oleh j u m h u r i a t i n nim. 2317 0902 0243

61
PENGARUH MOTIVASI GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PAI KELAS V SDN 3 WOJA Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2011

Upload: others

Post on 03-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

PENGARUH MOTIVASI GURU AGAMA

DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PADA BIDANG STUDI PAI KELAS V SDN 3 WOJA

Oleh

J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2011

Page 2: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

ii

PENGARUH MOTIVASI GURU AGAMA

DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PADA BIDANG STUDI PAI KELAS V SDN 3 WOJA

Skripsi

diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mancapai gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2011

Page 3: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

xiii

ABSTRAK

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas

dalam belajar. Untuk mewujudkan hal tersebut sangat diperlukan motivasi

guru, motivasi yang akan membangkitkan gairah belajar siswa sehingga akan

berpengaruh terhadap prestasi siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantiatif, karena data yang diperoleh

dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang

diguankan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Pengumpulan

data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantiatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.

motivasi guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

PAI di kelas V SDN 3 Woja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r-hitung yang

diperoleh adalah 0,990, sedangkan angka batas penerimaan hipotesis nol yang

terdapat pada tabel product moment pada taraf signifikasi 5% dan N

(responden) = 21 sebesar 0,433 yang berarti pula bahwa nilai r-hitung lebih

besar dari r-tabel product moment (0,990 > 0,433).

Page 4: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal

merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut,

karena melalui sekolah siswa belajar berbagai macam hal.

Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang

sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan,

kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin

dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang

memuaskan dibutuhkan proses belajar.

Prestasi belajar merupakan hasil dari berbagai upaya dan daya yang

tercermin dalam partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari

materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.1

Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang.

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti

suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian

1 Abdorrakhman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Humaniora,

2008), h. 86

Page 5: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

2

terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah

mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.

Berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar sebagian besar terletak pada

usaha atau kegiatannya sendiri, di samping faktor kemauan, minat, ketekunan,

tekat untuk sukses dan cita-cita tinggi yang mendukung setiap usaha dan

kegiatannya. Siswa akan berhasil kalau berusaha semaksimal mungkin dengan

cara belajar yang efesien sehingga mempertinggi prestasi belajar yang

efesien.2

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas

dalam belajar.3

Untuk mewujudkan hal tersebut sangat diperlukan motivasi guru,

motivasi yang akan membangkitkan gairah belajar siswa sehingga akan

berpengaruh terhadap prestasi siswa.

Dalam proses belajar, setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan

kelas. Mengajar merupakan salah satu komponen dari kompetensi-kompetensi

guru. Dan setiap guru harus menguasainya serta terampil dalam melaksanakan

tugas mengajar itu.4

Motivasi dari guru memegang peranan penting. Karena dengan adanya

motivasi guru dalam mengajar maka akan sangat mempengaruhi siswa dalam

meningkatkan prestasi belajarnya. Intensitas belajar siswa sudah tentu

2 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 190. 3 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha

Nasional, 1994), h. 23. 4 Ibid, h. 34.

Page 6: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

3

dipengaruhi oleh motivasi guru. Siswa yang ingin mengetahui sesuatu dari apa

yang dipelajarinya adalah sebagai tujuan yang ingin dicapai selama belajar.

Karena siswa mempunyai tujuan ingin mengetahui sesuatu itulah akhirnya

siswa terdorong untuk mempelajarinya.5

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang

bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan

untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh

karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu

mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.6

Mengingat demikian pentingnya motivasi guru bagi siswa dalam belajar,

maka motivasi guru sangat penting untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Motivasi guru berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan penggerak

tingkah laku. Motivasi guru mempunyai nilai dalam menentukan keberhasilan,

demokratisasi pendidikan, membina kreativitas dan imajinasi siswa,

pembinaan disiplin kelas dan menentukan efektivitas pembelajaran.7

Winkel dalam Martinis mengibaratkan motivasi dengan kekuatan mesin

pada kendaraan. Mesin yang berkuatan tinggi menjamin lajunya kendaraan

walaupun jalan itu mendaki dan membawa muatan yang berat. Begitupun

dengan motivasi guru adalah sebagai pendorong untuk memberikan kekuatan

pada daya-daya belajar kearah yang jelas.8

5 Ibid, h. 27. 6 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 1 7 Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran (Surabaya: Insan Cendekia,

2002), h. 50. 8 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia (Jakarta: Persada Press, 2009),

h. 176.

Page 7: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

4

Maksud dari ungkapan tersebut di atas adalah motivasi guru yang

diberikan pada siswa sendiri berperan sebagai mesin yang kuat atau lemah

akan tetapi guru sebagai sang sopir yang menentukan tujuan yang hendak

dicapai oleh siswa.

Bidang studi Pendidikan Agama Islam merupakan bidang studi yang

sangat penting bagi pola perubahan tingkah laku siswa. Karena dalam

pelajaran Pendidikan Agama Islam, siswa diajarkan bagaimana harus hidup

dan bermasyarakat sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan sesuai dengan

prinsip-prinsip yang terkandung dalam Islam. Mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan pada setiap

jenjang pendidikan formal.

Pendidikan Agama Islam dapat menentukan pribadi dan bangsa

Indonesia bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, yaitu orang yang

menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan melalui

pendidikan agama Islam, maka bangsa Indonesia akan meningkat

ketaqwaannya kepada Tuhan yang Maha Esa. Apabila bangsa Indonesia itu

meningkat ketakwaannya, maka salah satu tujuan pendidikan nasional yaitu

meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sesuai dengan

ajaran Islam bahwa orang yang bertakwa keapda Allah adalah orang yang

paling mulia di sisi-Nya.9

Selain dari berbagai pendapat yang diungkapkan oleh para ahli di atas

tentang pentingnya motivasi yang diberikan oleh guru kepada siswa, peneliti

9 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja

(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 20.

Page 8: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

5

juga ingin mengungkapkan hasil observasi awal. Berawal dari tugas latihan

mengajar atau Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN 3 Woja,

sehingga peneliti menemukan titik masalah dengan melihat setiap guru yang

mengajar di SDN 3 Woja masih kurang dalam memberikan motivasi sebelum

memulai dan setelah mengakhiri pelajaran khususnya pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI). Dan akhirnya dari maslah terebut sehingga

peneliti tertarik untuk mengangkat judul mengenai “Pengaruh Motivasi Guru

terhadap Peningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan

Agama Islam di kelas V di SDN 3 Woja tahun pelajaran 2010/2011”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas,

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah

pengaruh motivasi guru terhadap peningkatkan prestasi belajar siswa pada

bidang studi Pendidikan Agama Islam di kelas V di SDN 3 Woja tahun

pelajaran 2010/2011?

2. Batasan masalah

Terbatasnya waktu, tenaga serta sarana yang tersedia, peneliti

membatasi permasalahan pada pengaruh motivasi guru terhadap

peningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama

Islam. Dengan batasan sebagai berikut:

Page 9: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

6

a) Motivasi guru yang diteliti adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh guru dalam meingkatkan prestasi belajar siswa

b) Prestasi belajar adalah hasil aktivitas belajar siswa yang

diaktualisasikan dalam angka atau skor yang dapat dilihat dalam buku

raport.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka di sini yang menjadi

tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi guru dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama

Islam kelas V di SDN 3 Woja tahun pelajaran 2010/2011”.

2. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Dari segi teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

para pengemban Pendidikan Agama Islam dan memperkaya hasil

penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai

pengaruh motivasi guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

pada bidang studi Pendidikan Agama Islam

2. Dari segi praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan

informasi khususnya kepada pihak sekolah, konselor sekolah dan guru

Page 10: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

7

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi kinerja guru

Pendidikan Agama Islam baik dalam mengelola kelas maupun

merancang rencana pembelajaran dengan sebaik mungkin agar tercipta

suasana kelas yang kondusif serta dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam.

Page 11: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan

sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan

individu tersebut bertindak atau berbuat.10 Sedangkan pendapat lain

mengatakan bahwa motif adalah daya penggerak di dalam diri

seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat

tertentu.11

Lebih jauh lagi Sardiman menetapkan beberapa elemen penting

yang termuat dalam pengertian motivasi itu sendiri yaitu:

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada

setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa

beberapa perubahan energi di dalam “neurophysiological” yang ada

pada organism manusia.

2. Motivasi ditandai dengan adanya rasa atau feeling seseorang. Dalam

hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan

emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

10 Hamzah, Teori Motivasi, h. 3. 11 Sardiman, Interaksi dam Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo Persada), h. 73.

Page 12: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

9

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.12

Dari gambaran ketiga elemen tersebut di atas dapat dipahami

bahwa motivasi itu sifatnya sangat kompleks, dengan adanya motivasi

akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi pada diri

seseorang, hal ini terkait dengan gejala kejiwaan perasaan dan emosi

yang menyebabkan terjadi pada diri seseorang tersebut, kemudian

dengan perubahan tersebut menyebabkan tindakan-tindakan tertentu.

Sedangkan belajar diartikan sebagai “kegiatan psiko-fisik menuju

perkembangan pribadi seutuhnya”13 kemudian dalam arti sempit,

belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu

pengertahuan yang merupakan sebagai kegiatan menuju terbentuknya

kepribadian seutunya.

Sejalan dengan hal di atas adapula ungkapan lain yang mengenai

belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku idividu melalui intraksi dengan lingkungan. Bila

dibandingkan dengan pengertian pertama jelas bahwa tujuan belajar itu

prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku hanya berbeda proses

dalam melakukanya.14

Dari paparan di atas maka penulis dapat memahami bahwa

motivasi belajar adalah “kemaampuan atau keinginan yang kuat untuk

melaksanakan proses kehidupan yakni belajar atau dengan kata lain

daya yang dimiliki oleh seseorang untuk merubah diri dan orang

12 Ibid, h. 74. 13 Ibid, h. 20-21. 14 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: bumi aksara, 2008), h. 28.

Page 13: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

10

menjadi lebih dewasa dan berkarekter tinggi melalui proses belajar

mengajar”.

Mengenai motivasi belajar tersebut bisa juga penulis katakana

bahwa motivasi belajar merupakan motivasi keseluruhan pengerak dari

dalam individu maupun dari luar individu siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar yang akan menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar mengajar yang dilaksanakan sehingga kegiatan dan tujuan

belajar dapat terealisasi sesuai dengan harapan guru, siswa dan orang

tua agar minat dan prestasi siswa mengalami peningkatan yang

menggembirakan.

b. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar

Bentuk-bentuk motivasi yang dimaksud adalah usaha yang

dilakukan untuk mengembangkan serta membangkitkan daya yang

dimiliki untuk melakukan sesuatu. Adapun bentuk-bentuk motivasi dan

cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah adalah

sebagai berikut:

1) Memberi angka. Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegitan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada roport dengan angkanya yang baik-baik.

2) Hadiah. Dengan memberikan hadiah kepada siswa akan membangkitkan motivasinya dalam belajarnya.

3) Saingan/kompetesi. Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Baik persaingan insividual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4) Ego-involvement. Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan

Page 14: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

11

sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu motivasi bentuk motivasi yang cukup tinggi.

5) Memberi ulangan. Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar untuk menghadapi ulangan.

6) Mengetahui hasil. Mengetahui hasil belajarnya bisa dijadikan sebagai alat motivasi bagi siswa. Dengan mengetahui hasil belajarnya siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat.

7) Pujian. Pujian bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus sebagai merupakan motivasi yang baik.

8) Hukuman. Meskipun hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi bila dilakukan dengan baik dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik.

9) Hasrat untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti ada kesenjangan untuk belajar.

10) Minat. Kecendrungan yang tepat untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktifitas.

11) Tujuan yang diakui. Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.15

Senada dengan hal di atas Hamalik mengungkapkan bahwa yang

biasa diterapkan guru di sekolah untuk membangkitkan belajar

siswanya yaitu:

1) Hadiah. Memberikan hadiah kepada setiap siswa yang menunjukkan hasil belajar yang baik.

2) Memberi angka. Murid mendapat angka yang baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih baik.

3) Kerja kelompok. Dalam kerja kelompok dimana melakukan kerjasama dalam belajar.

4) Tujuan dan level. Dari keluarga akan mendororong kegiatan siswa dalam belajar.

5) Sarkasme. Mengajak siswa yang memiliki hasil belajar yang kurang.

6) Penilaian. Penilaian secara continue akan mendorong murid belajar, oleh karena itu setiap anak mempunyai kecendrungan untuk memperoleh hasil yang baik.

15 Sardiman, Intraksi dan Motivasi Belajar, h. 92-95.

Page 15: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

12

7) Karya wisata. Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar siswa oleh karena itu, dalam kegiatan ini akan dapat pengalaman langsung dan bermakna baginya.

8) Film pendidikan. Setiap siswa merasa senang nonton film, gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.

Paparan di atas walaupun konteksnya berbeda namun

subtansinya sama yaitu mengenai bentuk-bentuk motivasi dalam

belajar. Motivasi yang diuraikan di atas sudah barang tentu masih

banyak bentuk motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru. Dengan

adanya bermacam-macam motivasi itu, guru dapat mengembangkan

dan mengarahkan siswa untuk memperoleh hasil yang maksimal, dan

dengan memotivasi belajar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa. Karena tipe dari masing-masing siswa berbeda-beda atau

bervariasi, ada yang cerdas dan kurang cerdas. Dengan keadaan seperti

itu guru harus mampu melanjutkan dari tahap belajar dan bisa

diarahkan menjadi kegiatan belajar yang maksimal, sehingga

hasilnyapun akan bermakna dan bermanfaat bagi kehidupannya.

c. Macam-macam Motivasi

Berdasarkan ungkapan yang telah peneliti sajikan di atas maka

dapat diketahui bahwa motivasi itu memiliki sifat, yang pada dasarnya

motivasi memiliki dua sifat yaitu motivasi internal dan motivasi

eksternal yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Motivasi

internal adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang

bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa itu sendiri. Sedangkan

Page 16: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

13

motivasi eksternal adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor

dari luar situasi belajar itu sendiri.

Sesuai dengan pendapat para pakar ilmu pendidikan. Bahwa sifat

motivasi itu terbagi menjadi dua adalah sebagai berikut:

1) Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang yang senang membaca tidak usah ada yang menyuruh membaca atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku yang dibacanya.

2) Motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif berfungsinya karena adanya prangsang dari luar. Sebagai contoh, seseorang itu belajar karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik.16

Dari sifat motivasi tersebut di atas maka sebenarnya sifat

motivasi itu bergantung dan dipengaruhi oleh beberapa faktor di

antaranya sebagai berikut:

1) Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong

tingkah laku atau perbuatannya dan kesadaran atas tujuan belajar

yang hendak dicapainya.

2) Sikap guru terhadap kelas, guru yang bersifat bijak dan selalu

merangsang siswa untuk berbuat kearah suatu tujuan yang jelas

dan bermakna bagi kelas, akan menumbuhkan sifat yang intrinsik.

Tetapi bila guru menitik beratkan pada rangsangan-rangsangan

sepihak maka sifat ekstrinsikan menjadi lebih dominan.

3) Pengaruh kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok terlalu kuat

maka motivasi lebih condong kesifat ekstrinsik.

16 Sardiman, Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 89-91.

Page 17: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

14

4) Suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu

pada motivasi belajar siswa. Suasana kebebasan yang bertanggung

jawab tentunya lebih merangsang munculnya motivasi intrinsik

dibandingkan dengan suasana penuh tekanan dan paksaan.

Begitu juga dengan pendapat Dimyati dalam bukunya belajar dan

pembelajaran, bahwa motivasi itu dapat dipengaruhi oleh beberapa

unsur adalah sebagai berikut:

1) Cita-cita atau aspirasi siswa Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan untuk berjalan, makan-makanan yang lezat, berebut permainan, dapat membaca, dapat bernyayi dan sebagainya.

2) Kemampuan siswa Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf.

3) Kondisi siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar siswa. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.

4) Kondisi lingkungan belajar siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan dengan teman sebaya dan kehidupan kemasyarakatan.

5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajarnya.

6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah.17

Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja.

Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Sedangkan

17 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, h. 97-100.

Page 18: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

15

bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan orang

lain. Motivasi belajar dan bekerja merupakan penggerak kemajuan

masyarakat. Kedua motivasi tersebut penting dimiliki oleh siswa

sedangkan motivasi belajar penting bagi guru dan siswa.

2. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian prestasi belajar siswa bidang studi Pendidikan Agama

Islam

Dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah

tingkat keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses

pembelajaran tentang materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, yakni

tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku

yang dapat diukur dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor.

Prestasi belajar siswa adalah hasil dari berbagai upaya dan daya

yang tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran yang diajarkan.18

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan

yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari

aktivitas dalam belajar.19

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu, sebagai hasil dari

18 Ginting, Esensi Praktis, h. 87. 19 Djamarah, Prestasi Belajar, h. 23.

Page 19: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

16

aktivitas dalam belajar, sehingga yang dimaksud prestasi belajar dalam

penelitian ini adalah hasil yang dicapai oleh siswa kelas V di SDN 3

Woja tahun pelajaran 2010/2011 setelah melakukan proses belajar

mengajar dengan menggunakan motivasi guru pada pelajaran

Pendidikan Agama Islam yang akan ditandai dengan perubahan

perbuatan yang meliputi pengetahuan, sikap, kebiasaan maupun nilai

dalam bentuk raport.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujdkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 20

Definisi Pendidikan Agama Islam di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama

Islam adalah suatu tahapan perubahan tingkah laku individu dari hasil

aktivitas belajar agama islam yang diperoleh dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan mampu merealisasikan dalam kehidupan

sehari-hari sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

Adapaun kemampuan yang harus dimiliki sehingga siswa

dikatakan berprestasi dalam bidang Pendidikan Agama Islam tidak

20 Sistem Pendidikan Nasional UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru da Dosen

Page 20: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

17

terlepas dari materi yang diajarkan di sekolahnya dan sesuai dengan

ketetapan kurikulum dan silabi yang dipakai.

Dibawah ini peneliti akan memaparkan sub materi Pendidikan

Agama Islam yang diajarkan di SDN 3 Woja khususnya pada jurusan

UPW kelas V pada semester satu yang terbagi menjadi beberapa sub

diantaranya adalah Al-Qur’an Hadis, Aqidah, Akhlak, Fiqih dan

Sejarah Kebudayaan Islam.

1. Al-Qur’an Hadis Memahami ayat Al – Qur’an tentang kompetensi dalam kebaikan dan memahami ayat Al Qur’an tentang perintah menyantuni kaum dhuafa. Kemampuan yang harus ditunjukkan oleh siswa terkait dengan materi tersebut adalah siswa mampu menunjukkan perilaku berkompetensi dalam kebaikan dan siswa mampu mempraktekkan perilaku menyantuni kaum dhuafa

2. Aqidah Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah melalui sifat-sifatnya sehingga kemampuan yang harus dimilki oleh siswa adalah mampu meneladani sifat mulia Rasul-rasul Allah

3. Akhlak Membiasakan berperilaku terpuji (taubat). Terkait dengan materi tersebut, maka kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa adalah mampu menunjukkan perilaku taubat dalam kehidupan sehari-harinya dan mampu menyebutkan syarat-syarat taubat.

4. Fiqih Memahami hukum islam tentang mu’amalah. Kemampuan yang harus dimiliki adalah siswa mampu mempraktekkan macam-macam jual beli yang sah dan jual beli yang dilarang oleh agama.

5. Sejarah kebudayaan islam Memahami perkembangan islam pada abad pertengahan (1250-1800). Terkait dengan materi tersebut, kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah mampu menceritakan perkembangan islam di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban pada abad pertengahan.

Dari beberapa sub materi Pendidikan Agama Islam yang

diajarkan di SDN 3 Woja khususnya di kelas V pada semester 1 (satu)

diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan-kemampuan yang harus

Page 21: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

18

dimiliki siswa tidak terlepas dari 3 (tiga) asfek tujuan pendidikan yaitu

yang berkaiatan dengan kognitif (pengetahuan/Pemahaman), afektif

(Sikap/perilaku), dan psikomotorik (Pengamalan/keterampilan atau

skill). Asfek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan proses

mental yang berawal dari tingkat pengetahuan yang paling rendah

hingga sampai ketingkat pengetahuan yang paling tinggi. Dengan

kemampuan kognitif ini siswa dituntut untuk memiliki pengetahuan

untuk bisa memahami semua materi yang diajarkan di sekolahnya.

Kemampuan afektif adalah kemampuan yang berkaitan dengan sikap

atau perilaku. Kemampuan ini menuntut siswa untuk bisa menerima

dan menghayati materi pelajaran sehingga mampu untuk dimengerti.

Kemampuan psikomotorik adalah kemampuan yang berkaita dengan

keterampilan dalam mngerjakan sesuatu, artinya adalah setiap materi

pelajaran yang diberikan kepada siswa di sekolah agar mampu untuk

dipraktekkan atau diamalkan dalam kehidupannya.

b. Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi

manusia, aspek rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara

bertahap.

Adapun dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia

mempunyai landasan-landasan yang cukup mantap. Dasar tersebut

Page 22: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

19

dapat ditinjau dari segi religius, psikhologis, sosiologis dan yuridis

formil.21

1) Dasar religius

Dasar religius adalah dasar yang bersmber dari ajaran agama islam

yang tertera dalam Al Qur’an maupun dalam Hadits. Menurut

ajaran islam, melaksanakan ajaran islam merupakan perintah yang

bernilai ibadah. Dalam Al Qur’an banyak ayat-ayat yang

menunjukkan adanya perintah tersebut antara lain:

a) Surat An Nahl ayat 125 yang berbunyi

Artinya : Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Dan cegahlah mereka dengan cara yang baik Sesungguhnya Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An Nahl: 125).22

b) Surat Al-Lukman ayat 17 yang berbunyi

Artinya : Wahai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan mencegah mereka dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu teramasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah (QS. Al-Lukman: 17).23

21 Nasir, Peranan Pendidikan, h. 23-45. 22 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), h

421. 23 Ibid., h. 655

Page 23: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

20

2) Psikologis

Pada dasarnya agama seseorang itu banyak dipengaruhi oleh

pendidikan, pengalaman, latihan dan kebiasaan yang dialami sejak

ia masih anak-anak. Seseorang yang tidak pernah memperoleh

pendidikan agama pada waktu kecilnya, tentu ia tidak dapat

merasakan betapa pentingnya beragama. Manusia dalam hidupnya

selalu membutuhkan pegangan yang disebut dengan agama.

Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang

mengakui adanya zat yang Maha Kuasa yang dijadikan sebagai

tempat untuk berlindung dan memohon pertolongan. Hati mereka

akan merasa tenang dan tentram ketika mendekatkan diri dan

mengabdi kepada zat yang Maha Kuasa. Hal semacam ini

diterangkan dalam Al Qur’an dalm surat Ar Ra’du ayat 28 yang

berbunyi:

Artinya : Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan

mengingat Allah lah hati akan menjadi tentram.24

3) Sosiologis

Duncan sebagaimana dikutip oleh Sahilun mengatakan bahwa

manusia pada dasarnya mempinyai unsur-unsur alam semesta dan

24 Ibid., h. 373.

Page 24: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

21

juga mempunyai unsur-unsur rohani. Dari perpaduan unsur-unsur

inilah lahir agama. Oleh karena manusia merupakan anggota

masyarakat, maka beberapa segi atau hal-hal agama menjadi

persoalan sosial dan merupakan perkara yang penting bagi

penelitian sosial, sehingga jelaslah bahwa manusia itu secara

sosiologis adalah makhluk yang beragama.

4) Yuridis formil

Yuridis formil maksudnya, perundang-undangan atau peraturan-

peraturan yang berlaku, baik secara langsung maupun tidak

langsung dapat dijadikan dasar landasan Pendidikan Agama Islam.

Di samping pendapat di atas mengenai landasan pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam, ada juga pendapat lain yang lebih khsusus

lagi sehingga pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia

menjadi cukup kuat. Hal ini perlu diketahui oleh guru pendidikan

agama islam agar tidak ragu-ragu dalam menjalankan dan menerapkan

Pendidikan Agama Islam baik ditempat yang formal maupun non

formal seperti lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bergerak dalam

kemajuan manusia. Dasar-dasar pelaksanaan tersebut menurut

Zuhairini adalah:

1) Yuridis/hukum

Yakni, dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang

berasal dari perundang-undangan yang secara langsung maupun

tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan

Page 25: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

22

Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah ataupun di lembaga

pendidikan formal di Indonesia

2) Religius

Maksudnya adalah dasar-dasar yang bersumber dari ayat al-Qur’an

maupun hadits Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran islam

melaksanakan Pendidikan Agama Islam adalah merupakan

perintah dari Allah dan merupakan ibadah.

3) Sosial psikologis

Dasar ini diambil karena sejak manusia berada dalam kandungan

ibu Allah sudah memberikan fithrah atau potensi yakni potensi

untuk melakukan kebaikan dan selalu berpegang teguh kepada

ajaran agama. Melalui Pendidikan Islamlah semua potensi itu dapat

dibedah dan dijabarkan sehingga potensi-potensi yang ada dapat

digali.25

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama

Islam memiliki dasar yang sangat kuat, baik dari segi hukum maupun

dari agama Islam itu sendiri. Sehingga tidak akan ada keraguan sama

sekali dalam menerapkan dan melaksanakan Pendidikan Agama Islam

itu dimanapun dan kapanpun. Di samping hal itu juga karena

Pendidikan Agama Islam mengandung nilai-nilai yang baik yang

sesuai dengan kebutuhan umat manusia dalam menghadapi segala jenis

25 Zuharini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h.

21.

Page 26: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

23

tantangan hidup baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari luar

kehidupan pribadi.

c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

1) Tujuan Pendidikan Agama Islam

Setiap pendidikan yang dilakukan baik secara formal dan non

formal tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun yang

dimaksud dengan tujuan adalah “Sasaran yang ingin dicapai.26

Lebih jauh dijelaskan tujuan adalah “Sasaran yang ingin dicapai

seseorang atau sekelompok orang setelah melakukan suatu

kegiatan.27. Dari penegertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan

adalah sesuatu yang ingin hendak dicapai setelah melakukan

aktifitas atau kegiatan.

Sedangkan tujuan pendidikan dijelaskan dalam UU Sistim

Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 adalah “...bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.28

Dari deskripsi tentang tujuan pendidikan menurut UU sistim

pendidikan nasional tahun 2003 di atas dapat dipahami bahwa

tujuan pendidikan pada dasarnya adalah merubah sikap dan

26 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 23 27 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka setia, 1998), h. 29 28 Lihat lampiran Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistim Pendidikan Nasional dalam Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 307.

Page 27: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

24

perilaku (kepribadian) seseorang kearah yang lebih baik sehingga

ia mampu hidup terampil dan mandiri serta mampu menetukan

arah dan tujuan kehidupannya secara mandiri.

Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam adalah “perubahan

yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses

pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan

pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya

dimana individu itu hidup”.29

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan

pendidikan agama islam adalah menanamkan nilai agama untuk

dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari serta

memberikan kemampuan untuk kelangsungan hidup, baik dalam

melaksanakan tugas maupun menghadapi problem atau masalah

yang dihadapinya.

Adapun tujuan pendidikan agama islam dibagi menjadi dua

yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :

a) Tujuan Umum

Adapun yang dimaksud dengan tujuan umum adalah

membimbing anak agar mereka menjadi muslim sejati, beriman

teguh, beramal soleh dan berakhlak mulia serta berguna bagi

masyarakat, agama dan Negara.30 Lebih jauh dijelaskan bahwa

tujuan umum pendidikan agama islam adalah merupakan suatu

29 Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 31 30 Zuharini, Metodik Khusus , h. 45

Page 28: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

25

tujuan yang akan dicapai dalam semua kegiatan pendidikan,

baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini

meliputi seluruh aspek kemajuan yang meliputi sikap, tingkah

laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini

berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi, dan

kondisi dengan kerangka yang sama. Pembentukan insan kamil

dengan takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang

yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu

yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.31

Tujuan umum ini juga sangat relevan dengan tujuan

pendidikan nasional sebagaimana yang terdapat dalam bab II

pasal 3 UU N0 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Nasional yaitu pendidikan nasional bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga Negara yang demokratis sera bertanggung

jawab.32

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan umum

pendidikan agama islam adalah membentuk manusia yang

seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan berakhlak, sehingga

mampu menghadapi tantangan hidup serta bertanggung jawab.

31 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 30 32 Hasbullah, Dasar-dasar, h. 307.

Page 29: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

26

b) Tujuan Khusus

Adapun yang dimaksud dengan tujuan khusus Pendidikan

Agama Islam adalah “tujuan pada setiap tingkat yang dilalui”.33

Lebih jauh dijelaskan bahwa “tujuan khususnya lebih praktis

sifatnya sehingga konsep pendidikan agama Islam tidak hanya

sekedar idialisme ajaran-ajaran islam tetapi juga dapat

difokuskan sebagai harapan-harapan yang dicapai di dalam

tahap-tahap proses pendidikan sekaligus dapat pula dinilai

hasil-hasil yang telah dicapai”34 Tujuan khusus pada dasarnya

merupakan jabaran dari tujuan umum yang dilakukan oleh guru

Pendidikan Agama Islam dalam bentuk operasional.

Dari tujuan khusus ini dapat ditarik beberapa dimensi

yang hendak dituju oleh kegiatan pengajaran pendidikan agama

Islam yaitu:

(1) Dimensi keiman peserta didik terhadap agama Islam

(2) Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta

keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam

Dimensi penghayatan dan pengalaman batin yang

dirasakan peserta didik dalam arti bagaimana ajaran islam yang

telah diimani, dipahami dan dihayati atau internalisasikan oleh

peserta didik untuk mampu menumbuhkan motivasi dalam

33 Zuharini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h.

46 34 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2002), h. 8.

Page 30: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

27

dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan dan mentaati

ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi,

sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah

SWT serta mengaktualisasikan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbagsa dan bernegara.35

Jadi dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan

khusus pendidikan agama islam merupakan tujuan yang

diharapakan dapat diaplikasikan secara langsung dalam

kehidupan sehari-hari dan dijadikan sebagai pegangan hidup.

2) Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama islam yang diajarkan di sekolah memilki

beberapa fungsi sebagai berikut :

a) Fungsi Pengembangan Fungsi pengembangan adalah fungsi untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga

b) Fungsi Penyaluran Fungsi penyaluran adalah fungsi yang menyalurkan anak didik yang memilki bakat khusus di bidang agama agar bakat yang dimiliki tersebut dapar berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan berguna bagi orang lain

c) Fungsi Perbaikan Fungsi perbaikan yaitu fungsi yang memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan, peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari

d) Fungsi pencegahan Fungsi pencegahan yaitu fungsi untuk mencegah dan menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari

35 Ibid., h. 10.

Page 31: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

28

budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia yang seutuhnya

e) Fungsi Penyesuaian Fungsi penyesuaian adalah fungsi untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran islam

f) Fungsi Nilai Fungsi nilai adalah fungsi untuk memberikan pedoman mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.36

Dari keenam fungsi pendidikan agama islam di atas dapat

disimpulkan bahwa semua fungsi pembelajaran pendidikan agama

islam pada hakekatnya adalah untuk menjadikan peserta didik

menjadi manusia muslim seutuhnya.

B. Kerangka Pikir

Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Motivasi Guru dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Pendidikan Agama

Islam kelas V di SDN 3 Woja Tahun Pelajaran 2010/2011”. Terdapat dua

variabel yang digunakan yaitu motivasi guru (variabel bebas) dan prestasi

belajar siswa (variabel terikat). Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang

akan dicapai dalam pelaksanaan proses belajar. Karena prestasi belajar siswa

adalah inti dari usaha yang dilakukan dalam interaksi pembelajaran. Namun

yang harus dipahami bahwa prestasi belajar siswa pada bidang studi

Pendidikan Agama Islam tidak akan meningkat kalau tidak ada pendukung

36 Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), h. 104

Page 32: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

29

yang kuat dari luar diri siswa yang merupakan objek pendidikan. Dorongan

yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah berbentuk motivasi dari guru.

Sehingga dengan adanya motivasi guru Pendidikan Agama Islam diharapkan

prestasi siswa menjadi meningkat.

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana dirumuskan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan,”37

Suharsimi juga mengartikan bahwa yang dimaksud dengan hipotesis

adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian

sampai teruji melalui data yang terkumpul.38

Pendapat di atas jelas bahwa hipotesis merupakan jawaban yang bersifat

sementara dari sebuah penelitian sebelum diuji kebenarannya melalui

penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi hipotesis dalam

penelitian ini adalah ada pengaruh motivasi guru Pendidikan Agama Islam

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan

Agama Islam yang disebut dengan hipotesis alternatif (Ha).

37 Sugiono, Metode Penelitian Kuantiatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006),

h. 71. 38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 54.

Page 33: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain (rancangan) penelitian pada dasarnya merupakan keseluruhan

proses pemikiran dan landasan berpijak bagi peneliti, karena desain penelitian

merupakan strategi untuk memperoleh data yan valid yang disesuaikan dengan

karakteristik variabel dan tujuan penelitian.

Desain penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan

dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam

bidang pendidikan.39

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantiatif, karena data yang

diperoleh dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis menggunakan

statistik.

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang

diguankan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Pengumpulan

data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantiatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.”40

39 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2010), h. 6. 40 Ibid, h. 18.

Page 34: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

31

Margono mengartikan penelitian kuantitatif merupakan suatu proses

mengemukakan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai

alat menemukan keterangan yang menggunakan data berupa angka sebagai

alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.”41

Berdasarkan tujuan dan permasalahan, maka penelitian ini menggunakan

beberapa instrument penelitian yang digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh dari suatu yang dikenakan pada subyek penelitian. Dalam

desain penelitian ini kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan

menunjukkan pengaruh motivasi guru.

B. Populasi dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi mencakup seluruh wilayah yang ingin diteliti, jadi populasi

bukan hanya mencakup orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam

yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek juga

subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang

dimiliki oleh objek atau subjek itu.42

Margono berpendapat bahwa yang dimaksud dengan populasi

adalah” seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup

dan waktu tertentu.”43

Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang dapat

41 Margono, Metodologi penelitian pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 105. 42 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 117. 43 Margono, Metodelogi Penelitian, h. 118.

Page 35: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

32

memberikan informasi yang berguna yang berkaitan dengan sesuatu yang

dibutuhkan oleh peneliti.

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 3 Woja. Adapun jumlah siswa

adalah 78 orang laki-laki dan 61 orang perempuan sehingga berjumlah 179

orang siswa.

b. Sampling

Sugiono mengatakan bahwa sampel adalah” bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”44 sedangkan Arikunto

menyatakan sampel adalah” sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”45

Jadi yang dimaksud sampel yaitu bagian dari populasi yang dapat

mewakili keseluruhan.

Arikunto berpendapat bahwa apabila subyeknya kurang dari 100

orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil

antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.”46

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan

bagian dari populasi, namun sampel yang diambil dari populasi tersebut

harus benar-benar dapat dipercaya.

Melihat jumlah siswa yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian

lebih dari100, maka peneliti akan mengambil 15% dari 139 (jumlah siswa

keseluruhan siswa), yakni sebanyak 21 orang siswa SDN 3 Woja.

44 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 90. 45 Suharsimi, Prosedur Penelitian, h. 131. 46 Ibid., h. 134.

Page 36: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

33

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara proporsive sampling.

Menurut Sugiyono, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu47. Dalam hal ini yang dijadikan sebagai sampel

penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 21 orang siswa.

C. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian menurut Suharsimi adalah” alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih

mudah, cermat, lengkap dan sistimatis sehingga lebih mudah diolah.”48

Sugiono juga mengatakan instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang dramatis.”49

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian

adalah suatu alat yang di gunakan untuk mengumpulkan data agar lebih

mudah diolah dan dapat mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati.

Untuk memudahkan dan memperlancar penelitian, peneliti

menggunakan beberapa instrumen dalam mengumpulkan data. Peneliti

terlebih dahulu menyusun kisi-kis instrument penelitian.

47 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 218-219. 48 Ibid., h. 137. 49 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 114.

Page 37: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

34

Tabel 1 : Kisi-kisi instrument penelitian

Perencanaan

No Variabel Aspek yang diteliti Teknik pengumpulan

data

1 Motivasi guru dalam meningkatkan perestasi belajar

1. Perencanaan proses belajar Dokumentasi

2. Persiapan bahan pembelajaran -

3. Pengaturan waktu pembelajaran Dokumentasi

4. Disiplin dalam peraturan sekolah

-

2 Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan proses belajar mengajar

Angket

Angket

Aspek yang

diteliti

Kisi-kisi Item soal

1 2 3 Prestasi belajar

1. Ketekunan mengikuti pelajaran Agama Islam 1,2,

2. Kedisplinan dalam mengajar 3,4,5

3. Menggunakan buku-buku paket 6,7

4. Pujian dan hadiah 8

5. Belajar kelompok 9,10

6. Belajar terbimbing 11,12

7. Penting dan menariknya belajar 13,14

8. Bergaul dengan teman yang menyukai pelajaran Agama Islam

15,16

9. Keinginan mendapat nilai yang sama atau lebih dari teman

17,18

Page 38: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

35

10. Nasihat tentang pentingnya tugas 19,20

11. Manfaat dan keuntungan belajar Agama Islam 21,22

12. Perhatian guru terhadap kehadiran dan prestasi belajar siswa

23,24,25

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang diperlukan dan

pembahasan masalah penelitian, maka peneliti menggunakan instrument

penelitian sebagai berikut:

a. Pedoman Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari respoden dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal yang ia ketahui. 50

Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan sejumlah

pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis juga oleh responden

Berdasarkan pendapat di atas bahawa dalam penelitian ini pedoman

angket digunakan untuk memperoleh informasi melalui sejumlah

pertanyaa yang berkaiatan dengan pengaruh motivasi guru agama islam

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

tertutup yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya, responden

tinggal memilih. Angket tersebut berbentuk pilihan ganda yang berjumlah

25 butir pertanyaan dan tiap nomor pertanyaan diberi alternatif jawaban 4

option dengan ketentuan sebagai berikut :

50 Suharsimi, Prosedur Penelitian, h. 121.

Page 39: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

36

1) Jika responden menjawab A maka skornya 4 yang berarti sangat

setuju/selalu

2) Jika responden menjawab B maka skornya 3 yang berarti setuju/sering

3) Jika responden menjawab C maka skornya 2 yang berarti kadang-

kadang

4) Jika responden menjawab D maka skornya 1 yang berarti tidak pernah

5) Jika responden tidak memilih/menjawab dari ke empat alternatif

jawaban maka skornya 0 yang berarti negatif

Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai atau skor

tertinggi yang telah ditetapkan oleh peneliti adalah 4 (empat) untuk

alternatif pilihan jawaban A dan skor atau nilai terendah adalah 1 (satu)

untuk alternatif pilihan jawaban D. Sedangkan untuk option negatif (0)

tidak dimasukkan sebagai skor penilaian. Dengan demikian hasil

instrument angket yang terdiri dari 25 butir pertanyaan akan dihitung

menggunakan rumus Product Moment.

b. Pedoman dokumentasi

Dokumentasi adalah pedoman yang berisi garis-garis besar atau

kategori yang akan dicari datanya pada saat mengadakan penelitian yang

bersumber pada benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, dan sebagainya. Pedoman dokumentasi ini peneliti gunakan

untuk mendapatkan data-data tentang nilai siswa, jumlah guru, daftar

jumlah siswa, sarana dan prasarana sekolah, dan struktur organisasi SDN 3

Woja.

Page 40: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

37

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini cara memperoleh data dikenal dengan teknik

pengumpulan data. penggunaan teknik dan pengumpulan data yang tepat

memungkinkan diperolehnya data yang obyektif. Ada beberapa teknik

pengumpulan data yang sering digunakan dalam suatu penelitian ilmiah, tapi

teknik pengumpulan data harus dipilih sesuai kebutuhan peneliti. Adapun

teknik pengumpulan data yang digunakandalam penelitian ini adalah:

a. Metode angket

Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan sejumlah

pertanyaa tertulis untuk dijawab secara tertulis juga oleh responden

Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang persiapan guru

dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran pendidikan agama

islam. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup yakni

suatu jenis angket yang didalamnya telah tersedia sejumlah pertanyaan

yang harus dipilih, dan sejumlah pertanyaan yang terdiri dari 25

pertanyaan, alternatif jawaban yang harus dipilih ada 4 yaitu selalu, sering,

kadang-kadang dan tidak pernah. Dengan metode angket, peneliti gunakan

untuk memperoleh data tentang persiapan guru agama islam dalam proses

belajar mengajar terhadap prestasi belajar mengajar siswa pada mata

pelajaran pendidikan agama islam kelas V di SDN 3 Woja.

b. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data yang bersumber pada

tulisan, sebagaimana objek yang diperhatikan dalam memperoleh

Page 41: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

38

informasi, kita memperhatikan tiga macam sumber yaitu tulisan (paper),

tempat (place), dan kertas atau orang (people).51

Pendapat di atas, jelas tidak semua data yang harus

didokumentasikan dalam penelitian ini melainkan data mengenai jumlah

siswa, guru, sarana dan prasarana dan struktur organisasi yang dimiliki

SDN 3 Woja sebagai penunjang kelengkapan data yang diambil oleh

peneliti dan dapat dijadikan acuan untuk mendapatkan data yang valid.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah pengelompokkan data berdasarkan variabel dan

jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel yang diteliti,

melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesi yang telah diajukan.52

Berdasarkan pendapat di atas analisis data yang digunkan dalam

penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Dari uraian di atas maka

peneliti menggunakan analisis data ini untuk memaparkan keadaana atau

kejadian yang terjadi berdasarkan ketentuan – ketentuan yang sudah ada untuk

di tarik kesimpulan tentang masalah yang diteliti, sehingga dapat

dipertanggung jawabkan.

Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam suatu

penelitian,karena dengan analisa data inilah maka data dapat diberi arti dan

makna yang berguna dalam memecahkan massalah penelitian.

51 Ibid, h. 158 52 Ibid, h. 207

Page 42: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

39

Adapun rumus yang digunakan dalam menganalisa tersebut yaitu

dengan menggunakan rumus product moment yaitu sebagai berikut :

rxy = ( )( )

( ){ } ( ){ }2222 ..

..

∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑

−−

yyNxxN

yxxyN

Keterangan :

Rxy : Angka korelasi antara variabel X dan Y

N : Banyaknya Responden

X : Variabel X (Motivasi guru agama islam dalam meningkatkan

prestasi belajar)

Y : Variabel Y (prestasi belajar siswa)

X2 : Kuadrat dari X

Y2 : Kuadrat dari Y53

Adapun kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

a. Jika r-hitung < r-tabel, maka (Ha) di tolak, yaitu Tidak ada pengaruh motivasi

guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi

Pendidikan Agama Islam.

b. Jika r-hitung > r-tabel, maka (Ha) di terima, yaitu Ada pengaruh motivasi guru

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi pendidikan

agama Islam.

53 Ibid, h. 256

Page 43: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

40

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Validasi Instrumen

Suharsimi Arikunto mengatakan “Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahehan sesuatu instrumen.

Suatu instrumen yang valid/sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya

instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.”54 Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid atau sahih apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan, jika data yang dihasilkan dari sebuah

instrumen valid, maka dapat dikatakan instrumen itu valid, karena dapat

memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau

dengan keadaan yang sesungguhnya. Salah satu instrumen atau alat ukur yang

dijadikan indikator untuk melihat pengaruh motivasi guru dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam di SDN 3 Woja adalah nilai hasil ujian semester yang terdapat dalam

Rapor masing-masing siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan sikap yang

hati-hati agar tidak ada kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan nama-nama

siswa dan prestasi belajar yang diperoleh masing-masing siswa di SDN 3

Woja pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

54 Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 144-145.

Page 44: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

41

Validnya instrumen untuk menghasilkan data harus didukung juga

oleh usaha yang dilakukan peneliti. Karena tanpa keseriusan peneliti maka

suatu data diragukan kevalidan/keabsahannya. Jadi sangatlah diperlukan

keseriusan dan usaha agar dapat menghasilkan data yang valid.

Adapun usaha-usaha peneliti dalam melakukan penelitian, untuk

mendapatkan data yang valid antara lain:

1. Menyebarkan angket kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana

pengaruh motivasi guru Agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

2. Mencari dokumen tentang keadaan sekolah, sarana dan prasarana, guru,

siswa, pegawai, dan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam

3. Menggunakan rumus penelitian yang relevan

B. Pengumpulan dan Penyajian Data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan sesuatu yang sangat penting dalam

suatu penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengumpulan

data dengan metode angket yang disebarkan kepada siswa khususnya

siswa kelas V untuk mengetahui sejauh mana pengaruh motivasi guru

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilakukan sejak peneliti diberikan ijin

Page 45: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

42

untuk melakukan penelitian pada tanggal 9 Agusutus 2011 sampai selesai

di kelas V SDN 3 Woja.

2. Penyajian data

Penyajian data dilakukan setelah pengumpulan data dilaksanakan,

dalam suatu penelitian peran dari penyajian data sangat penting karena

penyajian data merupakan salah satu bukti dalam melakukan penelitian.

Sebelum melaksanakan penyajian data akan dijelaskan variabel dalam

penelitian ini, yaitu motivasi guru pendidikan agama islam dan data

prestasi belajar kelas V SDN 3 Woja Tahun Ajaran 2011/2012.

Table 2 : Data skor angket motivasi guru (variabel X) dan prestasi

belajar siswa (variabel Y) kelas V SDN 3 Woja tahun pelajaran

2011/2012

Nomor Responden

Skor Angket Motivasi Guru (Variabel X)

Pretasi Belajar (Variabel Y)

1 86 8 2 85 8 3 85 8 4 80 8 5 86 8 6 75 7 7 80 8 8 60 6 9 63 6 10 85 8 11 80 8 12 55 6 13 85 8 14 60 6 15 85 8 16 80 8 17 80 8 18 75 7

Page 46: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

43

19 45 6 20 45 6 21 60 6

C. Analisis Data

Langkah-langkah menganalisis data dari hasil penelitian sebagai berikut :

a) Merumuskan hipotesis karena dalam analisis data ini menggunakan

analisis statistik, maka hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian

ini adalah ada pengaruh motivasi guru agama islam dalam belajar

mengajar terhadap prestasi belajar mengajar siswa pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam kelas V di SDN 3 Woja Tahun Pelajar

2011/2012.

b) Menentukan variable X dan variabel Y. Yang berperan sebagai variable X

adalah motivasi guru agama Islam dalam proses belajar mengajar dan

variable Y adalah prestasi belajar siswa.

c) Menyusun tabel kerja. Untuk mengetahui tabel kerja tentang motivasi guru

agama islam dalam proses belajar mengajar terhadap prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V di SDN 3 Woja

tahun pelajaran 2011/2012.

Tabel 3 : Tabel kerja motivasi guru agama Islam dalam proses

belajar mengajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V di SDN 3 Woja tahun

pelajaran 2011/2012

Nomor responden X Y X2 Y2 XY

Page 47: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

44

1 86 8 7396 64 688

2 85 8 7225 64 680

3 85 8 7225 64 680

4 80 8 6400 64 640

5 86 8 7396 64 688

6 75 7 5625 49 525

7 80 8 6400 64 640

8 60 6 3600 36 360

9 63 6 3969 36 378

10 85 8 7225 64 680

11 80 8 6400 64 640

12 55 6 3025 36 330

13 85 8 7225 64 680

14 60 6 3600 36 360

15 85 8 7225 64 680

16 80 8 6400 64 640

17 80 8 6400 64 640

18 75 7 5625 49 525

19 45 6 2025 36 270

20 45 6 2025 36 270

21 60 6 3600 36 360

∑ 1535 152 116011 1118 11354

d) Memasukkan data kedalam rumus

rxy = ( )( )

( ){ } ( ){ }2222 ..

..

∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑

−−

yyNxxN

yxxyN

= { }{ }22 )152(111821.)1535(11601121

)152).(1535(1135421−−

xxx

= { } { }231042347823562252436231

233320238434−−

−x

Page 48: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

45

=374.80006

5114x

=29922244

5114 =

12,54705114

= 0,990

e) Mengkonsultasikan nilai r-hitung (rxy) dengan nilai r-tabel (product

moment)

Selanjutnya r-hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan r-tabel

product moment, untuk mengetahui besar-kecilnya nilai antara r-hitung

dengan r-tabel.

Dari perhitungan di atas, diketahui nilai r-hitung sebesar 0,990,

sedangkan r-tabel pada taraf signifikan 5% dengan banyak responden (N)

21 sebesar 0,433. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan r-hitung lebih

besar dari r-tabel.

D. Hasil Analisis

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai r-hitung

adalah sebesar 0,990, sedangkan nilai r-tabel pada taraf signifikan 5% dengan

jumlah sampel 21 adalah 0,433 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,549.

Karena r-hitung lebih besar dari r-tabel (0,990 > 0,433), maka hipotesis

alternativ (Ha) yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan “di terima” dan

hipotesis nol (Ho) “ditolak”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh motivasi guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran PAI di kelas V SDN 3 Woja.

Page 49: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

46

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi dan Hasil Penelitain

1. Sejarah Singkat Berdirinya SDN 3 Woja

Di awali dengan suasana yang tidak menentu, saat itu sedang

maraknya kegiatan yang diprakarsai oleh Kaum Nasakom. Terketuk pintu

hati para toko dan Ormas untuk memperjuangkan sarana khusus

pendidikan dasar. Dibangunlah sekolah darurat berdinding anyaman

bambu beratap alang-alang. Lokasi yang ditempati sistem pinjam tempat

di tengah dusun wawo. Karena tokoh-tokoh yang memprakarsai berdirinya

sekolah tersebut mayoritas orang Rasanae maka sekolah tersebut di beri

nama SDN Rasanae pada tanggal 1 Agustus 1949.55

Setahun setelah berjalan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),

SDN Rasanae mendapat tempat (lokasi) tetap dari pemerintah dan mulai di

bangun dengan bantuan subsidi dari pemerintah dan masyarakat. Bantuan

pemerintah berupa dana DAK SDN Rasanae sudah beberapa kali di rehab.

Rehabilitasi terakhir dilakukan pada Tahun 2009/2010 yakni 3 (tiga) lokal

serta bangunan baru 2 (dua) lokal.56

Pada Tahun 2007, SDN Rasanae berganti nama menjadi SDN 3

Woja.57

55 Dokumentasi SDN 3 Woja Dompu, dikutip 10 Agustus 2011 56 Ibid., dikutip 10 Agustus 2011 57 Ibid., dikutip 10 Agustus 2011

Page 50: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

47

Sejak berdirinya SDN 3 Woja, telah di jabat oleh beberapa orang

kepala sekolah, yang di antaranya adalah sebagai berikut:

• Periode 1949 – 1953 : Usman H. Ali • Periode 1953 – 1960 : Mustafa • Periode 1960 – 1968 : H. Maman Jamaludin • Periode 1968 – 1979 : Jafar Makarau • Periode 1979 – 1995 : Syarifudin • Periode 1995 – 2004 : Mustamin H. Rifaid • Periode 2005 – 2007 : Syamsudin H. Ahmad • Periode 2007 – 2010 : H. Sudirman • Periode 2010 – Sekarang : M. Tayeb58

2. Letak Geografis SDN 3 Woja

SDN 3 Woja berlokasi di Jalan Lintas Sumbawa Desa Nowa

Kecamatan Woja Kabupaten Dompu, dengan batasan wilayah sebagai

berikut:

a. Disebelah utara berbatasan dengan Jalan Lintas Sumbawa Desa Nowa Kecamatan Woja Dompu

b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan warga Desa Nowa Kecamatan Woja Dompu

c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan warga Desa Nowa Kecamatan Woja Dompu

d. Sebelah barat berbatasan dengan perumahan warga Desa Nowa Kecamatan Woja Dompu59

3. Visi dan Misi SDN 3 Woja

Visi:

Menjadikan SDN 3 Woja yang memiliki keunggulan di bidang IMTAQ

dan IPTEK60

Misi:

a. Meningkatkan profesionalisme guru sesuai potensi/tuntutan kurikulum

58 Ibid., dikutip 10 Agustus 2011 59 Observasi, 10 Agustus 2011 60 Observasi, Papan Visi-misi SDN 3 Woja, 10 Agustus 2011

Page 51: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

48

b. Disiplin dalam melaksanakan tugas dan mentaati peraturan yang

berlaku

c. Mengembangkan pola pelajaran PAIKEM dalam semua mata pelajaran

d. Menjalin kerjasama dengan wali murid dalam hal penuntasan

CALISTUNG dan Baca Tulis al-Qur’an

e. Melaksanakan manajemen transfaran dan akuntabel.61

4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana atau perlengkapan penunjang dalam kegiatan belajar

mengajar di SDN 3 Woja sesuai dengan laporan bulanan sebagai berikut:

Tabel

Sarana Bangunan/Ruangan SDN 3 Woja62

No. Jenis Jumlah Kondisi

1. Ruang kelas 6 Layak

2. Ruang Kepala Sekolah 1 Tidak Layak

3. Ruang Guru 1 Layak

4. Ruang Perpustakaan 1 Layak

5. Ruang UKS 1 Layak

6. Toilet/WC 1 Layak

Total Jumlah 11

5. Keadaan Guru dan Pegawai

Untuk mempelancar proses kegiatan belajar mengajar sebagai

tujuan dari pendidikan, SDN 3 Woja memiliki sejumlah tenaga pengajar

61 Ibid., 10 Agustus 2011 62 Observsai, Papan Sarana dan Prasarana SDN 3 Woja, 10 Agustus 2011

Page 52: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

49

dan beberapa pegawai. Guru dan pegawai tersebut mempunyai tanggung

jawab terhadap jalannya kegiatan belajar mengajar.

Untuk lebih jelasnnya tentang tenaga pendidik dan tenaga

adeministratif SDN 3 Woja dapat dilihat didalam tabel dibawah ini :

Tabel 06

Daftar guru dan Pegawai SDN 3 Woja63

No Nama Guru Pendidikan Terakhir

Jabatan dan Bidang Studi yang diampu

1. M. Tayeb SPG Kepala Sekolah

2. Asni, S.Pd.SD S1 PGSD Guru Kelas

3. St. Hadijah, A.Ma.Pd D II Guru Kelas

4. Jumhuriatin, A.Ma D II Guru Agama Islam

5. Nurdin, S.Pd.SD S1 PGSD Guru Kelas

6. Rosdiana Aini, A.Ma D II Guru Kelas

7. St. Mariam SPG Guru Kelas

8. Siti. Hajar, A.MA D II Guru Pembantu Kelas IV

9. Khairunnisa, S.Pd S1 Guru Pembantu Kelas V

10. Rosmiati, A.Ma D II Guru Pembantu Kelas II

11. Fujiah, S.Ag S1 Guru Agama

12. Harnitati, A.Ma D II Guru Pembantu Kelas III

13. Nurlaela, A.Ma D II Guru Pembantu Kelas I

14. Syarifudin, S.Pd S1 Guru Bahasa Inggris

15. Penjaga SMA Penjaga

63 Observasi, Papan Daftar Guru dan Pegawai, 10 Agustus 2011

Page 53: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

50

6. Keadaan Siswa

Siswa merupakan salah satu komponen utama dalam pendidikan.

Artinya didalam melaksanakan proses belajar mengajar keberadaan suatu

lembaga pendidikan sangat penting demi tercapenya tujuan pendidikan.

Keadaan siswa SDN 3 Woja dapat dirincikan sebagai berikut :

Tabel 07

Daftar Siswa SDN 3 Woja Tahun Pelajaran 2011/201264

No Kelas Jumlah Murid

Rombel L P Jumlah

1. I 12 7 19

2. II 16 10 26

3. III 11 10 21

4. IV 18 12 30

5. V 9 12 21

6. VI 12 10 22

Jumlah 78 61 139

7. Struktur Organisasi

Untuk dapat membantu pelancaran darisuatu proses belajar

mengajar dalam suatu sistem pendidikan diperlukan adannya suatu

pengorganisasian yang baik dan teratur. Adapun struktur diorganisasi yang

ada di SDN 3 Woja adalah sebagai berikut:

64 Ibid., dikutip 10 Agustus 2011

Page 54: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

51

Bagan Struktur Organisasi SDN 3 Woja Tahun Pelajaran 2011/201265

B. PENGUJIAN HIPOTESIS

Setelah peneliti mengadakan penelahaan yang mendalam terhadap

berbagai sumber untuk anggapan awal, maka langkah yang akan di tempuh

selanjutnnya adalah menguji hipotesis yaitu dalam menentukan penerimaan

dan penolakan hipotesis.

Dalam pengujian hipotesis ini peneliti menggunakan kriteria pengujian

hipotesis yang sering digunakan, yaitu apabila r-hitung lebih besar dari harga

r-tabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.

65 Observasi, Papan Bagan Struktur Organisasi SDN 3 Woja, 10 Agustus 2011

Kepala Madrasah KOMITE KADES

Siswa

Orang Tua

GTT GTT GTT GTT GTT GTT Gr. B. Inggris GTT

Gr. Agama Gr. Kls I Gr. Kls II Gr. Kls III Gr. Kls IV Gr. Kls V Gr. Penjaskes Gr. Kls VI

Keterangan :

Garis Koordinasi

Page 55: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

52

Sedangkan apabila harga r-hitung lebih kecil dari r-tabel maka hipotesis

alternatif (Ha) ditolak dan hipotesis nol (Ho) diterima.

Berdasarkan hasil analisis data, nilai rxy yang diperoleh adalah 0,990,

sedangkan angka batas penerimaan hipotesis nol yang terdapat pada tabel

product moment pada taraf signifikasi 5% dan N = 21 adalah 0,433. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai r-hitung (rxy) lebih besar dari r-tabel product

moment (0,990 > 0,433). Ini berarti hipotesis alternatif (Ha), yang berbunyi

“ada pengaruh motivasi guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran PAI di kelas V SDN 3 Woja “di terima”.

C. PEMBAHASAN

Guru merupakan salah satu unsur penting dalam pendidikan,

keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kompetensi guru dalam proses

pendidikan. Peran penting guru dalam proses pendidikan tidak saja hadir

secara fisik dalam kegiatan pengajaran tetapi juga secara psikis, yakni mampu

memberikan motivasi.

Upaya meningkatkan perestasi belajar siswa tidak lepas dari motivasi

guru dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi dapat dilakukan di kelas maupun

di luar kelas. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh M. Tayeb (Kepala SDN

3 Woja), bahwa “membelajarkan siswa tentu harus dapat menghadirkan siswa

baik secara fisik dan psikisnya, untuk itu guru harus dapat membangkitkan

semangat belajar siswa secara kontinyu”.66

66 Wawancara dengan M. Tayeb (Kepala SDN 3 Woja), Wawonduru, 13 Agustus 2011

Page 56: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

53

Motivasi belajar yang paling mungkin dan berpengaruh bagi siswa jika

dilakukan pada saat pembelajaran, sebagaimana diungkapkan oleh Fujiah,

bahwa:

Motivasi akan lebih baik jika dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Guru harus dapat menyingkap makna, tujuan, dan arti penting pembelajaran, sehingga dengan itu siswa mengarahkan perhatiannya dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru perlu persiapan yang matang, baik penguasaan materi, pemilihan media dan metode yang sesuai.67

Guru juga selalu berusaha mempengaruhi peserta didik agar rajin

belajar, di antaranya dengan menyampaikan ide-ide baru dalam pembelajaran,

memfasilitasi kebutuhan pembelajaran, berperan sebagai mediator dalam

pembelajaran.68 Dan yang tidak kalah pentingnya dalam proses pembelajaran

adalah “reward dan phunishment yaitu memberikan sangsi kepada peserta

didik yang melanggar disiplin, dan penghargaan atau hadiah kepada siswa

yang berprestasi”.69

Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI

merupakan suatu usaha bersama. Kebersamaan guru, kepala sekolah dan

segenap masyarakat yang ada dalam lingkungan internal maupun eksternal

sekolah. Karena aplikasi dari pengamalan ajaran agama adalah tuntutan dan

kewajiban umat muslim. M. Tayeb mengemukakan bahwa “dalam lingkungan

sekolah, guru perlu menuunjukkan kebersamaan dan menjalin kerjasama

67 Wawancara dengan Fujiah (guru Agama Islam SDN 3 Woja), Wawonduru, 13 Agustus

2011 68 Ibid., 13 Agustus 2011 69 Ibid., 13 Agustus 2011

Page 57: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

54

dengan pihak lain dalam mempersiapkan pembelajaran, selalu bertindak jujur,

adil, dan disiplin untuk dapat dicontohi oleh siswa”.70

Serangkaian kegiatan guru dalam memberikan motivasi belajar siswa

berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa. Dari hasil analisis data

penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh motivasi guru dalam

menintgkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama

Islam. Hal ini diketahui dari nilai r-hitung yang diperoleh adalah 0,990,

sedangkan angka batas penerimaan hipotesis nol yang terdapat pada tabel

product moment pada taraf signifikasi 5% dan N (responden) = 21 sebesar

0,433. Hal ini menunjukkan bahwa nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel

product moment (0,990 > 0,433). Ini berarti hipotesis alternatif (Ha), yang

berbunyi ada pengaruh motivasi guru terhadap prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran PAI di kelas V SDN 3 Woja “di terima”, dan hipotesis nol

(Ho) yang menyatakan tidak ada pengaruh motivasi guru terhadap prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas V SDN 3 Woja “di terima”.

70 Wawancara dengan M. Tayeb (Kepala SDN 3 Woja), Wawonduru, 13 Agustus 2011.

Page 58: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

55

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan data dan pembahasan di atas, maka peneliti dapat

menyimpulkan terdapat pengaruh motivasi guru dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas V SDN 3 Woja. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai r-hitung yang diperoleh adalah 0,990, sedangkan

angka batas penerimaan hipotesis nol yang terdapat pada tabel product

moment pada taraf signifikasi 5% dan N (responden) = 21 sebesar 0,433 yang

berarti pula bahwa nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel product moment

(0,990 > 0,433).

B. Saran

Ada beberapa saran yang peneliti ajukan, terkait dengan hasil

penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1. Kepada para guru hendaknya menjadi contoh teladan yang baik bagi

siswa-siswinya baik dalam hal belajar, menuntut ilmu, maupun dalam

praktik kehidupan sosial, sehingga dengan demikian mampu menjadi spirit

bagi siswa untuk meningkatkan kualitas hasil belajarnya terutama pada

mata pelajaran pendidikan agama Islam.

2. Kepada siswa-siswi hendaknya lebih giat dan disiplin dalam belajar,

karena bagaimanapun bagusnya metode penyampaian guru, fasilitas yang

Page 59: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

56

mendukung, itu akan sia-sia tanpa ada kesadaran dan keseriusan pribadi

siswa dalam merespon pembelajaran.

Page 60: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

DAFTAR PUSTAKA

Abdorrakhman Ginting. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung:

Humaniora, 2008.

Balnadi Sutadipura. Aneka Problema Keguruan. Bandung: Angkasa, 1985.

Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Jakarta: Pustaka Amani, 2002.

Hamid Darmadi. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta, 2009.

Hamzah B. Uno. Teori Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Kunandar. Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Martinis Yamin. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Persada Press, 2009.

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.

Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka setia, 1998.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 1998.

Ramayulis. Metode Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2001.

Sahilun A. Nasir. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Sudiyono. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantiatif, Kualitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta, 2010.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Syaiful Bahri Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional,1994.

Page 61: Oleh J u m h u r i a t i n NIM. 2317 0902 0243

Zainal Aqib. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia, 2002.

Zakiah Darajat. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Zuharini, dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.