outline kemiskinan asean -...

117
i SKRIPSI Analisis Bantuan Luar Negeri Bank Dunia (World Bank) Dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia Periode 2007-2009 (Studi Kasus PNPM Mandiri) Oleh Julian Muhammad Hasan 106083003655 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011

Upload: ledang

Post on 07-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

i

SKRIPSI

Analisis Bantuan Luar Negeri Bank Dunia (World Bank)

Dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia Periode 2007-2009

(Studi Kasus PNPM Mandiri)

Oleh

Julian Muhammad Hasan

106083003655

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2011

Page 2: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

ii

Lembar Persetujuan Skripsi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HUBUNGAN INTERNASIONAL

Nama : Julian Muhammad Hasan

NIM : 106083003655

Menyetujui untuk diajukan pada

Ujian Sidang jenjang Sarjana

Jakarta, 2010

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Penasihat Akademik

(Arisman, M.Si.) (Ali Munhanif, Ph.D)

NIP:150253408

Page 3: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Analisis Bantuan Luar Negeri Bank Dunia (World Bank)

Dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia Periode 2007-2009 (Studi Kasus

PNPM Mandiri” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada

tanggal 16 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial.

Jakarta, Maret 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua, Sekretaris,

Dina Afrianty, Ph.D Agus Nilmada Azmi, S.Ag, M.Si

NIP. 197808042009121002

Penguji I Penguji II

Kiky Rizky, M.Si M.Adian Firnas, M.Si

NIP. 197303212008011002

Pembimbing

Arisman, M.Si

Page 4: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

iv

Lembar Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sangsi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2010

Julian Muhammad Hasan

106083003655

Page 5: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

v

ABSTRAK

Bank Dunia yang merupakan sebuah lembaga multilateral saat ini sedang

menghadapi sebuah tantangan global yaitu kemiskinan. Kemiskinan itu sendiri

datang tidak hanya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia melainkan

di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Disamping itu, Indonesia yang

mengalami sebuah kemiskinan berusaha untuk mengentaskannya dengan bantuan

luar negeri Bank Dunia demi mengejar target MDGs yang telah disepakati

sebelumnya di tahun 2000.

Di dalam skripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif dan

membahas mengenai “Analisis Bantuan Luar Negeri Bank Dunia (World Bank)

Dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia Periode 2007-2009 (Studi Kasus

PNPM Mandiri)”. Penelitian ini juga menganalisis tentang faktor-faktor apa saja

yang menyebabkan kemiskinan di Indonesia beserta bantuan luar negeri Bank

Dunia dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia dalam mengejar target MDGs.

Kata kunci: Bank Dunia, kemiskinan di Indonesia, bantuan luar negeri

Page 6: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya

sampai akhir zaman kelak.

Alhamdulillah, penulis dapat menyusun skripsi ini dengan judul “Analisis

Bantuan Luar Negeri Bank Dunia (World Bank) Dalam Pengentasan Kemiskinan

di Indonesia Periode 2007-2009 (Studi Kasus PNPM Mandiri)”. Penulis sebagai

manusia biasa menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih sangat banyak

kekurangan dan kelemahan. Tentunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang

telah memberi bantuan baik secara moril maupun materil, skripsi ini tidak akan

bisa selesai.

Karena itu, pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis untuk

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bpk Arisman, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi yang

dengan sabar dan ikhlas membimbing saya dalam penulisan skripsi ini;

2. Ibu Dina Afrianty, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Jakarta;

3. Bpk Adian Firnas, S.Sos, M.Si, selaku dosen mata kuliah seminar yang telah

mengawali skripsi saya di mata kuliah seminar;

Page 7: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

vii

4. Kepada kedua orang tua saya yang turut serta memberikan dorongan dalam

penyusunan skripsi ini;

5. Kepada semua pihak yang ikut mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini,

yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu tanpa mengurangi rasa hormat.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan alhamdu lillahi

rabbil 'alamin, syukur tak terhingga hanya kepada Allah SWT, kepada-Nyalah

bermuara segala keberkahan. Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain

sebuah doa dan harapan semoga hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnnya.

Jakarta, 22 September 2010

Julian Muhammad Hasan

(106083003655)

Page 8: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................. ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

I.2 Identifikasi Masalah .................................................................. 8

I.3 Kerangka Pemikiran .................................................................. 8

I.3.1 Kemiskinan ...................................................................... 10

I.3.2 Bantuan Luar Negeri ........................................................ 12

I.3.3 Neoliberalisme ................................................................ 18

I.4 Metoda Penelitian ..................................................................... 21

I.5 Tujuan Penelitian ...................................................................... 21

I.6 Sistematika Penulisan ............................................................... 22

BAB II KEMISKINAN DI INDONESIA

II.1 Masalah Kemiskinan di Indonesia ............................................ 24

Page 9: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

ix

II.2 Ukuran dan Kemiskinan di Indonesia Menurut Bank Dunia ..... 32

II.2.1 Ukuran Kemiskinan Menurut Bank Dunia

Secara Umum ................................................................. 32

II.2.2 Kemiskinan di Indonesia Menurut Bank Dunia .............. 35

BAB III BANTUAN LUAR NEGERI BANK DUNIA DI INDONESIA

III.1 Bantuan Luar Negeri Bank Dunia

Dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia .......................... 44

III.1.1 PNPM Mandiri ............................................................... 47

BAB IV ANALISIS BANTUAN LUAR NEGERI BANK DUNIA DALAM

KEMISKINAN DI INDONESIA

IV.1 Efektivitas PNPM Mandiri Dalam Bantuan Luar Negeri ......... 56

IV.2 Dampak Bantuan Luar Negeri Bank Dunia

Terhadap Indonesia ................................................................... 72

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan ............................................................................. 96

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xii

Page 10: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia

Pada Tahun 1999-2009 ...................................................................... 29

Tabel 2. Hasil Kegiatan PPK/PNPM-PPK Tahun 2007 ................................... 63

Tabel 3. Indikator Kinerja PNPM-PPK 2007 .................................................. 65

Tabel 4. Indikator Kinerja PNPM-Perdesaan 2008 .......................................... 66

Tabel 5. Hasil Capaian Untuk Penilaian Parameter “Input” ............................ 69

Tabel 6. Efektivitas dan Status Kemiskinan di Indonesia

Pada Tahun 1999-2009 ...................................................................... 71

Page 11: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 9

Gambar 2. Cakupan PNPM Mandiri .................................................................... 51

Gambar 3. Proses Pemberdayaan Masyarakat Dalam PNPM Mandiri ............... 52

Gambar 4. Presentase Hasil PNPM-PPK per Jenis Kegiatan Tahun 2007 .......... 64

Gambar 5. Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Pada Tahun 1999-2009 .................. 70

Gambar 6. Persentase Penduduk Miskin (Juta) Pada Tahun 1999-2009 ............. 70

Gambar 7. Kerangka Dampak Bantuan Luar Negeri ......................................... 94

Page 12: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Bank Dunia didirikan pada tanggal 27 Desember 1945. Lembaga ini

berdiri setelah ratifikasi internasional mengenai perjanjian yang dicapai pada

konferensi 1 Juli 1944 di Kota Bretton Woods di negara Amerika Serikat. Markas

Bank Dunia berada di Washington DC, Amerika Serikat. Secara teknis dan

struktural, Bank Dunia termasuk salah satu badan PBB. Namun, secara

operasional sangat berbeda dari badan PBB lainnya.1

Bank Dunia memandang dan memperlakukan sasaran-sasaran

pembangunan penting seperti: pengentasan kemiskinan, keberkelanjutan

lingkungan, dan pemerintahan yang bersih. Usaha-usaha penting Bank Dunia

yang bertujuan menjawab sasaran pembangunan berkelanjutan melalui kebijakan-

kebijakan, program-program dan struktur baru. Kemajuan-kemajuan yang harus

dibuat untuk menjamin operasi dan kebijakan Bank Dunia dengan tidak merusak

sasaran-sasaran tersebut, karena kesenjangan yang terus-menerus antara

komitmen retorik Bank Dunia dan kenyataan-kenyataan dari tindakannya.2

Bank Dunia yang didirikan di Bretton Woods tersebut sebagai bagian dari

arsitektur keuangan internasional pasca Perang Dunia II. Sistem ini dimaksudkan

untuk menghindari perang dunia di masa depan dengan memastikan sistem

perdagangan terbuka internasional dan stabilitas keuangan global. Pakar ekonom

1 2010, 1945 Bank Dunia Berdiri, dilihat pada tanggal 18 Maret 2011 pukul 10:20 WIB.

<http://www.mediaindonesia.com/read/2010/12/27/190897/77/21/1945-Bank-Dunia-Berdiri>. 2 Frances Seymour, 1999, Tinjauan Umum dan Ringkasan Argumentasi, dilihat pada tanggal 12

Mei 2010 pukul 10:15 WIB, <http://members.fortunecity.com/edicahy/lendingc/chapt1.html>.

Page 13: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

2

Maynard Keynes, yang meminta sebuah lembaga fokus pada rekonstruksi pasca

perang dunia satu dan kemudian melakukan pembangunan di negara-negara

miskin. Oleh karena itu, Bank Dunia didirikan yang diawali percobaan pada saat

pasca perang besar (Perang Dunia II) dengan menggunakan pinjaman publik

untuk pembangunan ekonomi.3

Bank Dunia lebih memusatkan terhadap

pengentasan kemiskinan. Untuk lebih jelas tujuan Bank Dunia itu sendiri penulis

akan menguraikan tujuan Bank dunia sebagai berikut :

Untuk membantu rekonstruksi dan pembangunan di daerah anggota

dengan cara memfasilitasi investasi modal untuk tujuan produktif,

termasuk pemulihan kembali ekonomi yang hancur atau rusak karena

perang, perubahan kembali fasilitas-fasilitas produktif yang dibutuhkan

untuk usaha damai dan dorongan pembanunan untuk fasiltas produktif dan

sumber-sumber di negara-negara miskin.

Untuk mendorong investasi swasta luar negeri lewat jaminan atau

partisipasi dalam pemberian pinjaman dan investasi lainnya oleh investor

swasta; dan ketika modal swasta tidak tersedia dalam syarat-syarat yang

wajar, sebagai tambahan investasi swasta dengan menyediakan,

berdasarkan persyaratan yang cocok, membiayai untuk tujuan-tujuan

produktif di luar dari modal mereka sendiri, pengumpulan dan oleh

sumber-sumber sendiri maupun sumber lainnya.

Untuk mendorong keseimbangan perkembangan jangka panjang

perdagangan internasional dan untuk mempertahankan keseimbangan

3Jessica Einhorn, 2004, “The World Bank‟s Mission Creep”, dalam Essential Readings in World

Politics, Karen A. Mingst dan Jack L. Snyder, W.W. Norton & Company, New York. Hal. 430-

431.

Page 14: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

3

saldo pembayaran dengan mendorong investasi internasional untuk

kemajuan sumber-sumber produktif para anggota, dengan cara membantu

menaikkan produktivitas, standar kehidupan dan keadaan buruh di daerah

mereka.

Untuk menyusun pinjaman-pinjaman yang dibuat atau dijamin olehnya

dalam hubungannya dengan pinjaman internasional melalui sumber

lainnya sehingga dapat lebih berguna dan proyek-proyek yang mendesak,

besar ataupun kecil, dapat diatasi segera.

Untuk menjalankan kegiatannya dengan dasar untuk mempengaruhi

investasi internasional dalam persyaratan bisnis di dalam daerah anggota

dan, dalam tahun tahun setelah perang, untuk membantu membuat masa

transisi dari suasana perang ke keadaan ekonomi yang damai.4

Bank Dunia telah aktif di Indonesia sejak 1967. Saat itu, Indonesia

membutuhkan uang yang cukup banyak untuk mendanai pembangunan.5

Kebijakan Bank Dunia pada tahun 1968 telah mendukung secara berurutan dalam

lima proyek KB (Keluarga Berencana), yang total bernilai US$ 211,8 juta. Empat

pinjaman pertama yang keseluruhannya berjumlah US$ 107,8 juta adalah

pinjaman “bricks and mortar”, yaitu: 40% dana dialokasikan pada prasarana

gedung, 26% untuk peralatan, perabotan dan kendaraan. Pinjaman-pinjaman

tersebut memudahkan untuk merancang bahan-bahan pendidikan kependudukan,

4 Anggaran Dasar Bank Dunia (Bank For Reconstruction and Development), 1989, dilihat pada

tanggal 12 Mei 2010 pukul 18:09 WIB,

<http://www.lfip.org/laws817/idver/dok/Perjanjian%20IBRD1.htm>. 5 Ade Hapsari Lestarini, 2008, Total Utang RI ke World Bank Rp243,7 Trilyun, dilihat pada

tanggal 04 Juni 2010 pukul 21:44 WIB,

<http://economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/01/30/20/79590/20/total-utang-ri-ke-

world-bank-rp243-7-t>.

Page 15: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

4

baik formal maupun non-formal.6 Pinjaman tersebut adalah bantuan luar negeri

pertama Bank Dunia di Indonesia dalam pengentasan kemiskinan melalui

program Keluarga Berencana.

Bank Dunia dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia melihat ada tiga

cara untuk membantu penduduk mengangkat diri mereka sendiri dari kemiskinan

yaitu pertumbuhan ekonomi, layanan sosial, dan belanja publik. Masing-masing

dari cabang ini mengatasi satu atau lebih ciri-ciri pembentuk kemiskinan di

Indonesia: kerentanan, multidimensi dan kesenjangan sosial. Dengan kata lain,

strategi kemiskinan yang efektif untuk Indonesia memiliki tiga komponen:

membuat pertumbuhan ekonomi berguna bagi masyarakat miskin, membuat

layanan sosial berguna bagi masyarakat miskin, membuat belanja publik berguna

bagi masyarakat miskin.7

Karena Bank Dunia telah melihat adanya cara untuk membantu penduduk

mengangkat diri mereka sendiri dari kemiskinan, maka pada bulan Agustus 2006

pemerintah Indonesia mengumumkan sejumlah prakarsa besar yang baru untuk

pengentasan kemiskinan dan meluncurkan program pengentasan kemiskinan

nasional yang terdiri pilar: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(PNPM Mandiri).8 Program PNPM Mandiri ini juga didukung oleh Bank Dunia

yang berupa bantuan luar nageri. PNPM Mandiri adalah program nasional

penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat.

Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah :

6 Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ATAS NAMA PEMBANGUNAN: Bank Dunia dan

Hak Asasi Manusia di Indonesia, 1995, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM),

Jakarta. Hal. 138. 7 The World Bank, 2008, Investing in Indonesia’s Institutions: For Inclusive and Sustainable

Development, IFC (International Finance Corporation: World Bank Group), Jakarta. Hal. 50. 8 Ibid, Investing in Indonesia‟s Institutions: For Inclusive and Sustainable Development. Hal. 61-

62.

Page 16: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

5

1. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan

sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan

kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan

melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur

program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk

mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan

kemiskinan yang berkelanjutan.

2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan

kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam

memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,

kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan

keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak

untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil

yang dicapai. 9

Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs),

yang disepakati para anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam sebuah

KTT global yang kemudian melahirkan Millennium Declaration, adalah suatu

inisiatif global untuk mengurangi jumlah orang miskin di dunia menjadi

separuhnya pada tahun 2015.10

MDGs dideklarasikan pada tahun 2000 dalam

rangka mengurangi jumlah penduduk miskin di dunia dan proyek kemanusiaan

selama 15 tahun (2000-2015) ini yang disepakati oleh semua anggota Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) termasuk Indonesia. Dalam deklarasi tersebut, diharapkan

9 Pengertian dan Tujuan PNPM Mandiri, dilihat pada tanggal 08 Juli 2010 pukul 11:08 WIB,

<http://www.pnpm-mandiri.org/index.php?option=com_content&task=view&id=26&Itemid=53>. 10

Fabby Tumiwa, MDGs Saja Tidak Cukup!, dilihat pada tanggal 07 Juli 2010 pukul 16:35 WIB,

<http://www.targetmdgs.org/index.php?option=com_content&task=view&id=53&Itemid=6>.

Page 17: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

6

semua negara anggota PBB, melalui berbagai upaya serius, dapat mengurangi

jumlah penduduk miskin dan menghentikan perusakan lingkungan.11

Pada awal milenium baru suatu lembaga yang mewakili masyarakat dunia

mengakui kebutuhan mendesak yang tersisa setelah hampir 60 tahun dalam upaya

bersama. Tujuan Pembangunan Milenium merupakan suatu cara untuk

mengidentifikasi prioritas yang paling mendesak. Tujuan Pembangunan Milenium

memiliki delapan tujuan (goals) yang harus dicapai oleh negara-negara

berkembang dan juga negara-negara maju. Tujuan tersebut antara lain; 1)

Menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan, 2) Mencapai pendidikan dasar

universal, 3) Mempromosikan kesetaraan jender dan memberdayakan perempuan,

4) Mengurangi tingkat kematian anak, 5) Meningkatkan kesehatan ibu, 6)

Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya, 7) Menjamin kelestarian

lingkungan, 8) Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.12

Dari

delapan tujuan MDGs tersebut salah satunya adalah mengenai tingkat kemiskinan

dan kelaparan dan hal ini yang menjadi sebuah acuan Bank Dunia untuk

membantu dalam menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan di Negara

penerima.

Dengan adanya target MDGs, Indonesia turut memacu diri untuk segera

mengurangi angka kemiskinan, seiring dengan seruan Sekretaris Jenderal

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan, agar dunia sesuai dengan target

11

Posman Sibuea, MDGs dan Pembangunan Berkelanjutan, dilihat pada tanggal 18 Maret 2011

pukul 10:40 WIB,

<http://www.targetmdgs.org/index.php?option=com_content&task=view&id=74&Itemid=6>. 12

John Fiend dan Phillip Hughes, 2007, “Education For The End Of Poverty: Three Ways

Forward”, dalam Education For The End Of Poverty Implementing All The Millenium

Development Goals, Matthew Clarke dan Simon Feeny, Nova Science, New York. Hal. 12.

Page 18: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

7

MDGs pada tahun 2015 dapat mengurangi angka kemiskinan secara signifikan.13

Untuk mencapai tujuan MDGs tahun 2015 diperlukan koordinasi, kerjasama serta

komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, utamanya pemerintah (nasional

dan lokal), masyarakat sipil, akademia, media, sektor swasta dan komunitas

donor. Bersama-sama, kelompok ini akan memastikan kemajuan-kemajuan yang

telah dicapai tersebar merata di seluruh Indonesia. Pemerintah Indonesia tetap

memegang komitmennya untuk melaporkan kemajuan pencapaian MDGs.14

Disamping itu, Bank Dunia menilai baik kinerja Indonesia dalam upaya

pencapaian Target Pembangunan Milenium (MDGs), namun masih ada perbaikan

yang mendesak di sejumlah hal. Kinerja Indonesia dianggap cukup baik antara

lain terkait dengan upaya pencapaian sasaran penghapusan kemiskinan yang

ekstrem atau penduduk dengan pendapatan di bawah satu dolar AS per hari.15

Di

tahun 2006, persentase penduduk yang hidup dengan kurang dari US$1 per hari

jauh berada di bawah sasaran MDG yaitu 10,3 persen. Oleh karena itu, terdapat

perbaikan-perbaikan yang menonjol dalam pencapaian pendidikan di tingkat

dasar. Selain itu, Akses ke sarana air yang lebih baik telah meningkat drastis,

meskipun masih cenderung rendah bagi masyarakat miskin.16

Maka, dalam hal ini

Bank Dunia dapat disebut juga sebagai jembatan Indonesia menuju target MDGs

di tahun 2015 untuk mengurangi kemiskinan.

13

Soetanto Hadinoto dan Djoko Retnadi, 2007, Micro Credit Challenge: Cara Efektif Mengatasi

Kemiskinan dan Pengangguran Di Indonesia, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Hal. 279. 14

The Efforts to Achieve the MDGs in Indonesia, dilihat pada tanggal 07 Juli 2010 pukul 22:30

WIB

<http://www.targetmdgs.org/index.php?option=com_content&task=view&id=25&Itemid=12> . 15

Bank Dunia Puji RI dalam Pencapaian MDG, dilihat pada tanggal 07 Juli 2010 pukul 21:14

WIB,

<http://www.targetmdgs.org/index.php?option=com_content&task=view&id=760&Itemid=5>. 16

The World Bank, 2008, Investing in Indonesia’s Institutions: For Inclusive and Sustainable

Development, IFC (International Finance Corporation: World Bank Group), Jakarta. Hal. 49.

Page 19: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

8

I.2 Identifikasi Masalah

Penulis membatasi rumusan masalah dengan mengajukan beberapa

pertanyaan diantaranya yaitu:

1. Sejauh mana efektivitas PNPM Mandiri dalam pengentasan kemiskinan di

Indonesia?

2. Bagaimana dampak bantuan luar negeri Bank Dunia terhadap pengentasan

kemiskinan di Indonesia?

I.3 Kerangka Pemikiran

Sesuatu masalah bisa terjadi pasti ada faktor penyebabnya. Kejadian yang

tidak diinginkan/diharapkan tersebut bisa dinyatakan sebagai perubahan nilai

suatu variabel dan variabel ini disebut variabel dependen/tak bebas (dependent

variable). Suatu kejadian bisa berubah, pasti ada faktor penyebabnya. Faktor

penyebab ini disebut variabel independen/bebas (Independent variable).

Penentuan suatu faktor menjadi penyebab sebagai variabel independen/bebas

didasarkan pada teori yang ada, hasil penelitian sebelumnya, atau berdasarkan

pemikiran hipotesis baik berdasarkan harapan (expectation) atau hal-hal yang

masuk akal (common-sense). Jadi masalah itu sebetulnya merupakan hubungan

antarvariabel yaitu antara variabel independen/bebas (mempengaruhi) dan

dependen/tak bebas (dipengaruhi).17

Mohtar Mas‟oed juga menjelaskan bahwa proses memilih tingkat analisa

menetapkan “unit analisa” (sebuah kemiskinan di Indonesia), yaitu yang

perilakunya hendak dideskripsikan, dijelaskan dan diramalkan (variabel

17

J. Supranto, 2004, Proposal Penelitian Dengan Contoh, Universitas Indonesia (UI-Press),

Jakarta. Hal. 11-12.

Page 20: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

9

dependen) dan “unit eksplanasi” (Bantuan Luar Negeri Bank Dunia di Indonesia),

yaitu yang dampaknya terhadap unit analisa yang hendak diamati (variabel

independen).18

Di dalam penelitian ini merupakan sebuah variabel-variabel yang

telah dijelaskan diatas, adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai

berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Gambar 1 merupakan kerangka pemikiran yang akan diteliti yaitu, dengan

adanya sebuah kemiskinan di Indonesia di tahun 1999-2009 dan program PNPM

Mandiri, yang menimbulkan adanya bantuan luar negeri Bank Dunia di Indonesia.

Disamping itu, Bank Dunia sendiri memiliki sebuah kebijakan-kebijakan yang

sebagaimana telah ditetapkan oleh Bank Dunia. Dengan adanya bantuan luar

negeri tersebut pemerintah dan Bank Dunia berusaha dan memanfaatkannya untuk

mengentaskan kemiskinan yang terjadi di Indonesia menjadi sebuah program

PNPM Mandiri pada tahun 2007-2009. Program PNPM Mandiri juga akan turut

mensukseskan dalam pencapaian target MDGs di tahun 2015. Dengan adanya

permasalahan tersebut penulis akan menganalisis dan meneliti lebih dalam.

18

Mohtar Mas‟oed, 1994, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, PT Pustaka

LP3ES Indonesia, Jakarta. Hal. 35

Kemiskinan

Di Indonesia

Bantuan Luar

Negeri

Program

PNPM Mandiri

Pencapaian

Target MDGs

Page 21: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

10

I.3.1 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh

manusia. Masalah kemiskinan itu sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu

sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan keseluruhan aspek

kehidupan manusia; walaupun, seringkali tidak disadari kehadirannya sebagai

masalah oleh manusia yang bersangkutan. Bagi mereka yang tergolong miskin,

kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata ada dalam kehidupan mereka sehari-

hari; karena mereka itu merasakan dan menjalani sendiri bagaimana hidup dalam

kemiskinan. Walaupun demikian belum tentu mereka itu sadar akan kemiskinan

yang mereka jalani. Kesadaran akan kemiskinan yang mereka miliki itu, baru

terasa pada waktu mereka membandingkan kehidupan yang mereka jalani dengan

kehidupan orang lain yang tergolong mempunyai tingkat kehidupan sosial dan

ekonomi yang lebih tinggi. Secara singkat, Parsudi Suparlan mendefinisikan

kemiskinan sebagai:

Suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat

kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan

dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang

bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung

tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan

moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang

miskin.19

Menurut Muhammad Yunus, kemiskinan dapat dihapuskan karena

kemiskinan bukan sifat alamiah manusia dan kemiskinan itu dipaksakan pada

mereka.20

Ruth Lister menguraikan bahwa kemiskinan itu adalah hal dalam

ketidakmampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam masyarakat, yang

19

Parsudi Suparlan, 1995, Kemiskinan di Perkotaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Hal. x-xi. 20

Muhammad Yunus, 2007, Creating a World Without Poverty: Social Business and The Future

Of Capitalism, Public Affairs, New York. Hal. 247.

Page 22: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

11

melibatkan seseorang itu baik berpenghasilan rendah maupun standar hidup yang

rendah.21

Amartya Kumar Sen pun melihat kemiskinan berupa:

Poverty must be seen as the deprivation of basic capabilities rather than

merely as lowness of incomes, which is the standard criterion of

identification of poverty. The perspective of capability-poverty does not

involve any denial of the sensible view that low income is clearly one of

the major causes of poverty, since lack of income can be a principal

reason for a person's capability deprivation. Indeed, inadequate income is

a strong predisposing condition for an impoverished life.22

Perspektif Amartya Kumar Sen bahwa berpenghasilan rendah yang sudah

sangat jelas bahwa hal itu adalah salah satu penyebab utama kemiskinan terjadi.

Karena kurangnya pendapatan bisa menjadi alasan utama dalam kekurangan

kemampuan seseorang. Memang, pendapatan yang tidak memadai merupakan

kondisi kehidupan yang cenderung kuat dalam kemiskinan. Di tahun 2009

Amartya Kumar Sen menambahkan bahwa hubungan sumber penghasilan dan

kemiskinan adalah variabel yang saling berhubungan dan sangat bergantung pada

karakteristik masing-masing seseorang dan lingkungan di mana mereka hidup,

baik di alam maupun di ruang lingkup sosial. Distribusi sarana dan kesempatan

dalam keluarga menimbulkan komplikasi lebih lanjut dalam pendekatan

pendapatan terhadap kemiskinan. Tercatat bahwa penghasilan anggota keluarga

cukup produktif, tetapi tidak semua setiap individu akan mendapatkannya karena

terlepas dari usia, jenis kelamin dan kemampuan kerja.23

Konsep garis kemiskinan menurut Bank Dunia bisa dikelompokan dalam

dua kategori, yaitu kemiskinan absolut (dengan penghasilan dibawah USD $1 per

21

Ruth Lister, 2004, Poverty, Polity Press, Cambridge. Hal. 15. 22

Amartya Kumar Sen, 2001, Development As Freedom, Oxford University Press, New York. Hal.

87. 23

Amartya Kumar Sen, 2009, The Idea Of Justice, The Belknap Press Of Harvard University

Press, Cambridge. Hal. 254-257.

Page 23: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

12

hari) dan kemiskinan relatif.24

Kemiskinan absolut adalah ukuran (poverty band)

yang digunakan untuk menentukan tingkat kemiskinan individu dengan

menggunakan indikator seperti kapasitas untuk memenuhi kebutuhan sandang,

pangan, papan, akses terhadap air bersih dan kesehatan. Individu yang tidak

memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan dasar ini diasumsikan sebagai

miskin dan hidup dalam garis kemiskinan. Sedangkan kemiskinan relatif, kategori

ini cenderung bersifat subjektif karena lebih merupakan kemiskinan yang

dirasakan sendiri secara subjektif oleh individu yang bersangkutan; dan terdapat

unsur kecemburuan sosial serta dorongan untuk membandingkan dirinya dengan

yang lain.25

I.3.2 Bantuan Luar Negeri

Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrumen kebijakan yang sering

digunakan dalam hubungan luar negeri. Secara umum bantuan luar negeri dapat

didefinisikan sebagai transfer sumber daya dari satu pemerintah ke pemerintah

lain yang dapat berbentuk barang atau dana. Ada empat teori mengenai bantuan

luar negeri menurut Pearson dan Payasilian yang sebagaimana dikutip oleh Anak

Agung dan Yanyan, yaitu:

Aliran realis menyatakan bahwa tujuan utama dari bantuan luar negeri adalah

bukan untuk menunjukkan idealisme abstrak aspirasi kemanusiaan tetapi

24

The World Bank, 2000, Making Transition Work For Everyone Poverty and Inequality In

Europe And Central Asia, The International Bank For Reconstruction and Development/The

World Bank, Washington DC. Hal. 370. 25

Dewi Sinorita Sitepu, 2005, “Utang Luar Negeri dan Problem Kemiskinan Negara

Berkembang”, Global: Jurnal Politik Internasional (Kompleksitas Kemiskinan: Tanggung Jawab

Komunitas Global, vol. 8, no. 1, Departemen Ilmu hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial

dan ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok. Hal. 4.

Page 24: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

13

untuk proyeksi power nasional. Bantuan luar negeri merupakan komponen

penting bagi kebijakan keamanan internasional.

Teori ketergantungan (dependensia) menyatakan bahwa bantuan luar negeri

digunakan oleh negara kaya untuk mempengaruhi hubungan domestik dan

luar negeri negara penerima bantuan, merangkul elit politik lokal di negara

penerima bantuan untuk tujuan komersil dan keamanan nasional. Kemudian,

melalui jaringan internasional, keuangan internasional dan struktur produksi,

bantuan luar negeri ditujukan untuk mengeksploitasi sumber daya alam negara

penerima bantuan. Sehingga, para penganut teori dependensia menganggap

bahwa bantuan luar negeri dapat digunakan sebagai sebuah instrumen untuk

perlindungan dan ekspansi negara kaya ke negara miskin, sebuah sistem untuk

mengekalkan ketergantungan.

Aliran moralis/idealis menyatakan bahwa bantuan luar negeri secara esensial

merupakan gerakan kemanusiaan yang menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan

internasional. Menurut aliran idealis, negara yang lebih kaya memiliki

tanggungjawab moral untuk mempererat kerjasama Utara-Selatan yang lebih

besar dan merespon kebutuhan pembangunan ekonomi dan sosial di Selatan.

Maka itu, moralis berpendapat bahwa bantuan luar negeri mendorong

dukungan yang saling menguntungkan (mutual supportive) dan hubungan

menguntungkan sejalan dengan pembangunan ekonomi dan hak asasi

manusia, hukum dan ketertiban internasional.

Teori bureaucratic incrementalist menyatakan bahwa bantuan luar negeri

sebagai kebijakan publik, produk dari politik domestik yang melibatkan opini

publik, kelompok kepentingan, dan institusi pemerintah yang secara langsung

Page 25: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

14

terlibat dalam proses pembuatan kebijakan yang mempromosikan kepentingan

nasional melalui agenda politik. Teori ini juga menyatakan bahwa tujuan yang

dikejar negara donor dalam lingkup kepentingan ekonomi politik

internasional, antara lain kombinasi tujuan kemanusiaan, geopolitik, ideologi,

kepentingan komersil, masalah lingkungan, dan berbagai faktor dalam politik

domestik.26

Di dalam buku Ekonomi Politik Internasional 2 yang ditulis oleh Yanuar

Ikbar bahwa pengertian bantuan luar negeri itu sendiri sesungguhnya bermacam-

macam, tergantung pada konteks dan tujuan analisisnya. Secara sederhana,

bantuan luar negeri dapat didefinisikan sebagai:

Segala sesuatu yang berurusan dengan pemindahan sumber-sumber

kebendaan material dan jasa-jasa dari negara tertentu terhadap negara

lainnya yang memerlukannya dalam suatu ikatan transaksi berbentuk

pinjaman, pemberian, dan penanaman modal asing.

Kemudian ada pula definisi atau pun pemahaman mengenai hal diatas

menurut Michael Todaro yang sebagaimana dikutip oleh Yanuar Ikbar, bahwa

bantuan luar negeri sebagai setiap arus modal yang mengalir ke negara Dunia

Ketiga, intinya memenuhi kriteria:

a. Dari segi negara donor (pemberi bantuan), tujuan-tujuan itu haruslah

nonkomersial; dan

b. Bantuan itu harus memenuhi syarat-syarat konsesional, dengan suku bunga

dan jangka waktu pembayaran kembali modal yang dipinjamkan secara lunak

atau tidak memberatkan negara peminjam.

26

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal. 81-82.

Page 26: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

15

c. Sebaliknya dengan syarat-syarat pinjaman poin (b), ialah pinjaman komersial

dengan suku bunga lunak dan jangka pengembalian berjangka pendek atau

menengah.27

Carol Lancaster melihat bantuan luar negeri adalah sebuah konsep yang

rumit. Kadang-kadang dianggap sebagai sebuah kebijakan. Hal ini bukanlah

sebuah kebijakan tetapi sebagai alat kebijakan. Kadang-kadang bantuan luar

negeri dianggap sebagai untuk kebutuhan perdagangan dan militer. Bantuan luar

negeri juga dapat didefinisikan sebagai:

Sebuah transfer sukarela untuk mengembangkan sumber daya

masyarakat, dari sebuah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) atau

sebuah organisasi internasional (seperti Bank Dunia atau Program

Pembangunan PBB) dengan setidaknya 25 persen unsur hibah, yang salah

satu tujuannya untuk kondisi manusia dengan lebih baik di negara

penerima bantuan. 28

Bantuan luar negeri umumnya tidak ditujukan untuk kepentingan politik

jangka pendek melainkan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan atau pembangunan

ekonomi jangka panjang. Dalam jangka panjang bantuan luar negeri dimaksud-

kan untuk membantu menjamin beberapa tujuan politik negara donor yang tidak

dapat dicapai hanya melalui diplomasi, propaganda atau kebijakan publik. Paling

tidak ada dua syarat aliran modal dari luar negeri merupakan bantuan luar negeri,

yaitu:

Aliran modal dari luar negeri tersebut bukan didorong untuk mencari

keuntungan;

27

Yanuar Ikbar, 2007, Ekonomi Politik Internasional 2 (Implementasi Konsep dan Teori), PT

Refika Aditama, Bandung. Hal. 188-189. 28

Carol Lancaster, 2007, Foreign Aid: Diplomacy, Development, Domestic Politics, The

University Of Chicago Press, London. Hal. 9.

Page 27: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

16

Aliran modal dari luar negeri atau dana tersebut diberikan kepada negara

penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang

berlaku dalam pasar internasional.

Karena itu, aliran modal dari luar negeri yang tergolong sebagai bantuan

luar negeri dapat berupa pemberian (grant) dan pinjaman luar negeri (loan) yang

diberikan oleh negara-negara donor atau badan-badan internasional yang khusus

dibentuk untuk memberikan pinjaman luar negeri, seperti Bank Dunia (World

Bank), Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank), Dana Moneter

International (International Monetary Fund), dan sebagainya.29

Program bantuan luar negeri ini biasanya saling menguntungkan kedua

pihak. Pihak penerima memperoleh pinjaman dana, perlengkapan, pengetahuan

yang diharapkan mampu mengikuti dinamika ekonomi modern, stabilitas politik

dan keamanan militer. Sedangkan pihak pemberi atau donor tanpa

memperhitungkan jenis-jenis persyaratannya selalu mengharapkan keuntungan

politik dan ekonomi baik langsung maupun jangka panjang, yang tidak bisa

diperoleh sepenuhnya melalui diplomasi, propaganda atau kebijakan militer. Hal

itu dikarenakan sebagai instrumen kebijakan luar negeri, bantuan luar negeri

merupakan tindakan ekonomi yang memiliki sifat dan efektivitas berbeda

dibandingkan diplomasi dan propaganda. Diplomasi dan propaganda

mengandalkan personel untuk memanfaatkan situasi dan tatanan internasional

yang ada. Sedangkan bantuan luar negeri lebih mengandalkan kapabilitas dalam

bentuk modal, sumber daya serta kemampuan manajerial.

29

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal. 82-83.

Page 28: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

17

Teknik pemberian bantuan luar negeri dapat dilakukan secara bilateral

maupun multilateral. Dengan kata lain, pemberian bantuan luar negeri dapat

dilakukan antar pemerintah (government to government) atau melalui lembaga

keuangan internasional, seperti International Monetary Fund (IMF), World Bank

(Bank Dunia), Asian Development Bank (ADB), dan sebagainya. Namun, dikaji

dari segi urgensinya bantuan luar negeri secara bilateral memiliki ikatan politik

yang lebih kuat daripada bantuan luar negeri secara multilateral dan juga secara

khusus lebih sensitif terhadap kondisi politik domestik.

Sifat urgensi di atas tidak terlepas juga dari motivasi para pemberi bantuan

luar negeri (negara donor). Terdapat empat kategori motivasi negara donor, yaitu:

Pertama, motif kemanusiaan yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan di

negara dunia ketiga melalui dukungan kerjasama ekonomi.

Kedua, motif politik yang memusatkan tujuan untuk meningkatkan image

negara donor. Peraihan pujian menjadi tujuan dari pemberian bantuan luar

negeri baik dari politik domestik dan hubungan luar negeri donor.

Ketiga, motif keamanan nasional, yang mendasarkan pada asumsi bahwa

bantuan luar negeri dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang akan

mendorong stabilitas politik dan akan memberikan keuntungan pada

kepentingan negara donor. Dengan kata lain, motif keamanan memiliki sisi

ekonomi.

Keempat, motif yang berkaitan dengan kepentingan nasional negara donor.

Dari keempat motivasi di atas terlihat bahwa pada hakikatnya bantuan luar

negeri (foreign aid) merupakan bantuan yang diberikan kepada suatu negara oleh

pemerintah negara lainnya atau lembaga internasional berupa bantuan ekonomi,

Page 29: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

18

sosial, dan militer yang diberikan secara bilateral atau multilateral oleh badan

internasional. Tujuan pemberian bantuan luar negeri antara lain mendukung

persekutuan, membangun ekonomi, meraih dukungan ideologis, memperoleh

bahan baku strategis, kemanusiaan, serta menyelamatkan kehidupan bangsa dari

bahaya keruntuhan ekonomi ataupun bencana alam.30

I.3.3 Neoliberalisme

Neoliberalisme adalah pendekatan teoritis untuk hubungan internasional

yang mengacu pada konsep rasionalitas dan kontraktor, dan memfokuskan

perhatian pada peran sentral dari lembaga-lembaga dan organisasi dalam politik

internasional.31

Disamping itu, Adam Smith yang sebagaimana dikutip oleh David

N. Balaam dan Michael Veseth yang berpandangan bahwa liberalisme itu

berkenaan dengan sebuah pasar yang biasa disebut “invisible hand” atau tangan-

tangan yang tidak nampak yang terbagi dari 2 bagian, yaitu: sebuah kepentingan

diri sendiri dan sebuah persaingan dalam pasar.32

Revolusi neoliberalisme ini bermakna dalam bergantinya sebuah

manajemen ekonomi yang berbasiskan persediaan menjadi berbasis permintaan.

Sehingga menurut kaum neoliberal, sebuah perekonomian dengan inflasi rendah

dan pengangguran tinggi, tetap lebih baik dibanding inflasi tinggi dengan

pengangguran rendah. Tugas pemerintah hanya menciptakan lingkungan sehingga

modal dapat bergerak bebas dengan baik.

30

Ibid. “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”. Hal. 83-84. 31

Tim Dunne, Milja Kurki, Steve Smith, 2007, International Relations Theories (Discipline and

Diversity), Oxford University Press, New York. Hal. 110. 32

David N. Balaam dan Michael Veseth, 2005, Introduction to International Political Economy,

Pearson Education, New Jersey. Hal. 50

Page 30: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

19

Dalam titik ini pemerintah menjalankan kebijakan-kebijakan memotong

pengeluaran, memotong biaya-biaya publik seperti subsidi, sehingga fasilitas-

fasilitas untuk kesejahteraan publik harus dikurangi. Akhirnya logika pasarlah

yang berjaya diatas kehidupan publik. Ini menjadi pondasi dasar neoliberalisme,

menundukan kehidupan publik ke dalam logika pasar. Semua pelayanan publik

yang diselenggarakan negara harusnya menggunakan prinsip untung-rugi bagi

penyelenggara bisnis publik tersebut, dalam hal ini untung rugi ekonomi bagi

pemerintah. Pelayanan publik semata, seperti subsidi dianggap akan menjadi

pemborosan dan inefisiensi. Neoliberalisme tidak mengistimewakan kualitas

kesejahteraan umum.

Dalam penyebaran neoliberalisme, penerapan agenda-agenda ekonomi

neoliberal secara mencolok dimotori oleh Inggris melalui pelaksanaan privatisasi

seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mereka. Penyebarluasan agenda-

agenda ekonomi neoliberal ke seluruh penjuru dunia, menemukan momentum

setelah dialaminya krisis moneter oleh beberapa Negara Amerika Latin pada

penghujung 1980-an.

Dalam rangka menanggulangi krisis moneter yang dialami oleh beberapa

negara Amerika Latin, bekerja sama dengan Departemen Keuangan AS (Amerika

Serikat) dan Bank Dunia (World Bank), IMF (International Monetary Fund)

sepakat meluncurkan sebuah paket kebijakan ekonomi yang dikenal sebagai paket

kebijakan Konsensus Washington (Washington Consensus). Agenda pokok paket

kebijakan Konsensus Washington yang menjadi menu dasar program penyesuaian

struktural IMF tersebut dalam garis besarnya meliputi : (1) pelaksanan kebijakan

anggaran ketat, termasuk penghapusan subsidi negara dalam berbagai bentuknya,

Page 31: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

20

(2) pelaksanaan liberalisasi sektor keuangan, (3) pelaksanaan liberalisasi sektor

perdagangan, dan (4) pelaksanaan privatisasi BUMN.33

Konsensus Washington yang mempunyai tiga pilar utama: deregulasi,

privatisasi, dan liberalisasi pasar. “Konsensus” tersebut kemudian diperinci atas

sepuluh bagian. Elemen-elemennya adalah disiplin fiskal yang konservatif,

prioritas pengeluaran publik dalam anggaran pemerintah, perluasan basis

pemungutan pajak, liberalisasi finansial, kebijakan nilai tukar yang

berkredibilitas, liberalisasi perdagangan melalui pengurangan restriksi-restriksi

kualitatif, meningkatkan kompetisi perusahaan domestik dan asing berdasarkan

efisiensi, privatisasi (termasuk terhadap BUMN), promosi deregulasi, dan

perlindungan hak milik intelektual.

Konsensus Washington juga merupakan tonggak yang penting artinya

dalam hubungan ekonomi antara negara maju dan berkembang, karena

kesepakatan tersebut kemudian digunakan sebagai prasyarat pemberian hutang

dan bantuan ekonomi pada Negara-negara berkembang. Artinya, apabila

sebelumnya hubungan ekonomi tidak mempunyai kandungan politik, maka

setelah ini hubungan ekonomi diberi prasyarat dipenuhinya sejumlah kondisi

ekonomi yang harus dipenuhi oleh negara dalam bentuk kebijakan, yang

merupakan ranah politik. Persyaratan politik telah dimasukkan ke dalam

hubungan ekonomi antara negara industri maju dan negara berkembang melalui

33

Riant Nugroho dan Randy R. Wrihatnolo,. 2008, Manajemen Privatisasi BUMN, PT Elex Media

Komputindo, Jakarta. Hal. 53-54.

Page 32: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

21

neoliberalisme, yang dimulai sejak akhir 1940an, dan terkristalisasi dalam

Konsensus Washington pada dasawarsa 1980an.34

I.4 Metoda Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bertumpu pada beberapa aliran,

tradisi, atau teori yang kesemuanya menekankan pada pentingya pengembangan

penyusunan teori yang ditandai dengan strategi induktif empiris.35

Sebagai contoh

kualitatif adalah penelitian yang dikonseptualisasikan sebagai studi kasus dan

berfokus pada interpretasi, hal ini yang melibatkan data kualitatif. Atau, sebagai

contoh metode campuran, mungkin sebuah survei kuantitatif yang akan diikuti

dengan data kualitatif.36

Penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Melalui studi

kepustakaan yang diharapkan dapat mempelajari “Analisis Bantuan Luar Negeri

Bank Dunia (World Bank) Dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia Periode

2007-2009 (Studi Kasus PNPM Mandiri)” secara teoritis maupun empiris.

Sumber-sumber data ini berupa buku, jurnal, internet, hasil penelitian dan

penerbitan-penerbitan lainnya.

I.5 Tujuan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Kebijakan Bantuan Luar Negeri Bank

Dunia (World Bank) Dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia Periode 2007-

2009 (Studi Kasus PNPM Mandiri)” yang bertujuan untuk melihat sejauh mana

34

A. Irawan J.H., 2007, “Ekspansi Global Neo-Liberalisme”, dalam Transformasi Dalam Studi

Hubungan Internasional (Aktor, Isu dan Metodologi), Yulius P. Hermawan, Graha Ilmu,

Yogyakarta. Hal. 104-105. 35

Bagong Suyanto dan Sutinah ed., 2007, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif

Pendekatan, Kencana, Jakarta. Hal. 177-179. 36

Keith F. Punch, 2000, Developing Effective Research Proposals, SAGE Publications, London.

Hal. 51.

Page 33: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

22

efektivitas bantuan luar negeri Bank Dunia terhadap pengentasan kemiskinan di

Indonesia dan melihat bagaimana dampak yang terjadi dari bantuan luar negeri

Bank Dunia di Indonesia. Disamping itu juga untuk melihat bagaimana

pandangan Bank Dunia dalam pengentasan kemiskinan diikuti dengan penjelasan

tentang strategi Bank Dunia dalam menurunkan angka kemiskinan.

I.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

I.2 Perumusan Masalah

I.3 Kerangka Teori

I.4 Metoda Penelitian

I.5 Tujuan Penelitian

I.6 Sistematika Penulisan

BAB II KEMISKINAN DI INDONESIA

Membahas masalah kemiskinan yang terjadi di Indonesia (1999-2009)

yang merupakan penyebab terjadinya bantuan luar negeri, seperti; menjelaskan

kemiskinan yang terjadi di Indonesia dan disertai pula pandangan Bank Dunia

dalam kemiskinan di Indonesia.

BAB III BANTUAN LUAR NEGERI BANK DUNIA DI INDONESIA

Membahas tentang kebijakan bantuan luar negeri Bank Dunia dalam

pengentasan kemiskinan di Indonesia, seperti; menjelaskan sebuah bantuan luar

Page 34: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

23

negeri Bank Dunia dan bentuk program pengentasan kemiskinan yaitu PNPM

Mandiri.

BAB IV ANALISIS BANTUAN LUAR NEGERI BANK DUNIA DALAM

KEMISKINAN DI INDONESIA

Menganalisis masalah yang terjadi antara kemiskinan di Indonesia dan

bantuan luar negeri Bank Dunia, seperti; sejauh mana efektivitas bantuan luar

negeri/PNPM-Mandiri terhadap Indonesia (disertai tabel-tabel), relevansinya

terhadap neoliberalisme dan dampaknya terhadap bantuan luar negeri Bank

Dunia.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan

Page 35: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

24

BAB II

KEMISKINAN DI INDONESIA

II.1 Masalah Kemiskinan di Indonesia

Kemiskinan di Indonesia memang terjadi sangat rumit, pada pertengahan

tahun 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi yang cukup parah. Kontraksi

ekonomi tersebut menimbulkan dampak sosial yang sangat besar dan

membalikkan banyak kemajuan di sektor sosial yang telah dicapai dalam dekade

sebelumnya. Dalam pasar tenaga kerja, tingkat pengangguran meningkat sedikit

dari 4,7 persen pada tahun 1997 menjadi 5,5 persen pada tahun 1998, upah riil

menurun sekitar sepertiga. Tingkat kemiskinan selama krisis, dari awal terjadinya

krisis pada pertengahan tahun 1997 ke puncak krisis pada akhir tahun 1998 telah

meningkat menjadi 164 persen. Jelas bahwa kemiskinan meningkat dengan cepat

seiring dengan memburuknya krisis ekonomi, hal ini menyiratkan bahwa sejumlah

besar mengalami kemiskinan dalam waktu singkat.37

Disamping itu, dalam mencari penyebab krisis ekonomi tersebut, hal ini

menjadi pusat perhatian di dalam pemerintahan. Penyebab krisis ekonomi tersebut

adalah bahwa ada terjadinya pemerintahan yang buruk (bad governance), yang

biasa dikenal sebagai KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) di Indonesia yang

telah melemahkan perekonomian Indonesia, sehingga menimbulkan penderitaan

dari krisis periodik. Karena masalah tersebut, Indonesia menempati bagian atas

dalam daftar negara-negara paling korup di dunia dalam waktu yang lama.

37

Asep Suryahadi dan Sudarno Sumarto, 2010, “Poverty and Vulnerability In Indonesia Before

and After The Economic Crisis”, dalam Poverty and Social Protection In Indonesia, Joan

Hardjono, Nuning Akhmadi dan Sudarno Sumarto, ISEAS Publishing, Pasir Panjang. Hal. 36-37.

Page 36: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

25

Disamping itu, pengurangan kemiskinan dan tata pemerintahan merupakan kedua

hal yang saling terkait. Tata pemerintahan yang buruk telah melakukan upaya-

upaya penanggulangan kemiskinan yang tidak efektif, sementara proyek-proyek

pengurangan kemiskinan malah menyediakan lahan subur bagi korupsi.38

Dengan adanya korupsi tersebut, secara tidak langsung hal ini juga

merugikan masyarakat miskin, yaitu:

1. Peningkatan harga barang dan jasa yang harus dibayar oleh masyarakat

miskin;

2. Mengurangi pendapatan oleh penduduk miskin dengan cara pajak semi-legal,

ilegal dan retribusi;

3. Adanya tindakan dukungan untuk masyarakat miskin, padahal hal itu malah

justru sebaliknya;

4. Menciptakan ketimpangan atau ketidaksamaan dalam kepemilikan aset,

karena orang-orang kaya dapat mempengaruhi pemerintah untuk mengejar

kebijakan yang akan meningkatkan kekayaan mereka sendiri (seperti

perlakuan pajak yang menguntungkan dan nilai tukar mata uang) yang tidak

tersedia bagi masyarakat miskin; dan

5. Mencegah orang miskin dalam melakukan investasi baru atau membuka bisnis

baru, karena mereka tahu bahwa orang-orang yang berbisnis akan selalu

menang dan terhubung dengan kontrak proyek-proyek pemerintah, karena

adanya praktek korupsi. Akibatnya, mereka tidak dapat meningkatkan standar

kehidupan mereka, dan menjadikan selalu tetap miskin.

38

Sudarno Sumarto, Asep Suryahadi, Alex Arifianto, 2003, “Governance and Poverty Reduction:

Evidence From Newly Decentralized Indonesia”, dalam The Role Of Governance In Asia,

Yasutami Shimomura, Japan Institute Of International Affairs and ASEAN Foundation,

Singapore. Hal. 28.

Page 37: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

26

Singkatnya, ada sebuah konsensus yang kuat bahwa tata kelola

pemerintahan yang baik itu sangat diperlukan bagi upaya untuk pengurangan

kemiskinan secara efektif dan untuk mengurangi adanya praktek korupsi.39

Pada

tahun 2000-2005 jumlah penduduk miskin malah cenderung menurun dari 38,70

juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif juga

terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14 persen pada tahun 2000

menjadi 15,97 persen pada tahun 2005.40

Tetapi di awal tahun 2005, telah dindikasikan bahwa jumlah penduduk

miskin di Indonesia telah mencapai 51%, atau mencapai 114,64 juta jiwa. Diduga

bahwa kenaikan jumlah penduduk miskin itu disebabkan oleh beberapa hal yang

saling berkaitan. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Aceh dan sebagian wilayah

Sumatera Utara telah menyebabkan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat

lenyap dari dua wilayah tersebut. Memang banyak juga mereka yang tinggal

di wilayah itu selamat dari musibah tersebut. Tapi satu hal yang pasti bahwa

hal ini akan berimplikasi terhadap penambahan jumlah pengangguran dan

kemiskinan dari penduduknya.

2. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi beberapa kali hingga

awal bulan Oktober di tahun 2005 ini tentu telah membebani biaya-biaya

produksi. Ini tentu pada gilirannya mengakibatkan turunnya kemampuan daya

beli, dan bahkan hanya untuk bertahan hidup pun, bagi masyarakat yang

secara umum memang sudah sangat berat saat ini. Dampak ikutan berikutnya

39

Ibid. “Governance and Poverty Reduction: Evidence From Newly Decentralized Indonesia”.

Hal. 32-33. 40

Berita Resmi Statistik, 2009, Badan Pusat Statistik, No. 43/07/Th. XII. Hal. 1.

Page 38: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

27

yakni meningkatnya jumlah orang yang dikategorikan sebagai penduduk

miskin.

3. Kenaikan harga minyak internasional dan melemahnya nilai tukar rupiah

tampaknya juga bisa dilihat sebagai penyebab yang berpengaruh terhadap

melemahnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan produk-produk primer,

apalagi sekunder, yang memang diperlukan selama ini dalam kehidupan

mereka sehari-hari.41

Terkait dalam hal tersebut, faktor utama yang menyebabkan peningkatan

angka kemiskinan di Indonesia secara signifikan bukanlah kenaikan harga BBM,

melainkan kenaikan harga beras. Ada dua alasan dalam hal tersebut, yaitu;

Pertama, kenaikan harga BBM, pada April dan Oktober 2005 yang secara

kumulatif mencapai rata-rata 143 persen, hanya menurunkan kesejahteraan

masyarakat miskin, karena telah dimbangi dengan program bantuan langsung

tunai (BLT). Kedua, tiga per empat dari orang miskin merupakan konsumen

bersih (net consumer) beras, sehingga kenaikan harga beras berpengaruh secara

signifikan terhadap kenaikan angka kemiskinan.42

Dampak dari perubahan harga tersebut sudah bisa ditebak yakni akan

makin membebani biaya hidup masyarakat secara umum. Secara sederhana, tapi

memang terlihat sangat nyata, kita bisa mengidentifikasi beberapa hal di balik

makin besarnya biaya hidup yang harus ditanggung oleh masyarakat. Beberapa

hal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ada kecenderungan kenaikan secara berkala dari harga-harga seperti air

bersih, tarif angkutan, tarif komunikasi dan tarif dasar listrik;

41

Hari Susanto, 2006, Dinamika Penanggulangan Kemiskinan: Tinjauan Historis Era Orde Baru,

Khanata-Pustaka LP3ES Indonesia dan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Jakarta. Hal. 8-9. 42

Fahmy Radhi, 2008, Kebijakan Ekonomi Pro Rakyat, Republika, Jakarta. Hal. 44.

Page 39: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

28

2. Pada saat bersamaan harga kebutuhan pokok rumah tangga penduduk terus

ikut-ikutan mengalami kenaikan meski pemerintah berulang kali dalam

berbagai kesempatan mengatakan bahwa harga kebutuhan pokok tidak boleh

membebani masyarakat. Pernyataan yang lebih bersifat himbauan ini dalam

kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di pasar. Faktanya

hampir semua harga kebutuhan pokok rumah tangga bergerak naik;

3. Harga bahan bakar minyak yang terus cenderung naik beberapa kali dalam

setahun memiliki kaitan dengan alasan beratnya beban subsidi yang

ditanggung pemerintah selama ini sebagaimana terlihat dalam anggaran

pendapatan dan belanja negara. Kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut

tentunya mempunyai pengaruh terhadap kecenderungan naiknya inflasi yang

konon, bagi banyak pengamat ekonomi, bergerak laksana sebuah spiral.43

Di bulan Februari pada tahun 2008 kondisi pengangguran mencapai 8,46%

atau menunjukkan penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

mencapai 9,75% akibat kenaikan BBM. Turunnya angka pengangguran sebesar

1,12 juta orang dalam setahun terakhir ini disebabkan oleh dua faktor: Pertama,

seluruh sektor ekonomi menunjukkan peningkatan serapan tenaga kerja dan

pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor keuangan yang mencapai 11,5%.

Demikian pula sektor keuangan memiliki angka elastisitas serapan tenaga kerja

yang paling tinggi, di mana untuk setiap I (satu) persen pertumbuhan sektor

keuangan maka tenaga kerja di sektor tcisebut akan mengalami pertumbuhan

3,6%. Kedua, pertumbuhan kesempatan kerja mencapai 2.43% lebih besar dari

pertumbuhan angkatan kerja yang mencapai 1.76%. Hal ini menandakan baik

43

Hari Susanto, 2006, Dinamika Penanggulangan Kemiskinan: Tinjauan Historis Era Orde Baru,

Khanata-Pustaka LP3ES Indonesia dan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Jakarta. Hal. 8.

Page 40: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

29

tenaga kerja yang pertama kali bekerja maupun yang sebelumnya menganggur

dapat bekerja.

Apabila ditinjau dari status pekerjaan utama, sebagian besar tenaga kerja

diserap oleh sektor informal. Berdasarkan data Februari 2003 jumlah pekerja

informal mencapai 70,55 juta orang atau 69,1 % dari total penduduk usia 15 tahun

ke atas yang bekerja. Persentase pekerja informal ini hampir tidak mengalami

perubahan dibandingkan dengan data Februari 2006 yaitu sebesar 69,8%. Tingkat

penghasilan pekerja informal ini relatif kecil dan tidak pasti. Artinya, meskipun

pekerja informal ini tidak terhitung sebagai pengangguran, namun mereka sangat

rentan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, termasuk kenaikan harga

BBM. Misalnya para penjual gorengan, bubur, dan makanan kecil lainnya di

pinggir jalan semakin tertekan akibat kenaikan harga dan kelangkaan minyak

tanah.44

Untuk lebih rinci mengenai kemiskinan di Indonesia pada periode 1999-

2009 bisa dilihat di tabel 1.

Tabel 1

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia

Pada Tahun 1999-2009

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Kota + Desa Kota Desa Kota + Desa

1999 15,64 32,33 47,97 19,41 26,03 23,43

2000 12,30 26,40 38,70 14,60 22,38 19,14

2001 8,60 29,30 37,90 9,76 24,84 18,41

2002 13,30 25,10 38,40 14,46 21,10 18,20

44

Tim Jumpa Pers-Pusat Penelitian Ekonomi, 2008, “Problema Pengangguran dan Kemiskinan di

Tengah Gejolak Harga BBM: Telaah Kritis Kebijakan dan Solusi Alternatif”, Jurnal Ekonomi dan

Pembangunan, vol. XVI, no. 1, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta. Hal. 82.

Page 41: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

30

2003 12,20 25,10 37,30 13,57 20,23 17,42

2004 11,40 24,80 36,10 12,13 20,11 16,66

2005 12,40 22,70 35,10 11,68 19,98 15,97

2006 14,49 24,81 39,30 13,47 21,81 17,75

2007 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58

2008 12,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15,42

2009 11,91 20,62 32,53 10,72 17,35 14,15

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)45

Menurut Lembaga Penelitian SMERU, kemiskinan di Indonesia berwajah

majemuk, berubah dari waktu ke waktu, atau dari satu tempat ke tempat lain, hal

ini mengandung berbagai dimensi dan masalah yang kompleks, antara lain:

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan,

papan);

2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,

pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi);

3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk

pendidikan dan keluarga);

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal;

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber daya alam;

6. Tidak dilibatkan dalam kegiatan sosial masyarakat;

7. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang

berkesinambungan;

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental;

45

Berita Resmi Statistik, 2009, Badan Pusat Statistik, No. 43/07/Th. XII. Hal. 2-5.

Page 42: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

31

9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak-anak terlantar,

Perempuan korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal

dan terpencil).46

Ada banyak penyebab terjadinya kemiskinan di Indonesia, dan tidak ada

satu jawaban pun yang mampu menjelaskan semuanya sekaligus. Ini ditunjukkan

oleh adanya berbagai pendapat mengenai penyebab kemiskinan sesuai dengan

keadaan, waktu, dan tempat tertentu yang mencoba mencari penyebab

kemiskinan. Tetapi Lembaga Penelitian SMERU menyimpulkan bahwa penyebab

dasar kemiskinan antara lain:

1. Kegagalan kepemilikan, terutama tanah dan modal;

2. Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana;

3. Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor;

4. Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang

kurang mendukung;

5. Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antar sektor ekonomi

(ekonomi tradisional versus ekonomi modern);

6. Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat;

7. Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola

sumber daya alam dan lingkungannya;

8. Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance);

9. Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan

lingkungan.47

46

Paket Informasi: Dasar Penanggulangan Kemiskinan, Lembaga Penelitian SMERU untuk

Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (BKPK). Hal. 2. 47

Ibid, Paket Informasi: Dasar Penanggulangan Kemiskinan. Hal. 4

Page 43: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

32

II.2 Ukuran dan Kemiskinan di Indonesia Menurut Bank Dunia

II.2.1 Ukuran Kemiskinan Menurut Bank Dunia Secara Umum

Pendekatan yang luas untuk suatu kesejahteraan (dan kemiskinan)

berfokus pada kemampuan individu yang berfungsi di dalam masyarakat.

Masyarakat miskin sering kali kekurangan dalam kemampuannya; dengan

kemungkinan karena mereka memiliki pendapatan yang tidak memadai dalam

pendidikan, memiliki kesehatan yang buruk, merasa tidak berdaya, atau bisa jadi

karena kurangnya dalam kebebasan politik. Oleh karena itu, Bank Dunia

menguraikan empat alasan untuk mengukur kemiskinan, yaitu:

1. Untuk menjaga orang miskin yang masuk di dalam agenda Bank Dunia.

2. Untuk dapat mengidentifikasi orang-orang yang miskin, sehingga dapat tepat

sasaran dalam mengintervensi.

3. Untuk memonitor dan mengevaluasi proyek-proyek dan intervensi kebijakan

yang diarahkan untuk masyarakat miskin.

4. Untuk mengevaluasi efektivitas lembaga-lembaga yang tujuannya adalah

untuk membantu orang miskin.48

Langkah pertama dalam mengukur kemiskinan adalah mendefinisikan

indikator kesejahteraan seperti pendapatan atau konsumsi per kapita. Informasi

tentang kesejahteraan berasal dari data survei. Sebuah desain survei yang baik

adalah suatu hal yang terpenting. Meskipun beberapa survei menggunakan sampel

acak (random sampling) secara sederhana, hal ini juga kebanyakan menggunakan

sampel acak secara bertingkat. Oleh sebab itu, Bank Dunia mengambil tiga

langkah dalam mengukur kemiskinan, yaitu:

48

Jonathan Haughton dan Shahidur R. Khandker, 2009, Handbook On Poverty and Inequality, The

International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank, Washington DC. Hal.

1.

Page 44: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

33

1. Menentukan indikator kesejahteraan.

2. Menetapkan standar minimal yang dapat diterima oleh suatu indikator bahwa

hal ini untuk memisahkan orang miskin dari orang yang tidak miskin (garis

kemiskinan).

3. Menghasilkan sebuah ringkasan untuk mengumpulkan suatu informasi dari

distribusi indikator kesejahteraan yang relatif terhadap garis kemiskinan.49

Adapun tindakan dan strategi Bank Dunia yang bertujuan untuk

memerangi kemiskinan yaitu dalam beberapa dekade, pengalaman Bank Dunia

telah mengakui beberapa faktor umum yang terkait dengan kemajuan dalam

pembangunan secara keseluruhan. Faktor dasar inilah yang menjadi acuan dalam

strategi Bank Dunia yaitu sebagai berikut:

1. Suatu negara yang aktif dengan tata pemerintahan yang baik (good

governance) di sektor publik dan swasta yang mendorong ke arah lingkungan

dimana kontraknya tersebut bersifat memaksa dan sebuah pasar yang dapat

berfungsi sebagai; karya infrastruktur dasar, ada ketentuan yang memadai

untuk kesehatan, pendidikan, perlindungan sosial dan orang-orang dapat

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan

mereka.

2. Suatu pemberdayaan yang dapat memastikan bahwa semua orang akan

memiliki kemampuan untuk membentuk kehidupan mereka sendiri, dengan

memberikan kesempatan, keamanan dan dengan mendorong partisipasi dan

inklusi sosial yang efektif.

49

Ibid, Handbook On Poverty and Inequality. Hal. 10.

Page 45: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

34

3. Pertumbuhan ekonomi adalah hal yang sangat penting karena negara-negara

yang telah mengurangi kemiskinan adalah hal yang paling efektif dan tumbuh

paling cepat. Belum ada contoh pembangunan berkelanjutan yang berhasil

tanpa periode pertumbuhan tinggi per kapita output.

4. Perlu ada sektor swasta karena hal ini sangat penting untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dengan usaha kecil dan menengah

dapat memainkan peran yang sangat penting dalam menghasilkan peluang

kerja bagi masyarakat miskin.

5. Suatu kebijakan sektor keuangan yang rasional dan tepat untuk negara

merupakan hal yang sangat penting, sebagai penghapusan hambatan dalam

perdagangan internasional sehingga ekspor negara-negara berkembang dapat

memberikan kontribusi untuk pertumbuhannya.

6. Suatu negara dan masyarakat harus memiliki kepemilikan agenda

pembangunan untuk mencerminkan kondisi khusus dari suatu negara dan

ekonomi politik.

Bank Dunia memiliki dua pilar untuk menanggulangi kemiskinan dalam

pembangunannya, dua pilar tersebut adalah membangun 1. Iklim investasi,

pekerjaan dan pertumbuhan yang berkelanjutan, 2. Investasi pada orang yang

miskin dan memberdayakan mereka untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Kedua pilar tersebut dalam kerangka kerja strategis Bank Dunia sangat penting

untuk keberhasilan dalam mencapai pengurangan kemiskinan yang berkelanjutan

dan membantu negara-negara untuk mencapai tujuannya. Di setiap negara-negara

memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Bekerja dengan Bank Dunia mengenai

MDGs adalah prioritas di negara-negara yang sebagian besar berpenghasilan

Page 46: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

35

rendah, sedangkan pendapatan yang relatif/menengah lebih sering bekerja untuk

mencari lebih banyak nasabah dengan Bank Dunia pada pembangunan iklim

investasi.50

II.2.2 Kemiskinan di Indonesia Menurut Bank Dunia

Untuk melihat kemiskinan di Indonesia, ternyata sebelumnya Bank Dunia

belajar dari sejarah untuk mendukung upaya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia. Sejarah Indonesia memberi banyak pelajaran tentang keberhasilan

upaya-upaya penanggulangan kemiskinan di masa lalu. Pelajaran ini dapat

bermanfaat ketika mencari strategi penanggulangan kemiskinan yang efektif

untuk masa mendatang. Bank Dunia membuat catatan-catatan tersebut, antara

lain: Pertama, catatan Indonesia menunjukkan seperti apa kekuatan penggerak

pertumbuhan dalam penanggulangan kemiskinan tatkala ia berdampak pada

rakyat penduduk miskin. Kedua, catatan Indonesia menunjukkan bahwa

penyaluran pengeluaran negara secara bijaksana ke dalam upaya-upaya dan

program-program yang bermanfaat bagi penduduk miskin adalah kunci bagi

penanggulangan kemiskinan. Ketiga, pengalaman Indonesia diterpa guncangan

krisis ekonomi justru semakin menunjukkan perlunya mewujudkan perlindungan

sosial bagi penduduk miskin. Keempat, pengalaman masa lalu Indonesia

menunjukkan bahwa Indonesia harus membangun pemerintahan yang dapat

bermanfaat bagi penduduk miskin.51

50

Cathy L. Gagnet dan World Bank, World Bank Annual Report 2003, vol. 1 Year In Review, The

International Bank for Reconstruction and Development/The World bank, Washington DC. Hal.

12-13. 51

The World Bank, 2006, Indonesia Making the New Indonesia Work For The Poor, Jakarta. Hal.

19-21.

Page 47: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

36

Menurut Bank Dunia, Indonesia memiliki peluang emas untuk

menurunkan kemiskinan dengan pesat. Pertama, dengan melihat sifat

kemiskinan, memusatkan perhatian pada beberapa bidang unggulan dapat

memberi beberapa kemenangan dengan cepat dalam perang melawan kemiskinan

dan rendahnya hasil pengembangan manusia. Kedua, sebagai negara penghasil

minyak dan gas, Indonesia berada di posisi untuk memperoleh keuntungan dalam

beberapa tahun ke depan dari sumber-sumber daya keuangan. Hal ini disebabkan

oleh harga minyak yang lebih tinggi dan penurunan subsidi bahan bakar. Ketiga,

Indonesia masih dapat memperoleh keuntungan lebih jauh dari proses-proses

demokratisasi dan desentralisasinya yang terus berlanjut.

Kemiskinan di Indonesia memiliki tiga ciri yang menonjol: (i) Banyak

rumah tangga terkonsentrasi di sekitar garis kemiskinan pendapatan nasional

sejumlah kurang lebih 1,55 dolar AS perhari PPP (Public-Private

Partnerships/Kemitraan Publik dan Swasta), membuat bahkan banyak penduduk

tidak miskin rentan terhadap kemiskinan; (ii) ukuran kemiskinan pendapatan tidak

mencakup jangkauan kemiskinan sebenarnya di Indonesia; banyak dari mereka

yang kemungkinan tidak miskin secara pendapatan dapat diklasifikasikan sebagai

masyarakat miskin berdasarkan kekurangan akses ke layanan-layanan pokok dan

hasil pengembangan manusia yang buruk; dan (iii) dengan melihat ukuran besar

dan kondisi berbeda-beda kepulauan Indonesia, kesenjangan regional merupakan

ciri pokok kemiskinan di negara ini.52

Adapun faktor-faktor penentu kemiskinan di Indonesia, Bank Dunia dalam

bagian ini menggunakan analisis multivariat untuk mengungkap faktor-faktor

52

The World Bank, 2008, Investing in Indonesia’s Institutions: For Inclusive and Sustainable

Development, IFC (International Finance Corporation: World Bank Group) Jakarta. Hal. 50.

Page 48: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

37

penentu dan arti penting relatif dari karakteristik, aset dan akses utama pada

rumah tangga sebagai faktor-faktor yang berkorelasi dengan kemiskinan

(correlates of poverty). Beberapa faktor kunci memang berpengaruh pada

kemiskinan dan karena itu juga berperan bagi upaya dalam penanggulangan

kemiskinan. Bank Dunia menguraikan lima korelasi faktor penentu dalam

kemiskinan, antara lain:

1. Faktor Korelasi Dalam Pendidikan

a. Kemiskinan memiliki kaitan yang sangat erat dengan pendidikan yang

tidak memadai.

b. Melampaui jenjang pendidikan sekolah dasar dengan meningkatkan

kesejahteraan secara berarti.

c. Meningkatkan capaian jenjang pendidikan di wilayah/area tertentu yang

berkorelasi dengan pengurangan kemiskinan yang lebih besar.

2. Faktor Korelasi Dalam Pekerjaan

Bekerja di sektor pertanian memiliki korelasi yang kuat dengan

kemiskinan. Kepala rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian memiliki

tingkat konsumsi yang jauh lebih rendah (dan karena itu memiliki kemungkinan

lebih besar untuk menjadi miskin) dibandingkan mereka yang bekerja di sektor

lain. Dengan menggunakan kepala rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian

informal sebagai dasar (base), faktor-faktor yang berkorelasi dengan kemiskinan

menunjukkan bahwa kepala rumah tangga di daerah pedesaan yang bekerja di

sektor pertanian formal memiliki korelasi dengan kenaikan tingkat konsumsi

dengan nilai koefisien korelasi sebesar 3,1 persen, sedangkan mereka yang

bekerja di sektor industri informal dengan nilai koefisien sebesar 5,4 persen.

Page 49: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

38

Koefisien korelasi yang lebih tinggi terdapat pada kepala rumah tangga

yang bekerja di sektor industri formal (11,7 persen). Koefisien korelasi yang

tertinggi terdapat di sektor jasa: sektor jasa informal sebesar 14 persen, sedangkan

sektor jasa formal sebesar 22 persen, yang berlaku untuk daerah perkotaan

maupun daerah pedesaan. Mengingat sedikitnya porsi penduduk miskin yang

bekerja di sektor formal dan sektor nonpertanian, di samping kenyataan bahwa

bekerja di sektor-sektor yang lebih menguntungkan tersebut memiliki korelasi

dengan pengurangan kemiskinan, maka perpindahan tenaga kerja ke sektor

pertanian formal, atau ke sektor nonpertanian formal maupun informal, akan

membuka jalan keluar dari kemiskinan.

3. Faktor Korelasi Dalam Gender

Meskipun tingkat kemiskinan terlihat sedikit lebih rendah pada rumah

tangga dengan kepala keluarga perempuan, namun pada kenyataannya tidaklah

demikian: rumah tangga yang dengan kepala keluarga laki-laki masih jauh lebih

beruntung dibandingkan rumah tangga dengan kepala keluarga perempuan. Pada

tahun 1999, dengan menganggap karakteristik-karakteristik yang lain bersifat

tetap, rumah tangga di daerah perkotaan yang dikepalai laki-laki memiliki tingkat

pengeluaran 14,4 persen lebih tinggi daripada rumah tangga yang dipimpin

perempuan. Kesenjangan gender ini bahkan lebih mencolok di daerah pedesaan,

di mana terdapat perbedaan tingkat pengeluaran sebesar 28,4 persen. Pada tahun

2002, kesenjangan gender ini semakin melebar menjadi 15,8 persen di daerah

perkotaan dan 31,1 persen di daerah pedesaan.

Hasil yang tampak berlawanan antara analisis regresi (yang

mengindikasikan bahwa rumah tangga dengan kepala keluarga perempuan jauh

Page 50: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

39

lebih miskin) dan analisis deskriptif sederhana (yang menunjukkan bahwa rumah

tangga dengan kepala keluarga perempuan sedikit kurang miskin), hanya dapat

dijelaskan oleh karakteristik-karakteristik yang tak teramati, seperti

kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami goncangan dan rendahnya

akses kepada instrumen-instrumen untuk meredam dan menghadapi goncangan,

yang mungkin berkorelasi dengan aspek gender kepala rumah tangga. Penilaian

terhadap risiko dan kerentanan di antara beberapa tipe rumah tangga dan tahap-

tahap siklus hidup yang berbeda mengindikasikan bahwa rumah tangga miskin

dengan kepala keluarga perempuan memiliki risiko yang lebih besar untuk

mengalami guncanganguncangan negatif akibat konflik, masalah kesehatan dan

risiko ekonomi.

4. Faktor Korelasi Dalam Akses Terhadap Pelayanan dan Infrastruktur Dasar

a. Kemiskinan jelas berkaitan dengan rendahnya akses terhadap fasilitas dan

infrastruktur dasar.

b. Rumah tangga di daerah pedesaan yang memiliki lebih banyak akses

kepada pendidikan sekolah menengah jauh lebih kecil kemungkinannya

untuk menjadi miskin.

c. Akses kursus informal dapat menjadi faktor kunci dalam mobilitas

ekonomi ke atas, khususnya di daerah perkotaan.

d. Akses lembaga perkreditan setempat juga menaikkan secara berarti tingkat

pengeluaran dan mengurangi kemungkinan rumah tangga untuk menjadi

miskin.

e. Akses jalan memiliki korelasi dengan tingkat konsumsi yang lebih tinggi.

Page 51: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

40

f. Akses telekomunikasi memiliki kaitan yang tidak signifikan dengan

konsumsi pada tingkat nasional, tetapi cukup signifikan pada sebagian

wilayah.

5. Faktor Korelasi Dalam Lokasi Geografis

Dengan adanya ketimpangan antarwilayah, tidaklah mengherankan bila

lokasi geografis juga berkorelasi dengan kemiskinan. Dewasa ini, di samping

wilayah yang sangat luas yang dimiliki Indonesia, dimungkinkan untuk

menggunakan teknik disagregasi geografis yang lebih baik untuk mengonfirmasi

ketimpangan-ketimpangan tersebut dan memfokuskan upaya penanggulangan

kemiskinan pada tingkat yang terendah. Indonesia terdiri dari 33 provinsi; 440

kabupaten atau kota; 5.850 kecamatan dan 73.219 desa/kelurahan. Namun, sejalan

dengan tujuan penilaian atas kemiskinan nasional ini, meskipun penting untuk

menangkap berbagai gambaran yang terpisah sebanyak mungkin, penilaian ini

diputuskan untuk secara khusus difokuskan pada perbedaan-perbedaan geografis

dan temuan-temuan di enam wilayah pengelompokan kepulauan yang luas:

Sumatera, Jawa/Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara/Maluku dan Papua.53

Sebuah analisis akan kemiskinan, faktor-faktor penentunya, dan sejarah

Indonesia dalam menurunkan kemiskinan menunjuk pada tiga cara untuk

memerangi kemiskinan. Tiga cara untuk membantu penduduk mengangkat diri

mereka sendiri dari kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi, layanan sosial, dan

belanja publik. Masing-masing dari cabang ini mengatasi satu atau lebih ciri-ciri

pembentuk kemiskinan di Indonesia: kerentanan, multidimensi dan kesenjangan

53

The World Bank, 2006, Indonesia Making the New Indonesia Work For The Poor, Jakarta. Hal.

46-50.

Page 52: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

41

sosial. Dengan kata lain, strategi kemiskinan yang efektif untuk Indonesia

memiliki tiga komponen:

1. Membuat Pertumbuhan Ekonomi Berguna bagi Masyarakat Miskin.

Pertumbuhan ekonomi telah dan akan terus menjadi hal penting dalam

menurunkan kemiskinan. Membuat pertumbuhan berguna bagi masyarakat

miskin sekaligus merupakan kunci menghubungkan masyarakat miskin di

seluruh bagian-bagian kepulauan Indonesia yang berbeda-beda dengan proses

pertumbuhan, baik antara daerah pedalaman dan perkotaan maupun antara

kelompok-kelompok regional dan kepulauan yang beragam. Oleh karena itu,

sangat penting untuk mengatasi masalah kesenjangan regional. Untuk

mengatasi karakteristik kerawanan kemiskinan yang dikaitkan dengan

padatnya konsentrasi distribusi pendapatan di Indonesia, apa pun yang dapat

mengalihkan distribusi ini ke sayap kanan akan dengan cepat menurunkan

insidensi dari dan kerentanan terhadap kemiskinan pendapatan.

2. Membuat Layanan Sosial Berguna bagi Masyarakat Miskin. Pemberian

layanan sosial pada masyarakat miskin, baik oleh sektor publik maupun

swasta, penting untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia. Pertama, hal ini

merupakan kunci dalam mengatasi dimensi nonpendapatan dari kemiskinan.

Indikator pengembangan manusia yang tertinggal, seperti angka kematian ibu

yang tinggi, harus ditanggulangi dengan meningkatkan kualitas layanan yang

disediakan untuk orang miskin. Hal ini melampaui tingkat-tingkat belanja

publik: hal tersebut mengenai meningkatkan sistem pertanggungjawaban,

mekanisme pemberian layanan, dan bahkan proses-proses pemerintah. Kedua,

sifat kesenjangan regional melampaui kesenjangan pendapatan dan sebagian

Page 53: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

42

besar tecermin pada kesenjangan dalam akses ke layanan yang, pada

gilirannya, menghasilkan kesenjangan dalam hasil pengembangan manusia di

seluruh wilayah. Karena itu, membuat layanan berguna bagi masyarakat

miskin merupakan kunci untuk mengatasi masalah kesenjangan regional

dalam kemiskinan.

3. Membuat Belanja Publik Berguna bagi Masyarakat Miskin. Selain

pertumbuhan ekonomi dan layanan sosial, pemerintah (dengan menargetkan

belanja publik pada masyarakat miskin) dapat membantu mereka dalam

melawan kemiskinan pendapatan dan nonpendapatan. Belanja publik dapat

digunakan untuk membantu mereka yang rentan terhadap kemiskinan

pendapatan melalui sistem modern perlindungan sosial yang menggandakan

usaha-usaha mereka dalam menangani ketidakpastian ekonomi. Selain itu,

belanja publik dapat digunakan untuk meningkatkan hasil-hasil

pengembangan manusia dan karenanya, mengatasi aspek multidimensi

nonpendapatan dari kemiskinan. Membuat belanja berguna bagi masyarakat

miskin sangat berkaitan menimbang ruang keuangan yang makin bertambah

yang ada di Indonesia saat ini.54

Tiga transformasi yang sedang berlangsung di Indonesia, setiap

transformasi dapat kurang lebih memihak masyarakat miskin. Langkah-langkah

kebijakan yang dapat membuat perubahan-perubahan ini menurunkan kemiskinan

dengan pesat termasuk:

1. Selama Indonesia bertumbuh, ekonominya diubah dari ekonomi pertanian

sebagai andalannya menjadi ekonomi yang akan lebih bergantung pada jasa

54

The World Bank, 2008, Investing in Indonesia’s Institutions: For Inclusive and Sustainable

Development, IFC (International Finance Corporation: World Bank Group), Jakarta. Hal. 50-51.

Page 54: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

43

dan industri. Prioritas untuk membuat pertumbuhan ini berguna bagi

masyarakat miskin adalah iklim investasi pedesaan yang lebih bersahabat,

terutama lewat jalan-jalan desa yang lebih baik.

2. Sementara demokrasi mengambil alih, pemerintah ditransformasi dari keadaan

di mana layanan sosial diberikan dari pusat menuju ke pemberian layanan

yang lebih bergantung pada pemerintah daerah. Prioritas untuk membuat

layanan berguna bagi masyarakat miskin adalah kapasitas pemerintah daerah

yang lebih kuat dan insentif yang lebih baik untuk penyedia jasa.

Sementara Indonesia menyatu secara internasional, sistem-sistem

perlindungan sosialnya dimodernisasi sehingga Indonesia merata secara sosial dan

kompetitif secara ekonomi. Prioritas untuk membuat belanja publik berguna bagi

masyarakat miskin adalah dengan beralih dari intervensi pasar untuk komoditas

yang dikonsumsi masyarakat miskin (seperti bahan bakar dan beras) ke

penyediaan dukungan pendapatan yang ditargetkan padarumah-rumah tangga

yang miskin, dan menggunakan ruang keuangan untuk meningkatkan layanan-

layanan kritis seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi.55

55

Ibid, Investing in Indonesia‟s Institutions: For Inclusive and Sustainable Development. Hal. 51.

Page 55: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

44

BAB III

BANTUAN LUAR NEGERI

BANK DUNIA DI INDONESIA

III.1 Bantuan Luar Negeri Bank Dunia Dalam Pengentasan Kemiskinan di

Indonesia

Bank Dunia di Indonesia dalam penyelesaian CAS yang mengkaji

pelaksanaan dan efektivitas Strategi Bantuan Negara (Country Assistance

Strategy/CAS) dari Kelompok Bank Dunia (World Bank Group/WBG) dan untuk

menanggapi kebutuhan darurat Pemerintah. Dalam tujuan strategis jangka panjang

Indonesia, pada saat persiapan CAS, Indonesia sedang dalam proses transisi dari

suatu negara otokratis, dengan ekonomi tersentralisasi menjadi suatu negara

demokratis dengan ekonomi terdesentralisasi. Pemerintah telah berhasil

memulihkan stabilitas makroekonomi dan mengurangi kemiskinan hingga ke

tingkat sebelum krisis.

Kendati demikian, jumlah masyarakat miskin di Indonesia masih tetap

tinggi dan banyak di antaranya yang tetap rawan terhadap kemungkinan untuk

masuk dalam kategori di bawah garis kemiskinan sebagai akibat dari guncangan

yang merugikan. Pertemuan yang membahas tetang hasil MDGs juga tidak

mengalami kemajuan yang berarti. Penyediaan layanan dasar bagi publik dalam

kerangka terdesentralisasi merupakan suatu peluang sekaligus juga merupakan

tantangan. Walaupun Indonesia telah memulai upaya untuk mengatasi isu-isu

Page 56: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

45

pemerintahan dan korupsi, upaya reformasi tersebut terhambat oleh lambatnya

pelaksanaan akibat kapasitas kelembagaan yang lemah.

Agenda jangka pendek pemerintah Indonesia terjebak oleh keputusan

pemerintah untuk tidak memperbarui program IMF setelah selesainya program

tersebut pada bulan Desember 2003. Alih-alih, pemerintah mempersiapkan suatu

paket ekonomi komprehensif berupa tindakan kebijakan yang terikat dengan

waktu (time-bound) untuk dilaksanakan dalam jangka pendek (18 bulan). Paket

ekonomi tersebut atau “buku putih” (panduan otorisasi) mencakup bidang-bidang

inti manajemen makroekonomi, reformasi sektor keuangan, dan kebijakan untuk

memulihkan investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Paket tersebut cukup komprehensif tetapi ambisius, terutama untuk

dilaksanakan selama periode penyelenggaraan pemilihan umum. Kerangka kerja

jangka menengah Pemerintah untuk mengurangi kemiskinan dijabarkan dalam

RPJM (Rencana Jangka Menengah), yang mencerminkan visi pembangunan

negara selama jangka waktu 2004-2009 dan dalam Dokumen Strategi Penurunan

Angka Kemiskinan Sementara (I-PRSP). Ketiga tujuan pembangunan nasional

selama tahun 2004-2009 tersebut diuraikan dalam RPJM berupa menciptakan

Indonesia yang aman dan damai, Indonesia yang adil dan demokratis, dan

Indonesia sejahtera.56

Tujuan CAS tersebut dirancang guna mendukung agenda jangka pendek

dan jangka menengah Pemerintah. Melalui pencapaian tujuan tersebut, dua

hambatan utama dapat diidentifikasi, yaitu: (i) iklim investasi yang lemah dan (ii)

rendahnya kualitas penyediaan layanan bagi masyarakat miskin. Kemajuan dalam

56

The World Bank, 2008, Investing in Indonesia’s Institutions: For Inclusive and Sustainable

Development, IFC (International Finance Corporation: World Bank Group), Jakarta. Hal. 57.

Page 57: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

46

kedua bidang tersebut selanjutnya terhambat oleh masalah mendasar berupa

kepemerintahan yang lemah. Bank Dunia menerapkan strategi berupa dukungan

kepada Indonesia dalam upayanya memperkuat iklim investasi dan meningkatkan

penyediaan layanan dasar sambil mengatasi masalah inti pemerintahan.

Bank Dunia juga menghadapi tantangan tambahan dalam menanggapi

serangkaian bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya (gempa bumi

dan tsunami di Aceh pada bulan Desember 2004, gempa bumi di Nias pada bulan

Maret 2005, gempa bumi di Jogyakarta pada bulan Mei 2006) dan keprihatinan

yang meningkat sehubungan dengan merebaknya virus Flu Burung (Avian Human

Influenza/AHI). Dengan demikian, keempat bidang fokus dalam pengelolaan

risiko bencana yang meningkat tercakup dalam CASPR. Keempat fokus tersebut

menjadi pilar dalam CAS. Pilar 1: Mengatasi Isu Mendasar dalam

kepemerintahan, Pilar 2: Meningkatkan iklim investasi berkualitas tinggi, Pilar

3: Menjadikan pemberian layanan tanggap terhadap masyarakat miskin, Pilar 4:

Pengelolaan risiko bencana.

Dalam keempat pilar tersebut yang terfokus untuk mengatasi kemiskinan

adalah pilar ketiga yang berupa upaya Bank Dunia diarahakan pada percepatan

pencapaian MDGs dalam bidang pendidikan dan kesehatan, serta meningkatkan

hasil pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat miskin.57

Kemajuan dalam

pencapaian MDG tersebut dengan desentralisasi, pemerintah daerah telah menjadi

pemain dominan dalam pemberian layanan dan kini memiliki anggaran belanja

yang jumlahnya hampir sama dengan pemerintah pusat. Angka kemiskinan telah

menurun dari sebesar 16,6 persen pada bulan September 2007 setelah mencapai

57

Ibid, Investing in Indonesia‟s Institutions: For Inclusive and Sustainable Development. Hal. 57-

58.

Page 58: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

47

angka tertinggi sebesar lebih dari 23 persen pada tahun 1999 sebagai akibat dari

krisis keuangan (17,4 persen pada tahun 2003).

Pemerintah Indonesia mengumumkan sejumlah prakarsa besar yang baru

untuk pengentasan kemiskinan dan pada bulan Agustus 2006 pemerintah

Indonesia meluncurkan program pengentasan kemiskinan nasional yang terdiri

dari pilar: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM

Mandiri). Program PNPM Mandiri ini juga didukung oleh Bank Dunia berupa

bantuan luar negeri.58

Sesuai dengan Keppres No. 124/2001 jo. No. 8/2002 jo. No.

34/2002 tentang Komite Penanggulangan Kemiskinan (Keanggotaan terdiri dari

11 Menteri dan 1 Kepala Badan serta anggota non Pemerintah lainnya) dan

disempurnakan melalui Perpres No. 54/2005 tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan (Keanggotaan terdiri dari 19 Menteri dan 3 Kepala

Badan serta anggota non Pemerintah lainnya).59

III.1.1 PNPM Mandiri

Dalam upaya menanggulangi permasalahan kemiskinan yang

dititikberatkan pada pemberdayaan masyarakat, pemerintah Indonesia

meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang

dikoordinasikan oleh Menko Kesra (Kementerian Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat). Pada tahap awal di tahun 2007 pemerintah

mengalokasikan sekitar Rp 3,6 triliun dari APBN, Rp 0,8 triliun dari APBD, dan

sekitar Rp 100 miliar yang berasal dari kontribusi masyarakat. PNPM pada tahun

58

Ibid, Investing in Indonesia‟s Institutions: For Inclusive and Sustainable Development. Hal. 61-

62. 59

Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan, dilihat pada tanggal 26 Maret 2011 pukul 09:20 WIB.

<gudang.tkpkri.org/rakorteknas/Presentasi_Kepala_Sekretariat_TNP2K.pdf>.

Page 59: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

48

2007 yang lalu mencakup 2.992 kecamatan di perdesaan dan perkotaan (sekitar

lebh dari 41.000 desa/kelurahan). Ada dua program besar yang diintegrasikan

dalam PNPM Mandiri tahun 2007 yakni Program Penanggulangan Kemiskinan di

Perkotaan (P2KP) dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK).

Dalam PNPM ini juga dialokasikan sekitar Rp 0,5-1,5 miliar per

kecamatan/tahun dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM),

Sedangkan pada tahun 2008 program-program yag diintegrasikan dalam PNPM

bertambah yakni adanya PNPM-Perdesaan yang dikelola oleh Depdagri dan P2KP

atau PNPM-Perkotaan yang dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum (DPU),

Program Pengembangan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) dari

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Program Pembangunan

Infrastruktur Perdesaan (PPIP) dari Departemen PU dan program-program lainnya

dari berbagai kementerian dan lembaga. Anggaran yang dialokasikan adalah

sebesar 13 triliun rupiah. Sementara itu, alokasi anggaran untuk penaggulangan

kemiskinan sendiri termasuk subsidi untuk masyarakat miskin pada tahun 2008 ini

mencapai 80 triliun rupiah yang tersebar di 22 kementerian/Lembaga.60

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan

terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung

mengenai PNPM Mandiri adalah :

1. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan

sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan

kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan

melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur

60

Tim Jumpa Pers-Pusat Penelitian Ekonomi, 2008, “Problema Pengangguran dan Kemiskinan di

Tengah Gejolak Harga BBM: Telaah Kritis Kebijakan dan Solusi Alternatif”, Jurnal Ekonomi dan

Pembangunan, vol. XVI, no. 1, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta. Hal. 80-81.

Page 60: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

49

program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk

mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan

kemiskinan yang berkelanjutan.

2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan

kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam

memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,

kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan

keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak

untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil

yang dicapai.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM

Mandiri ini adalah :

1. Tujuan Umum

a. Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin

secara mandiri.

2. Tujuan Khusus

b. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat

miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok

masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses

pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

c. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,

representatif dan akuntabel.

Page 61: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

50

d. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan

penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).

e. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat

dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya

penanggulangan kemiskinan.

f. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas

pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi

kemiskinan di wilayahnya.

g. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan

potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

h. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi

dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.61

Pada dasarnya, PNPM Mandiri merupakan harmonisasi dan sinergi

berbagai program penanggulangan kemiskinan yang bersifat pemberdayaan.

PNPM Mandiri terbagi atas dua kategori utama, yaitu PNPM-Inti dan PNPM-

Penguatan. PNPM-Inti adalah program pemberdayaan masyarakat berbasis

kewilayahan yang mencakup PPK, P2KP, Program Pengembangan Infrastruktur

Perdesaan (PPIP), Program Pengembangan Infrastruktur Sosial-Ekonomi Wilayah

(PISEW), dan Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus

(P2DTK).

61

Pengertian dan Tujuan PNPM Mandiri, dilihat pada tanggal 08 Juli 2010 pukul 11:08 WIB,

<http://www.pnpm-mandiri.org/index.php?option=com_content&task=view&id=26&Itemid=53>.

Page 62: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

51

PNPM-Penguatan adalah program pemberdayaan masyarakat berbasis

sektoral dan kewilayahan yang khusus ditujukan untuk mendukung

penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya terkait pencapaian target

tertentu. PNPM-Penguatan, antara lain, terdiri atas PNPM Generasi Sehat dan

Cerdas (PNPM Generasi), PNPM Hijau, Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

(Pamsimas), dan Bantuan Langsung Masyarakat untuk Keringanan Investasi

Pertanian (BLM-KIP). Secara garis besar, cakupan PNPM Mandiri dapat dilihat

pada Gambar 2.62

Gambar 2. Cakupan PNPM Mandiri

Prinsip utama dalam PNPM Mandiri adalah 1.) Partisipasi/keikutsertaan:

Partisipasi masyarakat ditekankan, terutama masyarakat miskin dan Perempuan.

Partisipasi harus luas, melalui pengambilan keputusan yang dilakukan oleh semua

warga desa. 2.) Transparansi: PPK menekankan transparansi dan berbagi

62

Hastuti, 2010, Laporan Penelitian: Peran Program Perlindungan Sosial Dalam Meredam

Dampak Krisis Keuangan Global 2008/09, Lembaga Penelitian SMERU Research Institute,

Jakarta. Hal. 12-13.

PNPM Mandiri

PNPM-Inti

1. PNPM Perdesaan (PPK)

2. PNPM Perkotaan (P2KP)

3. PNPM Infrastruktur Perdesaan (PPIP)

4. PNPM Infrastruktur Sosial-Ekonomi

Wilayah (PISEW)

5. PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus

(P2DTK)

PNPM-Penguatan

1. PNPM Generasi Sehat dan Cerdas

(PNPM Generasi)

2. PNPM Hijau

3. Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP)

4. Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Berbasis Masyarakat (Pamsimas)

5. Bantuan Langsung Masyarakat untuk

Keringanan Investasi Pertanian

(BLM-KIP)

6. Program PNPM lainnya

Page 63: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

52

informasi di seluruh siklus proyek. Pengambilan keputusan dan pengelolaan

keuangan harus terbuka dan dibagikan dengan masyarakat. 3.) Daftar kegiatan

yang terbuka: Warga desa dapat mengusulkan kegiatan apa pun, kecuali yang

tertulis dalam daftar negatif. 4.) Persaingan untuk dana: Harus ada persaingan

terbuka yang sehat antar warga untuk mendapatkan dana PPK. 5.)

Terdesentralisasi: Pengambilan keputusan dan pengelolaandilakukan di tingkat

daerah. 6.) Sederhana: Tidak ada aturan yang rumit, hanya strategi dan metode

sederhana. Untuk proses pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri bisa

dilihat pada gambar 3 di bawah ini.63

Gambar 3. Proses Pemberdayaan Masyarakat Dalam PNPM Mandiri

63

The World Bank, 2010, National Program For Community Empowerment Mandiri-PNPM

Mandiri For Rural Area (2008-2011), dilihat pada tanggal 10 Juli 2010 pukul 19.04 WIB.

<http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/IND

ONESIAEXTN/0,,contentMDK:22039058~pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK:226309,00

.html>.

Sosialisasi

Awal dan

Musyawarah

Masyarakat

Penyusunan

Rencana

Pelaksanaan

Kegiatan

Pemetaan

Swadaya

Pengorganisasian

Masyarakat

Pemanfaatan

dan

Pemeliharaan

Hasil Kegiatan

Mengenali

Kemiskinan

Page 64: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

53

Disamping itu, adapun dukungan Bank Dunia dalam pemberian pinjaman

(loan) untuk Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM

Mandiri) tersebut. Kelompok Bank Dunia (World Bank Group/WBG) akan ikut

mendanai bagian dari PNPM Mandiri, mendukung perluasan program dengan

taksiran investasi tahunan sebesar US$ 2 miliar. Dengan berlangsungnya PNPM-

Perdesaan dan PNPM-Perkotaan, proyek-proyek pengulang diharapkan akan

memperluas program PNPM hingga menjangkau 70.000 masyarakat di seluruh

Indonesia pada tahun 2009/2010 tahap awal periode Strategi Kemitraan Negara

(CPS/Country Partnership Strategy). WBG memberikan dukungan kepada

pemerintah yang berupaya membawa prakarsa di sektor kesehatan, pendidikan,

pengembangan desa, dan sektor-sektor lainnya di bawah payung PNPM untuk

memaksimalkan upaya-upaya pelengkap pengentasan kemiskinan.

Selain itu, melalui dana perwalian WBG, mitra-mitra pengembangan

lainnya menunjang sejumlah layanan analitis dan konsultasi untuk menggalakkan

reformasi kelembagaan yang lebih luas. Sasarannya adalah memperkuat

akuntabilitas dan meningkatkan kemampuan proses perencanaan di tingkat

masyarakat pada lembaga-lembaga dan sistem-sistem utama, seperti penyelesaian

perselisihan dan hal-hal yang terkait dengan hak kebendaan.64

Program ini dimulai menyusul pengalaman sukses 10 tahun sebelumnya

dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Bank Dunia dan Program

Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Untuk tahun 2008-2009,

program tersebut meliputi dua WBG SILS (World Bank Group Specific

Investment Loans), (Pinjaman ini diperuntukan guna menciptakan asset-aset baru

64

The World Bank, 2008, Investing in Indonesia’s Institutions: For Inclusive and Sustainable

Development, IFC (International Finance Corporation: World Bank Group), Jakarta. Hal. 21.

Page 65: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

54

yang produktif dan pemulihan institusi-institusi infrastruktur lainnya sehingga

dapat berfungsi maksimal) dengan total US$ 409 juta serta pendanaan nasional

dan mitra pemerintah lokal dan program pengembangan masyarakat lainnya yang

bernilai setara dengan kurang lebih US$ 1,8 juta. Program penanggulangan

kemiskinan yang lebih kecil lainnya dikemas menjadi PNPM Mandiri guna

membuat program penanggulangan kemiskinan di tingkat masyarakat lebih

sederhana dan terkoordinasi. Saat ini PNPM Mandiri mencakup hampir 70 persen

kelurahan (sub-districts) dan kota. Program ini direncanakan akan berlanjut

hingga tahun 2015, dan WBG serta donor lainnya akan mendukung upaya-upaya

tersebut melalui pinjaman bergulir (repeater loans).65

Sekilas, komitmen pemerintah untuk memerangi kemiskinan memang

cukup positif. Namun demikian, sebagaimana yang disadari oleh pemerintah

sendiri, salah satu permasalahan yang cukup problematik adalah masalah

koordinasi antar kementerian/lembaga dalam menjalankan program-program yang

ditujukan untuk memerangi kemiskinan. Dengan alokasi anggaran yang

tampaknya cukup besar tetapi melewati banyak saringan dalam mekanisme

penyampaiannya, dampak positif yang diharapkan dari PNPM belum bisa begitu

terlihat dan dirasakan oleh kaum miskin. Perlu disadari bahwa untuk

mengentaskan kemiskinan, tak hanya aspek anggaran tetapi juga kesiapan dari

masyarakat itu sendiri serta terbukanya akses yang menjembatani antara

masyarakat sebagai aktor dan pemerintah sebagai fasilitator untuk secara bersama

aktif dalam program pengentasan kemiskinan tersebut.

65

Ibid, Investing in Indonesia‟s Institutions: For Inclusive and Sustainable Development. Hal. 37.

Page 66: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

55

Untuk itu, ada baiknya pemerintah lebih memfokuskan aktivitas

pengentasan kemiskinan secara lebih terarah dalam institusi yang lebih efektif di

mana peran dari berbagai kementerian lembaga lebih kepada fasilitator dan

monitoring. Program besar pemberdayaan ini juga sebaiknya dilaksanakan secara

bertahap dan konsisten (piece of meal and consistent) ketimbang all grabing

hand, dengan menitikberatkan pada sektor-sektor yang mendesak dan terkait

secara langsung kepada masyarakat.66

66

Tim Jumpa Pers-Pusat Penelitian Ekonomi, 2008, “Problema Pengangguran dan Kemiskinan di

Tengah Gejolak Harga BBM: Telaah Kritis Kebijakan dan Solusi Alternatif”, Jurnal Ekonomi dan

Pembangunan, vol. XVI, no. 1, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta. Hal. 81.

Page 67: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

56

BAB IV

ANALISIS BANTUAN LUAR NEGERI

BANK DUNIA DALAM KEMISKINAN DI INDONESIA

IV.1 Efektivitas PNPM Mandiri Dalam Bantuan Luar Negeri

Bantuan Luar Negeri yang dilakukan Bank Dunia merupakan salah satu

kategori motivasi negara donor, yaitu motif kemanusiaan yang bertujuan untuk

mengurangi kemiskinan di negara dunia ketiga melalui dukungan kerjasama

ekonomi. Adapun teori bureaucratic incrementalist yang menyatakan bahwa

tujuan yang dikejar negara donor dalam lingkup kepentingan ekonomi politik

internasional, antara lain kombinasi tujuan kemanusiaan dan berbagai faktor

dalam politik domestik.67

Maka terkait dengan hal itu, program PNPM Mandiri

yang diluncurkan oleh pemerintah yang dibantu oleh Bank Dunia merupakan

tujuan kemanusiaan untuk pengentasan kemiskinan di Indonesia agar bisa

mencapai dalam target MDGs.

Untuk mengetahui efektivitas PNPM Mandiri dalam upaya pengurangan

kemiskinan, PNPM Mandiri dilengkapi dengan pedoman pelaksanaan pemantauan

dan evaluasi. Pedoman Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi PNPM Mandiri

berisi kerangka kerja pemantauan dan evaluasi yang berbasis hasil. Dalam

pemantauan dan evaluasi yang berbasis hasil, selain masukan, dan keluaran,

pemantauan dan evaluasi PNPM Mandiri menekankan pada hasil/keluaran

67

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal. 82-84.

Page 68: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

57

(outcome) dan dampak (impact).68

Menurut Handoko yang sebagaimana dikutip

oleh Dodik Ariyanto, efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang

tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan,

menyangkut bagaimana melakukan pekerjaan yang benar.69

Kerangka kerja pemantauan dan evaluasi yang berbasis hasil ini akan

sangat penting untuk melihat efektivitas PNPM Mandiri. Penulis akan

memaparkan beberapa poin dalam pentingnya pemantauan dan evaluasi, antara

lain:

Pemantauan penting karena memungkinkan para pemangku kepentingan dari

program sektor mengetahui kemajuan yang telah dicapai. Adanya sistem

pemantauan kegiatan/proyek memungkinkan pemantauan status pelaksanaan

proyek secara terus menerus dan identifikasi permasalahan yang mungkin

timbul. Secara keseluruhan hasil pemantauan dapat menunjukkan apakah

proyek telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak.

Pemantauan dan evaluasi adalah alat pengelolaan yang berguna untuk

pengambilan keputusan dan memastikan bahwa tindakan perbaikan dapat

segera diambil secara cepat dan tepat.

Pemantauan dan evaluasi penting karena merekam pengalaman proyek dan

pelajaran yang dapat dipetik. Pemantauan dan evaluasi memungkinkan

pengelola proyek dan pihak-pihak lain mengetahui apa yang terjadi di

lapangan.70

68

Pedoman dan Evaluasi, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri. Hal. 4. 69

Dodik Ariyanto, Pengaruh Efektivitas Penggunaan dan Kepercayaan Teknologi Sistem

Informasi Terhadap Kinerja Individual, dilihat pada tanggal 26 Maret 2011 pukul 08:15 WIB

<ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok_dodik.pdf>. 70

Pedoman dan Evaluasi, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri. Hal. 10-

11.

Page 69: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

58

Cakupan dalam pemantauan dilakukan oleh berbagai pihak, yakni:

Pemantauan dengan Partisipasi Masyarakat, Pemantauan oleh Pemerintah,

Pemantauan oleh Konsultan dan Fasilitator, Sistem Pengelolaan Informasi (SPI),

Pemantauan oleh LSM, Pemeriksaan Keuangan.71

Evaluasi difokuskan pada

keluaran dan dampak proyek apakah sesuai dengan tujuan dan rencana yang telah

ditetapkan. Evaluasi dilakukan pada pertengahan pelaksanaan PNPM Mandiri dan

setelah keseluruhnya program selesai (tahunan). Beberapa jenis evaluasi yang

dapat dilakukan antara lain:

Evaluasi Keluaran (Output)

Dilakukan untuk melihat sejauh mana perubahan kesejahteraan yang

terjadi dengan membandingkan kondisi saat ini dari warga miskin dan kelompok

sasaran lainnya dengan setelah berjalannya program (tahunan). Dasar pengukuran

dan evaluasi ini dari hasil survey dasar yang dilakukan oleh para konsultan

program sektor. Evaluasi ini dapat dilakukan berbagai pihak, baik penangung

jawab program maupun pihak-pihak lain secara independen. Masukan evaluasi

program dapat disampaikan kepada penanggung jawab program di wilayahnya

masing-masing dan atau kepada PNPM Mandiri nasional.

Evaluasi Dampak (Impact)

PNPM Mandiri merencanakan beberapa evaluasi dampak dengan fokus

utama pada dampak dalam kaitan dengan penanggulangan kemiskinan,

perkembangan modal sosial, tata kelola pemerintahan (good governence), dan

pengembangan kapasitas (pemberdayaan). Untuk maksud tersebut dipergunakan

metode campuran, baik menggunakan teknik kuantitatif maupun kualitatif.

71

Ibid. Pedoman dan Evaluasi. Hal. 28-32

Page 70: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

59

Sejumlah survei akan dilakukan untuk mengukur dampak program, dengan

menggunakan survei rumah tangga, Susenas (survey sosial ekonomi nasional),

dan studi kualitatif.

Studi Khusus/Tematik

Untuk mempertajam hasil pemantauan dan berbagai evaluasi reguler

diatas, sejumlah studi tematik atau studi khusus dengan tema tertentu juga akan

dilakukan selama kurun waktu mulai pelaksanaan program (2007) hingga

beberapa tahun ke depan. Studi-studi tersebut mencakup antara lain sebagai

berikut:

Kaji cepat prasarana fisik, untuk mengevaluasi mutu infrastruktur yang

dibangun dengan standar PNPM Mandiri.

Pengkajian operasional dan perawatan, untuk mengevaluasi tata cara

operasional dan perawatan infrastruktur dan mengevaluasi struktur ongkos

yang dibayar pengguna dan kemampuan warga desa dan pemerintah

setempat membiayai operasional dan perawatan tersebut.

Pengkajian dampak ekonomi dan tingkat pengembalian, untuk

mengukur tingkat pengembalian dan dampak ekonomi program-program

PNPM Mandiri.

Pengkajian ulang gender, untuk mengkaji ulang strategi program dan

pelaksanaan program dari aspek kesetaraan gender.

Pengkajian pengembangan kredit mikro dan usaha masyarakat, untuk

mengevaluasi strategi kredit mikro dan pengembangan usaha di bawah

PNPM Mandiri, guna mengetahui bagaimana komponen-komponen ini

Page 71: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

60

dapat ditingkatkan agar menghasilkan manfaat ekonomi yang lebih besar

dan keberlanjutan.

Pengkajian perencanaan pembangunan, mengevalusi perencanaan

mulai dari tingkat desa/kelurahan hingga nasional dan bagaimana

meningkatkan koordinasi antar berbagai tingkatan.

Pengkajian pengembangan kapasitas kelembagaan. Pengembangan

kapasitas kelembagaan adalah salah satu komponen penting PNPM

Mandiri. Komponen program ini memberikan berbagai pelatihan bagi

warga desa/kelurahan, kelompok masyarakat pelaksana program, dan

aparat pemerintah daerah setempat. Perkembangan komponen

pengembangan kapasitas ini perlu dipantau dan dampaknya terhadap

penguatan kemandirian masyarakat perlu dinilai sebagai salah satu

keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri.

Pengkajian pencapaian MDGs. Pelaksanaan PNPM Mandiri diharapkan

juga akan berdampak pada percepatan pencapaian MDGs. Melalui

berbagai evaluasi sektor terkait kegiatan pelayanan dasar seperti

pendidikan dan kesehatan diharapkan dapat memberikan masukan bagi

kebijakan pelayanan dasar masyarakat miskin. Evaluasi terkait dengan

aspek ini difokuskan pada mutu investasi, kesinambungan, kepuasan

warga, efektivitas biaya, dan hubungan dengan pemerintah setempat dan

sektor swasta.72

Dalam hasil laporan kegiatan PNPM-Mandiri tahun 2007, PNPM-PPK

mendanai sebanyak 25.835 kegiatan yang diusulkan masyarakat di 14.688 desa

72

Ibid. Pedoman dan Evaluasi. Hal. 34-36.

Page 72: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

61

dalam 1.864 kecamatan. Kegiatan tersebut menyerap dana BLM senilai Rp 1,53

triliun (171 juta dolar AS, dimana US$1 = Rp 9.000). Angka itu lebih sedikit

dibanding jumlah kegiatan yang didanai program pada 2006, yang mencapai

27.849 kegiatan, karena pada tahun tersebut, sejumlah kegiatan yang didanai PPK

II dan PPK III masih berjalan. Sebagai catatan, masih terdapat lebih dari 35

persen lokasi yang belum menuntaskan kegiatan dan melaporkannya, sehingga

jumlah kegiatan yang didanai PNPM-PPK 2007 dipastikan akan lebih besar dari

angka tersebut.

Adanya dukungan pendanaan yang besar dari sejumlah lembaga/negara

donor pada pelaksanaan PPK paska-bencana di NAD, Kepulauan Nias, dan lokasi

bencana lain, memberi kontribusi yang sangat besar pada jumlah kegiatan

masyarakat yang didanai program pada 2006. Secara akumulatif, sejak PPK

dilaksanakan pada 1998 hingga 2007, program ini telah mendanai 181.835

kegiatan yang diusulkan, dikerjakan dan dikelola sendiri oleh masyarakat. Angka

tersebut diluar kegiatan pemberian beasiswa dan paket pendidikan (lihat Tabel 2).

Pada pelaksanaan PNPM-PPK 2007, persentase bidang kegiatan yang

diusulkan, dilaksanakan dan dikelola oleh masyarakat di desa-desa adalah:

prasarana/sarana dasar perdesaan 35,4 persen; pendanaan simpan pinjam

kelompok perempuan (SPP) 48,5 persen; kegiatan di bidang pendidikan 10,4

persen; dan kegiatan di bidang kesehatan termasuk kegiatan sanitasi sebesar 5,3

persen (lihat Gambar 4). Dilihat dari presentase jumlah kegiatan, pada 2007,

bidang kegiatan pendanaan SPP merupakan yang tertinggi.

Hal ini terjadi karena alokasi dana SPP yang dapat diakses kaum

perempuan pada PNPM-PPK diperbesar menjadi maksimal 25 persen dari BLM

Page 73: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

62

per kecamatan, dari sebelumnya maksimal hanya 10 persen. Sebagai gambaran,

pada 2006, persentase per bidang kegiatan yang didanai program adalah

prasarana/ sarana 53 persen; pendanaan SPP masih 35 persen; kegiatan di bidang

pendidikan 7 persen; dan kegiatan di bidang kesehatan termasuk kegiatan sanitasi

sebesar 5 persen.

Sementara itu, peningkatan persentase kegiatan di bidang pendidikan yang

terjadi pada 2007, lebih disebabkan oleh adanya upaya untuk mendorong

kegiatan di bidang pendidikan, salah satunya melalui program Pilot Pendidikan

dalam PPK 2007. Perlu dicatat, jumlah penerima manfaat (Pemanfaat) pada

bagian kegiatan „Ekonomi (UEP & SPP)‟ dalam Tabel 2, didasarkan pada nama

anggota kelompok yang mengajukan usulan pendanaan dari hasil Musyawarah

Desa (MD) Perencanaan dan MDKP yang diajukan ke tingkat kecamatan. Meski

perkembangan dan tingkat pengembalian pinjaman dipantau secara rutin, namun

jumlah aktual pemanfaat yang kembali mendapatkan pinjaman tidak tercatat di

tingkat nasional. Demikian pula dengan penambahan anggota baru dalam

kelompok setelah usulan diajukan.73

73

Laporan Tahunan 2007, Program Pengembangan Kecamatan PNPM Mandiri. Hal. 17-20.

Page 74: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

63

Tabel 2

Hasil Kegiatan PPK/PNPM-PPK Tahun 2007

Jenis Kegiatan

PNPM-PPK 2007

Prasarana/Sarana

Jalan (unit) 2.522

Panjang Jalan (kilometer) 2.684

Jembatan (unit) 616

Sarana Air Bersih (unit) 1.206

MCK (unit) 532

Irigasi 1.311

Pasar (unit) 92

Rehab Pasar (unit) 23

Listrik Desa (Jumlah Desa) 130

Lain-lain Prasarana/sarana (unit) 2.730

Tenaga Kerja 685.883

Hari Orang Kerja (HOK) 9.188.973

Ekonomi (UEP & SPP)

UEP -

SPP 12.104

Pemanfaat 340.123

Kesehatan

Posyandu 843

Rehab Posyandu 20

Lain-lain Kesehatan 532

Pendidikan

Sekolah 1.302

Rehab Sekolah 298

Beasiswa (Paket) 121

Penerima Beasiswa 17.305

Lain-lain Pendidikan 966

TOTAL 25.835

Page 75: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

64

Gambar 4. Presentase Hasil PNPM-PPK per Jenis Kegiatan Tahun 2007

Page 76: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

65

Tabel 3

Indikator Kinerja PNPM-PPK 200774

Indikator Target

Program

Realisasi Tahun 2007

Jan-Des

MASUKAN

Jumlah Kecamatan yang menjadi lokasi

program

750 1.842

Jumlah desa dengan kegiatan 12.000 14.688

% perempuan dalam musyawarah desa 40% 44%Av (Average/rata-

rata)

% BLM yang disalurkan 80% 86%

% desa yang memiliki Tim Pemelihara 85% 100%

% desa yang memiliki 3 peraturan desa

(Perdes)

85% NA (Not

Available/Tidak

tersedia)

% UPK yang mendapatkan pelatihan 75% 100%

KELUARAN

IRS atas investasi pembangunan >30 53%

% kegiatan selesai dan diserahterimakan

(berdasarkan tipe, nilai, dsb)

85% Kegiatan masih

berlangsung

% kecamatan yang dikunjungi oleh

konsultan

50% 100%

% angka masalah secara nasional 50% 55%

% desa yang membentuk Perdes 65% NA

% Musyawarah Antar Desa yang diatur

Perda

65% NA

DAMPAK

1. Kemiskinan

Jumlah Pemanfaatan 12.000.000 14.951.052

% perempuan sebagai pemanfaat 40% 50%

% orang miskin sebagai pemanfaat 65% 63%

Jumlah Sekolah Dasar yang direhabilitasi 700% 1.560

2. Ketatapemerintahan

Jumlah masalah secara provinsi dan

nasional yang dipublikasikan

50 0

3. Keberlanjutan 65%

% sarana prasarana yang dinilai “baik”

dan “sangat baik”

70% 65%

Jumlah UPK yang mengelola dana

perguliran > Rp 100 juta

200 2.788

Kajian terhadap pemeliharaan jangka

panjang

1 0

Kajian terhadap pilihan-pilihan untuk

pembiayaan yang berkelanjutan

1 0

74

Ibid, Program Pengembangan Kecamatan PNPM Mandiri. Hal. 69.

Page 77: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

66

Dalam hasil laporan kegiatan PNPM-Mandiri tahun 2008, Program-

program telah menanamkan investasi besar di setiap kecamatan lokasi sasaran,

terutama dalam bentuk aset-aset berupa:

1. Model Kelembagaan & Sistem Pembangunan Partisipatif

2. Aset berupa Sumberdaya Manusia

3. Aset berupa Unit Pengelola Kegiatan (UPK)

4. Aset berupa Infrastruktur Perdesaan

5. Aset berupa Kelompok Usaha Mikro75

Tabel 4

Indikator Kinerja PNPM-Perdesaan 200876

Indikator Target

Proyek

Realisasi

2007 2008

MASUKAN

Jumlah kecamatan lokasi program 750 1.842 2.408

Jumlah desa dengan kegiatan 12.000 14.688 22.629

% perempuan dalam musyawarah desa 40% 44%Av. 49%Av.

% BLM yang disalurkan 80% 86% 95%

% desa dengan Tim Pemelihara 85% 100% 100%

% desa dengan 3 (tiga) Peratruan Desa

(Perdes)

85% NA NA

% UPK yang mendapat pelatihan 75% 100% 100%

KELUARAN

EIRR terhadap investasi pembangunan >30% 53% 53%

% kegiatan selesai dan

diserahterimakan (berdasarkan tipe,

nilai, dll)

85% 97% 85%

% kecamatan yang dikunjungi oleh

konsultan

50% 100% 100%

% pengaduan yang diselesaikan,

berdasarkan database

50% 55% 49.5%

% desa dengan Perdes 65% NA NA

% Musyawarah Antar Desa yang diatur

Perda

65% NA NA

DAMPAK

1. Kemiskinan

Jumlah penerima manfaat 12.000.000 14.951.052 22.825.930

% perempuan penerima manfaat 40% 50% 51%

75

Laporan Tahunan 2008, PNPM-Mandiri Pedesaan. Hal. 22-26. 76

Ibid, PNPM-Mandiri Pedesaan. Hal. 58.

Page 78: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

67

% kelompok miskin penerima manfaat 65% 63% 48%

Jumlah Sekolah Dasar (SD) yang

direhabilitasi

700 1.560 3.015

2. Ketatapemerintahan

Jumlah masalah secara provinsi dan

nasional yang dipublikasikan

50 NA NA

3. Keberlanjutan

% sarana prasarana yang dinilai “baik”

dan “sangat baik”

70% 65% 65%

Jumlah UPK yang mengelola dana

perguliran > Rp 100 juta

200 2.788 3.413

Kajian terhadap pemeliharaan jangka

panjang

1 NA NA

Kajian terhadap pilihan-pilihan untuk

pembiayaan yang berkelanjutan

1 NA NA

Di tahun 2009 capaian dan evaluasi indikator kinerja PNPM Mandiri

Perdesaan dalam laporan PNPM Mandiri di tahun 2009 sebagai berikut: PNPM

Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat upaya penanggulangan

kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan, yang ditangani oleh Direktorat

Jenderal PMD (Pemberdayaan Masyarakat dan Desa), Kementrian Dalam Negeri.

Program ini membutuhkan sumber dana yang cukup besar, sehingga salah satu

sumber dana yang digunakan oleh Pemerintah untuk pendanaan program adalah

berasal dari pinjaman (Loan) IBRD/World Bank. Salah satu persyaratan, agar

program terlaksana sesuai dengan tujuan yang diharapkan, pihak pemberi

pinjaman menetapkan indikator kinerja bagi keberhasilan program; sesuai yang

tercantum dalam dokumen “Loan Agreement” IBRD No. 04711/IDA 4385-IND.

Indikator kinerja yang ditetapkan, ditinjau dan dipantau atas dasar 3 (tiga)

aspek yang mempengaruhi berikut ini:

1. Input (Masukan); dengan parameter yang terdiri dari: jumlah lokasi

(kecamatan dan desa), prosentase partisipasi perempuan dalam Musyawarah

Page 79: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

68

Desa, jumlah desa yang memiliki tim pemelihara, dan jumlah BLM yang

dicairkan.

2. Output (Keluaran); dengan parameter yang terdiri dari: jumlah desa yang

terdanai dan jumlah Prasarana-Sarana (P/S) yang selesai dibangun terutama

jalan, pasar, air bersih, dan sekolah.

3. Impact (Dampak); dengan parameter yang terdiri dari: proporsi penerima

bantuan (orang miskin, perempuan, orang miskin) dan jumlah sarana dan

prasarana yang dibangun/direhabilitasi.

Khusus untuk indikator lain yang belum tercantum dalam laporan PNPM

Mandiri tahun 2009 (tahunan), akan dijelaskan secara terpisah. Indikator-indikator

yang dimaksud adalah terkait dengan:

a) Kepemerintahan/Governance; dengan parameter yang terdiri dari: jumlah

masalah yang dipublikasikan, banyaknya kecamatan yang diaudit FMS

(Forum Masyarakat Statistik) dan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan), dan jumlah kasus korupsi maupun mis-prosedur (prosedur

yang terlewatkan) yang diselesaikan.

b) Pelestarian; dengan parameter yang terdiri dari: prosentase pengembalian

SPP (Simpan Pinjam untuk Perempuan)/UEP (Usaha Ekonomi Produktif)

serta perkembangan aset ekonomi lainnya, perkembangan kelembagaan

(BKAD), dan prosentase P/S yang dibangun dan dinilai baik/berkualitas.

Penilaian kinerja berlandaskan atas data dan informasi, dan diperoleh

melalui laporan dari provinsi serta terekam dalam basis data MIS KM-Nasional

untuk kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2009. Secara umum dan

menyeluruh, target parameter kinerja telah dapat dicapai. Namun ada beberapa

Page 80: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

69

indikator yang belum tercapai secara optimal, yaitu: pada aspek input, dimana

Tim Pemelihara baru terbentuk kurang lebih 29%. Hal ini juga terjadi pada aspek

output, dimana prosentase pekerjaan fisik baru mencapai sekitar 48%; karena

proses pencairan dana baru bisa dilakukan dan berlangsung pada bulan November

2009. Di samping itu, juga terdapatnya sisa anggaran yang diluncurkan pada

tahun 2010, dengan besaran sekitar 20%, dan baru bisa dicairkan pada sekitar

bulan Maret s/d April 2010.77

Tabel 5

Hasil Capaian Untuk Penilaian Parameter “Input”78

No. Parameter Input Target Realisasi

TA 2009

Selisih

1 Jumlah Kabupaten yang

berpartisipasi

350 342 (8)

2

Jumlah Kecamatan yang

berpartisipasi

2.600 3.905 1.305

Jumlah Desa yang berpartisipasi 51.113 50.201 (912)

Jumlah Desa yang terdanai 21.505 40.704 19.199

3 Prosentase minimum jumlah

perempuan dalam musyawarah

(%)

40% 49.42% 9.42%

4 Persentase Penyelesaian

Kegiatan sesuai SPC

85% On Progress -

5 Persentase kegiatan

Infrastruktur yang berkualitas

baik sesuai jumlah sample yang

dievaluasi

>70% On Progress -

6 Persentase Penempatan

Konsultan lapangan (Fas-Kab

dan Fas-Kec) yang telah dilatih

>70% 80.67% 10.67%

7 Persentasi hasil studi dan

evaluasi yang digunakan

sebagai bahan untuk

peningkatan kinerja proyek

>70% On Progress -

Program PNPM Mandiri yang merupakan salah satu program kemiskinan

di Indonesia pada tahun 2007 sampai tahun 2009 yang sejauh ini cukup efektif

77

Laporan Tahunan 2009, PNPM-Mandiri Perdesaan. Hal. 77-78. 78

Ibid, PNPM-Mandiri Perdesaan. Hal. 78.

Page 81: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

70

walaupun dalam penurunan kemiskinan masih belum turun drastis. Kita bisa

melihat dari indikator kinerja tahunan (2007-2009) diatas yang merupakan

parameter untuk melihat efektivitas PNPM Mandiri. Program PNPM Mandiri

yang didukung Bank Dunia tersebut kemungkinan dapat tercapai dalam target

MDGs di tahun 2015. Dilihat dari tahun ke tahun angka jumlah dan presentase

penduduk miskin menurun. Di bawah ini merupakan data jumlah dan presentase

penduduk miskin di Indonesia.

Gambar 5. Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Pada Tahun 1999-2009

Gambar 6. Persentase Penduduk Miskin (Juta) Pada Tahun 1999-200979

79

Berita Resmi Statistik, 2009, Badan Pusat Statistik, No. 43/07/Th. XII. Hal. 2-5.

0

10

20

30

40

50

60

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pedesaan

Perkotaan

Pedesaan + Perkotaan

0

5

10

15

20

25

30

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pedesaan

Perkotaan

Pedesaan + Perkotaan

Page 82: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

71

Tabel 6

Efektivitas dan Status Kemiskinan di Indonesia

Pada Tahun 1999-2009

Tahun Efektivitas Status

Kemiskinan

Keterangan

1999 - Meningkat Krisis ekonomi dan KKN (Korupsi

Kolusi Nepotisme)

2000-2004 √ Menurun Program-program pengentasan

kemiskinan

2005-2006 - Meningkat Bencana Alam, Kenaikan BBM

2007-2009 √ Menurun PNPM-Mandiri dan program-program

pengentasan kemiskinan lainnya

Dalam gambar 5 dan gambar 6 diatas menunjukkan bahwa di tahun 2005

terjadinya kemiskinan yang diduga bahwa kenaikan jumlah penduduk miskin itu

disebabkan oleh beberapa hal yang saling berkaitan. Hal-hal tersebut antara lain

Gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Aceh dan sebagian wilayah

Sumatera Utara telah menyebabkan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat lenyap

dari dua wilayah tersebut. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang

terjadi beberapa kali hingga awal bulan Oktober di tahun 2005 ini yang tentunya

telah membebani biaya-biaya produksi.

Kenaikan harga minyak internasional dan melemahnya nilai tukar rupiah

tampaknya juga bisa dilihat sebagai penyebab yang berpengaruh terhadap

melemahnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan produk-produk primer dan

sekunder seperti yang telah dijelaskan di pembahasan sebelumnya.80

Lalu di tahun

2006 menaik pesat dalam jumlah dan presentase penduduk miskin. Maka, di tahun

2007, PNPM Mandiri disertai dukungan Bank Dunia yang berjalan cukup efektif

80

Hari Susanto, 2006, Dinamika Penanggulangan Kemiskinan: Tinjauan Historis Era Orde Baru,

Khanata-Pustaka LP3ES Indonesia dan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Jakarta. Hal. 8-9.

Page 83: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

72

karena di tahun 2007-2009 angka jumlah dan presentase penduduk miskin

menurun dengan diiringi program-program pengentasan kemiskinan lainnya.

Dengan demikian, penjelasan di atas merupakan sebuah laporan tahunan dari

PNPM Mandiri untuk dapat melihat sejauh mana efektivitas bantuan luar negeri

Bank Dunia dalam pengentasan kemiskinan dengan parameter dari efektivitas

PNPM Mandiri.

IV.2 Dampak Bantuan Luar Negeri Bank Dunia Terhadap Indonesia

Program PNPM Mandiri yang diawali pada tahun 2007 cukup dapat

menurunkan angka kemiskinan. Lalu, di tahun 2008-2009 Bank Dunia

menambahkan pinjamannya sekitar US$ 409 juta untuk Program Pengembangan

Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP).

Utang ini harus dikembalikan pada 2030, sesuai Loan Agreement Nomor 7504-ID

yang diteken 6 Juni 2008.81

Maka, dampak bantuan luar negeri tersebut berupa

utang luar negeri. Dilihat dari struktur pinjaman yang diberikan, utang luar negeri

yang dialokasikan bagi negara Indonesia ini, Michael Hendri Bouchet yang

sebagaimana dikutip oleh Dewi membedakan atas dua bentuk: (1) official debt

yaitu pinjaman yang dilakukan antar pemerintah melalui lembaga-lembaga

pinjaman internasional (international lending institution) Bank Dunia, (2) private

sector yaitu pinjaman yang dilakukan kelompok swasta di negara berkembang

terhadap perbankan di negara maju.82

81

2010, Mandiri Dengan Zakat dan SDA, dilihat pada tanggal 11 Juli 2010 pukul 15:01 WIB.

<http://bataviase.co.id/node/216385>. 82

Dewi Sinorita Sitepu, 2005, “Utang Luar Negeri dan Problem Kemiskinan Negara

Berkembang”, Global: Jurnal Politik Internasional (Kompleksitas Kemiskinan: Tanggung Jawab

Komunitas Global, vol. 8, no. 1, Departemen Ilmu hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial

dan ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok. Hal. 6.

Page 84: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

73

Beberapa dilema yang dihadapi negara Indonesia atau negara berkembang

ini sebagai konsekuensi logis menerima bentuk pinjaman yang diberikan Bank

Dunia tersebut yaitu:

1. Tuntutan-tuntutan yang diberlakukan terhadap negara berkembang ketika

menerapkan kebijakan structural adjustment merupakan bentuk baru dari

imperialisme kapitalis. Ini disebabkan negara berkembang berada pada posisi

yang lemah terhadap negara maju akibat kebutuhan mendesak akan bantuan

finansial. Negara berkembang dalam hal ini tidak memiliki posisi tawar atas

ketentuan kondisionalitas yang ditetapkan bersamaan dengan dikucurkannya

bantuan yang diberikan. Ini dikarenakan negara kreditor memiliki kesatuan

lebih kuat dibandingkan negara debitor dalam melakukan tekanan-tekanan;

dan di tingkat internasional pun belum terdapat kesatuan antar negara debitor

untuk memperjuangkan posisi tawarnya karena alasan perbedaan kepentingan

dan tingkat ketergantungan terhadap kreditor.

2. Keharusan bagi negara berkembang untuk melakukan deregulasi dan

privatisasi ekonomi dari strategi pembangunan ekonomi yang berorientasi

industri substitusi impor menjadi strategi pembangunan ekonomi yang

berorientasi ekspor; termasuk melakukan langkah prudent atas fiskal dan

kebijakan moneter untuk menghindari inflasi seringkali mengabaikan

karakteristik pembangunan ekonomi lokal dan justru melemahkan proses

reformasi ekonomi. Akan tetapi, kelompok di tingkat domestik yang kuat

secara ekonomi tetap berupaya mempengaruhi kebijakan pemerintahnya untuk

mempertahankan utang dan menganggap tidak ada masalah dengan utang luar

Page 85: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

74

negeri karena umumnya kelompok inilah yang memperoleh akses dan

diuntungkan dengan kucuran utang.

3. Tuntutan dari kreditor atas negara debitor untuk menciptakan pemerintahan

yang transparan dan bebas dari masalah korupsi lebih merupakan wacana

daripada implementasi pada dataran praksis dan kebijakan. Faktanya Bank

Dunia cenderung tetap mengucurkan dananya meskipun suatu negara

diindikasikan sebagai negara dengan tingkat korupsi tinggi ataupun terjadi

malpractice atas alokasi dana dan pengerjaan program yang didukung oleh

pendanaan mereka.83

Selama 30 tahun (1969-1999) jumlah pinjaman Indonesia dari Bank Dunia

hampir mencapai 27 milyar dolar AS, atau rata-rata mencapai 900 juta dolar AS

per tahunnya. Sebelum krisis moneter dan ekonomi melanda Indonesia dan Asia

tahun 1997, dengan cadangan devisa sekitar 18 miliar dolar AS dan defisit

transaksi berjalan yang semakin membengkak Indonesia mulai mengalami

kesulitan likuiditas dalam melakukan pembayaran bunga dan cicilan utangnya.

Setelah dilanda krisis ekonomi, kesulitan likuiditas menjadi nyata, baik bagi pihak

swasta maupun pemerintah. Akibatnya, bukannya mengurangi utang justru

pemerintah Indonesia terpaksa menambah utangnya dari IMF (International

Monetery Fund/Dana Moneter Internasional). Total komitmen pinjaman baru

adalah sebesar 43 milyar dolar AS.

Peran Bank Dunia sebagai fasilitator negara-negara kreditor dalam

memberikan pinjaman ke Indonesia memiliki peranan yang sangat penting. Oleh

karena itu perilaku lembaga multilateral ini perlu dikaji lebih dalam lagi. Perilaku

83

Ibid, Utang Luar Negeri dan Problem Kemiskinan Negara Berkembang. Hal. 8

Page 86: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

75

Bank Dunia dalam menjalankan misinya dipengaruhi peran gandanya di mana

kedua peran itu sesungguhnya saling bertolak belakang. Pertama, peran Bank

Dunia merupakan agen pembangunan bagi negara-negara peminjam. Kedua,

peran Bank Dunia sebagai bank komersil dan profesional atas dana yang diterima

dan dana yang disalurkannya. Peran kedua inilah yang lebih berkaitan dengan

kelangsungan hidup dari Bank Dunia sendiri, karena dari keuntungan selisih

bunga pinjaman dan bunga simpanan Bank Dunia memperoleh penghasilannya,

yang digunakan untuk membayar (dengan mahal) para pegawainya dan deviden

bagi para negara pemegang saham.

Posisi yang berlawanan dari kedua peran itu adalah, bahwa sebagai agen

pembangunan, Bank Dunia wajib mengawasi pelaksanaan proyek mulai dari

proses identifikasi sampai dengan pelaksanaan akhir proyek tersebut. Dengan

posisi dan wibawanya, Bank Dunia berhak dan wajib menghentikan pelaksanaan

dan pembiayaan suatu proyek apabila pelaksanaan proyek itu dianggap

menyimpang dari ketentuan Bank Dunia sebagai agen pembangunan. Akan tetapi

bila hal itu dilakukan akan menimbulkan ketegangan hubungan antara Bank

Dunia dengan pemerintah Indonesia, dan bisa menyebabkan si penguasa enggan

meminjam kembali dari Bank Dunia.

Berkurangnya nasabah bagi Bank Dunia merupakan suatu kerugian karena

ada beban bunga yang harus dibayarkannya atas dana yang disimpan

(dipinjamkan) oleh negara maju kepada Bank Dunia, di samping hilangnya nafkah

atas dirinya. Pemilihan peran pertama mengurangi peran kedua dan sebaliknya,

pemilihan peran kedua mengurangi peran pertama. Oleh sebab itu, karena peran

Page 87: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

76

kedua lebih berfungsi terhadap kepentingannya maka kecenderungan yang

dilakukan Bank Dunia adalah bersikap sebagai bank komersil.84

Sebaliknya, penekanan yang berlebihan pada peran pertamanya, yakni

sebagai agen pembangunan yang memberikan kewajiban pada Bank Dunia untuk

mengawasi secara ketat keseluruhan proses pelaksanaan proyek-proyek yang

didanainya, justru dikhawatirkan akan menimbulkan ketegangan hubungan antara

Bank Dunia dengan pemerintah negara yang bersangkutan dan menyebabkan

keengganan untuk meminjam kembali dari Bank Dunia. Bila ini terjadi maka

logikanya adalah kerugian bagi Bank Dunia karena kewajiban beban bunga atas

simpanan dana negara maju yang dititipkan kepadanya tidak diimbangi dengan

pemasukan pembayaran bunga pinjaman dari negara berkembang.

Dengan demikian, bukanlah sebuah persoalan bila pelaksanaan proyek

dari bantuan luar negeri Bank Dunia yakni PNPM Mandiri, yang justru mengem-

bangkan praktek KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) ataupun menyebabkan

kerugian yang harus ditanggung masyarakat banyak di negara peminjam selama

negara yang bersangkutan masih dapat mengembalikan pinjamannya (bunga dan

cicilan utang pokok), karena selama itu pula Bank Dunia akan terus “menghujani”

negara yang bersangkutan dengan berbagai program bantuan pinjaman. Indonesia

adalah salah satu “goodboy” yang selalu mendapat sanjungan Bank Dunia.85

Hal ini seperti dalam kasus Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri Kelautan dan Perikanan di Manado yang diduga korupsi dan

84

Faisal H. Basri dan Dendi Ramdani, 2001, “Utang Luar Negeri: Mengayuh Di Antara

Kebutuhan Dana Bagi Pemulihan Ekonomi dan Beban Pembayaran Cicilan dan Bunga”, Global

Jurnal Politik Internasional, Kerjasama Jurusan Ilmu HI FISIP-UI Dengan S2 HI Pasca-Sarjana

Ilmu Politik FISIP-UI dan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Hal. 9-10. 85

Nurul Isnaeni, 2001, “Bank Dunia, Indonesia dan Politik Lingkungan Global (Mencermati

Agenda Pembangunan Berkelanjutan)”, Global Jurnal Politik Internasional, Kerjasama Jurusan

Ilmu HI FISIP-UI Dengan S2 HI Pasca-Sarjana Ilmu Politik FISIP-UI dan Yayasan Obor

Indonesia, Jakarta. Hal. 52.

Page 88: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

77

diperkirakan kerugiannya mencapai sekitar Rp 25 juta. Padahal, dana program itu

bertujuan antara lain untuk penanggulangan kemiskinan serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat nelayan dan pesisir yang ada di kota tersebut.86

Penjelasan di atas merupakan kasus korupsi, seperti yang diungkapkan

oleh Jeffrey Winters bahwa pada akhir tahun 1990-an, Bank Dunia mulai

mengakui secara terbuka bahwa korupsi terhadap bantuan pembangunan adalah

masalah serius, dan yang lebih merisaukan dana pinjamannya sendiri termasuk di

dalamnya. Namun, Bank Dunia telah salah mendiagnosa mengapa dan bagaimana

korupsi terjadi. Inilah antara lain penyebab kecilnya kemungkinan Bank Dunia

berhasil dalam responsnya memerangi korupsi.

Adapun masalah tanggung jawab, dapat disebutkan kasus Indonesia

sebagai contoh yang menunjukkan bahwa para pejabat Bank Dunia menyadari

sejak awal pemerintahan Suharto pada 1960-an bahwa korupsi berskala besar

merupakan masalah. Mereka juga tahu bahwa pinjaman Bank Dunia sama

rentannya terhadap penyelewengan seperti juga sumber-sumber lain dalam sistem

yang ada.

Meskipun demikian, Bank Dunia tidak mengambil langkah yang berarti

selama tiga dasawarsa untuk mengamankan uang yang dipinjamkannya.

Pemerintahan Suharto, yang ditumbangkan pada 1998, meminjam hampir 30

miliar dolar AS dari Bank Dunia. Menurut perkiraan terbaik yang ada, sekitar satu

pertiganya ($10 miliar) dijarah secara sistematis atas pengetahuan Bank Dunia,

dan oleh sebab itu merupakan utang kriminal.

86

2010, Poltabes Manado Dalami Kasus Korupsi PNPM, dilihat pada tanggal 15 Juli 2010 pukul

20.00. <http://www.antaranews.com/berita/1267474536/poltabes-manado-dalami-kasus-korupsi-

pnpm>.

Page 89: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

78

Bank Dunia terikat oleh hukum internasional untuk ikut menanggung

beban utang jarahan ini, tidak saja untuk Indonesia tetapi semua negara klien di

mana ditemukan pola-pola korupsi yang mirip atau bahkan lebih buruk.87

Tetapi,

Bank Dunia sangat peduli terhadap tata kelola dan reformasi institusional. Bank

Dunia telah menegaskan bahwa “tidak ada yang lebih penting” daripada

memerangi korupsi.88

Dalam hal ini pemerintah harus bisa menganalisa lebih

cermat lagi untuk kasus tersebut dan harus belajar dari pengalaman sebelumnya

agar program pengentasan kemiskinan berjalan dengan baik.

Kembali dalam masalah utang luar negeri, Indonesia saat ini tercatat

sebagai salah satu negara pengutang (utang luar negeri) terbesar di dunia. Ada

pula usul supaya Indonesia mengajukan proposal untuk menjadi anggota Highly

Indebted Poor Countries guna mendapat debt relief (pengurangan utang) seperti

pada tahun 2007 negara Uganda mendapatkan debt relief sebesar 700 juta dollar

AS, negara Bolivia mendapatkan debt relief senilai 600 juta dollar AS, negara

Guyana mendapatkan debt relief sebesar 500 juta dollar AS.89

Menurut Serkan

Arslanalp dan Peter Blair Henry menyatakan bahwa ada beberapa catatan yang

menarik yaitu, dalam debt relief akan berjalan efektif di negara-negara

berkembang. Keenam negara tersebut adalah Indonesia, Pakistan, Kolombia,

Jamaika, Malaysia, dan Turki.90

Karena debt relief tersebut membuat negara-

87

Jeffrey A. Winters, 2004, “Utang Kriminal”, dalam Membongkar Bank Dunia, Jonathan R.

Princus dan Jeffrey A. Winters, Djambatan, Jakarta. Hal. 139-140. 88

Mushtaq H. Khan, 2004, “Korupsi dan Tata Kelola Pada Awal Kapitalisme: Strategi Bank

Dunia dan Keterbatasnnya”, dalam Membongkar Bank Dunia, Jonathan R. Princus dan Jeffrey A.

Winters, Djambatan, Jakarta. Hal. 222. 89

Marwan Ja‟far, 2007, Infrastruktur Pro Rakyat: Strategi Investasi Infrastrukutr Indonesia Abad

21, Pustaka Tokoh Bangsa, Jogjakarta. Hal. 290. 90

Serkan Arslanalp dan Peter Blair Henry, 2006, “Helping The Poor To Help Themselves: Debt

Relief Or Aid?”, dalam Sovereign Debt At The Crossroads: Challanges and Proposals For

Resolving The Third World Debt Crisis, Chris Jochnick dan Fraser A. Preston, Oxford University

Press, New York. Hal. 184-185.

Page 90: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

79

negara berkembang agak ringan dalam beban hutang yang diraihnya. Maka,

negara-negara berkembang tersebut akan dapat melanjutkan program-program

dan rencana proyek dengan lebih baik yang salah satunya adalah pengentasan

kemiskinan.

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan di negara-negara berkembang,

khususnya di Indonesia dalam melakukan pinjaman atau utang luar negeri, antara

lain: Pertama, perlunya itikad baik (good will) dari negara berkembang terhadap

negara kreditor, baik di forum negosiasi maupun diplomasi dalam menyelesaikan

utang negaranya dan dilema yang dihadapi melalui sarana saluran komunikasi

yang terbuka. Kedua, menyadari bahwa setiap kreditor (official dan private

sector) memiliki kepentingan, tujuan dan kebijakan yang berbeda-beda. Negara

debitor dituntut untuk jeli dan cermat mengetahui apa yang menjadi target of net

transfer negaranya juga pihak kreditor, sehingga dapat melakukan negosiasi yang

terpisah terhadap beragam tipe kreditor tersebut dan dapat dicari solusi

pemecahannya.

Mencermati masalah utang di negara berkembang dan relevansinya

dengan kemiskinan; patut dipertimbangkan negara berkembang bahwa utang luar

negeri yang digunakan sebagai sarana untuk mendanai program pembangunan di

tingkat domestik hanya dapat berjalan jika ada dana dampingan dari anggaran

negara. Ketersediaan cadangan devisa negara merupakan kemutlakan bagi proses

pembangunan ekonomi suatu negara untuk meminimalisir tingkat ketergantungan

atas utang luar negeri dan berjalannya proyek-proyek pembangunan yang

mendapat sokongan dana dari utang.

Page 91: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

80

Utang bukan merupakan solusi tunggal untuk menjawab tantangan

ketertinggalan dan kemandekan proses pembangunan ekonomi di negara

berkembang. Utang tidak selalu berkorelasi positif dengan proses dan harapan

pemerintah negara berkembang untuk mengurangi kemiskinan. Ini dapat

diperhatikan bahwa pada praktiknya agenda yang disertakan oleh kreditor ketika

memberikan utang cenderung tidak memasukkan kemiskinan sebagai persoalan

substansi yang ingin ditanggulangi di tingkat domestik negara berkembang.

Kecenderungan yang ada program yang disertakan dalam utang yang diberikan

lebih menekankan pada pembangunan ekonomi berorientasi pasar dengan tujuan

mengintegrasikan ekonomi domestik kelompok negara ini ke dalam tatanan eko-

nomi global.91

Dalam penghapusan utang ini terdapat beberapa argumen yang dapat

dikemukakan yaitu: Pertama, atas dasar argumen belas kasihan karena negara

debitor terpuruk ke dalam lembah kemiskinan sebagai akibat krisis ekonomi yang

dalam. Kedua, bila sebagian dari utang tersebut adalah utang ilegal atau najis

(odious debt). Utang najis adalah utang yang diberikan negara peminjam atau

lembaga multilateral yang tidak digunakan untuk keperluan pembangunan atau

dengan kata lain utang-utang tersebut tidak sampai ke tangan rakyat, tetapi

dikorupsi oleh penguasa-penguasa di negara penerima. Dengan argumentasi

semacam ini, adalah sah jika utang ini tidak diakui sebagai utang suatu

pemerintahan.

91

Dewi Sinorita Sitepu, 2005, “Utang Luar Negeri dan Problem Kemiskinan Negara

Berkembang”, Global: Jurnal Politik Internasional (Kompleksitas Kemiskinan: Tanggung Jawab

Komunitas Global, vol. 8, no. 1, Departemen Ilmu hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial

dan ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok. Hal. 12.

Page 92: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

81

Ketiga, penghapusan utang karena kesalahan prilaku kreditor khususnya

lembaga multilateral seperti Bank Dunia. Salah satu penyebab mengapa proyek-

proyek yang dibangun tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat

negara debitor adalah karena kesalahan staf-staf Bank Dunia yang melakukan

studi kelayakan proyek, merekomendasikan dan menyetujuinya. Selain itu,

kebocoran dana-dana juga tidak terlepas dari sikap Bank Dunia yang hanya

mementingkan kepentingannya yaitu pembayaran cicilan dan bunga utang lancar

tanpa memperhatikan kesuksesan proyek dan tanpa pengawasan yang berarti.

Cara yang lebih radikal lagi adalah dengan pembatasan pembayaran utang dan

cicilan dalam jumlah tertentu. Misalnya ditetapkan Indonesia hanya akan

membayar utang dan bunganya sebesar 20% dari pendapatan ekspor. Dengan

pembatasan ini maka pelunasan utang tidak membebani perekonomian secara

keseluruhan baik neraca transaksi berjalan maupun APBN.92

Adapun catatan yang dapat diberikan bagi pemerintah Indonesia.

Pertama, patut diingat bahwa utang hanya merupakan alternatif pendanaan untuk

mengatasi krisis neraca pembayaran negara dalam hal ini (capital account).

Berangkat dari pernyataan ini, tidak seharusnya utang diagendakan sebagai

sumber pendanaan utama bagi anggaran pembangunan dan menambah kas negara.

Kebutuhan dana „segar‟ untuk menambah kas negara sepatutnya dioptimalkan

melalui aktivitas ekonomi domestik yang ditandai dengan pertumbuhan investasi,

peningkatan produksi dan perdagangan.

92

Faisal H. Basri dan Dendi Ramdani, 2001, “Utang Luar Negeri: Mengayuh Di Antara

Kebutuhan Dana Bagi Pemulihan Ekonomi dan Beban Pembayaran Cicilan dan Bunga”, Global

Jurnal Politik Internasional, Kerjasama Jurusan Ilmu HI FISIP-UI Dengan S2 HI Pasca-Sarjana

Ilmu Politik FISIP-UI dan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Hal. 12-13.

Page 93: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

82

Kedua, jika utang merupakan agenda nasional yang tidak terelakkan bagi

sumber pendanaan aktivitas pembangunan domestik; perlu diketahui secara pasti

karakteristik kreditor pemberi pinjaman. Pemahaman akan beragam kepentingan,

tujuan dan kebijakan dari setiap kreditor akan lebih memudahkan dalam proses

negosiasi dan kompromi atas target of net transfer dari kreditor-debitor.

Ketiga, perlu dicari peluang sumber pendanaan alternatif dari negara atau

kawasan tertentu yang secara potensial memiliki alokasi anggaran bantuan

pembangunan; dengan karakteristik tingkat suku bunga rendah dan tanpa

persyaratan kondisional yang patut dijalankan di tingkat struktural domestik

debitor. Potensi ini dapat dijumpai dibeberapa negara maju di kawasan Timur-

Tengah seperti Kuwait dan Saudi Arabia yang memang menganggarkan dana

bantuan pembangunan bagi negara berkembang di kawasan Asia dan Afrika

khususnya bantuan pengembangan sektor pertanian, irigasi, permodalan

kelompok industri kecil-menengah dan infrastruktur.

Keempat, perlu ditinjau kembali apa yang menjadi tujuan kebijakan

anggaran negara. Kecenderungan yang terjadi pemerintah relatif gagal dalam

menselaraskan antara dimensi bisnis dan pelayanan sosial. Tingginya rasio

pembayaran utang Indonesia yang mencapai 40-50% APBN sudah melampaui

ambang batas „wajar-sehat‟ yang dipersyaratkan Bank Dunia sendiri. Hal ini

menjadi persoalan karena dampak utang luar negeri pada praksisnya lebih me-

nyengsarakan rakyat, karena beban utang dan kewajiban membayar beban utang

memperlambat proses recovery sosial-ekonomi. Meninjau kembali tujuan yang

ingin dicapai dari kebijakan anggaran negara adalah langkah strategis dalam alo-

kasi pembelanjaan utang luar negeri. Ini dikarenakan dalam proses berjalan nyata

Page 94: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

83

terasa bahwa terpuruknya pembangunan nasional dan dikuranginya alokasi ang-

garan bagi fokus sosial lebih disebabkan karena inefektivitas pembelanjaan utang

luar negeri oleh pemerintah.93

Terlepas dari itu, bantuan luar negeri Bank Dunia ternyata membawa

sebuah paket neoliberal untuk Indonesia, karena apabila mereka telah masuk ke

negara penerima maka kebijakan Bank Dunia pun akan ikut terbawa dengan paket

neoliberal tersebut. Indonesia sendiri pernah menghadapi pelaksanaan agenda-

agenda ekonomi neoliberal secara massif setelah Indonesia mengalami krisis pada

tahun 1997. Dengan dimandori oleh IMF, pemerintah Indonesia secara resmi

menjalankan sebagian besar paket kebijakan ekonomi neoliberal. Ingat bahwa LoI

(Letter of Intent) adalah surat resmi dari pemerintah Indonesia kepada IMF, yang

berisi komitmen untuk menjalankan suatu paket kebijakan ekonomi.

LoI selalu diperbaharui mengikuti assessment (analisa penilaian) dan

review (penilaian dan rekomendasi) IMF. Ada 24 LoI selama periode akhir tahun

1997 sampai dengan tahun 2003 (rata-rata satu LoI setiap tiga bulan). Nota

Keuangan RAPBN dan pernyataan resmi lainnya dari pemerintah pun tak begitu

menutupi adanya agenda tersebut, meski tidak menyatakan secara terbuka sebagai

paket kebijakan Konsensus Washington atau neoliberalisme. Yang jelas pula, ada

upaya sosialisasinya sebagai satu-satunya alternatif untuk keluar dari krisis.

Paket program IMF, yang resminya adalah surat komitmen dari

pemerintah Indonesia kepada IMF, dikenal pula dengan sebutan Program

Penyesuaian Struktural (Structural Adjustment Program/SAP). SAP yang

93

Dewi Sinorita Sitepu, 2005, “Utang Luar Negeri dan Problem Kemiskinan Negara

Berkembang”, Global: Jurnal Politik Internasional (Kompleksitas Kemiskinan: Tanggung Jawab

Komunitas Global, vol. 8, no. 1, Departemen Ilmu hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial

dan ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok. Hal. 13.

Page 95: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

84

berisikan agenda di atas bemaksud “menyesuaikan” struktur ekonomi Indonesia

agar bisa lebih terintegrasi dengan perdagangan internasional, tepatnya dengan

kapitalisme internasional.

Pengertian struktur di sini berbeda dengan dalam analisa politik. Struktur

dimaksud berkenaan dengan segala hal yang menunjang liberalisasi perdagangan

dan lembaga keuangan, serta menjamin akuntabilitas penggunaan keuangan

negara. Cakupannya antara lain: peraturan perundang-undangan, pembenahan

lembaga-lembaga keuangan, mekanisme keuangan dan devisa, serta kebijakan

publik.94

Dalam penanganan hutang melalui kebijakan Structural Adjustment

Programmes (SAPs) yang dirancang untuk menstabilkan dan merestrukturisasi

perekonomian negara-negara miskin. Dengan mengikuti mekanisme yang

disarankan IMF, negara-negara miskin diharapkan dapat mendorong roda

perekonomian mereka kembali sehingga dapat memastikan kemampuan mereka

untuk membayar hutang. Program ini diluncurkan dengan asumsi bahwa

pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mendorong negara miskin untuk bebas

dari kemiskinannya. Strukturusasi ekonomi akan membantu negara miskin

menciptakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Strukturisasi yang

dimaksudkan adalah dengan mengikuti program-program penyesuaian struktural

demi terciptanya stabilitas ekonomi makro.95

94

Awalil Rizky dan Nasyith Masjidi, 2008, Neoliberalisme Mencengkeram Indonesia, E

Publishing Company, Jakarta. Hal. 282-284. 95

Nurul Rochayati dan Suzanne Maria A, 2005, “Debt Relief Melalui HIPC Initiatives dan

Tantangan Mengatasi Kemiskinan Dunia”, Global: Jurnal Politik Internasional (Kompleksitas

Kemiskinan: Tanggung Jawab Komunitas Global, vol. 8, no. 1, Departemen Ilmu hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok. Hal. 24.

Page 96: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

85

Dengan menggunakan kalimat sederhana, maka seluruh paket SAP

mengarah kepada pengecilan peran negara, sekaligus meningkatkan peran

mekanisme pasar dalam perekonomian. Negara lebih terfokus sebagai penjamin

keamanan, memberlakukan hukum untuk ketertiban, dan hanya dalam keadaan

terpaksa memberi bantuan “darurat”. Pasar lah yang dianggap paling berkompeten

memutuskan tentang: apa saja yang akan diproduksi dan seberapa banyak

jumlahnya; seberapa banyak orang yang bisa bekerja (berarti seberapa yang

menganggur), berapa upahnya; siapa saja yang akan lebih menikmati

pertumbuhan ekonomi; dan sebagainya. Yang dijanjikan, sebagaimana semua

konsep kapitalisme yang terdahulu, jika dilaksanakan dengan konsisten maka

akhirnya semua orang akan sejahtera, meskipun dengan tingkatan yang berbeda.

Bukankah sejak awal telah dikatakan oleh ajaran kapitalisme, bahwa: “jika setiap

individu mengejar kepentingan ekonominya sendiri dengan sungguh-sungguh,

maka hasil keseluruhannya bagi kesejahteraan orang banyak akan lebih baik

daripada jika mereka bersama-sama merencanakan dan berusaha untuk itu.”96

Menurut Bank Dunia, tujuan dari program SAP itu sendiri adalah untuk

menciptakan terjadinya pertumbuhan ekonomi dan juga secara simultan

mendukung stabilitas finansial internal dan eksternal. Program ini mempunyai

aspek makroekonomi dan mikroekonomi. Tujuan makro utama adalah

memperbaiki keseimbangan fiskal eksternal dan domestik. Program SAP biasanya

mencakup kombinasi: (1) kebijakan fiskal dan moneter untuk mengurangi

permintaan dan; (2) kebijakan perdagangan (terutama exchange rate dan pajak

96

Awalil Rizky dan Nasyith Masjidi, 2008, Neoliberalisme Mencengkeram Indonesia, E

Publishing Company, Jakarta. Hal. 284.

Page 97: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

86

ekspor/impor dan subsidi untuk menyesuaikan insentif relatif antara barang-

barang tradable (diperdagangkan) dan nontradable (tidak diperdagangkan).

Dalam sisi mikro, tujuan utamanya adalah memperbaiki efisiensi dalam

penggunaan sumber-sumber dengan mengeliminasi distorsi harga, membuka

kompetisi, dan mengurangi kontrol administratif (deregulasi). Program-program

tersebut meliputi pengeluaran pemerintah dan manajemen perusahaan umum,

termasuk mengurangi kehadiran perusahaan pemerintah di sektor-sektor di mana

swasta bisa melakukannya dengan lebih efisien. Dengan kata lain, SAP berarti

less government (pemerintah yang tidak penuh dalam mengintervensi), free trade

(perdagangan bebas), dan lebih banyak lagi perusahaan swasta.97

Program-program strukturisasi ekonomi yang tercantum dalam SAP

didasari pada pemahaman nilai-nilai neoliberalisme atau lebih dikenal dengan

“Konsensus Washington” (Washington Consensus). Konsensus Washington

sendiri diciptakan dan dilaksanakan oleh para ahli ekonomi yang bekerja di dua

institusi ekonomi dunia yaitu IMF dan Bank Dunia yang bermarkas di

Washington. Dengan mengikuti SAPs, pemerintah diharuskan untuk mengurangi

belanja pemerintah, khususnya dalam bentuk subsidi, untuk pelayanan umum

seperti pendidikan, kesehatan, energi. Dengan pengurangan ini, pemerintah akan

bisa mengalokasikan dana secara lebih efektif baik untuk pembayaran hutang

maupun untuk menyokong kebijakan makro ekonomi lainnya. Kebijakan makro

ekonomi yang harus diikuti adalah melakukan liberalisasi perdagangan,

privatisasi, investasi asing dan pengetatan fiskal.

97

Syamsul Hadi, dkk, 2004, Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF, Granit, Jakarta. Hal.

191-192.

Page 98: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

87

Bagi negara yang telah mematuhi SAPs, Bank Dunia akan melakukan

penjadwalan hutang dari negara tersebut. Di Indonesia penjadwalan Utang PNPM

Mandiri harus dikembalikan pada 2030, sesuai Loan Agreement Nomor 7504-ID

yang diteken 6 Juni 2008. Bank Dunia selalu mengkampanyekan bahwa dengan

mengikuti SAPs, akan dapat mengurangi tingkat kemiskinannya. Pendapat Bank

Dunia ini mendapat tentangan dari berbagai pihak, khususnya LSM (Lembaga

Swadaya Masyarakat) dan pemerhati masalah krisis hutang. Kritik mereka pada

umumnya adalah bahwa tidak ada korelasi antara SAPs dan pengurangan

kemiskinan. SAPs justru memberikan kontribusi bagi peningkatan kemiskinan.

Kenyataan memberikan gambaran tidak adanya komitmen dari negara maju

maupun badan keuangan internasional seperti Bank Dunia untuk benar-benar

menangani kemiskinan.98

Adapun pernyataan pakar ekonom Joseph Stiglitz yaitu, bahwa dalam

tujuan dari Konsensus Washington adalah menyediakan formula untuk

menciptakan sektor swasta (privatisasi) yang antusias dan membangkitkan

pertumbuhan ekonomi. Dengan meninjau kembali sebelumnya, rekomendasi

kebijakan itu untuk menghindari risiko mereka yang didasarkan pada keinginan

untuk menghindari adanya bencana yang buruk. Meskipun konsensus Washington

yang diberikan oleh beberapa lembaga untuk sebuah pasar yang berfungsi dengan

baik, malah hal itu sebaliknya atau tidak sempurna dalam pelaksanaannya dan

kadang-kadang bahkan menyesatkan.99

98

Nurul Rochayati dan Suzanne Maria A, 2005, “Debt Relief Melalui HIPC Initiatives dan

Tantangan Mengatasi Kemiskinan Dunia”, Global: Jurnal Politik Internasional (Kompleksitas

Kemiskinan: Tanggung Jawab Komunitas Global, vol. 8, no. 1, Departemen Ilmu hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok. Hal. 24-25. 99

Joseph E. Stiglitz dan Ha-Joon Chang, 2001, Joseph Stiglitz and The World Bank: The Rebel

Within, ANTHEM PRESS, London. Hal. 48.

Page 99: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

88

Disamping itu, perubahan paradigma pembangunan yang terjadi di

Indonesia menjadi lebih liberal juga harus dilihat dalam tatanan sistem

internasional yang sedang terjadi. Menurut Konsensus Washington pasar

diidentifikasi sebagai mekanisme universal yang efisien untuk mengalokasikan

sumber daya yang langka dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang

dipengaruhi oleh peran institusi-institusi keuangan internasional seperti Bank

Dunia yang mendorong pemerintah suatu negara untuk tidak ikut campur tangan

dalam mekanisme pasar.100

Terkait dengan hal tersebut di atas, bahkan Bank Dunia pun mengakui

bahwa investasi asing dan privatisasi yang dicurahkannya “cenderung

menggantikan aliran modal” di Amerika Latin, mengalihkan kontrol dan

menyalurkan keuntungan ke luar negeri. Bank Dunia juga menyadari bahwa

harga-harga di Jepang, Korea, dan Taiwan lebih banyak berbeda dengan harga

pasar dibandingkan dengan di India, Brasil, Meksiko, Venezuela, dan negara lain

yang diketahui melakukan intervensi. Ini terjadi saat Cina, pemerintahan yang

paling banyak melakukan intervensi dan penyimpangan harga, menjadi favorit

Bank Dunia dan merupakan negara pengutang yang paling cepat berkembang.

Contoh lain, studi-studi yang dilakukan Bank Dunia mengenai negara Cili yang

telah melewatkan fakta bahwa perusahaan tembaga yang dinasionalisasi adalah

sumber utama penerimaan ekspor Cili.101

Adapun pengaruh privatisasi yang berguna untuk negara di bidang

pertanian, yaitu keuangan swasta yang memiliki peran dalam pendanaan program-

100

Syamsul Hadi, dkk, 2004, Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF, Granit, Jakarta. Hal.

31. 101

Noam Chomsky, 1999, Provit Over People: Neoliberalism and Global Order, Seven Stories

Press, New York. Hal. 33.

Page 100: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

89

program untuk tanaman perkebunan, proyek-proyek irigasi yang besar dan

kegiatan lain untuk memberikan sebuah masukan, pengolahan dan pemasaran

yang biasanya dapat berjalan lebih efisien dan lebih fleksibel daripada lembaga

yang dikelola oleh pemerintah.

Bank Dunia pun bahkan mendukung penggunaan lembaga-lembaga sektor

swasta untuk melakukan penelitian dan menyampaikan informasi dengan cara

yang lebih responsif terhadap tuntutan petani. Namun, catatan ini adalah bahwa

investasi swasta sangat selektif, terutama di Cina dan beberapa pusat pertumbuhan

lainnya di Asia dan Amerika Latin, dan seringkali memerlukan tambahan

investasi sektor publik untuk menciptakan peluang yang tepat.102

Jeffrey Sachs menilai bahwa negara-negara yang mengalami kemiskinan

untuk meningkatkan sebuah pertumbuhan ekonomi adalah dengan menggunakan

sebuah paket neoliberal yang perekonomiannya lebih terbuka. Misal, di Afrika

dalam bidang pertanian akan mendapatkan sebuah keuntungan dari liberalisasi

dengan perdagangan produk-produk tropis (misalnya, kapas, gula, pisang).

Dengan adanya privatisasi dan liberalisasi tersebut, hal ini dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan dengan perekonomian yang lebih terbuka juga akan

memiliki pertumbuhan yang lebih baik.103

Di Indonesia itu sendiri adapun sebuah agenda neoliberalisme dan Bank

Dunia yang merupakan salah satu instrumen dalam membawa neoliberalisme

tersebut. Agenda tersebut antara lain :

102

Alan Matthews, 1999, “International Development Assistance and Food Security”, dalam

Foreign Aid: New Perspectives, Kanhaya L. Gupta, Kluwer Academic Publisher, Norwell. Hal.

72. 103

Jeffrey D. Sachs, 2005, The End Of Poverty: Economic Possibilities For Our Time, The

Penguin Press, New York. Hal. 281-282.

Page 101: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

90

Liberalisasi keuangan; antara lain: kurs bebas, devisa bebas, pengembangan

BEJ.

Liberalisasi perdagangan; meratifikasi keputusan WTO.

Pengetatan prioritas APBN, termasuk pencabutan subsidi.

Privatisasi BUMN.

Penjualan korporasi domestik kepada modal internasional.

Perlindungan maksimal bagi hak milik pribadi (swasta).

Penerapan harga pasar bagi energi.

Mekanisme harga bagi pasar tenaga kerja; minimalkan perlindungan buruh.

Bank Indonesia sepenuhnya mengikuti BasselI dan BasselII dari BIS.104

Pendanaan PNPM Mandiri yang dilakukan Bank Dunia memang menjadi

salah satu faktor penting dalam rangka menyukseskan MDGs tetapi yang harus

juga mendapat perhatian adalah pengimplementasian program-program yang telah

dibuat. Dana akan terbuang percuma jika pemerintah tidak dapat

mengimplementasikan perencanaan investasi tersebut. Oleh karena itu, Jeffrey

D.Sachs menjelaskan bahwa dibutuhkan strategi manajemen publik yang harus

mencakup enam komponen, yaitu:

1. Desentralisasi, hal ini berarti bahwa investasi yang dibutuhkan di beberapa

desa dan kota akan ditetapkan oleh pemerintah daerah dibanding oleh peme-

rintah pusat;

2. Pelatihan, sektor publik di semua level kurang memiliki kemampuan untuk

mengawasi proses pengoperasian strategi, oleh karena itu pelatihan harus

menjadi bagian dari program;

3. Teknologi informasi, jika saluran bantuan akan memberikan bantuan yang

besar setiap tahunnya maka akan dibutuhkan teknologi informasi yang akan

104

Awalil Rizky dan Nasyith Majidi, 2008, Neoliberalisme Mencengkeram Indonesia, E

Publishing Company, Jakarta. Hal. 285.

Page 102: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

91

selalu memungkinkan masyarakat pada semua level untuk mengetahui dan

mengawasi;

4. Target yang jelas, target yang ingin dicapai harus jelas dan jumlahnya harus

sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan data nasional yang tersedia;

5. Audit, negara penerima harus dapat mengaudit bantuan yang diberikan untuk

mendapatkan bantuan yang lebih besar;

6. Pengawasan dan evaluasi, dana dan mekanisme program yang dijalankan

harus diawasi dan diberikan evaluasi.105

Disamping itu, banyak yang menganggap bahwa Bank Dunia telah

dianggap gagal dalam mencapai misinya, bahkan sudah ada beberapa seruan

untuk menutup Bank Dunia.106

Jonathan R. Pincus dan Jeffrey A. Winters juga

menyatakan bahwa seandainya sekarang Bank Dunia tidak ada, maka akan ada

kebutuhan mendesak untuk mendirikannya. Masalahnya bukanlah (kebutuhan

akan) adanya sebuah Bank Dunia, tetapi Bank Dunia yang kini kita miliki suatu

hal yang sangat diabaikan oleh mereka yang menyikapi disfungsi Bank Dunia

dengan menuntut agar lembaga ini dibubarkan saja. Dan disiplin yang diperlukan

untuk merancang ulang Bank Dunia haruslah didesakkan dari luar dan tidak

mungkin timbul dari dalam.107

Tetapi, Muhammad Yunus menentang seruan-seruan yang menyatakan

bahwa Bank Dunia harus ditutup. Karena, Bank Dunia merupakan institusi global

yang penting yang didirikan dengan tujuan yang mulia. Untuk itu, hanya perlu

105

Jeffrey D.Sachs, 2005, The End Of Poverty: Economic Possibilities For Our Time, The

Penguin Press, New York. Hal. 278-279. 106

Muhammad Yunus, 2007, Creating a World Without Poverty: Social Business and The Future

Of Capitalism, Public Affairs, New York. Hal. 14. 107

Jonathan R. Pincus dan Jeffrey A. Winters, 2004, “Merancang Ulang Bank Dunia”, dalam

Membongkar Bank Dunia, Jonathan R. Princus dan Jeffrey A. Winters, Djambatan, Jakarta. Hal.

5-6.

Page 103: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

92

melakukan perbaikan menyeluruh terhadap keduanya. Dunia sudah jauh berubah

dari ketika pertama kali keduanya didirikan, sudah waktunya untuk meninjau

kembali keduanya. Bank Dunia pun dianggap struktur dan prosedur kerja yang

digunakan saat ini sudah tidak tepat lagi untuk melakukan tugas-tugasnya.

Adapun ide-ide yang diutarakan oleh Muhammad Yunus yang akan menekankan

hal-hal berikut ini:

Sebuah Bank Dunia yang baru harus terbuka bagi pemerintah maupun sektor

swasta, dengan investasi swasta yang mengikuti model bisnis sosial.

Bank itu harus bekerja melalui pemerintah, LSM, dan jenis organisasi baru.

Alih-alih menjadi Korporasi Keuangan Internasional, Bank Dunia harus

memiliki jendela lain, yaitu bisnis sosial.

Presiden Bank Dunia harus dipilih oleh Komisi Pencari yang akan

mempertimbangkan kandidat-kandidat yang masuk kualifikasi dari seluruh

dunia.

Bank Dunia harus bekerja melalui cabang-cabang nasional yang semi-otonom,

masing-masing dengan dewan penasehatnya sendiri, dan bukan kantor-kantor

perwakilan di tiap negara yang tidak punya kekuasaan.

Evaluasi terhadap stafnya harus diakaitkan dengan kualitas kerjanya dan

dampak yang dihasilkan oleh pekerjaan itu, bukan besarnya volume pinjaman

yang berhasil dinegosiasikan. Jika suatu proyek gagal atau berkinerja buruk,

staff Bank Dunia yang terlibat dalam perancangannya harus dimintai

pertanggungjawaban.

Page 104: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

93

Bank Dunia harus membuat peringkat seluruh proyek tiap tahun berdasarkan

pada dampaknya pada pengurangan kemiskinan, dan setiap kantor perwakilan

negara harus dibuat peringkatnya dengan dasar yang sama.108

Sementara itu, kita kembali lagi ke masalah dampak bantuan luar negeri

Bank Dunia di Indonesia. Utang luar negeri yang merupakan kesepakatan antara

Indonesia dan Bank Dunia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya

dalam pnegentasan kemiskinan melalui PNPM Mandiri. Hal ini yang berdampak

adanya pasar bebas dan liberalisasi melalui paket neoliberalisme Bank Dunia,

pemerintah dapat mengharapkan rakyat Indonesia dapat menerimanya seiring

dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini.

Di samping itu pula, pemerintah juga harus bisa mengembalikan utang

luar negeri tersebut sesuai dengan kesepakatan sebelumnya oleh Bank Dunia. Dan

dengan seiringnya proses pengembalian utang luar negeri tersebut, dengan adanya

korupsi yang telah membuat program pengentasan kemiskinan tidak berjalan

efektif harus segera diselesaikan dengan baik agar bantuan luar negeri tersebut

tidak terbuang percuma seperti yang telah dijelaskan di atas.

108

Muhammad Yunus, 2007, Creating a World Without Poverty: Social Business and The Future

Of Capitalism, Public Affairs, New York. Hal. 14-15.

Page 105: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

94

Gambar 7. Kerangka Dampak Bantuan Luar Negeri

Dengan demikian, bila kita simak dari penjelasan di atas bisa dapat kita

simpulkan bahwa dampak yang terjadi dari bantuan luar negeri adalah berupa

utang luar negeri dan neoliberalisme di Indonesia. Bila utang luar negeri tersebut

tidak bisa lunas hingga jatuh tempo maka kemungkinan akan terjadi pengurangan

utang (debt relief) seperti yang telah dijelaskan diatas. Hal ini dapat terjadi bila

praktek korupsi semakin berkembang dan akan mempengaruhi jalannya kinerja

program PNPM Mandiri dalam pengentasan kemiskinan. Disamping itu juga ada

sebuah paket neoliberalisme yaitu SAP dan beberapa agenda neoliberalisme di

Indonesia seperti yang telah dijelaskan diatas.

Sebagai lembaga multilateral seperti Bank Dunia sebenarnya tujuan utama

mereka adalah pengentasan kemiskinan, tujuan mereka bukanlah sebagai

Bantuan

Luar Negeri

Paket

Neoliberalisme

Utang Luar

Negeri

Pengentasan

Kemiskinan

Target

MDGs

Dikhawatirkan

Terjadi Tindakan

Korupsi

Page 106: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

95

pengrusak sistem di setiap negara yang membutuhkannya atau negara penerima.

Pendekatan neoliberalisme yang di bawa oleh Bank Dunia berupa sebuah

privatisasi dan liberalisasi pasar yang sebenarnya merupakan itikad baik dari Bank

Dunia itu sendiri, mereka melakukan hal tersebut agar kontrol dan

pengawasannya lebih leluasa dan ketat karena mereka merasa mempunyai

tanggung jawab yang besar dari para pendonor dana yang menginvestasikannya

ke negara-negara yang membutuhkannya.

Hal ini juga dilakukan agar Bank Dunia memiliki sebuah kepercayaan dari

para pendonornya. Maka, pemerintah Indonesia harus siap menerima konsekuensi

paket neoliberal dari Bank Dunia dan pemerintah pun berharap akan tercapainya

target MDGs dari kemiskinan. Gambar 7 diatas juga menunjukkan bahwa bantuan

luar negeri menimbulkan sebuah utang luar negeri yang dimana di dalam proses

tersebut dikhawatirkan terjadi tindakan korupsi sebagaimana telah dijelaskan di

atas dalam kasus korupsi di tahun 1999, karena bila terjadi tindakan korupsi

tersebut maka sebuah program pengentasan kemiskinan di Indonesia tidak akan

berjalan efektif dan target menuju MDGs pun tidak akan terpenuhi. Oleh karena

itu, Indonesia harus bisa mencegah dari tindakan korupsi tersebut dari

pengalaman sebelumnya agar program pengentasan kemiskinan dapat berjalan

dengan efektif.

Page 107: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

96

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Penulis disini akan mencoba untuk menyimpulkan apa yang terjadi dari

hasil penelitian ini. Dengan adanya perumusan masalah yang berfungsi untuk

membatasi sebuah permasalahan agar di dalam penelitian ini tidak melebar

melainkan lebih spesifik dan menggunakan data kualitatif. Dengan menggunakan

data tersebut kita dapat melihat mengapa Indonesia membutuhkan bantuan luar

negeri Bank Dunia untuk mengentaskan kemiskinan, sebagaimana hal tersebut

telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya.

Di dalam Bab II, telah dijelaskan apa saja faktor-faktor terjadinya

kemiskinan di Indonesia pada tahun 1999-2009. Hal ini yang telah menyebabkan

timbulnya bantuan luar negeri Bank Dunia, disamping itu terjadinya kemiskinan

sebenarnya tidak terjadi di negara-negara berkembang saja seperti Indonesia tetapi

di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dapat terjadi kemiskinan,

sebagaimana yang telah di jelaskan di Bab I.

Setelah kita melihat faktor-faktor penyebab kemiskinan di Indonesia maka

pemerintah Indonesia pun harus siap menjawab tantangan tersebut dengan

program-program pengentasan kemiskinan. Salah satu program pemerintah yaitu

PNPM-Mandiri yang membutuhkan sebuah anggaran yang besar karena hal ini

terbagi menjadi dua kemiskinan perdesaan dan kemiskinan di perkotaan. Oleh

sebab itu, karena anggarannya cukup besar maka pemerintah menerima bantuan

Page 108: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

97

luar negeri Bank Dunia untuk mendukung dan membantu program pengentasan

kemiskinan.

Di dalam Bab III, menjelaskan bahwa terjadinya akibat karena adanya

sebuah kemiskinan. Akibatnya adalah adanya bantuan luar negeri Bank Dunia

sebesar US$ 2 miliar di tahun 2007 dan dengan berlangsungnya PNPM Perdesaan

dan PNPM Perkotaan, proyek-proyek pengulang diharapkan akan memperluas

program PNPM hingga menjangkau 70.000 masyarakat di seluruh Indonesia pada

tahun 2009/2010 tahap awal periode Strategi Kemitraan Negara (CPS/Country

Partnership Strategy). WBG memberikan dukungan kepada pemerintah yang

berupaya membawa prakarsa di sektor kesehatan, pendidikan, pengembangan

desa, dan sektor-sektor lainnya di bawah payung PNPM untuk memaksimalkan

upaya-upaya pelengkap pengentasan kemiskinan.

Program ini dimulai menyusul pengalaman sukses 10 tahun sebelumnya

dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Bank Dunia dan Program

Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Untuk tahun 2008-2009,

program tersebut meliputi dua WBG SILS (World Bank Group Specific

Investment Loans) dengan total US$ 409 juta serta pendanaan nasional dan mitra

pemerintah lokal dan program pengembangan masyarakat lainnya yang bernilai

setara dengan kurang lebih US$ 1,8 juta. Program penanggulangan kemiskinan

yang lebih kecil lainnya dikemas menjadi PNPM Mandiri guna membuat program

penanggulangan kemiskinan di tingkat masyarakat lebih sederhana dan

terkoordinasi. Saat ini PNPM Mandiri mencakup hampir 70 persen kelurahan

(sub-districts) dan kota. Program ini direncanakan akan berlanjut hingga tahun

Page 109: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

98

2015, dan WBG serta donor lainnya akan mendukung upaya-upaya tersebut

melalui pinjaman bergulir (repeater loans).

Disamping itu, Indonesia juga turut memacu diri untuk segera mengurangi

angka kemiskinan, seiring dengan seruan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) Kofi Annan, agar dunia sesuai dengan target MDGs pada tahun

2015 dapat mengurangi angka kemiskinan secara signifikan. Tujuan

Pembangunan Milenium berisikan tujuan kuantitatif yang musti dicapai dalam

jangka waktu tertentu, terutama persoalan penanggulangan kemiskinan pada tahun

2015. Tujuan yang dirumuskan dari “Deklarasi Milennium” tersebut, dan

Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara penandatangan pada September

2000. Delapan Tujuan Pembangunan Milenium tersebut juga menjelaskan

mengenai tujuan pembangunan manusia, yang secara langsung juga dapat

memberikan dampak bagi penanggulangan kemiskinan ekstrim. Masing-masing

tujuan MDGs terdiri dari target-target yang memiliki batas pencapaian minimum

yang harus dicapai Indonesia pada 2015.

Bantuan luar negeri Bank Dunia merupakan tujuan kemanusiaan untuk

mengentaskan kemiskinan dan Bank Dunia merupakan lembaga multilateral.

Dana yang di dapat dari Bank Dunia adalah dari negara-negara pendonor yang

telah membantu untuk pengentasan kemiskinan seperti di Indonesia yang telah

dijelaskan diatas. Hal ini juga dapat dikatakan sebagai teori bureaucratic

incrementalist yang menyatakan bahwa tujuan yang dikejar negara donor dalam

lingkup kepentingan ekonomi politik internasional, antara lain kombinasi tujuan

kemanusiaan dan berbagai faktor dalam politik domestik.

Page 110: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

99

Di dalam Bab IV, menganalisis sebuah temuan-temuan dari adanya

kemiskinan dan bantuan luar negeri Bank Dunia. Temuan tersebut berupa sebuah

efektivitas kemiskinan dan dampak bantuan luar negeri. Untuk menentukan

sebuah efektivitas dari program pengentasan kemiskinan tersebut sangatlah

bersifat relatif. Sejauh ini data yang diperoleh penulis dari BPS bahwa dari tahun

2006-2009 menurun hingga 1% dari tahun ke tahun (Kemiskinan Perdesaan dan

Perkotaan) dan di tahun 2009 kemiskinan di Indonesia mencapai 14,15%.

Menurut hemat penulis, bila hal ini terjadi terus-menerus hingga 2015 (tahun yang

ditargetkan oleh MDGs) maka dapat diperkirakan kemiskinan di Indonesia

menurun hingga 6%. Dan di tahun 2030 bisa mencapai 21%. Bila hal ini tidak

terjadi adanya hambatan-hambatan yang dapat terjadi kemiskinan seperti di tahun

1999-2006.

Dampak yang terjadi dari bantuan luar negeri adalah berupa utang luar

negeri, dimana utang tersebut harus dikembalikan pada 2030, sesuai Loan

Agreement Nomor 7504-ID yang diteken 6 Juni 2008. Bila kita melihat efektivitas

dari program kemiskinan diatas, pada tahun 2030 telah menurun hingga 21%. Hal

tersebut juga apabila tidak adanya hambatan-hambatan yang dapat terjadi

kemiskinan. Kita bisa melihat krisis yang melanda di Indonesia di tahun 1997

yang merupakan sebuah utang luar negeri dan terjadi tindakan korupsi. Maka, hal

ini yang dikhawatirkan karena dapat mengganggu jalannya sebuah program

pengentasan kemiskinan.

Dengan demikian, kita telah melihat jauh di dalam penelitian ini. Dengan

singkat dapat dikatakan bahwa, sebuah kemiskinan menimbulkan adanya bantuan

luar negeri dan utang luar negeri yang dimana proses dari kedua itu dikhawatirkan

Page 111: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

100

terjadi tindakan korupsi yang dapat merugikan program-program pengentasan

kemiskinan yang sedang berjalan sehingga target MDGs di tahun 2015 dan utang

luar negeri yang harus dikembalikan pada 2030 sesuai dengan Loan Agreement

Nomor 7504-ID yang diteken 6 Juni 2008 tidak dapat berjalan efektif, disamping

itu pula Indonesia harus siap menghadapi tantangan-tantangan global dalam paket

neoliberalisme yang sebagaimana Bank Dunia telah membawanya pada saat

terjadinya bantuan luar negeri. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat

Indonesia harus bisa mengontrol diri agar terciptanya sebuah tujuan yang berjalan

dengan lancar dan baik.

Page 112: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

101

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arslanalp, Serkan dan Peter Blair Henry, 2006, “Helping The Poor To Help

Themselves: Debt Relief Or Aid?”, dalam Sovereign Debt At The

Crossroads: Challanges and Proposals For Resolving The Third

World Debt Crisis, Chris Jochnick dan Fraser A. Preston, Oxford

University Press, New York.

Berita Resmi Statistik, 2009, Badan Pusat Statistik, No. 43/07/Th. XII.

Balaam, David N. dan Michael Veseth, 2005, Introduction to International

Political Economy, Pearson Education, New Jersey.

Chomsky, Noam, 1999, Provit Over People: Neoliberalism and Global Order,

Seven Stories Press, New York.

Dunne, Tim, Milja Kurki, Steve Smith, 2007, International Relations Theories

(Discipline and Diversity), Oxford University Press, New York.

Einhorn, Jessica, 2004, “The World Bank‟s Mission Creep”, dalam Essential

Readings in World Politics, Karen A. Mingst dan Jack L. Snyder,

W.W. Norton & Company, New York.

Fiend, John dan Phillip Hughes, 2007, “Education For The End Of Poverty: Three

Ways Forward”, dalam Education For The End Of Poverty

Implementing All The Millenium Development Goals, Matthew Clarke

dan Simon Feeny, Nova Science, New York.

Gagnet, Cathy L. dan World Bank, World Bank Annual Report 2003, vol. 1 Year

In Review, The International Bank for Reconstruction and

Development/The World bank, Washington DC.

H., A. Irawan J., 2007, “Ekspansi Global Neo-Liberalisme”, dalam Transformasi

Dalam Studi Hubungan Internasional (Aktor, Isu dan Metodologi),

Yulius P. Hermawan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Hadi, Syamsul, dkk, 2004, Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF, Granit,

Jakarta.

Hadinoto, Soetanto dan Djoko Retnadi, 2007, Micro Credit Challenge: Cara

Efektif Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran Di Indonesia, PT

Elex Media Komputindo, Jakarta.

Hastuti, 2010, Laporan Penelitian: Peran Program Perlindungan Sosial Dalam

Meredam Dampak Krisis Keuangan Global 2008/09, Lembaga

Penelitian SMERU Research Institute, Jakarta.

Haughton, Jonathan dan Shahidur R. Khandker, 2009, Handbook On Poverty and

Inequality, The International Bank for Reconstruction and

Development/The World Bank, Washington DC.

Ikbar, Yanuar, 2007, Ekonomi Politik Internasional 2 (Implementasi Konsep dan

Teori), PT Refika Aditama, Bandung.

Ja‟far, Marwan, 2007, Infrastruktur Pro Rakyat: Strategi Investasi Infrastrukutr

Indonesia Abad 21, Pustaka Tokoh Bangsa, Jogjakarta.

Page 113: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

102

Khan, Mushtaq H., 2004, “Korupsi dan Tata Kelola Pada Awal Kapitalisme:

Strategi Bank Dunia dan Keterbatasnnya”, dalam Membongkar Bank

Dunia, Jonathan R. Princus dan Jeffrey A. Winters, Djambatan,

Jakarta.

Lancaster, Carol, 2007, Foreign Aid: Diplomacy, Development, Domestic Politics,

The University Of Chicago Press, London.

Laporan Tahunan 2007, Program Pengembangan Kecamatan PNPM Mandiri.

Laporan Tahunan 2008, PNPM-Mandiri Pedesaan.

Laporan Tahunan 2009, PNPM-Mandiri Perdesaan.

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ATAS NAMA PEMBANGUNAN: Bank

Dunia dan Hak Asasi Manusia di Indonesia, 1995, Lembaga Studi dan

Advokasi Masyarakat (ELSAM), Jakarta.

Lister, Ruth, 2004, Poverty, Polity Press, Cambridge.

Mas‟oed, Mohtar, 1994, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi,

PT Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Matthews, Alan, 1999, “International Development Assistance and Food

Security”, dalam Foreign Aid: New Perspectives, Kanhaya L. Gupta,

Kluwer Academic Publisher, Norwell.

Nugroho, Riant dan Randy R. Wrihatnolo,. 2008, Manajemen Privatisasi BUMN,

PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Paket Informasi: Dasar Penanggulangan Kemiskinan, Lembaga Penelitian

SMERU untuk Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

(BKPK).

Pedoman dan Evaluasi, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM

Mandiri.

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Pincus, Jonathan R. dan Jeffrey A. Winters, 2004, “Merancang Ulang Bank

Dunia”, dalam Membongkar Bank Dunia, Jonathan R. Princus dan

Jeffrey A. Winters, Djambatan, Jakarta.

Punch, Keith F., 2000, Developing Effective Research Proposals, SAGE

Publications, London.

Radhi, Fahmy, 2008, Kebijakan Ekonomi Pro Rakyat, Republika, Jakarta.

Rizky, Awalil dan Nasyith Masjidi, 2008, Neoliberalisme Mencengkeram

Indonesia, E Publishing Company, Jakarta.

Sachs, Jeffrey D., 2005, The End Of Poverty: Economic Possibilities For Our

Time, The Penguin Press, New York.

Sen, Amartya Kumar, 2001, Development As Freedom, Oxford University Press,

New York.

____________________, 2009, The Idea Of Justice, The Belknap Press Of

Harvard University Press, Cambridge.

Stiglitz, Joseph E. dan Ha-Joon Chang, 2001, Joseph Stiglitz and The World

Bank: The Rebel Within, ANTHEM PRESS, London.

Sumarto, Sudarno, Asep Suryahadi, Alex Arifianto, 2003, “Governance and

Poverty Reduction: Evidence From Newly Decentralized Indonesia”,

dalam The Role Of Governance In Asia, Yasutami Shimomura, Japan

Institute Of International Affairs and ASEAN Foundation, Singapore.

Page 114: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

103

Suparlan, Parsudi, 1995, Kemiskinan di Perkotaan, Yayasan Obor Indonesia,

Jakarta.

Supranto, J., 2004, Proposal Penelitian Dengan Contoh, Universitas Indonesia

(UI-Press), Jakarta.

Suryahadi, Asep dan Sudarno Sumarto, 2010, “Poverty and Vulnerability In

Indonesia Before and After The Economic Crisis”, dalam Poverty and

Social Protection In Indonesia, Joan Hardjono, Nuning Akhmadi dan

Sudarno Sumarto, ISEAS Publishing, Pasir Panjang.

Susanto, Hari, 2006, Dinamika Penanggulangan Kemiskinan: Tinjauan Historis

Era Orde Baru, Khanata-Pustaka LP3ES Indonesia dan Yayasan Dana

Sejahtera Mandiri, Jakarta.

Suyanto, Bagong dan Sutinah ed., 2007, Metode Penelitian Sosial: Berbagai

Alternatif Pendekatan, Kencana, Jakarta.

The World Bank, 2000, Making Transition Work For Everyone Poverty and

Inequality In Europe And Central Asia, The International Bank For

Reconstruction and Development/The World Bank, Washington DC.

______________, 2006, Indonesia Making the New Indonesia Work For The

Poor, Jakarta.

______________, 2008, Investing in Indonesia’s Institutions: For Inclusive and

Sustainable Development, IFC (International Finance Corporation:

World Bank Group), Jakarta.

Winters, Jeffrey A., 2004, “Utang Kriminal”, dalam Membongkar Bank Dunia,

Jonathan R. Princus dan Jeffrey A. Winters, Djambatan, Jakarta.

Yunus, Muhammad, 2007, Creating a World Without Poverty: Social Business

and The Future Of Capitalism, Public Affairs, New York.

Jurnal

Basri, Faisal H. dan Dendi Ramdani, 2001, “Utang Luar Negeri: Mengayuh Di

Antara Kebutuhan Dana Bagi Pemulihan Ekonomi dan Beban

Pembayaran Cicilan dan Bunga”, Global Jurnal Politik Internasional,

Kerjasama Jurusan Ilmu HI FISIP-UI Dengan S2 HI Pasca-Sarjana

Ilmu Politik FISIP-UI dan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Isnaeni, Nurul Isnaeni, 2001, “Bank Dunia, Indonesia dan Politik Lingkungan

Global (Mencermati Agenda Pembangunan Berkelanjutan)”, Global

Jurnal Politik Internasional, Kerjasama Jurusan Ilmu HI FISIP-UI

Dengan S2 HI Pasca-Sarjana Ilmu Politik FISIP-UI dan Yayasan Obor

Indonesia, Jakarta.

Rochayati, Nurul dan Suzanne Maria A, 2005, “Debt Relief Melalui HIPC

Initiatives dan Tantangan Mengatasi Kemiskinan Dunia”, Global:

Jurnal Politik Internasional (Kompleksitas Kemiskinan: Tanggung

Jawab Komunitas Global, vol. 8, no. 1, Departemen Ilmu hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas

Indonesia, Depok.

Page 115: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

104

Sitepu, Dewi Sinorita, 2005, “Utang Luar Negeri dan Problem Kemiskinan

Negara Berkembang”, Global: Jurnal Politik Internasional

(Kompleksitas Kemiskinan: Tanggung Jawab Komunitas Global, vol.

8, no. 1, Departemen Ilmu hubungan Internasional Fakultas Ilmu

Sosial dan ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok.

Tim Jumpa Pers-Pusat Penelitian Ekonomi, 2008, “Problema Pengangguran dan

Kemiskinan di Tengah Gejolak Harga BBM: Telaah Kritis Kebijakan

dan Solusi Alternatif”, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, vol. XVI,

no. 1, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta.

Internet

2010, 1945 Bank Dunia Berdiri, dilihat pada tanggal 18 Maret 2011 pukul 10:20

WIB.

<http://www.mediaindonesia.com/read/2010/12/27/190897/77/21/194

5-Bank-Dunia-Berdiri>.

2010, Mandiri Dengan Zakat dan SDA, dilihat pada tanggal 11 Juli 2010 pukul

15:01 WIB. <http://bataviase.co.id/node/216385>.

2010, Poltabes Manado Dalami Kasus Korupsi PNPM, dilihat pada tanggal 15

Juli 2010 pukul 20.00.

<http://www.antaranews.com/berita/1267474536/poltabes-manado-

dalami-kasus-korupsi-pnpm>.

Anggaran Dasar Bank Dunia (Bank For Reconstruction and Development), 1989,

dilihat pada tanggal 12 Mei 2010 pukul 18:09 WIB,

<http://www.lfip.org/laws817/idver/dok/Perjanjian%20IBRD1.htm>.

Ariyanto, Dodik, Pengaruh Efektivitas Penggunaan dan Kepercayaan Teknologi

Sistem Informasi Terhadap Kinerja Individual, dilihat pada tanggal 26

Maret 2011 pukul 08:15 WIB

<ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok_dodik.pdf>.

Bank Dunia Puji RI dalam Pencapaian MDG, dilihat pada tanggal 07 Juli 2010

pukul 21:14 WIB,

<http://www.targetmdgs.org/index.php?option=com_content&task=vie

w&id=760&Itemid=5>.

Lestarini, Ade Hapsari, 2008, Total Utang RI ke World Bank Rp243,7 Trilyun,

dilihat pada tanggal 04 Juni 2010 pukul 21:44 WIB,

<http://economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/01/30/20/79

590/20/total-utang-ri-ke-world-bank-rp243-7-t>.

Pengertian dan Tujuan PNPM Mandiri, dilihat pada tanggal 08 Juli 2010 pukul

11:08 WIB, <http://www.pnpm-

mandiri.org/index.php?option=com_content&task=view&id=26&Item

id=53>.

Seymour, Frances, 1999, Tinjauan Umum dan Ringkasan Argumentasi, dilihat

pada tanggal 12 Mei 2010 pukul 10:15 WIB,

<http://members.fortunecity.com/edicahy/lendingc/chapt1.html>.

Sibuea, Posman, MDGs dan Pembangunan Berkelanjutan, dilihat pada tanggal 18

Maret 2011 pukul 10:40 WIB,

Page 116: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

105

<http://www.targetmdgs.org/index.php?option=com_content&task=vie

w&id=74&Itemid=6>.

Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan, dilihat pada tanggal 26 Maret 2011

pukul 09:20 WIB.

<gudang.tkpkri.org/rakorteknas/Presentasi_Kepala_Sekretariat_TNP2

K.pdf>.

The Efforts to Achieve the MDGs in Indonesia, dilihat pada tanggal 07 Juli 2010

pukul 22:30 WIB

<http://www.targetmdgs.org/index.php?option=com_content&task=vie

w&id=25&Itemid=12>.

The World Bank, 2010, National Program For Community Empowerment

Mandiri-PNPM Mandiri For Rural Area (2008-2011), dilihat pada

tanggal 10 Juli 2010 pukul 19.04 WIB.

<http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EAS

TASIAPACIFICEXT/INDONESIAEXTN/0,,contentMDK:22039058~

pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK:226309,00.html>.

Tumiwa, Fabby, MDGs Saja Tidak Cukup!, dilihat pada tanggal 07 Juli 2010

pukul 16:35 WIB,

<http://www.targetmdgs.org/index.php?option=com_content&task=vie

w&id=53&Itemid=6>.

Page 117: Outline Kemiskinan ASEAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24172/1/JULIAN.pdf · dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

106