okti indayani 9924145 identifikasi pengaruh perilaku masyarakat madura perantau terhadap pola...
TRANSCRIPT
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangDi Indonesia masalah kependudukan adalah salah satu permasalahan
yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan terbesar yang masih sulit
untuk selesaikan. Salah satu masalah kependudukan adalah urbanisasi yang
terbentuk karena adanya migrasi penduduk antara pulau ataupun dalam satu
pulau dari daerah pedesaan menuju ke pusat-pusat kota yang mengakibatkan
frekuensi kepadatan penduduk di daerah perkotaan menjadi sangat tinggi.
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota, urbanisasi yang
terjadi diperkotaan salah satunya disebabkan oleh faktor kemiskinan yang terjadi
di pedesaan. Secara garis besar terdapat 2 faktor utama terjadinya urbanisasi
antara lain faktor penarik ( pull faktor) dan faktor pendorong (push faktor).1
Partisipasi para kaum urban ke daerah perkotaan melalui sektor formal
maupun informal atau menganggur sangat mempengaruhi perekonomian di
daerah tujuan. Partisipasi terbesar dapat menyebabkan peningkatan
perekonomian lokal terutama dari sektor perdagangan dan jasa, hal ini di lihat
dari struktur pekerjaan informal yang dilakukan 50 % dari sektor perdagangan
dan jasa.2.
Adanya urbanisasi sangat berpengaruh bagi kondisi lingkungan daerah
tujuan, baik secara fisik, sosial maupun ekonomi. Hal ini disebabkan karena
kultur budaya adat istiadat dari masyarakat perantau yang ditunjukkan dengan
prilaku masyarakat sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung
akan bersinggungan dengan kultur budaya asli daerah tujuan, persinggungan ini
lama kelamaan akan membentuk pola-pola tersendiri baik pola aktivitas dari
perilaku masyarakat sendiri maupun pola bentukan ruang yang ditimbulkan
akibat dari aktivitas tersebut.
Adat istiadat (custom) atau seringkali disebut kebiasaan saja merupakan
istilah umum yang dipakai dalam masyarakat. Kedua istilah itu menunjukkan cara
berprilaku yang sudah umum dilaksanakan bagi mereka yang melaksanakan
kebudayaan tersebut3. Perbedaaan kebudayaan yang paling menonjol yang
1 Kota Indonesia Masa Depan Masalah Dan Prospek, hal 582. Chris Maning dan Tadjudin Nur effendi, Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal Di Kota. Hal 1453. Ismani, DRS, Pengantar Sosiologi Pedesaan, FIA, Universitas Brawijaya,1987, Hal 29
2
dapat dilihat adalah dari sejarah arsitektur masyarakat. Arsitektur dalam bentuk
purbanya adalah sesuatu yang dibangun oleh manusia dalam usahanya ( yang
masih sederhana itu) untuk berfungsi sebagai suatu perlindungan demi
kepentingan badannya atau keselamatannya4. Arsitektur sebagai hasil karya
manusia tergantung atau sangat besar dipengaruhi oleh keadaan-keadaan
seperti keadaan geografis, geologis, dan iklim. Ketiga hal tersebut membantu
secara fisik dalam penjelmaan bentuk arsitekturnya, sedangkan keadaan
keagamaan dan kemasyarakatannya turut serta dalam menentukan taraf
peradabannya. Demi keselamatan jiwanya dari gangguan-gangguan atau bahaya
alam mereka membangun suatu perlindungan. Bahaya yang dimaksud seperti
terik matahari, malam yang dingin, hujan, petir, angin, bahaya binatang buas
bahkan gangguan dari sesamanya atau musuh. Dengan adanya keragaman
kebudayaan maka akan menyebabkan prilaku masyarakat yang berbeda yang
pada akhirnya membentuk pola ruang yang berbeda pula. Karena berbicara
masalah budaya tidak akan lepas dari unsur manusia.5.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Rapoport , perilaku manusia
ditentukan oleh latar belakang manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan
yang dianut, nilai-nilai dan norma-norma yang dipegang, yang semuanya
terangkum dalam kebudayaan (cultur) masyarakat. Lebih lanjut konteks kultural
dan sosial ini akan mempengaruhi sistem aktivitas atau kegiatan manusia,
sedangkan aktivitas dan kegiatan manusia tersebut memerlukan wadah. Wadah
tersebut adalah ruang-ruang yang saling berhubungan dalam satu sistem tata
ruang dan berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kebudayaan suatu daerah menimbulkan perilaku yang
berbeda dengan pola ruang yang berbeda pula. Contoh prilaku yang terbentuk
berdasarkan prilaku budaya dan aktivitas masyarakat yang sampai sekarang
masih dapat dijumpai yaitu di Jawa dapat dilihat dengan adanya alun-alun yang
berperan sebagai pelengkap dari suatu Kabupaten, Kewedanaan, atau
Kecamatan. Alun-alun juga merupakan unsur yang penting dari suatu lingkungan
arsitektur dan sebagai pusat kehidupan kota pada masa-masa yang lalu, seperti
pertandingan, rapat, upacara, dan pasar yang diselenggarakan di situ.6 Contoh
lain dari akibat perilaku manusia terhadap terbentuknya bentukan fisik di suatu
4. Djauhari sumintardja, Kompendium Sejarah Arsitektur, Jilid I, Hal 3.5. Ibid,hal 166 A.Bagoes P. Wiryomartono, Seni Bangunan Dan Seni Bina Kota Di Indonesia, Hal 50.
3
daerah yaitu di pulau lombok akibat dari aktivitas bertani sebagai salah satu mata
pencarian masyarakat maka terbentuk suatu model arsitektur perumahan yang
dirancang seperti lumbung padi berfungsi sebagai tempat penyimpanan. Di Bima,
akibat dari sistem kepercayaan (religi) berupa animisme dan dinamisme yang
memuja roh-roh nenek moyang baik secara individu maupun kelompok untuk
tujuan menghindari dari masalah-masalah berpengaruh terhadap bentukan fisik
yaitu adanya batu-batu atau pohon-pohon besar didepan rumah, maupun posisi
dari rumah yang dekat gunung dan posisi kuburan nenek moyang yang dekat
dengan tempat tinggal sedangkan di Madura sendiri adanya pengkultusan
terhadap wali, kyai dan orang-orang yang memiliki kemampuan agama tinggi
setelah meninggal diletakkan dalam makam yang disebut “puju” dan masyarakat
sekitar “puju” hampir setiap tahun melakukan pengajian besar (haul) untuk
mencari berkah dari “puju” tersebut.
Dilihat dari fenomena-fenomena dan contoh yang muncul di tiap-tiap
daerah di Indonesia dan adanya keunikan konsep penataan ruang yang
terbentuk dari adanya prilaku yang berbeda-beda berdasarkan kebudayaan-
kebudayaan yang berkembang disuatu daerah tersebut maka penyusun tertarik
untuk mengamati prilaku masyarakat Madura yang berada di Kota Sumbawa
Besar berdasarkan prilaku dan pandangan hidup.
Suku Madura adalah salah satu suku yang penduduknya banyak
merantau (Migrasi Keluar Daerah), Suku Madura yang melakukan perantauan
sebagian besar berasal dari Kabupaten Bangkalan, khususnya Desa Gigir,Kecamatan Blega. Sebagian Sampang sedangkan untuk kabupaten Pamekasan
dan Sumenep relatif sedikit dan prosentasenya sangat kecil7.. Kegiatan
perantauan yang dilakukan oleh masyarakat Madura umumnya dilatarbelakangi
oleh kondisi geografis wilayah yang sebagian besar merupakan wilayah maritim
dan dikelilingi lautan mendorong masyarakat Madura untuk berlayar dan melaut,
selain itu adanya falsafah-falsafah hidup yang telah tumbuh dan berkembang
sejak zaman nenek moyang menjadi landasan untuk keluar dan merantau ke luar
daerah, didukung pula karena adanya latar belakang kemiskinan yang terjadi
didesa dan faktor-faktor pendorong lainnya yang menyebabkan suku ini
melakukan urbanisasi. Keberadaan suku Madura didaerah-daerah seperti
Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok bahkan Sumbawa Sedikit tidak berpengaruh
7. Latief Moestafa, Hasil Wawancara, sosiolog dan budayawan, IKIP Malang.
4
terhadap kondisi lingkungan daerah tujuan. Mengingat masyarakat Madura yang
datang melakukan aktivitas sehari-hari berdasarkan pandangan hidup asli
sukunya seperti cara mencari nafkah (mata pencarian), tata cara ibadah (sistem
religi), sistem organisasi sosial dan aspek budaya lainnya mempengaruhi
terhadap terbentuknya pola-pola pemanfaatan ruang baru yang terjadi di daerah
tujuan. Dimana pola-pola baru tersebut adalah berasal dari ciri khas budaya
masyarakat Madura sendiri, hasil dari aktivitas yang secara arsitektural
menggambarkan ciri budaya Madura sendiri maupun hasil akulturasi dengan
kebudayaan asli daerah yang didatanginya. Dari tujuan utama untuk mencari
nafkah lama kelamaan masyarakat suku perantau yang ada di daerah tujuan
akan membentuk suatu sistem kekerabatan baru yang antara sesama
masyarakat madura perantau (MMP) ataupun (MMP) dengan Masyarakat Lokal
Sumbawa (MLS), dan suku pendatang lainnya. Umumnya masyarakat madura
perantau (MMP) tinggal berkelompok (cluster). Kelompok-kelompok tersebut
akan meningkat kuantitasnya karena adanya pertambahan penduduk baik akibat
kelahiran maupun adanya perantau baru yang datang dengan tujuan yang sama.
Aktivitas bermukim ini mempengaruhi terhadap pola penataan ruang yang terjadi
di daerah tujuan. Dilihat dari adanya hal-hal baru yang muncul sebagai akibat
adanya masyarakat madura perantau yang bermukim di kota Sumbawa Besar
maka identifikasi pengaruh prilaku masyarakat Madura perantau ini dipandang
perlu untuk dilakukakan dengan harapan hasil dari penelitian ini dapat
memberikan masukan bagi perkembangan perkampungan yang diperuntukkan
bagi masyarakat perantau tanpa harus merubah kebiasaaan atau adat istiadat
yang secara turun temurun telah mengikuti mereka dan meminimalisasi
benturan-benturan dalam pola penataan ruang yang dilakukan didaerah tujuan
dan pada akhirnya keberadaan suku Madura perantau di daerah tujuan akan
membawa perkembangan bagi kota Sumbawa Besar pada khususnya dan
daerah-daerah lain yang memiliki suku Madura perantau pada umumnya
berdasarkan fungsinya masing-masing.
1.2. Perumusan Masalah
5
Masyarakat Madura Perantau yang kemudian disingkat MMP telah hidup
di kota Sumbawa Besar dalam waktu yang cukup lama. Belum jelas1, bagaimana
proses migrasinya, kapan mereka mulai masuk, bagaimana latar belakangnya,
siapa yang memulai, dan apa pekejaan awalnya. Akan tetapi yang jelas adalah
bahwa saat ini mereka telah berkembang menjadi suatu komunitas yang unik
dan relatif kuat secara ekonomi di Sumbawa. Mayoritas dari mereka bekerja di
sektor ekonomi informal, sektor yang sangat jarang digeluti oleh Masyarakat
Lokal Sumbawa (MLS) yang menjadi penduduk asli Kabupaten Sumbawa.
Belum ada data akurat yang dapat menunjukkan tentang jumlah populasi
resmi MMP di Sumbawa. Tampaknya, mereka tidak dominan secara populasi.
Akan tetapi, Keberadaan mereka dapat mewarnai “hiruk pikuk” pasar dan
dinamika interaksi ekonomi lainnya. Sungguh mengagumkan, keberadaan
mereka sepertinya tidak dipandang sebagai potensi sosial yang “rentan” dan
atau”mengganggu”. Mengapa demikian? Belum ada studi yang pernah
membahasnya.
Saat ini, beberapa lokasi strategis di Kabupaten Sumbawa, khususnya di
Kota Sumbawa Besar, seperti pasar-pasar tradisional, terminal-terminal bis,
kompleks pertokoan, dll, seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari aktifitas
ekonomi MMP. Bahkan pemerintah daerah kabupaten Sumbawa memberikan
ruang yang representative sebagai tempat mereka berdagang.2 Hal ini
menunjukan bahwa kehadiran mereka dengan spesialisasinya mendapatkan
apresiasi dan pengakuan dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
Masyarakat Madura bukanlah transmigran yang proses migrasinya
terorganisir (organized migration). Mereka lebih merupakan orang-orang
perantau, migran yang proses migrasinya terjadi secara individual dan sukarela
(voluntary migration).3 mereka datang satu persatu, lalu lama-lama menjadi
banyak. Perantauan mereka biasanya bertahan lama dikarenakan adanya
falsafah-falsafah hidup sejarah islam yang mereka pegang teguh sejak mulai
1 Sejauh ini, belum ada studi sosiologis yang dapat dijadikan referensi tentang proses dan rentang waktumigrasi masyarakat Madura ke Sumbawa.
2 Di beberapa tempat, seperti terminal bis tua di tengah kota Sumbawa Besar, terdapat tempat khusus (warungsetengah formal) untuk berdagang. Hampir seluruhnya tempat itu dipenuhi oleh masyarakat Madura perantau.
10. Migran sukarela/perantau biasanya memiliki kualitas etos kewirausahaan yang sangat kompetitif. Lihatmisalnya, Mochtar Naim,1978, Perantauan Masyarakat Minang dan Kaitannya dengan MasalahKewirausahaan, Jakarta : Prisma LP3ES
6
merantau sampah hidup dan menetap di kota Sumbawa Besar. Selain
berdagang masyarakat Madura yang ada di kota Sumbawa Besar membawa
pengaruh-pengaruh islam didaerahnya yaitu Madura dengan dibentuknya
sarana-sarana pondok yang digunakan untuk mengaji selain dimanfaatkan oleh
komunitas Madura sendiri juga masyarakat Sumbawa yang hidup berdampingan
dengan kelompok-kelompok MMP. Karena itu, mereka memiliki kualitas dan
kemampuan adaptasi yang cenderung berbeda dengan trasmigran. Dikatakan
oleh Guillet dan Uzzel (1976) bahwa “orang-orang yang memutuskan untuk
bermigrasi dapat dianggap sebagai orang-orang pillihan (selected) dari antara
populasinya”.4 Orang-orang Madura “betah” dan “kerasan” tinggal di Sumbawa
karena (mungkin) mereka memiliki kualitas tertentu sehingga mereka dapat
menemukan arti hidup dan cara menyiasati hidupnya baik secara individual
maupun berkelompok di tempat tersebut. Kualitas itu biasanya merupakan
produk dari capital sosial atau bisa juga merupakan akibat komulatif (comulave
causation)5 dari pengalaman interaksi dan konteks sosial yang mereka alami dari
waktu ke waktu.
Namun demikian, belum ada studi yang dapat menunjukkan secara jelas
faktor-faktor apakah yang menyebabkan orang-orang (migran) Madura di
Sumbawa menjadi “betah” dan “kerasan” serta memiliki, keungulan tertentu serti
etos kerja keras dalam berdagang. Sehingga tercipta suatu pola-pola unik yang
mencerminkan budaya masyarakat Madura tetapi tetap dapat dirasakan oleh
masyarakat di Sumbawa. Mungkinkah karena faktor Kapital sosial yang
membentuk capital manusianya ataukah sebaliknya?
Apakah karakteristik migran yang dikatakan Pelly berikut ini melekat pada
orang-orang Madura di Sumbawa? Dijelaskan olehnya, mengapa migran yang
11. Lihat Pelly, 1997, Keserasian Manusia Pendatang Dengan Lingkungan Tujuan, dalam Rafiq Ahmad (ed),Budaya Kepeloporan dalam Mobilitas Penduduk, Jakarta : Pupaswara Bekerjasama dengan Dep. Transmigrasidan PPH
5 Pengalaman masa lampau dan konteks sosial saat ini dapat menjadi sebab seseorang atau kelompokmelakukan tindakan sosial-ekonomi tertentu. Hal ini dijelaskan Portes dalam satu pointer teori sosiologiekonominya, “Comulative Cousation and Unintended Effects”. Lihat Portes, The Economic Sociology and TheSociology of Immigration : A Conceptual Overview, dalam buku yang di editnya, The Economic Sociology ofImmigration : Essays on Networks, Etnicity and Entrepreneurshp, New York : Russell Sage Publication. Artinya,bisa juga dilihat dalam penelitian apakah kesuksesan masyarakat dari etnis Madura membangun komunitasdagangnya dipengaruhi oleh konteks sosial mereka sebelumnya (dikampung halaman), atau dipengaruhi olehbesarnya ruang (tanpa diskriminasi) yang diberikan oleh komunitas etnis local kepada mereka untukberdagang. Dengan kata lain, konsentrasi mereka di sector ekonomi perdagangan bias saja merupakan akibatkomulatif dari keadaan penduduk setempat yang cenderung melirik sector formal birokrasi dan sepertinya“mengesampingkan” sector ini.
7
sebagian besar menuju kota-kota cenderung memiliki keunggulan dibandingkan
transmigran yang sebagian besar menuju pedalaman?“Pertama, karena pada dirinya melekat motivasi dan panggilan cultural yang
kuat. Kedua, dia merasa tepilih (selected) daripada penduduk lainnya untukbermigrasi. Ketiga, saluran (chanel) informasi biasanya memakai salurankekeluargaan (family, orang sekampung atau kenalan dekat). Hal ini menunjukkanjuga strategi adaptasi para migran diperantauan bukan merupakan tindakan acak,tapi dibimbing oleh pilihan-pilihan yang mengacu pada misi budaya dan latar sosio-kultural yang dibawanya. Hal ini terlihat pada pemilikan okupasi (jenis pekerjaan),pemukiman, organisasi paguyuban (voluntary association), dan menentukanhubungan dengan host population…Dengan demikian jelaslah bahwa seorangmigran rata-rata memiliki motivasi, panggilan kultural dan kesiapan diri yang lebihmatang waktu meninggalkan kampung halamannya ketimbang transmigran.”6
Keterangan Pelly di atas, memberikan gambaran bahwa faktor-faktor
seperti Kapital sosial (sosial capital) dan Kapital manusia (human capital) prilaku
masyarakat dan aktivitasnya ternyata memberikan andil yang sangat berarti
dalam membentuk pola pemanfaatan ruang di kota Sumbawa Besar.
Konsep pemanfaatan ruang akibat perilaku masyarakat Madura perantau
berdasarkan kebudayaan adalah salah satu tema yang diambil dalam penelitian
ini. Konsep pemanfaatan ruang pada suatu suku bangsa sangat erat kaitannya
dengan pandangan hidup suku tersebut dimana suku Madura adalah suku yang
memiliki pandangan hidup dalam mencari nafkah yaitu “ Dimana Mereka Tinggal
Maka Mereka Harus Mampu Bertahan Hidup” optimisme ini menyebabkan
banyak suku Madura yang berada didaerah-daerah tujuan untuk mencari nafkah
dan mampu tetap bertahan didalam lingkungan baru bahkan berkembang dan
membentuk suatu pola hidup dan kegiatan yang mempengaruhi terhadap
terbentuknya pola pemanfaatan ruang. Selain dari adanya prinsip tersebut
didukung pula oleh kondisi geografis Madura yang dikelilingi oleh lautan
sehingga berdasarkan sejarahnya bahwa orang-orang Madura memiliki karakter
yang hampir mirip dengan suku Makasar sebagai pelaut ulung, sehingga
perjalanan keluar pulau adalah salah satu hal yang biasa untuk orang-orang
Madura. Seiring dengan berjalannya waktu maka suku Madura perantau yang
berada didaerah tujuan yang melakukan aktivitas sehari-hari berdasarkan
kebiasaan (tradisi) maupun pandangan hidupnya seperti aktivitas berjualan,
tinggal, sosialisasi dengan masyarakat lain menyebabkan terbentuknya pola-pola
kegiatan yang berpengaruh terhadap pola pembentukan ruang di daerah tujuan.
Pola-pola pembentukan ruang ini akan berkembang terutama dilihat dari sisi
6 Lihat Pelly, Ibid, h. 126-127
8
sistem kekerabatan yang muncul dan sistem tinggal masyarakat yang umumnya
membentuk suatu kelompok bermukim (cluster) dan mata pencarian sebagai
pedagang yang umumnya digeluti oleh sebagian MMP didaerah tujuannya
secara otomatis membutuhkan ruang-ruang untuk kegiatan berdagangnya maka
secara langsung maupun tidak langsung keberadaan MMP di kota Sumbawa
Besar membawa pengaruh terhadap pola pemanfaatan ruang yang ada.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang maka
perumusan permasalahan adalah:
1. Apa yang melatarbelakangi MMP untuk melakukan perantauan keluar
dari daerahnya khususnya ke Sumbawa ?
2. Bagaimana prilaku Masyarakat Madura Asli (MMA) yang ada di pulau
Madura ?
3. Bagaimana prilaku masyarakat MMP di kota Sumbawa Besar dalam
aktivitas masyarakat sehari-hari?
4. Bagaimanakah bentuk akulturasi budaya antara MMA dan MLS yang
membentuk MMP di kota Sumbawa Besar?
5. Bagaimanakah pola pemanfaatan ruang yang terbentuk sebagai akibat
dari pengaruh prilaku MMP yang ada di Sumbawa ?
1.3 Tujuan Dan SasaranAdapun tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam studi ini adalah
sebagai Berikut:
1.3.1 Tujuan :Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pola pemanfaatan ruang yang terbentuk sebagai akibat dari pengaruh perilaku
masyarakat Madura perantau di kota Sumbawa Besar. Penelitian ini juga
strategis, khususnya bagi penentu kebijakan di Sumbawa karena dapat dijadikan
sebagai referensi dan bahan pertimbangan bagi perumusan kebijakan-kebijakan
penataan ruang di kota Sumbawa.
1.3.2 Sasaran :Beberapa sasaran yang dapat dilakukan antara lain :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan penarik masyarakat Madura
melakukan perantauan khususnya ke daerah Sumbawa.
2. Mengidentifiksi prilaku MMA yang ada di pulau Madura.
9
3. Mengidentifikasikan pola prilaku MMP yang ada di Sumbawa berdasarkan
aktivitas masyarakat sehari-hari.
4. Mengidentifikasikan pengaruh akulturasi budaya antara MMA dan MLS
yang membentuk MMP di kota Sumbawa Besar.
5. Mengidentifikasikan pola pemanfaatan ruang yang terbentuk sebagai
akibat pengaruh prilaku MMP di kota Sumbawa Besar.
1. 4. Signifikansi PenelitianSignifikansinya diuraikan secara sistimatis sebagai berikut :
• Bagi pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa, penelitian ini dapat
dijadikan sebagai masukan dan dijadikan pertimbangan untuk
membuat kebijakan-kebijakan dalam penataan ruang yang
diperuntukan bagi pengembangan kota Sumbawa Besar.
• Bagi Institusi Akademis, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan
sumber inspirasi bagi kegiatan-kegiatan penelitian berikutnya di
Sumbawa.
• Bagi masyarakat Sumbawa keseluruhan, khususnya komunitas etnis
Madura, penelitian ini dapat dijadikan cermin refleksi akan arti strategis
dari pola pemanfaatan ruang yang dimiliki.
1.5 Lingkup StudiRuang lingkup studi terdiri atas dua bagian yaitu lingkup materi dan lingkup
lokasi. Lingkup materi berisikan jenis materi-materi yang akan dibahas dalam
penelitian, sedangkan lingkup lokasi merupakan lingkup wilayah penelitian atau
studi yang akan menjadi daerah penelitian.
1.5.1 Lingkup MateriBerdasarkan hasil perumusan masalah dan mengacu kepada tujuan dan
sasaran yang akan dicapai maka beberapa materi yang menjadi acuan
penelaahan studi ini antara lain di jelaskan dalam tabel berikut :
10
Tabel :1.5.1Lingkup materi
Identifikasi Prilaku Masyarakat Madura PerantauTerhadap Pola Pemanfaatan Ruang Di Sumbawa Besar
No Sasaran Lingkup materi Output1. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong
dan penarik masyarakat Madura untukkeluar dari daerahnya dan melakukanperantauan khususnya ke daerahSumbawa.
• Kondisi fisik Madura.• Kondisi sosial dan demografi
Madura• Kondisi perekonomian masyarakat
Madura.• Falsafah hidup pendorong
masyarakat Madura merantau.
Untuk mengetahui Alasanmasyarakat Madura merantaukeluar dari daerahnya.
2. Mengidentifiksi prilaku masyarakatMadura asli yang ada di pulau Madura.
• Mengidentifikasi aspek-aspekkebudayaan Orang Madura aslimeliputi :
1. Sistem Religi.2. Sistem Organisasi.3. Sistem Kesenian.4. Jenis dan tingkat bahasa5. Sistem Pengetahuan.6. Sistem Perekonomian dan
Matapencarian.7. Sistem peralatan hidup dan
teknologi
Mengetahui Karakteristikprilaku masyarakat Maduraasli yang ada di Madura.
3. Mengidentifikasikan pola prilaku orangMadura perantau yang ada di Sumbawaberdasarkan aktivitas masyarakatsehari-hari.
• Mengidentifikasi prilaku orangMadura yang tinggal di Sumbawameliputi :
1. Sistem Religi.2. Sistem Organisasi.3. Sistem Kesenian.4. Jenis dan tingkat bahasa5. Sistem Pengetahuan.6. Sistem Perekonomian dan
matapencarian7. Sistem Peralatan hidup dan
teknologi
Mengetahui Karakteristikprilaku masyarakat Maduraperantau (MMP) yang ada dikota Sumbawa Besar.
4. Mengidentifikasikan pengaruh akulturasibudaya antara MMA dan MLS yangmembentuk MMP di kota SumbawaBesar.
• Karakter budaya MMA dan MLS(baik yang membentuk ruang fisikmaupun yang hanya berpengaruhsecara fungsional)
Mengetahui bentuk-bentukakulturasi budaya MMA danMLS yang mempengaruhikarakter MMP.
5. Mengidentifikasikan pola pemanfaatanruang yang terbentuk akibat aktivitasMMP di Kota Sumbawa Besar.
• Membandingkan perubahan polapemanfaatan ruang yang terjadisejak kedatangan masyarakatMadura ke kota Sumbawa Besarhingga saat ini.
• Mencari bentukan-bentukan polaRuang yang terbentuk olehprilaku MMP di kota SumbawaBesar.
• Mencari bentukan fisik daripemukiman yang terbentuk secaraarsitektural yang masihdipengaruhi oleh budaya Maduraasli.
• Mengetahui perkembanganpola pemanfaatan ruangyang terjadi akibatkeberadaan masyarakatMadura perantau di kotaSumbawa Besar.
• Mengetahui pola-polapemukiman yang terbentuksebagai akibat dari prilakumasyarakat Maduraperantau di Sumbawa.
• Mengetahui arsitekturalbangunan fisik yangdigunakan oleh MMP yangada di kota SumbawaBesar .
Sumber : Analisa
11
1.5.2. Lingkup LokasiLingkup lokasi untuk penelitian ini menggunakan dua lokasi antara lain di
Madura dan di kota Sumbawa Besar. Untuk Madura diambil lingkup lokasi di
Kabupaten Bangkalan, di desa Gigir dan Somphe’en Lompheng Dejekecamatan Blega. Objek survei meliputi pemukiman, unsur-unsur tradisional
serta prilaku masyarakat, akan tetapi untuk Madura data sebagian besar
beracukan pada studi literatur tentang prilaku yang diperkuat dengan observasi
untuk menyesuaikan antara literatur dengan kondisi di lapangan dan
dokumentasi serta wawancara untuk memperjelas dan mendukung literatur.
Alasan memilih lokasi Bangkalan khususnya di desa Gigir kecamatan
Blega adalah karena Masyarakat Madura Perantau (MMP) yang melakukan
perantau ke Kota Sumbawa Besar hampir sebagian besar berasal dari daerah
tersebut. Sedangkan untuk kota Sumbawa Besar dipilih lokasi dengan
konsentrasi Masyarakat Madura Perantau (MMP) terbesar meliputi dua
kelurahan yaitu kelurahan Brang-Bara dan kelurahan Bugis dan sebagian kecil
seketeng. Dalam penelitian ini menggunakan dua acuan yaitu batas administrasi
dan batasan fisik. Adapun batas wilayah untuk kedua daerah ini meliputi:
• Sebelah Utara : Kelurahan Umasima.
• Sebelah Selatan : Kelurahan Samapuin.
• Sebelah Timur : Kelurahan Seketeng.
• Sebelah Barat : Kelurahan Kerato.
Sedangkan untuk batas fisik menggunakan batasan sungai, jalan arteri
primer, kolektor primer dan jalan lokal yang ada di sekitar pusat kota Sumbawa.
Daerah studi ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena adanya beberapa alasan
yang sangat signifikan dan menjadi bahan pertimbangan antara lain alasan
tersebut :
1. Lokasi kelurahan tersebut terletak di daerah perkotaan dengan akses
yang mudah di jangkau.
2. Pada lokasi tersebut banyak tinggal MMP yang sudah lama berdiam
dilokasi tersebut.
3. Pengelompokan fasilitas yang dimanfaatkan oleh MMP berada didekat
pusat kota sehingga dapat dengan mudah mengidentifikasi aktifitas MMP
sehari-hari.
12
13
1.6 Tinjauan PustakaTinjauan Pustaka merupakan teori-teori yang mendasari hasil penelitian atau
teori yang digunakan sebagai metode dalam melakukan penelitian, teori-teori
tersebut diantaranya masalah urbanisasi yang meliputi faktor penarik dan faktor
pendorong, pengertian prilaku, menurut Drs Saifudin Azwar, MA, teori-teori
prilaku berdasarkan teori bentuk hubungan antara perilaku dan ruang menurut
Wohwill, teori Edward G Sampson, Haryadi B dan setiawan, teori Kurt Lewin,
definisi ruang, pola pemanfaatan ruang, hubungan prilaku dengan pola
pemanfaatan ruang dan kebudayaan menurut koentjcara Ningrat.
1.6.1 UrbanisasiUrbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota, urbanisasi yang terjadi diperkotaan
salah satunya disebabkan oleh faktor kemiskinan yang terjadi di pedesaan. Secara garis besar terdapat 2 faktorutama terjadinya urbanisasi antara lain :
Faktor penarik ( pull faktor) dan faktor pendorong (push faktor). Faktor penarik masyarakat ke kota antaralain:1. Melanjutkan sekolah, karena didesa tidak ada lagi sambungan atau mutu sekolah didesa yang
dianggap kurang baik,2. Terpengaruh oleh cerita mereka yang kembali kedesa bahwa hidup dikota lebih gampang dan cari
pekerjaan atau membuka usaha kecil-kecilan sangat mudah.3. Tingkat upah dikota lebih tinggi4. Keamanan dikota lebih terjamin5. Hiburan lebih banyak6. Kebebasan pribadi lebih luas7. Adat atau agama lebih longgar dan banyak cerita-cerita lain yang antara individu yang satu dengan
yang lain sangat berbeda.Faktor pendorog dari adanya urbanisasi yaitu ;1. Proses kemiskinan didesa, didesa-desa di Indonesia, terutama dipulau Jawa dan Madura sebagai
akibat pertambahan penduduk yang cepat telah menyebabkan perbandingan antara jumlahpenduduk dan luas lahan pertanian menjadi sangat timpang. Lebih dari 30% penduduk di desa Jawahidup sebagai buruh tani dan tidak mempunyai lahan pertanian sendiri. 35% dari penduduk jawamempunyai luas tanah pertanian kurang dari 1 ha, yang berarti secara teoritis tidak mungkin untukmenghidupi satu keluarga ( Biasanya terdiri atas 7 orang) sepanjang tahun. Menggarap tanah barutidak mungkin, karena persediaan tanah telah habis bahkan dengan adanya pembangunan besar-besaran selama pelita, terpaksa juga memakai areal pertanian yang sudah sempit tersebut, untukpembangunan pabrik baru, jalan, perumahan, perkantoran, sekolah dan lain-lain, bagi banyakpenduduk desa berlama-lama tinggal di desa berarti menunggu mati.
2. Lapangan kerja yang hampir tidak ada orang desa terkenal ulet, sabar dan suka bekerja keras.Namun karena jumlah kelahiran yang cukup tinggi sedangkan lahan pekerjan didesa cenderungmenurun, mengakibatkan pengangguran nyata dan tidak nyata. Lapangan kerja lain diluar pertanianhampir tidak tersedia atau tidak berkembang.
3. Pendapatan yang rendah kedua faktor tersebut merupakan lingkaran setan yang otomatispendapatan perkapita atau perkeluarga didesa menjadi rendah. Tingkat upah memburuh didesasangat rendah dibandingkan dengan upah minimum di kota-kota. Hal ini mendorong mereka unutkmengadu nasib dikota dengan harapan dapat meningkatkan taraf kehidupannya.
14
4. Keamanan, bagi beberapa golongan tertentu hidup didesa atau daerah pedalaman kurang aman bagijiwa dan hartanya
5. Adat istiadat yang terlalu mengikat/ketat bagi mereka yang telah mendapatkan pendidikan yang agaklumayan sering merasa bahwa adat istiadat dikampung, disamping faktor kemelaratan begitu kakudan ini mendorong mereka untuk mencari sedikit kebebasan dikota.
6. Melanjutkan pendidikan memang hampir setiap desa di Indonesia sudah ada SD, SMP dan kejuruanlainnya. Tetapi apabila ingin sekolah lebih lanjut maka mereka harus pergi kekota dengan alas anmutu sekolah didesa tidak begitu baik dan setelah tamat sekolah tidak mudah masuk perguruan tinggiatau mendapat pekerjaan karena orang kota sering meremehkan tamatan SLTA didesa yang padagilirannya membuat mereka menjadi asing didesanya sendiri.7
1. 6.2. KebudayaanPembahasan kebudayaan yang menjadi landasan teori dalam teori ini
meliputi definisi kebudayaan, wujud kebudayaan, tiga wujud kebudayaan, tujuh
unsur universal kebudayaan, perubahan sosial dan kebudayaan, dasar teoritis
penelitian kualitatif, perubahan pola budaya dan masyarakat.
1.6.2.1 Definisi KebudayaanKebudayaan dalam bahasa sehari-hari umumnya banyak dipahami oleh
orang adalah sebatas tentang adat istiadat yang mana dalam adat istiadat ini
tercangkup tentang nilai-nilai historis dan pencirian akan budaya setempat.
Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar.15. Dalam pengertian ini terlihat jelas
akan peranan dari seorang individu dalam memberikan ciri dalam kebudayaan
yang ada pada komunitas masyarakatnya.
Kebudayan berasal dari bahasa sansekerta, buddhayah yang merupakan
bentuk jamak dari kata bhudi dan akal. Kebudayaan dapat pula diartikan sebagai
hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.8. kebudayaan menurut EB.
Taylor adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan, kesenian, moral, adat
istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Sifat hakikat kebudayaan
manusia yang menjadi ciri dari setiap kebudayaan adalah sebagai berikut 16.:
7.Kota Indonesia Masa Depan Masalah Dan Prospek, hal 58,59,60,6115 Ibid, Hal 18116. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Penerbit CV Rajawali, 1982 : Hal 177, Jakarta. Robin MWilliams, Jr., American Society, Sociologi Interpretation, Second resived Eddition, Alfred A. Knopf, New York,1967, Hal 19 Dst.
15
a. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
b. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu dari pada lahirnya suatu generasi
tertentu. Dan tidak akan mati dengan habisnya usia suatu generasi yang
bersangkutan.
c. Kebudayaan dibutuhkan manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
d. Kebudayaan mencangkup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-
kewajiban, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang
ditolak.
1.6.2.2. Tiga Wujud KebudayaanMenurut J.J. Honogmann, Kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu17
a. Wujud sebagai sistem budaya atau adat istiadat sebagai kompleks dari ide-ide, nilai-nilai,norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud kebudayaan ini merupakan wujud ideal darikebudayaan. Sifatnya abstrak dan tidak dapat diraba atau dirasakan secara tidak kasat mata,karena hanya ada dalam pikiran masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan hidup.
b. Wujud sebagai sistem sosial yaitu kompleks suatu sistem aktivitas serta tindakan berpola darimanusia dalam masyarakat. Wujud kebudayaan ini konkret , bias, dapat di observasi, dan didokumentasi.
c. Wujud sebagai sistem kebudayaan fisik sebagai benda hasil kebudayaan manusia yangmerupakan seluruh total hasil fisik dari aktivitas serta karunia manusia dalam masyarakat.Sehingga memiliki sifat paling konkret, dan benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihatdan didokumentasikan.
1.6.2.3. Tujuh Unsur Universal KebudayaanBanyak ahli yang telah merumuskan unsur-unsur kebudayaan seperti
C.Kluckhon dalam karyanya “ Universal Catagories of Culture“(1953) yang
merangkum pendapat-pendapat ahli antropologi, terdapat tujuh unsur
kebudayaan yaitu :
1. Sistem religi (sistem kepercayaan).
2. Sistem bahasa baik lisan maupun tulisan
3. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi, seperti pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya.
4. Sistem peralatan hidup manusia dan teknologi , seperti pakaian,
perumahan, Alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi,
transportasi dan sebagainya.
5. Sistem organisasi sosial kemasyarakatan seperti sistem kekerabatan,
organisasi politik, sistem hokum, sistem perkawinan.
6. Sistem pengetahuan.
7. Sistem kesenian seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya.
10. Ibid Koentjaraningrat, hal 186
16
Dari tujuh unsur kebudayaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sistem ReligiSistem religi terbagi dalam sistem religi dan sistem ilmu gaib. Sistem religi
dalam suatu kebudayaan dapat memelihara emosi diantara pengikut-
pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur penting
dalam suatu religi beserta tiga unsur lainnya yaitu sistem keyakinan, sistem
upacara, keagamaan dan umat yang menganut religi tersebut.
2. Sistem Bahasa Baik Lisan maupun TulisanBahasa merupakan sistem pelambangan manusia yang lisan maupun
tulisan untuk berkomunikasi satu dengan lainnya. Bahasa didaerah
perbatasan menjadi bahasa campuran, kecuali batas tempat tinggal dua suku
bangsa yang terpisah oleh lautan, gunung, sungai yang lebar, atau batas
alam lainnya yang menghambat kontak manusia secara intensif.
Bahasa dari suku bangsa selalu menunjukkan suatu variasi yang
ditentukan oleh perbedaan daerah secara geografi maupun oleh lapisan serta
lingkungan sosial dalam masyarakat suatu suku bangsa. Berupa perbedaan
dialek, maupun penggunaan bahasa berdasarkan golongan atau lapisan
sosial masyarakat.
3. Sistem Mata Pencaharian dan Sistem Ekonomi.Sistem mata pencarian berkaitan dengan mata pencarian dari usaha
seseorang untuk masyarakat perantau ataupun perantau yang keluar daerah
umumnya bermatapencarian sebagai pedagang jasa, sebagian lagi bertani
dan buruh.
4. Sistem Peralatan Hidup Manusia dan Teknologi.Teknologi dalam hal ini berupa cara-cara produksi, memakai, dan
memelihara segala peralatan hidup dari suku bangsa. Teknologi tradisional
meliputi minimal delapan sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang
digunakan oleh manusia antara lain alat-alat produksi, senjata, wadah, alat-
alat menyalakan api, makanan, minuman, bahan pembangkit gairah, dan
17
jamu-jamuan, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan,
alat-alat transportasi.
5. Sistem Organisasi Sosial Kemasyarakatan Unsur-unsur khusus dalam organisasi sosial. Kehidupan suatu
masyarakat diatur dan diorganisasi oleh adat-istiadat dan aturan-aturan
mengenai berbagai macam kesatuan di lingkungan ia hidup an bergaul.
Kesatuan yang paling dekat adalah kesatuan kekerabatannya, yaitu
keluarga inti dan kerabat lainnya. Kemudian ada kesatuan-kesatuan
lainnya diluar kerabat, tetapi masih dalam lingkungan komunitas.
Sistem kekerabatan dengan adanya industrialisasi, tampak fungsi
kekerabatan yang dahulunya sangat penting dalam banyak sektor
kehidupan, mulai berkurang dan bersamaan dengan itu adat istiadat yang
mengatur hidup kekerabatan sebagai suatu kesatuan mulai mengendor.
Bentuk keluarga inti berdasarkan monogami bukan satu-satunya bentuk
sistem kekerabatan di dunia. Disamping prinsip bilateral, ada prinsip
patrilinear (hubungan keturunan melalui kerabat pria), matrilinear
(hubungan keturunan melalui kerabat wanita), dan juga prinsip-prinsip
kombinasi seperti prinsip keturunan bilineal dan ambilineal.
6. Sistem Pengetahuan.Pokok-pokok dari sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan
merupakan uraian tentang cabang-cabang pengetahuan, oleh karnanya tiap
bangsa-bangsa di dunia memiliki pengetahuan tentang alam sekitarnya, alam
flora di darah tempat tinggalnya, alam fauna didaerah tempat tinggalnya, zat-
zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya, tubuh manusia,
sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia dalam ruang dan waktu.
7. Sistem Kesenian Seni Rupa, Seni Suara, Seni Gerak dan sebagainya.Ada dua lapangan besar kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan
keindahanya itu : (1) Seni rupa yaitu kesenian yang dinikmati oleh manusia
dengan mata (2). Seni suara yaitu kesenian yang dinikmati oleh manusia
melalui telinga.
18
Menurut Koentjaraningrat, terdapat 4 lingkungan konsentris kebudayaan.
Lingkaran paling luar melambangkan kebudayaan sebagai18 :
1. Artifak atau benda-benda fisik.
2. Lingkaran ini melambangkan kebudayaan sebagai sistem tingkah laku
dan tindakan yang berpola.
3. Melambangkan kebudayaan sebagai sistem gagasan.
4. Merupakanpusat atau inti dari seluruh bagan dan melambangkan
kebudayaan sebaga sistem gagasan yang ideologis.
Gambar 1.1. Lingkaran Konsentris Kebudayaan
Sumber : Diktat mata kuliah aspek tradisi tahun 2002.
Keterangan :
18 Koentjaraningrat, “Pengantar Ilmu Antropologi I” Penerbit Rineka Cipta,Jakarta ,1996,Hal 74.
Sistem Kesenian
Sistem Ekonomi
Sistem Pengetahuan
Sistem OrganisasiSosial
Sistem Teknologi
Sistem Religi
Sistem Bahasa
= Nilai Budaya
= Sistem Sosial
= Sistem Budaya
= Core Area (Area Inti)
= Sistem kebudayaan Fisik
19
Diagram 1.1. Kerangka kebudayaan
Sumber : Diktat mata kuliah aspek tradisional, tahun 2000.
1.6.2.4. Perubahan Sosial dan KebudayaanSosial dan kultur masyarakat tidak dapat dikatakan suatu yang kekal,
karena seiring waktu dan zaman maka kedua hal tersebut juga akan mengalami
perubahan. Terjadinya perubahan sosial dan kultur tersebut akan dialami oleh
seluruh manusia maupun kelompok masyarakat. Perubahan-perubahan di
masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi,
susunan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.
Perubahan sosial adalah segala perubahan dalam lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk didalamnya
K E B U D A Y A A NGagasan, Rasa, Tindakan, Karya
WUJUD KEBUDAYAANSistem gagasan gagasan serta
konsep-konsep
Menghasilkan Tindakan yang berpola
Pengaruh insider (dari dalam)yaitu keinginan manusia untuk
melakukan sesuatu.
Pengaruh outsider (dari luar) yaitudari lingkungan Alami tempat
masyarakat bermukim.
Kebudayaan fisikberupa benda-
benda hasilkebudayaan
Sistem sosial polaprilaku yang dilakukanberdasarkan sistem.
Sistem budayamerupakan wujud
gagasan darikebudayaan hanya
dapat dipahami olehmasyarakat itu sendiridan orang lain setelah
ia mempelajarinya.
Nilai budaya yang terdiri atas :1. Nilai-nilai budaya terdiri dari
konsep mengenai segalasesuatu yang di nilai pentingoleh masyarakat.
2. Berfungsi sebagai pedomanorientasi pada kehidupanmasyarakat
20
nilai-nilai, sikap dan pola-pola prilaku diantara kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan
dapat disebabkan karena :
1. Bertambah dan berkurangnya penduduk.
2. Penemuan-penemuan baru.
3. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat.
4. Terjadinya pertentangan atau revolusi dalam masyarakat itu sendiri.
5. Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
adanya kontak dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan yang maju, sikap
menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju, toleransi terhadap
perbuatan-perbuatan yang menyimpang, sistem lapisan masyarakat yang
terbuka, penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-
bidang kehidupan tertentu dan nilai-nilai meningkatkan taraf hidup.
Suatu perubahan menunjuk kepada pergantian orde yang berlaku dalam
satuan sosial tertentu yang keseluruhannya dapat dilihat dalam perspektif bahwa“ suatu perubahan mencangkup dan mengacu kepada aktivitas-
aktivitas terhadap daur ulang tertentu. Perubahan bias mengacu dari ciri-ciriindividu. Perubahan yang bersifat sementara. Perubahan sosial budaya”
Dalam kaitan ini Zaltman (1966) mengajukan perubahan (change)
tersebut menurut rentang waktu dan keterlibatan masyarakat menurut tingkatan
tertentu.19
1.6.2.5. Perubahan Pola Budaya dan Masyarakat.Perubahan pola budaya dan masyarakat meliputi proses-proses dalam
mayarakat yang meliputi dari proses evolusi dan revolusi, proses difusi, proses
belajar kebudayaan sendiri, serta proses asimilasi dan akulturasi.
1. Proses Evolusi dan Revolusi.
Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dimana terdapat
suatu rentetan perubahan-perubahan kecil yang saling mengikuti dengan
lambat, dinamakan “evolusi”. Pada evolusi perubahan-perubahan terjadi
dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu kehendak
19 Koentjaraningrat, “Pengantar Ilmu Antropologi” Penerbit Aksara baru,1990,Hal 62.
21
tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan
dan kondisi-kondisi baru yang timbul seiring dengan perkembangan
masyarakat. Perubahan-perubahan cepat mengenai sendi-sendi pokok
kehidupan manusia dinamakan ” Revolusi”. Didalam revolusi, perubahan
yang terjadi dapat direncanakan.
2. Proses Difusi,
Difusi (diffusion) adalah unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari
proses-proses penyebaran unsur kebudayaan keseluruh tempat.
Proses-proses difusi dapat terjadi melalui:
1. Penyebaran melalui manusia yang melakukan migrasi (berkelompok).
Bersamaaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok
manusia, ikut tersebar juga unsur-unsur kebudayaan dan sejarah.
2. Penyebaran tanpa pemindahan kelompok manusia tetapi karena
adanya individu-individu yang membawa unsur kebudayaan. Misalnya
pedagang, pelaut dan penyiar agama. Selain itu, difusi juga terjadi
karena adanya pertemuan antara individu-individu dalam suatu
kelompok dengan individu-individu dalam kelompok tetangga melalui
berbagai cara.
3. Difusi berlangsung secara cepat, bahkan tanpa kontak yang nyata
antara individu yang terjadi melalui alat-alat penyiaran yang efektif
seperti; majalah, surat kabar, majalah buku, radio, film, internet,
telepon dll. Pada perkembangan selanjutnya unsur-unsur ini akan
saling melengkapi dan bergabung tanpa dapat dihindari sehingga
disebut kultur- kompleks, Bentuk-bentuk difusi :
a. Hubungan simbiotik dimana bentuk dari masing-masing
kebudayaan tidak berubah. Masing-masing masyarakat
dengan budaya yang berbeda saling membutuhkan dan
mempengaruhi hanya dalam hal-hal tertentu (Saling
memenuhi kebutuhan hidup) sedangkan proses saling
mempengaruhi yang lebih jauh hampir tidak terjadi, sehingga
masing-masing kebudayaan tiap suku yang berbeda
berdampingan namun tidak ada yang berubah.
22
b. Pemasukan secara damai yaitu unsur-unsur kebudayaan di
bawa oleh individu ke dalam kebudayaan penerima dengan
tidak disengaja atau tanpa paksaan.
c. Pemasukan unsur-unsur kebudayaan secara tidak damai,
misalnya karena adanya peperangan atau pemasukan.
3. Proses Belajar Kebudayaan SendiriDalam proses belajar kebudayaan sendiri terdapat beberapa tahap yaitu:
Internalisasi (internalisation), sosialisasi (sosialization), dan enkulturasi
(enkulturasi) proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang
individu dilahirkan sampai hampir meninggal dimana ia belajar
menanamkan keperibadiannya segala perasaan, hasrat nafsu, serta
emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya proses sosialisasi adalah
proses seseorang sejak masa anak-anaknya sampai masa tuanya belajar
pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu yang
ada di sekelilingnya yang menduduki berbagai macam peranan sosial
yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan proses
enkulturasi atau yang disebut juga dengan proses pembudayaan,
seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikirannya dengan
adat istiadat serta norma, dan aturan-aturan yang hidup dalam
kebudayaannya.
4. Proses Asimilasi dan AkulturasiAsimilasi20 adalah proses sosial yang timbul bila (i) golongan-golongan
manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda,(ii)
Saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu yang lama, sehingga
(iii) kebudayaan-kebudayaan masing-masing golongan berubah sifatnya
yang khas, dan masing-masing unsurnya berubah wujudnya menjadi
unsur-unsur kebudayaan campuran. Dalam hal ini, golongan minoritas
merubah unsur-unsur khas dari kebudayaannya, dan menyesuaiakan
dengan kebudayaan golongan mayoritas sedemikian rupa sehingga
lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk kedalam
kebudayaan mayoritas.
20Ibid, hal 255
23
Akulturasi21. merupakan suatu proses sosial yang muncul bila suatu
kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur-unsur dari kebudayaan yang asing dengan sedemikian
rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun akan
diolah dan diterima kedalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan
kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Beberapa Hal yang Berkaitan dengan Akulturasi dan PenerimaanMasyarakat22
1. Unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima
• Unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan terutama yang
sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi
masyarakat yang menerimanya.
• Unsur yang terbukti membawa manfaat besar, misal media
elektronik
• Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan
masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut, seperti mesin
penggilingan padi yang murah dan sederhana.
2. Unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima.
• Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti
ideologi, filsafat hidup dan lain-lain.
• Unsur-unsur yang dipelajari dalam tahap pertama sosialisasi.
Misalnya nasi merupakan makanan pokok bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia sulit diganti dengan makanan pokok
lainnya.
5. Pembaharuan (Inovasi) dan Penemuan Baru (Discovery)Inovasi adalah suatu proses pembaharuan dari penggunaan sumber-
sumber alam, energi, dan modal. Inovasi merupakan pembaharuan
kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan ekonomi.
Discovery adalah penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik
berupa alat baru, ide baru, yang diciptakan individu atau suatu rangkaian
dari beberapa individu dalam suatu masyarakat bersangkutan. Discovery
22 Ibid,hal 252
24
akan menjadi invention bila masyarakat sudah mengakui, menerima dan
menerapkan penemuan baru tersebut.
Beberapa faktor pendorong penemuan baru tersebut (i) kesadaran individul
akan kekurangan dan kebudayaan (ii) mutu dari keahlian dalam suatu
kebudayaan (iii) sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam
masyarakat berupa pemberian ganjaran berupa kehormatan dari umum,
kedudukan tinggi, harta benda, dan sebagainya bagi orang yang
menciptakan penemuan baru.
6. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan BudayaSebab-sebab perubahan sumbernya dapat berasal dari masyarakat itu
sendiri dan ada yang letaknya diluar masyarakat itu, yaitu yang datang
sebagai pengaruh dari masyarakat lain, atau dari alam sekitar.
Sebab-sebab yang bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri :
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk.
2. Penemuan-penemuan baru
3. Pertentangan (Conflic) dalam masyarakat
• Pertentangan antara kepentingan individu dengan
kelompoknya.
• Pertentangan antara kelompok, misalnya antara generasi tua
dengan generasi muda dalam hal penerimaan kebudayaan
baru.
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi didalam tubuh masyarakat itu
sendiri, sebab-sebab dari luar masyarakat tersebut antara lain adalah :
• Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik manusia.
Misalnya terjadinya bencana alam menyebabkan suatu
masyarakat harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam
ditempat barunya.
• Peperangan artinya bahwa peperangan dengan negara lain
menyebabkan terjadinya perubahan, karena biasanya negara
yang menang memaksakan negara yang takluk untuk
menerima kebudayaan yang dianggap sebagai kebudayaan
yang lebih tinggi tarafnya.
25
1.6.2.6. Beberapa Pengertian Lain Kebudayaana. Dalam pandangan beberapa pihak kebudayaan dianggap sebagai
keseluruhan aktivitas manusia dalam kehidupannya. Mereka membatasi
kebudayaan sebagai totalitas buah pikiran, karya dan hasil karya manusia
yang tidak semata-mata berakar pada nalurinya tetapi yang terwujud
setelah melalui proses belajar ( Koentjoroningrat, 1981 : 1-2)
b. Ada tiga macam cara bagaimana kebudayaan itu dipelajari yaitu : 1.
Melalui pengalaman dari hidup dalam menghadapi lingkungannya
sehingga dari pengalamannya tersebut manusia dapat memilih suatu
tindakan yang setepat-tepatnya sesuai dengan lingkungan yang dihadapi
dan sesuai dengan keinginan yang akan dicapai. 2. Melalui pengalaman
dalam kehidupan sosial. 3. Melalui petunjuk-petunjuk yang simbolik.
Dalam proses komunikasi simbolik ini, petunjuk-petunjuk atau petuah-
petuah lebih ditekankan dari pengalaman si penerima pesan-pesan
komunikasi. Sebagai suatu sistem gagasan tindakan dan hasil karya
manusia sudah barang tentu kebudayaan akan bebar-benar terhayati
oleh pendukung kebudayaan yang bersangkutan dalam kurun waktu
tertentu sehingga mendominasi seluruh kehidupan. Kenyatan semacam
ini boleh jadi logis mengingat kebudayaan umumnya menyajikan suatu
pola untuk bertingkah laku bagi segenap pendukungnya atau dengan kata
lain, seperangkat model untuk bertingkah laku. Ditinjau dari dimensi
wujudnya, kebudayaan yang ada pada mahluk manusia itu mempunyai
paling sedikit tiga wujud yaitu : 1. Wujud sebagai kompleks gagasan,
konsep dan pikiran manusia, 2. Wujud sebagai suatu kompleks aktivitas
3. Wujud sebagai benda (koentjara ningrat, 1985 : 100 ) ketiga wujud dari
kebudayaan tersebut dalam kenyataan kehidupan masyarakat tertentu
tidak terlepas satu dengan lainnya. Kebudayaan ideal dan adat istiadat
mengatur dan memberi arah pada perbuatan dan kearifan manusia. Baik
pikiran dan ide-ide, maupun perbuatan dan karya manusia menghasilkan
benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya kebudayaan fisik
membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin
mengkaitkan antara manusi dengan lingkungan alamnya, sehingga
mempengaruhi pola-pola perbuatannya, bahkan pula mempengaruhi cara
berpikirnya.
26
c. Kebudayaan dari setiap bangsa dan masyarakat, terdiri dari unsur-unsur
besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu
kebulatan yang bersifat sebagai suatu kesatuan. Koentjoroningrat ( 1986 :
203 ) menyatakan bahwa “ ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat
ditemukan pada semua bangsa dunia. Ketujuh unsur kebudayaan
tersebut sebagai isi pokok setiap kebudayaan didunia antara lain : 1.
Bahasa, 2. Sistem pengetahuan 3. Organisasi sosial 4. Sistem peralatan
hidup dan teknologi 5. Sistem mata pencarian hidup 6. Sistem religi 7.
Kesenian. Ketujuh unsur tersebut biasa disebut “unsur universal “ . tiap-
tiap unsur kebudayan universal menjelma kedalam tujuh unsur
kebudayaan yaitu berupa sistem budaya, yang berupa sistem sosial dan
yang berupa unsur-unsur kebudayaan fisik. Dengan demikian sistem religi
misalnya mempunyai wujud sebagai sistem keyakinan dan gagasan-
gagasan tentang tuhan, dewa-dewa dan roh-roh halus neraka, sorga dan
sebagainya. Tetapi mempunyai juga wujud seperti upacara baik yang
bersifat musiman ataupun berkala dan kecuali itu setiap sistem religi juga
mempunyai wujud sebagai benda-benda suci dan benda-benda religius.
d. Masyarakat adalah suatu satuan kehidupan sosial yang menempati suatu
wilayah tertentu yang keteraturan dalam kehidupan sosial tersebut telah
dimungkinkan karena adanya seperangkat pranata sosial telah menjadi
tradisi dan kebudayaan yang mereka miliki bersama. Kebudayaan suatu
masyarakat pada pokoknya berfungsi menghubungkan manusia dengan
alam sekitarnya dan dengan masyarakat dimana manusia itu menjadi
bagiannya misalnya dengan kemampuan teknologi yang dimilikinya.
Manusia dapat menyesuaikan dengan alam atau dapat memanfaatkan
alam untuk kepentingan dirinya.
e. Kebudayaan juga berfungsi sebagai sarana atau wadah untuk
meningkatkan prestise ( harga diri ) seseorang. Dalam hal ini soerjono
soekamto (1980:57) menyatakan bahwa “Manusia berkarya untuk
mendapatkan kedudukan dan prestise tertentu yang menguntungkan
baginya, terutama dalam segi kebendaan”.
f. Seseorang dalam mempelajari kebudayaan sebagai hasil masyarakat,
tidak membatasi diri dalam struktur dari kebudayaan itu, yakni unsur-
unsurnya yang statis, akan tetapi perhatiannya juga dicurahkan pada
27
gerak kebudayaan tersebut. Tak ada kebudayaan yang statis, semua
kebudayaan mempunyai dinamika atau gerak. Gerak dari kebudayaan
tersebut sebenarnya tidak lain daripada gerak adri manusia yang hidup
dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi (Soerjono
Soekanto, 1970 : 69) gerak manusia tersebut terjadi oleh sebab dia
mengadakan hubungan dengan manusia atau karena terjadinya
hubungan-hubungan antar kelompok manusia dalam masyarakat.
g. Salah satu gerak atau perkembangan kebudayaan tersebut adalah
akulturasi. Akulturasi terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu, dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima diterima dan diolah
dalam kebudayaan sendiri (Koentjoro Ningrat, 1986 : 248)
1.6.3. PrilakuPembahasannya berkaitan dengan definisi prilaku, teori prilaku, dan
hubungan prilaku dengan pola ruang yang ada.
1.6.3.1. Definisi PrilakuMenurut Drs.Saifudin Azwar, MA yaitu perilaku merupakan yang
tampak, yang bersifat differensial yaitu satu stimulus dapat menimbulkan lebih
dari satu respon yang berbeda dan beberapa saat dapat juga menimbulkan
respon yang sama, jadi dapat disimpulkan bahwa prilaku adalah cerminan dari
motiuvasi dasar manusia untuk melakukan suatu tindakan, timbul dari keinginan
atau stimulus sehingga menimbulkan respon untuk melakukannya. Motivasi yang
dijadikan dasar adalah latar belakang dari kehidupan dari kehidupan masyarakat
tersebut yang terdiri dari pandangan hidup, kepercayaan yang dianut, norma dan
nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat dan kondisi sosial yang kesemuanya
tertuang dalam kebudayaan.
1.6.3.2. Teori PrilakuPerilaku seseorang ataupun suatu kelompok masyarakat dipengaruhi
oleh banyak faktor. Dalam berprilaku, manusia biasanya mengikuti norma-norma
yang berlaku ditempat tinggalnya dimana faktor kebudayaan merupakan hal
terpenting dalam membentuk prilaku seseorang. Prilaku juga sangat dipengaruhi
28
oleh lingkungan atau prilaku seseorang yang akhirnya membentuk
lingkungannya. Seperti yang dikemukakan oleh Wohlwill bahwa bentuk-bentuk
hubungan antara perilaku dan lingkungannya dapat dilihat dari perilaku manusia
yang mana dalam beberapa hal berfungsi menghubungkan atribut-atribut
lingkungan fisik, dimana hubunganya yaitu :
1. Lingkungan menentukan rentang prilaku yang dapat hadir didalamnya.
2. Kualitas-kualitas tetap yang menghubungkan dengan satu lingkungan
khusus /tertentu mungkin membawa satu efek yang luas pada prilaku
dan kpribadian tiap-tiap individu.
3. Hubungan dimana lingkungan bertindak. Sebagai suatu kekuatan
motivasi mempunyai tiga aspek penting
Pengaruh dan sikap bereaksi terhadap beragam atribut lingkungan
Adaptasi terhadap kualitas lingkungan
1.6.3.3. Hubungan Prilaku dengan Pola RuangSebagaimana pendekatan yang dipakai dalam psikologi lingkungan,
hubungan antara ruang dengan prilaku merupakan suatu yang kompleks. Latar
belakang manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan yang dianut, nilai-nilai
dan norma-norma yang dipegang akan menentukan prilaku seseorang, dalam hal
ini kesemuanya tertuang dalam kebudayaan dan sosial yang akan menentukan
aktivitas atau kegiatan masyarakat baik sehari-hari maupun yang bersifat
insidental yang memerlukan suatu wadah/ruang/tempat untuk
menginterpretasikan semua kegiatan atau aktivitasnya. Pendekatan prilaku
menekankan pada keterkaitan yang dialektik antar ruang dengan manusia dan
masyarakat yang memanfaatkan atau menghuni rumah tersebut. Pendekatan ini
perlu menekankan pada pemahaman terhadap prilaku masyarakat sesuai
dengan ciri-ciri prilaku masyarakat setiap daerah dalam membentuk ruangnya.
Hal ini ditunjukkan dengan pendekatan yang digunakan dalam suatu
daerah belum tentu cocok dengan daerah lainnya. Dengan kata lain pendekatan
ini melihat kultur dan psikologi masyarakat yang berbeda akan membentuk pola
ruang yang berbeda pula. Dalam pendekatan prilaku dan pola pemanfaatan
ruang, istilah seting lebih sering digunakan karena definisi ruang hanya bersifat
spasial saja, sementara kenyataan ruang tersebut terintegrasi secara erat
dengan sekelompok manusia dengan segala kegiatan dalam kurun waktu
29
tertentu. Istilah setting lebih memberikan penekanan pada unsur kegiatan
manusia yang tampak jelas pada istilah ruang.
Menurut Rapoport terdapat lima elemen dasar, meliputi 24 .
1. Kegiatan ManusiaRuang kegiatan manusia (Home Range) merupakan batas-batas umum
pergerakan penduduk perkotaan, yang terdiri atas beberapa setting
lokasi, serta jaringan penghubung antar lokasi. Setiap individu
penduduk perkotaan mempunyai radius Home Range tertentu yang
dapat diklasifikasikan menjadi Home Range harian, mingguan, bulanan.
2. Area Inti (Core Area)Area inti yang dimaksud adalah area-area inti dalam batas ruang
kegiatan manusia yang paling sering dipakai, dipahami dan dapat
secara langsung dikontrol oleh penduduk. Dalam konteks ini lingkungan
area inti merupakan lingkungan-lingkungan perumahan dengan sistem
sosial yang relatif kental atau juga merupakan cluster-clutser kegiatan
yang setiap hari muncul, diorganisasi oleh kelompok yang saling
mengenal secara personal.
3. TerritorialityErat kaitannya dengan Privacy dan personal space adalah territoriality.
Sama dengan personal space, territorialitas adalah juga perwujudan
ego yang tidak ingin diganggu, dengan kata lain merupakan perwujudan
dari privacy. Terriorialitas itu sendiri merupakan suatu pola tingkah laku
yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atas
suatu lokasi.
4. Juridiction (Area Terkontrol )Adalah suatu daerah yang dikuasai dan dikontrol secara temporer oleh
sekelompok penduduk kota oleh karena pengusahaannya yang bersifat
temporer maka dimungkinkan suatu area dikuasai oleh kelompok yang
berbeda.
5. Personal Distance/Soace ( Ruang Personal)Adalah suatu jarak atau area dimana intervensi oleh orang lain akan
terasa mengganggu, berbeda dengan keempat elemen tersebut diatas
24 Haryadi & B.Setiawan, Arsitektur Lingkungan dan Prilaku, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,1995, Hal 60-64
30
yang cenderung fisikal batasnya. Personal distance biasanya tidak
mempunyai kenampakan fisik yang jelas serta fleksibel.
1.6.4. RuangPembahasan mengenai definisi ruang, elemen pembentukan ruang, asal-
usul budaya bermukim.
1.6.4.1. Definisi RuangPengertian ruang menurut Johara T Jayadinata berdasarkan beberapa
aspek :
1. Menurut istilah geografi umum, ruang adalah seluruh permukaan bumi
yang merupakan lapisan biosfer tempat hidup tumbuhan, hewan, dan
manusia.
2. Menurut geografi regional, ruang merupakan wilayah yang mwmiliki batas
menurut keadaan fisik, sosial, atau pemerintah yang terdiri dari berbagai
permukaan bumi dan lapisan tanah dibawahnya dan lapisan udara
diatasnya.
3. Menurut rancangan Undang-undang republik Indonesia 1988 tentang
Tata ruang, Ruang itu termasuk daratan, lautan, angkasa dan penataan
ruang dilakukan berdasarkan manfaat, keseimbangan, keserasian serta
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia dan kualitas lingkungan
hidup secara berkelanjutan.
4. Menurut undang-undang penataan ruang pasal 1, Ruang adalah wadah
yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai
suatu kesatuan wilayah tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan
melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
5. Ruang adalah sistem lingkungan buatan terkecil yang sangat penting.
Dalam kajian arsitektur lingkungan dan prilaku,ruang diartikan sebagai
suatu petak yang dibatasi oleh dinding atau atap baik oleh elemen yang
permanen maupun yang tidak permanen. Sedangkan dalam kaitannya
dengan manusia, hal penting dalam pengaruh ruang terhadap prilaku
manusia adalah fungsi atau pemakaian dari ruang tersebut baik yang
dirancang untuk memenugi suatu fungsi dan tujuan tertentu maupun
untuk memenuhi fungsi yang lebih fleksibel25.
25 . Haryadi B.Setiawan, Arsitektur Lingkungan dan perilaku, Penerbit proyek studi lingkungan dirjen pendidikantinggi Depdikbud RI, hal 51
31
6. Ruang dapat pula digolongkan menurut tempatnya, fungsi dan
pembatasnya. Dalam hal ini ruang dibagi dalam ruang dalam (interior)
dan ruang luar (eksterior). Ruang dalam adalah ruang yang dibatasi oleh
tiga bidang yaitu lantai, dinding dan atap. Sedangkan ruang luar adalah
lingkungan luar buatan manusia sebagai ruang yang mempunyai arti
sepenuhnya dengan maksud tertentu,dan merupakan bagian dari alam
dengan memberi kerangka (frame tanpa pembatas atap untuk
membedakannya dengan alam sehingga tidak meluas tak terhingga.26.
1.6.4.2. Elemen Pembentukan Ruang27
Beberapa elemen pembentukan ruang
a. Penggunaan dan rencana penggunaan lahan
b. Kebutuhan dan keinginan individu
c. Sarana dan prasarana transportasi.
d. Tipe dan fungsi bangunan
e. Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok
masyarakat yang bersifat rutinitas
f. Kependudukan yang menyangkut kepadatan, agama, adat istiadat,
mata pencarian, dan pendidikan
g. Potensi fisik, yaitu keadaan geografi,klimatologi dan geologi
h. Lokasi tapak
i. Fasilitas pendukung
j. Persepsi dan perilaku
1.6.4.3. Rumah dan PerumahanBeberapa faktor yang mempengaruhi ragam bentuk dan pola rumah
menurut Amos Rapoport (House Form And Culture) adalah sebagai berikut :
1. Faktor Kultur. Pada suatu daerah dengan iklim serta sumber-sumber
material yang sama, dijumpai berbagai bentuk rumah yang berbeda.
Katagorisasi bangunan tradisional dalam bentuk tajuk, joglo, limasan
serta kampung, menunjukkan banwa bentukan-bentukan tersebut
mensimbolkan suatu tatanan sosial tertentu yang hierarkis-piramidal.
26 . Yoshinobu Ashihara, merancang ruang luar Hal 3.27 Amir Ma’ruf, Studi identifikasi pola pemukiman kampung tradisional (TA), tahun 2001, hal 29
32
2. Faktor Religi. Faktor religi ataupun kepercayaan juga merupakan faktor
yang sangat berperan dalam bentuk dan pola rumah, bahkan dalam
masyarakat tradisional cenderung faktor yang dominan dibandingkan
dengan faktor-faktor lainnya. Dalam masyarakat tradisional cenderung
faktor-faktor dominan dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Dalam
masyarakat tradisional, sering kali dipandang bahwa rumah ataupun
perumahan merupakan wujud microcosmos dari keseluruhan alam
semesta. Setiap elemen yang membentuk rumah, mensimbolkan elemen-
elemen tertentu dari keseluruhan alam semesta. Dalam konsepsi ini,
seringkali pola rumah atau pemukiman dikatagorikan sebagai kelompok
sakral, semi sakral dan profan. Di Indonesia, contoh yang masih jelas
adalah pola dan bentuk perumahan tradisional bali, yang keseluruhannya
mempresentasikan secara jelas ajaran-ajaran agama hindu Bali.
3. Faktor Perilaku. Hasil penelitian dikampung-kampung sepanjang sungai
code di yogyakarta menunjukkan bahwa keterkaitan lingkungan fisik dan
prilaku dikampung-kampung tersebut bersifat dialektik, dalam arti saling
mempengaruhi. Keterbatasan fisik, terutama dari luasan area serta
fasilitas umum yang ada menurut mereka untuk menggunakan fasilitas
secara bersama. Hal ini menyebabkan interaksi antar penduduk tinggi,
yang secara tidak langsung menyebabkan pula tingkat solidaritas
kampung tersebut meningkat. Sebaliknya, dengan tingkat hubungan
sosial yang tinggi ini penduduk secara incremental, melakukan
aransemen lingkungan fisik mereka agar dapat mewadahi berbagai
kegiatan dan perilaku sosial mereka. Dengan kata lain, lingkungan prilaku
dan fisik pada kampung tersebut secara dialektik saling mempengaruhi
dan akhirnya mewujudkan suatu pola kehidupan yang spesifik.
1.6.4.4. Definisi Kampung TradisionalMenurut Herbasuki kampung adalah lingkungan tradisional khas
Indonesia yang ditandai dengan ciri kehidupan yang terjalin dalam kekuasaan
yang erat. Masyarakat penghuni kampung merupakan masyarakat yang
homogen dengan kehidupan didominasi oleh kegiatan ekonomi agraris.
Sedangkan tradisional merupakan segala sesuatu yang bersifat khas yang
dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi sesuai dengan adat
33
istiadat yang berlaku. Sehingga perkampungan tradisional adalah kelompok-
kelompok lingkungan yang khas menurut adat istiadat setempat, dengan
masyarakat yang hidup dalam pola homogen didominasi oleh kegiatan pertanian
dan kegiatan ekonomi informal serta hubungan yang terjalin dalam ikatan
keluarga yang erat.28
1.6.4.5. Kampung KotaKampung kota adalah permukiman pribumi yang masih meneruskan
tradisi kampung halamannya sekalipun tinggal di kota. Pengertian kampung kota
lebih dekat dengan suatu sistem pemukiman yang struktur sosial ekonominya
tidak terorganisir sebagai instutusi formal. Atau pengertian lebih spesifiknya
kampung kota merupakan permukiman yang tumbuh di kawasan urban tanpa
perencanaan infrastruktur dan jaringan ekonomi kota. Kampung kota merupakan
suatu kawasan yang sulit di sentuh oleh program pembangunan formal. Kesulitan
utamanya adalah karena tidak terorganisirnya stuktur fisik lingkungan tersebut.
Absensi struktur formal teritorialitas ini sering dikaitkan dengan pemukiman ilegal,
selain itu tidak terstrukturnya pemukiman ini karena tidak didasarkan pada
penataaan ruang yang didukung oleh infrastruktur yang formal programatik.
Untuk menyentuh diperlukan suatu rencana perancangan fisik .
Kampung Kota disebut juga sebagai permukiman sektor informal, karena
banyak dihuni dengan orang-orang dengan penghasilan tidak tetap. Sekalipun
dugaan ini tidak sepenuhnya benar, pegawai negeri dan swasta kecil merupakan
populasi yang tidak dapat diabaikan jumlahnya. Masyarakat kampung kota pada
umumnya merupakan penduduk asli yang ketika daerah tersebut masih belum
masuk pada struktur kota modern, dan eksodus desa yang mengalami
modernisasi pertanian ataupun adanya masukan migrasi penduduk dari luar.
Akibat modernisasi ini mereka kehilangan pekerjaan dan anak-anak usia sekolah
harus mencari pekerjaan keluar daerah atau ke kota-kota. Kebiasaan dan nilai
kehidupan tradisional agraris tinggal bertetangga masih ingin di praktekan.
Tradisi hanya bertahan selama semangat kerjasama dan tolong menolong masih
di rasa perlu, baik untuk sehari-hari maupun ritual-ritual lainnya. Penduduk
kampung kota memiliki kemampuan adaptasi yang lebih tinggi terhadap segala
28 Nia Kurniarsih Pontoh : Pola Perbaikan Dan Pembangunan Rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah,Perumahan Dan Pemukiman : Jurnal PWK no 12, ITB,Bandung Hal. 20.
34
bentuk dan struktur ruang hidupnya. Kemampuan beradaptasi yang tinggi ini
merupakan potensi untuk menghasilkan bentuk ruang tinggal yang tidak Platonis
artinya pembangunan lebih ditekankan pada pembangunan ruang-ruang terbuka
dengan bentuk yang bebas sesuai dengan kebutuhan, karena sulit untuk
menerapkan suatu rasionalisasi modular terhadap ruang dan bentuk dalam
kawasan kampung kota. Proses pembangunan fisiknya tidak dapat dilakukan
secara masal, tetapi lahir spontan untuk nilai aksesibilitas yang efektif. Secara
arsitekturan lingkungan tinggal binaan yang terjadi dikawasan kampung kota
merupakan satu kesatuan dan ketidakteraturan. Lingkungan semacam ini
umumnya dari potensi adanya nilai egaliter dalam struktur sosial masyarakat
mereka. Prinsip hierarki dan otoritas garis pemerintah tidak dianut. Bermukim
dalam kondisi ini berpotensi untuk membentuksuatu sistem budaya tinggal yang
berlandaskan pada azas kehidupan yang tidak otoriter serta siap dan terbuka
terhadap setiap proses perubahan, pembaharuan dan konflik.29
1.6.4.6. Tata Guna Tanah di PedesaanDalam tata guna pedesaan ada tiga bahasan yang mendasar yaitu
perkampungan secara umum, perkampungan tradisional, dan perkampungan
terencana untuk mengetahui definisi dari masing-masing perkampungan tersebut
dapat dilihat dalan uraian berikut ini.
1. Perkampungan Secara Umum30.
Perkembangan atau pemukiman di pedesaan dibagi menjadi dua macam
yaitu :
a. Pemukiman Memusat, yaitu Pemukiman dengan rumahnya
mengelompok dan merupakan dukuh ataudusun yang terdiri atau
kurang dari 40 rumah, dan kampung yang terdiri atas kurang dari 40
rumah bahkan ratusan rumah. Di sekitar kampung dan dusun terdapat
tanahbagi pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan kehutanan,
tempat duduk bekerja sehari-hari untuk mencari nafkahnya.
29 A.Bagoes P. Wiryomartono, Seni Bangunan Dan Seni Bina Kota Di Indonesia, hal 17130 . Drs. SaparilmanAsyari, Sosiologi Desa dan Kota, usaha nasional Surabaya, hal 43
35
b. Pemukiman Terpencar, yaitu pemukiman yang rumahnya terpencar
menyendiri terdapat di negara Eropa Barat, Amerika Serikat, Canada
Austria dan sebagainya. Perkampungan terpencar di negara itu hanya
terdiri dari farmshed, yaitu sebuah rumah petani yang terpencil tetapi
lengkap dengan gudang alat mesin penggilingan, gandum, kadang-
kadang terdapat rumah terpencil.
2. Perkampungan TradisionalPerkampungan tradisional di Indonesia umumnya berorientasi pada
kepercayaan dan keamanan. Pada perkembangan selanjutnya, perkampungan
tradisional berorientasi kepada kehidupan ekonomi diwilayah pedesaan terutama
adalah kegiatan-kegiatan ekonomi ekstraktif dan reproduktif. Kampung-kempung
biasanya terletak ditengah-tengah persawahan, ladang, ditepi sungai, sehingga
dalam kegiatan ekonominya penduduk umumnya harus keluar kampung yaitu
pergi kesawah atau ke kebun untuk bertani.
3. Perkampungan TerencanaPada Perkampungan terencana proses terbentuknya dapat dilihat dari
berbagai segi antara lain :
c. Ditinjau dari kehidupan sosial, umumnya orang-orang ingin hidup
berdekatan dengan tetangga untuk dapat hidup bergotong royong dalam
hal itu disebut orientasi sosial.
c. Ditinjau dari kehidupan ekonomi, umumnya orang-orang ingin tinggal
berdekatan.
c. Ditinjau dari keadaan dan bentuk mempunyai ciri yang beraneka ragam,
baik ditinjau dari sudut lokasi geografisnya maupun dari segi etnologisnya
dan sosial budayanya ataupun mata penchariannya sebagai petani.
1.6.5. Definisi MasyarakatDefinisi masyarakat menurut beberapa para ahli yang menjelaskan
tentang berbagai pengertian masyarakat dalam beberapa pendapat adalah
sebagai berikut :
1. Hasam Shadly, MA : masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari
beberapa manusia yang sendirinya bertalian secara golongan dan
mempunyai pengaruh satu dengan lainnya.
36
2. Prof. Dr. P. J. Bouman.
• Masyarakat Secara Sempit terdiri atas satu golongan saja.
• Masyarakat secara luas adalah kebulatan tekad semua
perhubungan yang mungkin dalam masyarakat meliputi semua
golongan.
3. Dr.A. Lysen : Masyarakat adalah hubungan kekuatan-kekuatan dari
bentuk masyarakat dan dari kehidupan individu.
4. Mc. Keachie dan Doyle : Masyarakat adalah sekelompok manusia yang
bergantung satu sama lain dan telah memperkembangkan pola
organisasi yang memungkinkan mereka hidup bersama dan dapat
mempertahankan diri sebagai kelompok. Masyarakat yang dimaksud
dalam organisasi ini adalah macam-macam pranata dan organisasi dalam
kelompok pola kegiatan.
5. Anderson dan Parker, ciri-ciri masyarakat adalah :
a. Adanya sejumlah orang.
b. Tinggal dalam satu daerah tertentu.
c. Mengadakan atau mempunyai hubungan yang tetap dan teratur satu
dengan lainnya.
d. Sebagai aktifitas hubungan yang membentuk satu sistem hubungan
antar manusia.
e. Mempunyai tujuan bersama dan bekerja bersama.
f. Mengadakan ikatan atau kesatuan unsur-unsur objeknya.
g. Adanya perasaan solidaritas.
h. Berdasarkan sistem yang terbentuk, akan terbentuk norma-norma.
1.6.6.Definisi Perantau 31
Perantau adalah orang yang pergi dari kampung halamannya menuju
kedaerah tujuan dengan maksud untuk merubah nasib. Perantau adalah orang
yang tidak terikat kampung halaman. Mereka
senantiasa memikat perhatian. Pengalaman di luar daerah menjadi sebagian
terpenting dari khasanah kisah dalam sejarah dan peradaban manusia.
31 Internet www. perantau_jauh.com.
37
Beberapa suku yang memiliki jiwa perantau yang ada di Indonesia : Madura,
Bugis, Padang dan Cina.
Beberapa istilah:• Cina Perantau (Overseas Chinese = huachiao) adalah semua orang etnis
Cina yang hidup di luar negeri Cina, yang berwarganegara Cina.
• Chunggoujen / chungguo zungming = orang Cina / warga negara Cina
atau RRC.
• Hualen = orang-orang Cina yang telah melepaskan kewarganegaraan
Cina dan memilih kewarganegaraan lain. Lebih tepat dibilang sebagai
etnik Cina.
1.6.7. Dasar Teoritis Penelitian KualitatifPenelitian kualitatif biasa disebut penelitian alamiah. Dalam penelitian
alamiah ada empat dasar teoritik yang dapat digunakan. Tetapi dalam penelitian
ini ada dua pendekatan yang digunakan yaitu fenomenologis dan kebudayaan.
Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada penelitian suatu pernyataan
sistematis yang yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari
data dan diuji kembali secara empiris. Orientasi atau perspektif teoritis adalah
cara memandang dunia, Asumsi yang dianut orang tentang sesuatu yang
penting, dan apa yang membuat dunia bekerja. Dalam suatu penelitian, apakah
dinyatakan secara eksplisif atau tidak, biasanya orientasi teoritis tertentu
mengarahkan pelaksanaan penelitian itu. Penelitian yang baik menyadari dasar
teoritisnya dan memanfaatkannya dalam pengumpulan dan analisa data.
Bagian berikut mengemukakan dasar teoritik penelitian kualitatif, yaitu
pendekatan fenomenologis dan budaya.
1. Pendekatan FenomenologisPenelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami
arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-
situasi tertentu. Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat
dipengaruhi oleh filsuf Edmund husserl dan Alfred Schultz. Pengaruh
lainnya berasal dari weber yang memberi tekanan pada verstehen, yaitu
pengertian tentang interpretative terhadap pemahaman manusia.
Fenomenologis tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu
bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Inkuiri yaitu memulai
38
sesuatu dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap
pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Yang ditekankan pada kaum
fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka
berusaha untuk masuk dalam dunia konseptual para subjek yang
ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka menerti apa dan bagaimana
suatu pengertian yang dikembangakan oleh mereka disekitar peristiwa
dalam kehidupannya sehari-hari. Para fenomenolog percaya bahwa pada
mahluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan
pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengalaman
kita lah yang membentuk suatu kenyataan.
2. Pendekatan Budaya.Usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek
kebudayaan dinamakan etnografi. Walaupun diantara antropolog kurang
sependapat tentang definisi kebudayaan, mereka memandang
kebudayaan sebagai suatu kerangka teoritis yang menjelaskan pekerjaan
mereka. Beberapa Antropolog mendefinisikan kebudayaan sebagai
pengetahuan yang diperoleh manusia dan digunakan untuk menafsirkan
pengalaman dan menimbulkan prilaku. Dalam kerangka kebudayaan,
apapun definisi khususnya, kebudayaan merupakan alat organisator atau
konseptual untuk menafsirkan data yang berarti dan memberikan ciri
pada etnografi. Prosedur etnografi apakah sama atau identik dengan
pengamatan berperan serta, percaya akan adanya perbedaan kosakata
dan telah berkembang dalam kekhasan akademis yang berbeda.
Spradley sebagai antropolog terkenal menyatakan bahwa konsep
kebudayaan sebagai pengetahuan yang dicapai mempunyai ciri umum
yang sama dengan interaksi simbolik.32
32 Moleong Lexy, DR, MA, Metodologi Penelitian Kualitatif, Hal 8-15.
39
1.7. Landasan PenelitianDalam landasan penelitian dijelaskan tentang teori-teori dasar yang
menjadi landasan berpijak dalam melakukan penelitian dan kemudian dikaitkan
dengan konsep-konsep penelitian yang telah disesuaikan dengan kondisi di
lapangan. Berikut ini penjelasan mengenai landasan penelitian prilaku
masyarakat Madura perantau di Kota Sumbawa Besar terhadap pola
pemanfaatan ruang.Tabel : 1.7.
Landasan PenelitianIdentifikasi Pengaruh Prilaku Masyarakat Madura Perantau
Terhadap Pola Pemanfaatan Ruang Di Kota Sumbawa BesarNo Sasaran Landasan teori Landasan penelitian Variabel penelitian
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorongdan penarik MasyarakatMadura untuk keluardari daerahnya danmelakukan perantauankhususnya ke KotaSumbawa Besar .
• Pengertian urbanisasi adalahperpindahan penduduk daridesa kekota, urbanisasi yangterjadi diperkotaan salahsatunya disebabkan oleh faktorkemiskinan yang terjadi dipedesaan. penarik ( pull faktor)dan faktor pendorong (pushfaktor), iklim dan kondisigeografis wilayah,sosial,demografi dan falsafah hidup.
• Perantau adalah orang yangpergi dari kampunghalamannya menuju kedaerahtujuan dengan maksud untukmerubah nasib
• Karakteristik perantau cina,makasar dan Madura.
• Dari adanya latarbelakang iklim, kondisigeografis dan falsafahhidup serta alasan-alasan pendorong didesa maka masyarakatMadura berusaha untukmencari kehidupanyang lain dengan jalanmelakukan perantauankeluar daerah, hal ini didukung oleh falsafahhidup dan kondisimaritim yang sebagianbesar daerah Maduraadalah lautan. Makamemungkinkanmasyarakat Madurauntuk melakukanperantauan ke berbagaidaerah di nusantaradalam hal inikhususnya di daerahSumbawa.
Beberapa variabelpenelitian antara lain :
1. Topografi Madura2. Hidrologi pulau
Madura3. Klimatologi pulau
Madura4. Luas daerah
Madura dan lautan.5. Jumlah penduduk
Madura terutama dikabupatenBangkalan,Sampang,Pamekasan.
6. Kepadatanpenduduk.
7. Jumlah lapanganpekerjaan.
8. Jumlahpengangguran.
9. Tingkat pendapatanrata-ratamasyarakatMadura.
10. Jenis matapencaharian.
11. Tingkat pendidikanmasyarakatMadura.
12. Fasilitas di daerahtujuan.
13. Kondisi geografisdaerah tujuan
14. Jenis peluangusaha di daerahtujuan.
40
2. Mengidentifiksi prilakumasyarakat Maduraasli yang ada di pulauMadura.
Definisi kebudayaan• Kebudayaan dalam bahasa
sehari-hari umumnya banyakdipahami oleh orang adalahsebatas tentang adat istiadatyang mana dalam adat istiadatini tercangkup tentang nilai-nilai histories dan pencirianakan budaya setempat.
• Tiga wujud kebudayaanMenurut J.J. Honogmann,Kebudayaan memiliki tigawujud, yaitu24.
a. Wujud sebagai sistem budayaatau adat istiadat sebagaikompleks dari ide-ide, nilai-nilai,norma-norma, peraturan dansebagainya.b. Wujud sebagai sistem sosialyaitu kompleks suatu sistemaktivitas serta tindakan berpoladari manusia dalam masyarakat.wujud kebudayaan ini konkret ,bias diobservasi, dandidokumentasi.c. Wujud sebagai sistemkebudayaan fisik sebagai bendahasil-benda hasil kebudayaanmanusia yang merupakan seluruhtotal hasil fisik dari aktivitas sertakarunia manusia dalammasyarakat. Sehingga memilikisifat paling konkret, dan benda-benda atau hal-hal yang dapatdiraba, dilihat dandidokumentasikan.
• Tujuh unsur universalkebudayaan
Banyak ahli yang telahmerumuskan unsur-unsurkebudayaan seperti C.Kluckhondalam karyanya “ UniversalCatagories of Culture“(1953)yang merangkum pendapat-pendapat ahli antropologi,terdapat tujuh unsur kebudayaanyaitu :
1. Sistem religi (sistemkepercayaan).
2. Sistem Bahasa baik lisanmaupun tulisan.
3. Sistem Mata pencaharian dansistem ekonomi, sepertipertanian, peternakan, sistemproduksi, sistem distribusi dansebagainya.
4. Sistem Peralatan hidupmanusia dan teknologi ,seperti pakaian, perumahan,Alat-alat rumah tangga,senjata, alat-alat produksi,transportasi dan sebagainya.
5. Sistem organisasi sosialkemasyarakatan sepertisistem kekerabatan,organisasi politik, sistemhokum, sistem perkawinan.
6. Sistem pengetahuan.7. Sistem Kesenian seni rupa,
seni suara, seni gerak dansebagainya
2. Definisi prilakuMenurut Drs.Saifudin Azwar, MAprilaku adalah cerminan darimotivasi dasar manusia untukmelakukan suatu tindakan, timbuldari keinginan atau stimulussehingga menimbulkan responuntuk melakukannya
3. Prilaku yangmerupakan motivasidasar manusia untukmelakukan suatutindakan, timbul darikeinginan atau stimulussehingga menimbulkanrespon untukmelakukannya sesuatu.Hal ini dapat terwujuddalam 3 wujudkebudayaan yangsecara nyata dapatdilihat dari 7 unsuruniversal kebudayaanmasyarakat Maduraasli meliputi sistemperalatan danperlengkapan hidup,sistem organisasi,sistem kemasyarakatandan kekerabatan,organisasi hukum,kesenian, sistempengetahuan,sistemmata pencarian, sistemreligi (kepercayaan)dimana dari masing-masing unsur inimemiliki kekhasankarakteristik yangsangat berpengaruhterhadap bentukanruang 3 dimensi yangterjadi dalammasyarakat Maduraasli diMadura.
Variabel kebudayaanMasyarakat AsliMadura.1.Sistem Religi Kepercayaan
masyarakat. Kepercayaan dalam
hal peletakan danpembangunan rumah(letak dan luasannya).
Kepercayaan dalammemulai suatu usaha(perdagangan,berternak,bertani dll.)
Mayoritas agama. Kegiatan keagamaan
yang dilakukan. Frekuensi kegiatan
dilakukan. Lokasi kegiatan
keagamaan dilakukan. Peranan kyai/wali
dalam keagamaan. Sistem peribadatan
meliputi jenis ruang
peribadatan. lokasi
peribadatan bentukan fisik
ruangperibadatan.
2. Sistem Organisasi• Sistem kekerabatan• Hubungan dengan
tetangga/ kerabatlainnya.
• Kebiasaan tinggalsetelah menikah.
• Tempat tinggal darigaris keturunan.
• Anggota keluargadirumah selainkeluarga inti.
• Pengenalan terhadapkeluarga ayah.
• Hubungankekerabatan suamidan istri.
• Frekuensi kunjunganke keluarga ayah/ibu.
• Frekuensi Kegiataninteraksi dengantetangga.
• Sistem pewarisanrumah.
• Pembagian harta.• Bentuk keluarga inti.• Prinsip keturunan.• Aktifitas anggota
keluarga.• Sistem pembagian
kerja dalam keluarga.• Tata cara dalam
melakukan hajatan.• Pelapisan sosial
(bangsawan/nonbangsawan).
• Tata cara kehidupantiap lapisan.
3. Sistem Kesenian• Jenis kesenian yang
ada.• Bentuk alat kesenian.• Intensitas
berlangsungnyakesenian.
• Tempat
24. Ibid Koentjaraningrat, hal 186
41
3. Mengidentifikasikanpola prilaku masyarakatMadura perantau yangada di kota SumbawaBesar.
Definisi kebudayaan• Kebudayaan dalam bahasa
sehari-hari umumnya banyakdipahami oleh orang adalahsebatas tentang adat istiadatyang mana dalam adat istiadatini tercangkup tentang nilai-nilai histories dan pencirianakan budaya setempat.
• Tiga wujud kebudayaanMenurut J.J. Honogmann,Kebudayaan memiliki tigawujud, yaitu25.
a. Wujud sebagai sistem budayaatau adat istiadat sebagaikompleks dari ide-ide, nilai-nilai,norma-norma, peraturan dansebagainya.b. Wujud sebagai sistem sosial
yaitu kompleks suatu sistemaktivitas serta tindakan berpoladari manusia dalammasyarakat. wujudkebudayaan ini konkret , biasdiobservasi, dan dokumentasi.
c. Wujud sebagai sistemkebudayaan fisik sebagaibenda hasil-benda hasilkebudayaan manusia yangmerupakan seluruh total hasilfisik dari aktivitas serta karuniamanusia dalam masyarakat.Sehingga memiliki sifat palingkonkret, dan benda-benda atauhal-hal yang dapat diraba,dilihat dan didokumentasikan.
• Tujuh unsur universalkebudayaan
Banyak ahli yang telahmerumuskan unsur-unsurkebudayaan seperti C.Kluckhondalam karyanya “ UniversalCatagories of Culture“(1953)yang merangkum pendapat-pendapat ahli antropologi,terdapat tujuh unsur kebudayaanyaitu :
1. Sistem religi (sistemkepercayaan).
2. Sistem Bahasa baik lisanmaupun tulisan.
3. Sistem Mata pencaharian dansistem ekonomi, sepertipertanian, peternakan, sistemproduksi, sistem distribusi dansebagainya.
4. Sistem Peralatan hidupmanusia dan teknologi ,seperti pakaian, perumahan,Alat-alat rumah tangga,senjata, alat-alat produksi,transportasi dan sebagainya.
5. Sistem organisasi sosialkemasyarakatan sepertisistem kekerabatan,organisasi politik, sistemhokum, sistem perkawinan.
6. Sistem pengetahuan.7. Sistem Kesenian seni rupa,
seni suara, seni gerak dansebagainya
4. Definisi prilakuMenurut Drs.Saifudin Azwar, MAprilaku adalah cerminan darimotivasi dasar manusia untukmelakukan suatu tindakan, timbuldari keinginan atau stimulussehingga menimbulkan responuntuk melakukannya
Berdasarkan variabelaspek-aspek kebudayaanyang ada yang tercantumdalam tujuh aspekkebudayaan diidentifikasikan prilakumasyarakat Madura yangada di Sumbawa termasukkegiatan dan aktivitas yangdilakukan sehari-hari yangterbentuk.
Variabel kebudayaanOrang Madura diSumbawa.1.Sistem Religi Kepercayaan
masyarakat. Kepercayaan dalam
hal peletakan danpembangunan rumah(letak dan luasannya).
Kepercayaan dalammemulai suatu usaha(perdagangan,berternak,bertani dll.)
Mayoritas agama. Kegiatan keagamaan
yang dilakukan. Frekuensi kegiatan
dilakukan. Lokasi kegiatan
keagamaan dilakukan. Peranan kyai/wali
dalam keagamaan. Sistem peribadatan
meliputi jenis ruang
peribadatan. lokasi
peribadatan bentukan fisik
ruangperibadatan.
8. SistemOrganisasi
Sistem kekerabatan Hubungan dengan
tetangga/ kerabatlainnya.
Kebiasaan tinggalsetelah menikah.
Sistem pewarisanrumah.
Pembagian harta. Bentuk keluarga inti. Prinsip keturunan. Aktifitas anggota
keluarga. Sistem pembagian
kerja dalam keluarga. Tata cara
dalammelakukanhajatan.
Pelapisan sosial(bangsawan/nonbangsawan).
Tata cara kehidupantiap lapisan.
9. Sistem Kesenian Jenis kesenian yang
ada. Bentuk alat kesenian. Intensitas
berlangsungnyakesenian.
Tempatberlangsungnyakegiatanberkesenian.
Waktu dilakukannyakegiatanberkesenian.
10. Jenis dan TingkatBahasa.
Status orang yangmenggunakanbahasa (Bangsawan/Non bangsawan).
Luas Ruang Bicara. Jarak Minimal
berbicara.
25. Ibid Koentjaraningrat, hal 186
42
4. Mengidentifikasikanpengaruh akulturasibudaya antara MMAdan MLS yangmembentuk MMP dikota Sumbawa Besar.
• Kebudayaan dalam bahasasehari-hari umumnya banyakdipahami oleh orang adalahsebatas tentang adat istiadatyang mana dalam adat istiadatini tercangkup tentang nilai-nilai histories dan pencirianakan budaya setempat.
Karakter budaya MMA dan MLS(baik yang membentuk ruang fisikmaupun yang hanya berpengaruhsecara fungsional)
Mengetahui bentuk-bentukakulturasi budaya MMAdan MLS yangmempengaruhi karakterMMP.
Variabel idem denganvariabel: Sistem religi MMP Sistem peralatan
hidup dan teknologiMMP
Sistem organisasi Sistem mata
pencarian Sistem kesenian Sistem bahasaVariabel hampir samadengan karakteristikMMA dan MLS
5. Mengidentifikasikan polapemanfaatan ruangyang terbentuk akibatpengaruh prilaku orangMadura perantau di kotaSumbawa besar.
Asimilasi26. adalah proses sosialyang timbul bila (i) golongan-golongan manusia dengan latarkebudayaan yang berbeda-beda,(ii) Saling bergaul secaraintensif dalam jangka waktu yanglama, sehingga (iii) kebudayaan-kebudayaan masing-masinggolongan berubah sifatnya yangkhas, dan masing-masingunsurnya berubah wujudnyamenjadi unsur-unsur kebudayaancampuran. dalam hal ini,golongan minoritas merubahunsur-unsur khas darikebudayaannya, danmenyesuaiakan dengankebudayaan golongan mayoritassedemikian rupa sehingga lambatlaun kehilangan kepribadiankebudayaannya dan masukkedalam kebudayaan mayoritas.Akulturasi27. merupakan suatuproses sosial yang muncul bilasuatu kelompok manusia dengansuatu kebudayaan tertentudihadapkan dengan unsur-unsurdari kebudayaan yang asingdengan sedemikian rupa,sehingga unsur-unsurkebudayaan asing tersebutlambat laun akan diolah danditerima kedalam kebudayaansendiri tanpa menghilangkankepribadian kebudayaan itusendiri.
Faktor-faktor yangmenyebabkan perubahan sosialdan budayaSebab-sebab yang bersumber daridalam masyarakat itu sendiri :1. Bertambah atau berkurangnya
penduduk.2. Penemuan-penemuan baru.3. Pertentangan (Conflic) dalam
masyarakat• Pertentangan antara
kepentingan individudengan kelompoknya.
• Pertentangan antarakelompok, misalnya antaragenerasi tua dengan
Beberapa elemenpembentukan ruangmeliputi Kebutuhan dankeinginan individu Saranadan prasaranatransportasi. Berbagaikegiatan yang dilakukanoleh individu ataukelompok masyarakatyang bersifat rutinitas.Kependudukan yangmenyangkut kepadatan,agama, adat istiadat, matapencarian, danpendidikan, Potensi fisik,Fasilitas pendukung,Persepsi dan perilakuserta didukung oleh teoridari Yoshinobu Ashirabahwa bentukan ruangterdiri atas ruang 3D danruang kebudayaan makadapat terbentuk suatu polapemukiman yang bentukdan polanya sesuaidengan teori yang ada. DiSumbawa adanyamasyarakat Madura yangmelakukan interaksi danhidup lama membetuksuatu pola ruang baruyang memiliki karakteristikkhusus yang merupakanhasil dari percampuranprilaku aslimasyarakatMadura dengan hasilasimiasi denganmasyarakat Sumbawa.Dengan melihat suatubentukan baru maka dapatdibentuk suatu peta polapemanfaatan ruang baruyang merupakan hasilakulturasi budayatersebut.• Adanya proses
asimilasi dari duakebudayaan yangberbeda yaitukebudayaanmasyarakat asliMadura dengan
Variabel yang berkaitandengan ruang meliputi : Jenis-jenis ruang yang
terbentuk. Pola pemanfataan
ruang yang terbentukdiperkotaan. Fungsi ruang dalam
bangunan. Bahan bangunan
yang digunakan. Fungsi bangunan. Kondisi perumahan
dan bentukanperumahan. Bahan untuk
membangunprumahan. Alasan memilih
bentuk dan lokasirumah. Jenis upacara
pembangunan rumah Syarat lokasi
perumahan. Orientasi rumah Alasan memilih
orientasi rumah. Jenis rumah. Alasan memilih jenis
rumah. Susunan ruangdalam
bangunan rumah. Alasan memilih
susunan ruang dalamperumahan. Bentuk atap. Alasan memilih bentuk
atap. Tempat kegiatan MCK. Jarak rumah dengan
tempat kerja. Jarak rumah ke pasar. Jarak rumah fasiitas
lainnya. Lokasi ruang yang
membawa unsurtradisional. Bentukan unsur
tradisional yang adadalam ruang. Kondisi transportasi
26. Ibid, hal 25527. Ibid, hal 247
43
generasi muda dalam halpenerimaan kebudayaanbaru.
4.Terjadinya pemberontakan ataurevolusi didalam tubuh masyarakatitu sendiri, sebab-sebab dari luarmasyarakat tersebut antara lainadalah :• Sebab-sebab yang berasal dari
lingkungan alam fisik manusia.Misalnya terjadinya bencanaalam menyebabkan suatumasyarakat harusmenyesuaikan diri dengankeadaan alam ditempatbarunya.
• Peperangan. Peperangandengan negara lainmenyebabkan terjadinyaperubahan, karena biasanyanegara yang menangmemaksakan negara yangtakluk untuk menerimakebudayaan yang dianggapsebagai kebudayaan yang lebihtinggi tarafnya.
masyarakat Sumbawa,dan bergaul secaraintensif dalam jangkawaktu yang panjangmenyababkantimbulnya hubungansaling mempengaruhisatu dengan lainnya.
• Munculnya suatukebudayaan baruberupa bentukan fisikmaupun perubahanprilaku merupakanhasil proses asimilasidari dua kebudayaanyang berbeda antaramasyarakat Maduraperantau denganmasyarakat Sumbawa,yang berbentukhubungan timbal balikdalam halperdagangan dan jasamaupun perilakusosialisasi dalamlingkunganbertetangga.
Perubahan ataupunpergeseran kebudayaanantara budaya asli Maduradengan budayamasyarakat Madura yangtumbuh di daerahperantauan dilihat denganmelakukan perbandingansecara kualitatif antarabudaya tersebut, sehinggadiketahui bentujk-bentukperubahan karakterbudaya yang berpengaruhterhadap terbentuknyaruang-ruang dalammasyarakat, baik secarabentuk maupunarsitektural.
Bentukan polapemukiman(linear/sektoral)
Sumber : Kajian Teoritis.
1.8. Metode PenelitianMetode penelitian terdiri atas metode pengumpulan data dan metode analisa.
Metode pengumpulan data berisi teknik-teknik mengumpulkan data yang
digunakan untuk mengambil sampel
1.8.1. Metode Pengumpulan Data.Penelitian pengumpulan data ini akan menggunakan pendekatan dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif dalam penelitian kualitatif Pertama,
Memilih teknik wawancara mendalam (indepth interview) Metode ini biasa
disebut dengan metode wawancara mendalam atau open-ended ethnographic.
Metode ini dipilih karena memungkinkan untuk melakukan interaksi secara alami
44
dengan subjek penelitian. Dalam wawancara memilih subjek yang memenuhi
kriteria tertentu29. untuk mengetahui proses migrasi, prilaku MMP di kota
Sumbawa Besar, dan hubungan-hubungan MMP dengan masyarakat lainnya.
Sebelum proses ini berlangsung terlebih dahulu penulis menetapkan kriteria
informan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria yang dimaksud adalah :
1. Berusia diatas 45 tahun, kriteria ini hanya berlaku khusus untuk mengetahui
seluk beluk keberadaan MMP di Sumbawa, termasuk didalamnya proses
migrasinya ke Sumbawa, prilaku sehari-hari MMP di Sumbawa, serta
bagaimana perlakuan atau interaksi MMP dengan Masyarakat Lokal
Sumbawa (MLS). Batas usia tersebut tidak menjadi keharusan dimana
apabila ada informasi yang akurat meskipun bukan dari MMP yang berusia
tersebut maka informasi tetap ditampung.
2. Orang yang dipandang sebagai tokoh, sesepuh, pemimpin atau panutan
bagi MMP di Sumbawa.
3. Orang yang komunikatif dapat diajak berkomunikasi baik dalam bahasa
Indonesia, Madura, maupun Sumbawa.
Dari Kriteria informan diatas beberapa orang yang memenuhi point antara
lain: H. Nawawi, H. Sofyan, dan H.Syukri (Tokoh/Sesepuh MMP di sumbawa),
Daeng Ewan dan H. Dinullah Rayes(tokoh/sesepuh lokal Sumbawa). Sedangkan
untuk point kriteria berikutnya terdapat sejumlah MMP yang memenuhi syarat
sebagai informan yaitu diantaranya : H. Mudhar, Suiskandar, H. Baddrussalam,
Sugianto, Subaidi.
Kedua, melakukan observasi langsung terhadap ekspresi prilaku komunitas
MMP dimana mereka tinggal berkelompok dan beraktifitas. Serta observasi
terhadap bentukan fisik yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas MMP baik di
tempat pemukiman maupun daerah berdagang. Observasi ini difokuskan kepada:
1. Bagaimana aktifitas sehari-hari MMP di Sumbawa yang menjadi kebiasaan
baik dalam proses interaksi antar sesama masyarakat Madura maupun
dengan Non Madura.
2. Bagaimana MMP mengorganisasikan identitas kebersamaannya sehingga
bermanfaat bagi mereka untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomi
29. Kriteria tertentu yang dimaksud adalah, misalnya, komunikatif dan setidak-tidaknya mampu diajak berbahasaIndonesia; mengetahui sejarah migrasi orang-orang Madura ke Sumbawa; dia adalah sesepuh yang dipandangsebagai pemimpin, atau panutan, atau Problem solver bagi orang-orang Madura.
45
yang berpengaruh terhadap terbentuknya ruang-ruang tertentu secara
ekonomi di kota Sumbawa Besar.
3. Bagaimana pola-pola kebudayaan asli masyarakat yang ada di Madura
terimplementasi dalam kehidupan mereka sehari-hari.
4. Bagaimana hubungan MMP dengan MLS serta pengaruh-pengaruh apa
saja yang terbentuk dari hubungan diantara keduanya.
5. Ruang-ruang apa saja yang terbentuk sebagai akibat dari prilaku MMP di
Sumbawa.
Kegiatan observasi ini juga dipadati dengan wawancara tak berstruktur
dengan sejumlah informan yang tidak direncanakan yang secara kebetulan
informasinya dibutuhkan sebagai sumber data bagi penulis. Mereka adalah orang
non MMP dan hampir setiap hari bersentuhan dengan MMP dan menjadi
konsumen dari pedagang Madura. Termasuk juga beberapa aktivis pemuda yang
aktif mengamati perkembangan komunitas ekonomi orang Madura.
Ketiga, menguji kebenaran dan analisis yang dibangun berdasarkan
wawancara dan diskusi kelompok, dengan maksud untuk mengkonfirmasikan
kembali hasil wawancara dan observasi serta menyatukan keterangan-
keterangan yang berbeda dari beberapa informan. Informan disini dipilah
berdasarkan jenis usahanya dan kompeten untuk di wawancarai berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan diatas maka beberapa orng yang dapat dijadikan
sumber wawancara yaitu : mewakili pengusaha soto (Sugianto), mewakili
pengusaha jual beli hasil bumi dan penyewaan mobil (Suiskandar), mewakili
pengusaha jual beli kulit (H. Sofyan), mewakili pendidik (Subaidi) mewakili tokoh
pesantren (H. Syukri) dan mewakili pedagang es campur ( H. Mudhar).
1.8.2 Metode AnalisaUntuk mendapatkan suatu output yang akurat dan memiliki nilai
kepercayaan tinggi maka perlu dilakukan suatu analisa terhadap pokok-pokok
bahasan yang menjadi tolak ukur dalam penelitian ini. Metode analisa yang
dilakukan secara induktif sesuai dengan paradigma penelitian ini yaitu kualitatif,
dengan mengacu kepada tujuan dan hipotesis yang dikeluarkan. Pertama,
mengkatagorikan bentuk-bentuk prilaku Masyarakat Masura Asli (MMA) yang
masih di pakai oleh MMP di Sumbawa sampai saat ini yang terungkap melalui
wawancara maupun observasi. Kedua, Dari bentukan-bentukan prilaku tersebut
46
berusaha dibuat suatu hubungan korelasional dengan bentukan ruang yang
terjadi, baik disebabkan oleh prilaku MMA maupun prilaku yang tumbuh selama
proses interaksinya di sumbawa baik antar sesama MMP maupun MMP dengan
masyarakat lainnya. Ketiga, mencari hubungan antara keinginan motivasi untuk
melakukan perantauan dengan kondisi daerah rantauan yang menyebabkan
MMP dapat menjalankan usahanya bahkan dapat mewarnai pola-pola
perdagangan dan jasa yang terjadi di kota Sumbawa Besar.
Dengan metode tersebut, penulis melakukan analisis dan memberikan
interpretasi terhadap temuan-temuan penelitian, sehingga diketahui bahwa
terdapat hubungan antara faktor-faktor pendorong dan penarik masyarakat
Madura merantau, prilaku MMP di kota Sumbawa Besar dengan pola
pemanfaatan ruang yang terbentuk di kota Sumbawa Besar.
1.9. Sistematika Pembahasan
• BAB I PENDAHULUANMembahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan, sasaran,
landasan teori, ruang lingkup studi dan materi, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
• BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI STUDIGambaran umum lokasi meliputi fisik, sosial dan ekonomi, karakteristik
prilaku masyarakat Madura asli, karakteristik masyarakat Madura perantau.
• BAB III ANALISA PENGARUH PRILAKU MASYARAKAT MADURAPERANTAU TERHADAP POLA PEMANFAATAN RUANG DI KOTASUMBAWA BESAR
Berkaitan dengan analisa faktor-faktor pendorong dan penarik
masyarakat Madura untuk merantau, analisa perubahan pola penggunaan
lahan,analisa aktifitas masyarakat Madura perantau (karakter penduduk, karakter
sosial budaya, pola pergerakan aktifitas), analisa pegeseran sistem nilai
kebudayaan Madura asli dengan kebudayaan Madura perantau di Sumbawa
(Melihat tujuh aspek kebudayaan), analisa pola pemanfaatan ruang yang
terbentuk akibat prilaku budaya MMP di kota Sumbawa Besar.
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASIBerisi tentang kesimpulan dari hasil studi baik dari gambaran umum
maupun analisa yang kemudian dibuat suatu rekomendasi dari hasil penelitian.
47
48
49
50
51
52