optimasi proses pengeringan simplisia kayu secang (sappan ... · simplisia adalah bahan alamiah...

119

Click here to load reader

Upload: ngotuyen

Post on 22-Mar-2019

382 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

i

OPTIMASI PROSES PENGERINGAN SIMPLISIA

KAYU SECANG (Sappan Lignum) DAN APLIKASINYA

PADA PRODUK MINUMAN

HASRIANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Optimasi Proses Pengeringan

Simplisia Kayu Secang (Sappan Lignum) dan Aplikasinya pada Produk Minuman

adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2012

Hasriani

NRP F153100101

Page 3: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

ABSTRACT

HASRIANI. Optimization of Drying Process of Sappanwood Simplicia

(Sappan Lignum) and Its Application into Beverage Products. Supervised by

RIZAL SYARIEF, SETYO PERTIWI, and BUDI NURTAMA.

Secangs plant (Caesalpinia sappan Linn.) or locally known as sappanwood,

have long been used in a favorite beverage such as bir pletok from Betawi. In the

progress of their utilization, sappanwood is used as simplicia in the

pharmaceutical field. Simplicia is a natural material that presented in the dry form.

Utilization of post-harvest handling technologies such as drying is an alternative

technology to create a standard in producing simplicia of sappanwood

(Sappan Lignum). The aims of study were to identify the practices of harvest and

post harvest of sappanwood, to optimize the drying process of Sappan Lignum, to

identify the availability of brazilin content, and to assess the level of consumer’s

acceptance of sappan drink. This study consists of three phases. Phase I was to

know the optimum brazilin content in samples from lowland (Takalar Regency)

and highland (Gowa Regency) in South Sulawesi with three different cutting

types. Phase II was to optimize the drying process by using Design Expert 8.0®

with drying variables i.e. temperature (40°-60°C), air velocity (0,78-0,95m/s), and

relative humidity (30-60%). The responses were analyzed i.e. dried shrinkage,

brazilin content, colors (L and oHue), and drying time. Phase III was to produce

sappan drink followed by organoleptic test (hedonic test). The results showed that

the stem of plants with a big size is optimum to be harvested. The spines, the outer

layer, and cambium of harvested sappanwood are removed to get wood core.

Sappan Lignum from highlands (Lonjo'boko Village, Gowa Regency) have stick

form contained the highest brazilin (79,87mg/g). The selected solution for

optimum drying process of simplicia were drying temperature (60°C), air velocity

(0,78m/s), and relative humidity (30%), with desirability value (0,709). Sappan

drink produced from dried Sappan Lignum and fresh sappanwood showed the

same acceptance level of the panelists in taste, aroma, and color.

Key words: sappanwood simplicia, optimization of the drying process, brazilin,

sappan drink, hedonic test

Page 4: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

RINGKASAN

HASRIANI. Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang

(Sappan Lignum) dan Aplikasinya pada Produk Minuman. Dibimbing oleh

RIZAL SYARIEF, SETYO PERTIWI, dan BUDI NURTAMA.

Biodiversitas masih menjadi sumber utama untuk perkembangan riset di

Indonesia, khususnya bagi berbagai spesies tanaman yang dapat dimanfaatkan

untuk berbagai keperluan, seperti bahan pangan, bahan baku industri, maupun

obat-obatan. Terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan di Indonesia dan 7.000 di

antaranya berkhasiat sebagai obat. Salah satunya adalah tanaman secang

(Caesalpinia sappan L.) yang jumlahnya cukup banyak dan sering dimanfaatkan

masyarakat sebagai minuman berkhasiat. Tanaman secang ditemukan tumbuh liar

di alam. Pembudidayaan tanaman secang sampai saat ini masih terbatas.

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan berupa bahan yang dikeringkan.

Penanganan pasca panen kayu secang yang dilakukan masyarakat masih

tradisional, khususnya pada praktek pengeringannya. Masyarakat mengeringkan

kayu secang dalam bentuk gelondongan di tempat terbuka tanpa memperhatikan

kebersihan dan stabilitas senyawa aktif di dalamnya. Hal ini kurang mendukung

pemanfaatan kayu secang yang cukup potensial dalam bidang industri pangan

(functional food) maupun farmakologi. Oleh karena itu diperlukan adanya

optimasi pengeringan kayu secang menjadi suatu simplisia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penanganan pascapanen yang

tepat dalam pembentukan simplisia kayu secang (Sappan Lignum). Secara

spesifik penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi praktek-praktek

pemanenan dan pasca panen kayu secang yang dilaksanakan oleh masyarakat,

(2) mengoptimasi proses pengeringan kayu secang untuk mendapatkan

simplisia kayu secang (Sappan Lignum) dengan menggunakan piranti lunak

Design Expert 8.0®

, (3) mengidentifikasi khasiat (kandungan brazilin) pada

produk kayu secang segar dan simplisia kayu secang (Sappan Lignum), dan

(4) mengkaji tingkat penerimaan konsumen pada produk minuman secang celup

yang dihasilkan.

Penelitian telah dilakukan pada bulan Oktober 2011 sampai April 2012.

Bertempat di beberapa daerah di Sulawesi Selatan sebagai lokasi pengambilan

sampel, Laboratorium Pindah Panas dan Massa dan Laboratorium TPPHP

Fateta IPB, serta Pusat Studi Biofarmaka IPB Taman Kencana. Penelitian ini

terdiri dari 3 tahap. Tahap I untuk mengetahui kandungan brazilin optimum

pada sampel kayu secang dari dataran tinggi dan rendah dengan 3 jenis

potongan yang berbeda (stick, serutan, gelondongan). Sampel kayu secang

diambil dari Sulawesi Selatan. Penelitian tahap II akan menggunakan data

hasil penelitian tahap I dalam pelaksanaan optimasi proses pengeringan

menggunakan piranti lunak Design Expert 8.0®

. Kombinasi variabel pengeringan

yang digunakan yaitu suhu pengeringan (40o-60

oC), kecepatan aliran udara

(0,78-0,95 m/s), dan kelembaban relatif (20-60%). Pengujian simplisia sebagai

output hasil optimasi meliputi pengujian, susut pengeringan, kadar brazilin, warna

Page 5: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

(L dan oHue), dan lama pengeringan. Terakhir, penelitian tahap III yaitu uji

penerimaan konsumen terhadap produk secang celup. Produk tersebut

kemudian dilanjutkan dengan tahap uji organoleptik (hedonic test) kepada

30 panelis tidak terlatih.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian batang tanaman secang dengan

ukuran besar paling optimum untuk dipanen. Inti kayu secang untuk pembuatan

simplisia diperoleh dengan terlebih dahulu menghilangkan bagian duri, kulit luar,

dan kambium dari kayu secang hasil panen. Kayu secang dari daerah dataran

tinggi (Desa Lonjo’boko, Kecamatan Malino, Kabupaten Gowa) bentuk potongan

stick memiliki kandungan brazilin paling tinggi sebesar 79,87mg/g. Solusi proses

pengeringan optimum untuk simplisia kayu secang (Sappan Lignum) adalah

dengan komponen suhu pengeringan 60oC, kecepatan aliran udara 0,78m/s,

kelembaban relatif (RH) sebesar 30%, dan nilai desirability sebesar 0,709. Produk

secang celup yang dihasilkan dari simplisia kayu secang (Sappan Lignum)

maupun dari kayu secang segar hasil pemanenan menunjukkan tingkat

penerimaan panelis yang sama yaitu suka terhadap parameter rasa, aroma, dan

warna produk.

Kata kunci: secang, optimasi proses pengeringan, brazilin, secang celup,

uji organoleptik

Page 6: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

® Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atas seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 7: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

OPTIMASI PROSES PENGERINGAN SIMPLISIA

KAYU SECANG (Sappan Lignum) DAN APLIKASINYA

PADA PRODUK MINUMAN

HASRIANI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Pascapanen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 8: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr.Ir. Leopold O. Nelwan, M.Si

Page 9: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

i

Judul Tesis : Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu

Secang (Sappan Lignum) dan Aplikasinya pada

Produk Minuman

Nama : Hasriani

NRP : F153100101

Program Studi/Mayor : Teknologi Pasca Panen

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS

Ketua

Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr

Anggota

Dr. Ir. Budi Nurtama, M.Agr

Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi/Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Teknologi Pasca Panen

Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 4 Juni 2012 Tanggal Lulus:

Page 10: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

ii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini sebagai syarat dalam

menyelesaikan perkuliahan di Magister Sains, Teknologi Pasca Panen, Institut

Pertanian Bogor. Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa di berikan kepada

Nabi Muhammad, SAW, keluarganya, dan umatnya sampai akhir zaman.

Penulis melakukan penelitian tentang Optimasi Proses Pengeringan

Simplisia Kayu Secang (Sappan Lignum) dan Aplikasinya pada Produk Minuman.

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu (1) menentukan bentuk potongan

simplisia dengan kadar brazilin optimum, (2) optimasi proses pengeringan

simplisia dengan bentuk potongan yang memiliki kadar brazilin optimum, dan

(3) pembuatan produk secang celup.

Selama menjalani studi, penulis banyak sekali mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak baik berupa dukungan moril dan doa. Oleh karena itu, melalui

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Orang tua tercinta, ayahanda Lukman, SP dan ibunda Nurhayati, SP, serta

anggota keluarga lainnya yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan

dan semangat.

2. Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS; Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr; dan

Dr. Ir. Budi Nurtama, M.Agr selaku komisi pembimbing, atas segala perhatian,

bimbingan, saran, pengertian, serta dukungan moril kepada penulis selama

menjalani proses penelitian.

3. Dr. Ir. Leopold O. Nelwan, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan

bimbingan dan saran kepada penulis.

4. Masyarakat Desa Lonjo’boko Kabupaten Gowa dan Desa Ko’mara

Kabupaten Takalar yang telah memberikan apresiasi yang luar biasa terhadap

penelitian ini.

5. Rekan-rekanku di TPP 2010, Cicih Sugianti terima kasih atas bantuan tenaga

dan waktu yang diluangkan; Tajul Iflah, Putri Wulandari Zainal, Cininta

Pertiwi, Fajri Eko Munanda, Elmi Kamsiati, Susi Lesmayati, Sandra Leoni dan

Page 11: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

iii

Syahriman Hakim atas keceriaan pembangkit semangat selama penulis

melakukan penelitian.

6. Sahabat tercinta, Khadijah Herdayani, Julyanti Mustafa, Deba Supriyanto,

Tiara Eka Suardi, Yenny Fiqhiany Hamty, dan Ibu Ratna Siahaan yang telah

meluangkan waktu dan tenaga demi kelancaran penelitian.

Kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materil yang

tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan. Kritik,

saran dan masukan sangat penulis harapkan, demi sempurnanya penelitian ini

dikemudian hari.

Akhir kata, teriring doa semoga segala bantuan dapat menjadi amal

ibadah di mata Allah SWT dan mendapat imbalan yang lebih tinggi. Harapan

penulis semoga tesis ini dapat memberikan manfaat, sekecil apapun itu bagi

kita semua. Amin.

Bogor, Juli 2012

Penulis

Page 12: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

iv

RIWAYAT HIDUP

Hasriani, lahir di Makassar pada Hari Kamis,

28 Juli 1988. Penulis dilahirkan sebagai anak tunggal

dari pasangan Lukman, SP dan Nurhayati, SP. Jalur

pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis yaitu

TK Pertiwi Panggentungan, tahun 1992-1993; SD Inpres

Tamarunang, tahun 1993-1999; SLTP Negeri 1

Sungguminasa, tahun 1999-2002; dan SMU Negeri 3

Makassar, tahun 2002-2005. Pada tahun 2005, penulis diterima di Perguruan

Tinggi Negeri Universitas Hasanuddin Makassar melalui Jalur Penelusuran Minat

dan Bakat (JPMB) pada program Strata Satu (S1) Program Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian. Penulis berkesempatan

melanjutkan ke jenjang Pascasarjana (S2) Teknologi Pertanian, program studi

Teknologi Pasca Panen, Institut Pertanian Bogor sejak 2010 sampai sekarang.

Page 13: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

Latar Belakang ................................................................................. 1

Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

Ruang Lingkup ................................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5

Botani Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.) ............................. 5

Kandungan Kimia Kayu Secang ....................................................... 7

Brazilin ............................................................................................ 8

Pembuatan Simplisia Kayu Secang (Sappan Lignum) ....................... 10

Panen ..................................................................................... 11

Pasca Panen ............................................................................. 13

Teori Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan Lignum) ............. 15

Pemutuan Simplisia Kayu Secang (Sappan Lignum) ......................... 18

Respons Surface Method ................................................................... 19

Secang Celup .................................................................................... 20

METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 22

Waktu dan Tempat ........................................................................... 22

Bahan dan Alat ................................................................................. 22

Prinsip Kerja Mesin Pengering Berakuisisi .............................. 22

Cara Pengoperasian Mesin Pengering Berakuisisi .................... 24

Metode Penelitian ............................................................................. 24

Penelitian Tahap I ..................................................................... 24

Pemanenan Kayu Secang ................................................ 24

Penanganan Pasca Panen Kayu Secang ............................ 25

Analisis Kadar Brazilin .................................................. 25

Rancangan Percobaan ..................................................... 27

Penelitian Tahap II ................................................................... 27

Pembuatan Rancangan Proses dan Respon dengan

Program Design Expert 8.0® ............................................ 27

Perlakuan Pengeringan .................................................... 28

Analisis Kimia dan Fisik ................................................. 28

Analisis Respon .............................................................. 28

Optimasi Proses .............................................................. 30

Penelitian Tahap III ................................................................. 32

Pembuatan Produk Secang Celup ................................... 32

Uji Kesukaan (Hedonic Test) .......................................... 32

Page 14: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

vi

Rancangan Percobaan ..................................................... 33

Metode Analisis ...................................................................... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 36

Analisis Kandungan Brazilin Optimum ............................................. 36

Optimasi Proses Pengeringan ............................................................ 41

Rancangan Perlakuan Proses Pengeringan dan Respon ............. 41

Pengujian Kadar Air ................................................................ 42

Hasil Pengukuran Respon Rancangan Perlakuan Proses

Pengeringan ............................................................................. 44

Analisis Respon dengan Program Design Expert 8.0® ............... 46

Analisis Respon Susut Pengeringan ................................ 46

Analisis Respon Kadar Brazilin ...................................... 49

Analisis Respon Warna .................................................. 53

Analisis Respon L ................................................. 53

Analisis Respon oHue ............................................. 56

Analisis Respon Lama Pengeringan ................................. 59

Optimasi Rancangan Perlakuan Proses Pengeringan dengan

Program Design Expert 8.0® ..................................................... 64

Uji Penerimaan Terhadap Produk Secang Celup ............................... 68

Rasa Seduhan .......................................................................... 70

Aroma Seduhan ....................................................................... 72

Warna Seduhan ....................................................................... 73

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 76

Kesimpulan ...................................................................................... 76

Saran ................................................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 78

LAMPIRAN ................................................................................................ 82

Page 15: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Hasil-hasil penelitian dan pengembangan eksplorasi komponen

bioaktif tanaman rempah dan obat ........................................................... 7

2 Bagian tanaman, cara pengumpulan, kadar air simplisia .......................... 12

3 Standar mutu simplisia kayu secang (Sappan Lignum) ............................ 18

4 Rancangan perlakuan proses pengeringan dari program Design

Expert 8.0® ............................................................................................ 28

5 Hasil analisis sidik ragam pengaruh jenis dataran dan potongan terhadap

kadar brazilin kayu secang ...................................................................... 40

6 Hasil pengukuran nilai kadar air untuk seluruh rancangan perlakuan

proses pengeringan .................................................................................. 43

7 Hasil keseluruhan pengukuran dan perhitungan respon total seluruh

rancangan perlakuan proses pengeringan ................................................. 45

8 Hubungan oHue dengan warna simplisia kayu secang (Sappan Lignum)

yang diukur ............................................................................................. 56

9 Komponen dan respon yang dioptimasi, target, batas, dan importance

pada tahapan optimasi rancangan perlakuan proses pengeringan ............. 64

10 Hasil uji analisis sidik ragam (ANOVA) parameter rasa seduhan produk

secang celup A dan secang celup B ......................................................... 71

11 Hasil uji analisis sidik ragam (ANOVA) parameter aroma seduhan produk

secang celup A dan secang celup B .......................................................... 72

12 Hasil uji analisis sidik ragam (ANOVA) parameter warna seduhan produk

secang celup A dan secang celup B .......................................................... 73

Page 16: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tanaman secang (Caesalpinia sappan L.) .............................................. 5

2 Kayu secang ........................................................................................... 6

3 Struktur kimia (a) brazilin dan (b) brazilein ........................................... 9

4 Jalur Polyol ............................................................................................ 10

5 Berbagai bentuk simplisia kayu secang (Sappan Lignum)....................... 14

6 Diagram alir mesin pengering berakuisisi .............................................. 23

7 Bagian inti kayu secang sebagai bahan baku simplisia ........................... 25

8 Rancangan diagram alir penelitian tahap I

(Analisis kandungan brazilin) ................................................................ 26

9 Rancangan diagram alir penelitian tahap II

(Optimasi proses pengeringan dengan Design Expert 8.0®) .................... 31

10 Rancangan diagram alir penelitian tahap III (Uji penerimaan terhadap

produk secang celup) ............................................................................. 33

11 Perbedaan warna inti kayu secang pada: (a) Desa Ko’mara Kabupaten

Takalar dan (b) Desa Lonjo’boko Kabupaten Gowa .............................. 38

12 Bentuk potongan kayu secang yang digunakan untuk analisis kandungan

brazilin optimum: (a) gelondongan, (b) serutan, dan (c) stick ................. 38

13 Hasil uji kadar brazilin (mg/g) kayu secang berdasarkan pengaruh jenis

dataran dan bentuk potongan ................................................................. 39

14 Grafik kenormalan internally stundentized residuals respon susut

pengeringan ........................................................................................... 47

15 Grafik contour plot hasil uji respon susut pengeringan .......................... 48

16 Grafik tiga dimensi hasil uji respon susut pengeringan .......................... 48

17 Grafik kenormalan internally stundentized residuals respon kadar

brazilin ................................................................................................... 51

18 Grafik contour plot hasil uji respon kadar brazilin ................................. 52

19 Grafik tiga dimensi hasil uji respon kadar brazilin ................................. 53

20 Grafik kenormalan internally stundentized residuals respon L ............... 55

21 Grafik contour plot hasil uji respon L .................................................... 55

22 Grafik tiga dimensi hasil uji respon L .................................................... 56

23 Grafik kenormalan internally stundentized residuals respon oHue ......... 58

24 Grafik contour plot hasil uji respon oHue .............................................. 58

Page 17: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

ix

Halaman

25 Grafik tiga dimensi hasil uji respon oHue .............................................. 59

26 Grafik kenormalan internally stundentized residuals respon lama

pengeringan ........................................................................................... 63

27 Grafik contour plot hasil uji respon lama pengeringan ........................... 63

28 Grafik tiga dimensi hasil uji respon lama pengeringan ........................... 64

29 Grafik contour plot dan nilai desirability solusi rancangan perlakuan

proses pengeringan optimum ................................................................. 67

30 Grafik tiga dimensi nilai desirability solusi rancangan perlakuan proses

pengeringan optimum ............................................................................ 68

31 Produk secang celup .............................................................................. 69

32 Nilai rata-rata hasil uji organoleptik (hedonict test) terhadap parameter

rasa, aroma, dan warna seduhan pada produk secang celup A dan B ...... 70

33 Mesin pengering berakuisisi tampak depan ........................................... 100

34 Flow controller mesin pengering berakuisisi ......................................... 100

35 Anemometer ......................................................................................... 101

36 Cutting mill ........................................................................................... 101

Page 18: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Hasil uji kadar brazilin kayu secang (mg/g) berdasarkan pengaruh jenis

dataran dan bentuk potongan .................................................................. 81

2 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis potongan terhadap kadar brazilin

kayu secang ........................................................................................... 81

3 Rekapitulasi data uji kadar air rancangan perlakuan proses pengeringan . 82

4 Rekapitulasi data uji susut pengeringan rancangan perlakuan proses

pengeringan .......................................................................................... 83

5 Rekapitulasi data uji warna rancangan perlakuan proses pengeringan .... 85

6 Rekapitulasi data uji kadar brazilin rancangan perlakuan proses

pengeringan .......................................................................................... 86

7 Kromatogram KCKT rancangan perlakuan proses pengeringan dengan

(a) suhu 60oC, kecepatan aliran udara 0,78m/s, RH 45%, dan (b) standar

brazilin kayu secang .............................................................................. 87

8 ANOVA dan persamaan polinomial respon susut pengeringan .............. 88

9 ANOVA dan persamaan polinomial respon kadar brazilin ..................... 89

10 ANOVA dan persamaan polinomial respon L ....................................... 90

11 ANOVA dan persamaan polinomial respon oHue ................................... 91

12 ANOVA dan persamaan polinomial respon lama pengeringan .............. 92

13 Rekapitulasi data running perlakuan proses pengeringan untuk

mendapatkan rancangan optimum ......................................................... 93

14 Solusi rancangan perlakuan proses pengeringan optimum yang

dihasilkan dalam tahapan optimasi ......................................................... 94

15 Simplisia kayu secang (Sappan Lignum) sebagai hasil dari proses

pengeringan ........................................................................................... 95

16 Formulir pengujian organoleptik (hedonic test) ...................................... 97

17 Hasil uji organoleptik (hedonic test) produk secang celup dari simplisia

kayu secang (secang celup A) dan kayu segar hasil pemanenan

(secang celup B)..................................................................................... 98

18 Gambar alat yang digunakan dalam penelitian ....................................... 100

Page 19: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Biodiversitas masih menjadi sumber utama untuk perkembangan riset di

Indonesia, khususnya terkait material berbagai spesies tanaman yang dapat

dimanfaatkan dalam berbagai keperluan, seperti bahan pangan, bahan baku

industri, maupun obat-obatan. Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangat

besar, di antaranya adalah tanaman obat dan rempah. Terdapat sekitar 30,000 jenis

tumbuhan di Indonesia dan 7,000 di antaranya berkhasiat sebagai obat

(Sastroamidjojo, 1997). Salah satunya adalah tanaman secang (Caesalpinia

sappan L.) yang jumlahnya cukup banyak dan sering dimanfaatkan masyarakat

sebagai minuman dan dipercaya berkhasiat bagi kesehatan.

Tanaman secang (Caesalpinia sappan L.) ditemukan tumbuh liar di alam

sebagai tanaman pagar, pembatas kebun, atau tumbuh sebagai tanaman sela.

Pembudidayaan tanaman secang sampai saat ini masih terbatas mungkin

disebabkan karena tumbuh duri pada batangnya, sehingga masyarakat

menganggap akan menyulitkan dalam perawatan dan penanganannya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (2011), luas lahan yang sementara tidak

diusahakan (temporarily unused) untuk daerah luar Pulau Jawa yaitu 47,105 Ha,

luar Pulau Jawa yaitu 14,854,793 Ha, sehingga total luas lahan yang sementara

tidak diusahakan untuk seluruh Indonesia yaitu 14,901,898 Ha. Khusus di

Provinsi Sulawesi Selatan, luas lahan yang sementara tidak diusahakan yaitu

88,870 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki lahan

cukup luas dan potensial yang dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan

tanaman secang.

Tanaman secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan salah satu sumber

daya alam yang belum banyak tersentuh dalam hal pemanfaatan dan

pengolahannya dari hulu hingga ke hilir. Bagian tanaman secang yang sering

dimanfaatkan adalah bagian batang/kayu. Masyarakat memanfaatkan kayu secang

dalam bentuk minuman yang diperoleh dari hasil perebusan inti kayu secang yang

berwarna merah, maupun dengan penambahan rempah-rempah lainnya seperti

kapulaga, jahe merah, dan kayu manis. Kebiasaan mengkonsumsi minuman

Page 20: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

2

secang secara turun temurun, menjadikan minuman secang sebagai minuman

fungsional yang dapat dikonsumsi sesuai kebutuhan tanpa batasan takaran.

Kelebihan lain minuman secang adalah pada rasanya. Berbeda dengan jamu

yang umumnya berasa pahit, secang enak untuk dinikmati di segala cuaca terlebih

saat udara dingin. Minuman secang merupakan minuman kesehatan legendaris

yang mengandung antioksidan, anti kanker, memperlancar peredaran darah, obat

batuk darah / TBC, malaria, pembersih darah, anti tetanus, dan anti peradangan

(Priatni dan Tatik, 2007).

Jumlah kandungan zat berkhasiat dalam tanaman dipengaruhi oleh

faktor-faktor yaitu faktor dalam (genetic) dan faktor luar (lingkungan tempat

tumbuh), di samping itu juga dipengaruhi oleh umur pada saat panen dan proses

pasca panennya. Sedangkan kebiasaan yang terjadi di tingkat petani/pengumpul

bahan simplisia adanya tenggang waktu antara panen sampai proses pengeringan

(Sampurno 2000 dalam Jokopriyambodo, 2003).

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa

bahan yang dikeringkan (Materia Medika Indonesia, 1995). Pemanfaatan

teknologi pengeringan dapat digunakan untuk menghasilkan suatu standar

pembuatan simplisia kayu secang. Praktek pengeringan yang dapat dilakukan

untuk memperoleh simplisia kayu secang mengacu pada penelitian yang ada

sebelumnya walaupun dengan bahan baku berbeda, yaitu dengan pengeringan

secara alami (sun drying), menggunakan oven, blower, ataupun rak pengering.

Pengeringan diperlukan sebagai suatu syarat pembentukan simplisia dengan kadar

air yang sesuai standar yaitu 8-10%. Dengan interval kadar air tersebut,

diharapkan simplisia dapat bebas dari serangan mikroorganisme, komponen

metabolit sekundernya masih terjaga dengan baik, dapat diatur dan distandarkan,

serta dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama jika ditunjang dengan

pengemasan yang baik pula (Sembiring, 2007).

Penanganan pasca panen kayu secang yang dilakukan masyarakat masih

tradisional, khususnya pada praktek pengeringannya. Masyarakat mengeringkan

kayu secang dalam bentuk gelondongan di tempat terbuka tanpa memperhatikan

kebersihan dan stabilitas senyawa aktif di dalamnya. Hal ini kurang mendukung

Page 21: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

3

pemanfaatan kayu secang yang cukup potensial dalam bidang industri pangan

(functional food) maupun farmakologi. Oleh karena itu diperlukan adanya

optimasi pengeringan kayu secang menjadi suatu simplisia. Proses optimasi

adalah suatu pendekatan normatif untuk mengidentifikasikan penyelesaian

terbaik dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan. Melalui optimasi,

permasalahan akan diselesaikan untuk mendapatkan hasil yang terbaik sesuai

dengan balasan yang diberikan (Ma’arif et al. 1989). Keuntungannya adalah

masyarakat mendapatkan kesempatan untuk memanfaatkan tanaman lokal kayu

secang dalam bentuk simplisia berdasarkan pengembangan sistem optimizations

process pada setiap faktor-faktor perlakuan pengeringan yang terpilih. Selain itu,

dapat diperoleh gambaran dan kondisi proses pengeringan optimal dalam

menghasilkan simplisia kayu secang (Sappan Lignum) yang memiliki kandungan

senyawa aktif maksimum.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penanganan pasca panen yang tepat

dalam pembentukan simplisia kayu secang (Sappan Lignum). Secara spesifik

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi praktek-praktek pemanenan dan pasca panen kayu secang

yang dilaksanakan oleh masyarakat.

2. Mengoptimasi proses pengeringan kayu secang untuk mendapatkan

simplisia kayu secang (Sappan Lignum) dengan menggunakan piranti lunak

Design Expert 8.0®.

3. Mengidentifikasi khasiat (kandungan brazilin) pada kayu secang segar dan

simplisia kayu secang (Sappan Lignum).

4. Mengkaji tingkat penerimaan konsumen pada produk minuman secang

celup yang dihasilkan.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Pertimbangan penyediaan simplisia kayu secang (Sappan Lignum) secara

kontinyu untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan ketersediaan bahan baku

industri maupun farmasi.

Page 22: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

4

2. Bahan informasi bagi masyarakat mengenai simplisia kayu secang

(Sappan Lignum) yang mencakup aspek organoleptik dan kandungan kimia.

3. Memberikan sentuhan teknologi untuk mengangkat kearifan lokal dalam

kebiasaan mengkonsumsi minuman kayu secang agar lebih memasyarakat.

Ruang Lingkup

Optimasi pengeringan simplisia kayu secang (Sappan Lignum) ini spesifik

pada komoditas kayu secang yang ada di wilayah dataran tinggi dan dataran

rendah, studi kasus di Kabupaten Gowa (Desa Lonjoboko) dan Kabupaten

Takalar (Desa Ko’mara), Provinsi Sulawesi Selatan. Decision analysis dimulai

dari tahap identifikasi langsung, praktek panen dan pasca panen di lapangan.

Kemudian dilanjutkan dengan kajian persyaratan simplisia sebagai suatu

minuman berkhasiat dalam upaya penentuan model optimasi yang akan diterapkan

untuk pembentukan simplisia kayu secang (Sappan Lignum) menggunakan piranti

lunak Design Expert 8.0®.

Page 23: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

5

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.)

Tanaman secang tersebar hampir di seluruh Indonesia (Gambar 1) dan

memiliki nama daerah yang berbeda-beda yaitu Seupeueng (Aceh), Sepang

(Gayo dan Sasak), Sopang (Batak), Lacang (Minangkabau), Secang (Sunda, Jawa

Tengah, Madura), Cang (Bali), Supa (Bima), Sepel (Timor), Hape (Sawu),

Kayu Sema (Manado), Dolo (Bare), Sappang (Makassar) dan Sepang (Bugis),

Sepen (Halmahera Selatan), Savala (Halmahera Utara), Sungiang (Ternate) dan

Roro (Tidore) (Anonim, 2011b).

Gambar 1 Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.)

Menurut Tjitrosoepomo (2004), taksonomi tanaman secang adalah

sebagai berikut:

Divisi : Spermathophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Sub class : Dialypetalae

Ordo : Rosales

Family : Caesalpinaceae

Genus : Caesalpinia

Species : Caesalpinia sappan Linn.

Page 24: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

6

Tumbuhan ini berupa pohon kecil dengan tinggi 5-10 m. Permukaan batang

kasar, berduri tersebar. Daun majemuk menyirip, setiap sirip mempunyai 10-20

pasang anak daun yang berhadapan mempunyai daun penumpu. Perbungaan

tersusun tandan, bunga berwarna kuning terang. Buah polong warna hitam, berisi

3-4 biji. Banyak tumbuh di pekarangan daerah Jawa, juga dijumpai di pegunungan

berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan. Di habitat

alaminya, sebagian besar pohon kayu secang tumbuh pada tempat-tempat yang

berbukit dengan tipe tanah seperti liat dan berbatu-batu, pada daerah dengan

ketinggian tempat rendah dan sedang. Pohon ini tidak toleran pada tanah-tanah

yang terlalu basah (Anonim, 2011a).

Pohon secang tumbuh pada lokasi-lokasi yang memiliki kisaran curah hujan

tahunan 700-4300 mm, rata-rata suhu udara tahunan adalah 24-27,5°C, dan

dengan kisaran pH tanah adalah 5-7,5. Tumbuhan ini banyak dijumpai pada

dataran rendah hingga ketinggian 1700 m dpl. Kayu secang dapat diperbanyak

menggunakan biji. Biasanya tumbuhan ini ditanam di bawah naungan di sekitar

tepi hutan. Hingga akhir abad ke 19, kayu secang telah dimanfaatkan sebagai

sumber pewarna merah utama. Namun saat ini, pemanfaatannya sebagai bahan

pewarna hanya berlangsung untuk skala kecil. Biji tumbuhan ini berfungsi sebagai

bahan sedatif, kayu dan batangnya dapat mengobati tuberkolosis, diare, dan

disentri, sedangkan daun-daunnya dapat dimanfaatkan untuk mempercepat

pematangan buah pepaya dan mangga. Tumbuhan ini memiliki daya adaptasi

terhadap lingkungan yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman

penghijauan. Sedangkan di Sulawesi Selatan kayu secang (Gambar 2) dibuat

minuman seperti teh yang berkhasiat menguatkan lambung (Anonim, 2011a).

Gambar 2 Kayu Secang

Page 25: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

7

Kandungan Kimia Kayu Secang

Penyebaran metabolit sekunder pada tanaman sangat beragam baik dalam

berbagai spesies maupun organ, maka pengumpulan bahan simplisia yang tidak

teratur akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi kesehatan.

Simplisia yang berasal dari bahan liar akan mempunyai variasi yang sangat tinggi

dalam hal kandungan zat berkhasiatnya (Jokopriyambodo, 2003). Beberapa hasil

penelitian mengenai komponen bioaktif tanaman rempah dan obat, termasuk

secang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil-hasil penelitian dan pengembangan eksplorasi komponen bioaktif

tanaman rempah dan obat Jenis Tanaman Bentuk Produk Komponen Aktif Manfaat Kesehatan Jahe -

-

Ekstrak jahe

Ekstrak jahe

Gingerol, shogaol, gingeron

Gingerol, shogaol

-

-

Antioksidan

Anti-inflmasi, rematik,

artristis kronis

Antibakteri

Kekebalan tubuh

Kunyit/Temulawak - Kurkumin

Komp. Fenolik

Antihepatoksik,

antikolesterol,

Antikanker, antimutagenik

Lidah Buaya -

-

Gel lidah buaya

Gel lidah buaya

Aloin, aleat, emodin

Aloin

-

Vitamin, mineral, asam

amino

Antibiotik, penghilang

rasa sakit

Obat pencahar

Diabetes

Obat luka

Mengkudu Jus buah

Jus buah

-

Damnacantahl

-

Xeronin dan proxeronin

Antikanker

Imunomodulator,

antikanker

Aktivasi enzim,

membentuk protein

Kayu Secang -

Ekstrak secang

Ekstrak

kloroform

Brazilin

Brazilin

-

Antioksidan,

Antibakteri

Antidiare

Pala -

-

Ekstrak

kloroform

Miristicin

Eugenol

-

Hepatoprotektor

Antioksidan, aktivasi

enzim

Antidiare (Shigela,

E. coli)

* Sumber : Priatni dan Tatik (2007)

Kayu secang apabila diseduh dengan air panas menghasilkan warna merah

yang dinamakan sappanin. Batang dan daun secang mengandung alkohol, tannin,

saponin, fotosterol, asam tanat, gelatin, resin, resorsin, brazilin, brazilien, minyak

atsiri dan pigmen. Secara empiris kayu secang dapat digunakan untuk mengobati

Page 26: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

8

tuberkulosis, desentri, analgetik, penyakit kulit, desinfektan, tonikum dan rematik.

Pada umumnya penggunaan kayu secang sebagai obat dengan cara menyeduh,

sehingga kemungkinan bahan aktifnya dapat larut dalam air (Sundari et al. 1995).

Hasil penelitian Safitri (2000) dalam Priatni dan Tatik (2007) diketahui

bahwa bagian kayu secang memiliki daya peredaman radikal bebas superoksida

dan aktivitas antioksidan sebesar 100%. Studi juga mengungkapkan terdapat lima

senyawa aktif yaitu saponin, fitosterol, brazilin, tannin, flavonoid dan diantaranya

tidak hanya mampu meredam radikal superoksida, tetapi juga memberikan efek

peredaman yang sangat berarti terhadap radikal hidroksil yang lebih reaktif dan

berbahaya. Zat antioksidan yang terdapat dalam tumbuhan ini bersifat labil bila

serbuk kayu secang diseduh dengan air panas, hasil seduhannya lama kelamaan

berubah warnanya menjadi semakin merah tua (Haryono, 1985).

Brazilin

Sanusi (1989) telah mengisolasi zat warna merah yang terkandung

dalam kayu secang yang dikenal sebagai senyawa golongan brazilin. Brazilin

merupakan senyawa antioksidan yang mempunyai katekol dalam struktur

kimianya. Berdasarkan aktivitas antioksidannya, brazilin diharapkan mempunyai

efek melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia. Selanjutnya

Lim et al. (1997) membuktikan bahwa indeks antioksidatif dari ekstrak kayu

secang lebih tinggi daripada antioksidan komersial. Penelitian lain

mengungkapkan bahwa brazilin diduga mempunyai efek anti-inflamasi

(Sukria, 1993 dalam Sundari et al. 1998).

Senyawa brazilin hanya terdapat pada tanaman brazilwood atau

Caesalpinia sp. Brazilin mempunyai aktivitas farmakologis seperti proteksi hati,

antikonvulsan, antiinflamasi, antibakteri, antioksidan, antivirus,

ancomplementary, penghambat xantin oksidase, penghambat aldose reduktase,

proteksi otak (Zhao et al. 2008 dalam Hangoluan, 2011), dan yang terakhir diteliti

adalah sebagai anti jerawat. Senyawa ini merupakan komponen utama dan

merupakan senyawa penciri dari kayu secang (Batubara et al. 2010).

Brazilin (C16H14O5) merupakan kristal berwarna kuning, akan tetapi jika

teroksidasi akan menghasilkan senyawa brazilein yang berwarna merah

kecoklatan dan dapat larut dalam air, dengan struktur kimia seperti yang tampak

Page 27: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

9

pada Gambar 3. Brazilin memiliki warna kuning sulfur jika dalam bentuk murni,

dapat dikristalkan, larut air, jernih mendekati tidak berwarna dan berasa manis.

Asam tidak berpengaruh terhadap larutan brazilin, tetapi alkali dapat membuatnya

berwarna merah. Eter dan alkohol menimbulkan warna kuning pucat terhadap

larutan brazilin. Brazilin akan cepat membentuk warna merah jika terkena sinar

matahari. Terjadinya warna merah ini disebabkan oleh terbentuknya brazilein

(C6H12O5) (Kim et al. 1997 dalam Holinesti, 2007).

Gambar 3 Struktur kimia (a) brazilin dan (b) brazilein

(Sumber :http://edhisambada.wordpress.com)

Brazilin termasuk ke dalam golongan flavonoid sebagai isoflavonoid.

Pengujian terhadap ekstrak kayu secang untuk mengetahui keberadaan senyawa

flavonoid dilakukan dengan cara menambahkan etanol 80% dan asam klorida

pekat dan ternyata memberikan hasil positif dengan munculnya warna kuning

kemerahan yang berarti ekstrak tersebut mengandung senyawa golongan

flavonoid (Suhartati, 1983).

Kayu secang telah digunakan sebagai komponen dalam ramuan untuk

pencegahan dan perawatan komplikasi diabetes dalam obat tradisional Korea

dan Cina. Kandungan brazilin dalam kayu secang diketahui merupakan salah

satu inhibitor dari aldose reduktase. Aldosa reduktase merupakan enzim

pertama dalam jalur Polyol yang mereduksi D-glukosa menjadi D-Sorbitol

dengan konversi NADPH dan NADP+ (Gambar 4). Jalur Polyol ini diduga

memiliki peran penting dalam perkembangan komplikasi degeneratif dari diabetes

(De La Fuente et al. 2003 dalam Wicaksono et al. 2008).

a b

Page 28: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

10

Glukosa Sorbitol Fruktosa

Gambar 4 Jalur Polyol

Telah dilaporkan juga bahwa Caesalpin P, sappanchalcone,

3-deoxysappanone, brazilin dan protosappanin yang merupakan konstituen

dari kayu secang, dapat berfungsi sebagai inhibitor aldose reduktase.

Senyawa-senyawa yang disebutkan di atas juga dilaporkan mampu memperbaiki

fungsi dari sel beta dari pulau-pulau Langerhans di pankreas yang berfungsi

dalam produksi insulin (Li WL et al. 2004 dalam Wicaksono et al. 2008).

Selain itu, brazilin yang memberikan warna merah ketika teroksidasi

(membentuk brazilein), merupakan salah satu komponen penting dari kayu

secang yang berguna untuk memperlancar peredaran darah, dan telah terbukti

secara in vitro dapat menginduksi vasorelaksasi (Hu DM et al. 2003 dalam

Wicaksono et al. 2008).

Brazilin memiliki banyak aktivitas, sehingga dapat dijadikan standar dalam

kontrol kualitas kayu secang. Untuk memenuhi kontrol kualitas kayu secang

berdasarkan senyawa penciri, digunakan brazilin (Hangoluan, 2011).

Pembuatan Simplisia Kayu Secang (Sappan Lignum)

Simplisia sebagai bahan baku obat tradisional sangat berperan dalam

kaitannya dengan mutu suatu produk. Rendahnya kualitas simplisia tanaman

obat lebih banyak disebabkan pada saat penanganan pasca panen, proses

pengeringan bahan dan kondisi penyimpanan. Simplisia tanaman obat yang telah

terkontaminasi bakteri dan kapang dapat terbawa sampai pada produk olahannya

yang kemungkinan dapat menyebabkan rusaknya komponen kimia yang

berkhasiat dan dapat juga menghasilkan toksin yang sangat membahayakan

kesehatan (Chosdu et al. dalam Katno, 1999).

Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut:

pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, sortasi kering,

pengepakan, penyimpanan, dan pemeriksaan mutu. Kadar senyawa aktif dalam

Aldose reduktase Sorbitol dehidrogenase

NADPH NADP+ NAD+ NADH

Page 29: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

11

suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada: bagian tanaman yang

digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen, waktu panen, dan

lingkungan tempat tumbuh (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).

Panen

Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses budidaya

tanaman obat. Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen

merupakan periode kritis yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasil

tanaman. Setiap jenis tanaman memiliki waktu dan cara panen yang

berbeda. Begitu juga tanaman yang mengalami stres lingkungan akan memiliki

waktu panen yang berbeda meskipun jenis tanamannya sama. Pemanenan kayu

dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara

maksimal. Umur panen tanaman berbeda-beda tergantung jenis tanaman

dan kecepatan pembentukan metabolit sekundernya. Tanaman secang baru

dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun, karena apabila dipanen terlalu

muda kandungan zat aktifnya seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit

(Sembiring, 2007).

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif

di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Senyawa aktif terbentuk secara

maksimal di dalam bagian tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu panen

yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari.

Contoh, simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen pada pagi

hari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu

dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam simplisia

terhadap panas sinar matahari. Panen dapat dilakukan dengan tangan,

menggunakan alat atau menggunakan mesin. Alat atau mesin yang digunakan

untuk memetik perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam sebaiknya

tidak digunakan bila akan merusak senyawa aktif simplisia seperti fenol,

glikosida, dan sebagainya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).

Cara pengambilan bagian tanaman untuk pembuatan simplisia dapat dilihat

pada Tabel 2.

Page 30: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

12

Tabel 2 Bagian tanaman, cara pengumpulan, kadar air simplisia No Bagian Tanaman Cara Pengumpulan Kadar Air Simplisia

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Kulit batang

Batang

Kayu

Daun

Bunga

Pucuk

Akar

Rimpang

Buah

Biji

Kulit buah

Bulbus

Dari batang utama dan cabang,

dikelupas dengan ukuran panjang

dan lebar tertentu; untuk kulit

batang mengandung minyak atsiri

atau golongan senyawa fenol digunakan alat pengelupas bukan

logam.

Dari cabang, dipotong-potong

dengan panjang tertentu dan

diameter cabang tertentu.

Dari batang atau cabang, dipotong

kecil atau diserut (disugu) setelah

dikelupas kulitnya.

Tua atau muda (daerah pucuk),

dipetik dengan tangan satu persatu.

Kuncup atau bunga mekar atau

mahkota bunga, atau daun bunga, dipetik dengan tangan.

Pucuk berbunga; dipetik dengan

tangan (mengandung daun muda

dan bunga).

Dari bawah permukaan tanah,

dipotong-potong dengan ukuran

tertentu.

Dicabut, dibersihkan dari akar;

dipotong melintang dengan

ketebalan tertentu

Masak, hampir masak; dipetik dengan tangan.

Buah dipetik; dikupas kulit buahnya

dengan mengupas menggunakan

tangan, pisau, atau menggilas, biji

dikumpulkan dan dicuci.

Seperti biji, kulit buah dikumpulkan

dan dicuci.

Tanaman dicabut, bulbus dipisah

dari daun dan akar dengan

memotongnya, dicuci.

10 %

10 %

10 %

5 %

5 %

8 %

10 %

8 %

8 %

10 %

8 %

8 %

* Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985.

Pada waktu panen, peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan

bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Bahan yang rusak atau busuk harus

segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keranjang, kantong,

karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk

dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan

tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebabkan terjadinya proses

fermentasi/busuk. Bahan juga harus dijaga dari gangguan hama (hama gudang,

tikus dan binatang peliharaan) (Sembiring, 2007).

Page 31: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

13

Pasca Panen

Beberapa proses pasca panen yang dilakukan dalam pembuatan

simplisia menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1985) adalah

sebagai berikut:

1. Penyortiran Basah

Penyortiran basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau

bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang

terbuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,

rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainnya harus

dibuang. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan bahan organik asing tidak

lebih dari 2%.

2. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang

melekat pada bahan simplisia menggunakan air bersih. Bahan simplisia yang

mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar

dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pada simplisia batang dapat pula

dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal

karena sebagian besar jumlah mikroba. Bahan yang telah dikupas tersebut tidak

memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan tepat dan bersih.

3. Perajangan

Beberapa jenis simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan

bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan

dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi

dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari untuk mengurangi pewarnaan akibat

reaksi antara bahan dan logam pisau. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau,

dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan

dengan ukuran yang dikehendaki seperti pada Gambar 5.

Page 32: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

14

Gambar 5 Berbagai bentuk simplisia kayu secang (Sappan Lignum)

(Sumber: Materia Medika Indonesia, 1977)

Setelah dicuci, dibersihkan, dan dijemur, simplisia lalu dipotong-potong

kecil ukuran 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jenis

simplisia). Semakin tipis perajangan maka semakin cepat proses pengeringan

kecuali tanaman yang mengandung minyak menguap, perajangan tidak boleh

terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat aktif.

Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal pengeringannya lama dan mudah

berjamur (Ritrum Center, 2011).

4. Pengeringan

Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan

dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat

terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah

rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama. Dalam proses ini, kadar air dan

reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu

pengeringan perlu diperhatikan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara

40-600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang

mengandung kadar air 10%. Di samping menggunakan sinar matahari langsung,

penjemuran juga dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu

40-500C. Kelebihan dari alat ini adalah waktu penjemuran lebih singkat yaitu

sekitar 8 jam, dibandingkan dengan sinar matahari yang membutuhkan waktu

lebih dari 1 minggu (Sembiring, 2007).

Page 33: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

15

5. Penyortiran Kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan

simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti

bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang

masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum

simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal,

sortasi di sini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Setelah penyortiran,

simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen

yang dilakukan (Sembiring, 2007).

6. Pengemasan

Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi kerusakan pada simplisia

yang dapat mengakibatkan pemunduran mutu, sehingga simplisia bersangkutan

tidak lagi memenuhi syarat yang diperlukan atau yang ditentukan. Oleh karena itu

pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat

mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan

pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu,

serta cara pengawetannya. Untuk dapat disimpan dalam waktu lama, simplisia

harus dikeringkan dahulu sampai kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi

dapat menyebabkan kerusakan yang merugikan.

7. Penyimpanan

Cara menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai memungkinkan

simplisia rusak karena dimakan kutu atau ngengat. Biasanya jenis serangga

tertentu merusak jenis simplisia tertentu pula. Penyimpanan simplisia dapat

dilakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat

penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan berventilasi. Ventilasi

harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Jadi

sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhatikan adalah cara penanganan

yang tepat dan higienis.

Teori Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan Lignum)

Penanganan pasca panen merupakan suatu langkah yang sangat penting

guna mendapatkan simplisia yang baik. Salah satu langkah pasca panen yang

perlu diperhatikan pula ialah cara pengeringan. Pengeringan suatu hasil panen

Page 34: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

16

merupakan suatu langkah untuk mendapatkan bahan simplisia yang

penggunaannya masih ditangguhkan. Pengeringan dapat dilakukan secara alamiah

(sinar matahari dan diangin-anginkan pada ruangan terbuka) dan buatan

(dengan oven) (Sutjipto, 1995).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah

suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas

permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan

menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia,

faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering

yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Suhu pengeringan

tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia

dapat dikeringkan pada suhu 30oC sampai 90

oC, tetapi suhu yang terbaik adalah

tidak melebihi 60oC (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).

Ada beberapa sifat kayu yang diduga mempunyai hubungan erat dengan

sifat pengeringannya. Pengeringan kayu terutama dipengaruhi oleh kerapatan,

ukuran dan frekuensi jari-jari kayu. Ada kecenderungan yang kuat bahwa kayu

yang berat atau berkerapatan tinggi akan mengering lebih lambat dan sehubungan

dengan cacat-cacat pengeringan lebih problematis dibanding dengan kayu

yang ringan. Karena itu pada pengeringan kayu yang berat digunakan bagan

pengeringan yang lunak (suhu dan gradient pengeringan yang rendah)

(Budiarso, 1997).

Hasil penelitian Sukaton (1999) pada pengukuran kadar air awal dari

beberapa jenis kayu menunjukkan bahwa kayu-kayu memiliki kadar air awal yang

bervariasi atau tidak seragam. Ketidakseragaman kadar air awal merupakan hal

yang wajar dan tidak dapat dihindarkan karena pengambilan sampel dilakukan

secara acak dari tumpukan kayu yang mungkin berasal dari pohon atau bagian

batang yang berlainan. Selain disebabkan oleh asal potongan kayu yang berbeda,

variasi kadar air awal kayu juga dapat disebabkan oleh perbedaan waktu tunggu

yaitu selang waktu antara proses penggergajian dan pelaksanaan pengeringan.

Kayu-kayu yang lebih dahulu digergaji mempunyai kadar air yang lebih rendah

dibandingkan kayu yang baru saja digergaji, karena kayu yang lebih dahulu

digergaji dan ditumpuk selama masa tunggu lebih banyak mengalami penurunan

Page 35: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

17

kadar air. Kayu yang terletak di pinggir tumpukan mempunyai kadar air yang

lebih rendah daripada kayu yang terletak di tengah tumpukan karena kayu-kayu

yang terletak di pinggir tumpukan relatif lebih mudah mengering akibat

berhubungan langsung dengan udara luar.

Gradient pengeringan (GP) adalah bilangan yang menyatakan tingkat

kekerasan dari suatu proses pengeringan dan merupakan perbandingan antara

kadar air kayu saat itu terhadap kadar air keseimbangan yang telah ditentukan

pada saat yang sama. Makin besar nilai GP makin keras proses pengeringan.

Setiap potong kayu baik dari jenis yang berbeda maupun dari jenis yang sama

mempunyai penurunan kadar air yang berbeda, artinya mempunyai kecepatan

pengeringan atau kemampuan yang berbeda untuk menyesuaikan dengan kadar air

keseimbangan yang diatur pada setiap tahapan proses pengeringan buatan. Ada

beberapa faktor menurut Sukaton (1999) yang menyebabkan hal tersebut terjadi

yaitu: (1) kayu berasal dari jenis kayu yang berbeda atau dari jenis yang sama dan

berasal dari pohon atau bagian batang yang berbeda, mempunyai perbedaan dalam

banyak hal seperti kerapatan, kandungan komponen kimia (misalnya kandungan

zat ekstraktif) dan struktur anatomi kayunya dan (2) kayu yang dikeringkan

kemungkinan mempunyai pola penggergajian yang berbeda.

Perbedaan nilai rataan kadar air akhir dan gradient kadar air juga tampak

pada jenis kayu yang sama dengan tebal berbeda. Hal ini karena pada kondisi

yang sama, air pada kayu yang tebal memerlukan waktu yang lebih lama untuk

bergerak dari dalam ke permukaan kayu daripada kayu yang lebih tipis. Sehingga

kayu yang tipis akan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi iklim (kadar air

keseimbangan), sementara pada saat yang sama kayu yang tebal kadar air

rataannya masih jauh di atas kadar keseimbangan (Sukaton, 1999).

Pengeringan dengan sinar matahari merupakan suatu cara pengeringan yang

sangat ekonomis, namun untuk bahan-bahan yang mengandung minyak atsiri bila

dikeringkan dengan sinar matahari dapat rusak dan bahan-bahan tersebut biasanya

dikeringkan dengan diangin-anginkan. Pengeringan suatu bahan dengan jalan

diangin-anginkan juga mengandung resiko karena ada bahan-bahan tertentu bila

dikeringkan dengan diangin-anginkan akan mudah rusak sebelum kering (busuk

atau berjamur) (Sutjipto, 1995).

Page 36: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

18

Pemutuan Simplisia Kayu Secang (Sappan Lignum)

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau

pembeliannya dari pengumpul/pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus

berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum. Agar selalu diperoleh

simplisia dengan mutu yang baik, sebaiknya disediakan contoh untuk tiap-tiap

simplisia dengan mutu yang pasti dan memenuhi persyaratan yang dapat

digunakan sebagai simplisia pembanding. Contoh simplisia pembanding tersebut

disimpan secara khusus agar mutunya terjaga, dan tiap jangka waktu tertentu

diperiksa kembali mutunya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).

Dalam perdagangan tidak selalu mungkin untuk memperoleh simplisia

yang murni; bahan asing yang tidak berbahaya dalam jumlah yang sangat kecil

dalam simplisia atau yang ditambahkan/dicampurkan, pada umumnya

tidak merugikan. Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen hewan

atau kotoran hewan; tidak boleh menyimpang bau dan warnanya; tidak boleh

mengandung lendir dan cendawan atau menunjukkan tanda-tanda

pengotor lain; dan tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau

berbahaya (Materia Medika Indonesia, 1977).

Persyaratan mutu simplisia kayu secang (Sappan Lignum) yang telah

tercantum di buku Materia Medika Indonesia Jilid I terbitan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Standar mutu simplisia kayu secang (Sappan Lignum)

Parameter Standar

Kadar air

Kadar abu

Kadar abu yang tidak larut dalam asam

Kadar sari yang larut dalam air

Kadar sari yang larut dalam etanol

Bahan organik asing

10-12%

< 2 %

< 0,5 %

> 2 %

> 1 %

< 2 %

* Sumber : Materia Medika Indonesia Jilid I, 1977.

Semua paparan yang tertera dalam persyaratan simplisia, kecuali tentang isi

dan penggunaan, merupakan syarat baku bagi simplisia yang bersangkutan. Suatu

simplisia tidak dapat dinyatakan bermutu Materia Medika Indonesia jika tidak

Page 37: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

19

memenuhi syarat baku tersebut. Syarat baku yang tertera dalam Materia Medika

Indonesia berlaku untuk simplisia yang akan dipergunakan untuk keperluan

pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi bahan yang dipergunakan untuk keperluan

lain yang dijual dengan nama yang sama (Materia Medika Indonesia, 1977).

Response Surface Methods

Optimasi bertujuan meminimumkan usaha yang diperlukan atau biaya

operasional dan memaksimumkan hasil yang diinginkan. Jika usaha yang

diperlukan atau hasil yang diharapkan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari

sebuah keputusan, maka optimasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapaian

kondisi maksimum atau minimum dari fungsi tersebut. Optimasi pada salah satu

atau seluruh aspek produk adalah tujuan dalam pengembangan produk. Hasil

evaluasi sensori sering digunakan dalam menentukan apakah produk optimum

yang telah dikembangkan adalah benar (Ma’arif et al. 1989).

Design Expert 8.0®

merupakan piranti lunak yang menyediakan rancangan

percobaan (design of experiment) untuk melakukan optimasi rancangan produk

dan proses. Menurut Anonim (2006), program komputer ini memberikan beberapa

rancangan statistik yang digunakan di dalam proses optimasi seperti:

a. Factorial design, digunakan untuk mengidentifikasi faktor vital yang

mempengaruhi proses dan pembuatan produk di dalam percobaan sehingga

dapat memberikan peningkatan.

b. Response surface methods, digunakan untuk menentukan proses yang paling

optimal sehingga diperoleh hasil yang paling optimum.

c. Mixture design techniques, digunakan untuk menentukan formula yang optimal

di dalam formulasi produk.

d. Combined designs (combine process variables, mixture components, and

categorical factors) digunakan untuk penentuan optimasi proses dan formulasi

di dalam pembuatan produk.

Dalam penentuan model, modifikasi terhadap model dapat memberikan

hasil yang lebih baik. Modifikasi model dilakukan dengan cara menghilangkan

komponen atau hubungan antara komponen yang tidak diinginkan (reduksi

model). Komponen yang dihilangkan adalah komponen yang dianggap tidak

signifikan secara statistik terhadap respon. Untuk menentukan signifikansi model,

Page 38: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

20

ditentuan nilai αout yang menjadi pembatas. Jika komponen dianggap tidak

signifikan berdasarkan nilai αout yang telah ditentukan, maka komponen tersebut

akan dihilangkan dari model.

Reduksi model dapat dilakukan dengan berbagai cara. Tiga tipe reduksi

model yang paling mendasar yaitu:

a. Step-wise regression: kombinasi dari forward dan backward regressions.

Komponen ditambahkan, dihilangkan, atau diganti dalam setiap langkah

reduksi model.

b. Backward elimination: komponen dihilangkan dalam setiap langkah

reduksi model.

c. Forward selection: komponen ditambahkan dalam setiap langkah

reduksi model.

Metode backward elimination dianggap sebagai pilihan yang terbaik dalam

melakukan reduksi model algortima karena semua komponen dalam model akan

diberikan kesempatan untuk diikutkan di dalam model. Metode step-wise dan

forward selection dilakukan dengan menggunakan model inti minimal sehingga

beberapa komponen tidak pernah diikutkan dalam model.

Secang Celup

Secara prinsip, proses produksi secang celup sama dengan proses produksi

teh celup sesuai dengan jenis teh yang diperlukan. Perbedaan hanya terletak

pada bentuk atau ukuran teh yang digunakan, dimana pembuatan teh celup

sebenarnya dilakukan dengan menggunakan proses pengepakan dari proses

produksi teh dasar. Dalam proses produksi teh celup, teh yang digunakan adalah

teh yang telah dipotong-potong dengan ukuran kecil dan halus yang berbeda

dengan apa yang disebut dengan Tea Dust. Tea Dust adalah teh yang berkualitas

rendah karena merupakan sisa-sisa dari teh remukan, sedangkan teh celup adalah

teh yang secara sengaja dipotong-potong hingga ukurannya halus. Proses

pengolahan teh celup secara umum sama dengan pengolahan daun teh pada

umumnya yaitu pelayuan, penggulungan, fermentasi dan pengeringan

(Kotscheven. 1975 dalam Sudarmadji, 1997)

Page 39: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

21

Teh celup ini biasanya dibuat dari pencampuan antara dua komponen yaitu

komponen pengisi dan komponen utama. Komponen utama merupakan teh

bermutu baik dari jenis peco fanning (daun pucuk ditambah 2 daun di bawahnya)

atau orange peco (daun pucuk ditambah satu daun di bawahnya). Mutu bahan

utama ini menentukan kekuatan seduhan yaitu warna coklat cerah khas teh,

sedangkan komponen pengisi berasal dari teh bermutu rendah seperti dust

(teh hitam yang dihasilkan dari daun teh yang tua dan mengandung hancuran

tangkai daun) yang berfungsi menentukan rasa dan warna seduhan teh. Setelah

melalui proses pencampuan bahan-bahan tersebut di atas, teh yang dihasilkan

kemudian dikemas. Pengemasan teh celup dilakukan dengan menggunakan bahan

pengemas primer dari kertas chronton, yang diberi benang dan dibungkus lagi

dengan kemasan sekunder dari bahan karton atau aluminium foil. Di perusahaan

besar, proses pengemasan ini dilakukan secara otomatis dengan menggunakan

mesin pengemas teh celup (Husman. 1995 dalam Slamet, 1997).

Page 40: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

22

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai April 2012 dan

tempat pelaksanaan sebagai berikut:

1. Studi Lapangan di Kabupaten Gowa (Desa Lonjo’boko, Kecamatan

Parangloe) dan Kabupaten Takalar (Desa Ko’mara, Kecamatan

Polongbangkeng Utara), Sulawesi Selatan.

2. Laboratorium Pindah Panas dan Massa dan Laboratorium Teknologi

Pengolahan Pangan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan

Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor.

3. Pusat Studi Biofarmaka, Kampus IPB Taman Kencana.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman secang (Caesalpinia sappan L.)

yang tumbuh liar dan diperoleh dari Kabupaten Gowa (Desa Lonjo’boko) dan

Kabupaten Takalar (Desa Ko’mara), Sulawesi Selatan. Sedangkan, bahan

pendukung yang digunakan untuk analisa kimia adalah ethanol, larutan kloroform,

aquades, alkohol, asam asetat glasial, asam borat, asam oksalat, dan lain-lain.

Alat utama yang digunakan adalah software program Design Expert 8.0®

,

mesin pengering berakuisisi, oven drying, parang, dan HPLC. Sedangkan alat

pendukung yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) timbangan digital,

2) desikator, 3) cawan aluminium, 4) seperangkat komputer, 5) refrigerator,

6) desikator, 7) pH meter, 8) cawan porselen, 9) labu ukur, 10) erlenmeyer, 11)

alat destilasi, 12) pipet, 13) spatula, 14) gelas piala, 15) tanur listrik, 16) wadah,

17) kertas saring, dan lain-lain.

Prinsip Kerja Mesin Pengering Berakuisisi

Fungsi utama mesin pengering beraukuisisi adalah untuk mengkondisikan

ruangan (chamber) agar berada dalam suhu dan kelembaban yang diinginkan.

Prinsip kerja mesin pengering berakuisisi didasarkan pada udara panas yang

dihembuskan ke bahan seperti dapat dilihat pada Gambar 6. Udara panas yang

masuk ke dalam ruang memiliki suhu dan kelembaban relatif (RH) tertentu yang

Page 41: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

23

dapat dikontrol sesuai kebutuhan. Udara panas berasal dari elemen listrik yang

berada pada ruang heating unit dan berkapasitas 2000 W. Sedangkan untuk

kontrol RH digunakan humidifier yang berupa pembangkit steam dengan cara

memanaskan air dalam ruang humidifier. Pemanasan air ini menggunakan heater

listrik dengan kapasitas 2000 W. Udara panas yang basah dari ruang air heater

akan didorong oleh blower ke dalam ruang terkondisi. Kecepatan udara yang

masuk dalam ruang terkondisi dapat diatur dengan menarik atau memundurkan

tuas pada bagian flow controller.

Gambar 6 Diagram alir mesin pengering berakuisisi

Untuk mencapai dan menjaga kondisi ruangan agar sesuai dengan setpoint,

diimplementasikan dua buah subsistem kontrol yang independent yaitu kontrol

suhu dan kontrol RH.

Kontrol suhu menggunakan algoritma PID (proportional-integral-

derivative) yang dalam mengambil keputusan aksi kontrol mempertimbangkan:

1. P : selisih antara kondisi aktual dan setpoint (error)

2. I : jumlah dari selisih antara kondisi aktual dan setpoint

3. D : kecepatan perubahan kondisi

Subsistem pengontrol suhu akan mengeluarkan perintah on/off untuk

heater sesuai perhitungan berdasarkan algoritma PID tersebut. Kontrol RH

mengunakan algortima PD (proportional-derivative). Subsistem pengontrol RH

Microprosessor

Controller Humidifier

Electrical

Fan Heating

Unit

Airflow

Regulator

PC Drying

Chamber

Scale

Page 42: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

24

akan mengeluarkan perintah ke steamer untuk on/off sesuai dengan hasil formula

PD tersebut. Penimbangan massa bahan dilakukan secara otomatis oleh mesin.

Selang waktu penimbangan dapat diatur sesuai kebutuhan. Pada saat

penimbangan, blower akan mati sehingga tidak ada udara yang masuk ke ruang

pengering. Data hasil penimbangan akan langsung terekam (terakuisisi).

Cara Pengoperasian Mesin Pengering Berakuisisi

1. Nyalakan saklar

2. Masukkan wadah dan zero-kan timbangan

3. Atur suhu, RH, dan selang waktu penimbangan yang diinginkan

4. Nyalakan blower dengan memilih menu CTRH = 1

5. Masukkan wadah dan bahan saat suhu dan RH sesuai dengan pengaturan

6. Mulai pengukuran dengan memilih menu: START

7. Hentikan pengukuran ketika massa bahan sesuai dengan Berat Kering Tanur

(BKT) estimasi dengan memilih menu: STOP PERCOBAAN

8. Matikan blower dengan memilih menu: CTRH = 0

9. Matikan saklar

Metode Penelitian

Penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

Penelitian Tahap I

Penelitian tahap I ini dilakukan untuk mengetahui kandungan brazilin

optimum yang terdapat pada sampel kayu secang dengan 3 jenis potongan

berbeda. Sampel diambil dari dataran tinggi (Desa Lonjo’boko, Kabupaten Gowa)

dan dataran rendah (Desa Ko’mara, Kabupaten Takalar). Diagram alir penelitian

tahap I dapat dilihat pada Gambar 8.

Pemanenan Kayu Secang

Pemanenan kayu secang menggunakan parang yang bebas dari korosi,

dengan menebang batang kayu secang yang berukuran cukup besar (diasumsikan

oleh masyarakat, memiliki bagian inti kayu berwarna merah yang lebih optimal).

Pemanenan dilakukan oleh empat orang: 1 orang sebagai penebang, 3 orang

sebagai pengumpul.

Page 43: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

25

Penanganan Pasca Panen Kayu Secang

Langkah selanjutnya adalah menghilangkan duri, kulit luar dan lapisan

cambium (bagian kayu yang berwarna keputih-putihan) sehingga diperoleh bagian

kayu secang yang berwarna merah (inti kayu) seperti yang terlihat pada

Gambar 7. Dilakukan sortasi basah pada kayu teras yang diperoleh, kemudian

dicuci, ditiriskan. Kemudian dirajang menjadi beberapa bentuk yaitu: (1) stick

dengan panjang ± 5 cm, (2) gelondongan kayu teras secang, dan (3) serutan. Jika

belum digunakan, kayu secang kemudian disimpan di dalam kemasan plastik

berlubang pada suhu ruang.

Gambar 7 Bagian inti kayu secang sebagai bahan baku simplisia

Analisis Kadar Brazilin

Penelitian tahap I dilakukan untuk mengetahui kadar brazilin optimum

dari setiap perlakuan penanganan pasca panen (perajangan) yang diberikan pada

kayu secang. Bentuk potongan dengan kadar brazilin optimum digunakan

pada tahap penelitian selanjutnya yaitu optimasi proses pengeringan dengan

Design Expert 8.0®.

Bagian Teras Kayu Secang

Page 44: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

26

Gambar 8 Rancangan diagram alir penelitian tahap I

(Analisis kandungan brazilin)

Tanaman Secang

(Caesalpinia sappan L.)

Pemanenan Kayu Secang

Dataran Tinggi (Kabupaten Gowa)

Pemanenan Kayu Secang

Dataran Rendah (Kabupaten Takalar)

Mulai

Sampel

Kayu Secang

Hilangkan duri, kulit luar, dan kambium

Bagian Teras

Kayu Secang

Uji Kadar Brazilin

Stick (± 5cm)

Gelondongan

Serutan

Bahan Baku

Simplisia Kayu Secang

Sortasi Basah

Pencucian dan Penirisan

Perajangan

Simpan dalam kemasan

plastik pada suhu ruang hingga digunakan

Selesai

Page 45: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

27

Rancangan Percobaan

Penelitian tahap satu menggunakan Rancangan Acak Dua Faktor dengan 3

kali ulangan untuk melihat pengaruh faktor jenis dataran dan potongan terhadap

kadar brazilin. Diolah menggunakan ANOVA dan Uji Duncan dengan bantuan

program program SPSS V.17. Model linearnya adalah:

𝑋𝑖𝑘𝑟 = 𝜇 + 𝛼𝑖 + 𝛽𝑘 + 𝜖𝑖𝑘𝑟

Dimana,

𝑋𝑖𝑘𝑟 = Respon setiap kelompok yang diamati

𝜇 = Rataan umum

𝛼𝑖 = Pengaruh jenis dataran

𝛽𝑘 = Pengaruh jenis potongan

𝜖𝑖𝑗𝑘 = Pengaruh galat percobaan

Penelitian Tahap II

Penelitian tahap II ini menggunakan hasil dari penelitian tahap I

yaitu bentuk perajangan dengan kadar brazilin optimum sebagai running

dalam pelaksanaan optimasi proses pengeringan dengan piranti lunak

Design Expert 8.0®

. Diagram alir penelitian tahap II dapat dilihat pada Gambar 9.

Tahapan dalam penelitian ini yaitu:

Pembuatan Rancangan Proses dan Respon dengan Program

Design Expert 8.0®

Setelah didapatkan bahan baku simplisia kayu secang yang memiliki kadar

brazilin optimum, penelitian dilanjutkan dengan tahapan pembuatan rancangan

proses dan respon dengan menggunakan piranti lunak Design Expert 8.0®

. Tahap

ini diawali dengan penetapan perlakuan-perlakuan pengeringan yang digunakan

sebagai variabel berubah yang akan dimasukkan ke dalam pengaturan rancangan

proses karena nilainya yang berubah pada setiap rancangan perlakuan proses

pengeringan. Variabel berubah adalah perlakuan-perlakuan pengeringan terhadap

respon yang dihasilkan pada masing-masing rancangan perlakuan proses

pengeringan kayu secang menjadi simplisia kayu secang (Sappan Lignum).

Oleh karena itu, nilai variabel berubah akan berbeda-beda pada setiap rancangan

untuk melihat pengaruh perlakuan pengeringan.

Page 46: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

28

Penentuan variabel berubah kemudian diikuti dengan penentuan kisaran

minimum dan maksimum dari perlakuan pengeringan yaitu suhu pengeringan

(40-600C), kecepatan aliran udara (0,78-0,95m/s), dan kelembaban relatif

(30-60%). Batas-batas ini akan menjadi input dalam pengaturan rancangan

proses oleh program Design Expert 8.0®

untuk mencari rancangan proses dari

setiap perlakuan pengeringan sehingga dihasilkan output berupa rancangan

perlakuan pengeringan.

Perlakuan Pengeringan

Perlakuan pengeringan dalam pembuatan simplisia kayu secang meliputi

suhu pengeringan, kecepatan aliran udara, dan kelembaban relatif. Proses

pengeringan dilakukan sampai mencapai kadar air yang diharapkan yaitu 8-10%.

Kemudian seluruh rancangan perlakuan proses pengeringan yang dibuat, diukur

responnya dengan melakukan analisis kimia dan fisik yang telah ditentukan.

Total rancangan perlakuan proses pengeringan yang dihasilkan oleh

program Design Expert 8.0®

yang akan diukur variabel responnya yaitu sebanyak

lima belas perlakuan (Tabel 4).

Tabel 4 Rancangan perlakuan proses pengeringan dari program Design

Expert 8.0®

Rancangan Faktor 1

(A : Suhu) oC

Faktor 2

(B : KecepatanAliranUdara) m/s

Faktor 3

(C : RH) %

1 50 0,86 45

2 50 0,86 45

3 50 0,86 45

4 40 0,86 30

5 40 0,86 60

6 40 0,78 45

7 40 0,95 45

8 50 0,95 60

9 50 0,78 60

10 50 0,78 30

11 50 0,95 30

12 60 0,86 30

13 60 0,86 60

14 60 0,95 45

15 60 0,78 45

Page 47: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

29

Analisis Kimia dan Fisik

Seluruh rancangan perlakuan proses pengeringan yang telah dibuat

kemudian diukur responnya dengan melakukan analisis kimia dan fisik, yang

terdiri dari: (1) kadar brazilin, (2) susut pengeringan, (3) warna (L dan oHue), dan

(4) lama pengeringan. Hasil pengukuran dan perhitungan dari keseluruhan respon

kemudian akan dimasukkan ke dalam program Design Expert 8.0®

untuk

selanjutnya dianalisis.

Analisis Respon

Setelah dilakukan pengukuran respon dari setiap rancangan perlakuan

proses pengeringan, dilakukan input data hasil pengukuran tersebut dalam

program Design Expert 8.0®

. Hasil input data dari masing-masing respon dari

seluruh rancangan selanjutnya akan dianalisis oleh program Design Expert 8.0®

.

Pada tahapan analisis respon ini, program Design Expert 8.0®

memberikan model

polinomial yang sesuai dengan hasil pengukuran setiap respon. Respon yang

dianalisis antara lain nilai kadar brazilin, susut pengeringan, uji warna

(L dan oHue), dan lama pengeringan.

Program Design Expert 8.0®

memberikan empat pilihan model polinomial

untuk setiap respon, yaitu mean, linear, quadratic, dan cubic. Terdapat tiga tahap

untuk mendapatkan persamaan polinomial, yaitu berdasarkan sequential model

sum of squares [Tipe I], lack of fit test, dan model summary statistics. Kemudian

partial sum of squares [Tipe III] akan memilih ordo tertinggi persamaan

polinomial dari suatu variabel respon yang dianalisis ragamnya masih

memberikan hasil yang berbeda nyata. Lack of fit test akan memilih ordo

persamaan polinomial tertinggi yang memberikan hasil tidak berbeda nyata dilihat

dari segi penyimpangan responnya. Model summary statistic akan memilih ordo

persamaan polinomial yang memberikan nilai “Adjusted R-squared” dan

“Prediction R-squared” maksimum.

Berdasarkan tahap tersebut, piranti lunak Design Expert 8.0®

menentukan

ordo persamaan polinomial tertinggi untuk setiap variabel responnya. Suatu

variabel respon dapat dikatakan berbeda nyata atau signifikan pada taraf

signifikansi 5% apabila nilai p “prob>f” hasil analisis ragam lebih kecil dari 0,05.

Variabel respon yang hasil analisis ragamnya berbeda nyata dapat digunakan

Page 48: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

30

sebagai model prediksi karena variabel uji memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap respon rancangan perlakuan proses pengeringan tersebut.

Selanjutnya, model yang dianggap paling sesuai tersebut akan ditampilkan

di dalam sebuah contour plot berupa grafik dua dimensi (2-D) atau tiga dimensi

(3-D). Selain itu, program Design Expert 8.0®

juga memberikan grafik plot

kenormalan residual (normal plot residual) yang mengindikasikan apakah residual

(selisih atau perbedaan antara respon aktual dengan yang diprediksikan untuk

setiap respon) mengikuti garis kenormalan (garis lurus).

Optimasi Proses

Hasil analisis dari setiap respon kemudian digunakan untuk melakukan

optimasi proses dengan program Design Expert 8.0®. Proses optimasi dilakukan

untuk mendapat suatu rancangan perlakuan proses pengeringan yang

menghasilkan respon optimal sesuai target optimasi yang diinginkan. Nilai target

optimasi yang dapat dicapai dikenal dengan istilah nilai desirability yang

ditunjukkan dengan nilai 0-1. Semakin tinggi nilai desirability menunjukkan

semakin tingginya kesesuaian rancangan perlakuan proses pengeringan yang

didapatkan untuk mencapai rancangan optimal dengan variabel respon yang

dikehendaki.

Dalam menentukan target optimasi dilakukan pembobotan kepentingan

untuk tujuan yang diinginkan. Pembobotan ini dinamakan importance yang dapat

dipilih mulai dari 1 (+) hingga 5 (+++++) tergantung kepentingan variabel respon

yang bersangkutan. Semakin banyak tanda positif yang diberikan menunjukkan

tingkat kepentingan variabel respon yang semakin tinggi. Berdasarkan target

optimasi yang telah ditentukan, program Design Expert 8.0®

akan memberikan

solusi rancangan perlakuan proses pengeringan optimum.

Page 49: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

31

Gambar 9 Rancangan diagram alir penelitian tahap II

(Optimasi proses pengeringan dengan Design Expert 8.0®

)

Pengeringan

Pembuatan Rancangan Proses dan

Penentuan Respon

Mulai

Sortasi Kering

Suhu pengeringan

(40-600C)

Kecepatan Aliran

Udara (0,78-0,95 m/s)

Kelembaban Relatif

(RH) (30-60 %)

15 Perlakuan

Proses Pengeringan

Selesai

Tidak

Solusi Proses

Optimum

Ya

Analisis Respon

Optimasi Proses

Model Signifikan

Lack of fit = tidak

signifikan

Adj&Pred R-Squ = positif

Adeq Precision > 4

Susut

Pengeringan

Uji

Kadar Brazilin Uji Warna

Lama

Pengeringan

Pengukuran dan Perhitungan Nilai Respon Kimia dan Fisik

Page 50: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

32

Penelitian Tahap III

Pembuatan Produk Secang Celup

Produk secang celup dibuat dari simplisia kayu secang (Sappan Lignum).

Sebagai pembanding dibuat juga produk secang celup dari kayu segar hasil

pemanenan. Pada penelitian ini, tidak digunakan bahan tambahan seperti pada

produk-produk secang celup yang ada di pasaran. Hal ini dilakukan karena

mengadopsi kearifan lokal masyarakat Sulawesi Selatan yang mengkonsumsi

secang murni tanpa bahan tambahan lainnya.

Tahap awal yaitu bahan baku dipotong-potong dan dihaluskan dengan

cutting mill hingga menjadi serbuk. Sampel ditimbang seberat 2 gram untuk

kemudian dikemas dengan tea bag. Diagram alir penelitian tahap III dapat dilihat

pada Gambar 10.

Uji Kesukaan (Hedonic test)

Produk secang celup yang dihasilkan kemudian dimasukkan pada tahapan

uji organoleptik dengan metode uji kesukaan (hedonic test) terhadap 30 panelis

tidak terlatih. Para panelis tersebut diberikan formulir pengujian (Lampiran 16),

kemudian diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya

(ketidaksukaan). Di samping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau

kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya dalam skala

hedonik. Skor penerimaan relatif juga dapat menunjukkan kesukaan, contoh

dengan skor tertinggi berarti yang lebih disukai. Hasil yang paling baik diperoleh

dari skala yang seimbang, yaitu yang jumlahnya ganjil (Setyaningsih et al. 2010).

Skala uji kesukaan yang digunakan untuk produk secang celup adalah

sebagai berikut:

1 = Sangat tidak suka

2 = Tidak suka

3 = Agak tidak suka

4 = Biasa saja

5 = Agak suka

6 = Suka

7 = Sangat suka

Page 51: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

33

Rancangan Percobaan

Penelitian tahap tiga menggunakan Rancangan Blok Acak Lengkap.

Diolah menggunakan ANOVA dan Uji Duncan dengan bantuan program

komputer SPSS V.17.

Gambar 10 Rancangan diagram alir penelitian tahap III

(Uji penerimaan terhadap produk secang celup)

Uji Organoleptik (Hedonic test)

Serbuk

Dipotong-potong lalu dihaluskan dengan Cutting mill

Ditimbang ± 2 gram

Dikemas dalam tea bag

Pengepresan dengan Alat

Pengemas Teh Celup

Secang Celup

Selesai

Bahan Baku

Simplisia kayu secang (Hasil Tahap II)

Bahan Baku

Kayu secang segar (Hasil Tahap I)

Mulai

Page 52: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

34

Metode Analisis

1. Penetapan Kadar Air dan Berat Kering Tanur

Sampel yang sudah ditimbang berat basahnya (Bb), dipotong dengan

ukuran panjang 2 cm dan lebar 2 cm (British Standard, 1957). Kemudian sampel

dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 103 ± 2oC selama 72 jam. Setelah

dioven, sampel didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang hingga

mencapai berat konstan. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali ulangan pada

setiap perlakuan proses pengeringan. Rincian metode kering tanur ini diterangkan

di dalam ASTM (American Society for Testing and Materials) D2016. Untuk

kadar air dan berat kering tanur (Bkt) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Ka (% bk) = 𝐵𝑏−𝐵𝐾𝑇

𝐵𝐾𝑇 𝑥 100%

Bkt = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎 ℎ

1+(% 𝐾𝑎/100)

2. Penetapan Kadar Brazilin (Batubara et al. 2010)

Sebanyak 10 gram sampel dalam bentuk serbuk diekstrak dengan 50%

ethanol (100 ml) selama 12 jam pada suhu ruang. Proses ini diulang sebanyak

3 kali. Ekstrak yang diperoleh kemudian disaring menggunakan kertas saring

Whatman No.2 lalu dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 30oC. HPLC

yang digunakan adalah seri LC-20A (Shimadzu, Jepang) yang dilengkapi dengan

detektor PDA. Sebuah kolom Shim-pack VP-BPO (150 mm x 4,6 mm)

(Shimadzu, Jepang) juga digunakan. Brazilin ditimbang secara akurat dan

dilarutkan dalam methanol untuk mendapatkan sebuah seri konsentrasi larutan

standar. Untuk sampel, sekitar 30 mg ekstrak ethanolik ditimbang dan dilarutkan

dalam methanol. Semua larutan standar dan sampel disaring melalui filter

membran 0,45 μm sebelum analisis HPLC. Elusi ini dilakukan menggunakan

sistem gradient dengan suhu yang dipertahankan pada 30oC, laju aliran 1 ml/menit

dan dipantau pada panjang gelombang 280 nm. Fase gerak elusi gradient

dilakukan selama 45 menit dengan konsentrasi 5-50% methanol dalam larutan

asam trifluoroasetat 0,05%. Brazilin dihitung menggunakan kurva kalibrasi

standar eksternal dengan memplot daerah puncak terhadap perbedaan konsentrasi

brazilin (kisaran 25-125 μg/mL).

Page 53: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

35

3. Penetapan Susut Pengeringan (Materia Medika Indonesia, 1995)

Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat. Kecuali

dinyatakan lain, suhu penetapannya adalah 105oC dan susut pengeringan

ditetapkan sebagai berikut: timbang seksama 1-2 gram zat dalam bobot timbang

dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama

30 menit dan telah ditera. Jika zat berupa hablur besar, sebelum ditimbang digerus

dengan cepat hingga ukuran butrian lebih kurang 2 mm. Ratakan zat dalam botol

timbang dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih

kurang 5-10 mm, masukkan ke dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan

pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan

botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar.

Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan

pada suhu antara 5-10oC di bawah suhu leburnya selama 1-2 jam, kemudian pada

suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap.

Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali ulangan pada setiap rancangan perlakuan

proses pengeringan. Susut pengeringan sampel ditentukan dengan rumus

sebagai berikut:

Susut pengeringan (%) = (𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛 –𝑏𝑜𝑏 𝑜𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 )

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑟𝑖 𝑥 100%

4. Pengukuran Warna (Hutching, 1999)

Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan chromameter

(Minolta tipe CR-310). Salah satu potongan stick kayu secang diambil sebagai

sampel untuk pengukuran dari tumpukan, kemudian diukur nilai L, a dan b dari

sampel. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali ulangan pada setiap perlakuan.

Hasil pengukuran dikonversi ke dalam sistem Hunter. Selanjutnya dari nilai a dan

b dapat dihitung oHue yang menunjukkan kisaran warna sampel. Nilai

oHue dapat

dihitung dengan persamaan:

oHue = tan

-1 𝑏

𝑎 ……………………………………………..……………. (1)

Page 54: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

36

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kandungan Brazilin

Identifikasi tanaman secang (Caesalpinia sappan L.) di Sulawesi Selatan,

dilakukan pada beberapa daerah yang berada pada dataran rendah dan dataran

tinggi, yaitu Desa Ko’Mara, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten

Takalar yang mewakili daerah dataran rendah. Desa Pencong, Kecamatan

Biringbulu, Kabupaten Gowa, serta Desa Lonjo’boko, Kecamatan Malino,

Kabupaten Gowa yang mewakili daerah dataran tinggi. Tanaman secang

yang ditemukan pada daerah tersebut seluruhnya tumbuh liar. Identifikasi

juga dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (BALITTRO)

Cimanggu, Bogor. Tanaman secang yang terdapat di BALITTRO adalah hasil

pembudidayaan dari polong tanaman secang. Namun, tanaman secang tersebut

hanya merupakan tanaman koleksi dengan umur tanaman kurang lebih 7 tahun.

Sedangkan untuk keperluan penelitian dalam lingkup BALITTRO menggunakan

tanaman secang yang juga tumbuh liar pada beberapa daerah di Jawa Barat.

Tanaman secang (Caesalpinia sappan L.) yang ditemui pada beberapa

daerah tersebut, menunjukkan keragaman dari segi habitat (lokasi tumbuh), umur

tanaman, maupun pemanfaatannya oleh masyarakat sekitar. Beberapa masyarakat

menggunakan bagian kayu tanaman secang sebagai pagar rumah, pembatas kebun,

maupun sebagai campuran pada air minum yang mereka konsumsi setiap hari.

Tanaman secang merupakan tanaman yang tumbuh bercabang-cabang

dalam satu rumpun. Masyarakat memanen bagian batang dari tanaman secang

yang berukuran cukup besar karena memiliki bagian inti kayu yang berwarna

merah lebih optimal. Pemanenan dilakukan menggunakan parang. Pemanenan

pada salah satu bagian batang tanaman secang tidak mematikan keseluruhan

tanaman. Kayu secang yang diperoleh dihilangkan durinya terlebih dahulu,

kemudian kulit luar dan kambiumnya hingga diperoleh bagian inti kayu secang.

Sortasi basah, pencucian dan penirisan, serta perajangan dilakukan ketika kayu

secang hasil panen tersebut akan digunakan sebagai bahan campuran air minum.

Page 55: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

37

Pada penelitian tahap satu, dipilih dua daerah yang dianggap mewakili

perbedaan habitat tanaman secang (Caesalpinia sappan L.) yaitu Desa Ko’Mara

dan Desa Lonjo’boko. Perbedaan habitat yang dimaksudkan yaitu tanaman secang

pada Desa Ko’Mara ditemukan tumbuh pada daerah hutan jati yang kering dan

suhu cukup panas. Tanaman secang pada daerah tersebut oleh masyarakat sekitar

diperkirakan berumur puluhan tahun. Bagian inti kayu secang yang diperoleh pun

memiliki proporsi yang tidak terlalu besar (± 50%) dan menghasilkan banyak

sampah pasca panen (sampah kulit dan kambium). Sedangkan tanaman secang

pada Desa Lonjo’boko ditemukan tumbuh pada sekitar daerah aliran sungai yang

kondisinya lembab dan bersuhu dingin. Warna inti kayu secangnya pun lebih

merah dibandingkan di Desa Ko’Mara. Proporsi inti kayunya cukup besar

(± 75%) untuk keseluruhan batang yang dipanen dengan sedikit sampah pasca

panen. Tanaman secang pada daerah tersebut diperkirakan berumur kurang lebih

7 tahun. Perbedaan kayu secang pada kedua daerah tersebut dapat dilihat

pada Gambar 11.

Perbedaan besarnya proporsi inti kayu secang yang diperoleh pada dua

lokasi pengambilan sampel disebabkan oleh perbedaan agroekologi dan

ketersediaan unsur hara. Tanaman secang (Caesalpinia sappan L.) pada daerah

dataran tinggi (Desa Lonjo’boko) mendapatkan suplai makanan yang lebih baik

karena tumbuh di daerah aliran sungai sehingga bagian inti kayunya pun lebih

optimal. Berbeda pada tanaman secang yang tumbuh di Desa Ko’mara yang

pertumbuhannya tidak disuplai dengan ketersediaan air yang cukup. Penelitian

Sugiarso (1998) tentang pengaruh lingkungan terhadap produksi simplisia asal

tapak liman (Elephantopus scaber L.) pada tiga daerah di Pulau Jawa

menunjukkan bahwa hasil simplisia tertinggi (78,95gram/tanaman) atau

2,526kg/Ha diperoleh pada perlakuan penanaman pada 700 m dpl di daerah

Gedangan pada musim kemarau, dengan pemeliharaannya yang baik dan air

pengairan yang cukup.

Page 56: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

38

(a) (b)

Gambar 11 Perbedaan warna inti kayu secang pada: (a) Desa Ko’Mara

Kabupaten Takalar dan (b) Desa Lonjo’boko Kabupaten Gowa

Setelah penentuan lokasi pengambilan kayu secang, selanjutnya dilakukan

identifikasi bentuk potongan yang digunakan oleh masyarakat. Hasil identifikasi

menunjukkan bahwa untuk diperdagangkan di pasar tradisional, kayu secang

umumnya dalam bentuk gelondongan dengan panjang ± 5 cm maupun setengah

gelondongan. Sedangkan sebagai bahan tambahan untuk air minum digunakan

dalam bentuk stick dengan panjang ± 5 cm. Kayu secang yang umumnya

diperdagangkan di Pulau Jawa berbentuk serutan, dan hal tersebut juga menjadi

salah satu dasar penentuan bentuk potongan yang akan digunakan untuk tahapan

selanjutnya. Berbagai bentuk potongan tersebut yang kemudian dianalisis untuk

mengetahui bentuk potongan seperti apa yang memiliki kandungan brazilin

optimum. Tiga bentuk potongan yang dianalisis kandungan brazilinnya dari

masing-masing daerah pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 12.

(a) (b) (c)

Gambar 12 Bentuk potongan kayu secang yang digunakan untuk analisis

kandungan brazilin optimum: (a) gelondongan, (b) serutan, dan (c) stick

Page 57: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

39

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Gelondongan Stick Serutan

78,28 79,88

66,26

28,07

52,53

7,9

Ka

dar

bra

zili

n (

mg/g

)

Dataran Tinggi

Dataran Rendah

Hasil analisa kandungan brazilin pada berbagai bentuk potongan kayu

secang dari dua daerah pengambilan sampel berada pada kisaran

7,90-79,87mg/g (berdasarkan basis kering ekstrak) (Gambar 13). Kadar brazilin

tertinggi terdapat pada perlakuan bentuk potongan stick untuk daerah dataran

tinggi (79,87mg/g), sedangkan kadar brazilin terendah pada perlakuan bentuk

potongan serutan untuk daerah dataran rendah (7,90mg/g).

Gambar 13 Hasil uji kadar brazilin kayu secang (mg/g) berdasarkan pengaruh

jenis dataran dan bentuk potongan

Pada penelitian ini sampel kayu secang yang digunakan memberikan

nilai kadar brazilin yang lebih bervariasi. Pada daerah dataran tinggi, kisaran

nilai rata-rata kadar brazilin dari sampel kayu secang yaitu 66,26-79,88mg/g

dengan perincian 66,26mg/g pada bentuk potongan serutan, 78,28mg/g pada

potongan gelondongan, dan 79,88 mg/g pada bentuk potongan stick. Pada

daerah dataran rendah, kisaran nilai rata-rata kadar brazilin dari sampel kayu

secang yaitu 7,90-28,07mg/g dengan perincian 7,90mg/g pada bentuk potongan

serutan, 28,07mg/g pada bentuk potongan gelondongan, dan 52,53mg/g pada

bentuk potongan stick.

Hasil penelitian pada tahap analisis kandungan brazilin ini memperkaya

hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Batubara et al. (2010) yang

tidak memberikan rincian secara spesifik khususnya mengenai lokasi

pertumbuhan tanaman secang yang diambil sebagai sampel analisis. Penelitian

tersebut telah berhasil mengekstraksi kayu secang yang diambil dari berbagai

Page 58: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

40

lokasi di Pulau Jawa (Karanganyar, Semarang, Yogyakarta, Cianjur, dan Bogor)

dengan kombinasi pelarut etanol antara 5,71-9,94% (berdasarkan basis kering).

Kadar brazilin yang dihasilkan untuk seluruh daerah pengambilan sampel tersebut

berada pada kisaran 5,81-24,85mg/g. Konsentrasi ekstrak dan kadar brazilin

tertinggi ditemukan di daerah Semarang. Variasi tersebut mungkin disebabkan

oleh perbedaan kondisi lingkungan tempat tumbuh kayu secang.

Rendahnya kadar brazilin pada bentuk potongan serutan diduga disebabkan

besarnya luas permukaan bahan yang kontak dengan udara, sehingga

memudahkan brazilin teroksidasi. Penyerutan kayu secang yang dilakukan

langsung di lokasi pemanenan, dapat memicu percepatan kehilangan senyawa

brazilin. Sedangkan dengan jenis potongan stick dan gelondongan, luas

permukaan bahan yang akan teroksidasi lebih sedikit, sehingga kandungan

brazilinnya pun cukup tinggi. Kadar brazilin yang lebih kecil pada jenis

potongan gelondongan dibandingkan dengan potongan stick diduga juga

disebabkan karena waktu pemotongan gelondongan, dilakukan terlebih dahulu.

Hal ini akan menyebabkan total senyawa brazilin yang teroksidasi kemungkinan

akan jauh lebih besar. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1985)

menyatakan bahwa senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian

tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan

umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk

menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi

dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.

Tabel 5 Hasil analisis sidik ragam pengaruh jenis dataran dan potongan terhadap

kadar brazilin kayu secang

Sumber keragaman Jumlah kuadrat db Kuadrat tengah F hitung

Model 60749,838a 4 15187,460 264,376

Dataran 9235,764 1 9235,764 160,772**

Potongan 2553,568 2 1276,784 22,226*

Error 804,250 14 57,446

Total 61554,088 18

Keterangan :

db = derajat bebas

* = berpengaruh sangat nyata

** = tidak berpengaruh sangat nyata

Page 59: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

41

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa variabel jenis

dataran tidak berpengaruh nyata untuk kadar brazilin kayu secang. Sedangkan

untuk variabel jenis potongan, menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata

pada taraf 1% terhadap kadar brazilin. Nilai Adjusted R-squared sebesar 0,983

(98,3%) menunjukkan data-data aktual pengaruh hasil uji brazilin mencakup

dalam model sebesar 98,3%. Hasil ini kemudian dilanjutkan kepada taraf uji lanjut

menggunakan metode Duncan. Pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa pengaruh

potongan terbaik untuk kadar brazilin diperoleh pada potongan stick.

Dataran tinggi dengan potongan stick dipilih sebagai model perlakuan

yang akan diterapkan untuk rancangan perlakuan proses pengeringan dengan

Design Expert 8.0®

. Dataran tinggi dipilih untuk mewakili daerah pengambilan

sampel karena memiliki nilai mean terbesar dibandingkan dataran rendah,

walaupun hasil analisis sidik ragamnya menunjukkan nilai yang tidak signifikan.

Optimasi Proses Pengeringan

Rancangan Perlakuan Proses Pengeringan dan Respon

Piranti lunak Design Expert 8.0® sebagai alat utama pada penelitian

ini digunakan untuk memperoleh kombinasi optimal dari proporsi relatif

masing-masing variabel pengeringan yang digunakan (suhu, kecepatan aliran

udara, dan RH) terhadap keseluruhan perlakuan proses pengeringan. Rancangan

percobaan yang digunakan adalah Response Surface Methods dengan metode

Box-Benhken. Penggunaan Box-Benhken bertujuan untuk mengetahui pengaruh

perubahan kombinasi komponen dalam memperoleh respon tertentu hingga

didapatkan suatu rancangan perlakuan proses pengeringan yang optimal.

Design Expert 8.0®

merupakan piranti lunak (software) yang menyediakan

rancangan percobaan (design of experiment) untuk melakukan optimasi terhadap

rancangan produk dan proses (Anonim, 2006).

Penetapan faktor-faktor pengeringan beserta kisarannya didasarkan pada

hasil studi beberapa literatur yang berkaitan dengan proses pengeringan simplisia.

Sembiring (2007) mengatakan bahwa pada umumnya suhu pengeringan adalah

antara 40-600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang

mengandung kadar air 10%. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses

Page 60: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

42

pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu

pengeringan dan luas permukaan bahan. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan

sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan

selama penyimpanan. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30oC

sampai 90oC, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60

oC

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985). Chrysanty (2009) melakukan

penelitian mengenai karateristik pengeringan lapisan tipis dan mutu simplisia

temu putih dengan menggunakan alat pengering berakuisisi. Penelitian tersebut

menggunakan kisaran kelembaban relatif (RH) yaitu 20-60%. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kombinasi RH yang sesuai untuk pengeringan simplisia

temu putih adalah RH 20-40% pada kecepatan aliran udara yang tinggi

(0,78-0,95m/s).

Pengujian Kadar Air

Kadar air suatu bahan merupakan total keseluruhan kadar air yang ada

di dalam bahan pangan seperti air bebas, air terikat secara fisik dan kimiawi.

Air dalam bahan pangan biasanya terdapat dalam jaringan, sedangkan air terikat

terdapat dalam sel. Kadar air bebas sangat mudah dalam penguapannya dan

mudah terabsorbsi kembali ke bahan apabila kondisi lingkungan sekitarnya

lembab (Syarief dan Irawati, 1988).

Pengujian kadar air pada kayu secang hasil dari proses pengeringan,

dilakukan untuk memastikan apakah kadar air telah mencapai interval nilai yang

ditargetkan yaitu 8-10% (Tabel 6). Dengan nilai kadar air tersebut diharapkan

akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme merugikan, dan memudahkan

penyimpanan. Selain itu, pengeringan hingga kadar air yang tidak terlalu rendah

akan menghindarkan simplisia kayu secang dari kerusakan akibat pengeringan

seperti perubahan warna (staining), cacat bentuk (warping), tegangan sisa di

permukaan (case hardening), pecah dalam (honeycombing), pecah (checking), dan

collapse (permukaan kayu yang berkerut).

Page 61: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

43

Tabel 6 Hasil pengukuran nilai kadar air untuk seluruh perlakuan proses

pengeringan

Rancangan

perlakuan proses

pengeringan

Perlakuan proses pengeringan Kadar Air

(%) Suhu

(oC)

Kecepatan Aliran

Udara (m/s)

RH

(%)

1 50 0,86 45 9,669

2 50 0,86 45 9,213

3 50 0,86 45 9,339

4 40 0,86 30 8,506

5 40 0,86 60 9,089

6 40 0,78 45 8,147

7 40 0,95 45 9,542

8 50 0,95 60 9,491

9 50 0,78 60 9,070

10 50 0,78 30 9,077

11 50 0,95 30 9,840

12 60 0,86 30 8,751

13 60 0,86 60 9,221

14 60 0,95 45 9,265

15 60 0,78 45 8,955

Penurunan kadar air kayu secang menunjukkan tiga tahap penurunan, yaitu

tahap penurunan kadar air cepat pada awal pengeringan, tahap penurunan kadar

air lambat, dan tahap penurunan kadar air sangat lambat pada akhir pengeringan.

Penurunan kadar air cepat diawal disebabkan karena pada awal pengeringan

massa air pada permukaan bahan masih dalam jumlah besar. Udara pengering

yang dihembuskan akan meliputi permukaan bahan dan akan menaikkan tekanan

uap air, terutama pada daerah permukaan. Pada saat proses ini terjadi,

perpindahan massa dari bahan ke udara dalam bentuk uap air berlangsung dalam

jumlah yang besar sampai tekanan uap air pada permukaan akan menurun. Setelah

massa air pada permukaan berkurang maka terjadi perpindahan air secara difusi

dari dalam bahan ke permukaan. Selama proses tersebut, terjadi penurunan kadar

air secara lambat. Pada akhirnya setelah air bahan berkurang, tekanan uap air

bahan akan menurun sampai terjadi keseimbangan dengan udara sekitarnya dan

tidak ada perpindahan air (Chrysanty, 2009).

Suhu merupakan salah satu faktor penting pada pelaksanaan

pengeringan kayu secang. Suhu yang sesuai akan memberikan pengaruh

terhadap pencapaian produk akhir yang diinginkan yaitu simplisia kayu secang

(Sappan Lignum) dengan kadar air 8-10%. Demikian juga dengan kecepatan

Page 62: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

44

aliran udara yang berkaitan dengan kemampuan menyebarkan panas ke seluruh

permukaan bahan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sucipto (2009) bahwa

panas, merupakan energi yang diperlukan oleh molekul air untuk melepaskan diri

dari ikatan antara molekul pada air bebas dalam rongga sel atau melepaskan diri

dari ikatan dengan tangan hidroksil pada air terikat. Pada suhu tinggi, udara

cenderung menghisap kelembaban atau uap air dibandingkan dengan udara

bersuhu rendah. Sirkulasi udara, berfungsi sebagai pengantar panas ke kayu yang

digunakan untuk menguapkan air dari dalam kayu dan memindahkan uap air dari

permukaan kayu ke udara sekitar.

Simplisia kayu secang (Sappan Lignum) yang dihasilkan dari kayu secang

yang dikeringkan, diduga memiliki sifat yang higroskopis yakni memiliki

kemampuan dalam menyerap molekul air dari lingkungannya. Hal ini

diindikasikan dengan simplisia yang terasa cukup lembab ketika dipegang

pada saat dikeluarkan dari kemasan plastik. Sifat higroskopis ini diduga akan

mempengaruhi nilai kadar air dari simplisia kayu secang ketika pengukuran.

Hasil Pengukuran Respon Rancangan Perlakuan Proses Pengeringan

Rancangan perlakuan proses pengeringan yang dihasilkan dilanjutkan pada

tahap pelaksanaan proses pengeringan. Selanjutnya dilakukan pengukuran dan

perhitungan untuk setiap respon yang telah ditetapkan yaitu susut pengeringan,

kadar brazilin, warna (L dan oHue), dan lama pengeringan. Hasil pengukuran dan

perhitungan respon dari setiap rancangan perlakuan proses pengeringan dapat

dilihat pada Tabel 7.

Page 63: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

45

Tabel 7 Hasil keseluruhan pengukuran dan perhitungan respon total seluruh rancangan perlakuan proses pengeringan

Rancangan

perlakuan proses

pengeringan

Perlakuan proses pengeringan Respon total seluruh rancangan perlakuan proses pengeringan

Susut

Pengeringan (%)

Kadar Brazilin

(mg/g)

Warna Lama Pengeringan

(Menit) Suhu

(oC)

Kecepatan Aliran

Udara (m/s)

RH

(%) L

oHue

1 50 0,86 45 4,6862 0,84 34,74 37,04 1260

2 50 0,86 45 4,6668 0,90 34,52 34,87 810

3 50 0,86 45 4,7646 0,87 32,82 34,07 810

4 40 0,86 30 4,5465 0,93 35,85 40,08 560

5 40 0,86 60 3,2443 1,84 30,92 36,96 1120

6 40 0,78 45 4,3529 3,60 35,47 37,52 1230

7 40 0,95 45 4,4936 1,31 33,71 38,43 360

8 50 0,95 60 4,6767 0,80 37,01 41,85 1140

9 50 0,78 60 5,5148 1,06 31,96 33,95 1700

10 50 0,78 30 4,4631 1,20 33,29 37,32 1340

11 50 0,95 30 5,1349 1,72 34,66 36,18 470

12 60 0,86 30 4,5804 3,61 32,93 37,77 1170

13 60 0,86 60 3,5392 2,16 33,74 35,47 1390

14 60 0,95 45 4,4028 1,25 35,90 36,36 1660

15 60 0,78 45 4,7250 5,29 34,40 36,49 620

Page 64: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

46

Analisis Respon dengan Program Design Expert 8.0®

Analisis Respon Susut Pengeringan

Hasil uji respon susut pengeringan berkisar antara 3,2443% sampai

5,5148%. Nilai susut pengeringan terendah yaitu 3,2443% diperoleh dari

rancangan perlakuan proses pengeringan ke 5 dengan suhu 40oC, kecepatan aliran

udara 0,86m/s, dan kelembaban relatif (RH) 60%. Sedangkan nilai susut

pengeringan tertinggi yaitu 5,5148% diperoleh dari rancangan perlakuan proses

pengeringan ke 9 dengan suhu 50oC, kecepatan aliran udara 0,78m/s, dan

kelembaban relatif (RH) 60%. Nilai rata-rata (mean) dari respon susut

pengeringan adalah 4,52% dengan nilai standar deviasi sebesar 0,55%.

Susut pengeringan bertujuan untuk melihat seberapa besar senyawa yang

hilang pada proses pengeringan. Selain itu, susut pengeringan dapat dijadikan

dasar dalam penetapan kualitas simplisia akibat pertumbuhan mikroorganisme

yang merugikan. Susut pengeringan ditetapkan untuk menjaga kualitas simplisa

karena berkaitan dengan kemungkinan pertumbuhan kapang atau jamur

serta zat yang mudah menguap pada simplisia (Soetarno dan Soediro, 1997).

Variasi nilai susut pengeringan pada masing-masing rancangan perlakuan

diduga disebabkan oleh adanya ketidakseragaman proses pengeringan. Hal ini

dapat dilihat dari penggunaan suhu, kecepatan aliran udara, dan kelembaban

relatif (RH) yang berbeda-beda untuk setiap rancangan perlakuan proses

pengeringan. Ketidakseragaman faktor-faktor proses pengeringan tersebut

diduga mengakibatkan senyawa volatil yang hilang pada saat proses pengeringan

juga lebih variatif, salah satunya senyawa brazilin.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan program Design

Expert 8.0®

, tidak diperoleh model yang menyatakan hubungan antara susut

pengeringan dengan faktor-faktor perlakuan. Model yang dihasilkan hanya dibuat

berdasarkan nilai mean nya.

Model polinomial yang direkomendasikan oleh program Design Expert 8.0®

adalah quadratic, tetapi model ini menunjukkan nilai predicted R-Squared negatif,

sehingga perlu dilakukan reduksi model. Hasil analisis ragam (ANOVA)

menunjukkan nilai lack of fit F-value sebesar 129,83 dengan nilai p “Prob>F”

lebih kecil dari 0,05 (0,0077). Hal ini menunjukkan lack of fit yang signifikan

Page 65: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

47

Design-Expert® SoftwareSusutPengeringan

Color points by value ofSusutPengeringan:

5.5148

3.2443

Internally Studentized Residuals

No

rma

l %

Pro

ba

bil

ity

Normal Plot of Residuals

-3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00

1

5

10

20

30

50

70

80

90

95

99

terhadap pure error dimana variasi dalam replikasi nilai mean nya lebih kecil

dari variasi design points nilai yang diprediksikan. Nilai lack of fit yang

signifikan disebabkan oleh replikasi yang baik dan variasinya kecil, modelnya

tidak memprediksikan dengan baik, atau kombinasi keduanya. Selain itu, akan

muncul kemungkinan bahwa model yang dihasilkan tidak dapat memberikan

prediksi yang baik dalam kondisi tertentu.

Hasil analisis ragam (ANOVA) untuk respon susut pengeringan juga

menunjukkan nilai predicted R-squared negatif yaitu -0,1480. Nilai tersebut

menandakan bahwa overall mean memberikan prediksi lebih baik bagi respon

susut pengeringan.

Grafik kenormalan internally stundentized residual pada Gambar 14

menunjukkan data-data untuk respon susut pengeringan yang menyebar normal.

Hal ini diperlihatkan dari titik-titik yang berada dekat disepanjang garis

kenormalan. Data-data yang menyebar normal tersebut menunjukkan adanya

pemenuhan model terhadap asumsi dari ANOVA pada respon susut pengeringan.

Gambar 14 Grafik kenormalan internally stundentized residuals respon

susut pengeringan

Grafik contour plot pada Gambar 15 menggambarkan kombinasi antara

komponen yang tidak saling mempengaruhi terhadap nilai respon susut

pengeringan. Hal ini diidentikkan dengan warna yang terlihat sama pada seluruh

area grafik contour plot. Kesamaan warna tersebut menunjukkan nilai respon

Page 66: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

48

Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualSusutPengeringan

Design Points5.5148

3.2443

X1 = B: KecepatanX2 = C: RH

Actual FactorA: Suhu = 50

0.78 0.82 0.86 0.91 0.95

30

38

45

53

60

SusutPengeringan

B: Kecepatan

C:

RH

3

Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualSusutPengeringan

Design points above predicted valueDesign points below predicted value5.5148

3.2443

X1 = B: KecepatanX2 = C: RH

Actual FactorA: Suhu = 50

30

38

45

53

60

0.78

0.82

0.86

0.91

0.95

3.0000

3.5000

4.0000

4.5000

5.0000

5.5000

6.0000

S

us

utP

en

ge

rin

ga

n

B: Kecepatan

C: RH

terukur sama tingginya pada semua kombinasi antar komponen rancangan

perlakuan proses pengeringan yang diukur.

Grafik tiga dimensi (3-D) pada Gambar 16 merupakan bentuk

permukaan dari interaksi antara komponen rancangan perlakuan proses

pengeringan terhadap respon susut pengeringan. Grafik memperlihatkan nilai

respon yang datar pada setiap kombinasi antara komponen yang diukur. Hal ini

juga disebabkan model polinomial yang dihasilkan (mean) memberikan nilai

respon susut pengeringan yang dianggap tidak berbeda nyata pada setiap

kombinasi antara komponen rancangan perlakuan.

Gambar 15 Grafik contour plot hasil uji respon susut pengeringan

Gambar 16 Grafik tiga dimensi hasil uji respon susut pengeringan

Page 67: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

49

Analisis Respon Kadar Brazilin

Brazilin sering digunakan sebagai senyawa penciri pada kayu secang.

Brazilin memiliki banyak aktivitas sehingga dapat dijadikan standar dalam kontrol

kualitas kayu secang. Kontrol kualitas bahan alami dilakukan untuk mengevaluasi

kualitas dan keaslian tanaman obat sehingga mencegah adanya pencampuran obat

dari tanaman lain (Soares dan Scarmino. 2008 dalam Hangoluan, 2011).

Pengukuran kadar brazilin menggunakan HPLC (High Performance Liquid

Chromatography) dengan detektor ultraviolet-tampak (UV-VIS) yang dipantau

dengan panjang gelombang 280 nm. Brazilin dihitung menggunakan kurva

kalibrasi standar eksternal dengan memplot daerah puncak terhadap perbedaan

konsentrasi brazilin (kisaran 25-125 µg/mL) (Batubara et al. 2010). Brazilin

termasuk ke dalam golongan flavonoid sebagai isoflavonoid. Pengujian terhadap

ekstrak kayu secang untuk mengetahui keberadaan senyawa flavonoid dilakukan

dengan cara menambahkan etanol 80% dan asam klorida pekat. Hasil positif

ditunjukkan dengan munculnya warna kuning kemerahan yang berarti ekstak

tersebut mengandung senyawa golongan flavonoid (Suhartati, 1983).

Hasil uji respon kadar brazilin berkisar antara 0,80mg/g sampai 5,29mg/g.

Nilai kadar brazilin terendah yaitu 0,80mg/g diperoleh dari rancangan perlakuan

proses pengeringan ke 8 dengan suhu 50oC, kecepatan aliran udara 0,95m/s, dan

kelembaban relatif (RH) 60%. Sedangkan nilai kadar brazilin tertinggi yaitu

5,29mg/g diperoleh dari rancangan perlakuan proses pengeringan ke 15 dengan

suhu 60oC, kecepatan aliran udara 0,78m/s, dan kelembaban relatif (RH) 45%.

Nilai rata-rata (mean) dari respon kadar brazilin adalah 1,82533mg/g dengan nilai

standar deviasi sebesar 0,93mg/g.

Hubungan antara kadar brazilin dengan faktor-faktor perlakuan pengeringan

membentuk model polinomial yang melibatkan suhu dan kecepatan aliran udara

(Persamaan 2). Model polinomialnya adalah reduced quadratic model.

Kadar brazilin = - (1,38516)A – (8,92647)B + (0,014430)A2 ………….……… (2)

Keterangan: A = suhu

B = kecepatan aliran udara

Page 68: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

50

Model polinomial yang direkomendasikan oleh program Design Expert 8.0®

adalah quadratic, tetapi model ini menunjukkan nilai predicted R-Squared negatif,

sehingga perlu dilakukan reduksi model menggunakan backward elimination.

Reduksi model dilakukan untuk menghilangkan komponen A (suhu), komponen C

(RH), interaksi komponen AB (suhu dan kecepatan aliran udara), interaksi

komponen AC (suhu dan RH), interaksi komponen BC (kecepatan aliran

udara dan RH), komponen B2

(interaksi antar kecepatan aliran udara),

dan komponen C2 (interaksi antar RH) karena dianggap tidak signifikan

(tidak memenuhi αout = 0,1000).

Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa model yang telah

direduksi (reduced quadratic model) signifikan dengan nilai p “prob>F” lebih

kecil dari 0,05 (<0,0001). Selain itu, hasil ANOVA juga menunjukkan bahwa

komponen B (kecepatan aliran udara), dan komponen A2 (interaksi antar suhu),

memberikan pengaruh yang nyata (signifikan) terhadap respon kadar brazilin.

Lack of fit F-value sebesar 1181,07 dengan nilai p “Prob>F” lebih kecil dari 0,05

(0,0008) menunjukkan lack of fit yang signifikan relatif terhadap pure error.

Nilai adjusted R-squared dan predicted R-squared secara berturut-turut

untuk respon kadar brazilin adalah 0,5055 dan 0,1685 yang menunjukkan bahwa

data-data aktual dan data-data yang diprediksikan untuk respon kadar brazilin

mencakup dalam model sebesar 50,55% dan 16,85%. Nilai adequate precision

untuk respon kadar brazilin adalah lebih besar dari 4 (7,349) yang menunjukkan

besarnya sinyal terhadap noise ratio. Nilai tersebut menandakan bahwa model

dapat digunakan sebagai pedoman untuk design space.

Persamaan (2) menunjukkan bahwa respon kadar brazilin akan meningkat

berbanding lurus dengan peningkatan interaksi antar komponen suhu. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif (0,014430). Respon kadar brazilin

akan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan kecepatan aliran udara

dan peningkatan suhu yang ditunjukkan dengan nilai konstanta negatif.

Brazilin merupakan senyawa metabolit sekunder yang bersifat tidak stabil.

Beberapa faktor selama proses pengeringan yang diduga menjadi penyebab

terjadinya oksidasi dan penurunan kadar brazilin pada kayu secang, antara lain

penundaan yang cukup lama setelah pemanenan kayu secang, serta peningkatan

Page 69: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

51

Design-Expert® SoftwareBrazilin

Color points by value ofBrazilin:

5.29

0.80

Internally Studentized Residuals

No

rm

al

% P

ro

ba

bil

ity

Normal Plot of Residuals

-2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00

1

5

10

20

30

50

70

80

90

95

99

suhu dan kecepatan aliran udara selama proses pengeringan. Peningkatan

kecepatan aliran udara diduga berperan dalam menyebarkan panas ke seluruh

permukaan bahan dan berakibat pada laju degradasi sktruktur kimia brazilin

yang lebih cepat.

Faktor suhu pengeringan kemungkinan memiliki pengaruh yang lebih

signifikan terhadap penurunan nilai kadar brazilin dibandingkan dengan faktor

kecepatan aliran udara. Suhu pengeringan yang semakin tinggi dapat

menimbulkan energi kinetik penyebab dekomposisi dan perubahan struktur kimia

brazilin menjadi senyawa lain seperti brazilein yang identik dengan pigmen warna

merah pada kayu secang. Maharani (2003) telah melakukan penelitian mengenai

stabilitas brazilin pada kayu secang yang telah diekstraksi sebelumnya.

Pemanasan pada suhu 40oC menyebabkan peningkatan absorbansi pigmen warna

kayu secang yang sangat tajam pada menit ke 180. Pada pemanasan suhu 60oC

juga terjadi peningkatan warna setelah 60 menit kemudian terjadi penurunan

secara terus-menerus. Peningkatan terjadi karena pigmen brazilin kayu secang

telah berubah menjadi brazilein secara keseluruhan karena peningkatan suhu.

Setelah itu nilai absorbansi mengalami penurunan secara terus-menerus. Hal ini

menunjukkan bahwa pigmen brazilein telah terdegradasi.

Grafik kenormalan internally stundentized residual pada Gambar 17

menunjukkan data-data untuk respon kadar air yang menyebar normal. Data-data

yang menyebar normal tersebut menunjukkan adanya pemenuhan model terhadap

asumsi dari ANOVA pada respon kadar brazilin.

Gambar 17 Grafik kenormalan internally stundentized residuals

respon kadar brazilin

Page 70: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

52

Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualBrazilin

Design Points5.29

0.80

X1 = A: SuhuX2 = B: Kecepatan

Actual FactorC: RH = 45

40 45 50 55 60

0.78

0.82

0.86

0.91

0.95

Brazilin

A: Suhu

B:

Ke

ce

pa

tan

0.49

0.67

1.00

1.25

1.44

1.60

1.87

1.87

2.00

2.00

2.39

2.39

2.74

3.00

3

Grafik contour plot pada Gambar 18 menggambarkan kombinasi antara

komponen yang saling mempengaruhi terhadap nilai respon kadar brazilin,

melalui warna-warna yang berbeda. Warna biru menunjukkan nilai respon

kadar brazilin terendah yaitu 0,80mg/g, sedangkan warna merah menunjukkan

nilai respon kadar brazilin tertinggi yaitu 5,29mg/g. Garis-garis yang terdiri

atas titik-titik pada grafik contour plot merupakan kombinasi antara tiga

komponen rancangan perlakuan proses pengeringan dengan proporsi berbeda

yang menghasilkan nilai respon kadar brazilin yang sama.

Grafik tiga dimensi (3-D) pada Gambar 19 merupakan bentuk permukaan

dari interaksi antara komponen rancangan perlakuan proses pengeringan.

Perbedaan ketinggian permukaan menunjukkan nilai respon yang berbeda-beda

pada setiap kombinasi antara komponen rancangan perlakuan. Area yang rendah

menunjukkan nilai respon kadar brazilin yang rendah, sedangkan area yang tinggi

menunjukkan nilai respon kadar brazilin yang tinggi.

Gambar 18 Grafik contour plot hasil uji respon kadar brazilin

Page 71: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

53

Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualBrazilin

Design points above predicted valueDesign points below predicted value5.29

0.80

X1 = A: SuhuX2 = B: Kecepatan

Actual FactorC: RH = 45

0.78

0.82

0.86

0.91

0.9540

45

50

55

60

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

B

raz

ilin

A: Suhu

B: Kecepatan

Gambar 19 Grafik tiga dimensi hasil uji respon respon kadar brazilin

Analisis Respon Warna

Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada

beberapa faktor diantaranya citarasa, warna, tekstur, dan nilai gizi serta sifat

mikrobiologisnya. Tetapi sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara

visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan

(Winarno, 1995). Selain sebagai faktor yang menentukan mutu, warna juga dapat

digunakan sebagai indikator kesegaran, kematangan dan kesempurnaan proses

pengolahan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai

dari warna produk yang seragam dan merata.

Intensitas zat warna diukur dengan menggunakan Chromamater Minolta

CR-310 dengan sistem notasi warna Hunter (sistem warna L, a, dan b). Nilai L

menunjukkan kecerahan, a dan b adalah koordinat-koordinat kromatisitas, dimana

a untuk warna hijau (a negatif) sampai merah (a positif) dan b untuk warna kuning

(b positif) sampai biru (b negatif).

Analisis Respon L

Respon L identik dengan kecerahan warna suatu produk. Semakin

tinggi nilai L maka kecerahan warna suatu produk yang diukur juga semakin

meningkat. Hasil uji respon L berkisar antara 30,92 sampai 37,01. Nilai L

terendah yaitu 30,92 diperoleh dari rancangan perlakuan proses pengeringan ke 5

dengan suhu 40oC, kecepatan aliran udara 0,86m/s, dan kelembaban relatif (RH)

Page 72: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

54

60%. Sedangkan nilai L tertinggi yaitu 37,01 diperoleh dari rancangan perlakuan

proses pengeringan ke 8 dengan suhu 50oC, kecepatan aliran udara 0,95m/s, dan

kelembaban relatif (RH) 60%. Nilai rata-rata (mean) dari respon L adalah 34,40

dengan nilai standar deviasi sebesar 1,63.

Nilai L memiliki kisaran dari 0 untuk warna hitam hingga 100 untuk warna

putih. Kisaran nilai L antara 31,34 sampai 36,64 menunjukkan bahwa tingkat

kecerahan dari simplisia kayu secang (Sappan Lignum) cenderung rendah. Nilai L

pada simplisia kayu secang (Sappan Lignum) diduga cukup kuat dipengaruhi oleh

warna pigmen brazilein yang merupakan senyawa berwarna merah kecoklatan

pada kayu secang. Brazilein terbentuk dari proses oksidasi pigmen brazilin yang

terjadi selama proses pengeringan maupun ketika kontak dengan udara selama

pemanenan dan penanganan pasca panen kayu secang. Suharti (1983) telah

melakukan penelitian untuk mengisolasi zat warna dari tumbuhan secang

(Caesalpinia sappan Linn). Isolasi yang dilakukan menghasilkan sedikitnya tiga

zat warna, yaitu zat warna kuning dan merah serta zat warna yang larut dalam air.

Zat warna kuning merupakan brazilin atau turunannya yang mudah berubah

menjadi brazilein yang berwarna merah melalui oksidasi udara.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan program Design

Expert 8.0®

, tidak diperoleh model yang menyatakan hubungan antara respon L

dengan faktor-faktor perlakuan pengeringan. Model yang dihasilkan hanya dibuat

berdasarkan nilai mean nya.

Model polinomial yang direkomendasikan oleh program Design Expert 8.0®

adalah two factorial interaction (2FI), tetapi model ini menunjukkan nilai

predicted R-Squared negatif, sehingga perlu dilakukan reduksi model. Hasil

analisis ragam (ANOVA) menunjukkan nilai lack of fit F-value sebesar 2,33

dengan nilai p “Prob>F” lebih besar dari 0,05 (0,3398). Hal ini menunjukkan lack

of fit yang tidak signifikan terhadap pure error. Nilai lack of fit yang tidak

signifikan merupakan syarat model yang baik karena menunjukkan adanya

kesesuaian data respon L dengan model. Hasil analisis ragam (ANOVA) untuk

respon L juga menunjukkan nilai predicted R-squared negatif yaitu -0,1480.

Nilai tersebut menandakan bahwa overall mean memberikan prediksi lebih

baik bagi respon L.

Page 73: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

55

Design-Expert® SoftwareL

Color points by value ofL:

36.64

31.34

Internally Studentized Residuals

No

rm

al

% P

ro

ba

bil

ity

Normal Plot of Residuals

-2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00

1

5

10

20

30

50

70

80

90

95

99

Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualL

Design Points36.64

31.34

X1 = B: KecepatanX2 = C: RH

Actual FactorA: Suhu = 50

0.78 0.82 0.86 0.91 0.95

30

38

45

53

60

L

B: Kecepatan

C:

RH

3

Grafik kenormalan internally stundentized residual pada Gambar 20

menunjukkan data-data untuk respon L yang menyebar normal. Data-data yang

menyebar normal tersebut menunjukkan adanya pemenuhan model terhadap

asumsi dari ANOVA pada respon L.

Gambar 20 Grafik kenormalan internally stundentized residuals respon L

Grafik contour plot pada Gambar 21 menggambarkan kombinasi antara

komponen yang tidak saling mempengaruhi terhadap nilai respon L. Grafik tiga

dimensi (3-D) pada Gambar 22 merupakan bentuk permukaan dari interaksi antara

komponen rancangan perlakuan proses pengeringan terhadap respon L. Grafik

memperlihatkan nilai respon yang datar pada setiap kombinasi antara komponen

rancangan perlakuan yang diukur.

Gambar 21 Grafik contour plot hasil uji respon L

Page 74: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

56

Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualL

Design points above predicted valueDesign points below predicted value36.64

31.34

X1 = B: KecepatanX2 = C: RH

Actual FactorA: Suhu = 50

30

38

45

53

60

0.78

0.82

0.86

0.91

0.95

31.00

32.00

33.00

34.00

35.00

36.00

37.00

L

B: Kecepatan

C: RH

Gambar 22 Grafik tiga dimensi hasil uji respon respon L

Analisis Respon oHue

Nilai oHue merupakan kisaran warna sampel yang diperoleh dari hasil

perhitungan nilai b dibagi nilai a. Tabel 8 menunjukkan hubungan antara oHue

dengan warna simplisia kayu secang yang diukur. Hasil uji respon oHue

berkisar antara 33,95 sampai 40,08.

Tabel 8 Hubungan oHue dengan warna simplisia kayu secang (Sappan Lignum)

yang diukur oHue Warna Sampel

18o – 54

o red (R)

54o – 90

o yellow red (YR)

90o – 126

o yellow (Y)

Nilai oHue hasil pengukuran pada produk akhir simplisia kayu secang

(Sappan Lignum) menunjukkan warna red (R). Warna merah tersebut identik

dengan warna pigmen brazilein yang merupakan hasil dari oksidasi

pigmen brazilin kayu secang. Brazilein memiliki warna merah tajam dan cerah

pada pH netral (pH 6-7). Pigmen brazilin tersebut bersifat tidak stabil ketika

proses pemanasan. Proses pengeringan dengan suhu tertentu, diduga telah

menimbulkan energi kinetik yang dapat menyebabkan degradasi pigmen

brazilin menjadi brazilein.

Page 75: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

57

Nilai oHue terendah yaitu 33,95 diperoleh dari rancangan perlakuan proses

pengeringan ke 9 dengan suhu 50oC, kecepatan aliran udara 0,78m/s, dan

kelembaban relatif (RH) 60%. Sedangkan nilai oHue tertinggi yaitu 40,08

diperoleh dari rancangan perlakuan proses pengeringan ke 4 dengan suhu 40oC,

kecepatan aliran udara 0,86m/s, dan kelembaban relatif (RH) 30%. Nilai rata-rata

(mean) dari respon oHue adalah 37,28 dengan nilai standar deviasi sebesar 1,86.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan program Design

Expert 8.0®, tidak diperoleh model yang menyatakan hubungan antara respon

oHue dengan faktor-faktor perlakuan pengeringan. Model yang dihasilkan hanya

dibuat berdasarkan nilai mean nya.

Model polinomial yang direkomendasikan oleh program Design Expert 8.0®

adalah quadratic, tetapi model ini menunjukkan nilai predicted R-Squared

negatif, sehingga perlu dilakukan reduksi model. Hasil analisis ragam

(ANOVA) menunjukkan nilai lack of fit F-value sebesar 2,98 dengan nilai p

“Prob>F” lebih besar dari 0,05 (0,2789). Hal ini menunjukkan lack of fit yang

tidak signifikan terhadap pure error. Nilai lack of fit yang tidak signifikan

merupakan syarat model yang baik karena menunjukkan adanya kesesuain

data respon oHue dengan model. Hasil analisis ragam (ANOVA) untuk respon

oHue juga menunjukkan nilai predicted R-squared negatif yaitu -0,1480.

Nilai tersebut menandakan bahwa overall mean memberikan prediksi lebih baik

bagi respon oHue.

Grafik kenormalan internally stundentized residual pada Gambar 23

menunjukkan data-data untuk respon oHue yang menyebar normal. Data-data

yang menyebar normal tersebut menunjukkan adanya pemenuhan model terhadap

asumsi dari ANOVA pada respon oHue.

Page 76: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

58

Design-Expert® SoftwareHue

Color points by value ofHue:

40.64

34.56

Internally Studentized Residuals

No

rma

l %

Pro

ba

bil

ity

Normal Plot of Residuals

-2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00

1

5

10

20

30

50

70

80

90

95

99

Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualHue

Design Points40.64

34.56

X1 = B: KecepatanX2 = C: RH

Actual FactorA: Suhu = 50

0.78 0.82 0.86 0.91 0.95

30

38

45

53

60

Hue

B: Kecepatan

C:

RH

3

Gambar 23 Grafik kenormalan internally stundentized residuals respon oHue

Grafik contour plot pada Gambar 24 menggambarkan kombinasi antara

komponen yang tidak saling mempengaruhi terhadap nilai respon oHue.

Grafik tiga dimensi (3-D) pada Gambar 25 merupakan bentuk permukaan dari

interaksi antara komponen rancangan perlakuan proses pengeringan terhadap

respon oHue. Grafik memperlihatkan nilai respon yang datar pada setiap

kombinasi antara komponen yang diukur.

Gambar 24 Grafik contour plot hasil uji respon oHue

Page 77: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

59

Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualHue

Design points above predicted valueDesign points below predicted value40.64

34.56

X1 = B: KecepatanX2 = C: RH

Actual FactorA: Suhu = 50

30

38

45

53

60

0.78

0.82

0.86

0.91

0.95

34

35

36

37

38

39

40

41

H

ue

B: Kecepatan

C: RH

Gambar 25 Grafik tiga dimensi hasil uji respon respon oHue

Analisis Respon Lama Pengeringan

Suatu proses pengeringan diharapkan dapat dilaksanakan dalam waktu

singkat namun memberikan hasil berupa produk akhir dengan mutu yang sesuai

keinginan. Selain itu, dengan waktu pengeringan yang singkat diharapkan biaya

produksi dan umur ekonomis alat dapat ditekan sedini mungkin.

Hasil uji respon lama pengeringan berkisar antara 360 menit sampai

1700 menit. Lama pengeringan terendah yaitu 360 menit diperoleh dari rancangan

perlakuan proses pengeringan ke 7 dengan suhu 40oC, kecepatan aliran udara

0,95m/s, dan kelembaban relatif (RH) 45%. Sedangkan lama pengeringan

tertinggi yaitu 1700 menit diperoleh dari rancangan perlakuan proses pengeringan

ke 9 dengan suhu 50oC, kecepatan aliran udara 0,78m/s, dan kelembaban relatif

(RH) 60%. Nilai rata-rata (mean) dari respon lama pengeringan adalah 1042,67

menit dengan nilai standar deviasi sebesar 249,40 menit.

Lama pengeringan kayu secang memiliki nilai yang cukup berbeda antara

masing-masing rancangan perlakuan proses pengeringan yang telah dilakukan.

Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain perbedaan

kadar air awal kayu, perbedaan bagian batang pengambilan sampel dalam satu

rumpun tanaman, perbedaan kerapatan kayu, maupun ketidakstabilan kondisi suhu

dan RH dalam chamber mesin pengering berakuisisi yang digunakan.

Pengeringan kayu terutama dipengaruhi oleh kerapatan, ukuran dan frekuensi

Page 78: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

60

jari-jari kayu. Ada kecenderungan yang kuat bahwa kayu yang berat atau

berkerapatan tinggi mengering lebih lambat dan sehubungan dengan cacat-cacat

pengeringan dibanding dengan kayu yang ringan (Budiarso, 1997). Ada beberapa

faktor yang menyebabkan perbedaan kecepatan pengeringan kayu terjadi yaitu:

(1) kayu berasal dari jenis kayu yang berbeda atau dari jenis yang sama dan

berasal dari pohon atau bagian batang yang berbeda, mempunyai perbedaan dalam

banyak hal seperti kerapatan, kandungan komponen kimia (misalnya kandungan

zat ekstraktif) dan struktur anatomi kayunya dan (2) kayu yang dikeringkan

kemungkinan mempunyai pola penggergajian yang berbeda (Sukaton, 1999).

Hubungan antara lama pengeringan dengan faktor-faktor perlakuan

pengeringan membentuk model polinomial yang melibatkan suhu, kecepatan

aliran udara, dan kelembaban relatif (Persamaan 3). Model polinomialnya adalah

reduced two factors interaction (2FI) model.

Lama pengeringan = - (466,30147)A – (29941,17647)B + 15,08333C +

561,76471AB …………………….. (3)

Keterangan: A = suhu

B = kecepatan aliran udara

C = kelembaban relatif (RH)

Model polinomial yang direkomendasikan oleh program Design Expert 8.0®

adalah two factors interaction (2FI), tetapi model ini menunjukkan nilai predicted

R-Squared negatif, sehingga perlu dilakukan reduksi model menggunakan

backward elimination. Reduksi model dilakukan untuk menghilangkan komponen

B (suhu), interaksi komponen AC (suhu dan RH), dan interaksi komponen

BC (kecepatan aliran udara dan RH) karena dianggap tidak signifikan

(tidak memenuhi αout = 0,1000).

Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa model yang telah

direduksi (reduced two factors interaction (2FI) model) signifikan dengan nilai p

“prob>F” lebih kecil dari 0,05 (<0,0001). Selain itu, hasil ANOVA juga

menunjukkan bahwa komponen C (RH), dan interaksi komponen AB

(suhu dan kecepatan aliran udara) memberikan pengaruh yang nyata (signifikan)

terhadap respon lama pengeringan. Lack of fit F-value sebesar 0,90 dengan nilai p

“Prob>F” lebih besar dari 0,05 (0,6242) menunjukkan lack of fit yang tidak

Page 79: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

61

signifikan relatif terhadap pure error. Nilai lack of fit yang tidak signifikan

merupakan syarat model yang baik karena menunjukkan adanya kesesuaian data

respon lama pengeringan dengan model.

Nilai adjusted R-squared dan predicted R-squared secara berturut-turut

untuk respon lama pengeringan adalah 0,6446 dan 0,2792 yang menunjukkan

bahwa data-data aktual dan data-data yang diprediksikan untuk respon lama

pengeringan mencakup dalam model sebesar 64,46% dan 27,92%. Nilai adequate

precision untuk respon lama pengeringan adalah lebih besar dari 4 (9,358) yang

menunjukkan besarnya sinyal terhadap noise ratio. Nilai tersebut menandakan

bahwa model dapat digunakan sebagai pedoman untuk design space. Hasil

analisis terhadap model yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai model yang

baik dan juga diharapkan memberikan prediksi yang baik.

Persamaan (3) menunjukkan bahwa respon lama pengeringan akan

meningkat berbanding lurus dengan peningkatan interaksi antara komponen suhu

dan kecepatan aliran udara yang diindikasikan dengan nilai konstanta yang positif

(561,76471), diikuti dengan komponen RH dengan nilai konstanta sebesar

(15,08333). Respon lama pengeringan akan mengalami penurunan seiring dengan

peningkatan kecepatan aliran udara yang diindikasikan dengan nilai konstanta

negatif (29941,7647), kemudian diikuti dengan komponen suhu dengan nilai

konstanta sebesar (466,30147).

Interaksi antara suhu dan kecepatan aliran udara yang memperpanjang

waktu pengeringan diduga disebabkan oleh adanya beberapa variasi pada

rancangan perlakuan proses pengeringan. Variasi ini dapat berupa suhu rendah

yang berinteraksi dengan kecepatan aliran udara yang rendah pula

(40oC dan 0,78m/s), suhu tinggi yang berinteraksi dengan kecepatan aliran udara

yang rendah (60oC dan 0,78m/s), maupun suhu rendah yang berinteraksi dengan

kecepatan aliran udara yang tinggi (40oC dan 0,95m/s). Variasi tersebut

berinteraksi terhadap faktor ketidakseragaman kadar air awal bahan sehingga

proses penguapan air pada kayu secang pun menjadi lebih lambat, berbanding

lurus dengan waktu pengeringnnya.

Page 80: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

62

Kelembaban relatif (RH) yang tinggi akan menghambat proses perpindahan

uap air dari dalam bahan ke luar bahan sehingga lama waktu pengeringan akan

semakin panjang. RH yang tinggi akan menyebabkan cukup banyak massa air

bebas yang menyelimuti seluruh permukaan bahan, sehingga laju penguapan

massa air dari permukaan bahan seolah-olah konstan. Sehingga dapat dikatakan

bahwa semakin tinggi RH, maka laju pengeringan akan menurun perlahan

(Chrysanty, 2009).

Kecepatan aliran udara dan suhu merupakan faktor-faktor proses

pengeringan yang harus diperhatikan untuk mencapai waktu pengeringan

sesingkat mungkin. Suhu berkaitan dengan eneri panas yang dihasilkan dalam

menguapkan air yang terdapat dalam kayu secang. Sedangkan kecepatan aliran

udara digunakan dalam penyebaran panas ke seluruh permukaan kayu secang

selama proses pengeringan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan memindahkan

massa uap air dari permukaan simplisia. Semakin tinggi suhu dan kecepatan aliran

udara yang digunakan maka lama pengeringan juga akan semakin cepat.

Chrysanty (2009) telah melakukan penelitian mengenai pengeringan simplisia

temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) dengan menggunakan mesin

pengering berakuisisi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi

suhu dan kecepatan aliran udara yang digunakan maka waktu pengeringan

yang diperlukan juga semakin singkat. Sirkulasi udara yang baik akan

mempercepat perambatan gelombang panas pada udara sehingga mempercepat

pengeringan (Sucipto, 2009).

Grafik kenormalan internally stundentized residual pada Gambar 26

menunjukkan data-data untuk respon lama pengeringan yang menyebar normal.

Data-data yang menyebar normal tersebut menunjukkan adanya pemenuhan

model terhadap asumsi dari ANOVA pada respon lama pengeringan.

Page 81: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

63

Design-Expert® SoftwareLama Pengeringan

Color points by value ofLama Pengeringan:

1700

360

Internally Studentized Residuals

No

rm

al

% P

ro

ba

bil

ity

Normal Plot of Residuals

-2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00

1

5

10

20

30

50

70

80

90

95

99

Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualLama Pengeringan

Design Points1700

360

X1 = A: SuhuX2 = B: Kecepatan

Actual FactorC: RH = 45

40 45 50 55 60

0.78

0.82

0.86

0.91

0.95

Lama Pengeringan

A: Suhu

B:

Ke

ce

pa

tan

400

600

695.587

800

910.506

1000

1000

1084.97

1084.97

1105.56

1105.56

1125.52

1125.52

1151.04

1151.04

1200

1200

1288.37

1288.37

1400

1400

3

Gambar 26 Grafik kenormalan internally stundentized residuals respon

lama pengeringan

Grafik contour plot pada Gambar 27 menggambarkan kombinasi antara

komponen yang saling mempengaruhi terhadap nilai respon lama pengeringan,

melalui warna-warna yang berbeda. Warna biru menunjukkan nilai respon lama

pengeringan terendah yaitu 360 menit, sedangkan warna merah menunjukkan nilai

respon lama pengeringan tertinggi yaitu 1700 menit. Grafik tiga dimensi (3-D)

pada Gambar 28 merupakan bentuk permukaan dari interaksi antara komponen

rancangan perlakuan proses pengeringan. Perbedaan ketinggian permukaan

menunjukkan nilai respon yang berbeda-beda pada setiap kombinasi antara

komponen rancangan perlakuan.

Gambar 27 Grafik contour plot hasil uji respon lama pengeringan

Page 82: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

64

Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualLama Pengeringan

Design points above predicted valueDesign points below predicted value1700

360

X1 = A: SuhuX2 = B: Kecepatan

Actual FactorC: RH = 45

0.78

0.82

0.86

0.91

0.9540

45

50

55

60

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

L

am

a P

en

ge

rin

ga

n

A: Suhu

B: Kecepatan

Gambar 28 Grafik tiga dimensi hasil uji respon respon lama pengeringan

Optimasi Rancangan Perlakuan Proses Pengeringan dengan Program

Design Expert 8.0®

Nilai respon-respon yang optimal merupakan tujuan dilakukannya proses

optimasi. Respon paling optimal ditunjukkan dengan nilai desirability

mendekati satu. Tingkat kepentingan variabel respon dapat ditingkatkan dengan

memberikan pembobotan yang disebut importance pada selang 1 (+) hingga

5 (+++++) tergantung tingkat kepentingan yang diinginkan. Tabel 9 menunjukkan

komponen-komponen yang dioptimasi, nilai targetnya, batas minimum dan

maksimumnya, serta tingkat kepentingan (importance) pada tahap optimasi

rancangan perlakuan proses pengeringan dengan program Design Expert 8.0®.

Tabel 9 Komponen dan respon yang dioptimasi, target, batas, dan importance

pada tahapan optimasi rancangan perlakuan proses pengeringan

Nama komponen/respon Goal Batas bawah Batas atas Importance

Suhu in range 40 60 3 (+++)

Kecepatan aliran udara in range 0,78 0,95 3 (+++)

RH in range 30 60 3 (+++) Susut pengeringan in range 3,2443 5,5148 3 (+++)

Kadar brazilin maximize 0,8 5,29 5 (+++++)

L in range 31,34 36,64 3 (+++) oHue in range 18 54 3 (+++)

Lama pengeringan minimize 360 1700 4 (++++)

Page 83: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

65

Kadar brazilin dengan range 0,8-5,29mg/g merupakan respon yang

dioptimalkan dengan goal maximize pada tingkat kepentingan (importance)

5 (+++++). Kadar brazilin adalah senyawa penciri pada kayu secang yang

memiliki sifat fungsional. Dengan tingkat kepentingan yang tinggi diharapkan

simplisia kayu secang (Sappan Lignum) yang dihasilkan akan memiliki kadar

brazilin yang tinggi pula. Untuk memenuhi kontrol kualitas kayu secang

berdasarkan senyawa penciri, digunakan brazilin (Hangoluan, 2011).

Respon lama pengeringan dengan range 360-1700 menit merupakan respon

yang dioptimalkan dengan goal minimize pada tingkat kepentingan (importance)

4 (++++). Lama pengeringan diharapkan dapat dilaksanakan secepat mungkin

pada waktu yang minimum sehingga dapat diperoleh efektifitas dan efisiensi

dalam proses pengeringan. Hal ini akan berpengaruh pada besarnya biaya yang

akan dikeluarkan dalam pelaksanaan proses pengeringan. Selain itu, pengurangan

umur ekonomis dari alat yang digunakan juga dapat ditekan sedini mungkin.

Respon susut pengeringan dengan range 3,2443-5,5148% dioptimalkan

dengan target respon in range dan tingkat kepentingan (importance) 3 (+++).

Respon L hasil pengukuran warna dengan range 30,92-37,01 dioptimalkan

dengan target respon in range dan tingkat kepentingan (importance) 3 (+++).

Respon oHue hasil pengukuran warna dengan range 33,95-40,08 dioptimalkan

dengan target respon in range dan tingkat kepentingan (importance) 3 (+++).

Respon susut pengeringan dan hasil analisis warna (L dan oHue) diberikan

targer respon yang in range dengan tingkat kepentingan 3 (+++) karena

pengukuran dari masing-masing respon tersebut dilakukan secara obyektif

menggunakan instrument. Range yang diberikan tersebut diharapkan tidak

menyimpang dan masih mewakili karateristik rancangan perlakuan proses

pengeringan yang dihasilkan.

Setelah tahap analisis respon, selanjutnya dilakukan tahap optimasi dengan

program Design Expert 8.0®

. Pada tahapan ini, program akan memberikan satu

solusi rancangan perlakuan proses pengeringan optimum sebagai hasil running

terhadap 29 rancangan yang kemungkinan akan memberikan hasil yang optimum.

Rancangan perlakuan proses pengeringan yang memberikan nilai desirability

Page 84: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

66

tinggi yang akan direkomendasikan oleh program Design Expert 8.0®

sebagai

solusi rancangan perlakuan proses pengeringan optimum.

Nilai desirability yang dihasilkan dipengaruhi oleh kompleksitas komponen,

kisaran yang digunakan dalam komponen, jumlah komponen dan respon, serta

target yang ingin dicapai dalam memperoleh rancangan optimum. Kompleksitas

jumlah komponen dapat terlihat pada persyaratan jumlah variabel proses

pengeringan yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap simplisia kayu

secang (Sappan Lignum) untuk menentukan rancangan perlakuan proses

pengeringan. Jumlah masing-masing variabel proses pengeringan ditentukan

dalam range berbeda-beda yang akan berpengaruh terhadap nilai desirability.

Semakin lebar range nya, maka penentuan rancangan perlakuan optimum dengan

nilai desirability yang tinggi akan semakin sulit. Jumlah komponen dan respon

juga turut mempengaruhi nilai desirability rancangan perlakuan proses

pengeringan optimum. Semakin banyak jumlah komponen dan respon, maka

semakin sulit untuk mencapai keadaan optimum sehingga kemungkinan akan

menghasilkan nilai desirability yang rendah. Nilai masing-masing respon berbeda

targetnya satu sama lain sesuai dengan keinginan. Nilai importance yang besar

+++ hingga +++++ menunjukkan adanya keinginan yang tinggi untuk mencapai

produk optimal yang ideal (sesuai target optimasi). Semakin besar tingkat

kepentingan (importance) dari suatu respon atau komponen, maka semakin sulit

untuk memperoleh rancangan perlakuan proses pengeringan optimum dengan

nilai desirability yang tinggi (Wulandhari. 2007 dalam Susilo, 2011).

Solusi rancangan perlakuan proses pengeringan terpilih yaitu memiliki suhu

pengeringan 60oC, kecepatan aliran udara 0,78m/s, dan kelembaban relatif

(RH) sebesar 30% (Lampiran 14). Rancangan ini memiliki nilai desirability

sebesar 0,709 yang artinya rancangan tersebut akan menghasilkan produk

dengan karateristik yang sesuai dengan target optimasi sebesar 70,9%.

Rancangan perlakuan proses pengeringan ini diprediksikan akan memiliki nilai

susut pengeringan sebesar 4,5195%, kadar brazilin sebesar 3,84mg/g, nilai L

sebesar 34,40, nilai oHue sebesar 37,282, dan lama pengeringan 692,672 menit.

Page 85: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

67

Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualDesirability

Design Points1.000

0.000

X1 = A: SuhuX2 = B: Kecepatan

Actual FactorC: RH = 30

40 45 50 55 60

0.78

0.82

0.86

0.91

0.95Desirability

A: Suhu

B:

Ke

ce

pa

tan

0.109

0.171

0.2080.208

0.304

0.3540.3540.354

0.354

0.446

0.550

0.600

0.262

0.396

0.396

0.500

0.3310.331

0.286

Prediction 0.709

Grafik contour plot untuk solusi rancangan perlakuan proses pengeringan

terpilih dapat dilihat pada Gambar 29. Contour plot disajikan dengan

menggunakan model prediksi untuk nilai respon susut pengeringan, kadar

brazilin, hasil analisis warna (L dan oHue), dan lama pengeringan. Garis-garis

yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari

ketiga komponen proses pengeringan dengan jumlah berbeda yang menghasilkan

nilai desirability tertentu yang sama. Titik prediksi pada gambar tersebut

menunjukkan kombinasi antara suhu pengeringan 60oC, kecepatan aliran udara

0,78m/s, dan kelembaban relatif (RH) sebesar 30% yang menghasilkan nilai

desirability sebesar 0,709.

Grafik tiga dimensi (3-D) untuk solusi rancangan perlakuan proses

pengeringan terpilih dapat dilihat pada Gambar 30. Grafik tersebut menunjukkan

proyeksi dari grafik contour plot. Area yang rendah pada grafik tiga dimensi

menunjukkan nilai desirability yang rendah, sedangkan area yang tinggi

menunjukkan nilai desirability yang tinggi.

Gambar 29 Grafik contour plot nilai desirability solusi rancangan perlakuan

proses pengeringan optimum

Page 86: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

68

Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualDesirability

Design points above predicted value1.000

0.000

X1 = A: SuhuX2 = B: Kecepatan

Actual FactorC: RH = 30

0.78

0.82

0.86

0.91

0.95

40 45

50 55

60

0.000

0.200

0.400

0.600

0.800

D

es

ira

bil

ity

A: Suhu

B: Kecepatan

0.7090.709

Gambar 30 Grafik tiga dimensi nilai desirability solusi rancangan perlakuan

proses pengeringan optimum

Uji Penerimaan Terhadap Produk Secang Celup

Pembuatan produk secang celup dari simplisia kayu secang diperlukan,

dengan harapan dapat dikembangkan pada skala industri yang mempersyaratkan

adanya sentuhan teknologi dalam pembuatan suatu produk, salah satunya yaitu

melalui proses pengeringan. Namun di sisi lain, pengolahan suatu produk

berkhasiat dari tanaman segar tanpa proses pengeringan juga masih cukup

digemari oleh masyarakat sehingga dirasa perlu untuk dijadikan pembanding.

Produk secang celup yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 31.

Secang celup yang akan diujikan kepada panelis, diseduh terlebih dahulu

dengan menggunakan air mendidih (± 240 ml) dan dibiarkan selama ± 3 menit.

Setelah itu, minuman secang hasil seduhan, dituangkan ke dalam gelas plastik

bening berukuran kecil dan diberi kode. Penyajian dilakukan tanpa menambahkan

gula pasir. Sampel yang pertama yaitu secang celup yang dibuat dari simplisia

kayu secang (Sappan Lignum) sebagai hasil pengeringan dengan kode A,

sedangkan produk dari kayu secang segar diberi kode B. Kedua sampel tersebut

yang kemudian diujikan kepada 30 panelis tidak terlatih.

Page 87: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

69

Gambar 31 Produk Secang Celup

Panelis yang akan melakukan uji organoleptik dipilih dari beberapa daerah

di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana penerimaan masyarakat terhadap pengembangan produk secang

celup yang hingga saat ini penggunaannya dalam bentuk stick kayu saja.

Panelis-panelis dipilih secara acak berdasarkan jenis kelamin, tingkatan usia,

pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Beberapa panelis juga dipilih dari lokasi

pengambilan sampel kayu secang yaitu di Desa Lonjo’boko Kecamatan Parangloe

Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Panelis-panelis tersebut diasumsikan dapat

mewakili masyarakat karena mereka pernah dan bahkan masih sering

mengkonsumsi minuman kayu secang. Hal ini dapat membantu mereka dalam

mengidentifikasi produk secang celup berdasarkan mutu organoleptik rasa,

aroma, dan warna seduhan.

Dalam uji hedonik, panelis diminta tanggapannya untuk membedakan

produk secang celup tentang rasa suka atau tidak suka terhadap hasil seduhan

kedua produk tersebut. Setiap tanggapan yang diberikan oleh panelis disesuaikan

dengan tingkat penerimaan yang disajikan pada form pengujian dengan selang

angka 1 sampai 7. Jika panelis memberikan tanggapan sangat suka terhadap

produk secang celup maka diberi nilai 7, tanggapan suka diberi nilai 6, agak suka

diberi nilai 5, biasa saja diberi nilai 4, agak tidak suka diberi nilai 3, tidak suka

diberi nilai 2, dan tanggapan sangat tidak suka diberi nilai 1. Nilai rata-rata hasil

uji organoleptik produk secang celup A dan B dapat dilihat pada Gambar 32.

Page 88: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

70

5.00

5.20

5.40

5.60

5.80

6.00

6.20

6.40

Rasa Aroma Warna

5,67

5,83

6,23

5,605,53

6,17R

era

ta S

en

sori

Parameter Sensori

Secang Celup A (Simplisia

kayu secang)

Secang Celup B (Kayu

secang hasil panen)

Keterangan :

1 = Sangat tidak suka 5 = Agak suka

2 = Tidak suka 6 = Suka

3 = Agak tidak suka 7 = Sangat suka

4 = Biasa saja

Gambar 32 Nilai rata-rata hasil uji organoleptik (hedonic test) terhadap parameter

rasa, aroma, dan warna seduhan pada produk secang celup A dan B

Rasa Seduhan

Pada parameter rasa seduhan, dari 30 panelis, 7 panelis menyatakan sangat

suka, 13 panelis menyatakan suka, 5 panelis menyatakan agak suka, dan 4 panelis

menyatakan biasa saja untuk produk secang celup A. Sedangkan pada rasa

seduhan produk secang celup B, 3 panelis menyatakan sangat suka, 18 panelis

menyatakan suka, 3 panelis menyatakan agak suka, dan 6 panelis menyatakan

biasa saja. Nilai rata-rata parameter rasa seduhan pada produk secang celup A

sebesar 5,667 yang menunjukkan tanggapan suka. Sedangkan pada produk secang

celup B sebesar 5,6 juga menunjukkan tanggapan suka terhadap produk yang

disajikan (Gambar 32).

Page 89: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

71

Tabel 10 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) parameter rasa seduhan produk

secang celup A dan secang celup B

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F hitung

Model 1932,067a 31 62,325 69,695

Panelis 27,933 29 0,963 1,077

Sampel 0,067 1 0,067 0,075

Error 25,933 29 0,894

Total 1958,000 60

* a. R Squared = ,987 (Adjusted R Squared = ,973)

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 10 menunjukkan nilai F-hitung yang

lebih besar dari F-tabel baik pada taraf 5% maupun 1%. Oleh karena itu dapat

dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk tingkat

kesukaan terhadap parameter rasa seduhan pada produk secang celup A dan

secang celup B. Nilai Adjusted R-squared sebesar 0,973 menunjukkan data-data

aktual hasil uji organoleptik terhadap parameter rasa seduhan kedua produk

mencakup dalam model sebesar 97,3%.

Minuman kayu secang yang dikonsumsi masyarakat memiliki rasa yang

sama dengan air mineral atau hampir dikatakan netral / tidak berasa. Rasa pada

produk secang celup hasil seduhan secara umum menurut panelis memiliki rasa

yang sama dengan minuman kayu secang yang biasa mereka konsumsi. Namun

beberapa panelis memberikan tanggapan terhadap rasa seduhan produk secang

celup A yang berbeda dengan produk secang celup B. Mereka menyatakan bahwa

secang celup B memiliki rasa hasil seduhan yang lebih sepat seperti teh,

dibandingkan dengan secang celup A yang memiliki rasa netral.

Perbedaan rasa seduhan yang timbul dari dua produk secang celup yang

disajikan diduga disebabkan karena adanya pengaruh proses pengeringan terhadap

salah satu produk. Pengeringan menyebabkan terjadinya oksidasi komponen

kimia penyebab rasa sepat pada kayu secang sehingga rasa yang dihasilkan setelah

penyeduhan cenderung netral. Sedangkan untuk produk secang celup yang

dihasilkan dari kayu secang segar hasil panen tanpa proses pengeringan, memiliki

rasa sepat yang diduga berasal dari komponen kimia penyebab rasa yang masih

terikat pada kayu secang. Eksperimen kecil dilakukan terhadap produk secang

celup yang menurut panelis memiliki rasa yang sepat dengan menambahkan

Page 90: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

72

gula pasir yang diaduk secara merata. Panelis menyatakan bahwa dengan

menambahkan gula pasir, rasa yang dihasilkan dari secang celup sama dengan

rasa teh pada umumnya.

Produk secang celup yang dihasilkan pada penelitian kali ini memiliki rasa

yang netral juga diduga karena tidak dipengaruhi oleh bahan tambahan lainnya

seperti produk teh dari kayu secang yang diperdagangkan di Pulau Jawa. Produk

yang telah dipasarkan di Pulau Jawa diproduksi dengan komposisi bahan yang

lebih variatif. Bahannya tidak hanya berasal kayu secang saja tetapi dari bahan

lainnya seperti jahe, kapulaga, daun jeruk purut, cengkeh, dan kayu manis.

Aroma Seduhan

Pada parameter aroma seduhan, dari 30 panelis, 4 panelis menyatakan

sangat suka, 20 panelis menyatakan suka, 3 panelis menyatakan agak suka, dan 3

panelis menyatakan biasa saja untuk produk secang celup A. Sedangkan pada

aroma seduhan produk secang celup B, 3 panelis menyatakan sangat suka, 17

panelis menyatakan suka, 3 panelis menyatakan agak suka, dan 7 panelis

menyatakan biasa saja. Nilai rata-rata parameter aroma seduhan pada produk

secang celup A sebesar 5,833 yang menunjukkan tanggapan suka. Sedangkan

pada produk secang celup B sebesar 5,533 juga menunjukkan tanggapan suka

terhadap produk yang disajikan (Gambar 32).

Tabel 11 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) parameter aroma seduhan produk

secang celup A dan secang celup B

Sumber

keragaman Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F hitung

Model 1968,850a 31 63,511 114,045

Panelis 29,483 29 1,017 1,826

Sampel 1,350 1 1,350 2,424

Error 16,150 29 0,557

Total 1985,000 60

* a. R Squared = ,992 (Adjusted R Squared = ,983)

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 11 menunjukkan nilai F-hitung yang

lebih besar dari F-tabel baik pada taraf 5% maupun 1%. Oleh karena itu dapat

dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk tingkat

kesukaan terhadap parameter aroma seduhan pada produk secang celup A dan

secang celup B. Nilai Adjusted R-squared sebesar 0,983 menunjukkan data-data

Page 91: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

73

aktual hasil uji organoleptik terhadap parameter aroma seduhan kedua produk

mencakup dalam model sebesar 98,3%.

Aroma pada minuman kayu secang yang sering dikonsumsi oleh masyarakat

cenderung netral. Hasil pengujian organoleptik pun menunjukkan bahwa kedua

produk secang celup hasil seduhan secara umum menurut panelis memiliki aroma

yang sama dengan minuman kayu secang yang biasa mereka konsumsi. Tidak ada

perbedaan yang signifikan antara aroma produk secang celup A yang dihasilkan

dari simplisia kayu secang (Sappan Lignum) dengan produk secang celup B yang

dihasilkan dari kayu secang segar tanpa proses pengeringan. Namun, pengujian

kepada panelis tidak terlatih menunjukkan bahwa kedua produk secang celup

dapat diterima dengan baik dengan nilai tingkat penerimaan 6 (suka).

Warna Seduhan

Pada parameter warna seduhan, dari 30 panelis, 13 panelis menyatakan

sangat suka, 14 panelis menyatakan suka, dan 3 panelis menyatakan biasa

saja untuk produk secang celup A. Sedangkan pada warna seduhan produk

secang celup B, 12 panelis menyatakan sangat suka, 13 panelis menyatakan

suka, 3 panelis menyatakan agak suka, dan 2 panelis menyatakan biasa saja.

Nilai rata-rata parameter warna seduhan pada produk secang celup A sebesar

6,233 yang menunjukkan tanggapan suka. Sedangkan pada produk secang

celup B sebesar 6,167 juga menunjukkan tanggapan suka terhadap produk

yang disajikan (Gambar 32).

Tabel 12 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) parameter warna seduhan produk

secang celup A dan secang celup B

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F hitung

Model 2334,067a 31 75,292 121,755

Panelis 27,600 29 0,952 1,539

Sampel 0,067 1 0,067 0,108

Error 17,933 29 0,618

Total 2352,000 60

* a. R Squared = ,992 (Adjusted R Squared = ,984)

Page 92: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

74

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 12 menunjukkan nilai F-hitung yang

lebih besar dari F-tabel baik pada taraf 5% maupun 1%. Oleh karena itu dapat

dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk tingkat

kesukaan terhadap parameter warna seduhan pada produk secang celup A dan

secang celup B. Nilai Adjusted R-squared sebesar 0,984 menunjukkan data-data

aktual hasil uji organoleptik terhadap parameter warna seduhan kedua produk

mencakup dalam model sebesar 98,4%.

Minuman kayu secang yang sering dikonsumsi oleh masyarakat cenderung

berwarna merah muda. Hal ini disebabkan karena pembuatan minuman kayu

secang dengan volume air rebusan yang lebih banyak dibandingkan dengan

volume kayu secang yang digunakan dalam perebusan. Selain itu, penggunaan

kayu secang secara berulang-ulang hingga warna merahnya hilang, menjadi

penyebab warna minuman kayu secang yang dikonsumsi masyarakat kurang

menarik. Penggunaan secara berulang-ulang dilakukan masyarakat untuk

menghemat penggunaan kayu secang mengingat keberadaannya yang sudah

langka untuk diperoleh.

Hasil seduhan pada kedua produk secang celup memiliki warna merah yang

menarik. Para panelis menunjukkan ketertarikan yang cukup tinggi terhadap

warna secang celup ketika pertama kali disajikan. Mereka menganggap warna

tersebut akan memberikan nilai jual (selling point) tersendiri untuk produk secang

celup yang dihasilkan. Warna pada produk kemungkinan disebabkan oleh

pengaruh bahan baku berupa inti kayu secang yang menunjukkan warna merah

ketika selesai dipanen. Warna merah tersebut juga tetap bertahan setelah

proses pengeringan hingga menghasilkan simplisia kayu secang (Sappan Lignum).

Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian tahap II yang memiliki nilai

pengukuran oHue berkisar antara 33,95 - 40,08 (Red).

Beberapa panelis memiliki tanggapan yang berbeda terhadap warna produk

secang celup A dan secang celup B hasil seduhan. Mereka beranggapan bahwa

warna secang celup B yang dihasilkan dari kayu secang segar tanpa pengeringan

lebih pekat dibandingkan dengan warna secang celup A yang dihasilkan dari

simplisia kayu secang (Sappan Lignum). Hal ini diduga disebabkan oleh kadar

Page 93: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

75

brazilin dalam kayu secang yang teroksidasi oleh proses pengeringan dan

membentuk senyawa brazilein yang berwarna merah.

Pada produk secang celup A yang mengalami proses pengeringan dengan

suhu tertentu, diduga telah menimbulkan energi kinetik yang sangat tinggi

sehingga laju degradasi pigmen brazilein pun menjadi besar. Sedangkan pada

produk secang celup B yang walaupun tidak melalui proses pengeringan, namun

kontak dengan sinar matahari juga menyebabkan terjadinya oksidasi brazilin

menjadi brazilein. Kontak dengan sinar matahari yang diusahakan tidak terlalu

lama setelah pemanenan, diduga tidak menyebabkan oksidasi komponen brazilin

secara keseluruhan, dan baru teroksidasi sempurna ketika proses penyeduhan

menggunakan air mendidih (100oC). Brazilin memiliki kestabilan pigmen yang

akan menurun seiring dengan peningkatan pH. Air yang digunakan dalam

penyeduhan yang memiliki pH netral akan menyebabkan degradasi pigmen yang

lebih cepat. Brazilin (C16H14O5) merupakan kristal berwarna kuning, akan tetapi

jika teroksidasi akan menghasilkan senyawa brazilein yang berwarna merah

kecoklatan dan dapat larut dalam air. Brazilin akan cepat membentuk warna

merah jika terkena sinar matahari (Kim et al. 1997 dalam Holinesti, 2007).

Pigmen kayu secang sangat tergantung pada pH. Pada pH 2 dan pH 4 warna

yang muncul adalah kuning, pada pH 5 dan pH 6 warna yang muncul adalah

coklat kemerahan. Sedangkan pada pH 7 akan muncul warna merah keunguan

(Maharani, 2003).

Page 94: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

76

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Bagian batang tanaman secang dengan ukuran besar paling optimum

untuk dipanen. Inti kayu secang untuk pembuatan simplisia diperoleh dengan

terlebih dahulu menghilangkan bagian duri, kulit luar, dan kambium dari

kayu secang hasil panen.

2. Kayu secang dari daerah dataran tinggi (Desa Lonjo’boko, Kecamatan

Malino, Kabupaten Gowa) dengan bentuk potongan stick memiliki

kandungan brazilin paling tinggi sebesar 79,87mg/g.

3. Solusi optimum menggunakan program Design Expert 8.0® untuk proses

pengeringan simplisia kayu secang (Sappan Lignum) adalah suhu

pengeringan 60oC, kecepatan aliran udara 0,78m/s, kelembaban relatif (RH)

sebesar 30%, dan nilai desirability sebesar 0,709.

4. Produk secang celup yang dihasilkan dari simplisia kayu secang

(Sappan Lignum) maupun dari kayu secang segar hasil pemanenan

menunjukkan tingkat penerimaan panelis yang sama yaitu suka terhadap

parameter rasa, aroma, dan warna seduhan.

Saran

Model perlakuan proses pengeringan yang dihasilkan sebagai solusi

optimum pada pengeringan simplisia kayu secang sebaiknya dilanjutkan kepada

tahap verifikasi. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui seberapa jauh ketepatan

model yang dihasilkan terhadap nilai dari respon-respon yang diharapkan.

Kayu secang memiliki manfaat yang besar dalam bidang farmakologi.

Kandungan senyawa metabolit sekundernya seperti brazilin perlu menjadi

perhatian tersendiri ketika pemanenan dan penangan pasca panen kayu secang

karena sifatnya yang tidak stabil terhadap kondisi lingkungan. Untuk

penelitian selanjutnya sebaiknya tidak ada waktu tunggu yang terlalu lama

antara pemanenan sampai pelaksanaan proses pengeringan kayu secang

menjadi simplisia. Selain itu, penggunaan alat panen yakni parang sebaiknya dari

bahan stainless steel yang tidak mengalami korosi. Hal ini dapat menghambat

terjadinya proses oksidasi senyawa brazilin pada kayu secang.

Page 95: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

77

Kayu secang dipercaya memiliki manfaat sebagai bahan pengawet.

Minuman kayu secang yang dikonsumsi oleh masyarakat dan disimpan dengan

inti kayu secang yang tetap berada di dalam minuman tersebut, akan tahan jika

disimpan selama 2 hari tanpa menimbulkan bau tengik. Penelitian lebih lanjut

diharapkan dapat dilakukan untuk mengetahui senyawa-senyawa kimia dalam

kayu secang yang bermanfaat sebagai pengawet tersebut.

Page 96: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

78

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Design expert 7 user’s guide. [e-book]. http://www.statease.com.

23 Maret 2012.

Anonim, 2011a. Detil Data Caesalpinia sappan L. http://www.proseanet.org.

21 September 2011.

Anonim, 2011b. Caesalpinia sappan L. http://docs.google.com. 21 September

2011.

American Society for Testing and Materials. Annual Book of Standard American

Society for Testing and Material. Philadelphia. Race st.

Badan Pusat Statistik. 2011. Luas Lahan Menurut Penggunaan (Land Area by

Utilization) 2009. Katalog BPS : 3311004.

Batubara, Irmanida. et al. 2010. Brazilin Content, Antioxidative and Lipase

Inhibition Effects of Sappandwood (Caesalpinia sappan) from Indonesia.

USA. Journal of Chemistry and Chemical Engineering, ISSN 1934-7375,

Volume 4. No.10 (Serial No.35): 50-55.

British Standard. 1957. Methods of Testing Small Clear Speciemens of Timber

BS 373. Inggris. British Standard.

Budiarso, E. 1997. Pengaruh Kerapatan dan Struktur Anatomi Kayu Terhadap

Sifat Pengeringan Kayu. Frontir No. 21 : 81 – 94. Samarinda. Universitas

Mulawarman.

Chrysanty., Kezhia. 2009. Karateristik Pengeringan Lapisan Tipis dan Mutu

Simplisia Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe). [Skripsi]. Bogor.

Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985. Cara Pembuatan Simplisia.

Hangoluan, Boris Yesaya Manumpak. 2011. Pengembangan Metode Isolasi

Brazilin dari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) [Skripsi]. Bogor.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.

Haryono, J. 1985. Tanaman Obat Indonesia.Direktorat Jendral Pengawasan Obat

dan Makanan. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Hutching, JB. 1999. Food Color and Appearance. 2nd

ed. Gaitersburg: Aspen

Publishing Inc.

Page 97: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

79

Holinesti, Rahmi., 2007. Studi Pemanfaatan Pigmen Brazilein Kayu Secang

(Caesalpinia sappan L.) sebagai Pewarna Alami serta Stabilitasnya

pada Model Pangan. [Tesis]. Bogor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Jokopriyambodo, Wahyu. 2003. Laporan Akhir Penelitian : Standarisasi Tanaman

Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) di Tawangmangu (Penentuan

Umur Panen dan Waktu Tenggang Antara Panen Sampai Proses

Pengeringan). Balai Penelitian Tanaman Obat, Badan Litbang Kesehatan,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Katno, Drs. 1999. Laporan Penelitian Pengaruh Penyimpanan Terhadap Angka

Jamur dan Angka Lempeng Total Tiga Simplisia Nabati. Tawangmangu.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Balai Penelitian Tanaman

Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Lim, D.K., U. Choi, and D.H. Shin. 1997. Antioxidative Activity of Some Solvent

Extract from Caesalpinia sappan Linn. Korean J. Food Sci. Technology.

28(1) : 77-82.

Ma’arif MS, Machfud, Sukron M. 1989. Teknik Optimasi Rekayasa Proses

Pangan. Bogor. PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Maharani, Kartika. 2003. Stabilitas Pigmen Brazilin pada Kayu Secang

(Caesalpinia sappan L.). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian.

Institut Pertanian Bogor.

Materia Medika Indonesia.1977. Jilid I. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Materia Medika Indonesia. 1995. Jilid VI. Jakarta. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Priatni, Ageng., dan Tatik Purwanti. 2007. Kondisi Optimum Ekstraksi Teh

Secang. Jurnal Riset Teknologi Industri Volume 1.No. 1.

Ritrum Center. 2011. Simplisia 1. http://bhumihusadacilacap.blogspot.com.

14 Oktober 2011.

Sanusi, M. 1989. Isolasi dan Identifikasi Zat Warna Kayu Sappang. Balai Industri

Ujung Pandang.

Sastroamidjojo, S. 1997. Obat Rakyat Indonesia. Jakarta. Dian Rakyat.

Sembiring, Bagem Br. 2007. Teknologi Penyiapan Simplisia Terstandar Tanaman

Obat. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (BALITTRO). Warta

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri Volume 13. Nomor 2.

Page 98: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

80

Soetarno, S. & Soediro I. S. 1997. Standarisasi Mutu Simplisia dan Ekstrak Bahan

Obat Tradisional. Bandung. Jurusan Farmasi FMIPA ITB dalam Buku

Peringatan 50 Tahun Pendidikan Farmasi ITB.

Sucipto., Tito. 2009. Pengeringan Kayu Secara Umum. Departemen Kehutanan.

Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Sudarmadji, Slamet., Bambang Haryono, Suhardi. 1997. Analisa Bahan Makanan

dan Pertanian. Yogyakarta. Liberty.

Suhartati, T. 1983. Isolasi Zat Warna dari Tumbuhan Caesalpinia sappan Linn.

[Skripsi]. Bandung. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Bandung.

Sukaton, Edi,. 1999. Analisis Kandungan Zat Ekstraktif yang Larut Dalam Air

Dingin, Air Panas dan NaOH 1% dari Kayu Karet (Hevea brasiliensis

Muell. Arg) Bagian Batang dan Cabang. Frontir No. 26 : 0216 – 1516.

Samarinda. Universitas Mulawarman.

Sundari, D., Widowati. L., Winarno, MW. 1998. Informasi Khasiat, Keamanan

dan Fitokimia dan Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.). Warta

Tumbuhan Obat Indonesia 4(3) : 1-3.

Susilo., Eliana. 2011. Optimasi Formula Minuman Fungsional Berbasis Kunyit

(Curcuma domestica Val.), Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.), dan Jahe

(Zingiber officinale var. Amarum) dengan Metode Desain Campuran

(Mixture Design). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut

Pertanian Bogor.

Sutjipto, Drs. 1995. Penelitian Pengeringan Tiga Bahan Tanaman Obat yang

Mengandung Minyak Atsiri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi.

Tawangmangu. Balai Penelitian Tanaman Obat. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).

Yogyakarta. Gadjah Mada Univesity Press.

Wicaksono, Britanto Dani., Enos Tangke Arung, Ferry Sandra. 2008. Aktivitas

Antikanker dari Kayu Secang. Artikel CDK 162/Vol.35 No.3/Mei-Juni.

Winarno, F.G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Page 99: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

81

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji kadar brazilin kayu secang (mg/g) berdasarkan pengaruh

jenis dataran dan bentuk potongan

Perlakuan Ulangan Total

Rata-

rata Dataran Potongan 1 2 3

Tinggi

Gelondongan 79,00 77,14 78,69 234,83 78,28

Stick 79,42 80,96 79,25 239,63 79,88

Serutan 66,79 69,36 62,64 198,79 66,26

Rendah

Gelondongan 27,66 28,38 28,17 84,21 28,07

Stick 51,70 52,94 52,96 157,6 52,53

Serutan 8,40 7,96 7,35 23,71 7,90

Lampiran 2 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis potongan terhadap kadar

brazilin kayu secang

Potongan N Subset

1 2 3

3 6 37,0833

1 6 53,1733

2 6 66,2050

Sig, 1,000 1,000 1,000

Page 100: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

82

Lampiran 3 Rekapitulasi data uji kadar air rancangan perlakuan proses

pengeringan Kode

Sampel Ulangan Berat Awal Berat Akhir

Kadar Air

(%BK) Rata-Rata

1 A 1,2104 1,103 9,737

9,669 B 0,8779 0,801 9,600

2 A 2,6885 2,448 9,824

9,213 B 0,7461 0,687 8,603

3 A 1,0771 0,98 9,908

9,339 B 1,2106 1,113 8,769

4 A 0,7686 0,713 7,798

8,506 B 1,7485 1,601 9,213

5 A 1,1912 1,1 8,291

9,089 B 2,4384 2,219 9,887

6 A 1,8236 1,686 8,161

8,147 B 1,1754 1,087 8,132

7 A 1,3529 1,238 9,281

9,542 B 1,0541 0,96 9,802

8 A 2,109 1,924 9,615

9,491 B 1,5191 1,389 9,366

9 A 1,135 1,047 8,405

9,070 B 1,5791 1,439 9,736

10 A 1,3859 1,27 9,126

9,077 B 1,0434 0,957 9,028

11 A 0,8188 0,746 9,759

9,840 B 0,8453 0,769 9,922

12 A 1,4773 1,355 9,026

8,751 B 0,8537 0,787 8,475

13 A 1,9052 1,75 8,869

9,221 B 1,5702 1,433 9,574

14 A 1,7668 1,615 9,399

9,265 B 1,5071 1,381 9,131

15 A 1,3726 1,26 8,937

8,955 B 1,8166 1,667 8,974

Page 101: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

83

Lampiran 4 Rekapitulasi data uji susut pengeringan rancangan perlakuan proses pengeringan

Kode

Sampel Ulangan

Berat

Sampel (gr)

Berat Petri Kosong (gr) Berat petri kosong + simplisia (gr) (menit ke-) Susut

Pengeringan (%) Rata-rata

0 Menit 30 menit 0 30 60 90 120 150 180

1 A 10,0169 105,578 105,5704 115,5616 115,3749 115,2986 115,2473 115,1966 115,1688 - 3,9315

4,6862 B 10,0058 103,6348 103,6271 113,605 113,3583 113,2100 113,1364 113,0914 113,0621 - 5,4410

2 A 10,0131 100,2126 100,2133 110,1944 110,0242 109,9679 109,8742 109,8159 109,7747 - 4,2049

4,6668 B 10,0044 103,5684 103,5599 113,5449 113,3567 113,1906 113,117 113,0554 113,0328 - 5,1287

3 A 10,041 98,9869 98,9764 109,4548 109,2528 109,1231 109,0579 108,9867 108,945 - 4,8652 4,7646

B 10,0266 100,2179 100,2076 110,229 110,0214 109,8668 109,8257 109,788 109,7616 - 4,6640

4 A 10,0236 103,6384 103,6316 113,6267 113,4956 113,4118 113,322 113,2658 113,2389 - 3,8799

4,5465 B 10,0062 105,58 105,5704 115,5643 115,2887 115,1857 115,1193 115,0669 115,0433 - 5,2132

5 A 10,0126 100,9051 100,8969 110,8883 110,7441 110,6603 110,6203 110,5847 110,5487 - 3,3989

3,2443 B 10,0156 99,0644 99,0563 109,0478 108,9671 108,9232 108,859 108,7836 108,7391 - 3,0896

6 A 10,0163 102,7975 102,791 112,7788 112,6222 112,5335 112,475 112,4418 112,4175 - 3,6174

4,3529 B 10,0056 100,4374 100,4298 110,4211 110,1926 110,07 110,0022 109,9497 109,9127 - 5,0884

7 A 10,0126 103,5685 103,5617 113,5453 113,3799 113,3082 113,1971 113,1725 113,1518 - 3,9415

4,4936 B 10,0085 99,062 99,0555 109,0443 108,7995 108,6817 108,6045 108,5786 108,5403 - 5,0457

8 A 10,0152 104,4614 104,4605 114,4324 114,2295 114,1491 114,076 114,0466 114,0163 - 4,1727

4,6767 B 10,0068 104,4677 104,4596 114,4583 114,2583 114,1418 114,0424 113,9739 113,9403 - 5,1807

9 A 10,0051 102,7705 102,7586 112,7466 112,4704 112,4077 112,3523 112,3018 112,2508 - 4,9640

5,5148 B 10,0033 98,7682 98,7567 108,7327 108,3506 108,246 108,2002 108,1578 108,1276 - 6,0656

10 A 10,0304 99,7231 99,7167 109,7284 109,5695 109,5065 109,4386 109,4032 109,3741 - 3,5389

4,4631 B 10,0038 100,9034 100,8955 110,8802 110,6447 110,4857 110,448 110,3804 110,3423 - 5,3872

11 A 10,0135 98,9879 98,9807 108,9328 108,7514 108,6538 108,5618 108,5514 108,4648 - 4,7025

5,1349 B 10,0048 104,2606 104,2498 114,2296 113,9762 113,9011 113,8069 113,7285 113,674 - 5,5672

12 A 10,0119 104,2598 104,2577 114,241 114,115 114,0355 113,9775 113,9261 113,8993 - 3,4227

4,5804 B 10,0056 100,4128 100,4075 110,3953 110,0938 109,9852 109,8876 109,8223 109,8222 - 5,7380

13 A 10,0185 98,7675 98,7641 108,7496 108,5835 108,5299 108,4639 108,4218 108,3732 - 3,7695

3,5392 B 10,0236 102,77 102,7623 112,7535 112,6485 112,5786 112,5205 112,4553 112,4229 - 3,3089

Page 102: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

84

Lampiran 4 Rekapitulasi data uji susut pengeringan rancangan perlakuan proses pengeringan (lanjutan)

14 A 10,022 100,4179 100,4102 110,4084 110,2646 110,1963 110,102 110,0616 110,0305 - 3,7797

4,4028 B 10,0044 99,7201 99,7123 109,6984 109,5209 109,3572 109,3087 109,2351 109,1965 - 5,0260

15 A 10,0149 100,4387 100,4302 110,4025 110,2102 110,164 110,0925 110,0366 110,0009 - 4,0272

4,7250 B 10,0067 102,7959 102,7898 112,7847 112,6069 112,418 112,3533 112,2901 112,2427 - 5,4228

Page 103: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

85

Lampiran 5 Rekapitulasi data uji warna rancangan perlakuan proses pengeringan

Kode

Sampel Ulangan L a b

Rata-rata oHue

L a b

1 A 35,4 16,19 12,42

34,74 18,37 13,865 37,04 B 34,08 20,55 15,31

2 A 34,94 18,55 13,28

34,52 19,03 13,26 34,87 B 34,1 19,51 13,24

3 A 34,29 17,34 11,38

32,815 15,59 10,545 34,07 B 31,34 13,84 9,71

4 A 33,17 15,64 12,44

35,85 16,48 13,87 40,88 B 38,53 17,32 15,3

5 A 33,19 20,8 11,95

30,915 17,33 13,04 36,96 B 28,64 13,86 10,47

6 A 35,21 22,53 15,55

35,47 20,265 15,56 37,52 B 35,73 18 15,57

7 A 31,9 16,95 13,48

33,71 18,86 14,965 38,43 B 35,52 20,77 16,45

8 A 35,18 15,95 13,36

37,005 18,1 16,21 41,85 B 38,83 20,25 19,06

9 A 31,84 15,34 10,39

31,955 16,18 10,895 33,95 B 32,07 17,02 11,4

10 A 34,44 17,55 14,41

33,29 17,245 13,145 37,32 B 32,14 16,94 11,88

11 A 34,61 19,94 14,15

34,655 18,585 13,59 36,18 B 34,7 17,23 13,03

12 A 33,71 19,01 14,39

32,93 16,995 13,17 37,77 B 32,15 14,98 11,95

13 A 34,6 19,55 14,13

33,74 18,03 12,845 35,47 B 32,88 16,51 11,56

14 A 34,99 19,9 13,99

35,9 19,695 14,5 36,36 B 36,81 19,49 15,01

15 A 36,95 23,25 16,39

34,4 20,22 14,955 36,49 B 31,85 17,19 13,52

Page 104: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

86

Lampiran 6 Rekapitulasi data uji kadar brazilin rancangan perlakuan proses

pengeringan

Kode Sampel Berat serbuk simplisia (gr) Kadar brazilin (mg/g)

F1 10,0268 0,84

F2 10,0202 0,90

F3 10,0259 0,87

F4 10,0261 0,93

F5 10,0184 1,84

F6 10,0245 3,60

F7 10,0196 1,31

F8 10,0163 0,80

F9 10,0237 1,06

F10 10,0219 1,20

F11 10,0183 1,72

F12 10,027 3,61

F13 10,0254 2,16

F14 10,0265 1,25

F15 10,017 5,29

Page 105: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

87

Lampiran 7 Kromatogram KCKT rancangan perlakuan proses pengeringan dengan

(a) suhu 60oC, kecepatan aliran udara 0,78m/s, RH 45%, dan (b) standar

brazilin pada kayu secang

(a)

(b)

Page 106: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

88

Lampiran 8 ANOVA dan persamaan polinomial respon susut pengeringan

Response 2 SusutPengeringan

ANOVA for Response Surface Mean Model

Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]

Sum of Mean F p-value

Source Squares df Square Value Prob > F Model 0,000 0

Residual 4,18 14 0,30

Lack of Fit 4,18 12 0,35 129,83 0,0077 significant Pure Error 5,363E-003 2 2,681E-003

Cor Total 4,18 14

Std, Dev, 0,55 R-Squared 0,0000

Mean 4,52 Adj R-Squared 0,0000

C,V, % 12,09 Pred R-Squared -0,1480

PRESS 4,80 Adeq Precision

Final Equation in Terms of Actual Factors:

SusutPengeringan =

+4,51945

Page 107: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

89

Lampiran 9 ANOVA dan persamaan polinomial respon kadar brazilin

Response 3 Brazilin

ANOVA for Response Surface Reduced Quadratic Model

Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]

Sum of Mean F p-value

Source Squares df Square Value Prob > F Model 15,06 3 5,02 5,77 0,0127 significant

A-Suhu 2,68 1 2,68 3,08 0,1070

B-Kecepatan 4,61 1 4,61 5,29 0,0420 A2 7,77 1 7,77 8,94 0,0123

Residual 9,57 11 0,87

Lack of Fit 9,57 9 1,06 1181,07 0,0008 significant Pure Error 1,800E-003 2 9,000E-004

Cor Total 24,63 14

Std, Dev, 0,93 R-Squared 0,6115

Mean 1,83 Adj R-Squared 0,5055

C,V, % 51,10 Pred R-Squared 0,1685

PRESS 20,48 Adeq Precision 7,349

Final Equation in Terms of Actual Factors:

Brazilin =

+41,95925

-1,38516 * Suhu

-8,92647 * Kecepatan

+0,014430 * Suhu2

Page 108: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

90

Lampiran 10 ANOVA dan persamaan polinomial respon L

Response 4 L

ANOVA for Response Surface Mean Model

Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]

Sum of Mean F p-value

Source Squares df Square Value Prob > F

Model 0,000 0

Residual 37,42 14 2,67

Lack of Fit 34,92 12 2,91 2,33 0,3398 not significant

Pure Error 2,50 2 1,25

Cor Total 37,42 14

Std, Dev, 1,63 R-Squared 0,0000

Mean 34,40 Adj R-Squared 0,0000

C,V, % 4,75 Pred R-Squared -0,1480

PRESS 42,96 Adeq Precision

Final Equation in Terms of Actual Factors:

L =

+34,39533

Page 109: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

91

Lampiran 11 ANOVA dan persamaan polinomial respon oHue

Response 7 Hue

ANOVA for Response Surface Mean Model

Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]

Sum of Mean F p-value

Source Squares df Square Value Prob > F Model 0,000 0

Residual 48,55 14 3,47

Lack of Fit 45,98 12 3,83 2,98 0,2789 not significant

Pure Error 2,57 2 1,29

Cor Total 48,55 14

Std, Dev, 1,86 R-Squared 0,0000

Mean 37,28 Adj R-Squared 0,0000

C,V, % 5,00 Pred R-Squared -0,1480

PRESS 55,73 Adeq Precision

Final Equation in Terms of Actual Factors:

Hue =

+37,28200

Page 110: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

92

Lampiran 12 ANOVA dan persamaan polinomial respon lama pengeringan

Response 8 Lama Pengeringan

ANOVA for Response Surface Reduced 2FI Model

Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]

Sum of Mean F p-value

Source Squares df Square Value Prob > F

Model 1,828E+006 4 4,570E+005 7,35 0,0050 significant

A-Suhu 3,081E+005 1 3,081E+005 4,95 0,0502

B-Kecepatan 1,985E+005 1 1,985E+005 3,19 0,1044 C-RH 4,095E+005 1 4,095E+005 6,58 0,0281

AB 9,120E+005 1 9,120E+005 14,66 0,0033

Residual 6,220E+005 10 62199,33 Lack of Fit 4,870E+005 8 60874,17 0,90 0,6242 not significant

Pure Error 1,350E+005 2 67500,00

Cor Total 2,450E+006 14

Std, Dev, 249,40 R-Squared 0,7461

Mean 1042,67 Adj R-Squared 0,6446

C,V, % 23,92 Pred R-Squared 0,2792

PRESS 1,766E+006 Adeq Precision 9,358

Final Equation in Terms of Actual Factors:

Lama Pengeringan =

+25281,78431

-466,30147 * Suhu

-29941,17647 * Kecepatan

+15,08333 * RH

+561,76471 * Suhu * Kecepatan

Page 111: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

93

Lampiran 13 Rekapitulasi data running perlakuan proses pengeringan untuk

mendapatkan rancangan optimum

Suhu Kecepatan RH

60 0,86 30

40 0,95 45

60 0,86 60 40 0,86 30

40 0,86 60

50 0,78 30 40 0,78 45

50 0,95 60

50 0,86 45 60 0,78 45

50 0,95 30

60 0,95 45

50 0,78 60 50 0,82 57

60 0,90 36

58 0,92 41 59 0,85 58

57 0,88 54

47 0,85 51 51 0,93 41

48 0,85 47

48 0,92 40

59 0,93 34 43 0,92 39

60 0,78 49

58 0,83 59 56 0,93 49

56 0,80 52

47 0,94 40

54 0,81 54 53 0,81 40

56 0,92 32

54 0,92 31 56 0,88 34

59 0,79 59

43 0,89 43 46 0,92 53

53 0,91 38

53 0,87 35

45 0,91 39 56 0,80 36

60 0,86 35

54 0,79 43

Page 112: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

94

Lampiran 14 Solusi rancangan perlakuan proses pengeringan optimum yang dihasilkan dalam tahapan optimasi

Number Suhu Kecepatan RH SusutPengeringan Brazilin L o

Hue Lama Pengeringan Desirability

(oC) (m/s) (%) (%) (mg/g) (menit)

1 60 0,78 30 4,5195 3,84 34,40 37,282 692,672 0,709 Selected

2 60 0,78 30 4,5195 3,84 34,40 37,282 699,88 0,707

3 60 0,78 30 4,5195 3,83 34,40 37,282 697,054 0,706 4 60 0,78 32 4,5195 3,84 34,40 37,282 715,563 0,702

5 60 0,78 33 4,5195 3,84 34,40 37,282 731,515 0,697

6 60 0,78 34 4,5195 3,84 34,40 37,282 751,392 0,690 7 60 0,78 34 4,5195 3,82 34,40 37,282 753,205 0,688

8 60 0,78 36 4,5195 3,84 34,40 37,282 786,536 0,679

9 60 0,79 30 4,5195 3,71 34,40 37,282 746,789 0,676

10 60 0,78 39 4,5195 3,84 34,40 37,282 835,112 0,662 11 60 0,78 41 4,5195 3,84 34,40 37,282 854,242 0,656

12 60 0,78 43 4,5195 3,84 34,40 37,282 893,151 0,642

13 60 0,81 30 4,5195 3,56 34,40 37,282 808,091 0,637 14 60 0,78 45 4,5195 3,84 34,40 37,282 924,239 0,631

15 60 0,78 46 4,5195 3,84 34,40 37,282 938,062 0,626

16 60 0,78 48 4,5195 3,84 34,40 37,282 965,28 0,616 17 60 0,82 30 4,5195 3,45 34,40 37,282 856,37 0,607

18 60 0,78 52 4,5195 3,84 34,40 37,282 1023,45 0,594

19 60 0,85 30 4,5195 3,24 34,40 37,282 943,135 0,553

20 60 0,86 30 4,5195 3,16 34,40 37,282 979,106 0,531 21 60 0,87 30 4,5195 3,02 34,40 37,282 1035,75 0,495

22 40 0,84 30 4,5195 2,14 34,40 37,282 803,913 0,427

23 40 0,84 30 4,5195 2,17 34,40 37,282 826,475 0,427 24 40 0,84 30 4,5195 2,14 34,40 37,282 803,595 0,427

25 40 0,83 30 4,5195 2,24 34,40 37,282 889,3 0,425

26 40 0,84 30 4,5195 2,15 34,40 37,282 820,249 0,425

27 40 0,85 32 4,5195 2,07 34,40 37,282 765,679 0,422 28 40 0,84 38 4,5195 2,13 34,40 37,282 912,903 0,402

29 40 0,78 30 4,5195 2,66 34,40 37,282 1240,29 0,381

Page 113: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

95

Lampiran 15 Simplisia kayu secang (Sappan Lignum) sebagai hasil dari proses

pengeringan

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

Perlakuan 4 Perlakuan 5 Perlakuan 6

Perlakuan 7 Perlakuan 8 Perlakuan 9

Perlakuan 10 Perlakuan 11 Perlakuan 12

Page 114: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

96

Lampiran 15 Simplisia kayu secang (Sappan Lignum) sebagai hasil dari proses

pengeringan (lanjutan)

Perlakuan 13 Perlakuan 14 Perlakuan 15

Page 115: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

97

Lampiran 16 Formulir pengujian organoleptik (hedonic test)

Nama Panelis :

Tanggal Penyajian :

Produk : Secang Celup

Petunjuk :

1. Amatilah Rasa Seduhan, Aroma Seduhan, dan Warna Seduhan serta keseluruhan

penampakan dari masing-masing sampel yang ada di hadapan anda,

2. Nyatakan penilaian Anda pada kolom yang tersedia dengan memberikan

tanda (√),

3. Cicipilah setiap sampel yang ada dan nyatakanlah penilaian Anda. Setelah

pencicipan satu sampel, netralkan mulut Anda dengan air,

4. Penilaian sampel dilakukan dengan cara mencicipi satu per satu sampel

kemudian nyatakanlah penilaian Anda,

Parameter Penilaian Kode Sampel

Secang Celup A Secang Celup B

Rasa seduhan

Sangat suka

Suka

Agak suka

Biasa saja

Agak tidak suka

Tidak suka

Sangat tidak suka

Aroma seduhan

Sangat suka

Suka

Agak suka

Biasa saja

Agak tidak suka

Tidak suka

Sangat tidak suka

Warna seduhan

Sangat suka

Suka

Agak suka

Biasa saja

Agak tidak suka

Tidak suka

Sangat tidak suka

Page 116: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

98

Lampiran 17 Hasil uji organoletik (hedonic test) produk Secang Celup dari simplisia kayu secang (secang celup A) dan kayu secang

segar hasil pemanenan (secang celup B)

No Nama Panelis Usia Pendidikan

Terakhir Pekerjaan Suku

Rasa Aroma Warna

A B A B A B

1 Hj. Saing 52 SMA Petani Makassar 7 4 6 4 6 4

2 Nurmiati 42 SMP Petani Makassar 4 6 4 6 4 6

3 Dg. Siba 70 - Petani Makassar 6 4 6 4 4 6

4 Rismawati 22 S1 Guru Makassar 4 6 6 4 4 6

5 Syamsiah 48 SD Petani Makassar 6 4 6 4 6 6

6 Lukman 50 S1 PNS Makassar 7 6 6 5 7 6

7 Muliyati 25 SMP Petani Makassar 6 4 6 4 6 6

8 Baharuddin 30 SD Petani Makassar 4 6 5 6 6 6

9 Muslina 37 SMA IRT Makassar 6 6 6 6 7 7

10 Rahmatia 62 SD IRT Makassar 7 6 6 6 7 7

11 Dg. Situru 37 SMA Wiraswasta Makassar 5 5 6 6 7 7

12 Dg. Bajia 98 - IRT Makassar 6 6 6 6 7 7

13 Syamsuddin 56 SMA Sekdes Makassar 7 6 6 7 7 7

14 Hj. Lumawati 61 SMA IRT Makassar 7 7 6 6 7 7

15 Dg. Mati 87 - IRT Makassar 6 6 6 6 7 7

16 Rachmawati, S,Sos 28 S1 Manajer LKM Makassar 5 6 7 6 6 6

17 Murlindah, S,Pi 29 S1 Pegawai Swasta Makassar 5 5 4 4 7 7

18 Ma'niah Dg. Kebo' 60 SD IRT Makassar 6 4 4 4 7 4

19 Muis Dg. Rumbu 42 SMA Wiraswasta Makassar 4 4 5 5 6 6

20 Nurhayati, SP 46 S1 PNS Bugis 6 6 7 7 7 7

21 Dg. Mansyur 54 SD Petani Makassar 6 6 6 6 6 7

22 Dg. Rossi 50 SD IRT Makassar 6 7 6 7 6 7

23 Suriyani 33 SMP IRT Makassar 5 6 5 6 6 5

Page 117: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

99

Lampiran 17 Hasil uji organoleptik (hedonic test) produk Secang Celup dari simplisia kayu secang hasil pengeringan

(secang celup A) dan kayu secang segar hasil pemanenan (secang celup B) (lanjutan)

24 Ismail, S,Pi 50 S1 PNS Makassar 7 6 7 6 7 5

25 Andi Sappe 47 S1 PNS Bugis 6 6 6 6 6 5

26 Mintje 52 S1 PNS Bugis 6 5 7 5 7 6

27 Rabainah 83 - Petani Makassar 4 6 6 6 6 6

28 Mariati Dg. Ratang 63 SD IRT Makassar 5 6 6 6 6 6

29 Nuhun Dg. Sese 63 SD Petani Makassar 6 7 6 6 6 7

30 Hj. Hartati 46 SMA IRT Bugis 5 6 6 6 6 6

Rata-Rata 5,667 5,600 5,833 5,533 6,233 6,167

Keterangan :

1 = Sangat tidak suka

2 = Tidak suka

3 = Agak tidak suka

4 = Biasa saja

5 = Agak suka

6 = Suka

7 = Sangat suka

Page 118: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

100

Lampiran 18 Gambar alat yang digunakan dalam penelitian

Gambar 33 Mesin pengering berakuisisi tampak depan

Gambar 34 Flow controller mesin pengering berakuisisi

Display LCD

Ruang

terkondisi

Saklar

Timbangan

digital

Humidifier

Flow Controller

Page 119: Optimasi Proses Pengeringan Simplisia Kayu Secang (Sappan ... · Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum ... hasil optimasi meliputi pengujian, susut

101

Lampiran 18 Gambar alat yang digunakan dalam penelitian (lanjutan)

Gambar 35 Anemometer

Gambar 36 Cutting mill