pahlawan penerbangan awal kemerdekaan

4
PAHLAWAN PENERBANGAN AWAL KEMERDEKAAN Siapa yang tidak kenal dengan Halim Perdanakusuma? Nama yang kini diabadikan sebagai nama salah satu bandar udara (bandara) di Jakarta. Dia adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Tak banyak yang tahu, laki-laki ini ternyata lahir di Sampang Madura pada 18 November 1922 sebagai putra dari Haji Raden Mohammad Baharuddin Wongsotaruno. Pada masa kanak-kanak, Halim Perdanakusuma termasuk sosok anak yang pemberani dan cerdas, sehingga ia pun menjadi salah satu anak yang berprestasi. Setelah menamatkan MULO (setingkat sekolah Lanjutan Pertama), atas kemauan orang tua, ia memasuki Sekolah Pamongpraja di Magelang, tetapi hanya sampai tingkat dua. Halim Perdanakusuma akhirnya bergabung dalam pendidikan Perwira Angkatan Laut Belanda di Surabaya atas desakan atasannya, yaitu Bupati Probolinggo di Jawa Timur. Pengalaman perang pertama yang dialami oleh Halim Perdanakusuma muda adalah ketika ia harus bertugas sebagai Perwira Angkatan Laut di kapal torpedo bersama tentara Belanda untuk melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Dalam perang tersebut, Belanda harus kalah oleh Sekutu dan Halim beserta awak kapal yang lainnya pun diselamatkan oleh kapal perang Inggris dan membawanya ke Australia dan India. Selama

Upload: gregluck

Post on 30-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Artikel hari penerbangan indonesia

TRANSCRIPT

PAHLAWAN PENERBANGAN

AWAL KEMERDEKAAN

Siapa yang tidak kenal dengan Halim Perdanakusuma? Nama yang kini diabadikan

sebagai nama salah satu bandar udara (bandara) di Jakarta. Dia adalah salah satu pahlawan

nasional Indonesia. Tak banyak yang tahu, laki-laki ini ternyata lahir di Sampang Madura

pada 18 November 1922 sebagai putra dari Haji Raden Mohammad Baharuddin

Wongsotaruno.

Pada masa kanak-kanak, Halim Perdanakusuma termasuk sosok anak yang pemberani

dan cerdas, sehingga ia pun menjadi salah satu anak yang berprestasi. Setelah menamatkan

MULO (setingkat sekolah Lanjutan Pertama), atas kemauan orang tua, ia memasuki Sekolah

Pamongpraja di Magelang, tetapi hanya sampai tingkat dua.

Halim Perdanakusuma akhirnya bergabung dalam pendidikan Perwira Angkatan Laut

Belanda di Surabaya atas desakan atasannya, yaitu Bupati Probolinggo di Jawa Timur.

Pengalaman perang pertama yang dialami oleh Halim Perdanakusuma muda adalah ketika ia

harus bertugas sebagai Perwira Angkatan Laut di kapal torpedo bersama tentara Belanda

untuk melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Dalam perang tersebut, Belanda

harus kalah oleh Sekutu dan Halim beserta awak kapal yang lainnya pun diselamatkan oleh

kapal perang Inggris dan membawanya ke Australia dan India. Selama berada di India, Halim

Perdanakusuma selalu melakukan kontak atau hubungan dengan pangkalan armada.

Hasil dari kontak inilah akhirnya ia dapat mengajukan permohonan untuk bisa pindah

ke Angkatan Udara. Pada akhirnya, permohonan yang diajukan diterima dan Halim

Perdanakusumapun dikirim ke Gibraltar, lalu ke London, kemudian mengikuti pendidikan di

Royal Canadian Air Force (Angkatan Udara Kanada)  semacam Angkatan Udara Kerajaan

Kanada di jurusan Navigasi. Setelah lulus, ia pun ditugaskan menjadi awak pesawat pembom

untuk Jerman. Selain itu, Halim Perdanakusuma juga menjadi anggota Angkatan Udara

Kerajaan Inggris atau Royal Air Force dan ditugaskan di Skuadron tempur.

Kuasai Teknik Penerbangan

Setelah di luar negeri selama tiga tahun, Halim Perdanakusuma pun menjadi seorang

yang mempunyai banyak pengalaman dan pengetahuan di dunia penerbangan. Selain itu, ia

pun pintar dan cerdas dalam berbagai teknik penerbangan, penguasaan navigasi, dan juga

taktik perang udara. Kemudian ia kembali ke tanah air dan menyumbangkan tenaga untuk

perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan memasuki TKR Jawatan Penerbangan

yang kemudian berkembang menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).

Halim Perdanakusuma pun selalu dimintai pendapat tentang perkembangan Angkatan

Udara Republik Indonesia oleh Jendral Soedirman. Setelah itu, ia pun diangkat menjadi

Perwira Operasi dengan Pangkat Komodor Udara. Tugas pertama yang harus diemban

olehnya adalah mempersiapkan Angkatan Udara RI dengan melakukan penyerangan ke kota-

kota yang diduduki oleh Belanda. Untuk mematangkan rencana tersebut, Halim

Perdanakusuma memanggil teman-temannya, yaitu Agustinus Adisutjipto, Abdurrachman

Saleh dan Iswahyudi. Mereka berusaha keras untuk memperbaiki pesawat tua milik Jepang

yang telah rusak parah.

Hal lain yang dilakukan oleh Halim Perdanakusuma saat masih hidup adalah ia sangat

dekat dengan anak buahnya dan sering melakukan terjun payung bersama mereka. Selain itu,

ia juga sering memberi motivasi kepada anak buahnya untuk selalu berani dan jangan takut

untuk melakukan terjun payung terutama saat keadaan darurat.

Gugur dalam bertugas

Perjuangan Halim Perdanakusuma pun berakhir pada 14 Desember 1947 saat pesawat

yang dikemudikan oleh Iswahyudi dan Halim gagal untuk mendarat karena angin kencang

dan kabut saat mengangkut senjata api. Keduanya meninggal. Kecelakaan ini terjadi di

Labuhan Bilik Besar yang terletak di antara Tanjung Hantu dan Teluk Senangain di Pantai

Lumut Malaysia Timur.

Halim Perdanakusuma dimakamkan di Tanjung Hantu pada 14 Desember 1947 dan

kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Kalibata Jakarta pada 10 November 1975.

Untuk mengenang jasa Halim Perdanakusuma, Presiden Soeharto menganugerahkan Halim

sebagai pahlawan nasional pada 23 Agustus 1975 sekaligus mendapatkan Bintang Maha

Putera tingkat IV atas jasanya untuk TNI AU dengan membina AURI, serta diberi pangkat

Anumerta Laksamana Muda TNI AU dan namanya pun diabadikan menjadi Pangkalan Udara

TNI AU RI dengan nama Lanud Halim Perdanakusuma.