paercobaan pesawat atwood

24
PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD OLEH : I WAYAN JATI ADNYANA NIM. 14131021008/ KLS. 2A JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015

Upload: jatiadnyana

Post on 18-Dec-2015

91 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

atwood

TRANSCRIPT

  • PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD

    OLEH :

    I WAYAN JATI ADNYANA NIM. 14131021008/ KLS. 2A

    JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

    SINGARAJA

    2015

  • Laboratorium Fisika 2 | 1

    I. Judul Percobaan

    Pesawat Atwood.

    II. Tujuan Percobaan

    Menunjukan berlakunya hokum Nerton dan menghitung momen inersia katrol.

    III. Landasan Teori

    2.1 Hukum Newton tentang Gerak

    Gerak merupakan perubahan posisi suatu benda terhadap suatu titik acuan

    tertentu. Apabila posisi suatu benda terhadap suatu acuan tertentu selalu tetap, maka

    benda tersebut dikatakan diam terhadap acuan tersebut. Pada awalnya orang-orang

    berpendapat bahwa sifat alamiah benda adalah diam. Mereka berfikir bahwa benda

    tersebut hanya akan bergerak apabila benda tersebut diberikan gaya luar berupa tarikan

    atau dorongan. Namun setelah Galileo melakukan percobaan, pendapat ini berubah dan

    terkenallah dengan prinsip Galileo atau lebih baku dikenal dengan nama Hukum pertama

    Newton. Hukum ini menyatakan bahwa:

    Setiap benda akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan jika resultan gaya-gaya yang

    bekerja pada benda sama dengan nol

    Hukum ini menunjukkan sifat benda yaitu sifat inersia atau kelembaman, namun tidak

    terdeteksi secara kuantitatif.

    Berdasarkan eksperimen serta dorongan intuitif dari hukum pertama Newton,

    selanjutnya Newton merumuskan hukum keduanya yang mendefinisikan massa secara

    kuantitatif serta memperlihatkan hubungan gaya dengan gerak benda secara kuantitatif

    pula. Hukum ini menyatakan bahwa:

    Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya

    dan berbanding terbalik dengan massanya.

    Secara matematis persamaannya adalah:

    dt

    dvmF ...........................................................................................................(1)

  • Laboratorium Fisika 2 | 2

    Atau

    amF . ............................................................................................................(2)

    Dengan :

    m = massa benda (kg).

    a = percepatan yang dialami benda ( 2sm )

    F = besarnya gaya yang bekerja pada benda (Newton).

    Jadi salah satu kesimpulan dari hukum kedua Newton adalah jika besar gaya

    yang mempengaruhi benda adalah tetap maka benda akan mengalami percepatan yang

    tetap juga.

    Dari persamaan dt

    dva diperoleh: dtadv . Bila diintegrasi terhadap v dan t

    dengan batas-batas v0 - v dan 0 t, maka persamaan tersebut menjadi:

    adtdv tvv 00

    atvv 0 .............................................................................................................(3)

    Sedangkan dari hubungan v = dt

    dx diperoleh persamaan:

    vdtdx

    dtatvdx 0

    Bila diintegrasi terhadap x dan t dengan batas x0x dan 0t, persamaan dtavdx 0

    menjadi:

    dtatvdx txx 000

    2

    002

    1attvxx

  • Laboratorium Fisika 2 | 3

    Untuk xo = 0 dan v0 = 0, maka persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi:

    2

    2

    1atx ................................................................................................................(4)

    Jika kita perhatikan lebih lanjut, ternyata gaya merupakan hasil interaksi antara

    dua benda serta mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat ini pertama kali dikemukakan oleh

    Newton dalam hukum ketiga Newton sebagai hukum aksi-reaksi, yang menyatakan

    bahwa:

    Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua tersebut

    memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda yang pertama

    Bentuk persamaannya adalah:

    reaksiaksi FF ........................................................................................................(5)

    Persamaan (5) menunjukaan bahwa gaya aksi sama dengan gaya reaksi. Artinya Kalau

    benda I mengerjakan gaya pada benda II, maka benda II juga akan mengerjakan gaya

    pada benda I yang besarnya sama tetapi aranya berlawanan.

    2.2 Gerak Rotasi

    Bila benda mengalami gerak rotasi melalui porosnya , maka pada gerak ini akan

    berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linear. Setiap kuantitas

    dalam gerak linier mempunyai padanan dalam gerak rotasi. Beberapa persamaan gerak

    linier yang analog dengan gerak rotasi yaitu:

    Nama besaran fisika Gerak linier Gerak rotasi

    Perpindahan

    Kecepatan

    Percepatan

    x

    v =dt

    dx

    a = dt

    dv

    m

    = dt

    d

    = dt

    d

    I = mr2, I = momen inersia

  • Laboratorium Fisika 2 | 4

    Massa

    Gaya

    momentum

    F = m.a

    P = mv

    = I , = momen gaya

    P = I

    Dari analogi di atas dapat dikatakan bahwa penyebab perubahan gerak rotasi adalah

    momen gaya (sesuai dengan Hukum kedua Newton).

    2.3 Persamaan Gerak untuk Katrol

    Suatu benda tegar memiliki suatu besaran yang menyatakan kencenderungan

    suatu benda tersebut untuk dapat diputar terhadap sumbu tertentu yang disebut momen

    inersia, di mana momen inersia ini dapat dihitung dengan persamaan:

    dmrrmIi

    ii

    2

    1

    2............................................................................................(6)

    Bila suatu katrol hanya dapat berputar pada porosnya yang diam, maka geraknya

    dapat dianalisa sebagai berikut:

    0F

    021 NTMgT .........................................................................................(7)

    I

    IRTRT 21 ..................................................................................................(8)

    R

    N

    Mg

    T1 T2

  • Laboratorium Fisika 2 | 5

    Hubungan antara percepatan linier dan percepatan anguler dinyatakan dengan:

    R

    a ....................................................................................................................(9)

    a merupakan percepatan tangensial tepi katrol yang mana percepatan ini sama dengan

    percepatan tali penggantung yang dililitkan pada katrol tanpa slip.

    Bila suatu benda digantung seperti pada gambar 2 di bawah ini, maka percepatan

    yang dialami benda dapat dihitung sebagai berikut:

    Pada Katrol:

    I

    R

    ITT 21 .................................................................................................... (10)

    Karena R

    a , maka:

    221 R

    ITT ...................................................................................................(11)

    (m + M2)g

    R

    a

    T1 T2

    T1 T2

    M1g

  • Laboratorium Fisika 2 | 6

    Pada m dan M1 (hukum kedua Newton):

    amF .

    111 TaMmgMm ................................................................................(12)

    Pada M2 (hukum kedua Newton):

    amF .

    222 TaMgM ...............................................................................................(13)

    Jumlah persamaan (12) dan (13) akan menghasilkan:

    212121 TTaMaMmgMgMm ...............................................(14)

    Substitusi (T1-T2) dari persamaan (11) ke persamaan (14), akan diperoleh:

    g

    R

    IMMm

    MMma

    221

    21

    ....................................................................................(15)

    Berdasarkan persamaan g

    RIMMm

    MMma

    221

    21

    , maka dapat disimpulkan bahwa

    semakin besar beban tambahan m, maka percepatan sistem akan lebih besar.

    Untuk massa tambahan m yang lebih besar, maka waktu yang diperlukan untuk

    menempuh CA harus lebih singkat karena percepatannya lebih besar, serta kecepatan

    akhir di titik A akan lebih besar pula, sehingga saat bergerak lurus beraturan dari A ke B,

    waktu tAB juga harus lebih singkat dibandingkan dengan sistem dengan massa tambahan

    m yang lebih kecil.

    IV. Alat dan Bahan

    1. Rangkaian pesawat atwood yang terdiri dari :

    - Tiang bersekala yang ujung atasnya terdapat karol P.

  • Laboratorium Fisika 2 | 7

    - Tali penggantung yang massanya dapat diabaikan.

    - Dua beban M1 dan M2.

    - Dua beban tambahan m1 dan m2.

    2. Stopwatch (nst = 0,1s).

    3. Neraca Ohaus (nst = 0,01 gram) batas ukur (0-310 gram).

    4. Mistar (nst = 1cm).

    5. Gunting.

    V. Langkah-langkah Percobaan

    5.1 Set Up Percobaan

    Set Up alat percobaan seperti gambar berikut.

    5.2 Teknik Pengambilan Data

    Langkah-langkah percobaan :

    1. Menyiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan percobaan.

    2. Mengkalibrasi alat yang digunakan dala percobaan seperti stopwatch dan neraca

    Ohaus.

    3. Menimbang dan mencatat beban M1, M2 dan beban tambahan m1 dan m2 serta

    mengukur jari-jari katrol dengan R.

    R P

    C

    B

    A

    M2

    m+M1

  • Laboratorium Fisika 2 | 8

    4. Mengatur tali agar sejajar dengan tiang bersekala, lalu menambahkan beban m1

    pada M1 dan memasang M2 dan dipegang, sehingga posisi m1+M1 pada titik C.

    5. Melepaskan genggaman terhadap M2 dan mengamati hal yang terjadi. M2 akam

    bergerak ke atas dan M1+m1 akan bergerak ke bawah. Apabila pesawat bekerja

    dengan baik, maka kedua beban akan bergerak dipercepat dengan percepatan a, dan

    ketika M1+m1 melalui A, m1 akan tersangkut di A dan selanjutnya system aka

    bergerak lurus beraturan dengan kecepatan tetap. Tetapi, apabila hal ini tidak terjadi

    maka praktikan perlu membetulkan letak penahan beban tambahan A.

    6. Memasang M2 pada genggaman G setelah pesawat bekerja dengan baik dan

    tambahkan m1 dan M1. Catat kedudukan C, penahan beban B dan penahan beban

    A pada tiang pada tiang bersekala.

    7. Melepaskan M2 dari genggaman G dan mencatat yaitu waktu yang diperlukan

    oleh M1 (setelah m1 tersangkut pada A) untuk menempuh jarak dari A ke B ().

    8. Melakukan langkah 7 sebannyak lima kali.

    9. Mengganti m1 dengan m2. Dan melakukan lagi percobaan seperti pada langkah 7

    dan 8.

    10. Mengubah jarak antara A dan B () dengan cara mengubah kedudukan B (B

    digeser ke atas kira-kira 10cm) sedangkan kedudukan C dan A tetap. Melakukan

    langkah 7, 8 dan 9.

    11. Mengubah sekali lagi jarak seperti langkah 10, dan melakukan lagi langkah 7,

    8, dan 9.

    12. Mengatur kembali kedudukan A, B, C seperti semula dengan membuat jarak CA

    cukup jaub, sedangkan jarak AB dekat, dan mencatat kedudukan C dan A.

    memasang M2 pada G dan tambahkan m1 dan M1.

    13. Melepaskan M2 dari G dan mencatat tac.

    14. Melakukan langkah 13 sebanyak 5 kali.

    15. Mengganti m1 dengan m2 dan melakukan lagi percobaan seperti langkah 13 dan

    14.

    16. Mengubah jarak dengan cara mengubah kedudukan G. Mencatat kedudukan

    C dan melakukan lagi langkah 13, 14, dan 15.

  • Laboratorium Fisika 2 | 9

    17. Mengubah jarak sekali lagi, mencatat kedudukan C dan melakukan lagi

    langkah 13, 14 dan 15.

    VI. Data Hasil Percobaan

    M1 = 100,00 gram

    M2 = 100,00 gram

    m1 = 33,58 gram

    m2 = 22,58 gram

    R = 8,0 cm

    Tabel 1.

    Data Hasil Percobaan untuk Variasi AB

    Jarak AB

    (xAB)

    Nomor

    Percobaan

    tAB (sekon) )(sekontAB

    11 Mm 12 Mm 11 Mm 12 Mm

    40,0 cm

    1 0,5 0,6

    0,5 0,6

    2 0,5 0,6

    3 0,5 0,6

    4 0,5 0,6

    5 0,5 0,6

    50,0 cm

    1 0,6 0,9

    0,6 0,9

    2 0,6 0,9

    3 0,6 0,9

    4 0,6 0,9

    5 0,6 0,9

    60,0 cm 1 0,9 1,1 0,9 1,1

  • Laboratorium Fisika 2 | 10

    2 0,9 1,1

    3 0,9 1,1

    4 0,9 1,1

    5 0,9 1,1

    Tabel 2.

    Data Hasil Percobaan untuk Variasi CA

    Jarak

    CA

    (XCA)

    Nomor

    Percobaan

    tAB (sekon) )(stAB )(22 stAB

    11 Mm 12 Mm 11 Mm 12 Mm 11 Mm 12 Mm

    65,0

    cm

    1 0,3 0,4

    0,3

    0,4

    0,09

    0,16

    2 0,3 0,4

    3 0,3 0,4

    4 0,3 0,4

    5 0,3 0,4

    75,0

    cm

    1 0,2 0,3

    0,2

    0,3

    0,04

    0,09

    2 0,2 0,3

    3 0,2 0,3

    4 0,2 0,3

    5 0,2 0,3

    1 0,1 0,2

    2 0,1 0,2

  • Laboratorium Fisika 2 | 11

    85,0

    cm

    3 0,1 0,2 0,1 0,2 0,01 0,04

    4 0,1 0,2

    5 0,1 0,2

    VII. Teknik Analisa Data

    Adapun teknik analisis data yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan

    dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

    Sebagai dasar analisis data adalah persamaan (4) yang mana nilai percepatannya

    dapat diambil dari persamaan (15). Kedua persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk:

    2

    221

    21

    12

    1tg

    RMMm

    MMmx

    ...........................................................................(16)

    Persamandi atas identik dengan persamaan analisis regresi linier sederhana, yaitu:

    bxaY ...........................................................................................................(17)

    dengan konstanta a = 0. Dengan demikian, maka analisis data digunakan teknik analisis

    regresi linier sederhana berdasarkan azas kuadrat terkecil sebagai hasil modifikasi dari

    persamaan (17) yaitu:

    ii bXY ..............................................................................................................(18)

    dengan Yi dan Xi masing-masing menyatakan jarak sepanjang CA dan kuadrat waktu yang

    diperlukan untuk menempuh jarak tersebut pada pengukuran ke-i. Sedangkan b memenuhi

    persamaan:

    g

    RMMm

    MMmb

    221

    21

    12

    1..............................................................................(19)

  • Laboratorium Fisika 2 | 12

    konstanta b dari persamaan (18) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

    22 )(

    ))((

    ii

    iiii

    XXN

    YXYXNb

    .............................................................................(20)

    dengan N menunjukkan banyaknya variasi t2 dan X.

    Simpangan baku dari b adalah b, dapat ditentukan dengan persamaan:

    22 )( iiy

    XXN

    NSb

    ............................................................................. (21)

    Dalam hal ini, Sy adalah penduga terbaik untuk nilai b terhadap garis lurus Yi = bXi yang

    dapat dihitung dengan persamaan:

    22

    22222

    )(

    )()(2)(

    2

    1

    ii

    iiiiiiii

    iyXXN

    YXNYYXXYXY

    NS ......... (22)

    Untuk memudahkan dalam menghitung Sy, bdan b diperlukan tabel kerja seperti tabel

    di bawah ini:

    Tabel nilai hasil percobaan dan nilai yang akan dihitung

    No. Xi = ti2 Yi = xi Xi2 Yi2 XiYi

    1.

    2.

    3.

  • Laboratorium Fisika 2 | 13

    n

    Untuk menghitung besarnya momen inersia katrol digunakan persamaan (19) yang

    bentuk lainnyaadalah:

    2112

    211

    2

    2MMmRgMMm

    b

    RI ...................................................(23)

    dengan simpangan baku momen inersia katrol memenuhi persamaan:

    bg

    b

    MMmRI

    2

    211

    2

    2........................................................................ (24)

    Dengan demikian maka hasil perhitungan besarnya momen inersia katrol pada

    pesawat atwood yang diusulkan dapat dinyatakan dengan:

    I)I ( = I ..........................................................................................................(25)

    dengan:

    I = nilai momen inersia katrol yang diusulkan,

    I = nilai rata-rata momen inersia katrol,

    I = simpangan baku momen inersia katrol.

    Kesalahan relatif percobaan yang dilakukan terhadap hasil pengukuran dapat ditentukan

    dengan rumus:

    %100

    I

    IKR ..................................................................................................(26)

    Kesalahan relatif yang lebih kecil dari 10 % masih dapat diterima.

  • Laboratorium Fisika 2 | 14

    VIII. Analisis Data

    8.1 Untuk sistem dengan menggunakan massa tambahan m1 (M1 + m1)

    Untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan, dapat dibantu dengan tabel berikut:

    No. Xi = ti2 Yi = xi Xi2 Yi2 XiYi

    1. 0,25 0,40 0,06 0,16 0,10

    2. 0,36 0,50 0,13 0,25 0,18

    3. 0,81 0,60 0,66 0,36 0,49

    1,42 1,50 0,85 0,77 0,77

    Dari tabel di atas, dapat dicari nilai-nilai dari:

    Menghitung nilai konstanta b:

    22 )(

    ))((

    ii

    iiii

    XXN

    YXYXNb

    242,185,03

    50,142,177,03

    02,255,2

    13,231,2

    = 0,34

    Menentukan nilai Sy (Taksiran terbaik simpanga baku Yi terhadap garis lurus Y = bX)

    dengan menggunakan persamaan:

    22

    22222

    )(

    )()(2)(

    2

    1

    ii

    iiiiiiii

    iyXXN

    YXNYYXXYXY

    NS

    2

    222

    42,185,03

    77,0350,177,042,1250,185,077,0

    23

    1yS

    02,255,2

    47,128,391,177,0

  • Laboratorium Fisika 2 | 15

    53,0

    84,277,0

    35,577,0

    = 6,13

    Maka dapat dihitung nilai Sy yaitu:

    2

    yy SS

    = 13,6

    = 2,48

    Menentukan nilai ketidakpastian pada b yaitu b:

    22 )( iiy

    XXN

    NSb

    242,185,03

    32,48

    02,255,2

    32,48

    53,0

    32,48

    = 5,90

    =5,90

    Menentukan momen inersia katrol, menggunakan persamaan:

  • Laboratorium Fisika 2 | 16

    2112

    211

    2

    2MMmRgMMm

    b

    RI

    )34,0(2

    )10,010,003,0()08,0()8,9(10,010,003,0)08,0( 22

    68,0

    0014,02940,00064,0

    68,0

    2926,00064,0

    68,0

    0019,0

    = 0,0027 kgm2

    Menentukan ketidakpastian I menggunakan rumus:

    bg

    b

    MMmRI

    2

    211

    2

    2

    90,58,9

    )34,0(2

    10,010,003,0)08,0(2

    2 I

    90,58,9

    2312,0

    03,0)0064,0(I

    90,50081,0I

    I = 0,0477

    Jadi dengan memperhatikan aturan angka penting, momen inersia katrol didapat sebagai

    berikut:

    )( III

    )0477,00027,0( I kgm2

  • Laboratorium Fisika 2 | 17

    Adapun kesalahan relatif pengukurannya adalah sebagai berikut:

    %100xI

    IKR

    %1000027,0

    0477,0x

    = 1766,66 %

    Untuk sistem dengan menggunakan massa tambahan m2 (M1 + m2)

    Untuk memudahkan dalam mencari nilai-nilai tersebut, dapat dibantu dengan tabel

    sebagai berikut:

    No. Xi = ti2 Yi = xi Xi2 Yi2 XiYi

    1. 0,36 0,40 0,1296 0,1600 0,1440

    2. 0,81 0,50 0,6561 0,2500 0,4050

    3. 1,21 0,60 1,4641 0,3600 0,7260

    2,38 1,50 2,2498 0,7500 1,2750

    Dari tabel yang terdapat di atas, dapat dicari nilai-nilai dari:

    Menghitung nilai konstanta b:

    22 )(

    ))((

    ii

    iiii

    XXN

    YXYXNb

    238,22498,23

    50,138,22750,13

    6644,57494,6

    5700,38250,3

    0850,1

    2550,0

  • Laboratorium Fisika 2 | 18

    = 0,23

    Menentukan nilai Sy (Taksiran terbaik simpanga baku Yi terhadap garis lurus Y = bX

    dengan menggunakan persamaan:

    22

    22222

    )(

    )()(2)(

    2

    1

    ii

    iiiiiiii

    iyXXN

    YXNYYXXYXY

    NS

    2

    222

    38,22498,23

    2750,137500,02750,138,2250,12498,27500,0

    23

    1yS

    6644,57494,6

    8250,35517,40620,57500,0

    0850,1

    3147,37500,0

    0550,37500,0

    = 3,8050

    Maka dapat dihitung nilai Sy yaitu:

    2

    yy SS

    = 8050,3

    = 1,9506

    Menentukan nilai ketidakpastian pada b yaitu b:

    22 )( iiy

    XXN

    NSb

    238,22498,23

    31,9506

  • Laboratorium Fisika 2 | 19

    6644,57494,6

    31,9506

    7649,21,9506

    = 3,2435

    = 3,24

    Menghitung momen inersia katrol, menggunakan persamaan:

    2122

    212

    2

    2MMmRgMMm

    b

    RI

    )23,0(2

    )1000,01000,00225,0()08,0()8,9(1000,01000,00,0225)08,0( 22

    46,0

    0014,02205,00064,0

    46,0

    2191,00064,0

    46,0

    0014,0

    = 0,0030 kgm2

    Menghitung ketidakpastian I menggunakan rumus:

    bg

    b

    MMmRI

    2

    212

    2

    2

    24,38,9

    )23,0(2

    1000,01000,00225,0)08,0(2

    2 I

    24,3

    1058,0

    2205,0)0064,0(I

    24,30133,0I

  • Laboratorium Fisika 2 | 20

    I = 0,0430

    Jadi dengan memperhatikan aturan angka penting, momen inersia katrol didapat:

    )( III

    )0430,00030.0( I kgm2

    Adapun kesalahan relatif pengukurannya adalah sebagai berikut:

    %100xI

    IKR

    %1000030,0

    0430,0x

    = 1433,00 %

    IX. Hasil Analisis Data

    Dari analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil analisis data sebagai

    berikut:

    9.1 Untuk sistem dengan massa tambahan m1

    Besarnya momen inersia katrol untuk sistem dengan massa tambahan m1 (M1 + m1)

    adalah sebesar I = 0,0027 kgm2 dengan ketidakpastian I = 0,0477 kgm2 dan

    kesalahan relatif dari analisi data yang dilakukan adalah KR = 1766,66 %

    Sehingga )( III

    )0477,00027,0( I kgm2

  • Laboratorium Fisika 2 | 21

    9.2 Untuk sistem dengan massa tambahan m2

    Besarnya momen inersia katrol untuk sistem dengan massa tambahan m2 (M1 + m2)

    adalah sebesar I = 0,0030 kgm2 dengan ketidakpastian I = 0,0430 kgm2 dan

    kesalahan relatif dari analisis data yang dilakukan adalah KR = 1433,00 %

    Sehingga, )( III

    )0430,00030.0( I kgm2

    X. Pembahasan

    Kesalahan-kesalahan

    Adapun kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam melakukan percobaan ini

    sehingga menyebabkan kesalahan relatifnya sangat besar yakni lebih dari 1000 % yang

    di sebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

    1. Kesalahan praktikan dalam pembacaan skala alat ukur, seperti pembacaan skala

    ukur pada neraca ohaus dan dalam mengukur jari-jari katrol yang kurang tepat.

    Posisi mata kurang tegak lurus yang menyebabkan timbulnya kesalahan dan

    menyebabkan data yang dilaporkan menjadi kurang akurat.

    2. Kesalahan yang yang disebabkan oleh faktor manusia, seperti kurangnya

    pemahaman praktikan terhadap praktikum yang dilakukan dan dalam

    penganalisisan data.

    3. Kesalahan-kesalahan lain yang tidak diketahui tetapi mempengaruhi data hasil

    percobaan yang bersifat acak.

    Kendala-Kendala

    Adapun kendala-kendala yang dialami dalam melakukan praktikum ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Mengalami kesulitan dalam mengukur jari-jari katrol karena letaknya yang terlalu

    tinggi, sehingga menyulitkan untuk melihat skala penggaris dengan tegak lurus.

    2. Kurang tepatnya dalam melakukan atau menekan stopwatch pada saat mulai

    maupun pada saat mengakhiri sehingga data yang diperoleh agak menyimpang.

  • Laboratorium Fisika 2 | 22

    Terlebih-lebih pengukuran dilakukan oleh orang yang berbeda karena respon

    setiap orang tidak sama.

    3. Beban tambahan sering jatuh dan sulit dalam pemasangannya sehingga dibutuhkan

    waktu yang cukup lama dalam percobaan ini.

    XI. Simpulan dan Saran

    Simpulan

    Berdasarkan hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan yang

    kami lakukan adalah gagal, karena kesalahan relatif yang sangat besar, dimana

    kesalahan relatif yang kami dapat lebih dari 1000 %.

    Saran

    Adapun saran yang dapat diberikan pada percobaan selanjutnya agar hasil yang

    diperoleh bisa lebih baik dari sekarang adalah sebaiknya praktikan lebih berhati-hati

    dalam melakukan praktikum ini karena praktikum ini cukup sulit dilakukan terutama

    dalam mencari data waktunya, butuh ketepatan dan ketelitian yang tinggi dalam

    mengambil data-data dalam pratikum ini. Selain itu, praktikan juga tidak boleh

    membuang-buang waktu (efesien waktu) karena dalam praktikum ini dibutuhkan

    waktu yang relatif lama karena untuk memastikan bahwa pratikum yang dilakukan

    adalah benar atau tidak salah konsep.

  • Daftar Pustaka

    Giancoli, D. 2001. Fisika/Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

    Pujani, M & Rapi, K. 2006. Petunjuk Praktikum FIS LAB II. Singaraja: Universitas Pendidikan

    Ganesha.

    Cover.pdfPesawat Atwood.pdfDaftar Pustaka.pdf