pajak tangguhan

18
 PAJAK TANGGUHAN (DEFERRED TAXES) A. Pendahuluan Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan memiliki kesamaan tujuan, yait u untuk menetapkan hasil ope rasi bisnis dengan pengu kuran dan rekogni si  penghasilan dan biaya. Namun ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian,  bahwa ketentuan perat uran perund ang-und angan perpaj akan tidak sekadar inst rument  pentr ansfer sumbe r daya (fungsi budgeter), akan tetap i seri ngkali pula digunakan untuk tujuan memengaruhi perilaku wajib pajak untuk investasi, kesejahteraan dan lain-lain (f ung si mengat ur ) ya ng kadan g- kad ang me rupakan al asan untuk membena rkan  penyimpangan dari standar akuntansi keuangan. Di lain pihak, atas penghasilan yang diterima atau diperoleh subjek pajak dalam tahun  pajak yang bersangkutan, baik subjek pajak orang pribadi maupun subjek pajak badan, dikenakan pajak penghasilan dan untuk menghitung pajak penghasilan tersebut, subjek  paj ak yang ber sangkutan ber kewa ji ban mengis i Surat Pemberit ahua n (SPT) yang disediakan oleh Instansi Pajak. Pada umumnya bent uk dan is i ya ng te rdapat dalam Surat pember it ahuan unt uk kepentingan perpajakan hampir tidak berbeda jauh dengan bentuk dan isi yang terdapat dalam Laporan Keuangan untuk kepenting an komer sial. Penghasil an Kena Pajak (PKP - Taxable Inco me) dihitung ber das arkan Ketent uan Per aturan Per undang- undanga n Perpaj akan (KPP P) sedang kan Penghas ilan Sebel um Pajak (PSP-  Accounting Income atau  Pretax Accounting Income atau  Pretax Book Income ) dihitung berdasarkan standar yang disusun oleh profesi yang dikenal sebaga i Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Oleh karena basis pengenaan penghasilan untuk keperluan perhitungan pajak penghasilan  berbeda dengan basis perhitungan penghasilan untuk keperluan komersial, atau dengan  perkataan lain akibat dari perbedaan rekognisi penghasilan dan biaya maka akan terdapat  perbedaan yang cukup signifikan antara kedua basis tersebut. Pajak penghasilan yang dihitu ng ber bas is pada Pengha sil an Kena Paj ak yang ses ungguhn ya dibaya r kepada  pemeri nta h dis ebut sebagai “PPh ter uta ng-  Income Tax Paya ble atau  Inc ome Tax  Liability,” sedangkan Pajak Penghasilan yang dihitung berbasis Penghasilan Sebelum Pajak disebut sebagai “Beban Pajak Penghasilan- Income Tax Expense atau Provision for  Income Taxes.” Sebagian perbedaan yang terjadi akibat perbedaan antara PPh Terutang dengan Beban Pajak yang dimaksud sepanjang menyangkut  perbedaan temporer hendaknya dilakukan  pencatatan dan tercermin dalam laporan keuangan komersial dalam akun pajak tangguhan (deferred tax)  baik aktiva pajak tangguhan maupun kewajiban pajak tangguhannya.

Upload: wahyuhermanto

Post on 12-Jul-2015

376 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 1/18

PAJAK TANGGUHAN (DEFERRED TAXES)

A. Pendahuluan

Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan memiliki kesamaan tujuan,

yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan rekognisi penghasilan dan biaya. Namun ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian,  bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak sekadar instrument

 pentransfer sumber daya (fungsi budgeter), akan tetapi seringkali pula digunakan untuk 

tujuan memengaruhi perilaku wajib pajak untuk investasi, kesejahteraan dan lain-lain(fungsi mengatur) yang kadang-kadang merupakan alasan untuk membenarkan

 penyimpangan dari standar akuntansi keuangan.

Di lain pihak, atas penghasilan yang diterima atau diperoleh subjek pajak dalam tahun

 pajak yang bersangkutan, baik subjek pajak orang pribadi maupun subjek pajak badan,dikenakan pajak penghasilan dan untuk menghitung pajak penghasilan tersebut, subjek 

  pajak yang bersangkutan berkewajiban mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) yangdisediakan oleh Instansi Pajak.

Pada umumnya bentuk dan isi yang terdapat dalam Surat pemberitahuan untuk kepentingan perpajakan hampir tidak berbeda jauh dengan bentuk dan isi yang terdapat

dalam Laporan Keuangan untuk kepentingan komersial. Penghasilan Kena Pajak (PKP-Taxable Income) dihitung berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-undanganPerpajakan (KPPP) sedangkan Penghasilan Sebelum Pajak (PSP-  Accounting Income

atau  Pretax Accounting Income atau  Pretax Book Income) dihitung berdasarkan standar 

yang disusun oleh profesi yang dikenal sebagai Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Oleh karena basis pengenaan penghasilan untuk keperluan perhitungan pajak penghasilan berbeda dengan basis perhitungan penghasilan untuk keperluan komersial, atau dengan

 perkataan lain akibat dari perbedaan rekognisi penghasilan dan biaya maka akan terdapat

 perbedaan yang cukup signifikan antara kedua basis tersebut. Pajak penghasilan yangdihitung berbasis pada Penghasilan Kena Pajak yang sesungguhnya dibayar kepada

 pemerintah disebut sebagai “PPh terutang-   Income Tax Payable atau   Income Tax Liability,” sedangkan Pajak Penghasilan yang dihitung berbasis Penghasilan Sebelum

Pajak disebut sebagai “Beban Pajak Penghasilan- Income Tax Expense atau Provision for 

 Income Taxes.”

Sebagian perbedaan yang terjadi akibat perbedaan antara PPh Terutang dengan Beban

Pajak yang dimaksud sepanjang menyangkut   perbedaan temporer hendaknya dilakukan pencatatan dan tercermin dalam laporan keuangan komersial dalam akun pajak tangguhan

(deferred tax) baik aktiva pajak tangguhan maupun kewajiban pajak tangguhannya.

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 2/18

Jones Sally M dan Rhoades Catanach Shelley C. mengungkapkan bahwa perbedaan

temporer tidak berpengaruh terhadap perhitungan beban pajak  (tax expense) tarif pajak 

efektif atau rekonsiliasi antara tarif pajak efektif dengan tarif pajak berdasarkan undang-undang. Malahan, perbedaan temporer tersebut akan menghasilkan baik aktiva pajak 

tangguhan maupun kewajiban pajak tangguhan.

B. PSAK 46-Akuntansi Pajak Penghasilan

Standar Akuntansi Keuangan mengatur masalah pajak tangguhan tersebut di PSAK 46-Akuntansi Pajak Penghasilan, yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan perhitungan

Pajak Penghasilan terutang, seperti yang diungkapkan oleh Kieso Donald E, Weygandt

Jerry J. dan Warfield Terry D, bahwa akibat perbedaan antara Standar Akuntansi

Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan pada umumnyaterdapat pula perbedaan antara Penghasilan Sebelum Pajak menurut Pembukuan (Pretax  Accounting Income) dengan Penghasilan Kena Pajak  (Taxable Income). Dengan

demikian akan terdapat pula perbedaan antara beban pajak  (tax expense) dengan pajak 

terutang (income tax payable). Selanjutnya disebutkan pula bahwa fundamen yang berkenaan dengan Akuntansi Pajak Penghasilan adalah:

1. jumlah pajak masa yang akan datang dan pajak tangguhan (Future taxable

namounts and deferred taxes).

2. jumlah pengurangan masa yang akan datang dan pajak tangguhan (Future

deductible amounts and deferred taxes).

3. penyajian Laporan Laba/Rugi (income statement presentation).

4. perbedaan spesifik (specific differences).

5. pertimbangan tarif (rate considerations).

Hal ini sesuai dengan catatan bahwa menurut Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) 109 yang juga didukung oleh  Financial Accounting Standards (FASB)

  bahwa untuk menghitung pajak tangguhan hendaknya didasarkan kepada tarif efektif 

rata-rata (the average effective tax rate) daripada menggunakan tarif marginal (marginal rates) atau menggunakan tarif orisinil seperti yang diminta oleh SFAS 96 (GAAP, 2003:hal. 616).

Beberapa terminologi dan pengertian yang digunakan dalam pembahasan yang berkenaan

dengan akuntansi keuangan dan akuntansi pajak terlihat sebagai berikut:

Beban Pajak Penghasilan (Income TaxExpense)- BP Jumlah Pajak Penghasilan yangdialokasikan untuk periode yang

  bersangkutan yang dihitung berdasarkantarif prisinal x Penghasilan Sebelum Pajak.

Pajak Penghasilan Terutang (Income TaxLiability)- PT

Jumlah Pajak Penghasilan yang dihitung  berdasarkan Tarif Orisinal x Penghasilan

Kena Pajak sesuai ketentuan peraturan

 perundang-undangan perpajakan.

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 3/18

Penghasilan Sebelum Pajak (Pretax

Accounting Income- Pretax Book Income)-PSP

Penghasilan Akuntansi sebelum dikurangi

dengan Beban Pajak Penghasilan.

Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income)-PKP

Penghasilan yang menjadi objek Pajak Penghasilan dikurangi dengan Biaya Fiskal

yang boleh dikurangkan.Efek Pajak (Tax Effects)- EP Selisih antara PPh Terutang dengan Beban

PPh akibat dari:

1. perbedaan waktu yang disebabkan

oleh perhitungan PPh Terutang danBeban PPh.

2. Kompensasi kerugian.

3. Penyesuaian yang dilakukansebelumnya.

PPh Tangguhan (Deferrred Income Taxes)Kewajiban Pajak Tangguhan – DTP

Aktiva Pajak Tangguhan- DTA

Efek pajak yang diakui pada saaat diadakan  penyesuaian dengan Beban Pajak 

Penghasilan periode yang akan datang.

Alokasi PPh Interperiode (InterperiodIncome Tax Allocation)

Alokasi Beban Pajak Penghasilan ke berbagai periode akuntansi.

Alokasi PPh Intraperiode (IntraperiodIncome Tax Allocation)

Proses membagi Beban Pajak Penghasilan pada periode yang bersangkutan berkenaan

dengan beberapa komponen yang terdapat

  pada Penghasilan sebelum Pajak yang

terkait dengan Efek Pajak Penghasilanakibat pennyesuaian yang dilakukan

sebelumnya dengan komponen tersebut.

Sebelum PSAK No. 46 diperkenalkan, orientasi yang dipergunakan oleh standar 

akuntansi dalam Akuntansi Pajak Penghasilan lebih bersifat “income statement liability

approach”, sementara pendekatan yang dipergunakan dalam PSAK No. 46 bersifat

“balance sheet liability approach”. Tentunya, perbedaan orientasi tersebut menjadi

kompleksitas baru bagi para akuntan, karena literatur lama dalam Akuntansi Pajak Penghasilan masih banyak yang menggunakan “income statement liability approach”.

Akibatnya, perubahan pendekatan tersebut tentunya menuntut perubahan pola berpikir 

 para akuntan dalam memahami esensi utama dari pengimplementasian PSAK No. 46.

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 4/18

C. Pajak Tangguhan

Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan datang yang

disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan perpajakanserta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax loss carry

 forward ) yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu.

Dampak PPh di masa yang akan datang yang perlu diakui, dihitung, disajikan dan

diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan bisa saja membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang

 pajak yang lebih besar di masa datang. Atau sebaliknya, bisa saja perusahaan membayar 

 pajak lebih besar saat ini, tetapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih

kecil di masa datang. Bila dampak pajak di masa datang tersebut tidak tersaji dalamneraca dan laba rugi, maka laporan keuangan bisa saja menyesatkan pembacanya.

C.1. Metode Penangguhan Pajak penghasilan

Metode alokasi pajak digunakan untuk mempertanggungjawabkan pengaruh-pengaruh

  pajak dan bagaimana pengaruh-pengaruh tersebut harus disajikan dalam laporankeuangan.

Ada tiga metode untuk mengalokasikan pajak, (Kieso dan Weygant, 2001 : 1067-1068)

antara lain :

C.1.a. Deferred method (Metode Penangguhan)

Metode ini menggunakan pendekatan laba rugi (income statement approach) yang

memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut pandanglaporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi baik dari

segi komersial maupun fiskal. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan waktu dan perbedaan permanen. Hasil hitungan dari pendekatan ini adalah pergerakan yang akan

diakui sebagai pajak tangguhan pada laporan laba rugi. Metode ini lebih menekankan

matching principle pada periode terjadinya perbedaan tersebut.

 Namun, perkembangan dunia bisnis dan akuntansi telah sedemikian pesatnya sehinggamuncul transaksi-transaksi yang tidak diakui dalam laporan laba rugi tetapi langsung

diakui sebagai bagian dari ekuitas misalnya keuntungan atau kerugian dari surat berharga

yang siap untuk dijual kapan saja. Apabila menggunakan pendekatan laba rugi transaksi

seperti itu tidak dapat terdeteksi, sehingga pendekatan ini dipandang kurang relevan.

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 5/18

C.1.b. Asset-liability method (Metode Aktiva-Kewajiban)

Metode ini menggunakan pendekatan neraca (balance sheet approach) yang menekankan

  pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi keuangan danmemprediksikan aliran kas pada masa yang akan datang. Pendekatan neraca memandang

  perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang neraca, yaitu  perbedaan antara saldo buku menurut komersial dan dasar pengenaan pajaknya.

Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan temporer dan perbedaan non temporer. Padametode ini terjadi pengakuan pajak tangguhan (deferred tax) atas konsekuensi pajak di

masa mendatang berupa aktiva (kewajiban) pajak tangguhan yang harus dilaporkan di

neraca. Beban pajak tangguhan dilaporkan di laba rugi bagian taksiran PPh sebagaikomponen pajak tangguhan, sedangkan penghasilan pajak tangguhan harus dilaporkan di

laba rugi sebagai komponen negatif dari beban pajak tangguhan.

C.1.c. Net-of-tax method (Metode Bersih dari Pajak)

Pada metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi pajak atas perbedaan temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaliknya diperlakukan sebagai

 penyesuaian atas nilai aktiva atau kewajiban tertentu dan penghasilan atau beban yang

terkait. Dalam metode ini, beban pajak yang disajikan dalam laporan laba rugi sama

dengan jumlah pajak penghasilan yang terhutang menurut SPT tahunan.

C.2. Kegiatan yang Dilakukan dalam Menentukan Pajak Tangguhan

Sama halnya dengan proses akuntansi lainnya, Akuntansi Pajak Tangguhan tidak terlepas

dari empat kegiatan berikut ini :

Pertama, pengakuan (recognition) yaitu standar yang mengatur bahwa dampak PPh atas  perbedaan temporer dan tax loss carry forward  (TLCF) atau kompensasi rugi harusdiakui dalam laporan keuangan. Pengakuan ini menyiratkan bahwa perusahaan pelapor 

akan memulihkan nilai tercatat aktiva pajak tangguhan atau deferred tax asset (DTA) dan

akan melunasi nilai tercatat dalam kewajiban pajak tangguhan atau deferred tax liability

(DTL) tersebut.

Aktiva pajak tangguhan dan Kewajiban pajak tangguhan yang disebabkan oleh perbedaan

temporer akan terpulihkan di masa datang karena jumlah yang akan diakui sebagai biaya

atau pendapatan akan sama antara akuntansi dan pajak, hanya berbeda alokasi waktunyasaja. Sedangkan Aktiva pajak tangguhan yang timbul dari kompensasi rugi akan

terpulihkan bila perusahaan menggunakan kompensasi rugi tersebut pada tahun di mana perusahaan memperoleh laba fiskal. Bila kompensasi rugi tersebut tidak terpakai danmenjadi hangus, maka Aktiva pajak tangguhan yang timbul harus disesuaikan.

Kedua, pengukuran (measurement ) yaitu cara menghitung jumlah yang harus dibukukan

dalam buku besar perusahaan. Dalam hal ini pajak tangguhan akan dihitung dengan

menggunakan tarif yang berlaku atau efektif akan berlaku di masa yang akan datang.Dalam praktek, biasanya pajak tangguhan dihitung dengan tarif PPh yang tertinggi yaitu

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 6/18

sebesar 30%, meskipun tarif yang sebenarnya berlaku bersifat progresif. Lapisan tarif 

PPh sebesar 10% dan 15% dianggap tidak terlalu material untuk diperhitungkan. Di

samping itu, kedua lapisan tarif PPh tersebut biasanya dipergunakan untuk menghitung pajak kini. Meskipun pajak tangguhan berkaitan dengan dampak pajak di masa datang,

namun dalam pengukurannya tidak boleh didiskonto (discounted ).

Ketiga, penyajian ( presentation) yaitu standar yang menentukan cara penyajian di dalam

laporan keuangan, baik dalam neraca ataupun laba rugi. Aktiva pajak tangguhan (DTA)atau kewajiban pajak tangguhan (DTL) harus disajikan secara terpisah dari aktiva atau

kewajiban pajak kini dan disajikan dalam unsur  non current dalam neraca. Sedangkan

 beban atau penghasilan pajak tangguhan harus disajikan terpisah dengan beban pajak kinidalam laporan keuangan.

Keempat, pengungkapan (disclosure) yaitu berkaitan dengan standar informasi yang

 perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya unsur-unsur utama

 perbedaan temporer yang menimbulkan pajak tangguhan, unsur-unsur yang dibebankan

langsung ke laba ditahan, perubahan tarif pajak dan sebagainya.

Aktiva Pajak Tangguhan dapat disamakan seperti lebih bayar pajak yang akan digantikan

di masa yang akan datang pada saat pemulihan perbedaan temporer. Sementara itu

Kewajiban Pajak Tangguhan dapat disamakan seperti kurang bayar pajak yang akandibayar di masa yang akan datang pada saat pemulihan perbedaan temporer. Kenaikan

neto aktiva pajak tangguhan menyebabkan pengurangan beban pajak perusahaan

sedangkan sebaliknya kenaikan neto kewajiban pajak tangguhan menyebabkan kenaikan beban pajak perusahaan.

Beban pajak menurut pembukuan dapat dihitung sebagai berikut:

Pajak Penghasilan Terutang

Tambah: Kenaikan neto kewajiban pajak tangguhan

Kurang: Kenaikan neto aktiva pajak tangguhan

Beban pajak menurut pembukuan

Seperti telah diuraikan sebelumnya, aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak 

tangguhan terjadi akibat perbedaan temporer antara pembukuan dan pajak sedangkan perbedaan permanen antara pembukuan dan pajak tidak mempunyai efek, baik terhadap

  perhitungan beban pajak menurut pembukuan maupun terhadap perhitungan pajak terutang. Oleh karena perbedaan permanen tidak menghasilkan pajak tangguhan, maka perhitungan beban pajak menurut pembukuan dapat juga dilakukan sebagai berikut:

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 7/18

Tambah/Kurang: Penghasilan Sebelum Pajak menurut Pembukuan

Perbedaan permanen menurut pembukuan/pajak 

Penghasilan menurut pembukuan setelah penyesuaian dengan perbedaan permanen

Kali : Tarif Pajak Beban Pajak menurut Pembukuan

C.3. Perbedaan Temporer

Sesuai namanya, perbedaan temporer merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan yang sifatnya temporer. Artinya secara keseluruhan beban atau pendapatan

akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.

Perbedaan temporer bisa bersifat koreksi positif atau koreksi negatif. Koreksi positif 

adalah koreksi yang menyebabkan penambahan laba fiskal yang akhirnya akanmenambah PPh terutang. Sedangkan koreksi negatif merupakan koreksi yang

menyebabkan pengurangan laba fiskal sehingga PPh terutang menjadi lebih kecil.

Mengingat sifatnya yang temporer, maka koreksi positif saat ini akan mengakibatkan perusahaan membayar pajak besar saat ini, tetapi akan dikompensasi (dipulihkan) dengan

 penghematan PPh terutang karena koreksi negatif di masa datang. Demikian sebaliknya.

Transaksi akuntansi yang mengakibatkan perbedaan temporer antara perlakuan akuntansi

dan perpajakan yang merupakan unsur Pajak Tangguhan diantaranya adalah perbedaanmetode penyusutan antara akuntansi dengan pajak, perbedaan perlakuan penyertaan

saham equity method menurut akuntansi dengan cost method menurut pajak, perbedaan

 pencadangan pesangon menurut PSAK No. 24 dengan perpajakan yang hanya mengakui pembebanan pesangon pada saat realisasinya, perbedaan pencadangan piutang ragu-ragu

menurut akuntansi dengan perpajakan yang hanya mengakui pembebanan piutang tak 

tertagih pada saat benar-benar tidak tertagih, dan lainnya.

Sedangkan untuk rugi fiskal yang masih dapat dikompensasi di masa datang (tax loss

carry forward ) menurut PSAK No. 46 diakui sebagai Aktiva Pajak Tangguhan (DTA)

apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang memadai

untuk dikompensasi. Atau dengan kata lain, bahwa akumulasi rugi fiskal yang terjadi  baru boleh diakui sebagai aktiva pajak tangguhan jika besar kemungkinan bisa

dikompensasi seluruhnya dengan laba fiskal dalam 5 tahun ke depan, sesuai dengan

 peraturan perpajakan yang berlaku

C.4. Kewajiban Pajak Tangguhan dan Aktiva Pajak Tangguhan

Dengan berlakunya PSAK 46, timbul kewajiban bagi perusahaan untuk menghitung dan

mengakui pajak tangguhan (deferred taxes) atas  future tax effects dengan menggunakan

 pendekatan the asset and liability method  yang berbeda dengan pendekatan income

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 8/18

 statement liability method yang sebelumnya lazim digunakan oleh perusahaan dalam

menghitung pajak tangguhan.

GAAP Handbook of Policies and Procedures (2001, hal. 783) menyebutkan bahwa penggunaan the asset and liability method  selanjutnya disebut the liability method 

mengharuskan pendekatannya berorientasi pada neraca karena pada dasarnya sasaranyang ingin diperlihatkan di sini adalah berapa sesungguhnya taksiran pajak yang akan

dibayar pada periode yang akan datang. Untuk keperluan ini, hendaknya diterapkanakuntansi pajak tangguhan yang komprehensif  (comprehensive deferred tax accounting)

yang berarti bahwa harus dipertimbangkan semua efek pajak terhadap semua

 penghasilan, biaya/pengeluaran, keuntungan/kerugian, dan lain-lain yang menimbulkan perbedaaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal sehingga

dengan demikian yang dimaksud dengan beban pajak  (tax expense) mencakup jumlah

 pajak yang terutang (taxes payable) ditambah dengan dampak pajak akibat perbedaantemporer (temporary differences) atau dengan perkataan lain:

 Jumlah seluruh taksiran pajak penghasilan (provision for income taxes) adalah jumlah pajak kini (tax currently payable-current tax expense) dan perubahan neto antara aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets) dan kewajiban pajak tangguhan (deferred tax

liabilities)-deferred tax expense or benefit.

PSAK 46 mendefinisikan beban pajak  (tax expense) yang dimaksud sama dengan

taksiran pajak penghasilan tersebut, yaitu:

 Beban pajak (tax expense) atau penghasilan pajak (tax income) adalah jumlah agregat 

 pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam

 penghitungan laba atau rugi pada satu periode.

Baik Kewajiban pajak tangguhan maupun Aktiva pajak tangguhan dapat terjadi dalam

hal-hal sebagai berikut (Zein,2007):

(1) apabila Penghasilan Sebelum Pajak (PSP- Pretax Accounting Income) lebih besar dariPenghasilan Kena Pajak (PKP- Taxable Income) maka Beban Pajak (BP- Tax Expense)

 pun akan lebih besar dari Pajak Terutang (PT- Tax Payable) sehingga akan menghasilkan

Kewajiban Pajak Tangguhan (KPT- deferred tax liability). Kewajiban Pajak Tangguhandapat dihitung dengan mengalikan perbedaan temporer dengan tarif pajak yang sesuai.

(2) Sebaliknya apabila Penghasilan Sebelum Pajak (PSP) lebih kecil dari Penghasilan

Kena Pajak (PKP) maka Beban Pajaknya (BP) akan juga lebih kecil dari Pajak Terutang(PT) sehingga akan menghasilkan Aktiva Pajak Tangguhan (APT- deferred tax assets).

Aktiva Pajak Tangguhan adalah sama dengan perbedaan temporer dengan tarif pajak 

 pada saat perbedaan tersebut terpulihkan.

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 9/18

Dengan rumus dapat dituliskan sebagai berikut:

Perbedaan Temporer Perbedaan Temporer x Tarif Hasilnya

PSP > PKP BP > PT Kewajiban Pajak  

Tangguhan (DTL)

PSP <> BP <> Aktiva Pajak Tangguhan(DTA)

C.5. Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liability)

Contoh perhitungan Kewajiban Pajak Tangguhan

Tabel penyusutan menurut akuntansi dan fiskal tahun 2008 sebagai berikut :

Aktiva Tetap Beban Penyusutan

menurut Akuntansi

Beban Penyusutan

menurut FiskalBangunan 562.500.000 1.125.000.000

Mesin 3.333.333.333 5.000.000.000

Kendaraan 1.500.000.000 1.875.000.000

Peralatan 500.000.000 625.000.000

Jumlah 5.895.833.333 8.625.000.000

Berdasarkan tabel perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus di atas, dapat

diketahui bahwa telah terjadi perbedaan temporer antara perlakuan pajak dengan

akuntansi. Mengingat bahwa beban penyusutan secara fiskal lebih besar daripada beban

 penyusutan secara akuntansi, PT XYZ akan melakukan koreksi negatif. Akibatnya,koreksi tersebut dapat menyebabkan terjadinya pengurangan laba fiskal, sehingga beban

PPh tahun berjalan menjadi lebih kecil.

Perhitungan koreksi negatif yang dapat memperkecil laba fiskal tersebut adalah sebagai berikut :

Laba akuntansi Rp 9.282.150.000

Koreksi fiskal

- penyusutan akuntansi (+) 5.895.833.333

- penyusutan fiskal (-) (8.625.000.000)Laba Fiskal Rp 6.552.983.333

Pembulatan 6.552.983.000

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 10/18

Perhitungan Pajak Penghasilan

Keterangan Akuntansi Fiskal

Laba 9.282.150.000 6.552.983.333

PPh Terutang

10 % x 50.000.000 5.000.000 5.000.000

15 % x 50.000.000 7.500.000 7.500.000

30 % x 9.182.150.000 2.754.645.000

30 % x 6.452.983.000 1.935.894.900

Jumlah PPh 2.767.145.000 1.948.394.900

Taksiran Pajak Penghasilan

Beban Pajak Kini Rp 1.948.394.900

Beban Pajak Tangguhan Rp 818.750.100Jumlah Beban Pajak Rp 2.767.145.000

Jurnal akuntansinya sebagai berikut :

Beban Pajak Kini 1.948.394.900

Beban Pajak Tangguhan 818.750.100

Hutang PPh 25/29 1.948.394.900

Kewajiban Pajak Tangguhan 818.750.100

Atau jurnal dapat dibuat sebagai berikut :

a. Menjurnal Pajak Tangguhan

Beban Pajak Tangguhan 818.750.100

Kewajiban Pajak Tangguhan 818.750.100

 b. Menjurnal Pajak Terutang

Beban pajak kini 1.948.394.900

Hutang PPh 25/29 1.948.394.900

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 11/18

C.6. Aktiva Pajak Pangguhan (Differed Tax Assets)

Munculnya aktiva pajak tangguhan apabila penghasilan sebelum pajak lebih kecil dari

 penghasilan kena pajak, yang berarti beban pajaknya akan lebih kecil dari pajak terutang.Aktiva pajak tangguhan tersebut dapat dihitung dengan cara mengalikan perbedaan

temporer dengan tarif pajak yang berlaku pada saat perbedaan tersebut dipulihkan.

Contoh perhitungan pajak tangguhan :

Penghasilan sebelum pajak PT.A pada tahun 2009 berjumlah Rp 1.100.000.000,00. Satu-satunya perbedaan temporer yang terdapat dalam perusahaan adalah pengeluaran biaya

garansi (warranty expense) yang tercatat dalam pembukuan sebesar Rp 100.000.000,00

yang dihitung dari angka penjualannya, sedangkan untuk kepentingan perpajakan yang

dihitung berdasarkan jumlah yang dibayar sebesar Rp 30.000.000,00 atau dengan

  perkataan lain perbedaan temporer yang muncul sebesar Rp.70.000.000,00 ( Rp100.000.000,00 – Rp 30.000.000,00).

Uraian Pembukuan UU Perpajakan

Penghasilan Sebelum Pajak 1.100.000.000,00 1.100.000.000,00

Biaya Garasi 100.000.000,00 30.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak 1.000.000.000,00 1.070.000.000,00

Taksiran Pajak Penghasilan

Beban Pajak Kini Rp 299.600.000Keuntungan Pajak Tangguhan Rp (19.600.000)

Jumlah Beban Pajak Rp 280.000.000

adapun jurnal dapat dibuat sebagai berikut

a. Menjurnal Pajak Tangguhan

Aktiva Pajak Tangguhan 21.000.000

Keuntungan Pajak Tangguhan 21.000.000

 b. Menjurnal Pajak Terutang

Beban pajak kini 321.000.000,00

Hutang PPh 25/29 321.000.000,00

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 12/18

D. Kompensasi kerugian

Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebahaimana telah beberapa kali diubah, terkahir dengan Undang –undang nomor 36tahun 2008 menyebutkan :

“Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun

 pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.”

Kompensasi kerugian berpengaruh pada Penghasilan Kena Pajak di masa yang akan

datang, dan efek pajaknya akibat dari kompensasi kerugian adalah menghematan pada di

masa yang akan datang (future tax saving). Realisasi keuntungan pajak dimasa yang akan

datang tergantung pada Penghasilan Kena pajak di masa yang akan dating tersebut yang

sulit diramalkan dan tidak pasti.

Terdapat persoalan menyangkut efek pajak akibat kompensasi kerugian tersbut diakui

dalam tahun pajak pada saat kerugian tersbut muncil, atau pda tahun-tahun yang akan

dating pada saat terealisasi. Terdapat pendapat umum yang menyatakan bahwakeuntungan pajak akibat kompensasi kerugian tersbut hendaknya tidak diakui sampai

 bena-benar terealisai, keciali dalam keadaan yang tidak lazim, pada saat munculnya

kompensasi kerugian tersebut dengan penuh keyakinan tanpa ragu-ragu bahwakompensasi kerugian tersebut akan terealisasi.

Hal ini dengan alas an bahwa keuntungan pajak akibat kompensai kerugian baru

diperhitungkan setelah terealisasi, dikarenakan perusahaan yang menderita kerugianmembutuhkan waktu yang cukup untuk menutupi kerugian tersebut, sehinggamenghasilkan operasional yang menguntungkan kembali. Kompensasi hanya dapat

dilakukan dalam jangka waktu 5 tahun berturut-turut. Kerugian ini dapat direalisasikan

apabila terdapat penghasilan kena pajak (laba) di periode mendatang (kewajiban pajak tangguhan) untuk kompensasinya.

Di Amerika Serikat, keuntungan pajak akibat kompensasi akan diakui apabila terdapat

kemungkinan akan direalisasikan sebesar 50% di masa yang akan dating. Dalam hal ini,

aktiva pajak tangguhan nettoakan dicatat sebagai keuntungan pajak, yang dihitung berdasarkan aktiva pajak tangguhan bruto setelah dikurangi dengan penyisihan penilaian

nihil yang otomatis menjadi aktiva pajak tangguhan neto (Zain, 2007)

Keuntungan pajak akibat kompensasi rugi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan dalam

hal kompensasi pajak tangguhan tersebut dapat dikompensasi dengan jumlah PenghasilanKena Pajak pada masa mendatang. Keuntungan pajak dihitung dengan mengalikan

  jumlah yang dapat dikompensasi tersebut dengan tarif pajak yang akan berlaku pada

  periode kompensasi terjadi. Pada saat aktiva pajak tangguhan tersebut dicatat, beban  pajaknya pun akan berkurang. Pada tahun-tahun berikutnya, pada saat penghasilan

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 13/18

terealisasi, aktiva pajak tangguhan pun akan berkurang. Keuntungan pajak karena

kompensasi kerugian tidak akan terealisasi apabila tidak terdapat Penghasilan Kena pajak 

yang memadai untuk menutupi kerugian tersebut.

Dalam PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan par. 26 menjelaskan bahwa

saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa depan memadai untuk dikompensasi.

Selanjutnya dalam Menurut PSAK 46 par. 27 diatur bahwa terdapat hal-hal yang harusdipertimbangkan dalam menentukan apakah penghasilan kena pajak akan tersedia dalam

 jumlah memadai untuk dikompensasikan :

1. Apakah perusahaan mempunyai perbedaan temporer kena pajak dalam jumlah

yang memadai, yang memungkinkan sisa kompensasi dapat digunakan sebelummasa berlakunya kadaluarsa;

2. Apakah perusahaan mungkin memperoleh laba fiskal agar saldo rugi fiskal yang

dapat dikompensasi kerugian dapat digunakan sebelum masa berlakunya daluarsa;

3. Apakah saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi timbul dari kasus-kasustertentu yang hampir tidak mungkin berulang.

Apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat

dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aktiva pajak tangguhan tidak diakui.

Paragraf 28 mengatur mengenai penilaian kembali aktiva pajak tangguhan. Pada setiap

tanggal neraca, perusahaan menilai kembali aktiva pajak tangguhan yang tidak diakui.

Perusahaan mengakui aktiva pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa depan akan tersedia untuk pemulihannya.

Berikut ini ilustrasi sederhana penerapan penghitungan aktiva pajak tangguhan atas saldo

rugi fiskal yang dapat dikompensasi. Berhubung topik pembahasan kali ini terbatas padakompensasi saldo rugi fiskal maka untuk memudahkan pemahaman diasumsikan bahwa

tidak terdapat unsur beda temporer dalam rekonsiliasi perpajakan.

Dari rekonsiliasi laba (rugi) komersial dengan laba (rugi) menurut fiskal PT A selama 5

tahun berturut-turut diperoleh gambaran sebagai berikut :

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 14/18

2006 2005 2004 2003

Laba (Rugi)

Komersial

11.000 10.500 (4.000) (12.000)

Beda Tetap :Sumbangan 300 500 100 400

Entertainment 100 300 150 800

Laba (Rugi)

Fiskal

11.400 11.300 (3.750) (10.800)

Kompensasi (3.250) (14.550) (10.800)

Laba (Akumulasi

Rugi) Fiskal

8.150 (3.250) (14.550) (10.800)

Ayat jurnal pajak tangguhan atas saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi mulai tahun

2003 sampai dengan tahun 2006 sebagai berikut :

Jurnal Dr Cr Perhitungan

Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) 3.240 (30% x 10.800)

Pajak Penghasilan Tangguhan 3.240(mencatat DTA tahun 2003)

Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) 1.125 (30% x 3.750)

Pajak Penghasilan Tangguhan 1.125(mencatat tambahan DTA 2004)

Pajak Penghasilan Tangguhan 3.390 (30% x 14.550)-(30% x3.250)

Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) 3.390

(reverse DTA - laba fiskal 2005)

Pajak Penghasilan Tangguhan 975 (30% x 3.250)

Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) 975(reverse DTA – laba fiskal 2006)

Dari ayat-ayat jurnal di atas, dapat diketahui bahwa saldo Aktiva Pajak Tangguhan di

 Neraca PT A per 31/12/2006 sudah menjadi nol seiring dengan habisnya kompensasisaldo rugi fiskal pada tahun 2006.

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 15/18

E. Pajak Tangguhan dari Penggabungan Usaha

Perbedaan temporer dapat timbul dari transaksi penggabungan usaha. Transaksi penggabungan usaha yang dicatat berdasarkan metode pembelian, selisih lebih atau

kurang jumlah uang yang dibayar dari nilai buku aset bersih yang didapat dalam transaksi

dialokasikan kepada atau dikurangkan dari aktiva atau kewajiban sehingga aktiva ataukewajiban dapat mencerminkan nilai wajarnya (harnanto, 2003). Akibatnya nilai aktiva

dan kewajiban yang tercatat berbeda dari dasar pengenaan pajak (DPP), dan harus diakui

sebagai aktiva atau kewajiban pajak tangguhan.

Sisa lebih atau kurang jumlah pembayaran dari nilai buku aktiva bersih yang sudahdialukasi atau dikurangkan dari aktiva atau kewajiban tertentu diakui sebagi goodwill

atau goodwill negative. Dalam PSAK 46, goodwill itu sendiri tidak boleh diakui sebagai

kewajiban pajak tangguhan, juga goodwill negative tidak boleh diakui sebagai aktiva pajak tangguhan.

Apabila perusahaan pengakuisisi tidak mengakui adanya aktiva pajak tangguhan pada

tanggal terjadinya transaksi penggabungan usaha, namun kemudian diakui didalam

neraca konsolidasinya, maka dalam laporan laba rugi konsolidasi harus juga diakui bebandan manfaat pajak penghasilan tangguhan.

E. Contoh Pajak Tangguhan Pada Bad Debt Expense

Secara umum akuntansi mengenal dua metode pencatatan penghapusan piutang ragu-ragu

yaitu metode penghapusan langsung (direct write-off method ) serta metode penghapusantidak langsung (indirect write-off method ). Dengan metode penghapusan langsung, pembebanan piutang tak tertagih baru dilakukan apabila piutang benar-benar tidak dapat

ditagih lagi. Sedangkan, metode penghapusan tidak langsung mengharuskan

  pembentukan cadangan estimasi piutang tak tertagih pada setiap periode pelaporankeuangan.

Sedangkan dari segi perpajakan hanya mengenal metode penghapusan langsung.

Penggunaan metode tidak langsung tidak diperkenankan dalam peraturan perpajakan.

Selain itu, perpajakan dalam UU PPh mensyaratkan bahwa suatu piutang baru dapatdiakui sebagai piutang tak tertagih dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto jika

secara yuridis piutang benar-benar tidak dapat ditagih lagi.

Adapun persyaratan yuridis yang harus dipenuhi adalah sebagaimana yang ditentukan

dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh, sebagai berikut :

1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada

Direktorat Jenderal Pajak; dan

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 16/18

3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi

 pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis

mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau

khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan

untuk jumlah utang tertentu4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan

 piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

huruf k 

Jika secara akuntansi perusahaan menerapkan metode penghapusan tidak langsung(melalui pembentukan cadangan piutang tak tertagih), maka dengan sendirinya akan

timbul beda waktu antara pencatatan akuntansi dan perpajakan yang merupakan unsur 

 pajak tangguhan menurut PSAK 46.

 Namun, dalam kondisi tertentu bad debt expense bisa berpotensi menjadi beda tetap. Jika

sekiranya wajib pajak tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 6 ayat(1) huruf h UU PPh tersebut di atas maka bad debt expense secara perpajakan dengan

sendirinya tidak dapat dibiayakan sehingga berubah menjadi beda tetap.

Berikut ini ilustrasi sederhana perhitungan pajak tangguhan atas beda waktu bad debt 

expense:

PT A membukukan cadangan estimasi piutang tak tertagih per 31/12/2007 sebesar Rp

40.000.000 dengan jurnal sebagai berikut :

Bad Debt Expense 40.000.000

Cadangan Bad Deb Exp 40.000.000

Sedangkan jurnal pajak tangguhannya sebagai berikut :

Aktiva Pajak Tangguhan 12.000.000

Penghasilan Pjk Tangguhan 12.000.000

F. Pajak Tangguhan Berkaitan Dengan Perubahan Tarif Pajak berdasarkan UU

No. 36 tahun 2008 

Berdasarkan UU No. 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, tarif pajak penghasilan yang dikenakan atas

 penghasilan kena pajak baik untuk WP Perseorangan (WP Orang Pribadi) maupun WPBadan telah terjadi perubahan.

Khusus untuk WP Badan sebelumnya berlaku tarif progresif yaitu 10%, 15% dan 30%

[UU No. 17 tahun 2000 pasal 17 ayat (1b)], sedangkan berdasarkan Pasal 17 ayat (1b)

UU No. 36 tahun 2008 dikenakan tarif tunggal sebesar 28%. Kemudian, dalam ayat 2a

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 17/18

diatur lebih lanjut bahwa mulai tahun pajak 2010 tarif yang berlaku diturunkan lagi

menjadi 25%. UU No. 36 tahun 2008 ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.

PSAK 46 Akuntansi Pajak Penghasilan (Reformat 2007) dalam paragraf 29 mengatur   bahwa kewajiban (aktiva) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya

diakui sebesar jumlah pajak terutang (restitusi pajak), yang dihitung denganmenggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara substantif 

 berlaku pada tanggal neraca.

Selanjutnya, dalam paragraf 30 dijelaskan bahwa aktiva dan kewajiban pajak tangguhan

harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aktiva

dipulihkan atau kewajiban dilunasi, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah

 berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada tanggal neraca.

Kemudian, dalam paragaraf 31 dijelaskan juga bahwa aktiva dan kewajiban pajak, baik 

yang bersifat kini maupun tangguhan, dihitung dengan tarif pajak (dan peraturan pajak)

yang telah berlaku. Apabila tarif pajak (dan peraturan pajak) baru telah diumumkan oleh  pemerintah, maka dapat dianggap bahwa tarif (dan peraturan) tersebut telah secara

substantif berlaku [walaupun berlakunya tarif (dan peraturan) tersebut secara efektif 

mungkin saja masih beberapa bulan sesudah pengumumannya]. Dalam hal tersebut aktiva

dan kewajiban pajak harus dihitung dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) baru yangtelah dinyatakan berlaku.

Paragraf 32 menjelaskan bahwa apabila tarif pajak yang berlaku berbeda untuk tingkat

laba fiskal yang berbeda, maka aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diukur dengan tarif 

 pajak rata-rata yang akan dikenakan terhadap laba fiskal (rugi pajak) pada saat perbedaantemporer membalik (reverse).

Sedangkan paragraf selanjutnya yaitu par. 33 mengatur bahwa aktiva dan kewajiban

 pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi pajak untuk pemulihan nilai tercatataset atau penyelesaian kewajiban yang diharapkan perusahaan pada tanggal neraca.

Dari uraian di atas, jelas bahwa atas perubahan tarif pajak untuk WP Badan dari

sebelumnya dikenakan tarif progresif menjadi tarif tunggal yang mulai berlaku sejak 1

Januari 2009, maka atas penyajian Pajak Tangguhan tahun 2008 harus dilakukan penyesuaian sesuai dengan pengaturan dalam PSAK No. 46 

G. Penyajian Pajak Tangguhan Di NeracaAkun pajak tangguhan dilaporkan dalam

neraca sebagai aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan yangdiklasifikasikan sebagai jumlah lancar neto dan jumlah tidak lancar neto. Hal inididasarkan pada keterkaitan dengan klasifikasi aktiva atau kewajiban yang dilaporkan

dalam laporan keuangan. Klasifikasi apakah masuk dalam akun lancer atau tidak lancar 

tergantung psda antisipasi jangka waktu pemulihan atas perbedaan temporer tersebut

1. Apabila pemulihannya diperkirakan dalam jangka waktu setahun atau kurang,maka diklasifikan sebagai akun lancar 

5/11/2018 PAJAK TANGGUHAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pajak-tangguhan 18/18

2. Apabila pemulihannya diperkirakan dalam jangka waktu lebih dari setahun, maka

diklasifikasikan sebagai akun tidak lancar.

Sebelum disajikan di naraca antara aktiva pajak tangguhan dengan kewajiban pajak tangguhan dilakukan offset (saling menghapus) terlebih. Sedangkan antara akun lancar 

dan akun tidak lancar tidak dapat saling mengoffset

H. Penyajian Pajak Tangguhan di Laporan Laba Rugi

Beban / keuntungan Pajak Penghasilan yang disajikan dalam Laporan laba rugi, harus

dipecah atas dua komponen, yaitu

1. Pajak kini (Pajak Penghasilan terutang),

2. Bagian Pajak Tangguhan (bagian yang diperhitungkan sebagai beban pajak, yang

dihitung berdasarkan perbesaan temporer dikalikan dengan tariff)

Pajak kini atau PPh terutang dihitung berdasarkan Penghasilan Kena Pajak dikalikandengan tariff orisinil, sedangkan Bagian Tangguhan berdasarkan perbedaan temporer 

dikalikan dengan tariff orisinal, atau perubahan saldo pajak tangguhan dalam tahun yang

 bersangkutan. Pajak tangguhan ditambah dengan Pajak tahun ini akan diperoleh jumlah

 beban pajak kesuluruhan.