oleh : nur mei wilujeng npm :...
TRANSCRIPT
-
AUDIT OPERASIONAL ATAS PROSES PRODUKSI
DALAM USAHA MENEKAN TINGKAT PRODUK
CACAT PADA PT SENG FONG MOULDING PERKASA
JOMBANG
SKRIPSI
Oleh :
NUR MEI WILUJENG
NPM : 10133046
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2014
-
i
AUDIT OPERASIONAL ATAS PROSES PRODUKSI
DALAM USAHA MENEKAN TINGKAT PRODUK
CACAT PADA PT SENG FONG MOULDING PERKASA
JOMBANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memproleh Gelar Sarjana
Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra
Surabaya
Oleh :
NUR MEI WILUJENG
NPM : 10133046
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2014
-
ii
AUDIT OPERASIONAL ATAS PROSES PRODUKSI
DALAM USAHA MENEKAN TINGKAT PRODUK
CACAT PADA PT SENG FONG MOULDING PERKASA
JOMBANG
NAMA : NUR MEI WILUJENG
FAKULTAS : EKONOMI
JURUSAN : AKUNTANSI
NPM : 10133046
DISETUJUI dan DITERIMA OLEH :
DOSEN PEMBIMBING
BACHTIAR RAHMAN HALIK.,SE.,MM
-
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diterima dan disetujui oleh tim Penguji Skripsi
serta dinyatakan LULUS. Dengan demikian skripsi ini
dinyatakan sah untuk melengkapi syarat-syarat
mencapai gelar sarjana EKONOMI pada FAKULTAS
EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA
Tim Penguji Skripsi :
1. Ketua : Dr. Soenarmi, SE.,MM ( )
Dekan Fakultas Ekonomi
2. Sekretaris : Aminatuzzuhro.,SE.,M.Si ( )
Ketua Program Studi
3. Anggota : 1. Dr. Hj. Fatimah Riswati, SE.,MS ( )
Dosen Penguji l
2. Yoshi Trias Pratiwi, SE.,M.,Ak ( )
Dosen Penguji ll
-
iv
Audit Operasional atas Proses Produksi dalam Usaha Menekan TingkatProduk Cacat Pada PT. Seng Fong Moulding Perkasa
Nur Mei WilujengNPM. 10133046
ABSTRAK
Perekonomian di Indonesia saat ini memasuki ajang persaingan yang ketat dalamberbagai sektor yang ada. Hal ini mendorong dunia usaha untuk meningkatkan efisiensi kerjadan kualitas di bidang usaha yang dikelolanya. Agar sutau perusahaan mampu bersaing danterus bertahan dalam lingkungan bisnisnya, perusahaan dituntut untuk dapat melaksanakankegiatan operasinya secara efektif dan efisien. Selain itu perusahaan dituntut menghasilkankualitas produk yang baik agar dapat menarik parak konsumennya.
Audit operasional merupakan salah satu alat bantu bagi perusahaan untukmelakukan peninjauan dan penilaian terhadap kegiatan produksi disertai pemberian informasikepada manajemen mengenai berbagai faktor penyebab terjadinya produk cacat danmerekomendasikan tindakan yang diperlukan dalam usaha menekan penyebabterjadinyaproduk cacat.
Penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun laporan inimenggunakan metode deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian denganmengungkapkan masalah yang ada di perusahaan, mengolah data, menganalisis,meneliti dan menginterpretasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saranyang kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yangada di perusahaan dapat dipahami. Penulis melakukan penelitian lapangan langsunguntuk memperoleh data primer yang ada pada PT Seng Fong Moulding Perkasa, dandata sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan atau literatur yangberhubungan dengan masalah yang diteliti.
Sumber daya manusia, sumber daya alam, da mesin dalam proses produksi yangtidak dijalankan dengan sebaik umumnya dapat menyebabkan terjadinya kecacatan produk.
Faktor sumber daya manusia yang kurang cekatan, kurang teliti dan kurang disiplindapat menyebabkan produk cacat. Disamping itu pula faktor bahan baku yang kurangberkualitas juga dapat mempengaruhi terjadinya produk cacat.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, penulis dapat menyimpulkan bahwa auditoperasional proses produksi telah memadai.
Kata kunci : Audit Operasional, Proses Produksi
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan kesehatan, dan shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah
SAW yang telah memberikan teladan hidup yang baik kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Audit Operasional atas Proses Produksi
dalam Usaha menekan Tingkat Produk Cacat pada PT. Seng Fong Moulding Perkasa.
Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya.
Dalam proses penulisan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini, tentunya banyak sekali
pihak yang berkontribusi didalamnya. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak
diantaranya :
1. Bapak H. Budi Endarto.,SH.,M.Hum selaku Rektor Universitas Wijaya Putra
Surabaya.
2. Ibu Dr. Hj. Soenarmi.,SE.,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya
Putra Surabaya.
3. Bapak Bachtiar Rahman Halik.,SE.,MM selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing peneliti menyelesaikan skripsi.
4. Ibu Aminatuzzuhro.,SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Wijaya Putra Surabaya.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya yang telah
menunaikan kewajibannya dalam menyampaikan ilmu yang bermanfaat.
6. Seluruh direksi dan karyawan PT. Seng Fong Moulding Perkasa Jombang, terutama
Ibu Koh Ee Lin selaku Manager yang telah memberi kesempatan dan kerjasama
yang baik dalam proses penelitian.
-
vi
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................... iii
ABSTRAKSI ................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3
BAB II TELAAH PUSTAKA ....................................................................................... 4
2.1. Landasan Teori ................................................................................................ 4
2.1.1. Auditing ............................................................................................. 4
2.1.1.1. Pengertian Auditing .......................................................... 4
2.1.1.2. Jenis-jenis Audit ............................................................... 5
2.1.2. Audit Operasional .............................................................................. 7
2.1.2.1 Pengertian Audit Operasional ........................................... 7
2.1.2.2 Tujuan Audit Operasional ................................................. 9
2.1.2.3 Manfaat dan Keterbatasan Audit ...................................... 11
2.1.2.4 Ruang Lingkup Audit Operasional ................................... 13
2.1.2.5 Jenis-jenis Audit Operasional ........................................... 14
2.1.2.6 Kriteria Audit Operasional ............................................... 15
2.1.2.7 Laporan Audit Operasional .............................................. 16
2.1.3 Kualifikasi Auditor Internal .............................................................. 18
2.1.3.1 Indepedensi Auditor Operasional .................................. 18
2.1.3.2 Kompetensi Auditor ....................................................... 19
2.1.3.3 Program Audit ................................................................ 19
-
vii
2.1.4 Pengendalian Internal ........................................................................ 20
2.1.4.1 Pengertian Pengendalian Internal .................................. 20
2.1.4.2 Hubungan Audit Operasional dengan Pengendalian Internal .. 21
2.1.5 Tahap-tahap Audit Operasional .......................................................... 23
2.1.6 Proses Produksi .................................................................................. 28
2.1.6.1 Pengertian Proses Produksi ............................................. 28
2.1.6.2 Fungsi Produksi .............................................................. 29
2.1.6.3 Sasaran Audit Operasional dalam Proses Produksi ......... 30
2.1.7 Pengendalian Kualitas ........................................................................ 31
2.1.7.1 Pengertian Kualitas .......................................................... 31
2.1.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian
Kualitas ............................................................................ 32
2.1.8 Hubungan Audit Operasional dengan Produk Cacat ......................... 33
2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 33
2.3 Kerangka Konseptual ....................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 37
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 37
3.2 Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel ......................................... 37
3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel .................................................... 38
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ...................................... 38
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 38
3.4.2 Instrumen Penelitian ......................................................................... 40
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................... 41
3.5.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ............................................................ 41
3.5.2 Analisis Statistik ................................................................................ 41
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ....................................................... 43
4.1 Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 43
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan .............................................................. 43
4.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas .............................................. 44
4.1.3 Penentuan Responden ...................................................................... 49
4.2 Aktivitas dan Hasil Produksi Perusahaan ..................................................... 49
4.3 Audit Operasional Proses Produksi .............................................................. 51
4.3.1 Kedudukan Auditor Operasional ..................................................... 51
-
viii
4.3.2 Program Audit Operasional atas Proses Produksi ............................ 52
4.4 Kualifikasi Auditor Operasional ................................................................... 53
4.5 Pelaksanaan Auditor Operasional ................................................................. 53
4.6 Kecacatan Produk ........................................................................................ 57
4.7 Tindak Lanjut Hasil Audit ............................................................................ 59
4.8 Analisis Data ................................................................................................. 59
4.8.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ............................................................ 59
4.8.2 Analisis Statistik ............................................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 61
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 61
5.2 Saran ............................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel. 1 : Penelitian Terdahulu .......................................................................... 34
Tabel. 2 : Laporan Produk Jadi dan Produk Cacat 2012 ................................... 58
Tabel. 3 : Laporan Produk Jadi dan Produk Cacat 2013 ................................... 58
-
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Surat ijin pengajuan pertanyaan ...................................................... 63
Lampiran 2 : Kuesioner .......................................................................................... 64
Lampiran 3 : Surat Order Pembelian ...................................................................... 66
Lampiran 4 : Kartu Persediaan ............................................................................... 67
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian di Indonesia saat ini memasuki ajang persaingan yang ketat dalam
berbagai sektor yang ada. Hal ini mendorong dunia usaha untuk meningkatkan efisiensi kerja
dan kualitas di bidang usaha yang dikelolanya. Penggunaan bahan baku yang baik diharapkan
menghasilkan produk dan kualitas yang baik dan didukung oleh pengelolaan faktor faktor
yang tepat guna. Sumber daya dalam proses produksi yang tidak dijalankan dengan sebaik
mungkin dapat menyebabkan terjadinya kecacatan produk. Produk cacat ini akan menambah
biaya produksi yang akhirnya akan menyulitkan perusahaan untuk bersaing dan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dilingkungan usaha yang kompetitif.
Dalam hal menekan tingkat produk cacat perlu dilakukan suatu pengendalian secara
kontinyu terhadap proses produksi. Di samping itu, secara teratur pula dilaksanakan suatu
audit untuk menilai tingkat efisiensi dan efektifitas dalam proses produksi, jenis audit ini
umumnya dilakukan untuk tujuan audit operasional. Sebagai hasilnya konsumen dapat
menerima produk yang berkualitas sehingga diharapkan menghasilkan kepuasan konsumen
terhadap hasil produksi yang akhirnya dapat meningkatkan laba perusahaan.
Audit operasional dalam hal ini diharapkan bermanfaat dalam mengidentifikasi
berbagai faktor penyebab terjadinya kecacatan pada hasil produksi yang menyebabkan
rendahnya kualitas produk yang dihasilkan. Sehingga diketahui sumber sumber penyebab
kecacatan tersebut, maupun cara pemecahannya supaya di masa yang akan datang dapat
menekan jumlah kecacatan yang terjadi.
Melihat pentingnya kualitas sebagai salah satu faktor yang menentukan suatu produk
tidak cacat, penulis tertarik dalam audit operasional terhadap aktivitas proses produksi dalam
-
2
pembuatan produk kayu olahan seperti : lantai kayu parquet, komponen perumahan,
outdoor furniture dan lain-lain, khususnya dalam menekan terjadinya kecacatan pada hasil
produksi, sehingga diharapkan agar perusahaan dapat meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan di masa yang akan datang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat skripsi
dengan judul : Audit Operasional atas Proses Produksi dalam Usaha Menekan Tingkat
Produk Cacat (Studi Kasus pada PT Seng Fong Moulding Perkasa Jombang)
1.2 Rumusan Masalah
Pada umumnya, masalah utama yang sering terjadi dalam proses produksi kayu olahan
bagaimana proses produksi tersebut berjalan dengan lancar, dilaksanakan secara efisien dan
efektif, menghasilkan produk kayu olahan yang sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai
berikut :
1. Apakah pelaksanaan audit operasional atas proses produksi pada PT Seng Fong
Moulding Perkasa telah memadai ?
2. Apakah usaha menekan tingkat produk cacat telah dilaksanakan dengan efektif ?
3. Bagaimana peranan audit operasional atas proses produksi dalam usaha menekan
tingkat produk cacat ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan audit operasional atas proses produksi PT Seng Fong
Moulding Perkasa.
2. Untuk mengetahui efektif tidaknya usaha menekan tingkat produk cacat yang
dilaksanakan PT Seng Fong Moulding Perkasa.
3. Untuk mengetahui peranan audit operasional atas proses produksi dalam usaha
menekan tingkat produk cacat.
-
3
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian, peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi perusahaan, bagi
masyarakat khususnya rekan rekan mahasiswa dan bagi penulis sendiri.
Adapun manfaat manfaat tersebut, peneliti jabarkan sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
a) Untuk menyusun skripsi sebagai salah satu syarat menempuh ujian sarjana
pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Wijaya Putra.
b) Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai penerapan teori
yang diperoleh di kuliah sehingga membuka cakrawala berpikir ke arah yang
lebih maju.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian terhadap masalah kecacatan hasil produksi di perusahaan,
diharapkan :
a) Dapat membuka wawasan bagi manajemen perusahaan mengenai perlunya
audit sebagai alat pengendalian dalam meningkatkan kualitas hasil produk.
b) Dapat memberikan saran agar kualitas hasil produksi yang dihasilkan dapat
meningkat.
-
4
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Auditing
2.1.1.1 Pengertian Auditing
Arens dkk (2010:4) mendefinisikan auditing sebagai :
Audit is accumulating and evaluating of evidence about information to determine and
report on the degree of correspondence between the information and established criteria.
Auditng should be done by competent, independent person.
Auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2010:9)
Menurut Konrath (2002:5) dalam Agoes (2008:3) auditing adalah:
Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti
mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk
meyakinkan tingkat katerkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan
dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Dari definisi- definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa audit adalah
menyangkut hal-hal sebagai berikut :
a. Informasi-informasi yang dapat diukur dan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan syarat dalam melakukan pemeriksaan adalah informasi yang
terpercaya atau dapat dibuktikan kebenarannya dan kriteria standar yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai pedoman dalam mengevaluasi informasi-
-
5
informasi tersebut.
b. Entitas Ekonomi, ruang lingkup tanggung jawab auditor yang jelas mengenai
penerapan entitas ekonomi dan periode waktu diaudit. Entitas ekonomi
merupakan satuan legal misalnya perseroan terbatas (PT), lembaga pemerintah,
persekutuan komanditer (CV), koperasi, persekutuan firma (FA) atau
perusahaan perseorangan, tetapi dalam kondisi tertentusatuan juga bisa
terbentuk divisi atau departemen periode waktu yang diaudit umumnya satu
tahun, tetapi ada pula yang satu bulan, satu kuartal atau beberapa tahun.
c. Pengumpulan dan pengevaluasian bukti, adanya bukti-bukti yang memadai baik
dari segi jumlah maupun dari segi menu sangat diperlukan untuk menentukan
kegiatan audit. Bahan bukti dapat terdiri dari bermacam bentuk yang berbeda
termasuk peringatan lisan dari pihak yang diaudit (klien). Komunitas dengan pihak
ketiga dan hasil pengamatan auditor.
d. Auditor harus independen dan kompeten, independen berarti bebas dari
pengaruh-pengaruh hingga batas-batas tertentu. Sedangkan kompeten berarti
auditor harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup agar dapat
memahami kriteria-kriteria yang dipergunakan.
e. Pelaporan (Reporting)
Pelaporan hasil audit harus mampu memberikan informasi mengenai kesesuaian
informasi yang diperiksa dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2.1.1.2 Jenis jenis Audit
Menurut Arens dan Loebbecke (2006:6), Audit dapat digolongkan menjadi 3 jenis:
1. Audit laporan keuangan (Financial Statement Audits)
-
6
Audit atas laporan keuangan (financial statement audits) merupakan audit yang
dilakukan untuk menilai kejujuran atas penyajian laporan keuangan. Jadi audit ini
dilakukan untuk menguji apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah
disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Jenis audit ini biasanya meliputi laporan keuangan dasar yaitu neraca
(balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan perubahan ekuitas
(statement of stockholders equity), dan laporan arus kas (statement of cash flows).
2. Audit Operasional (Operational Audits)
Audit operasional (operational audits) adalah suatu penilaian terhadap metode dan
prosedur operasi suatu organisasi dengan tujuan untuk menilai efektivitas dan
efisiensi operasi tersebut. Tujuan dari audit operasional adalah untuk menilai kinerja,
mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan, dan membuat rekomendasi
rekomendasi untuk pengembangan dan perbaikan. Terkadang jenis audit ini disebut
sebagai audit kinerja (performance audit) atau audit manajemen (management
audit). Audit operasional biasanya sulit dilakukan dibandingkan audit laporan
keuangan dan audit ketaatan, karena sangat sulit untuk mengidentifikasi tujuan dan
kriteria yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas dan efisiensi.
3. Audit Ketaatan (Compliance Audit)
Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai dan
mengevaluasi apakah suatu unit ekonomi tertentu telah mengikuti, mentaati
ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang berlaku atau yang ditetapkan
misalnya penilaian tingkat upah untuk menentukan kesesuaian dengan
peraturan mengenai upah minimum, memeriksa surat perjanjian dengan bank
atau kreditor lain untuk memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi hukum
yang berlaku.
-
7
2.1.2 Audit Operasional
Audit operasional mulai dikenal di Indonesia pada dasawarsa tujuh puluhan. Tidak
seperti audit keuangan, penggunaan istilah audit operasional masih belum disepakati secara
luas. Beberapa istilah sering digunakan untuk menunjukkan audit operasional, misalnya,
audit pengelolaan (management audit),audit atas hasil kerja (performance audit), audit
fungsional (functional audit), audit program (program audit),dan audit efektivitas
(effectiveness audit).
2.1.2.1 Pengertian Audit Operasional
Audit operasional sering disebut audit manajemen, audit prestasi, audit sistem dan
audit efisiensi. Menurut Phyrr, seperti yang dikutip oleh Widjayanto (2006;16) adalah
sebagai berikut: Pemeriksaan operasional adalah suatu tinjauan dan penelaahan efektivitas
serta efesiensi suatu kegiatan atau prosedur-prosedur kegiatan pemeriksaan ini
dilaksanakan dengan disertai tanggung jawab untuk mengungkapkan dan memberi
informasi kepada manajemen mengenai berbagai masalah operasi meskipun tujuan
sebenarnya adalah membantu manajemen untuk memecahkan berbagai masalah dengan
merekomendasikan berbagai tindakan yang diperlukan.
Menurut Noorgard yang dikutip Widjayanto (2006;15) sebagai berikut:
Pemeriksaan operasional adalah suatu tinjauan dan evaluasi sistematis atas suatu
organisasi atau bagian dari organisasi atau bagian dari organisasi yang dilaksanakan
dengan tujuan untuk menetapkan apakah organisasi tersebut beroperasi secara efesiensi.
Jadi audit operasional adalah suatu penelitian yang terorganisasi mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan efektivitas dan efesiensi organisasi. Dari definisi-
definisi di atas dapat dijelaskan beberapa hal yang menjadi inti dari audit operasional
yaitu:
-
8
1. Audit operasional merupakan penelaahan sistematis yang menentukan bahwa proses
pengumpulan dan penganalisaan bukti dilakukan secara sistematis berdasarkan
pengamatan dan analisa objektif.
2. Objek audit operasional mencakup beberapa kegiatan, program, unit atau fungsi yang
menjadi bagian dari suatu organisasi.
3. Tujuan pokok diadakannya audit operasional adalah menilai efektivitas, efesiensi,
kehematan serta lebih lanjut mengidentifikasikan kemungkinan perbaikan.
4. Audit operasional lebih berorientasi ke masa depan, artinya hasil penilaian berbagai
kegiatan operasional diharapkan dapat membantu manajemen dalam meningkatkan
efektivitas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
5. Melalui audit operasional, hasil evaluasi dapat dilaporkan kepada pihak-pihak yang
berwenang dan memberikan rekomendasi yang berguna bagi peningkatan perbaikan
kepada pihak manajemen.
Audit operasional menurut Sukrisno Agoes (2007:175), adalah management audit (audit
manajemen), yang biasa disebut juga sebagai operational audit, functional audit, sistem
audit, adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk
kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen,
untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien
dan ekonomis.
Kita dapat melihat bahwa pada prinsipnya audit operasional dilakukan untuk menilai
dan mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kegiatan objek yang diaudit sehingga jika ada
suatu masalah yang timbul dapat segera diidentifikasi untuk dicari pemecahannya.
Pada tahap akhir, auditor operasional diharapkan dapat memberi saran atau
rekomendasi tentang pemecahan masalah, namun wewenang dan tanggung jawab
pelaksanaan tindakan koreksi tersebut tetap terletak pada pihak manajemen perusahaan.
-
9
Jadi inti dari konsep audit operasional didasarkan atas pemikiran bahwa seiring
dengan semakin luas dan kompleks lingkup kegiatan perusahaan, pemilik tidak dapat
mengawasi secara langsung seluruh operasi kegiatan perusahaannya, pemilik akan
membutuhkan suatu sistem yang dapat mendeteksi berbagai masalah yang merugikan
perusahaan agar dapat segera dicari jalan pemecahaannya.
Audit operasional dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan atau pemilik
untuk membantu mereka dalam mempertahankan efisiensi dan efektifitas kegiatan
perusahaan semakin kompleks. Pelaksanaan audit operasional tidak terlepas dari
keterbatasan keterbatasan yang dimilikinya, seperti waktu, biaya, dan keahlian auditor
yang diperlukan. Auditor tidak dapat memecahkan semua masalah tapi hanya membantu
memecahkan masalah yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam kegiatan objek yang
diaudit.
Audit operasional digambarkan sebagai review (kali ulang) terhadap prosedur dan
metode operasi perusahaan dengan tujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Audit
terhadap efektivitas pengendalian internal juga merupakan bagian dari audit ini jika
tujuannya untuk membantu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya secara lebih efisien
dan efektif.
2.1.2.2 Tujuan Audit Operasional
Tujuan audit operasional secara umum adalah untuk mengetahui apakah prestasi
manajemen perusahaan telah sesuai dengan kebijakan ketentuan dan peraturan yang ada
dalam perusahaan, serta untuk mengetahui apakah prestasi manajemen perusahaan lebih
baik dari pada masa sebelumnya, dan untuk menentukan apakah aktivitas atau program
perusahaan tersebut telah dikelola secara ekonomis, efektif dan efesiensi.
Menurut Widjayanto (2006;81) tujuan penugasan audit operasional adalah:
1. Untuk menilai kegiatan yang tengah berjalan.
-
10
2. Untuk mengidentifikasikan berbagai kelemahan untuk perbaikan.
3. Mencari peluang untuk penyempurnaan dan pengembangan.
4. Pengembangan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas, dan efesiensi.
Tujuan audit operasional yang dikemukakan oleh Cashin (2006,51-51) adalah:
1. Appraisal of control, penilaian pengendalian ini berhubungan dengan administrasi
pada semua tingkat usaha. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah pengendalian
dalam rencana operasi telah memadai dan efektif dalam mencapai tujuan manajemen.
Auditor ingin memastikan apakah perusahaan telah beroperasi sesuai dengan standar
dan pengendalian yang telah ada.
2. Evaluating of performance, auditor mengumpulkan informasi kuantitatif untuk
mengukur efektivitas dan efesiensi serta kehematan terhadap pekerjaan yang telah
ditentukan untuk menunjukan baik buruknya pelaksanaan pekerjaan kepada
manajemen, dimana informasi tersebut akan menjadi masukan kepada manajemen
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dalam peubahan rencana serta perbaikan
pengendalian.
3. Appraisal of objektive and plans, auditor memperhatikan tujuan dari organisasi atau
perusahaan, yang mana tujuan tersebut harus jelas serta dapat dimengerti, memadai,
layak dan mencerminkan tanggung jawab kepada pemegang saham, karyawan,
masyarakat, dan pemerintah secara secara tepat, dan dikomunikasikansecara baik
kepada personal operating sehingga tidak akan mengakibatkan kebingungan. Auditor
memperhatikan pula perencanaan yang dibuat, apakah perencanaan itu fleksibel
apabila diubah dengan metode yang efesien.
4. Appraisal of organization structure, auditor mengamati apakah stuktur organisasi
harmonis dengan tujuan perusahaan, adanya tanggung jawab yang jelas dari top
manajemen sampai tingkat yang paling bawah, stuktur organisasi telah mempunyai
-
11
fungsi yang seimbang, stuktur organisasi telah memberikan unity of comand (satu
orang memberikan laporan hanya kepada satu orang supervisor), terdapat fungsi-
fungsi yang sesuai dengan satu group.
Sedangkan Widjayanto (2006;11) mengemukakan bahwa: Audit operasional
terutama bertujuan untuk memeriksa kehematan, efektivitas dan efesiensi kegiatan, dan
juga menilai apakah cara-cara pengelolaanyang diterapkan dalam kegiatan tersebut sudah
berjalan dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan audit operasional
adalah sebagai berikut:
1. Untuk memeriksa menelaah kegiatan perusahaan atau kegiatan perusahaan dan
menilai efektivitas dan efesiensi kegiatan tersebut.
2. Untuk menilai apakah prestasi manajemen telah sesuai dengan ketentuan,
kebijaksanaan dan peraturan yang ada dalam perusahaan dan lebih baik dari pada
masa sebelumnya.
3. Untuk menilai kecermatan dan keberhasilan pengendalian manajemen yang
digunakan peusahaan dalam mencapai tujuan dan rencana yang telah ditetapkan
manajemen.
2.1.2.3 Manfaat dan Keterbatasan Audit Operasional
Audit operasional adalah teknik pengendalian yang dapat membantu manajemen
dengan menerapkan metode untuk mengevaluasi efektivitas prosedur kegiatan dan
pengendalian intern. Audit operasional merupakan suatu bentuk pemeriksaan yang paling
luas dan mempunyai cakupan audit atas semua fungsi perusahaan. Menurut Widjayanto
(2006;28) manfaat yang dapat diperoleh dari audit operasional antara lain adalah sebagai
berikut:
3. Identifikasi tujuan, kebijaksanaan, sasaran dan prosedur organisasi yang sebelumnya
-
12
tidak jelas.
4. Identifikasi kriteria yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat tercapainya
tujuan organisasi dan menilai kegiatan manajemen.
3. Evaluasi yang independen dan objektif atas suatu kegiatan tertentu.
4. Pencapaian apakah organisasi sudah mematuhi prosedur, peraturan, kebijaksanaan
serta tujuan yang telah ditetapkan.
5. Penetapan efektivitas dan efesiensi sistem pengendalian manajemen.
6. Penetapan tingkat kehandalan (reliability) dan kemanfaatan (usefulness) dari berbagai
laporan manajemen.
7. Identifikasi daerah-daerah permasalahan dan mungkin juga penyebabnya.
8. Identifikasi berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan
laba, mendorong pendapatan, dan mengurangi biaya atau hambatan dalam
organisasi.
9. Identifikasi berbagai tindakan alternatif dalam berbagai daerah kegiatan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat audit
operasional adalah untuk:
a) Menilai ketaatan terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.
b) Mengevaluasi suatu kegiatan.
c) Mengidentifikasi berbagai bidang yang bermasalah dan mencari penyebabnya.
d) Melakukan perbaikan dan mendorong efektivitas dan efesiensi.
Meskipun audit operasional memiliki banyak manfaat, audit ini juga memiliki beberapa
keterbatasan. Audit operasional memiliki keterbatasan karena tidak dapat menyelesaikan
semua masalah yang timbul dalam organisasi. Menurut Widjayanto (2006;23)
keterbatasan utama dalam audit operasional ada tiga faktor yang membatasi audit yaitu :
1) Waktu
-
13
2) Keahlian yang diperlukan
3) Biaya
Waktu juga merupakan faktor yang membatasi auditor operasional untuk
mencapai tujuan dan manfaat audit operasional. Hal ini disebabkan karena auditor harus
dapat dengan segera memberikan informasi kepada manajemen mengenai masalah
organisasi yang timbul dan cara cara yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Audit operasional harus dilaksanakan secara teratur untuk menjamin bahwa masala
masalah organisasi yang penting tidak menjadi kronis dalam perusahaan.
Salah satu keterbatasan dalam audit operasional adalah kurangnya keahlian
auditor operasional terhadap teknik audit dan objek yang diperiksa. Tidak mungkin bagi
seorang auditor untuk ahli dalam semua bidang bisnis. Untuk mengatasi keterbatasan ini
perlu pendidikan dan pelatihan bagi auditor operasional. Bagian yang bersangkutan
diperiksa oleh orang yang tidak ahli secara teknis, audit itu harus dibatasi pada
kekurangan kekurangan yang umum saja.
Biaya juga merupakan salah satu faktor pembatas dalam audit operasional. Audit
operasional selalu mencoba untuk menghemat uang kliennya. Keterbatasan biaya yang
tersedia ini mengharuskan auditor untuk menentukan skala prioritas auditnya. Masalah
organisasi yang mengancam keberadaan organisasi perlu mendapatkan prioritas audit.
2.1.2.4 Ruang Lingkup Audit Operasional
Menurut Bayangkara (2008: 4) menyatakan bahwa :
Ruang lingkup audit operasional meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen. Ruang
lingkup ini dapat berupa seluruh kegiatan atau dapat juga hanya mencakup aktifitas yang
dilakukan. Periode audit dapat bervariasi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Sasaran dalam audit operasional adalah kegiatan, aktivitas, program dan bidang-bidang
-
14
dalam perusahaan yang diketahui atau diidentifikasi masih memerlukan perbaikan,
peningkatan, baik dari segi ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas.
Menurut Bayangkara (2008: 24) secara garis besar ruang lingkup audit
operasional terdiri atas :
1. Bidang keuangan.
2. Ketaatan kepada peraturan dan kebijakan perusahaan
3. Ekonomisasi
4. Efisiensi
5. Efektifitas
Audit operasional lebih luas dari pada audit keuangan. Hal ini disebabkan karena audit
operasional tidak hanya menitik beratkan pada masalah keuangan saja, tetapi juga
mencakup masalah diluar keuangan.
Pada audit keuangan, ruang lingkup auditnya kisaran pada bukti-bukti transaksi dalam
proses akuntansi yang diterapkan pada objek audit, sedangkan pada audit operasional
ruang lingkup audit meliputi keseluruhan fungsi manajemen dan unit-unit terkait yang
ada didalamnya.
2.1.2.5 Jenis-jenis Audit Operasional
Arens dan Loebbecke yang dikutip oleh Jusuf (2006;766) membagi audit
operasional menjadi tiga jenis:
1. Audit Fungsional (functional audits)
Audit fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih dalam suatu
organisasi, misalnya fungsi pengeluaran kas, penerimaan kas, pembayaran gaji.
Audit fungsional memungkinkan adanya spesialisasi oleh auditor. Auditor yang
merupakan staff dari internal audit dapat lebih efisien memakan seluruh waktu
mereka untuk memeriksa dalam bidang tersebut. Tapi di samping itu, audit
-
15
fungsional memiliki kekurangan yaitu tidak dievaluasinya fungsi yang saling
berkaitan.
2. Audit Organisasi (Organizational Audit)
Audit organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen,
cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam audit ini adalah seberapa efisien
dan efektif fungsi fungsi saling berinteraksi. Rencana organisasi dan metode
metode untuk mengkoordinasikan aktivitas yang ada, sangat penting dalam audit
jenis ini.
3. Penugasan Khusus (Special Assigment)
Penugasan khusus ini timbul atas permintaan manajemen, sehingga dalam audit
jenis ini terdapat banyak variasi. Contohnya adalah menentukan penyebab sistem
EDP (Elektronik Data Processing) yang efektif, penyelidikan kemungkinan fraud
(curang) dalam suatu divisi dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya
pembuatan suatu barang.
2.1.2.6 Kriteria Audit Operasional
Kriteria adalah nilai-nilai ideal yang digunakan sebagai tolak ukur dalam
melakukan perbandingan. Dengan adanya kriteria, pemeriksa dapat menetukan apakah
suatu kondisi yang ada menyimpang atau tidak dan kondisi yang diharapkan. Karena
pemeriksaan pada intinya merupakan proses perbandingan antara kenyataan yang ada
dengan suatu kondisi yang diharapkan, maka dalam audit operasional pun diperlukan
adanya kriteria. Kesulitan utama yang umumnya dihadapi dalam audit operasional adalah
menetukan kriteria audit untuk menilai efektivitas dan efesiensi organisasi. Berbeda
dengan audit keuangan, dalam audit operasional tidak terdapat kriteria tertentu yang
berlaku umum untuk setiap audit. Arens dan Loebbecke yang dikutip oleh Jusuf (2006;771)
menyebutkan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam audit operasional yaitu:
-
16
a) Kinerja Historis (Historical performance)
Historical performance merupakan kriteria yang didasarkan pada hasil aktual
dari periode (atau audit) sebelumnya. Hal ini dilaksanakan untuk
membandingkan apakah prestasi kerja periode sekarang lebih baik atau lebih
buruk dibandingkan dengan presttasi kerja periode sebelumnya. Keuntungan
penggunaan kriteria ini adalah kemudahan untuk menerapkannya.
Kerugiannya adalah tidak dapat memberikan gambaran apakah perusahaan
tersebut benar benar berjalan dengan baik atau sebaliknya.
b) Standar Rekayasa (Engineered standard)
Engineered standard merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan
standar teknik, seperti time and mention study untuk menentukan
banyaknya output yang harus diproduksi. Penggunaan kriteria ini efektif
untuk menyelesaikan berbagai masalah operasional yang penting, tetapi
pembuatan kriteria ini memerlukan keahlian yang khusus sehingga
memakan banyak waktu dan biaya yang cukup tinggi.
c) Diskusi dan Kesepakatan (Discussion and agreement)
Discussion and agreement merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan
hasil diskusi dan kesepakatan bersama antara pihak manajemen dari entitas
yang akan di audit, auditor operasional, dan pihak yang akan menerima
laporan hasil audit operasional. Kriteria ini umum digunakan karena
pembuatan kriteria yang lalu sering kali sulit dan membutuhkan biaya yang
tinggi.
2.1.2.7 Laporan Audit Operasional
Seperti halnya audit laporan keuangan, sebagai hasil akhir audit operasional akan
dikeluarkan pula suatu laporan hasil audit oleh auditor. Bagi pimpinan organisasi perusahaan
-
17
yang tersangkut di dalam audit, laporan audit merupakan bukti nyata yang mereka lihat
mengenai audit yang telah dilakukan.
Bentuk dan sifat laporan yang dibuat tergantung pihak yang memberikan tugas. Akan
tetapi pada umumnya suatu laporan audit operasional akan meliputi unsur unsur :
1) Tujuan dan ruang lingkup.
2) Prosedur prosedur yang dipergunakan oleh auditor.
3) Temuan temuan khusus.
4) Rekomendasi rekomendasi jika perlu.
Adapun sifat dan isi laporan audit operasional menurut Widjayanto (2006;88) adalah:
1) Ruang lingkup dan tujuan audit.
2) Menyajikan hal-hal aktual dan lengkap, akurat, dan wajar.
3) Menjelaskan temuan-temuan dan rekomendasi.
4) Membuat identifikasi dan penjelasan tentang masalah dan pernyataan yang melakukan
penelaahan dan pertimbangan lebih lanjut dari auditor.
5) Menyertakan tindakan manajer yang patut untuk diperhatikan, terutama dalam
perbaikan manajemen yang dilaksanakan serta peluasan lebih lanjut.
6) Menempatkan tekanan pokok pada perbaikan dimasa mendatang dan bukan pada
kritikan dimasa lalu. Komentar negatif disampaikan dalam perspektif yang seimbang
dengan mengemukakan kesulitan dan keterbatasan yang dihadapi dengan pimpinan
yang bersangkutan.
Langkah-langkah dalam pelaporan audit operasional:
a. Review atas kertas kerja audit operasional.
b. Menyusun draft laporan hasil audit operasional.
c. Diskusi hasil temuan dan rekomendasi.
d. Menyusun final operational audit report .
-
18
e. Tindakan koreksi atas penyimpangan.
2.1.3 Kualifikasi Auditor Operasional yang Memadai
Pada dasarnya audit operasional menyangkut analisis dan penilaian bisnis,
keberhasilan audit dalam membantu perusahaan memperbaiki operasi sebagian besar
tergantung pada siap dan bakat auditor. Auditor harus mengerti akuntansi dan catatan-
catatan finansial serta prinsip-prinsip dan teknik-teknik verifikasi dan analisis. Selain itu juga
auditor harus memiliki indepedensi dan kompetensi yang dapat menunjang kinerja auditor.
Arens, Elder dan Beasley (2006: 501) menyebutkan bahwa :
Dua kualitas terpenting bagi auditor operasional adalah indepedensi dan
kompetensi.
2.1.3.1 Indepedensi Auditor Operasional
Audit operasional ditandai oleh adanya cara berpikir dan pendekatan yang
dilakukan oleh pemeriksanya. Jadi audit operasional lebih merupakan cara pemeriksa
melakukan pendekatan atau tugasnya, menganalisa subjek pemeriksaannya, serta menilai
hasilnya.
Kedudukan pemeriksa harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang
diperiksa atau bebas dari pengaruh objek-objek yang diperiksanya. Para pemeriksa dikatakan
mandiri, apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian
mereka dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal ini sangat
diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diketahui
dengan melihat status organisasi dan sikap objektif para pemeriksa itu sendiri.
Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Ford Lumban Gaol
(2006: 501) menyatakan bahwa : Kepada siapa auditor membuat laporan adalah penting
untuk memastikan bahwa investigasi dan rekomendasi dibuat tanpa bias. Indepedensi
-
19
auditor intern diperkuat dengan memiliki bagian audit intern yang melapor ke dewan
direktur atau presiden direktur.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa indepedensi harus dimiliki oleh
setiap auditor guna dapat terpercayanya saran dan rekomendasi yang nantinya diberikan
auditor setelah melakukan audit operasional.
2.1.3.2 Kompetensi Auditor
Menurut kamus kompetensi LOMA 1998 yang dikutip Lasmahadi (2002) dalam
Alim, dkk (2007) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja
yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini
mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan dimana
kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan
kinerja.
Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untok melaksanakan audit
dengan benar, yang diukur dengan indikator mutu personal, pengetahuan umum dan
keahlian khusus. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh
auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam
pelatihan, seminar, maupun symposium, Suraida (2005).
2.1.3.3 Program Audit
Program audit adalah rangkaian yang sistematis dari prosedur-prosedur audit untuk
mencapai tujuan audit. Untuk dapat melaksanakan audit dengan hasil yang baik diperlukan
program audit yang lengkap dan terperinci serta terarah. Menurut Brink dan Wiltt
(2006;268) definisi dari program audit adalah Program audit merupakan suatu rencana
langkah kerja yang harus dilakukan selama audit berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan
serta informasi yang ada tentang objek yang diaudit. Sedangkan menurut Tugiman
-
20
(2007;53) dalam bukunya Standar Profesi Audit Internal, dapat dijelaskan secara garis
besar mengenai langkah-langkah audit adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan audit meliputi:
a) Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan.
b) Memperoleh informasi mengenai kegiatan yang akan diaudit.
c) Penentuan staff yang diperlukan untuk pelaksanaan audit.
d) Pemberitahuan kepada pihak yang dianggap perlu.
e) Melaksanakan survei secara tepat untuk mengenali kegiatan yang diperlukan,
resiko pengawasan, sasaran dari pihak yang akan diaudit.
2. Pengujian dan pengevaluasian hasil
Auditor harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpertasikan dan membuktikan
kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit.
3. Pemberitahuan hasil
Auditor harus melaporkan hasil audit yang dilakukannya setelah pelaksanaan audit
selesai. Laporan ini harus objektif, jelas, singkat, konsumtif, dan tepat waktu.
4. Tindak lanjut
Auditor harus terus meninjau dan melakukan tindak lanjut untuk memastikan terhadap
temuan audit yang telah dilaporkan, telah dilakukan tindakan yang tepat.
2.1.4 Pengendalian Internal
2.1.4.1 Pengertian Pengendalian Internal
Pada penelitian sebelumnya, Y. Zhang. Et al. (2007) berdasarkan framework
COSO (Committee of Sponsoring Organization) pengendalian internal didefinisikan sebagai
suatu proses yang melibatkan Dewan Komisaris, manajemen, dan personil lain, yang
dirancanguntuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini :
Efektivitas dan efisiensi operasi
-
21
Keandalan pelaporan keuangan
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Berikut ini adalah elemen dari pengendalian internal menurut kerangka
COSO (Committee of Sponsoring Organization) .
1) Lingkungan Pengendalian (control environment)
Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para manajemen dan karyawan
terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen
(manajemen tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan)
dan gaya operasi manajemen (manajemen yang progresif atau konservatif), struktur
organisasi (terpusat atau terterdesentralisasi) serta praktik kepersonaliaan.
2) Penilaian Risiko (Risk assessment)
Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko pasti
ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profi dan non
profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah diidentifikasi dapat dianalisis dan
evaluasi sehingga dapat diperkirakan intensitas dan tindakan yang dapat
meminimalkannya.
3) Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu keyakinan
bahwa peraturan telah dilaksanakan. Aktifitas pengendalian membantu meyakinkan
manajemen bahwa tindakan yang perlu dilakukan telah diambil dan menghadapi risiko
sehingga tujuan entitas dapat tercapai.
4) Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting dari pengendalian
intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
-
22
prosedur pengendalian, dan monitoring diperlukan oleh manajemen sebagai pedoman
operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan
yang berlaku pada perusahaan.
Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan
informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal. Hukum, peristiwa dan kondisi yang
berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal.
5) Pemantauan
Pemantauan terhadap sistem pengendalian internal akan menemukan kekurangan serta
meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian internal dapat dimonitor dengan
baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha
pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan
atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi. Penilaian secara
khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan pokok dalam strategi
manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan usaha. Pada perusahaan besar,
auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan sistem
pengendalian internal. Namun auditor independen juga sering melakukan penilaian
atas pengendalian internal sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:39) pengendalian internal
didefiniskan sebagai berikut :
Sistem yang meliputi organisasi semua metode dan ketentuan yang
terorganisasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta miliknnya,
mencek kecermatan dan keandalan data akuntansi serta meningkatkan efisiensi usaha.
Berdasarkan hal tersebut maka pengendalian internal adalah suatu sistem yang melibatkan
pihak-pihak yang berkepentingan dalam melaksanakan kegiatannya untuk mencapai tujuan
perusahaan.
-
23
2.1.4.2 Hubungan Audit Operasional dengan Pengendalian Internal
Manajemen melakukan pengendalian internal untuk membantu pencapaian
tujuannya. Terdapat tiga hal penting untuk mencapai pengendalian internal yang efektif,
yaitu:
Keandalan pelaporan keuangan
Efektivitas dan efisiensi operasi
Kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku
Hal kedua di atas berkaitan langsung dengan audit operasional, tetapi dua hal lainnya
berkaitan dengan efisiensi dan operasi. Misalnya, manajemen memerlukan informasi
akuntansi biaya yang handal untuk memutuskan jenis dan harga jual produk yang dilanjutkan
produksinya. Sama halnya dengan ketidaktaatan pada hukum yang berlaku, yang akan
mengakibatkan perusahaan dikenakan denda.
2.1.5 Tahap-tahap Audit Operasional
Dalam melaksanakan audit operasional, seringkali auditor memerlukan suatu
kerangka tugas atau tahapan tugas yang berguna sebagai pedoman di dalam melaksanakan
pemeriksaan tanpa adanya kerangka yang tersusun dengan baik. Auditor akan banyak
menghadapi kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya mengingat bahwa stuktur
perusahaannya kegiatannya sekarang ini sudah semakin maju dan rumit. Menurut
Widjayanto (2006;30) tahap-tahap audit operasional dibagi dalam tiga tahap yaitu :
1. Tahap pendahuluan
Tahap survei pendahuluan memberikan kemungkinan untuk terselenggaranya
perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit secara teratur. Ruang lingkup survei
pendahuluan dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya banyak tergantung
pada keahlian dan pengalaman auditor, pengetahuannya atas bidang yang diperiksa,
-
24
ukuran dan kerumitan aktivitas atau program, tipe pemeriksaan yang akan dilakukan,
serta daerah geografis kegiatan organisasi. Tahap pendahuluan terdiri dari:
a. Pengamatan fisik sekilas
b. Mencari data tertulis
c. Wawancara dengan personil manajemen
d. Analisa keuangan
Hasil dari tahap pendahuluan ini kemudian disimpulkan dalam suatu laporan audit
pendahuluan yang lazim disebut memoranda survei.
a. Pengamatan fisik sekilas.
Dalam pengamatan fisik sekilas harus dipelajari indikasi dan permasalahannya.
Disini pemeriksa juga perlu untuk memewancarai masing-masing pimpinan yang
bertanggung jawab atas suatu fasilitas fisik. Dalam hal ini auditor biasanya
menggunakan kuesioner yang telah tersusun menurut tekanan permasalahan
tertentu. Tahap pengamatan fisik sekilas dapat menjadi alat bantu yang amat
baik bagi kemampuan auditor dalam menemukan hal-hal penting.
b. Mencari data tertulis.
Tujuan dari audit operasional adalah menetapkan apakah perusahaan telah
menerapkan praktek manajemen yang konsisten. Untuk itu auditor harus
mendapatkan dokumentasi yang dijadikan bahan banding dengan data per
departement. Tipe dokumen-dokumen tertulis yang harus didapat oleh auditor
adalah sasaran dan tujuan perusahaan yang tertulis, petunjuk kebijaksanaan dan
prosedur perusahaan, uraian tugas, bagan organisasi, anggaran, laporan-laporan
intern per departemen, laporan keuangan, katalog-katalog, bagan arus, formulir-
formulir, manajemen letter yang dibuat oleh auditorkeuangan eksternal,
peraturan-peraturan pemerintah, instansi lain yang berwenang.
-
25
c. Wawancara dengan personil manajemen.
Wawancara dengan masing-masing manajer adalah bagian ketiga dari fase
pendahuluan audit operasional. Audit operasional harus belajar dari karyawan
perusahaan, dalam arti memahami apa yang mereka rasakan dan bagaimana
pandangan mereka terhadap suatu perusahaan tertentu. Para ahli dalam suatu
perusahaan adalah mereka yang berwenang menjalankan perusahaan, karenanya
pemeriksa dapat memperoleh informasi yang terbaik dengan jalan mewawancarai
para manajer untuk mengidentifikasikan permasalahan.
d. Kegiatan analisis.
Dalam kegiatan ini pemeriksa juga harus meninjau pengendalian intern dan arus
data transaksi yang bergerak dalam sistem akuntansi. Hasil dari tahap
pendahuluan ini kemudian disimpulkan dalam suatu laporan audit pendahuluan
yang lazim disebut memoranda survei. Memoranda survei tidak diserahkan pada
pihak lain, tetapi semata-mata hanya diajukan untuk menetapkan bagaimana
kiranya memerlukan pemeriksa.
2. Tahap pemeriksa mendalam
Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari pendahuluan. Dalam tahap ini pemeriksaan
lebih lanjut atas penilaian kegiatan-kegiatan perusahaan guna mencapai tujuan
pemeriksaan yang telah ditetapkan sejak semula, yaitu efektivitas dan efesiensi.
Dengan melaksanakan pemeriksaan mendalam, pemeriksa akan memperoleh
kesempatan yang lebih luas untuk memperkuat dan meyakinkan kesimpulannya.
Dalam pemeriksaan mendalam tercakup kegiatan-kegiatan:
1. Studi lapangan yang meliputi:
a. Wawancara dengan semua pegawai inti pada semua tingkatan organisasi.
b. Mengidentifikasi dan mewawancarai sumber-sumber ekstern yang
-
26
dianggap penting tanpa melanggar kerahasiaan penugasan.
c. Observasi aktivitas operasional dan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian)
d. Penelitian sistem pengendalian intern.
e. Penelitian arus transaksi dalam penisahaan.
f. Penelitian penempatan pegawai, peralatan, formulir dan laporan.
g. Penelitian aspek-aspek inti aktivitas fungsional.
h. Pendiskusian dan pengusulan penggunaan kriteria penggunaan pegawai yang
sesuai.
2. Analisa yang meliputi antara lain:
a. Penghubung data yang dikumpulkan dengan kriteria pengukurankegiatan,
apabila diperlukan.
b. Penilaian resiko pemisahan untuk menentukan bidang dan aktivitas yang dapat
ditingkatkan, pendokumentasian temuan-temuan dan manfaat potensial.
c. Penegasan kembali kriteria pengukuran dengan pegawai yang
bersangkutan.
d. Pengembangan alternatif, rekomendasi dan saran-saran untuk melakukan
studi lebih lanjut tentang kesempatan perbaikan pokok.
Temuan
Temuan-temuan merupakan himpunan informasi mengenai aktivitas,
organisasi, keadaan atau hal-hal lain yang telah dianalisis dan dinilai oleh auditor
dan harus dikomunikasikan lebih lanjut pada pimpinan perusahaan.
Syarat-syarat temuan yang harus dikomunikasikan ini diantaranya :
Cukup berarti untuk dikomunikasikan pada bagian-bagian ini.
Berdasarkan pada fakta-fakta dan bukti yang tepat serta nyata.
-
27
Disusun atau dikembangkan secara objektif.
Berdasarkan atas kegiatan-kegiatan audit yang memadai guna mendukung
setiap simpulan yang diambil.
Simpulan-simpulan yang dibuat harus logis, layak, jelas dan bertolok ukur
pada fakta-fakta yang disajikan.
Rekomendasi
Pada umumnya temuan-temuan diakhiri dengan rekomendasi dari auditor yang
ditujukan pada pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab melaksanakan
perbaikan dan kekurangan atau penyimpangan untuk mencegah supaya hal
tersebut tidak terulang lagi. Pelaksanaan rekomendasi ini diserahkan pada
pimpinan tingkatan yang lebih rendah.
Rekomendasi yang merupakan pendapat yang telah dipertimbangkan untuk
suatu situasi tertentu harus mencerminkan pengetahuan dan penilaian
mengenai pokok persoalannya, apabila tindakan yang akan direkomendasi
merupakan tindakan yang harus diuraikan sejelas-jelasnya.
3. Tahap Pelaporan
Setelah tahap pendahuluan selesai, pemeriksa dapat menyusun laporan audit
formal, yang mana hasil akhir operasional adalah suatu laporan formal tertulis
yang disampaikan pada manajemen perusahaan sebagai pengambilan tindakan
perbaikan atau sebagai informasi laporan audit berbagai masalah yang ditelusuri.
Dalam penyusunan laporan ini ada beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Pengorganisasian laporan yang meliputi pengutaraan temuan, rekomendasi dan
manfaat.
b. Pengembangan rencana implementasi dan label waktu rekomendasi
bilamana sesuai.
-
28
c. Pendiskusian konsep laporan dengan para pejabat dan manajer yang sesuai dari
organisasi yang diteliti apabila berbeda dengan pihak yang memberikan tugas.
d. Pengajuan laporan.
Isi laporan audit operasional akan banyak berbeda antara satu dengan yang lainnya
tergantung dari sifat perusahaan yang diperiksa dan tipe masalah yang perlu
ditelaah. Akan tetapi pada umumnya suatu laporan audit operasional akan meliputi
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Tujuan dan ruang lingkup penugasan.
b. Prosedur-prosedur yang digunakan oleh auditor
c. Temuan-temuan khusus.
d. Rekomendasi- rekomendasi jika perlu
2.1.6 Proses Produksi
2.1.6.1 Pengertian Proses Produksi
Proses produksi yaitu suatu kegiatan perbaikan terus-menerus (continuos
improvment), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu
produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen
(Gaspersz, 2005).
Adapun pengertian proses produksi menurut Assauri (2007:75), proses
produksi adalah merupakan cara,metode,dan teknik untuk menciptakan atau menambah
kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin,
bahan-bahan, dana) yang ada.
Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi
merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa
dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan
dana agar lebih bermanfaat bagi konsumen.
-
29
Proses produksi pada umumnya dapat dibedakan menjadi du jenis yaitu : proses
produksi terus-menerus (continuous process of production) dan proses produksi yang
terputus-putus (intermittent process of production)
1) Prose produksi terus-menerus
Prose produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran produk
dari satu operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik dalam proses. Pada
umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki karakteristik
yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau jenis produk yang
dihasilkan rendah dan produk bersifat standar.
2) Proses produksi terputus-putus
Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-menerus
dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat
sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses,
sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang dalam proses.
Perbedaan pokok dari kedua proses produksi tersebut adalah berdasarkan pada panjang
tidaknya waktu persiapan untuk mengatur (set up) peralatan produksi yang digunakan untuk
memproduksi suatu produk atau beberapa produk tanpa mengalami perubahan. Pada proses
produksi yang terus-menerus, perusahaan atau pabrik menggunakan mesin-mesin yang
dipersiapkan (set up) dalam jangka waktu yang lama dan tanpa mengalami perubahan.
Sedangkan untuk proses produksi yang terputus-putus menggunakan mesin-mesin yang
dipersiapkan dalam jangka waktu yang pendek, dan kemudian akan dirubah atau dipersiapkan
kembali untuk memproduksi produk lain.
2.1.6.2 Fungsi Produksi
Menurut Assauri (2007:22) secara umum fungsi produksi terkait dengan
pertanggungjawaban dalam kegiatan mentransformasikan masukan (input) manjadi
-
30
keluaran (output) berupa barang atau jasa yang akan memberikan hasil pendapatan
bagi perusahaan.
Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi menurut
Mahanam P. Tampubolon, (2005:3) adalah :
1) Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk
pengolahan masukan (input).
2) Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian
yang perlu untuk penetapan dan metode yang akan dijalankan, sehingga
proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
3) Perencanaan, merupakan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan
produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau
periode tertentu.
4) Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud
dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (input) pada
kenyataannya dapat dilaksanakan.
2.1.6.3 Sasaran Audit Operasional dalam Proses Produksi
Sasaran audit dalam proses produksi pada dasarnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Perencanaan dan pengendalian produksi
Hal utama yang perlu diperhatikan oleh auditor operasional dalam
mengevaluasi kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi adalah penggunaan
media komunikasi secara efektif dalam mengkomunikasikan sasaran rencana dan
standar produksi yang ingin dicapai maupun umpan balik berupa informasi
mengenai kondisi yang sebenarnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
-
31
2) Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang meliputi
kumpulan individu yang terlibat dalam kegiatan produksi, meliputi pekerja pada
perusahaan juga para supervisor dan orang yang duduk dalam organisasi fungsi
produksi. Audit operasional terhadap tenaga kerja meliputi kegiatan evaluasi atas
penggunaan jumlah tenaga kerja terampil secara efisien, keselamatan para pekerja
dan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja.
3) Fasilitas produksi
Fasilitas dapat diartikan sebagai segala kemudahan yang tersedia untuk
memperlancar proses produksi. Audit operasional terhadap fasilitas produksi
meliputi kegiatan penilaian terhadap lokasi perusahaan, tata letak ruang kerja,
lingkungan kerja (penerangan, kebisingan, kondisi udara, getaran dan lain-lain) dan
ketepatan kualitas dan kuantitas peralatan beserta pemeliharaannya.
Audit operasional dalam proses produksi adalah audit yang dilaksanakan
terhadap semua pelaksanaan kegiatan proses produksi. Dengan adanya audit
operasional diharapkan proses produksi berjalan tepat guna sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
2.1.7 Pengendalian Kualitas
2.1.7.1 Pengertian Kualitas
Definisi kualitas menurut Gaspersz (2005) adalah totalitas dari karakteristik
suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhannya
yang dispesifikasi atau diterapkan.
Setelah kita mengetahui pengertian kualitas, maka akan dikemukakan
pengertian pengendalian kualitas. Berikut ini adalah definisi pengendalian kualitas
menurut Gasperz (2005:480), yaitu :
-
32
Quality control is the operational techniques and activities used to fulfill
requirements for quality.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian
kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas/tindakan yang terencana yang dilakukan untuk
mencapai, mempertahankan dan meingkatkan kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen.
2.1.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Kualitas
Menurut Assauri (2007:206) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
adalah :
1. Fungsi suatu barang
Suatu barang yang dihasilkan haruslah mempunyai fungsi yang jelas, yang
akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Maka kualitas suatu barang
tergantung pada tingkat pemenuhan fungsi kepuasan penggunaan barang yang
dapat dicapai. Kualitas yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa
barang tersebut digunakan, tercermin pada spesifikasi barang tersebut.
2. Wujud luar
Merupakan salah satu faktor penting yang sering digunakan konsumen untuk
menentukan kualitas barang pada waktu pertama kali melihatnya.
3. Biaya barang
Umumnya biaya dan harga suatu barang dapat menentukan kualitas barang
tersebut. Hal ini karena untuk mendapatkan kualitas yang baik dibutuhkan
biaya yang lebih tinggi. Walaupun tidak selamanya biaya suatu barang
menentukan kualitas karena biaya yang diperkirakan tidak selalu biaya yang
-
33
sebenarnya. Hal ini disebabkan adanya inefisiensi dalam menghasilkan barang
dan tingginya keuntungan yang diambil.
2.1.8 Hubungan Audit Operasional dengan Produk Cacat
Tujuan dari audit operasional dari proses produksi ini adalah untuk
menghindarkan terjadinya kesalahan-kesalahan proses produksi yang dapat
menyebabkan produk cacat. Produk cacat yang dimaksud disini adalah apabila
produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Audit operasional atas proses produksi untuk menekan tingkat produk
cacat ini dapat dilaksanakan oleh auditor internal yang telah memenuhi kualifikasi
tertentu. Pelaksanaan audit operasional terdiri dari tahap pendahuluan, tahap
pemeriksaan mendalam dan tahap pelaporan. Auditor akan mengidentifikasi
masalah, bukti-bukti dan mengungkap hal-hal yang memerlukan penyelesaian
secara khusus. Kemudian auditor akan menyajikan berbagai alternatif pemecahan
masalah dan memberi rekomendasi tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan
penyebab terjadinya produk cacat kepada manajemen produksi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa tinjauan terdahulu berkaitan dengan audit operasional terhadap
proses produksi yang dilakukan oleh internal auditor dalam menekan tingkat produk
cacat.
-
34
Adapun tinjauan terdahulu tersebut antara lain :
Tabel. 1
NoNama
PenelitiJudul
Metodologi PenelitianHasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Abdul Aziz
Pangsuri
(2013)Peranan
audit
operasional
atas fungsi
produksi
untuk
mengurangi
produk cacat
pada pabrik
genteng
Ogan
Permata
Palembang
1 Teknik
analisis
data yang
digunakan
adalah
deskriptif
kualitatif
1 Objek
penelitian di
Pabrik Genteng
Ogan
Palembang
Hasil temuan dari
penelitian yang berupa
masukan digunakan untuk
penyelesaian permasalahan
produk cacat yang
dihasilkan. Terkait standar
mutu yang telah ditetapkan
terhadap proses produksi,
juga telah mendapatkan
pengawasan yang cukup
ketat.
2Masalah yang
ada pada
perusahaan
mengenai
tempat
penyimpanan
barang jadi
Yuseila
Kurniasari
(2012)Audit
operasional
atas fungsi
untuk
meningkatka
n efektivitas
pada PT
Kripton
Gama Jaya
1Teknik
analisis
data yang
digunakan
adalah
deskriptif
kualitatif
1 Objek
penelitian
berada di
pringgolayan
no. 62
Banguntapan
Bantul
Yogyakarta.
Fungsi produksi di
perusahaan belum dapat
berjalan dengan
efektifdikarenakan adanya
kesenjangan (gap) antara
criteria dan condition
2
3 Suci
Wulandari
(2009)
Audit
Operasional
atas Fungsi
produksi
pada PT
Dunia
Daging Food
Industries
1 Objek yang
diteliti
adalah
divisi
persediaan
bahan baku
1 Metode
penelitian yang
digunakan
adalah metode
kepustakaan
dan penelitian
lapangan
Temuan yang sering terjadi
yaitu ketika bahan baku
yang dibutuhkan kurang
saat proses produksi.
Perusahaan harus
melakukan perbaikan pada
perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian proses
produksi.
-
35
2.3 Kerangaka Konseptual
Dalam perusahaan manufaktur, proses produksi merupakan kegiatan utama
yang memegang peranan sangat penting. Secara umum proses produksi merupakan
suatu proses untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Dalam proses
produksi terjadi perubahan bentuk, volume dan kegunaan dari bahan baku menjadi
barang jadiyang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dari semula.
Kecacatan dalam proses produksi kayu olahan seperti : lantai kayu solid,
komponen perumahan, outdoor furniture dan lain-lain akan menimbulkan kerugian.
Terjadinya hasil produk cacat menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk membuat
produk kayu olahan lebih tinggi (terjadi pemborosan). Suatu standar menganjurkan
agar kualitas biaya seperti biaya operasi dan biaya eksternal diawasi, dianalisis dan
dilaporkan kepada manajemen. Salah satu yang termasuk dalam biaya operasi
adalah biaya yang berhubungan dengan produk cacat.
Dengan demikian pula dilihat dari sisi konsumen, dengan hasil produk kayu
olahan yang kualitasnya kurang baik, tuntutan konsumen menjadi tidak terpenuhi
dengan baik, sehingga konsumen dapat beralih pada pesaing. Dalam hal ini, dapat
mengakibatkan pangsa pasar menjadi berkurang.
Untuk menghindari terjadinya kerugian yang disebabkan oleh kecacatan
proses produksi tersebut, harus dapat melakukan pemprosesan dengan efisien dan
efektif. Karena audit operasional melakukan tinjauan dari penilaian efisien dan
efektivitas suatu kegiatan atau prosedur kegiatan, disertai dengan pengungkapan dan
pemberian informasi kepada manajemen mengenai berbagai masalah operasi, audit
operasional dapat digunakan untuk membantu manajemen dalam memecahkan
masalah yang ada dan merekomendasikan berbagai tindakan yang diperlukan.
-
36
Di samping itu, audit operasional dapat membantu dalam mendeteksi
masalah-masalah yang terdapat dalam proses produksi pembuatan kayu olahan. Data
yang relevan dikumpulkan dan dianalisis menurut hubungan sebab akibat.
Kemudian dicari cara-cara untuk menghilangkan penyebab masalah tersebut
sehingga dapat memberikan rekomendasi yang membangun kepada manajemen dan
dapat segera diambil langkah-langkah perbaikan yang perlu.
Jadi dengan audit operasional yang dilakukan, kesalahan yang sama
diharapkan tidak terulang lagi dan terjadinya produk cacat dapat ditekan serendah
mungkin.
Gambar. 1 Kerangka Konseptual
-
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam pemecahan masalah yang ada pada suatu penelitian diperlukan
penyelidikan yang hati-hati, teratur dan terus-menerus, sedangkan untuk mengetahui
bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan tujuan sebelumnya, metode penelitian yang digunakan
penulis dalam menyusun laporan ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu
suatu metode penelitian dengan mengungkapkan masalah yang ada di perusahaan,
mengolah data, menganalisis, meneliti dan menginterpretasikan serta membuat
kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya secara
sistematis sehingga masalah yang ada di perusahaan dapat dipahami.
Adapun pengertian dari metode deskriptif analitis menurut Sugiono (2009: 29) :
Metode deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum.
Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian
dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil
kesimpulannya.
3.2 Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel
Objek penelitian dilaksanakan pada perusahaan yang bergerak dalam bidang
kayu olahan seperti : lantai kayu solid, komponen perumahan, outdoor furniture dan
-
38
lain-lain. Lokasi perusahaan yang menjadi objek penelitian berada di JI. Yos Sudarso
No 173 Tunggorono, Jombang, Indonesia.
Adapun yang menjadi objek penelitian bagi penulis adalah mengenai audit
operasional atas proses produksi dalam usaha menekan tingkat produk cacat.
3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel
Menurut Sugiyono (2009: 60), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Operasional Variabel
Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2009: 49) adalah :
Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator serta skala
pengukuran dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini.
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu peninjauan langsung pada perusahaan yang diteliti untuk memperoleh
data primer.
Data primer ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut :
a. Kuesioner
Yaitu memperoleh data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
ditujukan pada Direktur, Manajer Produksi, Auditor Internal dan Bagian
-
39
Quality Control. Data yang digunakan terdiri atas dua bentuk yaitu
pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Data yang ingin ditanyakan
adalah mengenai kualifikasi auditor operasional dan perbandingan antara
rencana perusahaan dengan pelaksanaannya.
b. Wawancara
Yaitu mengadakan tanya jawab dengan Direktur, Manajer Produksi, Auditor
Internal dan bagian Quality Control untuk memperoleh informasi berdasarkan
tujuan penelitian, yaitu :
a. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan proses produksi yang ada dalam
perusahaan.
b. Untuk mengetahui jenis kecacatan yang sangat berpengaruh terhadap
kualitas hasil produksi.
c. Untuk menilai audit operasional atas proses produksi perkayuan atau
meubel.
Data yang dikumpulkan adalah mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur
organisasi perusahaan dan uraian kerja, serta aktivitas perusahaan khususnya
proses produksi.
3. Observasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung di lapangan terhadap segala hal yang menyangkut aktivitas atau
kondisi perilaku maupun non perilaku. Dengan cara ini data yang dapat
dikumpulkan adalah data mengenai pelaksanaan proses produksi perusahaan.
data dianalisis kemudian dituangkan dalam uraian tertulis. Data tersebut
setelah diolah dan dianalisis digunakan untuk keperluan pengambilan
kesimpulan dan pemberian saran-saran.
-
40
2. Penilaian Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan yaitu untuk memperoleh data sekunder yang berguna sebagai
pedoman teoritis pada waktu melakukan penelitian lapangan dan untuk
mendukung serta menganalisis data. Data ini diperoleh dengan membaca
literatur-literatur dari perpustakaan dan mempelajari kembali bahan-bahan
kuliah yang mempunyai hubungan dengan topik yang sedang diteliti. Dengan
penelitian kepustakaan ini penulis dapat mengetahui sampai sejauh mana
perbandingan antara teori dan praktik yang diterapkan perusahaan, sehingga
berdasarkan data yang dikumpulkan dapat dilakukan pengolahan data.
3.4.2 Instrumen Penelitian
Kuesioner yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data terdiri dari :
a. Pertanyaan Umum
Menyangkut identitas umum responden antara lain : Nama, Pendidikan, Lama
Kerja, Jabatan, Nama perusahaan, yang ditanya melalui metode pertanyaan
terbuka, yang kemungkinan jawabannya tidak ditentukan terlebih dahulu dan
responden bebas memberikan jawaban.
b. Pertanyaan Khusus
Menyangkut pelaksanaan audit operasional dalam menekan hasil produk cacat,
kuesioner akan diajukan dengan metode pertanyaan tertutup dan pertanyaan
terbuka. Responden akan ditanya mengenai fakta yang ada dalam perusahaan
tentang audit operasional dalam usaha menekan tingkat produk cacat. Alternatif
jawaban yang diberikan adalah ya (Y) dan tidak (T). Hasil jawaban kuesioner
tertutup akan digunakan untuk analisis statistik.
-
41
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Analisis Deskriptif Kualitatif
Peneliti melakukan analisis mengenai informasi dan data yang berhasil
diperoleh baik yang dilakukan dengan wawancara maupun observasi. Analisis yang
dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana kualifikasi auditor operasional di
perusahaan dan pelaksanaannya sudah memadai, serta bagaimana auditor
operasional dalam membantu manajemen untuk menekan tingkat kecacatan hasil
produksi.
3.5.2 Analisis Statistik
Pengujian data hipotesis merupakan suatu cara dalam statistik untuk menguji
anggapan dasar yang masih bersifat sementara sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan statistik mengenai diterima atau ditolaknya hipotesis.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Memisahkan tiap-tiap jawaban responden sesuai dengan jawaban yang
diberikan yaitu Ya dan Tidak.
2. Menjumlahkan berapa banyak jawaban Ya dan Tidak.
3. Dari semua jawaban Ya dibagi semua jawaban kuesioner kemudian
dikalikan dengan 100%.
4.
Perhitungan hasil presentase dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. 0% sampai dengan 25% audit operasional tidak berperan dalam
menekan tingkat kecacatan hasil produksi.
b. 26% sampai dengan 50% audit operasional kurang berperan dalam
menekan tingkat kecacatan hasil produksi.
-
42
c. 51% sampai dengan 75% audit operasional cukup berperan dalam
menekan tingkat kecacatan hasil produksi.
d. 76% sampai dengan 100% audit operasional sangat berperan dalam
menekan tingkat kecacatan hasil produksi.
Apabila hasil perhitungan nilainya 76% sampai dengan 100%, penulis
menarik kesimpulan bahwa audit operasional atas proses produksi kayu olahan yang
dilakukan telah memadai sehingga dapat meningkat tingkat produk cacat yang
dihasilkan.
-
43
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Seng Fong Moulding Perkasa dimulai pada 1970-an dengan nama SF Resources
Group, dan telah berkembang dari sebuah perusahaan perdagangan kayu di Singapura untuk
pemimpin pasar diakui dalam industri lantai kayu keras.
Dengan lebih dari 40 tahun pengalaman, SF Resources Group terdiri dari tiga
perusahaan yang secara kolektif mencakup spektrum penuh aktivitas bisnis kayu keras, dari
langsung pembelian bahan baku, untuk proses manufaktur yang terintegrasi dengan teknologi
inovatif dan pengembangan produk, untuk ekspor lantai kayu keras, decking dan komponen
perumahan.
SF Resource Holdings Pte Ltd (SFRH) adalah perusahaan investasi dan berkantor
pusat di Singapura untuk mengelola kegiatan bisnis Grup sesuai dengan hukum formal, tata
kelola perusahaan dan nilai. SFRH memastikan bahwa standar etika yang dapat diterima dan
praktik terbaik sedang diikuti, bahwa Grup tetap relevan dan kompetitif di pasar global, dan
untuk memastikan kembali integritas dan menguntungkan untuk pemegang saham dalam
lingkungan pertumbuhan dan berkelanjutan.
PT Seng Fong Moulding Perkasa (SFMP) adalah lengan produksi yang berlokasi di
Jombang, Indonesia, dan saat ini salah satu produsen terbesar lantai kayu keras di negara ini..
SF Sumber Daya Pemasaran Pte Ltd (SFRM), dimulai pada 2008 untuk melakukan aktivitas
penjualan dan pemasaran Grup. Jaringan global kami dari klien kami mencakup lebih dari 64
tujuan di seluruh dunia, termasuk Asia, Australia / Selandia Baru, Eropa, Rusia dan Timur
Tengah.
-
44
4.1.2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Struktur Organisasi dituangkan dalam suatu bagan organisasi. Bagan
organisasi ini penting sekali dalam pelaksanaan operasi suatu perusahaan, karena
dari bagan organisasi kita dapat mengetahui struktur organisasi yang
mencerminkan dengan jelas saluran komunikasi dan wewenang dalam perusahaan.
Uraian tugas masing-masing bagian dalam PT Seng Fong Moulding Perkasa
dapat dilihat sebagai berikut:
1) Direktur
Uraian tugas dan tanggung jawab :
Bertindak sebagai pimpinan umum perusahaan sehari-hari.
Mengatur kegiatan penyelenggaraan perusahaan sesuai dengan program
kerja yang ditentukan.
Mewakili perusahaan untuk bertindak keluar serta senantiasa
memelihara hubungan yang baik dengan masyarakat dan pemerintah.
Memonitor perkembangan perusahaan.
Mengangkat dan memberhentikan karyawan pada posisi penting.
2) Auditor Internal
Uraian tugas dan tanggung jawab :
Bertanggung jawab kepada direktur.
Melaksanakan audit disertai usul, pendapat, dan rekomendasi perbaikan.
Melaksanakan pengawasan atas kegiatan operasional perusahaan.
Mencatatat dan menganalisis data akuntansi.
3) Manajer Umum dan Personalia
Uraian tugas dan tanggung jawab :
Melakukan kegiatan pengadaan karyawan yang meliputi perekrutan,
-
45
seleksi dan penempatan.
Melakukan pemutusan hubungan kerja secara bijaksana bila karyawan
sudah tidak dapat bekerjasama lagi untuk mencapai tujuan bersama.
Membuat perencanaan sumber daya manusia baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
Meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas, mengendalikan
lingkungan kerja dan melakukan pembinaan terhadap bawahan.
4) Manajer Akuntansi dan Keuangan
Uaraian tugas dan tanggung jawab :
Mengatur kebijakan keuangan perusahaan.
Menyusun anggaran pengeluaran dan penerimaan perusahaan.
Memeriksa kebenaran dan kelengkapan pencatatan seluruh harta,
piutang dan transaksi-transaksi perusahaan.
Mengatasi permasalahan yang timbul di bidang akuntansi dan keuangan.
5) Manajer Pembelian
Uaraian tugas dan tanggung jawab :
Melaksanakan kebijakan dalam bidang pembelian yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Mengevaluasi laporan-laporan yang diserahkan apakah telah berjalan
dengan baik.
Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pembelian.
6) Manajer Pemasaran/penjualan
Uraian tugas dan tanggung jawab :
Bertanggung jawab atas semua aktivitas pemasaran dan penjualan.
Menyiapkan laporan pemasaran tiap bulan
-
46
Melaksanakan kegiatan penelitian pasar.
Menetapkan kebijakan distribusi dan pelaksanaan penjualan agar sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan.
Menyusun rencana pemasaran baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang sesuai dengan tujuan, kebijaka dan prosedur yang telah
ditetapkan.
7) Manjer Produksi
Uaraian tugas dan tanggung jawab :
Menetapkan ketentuan pokok di bidang produksi.
Membuat perencanaan pengembangan produk
Bertanggung jawab terhadap kegiatan produ