omsk contoh kasus
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2 bulan
dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga tengah dapat terus
menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis
media supuratif kronik (OMSK) didalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah congek,
teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan
penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak
memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan
pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak yang dapat
menyebabkan kematian. Kadangkala suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada
OMSK tipe bening pun dapat menyebabkan suatu komplikasi.1
Di seluruh dunia prevalensi OMSK 65330 juta jiwa, 60% (39200 juta jiwa) mengalami
gangguan pendengaran yang sangat klinis bermakna. Diperkirakan 28000 mengalami kematian
dan < 2juta mengalami kecacatan; 94% terdapat di negara berkembang. Prevalensi OMSK di
Indonesia secara umum adalah 3,8%.12 Pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang
berobat di poliklinik THT RS Dr Sardjito Yogyakarta tahun 2004.2
Pada dasarnya keberhasilan pengobatan penyakit infeksi bakteri dengan antibiotik
merupakan hasil akhir dari 3 komponen, yaitu penderita, bakteri dan antibiotika. Hal ini
disebabkan karena penyakit infeksi bakteri adalah manifestasi klinik dari interaksi antara
penderita dan bakteri. Adapun untuk pengobatan infeksi dibutuhkan antibiotika yang tepat dan
daya tahan tubuh penderita itu sendiri. Memilih antibiotika yang tepat dapat dilakukan
berdasarkan sekurang-kurangnya mengetahui jenis bakteri penyebab penyakit dan akan lebih
baik lagi apabila disertai dengan adanya hasil uji kepekaan pemeriksaan mikrobiologi. Ketidak
patuhan penderita dalam perawatan, kuman yang resisten, bentuk anatomi telinga,
adanyakomplikasi, menyebabkan kesulitan dalam hal pengobatan dan perawatan penderita
OMSK.3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut4:
- Batas luar: membrane timpani
- Batas depan: tuba eustachius
- Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)
- Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
- Batas atas: tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal,
kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window)
dan promontorium.
Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membrane timpani
dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat didalamnya beserta
penunjangnya, tuba eustachius dan system sel-sel udara mastoid. Bagian ini dipisahkan
dari dunia luar oleh suatu membrane timpani dengan diameter kurang lebig setengah
inci.5
Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida
(membrane shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane propria). Pars
flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan
bagian dalam dilapisi olehsel kubus bersilia, seperti sel epitel saluran napas. Pars tensa
mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagendan
sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah yaitu
pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan.
2
Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga
didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk
menyatakan letak perforasi membrane timpani. Didalam telinga tengah terdapat tulang-
tulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes.
Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus melekat
pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melakt pada stapes.
Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antara
tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam
telinga tengah yang menghubungkan daerah nasifaring dengan telinga tengah.4
Gambar 1. Anatomi Telinga
2.2 Vaskularisasi1,4
Arteri yang menyuplai membran timpani terutama berasal dari cabang aurikuler a.
maksilaris interna yang bercabang-cabang dibawah lapisan kulit dan dari cabang
stilomastoid a. aurilularis posterior dan cabang timpanik a. maksilaris yang mendarahi
bagian mukosa. Vena yang letaknya superficial bermuara ke v. jugularis eksterna
sedangkan vena yang lebih dalam bermuara sebagian ke sinus transversus, sebagian ke
vena-vena duramater dan sebagian lagi ke pleksus di tuba eustachius, a. timpani anterior
yang merupkan cabang a. maksilaris dan mendarahi bagian anterior kavum timpani
termasuk mukosa membran timpani, a. aurikularis profunda cabang dari a. maksilaris
3
interna menembubus tulang rawan atau tulang dinding liang telinga untuk mendarahi
kutikular permukaan luar membran timpani.
Perdarahan kavum timpani berasal dari cabang a. karotis eksterna. Arteri timpani
anterior caban dari a. maksilaris yang mendarahi bagian anterior kavum timpani. Arteri
timpani posterior merupakan cabang a. stilomastoid mendarahi bagian posterior kavum
timpani. Arteri timpani inferior cabang asendens a. karotis eksterna mendarahi bagian
inferior kavum timpani. Arteri petrosus superior superasialis dan a. timpani superior
cabang dari a. meningea media mendarahi bagian superior kavum timpani. Arteri karotis
timpani cabang a. karotis interna. Aliran vena jalan seiringan dengan arterinya untuk
bermuara ke sinus petrosus superior dan pleksus pterigodeus.
2.3 Innervasi1,4
Persarafan sensoris baggian luar membran timpani, merupakan terusan dari
persarafan sensoris kulit liang telinga. N. aurikulotemporalis mengurus bagian posterior
dan inferior membran timpani, sedangkan bagian anterior dan superior diurus oleh
cabang aurikuler n. vagus (a. arnold), persarafan sensoris permukaan dalam membran
timpani (mukosa) diurus oleh n. jacobson yaitu cabang timpani n. glosofaringeus.
Saraf sensoris kavum timpani terutama oleh pleksus timpani cabang dari n.
glosofaringeus. Persarafan simpatis berasal dari pleksus saraf simpatis karotis interna,
persarafan simpatis terutama berfungsi pada vaskularisasi dan mempunyai efek
vasokontriksi.
Muskulus stapedius dipersarafi oleh n. fasialis, akan berkontraksi bila ada suara
keras. Muskulus tensor timpani dipersarafi N. VII, bila kontraksi akan menarik maleus ke
medial sehingga membran timpani lebih tegang.
2.4 Definisi Otitis Media Supuratif Kronik
Yang disebut dengan otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis ditelinga
tengah dengan perfirasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus
menerus atau hilang timbul. Sekret yang keluar mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah. Otitis media akut dengan perforasi membran timpani dapat menjadi otitis
4
media supuratif kronis bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang
dari 2 bulan, disebut sebagai otitis media supuratif subakut.1
2.5 Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius.
Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada
anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom. Faktor Host yang berkaitan dengan
insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik.3
Penyebab OMSK antara lain3:
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,
dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.
Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara
umum, diet, tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor
genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media,
tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
3. Otitis media sebelumnya.
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis
media akut dan / atau otitis media dengan efusi.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode
kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah
Gramnegatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya.
5
5. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas
atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada
dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
6. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-
toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
7. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema
tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum
diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk
mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba
tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal. Beberapa
faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada
OMSK :
a. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
b. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan
spontan pada perforasi.
c. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
d. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami
pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses
ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.
6
2.4 Patofisiologi
Disfungsi tuba Eustachius merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga
tengah ini (otitis media, OM).1
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan
akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan
tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi
tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan
posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak
akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM
daripada dewasa.
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring
melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari
telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan
pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit,
dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi
tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran
sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin
kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan
terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu
lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium
dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai
sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah.
Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke
bentuk lapisan epitel sederhana.
Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak
normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah, keadaan
tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.
7
2.5 Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe
benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna).
Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tipe aktif dan
OMSK tenang. OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum
timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan kavum timpaninya
terlihat basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya OMSK tipe aman
jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat
kolesteatoma. Kolesteatom adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin).
Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai dengan
kolesteatom. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang.
Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat
juga kolesteatom pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang
berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.1
Bentuk perforasi membran timpani adalah1 :
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,
kadang-kadang sub total.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total.
Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.
2.6 Gejala Klinis 3
1. Telinga berair (otorrhoe)
8
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan
encer)mtergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh
aktivitasmkelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak,
cairanmyang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai
reaksimiritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.
Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat
disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah
mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret
telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan
kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna
putih, mengkilap.
Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau
hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah
berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda
adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri
mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran
mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit
ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila
tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai
tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK
tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang
pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara
sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.
9
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya
infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel
labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan
terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.
3. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu
tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase
pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan
abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin
oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang
komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding
labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan
udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi
hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan
meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.
Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari
telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana
mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif
pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga
tengah.
2.7 Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1,3
1. Anamnesis (history-taking)
10
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali
datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering
dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang pada tipe
tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau
busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau
busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret
yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan
kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Gejala klinis
Ada beberapa gejala klinis yang menyebabkan pasien berobat ke pelayanan kesehatan,
antara lain:
a. Telinga berair (otorrhoe), sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid
(seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan.
b. Gangguan pendengaran, ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang
pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran.
c. Otalgia (nyeri telinga), nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila
ada merupakan suatu tanda yang serius.
d. Vertigo, vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
3. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi
dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
4. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang
dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk
menentukan gap udara dan tulang. Pemeriksaan penala adalah pemeriksaan sederhana
untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat
gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni,
audiometri tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked
11
responce audiometry) bagi pasien anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan
audiometri nada murni.
5. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk menilai
kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif menunjukkan
anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
6. Pemeriksaan bakeriologik dengan media kultur pada OMSK
Identifikasi kuman didasarkan pada morfologi koloni kuman yang tumbuh pada media
kultur (agar darah) dan uji biokimia. Identifikasi bakteriologik dalam tubuh manusia
(dalam hal ini sekret telinga penderita OMSKBA) masih mengandalkan teknik kultur
murni.
7. Pemeriksaan penunjang lain berupa uji resistensi kuman dari sekret telinga.
2.8 Penatalaksanaan 1
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.
Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu: adanya perforasi membran timpani
yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar; terdapat sumber
infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal; sudah terbentuk jaringan
patologik yang irreversibel dalam rongga mastoid dan ; gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konserfatif atau dengan medikamentosa.
Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa
larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan
ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap ampisilin) sebelum hasil tes
resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai penyebebnya telah resisten terhadap
ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan maka idealnya dilakukan meringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan
untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang
12
perforasi, mencegah terjadinya komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat,
serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga
perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi,
bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat adalah dengan melakukan
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medika
mentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
terdapat abses periosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri
sebelum mastoidektomi.
Untuk mencapai hasil terapi antimikroba yang optimal pada OMSK, harus
dilakukan isolasi kuman penyebab dan uji kepekaan terhadap antimikroba. Meskipun
demikian, tidak semua OMSK berhasil diatasi dengan terapi antimikroba, walaupun
terapi yang diberikan telah sesuai dengan uji kepekaan.7
2.9 Komplikasi
Komplikasi OMSK dapat dibagi atas:1,5
a. Komplikasi intratemporal (komplikasi ekstrakranial) terdiri dari parese n. Fasial
dan labirinitis.
b. Komplikasi ekstratemporal (komplikasi intrakranial) terdiri dari abses ekstradural,
abses subdural, tromboflebitis sinus lateral, meningitis, abses otak, hidrosefalus
otitis. Pada radang telinga tengah menahun ini walaupun telinga berair sudah
bertahuntahun lamanya telinga tidak merasa sakit, apabila didapati telinga terasa
sakit disertai demam, sakit kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi
komplikasi ke intrakranial.
13
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Anak ”G”
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Klaten
Pendidikan : TK
No. RM : 228654
Tgl masuk : 10 Agustus 2011
3.2 Anamnesa
Keluhan utama :
Os dikeluhkan keluar cairan melalui telinga kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien seorang anak berumur 6 tahun, perempuan dikeluhkan oleh orang tuanya
keluar cairan melalui telinga kanan sejak lebih kurang 1minggu yang lalu. Cairan tersebut
berbau, bewarna kuning kehijauan, agak kental dan bersifat hilang timbul. Menurut orang
tua os cairan tersebut dikeluhkan keluar jika menderita pilek atau batuk. Menurut
pengakuan orang tua os rasa nyeri (-), demam (-), rewel (-), riwayat berenang di kali (+) 1
minggu yang lalu. Keluhan pendengaran menurun tidak ada, gejala di hidung dan di
tenggorok disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Orang tua os mengaku bahwa os pernah menderita keluhan serupa pada ke dua
telinga os lebih kurang 1 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang serupa dengan pasien.
Riwayat Pengobatan :
14
Orang tua pasien membawa os ke dokter 4 hari yang lalu dan diberikan obat
(pasien lupa dengan nama obatnya).
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi disangkal oleh pasien.
Resume anamnesis:
Anak 6 th perempuan dikeluhkan keluar cairan dari telinga kanan sejak 1 minggu
yang lalu, berbau, berwarna kuning kehijauan agak kental, hilang timbul. Riwayat mandi
di kali 1 minggu yll, riwayat menderita keluhan serupa 1 tahun yll.
3.3 Pemeriksaan Fisik
KU : Baik Kesadaran : CM
Nadi : 98x/m Suhu : 36,1°C R : 20x/m
Status Lokalis
Bagian Telinga Telinga Kanan Telinga KiriAurikula :
- Deformitas- Hiperemis- Edema
(-)(-)(-)
(-)(-)(-)
Daerah preaurikula :- Hiperemis- Edema- Fistula- Nyeri tekan
(-)(-)(-)(-)
(-)(-)(-)(-)
Daerah retroaurikula :- Hiperemis- Edema- Fistula- Nyeri tekan
(-)(-)(-)(-)
(-)(-)(-)(-)
MAE :- Serumen- Edema- Hiperemis- Furunkel- Otore
(-)(-)(-)(-)
(+) kuning kehijauan
(+)(-)(-)(-)(-)
Membran timpani :- Intak - Cone of light
(-)(-)
(+)(-)
15
Gambar :
Rinoskopi Anterior Kavum Nasi Dekstra Kavum Nasi SinistraMukosa Edema (-), hiperemi (-) Edema (-), hiperemi (-)Septum :- Deviasi- Deformitas- Hematoma
(-)(-)(-)
(-)(-)(-)
Konka media & inferior :- Hipertrofi- Hiperemis
(-)(-)
(-)(-)
Meatus media & inferior- Sekret serous- Polip
(-)(-)
(-)(-)
Gambar :
Bagian KeteranganMukosa bukal Warna mukosa merah muda, hiperemis (-), massa (-)Mukosa Gigi Warna mukosa merah muda, hiperemis (-), karies (-)Palatum durum & palatum mole Hiperemis (-), massa (-)Mukosa Faring Hiperemis (-), edema (-),massa (-), granul (-), ulkus (-)Tonsil Hiperemis (-), ukuran (T1-T1), dedritus (-)Pembesaran kelenjar getah bening (-)
16
Gambar :
3.4 Diagnosis
Otitis media supuratif kronik AD aktif tipe aman
3.5 Usulan Pemeriksaan
- Kultur → uji sensitivitas
- Foto rontgen mastoid
3.6 Penatalaksanaan
- Antibiotik
AMOXICILLIN 3x500 mg setelah makan selama 7 hari
- Cuci telinga dengan H2O2 3% selama 5 hari
17
BAB IV
DISKUSI
Pada kasus ini diperoleh informasi yang dapat mendukung diagnosis baik dari anamnesa
maupun pemeriksaan fisik yang dilakukan. Dari hasil anamnesa didapatkan: Pasien datang ke
Poli THT diantar orang tuanya dikeluhkan keluar cairan melalui telinga kanan. Cairan keluar
sejak 1 minggu yang lalu, cairan tersebut bersifat bau, warna kuning kehijauan, agak kental dan
keluarnya hilang timbul.Menurut orang tua os cairan tersebut dikeluhkan keluar jika menderita
pilek atau batuk. Menurut pengakuan orang tua os rasa nyeri (-), demam (-), rewel (-), riwayat
berenang di kali (+) 1 minggu yang lalu. Keluhan pendengaran menurun tidak ada, gejala di
hidung dan di tenggorok disangkal. Orang tua os mengaku pernah menderita keluhan serupa
pada ke dua telinga os lebih kurang 1 tahun yang lalu. Orang tua pasien membawa os ke dokter 4
hari yang lalu dan diberikan obat (pasien lupa dengan nama obatnya).
Dari hasil pemeriksaan klinis pada telinga didapatkan adanya otore pada telinga kanan,
otore tersebut bersifat mukopurulen dan dari pemeriksaan otoskop terlihat membran timpani
perforasi sentral, ukuran kecil, dan terletak pada kuadran posterosuperior. Sedangkan pada
telinga kiri hasil pemeriksaan dengan otoskop didapatkan serumen, membran timpani intak, cone
of light yang minimal. Pada pemeriksaan hidung dengan menggunakan spekulum tidak
ditemukan adanya kelainan seperti peradangan dan kelainan yang lainya. Begitu pula dengan
pemeriksaan tenggorokan tidak tampak adanya peradangan pada mukosa dinding faring serta
tonsil dalam batas normal.
Berdasarkan data pasien diatas dapat mengarahkan diagnosis yaitu Otitis media supuratif
kronik AD aktif tipe aman. Diagnosis kronis dapat dilihat dari hasil anamnesis dimana orang tua
os mengaku pernah menderita keluhan serupa pada ke dua telinga os lebih kurang 1 tahun yang
lalu sehingga untuk diagnosis banting otitis media akut dapat disingkirkan. Dikatakan aktif
karena terlihat adanya otore dari telinga kanan dan tampak adanya perforsai sentral pada
membran timpani dengan ukuran sedang pada kuadran posterosuperior. Pasien didiagnosis
dengan OMSK tipe aman karena perforasinya letaknya sentral, hal ini berdasarkan teori
mengatakan bahwa pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang, perforasi letaknya di sentral.1
18
Dari data pasien diatas dapat ditemukan bahwa faktor predisposisi terjadinya OMSK
pada pasien ini adalah pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan serupa. Hal ini berdasarkan
teori mengatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan / atau otitis
media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan
yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis.3 Selain itu riwayat os berenang di kali
merupakan salah satu faktor higiene yang berpengaruh.
Oleh karena itu dapat diberikan edukasi pada orang tua pasien untuk menjaga kondisi
kesehatan anaknya agar infeksi saluran napas atas yang merupakan faktor predisposisi OMSK
dapat dihindari serta melarang anaknya untuk tidak mandi ke kali sehingga keadaan membran
timpani selalu kering. Untuk terapi medikamentosa pada pasien ini dapat diberikan obat cuci
telinga (H2O2 3%) pada telinga yang otore aktif. Dan dapat diberikan antibiotik golongan
ampisilin atau eritromisin (bila alergi terhadap penisilin) sebelum ada hasil kultur. idealnya
adalah memberikan antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya, oleh kerena itu diperlukan
pemeriksaan kultur dan uji resistensi antibiotika dari sekret telinga.1
19
BAB V
KESIMPULAN
Telah kami laporkan, pasien perempuan, 6 tahun dengan Otitis media supuratif
kronik AD aktif tipe aman. pasien diberi antibiotik amoxicillin 3 x 500 mg selama 7 hari
dan cuci telinga dengan H2O2 3% selama 5 hari. Terhadap pasien diusulkan pemeriksaan
penunjang berupa Kultur uji sensitivitas dan foto rontgen mastoid.
Daftar Pustaka
1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p. 64-77.
2. Christanto, A. et al. Pendekatan Molekuler (RISA) untuk Membedakan Spesies Bakteri Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No. 155, 2007
3. Nursiah, S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP. H. Adam Malik Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003 http://www.ketulian.com/v46/web/index.php?to=article&id=27 pada 12 Agustus 2011.
4. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p.10-22
5. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Kronis. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta. 1994: p. 392-412.
6. Boesoirie, TS dan Lasminingrum. Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif. Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran UNPAD/RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung. 2009. Diakses dari http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13 pada 12 Agustus 2011.
20