pajak pertambahan nilai
DESCRIPTION
PAJAK PERTAMBAHAN NILAITRANSCRIPT
TUGAS INDIVIDU
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
OLEH
NAMA : DESAK PUTU ARY SAGITARINI
NPM : 1333121098
KELAS : D3
JURUSAN : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2015
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas adanya suatu nilai tambah dari suatu
barang atau jasa objek PPN. Karakteristik PPN:
Pajak tidak langsung
Pemikul beban pajak berbeda dengan penanggung jawab atas pembayaran pajak ke kas negara.
Pemikul beban pajak adalah pembeli Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak (BKP/JKP), sedangkan
penanggungjawab adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang bertindak selaku penjual BKP/JKP.
Pajak obyektif, timbulnya kewajiban untuk membayar pajak sangat ditentukan oleh adanya objek
pajak, sedangkan kondisi subyek pajak tidak berpengaruh.
PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi.
PPN hanya dikenakan atas konsumsi BKP dan JKP yang dilakukan dalam negeri.
PPN hanya memakai satu tarif, yaitu 10%.
A. Mekasnisme PPN
1. Mekanisme PPN Murni
a. PKP wajib membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan BKP/JKP untuk memungut pajak
yang terutang. PPN yang dipungut dinamakan Pajak Keluaran (PK).
b. Pada saat PKP membeli BKP atau menerima JKP dari PKP lain juga membayar pajak yang
terutang dan menerima faktur pajak dari PKP lain tersebut yang dinamakan Pajak Masukan.
c. Apabila dalam suatu masa pajak, PK lebih besar dari PM, maka selisihnya merupakan PPN
yang harus dibayar ke kas negara paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.
d. Apabila dalam suatu masa pajak, PM lebih besar dari PK, maka selisihnya merupakan
kelebihan pajak yang dapat diminta kembali (restitusi) atau dikompensasi ke masa pajak
berikutnya.
e. Pada akhir masa pajak, setiap PKP wajib melaporkan pemungutan dan pembayaran pajak
yang terutang ke KPP setempat selambat-lambatnya tanggal 20 setelah akhir masa pajak.
2. Mekanisme yang Menyimpang dari Prinsip PPN
a. Penyerahan kepada Pemungut
1) Instansi Pemerintah dan badan-badan tertentu yang ditunjuk sebagai pemungut PPN.
2) PPN atas penyerahan BKP/JKP yang terutang oleh PKP rekanan instansi pemerintah
dan badan-badan tertentu (pemungut PPN) dipungut dan disetor oleh pemungut PPN
atas nama PKP tersebut.
3) Pemungut PPN menyerahkan SSP lembar ke-1 dan lembar ke-3 kepada PKP rekanan
setelah disetor ke kas negara.
4) PKP yang menyerahkan BKP/JKP kepada pemungut PPN wajib membuat faktur pajak.
1
5) PKP rekanan melaporkan penyerahan tersebut dalam SPT Masa PPN dilampiri SSP
lembar ke-3.
b. Penyerahan Kena Pajak yang PPN’nya tidak dipungut
1) Untuk penyerahan beberapa jenis BKP dan JKP tertentu, PPN’nya tidak dipungut
sebagian atau seluruhnya, sehingga tidak ada PPN yang disetor ke kas negara, misalnya
proyek yang dananya berasal dari hibah dan atau pinjaman luar negeri.
2) PM yang dibayar untuk perolehan BKP/JKP yang atas penyerahannya tidak dipungut
PPN dapat dikreditkan.
c. Penyerahan yang dibebaskan dari Pengenaan PPN
1) Untuk penyerahan beberapa jenis BKP/JKP.
2) PM yang dibayar untuk perolehan BKP/JKP yang atas penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan PPN tidak dapat dikreditkan, misalnya impor dan atau penyerahan BKP
tertentu yang bersifat strategis.
B. Subjek PPN
Dari ketentuan yang mengatur tentang objek PPN dalam pasal 4, 16C, dan 16D UU PPN 1984
dapat diketahui bahwa subjek PPN dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Pengusaha Kena Pajak
1) Yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dapat
dikenakan PPN adalah pengusaha Kena Pajak
2) Yang mengekspor Barang Kena Pajak yang dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena
Pajak
3) Yang menyerahkan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
adalah Pengusaha Kena Pajak
4) Bentuk kerja sama operasi yang apabila menyerahkan Barang Kena Pajak dan/atau jasa
Kena Pajak dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak
b. Bukan Pengusaha Kena Pajak
Subjek PPN tidak harus Pengusaha Kena Pajak, tetapi bukan Pengusaha Kena Pajak pun
dapat menjadi Subjek PPN
Berdasarkan ini diketahui bahwa dapat dikenakan PPN :
1) Siapapun yang mengimpor Barang Kena Pajak
2) Siapapun yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan atau Jasa Kena
Pajak dari luar daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
3) Siapapun yang membangun sendiritidak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya
2
C. Objek PPN
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah pabean oleh pengusaha.
2. Impor BKP.
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh pengusaha.
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
6. Ekspor BKP oleh PKP.
7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaan
oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau pihak lain.
8. Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.
D. Barang Kena dan Tidak Kena PPN
Barang Kena Pajak adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang
bergerak atau barang tidak bergerak dan barang tidak berwujud, yang dikenakan PPN berdasarkan
UU PPN.
Barang Tidak Kena PPN:
1. Barang hasil pertambangan atau pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, yaitu
minyak mentah, gas bumi, panas bumi, pasir dan kerikil, batu bara sebelum diproses menjadi
briket batu bara, bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, dll.
2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu beras, gabah,
jagung, sagu, kedelai, dan garam (beryodium atau tidak).
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya,
baik yang dikonsumsi di tempat atau tidak, tidak termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh jasa boga dan katering.
4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
E. Jasa Kena dan Tidak Kena PPN
Jasa Kena PPN adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum
yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai,
termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan
bahan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan PPN berdasarkan UU PPN.
Jasa Tidak Kena PPN:
1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik.
2. Jasa di bidang pelayanan sosial.
3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko.
3
4. Jasa di bidang perbankan, asuransi dan sewa guna usaha dengan hak opsi.
5. Jasa di bidang keagamaan.
6. Jasa di bidang pendidikan.
7. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan, termasuk jasa di
bidang kesenian yang tidak bersifat komersial seperti pementasan kesenian tradisional yang
diselenggarakan cuma-cuma.
8. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan, yaitu jasa penyiaran radio atau TV yang
dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh
sponsor yang bertujuan komersial.
9. Jasa di bidang angkutan umum di darat, air, danau, dan sungai yang dilakukan pemerintah atau
pun swasta.
10. Jasa di bidang tenaga kerja, sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung
jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja yang bersangkutan.
11. Jasa di bidang perhotelan.
12. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum
seperti pemberian IMB, pemberian ijin usaha perdagangan, pemberian NPWP, pembuatan KTP.
F. Penyerahan BKP
1. Penyerahan hak karena suatu perjanjian.
2. Pengalihan karena perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing.
3. Penyerahan kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang.
4. Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma.
5. Persediaan dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan.
6. Penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan antar cabang.
7. Penyerahan secara konsinyasi.
8. Penyerahan antar divisi atau antar unit dalam perusahaan terpadu yang terletak dalam wilayah
KPP yang berbeda.
G. Tidak Termasuk Penyerahan BKP
1. Penyerahan kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam KUHD.
2. Penyerahan untuk jaminan utang piutang.
3. Penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan antar cabang, bagi PKP yang
memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang dari Dirjen Pajak.
4
H. Tarif Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak
a. Tarif pajak
1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10%. Sedangkan tarif PPN atas ekspor BKP adalah 0%.
Pengenaan tarif 0% bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi pajak masukan yang
telah dibayar dari barang yang diekspor dapat dikreditkan.
Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan atau peningkatan kebutuhan dana unutk
pembangunan, dengan peraturan Pemerintah tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% dan
setinggi-tingginya 15% dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal.
2. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Tarif penjualan atas barang mewah (PPnBM), dengan peraturan Pemerintah, dapat ditetapkan
dalam beberapa pengelompokan tarif, yaitu tarif paling rendah sebesar 10% dan tarif paling tinggi
sebesar 75%. Tarif PPnBM yang berlaku saat ini adalah 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, dan 75%.
b. Dasar pengenaan pajak
Yang menjadi DPP adalah :
1. Harga jual
2. Nilai pengganti
3. Nilai ekspor
4. Nilai impor
5. Nilai lain yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.
I. Cara Menghitung PPn dam PPnBM
Cara menghitung PPN adalah sebagai berikut :
PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak
Contoh :
Pengusaha kena pajak “ A” menjual tunai BKP kepada pengusaha kena pajak “B” dengan harga
jual Rp. 5.000.000,00. PPn yang terutang : 10% x Rp 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00. PPN
sebesar Rp 2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran, yang dipungut oleh pengusaha Kena
Pajak “A”. Sedangkan bagi pengusaha kena pajak “B”, PPN tersebut merupakan pajak masukan.
CARA MENGHITUNG PPnBM
Cara menghitung PPnBM adalah sebagai berikut :
PPnBM = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak
5