obyektivitas berita pemilu timor leste - … · web viewakankah para pemimpin politik yang terpilih...

46
OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE DI SURAT KABAR NASIONAL TIMOR LESTE Oleh: D. DWIKORI SITARESMI A. Latar Belakang Masalah Timor Leste, negara baru yang merupakan bekas propinsi Republik Indonesia yang ke 27 pada bulan April & Juli 2007 menyelenggarakan pemilihan umum yang kedua. Pemilu yang bertujuan memilih presiden dan parlemen kali ini diselenggarakan oleh pemerintah Timor Leste sendiri, sedang pemilu pertama pada tahun 2001 diselenggarakan oleh The United Nation (UN). Pemilihan presiden yang diikuti oleh 8 kandidat presiden ini harus diselenggarakan dalam dua putaran karena pada putaran pertama tidak memenuhi syarat mayoritas, sebagaimana yang diharuskan dalam sistem pemilu mayoritas sederhana yang dianut oleh negara baru ini. Meskipun berlangsung dalam dua putaran, pemilihan presiden yang dilaksanakan pada tanggal 9 April dan 9 Mei 2007 (Kompas, 10 Mei 2007) dan berhasil memilih Ramos Horta ini berlangsung relatif aman dan damai, meski ada beberapa insiden kecil mewarnainya. Begitu pula yang terjadi saat pemilihan parlemen pada tanggal 30 Juni 2007, berlangsung lancar dan aman menurut pemantau pemilu internasional, meski

Upload: doankien

Post on 17-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTEDI SURAT KABAR NASIONAL TIMOR LESTE

Oleh:D. DWIKORI SITARESMI

A. Latar Belakang Masalah

Timor Leste, negara baru yang merupakan bekas propinsi Republik Indonesia

yang ke 27 pada bulan April & Juli 2007 menyelenggarakan pemilihan umum yang

kedua. Pemilu yang bertujuan memilih presiden dan parlemen kali ini

diselenggarakan oleh pemerintah Timor Leste sendiri, sedang pemilu pertama pada

tahun 2001 diselenggarakan oleh The United Nation (UN). Pemilihan presiden yang

diikuti oleh 8 kandidat presiden ini harus diselenggarakan dalam dua putaran karena

pada putaran pertama tidak memenuhi syarat mayoritas, sebagaimana yang

diharuskan dalam sistem pemilu mayoritas sederhana yang dianut oleh negara baru

ini. Meskipun berlangsung dalam dua putaran, pemilihan presiden yang dilaksanakan

pada tanggal 9 April dan 9 Mei 2007 (Kompas, 10 Mei 2007) dan berhasil memilih

Ramos Horta ini berlangsung relatif aman dan damai, meski ada beberapa insiden

kecil mewarnainya. Begitu pula yang terjadi saat pemilihan parlemen pada tanggal

30 Juni 2007, berlangsung lancar dan aman menurut pemantau pemilu internasional,

meski seperti pada pemilihan presiden terjadi beberapa insiden kecil yang

mewarnainya (Kompas 7 Juli 2007).

Kekerasan terjadi justru setelah pemilu, yakni saat pembentukan pemerintahan

di bawah pimpinan perdana menteri. Partai Frente Revolusinãria do Timor Leste

Independente (FRETILIN) yang memperoleh suara terbanyak dengan memenangkan

29, % suara, tidak berhasil menggandeng partai lain untuk berkoalisi guna mencapai

syarat mayoritas dalam membentuk pemerintahan, sementara Partai CNRT, yang

dibentuk oleh Xanana Gusmão dan menduduki tempat kedua dengan meraih 24,1%

suara, berhasil mengajak Partai Demokrat (PD) serta koalisi dua partai yakni Asosiasi

Demokrat Timor Leste - Partai Sosial Demokrat (ASDT-PSD), di luar partai

Page 2: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

FRETILIN untuk berkoalisi (Kompas, Sabtu 07 Juli 2007). Para anggota partai

FRETILIN tidak bisa menerima keputusan koalisi Aliansi Mayoritas Parlemen itu

yang menghendaki Xanana Gusmão menjadi perdana menteri. Kebuntuan ini

akhirnya diselesaikan oleh Ramos Horta selaku presiden, yang dalam Undang –

Undang Dasar Timor Leste memiliki kewenangan untuk menyelesaikan kemelut

tersebut, dengan menunjuk Xanana Gusmão sebagai perdana menteri. Penunjukkan

ini menyulut kemarahan para anggota partai FRETILIN, yang merasa sebagai

pemenang pemilu namun gagal memerintah. Sebagai ungkapan kekecewaan, anggota

dan simpatisan partai FRETILIN langsung melakukan pembakaran atas rumah-rumah

penduduk bukan anggota partai FRETILIN yang berjumlah sekitar 1000 rumah.

Kekerasan terjadi sebagian besar di Distrik Viqueque, Baucau dan Covalima, 3

wilayah yang mayoritas penduduknya merupakan anggota Partai FRETILIN (Crisis

Group Asia Briefing, http://www.crisisgroup.org/library/

Di Timor Leste berita tentang pemilu ini juga sangat menarik perhatian

masyarakat karena menyangkut masa depan negera tersebut. Akankah para pemimpin

politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang

lebih stabil, ekonomi yang lebih baik dan kesejahteraan yang semakin meningkat?

Untuk memenuhi keingintahuan masyarakat maka media massa seperti surat kabar

Suara Timor Lorosae dan Timor Post terbitan Dili dengan intens meliput acara

pemilu dari persiapan hingga perhitungan suara, juga meliput respons masyarakat atas

hasil pemilu tersebut.

Berita-berita ini tentu memiliki tingkat obyektivitas yang berbeda-beda dalam

setiap surat kabar. Masing-masing surat kabar memiliki kebijakan redaksional yang

berbeda satu sama lain, yang menyebabkan terjadinya perbedaan menyangkut isi

berita karena perbedaan penyediaan space atau kebijakan redaksional, yang

menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat obyektivitas. Maka dalam penelitian ini

peneliti ingin melihat tingkat obyektivitas surat kabar Suara Timor Lorosae serta

Timor Post dalam pemberitaannya, khususnya seputar pemilu di negara Timor Leste.

2

Page 3: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

Sebagai sebuah wilayah baru merdeka, maka media massa yang ada juga

mengikuti perkembangan masyarakat dan pemerintahan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah tingkat obyektivitas surat kabar nasional Timor Leste: Suara

Timor Lorosae dan Timor Post edisi Maret, April, Mei, Juni dan Juli 2007 dalam

memberitakan pemilihan umum yang ke-2 Timor Leste tahun 2007.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat obyektivitas surat kabar Suara Timor Lorosae dan

Timor Post edisi Maret, April, Mei, Juni dan Juli 2007 dalam memberitakan

pemilihan umum yang ke-2 Timor Leste tahun 2007.

D. Kerangka Pemikiran.

1. Media Massa dan Berita

Dengan berkembangnya teknologi komunikasi, semakin mudah bagi manusia

untuk memenuhi keingintahuannya tentang dunia di sekitarnya atau dunia yang asing

baginya. Keberadaan media massa yang dari hari ke hari mengalami perbaikan baik

dalam bidang teknologi maupun content-nya semakin menunjang usaha manusia

untuk memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut, meski informasi yang

diminatinya sulit dijangkau secara fisik karena beribu-ribu kilometer jauhnya. Karena

itu benar bila dikatakan media menjadikan kita mampu merasakan kehidupan dan

budaya yang berbeda, yang sangat jauh dari tempat kita berdomisili seperti yang

dikatakan oleh Mc Luhan (Tester, 1994:86)

“the media have extended our ability to perceive and know different social and cultural arrangements in differences places. As such, to the extent that the media have expanded what we can now, the world seems to be smaller. Thanks to and trough the media we able to live in many different world and cultures at the same time, without ever leaving room. The world has come to seem like a village…..”

3

Page 4: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

Hal ini dikarenakan media massa melaporkan kejadian dari tempat-tempat yang

berlainan, sehingga kemampuan manusia untuk mengerti kehidupan di tempat lain

sungguh dapat terjadi, seperti dikatakan Tester lebih lanjut,

“……that media play an absolutely fundamental role in developing and exacerbating this sense of living in a world of stranger precisely because newspaper report people in different places”. “Basically, newspaper reports and television pictures make us aware of people in other parts of the world. We become aware of what is happening to them. We are able to develop some kind of an awareness of what they are suffering and what they are hoping for even tough the chances are that we do not personally know any single one of them. This is another dimension of the series of relationship that Marshall McLuhan was seeking to highlight with his idea of the global village” (Tester, 1944:90).

Sementara itu Siregar menyatakan, “media massa merupakan institusi sosial

yang berorientasi kepada kepentingan khalayak untuk memenuhi hak dalam

mendapatkan informasi (right to know) dan hak untuk menyatakan pendapat (right to

expression…” (Wahyuni, 2000:54). Agar kebutuhan manusia akan informasi tersebut

dapat terselenggara dengan baik maka mau tidak mau harus ada sikap saling

membutuhkan antara audience atau khalayak dengan media dan sumber berita.

Media massa menurut Herman dan Chomsky terlibat dalam suatu interaksi

simbiosis (a symbiotic relationship), bahwa penyediaan informasi media massa

digerakkan oleh kebutuhan ekonomi (economic necessity) dan pertukaran

kepentingan (reciprocity of interest). Media membutuhkan keberlangsungan media

yang menjadi “bahan dagangannya”. Sumber berita membutuhkan media massa guna

memaparkan ide dan dirinya pada khalayak. Sementara di sisi lain khalayak

membutuhkan berita tentang kejadian di lingkungan yang “mengitarinya”. Pada titik

inilah wartawan menjadi mediator utama sebagai penghubung a symbiotic

relationship tersebut (Sulhan, 2006: 330).

Hal yang sama akan berlaku ketika surat kabar akan meliput pemilihan umum.

Para politisi akan membutuhkan media massa untuk menyampaikan ide-ide partai

maupun ide pribadi kepada khalayak. Di sisi yang lain media massa juga

4

Page 5: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

membutuhkan politikus sebagai sumber berita yang akan menghiasi surat kabar atau

media elektronik dan new media yang berbasis internet tersebut. A symbiotic

relationship ini akan berlangsung secara berkesinambungan karena kedua-duanya

merasakan saling membutuhkan. Dengan demikian kedua belah pihak juga akan

berusaha agar hubungan yang baik terus terjalin.

Para wartawan atau jurnalis akan mengumpulkan berbagai informasi tentang

kejadian-kejadian yang berlangsung dan menuliskannya dalam bentuk berita. Berita,

menurut Siregar (2006: 250), adalah cerita tentang fakta sosial yang

direkonstruksikan untuk kemudian diceritakan. Cerita tentang fakta sosial inilah yang

kemudian ditampilkan di media massa. Motif khalayak dalam menghadapi media

massa khususnya media jurnalisme pada dasarnya adalah untuk mendapatkan fakta

sosial. Berita (newstory) menurut Brook dapat dibicarakan dalam berbagai definisi

bertolak dari nilai suatu fakta. Rumusan inilah yang menjadi standard kelayakan

berita (news-worthy). Dalam pengertian ini nilai suatu berita bersifat intrinsik,

terkandung dalam fakta itu sendiri dan bersifat ekstrinsik sesuai dengan pemaknaan

yang dilakukan oleh khalayak. Menurut Siregar, suatu fakta terikat dalam ruang dan

waktu spesifik yang dianggap memiliki nilai lebih dari proses sosial yang

berlangsung. Nilai atau pemaknaan ini dapat dilihat dari dua aspek, yaitu penting dan

menarik. Fakta dianggap penting sebagai informasi karena memenuhi kepentingan

pragmatis sosial khalayak, membawa implikasi dalam peran dan keberadaan sosial

dari khalayak (Siregar, 2006: 264).

Dalam kaitan pendefinisian, berbagai buku teks jurnalisme umumnya

memiliki kesamaan dalam merumuskan berita secara teknis, yaitu mencantumkan

konflik sebagai unsur dalam kelayakan berita. Konflik dipandang sebagai penggalan

dari proses sosial yang dianggap penting dan menarik bagi khalayak (Siregar, 2006:

265). Mengenai konflik, Joe Kelly menyebutkan

“Conflict is inevitable, often determined by structural factors in the organization or group, and an integral part of process of change. In fact, some degree of conflict is helpful. Conflict is natural part of any communication relationship. Not all conflicts have the some outcomes.

5

Page 6: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

Generally, the outcomes of conflict can be perceived of destructive or constructive (Mayers dkk, 1980: 227-229).

Dalam pemberitaan tentang pemilu di Timor Leste tahun 2007, berbagai

konflik terjadi secara kasat mata, yang sebelumnya sudah diprediksi oleh banyak

pihak. Maka tidak mengherankan kalau media massa menaruh perhatian pada pemilu

yang diselenggarakan sendiri oleh negara baru tersebut.

Mencher (2003: 68) menyatakan berita dalam media massa mengikuti dua

general guidelines:

News is information about a break from the normal flow of events, an

interruption in the expected, a deviation from the norm.

News is information people need to make sound decisions about their lives.

Bagaimana seorang wartawan atau editor menentukan apakah suatu peristiwa

merupakan sesuatu yang tidak biasa dan apakah sebuah informasi perlu diketahui

publik menurut Mencher dengan menggunakan nilai berita sebagai tuntunan. Nilai

berita tersebut meliputi: timeliness, impact, consequence or importance, prominence

of the people involved, proximity to reader or listeners, conflict, the unusual nature of

the event, necessity ( Mencher, 2003:64).

Sedang komponen dalam sebuah berita menurut Mencher haruslah: accurate,

property attributed, complete, balance and fair, objective, brief and focus, well-

written (Mencher, 2003: 38). Ketika mengumpulkan informasi untuk menulis suatu

peristiwa menjadi berita, wartawan akan melakukan wawancara dari pihak-pihak

yang diberitakan. Seandainya ia menulis sebuah konflik antara 2 partai, maka

wawancara komprehensif akan dilakukan atas tokoh atau anggota kedua partai politik

tadi, juga terhadap saksi mata, pelaku kalau tertangkap. Inilah yang disebut coverage.

Ada pula Continuous Coverage yaitu usaha wartawan untuk terus menerus

menelusuri fakta sampai mereka merasa yakin telah memenuhi pertanyaan yang

muncul di benak pembaca. Usaha yang gigih untuk memuaskan pembaca tersebut

bisa berlangsung satu minggu (Mencher, 2003: 7). Ada dua tipe coverage yaitu one-

side coverage atau koverasi satu sisi dan two-sided or multi-sided coverage atau

6

Page 7: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

koverasi dua atau banyak sisi. One-side coverage dapat terjadi bila berita tersebut

tidak mengandung konflik. Namun bila ada konflik maka yang dilakukan adalah

multi-sided coverage (Prajarto,dkk., 2006: 5).

Saat reporter dan jurnalis bekerja menurut Tuchman, berita-berita akan

dikategorikan ke dalam hard, soft, spot, developing dan continuing. Beberapa editor

melawankan antara hard news dan soft news. Menurut Mott, “a hard news story is

“interesting to human beings’ and a soft-news story is ‘interesting because it deals

with the life of the human beings “ (McQuail, 2004: 262). Tuchman menegaskan,

“Hard news concern important matters and soft news, interesting matters” (McQuail,

2004: 263). Tuchman mengakui sangat sulit membedakan apakah sebuah peristiwa

dikategorikan ‘important’ atau ‘interesting’. Seorang editor bisa saja menempatkan

suatu peristiwa sebagai hard news sementara editor lain menempatkannya sebagai

soft news (McQuail, 2004: 263). Kesulitan yang sama juga dijumpai ketika harus

membedakan antara spot news dan developing news. Menurut Tuchman “When they

learned of unexpected event, it was called ‘spot news’. If it took a while to learn the

‘facts’ associated with a ‘breaking story’, it was ‘developing news’ (McQuail, 2004:

263).

Klasifikasi terakhir adalah continuing news. Tuchman menyimpulkan

“continuing news is a series of stories on the same subject based upon events

occurring over a period of time” (McQuail, 2004: 263). Berbeda dengan sebelumnya,

continuing news merupakan suatu peristiwa yang terjadwal dengan rapi dan

memerlukan periode waktu yang agak lama. Contohnya: penetapan pajak oleh DPR,

kampanye pemilu dan diplomasi. Pemilihan umum di Timor Leste yang menjadi

subyek penelitian ini termasuk continuing news, karena merupakan peristiwa yang

telah dijadwalkan jauh-jauh hari sebelumnya dan juga memerlukan periode yang

tidak sebentar. Berita-berita tersebut menjadi isi utama media massa, seperti halnya

surat kabar atau koran atau pers, yang akan menjadi subyek dalam penelitian ini. Dari

segi format berita, ada dua format dasar berita yaitu hardnews (menekankan pada

nilai penting peristiwa) dan features berisi laporan mendalam dari suatu peristiwa dan

7

Page 8: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

pendapat dari suatu peristiwa. Format berita lainnya adalah hardnews, softnews,

editorial, artikel opini dan background stories (Prajarto, dkk., 2006: 5).

Saat persiapan pemilu, partai-partai peserta pemilu melakukan kampanye

besar-besaran untuk menggaet suara pemilih. Redaksi surat kabar akan menempatkan

berita kampanye lebih banyak sebagai hardnews dari pada features karena berita-

berita tersebut yang menjadi daya tarik bagi khalayak untuk membaca surat kabar.

Pemilih yang terdidik akan memperhatikan isi kampanye dengan seksama untuk

mengetahui kebijakan partai sebelum mereka memilih. Dan kelompok pemilih seperti

ini akan menggunakan surat kabar untuk membantunya menentukan pilihan.

Dalam massa kampanye politikus akan menggunakan beberapa jenis

kampanye. Yang pertama adalah positive campaign, yaitu kampanye yang

menghindari kampanye yang bersifat menyerang partai-partai lain, dan lebih

menitikberatkan pada kebijakan partai. Kedua negative campaign, yaitu kampanye

yang bersifat menyerang. Saat berkampanye, sebuah partai akan lebih banyak

melakukan penyerangan terhadap partai lain, dan tidak menghiraukan program partai.

Yang ketiga adalah mix (positive and negative) campaign dimana selain

menyampaikan program partai juga melakukan penyerangan. Namun dari penelitian

yang dilakukan oleh Ansholabere dan Iyenger pada pemilihan di Amerika Serikat,

penggunaan negative campaign justru membuat jumlah pemilih menurun dan orang

enggan datang ke tempat pemungutan karena tiga alasan (Prajarto, 2006: 23):

1. Negative campaign melemahkan semangat pendukung kandidat yang

diserang.

2. Negative campaign membuat pemilih tidak menyukai kedua belah pihak.

3. Negative campaign menggerus rasa kewajiban dan tanggung jawab

masyarakat dan merongrong kewibawaan proses pemilihan secara

keseluruhan.

Di Indonesia pemahaman pers menurut Huges terbagi menjadi pers lokal,

regional dan nasional. Konsep pers lokal merupakan sebuah surat kabar atau koran

yang terbit di suatu daerah tertentu. Artinya kantor pusat berlokasi di daerah tersebut

8

Page 9: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

dan mayoritas berita yang dimuat adalah berita mengenai daerah tersebut. Surat kabar

dengan kategori ini biasanya tidak dapat dibeli di daerah-daerah lain, kecuali

berlangganan. Konsep pers regional lebih mengacu pada surat kabar yang terbit di

kota (biasanya di ibukota propinsi) dan disebarkan ke daerah lain yang berada di luar

wilayah kota itu, tetapi tidak ke seluruh wilayah negara Indonesia. Pers nasional bisa

berarti surat kabar yang terbit di daerah tertentu dan disebarkan ke sebagian wilayah

negara Indonesia (Sulhan, 2006: 319).

Dilihat dari perbedaan isi beritanya, media lokal yang memiliki basis pembaca

lokal, biasanya akan membatasi diri pada wacana kedaerahan. Proporsi headline akan

lebih banyak menyangkut isu-isu lokal (Sulhan, 2006: 318). Keadaan ini dapat

tumbuh subur pasca otonomi daerah, dimana memang diharapkan daerah lebih

berperan aktif untuk menetapkan kebijaksanaan daerahnya sendiri sehingga pers

dapat lebih berperan aktif dalam membuka wawasan masyarakat. Pers regional akan

lebih menginformasikan peristiwa yang terjadi di beberapa daerah yang menjadi

jangkauannya, menjadikan isi beritanya lebih luas dibandingkan pers lokal.

Sementara pers nasional akan lebih banyak memberitakan peristiwa-peristiwa

nasional baik yang terjadi di ibukota negara maupun di daerah, yang dianggap

berskala nasional. Mengacu pada pendapat di atas, surat kabar Suara Timor Lorosae

dan Timor Post merupakan koran nasional di Timor Leste. Kedua surat kabar ini

berkantor di Dili, ibu kota Timor Leste dan mengutamakan berita nasional yang ada

di Dili maupun di distrik yang berskala nasional. Selain itu kedua surat kabar tetap

menyajikan berita-berita dari distrik.

Sebagai surat kabar nasional Timor Leste kedua surat kabar tersebut sebagian

besar menggunakan bahasa Tetum dalam menulis beritanya. Dalam undang-undang

dasarnya, bahasa Tetum ditetapkan sebagai bahasa nasional Timor Leste sementara

bahasa Portugis ditetapkan sebagai bahasa adminsitrasi. Selain bahasa Tetum, bahasa

Portugis dan Indonesia juga digunakan terutama oleh Surat Kabar Suara Timor

Lorosae yang menyadari pembacanya sebagaian besar mengerti bahasa Indonesia.

9

Page 10: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

Selain bahasa yang digunakan, lokasi dari mana berita di dapat oleh jurnalis

merupakan hal yang patut dicermati. Selain Dili sebagai ibukota Timor Leste ada 13

distrik yang menjadi lokasi dimana berita didapatkan. Ke-13 distrik ini pada zaman

pemerintahan Indonesia merupakan 13 kabupaten. Ketika United Nations (PBB)

hadir di Timor Leste pada tahun 1999 akhir untuk membantu berdirinya pemerintahan

Timor Leste yang kokoh, tetap menggunakan pembagian yang digunakan Indonesia.

Perbedaannya hanyalah istilah distrik, untuk menggantikan istilah kabupaten.

Di samping asal berita yang membedakan setiap surat kabar, kebijaksanaan

redaksional juga menentukan perbedaan isi berita setiap surat kabar. Seperti yang

dicontohkan Siregar, sepanjang perjalanannya sebagai pemimpin redaksi surat kabar

Kompas, Jacob Oetama berusaha menumbuhkan jurnalisme “compassion”.

Keterharuan, berbelas kasih, compassion, menuntut kepekaan personal untuk mampu

terharu dalam menghadapi kehidupan pihak lain (Siregar, 2006: 263).

Berbagai perbedaan yang menyangkut tentang penulisan berita akan

memperlihatkan perbedaan kualitas informasi dari setiap surat kabar. Menurut

McQuail, salah satu konsep yang paling yang paling dekat untuk melihat kualitas

informasi adalah dari segi obyektivitas (McQuail, 2000: 172).

2. Obyektivitas media

Obyektivitas merupakan bentuk profesionalitas yang ideal untuk mencapai

sebuah tujuan, menghendaki skill yang merata, dimana segala usaha tidak hanya

dilakukan oleh perorangan, tetapi oleh keseluruhan organisasi media massa tersebut

(McQuail, 1992: 184). Dengan kata lain, untuk mencapai penyajian informasi yang

berkualitas, insan media seperti wartawan tidak dapat melakukan upaya tersebut

sendirian, tetapi harus didukung oleh organisasi media seperti editor, juga staf

pimpinan media yang bersangkutan.

Obyektivitas sendiri merupakan bentuk khusus dari praktisi media dan juga

sikap khusus dari tugas pengumpulan, proses dan penyebaran informasi. Yang utama

adalah pengadopsian sebuah posisi tidak dipengaruhi siapapun dan tidak memihak

10

Page 11: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

salah satu pihak yang menjadi obyek dalam pemberitaan. Hal ini berarti sungguh

lepas dari unsur subyektivitas atau adanya unsur individu yang melingkupinya. Yang

kedua adalah mengurangi partisanship, tidak memihak atau tidak menunjukkkan bias.

Ketiga, obyektivitas menghendaki strict attachment agar akurat dan kriteria

kebenaran yang lainnya (seperti relevance dan completeness). Obyektivitas juga

mengasumsikan sedikitnya maksud tersembunyi atau melayani sebuah partai politik

tertentu. Proses pengamatan dan reporting sebaiknya tidak terkontaminasi oleh unsur

subyektivitas atau tidak terpengaruh oleh realitas yang dilaporkan (McQuails, 1993,

172).

Pernyataan yang lebih mendetail tentang obyektivitas dilakukan oleh Boyar,

yang menyajikan satu set pernyataan tentang arti obyektivitas dalam enam elemen

utama (McQuail 1992: 184-185):

Balance and even-handedness in presenting different side of an issue Accuracy and realism of reporting Presentastion of all main relevant points Separation of facts from opinion, but treating opinion as relevant Minimizing the influence of the writer’s own attitude, opinion or involvment Avoiding slant, rancour or devious purpuse

Sedang Roshco menyebutkan keuntungan obyektivitas bagi jurnalisme dan

organisasi berita sebagai pemberi arah yang jelas untuk meneliti dan

mempertanggungjawabkan isi. Penekanan lebih pada tehnik daripada substansi,

melindungi reporter dari bias (McQuail, 1992:185).

Model yang paling mendekati obyektivitas yang ideal adalah model yang dibuat

oleh Westersthãl, yang mengadopsi peraturan penyiaran di Swedia, meski

menghindari istilah obyektivitas yang menghendaki ketidakberpihakan. Secara

umum Rosenger membagi model tersebut kedalam dua dimensi, yakni dimensi

kognitif dan dimensi evaluatif.

Garis besar model Westerthãl adalah:

11

Page 12: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

Yang meliputi dimensi kognitif adalah aspek faktuality, sementaran dimensi evaluatif

adalah aspek impartiality (McQuail 1992: 196-197).

McQuail menjabarkan bahwa aspek kognitif berita sangat terkait dengan

faktualitas (factuality). Faktualitas diartikan sebagai kualitas informasi yang

dikandung oleh suatu berita, sedangkan kriteria kualitas informasi adalah potensial

bagi audiens untuk belajar tentang realitas (Dewan Pers, 2006:9-10). Faktualitas

memiliki tiga aspek utama yaitu truth (kebenaran), informativeness dan relevance.

McQuail membagi kebenaran menjadi tiga subaspek yaitu factualness, accurate dan

completeness.

Informativness berkaitan dengan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi

kualitas pemahaman dan pembelajaran tentang peristiwa yang terjadi, manusia

ataupun benda, sedangkan aspek relevance berkaitan dengan standar kualitas proses

seleksi berita. McQuail memberikan empat acuan untuk menentukan standar aspek

relevance yaitu teori normatif, praktik jurnalistik, audience dan dunia nyata.

OBYEKTIVITAS

FACTUALITYIMPARTIALITY

Truth Relevance Balance Neutral

12

Informativness

Page 13: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

Dalam penelitian Wasterhãl tahun 1983, aspek evaluatif berkaitan dengan

impartiality (ketidakberpihakan) (McQuail, 1992: 196). Dalam suatu penelitian yang

dimaksud, keberpihakan adalah teks berita secara sistematis yang menonjolkan satu

sisi di atas yang lain ketika berkenaan dengan isu kontroversial dengan tujuan

mengarahkan pembaca secara konsisten ke arah tertentu.

McQuail membedakan aspek evaluatif menjadi dua, yaitu balance dan

netralitas. Balance berhubungan dengan seleksi atau penghilangan fakta-fakta yang

mengandung nilai atau expression point of view, sedangkan netralitas berhubungan

dengan presentasi fakta itu sendiri.yang dapat dievaluasi dari penggunaan kata-kata,

citra dan frame of reference yang bersifat evaluatif dan juga penggunaan gaya

presentasi yang berbeda. Meski keduanya sulit dibedakan namun untuk lebih jelas

McQuail menambahkan bahwa untuk meneliti balance kita perlu mencari denotasi,

sedangkan dalam meneliti netralitas kita perlu mencari konotasi (Dewan Pers, 2006:

11).

Dalam penelitian ini, dimana tingkat obyektivitas pemberitaan surat kabar

akan diteliti, penulis menggunakan unit analisis yang telah diolah oleh McQuail.

a. Factualness

Factualness dapat dipahami sebagai derajad kefaktualan suatu berita. Derajad

kefaktualan sebuah berita sangat erat kaitannya dengan derajad atau tingkatan

korespondensi antara berita dengan fakta atau antara teks dengan realitas yang terjadi

(McQuail 1992: 205).

Factualitas terdiri dari empat indikator utama: main point, nilai informasi,

readability, checkability. Main point diukur berdasarkan letak dan jenisnya. Letak

main point bisa di awal, di tengah atau di akhir dan di awal-di akhir teks berita.

Penilaian positif hanya diberikan kepada berita yang memiliki main point di bagian

awal teks berita.

Nilai informasi penting karena berhubungan dengan tingkat ketidakpastian.

Semakin tinggi nilai informasi sebuah berita, maka semakin rendah tingkat

ketidakpastiannya (McQuail 1992:206). Nilai informasi sebuah berita diukur

13

Page 14: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

berdasarkan: density, breath, depth. Density diartikan sebagai kepadatan informasi.

Pengertian density adalah proporsi semua point yang relevan yang disajikan, yaitu

fakta. Maka density meneliti jumlah fakta yang relevan yang tersaji dalam teks berita.

Breadth dapat diartikan sebagai keluasan informasi, yakni jumlah point yang berbeda

sebagai proporsi keseluruhan yang mungkin (McQuail, 1992: 206). Atau dapat

dijabarkan dengan keragaman informasi, yakni jumlah perbedaan informasi atau

sumber fakta yang tersaji dalam teks berita. Depth diartikan sebagai kedalaman

informasi, berupa jumlah fakta dan motif yang menyertai dan membantu

menerangkan maksud pokok (McQuail 1992:2006).

Factualness dapat dilihat pula dari dimensi readability atau bisa dimaksudkan

sebagai kekayaan informasi. Pengukuran kekayaan infromasi sangat berhubungan

dengan hal sebaliknya yaitu redudancy. Yang dimaksud dengan redudancy adalah

pengulangan atau penggunaan singkatan atau istilah khusus dalam teks berita yang

tidak disertai dengan penjelasan dari istilah tersebut sehingga dapat membingungkan

pembaca.

Checkability untuk mengukur factualness yang ketiga merupakan tingkatan

atau derajad dimana fakta yang ditampilkan dapat diperiksa atau didukung oleh

sumber yang bernama disertai bukti-bukti pendukung yang relevan, seperti sumber

yang jelas dan tidak menggunakan nara sumber anonim (Dewan Pers, 2006: 15 ).

b. Akurasi.

Akurasi merupakan dimensi yang sangat penting bagi surat kabar karena

akurasi dapat menunjukkan kualitas sebuah berita. Selain itu akurasi sangat penting

bagi subyek berita dimana reputasi dan kepentingannya dipertaruhkan oleh

pemberitaan. Akurasi juga berhubungan dengan kredibilitas surat kabar di mata

pembacanya. Akurasi diukur dengan menggunakan dimensi-dimensi: verifikasi

terhadap fakta, relevansi sumber berita, akurasi penyajian. Verifikasi terhadap fakta

menyangkut sejauh mana berita yang ditampilkan berkorespondensi dengan fakta

yang benar-benar terjadi di lapangan (McQuail, 1992: 207).

14

Page 15: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

Relevansi sumber berita menyangkut kompetensi sumber berita sebagai

sumber fakta. Dijadikannya sumber berita yang relevan seperti pelaku, saksi peristiwa

atau ahli sangat penting bagi aspek akurasi sebuah pemberitaan. Sumber berita juga

berguna untuk melakukan cek dan ricek dalam praktik jurnalistik yang lazim.Selain

adanya sumber berita, penting juga untuk melakukan pengklarifikasian terhadap

sumber berita berdasarkan kategori-kategori tertentu. Ada empat tipe dasar sumber

berita yang biasa dipakai untuk mengidentifikasi sumber berita meskipun sering kali

yang muncul adalah penggabungan dari keempat bentuk dasar yaitu, sumber berita

formal (dari unsur pemerintah), laporan tangan pertama (wartawan dan saksi

peristiwa), sumber berita dari pihak non formal (perusahaan, partai politik atau pihak

bukan unsur pemerintah) dan leak atau bocoran (Prajarto dkk., 2006: 6).

Komponen aspek akurasi yang terakhir adalah akurasi penyajian, yang lebih

berkaitan dengan hal-hal teknis semacam konsistensi penulisan berita seperti ejaan

kata, tanda baca dan kesesuaian antara judul dengan isi berita (Dewan Pers, 2006 :

17).

Betapa pentingnya judul sebuah berita diungkapkan oleh Hutchison dkk, “The

headline’shandful of words can influence a reader about whether or not to read the

first few paragraph of the article. The headline is the first key decision point for the

news paper reader (Hutchison, 1986: 130). Pentingnya judul untuk menarik pembaca

surat kabar juga dikatakan oleh Reach “The headline is a unique type of text....It

should, in theory, encapsulate the story in a minimum number of words, attracct the

reader to the story and, if it appears on the front page, attract the reader to the

paper” (Reah, 2002: 231 ).

Namun dalam kenyataan banyak surat kabar yang tidak mengindahkan betapa

pentingnya sebuah judul bagi pembacanya. Dari hasil penelitian Dewan Pers

terungkap bahwa dalam upayanya untuk meraih pembaca yang luas, nampak

kecenderungan pers menerapkan teknik penyajian judul berita yang sensasional,

menggemparkan dan menakutkan. Teknik ini menghasilkan judul berita yang disebut

15

Page 16: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

scare headline. Selain itu judul berita terkadang hanya didasarkan pada opini

wartawan sehingga bersifat evaluatif, subjektif, konklusif dan tidak faktual.

Seringkali judul berita demikian menimbulkan kekecewaan bagi pembacanya karena

tidak sesuai dengan isi beritanya (Rahayu, 2006: 2). Selain kesesuain antara judul

dengan teks berita, dalam akurasi diperlukan juga tingkat kesesuaian antara foto

dengan teks berita ( McQuail, 1992: 210).

c. Completeness

Completeness diartikan sebagai prakondisi untuk memahami berita secara

layak, yakni kelengkapan informasi mengenai kejadian penting yang diberitakan.

Wartawan akan dapat memberikan informasi yang lengkap bila ia menggunakan

rumusan 5 W + 1 H dalam pemberitaannya yaitu What, meliputi informasi mengenai

kejadian atau peristiwa apa yang terjadi, Who, siapa saja yang terlibat di dalamnya,

Where, yaitu dimana peristiwa itu terjadi, When, kapan peristiwa itu terjadi, Why,

mengapa peristiwa itu bisa terjadi dan How, bagaimana tejadinya peristiwa itu.

Berita akan menarik bila menempatkan unsur 5 W + 1 H pada lead-nya

sehingga pembaca akan tertarik untuk membaca lebih lanjut dari teks berita tersebut

seperti yang dikatakan oleh Hutchison dkk. “The lead of the story is the next key

decision point. A good lead gives an interesting, clear account of what happend,

usually in a single sentence paragraph. The best lead are “what” leads. Of the 5 W +

H and Significance questions, what is the peg for leads (Hutchison, 1986: 130).

Berdasarkan tipenya Mencher menggolongkan lead menjadi dua tipe yaitu direct lead

dan delay lead. Direct lead memfokuskan theme kejadian pada paragraf pertama.

Direct lead biasanya berisi informasi spesifik tentang apa yang terjadi atau apa yang

dikatakan, dimana peristiwa tersebut terjadi, lokasi kejadian, sumber informasi. Delay

lead, yaitu lead yang sering digunakan pada features dan news features, biasanya

menggunakan scene atau evokes, anekdot dan sebagainya (Mencher, 2003:119-122).

Para wartawan ketika menulis berita kadangkala menggabungkan direct lead dan

delay lead. Lead hasil penggabungan ini disebut Combo Lead. Kisah akan diawali

16

Page 17: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

dengan kalimat umum yang biasa, wartawan lalu mengejutkan pembaca dengan “a

karate chop” pada akhir paragraf pertama (Mencher, 2003: 129).

d. Relevance

Relevance adalah kunci untuk menilai kualitas seleksi berita (news selection).

Hal ini berkaitan erat dengan the significance yakni hal apa yang paling penting dan

apa yang menyentuh hidup orang secara mendalam. Dalam mengukur tingkat

relevansi dapat juga digunakan standar yang lazim yaitu nilai berita yang terdiri dari:

proximity yaitu kedekatan, timeliness, sebagai ketepatan waktu, significance yang

diartikan sebagai bermakna atau berarti, prominence adalah keadaan yang menonjol

dan magnititude, yakni besaran sebuah peristiwa (McQuail, 1992: 200).

e. Balance

Balance diartikan sebagai keseimbangan dalam pemberitaan. Bisa juga

disamakan dengan ketidakberpihakan atau non-partisanship. Balance dapat diukur

dengan menghitung berapa banyak ruang dan waktu yang diberikan media untuk

menyajikan pendapat atau kepentingan salah satu pihak.

f. Neutrality

Neutrality sering disamakan dengan ketidakberpihakan dalam pemberitaan

namun perbedaannya dengan balance, netralitas lebih berkaitan dengan aspek

presentasi penempatan suatu berita, keutamaan relatif, headlining, dan pilihan kata.

Secara umum obyektivitas mensyaratkan pemberitaan yang tenang, dingin, terkendali

dan berhati-hati. Dengan demikian penggunaan kata-kata ambigu, emosional atau

warna dalam presentasi hanya akan menjauhkan netralitas dan obyektivitas.

Netralitas dapat diukur berdasarkan empat hal yaitu sensasionalism, stereotype,

junxtaposition, linkage.

Sensasionalisme diartikan sebagai suka menimbulkan sensasi. Tujuannya

adalah untuk menarik perhatian orang lain. Meski sensasionalisme dibenarkan dalam

bidang periklanan, tetapi tidak demikian dalam bidang jurnalistik, yang memang

17

Page 18: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

harus mengedepankan unsur obyektivitas. Stereotype berarti pemberian atribut

tertentu terhadap individu, kelompok atau bangsa tertentu dalam menyajikan sebuah

berita. Atribut bisa memiliki asosiasi yang negatif ataupun positif, tetapi tidak pernah

bersifat netral atau berdasarkan pada kenyataan yang sebenarnya. Junxtaposition

dapat diartikan sebagai menyandingkan dua hal yang berbeda untuk menimbulkan

efek kontras yang akhirnya menambah kesan dramatis pada berita yang disajikan.

Dengan begitu junxtaposition dapat mengubah atau mengeser pemaknaan dua fakta

yang sebenarnya berbeda, menjadi berhubungan secara kontras. Linkages berarti

menyandingkan dua fakta yang berlainan dengan maksud untuk memberikan efek

asosiatif. Linkages biasanya digunakan untuk menghubungkan dua fakta yang

berbeda sehingga dianggap atau diasosiasikan memiliki sebab akibat (Dewan Pers,

2006:26).

E. METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Untuk mengungkapkan tingkat obyektivitas surat kabar Suara Timor Lorasae

serta Timor Post dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis isi. Kripendorf

mendefinisikan “.....as a research technique for making replicable and valid

references from data to their text “ sedangkan menurut Herbert C. Gans “ a content

analyst can observe recurring patterns in the news and can find a structure in its

content ( Gans, 1980 : 5) sementara itu Kerlinger berpendapat “Content analysis is a

method of studying and analyzing communication in a systematic, objective and

quantitative manner for the purpose of measuring variables (Wimmer & Dominick,

2006: 150). Jelaslah analisis isi menunjukkan sebagai sebuah metode penelitian yang

sistematis, yang berarti isi yang akan dianalisis dipilih berdasarkan aturan-aturan

yang jelas dan konsisten.

Pengambilan sample juga mengikuti prosedur yang tepat, dan tiap item

memiliki kesempatan yang sama untuk dianalisis. Selain sistematis, analisis isi juga

obyektif, dalam arti peneliti harus menghindari bias dalam penelitian. Kategori yang

18

Page 19: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

sama dengan prosudur yang sama akan menghasilkan angka yang sama meski

dilakukan oleh peneliti lain. Definisi operasional dan aturan-aturan untuk

mengklasifikasikan variabel harus jelas dan komprehensif sehingga peneliti lain yang

menggunakan proses yang sama, akan menghasilkan kesimpulan yang sama. Yang

ketiga, analisis isi adalah kuantitatif yang berarti menggunakan nilai-nilai bilangan

dan frekuensi untuk menjabarkan hasil penelitian, dengan menggunakan metode

deduktif (McQuails, 2006:151).

2. Populasi dan Sampling

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah berita-berita tentang

pemilu di negara Timor Leste pada tahun 2007 yang dimuat di surat kabar Suara

Timor Lorosae dan Timor Pos edisi Maret, April, Mei, Juni dan Juli 2007.

Pengambilan sample dilakukan dengan teknik multi-stage sampling sehingga

penelitian terhadap item-item berita itu akan dilakukan terhadap kedua suratkabar

edisi hari Senin, Rabu dan Jumat untuk minggu pertama dan ketiga setiap bulannya

selama bulan Maret, April, Mei, Juni dan Juli 2007.

19

Page 20: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

3. Unit Kategori & Unit Kelas.

Dari paparan di atas dapat dirangkum unit kategori dan unit kelas dari

penelitian ini sebagai berikut:

NO UNIT KATEGORI UNIT KELASNAMA SURAT KABAR 1. Suara Timor Lorosae

2. Timor PostEDISIHALAMANJUDUL

A. INFORMASI BERITA1. Bahasa yang digunakan 1. Tetum 2. Indonesia2. Jenis Lead 1. Direct Lead 2. Delay Lead3. Format Berita 1. Hardnews

2. Softnews 3. Features

4. Tipe Koverasi 1. One-sided2. Two or multi-sided

5. Sumber Berita 1. Sumber Berita Formal 4. Leak2. Sumber Berita Non Formal 3. First-hand reports

6 Nilai Berita 1. Tinggi2. Sedang 3. Rendah

TRUTH CRITERIAFactualness

7. Mainpoint1. Tinggi2. Sedang3. Rendah

8. Nilai Informasi 1. Tinggi2. Sedang3. Rendah

9. Readability 1. Tinggi2. Sedang3. Rendah

10. Checkability 1. Tinggi2. Sedang3. Rendah

20

Page 21: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

AcuracyVerifikasi Terhadap Fakta

11. Cek dan Ricek 1. Ada2. Tidak Ada

12. Kesalahan Penulisan: Data , Tanggal, Nama Nara sumber, Alamat dsb.

1. Ada2. Tidak Ada

13. Sumber Berita Yang Relevan 1. Ada2. Tidak Ada

14. Konsistensi Penulisan Teknis Berita

1. Ada2. Tidak ada

15. Akurasi Judul dengan Isi 1. Ya2. Tidak

16. Akurasi Antara Foto dg. Isi 1. Ya2. Tidak

Completeness17. 5 W + 1 H 1. Tinggi (5-6)

2. Sedang (3-4)3. Rendah (1-2)

BALANCE CRITERIA18. Source Bias 1. Ada

2. Tidak Ada19. Slant 1. Ada

2. Tidak Ada20. Ketidakseimbangan 1. Ada

2. Tidak AdaNeutrality

21. Sensasionalism 1. Tinggi2. Sedang3. Rendah

22. Seterotype 1. Tinggi2. Sedang3. Rendah

23. Junktaposition 1. Tinggi2. Sedang3. Rendah

24. Linkages 1. Tinggi2. Sedang3. Rendah

21

Page 22: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

4. Definisi Operasional

Sebuah parameter penelitian memiliki keabsahan bila hasil yang dilakukan

oleh peneliti manapun dengan alat tersebut menghasilkan hasil yang relatif sama.

Untuk memudahkan peneliti lain menelitinya, maka definisi operasional harus ada.

Definisi operasional dalam penelitian ini akan memaparkan dan menjelaskan cara

menterjemahkan kategori dan kelas di atas yang nantinya akan dipakai dalam coding

sheet. Beberapa istilah yang dipakai dalam penelitian ini yang nantinya akan tertuang

dalam coding sheet yang perlu mendapat penjelasan adalah :

a) Format Berita, item berita bisa diindentifikasi dari formatnya. Hardnews

menekankan pada nilai penting peristiwa. Softnews adalah berita menarik,

yang perlu diketahui tetapi tidak terlalu penting. Features adalah gaya

penulisan yang memuat reportase mendalam dari suatu peristiwa, yang tidak

mengikuti gaya penulisan piramida terbalik.

b) Tipe Koverasi menyangkut tipe sisi peliputan apakah One Sided, yakni suatu

tipe koverasi hanya satu sisi (bagi berita yang tidak mengandung konflik) atau

two or multi sided yakni banyak sisi. Bila berita mengandung konflik, maka

peliputan yang baik harus two or multi sided.

c) Sumber Berita, bisa sumber formal seperti pemerintah, parlemen, bisa dari

first hand report yakni laporan tangan pertama, bisa juga dari leak yaitu

bocoran atau lainnya.

d) Nilai berita, apakah berita tersebut bernilai tinggi (penting dan patut diketahui

khalayak) atau bernilai biasa saja, atau kurang penting tapi baik untuk

pengetahuan bagi pembaca atau bernilai rendah sama sekali, yang sebenarnya

tidak perlu diberitakan.

e) Mainpoint merupakan tema inti pemberitaan. Yang penting apakah yang

ditulis berupa fakta atau hanya opini wartawan semata, atau campuran antara

fakta dan opini. Maintpoint diukur berdasarkan letak dan jenisnya. Letak

mainpoint bisa di awal, di tengah atau di akhir dan di awal-di akhir teks berita.

22

Page 23: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

Penilaian positif hanya diberikan kepada berita yang memiliki mainpoint di

bagian awal teks berita, dan berupa fakta – bukan opini wartawan.

f) Nilai informasi berhubungan dengan tingkat ketidakpastian. Semakin tinggi

nilai informasi sebuah berita, maka semakin rendah tingkat ketidakpastiannya.

Nilai informasi sebuah berita diukur berdasarkan: density, breath, depth.

Density diartikan sebagai kepadatan informasi. Pengertian density adalah

proporsi semua point yang relevan yang disajikan, yaitu fakta. Maka density

meneliti jumlah fakta yang relevan yang tersaji dalam teks berita. Breadth

dapat diartikan sebagai keluasan informasi, yakni jumlah point yang berbeda

sebagai proporsi keseluruhan yang mungkin. Atau dapat dijabarkan dengan

keragaman informasi, yakni jumlah perbedaan informasi atau sumber fakta

yang tersaji dalam teks berita. Depth diartikan sebagai kedalaman informasi,

berupa jumlah fakta dan motif yang menyertai dan membantu menerangkan

maksud pokok.

g) Readability atau bisa dimaksudkan sebagai kekayaan informasi. Pengukuran

kekayaan informasi sangat berhubungan dengan hal sebaliknya yaitu

redudancy. Yang dimaksud dengan redudancy adalah pengulangan atau

penggunaan singkatan atau istilah khusus dalam teks berita yang tidak disertai

dengan penjelasan dari istilah tersebut sehingga dapat membingungkan

pembaca. Readability diukur berdasarkan 1 Ada tidak pengulangan kalimat

atau paraphrase pada setiap item berita, 2 fungsi anak kalimat – mengaburkan

atau memperjelas kalimat inti, 3 ada atau tidaknya penjelasan dari penggunaan

kata atau istilah khusus.

h) Checkability merupakan tingkatan atau derajad dimana fakta yang

ditampilkan dapat diperiksa atau didukung oleh sumber yang bernama disertai

bukti-bukti pendukung yang relevan, seperti sumber yang jelas dan tidak

menggunakan nara sumber anonim.

23

Page 24: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

i) Source Bias: yaitu penampilan satu sisi dalam pemberitaan. Source Bias

dapat dilihat dari ketidakseimbangan sumber berita yang dikutip dalam

liputan. Dalam peliputan harus ada yang pro maupun yang kontra.

j) Slant: yaitu kecenderungan dalam pemberitaan. Slant diukur dari kalimat

pujian ataupun kritikan yang ditemukan dalam teks berita.

k) Ketidakseimbangan: dapat mengambil bentuk ketidakseimbangan porsi

alinea, representasi narasumber, representasi aktor, pemakaian kata hiperbolik

dan ketidakseimbangan kuantitas data atau fakta yang dibutuhkan. Wartawan

harus menyajikan perbedaan antara yang pro dan kontra, bukan mencari yang

benar atau salah.

l) Sensasionalisme diartikan sebagai suka menimbulkan sensasi. Tujuannya

adalah untuk menarik perhatian orang lain.

m) Stereotype berarti pemberian atribut tertentu terhadap individu, kelompok atau

bangsa tertentu dalam menyajikan sebuah berita. Atribut bisa memiliki

asosiasi yang negatif ataupun positif, tetapi tidak pernah bersifat netral atau

berdasarkan pada kenyataan yang sebenarnya.

n) Junxtaposition dapat diartikan sebagai menyandingkan dua hal yang berbeda

untuk menimbulkan efek kontras yang akhirnya menambah kesan dramatis

pada berita yang disajikan. Dengan begitu junxtaposition dapat mengubah

atau menggeser pemaknaan dua fakta yang sebenarnya berbeda, menjadi

berhubungan secara kontras.

o) Linkages adalah menyandingkan dua fakta yang berlainan dengan maksud

untuk menimbulkan efek assosiatif. Linkaged dapat dimaknai juga sebagai

hubungan. Media sering menghubungkan beberapa hal, baik itu aspek yag

berbeda dari suatu peristiwa atau aktor yang berbeda yang berhubungan

dengan peristiwa yang sama.

24

Page 25: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

Penilaian:

Tinggi, sedang dan rendah.

Tinggi = terdapat 5-6 item

Sedang = terdapat 3-4 item

Rendah = terdapat 0-2 item

Rumus Unit Kategori dan sub kategori di atas merupakan instrument yang akan

penulis pakai dalam penelitian ini. Untuk memenuhi sistematika dan standard

keilmiahan maka realibilitasnya diukur dengan rumus sebagai berikut:

Wimmer & Dominick (2006: 167).Keterangan:

M : adalah jumlah hasil koding yang disetujui oleh 2 orang pengkoder.

N1 & N2 : Total jumlah koding yang dikerjakan oleh 2 orang pengkoder.

25

2 M Reliabilitas = ------------------------- N1 + N2

Page 26: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

5. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengkodingan terhadap item berita yang

telah diteliti ke dalam coding sheet. Data dalam coding sheet dimasukkan ke dalam

master table dan dianalisis untuk mengetahui kecenderungan dan perhitungan

statistiknya dengan menggunakan program SPSS.

6. Analisis Data dan Pelaporan

Analisis terhadap data yang telah terkumpul dilakukan dengan mengamati

hasil perhitungan statistiknya dan dikaitkan dengan tujuan penelitian yaitu melihat

tingkat obyektivitas suratkabar Suara Timor Lorosae dan Timor Post. Hasil analisis

akan dipaparkan pada bab keempat.

26

Page 27: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

DAFTAR PUSTAKA

Assegaff, Djafar H. (1983). Jurnalisme Masa Kini, Pengantar ke Praktek Kewartawanan, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Briggs, Asa & Peter Burke. (2000). ‘Sejarah Sosial Media’ A Social History of the Media, New York: Polity Press.

Demers, David Pearce & Suzanne Nichols. (1987). Precision Journalism A Praktical Guide, California: SAGE Publications.

Fuller, Jack. (1996). News Value, Chicago: The University of Chicago Press.

Franklin, Bob, Martin Hamer, et al. (2005). Key Concepts in Journalism Studies, London: SAGE Publications.

Gusmão, Martinho G. da Silva. (2007). Hari’i Demokrasia: Projektu no Prosesu Ne’ebé la Nahas, Dili: CNE.

Hill, Helen Mary. (2000). Gerakan Pembebasan Timor Lorosae, Dili: Yayasan Hak & Sahe Institute for Liberation.

Hutchison Sr, R, Earl. (1986). Writing for Mass Communication, New York : Longman.

Itule, Bruce D. & Douglas A. Anderson. (2007). News Writing & Reporting, New York: Mc Grow Hill Companies, Inc.

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. (2005). Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kovack, Bill & Tom Rosenstiel. (2001). Sembilan Elemen Jurnalisme. Pantau, Judul asli: The Elements of Journalism, New York: Crown Publishers.

Masduki. (2001). Jurnalisme Radio: Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar, Yogyakarta:Lkis

McQuail, Denis. (2004). McQuail’s Reader in Mass Communication Theory, London: SAGE Publication

McQuail, Denis. (1992). Media Performance Mass Communication and The Public Interest, London, SAGE Publication.

27

Page 28: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

McQuail, Denis. (2000). McQuail’s Mass Communication Theory, fourth edition. London: SAGE Publication.

Mencher, Melvin. (2003). News Reporting and Writing, Ninth Edition. New York: McGrow-Hill Companies.

Myers, Gail E. Michele Thoela Myers. (1980). The Dynamics of Human Communication, A Laboratory Approch, New York: Mc. Grow-Hill Book Company.

Pamungkas, Sigit. (2009). Perihal Pemilu, Yogyakarta: Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL, UGM.

Prajarto, Nunung dkk. (2006) Koverasi Lima Surat Kabar Terhadap Pembangunan Kabupaten Sleman, Laporan Penelitian. Yogyakarta: Bagian Humas Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman.

Putra, I Gusti Ngurah (Editor). (2008). Media, Komunikasi, dan Politik Sebuah Kajian Kritis, Yogyakarta: FISIPOL UGM.

Rachmadi, F. (1990). Perbandingan Sistem Pers, Analisis Deskriftif Sistem Pers di Berbagai Negara, Jakarta: PT Gramedia.

Rivers, William L. Co., (2004). Media Massa & Masyarakat Modern , Edisi Kedua., Jakarta: Prenada media.

Siregar, Ashadi,(2006). Pemberitaan Media Pers Indonesia: Paradigma, Epistimologi, Ruang Publik dan Pendekatan Multikultural, Yogyakarta: Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, FISIPOL, UGM, Volume 9, Nomor 3, Maret 2006, 225-270.

Siregar, Ashadi. (1998). Bagaimana Meliput dan Menulis Berita Untuk Media Massa, Yogyakarta: Kanisius.

Sulhan, Muhammad. (2006). Kisah Kelabu di Balik Maraknya Pers Lokal di Kalimantan, Yogyakarta: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, FISIPOL, UGM, Volume 9, Nomor 3, Maret 2006.

Strenz, Herbert. (1993). Reporter dan Sumber Berita, Persekongkolan Dalam Mengemas dan Menyesatkan Berita, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Surjomihardjo, Abdurrachman& Hilman Adil dkk. (2002). Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia, Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

28

Page 29: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

Syahputra, Iswandi. (2006). Jurnalisme Damai Meretas Ideologi Peliputan di Arena Konflik, Yogyakarta: Kelompok Pilar Media.

Tester, Keith. (1994). Media, Culture and Morality, London: Routledge.

Wahyuni, Hermin Indah. (2000). Televisi dan Intervensi Negara, Konteks Politik Kebijakan Publik Industri Penyiaran Televisi Pada Era Orde Baru, Yogyakarta: Media Pressindo.

Rahayu (Editor). (2006). Menyingkap Profesionalisme Kinerja Surat Kabar Di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Kajian Media dan Budaya Populer, Dewan Pers dan Departemen Komunikasi dan Informasi.

Reah. D. (2002). The Language of Newspaper, London: Routledge.

Wilson, John. (1996). Understanding Journalism. London: Routledge.

Wimmer, Roger D. & Joseph R. Dominick. (2006). Mass Media Research An Introduction, 8th Edition. Thomson, Wadsworth, United States of America.

Crisis Group Asia Briefing No. 65, Timor Leste’s Parliamentary Election. Dili /Brussels, 13 Juni 2007 dalam http: /www.crisisgroup.org /library /documents /asia/timor/b65_timor_leste_parliamentary_elections.pdf, diakses tgl. 7 Juni 2008.

Undang-Undang Dasar Republik Demokrasi Timor Leste versi Bahasa Indonesia (2002). Dili: Majelis Konstutuante Timor Leste.

http://www.democracynow.org/shows/1999/9/6 diakses tgl. 7 Juni 2008

http://www.etan-org/et99/april/3-10/8untalk.htm diakses tgl. 8 April 2009

Kompas, 10 Mei 2007, 07 Juli 2007

Suara Timor Lorosae, 10 April 2007

29

Page 30: OBYEKTIVITAS BERITA PEMILU TIMOR LESTE - … · Web viewAkankah para pemimpin politik yang terpilih dapat membawa negara Timor Leste pada keadaan politik yang lebih stabil, ekonomi

CATATAN:

Tulisan ini merupakan Bab I dari Tesis saya, yang telah diuji pada tanggal 25 April

2010 di Depan Dewan Penguji, Jurusan Komunikasi S2, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Penulis:

D. Dwikori Sitaresmi, M.A.

30