on religious issues - wahidinstitute.org report xxxiii mei...saidiman untuk melapor kepada polres d...

13
Penerbit: The Wahid Institute | Penanggung Jawab: Yenny Zannuba Wahid, Ahmad Suaedy | Pemimpin Redaksi: Rumadi | Redaktur Pelaksana: Alamsyah M. Dja’far | Sidang Redaksi: Ahmad Suaedy, Gamal Ferdhi, Alamsyah M. Dja’far | Staf Redaksi: M. Subhi Azhari, Nurun Nisa’, Badrus Samsul Fata | Desain & Lay out: Ulum Zulvaton | Kontributor: Noor Rahman (DKI Jakarta), Suhendy, Dindin Ghazali (Jawa Barat), Nur Khalik Ridwan (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta), Tedi Kholiludin (Jawa Tengah), Zainul Hamdi (Jawa Timur), Syamsul Rijal Ad’han (Makassar), Akhdiansyah, Yusuf Tantowi (NTB) | Alamat Redaksi: The Wahid Institute , Jln Taman Amir Hamzah 8, Jakarta - 10320 | Telp +62 21 3928 233, 3145 671 I Faks. +62 21 3928 250 Email: [email protected] Website: www.wahidinstitute.org. Penerbitan ini hasil kerjasama the Wahid Institute dan TIFA Foundation. Teror Bom di Sekitar Kita Oleh: Nurun Nisa’ Azhar, Lc. Buku berjudul “Mereka Ha- rus Dibunuh Karena Dosa-dosa Mereka Terhadap Islam dan Kaum Muslimin” itu sangat tebal sehingga mengundang perhatian. Karena Ulil tidak berada di tempat, buku diterima oleh Saidiman, staf kantor Jaringan Islam Liberal (JIL) di bilangan Utan Kayu—kantor di mana Ulil pernah menjadi koordinator. Menurut Saidiman, buku susah dibuka karena setiap lembar direkatkan dengan lem. Di dalam buku terlihat rongga dan kabel menyembul. Buku aneh ini kemudian dibawa dari luar kantor yang terletak di lantai dua. Saidiman belum memanggil polisi, mendadak tiga orang mengaku dari Ma- bes Polri sampai di Utan Kayu. Segera saja paket itu diserahkan kepada keti- ganya. Salah satu dari mereka, Erwin Simanjuntak memberi saran kepada Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan sesuatu yang akrab tetapi jauh. Kita sering mendengarnya dari berita ke berita. Kini, teror itu hadir di pe- karangan kita. Peristiwa di Utan Kayu, di Cirebon, dan gereja Christ Cathedral me- nyadarkan bahwa teror bom sudah ter- jadi di negeri dan dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Peristiwa paling tragis adalah teror bom di Utan Kayu. Pelaku memasuk- kan bom ke dalam buku tebal dengan dalih hendak meminta kata pengantar kepada Ulil Abshar Abdalla. “Sedang da- lam proses penyelesaian penulisan buku yang urgensinya sangat erat dengan peran aktif bapak, dalam lembaga yang bapak pimpin. Penulis bermaksud mengajukan permohonan sudi kira- nya memberikan kata pengantar dalam buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku bernama Drs. Sulaiman Pengantar Redaksi Sepanjang pertengahan April hingga Mei ini kita dibombardir dengan berbagai kejadian mengejutkan. Dibombardir, salah satunya, oleh teror bom tentu saja. Bom bunuh diri dan bom individu yang dulu populer di luar Negara kita, kini nyata di pelupuk mata, dan dilakukan oleh orang yang mungkin pernah kita kenal. Walhasil, bom seperti meledak di pekarangan rumah kita. Teror bom kini seolah tak berjarak, bahkan dalam tataran tertentu bom menjadi sesuatu yang ba- nal—bom di Gereja Christ Catedral. Kejadian yang mengejutkan lainnya adalah kabar hilangnya orang-orang yang terkait dengan NII KW 9. Motifnya tidak sekedar mendirikan ne- gara Islam, namun juga diiringi pemerasan dan cuci otak. NII wajib ditindak karena mengindikasi- kan makar terhadap NKRI, di samping perbuatan kriminal berupa pemerasan. Sayangnya respon aparat kurang cepat. Polisi masih menunggu bukti-bukti sementara Menag Suryadharma Ali terburu-buru mengecap al-Zaytun pimpinan Panji AS Gumilang, yang diduga pemimpin NII, sebagai bukan bagian NII. Hal lain yang patut kita tunggu hasilnya adalah pengadilan menyangkut tragedi Cikeusik, kerusuhan Temanggung, dan penyerangan pesantren Syi’ah, YAPI di Pasuruan. Semoga hasilnya memenuhi rasa keadilan. Di kasus yang lain, sudah muncul perlawa- nan kreatif. Karena aparat yang terlalu sering tunduk pada tekanan massa, maka munculah tindakan perlawanan dari massa yang memiliki komitmen jelas terhadap penegakan kebebasan beragama dan berkeyakinan. Di Sumut, warga membakar mobil ketua ormas yang gemar melakukan sweeping tanpa menghiraukan lagi norma hukum. Perlawanan kreatif ini menarik dalam jangka pendek sebagai protes nyata ter- hadap perilaku aparat. Dalam jangka panjang, norma hukum dan wewenang aparat mestilah menjadi pegangan bersama. Akhirnya, selamat membaca. The WAHID Institute Monthly Report on Religious Issues Edisi 33 Mei 2011 Bom Buku di Utan Kayu

Upload: doanminh

Post on 30-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

Penerbit: The Wahid Institute | Penanggung Jawab: Yenny Zannuba Wahid, Ahmad Suaedy | Pemimpin Redaksi: Rumadi | Redaktur Pelaksana: Alamsyah M. Dja’far | Sidang Redaksi: Ahmad Suaedy, Gamal Ferdhi, Alamsyah M. Dja’far | Staf Redaksi: M. Subhi Azhari, Nurun Nisa’, Badrus Samsul Fata | Desain & Lay out: Ulum Zulvaton | Kontributor: Noor Rahman (DKI Jakarta), Suhendy, Dindin Ghazali (Jawa Barat), Nur Khalik Ridwan (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta), Tedi Kholiludin (Jawa Tengah), Zainul Hamdi (Jawa Timur), Syamsul Rijal Ad’han (Makassar), Akhdiansyah, Yusuf Tantowi (NTB) | Alamat Redaksi: The Wahid Institute , Jln Taman Amir Hamzah 8, Jakarta - 10320 | Telp +62 21 3928 233, 3145 671 I Faks. +62 21 3928 250 Email: [email protected] Website: www.wahidinstitute.org. Penerbitan ini hasil kerjasama the Wahid Institute dan TIFA Foundation.

Teror Bom di Sekitar KitaOleh: Nurun Nisa’

Azhar, Lc. Buku berjudul “Mereka Ha-rus Dibunuh Karena Dosa-dosa Mereka Terhadap Islam dan Kaum Muslimin” itu sangat tebal sehingga mengundang perhatian.

Karena Ulil tidak berada di tempat, buku diterima oleh Saidiman, staf kantor Jaringan Islam Liberal (JIL) di bilangan Utan Kayu—kantor di mana Ulil pernah menjadi koordinator. Menurut Saidiman, buku susah dibuka karena setiap lembar direkatkan dengan lem. Di dalam buku terlihat rongga dan kabel menyembul. Buku aneh ini kemudian dibawa dari luar kantor yang terletak di lantai dua.

Saidiman belum memanggil polisi, mendadak tiga orang mengaku dari Ma-bes Polri sampai di Utan Kayu. Segera saja paket itu diserahkan kepada keti-ganya. Salah satu dari mereka, Erwin Simanjuntak memberi saran kepada Saidiman untuk melapor kepada Polres

Dulu teror bom merupakan sesuatu yang akrab tetapi jauh. Kita sering mendengarnya dari

berita ke berita. Kini, teror itu hadir di pe-karangan kita. Peristiwa di Utan Kayu, di Cirebon, dan gereja Christ Cathedral me-nyadarkan bahwa teror bom sudah ter-jadi di negeri dan dilakukan oleh orang Indonesia sendiri.

Peristiwa paling tragis adalah teror bom di Utan Kayu. Pelaku memasuk-kan bom ke dalam buku tebal dengan dalih hendak meminta kata pengantar kepada Ulil Abshar Abdalla. “Sedang da-lam proses penyelesaian penulisan buku yang urgensinya sangat erat dengan peran aktif bapak, dalam lembaga yang bapak pimpin. Penulis bermaksud mengajukan permohonan sudi kira-nya memberikan kata pengantar dalam buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku bernama Drs. Sulaiman

Pengantar RedaksiSepanjang pertengahan April hingga Mei

ini kita dibombardir dengan berbagai kejadian mengejutkan. Dibombardir, salah satunya, oleh teror bom tentu saja. Bom bunuh diri dan bom individu yang dulu populer di luar Negara kita, kini nyata di pelupuk mata, dan dilakukan oleh orang yang mungkin pernah kita kenal. Walhasil, bom seperti meledak di pekarangan rumah kita. Teror bom kini seolah tak berjarak, bahkan dalam tataran tertentu bom menjadi sesuatu yang ba-nal—bom di Gereja Christ Catedral.

Kejadian yang mengejutkan lainnya adalah kabar hilangnya orang-orang yang terkait dengan NII KW 9. Motifnya tidak sekedar mendirikan ne-gara Islam, namun juga diiringi pemerasan dan cuci otak. NII wajib ditindak karena mengindikasi-kan makar terhadap NKRI, di samping perbuatan kriminal berupa pemerasan. Sayangnya respon aparat kurang cepat. Polisi masih menunggu bukti-bukti sementara Menag Suryadharma Ali terburu-buru mengecap al-Zaytun pimpinan Panji AS Gumilang, yang diduga pemimpin NII, sebagai bukan bagian NII. Hal lain yang patut kita tunggu hasilnya adalah pengadilan menyangkut tragedi Cikeusik, kerusuhan Temanggung, dan penyerangan pesantren Syi’ah, YAPI di Pasuruan. Semoga hasilnya memenuhi rasa keadilan.

Di kasus yang lain, sudah muncul perlawa-nan kreatif. Karena aparat yang terlalu sering tunduk pada tekanan massa, maka munculah tindakan perlawanan dari massa yang memiliki komitmen jelas terhadap penegakan kebebasan beragama dan berkeyakinan. Di Sumut, warga membakar mobil ketua ormas yang gemar melakukan sweeping tanpa menghiraukan lagi norma hukum. Perlawanan kreatif ini menarik dalam jangka pendek sebagai protes nyata ter-hadap perilaku aparat. Dalam jangka panjang, norma hukum dan wewenang aparat mestilah menjadi pegangan bersama.

Akhirnya, selamat membaca.

The WAHID Institute

Monthly Reporton Religious Issues

Edisi

33Mei 2011

Bom Buku di Utan Kayu

Page 2: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

Jakarta Timur. Ia menurutinya.

Polisi kemudian datang dan memeriksa kiriman yang mirip bom. Ternyata benar. Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur Kom-pol Dodi Rahmawan membereskan bom itu sendirian karena Gegana tak kunjung datang akibat dihadang kemacetan. “Pada saat itu Jakarta hujan dan kalau hujan ma-cet. Proses untuk mendatangi lokasi itu tidak selancar yang kita bayangkan,” te-rang Komisaris Besar Polisi Boy Rafli Amar seperti ditulis Tempo interaktif (16/03). Dan, bom meledak—padahal instruksi su-dah dilaksanakan dengan baik dan benar. Akibatnya, tangan Dodi Rahmawan remuk sebelah sehingga mesti diamputasi. Tiga orang terluka akibat ledakan ini.

Bukannya mengapresiasi, pihak kepoli-sian Metro Jaya terkesan menyalahkan sang polisi. “”Harusnya Kasat (Dody) menunggu tim Gegana,” terang Kepala Kepolisian Da-erah Metropolitan Jakarta Raya, Inspektur Jenderal Polisi Sutarman seperti ditulis ANTARA News (15/03). Bom buku ini terny-ata juga dikirim kepada tokoh lainnya; Ah-mad Dhani dan Japto S. Soeryosumarno.

Ulil dipanggil polisi untuk dimintai kete-rangan. Pasca kejadian itu ia mengaku akan hidup seperti biasa namun akan meminta perlindungan polisi. “Yang jelas saya akan lebih berhati-hati dan akan minta pihak kepolisian untuk juga membantu penga-manan saya, lebih dari itu tentu akan hidup biasa, normal,” terang Ulil seperti ditulis okezone.com (16/03). Markas JIL menjadi ketat. Jika hari biasa dapat masuk kapan saja, maka setelah bom buku pengunjung

diperiksa satu persatu. Termasuk barang bawaannya. KTP diminta untuk ditinggal,KTP diminta untuk ditinggal, menulis absen, dan diberi kartu pengun-jung. Prosedur ini berlaku untuk semua pengunjung, meskipun sekedar membeli buku. Tak tanggung-tanggung, satpam di-tambah menjadi empat. Sungguh suasana mencekam menyebar dipenjuru kantor yang berada satu atap dengan Radio KBR 68 H dan Teater Utan kayu itu. Setiap bung-kusan yang dicurigai bom maka pasukan penjinak bom berbondong-bondong-menuju tempat yang dilaporkan terdapat barang tersebut.

Tak jelas siapa pengirim bom di Utan Kayu. Yang bisa diidentifikasi dengan cepat hanya kurirnya. Pengirim beserta nomor hape yang disertakan ternyata palsu. Tapi polisi tak menyerah. Ternyata pelakunya terkait dengan bom di gereja Christ Ca-thedral, Serpong. Pembuat bom berinisial P, juga seorang sutradara film dokumenter. P secara otodidak membuat bom untuk Utan Kayu dan Serpong. ”Dia belajar sendiri rakit bom, buku untuk KBR (68H), dia juga tidak menyangka akan meledak,” ujar Kabag-penum Mabes Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar seperti ditulis detik.com (23/04).

Bom di Serpong dimaksudkan untuk meneror jemaat yang akan merayakan Pas-kah yang jatuh pada Jumat (22/04). Bom di-pasang sepanjang alur pipa gas milik Peru-sahaan Gas Negara (PGN) dan direncanakan meledak jam 09.00 pagi, saat puncak acara perayaan Paskah. Beruntung hal ini bisa di-cegah. Ke-19 tersangka pelaku kemudian diperiksa polisi. Mereka berasal dari empat daerah. ”Ada di Pondok Kopi (Jakarta), Be-kasi, Tangerang, dan Aceh. Pelaku barunya ini di Aceh ini,” ujar Irjen Pol Sutarman se-perti dikutip VIVAnews (22/04).

Teror bom ternyata bukan milik ibukota saja. Di Cirebon, bom meledak di masjid saat berlangsung sholat Jumat (15/04). Bukan masjid biasa, tetapi Masjid adz-Dz-kro di Kompleks Mapolresta Cirebon. Se-nasib dengan polisi di Utan Kayu, Kapolres Cirebon AKBP Herukoco menjadi korban luka. Ia harus menjalani operasi di Jakarta.

Pelakunya Syarif, meninggal di tempat pasca meledakkan bom bunuh diri. Tak ada yang menduga jika pria kalem dan penyen-diri itu melakukannya. Tak juga sang ayah,

mertua, dan istrinya sendiri, Siti Maliha. Perempuan yang sedang mengandung itu tak menyangka suaminya melakukan bom bunuh diri. Kepada istrinya yang tinggal di Majalengka, Syarif cuma menyatakan akan ke Bandung untuk bekerja. “Waktu Mas Syarif berangkat, saya hanya dititipi pesan untuk menjaga diri dan kandungan saya dengan baik. Mas Syarif bilang butuh uang banyak untuk kelahiran. Dia pamit mau ke Bandung,’’ jelas Siti Maliha seperti ditulis JPNN.com (17/04).

Namun aksi Syarif dikecam warga se-kitar. Ia ditolak dikuburkan di pekuburan desanya dan di pekuburan lain tempat anggota keluarganya dikubur. Mertuanya melakukan penolakan serupa. Penolakan bertubi-tubi ini membuat Abdul Gofur, sang ayah, pasrah luar biasa. Sampai ter-lontar kalimat, ia ingin membakar jenazah anaknya. “Kalau ditolak terus, susah di-kubur, ya bakar saja,” tegas Gofur seperti ditulis okezone.com (21/04). Akhirnya, Sya-rif dikubur di TPU Pondok Rangon, Jakarta dekat Syaifudin Zuhri yang juga terdakwa pemboman.

Tewasnya Syarif tidak membuat polisi menuntaskan kasus ini. Usut punya usut, RM. Basuki adik Syarif diduga terlibat. Ba-suki diduga berniat melakukan hal yang sama di masjid Mapolres Cirebon tetapi urung. “Karena masjid Mapolres tidak di-pakai untuk Jumatan,” terang Marzuki Rais, staf Fahmina Cirebon. Bom yang dimaksud kemudian dibuang di sungai dekat kantor kepolisian. Selain Basuki, beberapa orang ditangkap sebagai tersangka. Mereka ada-lah Arif alias Dede, Ishak Andriana, Mus-holla dan Andri Siswanto yang tergabung dalam kelompok Tauhid wal Jihad di Cire-bon, Jawa Barat. Lalu, Edi T alias Edi Jablai, Hari Budiarto alias Nobita, Ari Budi Santoso dan Arifin yang ditangkap di Surakarta, Solo, Jawa Tengah. Sementara, Irwan men-jadi salah satu DPO. ”Sepuluh tersangka mempunyai peran masing-masing dalam jaringan bom ini,” kata perwira Densus 88 yang enggan disebutkan namanya seperti ditulis detik.com (20/05). Mereka dibawa ke ke Mako Brimob Kelapa Dua Depok.

Latar belakang organisasi Syarif pun dipertanyakan. Syarif tertangkap kamera saat berunjuk rasa di pengadilan dan di

■ Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIII, Mei 2011

The WAHID Institute

“Waktu Mas Syarif be-rangkat, saya hanya diti-

tipi pesan untuk menjaga diri dan kandungan saya dengan baik. Mas Syarif

bilang butuh uang banyak untuk kelahiran. Dia pa-

mit mau ke Bandung,’’ jelas Siti Maliha, istri M.

Syarif

Page 3: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

luar pengadilan dalam kasus aliran Ah-mad Tantowi yang disesatkan dan kasus Ahmadiyah. Keberadaan Syarif mencolok karena perawakannya yang tinggi besar dan perilakunya yang nekat berteriak atau menghampiri mobil polisi. Dari dokumen-tasi media itu tampak Syarif dekat dengan kelompok-kelompok garis keras di Cire-bon. Dalam demo tersebut, tergambar at-ribut organisasi semisal GARIS dan GAPAS (Gerakan Anti Pemurtadan dan Aliran Se-sat). Andi Mulya, ketua GAPAS, mengaku

mengenal Syarif dalam suatu kesempatan di sebuah masjid. Tapi Andi menolak jika Syarif dianggap anggota organisasi yang dipimpinnya itu. Andi bahkan menyatakan Syarif sakit jiwa dan temperamental—vi-deo rekaman media memperlihatkan sikap Syarif yang agresif. “Kan kita tidak bisa me-“Kan kita tidak bisa me-larang dia untuk ikut demo kita,” kilah Andi tentang keikutsertaan Syarif kepada sebu-ah stasiun televisi swasta.

Dugaan lain menyasar Jamaat Ansho-rut Tauhid (JAT) di bawah pimpinan Abu

Bakar Ba’asyir. Syarif bahkan diduga sudah dibai’at. Tetapi polisi tidak memproses Abu Bakar Ba’asyir kecuali sudah terbukti. ”Kita lihat lagi apa sangkaan apa yang akan di-berikan, pelajari proses baiat dan kalau memang ada misi-misi tertentu, itu harus dibuktikan dulu,” terang Kabagpenum Polri Boy Rafli Amar seperti ditulis Tempo Interaktif (20/05). Penelusuran ini wajib dituntaskan jika kita ingin memutus daya hidup teror.

[M]

Seiring merebaknya kasus hipnotis di sejumlah tempat, keberadaan organisasi bawah tanah Negara

Islam Indonesia (NII) mendadak jadi isu panas. Pemantik isu ini adalah Laila Febriani yang hilang beberapa hari dan ditemukan linglung di Masjid at-Ta’awun di Puncak. Laila atau Lian, yang bergamisLaila atau Lian, yang bergamis dan bercadar, mengaku sebagai Maryam. Ia lupa dengan kejadian sebelumnya. Se-perti telah didoktrin atau dicuci otak, pe-gawai Departemen Kementerian Perhu-bungan itu sering membicarakan topik surga-neraka.

Setelah Lian, banyak laporan ke-hilangan sanak kerabat ke meja polisi dengan rentang waktu beragam: ming-guan hingga tahunan. Menghilangnya beberapa orang ini lantas dikaitkan dengan NII. Untuk kasus Lian, menurut Mardigu seorang hipnoterapis, bahwa ini merupakan pola NII: menghipnotis orang untuk menjadi mujahid atau donatur. “Itu pasti NII. Mereka rekrut orang dengan hipnotis untuk dua hal yaitu menjadi mu-jahid atau donatur,” kata Mardigu seperti ditulis mediaindonesia.com (12/04).

Sementara ada juga yang melapor-kan hilangnya keluarga karena NII. Me-nantunya menjadi Bupati NII Cianjur dan putrinya sebagai wakil. “Anaknya dan menantunya pergi bergabung dengan organisasi yang menamakan diri NII,” ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Baharudin Djafar seperti ditulis Today.co.id (10/05). Banyak juga

NII KW-9 dan Panji Gumilang Oleh: Nurun Nisa’

orang tua yang melaporkan anaknya yang mahasiswa hilang. Seperti terjadi di Sumatera Utara (Sumut) 10 mahasiswa menghilang, dan sudah dilaporkan kepa-da kepolisian sejak setahun lalu. Mereka melapor kembali, selain karena laporan tak jua ditindaklanjuti juga karena kha-watir anaknya menjadi korban NII. “Ba-nyak kesamaannya, salah satunya anak saya terkesan menjauhi keluarga,” kata Bakhtiar, ayah Nurhidayah yang turut hi-lang sejak 2008 lalu seperti dikutip apa-kabarsidempuan.com (29/04).

Di dalam laporan ini juga terdapat kasus pengutipan uang dari masing-masing anggota NII yang telah dibaiat. Seperti dialami mahasiswa di Univer-sitas Airlangga (Unair) yang mengaku menyetor uang sebanyak Rp 30 juta. NII Crisis Center, lembaga yang fokus mela-wan NII, mencatat sudah 400 orang yang menjadi korban NII. ”Sejak mencuat kasus Lian, kami sudah menerima 400 laporan. Laporan itu tidak termasuk orang yang hanya curhat pernah dihasut anggota NII,” terang Sukanto, Ketua Tim Rehabili-tasi NII Crisis Center seperti ditulis detik.com (27/04).

Beragam laporan diterima, mulai dari pencucian otak hingga pemerasan. Karena belum bisa memastikan apakah korban terhubung langsung dengan NII, maka polisi butuh penyelidikan lebih lanjut. Tetapi mantan orang dalam NII memiliki pandangan lain. “Yang diculik itu sebenarnya tidak diculik tetapi karena

target yang diwajibkan pemimpinnya be-lum terpenuhi,” terang Imam Supriyanto, bekas Menteri Peningkatan Produksi NII dalam sebuah seminar di Komunitas Sa-lihara (12/05).

NII yang dimaksud Imam adalah NII KW (Komandemen Wilayah) 9. NII KW 9 ini, seperti ditulis Imam Supriyanto, merujuk pada daerah Jakarta dan Ban-ten. KW 9 merupakan elemen termuda dari 8 (delapan) KW yang sudah ada, dengan tujuan mendirikan negara Islam di Indonesia. Sistem pemerintahan yang

n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIII, Mei 2011

The WAHID Institute

“Umpamanya saya punya uang sebanyak itu opo yo kondo-kondo. Seumpama saya tidak punya uang sama sekali apa ya minta ke panjenengan. Lha wong duit kok Mas, duit kuwi ora iso nyanyi, sing iso nyanyi iku lambe. Wong jumlah segitu di anu kok ditanya. Pan-jenengan tanya siapa juga jawabnya begini,” terang Syekh Panji AS Gumilang, pimpinan Pesantren al-Zaytun

Page 4: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

merujuk kepada cita-cita Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (SMK) ini diang-gap sebagai dalang dari menghilangnya orang-orang tersebut. Organisasi ini ke-Organisasi ini ke-mudian melibatkan nama Panji AS Gu-milang atau Abu Totok atau Abu Maarik. Nama Abu Totok tidak diakui Panji Gumi-lang, namun diungkap oleh Imam. “Abu Totok itu karena kalau dia ngomong to-tok, Jawa totok (baca: Jawa dengan dia-lek yang kental),” tambah Imam.

Panji Gumilang membantah jika ia dituduh sebagai pemimpin NII dengan segala tindak-tanduknya, termasuk pe-merasan, apalagi mendirikan Negara Is-lam. Panji menyatakan melalui Pesantren al-Zaytun yang dikembangkan adalah ke-Indonesia-an. “Ingin membantu dan ingin bekerja sama dengan bangsa Indo-nesia, meng-Indonesiakan kader-kader Indonesia, agar memaknai filosofi yang dimiliki bangsa Indonesia. Baik nilai das-arnya, undang-undang dasarnya, mau-pun sifat negaranya, maupun bentuk ke-negaraannya,” jelas Panji seperti ditulis VIVAnews.com (04/05).

Tetapi atas jumlah dana yang besar, Panji mengelak menjelaskan secara de-tail karena ia bagian dari dapur pesan-tren, termasuk dana di Bank CIC. “Um-pamanya saya punya uang sebanyak itu opo yo kondo-kondo. Seumpama saya tidak punya uang sama sekali apa ya min-ta ke panjenengan. Lha wong duit kok Mas, duit kuwi ora iso nyanyi, sing iso nyanyi iku lambe. (Uang itu tidak bisa bernyanyi, yang bisa nyanyi itu bibir). Wong jumlah segitu di anu kok ditanya. Panjenengan tanya siapa juga jawabnya begini,” terangnya. Lagipula, orang-orang NII kini sudah terjun di la-pangan dakwah. dan misi NII selesai be-gitu SKM meninggal.

Dengan gonjang-ganjing seperti ini, banyak kalangan mengharap respon pemerintah. Menteri Agama (Menag) Su-ryadharma Ali kemudian menyambangi pesantren di Indramayu itu. Kata Menag, tidak ada yang bermasalah dengan al-Zaytun jika ditilik melalui kurikulum yang diterapkan. “Al-Zaytun sangat luar bi-asa. Bangunan modern, pengelolaan pendidikan modern, aktifitas eko-

nomi juga dikelola secara modern. Lalu saya bertanya pada diri sendiri. Bahwa keadaan yang saya lihat di Al-Zaytun tidak menimbulkan ciri-ciri radikalisme,” terang Suryadharma Ali seperti dikutip KBR 68 H (18/04).

Namun beberapa kalangan meno-lak kesimpulan sang menteri. ”Menteri Agama tidak selayaknya mengatakan Al Zaytun tidak terkait dengan gerakan NII KW 9, padahal proses penyelidikan-nya sedang dilakukan aparat penegak hukum,” terang anggota DPR Abdul Kadir Karding. Pihak lain menyatakan,Pihak lain menyatakan, kunjungan ke sana saja tak cukup untuk mencari keterkaitan antara Panji-NII-Al-Zaytun. ”Mau dicari ke mana tetap Re-publik Indonesia, di kolong tempat tidur Panji Gumilang pun tetap Merah Putih,” terang Sukanto seperti ditulis VIVAnews.com (10/05).

Sedang Menteri Pendidikan Nasio-nal (Mendiknas) M. Nuh memanggil para rektor untuk menyikapi kasus ini. “Dalam pertemuan tersebut Mendiknas mengeluarkan deklarasi bersama pimpi-nan PT. Intinya untuk mengamalkan em-pat pilar bangsa, seperti mengamalkan pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan menjaga NKRI,” terang Pem-bantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Dadang Sunendar seperti ditulis Pikiran Rakyat Online (11/05/11). Pada kesem-patan yang lain, Mendiknas menyatakan bahwa Univesitas al-Zaytun, yang meru-pakan satu yayasan dengan dengan Pe-santren al-Zaytun, dinyatakan illegal ka-rena mereka pernah mengajukan izin te-tapi tidak memenuhi semua persyaratan. ”Namun demikian, mengingat persyara-tannya belum dipenuhi maka Kemdiknas belum menerbitkan izin yang dimaksud,” terang M. Nuh seperti ditulis Kompas.com (25/05).

Bersama naiknya isu ini muncul wa-cana adanya campur tangan intelijen. ”Memang ada beberapa anggota NII yang setelah kita bina akhirnya diguna-kan bagi kepentingan intelijen. Kita bu-kan melakukan pembusukan dari dalam, tapi kita melakukan approach,” terang mantan Wakil Kepala Staf TNI AD (Wa-

kasad) Letjen (Purn) Kiki Syahnakri. Pola ini dilakukan semasa Orde Baru terhadap tokoh-tokoh NII semisal Ismail Pranoto. Namun Kiki membantah jika binaan ini berkembang menjadi NII KW 9 yang ke-mudian dikaitkan dengan Pesantren al-Zaytun. Pada sisi yang lain, lembaga inte-lijen justru dimintai tanggung jawabnya untuk mengungkap dalang yang sejati di balik kasus ini. ”Intelijen kita harus beker-ja keras untuk mengungkap di balik NII ini siapa, karena NII ini bukan baru setahun dua tahun, ini kan sejak tahun 1960-an sudah ada, kenapa sekarang kemudian semakin marak dan eksis, ini yang men-jadi PR intelijen,” terang Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saefuddin seperti ditulis VIVAnews.com (27/05).

Sementara para wakil rakyat menyatakan akan memanggil Panji Gumilang. ”Sekarang kan sudah banyak”Sekarang kan sudah banyak pengakuan dari para mantan NII. Penga-kuan dari mantan menteri, mantan bu-pati dan anggotanya. Dari sini, maka terbuka bagi DPR untuk memanggil Panji Gumilang yang selalu dikait-kaitkan. Kita akan konfrontir dengan mereka yang mengaku mantan NII,” terang Ketua Ko-misi VIII Abdul Kadir Karding seperti ditu-lis VIVAnews.com (20/05). Pemanggilan dilakukan dengan menunggu bukti yang cukup. Bahkan Imam Supriyanto siap ha-dir untuk dikonfrontasi. ”Kenapa tidak [siap]? Dulu waktu berbincang di stasiun TV, dia disuruh datang nggak mau. Itu kan menunjukkan kalau dia nggak siap (dimintai keterangan) dan hanya mau (berbicara) di rumahnya sendiri,” ucap Imam seperti dikutip detik.com (19/05). Pada saat yang sama, polisi berencana melakukan pemanggilan terhadap Panji sehubungan dengan dugaan pemalsuan perubahan akte pendirian yayasan ketika bukti dianggap sudah cukup.

Apapun yang terjadi di belakang layar, cuci otak, pemerasan, dan pendi-rian negara Islam merupakan sesuatu yang berlawanan dengan hukum sekali-gus konstitusi NKRI. Karenanya, ia mesti ditindak tegas.

[M]

■ Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIII, Mei 2011

The WAHID Institute

Page 5: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIII, Mei 2011

The WAHID Institute

Mobil Ketua FPI Sumut H. Darma Ginting dirusak masyarakat di sekitar Titi Pahlawan, Gang

Pringgan Lingkungan VIII, Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Sumatera Utara. Massa yang sebagian besar ibu-ibu tidak terima dengan perila-ku Darma yang seenaknya merobohkan rumah Nurhayati boru Ginting dengan semena-mena.

Tak tanggung-tanggung, Darma mengajak anak buahnya di FPI untuk

Mobil Ketua FPI Sumut Dirusak MassaOleh: Nurun Nisa’

merobohkan rumah Nurhayati. Darma juga memaksa penghuni agar segera me-ninggalkan rumah, meski terdapat seo-rang bayi di dalamnya. Massa melempari mobil itu dengan sehingga rusak karena sikap arogan Darma dan anak buahnya.

”Tindakan yang dilakukan oleh ibu - ibu di sini itu merupakan spontanitas dan sebagai wujud kepedulian dalam mem-bela orang susah. Ini juga peringatan buat dia agar tidak lagi berbuat semena - mena terhadap orang kecil. Bila polisi tidak datang maka dia pun dihajar,” ujar seorang warga di Marelan, Evi seperti ditulis Suara Pembaruan (05/04).

Evi kesal dengan ulah Ginting yang di-anggapnya tidak memiliki rasa kemanu-siaan. “Mentang - mentang ketua organi-sasi masyarakat, dia seenaknya dengan membawa anak buah mengendarai sepedamotor dan dilengkapi senjata, merubuhkan rumah Nurhayati. Bahkan, anak bersama istrinya juga ikut-ikutan mengusir Nurhayati,” tambahnya. Begitu ada laporan masuk, kepolisian setempat langsung turun tangan.

Nurhayati sendiri sudah meminta penjelasan tentang perobohan rumah-nya. Bukannya menjawab, Darma justru berang. Anaknya yang masih bayi turut

dijadikan sasaran. Melihat aksi ini, warga protes dengan menjadikan mobil Darma sebagai pelampiasan.

Kepala Unit Reserse Kriminal Pol-sek Medan Labuhan, AKP Oktavianus mengatakan, Mobil Panther warna biru gelap BK 54 GT itu diamankan. ”Mudah - mudahan, kejadian seperti ini tidak te-rulang. Lebih baik pihak yang dirugikan menyelesaikan permasalahan ini lewat jalur hukum,” jelas AKP Oktavianus.

Pihak FPI Sumut melalui Muhammad Iqbal Alwi mengelak. Kata Iqbal, persoa-lan ini adalah persoalan pribadi. Sekre-taris FPI Sumut ini menyatakan bahwa Darma adalah pemilik lahan yang ditem-pati oleh Nurhayati selama 14 tahun. Iq-bal bahkan menyatakan bahwa Darma sudah mmberikan peringatan dua pekan sebelumnya. Adapun anak buah dari FPIAdapun anak buah dari FPI yang ikut serta, mereka semata-mata dimintai bantuan oleh atasannya. ”Me-mang ada beberapa anggota yang ikut serta. Namanya dimintai tolong sama ketua, ya mereka membantu. Tetapi me-Tetapi me-reka tidak membawa atribut organisasi karena memang ini bukan agenda or-ganisasi. Ini masalah pribadi,” kata IqbalIni masalah pribadi,” kata Iqbal seperti ditulis detik.com (05/04).

[M]

“Mentang - mentang ke-tua organisasi masyarakat,

dia seenaknya dengan membawa anak buah

mengendarai sepeda mo-tor dan dilengkapi sen-

jata, merubuhkan rumah Nurhayati. Bahkan, anak

bersama istrinya juga ikut-ikutan mengusir Nur-hayati,” terang Evi, warga

Kelurahan Paya Pasir

Kemenag Batam bersama tokoh Is-lam setempat dan instansi terkait menyegel masjid yang diklaim mi-

lik Ahmadiyah di Kawasan Perdagangan Nagoya pada Selasa (10/05) sebab diang-gap meresahkan dan tidak memiliki izin. Selain itu, penyegelan ini, bertujuan agar penganut Ahmadiyah tidak melakukan syiar seperti termaktub dalam SKB 3 Men-teri. “Rumah ibadah Ahmadiyah disegel“Rumah ibadah Ahmadiyah disegel karena ajarannya bertentangan dengan ajaran Islam,” terang Kepala Kantor Ke-menterian Agama (Kemenag) Kota Batam

Lagi-lagi, Masjid Ahmadiyah Disegel Oleh: Nurun Nisa’

Zulkifli Aka seperti ditulis Harian Haluan (10/05). Plang masjid sendiri sudah ditu-runkan. Tetapi, kata Zulkifli, kegiatan di dalam rumah toko di Kawasan Nagoya masih berjalan karena sifatnya internal. Penyegelan sendiri berlangsung tanpa perlawanan dari pihak Ahmadiyah.

Lain ceritanya di Pekanbaru. Dengan dikawal Polresta Pekanbaru, FPI (Front Pembela Islam) dan LPI (Laskar Pembela Islam) menyegel masjid Ahmadiyah yang berada di Jl. Sudirman, Gang Ahmadi, Pekanbaru pada Selasa (19/04). Mereka

memaku daun pintu lalu memasang spanduk di pintu tersebut. Tidak terda-pat perlawanan dari Ahmadiyah.

Koordinator FPI Pekanbaru, Feli Riziq, menyatakan bahwa reaksi FPI adalah re-aksi umat Islam pada umumnya yang menolak kegiatan Ahmadiyah yang ma-sih melakukan kegiatan ibadah yang di-anggap menyimpang. ”Kami didukung seluruh umat Islam bukan hanya FPI saja, karena Ahmadiyah telah menyimpang dari Islam. Apa yang kami lakukan ini adalah kerja umat Islam, hanya saja FPI di

Page 6: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

■ Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIII, Mei 2011

The WAHID Institute

depan sebagai koordinator dan siap ber-hadapan dengan siapa saja termasuk hu-kum,” terang Feli seperti ditulis ANTARA News (19/04).

FPI juga menyayangkan sikap Guber-nur Riau, Rusli Zainal, yang piln-plan. Rusli tak kunjung membuat perda larangan ak-tivitas Ahmadiyah seperti daerah-daerah lain pada umumnya hingga pilkada Kota Pekanbaru digelar. Padahal, kata Iqbal, sudah sebanyak 30 organisasi masyara-kat (ormas) Islam di Riau, termasuk MUI, meminta Gubernur menerbitkan ini.

Pihak Ahmadiyah Riau tidak mau menghentikan aktivitasnya ketika me-reka didatangi Pemda sebelum masjid disegel. ”Sesuai dengan SKB (Surat Ke-putusan Bersama) tiga menteri, kami ti-dak menyebarkan ajaran agama kepada yang bukan anggota kami,” jelas Daud, tokoh Ahmadiyah setempat. Daud me-nyatakan bahwa komunitas Ahmadiyah akan belajar mengaji, bersekolah, dan beribadah, dan aktivitas-aktivitas lainnya seperti biasa.

Di Bogor, masjid Ahmadiyah aparat pemerintah bersama MUI Kota Bogor. Asisten Administrasi Kemasyarakatan dan Pembangunan Edgar Suratman yang di-saksikan sejumlah tokoh masyarakat me-nempelkan berkas Keputusan Wali Kota Bogor No:300.45122 tentang pelarangan kegiatan Ahmadiyah di Kota Bogor, di dinding Masjid al-Mubarok di Kelurahan Sindangbarang, Kota Bogor.

Penyegelan dilakukan karena masjid dianggap masih beraktivitas seperti biasa dan dianggap meresahkan masy-arakat. ”Bukan hanya masjid di Sindang-barang. Kita akan lihat apakah masjid JAI

lainnya di Kota Bogor masih melakukan aktivitas atau tidak. Jika masih ada ak-tivitas dan meresahkan maka akan kita tutup juga,” tutur Edgar yang juga Ketua Tim Penanganan JAI seperti ditulis Piki-ran Rakyat (05/04). Penyegelan dijaga ketat oleh petugas Polres Bogor Kota Bogor untuk mencegah timbulnya keja-dian tak diinginkan seperti tragedi Cikeu-sik beberapa waktu lalu. Bahkan, warga yang ingin menonton penyegelan diusir, okezone.com (04/05).

Penyegelan ini dilakukan setelah demo dari warga Sindangbarang di depan Kantor Kelurahan Sindangbarang pada Senin (04/04). Mereka memprotes tetap berfungsinya masjid Ahmadiyah di Bogor padahal kegiatan Ahmadiyah sudah dilarang oleh Pemkot. Agus Hilam, seorang tokoh agama, mengatakan masjid al-Mubarok masih digunakan un-tuk beribadah jemaat Ahmadiyah, teru-tama mereka yang pendatang. “Ham-pir setiap Jumat, Jemaah Ahmadiyah melaksanakan salat di sini,” ujar Agus. Karenanya, mereka meminta agar Pem-kot bersikap tegas dengan cara menutup masjid Ahmadiyah. Permintaan ini dika-bulkan.

Bila ketiga kasus di atas dilaksanakan dengan terang-terangan, maka di Cia-mis pelakunya tidak teridentifikasi. Pada siang hari, Masjid Ahmadiyah yang ter-letak di bilangan Cipto Mangunkusumo baru diketahui disegel. Di depan pintu tertulis spanduk dari karton berbunyi “Harga Mati untuk Bubarkan Ahmadiah’ dan tulisan ‘Ahmadiah Bukan Islam tapi Musuh Islam, Hancurkan’. “Saat itu saya sedang berada di dalam rumah. Sekitar pukul 12.00 WIB (05/05), saya baru keluar rumah hendak ke masjid, tapi di depan gerbang banyak orang berkerumun. Ter-nyata ada karton sebagai tanda segel, berisi hujatan terhadap Ahmadiyah,” te-rang Hendra, pengurus Masjid, seperti ditulis okezone.com (06/05).

“Ini sudah masuk kategori teror, kami masih menyelidikinya. Atas peristiwa ini, kami akan lebih mengintensifkan kegiatan patroli selama 24 jam,” terang Kabag Ops Polres Ciamis Kompol Oo Rus-dita setelah menerima laporan penga-

duan ini. Untuk mengatasi hal-hal yangUntuk mengatasi hal-hal yang tak diinginkan ini, kepolisian setempat menyediakan pasukan Dalmas untuk merapat ke lokasi. Sebanyak 10 orang di-siagakan di lokasi dan sisanya on call di Mapolres. Disediakan juga tiga unit ken-daraan patroli.

Di Banjar, MUI Kota Banjar justru yang menjadi eksekutor penyegelan. MerekaMereka menyegel Masjid Al Istiqomah di kawasan Tanjung Sukur Pataruman karena masih beraktivitas seperti biasa, padahal sudah terbit Peraturan Gubernur No 12 tentang Pelarangan Aktifitas Ahmadiyah.

Rombongan MUI yang diwakili oleh KH Iskandar Effendi dan KH Ujer dari Las-kar Pembela Islam (LPI) mendatangi Cece yang merupakan penganut Ahmadiyah yang rumahnya di depan masjid. kepada Cece, mereka menjelaskan tujuan me-reka untuk menutup masjid. Bukan ber-diskusi, tetapi Cece hanya diberikan dua pilihan: MUI atau pihak Ahmadiyah yang akan menutup masjid tersebut. Pembi-caraan ini dilanjutkan oleh Abdussalam karena Cece sakit. Abdussalam datang tak lama berselang setelah MUI datang. Setelah pembicaraan tertutup selama 15 menit, pihak MUI yang menyegel masjid.

KH Iskandar kemudian menempelkan palang kayu di semua sisi dinding masjid sebagai simbol penyegelan. ”Kami ak-hirnya putuskan melakukan penyegelan karena mereka terus aktif. Makanya kami sempat berikan pilihan, mereka yang me-nutup atau kami yang menutup,” ung-kapnya seperti ditulis Radar Tasikma-laya (03/05). Namun meski Abdussalam tidak setuju dengan keputusan sepihak itu, ia mau tidak menjelaskan alasannya. ”No comment, no coment,” katanya. Poli-si sendiri sudah berjaga di masjid bahkan sebelum MUI dan LPI datang—bahkan Kapolresta Banjar AKBP Tedi Hermansu-ah SIK memantau langsung jalannya pe-nyegelan.

Di bulan Maret, Depok sudah mela-kukan penutupan masjid Ahmadiyah. Pemkot menyegel Masjid al-Hidayah (23) menyusul dikeluarkannya pelarangan aktivitas Ahmadiyah oleh Gubernur Jawa Barat dan Walikota Depok. ”Su-dah disampaikan dan disosialisasikan ke

“Sesuai dengan SKB (Su-rat Keputusan Bersama) tiga menteri, kami tidak

menyebarkan ajaran agama kepada yang bukan

anggota kami,” jelas Daud, tokoh Ahmadiyah

setempat

Page 7: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIII, Mei 2011

The WAHID Institute

Ahmadiyah, Tapi kegiatan Ahmadiyah terus berlangsung. Makanya ada tinda-kan dari massa melakukan penyegelan dan penutupan masjid.Kita akan proses dan sosialiasikan Perwa dan implemen-tasi Perwa kepada Ahmadiyah. Masjid itu tak boleh lagi dipakai untuk kegiatan Ah-

madiyah,” terang Wakil Walikota Depok, Idris Abdul Somad seperti dikutip KBR 68 H (23/03). Masjid ini selanjutnya akan dipakai sebagai tempat ibadah secara umum dengan imam dari MUI.

Pemkot sendiri menjanjikan perlindungan kepada warga Ahmadiyah,

namun menutup masjid pada saat yang sama. Sebelumnya, massa menyegel masjid tersebut karena kesal dengan jemaat Ahmadiyah yang tidak menghen-tikan aktivitasnya yang dilarang oleh pe-raturan soal Ahmadiyah dari Gubernur Jabar dan Walikota Depok. [M]

Tragedi Cikeusik DisidangkanOleh: Nurun Nisa’

Tragedi Cikeusik yang memakan tiga korban akhirnya masuk per-sidangan. Rencananya digelar di

PN Jakarta Utara, tapi sidang kemudian digelar di PN Serang, Banten. Di samping dekat dengan lokasi kejadian, keamanan lebih terjamin. “Kita sudah tetapkan (si-dangnya) di Serang. Kita pastikan pindah ke Serang. Tadinya kita pindahkan ke Ja-Tadinya kita pindahkan ke Ja-karta Utara. Namun sesuai permintaan Kejaksaan kemudian diubah, Kepolisan dan Kejaksaan minta di Serang,” kata Ketua MA Harifin A Tumpa seperti ditulis okezone.com (01/04).

Sidang pertama pada Selasa (26/04) diawasi ketat. Kepolisian setempat mengerahkan dua kendaraan baracuda, tiga kendaraan meriam air, dan mobil kendaraan taktis lainnya. Ribuan perso-nel juga diturunkan. “Di areal Pengadilan“Di areal Pengadilan Serang termasuk ruang sidang dilaku-kan tertutup dan terbuka. Jumlah per-

sonil kepolisian 1095 orang. Dari Polda Banten 700 orang, BKO dari Mabes Polri 165 orang atau SSK. Dan TNI 200 perso-nel,” jelas Juru bicara Kepolisian Daerah Banten, Gunawan Setiadi seperti ditulis KBR 68H (26/04). Selain itu, akses menu-ju PN Serang di bilangan Jl. Abdul Hadi yakni perempatan Cijawa dan Kebon Jahe dijaga ketat. Mereka yang berminat mengikuti persidangan, diperiksa sejak di depan pagar halaman sampai pintu masuk gedung pengadilan.

Karena tragedi Cikeusik ini sensitif, maka Kontras, LBH Jakarta, dan YLBHI me-minta Komisi Yudisial (KY) turut terlibat memantau jalannya persidangan. ”Untuk menjaga pengadilan independen dan jujur,” terang Indria Fernida seperti ditu-lis Wakil Koordinator Kontras. Ketua LBH Jakarta Nurkholis menambahkan bahwa peran KY diperlukan mengingat yang diadili adalah para tokoh masyarakat Cikeusik, sehingga pengadilan dikha-watirkan menjadi bias, dan posisi hakim tidak bisa obyektif dalam melihat fakta-fakta persidangan. Ketiga LSM ini juga meminta peran LPSK (Lembaga Perlin-dungan Saksi dan Korban) agar melin-dungi Arif sebagai saksi yang membuat video kronologi penyerangan.

MUI Provinsi Banten meminta agar ti-dak terjadi pengerahan massa, baik dari pihak korban maupun terdakwa. ”Saya berharap tidak ada pengerahan massa baik dari simpatisan ataupun pihak kelu-arga para tersangka saat persidangan kasus Cikeusik. Ini demi menjaga kelan-caran dan keamanan persidangan,” kata

Ketua MUI Provinsi Banten KH Wahab Afif seperti ditulis ANTARA News (23/04). Namun rupanya banyak warga yang ber-minat mengikuti jalannya sidang. Pada saat di sidang pertama, ribuan ulama dan santri menggelar istighosah.

Dalam sidang pertama ini, terdakwa dikenai pasal tentang penyerangan dan perusakan secara bersama-sama dan mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Tragedi yang terjadi pada 6 Februari lalu ini membuat polisi menetapkan 12 tersangka, termasuk D dari Ahmadiyah. TPM menyatakan bahwa terdapat pe-langgaran pada sidang ini, karena ter-dakwa belum menerima berita acara saat sidang berlangsung.

Sidang yang direncanakan dige-lar tiap hari Rabu dan Selasa ini digelar kembali pada Selasa (03/05). Agendanya, eksepsi atau nota keberatan dari semua terdakwa. Mereka disidangkan dalam tiga ruang sidang yang erpisah. Sebelas terdakwa menyampaikan eksepsinya dan satu terdakwa atas nama KH Ujang tidak menyampaikan eksepsi, namun langsung pemeriksaan terhadap saksi.

Sidang kedua berjalan relatif aman dengan pengamanan yang tidak ter-lalu ketat dan jumlah pengunjung yang tidak membludak. Dalam kesempatan tersebut, Kanit Reskrim Polsek Cikeusik Iptu Hasanudin menyampaikan kesaksi-annya soal kronologis tragedi Cikeusik. Menurutnya, jemaat Ahmadiyah yang berada di rumah Suparman di Desa Um-bulan menolak dievakuasi. Bahkan, salah seorang di antaranya menyatakan akan

“Saya berharap tidak ada pengerahan massa baik

dari simpatisan ataupun pihak keluarga para ter-sangka saat persidangan kasus Cikeusik. Ini demi menjaga kelancaran dan

keamanan persidangan,” kata Ketua MUI Provinsi

Banten KH Wahab Afif

Page 8: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

■ Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIII, Mei 2011

The WAHID Institute

Dua Puluh Lima Terdakwa Rusuh Temanggung Diadili Oleh: Nurun Nisa’

tetap bertahan, biar banjir darah seka-lian, ketika massa yang diperkirakan ber-kisar seribu orang menuju rumah pim-pinan Ahmadiyah itu. Iptu Hasanudin

juga menyatakan bahwa massa awalnya tidak membawa senjata. Massa kembali dengan senjata, dan dalam jumlah yang besar, setelah mereka dilempari batu

dari dalam rumah. Ia mengatakan tidak bisa menghadapi massa yang terus me-rangsek karena jumlah aparat yang tidak sebanding dengan mereka. [M]

Penyerangan Pondok Pesantren Yayasan Pesantren Islam (YAPI) di Desa Kenep Kecamatan Beji Ka-

bupaten Pasuruan akhirnya disidangkan. Enam orang terdakwa dituntut enam bulan penjara. Mereka adalah AM (23 tahun), MU (20 tahun), HZ (24 tahun), IM (25 tahun), HS (22 tahun), dan SK (22 ta-hun). SK dikenakan pasal 160 KUHP ten-SK dikenakan pasal 160 KUHP ten-tang Penghasutan, pasal 170 tentang Pengeroyokan, dan pasal 80 ayat 1 UU Perlindungan Anak. Lima tersangka lain dijerat hanya dengan dua pasal terakhir.

Terdakwa Kasus Pasuruan Dituntut Empat Bulan Penjara Oleh: Nurun Nisa’

pada sidang kedua, Kamis (19/05), Jaksa Penuntut Umum (JPU) Ridho Wanggono menyatakan bahwa terdak-wa terbukti secara sah dan meyakinkan telah merusak pesantren dan menyebab-kan sejumlah santri terluka. Selain itu, perbuatan terdakwa juga dapat dinilai memecah belah umat Islam. “Menyata-kan terdakwa SK [melakukan] perbuatan tindak pidana menghasut untuk melaku-kan perbuatan pidana 160 KUHP. Secara bersama-sama melakukan perbuatan pi-dana orang atau barang 170 ayat 1 KUHP. Melakukan tindak pidana kekerasan ter-hadap anak Pasal 80 ayat 1 jo 50 ayat 1 KUHP. Menjatuhkan hukuman penjara empat bulan dipotong selama terdakwa ditahan,” demikian tuntutan Ridho Wang-gono seperti dikutip KBR 68 H (19/05). Ridho, seperti dikutip Mediaindonesia.com (19/05), menyatakan tuntutan ini bukan hukuman balas dendam, tetapi

“Menyatakan terdakwa SK [melakukan] perbuatan

tindak pidana menghasut untuk melakukan perbua-

tan pidana 160 KUHP. Se-cara bersama-sama mela-kukan perbuatan pidana

orang atau barang 170 ayat 1 KUHP. Melakukan

tindak pidana kekerasan terhadap anak Pasal 80

ayat 1 jo 50 ayat 1 KUHP.

karena alasan kemanusiaan mengingat para terdakwa masih berusia muda.

Pengacara para terdakwa Haris Fajar Kusnaryo menyatakan keberatan dengan tuntutan JPU, karena dakwaan jaksa dianggap tidak terbukti. Haris meminta majelis hakim membebaskan terdakwa dari segala dakwaan dan memulihkan hak dan kedudukan terdakwa sebagai warga negara. Bahkan Haris menyata-kan bahwa peristiwa di YAPI bukanlah penyerangan, melainkan tawuran. Ka-rena kedua kubu—terdakwa dan santri YAPI—sama-sama menyerang setelah sebelumnya saling mengejek. Sidang ka-sus penyerangan pesantren yang diang-gap beraliran Syi’ah ini sendiri dilaksana-kan di PN Sidoarjo, bukan di PN Pasuruan sesuai dengan fatwa dari MA (Mahkamah Agung). Alasan keamanan, kata juru bica-ra PN Sidoardjo Achmad Dachrowi, men-jadi sebab pengalihan tempat ini, selain bahwa sejumlah ormas keagamaan juga memintanya dipindah ke lokasi yang le-bih kondusif. Selain itu, disiapkan penge-Selain itu, disiapkan penge-ras suara dan televisi di luar ruang sidang dan penjagaan aparat dalam jumlah be-sar. Anggota Aswaja, asal organisasi ter-dakwa, turut hadir dalam sidang ini.

Menjatuhkan hukuman penjara empat bulan dipo-

tong selama terdakwa di-tahan,” demikian tuntutan

JPU Ridho Wanggono

Sebanyak 25 orang diadili terkait kasus rusuh di Temanggung pada 8 Februari lalu. Dua orang dikenai

pasal 160 KUHP tentang Penghasutan, yakni Syihabudin dan Lutfi Hakim Azis. Sisanya dijerat pasal 170 KUHP tentang

Perusakan dan Pengeroyokan. Dakwaan terhadap Syihabuddin

dibacakan pada sidang pertama yang berlangsung di PN Semarang. Dalam dakwaannya, JPU Singgih menyatakan bahwa mengajak orang-orang untuk

menghadiri sidang penodaan agama atas Antonius Richard Bawengan dengan menggunakan ketokohannya sebagai da’i sekaligus mubaligh. Transportasi ditanggung sendiri-sendiri sementara Syihabuddin menjamin makanan.

Page 9: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIII, Mei 2011

The WAHID Institute

Menggunakan empat mobil dan Syihabuddin berada di mobil paling depan. Pria itu menggunakan megafon dan menerakkan kata-kata hasutan. Hasutan yang dimaksud, kata JPU, yakni “Antonius harus dihukum mati karena halal darahnya”, “Jika PN tidak menghukum mati, maka kami harus dapatkan pendeta itu. Kami akan lawan”, “Allahu Akbar, bunuh saja, bakar Antonius kalau pengadilan tak menghukum mati”. ”Sembilan puluh persen fitnah dan rekayasa,” kata Syihabuddin di depan pengadilan seperti ditulis TEMPO Interaktif (31/03).

Seminggu kemudian terdakwa membacakan eksepsi. Pengacara terdakwa mempersoalkan tempat sidang yang dipindah ke Semarang, padahal kejadian berlokasi di Temanggung. Namun Majelis Hakim menolak karena

sudah sesuai dengan fatwa MA Nomor 034/KMA/SK/III/2011. Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Edward Aritonang menyatakan hal ini sebagai hak terdakwa, namun aparat keamanan sebagai peminta fatwa kepada MA juga memiliki pertimbangan tersendiri. ”Ini semata-mata untuk menjaga situasi kondusif di Temanggung pascakerusuhan,” terang Edward seperti ditulis Tempo Interaktif (07/04). Ia juga menjamin keselamatan dan kesehatan para terdakwa. Tim pengacara terdakwa juga menolak surat dakwaan jaksa yang dibacakan pada sidang sebelumnya, karena dinilai kabur dan tidak jelas. Oleh karena itu, pengacara meminta agar pihak JPU memperjelas beberapa hal yang menjadi substansi pokok kasus ini sebelum masuk kepada materi sidang.

Pada 19 Mei dibacakan tuntutan kepada enam terdakwa. Mereka adalah Ahmad Faro’i (19 tahun), Agus Prihanto (24), Aziz Zaenal Arifin (30), Muhammad Syaiful Mujab (25), Abdul Kholik (28) dan Tarmudi (29). JPU Kejaksaan Negeri Semarang, Gandara menyatakan keenam terdakwa secara sah dan meyakinkan melakukan tindakan pidana kekerasan secara bersama-sama sebagaimana diatur dalam Pasal 170 KUHP sehingga divonis delapan bulan penjara dipotong

masa tahanan. ”Keenam terdakwa masih muda dan labil sehingga tuntutan jaksa terlalu berat,” kata Nuryono, pengacara terdakwa seperti ditulis TEMPO Interaktif (19/05). Nuryono keberatan atas tuntutan JPU karena kliennya hanya ikut-ikutan melakukan perusakan. Mereka tidak tahu apa-apa. Syihabuddin sendiri belum divonis. Sidang yang berlangsungSidang yang berlangsung marathon ini dipimpin oleh 18 (delapan belas) hakim. Mereka adalah SugengMereka adalah Sugeng Hiyanto, Pragsono, Noor Ediyono, Ronius, Sujatmiko, Suyadi, Kisworo, Togar, Jhon Halaan Butar-Butar, Eddy Tjahjono, Dolman Sinaga, Wiwik Suhartono, Tjipto Basuki, Roma Jhon, Andy Susiayantadi, Daniel Palittin, Mujahri, dan Sukadi. Sidang ini berlangsung di empat ruangan. Masing-masing diketuai oleh Eddy Tjahjono SH, Tjipto Basuki SH, Daniel Palittin, SH, dan Ronius, SH. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 50 (lima puluh) pengacara dikerahkan untuk mendampingi 25 terdakwa dengan Syahir sebagai ketuanya. Tujuh orangTujuh orang berasal dari Jakarta, dua dari Yogyakarta, delapan dari Solo, dan sisanya berasal dari Kota Semarang. “Kami kombinasikan sehingga tim kuasa hukum bisa meringankan hukuman terdakwa,” kata Syahir seperti ditulis Tempo Interaktif (24/03).

Teror dan Intimidasi terhadap Jamaah IJABI di Omben Oleh: M. Akhol Firdaus

“Keenam terdakwa masih muda dan labil sehingga

tuntutan jaksa terlalu berat,” kata Nuryono,

pengacara terdakwa

Jamaah Syi’ah di Dusun Nangkrenang Desa Karang Gayam Kecamatan Omben, Sampang, Madura, kembali

mendapat teror dan ancaman serangan dari kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai Islam Ahl al-Sunnah wal Jamaah (Aswaja).

Rencananya, Senin (04/04) diseleng-garakan peringatan Maulud Nabi di ru-mah Ust. Tajul Muluk, Ketua IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) Kabupaten Sampang di Karang Gayam. Acara juga dihadiri oleh jamaah Syi’ah dari berbagai

tempat di daerah Omben. Acara akhirnya batal dilaksanakan karena ratusan massa menghadang rombongan yang hendak menghadiri acara.

Ratusan orang bersenjatakan clurit, parang, pentungan, dan berbagai benda tajam lainnya tidak hanya menghadang rombongan yang hendak datang ke ru-mah Ust. Tajul Muluk, tetapi juga siap melakukan serangan ke Desa Karang Gayam bila acara tersebut benar-benar dilaksanakan. Massa sudah berkumpul sejak pukul 19.00 WIB dan melakukan teror terhadap jamaah Syi’ah.

Intimidasi massa yang mengklaim diri sebagai kelompok Aswaja ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Sejak 2006,

Alih-alih melakukan me-diasi, pertemuan dengan Muspika justru memojok-kan Tajul Muluk dan ja-

maah Syi’ah

Page 10: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

10

■ Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIII, Mei 2011

The WAHID Institute

ancaman serupa kerap diterima jamaah Syi’ah di Karang Gayam. Menurut Tajul Muluk, peristiwa Senin (04/4/2011) hanya satu matarantai dari rangkaian teror dan ancaman yang hampir diterima setiap hari oleh jamaah Syi’ah di Karang Gayam. Teror dan ancaman pada hari Senin tidak terjadi secara spontan, melainkan dikon-solidasi oleh kekuatan ormas Islam dan tokoh agama di Sampang.

Sejak 2006, konflik Syi’ah - Ahl al-Sun-nah wal Jamaah lebih dikarenakan oleh fitnah yang disebarkan secara intensif. Ada usaha yang dilakukan terus menerus untuk menetapkan Syi’ah sebagai ajaran sesat. Tajul Muluk yakin kebencian warga sengaja dibakar oleh para tokoh masy-arakat dan Kyai setempat. Ia secara te-rang-terangan menyebut bahwa, di balik semua teror dan intimidasi kelompok Ahl al-Sunnah wal Jamaah tidak terlepas dari peran KH Ali Karar, H. Jamal (alumni PP Sidogiri Pasuruan), Abdul Malik, Bah-ram, dan Mukhlis. Ketiga orang yang di-Ketiga orang yang di-sebut terakhir adalah mantan santri Kyai Karar.

Kini, konsolidasi kelompok anti-Syiah semakin menguat. Teror dan ancaman massa tidak hanya dilakukan tokoh aga-ma dan kyai lokal di Omben, mereka membuat Badan Silaturrahmi Ulama Ma-dura (Basra) Sampang. Ormas pimpinan KH. Kholil Halim menjadi kekuatan baru yang ikut melakukan teror, dan mende-sak agar jamaah Syi’ah segera mening-galkan Sampang.

Meski teror dan ancaman semakin meningkat eskalasinya, jamaah Syi’ah di Karang Gayam bergeming dan tidak akan meninggalkan Omben. Konflik bisa

saja meletus bila massa dibiarkan ber-hadap-hadapan.

Demi menghindari jatuhnya korban, aparat Polres Sampang mengambil lang-kah dengan bersiaga di Karang Gayam pada Senin (04/4/2011). Ust. Tajul Mu-luk sendiri dibawa ke Polres Sampang. Esoknya, dilakukan pertemuan tertutup, antara Tajul Muluk dengan Bupati dan Wakil Bupati Sampang, Muspida, dan kelompok Ulama di Pendopo Kabupaten. Acara tersebut juga dihadiri oleh Kapolda Jawa Timur, Irjend Untung S Radjab. Dari kalangan alim ulama, hadir Ketua PCNU Sampang, KH. Muhaimin Abd Bari, Rais Syuriah NU, KH. Syafiduddin Abd Wahid, Ketua MUI Sampang KH Bukhori Maksum, KH Zubaidi Muhammad, KH Ghazali Mu-hammad dan beberapa ulama lainnya.

Alih-alih melakukan mediasi, perte-muan dengan Muspika justru memojok-kan Tajul Muluk dan jamaah Syi’ah. Me-Me-nurut Tajul Muluk, Muspida malah ikut menghakimi keyakinan jamaah Sy’iah. Muspida mendesak Tajul Muluk agar me-nerima berbagai opsi yang ditawarkan oleh MUI, PCNU, dan Basra. Ormas-ormas tersebut menuduh bahwa, jamaah Syi’ah telah melanggar kesepakatannya den-gan kelompok Sunni. Ceritanya, pada tahun 2009 kelompok Sunni pimpinan Kyai Karar pernah berdialog dengan Tajul Muluk. Kyai Karar dan para tokoh agama lain pada waktu itu mendesak agar Tajuk Muluk menghentikan aktifitas dakwah-nya karena dianggap menyimpang. Tajul Muluk mengaku bahwa pertemuan ter-sebut bukanlah dialog, melainkan peng-hakiman sepihak yang dilakukan oleh kelompok Sunni.

Kini, Ketua MUI Sampang KH Bukhori Maksum, misalnya, menuduh bahwa Tajul Muluk telah melanggar kesepaka-tan. Tokoh-tokoh MUI, PCNU, dan Basra menuduh bahwa Tajul Muluk sudah melanggar kesepakatan karena tetap melakukan dakwa paham Syiah kepada masyarakat sekitar.

Tentu saja tuduhan tersebut tidak be-nar. Pertama, Tajul Muluk tidak pernah menyepakati desakan ulama di Omben untuk menghentikan aktifitas dakwah-nya. Kedua, dakwah yang dilakukan oleh Tajul Muluk hanya berlangsung di jamaah IJABI.

Tokoh-tokoh MUI, PCNU, dan Basra memilih menutup mata dan kepala. Me-Me-reka bersikukuh untuk menawarkan opsi yang sama pada Tajul Muluk. Opsi-opsi itu adalah:

Menghentikan semua aktifitas Syi’ah di wilayah Sampang dan kembali ke paham Sunni.Diusir ke luar wilayah Sampang tan-pa ganti rugi lahan/aset yang ada.Jika salah satu dari dua opsi tersebut di atas tidak dipenuhi maka berarti jamaah Syi’ah Sampang harus mati.

Petemuan bersama Muspida dan Ka-polda Jatim pada Selasa (4/4/2011) itu juga tidak menghasilkan kesepakatan apapun. Opsi-Opsi yang ditawarkan oleh pada ulama secara tegas ditolak oleh Ta-jul Muluk. Seperti sebelumnya, Jamaah Syiah di Omben bergeming. Mereka te-tap dengan keyakinan mereka, bahwa tidak ada hak bagi kelompok manapun untuk mengusir mereka dari Sampang.

1.

2.

3.

AZIS Diprotes Banyak PihakOleh: Nurun Nisa’

Pemkot Malang menerbitkan Surat Edaran (SE) yang dike-luarkan Walikota Malang Nomor

470/322/35.73.123/2011 tertanggal 31 Maret 2011 tentang himbauan pemoto-ngan gaji untuk amal, zakat, impaq dan sadaqah (AZIS). SKPD dan PNS gajinyaSKPD dan PNS gajinya

dipotong dengan bervariasi tergantung pada besaran gajinya. Potongan yang diberlakukan variatif, tergantung pada besarnya gaji masing-masing. Wali Kota dipotong senilai Rp 250 ribu dan Rp 200 ribu untuk Wawali Walikota sebanya Rp 200 ribu.

Untuk eselon II A Rp 180 ribu, II B Rp 150 ribu, III A Rp 125 ribu, III B Rp 110 ribu, IV A Rp 90 ribu, IV B Rp 80 ribu, V A Rp 75 ribu, untuk Kasek SMA/SMK Rp 115 ribu, Kasek SMP, SMPLB, dan sederajat Rp 100 ribu, Kasek SD dan TK Rp 95 ribu. Selain itu, Gol III dan IV dipotong Rp 85 ribu, gol

Page 11: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

11

n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIII, Mei 2011

The WAHID Institute

IV A Rp 80 ribu, gol III D Rp 75 ribu, III C Rp 70 ribu, III B Rp 67.500, III A 65 ribu, II D Rp 60 ribu, II C Rp 57.500, II B Rp 55 ribu. Untuk golongan II A Rp 52.500, gol I D Rp 50 ribu, I C Rp 47.500, I B Rp 45.000. I A Rp 40000, Capeg Gol III B Rp 50 ribu, Capeg gol III A Rp 47.500, Capeg Gol II C Rp 45 ribu.

Potongan resmi ini diprotes oleh PNS. Kepada anggota DPR mereka mengi-rimkan keluhkan melalui layanan pesan pendek (sandek) ke SMS Center Komisi D. “Saya kurang sepakat dengan surat per-nyataan pemotongan gaji untuk infak,” begitu salah satu isi SMS protes seperti dinyatakan Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Christea Frisdiantara. Protes yang senada juga dikirimkan via ponsel pribadi dan berbagai fraksi. Mereka yang protes, kata Christea seperti ditulis Malang Post (04/04), berlatar belakang PNS golongan II ke bawah dan beberapa guru.

“Kalau diwajibkan tidak sesuai dengan

syariat agama. Zakat itu ada syarat dan ketentuannya. Ada batasan nisab dalam zakat,” kata KH. PC NU Kota Malang, KH. Marzuki Mustamar. Nisab yang dimaksud adalah setara dengan Rp 30 juta sebu-lan. Dengan jumlah sebesar ini, kata pengasuh PP. Sabilurosyad Gasek Ka-rangbesuki ini, tidak semua PNS dapat melampauinya. Selain itu, zakat sesung-guhnya dikeluarkan setahun sekali, jika sudah mencapai nisab, bukan sebulan sekali. Zakat juga butuh niat—jika di-potong secara otomatis, maka niat itu tidak terlaksana. Belum lagi jika dikaitkan dengan sasaran zakat, misalnya, jika PNS yang bersangkutan justru ingin membe-rikan zakat untuk kerabat dan keluarga-nya yang masih kekurangan. Pun sede-kah yang juga membutuhkan persetu-juan dari yang bersangkutan. Dosen UIN Malang ini juga mempertanyakan PNS non-Muslim yang juga dipotong gajinya.

Persetujuan ini patut dipertanya-kan. Meskipun bersifat himbauan, prakteknya nampak dipaksakan. Christea mencontohkan bahwa besarnya pemo-tongan sudah diatur secara detail. Selain itu, para PNS dari semua golongan diwa-jibkan mengisi dan menandatangi surat kesediaan menyumbang. “Kalau yang tidak setuju akan ketahuan karena tidak mengisi surat pernyataan. PNS yang ti-dak setuju ini khawatir karirnya terham-bat karena tidak setuju,” tambahnya.

Atas keberatan-keberatan ini, beberapa anggota dewan meminta surat edaran AZIS dicabut. Menurut anggota fraksi PKB Sutiadji, mengutip UU No. 38 Th. 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Pemkot hanya berwenang membentuk lembaga pengelolaan zakat, dan bukan mengkoordinasi zakat. ”Apalagi sampai

mengeluarkan surat edaran kepada pe-gawai atau SKPD untuk mengeluarkan zakat, infaq dan sedekah dengan cara melakukan pemotongan gaji. Itu sudah keterlaluan,” tandasnya seperti ditulis beritajatim.com (08/04). Sutadji juga khawatir jika PNS yang sudah membayar zakat sendiri masih harus membayar za-kat via Pemkot. “Makanya lebih baik SE itu dicabut dari pada meresahkan PNS yang akan dipotong gajinya,” jelasnya. Ananda Ya’qud Gudban, dari fraksi Partai Hanura, menyatakan prosedur AZIS tidak bisa dibenarkan. ”Pemerintah pusat saja dulu pernah menggagas itu dan tapi ga-gal. Kenapa Pemkot Malang malah bera-ni menerapkan hal itu. Lebih baik dicabut saja SE Walikota itu, sebelum menjadi po-lemik,” katanya.

“Kami akan segera mengusulkannya ke pimpinan dewan untuk dibahas seca-ra khusus,” tandas Christea. Wakil ketua DPRD Kota Malang, RB Priyatmoko Oeto-mo setuju untuk membahas masalah ini. “Tanggal 6 April ada rapat badan musya-warah. Hal ini akan dibahas sekalian,” te-rang Priyatmoko. Kepala Bagian Kesejah-teraan Rakyat (Kesra) Kota Malang, Eddy Sulistyo, sendiri menyatakan jika yang dilakukan Pemkot melalui surat edaran bukanlah pemotongan gaji, melainkan penyisihan sebagian gaji untuk keperlu-an AZIS. “Itu pun bagi yang bersedia dan belum dilakukan karena sifatnya masih sosialisasi melalui SKPD masing-masing,” sanggahnya. Penyisihan gaji baru dila-kukan jika PNS yang bersangkutan me-nyatakan setuju. Eddy juga menyatakan bahwa Pemkot akan memfasilitasi tim in-dependen guna mengelola AZIS. SetelahSetelah tim ini terbentuk, program penyisihan gaji baru dilakukan.

“Kalau diwajibkan ti-dak sesuai dengan sya-

riat agama. Zakat itu ada syarat dan ketentuannya. Ada batasan nisab dalam zakat,” kata KH. PCNU Kota Malang, KH. Mar-

zuki Mustamar

Dianggap Tak Berizin, Dialog Antar-Agama DipindahOleh: Nurun Nisa’

Sejatinya pihak Kelompok Studi Ma-hasiswa Pengkaji Masalah Interna-sional (KSMPMI) Hubungan Inter-

nasional Universitas Katolik Parahyangan

sudah bersiap untuk menyelenggarakan acara “Interfaith Dialogue 2011 – Kebeba-san Beragama Dalam Demokrasi: Antara Utopia dan Realita”. Selaku penyelenga-

gara, mereka mengirim surat ke kepoli-sian sejak Senin (02/05). Namun pihak ke-polisian rupanya tak mengabulkan. Ala-sannya, takut diserang oleh ormas Islam

Page 12: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

1�

■ Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIII, Mei 2011

The WAHID Institute

yang menolak pluralisme di Bandung seperti acara yang diselenggarakan oleh Setara Institute – INCRES beberapa bu-lan lalu. ”Saat Setara Institute menggelar dialog, tiba-tiba beberapa ormas mem-bubarkan dan mengancam mereka,” ujar Kepala Jurusan FISIP Unpar Yulius Pur-wadi Herawan seperti ditulis VHR Media (08/05).

Pihak panitia menyatakan hal yang sama. “Kita tidak diberi izin oleh polisi, karena dikhawatirkan akan mengundang pihak-pihak yang tidak setuju atas isi aca-ra ini,” kata Rara Rizal, koordinator divisi

“Kita tidak diberi izin oleh polisi, karena dikha-

watirkan akan mengun-dang pihak-pihak yang

tidak setuju atas isi acara ini,” kata Rara Rizal, sa-

lah satu panitia Interfaith Dialogue 2011

materi Interfaith Dialogue 2011 seperti ditulis Mediaparahyangan.com (05/05). Karena perkara perizinan ini, acara dipin-dahkan dari Hotel The Ardjuna Bandung ke Gedung FISIP UNPAR. Bahkan, acara dimajukan sehari gara-gara soal ini.

Para pembicara yang hadir dalam acara tersebut mengecam tindakan ini. KH. Maman Imanulhaq Faqih menyata-kan tindakan polisi dengan tidak mem-berikan izin merupakan bentuk dari ke-gagalan negara dalam melindungi warga negara dan rakyat itu sendiri. Pengasuh pesantren ini bahkan menyatakan akan melaporkan masalah ini kepada Kapolri. ”Kita akan berpihak kepada polisi jika mereka bertindak tegas dalam melin-dungi konstitusi. Tapi kalau seperti ini, berarti mereka telah gagal,” tandasnya.

Kabid Humas Polrestabes Bandung Kompol Endang Sriwahyu Utami men-jelaskan jika izin tidak diberikan karena panitia terlambat mengajukan perizi-nan yang seharusnya diajukan tiga hari sebelum acara. Panitia sudah mengirimPanitia sudah mengirim permohonan izin pada Senin, seperti

telah dijelaskan di atas, namun surat ter-sebut ternyata baru diproses pada Kamis (05/05). Acara awalnya akan dilangsung-Acara awalnya akan dilangsung-kan pada Senin (09/04) namun akhirnya dimajukan gara-gara persoalan ini.

Selain Kyai Maman, dalam kesem-patan tersebut hadir Rm. Beni Soesetyo (KWI), Ulil Abshar Abdalla (JIL) Prof Soli-hin (Guru Besar dan Dekan Fakultas Filsa-fat Islam UIN Bandung), Franz Magnis Su-seno SJ (Direktur Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara), dan Siti Musdah Mulia (ICRP), dan Prof. Co-lin Brown (Dosen HI Unpar). Siti Musdah Mulia dalam paparannya menyatakan bahwa wawasan kebangsaan dan keaga-maan tidak boleh dipertentangkan. Rm. Magnis menyorot pembiaran negara ter-hadap kekerasan atas nama agama yang dikarenakan oleh perbedaan agama itu sendiri. ”Negara-lah seharusnya yang menjamin kebebasan beragama ini, ka-rena itu termasuk dari Hak Asasi Manusia itu sendiri. Dan kebebasan beragama ini bukan berarti kebebasan untuk menjadi sesat,” tandasnya.

Didera dengan persoalan bom bunuh diri yang dilakukan oleh M. Syarif, GAPAS (Gerakan Anti

Pemurtadan dan Aliran Sesat) seperti tak terpengaruh. Di bawah pimpinan Andi Mulya, GAPAS menggrebek acara ucap syukur dan perayaan Paskah yang dise-lenggarakan di Gedung Gratia Cirebon pada Senin (16/05). Perayaan yang diikuti sekitar enam ribu jemaat dari SD sampai SMA itu dipaksa bubar karena dianggap tidak berizin. Namun, Stefanus dari pihak panitia, menyatakan bahwa acara terse-but berizin. Andy tak mundur. Ia justru menelpon polisi agar membubarkan acara tersebut.

Polisi kemudin datang ke lokasi dan meminta acara dibubarkan. Seorang pe-Seorang pe-serta bingung dengan peristiwa ini. “Ini ada apa? Kok bisa banyak polisi ya?” ta-nya Hermanus, peserta acara ini. Stefanus kembali angkat bicara. ”Ini bukan kebak-”Ini bukan kebak-

Perayaan Paskah di Cirebon Dibubarkan PaksaOleh: Nurun Nisa’

tian. Tapi perayaan dan ucap syukur kita kepada Tuhan. Jadi mohon dibedakan antara perayaan dan kebaktian,” katanya. Mengucap syukur karena ujian nasional sudah berakhir. Tetapi Andy tetap ngotot bahwa acara ini merupakan kebaktian. ”Masa kebaktian tidak ada izinnya?” tam-bahnya. Pihak polisi sendiri mengakui jika izin sudah diberikan. ”Mereka sudah mengirimkan surat pemberitahuan,” te-rang Kapolres Cirebon Kota, AKBP Asep Edi Suhaeri. Namun akhirnya acara tetap dibatalkan demi menjaga suasana da-erah.

Sehari setelahnya, acara dilanjutkan di Hotel Apita Cirebon. Andy besertaAndy beserta rombongannya mendatangi lagi dengan maksud dan alasan yang sama: meminta dibubarkan karena tidak berizin. Apa-rat dipimpin Kepala Polres Cirebon Ajun Komisaris Besar Edi Mardianto datang kembali ke lokasi dan membubarkan aca-

ra dengan alasan yang sama, selain kare-na acara itu tidak berizin. Peserta kecewa karena mereka sudah siap-siap tampil untuk menari. “Kenapa nggak jadi? Kan mau nari? Katanya mau ngerayain pas-kah,” kata Siska, siswa kelas 3 SD, kepada orang tuanya sambil menangis. Sebagian peserta pulang ke daerah-daerah masing dan sebagian lagi menuju Gereja Bethel Indonesia Cirebon untuk melanjutkan acara.

“Pihak hotel ditekan agar menghentikan acara itu.

Kapolres mengatakan itu ke saya. Saya bilang ini

pelanggaran HAM, orang mau ibadah kok harus pa-

kai izin.

Page 13: on Religious Issues - wahidinstitute.org Report XXXIII Mei...Saidiman untuk melapor kepada Polres D ulu teror bom merupakan ... buku saya,” demikian surat dari seorang yang mengaku

1�

n Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIII, Mei 2011

The WAHID Institute

GP Anshor sempat hadir untuk men-jaga acara ini karena aparat dirasa sudah tunduk pada tekanan GAPAS. ”Pihak ho-tel ditekan agar menghentikan acara itu. Kapolres mengatakan itu ke saya. Saya bilang ini pelanggaran HAM, orang mau ibadah kok harus pakai izin. Kemudian ada juga kelompok Islam radikal namanya GAPAS juga dating ke situ. Tapi tidak sampai ada

adu fisik, kelompok Islam itu mun-dur, temen-temen Kristen pindah ke gereja Bethel Indonesia, lalu Banser berjaga di sana,” terang Nuruzzaman, Wakil Sekjen DPP GP Anshor seperti ditu-lis KBR 68H (17/05).

Kepada media yang sama, pihak Ke-polisian RI menyatakan akan memeriksa aparat kepolisian Cirebon setelah men-dapatkan informasi yang cukup. “Kita

cek dulu kebenarannya. Karena info ini bisa menyesatkan, bisa menim-bulkan konflik horizontal antara kita. Oleh karena itu, perlu cek dan ricek dulu. Jangan sampai kita berkesim-pulan, peristiwa itu benar terjadi. Ini kan persoalan sensitif,” terang Juru Bicara Kepolisian Indonesia, Boy Rafli Amar (18/05).

Analisa

1. Terorisme sudah berada di sekitar kita. Suburnya aksi teror selain soal doktrin sebagai legitimasi dari perbuatan teror-isme itu, tak bisa dikesampingkan performa Negara yang abai dalam melindungi kepentingan dan kebutuhan rakyat-nya. Bila negara mandul, rakyat akan menagihnya dengan berbagai alternatif, termasuk dengan jalan kekerasan dan terror.

2. Lagi-lagi aparat tunduk di hadapan tekanan sekelompok massa radikal yang gemar mempersoalkan izin penyeleng-garaan sebuah acara keagamaan. Pada aras ini, bukan saja wibawa aparat keamanan akan turun, tetapi posisinya bakal digantikan oleh paramiliter ormas swasta karena lebih tegas dan berani melawan kesewenang-wenangan kelompok tertentu yang arogan. Pada saat yang sama dikhawatirkan muncul civil disobedience (pembangkangan sipil) dari ma-syarakat biasa karena ketidaktegasan aparat seperti tercermin dalam insiden pembakaran mobil Ketua FPI Sumut. Pada sisi yang lain, seperti dapat dilihat sehari-hari, kelompok radikal ini semakin rajin menjalankan ‘aktivitas’nya

3. Jika penyesatan selalu diarahkan kepada mereka yang menyimpang, maka sesungguhnya obyek penyesatan meru-pakan sesuatu yang cair, yang dapat dilekatkan kepada siapa saja untuk kemudian ia dianggap sebagai liyan dengan konsekuensi di-lain-kan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah Ahmadiyah di-liyan-kan, giliran Syi’ah di Jawa Timur mendapatkan label yang sama. Padahal Syi’ah disepakati mayoritas ulama bukan merupakan aliran yang menyim-pang. Pelabelan ini berimplikasi pada pengusiran dan penyerangan oleh mayoritas kepada kelompok lain yang tidak dinilai menyimpang, namun merupakan minoritas.

4. Dengan beragam motif yang perlu diteliti lebih lanjut, wacana negara Islam bukanlah sesuatu yang sudah berhenti total semenjak era reformasi. Kini, modusnya bertambah dengan pemerasan uang dan pencucian otak. Dengan variasi ini, kesalahan negara Islam dalam bentuk NII bukan saja soal maker, tetapi juga bersangkut paut dengan tindakan kriminal dengan ancaman hukuman pidana

5. Semangat otonomi daerah telah dibajak oleh segelintir kepala daerah yang berniat mengurus segala bidang, terma-suk urusan keagamaan seperti tertulis pada UU No. 32 Th. 2004 seperti terjadi di Kota Malang. Pembajakan sudah kerap terjadi tapi pemerintah pusat tak juga menetapkan wewenangnya terhadap daerah.

Rekomendasi1. Selain menindak segala kejahatan yang berhubungan dengan teror bom, kohesi sosial dalam masyarakat juga perlu

dibangun terus. Salah satu caranya melalui kegiatan masyarakat yang bernuansa paguyuban (Salah satu caranya melalui kegiatan masyarakat yang bernuansa paguyuban (gemeinschaft) yang mengikat masyarakat dalam komunikasi yang rekat, namun tidak artifisial sehingga terwujud kebersamaan dan rasa saling memiliki. Perasaan ini penting untuk mencegah masuknya paham lain yang merusak, seperti terorisme dan paham sejenisnya.

2. Aparat mesti bertindak tegas terhadap segala hak warga negara menyangkut kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB). Jika tidak, wibawa aparat akan terkikis karena kewenangannya diambil alih oleh kelompok swasta, baik yang hendak mengurangi hak KBB maupun melindungi hak KBB.

3. Terhadap aturan yang membajak kewenangan pemerintah pusat, maka sudah seharusnya diberikan teguran kepada kepala daerah yang bersangkutan atau melakukan harmonisasi peraturan pusat dan daerah.

4. Masyarakat dengan difasilitasi para tokoh masyarakat dan tokoh agama, perlu mengembangkan wawasan keaga-maan dan kebangsaan sekaligus. Dengan wawasan ini diharapkan persoalan-persoalan menyangkut KBB tidak hanya dibenturkan kepada soal doktrin agama semata, namun juga menyangkut hak warga negara untuk menikmati hak KBB. Dengan cara ini diharapkan tidak lagi ada tradisi me-liyan-kan yang lain, baik alasan mayoritas-minoritas, mau-pun penyesatan terhadap ajaran yang lain disertai dengan kekerasan

5. Internalisasi Pancasila masih diperlukan saat ini kepada semua khalayak. Orang-orang yang ditengarai sebagai korban NII seharusnya merupakan orang yang dapat mencerap ajaran dan filosofi Pancasila dengan mudah, tetapi mereka justru terlihat gamang dan rapuh dalam pemikiran sehingga menjadi korban cuci otak pihak-pihak yang kontra Pan-casila.