p-.p' riperpustakaan.farmalkes.kemkes.go.id/uploaded_files/...wadah spesimen adalah peralatan, baik...

29
.. P"-.p .......... '" RI B SI AlAT KES E HA TAN

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • .. P"-.p .......... '" RI

    B SI AlAT KESEHATAN

  • PEDOMAN

    KLASIFIKASI IN VITRO

    DIAGNOSTIK

    KEMENTERIAN KESEHATAN Rl

    DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

    DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN

    2013

  • KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kami panjatkan kehadlrat Tuhan YME atas karunia-

    Nya sehingga penyusunan pedoman klasifikasi alat kesehatan

    Diagnostik in Vitro (D!V) dapat diselesaikan.

    Dalam Permenkes No. 1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang

    Izin edar, Alat kesehatan DIV adalah alat kesehatan yang

    digunakan baik tunggal maupun dalam kombinasi, ditujukan

    oleh pabrikannya untuk pemeriksaan in vitro spesimen yang

    berasal dari tubuh manusia yang semata-mata atau pada

    prinsipnya digunakan untuk memberlkan informasi bagi tujuan

    diagnostik, pemantauan atau kesesuaian.

    Baku pedoman klasifikasi alat kesehatan Diagnostik in Vitro

    (DIV) ini disusun untuk dapat digunakan sebagal salah satu

    pedoman bagi petugas kesehatan pusat untuk melakukan

    penilaian alat kesehatan Diagnostik in Vitro (DIV) dalam rangka

    pemberian izin edar sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

    sehingga alat kesehatan Diagnostik in Vitro yang beredar dan

    sampai ke pengguna terjamin keamanan, mutu dan manfaatnya.

    Demikian, semoga Pedoman Klasifikasi Alat Kesehatan

    Diagnostik In Vitro inl dapat bermanfaat.

    Jakarta,

    Direktur Jenderal

    Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    Dra. Maura Linda SitanaaanQ. Ph.D

    NIP. 19580503 198303 2 001

  • TIM PENYUSUN

    PEDOMAN KLASIFIKASI IN VITRO DIAGNOSTIK

    Penasehat

    PenanggungjawabKetua

    Sekretaris

    Anggota

    Sekretariat

    Dra. Maura Linda SItanggang, Ph.DDrg. Arianti Anaya, MKMDra. Rully Makarawo, AptDra. Ema Viaza, Apt

    Drs. Masrul, AptDrs. Rahbudi Helmi, Apt., MKMDra. Lili Sa'diah Yusuf, AptNurhidayat, S.SI, AptNuning Lestin Bintari, S.Farm., AptHandika Yudha Kusuma, S.SI, AptNazmi, S.Farm., AptAnisa, AMP

    MaryatiMeyra Setyarti, AMF

  • Nnn

    DAFTAR ISI

    i Kata Pengantar i

    i Tim Penyusunii

    Daftar Isi iii

    1. Pendahuluan 1

    -k II. Dasar Pemikiran, Tujuan, dan Ruang LIngkup.... 2

    X 11.1 Dasar Pemikiran ?11

    iIll

    11.2 Tujuan

    11.3 Ruang LIngkup

    Bahan Rujukan

    2

    3

    4

    IV Definisi 4

    1

    A V Prinsip Umum 7

    i

    VI

    VII

    Rekomendasi Dan Faktor-faktor yang

    Mempengaruhi Klasifikasi Alat Kesehatan DIV ..

    Sistem Klasiflkasi Umum Alat Kesehatan

    .. 8

    IDiagnostik In Vitro (DIV) 11

    VIII Penentuan Kelas Alat Kesehatan DIV 13

    X1

    IX Aturan Klasifikasi 15

    Ai

    A

    A

    X-—s. - - .

  • PEDOMAN

    KLASIFIKASI ALAT KESEHATAN

    DIAGNOSTIK IN VITRO (DIV)

    PENDAHULUAN

    Pedoman ini merupakan salah satu dari rangkaian pedoman

    yang keseluruhannya menjelaskan model pengaturan alat

    kesehatan (alkes) Diagnostik In Vitro (DIV) di Indonesia

    yang sesuai dengan harmonisasi alat kesehatan (alkes).

    Tujuannya adalah membantu pabrikan menempatkan

    alkes Diagnostik In Vitro (DIV) mereka pada kelas resiko

    yang tepat dengan menggunakan beberapa prinsip yang

    telah diharmonisasikan.

    Pedoman ini harus digunakan bersama dengan pedoman

    lainnya yaitu mengenai "Prinsip Penilaian Kesesuaian Alat

    Kesehatan DIV" yang merekomendasikan persyaratan

    penilaian kesesuaian yang sesuai untuk ke empat kelas

    resiko. Hubungan antara pedoman penilaian klasifikasi dan

    kesesuaian ini sangat penting untuk memastikan adanya

    pendekatan yang konsisten dalam rangka harmonisasi baik

    tingkat ASEAN, Asia maupun global, sehingga persetujuan

    izin edar untuk alkes DIV dapat diterima secara global.

    Pedoman ini harus digunakan dalam rangka penilaian

    kesesuaian untuk pemberian Izin edar dan sertifikat

    produksi, serta memberi manfaat dalam melakukan

    pengawasan terhadap alkes DIV yang efektif dan

    1

  • ekonomis, secara konsisten, demi kepentingan kesehatan

    masyarakat.

    II. DASAR PEMIKIRAN, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

    11.1 Dasar Pemikiran

    Pedoman ini merupakan bagian dari rangkaian

    pedoman yang secara keseluruhan menjelaskan

    model pengaturan giobal untuk alat kesehatan.

    Dokumen ini menyediakan pedoman mengenai prinsip

    klasifikasi alkes DIV.

    Adanya hubungan timbal-balik antara klasifikasi

    alkes DIV dengan penilaian kesesuaian dalam

    rangka pemberian izin edar, sehingga pedoman Ini

    harus digunakan bersama dengan pedoman "Prinsip

    Penilaian Kesesuaian untuk alat kesehatan DIV" yang

    merekomendasikan prosedur yang dapat digunakan

    untuk menunjukkan bahwa "alat kesehatan DIV"

    sudah sesuai dengan "Prinsip Penting Keselamatan

    dan Kinerja Alat Kesehatan".

    11.2 Tujuan

    Pedoman ini bertujuan;

    membantu pabrikan menempatkan alkes DIV

    mereka pada kelas resiko yang tepat dengan

    menggunakan beberapa prinsip klasifikasi yang

    telah diharmonisasikan;

    mendasarkan prinsip klasifikasi tersebut pada

    tujuan penggunaan alkes DIV tersebut;

    v

  • Kementerian Kesehatan dapat memutuskan

    apabila ada perbedaan interpretasi klasifikasi

    alkes DIV tertentu, jika diperlukan.

    Klasifikasi tersebut akan menentukan cara penilaian

    kesesuaian seperti yang dijelaskan pada pedoman

    tentang "Prinsip Penilaian Kesesuaian untuk Alat

    Kesehatan DIV".

    .3 Ruang Lingkup

    Pedoman ini berlaku untuk semua produk yang

    tercakup dalam deflnisi alkes DIV.

    Alkes DIV didefinislkan sebagal alat kesehatan yang,

    balk digunakan tunggal maupun dalam kombinasi,

    ditujukan oleh pabrikannya untuk pemeriksaan in

    vitro spesimen yang berasal dari tubuh manusia

    yang semata-mata atau pada prinslpnya digunakan

    untuk memberikan Informasi bagi tujuan diagnostik,

    pemantauan atau kesesuaian. Hal ini mencakup

    reagen, kalibrator, bahan kontrol, wadah spesimen,

    piranti lunak, dan Instrumen atau perlengkapan terkait

    atau barang lainnya.

    Catatan: Bahan referensi international {misalnya

    WHO) dan bahan-bahan yang digunakan untuk skema

    penilaian kualitas eksternal tidak dimasukkan.

    * V V

  • V \ V XV X

    III. BAHANRUJUKAN

    - GHTF/SG1/N044:2008 Role of Standards in the

    Assessment of Medical Devices

    GHTF/SG1/N029:2005 Information Document

    Concerning the Definition of Medicai Devices.

    - GHTF/SG1/N041:2005 Essentiai Principies of Safety

    and Performance of Medicai Devices

    GHTF/SG1/N043:2005 Labeiiing for Medical Devices

    GHTF/SG1/N046:2008 Principies of Conformity

    Assessment for in Vitro Diagnostic

    - GHTF/SG1/N045:2008 Pfincipie of In Vitro Diagnostic

    (iVD) Medical Devices Classification

    IV. DEFINISI

    Aksesoris adalah bagian yang ditujukan khusus oleh

    pabrikan untuk:

    digunakan bersama-sama dengan aikes DIV sehingga

    aiat tersebut dapat digunakan sesuai dengan manfaat

    yang diharapkan sebagai alkes DIV.

    atau untuk menambah atau memperiuas kemampuan

    aiat tersebut dalam rangka memenuhi manfaat yang

    diharapkan sebagai sebuah Alkes DIV dan karena Itu

    harus dianggap sebagai alkes DIV.

    Alkes DIV untuk pemakaian sendlrl adalah semua alkes

    DIV yang ditujukan oleh pabrikan untuk digunakan oleh

    orang awam.

    x_ XJx

  • Pemerlksaan adalah rangkaian kegiatan dengan tujuan

    menentukan nilai yang diukur.

    Catatan: Di industri alkes DIV dan di banyak laboratorium

    yang menggunakan alkes DIV, pemerlksaan analit dalam

    sampel biologis umumnya disebut sebagai tes, uji kadar

    atau analisis.

    Kerusakan (harm) adalah cedera atau cacat fisik pada

    manusia atau kerusakan benda atau lingkungan.

    Bahaya (hazard) adalah sumber potensial merugikan.

    Tujuan penggunaan adalah tujuan pabrikan terkait

    penggunaan produk, proses atau iayanan seperti yang

    tercermin dalam spesifikasi, instruksi dan informasi yang

    disediakan oleh pabrikan.

    Instrumen adalah peralatan atau perlengkapan yang

    dimaksudkan oleh pabrikan untuk digunakan sebagai

    alkes DIV.

    Alat Kesehatan DIV adalah peralatan, balk digunakan

    tunggal maupun dalam kombinasi, ditujukan oleh

    pabrikannya untuk pemerlksaan in-vitro spesimen yang

    berasal dari tubuh manusia yang semata-mata atau

    pada prinsipnya digunakan untuk memberikan informasi

    bagi tujuan diagnostik, pemantauan atau kesesuaian.

    Hal ini termasuk reagen, kalibrator, bahan kontrol, wadah

    spesimen, peranti lunak, dan instrumen atau perlengkapan

    terkait atau barang lainnya.

  • Reagen adalah komponen kimia, biologi atau imunologi,

    larutan atau preparat yang ditujukan oleh pabrikan untuk

    digunakan sebagai alkes DIV.

    Orang awam adalah individu yang tidak memiliki pelatihan

    formal dalam bidang atau disiplin ilmu yang relevan.

    Penggunaan dekat pasien {near patient testing) adalah

    pengujian yang dilakukan di luar laboratorium oleh tenaga

    kesehatan profesional tetapi tidak harus oleh tenaga

    laboratorium profesional, umumnya berada di dekat. atau

    di samping pasien.

    Resiko adalah kombinasi kemungkinan timbulnya kejadian

    berbahaya dan tingkat besaran bahaya tersebut.

    Penggunaan sendiri adalah pengujian yang dilakukan

    oleh orang awam.

    Wadah spesimen adalah peralatan, baik bertipe vaccum

    atau tidak, yang secara khusus dirancang oleh pabrikan

    untuk menjadi tempat penyimpanan utama spesimen yang

    berasal dari tubuh manusia.

    Perantara penular adalah perantara yang dapat

    menyebarkan penyakit kepada seseorang, baik yang dapat

    menular, menyebar, atau menjalar.

    Penularan adalah pemindahan penyakit kepada

    seseorang.

  • X\ \ ,

    V. PRINSIP UMUM

    Peraturan pengawasan ditujukan untuk menjaga kesehatan

    dan keselamatan pasien, pengguna dan orang lain

    dengan memastikan bahwa pabrikan alkes DIV mengikuti

    prosedur yang ditetapkan saat merancang, membuat dan

    memasarkannya.

    Resiko yang diakibatkan oleh alkes tertentu pada

    haklkatnya tergantung pada tujuan penggunaannya.

    Pedoman tentang Prinsip Panting Keselamatan dan Kinerja

    Alat Kesehatan dan Pelabelan untuk Alat Kesehatan

    berlaku untuk semua peralatan apapun kelas resikonya.

    Peraturan pengawasan harus sebanding dengan tingkat

    resiko yang terkait dengan alkes. Peraturan pengawasan

    harus meningkat seiring dengan meningkatnya resiko,

    dengan mempertlmbangkan manfaat yang ditawarkan

    oleh penggunaan alat. Pada saat yang sama, peraturan

    pengawasan tidak boleh memberi beban yang tidak perlu

    pada pihak pemerintah atau pabrikan.

    Klasifikasi alkes DIV didasarkan pada kriteria sebagai

    berikut:

    tujuan dan indikasi penggunaan sebagaimana yang

    ditetapkan oleh pabrikan (termasuk tetapi tidak

    terbatas pada kelainan spesifik, populasi, kondisi atau

    faktor risiko yang menjadi tujuan pengujian tersebut)

    latar belakang calon pengguna teknisi/ilmuwan/medis

    (orang awam atau tenaga kesehatan profesional)

    nilai penting informasi terhadap diagnosa (satu-

    N

  • satunya penentu atau salah satu dari beberapa

    penentu), dengan mempertimbangkan riwayat

    penyakit atau kelainan termasuk menunjukkan tanda

    dan gejala sebagai pedoman bagi dokter

    dampak hasii (benar atau salah) terhadap individu

    dan/atau kesehatan masyarakat.

    Pemerintah dapat menurunkan klaslfikasi peralatan alkes

    DIV bila sejarah penggunaan alat kesehatan tersebuttelah

    diketahui melalui penggunaan prosedurpengukuran acuan

    dan/atau bahan acuan yang tersedia.

    VI. REKOMENDASI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

    MEMPENGARUHI KLASIFIKASI ALAT KESEHATAN

    DIV

    Pemerintah harus membentuk sistem klasifikasi

    nasional yang spesifik untuk alkes DIV yang sesuai

    dengan harmonisasi.

    Sistem tersebut harus didasarkan pada fitur umum

    persyaratan nasional yang ada dengan sasaran

    tercapainya kesepakatan di masa depan.

    Sistem ini harus terdiri dari empat kelas resiko

    yang dapat mengakomodasi semua alkes DIV dan

    memungkinkan adanya sistem penilaian kesesuaian

    yang efisien dan ditetapkan dengan baik.

  • Penentuan klasifikasi alkes DIV hams didasarkan

    pada rangkaian aturan yang diambil dari fitur yang

    menimbulkan resiko.

    Rangkaian aturan harus cukup menjelaskan bahwa

    pabrikan bisa dengan cepat mengidentifikasi kelas

    alkes DIV, sesuai dengan peraturan pemerintah.

    Pabrikan harus mendokumentasikan dasar hukum

    dalam menempatkan produknya ke dalam kelas

    resiko tertentu, termasuk penyelesaian semua

    masalah interpretasi di mana pabrikan telah meminta

    pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan

    untuk membuat keputusan.

    Peraturan tersebut harus mampu mengakomodasi

    perkembangan teknologi di masa depan.

    Keputusan tentang klasifikasi akhir, yang berbeda

    dengan klasifikasi berdasarkan peraturan awal, harus

    mempertimbangkan kerugian akibat klasifikasi yang

    tidak sesuai dengan harmonisasi internasional.

    Jika ada lebih dari satu peraturan klasifikasi berlaku

    pada alkes DIV, alat tersebut harus ditempatkan pada

    kelas tertinggi.

    Aksesoris harus diklasifikasikan terpisah dengan

    menggunakan pedoman ini.

    Kalibrator yang akan digunakan dengan reagen DIV

    harus ditempatkan dalam kelas yang sama seperti

    reagen DIV.

    Bahan kontrol mandiri {Stand Alone Control) yang

    memberikan nilai kualitatif dan kuantitatif yang akan

    digunakan dengan analit tunggal atau ganda harus

  • ■V ' \

    ditempatkan dalam kelas yang sama seperti reagenDIV.

    Bahan kontrol mandiri {Stand Alone Control) yangtidak memberikan nilai yang akan digunakan dengananalit tunggai atau ganda tidak harus ditempatkandalam kelas yang sama seperti reagen DIV.Meskipun banyak piranti lunak digunakan pada alkesDIV, namunbeberapadiantaranya tidak menggunakan(piranti lunak mandiri).

    Jika piranti lunak mandiri tersebut masuk ke dalam definisialkes DIV, maka diklasifikasikan sebagai berikut:

    Jika piranti lunak ini mengendalikan ataumempengaruhi keluaran yang diharapkan pada alkesDIV terpisah, maka diklasifikasikan ke dalam kelasyang sama seperti alatnya sendiri.Jika piranti lunak ini tidak digunakan pada alkes DIV,maka diklasifikasikan sesuai dengan kelasnya sendiridengan menggunakan aturan Bagian IX pedoman ini.

    Catatan 1: Kinerja piranti lunak atau instrumen yangdipersyaratkan secara khusus dilakukan dengan testertentu dan akan dinilai pada saat bersamaan dengan teskit.

    Catatan 2: Baling ketergantungan antara instrumen danmetodologi tes menghindari instrumen tersebut dinilaisecara terpisah, meskipun instrumennya sendiri masihdiklasifikasikan sebagai Kelas 1.

    10

  • VII. SISTEM KLASIFIKASI UMUM ALAT KESEHATAN

    DIAGNOSTIK IN VITRO (DIV)

    Sistem empat kelas seperti klasifikasi alat kesehatan

    secara umum berlaku juga pada alkes DIV (kelas I, lla, lib

    dan III).

    label 1 menunjukkan empat kelas resiko.

    Contoh yang diberikan hanya untuk ilustrasi saja; pabrlkan

    hams menerapkan aturan klasifikasi untuk masing-masing

    alat kesehatan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

    label 1: Klasifikasi alkes DIV berdasarkan resiko

    i KELAS TINGKAT RISIKO CONTOHA 1 Resiko terhadap individu Penganalisa kimia

    X rendah {low individual klinis {clinicalr risk) dan resiko terhadap chemistry analyzer),m,

    1

    kesehatan publik rendah media kultur selektif

    X (low public health risk) siap pakai {prepared1 selective cultureA

    1medium)

    X lla Resiko terhadap individu Vitamin B12,1 sedang {moderate alat uji kehamilanA

    1individual risk) dan resiko pemakaian sendlrl

    terhadap kesehatan {pregnancy self

    publik rendah (low public testing),

    1health risk) antlbodi anti-nukllr,

    strip uii urine

    11

  • lib Resiko terhadap indivldu

    tinggi {high individual

    n'sk) dan resiko terhadap

    kesehatan pubiik sedang

    (moderate public health

    risk)

    Alat uji gula darah

    pemakaian sendiri,

    penentuan tipe HLA,

    skrining PSA,

    Rubella

    III Resiko terhadap individu

    tinggi {high individual

    risk) dan resiko terhadap

    kesehatan pubiik tinggi

    (high public health risk)

    Skrining HIV darah

    donor, diagnosa

    darah HIV

    Gambar 1: llustrasi peningkatan persyaratan peraturan dengan

    kelas resiko alkes DIV

    Persyaratan Peraturan

    LEBIHTINGGI

    LEBIH RENDAH

    Klasifikasi Alat I lla lib

    Gambar 1

    Menunjukkan iluslrasi peningkatan persyaratan peraturan

    sesuai peningkatan klasifikasi alkes DIV

    12

  • Persyaratan ini antara lain meliputi:

    Operasional sistem mutu (direkomendasikan untuk

    semua alat);

    Dokumentasi bukti klinis untuk mendukung tujuan

    penggunaan yang ditetapkan oleh pabrikan;

    Kebutuhan data teknis;

    Pengujian produk secara internal atau oleh badan

    independen

    Kebutuhan dan frekuensi audit eksternal oleh badan

    independen terhadap sistem mutu pabrikan;

    Tinjauan eksternal oleh badan independen terhadap

    data teknis pabrikan.

    Hal-hal di atas dijelaskan lebih lanjut pada pedoman

    "Prinsip Penilaian Kesesuaian Alat Kesehatan DIV".

    VIII. PENENTUAN KELAS ALAT KESEHATAN DIV

    Pabrikan harus:

    1. Menentukan apakah produk tersebut merupakan alkes

    DIV berdasarkan tujuan penggunaan dan indlkasi

    penggunaannya dengan menggunakan definisi pada

    bagian IV pedoman ini.

    Mempertimbangkan semua peraturan yang tercantum

    pada bagian IX untuk menentukan klasifikasi alkes DIV

    yang tepat. Jika alkes DIV memiliki tujuan penggunaan

    2.

    13

  • yang banyak sebagaimana yang ditetapkan oleh

    pabrikan, yang menempatkan peralatan tersebut ke

    dalam lebih dari satu keias, maka peralatan tersebut

    akan diklasifikaslkan dalam kelas yang paling tinggi.

    3. Jika lebih dari satu aturan klasifikasi berlaku pada

    alkes DIV, alat tersebut harus ditempatkan di kelas

    tertinggi sesuai yang dllndikasikan, misalnya Alat

    ujl HIV pemakaian sendiri akan berada di kelas III

    berdasarkan aturan 1 dan bukan kelas lib berdasarkan

    aturan 4.

    4. Pastikan bahwa alat tersebut tidak termasuk pada

    aturan khusus di dalam peraturan perundang-

    undangan.

    Catatan: Jika berlaku aturan khusus, yang menyebabkan

    alat diklasifikaslkan di luar yang disarankan oleh aturan ini,

    maka prosedur penilaian kesesuaian yang berbeda dapat

    dilakukan. Hal ini mungkin memiliki dampak pada tingkat

    penerimaan peralatan tersebut untuk pasar bebas dalam

    konteks global, kecuali prosedur penilaian kesesuaian lain

    atau tambahan dapatdilakukan. Sebagai contoh, jika aturan

    khusus tersebut menyebabkan alkes DIV diklasifikaslkan

    lebih rendah dari yang dinyatakan dalam pedoman ini,

    sebagai konsekuensi prosedur penilaian kesesuaian yang

    kurang ketat, maka hal ini mungkin tidak dapat diterima di

    negara lain karena tidak sesuai dengan harmonisasi.

    14

  • -WNN

    IX. ATURAN KLASIFIKASI

    Aturan 1:

    Alat kesehatan DIV yang ditujukan untuk tujuan berikut

    diklasifikasikan sebagai kelas 111:

    Alat yang ditujukan untuk mendeteksi adanya, atau

    paparan, perantara penular yang dapat dipindahkan/

    ditularkan dalam darah, komponen darah, derivate

    darah, sel, jaringan atau organ guna menilai

    kecocokannya untuk transfusi atau transplantasi, atau

    Peralatan yang ditujukan untuk mendeteksi adanya,

    atau paparan, perantara penular yang dapat

    dipindahkan/ditularkan dan menyebabkan penyakit

    yang mengancam jiwa, seringkali tidak dapat

    disembuhkan, dengan resiko penyebaran tinggi.

    Dasar pemikiran:

    Penerapan aturan ini sebagaimana didefinisikan di atas

    harus sesuai dengan dasar pemikiran sebagai berikut: Alat

    di kelas ini digunakan untuk memastikan keamanan darah

    dan komponen darah untuk transfusi dan atau sel, jaringan,

    dan organ untuk transplantasi. Pada banyak kasus, hasil

    uji menjadi penentu utama apakah donasi/produk akan

    digunakan. Penyakit serius yang menyebabkan kematian

    atau cacat jangka panjang, yang sering kali tidak dapat

    disembuhkan atau membutuhkan intervensi pengobatan/

    terapi besar {major therapeutic) dan dimana diagnosa yang

    akurat merupakan hal yang sangat vital untuk mengurangi

    15

  • Xnn\ \ X

    dampak kesehatan publik dari kondisi tersebut.

    Contoh: Uji untuk mendeteksi infeksi HIV, HCV, HBV, HTLV.

    Aturan Ini berlaku untuk pengujian awal, uji konfirmasi, dan

    uji tambahan.

    Aturan 2:

    Alat kesehatan DIV yang ditujukan untuk digunakan dalam

    penggolongan darah, atau penentuan jenis jarlngan guna

    memastikan kecocokan imunoiogi darah, komponen darah,

    sel, jaringan, atau organ yang ditujukan untuk transfusi atau

    transptantasi, diklasifikasikan sebagai Kelas lib, kecuall

    untuk penentuan sistem ABO [A {AB01), B {AB02), AB

    {AB03)], sistem rhesus [RH1 (D), RH2 (C), RH3 (E), RH4

    (c), RH5 (e)], sistem Keil [Kel1 (K)], sistem Kidd [JK1 (Jka),

    JK2 (Jkb)] dan sistem Duffy [FY1 (Fya), FY2 (Fyb)] yang

    diklasifikasikan sebagai kelas III.

    Dasar pemikiran:

    Penerapan aturan Ini sebagaimana didefinislkan di atas

    harus sesuai dengan dasar pemikiran sebagai berikut:

    Resiko terhadap individu tinggi, di mana hasil yang

    salah akan menempatkan pasien pada situasi yang jelas

    mengancamjiwa, menjadikan alat tersebut masukke dalam

    kelas 111. Aturan ini membagi peralatan penggolongan

    darah ke dalam dua kelas, kelas lib atau III, tergantung

    pada sifat antigen kelompok darah yang akan dideteksi

    oleh alkes DIV tersebut, dan hal ini sangat penting dalam

    pengaturan transfusi.

    16 ̂

  • Aturan 3:

    Mat kesehatan DIV diklasifikasi sebagai kelas lib jlka

    ditujukan untuk digunakan:

    mendeteksi adanya, atau paparan, perantara penuiar

    secara seksual. Contoh: penyakit yang menular secara

    seksual, seperti Chlamydia trachomatis, Neisseria

    gonorrhoeae.

    mendeteksi adanya perantara penginfeksi pada cairan

    cerebrospinal atau darah dengan risiko penyebaran

    terbatas.

    Contoh:

    Neisseria meningitidis atau

    Cryptococcus neoformans.

    mendeteksi adanya perantara penginfeksi yang

    menimbulkan risiko besar, jika hasilnya salah akan

    menyebabkan kematian atau cacat berat terhadap

    individu atau janin yang diuji.

    Contoh: Uji kadar diagnosa untuk CMV, Chlamydia

    pneumoniae, Staphyiococcus aureus resisten Methycillin.

    Pada skrining pra-natal untuk menentukan kekebalan

    terhadap perantara penuiar yang dapat berpindah.

    Contoh: uji status kekebalan Rubella atau

    Toxoplasmosis.

    Pada penentuan status penyakit infeksi atau status

    kekebalan, dan jika ada risiko bahwa hasil yang

    salah akan mengarah pada keputusan penanganan

    pasien yang menyebabkan situasi yang secara nyata

    17

  • mengancam jiwa pasien.

    Contoh:

    Enterovirus,

    - CMV,

    dan HSV pada pasien transplantasi.

    Pada skrining pemilihan pasien untuk penanganan

    dan terapi khusus, atau untuk menentukan stadium

    penyakit, atau pada diagnosa kanker. Contoh: obat

    khusus.

    Catatan: Alat kesehatan DIV di mana keputusan terapi

    biasanya akan dibuat hanya seteiah investigasi leblh

    lanjut dan digunakan untuk pemantauan akan masuk

    ke dalam kelas lla berdasarkan aturan 6.

    Pada pengujian genetik manusia.

    Contoh:

    Penyakit Huntington,

    Cystic Fibrosis.

    Untuk memonitor kadar obat, bahan, atau komponen

    biologis, jika ada resiko bahwa hasil yang salah akan

    mengarah pada keputusan penanganan pasien yang

    menyebabkan situasi yang secara nyata mengancam

    jiwa pasien.

    Contoh:

    Penanda Cardiac {Cardiac marker),

    Cyclosporin, Prothrombin

    Dalam penanganan pasien yang menderita penyakit

    infeksi yang mengancam jiwa.

    Contoh:

    18^

  • muatan virus {viral load) HCV,

    muatan Virus HIV, dan

    sub-penjenisan {subtyping) dan penjenisan gen

    {genotyping) HIV dan

    - HCV

    Pada skrining kelalnan kongenital pada janin.

    Contoh: Spine Bifida atau Down Syndrome

    Dasar pemikiran:

    Penerapan aturan ini harus sesuai dengan dasar pemikiran

    sebagai berikut: Alkes DIV pada kelas ini menimbulkan

    risiko bersifat sedang terhadap kesehatan publik, atau

    risiko tinggi terhadap individu, di mana hasil yang salah

    akan menempatkan pasien pada situasi yang secara nyata

    mengancam jiwa, atau akan memiliki dampak negatif besar

    {major negative impact). Alat kesehatan DIV ini menjadi

    penentu penting, atau satu-satunya, untuk melakukan

    diagnosa yang benar. Alkes DIV ini juga mungkin

    menimbulkan risiko tinggi terhadap individu karena stres

    dan kecemasan yang muncul dari informasi dan sifat tindak

    lanjut yang dilakukan.

    Aturan 4:

    Alat kesehatan DIV yang ditujukan untuk pemakaian sendirl

    diklasifikasikan sebagai Kelas lib, kecuali peralatan yang

    hasilnya tidak menentukan status penting secara medis,

    atau bersifat pendahuluan dan membutuhkan pengujian

    laboratorium lanjutan yang tepat dan pada kasus ini

    19

  • dikiasifikasikan sebagai kelas lla.

    Alkes DIV yang ditujukan untuk penentuan gas darah

    dan gula darah untuk pengujian dekat pasien akan

    masuk ke dalam Kelas lib. Alkes DIV lain yang ditujukan

    untuk penggunaan dekat pasien harus dikiasifikasikan

    sesuai dengan resikonya menggunakan aturan

    klasifikasi.

    Dasar pemikiran:

    Penerapan aturan ini harus sesuai dengan dasar pemikiran

    sebagai berikut: Secara umum, alat ini digunakan oleh

    individu yang tidak memiliki keahlian teknis dan karenanya

    penandaan dan petunjuk penggunaan sangat penting

    untuk hasil tes yang tepat.

    Contoh untuk Kelas lib pemakaian sendiri: Pemantauan

    gula darah.

    Contoh untuk Kelas lla pemakaian sendiri: uji kehamilan

    pemakaian sendiri, pengujian kesuburan, strip-uji urin.

    Aturan 5:

    Alat kesehatan DIV berikut dikiasifikasikan sebagai

    Kelas I :

    Reagen atau bahan lain yang memiliki karakteristik

    spesifik, yang ditujukan oleh pabrikan untuk digunakan

    sesuai dengan prosedur DIV yang berhubungan

    dengan pemeriksaan spesifik.

    Instrumen yang ditujukan oleh pabrikan secara

    spesifik untuk digunakan dalam prosedur DIV.

    20

  • • Wadah spesimen

    Catatan: Semua produk untuk penggunaan laboratorium

    umum yang dlproduksi, dijual atau berperan tidak untuk

    penggunaan pada diagnostik in vitro secara spesifik tidak

    dianggap sebagai alkes DIV, sebagaimana didefinisikan

    dalam pedoman. Walaupun di beberapa negara produk

    untuk penggunaan laboratorium umum dipandang sebagai

    alkes DIV.

    Dasar pemikiran:

    Penerapan pedoman inl sebagaimana didefinisikan di atas

    harus sesuai dengan landasan aturan ini sebagai berikut:

    Alat ini menimbulkan risiko rendah terhadap individu dan

    tanpa atau dengan resiko minimal terhadap kesehatan

    masyarakat.

    Contoh:

    media mikrobiologis selektif/diferensial (tidak termasuk

    serbuk yang dikeringkan yang dianggap sebagai

    produk jadi),

    perangkat identifikasi untuk mikroorganisme yang

    telah dikulturkan, larutan pencuci,

    instrumen dan

    wadah/ct/p urin.

    Catatan 1: Di beberapa negara ada kemungkinan perbedaan

    tentang apakah sebuah alat yang diklasifikasikan dalam

    pedoman ini dipandang sebagai alkes DIV.

    Catatan 2: Kinerja piranti lunak atau instrumen yang

    dipersyaratkan secara khusus dilakukan dengan tes tertentu

  • dan akan dinilai pada saat bersamaan dengan tes kit.

    Catalan 3: Saling ketergantungan antara instrumen dan

    metodologi tes menghindari Instrumen tersebut dinilai

    secara terpisah, meskipun instrumennya sendiri maslh

    dikiasifikasikan sebagai Kelas 1.

    Aturan 6:

    Alat kesehatan DIV yang tidak tercakup pada aturan 1-5

    dikiasifikasikan ke dalam keias lia.

    Dasar pemikiran:

    Penerapan aturan in! harus sesual dengan dasar pemikiran

    sebagai berikut: Aiat ini menimbuikan risiko sedang

    terhadap indivldu karena hasii yang salah sepertinya

    tidak akan menyebabkan kematian atau cacat berat, tidak

    memiliki dampak negatif besar {major negatif impact) pada

    pasien atau menempatkan individu pada bahaya iangsung.

    Alkes DiV ini memberikan hasii yang biasanya merupakan

    saiah satu dari beberapa penentu. Jika hasii tes menjadi

    satu-satunya penentu namun tersedia informasi lain,

    seperti muncuinya tanda dan gejaia atau informasi kiinis

    lain yang bisa menjadi pedoman bagi dokter, maka alkes

    DIV tersebut dikiasifikasikan ke daiam keias lia. Kendall

    lain yang sesuai, bisa juga untuk memvaiidasi hasii

    pemeriksaan.

    Keias ini juga termasukaiat yang menimbuikan risiko rendah

    terhadap kesehatan masyarakat, karena mendeteksi

    perantara penginfeksi yang tidak mudah menyebar di

    22

  • dalam populasi.

    Contoh:Gasdarah, H. pylori dan penanda(mar/cer)fisiologis

    seperti hormon, vitamin, enzim, penanda metabolis, ujl

    kadar IgE spesifik dan penanda penyakit celiac.

    Aturan 7:

    Alat kesehatan DIV yang dikontrol tanpa nilai kuantitatif

    dan kualitatif yang ditentukan, diklasifikasikan sebagai

    Kelas lla.

    Dasar pemikiran:

    Untuk kontrol tersebut, nIlai kuantitatif atau kualitatif

    ditentukan oleh pengguna dan bukan oleh pabrikan.

    23

    c -ft -

  • ISBN 978-602-235-451-2

    .llll1lll11 ~ ~llll~~ ~ll~ II

    pedoman klasifikasi in vitro diagnostikPedoman Klasifikasi In Vitro Diagnostik 2013