obsgin, sc ai piton gagal
DESCRIPTION
Obsgin, SC Ai Piton GagalTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Distosia ialah persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan atau
tidak adanya kemajuan proses persalinan. Parameter dalam meniai proses
kemajuan persalinan ini adalah pembukaan dan pendataran dari serviks,
putaran paksi penurunan dari presentasi janin dan peningkatan frekuensi,
intensitas dan lamanya kontraksi uterus. Penyebab dari distosia dapat
dibedakan atas tiga yaitu kelainan tenaga (power), kelainan janin (passanger)
dan kelainan jalan lahir.1,2
Distosia karena kelainan tenaga (his) adalah his yang tidak normal
baik dalam frekuensi, intensitas dan lamanya kontraksi. Pada perslainan
normal, kontraksi uterus mulai dari fundus uteri kemudian menjalar ke bawah.
Kontraksi bagian atas lebih kuat dan lama serta semakin ke bawah kontraksi
semakin lemah dan pendek. Setelah kontraksi tonus otot kembali kekeadaan
sebelum his, akan tetapi otot-otot bagian atas uterus tidak kembali
kekeadaan semula, melainkan mengalami retraksi sehingga dinding ini
menjadi lebih tebal dan pendek. Sebaliknya karena tarikan dari atas, bagian
bawah atau segmen bawah uterus melebar dan menipis. Pada inersia uteri
his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih
dulu daripada bagian lain. Kelainannya terletak pada kontraksi yang lemah,
singkat dan jarang.1
Penanganan pada inersia uteri yaitu stimulasi oksitosin. Dalam banyak
kasus cukup dengan menambahkan 10 u oksitosin kedalam 1 liter dekstrose
5 %. Jadi tiap 1 ml cairan mengandung 10 ml oksitosin. Dosis dimulai 1 mU /
15 menit sampai kontraksi adekuat. Dosis maksimum tidak lebih dari 32 mU/
menit. Bila his 50-60 mmHg atau 40-60 lebih dengan interval 2,5-4 menit,
oksitosin tidak boleh ditambahkan lagi. Secara umum semua kontraindikasi
untuk persalinan spontan pervaginam adalah kontraindikasi untuk oksitosin
drips.1,3
1
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin, plasenta
dan selaputnya dilahirkan melalui insisi pada dinding abdomen, dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat badan jann diatas 500 gram.1,4
Di Indonesia sendiri angka kejadiannya sekitar 30 % di tahun 2002. Di
RSCM Jakarta, sebagai rumah sakit pusat rujukan, mempunyai angka
kekerapan rata-rata 41,2 % dengan 18 % diantaranya adalah kasus seksio
sesarea elektif.5 Di RSUP Malalayang, tahun 2001 terdapat 489 kasus, tahun
2002 ada 556 kasus dan tahun 2003 terdapat 493 kasus. Peningkatan ini
terjadi berkat kemajuan dalam bidang antibiotika, teknik operasi yang lebih
sempurna, transfusi darah, anestesi yang lebih baik, pengenalan gawat janin
yang cepat dan penurunan paritas.6
Indikasi untuk melakukan seksio sesarea antara lain:7
Indikasi ibu: panggul sempit absolut, tumor pada jalan lahir yang
menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/ vagina, plasenta previa, disproporsi
sefalopelvik dan ruptura uteri membakat.
Indikasi janin: kelainan letak (letak lintang yang tidak bisa diputar, letak
sungsang pada primigravida dan letak muka dengan dagu didepan), gawat
janin, bayi besar (>3500 gram pada letak bokong).
Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang
belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi proses persalinan, sedangkan
akselerasi persalinan dimana tindakan-tindakan seperti diatas dilakukan pada
wanita yang telah inpartu.8,9
Berikut ini akan kami sajikan laporan kasus seksio sesarea pada
inersia uteri dengan HRP.
2
LAPORAN KASUS
IDENTITASNama : Ny. EP
Umur : 37 tahun
Pendidikan : Sarjana Pendidikan
Pekerjaan : Guru
Alamat : Perum SEA Malalayang
Suku : Gorontalo
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Nama suami : Tn. DS
Pekerjaan : Swasta
MRS : 07 Januari 2005, jam 18.00
ANAMNESISAnamnesis UtamaAnamnesis diberikan oleh penderita.
Keluhan utama: Nyeri perut bagian bawah dan ingin melahirkan
Riwayat penyakit sekarang:Nyeri perut bagian bawah dirasakan teratur sejak jam 12.00 (07-01-2005).
Pelepasan lendir campur darah , pelepasan air (-), pergerakan janin masih
dirasakan saat MRS.
Riwayat kembar disangkal penderita.
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.
Riwayat penyakit dahuluPenyakit darah tinggi, jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis disangkal
3
Anamnesis KebidananRiwayat Kehamilan SekarangPemeriksaan Ante Natal (PAN)PAN dilakukan sebanyak 4 kali di PKM Koka, dan 3 kali di RSU Prof. Kandou
Riwayat HaidHaid pertama pada usia 15 tahun dengan siklus tidak teratur dan lamanya
haid tiap siklus 5 hari. Hari pertama haid terakhir (HPHT) 24 Maret 2004 dan
taksiran tanggal partus 31 Desember 2004.
Riwayat KeluargaPenderita menikah satu kali dengan suami sekarang 9 tahun.
Jumlah anak sekarang 1 orang
Keluarga Berencana Belum pernah ikut KB suntik
Riwayat Kehamilan Terdahulu1. 1996, perempuan, cukup bulan, spontan kepala di RSUP oleh dokter,
BBL: 2800 gram, hidup
2. 2000, perempuan, cukup bulan, spontan kepala, di klinik bersalin oleh
bidan, BBL: 2800 gram, meninggal setelah 24 jam
3. 2001, Abortus spontan usia kehamilan 2 bulan, tidak dikuret
4. 2004, ini
PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan Fisik UmumStatus Praesens
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis.
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/m.
Pernapasan : 24 x/m.
Suhu badan : 36,4 0C.
4
Berat badan : 51 kg.
Tinggi badan : 143 cm.
Gizi : Cukup.
Kepala Kepala berbentuk simetris. Kedua konjungtiva tidak anemis, kedua sklera
tidak ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari
liang telinga. Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak ada
sekret yang keluar dari hidung. Pada gigi ditemukan adanya karies dentis.
Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.
LeherTidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher.
Dada Bentuk simetris normal.
Jantung Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.
Paru-paru Tidak ditemukan adanya ronki dan “wheezing” di kedua lapangan paru.
AbdomenHepar dan lien sukar dievaluasi
Anggota gerakTidak ditemukan adanya edema pada kedua tungkai. Varises tidak ada.
Refleks Refleks fisiologis positif normal, tidak terdapat refleks patologis.
KulitTurgor normal.
Status ObstetriPemeriksaan luar
Tinggi fundus uteri : 31 cm.
Letak janin : Letak kepala, punggung kiri
5
Detak jantung janin : 12 – 12 – 12.
His : 8-9’ / 10-15”
TBBA : 3000 gram
Pemeriksaan dalam (PD)Eff. 70 %, pemb. 1-2 cm, ketuban , pp kepala, H I-II sutura sagitalis
melintang
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 11,3 gr %. Leukosit : 8.900/mm3.
Trombosit : 254.000/mm3.
RESUME MASUK G4P2A1, 37 tahun MRS tanggal 07 Januari 2005 jam 18.00 Wita dengan
keluhan utama nyeri perut bagian bawah dan ingin melahirkan. Tanda inpartu
sejak jam 12.00 (07-01-05), pelepasan air (-), gerak janin , Riwayat
gemeli (-), RPD (-).
HPHT 24-03-2004, TTP 31-12-2004
Status Praesens : KU: Cukup; Kes: CM; T: 110/80 mmHg; N: 88 x/mnt;
R: 24x/mnt; SB: 36.4 0C.
Status Obstetri : TFU: 31 cm; Letak kepala punggung kiri
BJA: 12 – 12– 12; His: 8-9’ / 10-15”
TBBA: 3000 gram
Pemeriksaan dalam:
Eff. 70 %, Pemb. 1-2 cm, ket , PP kepala, H I-II sutura sagitalis melintang
DIAGNOSIS KERJAG4P2A1, 37 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I + HRP
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala pu.ki H I-II
6
SIKAP/ TERAPI/ RENCANA - MRS
- Observasi T, N, R, His, BJA
- Antibiotik injeksi
- Rencana partus pervaginam, bila keterlambatan, SC
OBSERVASI Tanggal 05 Januari 2005Jam 12.00 : Kes: CM; T; 110/80 mmHg; N: 88 x/mnt; R: 24 x/mnt
His 8-9’ / 10-15”, BJA: 12-12-12
PD : Eff. 70 %, Pemb. 1-2 cm, ket , PP kepala H I-II SS
melintang
Diagnosis:
G4P2A1, 37 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I + HRP
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala, pu.ki H I-II
Sikap:- Observasi- Antibiotik injeksi
- Rencana partus pervaginam, bila keterlambatan, SC
Jam 13.00 : His 8-9’ / 10-15”, BJA 12-12-13
Jam 13.30 : His 8-9’ / 10-15”, BJA 12-12-12
Jam 14.00 : His 8-9’ / 10-15”, BJA 12-12-11
Jam 14.30 : His 8-9’ / 10-15”, BJA 12-13-12
Jam 15.00 : His 7-8’ / 15-20”, BJA 11-12-13
Jam 15.30 : His 7-8’ / 15-20”, BJA 12-11-12
Jam 16.00 : His 7-8’ / 15-20”, BJA 11-12-13
Jam 16.30 : His 7-8’ / 15-20”, BJA 12-11-13
Jam 17.00 : Kes: CM; T; 120/80 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt
His 7-8’ / 15-20”, BJA: 12-12-12
7
PD : Eff. 75 %, Pemb. 2-3 cm, ket , PP kepala H II SS
melintang
Diagnosis:
G4P2A1, 37 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I + HRP
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala, pu.ki H II
Sikap:- Observasi
Jam 17.30 : His 7-8’ / 15-20”, BJA 12-11-12
Jam 18.00 : His 7-8’ / 15-20”, BJA 11-12-13
Jam 18.30 : His 7-8’ / 15-20”, BJA 12-11-13
Jam 19.00 : His 8-9’ / 10-15”, BJA 12-12-13
Jam 19.30 : His 8-9’ / 10-15”, BJA 12-12-12
Jam 20.00 : His 8-9’ / 10-15”, BJA 12-12-11
Jam 20.30 : His 8-9’ / 10-15”, BJA 12-13-12
Jam 21.00 : Kes: CM; T; 120/80 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 20 x/mnt
His 5-6’ / 20-25”, BJA: 12-12-12
PD : Eff. 90 %, Pemb. 3-4 cm, ket , PP kepala H II UUK kiri
melintang
Diagnosis:
G4P2A1, 37 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I + HRP
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala, H II
Sikap:- Observasi
Jam 21.30 : His 5-6’ / 20-25”, BJA 12-11-12
Jam 22.00 : His 5-6’ / 15-20”, BJA 11-12-13
Jam 22.30 : His 5-6’ / 20-25”, BJA 12-11-12
Jam 23.00 : His 5-6’ / 15-20”, BJA 11-12-13
Jam 23.30 : His 5-6’ / 20-25”, BJA 12-11-12
Tanggal 06-01-2005
8
Jam 00.00 : His 4-5’ / 20-25”, BJA 11-12-13
Jam 00.30 : His 4-5’ / 20-25”, BJA 11-13-12
Jam 01.00 : Kes: CM; T; 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt
His 4-5’ / 25-30”, BJA: 12-13-12
PD : Eff. 90 %, Pemb. 5-6 cm, ket , PP kepala H II-III uuk
kiri melintang
Diagnosis:
G4P2A1, 37 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I + HRP
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala, H II-III
Sikap:- Observasi
Jam 01.30 : Ketuban pecah spontan, warna putih keruh ± 100 cc
PD : Eff. 90 %, Pemb. 5-6 cm, ket Θ PP kepala H II-III uuk di
depan
Diagnosis:
G4P2A1, 37 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I + HRP
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala, H II-III
Sikap:- Observasi
Jam 02.00 : His 4-5’ / 25-30”, BJA 11-12-13
Jam 02.30 : His 4-5’ / 25-30”, BJA 11-13-12
Jam 03.00 : His 5-6’ / 25-30”, BJA 11-13-13
Jam 03.30 : Kes: CM; T; 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt
His 5-6’ / 25-30”, BJA: 12-12-13
PD : Eff. 90 %, Pemb. 5-6 cm, ket Θ, PP kepala H II-III uuk di
depan
Diagnosis:
9
G4P2A1, 37 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inersia uteri kala I + HRP
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala, H II-III
Sikap:- SC Cito- Inform consent dan sedia donor
- Lapor konsulen, ACC SC Cito
Jam 04.00 : His 6-7’ / 20-25”, BJA 11-13-11
Jam 04.30 : His 6-7’ / 20-25”, BJA 12-13-11
Jam 05.00 : His 6-7’ / 20-25”, BJA 11-12-11
Jam 05.30 : His 6-7’ / 20-25”, BJA 11-13-12
Jam 06.00 : Penderita didorong ke OK Cito
Jam 06.45 : Operasi dimulai dilakukan SCTP
Laporan Operasi:- Penderita terlentang diatas meja operasi, dilakukan tindakan antiseptik pada
abdomen dan sekitarnya, ditutup dengan doek steril kecuali lapangan
operasi
- Dalam GA dilakukan insisi pada linea mediana dan insisi diperdalam lapis
demi lapis secara tajam dan tumpul sampai tampak peritoneum.
Peritoneum dijepit dengan 2 pinset
- Setelah yakin tidak ada usus di bawahnya, digunting dan diperlebar,
tampak uterus gravidarum
- Identifikasi plika vesiko uterina, dijepit dan digunting, diperlebar kekiri dan
kekanan, disisihkan kebawah, vesika urinaria dilindungi dengan haak
abdomen.
- Insisi pada SBR diperdalam sampai ke kavum uteri, tampak keluar
mekonium kental ± 100 cc. Eksplorasi janin letak kepala. Dengan meluksir
kepala, janin dilahirkan
10
- Jam 06.50 lahir bayi laki-laki, BBL: 3400 gr, PBL: 50 cm, Apgar Score: 7-9 sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat dijepit pada 2 tempat dan
digunting diantaranya.
- Bayi diserahkan ke neonati, Eksplorasi implantasi plasenta pada korpus
uteri belakang, plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan,. Kavum uteri
dibersihkan dari sisa-sisa selaput ketuban
- Luka SBR dijepit dengan beberapa ringtang, uterus dijahit 2 lapis simpul
dan jelujur, kontrol perdarahan, perdarahan tidak ada, dilakukan
reperitonealisasi, kontrol perdarahan kembali, jika tidak ada perdarahan
eksplorasi uterus bentuk arkuatus. Kavum abdomen dibersihkan dari sisa-
sisa perdarahan dan bekuan darah.
- Kontraksi uterus baik, dinding abdomen ditutup lapis demi lapis, kulit dijahit
subkutikuler. Luka ditutup dengan gaas steril.
Jam 07.45 : Operasi selesai
KU post Operasi: T: 120/80, N: 96 x/m, R: 24 x/m
Kontraksi uterus baik
Perdarahan kira-kira 600 cc
Diuresis kira-kira 200 cc
Evaluasi panggul post SC
Promontorium tidak teraba
Linea inominata teraba 1/3-1/3
Sakrum konkaf
Spina ischiadika tidak menonjol
Arcus pubis > 900
Kesan panggul: cukup luas
Follow up Ruangan 07 Januari 2005Keluhan: batuk
11
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 120/80 mmHg; N: 100 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 37,0 0C
Status Puerpuralis:
TFU: setinggi pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi ±/± ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia: Rubra
Terpasang infus dan kateter
Diagnosis: P3A1, 37 tahun post SCTP Hr I a.i. Inersia uteri kala I + HRP
Lahir bayi laki-laki, BBL 3400 gr, PBL 50 cm, AS 7–9
Sikap:- IVFD RL
- Cefadroksil 3 x 500 mg
- Metronidazol 2 x 500 mg IV
- Vit c. 3 x 1 amp
- Penderita boleh minum sedikit-sedikit
- mobilisasi
- Periksa HB post OP ( HB: 9,4 gr%)
08 Januari 2005Keluhan: Θ
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 94 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,6 0C
Status Puerpuralis:
12
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia: Rubra
Terpasang infus dan kateter
Diagnosis: P3A1, 37 tahun post SCTP Hr II a.i. Inersia uteri kala I + HRP
Lahir bayi laki-laki, BBL 3400 gr, PBL 50 cm, AS 7–9
Sikap:- Aff infus dan kateter
- Cefadroksil 3 x 500 mg
- Metronidazol 2 x 500 mg IV
- Becomzet 1 x 1
- Asi on demand
- Diet TKTP
- Konseling KB
- Rawat luka
09 Januari 2005Keluhan: Θ
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/60 mmHg; N: 90 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,4 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia: Sanguinolenta
Diagnosis:
13
P3A1, 37 tahun post SCTP Hr III a.i. Inersia uteri kala I + HRP
Lahir bayi laki-laki, BBL 3400 gr, PBL 50 cm, AS 7–9
Sikap:- ASI on demand
- Cefadroksil 3 x 500 mg
- Metronidazol 2 x 500 mg IV
- Becomzet 1 x 1
- Diet TKTP
- Rawat luka
10 Januari 2005Keluhan: Θ
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/80 mmHg; N: 90 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,0 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia: Sanguinolenta
Diagnosis: P3A1, 37 tahun post SCTP Hr IV a.i. Inersia uteri kala I + HRP
Lahir bayi laki-laki, BBL 3400 gr, PBL 50 cm, AS 7–9
Sikap:- ASI on demand
- Cefadroksil 3 x 500 mg
14
- Diet TKTP
- Rawat luka
- Konsultasi KB
11 Januari 2005Keluhan: Θ
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,2 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: Peristaltik (+), aff heckting setengah
Lokia: Sanguinolenta
Diagnosis: P3A1, 37 tahun post SCTP Hr V a.i. Inersia uteri kala I + HRP
Lahir bayi laki-laki, BBL 3400 gr, PBL 50 cm, AS 7–9
Sikap:- ASI on demand
- Cefadroksil 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1
- Rawat luka
12 Januari 2005Keluhan: Θ
Pemeriksaan Fisik:
15
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 88 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,2 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: Peristaltik (+), luka kering
Lokia: Sanguinolenta
Diagnosis: P3A1, 37 tahun post SCTP Hr VI a.i. Inersia uteri kala I + HRP
Lahir bayi laki-laki, BBL 3400 gr, PBL 50 cm, AS 7–9
Sikap:- ASI on demand
- Cefadroksil 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1
- Rawat luka
- Konseling KB
13 Januari 2005Keluhan: Θ
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,7 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi kering
Lokia: Sanguinolenta
Diagnosis:
16
P3A1, 37 tahun post SCTP Hr VII a.i. Inersia uteri kala I + HRP
Lahir bayi laki-laki, BBL 3400 gr, PBL 50 cm, AS 7–9
Sikap:- ASI on demand
- Cefadroksil 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1
- Rawat luka
- Diet TKTP
- Rencana pulang
17
DISKUSI
Masalah yang akan dibicarakan pada kasus ini antara lain diagnosis,
penanganan, dan prognosis.
DiagnosisBerdasarkan anamnesis, pemriksaan fisik dan kebidanan, penderita ini
didiagnosis dengan:
G4P2A1, 37 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I + HRP
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala H I-II
Dari anamnesis diketahui bahwa kehamilan adalah kehamilan keempat,
sebelumnya pernah melahirkan 2 orang anak dan 1 kali abortus. Sesuai
dengan HPHT, saat ini ibu hamil 40-41 minggu dan saat datang ibu sudah
dalam keadaan inpartu kala I, dalam observasi selama 12 jam, persalinan
tidak maju-maju sehingga didiagnosis dengan inersia uteri.
Diagnosis HRP ditegakkan berdasarkan usia dari ibu yang sudah lebih
dari 35 tahun, tinggi badan ibu yang kurang dari 145 cm serta multiparitas.n
Diagnosis janin intra uterin tunggal hidup letak kepala H I-II ditegakkan
berdasarkan adanya pergerakan janin yang masih terasa oleh ibu saat
masuk rumah samit dan bunyi jantung janin masih terdengar pada
pemeriksaan dengan laennec, dan pada pemeriksaan kebidanan teraba
bagian keras, bundar dan melenting pada bagian bawah uteri serta pada
pemeriksaan dalam didapatkan presenting part adalah kepala.
PenangananPenanganan pada pasien dengan partus lama melalui 2 pendekatan:
1. Penanganan umum
- Jika ditemukan dehidrasi dan ketoasidosis, dilakukan rehidrasi cairan
dan koreksi asam basa.
- Jika anemia dilakukan transfusi darah
- Pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi
- Untuk mengurangi stres pada ibu bisa diberikan sedatif
18
2. Penanganan spesifik
- Jika ditemukan adanya kelainan pada jalan lahir, malposisi, karena
janin besar,maka dilakukan terminasi dengan seksio sesarea.
- Jika terjadi kelainan kontraksi uterus (inersia uteri) dilakukan induksi
persalinan dengan oksitosin, jika gagal maka dilakukan terminasi
kehamilan dengan seksio sesarea.
Pada kasus ini terdapat inersia uteri dimana sesuai kepustakaan menyatakan
bahwa sebelum diambil sikap terminasi kehamilan dengan seksio sesarea,
sebelumnya dicoba dilakukan induksi persalinan. Tapi pada kasus ini tidak
dilakukan induksi sebab penderita sudah berusia diatas 35 tahun dengan
tinggi kurang dari 145 cm (HRP) sehingga beresiko jika dilakukan induksi.
KomplikasiKomplikasi dari inersia uteri pada ibu adalah persalinan lama, pada kasus ini
kala I lama dan persalinan tidak maju-maju. Pada penderita ini tidak
didapatkan komplikasi pada janin.
PrognosisPrognosis pada ibu sebelum seksio adalah dubia, dimana ibu merupakan
kelompok hamil risiko tinggi yaitu usia ibu yang sudah lebih dari 35 tahun,
tinggi badan kurang dari 145 cm dengan multiparitas ditambah adanya
inersia uteri.
Setelah seksio, prognosisnya adalah dubia ad bonam dimana selama
operasi, tidak didapatkan komplikasi dan operasi berjalan lancar, serta pada
follow-up di ruangan tidak didapatkan keluhan yang berarti dan ibu dipulang
kan dengan kondisi yang baik.
Prognosis pada janin adalah dubia ad bonam, terbukti lahir dengan selamat
tanpa komplikasi dengan apgar score 7-9.
Prognosis untuk kehamilan berikutnya adalah dubia ad malam karena sudah
dilakukan SC dan usia ibu sudah lebih tua, maka kemungkinan terjadinya
komplikasi berupa ruptura uteri spontan dan inersia uteri cukup besar.
19
KEPUSTAKAAN
1. Cunningham FG, MacDonad PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC.
Caesarean section and caesarean hysterectomy. In: Williams
obstetrics. 19th ed. New Jersey: Prentice Hall International Inc, 1993.p.
591-604
2. Sokol RJ. Brindley BZ, Dombrowski MP. Practical diagnosis and
management of abnormal labor. In: Danforth’s obstetrics and
gynecology, 7th ed. Philadelphia: JB Lippincott Company, 1994: 541-4
3. Biswas MK, Craigo SD. The course and conduct of normal labor and
delivery. In: Pernoll M, editor. Current obstetric and gynecologic
diagnosis and treatment. 7th ed. New Jersey: Prentise Hall
International Inc, 1993: 202-27
4. Hanskins GDV, Clark SL, Cunningham FG, Gilstrap LC. Caesarean
section in operative obstetrics. 1st ed. Connecticut: Appleton and
Lange, 1995.p. 308-28
5. Wiknjosastro GH, Baslamah A. Iatrogenic obstetrics intervention and
high caecarea section tare. In: Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro
GH, editors. Womens health. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 1995.p. 391-4
6. Data Obstetric. RSUP Malalayang tahun 2002
7. Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan. Ed.3. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo. Jakarta, 1999: 6628-9.
8. Bagian Obstetri dan Ginekologi UNPAD. Gestose. Dalam: Obstetri
patologi. Bandung: 84-98
9. Mochtar R. Persalinan lama. Dalam: Lutan G, editor. Sinopsis Obstetri
jilid I. Jakarta: EGC, 1998; 207
20