obstuksi mekanik

43
KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan izin-Nya penyusun dapat menyelesaikan referrat ini tepat pada waktunya. Referat ini disusun guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi. Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Raya Henri Batubara Sp.B yang telah membimbing penyusun dalam mengerjakan referat ini, serta kepada seluruh dokter yang telah membimbing penyusun selama di kepaniteraan klinik Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Kota Bekasi. Dan juga ucapan terima kasih kepada Orangtua ayah dan ibu serta teman- teman seperjuangan di kepaniteraan ini, serta kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penyusun. Dengan penuh kesadaran dari penyusun, meskipun telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan referat ini, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata, penyusun mengharapkan semoga referat ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua. Jakarta, Januari 2013 1

Upload: alfian-wibisono

Post on 30-Oct-2014

184 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

bedah

TRANSCRIPT

Page 1: obstuksi mekanik

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan

izin-Nya penyusun dapat menyelesaikan referrat ini tepat pada waktunya. Referat ini disusun

guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Bekasi.

Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Raya

Henri Batubara Sp.B yang telah membimbing penyusun dalam mengerjakan referat ini, serta

kepada seluruh dokter yang telah membimbing penyusun selama di kepaniteraan klinik Ilmu

Bedah di Rumah Sakit Umum Kota Bekasi. Dan juga ucapan terima kasih kepada Orangtua

ayah dan ibu serta teman-teman seperjuangan di kepaniteraan ini, serta kepada semua pihak

yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penyusun.

Dengan penuh kesadaran dari penyusun, meskipun telah berupaya semaksimal

mungkin untuk menyelesaikan referat ini, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata,

penyusun mengharapkan semoga referat ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita

semua.

Jakarta, Januari 2013

Alfian Wibisono s.ked

1

Page 2: obstuksi mekanik

Lembar Persetujuan Referat

Referat dibawah ini :

Judul : Obstruksi Usus Mekanik

Penyusun : Alfian Wibisono S.ked

NIM : 030.08.017

Universitas : Fakultas Kedokteran Trisakti

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi .

Jakarta, Januari 2013 Jakarta, Januari 2013

Dr. Raya Henri Batubara Sp.B Alfian Wibisono S.ked

2

Page 3: obstuksi mekanik

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………................... 1

Lembar Pengesahan …………………………………………………................... 2

Daftar Isi ……………………………………………………………... 3

BAB I

Pendahuluan………………………………………………...4

I. Definisi …………………………………………………… 4

BAB II OBSTRUKSI USUS MEKANIK ….…………………………….. 5

I. Embriologi

II. Anatomi Usus ……………………………………………... 6

III. Fisiologi Usus ……...……………………………………… 9

IV. Epidemiologi ……………………………………………....11

V. Klasifikasi ..……..……………………………………....12

VI. Etiologi ...........…………………………………………….13

VII. Patofisiologi ...…………………………………………….. 16

VIII. Manifestasi Klinis …………….………………………….....17

IX. Diagnosis ...………………………………………….............19

X. Gambaran Radiologi………………………………….…..... .21

XI. Diagnosis Banding.………………………………………... .23

XII. Penatalaksanaan.…………………………………………... .23

XIII. Komplikasi .............................................................................25

XIV. Prognosis ................................................................................26

BAB III KESIMPULAN ...................................................................................27

BAB III. DAFTAR PUSTAKA …..………………………………………... ..28

3

Page 4: obstuksi mekanik

BAB I

PENDAHULUAN

Obstruksi usus diakui oleh Hippocrates. Memang, operasi tercatat paling awal sebagai

pengobatan yang dilakukan oleh Praxagoras sekitar 350 SM, ketika ia menciptakan fistula

enterocutaneous untuk meringankan obstruksi segmen usus. Obstruksi usus tetap menjadi

salah satu masalah intra-abdomen yang paling sering dihadapi oleh ahli bedah umum dalam

praktek mereka. Apakah disebabkan oleh hernia, neoplasma, adhesi, atau berhubungan

dengan gangguan biokimia, obstruksi usus usus baik kecil atau besar terus menjadi penyebab

utama morbiditas dan mortalitas. Pengenalan dini dan pengobatan agresif pada pasien dari

segala usia, termasuk neonatus, dapat mencegah iskemia transmural ireversibel dan nekrosis,

sehingga mengurangi jangka panjang mortalitas dan morbiditas. (2)

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh

gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat

terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi

sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi,

adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau

askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi. (3)

I. DEFINISI

Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya

obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus ada 2 macam,

yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.

Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen

saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan

mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang

menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose

segmen usus tersebut.

Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal/

tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan

neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik. (1)

BAB II

4

Page 5: obstuksi mekanik

OBSTRUKSI USUS MEKANIK

Istilah usus obstruksi mekanis digunakan untuk menentukan obstruksi usus yang

disebabkan oleh penyumbatan fisik dari lumen usus. Penyumbatan ini mungkin intrinsik atau

ekstrinsik pada dinding usus atau dapat terjadi sekunder untuk obstruksi lumen yang timbul

dari isi intraluminal (misalnya, batu empedu intraluminal) (Tabel 1). Obstruksi parsial terjadi

ketika lumen usus menyempit tetapi masih memungkinkan perpindahan beberapa isi usus. Di

sisi lain, menunjukkan bahwa obstruksi lumen lengkap sepenuhnya terhambat, dan tidak ada

isi usus bisa bergerak ke distal.

Obstruksi lengkap membawa risiko nyata dari peningkatan strangulasi. Obstruksi usus

lengkap dapat dikategorikan sebagai obstruksi sederhana, obstruksi loop tertutup, strangulasi

atau obstruksi. Obstruksi loop tertutup terjadi ketika kedua ujung segmen usus yang terlibat

terhambat (misalnya, volvulus) dengan akibat peningkatan tekanan intraluminal sekunder

untuk meningkatkan sekresi usus dan akumulasi cairan di segmen usus yang terlibat, suatu

obstruksi loop tertutup, menimbulkan resiko yang lebih tinggiuntuk terjadinya iskemi.

Pada obstruksi strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga bisa terjadi

iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum

berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.

Tabel 1. Penyebab obstruksi Usus Mekanik (2,3)

Lesi Ekstrinsik ke dinding usus Lesi Intrinsik ke dinding usus

ADHESI KONGENITAL

Postoperatif Intestinal atresia

Kongenital Meckel's diverticulum

Post Inflamasi Duplikasi/ kista

HERNIA INFLAMASI

Luar dinding abdomen (kongenital atau

didapat)

Crohn's disease

Internal Eosinophilic granuloma

5

Page 6: obstuksi mekanik

Lesi Ekstrinsik ke dinding usus Lesi Intrinsik ke dinding usus

Insisi INFEKSI

CONGENITAL Tuberkulosis

Annular pancreas Aktinomicosis

Malrotasi Diverticulitis komplikasi

Omphalomesenteric duktus NEOPLASTIK

NEOPLASTIK Primary neoplasma

Carcinomatosis Metastasis neoplasma

Extraintestinal neoplasma

INFLAMASI MISCELLANEOUS

Intra-abdominal abscess Intussusepsi

Endometriosis

MISCELLANEOUS Enteropathy Radiasi/striktur

Volvulus Intramural hematoma

Gossypiboma Ischemic striktur

Superior mesenteric artery syndrome INTRALUMINAL/OBSTRUKSI

OBTURATOR

  Batu empedu

  Enterolith

  Phytobezoar

  Infestasi Parasit

I. EMBRIOLOGI

6

Page 7: obstuksi mekanik

Usus primitive terbentuk sejak minggu ke empat dari perkembangan fetus. Lapisan

endodermal membentuk lapisan epitel dari traktus digestivus dan mesoderm splanchnic di

sekitar endermal membentuk jaringan muskular konektif dan lapisan usus lainnya. Kecuali

duodenum, dimana usus primitif berasal dari usus tengah. Selama minggu keempat

perkembangan fetus, panjang usus meningkat dengan cepat, herniasi dari usus tengah terjadi

sampai umbilikus. Putaran usus tengah mempunyai dua cabang yaitu kranial dan kaudal.

Cabang kranial berkembang menjadi duodenum distal, jejenum dan ileum proksimal.

Sedangkan cabang kaudal menjadi ileum distal, dua pertiga proksimal dari kolon

transversum. Herniasi usus tengah terjadi sampai usia 10 minggu masa gestasi fetus, ketika

usus masuk kembali ke rongga abdomen. Setelah memutar komplit 270º dari titik awal,

bagian proksimal jejenum masuk kembali ke abdomen dan menempati bagian kiri abdomen

dengan lingkaran selanjutnya menempati bagian kanan. Sekum yang terakhir masuk dan

lokasinya di sebelah kanan kuadran atas, walaupun pada akhirnya sekum akan turun ke posisi

normal pada kuadran kanan bawah. Malrotasi anomali kongenital usus dapat terjadi pada

proses ini. 1,5

Fase embriologi dan tingkatan putaran usus

1. Usus dengan arteri dan vena mesenterika superior di dalam bakal mesenterium. Usus

setelah berputar 90º. Bagian proksimal berada di sebelah kanan, distal di sebelah kiri.

2. Putaran duodenum sebelah dorsal a.mesenterika superior, sedangkan sekum dengan

kolon berputar di ventral ke kanan.

3. Putaran berlangsung terus, sekum di sebelah kanan masih turun ke kanan bawah. Usus

belakang membentuk sebagian kolon transversum, kolon desendens dan sigmoid yang

diperdarahi oleh a.mesenterika superior.

4. Setelah putaran lengkap (270º)

Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri

sampai ke rektum berasal dari usus belakang. Dalam perkembangan embriologik kadang

terjadi gangguan rotasi usus embrional sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai

mesenterium yang bebas. Keadaan ini memudahkan terjadinya putaran atau volvulus

sebagian besar usus yang sama halnya dapat terjadi dengan mesenterium yang panjang

pada kolon sigmoid dengan radiks yang sempit.

7

Page 8: obstuksi mekanik

II. ANATOMI USUS

Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari

pilorus sampai katup ileosekal.

Usus halus mempunyai panjang 270 cm sampai 290 cm. Usus halus dibagi menjadi

duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm. Panjang jejenum 100 –

110 cm dan panjang ileum 150 -160 cm. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh

Ligamentum Treitz. Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium. Kira – kira

dua per lima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga per lima bagian terminalnya adalah

ileum. Jejenum mempunyai vaskularisasi yang besar dimana lebih tebal dari ileum.

Secara mikroskopik, dinding usus halus dibagi atas empat lapisan yaitu lapisan serosa,

muskularis propria, lapisan submukosa dan lapisan mukosa. Lapisan serosa merupakan

lapisan terluar yang terdiri dari peritoneum visceralis dan parietal dan ruang yang terletak

antara lapisan visceral dan parietal dinamakan rongga peritoneum. Lapisan muscularis

propria terdiri dari dua lapisan otot yaitu lapisan otot longitudinal yang tipis dan lapisan otot

sirkular yang tebal. Ganglion sel berasal dari pleksus Myenterica (Auerbach) yang berada di

antara lapisan otot dan mengirimkan rangsangan pada kedua lapisan tersebut. Lapisan

submucosa terdiri dari lapisan jaringan konektif fibroelastis yang berisi pembuluh darah dan

saraf. Lapisan mukosa dibagi menjadi 3 lapisan yaitu mukosa muscularis, lamina propria dan

lapisan epitel. Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lapisan sirkular yang dinamakan

valvula koniventes (Lig.Kerckringi) yang menonjol ke dalam sekitar 3 mm.

Mesenterium merupakan lipatan peritoneum yang lebar, menyerupai kipas yang

menggantung jejenum dan ileum dari dinding posterior abdomen. Omentum mayus

merupakan lapisan ganda peritoneum yang mengantung dari curvatura mayor lambung dan

berjalan turun di depan visera abdomen. Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan

kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum terhadap infeksi. Omentum

minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dari curvatura minor lambung dan

bagian atas duodenum menuju ke hati, membentuk Ligamentum Hepatogastrikum dan

Ligamentum hepatoduodenale.

Arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri celiaca.

Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteri

8

Page 9: obstuksi mekanik

gastroduodenalis dan cabangnya arteri pankreatikoduodenalis superior. Darah dikembalikan

lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.

Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua sistem saraf otonom. Rangsangan

parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis

menghambat pergerakan usus. Serabut saraf sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri,

sedangkan serabut saraf parasimpatis

mengatur refleks usus.

Gambar 1. Sistem saluran pencernaan

Gambar 2. Pembagian dari usus

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki

(sekitar 1,5 m). Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata

sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil.

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup

ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau

tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke

sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid.

9

Page 10: obstuksi mekanik

Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati,

menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens

membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum

menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli

sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,

membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon

descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan

lanjutan kolon descendens. Ia tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk

lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki

bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan

turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Di sini rektum

melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum. (11)

Sekum, kolon ascenden dan bagian kanan kolon transversum diperdarahi oleh cabang

a.mesenterika superior yaitu a.ileokolika, a.kolika dekstra dan a.kolika media. Kolon

transversum bagian kiri, kolon descendens, kolon sigmoid dan sebagian besar rektum

perdarahi oleh a.mesenterika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid dan a.hemoroidalis

superior. Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Kolon dipersarafi oleh oleh

serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan pleksus presakralis serta serabut

parasimpatis yang berasal dari N.vagus.

III. FISIOLOGI USUS

Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan- bahan

nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam

klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum

terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan

protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Sekresi empedu dari hati membantu proses

pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehimgga memberikan permukaan lebih luas bagi

kerja lipase pankreas. Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumnlah enzim dalam getah

usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan

mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorpsi.

Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu

segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan

segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, 10

Page 11: obstuksi mekanik

dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain

dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung. (11)

Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan

protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino) melalui dinding usus ke

sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sesl-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan

vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor

aktif dan pasif yang sebagian kurang dimengerti.

Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrodrolisa oleh enzim lipase pankreas, lalu di

emulsikan oleh garam empedu membentuk micel. Micel kemudian memasuki membran sel

secara pasif dengan difusif, kemudian mengalami disagregasi, melepaskan garam empedu

yang kembali ke dalam lumen usus dan asam lemak serta monogliserida ke dalam sel. Sel

kemudian membentuk kembali trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid,

dan apoprotein untuk membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki lakteal.

Asam lemak kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke vena porta. Garam

empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik dalam ileum distalis. Dari kumpulan 5

gram garam empedu yang memasuki kantung empedu, sekitar 0,5 gram hilang setiap hari;

kumpulan ini bersirkulasi ulang 6 kali dalam 24 jam.

Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses proteolisis. Enzim

protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin, dan

endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan proses pencernaan protein, menghasilkan asam

amino dan 2 sampai 6 residu peptida. Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke

dalam sel untuk diabsorpsi.

Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan dengan menghidrolisis pati

menjadi maltosa (atau isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian disakarida ini,

bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa, dihidrolisis menjadi

monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim laktase, sukrase, maltase, dan

isimaltase untuk pemecahan disakarida terletak di dalam mikrovili ’brush border’ sel epitel.

Disakarida ini dicerna menjadi monosakarida sewaktu berkontak dengan mikrovili ini atau

sewaktu mereka berdifusi ke dalam mikrovili. Produk pencernaan, monosakarida, glukosa,

galaktosa, dan fruktosa, kemudian segera disbsorpsi ke dala darah porta. (9)

Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan duodenum

menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi. Air secara osmotik dan

secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif. Natrium dan khlorida diabsorpsi

dengan pemasangan zat telarut organik atau secara transport aktif. Bikarbonat diabsorpsi

11

Page 12: obstuksi mekanik

secara pertukaran natrium/hidrogen. Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam

duodenum dan jejenum, dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium

diabsorpsi secara difusi pasif.

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir

isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang

sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir

yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.

Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta

mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air

adan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500 ml/hari, semua, kecualim100-

200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal. Kapasitas sekitar 5 l/hari. (11)

Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan,

meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum,

mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik, meningkat

oleh makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong

antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200

mmHg, tiga sampai empat kali sehari, terjadi dengan defekasi.

Sepertiga berat feses kering adalah bakterri; 10¹¹-10¹²/gram. Anaerob > aerob. Gas

kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, produksi intralumen. Nitrogen,

oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari

protein dan karbohidrat yang tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari.

IV. EPIDEMIOLOGI

Ada variasi luas dalam frekuensi dan etiologi obstruksi usus di seluruh dunia

tergantung pada etnis, lokasi kelompok usia, kebiasaan diet, dan geografis, antara faktor-

faktor lainnya. Baik etiologi dan frekuensi obstruksi usus berubah secara dramatis selama

1900-an. Selama sepertiga pertama abad ke-20, penyebab paling umum dari obstruksi usus

adalah hernia inkaserata. Terapi pertumbuhan luas bedah intra-abdomen di paruh kedua abad

ke-20 menyebabkan peningkatan frekuensi obstruksi adhesif pasca operasi dan penurunan

frekuensi relatif obstruksi sekunder untuk hernia. Penurunan frekuensi obstruksi sekunder

untuk hernia inkaserata adalah karena diagnosis dini dan pengobatan bedah hernia dinding

abdomen, terutama di negara-negara industri. Obstruksi usus di negara-negara Dunia Ketiga

bermanifestasi sebagai gambaran klinis yang berbeda menyerupai yang ditemukan di awal

abad 20 dalam masyarakat Barat. Di masa depan, aplikasi yang lebih luas dari pendekatan

12

Page 13: obstuksi mekanik

akses minimal laparoskopi dapat menurunkan frekuensi obstruksi usus sekunder untuk

perlengketan pasca operasi, 4 namun trend ini diperkirakan belum dapat dikonfirmasi.

Ada frekuensi sedikit lebih tinggi dari obstruksi usus pada wanita karena fakta bahwa

kebidanan, ginekologi, dan prosedur bedah panggul etiologi penting untuk pengembangan

perlengketan pasca operasi.

Sekitar 80% dari obstruksi usus terjadi di usus kecil, lain 20% terjadi di usus besar.

Kanker kolorektal bertanggung jawab atas 60-70% dari semua obstruksi usus, sementara

divertikulitis dan volvulus untuk sebagian besar 30% sisanya. Biaya dan sumber daya yang

dihabiskan dalam pengobatan obstruksi usus menggambarkan signifikan pada sistem

perawatan kesehatan nasional bagi negara manapun. Satu studi memperkirakan bahwa

obstruksi usus lebih dari satu juta hari rawat inap dan $ 1.33 juta dolar dalam pengeluaran

perawatan kesehatan di Amerika Serikat pada tahun 1994. Memang, telah diperkirakan

bahwa 1% dari semua rawat inap, 3% dari penerimaan darurat bedah untuk rumah sakit

umum.

Secara keseluruhan mortalitas dan morbiditas dari obstruksi usus besar. Tingkat

mortalitas berkisar dari sampai dengan 3% untuk obstruksi sederhana untuk sebanyak 30%

jika ada perforasi dari usus, tergantung pada pengaturan klinis dan komorbiditas terkait.

Tingkat kekambuhan bervariasi menurut metode manajemen (konservatif atau operatif).

Obstruksi usus akan kambuh sekitar 12% dari pasien setelah pengobatan konservatif dari

primer dan antara 8% dan 32% pasien setelah operasi untuk pengelolaan obstruksi adhesif

usus (7)

V. KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan

menjadi, antara lain :

Berdasarkan Lokasi Obstruksi :

Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum

Letak Tengah : Ileum Terminal

Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum

13

Page 14: obstuksi mekanik

Gambar 3. Klasifikasi berdasarkan letak obstruksi

Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antara lain :

(chirurgica)

1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan

masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.

2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/sumbatan yang tidak disertai

terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).

3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan terjepitnya

pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau

gangren.(1)

VI. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain :

1. Hernia inkarserata : usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat

dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan

reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi

segera.

2. Non hernia inkarserata, antara lain :

a. Adhesi atau perlekatan usus

Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa perlengketan

mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas. Umunya

berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum. Ileus

karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.

14

Page 15: obstuksi mekanik

b. Invaginasi

Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang

muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak

diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang

masuk naik ke kolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini

dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan

komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas

pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan Roentgen dengan pemberian

enema barium. Invaginasi pada orang muda dan dewasa jarang idiopatik, umumnya

ujung invaginatum merupakan polip atau tumor lain di usus halus. Pada anak, apabila

keadaan umumnya mengizinkan, maka dapat dilakukan reposisi hidrostatik yang

dapat dilakukan sekaligus sewaktu diagnosis Roentgen ditegakkan. Namun, apabila

tidak berhasil, harus dilakukan reposisi operarif. Sedangkan pada orang dewasa,

terapi reposisi hidrostatik umumnya tidak mungkin dilakukan karena jarang

merupakan invaginasi ileosekal. (8)

c. Askariasis

Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan

hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi

biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi

umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan

puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.

Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,

strangulasi, dan perforasi.

d. Volvulus

Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari

segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap

aksis radii mesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus agak

jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan

mudah mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi

tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi. (8)

e. Tumor

Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia

menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium dan

15

Page 16: obstuksi mekanik

karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama disebabkan

oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.

f. Batu empedu yang masuk ke ileum.

Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu

ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus

gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada

bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.

Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma, terutama pada daerah

rektosigmoid dan kolon kiri distal. Selain itu, obstruksi dapat pula disebabkan oleh

divertikulitis, striktur rektum, stenosis anus, volvulus sigmoid. (7)

Gambar

4. Penyebab-penyebab obstruksi dari usus

16

Page 17: obstuksi mekanik

VII. PATOFISIOLOGI

Gambar 5. Mekanisme akibat dari obstruksi usus

17

Proliferasi bacteri yang berlangsung cepat

Tekanan intralumen

Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke

dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik

Syok hipovolemik

Obstruksi usus

Ischemia dinding usus

Volume ECF

Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi

Kehilangan H2O dan elektrolit

Kehilangan cairan yang menuju ruang peritoneum

Distensi

Page 18: obstuksi mekanik

Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang

berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh

menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik), dapat

terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan perubahan

ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman.

Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos

dari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus

yang mengalami strangulasi.

Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau

ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan

bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala

dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini.

Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum

turut membesar.

Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus karena

pada obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi strangulasi.

Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi kolon sebagai

alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan elektrolit berjalan

lambat pada obstruksi kolon distal.

VIII. MANIFESTASI KLINIS

1. Obstruksi sederhana

Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai

dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari

obstruksi, maupun oleh muntah. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala

muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung

lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak

enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin

fekulen.

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat

kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.  Distensi abdomen

18

Page 19: obstuksi mekanik

dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada

sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar

sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.

2. Obstruksi disertai proses strangulasi

Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri

hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila

dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat,

menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah

terjadinya nekrosis usus. (4)

3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya

terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau

peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau

obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada

penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal

mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan

tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan

valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum

karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan

menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang

kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya

massa menunjukkan adanya strangulasi. (1)

Table 2. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.

Macam ileus

Nyeri Usus Distensi Muntah Bising usus Ketegangan abdomen

Obstruksi simple tinggi

++

(kolik)

+ +++ Meningkat -

Obstruksi simple rendah

+++

(Kolik)

+++ +

Lambat, fekal

Meningkat -

Obstruksi strangulasi

++++

(terus-menerus,

++ +++ Tak tentu

biasanya

+

19

Page 20: obstuksi mekanik

terlokalisir) meningkat Paralitik + ++++ + Menurun - Oklusi vaskuler

+++++ +++ +++ Menurun +

IX. Diagnosis

1. Subyektif -Anamnesis

Nyeri-Kolik. Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilicus, Obstruksi

kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik. Muntah, Perut Kembung (distensi),

Konstipasi, Tidak ada defekasi, Tidak ada flatus

Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali

menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat

buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat

diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi

sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus. Onset keluhan yang

berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat

dapat menjurus kepada ileus letak rendah. (1)

2. Obyektif-Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal,

femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi

dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila

ada bekas luka operasi sebelumnya.

Palpasi

Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

20

Page 21: obstuksi mekanik

Gambar 6. Distensi abdomen

Auskultasi

Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborygmi. Pada fase lanjut bising

usus dan peristaltik melemah sampai hilang.

Perkusi

Hipertimpani

Rectal Toucher

- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease

- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma

- Feses yang mengeras : skibala

- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi

- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi

- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis (4,6)

3. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis,

tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu

dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal.

Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit

yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan.10 Leukositosis

menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% -

50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non

strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu

dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin

terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis

bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis.

Radiologik

Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level”

pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto

21

Page 22: obstuksi mekanik

polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus,

sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.

Foto polos abdomen

Dapat ditemukan gambaran ”step ladder dan air fluid level” terutama pada

obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi

stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya muosa

yang reguler dan adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks

tegak dan foto abdomen dengan posisi left lateral decubitus menunjukkan adanya

perforasi usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan

peritonitis akibat adanya perforasi.

X. GAMBARAN RADIOLOGI

Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto

abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara lain :

1. Ileus obstruksi letak tinggi :

- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal junction) dan

kolaps usus di bagian distal sumbatan.

- Coil spring appearance

- Herring bone appearance

- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)

2. Ileus obstruksi letak rendah :

- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi

- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen

- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon

Sedangkan pada ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruh

dari gaster sampai rectum. (5)

Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik :

22

Page 23: obstuksi mekanik

Gambar 7. Ileus Obstruktif . Tampak coil

spring dan herring bone appearance

Gambar 8. Ileus Paralitik.

Tampakdilatasi usus keseluruhan.

Gambar 9. Gambaran air fluid level

pada ileus obstruktif

Gambar 10. Ileus Obstruktif karena

adanya volvulus

23Gambar 11. Ascariasis yang bisa

menyebabkan ileus obstruktif

Gambar 12. Ileus obstruktif yang

disebabkan oleh massa tumor

extraintestinal

Page 24: obstuksi mekanik

XI. DIAGNOSIS BANDING

Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan terjadi

distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi ketegangan

dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda dan gejala

dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan pankreatitis akut

juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana. (1)

XII. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi

untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan

penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan

sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita

penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.

1. Persiapan penderita

Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosa obstruksi

ileus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik,

obstruksinya berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi :

o Penderita dirawat di rumah sakit.

o Penderita dipuasakan

o Kontrol status airway, breathing and circulation.

o Dekompresi dengan nasogastric tube.

o Intravenous fluids and electrolyte

o Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan. (1,3)

2. Operatif.

Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu :

Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.

Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat

obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.

24

Page 25: obstuksi mekanik

Apakah ada risiko strangulasi.

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang

ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1%

pada 24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%.

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada

obstruksi ileus :

a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah

sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata

non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.

b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian

usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan

sebagainya.

c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,

misalnya pada Ca stadium lanjut.

d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung

usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada

carcinomacolon, invaginasi strangulate dan sebagainya.

Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap,

baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya

pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari

dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

3. Pasca Operasi

Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus yang

masih ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang terkumpul

dalam lumen usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena catatan tersebut

mengandung banyak bahan-bahan digestif yang sangat diperlukan. Pasca bedah tidak

dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal, walaupun terdengar bising usus. Hal

tersebut bukan berarti peristaltik usus telah berfungsi dengan efisien, sementara

ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali belum baik.

25

Page 26: obstuksi mekanik

Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca

bedah. Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga

keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca

bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring

pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 - 7 hari pasca bedah. Bahaya lain

pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis. Gambaran kliniknya biasanya

mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum

luas dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting. (1)

XII. Komplikasi

o Nekrosis usus

o Perforasi usus

o Sepsis

o Syok-dehidrasi

o Abses

o Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

o Pneumonia aspirasi dari proses muntah

o Gangguan elektrolit

o Meninggal (2)

XIII. Prognosis

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat

segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi

strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35%

atau 40%.3 Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat (1,2)

26

Page 27: obstuksi mekanik

BAB III

KESIMPULAN

Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa

disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan

dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi

pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.

   Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma,

intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan obstruksi usus besar

penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit Hirschsprung,

inflamasi, tumor jinak, impaksi fekal. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada

perut, disertai kembung. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar

sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.

  Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat pada

inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan

kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Tujuan utama

27

Page 28: obstuksi mekanik

penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah

perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar

Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC,

2003. Hal: 181-192.

2. Fiedberg, B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J., Windle,

W.L., Li, B.U.K., Schwarz, S., and Altschuler, S. http://www.emedicine.com. Last

Updated, June 29, 2004.

3. Basson, M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber, A.J.,

and Katz, J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 14, 2004.

4. General and laparoscopy surgeon,: Ileus obstruksi. Editor : Dr. A. Yuda Hendaya. Sp

B, FInaCS,FMAS. http://www.dokteryudabedah.com . last Update januari 5, 2010

5. Obstruksi usus kecil. Avialablle at www.learningRadiology.com Accessed on 14

December 2012

28

Page 29: obstuksi mekanik

6. Evers, BM Usus Kecil. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL,

eds. Sabiston Textbook of Surgery . 18th ed. St. Louis, Mo: WB Saunders; 2008:chap

48

7. Intestinal obstruction. Aviable at www.healthline.com. Accessed 0n 14 December

2012

8. Markogiannakis H, Messaris E, Dardamanis D, Pararas N, Tzertzemelis D,

Giannopoulos P,et al. Acute mechanical bowel obstruction:clinical presentation,

etiology, management and outcome. World Journal of gastroenterology. 2007 January

21;13(3):432-437. Available from:URL:http://www.wjgnet.com

9. Simeone DM. Anatomy and physiology of the small intestine. In : Greenfield LJ,

Mulholland MW, Oldham KT, Zelenock GB, Lillimoe KD, editors. Essentials of

surgery : scientific principles and practice. [Book on CD-ROM]. 2nd ed. New York:

Lippincott Williams & Wilkin publishers;1997.

10. Suyono YJ,editor. Disunting oleh R.Putz & R. Pabst. Atlas Anatomi manusia Sobotta.

Ed.21. Jakarta: EGC,2003.

11. iregar H, Yusuf I, Sinrang AW, Gani AA. Fisiologi Gastrointestinal. Ed.1. Ujung

Pandang: Fak. Kedokteran Unhas;1995

12. Ansari P. Intestinal obstruction. [Online]. 2007 September [edited 2008 May 21];[4

screens]. Available from: URL:http://www.merck.com/mmpe/sec02/choll/chollh.html.

13. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih

Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239 – 42.

29