optimalisasi batas nkri laut dan udara

26
OPTIMALISASI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA LAUT DAN UDARA Pusat Pemetaan Batas Wilayah BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Batam, 29 Maret 2012

Upload: teguh-fayakun-alif

Post on 02-Aug-2015

284 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

OPTIMALISASI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA LAUT DAN UDARA

Pusat Pemetaan Batas WilayahBADAN INFORMASI GEOSPASIAL

Batam, 29 Maret 2012

Page 2: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

OUTLINE PAPARAN

1. Pendahuluan

2. Landasan Hukum

3. Peranan Badan Informasi Geospasial dalam Penentuan Batas Wilayah

4. Permasalahan Batas Maritim Indonesia

5. Penutup

Page 3: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

Indonesia dan Negara-negara Tetangga

© PPBW Badan Informasi Geo

Page 4: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

Latar Belakang

I. PENDAHULUAN

1. Indonesia memiliki posisi geografis yang strategis, terletak di persilanganantara dua benua dan dua samudera.

2. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan3. Mengingat sisi terluar dari wilayah negara atau yang dikenal dengan

Kawasan Perbatasan merupakan kawasan strategis dalam menjagaintegritas Wilayah Negara, maka diperlukan juga pengaturan secarakhusus.

4. Indonesia memiliki batas-batas darat dengan 3 negara dan batas-bataslaut (maritim) dengan 10 negara. Telah disepakati delimitasi 19 segmenbatas maritim, dan delimitasi batas darat.

5. Pengelolaan Wilayah Negara (termasuk di kawasan perbatasan)dilakukan dengan pendekatan kesejahteraan, keamanan dan kelestarianlingkungan secara bersama-sama.

6. Kelembagaan yang diberi kewenangan untuk melakukan pengelolaanKawasan Perbatasan adalah BNPP (Pasal 14 UU No. 43 Tahun 2008).

Page 5: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

II. LANDASAN HUKUM

II.1. Umum

• UU No. 43/2008 tentang Wilayah Negara• Prinsip uti possidetis juris => maka wilayah indonesia adalah wilayah

kolonial Hindia Belanda.• Perpres No.12/2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan.

II.2. Batas Maritim

• UNCLOS 1982 (diratifikasi UU No.17/1985)• UU No.6/1996 → PP No.38/2002 dan PP No.37/2008• 19 peraturan perundangan tentang ratifikasi hasil perundingan batas

maritim.• UU No. 1/1973 tentang Landas Kontinen Indonesia• UU No. 5/1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

II.3. Teritorial Ruang Udara• Konvensi Chicago 1944 tentang Air Trafic Services• UU no 1 tahun 2009 tentang Kedaulatan penuh dan eksklusif di atas

wilayah Indonesia• Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the

Government of the Republic of Singapore on the Realignment of the Boundary between the Singapore Flight Information Region and the Jakarta Flight Information Region per 21 September 2005

Page 6: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

III. PERANAN Badan Informasi Geospasial DALAM PENENTUAN BATAS WILAYAH NEGARA LAUT

Merujuk kepada:

1. UU No. 6/1973 tentang Perjanjian antara Indonesia dan Australia mengenaiGaris-garis Batas Tertentu antara Indonesia dan Papua New Guinea dan UUNo 7 tahun 1973 tentang ratifikasi Perjanjian Antara Republik Indonesia danRepublik Singapura tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah KeduaNegara di Selat Singapura; dimana Badan Informasi Geospasial ditugaskanuntuk melakukan demarkasi batas negara.

2. PP No. 38 tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik GarisPangkal Kepulauan Indonesia, sebagaimana telah diubah PP No. 37 tahun2008 ; dan PP No.37/2008; dimana Badan Informasi Geospasial bertugasuntuk memelihara titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia.

Page 7: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

3. Perpres No. 85 tahun 2007 tentang Infrastruktur Data Spasial Nasional;

4. Berbagai Keputusan Presiden tentang ratifikasi hasil-hasil perundingan

batas Landas Kontinen dan batas-batas laut tertentu antara Indonesia

dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura, Papua New Guinea dan

Australia; yang mana Badan Informasi Geospasial ditugaskan untuk

menetapkan titik-titik batas tersebut secara pasti di lapangan.

5. Skep Menlu merujuk kepada UU No.24/2000 tentang perjanjian internasional;

Badan Informasi Geospasial menjadi anggota tim perunding batas negara.

III. PERANAN Badan Informasi Geospasial DALAM PENENTUAN BATAS WILAYAH (lanjutan)

Page 8: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

• TZMKO 1939– Laut Territorial hanya 3 mil, di luar itu laut bebas– Wilayah dan pulau-pulau indonesia dipisah laut bebas

• DEKLARASI DJUANDA (13 Desember 1957)- Laut territorial 12 mil- Garis pangkal kepulauan, menyatukan seluruh wilayah Indonesia

(WAWASAN NUSANTARA)- Perjuangan wawasan nusantara di Forum Internasional

• UNCLOS 1982 (diratifikasi UU No.17/1985)- Negara Kepulauan diakui- UU No.6/1996 → PP No.38/2002 dan PP No.37/2008

UNCLOS 1982, WILAYAH LAUT DAN BATAS-BATASNYASEJARAH PERKEMBANGAN TERITORIAL DAN

YURIDIKSI MARITIM INDONESIA

Page 9: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara
Page 10: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

No DenganNegara Jenis Batas Ada/

Tidak Status Delimitasi

1 India Batas DaratLaut TeritorialZona TambahanZEELK

TidakadaTidak adaTidak ada

AdaAda

Batas bersama Landas Kontinen telah disepakati dan diratifikasi. Batas ZEE msh perlu dirundingkan dan disepakati.

2 Thailand Batas daratLaut TeritorialZona TambahanZEELK

Tidak adaTidak adaTidak ada

AdaAda

Batas bersama ZEE msh perlu disepakati. Batas bersama Landas Kontinen tlh disepakati dan diratifikasi

3 Malaysia Batas DaratLaut TeritorialZEELK

AdaAdaAdaAda

Batas darat bersama di Kalimantan merujuk kepada Konvensi (Traktat) batas antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Inggris tahun 1891, 1915 dan 1928.Batas bersama laut teritorial di selat Malaka tlh disepakati, RI meratifikasi dg UU No.2/1971. Msh sdg dirundingkan segmen sambungan sampai selat Singapura. Batas LK di selat Malaka dan laut China Selatan telah disepakati. Di laut Sulawesi sdg dirundingkan. ZEE msh dlm proses perundingan.

© PPBW Badan Informasi Geospasial 2012

Page 11: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

No DenganNegara Jenis Batas Ada/

Tidak Status Delimitasi

4 Singapura Batas DaratLaut TeritorialZona TambahanZEELK

Tidak adaAda

Tidak adaTidak adaTidak ada

Batas laut territorial segmn tengah selat dg 6 ttk bts tlh disepakati, RI meratifikasi dg UU No.7/1973. segmen barat sdh disepakati dgn UU no.4/2010. Segmen timur blm mulai dirundingkan. Terdpt Tri junction point(TJP) yg hrs disepakati Ina-Sin-Mal.

5 Vietnam Batas DaratLaut TerrtorialZona TambahanZEELK

Tidak adaTidak adaTidak ada

AdaAda

Batas ZEE bersma sedang dlm proses dirundingkan.Batas landas kontinen bersama sdh disepakati, dan diratifikasi dengan UU No. 18/2007.

6 Filipina Batas DaratLaut TeritorialZona TambahanZEELK

Tidak adaTidak ada

AdaAdaAda

Batas bersama zona tambahan, ZEE dan Landas Kontinen kedua negaradi Laut Sulawesi msh dlm proses perundingan.

7 Palau Batas DaratLaut TeritorialZona TambahanZEELK

Tidak adaTidak adaTidak Ada

AdaAda

Batas bersama ZEE dan Landas Kontinen sedang dirundingkan.

© PPBW Badan Informasi Geospasial 2012

Page 12: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

No DenganNegara Jenis Batas Ada/

Tidak Status Delimitasi

8 Papua Nugini Batas DaratLaut TeritorialZona TambahanZEELK

Tidak adaAdaAdaAdaAda

Batas bersama Laut Territorial, ZEE dan LK yang sifatnya lateral telahdisepakatiBatas darat bersama RI-PNG merujuk kepada Traktat Belanda-Inggris 1989, diupdate dengan perjanjian RI-Australa 1973, dan RI meratifikasi dengan UU No.6/1973.

9 Australia Batas DaratLaut TeritorialZona TambahanZEELK

Tidak adaTidak adaTidak ada

AdaAda

Batas bersama ZEE telah disepakati, namun belum diratifikasi. Batas LK telah disepakati dan diratifikasi.

10 Timor Leste Batas DaratLaut TeritorialZona TambahanZEELK

AdaAdaAdaAdaAda

Batas maritim kedua negara masih perlu dirundingkan dan disepakati, dengan catatan setelah batas darat selesai diperjanjikan.Batas darat bersama merujuk kepad Traktat Belanda-Portugis 1904 dan PCA 1914 dan PA 2005.

11 ZEE & LK200 Nm

ZEELK

AdaAda

Jurisdiksi atas ZEE dan LK sampai 200 NM dar grs pangkal di LautanHindia dan Pasifik selesai ditetapkan.

12 LK > 200 Nm LK Ada Ada potensi submisi di sebelah barat Sumatera, selatan Nusa Tenggara, dan utara Papua, akan dilakukan secara parsial. Submisi tahap I untuk seblah barat Sumatera telah disampaikan ke UN-CLCS tahun 2008.

© PPBW Badan Informasi Geospasial 2012

Page 13: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

• Batas Maritim Yang Sudah Ditetapkan– Sudah Menyepakati di beberapa segmen dengan Malaysia, Singapura,

India, Thailand, PNG, Australia dan Vietnam

• Batas Maritim Yang Sedang Dirundingkan– Beberapa batas laut wilayah dan Zona Maritim dgn Filipina, Malaysia,

Vietnam, Palau dan Singapura

• Batas Maritim Yang Belum Dirundingkan– Beberapa batas laut wilayah dan Zona Maritim dgn Timor-Leste, India,

dan Thailand

• Batas Maritim Yang Dapat Ditetapkan Secara Unilateral– Di area yang tidak tumpang tindih dengan zona maritim negara lain,

seperti di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik

© PPBW Badan Informasi Geospasial 2012

Page 14: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

• Pulau-pulau terluar, karang kering, gosong dan surutan terendah memiliki peran strategis didalam penentuan alokasi dan penetapan batas wilayah suatu negara.

• Seluruh pulau terluar Indonesia memiliki legitimasi yang kuat secara internasional. Berbeda dengan kasus sipadan dan ligitan.

• 92 pulau terluar masuk ke dalam PP No. 38 tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia, sebagaimana telah diperbaharui dengan PP No. 37 tahun 2008.

• Diterbitkan Peraturan Presiden nomor 78 tahun 2005 (Perpres No. 78/2005) tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar.

• Catatan: Istilah “pulau kecil terluar” sebaiknya disebut “pulau terluar” saja, karena ini menyangkut kedaulatan atas pulau, dan istilah ‘kecil’ hanya akan memberi kesan kurang penting.

• Catatan: Pulau terluar vs Pulau terdepan? UNCLOS menyebut Outermost islands. istilah pulau terdepan berguna dalam konteks pembangunan

Page 15: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

• Dalam Pasal 1 Convention on International Civil Aviation(Chicago, 7 Desember 1944) jelas tertulis: “Every State has complete and exclusive sovereignty over the airspace above its territory.”

Page 16: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

“Jika suatu negara mendelegasikan ruang udaranya kepada negaralain, maka tanggung jawab terhadap pengelolaan Air Trafic Servicestersebut di atas teritori negara yang bersangkutan, tidak akanmengesampingkan kedaulatan negara yang mendelegasikan.Dengan kata lain, negara lain yang mengelola hanya terbatas padapermasalahan teknis dan operasional, dan tidak akan keluar darikonteks keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas yang menggunakanairspace dimaksud. Selanjutnya dibutuhkan suatu perjanjian antarakedua belah pihak yang berisi persyaratan-persyaratan tentangpelayanan yang mencakup fasilitas dan tingkat pelayanan yang akandiberikan. Diharapkan negara yang mendelegasikan dapat menerimaketentuan di atas dan tidak akan merubah ketentuan-ketentuan yangtelah dibuat tanpa adanya persetujuan dari negara yangmemberikan pelayanan lalu lintas penerbangan. Keduanya dapatmenghentikan kesepakatan yang telah dicapai sewaktu-waktu.”

(Konvensi Chicago Artikel 22, 68 dan Annex 11 Paragraf 2.1)

Page 17: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

• Pada awal kemerdekaan Indonesiabelum mampu mengelola wilayahudaranya

• Demi keamanan, Singapura danMalaysia menawarkan “bantuan”untuk mengelola wilayah udara disekitar perairan Natuna danTj.Pinang (RAN I)

• Singapura mengelola sektor A danC, malaysia mengelola sektor B

• Pendelegasian pengelolaan wilayahudara tersebut didasarkan padabeberapa kesepakatan bersama.

http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRBpVSFwsrtE6cGJOdx8d14-l8Ue1xk5KVuYJZCUZ8ulsvdSUx6hPyjXV4

Page 18: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

JAKARTA FIRMAKASSAR FIR

SINGAPORE Flight Information Regions

Page 19: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

• Diperlukan koordinasi antaraTNI AL,TNI AU, DELRI dan Bea Cukai dengan Air Traffic Controller Singapura untuk bisa melalui ruang udara yang pengelolaannya di delegasikan ke Singapura.

Page 20: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

• Penerbangan sipil nasional sering diusir dari ruang udara antara Batam dan Anambas, alasannya harus menghindari wilayah yang dikategorikan area berbahaya, sehingga harus melewati jalur memutar

Page 21: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

• Peta Batas Wilayah, Peta Garis Pangkal dan Data Titik Dasar dimana garis tersebut juga menjadi garis batas teritorial udara

• Peta kedirgantaraan diperlukan untuk pengelolaan ruang udara, merencanakan dan mendukung operasional serta keselamatan penerbangan.

• Jenis peta kedirgantaraan sangat banyak, sedangkan yang menjadi tanggung jawab Bidang Pemetaan Dasar Kedirgantaraan-Badan Informasi Geospasial (sampai saat ini) ada 3 jenis : WAC, AC dan LBI

Page 22: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

1. Ambalat2. Laut Cina Selatan3. Selat Singapura4. Selat Malaka5. Laut Sulawesi6. Samudera Pasifik7. Laut Timor, Selat Ombai dan Selat Wetar8. Samudera Hindia9. Laut Andaman10.Trijunction points di Selat Malaka bagian Selatan,

Selat Singapura, Samudera PasifiK, Laut Cina Selatan, dan Laut Timor.

Page 23: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

Kasus-Kasus:• Sipadan-Ligitan

• Miangas

• Ambalat

• Pelanggaran Wilayah

• Kemiskinan di kawasan perbatasan

• …. dll ….

Penanganannya ?

Page 24: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

• Permasalahan utama (substantif) yang dihadapi di kawasan perbatasan pada umumnya adalah masalah minimnya infrastruktur dan ketimpangan ekonomi, kurang memadainya pengawasan dan penegakan kejahatan/ancaman, dan ancaman kerusakan lingkungan yang sangat terabaikan di kawasan perbatasan.

• Program kegiatan untuk membangun kawasan perbatasan telah diupayakan sebagaimana tertuang dalam UU No. 25 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005-2009.

• Permasalahan kendala koordinasi diantara instansi Pemerintah sendiri masih belum terjadi suatu sinergi yang monumental dalam membangun kawasan perbatasan, termasuk di dalamnya diseminasi dan informasi batas dan tata ruang.

© PPBW Badan Informasi Geospasial 2012

Page 25: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara

• Program kegiatan untuk membangun kawasan perbatasan telahdiupayakan sebagaimana tertuang dalam UU No. 25 tahun 2005tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005-2009.Untuk mendukung percepatan pembangunan sebagaimanadiamanatkan dalam undang-undang tersebut, diperlukan data daninformasi spasial yang up to date, maka untuk itu diperlukandukungan anggaran yang memadai.

• Dengan diberlakukannya UNCLOS 1982 efektif sejak 1985, perludilakukan revisi terhadap:• UU No. 1/1973 tentang Landas Kontinen Indonesia (dalam

proses revisi)• UU No. 5/1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

• Peta NKRI dapat digunakan sebagai rujukan awal untuk mengetahuiletak/tempat kedudukan garis-garis batas negara.

Page 26: Optimalisasi Batas NKRI Laut dan Udara