obyektifitas

13

Upload: fardhian-dhiyawardhana

Post on 12-Feb-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: obyektifitas
Page 2: obyektifitas

TIK (Tujuan Intruksional Khusus) Menjelaskan arti objektifitas dalam dunia

keilmuanMengidentifikasi subjektifitas dalam

pengujian terhadap suatu hipotesis/kesimpulan

Menjelaskan cara meningkatkan objektifitas dalam metode kelimuan

Contoh-contoh objektifitas dalam keilmuan.

Page 3: obyektifitas

Ilmu dipandang dari perangkat nilai-nilai yang dijunjungnya, ilmu adalah masyarakat yang berpegang pada 4 norma : (Akta, 1983, h77) :

Universalisme : tidak tergantung pada ras, warna kulit dan agama / keyakinan. Ilmu oleh karena itu bersifat internasional.

Komunalisme : milik umum masyarakat ilmiah, artinya disetujui/ disepakati oleh masyarakat ilmiah.

Disinterested : tidak ada interest/kepentingan pribadi/perusahaan.

Skeptisme yang terorganisasi : tidak begitu saja menerima kebenaran apapun, semata-mata berdasarkan bobot atau wewenang tokoh yang mengungkapkanya. Sifat skeptis ini identik dengan cara berfikir kritis.

Cara berfikir ilmiah selalu diawali dengan sifat skeptis terhadap kebenaran sampai kesahihan kebenaran tersebut dibuktikan lewat prosedur keilmuan. Bedakan dengan keyakinan agama, yang diawali dengan sifat percaya lebih dahulu.

Page 4: obyektifitas

Kedudukan Objektivitas dalam Pengetahuan Ilmiah

CIRI-CIRI ILMU(PENGETAHUAN ILMIAH =SCIENTIFIC KNOWLEDGE)

1. Empiris : Pengetahuan yang diperoleh berdasakan observation atau experiment. Contoh : Ilmu Fisika, Biologi, Psikologi, Ilmu Sosial.

2. Sistematis : Antara bagian-bagian subject matter ssl. mempunyai hubungan yang tertib dan teratur.

3. Objektif, apa adanya, tidak boleh subjektif, yakni diserongkan sesuai dengan keinginan / kecenderungan scientist.

4. Analistis : Membagi / memilah subject matter menjadi bagian-bagian : cabang dan ranting, untuk menerangkan sifat atau hubungan.

5. Verifikatif : selalu terbuka kemungkinannya untuk diperiksa / diuji kebenarannya. Oleh karena itu, batapapun mapannya suatu teori ilmu sekarang, pada suatu waktu dapat tumbang setelah ditemukan kebenaran berikutnya.

6. Selalu mengarah untuk tercapainya kebenaran7. Faktual : Berdasarkan / berpijak pada fakta : sesungguhnya, tidak

memberikan penilaian baik buruk terhadap apa yang ditelaahnya.8. Prediktif : Mampu meramalkan

Page 5: obyektifitas

Arti Objektif dan Subjektif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia :Objektif (a) : Mengenai keadaan sebenarnya tanpa

dipergaruhi pendapat / pandangan pribadiObjektifisme : Paham / aliran yang menerima segala

sesuatu secara objektif.Objektivitas (n) : Sikap jujur, tidak dipengaruhi pendapat

dan pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil keputusan / tindakan (keobjektivan).

Subjektif (a) : Mengenai atau menurut pandangan (perasaan) sendiri, tidak langsung mengenai pokoknya.

Subjektivisme (n) : Paham yang menganggap bahwa setiap ilmu itu bersifat subjektif

Page 6: obyektifitas

Ciri-ciri objektif dalam pengetahuan ilmiah (scientific knowledge)Kepastian fakta telanjang atau pengamatan tanpa prasangka

(Alfons Taryadi (AT), h. 89)Apa yang senyatanya ada / terjadi ; bukan seharusnya (is and ought) (Katsoff, h. 330)Gambaran yang sesuai dengan fakta dan hanya dengan fakta

ini yang dijadikan bukti untuk kebenaran (AT & Jamhuri).Pengetahuan (fakta ?) yang dipandang dalam dirinya sendiri,

terpisah dari subjek pendukungnya (misalnya terori, argument) (AT, 29)

Bebas dari prejudice dan bebas dari penilaian subjektif (Jamhuri).

Tidak mengandalkan intuisi subjektif.Tanpa melibatkan factor non-rasional seperti emosi sesaat

dan kesukaan pribadi (The Liang Gie (TLG), 149).

Page 7: obyektifitas

Objectif (Buzzati, dlaam TLG /149)Yaitu jenis realitas dari ilmu : tetap SAMA dan

SAMA SAHIHnya bagi siapapun yang ingin memeperoleh pengetahuan dalam cara yang khusus itu.

Ciri objektif ilmu inilah yang jelas tidak dipunyai oleh cara-cara lain untuk mendekati realitas, misalnya pengalaman artistik.

 Jadi, ciri objektifitas : menekankan ilmu sebagai

interpersonal knowledge (pengetahuan yang bersifat antar-perseorangan) ; atau terbuka untuk semua orang yang berminat.

 

Page 8: obyektifitas

Contoh-contoh :Ilmu Fisika merupakan ilmu yang paling objektif (AT,

90)Einstein : Teorinya siap diuji (testabilitas) dengan

berkata “ Kalau pergeseran garis spektral berkat potensi

gravitasional tidak terjadi, maka teori relativitas general tidak bisa dipertahankan “

 Ilmu KedokteranPembela objektivitas dalam keilmuan dan sekaligus

penentang subjektivitas adalah Karl E. Popper (AT, 11).

Page 9: obyektifitas

Cara-cara meningkatkan Objektivitas dalam keilmuan :

Dalam jiwa para ilmuwan dihimbau agar supaya jiwanya terdapat komitmem moral dan intelektual untuk mendekati kebenaran seobjektif mungkin dengan cara yang sejujur-jujurnya (Yuyun dalam Akta V, h. 34)

Catatan :Walaupun kita bersikap seobjektif mungkin, namun persepsi

kita tidak pernah lepas dari faktor subjektivitas. Tiap langkah kita untuk menemukan pengetahuan, selalu diintai oleh kekeliruan (Akta V, 34).

Pengamatan dilakukan oleh lebih dari satu orang (Interpersonal Knowledge, terbuka untuk semua orang) (TLG / 149; Jamhuri).

Terbuka untuk menerima kritik rasional terhadap fakta yang ditemukan (AT, 29).

Terbuka untuk diuji (Testailitas, Verikatif) oleh orang lain (AT, 29).

Diskusi KritisKritis merupakan dasar dari objektivitas, merupakan tradisi rasionalitas yang berasal dari Yunani (AT, 91)

Page 10: obyektifitas

Subjektivitas :Setiap tanggapan (Kattsoff, 347)Fakta yang dipandang menurut kemauanya sendiriKeharusan (Ought)Harapan-harapanDisukai / tidak disukaiDisposisi mental subjektif (Disposisi dalam kamus BI : Pendapat pejabat, kelainan temperamen atau

kelainan watak).Oleh karena itu Teori Intuitif dari subjektif TIDAK dapat didiskusikan secara

kritis (AT, 92). Contoh Subjektivitas :Bidang seni bersifat seni dan berusaha memberikan makna

sepenuh-penuhnya mengenai objek yang diungkapkan.Contoh :Suatu lukisan Inul ditengah-tengah para KyaiOrang yang tergila-gila dengan batu Akik / lukisan berani

membeli dengan harga ratusan juta.

Page 11: obyektifitas

KETERBATASAN ILMUIlmu Pengetahuan, sudah diterangkan, perlu

dibedakan, tetapi bukan berarti dipisahkan, apalagi menganggap bahwa pengetahuan tidak penting.

Karena, Ilmu walaupun sangat berguna, tetapi sangat terbatas sehingga dengan ilmu saja tidak dapat menjelaskan secara menyeluruh, misalnya memahami hakekat alam dan keberadaan kita manusia. Dengan demikian, masih diperlukan pengetahuan lain : agama, seni dan estetika.

Page 12: obyektifitas

DAFTAR PUSTAKAAlfons Taryadi, 1991. Epistemology Pemecahan

Masalah Menurut Karl R Pepper, PT Gramedi Pustaka Utama, Jakarta.

The Liang Gie, 1999. Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta.

Dirjen Dikti, 1982/1983. Materi Dasar Pendidikan Program akta Mengajar V, Buku I A, filsafat Ilmu, Proyek Pengembangan Intitusi Dikti.

Jujun S. Suria Sumantri, 1998. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Popouler, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Louis O. Katttsoff, alih bahasa : Soejono Soemargono, 1996. Pengantar Filsafat, ed. 7, Tiara Wacana, Yogya.

Page 13: obyektifitas