optimalisasi evaluasi pembelajaran teknik mesin melalui logic model
TRANSCRIPT
OPTIMALISASI EVALUASI PEMBELAJARAN TEKNIK MESIN MELALUI LOGIC MODEL
UNTUK MENINGKATKAN SOFT SKILLS LULUSAN
Pidato Pengukuhan Guru Besar
Oleh:
Prof. Dr. Badrun Kartowagiran
Guru Besar dalam Bidang Ilmu Evaluasi Pembelajaran Teknik MesinPada Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta
Disampaikan di depan Rapat Terbuka SenatUniversitas Negeri Yogyakarta
Selasa, 10 Juni 2013
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2013
Optimalisasi evaluasi Page 1
BismillahirrahmanirrahiimAssalaamu alaikum warrahmatullaahi wabarakaatuh
Yang TerhormatBapak Rektor Universitas Negeri Yogyakarta
Yang TerhormatKetua, Sekretaris, dan Anggota Dewan Pertimbangan
Yang TerhormatKetua, Sekretaris, dan Anggota Senat Universitas Negeri Yogyakarta
Yang TerhormatWakil Rektor 1, Wakil Rektor 2, Wakil Rektor 3, Wakil Rektor 4
Yang TerhormatKetua Satuan Pengawas Internal (SPI)
Yang TerhormatDirektur dan Asisten Direktur Pascasarjana, Para Dekan dan Wakil Dekan, Ketua Lembaga di lingkungan UNY, Ketua BPPU Universitas Negeri Yogyakarta, dan
Yang TerhormatPara Tamu Undangan dan hadirin semua
Pertama, perkenankanlah saya mengucapkan syukur Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin, puji syukur
bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kita masih diberi
kesempatan untuk hadir di sidang yang mulia ini. Sholawat dan salam semoga tetap
dilimpahkan dari Allah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang menjadi
contoh teladan baik bagi saya dalam meniti karir, mengarungi kehidupan saat ini, dan
mempersiapkan kehidupan di masa datang.
Kedua, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya
saya sampaikan kepada para hadirin yang mulia yang telah berkenan meluangkan waktu untuk
hadir di pertemuan yang membahagiakan ini.
Ketiga, pada kesempatan yang berbahagia ini, perkenankanlah saya menyampaikan pidato
pengukuhan Guru Besar saya dengan judul: “ Optimalisasi evaluasi pembelajaran teknik mesin
melalui logic model untuk meningkatkan soft skills lulusan”
Optimalisasi evaluasi Page 2
Hadirin yang berbahagia,
PENDAHULUAN
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih memerlukan perbaikan. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa kasus yang menggambarkan betapa memprihatinkannya kondisi
pendidikan di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah kehidupan para pelajar yang kurang
memperhatikan tugas utamanya sebagai pelajar, yakni belajar. Masih banyak pelajar yang
senang tawuran, kebut-kebutan di jalanan atau melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak
bermanfaat bahkan cenderung merugikan orang lain. Bisa dipastikan, siswa yang seperti ini
belum memiliki soft skills seperti yang diharapkan, bahkan jauh dari harapan. Memang harapan
tidak selalu menjadi kenyataan karena semua orang boleh berharap, tetapi yang punya
ketentuan hanya satu, yakni ALMUQTADIR (Yang Maha Menentukan).
Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini seperti mata uang yang tidak bergambar,
memiliki dua sisi yang sama-sama kusam. Satu sisi, siswa masih belum memiliki soft skills yang
memadai, dan di sisi lain kualitas guru juga belum menggembirakan. Data yang ada di BPSDMP
& PMP menunjukkan bahwa kualitas guru masih memerlukan perbaikan. Guru di Indonesia ada
2 925 676 dan dari jumlah ini ada sekitar 49% atau 1 434 513 guru belum memenuhi kualifikasi
akademik (Gultom, 2011).
Dengan kondisi siswa dan guru seperti yang telah dijelaskan di atas, timbul pertanyaan,
apa yang terjadi di dalam kelas, atau dengan kata lain bagaimanakah kualitas pembelajaran?.
Mampukah pembelajaran membentuk hard skills dan soft skills siswa?. Pertanyaan ini dapat
difahami karena penentu kualitas pembelajaran adalah guru; semakin tinggi kualitas guru,
semakin tinggi pula kualitas pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Marzano (2011)
yang mengatakan bahwa semakin banyak kegiatan positif guru di dalam kelas, semakin tinggi
prestasi belajar siswa. Sementara itu, Barber dan Mourshed (2012) mengatakan bahwa
prestasi belajar siswa dimulai dari guru dan kepala sekolah yang efektif. Bahkan di bagian lain
Barber dan Mourshed menjelaskan bahwa “ student placed with high performing teachers will
progress three times as fast as those placed with low performing teachers”.
Kegiatan pembelajaran di kelas bervariasi tergantung pada karakteristik mata pelajaran
dan karakteristik siswa yang mempelajari mata pelajaran tersebut. Menurut Permendiknas
Optimalisasi evaluasi Page 3
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, mata pelajaran di pendidikan
dasar dan menengah dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kelompok mata pelajaran Agama
dan Akhlak Mulia, (2) Kewarganegaraan dan Kepribadian, (3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
(4) Estetika, dan (5) Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan. Setiap kelompok mata pelajaran
memiliki penekanan tujuan yang berbeda walaupun akhirnya semua bermuara pada satu
tujuan, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan: membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan,
kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan: membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Kelompok mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bertujuan: mengembangkan logika,
kemampuan berpikir dan analisis peserta didik. Kelompok mata pelajaran Estetika bertujuan
untuk membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan
pemahaman budaya. Sementara itu, kelompok mata pelajaran Jasmani, Olah Raga, dan
Kesehatan bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani,
dan menumbuhkan rasa sportivitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan
pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal
yang relevan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa IPTEK merupakan kelompok mata pelajaran yang
tujuannya tidak secara eksplisit untuk membangun karakter termasuk soft skills lulusannya.
Faktor inilah yang mendorong tulisan ini difokuskan pada IPTEK, khususnya pada pembelajaran
Teknik Mesin. Pembelajaran yang tidak secara eksplisit bertujuan membangun karakter, namun
lulusannya dituntut memiliki hard skills dan soft skills.
Penelitian Badrun Kartowagiran, dkk (2012) terhadap pelaksanaan Standar Proses
Pembelajaran di beberapa Jurusan Teknik Mesin SMK di Provinsi D.I.Yogyakarta menunjukkan
hasil yang menarik dan perlu diperhatikan. Penelitian ini menggunakan teknik non-proporsional
random sampling dan diperoleh sampel 15 SMK, yakni: 5 SMK swasta dan 10 SMK Negeri. Hasil
Optimalisasi evaluasi Page 4
penelitian menunjukkan bahwa hanya 5 SMK yang implementasi Standar Proses nya termasuk
katagori baik, dan semuanya SMKN. Ini berarti bahwa masih diperlukan kerja keras untuk
membenahi pembelajaran di SMK Jurusan Teknik Mesin, khususnya di SMK swasta. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah optimalisasi evaluasi pembelajaran teknik mesin.
Optimalisasi evaluasi yang dimaksudkan di sini adalah usaha memaksimumkan hasil
evaluasi dan pemanfaatannya. Jangan sampai hasil evaluasi tidak tepat sehingga tidak dapat
dimanfaatkan. Atau, hasil evaluasi suatu komponen program sudah tepat namun karena antar
komponen tidak saling terkait maka hasil evaluasi juga tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal. Oleh karenanya, pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana cara melakukan
optimalisasi evaluasi?
Hadirin yang berbahagia,
EVALUASI PEMBELAJARAN TEKNIK MESIN
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses menjelaskan bahwa
proses pembelajaran mencakup: (1) perencanaan proses pembelajaran, (2) pelaksanaan proses
pembelajaran, dan (3) penilaian hasil pembelajaran. Secara umum, Standar Proses ini berlaku
untuk semua mata pelajaran dan bidang keahlian, namun secara rinci ada sedikit perbedaan
antara mata pelajaran atau bidang keahlian yang satu dengan lainnya, tergantung pada
karakteristik masing-masing mata pelajaran dan bidang keahlian tersebut.
1. Karakteristik pembelajaran Teknik Mesin
Menurut Permendiknas Nomor 28 tahun 2009 Program Studi Keahlian Teknik Mesin
terdiri atas Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan, Teknik Pengelasan, Teknik Fabrikasi logam,
Teknik Pengecoran Logam, Teknik Gambar Mesin, dan Teknik Pemeliharaan Mekanik Industri.
Setiap kompetensi keahlian terdiri atas sekelompok kompetensi profesi. Contoh Kompetensi
Keahlian Teknik Pemesinan terdiri atas beberapa kompetensi profesi, antara lain: menggambar
teknik mesin, menggunakan dan merawat alat ukur presisi, serta menggunakan dan merawat
mesin potong, seperti: mesin gerinda, frais, bubut, skrap, bor, dan mesin gergaji.
Kegiatan pembelajaran teknik mesin dikelompokkan menjadi tiga, yakni: (1)
pembelajaran teori, (2) pembelajaran praktikum, dan (3) pembelajaran praktik. Pembelajaran
Optimalisasi evaluasi Page 5
praktik dan praktikum sama-sama merupakan aplikasi dari teori yang telah dipelajarinya.
Dilihat dari penekannannya, ada perbedaan antara pembelajaran teori dan pembelajaran
praktik. Pembelajaran teori keteknikan lebih menekankan pada pelatihan kognitif, sedangkan
pada pembelajaran praktik lebih menekankan pada pelatihan psikomotorik, walaupun telah
diketahui bahwa kedua pembelajaran tadi saling mengkait dan saling menunjang.
Pembelajaran teori kejuruan tidak jauh berbeda dengan pembelajaran teori mata
pelajaran lainnya, dan sudah banyak dibahas di kesempatan lain. Sementara itu, pembelajaran
praktikum dan pembelajaran praktik, baru sedikit ahli ataupun praktisi yang membahasnya.
Dari ke tiga jenis pembelajaran tadi, proporsi pembelajaran praktik di bengkel jauh lebih besar
daripada proporsi pembelajaran teori kejuruan, dan pembelajaran praktikum. Oleh karenanya,
pada kesempatan yang sangat terbatas ini, pembelajaran teknik mesin lebih menekankan pada
pembelajaran praktik di bengkel.
Menurut Soeprijanto (2010), pembelajaran praktik, termasuk di dalamnya praktik teknik
mesin, terdiri atas perencanaan pembelajaran, persiapan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran praktik dapat berupa penyusunan job
sheet atau experiment sheet, persiapan berupa persiapan kelas, mesin, dan atau peralatan yang
digunakan. Pelaksanaan praktik pembelajaran dapat didahului dengan penyajian materi oleh
guru (shop talk), diteruskan dengan praktik oleh siswa, dan asesmen hasil belajar siswa.
Menurut Mills (1977) dalam pembelajaran praktik, tugas guru adalah: 1) menentukan
tujuan dalam bentuk perbuatan, 2) menganalisis keterampilan secara rinci dan catatan operasi
serta urutannya, 3) mendemonstrasikan keterampilan tersebut disertai dengan penjelasan
singkat, dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci serta bagian-bagian yang sukar,
4) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba praktik sendiri dengan pengawasan dan
bimbingan, dan 5) memberikan penilaian terhadap usaha siswa. Sementara itu, Leighbody dan
Kidds (1968) mengatakan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah (1) tahap
persiapan, (2) tahap kegiatan siswa (praktik), dan (3) tahap penilaian hasil kerja siswa. Dengan
demikian dapat dirangkum bahwa pembelajaran teknik mesin mencakup tiga tahap, yakni: (1)
tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan pembelajaran yang terdiri atas: (a) penyajian oleh
Optimalisasi evaluasi Page 6
guru (shop talk) dan (b) tahap kegiatan siswa (praktik), dan tahap (3) penilaian prestasi belajar
siswa. Secara rinci, tahapan pembelajaran itu dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang di dalamnya mencakup identitas mata pelajaran, standar kompetensi
(SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi
ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan
sumber belajar.
Satu standar kompetensi dijabarkan menjadi lebih dari satu KD, dan satu KD dijabarkan
menjadi lebih dari satu indikator. Kompetensi yang terkandung dalam KD memiliki tingkat yang
lebih rendah daripada kompetensi yang ada pada SK, misal untuk domain kognitif, bila SK hanya
pada tingkat kognitif 2 (C2) maka tingkat kognitif pada KD harus lebih rendah dari C2, yakni C1.
Atau, boleh juga tingkat kognitif pada KD sama dengan tingkat kognitif pada SK, tetapi
cakupannya harus lebih sempit. Hal ini juga berlaku pada indikator bila dikaitkan dengan KD.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan pada KD, setiap KD dibuat satu
RPP, oleh karenanya bisa saja satu RPP digunakan untuk lebih dari satu kali tatap muka
manakala KD yang dijabarkan cukup besar. Selain itu, pengecekan pencapaian kompetensi
seharusnya juga didasarkan pada KD, setiap KD dilakukan penilaian, dan bila seorang siswa
belum menguasai KD tertentu maka siswa tersebut belum pindah ke KD berikutnya.
Untuk pembelajaran praktik, RPP digantikan dengan job sheet dan atau experiment
sheet. Untuk kelas-kelas awal, setiap KD dijabarkan menjadi satu job sheet sehingga sangat
mungkin satu job sheet digunakan lebih dari satu kali pertemuan. Sebaliknya untuk kelas-kelas
akhir, misal kelas XII SMK Teknik Mesin, bisa saja satu job sheet mencakup beberapa KD karena
pekerjaan yang harus diselesaikan siswa sudah komplek, yakni membuat suatu benda utuh dan
berfungsi sehingga penyelesaiannya memerlukan beberapa kompetensi.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Penyajian oleh guru (shop talk)
Tahap penyajian oleh guru adalah pemberian materi pelajaran oleh guru yang
diselenggarakan di dalam bengkel dan materi yang diberikan juga berkaitan dengan hal-hal
Optimalisasi evaluasi Page 7
yang akan dikerjakan oleh siswa dalam tahap praktik. Pada tahap ini, menurut Leigbooy dan
Kidd (1968), pertama-tama guru membuat persiapan kemudian menyajikan bahan pelajaran
dan melakukan demonstrasi. Lebih jauh Leighbody menjelaskan bahwa demonstrasi itu
merupakan metode dasar untuk mengenalkan keterampilan-keterampilan baru kepada siswa.
Dalam membuat persiapan, guru harus menyiapkan alat-alat yang digunakan dalam
penyajian bahan dan demonstrasi. Sedangkan dalam menyajikan bahan pelajaran cara dan
prinsip-prinsip yang digunakan sama dengan cara dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam
menyajikan bahan pelajaran teori keteknikan. Sementara itu dalam melakukan demonstrasi,
guru harus berusaha agar demonstrsi itu dapat diikuti oleh siswa dengan baik. Selain itu,
sebaiknya guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jawab dengan guru
dan juga memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba keterampilan yang baru saja
dilihatnya.
Dalam pembelajaran praktik, ada suatu hal pokok yang tidak boleh ditinggalkan yaitu
keselamatan kerja. Bahkan, menurut Leighbody dan Kidd (1968) keselamatan kerja itu tidak
dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar keterampilan, oleh karenanya keselamatan kerja
tidak dapat berdiri sendiri tetapi selalu melekat di setiap tahap dalam proses belajar mengajar
keterampilan. Lebih jauh Leighbody dan Kidd mengingatkan agar guru memperhatikan hal-hal
berikut ini.
a) Pada tahap penyajian guru, guru harus menjelaskan kepada siswa bahwa keselamatan
kerja itu sangat penting.
b) Di dalam lembar kerja hendaknya juga dituliskan keselamatan kerja.
c) Pada tahap aplikasi (praktik), guru harus selalu mengawasi para siswa yang sedang praktik
agar tidak bekerja sambil bergurau sehingga menimbulkan kecelakaan, dan bersedia
memberi contoh untuk bertingkah laku secara aman atau selamat.
d) Dalam lembar penilaian hendaknya juga dimasukkan unsur keselamatan kerja.
2) Tahap Kegiatan Siswa (Tahap Praktik)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mempraktikkan teori-teori yang sudah
dimiliki dan langkah-langkah atau gerakan-gerakan yang baru saja dilihatnya saat guru
mendemonstrasikan keterampilan yang sedang dibicarakan. Pada tahap ini, menurut Leighbody
dan Kidd (1968) sebaiknya guru melakukan hal-hal berikut.
Optimalisasi evaluasi Page 8
a) Menyiapkan dan membagikan kepada siswa lembar kerja (job sheet), yaitu lembar tulis
atau lembar cetak yang berisi instruksi-instruksi yang berupa tahap-tahap untuk
melakukan pekerjaan dalam menyelesaikan suatu tugas praktik. Tahap-tahap ini meliputi
urutan pengerjaan, cara mengerjakan, dan alat-alat yang digunakan, serta keselamatan
kerja yang harus diperhatikan oleh siswa.
b) Mengawasi agar siswa melatih dan mengembangkan keterampilan yang sudah dimiliki
dan baru saja diamati pada tahap demonstrasi itu dengan benar. Cara berlatih dengan
benar ini penting bagi siswa, lebih-lebih siswa pemula, karena cara berlatih dengan benar
akan membentuk kebiasaan yang baik pula. Sebaliknya, jika siswa dibiarkan berlatih
dengan cara yang salah maka siswa itu akan mempunyai kebiasaan kerja yang salah pula.
Pengawasan ini hendaknya dilakukan secara individual (siswa demi siswa).
c) Memberi motivasi kepada siswa sehingga mereka mau berlatih atau praktik dengan
benar, cepat dan sungguh-sungguh.
d) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya atau memberi pertanyaan
balik yang bersifat membantu siswa sehingga dengan pertanyan itu siswa tersebut
mendapat bahan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
e) Bersedia memberi contoh (mendemonstrasikan ulang) jika hal itu diperlukan oleh siswa
dan dianggap tepat oleh guru.
c. Tahap Penilaian
Menurut Salkind (2013) penilaian vokasi seseorang harus mampu mendeskripsikan
seberapa tinggi keahlian orang itu pada pekerjaan yang ditekuninya. Soeprijanto (2010)
menambahkan bahwa penilaian hasil belajar praktik harus mencakup penilaian proses dan
penilaian produk. Menurut Ryan (1960) hasil belajar keterampilan dapat diukur dengan cara: 1)
pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama proses belajar mengajar
praktik, 2) sesudah mengikuti pelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada siswa untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta 3) beberapa waktu sesudah pelajaran
selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sejalan dengan ahli lain, Stiggins (2012) berpendapat bahwa untuk menilai keterampilan
tidak cukup bila dinilai secara tradisional atau hanya dengan paper –and- pencil tests, tetapi
harus menggunakan penilaian kinerja. Lebih jauh Stiggins menjelaskan bahwa penilaian
Optimalisasi evaluasi Page 9
keterampilan harus mencakup persiapan, proses pembelajaran, dan produk. Sementara itu,
Leighbody dan Kidd (1968) berpendapat bahwa dalam melakukan penilaian hasil belajar
keterampilan, guru harus memperhatikan dan memperhitungkan : 1) ketelitian ukuran pada
pekerjaan siswa, 2) kemampuan siswa dalam menggunakan alat dan bekerja dengan aman, 3)
kemampuan siswa dalam menganalisa suatu pekerjaan sehingga mampu membuat urutan
pengerjaan dan melaksanakan dengan baik, 4) kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang
diberikan kepadanya, dan 5) kemampuan siswa dalam membaca gambar, diagram atau simbol-
simbol yang dihadapinya.
Hadirin yang berbahagia,
2. Butir-butir soft skills dalam pembelajaran teknik mesin
Dengan melakukan pembelajaran yang baik maka pengetahuan dan keterampilan (hard
skills) serta keterampilan mengelola diri dan mengelola orang lain (soft skills) akan meningkat.
Terkait dengan ini, Coates (2006) menjelaskan soft skills (people skills) adalah kemampuan
berhubungan dengan orang lain: berkomunikasi, mendengarkan, simpatik dalam berdialog,
memberikan umpan balik, kooperatif dalam bekerja sebagai anggota tim, memecahkan
masalah, memberikan sumbang saran dalam rapat, dan memberikan solusi dalam konflik. Bila
sebagai pimpinan, soft skill dapat berupa: teambuilding, memfasilitasi pertemuan, mendorong
munculnya inovasi, memberikan pemecahan masalah, membuat keputusan, merencanakan,
mendelegasikan, mengobservasi, memberi instruksi, melatih, mendorong dan memotivasi.
Lebih jauh Coates (2006) menjelaskan bahwa soft skill dapat dipelajari, baik di dalam
maupun di luar kelas, walaupun hasilnya susah diobservasi, diukur, dan diangkakan. Dengan
memperhatikan penjelasan ini, maka selain mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, pembelajaran teknik mesin juga mampu meningkatkan butir-butir soft skills,
antara lain sebagai berikut.
a. Kerjasama
Pembelajaran teknik mesin sering sekali tampil dalam bentuk tugas yang harus diselesaikan
siswa secara bersama-sama, misal mengerjakan proyek. Dalam tugas akhir, satu pekerjaan
(misal membuat filling cabinet) harus dikerjakan oleh 3 sampai 5 siswa. Dengan kerjasama,
Optimalisasi evaluasi Page 10
siswa akan terbiasa untuk berhubungan, berkomunikasi dan menghargai orang lain sehingga
pada saat mereka terjun di dunia kerja maka kebiasaan ini akan tampak dalam kinerjanya.
b. Komitmen
Tugas yang diberikan pada saat pembelajaran teknik mesin biasanya berbatas waktu, oleh
karenanya tugas tidak akan selesai manakala tidak ada komitmen dari siswa. Dengan adanya
komitmen maka siswa itu merasa memiliki perjanjian atau keterikatan untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan kepadanya.
c. Cermat
Siswa yang belajar teknik mesin harus cermat dalam menyelesaikan tugasnya karena
pekerjaan itu memerlukan ketelitian tinggi; misal pekerjaan membubut poros atau
mengelas pipa gas. Sebagai contoh, apabila poros dibuat terlalu besar dari yang seharusnya
tidak akan masuk dalam bantalan, sebaliknya bila poros dibuat lebih kecil dari yang
seharusnya maka poros tidak dapat digunakan karena putaran poros akan goyang.
d. Tanggung jawab
Siswa peserta pembelajaran teknik mesin juga dilatih bertanggung jawab karena setiap
siswa diberi tugas secara individual dan tugas kelompok. Apabila seorang siswa
serampangan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya maka dia sendiri yang
akan menerima konskuensinya, misal nilai yang dia terima kurang memuaskan atau bahkan
buruk.
e. Disiplin
Siswa yang mengikuti pembelajaran teknik mesin utamanya bila sedang pembelajaran di
bengkel, dituntut untuk disiplin atau mentaati tata tertib dan aturan. Siswa dituntut untuk
taat pada aturan waktu, yakni: waktu datang, waktu pulang, dan waktu pembelajaran (on
task). Sebelum dan sesudah pembelajaran siswa harus apel, sedangkan saat pembelajaran
siswa harus selalu on task karena sedang menggunakan mesin yang membahayakan
keselamatan bila siswa tidak konsentrasi. Saat pembelajaran, siswa dituntut untuk disiplin
dalam menggunakan alat dan atau peralatan, peralatan harus digunakan sesuai dengan
fungsinya. Pahat tidak diperbolehkan untuk memukul, atau pahat potong tidak
diperbolehkan untuk membuat ulir segi empat walaupun secara sepintas bentuk kedua
Optimalisasi evaluasi Page 11
pahat itu sama. Sewaktu pembelajaran, siswa juga dituntut untuk menggunakan pakaian
keselamatan kerja karena bila tidak maka akan membahayakan dirinya dan diri orang lain.
Siswa juga dituntut untuk disiplin membersihkan mesin dan peralatan sesudah digunakan
dan mengembalikan peralatan di tempat yang telah ditentukan.
f. Kemampuan pengambilan keputusan
Pembelajaran teknik mesin juga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengambil keputusan karena selama pembelajaran mereka harus mengambil keputusan,
misal pada saat melakukan finishing dalam membuat poros dengan mesin gerinda, pada
putaran berapa batu gerinda itu harus diputar, dan lain sebagainya. Sudah barang tentu,
kemampuan mengambil keputusan ini didasari pada pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki atau telah dipelajarinya.
g. Kemampuan menghargai karya diri sendiri dan karya orang lain
Setiap siswa peserta pembelajaran teknik mesin harus bangga terhadap produk karyanya,
sehingga mereka dengan senang hati menunjukkan karya sendiri dan menilaikan karyanya
itu kepada guru. Siswa yang mengikuti pembelajaran teknik mesin tidak akan mencela,
merusak karya orang lain, dan tidak akan menukar karyanya dengan karya orang lain.
h. Kemampuan ber-estetika
Produk yang dihasilkan siswa teknik mesin, misal: filling cabinet, dongkrak, dan lain
sebagainya selain harus sesuai dengan rancangan, produk-produk itu juga harus rapi, dan
indah. Dalam pembelajaran teknik mesin, siswa harus berlatih untuk menghasilkan produk
yang rapi dan indah. Ini berarti bahwa pembelajaran teknik mesin dapat meningkatkan
kemampuan estetika siswa.
Delapan butir soft skills yang telah dijelaskan di atas akan sangat bermanfaat setelah
siswa lulus dan terjun ke dunia kerja. Apabila seorang pekerja dapat menumbuhkembangkan
butir-butir soft skills ini maka kemungkinan besar dia akan sukses. Hal ini selaras dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Havard University di Amerika Serikat (Jamal Ma’mur Asmani,
2011) yang menyatakan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh 20% hard skills dan 80%
Optimalisasi evaluasi Page 12
soft skills. Oleh karenanya, betapa pentingnya pembelajaran yang mampu meningkatkan soft
skills.
Perreault menjelaskan bahwa soft skills merupakan kualitas personal, atribut atau
tingkat komitmen seseorang, yang membedakan orang tersebut dengan orang lain yang
memiliki kecerdasan dan pengalaman sama (Mitchel, 2008). Sementara itu, Mitchel (2008)
yang mengutip pendapat James dan James mengatakan bahwa soft skills merupakan cara baru
untuk mendeskripsikan seperangkat kemampuan atau talenta seseorang yang tampak saat dia
bekerja. Lebih jauh James dan James menjelaskan bahwa soft skills seperti kemampuan untuk
bekerja dalam tim, keterampilan berkomunikasi, keterampilan kepemimpinan, layanan
langganan, dan keterampilan pemecahan masalah sangat bermanfaat untuk perkembangan
karir.
Tidak berbeda dengan ahli lain, Coates (2006) menjelaskan bahwa soft skills itu susah
diobservasi, susah dikuantifikasikan, dan susah diukur. Soft skills diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari sebagaimana kehidupan memerlukan bekerja. Soft skills itu berkaitan dengan cara
berinteraksi dengan orang lain, seperti komunikasi, mendengarkan, dialog, memberikan umpan
balik, sebagai anggota tim yang kooperatif, memberi masukan saat rapat, dan memberikan
solusi pada saat terjadi konflik. Sementara itu, Chaturvedi, et al. (2011) menjelaskan bahwa soft
skills adalah istilah sosiologi yang terkait dengan kecerdasan emosi, kelompok dari ciri
personaliti, gerak-gerik sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan personal, keakraban, dan
optimisme yang menjadi karakteiristik seseorang sewaktu melakukan hubungan dengan orang
lain. Secara esensial, soft skills merupakan ketrampilan mengembangkan diri, keterampilan
kepemimpinan, keterampilan berinteraksi, keterampilan berorganisasi, dan keterampilan
berkomunikasi.
Betapa pentingnya pembelajaran yang dapat memupuk dan atau meningkatkan butir-
butir soft skills, karena kemampuan inilah nantinya yang akan mengantarkan siswa yang telah
lulus dan sudah bekerja, sukses di dunia kerja. Untuk itu, harus diupayakan agar pembelajaran
berjalan secara optimal, harus memanfatkan berbagai informasi relevan, termasuk informasi
dari evaluasi pembelajaran.
Optimalisasi evaluasi Page 13
Hadirin yang berbahagia,
3. Evaluasi Pembelajaran
a. Pengertian Evaluasi
Pada umumnya suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
itu mempunyai tujuan. Tujuan akan dapat dicapai manakala tujuan itu selaras dengan
kemampuan yang dimiliki dan mengetahui serta melaksanakan cara-cara untuk meraih tujuan
tersebut. Untuk mengetahui ketepatan pelaksanaan cara untuk meraih tujuan dapat dilakukan
evaluasi. Sebenarnya manfaat evaluasi tidak hanya untuk mengetahui ketepatan pelaksanaan
cara saja tetapi juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan keberhasilan
pencapaian tujuan.
Menurut Fitzpatrick, et.al. (2011), evaluasi adalah kegiatan yang sistematis untuk
mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengaplikasikan suatu kriteria untuk menentukan
keberhasilan suatu program. Sementara itu, Merten (2010) menjelaskan evaluasi adalah usaha
yang sistematik dan obyektif untuk menilai perkembangan dan pencapaian tujuan suatu
program. Tidak jauh berbeda, Stufflebeam (Trespeces, 1993) menjelaskan bahwa evaluasi itu
merupakan suatu proses pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi
pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan selanjutnya. Dengan demikian
yang dimaksud dengan evaluasi adalah kegiatan yang sistematis untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menyajikan informasi secara akurat dan bermanfaat untuk menafsirkan
keberhasilan suatu program, dan sebagai bahan untuk membuat keputusan baru.
Berbeda dengan evaluasi, penilaian adalah kegiatan yang sistematis untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan informasi secara akurat dan bermanfaat untuk
menafsirkan keberhasilan belajar siswa. Sttigins (2012) menjelaskan bahwa penilaian adalah
proses pengumpulan informasi tentang belajar siswa untuk perbaikan pembelajaran. Wright
dan Stones (1992) menuliskan “assessment provides an accounting of how much student learn
in school and what resources are expended on achieving those learning outcome”. Penilaian
dapat menjelaskan seberapa jauh siswa belajar di sekolah dan sumber apa saja yang diperlukan
untuk mencapai hasil pembelajaran tersebut. Sementara itu, Djemari Mardapi (2008)
menjelaskan bahwa penilaian meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar
Optimalisasi evaluasi Page 14
peserta didik. Bukti ini tidak selalu diperoleh melalui tes, tetapi juga bisa dikumpukan melalui
pengamatan atau laporan diri. Dengan demikian, penilaian adalah penafsiran terhadap
informasi atau dapat juga skor hasil pengukuran dan hasilnya dikenakan pada orang perorang.
Informasi yang diperlukan dalam penilaian dan evaluasi dapat dikumpulkan melalui
pengukuran dan non pengukuran. Gronlund (1985) menyatakan “measurement as process of
obtaining of numerical description of the degree to which an individual possesses a particular
characteristic”. Sama dengan Gronlund, Keeves dan Masters (1999) juga mengatakan bahwa
pengukuran adalah pemberian angka (kuantitas numerik) pada objek-objek atau kejadian-
kejadian menurut aturan. Senada dengan ahli lainnya, Nunnally (1978) juga menjelaskan bahwa
pengukuran itu terdiri dari aturan-aturan untuk memberikan angka/bilangan kepada objek
dengan cara yang sedemikian rupa sehingga dapat mempresentasikan secara kuantitatif sifat-
sifat objek tersebut.
Definisi pengukuran yang dijelaskan para ahli di atas menegaskan bahwa dalam
pemberian angka pada subjek, objek atau kejadian tidak asal memberi angka namun harus
menggunakan aturan-aturan, tidak sembarangan. Artinya, orang yang akan memberi angka
pada subjek, objek, ataupun kejadian harus memperhatikan kaidah- kaidah tertentu agar angka
yang diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Semakin jauh seseorang meninggalkan
aturan-aturan pengukuran maka semakin besar kesalahan yang terjadi.
Pengukuran itu sendiri dapat dilakukan melalui tes dan dapat pula tidak melalui tes.
Menurut para ahli, testing adalah suatu proses pengangkaan atau kuantifikasi potensi kognitif
dan psikomotor yang menggunakan alat yang dirancang secara khusus. Ujian bagi siswa
merupakan proses kuantifikasi prestasi belajar siswa dalam bidang tertentu yang melalui tes.
Mengukur panjang meja atau tinggi badan seseorang merupakan kuantifikasi suatu objek yang
tidak melalui tes.
Secara sederhana Salkind (2013) menjelaskan tes adalah kegiatan sistematis yang
digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan seseorang pada bidang atau keterampilan
tertentu. Allen & Yen (1979) menyebut tes sebagai “device for obtaining a sampel of an
individual’s behavior”. Tes sebagai instrumen atau prosedur sistematis untuk mengukur sampel
perilaku seseoramg. Sementara itu, Cronbach (Fernandes, 1984) menjelaskan tes adalah
Optimalisasi evaluasi Page 15
prosedur yang sistematis untuk mengamati dan menggambarkan satu atau lebih karakteristik
seseorang dengan bantuan skala numerik atau sistem kategori.
Uraian di atas menegaskan bahwa ada perbedaan antara pengukuran, tes, penilaian,
dan evaluasi. Pengukuran adalah kegiatan secara sistematis untuk mengkuantifikasikan
(mengangkakan) suatu subyek atau obyek atau trait (sifat). Pengukuran dapat dilakukan
melalui tes dan non tes, yang dalam hal ini tes sebagai kata kerja. Tes sebagai kata kerja
adalah kegiatan secara sistematis untuk mengkuantifikasikan suatu potensi, sedangkan tes
sebagai kata benda adalah seperangkat pertanyaan yang jawabannya ada unsur benar dan
salah. Penilaian adalah penafsiran terhadap data yang salah satunya adalah skor hasil
pengukuran yang implikasinya dikenakan pada orang perorang, misal kamu lulus atau tidak
lulus; atau kamu baik atau tidak baik. Sementara itu, evaluasi adalah penafsiran terhadap data
yang salah satunya adalah skor hasil pengukuran yang implikasinya dikenakan pada
sekelompok orang atau program, misal rata-rata skor Matematika sekolah ini adalah 7,8
sehingga dapat dikatakan bahwa program pembelajaran Matematika di sekolah ini berhasil.
b. Prinsip-prinsip evaluasi
The American Evaluation Association telah mengeluarkan satu set kode etik bagi para
evaluator dalam bidang pendidikan yang dinamakan dengan “The Guiding Principles for
Evaluators” (Fitzpatrick, et.al, 2011). Prinsip-prinsip tersebut menjelaskan bahwa evaluator
hendaknya: (1) melakukan evaluasi secara sistematis, (2) memiliki kompetensi memadai, (3)
memiliki integritas/kejujuran tinggi, (4) respek terhadap keamanan dan kenyamanan
responden, partisipan program, dan pada siapapun yang interaksi dengannya, (5) bertanggung
jawab atas keamanan dan kenyamanan: cermat dan memperhitungkan diversifikasi interes dan
value yang terkait dengan keamanan dan kenyamanan umum. Dengan memperhatikan dan
melaksanakan pedoman evaluator ini maka evaluasi akan berjalan lancar, hasil yang didapatkan
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sementara itu The Joint Committee on Standards for
Educational Evaluation (Mc Namara, 1998) menjelaskan bahwa program seharusnya: feasibel,
dilaksanakan secara legal, etis, memberikan informasi yang diperlukan (bermanfaat),
memberikan informasi yang lengkap dan berharga tentang program (kecermatan).
Optimalisasi evaluasi Page 16
Langkah penting dalam evaluasi adalah menentukan model evaluasi yang akan
digunakan, karena banyaknya model evaluasi (sekitar 35 model), yang masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Ada model evaluasi yang berorientasi pada tujuan seperti halnya
model Tyler, berorientasi pada keputusan seperti halnya model CIPP, model evaluasi
berorientasikan kinerja program seperti halnya goal free evaluation dari Scriven.
Sifat utama pendekatan evaluasi berorientasi tujuan adalah bahwa tujuan kegiatan
ditentukan, dan kemudian evaluasi difokuskan pada sejauh mana tujuan-tujuan tersebut
tercapai. Dalam banyak hal, sebuah program telah memiliki tujuan yang jelas, namun
adakalanya, evaluator harus bekerja dengan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
merumuskan tujuan program, sering disebut goal atau standar. Peran kunci evaluator dalam
evaluasi berorientasi tujuan adalah menentukan apakah beberapa atau semua tujuan program
tercapai dan, apabila demikian, seberapa baik tujuan tersebut tercapai. Dalam pendidikan,
tujuan bisa berupa tujuan pembelajaran atau program pelatihan. Informasi yang didapat dari
evaluasi berorientasi tujuan dapat digunakan untuk menentukan apakah terus membiayai
program, membuat perubahan-perubahan penting dalam pembiayaan, atau membuangnya dan
mempertimbangkan pendekatan-pendekatan lain.
Pendekatan evaluasi berorientasi keputusan dimaksudkan untuk memperoleh informasi
evaluatif yang dapat digunakan oleh evaluator untuk melayani administrator, manager,
pengambil kebijakan, dewan, staf program, dan lain-lain yang membutuhkan informasi
evaluatif. Dalam pendekatan yang berorientasikan keputusan, evaluator bekerja bersama
dengan administrator, mengidentifikasi keputusan yang dibuat oleh administrator berdasarkan
tingkat program, dan kemudian mengumpulkan informasi yang cukup mengenai kekuatan dan
kelemahan masing-masing pilihan keputusan untuk mendapatkan penilaian yang fair.
Keberhasilan evaluasi terletak pada kualitas kerja tim antara evaluator dan pengambil
keputusan sehingga akan melahirkan keputusan yang tepat.
Model goal free evaluation dianggap sebagai tandingan model yang dikembangkan oleh
Tyler, yaitu goal oriented evaluation model, yang menjadikan tujuan program merupakan objek
pengamatan utama (Fernandes, 1984). Pada model ini, evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan, terus menerus, mengecek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana
Optimalisasi evaluasi Page 17
di dalam proses pelaksanaan program. Dalam model evaluasi goal free, evaluator akan melihat
efek nyata (actual effect) dari suatu program, bukan hanya efek termaksud ( intended effect).
Dari konsep itu lahirlah sebuah asumsi bahwa goal free evalution model tidak berdasar pada
goal tetapi pada effect.
Lebih jauh Fernandes (1984) menjelaskan bahwa menurut Scriven, dalam melaksanakan
evaluasi program, evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program
tetapi justru melihat bagaimana program bekerja, dengan jalan mengidentifikasi hal-hal yang
terjadi, baik hal-hal positif (hal yang diharapkan) maupun hal negatif (yang tidak diharapkan).
Tujuan tidak perlu begitu diperhatikan karena ada kemungkinan evaluator terlalu rinci
mengamati tiap-tiap tujuan khusus dan lupa dengan proses (seberapa jauh) program berjalan.
Goal free evaluation disebut dengan evaluasi lepas dari tujuan, tidak berarti model ini lepas
sama sekali dari tujuan, tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya
mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci
perkomponen.
Kekurangan yang diperkirakan muncul bila salah satu dari model yang telah dijelaskan di
atas digunakan dalam evaluasi pembelajaran teknik mesin adalah adanya ketidaksesuaian
antara input dan output, serta hasil evaluasi kurang bisa dimanfaatkan untuk perbaikan
pembelajaran. Bila hal ini dibiarkan terjadi, berarti evaluasi itu tidak optimal. Oleh karena itu
perlu dipilih model yang mampu menghilangkan kekurangan-kekurangan tersebut.
c. Logic model untuk evaluasi pembelajaran teknik mesin
Evaluasi pembelajaran teknik mesin meliputi evaluasi terhadap: (1) tahap perencanaan,
(2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap penilaian. Pada saat melakukan evaluasi tahap
perencanaan, evaluator harus menyiapkan instrumen untuk menilai kualitas silabus dan job
sheet; termasuk di dalamnya mencermati kandungan soft skills dalam silabus dan job sheet
tersebut. Kualitas silabus dan job sheet perlu dilihat juga dari ada atau tidak adanya kandungan
soft skills di dalamnya, agar di masa datang penyusunan silabus dan RPP selalu
mengintegrasikan butir-butir soft skills.
Pada saat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran, evaluator harus mengevaluasi
tahap persiapan (shop talk) dan tahap kegiatan siswa (tahap Praktik). Pada tahap persiapan,
Optimalisasi evaluasi Page 18
evaluator harus menyiapkan instrumen untuk mengamati persiapan guru, apakah guru
memberikan shop talk atau tidak. Bila guru memberi shop talk, apakah guru juga: (a)
menggunakan perangkat keselamatan kerja, (b) mendemonstrasikan keterampilan baru atau
keterampilan lama namun masih ada yang belum betul, (c) menyiapkan bahan ajar ( job sheet),
(d) menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam shop talk dan demonstrasi keterampilan, (e)
menyisipkan butir-butir soft skills dalam shop talk dan demonstrasinya, (f) menjelaskan
pentingnya keselamatan kerja, dan (g) memperhatikan posisi siswa untuk meyakinkan bahwa
mereka dapat melihat demonstrasi guru dengan baik. Dengan diamati dan dinilainya butir-butir
di atas, diharapkan tahap persiapan pada pembelajaran teknik mesin di masa datang
dilaksanakan sesuai dengan butir-butir evaluasi tersebut.
Pada tahap siswa praktik, evaluator harus mengobservasi pelaksanaan praktik siswa
dengan mengamati perilaku siswa dan guru. Evaluator mengamati perilaku guru, antara lain
apakah guru: (a) memberi job sheet kepada siswa, (b) menggunakan perangkat keselamatan
kerja, (c) mengawasi praktik siswa selama pembelajaran, (d) membetulkan bila siswa
melakukan kesalahan, dan (e) memberi contoh berperilaku sesuai dengan butir-butir soft skills,
misal bekerjasama, tanggung jawab, disiplin, berkomitmen, cermat, berkemampuan
menghargai karya diri sendiri dan karya orang lain, berkemampuan mengambil keputusan, dan
berkemampuan berestetika. Evaluator juga harus mengamati perilaku siswa, antara lain
apakah siswa: (a) menggunakan seperangkat alat keselamatan kerja, (b) melakukan praktik
selama jam pembelajaran, dan (c) berperilaku sesuai dengan butir-butir soft skills, misal
bekerjasama, tanggung jawab, disiplin, berkomitmen, cermat, berkemampuan menghargai
karya diri sendiri dan karya orang lain, berkemampuan mengambil keputusan, dan
berkemampuan berestetika. Dengan diamati dan dinilainya butir-butir perilaku guru dan siswa
di atas, diharapkan tahap praktik siswa pada pembelajaran teknik mesin di masa datang
dilaksanakan sesuai dengan butir-butir evaluasi tersebut.
Pada tahap penilaian, evaluator harus mencermati dan menilai bagaimana penilaian
yang dilakukan guru, apakah penilaian guru mencakup perilaku siswa selama proses
pembelajaran dan penilaian terhadap produk praktik. Oleh karena perilaku siswa dalam
pembelajaran praktik sudah dinilai pada tahap siswa praktik, maka evaluator hanya
Optimalisasi evaluasi Page 19
memfokuskan pada penilaian terhadap produk praktik siswa. Pada saat menilai produk, apakah
guru menilai: (a) ukuran, (b) kecepatan, dan (c) kerapihan pekerjaan. Dengan diamati dan
dinilainya butir-butir di atas, diharapkan tahap penilaian produk pada pembelajaran teknik
mesin di masa datang dilaksanakan sesuai dengan butir-butir evaluasi tersebut.
Selaras dengan uraian di atas dan agar evaluasi pembelajaran teknik mesin dapat
optimal maka metode evaluasi yang digunakan adalah Logic Model. Evaluasi yang dirancang
secara terpadu dengan program yang akan dievaluasinya, yakni program yang memiliki
komponen-komponen yang secara sistematis dan logis saling berhubungan; yakni antara
komponen program (misal input) dengan komponen program lainnya (misal kegiatan yang
terencana), dan perubahan perilaku yang diharapkan atau hasil program. Dengan demikian,
evaluator mengenali dengan baik komponen-komponen program yang akan dievaluasi dan
keterkaitan antar komponen, sehingga (1) kecil kemungkinannya terjadi ketidaksesuaian antara
input dan output, serta (2) hasil evaluasi betul-betul dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
pembelajaran yang pada gilirannya mampu meningkatkan soft skills lulusan.
Kelemahan menyolok dari logic model adalah model ini susah digunakan untuk
mengevaluasi program yang sedang dan sudah berjalan. Hal ini dapat difahami karena sangat
susah memadukan antara rancangan program yang sedang dan sudah berjalan dengan
rancangan evaluasi yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, asumsi yang harus dipenuhi agar
logic model dapat digunakan adalah program yang akan dievaluasi sedang tahap perencanaan.
Atau dengan kata lain, evaluasi dan program dirancang secara terpadu agar evaluator mengenal
komponen program, dan kaitan antar komponen program dengan baik.
Terkait dengan hal di atas, Kellog Foundation (2004) mengatakan bahwa logic model
adalah suatu diagram dan teks yang menggambarkan hubungan yang sistematis dan logis
antara komponen program seperti (input) suatu program, kegiatan yang terencana, dan
perubahan perilaku yang diharapkan atau hasil program. McNamara (1998) mengatakan: a
logic model is a logical chain of connections showing what a program intends to accomplish.
Sementara itu, Fitzpatrick, et.al (2011) mengatakan bahwa logic model telah menjadi satu alat
yang kuat dan berguna untuk mendukung (scaffolding) evaluasi, membantu menentukan dan
menjelaskan apa yang harus diukur dan kapan. Evaluasi haruslah merupakan bagian integral
Optimalisasi evaluasi Page 20
dari kegiatan mulai dari permulaan, dan evaluasi haruslah berdasar atas pemahaman penuh
terhadap program yang sedang berjalan.
Sebenarnya logic model memiliki jangkauan penggunaan yang lebih luas, dapat
digunakan sebagai alat untuk perencanaan, untuk pengelolaan, dan untuk mendokumentasikan
kegiatan-kegiatan yang tidak terhitung jumlahnya, dari intervensi pendidikan hingga
pendesainan kembali dan pemecahan masalah organisasi. Bahkan, akhir-akhir ini logic model
telah menjadi alat yang populer di sekitar evaluasi (Kellog Foundation, 2004). Dengan logic
model, akan tampak jelas keterkaitan antara input, kegiatan, dan output. Menurut Fitzpatrick,
et.al (2011) alasan utama penggunaan logic model adalah perannya dalam meletakkan dasar-
dasar untuk suatu evaluasi yang bermakna dan menyeluruh. McNamara (1998) mengatakan
logic model is core of planning and evaluation.
Saat ini logic model banyak digunakan dalam perencanaan dan evaluasi program.
Sebelum mulai mengembangkan rancangan evaluasi, sebaiknya evaluator mengembangkan
logic model untuk proyeknya. Melalui pengembangan, atau pengkajian, logic model tersebut,
evaluator dapat meningkatkan pemahamannya mengenai apa yang akan dikerjakan oleh
proyek dan strategi-strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Ketika logic
model sudah dikembangkan dan dipahami, bagian-bagiannya menjadi panduan utama bagi
evaluasi dan bagi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
Selain itu, evaluator dapat menggunakan logic model untuk membantu staf program
merumuskan dan membahas harapan-harapan mereka mengenai bagaimana program mereka
dapat mencapai tujuan, dan unsur-unsur apa yang penting untuk dievaluasi. Dengan demikian,
evaluator dan staf program memahami benar program yang akan dievaluasi dan keterkaitan
antara komponen program tersebut, serta tujuan yang akan dicapai. Menurut Kellog
Foundation (2004), ada beberapa manfaat yang diperoleh evaluator dengan menggunakan
logic model dalam evaluasi, yaitu: (a) meningkat pemahamannya terhadap program, (b)
memperoleh rambu-rambu cara merancang evaluasi, (c) meningkat kemampuan perancangan
dan manajemennya, (d) memperoleh rambu-rambu cara menentukan prioritas dan alokasi
sumber, dan (e) memperoleh rambu-rambu cara menggunakan sumber-sumber evaluasi secara
bijaksana.
Optimalisasi evaluasi Page 21
OutcomesInputInputs
OutputsActivities
ImpactOutcomesResources/ inputInputs
Outputs Activities
Menurut Fitzpatrick, et.al, (2011) dan Frechtling (2007) logic model terdiri atas empat
unsur utama, yakni: input, activities, output, dan outcome program; outcome menunjukkan
tujuan-tujuan jangka panjang program sedangkan output menunjukkan dampak-dampak
langsung program. Model ini biasanya disajikan dalam bentuk diagram seperti Gambar 1
berikut.
Gambar 1. Logic Model Menurut Fitzpatrick, et.al, 2011 dan Frechtling (2007)
Inputs—masukan, misal anggaran tahunan, fasilitas staff, perlengkapan, dan bahan-bahan yang diperlukan untuk menjalankan program
Activities—kegiatan, misal acara mingguan, kurikulum, lokakarya, pertemuan, pengangkatan,
layanan klinis, selebaran, pelatihan staf, dan semua komponen penting program
Outputs—hasil langsung atau hasil jangka pendek, misal jumlah peserta atau klien yang dilayani
tiap minggu, jumlah pertemuan kelas, jumlah jam tatap muka layanan langsung untuk masing-
masing peserta, jumlah selebaran dan produk-produk langsung program
Outcomes- hasil jangka menengah dan hasil jangka panjang, misal perkembangan peserta.
Sementara itu, Kellogg Foundation (2004) menjelaskan bahwa logic model terdiri atas
lima komponen, yaitu: resources/input, activities, output, outcomes, dan impact yang bila
ditampilkan dalam bentuk diagram tampat seperti Gambar 2 berikut.
Planned work Intended results
Gambar 2. Logic Model Menurut Kellogg Foundation (2004)
Keterangan Gambar 2 adalah sebagai berikut.
Planned work: menjelaskan sumber apa saja yang diperlukan untuk mengimplementasikan program itu dan kegiatan apa yang akan dilakukan
Resources/inputs: termasuk SDM, finansial, sumber organisasi dan komunitas program yang telah tersedia untuk mengerjakan pekerjaan itu
Optimalisasi evaluasi Page 22
OutcomesResources/Inputs
Outputs Activities
Activities: apa yang program lakukan terhadap input; yakni proses, peralatan, kejadian, teknologi dan tindakan yang disengaja merupakan bagian dari implementasi program. Intervensi ini digunakan untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan atau hasil
Outputs: produk langsung dari kegiatan program dan bisa saja termasuk tipe, tingkat, dan target layanan yang akan diberikan oleh program.
Outcomes: perubahan spesifik pada partisipan program dalam hal perilaku, pengetahuan, keterampilan, status, dan tingkat pekerjaannya
Impact: perubahan mendasar baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan yang terjadi pada organisasi (lembaga), komunitas, atau sistem sebagai hasil dari kegiatan program.
Intended result: hasil yang diharapkan pada jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang (output, outcome, impact).
Secara sepintas, ada perbedaan antara Gambar 1 dan Gambar 2, namun sebenarnya
keduanya sama karena hasil program sama-sama mencakup hasil jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang (output, outcome, impact). Pembahasan selanjutnya dalam
makalah ini akan digunakan Gambar 2 karena lebih mudah difahami.
Menurut Kellog Foundation (2004) logic model adalah serangkaian hubungan “if-then”
yang apabila diimplementsikan sebagaimana yang direncanakan akan menuju tujuan yang
diinginkan. Apabila serangakaian hubungan “if-then” ini dipadukan dengan Gambar 2, maka
hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Planned work Intended results
Gambar 3. Rangkaian hubungan “if-then” dalam logic model Kellog Foundation (2004)
Optimalisasi evaluasi Page 23
Resources/ inputs needed to operate program
If you have access to them, then you can use them to accomplish planned activities
If planned activities are accomplishedthen you can deliver the product/ services that you intended
If planned activities are accomplished to the extent intended, then participants will benefit in certain ways
If these benefits to participants are achieved, then certain changes in organisations, systems or communities might be expected to occur
Impact
OutcomesResources/Inputs
Outputs Activities
Gambar 3 menunjukkan bahwa apabila sumber yang diperlukan untuk program telah
tersedia maka kegiatan yang telah dirancang dapat diselesaikan. Apabila kegiatan yang telah
dirancang dapat diselesaikan maka akan dihasilkan produk langsung yang telah direncanakan.
Apabila kegiatan yang telah dirancang dapat diselesaikan ke-ekstensi yang diharapkan maka
partisipan akan memperoleh manfaat khusus. Apabila partisipan memperoleh manfaat khusus
maka akan terjadi perubahan khusus pada organisasi, sistem ataupun komunitas tempat
partisipan tersebut bertugas. Terkait dengan hal ini, ada satu hal penting yang harus diingat
bahwa program itu tidak selalu linier, output dan outcome dapat terjadi kapan saja.
Apabila logic model ini diterapkan pada evaluasi pembelajaran teknik mesin maka
evaluasi itu akan menjadi optimal karena: (1) komponen program secara logis saling mengkait,
(2) komponen yang tidak berfungsi dapat diketahui dengan cepat dan tepat karena tidak hanya
mempengaruhi hasil akhir tetapi juga mempengaruhi komponen sesudahnya, (3) kecil
kemungkinannya terjadi ketidaksesuaian antara input dengan output karena program dan
evaluasinya dirancang secara terpadu, dan (4) hasil evaluasi suatu komponen digunakan untuk
memberi masukan pada komponen lainnya. Selanjutnya, apabila logic model ini diterapkan
untuk evaluasi pembelajaran teknik mesin, maka model itu akan terlihat seperti pada Gambar
4.
Planned work Intended results
Gambar 4. Logic model untuk evaluasi pembelajaran teknik mesin
Optimalisasi evaluasi Page 24
Silabus dan jobsheet yang berisi hard skill dan soft skill (sumber)
Jika sumber tersedia, maka pem belajaran teknik mesin yg menyisip kan soft skill tersele saikan
Jika pembela jaran tersele-saikan maka pengetahuan dan perilaku soft skill siswa di klas bertambah baik
Jika pembela jaran diper panjang sam pai di luar klas maka pe rilaku soft skill siswa di luar klas ber tambah baik
Jika perilaku soft skill siswa di luar klas sdh baik maka perilaku soft skill siswa di masyara kat juga baik, bah- kan perilaku soft skill orang di seki tarnya juga baik
Impact
Gambar 4 menunjukkan bahwa ada serangkaian hubungan yang logis mulai resources
sampai pada impact. Rangkaian ini merupakan rangkaian perencanaan program sekaligus
evaluasinya. Penyusunan rancangan kegiatan pada program, sekaligus menyusun instrumen
yang digunakan pada saat melakukan evaluasi itu. Dengan cara demikian maka evaluasi akan
optimal karena betul-betul mengukur komponen atau kegiatan yang dilakukan dan hasil
program.
Pada saat merencanakan, selain berisi hard skills (pengetahuan dan keterampilan),
silabus dan job sheet juga harus disisipi butir-butir soft skills, dan butir-butir inilah yang
nantinya digali pada saat evaluasi atau pencermatan terhadap silabus dan job sheet. Butir-butir
soft skills yang terkandung dalam silabus dan job sheet antara lain: kerjasama, komitmen,
cermat, tanggung jawab, disiplin, kemampuan pengambilan keputusan, kemampuan
menghargai karya sendiri dan karya orang lain, dan kemampuan bersetetika. Kandungan soft
skills pada silabus dan job sheet juga akan dievaluasi atau diamati kemunculannya pada saat
shop talk, praktik siswa, tahap penilaian, perilaku siswa di kelas, perilaku siswa di luar kelas, dan
perilaku siswa di masyarakat.
Pelaksanaan pembelajaran teknik mesin terdiri atas dua tahap, yaitu tahap Penyajian
Guru (shop talk) dan Parktik Siswa. Pada saat shop talk, guru melaksanakan/mempraktikkan
silabus dan job sheet yang sudah dirancang. Selain mempraktikkan butir-butir hard skills seperti
guru: (a) menjelaskan substansi dengan jelas, (b) mendemonstrasikan keterampilan baru atau
keterampilan lama namun masih ada siswa yang belum betul, (c) menyiapkan bahan ajar (job
sheet), (d) menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam shop talk dan demonstrasi
keterampilan, (e) menjelaskan pentingnya keselamatan kerja, dan (g) memperhatikan posisi
siswa untuk meyakinkan bahwa mereka dapat melihat demonstrasi guru dengan baik; guru
juga harus mempraktikkan atau memunculkan butir-butir soft skills dalam shop talk dan
demonstrasinya sesuai dengan rancangan.
Butir-butir soft skills yang harus dipraktikkan guru pada saat shop talk, antara lain: (1)
kerjasama, misal memberi kesempatan orang lain untuk membantu, atau untuk bertanya, (2)
komitmen, misal memakai perangkat keselamatan kerja, (3) cermat, misal hati-hati dalam
menggunakan peralatan, terutama sewaktu menggunakan alat ukur presisi, (4) tanggung jawab,
Optimalisasi evaluasi Page 25
misal tidak melempar kesalahan kepada orang lain, (5) disiplin, misal jarang terlambat datang,
(6) kemampuan mengambil keputusan, misal cepat mengambil keputusan, (7) kemampuan
menghargai karya orang lain dan karya sendiri, misal tidak senang menjelek-jelekan karya orang
lain dan karya sendiri, (8) kemampuan berestetika, misal berpakaian rapi, menata peralatan
yang digunakan secara rapi.
Pada saat siswa praktik, guru melaksanakan/mempraktikkan silabus dan job sheet yang
sudah dirancang. Selain mempraktikkan butir-butir hard skills seperti guru: (a) memberi job
sheet kepada siswa, (b) memberi penjelasan yang mudah difahami, (c) trampil dalam
memberikan contoh keterampilan; guru juga harus mempraktikkan butir-butir soft skills. Butir-
butir soft skills yang harus dipraktikkan guru pada tahap siswa praktik, antara lain: (1)
kerjasama, misal memberi kesempatan siswa untuk bertanya, atau mau membantu siswa yang
betul-betul mengalami kesulitan, (2) komitmen, misal memakai perangkat keselamatan kerja
atau tetap memfasilitasi dan atau mengawasi siswa selama pembelajaran berlangsung, (3)
cermat, misal hati-hati dalam menggunakan peralatan, terutama sewaktu menggunakan alat
ukur presisi, (4) tanggung jawab, misal tidak melempar kesalahan kepada orang lain atau siswa,
(5) disiplin, misal jarang terlambat datang, (6) kemampuan mengambil keputusan, misal cepat
mengambil keputusan bila mengahadapi masalah termasuk masalah yang muncul dari siswa,
(7) kemampuan menghargai karya orang lain dan karya sendiri, misal tidak senang menjelek-
jelekan karya orang lain atau karya siswa, (8) kemampuan berestetika, misal berpakaian rapi,
mengingatkan siswa yang tidak rapi.
Tahap terakhir dalam pembelajaran teknik mesin adalah tahap penilaian. Pada tahap
penilaian, evaluator harus mencermati dan menilai bagaimana penilaian yang dilakukan guru,
apakah penilaian guru mencakup perilaku siswa selama proses pembelajaran dan penilaian
terhadap produk praktik. Oleh karena perilaku siswa dalam pembelajaran praktik sudah dinilai
pada tahap siswa praktik, maka evaluator hanya memfokuskan pada penilaian terhadap produk
praktik siswa. Pada saat menilai produk, guru seharusnya menilai: (a) ukuran, (b) kecepatan,
dan (c) kerapihan pekerjaan. Jadi soft skills yang dicermati pada penilaian produk hanya
kemampuan berestetika, misal kerapihan pekerjaan.
Optimalisasi evaluasi Page 26
Selain hard skills (pengetahuan dan kemampuan teknis), paling tidak delapan butir soft
skills (kerjasama, komitmen, cermat, tanggung jawab, disiplin, kemampuan pengambilan
keputusan, kemampuan menghargai karya sendiri dan karya orang lain, dan kemampuan
berestetika) yang harus diamati dalam output, outcome, dan impact pada Gambar 4. Instrumen
untuk mengevaluasi butir-butir soft skills ini dikembangkan bersamaan dengan kegiatan
merancang program dan merancang evaluasi pembelajaran teknik mesin. Hasil evaluasi
dibandingkan dengan kriteria atau tujuan program, bila hasil evaluasi belum sesuai dengan
tujuan maka hasil digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan kegaiatan pembelajaran.
Hadirin yang berbahagia,
SIMPULAN
Sampai saat ini, kondisi pendidikan di Indonesia masih memerlukan perbaikan. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa kasus yang menggambarkan betapa memprihatinkannya kondisi
pendidikan di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah kehidupan para pelajar yang kurang
memperhatikan tugas utamanya sebagai pelajar, yakni belajar. Masih banyak pelajar yang
senang tawuran, kebut-kebutan di jalanan atau melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak
bermanfaat bahkan cenderung merugikan orang lain. Bisa dipastikan, siswa yang seperti ini
belum memiliki soft skills seperti yang diharapkan, bahkan jauh dari harapan. Hal ini
dikarenakan pembelajaran di SMK Jurusan Teknik Mesin masih perlu perbaikan. Ini berarti
bahwa masih diperlukan kerja keras untuk membenahi pembelajaran di SMK Jurusan Teknik
Mesin, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah optimalisasi evaluasi pembelajaran.
Optimalisasi evaluasi adalah usaha memaksimumkan hasil evaluasi dan pemanfaatannya.
Jangan sampai hasil evaluasi tidak tepat sehingga tidak dapat dimanfaatkan. Atau, hasil evaluasi
suatu komponen program sudah tepat namun karena antar komponen tidak saling terkait maka
hasil evaluasi juga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat terjadi manakala
evaluator tidak memahami dengan baik komponen-komponen program yang dievaluasinya,
dan juga tidak memahami kaitan antar komponen program.
Evaluasi pembelajaran teknik mesin dapat optimal manakala cara evaluasi yang
digunakan adalah Logic Model. Evaluasi yang dirancang secara terpadu dengan program yang
Optimalisasi evaluasi Page 27
akan dievaluasinya, yakni program yang memiliki komponen-komponen yang secara sistematis
dan logis saling berhubungan; antara komponen program (misal input) dengan komponen
program lainnya (misal kegiatan yang terencana), dan perubahan perilaku yang diharapkan atau
hasil program.
Dengan menggunakan logic model maka akan ada serangkaian hubungan yang logis
mulai resources sampai pada impact. Rangkaian ini merupakan rangkaian perencanaan program
sekaligus evaluasinya. Penyusunan rancangan kegiatan pada program, sekaligus penyusunan
instrumen yang akan digunakan pada saat melakukan evaluasi itu. Selain itu, evaluator
mengenali dengan baik komponen-komponen program yang akan dievaluasi dan keterkaitan
antar komponen. Dengan cara demikian maka evaluasi akan optimal karena betul-betul
mengukur komponen atau kegiatan yang dilakukan dan hasil program, sehingga: (1) kecil
kemungkinannya terjadi ketidaksesuaian antara input dan output, serta (2) hasil evaluasi betul-
betul dapat dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran yang pada gilirannya mampu
meningkatkan soft skills lulusan.
Hadirin yang berbhagia,
PENUTUP
Demikianlah pidato pengukuhan Guru Besar saya, terima kasih atas kesabaran dan
perhatian para hadirin yang berbahagia untuk mengikuti pidato ini. Dengan segala kerendahan
hati, saya menyadari bahwa pidato ini masih jauh dari sempurna karena berbagai keterbatasan
saya, namun saya tetap berharap mudah-mudahan pidato yang sederhana dan kecil ini
bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, pada kesempatan yang baik ini, saya merasa wajib
bersyukur kepada Allah karena alhamdulillah telah dianugerahi gelar Professor, suatu jabatan
tertinggi di bidang akademik.
Guru Besar ini tidak mungkin dapat tercapai tanpa ijin dari Allah melalui berbagai
perantara yang berbentuk bantuan dari berbagai fihak, antara lain: berupa dorongan, pikiran,
dan pemberian semangat kepada saya. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini,
perkenankanlah saya menyampaikan banyak terima kasih kepada: (a) Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah mengangkat saya sebagai Guru Besar, (2)
Optimalisasi evaluasi Page 28
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kemendikbud yang telah menilai kelayakan usulan Guru
Besar saya, (3) Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menyetujui usulan dan
mendorong saya untuk mengusulkan Guru Besar, (4) Tim tujuh yang terdiri atas: Prof. Dr.
Rochmat Wahab, MPd., M.A., Prof. Dr. Nurfina Aznam, S.U., Apt, Prof. Djemari Mardapi, PhD,
Prof. Dr. Wuraji, Prof. Dr. Haryadi, Prof. Dr. Jumadi, dan Prof. Pardjono, PhD yang telah
memberi masukan dan membimbing dengan cermat sehingga usulan Guru Besar saya on the
track, (5) Tim Penyerasi naskah pidato saya, yakni: Prof. Dr. Rochmat Wahab, MPd., M.A., Prof.
Dr. Achmad Dardiri, M.Hum, Wardan Suyanto, MA, Ed.D, Prof. Djemari Mardapi, PhD, Prof. Dr.
Haryadi, Prof. Dr. Jumadi, dan Prof. Pardjono, PhD (6) Prof. Dr. Gaguk Margono, Prof. Dr. Ismet
Basuki sebagai reviewer external dan Prof. Djemari Mardapi, PhD, Prof. Pardjono, PhD sebagai
reviewer internal karya ilmiah saya, (7) Dekan Fakultas Teknik yang telah mengusulkan ke
Universitas agar usulan Guru Besar saya diproses, (8) Ketua Jurusan dan teman-teman dosen
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin yang telah menyetujui saya untuk mengusulkan Guru Besar,
dan (9) semua fihak yang telah membantu mulai dari permulaan usulan sampai SK Guru Besar
saya keluar. Semoga amal kebaikan Bapak/Ibu yang saya hormati dan telah saya sebutkan tadi
menerima balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amien3x.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada yang terhormat: (1) Bapak dan Ibu guru saya
di Sekolah Dasar Jebugan Bantul, Sekolah Teknik Negeri 1 Bantul, Sekolah Teknologi Menengah
Pertanian Bantul, (2) dosen pembimbing skripsi S1 saya, yakni Bapak Prof. Sukamto, PhD, (3)
dosen pembimbing tesis S2 saya, yakni Prof. Sutrino Hadi, MA (alm) dan Bapak Prof. Sukamto,
PhD, (4) promotor saya, yakni: Prof. Dr. Sumadi Suryabrata (alm), Prof. Djemari Mardapi, PhD,
dan Jahja Umar, PhD, dan (5) semua fihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
memotivasi dan membimbing saya. Semoga amal kebaikan Bapak/Ibu yang saya hormati, saya
banggakan, dan saya sebutkan tadi menerima balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah
SWT. Amien3x.
Hadirin yang saya muliakan,
Di hari yang berbahagia ini, perkenakanlah saya mengulang-ulang memanjatkan doa
kepada Allah untuk kedua orang tua kandung saya yang telah menghadap ALMUMIIT: ya Allah
Optimalisasi evaluasi Page 29
ampunilah segala kesalahan ayah dan ibu saya yang telah menghadapMu, kasihanilah mereka,
tempatkanlah mereka berdua di tempat mulia disisiMu. Doa ini saya panjatkan sebagai tanda
hormat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada Bapak dan Ibu saya yang telah merawat,
mendidik, membimbing, mendoakan, dan menyekolahkan sehingga saat ini saya dapat meraih
Guru Besar. Untuk mertua saya, Bapak H. Muchsin (almarhum) dan Ibu Hj. Mujikirnah yang
sangat saya hormati, perkenankanlah saya menyampaikan banyak terima kasih atas segala
bantuan, bimbingan dan doanya sehingga saya dapat meraih Guru Besar ini.
Terima kasih yang tulus dan mendalam saya sampaikan kepada istri tercinta Dra. Nur
Wahyumiani, MA dan anak kandung yang saya cintai dan banggakan Rahmat Wicaksono, ST
yang telah dengan sabar memberikan dorongan agar saya mengusulkan Guru Besar, membantu
dalam bentuk pikiran, dana, dan doa sehingga alhamdulillah, atas ijin Allah saya dapat meraih
Guru Besar ini. Terima kasih atas semuanya, dan mohon maaf segala kesalahan saya.
Tidak lupa, terima kasih juga saya sampaikan kepada adik-adik kandung saya, yakni
Ngadiyah, Wagiyem bersama Hari dan anak-anak; adik-adik ipar saya: Dra. Nur Wahyumiati
bersama Suryadi dan anak-anak, Dra. Nur Hidayatun bersama Samsudi, SH dan anak-anak, Nur
Syamsiati, S.Pd dan anak-anak, anak mantu dan cucu, Ir. Rahmat Nugroho, MM bersama Dewi
dan anak-anak yang telah membantu doa sehingga alhamdulillah jabatan Guru Besar ini dapat
saya raih.
Hadirin yang berbahagia,
Perkenankanlah saya menutup pidato saya ini dengan doa:
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkanlah kami
dari siksa api neraka. Amien, yaa Rabbal ‘aalamiin.
Optimalisasi evaluasi Page 30
DAFTAR PUSTAKA
Allen, M.J. & Yen, W.M. 1979. Introduction to measurement theory. Monterey, CA: Brooks/Cole Publishing Company.
Badrun Kartowagiran, Amat Jaedun, dan Heri Retnowati. 2012. Evaluasi implementasi standar proses dan standar penilaian di SMK Jurusan Teknik Mesin di D.I. Yogyakarta. Laporan penelitian. Yogyakarta: tidak diterbitkan
Barber, M and Mourshed, M. 2012. Profesional development international. New York: Pearson
Chaturvedi, A., Yadav, K.A., and Bajpai, S. 2011. Communicative approach to soft and hard skills. VSRD-IJBMR, Vol. 1 (1), 2011, 1-6. Diambil tanggal 10 Februari 2013
Coates, D.E. 2006. People skills training: Are you getting a return on your investment?. Diambil tanggal 8 Februari 2013 dari www.Initforlife.com.
Djemari Mardapi. 2008. Teknik penyusunan instrumen: tes dan non tes. Yogyakarta: MITRA CENDIKIA
Fernandes, HJX. 1984. Evaluation of educational program. Jakarta : National Education Planning Evaluating and Curriculum Development
Fitzpatrick, J.L., Sanders, J.R., and Worthen B.R. 2011. Program evaluation: Alternative approach and practical guidelines. New York: Pearson Education. Inc.
Gronlund, N.E. 1985. Measurement and evaluation in teaching. New York: Macmillan Publising Co.
Gultom, S (KaBPSDMP & PMP). 2011. Strategi pembinaan profesionalisme guru. Disampaikan pada Workshop Pengembangan soal Uji Kompetensi Awal di Hotel Sentul Bogor, 2- 4 Februari 2012.
Jamal Ma’mur Asmani. 2011. Buku Panduan Internalisasi pendidikan karakter di sekolah. Yogyakarta: Diva Press
Keeves, J.P. and G.N. Masters. 1999. Introduction. Advances in measurement in educational research and assessment ( edited by: John P. Keeves and Geofferey Masters Tokyo: Pergamon
Kellog Foundation. 2004. Logic model development guide. Michigan: www.wkkf.org. Diambil 20 Februari 2013.
Leigybody, G.B., dan Kidd, M.D. 1968. Methods of teaching shops and technical subject. New York: Delmar Publishers.
Marzano, R.J. Frontier, T., Livinnhston, D. 2011. Effective supervision. Alexandria: ASCD
McNamara .1998. Logic Model. http://www.healthpromotion.act.gov.au/utilities/about.htm. Diambil 20 Februari 2013.
Mills, H.R. 1977. Teaching and training . London: Macmillan Press, Ltd
Optimalisasi evaluasi Page 31
Mitcell, W.G. 2008. Essential soft skills for success in the twenty-first century workforceas perceived by business educators. Diambil 8 Februari 2013
Permendiknas R.I. Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Permendiknas R.I. Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
Ryan, D.C. 1960. Characteristics of teachers, A research study: their description, comparation and appraisal. Washington D.C.: American Council of education
Salkind, N.J. 2013. Test & measurement for people who hate test & measurement. California: SAGE Publication, Inc.
Soeprijanto .2010. Pengukuran kinerja guru praktik kejuruan. Jakarta: CV.Tursina.
Stigin, R. and Chapuis, J. 2012. Introduction to student involved assessment for learning, 2 nd edition. Boston: Addison Wesley.
Trespeces, FA. 1993. The CIPP Model. Qoezon City : Innotech.
Wright, B. D., & Stone, M. H. (1992). Best test design. Chicago: Mesa Press.
Optimalisasi evaluasi Page 32
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Prof. Dr. Badrun Kartowagiran
NIP/NIDN : 19530725 197811 1 001// 0025075303Satminkal : Fakultas Teknik Universitas Negeri YogyakartaTempat dan Tanggal Lahir : Bantul, 25 Juli 1953Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin Janda/DudaAgama : Islam Golongan, TMT : IV b, TMT: 1 Okt 2000Memiliki Sertifikat dosen : Ya TidakJabatan Fungsional Akademik , TMT : Guru Besar, TMT 1 Agust 2012Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta (UNY),Alamat : Karangmalang, Yogyakarta, 55281Telp./Faks. : (0274) 520326/550835Alamat Rumah : Gejayan, JL. Mangga, Gang Apel 101 RT 07, RW 31, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283Telp./Faks. : (0274) 881523Alamat e-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI
Tahun Lulus
Jenjang Perguruan Tinggi Jurusan/Bidang Studi
1977 Sarjana IKIP Yogyakarta Pend. Teknik Mesin
1992 Magister IKIP Jakarta Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan
2005 Doktor Universitas Gadjah Mada Psikologi/ Psikometri
PELATIHAN
Optimalisasi evaluasi Page 33
x
x
x
No. Tempat Pelatihan Bidang PelatihanLama
PelatihanTahun
Ket.
1 New York, USA Bank Soal5 hari 2012 Dibiayai Bank
Dunia
2 Pascasarjana UNY Psikometri
4 hr 2009 Pelatih dr Utrech University, Belanda
3 Pascasarjana UNY Psikometri
4 hr 2008 Pelatih dr Massachusetts University, USA
4RMIT University Melbourne, Australia
Research by project
7 hr 2008
5
Unair, Surabaya Statistik Lanjut: Structural Equation Modeling (SEM)
4 hr 2004
6Deakin University
Boorwud, Australia
Penelitian Tindakan
3 bln 1997
7
SEAMEO, Manila Filipina Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
3 bln 1993
PENGALAMAN PENELITIAN (diutamakan 5 tahun terakhir)No. Judul Kedudukan Tahun Ket.
1 Kinerja guru pasca sertifikasi Ketua 2012 Dikti2 Model penjaminan mutu sekolah Anggota 2012 Dikti3 Pemetaan daerah berdasar daya serap
UN Anggota 2011 Litbang, Diknas
4 Hibah Pascasarjana Tahun ke I:Model Evaluasi Kinerja Guru Ketua 2011 Dikti
5 Hibah Pascasarjana Tahun ke I:Model Penjaminan Mutu Sekolah Anggota 2011 Dikti
Optimalisasi evaluasi Page 34
6 Hibah Pascasarjana Tahun ke II: Pengembangan bank soal berbasis guru
Anggota 2010 Dikti
7 Hibah Pascasarjana Tahun ke II: Pengembangan soal yang baku dan nis bias
Anggota 2010 Dikti
8 Evaluasi kinerja lulusan Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Ketua 2010 UNY
9 Materi Sulit pada soal Ujian Nasional SMP Tahun 2009 Ketua 2010 UNY
10 Hibah Fundamental Tahun ke II: Uji unidimensionalitas soal UAN Matematika SMP Tahun 2007
Ketua 2009Dikti
11 Hibah Pascasarjana Tahun ke I: Pengembangan bank soal berbasis guru
Anggota 2009 Dikti
12 Hibah Pascasarjana Tahun ke I: Pengembangan soal yang baku dan nis bias
Anggota 2009 Dikti
13 Strategi Nasional: Pengembangan model evaluasi kinerja guru profesional Anggota 2009 Dikti
14 Komitmen moral Polri Anggota 2009 Sespim Polri15 Hibah Fundamental Tahun ke I: Uji
unidimensionalitas soal UAN Matematika SMP Tahun 2007
Ketua 2008Dikti
16 Validitas prediktif tes masuk SMP di D.I. Yogyakarta
Ketua 2007UNY
17 Validitas konstruk TPA sebagai tes masuk Universitas Negeri Yogyakarta
Ketua 2006UNY
KARYA PENTING YANG DITAMPILKAN DALAM SEMINAR (5 tahun terakhir)No. Judul Tempat Tahun1 Seminar Nasional: Model penilaian
kinerja guru Pascasarjana UNY 2012
2 Workshop: Penilaian berbasis kriteria Fakultas Psikologi UGM
2012
3 Workshop:Pemanfaatan hasil penilaian Fakultas Teknik UNY 2012
4 Workshop: Metodologi penelitian Fakultas Psikologi 2012
Optimalisasi evaluasi Page 35
UGM5 Workshop: Pengembangan instrumen
evaluasi berbasis tesFKIP Universitas Ahmad Dahlan 2012
6 Seminar Nasional: Strategi peningkatan kompetensi guru Fakultas Teknik UNY 2012
7 Seminar Nasional: Materi sulit pada soal Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP
Lemlit UNY 2011
8 Workshop: Sistem penilaian di RSBI Universitas Ahmad Dahlan 2011
9 Workshop: Penyusunan bahan ajar pada PLPG sertifikasi guru dalam jabatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
2011
10 Workshop: Pengembangan kurikulum diklat
PPPPTK Kesenian 2010
11 Uji kompetensi dalam Pendidikan Profesi Guru di Universitas PGRI Yogyakarta
Hotel Saphir Yogyakarta
2010
12 Uji kompetensi dalam Pendidikan Profesi Guru di Universitas Negeri Yogyakarta
Universitas Negeri Yogyakarta
2010
13 Seminar Regional: Peningkatan kualitas soal uji kompetensi guru
Unnes, Semarang 2010
14 Seminar Regional: Peningkatan kualitas pembelajaran dalam PLPG melalui peningkatan kualitas soal uji kompetensi guru
Uhamka, Jakarta 2010
15 Seminar Nasional: Revitalisasi guru melalui sertifikasi guru
Teacher Development Centre (TDC) Surakarta
2010
16 Seminar Nasional: Penjaminan dan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
LPMP Kalimantan Tengah
2010
17 Seminar Nasional: Identifikasi Bias Butir Perangkat UN Matematika SMP 2003 Menggunakan Teori Respons Multidimensi
HEPI Jakarta 2010
18 Seminar Lokal: Sertifikasi guru, Dinas Pendidikan 2009Optimalisasi evaluasi Page 36
peningkatan profesionalisme guru Kota Bau-Bau, Sulsel19 Seminar Nasional: Profesionalisme
mrpk strategi peningkatan kualitas guru
UNY 2009
20 Seminar Nasional: Meningkatkan profesionalisme guru melalui realitas sertifikasi guru
Teacher Development Centre (TDC) Surakarta
2009
21 Seminar Nasional: Sekolah Bertaraf Internasional
HEPI Lampung, Bandar Lampung
2009
22 Seminar Nasional: Sertifikasi = mutu + kesejahteraan guru
Tribun Batam, Batam 2008
23 Seminar Nasional: Sertifikasi guru: suatu tantangan dan harapan
Unes, Semarang 2008
24 Seminar Nasional: Sertifikasi guru: suatu tantangan dan harapan
Teacher Development Centre (TDC) Surakarta
2008
25 Seminar Nasional: Sertifikasi guru: antara harapan dan realitas
Teacher Development Centre (TDC) Surakarta
2008
26 Seminar Nasional: Strategi guru dalam menghadapi sertifikasi guru
Lemlit UNY 2007
27 Seminar Nasional: Sertifikasi guru: suatu strategi untuk meningkatkan kualitas guru
UIN Sunan Kalijaga 2007
ARTIKEL DALAM JURNAL YANG DITERBITKAN
No. Judul Tahun Nama/Penerbit Jurnal
1Pengembangan instrumen pengukur hasil belajar NIR bias dan terskala baku 2011 Jurnal HEPI/
Pascasarjana UNY
2Rintisan bank soal berbasis kinerja guru untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP di D.I. Yogyakarta
2011Cakrawala Pendidikan/ Lembaga Penelitian
3Kinerja guru profesional (pasca sertifikasi)
2011Jurnal
Kependidikan/ Lembaga Penelitian
4 Uji unidimensionalitas soal UAN 2008 Penelitian dan
Optimalisasi evaluasi Page 37
Matematika SMP Tahun 2007Evaluasi Pendidik-an/Pasca sarjana UNY
5Validitas prediktif tes masuk SMP di D.I. Yogyakarta 2007
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan/ Pasca sarjana UNY
6Hubungan subtes kemampuan verbal, kuantitatif, penalaran dengan TPA untuk calon mahasiswa non-reguler
2006Jurnal Kependidikan/Lemlit UNY
7Analisis kritis terhadap ujian akhir nasional
2005Dinamika/Diknik Mesin
8Pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian tindakan di bidang psikologi
1999Kontroversi/Univ Malang
PENGALAMAN JABATAN
No. Nama Pekerjaan Dari Sampai Tempat/ Institusi
1 Tim Pemantau Standar Penilaian 2013 - BSNP
2 Ketua Tim Nasional sertifikasi guru 2010 2011 Dikti3 Tim Nasional Sertifikasi Guru 2005 2011 Dikti
4 Tim Nasional Sertifikasi Guru 2011 sekarang
5 Tim Pemantau Tes Program International Student Assessment (PISA)
2009 -PISA
6 Tim Pemantau Standar Penilaian 2009 - BSNP
7 Ketua Tim Adhoc Standar Penilaian BSNP
2005 2007 BSNP
8 Tim Pemantau Tes Program International Student Assessment
2006
Optimalisasi evaluasi Page 38
(PISA)
9 Konsultan Diklat Satker Pembinaan PLP Dinas Pend DIY
2005 Dinas Pend Prov DIY
10 Dosen Fakultas Teknik UNY (dulu FPTK IKIP YK)
1977 sekarang FT UNY
11 Dosen Pascasarjana UNY 2005 Sekarang Pascasarjana UNY
12 Sekretaris program Doktor PEP Pascasaarjana UNY
2005 Sekarang Pascasarjana UNY
13 Ketua Program Studi PEP S2 Pascasarjana UNY
2006 2008 Pascasarja na UNY
14 Dosen program Doktor dan Magister Psikologi UGM
2005 sekarang Psikologi UGM
15 Dosen Program Magister Psikologi UAD 2005 sekarang S2 Psikologi UAD
16 Ketua Pusat pengembangan sistem pengujian (Pusbangsijian) Lemlit UNY
2005 2010 Lemlit UNY
17 Anggota Redaksi Jurnal HEPI 2006 sekarang Pascasarja na UNY
18 Tim Reviewer Nasional untuk penelitian RII dan AR
2004 2008 Dikti
19 Tim Evaluator Proyek PPM SLTP Kanwil Depdiknas DIY
2001 2004 Dinas Pend Prov DIY
20 Waka Tim Redaksi Buletin Penelitian 1995 1998 Lemlit UNY
21 Anggota Tim Redaksi Warta IKIP Yogyakarta
1995 1999 LPM UNY
22 Anggota Badan Pertimbangan Penelitian Lemlit UNY
1995 1999 Lemlit UNY
Optimalisasi evaluasi Page 39
PENGALAMAN MENGAJAR
Mata Kuliah Jenjang
Institusi/Jurusan/Program Tahun . s.d. …
Praktik Bengkel S1 FT UNY 1978 – 2004
Mekanika Teknik S1 FT UNY 1978 – 2004
Statistik D3 FT UNY 2005 - sekarang
Statistik S1 FT UNY 2005 - sekarang
Metodologi Penelitian Pendidikan
S1 FT UNY 2005 - sekarang
Evaluasi Pembelajaran
S1 FT UNY 2011 - sekarang
Metodologi Penelitian Pendidikan
S2 Pascasarjana, Teknologi Pendidikan, UNY
2005 -2006
Konstruksi Instrumen
S2 Pascasarjana, PEP UNY 2005 - sekarang
Evaluasi Pembelajaran
S2 Pascasarjana, Dikdas UNY 2007 – sekarang
Evaluasi Program S2 Pascasarjana, PEP UNY 2007 – sekarang
Praktik Evaluasi S2 Pascasarjana, PEP UNY 2007 – 2010
Evaluasi Kebijakan S2 Pascasarjana PEP UNY 2011 - sekarang
Statistik S2 Pascasarjana, Dikdas UNY 2007 – sekarang
Statistik S2 Pascasarjana, PLS UNY 2011 – sekarang
Optimalisasi evaluasi Page 40
Statistik: SEM S3 Pascasarjana, PEP UNY 2007 – sekarang
Konstruksi Instrumen
S3 Pascasarjana, PEP UNY 2007 – 2008
Praktik Evaluasi S3 Pascasarjana, PEP UNY 2007 – 2010
Statistik S2 Pascasarjana, Psikologi, UAD 2007 – sekarang
Konstruksi instrumen
S2 Pascasarjana, Psikologi UGM 2007 – sekarang
Seminar Psikometrik
S3 Pascasarjana, Psikologi UGM 2011
PENGALAMAN MEMBIMBING MAHASISWA
Tahun Pembimbingan / Pembinaan
1980 –
sekarang
Skripsi S1
1995 –
sekarang
Tugas Akhir, Praktik Industri, D3
2005 –
sekarang
Tesis S2
2008 –
sekarang
Disertasi S3
PENGABDIAN PADA MASYARAKATNo. Judul Tempat Tahun1 Workshop standar isi psikometrik Fak Psikologi UGM 20132 Pelatihan penulisan butir soal UN SMK Direktorat PSMK 2013
Optimalisasi evaluasi Page 41
3 Pelatihan penulisan butir soal UN SMK Direktorat PSMK 20124 Pelatihan penulisan kisi-kisi soal UN SMK Direktorat PSMK 20125 Pelatihan penulisan soal pilihan ganda bagi
guru SD Pascasarjana UNY 20126 Penyegaran penyusunan soal bagi dosen
Farmasi UGM Fak Farmasi UGM 20117 Pelatihan penyusunan kisi-kisi dan butir
soal bagi guru Matematik SMP Pascasarjana UNY 20118 Pelatihan penulisan soal bagi guru SD di
Kabupaten SlemanLemlit UNY 2010
9 Kiat meningkatkan skor Ujian Nasional Pascasarjana UNY 201010 Sosialisasi portofolio dalam rangka
sertifikasi guru dalam jabatanUNJA, Jambi 2009
11 Sosialisasi portofolio dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan
UNPAR, Palangkaraya
2009
12 Workshop: Penyusunan kisi-kisi dan butir-butir soal
SMP, SMA Muhammadiyah se Kab. Cilacap
2008
13 Workshop: Sistem penilaian hasil belajar dalam KTSP
SMP I Bopkri, Yogyakarta
2007
14 Pelatihan penyusunan silabus dan sistem penilaian dengan KTSP
SMA I Bopkri Magelang
2007
15 Teknik penyusunan portofolio bagi guru Dinas Pendidikan Prov. Jawa Tengah
2007
16 Sosialisasi portofolio dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan
Dinas Pendidikan Prov. Jawa Tengah
2007
17 Sosialisasi portofolio dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan
Dinas Pendidikan Prov. Sumsel
2007
18 Sosialisasi portofolio dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan
Dinas Pendidikan Prov. Sulut
2007
19 Workshop: Sistem penilaian hasil belajar dalam KTSP
SMAN 6, Yogyakarta 2006
PENGALAMAN DALAM ORGANISAISI PROFESI
NO Nama Organisasi Periode Keterangan1 Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia 1980 - sekarang Anggota2 Ikatan Alumni Pasca Sarjana IKIP YK 1994- sekarang Anggota3 Perhimpunan Indonesia untuk 1995 - sekarang Anggota
Optimalisasi evaluasi Page 42
Pengembangan Kreativitas (PIPK)4 Himpunan Evaluasi Pendidikan
Indonesia (HEPI) 2000 – 2010/ sekarang
Sekjen/anggota
5 Asosiasi Mahasiswa dan Alumni Program Pascasarjana UNY
2000 - 2008 Ketua
6 KAGAMA 2005 - sekarang Anggota
PENGHARGAAN/PIAGAM
Tahun Bentuk Penghargan Pemberi
2003 Satya Lencana Kesetiaan 25 Tahun Presiden RI
Daftar riwayat hidup dan riwayat pekerjaan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila ada pernyataan yang tidak didukung data saya bersedia diberi sanksi.
Yogyakarta, 20 April 2013
Yang membuat,
Prof. Dr. Badrun Kartowagiran NIP 19530725 197811 1 001
Optimalisasi evaluasi Page 43
Optimalisasi evaluasi Page 44