optimalisasi fungsi legislasi dan pengawasan dewan perwakilan daerah
DESCRIPTION
Peer Review Optimalisasi Fungsi Legislasi dan Pengawasan DPD RI di Gedung A DPD RI Senayan-Jakarta, 18 Desember 2013TRANSCRIPT
dadang-solihin.blogspot.com 2
dadang-solihin.blogspot.com 3
Materi
• Fungsi DPD menurut UU 27/2009 tentang
MD3
• Tujuan Kehadiran DPD
• Sinergi Pusat – Daerah
• Sinkronisasi Prolegnas dengan
Perencanaan Pembangunan Nasional
• Reformasi Perencanaan: UU 25/2004
tentang SPPN
• Integrasi Konsep Kerangka Regulasi dalam
RPJMN
4 dadang-solihin.blogspot.com
dadang-solihin.blogspot.com 5
UU 27/2009
tentang MD3
Tujuan Kehadiran DPD
• Mewakili kepentingan daerah dan/atau rakyat daerah dalam proses
dan produk legislasi tingkat pusat.
• Pengawal desentralisasi dan otonomi daerah.
• Mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingan daerah ke
dalam proses pembentukan kebijakan.
• Menjembatani antara aspirasi daerah dengan kebijakan
pembangunan nasional.
• Sebagai perekat yang akan memperkuat ikatan daerah-daerah
dalam wadah NKRI.
Sumber: Kerangka Acuan Peer Review Optimalisasi Fungsi Legislasi dan Fungsi
Pengawasan DPD RI
dadang-solihin.blogspot.com 6
7 dadang-solihin.blogspot.com
Permasalahan Koordinasi
dadang-solihin.blogspot.com 8
Lem
ah
nya P
era
n
Pro
vin
si
Banyak Kab/Kota langsung berkoordinasi dengan Pemerintah tanpa melalui Provinsi
Lem
ah
nya S
inerg
itas
an
tara
Pu
sat
dan
Daera
h
Perlunya sinkronisasi dan harmonisasi antara RKP dan RKPD, serta APBN dan APBD
Lem
ah
nya M
on
ito
rin
g
dan
Evalu
asi
Monitoring dan evaluasi pembangunan di daerah perlu ditingkatkan
Sinergi Pusat – Daerah
dadang-solihin.blogspot.com 9
Sinergi dalam Kerangka Perencanaan Kebijakan
Sinergi dalam Kerangka Regulasi
Sinergi dalam Kerangka Anggaran
Sinergi dalam Kerangka Kelembagaan dan Aparatur Daerah
Sinergi dalam Kerangka Pengembangan Wilayah
1
2
5
4
3
Sinergi Perencanaan Kebijakan
dadang-solihin.blogspot.com 10
sinergi dokumen perencanaan
pembangunan
(RPJP dan RPJPD, RPJM dan RPJMD,
RKP dan RKPD)
Sinergi penetapan target pembangunan
Standarisasi indikator pembangunan yang
digunakan oleh K/L dan SKPD
Pengembangan basis data dan sistem
informasi pembangunan yang lengkap dan akurat
Sinergi kebijakan perijinan investasi di
daerah
Sinergi dalam kebijakan pengendalian tingkat
inflasi.
ARAH SINERGI
1
Strategi:
Mengoptimalkan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) di semua tingkatan pemerintahan
Sinergi Kerangka Regulasi
dadang-solihin.blogspot.com 11
Mendorong harmonisasi peraturan perundang-
undangan
Meningkatkan kesepahaman, kesepakatan
dan ketaatan dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan.
Strategi : (1) Konsultasi dan koordinasi penyusunan peraturan perundangan;
(2) Pembentukan forum koordinasi lintas instansi: baik penyusunan peraturan
baru maupun review atas peraturan yang sudah ada;
(3) Fasilitasi proses legislasi guna mengurangi jumlah Perda yang
bermasalah.
ARAH SINERGI
2
Sinergi Kerangka Anggaran
dadang-solihin.blogspot.com 12
Efektivitas Dana Perimbangan
(DAK, DBH, DAU)
Efektivitas Dana Otsus
Arah Pengelolaan Dana Perimbangan dan Otsus:
(1) Mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah dan antar daerah;
(2) Menyelaraskan besaran kebutuhan pendanaan di daerah dengan pembagian
urusan pemerintahan;
(3) Mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah;
(4) Meningkatkan daya saing daerah;
(5) Mendukung kesinambungan fiskal nasional;
(6) Meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah;
(7) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional;
(8) Meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan
rencana pembangunan daerah.
Strategi :
Penataan dan Penguatan Kerangka Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
3
Sinergi dalam Kerangka
Kelembagaan dan Aparatur Daerah
dadang-solihin.blogspot.com 13
Menata dan menyempurnakan
pengaturan kewenangan antartingkat
pemerintahan;
Mengendalikan pemekaran daerah dan
memantapkan pengelolaan pengelolaan
daerah otonom
Meningkatkan kapasitas aparatur yang mampu
menjembatani kepentingan nasional
dan daerah serta kerjasama antardaerah.
Strategi:
Tata Kelola Kelembagaan Pemerintahan Daerah dan Meningkatkan
Kapasitas Aparatur Daerah.
4
Sinergi dalam Kerangka
Pengembangan Wilayah
dadang-solihin.blogspot.com 14
Sinkronisasi kebijakan penggunaan lahan
dan tata ruang;
Meningkatkan perhatian pemda pada tata ruang;
Memperhitungkan harmonisasi wilayah pelayanan bersama-
sama dalam pembangunan prasarana
dan sarana
Pengaturan bersama alih fungsi lahan
melalui padu serasi
Penyelesaian segera aspek pemanfaatan
ruang khususnya dengan sektor
kehutanan
Mempercepat penyusunan
peraturan pendukung pelaksanaan rencana
tata ruang wilayah;
mempercepat penyusunan rencana
tataruang wilayah provinsi dan
kabupaten/kota;
Kesepakatan dalam penentuan lokasi
wilayah-wilayah cepat tumbuh terutama
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Penataan, Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang
5
15 dadang-solihin.blogspot.com
• Menurut UU 10/2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan Program
Legislasi Nasional (Prolegnas) adalah instrumen
perencanaan program pembentukan UU yang
disusun secara berencana, terpadu, dan
sistematis.
• Pengertian ini menunjukkan bahwa Prolegnas
merupakan instrumen mekanisme perencanaan
hukum, yakni para pembentuk UU (DPR dan
Pemerintah) merencanakan pembangunan
materi hukum melalui perundang-undangan,
melalui suatu program yang terencana, terpadu
dan tersistematis.
• Prolegnas menjadi acuan dalam proses
perencanaan penyusunan UU secara nasional
dan memiliki peran yang sangat penting dalam
pembangunan hukum secara keseluruhan.
dadang-solihin.blogspot.com 16
Prolegnas
17 dadang-solihin.blogspot.com
Apa itu SPPN
SPPN adalah
Satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan
Untuk menghasilkan rencana-
rencana pembangunan dalam
jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan
Yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat pusat dan
daerah.
18 dadang-solihin.blogspot.com
Tujuan SPPN
1. Mendukung koordinasi antar-pelaku pembangunan.
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-Daerah, antar-ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah.
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
19 dadang-solihin.blogspot.com
Proses Perencanaan
Pendekatan Politik:
Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana
pembangunan hasil proses politik (public choice theory of
planning), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam
RPJM/D.
Proses Teknokratik:
Menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh
lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas
untuk itu.
Partisipatif:
Dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders, antara
lain melalui Musrenbang.
Proses top-down dan bottom-up:
Dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.
20 dadang-solihin.blogspot.com
NASIONAL DAERAH
Dokumen Penetapan Dokumen Penetapan
Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional
(RPJP-Nasional)
UU
(Ps. 13 Ayat 1)
Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah
(RPJP-Daerah)
Perda
(Ps. 13 Ayat 2)
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional
(RPJM-Nasional)
Per Pres
(Ps. 19 Ayat 1)
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah
(RPJM-Daerah)
Peraturan KDH
(Ps. 19 Ayat 3)
Renstra Kementerian /
Lembaga (Renstra KL)
Peraturan
Pimpinan KL
(Ps. 19 Ayat 2)
Renstra Satuan Kerja
Perangkat Daerah
(Renstra SKPD)
Peraturan
Pimpinan SKPD
(Ps. 19 Ayat 4)
Rencana Kerja Pemerintah
(RKP)
Per Pres
(Ps. 26 Ayat 1)
Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD)
Peraturan KDH
(Ps. 26 Ayat 2)
Rencana Kerja
Kementerian / Lembaga
(Renja KL)
Peraturan
Pimpinan KL
(Ps. 21 Ayat 1)
Rencana Kerja Satuan
Kerja Perangkat Daerah
(Renja SKPD)
Peraturan
Pimpinan SKPD
( Ps. 21 Ayat 3)
21 dadang-solihin.blogspot.com
Status Hukum Dokumen Perencanaan
SPECIFIC-jelas, tidak mengundang multi interpretasi
MEASUREABLE-dapat diukur (“What gets measured gets managed”)
ACHIEVABLE-dapat dicapai (reasonable cost using and appropriate collection method)
RELEVANT (information needs of the people who will use the data)
TIMELY-tepat waktu (collected and reported at the right time to influence many manage decision)
dadang-solihin.blogspot.com 22
Persyaratan Dokumen Perencanaan:
SMART
Syarat Perencanaan
Harus memiliki, mengetahui, dan memperhitungkan:
1. Tujuan akhir yang dikehendaki.
2. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang
mencerminkan pemilihan dari berbagai alternatif).
3. Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.
4. Masalah-masalah yang dihadapi.
5. Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta
pengalokasiannya.
6. kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya.
7. Orang, organisasi, atau badan pelaksananya.
8. Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan
pelaksanaannya.
23 dadang-solihin.blogspot.com
• Prinsip partisipatif: masyarakat yang akan memperoleh manfaat
dari perencanaan harus turut serta dalam prosesnya.
• Prinsip kesinambungan: perencanaan tidak hanya berhenti
pada satu tahap; tetapi harus berlanjut sehingga menjamin
adanya kemajuan terus-menerus dalam kesejahteraan, dan
jangan sampai terjadi kemunduran.
• Prinsip holistik: masalah dalam perencanaan dan
pelaksanaannya tidak dapat hanya dilihat dari satu sisi (atau
sektor) tetapi harus dilihat dari berbagai aspek, dan dalam
keutuhan konsep secara keseluruhan.
• Mengandung sistem yang dapat berkembang (a learning and
adaptive system).
• Terbuka dan demokratis (a pluralistic social setting).
24 dadang-solihin.blogspot.com
Perencanaan yang Ideal
Fungsi/Manfaat Perencanaan
• Sebagai alat koordinasi
seluruh stakeholders
• Sebagai penuntun arah
• Minimalisasi ketidakpastian
• Minimalisasi inefisiensi
sumberdaya
• Penetapan standar dan
pengawasan kualitas
25 dadang-solihin.blogspot.com
Platform Presiden
RENSTRA K/L Rancangan Renstra K/L
Pedoman Penyesuaian
4
Hasil Evaluasi Renstra
RPJPN
2005-2025
Hasil Evaluasi RPJMN
Aspirasi Masyarakat
Pedoman Penyusunan
RPJMD
Bahan penyusunan dan Perbaikan
Rancangan Teknokratik Renstra K/L
Rancangan Teknokratik
RPJMN
Background Study
RANCANGAN RPJMN
Pembagian Tugas
SIDANG KABINET
TRILATERAL MEETING
Bilateral Meeting
Penyesuaian Renstra K/L
Musrenbang Jangka
Menengah Nasional
Bilateral Meeting
Penyesuaian RPJMD
SIDANG KABINET
Penelaahan
PEMERINTAH DAERAH
RANCANGAN AWAL RPJMN
RANCANGAN RPJMN
RANCANGAN AKHIR RPJMN
RPJMN
2015-2019
1 3
5 6
2
Bagan Alur Penyusunan RPJMN 2015-2019
26 dadang-solihin.blogspot.com
dadang-solihin.blogspot.com 27
Format Rancangan Teknokratis
Penulisan RPJMN 2015-2019
dadang-solihin.blogspot.com 28
Bagian I • Arahan RPJPN 2005-2025
• Lingkungan Strategis
• Kerangka Ekonomi Makro
• Kerangka Pendanaan Pembangunan
• Kerangka Regulasi
• Sasaran Pokok, Arah kebijakan dan Strategi RPJMN 2015-
2019
• Arah Kebijakan Pembangunan Wilayah
• Prinsip-Prinsip Pengarusutamaan Pembangunan
Bagian II Uraian Sembilan Bidang Pembangunan yang dijabarkan dalam
Kerangka Pembangunan Wilayah Kerangka Pendanaan dan
Regulasi
Bagian III Uraian Isu Lintas Bidang & Wilayah Kerangka Pendanaan dan
Regulasi
Bagian IV Kegiatan Strategis Nasional Kerangka Pendanaan dan
Regulasi
dadang-solihin.blogspot.com 29
30
PERAN NEGARA
REGULATOR
(KERANGKA REGULASI )
OPERATOR
(KERANGKA PENDANAAN)
APBN = 15%-18% PDB
MASYARAKAT (GROSS NATIONAL PRODUCT)
30
dadang-solihin.blogspot.com
Kerangka Konseptual Sinergi Kebijakan dan Regulasi
dadang-solihin.blogspot.com 31
IMPLEMENTASI REGULASI
(Substansi: Kebijakan Pembangunan Nasional/ Sektoral/
Kewilayahan)
TUJUAN BERNEGARA
e.g. Keadilan Sosial
KEBIJAKAN
SEKTORAL
KEBIJAKAN
SEKTORAL
KEBIJAKAN
SEKTORAL
Sasaran RPJMN
KEBIJAKAN
SEKTORAL
KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN
NASIONAL,
SEKTORAL DAN (KEWILAYAHAN)
SISTEM
REGULASI NASIONAL
Kebijakan Nasional
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(Kerangka Regulasi dan Kerangka Pendanaan)
Kebijakan vs Regulasi
Kebijakan Regulasi
1. Pilihan tindakan diantara sejumlah
alternatif tindakan
1. Instrumen operasional dari tindakan
yang terpilih
2. Kebijakan terpilih tidak harus/selalu
menjadi norma regulasi.
2. Regulasi selalu bersubstansikan
kebijakan
3. Mengarahkan perubahan: bersifat
fleksibel dan dinamis.
3. Mengelola ketertiban: perubahan harus
berlangsung secara tertib
4. Bebas norma: perubahan kebijakan
dapat dilakukan kapan saja, tetapi kalau
dalam format regulasi, ia harus patuh
norma.
4. Terikat norma, mengacu pada strata
regulasi (tidak boleh ada konflik norma,
harus konsisten dan harmonis dengan
norma yang lain).
5. Faktor Integrasi: mengintegrasikan
kebijakan nasional/sektoral/regional ke
dalam sistem regulasi nasional dalam
rangka penyelenggaraan negara dan
pencapaian tujuan bernegara.
dadang-solihin.blogspot.com 32
REGULATORY MAKING
POLICY MAKING
ENFORCEMENT
IMPLEMENTATION
GOAL
33
Regulasi Perilaku Sosiall
EVALUATION
Hubungan antara Kebijakan dan Regulasi
dalam Mewujudkan Tujuan
dadang-solihin.blogspot.com
Naskah
Akademik
dan RUU
REKOMENDASI ≠
REGULASI
REGULATORY POLICY
(UU)
REKOMENDASI = REGULASI
1. REGULATORY POLICY (PP
KEBAWAH)
2. NON REGULATORY POLICY
KERANGKA KEBIJAKAN KERANGKA REGULASI
ALTERNATIVE
POLICY
UU
RUU
Pembahasan
evaluasi
34
PENGKAJIAN
PENELITIAN
Penyusunan Kebijakan dan Pembentukan Regulasi
PENGKAJIAN: meliputi kegiatan (1) problem definition; (2) objective setting; dan (3) identifikasi existing regulation
PENELITIAN:
1. Meliputi kegiatan indepth analysis terhadap hasil pengkajian termasuk cost and benefit analysis
dan/atau cost effectiveness analysis.
2. Hasil penelitian tidak selalu merekomendasiakan pembentukan /amandemen/penggantian UU
3. Dalam hal hasil penelitian tidak bersifat regulatory pada level UU, maka rekomendasi meliputi:
a. Pembentukan peraturan pelaksanaan UU (PP ke bawah)
b. Kegiatan lain yang bersifat executorial dadang-solihin.blogspot.com
Permasalahan Kebijakan dan Regulasi
• Permasalahan
– Penyusunan rumusan kebijakan bersifat sektoral
– Proses perumusan kebijakan kurang partisipatif
– Minimnya Pemahaman antara kebijakan dan regulasi
– Kualitas Regulasi: regulasi yang multi tafsir; berpotensi konflik; tumpang
tindih; tidak harmonis/tidak sinkron; tidak adanya aturan
pelaksanaannya; tidak konsisten ; dan menimbulkan beban yang tidak
perlu, baik terhadap kelompok sasaran maupun kelompok yang terkena
dampak
– Kuantitas Regulasi: tidak proporsional (over regulation)
• Penyebabnya:
– Lemahnya pengelolaan regulasi
– Tidak jelasnya otoritas pengelola regulasi (masih tersebar).
dadang-solihin.blogspot.com 35
Ilustrasi Permasalahan Regulasi
No REGULASI POTENSI MASALAH KETERANGAN K/L TERKAIT
I UNDANG-UNDANG
I.1 UU NO. 32 TAHUN 2004 vs UU NO. 7 TAHUN 2004 vs UU NO. 27 tahun 2007
I.1.1 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 2 ayat (9):
“Negara mengakui dan menghormati KESATUAN-KESATUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Uu No. 7 tahun 2004 Tentang Sumber daya Air, Pasal 6 ayat (3):
“Hak ulayat MASYARAKAT HUKUM ADAT atas sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat 2) tetap diakui sepanjang kenyataannya masih ada dan telah dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat”.
UU No. 27 tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Pasal 1 angka 33:
“MASYARAKAT ADAT adalah kelompok Masyarakat Pesisir yang secara turun-temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal-usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum”.
UU No. 32 tahun 2004, UU No. 7 Tahun 2004, dan UU No. 27 tahun 2007 menggunakan istilah yang berbeda-beda (inkonsisten) untuk penyebutan masyarakat dengan hukum dan hak-hak tradisional.
1. Kementerian Dalam Negeri
2. Kementerian kehutanan
3. Kementerian Lingkungan Hidup
x
Konflik
Inkonsisten
Tdk Operasional
Duplikasi
Multi-tafsir
dadang-solihin.blogspot.com 36
TAHUN UU PERPU PP PERPRES
2005 14 3 80 83
2006 23 2 55 112
2007 47 2 82 100
2008 56 5 89 67
2009 52 4 77 47
2010 13 - 94 84
2011 24 - 79 90
2012 24 - 116 126
2013 9 - 16 21
37
Jumlah Peraturan Perundang-undangan
berdasarkan Penomoran Pertahun
Berdasarkan rekomendasi dari BPHN disampaikan bahwa Kementerian/ LPNK
harus mempunyai agenda dan program untuk melakukan evaluasi terhadap
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan lingkup tugas dan tanggung
jawabnya.
dadang-solihin.blogspot.com
Sumber: BPHN Juni 2013
Kerangka Regulasi dalam RPJMN
• Definisi Kerangka Regulasi:
– ‘Kegiatan dalam kerangka regulasi adalah kegiatan pemerintah
dalam rangka baik memfasilitasi, mendorong maupun mengatur
kegiatan pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh
masyarakat’ (PP 40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional)
• Definisi yang disarankan:
– ‘Perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka
memfasilitasi, mendorong maupun mengatur perilaku
masyarakat, termasuk swasta dan penyelenggara negara’
dadang-solihin.blogspot.com 38
Akomodasi Kerangka Regulasi
dalam RPJMN Bagian/Buku I
1. Mewujudkan Tujuan bernegara:
Substansi:
a. Alinea 4 pembukaan konstitusi, terutama yang berkaitan dengan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Peran Negara (regulator & operator) dalam mewujudkan tujuan bernegara
tsb.
2. Kerangka Ekonomi Makro:
Gambaran mengenai progres pencapaian tujuan bernegara dalam priode
2015-2019 berdasarkan kebijakan, regulasi dan pendanaan yang dituangkan
dalam agenda pembangunan.
a. Kerangka Regulasi Makro : proyeksi regulasi tingkat undang-undang di bdg
SDM, SDA & Iptek yg diperlukan (penggantian/revisi/pencabutan) dalam
untuk mendukung pencapaian tujuan RPJMN 2015 – 2019 dan tujuan
bernegara.
b. Kerangka Ekonomi Makro : konsep sama dengan RPJMN 2010 -2014
dadang-solihin.blogspot.com 39
Akomodasi Kerangka Regulasi
dalam RPJMN Bagian/Buku II:
a. Kerangka Regulasi Lintas Bidang (oleh direktorat sektor)
• Walaupun bersifat lintas bidang tetap harus ada leading
institusinya. Kegiatan dan anggaran mengikuti leading
institusinya.
• Perencanaan regulasi dilakukan menggunakan model MTEF
• Pada tingkat UU, kegiatan meliputi pengkajian, penelitian,
penyusunan NA dan RUU, dan Pembahasan RUU di DPR
• Pada tingkat PP kebawah, tidak diperlukan NA tetapi proposal
harus memberikan alasan dan penjelasan.
b. Kerangka Regulasi Sektoral (oleh direktorat sektor)
• S.d.a. tetapi sektor ybs. menjadi leading institusinya.
dadang-solihin.blogspot.com 40
Akomodasi Kerangka Regulasi
dalam RPJMN Bagian/Buku III
Kerangka Regulasi Kewilayahan
Arahan kepada pemerintah daerah (provinsi/kebupaten/kota)
untuk tetap berada pada koridor Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk itu, penyusunan peraturan daerah tidak boleh
keluar dari ‘Sistem Regulasi Nasional’ yang merupakan
‘FACTOR INTEGRASI’ bagi eksistensi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
dadang-solihin.blogspot.com 41
MENTERI PPN/ KEPALA
BAPPENAS
MENTERI HUKUM DAN
HAM
MENTERI KEUANGAN
MENTERI DALAM NEGERI
MENTERI SEKRETARIS
NEGARA
ANALISIS
AWAL
ANALISIS
AWAL
ANALISIS
AWAL P
EM
BA
HA
SA
N A
RA
H R
EG
UL
AS
I
DA
LA
M K
UR
UN
WA
KT
U 5
TA
HU
N K
ED
EP
AN
Integrasi Kerangka Regulasi dalam RPJMN
ANALISIS
AWAL
ANALISIS
AWAL
UU
D 1
94
5, T
AP
MP
R, U
U L
AIN
NYA
, SP
PN
, DO
KU
MEN
P
EREN
CA
NA
AN
, ASP
IRA
SI D
AN
KEB
UTU
HA
N H
UK
UM
M
ASY
AR
AK
AT
(PSL
. 18
UU
12
/20
11
)
ARAHAN/ DAFTAR
RPJM
dadang-solihin.blogspot.com 42
KOMITE REGULASI
MENTERI/ KEPALA LPNK
MENTERI PPN/ KEPALA BAPPENAS
DEPUTI SEKTOR DIREKTORAT SEKTOR (PERSPEKTIF POLICY)
DEPUTI POLHUKHANKAM DIT. ANALISA PP
(PERSPEKTIF LEGALITAS)
DEPUTI PENDANAAN DIT. ALOKASI PP
(PERSPEKTIF BUDGET) CBA atau CEA
PROPOSAL
KEBIJAKAN/
REGULASI
ANALISIS
AWAL
ANALISIS
AWAL
ANALISIS
AWAL
PROPOSAL
KEBIJAKAN/
REGULASI
HASIL
ANALISIS
AWAL
PE
MB
AH
AS
AN
HA
SIL
AN
AL
ISIS
AW
AL
INTEGRASI
KE RKP
ALOKASI
BUDGET
PEMBAHASAN
B.A.
MULTILATERAL
MEETING
B.A.
MULTILATERAL
MEETING
B.A.
MULTILATERAL
MEETING
SOP Penanganan Proposal Kerangka
Regulasi di Bappenas
APPROOVAL
KOMREG
APPROOVAL
&
PROPOSAL
APPROOVAL
&
PROPOSAL
MU
LTIL
ATE
RA
L M
EETI
NG
D
NG
K/L
PEN
GU
SUL
MONEV
dadang-solihin.blogspot.com 43
MENTERI/ KEPALA LPNK
MENTERI HUKUM DAN HAM
MENTERI KEUANGAN
MENTERI PPN/ KEPALA BAPPENAS
MENTERI DALAM NEGERI
MENTERI SEKRETARIS NEGARA
ANALISIS
AWAL
ANALISIS
AWAL
ANALISIS
AWAL
HASIL IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN REGULASI
PE
MB
AH
AS
AN
/IDE
NT
IFIK
AS
I
KE
BU
TU
HA
N R
EG
UL
AS
I
SOP Penanganan Kerangka Regulasi RKP di Komite
Regulasi
ANALISIS
AWAL
ANALISIS
AWAL UU
D 1
94
5, T
AP
MP
R, U
U L
AIN
NYA
, SP
PN
, D
OK
UM
EN P
EREN
CA
NA
AN
, ASP
IRA
SI D
AN
K
EBU
TUH
AN
HU
KU
M M
ASY
AR
AK
AT
(PSL
. 18
UU
12
/20
11
)
dadang-solihin.blogspot.com 44
Fokus Prioritas 2013
(Baseline) 2015-2019 2020-2024 2025
Burden of Government Regulation Index Tahun 2012-13
3,9 4,5 5,0 5,1
Worldwide Governance Indicators (WGI) on Regulatory Quality/ Kualitas Regulasi Tahun 2012
43,1% Kenaikan
Indeks 7%
Kenaikan Indeks
8%
Kenaikan Indeks
2%
Tersimplifikasinya 100% regulasi - Penetapan baseline tersimplifikasinya 100% regulasi di Bidang SDA, SDM dan IPTEK
Penetapan baseline tersimplifikasinya 100% regulasi di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.
Kenaikan 5 % dari baseline
Pelaksanaan harmonisasi kebijakan dan regulasi
- Penetapan Baseline Pelaksanaan harmonisasi kebijakan dan regulasi di Bidang SDA, SDM dan IPTEK
Penetapan baseline Pelaksanaan harmonisasi kebijakan dan regulasi 100% di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.
Kenaikan 5 % dari baseline
Terlaksananya pelatihan bagi tenaga perancang regulasi dan perrencana
- 5000 0rang Kenaikan 20% pelaksanaan pelatihan Kenaikan 5% pelaksanaan pelatihan
Sumber: http://www3.weforum.org/docs/WEF_GlobalCompetitivenessReport_2013-14.pdf dan
http://info.worldbank.org/governance/wgi/index.aspx#reports
Roadmap Pembangunan Kerangka Regulasi Jangka
Panjang 2015-2025
dadang-solihin.blogspot.com 45
Roadmap Pembangunan Kerangka Regulasi
Jangka Menengah 2015-2019
FOKUS PRIORITAS 2013
(Baseline) 2015 2016 2017 2018 2019
Burden of Government Regulation Index Tahun 2012-13
3,9 4,0 4,1 4,2 4,3 4,5
Worldwide Governance Indicators (WGI) on Regulatory Quality/ Kualitas Regulasi Tahun 2012
43,1% 45,5% 46,7% 47,9% 49,1% 50,1%
Tersimplifikasinya 100% regulasi di Bidang SDA, SDM dan IPTEK
- Penetapan baseline
Kenaikan 15% dari baseline
Kenaikan 25% dari baseline
Kenaikan 30% dari baseline
Kenaikan 30% dari baseline
100% pelaksanaan harmonisasi kebijakan dan regulasi Bidang SDA, SDM dan IPTEK
- Penetapan Baseline
Kenaikan 25% dari baseline
Kenaikan 40% dari baseline
Kenaikan 20% dari baseline
Kenaikan 15% dari baseline
Terlaksananya pelatihan bagi tenaga perancang regulasi dan perumus kebijakan
- 700 orang 1200 orang 1200 orang 1200 orang 700 orang
Sumber: http://www3.weforum.org/docs/WEF_GlobalCompetitivenessReport_2013-14.pdf dan
http://info.worldbank.org/governance/wgi/index.aspx#reports
dadang-solihin.blogspot.com 46
47 dadang-solihin.blogspot.com