oleh: nurul huda clara meliyanti kusharto merry aitonami nurul huda - formulasi makanan... ·...
TRANSCRIPT
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Oleh: Nurul Huda
Clara Meliyanti Kusharto Merry Aitonami
Pendahuluan
Metodologi Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
Pendahuluan
Protein
Indikator : sintesa protein status gizi
Fungsi albumin
Albumin (60 %)
Hipoalbuminemia
pasca bedah penyembuhan luka lama
Terapi diet : Ekstrak ikan gabus, putih telur,
makanan cair komersial, obat-obatan
Makanan cair berbasis tepung ikan
lele
Latar Belakang
Ikan lele mudah didapatkan, pertumbuhannya cepat
Penelitian : Albumin ekstrak ikan lele 0,53 g/dl
Tujuan Umum Mengembangkan makanan cair berbasis tepung ikan lele (Clarias gariepinus)
sebagai alternatif sumber protein.
Tujuan Penelitian
Tujuan Khusus Mempelajari cara pembuatan makanan cair dan menentukan formula terbaik
dari makanan cair yang berbasis tepung ikan lele Mengevaluasi sifat organoleptik makanan cair berbasis tepung ikan lele Menganalisis sifat fisik kimia makanan cair berbasis tepung ikan lele (Clarias
gariepenus) Menganalisis pengaruh penambahan tepung ikan lele (Clarias gariepenus)
terhadap sifat fisik (viskositas, total padatan terlarut, osmolaritas) formula. Menganalisis pengaruh penambahan tepung ikan lele (Clarias gariepenus)
terhadap sifat kimia (kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar karbohidrat) formula.
Menghitung kontribusi zat gizi makanan cair terpilih terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG) dewasa.
Melakukan uji klinis tepung ikan lele (Clarias gariepenus) di RSUD Cibinong
Pengolahan tepung ikan lele menjadi makanan cair secara khusus diharapkan dapat memperkaya
pengetahuan masyarakat tentang makanan cair yang berbasis tepung ikan lele yang dapat diterapkan di
rumah sakit maupun secara mandiri di masyarakat.
Manfaat Penelitian
Metodologi Penelitian
Metode Penelitian
Waktu dan tempat
Desember 2013-Mei 2014 Unit Produksi Makanan (UPM) RSCM Lab Ilmu Teknologi Pangan IPB Lab Pengolahan dan Percobaan Makanan
,GM IPB Lab organoleptik, GM IPB
Tahap penelitian
Formulasi makanan cair Pengujian sifat organoleptik Pengujian sifat fisik dan kimia makanan
cair
Metode Penelitian
Pengolahan dan analisis data
Data organoleptik dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan nilai rata-rata dan persentase panelis yang dapat menerima makanan cair.
Program Microsoft excel 2010 for windows
Program SPSS versi 17.0 Analisis of variance (ANOVA) Uji lanjut Duncan
Formulasi Makanan Cair (1000 mL) BAHAN SATUAN FORMULASI
F1 F2 F3 Tepung susu full cream g 30 25 25 Tepung susu skim g 35 35 30 Gula pasir g 63 63 62 Tepung susu soya g 10 10 20 Maltodekstrin g 50 45 30 Tepung ikan lele g 30 40 50 Putih telur g 70 70 70 Minyak zaitun g 8 8 6 Minyak kacang g 5 4 5 Minyak kelapa g - 2 -
Kandungan Nilai Gizi NILAI GIZI SATUAN FORMULASI
F1 F2 F3
Energi kkal 1003 1010 1001
Protein g 45.9 (18 %) 50.3 (20 %) 55.6 (22 %)
Lemak total g 27.4 (24 %) 27.7 (25 %) 27.9 (25 %)
SAFA g 6.69 7.34 5.61
MUFA g 7.09 6.86 5.66
PUFA g 3.96 3.38 4.18
KH g 145 (57 %) 141 (56 %) 133 (53 %)
Uji Organoleptik Uji hedonik dan mutu hedonik Panelis semi terlatih yaitu mahasiswa
departemen Gizi Masyarakat IPB sebanyak 30 orang.
Uji kesukaan dilakukan dengan menggunakan scoring 1-9 dengan kategori :
• amat sangat tidak suka,
• sangat tidak suka,
• tidak suka, • kurang suka,
• netral, • agak suka, • suka, • sangat suka, • amat sangat
suka
Uji Kimia : • Kadar air • Kadar abu • Kadar protein • Kadar lemak • Kadar karbohidrat
Uji Fisik dan Kimia Makanan Cair
Uji Fisik : • Viskositas • Total padatan terlarut • Osmolaritas
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua kali pengulangan :
Rancangan Percobaan
Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = banyaknya perbandingan (1,2,3) j = banyaknya ulangan (1,2) µ = rataan umum Ti = rasio ɛij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
Yij = µ + Ti + ɛij
Hasil & Pembahasan
Cara pembuatan makanan cair
1. Tepung ikan lele (30 g) direbus dengan air matang (300 ml)
2. Kocok putih telur sebentar, lalu masukkan ke dalam rebusan tepung lele
3 Tambahkan minyak kelapa, minyak kacang dan minyak zaitun ,blender
4. Masukkan susu fullcream, susu skim, susu soya yg sudah diseduh dan garam, blender lagi.
5. Tambahkan air matang sampai volume 1000 mL, saring 6. Rebus dengan suhu<80°C, 7. Makanan cair siap disajikan
Rata-rata nilai uji hedonik warna
Hasil sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata terhadap rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap warna makanan cair.
Hasil uji lanjut Duncan: rata-rata tingkat kesukaan warna formula F1 berbeda nyata dengan formula F2 dan formula F3.
Karakteristik Organoleptik Makanan Cair (Uji hedonik )
Persentase panelis yang menerima warna makanan cair
5,86 4.89
4.10
83,3 %
60%
20%
Grafik rata-rata nilai uji hedonik tekstur
Hasil sidik ragam : perlakuan tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur makanan cair.
Karakteristik Organoleptik Makanan Cair (Uji hedonik )
Persentase panelis yang menerima
tekstur makanan cair
5,12 4,8 4,68
60% 50%
33,3%
Grafik rata-rata nilai uji hedonik rasa
Persentase panelis yang menerima rasa makanan cair
Karakteristik Organoleptik Makanan Cair
(Uji hedonik )
Hasil sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa makanan cair.
Hasil uji lanjut Duncan: rata-rata tingkat kesukaan rasa formula F1 berbeda nyata dengan formula F2 dan formula F3.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
F1 F2 F3
rasa
rasa
7.35
5,25 4,84 80%
63,3% 53,3%
Grafik rata-rata nilai uji hedonik aroma
Karakteristik Organoleptik Makanan Cair (Uji hedonik )
Hasil sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma makanan cair.
Hasil uji lanjut Duncan : rata-rata tingkat kesukaan aroma formula F1 berbeda nyata dengan formula F2 dan formula F3.
Persentase panelis yang menerima
aroma makanan cair
6.16
3.91 4.87 83,3%
60%
30%
Hasil sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai mutu warna ketiga formula
Hasil uji lanjut Duncan: nilai mutu warna formula F1 berbeda nyata dengan formula F2 dan formula F3.
Grafik rata-rata nilai uji mutu hedonik aroma
0
1
2
3
4
5
6
7
F1 F2 F3
warna
Karakteristik Organoleptik Makanan Cair (Uji Mutu Hedonik)
5.72 4.51 4.76
Hasil sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai mutu tekstur ketiga formula
Hasil uji lanjut Duncan: nilai mutu tekstur formula F1 berbeda nyata dengan formula F2 dan formula F3.
Grafik rata-rata nilai uji mutu hedonik tekstur
0
1
2
3
4
5
6
7
F1 F2 F3
tekstur
Karakteristik Organoleptik Makanan Cair (Uji Mutu Hedonik)
6.06 5.12 4.85
Grafik rata-rata nilai uji mutu hedonik rasa
Hasil sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai mutu rasa ketiga formula
Hasil uji lanjut Duncan : nilai mutu rasa formula F1 berbeda nyata dengan formula F2 dan formula F3.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
F1 F2 F3
rasa
Karakteristik Organoleptik Makanan Cair (Uji Mutu Hedonik)
5.66 6.83
5.07
Grafik rata-rata nilai uji mutu hedonik aroma
Hasil sidik ragam : perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai mutu aroma ketiga formula
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
5
5.1
5.2
F1 F2 F3
aroma
Karakteristik Organoleptik Makanan Cair (Uji Mutu Hedonik)
5.07
4.65
5.07
Presentase penerimaan panelis terhadap makanan cair berbasis tepung ikan lele
Formula Terpilih
Formula terpilih adalah makanan cair formula F1
a. Viskositas
Perlakuan Viskositas (cP) Rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2
F1 5,5 5,5 5,5 F2 7,5 7,5 7,5 F3 6 6 6
Aitonam (2011) : viskositas makanan cair DM komersial di RSCM yaitu 7cP-13,5 cP
Karakter Fisik Makanan Cair
Perlakuan Kadar kadar TPT (%) Rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 F1 17,5 17,5 17,5 F2 19 19 19 F3 16,5 16,5 16,5
Aitonam (2011) : TPT makanan cair DM komersial berkisar antara 17,6%-22,4% yang telah dapat diterima masyarakat serta dapat melewati pipa sonde.
Karakter Fisik Makanan Cair
b. Total Padatan Terlarut (TPT)
Perlakuan Osmolaritas (mOsmol/kg) Rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 F1 445 440 442,5 F2 435 433 434 F3 469 471 470
Osmolaritas ideal : 350-400 mOsmol/kg
Karakter Fisik Makanan Cair c. Osmolaritas
Hasil sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap
osmolaritas ketiga formula makanan cair. Uji lanjut Duncan : menunjukkan bahwa osmolaritas formula F3 berbeda
nyata dengan formula F1 dan formula F2.
Perlakuan Kadar air (%) Rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 F1 77,67 77,74 77,70 F2 76,67 76,70 76,68 F3 80,38 80,48 80,48
Menurut Winarno (1992) kadar air susu adalah 85-90 %. Jika dibandingkan dengan susu sapi kadar air makanan cair ini lebih rendah.
Hasil sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap
kadar air ketiga formula makanan cair. Uji lanjut Duncan : menunjukkan bahwa kadar air formula F3 berbeda
nyata dengan formula F1 dan formula F2.
Karakter Kimia Makanan Cair
a. Kadar Air
Perlakuan Kadar abu (%) Rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 F1 0,98 1 0,99 F2 1,13 1,16 1,14 F3 0,95 0,98 0,96
Menurut Winarno (1997) sekitar 96 % bahan makanan terdiri dari bahan organik dan air.
Hasil sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar
abu makanan cair. Uji lanjut Duncan : menunjukkan bahwa kadar abu formula F2 berbeda
nyata dengan formula F1 dan formula F3.
Karakter Kimia Makanan Cair
b. Kadar Abu
Perlakuan Kadar lemak (g) Rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 F1 3,47 3,58 3,52 F2 4,73 4,23 4,48 F3 3,19 2,97 3,08
Hasil uji sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar lemak makanan cair.
Uji lanjut Duncan : menunjukkan bahwa kadar lemak F2 berbeda nyata dengan formula F1 dan formula F3.
Hasil analisis lemak untuk ketiga formula berbeda dengan kadar lemak yang diperoleh dari Food Processor Program (FP2) yaitu 2,7 g/100 ml
Karakter Kimia Makanan Cair c. Kadar Lemak
Perlakuan Kadar protein (g) Rata-rata FP2 Ulangan 1 Ulangan 2 F1 4,25 4,48 4,36 4,59 F2 4,86 4,89 4,87 5,03 F3 6,01 5,46 5,73 5,56
Hasil uji sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar protein makanan cair.
Uji lanjut Duncan : menunjukkan bahwa kadar protein F3 berbeda nyata dibandingkan dengan formula lainnya.
Karakter Kimia Makanan Cair
d. Kadar Protein
Perlakuan Kadar kadar karbohidrat (g)
Rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 F1 13,63 13,20 13,41 F2 12,61 13,02 12,81 F3 9,47 10,11 9,79
Hasil uji sidik ragam : perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar karbohidrat makanan cair.
Uji lanjut Duncan : menunjukkan bahwa kadar karbohidrat F1 berbeda nyata dengan formula lainnya.
Karakter Kimia Makanan Cair
e. Kadar Karbohidrat
Menurut BPOM (2011)
sumber kandungan gizi : 20 % dari acuan label gizi (ALG)
yang dianjurkan per saji
AKG dewasa (30-49 tahun):
pria 60 g wanita 50 g
Makanan cair minimal
mengandung protein 12 g per saji.
Kandungan protein makanan cair (formula F1) : 4,36 g/100ml
Makanan cair formula F1 dapat dikonsumsi sebagai selingan sebanyak 275 ml/hari
Kontribusi Zat Gizi Makanan Cair Terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG) Dewasa
Melakukan uji klinis yang akan dilakukan di RSUD Cibinong, Bogor dengan judul
“Daya Terima Makanan Cair Alternatif Berbasis Tepung Ikan Lele (Clarias gariepinus) sebagai
Sumber Protein dan Pengaruhnya terhadap Kadar Prealbumin Pasien Pasca Bedah di RSUD
Cibinong”
Rencana Tindak Lanjut
1. Karakteristik organoleptik makanan cair terbaik yang disukai panelis
adalah formula F1 yang memiliki warna agak gelap, tekstur agak kental, rasa netral dan aroma amis.
2. Hasil uji sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh perlakuan dengan tingkat kesukaan panelis terhadap (p<0,05) terhadap warna, rasa dan aroma.
3. Komposisi sifat fisik kimia makanan cair terpilih (formula F1) yaitu kadar air 77,7 %, kadar abu 0,99 %, protein 4,36 g, lemak 3,52 g karbohidrat 13,4 g, viskositas 5,5 cP, total padatan terlarut 17,5 %, osmolaritas 442,5 mOsmol.
4. Makanan cair F1 dapat dikonsumsi sebagai selingan sebanyak 275 ml/hari dapat memenuhi kebutuhan protein sekitar 20 % dari total kebutuhan protein berdasarkan AKG dewasa.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Saran
Tekstur produk makanan cair pada penelitian ini belum baik, oleh karena itu disarankan melakukan formulasi lebih lanjut untuk pengembangan makanan cair berbasis tepung ikan lele sehingga lebih baik dalam karakteristik produknya dan kandungan gizi. Disarankan untuk memperbaiki tekstur dengan menggunakan CMC. Selain itu juga perlu dilakukan uji albumin terhadap formula makanan cair terpilih.
Kesimpulan dan Saran
Aitonam M. 2011. Pengaruh Pemberian Makanan Cair yang Diperkaya dengan Tempe terhadap Respons Glukosa Darah Penyandang Diabetes Melitus di RSCM Jakarta [tesis]. Bogor:Institut Pertanian Bogor.
Apriyantono A, D Fardiaz, NL Puspitasari , Sedarnawati, Budiyanto. 1988. Analisis Pangan. Bogor:IPB Press.
Asikin, A dkk. 1998. Pemberian Ikan Gabus Pada Pasien Bedah di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Malang : FK Unibraw.
Darmoutomo, Endang. 2001. Terapi Hipoalbuminemia. Jakarta: Majalah Gizi Medik Indonesia. Hamid, Sydihatidkk. 1999. Pemberian Ekstrak Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) untuk
Meningkatkan Kadar Albumin Pasien Pasca Bedah di RSUP Dr.M. Djamil [tesis]. Padang:AKZI Depkes Padang.
Muchtadi D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor:Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi-IPB
Muchtadi D. 1992. Metode Kimia Biokimia dan Biologi Dalam Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor:Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi-IPB
Nurachmah, Elly. 2001. Nutrisi dalam Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto Nurtitus, Florentinus. 2007. Terapi Diet Pada Pasien Hipoalbuminemia. Semarang : ASDI Dalam
Makalah PIN ke III. Rupi’i. 2007. Patofisiologi Hipoalbuminemia. Semarang : ASDI Dalam Makalah PIN ke III. Setyaningsih D, Apriyantono A, dan Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan
agro. Bogor:IPB Press.
Daftar Pustaka