pahlawan penerbangan awal kemerdekaan
DESCRIPTION
Artikel hari penerbangan indonesiaTRANSCRIPT
PAHLAWAN PENERBANGAN
AWAL KEMERDEKAAN
Siapa yang tidak kenal dengan Halim Perdanakusuma? Nama yang kini diabadikan
sebagai nama salah satu bandar udara (bandara) di Jakarta. Dia adalah salah satu pahlawan
nasional Indonesia. Tak banyak yang tahu, laki-laki ini ternyata lahir di Sampang Madura
pada 18 November 1922 sebagai putra dari Haji Raden Mohammad Baharuddin
Wongsotaruno.
Pada masa kanak-kanak, Halim Perdanakusuma termasuk sosok anak yang pemberani
dan cerdas, sehingga ia pun menjadi salah satu anak yang berprestasi. Setelah menamatkan
MULO (setingkat sekolah Lanjutan Pertama), atas kemauan orang tua, ia memasuki Sekolah
Pamongpraja di Magelang, tetapi hanya sampai tingkat dua.
Halim Perdanakusuma akhirnya bergabung dalam pendidikan Perwira Angkatan Laut
Belanda di Surabaya atas desakan atasannya, yaitu Bupati Probolinggo di Jawa Timur.
Pengalaman perang pertama yang dialami oleh Halim Perdanakusuma muda adalah ketika ia
harus bertugas sebagai Perwira Angkatan Laut di kapal torpedo bersama tentara Belanda
untuk melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Dalam perang tersebut, Belanda
harus kalah oleh Sekutu dan Halim beserta awak kapal yang lainnya pun diselamatkan oleh
kapal perang Inggris dan membawanya ke Australia dan India. Selama berada di India, Halim
Perdanakusuma selalu melakukan kontak atau hubungan dengan pangkalan armada.
Hasil dari kontak inilah akhirnya ia dapat mengajukan permohonan untuk bisa pindah
ke Angkatan Udara. Pada akhirnya, permohonan yang diajukan diterima dan Halim
Perdanakusumapun dikirim ke Gibraltar, lalu ke London, kemudian mengikuti pendidikan di
Royal Canadian Air Force (Angkatan Udara Kanada) semacam Angkatan Udara Kerajaan
Kanada di jurusan Navigasi. Setelah lulus, ia pun ditugaskan menjadi awak pesawat pembom
untuk Jerman. Selain itu, Halim Perdanakusuma juga menjadi anggota Angkatan Udara
Kerajaan Inggris atau Royal Air Force dan ditugaskan di Skuadron tempur.
Kuasai Teknik Penerbangan
Setelah di luar negeri selama tiga tahun, Halim Perdanakusuma pun menjadi seorang
yang mempunyai banyak pengalaman dan pengetahuan di dunia penerbangan. Selain itu, ia
pun pintar dan cerdas dalam berbagai teknik penerbangan, penguasaan navigasi, dan juga
taktik perang udara. Kemudian ia kembali ke tanah air dan menyumbangkan tenaga untuk
perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan memasuki TKR Jawatan Penerbangan
yang kemudian berkembang menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
Halim Perdanakusuma pun selalu dimintai pendapat tentang perkembangan Angkatan
Udara Republik Indonesia oleh Jendral Soedirman. Setelah itu, ia pun diangkat menjadi
Perwira Operasi dengan Pangkat Komodor Udara. Tugas pertama yang harus diemban
olehnya adalah mempersiapkan Angkatan Udara RI dengan melakukan penyerangan ke kota-
kota yang diduduki oleh Belanda. Untuk mematangkan rencana tersebut, Halim
Perdanakusuma memanggil teman-temannya, yaitu Agustinus Adisutjipto, Abdurrachman
Saleh dan Iswahyudi. Mereka berusaha keras untuk memperbaiki pesawat tua milik Jepang
yang telah rusak parah.
Hal lain yang dilakukan oleh Halim Perdanakusuma saat masih hidup adalah ia sangat
dekat dengan anak buahnya dan sering melakukan terjun payung bersama mereka. Selain itu,
ia juga sering memberi motivasi kepada anak buahnya untuk selalu berani dan jangan takut
untuk melakukan terjun payung terutama saat keadaan darurat.
Gugur dalam bertugas
Perjuangan Halim Perdanakusuma pun berakhir pada 14 Desember 1947 saat pesawat
yang dikemudikan oleh Iswahyudi dan Halim gagal untuk mendarat karena angin kencang
dan kabut saat mengangkut senjata api. Keduanya meninggal. Kecelakaan ini terjadi di
Labuhan Bilik Besar yang terletak di antara Tanjung Hantu dan Teluk Senangain di Pantai
Lumut Malaysia Timur.
Halim Perdanakusuma dimakamkan di Tanjung Hantu pada 14 Desember 1947 dan
kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Kalibata Jakarta pada 10 November 1975.
Untuk mengenang jasa Halim Perdanakusuma, Presiden Soeharto menganugerahkan Halim
sebagai pahlawan nasional pada 23 Agustus 1975 sekaligus mendapatkan Bintang Maha
Putera tingkat IV atas jasanya untuk TNI AU dengan membina AURI, serta diberi pangkat
Anumerta Laksamana Muda TNI AU dan namanya pun diabadikan menjadi Pangkalan Udara
TNI AU RI dengan nama Lanud Halim Perdanakusuma.