p31 b5

Upload: nara-ghassani

Post on 09-Jul-2015

285 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

PENYAKIT PERIODONTAL Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi sebagai penyangga gigi, terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar. Sebelum memahami kerusakan jaringan periodontal, sebaiknya dimulai dengan gingiva yang sehat dan tulang pendukung yang normal. Gingiva yang sehat dapat menyesuaikan diri dengan keadaan gigi. Permulaan terjadinya kerusakan biasanya timbul pada saat plak bakterial terbentuk pada mahkota gigi, meluas disekitarnya dan menerobos sulkus gingiva yang nantinya akan merusak gingiva disekitarnya. Plak menghasilkan sejumlah zat yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam perkembangan penyakit periodontal. Peradangan pada gingiva dan perkembangannya pada bagian tepi permukaan gigi terjadi ketika koloni mikroorganisme berkembang. Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan periodontitis. Bentuk penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah proses inflamasi dan mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kerusakan tulang, keadaan ini dikenal dengan Gingivitis. Apabila penyakit gingiva tidak ditanggulangi sedini mungkin maka proses penyakit akan terus berkembang mempengaruhi tulang alveolar, ligamen periodontal atau sementum, keadaan ini disebut dengan Periodontitis. Massler menyatakan bahwa gingivitis merupakan fenomena bifase. Pada anak- anak bersifat akut, sementara dan cenderung mengenai papila, sedangkan pada orang dewasa bersifat kronis dan progresif. Hal ini sesuai dengan pengamatan klinis dari Zappler yang melihat bahwa reaksi jaringan gingiva anak-anak terhadap gingivitis lebih cepat dan jelas bila dibandingkan dengan orang dewasa. Cohen dan Goldman melihat kecendrungan terjadinya hiperplasia papila. 1. Zappler dalam membandingkan struktur periodontal anak-anak dan dewasa telah menyebutkan gambaran histologi jaringan periodonsium anak-anak sebagai berikut : Gingiva - Lebih merah karena lapisan epitel yang tipis, zat tanduknya sedikit dan adanya vaskularisasi pembuluh darah yang banyak. - Kurangnya stippling karena papila jaringan ikat dari lamina propria lebih pendek dan lebih datar - Konsistensinya lunak karena kurang padatnya jaringan ikat dari lamina propria. Sulkusnya relatif dalam. - Tepi-tepi menggumpal dan membulat dihubungkan dengan adanya hiperami dan edema yang disebabkan proses erupsi gigi. Sementum - Lebih tipis, kurang padat - Cenderung terjadi hiperplasia sementum pada bagian apikal dan epitel attachment. Ligamen periodontal - Ruang ligamen periodontal lebih lebar - Serat-seratnya kurang padat dan jumlah seratnya kurang ditiap daerah - Terdapatnya pertambahan cairan jaringan yaitu aliran darah dan cairan getah bening Tulang Alveolar - Lamina dura lebih tipis - Trabekula lebih sedikit - Ruang sumsum lebih besar - Derajat kalsifikasi yang lebih rendah - Bertambahnya aliran darah dan cairan getah bening

KLASIFIKASI Penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu gingivitis dan periodontitis. Konsep patogenesis penyakit periodontal yang diperkenalkan oleh Page dan Schroeder terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu : Permulaan, Dini, Menetap dan Parah

Tiga tahap pertama yaitu permulaan, dini dan menetap merupakan tahap pada diagnosa gingivitis dan tahap parah merupakan diagnosa periodontitis. Klasifikasi penyakit periodontal secara klinik dan histopatologi pada anak-anak dan remaja dapat dibedakan atas 6 (enam) tipe : 1.Gingivitis kronis 2.Periodontitis Juvenile Lokalisata (LPJ) 3.Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP) 4.Periodontitis kronis 5.Akut Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) 6.Periodontitis Prepubertas GEJALA KLINIS Untuk mengungkapkan gejala-gejala penyakit periodontal dapat dinilai melalui pemeriksaan secara klinis dan histopatologis. 1. Gingivitis Kronis Prevalensi gingivitis pada anak usia 3 tahun dibawah 5 %, pada usia 6 tahun 50 % dan angka tertinggi yaitu 90 % pada anak usia 11 tahun. Sedangkan anak usia diantara 11-17 tahun mengalami sedikit penurunan yaitu 80- 90 %. Gingivitis biasanya terjadi pada anak saat gigi erupsi gigi sulung maupun gigi tetap dan menyebabkan rasa sakit. Pada anak usia 6-7 tahun saat gigi permanen sedang erupsi, gingival marginnya tidak terlindungi oleh kontur mahkota gigi. Keadaan ini menyebabkan sisa makanan masuk ke dalam gingiva dan menyebabkan peradangan. Terjadi inflamasi gingiva tanpa adanya kehilangan tulang atau perlekatan jaringan ikat. Tanda pertama dari inflamasi adanya hiperamie, warna gingiva berubah dari merah muda menjadi merah tua, disebabkan dilatasi kapiler, sehingga jaringan lunak karena banyak mengandung darah. Gingiva menjadi besar (membengkak), licin, berkilat dan keras, perdarahan gingiva spontan atau bila dilakukan probing, gingiva sensitif, gatal- gatal dan terbentuknya saku periodontal akibat rusaknya jaringan kolagen. Muncul perlahan-lahan dalam jangka lama dan tidak terasa nyeri kecuali ada komplikasi dengan keadaan akut. Bila peradangan ini dibiarkan dapat berlanjut menjadi periodontitis. 2. Periodontitis Juvenile Lokalisata (LJP) - Penderita biasanya berumur 12-26 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada umur 10-11 tahun. - Perempuan lebih sering diserang daripada laki-laki (3 : 1) - Gigi yang pertama dirusak molar satu dan insisivus. - Angka karies biasanya rendah. - Netrofil memperlihatkan kelainan khemotaksis dan fagositosis - Sangat sedikit dijumpai plak atau kalkulus yang melekat pada gigi, tetapi pada tempat yang dirusak dijumpai kalkulus subgingiva.Gingiva bisa kelihatan normal tetapi dengan probing bisa terjadi perdarahan dan gigi yang dikenai akan terlihat goyang. 3. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP) GJP ini mirip dengan LJP, tetapi GJP terjadi secara menyeluruh pada gigi permanen dan dijumpai penumpukan plak yang banyak serta inflamasi gingiva yang nyata. Melibatkan keempat gigi molar satu dan semua insisivus serta dapat merusak gigi lainnya (C, P, M2). 4.Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan suatu diagnosa yang digunakan untuk menyebut bentuk penyakit periodontal destruktif, namun tidak sesuai dengan kriteria periodontitis juvenile generalisata, lokalisata maupun prepubertas. - Penyakit ini mirip dengan gingivitis kronis, akan tetapi terjadi kehilangan sebagian tulang dan perlekatan jaringan ikat. - Perbandingan penderita antara perempuan dan laki-laki hampir sama - Angka karies biasanya tinggi

- Respon host termasuk fungsi netrofil dan limposit normal 5.ACUTE NECROTIZING ULCERATIVE GINGIVITIS (ANUG) - Adanya lesi berbentuk seperti kawah (ulkus) pada bagian proksimal dengan daerah nekrosis yang luas, ditutupi / tidak ditutupi lapisan pseudomembran berwarna putih keabu-abuan. - Lesi yang mengalami inflamasi akut menambah serangan rasa sakit yang cepat, perdarahan dan sangat sensitif bila disentuh. - Gingiva berkeratin, edematus dan epitelnya terkelupas. - Mulut berbau, kerusakan kelenjar limpa , lesu dan perasaan terbakar. - Penyakit ini sangat besar kemungkinan dipengaruhi beberapa faktor etiologi sekunder seperti stress dan kecemasan. Dapat juga dipengaruhi faktor-faktor lain seperti kelelahan, daya tahan tubuh yang menurun, kekurangan gizi, merokok, infeksi virus, kurang tidur, disamping dipengaruhi faktor lokal lainnya. 6. Periodontitis Prepubertas - Periodontitis prepubertas ada dua bentuk terlokalisir dan menyeluruh. Bentuk terlokalisir biasanya dijumpai pada usia 4 tahun dan mempengaruhi hanya beberapa gigi saja, sedangkan bentuk menyeluruh dimulai saat gigi tetap mulai erupsi dan mempengaruhi semua gigi desidui. - Pasien di bawah umur 12 tahun (4 atau 5 tahun). - Perbandingan jenis kelamin hampir sama. - Angka karies biasanya rendah - Plak dan kalkulus yang melekat pada gigi biasanya sedikit - Kehilangan tulang dan lesi furkasi (furcation involment) terlihat secara radiografis. - Kerusakan jaringan periodontal lebih cepat pada bentuk generalisata dari pada bentuk terlokalisir. ETIOLOGI Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik). Faktor lokal merupakan penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi, sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum. Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor lokal yaitu inflamasi gingiva dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya. Kerusakan yang disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar, sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya tulang alveolar pada sisi permukaan akar. Faktor Lokal 1. Plak bakteri 2. Kalkulus 3. Impaksi makanan 4. Pernafasan mulut 5. Sifat fisik makanan 6. Iatrogenik Dentistry 7. Trauma dari oklusi 1. Plak Bakteri Plak bakteri merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroba yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang mengabaikan kebersihan mulut. Berdasarkan letak huniannya, plak dibagi atas supra gingival yang berada disekitar tepi gingival dan plak sub-gingiva yang berada apikal dari dasar gingival. Bakteri yang terkandung dalam plak di daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan jaringan. Hampir semua penyakit periodontal berhubungan dengan plak bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat toksik. Bakteri dapat menyebabkan penyakit periodontal secara tidak langsung dengan jalan : Meniadakan mekanisme pertahanan tubuh. Mengurangi pertahanan jaringan tubuh Menggerakkan proses immuno patologi.

Meskipun penumpukan plak bakteri merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis, akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai penyebabnya yang merupakan multifaktor, meliputi interaksi antara mikroorganisme pada jaringan periodontal dan kapasitas daya tahan tubuh. 2. Kalkulus Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang mengalami pengapuran, terbentuk pada permukaan gigi secara alamiah. Kalkulus merupakan pendukung penyebab terjadinya gingivitis (dapat dilihat bahwa inflamasi terjadi karena penumpukan sisa makanan yang berlebihan) dan lebih banyak terjadi pada orang dewasa, kalkulus bukan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Faktor penyebab timbulnya gingivitis adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada permukaan kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung. 3. Impaksi makanan Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan) merupakan keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal. Gigi yang berjejal atau miring merupakan tempat penumpukan sisa makanan dan juga tempat terbentuknya plak, sedangkan gigi dengan oklusi yang baik mempunyai daya self cleansing yang tinggi. Tanda-tanda yang berhubungan dengan terjadinya impaksi makanan yaitu a. perasaan tertekan pada daerah proksimal b. rasa sakit yang sangat dan tidak menentu c. inflamasi gingiva dengan perdarahan dan daerah yang terlibat sering berbau. d. resesi gingiva e. pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat bergerak dari soketnya, sehingga terjadinya kontak prematur saat berfungsi dan sensitif terhadap perkusi. f. kerusakan tulang alveolar dan karies pada akar 4. Pernafasan Mulut Kebiasaan bernafas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk. Hal ini sering dijumpai secara permanen atau sementara. Permanen misalnya pada anak dengan kelainan saluran pernafasan, bibir maupun rahang, juga karena kebiasaan membuka mulut terlalu lama. Sementara misal pasien penderita pilek dan pada beberapa anak yang gigi depan atas protrusi sehingga mengalami kesulitan menutup bibir. Keadaan ini menyebabkan viskositas (kekentalan) saliva akan bertambah pada permukaan gingiva maupun permukaan gigi, aliran saliva berkurang, populasi bakteri bertambah banyak, lidah dan palatum menjadi kering dan akhirnya memudahkan terjadinya penyakit periodontal. 5. Sifat fisik makanan Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan yang bersifat lunak seperti bubur atau campuran semiliquid membutuhkan sedikit pengunyahan, menyebabkan debris lebih mudah melekat disekitar gigi dan bisa berfungsi sebagai sarang bakteri serta memudahkan pembentukan karang gigi. Makanan yang mempunyai sifat fisik keras dan kaku dapat juga menjadi massa yang sangat lengket bila bercampur dengan ludah. Makanan yang demikian tidak dikunyah secara biasa tetapi dikulum di dalam mulut sampai lunak bercampur dengan ludah atau makanan cair, penumpukan makanan ini akan memudahkan terjadinya penyakit. Makanan yang baik untuk gigi dan mulut adalah yang mempunyai sifat self cleansing dan berserat yaitu makanan yang dapat membersihkan gigi dan jaringan mulut secara lebih efektif, misalnya sayuran mentah yang segar, buah-buahan dan ikan yang sifatnya tidak melekat pada permukaan gigi. 6. Iatrogenik Dentistry Iatrogenik Dentistry merupakan iritasi yang ditimbulkan karena pekerjaan dokter gigi yang tidak hati-hati dan adekuat sewaktu melakukan perawatan pada gigi dan jaringan sekitarnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada jaringan sekitar gigi. Dokter gigi harus memperhatikan masa depan kesehatan jaringan periodontal pasien, misalnya : - Waktu melakukan penambalan pada permukaan proksimal (penggunaan matriks) atau servikal, harus dihindarkan tepi tambalan yang menggantung (kelas II amalgam), tidak baik adaptasinya atau kontak yang salah, karena hal ini menyebabkan mudahnya terjadi penyakit periodontal.

- Sewaktu melakukan pencabutan, dimulai dari saat penyuntikan, penggunaan bein sampai tang pencabutan dapat menimbulkan rusaknya gingiva karena tidak hati hati - Penyingkiran karang gigi (manual atau ultra skeler) juga harus berhati hati, karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan gingiva. 7. Trauma dari oklusi Trauma dari oklusi menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium, tekanan oklusal yang menyebabkan kerusakan jaringan disebut traumatik oklusi. Trauma dari oklusi dapat disebabkan oleh : - Perubahan-perubahan tekanan oklusal Misal adanya gigi yang elongasi, pencabutan gigi yang tidak diganti, kebiasaan buruk seperti bruksim, clenching. - Berkurangnya kapasitas periodonsium untuk menahan tekanan oklusal - Kombinasi keduanya. FAKTOR SISTEMIK Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat oleh keadaan sistemik. Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material-material seperti hormon, vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini terganggu dapat mengakibatkan gangguan lokal yang berat. Gangguan keseimbangan tersebut dapat berupa kurangnya materi yang dibutuhkan oleh selsel untuk penyembuhan, sehingga iritasi lokal yang seharusnya dapat ditahan atau hanya menyebabkan inflamasi ringan saja, dengan adanya gangguan keseimbangan tersebut maka dapat memperberat atau menyebabkan kerusakan jaringan periodontal. Faktor-faktor sistemik ini meliputi : 1. Demam yang tinggi 2. Defisiensi vitamin 3. Drugs atau pemakaian obat-obatan 4. Hormonal 1. Demam yang tinggi Pada anak-anak sering terjadi penyakit periodontal selama menderita demam yang tinggi, (misal disebabkan pilek, batuk yang parah). Hal ini disebabkan anak yang sakit tidak dapat melakukan pembersihan mulutnya secara optimal dan makanan yang diberikan biasanya berbentuk cair. Pada keadaan ini saliva dan debris berkumpul pada mulut menyebabkan mudahnya terbentuk plak dan terjadi penyakit periodontal. 2. Defisiensi vitamin Di antara banyak vitamin, vitamin C sangat berpengaruh pada jaringan periodontal, karena fungsinya dalam pembentukan serat jaringan ikat. Defisiensi vitamin C sendiri sebenarnya tidak menyebabkan penyakit periodontal, tetapi adanya iritasi lokal menyebabkan jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersebut sehingga terjadi reaksi inflamasi (defisiensi memperlemah jaringan). 3. Drugs atau obat-obatan Obat-obatan dapat menyebabkan hiperplasia, hal ini sering terjadi pada anak-anak penderita epilepsi yang mengkomsumsi obat anti kejang, yaitu phenytoin (dilantin). Dilantin bukan penyebab langsung penyakit jaringan periodontal, tetapi hiperplasia gingiva memudahkan terjadinya penyakit. Penyebab utama adalah plak bakteri. 4. Hormonal Penyakit periodontal dipengaruhi oleh hormon steroid. Peningkatan hormon estrogen dan progesteron selama masa remaja dapat memperhebat inflamasi margin gingiva bila ada faktor lokal penyebab penyakit periodontal. PENCEGAHAN Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan oleh dokter gigi, pasien dan personal pendukung. Pencegahan dilakukan dengan memelihara gigi-gigi dan mencegah serangan serta kambuhnya penyakit. Pencegahan dimulai pada jaringan periodontal yang sehat yang bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan jaringan periodontal dengan mempergunakan teknik sederhana dan dapat dipakai di seluruh dunia

Umumnya penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah karena penyakit ini disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat ditemukan, dikoreksi dan dikontrol. Sasaran yang ingin dicapai adalah mengontrol penyakit gigi untuk mencegah perawatan yang lebih parah. Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling berhubungan satu sama lain yaitu : 1. Kontrol Plak 2. Profilaksis mulut 3.Pencegahan trauma dari oklusi 4. Pencegahan dengan tindakan sistemik 5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik 6. Pencegahan dengan pendidikan kesehatan gigi masyarakat 7. Pencegahan kambuhnya penyakit 1. Kontrol Plak Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah pembentukan kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan penyakit periodontal , tanpa kontrol plak kesehatan mulut tidak dapat dicapai atau dipelihara. Setiap pasien dalam praktek dokter gigi sebaiknya diberi program kontrol plak. - Bagi pasien dengan jaringan periodonsium yang sehat, kontrol plak berarti pemeliharaan kesehatan. - Bagi penderita penyakit periodontal,kontrol plak berarti penyembuhan. - Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti mencegah kambuhnya penyakit ini. Metode kontrol plak dibagi atas dua yaitu secara mekanis dan kimia - Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya, meliputi penggunaan alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi, alat pembersih proksimal seperti dental floss, tusuk gigi dan kumur-kumur dengan air. - Kontrol plak secara kimia adalah memakai bahan kumur - kumur seperti chlorhexidine (Betadine, Isodine). 2. Profilaksis mulut Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri dari penyingkiran materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi. Untuk memberikan manfaat yang maksimum bagi pasien, profilaksis mulut harus lebih luas dan meliputi hal-hal berikut : - Memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi plak. Gincu kue warna ros dapat dipakai untuk mendeteksi plak pada anak-anak. - Penyingkiran plak,kalkulus(supradansubgingiva) pada seluruh permukaan.- Membersihkan dan memolis gigi menggunakan pasta pemolis/pastagigi - Memakai zat pencegah yang ada dalam pasta pemolis/pastagigi. - Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang menggantung . -Memeriksa tanda dan gejala impaksi makanan. 3.Pencegahan trauma dari oklusi Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan secara perlahan- lahan (akibat pemakaian yang lama). Hubungan tonjol gigi asli dengan tambalan gigi yang tidak tepat dapat menimbulkan kebiasaan oklusi yang tidak baik seperti bruxim atau clenching. 4. Pencegahan dengan tindakan sistemik Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan tindakan sistemik sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Agen pencedera seperti plak bakteri dapat dinetralkan aksinya bila jaringan sehat. 5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik Prosedur ortodontik sangat penting dalam pencegahan penyakit periodontal. Tujuan koreksi secara ortodontik ini adalah untuk pemeliharaan tempat gigi tetap pengganti, letak gigi dan panjang lengkung rahang. 6. Pendidikan kesehatan gigi masyarakat Agar pencegahan penyakit periodontal menjadi efektif, tindakan pencegahan harus diperluas dari klinik gigi kepada masyarakat. Hal yang penting diketahui masyarakat ialah bukti bahwa penyakit periodontal dapat dicegah dengan metode yang sama atau lebih efektif dari metode pencegahan karies gigi Pendidikan kesehatan gigi masyarakat adalah tanggung jawab dokter gigi, organisasi kedokteran gigi dan Departemen Kesehatan. Pengajaran yang efektif dapat diberikan di klinik. Sedangkan

untuk masyarakat dapat diberikan melalui kontak pribadi, aktivitas dalam kelompok masyarakat, media cetak maupun elektronik, perkumpulan remaja, sekolah dan wadah lainnya. Perlu diluruskan adanya pertentangan psikologis pada masyarakat, seperti : - Menerangkan bahwa kerusakan yang disebabkan penyakit periodontal pada orang dewasa dimulai pada masa anak-anak. - Menghilangkan dugaan bahwa pyorrhea (gusi berdarah) tidak dapat dielakkan dan disembuhkan. Juga menghilangkan pendapat masyarakat bahwa kehilangan gigi selalu terjadi bila mereka sudah tua. - Menegaskan bukti bahwa seperti karies gigi, penyakit periodontal biasanya tidak menimbulkan rasa sakit pada awalnya sehingga masyarakat tidak menyadarinya. Pemeriksaan gigi dan mulut secara teratur diperlukan untuk mengetahui adanya karies gigi dan penyakit periodontal secepatnya kemudian segera merawatnya bila ditemukan adanya penyakit - Memberi penjelasan bahwa perawatan periodontal yang efektif adalah bila segera dirawat sehingga lebih besar kemungkinan berhasil disembuhkan. Disamping itu waktu yang digunakan lebih sedikit dan merupakan cara yang paling ekonomis daripada menanggulangi penyakit. - Menegaskan manfaat pencegahan dengan higine mulut yang baik dan perawatan gigi yang teratur . - Menerangkan bahwa tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut harus merupakan inti dari perencanaan kesehatan gigi masyarakat. 7. Pencegahan kambuhnya penyakit Setelah kesehatan jaringan tercapai, diperlukan program yang positif untuk mencegah kambuhnya penyakit periodontal. Ini merupakan tanggung jawab bersama antara dokter gigi dan pasien (untuk pasien anak peran orang tua juga dibutuhkan). Pasien harus mentaati pengaturan untuk menjaga higine mulut dan kunjungan berkala, dokter gigi harus membuat kunjungan berkala sebagai pelayanan pencegahan yang bermanfaat. PERAWATAN PENYAKIT PERIODONTAL Sering dijumpai pasien datang ke dokter gigi, dengan kasus yang dialami telah lanjut, sehingga tidak mungkin menghambat penyakit tersebut. Keadaan ini merupakan pengalaman yang menyebabkan trauma bagi pasien usia remaja bila mereka dihadapkan dengan kenyataan bahwa mereka mempunyai penyakit periodontal dan akan kehilangan satu atau semua gigi-giginya bila tidak segera dirawat. Pada kasus ini, pasien harus ditenangkan dari keputusasaan dan diyakinkan bahwa walaupun penyakit tidak dapat dirawat, masih banyak usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan gigi selama bertahun-tahun. Dengan perawatan banyak gigi dapat dipertahankan sampai pasien mencapai dewasa. Penyakit periodontal harus ditemukan secepatnya dan dirawat sesegera mungkin setelah penyebab penyakit itu ditemukan. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk mencegah kerusakan jaringan yang lebih parah dan kehilangan gigi. Menurut Glickman ada empat tahap yang dilakukan dalam merawat penyakit periodontal yaitu : 1. Tahap jaringan lunak Pada tahap ini dilakukan tindakan untuk meredakan inflamasi gingiva, menghilangkan saku periodontal dan faktor-faktor penyebabnya. Disamping itu juga untuk mempertahankan kontur gingiva dan hubungan mukogingiva yang baik. Pemeliharaan kesehatan jaringan periodontal dapat dilakukan dengan penambalan lesi karies, koreksi tepi tambalan proksimal yang cacat dan memelihara jalur ekskursi makanan yang baik. 2. Tahap fungsional Hubungan oklusal yang optimal adalah hubungan oklusal yang memberikan stimulasi fungsional yang baik untuk memelihara kesehatan jaringan periodontal. Untuk mencapai hubungan oklusal yang optimal, usaha yang perlu dan dapat dilakukan adalah : occlusal adjustment, pembuatan gigi palsu, perawatan ortodonti, splinting (bila terdapat gigi yang mobiliti) dan koreksi kebiasaan jelek (misal bruksim atau clenching). 3. Tahap sistemik

Kondisi sistemik memerlukan perhatian khusus pada pelaksanaan perawatan penyakit periodontal, karena kondisi sistemik dapat mempengaruhi respon jaringan terhadap perawatan atau mengganggu pemeliharaan kesehatan jaringan setelah perawatan selesai. Masalah sistemik memerlukan kerja sama dengan dokter yang biasa merawat pasien atau merujuk ke dokter spesialis. 4. Tahap pemeliharaan Prosedur yang diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan periodontal yang telah sembuh yaitu dengan memberikan instruksi higine mulut (kontrol plak), kunjungan berkala ke dokter gigi untuk memeriksa tambalan, karies baru atau faktor penyebab penyakit lainnya. Penegakan diagnosis sakit gigi Sakit gigi yang dikeluhkan pasien sebagian besar ditimbulkan oleh keadaan seperti berikut ini : 1. pulpitis akut 2. periodontitis apikalis akuta 3. abses apikalis akut 4. abses periodontium akut 5. dentin terbuka yang sensitif 6. 7. 8. 9. terselipnya makanan mahkota retak pulpitis kronis periodontitis apikalis kronis

Pemilihan Bahan Perlindungan Pulpa Bila preparasi telah selesai dilakukan, biasanya bahan perantara dioleskan di atas dentin sebelum restorasi permanen dilakukan. Pemilihan bahan ini detentukan oleh jarak restorasi dengan pulpa setelah pembuangan karies. a. Pelapik (Liner) Pelapik (liner) adalah bahan-bahan yang diletakkan berupa lapisan tipis dan berfungsi utama memberikan perlindungan terhadap iritasi kimiawi. Fungsi lainnya ialah sebagai penyekat panas dan tidak digunakan untuk menghasilkan struktural preparasi. Contoh bahan pelapik ialah tipe vernis yang ke dalamnya ditambahkan bubuk kalsium hiroksida/ oksida seng, dan pelapik GIC. Secara teknis, vernis dan pelapik dapat diklasifikasikan sebagai bahan pelapik kavitas karena digunakan sebagai lapisan pelindung untuk struktur gigi yang baru dipotong dari kavitas yang baru dipreparasi. Vernis dan pelapik membentuk lapisan melalui penguapan dari bahan pengencer. Vernis Kavitas Kegunaan Melapisi preparasi kavitas bila digunakan untuk amalgam/ emas. Bisa digunakan untuk bahan restorasi yang bisa mengiritasi (semen zink fosfat), yaitu vernis dioleskan dengan tujuan mencegah penetrasi asam ke dentin dan pulpa serta mengurangi sensitivitas pasca operatif. Karena semen zink fosfat merupakan bahan basis maka saat peletakan vernis, yang pertama dioleskan/ diletakkan adalah vernis kemudian bahan untuk basis.

Catatan: tidak digunakan bila tambalannya komposit/ resin nirpasi karena polimerisasi vernis akan terhambat sehingga permukaan vernis dan resin menjadi lunak sehingga fungsi sebagai perlindungan berkurang. Fungsi utama Vernis mengurangi kebocoran mikro yang terjadi seperti pada restorasi amalgam. Amalgam tidak adhesive ke struktur gigi maka pada beberapa bulan pertama akan terjadi kebocoran mikro bila baru dibuat, sehingga mengakibatkan iritasi dan sensitivitas pada pulpa. Oleh karena itu dapat digunakan vernis kavitas yang menghambat kebocoran mikro pada beberapa minggu pertama sehingga sensitivitas karena penetrasi cairan/ debris akan berkurang. Manipulasi - Vernis kavitas berupa resin alami/ sintetis diencerkan dengan bahan pengencer yaitu eter/ kloroform. - Lalu pengencer menguap dan akan menghasilkan lapisan tipis pada preparasi kavitas. - Lapisan tipis merupakan pembalut terhadap dentin yang terpotong. Catatan: vernis bukan isolasi panas yang baik/ konduktivitas panas yang rendah karena ketebalan lapisannya terlalu tipis yaitu 4m. Syarat-syarat saat manipulasi vernis - Lapisan harus merata dan tidak terputus-putus di atas seluruh permukaan kavitas yang dipreparasi. - 2 lapisan tipis yang harus dioleskan: Lapisan pertama (bahan pengencer) yang menguap meninggalkan lubang-lubang kecil. Lapisan kedua akan mengisi lubang-lubang kecil tersebut dan menghasilkan lapisan yang homogen. - Botol harus selalu tertutup bila vernis tidak digunakan karena mempengaruhi viskositas dari vernis tersebut. - Viskositas vernis harus encer, bila kental fungsinya berkurang karena tidak membasahi gigi dengan baik sehingga bisa terjadi kebocoran mikro antara vernis dan gigi. Prosedur peletakan pelapik vernis 1. Ukuran preparasi harus dievaluasi untuk memungkinkan masuknya bahan pelapik. 2. Kapas kecil dibuat dan dicelupkan dalam vernis 3. Kapas dioleskan ke kavitas/dinding-dinding preparasi dengan pinset 4. Dinding kavitas dilapisi vernis dan dikeringkan dengan angin Pertimbangan klinis vernis Vernis konvensional tidak boleh digunakan di bawah restorasi komposit, karena pelarut vernis dapat melunakkan resin dan lapisan akan mencegah pembasahan kavitas dengan bahan bonding yang diperlukan. Namun, jika diberikan waktu yang cukup untuk penguapan bahan pelarut organik, degradasi komposit seperti ini tidak akan terjadi. Vernis tidak dianjurkan jika digunakan dibawah restorasi GIC. Lapisan vernis akan menghilangkan potensi adhesi dari GIC. Kalsium Hidroksida (Pelapik Kavitas) Semen-semen kalsium hidroksida yang diperjualbelikan pada umumnya disediakan dalam 2 pasta. Pasta ini mengandung 6 atau 7 bahan lain yang ditambahkan untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu. Kegunaan Untuk perlindungan pulpa di bawah seluruh bahan restoratif. Fungsi

Meningkatkan/ mempercepat pembentukan dentin sekunder/ reparative (dentin tebal) untuk melindungi pulpa dari bahan restorative/ agen-agen yang merusak berpenetrasi melalui kebocoran mikro. Manipulasi Pelapik dibuat dengan mencampur sejumlah kecil basis kalsium hidroksida dengan katalis/ air/ larutan pembawa resin dan diaduk pada kertas pad sampai homogen. Prosedur peletakan pelapik - Pelapik diulaskan pada dinding-dinding preparasi kavitas - Larutan pembawanya akan menguap dan meninggalkan selapis tipis kalsium hiroksida pada dinding kavitas. Keuntungan pemberian kalsium hidroksida Kalsium hidroksida pada pH 11 dapat menetralkan/ bereaksi dengan asam yang dilepaskan oleh semen yang mengandung asam fosfor (semen zink fosfat) Pelapik GIC Fungsi - Sebagai pengikat antara gigi dengan restorasi komposit - Lebih detailnya sebagai bahan bonding dentin Macam Ada 2 jenis : - Sistem bubuk-cairan konvensional - GIC dengan pengerasan sinar Menurut manipulasinya: - Auto cure: terdiri dari bubuk, cairan, varnish dan kertas. - Dual cure: terdiri dari pasta dan varnish. Prosedur pelapisan Menggunakan teknik sandwich: lapisan resin terikat dengan pelapik ionomer, dianjurkan khusus untuk restorasi komposit kelas II. 1. Secara konvensional - Dentin diberi kondisioner. - Dentin dilapisi GIC yang meluas sampai ke tepi yang berlokasi di dentin/ sementum. - GIC harus berkontak dengan lingkungan mulut agar terjadi pelepasan fluoride. - Tepi email yang dibevel, dietsa dengan asam fosfor untuk meningkatkan ikatan dengan komposit. - Permukaan GIC yang mengeras dietsa untuk permukaan yang lebih kasar yang bertujuan agar dapat beradhesi dengan bahan bonding resin. - Bahan bonding dioleskan pada email dan sementum. - Dilakukan restorasi komposit. 2. Dengan pengerasan sinar Sama seperti konvensional namun tidak diberi kondisioner dan tidak dietsa. b. Basis Basis Semen Fungsi - Sebagai lapisan pelindung terhadap iritasi kimia, menghasilkan penyekat terhadap panas, dan menahan tekanan selama pemampatan restoratif. - Sebagai pengganti dentin pelindung yang rusak karena karies, pengeburan kavitas, atau keduanya. - Mendukung pemulihan dari pulpa yang cedera dan melindunginya dari berbagai trauma (syok panas/ iritasi kimia). Syarat-syarat sebagai semen basis perantara - Bahan harus merangsang perbaikan pulpa yaitu dengan menghasilkan dentin sekunder/ preparasi di dekat daerah iritasi.

- Bahan harus melindungi pulpa dari bahan toksik pada beberapa bahan tambal dan sebagai penyekat panas. - Efektif pada ketebalan kira-kira 1 mm. - Pada tambalan amalgam dapat memberikan pondasi yang kuat untuk mendukung tekanan pemampat. Macam basis semen 1. Semen oksida seng eugenol - Berguna untuk basis insulatif/ penghambat. - Sangat sering digunakan untuk balutan sementara. - pH mendekati 7 paling sedikit mengiritasi. - Efek paliatif terhadap pulpa. - Kebocoran mikro minim. - Memberikan perlindungan terhadap pulpa. - Sering dipakai untuk lesi karies. 2. Semen zink fosfat - Keras dan kuat tapi mengiritasi pulpa. - Untuk merekatkan restorasi-restorasi pengecoran gigi. - Digunakan sebagai bahan basis bila pelu kekuatan kompresif besar. - Campuran awal sangat asam tapi pH akan mencapai normal dalam waktu singkat. - Semen yang baru diaduk mengiritasi pulpa tanpa perlindungan vernis/ basis lain dapat menyebabkan kerusakan pulpa ireversible. 3. Semen polikarboksilat - Melekat dengan baik pada komponen kalsium struktur gigi - Agak sulit dimanipulasi - Digunakan untuk semen bisa untuk basis 4. Semen ionomer kaca Sebagai bahan restorasi untuk perawatan daerah erosi dan sebagai bahan penyemenan. Pertimbangan klinis basis - Pemilihan basis ditentukan oleh desain kavitas gigi, jenis bahan restorasi langsung yang digunakan, dan kedekatan pulpa dengan dinding kavitas - Pada amalgam, salah satu bahan kalsium hidroksida yang keras atau OSE akan berperan efektif sebagai basis tunggal. Misalnya pada tambalan emas langsung, mungkin diperlukan bahan yang lebih kuat untuk basis, misalnya semen seng fosfat, polikarboksilat atau GIC. - Pada tambalan resin, kalsium hidroksida adalah bahan yang dipilih sebagai basis tipis daripada OSE yang dapat mengganggu polimerisasi. - Vernis dan basis umumnya mempunyai fungsi berbeda. Pada kavitas yang dalam, dimana dibutuhkan perlindungan maksimal terhadap segala jenis trauma, mungkin diperlukan keduanya (vernis dan basis). RESTORASI Restorasi merupakan perawatan untuk mengembalikan struktur anatomi dan fungsi pada gigi, yang disebabkan karies, fraktur, atrisi, abrasi dan erosi. Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan merestorasi struktur gigi yang rusak. Secara garis besar bahan restorasi gigi dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:1. Plastis

Restorasi plastis adalah teknik restorasi dimana preparasi dan pengisian tumpatan dikerjakan pada satu kali kunjungan, tidak memerlukan fasilitas laboratorium dan murah. Tumpatan plastis cenderung digunakan ketika struktur gigi cukup banyak untuk mempertahankan integritas dengan bahan tumpatan. Yang termasuk dalam kelompok bahan plastis adalah amalgam, silikat, composite dan Glass Ionomer Cement (GIC). Dari sekian banyak jenis bahan restorasi, bahan plastis seperti amalgam, silikat, komposit resin dan GIC merupakan bahan restorasi yang paling banyak digunakan dalam dunia kedokteran gigi.

Glass Ionomer Cement(GIC) Ionomer kaca adalah nama generic dari nama sekelompok bahan yang menggunakan bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. Ionomer kaca mendapatkan namanya dari formulanya yaitu suatu bubuk kaca dan asam ionomer yang mengandung gugus karboksil. Sering juga disebut sebagai semen polialkenoat. Komposisi: Powder Bubuk semen ionomer kaca (bubuk semen silikat) adalah kaca kalsium/stronsium

fluoroaluminosilikat yang larut dalam asam. Komposisi = SiO2 (Quartz, 29%), Al2O3 (alumina, 16,6%), CaF2 (fluorite, 34,2%), Na3AlF6 (cryolite, 5%), AlF3 (5,3%), AlPO4 (9,9%). Tambahan = cermet (ceramic-metal) powder titanium dioxide membuat tampakan klinis

restorasi berwarna cocok. (radiopaque) Fluoride, berpengaruh terhadap suhu peleburan dan penangkap oxide selama peleburan

glass. Kehadirannya mendukung remineralisasi struktur gigi. Liquid Cairan untuk semen ionomer kaca adalah larutan dari asam poliakrilat (cairan ini cukup

kental dan cenderung menjadi gel dengan dengan berjalannya waktu). 50% as polyacrilicitaconic dgn zat-zat tambahan untuk stabilizer. Pada semen-semen ionomer kaca terbaru, cairan asamnya berada dalam bentuk kopolimer dengan asam itakonik, maleik, atau trikarbosilik (asam-asam ini cenderung meningkatkan reaktivitas dari cairan, mengurangi kekentalan, dan mengurangi kecenderungan untuk menjadi gel). Asam tartaric juga ada di dalam cairan (gunanya : memperbaiki karakterisitk manipulasi (lebih translucentmeningkatkan estetis) dan meningkatkan waktu kerja dan memperpendek waktu pengerasan). Indikasi Sebagai bahan perekat, bahan restorative untuk restorasi estetik (sewarna gigi) konservatif kelas III dan V pada gigi anterior, sbg cavity liner pada bagian dasar bbrp bahan restorasi (pelapik/basis), sbg pit and fissure sealant. Kontra indikasi Digunakan pada restorasi kelas II dan IV, karena sampai saat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka terhadap keausan penggunaan jika dibanding dengan komposit.

Penumpatan Pada penumpatan GIC, kavitas harus lembab. Dinding yang menghadap pulpa dan dalam dilapisi dengan Ca(OH)2. Bahan pelindung dentin yang tidak boleh digunakan adalah pernis, karena akan menghalangi reaksi fisiko-kimia yang diperlukan antara GIC dengan dinding kavitas. Tahap penumpatan : Pembersihan kavitas - Permukaan yang bersih adalah syarat penting untuk menghasilkan

adhesi. 1. pencucian dengan pumis untuk menghilangkan lapisan yang terbentuk selama preparasi kavitas2. pengolesan larutan asam poliakrilat 10% ke permukaan selama 10 15 detik, diikuti

dengan pembilasan akuades selama 30 detik, dapat menghilangkan lapisan tetapi masih meninggalkan sumbat batang-batang kolagen di tempatnya. Sumbat ini menghalangi penetrasi bahan semen dan mempengaruhi tekanan cairan hidrodinamik di dalam dentin. Prosedur penghilangan lapisan ini disebut kondisioning Setelah kondisioning dan pembilasan preparasi, permukaan harus tetap lembab (tetapi bebas dari saliva atau darah) karena pada waktu mengeras GIC memerlukan air. Karena itu bila terlalu kering akan mengambil cairan dari tubuli dentin sehingga mengakibatkan sensitifitas pasca penumpatan. Pemasangan matriks Mylar (untuk kevitas site3) Pemberian pelindung dentin - Pada kavitas yang dalam, aplikasi Ca(OH)2 hanya dilakukan

pada dinding aksial. Persiapan dan pencampuran bahan tambal

- Pilih warna GIC yang sesuai dengan warna gigi yang akan ditambal dengan bantuan pemandu warna. - Ambil bubuk dengan sendok khusus sesuai besar kavitas, ratakan di mulut botol. Rasio bubuk : cairan yang dianjurkan dari pabrik haruslah dipatuhi (1tetes : 1sendok) Penurunan rasio akan berakibat buruk pada sifat semen yang sudah mengeras dan kerentanannya terhadap degradasi di dalam rongga mulut. Kaca pengaduk yang dingin dan kering dapat digunakan untuk memperlambat reaksi dan menambah waktu kerja. Bubuk dan cairan tidak boleh dikeluarkan ke permukaan alas aduk sampai prosedur pengadukan siap untuk dilakukan. Kontak yang terlalu lama dengan atmosfir ruangan akan mengubah rasio yang tepat dari asam : air dalam cairan. Bubuk harus diaduk dengan cepat ke cairan dengan menggunakan spatula agate (sampai homogen). Waktu pengadukan tidak boleh lebih dari 4560 detik dan permukaanya mengkilap.Ini menunjukkan masih adanya poliasam yang belum berpartisipasi dalam reaksi pengerasan. Sisa asam menjamin ikatan adhesi ke gigi Penumpatan

Adukan semen segera ditempatkan dengan plastic filling instrument ke dalam kavitas gigi. Segera setelah penempatan, dipasang sebuah matriks yang sudah dibentuk terlebih dahulu. Matriks untuk memberikan kontur yang maksimal dan juga melindungi semen yang sedang mengeras dari hilangnya atau bertambahnya air. Matriks dibiarkan selama 5 menit. Pada saat pelepasan matriks, permukaan harus segera dilindungi sementara kelebihan bahan dirapikan dari pinggirannya. Dapat digunakan varnis yang dikeringkan pada temperatur kamar, bukan dengan semprotan udara. Semprotan udara dapat mengeser vernis dan membuat permukaan yang terbuka dari semen mengering, menimbulkan retakan. Lebih baik menggunakan bahan bonding resin berkomponen tunggal yang dikeraskan dengan sinar.

Aplikasi pelindung tumpatan / finishing

Semakin lama ditunggu, semen akan semakin matang sehingga resiko rusaknya permukaan atau kecenderungan restorasi menjadi agak buram dapat berkurang (setelah 10 menit). Kelebihan GIC segera dibersihkan dengan ekskavator/stone putih, namun kecembungan permukaan tetap dipertahankan (jangan over carved). Permukaan tumpatan kemudian segera dilapisi dengan pernis GIC agar tidak terjadi perubahan selama mengeras, krn GIC mempunyai sifat water loss dan water in, maksudnya = Air dalam cairan semen berfungsi sebagai media reaksi. Kemudian perlahan-lahan menghidrasi matriks ikatan silang, dan dengan demikian menambah kekuatan dari bahan. Selama periode reaksi awal, air ini dapat dikeluarkan dengan mudah melalui pengeringan dan disebut sebagai air yang terikat secara longgar. Ketika pengerasan berlanjut, air yang sama akan mengidrasi matriks dan tidak dapat dikeluarkan lagi oleh proses pengeringan dan pada saat ini disebut air yang terikat secara erat. Fenomena ini menghasilkan semen yang lebih kuat dan kurang peka terhadap kelembaban. Jika campuran yang sama tidak diberi penutup sehingga berkontak dengan udara ruangan, maka permukaannya retak-retak dan pecah akibat pengeringan). Pemolesan - Dilakukan dengan stone dan karet abrasive putih dengan tekanan ringan, putaran

rendah, secara intermiten, dan dalam keadaan basah.2. Non Plastis (Rigid)

Restorasi rigid adalah restorasi yang dibuat di laboratorium dental dengan menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi. Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan berulang dan penempatan tumpatan sementara sehingga lebih mahal untuk pasien. kelompok non plastis (rigid) adalah inlay dan onlay, mahkota full veneer, mahkota logam-porselen, dan mahkota jaket porselen. Bahan restorasi rigid bisa dibuat dengan teknik secara langsung (direk) dan tidak secara langsung (indirek). Restorasi indirek dapat dibagi lagi menjadi restorasi intrakorona dan ekstrakorona. Termasuk dalam restorasi intrakorona adalah inlay, sedangkan restorasi ekstrakorona adalah mahkota full veneer. Semua jenis restorasi diatas memiliki sifat yang khusus, sehingga semuanya memiliki keuntungan dan kerugian yang berbeda.

TUMPATAN SEMENTARA Diberikan jika perawatan tidak dapat selesai dalam satu kali kunjungan ZOE Cement (Zinc Oxide-Eugenol Cement)A. Definisi dan Klasifikasi

Digunakan sebagai material basis pada restorasi logam dan sebagai bahan tumpatan sementara atau bahan cetak; di dalamnya terjadi reaksi kompleks antara bubuk dan eugenol sehingga akhirnya set dan mengeras. Diklasifikasikan sebagai intermediate restorative material dan memiliki sifat anestetik dan antibakterial. Formula ZOE Cement untuk penggunaan sebagai bahan tumpatan sementara: Powder : Zinc oxide 69%, white rosin 29,3% untuk menurunkan brittleness, Zinc stearate 1,0% dan Zinc acetate 0,7% sebagai plasticizer Liquid : Eugenol 85%, olive oil 15% sebagai plasticizer

Jika digunakan sebagai luting cement, powder ZOE ditambahkan Alumina (Al2O3) dan pada likuidnya ditambahkan Ethoxybenzoic acid (EBA)

Karena kegunaannya yang luas tersebut, maka selain karakteristik umum yang diperlukan oleh powder, liquid dan pasta, diperlukan juga property fisik yang penting.

B. Manipulasi

Semakin banyak powder, maka semakin kuat semen, dan konsistensinya semakin kental. Powder dan liquid dicampur hingga didapat konsistensi yang diinginkan. Prosedur mixing: Reaksi ZOE tidak eksotermik, maka tidak dibutuhkan mixing slab yang dingin. Mixing dapat dilakukan di atas disposable mixing pad (tidak perlu dibersihkan) dari pabrik pembuat atau dengan glass slab. Penggunaan glass slab direkomendasikan untuk semen dengan modifikasi EBA-alumina.

Pencampuran powder ke liquid tidak perlu secara incremental, sejumlah powder langsung dicampur dengan liquid, dispatulasi/diaduk, kemudian sejumlah kecil powder ditambahkan sampai mixing selesai. Pencampuran semen modifikasi EBA-alumina: powder dan liquid ditakar sesuai instruksi pabrik, dicampur selama 30detik dan diasah (stropped) selama 60 detik hingga mencapai konsistensi krim. Penelitian menunjukkan bahwa semen ZOE yang dimodifikasi dengan EBA-alumina pemakaiannya lebih mudah, tidak mudah chipping (pecah) dan pada gigi yang simptomatik tanpa ekspos ke pulsa tidak menunjukkan gejala simptomatik. Walaupun daya larutnya rendah dalam air, semen ZOE dengan EBA-alumina ini mudah hancur dalam pemakaian gigi yang terlalu berlebihan. Oleh karena itu, 2,6 g/0,4ml ZOE dengan modifikasi polymer lebih baik daripada tipe modifikasi EBA-alumina. Semua restorasi sementara ZOE dapat bertahan selama 2-3 bulan walaupun terdapat chipping pada tepi margin.

C. Bahan Jadi 1. Cavit

Bahan tumpatan sementara yang self-curing dan radiopaque. Keuntungan: - Terdapat 3 variasi; CAVIT, CAVIT-W, dan CAVIT-G dengan tingkat surface hardness yang berbeda-beda. - Dapat melekat kuat dengan dentin, mudah diaplikasikan.- Proses curing-nya cepat dan void-free. - Pemuaian yang terjadi hanya sedikit, hal ini memastikan bahwa material ini memiliki margin

yang tersegel dengan baik.- Strukturnya kuat dan tidak dapat ditembus obat-obatan

Aplikasi:

- Permukaan CAVIT yang sangat keras menjadikannya cocok digunakan untuk restorasi

sementara di bagian oklusal dan sebagai temporary post attachments . - CAVIT-W yang final hardness-nya lebih rendah dan adhesinya lebih kuat cocok digunakan khususnya setelah perawatan endodontic.- CAVIT-G ideal untuk preparasi inlay karena dapat seluruhnya dipindahkan tanpa menggunakan

bur.

2. Cimpat

Bahan tumpatan sementara non-eugenol, pre-mixed dalam bentuk pastsa. Cimpat akan mengeras dalam kavitas dibawah pengaruh temperature dan kelembaban rongga mulut. Mudah diaplikasikan, melekat baik dengan dentin, dan tidak mengiritasi jaringan lunak mulut. Pemuaian yang terjadi selama setting hanya sedikit, karena itu Cimpat dapat menyegel kavitas dengan rapat sehingga mencegah air merembes ke kavitas. Aplikasi: Cimpat S, tersedia dalam syringe sehingga mudah untuk dikeluarkan. Cimpat S dapat digunakan sebagai restorasi sementara sebelum penggunaan inlays dan sebagai cementing medium untuk semua bentuk crown sementara. Cimpat tidak beracun dan tidak mengiritasi jaringan keras dan lunak, dapat digunakan pada kavitas yang sudah mendekati pulpa dan gingiva. Cimpat Pink dapat digunakan di atas cotton wool (over cotton wool dressings ) atau secara langsung di dasar kavitas. Juga dapat digunakan untuk memperbaiki crown sementara. Bahan tumpatan yang sangat cocok untuk digunakan di atas arsenical dressings. Cimpat White konsistensinya lebih lentur daripada cimpat pink. Digunakan where dressings are likely to cause pain on compression . Durasi penggunaannya hanya sebentar, dapat dipindahkan dengan probe. Cimpat L.C. merupakan bahan tumpat sementara yang bebas minyak dan light-cured. Tahan lama dan mudah dipindahkan, dapat diukir setelah proses curing. Marginnya tersegel dengan baik. Cimpat N adalah formulasi Cimpat paling padat/tebal (thickest) dan paling tahan lama. Untuk penggunaan yang lebih lama. Kelemahan: Cimpat dapat melunak selama setting jika terkena bahan perlarut yang biasanya terkandung dalam bahan canal treatment. Untuk memudahkan pengadukan, gunakan spatula yang hangat.3. Caviton

Bahan tumpatan sementara yang bersifat hydraulic. Kontraindikasi : jika terjadi sensitivitas, hentikan penggunaannya. Aplikasi : - Keringkan kavitas yang telah disiapkan dengan cotton pellet

- Masukkan Caviton ke dalam kavitas dengan instrument yang sesuai dan bentuk contour

giginya. Pada kavitas oklusal Class I, biarkan pasien menggigit untuk membantu bentukan contour.- Minta pasien untuk menutup mulut, filling akan mengeras dalam 30 menit karena kelembaban

di dalam rongga mulut.- Minta pasien untuk menghindarkan tumpatan dari tekanan atau abrasi selama 1 jam. - Jangan dicampurkan dengan bahan lain. - Ketika memindahkan filling tersebut, bersihkan kavitas dengan cotton pellet yang diberi

alkohol lalu segera tutup kavitas.

4. Fermin, bahan tumpatan sementara zinc sulphate cement

Fermin merupakan bahan tumpatan sementara yang terdiri dari satu komponen dan siap pakai, proses curing-nya cepat dibawah pengaruh saliva. Fermin melekat dengan kuat, segel marginnya sangat baik dan mengandung obat. Fermin dapat menahan tekanan akibat mastikasi dan mudah dipindahkan dengan probe atau ekskavator. Kontraindikasi : dapat mengiritasi pulpa yang terelspos, gunakan lining sebelum mengaplikasikan Fermin pada kavitas yang hampir mencapai pulpa. Aplikasi : sejumlah Fermin langsung diaplikasikan ke kavitas kering atau basah. Pasta akan mengeras setelah 15 menit dan hindari tekanan mastikasi padanya selama 1 jam.