oleh : nur mei wilujeng npm :...

Download Oleh : NUR MEI WILUJENG NPM : 10133046library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/8/--nurmeiwilu-379-1... · 2.1.3.3 Program Audit ... Untuk mengetahui pelaksanaan audit operasional atas

If you can't read please download the document

Upload: trinhxuyen

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • AUDIT OPERASIONAL ATAS PROSES PRODUKSI

    DALAM USAHA MENEKAN TINGKAT PRODUK

    CACAT PADA PT SENG FONG MOULDING PERKASA

    JOMBANG

    SKRIPSI

    Oleh :

    NUR MEI WILUJENG

    NPM : 10133046

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

    SURABAYA

    2014

  • i

    AUDIT OPERASIONAL ATAS PROSES PRODUKSI

    DALAM USAHA MENEKAN TINGKAT PRODUK

    CACAT PADA PT SENG FONG MOULDING PERKASA

    JOMBANG

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat memproleh Gelar Sarjana

    Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra

    Surabaya

    Oleh :

    NUR MEI WILUJENG

    NPM : 10133046

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

    SURABAYA

    2014

  • ii

    AUDIT OPERASIONAL ATAS PROSES PRODUKSI

    DALAM USAHA MENEKAN TINGKAT PRODUK

    CACAT PADA PT SENG FONG MOULDING PERKASA

    JOMBANG

    NAMA : NUR MEI WILUJENG

    FAKULTAS : EKONOMI

    JURUSAN : AKUNTANSI

    NPM : 10133046

    DISETUJUI dan DITERIMA OLEH :

    DOSEN PEMBIMBING

    BACHTIAR RAHMAN HALIK.,SE.,MM

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Telah diterima dan disetujui oleh tim Penguji Skripsi

    serta dinyatakan LULUS. Dengan demikian skripsi ini

    dinyatakan sah untuk melengkapi syarat-syarat

    mencapai gelar sarjana EKONOMI pada FAKULTAS

    EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA

    Tim Penguji Skripsi :

    1. Ketua : Dr. Soenarmi, SE.,MM ( )

    Dekan Fakultas Ekonomi

    2. Sekretaris : Aminatuzzuhro.,SE.,M.Si ( )

    Ketua Program Studi

    3. Anggota : 1. Dr. Hj. Fatimah Riswati, SE.,MS ( )

    Dosen Penguji l

    2. Yoshi Trias Pratiwi, SE.,M.,Ak ( )

    Dosen Penguji ll

  • iv

    Audit Operasional atas Proses Produksi dalam Usaha Menekan TingkatProduk Cacat Pada PT. Seng Fong Moulding Perkasa

    Nur Mei WilujengNPM. 10133046

    ABSTRAK

    Perekonomian di Indonesia saat ini memasuki ajang persaingan yang ketat dalamberbagai sektor yang ada. Hal ini mendorong dunia usaha untuk meningkatkan efisiensi kerjadan kualitas di bidang usaha yang dikelolanya. Agar sutau perusahaan mampu bersaing danterus bertahan dalam lingkungan bisnisnya, perusahaan dituntut untuk dapat melaksanakankegiatan operasinya secara efektif dan efisien. Selain itu perusahaan dituntut menghasilkankualitas produk yang baik agar dapat menarik parak konsumennya.

    Audit operasional merupakan salah satu alat bantu bagi perusahaan untukmelakukan peninjauan dan penilaian terhadap kegiatan produksi disertai pemberian informasikepada manajemen mengenai berbagai faktor penyebab terjadinya produk cacat danmerekomendasikan tindakan yang diperlukan dalam usaha menekan penyebabterjadinyaproduk cacat.

    Penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun laporan inimenggunakan metode deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian denganmengungkapkan masalah yang ada di perusahaan, mengolah data, menganalisis,meneliti dan menginterpretasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saranyang kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yangada di perusahaan dapat dipahami. Penulis melakukan penelitian lapangan langsunguntuk memperoleh data primer yang ada pada PT Seng Fong Moulding Perkasa, dandata sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan atau literatur yangberhubungan dengan masalah yang diteliti.

    Sumber daya manusia, sumber daya alam, da mesin dalam proses produksi yangtidak dijalankan dengan sebaik umumnya dapat menyebabkan terjadinya kecacatan produk.

    Faktor sumber daya manusia yang kurang cekatan, kurang teliti dan kurang disiplindapat menyebabkan produk cacat. Disamping itu pula faktor bahan baku yang kurangberkualitas juga dapat mempengaruhi terjadinya produk cacat.

    Berdasarkan hasil yang diperoleh, penulis dapat menyimpulkan bahwa auditoperasional proses produksi telah memadai.

    Kata kunci : Audit Operasional, Proses Produksi

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

    limpahan rahmat dan kesehatan, dan shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah

    SAW yang telah memberikan teladan hidup yang baik kepada penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Audit Operasional atas Proses Produksi

    dalam Usaha menekan Tingkat Produk Cacat pada PT. Seng Fong Moulding Perkasa.

    Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1)

    pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya.

    Dalam proses penulisan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini, tentunya banyak sekali

    pihak yang berkontribusi didalamnya. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin

    menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak

    diantaranya :

    1. Bapak H. Budi Endarto.,SH.,M.Hum selaku Rektor Universitas Wijaya Putra

    Surabaya.

    2. Ibu Dr. Hj. Soenarmi.,SE.,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya

    Putra Surabaya.

    3. Bapak Bachtiar Rahman Halik.,SE.,MM selaku dosen pembimbing skripsi yang

    telah meluangkan waktu untuk membimbing peneliti menyelesaikan skripsi.

    4. Ibu Aminatuzzuhro.,SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

    Universitas Wijaya Putra Surabaya.

    5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya yang telah

    menunaikan kewajibannya dalam menyampaikan ilmu yang bermanfaat.

    6. Seluruh direksi dan karyawan PT. Seng Fong Moulding Perkasa Jombang, terutama

    Ibu Koh Ee Lin selaku Manager yang telah memberi kesempatan dan kerjasama

    yang baik dalam proses penelitian.

  • vi

    DAFTAR ISI

    HalamanHALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................... iii

    ABSTRAKSI ................................................................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v

    DAFTAR ISI .................................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................................ ix

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... x

    BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1

    1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

    1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2

    1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3

    BAB II TELAAH PUSTAKA ....................................................................................... 4

    2.1. Landasan Teori ................................................................................................ 4

    2.1.1. Auditing ............................................................................................. 4

    2.1.1.1. Pengertian Auditing .......................................................... 4

    2.1.1.2. Jenis-jenis Audit ............................................................... 5

    2.1.2. Audit Operasional .............................................................................. 7

    2.1.2.1 Pengertian Audit Operasional ........................................... 7

    2.1.2.2 Tujuan Audit Operasional ................................................. 9

    2.1.2.3 Manfaat dan Keterbatasan Audit ...................................... 11

    2.1.2.4 Ruang Lingkup Audit Operasional ................................... 13

    2.1.2.5 Jenis-jenis Audit Operasional ........................................... 14

    2.1.2.6 Kriteria Audit Operasional ............................................... 15

    2.1.2.7 Laporan Audit Operasional .............................................. 16

    2.1.3 Kualifikasi Auditor Internal .............................................................. 18

    2.1.3.1 Indepedensi Auditor Operasional .................................. 18

    2.1.3.2 Kompetensi Auditor ....................................................... 19

    2.1.3.3 Program Audit ................................................................ 19

  • vii

    2.1.4 Pengendalian Internal ........................................................................ 20

    2.1.4.1 Pengertian Pengendalian Internal .................................. 20

    2.1.4.2 Hubungan Audit Operasional dengan Pengendalian Internal .. 21

    2.1.5 Tahap-tahap Audit Operasional .......................................................... 23

    2.1.6 Proses Produksi .................................................................................. 28

    2.1.6.1 Pengertian Proses Produksi ............................................. 28

    2.1.6.2 Fungsi Produksi .............................................................. 29

    2.1.6.3 Sasaran Audit Operasional dalam Proses Produksi ......... 30

    2.1.7 Pengendalian Kualitas ........................................................................ 31

    2.1.7.1 Pengertian Kualitas .......................................................... 31

    2.1.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian

    Kualitas ............................................................................ 32

    2.1.8 Hubungan Audit Operasional dengan Produk Cacat ......................... 33

    2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 33

    2.3 Kerangka Konseptual ....................................................................................... 35

    BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 37

    3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 37

    3.2 Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel ......................................... 37

    3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel .................................................... 38

    3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ...................................... 38

    3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 38

    3.4.2 Instrumen Penelitian ......................................................................... 40

    3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................... 41

    3.5.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ............................................................ 41

    3.5.2 Analisis Statistik ................................................................................ 41

    BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ....................................................... 43

    4.1 Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 43

    4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan .............................................................. 43

    4.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas .............................................. 44

    4.1.3 Penentuan Responden ...................................................................... 49

    4.2 Aktivitas dan Hasil Produksi Perusahaan ..................................................... 49

    4.3 Audit Operasional Proses Produksi .............................................................. 51

    4.3.1 Kedudukan Auditor Operasional ..................................................... 51

  • viii

    4.3.2 Program Audit Operasional atas Proses Produksi ............................ 52

    4.4 Kualifikasi Auditor Operasional ................................................................... 53

    4.5 Pelaksanaan Auditor Operasional ................................................................. 53

    4.6 Kecacatan Produk ........................................................................................ 57

    4.7 Tindak Lanjut Hasil Audit ............................................................................ 59

    4.8 Analisis Data ................................................................................................. 59

    4.8.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ............................................................ 59

    4.8.2 Analisis Statistik ............................................................................... 59

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 61

    5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 61

    5.2 Saran ............................................................................................................ 61

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel. 1 : Penelitian Terdahulu .......................................................................... 34

    Tabel. 2 : Laporan Produk Jadi dan Produk Cacat 2012 ................................... 58

    Tabel. 3 : Laporan Produk Jadi dan Produk Cacat 2013 ................................... 58

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 : Surat ijin pengajuan pertanyaan ...................................................... 63

    Lampiran 2 : Kuesioner .......................................................................................... 64

    Lampiran 3 : Surat Order Pembelian ...................................................................... 66

    Lampiran 4 : Kartu Persediaan ............................................................................... 67

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perekonomian di Indonesia saat ini memasuki ajang persaingan yang ketat dalam

    berbagai sektor yang ada. Hal ini mendorong dunia usaha untuk meningkatkan efisiensi kerja

    dan kualitas di bidang usaha yang dikelolanya. Penggunaan bahan baku yang baik diharapkan

    menghasilkan produk dan kualitas yang baik dan didukung oleh pengelolaan faktor faktor

    yang tepat guna. Sumber daya dalam proses produksi yang tidak dijalankan dengan sebaik

    mungkin dapat menyebabkan terjadinya kecacatan produk. Produk cacat ini akan menambah

    biaya produksi yang akhirnya akan menyulitkan perusahaan untuk bersaing dan

    mempertahankan kelangsungan hidupnya dilingkungan usaha yang kompetitif.

    Dalam hal menekan tingkat produk cacat perlu dilakukan suatu pengendalian secara

    kontinyu terhadap proses produksi. Di samping itu, secara teratur pula dilaksanakan suatu

    audit untuk menilai tingkat efisiensi dan efektifitas dalam proses produksi, jenis audit ini

    umumnya dilakukan untuk tujuan audit operasional. Sebagai hasilnya konsumen dapat

    menerima produk yang berkualitas sehingga diharapkan menghasilkan kepuasan konsumen

    terhadap hasil produksi yang akhirnya dapat meningkatkan laba perusahaan.

    Audit operasional dalam hal ini diharapkan bermanfaat dalam mengidentifikasi

    berbagai faktor penyebab terjadinya kecacatan pada hasil produksi yang menyebabkan

    rendahnya kualitas produk yang dihasilkan. Sehingga diketahui sumber sumber penyebab

    kecacatan tersebut, maupun cara pemecahannya supaya di masa yang akan datang dapat

    menekan jumlah kecacatan yang terjadi.

    Melihat pentingnya kualitas sebagai salah satu faktor yang menentukan suatu produk

    tidak cacat, penulis tertarik dalam audit operasional terhadap aktivitas proses produksi dalam

  • 2

    pembuatan produk kayu olahan seperti : lantai kayu parquet, komponen perumahan,

    outdoor furniture dan lain-lain, khususnya dalam menekan terjadinya kecacatan pada hasil

    produksi, sehingga diharapkan agar perusahaan dapat meningkatkan kualitas produk yang

    dihasilkan di masa yang akan datang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat skripsi

    dengan judul : Audit Operasional atas Proses Produksi dalam Usaha Menekan Tingkat

    Produk Cacat (Studi Kasus pada PT Seng Fong Moulding Perkasa Jombang)

    1.2 Rumusan Masalah

    Pada umumnya, masalah utama yang sering terjadi dalam proses produksi kayu olahan

    bagaimana proses produksi tersebut berjalan dengan lancar, dilaksanakan secara efisien dan

    efektif, menghasilkan produk kayu olahan yang sesuai dengan kualitas yang diharapkan.

    Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai

    berikut :

    1. Apakah pelaksanaan audit operasional atas proses produksi pada PT Seng Fong

    Moulding Perkasa telah memadai ?

    2. Apakah usaha menekan tingkat produk cacat telah dilaksanakan dengan efektif ?

    3. Bagaimana peranan audit operasional atas proses produksi dalam usaha menekan

    tingkat produk cacat ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah :

    1. Untuk mengetahui pelaksanaan audit operasional atas proses produksi PT Seng Fong

    Moulding Perkasa.

    2. Untuk mengetahui efektif tidaknya usaha menekan tingkat produk cacat yang

    dilaksanakan PT Seng Fong Moulding Perkasa.

    3. Untuk mengetahui peranan audit operasional atas proses produksi dalam usaha

    menekan tingkat produk cacat.

  • 3

    1.4 Manfaat Penelitian

    Dari hasil penelitian, peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi perusahaan, bagi

    masyarakat khususnya rekan rekan mahasiswa dan bagi penulis sendiri.

    Adapun manfaat manfaat tersebut, peneliti jabarkan sebagai berikut :

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    a) Untuk menyusun skripsi sebagai salah satu syarat menempuh ujian sarjana

    pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Wijaya Putra.

    b) Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai penerapan teori

    yang diperoleh di kuliah sehingga membuka cakrawala berpikir ke arah yang

    lebih maju.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Dengan adanya penelitian terhadap masalah kecacatan hasil produksi di perusahaan,

    diharapkan :

    a) Dapat membuka wawasan bagi manajemen perusahaan mengenai perlunya

    audit sebagai alat pengendalian dalam meningkatkan kualitas hasil produk.

    b) Dapat memberikan saran agar kualitas hasil produksi yang dihasilkan dapat

    meningkat.

  • 4

    BAB II

    TELAAH PUSTAKA

    2.1 Landasan Teori

    2.1.1 Auditing

    2.1.1.1 Pengertian Auditing

    Arens dkk (2010:4) mendefinisikan auditing sebagai :

    Audit is accumulating and evaluating of evidence about information to determine and

    report on the degree of correspondence between the information and established criteria.

    Auditng should be done by competent, independent person.

    Auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

    bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian

    ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-

    pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-

    hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2010:9)

    Menurut Konrath (2002:5) dalam Agoes (2008:3) auditing adalah:

    Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti

    mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk

    meyakinkan tingkat katerkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan

    dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

    Dari definisi- definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa audit adalah

    menyangkut hal-hal sebagai berikut :

    a. Informasi-informasi yang dapat diukur dan kriteria-kriteria yang telah

    ditetapkan syarat dalam melakukan pemeriksaan adalah informasi yang

    terpercaya atau dapat dibuktikan kebenarannya dan kriteria standar yang dapat

    digunakan oleh auditor sebagai pedoman dalam mengevaluasi informasi-

  • 5

    informasi tersebut.

    b. Entitas Ekonomi, ruang lingkup tanggung jawab auditor yang jelas mengenai

    penerapan entitas ekonomi dan periode waktu diaudit. Entitas ekonomi

    merupakan satuan legal misalnya perseroan terbatas (PT), lembaga pemerintah,

    persekutuan komanditer (CV), koperasi, persekutuan firma (FA) atau

    perusahaan perseorangan, tetapi dalam kondisi tertentusatuan juga bisa

    terbentuk divisi atau departemen periode waktu yang diaudit umumnya satu

    tahun, tetapi ada pula yang satu bulan, satu kuartal atau beberapa tahun.

    c. Pengumpulan dan pengevaluasian bukti, adanya bukti-bukti yang memadai baik

    dari segi jumlah maupun dari segi menu sangat diperlukan untuk menentukan

    kegiatan audit. Bahan bukti dapat terdiri dari bermacam bentuk yang berbeda

    termasuk peringatan lisan dari pihak yang diaudit (klien). Komunitas dengan pihak

    ketiga dan hasil pengamatan auditor.

    d. Auditor harus independen dan kompeten, independen berarti bebas dari

    pengaruh-pengaruh hingga batas-batas tertentu. Sedangkan kompeten berarti

    auditor harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup agar dapat

    memahami kriteria-kriteria yang dipergunakan.

    e. Pelaporan (Reporting)

    Pelaporan hasil audit harus mampu memberikan informasi mengenai kesesuaian

    informasi yang diperiksa dengan kriteria yang telah ditetapkan.

    2.1.1.2 Jenis jenis Audit

    Menurut Arens dan Loebbecke (2006:6), Audit dapat digolongkan menjadi 3 jenis:

    1. Audit laporan keuangan (Financial Statement Audits)

  • 6

    Audit atas laporan keuangan (financial statement audits) merupakan audit yang

    dilakukan untuk menilai kejujuran atas penyajian laporan keuangan. Jadi audit ini

    dilakukan untuk menguji apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah

    disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip akuntansi yang

    berlaku umum. Jenis audit ini biasanya meliputi laporan keuangan dasar yaitu neraca

    (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan perubahan ekuitas

    (statement of stockholders equity), dan laporan arus kas (statement of cash flows).

    2. Audit Operasional (Operational Audits)

    Audit operasional (operational audits) adalah suatu penilaian terhadap metode dan

    prosedur operasi suatu organisasi dengan tujuan untuk menilai efektivitas dan

    efisiensi operasi tersebut. Tujuan dari audit operasional adalah untuk menilai kinerja,

    mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan, dan membuat rekomendasi

    rekomendasi untuk pengembangan dan perbaikan. Terkadang jenis audit ini disebut

    sebagai audit kinerja (performance audit) atau audit manajemen (management

    audit). Audit operasional biasanya sulit dilakukan dibandingkan audit laporan

    keuangan dan audit ketaatan, karena sangat sulit untuk mengidentifikasi tujuan dan

    kriteria yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas dan efisiensi.

    3. Audit Ketaatan (Compliance Audit)

    Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai dan

    mengevaluasi apakah suatu unit ekonomi tertentu telah mengikuti, mentaati

    ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang berlaku atau yang ditetapkan

    misalnya penilaian tingkat upah untuk menentukan kesesuaian dengan

    peraturan mengenai upah minimum, memeriksa surat perjanjian dengan bank

    atau kreditor lain untuk memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi hukum

    yang berlaku.

  • 7

    2.1.2 Audit Operasional

    Audit operasional mulai dikenal di Indonesia pada dasawarsa tujuh puluhan. Tidak

    seperti audit keuangan, penggunaan istilah audit operasional masih belum disepakati secara

    luas. Beberapa istilah sering digunakan untuk menunjukkan audit operasional, misalnya,

    audit pengelolaan (management audit),audit atas hasil kerja (performance audit), audit

    fungsional (functional audit), audit program (program audit),dan audit efektivitas

    (effectiveness audit).

    2.1.2.1 Pengertian Audit Operasional

    Audit operasional sering disebut audit manajemen, audit prestasi, audit sistem dan

    audit efisiensi. Menurut Phyrr, seperti yang dikutip oleh Widjayanto (2006;16) adalah

    sebagai berikut: Pemeriksaan operasional adalah suatu tinjauan dan penelaahan efektivitas

    serta efesiensi suatu kegiatan atau prosedur-prosedur kegiatan pemeriksaan ini

    dilaksanakan dengan disertai tanggung jawab untuk mengungkapkan dan memberi

    informasi kepada manajemen mengenai berbagai masalah operasi meskipun tujuan

    sebenarnya adalah membantu manajemen untuk memecahkan berbagai masalah dengan

    merekomendasikan berbagai tindakan yang diperlukan.

    Menurut Noorgard yang dikutip Widjayanto (2006;15) sebagai berikut:

    Pemeriksaan operasional adalah suatu tinjauan dan evaluasi sistematis atas suatu

    organisasi atau bagian dari organisasi atau bagian dari organisasi yang dilaksanakan

    dengan tujuan untuk menetapkan apakah organisasi tersebut beroperasi secara efesiensi.

    Jadi audit operasional adalah suatu penelitian yang terorganisasi mengenai

    masalah-masalah yang berkaitan dengan efektivitas dan efesiensi organisasi. Dari definisi-

    definisi di atas dapat dijelaskan beberapa hal yang menjadi inti dari audit operasional

    yaitu:

  • 8

    1. Audit operasional merupakan penelaahan sistematis yang menentukan bahwa proses

    pengumpulan dan penganalisaan bukti dilakukan secara sistematis berdasarkan

    pengamatan dan analisa objektif.

    2. Objek audit operasional mencakup beberapa kegiatan, program, unit atau fungsi yang

    menjadi bagian dari suatu organisasi.

    3. Tujuan pokok diadakannya audit operasional adalah menilai efektivitas, efesiensi,

    kehematan serta lebih lanjut mengidentifikasikan kemungkinan perbaikan.

    4. Audit operasional lebih berorientasi ke masa depan, artinya hasil penilaian berbagai

    kegiatan operasional diharapkan dapat membantu manajemen dalam meningkatkan

    efektivitas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

    5. Melalui audit operasional, hasil evaluasi dapat dilaporkan kepada pihak-pihak yang

    berwenang dan memberikan rekomendasi yang berguna bagi peningkatan perbaikan

    kepada pihak manajemen.

    Audit operasional menurut Sukrisno Agoes (2007:175), adalah management audit (audit

    manajemen), yang biasa disebut juga sebagai operational audit, functional audit, sistem

    audit, adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk

    kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen,

    untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien

    dan ekonomis.

    Kita dapat melihat bahwa pada prinsipnya audit operasional dilakukan untuk menilai

    dan mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kegiatan objek yang diaudit sehingga jika ada

    suatu masalah yang timbul dapat segera diidentifikasi untuk dicari pemecahannya.

    Pada tahap akhir, auditor operasional diharapkan dapat memberi saran atau

    rekomendasi tentang pemecahan masalah, namun wewenang dan tanggung jawab

    pelaksanaan tindakan koreksi tersebut tetap terletak pada pihak manajemen perusahaan.

  • 9

    Jadi inti dari konsep audit operasional didasarkan atas pemikiran bahwa seiring

    dengan semakin luas dan kompleks lingkup kegiatan perusahaan, pemilik tidak dapat

    mengawasi secara langsung seluruh operasi kegiatan perusahaannya, pemilik akan

    membutuhkan suatu sistem yang dapat mendeteksi berbagai masalah yang merugikan

    perusahaan agar dapat segera dicari jalan pemecahaannya.

    Audit operasional dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan atau pemilik

    untuk membantu mereka dalam mempertahankan efisiensi dan efektifitas kegiatan

    perusahaan semakin kompleks. Pelaksanaan audit operasional tidak terlepas dari

    keterbatasan keterbatasan yang dimilikinya, seperti waktu, biaya, dan keahlian auditor

    yang diperlukan. Auditor tidak dapat memecahkan semua masalah tapi hanya membantu

    memecahkan masalah yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam kegiatan objek yang

    diaudit.

    Audit operasional digambarkan sebagai review (kali ulang) terhadap prosedur dan

    metode operasi perusahaan dengan tujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Audit

    terhadap efektivitas pengendalian internal juga merupakan bagian dari audit ini jika

    tujuannya untuk membantu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya secara lebih efisien

    dan efektif.

    2.1.2.2 Tujuan Audit Operasional

    Tujuan audit operasional secara umum adalah untuk mengetahui apakah prestasi

    manajemen perusahaan telah sesuai dengan kebijakan ketentuan dan peraturan yang ada

    dalam perusahaan, serta untuk mengetahui apakah prestasi manajemen perusahaan lebih

    baik dari pada masa sebelumnya, dan untuk menentukan apakah aktivitas atau program

    perusahaan tersebut telah dikelola secara ekonomis, efektif dan efesiensi.

    Menurut Widjayanto (2006;81) tujuan penugasan audit operasional adalah:

    1. Untuk menilai kegiatan yang tengah berjalan.

  • 10

    2. Untuk mengidentifikasikan berbagai kelemahan untuk perbaikan.

    3. Mencari peluang untuk penyempurnaan dan pengembangan.

    4. Pengembangan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas, dan efesiensi.

    Tujuan audit operasional yang dikemukakan oleh Cashin (2006,51-51) adalah:

    1. Appraisal of control, penilaian pengendalian ini berhubungan dengan administrasi

    pada semua tingkat usaha. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah pengendalian

    dalam rencana operasi telah memadai dan efektif dalam mencapai tujuan manajemen.

    Auditor ingin memastikan apakah perusahaan telah beroperasi sesuai dengan standar

    dan pengendalian yang telah ada.

    2. Evaluating of performance, auditor mengumpulkan informasi kuantitatif untuk

    mengukur efektivitas dan efesiensi serta kehematan terhadap pekerjaan yang telah

    ditentukan untuk menunjukan baik buruknya pelaksanaan pekerjaan kepada

    manajemen, dimana informasi tersebut akan menjadi masukan kepada manajemen

    sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dalam peubahan rencana serta perbaikan

    pengendalian.

    3. Appraisal of objektive and plans, auditor memperhatikan tujuan dari organisasi atau

    perusahaan, yang mana tujuan tersebut harus jelas serta dapat dimengerti, memadai,

    layak dan mencerminkan tanggung jawab kepada pemegang saham, karyawan,

    masyarakat, dan pemerintah secara secara tepat, dan dikomunikasikansecara baik

    kepada personal operating sehingga tidak akan mengakibatkan kebingungan. Auditor

    memperhatikan pula perencanaan yang dibuat, apakah perencanaan itu fleksibel

    apabila diubah dengan metode yang efesien.

    4. Appraisal of organization structure, auditor mengamati apakah stuktur organisasi

    harmonis dengan tujuan perusahaan, adanya tanggung jawab yang jelas dari top

    manajemen sampai tingkat yang paling bawah, stuktur organisasi telah mempunyai

  • 11

    fungsi yang seimbang, stuktur organisasi telah memberikan unity of comand (satu

    orang memberikan laporan hanya kepada satu orang supervisor), terdapat fungsi-

    fungsi yang sesuai dengan satu group.

    Sedangkan Widjayanto (2006;11) mengemukakan bahwa: Audit operasional

    terutama bertujuan untuk memeriksa kehematan, efektivitas dan efesiensi kegiatan, dan

    juga menilai apakah cara-cara pengelolaanyang diterapkan dalam kegiatan tersebut sudah

    berjalan dengan baik.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan audit operasional

    adalah sebagai berikut:

    1. Untuk memeriksa menelaah kegiatan perusahaan atau kegiatan perusahaan dan

    menilai efektivitas dan efesiensi kegiatan tersebut.

    2. Untuk menilai apakah prestasi manajemen telah sesuai dengan ketentuan,

    kebijaksanaan dan peraturan yang ada dalam perusahaan dan lebih baik dari pada

    masa sebelumnya.

    3. Untuk menilai kecermatan dan keberhasilan pengendalian manajemen yang

    digunakan peusahaan dalam mencapai tujuan dan rencana yang telah ditetapkan

    manajemen.

    2.1.2.3 Manfaat dan Keterbatasan Audit Operasional

    Audit operasional adalah teknik pengendalian yang dapat membantu manajemen

    dengan menerapkan metode untuk mengevaluasi efektivitas prosedur kegiatan dan

    pengendalian intern. Audit operasional merupakan suatu bentuk pemeriksaan yang paling

    luas dan mempunyai cakupan audit atas semua fungsi perusahaan. Menurut Widjayanto

    (2006;28) manfaat yang dapat diperoleh dari audit operasional antara lain adalah sebagai

    berikut:

    3. Identifikasi tujuan, kebijaksanaan, sasaran dan prosedur organisasi yang sebelumnya

  • 12

    tidak jelas.

    4. Identifikasi kriteria yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat tercapainya

    tujuan organisasi dan menilai kegiatan manajemen.

    3. Evaluasi yang independen dan objektif atas suatu kegiatan tertentu.

    4. Pencapaian apakah organisasi sudah mematuhi prosedur, peraturan, kebijaksanaan

    serta tujuan yang telah ditetapkan.

    5. Penetapan efektivitas dan efesiensi sistem pengendalian manajemen.

    6. Penetapan tingkat kehandalan (reliability) dan kemanfaatan (usefulness) dari berbagai

    laporan manajemen.

    7. Identifikasi daerah-daerah permasalahan dan mungkin juga penyebabnya.

    8. Identifikasi berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan

    laba, mendorong pendapatan, dan mengurangi biaya atau hambatan dalam

    organisasi.

    9. Identifikasi berbagai tindakan alternatif dalam berbagai daerah kegiatan.

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat audit

    operasional adalah untuk:

    a) Menilai ketaatan terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.

    b) Mengevaluasi suatu kegiatan.

    c) Mengidentifikasi berbagai bidang yang bermasalah dan mencari penyebabnya.

    d) Melakukan perbaikan dan mendorong efektivitas dan efesiensi.

    Meskipun audit operasional memiliki banyak manfaat, audit ini juga memiliki beberapa

    keterbatasan. Audit operasional memiliki keterbatasan karena tidak dapat menyelesaikan

    semua masalah yang timbul dalam organisasi. Menurut Widjayanto (2006;23)

    keterbatasan utama dalam audit operasional ada tiga faktor yang membatasi audit yaitu :

    1) Waktu

  • 13

    2) Keahlian yang diperlukan

    3) Biaya

    Waktu juga merupakan faktor yang membatasi auditor operasional untuk

    mencapai tujuan dan manfaat audit operasional. Hal ini disebabkan karena auditor harus

    dapat dengan segera memberikan informasi kepada manajemen mengenai masalah

    organisasi yang timbul dan cara cara yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

    Audit operasional harus dilaksanakan secara teratur untuk menjamin bahwa masala

    masalah organisasi yang penting tidak menjadi kronis dalam perusahaan.

    Salah satu keterbatasan dalam audit operasional adalah kurangnya keahlian

    auditor operasional terhadap teknik audit dan objek yang diperiksa. Tidak mungkin bagi

    seorang auditor untuk ahli dalam semua bidang bisnis. Untuk mengatasi keterbatasan ini

    perlu pendidikan dan pelatihan bagi auditor operasional. Bagian yang bersangkutan

    diperiksa oleh orang yang tidak ahli secara teknis, audit itu harus dibatasi pada

    kekurangan kekurangan yang umum saja.

    Biaya juga merupakan salah satu faktor pembatas dalam audit operasional. Audit

    operasional selalu mencoba untuk menghemat uang kliennya. Keterbatasan biaya yang

    tersedia ini mengharuskan auditor untuk menentukan skala prioritas auditnya. Masalah

    organisasi yang mengancam keberadaan organisasi perlu mendapatkan prioritas audit.

    2.1.2.4 Ruang Lingkup Audit Operasional

    Menurut Bayangkara (2008: 4) menyatakan bahwa :

    Ruang lingkup audit operasional meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen. Ruang

    lingkup ini dapat berupa seluruh kegiatan atau dapat juga hanya mencakup aktifitas yang

    dilakukan. Periode audit dapat bervariasi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

    Sasaran dalam audit operasional adalah kegiatan, aktivitas, program dan bidang-bidang

  • 14

    dalam perusahaan yang diketahui atau diidentifikasi masih memerlukan perbaikan,

    peningkatan, baik dari segi ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas.

    Menurut Bayangkara (2008: 24) secara garis besar ruang lingkup audit

    operasional terdiri atas :

    1. Bidang keuangan.

    2. Ketaatan kepada peraturan dan kebijakan perusahaan

    3. Ekonomisasi

    4. Efisiensi

    5. Efektifitas

    Audit operasional lebih luas dari pada audit keuangan. Hal ini disebabkan karena audit

    operasional tidak hanya menitik beratkan pada masalah keuangan saja, tetapi juga

    mencakup masalah diluar keuangan.

    Pada audit keuangan, ruang lingkup auditnya kisaran pada bukti-bukti transaksi dalam

    proses akuntansi yang diterapkan pada objek audit, sedangkan pada audit operasional

    ruang lingkup audit meliputi keseluruhan fungsi manajemen dan unit-unit terkait yang

    ada didalamnya.

    2.1.2.5 Jenis-jenis Audit Operasional

    Arens dan Loebbecke yang dikutip oleh Jusuf (2006;766) membagi audit

    operasional menjadi tiga jenis:

    1. Audit Fungsional (functional audits)

    Audit fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih dalam suatu

    organisasi, misalnya fungsi pengeluaran kas, penerimaan kas, pembayaran gaji.

    Audit fungsional memungkinkan adanya spesialisasi oleh auditor. Auditor yang

    merupakan staff dari internal audit dapat lebih efisien memakan seluruh waktu

    mereka untuk memeriksa dalam bidang tersebut. Tapi di samping itu, audit

  • 15

    fungsional memiliki kekurangan yaitu tidak dievaluasinya fungsi yang saling

    berkaitan.

    2. Audit Organisasi (Organizational Audit)

    Audit organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen,

    cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam audit ini adalah seberapa efisien

    dan efektif fungsi fungsi saling berinteraksi. Rencana organisasi dan metode

    metode untuk mengkoordinasikan aktivitas yang ada, sangat penting dalam audit

    jenis ini.

    3. Penugasan Khusus (Special Assigment)

    Penugasan khusus ini timbul atas permintaan manajemen, sehingga dalam audit

    jenis ini terdapat banyak variasi. Contohnya adalah menentukan penyebab sistem

    EDP (Elektronik Data Processing) yang efektif, penyelidikan kemungkinan fraud

    (curang) dalam suatu divisi dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya

    pembuatan suatu barang.

    2.1.2.6 Kriteria Audit Operasional

    Kriteria adalah nilai-nilai ideal yang digunakan sebagai tolak ukur dalam

    melakukan perbandingan. Dengan adanya kriteria, pemeriksa dapat menetukan apakah

    suatu kondisi yang ada menyimpang atau tidak dan kondisi yang diharapkan. Karena

    pemeriksaan pada intinya merupakan proses perbandingan antara kenyataan yang ada

    dengan suatu kondisi yang diharapkan, maka dalam audit operasional pun diperlukan

    adanya kriteria. Kesulitan utama yang umumnya dihadapi dalam audit operasional adalah

    menetukan kriteria audit untuk menilai efektivitas dan efesiensi organisasi. Berbeda

    dengan audit keuangan, dalam audit operasional tidak terdapat kriteria tertentu yang

    berlaku umum untuk setiap audit. Arens dan Loebbecke yang dikutip oleh Jusuf (2006;771)

    menyebutkan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam audit operasional yaitu:

  • 16

    a) Kinerja Historis (Historical performance)

    Historical performance merupakan kriteria yang didasarkan pada hasil aktual

    dari periode (atau audit) sebelumnya. Hal ini dilaksanakan untuk

    membandingkan apakah prestasi kerja periode sekarang lebih baik atau lebih

    buruk dibandingkan dengan presttasi kerja periode sebelumnya. Keuntungan

    penggunaan kriteria ini adalah kemudahan untuk menerapkannya.

    Kerugiannya adalah tidak dapat memberikan gambaran apakah perusahaan

    tersebut benar benar berjalan dengan baik atau sebaliknya.

    b) Standar Rekayasa (Engineered standard)

    Engineered standard merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan

    standar teknik, seperti time and mention study untuk menentukan

    banyaknya output yang harus diproduksi. Penggunaan kriteria ini efektif

    untuk menyelesaikan berbagai masalah operasional yang penting, tetapi

    pembuatan kriteria ini memerlukan keahlian yang khusus sehingga

    memakan banyak waktu dan biaya yang cukup tinggi.

    c) Diskusi dan Kesepakatan (Discussion and agreement)

    Discussion and agreement merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan

    hasil diskusi dan kesepakatan bersama antara pihak manajemen dari entitas

    yang akan di audit, auditor operasional, dan pihak yang akan menerima

    laporan hasil audit operasional. Kriteria ini umum digunakan karena

    pembuatan kriteria yang lalu sering kali sulit dan membutuhkan biaya yang

    tinggi.

    2.1.2.7 Laporan Audit Operasional

    Seperti halnya audit laporan keuangan, sebagai hasil akhir audit operasional akan

    dikeluarkan pula suatu laporan hasil audit oleh auditor. Bagi pimpinan organisasi perusahaan

  • 17

    yang tersangkut di dalam audit, laporan audit merupakan bukti nyata yang mereka lihat

    mengenai audit yang telah dilakukan.

    Bentuk dan sifat laporan yang dibuat tergantung pihak yang memberikan tugas. Akan

    tetapi pada umumnya suatu laporan audit operasional akan meliputi unsur unsur :

    1) Tujuan dan ruang lingkup.

    2) Prosedur prosedur yang dipergunakan oleh auditor.

    3) Temuan temuan khusus.

    4) Rekomendasi rekomendasi jika perlu.

    Adapun sifat dan isi laporan audit operasional menurut Widjayanto (2006;88) adalah:

    1) Ruang lingkup dan tujuan audit.

    2) Menyajikan hal-hal aktual dan lengkap, akurat, dan wajar.

    3) Menjelaskan temuan-temuan dan rekomendasi.

    4) Membuat identifikasi dan penjelasan tentang masalah dan pernyataan yang melakukan

    penelaahan dan pertimbangan lebih lanjut dari auditor.

    5) Menyertakan tindakan manajer yang patut untuk diperhatikan, terutama dalam

    perbaikan manajemen yang dilaksanakan serta peluasan lebih lanjut.

    6) Menempatkan tekanan pokok pada perbaikan dimasa mendatang dan bukan pada

    kritikan dimasa lalu. Komentar negatif disampaikan dalam perspektif yang seimbang

    dengan mengemukakan kesulitan dan keterbatasan yang dihadapi dengan pimpinan

    yang bersangkutan.

    Langkah-langkah dalam pelaporan audit operasional:

    a. Review atas kertas kerja audit operasional.

    b. Menyusun draft laporan hasil audit operasional.

    c. Diskusi hasil temuan dan rekomendasi.

    d. Menyusun final operational audit report .

  • 18

    e. Tindakan koreksi atas penyimpangan.

    2.1.3 Kualifikasi Auditor Operasional yang Memadai

    Pada dasarnya audit operasional menyangkut analisis dan penilaian bisnis,

    keberhasilan audit dalam membantu perusahaan memperbaiki operasi sebagian besar

    tergantung pada siap dan bakat auditor. Auditor harus mengerti akuntansi dan catatan-

    catatan finansial serta prinsip-prinsip dan teknik-teknik verifikasi dan analisis. Selain itu juga

    auditor harus memiliki indepedensi dan kompetensi yang dapat menunjang kinerja auditor.

    Arens, Elder dan Beasley (2006: 501) menyebutkan bahwa :

    Dua kualitas terpenting bagi auditor operasional adalah indepedensi dan

    kompetensi.

    2.1.3.1 Indepedensi Auditor Operasional

    Audit operasional ditandai oleh adanya cara berpikir dan pendekatan yang

    dilakukan oleh pemeriksanya. Jadi audit operasional lebih merupakan cara pemeriksa

    melakukan pendekatan atau tugasnya, menganalisa subjek pemeriksaannya, serta menilai

    hasilnya.

    Kedudukan pemeriksa harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang

    diperiksa atau bebas dari pengaruh objek-objek yang diperiksanya. Para pemeriksa dikatakan

    mandiri, apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian

    mereka dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal ini sangat

    diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diketahui

    dengan melihat status organisasi dan sikap objektif para pemeriksa itu sendiri.

    Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Ford Lumban Gaol

    (2006: 501) menyatakan bahwa : Kepada siapa auditor membuat laporan adalah penting

    untuk memastikan bahwa investigasi dan rekomendasi dibuat tanpa bias. Indepedensi

  • 19

    auditor intern diperkuat dengan memiliki bagian audit intern yang melapor ke dewan

    direktur atau presiden direktur.

    Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa indepedensi harus dimiliki oleh

    setiap auditor guna dapat terpercayanya saran dan rekomendasi yang nantinya diberikan

    auditor setelah melakukan audit operasional.

    2.1.3.2 Kompetensi Auditor

    Menurut kamus kompetensi LOMA 1998 yang dikutip Lasmahadi (2002) dalam

    Alim, dkk (2007) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja

    yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini

    mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan dimana

    kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan

    kinerja.

    Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untok melaksanakan audit

    dengan benar, yang diukur dengan indikator mutu personal, pengetahuan umum dan

    keahlian khusus. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh

    auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam

    pelatihan, seminar, maupun symposium, Suraida (2005).

    2.1.3.3 Program Audit

    Program audit adalah rangkaian yang sistematis dari prosedur-prosedur audit untuk

    mencapai tujuan audit. Untuk dapat melaksanakan audit dengan hasil yang baik diperlukan

    program audit yang lengkap dan terperinci serta terarah. Menurut Brink dan Wiltt

    (2006;268) definisi dari program audit adalah Program audit merupakan suatu rencana

    langkah kerja yang harus dilakukan selama audit berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan

    serta informasi yang ada tentang objek yang diaudit. Sedangkan menurut Tugiman

  • 20

    (2007;53) dalam bukunya Standar Profesi Audit Internal, dapat dijelaskan secara garis

    besar mengenai langkah-langkah audit adalah sebagai berikut:

    1. Perencanaan audit meliputi:

    a) Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan.

    b) Memperoleh informasi mengenai kegiatan yang akan diaudit.

    c) Penentuan staff yang diperlukan untuk pelaksanaan audit.

    d) Pemberitahuan kepada pihak yang dianggap perlu.

    e) Melaksanakan survei secara tepat untuk mengenali kegiatan yang diperlukan,

    resiko pengawasan, sasaran dari pihak yang akan diaudit.

    2. Pengujian dan pengevaluasian hasil

    Auditor harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpertasikan dan membuktikan

    kebenaran informasi untuk mendukung hasil audit.

    3. Pemberitahuan hasil

    Auditor harus melaporkan hasil audit yang dilakukannya setelah pelaksanaan audit

    selesai. Laporan ini harus objektif, jelas, singkat, konsumtif, dan tepat waktu.

    4. Tindak lanjut

    Auditor harus terus meninjau dan melakukan tindak lanjut untuk memastikan terhadap

    temuan audit yang telah dilaporkan, telah dilakukan tindakan yang tepat.

    2.1.4 Pengendalian Internal

    2.1.4.1 Pengertian Pengendalian Internal

    Pada penelitian sebelumnya, Y. Zhang. Et al. (2007) berdasarkan framework

    COSO (Committee of Sponsoring Organization) pengendalian internal didefinisikan sebagai

    suatu proses yang melibatkan Dewan Komisaris, manajemen, dan personil lain, yang

    dirancanguntuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini :

    Efektivitas dan efisiensi operasi

  • 21

    Keandalan pelaporan keuangan

    Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

    Berikut ini adalah elemen dari pengendalian internal menurut kerangka

    COSO (Committee of Sponsoring Organization) .

    1) Lingkungan Pengendalian (control environment)

    Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para manajemen dan karyawan

    terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor

    yang berpengaruh terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen

    (manajemen tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan)

    dan gaya operasi manajemen (manajemen yang progresif atau konservatif), struktur

    organisasi (terpusat atau terterdesentralisasi) serta praktik kepersonaliaan.

    2) Penilaian Risiko (Risk assessment)

    Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko pasti

    ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profi dan non

    profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah diidentifikasi dapat dianalisis dan

    evaluasi sehingga dapat diperkirakan intensitas dan tindakan yang dapat

    meminimalkannya.

    3) Aktivitas pengendalian

    Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu keyakinan

    bahwa peraturan telah dilaksanakan. Aktifitas pengendalian membantu meyakinkan

    manajemen bahwa tindakan yang perlu dilakukan telah diambil dan menghadapi risiko

    sehingga tujuan entitas dapat tercapai.

    4) Informasi dan Komunikasi

    Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting dari pengendalian

    intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko,

  • 22

    prosedur pengendalian, dan monitoring diperlukan oleh manajemen sebagai pedoman

    operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan

    yang berlaku pada perusahaan.

    Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan

    informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal. Hukum, peristiwa dan kondisi yang

    berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal.

    5) Pemantauan

    Pemantauan terhadap sistem pengendalian internal akan menemukan kekurangan serta

    meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian internal dapat dimonitor dengan

    baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha

    pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan

    atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi. Penilaian secara

    khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan pokok dalam strategi

    manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan usaha. Pada perusahaan besar,

    auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan sistem

    pengendalian internal. Namun auditor independen juga sering melakukan penilaian

    atas pengendalian internal sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan.

    Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:39) pengendalian internal

    didefiniskan sebagai berikut :

    Sistem yang meliputi organisasi semua metode dan ketentuan yang

    terorganisasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta miliknnya,

    mencek kecermatan dan keandalan data akuntansi serta meningkatkan efisiensi usaha.

    Berdasarkan hal tersebut maka pengendalian internal adalah suatu sistem yang melibatkan

    pihak-pihak yang berkepentingan dalam melaksanakan kegiatannya untuk mencapai tujuan

    perusahaan.

  • 23

    2.1.4.2 Hubungan Audit Operasional dengan Pengendalian Internal

    Manajemen melakukan pengendalian internal untuk membantu pencapaian

    tujuannya. Terdapat tiga hal penting untuk mencapai pengendalian internal yang efektif,

    yaitu:

    Keandalan pelaporan keuangan

    Efektivitas dan efisiensi operasi

    Kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku

    Hal kedua di atas berkaitan langsung dengan audit operasional, tetapi dua hal lainnya

    berkaitan dengan efisiensi dan operasi. Misalnya, manajemen memerlukan informasi

    akuntansi biaya yang handal untuk memutuskan jenis dan harga jual produk yang dilanjutkan

    produksinya. Sama halnya dengan ketidaktaatan pada hukum yang berlaku, yang akan

    mengakibatkan perusahaan dikenakan denda.

    2.1.5 Tahap-tahap Audit Operasional

    Dalam melaksanakan audit operasional, seringkali auditor memerlukan suatu

    kerangka tugas atau tahapan tugas yang berguna sebagai pedoman di dalam melaksanakan

    pemeriksaan tanpa adanya kerangka yang tersusun dengan baik. Auditor akan banyak

    menghadapi kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya mengingat bahwa stuktur

    perusahaannya kegiatannya sekarang ini sudah semakin maju dan rumit. Menurut

    Widjayanto (2006;30) tahap-tahap audit operasional dibagi dalam tiga tahap yaitu :

    1. Tahap pendahuluan

    Tahap survei pendahuluan memberikan kemungkinan untuk terselenggaranya

    perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit secara teratur. Ruang lingkup survei

    pendahuluan dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya banyak tergantung

    pada keahlian dan pengalaman auditor, pengetahuannya atas bidang yang diperiksa,

  • 24

    ukuran dan kerumitan aktivitas atau program, tipe pemeriksaan yang akan dilakukan,

    serta daerah geografis kegiatan organisasi. Tahap pendahuluan terdiri dari:

    a. Pengamatan fisik sekilas

    b. Mencari data tertulis

    c. Wawancara dengan personil manajemen

    d. Analisa keuangan

    Hasil dari tahap pendahuluan ini kemudian disimpulkan dalam suatu laporan audit

    pendahuluan yang lazim disebut memoranda survei.

    a. Pengamatan fisik sekilas.

    Dalam pengamatan fisik sekilas harus dipelajari indikasi dan permasalahannya.

    Disini pemeriksa juga perlu untuk memewancarai masing-masing pimpinan yang

    bertanggung jawab atas suatu fasilitas fisik. Dalam hal ini auditor biasanya

    menggunakan kuesioner yang telah tersusun menurut tekanan permasalahan

    tertentu. Tahap pengamatan fisik sekilas dapat menjadi alat bantu yang amat

    baik bagi kemampuan auditor dalam menemukan hal-hal penting.

    b. Mencari data tertulis.

    Tujuan dari audit operasional adalah menetapkan apakah perusahaan telah

    menerapkan praktek manajemen yang konsisten. Untuk itu auditor harus

    mendapatkan dokumentasi yang dijadikan bahan banding dengan data per

    departement. Tipe dokumen-dokumen tertulis yang harus didapat oleh auditor

    adalah sasaran dan tujuan perusahaan yang tertulis, petunjuk kebijaksanaan dan

    prosedur perusahaan, uraian tugas, bagan organisasi, anggaran, laporan-laporan

    intern per departemen, laporan keuangan, katalog-katalog, bagan arus, formulir-

    formulir, manajemen letter yang dibuat oleh auditorkeuangan eksternal,

    peraturan-peraturan pemerintah, instansi lain yang berwenang.

  • 25

    c. Wawancara dengan personil manajemen.

    Wawancara dengan masing-masing manajer adalah bagian ketiga dari fase

    pendahuluan audit operasional. Audit operasional harus belajar dari karyawan

    perusahaan, dalam arti memahami apa yang mereka rasakan dan bagaimana

    pandangan mereka terhadap suatu perusahaan tertentu. Para ahli dalam suatu

    perusahaan adalah mereka yang berwenang menjalankan perusahaan, karenanya

    pemeriksa dapat memperoleh informasi yang terbaik dengan jalan mewawancarai

    para manajer untuk mengidentifikasikan permasalahan.

    d. Kegiatan analisis.

    Dalam kegiatan ini pemeriksa juga harus meninjau pengendalian intern dan arus

    data transaksi yang bergerak dalam sistem akuntansi. Hasil dari tahap

    pendahuluan ini kemudian disimpulkan dalam suatu laporan audit pendahuluan

    yang lazim disebut memoranda survei. Memoranda survei tidak diserahkan pada

    pihak lain, tetapi semata-mata hanya diajukan untuk menetapkan bagaimana

    kiranya memerlukan pemeriksa.

    2. Tahap pemeriksa mendalam

    Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari pendahuluan. Dalam tahap ini pemeriksaan

    lebih lanjut atas penilaian kegiatan-kegiatan perusahaan guna mencapai tujuan

    pemeriksaan yang telah ditetapkan sejak semula, yaitu efektivitas dan efesiensi.

    Dengan melaksanakan pemeriksaan mendalam, pemeriksa akan memperoleh

    kesempatan yang lebih luas untuk memperkuat dan meyakinkan kesimpulannya.

    Dalam pemeriksaan mendalam tercakup kegiatan-kegiatan:

    1. Studi lapangan yang meliputi:

    a. Wawancara dengan semua pegawai inti pada semua tingkatan organisasi.

    b. Mengidentifikasi dan mewawancarai sumber-sumber ekstern yang

  • 26

    dianggap penting tanpa melanggar kerahasiaan penugasan.

    c. Observasi aktivitas operasional dan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan,

    pelaksanaan, dan pengendalian)

    d. Penelitian sistem pengendalian intern.

    e. Penelitian arus transaksi dalam penisahaan.

    f. Penelitian penempatan pegawai, peralatan, formulir dan laporan.

    g. Penelitian aspek-aspek inti aktivitas fungsional.

    h. Pendiskusian dan pengusulan penggunaan kriteria penggunaan pegawai yang

    sesuai.

    2. Analisa yang meliputi antara lain:

    a. Penghubung data yang dikumpulkan dengan kriteria pengukurankegiatan,

    apabila diperlukan.

    b. Penilaian resiko pemisahan untuk menentukan bidang dan aktivitas yang dapat

    ditingkatkan, pendokumentasian temuan-temuan dan manfaat potensial.

    c. Penegasan kembali kriteria pengukuran dengan pegawai yang

    bersangkutan.

    d. Pengembangan alternatif, rekomendasi dan saran-saran untuk melakukan

    studi lebih lanjut tentang kesempatan perbaikan pokok.

    Temuan

    Temuan-temuan merupakan himpunan informasi mengenai aktivitas,

    organisasi, keadaan atau hal-hal lain yang telah dianalisis dan dinilai oleh auditor

    dan harus dikomunikasikan lebih lanjut pada pimpinan perusahaan.

    Syarat-syarat temuan yang harus dikomunikasikan ini diantaranya :

    Cukup berarti untuk dikomunikasikan pada bagian-bagian ini.

    Berdasarkan pada fakta-fakta dan bukti yang tepat serta nyata.

  • 27

    Disusun atau dikembangkan secara objektif.

    Berdasarkan atas kegiatan-kegiatan audit yang memadai guna mendukung

    setiap simpulan yang diambil.

    Simpulan-simpulan yang dibuat harus logis, layak, jelas dan bertolok ukur

    pada fakta-fakta yang disajikan.

    Rekomendasi

    Pada umumnya temuan-temuan diakhiri dengan rekomendasi dari auditor yang

    ditujukan pada pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab melaksanakan

    perbaikan dan kekurangan atau penyimpangan untuk mencegah supaya hal

    tersebut tidak terulang lagi. Pelaksanaan rekomendasi ini diserahkan pada

    pimpinan tingkatan yang lebih rendah.

    Rekomendasi yang merupakan pendapat yang telah dipertimbangkan untuk

    suatu situasi tertentu harus mencerminkan pengetahuan dan penilaian

    mengenai pokok persoalannya, apabila tindakan yang akan direkomendasi

    merupakan tindakan yang harus diuraikan sejelas-jelasnya.

    3. Tahap Pelaporan

    Setelah tahap pendahuluan selesai, pemeriksa dapat menyusun laporan audit

    formal, yang mana hasil akhir operasional adalah suatu laporan formal tertulis

    yang disampaikan pada manajemen perusahaan sebagai pengambilan tindakan

    perbaikan atau sebagai informasi laporan audit berbagai masalah yang ditelusuri.

    Dalam penyusunan laporan ini ada beberapa kegiatan sebagai berikut:

    a. Pengorganisasian laporan yang meliputi pengutaraan temuan, rekomendasi dan

    manfaat.

    b. Pengembangan rencana implementasi dan label waktu rekomendasi

    bilamana sesuai.

  • 28

    c. Pendiskusian konsep laporan dengan para pejabat dan manajer yang sesuai dari

    organisasi yang diteliti apabila berbeda dengan pihak yang memberikan tugas.

    d. Pengajuan laporan.

    Isi laporan audit operasional akan banyak berbeda antara satu dengan yang lainnya

    tergantung dari sifat perusahaan yang diperiksa dan tipe masalah yang perlu

    ditelaah. Akan tetapi pada umumnya suatu laporan audit operasional akan meliputi

    unsur-unsur sebagai berikut:

    a. Tujuan dan ruang lingkup penugasan.

    b. Prosedur-prosedur yang digunakan oleh auditor

    c. Temuan-temuan khusus.

    d. Rekomendasi- rekomendasi jika perlu

    2.1.6 Proses Produksi

    2.1.6.1 Pengertian Proses Produksi

    Proses produksi yaitu suatu kegiatan perbaikan terus-menerus (continuos

    improvment), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu

    produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen

    (Gaspersz, 2005).

    Adapun pengertian proses produksi menurut Assauri (2007:75), proses

    produksi adalah merupakan cara,metode,dan teknik untuk menciptakan atau menambah

    kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin,

    bahan-bahan, dana) yang ada.

    Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi

    merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa

    dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan

    dana agar lebih bermanfaat bagi konsumen.

  • 29

    Proses produksi pada umumnya dapat dibedakan menjadi du jenis yaitu : proses

    produksi terus-menerus (continuous process of production) dan proses produksi yang

    terputus-putus (intermittent process of production)

    1) Prose produksi terus-menerus

    Prose produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran produk

    dari satu operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik dalam proses. Pada

    umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki karakteristik

    yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau jenis produk yang

    dihasilkan rendah dan produk bersifat standar.

    2) Proses produksi terputus-putus

    Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-menerus

    dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat

    sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses,

    sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang dalam proses.

    Perbedaan pokok dari kedua proses produksi tersebut adalah berdasarkan pada panjang

    tidaknya waktu persiapan untuk mengatur (set up) peralatan produksi yang digunakan untuk

    memproduksi suatu produk atau beberapa produk tanpa mengalami perubahan. Pada proses

    produksi yang terus-menerus, perusahaan atau pabrik menggunakan mesin-mesin yang

    dipersiapkan (set up) dalam jangka waktu yang lama dan tanpa mengalami perubahan.

    Sedangkan untuk proses produksi yang terputus-putus menggunakan mesin-mesin yang

    dipersiapkan dalam jangka waktu yang pendek, dan kemudian akan dirubah atau dipersiapkan

    kembali untuk memproduksi produk lain.

    2.1.6.2 Fungsi Produksi

    Menurut Assauri (2007:22) secara umum fungsi produksi terkait dengan

    pertanggungjawaban dalam kegiatan mentransformasikan masukan (input) manjadi

  • 30

    keluaran (output) berupa barang atau jasa yang akan memberikan hasil pendapatan

    bagi perusahaan.

    Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi menurut

    Mahanam P. Tampubolon, (2005:3) adalah :

    1) Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk

    pengolahan masukan (input).

    2) Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian

    yang perlu untuk penetapan dan metode yang akan dijalankan, sehingga

    proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

    3) Perencanaan, merupakan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan

    produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau

    periode tertentu.

    4) Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin

    terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud

    dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (input) pada

    kenyataannya dapat dilaksanakan.

    2.1.6.3 Sasaran Audit Operasional dalam Proses Produksi

    Sasaran audit dalam proses produksi pada dasarnya dapat

    dikelompokkan sebagai berikut :

    1) Perencanaan dan pengendalian produksi

    Hal utama yang perlu diperhatikan oleh auditor operasional dalam

    mengevaluasi kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi adalah penggunaan

    media komunikasi secara efektif dalam mengkomunikasikan sasaran rencana dan

    standar produksi yang ingin dicapai maupun umpan balik berupa informasi

    mengenai kondisi yang sebenarnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

  • 31

    2) Tenaga kerja

    Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang meliputi

    kumpulan individu yang terlibat dalam kegiatan produksi, meliputi pekerja pada

    perusahaan juga para supervisor dan orang yang duduk dalam organisasi fungsi

    produksi. Audit operasional terhadap tenaga kerja meliputi kegiatan evaluasi atas

    penggunaan jumlah tenaga kerja terampil secara efisien, keselamatan para pekerja

    dan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja.

    3) Fasilitas produksi

    Fasilitas dapat diartikan sebagai segala kemudahan yang tersedia untuk

    memperlancar proses produksi. Audit operasional terhadap fasilitas produksi

    meliputi kegiatan penilaian terhadap lokasi perusahaan, tata letak ruang kerja,

    lingkungan kerja (penerangan, kebisingan, kondisi udara, getaran dan lain-lain) dan

    ketepatan kualitas dan kuantitas peralatan beserta pemeliharaannya.

    Audit operasional dalam proses produksi adalah audit yang dilaksanakan

    terhadap semua pelaksanaan kegiatan proses produksi. Dengan adanya audit

    operasional diharapkan proses produksi berjalan tepat guna sesuai dengan standar

    yang ditetapkan.

    2.1.7 Pengendalian Kualitas

    2.1.7.1 Pengertian Kualitas

    Definisi kualitas menurut Gaspersz (2005) adalah totalitas dari karakteristik

    suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhannya

    yang dispesifikasi atau diterapkan.

    Setelah kita mengetahui pengertian kualitas, maka akan dikemukakan

    pengertian pengendalian kualitas. Berikut ini adalah definisi pengendalian kualitas

    menurut Gasperz (2005:480), yaitu :

  • 32

    Quality control is the operational techniques and activities used to fulfill

    requirements for quality.

    Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian

    kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas/tindakan yang terencana yang dilakukan untuk

    mencapai, mempertahankan dan meingkatkan kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai

    dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen.

    2.1.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Kualitas

    Menurut Assauri (2007:206) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

    adalah :

    1. Fungsi suatu barang

    Suatu barang yang dihasilkan haruslah mempunyai fungsi yang jelas, yang

    akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Maka kualitas suatu barang

    tergantung pada tingkat pemenuhan fungsi kepuasan penggunaan barang yang

    dapat dicapai. Kualitas yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa

    barang tersebut digunakan, tercermin pada spesifikasi barang tersebut.

    2. Wujud luar

    Merupakan salah satu faktor penting yang sering digunakan konsumen untuk

    menentukan kualitas barang pada waktu pertama kali melihatnya.

    3. Biaya barang

    Umumnya biaya dan harga suatu barang dapat menentukan kualitas barang

    tersebut. Hal ini karena untuk mendapatkan kualitas yang baik dibutuhkan

    biaya yang lebih tinggi. Walaupun tidak selamanya biaya suatu barang

    menentukan kualitas karena biaya yang diperkirakan tidak selalu biaya yang

  • 33

    sebenarnya. Hal ini disebabkan adanya inefisiensi dalam menghasilkan barang

    dan tingginya keuntungan yang diambil.

    2.1.8 Hubungan Audit Operasional dengan Produk Cacat

    Tujuan dari audit operasional dari proses produksi ini adalah untuk

    menghindarkan terjadinya kesalahan-kesalahan proses produksi yang dapat

    menyebabkan produk cacat. Produk cacat yang dimaksud disini adalah apabila

    produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.

    Audit operasional atas proses produksi untuk menekan tingkat produk

    cacat ini dapat dilaksanakan oleh auditor internal yang telah memenuhi kualifikasi

    tertentu. Pelaksanaan audit operasional terdiri dari tahap pendahuluan, tahap

    pemeriksaan mendalam dan tahap pelaporan. Auditor akan mengidentifikasi

    masalah, bukti-bukti dan mengungkap hal-hal yang memerlukan penyelesaian

    secara khusus. Kemudian auditor akan menyajikan berbagai alternatif pemecahan

    masalah dan memberi rekomendasi tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan

    penyebab terjadinya produk cacat kepada manajemen produksi.

    2.2 Penelitian Terdahulu

    Beberapa tinjauan terdahulu berkaitan dengan audit operasional terhadap

    proses produksi yang dilakukan oleh internal auditor dalam menekan tingkat produk

    cacat.

  • 34

    Adapun tinjauan terdahulu tersebut antara lain :

    Tabel. 1

    NoNama

    PenelitiJudul

    Metodologi PenelitianHasil Penelitian

    Persamaan Perbedaan

    1 Abdul Aziz

    Pangsuri

    (2013)Peranan

    audit

    operasional

    atas fungsi

    produksi

    untuk

    mengurangi

    produk cacat

    pada pabrik

    genteng

    Ogan

    Permata

    Palembang

    1 Teknik

    analisis

    data yang

    digunakan

    adalah

    deskriptif

    kualitatif

    1 Objek

    penelitian di

    Pabrik Genteng

    Ogan

    Palembang

    Hasil temuan dari

    penelitian yang berupa

    masukan digunakan untuk

    penyelesaian permasalahan

    produk cacat yang

    dihasilkan. Terkait standar

    mutu yang telah ditetapkan

    terhadap proses produksi,

    juga telah mendapatkan

    pengawasan yang cukup

    ketat.

    2Masalah yang

    ada pada

    perusahaan

    mengenai

    tempat

    penyimpanan

    barang jadi

    Yuseila

    Kurniasari

    (2012)Audit

    operasional

    atas fungsi

    untuk

    meningkatka

    n efektivitas

    pada PT

    Kripton

    Gama Jaya

    1Teknik

    analisis

    data yang

    digunakan

    adalah

    deskriptif

    kualitatif

    1 Objek

    penelitian

    berada di

    pringgolayan

    no. 62

    Banguntapan

    Bantul

    Yogyakarta.

    Fungsi produksi di

    perusahaan belum dapat

    berjalan dengan

    efektifdikarenakan adanya

    kesenjangan (gap) antara

    criteria dan condition

    2

    3 Suci

    Wulandari

    (2009)

    Audit

    Operasional

    atas Fungsi

    produksi

    pada PT

    Dunia

    Daging Food

    Industries

    1 Objek yang

    diteliti

    adalah

    divisi

    persediaan

    bahan baku

    1 Metode

    penelitian yang

    digunakan

    adalah metode

    kepustakaan

    dan penelitian

    lapangan

    Temuan yang sering terjadi

    yaitu ketika bahan baku

    yang dibutuhkan kurang

    saat proses produksi.

    Perusahaan harus

    melakukan perbaikan pada

    perencanaan, pelaksanaan

    dan pengendalian proses

    produksi.

  • 35

    2.3 Kerangaka Konseptual

    Dalam perusahaan manufaktur, proses produksi merupakan kegiatan utama

    yang memegang peranan sangat penting. Secara umum proses produksi merupakan

    suatu proses untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Dalam proses

    produksi terjadi perubahan bentuk, volume dan kegunaan dari bahan baku menjadi

    barang jadiyang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dari semula.

    Kecacatan dalam proses produksi kayu olahan seperti : lantai kayu solid,

    komponen perumahan, outdoor furniture dan lain-lain akan menimbulkan kerugian.

    Terjadinya hasil produk cacat menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk membuat

    produk kayu olahan lebih tinggi (terjadi pemborosan). Suatu standar menganjurkan

    agar kualitas biaya seperti biaya operasi dan biaya eksternal diawasi, dianalisis dan

    dilaporkan kepada manajemen. Salah satu yang termasuk dalam biaya operasi

    adalah biaya yang berhubungan dengan produk cacat.

    Dengan demikian pula dilihat dari sisi konsumen, dengan hasil produk kayu

    olahan yang kualitasnya kurang baik, tuntutan konsumen menjadi tidak terpenuhi

    dengan baik, sehingga konsumen dapat beralih pada pesaing. Dalam hal ini, dapat

    mengakibatkan pangsa pasar menjadi berkurang.

    Untuk menghindari terjadinya kerugian yang disebabkan oleh kecacatan

    proses produksi tersebut, harus dapat melakukan pemprosesan dengan efisien dan

    efektif. Karena audit operasional melakukan tinjauan dari penilaian efisien dan

    efektivitas suatu kegiatan atau prosedur kegiatan, disertai dengan pengungkapan dan

    pemberian informasi kepada manajemen mengenai berbagai masalah operasi, audit

    operasional dapat digunakan untuk membantu manajemen dalam memecahkan

    masalah yang ada dan merekomendasikan berbagai tindakan yang diperlukan.

  • 36

    Di samping itu, audit operasional dapat membantu dalam mendeteksi

    masalah-masalah yang terdapat dalam proses produksi pembuatan kayu olahan. Data

    yang relevan dikumpulkan dan dianalisis menurut hubungan sebab akibat.

    Kemudian dicari cara-cara untuk menghilangkan penyebab masalah tersebut

    sehingga dapat memberikan rekomendasi yang membangun kepada manajemen dan

    dapat segera diambil langkah-langkah perbaikan yang perlu.

    Jadi dengan audit operasional yang dilakukan, kesalahan yang sama

    diharapkan tidak terulang lagi dan terjadinya produk cacat dapat ditekan serendah

    mungkin.

    Gambar. 1 Kerangka Konseptual

  • 37

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Dalam pemecahan masalah yang ada pada suatu penelitian diperlukan

    penyelidikan yang hati-hati, teratur dan terus-menerus, sedangkan untuk mengetahui

    bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan menggunakan

    metode penelitian.

    3.1 Jenis Penelitian

    Berdasarkan rumusan tujuan sebelumnya, metode penelitian yang digunakan

    penulis dalam menyusun laporan ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu

    suatu metode penelitian dengan mengungkapkan masalah yang ada di perusahaan,

    mengolah data, menganalisis, meneliti dan menginterpretasikan serta membuat

    kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya secara

    sistematis sehingga masalah yang ada di perusahaan dapat dipahami.

    Adapun pengertian dari metode deskriptif analitis menurut Sugiono (2009: 29) :

    Metode deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau

    memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah

    terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan

    yang berlaku untuk umum.

    Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau

    memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian

    dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil

    kesimpulannya.

    3.2 Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel

    Objek penelitian dilaksanakan pada perusahaan yang bergerak dalam bidang

    kayu olahan seperti : lantai kayu solid, komponen perumahan, outdoor furniture dan

  • 38

    lain-lain. Lokasi perusahaan yang menjadi objek penelitian berada di JI. Yos Sudarso

    No 173 Tunggorono, Jombang, Indonesia.

    Adapun yang menjadi objek penelitian bagi penulis adalah mengenai audit

    operasional atas proses produksi dalam usaha menekan tingkat produk cacat.

    3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

    Variabel

    Menurut Sugiyono (2009: 60), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

    berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

    informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

    Operasional Variabel

    Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2009: 49) adalah :

    Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

    sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

    Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator serta skala

    pengukuran dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini.

    3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

    3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

    Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

    1. Penelitian Lapangan (Field Research)

    Yaitu peninjauan langsung pada perusahaan yang diteliti untuk memperoleh

    data primer.

    Data primer ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut :

    a. Kuesioner

    Yaitu memperoleh data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

    ditujukan pada Direktur, Manajer Produksi, Auditor Internal dan Bagian

  • 39

    Quality Control. Data yang digunakan terdiri atas dua bentuk yaitu

    pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Data yang ingin ditanyakan

    adalah mengenai kualifikasi auditor operasional dan perbandingan antara

    rencana perusahaan dengan pelaksanaannya.

    b. Wawancara

    Yaitu mengadakan tanya jawab dengan Direktur, Manajer Produksi, Auditor

    Internal dan bagian Quality Control untuk memperoleh informasi berdasarkan

    tujuan penelitian, yaitu :

    a. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan proses produksi yang ada dalam

    perusahaan.

    b. Untuk mengetahui jenis kecacatan yang sangat berpengaruh terhadap

    kualitas hasil produksi.

    c. Untuk menilai audit operasional atas proses produksi perkayuan atau

    meubel.

    Data yang dikumpulkan adalah mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur

    organisasi perusahaan dan uraian kerja, serta aktivitas perusahaan khususnya

    proses produksi.

    3. Observasi

    Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan

    langsung di lapangan terhadap segala hal yang menyangkut aktivitas atau

    kondisi perilaku maupun non perilaku. Dengan cara ini data yang dapat

    dikumpulkan adalah data mengenai pelaksanaan proses produksi perusahaan.

    data dianalisis kemudian dituangkan dalam uraian tertulis. Data tersebut

    setelah diolah dan dianalisis digunakan untuk keperluan pengambilan

    kesimpulan dan pemberian saran-saran.

  • 40

    2. Penilaian Kepustakaan (Library Research)

    Studi kepustakaan yaitu untuk memperoleh data sekunder yang berguna sebagai

    pedoman teoritis pada waktu melakukan penelitian lapangan dan untuk

    mendukung serta menganalisis data. Data ini diperoleh dengan membaca

    literatur-literatur dari perpustakaan dan mempelajari kembali bahan-bahan

    kuliah yang mempunyai hubungan dengan topik yang sedang diteliti. Dengan

    penelitian kepustakaan ini penulis dapat mengetahui sampai sejauh mana

    perbandingan antara teori dan praktik yang diterapkan perusahaan, sehingga

    berdasarkan data yang dikumpulkan dapat dilakukan pengolahan data.

    3.4.2 Instrumen Penelitian

    Kuesioner yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data terdiri dari :

    a. Pertanyaan Umum

    Menyangkut identitas umum responden antara lain : Nama, Pendidikan, Lama

    Kerja, Jabatan, Nama perusahaan, yang ditanya melalui metode pertanyaan

    terbuka, yang kemungkinan jawabannya tidak ditentukan terlebih dahulu dan

    responden bebas memberikan jawaban.

    b. Pertanyaan Khusus

    Menyangkut pelaksanaan audit operasional dalam menekan hasil produk cacat,

    kuesioner akan diajukan dengan metode pertanyaan tertutup dan pertanyaan

    terbuka. Responden akan ditanya mengenai fakta yang ada dalam perusahaan

    tentang audit operasional dalam usaha menekan tingkat produk cacat. Alternatif

    jawaban yang diberikan adalah ya (Y) dan tidak (T). Hasil jawaban kuesioner

    tertutup akan digunakan untuk analisis statistik.

  • 41

    3.5 Teknik Analisis Data

    3.5.1 Analisis Deskriptif Kualitatif

    Peneliti melakukan analisis mengenai informasi dan data yang berhasil

    diperoleh baik yang dilakukan dengan wawancara maupun observasi. Analisis yang

    dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana kualifikasi auditor operasional di

    perusahaan dan pelaksanaannya sudah memadai, serta bagaimana auditor

    operasional dalam membantu manajemen untuk menekan tingkat kecacatan hasil

    produksi.

    3.5.2 Analisis Statistik

    Pengujian data hipotesis merupakan suatu cara dalam statistik untuk menguji

    anggapan dasar yang masih bersifat sementara sehingga dapat ditarik suatu

    kesimpulan statistik mengenai diterima atau ditolaknya hipotesis.

    Langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :

    1. Memisahkan tiap-tiap jawaban responden sesuai dengan jawaban yang

    diberikan yaitu Ya dan Tidak.

    2. Menjumlahkan berapa banyak jawaban Ya dan Tidak.

    3. Dari semua jawaban Ya dibagi semua jawaban kuesioner kemudian

    dikalikan dengan 100%.

    4.

    Perhitungan hasil presentase dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    a. 0% sampai dengan 25% audit operasional tidak berperan dalam

    menekan tingkat kecacatan hasil produksi.

    b. 26% sampai dengan 50% audit operasional kurang berperan dalam

    menekan tingkat kecacatan hasil produksi.

  • 42

    c. 51% sampai dengan 75% audit operasional cukup berperan dalam

    menekan tingkat kecacatan hasil produksi.

    d. 76% sampai dengan 100% audit operasional sangat berperan dalam

    menekan tingkat kecacatan hasil produksi.

    Apabila hasil perhitungan nilainya 76% sampai dengan 100%, penulis

    menarik kesimpulan bahwa audit operasional atas proses produksi kayu olahan yang

    dilakukan telah memadai sehingga dapat meningkat tingkat produk cacat yang

    dihasilkan.

  • 43

    BAB IV

    PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

    4.1. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

    4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

    PT. Seng Fong Moulding Perkasa dimulai pada 1970-an dengan nama SF Resources

    Group, dan telah berkembang dari sebuah perusahaan perdagangan kayu di Singapura untuk

    pemimpin pasar diakui dalam industri lantai kayu keras.

    Dengan lebih dari 40 tahun pengalaman, SF Resources Group terdiri dari tiga

    perusahaan yang secara kolektif mencakup spektrum penuh aktivitas bisnis kayu keras, dari

    langsung pembelian bahan baku, untuk proses manufaktur yang terintegrasi dengan teknologi

    inovatif dan pengembangan produk, untuk ekspor lantai kayu keras, decking dan komponen

    perumahan.

    SF Resource Holdings Pte Ltd (SFRH) adalah perusahaan investasi dan berkantor

    pusat di Singapura untuk mengelola kegiatan bisnis Grup sesuai dengan hukum formal, tata

    kelola perusahaan dan nilai. SFRH memastikan bahwa standar etika yang dapat diterima dan

    praktik terbaik sedang diikuti, bahwa Grup tetap relevan dan kompetitif di pasar global, dan

    untuk memastikan kembali integritas dan menguntungkan untuk pemegang saham dalam

    lingkungan pertumbuhan dan berkelanjutan.

    PT Seng Fong Moulding Perkasa (SFMP) adalah lengan produksi yang berlokasi di

    Jombang, Indonesia, dan saat ini salah satu produsen terbesar lantai kayu keras di negara ini..

    SF Sumber Daya Pemasaran Pte Ltd (SFRM), dimulai pada 2008 untuk melakukan aktivitas

    penjualan dan pemasaran Grup. Jaringan global kami dari klien kami mencakup lebih dari 64

    tujuan di seluruh dunia, termasuk Asia, Australia / Selandia Baru, Eropa, Rusia dan Timur

    Tengah.

  • 44

    4.1.2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

    Struktur Organisasi dituangkan dalam suatu bagan organisasi. Bagan

    organisasi ini penting sekali dalam pelaksanaan operasi suatu perusahaan, karena

    dari bagan organisasi kita dapat mengetahui struktur organisasi yang

    mencerminkan dengan jelas saluran komunikasi dan wewenang dalam perusahaan.

    Uraian tugas masing-masing bagian dalam PT Seng Fong Moulding Perkasa

    dapat dilihat sebagai berikut:

    1) Direktur

    Uraian tugas dan tanggung jawab :

    Bertindak sebagai pimpinan umum perusahaan sehari-hari.

    Mengatur kegiatan penyelenggaraan perusahaan sesuai dengan program

    kerja yang ditentukan.

    Mewakili perusahaan untuk bertindak keluar serta senantiasa

    memelihara hubungan yang baik dengan masyarakat dan pemerintah.

    Memonitor perkembangan perusahaan.

    Mengangkat dan memberhentikan karyawan pada posisi penting.

    2) Auditor Internal

    Uraian tugas dan tanggung jawab :

    Bertanggung jawab kepada direktur.

    Melaksanakan audit disertai usul, pendapat, dan rekomendasi perbaikan.

    Melaksanakan pengawasan atas kegiatan operasional perusahaan.

    Mencatatat dan menganalisis data akuntansi.

    3) Manajer Umum dan Personalia

    Uraian tugas dan tanggung jawab :

    Melakukan kegiatan pengadaan karyawan yang meliputi perekrutan,

  • 45

    seleksi dan penempatan.

    Melakukan pemutusan hubungan kerja secara bijaksana bila karyawan

    sudah tidak dapat bekerjasama lagi untuk mencapai tujuan bersama.

    Membuat perencanaan sumber daya manusia baik jangka pendek

    maupun jangka panjang.

    Meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas, mengendalikan

    lingkungan kerja dan melakukan pembinaan terhadap bawahan.

    4) Manajer Akuntansi dan Keuangan

    Uaraian tugas dan tanggung jawab :

    Mengatur kebijakan keuangan perusahaan.

    Menyusun anggaran pengeluaran dan penerimaan perusahaan.

    Memeriksa kebenaran dan kelengkapan pencatatan seluruh harta,

    piutang dan transaksi-transaksi perusahaan.

    Mengatasi permasalahan yang timbul di bidang akuntansi dan keuangan.

    5) Manajer Pembelian

    Uaraian tugas dan tanggung jawab :

    Melaksanakan kebijakan dalam bidang pembelian yang telah ditetapkan

    oleh perusahaan.

    Mengevaluasi laporan-laporan yang diserahkan apakah telah berjalan

    dengan baik.

    Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pembelian.

    6) Manajer Pemasaran/penjualan

    Uraian tugas dan tanggung jawab :

    Bertanggung jawab atas semua aktivitas pemasaran dan penjualan.

    Menyiapkan laporan pemasaran tiap bulan

  • 46

    Melaksanakan kegiatan penelitian pasar.

    Menetapkan kebijakan distribusi dan pelaksanaan penjualan agar sesuai

    dengan sasaran yang ditetapkan.

    Menyusun rencana pemasaran baik untuk jangka pendek maupun jangka

    panjang sesuai dengan tujuan, kebijaka dan prosedur yang telah

    ditetapkan.

    7) Manjer Produksi

    Uaraian tugas dan tanggung jawab :

    Menetapkan ketentuan pokok di bidang produksi.

    Membuat perencanaan pengembangan produk

    Bertanggung jawab terhadap kegiatan produ