optimasi dosis inokulum spora scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/skripsi tanpa bab...

51
OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare UNTUK PERTUMBUHAN SEMAI MAHONI (Swietenia macrophylla) (Skripsi) Oleh Siti Suprehatin FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: doankhanh

Post on 04-Aug-2019

246 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORAScleroderma columnare UNTUK PERTUMBUHAN SEMAI MAHONI

(Swietenia macrophylla)

(Skripsi)

Oleh

Siti Suprehatin

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

Siti Suprehatin

ABSTRAK

OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare UNTUKPERTUMBUHAN SEMAI MAHONI (Swietenia macrophylla)

Oleh

SITI SUPREHATIN

Kebutuhan bahan baku industri perkayuan di Indonesia semakin meningkat

sementara produktivitas hutan tanaman sebagai penghasil kayu menurun. Mahoni

sebagai salah satu jenis tanaman cepat tumbuh memiliki potensi untuk

dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan kayu nasional. Salah satu cara

meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah dengan pemberian mikoriza. Tujuan

dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemberian ektomikoriza dan

mendapatkan dosis spora S. columnare yang optimal untuk meningkatkan

pertumbuhan bibit mahoni. Penelitian ini dirancang menggunakan rancangan

acak lengkap dengan 4 perlakuan pemberian inokulum spora S. columnare yang

terdiri dari dosis 0 ml/polybag, 10 ml/polybag, 20 ml/polybag, dan 30

ml/polybag. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan setiap unit percobaan

menggunakan 5 tanaman. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah

pertambahan tinggi, pertambahan diameter, jumlah daun, persentase kolonisasi,

panjang akar, dan berat kering total. Data dianalisis menggunakan uji bartlet,

Page 3: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

Siti Suprehatinanalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil

Penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulum spora S. columnare tidak

meningkatkan pertumbuhan tanaman mahoni karena hanya menghasilkan

persentase kolonisasi yang rendah yaitu <1%, sehingga tidak didapatkan dosis

inokulasi yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman mahoni.

Kata kunci : ektomikoriza, inokulum, mahoni, scleroderma.

Page 4: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

Siti Suprehatin

ABSTRACT

DOSE OPTIMIZATION OF Scleroderma columnare SPORE INOCULUMFOR THE GROWTH OF MACROPHYLLA (Swietenia macrophylla)

SEEDLINGS

By

SITI SUPREHATIN

Raw materials need for timber industry in Indonesia tend to increas while

contrarily the timber production was decreasing. Mahogany as one of fast-

growing tree that has the potency to be developed in order to meet national timber

needs. One of the way to improve tree growth was by inoculating mycorrhiza.

The purpose of the study were analyzed the effect of ectomycorrhizae inoculation

and to figure out the optimal S. columnare dose in order to increase the growth of

mahogany seedlings. The study was designed in a completely randomized design

of 4 treatments of S. columnare inoculation dose consisting of 0 ml/polybag, 10

ml/polybag, 20 ml/polybag, and 30 ml/polybag. Each treatment was repeated 5

times and each experimental unit used 5 plants. The parameters observed in the

study were height increase, increase in diameter, number of leaves, a percentage

of colonization, root length, and total dry weight. Bartlet test, variance analysis

and Least Significant Difference (LSD) were employed as the data analysis

method. The results showed that S. columnare inoculation could not increase the

Page 5: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

Siti Suprehatingrowth of mahogany seedlings. The ectomycorrhizae colonization rate was very

low (<1%).

Keywords : ectomycorrhiza, inoculum, mahagony, scleroderma.

Page 6: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnareUNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN

BIBIT MAHONI (Swietenia macrophylla)

Oleh

SITI SUPREHATIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 7: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan
Page 8: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan
Page 9: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

Tabel halaman

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Selatan, pada tanggal 2 Februari

1995, sebagai anak kelima dari lima bersaudara, dari Bapak M.

Muhaji dan Ibu Supriati. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan

pendidikan Sekolah Dasar di SDN 2 Bumi Restu, Sekolah

Menengah Pertama di SMPN 3 Palas pada tahun 2010, dan

Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Kalianda pada tahun 2013.

Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung malalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN) Undangan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten

dosen Silvikultur dan Klimatologi Pertanian, serta aktif di organisasi Himpunan

Mahasiswa Kehutanan (Himasylva) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas

Pertanian Universitas Lampung. Pada tahun 2016, penulis melakukan kegiatan Praktik

Umum (PU) di RPH Banjarnegara BKPH Purworejo KPH Kedu Selatan Perum

Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Pada tahun 2016 juga, penulis melakukan

kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kedondong Kecamatan Kedondong

Kabupaten Pesawaran, Lampung.

Page 10: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

Karya sederhana ini ku persembahkan untuk bapak dan ibu ku serta kakak-kakakku yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi.

Page 11: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

iii

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan shalawat serta salam

disampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, atas berkat dan rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Optimasi Dosis Inokulum Spora

Scleroderma columnare Untuk Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia Macrophylla)”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan pada Jurusan

Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam menyusun penulisan skripsi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan

kepada beberapa pihak sebagai berikut :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing kesatu sekaligus

Ketua Jurusan Kehutanan atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, kritik,

dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku dosen pembimbing kedua atas kesediaannya

memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P. selaku dosen penguji utama atas arahan, saran dan

kritik yang telah diberikan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

Page 12: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

iii

5. Ibu Rusita, S.Hut., M.Si.. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

saran dan nasihat.

6. Segenap Dosen Jurusan Kehutanan yang telah memberikan ilmu pengetahuan

bidang kehutanan dan menempa diri bagi penulis selama menuntut ilmu di

Universitas Lampung.

7. Bapak Ibu penulis yaitu Bapak M. Muhaji dan Ibu Supriati yang selalu

memberikan doa, semangat, kasih sayang serta dukungan moril maupun materil

hingga penulis dapat meniti langkah sejauh ini.

8. Saudara-saudaraku angkatan 2013, abang dan mbak angkatan 2009 sampai

2012 dan adik-adik kehutanan Universitas Lampung.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu

dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi.

Bandar Lampung, Desember 2018

Siti Suprehatin

Page 13: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

iv

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL .................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1A. Latar Belakang ................................................................................ 1B. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3C. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3D. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8A. Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla) .................................... 8

1. Sistematika Tanaman .................................................................. 82. Deskripsi Tanaman...................................................................... 93. Kegunaan Tanaman..................................................................... 9

B. Mikoriza ......................................................................................... 101. Pengertian Mikoriza .................................................................... 102. Pengelompokkan Mikoriza ......................................................... 113. Manfaat Mikoriza ........................................................................ 124. Inokulasi Ektomikoriza ............................................................... 135. Spora Scleroderma columnare .................................................... 13

C. Peran Media Tanam ....................................................................... 14

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 16A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 16B. Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 16C. Rancangan Penelitian ...................................................................... 16D. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 18

1. Persiapan Media Tanam ............................................................. 182. Persiapan Semai ......................................................................... 193. Persiapan Inokulum Spora S. columnare .................................... 203. Aplikasi S. Columnare pada akar mahoni .................................. 22

E. Pengumpulan Data........................................................................... 231. Pertambahan Tinggi .................................................................... 232. Pertambahan Diameter ................................................................ 24

Page 14: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

v

............................................................................................... Halaman3. Jumlah Daun................................................................................ 244. Luas Daun ................................................................................... 245. Panjang Akar ............................................................................... 246. Kolonisasi Ektomikoriza ............................................................. 247. Berat Kering Akar dan Tajuk ...................................................... 25

F. Analisis Data ................................................................................... 261. Homogenitas Ragam .................................................................. 262. Analisis Ragam ........................................................................... 263. Uji Beda Nyata Terkecil.............................................................. 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 30A. Hasil Penelitian ............................................................................... 30B. Pembahasan ..................................................................................... 32

VI. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 36A. Simpulan ........................................................................................ 36B. Saran................................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 37

LAMPIRAN .............................................................................................. 43Gambar 7-12 ............................................................................................... 43Tabel 5-27 .................................................................................................. 46

Page 15: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

Tabel Halaman

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1. Analisis Ragam..................................................................................... 26

2. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam ..................................................... 29

3. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil ............................................................ 30

4. Rekapitulasi hasil pengamatan pertumbuhan tanaman ....................... 31

5. Analisis Data parameter persentase kolonisasi .................................... 45

6. Uji Bartlet Persentase kolonisasi ......................................................... 45

7. Analisis Ragam persentase kolonisasi ................................................. 46

8. Uji BNT persentase kolonisasi ............................................................ 47

9. Data Parameter Luas Daun .................................................................. 47

10. Uji Bartlet Luas Daun ....................................................................... 48

11. Analisis Ragam Luas Daun ............................................................... 48

12. Hasil Uji BNT luas daun ................................................................... 49

13. Data Parameter Tinggi ...................................................................... 50

14. Uji Bartlet parameter tinggi .............................................................. 50

15. Analisis Ragam parameter tinggi ...................................................... 51

16. Data Parameter diameter ................................................................... 52

17. Uji Bartlet Parameter diameter ......................................................... 52

18. Analisis ragam parameter diameter ................................................... 53

19. Data parameter jumlah daun ............................................................. 54

Page 16: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

Tabel Halaman

vii

20. Uji Bartlett jumlah daun .................................................................... 54

21. Analisis ragam jumlah daun .............................................................. 55

22. Data parameter panjang akar ............................................................. 56

23. Uji bartlet panjang akar ..................................................................... 56

24. Analisis ragam panjang akar ............................................................. 57

25. Data Parameter Berat Kering Total ................................................... 58

26. Uji Bartlet Berat kering total ............................................................. 58

27. Analisis ragam berat kering total ...................................................... 59

Page 17: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran ....................................................... 6

2. Persiapan Media tanam ...................................................................... 18

3. Persiapan Semai Mahoni.................................................................... 19

4. Persiapan Suspensi Spora S. columnare. ........................................... 20

5. Pencampuran menggunakan Shaker Rotator . ................................... 20

6. Inokulasi spora S. Columnare .......................................................... 21

7. Inokulasi spora S. Columnare ke bibit mahoni .................................. 21

8. Kenampakan akar bermikoriza ......................................................... 41

9. Kenampakan daun tanaman yang tidak berektomikoriza .................. 41

10. Kenampakan daun tanaman yang berektomikoriza ........................... 42

11. Sterilisasi media tanam ...................................................................... 42

12. Penyapihan bibit mahoni ................................................................... 43

13. Objek Penelitian ................................................................................ 43

Page 18: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat menyebabkan

semakin tingginya permintaan produk hasil hutan yang digunakan secara luas di

masyarakat, sehingga industri perkayuan sangat membutuhkan bahan baku untuk

memenuhi permintaan konsumen (Yudhistira, 2012). Menurut Suryandari (2008)

permintaan kayu bulat di Indonesia diperkirakan mencapai hampir 10 juta m3 per

tahun, tingginya permintaan tersebut menyebabkan defisit aktual saat ini. Kondisi

tersebut, membuat tekanan terhadap hutan alam terus meningkat, sehingga perlu

dimanfaatkan dan digali dari potensi sumber-sumber lainnya seperti hutan tanaman

(Amrullah, 2013).

Pembangunan hutan tanaman memerlukan pertimbangan mengenai jenis tanaman

yang akan dikembangkan yaitu jenis-jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing

species) (Annadira dkk., 2014). Menurut Majasari dkk. (2013) ada beberapa

tanaman yang cepat tumbuh yang digunakan untuk pembangunan hutan tanaman,

salah satunya adalah tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King.). Mahoni

menghasilkan kayu yang baik untuk pertukangan, kayu gubalnya berwarna merah

muda sedangkan kayu terasnya berwarna merah hingga coklat tua. Kayu mahoni

termasuk kelas awet III, kelas kuat II-III yang digunakan untuk venir, kayu lapis,

Page 19: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

2meubel, panil, perkapalan, kayu perkakas, kerajinan patung atau ukiran dan lain

sebagainya (Martawijaya dkk., 1981).

Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan bibit adalah penggunaan

pupuk hayati. Pupuk hayati (biofertilizer) adalah bahan penyubur tanah yang

mengandung mikroba hidup atau sel hidup yang berfungsi untuk meningkatkan

kemampuan akar tanaman menyerap unsur-unsur hara dari dalam tanah guna

mendukung pertumbuhan tanaman (Mohammadi dan Sohrabi, 2012; Amutha dkk.,

2014). Salah satu pupuk hayati yang dapat dijadikan sebagai alternatif

peningkatan pertumbuhan bibit adalah mikoriza. Fungi mikoriza dapat

bersimbiosis dengan akar tanaman dan mempunyai peranan yang penting dalam

pertumbuhan tanaman. Peranan tersebut diantaranya adalah meningkatkan

serapan fosfor (P) dan unsur hara lainnya, seperti N, K, Zn, Co, S dan Mo dari

dalam tanah, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, memperbaiki agregat

tanah, meningkatkan pertumbuhan mikroba tanah yang bermanfaat bagi

pertumbuhan tanaman inang serta sebagai pelindung tanaman dari infeksi

patogen akar (Suharno dan Santoso, 2005).

Berdasarkan atas terbentuk atau tidak terbentuknya selubung jalinan hifa pada

akar, maka pada umumnya mikoriza dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu

ektomikoriza, endomikoriza dan ektendomikoriza (Baker dan Bass, 1979).

Ektomikoriza merupakan struktur yang terbentuk karena adanya asosiasi fungi

mikoriza dengan akar tanaman, sehingga pada permukaan akar terbentuk mantel

dan hifa eksternal fungi (Smith dan Read, 2008). Beberapa teknik inokulasi

mikoriza adalah teknik inokulasi tanah, anakan yang bermikoriza, akar yang

Page 20: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

3bermikoriza, biakan murni miselia, suspensi spora, kapsul mikoriza dan tablet

mikoriza (Setiadi dkk., 1992).

Menurut Rinaldi dkk. (2008) spesies fungi pembentuk ektomikoriza terdapat pada

genus Lactarius, Laccaria, Pisolithus, Boletus, Suillus, Rhizopogon, dan

Scleroderma yang bersimbiosis dengan berbagai jenis pohon maupun tumbuhan

berkayu. Berdasarkan penelitian Herdina dkk. (2013) penambahan S. columnare

dapat meningkatkan pertumbuhan semai mahoni. Namun belum diketahui dosis

penambahan S. columnare yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan bibit

tanaman mahoni, sehingga dilakukan penelitian mengenai dosis inokulum spora

yang tepat untuk meningkatkan kolonisasi ektomikoriza dan meningkatkan

pertumbuhan semai mahoni.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis pengaruh pemberian ektomikoriza pada pertumbuhan bibit mahoni.

2. Mendapatkan dosis S. columnare yang optimal untuk meningkatkan

pertumbuhan bibit mahoni.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi dunia usaha dan

masyarakat ilmiah mengenai dosis inokulum spora untuk meningkatkan

kolonisasi ektomikoriza pada bibit mahoni sehingga dapat dijadikan sebagai

rujukan dalam pengadaan bibit yang berkualitas untuk pembangunan hutan

Page 21: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

4tanaman. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian-

penelitian serupa selanjutnya.

D. Kerangka Pemikiran

Fungi mikoriza merupakan fungi obligat, dimana kelangsungan hidupnya

bergantung terhadap asosiasinya dengan akar tanaman (Talanca dan Adnan, 2005).

Secara umum tanaman yang diinangi oleh fungi mikoriza memiliki pertumbuhan

yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang tidak berasosiasi dengan

mikoriza. Menurut Brundrett, (2009), asosiasi antara fungi mikoriza dengan

tanaman inang merupakan hubungan simbiosis mutualisme yang bermanfaat bagi

keduanya, yaitu fungi mikoriza memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula

sederhana (glukosa) dan karbon (C) dari tumbuhan, sebaliknya fungi melalui hifa

eksternal yang terdistribusi di dalam tanah dapat menyalurkan air, mineral dan hara

tanah untuk membantu aktivitas metabolisme tumbuhan inangnya.

Salah satu tanaman yang dapat bersimbiosis dengan mikoriza adalah mahoni.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa tanaman mahoni hanya dapat

bersimbiosis dengan endomikoriza (Simamora dkk., 2015; Lisda dkk., 2016;

Nurmalasari, 2009) tetapi terdapat satu penelitian yang menyatakan bahwa

mahoni dapat berasosiasi dengan ektomikoriza (Herdina dkk., 2013).

Ektomikoriza adalah fungi yang hifanya hanya sampai pada bagian epidermis

akar pertumbuhan dan atau tidak sampai menembus ke dalam korteks akar.

Fungi ektomikoriza bersimbiosis dengan pohon-pohon hutan tertentu saja, seperti

pohon-pohon yang termasuk dalam keluarga meranti, pinus, dan eukaliptus

Page 22: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

5(Sitepu dkk., 2010). Sedangkan endomikoriza adalah fungi yang hifanya sampai

menembus ke korteks akar serta dapat berasosiasi dengan hampir 90% jenis

tanaman dimana tiap jenis tanaman dapat juga berasosiasi dengan satu atau lebih

jenis endomikoriza. Tetapi tidak semua jenis tumbuhan dapat memberikan

respon pertumbuhan positif terhadap inokulasi mikoriza (Brundrett, 2004).

Beberapa penelitian menujukkan bahwa inokulasi Spora S. columnare dengan

dosis 20 ml/polybag merupakan dosis yang tepat untuk meningkatkan

pertumbuhan tanaman (Handayani dkk., 2018; Febriani dkk., 2018 dan Kusuma,

dkk., 2018). Herdina dkk. (2013) menyatakan bahwa penambahan inokulum

spora S. columnare dengan dosis 2 tablet per tanaman menunjukan tanaman

mahoni dapat terkolonisasi ektomikoriza sebesar 4 %, persen kolonisasi ini

tergolong sangat rendah. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai dosis

inokulum spora S. columnare yang optimal untuk meningkatkan persen akar

terkolonisasi dan meningkatkan pertumbuhan bibit mahoni. Diagram alir

kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 23: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

6

Gambar 1. Diagram alir kerangka penelitian.

Mikoriza

Ektendomikoriza

Ektomikoriza

Endomikoriza

Bibit mahoni

Belum ada laporan

Efektif dengan inokulumtablet mikoriza

Efektif dengansemua inokulum

Uji inokulum lain

Inoukulu tabletInokulum sporaInokulum tanah

Inokulasi pada mahoni

Dibersihkan dandioven

Di ekstrak dari tubuhbuah

Dosis optimumpertumbuhan bibit

Pengaruh inokulasiterhadap pertumbuhan

bibit

Dosis efektif untukmenginokulasi bibit

mahoni

Produksi bibit mahoni

Page 24: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

7E. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Inokulasi S. columnare dapat meningkatkan pertumbuhan bibit mahoni.

b. Dosis inokulum S. columnare yang efektif untuk meningkatkan

pertumbuhan bibit mahoni adalah 20 ml/polybag.

Page 25: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King.)

1. Sistematika tanaman

Tanaman mahoni merupakan salah satu tanaman yang dianjurkan untuk

pengembangan HTI (Hutan Tanaman Industri). Mahoni dalam klasifikasinya

termasuk family Meliaceae. Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu: S.

macrophylla (mahoni daun lebar) dan S. mahagoni (mahoni daun sempit).

Kedudukan mahoni dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut (Suhono

dan TIM LIPI, 2010).

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Meliaceae

Genus : Swietenia

Spesies : Swietenia macrophylla King.

Di Indonesia biasa dikenal dengan nama mahoni atau biasa disebut dengan

mahagoni, maoni atau moni (Prasetyono, 2012). Di Bengali dinamakan (Bara

mahauni, Bara-mahagoni, Mahagni), di Belanda dinamakan (Mahonie,

Page 26: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

9mahok), di Jerman dinamakan (Echtes mahagoni), di Italia dinamakan

(Mogano), di Malaysia dinamakan (Cheria mahogany), di Portugis dinamakan

(Mogno) dan biasa dikenal dengan nama Mahogany (Orwa dkk., 2009).

2. Deskripsi tanaman

Tanaman mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras yang biasanya

dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk dibuat perabot rumah tangga

serta barang ukiran. Pohon mahoni dapat tumbuh liar di hutan jati atau tempat-

tempat lain yang dekat dengan pantai dan biasanya ditanam di pinggir jalan

sebagai pohon pelindung (Prasetyono, 2012). Tanaman ini berasal dari

Hindia Barat dan dapat tumbuh subur bila ditanam di pasir payau dekat

dengan pantai. Pohon tahunan ini memiliki tinggi 5-25 m, memiliki akar

tunggang, berbatang bulat, banyak cabang dan kayunya bergetah. Daun pohon

mahoni termasuk daun majemuk menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat

telur, ujung dan pangkalnya runcing, tepi daun rata, bentuk tulang daun

menyirip yang dapat mencapai panjang 3-15 cm. Daun yang masih muda akan

berwarna merah dan lama kelamaan akan berwarna hijau.

3. Kegunaan tanaman

Tanaman mahoni telah digunakan di Asia dan banyak negara lain untuk

mengobati berbagai macam penyakit diantaranya dapat digunakan sebagai

antimikroba, anti-inflamasi, efek antioksidan, antimutagenik, antikanker,

antitumor, dan antidiabetes. Hampir semua bagian tanaman dari tanaman

Page 27: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

10mahoni dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai

macam penyakit pada manusia. Buah dari tanaman mahoni ini telah digunakan

secara komersial sebagai produk untuk perawatan kesehatan untuk

memperlancar sirkulasi darah dan perawatan kulit. Biji dari tanaman mahoni

dapat digunakan secara signifikan untuk pengobatan, di Malaysia biji mahoni

telah digunakan secara tradisional untuk mengobati hipertensi, diabetes, dan

sebagai anti-inflamasi. Di Indonesia biji mahoni telah digunakan sebagai obat

tradisional untuk pengobatan diabetes, hipertensi, dan malaria (Mustika, 2010).

B. Mikoriza

1. Pengertian mikoriza

Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti “fungi akar”

(mykos = miko= fungi dan rhiza = akar ) atau “fungi tanah” karena hifa dan

sporanya selalu berada di tanah terutama di areal rhizosfer tanaman (Smith

and Read, 2008). Asosiasi antara fungi mikoriza dengan tanaman inang

merupakan hubungan simbiosis mutualisme (Simanungkalit dan Riyanti,

2003; Brundrett dkk., 2008). Simbiosis tersebut bermanfaat bagi keduanya,

yaitu fungi mikoriza memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana

(glukosa) dan karbon (C) dari tumbuhan, sebaliknya fungi melalui hifa

eksternal yang terdistribusi di dalam tanah dapat menyalurkan air, mineral

dan hara tanah untuk membantu aktivitas metabolisme tumbuhan inangnya

(Brundrett dkk., 1996; Smith dan Read, 2010).

Page 28: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

112. Pengelompokkan mikoriza

Berdasarkan struktur dan cara fungi menginfeksi akar, mikoriza dapat

dikelompokkan ke dalam tiga tipe yaitu ektomikoriza, endomikoriza dan

ektendomikoriza. Jenis ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang

terkena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa

menjorok ke luar dan berfungsi sebagai alat yang efektif dalam menyerap unsur

hara dan air. Hifa fungi tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang di

antara dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk struktur seperti pada

jaringan hartiq (Diagne dkk., 2013; Dighton, 2016).

Saat ini diketahui terdapat 7 tipe mikoriza yaitu (1) arbuskular mikoriza, (2)

ektomikoriza, (3) ektendomikoriza, (4) arbutoid mikoriza, (5) monotropoid

mikoriza, (6) ericoid mikoriza, dan (7) orchid mikoriza. Pembagian ini didasarkan

pada karakter-karakter (1) ada/tidaknya septa; (2) intraseluler kolonisasi (3)

keberadaan mantel dan Hartig net serta (4) acrophyl (Smith dan Read,

2008). Fungi ektomikoriza umumnya dari golongan Basidiomisetes dan

Askomisetes. Beberapa genera fungi Basidiomisetes pembentuk ektomikoriza di

antaranya adalah Amanita, Boletellus, Boletinus, Boletus, Pisolithus, Scleroderma,

Suillus, Russula, dan Laccaria (Brundrett dkk., 1996).

Ektomikoriza merupakan asosiasi dari fungi golongan Basidiomycetes dan

lainnya yang membentuk bengkalan pada akar lateral pendek yang diselubungi

oleh mantel hifa. Pada akar terdapat suspensi hartig yaitu hifa yang mengitari

sel epidermis atau korteks. Jenis tanaman yang diketahui mampu berasosiasi

Page 29: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

12dengan ektomikoriza antara lain Dipterocarpaceae, Eucaliptus, dan Pinus

(Soegiharto dkk., 2010).

3. Manfaat mikoriza

Sebagai mikroorganisme tanah, fungi mikoriza menjadi kunci dalam

memfasilitasi penyerapan unsur hara oleh tanaman (Agustini dkk., 2009). Peran

mikoriza adalah membantu penyerapan unsur hara tanaman, peningkatan

pertumbuhan dan hasil produk tanaman. Mikoriza meningkatkan pertumbuhan

tanaman pada tingkat kesuburan tanah yang rendah, lahan terdegradasi dan

membantu memperluas fungsi perakaran dalam memperoleh nutrisi (Garg dan

Chandel, 2010). Secara khusus, fungi mikoriza berperan penting dalam

meningkatkan penyerapan ion dengan tingkat mobilitas rendah, seperti fosfat

(PO43-) dan amonium (NH4+) (Suharno dan Sancayaningsih, 2013) dan unsur

hara tanah yang relatif immobil lain seperti belerang (S), tembaga (Cu) dan juga

Boron (B). Mikoriza juga meningkatkan luas permukaan kontak dengan tanah,

sehingga meningkatkan daerah penyerapan akar hingga 47 kali lipat. Mikoriza

tidak hanya meningkatkan laju transfer nutrisi di akar tanaman inang, tetapi juga

meningkatkan ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik (Smith dan Read,

2008). Mikoriza mampu membantu mempertahankan stabilitas pertumbuhan

tanaman pada kondisi tercemar (Khan dkk., 2005).

Page 30: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

134. Inokulasi ektomikoriza

Inokulasi ektomikoriza dapat dilakukan menggunakan tujuh macam sumber

inokulum, yaitu ektomikoriza tanah (tanah yang bermikoriza), ektomikoriza

semai (semai yang terinokulasi), suspensi miselium, akar yang sudah terinfeksi

ektomikoriza, suspensi ektomikoriza, ektomikoriza dalam kapsul, dan tablet

yang berektomikoriza (De La Cruz, 1991). Menurut Kuswanto (1990),

inokulasi mikoriza dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu inokulum tanah,

inokulum spora dan inokulum miselia. Teknik inokulasi dengan menggunakan

tanah di bawah tegakan yang bermikoriza masih banyak digunakan karena

mempunyai keuntungan yaitu penyebaran infeksi cepat merata. Menurut

Indriyanto (2008) inokulasi mikoriza dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

inokulasi secara alami (inokulasi menggunakan inokulum tanah), membuat

persemaian di bawah tegakan inang yang bermikoriza, menanam pohon induk

(mother trees) bermikoriza dan inokulasi secara buatan (penggunaan suspensi

spora, penggunaan spora pada sistem irigasi, penggunaan tablet spora,

penggunaan kapsul spora dan inokulasi dengan miselium).

5. Spora Scleroderma columnare

Spora merupakan sumber inokulum yang dapat dikembangkan dengan berbagai

teknik yang ada. Fungi ektomikoriza Gasteromycetes seperti anggota genus

Rhizopogon, Scleroderma dan Pisolithus, mampu memproduksi spora yang

melimpah dalam tubuh buahnya.

Page 31: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

14Spora terbentuk pada ujung hifa eksternal, spora ini dapat dibentuk secara tunggal,

berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung pada jenis funginya.

Perkecambahan spora sangat sensitif tergantung pada lingkungan seperti pH,

temperatur dan kelembaban tanah. Spora dapat hidup di dalam tanah sampai

beberapa tahun. Namun untuk perkembangan, mikoriza memerlukan tanaman

inang. Spora dapat disimpan dalam waktu yang lama sebelum digunakan lagi

(Mosse dkk., 1981). Ukuran spora fungi yaitu sekitar >35 sampai >500 μm.

Karena ukurannya yang cukup besar, maka spora ini dapat dengan mudah diisolasi

dari dalam tanah dengan menyaringnya (Simanungkalit dan Riyanti, 2003).

Sumber : Riniarti (2010)

Gambar 2. Tubuh buah S. columnare.

C. Peran Media Tanam

Media tanam merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting untuk

pertumbuhan agar tanaman mendapat unsur hara dan air. Media tanam yang

Page 32: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

15memenuhi syarat sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Jenis dan sifat media tanam berperan dalam ketersediaan unsur hara

dan air sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Perbedaan karakteristik media adalah dalam hal kandungan unsur hara dan

daya mengikat air yang tercermin pada porositas, kelembaban, dan aerasi

(Hardjanti, 2005).

Menurut Fahmi (2014), media tanam yang baik digunakan adalah yang

memiliki tekstur kasar, berpasir, dengan kapasitas tukar kation yang tinggi

yang mampu mengurangi tersedianya fosfor (P). Pasir merupakan tanah yang

berukuran antara 2 mm-50 μm. Pasir mempunyai luas permukaan yang kecil

sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Selain itu, pasir juga

mempunyai tekstur yang kasar sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat

dibentuk bola dan gulungan (Hardjowigeno, 1992). Pasir telah digunakan

secara luas sebagai media perakaran stek karena media ini relatif murah,

mudah tersedia dan bersih. Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga

membutuhkan frekuensi penyiraman yang lebih tinggi. Penggunaan tunggal

tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak

memberikan hasil yang baik (Benu dkk., 2016).

Page 33: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

17

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

Lampung. Pengukuran luas daun dilaksanakan di Laboratorium Lapang

Terpadu dan analisis akar terkolonisasi dilaksanakan di Laboratorium Hama

Penyakit Tanaman. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017

sampai dengan Maret 2018.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai mahoni berumur 2

bulan, media tanam berupa pasir, air, aquades, larutan tween 80, dan spora S.

columnare yang telah disimpan selama 1 tahun. Sedangkan alat yang digunakan

adalah mikroskop stereo, shaker rotator, leaf area meter, tabung erlenmeyer,

timbangan digital, kamera, kalifer, petridis, oven, alat suntik ukuran 20 cc/ml,

pipet tetes, gunting, dan mistar.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4

perlakuan inokulum spora, 5 ulangan, serta 5 tanaman tiap unit percobaan

Page 34: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

18sehingga keseluruhan tanaman yang dibutuhkan berjumlah 100 satuan

percobaan. Perlakuan dosis inokulum spora yang diterapkan adalah : tanpa

inokulum (P1), inokulum spora dengan dosis 10 ml/polibag (P2), inokulum spora

dengan dosis 20 ml/polibag (P3) dan inokulum spora dengan dosis 30 ml/polibag

(P4).

Tata letak setiap satuan percobaan dapat dilihat pada Gambar 3. Penentuan tata

letak dilakukan menggunakan sistem undian sehingga setiap satuan percobaan

mempunyai peluang letak yang sama.

Gambar 3. Rancangan tata letak percobaan.Keterangan :

P1U1 = perlakuan P0(tanpa mikoriza) pada ulangan ke – 1P1U1 = perlakuan P0(tanpa mikoriza) pada ulangan ke – 2P1U2 = perlakuan P0(tanpa mikoriza) pada ulangan ke – 3P1U3 = perlakuan P0(tanpa mikoriza) pada ulangan ke – 4P1U4 = perlakuan P0(tanpa mikoriza) pada ulangan ke – 5P2U1 = perlakuan P1(inokulum spora dosis 10 ml) pada ulangan ke – 1P2U2 = perlakuan P1(inokulum spora dosis 10 ml) pada ulangan ke – 2P2U3 = perlakuan P1(inokulum spora dosis 10 ml) pada ulangan ke – 3P2U4 =perlakuan P1(inokulum spora dosis 10 ml) pada ulangan ke – 4P2U5 = perlakuan P1(inokulum spora dosis 10 ml) pada ulangan ke – 5P3U1 = perlakuan P2(inokulum spora dosis 20 ml) pada ulangan ke – 1P3U2 = perlakuan P2(inokulum spora dosis 20 ml) pada ulangan ke – 2P3U3 = perlakuan P2(inokulum spora dosis 20 ml) pada ulangan ke – 3P3U4 = perlakuan P2(inokulum spora dosis 20 ml) pada ulangan ke – 4

P4U1P2U1P1U1 P2U2 P3U1

P2U2 P1U2 P5U2 P5U1 P4U2

P4U3 P3U3 P1U3 P2U3 P5U3

P3U4 P4U4 P2U4 P1U4 P5U4

P2U5 P3U5 P5U5 P4U5 P1U5

Page 35: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

19P3U5 = perlakuan P2(inokulum spora dosis 20 ml) pada ulangan ke – 5P4U1 = perlakuan P3(inokulum spora dosis 30 ml) pada ulangan ke – 1P4U2 = perlakuan P3(inokulum spora dosis 30 ml) pada ulangan ke – 2P4U3 = perlakuan P3(inokulum spora dosis 30 ml) pada ulangan ke – 3P4U4 = perlakuan P3(inokulum spora dosis 30 ml) pada ulangan ke – 4P4U5 = perlakuan P3(inokulum spora dosis 30 ml) pada ulangan ke – 5

Menurut (Hanafiah, 2011), model matematika dari Rancangan Acak Lengkap

dosis inokulum spora terhadap kolonisasi dan pertumbuhan semai mahoni adalah

sebagai berikut.

Ŷ = µ + τ + ε

Keterangan: Ŷ = Hasil pengamatanµ = Nilai tengah umumτ = Pengaruh pemberian dosis inokulumε = Pengaruh galat percobaan.

D. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Persiapan media tanam

Media tanam yang digunakan berupa pasir. Persiapan media tanam

dimulai dengan sterilisasi. Pasir dijemur di bawah sinar matahari langsung

selama 7 jam. Penjemuran dimaksudkan untuk mematikan mikroorganisme

yang memiliki kemungkinan dapat mengkontaminasi media tanam. Media

tersebut dimasukkan ke dalam polibag bening kemudian dilapisi dengan

polibag warna hitam, hal tersebut dimaksudkan untuk memonitor

keberadaan akar bermikoriza. Media tanam yang siap digunakan dapat

dilihat pada Gambar 4.

Page 36: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

20

Gambar 4. Media tanam yang digunakan.

2. Persiapan semai

Benih Mahoni yang digunakan berasal dari pohon mahoni yang tumbuh di

Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung, benih tersebut diunduh

sendiri pada tanggal 25 Juli 2017. Benih yang telah didapat kemudian

disemaikan menggunakan pasir sebagai media tumbuh selama 2 bulan. Setelah

semai berumur 2 bulan, dilakukan penyapihan dengan menyeleksi semai yang

baik (bebas dari hama dan penyakit) dan seragam tingginya (pertumbuhannya

normal. Kemudian semai dipindahkan ke polybag yang berukuran 29 cm x 14

cm x 19 cm yang telah berisi media tanam. Pemeliharaan tanaman yang

dilakukan meliputi, penyiraman yang dilakukan setiap hari dan pengendalian

gulma dilakukan secara manual. Mahoni yang telah disemaikan dapat dilihat

pada Gambar 5.

Page 37: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

21

Gambar 5. Persiapan semai mahoni.

3. Persiapan inokulum spora S. columnare

Inokulum yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spora yang berasal dari

bawah tegakan Dipterocarpaceae. Spora ini telah dismpan selama 1 tahun.

Bahan dan alat pembuatan suspensi spora dapat dilihat pada Gambar 6.

Inokulum spora S. columnare yang digunakan berupa suspensi yang diperoleh

dengan mencampurkan 1,5 gr spora ke dalam 1000 ml aquades dan ditambahkan

6 tetes larutan tween dalam tabung erlenmeyer 1000 ml. Tabung erlenmeyer

tersebut diletakkan pada shaker rotator selama ±2 jam agar spora dan air

tercampur rata (Gambar 7). Spora yang telah tercampur dapat dilihat

menggunakan mikroskop stereo, kenampakan spora dapat dilihat pada

Gambar 8.

Page 38: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

22

Gambar 6. Bahan suspensi spora S. columnare.

Gambar 7. Pencampuran menggunakan Shaker rotator.

Page 39: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

23

Gambar 8. Kenampakan spora S. columnare.

4. Aplikasi S. columnare pada akar mahoni

Inokulasi S. columnare dengan tanaman mahoni dilakukan pada sore hari.

Inokulasi ini menggunakan spuit ukuran 20 cc/ml dengan menyuntikkan

suspensi spora S. columnare pada daerah perakaran mahoni (Gambar 9).

Sebelum diinokulasikan dengan fungi ektomikoriza, media tanam dijenuhi

air terlebih dahulu dan tidak disiram selama 1x24 jam. Aplikasi

dilaksanakan dari dosis terkecil sampai terbesar. Setelah diinokulasi selama

tiga hari bibit tidak disiram untuk mencegah tercucinya inokulum (Riniarti,

2010).

Page 40: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

24

Gambar 9. Inokulasi spora ke bibit mahoni.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa data primer. Data

primer didapatkan dari pengamatan langsung yang meliputi tinggi bibit, diameter

bibit, jumlah daun, panjang akar, persen kolonisasi ektomikoriza, luas daun, berat

kering akar, berat kering pucuk, dan berat kering total.

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah.

1. Pertambahan tinggi (cm)

Pengukuran tinggi dimulai dari kolet sampai dengan buku-buku batang

(nodus) teratas dengan menggunakan mistar. Kolet adalah daerah perbatasan

antara hipokotil dan akar semai. Pada umumnya kolet merupakan tempat

letaknya kotiledon. Pengukuran dilakukan satu bulan sekali selama penelitian.

Page 41: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

252. Pertambahan diameter (mm)

Diameter batang diukur dari kolet dengan menggunakan kaliper digital.

Pengukuran dilakukan setiap bulan selama penelitian.

3. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung pada akhir penelitian. Daun yang dihitung adalah

daun yang telah terbuka.

4. Luas daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu

Universitas Lampung dengan menggunakan Leaf area meter tipe LI-3100C.

Pengukuran dilakukan setelah akhir penelitian. Daun dipotong terlebih dahulu

dari tangkainya kemudian dimasukkan ke alat Leaf area meter satu persatu

dengan satu tanaman satu kali pengukuran.

5. Panjang akar (cm)

Panjang akar diukur dari akar teratas sampai dengan akar terpanjang

dengan menggunakan benang mengikuti bentuk akar dan kemudian benang

diukur dengan mistar 30 cm. Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.

6. Kolonisasi ektomikoriza

Pengamatan kolonisasi dilakukan secara langsung terhadap akar yang

terkolonisasi S. columnare dengan metode Gridline Intersection Method

(Brundett dkk., 1996). Sebelum dilakukan penghitungan akar dicuci

bersih dengan air mengalir secara perlahan, setelah itu akar dipotong-

potong sepanjang 1 cm yang kemudian disebar di atas petridis yang telah

Page 42: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

26dibuat gridline 1 cm x 1 cm secara acak tanpa menghitung jumlah akar

yang disebar. Jumlah akar yang terkolonisasi dihitung secara langsung di

bawah mikroskop stereo pada garis vertikal dan horizontal gridline

petridis. Akar terkolonisasi memiliki ciri yaitu akar berwarna putih susu

dan akar lebih tebal dibandingkan dengan yang tidak terkolonisasi serta

terdapat hifa baik di akar atau di media semai. Pengamatan kolonisasi

ektomikoriza dilakukan pada akhir penelitian. Perhitungan persen

kolonisasi menggunakan rumus:

Σ kolonisasi ektomikoriza% akar terkolonisasi = x 100%

Σ akar yang diamati

7. Berat kering akar (BKA) dan berat kering tajuk (BKT) (gram)

Berat kering akar dan berat kering tajuk didapatkan pada akhir penelitian.

Bagian tajuk dan akar dipisahkan dengan cara memotong tanaman pada

bagian kolet tanaman. Kemudian kedua bagian tersebut dioven dengan suhu

80oC sampai beratnya konstan. Setelah beratnya konstan ditimbang dengan

menggunakan neraca digital. Bobot kering tajuk mencerminkan pertumbuhan

dan perkembangan tanaman mahoni.

F. Analisis Data

Data yang didapat dalam penelitian kemudian dianalisis menggunakan beberapa

cara, yaitu.

Page 43: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

271. Homogenitas ragam

Homogenitas ragam diuji menggunakan uji Bartlett, dan hasil perhitungannya

disajikan ke dalam bentuk tabel (Gaspersz, 1994).

X2 hitung terkoreksi = X2 hitung

K

X2 hitung = (ln 10) {B – ( Σ db log Si2 )ℎ= ∑( − 1)

B = (log ) Σ( − 1)K = 1 + ( ) ∑ ( ) − ( )Jika X2 hitung >X2

tabel, maka data yang diperoleh tidak homogen, sehingga

perlu dilakukan transformasi data, sedangkan jika X2 hitung ≤ X2tabel, maka

ragam homogen dan dilanjutkan dengan uji sidik ragam.

2. Analisis ragam

Untuk menguji analisis ragam data akan terlebih dahulu melalui uji

homogenitas ragam. Menurut Gaspersz (1994), homogenitas ragam diuji

menggunakan uji Bartlett dan disajikan dengan prosedur sebagai berikut.

1. Varians gabungan dari seluruh sampel (S2)

Si2P1 = – S2 =

∑{( ) }∑( )2. Harga Satuan (B)

B = (log )∑( − 1)χ2 = (ln 10) − ∑( − 1) log

Page 44: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

283. Faktor Koreksi (K)

K = 1 + ( ) ∑ − ∑( )χ2 hitung terkoreksi =

χ2 tabel = χ2 (1 − )( − 1)Keterangan:S2 : ragam gabunganSi

2 : ragam masing-masing perlakuanχ2 : khi kuadrat (lihat tabel)ln 10 : 2,3026t : banyaknya perlakuann : banyaknya ulangan

Kriteria pengujian adalah jika X2hitung > X2

tabel, maka data yang diperoleh tidak

homogen, sehingga perlu dilakukan transformasi data. Jika X2hitung < X2

tabel.

Setelah didapatkan data dengan keragaman yang homogen, maka analisis data

dapat dilanjutkan dengan analisis ragam. Analisis ragam dilakukan untuk menguji

hipotesis tentang faktor perlakuan terhadap keragaman data hasil percobaan.

Menurut Hanafiah (2011) analisis sidik ragam dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis ragam

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

Perlakuan t-1= V1 JKP JKP/ V1 KTP/KTG F(V1,V2)Galat (r x t-1)-(t-1) = V2 JKG JKG/ V2

Total r x t-1 JKT

FK =

JKP = - FK

JKT = T(Yij2) - FK

JKG = JKT - JKP

Page 45: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

29Keterangan:SK : Sumber KeragamanDB : Derajat BebasJK : Jumlah KuadratJKP : Jumlah Kuadrat PerlakuanJKG : Jumlah Kuadrat GalatJKT : Jumlah Kuadrat TotalKT : Kuadrat TengahKTP : Kuadrat Tengah PerlakuanKTG : Kuadrat Tengah Galatt : Jumlah perlakuan yang terdapat pada penelitianr : Jumlah ulangan yang terdapat pada penelitianTA : Total hasil pengamatan perlakuan seluruh perlakuanYij : Hasil pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Setelah dilakukan penelitian paling tidak terdapat satu perlakuan yang memberikan

pengaruh nyata terhadap bibit mahoni, oleh karena itu untuk mengetahui perlakuan

yang memberikan pengaruh nyata tersebut dilakukan uji lanjut BNT. Perhitungan

dilakukan pada taraf nyata 5%. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

BNT = tα/2(v).Sd

Keterangan :tα/2(v) = nilai baku student pada taraf uji α dan derajat bebas galatSd = 2 /

Page 46: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Inokulasi S. columnare pada berbagai dosis yang telah diuji coba ternyata

tidak meningkatkan pertumbuhan bibit mahoni.

2. Tidak ada dosis S. columnare yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan

bibit mahoni.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah pemberian

ektomikoriza pada bibit mahoni tidak dianjurkan karena tidak mampu

meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Page 47: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

36

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, V., Sufaati, S. dan Suharno, S. 2009. Mycorrhizal association ofterrestrial orchids of cycloops nature reserve, jayapura. BiodiversitasJournal of Biological Diversity. 10(4): 175-180.

Amrullah, R. 2013. Konflik kewenangan antara penyidik polri dan polhut dalamrangka penanggulangan tindak pidana pencurian kayu. Jurnal IlmuHukum. 15(2): 183-196.

Amutha, R., Karunakaran, S., Dhanasekaran, S., Hemalatha, K., Monika, R.,Shanmugapriya, P. dan Sornalatha., T. 2014. Isolation and massproduction of biofertilizer (azotobacter and phosphobacter). InternationalJournal Latest Res Sci Technol. 3(1): 79-81.

Annadira, A., Yusran, Y. dan Irmasari, I. 2014. Pengaruh beberapa inokulumspesies fungi mikoriza arbuskular terhadap pertumbuhan semai jabon(anthocephalus cadamba roxb). Jurnal Warta Rimba. 2(1): 1-8.

Baker, R. J. dan Bass, R. A. 1979. Evolutionary relationship of thebrachyphyllinae to the glossophagine genera glossophaga andmonophyllus. Journal of Mammalogy. 60(2): 364-372.

Benu, D., Sukarno, A. dan Sulastri, S. 2016. Pengaruh media tanam terhadappertumbuhan semai cendana (santalum album linn). Jurnal Hortikultura. 1(1): 13-16 hlm.

Brundet, C, M. 2009. Mycorrhyzal association an other mean of nutrition of vascularplants understanding the global diversity of host plast by resolving conflictinginformation and developing reliable means of diagnosis. Jurnal Plant Soil.(320): 37-77.

Brundet, C. M. 2008. Mycorrhizal associations. The web resources.www.mycorrhizaeinfo/vam.html#gves. Diakses pada tanggal 26 Juli 2018.

Brundet, M., Boughter, N., Dell, B., Grove, T. dan Malajcjuk, N. 1996.Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. Buku. AustralianCentre for International Agricultural Research. Canberra. 374 hlm.

Page 48: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

37Brundet, M. 2004. Diversity and classification of mycorrhyzal associations.

Bilogical review. 79(3) : 473-495.

De la Cruz, R. 1981. Mycorrhizae Indispensable Allies In Forest Regenation.Buku. SEAMEO-BIOTROP. 302 hlm.

Diagne, N., Thioulouse, J., Sanguin, H., Prin, Y., Krasova-Wade, T., Sylla, S. danDuponnois, R. 2013. Ectomycorrhizal diversity enhances growth andnitrogen fixation of acacia mangium seedlings. Soil Biology andBiochemistry. 57: 468–476.

Dighton, J. 2016. Fungi in Ecosystem Processes Vol. 31. Buku. CRC Press.361 hlm.

Fahmi, Z. 2014. Media tanam sebagai faktor eksternal yang mempengaruhipertumbuhan tanaman. Retrieved for http ://ditjenbun.pertanian.go.iddiakses pada tanggal 28 September 2018.

Febriani, W., Riniarti, M. dan Surnayanti. 2018. Penggunaan berbagai mediatanam dan ektomikoriza untuk meningkatkan kolonisasi dan pertumbuhanshorea javanica. Jurnal Sylva Lestari. 5 (3) : 87-94 .

Garg, N. dan Chandel, S. 2010. Arbuscular mycorrhizal networks: process andfunctions. A review.Agronomy Journal for Sustainable Development. 30(3):581-599.

Gusmiaty., Restu, M. dan Lestari, A. 2012. Pengaruh inokulan alami(ektomikoriza) terhadap pertumbuhan semai tengkawang (shorea pinanga).Jurnal Parennial. 8(2) : 69-74.

Hanafiah, K.A. 2011. Rancangan Percobaan. Buku. Rajawali Pers. Jakarta.259 hlm.

Handayani, I., Riniarti, M. dan Bintoro, A. 2018. Pengaruh dosis inokulum sporascleroderma columnare terhadap kolonisasi ektomikoriza dan pertumbuhansemai damar mata kucing. Jurnal Sylva Lestari. 6(1). 9-15.

Hardjanti, S. 2005. Pertumbuhan setek adenium melalui penganginan, asal bahansetek, penggunaan pupuk daun dan komposisi media. Jurnal Agrosains.7(2): 108-114.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Buku. Akademika Pressindo. Jakarta. 288hlm.

Hasnunidah, N. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Buku. Universitas Lampung.Lampung. 139 hlm.

Page 49: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

38Herdina, J., Noli, Z.Z. dan Chairul. 2013. Pertumbuhan beberapa tanaman

untuk revegetasi yang diinokulasi ektomikoriza pada lahan bekas tambangbatubara ombilin. Jurnal Biologika. 2(1): 47-58.

Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Buku. LembagaPenelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 89 hlm.

Jayani, M.S. 2016. Respon Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macrophylla)terhadap Fungi Mikoriza Arbuskula pada Pot Organik. Skripsi. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 60 hlm.

Khan, S. A., Thomas, H. C., Davidson, B. R. dan Taylor-Robinson, S. D. 2005.Cholangiocarcinoma. Journal The Lancet. 366(9493): 1303-1314.

Kusuma, A., Riniarti, M. dan Surnayanti. 2018. Penambahan bahan pembenahtanah untuk mempercepat kolonisasi ektomikoriza dan pertumbuhan damarmata kucing. Jurnal sylva lestari . 6 (1). 16-23.

Kuswanto. 1990. Teknologi produksi inokulan ektomikoriza dan perananmikoriza di kehutanan. Makalah Seminar Bioteknologi Hutan 12-13Februari 1990. Yogyakarta. 15 hlm.

Lisda, L., Umar, H. dan Yusran, Y. 2016. Pengaruh mikoriza dan arang padamedia tumbuh terhadap pertumbuhan semai mahoni (swietenia macrophylla).Jurnal Warta Rimba. 4(1): 119-123.

Majasari, B., Naska, I.M.T. dan Budiasari, I.W. 2013. Model dan mekanismepengelolaan kebun benih tanaman hutan bersertifikat di perum perhutani unitII jawa timur dan puslitbang perhutani cepu. Jurnal Manajemen Agribisnis.1(1): 1-16.

Martawijaya, A., Kartasujana, I., Kadir, K. dan Prawira, S.A. 1981. Atlas KayuIndonesia. Jilid I. Buku. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.Bogor. 89 hlm.

Mohammadi, K. dan Sohrabi, Y. 2012. Bacterial biofertilizers for sustainablecrop production: A review. ARPN Journal Agr Biol Sci. 7 (5) : 307-316.

Mosse, B., Stribley, D. P. dan LeTacon, F. 1981. Ecology of mycorrhizae andmycorrhizal fungi. In Advances in microbial ecology. 5(1): 137-210.

Mustika, R. 2010. Khasiat Ekstrak Kulit Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla)sebagai Pencegah Hiperkolesterolemia pada tikus putih. Skripsi. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 43 hlm.

Nurmalasari, D. 2009. Efektifitas Mycofer terhadap Tanaman KehutananPertanian, Perkebunan, Bioremediasi, dan Pakan Hijau Ternak (KajianPustaka). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 43 hlm.

Page 50: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

39Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R. dan Simons, A. 2009.

Agroforestree database: a tree species reference and selection guide version4.0. World Agroforestry Centre. 1(2): 25-37.

Prasetyono, D. S. 2012. Daftar Tanaman Obat Ampuh di Sekitar Kita. Buku.Flash Books. Yogyakarta. 62 hlm.

Rinaldi, A.C., Comandini, O. dan Kuyper, T.W. 2008. Ectomycorrhyzal fungaldiversity: separating the wheat from the chaff. Jurnal Fungal Diversity. 33: 1-45.

Riniarti, M. 2002. Perkembangan Kolonisasi Ektomikoriza dan PertumbuhanSemai Dipterocarpaceae dengan Pemberian Asam Oksalat dan AsamHumat Serta Inokulasi Ektomikoriza. Tesis. Institut Pertanian Bogor.Bogor. 46 Hlm.

Riniarti, M. 2010. Dinamika Kolonisasi Tiga Fungi Ektomikoriza Sclerodermaspp. dan Hubungannya dengan Pertumbuhan Tanaman Inang. Tesis.Institut Pertanian Bogor. Bogor. 104 hlm.

Santoso, E., Irianto, R.S.B. dan Turjaman, M. 2003. Teknologi Mikoriza.Badan Penelitian dan Pengembangan Jakarta. Jakarta.

Setiadi, Y., Mansur, I., Budi, S.W. dan Achmad. 1992. Mikrobiologi TanahHutan: Petunjuk Laboratorium. Dalam Suswati. 2005. ResponFisiologis Tanaman Pisang Dengan Introduksi Fungi CMA Arbuskularindigenus terhadap Penyakit Darah Bakteri (Ralstonia solanacearumPhylotipe IV). Disertasi. Universitas Andalas. Padang. 60 Hlm.

Sieverding, E. 1991. Vesicular-Arbuskular Mycorrhiza Management inTropical Agrosystem. Buku. Technical Coorporation Federal Republik ofGermany. 371 hlm.

Simamora, S.A., Delvian, D. dan Elviati, D. 2015. Keanekaragaman fungimikoriza arbuskula pada hutan tri darma universitas sumatra utara. JurnalPeronema Forestry Science . 4 (4): 133-141.

Simanungkalit, R. D. M. dan Riyanti, E. I. 2003. Perbanyakan jamurmikoriza vesikular-arbuskular pada media campuran pasir kuarsa denganarang. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan. 5: 295-299.

Sitepu, I.R., Mansur, I. dan Atunnisa, R. 2010. Pemanfaatan bakterirhizoplane dan fungi mikoriza arbuskula (fma) untuk meningkatkanpertumbuhan semai jelutung (dyera polyphylla miq. steenis.). JurnalSilvikultur Tropika. 1(1):18-23.

Page 51: OPTIMASI DOSIS INOKULUM SPORA Scleroderma columnare …digilib.unila.ac.id/55102/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan

40Smith, S.E. dan Read, D.J. 2008. Mycorrhizal Symbiosis. Buku. Elsevier.

Amsterdam. 803 hlm.

Smith, S. E. dan Read, D. J. 2010. Mycorrhizal symbiosis. Buku. Academicpress. 490 hlm.

Soegiharto, S., Kholik, A., Rachman, A. dan Supriyanto, A. 2010. FaktorKesesuaian Ectomycorrhiza 01 Berbagai Tipe EkosistemDipterocarpaceae. Laporan Akhir Penelitian. Departemen KehutananBadan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Balai Besar PenelitianDipterokarpa. Samarinda. 35 hlm.

Suharno, S. dan Sancayaningsih, R.P. 2013. Fungi mikoriza arbuskula: potensiteknologi mikorizoremediasi logam berat dalam rehabilitasi lahan tambang.Jurnal Bioteknologi Studies. 10(1): 23-34.

Suharno dan Santosa. 2005. Pertumbuhan tanaman kedelai [glycine max (l.)merr] yang diinokulasi jamur mikoriza, legin dan penambahan seresah daunmatoa (pometia pinnata forst) pada tanah berkapur. Jurnal Sains danSibernatika. 18(3):367–378.

Suhono, B. dan Tim. L.I.P.I. 2010. Ensiklopedia Flora. Buku. PT KharismaIlmu. Bogor. 48 hlm.

Suyandari, D. E. 2008. Analisis permintaan kayu bulat ndustri pengolahan kayu.Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 5(1) :15-26.

Syah, A., Junjunidang, M.J., Fitria, D. dan Riska. 2005. Pengaruh inokulasicendawan mva arbuskula terhadap pertumbuhan bibit jeruk varietas japanchecitroem. Jurnal hortikultura. 15 (3) : 171-176.

Talanca, H. dan Adnan. 2005. Status fungi Mikoriza Vesikular Arbuskular(MVA) pada tanaman. Prosiding Pekan Serealia Nasional. 353-357.

Widiastuti, H., Guhardja, E., Soekarno, N., Darusman, L. K., Goenadi, D.H. danSmith, S. 2002. Optimasi simbiosis cendawan mikoriza arbuskularacaluospora tuberculata dan gigaspora margarita pada bibit kelapa sawit ditanah masam. Jurnal Menara Perkebunan. 70 (2): 50-57.

Wulandari. A.S. dan Jaenah, S. 2016. Pengaruh kombinasi pemangkasan akardan waktu inokulasi fungi ektomikoriza terhadap pertumbuhan bibit melinjo.Jurnal Silvikultur Tropika. 7 (3). 217-222.

Yudhistira, A. 2012. Inokulasi Bakteri dan Fungi Mikoriza Arbuskula PadaSemai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Mq) di Media Tanah Ultisol.Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 43 hlm.