengayun sambil menyanyi) Lebih

lanjut ia mengatakan,

“Kulangereji tutoaayya a’dojong,

minahangma adojong. Lohe riolo kuisse’ mingka

kohemi kukaluppai’ (Saya hanya mendengar lagu

pengantar tidur ini dari orang tua saat menidurkan

bayi, saya juga ikut menyanyi. Dulu banyak lagu

yang saya hafal, tetapi sekarang sudah banyak

yang saya lupa)

Page 67: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

67

Berikut dojong yang diketahui oleh HN (80)

Tea to'ma

la'ma to'ma

Kamma to'ma erea

Ma'lo’llona tangmali-malianna

Ia..ia ko combong

Parisi apamo ganna combonna

nananroangki taua

Tammate tongki

talingka tongki rianja (14)

Pamaeng tunruko naung

panaung

Nyaha teako ta'bembang

Empoko naung ritudangeng ribiasanu

Ia..ia ko ri combong (15)

Kubanja-banja nujantu conbong

Page 68: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

68

Kukellaengko biasa

Biasakontu nanasemi kalenna

Ia-ia ko combong (16)

Iya iya ko (nama anak)

Punna numolongi sunggua

Tongko sama a i nakke

Numolongtoppi kupettaya

Nutimbaa (17)

Tunikammami nakke

Tunigentung ripasseya

Tunipasai', rialla' sia-siayya (18)

Kukamasekumini nakke

Nakunia' rinnimae

Nairi anging kuta'rampe kunnimae

(19)

Tannangai pela mama

Buang pakaleremama

Page 69: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

69

Sitambangae tannulangere sarrangku

(20)

Lampaki pale atuna

Natunaiki taua

Napppapadata atabatummi

sombalang (21)

Sementara itu BT (50) mengungkapkan

bahwa dojong ini juga ia dengar dari orang tua.

Ia tidak terlalu banyak menghafal kelong atau

dojong karena saat itu banyak kesibukan.

Meskipun begitu, ia masih mengingat beberapa

dojong. Berikut dojong yang dimaksud;

Tea mami

Lingkayya mami rianja

Rianja bede mappasa

Tulinona pappasangi

Naungko bede lonjokiangi nitopena

(22)

Page 70: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

70

Nakukurapako pole

lakusompoko nanutea

lakukalahing

nanudodasa kalennu (22)

Manna bulang bura tongji

Bintoeng kaballe tongji

Matanna allo nia tongja taggilingna

Kobbiii (23)

Sementara it SN (50) menjelaskan bahwa

ia mengetahui beberapa kelong dan dojong dari

ibu dan mertuanya. Meskipun tidak banyak yang

dia hafal, karena menjaga anak lebih banyak

dilakukan oleh orang tuanya. Hal tersebut

dikarenakan ia bekerja sebagai seorang guru. Ia

mengaku sering mendengarkan ibu atau mertuanya

menyanyikan lagu pengantar tidur untuk anak-

anaknya saat diayun. Jadi dojong tersebut

Page 71: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

71

dihafalnya bukan karena diajarkan, tetapi hanya

dari proses menyimak.

“Biasanjomae punna minroma battu

angajara, kulangeremi neneknu akkelong

attoeng. Gassing nilangerei jari niisse toi’

(Biasa sepulang dari mengajar saya

mendengar nenekmu (Ibunya) menyanyi

sambil mengayun. Sering didengar akhirnya

dihafal)

Berikut dojong yang diketahui SN

Ia iako (nama anak)

Teako ngaruki

Ngarrukjakoyya

Punna nia anrong dokkongnu

Ammataggeleng-gelengnnu (24)

Sementara itu SD mengungkapkan bahwa

dulu dia menguasai banyak pa’dojong waktu

Page 72: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

72

anaknya masih kecil, tetapi karena anaknya sudah

besar, ia tidak lagi menyanyikannya.

“Lohentu keddeng kelongku, wattunna lohe

ana’-ana’ mingka bakkami, tala maingmaki

akkelong paknjo” (Banyak sebenarnya laguku

waktunya banyak anak-anak, tetapi mereka

sekarang sudah besar, jadi saya tidak pernah

menyanyi lagi) . Berikut dojong yang diketahui SD

Tarang bunga maliaade

Natompolangko anrongnu

Napute kamma

Nabo’dong camere-mere (25)

Punna numolongi sunggua

Tongko sama a i nakke

Numolongtoppi kupettaya

Nutimbaa (26)

Page 73: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

73

Cinna cinikku ri kau

Tenamo naganna rua

Rikau mintu

Takkimbong tallasakku

Cinna cinikku rikau

Erang soso’ ri kali’bong

Nakukalimbu’

La’limbang padatari

Kucininu rawa je’ne

Kamma ulang pa’bo’dongnu

Kamma bintoeng

Peda-peda matannu (27)

Artinya: Kulihat engkau dalam air. Seperti bulan

lingkar wajahmu. Seperti bintang terangnya

matamu.

Page 74: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

74

Baca-baca

Mantra ‘baca-baca’ adalah sastra lisan yang

sering digunakan masyarakat pengguna bahasa

Konjo, saat ingin menyembuhkan penyakit

seseorang, atau pun berikhtihar terhadap sesuatu.

Baca-baca ini tentu hanya dianggap sebagai bagian

dari ikhtihar, penyembuhannya tentu tetap atas

kuasa yang Mahakuasa. Berbeda dengan kelong,

dan dojong, baca-baca itu tidak didendangkan.

JW ( 59) menyebutkan ada beberapa mantra

yang dia ketahui sesuai dengan penyakit yang akan

disembuhkan. Berikut mantra tersebut

“Nisapui battanga, nampa nibaca

pintallung”(Tangan diletakkan diperut dan

dibacakan mantra 3x)

Ucupang ucupang

anta’leko

alle lappa lipa’nu

ri silajara ri bondeng (Mantra ketika sakit perut)

Page 75: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

75

Laku taro bangbangna

laku dudasa’

dinginna Nabi Muhammad

ampantengi tallasa’na ya Rasulullah (Mantra

ketika demam

Sementara itu MJ (57) mengatakan bahwa

mantra ini diperoleh dari omnya yang dulu adalah

sandro di kampungnya. Menurut MJ mantra ini

tidak lagi digunakannya, ia lebih memilih membaca

ayat kursi atau surah pendek dibanding mantra

tersebut. Lebih lanjut menurutnya baca-baca

tersebut hanyalah sebuah tradisi. Ia pun mengaku

sudah banyak lupa tentang mantra yang dulu

dihafalnya.

Kau setang kau longga

Pali'palilingi kalennu

Kauji angittea, nakke talakutteko

Nakke rinanggabng kau rahanggang

Kau rinanggang, nakke rahanggang

Page 76: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

76

Kau laukang nakke rajangang

Kau ranjangngang nakke laukang

Saba' alla taala

Kumpayakun

MJ mengungkapkan bahwa mantra atau

baca-baca ini dulu dibaca saat merasa kalau ada

hantu/ jin di sekitarnya . Mantra lain pengusir

jin sebagai berikut

Tambaga sussaya

Marakatiya

Barakka lailaha illallah (pengusir jin)

Selanjutnya untuk baca-baca agar disukai

banyak orang adalah sebagai berikut

Punna sira lampammuko

Teako sirampe kodi

Rampea golla

Nakurampeko kaluku (Mantra untuk

disukai)

Page 77: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

77

Kau nabi Ibrahim

Paka dingingi nubambanga (Saat

terkena panas)

Dabbung toppi kamuruku

Nakudabbung todo rimotoroku (Saat

naik motor)

Mirua’pi banna otoa

Nakummirua’ todo

Nasaba Allah taala (Saat naik mobil

agar tidak muntah)

Yakkung lakurappakang

Ribanoanna bassia

Kullungkumpayakum

Barakka lailaha illalah (Agar berani)

Page 78: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

78

Pa’risi’nu par’risikku

Rua pa’risi nijuku

Lantang bangngia

Nanumbangun tassunge’nge’

Artinya: Sakitmu adalah sakitku. Dua sakit

bertautan. Tengah malam kamu bangun

menangis terisak-isak.

Page 79: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

79

Fungsi Sastra Lisan Bahasa Konjo

Pada hakikatnya sebuah karya sastra, baik

itu lisan maupun tulisan tidak bisa dimaknai secara

harfiah. Hal tersebut disebabkan oleh sastra

mengandung makna kias. Hal tersebut sesuai

pendapat BT (50) bahwa kelong, maupun dojong

itu punya makna yang mendalam, berisi tentang

ajaran-ajaran ataupun pengharapan.

“Nisseji battuanna, mingka susa punna

laniartikangi se’re-se’re. Inni kelongan, pa’dojonga

rie’ pangajara’na rie’ todo pangerang”

Lebih lanjut menurut BT (50) kelong ini

memiliki fungsi budaya, misalnya dinyanyikan pada

kegiatan-kegiatan berkebun, memanen, atau juga

pada acara pernikahan (menjemput pengantin)

Nai’ko mae Kupassandiangko ana’ bungaku Nalakusareko sipoko kaluku Na sitangke loka

Page 80: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

80

Kelong ini menggambarkan bahwa jika ada

seseorang yang datang dengan maksud baik, maka

tuan rumah akan menjamukan sesuatu yang lebih

baik lagi. Hal tersebut terwakili dari baris 1,2,3.

Budaya menghargai tamu sudah mendara daging

dalam masyarakat pengguna bahasa Konjo. Orang

percaya bahwa memuliakan tamu adalah bagian

dari pembuka pintu rezeki. Selanjutnya fungsi

budaya juga dapat dilihat pada lagu berikut

Tala bojama maraeng Pantarangan naikau Saba ikau Narosso cinna matangku

Kelong ini menggambarkan tentang

seseorang, jika sudah tertarik atau jatuh hati pada

seseorang, maka orang tersebut tidak akan

berpaling lagi ke yang lain. Setia kepada pasangan

adalah salah satu budaya yang ada dalam

masyarakat pengguna bahasa Konjo.

Nilai budaya juga tercermin dari kelong

berikut ini

Page 81: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

81

Manna tinggi kalukua

Manna pada lajang-lajaang

Kuambi’jia

Punna siri’ latappela

Kelong ini mengandung makna bahwa demi

harga diri meskipun rintangan begitu besar/ tinggi

tetap akan dihadapi. Hal ini menunjukkan bahwa

nilai budaya menuntun seseorang dalam

berperilaku. Budaya mempertahankan harga diri

merupakan budaya orang Konjo yang masih

dipertahankan hingga saat ini.

Selain memiliki fungsi budaya, sastra lisan

bahasa Konjo juga mengandung fungsi sosiologis.

Dalam hal ini sastra lisan bahasa Konjo

mengandung pedoman-pedoman hidup yang harus

diikuti masyarakat. Hal tersebut bisa dilihat pada

dojong berikut ini

Pakimburu dokkongkontu

Malaja’bumbera kontu

Kalebakkanu

Kamma mami rojong-rojong

Page 82: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

82

Dojong tersebut bermakna bahwa memiliki

sifat cemburu itu tidak baik, memiliki banyak

mudarat. Hal tersebut diwakili dengan baris

Malaja’bumbera kontu, Kalebakkanu, Kamma mami

rojong-rojong. Perumpamaan tersebut bukanlah hal

yang baik.

Manna bulaeng tuka’nu

Manna intang pa’ladannu

Teaja nai’

Ka papaui anronnu (Kelong)

Kelong tersebut memiliki makna bahwa

meskipun seseorang anak begitu kaya (tangga

emas, intan tempat tinggal) tidak ada yang mau

bergaul/ dekat dengannya jika orang tuanya sering

menjelekkan orang lain. Dalam bermasyarakat

sikap menjelekkan atau suka mengkritik orang lain

adalah perilaku yang sangat tidak disukai karena

dapat mengganggu keharmonisan.

Page 83: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

83

Nai tommi tala pacce Tala parasi nyahana Nibokoinna Tanni pahang passabankkeng

Kelong ini menjelaskan bahwa setiap orang

pasti akan merasakan kecewa, sakit hati jika

diabaikan tanpa tahu apa sebabnya. Dalam

kehidupan sosial komunikasi menjadi pilar yang

fundamental untuk menjaga tatanan masyarakat.

Kesalahpahaman bisa saja membuat perpecahan.

Selanjutnya fungsi sosiologi juga dapat dilihat pada

kelong berikut

Siganra mate parea

Mate pucu biralle

Ka purinanna

Siganra mate parea

Mate pucu biralle

Ka purinanna

Ero’ ri kamanakanna

Kelong ini menjelaskan tentang larangan

untuk menikahi keponakan karena akan

Page 84: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

84

menimbulkan bencana. Bencana tersebut diwakili

oleh bait “siganra mate parea, mate pucu biralle”

maksudnya pantas padi mati, jagung mati.

Perumpamaan tersebut menunjukkan bahwa

bencana yang ditimbukan cukup besar jika

melanggar aturan adat.

Sementara fungsi pendidikan dapat dilihat

dari kelong, dojong, baca-baca yang mengandung

banyak nasihat/ petuah-petuah yang dapat

dijadikan pedoman hidup.

Selanjutnya fungsi agama/moral dapat

dilihat pada kelong, dojong, dan baca-baca dapat

dilihat pada sastra lisan “mantra “ berikut

Kau laukang nakke rajangang

Kau ranjangngang nakke laukang

Saba' alla taala

Kumpayakum

Kau setang kau longga

Pali'palilingi kalennu

Kauji angittea, nakke talakutteko

Nakke rinanggabng kau rahanggang

Kau rinanggang, nakke rahanggang

Page 85: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

85

Pada dua baris terakhir “ Saba’ Allla taala”

dan kumpayakum” menunjukkan tentang

kepasrahan terhadap Allah. Kepasrahan terhadap

Sang pencipta adalah bentuk keyakinan tertinggi

seorang manusia. Selanjutnya fungsi agama bisa

dilihat dari sastra lisan berikut

Apa minni lanikana Punna battu lamatea Manna sahada bismillah tanniasseang

Kelong ini menggambarkan tentang

seseorang yang sedang gundah/menyesal,

memikirkan apa yang akan terjadi jika kematian

menghampirinya sementara mengucap sahadat dan

basmalah saja tidak tahu. Nilai agama yang terisrat

dalam kelong ini adalah sikap sadar seseorang/

tobat sebelum ajal menjemput.

Hal serupa juga bisa dimaknai dari kelong

berikut ini

Page 86: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

86

Apa nibokong rianja nika'do ripadatari Sumbajangia Puasa tallungbangia

Kelong ini juga menggambarkan tentang

keresahan seseorang tentang bekal yang akan

dibawa di alam penghisapan. Orang tersebut tahu

bahwa salat dan puasalah amalan yang akan

menyelamatkannya. Sebenarnya hampir bisa

dikatakan bahwa semua mantra berbahasa Konjo

mengandung unsur fungsi agama, karena mantra

tersebut tetaplah menyebut nama Sang pencipta

sebagai Maha Pengabul segala keinginan.

Page 87: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

87

Page 88: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

88

Pannongko’

5.1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan, dapat

disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis wujud

sastra lisan yang memiliki fungsi dengan indikasi

sebagai berikut,

1. Wujud Sastra lisan bahasa Konjo di

Kabupaten Bulukumba adalah dojong,

kelong, dan baca-baca. Kelong adalah lagu

yang dinyanyikan untuk memberikan

semangat, penyambutan, ataupun petuah.

Dojong adalah agu pengantar tidur untuk

bayi. Sementara baca-baca adalah mantra

yang dinyanyikan/dibacakan saat seseorang

sakit.

Page 89: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

89

2. Fungsi sastra lisan bahasa Konjo di

Kabupaten Bulukumba adalah fungsi

hiburan, pendidikan, sosiologis, dan agama.

3. Sikap bahasa masyarakat pengguna bahasa

Konjo terhadap sastra lisan berbahasa

Konjo adalah cenderung negatif.

4. Inventarisasi sastra lisan adalah bagian dari

upaya pemertahanan bahasa; dengan

menginventarisasi sastra lisan maka

penyebaran pengetahuan tentang sastra

lisan bahasa Konjo akan semakin mudah.

Sastra lisan bisa menjadi media untuk

menarik masyarakat untuk tetap

mempertahankan bahasanya.

5.2 Saran

Penelitian ini dapat digunakan sebagai

acuan dalam teori sastra lisan. Setelah

Page 90: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

90

penelitian dilaksanakan, peneliti memberikan

saran sebagai berikut

5.2.1 Bagi masyarakat: diharapakan tetap

melestarikan sastra lisan bahasa Konjo

sebagai bagian dari budaya daerah

5.2.2 Bagi pusat bahasa: diharapkan dapat

meningkatkan sosialisasi terhadap

pemahaman pelestarian budaya daerah,

terutama sastra lisan.

5.2.3 Bagi peneliti lanjut; agar bisa melakukan

penelitian tentang sastra lisan dalam

cakupan yang lebih luas.

Page 91: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

91

Page 92: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

92

Nene’

Nene’ku apami kihaju

Anre’maki rilino

Lantemaki rianja

Angerang sambajanta

Nene’ talakurapikki a’lampa

Tangkuitte sumara’ta

Tala kurakakki

Simpada wattungku caddi

Nene’ sannangjaki kuntu

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia Ilmu

Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta:

Grafiti.

Page 93: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

93

Fasold, R. 1984. The Sociolinguistics of

Society. Cambridge: Cambridge University

Press.

Grimes, B.F. (ed.) 2000. Ethnologue: Languages of

the World. Dallas, Texas: Summer Institute

of Linguistics, Inc.

Jendra, Made Iwan Indrawan. 2012. Sosiolinguistics

The Study Of Societies Language.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kridalaksana, Harimurti (Ed). 1986. Pengembangan

Ilmu Bahasa dan Pembinaan Bahasa. Flores.

Nusa Indah.

Luxemburg, Jan Van dan Miekel Bal.

1982. Pengantar Ilmu Sastra.

Dialihbahasakan oleh Dick Hartoko. 1984.

Jakarta: Gramedia.

Page 94: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

94

Sumarsono dan Paina Partana. 2002.

Sosiolinguistik. Yogyakarta: Penerbit Sabda.

Ras, J.J.1985. Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir.

Jakarta: Grafiti Press.

Sugihastuti.(2011). Teori Apresiasi

Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Taum, Yoseph Yapi. 2011. Studi Sastra

Lisan. Yogyakarta. Lamalera.

Wilian, Sudirman.2010. Pemertahanan Bahasa dan

Kestabilan Kedwibahasaan pada Penutur

Bahasa Sasak di Lombok. Linguistik

Indonesia, Vol 8 No.1.Hal.23-29.

Page 95: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

95

LAMPIRAN DOKUMENTASI FOTO

Page 96: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

96

Page 97: PAMMULA - repository.iainpare.ac.id

97