p.47 tahun 2012

31
1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/Menhut-II/2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki peranan yang penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan pemanasan global dengan menyediakan jasa lingkungan berupa penyerapan emisi dan peningkatan cadangan (stock) karbon dari hutan yang ada. Hutan Indonesia seluas 130,68 juta ha (RKTN 2011-2030) diyakini mampu menyerap emisi karbon secara signifikan. Namun demikian, terjadinya deforestasi, degradasi dan kebakaran hutan di Indonesia juga dianggap sebagai sumber emisi karbon karena melepas CO 2 . Saat ini lahan kritis yang harus segera direhabilitasi seluas 27,2 juta ha (Ditjen BPDASPS, 2011). Salah satu upaya untuk mengatasi terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global adalah dengan memperbanyak penyerapan unsur-unsur gas berbahaya, antara lain dengan memperbanyak pohon dan tanam menanam. Oleh karena itu untuk melestarikan hutan yang ada agar tetap berfungsi baik, maka selain mencegah kegiatan yang merusak hutan, perlu dilakukan melalui kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Kementerian Kehutanan telah melaksanakan berbagai program RHL, seperti Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan), Kampanye Indonesia Menanam, Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), One Man One Tree (OMOT), One Billion Indonesian Trees (OBIT), Pembangunan HTI dan HTR, pengembangan HKm, Hutan Rakyat serta Hutan Desa. Dari keseluruhan program Rehabilitasi Hutan dan Lahan tersebut, intinya adalah menanam dan memelihara pohon. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan beserta pendukungnya yang merupakan kewenangan daerah, dapat di danai dari APBN Kementerian Kehutanan melalui skema Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kehutanan. Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kehutanan dimulai sejak tahun 2008 dan digunakan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas nasional. Kementerian Kehutanan menempatkan RHL menjadi salah satu kebijakan prioritas nasional. Kebijakan tersebut sangat relevan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh Daerah (Provinsi – Kabupaten/Kota) terkait dengan semakin terdegradasinya lingkungan, termasuk kerusakan hutan dan lahan, serta berkurangnya kualitas lingkungan yang dapat menimbulkan bencana banjir, tanah longsor, tingkat abrasi yang tinggi, intrusi air laut serta pemanasan global.

Upload: ganti-phaing-kanisa

Post on 06-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kehutanan

TRANSCRIPT

Page 1: P.47 Tahun 2012

1

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/Menhut-II/2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki peranan yang penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan pemanasan global dengan menyediakan jasa lingkungan berupa penyerapan emisi dan peningkatan cadangan (stock) karbon dari hutan yang ada. Hutan Indonesia seluas 130,68 juta ha (RKTN 2011-2030) diyakini mampu menyerap emisi karbon secara signifikan. Namun demikian, terjadinya deforestasi, degradasi dan kebakaran hutan di Indonesia juga dianggap sebagai sumber emisi karbon karena melepas CO2. Saat ini lahan kritis yang harus segera direhabilitasi seluas 27,2 juta ha (Ditjen BPDASPS, 2011). Salah satu upaya untuk mengatasi terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global adalah dengan memperbanyak penyerapan unsur-unsur gas berbahaya, antara lain dengan memperbanyak pohon dan tanam menanam. Oleh karena itu untuk melestarikan hutan yang ada agar tetap berfungsi baik, maka selain mencegah kegiatan yang merusak hutan, perlu dilakukan melalui kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL).

Kementerian Kehutanan telah melaksanakan berbagai program RHL, seperti Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan), Kampanye Indonesia Menanam, Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), One Man One Tree (OMOT), One Billion Indonesian Trees (OBIT), Pembangunan HTI dan HTR, pengembangan HKm, Hutan Rakyat serta Hutan Desa. Dari keseluruhan program Rehabilitasi Hutan dan Lahan tersebut, intinya adalah menanam dan memelihara pohon.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan beserta pendukungnya yang merupakan kewenangan daerah, dapat di danai dari APBN Kementerian Kehutanan melalui skema Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kehutanan. Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kehutanan dimulai sejak tahun 2008 dan digunakan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas nasional.

Kementerian Kehutanan menempatkan RHL menjadi salah satu kebijakan prioritas nasional. Kebijakan tersebut sangat relevan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh Daerah (Provinsi – Kabupaten/Kota) terkait dengan semakin terdegradasinya lingkungan, termasuk kerusakan hutan dan lahan, serta berkurangnya kualitas lingkungan yang dapat menimbulkan bencana banjir, tanah longsor, tingkat abrasi yang tinggi, intrusi air laut serta pemanasan global.

Page 2: P.47 Tahun 2012

2

Selain melakukan RHL, untuk menjaga keutuhan kawasan hutan sebagai sumber stok karbon, maka perlu dilakukan pengamanan dan perlindungan kawasan hutan. Intensitas gangguan keamanan hutan termasuk pada kawasan hutan produksi, hutan lindung dan Taman Hutan Raya (Tahura) sampai saat ini masih terus berlangsung. Salah satu kendala Pemerintah Daerah dalam penanganan tindak pidana kehutanan adalah masih kurangnya sarana dan prasarana pengamanan hutan. Untuk itu, perlu dilakukan upaya-upaya, antara lain menyediakan sarana dan prasarana pengamanan hutan. Diharapkan dengan terpenuhinya sarana dan prasarana pengamanan hutan yang dibiayai dari dana DAK bidang Kehutanan akan dapat mengurangi intensitas gangguan keamanan hutan.

DAK bidang Kehutanan tahun 2013 diperuntukkan pula untuk kegiatan operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). KPH merupakan bentuk desentralisasi di bidang kehutanan menuju hutan lestari dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan secara nyata. KPH menjadi salah satu kondisi pemungkin tercapainya tujuan penyelenggaraan pengelolaan hutan berdasarkan peruntukan dan fungsinya. Dengan adanya KPH, diharapkan hutan dikelola lebih intensif dan berkelanjutan. Untuk mendukung pengelolaan KPH diperlukan sarana dan prasarana yang memungkinkan agar KPH dapat beroperasional dengan baik.

Penyuluh kehutanan juga berperan penting terhadap berhasilnya kegiatan kehutanan, karena penyuluh kehutanan merupakan ujung tombak kelestarian hutan. Melalui kegiatan penyuluhan, pengetahuan dan ketrampilan dapat ditingkatkan serta dapat merubah paradigma, sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung pembangunan kehutanan. Mengingat pentingnya peran penyuluhan, maka DAK bidang Kehutanan tahun 2013 digunakan untuk penyediaan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dalam rangka kelancaran dan efisiensi penggunaan DAK bidang Kehutanan tahun 2013, diperlukan Petunjuk Teknis (Juknis) bagi para pihak yang terkait dengan pelaksanaan DAK.

B. Pengertian

Dalam Petunjuk Teknis Penggunaan DAK bidang Kehutanan Tahun 2013 ini, yang dimaksud dengan:

1. Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

2. Daerah Aliran Sungai, selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.

Page 3: P.47 Tahun 2012

3

3. Daerah Aliran Sungai Prioritas adalah Daerah Aliran Sungai yang karena kondisinya baik dalam hal adanya degradasi kawasan hutan dan lahan maupun kepentingan lingkungan dan masyarakat, perlu mendapat penanganan yang segera berupa Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL).

4. Hutan dan lahan kritis adalah hutan dan lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur produktivitas lahan sehingga menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem DAS.

5. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

6. Rehabilitasi hutan adalah upaya pembuatan tanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong/terbuka, alang-alang atau semak belukar dan hutan rawang untuk mengembalikan fungsi hutan.

7. Penanaman pengkayaan rehabilitasi hutan adalah kegiatan penambahan anakan pohon pada kawasan hutan rawang yang memiliki tegakan berupa anakan, pancang, tiang dan pohon sejumlah 200-400 batang/ha, dengan maksud untuk meningkatkan nilai tegakan hutan baik kualitas maupun kuantitas sesuai fungsinya.

8. Rehabilitasi lahan adalah kegiatan rehabilitasi yang dilaksanakan di luar kawasan hutan.

9. Penghijauan lingkungan adalah kegiatan penanaman yang dapat dilaksanakan di taman, jalur hijau, halaman tempat ibadah, perkantoran, sekolah, pemukiman, kanan kiri sungai, ruang terbuka hijau.

10. Sumber benih adalah suatu tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas.

11. Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.

12. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

13. Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan/atau satwa, budaya, pariwisata dan rekreasi.

14. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas minimal

Page 4: P.47 Tahun 2012

4

0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50%.

15. Penanaman pengkayaan hutan rakyat adalah kegiatan penambahan anakan pohon pada lahan yang memiliki tegakan berupa anakan, pancang, tiang dan pohon dibawah 200 - 250 batang/ha, dengan maksud untuk meningkatkan nilai tegakannya baik kualitas maupun kuantitas sesuai fungsinya.

16. Pemeliharaan tanaman adalah perlakuan terhadap tanaman dan lingkungannya dalam luasan dan kurun waktu tertentu agar tanaman tumbuh sehat dan berkualitas sesuai dengan standar hasil yang ditentukan.

17. Konservasi tanah adalah upaya penempatan setiap bidang lahan pada penggunaan (secara vegetatif dan/atau civil technic) yang sesuai dengan kemampuan lahan tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah sehingga dapat mendukung kehidupan secara lestari.

18. Hutan mangrove adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh pada tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut.

19. Rehabilitasi hutan mangrove adalah upaya mengembalikan fungsi hutan mangrove yang mengalami degradasi, kepada kondisi yang dianggap baik dan mampu mengemban fungsi ekologis dan ekonomis.

20. Hutan pantai adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh di tepi pantai dan berada di atas garis pasang tertinggi.

21. Rehabilitasi hutan pantai adalah upaya mengembalikan fungsi hutan pantai yang mengalami degredasi, kepada kondisi yang dianggap baik dan mampu mengemban fungsi ekologis dan ekonomis.

22. Penyuluhan Kehutanan adalah proses pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pengetahuan dan sikap perilaku masyarakat sehingga menjadi tahu, mau dan mampu melakukan usaha kehutanan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta mempunyai kepedulian dan partisipasi aktif dalam pelestarian hutan dan lingkungan.

23. Sarana dan prasarana penyuluhan adalah barang atau benda (bergerak atau tidak bergerak) yang dimanfaatkan oleh penyuluh kehutanan sebagai alat dalam menunjang kegiatan operasional penyuluhan kehutanan.

24. Sarana dan prasarana pengamanan hutan adalah alat, sarana dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk kelancaran operasional pengamanan hutan, termasuk pencegahan perambahan hutan dan kebakaran hutan.

25. Peralatan Polisi Hutan (Polhut) adalah keseluruhan alat dan sarana yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan pelaksanaan tugas pokok dan, fungsi, serta kewenangan Polhut.

26. Pakaian seragam Polhut adalah pakaian dan kelengkapannya yang dikenakan dalam kegiatan kedinasan.

27. Kelengkapan Polhut adalah peralatan pendukung perorangan yang digunakan Polhut di dalam melaksanakan tugasnya.

Page 5: P.47 Tahun 2012

5

28. Pengelolaan hutan adalah segala upaya yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan dan pengendalian dalam rangka mengoptimalkan fungsi pengembangan manfaat hutan dengan tetap menjaga kelestariannya.

29. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

30. Sarana dan prasarana KPH adalah bangunan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk kelancaran operasionalisasi KPH.

31. Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung yang selanjutnya disebut KPHL adalah organisasi pengelolaan hutan lindung yang wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan lindung yang dikelola pemerintah daerah.

32. Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi yang selanjutnya disebut KPHP adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan produksi yang dikelola pemerintah daerah.

33. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RP RHL) rencana manajemen (management plan) dalam rangka penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan sesuai dengan kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

34. Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTn RHL) adalah rencana Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang disusun pada tahun sebelum kegiatan (T-1) yang bersifat operasional berisi lokasi definitif kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, volume kegiatan, kebutuhan bahan dan upah serta kegiatan pendukung.

35. Multy Purpose Trees Species (MPTS) adalah jenis-jenis tanaman yang menghasilkan kayu dan bukan kayu.

Page 6: P.47 Tahun 2012

6

BAB II TUJUAN DAN SASARAN

A. Maksud dan Tujuan

Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kehutanan dimaksudkan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas pembangunan nasional.

Tujuan penggunaan DAK bidang Kehutanan Tahun Anggaran 2013 adalah : 1. Untuk meningkatkan daya dukung DAS dan fungsi hutan sehingga berfungsi

optimal sebagai upaya pengendalian bencana alam, seperti : banjir, tanah longsor, serta mengurangi dampak perubahan iklim dan pemanasan global.

2. Melengkapi dan memenuhi sarana prasarana pengamanan hutan. 3. Mengoptimalkan sarana prasarana penyuluhan kehutanan. 4. Menunjang pembangunan dan operasionalisasi KPH melalui penyediaan sarana

prasarana KPH

B. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kehutanan Tahun Anggaran 2013 adalah : 1. Terehabilitasinya lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan seluas 99.000

ha pada : a) Kawasan hutan lindung yang terdegradasi, Tahura dan Hutan Kota b) Hutan produksi yang tidak dibebani hak c) Kawasan hutan yang telah ditunjuk sebagai KPH d) Lahan kritis di luar kawasan e) Kawasan hutan mangrove dan hutan pantai yang rusak

2. Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan Tahura 3. Terpenuhinya dan terlengkapinya sarana dan prasarana pengamanan hutan 4. Terpenuhinya sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan 5. Terpenuhinya sarana dan prasarana operasionalisasi KPH

Page 7: P.47 Tahun 2012

7

BAB III

PENGGUNAAN DAK

A. Penggunaan Dana DAK bidang Kehutanan

DAK bidang Kehutanan tahun 2013 digunakan untuk membiayai kegiatan sebagai berikut :

1. Rehabilitasi hutan lindung dan lahan kritis di luar kawasan hutan, kawasan hutan mangrove, hutan pantai, Tahura dan Hutan Kota. Bagi Provinsi/Kabupaten/Kota yang memiliki kawasan hutan mangrove yang rusak maka kegiatan DAK bidang Kehutanan diarahkan untuk rehabilitasi hutan mangrove.

2. Pengelolaan Tahura dan Hutan Kota termasuk pengamanan hutan. 3. Pemeliharaan tanaman hasil rehabilitasi tahun sebelumnya. 4. Pembangunan bangunan sipil teknis (bangunan Konservasi Tanah dan

Air/KTA) yang meliputi dam pengendali, dam penahan, gully plug, sumur resapan, embung dan bangunan konservasi tanah dan air lainnya.

5. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana pengamanan Hutan. 6. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan. 7. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana operasional KPH.

B. Proporsi Penggunaan

Proporsi penggunaan DAK bidang Kehutanan tahun 2013 didasarkan atas tingkat prioritas penanganan dan kebutuhan dalam rangka mendukung pembangunan kehutanan. Proporsi penggunaan DAK adalah sebagai berikut :

1. Kabupaten/Kota

1.1. Kabupaten/Kota yang telah memiliki kelembagaan KPHL dan KPHP

Kegiatan yang dapat dilaksanakan yaitu RHL, pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan, pengembangan sarana dan prasarana pengamanan hutan, dan pengembangan sarana dan prasarana operasional KPH.

a. Bagi Kabupaten pengelola DAK, proporsi alokasi anggaran untuk kegiatan rehabilitasi hutan lindung dan lahan kritis di luar kawasan hutan, kawasan hutan mangrove, hutan pantai dan hutan kota sekurang-kurangnya 50% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping, dengan ketentuan untuk kegiatan vegetatif termasuk pemeliharaan tahun sebelumnya sekurang-kurangnya 70% dan untuk KTA/Sipil Teknis setinggi-tingginya 30%. Kegiatan Rehabilitasi hutan diutamakan di dalam wilayah hutan yang ditetapkan sebagai KPH.

Khusus untuk Kota pengelola DAK bidang Kehutanan maka kegiatan vegetatif termasuk pemeliharaan tahun sebelumnya sekurang-kurangnya 60 % dan untuk kegiatan KTA/Sipil Teknis setinggi-tingginya 40%.

Dari proporsi kegiatan vegetatif tersebut harus dialokasikan dana untuk pemeliharaan tanaman tahun sebelumnya. Selain itu, dapat dialokasikan pula untuk penyediaan bibit penghijauan lingkungan dan/atau pengelolaan sumber benih setinggi-tingginya 25%. Khusus untuk

Page 8: P.47 Tahun 2012

8

kegiatan pemeliharaan tanaman tahun I setinggi-tingginya 15% dari besarnya biaya RHL sumber dana DAK bidang Kehutanan tahun 2013. Pemeliharaan tanaman dilaksanakan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh Dinas Kabupaten/Kota.

b. Proporsi anggaran untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan dialokasikan sekurang-kurangnya 5% dan setinggi-tingginya 10% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping.

c. Proporsi anggaran untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana pengamanan hutan dialokasikan sekurang-kurangnya 15% dan setinggi-tingginya 20% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping.

d. Proporsi anggaran untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana operasional KPH dialokasikan setinggi-tingginya 20% dari total alokasi anggaran DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping.

e. Biaya pembuatan tanaman per ha dan biaya pembuatan bangunan KTA/sipil teknis per unit mengacu kepada standar teknis dan harga satuan biaya yang berlaku untuk di daerah yang bersangkutan dengan asas efektif dan efisien.

f. Untuk kegiatan RHL dan/atau pengelolaan sumber benih dengan sumber dana DAK bidang Kehutanan disupervisi oleh BPDAS/BPTH/BPHM.

g. Terhadap Kabupaten/Kota penerima DAK bidang Kehutanan tahun sebelumnya dan tidak menerima DAK bidang Kehutanan tahun 2013, maka pemerintah Kabupaten/Kota menyediakan anggaran (APBD) untuk kegiatan pemeliharaan dan pengamanan RHL tahun sebelumnya.

1.2. Kabupaten/Kota yang belum memiliki kelembagaan KPHL dan KPHP

Kegiatan yang dapat dilaksanakan yaitu RHL, pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan, dan pengembangan sarana dan prasarana pengamanan hutan.

a. Bagi Kabupaten pengelola DAK, proporsi alokasi anggaran untuk kegiatan rehabilitasi hutan lindung dan lahan kritis di luar kawasan hutan, kawasan hutan mangrove, hutan pantai dan hutan kota, adalah sekurang-kurangnya 75% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping; dengan ketentuan untuk kegiatan vegetatif termasuk pemeliharaan tahun sebelumnya dan/atau pengelolaan sumber benih sekurang-kurangnya 70% dan untuk KTA/Sipil Teknis setinggi-tingginya 30%.

Khusus untuk Kota pengelola DAK bidang Kehutanan maka kegiatan vegetatif termasuk pemeliharaan tahun sebelumnya sekurang-kurangnya 60% dan untuk kegiatan KTA/Sipil Teknis setinggi-tingginya 40%. Pemeliharaan tanaman dilakukan berdasarkan hasil penilaian tanaman yang dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten/Kota. Kegiatan pemeliharaan tanaman tahun I setinggi-tingginya 15% dari besarnya biaya RHL sumber dana DAK bidang Kehutanan tahun 2013.

Page 9: P.47 Tahun 2012

9

Untuk Kabupaten/Kota yang kepemilikan lahannya terbatas, kegiatan RHL bisa dilaksanakan dalam bentuk agroforestry (wanatani) dan pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK).

b. Proporsi anggaran untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan dialokasikan sekurang-kurangnya 5% dan setinggi-tingginya 10% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping.

c. Proporsi anggaran untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana pengamanan hutan dialokasikan sekurang-kurangnya 10% dan setinggi-tingginya 15% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping.

d. Biaya pembuatan tanaman per ha dan biaya pembuatan bangunan KTA/Sipil Teknis per unit mengacu kepada standar teknis dan harga satuan biaya yang berlaku di daerah yang bersangkutan dengan asas efektif dan efisien.

e. Untuk kegiatan RHL dan/atau pengelolaan sumber benih dengan sumber dana DAK bidang Kehutanan disupervisi oleh BPDAS/BPTH/BPHM.

f. Terhadap Kabupaten/Kota penerima DAK bidang Kehutanan tahun sebelumnya dan tidak menerima DAK bidang Kehutanan tahun 2013, maka pemerintah Kab/Kota menyediakan anggaran (APBD) untuk pemeliharaan dan pengamanan RHL tahun sebelumnya.

2. Provinsi

DAK bidang Kehutanan untuk provinsi diperuntukkan untuk membiayai kegiatan operasionalisasi KPH dan/atau pengelolaan Tahura.

2.1. Provinsi yang telah memiliki kelembagaan KPHL dan KPHP

Kegiatan yang dapat dilaksanakan yaitu RHL, pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan, pengembangan sarana dan prasarana pengamanan hutan, dan pengembangan sarana dan prasarana operasional KPH.

a. Kegiatan rehabilitasi hutan lindung, kawasan hutan mangrove, hutan pantai dan hutan kota serta kawasan yang ditetapkan sebagai KPH, proporsi alokasi anggarannya sekurang-kurangnya 50% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping; dengan ketentuan untuk kegiatan vegetatif termasuk pemeliharaan tahun sebelumnya dan/atau pengelolaan sumber benih sekurang-kurangnya 70% dan untuk kegiatan KTA/Sipil Teknis setinggi-tingginya 30%. Kegiatan RHL di utamakan di dalam wilayah hutan yang ditetapkan sebagai KPH.

b. Proporsi anggaran untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan dialokasikan sekurang-kurangnya 5% dan setinggi-tingginya 10% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping.

c. Proporsi anggaran untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana pengamanan hutan dialokasikan setinggi-tingginya sebesar

Page 10: P.47 Tahun 2012

10

20% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping.

d. Proporsi anggaran untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana operasional KPH dialokasikan setinggi-tingginya 20% dari total alokasi anggaran DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping.

e. Biaya pembuatan tanaman per ha dan biaya pembuatan bangunan KTA/Sipil Teknis per unit mengacu kepada standar teknis dan harga satuan biaya yang berlaku di daerah yang bersangkutan dengan asas efektif dan efisien.

f. Pemeliharaan tanaman dilaksanakan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh Dinas Provinsi.

g. Untuk kegiatan RHL dan/atau pengelolaan sumber benih dengan sumber dana DAK bidang Kehutanan agar berkoordinasi dengan BPDAS/BPTH/BPHM.

2.2. Provinsi yang telah memiliki kelembagaan Tahura

Kegiatan yang dapat dilaksanakan yaitu RHL, pengembangan sarana dan prasarana Tahura, pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan.

a. Anggaran DAK untuk kegiatan RHL sekurang-kurangnya 50% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping dan/atau disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan ketentuan sekurang-kurangnya 70% untuk kegiatan vegetatif termasuk pemeliharaan tahun sebelumnya dan/atau pengelolaan sumber benih serta setinggi-tingginya 30% untuk kegiatan KTA/sipil teknis.

b. Sarana prasarana pengelolaan dan pengamanan Tahura yang terdiri antara lain pagar pengamanan, gerbang, pos loket, pusat informasi, pos jaga, GPS, jalur tracking, kendaraan bermotor roda 2 (dua) untuk patroli dan seragam polhut beserta kelengkapannya serta personal use petugas pemadam kebakaran yang jumlah keseluruhannya setinggi-tingginya sebesar 40% dari anggaran DAK dan dana pendamping. Pengadaan jenis sarana dan prasarana pengelolaan dan pengamanan Tahura tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pengelolaan Tahura.

c. Sarana prasarana penyuluhan kehutanan antara lain kendaraan bermotor roda 2 untuk penyuluh kehutanan, dan alat peraga untuk mendukung kegiatan penyuluhan kehutanan yang jumlah keseluruhannya sekurang-kurangnya 5% dan setinggi-tingginya 10% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping. Pengadaan jenis sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

d. Biaya pembuatan tanaman per ha dan biaya pembuatan bangunan KTA/Sipil Teknis per unit mengacu kepada standar teknis dan harga satuan biaya yang berlaku di daerah yang bersangkutan dengan asas efektif dan efisien.

e. Pemeliharaan tanaman dilaksanakan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh Dinas Provinsi.

Page 11: P.47 Tahun 2012

11

f. Untuk kegiatan RHL dan/atau pengelolaan sumber benih dengan sumber dana DAK bidang Kehutanan agar berkoordinasi dengan BPDAS/BPTH/BPHM.

2.3. Provinsi yang telah memiliki kelembagaan Tahura dan KPHP serta KPHL

a. Anggaran DAK untuk kegiatan RHL sekurang-kurangnya 40% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping dengan ketentuan sekurang-kurangnya 70% untuk kegiatan vegetatif termasuk pemeliharaan tahun sebelumnya dan/atau pengelolaan sumber benih serta setinggi-tingginya 30% untuk kegiatan KTA/sipil teknis.

b. Proporsi anggaran untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan dialokasikan sekurang-kurangnya 5% dan setinggi-tingginya 10% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping.

c. Proporsi anggaran untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana pengamanan hutan dialokasikan setinggi-tingginya sebesar 25% dari besaran alokasi DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping.

d. Proporsi anggaran untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana operasional KPH dialokasikan setinggi-tingginya 25% dari total alokasi anggaran DAK bidang Kehutanan dan dana pendamping.

e. Biaya pembuatan tanaman per ha dan biaya pembuatan bangunan KTA/Sipil Teknis per unit mengacu kepada standar teknis dan harga satuan biaya yang berlaku di daerah yang bersangkutan dengan asas efektif dan efisien.

f. Pemeliharaan tanaman dilaksanakan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh Dinas Provinsi.

g. Untuk kegiatan RHL dan/atau pengelolaan sumber benih dengan sumber dana DAK bidang Kehutanan agar berkoordinasi dengan BPDAS/BPTH/BPHM.

h. Terhadap Dinas Kehutanan Provinsi (UPTD Tahura) penerima DAK bidang Kehutanan tahun sebelumnya dan tidak menerima DAK bidang Kehutanan tahun 2013, maka pemerintah Provinsi menyediakan anggaran (APBD) untuk pemeliharaan dan pengamanan RHL tahun sebelumnya. Pemeliharaan tanaman dilaksanakan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh Dinas Provinsi.

C. Prasyarat

1. DAK bidang Kehutanan digunakan untuk kegiatan-kegiatan di Bidang Kehutanan yang telah menjadi urusan/kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi khususnya dalam rangka RHL, pengelolaan Tahura, pengamanan hutan, penyuluhan kehutanan dan pembangunan/operasional KPH, dimana dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut tidak/belum mendapat pembiayaan dari dana APBN lainnya (dana tugas pembantuan, block grant, dll).

2. Areal kerja/lokasi kegiatan DAK bidang Kehutanan tidak tumpang tindih dengan kegiatan serupa lainnya yang telah/sedang/akan dibiayai dengan dana yang

Page 12: P.47 Tahun 2012

12

bersumber dari APBD/APBN dan sumber dana lainnya (pinjaman, hibah luar negeri, dan dana masyarakat, dll).

3. Pelaksanaan kegiatan RHL mengacu kepada dokumen perencanaan RHL, yaitu RP RHL, RTn RHL dan rancangan teknis RHL.

D. Instansi Pelaksana

Kegiatan yang dibiayai dengan sumber DAK bidang Kehutanan diselenggarakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang diserahi tugas dan wewenang serta bertanggung jawab di bidang Kehutanan.

E. Dana Pendamping

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan Pasal 61 ayat (1), pemerintah Kabupaten/Kota/Provinsi penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10% dari besaran alokasi DAK. Dana pendamping menjadi satu kesatuan dengan dana transfer dari pusat dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan-kegiatan fisik di dalam pelaksanaan kegiatan DAK bidang Kehutanan. Dana pendamping bersumber dari APBD.

F. Dana Pendukung

Untuk kegiatan non fisik antara lain untuk penyusunan dokumen perencanaan RHL (penyusunan RP RHL, RTnRHL dan sebagainya), monitoring dan evaluasi, penilaian keberhasilan tanaman, pelaporan, dan pengendalian, rapat-rapat, dan peningkatan SDM, pemerintah Kabupaten/Kota/Provinsi diharapkan dapat mengalokasikan Dana Pendukung diluar dana pendamping minimal 10% atau sesuai kemampuan daerah masing-masing. Sesuai dengan PP 76 Tahun 2008, Provinsi – Kabupaten/Kota wajib menyusun dokumen perencanaan RHL (RP RHL dan RTn RHL) dari dana pendukung.

Page 13: P.47 Tahun 2012

13

BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis DAS

1. Persyaratan Teknis

Peningkatan fungsi DAS prioritas dilaksanakan melalui upaya rehabilitasi hutan, pengkayaan vegetatif, rehabilitasi lahan dan pengkayaan hutan rakyat, dan konservasi tanah dan air, serta pengelolaan Tahura dengan mengacu pada Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang diatur dengan Peraturan Menteri Kehutanan P.70/Menhut – II/2008 junto P.26/Menhut – II/2010.

Jenis tanaman yang digunakan adalah tanaman kayu-kayuan dan Multi Purpose Trees Species (MPTS) yang dapat berfungsi untuk mengembalikan kesuburan tanah, jenis pohon setempat/lokal disesuaikan dengan habitatnya dan jenis unggulan setempat. Khusus untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diarahkan untuk kegiatan pengembangan dan pelestarian tanaman Cendana (Santalum album) dengan mengalokasikan anggaran DAK bidang Kehutanan sebesar Rp 250 juta per Kabupaten/Kota.

2. Rincian Kegiatan

Rincian kegiatan rehabilitasi lahan kritis DAS terdiri dari :

a. Rehabilitasi Hutan secara vegetatif

1) Sasaran lokasi

a) Kawasan hutan lindung yang terdegradasi; b) Tahura yang telah ditetapkan oleh Gubernur/Bupati; dan c) Hutan Produksi yang tidak di bebani hak; d) Kawasan Hutan yang ditetapkan sebagai KPHL dan KPHP.

2) Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa satu paket pekerjaan yang meliputi penyediaan bibit, penanaman, pengkayaan dan pemeliharaan tanaman tahun berjalan;

3) Penyediaan bibit terdiri dari jenis kayu-kayuan dan MPTS. Sedangkan jarak tanam yang dikembangkan bervariasi sesuai dengan ketentuan teknis dan kondisi lapangan.

4) Lokasi kegiatan rehabilitasi hutan ini wajib dipetakan pada peta dengan skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000.

5) Kegiatan dilaksanakan dengan sistem kontraktual oleh penyedia barang/jasa pembuatan tanaman atau swakelola, dengan masa kegiatan dalam satu tahun anggaran 2013 dengan berpedoman kepada Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 jo. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.

6) Untuk pulau Jawa, lokasi kegiatan DAK di dalam kawasan hutan adalah pada kawasan hutan yang tidak termasuk dalam pengelolaan Perum Perhutani.

Page 14: P.47 Tahun 2012

14

7) Kegiatan rehabilitasi hutan secara vegetatif bisa dilaksanakan dalam bentuk agroforestry (wanatani) dan pengembangan hasil hutan bukan kayu.

b. Rehabilitasi Lahan Secara Vegetatif .

Kegiatan rehabilitasi lahan terdiri dari : penanaman dan pengkayaan hutan rakyat, pembangunan dan/atau pengelolaan hutan kota dan penghijauan lingkungan.

1) Penanaman dan pengkayaan hutan rakyat

a) Sasaran lokasi

(1) Tanah milik rakyat, yang menurut kesesuaian lahan dan pertimbangan ekonomis lebih sesuai untuk hutan rakyat;

(2) Tanah milik rakyat yang terlantar dan berada di bagian hulu DAS; (3) Tanah desa, tanah marga/adat, tanah negara bebas serta tanah

lainnya yang terlantar dan bukan kawasan hutan negara; (4) Tanah milik rakyat/tanah desa/tanah lainnya yang sudah ada

tanaman kayu-kayuan tetapi masih perlu dilakukan pengkayaan tanaman.

b) Kegiatan dilaksanakan dengan tahapan persiapan lapangan, penyediaan bibit, pembuatan tanaman dan pemeliharaan tanaman tahun berjalan.

c) Penyediaan bibit terdiri dari jenis kayu-kayuan dan MPTS, sedangkan jarak tanam yang dikembangkan bervariasi sesuai dengan kondisi lapangan.

d) Lokasi kegiatan rehabilitasi lahan ini wajib dipetakan pada peta dengan skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000 dan dilengkapi dengan titik koordinat lokasi.

e) Pelaksanaan kegiatan secara sistem kontraktual oleh penyedia barang/ jasa atau swakelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan masa kegiatan selama satu tahun anggaran 2013.

f) Untuk penyediaan bibit dilakukan melalui pengadaan bibit oleh penyedia barang secara kontraktual atau swakelola dalam satu tahun anggaran 2013 dengan berpedoman kepada Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 jo. Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.

2) Pembangunan dan/atau pengelolaan hutan kota

a) Sasaran lokasi kegiatan adalah hamparan lahan kosong di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2001 tentang hutan kota.

b) Pembangunan dan/atau pengelolaan hutan kota dimaksudkan sebagai upaya untuk perbaikan lingkungan perkotaan dengan tujuan untuk mewujudkan lingkungan hidup wilayah perkotaan yang sehat, rapi, dan indah dalam suatu hamparan tertentu sehingga mampu memperbaiki dan menjaga iklim mikro, estetika, resapan air serta keseimbangan lingkungan perkotaan;

Page 15: P.47 Tahun 2012

15

c) Pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan secara swakelola dan/atau kontraktual sesuai dengan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 jo. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.

3) Penghijauan lingkungan

a) Sasaran lokasi kegiatan adalah lahan fasilitas umum dan fasilitas sosial serta hamparan lahan kosong antara lain halaman tempat ibadah, perkantoran, sekolah dan pemukiman;

b) Kegiatan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan melalui penanaman pohon jenis kayu dan MPTS;

c) Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat/ pramuka/pelajar/mahasiswa/LSM/Ormas pengusul, yang diarahkan agar sesuai kaidah teknis penanaman pada umumnya;

d) Komponen kegiatan meliputi persiapan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan.

c. Pengelolaan Sumber Benih

1) Sasaran lokasi pengelolaan sumber benih adalah kawasan hutan atau lahan milik pemerintah;

2) Pengelolaan sumber benih bertujuan untuk memproduksi benih bermutu guna mendukung kegiatan RHL;

3) Standar pengelolaan sumber benih berpedoman pada Peraturan Menteri Kehutanan No. P.01/Menhut-II/2009 jo. No.P.72/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan;

4) Pelaksanaan pengelolaan sumber benih dilakukan secara swakelola atau kontraktual dalam satu tahun anggaran 2013.

d. Konservasi Tanah dan Air (KTA)

1) Pembuatan bangunan KTA dengan menerapkan teknologi teknis sipil yang ramah lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat;

2) Kegiatan dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan disesuaikan dengan kondisi lahan, biaya murah dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat;

3) Bangunan KTA dapat berupa dam pengendali, dam penahan, pengendali jurang/gully plug, embung air, sumur resapan air serta lainnya;

4) Kegiatan pembuatan bangunan KTA dilaksanakan secara swakelola atau kontraktual oleh pihak III yang dillaksanakan dalam satu tahun anggaran 2013 dengan berpedoman kepada Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 jo. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah;

5) Rancangan bangunan KTA dinilai/supervisi oleh BPDAS setempat.

Page 16: P.47 Tahun 2012

16

B. Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Pantai

1. Persyaratan Teknis

Upaya rehabilitasi hutan mangrove dan pantai dilaksanakan dengan mengacu pada kriteria, pedoman, petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan yang berlaku, khususnya yang diterbitkan oleh Kementerian Kehutanan.

2. Rincian Kegiatan

Penggunaan DAK bidang Kehutanan untuk peningkatan fungsi hutan mangrove dan pantai yaitu berupa kegiatan rehabilitasi hutan mangrove dan pantai yang dirinci sebagai berikut :

a. Sasaran lokasi kegiatan adalah pada hutan mangrove dan pantai yang telah terdegradasi dan lahan yang berpotensi terkena dampak bencana seperti tsunami, abrasi dan intrusi air laut. Sasaran lokasi dimaksud meliputi :

1) Hutan mangrove dan pantai pada kawasan hutan lindung, hutan produksi yang tidak dibebani hak, lahan di luar kawasan hutan serta tidak dicadangkan/proses perizinan untuk pembangunan HTI/HTR, serta Taman Hutan Raya (Tahura) yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/ Kota.

2) Kawasan pantai berhutan mangrove baik di dalam maupun di luar kawasan hutan (minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah diukur dari garis surut terendah ke arah darat) yang mengalami degradasi/deforestasi atau dipandang perlu untuk dilakukan penanaman/ pengkayaan jenis tanaman mangrove.

3) Sempadan pantai baik di luar maupun di dalam kawasan hutan (minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat) yang telah mengalami degradasi/deforestasi atau dipandang perlu untuk dilakukan kegiatan penanaman/pengkayaan jenis tanaman pantai.

b. Untuk pulau Jawa, lokasi kegiatan DAK di dalam kawasan hutan adalah pada kawasan hutan yang tidak termasuk dalam pengelolaan Perum Perhutani.

c. Pelaksanaan kegiatan dapat dilaksanakan secara swakelola atau kontraktual oleh penyedia barang pembuatan tanaman yang dikerjakan dalam satu tahun anggaran 2013 dengan berpedoman kepada Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 jo. Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.

d. Kegiatan di luar kawasan hutan meliputi penyediaan bibit, penanaman dan pemeliharaan tanaman tahun berjalan. Pelaksanaan penyediaan bibit dapat dilaksanakan secara kontraktual maupun melalui pembuatan secara swakelola.

e. Pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan tanaman tahun berjalan dilaksanakan secara swakelola dengan kelompok tani hutan/rehabilitasi lahan atau nelayan setempat.

Page 17: P.47 Tahun 2012

17

C. Pengembangan Sarana dan Prasarana Penyuluhan Kehutanan

Sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan dimanfaatkan untuk tujuan :

1. Memperlancar kegiatan penyuluhan kehutanan; 2. Memfasilitasi proses pembelajaran dan penerapan teknologi baru dalam rangka

pelaksanaan kegiatan penyuluhan kehutanan; 3. Meningkatkan kompetensi dan kinerja penyuluh kehutanan; 4. Mengakses informasi teknologi, pasar, permodalan, dan informasi lainnya,

serta; 5. Memperlancar kegiatan pelaporan kegiatan penyuluhan kehutanan.

Pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Penyuluhan Kehutanan, antara lain berupa: kendaraan bermotor roda 2, komputer jinjing, global positioning system (GPS), LCD proyektor, unit percontohan, serta alat peraga lainnya yang akan digunakan untuk kegiatan penyuluhan kehutanan oleh tenaga penyuluhan kehutanan.

Pengadaan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan disesuaikan dengan kebutuhan daerah berdasarkan hasil koordinasi dengan Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Provinsi atau Badan Pelaksana Penyuluhan (Bapelluh)/instansi penyelenggara yang melaksanakan fungsi penyuluhan kehutanan Kabupaten/Kota. Pengadaan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan di Provinsi digunakan untuk kegiatan penyuluhan kehutanan di wilayah Provinsi (Tahura).

Pengadaan sarana prasarana penyuluhan berupa sepeda motor, komputer jinjing, GPS, LCD proyektor dll, setelah dilaksanakan pengadaannya selanjutnya diserahkan ke Bakorluh/Bapelluh/Instansi penyelenggara yang melaksanakan fungsi penyuluhan Kehutanan Kabupaten/Kota untuk dipergunakan oleh Penyuluh Kehutanan. Penyerahan sarana prasarana tersebut dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima Sarana Prasarana Penyuluhan Kehutanan sebagaimana terlampir. Untuk selanjutnya, berita acara dimaksud disampaikan kepada BP2SDMK cq. Pusat Penyuluhan Kehutanan.

Sarana prasarana berupa unit percontohan direncanakan dan dilaksanakan oleh penyuluh kehutanan setelah rancangan teknis disetujui oleh Bapelluh. Rancangan teknis pembangunan unit percontohan penyuluhan kehutanan yang disusun harus mengacu kepada pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan kehutanan yang telah diterbitkan oleh Kepala BP2SDM Kehutanan.

D. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pengamanan Hutan

Pengembangan sarana dan prasarana pengamanan hutan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan anggaran dengan mengacu standar, pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.05/Menhut-II/2010 tentang Standar Sarana dan Prasarana Polisi Kehutanan. Pengadaan sarana dan prasarana pengamanan hutan berupa, antara lain:

Page 18: P.47 Tahun 2012

18

1. Peralatan

- Alat komunikasi

- Alat navigasi

- Alat dokumentasi dan intelejen

- Alat pemadam kebakaran

- Alat pendakian, selam dan penyelamatan

2. Sarana

- Sarana mobilisasi, antara lain berupa kendaraan patroli pengamanan hutan dan kelengkapannya Pos dan pondok jaga

- Seragam Polhut beserta kelengkapannya sesuai dengan Permenhut No. P.71/Menhut-II/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang pakaian, atribut, dan kelengkapan seragam Patroli Kehutanan.

- Personal use petugas pemadam kebakaran, seperti baju pemadam, sepatu lapangan, helm, masker, kacamata, peples, dan atribut kelengkapan lainnya.

Peruntukan dan pemanfaatan sarana dan prasarana pengamanan hutan hanya dipergunakan untuk mendukung kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan.

Untuk Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan, pengadaan sarana dan prasarana pengamanan hutan diarahkan untuk belanja modal dalam rangka pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan.

Bagi Kabupaten/Kota dan UPTD Tahura yang telah mengadakan mobil patroli (kendaraan roda 4 atau lebih) untuk pengamanan hutan dari dana DAK bidang Kehutanan tidak diperkenankan kembali untuk mengadakan mobil patroli (kendaraan roda 4 atau lebih) dari dana DAK bidang Kehutanan tahun 2013.

E. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura)

Pengembangan sarana dan prasarana pengelolaan Tahura didalamnya terdapat kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pengamanan hutan dan fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan sesuai kondisi Tahura yang bersangkutan, antara lain pagar pengamanan, gerbang, pos loket, pusat informasi, pos jaga, GPS, jalur tracking, kendaraan roda dua untuk patroli, kelengkapan kendaraan patroli pengamanan hutan, sarpras pengamanan Tahura dan lain-lain.

UPTD Tahura yang telah mengadakan mobil patroli (kendaraan roda 4 atau lebih) untuk pengamanan hutan dari dana DAK bidang Kehutanan tidak diperkenankan kembali untuk mengadakan mobil patroli (kendaraan roda 4 atau lebih) dari dana DAK bidang Kehutanan tahun 2013.

Page 19: P.47 Tahun 2012

19

F. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pembangunan Operasional KPHL dan KPHP

Pengembangan sarana dan prasarana operasional KPH diperuntukkan bagi daerah yang memiliki kelembagaan KPH dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan anggaran dengan mengacu standar, pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan, antara lain bangunan resort tingkat tapak, kendaraan bermotor operasional roda dua, peralatan survey (antara lain : hagameter, GPS, clinometer), peralatan perpetaan (antara lain : komputer, scaner, printer), perlengkapan kantor, sarana dan prasarana pendukung pemeliharaan hasil rehabilitasi. Pengadaan sarana dan prasarana KPH disinergikan dengan pengadaan sarana dan prasarana yang didanai dari APBN Kementerian Kehutanan sesuai dengan P.41/Menhut-II/2011 junto P.54/Menhut-II/2011 dan mengacu kepada rencana pengelolaan hutan pada KPH yang bersangkutan.

Page 20: P.47 Tahun 2012

20

BAB V PELAPORAN DAN PENILAIAN KINERJA

A. PELAPORAN 1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pelaksana kegiatan DAK bidang

Kehutanan di Provinsi – Kabupaten/Kota penerima DAK bidang Kehutanan wajib melaporkan setiap triwulanan dan tahunan pelaksanaan kegiatan dan pencapaian (fisik dan keuangan) sesuai dengan format laporan terlampir.

2. Laporan tahunan dilengkapi dengan peta rancangan/peta tanaman dengan skala 1 : 5.000 s.d. 1 : 10.000 beserta permasalahan yang dihadapi kepada unit eselon I Kementerian Kehutanan dan ditembuskan kepada UPT Kementerian Kehutanan terkait di daerah serta Dinas Kehutanan Provinsi paling lambat 2 (dua) minggu setelah triwulan berakhir.

3. Unit eselon I Kementerian Kehutanan pada butir 1 adalah Sekretariat Jenderal c.q. Kepala Biro Perencanaan, Direktur Jenderal BPDASPS c.q. Direktur Bina RHL, Direktur Jenderal PHKA c.q. Direktur Penyidikan dan Pengamanan Hutan serta Direktur Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung, Direktur Jenderal Planologi Kehutanan c.q. Direktur Wilayah Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan, dan Kepala BP2SDM Kehutanan c.q. Sekretaris BP2SDM Kehutanan dan Kepala Pusat Penyuluhan, sedangkan UPT Kementerian Kehutanan di daerah meliputi BPDAS/BPTH/BPHM, BB KSDA/TN atau BKSDA/TN dan BPKH setempat.

4. Selain pelaporan secara manual, telah dikembangkan sistem e reporting berbasis web yang berada di Biro Perencanaan untuk meningkatkan efektifitas pelaporan dan akuntabilitas pelaksanaan DAK bidang Kehutanan. Terkait sistem e reporting berbasis web akan di atur dalam juklak tersendiri.

B. PENILAIAN KINERJA (REWARD AND PUNISHMENT)

Ketertiban pelaporan (triwulanan dan tahunan), kemajuan realisasi fisik dan keuangan serta kesesuaian kegiatan dengan juknis yang berlaku akan dijadikan dasar pengenaan sistem reward and punishment pengalokasian DAK bidang Kehutanan tahun selanjutnya.

Dalam hal terdapat indikasi penyimpangan teknis pelaksanaan yang berakibat terjadinya penyimpangan penggunaan anggaran, maka Menteri Kehutanan menyampaikan informasi kepada Menteri Keuangan, BPK RI dan BPKP untuk mengambil tindakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 21: P.47 Tahun 2012

21

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

A. Tingkat Pusat

1. Menteri Kehutanan melakukan pemantauan dan evaluasi atas teknis pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran yang bersumber dari DAK bidang Kehutanan.

2. Dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi termasuk bimbingan teknis kegiatan RHL, Menteri Kehutanan mendelegasikan kepada Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial c.q. Direktur Bina RHL sebagai penanggung jawab program RHL.

3. Dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi termasuk bimbingan teknis kegiatan pengelolaan sumber benih, Menteri Kehutanan mendelegasikan kepada Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial c.q. Direktur Perbenihan Tanaman Hutan.

4. Dalam melaksanakan pemantauan, evaluasi dan koordinasi penggunaan anggaran, Menteri Kehutanan mendelegasikan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan c.q Kepala Biro Perencanaan.

5. Dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi termasuk bimbingan teknis kegiatan pengamanan hutan, Menteri Kehutanan mendelegasikan kepada Direktur Jenderal PHKA c.q. Direktur Penyidikan dan Pengamanan Hutan.

6. Dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi termasuk bimbingan teknis kegiatan pengelolaan Tahura, Menteri Kehutanan mendelegasikan kepada Direktur Jenderal PHKA c.q. Direktur Konservasi Kawasan dan Bina Hutan Lindung.

7. Dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi termasuk bimbingan teknis kegiatan operasionalisasi KPH, Menteri Kehutanan mendelegasikan kepada Direktur Jenderal Planologi Kehutanan c.q. Direktur Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan.

8. Dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi termasuk bimbingan teknis kegiatan penyuluhan kehutanan, Menteri Kehutanan mendelegasikan kepada Kepala BP2SDM Kehutanan c.q. Sekretaris BP2SDM Kehutanan.

9. Dalam melaksanakan pengawasan perencanaan, Menteri Kehutanan mendelegasikan kepada Inspektur Jenderal

10. Dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi termasuk bimbingan teknis per regional Menteri Kehutanan mendelegasikan kepada Kepala Pusdalbanghutreg I – IV

Page 22: P.47 Tahun 2012

22

B. Tingkat Daerah

1. Dinas Kehutanan Provinsi melakukan pembinaan dan pengendalian serta monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan DAK bidang Kehutanan di setiap Kabupaten/Kota wilayahnya.

2. BPDAS, BPTH dan BPHM melakukan perencanaan, pemantauan dan evaluasi teknis pelaksanaan RHL dan/atau pengelolaan sumber benih.

3. Balai Besar KSDA/TN atau Balai KSDA/TN setempat melakukan perencanaan, pemantauan dan evaluasi sarana prasarana pengamanan hutan di daerah.

4. Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) setempat melakukan perencanaan, pemantauan dan evaluasi sarana dan prasarana KPH di daerah.

5. Kegiatan monitoring dan evaluasi, berupa penilaian tanaman di dalam dan di luar kawasan hutan yang dilaksanakan oleh SKPD penerima DAK dengan melibatkan unsur Dinas Kehutanan Provinsi/Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota dan BPDAS setempat pada hamparan lahan dengan satuan luas (Ha) dinilai keberhasilannya sesuai dengan kewenangan menurut peraturan perundang-undangan.

Page 23: P.47 Tahun 2012

23

Format Laporan Triwulan DAK bidang Kehutanan Kab./Kota:

LAPORAN TRIWULAN PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

BIDANG KEHUTANAN TRIWULAN I/II/III/IV TAHUN .........

1. Kabupaten/Kota : ..................................................... 2. Provinsi : ..................................................... 3. Target Anggaran Tahun 20.... : Rp. ....................... 4. Realisasi Anggaran s/d saat ini : Rp. ....................... 5. Dana Pendamping : Rp. ....................... 6. Dana Pendukung : Rp. ....................... 7. Rancangan RHL

- Disusun oleh : ..................................................... - Dinilai oleh : ..................................................... - Disahkan oleh : ..................................................... - Supervisi oleh : .....................................................

8. Rencana dan Realisasi : .....................................................

No Kegiatan Koordinat

lokasi Fisik Keuangan

Rencana Realisasi Rencana Realisasi(Ha/unit) Ha/unit % (Rp.) Rp %

1 Rehabilitasi Hutan a. Penanaman - Hutan Lindung - Hutan Produksi b. Pengkayaan - Hutan Lindung - Hutan Produksi c. Pemeliharaan - Hutan Lindung - Hutan Produksi 2 Rehabilitasi lahan a. Hutan Rakyat b. Hutan Kota c. Penghijauan Lingkungan 3 Sumber benih a. Pemeliharaan b. Pengelolaan 4 Bangunan Konservasi Tanah dan

air

a. Dam Pengendali (DPi) b. Dam Penahan (DPn) c. Pengendali Jurang (Gully Plug)

d. Embung Air e. Sumur Resapan Air (SRA)

Page 24: P.47 Tahun 2012

24

5 Rehabilitasi Mangrove dan Pantai a. Mangrove b. Pantai 6 Pengembangan Sarpras Pamhut a. Alat komunikasi b. Alat navigasi c. Alat dokumentasi dan intelejen d. Alat pemadam kebakaran e. Alat pendakian, selam,

penyelamatan

f. Kendaraan patroli roda 2 g. Pos dan pondok jaga h. Seragam polhut dan

kelengkapannya

i. Personal use petugas damkar h. Lainnya 7 Pengembangan Sarpras

Penyuluhan

a. Kendaraan bermotor roda 2 b. Komputer c. LCD d. Lainnya : ............. 8 Pengembangan Sarpras KPH a. Bangunan resort tingkat tapak b. Peralatan survey a. Peralatan perpetaan b. Perlengkapan perkantoran c. Sarpras pendukung keg. RHL d. Lainnya : ............ 9 Kegiatan lainnya

10. Permasalahan/Hambatan 11. Upaya Tindak Lanjut 12. Lampiran (dilengkapi dengan peta dan koordinat di masing-masing lokasi kegiatan)

Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang menangani kehutanan, (..................................)

Page 25: P.47 Tahun 2012

25

Format Laporan Triwulan DAK bidang Kehutanan Provinsi:

LAPORAN TRIWULAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN

DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG KEHUTANAN TRIWULAN I/II/III/IV

TAHUN ......... 1. Provinsi : ..................................................... 2. Target Anggaran Tahun 20.... : Rp. ....................... 3. Realisasi Anggaran s/d saat ini : Rp. ....................... 4. Dana Pendamping : Rp. ....................... 5. Dana Pendukung : Rp. ....................... 6. Rancangan RHL

- Disusun oleh : ..................................................... - Dinilai oleh : ..................................................... - Disahkan oleh : ..................................................... - Supervisi oleh : .....................................................

7. Rencana dan Realisasi : .....................................................

No Kegiatan Koordinat

lokasi Fisik Keuangan

Rencana Realisasi Rencana Realisasi(Ha/unit) Ha/unit % (Rp.) Rp %

1 Rehabilitasi Hutan a. Penanaman - Hutan Lindung - Hutan Produksi b. Pengkayaan - Hutan Lindung - Hutan Produksi c. Pemeliharaan - Hutan Lindung - Hutan Produksi 2 Rehabilitasi lahan a. Hutan Rakyat b. Hutan Kota c. Penghijauan Lingkungan 3 Sumber benih a. Pemeliharaan b. Pengelolaan 4 Bangunan Konservasi Tanah dan

Air

a. Dam Pengendali (DPi) b. Dam Penahan (DPn) c. Pengendali Jurang (Gully

Plug)

d. Embung Air e. Sumur Resapan Air (SRA)

Page 26: P.47 Tahun 2012

26

5 Rehabilitasi dan Pantai a. Mangrove b. Pantai 6 Pengembangan Sarpras

Penyuluhan

a. Kendaraan bermotor b. Komputer c. LCD d. lainnya : ............. 7 Pengembangan Sarpras

Pengelolaan dan Pengamanan Tahura

a. Kendaraan bermotor untuk patroli

b. Pos jaga c. GPS d. Pagar pengamanan e. Pusat Informasi d. lainnya : ..............

8. Pengembangan Sarpras KPH e. Bangunan resort tingkat tapak f. Peralatan survey g. Peralatan perpetaan d. Perlengkapan perkantoran e. Sarpras pendukung keg. RHL f. Lainnya

9. Kegiatan lainnya

10. Permasalahan / Hambatan 11. Upaya Tindak Lanjut 12. Lampiran (dilengkapi dengan peta dan koordinat di masing-masing lokasi kegiatan)

Kepala Dinas Provinsi yang menangani kehutanan, (..................................)

Page 27: P.47 Tahun 2012

27

Format Laporan Akhir Tahun DAK bidang Kehutanan :

LAPORAN AKHIR TAHUN

PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG KEHUTANAN TAHUN .........

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Ruang Lingkup

II. Rencana Kegiatan DAK bidang Kehutanan Tahun 2013

A. Rencana Kegiatan RHL 1. Jenis dan volume kegiatan 2. Pembiayaan

b. Rencana Pengadaaan Sarana Prasarana Pengamanan Hutan dan Penyuluhan Kehutanan serta KPH 1. Jenis dan volume kegiatan 2. Pembiayaan

III. Pelaksanaan Kegiatan DAK bidang Kehutanan Tahun 2013

A. Pelaksanaan Kegiatan RHL B. Pelaksanaan Pengadaaan Sarana Prasarana Pengamanan Hutan dan

Penyuluhan Kehutanan serta KPH IV. Analisis Permasalahan / Hambatan V. Upaya Tindak Lanjut VI. Penutup

LAMPIRAN (peta yang dilengkapi koordinat geografis di masing-masing lokasi kegiatan)

Page 28: P.47 Tahun 2012

28

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA ………………………………….. DINAS KEHUTANAN

Alamat : ………………………………… e-mail : …………………………………

BERITA ACARA SERAH SARANA PRASARANA PENYULUHAN KEHUTANAN Nomor : ………………………/2013

Pada hari ini, ………… Tanggal ………… Bulan ………… Tahun Dua Ribu Tiga Belas, yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama/NIP : ....................................................... Jabatan : Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota Alamat : .......................................................

dalam hal ini karena jabatannya bertindak untuk dan atas nama Penanggung Jawab Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota ……………………, yang selanjutnya disebut sebagai

PIHAK PERTAMA. 2. Nama/NIP : .......................................................

Jabatan : Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten/Kota ………… .

Alamat : .......................................................

dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Penanggung Jawab Badan Pelaksana Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten/Kota ……………………, yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA, bahwa sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. …./Menhut-II/2012 tanggal …………………… 2012 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan Tahun 2013 Bab IV.C tentang Pengembangan Sarana dan Prasarana Penyuluhan Kehutanan, pengadaan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan apabila telah dilaksanakan agar diserahkan kepada Penyuluh Kehutanan melalui Badan Pelaksana (Bapel) Penyuluhan Kabupaten/Kota.

Dengan ini PIHAK PERTAMA menyerahkan Barang Milik Negara berupa Sarana Prasarana Penyuluhan Kehutanan PIHAK KEDUA selaku penanggungjawab Pengguna Sarana Prasarana Penyuluhan Kehutanan di Kabupaten/Kota …………………… . Dalam Berita Acara Serah Terima Barang ini menyatakan hal-hal sebagai berikut :

1. PIHAK PERTAMA telah menyerahkan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menerima dari PIHAK PERTAMA Barang Milik Negara dalam keadaan baik dan dapat dipergunakan, berupa :

No Nama Barang

Merk/Type Warna Tahun

Pembuatan

Harga Pembelian

(Rp) Keterangan

Page 29: P.47 Tahun 2012

29

2. Dengan telah ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima Barang ini, maka wewenang dan tanggung jawab terhadap penggunaan/pemakaian, pengamanan dan pemeliharaannya telah beralih dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.

Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat rangkap 2 (dua), ditandatangani

oleh kedua belah pihak dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.

PIHAK PERTAMA Yang Menyerahkan,

PIHAK KEDUA Yang Menerima,

(………………………………) NIP.

(………………………………) NIP.

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, REPUBLIK INDONESIA, ttd.

KRISNA RYA ZULKIFLI HASAN

Page 30: P.47 Tahun 2012

30

DAFTAR SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Bakorluh : Badan Koordinasi Penyuluhan

Bapelluh : Badan Pelaksana Penyuluhan

BBKSDA : Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam

BKSDA : Badan Konservasi Sumberdaya Alam

BPDAS : Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

BPDASPS : Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial

BP2SDMK : Bina Penyuluh dan Pengembangan SDM Kehutanan

BPHM : Balai Pengelolaan Hutan Mangrove

BPKH : Balai Pemantapan Kawasan Hutan

BPTH : Balai Perbenihan tanaman Hutan

BPK RI : Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

DAK : Dana Alokasi Khusus

DAS : Daerah Aliran Sungai

HHBK : Hasil Hutan Bukan Kayu

HKm : Hutan Kemasyarakatan

HR : Hutan Rakyat

HL : Hutan Lindung

HTI : Hutan Tanaman Industri

HTR : Hutan Tanaman Rakyat

Gerhan : Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan

KMDM : Kecil Menanam Dewasa Memanen

KPH : Kesatuan Pengelolaan Hutan

KPHL : Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung

KPHP : Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi

KTA : Konservasi Tanah dan Air

MPTS : Multy Purpose Trees Species

OBIT : One Billion Indonesian Trees

OMOT : One Man One Tree

PHKA : Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

RHL : Rehabilitasi Hutan dan Lahan

RKTN : Rencana Kehutanan Tingkat Nasional

RP-RHL : Rencana Pengelolaan Hutan dan Lahan

RTn RHL : Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Page 31: P.47 Tahun 2012

31

SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

Tahura : Taman Hutan Raya

TN : Taman Nasional

UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah

Pusdalbanghutreg : Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional