p4 b5

Upload: nara-ghassani

Post on 10-Jul-2015

568 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pencegahan maupun perawatan pada gigi dapat dilakukan dengan perawatan non invasive yaitu : 1. Peningkatan kebersihan mulut, yaitu dengan menyikat gigi secara teratur dan sempurna sebanyak 3 kali sehari terutama sebelum tidur malam. Gosoklah gigi dengan gerakan benar yaitu dari arah gusi ke permukaan puncak gigi, sentuhan sikat gigi pada gusi akan memberikan pijatan bagi gusi sehingga merangsang aliran darah pada gusi. Dianjurkan untuk tidak langsung menyikat gigi setelah makan karena biasanya suasana mulut sehabis makan menjadi asam. Bila langsung disikat, kemungkinan ada mineral yang terkikis dari gigi tersebut. Idealnya tunggulah selama satu jam dulu, baru sikat gigi. 2. Penggunaan benang gigi/dental floss untuk menjaga kebersihan mulut. Dental floss digunakan untuk membersihkan permukaan antara dua gigi yang sering menjadi tempat terselipnya makanan dan menjadi tempat penimbunan plak. Selain itu, dapat juga menggunakan sikat lidah. 3. Penilaian faktor diet. Penilaian secara menyeluruh terhadap diet sebaiknya dilakukan untuk menentukan makanan apa saja yang dapat menyebabkan karies gigi. Kontrol diet dalam pencegahan karies sangat bergantung pada kemauan pasien sendiri. Tugas dokter gigi memberikan pengetahuan yang cukup mengenai makanan dan minuman yang baik untuk kesehatan gigi. Misalnya, sehabis makan pasien dianjurkan makan buah buahan yang berair dan berserat karena makanan tersebut memberikan efek self cleansing pada gigi geligi. Selain itu makanlah makanan yang mengandung vitamin terutama vitamin C yang menyehatkan gusi. 4. Mengkonsumsi xylitol, merupakan pemanis alami yang ada dalam konsetrasi rendah pada buah buahan dan sayuran. Rasa manisnya sama dengan sukrosa tapi kandungan kalorinya 40% lebih rendah. Biasanya dikemas dalam bentuk permen karet dan memiliki manfaat dalam rongga mulut yaitu meningkatkan produksi dan pH saliva sehingga proses remineralisasi dapat meningkat dan menghambat terjadinya proses demineralisasi. 5. Peningkatan faktor pelindung saliva. Penurunan kemampuan proteksi saliva dapat menyebabkan terjadinya karies akibat penurunan produksi saliva. Penurunan tersebut dapat disebabkan karena konsumsi obat obat yang menurunkan jumlah saliva dan penyakit sistemik yang mempengaruhi saliva. Salah satu cara meningkatkan kualitas saliva adalah dengan banyak mengkonsumsi air putih. 6. Penggunaan obat kumur antiseptik yang mengandung klorheksidin. Penggunaannya harus dikombinasikan dengan penyikatan gigi dan digunakan setelah menyikat gigi untuk mengurangi terjadinya plak. Obat kumur antiseptik tidak boleh digunakan dalam waktu lama karena dapat mengubah ekosistem flora normal rongga mulut. Jika ada radang dan karies yang banyak, penggunaannya boleh setiap hari dengan maksimal waktu penggunaannya selama 2 minggu. Obat kumur yang mengandung pewangi dan berfungsi sebagai penyegar mulut tanpa kandungan antiseptik, boleh digunakan setiap hari. 7. Penggunaan fluoride. Adanya peningkatan fluoride dalam rongga mulut dapat menghambat terjadinya demineralisasi. Umumnya dokter gigi akan memberikan secara topikal (dioleskan secara merata) pada seluruh permukaan gigi dan waktu pemberiannya sesuai dengan aturan pabrik yang tertera di kemasan masing masing produknya. Kadar fluor yang diberikan biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kadar fluor dalam pasta gigi. Selain cara-cara di atas, karies juga dapat dicegah dengan suatu cara bernama Minimal Invasive Density (MID), yaitu paradigma baru tentang cara memperhatikan kesehatan gigi, mencegah penyakit terutama karies melalui perawatan. Sebagai diagnosis awal, dilakukan identifikasi faktor resiko karies yang disebabkan oleh banyak faktor seperti ekologi bakteri, frekuensi fermentasi asupan karbohidrat, saliva yang tidak sehat, dan plak.

Saliva merupakan sistem pertahanan utama mulut dan gigi, berperan penting untuk melindungi pajanan pada permukaan gigi. Saliva melindungi gigi dengan menetralisir perubahan asam dalam mulut yang terjadi misalnya sesaat sesudah mengkonsumsi makanan asam, berperan sebagai lubrikan, menyebarkan kalsium, fosfat dan fluoride pada permukaan gigi, serta membersihkan makanan dan bakteri dari mulut setelah makan. Jika saliva berhenti melindungi gigi maka akan terjadi hal buruk antara lain berkurangnya aktivitas pembersihan bakteri dan bekas makanan dari mulut, berkurangnya buffer karena perubahan asam mulut, hingga aktivitas mulut menjadi semakin asam dan selanjutnya akan memicu terjadinya perubahan struktur gigi karena karies. Rongga mulut mempunyai kadar pH normal berada di angka 7, bila nilai pH jatuh pada angka 5,5 berarti keadaannya sudah kritis. Untuk itu penting diketahui penyebab karies melalui tes terhadap faktor faktor yang sering mempengaruhi terjadinya karies. Tes tersebut terbagi dalam 5 tahapan yaitu tes saliva, plak, diet, klorida, dan modifying faktor. Pada masing masing hasil tes dalam tiap tahapan akan dapat ditentukan jenis perawatan yang diperlukan untuk mencegah perkembangan karies lebih lanjut. Tes pertama yang dilakukan adalah tes saliva yang terbagi lagi menjadi 2 tes yaitu resting saliva dan stimulated saliva. Pada resting saliva akan diketahui tingkat dehidrasi, kekentalan dan pH ludah. Tingkat dehidrasi diketahui melalui pemeriksaan yang meliputi bintik bintik air ludah pada bibir bawah bagian dalam. Bila bintik bintik ludah timbul kurang dari 30 detik maka masuk dalam kategori normal namun jika bintik bintik ludah muncul lebih dari 60 detik maka sudah termasuk kategori kritis. Pada pemeriksaan kekentalan ludah (viscosity) di bawah lidah, bila ludah encer berarti tingkat kekentalannya baik, sebaliknya bila kental berarti buruk. Untuk tes stimulated saliva, pasien akan diminta mengunyah permen karet khusus selama 5 menit. Setelah itu, pasien diminta untuk menampung air ludah di tempat penampungan untuk mengukur kuantitas air ludah. Bila jumlah air ludah lebih dari 5 mL berarti bagus, namun bila kurang dari 3,5 mL berarti kurang baik. Tes selanjutnya adalah tes plak yang berguna untuk mengetahui pH dan aktivitas plak. Kemudian tes mengenai diet biasanya berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi, seperti gula dan asam. Semakin sering mengkonsumsi makanan yang mengandung glukosa seperti gula, roti, biskuit manis, atau makanan manis lainnya, berarti semakin berpotensi merusak gigi. Begitu juga dengan minuman yang mengandung asam, seperti minuman bersoda dan permen asam. Pada tes fluoride akan diajukan pertanyaan mengenai penggunaan pasta gigi berfluorida, konsumsi air mineral yang mengandung fluoride dan perawatan lain yang berhubungan dengan penggunaan fluoride. Pada tes modifying akan ditanyakan tentang konsumsi obat obatan yang berpotensi menurunkan aliran ludah seperti obat hipertensi atau jantung, riwayat penyakit yang menyebabkan mulut kering, penggunaan produk orthodonti seperti kawat gigi, dan riwayat penyakit episode karies yang aktif. Setelah kelima tahapan tes tersebut dilakukan maka akan diketahui perawatan khusus yang dibutuhkan. Pada umumnya untuk mencegah gigi berlubang, sangatlah penting untuk menggunakan pasta gigi berfluorida atau yang mengandung baking soda. Selain itu bila hasil tes buruk, maka pasien akan direkomendasikan untuk meningkatkan frekuensi sikat gigi dan memperbanyak minum air putih. Pada pasien dengan tes pH buuk dan telah mencapai angka kritis, maka akan diberikan pasta khusus yang dioleskan pada gigi. Minimal dengan melakukan langkah langkah perawatan, karies dapat dicegah supaya kuman enggan mampir di gigi.

Perawatan Non-Invasif 1. DHE (Dental Health Education) Pendidikan kesehatan gigi merupakan metode untuk memotivasi pasien agar membersihkan mulut mereka dengan efektif. Pendekatan ini sebaknya tidak dianggap sebagai instruksi dokter tetapi lebih erupakan dorongan atau ajakan agar pasien sadar akan pentingnya menjaga kebersihan mulut. Pendidikan kesehatan gigi meliputi metode penyikatan gigi, flossing, dan pengontrolan pola makan (diet karbohidrat). Urutan metode dalam pendidikan kesehatan gigi yang diberikan sat pasien datang ke dokter gigi meliputi: pada kunjungan pertama dilakukan pemeriksaan menyeluruh tentang kebersihan mulu, memeriksa kebiasaan pasien dalam membersihkan gigi, dan penjelasan serta anjuran dokter gigi. Pada kunjungan kedua doketer gigi melakukan evaluasi, mengulangi anjuran secara lebih detail. Metode penyikatan gigi terlebih dahulu untuk memilih bulu sikat gigi yang baik. Syarat-syarat sikat gigi yang baik adalah pilih bulu sikat yang halus sehingga tidak merusak email dan gusi, dan pilih kepala sikat yang ramping atau bersudut, sehingga mempermudah pencapaian sikat didaerah mulut bagian belakang yang sulit terjangkau.1 Metode-metode menyikat gigi adalah: a. Scrub memperkenalkan cara sikat gigi dengan menggerakkan sikat secara horizontal. Ujung bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi, kemudian digerakkan maju dan mundur berulangulang. b. Roll memperkenalkan cara menyikat gigi dengan gerakan memutar mulai dari permukaan kunyah gigi belakang, gusi dan selurauh permukaan gigi sisanya. Bulu sikat diletakan pada area batas gusi dan gigi dengan posisi paralel dengan sumbu tegaknya gigi. c. Bass meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi. Sikat gigi digetarkan ditempat tanpa mengubah-ubah posisi bulu sikat. d. Stillman mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat dari arah gusi ke gigi secara berulang, seperti metode Bass. e. Fones mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah. f. Charters meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu sikat menghadap permukaan kunyah. Setiap metode yang telah disarankan oleh beberapa dokter gigi ahli memiliki kesulitan tersendiri.Bagi anak-anak disarankan memulai dengan metode scrub dan dilanjutkan dengan metode bass. Secara umum samapai saat ini disimpulkan bahwa cara sikat gigi yang paling efektif adalah dengan mengombinasikan metode-metode tersebut. Daerah antargigi yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi, dapat digunakan benang gigi (flossing).Kemudian disempurnakan dengan berkumur untuk menyegarkan lingkungan mulut.2 2. Kontrol Diet Kontrol diet adalah menilai asupan makanan dan minuman selama 3-7 hari, kemudian dihitung kandungannya.Setelah dihitung asupan makanannya kemudian diberi penerangan untuk mengurangi atau mengganti makanan yang kariogenik dengan yang tidak bersifat kariogenik. 3. Topikal Aplikasi Flour Flour digunakan untuk membantu remineralisasi dan menghentikan karies dini serta mengurangi kerentanan gigi terhadap perkembangan karies. 4. Oral Provilaksis Adanya plak atau debris dipermukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator kebersihan mulut. 5. Pit dan Fisure Sealant

Prosedur: Bersihkan permukaan gigi Isolasi dan keringkan gigi Etsa email Cuci dan keringkan permukaan email Berikan resin Biarkan resin mengalami polimerisasi Pemeriksaan lebih lanjut. Komposit Generasi resin komposit yang kini beredar mulai dikenal di akhir tahun enam puluhan. Sejak itu, bahan tersebut merupakan bahan restorasi anterior yang banyak dipakai karena pemakaiannya gampang, warnanya baik, dan mempunyai sifat fisik yang lebih baik dibandingkan dengan bahan tumpatan lain. Sejak akhir tahun enam puluhan tersebut, perubahan komposisi dan pengembangan formulasi kimianya relatif sedikit. Bahan yang terlebih dulu diciptakan adalah bahan yang sifatnya autopolimerisasi (swapolimer), sedangkan bahan yang lebih baru adalah bahan yang polimerisasinya dibantu dengan sinar. Resin komposit mempunyai derajat translusensi yang tinggi. Warnanya tergantung pada macam serta ukuran pasi dan pewarna yang dipilih oleh pabrik pembuatnya, mengingat resin itu sendiri sebenarnya transparan. Dalam jangka panjang, warna restorasi resin komposit dapat bertahan cukup baik. Biokompabilitas resin komposit kurang baik jika dibandingkan dengan bahan restorasi semen glass ionomer, karena resin komposit merupakan bahan yang iritan terhadap pulpa jika pulpa tidak dilindungi oleh bahan pelapik. Agar pulpa terhindar dari kerusakan, dinding dentin harus dilapisi oleh semen pelapik yang sesuai, sedangkan teknik etsa untuk memperoleh bonding mekanis hanya dilakukan di email perifer. 2.1.1 indikasi restorasi komposit Resin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis. Secara umum, resin komposit digunakan untuk: 1. Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI 2. Fondasi atau core buildups 3. Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif) 4. Prosedur estetis tambahan Partial veneers Full veneers modifikasi kontur gigi penutupan/perapatan diastema 5. Semen (untuk restorasi tidak langsung) 6. Restorasi sementara 7. Periodontal splinting 8. Restorasi kavitas klas I komposit The American Dental Association (ADA) mengindikasikan kelayakan resin komposit untuk digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin preventif, lesi awal kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi kelas I dan II yang berukuran sedang, restorasi kelas V, restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika, dan restorasi pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam. ADA tidak mendukung penggunaan komposit pada gigi dengan tekanan oklusal yang besar, tempat atau area yang tidak dapat diisolasi, atau pasien yang alergi atau sensitif terhadap material komposit. Jika komposit digunakan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ADA menyatakan bahwa "ketika digunakan dengan benar pada gigi-geligi desidui dan permanen, resin berbahan dasar komposit dapat bertahan seumur hidup sama seperti restorasi amalgam kelas I, II, dan V. 2.3 Semen Ionomer Kaca (SIK)

Semen Ionomer Kaca (SIK) merupakan salah satu bahan restorasi yang banyak digunakan oleh dokter gigi karena mempunyai beberapa keunggulan, yaitu preparasinya dapat minimal, ikatan dengan jaringan gigi secara khemis, melepas fluor dalam jangka panjang, estetis, biokompatibel, daya larut rendah, translusen, dan bersifat anti bakteri. Komposisi semen ionomer kaca (SIK) terdiri atas bubuk dan cairan. Bubuk terdiri atas kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut asam dan cairannya merupakan larutan asam poliakrilik. Reaksi pengerasan dimulai ketika bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan asam poliakrilik dicampur, kemudian menghasilkan reaksi asam-basa dimana bubuk kaca fluoroaluminosilikat sebagai basanya. Pada proses pengadukan kedua komponen (bubuk dan cairan) ion hidrogen dari cairan mengadakan penetrasi ke permukaan bubuk glass. Proses pengerasan dan hidrasi berlanjut, semen membentuk ikatan silang dengan ion Ca2+ dan Al3+ sehingga terjadi polimerisasi. Ion Ca2+ berperan pada awal pengerasan dan ion Al3+ berperan pada pengerasan selanjutnya. Secara garis besar terdapat tiga tahap dalam reaksi pengerasan semen ionomer kaca, yaitu sebagai berikut. (1) Dissolution Terdekomposisinya 20-30% partikel glass dan lepasnya ion-ion dari partikel glass (kalsium, stronsium, dan alumunium) akibat dari serangan polyacid (terbentuk cement sol). (2) Gelation/ hardening Ion-ion kalsium, stronsium, dan alumunium terikat pada polianion pada grup polikarboksilat. * 4-10 menit setelah pencampuran terjadi pembentukan rantai kalsium (fragile & highly soluble in water). * 24 jam setelah pencampuran, maka alumunium akan terikat pada matriks semen dan membetuk rantai alumnium (strong & insoluble). (3) Hydration of salts Terjadi proses hidrasi yang progresive dari garam matriks yang akan meningkatkan sifat fisik dari semen ionomer kaca. Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan fisiko-kimia tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan ion kalsium yang berasal dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel dari semen ionomer kaca. Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada dua permukaan yang berkontak. Semen ionomer kaca adalah polimer yang mempunyai gugus karboksil (COOH) multipel sehingga membentuk ikatan hidrogen yang kuat. Dalam hal ini memungkinkan pasta semen untuk membasahi, adaptasi, dan melekat pada permukaan email. Ikatan antara semen ionomer kaca dengan email dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email berisi unsur anorganik lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis. Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan membersihkan kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang bersih dan halus dapat menambah ikatan semen ionomer kaca. Air memegang peranan penting selama proses pengerasan dan apabila terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik SIK. Saliva merupakan cairan di dalam rongga mulut yang dapat mengkontaminasi SIK selama proses pengerasan dimana dalam periode 24 jam ini SIK sensitif terhadap cairan saliva sehingga perlu dilakukan perlindungan agar tidak terkontaminasi. Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami pelarutan dan daya adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga rentan terhadap kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan. Jika tidak dilindungi dan terekspos oleh udara, maka permukaannya akan retak akibat desikasi. Baik desikasi maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK selama beberapa minggu setelah penumpatan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka selama proses pengerasan SIK perlu dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva dan udara, yaitu dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap air. Bahan pelindung yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari isopropil asetat, aseton, kopolimer dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut dengan mudah dalam beberapa jam atau pada proses pengunyahan.

Penggunaan varnish pada permukaan tambalan glass ionomer bukan saja bermaksud menghindari kontak dengan saliva tetapi juga untuk mencegah dehidrasi saat tambalan tersebut masih dalam proses pengerasan. Varnish kadang-kadang juga digunakan sebagai bahan pembatas antara glass ionomer dengan jaringan gigi terutama pulpa karena pada beberapa kasus semen tersebut dapat menimbulkan iritasi terhadap pulpa. Pemberian dentin conditioner (surface pretreatment) adalah menambah daya adhesif dentin. Persiapan ini membantu aksi pembersihan dan pembuangan smear layer, tetapi proses ini akan menyebabkan tubuli dentin tertutup. Smear layer adalah lapisan yang mengandung serpihan kristal mineral halus atau mikroskopik dan matriks organik. Lapisan smear layer terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu lapisan luar yang mengikuti bentuk dinding kavitas dan lapisan dalam berbentuk plugs yang terdapat pada ujung tubulus dentin. Sedangkan plugs atau lapisan dalam tetap dipertahankan untuk menutup tubulus dentin dekat jaringan pulpa yang mengandung air. Bahan dentin conditioner berperan untuk mengangkat smear layer bagian luar untuk membantu ikatan bahan restorasi adhesif seperti bahan bonding dentin. Hal ini berperan dalam mencegah penetrasi mikroorganisme atau bahan-bahan kedokteran gigi yang dapat mengiritasi jaringan pulpa sehingga dapat menghalangai daya adhesi. Permukaan gigi dipersiapkan dengan mengoleskan asam poliakrilik 10%. Waktu standart yang diperlukan untuk satu kali aplikasi adalah 20 detik, tetapi menurut pengalaman untuk mendapatkan perlekatan yang baik pengulasan dentin conditioner pada dinding kavitas dapat dilakukan selama 10-30 detik. Kemudian pembilasan dilakukan selama 30 detik pembilasan merupakan hal penting untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, setelah itu kavitas dikeringkan. Indikasi Semen Ionomer Kaca a. Lesi erosi servikal Kemampuan semen glass ionomer untuk melekatkan secara kimiawi dengan dentin, menyebabkan semen glass ionomer saat ini menjadi pilihan utama dalam merestorasi lesi erosi servikal. Bahan ini juga memiliki kekerasan yang cukuo untuk menahan abrasi akibat sikat gigi. b. Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent) Karena semen glass ionomer ini memiliki beberapa keunggulan seperti ikatannya dengan dentin dan email. Aktivitas kariostatik, flow yang lebih baik, kelarutan yang lebih rendah dan kekuatan yang lebih besar maka sebagai luting agent semen ini diindikasikan untuk pasien dengan frekuensi karies tinggi atau pasien dengan resesi ginggiva yang mememrlukan kekuatan dan aktifitas kariostatik misalnya pada pemakai mahkota tiruan ataupun gigi tiruan jembatan. c. Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan komposit resin pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD. Bahan ini berikatan secara mikromekanik dengan komposit resin melalui etsa asam dan member perlekatan tepi yang baik. Perkembangan dentin bonding agents yang dapat member perlekatan yang baik antara dentin dan resin hanya dapat digunakan pada lesi erosi servikal. Bila kavitasnya dalam atau luas, bonding sering kali gagal. Untuk memperbaiki mekanisme bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi, semen glass ionomer digunakan sebagaibahan sub bonding d. Sebagai base yang berikatan secara kimiawi di bawahrestorasi amalgam mempunyai kerapatan tepi yang kurang baik sehingga dengan adanya base glass ionomer dapat mencegah karies sekunder terutama pada pasien dengan insidens karies yang tinggi. Dalam keadaan sperti ini, proksimal box diisi dengan semen cermet sampai ke dalam 2 mm dan sisanya diisi amalgam. e. Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung mengalami karies melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor maka semen glass ionomer dapat mengurangi white spot yang umumnya nampak disekeliling orthondontic brackets. f. Sebagai fissure sealant karena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan perluasan fissure sebelum semen glass ionomer diaplikasikan. g. Semen glass ionomer yang diperkuat dengan logam seperti semen cermet dapat digunakan untuk membangun inti mahkota pada gigi yang telah mengalami kerusakan mahota yang parah. h. Restorasi gigi susu.

Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna dalam mencegah terjadinya karies rekuren dan melindungi email gigi permanen. i. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam hal ini semen menyekat kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singkat Kelebihan Semen Ionomer Kaca: 1. Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya yang dapat melepas fluor yang sangat berperan sebagai antikaries. Dengan adanya bahan tambal ini, resiko kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder di bawah tambalan jauh lebih kecil dibanding bila menggunakan bahan tambal lain 2. Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap tubuh) 3. Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatannya adalah secara kimia yaitu dengan pertukaran ion antara tambalan dan gigi. Oleh karena itu pula, gigi tidak perlu diasah terlalu banyak seperti halnya bila menggunakan bahan tambal lain. Pengasahan perlu dilakukan untuk mendapatkan bentuk kavitas yang dapat memegang bahan tambal. Kekurangan Semen Ionomer Kaca: 1. Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga tidak disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah besar seperti gigi molar (geraham) 2. Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan dan permukaan gigi asli 3. Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding tambalan lain Anomali yang Diwariskan, Kongenital, dan Perkembangan 1. Variasi-variasi Normal dalam Morfologi dan Fungsi Lidah Partial ankiloglosia Partial ankiloglosia (Tongue tie) mengacu pada pendek kongenital dari frenulum lingualis atau suatu perlekatan frenulum yang meluas sampai mendekati ujung lidah, mengikat lidah pada dasar mulut dan membatasi ekstensinya. Efek dari penyakit ini adalah memiliki kemampuan menghisap yang buruk atau tidak mampu mengunyah makanan yang keras, lidah yang tergigit berulang-ulang, gangguan fungsi bicara, dan ketidakmampuan untuk membersihkan gigi dan menjilat bibi dengan lidah. Penanganan : biasanya dilakukan clipping atau snipping frenulum dengan gunting, namun hal ini dapat dihindari dengan memberikan terapi wicara tanpa harus memotong frenulumnya. Variasi dalam gerakan lidah Kemampuan untuk melipat dan bergulung atau mengubah bentuk margin lidah tampaknya berada dibawah kontrol genetik partial. Variasi dalam gerakan lidah ini dapat berupa menggulung tepi lateral lidah hingga berbentuk tube, mengubah bentuk ujung lidah tersebut menjadi bentuk daun semanggi atau kemampuan untuk lidah dapat menyentuh ujung hidung maupun kebelakang kedalam faring dimiliki oleh orang dengan sindroma Ehlers-Danlos. Kebiasaan menjulurkan lidah Menjulurkan lidah merupakan aksi menempatkan lidah diantara gigi geligi anterior selagi menelan, berbicara, atau selama istirahat. Hampir semua bayi yang baru lahir menunjukkan fenomena ini sehingga disebut dengan infantile swallowing pattern. Efek dari kebiasaan menjulurkan lidah ini dapat menyebabkan open bite anterior. Penanganan yang dilakukan adalah dengan terapi miofungsional yang bertujuan untuk mengendalikan kebiasaan tersebut. Fissure tongue Fissure lidah menrupakan variasi normal lidah secara genetik, frekuensi lidah fisur ini lebih banyak pada individu dengan keterbelakangan mental sehingga fisur merupakan ciri-ciri beberapa sindroma yang diwariskan.

Efek yang dapt timbul dari penyakit ini adalah bakteri-bakteri dapat terakumulasi dalam fisure tersebut sehingga apabila oral hyginenya buruk maka dapat timbul penyakit-penyakit lainnya. Median romboid glositis Median romboid glositis digambarkan sebagai suatu daerah yang berbentuk bulat atau mirip ketupat, lebih tinggi dari jaringan sekitarnya dan terjadi di miline dorsum lidah persis disebelah anterior dari papila valata. Daerah tersebut tidak memiliki papila filiformis ataupun papila lainnya sekalipun berfisur atau berlobul. Penyebab dari Median romboid glositis adalah menetapnya tuberkulum impar. 2. Abnormalitas Mayor yang Diwariskan, Kongenital dan Perkembangan Lidah yang bercelah, belobul, memiliki bifurkasiu dan tetrafurkasi Pemisahan 2/3 anterior lidah oleh garis tengah yang dalam atau celah tambahan merupakan suatu keadaan yang sering dikaitkan dengan sindroma kongenital. Jenis malformasi ini merupakan karakteristik dari sindroma digital orofasial II dan II. Aglosia, hipoglosia, dan makroglosia Aglosia merupakan suatu anomali dimana hanya ada suatu nodul kecil dari jaringan lidah yang berkembang dari copula. Disamping tidak adanya lidah yang fungsional namun fngsi bicara dari pasien yang menderita aglosia ini tidak terganggu. Makroglosia merupakan anomali dimana bertambahnya ukuran lidah yang disebabkan oleh deposit lemak atau karbohidrat yang tidak lazim didalam lidah dan umunya kelainan ini dibarengi dengan penyakit sindroma. Sejauh ini penyebab dari makroglosia kongenital adalah suatu limfangioma yang hanya mengenai lidah atau yang berhubungan dengan suatu higroma kistik dari leher. Efek dari pemebsaran dari lidah yang menetap mengakibatkan deformitas gigi geligi dan juga lengkung gigi oleh tekanan yang diberikannya. Makroglosia merupakan suatu gambaran khas dari akromegali dan biasanya menyebabkan distorsi dari mandibula. Hamartoma dan dermoid Lidah mungkin membesar atau mengalami distorsi oleh adanya berbagai macam pertumbuhan seperti tumor yang asalnya dari perkembangan (hamartomaneurofibroma, hemangioma) atau oleh kista inklusi epitelial Lidah yang gundul atau tidak berpapila Atrofi dari papila filiformis akibat adanya defisiensi vitamin atau zat besi dan dapat pula diakibatkan oleh anomali kongenital. Efek yang timbul adalah menimbulkan problem vasomotor, tidak adanya refleks, kesulitan waktu makan, dan berkurangnya rasa sakit dan sensitivitas. Perubahan papilomatous Permukaan lidah ditutupi dengan papiloma yang multipel. Bilamana ekstensif maka anomali ini disebut pebby tongue. Lesi ini dikaitkan dengan sindroma kongenital : Meckel, lingual lymphangioma, neurofibromatosis, dan sindroma Anderson-Fabry. D. Gangguan dari Mukosa Lingual 1. Perubahan-perubahan dalam Papila Lidah Geographic Tongue Gambaran klinis Geographic tongue (benign migratory glositis) mengacu pada suatu daerah yang bentuknya tidak teratur, berwarna kemerahan dan tidak berpapila, dengan penipisan dari epitelium dorsal lidah yang biasanya diklilingi oleh suatu zona yang sempit dari papila yang berdegenerasi yang warnanya lebih putih daripada permukaan lidah disekelilingnya. Perkembangan spontan dan regenerasi dari daerah yang terkena menyebabkan munculnya istilah wandering rash, migratory glositis, dan geographic tongue. Keadaan ini biasanya dibarengi dengan struktur lidah fissure

tongue, iregularitas pada pertemuan dari epitelium dorsaldan ventral disepanjang margin lidah, dan bhakan bintik-0binik yang terisolir dari epitelium. Etiologi dari Geographic Tongue masih belum jelas namun lesi akan tampak lebih aktif apabila pasien dengan Geographic Tongue mengalami stress psikologis. Pengobatn psikotropik tidak akan mempengaruhi papilasi lidah atau menghilangkan lesi. Efek Pasien dengan Geographic Tongue akan mengalami rasa seperti lidah terbakar, sakit, lidah seperti tersengat, dan gangguan verbalisasi terlepas apakah apakah lesi ini disertai dengan gejala-gejala atau tidak. Perawatan yang dilakukan unutk mengatasi hal ini bisanya terdiri dari aplikasi agen anastetik lokal secara topikal dari varietas lidocaine atau antihistamin. Coated atau hairy tongue (lidah yang berambut) Dalam keadaan sehat, lapisan permukaan yang berkeratinisasi dengan tebal dari papila filiformis terus menerus mengalami deskuamasi akibat gesekan dari lidah dengan makanan, palatum, dan gigi anterior atas dana kan diganti dengan sel epithelial yang baru dibawahnya. Bila pergerakan lidah dibatasi oleh penyakit atau kondisi mulut yang sakit maka papilla filiformis akan memanjang dan menjadi terlapisi tebal oleh bakteri dan jamur sehingga papil yang memanjang ini aan memberikan gambran seperti rambut. Fenomena ini terjadi terutama pada daerah pertengahan dorsum lidah dan terjadi pada pasien yang mengalami dehidrasi, lemah akibat penyakit sistemik dan pasien dengan sakit parah. Coated tongue ini umumnya dikaitkan dengan penyakit sistemik dan pengkonsumsian sejumlah obat-obatan sistemik dan local. Sehingga umumnya terapi yang dilakukan adalah dengan mengehentikan konsumsi obat-obatan, pembersihan dan penggosokan dengan teliti pada lidah, aplikasi dari agen keratolitik topical, dan pemberian joghurt. Selain itu, baik berkurangnya fungsi maupun perubahan dalam flora mulut ikut berperan dalam etiologi penyakit ini. 2. Depapilasi dan Lesi Atrofik Kehilangan papila setempat atau mungkin lebih luas lagi dari dua pertiga anterior lidah dapat terjadi akibat banyak sebab seperti: trauma kronis, defisiensi nutrisi dan abnormalitas hematologik, obat-obatan, dan penyakit darah periferal. Sedangkan lesi atrofik (mis. Atrofi papilaris sentral, atau atrofi glositis) dikaitkan dengan diabetes dan kandidiasis kronis. 1. Trauma kronis Daerah tanpa papila yang hanya mengenai satu tempat sering terlihat oada lidah akibat tergigit gigi atau margin restorasi yang kasar, dan biasanya terdapat tanda-tanda dari regenerasi papila pada daerah sekitar ini. 2. Defisiensi Nutrisi dan Abnormalitas Hematologik Kemerahan dan hilangnya papila dan pembengkakan yang sangat sakit dari lidah merupakan keadaan yang khas dalam defisiensi beberapa Vitamin B-Niasin (Pelagra), riboflavin (Ariboflavinosis), piridoksin, asam folat dan vitamin B-12 (anemia pernisiosa, sprue). Perubahan serupa juga dikaitkan dengan defisiensi zat besi. Istilah atrofik glositis biasa digunakan untuk menggambarkan keadaan lidah yang terjadi akibat defisiensi berbagai nutrisi dan abnormalitas hematologik. Papila filiformis paling rentan terhadap defisiensi nutrisi dan akan menghilang lebih dulu, disusul dengan papila fungiformis, sedangkan regenerasi akan terjadi dalam urutan sebaliknya. Papila valata dan foliata dikatakan tidak terpengaruh, namun belum dapat dibuktikan secara pasti. 3. Pengobatan Depapilasi lidah juga dapat terjadi akibat efek samping dari sejumlah obat-obatan, biasanya antibiotik, obat-obatan untuk penyakit kanker, dan kemoterapeutik atau agen kolinergik.

4. Penyakit Pembuluh Darah Perifer Menurunya status nutrisi dari papila lingual sebagai akibat dari perubahan pembuluh darah yang mempengaruhi pleksus kapiler dorsal subpapilaris, atau pembuluh darah lingual yang menyuplai daerah tersebut diduga telah menyebabkan atrofik glositis yang kadang terlihat dalam penyakit diabetes. 5. Diabetes dan Kandidiasis Kronis Diabetes dan Kandidiasis Kronis berperan dalam atrofi papilaris sentral dari dorsum lidah, yakni suatu kondisi dimana daerah yang relatif luas dengan papila yang datar dan rendah, atau papila yang sama sekali atrofik terlihat di bagian pertengahan dorsum lidah di sebelah anterior dari deretan papila valata dan seringkali disertai dengan perubahan minimal dalam mukosa lidah dorsal yang letaknya lebih ke tepi. 6. Sifilis Tersier dan Glositis Intertisial Sifilis tersier mungkin mengenai lidah, yaitu berupa pembentukan guma (???) atau suatu lesi granulomatous kronik yang lebih difus yang disebut glositis intertisial. Lidah yang terkena penyakit ini akan memperlihatkan pengerasan yang tidak beraturan dan tanpa ulserasi, dengan suatu pola asimetrik dari groove-groove yang diselingi dengan leukoplakia dan daerah atrofik (licin) yang menutupi seluruh dorsum. Mula-mula lidah sering membesar, akan tetapi kemudian dapat mengalami pengerutan yang mencolok. Glositis intesitial sifikitik terutama terjadi pada kaum pria. 3. Pigmentasi Lidah dapat memperlihatkan berbagai pola pigmentasi melanin (yang berkaitan dengan ras). Pigmentasi endogen jarang sekali dapat diidentifikasi pada dorsum lidah, oleh karena ketebalan epiteliumnya, akan tetapi ikterus bisa terlihat di bawah mukosa ventral yang lebih tipis. Pigmentasi eksogen dari papila filiformis pada lidah normal dan berlapis atau pada hairy tongue sangat sering dijumpai dan terjai akibat pertumbuhan mikrobial serta produk metabolik, sisa makanan dan bahan pewarna dari permen, minuman, serta obat kumur. Tato dari margin lateral dan permukaan ventral lidah sering terjadi akibat deposit amalgam dan logam lain, serta karena laserasi selama terapi gigi. 4. Ulser dan Penyakit Infeksius Ulser dari lidah dapat terjadi akibat berbagai macam agen fisik dan agen-agen infeksius yang bekerja pada mukosa normal atau mukosa yang telah rusak oleh proses atrofik, penyakit vesikolobulosa, atau reaksi imunologik. Mobilitas lidah dan hubungan dekatnya dengan gigi geligi serta protesa gigi ikut menunjang kerentanannya terhadap trauma fisik, yang bersama-sama dengan berbagai macam flora mulut memainkan peran penting dalam etiologi dari semua ulser pada lidah 5. Perubahan Vaskular Superfisial Varikositas lingual tampak sebagai nodul dan ridge yang menonjol berwarna ungu kebiruan, biasanya pada permukaan ventral anterior lidah, dan di sekitar orifisium kelenjar submandibular-sublingual, bahkan kadang-kadang berjalan lebih jauh ke posterior sepanjang permukaan ventral dan juga bisa dijumpai pada pemukaan faringeal posterior lidah. 6. Penyakit-penyakit yang menyerang Kelenjar Mukosa Lidah Dilatasi kistik yang kecil dari kelenjar mukosa faringeal sering terjadi, akan tetapi kurang memiliki makna klinis yang penting. Mukosa lingual ikut terserang pada Sindroma Sjgren dan Pansialadenitis lainnya Gigi Sensitif Gigi sensitif merupakan istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan adanya dentine hypersensitive akibat menipisnya enamel, penurunan gusi dan terbukanya dentin, sebuah lapisan di bawah enamel. Nyeri yang berkaitan dengan sensitivitas terjadi dalam saraf gigi, nyeri dari gigi sensitif tidak selamanya tetap; ada yang sementara dan sementara namun berkala. Nyeri yang tidak henti-henti mungkin merupakan satu tanda masalah yang lebih serius. Bagaimanapun, adalah penting bagi anda membincangkan

gejala tersebut dengan dokter gigi anda untuk menentukan penyebab dan perawatan selanjutnya, karena masalah ini akan sangat mengganggu kalau tidak ditindak lanjuti. Penyebab Gigi Sensitif Dari hasil penelitian para ahli di USA, sebanyak 50-90%, penderita memberikan tekanan besar/berlebih pada saat menggosok gigi. Kebiasaan menggosok gigi dengan tekanan berlebih dapat membuat gusi mengalami iritasi atau gusi menurun dari leher gigi, lama kelamaan akar gigi akan terbuka (resesi gingiva), leher gigi berlubang, lapisan email pun akan berkurang ketebalannya sehingga bila minum air dingin, asam/manis atau bahkan tersentuh bulu sikat gigi pun akan terasa ngilu. Oral hygiene/keadaan rongga mulut yang buruk, penumpukan plak/karang gigi, yang merupakan "rumah" tinggalnya berjuta-juta kuman dalam rongga mulut. Lambat laun karang gigi pun dapat mengiritasi gusi sehingga gusi akan mudah berdarah, timbul pula bau mulut yang tidak "segar". Pembentukan lapisan email gigi yang kurang sempurna (ename hypoplasia) dapat pula terjadi pada individu-individu tertentu. Keadaan ini pun akan menjadikan gigi menjadi sensitif. Food impaksi/penumpukan sisa-sisa makanan di daerah pertemuan gigi dengan gigi/kontak gigi. Sisa makanan ini menyusup masuk melalui leher gigi dan sulit terjangkau sikat gigi sehingga akan sulit dibersihkan, lama kelamaan penumpukannya akan semakin banyak, menekan saku gusi semakin dalam dari keadaan normal. Secara garis besar penyebab sensitivitas gigi adalah : 1. Penurunan Gusi. 2. Buruknya Orah Hygiene (OH -). 3. Bleaching ( Pemutihan permukaan gigi). 4. Terkikisnya Email. 5. penyikatan gigi terlalu kuat. Pencegahan Gigi Sensitif Untuk mencegah gigi menjadi sensitif, kuncinya adalah mengurangi tekanan berlebih saat menggosok gigi, memakai sikat gigi dengan jenis bulu sikat yang tidak keras dan menggosok gigi dengan cara yang benar. Menggunakan pasta gig yang khusus untuk gigi sensitif, Rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi, usahakan jangan minum/makan panas dan dingin dalam waktu bersamaan. Pengobatan Gigi sensitif Langkah-langkah yang perlu diperhatikan bagi penderita yang memunyai gigi sensitif adalah; 1. Menghilangkan kebiasaan buruk menggosok gigi dengan tekanan berlebih. 2. Menggosok gigi dengan cara dan waktu yang tepat. 3. Memakai jenis bulu sikat gigi yang lunak/soft tidak menggunakan bulu sikat yang sudah rusak. 4. Menggunakan pasta gigi yang mengandung zat strontium chloride/ potassium nitrate/ fluoride atau berkumur-kumur dengan obat kumur yang mengandung zat-zat di atas. Menurut para peneliti zat ini mampu membentuk ikatan kristalisasi serta menutupi porus-porus pada permukaan mahkota gigi yang banyak pembuluh syaraf (tubuli dentin)/ permukaan akar gigi yang terbuka, sehingga dapat menghilangkan keluhan-keluhan gigi sensitif. 5. Pada keadaan akar gigi yang terbuka/sudah timbul lubang pada leher gigi seyogianya dilakukan penambalan. 6. Pada kasus mahkota gigi/email gigi tipis (hypoplasia enamel) biasa dibuatkan mahkota jaket.

7. Menggunakan compound oxalate atau dengan bonding agent untuk menutupi porus-porus/tubuli dentin. RESTORASI RESIN KOMPOSIT UNTUK KARIES PROKSIMAL ANTERIOR A. Indikasi Restorasi resin komposit digunakan untuk merestorasi : 1. Karies interproksimal gigi anterior 2. Karies interproksimal yang mencapai insisal gigi anterior 3. Karies servikal pada gigi yang membutuhkan sifat estetis 4. Gigi yang seluruh bagian preparasinya berbatasan dengan enamel Untuk seluruh indikasi ini, daerah operatif harus diisolasi untuk mendapatkan ikatan yang maksimal. B. Kontraindikasi Restorasi resin komposit harusnya tidak digunakan pada kondisi : 1. Daerah operatif tidak dapat cukup terisolasi. 2. Beberapa restorasi servikal yang tidak membutuhkan sifat estetis. 3. Beberapa restorasi yang mencapai permukaan akar (tanpa adanya batas enamel) karena akan terbentuk V-shaped gap (contraction gap) di antara akar dan komposit. Hal ini diakibatkan karena gaya penyusutan polimerisasi komposit lebih besar dari kekuatan ikatan komposit pada dentin akar. Gap ini terdiri dari komposit pada sisi restorasi dan dentin hibridisasi pada sisi akar. C. Prosedur Klinis untuk Restorasi Site 2 Anterior 1. Prosedur Klinis Awal a. Prosedur Anastesi Tujuan : memberikan rasa nyaman bagi pasien dan membantu mengurangi produksi saliva selama proses operatif. b. Penilaian terhadap oklusi Tujuan : membantu mengembalikan fungsi restorasi dan menentukan desain preparasi gigi. c. Pemilihan warna sebelum gigi didehidrasi/dikeringkan. d. Isolasi daerah untuk mendapat ikatan yang efektif. e. Letakkan wedge (baji) pada daerah operatif jika restorasi besar (meliputi seluruh kontak proksimal). Tujuan : membantu mengembalikan kontak proksimal dengan komposit. 2. Preparasi Gigi Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merestorasi gigi : Ikatan bahan tambal dengan gigi Resin komposit terikat kuat dengan enamel dan dentin hanya dengan ikatan mikromekanikal dari etching asam dan bahan resin bonding. Selain itu preparasi dengan bur diamond akan meninggalkan permukaan yang lebih kasar sehingga luas permukaan dan retensi mikromekanik akan meningkat. Oleh karena itu, biasanya tidak diperlukan lagi preparasi retensi tambahan. Bagi kasus restorasi site 2 anterior yang besar atau mencapai permukaan akar kadang-kadang diperlukan groove/cove. Retensi tambahan dapat diperoleh dengan membuat bevel/flare di sepanjang margin untuk memperluas permukaan. Pemilihan jalan masuk diutamakan dari arah lingual daripada fasial. Keuntungan pendekatan dari lingual : Enamel di fasial akan tetap utuh untuk menambah keestetisan. Enamel yang tidak tersokong dapat utuh pada dinding fasial. Pencocokan warna komposit dengan warna gigi (shade) menjadi tidak terlalu penting lagi.

Diskolorisasi atau penurunan kualitas restorasi lebih tersembunyi. Indikasi untuk pendekatan dari fasial : Lesi karies terletak di sisi fasial. Posisi gigi yang ireguler membuat akses dari lingual tidak nyaman. Karies ekstensif yang terletak pada permukaan fasial. Kegagalan restorasi yang pada mulanya memang diakses dari fasial butuh diganti. RESTORASI GIC GIC konvensional tidak seestetik restorasi komposit & biasanya tidak direkomendasikan untuk digunakan pada daerah estetic concern. Namun Resin modified GIC, light cured GIC, dan compomer (poly-acid-modified-composite) mengandung resin dan dapat meningkatkan kualitas estetis. Karena kekuatan dan ketahanan pakainya yang terbatas, GIC diindikasikan untuk restorasi daerah dengan tekanan rendah (tidak untuk restorasi kelas I, II, atau IV) GIC juga diindikasikan untuk karies akar pada kelas V, preparasi slot-like pada kelas II / III lokasi servikal. restorasi lesi karies akar pada pasien yang lebih tua atau yang mempunyai aktivitas karies tinggi merupakan indikasi utama GIC. Servikal defek dari erosi idiopathic atau abrasi juga merupakan indikasi GIC, bila kepentingan estetis tidak kritis. Preparasi menggunakan teknik slot-preparation. Teknik Restorasi Setelah preparasi gigi, daerah yang dieskavasi sampai dalam (0,5 mm dari pulpa) membutuhkan proteksi dengan liner calcium hydroxide. GIC yang paling konvensional membutuhkan etching permukaan dentin untuk menghilangkan smear layer, untuk meningkatkan adhesi GIC ke dentin. Untuk mengetsa dentin, asam lemah seperti 10% asam polyaclyric ditempatkan di preparasi selama 20 detik, kemudian dibilas, dan menghilangkan kelebihan air, sehingga dentin menjadi lembab. Beberapa resin modified GIC dan semua compomer menggunakan intermediary bonding agent untuk memfasilitasi bonding. GIC yang paling konvensional memerlukan mixing powder & liquid dalam 30 detik untuk mengoptimalkan pencampuran. Ada juga versi kapsulnya untuk triturasi mixing direkomendasikan karena mengoptimalkan & memudahkan prosedur mixing, memfasilitasi insersi dengan injeksi direct ke preparasi. GIC self-cured harus ditempatkan ke dalam preparasi dengan sedikit kelebihan & dengan cepat dibentuk dengan instrument komposit. Matrix plastic servikal transparan dapat digunakan untuk menyediakan kontur restorasi. Bila menggunakan GIC konvensional, tempatkan lapisan tipis light-cured resin bonding agent pada permukaan segera setelah penempatan GIC untuk menghindarkan restorasi dari dehidrasi & cracking selama fase setting. Bila menggunakan resin-modified, light-cured GIC, cure selama minimum 40 detik. GIC konvensional idealnya memerlukan waktu polimerisasi 24 jam sebelum kontur & finishing akhir; namun resin-modified light-cured GIC dapat dikontur & difinish segera setelah light-curing. Setelah material set, matrix (bila digunakan) dilepas dan kelebihan material dishave menggunakan scaler atau alat berpisau lainnya. Contouring & finishing dilakukan sebisa mungkin dengan hand instrument saat striving, untuk menghasilkan permukaan yang halus saat setting. Bila rotary instrument dibutuhkan, hati-hati agar permukaan restorasi tidak dehidrasi.

Micron finishing diamonds digunakan dengan lubrikasi petroleum untuk mencegah kekeringan, ideal untuk contouring dan finishing GIC konvensional. flexible disc abrasive dengan lubrikan juga sangat efektif. pasta pemoles aluminium oksida diaplikasikan dengan prophy cup digunakan untuk menghasilkan permukaan yang halus.