ozone orkes madunvi

79
1 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati Yayasan Kebudayaan Tandipulau OZONE Karya ARIFIN C. NOER BABAK SATU Semuanya, segala sesuatunya berwarna hijau. Semuanya, segala sesuatunya diam. Beberapa saat tak ada gerak tak ada suara. Baru kemudian secara lembut, seperti merayap menembus, menyayup musik atau bunyi-bunyian yang fantastis sekali. Suatu jenis musik yang berlum pernah ada; bahkan tidak akan pernah ada di bumi. Dan ketika musik dan bunyi-bunyian ini melenyap. Semuanya, segala sesuatunya menjelma warna lain. Dan ketika semuanya, segala sesuatunya kembali berwarna hijau. BOROK Sampai di mana kita? (Waska yang purba itu kelihatan sedang menahan amarah purbanya. Wujudnya sudah seperti Mummi, penuh keriput. Juga Borok dan Ranggon)g BOROK Modar! Sampai di mana kita? (Ranggong sedang kena pesona. Ia berdiri depan jendela pesawat, memandang keluar. Alam semesta, alam raya, begitu rapi kesatuannya) BOROK Otakku tidak perbah bisa bekerja. Modar! Sampai di mana kita? Ranggong! RANGGONG (Mengeja, khidmat) A….B….C….De….A…B…. BOROK Tidak ada petunjuk sama sekali. Tidak ada dalam peta . modar! Bahkan kita tidak pernah memimpikannya apalagi memperkirakannya. Tidak dalam astronomi. Tidak dalam mimpi. RANGGONG Satu…. Dua…. Tiga…. Satu…. Dua…. (Waska mengejang-ejang dalam menahan amarahnya) BOROK Hari apa ini? Jam berapa ini? Modar! Kita tidak lagi punya siang. Kita tidak lagi punya malam. Saya tidak tahan. Lebih baik kita kembali ke bumi. Saya tidak bisa punya kepastian. Ketika Borok akan memprogram pesawat itu untuk kembali ke bumi, segera Ranggong menghalanginya

Upload: syamsul-noor

Post on 07-Aug-2015

119 views

Category:

Art & Photos


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ozone orkes madunvi

1 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

OZONE Karya ARIFIN C. NOER

BABAK SATU

Semuanya, segala sesuatunya berwarna hijau. Semuanya, segala sesuatunya diam. Beberapa

saat tak ada gerak tak ada suara. Baru kemudian secara lembut, seperti merayap menembus,

menyayup musik atau bunyi-bunyian yang fantastis sekali. Suatu jenis musik yang berlum

pernah ada; bahkan tidak akan pernah ada di bumi. Dan ketika musik dan bunyi-bunyian ini

melenyap.

Semuanya, segala sesuatunya menjelma warna lain. Dan ketika semuanya, segala sesuatunya

kembali berwarna hijau.

BOROK

Sampai di mana kita?

(Waska yang purba itu kelihatan sedang menahan amarah purbanya. Wujudnya sudah

seperti Mummi, penuh keriput. Juga Borok dan Ranggon)g

BOROK

Modar! Sampai di mana kita?

(Ranggong sedang kena pesona. Ia berdiri depan jendela pesawat, memandang keluar. Alam

semesta, alam raya, begitu rapi kesatuannya)

BOROK

Otakku tidak perbah bisa bekerja. Modar! Sampai di mana kita? Ranggong!

RANGGONG (Mengeja, khidmat)

A….B….C….De….A…B….

BOROK

Tidak ada petunjuk sama sekali. Tidak ada dalam peta . modar! Bahkan kita tidak pernah

memimpikannya apalagi memperkirakannya. Tidak dalam astronomi. Tidak dalam mimpi.

RANGGONG

Satu…. Dua…. Tiga…. Satu…. Dua….

(Waska mengejang-ejang dalam menahan amarahnya)

BOROK

Hari apa ini? Jam berapa ini? Modar! Kita tidak lagi punya siang. Kita tidak lagi punya

malam. Saya tidak tahan. Lebih baik kita kembali ke bumi. Saya tidak bisa punya kepastian.

Ketika Borok akan memprogram pesawat itu untuk kembali ke bumi, segera Ranggong

menghalanginya

Page 2: Ozone orkes madunvi

2 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Kita tidak akan pernah kembali. Kita tidak akan pernah menghentikan perjalanan ini

BOROK

Kita istirahat sebentar. Saya tidak tahan. Jumlah pertanyaan tidak akan tertampung oleh otak

yang macet ini.

RANGGONG

Borok. Kita tidak akan pernah berpisah, bukan? Kita sudah saling sumpah.

BOROK

Petualangan Waska kali ini sangat menyiksa. Otak saya dipaksa bekerja. Saya tidak suka.

Saya tidak suka. Saya hanya ingin mati.

RANGGONG

Saya juga. Waska juga. Kita bertiga ingin mati.

BOROK

Tapi kita tidak pernah mati juga.

RANGGONG

Kita sedang menuju ke sana. Ke mimpi kita. Ke mati.

BOROK

Indah sekali

RANGGONG

Ya, indah sekali. Sebab itu kita tidak akan pernah kembali.

BOROK

Tapi perjalanan ini menyiksa saya.

RANGGONG

Perjalanan ini penuh pesona. Menentramkan. Cobalah kamu perhatikan alam di sekitar kita.

Indah sekali, bintang-bintang berenang bersama planet-planet. Dan kamu tahu apa yang

terjadi barusan saja? Saya merasa seperti sedang dilahirkan kembali dan memulai lagi hidup

ini. Bukan main. Lihat. Seorang bayi yang mulus.

BOROK

Modar! Betul-betul seorang bayi!

RANGGONG

Bayi itu indah sekali

BOROK

Ia melayang-layang diantara bintang-bintang dan planet-planet. Modar! Bayi siapa dia?

RANGGONG

Itu kamu Borok! Kamu.

Page 3: Ozone orkes madunvi

3 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BOROK

Saya?

RANGGONG

Iya kamu.

BOROK

Kamu sendiri mana?

RANGGONG

Sebentar lagi saya akan kelihatan tidak jauh dari bintang itu.

BOROK

Itu dia.

RANGGONG

Ya. Ya.

BOROK

Tapi itu seekor kuda putih. Modar! Bayi itu menunggang kuda!

RANGGONG

Itu saya.

BOROK

Modar! Sombong sekali kamu.

RANGGONG

Sekarang perhatikan lagi. Mahluk itu sedang mendekati bayi kamu.

BOROK

Modar! Apa itu? Dinosaurus! Modar! Bayi itu menaiki punggung binatang itu. ketawa-

ketawa dia. Modar! Ia melambai-lambaikan tangannya yang kecil kepada kita.

RANGGONG

Balaslah lambaiannya

(Borok kemudian melambai-lambaikan tangannya. Juga Ranggong.)

RANGGONG

Bagaimana sekarang?

BOROK

Semangat saya kembali berkibar-kibar. Nafsu saya kembali berkobar-kobar. Saya suka

petualangan ini.

RANGGONG

Iniah petualangan sejarah Waska!

BOROK

Page 4: Ozone orkes madunvi

4 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

Kita akan sampai ke ujungnya?

RANGGONG

Kita akan sampai ke ujung sejarah!

BOROK

Dan kita akan mati.

RANGGONG

Kita akan mati.

(Waska tiba-tiba meraung dahsyat sekali.)

WASKA

Gustav!

GUSTAV

Saya di sini, Waska!

WASKA

Debleng!

DEBLENG

Saya di sini Waska!

WASKA

Engkos!

ENGKOS

Saya di sini, Waska!

WASKA

Japar!

JAPAR

Saya di sini, Waska!

WASKA

Borok!

BOROK

Saya di sini, Waska!

WASKA

Ranggong!

RANGGONG

Saya di sini, Waska!

Page 5: Ozone orkes madunvi

5 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

(Waska meraung dahsyat. Ranggong meraung dahsyat. Borok meraung dahsyat. Semua

meraung dahsyat, sangat dahsyat.Waska kecapekan , Ranggong Kecapekan, Borok melohok,

menyaksikan kawan-kawannya yang lama sedang berjoget tanpa suara)

BOROK

Ramai sekali mereka

RANGGONG

Karena mereka sudah mati!

BOROK

Oh, bahagianya mereka, bahagianya.

(Kawan-kawannya semakin asyik berjoget. Sesekali terdengar suara dan bunyinya kalau

kebetulan angin least. Sesekal)

BOROK

Mereka sudah mati

RANGGONG

Labih satu abad yang lalu, Borok.

BOROK

Labih satu abad yang lalu, ranggong. Seharusnya kita juga begitu satu abad yang lalu.

RANGGONG

Eh, lihat. Lihat tuh, siapa tuh?

BOROK

Makdikipe, si juru kunci kuburan yang mati kita granat dulu. Teller betul dia. Apa di alam

kubur juga ada ganja?

RANGGONG

Anaknya juga tuh ikut-ikut negibing. Kayaknya bidaranya cantik benar.

BOROK

Emang mereka sama bidadari?

RANGGONG

Sama siapa lagi? Emang sama setan? Di alam sono nggak ada setan. Hanya di bumi yang

banyak setan.

BOROK

Lho, kalau gitu kawan-kawan kita yang cewek ngibing sama siapa?

RANGGONG

Sama bidadari lelaki tentu. Asyik benar mereka.

BOROK

Aduh. Aduh.

Page 6: Ozone orkes madunvi

6 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Kenapa? Siapa?

BOROK

Kasihan betul Bigayah, germo tua itu. ia hanya menangis saja.

RANGGONG

Kasihan. Cintanya tidak luntur sampai dikubur. Tapi mau apa lagi? Waska belum mati. Kita

belum mati. Tuh lihat wajah waska. Wajah manusia kalau karbitan. Kayak Zombie.

BOROK

Kayak mummi

RANGGONG

Kita ini manusia-manusia macet. Karena sombong. Karena Waska sombong. Karena dia tak

mau mati. Karena kita telah merampas oksigen jatuh mahluk lain di zaman lain.

BOROK

Tapi kita sudah cukup menyesal, bukan?

RANGGONG

Dosa Waska dan kita boleh jadi terlalu banyak. Dosa kita menyangkut sistem. Karena itu

boleh jadi alam masih menghukum kita.

BOROK

Hukuman apa yang paling hebat di dunia selain hukuman mati? Saya rela dipancung. Saya

sudi ditembak berkali-kali. Saya mau dicincang-cincang lalu dicampur dengan adonan semen.

Saya mau mati.

RANGGONG

Justru sebaliknya. Hukuman yang paling berat ternyata adalah menanggung kehidupan dan

hidup lebih dari kemampuan kita. Hukuman hidup!

BOROK

Kita dihukum hidup! Celakalah kita. Sudah terlalu tua kita. Di otak kita berapa milyar disket,

berapa milyar microfilm, berapa milyar arsip dan kenangan? Kita ingin istirahat, kan

Ranggong!?

RANGGONG

Kita ingin istirahat tapi kita sedang menjalani hukuman hidup paksa. Oh, jangan teruskan

kesedihan Borok.

(Waska yang sejak tadi membatu kemudian bernafas dan perlahan, patah-patah seperti

reptilia raksasa, seperti sebuah bukit terjal, bergerak.)

WASKA

Cuah! Cuah! Suara apa ini? Bisingnya bukan main.

Page 7: Ozone orkes madunvi

7 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

(Ranggong memberi isyarat agar Borok tenang dan kemudian Borok mencoba bersikap

tenang. Masing-masing pada panel dan layar monitor)

RANGGONG

Tidak ada apa-apa Waska.

WASKA

Cuah! Bohong! Ini pasti suara tangis. Mengaku, Borok, kamu menangis!

BOROK

Tidak Waska. Saya tidak pernah menangis

WASKA

Itu dulu. Sekarang saya dengar kamu sedang menangis. Jelas sekali ini suara tangismu.

Memalukan. Memalukan.

BOROK

Maafkan saya, Waska.

WASKA

Tidak usah minta maaf. Saya juga sedang menangis kok. Saya capek.

RANGGONG

Kita semua capek.

WASKA

Ya, Ranggong, ya. Karena itu kita menuju matahari, membakar diri, melenyap diri. Betapa

indah menjadi tiada.

RANGGONG

Betapa indah kembali serta bersama alam raya.

BOROK

Tapi, saya kira untuk mati tidak perlu kita terlalu sombong dan ambisius. Kenapa kita harus

ke matahari? Terlalu jauh. Lagian siapa tahu kita hanya terbakar saja selama hidup dan tidak

mati-mati. Lebih celaka lagi kita nantinya.

RANGGONG

Kita tetap harus kreatif, juga dalam memilih cara mati.

WASKA

Ya, kita harus menciptakan sejarah

BOROK

Eh, tiba-tiba saya mendengar suaranya? Bukan, bukan suaranya. Nyanyiannya. Ya,

nyanyiannya.

(Ranggong mencoba ikut dengar)

Page 8: Ozone orkes madunvi

8 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WASKA

Suara siapa? Nyanyian siapa?

BOROK

Lirih sekali

RANGGONG

Menyayat sekali

WASKA

Sialan! Suara siapa? Nyanyian siapa?

BOROK

Kekasihmu, Waska. Bi Gayah.

WASKA

Mana dia? Mana?

RANGGONG

Bersama orkes. Lihatlah. Dia menyanyi sementara kawan-kawan berjoget

WASKA

Ramai sekali mereka

RANGGONG

Karena mereka sudah mati

WASKA

Sepi sekali kita

BOROK

Karena kita masih hidup

(kembali dominan bunyi lembut mesin pesawat. Dan semua terpaku membatu. Dalam warna

hijau mereka kembali. Tiba-tiba Waska melakukan perubahan program dan haluan pesawat)

RANGGONG

Kita kembali ke bumi, Waska?

WASKA

Kita tidak akan pernah kembali. Kita akan terus melayang-layang hampa di kehampaan

angkasa sampai kita tiada.

BOROK

Tapi kamu mengubah haluan

WASKA

Ya, kita tidak perlu pergi ke Matahari.

Page 9: Ozone orkes madunvi

9 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BOROK

Lalu di mana kita akan mencari mati?

WASKA

Di bulan

BOROK

Ah, kembali romantis kita.

RANGGONG

Tapi itu klise. Klise. Tidak orisinil. Kita harus kreatif.

WASKA

Ternyata cinta juga klise. Dan diam-diam. Saya mencintai mantan pelacur tua itu. ya, Gayah.

I Love You.

BI GAYAH (dari jauh)

I Love You too, Waska. For ever, Wherever, Whenever.

WASKA

Jemput dan tunggulah aku di bulan.

BI GAYAH

Cintaku dan rinduku memenuhi angkasa. Di planet mana saja kau akan kutunggu.

WASKA

Ciumanku tak pernah lepas, Gayah.

BI GAYAH

Pelukanku akan membeku dan menjadikan kita satu.

(Waska melambaikan tangan, Bi gayah melambaikan tangan)

BOROK

Kayak adegan film remaja

RANGGONG

Lebih dari lakon Romeo dan Juliet

BOROK

Yang lelaki, Bandit dan Bandot Tua

RANGGONG

Yang perempuan Pelacur dan Germo Tua

WASKA

Bulan dalam jangkauan

BOROK

Ya, bulan dalam jangkauan

Page 10: Ozone orkes madunvi

10 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Jadi, di sana kita akan mati?

WASKA

Ya, di sana

BOROK

Bulan.

WASKA

Bulan. Di sana babak sandiwara ini akan berakhir

RANGGONG

Sedikit usul. Begitu pesawat kita mendarat kita jangan langsung mati dulu. Kita pesta dulu.

BOROK

Wah, asyik betul mati. Tidak sabar saya

WASKA

Begitu usai pesta nanti, terlebih dulu saya akan memanggil nama itu dan kita.

RANGGONG

Bersama

BOROK

Menanggalkan

WASKA

Helm kita

RANGGONG

Kita hisap

BOROK

Dalam-dalam

WASKA

Kematian

Kembali sunyi lembut pesawat menguasai. Kembali mereka dibalut cahaya kehijauan.

WASKA

Ke bulan

NYANYIAN

Awan akan menjadi kawan

Sepanjang perjalanan

Kalian tidak akan kesepian

Terbanglah o ruh

Page 11: Ozone orkes madunvi

11 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

Terbanglah o ruh

Tuhan di seberang

Menanti kalian

Terbanglah o ruh

Terbanglah o ruh

Sementara dari langit, turun beberapa orang Nabi. Dan mereka melayang bergelantungan

pada tali-tali yang ghaib.

Di bumi, suatu padang savanna Sandek dan Oni sedang menangkap capung atau kupu-kupu

alit.

SANDEK

Bunga rumput dan alang-alang

ONI

Lebih dari sekedar keindahan. Sandek.

SANDEK

Oni. Tak pernah cukup rasanya kata-kata dan ungkapan yang ada untuk membungkus cinta

yang menggelora. Bunga rumput dan alang-alang kuharap dapat menyembunyikan sebagian

cinta itu.

ONI

Bunga rumput dan alang-alang. Lebih dari sekedar keindahan. Kau persembahkan kehidupan.

Harapan. Dan apa lagi yang sedang kau tangkap?

SANDEK

Capung, Kupu-kupu. Kumbang.

ONI

Lebih dari sekedar keindahan. Kau tumbuhkan lagi apa-apa yang kemarin musnah.

SANDEK

Oni.

ONI

Sandek.

SANDEK (Menatap langit)

Bapak!

ONI

Mudah-mudahan bapak selamat.

SANDEK

Ya, supaya segera kita bisa selamatan

NYANYIAN

Terbanglah o ruh

Terbanglah o ruh

Page 12: Ozone orkes madunvi

12 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

NABI

Semar.

(Semar segera menanggalkan peran Waska. Juga kedua temannya)

SEMAR

Nabi.

RANGGONG/BOROK

Hormat dan salam kami, Nabi

NABI

Semoga Tuhan memberkati kita semua

NYANYIAN

Amin.

NABI

Malam ini tontonan kamu lain sekali. Apa judulnya?

SEMAR

Ozone atawa Orkes Madun Nomor 4

NABI

Juga kisah cinta seperti yang sudah-sudah?

SEMAR

Science Fiction

RANGGONG

Secara popular seperti lakon-lakon ala Flash Gordon.

BOROK

Atau seperti film anak-anak Gogle V dan Gaban

NABI

Memang lakon untuk anak-anak?

SEMAR

Untuk semua umur. Karena lakon ini akan membicarakan sekitar persoalan umur dan uzur

NABI

Kedengarannya sangat menarik. Siapa tokoh utamanya?

SEMAR

Tokoh utama dalam lakon ini, seperti yang sudah-sudah, Waska di manusia hebat perkasa itu.

ceritanya sekarang ia sedang kebingungan justru setelah ia Berjaya menandingi alam kalau

boleh di sebut Tuhan. Dengan ilmu dan teknologinya yang maha canggih Waska telah

berhasil melawan waktu, melawan ajal selain ia Berjaya secara ekonomis. Di tengah

kejayaannya itu sebagai manusia, ia kini terbengong-bengong tidak tahu lagi mau apa. Tiba-

Page 13: Ozone orkes madunvi

13 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

tiba ia kehilangan arah. Kehilangan tuju. Kehilangan makna, ia merasa sia-sia. Dan

cilakanya, ia merasa dimusuhi alam serta hidup karena ia tidak pernah mati.

NABI

Tidak pernah mati?

SEMAR

Tidak pernah mati

RANGGONG

Juga tangan kanannya, Ranggong

BOROK

Juga tangan kirinya, BOROK

NABI

Kasihan. Betapa sengsaranya hidup mereka.

SEMAR

Karena itulah kenapa sekarang mereka bertiga sedang mengarungi galaksi demi galaksi

mencari mati.

NABI

Mencari mati

SEMAR

Mencari mati

NABI

Apakah belum juga terbit niat Waska untuk membuka-buka kita lama dan kitab suci?

SEMAR

Bagi Waska, agama sudah seperti Negara. Tidak menarik. Sudah beku, katanya. Ia

membutuhkan sesuatu yang hidup karena ia adalah jiwa yang hidup.

(Seketika kedengaran bunyi sinyal tanda bahaya)

BOROK

Modar!

RANGGONG

Waska, kita sedang menuju sebuah Nebula. Pesawat tiba-tiba di luar control.

SEMAR

Permisi tuanku, saya akan kembali memainkan tokoh Waska itu.

NABI

Mau kemana kalian?

Page 14: Ozone orkes madunvi

14 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WASKA

Ke bulan.

(Sekarang semua lampu sinyal berkedip-kedip sementara lampu penerangan padam)

RANGGONG

Ada kekuatan aneh

BOROK

Modar! Hujan meteor!

WASKA

Kitalah kekuatan itu! tidak ada yang aneh. Primitive! Kitalah ruh itu. kalau ada ruh lain kita

pertentangkan ruh kita. Jangan gampang panik. Hanya orang-orang bodoh yang suka panik.

RANGGONG

Arah pesawat kita tidak menentu. Semua tanda dan system tiba-tiba macet

WASKA

Kita yang menentukan arah. Kita yang menentukan system. Dan kita telah tentukan arah kita.

Bulan!

(Pesawat itu berpusing-pusing di tengah hujan meteor. Cahaya sebentar-sebentar berganti

warna sekilat-sekilat dan deru pun bergemuruh bercampur bunyi pesawat)

NABI

Apapun yang dilakukan mereka tidak cukup kuat untuk menghalangi kita berdoa.

WASKA

Oh, kotornya angkasa! Rongsokan di mana-mana

BOROK

Modar!

RANGGONG

Sampah teknologi di mana-mana. Bangkai roket siapa itu? awas! Hampir saja bangkai-

bangkai itu menabrak kita.

NABI

Berdoa!

BOROK

Itu pasti rongsokan satelit Rusia!

RANGGONG

Bukan. Satelit Amerika! Kelihatan genit bentuknya!

WASKA

Musa. Musa.

Page 15: Ozone orkes madunvi

15 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

NABI

Berdoa!

BOROK

Oh, lihatlah monyet yang melayang-layang itu.

RANGGONG

Dan anjing itu! dan apa itu!?

BOROK

Betapa kotornya angkasa. Semua berasal dari bumi kita.

RANGGONG

Belum tentu. Siapa tahu di keluasan tanpa batas ini misteri bertahta, berlapis-lapis sama gas-

gas berlapis-lapis. Siapa tahu!?

WASKA

Adam. Adam.

NABI

Berdoa!

WASKA

Oh, bau apa ini?

RANGGONG

Wanginya. Wanginya.

BOROK

Modar! Harumnya!

WASKA

Ilusi! Ilusi!

RANGGONG

Bukan ilusi, Waska. Betul-betul wangi.

BOROK

Betul-betul harum, Waska.

WASKA

Tidak mungkin!

RANGGONG

Kita sedang menyebrangi samudera yang tidak mungkin itu. tidak ada lagi yang tidak

mungkin. Tidak ada lagi ilusi. Tidak ada lagi impian. Tidak ada lagi kenyataan. Semua

berbaur sekarang. Yang fana dan yang baka. Yang maya dan yang nyata.

Page 16: Ozone orkes madunvi

16 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BOROK

Modar! Harumnya. Kita seperti tersesat dalam hutan melati dan kenanga.

WASKA

gayah, oh kekosonganku

Gayah, oh rinduku yang nelangsa

RANGGONG

Itulah makam itu

BOROK

Itu sinar! Itu cahaya!

RANGGONG

Itu makam seorang pahlawan yang menolak tirani, seorang pahlawan yang menolak tahta

manusia sebagai tahta Tuhan. Pahlawan itu seorang Ibu sederhana, Siti Masitoh namanya

NABI

Beroda! Keburukan dan kebaikan. Kejahatan dan kebajikan sama memerlukan doa

BOROK

Waska menangis, Ranggong

RANGGONG

Kamu menangis, Waska

(Waska segera bangkit. Berang)

WASKA

Siapa yang menangis? Saya tidak pernah menangis! Saya tidak pernah menangis! Bahkan

ketika bayi juga saya tidak pernah menangis! Saya tidak pernah menangis karena seluruh

tubuh saya sudah membatu.

(Gemuruh deru hilang. Cahaya kembali normal)

RANGGONG

Badai sudah kita lewati dan pesawat ini kembali di bawah control kita.

WASKA

Bulan

BOROK

Bulan

RANGGONG

Indahnya kematian

NABI

Berdoa

Page 17: Ozone orkes madunvi

17 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

NYANYIAN

Awan akan jadi kawan

Sepanjang perjalanan

Kalian tidak akan kesepian

Terbanglah oh ruh, Terbanglah oh ruh

Tuhan di seberang, Menanti kalian

Terbanglah oh ruh, Terbanglah oh, ruh

(Rombongan nyanyian tadi selanjutnya bergerak ke suatu ufuk dalam siluet. Sementara

rombongan lain dalam nyanyian lain muncul sambil bergerak ke ufuk yang lain. Sementara

rombongan yang lain lagi dan lain lagi dan lain lagi bersama.

Dalam transparan. Dalam cahaya kebiruan menjadi warna dasar. Keculai cahaya khas yang

agak kuat pada pesawat itu di mana waska,Ranggong, borok serta robot-robotnya sedang

bersiap melakukan pendaratan di bulan)

RANGGONG

Hei, kok kamu mengenakan apa itu? kita tidak memerlukan perlindungan apa-apa lagi. Kita

kan keluar dari pesawat ini seperti kita keluar dari bus kota. Segera kita akan terkulai lemas

di kawah itu dan segera tubuh kita akan melayang-layang hampa. Buang itu helm dan tabung

oksigen.

(Dengan senyum simpul Borok tidak peduli dan terus saja mengenakan segala macam

pakaian perlindungan serta segala peralatan untuk menjejakkan kakinya di padang hening

lembut sang rembulan. Juga Waska, ia bersiul malah. Entah apa lagunya. Riang sekali dia)

RANGGONG

Hei, kamu juga Waska? Hei, Hei! Kalian ini mau apa sebenarnya? Mau piknik atau mau

riset?

(Kedua kawannya sama sekali tak peduli)

RANGGONG

Kalian jadi mau mati atau nggak sih?

BOROK

Lihat ini?

(Tangan kirinya menggenggam)

WASKA

lihat Ini!

(Tangan kirinya menggenggam)

WASKA

kau tahu apa isinya ini?

BOROK

Hayo, apa isinya?

Page 18: Ozone orkes madunvi

18 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG (ternganga)

Mana saya tahu? Ah, kalian kayak anak kecil ah

(Keduanya membuka genggaman. Kosong)

BOROK

Kematian

WASKA

kematian sudah di tangan. Jangan risau. Jangan bimbang. Kapan saja kita mau mati, kita

lepaskan pakaian yang berat ini dan helm yang tidak berperasaan ini. Tapi bagaimanapun kita

perlu bikin sedikit upacara. Jadi kita pakai dulu ini semua. Kita nikmati sejenak hidup. Kita

mainkan sejenak hidup. Kita ledek sejenak hidup. Sambil kita saksikan apa-apa saja yang

berubah di satelit yang hening dan romantic ini. Setelah puas, kita akan ucapkan salam

perpisahan kepada hidup sambil melepaskan helm ini dan melempar jauh-jauh tabung

oksigen ini.

RANGGONG

Jadi?

BOROK

Lengkapilah dulu dirimu dengan segala macam pakaian dan alat seolah-olah kamu tidak

hendak mati. Seolah-olah kamu Neil Armstrong yang primitif itu, takut-takut menginjakkan

kaki di tanah gembur sang rembulan.

WASKA

kita kan menjejakkan kaki kita di kawah Tycho di mana bersilangan dua berkas cahaya yang

pernah disapukan Kandinsky.

BOROK

Segeralah. Kita akan menonton teater murni yang paling memesona.

WASKA

Kita akan saksikan koreografi hening dengan iringan kebeningan musik hening

BOROK

Kasih tangan

(Lalu ketiga tangan kiri mereka beremasan dan teracung ke atas)

WASKA

kita adalah trisula yang akan menerobos langit.

(Lalu tak ada suara dan tak bunyi sama sekali. Hening. Dan segala sesuatu menjadi

kebiruan)

WASKA

Kita turun

Page 19: Ozone orkes madunvi

19 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BOROK

Bulan

RANGGONG

Alangkah hening bening kematian. Keindahan tak berkesudahan

(Lalu ketiganya turun begitu rupa seperti memasuki suatu kenikmatan yang menelerkan.

Dalam pakaian dan helm masing-masing yang memberati mereka turun. Setengah

mengapung mereka. Setengah menari mereka.

Beberapa saat mereka Cuma seperti itu. menari? Mengapung? Koreografi hening dalam

bentuk musik hening. Selanjutnya Waska diam. Hanya sesekali oleng. Ia seperti sedang

menatap sesuatu di kejauhan. Ranggong juga begitu. Borok juga begitu. kalau nanti mereka

bercakap pastilah suara mereka berbeda karena mereka menggunakan hubungan radio)

WASKA

Indahnya

RANGGONG

Semuanya gemulai di sini

BOROK

Modar! Masing-masing bergerombol. Setiap gerombolan bergerak, berjalan, oh, tidak. Lebih

tepat mereka disebut menari

RANGGONG

Semuanya gemulai di sini

WASKA

Indahnya

BOROK

Mereka menyanyi tapi suara mereka segera menjadi lampau dan hampa

RANGGONG

Semua rombongan bergerak menari menuju ke suatu sumber cahaya di suatu perbukitan

BOROK

Apennines

RANGGONG

Bukan. Bukit lain yang tidak sempat direkam oleh misi manapun

WASKA

Sebetulnya hidup itu indah. Bukan. Bukan hidup. Alam. Ya, sebenarnya alam itu indah. Dan

bagi alam tak ada hidup tak ada mati

BOROK

Tak habis-habisnya rombongan demi rombongan bergerak menari menyanyi menuju bukit

itu.

Page 20: Ozone orkes madunvi

20 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Ternyata telah terjadi suatu perubahan besar di bulan dan kita luput mengikutinya karena

selama ini kita begitu terpukau oleh rahasia Saturnus

WASKA

Menara-menara dan kubah-kubah plastis dari cahaya. Berjuta berlaksa menara dan kubah

sama sekali tidak menyesakkan ruang karena semuanya terbangun oleh cahaya. Warna tak

terumuskan dan garis bahkan lebih alit dari benang cahaya

BOROK

Pembangunan. Pembangunan. Apa yang terjadi di bulan ini bukan lagi teknologi tapi sudah

mendekati aji-aji. Lebih canggih. Ultra-Super-High-Tech! semua serba ultra!

RANGGONG

Waska, lihat diantara para pemain dawai

WASKA (Ternganga)

Gayah, Gayahku! Ia diantara para penyanyi. Ia rupanya penyanyi utamanya. Soloist!

Sopranoku! Penyanyiku!

(Ketiganya munur seolah seang menyaksikan suatu pertunjukan yang menakjubkan)

WASKA

Merdunya ia menyanyi

RANGGONG

Merdunya

BOROK

Oh, aria dari opera yang mana? Siapa penciptanya?

RANGGONG

Sepertinya ia sendiri penciptanya. Semua orang menciptakan nyanyian sendiri-sendiri tapi

begitu rupa jalinan mereka seolah mereka satu jiwa

BOROK

Seluruh tubuh Bi Gayah yang muda seperti ikut mengalir bersama nyanyian itu

WASKA

Cantiknya ia menyanyi

(Muncul Gayah bersama para penyanyi lain dalam arakan hening penuh cahaya kemilau.

Mereka menyanyi tanpa suara. Juga ketika Bi Gayah menyanyi tunggal tanpa suara)

WASKA

Gayah….

RANGGONG

Ia tak mendengar kita

Page 21: Ozone orkes madunvi

21 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BOROK

Ia tak melihat kita

(Ranggong dan Borok segera menahan Waska yang akan mengejar rombongan Gayah yang

semakin jauh dan sayup)

RANGGONG

Sia-sia saja kita mengejarnya

BOROK

Kita belum mati seperti Gayah

WASKA

Kalau begitu segera kita tanggalkan pakaian dan jasad yang membebani kita selama ini

RANG-BOR

Ya

WASKA

Segera kita lepas helm dan otak ini

RANG-BOR

Ya

WASKA

Kita buang tabung oksigen ini

RANG-BOR

Ya

WASKA

Kita bebas

RANGGONG

Selamat tinggal, hidup

BOROK

Selamat tinggal, daging

WASKA

Selamat tinggal, usus. Selamat tinggal, pancaindera

BERTIGA

Selamat datang, kematian

(Yang pertama sekali mereka lepaskan adalah helm. Yang kedua adalah tabung. Setelah itu

mereka saling berpandangan mesra dan selanjutnya secara khusuk mereka berkiblat ke suatu

arah. Bahagian sekali mereka. Secara bersama mereka menghisap suasana sekitar. Tergetar

hati masing-masing. mereka membaui sesuatu yang harum sekali)

Page 22: Ozone orkes madunvi

22 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WASKA (tak bersuara)

Harum!

BOROK (tak bersuara)

Ya, harum sekali!

RANGGONG (tak bersuara)

Ajaib. Nikmat sekali. Kita teler dibuatnya

BERTIGA (tak bersuara)

Hmm….

(Ketiganya masih tetap berdiri, tapi kali ini mata mereka terpejam. Sakin nikmatnya oleh

suatu pengalaman yang baru sama sekali. Lama sekali mereka berpejam. Dan tanpa sadar,

tangan-tangan mereka bergerak menari. Gemulai ajaib. Mereka betul-betul menari dalam

hening dengan music hening.

Tarian total penyerahan diri yang mutlak. Begitu rupa gemulainya sepertinya mereka mutlak

bebas dari yang namanya konflik. Cahaya semakin lama semakin kuat. Tiba-tiba Waska

sadar, ia mulai raguragu. Mulai bimbang. Dengan curiga ia amati bagaimana kedua

kawannya itu teller menari. Lama-lama ia penuh sadar. Ia cubit dirinya. Ia periksa segala

inderanya. Lalu ia bangunlakn kedua kawannya)

WASKA (tak bersuara)

Bangun! Bangun!

(Kawan-kawannya tentu saja ternganga tidak mengerti)

WASKA (tak bersuara)

Kita belum mati. Kita masih hidup

BOROK (tak bersuara)

Ha?

RANGGONG (tak bersuara)

Kenapa kita? Kenapa?

WASKA (tak bersuara)

Kita masih hidup. Kita belum mati.

(Kedua kawannya masih belum mengerti. Karena itu buru-buru Waska mengambil helm dan

mengenakannya)

WASKA (tak bersuara)

Ternyata kita belum mati, belum mati.

(Juga Ranggong dan Borok masih belum mengerti. Buru-buru Waska menyuruh mereka

memasang helm dan buru-buru mereka melakukannya)

WASKA

Kita belum mati!

Page 23: Ozone orkes madunvi

23 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Tidak mungkin!

BOROK

Kita sudah mati tapi kita tidak bisa membedakannya

RANGGONG

Ya, boleh jadi kita belum terbiasa dengan mati, padahal sebetulnya kita ini sudah mati

BOROK

Ya. Pasti kita sudah mati. Hanya saja kita tidak sadar.

WASKA

Ya. Boleh jadi. Kalau begitu keliru persepsi kita selama ini tentang mati. Mati itu bukan

menjadi tiada. Mati itu bukan kehilangan kesadaran

BOROK

Ternyata seru juga rasanya mati

RANGGONG

Gugur semua teori tentang kematian, baik dari pandangan keagamaan maupun kedokteran

BOROK

Pokoknya mati itu tidak seperti yang dikatakan buku-buku dan dongeng-dongeng

RANGGONG

Kita ini memang sok jagoan di jagat raya!

(Malu-malu dan ragu-ragu, Waska nyingkir dan lalu keluar)

BOROK

Pengen rasanya saya datangi itu dokter-dokter dan saya ajarin tentang mati

RANGGONG

Aneh juga. Sudah satu abad kagak negrokok, tiba-tiba sekarang pengen rokok. Kelobot lagi.

Eh, macam-macam rasanya mati ini. Ngebet ngerokok kelobot di bulan lagi. Makin mati

makin ngawur

BOROK

Terus terang, ini juga kalau tidak digebukin malaikat, saya pengen sekali makan lotek

(Malu-malu dan ragu-rag,u Waska muncul lagi)

RANGGONG

Darimana bos?

(Waska hanya senyum)

BOROK

Ah, ditanya darimana jawabnya Cuma senyum. Si Bos di akherat lain nih. Galaknya kurang

Page 24: Ozone orkes madunvi

24 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Darimana?

BOROK

Pasti mojok sama bidadari. Disiram malaikat lu!

WASKA

Malu. Lucu

BOROK

Kok geli sendiri. cerita dong. Darimana habis apa?

WASKA

Aneh. Saya sudah mati kok masih bisa kencing

RANGGONG

Kencing?

BOROK

Ah, si bos ngawur pasti. Masa kencing

WASKA

Betul. Kencing. Tadinya juga saya nggak percaya. Tapi setelah saya biarkan, cuuur begitu

saja saya percaya. Kamu tidak ingin kencing?

RANGGONG

Tidak sama sekali

BOROK

Saya coba. Siapa tahu saya juga bisa kencing. Lucu juga kalau saya kencing padahal saya

suah mati.

(Lari ia dan keluar. Yang lain menunggu. Tegang)

WASKA

Saya mulai curiga

RANGGONG

Saya juga mulai bimbang dan ragu

(Borok muncul dengan ketawa)

BOROK

Kencing saya. Ajaib

WASKA

Kalau begitu, jelas kamu belum mati

BOROK

Jelas saya sudah mati. Kamu juga sudah mati. Ranggong juga.

Page 25: Ozone orkes madunvi

25 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WASKA

Kita belum mati. Kita masih hidup.

RANGGONG

Tida, Waska. Kita sudah mati

WASKA

Buktinya mana? Bukti apa kalau kita sudah mati?

BOROK

Kita di sini. di bulan.

RANGGONG

Di sini tidak ada oksigen dan tak ada yang mampu hidup. Buktinya kita tidak bisa

berkomunikasi kecuali dengan bantuan radio. Suara dan bunyi secara gaib di sini dan tak

pernah diantarkan ke mana-mana karena tak ada udara.

BOROK

Kita sudah mati Waska. Sudah mati.

RANGGONG

Bisa dipahami kenapa kamu tidak yakin bahwa kamu sudah mati setelah hukuman hidup

begitu lama telah kamu jalani dan telah begitu lama kau rindukan kematian yang

membebaskan. Bisa dipahami.

BOROK

Jiwa kamu pasti sedang mengalami shock. Cultural Shock! Budaya hidup masih sulit kamu

lepaskan dan kamu begitu terkejut tiba-tiba masuk dalam budaya mati yang sama sekali

belum pernah kamu alami. Sebentar tadi juga saya sedikit mengalami shock. Tapi tidak lama.

Sekarang keadaan saya ok.

RANGGONG

Saya juga shock tadi, tapi shock breakernya mungkin sedikit lebih baik. Selain itu ketika saya

masih hidup tidak jarang saya melakukan exercise. Berbagai kemungkinan dan variasi

petualangan dengan berbagai jenis kecelakaannya saya jalani. Bahkan secara sensasional saya

pernah melakukan terjun dari ketinggian lima puluh ribu kaki tanpa mengembangkan paying.

Semua penonton termasuk para turis yang telanjang dan setengah telanjang dari pantai Kuta

sampai Waikiki dan Riviera perancis secara serempak ternganga tanpa nafas lantara tegang.

Baru ketika kaki saya menyentuh daun kelapa gading saya kembangkan paying dan segera

seluruh anggota PBB serempak berdiri memberikan tepukan tangan. Belum, belum habis

bahaya yang harus saya atasi. Karena saya harus terjun tepat dengan meletakkan kedua kaki

saya tepat di daerah tanda silang yang Cuma setengah meter radiusnya. Di luar daerah itu

adalah ranjau-ranjau berisi bom yang begitu tersentuh ujung sepatu saya pati meledak. Nah,

pada saat itulah saya melatih jantung saya. Dan ketika kedua kaki saya tepat menyentuh tanda

silang semua kepala Negara di seluruh dunia berdiri dan bertepuk tangan sementara semua

umat manusia menyanyikan lagu kebangsaan masing-masing. itulah pengalaman shock saya

yang rupanya sangat membantu saya untuk secara cepat beradaptasi dengan kebudayaan mati.

Page 26: Ozone orkes madunvi

26 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

(Waska kelihatan bertambah bimbang, sangsi, bingung. Sementara kedua anak uahnya

memerhatikannya dengan rasa kasihan yang sangat)

BOROK

Jangan bimbang

WASKA

Saya tidak bimbang. Saya sangsi.

RANGGONG

Jangan. Jangan sangsi.

WASKA

Saya tidak sangsi. Saya bingung.

BOROK

Juga jangan bingung. Rileks, ambil napas. Atur. Atau sebaiknya kamu minum air putih

supaya terbantu. Tapi… (lihat sekitar) di alam barzah rupanya tidak ada air. Atau fungsi air di

alam dan budaya mati jangan-jangan tergantikan zat lain?

RANGGONG

Sebagaimana maut, budaya mati memang masih gelap bagi kita. Apalagi bagi orang-orang

yang masih hidup.

BOROK

Perlahan dan sedikit demi sedikit kamu pasti akan kembali tenang. Percayalah, Waska. Atau

kamu juga mengalami post-power syndrome? Ah, jangan berpikir soal kekuasaan di budaya

mati. Boro-boro kekuasaan dan kepemimpinan, di alam sini tidak laku yang namanya politik,

ideology dan lain-lain sejeninsnya.

RANGGONG

Tapi saya tidak keberatan kalau kamu masih mau main raja-rajaan di sini kayak di bumi.

Saya dan Borok tidak keberatan kamu tetap jadi bos di sini. Jangan kuatir. Yang penting tetap

tenang dan senang. Rustig.

BOROK

Ya Waska, nikmatilah kedamaian di sini. Dan keadaan ini. Mana ada tempat yang lebih

membetahkan daripada di alam yang murni netral objektif ini? Di sini tidak ada itu apa yang

namana demokrasi atau otokrasi atau tirani.

RANGGONG

Tidak ada yang namanya kapitalisme dan sosialisme dan liberalism. Tidak ada. Di sini nol.

BOROK

Atau kita jalan-jalan dulu sebentar, Ranggong. Kita hunting location. Siapa tahu dengan

raungan pemimpin kita ini akan lepas dari kepanikannya.

(sebentar ini benar-benar Waska jadi kayak orang dungu)

RANGGONG

Saya kira ide bagus, ayo.

Page 27: Ozone orkes madunvi

27 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BOROK

Kita jalan-jalan sebentar, Waska.

RANGGONG

Kita perlu orientasi rupanya. Sambil melihat-lihat pembangunan di satelit bulan ini kita coba

lacak kembali, kalau bisa, jejak nabi-nabi atau orang-orang besar. Istilah kunonya; Napak

Tilas!

BOROK

Seru betul. Napak tilas di akherat. Geli juga.

(mereka bangkit, lalu berjalan. Kawah demi kawah serta lembah demi lembah mereka jalani.

Tapak-tapak sepatu mereka yang besar menjejak pada tanah pasir yang lembut gembur itu.

dan indah sekali gaya mereka berjalan. Karena terkadang sesekali mereka oleng atau

goyang)

BOROK (Nyanyi)

Bulan, bulan di langit

Mengapa kau sendiri

Mari turun ke…

RANGGONG

Nyanyi yang lain dong, bulan. Kita kan di bulan!

BOROK

Lho, apa salahnya? Ini kan sekedar kenangan (lalu nyanyi lagi)

Waktu malam sunyi

Malam tiada bergema

Tiada bintang…

RANGGONG

Lagu ini bolehlah sekalipun kunonya nggak ketulungan. Mati dalam abad 21 kok lagunya

zaman Bing Slamet

(Eh, tiba-tiba nyanyian tadi dibarengi dan dilanjutkan oleh suara lain yang merdu. Lengkap

dengan music lagi. Eh, betul-betul ph lama! Sudah tentu ke bengong-bengong mereka)

RANGGONG

Lho, suara kamu kok dobel, Rok!?

BOROK

Dobel?

RANGGONG

Eh, ada suara lain. Suara lain. Lain orang!

BOROK

Gema ngkali

Page 28: Ozone orkes madunvi

28 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Betul-betul suara. Saya kenal suaranya. Eh, lengkap dengan pakai music

BOROK

Iya, ya. Betul-betul suara. Betul. Pakai musik.

RANGGONG

Siapa yang mutar ph lama di bulan ini? Aneh.

SUARA

Demikian tadi para pendengar sekalian Sam Saimun dengan lagu ‘Malam tiada bergema’

selanjutnya kita nantikan tepat pukul dua puluh saat warta berita

BOROK

Eh, radio

RANGGONG

Radio

BOROK

Radio lama

RANGGONG

Kuno, kuno. Itu radio pertengahan abad 20

(Sementara kedengaran music saat menanti acara warta berita yang kadang timbul-

tenggelam. Ranggong dan Borok semakin terheran-heran. Sebaliknya Waska Cuma diam

saja. melihat tingkah laku kedua temannya)

RANGGONG

Betul-betul suara dari abad yang silam

BOROK

Modar! Menakjubkan! Bagaimana mungkin!?

RANGGONG

Jangan-jangan waktu adalah siklus. Tanpa kita sadari jangan-jangan kita mundur atau

berputar dan kembali ke masa lampau

WASKA

Bukan.

(Berpaling Ranggong dan Borok kea rah Waska yang sejak tadi sama sekali kelihatan tidak

peduli)

WASKA

Waktu tak pernah kembali. Tak berujung.

BOROK

Lalu suara radion itu? apakah suara itu hanya rekaman dan ada seseorang di sekitar sini yang

menghidupkannnya kembali?

Page 29: Ozone orkes madunvi

29 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Ya, jangan-jangan ada seseorang atau sesuatu mahluk di sekitar sini yang menyimpan suara-

suara itu.

(Semakin heran mereka ketika suara-suara itu melenyap diterbangkan sesuatu entah

kemana)

BOROK

Hilang

RANGGONG

Hilang. Tanpa sisa sama sekali.

BOROK

Bahkan desispun tak ia tinggalkan

RANGGONG

Tak ada riak. Tak ada gelombang.

BOROK

Modar! Otak saya mulai bekerja

RANGGONG

Saya mulai mengerti, tapi belum paham benar.

WASKA

Rupanya yang namanya suara atau bunyi tidak pernah hilang. Sekali ia dilontarkan ia akan

terus mengelana kemana-mana. Alam tetap menyimpannya.

(Sambil menjelaskan hal itu, Waska dengan tenang membuka helmnya sehingga suaranya

tenti saja akan berubah akibatnya. Kedua sahabatnya hanya melohok saja)

WASKA

Pada kondisi tertentu, alam akan menghadirkan kembali suara-suara yang disimpannya. Saya

sendiri baru sekarang menyaksikan bukti atas teori ini. Ajaib sekali. Ternyata pengetahuan

kita memang masih sangat terbatas mengenai banyak hal. Baru saya sadari sekarang bahwa

sungguh-sungguh kita tidak pernah sampai kepada pengetahuan yang lengkap alias

kebenaran. Kita hanya selalu sampai pada sisi-sisi kebenaran. Tapi, kita memang sok jagoan

di bumi. Dan kalau kita terperangkap dalam kenyataan seperti sekarang ini, baru kita sadari

bahwa kita sungguh bodoh.

RANGGONG

Tapi bagaimana dengan suara itu, Waska?

BOROK

Saya belum paham betul.

WASKA

Dulu juga saya tidak dapat memahami. Bahkan tidak mau menerima teori ini. Pernah, saya

kira sekitar menjelang abad 20 akan berakhir, saya bertemu dengan seorang kiayi di suatu

Page 30: Ozone orkes madunvi

30 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

desa di kaki gunung Ciremai. Masih muda orangnya. Dari dua puluh empat jam sehari ia

hanya menyisakan waktu tiga jam untuk tidur dan tiga jam untuk bertani. Jam-jam selebihnya

ia isi dengan sembahyang dan dzikir dan dzikir.

(Tanpa sadar, saking tertarik akan cerita Waska. Ranggong dan Borok menanggalkan helm

mereka masing-masing)

RANGGONG

Dzikir dan dzikir

BOROK

Dzikir dan dzikir

WASKA

‘laa ilahaa illallah..’ begitulah ia isi setiap helaan napasnya. Saya anggap perbuatan gila

macam apa itu? tapi kalian tahu saya selalu respek kepada orang-orang yang berkeyakinan

dan berpendirian. Jadi saya pun dengan sopan bertanya kepada kyai itu, kenapa dan untuk apa

ia berbuat seperti itu?

BOROK

Untuk apa?

RANGGONG

Apa jawabnya?

BOROK

Kayak main jailangkung?

WASKA

Tidak tepat begitu tapi serupa itu. cobalah. Nah, saya mulai mendengar sebur bunyi ombak.

Saya harap ombak itu di pantai Cirebon.

BOROK

Ya, ombak.

RANGGONG

Saya juga mendengarnya. Juga deru angin.

BOROK

Sekarang saya dengar gemerisik daun-daun bamboo kering diinjak kaki entah siapa.

RANGGONG

Kambing-kambing mengembik. Suara kerbau.

BOROK

Suara jangkrik dan cacing

(Suara dan bunyi itu memang kemudian perlahan hadir di sekitar mereka. Takjub mereka.

Lalu gemuruh dzikir yang bagai koor alam yang berisi magis. Semua itu tidak terlalu lama.

Lalu lenyap. Tapi ketika Borok mau angkat bicara)

Page 31: Ozone orkes madunvi

31 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

SUARA KYAI (Biasa saja)

Saya ini orang bodoh. Karena itu saya percaya bahwa yang namanya suara itu tidak akan

pernah hilang. Bahkan apa saja yang di alam ini tidak pernah hilang atau kurang. Karena itu

saya dzikir. Artinya dzikir saya juga tidak akan pernah hilang. Kalau kata orang pintar, alam

kita sekarang sudah terkena banyak polusi. Di sekitar kita ini sudah terlalu penuh dengan

suara-suara dan bunyi-bunyi kotor, kata-kata kotor, dan lain sebagainya. Jadi mudah-

mudahan dzikir saya akan mengimbangi suara-suara kotor itu.

BOROK

Menyesal sekali. Saya justru sebaliknya dari kyai itu. dari dua puluh empat jam, dua puluh

jam saya gunakan untuk memaki.

RANGGONG

Saya tidak pernah separah kamu tapi tidak sedikit kata-kata saya yang kotor saya lontarkan

setiap hari ketika saya masih hidup. Apalagi kalau saya sedang marah.

BOROK

Lebih-lebih kalau saya sedang ngibing di kompleks perempuan….gituan. kotor lagi kata-kata

saya!

RANGGONG

Sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tiada berguna.

BOROK

Menyesal sekalis aya. Kalau saya saya tahu mengenai teori suara dari kyai itu, tentu saya

akan menjaga mulut saya. Modar! Waduh, kotor lagi mulut saya. Oh, ketika saya masih

hidup….

RANGGONG

Jangan mulai ngaco lagi, Waska. Biarpun kamu dulu bos di dunia, di sini kamu harap

membatasi diri. Boleh saja kamu petantang-petengteng tapi jangan mulai menggoyahkan

keyakinan saya dakan kondisi mati saya.

BOROK

Tolong jangan bangunkan saya dari nikmat mati ini.

RANGGONG

Saya memang merasa kasihan melihat kamu yang rupanya masih juga dalam keadaan shock

tapi….

BOROK

Tapi saya nggak sabar. Nggak sabar dengan sikap kamu yang lembek ini, Waska. Tegarlah

kamu, insyaflah. Sadarilah. Kamu ini sudah mati.

WASKA

Saya masih hidup seperti halnya kalian.

BOROK

Maaf Waska. Saya tidak bisa lagi ketawa seperti tadi menghadapi kamu.

Page 32: Ozone orkes madunvi

32 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Saya terus terang mulai merasa jengkel. Saya kuatir, lama-lama saya juga mulai goyah oleh

sikap bimbang kamu. Lama-lama saya bisa jadi tidak yakin bahwa saya sudah mati.

WASKA

Kamu tidak perlu yakin. Kamu emmang masih hidup.

BOROK (Marah besar)

Waska! Modar!

RANGGONG

Bergurau ada batasnya. Persoalan mati ini sudah menyangkut persoalan iman, jangan dibikin

mainan.

(Setelah mengambil helm dan tabungnya yang tergeletak di tanah dengan kalem Waska

nggeloyor menuju pesawatnya)

BOROK

Eh, ngeloyor malah. Bisa tambah marah saya. Dan kalau sampai terjadi saya bisa ngelunjak

lantaran ninju karung sperma bocor yang tua itu, wah bisa menyesal selama-lamanya saya.

Sialan. Belum pernah selama saya menjadi asistennya selama berabad-abad berniat maker.

Padahal saya mampu kalau saya mau. Tapi saya tidak mau. Saya tidak punya niat, karena

memang saya respek sama itu bandot tua. Biar bagaimana pun dia bangkotan kemanusiaan

nomor wahid sepanjang sejarah.

RANGGONG

Tongkrongannya emang kriminil tapi nuraninya bersih penuh cahaya kebaikan persahabatan

manusia.

BOROK

Semangat lelaki tua itu telah menyelamatkan bermilyar manusia yang putus asa oleh

kemiskinan dan kebodohan. Dia angkat derajat manusia. Dia bangkitkan semangat manusia.

RANGGONG

Dia pahlawan. Saya masih ingat betul ketika malam itu dia bertarung melawan ajal dan

menolak ajal.

BOROK

Saya masih ingat ketika kita berdua menemui petapa tua di puncak Himalaya untuk

menapatkan ramuan obat yang dapat menangkal ajal dan maut.

RANGGONG

Saya ingat ketika kita merambu jamu Dadar bayi yang telah menyebabkan kita bertiga kebal

ajal.

BOROK

Saya ingat ketika setelah itu kita serempak secara mendadak bergerak menggedor seluruh

toko, supermarket, kantor, pabrik di seluruh dunia.

Page 33: Ozone orkes madunvi

33 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Saya ingat pesta pora itu

BOROK

Saya ingat kemajuan demi kemajuan

RANGGONG

Sementara kita tidak pernah maju karena kita tidak pernah mati.

BOROK

Dan sekarang setelah kita mati, eh dia malah rewel. Bikin jengkel lagi.

(Dengan santai di kejauhan kelihatan Waska sedang menyalakan rokok dan menyedotnya

dalam-dalam. Sebelumnya dia minum sesuatu)

BOROK

Dia selalu bikin saya pusing. Dia selalu memaksa otak saya bekerja. Padahal saya paling

malas berpikir. Tapi dia selalu menggoda.

RANGGONG

Dan sekarang dengan kalem ia sedang menggoda kita dengan kebimbangan dan

kesangsiannya. Sudah jelas kita sudah koit tapi dia masih juga ngutak-ngatik-ngusik-ngusik

mengatakan kita masih hidup.

BOROK

Bisa gampang goyah kalau iman tipis menghadapi dia.

RANGGONG

Kita malah sekarang sedang goyah.

BOROK

Modar! Saya tidak boleh goyah! Saya harus tetap yakin bahwa saya sudah mati.

RANGGONG

Tapi dia dengan gayanya yang kayak celeng berotak jenius, lihat, ia betul-betul sedang

menggoyahkan iman kita.

BOROK

Jahat dia, Modar! Cara dia merokok begitu rupa seperti mengejek keyakinan kita.

RANGGONG

Celakanya lagi dia tiak hanya berpikir dengan otaknya tapi seluruh dirinya. Bahkan

rambutnya ikut berpikir karena seluruh dirinya memuat begitu banyak disket dengan berbagai

program yang tak terhitung jumlahnya.

BOROK

Bahkan gayanya. Gayanya ikut berpikir. ngeledek betul dia.

Page 34: Ozone orkes madunvi

34 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Mau tidak mau kita terpaksa harus mengejar mendekati dia. Bagaimana pun dia magnit

sementara kita Cuma sekrup-sekrupnya.

BOROK

Modar!

RANGGONG

Ayo kita dekati dia. Kita ngalah.

BOROK

Saya setuju kita dekati dia, tapi saya tidak mau ngalah. Kita harus mengalahkan dia. Iman

kita harus mengalahkan imannya. Pokoknya dia harus ngaku bahwa dia sudah mati. Kalau dia

nggak mau ngaku juga bahwa dia sudah mati, paling tidak, dia harus menyatakan bahwa kita

berdua sudah mati.

RANGGONG

Kita coba.

BOROK

Janji dulu.

RANGGONG

Janji

BOROK

Ikrar nih ya!?

RANGGONG

Ikrar.

BOROK

Ayo, tapi jangan lupa tebalkan dulu iman kita.

(Lalu mereka berjalan menuju tempat Waska tidak jauh dari pesawat. Helm dan tabung dan

lain-lain, mereka tidak sentuh. Lupa ngkali. Begitu sampai di sana baik Ranggong maupun

Borok tidak segera omong. Beberapa saat mereka Cuma diam saja. dan Waska tetap sayik

dengan rokoknya. Sesekali melintas meteor)

WASKA

Bagaimana?

(Ranggong dan Borok Cuma saling pandang)

WASKA

Sudah yakin sekarang?

BOROK

Sudah. Yakin sekali.

Page 35: Ozone orkes madunvi

35 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WASKA

Yakin apa?

BOROK

Yakin kita sudah mati.

RANGGONG

Ya Waska, maafkan kami berdua karena kami terpaksa harus memaksa mulut kamu supaya

menyatakan bahwa kita bertiga sudah mati.

BOROK

Kasarnya kamu harus ngaku bahwa kamu sudah mati. Terus terang saya tidak mau main

kasar dalam hal ini.

RANGGONG

Selama ini kita bersahabat. Hidup bersahabat, hendaknya mati juga kita tetap bersahabat.

(Waska tertawa)

BOROK

Jangan paksa saya main tangan, Waska. Ketika hidup saya memang tangan kanan kamu,

asisten kamu. Tapi sekarang status sedikit banyak berubah pada kita.

RANGGONG

Tolong waska, jangan mendorong Borok, pembantumu yang setia dan saya yang selalu loyal

ini terdorong untuk menghajar kamu.

(Makin hebat Waska ketawa. Tak sabar dan tak dapat menahan diri, maka Borok langsung

meninju Waska sampai lelaki tua itu terpental agak jauh. Naumn, Waska tidak jatuh. Ada

darah di mulutnya tapi dia tetap kukuh berdiri. Bahkan rokoknya masih di tangannya.

Dengan tenang dan tersenyum Waska menghapus darah itu. sementara Ranggong menahan

Borok )

RANGGONG

Tahan diri, Borok! Tahan diri! Atau kamu akan berhadapan dengan saya sendiri!

BOROK

Cara becanda dia kelewatan.

RANGGONG

Jangan lupa, bagaimana pun kita berdua tidak akan mampu berbuat banyak tanpa dia.

WASKA

Untuk pertama kali saya dipukul anak buah sendiri. pahit-pahit-manis.

RANGGONG

Maafkan Borok Waska

WASKA

Tentu saja saya harus memaafkan kalian, kalau tidak, pastilah saya pemimpin kampungan

yang bodoh. Apa kata saya tadi? Pahit-pahit-manis, bukan? Ya, menerima tamaparan dari

Page 36: Ozone orkes madunvi

36 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

anak sendiri itu pahit-pahit-manis. Pahit karena sakit tapi sekaligus manis karena bahagia

menyaksikan keberanian anaknya yang sedang tumbuh menjadi dirinya.

(Tiba-tiba Borok lari menghambur dan mendekap kaki Waska, sementara Ranggong ikut

mengejarnya karena kuatir)

BOROK

Maafkan saya, Waska. Kamu sendiri tahu tangan saya kadang suka dol.

WASKA

Sudah tentu saya memaafkan kamu. Saya bukan pemimpin bodoh yang tidak berpendidikan.

Kamu kira saya pemimpin yang sakit jiwa yang begitu gampang tersinggung dan selalu

punya hambatan psikologis dalam menghadapi tangan bawahannya?

RANGGONG Kami selalu kagum kepadamu, Waska.

WASKA

Kalian memang tangan kanan dan kiri saya.

(Lalu Borok bangkit, malu. Lalu menyerbu dalam pelukan Waska. Erat pelukan. Ranggong

juga menyerbu. Mereka bertiga erat berpelukan)

BERTIGA

Kita adalah tiga batang lilin dengan warna ungu yang dibakar rindu.

(Saling ketawa mereka, saling senyum mereka. Dan kembali mereka bersahabat)

WASKA

Sekarang yakinlah saya bahwa kita belum mati

BOROK

Tolong Waska, jangan mulai lagi.

RANGGONG

Kita bertiga sudah happy forever, Waska. Tolong dongeng kita jangan diubah endingnya.

WASKA

Tadi kalau kalian mengatakan kasihan melihat saya. Sekarang saya kasihan melihat kalian.

Ikuti saya.

(Lalu Waska membawa mereka ke tempat di mana helm-helm dan lainnya tergeletak dan

dalam-dalam Waska menyedot lagi rokoknya)

WASKA

Apa ini?

(Tanyanya sambil menyepak salah satu helm yang tergeletak)

WASKA

Tahu apa artinya ini?

Page 37: Ozone orkes madunvi

37 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Saya tidak mengerti. Apa maksud kamu?

BOROK

Sejak tadi kita tidak pakai helm dan kita tidak mengalami perubahan apapun. Bahkan kita

bisa berkomunikasi langsung, saling bicara, kita bersuara

BOROK

Modar!

RANGGONG

Tidak mungkin, Waska. Kita sudah mati sejak pertama kita menanggalkan helm.

BOROK

Dan pertama kali kita menginjakkan kaki di sini kita sama sekali tidak dapat berkomunikasi.

RANGGONG

Baru setelah kita mengenakan helm kita bisa saling mendengar suara kita.

WASKA

Buktinya sekarang kita bisa saling mendnegar suara kita tanpa bantuan gelombang radio

sama sekali. Kita juga bernapas dengan normal.

RANGGONG

Lalu ketika semula kita tidak bisa saling mendengar suara kita?

WASKA

Itu semua ilusi

BOROK

Modar!

WASKA

Lapisan udara di sini rupanya sudah ebrubah tanpa kita ketahui. Sekitar sini ternyata sudah

mulai dipenuhi udara sekalipun masih terasa agak pengap.

RANGGONG

Tidak mungkin Waska. Jangan bilang begitu, Waska.

BOROK

Jangan patahkan harapan saya Waska. Modar!

WASKA

Masih banyak bukti lain. Tapi bukti darah yang muncrat dari gusi saya karena ditinju Borok

cukup kuat untu menyadarkan kita akan kondisi kita sebenarnya.

RANGGONG

Jadi betul-betul kita belum mati?

Page 38: Ozone orkes madunvi

38 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BOROK

Modar!

WASKA

Apa boleh buat kita harus menerima kenyataan pahit ini. Kita memang masih hidup.

RANGGONG

Sial! Sial!

BOROK

Modar! Kok kita nggak mati-mati sih!

(Keduanya menangis. Menangis tua)

BOROK

Kita sudah capek!

RANGGONG

Kita sudah di atas kegilaan yang paling gila!

BOROK

Tahu begini, lebih baik saya kerja paksa di Siberia!

RANGGONG

Atau dipanggang di padang Sahara!

(Keduanya menangis sedih sekali, menangis tua. Waska sekuat tenaga menahan

keharuannya. Lalu fade in bunyi gelombang-gelombang radio. Dan fade in suara nyanyian

yang merdu itu. lalu fade in)

SUARA GAYAH

Waska!

(Waskapun segera bangkit mencari arah suara itu)

SUARA GAYAH

I Love you, Waska!

(Waska masih mencari arah suara itu. dan lalu suara nyanyian lagi)

RANGGONG

Satu-satunya harapan ada di bumi. Kita sebaiknya kembali ke sana!

BOROK

Buat apa? Di sana kita akan semakin tersiksa oleh kekosongan ini!

RANGGONG

Kita cari monyet tua itu. Albert Tambayong, petapa tua itu. wiku. Wiku. Empu yang arif itu.

dari dia dan istrinya kita mendapatkan formula obat penangkal ajal. Maka bukan mustahil

kita bisa mendapatkan dari ia formula lain yang mampu membunuh kita.

Page 39: Ozone orkes madunvi

39 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WASKA

Ya, sejak tadi saya juga sedang berpikir tentang petapa tua dan istrinya itu. saya curiga ini

semua ulah mereka.

BOROK

Modar! Kemana kita akan mencari mereka?

RANGGONG

Seperti dulu kita temui mereka. Di salah satu desa di puncak Himalaya

BOROK

Modar!

WASKA

Kita kembali ke bumi!

(Serentak semua lampu padam. Layar turun untuk istirahat)

Page 40: Ozone orkes madunvi

40 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BABAK DUA (Suatu padang pasir yang sangat amat kering dengan lengkung tajam lereng sebuah bukit

karang yang sangat amat tandus. Kelengangan seolah bertambah lantaran cahaya yang

sangat terang dan menyilaukan. Di sana-sini kelihatan beberapa batang pohon tua yang

hangus di samping puing yang berserak tanda sisa suatu peradaban yang telah punah. Tak

ada sama sekali tanda-tanda kehidupan kecuali pada satu dua bongkah tanah keras yang

ditumbuhi rumput jarang-jarang kering dan liar.

Itulah yang akan disaksikan penonton ketika babak ini dimulai. Dan biarkan beberapa saat

mereka meneliti pemandangan dari suatu alam serta kebudayaan yang telah hancur.

Fade in kedengaran pusingan angin putting beliung. Saat demi saat dengung angin itu

bertambah besar serta seram kita dibuatnya. Dan debu kering, pasir kering, kayu-kayu

kering serta sampah kering beterbangan begitu muncul angin dahsyat itu berpusing-pusing .

Cahaya pun segera menjadi keruh)

OS NINI

Wiku! Wiku!

(Terdengar lirih seru suara perempuan tua di sela-sela gemuruh desau angin. Tidak lama

kemudian terbang berlawanan arah dua ekor burung Condor dengan suara seraknya. Dari

suatu puncak yang tak jelas lantaran deru debu muncul Nini, petapa perempuan tua)

NINI

Wiku! Wiku! Albert! Albert! Amin! Amin! Wiku!

(Ia menuruni lereng sambil terus menyerukan nama suaminya. Tapi tidak ada sahutan sama

sekali. Burung pemakan bangkai tadi kini menjauh serta menyayupkan suaranya)

NINI

Wiku! Albert! Amin! Tambayong!

(Dekat puing juga ia tak mendapatkan sahutan. Juga ia tidak menemukan siapa-siapa ketika

memeriksa gundukan tanah keras)

NINI

Wiku!

(dan angin pun reda. Desinngnya menyayup ketika Nini berdiri setengah putus asa

digundukan tanah bercampur puing yang lain. Ia masih tetap berdiri sambil terus meneliti

sekitar lembah sementara cahaya yang panas menyilaukan kembali menggelarkan

kekosongan dan uap. Udara masih sedikit keruh)

NINI

Bandel! Bandel!

(katanya setengah menangis sambil duduk. Tubuhnya berselaput debu)

NINI

Lelaki tua yang bandel. Badung! Sudah saya bilang jangan pergi jauh-jauh. Jangan lama-

lama. Waktu tak menentu. Semua segala kacau balau sekarang. Kita harus hati-hati. dia

belum makan siang lagi. Pasti masuk angin dia.

Page 41: Ozone orkes madunvi

41 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

(menangis ia. Betul-betul menangis)

OS WIKU

Ni! Ni!

(Sayup samar terdengar suara tua memanggil-manggil nama itu. tapi Nini masih menangis

karena tak mendengarnya)

OS WIKU

Ni! Ni!

(Berhenti menangis Nini. Ia mulai mendengar panggilan itu. ia berdiri)

NINI

Wiku!

OS WIKU (masih lirih, sayup)

Ni!

(Diamatinya sekitar tapi Nini tetap tak tahu darimana asal suara kekasihnya)

NINI

Kamu di mana sayang?

OS WIKU

Di sini!

NINI

Di sini di mana?

OS WIKU

Coba dengarkan baik-baik.

(Lalu kedengaran bunyi batu yang dipukul-pukulkan pada sesuatu. Nini dengan kekuatan

pendengarannya yang masih penuh dalam ketuaannya, Nini tekun meneliti mencari sumber

bunyi yang makin jelas itu)

NINI (dengan volume yang tepat dan hati-hati)

Wiku

OS WIKU (Makin Jelas)

Saya di sini, sayang. Di bawah puing.

NINI

Puing yang sebelah mana?

OS WIKU

Tidak jauh dari tempat kita menemukan mayat Goldwater kemarin

NINI (ngeh sekarang)

Oh, Wiku

Page 42: Ozone orkes madunvi

42 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

(Segera Nini mengais-ngais pasir kering dan sampah yang menggunduk tidak jauh dari sisa

tembok tua yang hangus)

NINI

Nah, uni upahnya anak nakal. Kamu memang badung, untung saya datang tepat waktu. Kalau

tidak, bagaimana coba? Celaka kamu. Kamu tidak akan bisa makan. Mau makan apa?

(Perempuan tua yang hampir seperti batu itu betul-betul luar biasa. Walau tua namun tetap

perkasa. Dengan susah payah akhirnya berhasil juga Wiku yang juga purbani itu

dikeluarkan dari lubang yang bertimbun puing, sampah dan pasir karang)

WIKU

Segar. Segar.

(Serunya sambil senyum lebar. Kayak bangun tidur saja)

NINI

Segar?

WIKU

Ya, segar sekali

NINI

Mulai pikun kamu?

WIKU

I am not! Tuaku, tuamu, tua kita tua perkasa!

NINI

Kalau tidak pikun ya sakit jiwa

(Wiku menyanyi sambil membersihkan pakaian dan tubuhnya)

NINI

Betul-betul Schizoprenia!

(dengan gerundelan Nini ikut membantu suaminya membersihkan pakaian dan rambutnya.

Wiku terus saja menyanyi gembira)

NINI

Penyakit abad 20 jangan di bawa-bawa ke sini. Kacau lagi nanti. Itu kebudayaan jungkir

balik! Yang putih dibilang hitam, yang betul dibilang salah.

(Seperti sedang menghirup udara segar pagi hari, Wiku mengembangkan ke dua lengannya

lebar-lebar)

NINI

Nah, baret sedikit. Mudah-mudahan tidak infeksi.

(Katanya sambil mengobati luka itu dengan ludahnya)

Page 43: Ozone orkes madunvi

43 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WIKU

Kamu bilang apa tadi? Saya akan kelaparan kalau saya tidak bisa keluar dari lubang itu?

NINI

Ya. Mau makan tanah?

WIKU

Oho, oho, nee! Di sana saya menemukan sejenis akar yang lembut sekali dan….? Itu yang

lebih sensasional. Sejenis cacing yang juga sangat lembut.

NINI

Oh ya?

WIKU

Ya, Sayang.

(Lalu Nini menghamburkan diri ke dalam pelukans suaminya yang siap menerima dengan

cintanya yang tanpa batas)

NINI

Alhamdulillah.

WIKU

Dua tanda harapan di tengah kehancuran planet bumi yang malang ini.

NINI

Ini pasti berita yang menggembirakan hati Sandek muda.

WIKU

Seharusnya ini jadi headline besar di semua Koran di dunia.

NINI

Tapi dunia tidak lagi punya Koran.

WIKU

Semua kota hancur. Semua Negara hancur. Dunia sedang dalam kehancurannya. Bumi

hangus kering dan melepuh. Semua manusia, semua bangsa punah sudah.

(Nini segera menutup mulut suaminya dengan jemarinya yang berkeriput tapi lentik itu. dan

segera suasana tiba-tiba jadi berubah)

NINI

Tidak baik kita katakana lagi semua itu.

(Wiku menganggukan kepala)

NINI

Tidak perlu kita timbuni kesedihan ini dengan kata-kata sedih.

WIKU

Tapi tetap saja saya tidak bisa berhenti menyesal. Saya menyesal. Saya menyesal. Sedikit

banyak semua kehancuran ini disebabkan oleh saya.

Page 44: Ozone orkes madunvi

44 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

NINI

Kamu bilang apa dulu? Ketika ada orang-orang yang memaksa kita member formula Jamu

Dadar Bayi, ramuan penangkal ajal, dan kemudian saya menangis sedih sekali? Apa yang

kamu bilang dulu? Tugas semesat lebih berat dari kita.

(Wiku hanya terpatung oleh penyesalannya)

NINI

Ayolah, jangan beku hanya lantaran kesedihan. Jiwa manusia lebih keras daripada kamu,

kamus erring bilang kalau saya sedang murung” Senyum dong. Senyum”.

(Wiku masih terpaku. Tanpa diketahui mereka, di belakang mengintip Wanara yang sangat

berhaja setengah telanjang itu)

NINI

Tugas kita masih banyak. Mayat-mayat masih banyak yang mnunggu tangan kita untuk

menguburkan mereka.

(Wiku tersadar dan bangun dari kesedihannya)

NINI

Ternyata tidak sedikit mayat-mayat Asia sekalipun sebagian besar, mereka tidak terlibat

dalam perang yang fatal itu.

WIKU

Saya jadi ingat mayat kepala suku itu. begitu rupanya, hingga saya kagum akan

kegagahannya saya jadi lupa menguburkannya

NINI

Kalau begitu, ayolah kita kembali bekerja

WIKU

Moga-moga arwahnya sudi mmaafkan saya

NINI

Ayolah.

(Begitu mereka bergerak, Wanara lari sembunyi)

WIKU

Kamu ternyata lebih perkasa dari saya.

NINI

Dan kamu ternyata lebih perasa dari saya

(Dan begitu mereka meninggalkan tempay itu, muncul Wanara. Sebentar tengok ke kiri dan

kanan lalu berjalan ke tempat orang-orang tua tadi bicara. Hewankah ia? Bukan.

Manusiakah ia? Entah. Segera ia sembunyi ketika mendengar suara-suara orang datang)

OS BOROK

Modar!

OS RANGGONG

Tidak ada siapa-siapa?

Page 45: Ozone orkes madunvi

45 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

OS WASKA

Juga tidak ada tanda apa-apa sama sekali.

(Muncul Borok, Ranggong dan Waska. Jelas sekarang betapa mereka keadaannya. Paling

tidak sekarang mereka lebih nyata, rambut mereka yang panjang terjuntai dan jambang serta

kumis mereka. Menyaksikan puing dan padang serta lereng yang kerontang itu mereka

bertiga hanya ternganga saja. beberapa saat sama sekali mereka terbisu. Dan sesekali

nongol kepala Wanara dari tempatnya bersembunyi. Ia kuatir sekali akan tertangkap,

karenanya ia cari-cari kesempatan untuk sama sekali lari dari sana. Tapi belum ada

kesempatan itu)

BOROK

Modar!

RANGGONG

New York hancur seperti juga London dan Paris. Moskow dan new Delhi sama sekali tidak

ada bekasnya.

BOROK

Modar! Mayat di mana-mana!

RANGGONG

Kuburan di mana-mana. Tanpa tanda.

BOROK

Jangan-jangan kiamat sudah berlangsung tanpa kita tahu. Entah sedang dimana kedudukan

pesawat kita ketika semua kehancuran bumi itu terjadi.

RANGGONG

Apa yang kau pikirkan Waska?

WASKA

Saya sedang memikirkan pikiran sendiri

BOROK

Modar! Tak ada komunikasi. Tak ada gelombang radio. Tak ada sinyal, tak ada riak,. Modar!

RANGGONG

Tapi kita sempat menangkap percakapan yang tidak jelas dalam pesawat sebelum kita

mendarat. Kesan saya percakapan itu berasal dari pesawat-pesawat tempu

(Waska jongkok dan menjumput rumput kering)

WASKA

Semua musnah. Bukan saja bumi dan manusia musnah. Bukan saja kebudayaan dan

peradaban. Tapi saya takut hidup justru sedang punah.

BOROK

Saya pernah memimpikan meledakkan bumi ini. Tapi kalau ternyata akan seperti ini

kehancurannya saya menyesal pernah memimpikan itu.

Page 46: Ozone orkes madunvi

46 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Untuk pertama kali saya tiba-tiba rindu kepada ayah-ibu saya. Kasihan sekali mereka. Saya

selalu membuat mereka susah ketika masih bocah.

WASKA

Sekarang yang tinggal hanya hening.

(Sejak beberapa saat tadi langit yang menyilaukan diam-diam berubah warna. Dan kini

sekitar seperti sedang dibakar oleh warna kemerahan yang khas senja. Senja? Tak jelas

benar)

BOROK

Modar! Persetan dengan semua itu! kita kembali kesini bukan untuk piknik. Kita mencari

mati. Apa yang harus kita lakukan sekarang setelah tidak kita temukan petapa tua itu?

RANGGONG

Kita pasti akan menemukan gubugnya, kalau kita sudah sampai di danau cermin itu. tapi

danau keheningan itu sudah lenyap entah menjelma apa.

BOROK

Jadi kemana lagi kita akan cari monyet tua itu?

WASKA

Kita tunggu

BOROK

Kita tunggu? Modar!

WASKA

Ranggong bilang, Wiku dan istrinya tinggal tidak jauh dari sebuah danau yang sangat hening.

RANGGONG

Tapi danau itu sudah lenyap.

WASKA

Tapi keheningannya justru masih tinggal dan kini sekitar sini hanyalah keheningan. Siapa

tahu di sini dahulu danau itu berada. Jadi siapa tahu juga saat ini mereka ada di sekitar sini.

RANGGONG

Jadi kita tunggu di sini?

WASKA

Selama hidup kita tidak pernah menunggu. Kita selalu mengejar dan merebut. Ada baiknya

sekarang kita belajar menunggu.

BOROK

Modar! Hari juga hampir malam.

Page 47: Ozone orkes madunvi

47 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Dulu kala saat seperti ini namanya senja. Sekarang kita tidak tahu apakah sekarang senja

apakah fajar.

WASKA

Dulu sebelum dulu waktu tidak punya nama. Semua tidak punya nama.

(Kemudian Waska mengambil tempat yang enak untuk dia baring)

WASKA

Kalau lapar, kalian boleh makan dulu.

(Ranggong menyalakan rokok, sementara Borok berjalan ke arah suatu tempat yang agak

tinggi. Dan Wanara mencoba nongol tapi betul-betul ia terkepung. Akhirnya dia Cuma

lohok-lohok. Dan segera ia sembunyi lagi ketika Borok berpaling)

BOROK

Kalau ternyata dia tidak datang juga?

(Waska sudah terlelap tidur. Mendengkur)

BOROK

Ranggong, bagaimana kalau ternyata dia atau istrinya sama sekali tidak nongol? Kalau sama

sekali kita tidak temukan dia?

RANGGONG

Pokoknya kita masih punya harapan.

BOROK

Apa?

RANGGONG

pikiran

BOROK

Modar!

RANGGONG

Sekali-sekali ada baiknya kamu berpikir.

BOROK

Saya tidak pernah mau berpikir.

RANGGONG

Karena itu, berpikirlah sekarang. Pasti pikiranmu cemerlang. Otak yang jarang dipakai siapa

tahu dapat menghasilkan pikiran-pikiran brilyan.

BOROK

Modar!

(Langit bertambah terbakar tapi kelam sudah membayang)

RANGGONG

Perasaan, dulu dingin sekali sekitar sini

Page 48: Ozone orkes madunvi

48 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BOROK

Namanya Himalaya, tentu saja dingin. Dulu lebih daripada dingin. Kita hampir mati beku

ketika menemui orang pintar itu.

RANGGONG

Tapi sekarang gerahnya bukan main. Bahkan lebih panas dari padang pasir Afrika.

BOROK

Diam.

RANGGONG

Kenapa?

BOROK

Saya mulai berpikir

RANGGONG

Bagus.

BOROK

Ternyata enak juga berpikir. tahu enak begini dulu saya pakai ini otak. Dan kalau saya

sempat pakai otak, pasti kita tidak terperangkap hidup seperti ini.

RANGGONG

Ya, dulu Cuma waska yang berpikir. kita malas berpikir. jadinya Celaka kita. Sok raja dia.

Sok dewa dia.

BOROK

Tapi Waska memang hebat.

RANGGONG

Akan lebih hebat kalau kita bertiga sama-sama pakai otak. Dulu ketika dia menolak mati dan

memaksa kita mencari obat penangkal mati tidak seorang pun juga diantara kita yang

menguji pikiran dan rencananya. Padahal kalau kita pakai otak kita belum tentu kita terima

rencananya untuk hidup abadi.

BOROK

Terlalu emosional sih dulu kita.

RANGGONG

Karena itu, mulai sekarang pakailah otakmu, mubajir kalau dibiarkan. Selain itu mulai

sekarang kita akan kritis kepada apa saja yang direncanakannya. Biar dia bos, belum tentu

otaknya sempurna. Dulu juga kita hormati dia terutama karena fisiknya kuat dan cerdik dalam

siasat silat.

BOROK

Diam lagi!

Page 49: Ozone orkes madunvi

49 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

RANGGONG

Kenapa lagi?

BOROK

Pikiran saya mulai menghasilkan. Seru juga. Ini betul-betul hasil produksi perdana yang perlu

dirayakan.

RANGGONG

Jangan banyak kecap dulu. Coba jelaskan produknya.

BOROK (Mengeja sepertinya)

Bagaimana sekiranya atau kalau ternyata Wiku dan istrinya sudah lama mati?

RANGGONG

Ini betul-betul pikiran brilyan yang mengerikan. Untuk menjawab pertanyaan itu terpaksa

kita harus membangunkan Waska.

BOROK

Lho, kok pakai membangunkan Waska. Pakai otak kamu dulu dong.

RANGGONG

Tidak perlu. Pikiran kamu menakutkan.

(Buru-buru Ranggong membangunkan Waska yang sedang nikmat tidur)

RANGGONG

Waska. Waska.

(Tapi Waska belum mau bangun juga. Ia malah ganti posisi tidur)

RANGGONG

Waska. Waska.

BOROK

Jangan-jangan ia sudah mati. Kalau dia mati duluan saya gecek kepalanya. Tidak solider

namanya. Ayo terus bangunkan.

RANGGONG

Waska. Bangun. Waska. Gawat. Gawat.

(Akhirnya Waska bangun juga. Nikmat sekali dia. Segar sekali dia)

WASKA

Nikmat sekali.

BOROK

Pasti habis mimpi. Egois!

WASKA

Saya habis mimpi, indah sekali.

RANGGONG

Mimpi apa, Waska?

Page 50: Ozone orkes madunvi

50 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WASKA

Mimpi mati.

BOROK

Betulkan? Dia egois. Mimpi mati sendirian.

WASKA

Tidak sendirian. Saya mimpi mati bersama kalian juga.

BOROK

Itu baru namanya sosialisme.

RANGGONG

Ceritakan segera, Waska. Pasti semuanya indah dan nikmat sekali.

WASKA

Darimana saya sebaiknya mulai?

BOROK

Yang penting, bagian-bagian nikmat dari kematian.

WASKA

Dari awal sampai akhir hanya kenikmatan.

RANGGONG

Kalau begitu ceritakan dari awal sekali. Ceritakan bagaimana mula-mula kamu tahu akan

mati.

BOROK

Jangan lupa kamu ceritakan bagaimana rasanya ruh kamu dicabut. Apa seperti gigi dicabut

atau dihentak atau pelan!?

(Waska ketawa geli sendiri)

BOROK

Individualis. Ketawa sendiri.

WASKA

Tiba-tiba saya ingat bagian yang lucu.

RANGGONG

Sudahlah. Jangan bikin penasaran. Ceritakan saja segera selengkapnya.

WASKA

Kalau tahu mati itu nikmatnya sama dengan senggama dulu, belum tentu saya menolak ajal.

Sialan.

RANGGONG

Komentar sudah terlalu panjang, Waska. Tapi faktanya mana?

Page 51: Ozone orkes madunvi

51 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WASKA

Saya akan ceritakan. Duduklah dulu kalian.

(Kedua temannya segera duduk dekat Waska, seperti murid sekolah yang akan mendengar

gurunya bercerita)

WASKA

Saya terbaring tidur di ranjang berkelambu. Begitu saya merasa. Bayangkan dulu itu.

(Sebentar Waska diam)

WASKA

Sudah?

BOROK

Apanya?

WASKA

Membayangkan tidur dalam kelambu merah jambu.

RANGGONG

Tadi kelambunya kayaknya tidak pakai warna.

WASKA

Ya, bayangkan sekarang kelambunya warna merah.

(dengan mengambil napas panjang, kedua temannya mencoba membayangkan)

BOROK

Warna apa tadi?

RANGGONG

Aduh, bikin rusak konsentrasi saja. merah jambu!

BOROK

Lupa. Merah jambu. Yak! Saya siap sekarang. Merah jambu.

WASKA

Lalu saya mendengar suara seruling.

BOROK

Lagunya apa.

RANGGONG

Sudah. Yang penting seruling.

BOROK

Ok. Seruling.

WASKA

Lalu kelambu yang gemulai itu tersingkap dengan sendirinya. Kayak otomatis gitu. Dan

muncul wajah yang selalu saya rindukan, Gayah. Gayahku.

Page 52: Ozone orkes madunvi

52 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BOROK

Ngawur ah. Biasanya kan yang suka mencabut nyawa malaikat!?

RANGGONG

Yang mimpi siapa sih? Kan Waska!? Diam dong!

BOROK

Tapi mana mungkin kekasih pencabut nyawa. Kepercayaan agama mana itu?

WASKA

Mau aku teruskan nggak?

BOROK

Sorry.

RANGGONG

Maafkan dia, Waska. Otaknya memang suka dol.

WASKA

Dalam pakaian merah jambu, Gayah yang cantik semampai…

BOROK

Susah membayangkan Gayah semampai. Kan dia gembrot.

RANGGONG

Borok. Sekali lagi kau buka mulut. Saya colok mata kamu!

WASKA

Gayah lalu berbaring di samping saya yang siap memluk dia. Segera udara mengandung

aroma bunga mawar. Harumnya, dan saya pun segera mabuk oleh bau semerbak bunga itu.

saya hisap habis. Saya dekap Gayah. Wajah saya segera bersembunyi di bawah dagunya yang

bagai pauh dilayang. Lehernya yang jenjang semakinlama semakin memproduksi

wewangian. Saya hisap dalam-dalam.

BOROK

Ini mimpi mati apa mimpi porno?

RANGGONG

Ilustrasi kamu berlebihan dan kurang relevan dengan persoalan pokok kita, Waska. Kok mati

rasanya kayak orgasm.

WASKA

Memang. Kerinduan saya akan mati sama dengan kerinduan saya pada Gayah.

BOROK

Intronya panjang amat. Bagian nyawa dicabut masih jauh?

WASKA

Masih. Sebelum nyawa dicabut, saya masih sempat disuguhi wedang bajigur oleh Gayah.

Page 53: Ozone orkes madunvi

53 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BOROK

Kalau begitu, tidak perlu diteruskan. Jangan-jangan dengan lukisan mimpi kami kita malah

tidak jadi ingin mati.

RANGGONG

Sekarang jawab saya pertanyaan ini

BOROK

Pertanyaan ini gawat.

RANGGONG

Bagaimana kalau ternyata Wiku dan istrinya sudah mati?

(Bangkit Waska. Tubuhnya meregang. Matanya melotot, sehingga kedua anak buahnya

segera mengerutkan dahi)

RANGGONG

Kepada siapa kita boleh berharap akan mati?

BOROK

Bahkan jika tikus pakai mati, kok kita nggak.

RANGGONG

Semua orang sudah mati

BOROK

Jangan-jangan kita bukan orang. Saya jadi curiga, kita batu ngkali.

RANGGONG

Apa tidak sebaiknya kita terbang lagi menuju matahari?

WASKA (Marah)

Kita akan melakukan apa saja untuk menjadi tiada!

RANGGONG

Kalau perlu kita ikut perang bersama pesawat-pesawat yang gelombang radionya kita

tangkap itu. tidak peduli berpihak kepada siap. Pokoknya pesawat kita hancur dan kita bertiga

koit. Kita bertiga mati! (berbalik)

BOROK

Susah amat untuk mati. Dulu perasaan gampang. Ternyata tidak. Pasti ada yang sedang

memermainkan kita.

(berkata begitu, Borok sambil menangis seperti anak kecil. Tentu saja Waska jadi marah

sekali)

WASKA

Cuah!

(Kaget Wanara yang sembunyi sampai terpental. Ketahuan ia oleh orang-orang itu. dan

orang-orang itu juga kemudian kaget sebentar melihat mahluk yang tidak jelas itu)

Page 54: Ozone orkes madunvi

54 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WASKA

Heh, siapa kamu?

BOROK

Modar!

RANGGONG

Tangkap. Siapa tahu dia tahu di mana orang-orang itu.

WASKA

Heh, kamu siapa?

(Wanara Cuma celingak-celinguk mencari kesempatan lari)

RANGGONG

Mungkin pertanyaanya salah. Heh kamu apa?

(Wanara tetap tidak menjawab)

BOROK

Ini pasti soal bahasa. Cobakan bahasa lain. Jawa, Sunda atau Batak.

WASKA

Panjengan niki sinten?

(Wanara tetap tidak menjawab. Kelihatan makin gelisah)

BOROK (dalam bahasa sunda)

RANGGONG (dalam bahasa Padang)

BOROK (dalam bahasa Batak)

RANGGONG (dalam bahasa Ambon)

WASKA (dalam bahasa Madura)

kemudian mereka bertiga mendiskusikan soal bahasa dan memilih rumpun bahasa mana

yang mungkin bisa dicobakan untuk berkomunikasi dengan mahluk setengah telanjang itu.

saat itulah yang diambil Wanara untuk melarikan diri meninggalkan pentas. Segera Borok

mengumpat sementara Ranggong mengejarnya)

BOROK

Modar! (ikut mengejar)

WASKA

Jangan biarkan lepas. Siapa tahu dia yang membawa nasib kita.

(sebentar Waska Cuma melihat saja bagaimana kawan-kawannya mngejar mahluk itu)

WASKA

Bukan main licinnya. Seperti kebenaran.

(Lalu Waska meninggalkan pentas, sementara warna merah di langit seperti mata yang sakit

dan warna kelam semakin mengepung sekitar. Tidak lama kemudian kedengaran bunyi

tembakan yang selanjutnya gemanya dipantulkan kemana-mana. Di tengah gema itu

Page 55: Ozone orkes madunvi

55 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

kedengaran beberapa ekor anjing pemburu bersama derap beberapa ekor kuda. Lagi bunyi

tembakan)

OS WIKU

Biadab! Biadab!

OS NINI

Wiku! Wiku, sayang.

(Berang sangat Wiku tua itu muncul di sana diikuti Nini yang mengejarnya dari belakang)

WIKU (berteriak ke sekitar)

Hentikan! Biadab! Hentikan pembunuhan itu!

NINI

Jangan terlalu keras berteriak, nanti tenggorokanmu sakit lagi.

WIKU

Naluri membunuh itu yang harus dibunuh. Betul-betul melekat erat kebiadaban sepanjang

sejarah kita. Dan di tengah kehancuran seperti ini, di tengah puing kebudayaan serta

peradaban ini, di tengah bangkai-mayat manusia yang hangus akibat peperangan yang habis-

habisan ini, di tengah kepunahan ini semua., di tengah pencaharian harapan ini, orang-orang

biadab masih juga asyik memburu. Dengan segala atribut, pakaian kebesaran dan senapannya

mereka berpesta pora meluapkan nafsu kebiadaban dan kebinatangan.

(berteriak lagi)

Mampus kalian oleh senjata kalian sendiri! Biadab!

NINI

Sayang. Kuasai dirimu, sayang. Tugas kita masih banyak sekali yang memerlukan tenaga.

WIKU

Justru karena tugas kita yang sekarang kita harus lebih lantang menyerukan mereka supaya

melepaskan naluri kebinatangan mereka.

(Lagi bunyi tembakan dengan gemanya. Walau kali ini agak jauh)

WIKU (semakin histeris)

Berhenti! Berhenti! Binatang semua! Hentikan itu! hentikan kepongahan itu! hentikan

kebodohan itu!

(Nini tidak tahu lagi mesti berbuat apa ketika suaminya makin histeris. Baru ketika Wiku

menutup kedua telinganya ia mendekapnya erat-erat)

WIKU (sambil menutup telinganya)

Hentikan! Hentikan! Setan! Hentikan!

NINI

Sayang, kasihani jantungmu. Kasihani napasmu.

WIKU

Saya paling benci bunyi itu. saya paling tersiksa oleh bunyi itu.

Page 56: Ozone orkes madunvi

56 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

NINI

Tapi bunyi itu sama sekali tidak ada.

WIKU

Saya mendengarnya.

NINI

Tidak ada. Tidak ada, sayang. Percayalah.

WIKU

Tapi saya selalu mendengar bunyi yang berisi terror dan horror itu.

NINI

Itu semua hayalan kamu. Kasihan betul kamu. Sebenarnya kamu hanya karena merasa ikut

bersalah lalu dikejar-kejar oleh bunyi yang tidak ada itu.

OS BOROK

Kalian menembak?

(tentu saja terkejut pasangan petapa tua itu (yang bagaikan zombie-zombi) mendengar suara

itu. muncul Borok)

BOROK

Kalian yang menembak tadi?

(belum lagi pertanyaan sempat dijawab, muncul Ranggong yang terengah-engah)

RANGGONG

Merka yang menembak tadi?

BOROK

Mereka tidak mau bilang.

RANGGONG

Coba kita Tanya baik-baik

BOROK

Jangan-jangan masalah bahasa lagi. Modar!

(Sekonyong menyergap bunyi gemuruh pesawat pmbom lama (B29))

BOROK

Modar!

WIKU

Biadab!

(Lalu kini pesawat penyergap jet sejenif F-16. Lalu pesawat-pesawat lain yang lebih

canggih)

WIKU

Mereka tidak mau juga menghentikan kebiadaban itu! betul-betul binatang mereka!

(Borok dan Ranggong saling berpandangan)

Page 57: Ozone orkes madunvi

57 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

NINI

Tidak cukup kemampuan kita, sayang. Tidak cukup.

WIKU

Tidak! Kita harus berhasil. Kali ini harus berhasil setelah kegagalan yang memalukan ini.

NINI

Sayang.

(lalu gemuruh pertempuran yang menggunakan senjata-senjata konvensional)

BOROK

Modar! Saya mulai gila barangkali.

RANGGONG

Jangan. Jangan gila. Pakai lagi otakmu. Lumayan.

(Sementara Wiku menutup kedua telinganya lagi dan istrinya mencoba menenangkannya

sambil mendekapnya erat-erat. Aneh. Di tengah gemuruh pertempuran itu kadang

kedengaran bunyi terompet tanduk)

BOROK

Bisingnya bukan main! Modar!

RANGGONG

Semua zaman berbunyi bersama!

(bunyi gemuruh tadi fade out lalu fade in bunyi pesawat-pesawat dan senjata-senjata yang

paling canggih. Semuanya kebisingan sekarang. Semuanya menutup telinga masing-masing.

lama mereka menutup telinga sampai setelah bunyi itu hilang. Sama sekali)

WIKU

Saya berusaha melupakannya.

NINI

Lupakan! Lupakan. Buang jauh-jauh kenangan buruk itu.

WIKU

Tidak ada yang bisa dibuang! Semuanya disimpan oleh alam. Semua zaman yang kita alami

berserakan sekeliling jagat seperti sampah yang membusuk dari waktu ke waktu.

NINI

Seperti sampah lainnya, kamu bisa jadikan sampah-sampah itu rabuk yang akan

menyuburkan hidup.

WIKU

Saya berusaha dan selalu berusaha melupakan semua itu, tapi dosa ini selalu memainkan lagi

semuanya. Terkutuk saya!

NINI

Sayang. Jangan mulai begitu lagi. Bukan kamu yang bersalah.

WIKU

Page 58: Ozone orkes madunvi

58 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

Bukan saya, tapi setidaknya saya ikut dalam menciptakan malapetaka itu.

NINI

Sudahlah.

(lalu lewat dua ekor burung Kondor dari arah yang berlawanan dengan suara yang serak.

Dan malam betul-betul kelam)

WIKU

Berapa mayat lagi yang belum kita kuburkan?

NINI

Jangan hitung. Yang pasti sebagian besar yang masih sisa orang-orang kulit putih. Juga masih

ada sebagian mayat orang-orang Asia yang tidak jelas kebangsaannya.

BOROK

Modar! Mayat. Indah sekali.

RANGGONG

Betapa bahagia mereka.

(Sadar Wiku)

WIKU

He, siapa kalian?

NINI

Ya, siapa kalian?

BOROK

Modar! Kalian sendiri siapa?

RANGGONG

Ya, kalian siapa?

OS WASKA (meludah)

Cuah!

(Nampak kecapekan ketika Waska muncul. Napasnya turun naik)

WASKA

Cuah! Lebih dari belut. Selalu luput. Persis kebenaran. Dan ketika malam turun gelap segera

menyembunyikan mahluk aneh yang penuh rahasia itu. cuah!

(Ranggong dan Borok mendengarkan, sementara Wiku mengamati curiga. Adapun Nini

kelihatan cemas sekali)

WASKA

Kadang ia lari dengan lincahnya seperti seekor kijang. Dan saya berusaha terus menerus

mengejarnya seperti laksamana. Dan sebelum gaib ia seperti menjelma kencana yang

bercahaya. Lalu turun malam menutup pandangan. Cuah!

Page 59: Ozone orkes madunvi

59 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WIKU

Hati-hati Ni, dia lelaki yang kelebihan sperma.

(semua ketawa)

WIKU

Oya. Kalau begitu monyet-monyet ini pasti

BOROK

Borok

WIKU

Dan

RANGGONG

Ranggong

BOROK

Modar!

RANGGONG

Harapan!

BOROK

Terimalah sungkem saya mbah

RANGGONG

Saya juga, eyang.

WIKU

Ya, saya terima. Perhitungan yang lain belakangan. Dengan Waska saya juga ada

perhitungan. Tapi sebelum berantem, sebaiknya kita ramah tamah dulu. Bagaimana pun kita

masih manusia. Kalian masih manusia, kan?

BOROK

Modar!

RANGGONG

Masih, kek.

WIKU

Syukur kalian masih merasa. Mudah-mudahan bukan ujud kalian saja yang manusia. Jangan-

jangn kalian siluman seperti umumnya orang.

RANGGONG

Tampang kami memang tampang petinju, mbah.

BOROK

Tapi jiwa kami ustadz.

RANGGONG

Page 60: Ozone orkes madunvi

60 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

Banyak yang sebaliknya, mbah.

(ketawa mereka)

NINI

Ketawanya jangan kepanjangan, nanti bisa kejang. Kalau rahang yang kejang masih tidak

apa, tapi kalau mental yang kejang bisa fatal.

(ketawa lagi mereka)

BOROK (ketawa)

Sampai pengin kencing.

(ngeloyor pergi Borok sementara yang lain-lain semakin ramai ketawa)

WIKU

Kalau Waska selalu kejang, tapi anunya. Makanya hidupnya selalu belepotan! (ketawa)

WASKA

Kalau Wiku semuanya kejang kecuali otaknya. Jadinya kayak robot (ketawa)

WIKU

Kalau Waska ketawa ada maunya (ketawa)

WASKA

Kalau Wiku ketawa sebenarnya sedang sedih. (ketawa)

(Sejak itu semua ketawa tak habis-habis)

RANGGONG

Aduh. Saya juga pengin kencing.

(Ketawa lagi mereka, sementara Ranggong lari. Dan ketawa mereka habis-habisan sampai

mereka kehabisan tenaga. Beberapa saat, mereka tak saling bicara. Dan diam-diam, masing-

masing mulai menghadirkan dirinya yang asli. Wiku mulai merasakan amarahnya menjalari

pembuluh darahnya menghadapi Waska yang baginya salah seorang yang tlah secara

langsung menyebabkan kehancuran yang sedang berlangsung. Sebaliknya, Waska

beranggapan Wikulah biang sema kehancuran ini karena eksperimen-eksperimennya dalam

bidang ilmu murni)

WIKU

Apa yang kita ketawakan baru saja?

(tanyanya dengan suara rendah. Nini mulai cemas)

WASKA

Diri kita sendiri.

WIKU

Ya. Di seberang ketawa panjang tadi adalah kehampaan dan keputus asaan sementara di

sebaliknya adalah kebodohan. Manusia-manusia macam apa yang tega ketawa begitu rupa di

tengah kehancuran mereka sendiri? manusia-manusia yang sedang putus asa. Manusia-

manusia yang bodoh. Hanya ada dua cara yang dimiliki manusia macam ini, yaitu ketawa dan

meratap. Pun. Habis. Itu saja. yang lain tidak punya. Tidak ada analisa. Apalagi nuansa.

Itulah kamu!

Page 61: Ozone orkes madunvi

61 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WASKA

Sudah lama saya tidak pernah ketawa lagi.

WIKU

Kasus kamu memang spesifik. Kamu jarang ketawa karena jiwa kamu kejang, kram. Betul

mulut kamu tidak ketawa, tapi otak kamu terus terbahak-bahak dan apa hasilnya? Inilah.

Inilah.

(katanya sambil menunjuk sekitar yang kerontang hangus itu)

WIKU

Lihat Waska. Saksikan sendiri. amati baik-baik semua ini. Saya yakin kamu sudah

mengetahui semua ini.

WASKA

Saya sudah melihat bumi yang bagai kudisan ini di layar monitor pesawat saya, jauh sebelum

mendarat.

WIKU

Ya, pasti. Dan kamu masih asyik dengan diri sendiri sekarang. Kamu tidak peduli sama sekali

akan akibat yang telah kamu perbuat. Kamu tidak peduli bumi ini keropos. Yang kamu

pedulikan hanyalah harga diri kamu sendiri. yang kamu cari hanyalah kepuasan diri kamu

sendiri. kamu perlakukan semuanya hanya sebagai barang mainan. Kamu terus menciptakan

mainan demi mainan. Dan sekarang setelah mainan kamu yang bernama bumi hancur lalu

kamu berkelana mencari mainan baru. Betul-betul idiot kamu!

WASKA

Cuah!

WIKU

Cuah!

NINI

Wiku, sebaiknya kita kembali ke pondok kita untuk makan dulu. Setelah itu boleh kalian

lanjutkan diskusi.

WASKA

Cuah!

WIKU

Ludah kamu memang terlalu banyak karena seluruh dirimu berlumur liur. Padahal

sebenarnya yang patut kamu ludahi adalah wajah kamu sendiri.

NINI

Wiku.

WASKA

Saya diserang!

WIKU

Page 62: Ozone orkes madunvi

62 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

Begitu selalu kamu. Diserang! Diserang! Hidup bagi kamu hanya perang. Alam dan orang

lain kamu anggap musuh. Tentu saja kamu hidup kayak cacing kepanasan.

WASKA

Cuah! Rupanya kamu sedang marah!? Dan bukan hanya marah, tapi hysteria!

WIKU

Bukan marah, Berang!

WASKA

Dan kamu sedang menuduh saya.

WIKU

Bukan menuduh. Menuntut!

WASKA

Bukan menuntut. Melawan!

WIKU

Ya, saya sedang melawan dan menantang kamu, Jenderal! Belum pernah selama hidup saya

berpikir tentang membunuh, kecuali saat ini.

WASKA

Selama hidup saya selalu diliputi rasa dendam, tapi belum pernah saya berdendam seperti

sekarang ini. Saya sengaja datang untuk membekuk dan mengadili kamu, empu! Kamu tidak

akan bisa mengelak dari tanggung jawab kamu atas eksperimen-eksperimen kamu! Jangan

pengecut!

WIKU

Kamu yang sebenarnya pengecut! Kamu yang sebetulnya mau cuci tangan melepas tanggung

jawab! Kamu kira kamu bisa membersihkan sejarah kamu yang kotor berlumur darah itu?

pencuri! Perampok! Pembunuh!

WASKA

Saya memang pembunuh tapi kamu otaknya!

WIKU

Tidak benar itu! fitnah! Otak saya tidak pernah berpikir tentang pembunuhan. Otak saya

hanya berbakti pada ilmu karena semata hanya ingin tahu, ingin menyibak tabir rahasia

Tuhan. Otak saya selalu saya karyakan untuk kemajuan manusia. Tapi sebaliknya, otak kamu

hanya mengabdi kepada dendam dan pengrusakan dibalik dalih keamanan dan kesejahteraan!

(Waska pun meraung. Kilat menyambar! Dan petir!)

WASKA

Gustav!

OS GUSTAV

Saya di sini, Waska. Di bawah jembatan!

WASKA

Page 63: Ozone orkes madunvi

63 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

Debleng!

OS DEBLENG

Di sini, Waska. Di balik tong sampah!

WASKA

Borok!

OS BOROK

Gua dikuburan cina, Waska!

WASKA

Ranggong!

OS RANGGONG

Ranggong di sini, Waska. Di becak nomor tiga belas!

WASKA

Japar!

OS JAPAR

Aku dalam bus kota, Waska!

(Sekali lagi kilat menyambar. Dan petir. Sementara perdebatan itu berlangsung, Nini bekerja

dengan skopnya membuat liang lahat. Sesekali menyela diskusi dengan beberapa patah

kalimat yang akan ditambahkan kemudian)

WIKU

Tidak mungkin menolong orang dengan mencelakakan orang lain. Tidak mungkin

membangun kebudayaan dengan alasan dendam dan kebencian. Logika apa itu? atas nama

kemelaratan kamu melakukan perampokan dan mengumumkannya sebagai perang suci!

WASKA

Saya menggerakkan perampokan karena sebelumnya mereka juga melakukan hal yang sama!

Saya merampok karena mereka juga perampok!

WIKU

Itulah kebudayaan yang kamu bangun! Merampok!

WASKA

Memang! Hidup memang rampok merampok! Sebelumnya orang tidak menyadari dan

sejarah lain selalu dipalsukan. Sebelumnya orang dididik untuk menerima kemelaratan

sebagai sesuatu kewajaran, yang alamiah dan takdir! Tapi setelah skandal itu terbuka, setelah

tahu begitu panjang sejarah perampokan dibiarkan dan digelapkan, setelah otak saya bekerja,

saya tak membiarkan perampokan itu terus berlangsung.

WIKU

Dan selanjutnya kamu menggantikan mereka melakukan perampokan?

WASKA

Ya! Saya rampok perampok!

Page 64: Ozone orkes madunvi

64 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WIKU

Dan sejarah menurut kamu seperti itu? merampok dan dirampok?

WASKA

Ya!

WIKU

Dan kamu tidak percaya sejarah semacam itu akan berubah!?

WASKA

Tidak! Perampokan akan terus berlangsung! Atau saya atau mereka!

WIKU

Ada yang akan merubahnya, Nih! (menunjuk kepalanya sendiri) Otak ini akan merubahnya.

Ilmu akan merubahnya. Ilmu akan bekerja untuk membebaskan hidup dari siklus gila itu.

WASKA

Utopis! Mimpi!

WIKU

Tepat sekali!. Otak dan ilmu memang selalu wilayah mimpi dan utopia karenanya ia tidak

pernah mengalami putus asa!

WASKA

Omong kosong macam apa kamu dengan sombong ingin memberontak kepada kepastian

sejarah?

WIKU

O, diam-diam rupanya kamu juga termasuk yang percaya pada nasib atau takdir. Saya juga.

Tapi lebih dari percaya, saya bekerja bersama otak dan ilmu untuk menjelajahinya,

mengenalinya dan memngaruhinya. Sebaliknya kami fatalis yang sebenarnya cengeng yang

tak punya daya. Karena kamu tidak pernah memakai otak. Karena kamu tidak pernah

berpikir. karena slama ini kamu hanya robot-robot nasib, dendam dan kebencian.

NINI

Kalau belum juga kalian mau menghentikan pertikaian ini, segera saya akan terpaksa turun ke

gelanggang.

WIKU

Kebudayaan seharusnya dibangun di atas keyakinan akan harapan dan cinta. Tidak

sebaliknya seperti yang kalian lakukan.

WASKA

Betul-betul kelebihan otak kamu, sehingga otak orang lain begitu lihay kamu otak-atik.

Untung otak saya masih tetap ditempatnya sehingga masih mampu memilah gelombang

pikiranmu yang selalu semrawut. Kamu ini sebnarnya tukang sulap yang sangat berbahaya.

Karena yang kamu sulap adalah hidup! Kamu juga idiot yang tidak diketahui sejarah! Otak

kamu juga cacingan! Berbahaya! Otak siapa kamu kira yang meracuni otak banyak orang di

Page 65: Ozone orkes madunvi

65 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

dunia? Otak kamu! Pembunuhan demi pembunuhan, peperangan demi peperangan, revolusi

demi revolusi terjadi karena banyak otak yang cacingan! Ketularan otak kamu!

Saya adalah tangan. Kamu adalah otak. Kalau memang kita berdua harus menanggung

hukuman atas malapetaka ini seharusnya saya mendapatkan yang ringan. Ternyata tidak!

Saya harus menanggung dosa lebih berat daripada kamu, sementara kamu tak habis-habisnya

membersihkan nama kamu dalam sejarah!

NINI

Ini peringatan terakhir. Kalau dalam lima menit kalian tidak berhenti bicara saya akan

menembakkan kata-kata saya. Saya jamin kalian akan segera bertumbangan dalam sekejap.

WASKA

Nah, masih punya kamu kata-kata sisa untuk membuat sulapan lagi? Masih kamu akan

berusaha menutupi dosa kamu? Masih kamu mau mengelak tanggung jawab?

WIKU

Saya tidak pernah main sulap! Saya tidak pernah menutupi dosa dan sebaliknya kerja saya

justru menyingkap dosa. Dan saya juga tidak pernah mengelak dari tanggung jawab. Tapi

kamu juga jangan pernah lari dari tanggung jawab kamu, tuan Presiden!

WASKA

Saya bukan pengecut. Saya akan tetap di tempat saya, sekalipun langit akan menerkam saya.

Tapi sebelum itu, jawab, siapa yang bertanggung jawab terhadap nasib saya/ siapa yang

bertanggung jawab atas penderitaan saya karena saya tidak pernah mati? Otak siapa yang

telah mengotak-atik sehingga punya formula penangkal ajal?

NINI

Formula jamu itu saya punya. Namanya Jamu Dadar Bayi yang manjur untuk memerpanjang

umur. Apa kamu masih memerlukan lagi?

BOROK

Modar! Modar!

(muncul Borok dalam keadaan pucat pasi dan sangat kebingungan sambil memegang bagian

kemaluannya)

BOROK

Jangan diskusi dulu. Ini mendesak.

(napasnya turun naik. Dan ia tidak bisa lancara bicara karena ada sesuatu yang berat ingin

disampaikan)

NINI

Kenapa? Kencing kok sampai satu jam!?

BOROK

Ini lebih gawat dari kiamat. Tapi….

NINI

Tampang rampok kok penakut. Pasti kamu baru lihat bukit yang ternyata tumpukan manusia

mati, kan? Tidak usah takut. Besok juga bukit mayat itu akan rata. Kami berdua pasti akan

Page 66: Ozone orkes madunvi

66 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

menguburkan semuanya baik-baik. Bagaimana pun mayat-mayat itu masih manusia. Kita

tidak boleh menlantarkannya, sekalipun sudah menjadi mayat. Manusia adalah sejarah itu

sendiri. dan sedikit banyak kematian mereka, langsung tidak langsung kita semua ikut

memertanggung jawabkannya.

BOROK

Itu belum terlalu gawat. Ada mayat kecil yang paling gawat.

NINI

Mayat kecil itu mayat bayi. Itu memang tanggung jawab dan dosa kamu. Karena kamu telah

merampok jatah hidup mereka.

WASKA

Cuah! Bicara yang jelas! Borok! Ada apa!?

BOROK

Bukan. Bukan mayat bayi. Maksud saya, diri saya yang kecil.

WASKA

Yang jelas!

WIKU

O, kamu mau bicara soal kosmos besar dan kosmos kecil.

BOROK

Aduh, saya masih pengin kencing.

WASKA

Apa susahnya kencing?

BOROK

Sudah satu jam saya mencoba kencing, tapi tidak bisa. Aduh. Habis tenaga saya. Sakitnya

bukan main.

WASKA

Cuah! Apa perlu orang lain membuka celana kamu? Bikin malu!

BOROK

Ya, saya malu. Soalnya kosmos kecil saya hilang. Maksud saya titit saya hilang.

(Semua ternganga)

NINI

Ini pasti karena ada yang salah ketika minum jamu dulu

BOROK

Aduh. Sakitnya bukan main. Ini pasti namanya siksa neraka. Matinya belum tapi siksanya

duluan. Aduh….

WASKA

Ranggong mana?

Page 67: Ozone orkes madunvi

67 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BOROK

Boro-boro saya sempat memperhatikan dia.

WASKA

Soalnya dia juga pergi tidak berapa lama setelah kamu pergi. katanya juga mau kencing.

BOROK

Jangan-jangan hilang juga punya dia.

NINI

Belum tentu. Itu semua tergantung dari banyak faktor.

BOROK

Modar! Aduh!

(Pergi lagi Borok, tapi…)

WASKA

He, mau kemana lagi kamu?

BOROK

Saya akan coba cari lagi. Siapa tahu jatuh di jalan tadi.

(lalu dia pergi lagi)

WASKA

Nah, tanggung jawab siapa titit yang hilang itu? tanggung jawab siapa ajal yang tidak datang-

datang?

WIKU

Yang pasti bukan tanggung jawab saya. Jamu itu bukan formula saya.

NINI

Memang bukan formula kamu, Wiku. Tapi saya sampai pada formula itu setelah memelajari

beberapa penemuan-penemuan kamu.

WIKU

O ya? Yang mana?

NINI

Yang kemudian kamu serahkan kepada Sandek tua.

(Wiku terpaku)

WASKA

Jadi tanggung jawab siapa?

NINI

Tanggung jawab kamu!

Page 68: Ozone orkes madunvi

68 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WASKA

Lho? Saya? Kok saya? Ringan betul cara Anda ngomong!?

NINI

Kamu yang bertanggung jawab karena kamu yang menggunakan formula itu. selain itu cara

kamu mendapatkan formula itu juga dengan cara yang tidak syah. Kamu mencuri.

WASKA

Mencuri? Tidak mungkin. Ranggong dan Borok mengatakan bahwa kalian memberikannya

sendiri formula itu secara sukarela.

NINI

Itu versi kalian dan pengarang sandiwara ini. Tapi menurut versi saya, formula itu kalian

curi!

WIKU

Benarkan? Kamu memang pencuri. Saya berani katakana juga yang mencuri catatan harian

saya jilid 29, jilid yang justru paling berbahaya kalau dibaca orang yang tidak paham betul

akan teori dasar yang saya kembangkan.

Ngaku! Saya bisa pastikan karena kamu meninggalkan banyak ludah di perpustakaan saya.

Hampir saya kepeleset oleh ludah kamu. Saya kenal betul jenis serta warna ludah kamu.

WASKA

Boleh jadi iya. Saya sudah lupa apa dulu saya atau orang lain yang mencuri. Tapi yang pasti

saya tidak mungkin mencuri kalau kamu tidak punya apa yang saya curi.

WIKU

Omongan apa ini? Jadi, kamu mencuri karena saya punya sesuatu yang akan kamu curi? Jadi,

saya yang salah?

WASKA

Saya tidak menyimpulkan. Saya Cuma mengatakan begitu.

NINI

Sejak kalian mulai berdebat saya sudah menduga kalian berdua sebenarnya anak-anak kecil.

Semakin kencang berdebat semakin membuktikan bahwa kalian memang anak-anak kecil

atau idiot-idiot. Puih, dunia laki-laki memang dunia idiot! Kebudayaan kalian, kebudayaan

laki-laki! Sekarang sudah waktunya saya turun ke gelanggang merebut kembali posisi yang

telah kalian rampas puluhan abad yang lalu.

(tiba-tiba sebuah pencakar langit yang hilang pucuknya tumbang begitu saja diikuti oleh

pencakar-pencakar langit dan gedung yang lain. Gemuruhnya bukan main. Serupa gempa.

Tapi semuanya hanya sekejap. Dan semuanya meninggalkan kepulan debu di mana-mana)

NINI

Lihat! Sebuah kota dengan seperangkat pencakar langitnya rontok dalam sekejap. Itulah

perlambang keperkasaan kebudayaan dan peradaban laki-laki. Sombong namun kosong.

Perkasa namun cepat binasa.

WASKA

Cuah!

Page 69: Ozone orkes madunvi

69 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

(Wiku cemberut sambil memegang-megang daun telinganya sendiri)

NINI

Perempuan adalah Ibu kebudayaan, sungguh-sungguh Ibu, sungguh-sungguh empu.

Perempuan yang melahirkan rumah, peladangan, peternakan, pertanian, perkebunan dan

industry. Bahkan perempuan adalah manajer pertama, guru pertama yang memiliki ide

konservasi. Perempuan adalh lambing konstruksi, lambing pembangunan. Sementara laki-laki

lambing destruksi. Dan last but not least, perempuan yang melahirkan serta melanjutkan

hidup. Semua itu dikaryakan perempuan dengan dasar naluri wajar, yaitu cinta dan kasih

sayang dan bukan dengan dasar nafsu, yaitu dendam, kebencian dan persaingan seperti pada

laki-laki. Jangan sedih Wiku.

WIKU

Saya tidak sedih. Saya terharu.

WASKA

Cuah!

WIKU

Saya terharu karena kamu telah mengungkapkan apa-apa yang sebenarnya sudah lama juga

saya pikirkan. Saya jadi semakin menyesal akan kesalahan-kesalahan saya. Terkutuk saya!

NINI

Wiku, sayang.

WIKU

Kenapa Tuhan tidak melahirkan saya sebagai perempuan? Oh, nasi sudah menjadi bubur.

Tapi tetap saya menyesal. Dan saya marah pada diri sendiri. terkutuk saya. Picisan saya!

Korup saya!

(Wiku terus memukul-mukul kepalanya sendiri. sementara itu Waska mondar-mandir gelisah)

NINI

Betulkan? Ini buktinya bahwa laki-laki anak kecil. Sepanjang hidupnya ia memerlukan

seorang Ibu, seorang perempuan.

WIKU

Ondel-ondel berotak saya!

NINI

Sayang, kenapa? Ada apa?

(seperti kepada anak kecil)

WIKU

Saya menyesal. Menyesal.

NINI

Bagus. Itu permulaan dari tahu diri. Artinya sejak sekarang kamu akan lebih berhadil

membina kebudayaan baru.

Page 70: Ozone orkes madunvi

70 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WIKU

Tapi sesal ini tak habis-habis.

NINI

Itu buruk. Sesal tak habis-habis ama dengan makan tak habis-habis. Itu rakus. Dan rakus itu

berbahaya.

WIKU

Tolong Ni, peluk saya.

NINI

Sayang….

(Nini dengan sayang memeluknya dan Wiku segera merasa tentram)

NINI

Nah, siapa sekarang yang berani mengatakan bahwa laki-laki lebih kuat?

WASKA

Cuah!

NINI

Jangan salah paham. Saya sama sekali tidak sedang bicara soal hak karena saya tidak suka

politik. Saya sedang membuktikan harmoni karena saya berbakti pada hidup dan peradaban.

WASKA

Ngomong memang gampang! Tapi siapa akan memeluk saya? Coba piker, siapa?

(meregang peluk, Wiku dan Nini mulai berpikir)

Saya bahkan tak pernah mengizinkan diri saya menangis karena saya sadar, tangis saya tak

akan dipahami siapa-siapa. Tak pernah ada yang memeluk saya.

NINI

Saya dengar.

WIKU

Ya, mana itu pasangan kumpul kebo kamu? Gayah, mana?

(Waska sedih amat dalam sekali)

WIKU

Jadi….

NINI

Gayah sudah mendahului kamu?

(Waska dengan sedih menganggukan kepala)

NINI

Bersyukurlah.

WASKA

Tapi saya bagaimana?

Page 71: Ozone orkes madunvi

71 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

NINI

Bagaimana bagaimana?

WASKA

Ending lakon saya. Nasib saya. Saya sebetulnya tidak peduli apa saja. tidak peduli.

Perdebatan tadi juga tidak ada artinya buat saya. Perdebatan kosong.

NINI

Bukan saja kosong. Kuno! Ketinggalan zaman!

WIKU

Tapi rasa dosa ini tak pernah bisa lepas.

NINI

Karena dosa kalian menyangkut zaman.

WASKA

Satu-satunya yang saya perlukan hanyalah mati.

(Wiku memandang Nini. Begitu sebaliknya)

WASKA

Mencoba bunuh diri sudah. Mencoba membunuh sudah. Tapi kami bertiga tidak juga mati.

Kemudian kami arungi galaxy, kami kaparkan diri kami di bulan. Tidak juga kami mati.

Karena itu saya bawa lagi Borok dan Ranggong kembali ke sini untuk menemui kalian

dengan harapan mendapatkan formula lain yang mampu menangkal formula yang baru.

WIKU

Betul-betul egois, individualis, materialis paling sempurna kamu. Selalu yang kamu sibukkan

hanya keperluan dan kepentingan diri kamu sendiri saja. betul kata saya kan, Nini?

NINI

Betul. Tapi kalian berdua sama dan sebagun.

(muncul Borok dalam wajah yang amat sangat sengasara)

BOROK

Tidak ada.

(Semua melongok. kasihan)

BOROK

Senti demi senti yang saya susuri saya teliti, helai demi helai rumput hangus itu saya sibaki,

buti demi butir kerikil saya baliki, tapi titit itu tetap tidak saya temukan.

NINI

Selalu persoalan titit yang paling merepotkan sepanjang sejarah. Institusi-institusi social

didirikan, dari yang paling kecil sampai besar, semuanya gara-gara persoalan titit. Diciptakan

begitu banyak kaidah, norma, hokum dan undang-undang serta peraturan, konvensi-konvensi

juga menertibkan persoalan titit. Bahkan deregulasi dan prestroika saya sangsi dapat

menyelesaikan persoalan ini.

WASKA

Page 72: Ozone orkes madunvi

72 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

Repot amat. Apa tidak mungkin kamu ganti saja barang yang selalu merepotkan itu?

BOROK

Saya juga berpikir begitu. karena itu saya coba menelanjangi satu mayat. Saya piker okelah

pakai yang tweede-hands dan oklah juga mayat itu lain kebangsaan dengan saya; lagi saya

kira persoalan titit kan tidak mengenal kebangsaan, universal!

WASKA

Ya, lalu? Ceritanya jangan panjang. Porno.

BOROK

Setelah saya teliti eh, ternyata mayat itu juga rupanya kehilangan barang yang sama. Lalu

saya baliki mayat yang lain. Eh sama juga. Akhirnya saya telanjangi semua mayat dan

ternyata semua mayat juga tidak lengkap.

(dengan air muka yang mengibakan, Borok memandang kepada bossnya)

WASKA

Kenapa kamu memandang saya begitu rupa? Kamu kira saya rela minjamin barang saya?

BOROK

Tidak. Saya hanya mau Tanya. Bagaimana perkembangan kita? Kapan kita mati?

WASKA

Baru saja saya sampaikan persoalan kita pada pasangan tukang sihir ini.

BOROK

Tolong mbah. Hukan-hidup sudah kami jalani. Sekarang berikanlah formula keajaiban yang

lain.

(Wiku dan Nini menjauhi mereka, membelakangi mereka)

WASKA

Cuah!

BOROK

Tolong, mbah. Hidup kepanjangan tanpa titit pasti sudah siksaan yang paling siksaan.

Tolong.

WASKA (marah)

Cuah!

(dengan geram, Waska menjambak punggung baju Wiku)

WASKA

Kalian memang ningrat-ningrat yang sok!

(dilemparkannya lelaki tua itu yang tentu saja menyebabkan Nini segera menolongnya.

Menjerit tentu Nini)

NINI

Dasar perampok! Hidup kalian rampok. Sekarang kalia juga akan merampok mati. Kalian

betul-betul tidak menyadari apa yang sebenarnya kalian perbuat. Kalian ini merampok

Tuhan!

Page 73: Ozone orkes madunvi

73 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

(rasa terpukul Waska. Juga Borok)

WIKU

Sudah, Ni. Sudah. Saya tidak apa-apa kok. Sudahlah. Jangan tambah lagi siksaan mereka.

(pause) Biar saya saja yang akan mengatakan semuanya.

(lalu dengan tenang Wiku mendekati Waska yang napasnya turun naik, Borok jongkok)

WIKU

Kamu tidak sendirian

WASKA

Memang bukan saya saja. juga Ranggong dan Borok. Bertiga.

WIKU

Bukan bertiga. Berlima.

WASKA

Berlima?

WIKU

Saya dan Nini juga punya derita yang sama.

(ternganga Waska, Borok juga. Nini kelihatan tetap tegar)

WIKU

Jauh sebelum kalian minum jamu itu, lebih dulu Nini sendiri menenggaknya sebagai

percobaan pertama atas manusia. Saya juga kemudian menenggaknya, karena saya tak

hendak berpisah dari Nini. Mungkin ada perhitungan yang keliru. Atau mungkin juga

memang tidak akan terhitung. Maka jadilah kami seperti yang kalian alami sekarang.

WASKA

Lalu apa artinya ini?

(cemasnya bukan main Waska)

BOROK (lemes)

Modar!

WIKU

Kita hidup dan hidup

WASKA

Sampai kapan?

WIKU

Sampai mati.

BOROK

Indah sekali.

Page 74: Ozone orkes madunvi

74 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WASKA

Kapan itu?

WIKU

Tetap seperti dulu. Kita tidak tahu.

BOROK

Oh, Ranggong….

(nelangsa benar dia. Sebaliknya Waska masih tetap buas)

WASKA

Kita harus cari sendiri. kita harus terus berupaya sendiri. mana Ranggong?

BOROK

Entah. Dia bilang akan cari kemungkinan-kemungkinan lain. Juga dia bilang akan berusaha

menghubungi pesawat-pesawat antariksa yang masih terus meramaikan antariksa dengan

pertempuran. Dia ingin perang saja, katanya. Bertempur saja.

WIKU

Kasihan. Dia tidak akan menemukan dan mengenal siapapun. Kalau pun masih ada sisa

pertempuran di beberapa tempat, bukanlah pertempuran antar manusia. Yang masih

bertempur sekarang adalah terminator-terminator dan robot-robot, replica-replika kita. Semua

manusia sudah punah. Kecuali beberapa puak yang selamat.

WASKA

Jadi apapun yang terjadi kita tetap akan hidup?

WIKU

Begitulah kenyataannya.

WASKA

Celaka!

NINI

Itu juga kamu sendiri yang mau. Dan kamu harus tahu, seberapa panjang usia kamu berarti

sepanjang itulah kesempatan dan anugerah kamu dapatkan. Boleh jadi dosamu terlalu

panjang. Karena itu kamu ahrus mengimbanginya dengan kebajikan yang sama panjangnya.

Supaya kamu kembali bersih seperti dulu ketika bayi. Supaya neraca kamu sehat! Tuhan

mencintai kamu dan kamu bilang celaka.

WASKA

Saya bosan. Saya bosan.

NINI

Hidup artinya berbudaya. Melakukan sesuatu. Menciptakan sesuatu. Orang-orang yang hidup

adalah orang-orang yang mau tidak mau memikul tugas budaya.

WIKU

Ya, Waska. Pada mulanya saya dan Nini juga seperti kamu. Mual. Bosan. Jemu. Ngambang.

Rasa tak berguna. Sia-sia. Rasa dimain-mainkan. Ya, seperti perasaan pensiunan. Psikologi

Page 75: Ozone orkes madunvi

75 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

MPP, gitu! Pernah seminggu saya menggantung diri di pohon. Kaki di atas kepala di bawah.

Alam-alam saya malu kepada seekor nyamuk yang menggigit hidung saya. Karena nyamuk

itu bekerja. Berbuat sesuatu.

NINI

Kalau kalian mau mencari pekerjaan, di sekitar kamu banyak. Kumpulkan mayat-mayat itu.

catat dan klasifikasikan. Lalu kubur baik-baik. Itu juga tugas budaya.

WIKU

Dan adalagi tugas saat ini yang sangat mendesak, yaitu membersihkan semesta. Mungkin

kalian sendiri pernah menyaksikan betapa kotor angkasa dan samudera kita.

NINI

Lubang-lubang ozone di mana-mana, itulah sampah sejarah kalian. Dosa-dosa kalian. Dan

itulah tugas kalian.

WIKU

Sebagian kecil sudah saya lakukan. Dan rupa-rupanya sudah ada hasilnya. Kalian saksikan

sesuatu di bulan pasti.

WASKA

Ya. Saya kira telah terjadi suatu perubahan besar di sana.

WIKU

Ada yang bergeser dalam lapisan gas. Transformasi sedang berlangsung. Kalau kalian

mendarat di sana dan kalian bisa bernapas, artinya itu tanda-tanda harapan.

NINI

Tapi kamu jangan mengharapkan apa-apa. Apa yang akan kamu lakukan dalam pekerjaan

besar ini hanyalah untuk berbakti kepada hidup.

WIKU

Ya. Saya lupa mengabarkan, cicit atau canggahmu Sandek muda bersama istrinya Oni,

termasuk yang survive. Mereka sedang sibuk dalam laboratoriumnya. Mereka sedang giat

melakukan eksperimen dalam bidang rekayasa genetic. Mereka penyair-penyair yang

berusaha keras ingin memulai sesuatu kebudayaan yang barus sama sekali.

NINI

Dan mereka tidak akan berhasil kalau kita tidak membantunya, dengan menjaring sebisa kita

kegarangan sinar ultra violt matahari. Sinar hidup itu sendiri.

WASKA (meluap-luap)

Saya ingin ketemu Sandek. Saya tak peduli Sandek yang mana. Yang anak, cucu, yang cicit

atau yang canggah.

WIKU

Tidak mungkin Waska.

WASKA

Harus mungkin.

Page 76: Ozone orkes madunvi

76 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

WIKU

Tidak mungkin. Kita dalah orang-orang kotor. Di sekujur tubuh kita dan di dalam diri kita

melekat masa silam yang berupa unsure radio aktif.

(Waska mulai terpukul)

(Selain itu, mereka juga tidak akan mengenali kita. Bagi mereka kita semua sudah mati

bersama seajrah kegagalan-kegagalan kita. Bagi mereka kita sudah menjadi humus dalam

tanah pada lahan pertanian yang sedang mereka kembangkan)

OS RANGGONG

Saya telah menyaksikan surga.

(semua berpaling dan mendapatkan Ranggong yang bersikap seperti seseorang yang terkena

arus hipnotisme)

BOROK

Ranggong.

RANGGONG

Saya telah menyaksikan keajaiban surga.

BOROK

Kasihan dia. Jangan-jangan dia mulai gila.

WIKU

Dia normal, dia hanya terkesima oleh pesona-pesona yang baru ia saksikan.

NINI

Saya tahu apa yang telah dilihatnya.

(tiba-tiba mereka semua oleng. Bumi goncang sekilas. Ranggong tidak)

BOROK

Modar! Gempa! Gempa!

WIKU

Jangan takut.

NINI

Goncangan ini rutin. Rupanya tanpa kita tahu di bawah kita sedang bergolak magma yang

masih menyala, yang boleh jadi akan melakukan sesuatu.

WIKU (tersenyum)

Dalam usianya yang sudah tua rupanya bumi masih dapat bunting juga.

NINI

Ya, mudah-mudahan saja akan lahir di sini dan sekitar sinisebuah gunung berapi.

RANGGONG

Saya telah melihat keindahan surga.

Page 77: Ozone orkes madunvi

77 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

BOROK

Di mana Ranggong?

RANGGONG

Saya tidak ingat di mana. Tapi betul-betul saya cium harumnya.

BOROK

Ceritakanlah selengkapnya, Ranggong. Tapi kalau kamu juga sempat menyaksikan neraka

simpan saja sebagai kenangan kamu sendiri. di sekitar sini sudah terlalu banyak neraka.

RANGGONG

Kalau saja siang hari, pastilah saya bisa melihat secara lebih rinci pemandangan perkebunan

dengan rumah-rumahnya yang indah itu. rumah-rumahnya kecil, mungil. Dalam bentuk yang

keindahannya sebanding dengan fungsi-fungsi. Suatu inovasi. Setaraf dengan penemuan

kendi pada zaman dahulu kala.

BOROK

Laporkan saja apa adanya, tapi jangan dicampur dengan komentar dan interpretasi kamu.

RANGGONG

Kalau begitu, Cuma satu kata; indah!

(kali ini goncangan hebat sekali dan cukup lama. Gempa bumi! Dan saat itu malam sudah

pekat sekali. Malah mendekati fajar. Sementara mereka kepanikan dan gemuruh gempa

menyeramkan Wanara muncul. Dia lincah sekali dari satu reengkahan ke rengkahan lain.

Lompatannya juga indah sekali. Dan bencana itu ia hadapi dengan kegembiraan!

Lampu Black out sejenak)

OS BOROK

Modar! Kita tertimbun!

OS NINI

Tenang. Seorang ibu pasti akan mengatasi semuanya.

OS WIKU

Siang tadi juga saya tertimbun

OS WASKA

Tapi saya tidak tahan terus menerus dalam gelap.

OS NINI

Sombong. Katanya cari mati.

OS RANGGONG

Saya telah menyaksikan surga

OS BOROK

Lubang ini dalam sekali.

(fajar. Dan semakin merekah fajar semakin jelas di atas bukit berdiri Sandek dan Oni seolah

mereka dilahirkan oleh fajar itu sendiri. mereka dalam siluet)

Page 78: Ozone orkes madunvi

78 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

ONI

Sandek

SANDEK

Oni

ONI

Indah sekali gunung itu

SANDEK

Ya. Tidak terlalu tinggi. Juga tidak terlalu gemuk.

ONI

Dan bara dipuncaknya sepertinya tidak panas

SANDEK

Kalau begitu tanah ini tepat sekali sebagai pilihan lokasi yang baru untuk zone pertanian.

ONI

Saya tidak begitu yakin tanah di bagian sini cukup baik. Mungkin di sini lebih baik kita

jadikan lokasi gudang dan laboratorium pengganti. Atau kita coba naik sedikit mendekati

bukit sana.

(dalam siluet lalu Sandek dan Oni berjalan meniti bagian yang lebih tinggi. Dan begitu

mereka keluar panggung, muncul di belakang adalah Wanara yang rupanya sejak tadi

bersembunyi di belakang mereka. Juga dalam siluet. Ia berdiri saja sambil mengamati sekita.

Indah sekali.

Bersama nyanyian Awan Akan jadi Kawan’ matahari semakin memerlihatkan dirinya yang

makin besar dan besar seperti hendak menelan semua penonton. Dan semakin menyilaukan.

Sangat menyilaukan.

Tapi Wanara tetap saja berdiri di bukit itu. dengan anggunnya. Biarkan beberapa saat

penonton menyaksikan pemandangan yang penuh cahaya itu. lalu cahaya menyusut

perlahan. Lalu kembali memerah pada langit, sehingga siluet Wanara semakin indah.

Kemudian gelap sama sekali dan layar besar menutup perlahan)

SELESAI

Jakarta 19 Agustus 1989

Tapi dapat dikatakan juga Jakarta, 17 Agustus 1989

Arifin C. Noer

Untuk

Vita, Veda, Nita, Marah dan generasinya

Merdeka!

Page 79: Ozone orkes madunvi

79 |Lakon OZONE karya Arifin C. Noer | Teater Satuhati – Yayasan Kebudayaan Tandipulau

ORKES MADUN bagian I (Madekur dan Tarkeni) dipentaskan di teater tertutup TIM pada

tahun 1971; lakon yang antara lain melukiskan percintaan dan perjuangan seorang pencopet

dengan istrinya seorang pelacur ini penuh dengan nyanyian-nyanyian. Lalu pada tahun 1976

di teater Arena dipentaskan Orkes Madun bagian IIa (umang-umang) yang antara lain

melukiskan impian kolosal sang penjahat yang bernama Waska (Amak Baldjun) mengadakan

perampokan semesta.

ORKES MADUN IIb atawa Sandek Pemuda Pekerja ini akan dibuka dengan prolog

kelahiran Sandek sekaligus juga merupakan epilog bagian IIa yang melukiskan

keberangkatan Waska sang penjahat dalam rangka pengembaraannya di angkasa luar. Bagian

ini akan ditutup dengan adegan hilangnya tokoh Sandek.