obsesi gadis desa dalam novel trah karya atas s

115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra) Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Oleh : Mustofa Mahendra C 0106036 JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: lemien

Post on 12-Jan-2017

227 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH

KARYA ATAS S. DANUSUBROTO

(Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi

Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Oleh :

Mustofa Mahendra

C 0106036

JURUSAN SASTRA DAERAH

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

OBSESI GADIS DESA

DALAM NOVEL TRAH

KARYA ATAS S. DANUSUBROTO

(Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)

Disusun oleh

Mustofa Mahendra

C 0106036

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I : Pembimbing II :

Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum. Dra. Sundari, M. Hum

NIP. 19541016 198103 1003 NIP. 19561003 198103 2002

Mengetahui

Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutardjo, M.Hum

NIP. 19600101 198703 1004

Page 3: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH

KARYA ATAS S. DANUSUBROTO

(Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)

Disusun Oleh :

MUSTOFA MAHENDRA

C0106036

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal 8 November 2010

Jabatan Nama TandaTangan

Ketua Drs. Imam Sutardjo, M.Hum ……………….

NIP 19600101 198703 1004

Sekretaris Siti Muslifah SS. M. Hum ……………….

NIP 197311032005012001

Penguji I Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum ……………….

NIP 19541016 198103 1003

Penguji II Dra. Sundari, M. Hum ……………….

NIP. 19561003 198103 2002

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A

NIP 19530314 198506 1 001

Page 5: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 6: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan Ibu tercinta yang tidak henti-hentinya selalu memberikan kasih

sayang dan do’a dalam membimbing langkahku untuk menjadi orang yang

berguna serta sukses dalam menggapai cita-citaku.

2. Kakakku tercinta, terima kasih atas dukungan semangatnya serta

keponakanku yang lucu yang membuat suasana hati menjadi riang.

3. Sahabatku tercinta Nuii yang selalu mendukungku dan memberikan

semangat agar penulis tidak pantang menyerah dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Page 7: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

1. Jangan pernah menyesali suatu pilihan yang telah diambil karena seburuk-

buruk pilihan tersebut pasti akan ada hikmah yang dapat dipetik

(Penulis)

2. Sesungguhnya kamu lalai (dahulu memikirkan) hal ini, lalu kami bukakan

tutup dari (mata) mu, maka penglihatanmu hari ini amat tajam.

(Terjemahan Q.S. Qaaf : 22)

Page 8: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Mustofa Mahendra

NIM : C0106036

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudul OBSESI GADIS

DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO adalah benar-

benar karya sendiri dan bukan plagiat dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang

bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda atau kutipan dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang

diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta 4 Oktober 2010

Yang membuat pernyataan,

Mustofa Mahendra

Page 9: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sastra.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyusunan skripsi ini,

namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat mengatasi kesulitan

tersebut. Untuk itu atas segala bantuannya, penulis sampaikan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin kepada penulis dalam

penyusunan skripsi.

2. Drs. Imam Sutardjo, M.Hum selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra

dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin dan

dorongan kepada penulis.

3. Drs. Christiana D.W, M.Hum selaku pembimbing pertama yang telah memberikan

kemudahan, bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Dra. Sundari, M.Hum selaku pembimbing kedua yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Wakit Abdullah, M.Hum selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan motivasi dan bimbingan pada masa perkuliahan.

Page 10: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

6. Bapak dan Ibu dosen jurusan Sastra Daerah yang telah banyak memberikan bekal

selama perkuliahan.

7. Spesial untuk ayah dan bunda yang tak pernah lelah mendo’akan dan memberikan

semangat. Kakakku tersayang Natasa dan ponakanku tercinta Ige Fatahilah. Semoga

Allah SWT selalu melindungi kalian. Amin.

8. Atas S. Danusubroto, selaku pengarang novel Trah yang telah membantu

memberikan informasi sebagai bahan kajian dalam penulisan skripsi ini.

9. Staff perpustakaan pusat dan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Maret Surakarta atas pelayanannya dalam menyediakan buku-buku referensi yang

diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

10. Spesial untuk sahabatku tercinta Nuii, terima kasih atas do’anya.

11. Rekan-rekan mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2006. Terima kasih atas

kebersamaannya. Semoga do’a dan semangat yang telah mereka berikan pada

penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.

12. Semua pihak yang telah membantu hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, namun diharapkan

skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia

pendidikan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak

untuk kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, 4 Oktober 2010

Penulis

Page 11: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………... iii

HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………... iv

HALAMAN MOTTO…………………………………………………………… v

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….... vi

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ix

DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………….... xiii

ABSTRAK……………………………………………………………………….. xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….. 1

B. Perumusan Masalah………………………………………………………. 5

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………. 6

D. Manfaat Penelitian………………………………………………………... 6

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Pendekatan Struktural…………………………………………………….. 7

1. Tema…………………………………………………………………... 8

2. Alur……………………………………………………………………. 8

Page 12: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

3. Setting……………………………………………………………….... 10

4. Penokohan…………………………………………………………….. 10

5. Amanat………………………………………………………………... 12

B. Pendekatan Psikologi Sastra……………………………………………… 13

1. Teori Psikologi Sastra………………………………………………… 13

2. Jalur Kajian Psikologi Sastra…………………………………………. 15

3. Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud…………………………….. 16

4. Pendekatan Nilai Obsesi Pengarang Melalui Karyanya………………. 18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian………………………………………………………… 21

B. Sumber Data dan Data…………………………………………………… 21

1. Sumber Data………………………………………………………....... 21

1.1. Sumber Data Primer………………………………………………… 22

1.2. Sumber Data Sekunder……………………………………………… 22

2. Data…………………………………………………………………… 22

2.1. Data Primer……………………………………………………….... 22

2.2. Data Sekunder…………………………………………………….... 23

C. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………. 23

1. Teknik Analisis Isi…………………………………………………… 23

2. Teknik Wawancara…………………………………………………... 24

D. Teknik Analisis Data……………………………………………………. 24

E. Validitas Data…………………………………………………………… 26

Page 13: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

BAB IV. PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Pengarang dan Karya-Karyanya………………………… 27

1. Riwayat Hidup Pengarang……………………………………………. 27

2. Karya-Karya Pengarang………………………………………………. 28

B. Analisis Struktural.………………………………………………………... 30

1. Tema…………………………………………………………………... 30

2. Alur……………………………………………………………………. 33

a. Situation………………………………………………………… 33

b. Generating Circumtances………………………………………. 34

c. Rising Action…………………………………………………… 36

d. Climax…………………………………………………………... 37

e. Denoument……………………………………………………… 38

3. Latar atau Setting……………………………………………………. 40

a. Latar Tempat……………………………………………………. 40

b. Latar Waktu…………………………………………………....... 43

c. Latar Sosial……………………………………………………… 46

4. Penokohan…………………………………………………………… 47

a. Tilarsih…………………………………………………………... 48

b. Bagus……………………………………………………………. 51

c. Mbah Mardiyah…………………………………………………. 53

d. Eyang Ronggo…………………………………………………... 55

e. Tante Kori……………………………………………………….. 57

Page 14: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

f. Kacuk……………………………………………………………. 58

g. Mbak Rita……………………………………………………….. 59

5. Amanat……………………………………………………………….. 60

6. Keterkaitan antar Unsur Struktural…………………………………… 63

C. Potret Kejiwaan Tokoh-Tokoh dalam Novel Trah ……………………….. 66

1. Potret Kejiwaan Tilarsih……………………………………………… 66

2. Potret Kejiwaan Bagus………………………………………………. 69

3. Potret Kejiwaan Mbah Mardiyah…………………………………….. 72

4. Potret Kejiwaan Mbak Rita…………………………………….......... 74

5. Potret Kejiwaan Kacuk………………………………………………. 75

D. Obsesi Pengarang Melalui Novel Trah…………………………………….. 86

E. Makna Nilai Novel Trah dalam Kehidupan Masyarakat Jawa…………….. 89

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………… 93

B. Saran………………………………………………………………………. 98

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. . 99

LAMPIRAN……………………………………………………………………… 101

Page 15: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR SINGKATAN

1. Cerbung : Cerita Bersambung

2. Cerkak : Cerita Cekak

3. S1 : Sarjana Strata 1

4. SMP : Sekolah Menengah Pertama.

Page 16: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRAK

Mustofa Mahendra. C 0106036. Obsesi Gadis Desa Dalam Novel Trah Karya Atas

S. Danusubroto (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang dari penelitian ini adalah : Novel Jawa yang mengungkap

masalah kehidupan yang sering terjadi di sekitar kita. Dalam penelitian ini, penulis

mengkaji novel Trah karya Atas S. Danusubroto dengan tinjauan Psikologi Sastra.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu masalah yang setiap orang pasti

mengalaminya yaitu suatu obsesi dalam diri setiap manusia. Dalam penelitian

terhadap Novel Trah, penulis menitikberatkan pada tokoh utama bernama Tilarsih

yang terobsesi untuk mewujudkan keinginannya agar bisa hidup serba kecukupan,

namun obsesinya tersebut kandas karena dijerumuskan oleh orang lain hingga

akhirnya obsesinya tersebut disalurkan melalui jalan pintas. Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan suatu gambaran dan cara pandang kita terhadap suatu obsesi dan

bagaimana cara yang baik untuk menyikapinya.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian terhadap novel Trah yaitu (1)

bagaimanakah unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, latar, penokohan, dan

amanat yang ada dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto? (2) Bagaimanakah

potret kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto?

(3) Bagaimanakah obsesi pengarang melalui karyanya berjudul Trah? (4)

Bagaimanakah makna nilai novel Trah bagi masyarakat khususnya Jawa?

Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang

membangun dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto yang meliputi tema, alur,

latar, penokohan dan amanat (2) Mendeskripsikan potret kejiwaan tokoh-tokoh yang

ada dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto(3) Mendeskripsikan obsesi

pengarang melalui karyanya berjudul Trah. (4) Mendeskripsikan makna nilai novel

Trah bagi masyarakat khususnya Jawa.

Manfaat yang dicapai secara teoritis, diharapkan hasil penelitian terhadap

novel Trah dapat memperkaya wawasan dalam penelitian karya sastra berdasarkan

pendekatan psikologi sastra. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan refleksi bagi pembaca mengenai dinamika kehidupan manusia dengan

berbagai permasalahannya dan cara pemecahannya masing-masing. Selain itu,

penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian psikologi sastra dan dapat

dipakai sebagai model penelitian bagi peneliti berikutnya.

Bentuk penelitian ini adalah dekriptif kualitatif, yaitu data-data yang

dikumpulkan berupa kata-kata dalam kalimat. Sumber data dari penelitian ini ada

dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primernya

adalah novel Trah karya Atas S. Danusubroto tahun 2008 yang terdiri dari 6 bab dan

268 lembar. Sumber data sekundernya adalah informan, yaitu pengarang novel Trah

dan buku-buku referensi yang dapat mendukung penelitian. Data yang dipakai dalam

penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primernya yaitu

Page 17: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

struktur teks novel Trah yang unsur-unsurnya terdiri dari unsur-unsur intrinsik, aspek

psikologi sastra, kata, kalimat, dan ungkapan dalam setiap paragraf dalam novel Trah

karya Atas S. Danusubroto. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data atau

keterangan dari buku-buku referensi yang menunjang penelitian, biografi dari

pengarang, analisis dari internet yang berhubungan dengan permasalahan yang

menjadi objek penelitian.

Pendekatan yang dilakukan adalah struktural dan psikologi sastra. Pendekatan

struktural diambil karena novel merupakan bentuk karya sastra yang di dalamnya

mengandung unsur-unsur pembangun seperti tema, alur, setting, penokohan dan

amanat. Pendekatan psikologi sastra digunakan untuk mengungkap adanya nilai-nilai

penokohan yang ditampilkan oleh pengarang dalam novel Trah sebagai gambaran

kompleks dalam kehidupan sehari-hari yang dapat kita ambil pesan moralnya dan

bagaimana sikap kita dalam memecahkan problematika yang terjadi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1)

teknik content analysis yaitu analisis isi yang terdapat dalam novel Trah. (2)

wawancara dengan nara sumbernya yaitu Bapak Atas S. Danusubroto sebagai

pengarang novel Trah.

Analisis dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) unsur-unsur

struktural seperti tema, alur, setting, penokohan dan amanat merupakan struktur

pembangun karya sastra yang sangat penting dan terdapat jalinan utuh yang saling

terkait didalamnya. (2) Pendekatan psikologi sastra terhadap potret kejiwaan tokoh

utama dalam interaksinya dengan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah, dapat

memberikan petunjuk bagi penulis maupun pembaca untuk lebih memahami tingkah

laku manusia yang terjadi disekitar kita dan dapat memberikan pelajaran yang

berharga melalui tokoh-tokoh yang ditampilkan oleh pengarang dalam novel Trah

tersebut. (3) Obsesi pengarang melalui karyanya berjudul Trah yang pertama yaitu

masalah mengenai keturunan. Masalah keturunan bukan menjadi faktor penentu

perilaku manusia (Tilarsih), namun tergantung dari moral dan perilaku manusia.

Kedua yaitu masalah mengenai prostitusi yang menjelaskan bahwa seorang pelacur

itu bukan sampah masyarakat, maksudnya yaitu profesi pelacur disebabkan oleh

berbagai permasalahan pribadi seperti kemiskinan, penipuan, kurangnya pendidikan,

faktor lingkungan sehingga mereka terjerat dunia prostitusi. Pelacurpun ingin kembali

ke jalan yang benar tetapi fakta yang terjadi yaitu masyarakat menghakiminya. Ketiga

yaitu mengenai neurosis sosial pengarang yang menjelaskan bahwa karya sastra

merupakan bagian dari proses kreatif. Faktor emosi dan kondisi mental pengarang

sangat dominan dalam penciptaan karya sastra. (4) Makna nilai novel Trah

menyiratkan perjuangan seorang gadis desa yang ingin mewujudkan obsesinya untuk

memperbaiki nasib hingga akhirnya harus terjerumus ke dunia pelacuran. Gambaran

cerita yang dikisahkan dalam novel Trah tersebut dapat dipetik hikmahnya bahwa

setiap orang pasti ingin meraih obsesinya dengan merubah jalan hidupnya agar lebih

baik meski ditempuh dengan jalan pintas sekalipun.

Page 18: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra diciptakan sebagai cermin sosial budaya masyarakat karena ia

berada dan hidup ditengah masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional

ataupun rasional tertentu. Bentuk karya sastra dapat berwujud sastra tulis maupun

sastra lisan. Sastra tulis meliputi : novel, cerkak (cerita cekak), cerbung (cerita

bersambung), puisi, drama, roman dan lain-lain. Sedangkan sastra lisan adalah

bentuk karya sastra berupa cerita dari mulut ke mulut, disalurkan dari generasi ke

generasi dan tidak ada pengarangnya, meliputi : cerita rakyat (folklor), dongeng

dan lain-lain.

Fungsi karya sastra dibuat adalah untuk merefleksikan ide, gagasan, dan

pesan-pesan sosial yang ingin disampaikan pengarang melalui karya sastra.

Sejauh ini, karya sastra tulis telah banyak mempengaruhi pembaca, buktinya

adalah semakin banyak bermunculnya produk-produk hasil karya sastra tulis

berbentuk novel. Istilah novel baru dikenal bangsa Indonesia setelah orientasi

satrawan kita banyak beralih kepada buku-buku berbahasa Inggris. Bertolak dari

asumsi diatas maka akan dikaji novel berjudul Trah karya Atas S.Danusubroto

dengan pertimbangan yang matang dan menurut penulis sudah memenuhi kriteria

yang cukup untuk dijadikan sebagai bahan kajian untuk penulisan skripsi.

Novel Trah karya Atas S. Danusubroto diterbitkan dalam bentuk buku

oleh penerbit Narasi pada tahun 2008 dengan tebal buku 268 halaman. Novel ini

1

Page 19: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

menyuguhkan kisah tentang pengalaman kehidupan manusia akan pentingnya

memaknai hidup yang meliputi perjuangan manusia, penderitaan, kasih sayang,

kebenaran, nafsu dan semua yang dialami manusia. Pengalaman kehidupan

manusia terutama yang menyangkut masalah obsesi atau keinginan seseorang

yang diwujudkan melalui jalan pintas yang sarat dengan resiko tinggi yang

dituangkan oleh si pengarang secara kreatif ke dalam bentuk cerita.

Novel Trah bercerita tentang kehidupan seorang gadis keturunan kaum

priyayi luhur di desanya bernama Tilarsih yang ingin memperbaiki kehidupannya

karena telah terjerumus ke dalam jurang kenisthaan karena dijebak oleh orang

yang baru saja dikenalnya, hingga akhirnya Tilarsih dipaksa untuk menjadi

wanita penghibur di kota metropolitan. Tilarsih dapat dengan mudah dihasut oleh

Atun karena obsesinya yang terlalu tergesa-gesa dalam memutuskan suatu

masalah hingga akhirnya menuntunnya masuk ke dunia pelacuran. Keinginan

yang kuat mendorong Tilarsih untuk memperbaiki hidupnya agar dapat diterima

kembali sebagai anggota masyarakat, namun dalam proses tersebut Tilarsih

mengalami berbagai cobaan sulit di desanya sendiri yang menuntut perjuangan

hidup yang sangat berat. Misalnya saja, Tilarsih harus dikucilkan oleh warga

desanya mengingat dirinya adalah mantan wanita penghibur, bahkan ada pula

yang ingin mengajak Tilarsih berkencan. Namun akhirnya Tilarsih dapat keluar

dari masalahnya berkat adanya bantuan dari orang yang dicintainya dan dorongan

dari orang-orang terdekatnya.

Aspek-aspek psikologis dalam novel Trah yang cukup menarik untuk

dikaji antara lain mengenai masalah tentang obsesi gadis desa yang ingin merubah

Page 20: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

nasib dengan jalan pintas, namun yang didapat malah menjerumuskan dirinya

sendiri ke dunia pelacuran. Tokoh Tilarsih ini adalah seorang gadis desa trah

keturunan bibit priyayi yang sangat disegani di desanya karena kekayaannya yang

bernama Eyang Resodrono. Dalam novel ini dikisahkan tentang siklus perputaran

kehidupan yang membuat anak keturunan Resodrono bernama Tilarsih yang

semasa hidupnya penuh dengan kemiskinan yang akhirnya menuju pada satu

pengalaman pahit hingga harus menjadi seorang pelacur. Kurangnya pendidikan

dan sempitnya lapangan pekerjaan terhadap para wanita terutama masyarakat

kelas bawah yang garis ekonominya lemah, sehingga dapat dengan mudah

dijerumuskan oleh orang yang ingin mencari keuntungan dalam merekrut para

anggota bibit baru yang akan dijadikan wanita penghibur. Aspek psikologis yang

terakhir yaitu tentang fakta sosial mengenai kelas priyayi dalam kehidupan

sekarang ini yang seharusnya dijadikan sebagai teladan yang baik bagi masyarakat

namun pada kenyataannya itu semua tidak menjadi jaminan.

Pandangan penulis yaitu, masalah-masalah yang dialami oleh tokoh utama

bernama Tilarsih dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto tersebut cukup

aktual dan sangat berbobot untuk diteliti. Oleh karena itu pada kesempatan ini,

penulis tertarik untuk meneliti novel Trah dengan menggunakan pendekatan

psikologi sastra.

Page 21: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Alasan yang menjadi dasar dipilihnya Novel Trah karya Atas S.

Danusubroto sebagai objek penelitian yaitu :

1. Ditinjau dari segi struktur, tema yang diangkat sangat menarik dan

menunjang dengan judul yang penulis ambil, yaitu pandangan tentang nilai

obsesi yang ada dalam diri setiap manusia. Tokoh-tokoh yang ditampilkan

pengarang menjadi kekuatan tersendiri dalam novel tersebut karena isi

ceritanya merupakan suatu gambaran yang kompleks dalam dunia nyata,

maka dari itu penelitian ini penulis kaji dengan melakukan pendekatan

psikologi sastra agar didapatkan analisis yang tepat dalam menampilkan

potret kejiwaan yang dialami oleh tokoh-tokoh yang ada dalam novel

Trah.

2. Ditinjau dari segi psikologi sastra, perkembangan kejiwaan dari para tokoh

dalam novel Trah ini menarik untuk dibahas karena ceritanya

mengungkapkan tentang masalah kehidupan sosial.

3. Bobot karya sastra novel berjudul Trah karya Atas S. Danusubroto

menurut penulis sangat kuat karena novel Trah ini pernah mendapatkan

penghargaan sebagai tulisan terbaik di Rancage tahun 2009 dan

mendapatkan piagam dan uang penghormatan senilai 5 juta rupiah.

Penuturan dari pengarangnya, novel Trah ini juga mendapatkan bantuan

dana produksi dari bapak Suparta Broto yang sudah tidak asing bagi para

penggemar Novel Jawa.

4. Kepiawaian pengarang dalam menciptakan karya sastra sudah tidak dapat

diragukan lagi dengan banyaknya penghargaan yang sudah diraihnya dan

Page 22: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pergelutannya dalam ikut menjaga dan melestarikan sastra Jawa agar tidak

kehilangan penggemarnya.

Penelitian terhadap novel Trah terlebih dahulu akan dibahas secara

struktural meliputi tema, alur, setting, penokohan dan amanat yang terkandung

dalam novel kemudian ditinjau dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra

melalui tokoh-tokoh yang ditampilkan oleh pengarangnya. Oleh karena itu

penelitian ini berjudul Obsesi Gadis Desa Dalam Novel Trah Karya Atas S.

Danusubroto (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah diperlukan agar sebuah penelitian menjadi lebih

terfokus sehingga tidak meluas dari apa yang seharusnya dibahas. Permasalahan

tersebut nantinya akan diteliti untuk mencari pemecahannya sesuai dengan tujuan

yang hendak dicapai. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, latar,

penokohan dan amanat yang ada dalam novel Trah karya Atas S.

Danusubroto tersebut?

2. Bagaimanakah potret kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah

karya Atas S. Danusubroto?

3. Bagaimanakah obsesi pengarang melalui karyanya berjudul Trah?

4. Bagaimanakah makna nilai novel Trah bagi masyarakat khususnya Jawa?

Page 23: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian novel Trah karya Atas S. Danusubroto sesuai dengan

permasalahan yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang membangun dalam novel

Trah karya Atas S. Danusubroto yang meliputi tema, alur, latar,

penokohan dan amanat.

2. Mendeskripsikan potret kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah

karya Atas S. Danusubroto.

3. Mendeskripsikan obsesi pengarang melalui karyanya berjudul Trah.

4. Mendeskripsikan makna nilai novel Trah bagi masyarakat khususnya Jawa

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian terhadap novel Trah ini dapat

memperkaya wawasan dalam penelitian karya sastra berdasarkan pendekatan

psikologi sastra.

2. Secara praktis

Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan refleksi bagi pembaca mengenai dinamika kehidupan manusia dengan

berbagai permasalahannya dan cara pemecahannya masing-masing. Selain itu,

penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian psikologi satra dan dapat

dipakai sebagai model penelitian bagi peneliti berikutnya.

Page 24: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural juga dinamakan pendekatan obyektif, pendekatan

formal atau pendekatan analitik, bertolak dari asumsi bahwa karya sastra sebagai

karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang

berdiri sendiri terlepas dari hal-hal yang berada diluar dirinya. Jika diteliti aspek

yang membangun karya tersebut seperti tema, alur, latar, penokohan, amanat,

gaya penulisan, gaya bahasa, serta hubungan harmonis antar aspek yang mampu

membuatnya menjadi sebuah karya sastra (Atar Semi,1993: 67).

Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan

secermat, seteliti, dan sedetail mungkin serta sedalam mungkin keterkaitan dengan

keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang bersama-sama

menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Dalam analisis itu karya

sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya, sehingga makna keseluruhan akan

dapat dipahami (Hawkes dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1995: 108).

Berdasarkan keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendekatan struktural merupakan suatu pendekatan yang memandang karya sastra

sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur pembangun yang saling

berkaitan satu dengan lainnya yang membentuk satu makna yang utuh. Jadi

struktur karya sastra menekankan pada lima unsur pembangun karya sastra yang

bersifat intrinsik meliputi :

7

Page 25: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

1. Tema

Tema merupakan ide pokok sebuah cerita dan merupakan hal yang

terpenting dalam cerita sebagaimana tujuan yang ingin disampaikan oleh

pengarang kepada pembaca lewat karyanya. Tema pada suatu karya sastra dapat

ditentukan dengan beberapa langkah. Untuk menentukan tema dalam sebuah

karya sastra ada tiga macam yang bisa ditempuh yakni : Melihat persoalan yang

paling menonjol, secara kualitatif persoalan mana yang paling banyak

menimbulkan konflik-konflik yang melahirkan peristiwa-peristiwa, menghitung

waktu perceritaan, memahami karya sastra tersebut secara keseluruhan (Mursal

Esten, 1984: 88).

Tema menurut pandangan penulis berhubungan dengan pengalaman

kehidupan manusia. Pengarang memilih dan mengangkat berbagai permasalahan

kehidupan itu menjadi gagasan dasar ke dalam karya fiksi sesuai dengan

pengamatan interaksinya dengan lingkungan. Gagasan dasar ini dijadikan

pengarang dalam mengembangkan isi cerita. Pengarang melalui karyanya

berusaha mengungkapkan dimensi kehidupan berdasarkan pemikiran dan

imajinasinya sendiri. Kandungan isi cerita pasti akan mengikuti gagasan dasar

cerita sehingga berbagai peristiwa konflik dan pemilihan berbagai unsur-unsur

intrinsik yang lain seperti alur, latar, penokohan dan amanat pasti akan

mencerminkan gagasan dasar tersebut.

2. Alur

Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa yang saling berhubungan

berdasarkan sebab akibat (Forster dalam Sangidu, 2004: 135). Peristiwa-peristiwa

Page 26: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dalam suatu cerita tidak hanya berupa tindakan-tindakan fisik tetapi juga yang

bersifat nonfisik. Tindakan fisik misalnya: ucapan, gerak-gerik. Sedangkan

tindakan nonfisik, misalnya: sikap, kepribadian, dan cara berpikir. Alur suatu

cerita sangat erat hubungannya dengan unsur-unsur yang lain seperti perwatakan,

setting, suasana lingkungan begitu juga dengan waktu.

Tahapan alur dibagi menjadi lima bagian (Mochtar Lubis dalam

Sugihastuti, 2002 : 37). Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut :

a. Tahap Situation: tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi

pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.

b. Tahap Generating Circumtances: tahap pemunculan konflik,

(masalah-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya

konflik dimunculkan.

c. Tahap Rising Action: tahap, peningkatan konflik, konflik yang

dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan

dikembangkan kadar intensitasnya.

d. Tahap Climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan-

pertentangan yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada

para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah

cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku

utama dan penderita terjadinya konflik utama.

e. Tahap Denoument: tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai

klimaks diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan.

Page 27: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Alur cerita atau sering disebut plot menurut pandangan penulis adalah

rangkaian peristiwa atau kejadian yang sambung-menyambung dalam suatu cerita

dan antara kejadian satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

3. Setting atau Latar

Latar merupakan tempat terjadinya peristiwa-peristiwa atau waktu

berlangsungnya tindakan (Pradopo dalam Sangidu, 2004: 139). Unsur latar dibagi

menjadi tiga bagian yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat

menunjuk pada tempat atau lokasi kejadian yang diceritakan dalam sebuah karya

fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, dan yang terakhir yaitu latar

sosial merujuk kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan

sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

(Burhan Nurgiyantoro 2007 : 227). Pembagian setting yang diciptakan oleh

pengarang dalam suatu karya sastra menurut waktu, tempat, suasana peristiwa

dimana kejadian tersebut berlangsung merupakan komponen yang tidak dapat

dipisahkan dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

4. Karakter/ Penokohan

Penokohan adalah penggambaran para tokoh cerita, baik keadaan lahir

maupun batinnya yang meliputi sifat, sikap, tingkah laku, pandangan hidup,

keyakinan, adat-istiadat, dan lain-lainnya (Suharianto dalam Sangidu, 2004:132).

Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk

dan diisi oleh pengarang. Perwatakan dapat diperoleh dengan memberi gambaran

Page 28: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

mengenai tindak-tanduk, ucapan atau sejalan tidaknya antara apa yang dikatakan

dengan apa yang dilakukan (Atar Semi, 1993 )

Karakter dapat dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu fisiologis, sosiologis,

dan psikologis (Harymawan, 1984: 25). Dimensi pertama yaitu fisiologis adalah

ciri-ciri badani yang dimiliki oleh seorang tokoh. Contoh yang bisa diambil antara

lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dan sebagainya. Dimensi

kedua yaitu sosiologis adalah latar belakang kemasyarakatan dari cerita tersebut.

Contoh dari dimensi sosiologis, antara lain status sosial, pekerjaan, jabatan,

peranan dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup,

kepercayaan, agama, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hobi, bangsa,suku, dan

keturunan. Dimensi ketiga adalah psikologis berarti latar belakang kejiwaan yang

dimiliki oleh tokoh-tokohnya, seperti mentalitas, ukuran moral, perbedaan yang

baik dengan yang tidak baik, temperamen, keinginan dan perasaan pribadi

terhadap sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, dan keahlian khusus dalam

bidang tertentu. Tiap tokoh memiliki karakter sendiri-sendiri yang menunjang

dalam mendukung penokohan yang terjadi dalam cerita.

Pandangan penulis dari masalah penokohan dan perwatakan ini merupakan

salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah cerita amat penting dan bahkan

menentukan karena tidak akan mungkin ada cerita tanpa adanya tokoh yang

diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya membentuk alur

cerita. Melalui tokoh-tokoh yang diceritakan, si pengarang dapat menyampaikan

persolan yang ditampilkan dalam karyanya. Karakter yang ditampilkan oleh

pengarang ini pastilah sangat bertumpu pada tema yang ingin diangkatnya. Dalam

Page 29: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

novel Trah si pengarang mengambil sosok karakter tokoh utama yaitu seorang

gadis desa yang berobsesi ingin menjadi orang sukses namun akhirnya harus

menjadi pelacur dan kebetulan tokoh tersebut masih keturunan kaum priyayi. Dari

sosok pelacur ini kita dapat menggali sejauh mungkin mengenai realita kehidupan

yang terjadi dan memberikan tanggapan atau respon terhadap kehidupan pelacur

yang makin merebak ditengah-tengah masyarakat. Tokoh utama cerita menempati

posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau

sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.

5. Amanat

Amanat merupakan pesan atau sesuatu yang ingin disampaikan pengarang

kepada pembaca (Burhan Nurgiyantoro,2007 : 322). Amanat dalam karya sastra

biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan tentang

nilai-nilai kebenaran. Amanat dalam cerita menurut (Kenny dalam Burhan

Nurgiyantoro, 2007) biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang

berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat

diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia

merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal

yang berhubungan dengan masalah kehidupan misalnya sikap, tingkah laku, dan

sopan-santun, pergaulan. Ia bersifat praktis sebab petunjuk itu dapat ditemukan

dan ditampilkan dalam kehidupan nyata, sebagai mana model yang ditampilkan

dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya. Kesimpulannya

yaitu amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca

mengenai dinamika kehidupan yang terjadi dalam karya sastranya tersebut.

Page 30: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

B. Pendekatan Psikologi Sastra

1. Teori Psikologi Sastra

Psikologi dan sastra merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda, namun

dalam penelitian karya sastra, kedua ilmu tersebut dapat digunakan secara

bersamaan dan saling terkait karena mempunyai objek yang sama. Keduanya

memfokuskan pada kehidupan manusia. Psikologi dalam karya sastra bukanlah

sesuatu yang sama sekali baru karena tokoh-tokoh dalam karya sastra harus

dihidupkan, diberi jiwa yang dapat dipertanggung jawabkan secara psikologi.

Psikologi sastra merupakan pendekatan yang menekankan pada hakekat dan

kodrat manusia. Melalui tinjauan psikologi akan tampak fungsi dan peranan

sastra adalah untuk menyajikan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-

hidupnya atau paling sedikit untuk menjelaskan bahwa karya sastra pada

hakikatnya bertujuan untuk melukiskan lingkungan manusia (Hardjana,1994: 66).

Psikologi sastra memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan.

Pengarang akan menggunakan cipta, rasa dan karsa dalam berkarya. Begitu pula

dengan pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak lepas dari kejiwaan

masing-masing. Psikologi sastra pun mengenal karya sastra sebagai pantulan

kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala kejiwaannya. Proyeksi pengalaman

sendiri imajiner ke dalam teks sastra (Suwardi Endraswara, 2003: 96). Tokoh-

tokoh dalam drama atau novel dinilai apakah benar secara psikologi. Kadang-

kadang ada teori psikologi tertentu yang dianut pengarang secara sadar atau

samar-samar oleh pengarang dan teori ini cocok untuk menjelaskan tokoh dan

situasi cerita (Rene Wellek dan Austin Warren, 1990).

Page 31: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Definisi lain mengatakan bahwa psikologi merupakan suatu ilmu yang

menyelidiki dan mempelajari tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas

manusia, tingkah laku serta aktivitas-aktivitas itu merupakan manifestasi hidup

kejiwaan (Walgito, 1997:9). Menurut (Kartono 1990:1) psikologi adalah ilmu

pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (jiwani) manusia,

perkataan tingkah laku atau perbuatan mempunyai pengertian yang luas, yaitu

tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara, berlari, melihat,

mendengar, mengingat, berpikir, fantasi pengenalan kembali penampilan emosi-

emosi dalam bentuk tangis atau senyum dan seterusnya. Kegiatan berpikir dan

berfantasi misalnya tampaknya seperti pasif belaka, namun, keduanya merupakan

bentuk aktivitas, yaitu aktivitas psikis atau jiwani ( Kartono, 1990:1-3).

Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui

pemahaman teori-teori psikologi, kemudian diadakan analisis terhadap suatu

karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu memutuskan sebuah karya sastra

sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap

ditentukan untuk melakukan analisis ( Ratna, 2004:344). (Siswantoro 2004: 32)

mengemukakan psikologi sastra mempelajari fenomena kejiwaan tertentu yang

dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bersaksi

terhadap diri dan lingkungannya, dengan demikian gejala kejiwaan dapat

terungkap lewat tokoh dalam sebuah karya sastra. Tugas psikologi adalah

menganalisis kesadaran kejiwaan manusia yang terdiri dari unsur-unsur struktural

yang sangat erat hubungannya dengan proses-proses panca indera. Kaitannya

dengan psikologi sastra, (Wellek 1990:41) mengemukakan bahwa karakter dalam

Page 32: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

cerita novel-novel, lingkungan serta plot yang terbentuk sesuai dengan kebenaran

dalam psikologi sebab kadang-kadang ilmu jiwa dipakai oleh pengarang untuk

melukiskan tokoh-tokoh serta lingkungannya.

Ilmu bantu psikologi diharapkan mampu memberi petunjuk bagi peneliti

dan pembaca untuk lebih memahami tingkah laku manusia atau tokoh-tokohnya

dalam karya sastra secara lebih mendalam dam memberikan beberapa alasan

teoritis mengenai teori psikologi sastra sebagai salah satu teori pendekatan sastra

dalam menganalisis novel Trah karya Atas S. Danusubroto.

2. Jalur Kajian Psikologi Sastra

Psikologi sastra dibedakan menjadi tiga pendekatan, yaitu (1) pendekatan

ekspresif, yaitu kajian aspek psikologis penulis dalam proses kreativitas yang

terproyeksi lewat karya sastra, (2) pendekatan tekstual, yaitu mengkaji aspek

psikologi sang tokoh dalam sebuah karya sastra, (3) pendekatan reseptif pragmatik

yang mengkaji aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog

dengan karya yang dinikmati serta proses kreatif yang ditempuh dalam

menghayati teks (Aminudin, 1990:89).

Penulis dalam melakukan penelitian terhadap novel Trah karya Atas S.

Danusubroto mengambil jalur kajian psikologi sastra dengan melakukan

pendekatan tekstual yaitu berfokus pada teks sastra itu sendiri. Pendekatan

psikologi sastra terhadap teks tidak dilangsungkan secara deskriptif belaka, tetapi

mendekati suatu penafsiran, sering digunakan psikoanalisis ala Freud. Terdapat

titik temu antara penelitian sastra dengan teori psikoanalisis, khususnya mengenai

metodenya. Aliran psikoanalisa ini diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Pengarang

Page 33: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

baik sadar maupun tidak memasukkan jiwa manusia kedalam karyanya. Hal ini

akan terlihat dalam diri tokoh cerita dan lingkungan cerita dimana cerita tersebut

terjadi (Rene Wellek, 1990).

3. Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud

Sigmund Freud lahir di kota Morrovia Republik Ceko, pada tanggal 6 Mei

1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939 (Suryabrata,

1998: 122 ). Freud adalah psikolog yang menyelidiki aspek ketidaksadaran dalam

jiwa manusia. Ketidaksadaran memainkan peranan yang besar, sebagian besar

kehidupan psikis manusia tidak disadari dan hanya bagian kecil saja yang muncul

dalam kesadaran. Dalam ketidaksadaran itu terus menerus beroperasi dorongan-

dorongan dan tenaga-tenaga asal (Kartono, 1990:128).

Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem, yaitu:

a. Das Es (the id), yaitu aspek biologis.

Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang original dan

kepribadian. Dari aspek ini dua aspek yang lain tumbuh. Das Es adalah realita

psikis yang sebenar-benarnya, merupakan dunia batin atau subjektif manusia dan

tidak memiliki hubungan langsung dengan dunia objektif. Das Es berisikan hal-

hal yang dibawa sejak lahir. Fungsi Das Es yaitu untuk mengusahakan segera

tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau tegangan yang dicurahkan ke

dalam jasad oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. Ia

terletak dalam ketidaksadaran dan berisi nafsu-nafsu, insting yang tidak disadari

yang bersamanya menuntut kepuasan. Prinsip Das Es adalah prinsip kesenangan

(Pleasure Principle) dan dilayani oleh proses primer (proses yang menimbulkan

Page 34: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

kesenangan dari suatu benda yang diperlukan untuk meredakan suatu

ketegangan). Tujuan dari prinsip ini adalah untuk membebaskan seseorang dari

ketegangan. Das Es adalah primer dari sumber energi psikis dan tempat

berkumpul naluri-naluri. Das Es memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Apriori

(menang sendiri), self-centered (egoistis), impulsif (tergesa-gesa ingin senang,

irasional), dan asosial.

b. Das Ich (the ego),yaitu aspek psikologis.

Das Ich merupakan aspek psikologis dari kepribadian dan timbul oleh

karena kebutuhan organisme untuk berhubungan baik dengan dunia luar. Das Ich

dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle), dan dilayani oleh proses

sekunder (usaha menemukan atau menghasilkan kenyataan dengan rencana

tindakan yng telah dikembangkan melalui pikiran dan akal/pengenalan). Fungsi

Das Ich adalah menjaga keseimbangan diantara kedua system itu, sehingga tidak

terlalu banyak dorongan dari Das Es yang dimunculkan kepada kesadaran. Das

Ich tidak memiliki dorongan energi. Ia hanya menurut prinsip yaitu menyesuaikan

dorongan-dorongan dengan kenyataan di dunia luar. Ciri-ciri Das Ich yang

dominan adalah; asosiasi/logika, alternative/memutus, dan bertindak sesuai

dengan keputusan.

c. Das Ueber Ich (super ego), yaitu aspek sosiologis.

Da Ueber Ich atau super ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian,

merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional, serta cita-cita masyarakat dan

merupakan cabang moral atau cabang keadilan. Das Ueber Ich adalah kode moral

dari seseorang dan adalah suatu sistem yang berkebalikan dengan Das Es. Sistem

Page 35: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

ini sepenuhnya dibentuk oleh kebudayaan. Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa ketiga aspek diatas memiliki fungsi, komponen, prinsip kerja,

dan dinamika masing-masing, namun ketiganya berhubungan secara rapat

sehingga sukar untuk memisahkan bahkan tidak mungkin. Dalam pengaruhnya

terhadap tingkah laku manusia merupakan hasil kerja dari aspek tersebut.

4. Pendekatan Nilai Obsesi Pengarang Melalui Karyanya.

Pada umumnya manusia memiliki obsesi, baik anak-anak maupun orang

dewasa. Anak sekolah memiliki obsesi tentang mata pelajaran yang tidak

disukainya. Mahasiswa memiliki obsesi tentang ujian yang akan dihadapinya.

Pembunuh memiliki obsesi tentang kejahatan yang telah dilakukannya. Sastrawan

memiliki obsesi tentang keadaan masyarakat, manusia, dan lingkungannya.

Obsesi merupakan masalah kejiwaan yang begitu luas, kompleks,

mengandung banyak misteri, dan hal-hal menarik sehinga selalu saja menantang

manusia untuk mengadakan studi intensif terhadapnya. Luas dan kompleksitasnya

tidak hanya disebabkan oleh tidak atau belum mampunya orang menyikapi gejala-

gejala obsesi, akan tetapi gejala-gejalanya juga bisa didekati dari bermacam-

macam perspektif dan disiplin ilmu. Dokter, psikolog, pendidik, kritikus,

politikus, dan lain-lain semuanya juga bisa menyajikan wawasan yang khas dan

berbeda-beda mengenai obsesi.

Keberadaan dan kepentingan obsesi berbeda bagi tiap-tiap orang.

Barangkali jika membicarakan obsesi orang biasa, tentu kurang terlihat

kepentingannya karena obsesinya lebih banyak dipengaruhi oleh kehidupan

pribadinya. Tetapi jika membicarakan obsesi seperti yang dimiliki sastrawan,

Page 36: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

politikus, pemimpin masyarakat tentulah sangat besar terlihat kepentingannya.

Karena obsesinya lebih banyak dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat, manusia,

dan lingkungannya.

Gejala obsesi dapat dilihat dari sikap, tingkah laku, dan hasil karya

seseorang. Perbedaan wadah gejala obsesi menyebabkan terjadinya perbedaan

cara memahami dan menyelidikinya, baik secara langsung menyelidiki orangnya

seperti melalui wawancara dan ada pula secara tidak langsung seperti melalui

penyelidikan hasil-hasil karya yang berupa film, sandiwara, karya sastra, catatan,

dan sebagainya.

Dipandang dari sudut pengajaran sastra, penyelidikan terhadap obsesi

yang tercermin dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari, Atas S. Danusubroto

sebagai sastrawan tidak terlihat kaitan dan kepentingannya. Tetapi jika ditujukan

terhadap obsesinya yang tercermin dalam novel-novelnya perlu dilakukan. Karena

keberadaan dan kepentingannya besar sekali, baik terhadap pengajaran sastra

maupun terhadap bidang ilmu lainnya. Penyelidikan obsesi Atas S. Danusubroto

melalui novelnya terlebih dahulu mempelajari data biografinya karena tujuannya

yaitu melihat hubungan obsesi yang terdapat di dalam dunia objektif (dalam diri

Atas S. Danusubroto) dengan yang terdapat di dalam dunia imajinatif dalam novel

pengarang itu sendiri . Bila hal ini dilakukan, kecendrungannya tentulah ke arah

studi proses kreatif pengarangnya. Tujuan pendekatan nilai obsesi terhadap

pengarang yang dimaksud yaitu dalam penelitian ini penulis mempelajari obsesi

Atas S. Danusubroto yang tercermin dalam novel Trah dengan memahami dan

menyelidiki novel tersebut.

Page 37: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Atas S. Danusubroto sebagai salah seorang sastrawan yang lebih peka dari

masyarakat lingkungannya, sering dapat melihat problematika kejiwaan dari

manusia lainnya. Dia menyaksikan tingkah laku masyarakat yang kurang beres

dan menyajikannya dalam sebuah kesaksian yang bernama karya sastra agar

masyarakat memahaminya dan mau mengubah atau memperbaiki ketidakberesan.

Dalam hal ini, tugas pembaca adalah sebagai saksi zaman, sedangkan perbaikan

dan perubahannya terserah kepada masyarakat itu sendiri. Sebagai manusia yang

peka dan mampu melihat sesuatu di balik permukaan, pengarang lebih banyak

bertugas sebagai radar bagi masyarakatnya. Barangkali pengarang dapat membuat

perubahan sosial dengan karya-karyanya, tetapi bukan itulah tugas utamanya.

Sebagai manusia yang peka dia mudah tergugah oleh ketidakberesan manusia

sehingga mudah gelisah dan dicekam obsesi. Karena itu, si pengarang mesti

mengungkapkannya sebagai bahan pelepas beban kegelisahannya. Sehubungan

dengan hal tersebut , tentulah perlu dipikirkan apa obsesi pengarang dalam

novelnya atau setidak-tidaknya memikirkan sesuatu yang menggunakan

pendekatan dan metode yang relevan untuk tujuan tersebut.

Obsesi yang ditampilkan Atas S. Danusubroto dalam novelnya tentulah

dimaksudkan untuk dibaca, dipahami dan diambil manfaatnya. Dengan kata lain,

untuk mendapatkan perhatian bersama. Tidak dapat dipungkiri lagi perhatian itu

pun sudah lama dicurahkan orang. Dalam hal ini penulis menitikberatakan pada

unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, setting, penokohan dan amanat dengan

menggunakan kajian psikologi sastra dengan mempelajari karakter tokoh-tokoh

yang ada dalam novel Trah.

Page 38: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu data-data yang

dikumpulkan berwujud kata-kata dalam kalimat. Istilah penelitian kualitatif pada

mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan

pengamatan kualitatif ( Kirk dan Miller dalam Lexy J. Moleong, 2007). Pendapat

lain mengatakan bahwa bahwa metode deskriptif kualitatif artinya menganalisis

bentuk deskripsi, tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan antar

variabel. Penelitian kualitatif melibatkan ontologis. Data yang dikumpulkan

berupa kosakata, kalimat, dan gambar yang mempunyai arti (Aminudin, Sutopo,

2002: 35). Sejalan dengan definisi tersebut bahwa penelitian kualitatif adalah

tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang dalam bahasanya dan peristilahannya ( Kirk dan

Miller dalam Lexy J. Moleong, 2007 : 3).

B. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Sumber data penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber

data sekunder. Pembahasannya akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

21

Page 39: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

1.1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data asli, sumber tangan pertama dari

penyelidik. Sumber data primer yaitu data yang langsung dan segera diperoleh

dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan khusus (Surachmad, 1990: 163).

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Novel Jawa karya

Atas. S Danusubroto berjudul Trah yang terdiri dari 7 bab dan 268 lembar.

1.2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dan terlebih dahulu

dikumpulkan oleh orang luar penyelidik, walaupun yang dikumpulkan itu

sebenarnya data asli (Surachmad, 1990:163). Selain itu data sekunder merupakan

data yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan. Dalam penelitian

ini sumber data sekundernya informan yaitu pengarang novel Trah dan buku-buku

referensi yang dapat mendukung penelitian.

2. Data

Data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, secara

singkat dijelaskan sebagai berikut :

2.1. Data Primer

Data primernya adalah data deskriptif yang berupa uraian cerita,

ungkapan, pernyataan, kata-kata tertulis, dan perilaku yang diamati (Arikunto,

1993: 6). Data dalam penelitian kualitatif adalah data yang berupa data deskriptif.

Data dalam penelitian ini adalah unsur-unsur intrinsik, aspek psikologi sastra,

kata, kalimat, dan ungkapan dalam setiap paragraf dalam novel Trah karya Atas S.

Danusubroto.

Page 40: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2.2. Data Sekunder

Data sekunder atau data pendukungnya membantu peneliti dalam

menganalisis data primer dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian terhadap

novel Trah data sekundernya adalah data atau keterangan dari buku-buku

referensi yang menunjang penelitian, biografi dari pengarang, analisis di Internet

yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Content Analysis atau Analisis Isi

Usaha untuk memanfaatkan dokumen yang padat, biasanya digunakan

teknik content analysis atau yang dinamakan kajian isi. Beberapa definisi

dikemukakan untuk memberikan gambaran tentang konsep kajian isi tersebut.

Kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara

objektif, sistematis dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi (Lincoln dan

Guba dalam Lexy J. Moleong, 2007). Definisi lain menjelaskan bahwa kajian isi

adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk

menarik kesimpulan yang lebih sahih dari sebuah buku atau dokumen (Webber

dalam Lexy J. Moleong, 2007). Penulis menarik kesimpulan mengenai tujuan dari

Teknik analisis isi yaitu menemukan unsur-unsur struktur Novel Trah yang

meliputi tema, alur, setting, penokohan dan amanat serta menemukan

perkembangan kejiwaan dari tokoh utama yang tergambar dalam Novel Trah

karya Atas S. Danusubroto.

Page 41: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan dua pihak, pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam

penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengarang untuk memperoleh

informasi yang dapat mendukung penelitian. Wawancara dalam menganalisis

novel Trah dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan pengarang dalam

bentuk berstruktur. Maksudnya yaitu penulis menanyakan secara langsung kepada

pengarang dengan mempersiapkan data yang digunakan untuk bertanya kepada

pengarang. Jadi wawancara dilakukan secara terencana tanpa dengan persiapan

yang matang dan terprogram.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan interpretasikan. Analisis data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan

satuan uraian dasar (Patton dalam Lexy J. Moleong, 2007). Berbeda dengan

penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan

pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.

Analisis data sebagai proses yang merinci usaha formal untuk menemukan

tema dan menemukan hipotesis atau ide seperti yang disarankan oleh data dan

memberikan bantuan pada tema hipotesis itu (Bogdan dan taylor dalam Lexy J.

Moleong, 2007). Dengan demikian definisi di atas dapat disimpulkan menjadi

proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan

Page 42: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis

kerja seperti yang disarankan oleh data ( Lexy J. Moleong, 2007).

Data yang muncul berupa kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu

mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara dan yang biasanya diproses

kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan

atau alih tulis) tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang

biasanya disusun kedalam teks yang diperluas. Analisis dalam penelitian kualitatif

terdiri dari reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan dengan verifikasinya

dan validitas data.

a. Reduksi data adalah merampingkan data dengan memilih data yang

dipandang penting, menyederhanakan dan mengabstraksikannya.

Didalam reduksi data ada dua proses, yaitu living in dan living out.

Living in adalah memilih data yang dipandang penting dan mempunyai

potensi dalam rangka analisis data, sedangkan living out yaitu

membuang data atau menyingkirkan data, sebaiknya jangan dibuang

atau disingkirkan dapat digunakan dalam penelitian atau karangan lain

(Hutomo, 1992 : 65 dalam Sangidu, 2004 : 73). Proses reduksi data itu

sebaiknya dkerjakan sedikit demi sedikit sejak awal dilakukannya

penelitian. Jika hal itu ditunda-tunda, data semakin bertumpuk-tumpuk

dan dapat dipandang menyulitkan peneliti (Iih. Hutomo : 66 dalam

Sangidu, 2004 : 74).

b. Sajian data adalah menyajikan data secara analitis dalam bentuk uraian

dari data-data yang terangkat disertai dengan bukti-bukti tekstual yang

Page 43: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

ada. Analitis artinya menguraikan satu persatu unsur-unsur yang

lainnya sehingga dapat dibuat kesimpulan.

c. Verifikasi dan kesimpulan adalah mengecek kembali (diverifikasi)

pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya membuat

kesimpulan sementara (Hutomo, 1992 : 66 dalam Sangidu, 2004 : 178)

E. Validitas Data

Penelitian terhadap karya sastra yang dilakukan ini, data-data yang telah

dikumpulkan harus diusahakan kemantapannya, artinya harus diupayakan

peningkatan validitas data yang diperoleh. Dalam penelitian ini digunakan

triangulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data yaitu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

perbandingan terhadap data itu (Lexy J. Moleong, 2007). Penelitian ini untuk

meningkatkan serta menjamin validitas data dari hasil penelitian. Melalui cara

triangulasi dengan sumber, dapat membandingkan data hasil pengamatan dengan

data hasil wawancara.

Penulis menarik kesimpulan dari tujuan teknik validitas data adalah

mencari keakuratan suatu data penelitian agar lebih valid (terpercaya) dan

nantinya hasil penelitian yang diperoleh bisa dipertanggungjawabkan secara

umum.

Page 44: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Pengarang dan Karya-Karyanya

1. Riwayat Hidup Pengarang

Atas. S Danusubroto adalah seniman sekaligus pengarang yang masih

produktif sekali dalam bidangnya. Pengarang berusia lepas setengah abad yang

nampak sederhana ini memiliki sejumlah anak yang tinggal di Bubutan,

Purwodadi Kabupaten Purworejo. Mantan aktivis „Persada Studi Klub‟ Yogya

yang eksis seputar tahun 1997-an ini selain sebagai wartawan juga menulis

cerpen, bahkan cerita bersambung yang dipublikasikan di berbagai media cetak

misalnya dalam majalah Panjebar Semangat misalnya Tembang Katresnan dan

masih banyak lagi. Atas adalah pengarang karya sastra seangkatan dengan MH.

Ainun Najib, Suryadi AG, Korrie L, Bambang Sadono dan lain-lain.

Sejarah Atas S Danusubroto mengapa menjadi penulis karena sejak dahulu

menyukai seni. Untuk mengisi kekosongan selain menulis cerita, Atas juga senang

menggambar, senang main kethoprak, main wayang orang, pernah belajar dalang,

mendirikan grup kesenian di daerahnya namanya dolalak dan ada 2 grup, senang

teater, dikatakan penyair karena senang menulis puisi di majalah-majalah sastra.

Tahun 1971 Atas S Danusubroto mulai eksis menulis puisi. Kebetulan pertama

kali menulis geguritan namun sudah lupa mengingat judulnya karena alasannya

sudah banyak karya yang dihasilkannya. Tahun 1973 mulai eksis menulis cerpen,

kata si pengarang jika ada yang pertama berapa jumlah puisi dan cerita pendek

27

Page 45: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

yang dibuat dia lupa karena sudah banyak sekali karyanya. Beliau juga sering

menjadi pembicara di daerahnya sendiri. Karya sastra itu menurut penuturan Atas

yang paling sulit adalah menulis puisi karena membutuhkan proses pencernaan

dalam berbahasa terutama penyampaian idenya yang membuat kesulitan. Dalam

sehari Atas bisa membuat 7 cerpen. Tahun 1975 karya karyanya pernah dimuat di

7 media cetak dan ditahun 1989 pernah mendapat penghargaan dari Malaysia

dalam cerpen berjudul Burung Merah Bermata Dua.

Awal inspirasinya Atas S. Danusubroto menulis adalah dari orang-orang

terdekat karena beliau mempunyai keyakinan bahwa penulis akan menjadi besar

dan menjadi terkenal apabila dirinya paham betul dengan dunia yang terdekat

dengan dirinya. Sekarang Bapak Atas bekerja sebagai pemimipin redaksi

Legalitas di Purworejo, pernah juga menjadi redaktur pelaksana harian pelopor di

Semarang. Cerpennya banyak yang dimuat dalam Kompas, Sinar Harapan,

Indonesia Raya, Pedoman dan Mimbar. Isi cerita novel Trah ini menurut

penuturannya bukan berdasarkan pengalaman pribadi namun merupakan realita

kehidupan.

2. Karya-karya Atas S. Danusubroto

Berikut ini beberapa karya-karyanya yang masih didokumentasikan :

Cerkak Berbahasa Jawa :

a. Gelatik terbit tahun 1984 mendapat penghargaan dari Aswindo.

b. Keris, terbit 1994.

c. Pesisir Wayah Sore, terbit 1997.

d. Gitar, terbit 1997.

Page 46: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2.2. Novel Berbahasa Jawa :

a. Langit Jembar Segara Jembar, terbit 1994

b. Pisungsung Kang Wingit pernah menjadi juara III dalam lomba

penulisan novel sastra jawa oleh Taman Budaya Yogyakarta.

c. Photo Ing Njero Lemari, terbit 2007.

d. Tembang Katresnan, terbit 2008.

e. Trah, terbit 2009 mendapat hadiah Rancage sebagai tulisan terbaik.

2.3. Cerpen Berbahasa Indonesia

a. Kelabu (juara 1 majalah Selekta), terbit 1974.

b. Tas Biru, terbit 1981.

c. Pulang, terbit 1989.

d. Gerimis (antologi Asean), terbit 1993.

e. Ketika Hari Sudah Senja, terbit 1993

f. Percakapan, terbit 1995.

g. Sebelum Bulan Terbit, terbit 1996

2.4. Novel Berbahasa Indonesia

a. Jalan Masih Panjang, terbit 1993.

b. Kemarau, terbit 1994

c. Malam Terakhir, terbit 1995.

d. Musim Belum Berlalu, terbit 1996

e. Perburuan Sunyi, terbit 1996

f. Sang Pangeran, terbit 1997

g. Khinanti Menangis, terbit 1998.

Page 47: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. Analisis Struktural

Analisis struktural merupakan tahap awal dalam suatu penelitian karya

sastra. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan

gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara

bersama membentuk bulatan yang indah (Abrams,1981:68). Novel Trah karya

Atas S. Danusubroto menekankan pada unsur pembentuk karya sastra. Keempat

unsur tersebut juga mewakili analisis struktural sebuah karya sastra Jawa,

selanjutnya akan diuraikan satu demi satu kelima unsur tersebut secara berurutan

dalam rangka pembahasan segi struktur novel Trah karya Atas S. Danusubroto.

1. Tema

Berdasarkan pengamatan terhadap novel Trah dari awal cerita sampai

akhir serta berdasarkan kajian terhadap unsur-unsurnya yang meliputi penokohan,

plot, dan setingnya, dapat disimpulkan bahwa tema novel Trah itu mengenai

obsesi yang disalurkan melalui jalan pintas. Dalam novel tersebut diceritakan

bahwa gadis bernama Tilarsih yang kebetulan masih trah bibit priyayi tersebut

menjadi pelacur akibat obsesinya yang terlalu buru-buru hingga akhirnya dapat

dijerumuskan oleh orang lain. Obsesi Tilarsih dalam hidupnya yaitu ingin menjadi

orang yang sukses, bisa memenuhi semua kebutuhannya, dan membahagiakan

neneknya. Seberapa jauh reaksi psikologis sosok Tilarsih yang memiliki obsesi

untuk menjadi orang sukses oleh si pengarang disoroti terus-menerus.

Atas S. Danusubroto dalam mengungkapkan tema pokok tersebut

menuangkannya dalam tokoh gadis yang masih trah priyayi luhur diperagakan

Page 48: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

oleh Tilarsih. Dalam novel trah ini, sosok kehidupan trah keluarga Resodrono

dipakai sebagai simbol potret priyayi yang dijadikan tumpuan oleh pengarang.

Resodrono dilukiskan sebagai priyayi yang sangat terhormat dan kaya raya di desa

Bubutan Purwodadi Purworejo. Sosok Resodrono ini sudah meninggal bertahun-

tahun yang lalu. Trah pewaris keturunan dari Resodrono yang terakhir yaitu

Tilarsih. Namun karena dijerumuskan oleh anak buahnya sendiri yang bernama

Kerta Samin, kehidupan yang sekarang dialami oleh garis keturunan Resodrono

harus hidup dengan serba kemiskinan.

Tilarsih adalah pewaris terakhir keturunan Resodrono yang harus

menanggung segala pahit kehidupan yang harus dijalaninya sehingga harus

menjadi seorang pelacur di kota besar. Dalam cerita Trah ini, sosok priyayi yang

luhur seharusnya dijadikan panutan, namun pada kenyataannya garis keturunan

yang terakhir yaitu Tilarsih malah menjadi seorang pelacur yang dimata orang

Jawa pekerjaan tersebut sangat tabu dan dianggap sebagai sampah masyarakat.

Jadi pada intinya, semua background yang melekat pada seseorang tidak bisa

menjadi cerminan bahwa orang tersebut memiliki kualitas yang baik pula.

Fakta kehidupan yang sekarang ini terjadi sering berbanding terbalik

dengan kenyataannya karena semakin kerasnya kehidupan. Misalnya saja seorang

pejabat yang dahulu sangat kaya dan terhormat sekarang ini harus mendekam

dipenjara dan akhirnya jatuh miskin karena terlibat kasus korupsi, seseorang yang

dulunya mantan preman sekarang malah menjadi seorang pejabat yang diagung-

agungkan masyarakat, dan contoh yang terakhir yaitu seseorang yang berasal dari

Page 49: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

trah priyayi yang luhur namun tingkah laku, tindak tutur dan cara bersikapnya

tidak mencerminkan seorang priyayi yang harusnya dijadikan sebagai panutan.

Masalah pelacur di mata masyarakat Jawa yang sekarang ini makin

merebak dan penyebarannya sangat cepat ini sangat mengganggu bagi

perkembangan moral dan dapat meresahkan masyarakat. Dalam novel Trah, Atas

S. Danusubroto mengungkapkannya melalui respon masyarakat desa Bubutan

terhadap Tilarsih yang semula adalah pelacur yang sekarang kembali ke desa

untuk memperbaiki hidupnya. Tilarsih dalam menjalani proses pertaubatannya

harus mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat desa berupa kecaman, tindakan

kurang senonoh, ejeken, pengucilan dan dijauhi oleh warganya sendiri. Jadi pada

intinya tidak semudah itu warga desa mau menerima kembali Tilarsih untuk

menjadi warganya lagi.

Tanggapan negatif terhadap sosok pelacur yang hidup di tengah

masyarakat desa tidak bisa diterima secara wajar oleh para warga masyarakat desa

yang masih memandang nilai kesopanan dan kekeluargaan. Untung saja

masyarakat desa Bubutan masih memandang Tilarsih masih keturunan dari

Priyayi Resodrono yang dulunya sangat dihormati semasa hidupnya, jika bukan

karena alasan tersebut Tilarsih pasti akan mendapat sanksi sosial yaitu harus diusir

dari desa karena dianggap warga telah membawa nama buruk desa. Kerabat dekat

dan orang-orang yang selama ini dikenalnya tidak mau lagi bergaul dengan

Tilarsih. Semua peristiwa yang dialaminya membuat Tilarsih menjadi kuat karena

dia sudah berjanji pada dirinya sendiri agar mau kembali ke jalan yang benar.

Page 50: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2. Plot atau alur

Plot atau sering disebut dengan Alur menurut adalah rangkaian peristiwa

atau kejadian yang sambung-menyambung dalam suatu cerita. Rangkaian kejadian

tersebut akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang akan

ditampilkan. Dalam novel Trah Alur yang digunakan adalah maju mundur, untuk

itu penulis mengambil teori yang dikemukakan oleh (Mochtar Lubis dalam

Sugihastuti, 2002 : 37) mengenai tahapan plot menjadi lima bagian agar lebih

memperjelas tentang gambaran cerita secara runtut. Kelima tahapan itu adalah

sebagai berikut :

a. Tahap Situation : tahap penyituasian, tahap yang berisi pelukisan dan

pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Dalam tahap ini menjelaskan

tentang sebuah permulaan atau titik awal cerita.

Awalnya cerita ini bergerak maju, dimana si pengarang menceritakan

tentang suatu keadaan atau situasi yang menjelaskan tentang keadaan desa

yang sedang mengalami musibah ketika salah satu warganya yang bernama

Rukiban yang meninggal akibat jatuh dari pohon kelapa. Karena peristiwa

tersebut membuat para warga desa kaget dan segera datang ketempat Rukiban

untuk datang melayat.

Pengarang selanjutnya mengenalkan tokoh bernama Tilarsih yang

menjadi pelaku utama dan beberapa tokoh pendukung. Dari pengenalan tokoh-

tokoh tersebut kemudian pengarang menceritakan tentang jalinan hubungan

dari tiap masing-masing tokoh dengan watak dan ciri khas yang berbeda-beda

antara satu dengan yang lainnya. Pada waktu tersebut situasi yang terjadi yaitu

Page 51: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

penuh dengan suasana kesedihan karena Rukiban meninggal dengan sangat

cepat dan mendadak.

Pengarang kemudian melukiskan situasi yang terjadi pada malam

dimana banyak warga desa yang berkumpul di rumah Rukiban untuk ikut

berduka cita. Setelah beberapa waktu, situasi yang awalnya penuh dengan

kesedihan berubah menjadi ramai karena para warga desa yang sedang

berkumpul asyik membicarakan Tilarsih.. Tokoh yang bernama Mbak Rita

menjadi salah satu tokoh yang memprovokasi dan menjelek-jelekkan Tilarsih

mengingat Tilarsih pernah menjadi pelacur di kota besar. Hal ini

menyebabkan Tilarsih sangat sakit hati.

Rasa sedih, malu, ingin melawan tidak dapat dilakukan karena

kenyataanya memang Tilarsih pernah melakukannya. Bahkan semua warga di

desanya sudah mengetahui semuanya. Jadi pada malam tersebut Tilarsih

menjadi sorotan utama dari hal yang diperbincangkan oleh para warga

mengenai cerita Tilarsih yang pernah menjadi pelacur di kota Jakarta.

b. Tahap Generating Circumtances : tahap pemunculan konflik, (masalah-

masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik

dimunculkan.

Peristiwa selanjutnya bergerak, yaitu ditandai dengan sikap tokoh utama

yaitu Tilarsih yang merasa bahwa cobaan yang harus dialaminya begitu berat

karena dia harus mendapat perlakuan dari para warga desa yang mengucilkan

dan tidak mau lagi menganggapnya sebagai warga desanya sendiri. Keinginan

dan niat yang besar ketika pulang ke desa adalah untuk memperbaiki

Page 52: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

kesalahannya yang telah lalu, namun kenyataannya hal tersebut terasa sangat

berat sekali.

Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah maju mundur, dalam tahap

Generating Circumstances ini si pengarang kemudian menceritakan tentang

suatu peristiwa yang telah berlalu atau dalam kata lain yaitu menggunakan

alur mundur. Cerita bergerak mundur ketika Tilarsih membayangkan tentang

pengalaman pahit yang dialaminya ketika menjadi pelacur di Jakarta. Selama

menjadi pelacur di Jakarta, hidup Tilarsih serasa tidak ada harganya lagi

sebagai seorang wanita karena harus melayani para lelaki hidung belang yang

ingin menikmati tubuhnya demi memuaskan nafsu birahinya. Uang yang

diperolehnya dengan menjual tubuhnya ini memang cukup lumayan untuk

membantu perekonomian neneknya di desa. Dalam hati Tilarsih sebenarnya

ingin berhenti, namun untuk keluar dari dunia pelacuran rasanya sangat sulit,

Tilarsih diawasi oleh sindikat penjualan wanita yang dipimpin oleh Tante

Kori.

Sindikat ini sangat terselubung dan jaringannya sangat luas. Bahkan

nyawa menjadi taruhannya jika ada yang berusaha kabur atau melapor ke

polisi. Kebencian Tilarsih kepada Atun sangatlah besar. Atun adalah orang

yang dulu pernah ia percayai dapat membantunya meniti karir di Jakarta

ternyata malah menjerumuskan dan menjualnya pada sindikat Tante Kori.

Rasa sesal dan benci sekarang sudah terlambat karena Tilarsih sudah terlanjur

menjadi mesin pemuas nafsu para lelaki hidung belang. Ketika Tilarsih

meratapi nasibnya, hal yang selama ini paling disesalinya adalah ketika dulu

Page 53: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

di Desa ia pernah mengacuhkan Bagus yang dulu pernah menawarinya untuk

bersekolah dan pandai-pandai memilih pergaulan. Merasa diacuhkan oleh

Tilarsih, Bagus kemudian pergi dan tidak pernah ada kabarnya lagi.

c. Tahap Rising Action (tahap peningkatan konflik). Tahap ini memunculkan

konflik yang semakin berkembang kadar intensitasnya dari konflik

sebelumnya.

Selama menjadi pelacur Tilarsih sudah memahami berbagai tabiat para

lelaki yang sudah menjadi langganannya. Dari orang kaya, orang yang

bermaksud ingin menidurinya namun tidak mau membayar dengan alasan

berhutang, orang yang ingin mengajaknya menikah namun hanya bermaksud

ingin memanfaatkan duitnya sudah sangat kerap sekali ditemuinya. Tilarsih

sudah berpengalaman dalam menangagapi para tingkah laku lelaki tersebut.

Berjalannya waktu, kabar tentang Tilarsih menjadi pelacur di kota

Jakarta diketahui oleh seorang polisi bernama Bowo. Bowo adalah anak dari

Pawiro yang masih tetangga dekat Tilarsih di desa. Pertemuan Tilarsih dengan

Bowo terjadi di kantor polisi karena jaringan yang dikelola Tante Kori

akhirnya terbongkar sudah. Para wanita penghibur diciduk dan ditanyai satu-

persatu sebagai saksi dan nantinya akan dibawa ke tempat rehabilitasi atau

dipulangkan ke kampung halamannya. Semenjak saat itu semua warga desa

Bubutan sudah mengetahui tentang pekerjaan Tilarsih adalah sebagai seorang

pelacur. Bahkan Mbah Mardiyah tidak menyangka tentang kabar yang

diberitakan oleh Pawiro dan hanya terbujur lemas mengingat cucu satu-

Page 54: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

satunya tersebut bisa terjerumus ke dalam dunia pelacuran. Kabar ini akhirnya

terdengar juga oleh Bagus yang selama ini menaruh simpati pada Tilarsih.

Bagus merasa kecewa karena wanita yang selama ini dicintainya tersebut

harus berbuat hal yang sangat memalukan dan menodai harkat martabatnya

sebagai seorang wanita. Karena mendapat petuah dari Eyang Ronggo yang

dianggap Bagus sebagai sosok orang yang selama ini menjadi guru

spiritualnya, akhirnya Bagus mau menjemput dan membantu Tilarsih untuk

keluar dari masalahnya.

d. Tahap Climax : (keadaan mencapai puncaknya) konflik atau pertentangan-

pertentangan yang terjadi, ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik

intensitas puncak.

Tahap ini menceritakan bahwa Tilarsih mengalami gejolak psikologis

yang teramat sangat. Rasa malu, menyesal, dan sangat hina sebagai seorang

wanita dirasakannya ketika dia bertemu dengan Bagus di tempat Lokalisasi.

Tilarsih hanya bisa menangis dan malu dengan perbuatan yang selama ini

dilakukannya. Namun karena kelihaian, bujukan dan rayuan dari Bagus

akhirnya Tilarsih mau mendengarkan dan mematuhinya agar mau diajak

pulang kembali ke desa untuk memperbaiki hidupnya

Mendapat perlakuan lembut dari Bagus, timbul bibit-bibit cinta yang

kemudian tidak dapat dibendung antara Bagus dan Tilarsih. Bagus akhirnya

mau mengungkapkan bahwa selama ini mencintai Tilarsih. tilarsih juga tidak

memungkiri perasaannya dan akhirnya mau berjanji akan memperbaiki

hidupnya demi Bagus dan demi menjaga nama baik keturunan Trah

Page 55: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Resodrono. Hal tersebut memang sangat mudah diucapkan namun sangat berat

untuk dilakukan.

Tahap Climax ini alurnya akhirnya bergerak maju lagi dengan masalah-

masalah baru yang dialami tokoh utama yaitu Tilarsih yang harus

memperbaiki sikap dan kesabarannya dalam merespon sikap masyarakat yang

cenderung menjauhi dan menghujatnya baik secara langsung maupun tak

langsung.

Beruntung para warga tidak mengusir Tilarsih karena memandang

bahwa Tilarsih adalah keturunan dari Priyayi luhur dan juga memandang

nenek Tilarsih yang sudah tua dan tidak ada yang merawat. Ketika Tilarsih

harus menghadapi masalahnya dengan para warga yang tidak sudi

menerimanya lagi, Bagus yang dianggapnya sebagai seorang kekasih yang

dulu pernah berjanji akan membantunya tiba-tiba saja menghilang ditelan

bumi. Permasalahan ini menyebabkan kepercayaan dan harapan Tilarsih untuk

berubah serasa hilang tanpa ada sosok orang yang dijadikan sandaran.

Kepergian Bagus membuat Tilarsih harus mengalami siksa batin dan

menganggap bahwa apa yang pernah dialaminya dengan Bagus hanyalah

kebahagiaan sesaat. Sempat terbesit dalam pikiran Tilarsih ingin melupakan

sosok kekasihnya tersebut. Janji-janji manis yang diucapkan Bagus dulu

seakan hanyalah mimpi yang hanya lewat semalam saja.

e. Tahap Denoument : tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks

diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan.

Page 56: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tahap ini berisi tentang akhir cerita yang mengisahkan bahwa kesabaran

dan buah dari usaha yang keras akan melimpahkan hasil. Disini alur ceritanya

bergerak maju sampai pada akhir cerita. Dalam proses perbaikan hidupnya,

Tilarsih menghabiskan waktu setiap hari dengan usaha yang ditekuninya

sebagai penjahit agar dapat membuat pandangannya yang selama ini sempit

menjadi kembali segar layaknya seperti dulu. Usaha yang ditekuni Tilarsih ini

tak lepas dari bantuan orang-orang terdekat Tilarsih yaitu Eyang Ronggo,

Mbah Mardiyah, dan Bagus yang selama ini menghilang tanpa kabar. Karena

memiliki kesibukan, suara-suara dari warga desa yang sering mengecamnya

sekarang sudah tidak dipikirkan Tilarsih Lagi. Tilarsih yang sekarang menjadi

orang yang kuat dan tegar dalam menghadapi cobaan.

Berjalannya waktu, tidak terasa sudah hampir setahun Tilarsih kembali

ke desa. Suara-suara negatif mengenai pandangan warga desa terhadap

Tilarsih sudah tidak begitu ramai, bahkan para warga sudah mau bertegur

sapa dengan Tilarsih seolah-olah sudah tidak ada apa-apa lagi. Semua ini

karena warga desa menilai Tilarsih sudah berubah drastis dan bersungguh-

sungguh ingin memperbaiki hidupnya. Akhirnya berkat kesabarannya dalam

menjalani proses pertaubatan, pada satu kesempatan Tilarsih dipertemukan

kembali dengan Bagus di rumah Eyang Ronggo. Saat itu pula Tilarsih tidak

dapat berbicara apa-apa dan hanya terbujur lemas karena dampak efek

psikologi yang menyebabkan seseorang mengalami keterkejutan yang luar

biasa. Rasa senang, terharu, kesal, sedih, rindu dan cinta bergabung menjadi

satu.

Page 57: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

3. Latar atau Setting

Berdasarkan teori dari Burhan Nurgiyantoro ada tiga unsur latar yang

membentuk suatu karya sastra yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. latar

tempat menunjukkan tempat. Latar waktu menunjukkan waktu terjadinya atau

kapan dan latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan manusia. Untuk itu penulis akan mendeskripsikannya satu persatu :

a. Latar Tempat :

Latar/ setting tempat yang digunakan dalam novel Trah sebagian besar

lokasinya berada di desa Bubutan, Kecamatan Purwodadi, kabupaten Purworejo

Jawa Tengah. Mengenai tempat terjadinya peristiwa, pengarang menyebutkan

secara jelas karena Atas S. Danusubroto sendiri tinggal dan menetep di desa

tersebut.

1. Peken Purwodadi (Pasar Purwodadi) :

Merupakan pasar yang terletak di daerah Purworejo Jawa

Tengah kecamatan Purwodadi. Kutipan teks dalam novel Trah berikut

ini untuk memperkuat hasil analisis tersebut :

“Paino niku, menawi dinten Senin kalih Kemis mesthi teng

peken Purwodadi, nenggani Mbak Rus bakul tahu” (hal 15: 22).

Terjemahan :“Paino itu, kalau hari Senin dan Kamis pasti ke pasar

Purwodadi menemui Mbak Rus penjual tahu”.

2. Stasiun Jenar dan Kutoarjo

Merupakan satu-satunya stasiun yang terletak di Purworejo dan

menjadi jalur transportasi utama di daerah tersebut. Stasiun tersebut

menjadi tempat yang dituju para warga desa untuk mencari Tilarsih

Page 58: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

ketika dibawa oleh Atun. berikut ini: Kutipan teks dalam novel Trah

berikut ini untuk memperkuat hasil analisis tersebut :

“Sore kuwi kahanan dadi rame. Sak long pemuda desa nungka

Tilarsih neng stasiun Jenar lan Kutoarjo”. (hal 38 ; 28)

Terjemahan : “Sore itu keadaan menjadi rame. Segerombolan pemuda

desa mencari Tilarsih di Stasiun Jenar dan Kutoarjo”.

3. Purworejo

Merupakan tempat pertemuan pertama kalinya Tilarsih dengan

Atun. Atun adalah orang yang akhirnya menjerumuskan Tilarsih

sehingga menjadi pelacur. Kutipan teks dalam novel Trah berikut ini

untuk memperkuat hasil analisis tersebut :

”Tilarsih eling nalika ketemu wiwitan karo Atun ana ing Purworejo”

(hal 52 : 8 ).

Terjemahan :“Tilarsih ingat ketika bertemu pertama kalinya dengan

Atun di Purworejo”.

4. Emper toko (depan toko)

Merupakan tempat yang digunakan Tilarsih untuk duduk

sejenak ketika hendak menemui Atun. Kutipan teks dalam novel Trah

berikut ini untuk memperkuat hasil analisis tersebut :

“Dheweke banjur lungguh thethenguk neng emper toko. Atine

kemrungsung kepengin cepet ketemu nganti rumangsa suwe banget

anggone ngenteni wong mau” (hal 54: 21).

Terjemahan : “Dia terlanjur duduk santai di depan toko. Hatinya tidak

jenak ingin segera bertemu sampai merasa lama sekali menunggu

kedatangan orang tersebut”.

Page 59: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

5. Terminal bis Purworejo :

Tempat kencan pertama kali antara Tilarsih dengan Bagus. Kutipan

teks dalam novel Trah berikut ini untuk memperkuat hasil analisis tersebut

:

“Tilarsih nemoni Bagus ning terminal bis Purworejo. Ana ing

papan kana, pancen arang wong saka ndesane sing ngambah. Mula

ora ana sing ngerti” (hal 66 : 30).

Terjemahan : “Tilarsih menemui Bagus di Terminal Bis Purworejo”.

Di tempat tersebut, memang jarang orang dari desanya yang datang.

Maka tidak ada yang tahu”.

6. Pasar Baledono.

Tempat dimana Tilarsih dijemput oleh Tante Kori untuk

kembali ke Jakarta. Kutipan teks dalam novel Trah berikut ini untuk

memperkuat hasil analisis tersebut :

“Tilarsih diterake tekan terminal Purworejo lan mbalike

dipethuk ana ing pasar Baledono” (hal 88 : 13).

Terjemahan : “Tilarsih diantar sampai terminal Purworejo dan

pulangnya dijemput di pasar Baledono”.

7. Asrama

Tempat tinggal para pelacur sekaligus markas dari sindikat

Tante Kori beroperasi. Di tempat ini, pada akhirnya juga diketahui

oleh Polisi dan sindikat Tante Kori akhirnya dibubarkan. Kutipan teks

dalam novel Trah berikut ini untuk memperkuat hasil analisis tersebut

“Sepinter-pintere maling, mesthi ana dina kapesane. Asrama

kang wis dibeteng mubeng klakon digrebeg. Tante Kori ditahan,

marga konangan nyulik bocah sekolah kang nembe umur pitulas taun”

(hal 88 ; 19).

Page 60: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Terjemahan : “Sepintar-pintarnya maling, pasti akan jatuh juga.

Asrama yang sudah dijaga ketat akhirnya digrebeg. Tante Kori ditahan

karena ketahuan menculik anak sekolah yang baru berumur tujuh belas

tahun”.

8. Hotel

Tempat dimana Tilarsih dan teman-temannya mangkal untuk

menjajakan tubuhnya. Kutipan teks dalam novel Trah berikut ini untuk

memperkuat hasil analisis tersebut :

“Bocah loro kuwi padha melu lungguh ana ing kantin kaya

adat sing dilakoni wong wadon mau menawa lagi nggolek mangsa.

Tilarsih sing anyar durung nganti rong jam anggone lungguh, wis ana

kacung hotel sing njawil pundhake” (hal 97 : 2).

Terjemahan :“Kedua gadis tersebut ikut duduk di kantin seperti adat

yang sudah dijalani wanita tersebut ketika mencari mangsa. Tilarsih

yang masih baru belum sampai dua jam duduk disitu, sudah ada

kacung hotel yang menjawil pundaknya”.

b. Latar Waktu :

1. Jam loro awan (jam dua siang)

Latar yang menunjukkan waktu ketika Rukiban jatuh dari

pohon kelapa. Kutipan teks dalam novel Trah berikut ini untuk

memperkuat hasil analisis tersebut:

“Tibane Rukiban wetara jam loro awan” (hal 7 : 12).

Terjemahan : “Jatuhnya Rukiban kurang lebih jam dua siang”.

2. Jam rolas bengi (jam dua belas malam)

Latar yang menunjukkan waktu kejadian yang terjadi di rumah

almarhum Rukiban pada saat itu. Kutipan teks dalam novel Trah

berikut ini untuk memperkuat hasil analisis tersebut :

Page 61: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

“Jam rolas bengi bakmi godhog wiwit disuguhake. Nalika

semana para takjiah wis kalong akeh” (hal 19 : 5).

Terjemahan : “Jam dua belas malam bakmi rebus mulai disuguhkan.

Ketika itu para takjiah sudah berkurang banyak”.

3. Sorene (Sorenya)

Latar yang menunjukkan waktu ketika para tetangga Tilarsih

baru mengetahui kepergian Tilarsih yang mendadak. Kutipan teks

dalam novel Trah berikut ini untuk memperkuat hasil analisis tersebut:

“Sorene, tangga teparone nembe padha ngerti menawa

Tilarsih wis lunga menyang kutha digawa wong kang durung ana sing

kenal”(hal 38 : 6).

Terjemahan : “Sorenya, para tetangganya baru tahu kalau Tilarsih

sudah pergi ke kota dibawa pergi orang yang belum ada yang

mengenalnya”.

4. Dina Minggu (hari Minggu)

Latar waktu yang menunjukkan hari dimana Tilarsih berangkat

sendiri ke Purworejo untuk menemui Atun. Kutipan teks dalam novel

Trah berikut ini untuk memperkuat hasil analisis tersebut:

“Mula dina Minggu wetara jam sepuluh esuk, bocah kuwi wis

mangkat ijen menyang Purworejo” (hal 54 : 20).

Terjemahan : “Maka hari Minggu sekitar jam sepuluh pagi, bocah itu

sudah berangkat sendiri ke Purworejo”.

5. Rong jam (dua jam)

Latar waktu yang digunakan pengarang untuk menunjukkan

berapa waktu yang diperlukan oleh tokoh yang dimaksud untuk

melakukan aktivitasnya. Kutipan teks dalam novel Trah berikut ini

untuk memperkuat hasil analisis tersebut:

Page 62: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

“Anggone metu lan mangan ning njaba ora nganti rong jam”

(hal 81 : 12).

Terjemahan : “Niatnya keluar dan makan diluar tidak sampai dua jam”.

6. Bubar Subuh (selesai subuh)

Latar waktu yang diciptakan pengarang tentang suasana yang

terjadi pada saat selesai waktu subuh. Kutipan teks dalam novel Trah

berikut ini untuk memperkuat hasil analisis tersebut:

“Bubar subuh, wis ana sing metu saka asrama kana. Peni karo

Hira anggone lunga gasik dhewe” (Hal 93 : 9).

Terjemahan : “Selesai subuh, sudah ada yang keluar dari Asrama. Peni

dengan Hira niatnya pergi paling cepat”.

7. Setengah tahun

Latar waktu untuk menunjukkan berapa lama waktu yang telah

dijalani Tilarsih selama hidup menjadi Pelacur jalanan hingga akhirnya

harus digaruk oleh petugas. Kutipan teks dalam novel Trah berikut ini

untuk memperkuat hasil analisis tersebut:

“Kurang luwih setengah tahun nyambut gawe ana ing pinggir

dalan, Mirna karo Tilarsih katon digaruk petugas” (hal 108 : 17).

Terjemahan : “Kurang lebih setengah tahun bekerja di pinggir jalan,

Mirna dan Tilarsih akhirnya digaruk petugas”.

8. Ngarepake Maghrib (menjelang Maghrib)

Latar waktu yang menunjukkan bahwa hari mulai malam dan

diwaktu tersebut Bagus memberikan nasihat kepada Tilarsih agar

dirinya tenang dalam memberikan keputusan yang akan diambil.

Kutipan teks dalam novel Trah berikut ini untuk memperkuat hasil

analisis tersebut:

Page 63: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

“Ngarepake Maghrib, bareng wis ngeterake tamune nganti

tekan losmen, Tilarsih banjur pamit. Bagus nyandhak tangane karo

omong” Supaya bisa tentrem lan bisa mikir sing wening, sajrone arep

menehi putusan, kowe ora usah nampa tamu”(Hal 151 : 1).

Terjemahan :“menjelang maghrib, setelah selesai mengantarkan

tamunya sampai losmen, Tilarsih pamit. Bagus memegang tangannya

sambil bicara ” Supaya bisa tentram dan dapat berpikir jernih, sebelum

memberikan keputusan, kamu tidak perlu menerima tamu”.

c. Latar sosial:

Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan

dalam karya sastra. Latar sosial memang dapat secara meyakinkan

menggambarkan suasana kedaerahan, warna setempat daerah tertentu

melalui kehidupan sosial masyarakat (Burhan Nurgiyantoro: 2007).

Suasana tersebut dapat berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi,

keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan bersikap. Disamping

itu, latar sosial juga berhubungan dengan status tokoh yang

bersangkutan, misalnya rendah, menengah atau atas. Dalam novel

Trah, pengarang menggambarkan suasana keadaan di desa Bubutan

Purwodadi dan kehidupan yang diciptakan oleh pengarang dalam

novel trah ini backgroundnya adalah masyarakat kelas bawah yang

cenderung masih percaya tentang adanya kelas sosial dalam kehidupan

bermasyarakat.

Kelas sosial yang dimaksud yaitu kelas biasa dan golongan

kelas priyayi yang dianggap golongan paling terhormat dan paling

disegani di daerah Purwodadi Kabupaten Purworejo tersebut. Namun

Page 64: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

dalam cerita ini berbanding terbalik dengan fakta yang ada. Dikisahkan

bahwa golongan priyayi yang harusnya dijadikan panutan malah

menjadi aib bagi masyarakat. Tokoh tersebut diperankan oleh Tilarsih

yang masih keturunan bibit priyayi bernama Eyang Resodrono yang

harus mendapatkan sanksi sosial dari para warga karena profesinya

sebagai mantan pelacur yang dipandang sebagai contoh buruk

mengingat dirinya masih keturunan bibit priyayi. Jika Tilarsih ini

bukan keturunan priyayi, pastilah dari dulu sudah diusir dari desa

karena perbuatannya telah mencoreng nama baik warga desa maupun

trah keluarganya sendiri.

Suasana desa yang dulunya tentram kini berubah menjadi

gaduh sekembalinya Tilarsih ke desa hingga membuat warga menjadi

resah. Setiap hari para warga asik membicarakan kehidupan Tilarsih.

Segala gerak-gerik Tilarsih pasti menimbulkan kontroversi bagi

beberapa pihak warga desa yang memandang sebelah mata kepada

Tilarsih.

4. Penokohan

Penulis dalam skripsi ini akan menguraikan beberapa karakter tokoh yang

dianggap mampu untuk dijadikan acuan dalam memahami karakter dari masing-

masing tokoh yang ada dalam novel Trah. Berikut ini akan disajikan deskripsi

mengenai aspek penokohan dalam novel Trah Karya Atas. S. Danusubroto.

Page 65: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

a) Tilarsih

Tilarsih adalah tokoh utama dalam novel trah yang menjadi

sorotan utama. Tilarsih adalah seorang gadis penerus generasi terakhir

dari Eyang Resodrono yang dianggap warga masyarakat sebagai

priyayi yang luhur di desanya. Kutipan dalam teks berikut akan lebih

memperjelas tentang gambaran sosok Tilarsih :

“Tilarsih Trahe wong luhur. Simbah Buyute kuwi pancen

priyayi tenan, dudu wong sembarangan. Para pinisepuh akeh sing

padha crita marang aku. Dadi kabeh sing dilakoni saiki mung marga

kahanan” ( hal 32).

Terjemahan : “Tilarsih adalah keturunan dari orang yang terhormat.

Kakek buyutnya memang seorang Priyayi, bukan orang sembarangan.

Para orang tua banyak yang sering bercerita kepadaku. Jadi semua

yang sekarang dikerjakannya hanya karena keadaan”.

Nasib Tilarsih tidak seberuntung keturunannya sebab gadis ini

hanya memiliki satu-satunya sosok keluarga kandung bernama Mbah

Mardiyah karena sejak kecil sudah ditinggal kedua orang tuanya.

Untuk lebih jelasnya penulis akan memberikan kutipan teks dalam

novel Trah:

“Tilarsih sak jane putu ontang-anting sing dirumati wiwit bayi

abang. Kahanan mau marga bocah kuwi nalika lair klakon nggondhol

nyawane biyung. Mula banjur dijenengake tilarsih, amarga wiwit

jabang bayi wis ketingal dening asihe biyung. Kamangka bapakne,

bareng mbokne Tilarsih mati, banjur lunga menyang Kalimantan”

(hal 33 : 5).

Terjemahan : “Tilarsih sebenarnya cucu satu-satunya yang dirawat

sejak lahir. Kejadian tersebut karena anak itu ketika dilahirkan

membawa nyawa ibunya. Maka diberi nama Tilarsih, karena sejak

lahir sudah ditinggal kasih ibunya. Karena itu ayah Tilarsih, melihat

istrinya meninggal, setelah itu pergi ke Kalimantan”.

Page 66: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Pengarang menjelaskan dari kutipan diatas bahwa Tilarsih ini

memiliki nasib yang malang karena sejak kecil hanya dirawat oleh

neneknya. Pengarang menggunakan physical description dalam

melukiskan sifat dari tokoh yang bernama Tilarsih ini. Disebutkan

bagaimana pengarang menjelaskan ciri-ciri fisik Tilarsih agar lebih

memperjelas sosok gambaran tentang tokoh utamanya tersebut melalui

kutipan teks berikut ini.

“Umure wong wadon kuwi durung ana selawe tahun. Kulite

mrusuh, irung ngrunggih, mripate rada mblalak, lambene numlik lan

nek ngguyu pipine dhekik. Rambute dawa katon ireng njanges” (hal 11

: 30).

Terjemahan : “Umur gadis tersebut belum ada 25 tahun. Kulitnya

bersih, hidung mancung, mata agak besar, bibir mungil dan kalau

tertawa ada lesung pipinya. Rambutnya panjang dan hitam pekat” ( hal

11 : 30).

Tilarsih dulunya menjadi seorang pelacur karena dijerumuskan

oleh orang yang bernama Atun yang baru dikenalnya. Itu semua bisa

terjadi karena dulu Tilarsih masih sangat polos dan lugu. Tampak

dalam kutipan teks berikut ini :

“Tilarsih eling nalika ketemu wiwitan karo Atun ana ing

Purworejo. Nalika semana, dheweke kebener lagi dolan bareng karo

bocah-bocah lanang ning ngarep komplek pertokoan. Bocah kuwi

wektu semana pancen isih katon norak banget. Sirah ditaleni kacu,

nganggo kacamata ireng, kathoke blue jean lan kaos singlet warna

abang” (hal 52 : 8).

Terjemahan : “Tilarsih ingat ketika pertemuan pertama kalnya dengan

Atun di Purworejo. Ketika dulu dirinya kebetulan sedang bermain

bersama dengan teman-teman di depan komplek pertokoan. Anak

tersebut waktu itu masih keliatan sangat norak sekali. Kepala diikat

sarung tangan, memakai kacamata hitam, bercelana jean dan kaos

singlet warna merah” (hal 52 : 8).

Page 67: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Kutipan ini menjelaskan bahwa Tilarsih dulunya memiliki sifat yang

polos, lugu dan kampungan. Faktor tersebut terjadi karena pengaruh

dari pendidikan, lingkungan, dan kemiskinan.

Tilarsih memiliki watak yang penyayang. Ini dibuktikan

dengan kasih sayangnya yang tulus kepada nenekya. Hal tersebut dapat

dibuktikan dalam kutipan teks berikut ini :

Wong tuwa kuwi nggedhegake sirah marakake Tilarsih ngguyu

kalegan karo ngrangkul mbahne sing banget diresnani (hal 203 : 6).

Terjemahan : “Orang tua itu menggelengkan kepalanya membuat

Tilarsih tersenyum puas dengan memeluk neneknya yang sangat

disayanginya”.

Pengarang kemudian mendeskripsikan watak Tilarsih melalui

conversationof other to character (melalui perbincangan). Tilarsih

memiliki watak yang setia dan teguh memegang janji. Hal tersebut

dapat dibuktikan dalam kutipan teks berikut ini :

“Semanten ugi kula, mas, senajan tata lair, tata gelar, lan raga

kula sampun risak, nanging batos kula tetep kula aji-aji. Katresnan

kula naming nyawiji dhateng panjenengan lan wiwit sakmenika kula

sumpah, boten badhe ngladosi tiyang jaler sanes, kejawi Mas Bagus”

(hal 179 : 16).

Terjemahan : “Sekarang tinggal saya, Mas, walaupun tata lahir, tata

gelar, dan raga saya sudah rusak, tetapi batin saya tetap saya jaga.

Kecintaan saya hanya untuk Mas Bagus dan mulai dari sekarang saya

berjanji, tidak akan melayani lelaki lain kecuali mas Bagus.

Kutipan lain untuk lebih memperjelas karakter Tilarsih dalam masalah

kesetiaan yaitu :

“Aku ora bisa, Mbah. Ora saguh. Kejaba yen wis ketemu adu

arep karo Bagus lan ngerti nek dheweke wis seneng wong wadon liya.”

“Tegese, nek Bagus wis ngemohi, nembe kowe gelem karo wong

lanang liya?” Tilarsih manthuk” (hal 244: 20).

Page 68: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Terjemahan : “Aku tidak bisa, Mbah. Tidak sanggup. Kecuali kalau

sudah bertemu Bagus dan mengetahui kalau dia sudah menyukai

wanita lain. Jelasnya, kalau Bagus sudah tidak mau denganmu, baru

kamu mau dengan lelaki lain?”

b. Bagus

Bagus adalah tokoh pembantu yang berperan sebagai kekasih

Tilarsih. Sosok Bagus dalam novel Trah ini sangatlah penting karena

dia berperan sebagai juru selamat yang memberikan dorongan

semangat Tilarsih agar mau berubah dan kembali ke desa untuk

memperbaiki hidupnya yang telah terjerumus sehingga harus menjadi

pelacur di Jakarta. Pembuktian dalam teks mengenai karakter Bagus

sebagai juru selamat dilukiskan oleh si pengarang melalui

conversationof other to character (melalui perbincangan) antar tokoh.

“Ana perkara baku sing sampeyan ora ngerti, Mas. Kuwi kang

maraake kepiyea wae aku kepingin nulungi Tilarsih” (hal 119: 8).

Terjemahan : ” Ada perkara baku yang tidak kamu ketahui, Mas. Itu

yang membuat bagaimanapun aku ingin menolong Tilarsih.”

Pengarang melalui Tokoh Bagus kemudian mendiskripsikan

sifatnya dengan teknik Reaction to other to character (melalui

pandangan tokoh lain). Melalui perkataan Karjo, Bagus dikatakan

sebagai orang yang memiliki jiwa pahlawan dan tulus, dan bijaksana.

Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan teks berikut ini :

“Yen kuwi sing dadi karepmu, aku njurung. Aku setuju banget,

malah aku nganggep kowe bisa dadi cah lanang sing nyatria tenan.

Angel lho, Gus, wong saiki nggolek bocah nom sing aten-atene kaya

kowe? “Ora usah ngalem,” wangsulane Bagus. “Aku mung kepingin

mbuktekake marang wong akeh, menawa bocah kaya Tilarsih nyatane

bisa didandani” (hal 119: 23).

Page 69: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Terjemahan : “Kalau itu yang menjadi niatmu, aku mendukung. Aku

sangat setuju, malah aku menganggap kamu bisa jadi laki-laki yang

ksatria. Susah lho, Gus, sekarang mencari anak muda yang hatinya

sepertimu? “Tidak usah memuji,” perkataan Bagus. “Aku hanya ingin

membuktikan pada banyak orang, kalau orang seperti Tilarsih

kenyataannya bisa diperbaiki.”

Bagus adalah orang yang sangat mandiri dan tidak pernah

memanfaatkan kekayaan orang tuanya untuk bersenang-senang.

Buktinya saja Bagus lebih memilih keluar dari usaha gilingan padi

yang dikelola keluarganya dan memilih bekerja sendiri diluar dengan

menggunakan Ijazah kelulusannya sebagai modal dalam mencari

pekerjaan. Kutipan beberapa teks dalam novel Trah berikut untuk

memperkuat pandangan penulis dalam menanggapi karakter tokoh

Bagus tersurat pada teks berikut ini :

“Nek aku bisa nyambut gawe nggunaake ijazahku, kareben

gilingan dicekel Gunadi” (hal 125: 20).

Terjemahan ; “Kalau aku bisa bekerja menggunakan ijazahku, biarkan

usaha gilingan padi dipegang Gunadi.”

Cethane Bagus saiki wis ora gelem urip ning ndesa marga duwe

keyakinan nek tetep ning kene, ora bakal nduwe kemajuan. Kejaba

kuwi, sengara bisa ngrabi awakmu marga wong tuwane meski bakal

ora ngidini” (hal 192: 26).

Terjemahan : “Jelasnya Bagus sekarang sudah tidak mau hidup di desa

karena dia mempunyai keyakinan kalau tetap di sini, tidak bakal ada

kemajuan. Termasuk juga, karena ingin menikahimu orang tuanya

tidak mungkin akan memberi izin. Kutipan lain untuk memperkuat

pandangan tersebut :

“Aku arep nderek ngendikane Eyang Ronggo, urip kuwi aja

ngendelake bandha warisan. Bandha wariasan ora lestari, malah jare

kaya gombal amoh. Mula aja dieling-eling, aja diarep-arep nemen.

Anak sing mung ngendelake bandha warisan, akhire kepiye? Padha

rebutan” (Hal 250: 1).

Page 70: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Terjemahan :“Aku ingin mengikuti nasihat Eyang Ronggo, hidup itu

jangan mengandalkan harta warisan. Harta warisan tidak lestari,

bahkan seperti kain kotor. Maka jangan diingat-ingat dan diharapken

betul. Orang yang mengandalkan warisan akhirnya gimana? Saling

berebutan”.

Bagus adalah orang yang teguh memegang janji dan memiliki

tekad yang kuat dalam mencapai sesuatu yang diinginkannya.

Keinginannya yang kuat untuk memperistri Tilarsih akhirnya terwujud

karena berkat kesungguhan dan ketulusan hatinya dalam menolong

Tilarsih untuk keluar dari kehidupannya sebagai pelacur.

Bagus tidak mempedulikan status Tilarsih sebagai mantan

pelacur, lebih jelasnya cintanya kepada Tilarsih membutakan

segalanya. Bagus rela meninggalkan kehidupannya di desa dan

memilih hidup bersama dengan Tilarsih di Sumbawa. Hal tersebut

dapat dibuktikan dalam kutipan teks berikut ini :

“Mula kuwi kowe kudu tak rabi. Dadi bojoku, aku wis ora

perduli marang setan belang. Bebasan rawe-rawe rantas, malang-

malang putung. Yen aku ora duwe karep ngrabi kowe, urip ning ndesa

sakjane wis cukup. Nanging nek tetep ning ndesa, ora bakal aku

klakon ngrabi kowe,……(Hal 259: 31)

Terjemahan :“Maka dari itu kamu harus kunikahi. Jadi istriku,

aku sudah tidak peduli dengan setan belang. Bebasan rawe-rawe

rantas, malang-malang putung. Kalau aku berniat menikahimu, hidup

di desa sebenarnya sudah cukup. Namun kalau tetap di desa, tidak

bakal aku kesampaian menikahimu,….

c. Mbah Mardiyah

Mbah Mardiyah adalah tokoh pembantu yang berperan sebagai

nenek tunggal Tilarsih. Mbah Mardiyah adalah putri bungsu dari eyang

Resodrono yang masih keturunan priyayi pula. Namun nasib malang

Page 71: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

membuat Mbah Mardiyah terjebak kedalam kemiskinan. Sejak hidup,

Mbah Mardiyah hanya bekerja sebagai buruh tani dan mengelola

sebidang sawah peninggalan suaminya karena peninggalan dari Eyang

Resodrono sudah dilibas habis oleh saudara kandung dan juga Kerta

Samin. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan teks berikut :

“Nyatane simbahmu iki urip tanpa warisan secuwil sawah wae

ora. Begjane simbahmu lanang, ora ketang sekothak duwe pawitan

saka lor kali sing saiki bisa kanggo keceh. Kanggo garan utang. Yen

mbahmu iki, senajan jare buyutmu wong sugih mbligedhu, kasunyatan

tanpa duwe warisan sithik-sithika. Sadulure simbahmu padha tegel-

tegel, ndhuk. Padha ora eling marang adhi. Mula, simbahmu sing dadi

anak ragil mung tampa warisan rekasa” (Hal 178 : 4).

Terjemahan : “Kenyataanya nenekmu ini hidup tanpa warisan

secuwilpun. Beruntung kakekmu, masih memiliki sekotak sawah

tepatnya di utara sungai yang sekarang bisa untuk modal berhutang.

Kalau Nenekmu ini, walaupun menurut orang katanya buyutmu orang

kaya raya, kenyataannya tidak memiliki warisan sedikitpun. Saudara

Nenekmu ini pada tega-tega, Ndhuk. Pada tidak ingat dengan adik.

Maka, nenekmu yang jadi anak bungsu hanya menerima warisan

kesengsaraan”.

Mbah Mardiyah adalah orang yang tabah, sabar dan pemaaf.

Walaupun kesengsaraan selalu hinggap dalam hidupnya, namun satu

hal yang membuatnya tetap bertahan hidup yaitu Tilarsih. Mbah

Mardiyah berharap bahwa suatu saat cucu satu-satunya tersebut bisa

melanjutkan Trah keluarga Resodrono agar tetap bertahan. Hal tersebut

dapat dibuktikan dalam teks berikut ini :

“Ndhuk, bareng kowe wis gelem bali, atiku lega banget.

Bandhaku mung kowe. Sesuk yen aku mati, mung kowe sing bisa

ngrumati. Simbahmu ora arep ngeling-eling bandhane buyut sing wis

mawut. Sing tak eling-eling mung putu siji, sapa ngerti bisa kanggo

lanjaran sejarah supaya sejarahe buyut aja nganti cures” ( hal 178 :

24).

Page 72: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Terjemahan : “Ndhuk, setelah kamu mau kembali, hatiku sangat lega.

Hartaku hanya kamu. Jika nanti aku mati, hanya kamu yang bisa

meneruskan. Nenekmu tidak akan mengingat harta buyut yang telah

hilang. Yang kuingat-ingat hanya kamu, siapa tahu nanti bisa untuk

sandaran sejarah agar sejarahnya buyut tidak sampai hilang”.

Kutipan di atas juga menjelaskan bahwa Mbah Mardiyah

memiliki kepercayaan pada dirinya bahwa Tilarsih suatu saat bisa

meneruskan perjuangannya untuk mempertahankan trah priyayi

Resodrono yang selama ini dihormati oleh warga desanya. Kelakuan

Tilarsih yang telah menorehkan luka dan mencoreng nama baik trah

Resodrono yang dulunya dipuji-puji orang tidak membuat Mbah

Mardiyah putus asa dan menyalahkan Tilarsih. Kecintaan dan

kelapangan hati yang besar terhadap cucunya tersebut membuat

hatinya luluh dan pasrah menerima cobaan yang ada. Hal ini tercermin

dalam kutipan teks berikut :

“Batine wong tuwa mau, senajan saiki jenenge putune wis ala

tanpa rupa, tetep arep dikempit, diindhit. Mula bareng weruh Tilarsih

katon krasan neng omah, malah gelem kursun njahit, atine wong tuwa

kuwi rumangsa marem banget” (hal 182 : 5).

Terjemahan : “Batinnya orang tua tersebut, walaupun sekarang nama

baik cucunya sudah kotor tak berbentuk, namun tetap dipegang, dijaga.

Maka setelah melihat Tilarsih begitu kerasan dirumah, dan mau ikut

kursus menjahit, hati orang tua tersebut sangat lega”.

d. Eyang Ronggo :

Eyang Ronggo adalah seorang priyayi yang tidak lain masih

ada hubungan darah dengan tilarsih karena kakek Tilarsih yang sudah

meninggal adalah saudara dekat dengan Eyang Ronggo. Tilarsih baru

mengetahuinya setelah Mbah Mardiyah memberitahukannya. Tokoh

Page 73: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Eyang Ronggo ini berperan sebagai pemeran pembantu yang sangat

penting karena sosok Eyang Ronggo dalam novel Trah ini dijadikan

sebagai tokoh spiritual dalam memberikan dukungan moril kepada

Tilarsih agar dia mau berubah.

Eyang Ronggo memiliki sifat yang sangat baik, berwibawa,

tidak memandang derajat maupun pangkat terhadap siapapun.

Buktinya dia tidak memandang sebelah mata pada Tilarsih yang

ternyata pernah menjadi seorang pelacur. Dari perwatakannya ini

Eyang Ronggo benar-benar mencerminkan sosok priyayi, hal ini dapat

dibuktikan dalam kutipan teks berikut ini :

“Tilarsih njegreg ngadhepi pinisepuh sing apike kaya Eyang

Ronggo. Priyayine katon remengkuh, lan ora mawang bandha donya,

drajat pangkat, apa dene bodho karo pinter. Yen sedulur tetep sedulur,

senajan dipendhem, senajan disirnakna. Tetep kraket neng getih sing

mili ana ing ragane” (Hal 186 : 24).

Terjemahan : “Tilarsih tersentuh menghadapi orang tua yang baiknya

seperti Eyang Ronggo. Priyayi tersebut terlihat ramah, dan tidak

memandang harta dunia, derajat pangkat, apalagi pintar atau bodoh.

Kalau saudara tetaplah saudara, walaupun dikubur, walaupun

dihilangkan, tetap menyatu dalam darah yang mengalir di raganya”.

Pengarang melalui tokoh Eyang Ronggo kemudian

mendeskripsikan sifatnya dengan teknik Reaction to other to character

(melalui pandangan tokoh lain). Melalui perkataan Mbah Mardiyah

yang mengungkapkan bahwa Eyang Ronggo adalah priyayi yang luhur

dan masih ada hubungan saudara dengan Eyang Kakung Tilarsih.

Tokoh tersebut merupakan orang yang sangat disegani, kaya raya, dan

Page 74: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dijadikan guru spiritual bagi warga masyarakat disekitarnya. Hal ini

dapat dibuktikan dalam kutipan teks berikut :

“O, Gusti, Eyang Ronggo kuwi priyayi sing lenggahe neng lor

kali. Pensiunan pegawe apa, mbuh, Simbahmu ora mudheng. Kejaba

Priyayi, dhasare sugih sawah, sugih tegal, sugih kapinteran.

Simabahmu Rumangsa isin menawa arep sowan mrana, mundhak

dikira arep njaluk” (hal 183: 15).

Terjemahan : “O, Tuhan, Eyang Ronggo itu priyayi yang tinggalnya di

utara sungai. Pensiunan pegawai apa, tidak tahu, Nenekmu tidak

mengetahuinya. Selain sebagai priyayi, dasarnya banyak memiliki

sawah, tegal, dan sangat berilmu. Nenekmu ini merasa malu kalau

ingin datang menemuinya, nanti dikira minta bantuan.

e. Tante Kori :

Tante Kori adalah tokoh pembantu yang berperan sebagai

tokoh antagonis, yaitu berperan sebagai tokoh yang menjadi musuh

dalam novel Trah tersebut. Dalam novel Trah diceritakan bahwa Tante

Kori bekerja sebagai seorang germo yang memperdagangkan wanita

termasuk juga Tilarsih. Sindikat Tante Kori ini sangatlah terselubung

dan kuat. Dalam hal ini, penulis akan mendeskripsikan karakter tokoh

Tante Kori tersebut :

Pengarang melalui tokoh Tante Kori mendeskripsikan sifatnya

dengan teknik conversation of other to character (melalui

perbincangan).

“Dhik, Tante Kori kuwi jaringane kuwat. Sindikate ampuh.

Mata-matane akeh. Dadi sing ati-ati, aja gumampang” (Hal 73 : 15).

Terjemahan : “ Dik, Tante Kori itu jaringannya kuat. Sindikatnya

ampuh. Mata-matanya banyak. Jadi harus hati-hati, jangan

meremehkannya.

Page 75: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Pengarang kemudian mendeskripsikan penokohan Tante Kori

melalui physical description (menjelaskan ciri-ciri fisik agar lebih

memperjelas sosok gambaran). Seperti tampak dalam kutipan teks

berikut ini :

“Yen miturut KTP kang nate diurusake ana ing kelurahan,

umure wis ngancik telung puluh wolu tahun. Tegese luwih tuwa

wolulas tahun ketimbang Harno. Nanging kulit isih alus lumer kegawa

pinter ngadi sarira” (hal 78: 10).

Terjemahan : “Kalau menurut KTP yang diurus dari Kelurahan,

umurnya sudah menginjak tiga puluh delapan tahun. Tegasnya lebih

tua delapan belas tahun daripada Harno. Namun kulit masih halus

karena pintar merawat badan”.

f. Kacuk :

Kacuk memiliki watak yang kurang ajar, tidak menghargai

wanita dan suka melecehkan wanita. Pengarang melukiskan sifatnya

dengan teknik conversation of other to character (melalui

perbincangan). Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan teks berikut :

“Sih, aku tenan ora ngerti yen kowe putune Eyang Ronggo.”

Terus karepmu kepiye? Aku njaluk ngapura, wingi kurang ngajar

marang awakmu.”Sampeyan marang wong wadon sapa wae rak

kurang ngajar.” Aja ngomong kaya ngono, sumaure isin. “Aku ya

ngerti kok, ra usah kumbi, ora perlu ngapusi”. Sampeyan kuwi apa

maneh karo wong wadon, karo wedhus wadon yen kena dijak omong

mesthi kok gelemi” (hal 218: 5).

Terjemahan :“Sih, aku benar tidak tahu kalau kamu cucunya Eyang

Ronggo”. Terus maksutmu bagaimana? Aku minta maaf, kemarin

sudah kurang ajar dengan dirimu. “Kamu dengan para wanita siapa

saja kan kurang ajar”. Jangan bilang seperti itu, katanya dengan malu.

“Aku ya tahu kok, tidak usah mengelak, tidak perlu bohong”. Kamu itu

dengan para wanita, dengan kambing betina kalau bisa diajak omong

pasti kamu mau” (hal 218: 5).

Page 76: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Kutipan percakapan antara tokoh Kacuk dengan Tilarsih diatas

membuktikan bahwa tokoh Kacuk sedang ketanggor habis

dipermalukan oleh Tilarsih akibat perbuatannya selama ini yang selalu

meremehkan wanita dan selalu berbuat tidak senonoh terhadap wanita.

Dari kutipan teks itu pula dapat kita amati bahwa tokoh Kacuk

memiliki watak yang pengecut. Mengetahui bahwa Tilarsih masih

cucunya Eyang Ronggo, Kacuk bersikeras untuk meminta maaf kepada

Tilarsih atas perbuatannya selama ini yang selalu melecehkan Tilarsih.

Namun bukan kata maaf yang didapatkannya dari Tilarsih. Disaat itu

pula kemarahan Tilarsih memuncak dan akhirnya Kacuk harus

mendapatkan makian dan hujatan dari Tilarsih yang sangat kasar dan

menusuk.

g. Mbak Rita :

Mbak Rita adalah tokoh pembantu yang mempunyai sifat sirik,

suka memprovokasi, merasa dirinya paling benar dan suka

meremehkan orang lain. Tokoh Mbak Rita ini muncul diawal cerita

dan diakhir cerita. Dalam cerita ini Mbak Rita berperan penting

sebagai salah satu tokoh yang memprovokasi para warga agar mau

menjauhi dan menghujat Tilarsih. Hal ini dapat dibuktikan dalam

kutipan teks berikut ini :

“Kosok baline Mbak Rita, bareng bosen ngobrol karo wong wadon

sing perlune mojoake Tilarsih, banjur mlaku nyedhaki bocah-bocah

lanang. Neng papan kana dheweke guyon cekikikan karo bola-bali

tangane acung-acung nuduhi. “Nek arep kepingin dha latihan, kae kok

jak kencan rak gelem”. “Waah, Mbak Rita niku. Nggih empun kados

blumbang,” wangsulane Sudir kambi ngguyu nyekakak. “Blumbang ya

Page 77: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

ora apa-apa, jeneng mung kanggo latihan.” Mboten mawon, tiyang

empun ngge keceh tiyang kathah thing. Eman ta, nek digunaake ngge

ciblon teng blumbang. Krungu wangsulane bocah-bocah lanang mau

atine marem. Rasa sengit sing tumanjem neng batin katon udhar

kabeh. Dheweke pancen kawit mbiyen gething banget marang Tilarsih

lan saiki rumangsa wis menang” (Hal 14 : 28).

Terjemahan : ”Kebalikannya Mbak Rita, setelah bosan mengobrol

dengan para gadis yang perlunya memojokkan Tilarsih, setelaj itu

berjalan mendekati para lelaki. Di tempat tersebut dia tertawa

terbahak-bahak dan berulang kali tangannya menunjuk. “Kalau ingin

latihan, orang itu kamu ajak kencan pasti mau”. “Waah, Mbak Rita itu.

Ya pasti sudah masuk lubang,” perkataan Sudir sambil tertawa

terbahak-bahak. “Lubang ya tidak apa-apa, namanya juga latihan”.

“Tidak juga, orang itu sudah dicoba banyak orang”,jawabanya jelas”.

“Saya itu ingin yang masih baru. Masih bersih. Saying kan, kalau

digunakan untuk sibin di lubang”. Mendengar perkataan para lelaki

tadi hatinya puas. Rasa sengit yang menancap dalam batin terasa lepas

dan puas. Dia dari dulu memang sangat membenci Tilarsih dan

sekarang merasa menang”.

Kutipan tersebut juga menjelaskan Mbak Rita sedang

memprovokatori para warga tentang kabar Tilarsih yang ternyata

menjadi pelacur di kota. Suasana yang diciptakan Mbak Rita makin

panas dengan perkataan-perkataan yang sangat menyindir sehingga

para warga makin asik membicarakan kejelekan Tilarsih.

5. Amanat

Amanat dalam Novel Trah karya Atas S. Danusubroto ini terdiri dari

amanat tersirat dan tersurat. Amanat yang tersirat ini disampaikan pengarang

melalui penggambaran sosok karakter tokoh utama yaitu Tilarsih yang berprofesi

sebagai pelacur. Pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca yaitu

jangan memandang suatu profesi baik itu seorang pelacur sekalipun. Selama ini

pandangan kita mengenai persepsi pelacur pasti kurang baik dan pasti kita

Page 78: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

melihatnya dengan sebelah mata, namun jika dipahami lebih dalam dan dari sudut

pandang yang berbeda, kita pasti akan melihat bahwa profesi pelacur ternyata

bukanlah keinginan mereka dan mereka bukanlah sampah masyarakat melainkan

tetap bagian dari anggota masyarakat. Selama ini kita menganggap seorang

pelacur adalah tokoh perusak moral, padahal menurut kacamata pengarang itu

belum tentu. Pelacur itu ada karena ada yang membutuhkan. Mereka hanyalah

budak dari korban kemiskinan yang melanda. Praktek prostitusi yang mereka

jalankan tidak mungkin berhenti begitu saja karena sulitnya untuk mencari

penghidupan yang layak dan sulitnya untuk diterima kembali sebagai anggota

masyarakat mengingat mereka adalah seorang pelacur.

Novel ini menurut pandangan penulis sangat luar biasa dan wajib untuk

dibaca karena dapat membuka pikiran kita yang semula sempit menjadi luas.

Secara naluriah setiap seseorang pada dasarnya berpihak pada kebaikan dan

kebenaran. Hal tersebut tidak memandang orang tersebut berasal dari garis

keturunan trah dan dari mana asal usulnya. Realita kehidupan yang terjadi

sekarang ini sering berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Misalnya

orang yang selama ini berasal dari trah keluarga pejabat faktanya garis

keturunannya ada yang menjadi koruptor, sebaliknya seseorang dari keturunan

petani garis keturunannya ada yang menjadi pejabat. Jadi semua itu tidak menjadi

jaminan karena tiap perbuatan baik buruknya bergantung dari apa yag kita tanam

selama ini.

Pesan tersurat yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca yaitu

terletak pada kutipan teks terakhir dalam novel Trah yang isinya yaitu

Page 79: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

……”manungsa urip kuwi sakjane nggolek swarga dhewe-dhewe, nggolek neraka

dhewe-dhewe. Marga kabeh kang dumadi mbesuke gumantung marang tumindake

dhewe-dhewe” (hal 266, 6). Terjemahan : “Manusia hidup itu sebenarnya mencari

surga dan neraka sendiri-sendiri.

Karena semua yang terjadi nantinya bergantung dari kelakuannya sendiri-

sendiri”. Pesan yang tersurat ini mengandung arti yang sangat dalam bahwa dalam

kehidupan nyata orang hidup di dunia itu bergantung dari perilaku kita terhadap

sesama manusia. Jika kita mengharapakan hidup yang baik dan sukses di dunia

maupun akhirat hendaklah kita mengisi kehidupan ini dengan amal dan perbuatan

baik di tengah masyarakat, sebaliknya jika perbuatan atau perilaku kita ini tidak

baik dan merugikan orang lain maka suatu waktu nanti akan memetik buah atas

kejahatan yang kita lakukan.

Page 80: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

6. Keterkaitan Antar Unsur Struktural

Karya sastra berbentuk novel memiliki unsur-unsur yang membangun

cerita, yang terjalin dari sudut tema, alur, latar, penokohan, dan amanat. Tema

yang diangkat oleh pengarang di dalam novel tersebut secara keseluruhan adalah

tentang perjuangan seorang gadis desa yang ingin mewujudkan obsesinya agar

dapat berhasil dan bisa merubah nasibnya. Namun karena tanpa didasari dengan

modal pendidikan dan pengalaman yang cukup, tokoh Tilarsih dapat dengan

mudah dijerumuskan hingga akhirnya harus merubah jalan hidupnya untuk

menjadi seorang pelacur ditengah kerasnya kehidupan yang melanda.

Novel Trah menampilkan tokoh-tokoh yang berbeda latar belakangnya,

namun interaksi antara tokoh-tokoh yang ada terhadap tokoh sentral dapat

mempengaruhi psikologis dari tokoh utama tersebut. Secara umum tokoh yang

ditampilkan dalam novel Trah tersebut merupakan tokoh kompleks, yaitu tokoh

cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan

perkembangan (perubahan) alur/plot yang dikisahkan. Dalam hal ini adalah

perubahan sikap Tilarsih yang begitu besar ingin mewujudkan obsesinya untuk

menebus ketertinggalannya agar menjadi orang yang sukses.

Tokoh Tilarsih digambarkan secara aktif berinteraksi dengan setting/latar

yang menjadi pijakan cerita, yaitu kehidupan masyarakat desa dengan berlatar

belakang masyarakat kelas bawah. Bagaimana seluruh lapisan masyarakat

merasakannya, baik lingkungan sosial alam dan hubungan antar manusia, terjadi

perubahan terhadap semua aspek kehidupan tokoh-tokohnya. Kesemuanya telah

berpengaruh terhadap sikap, watak dan tingkah laku.

Page 81: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Latar/ Setting yang ditampilkan oleh pengarang sepenuhnya merupakan

latar/setting yang berpijak pada masyarakat kelas bawah. Bagaimana keadaan

masyarakat bawah dan kehidupan warga desa ketika mengetahui bahwa sosok

Tilarsih yang selama ini dikenal sebagai bunga desa di kampungnya dan kebetulan

masih keturunan trah priyayi tersebut harus menjadi seorang pelacur di tengah

kerasnya kehidupan. Respon negatif dari masyarakat desa terhadap tokoh Tilarsih

yang berprofesi sebagai pelacur yang dianggap sebagai sampah masyarakat dapat

merusak citra nama baik desa tersebut dan bagi warga desa kenyataan tersebut

sangat memberatkan, terutama bagi masyarakat kalangan desa yang masih sarat

dengan kegotong royongan dan menjunjung tinggi nilai persaudaraan.

Kembalinya Tilarsih ke desa untuk memperbaiki hidupnya, dapat

memaksa terjadinya perubahan dan perkembangan karakter tokoh-tokoh dalam

novel tersebut. Melalui novel Trah, kita dapat memetik suatu pelajaran yang

berharga mengenai pesan (amanat) yang ingin disampaikan kepada pembaca baik

secara tersirat maupun tersurat. Pengarang disini memberikan suatu gambaran

bahwa trah seorang priyayi saja bisa menjadi sosok yang paling hina di mata

masyarakat, padahal kita tahu sendiri sosok priyayi harusnya dijadikan teladan

bagi masyarakat desa. Fakta sosial tersebut jika dikaitkan dengan kenyataan hidup

yang terjadi di masa sekarang ini dirasa wajar dan bahkan sering terjadi di sekitar

kita. Secara keseluruhan Atas S. Danusubroto dalam menampilkan novel Trah

memiliki pandangan yang cukup luas mengenai kehidupan. Aspek-aspek yang

ditampilkan oleh pengarang di dalam novel Trah yang terdiri dari tema, alur,

setting, penokohan dan amanat masing-masing memiliki keunikan dan keterkaitan

Page 82: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

yang saling menunjang. Secara umum cerita dalam novel ini merupakan novel

yang harus masuk daftar wajib baca terutama bagi anak muda jaman sekarang

agar dapat memberikan suatu pelajaran yang berguna mengenai pandangan

tentang sebuah obsesi seseorang dan bagaimana sikap kita dalam menyikapinya.

Ditinjau dari segi kepengarangan, perhatian terhadap unsur intrinsik

beserta penerapan dan metode kerja yang penulis terapkan perlu kiranya harus

dapat memperhatikan unsur intrinsik tersebut dengan cara yang mudah dipahami.

Pendekatan unsur intrinsik ini bertujuan untuk mencoba membuktikan sejauh

mana obsesi Atas S. Danusubroto yang tercermin melalui karyanya yang berjudul

Trah. Hal tersebut perlu diteliti karena pengaruhnya sangat dominan, baik

terhadap pengarang dalam proses penciptaan dan pembaca dalam proses

apresiasinya.

Page 83: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

C. Potret Kejiwaan Tokoh-Tokoh dalam Novel Trah.

1. Potret kejiwaan Tilarsih :

Tilarsih tokoh utama dalam Novel Trah ini adalah seorang gadis desa yang

berobsesi tinggi untuk menjadi orang sukses. Obsesi yang besar tersebut didorong

karena selama ini Tilarsih merasa bahwa nasibnya kurang beruntung dan sejak

kecil hanya dibesarkan oleh neneknya. Tilarsih merasa selama ini bahwa dirinya

selalu saja hidup dengan serba kekurangan dan penuh dengan kemunafikan.

Bayang-bayang leluhurnya yang bernama Resodrono yang dulunya adalah priyayi

yang sangat kaya dan tokoh masyarakat di desanya membuatnya tidak merasa

bangga karena pada kenyataanya sekarang hidupnya melarat dan kurang kasih

sayang. Permasalahan tersebut membuat Tilarsih ingin mewujudkan obsesinya

untuk menjadi seorang penyanyi dangdut yang terkenal di kota besar. Keinginan

tersebut muncul ketika dia berkenalan dengan Atun. Berkat dorongan dari Atun

inilah muncul obsesi yang besar dalam benaknya agar dirinya dapat keluar dari

jurang kemiskinan. Setiap orang didalam pergolakan jiwanya memiliki perasaan

ingin mencari kesenangan dalam hidupnya. Begitu pula dengan Tilarsih.

Tilarsih merasa bahwa pekerjaannya menjadi penyanyi dangdut di desa

tidak akan bisa merubah nasibnya, untuk itu Tilarsih mengambil jalan pintas yaitu

dengan menerima ajakan Atun pergi ke kota besar dengan maksud akan ditawari

sebagai penyanyi di sebuah kafe terkemuka. Namun nasib berkata lain, Atun yang

selama ini dipercayainya ternyata adalah seorang perekrut gadis yang tergabung

dalam sindikat perdagangan wanita yang dipimpin oleh Tante Kori.

Page 84: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Kehidupan di kota besar yang selama ini diimpikannya akhirnya terwujud,

namun kenyataan yang pahit membuatnya terjerumus ke dalam dunia pelacuran.

Kenyataan pahit yang harus diterima Tilarsih membuat dirinya sangat terpukul

dan menyesali segala keputusan yang diambil ketika masa depannya telah

dihancurkan oleh orang yang bernama Atun.

Harga diri dan kehormatan yang dimilikinya sekarang hanya dibeli dengan

beberapa uang kertas yang nilainya tidak seberapa dengan yang telah

dipertaruhkannya. Dampak kejadian tersebut membuat gejolak emosi yang kuat

dalam dirinya dan dan yang dirasakannya sekarang dirinya sudah tidak ada

harganya lagi sebagai seorang wanita.

Tindakan Tilarsih yang tidak mampu menguasai diri dalam mengontrol

emosi menurut Freud disebabkan dari Id yang menguasai Ego. Jadi ego sudah

tidak bisa memonopoli persediaan energi rohaninya. Setelah Ego dalam diri

Tilarsih sudah tidak dapat menyerap Id maka penyaluran energi ini dipergunakan

untuk tujuan pemuasan naluri-naluri alamiahnya yang mengarah kepada materiil

dengan kata lain yaitu uang. Berjalannya waktu, hal-hal yang berkecambuk dalam

benak Tilarsih sudah mulai hilang karena Tilarsih merasa yang paling penting

sekarang adalah bagaimana caranya untuk meraup rezeki yang sebanyak-

banyaknya dengan menjajakan tubuhnya. Para lelaki hidung belang yang hanya

ingin menikmati tubuh Tilarsih sekarang harus mau membayar mahal dengan

layanan yang diberikan Tilarsih

Norma agama, kesusilaan, maupun kesopanan dalam benak Tilarsih sudah

tidak berlaku lagi karena profesi yang dilakukannya ini menurutnya adalah

Page 85: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

sebagian dari pekerjaan yang meraup keuntungan lumayan dan sangat mudah.

Apalagi didukung dengan paras tubuh dan wajah yang cantik yang dimiliki

Tilarsih. Titel pelacur maupun pekerja seks komersial sudah akrab ditelinganya.

Ketika jiwanya terbawa pada dunia hitam putih, akhirnya seorang Tilarsih

menjadi frustasi yang berakibat stres berat. Pada saat segmenting itu datanglah

dewa penolong bernama Bagus.

Sosok Bagus dalam hal ini menjadi sangat penting karena tokoh ini

berperan sebagai juru penyelamat Tilarsih karena telah berhasil membawanya

pulang ke desa untuk memperbaiki hidupnya. Penjelasan dari Eyang Ronggo yang

mengatakan bahwa Bagus harus mau menebus kesalahan terhadap dosa kakek

Buyutnya yang bernama Kerta Samin membuat Bagus lebih meyakini dirinya

untuk menolong Tilarsih keluar dari dunia hitam. Dosa kakek buyutnya yang

bernama Kerta Samin yang membuat keluarga Bagus menjadi orang yang kaya

membuat Bagus seakan-akan tidak layak memilikinya. Bagus memiliki

keyakinan bahwa harta itu hanya titipan jadi jika Yang Maha Kuasa ingin

mengambilnya pasti akan habis. Dengan tekad tersebut, Bagus menjadi orang

yang tidak mudah menyerah dan semangat hidup yang sangat tinggi.

Isi Cerita Novel Trah semakin menarik perhatian pembaca ketika si

pengarang tidak melupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi proses

perkembangan kejiwaan Tilarsih diantaranya yaitu faktor keturunan, faktor

kemiskinan, faktor pendidikan, dan faktor lingkungan.

Page 86: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

2. Potret Kejiwaan Bagus

Bagus merasa sangat kecewa sekali mengingat bahwa gadis yang selama

ini dicintainya harus melayani para lelaki hidung belang. Perihal tersebut

membuat Bagus mengalami konflik batin yang sangat dalam karena sosok wanita

yang selama ini dicintainya dulu pernah menolaknya dan sekarang malah menjadi

pelacur di kota besar.

Tekad yang keras membuatnya tetap maju untuk menolong Tilarsih.

Pengaruh dari gejolak psikologis yang dalam pada diri Bagus setelah mengerti

Tilarsih menjadi pelacur dalam diri Bagus adalah bayangan kebimbangan seakan-

akan garis hidup yang dialami seperti dalam sandiwara sinetron. Satu pihak dalam

jiwa Bagus timbul perasaan ingin menolong dan membantu jalan hidup Tilarsih

dari lingkungan yang gelap untuk diajak kembali sadar ke jalan kebenaran, dilain

pihak dalam benak Bagus selalu terbebani karena sosok yang dicintainya sekarang

adalah seorang pelacur yang pekerjaannya pasti melayani nafsu liar para hidung

belang.

Dorongan super ego yang dapat mengendalikan perbuatan baik dan buruk

akhirnya sejalan dengan id dan ego dalam dirinya. Keseimbangan id, ego dan

super ego tersebut berdampak pada keputusan yang bulat dan kelapangan hati

yang besar untuk membantu Tilarsih sebisa mungkin.

Kepiawaian pengarang dalam memasukkan tokoh Bagus sebagai lawan

interaksi Tilarsih dalam hubungannya dengan masalah percintaan, membuat cerita

novel ini lebih menarik. Sosok Bagus dalam interaksinya dengan Tilarsih sangat

Page 87: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

pandai sekali menyembunyikan perasaannya karena dia merasa gengsi dan tidak

mau mengungkapkan perasaannya.

Pengalaman pahit yang dialaminya ketika Tilarsih dulu pernah

meremehkannya dan menolak ajakannya untuk bersekolah membuat Bagus takut

apabila dirinya dikecewakan oleh Tilarsih. Ditambah lagi dengan permasalahan

yang semakin merumit karena Bagus ingin mengentaskan Tilarsih dari profesinya.

Perjalanan kisah cinta antara Bagus dengan Tilarsih ini pastinya tidak berjalan

dengan mulus karena adanya status sosial yang sangat jauh. Bayangkan seseorang

yang dulunya dipuja karena kecantikannya dan akhirnya dipertemukan lagi dalam

cerita cinta berikutnya, tetapi celakanya cinta itu datang kembali setelah wanita itu

berprofesi sebagai pelacur. Padahal diceritakan dalam novel Trah tersebut Bagus

adalah tokoh pemuda berpendidikan yang berasal dari keluarga terhormat dan

disegani di tengah-tengah masyarakat desanya.

Status sosial yang sangat jauh dengan kekasihnya tersebut membuat Bagus

menjadi ragu-ragu dalam mendapatkan cinta dan kesetiaan. Untuk itu dalam

benak Bagus terbesit pikiran untuk menguji cinta dan kesetiaan Tilarsih dengan

cara meninggalkan desa dan menjauhkan diri dari pandangan Tilarsih dan bekerja

di luar pulau tanpa berpamitan secara langsung. Kepergian Bagus secara

mendadak membuat gejolak psikologis Tilarsih semakin memuncak.

Dampak tersebut membuat Tilarsih sangat terpukul karena orang yang

dicintainya tersebut pergi tanpa memuinya terlebih dahulu. Walaupun Tilarsih

adalah orang yang sudah berpengalaman dalam menanggapi para lelaki, namun

tidak pernah dirinya merasakan gejolak cinta yang begitu dalam. Tilarsih memang

Page 88: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

dulunya pelacur, namun dia juga sama seperti wanita pada umumnya yang juga

bisa merasakan jatuh cinta. Hanya kepada Bagus perasaan itu ditumpahkan

sepenuhnya dengan segenap jiwanya.

Efek dari kepergian Bagus juga membuat Tilarsih mengalami keraguan

yang sangat mendalam karena sosok Bagus yang dianggapnya seorang laki-laki

yang menyelamatkannya dari jurang kenistaan malah pergi ketika Tilarsih sangat

membutuhkan banyak dukungan dalam proses pertaubatannya. Kecintaannya

kepada Bagus ini seakan sia-sia karena laki-laki yang dicintainya begitu

mudahnya pergi dan hanya menitipkan sepucuk surat saja.

Dampak psikis yang dialami Tilarsih ketika Bagus yang tidak pernah

memberinya kabar hampir setahun membuat Tilarsih seakan-akan Bagus sudah

tidak mau mempedulikannya lagi. Jadi jalinan asmara yang dulu dibaginya selama

sepuluh hari hanya kebahagiaan yang lewat dan pergi begitu saja membuat

pergolakan jiwa dalam diri mengalami titik puncak. Di sinilah baru dia teringat

bahwa selama ini penantiannya sia-sia. Tilarsih sekarang sadar bahwa semua laki-

laki itu sama saja. Dia baru paham bahwa pencarian kepuasan itu tidak dapat

dipaksakan. Kutipan teks untuk memperkuat pandangan tersebut yaitu:

“Dheweke kepengin ngamuk lan melehake Bagus sing nyatane saiki

ngilang nganti tumindake kaya priya clingus. Nanging, upama dheweke

arep melehake Bagus, memirang priya kuwi, mesthi ora ana wong sejagad

sing arep mbelani Tilarsih. ”Kabeh mesthi bakal mbelani Bagus. Apa

maneh nalika padha gandheng kunca, nyatane priya kuwi wis menehi

dhuwit. Bebasan wong tuku, upama wis mbayar ateges wis lunas. Nanging

bab katresnan ora bisa diukur mawi dhuwit. Ati sing gempal. Angel

tambane” ( hal 179:28).

Terjemahan :

“Dirinya ingin marah dan melupakan Bagus yang kenyataannya

sekarang perti pria pengecut. Namun, misalkan dirinya ingin melupakan

Page 89: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Bagus, menuntut tanggung jawabnya, pasti tidak ada sejagad orang yang

mau membela Tilarsih. Semua pasti bakal membela Bagus. Apalagi ketika

berhubungan intim, pria tersebut sudah memberikan uang. Ibaratnya orang

beli, ketika sudah membayar berarti sudah lunas. Tetapi bab percintaan,

tidak bisa diukur dengan uang. Hati yang terluka susah sembuhnya” (hal

179:28).

Sosok tokoh pembantu yang tidak kalah penting dalam cerita ini yaitu

Mbah Mardiyah. Melalui sosok Mbah Mardiyah kita akan bisa memahami betapa

kuatnya sosok seorang wanita yang kuat dan tegar dalam menjalani cobaan yang

ada. Dampak Psikologi yang juga dialami Mbah Mardiyah sangatlah berat karena

ketika mengetahui bahwa cucu semata wayangnya (Tilarsih) yang selama ini

diasuhnya sendirian ternyata menjadi seorang pelacur di kota besar. Mbah

Mardiyah menjadi sangat syok dan merasa sangat tertekan sekali.

3. Potret Kejiwaan Mbah Mardiyah

Dorongan ego dalam diri Mbah Mardiyah disaat itu juga memuncak ketika

mengetahui Tilarsih menjadi pelacur sehingga mengakibatkan energi-energi

negatif dalam dirinya sudah tidak dapat dibendung dan akhirnya jatuh pingsan dan

sangat meratapi nasibnya. Berjalannya waktu Mbah Mardiyah mulai terbiasa dan

mau melupakan kesalahan yang telah diperbuat cucunya tersebut. Ketika

mengetahui bahwa Tilarsih sudah mau kembali ke desa dan berniat akan

memperbaiki dirinya, Mbah Mardiyah merasa tersentuh hatinya sehingga bersikap

seolah-olah seperti tidak ada masalah dalam dirinya. Kesabaran Mbah mardiyah

yang mau memaafkan cucunya yang telah berbuat salah merupakan gambaran

wujud cinta kasih antara nenek yang berperan juga sebagai orang tua Tilarsih.

Dalam cerita ini dikisahkan bahwa Mbah Mardiyah adalah sosok yang sangat kuat

Page 90: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

karena dari segi fisik sebanarnya Mbah Mardiyah sudah tidak sanggup lagi untuk

merawat Tilarsih.

Sosok wanita tua yang selama ini dianggap lemah dari segi fisik bisa

berubah karena faktor keadaan di sekitar lingkungan kita. Sosok nenek yang

kemudian berganti menjadi seorang ibu bahkan biasa disebut orang tua tunggal

atau single parent tercermin dalam cerita ini. Kunci dari dorongan semangat dari

sosok Mbah Mardiyah adalah Tilarsih. Selama ini Mbah Mardiyah memang tidak

memiliki harta benda namun memiliki harta lain yang lebih berharga yaitu

Tilarsih. Melihat Tilarsih bisa hidup bahagia, Mbah Mardiyah sudah cukup

merasa senang. Pasrah dalam menerima cobaan yang ada sudah menjadi hal yang

biasa bagi Mbah Mardiyah. Waktu tidak akan mungkin akan kembali, jadi dalam

diri Mbah mardiyah lebih baik berfikir ke depan. Ini semua dilakukannya atas

dasar cinta yang tulus kepada cucunya tersebut.

Super ego dalam hal ini berperan penting dalam mengendalikan ego yang

semula berpandangan negativ tetapi seiring berjalannya waktu ego dalam diri

Mbah Mardiyah semakin terkontrol dan dorongan id yang muncul dipuaskan ke

hal-hal yang positif dengan memberikan semangat kepada Tilarsih agar tegar

dalam menghadapi cobaan.

Kembalinya Tilarsih ke desa juga pastinya akan ada kontroversi yang

besar dari warga desa. Reaksi tersebut pasti akan memunculkan permasalahan-

permasalahan baru mengingat Tilarsih adalah seorang pelacur yang pulang ke

desa setelah bertahun-tahun hidup di kota. Resiko tersebut memang sudah

sepantasnya diterimanya karena segala perbuatan pasti akan ada resikonya. Dalam

Page 91: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

hal ini Tilarsih mengalami kecemasan realistis : yaitu suatu kecemasan yang

berasal dari luar. Tilarsih merasa tidak nyaman ketika kembali ke desa karena

tanggapan warga terhadap dirinya pasti negatif.

Kecemasan yang ditakutinya ternyata betul-betul terjadi. Warga desa

sangat menghujat atas kembalinya Tilarsih ke desa mengingat dirinya pernah

menjadi seorang pelacur. Bahkan rekan-rekan kerja terdekat Tilarsih yang

dulunya sering manggung sebagai penyanyi dangdut tidak mau bertegur sapa lagi

dengannya. Peranan tersebut menjadi lebih berbobot ketika pengarang

memunculkan seorang tokoh antagonis bernama Mbak Rita. Dikisahkan dalam

cerita novel ini mbak Rita adalah adalah seorang tokoh yang memiliki sifat buruk

misalnya iri dengki, merasa paling benar dan egois. Dan yang paling buruk tokoh

tersebut suka memprovokasi para warga. Persoalan yang keliatannya sepele di

masyarakat di tangan Mbak Rita menjadi sangat besar.

4. Potret Kejiwaan Mbak Rita

Mbak Rita selama ini selalu merasa tersaingi dengan kepulangan Tilarsih.

Dia tidak pernah merasa puas jika ada yang melebihinya. Sifat iri, dengki, dan

sewotnya muncul jika melihat segala tingkah laku yang dilakukan Tilarsih.

Melihat Tilarsih telah jatuh ke dalam pelacuran dan sekarang kembali ke desa.

Mbak Rita adalah orang yang paling kontroversial dan selalu mengompori para

warga agar mau mengikuti jalan pemikirannya untuk menghujat Tilarsih. Bahkan

sering sekali bentuk dorongan ego yang negatif berwujud melalui sindiran-

sindiran yang berisi hujatan dan penghinaan terhadap Tilarsih baik secara

langsung maupun tidak langsung. Sikap bencinya terhadap Tilarsih ditampilkan

Page 92: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

dengan sikap arogan, berperilaku kasar dan tingkah laku terkesan kampungan.

Tingkah kampungan tersebut dilukiskan dengan pola gerak tubuh Mbak Rita

misalnya berjalan dengan angkuh, bibir kemat-kemat, mata melotot dan

cenderung urakan. Setiap orang yang melihatnya merasa jengkel, geli dan

geregetan.

Perwujudan tokoh Mbak Rita perilaku seorang wanita yang menyimpang

dari kodratnya sebagai wanita yang selama ini dipandang lemah ternyata mampu

mempengaruhi dan memprovokasi tokoh lain yang mengakibatkan dampak yang

besar bagi tokoh yang dirugikan. Tokoh antagonis dalam novel Trah ini yang

lebih kontroversial diperankan oleh Kacuk.

5. Potret Kejiwaan Kacuk

Kacuk adalah sosok tokoh yang selama ini selalu mengganggu kehidupan

Tilarsih. Kacuk mempunyai kepribadian yang suka memaksakan kehendak. Kalau

tidak dituruti Kacuk ini bisa berbuat nekat. Perbuatan tersebut dilakukan terhadap

Tilarsih yaitu dengan memaksa Tilarsih agar mau menemaninya tidur. Namun

karena Tilarsih adalah wanita yang sudah berpengalaman jadi kebrutalan Kacuk

ini dapat disiasati.

Perbuatan yang dilakukan Kacuk tersebut sangat menyimpang dari norma

kesusilaan yang ada. Kacuk sebenarnya adalah sosok yang pengecut. Namun

karena sudah mengetahui bahwa Tilarsih pernah menjadi pelacur maka Kacuk

berani berbuat nekat dan sangat melecehkan Tilarsih. Tindakan tersebut didorong

oleh faktor psikologis yang ada dalam diri Kacuk. Ini dapat terjadi karena

dorongon ego yang negatif sudah tidak dapat dibendung lagi. Pemuasan naluri-

Page 93: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

naluri alamiahnya berubah menjadi naluri yang menggutamakan nafsu seksual.

Manusia dimanapun tidak bisa lepas dari nafsu seksual, tetapi perbuatan tersebut

boleh dilakukan jika ada ikatan pernikahan dan tidak melanggar norma hokum

yang ada, norma susila maupun norma agama yang berlaku.

Gejolak Psikologis terhadap orang yang hanya mengandalkan nafsu sexual

biasanya dipacu oleh faktor lingkungan dan pendidikan. Kacuk adalah orang yang

kurang berpendidikan, sehingga dalam berbuat tidak pernah berfikir dua kali dan

tidak peduli dengan resiko yang ada. Dalam kutipan teks diceritakan bahwa

Kacuk terkena batunya sendiri karena telah habis dimaki-maki oleh Tilarsih

karena mengetahui bahwa Tilarsih masih cucu Eyang Ronggo.

Cobaan demi cobaan yang silih berganti semakin mendatangi kehidupan

Tilarsih. Meski bertekad ingin bertaubat namun masih ada saja laki-laki hidung

belang yang ingin sekali mengajaknya kencan. Dalam novel Trah ini kesabaran

tokoh Tilarsih ini menuntut kerja keras yang penuh tantangan. Untuk mengalihkan

perhatiannya pada masalah yang bertubi-tubi dalam hidupnya, Tilarsih

mengalihkan fokusnya dengan mengisi kegitan yang positif yaitu mengikuti

kursus menjahit agar nantinya bisa dijadikan sandaran bekerja. Hujatan

terhadapnya sekarang ini sudah tidak difokuskannya lagi karena Tilarsih hanya

mementingkan dirinya sendiri untuk menjalani proses pertaubatannya. Semakin

berjalannya waktu, hujatan maupun remehan dari para warga desa sudah sama

sekali tidak dipedulikannya lagi. Tilarsih yang dulunya lemah sekarang menjadi

sosok wanita yang tabah dan kuat dalam menghadapi cobaan.

Page 94: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Hubungan yang dijalani bersama Bagus akhirnya diceritakan kepada Mbah

Mardiyah. Disaat itu juga Mbah Mardiyah menjadi sangat terpukul karena

mengetahui bahwa Bagus adalah cucu dari Kerta Samain. Ketidakpuasan Mbah

Mardiyah terhadap perlakuan kakek buyut Bagus yang bernama Kerta Samin

mengakibatkan kebenciannya terhadap anak cucu dan keturunanan Kerta Samin.

Namun semua itu dapat mereda karena kenyataannya hal tersebut berbalik, yaitu

faktanya cucu semata wayangnya malah menjalin cinta kasih dengan keturunan

Kerta Samin. Hal ini membuat Mbah Mardiyah sock dan tidak pernah menyangka

sama sekali.

Berkat jalinan hubungan antara Tilarsih dengan Bagus ini, maka selesailah

sudah kebencian terhadap anak cucu keturunan Kerta Samin karena Mbah

Mardiyah tahu bahwa kecintaan Tilarsih terhadap Bagus sudah tidak dapat

dipisahkan. Didukung dengan kebaikan Bagus yang akhirnya bisa mengentaskan

Tilarsih dari kenistaan, akhirnya Mbah Mardiyah tersadar bahwa kejadian masa

lalu harus sudah diakhiri karena Bagus hanyalah anak cucu yang tidak harus

menanggung dosa dari apa yang diperbuat kakek buyutnya tersebut. Perilaku

tersebut merupakan dorongan super ego yang mampu mengendalikan perbuatan

baik dan buruk.

Mbah Mardiyah akhirnya sadar karena tidak ada jaminan jika bibit yang

buruk akan melahirkan turunan yang buruk pula karena semua bergantung dari

orangnya masing-masing. Faktor yang mendorong Mbah Mardiyah dapat berganti

pola pikir karena dia merasa bahwa dirinya masih keturunan bibit priyayi namun

Page 95: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

pada kenyataannya cucunya sendiri malah menjadi pelacur. Bahkan hidup Mbah

Mardiyah selama ini juga di bawah garis kemiskinan.

Cerita novel Trah ini kemudian bergerak memasuki bab penyelesaian

konflik dengan kemunculan tokoh Bagus yang selama ini menghilang tanpa kabar.

Perasaan haru bercampur senang ketika Tilarsih bertemu dengan Bagus tersebut

merupakan dorongan ego yang sangat kuat dalam dirinya. Hanya Bagus yang

dapat menggetarkan perasannya dan membuat dirinya terbujur lemas karena tidak

menyangka bahwa Bagus yang selama ini hilang bagai ditelan bumi datang untuk

menemuinya.

Kesimpulan dari analisis psikologi sastra terhadap tokoh-tokoh yang ada

dalam novel Trah, dalam hal ini interaksi tokoh lain sentral (Tilarsih) terhadap

tokoh-tokoh lain yang dapat mempengaruhi proses kejiwaan masing-masing

pelaku. Novel Trah menceritakan tentang sosok wanita dalam kodratnya sebagai

makhluk Tuhan yang lemah, tetapi dilain pihak ada kekuatan dalam jiwanya yang

dapat mempengaruhi secara psikologis terhadap pihak lain yang dampaknya

sangat besar.

Novel ini melukiskan gambaran obsesi sosok tokoh yang diperankan oleh

Tilarsih terhadap interaksinya dengan tokoh-tokoh yang ada dalam novel tersebut.

Novel ini memberikan pelajaran yang berharga bahwa dalam menilai seseorang

jangan hanya dilihat dari segi fisik ataupun profesinya. Kenyataan pahit yang

membuat dirinya hancur merupakan realita hidup yang harus dilalui. Bayangkan

seorang gadis desa yang kurang berpendidikan harus mengalami nasib tragis

Page 96: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

menjadi wanita penghibur di tengah kejamnya kehidupan kota, dimana profesi

tersebut sebelumnya tak pernah terbayangkan sedikitpun.

Kehidupan dalam asrama yang tidak bisa hidup bebas serasa di dalam

penjara. Gerak-geriknya selalu diawasi, kebutuhan sehari-harinya harus melalui

seleksi dan pengawasan, belum lagi ketika melayani para tamu hidung belang

dengan nafsu birahi yang beraneka ragam dengan permintaannya. Beberapa hal

tersebut dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang mulai tampak tidak

menentu. Tilarsih merasa sangat gelisah, resah, sedih, dan bingung. Ia bersikap

berontak bahkan menolak anjuran siapapun tetapi ia tidak mengerti apa yang akan

diperbuatnya. Sikap Tilarsih yang dulunya supel, mudah bergaul sekarang

berubah menjadi pendiam, senang menyendiri, selalu merenungi nasib sehingga

dapat dikatakan bahwa Tilarsih cenderung tertutup (introvert).

Kemungkinan yang akan dilakukan Tilarsih dalam perkembangan

psikologinya yaitu ia akan berusaha menebus ketertinggalan dan kegagalan

hidupnya dan ingin mewujudkan obsesinya kepada siapapun bahwa dia

mempunyai kekuatan atau kelebihan yang bisa merubah jalan hidupnya, tetapi

garis hidupnya menjadi lain karena semua itu hanya fantasi di bawah alam bawah

sadarnya.

Profesi yang dilakukan Tilarsih adalah penuh tantangan, sarat resiko tinggi

dan kemampuan komunikasi yang mahir dan bahasa tubuh yang cerdas. Sebagai

manusia yang kalah berkompetisi ditengah masyarakat, disatu pihak kenyataannya

dia menjadi orang yang terhina dicampakkan oleh masyarakat, diuber-uber

penegak hukum karena profesinya bahkan dapat dikatakan bahwa dia itu lebih

Page 97: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

hina dari binatang, ibaratnya sampah masyarakat. Padahal kalau dilihat dari latar

belakang dalam cerita ini Tilarsih adalah keturunan dari Trah bibit priyayi, namun

kenyataannya hidupnya tidak pernah didukung dengan materi yang cukup dan

pendidikan memadai yang akhirnya membuatnya dapat dengan mudah terbujuk

oleh rayuan tipu daya orang dengan diiming-imingi gemerlap kota besar yang

sarat dengan kemewahan.

Faktor tersebut yang mendorong hal-hal yang dirasa tidak mungkin

menjadi sangat mungkin. Ini dibuktikan dengan bibit priyayi seperti Tilarsih yang

akhirnya berprofesi sebagai pelacur. Dalam kehidupan nyata hal tersebut banyak

terjadi seiring dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin konsumtif

dan kompetitif. Akhir cerita mengisahkan bahwa Bagus mengajak Tilarsih untuk

hidup bersama. Tilarsih merasa bahwa kesabaran dan kegigihannya dalam rangka

ingin memperbaiki hidupnya ini telah terbayarkan sudah. sampai tidak bisa

mengungkapkan kebahagiannya ini dengan kata-kata. Tilarsih hanya

mengungkapkanya dengan air mata.

Akhir cerita ini terdapat dorongan Super Ego yang dapat mengendalikan id

dan ego. Super ego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian,

fungsinya menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah,

pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Disamping

itu juga ada faktor-faktor lain yang sangat mempengaruhi proses perkembangan

kejiwaan tokoh Tilarsih, penjelasannya adalah sebagai berikut :

Page 98: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

a. Faktor Keturunan

Generasi penerus trah Resodrono yang notabene sebagai orang

terpandang karena kekayaannya dan peranan sosial di masyarakat

pedesaan yang sudah tidak diragukan lagi, seharusnya garis keturunannya

hidupnya pasti akan serba berkecukupan dengan harta yang

ditinggalkannya. Kenyataannya dalam novel trah ini diceritakan garis

keturunan yang berubah 360 derajat sepeninggalan Resodrono. Mbah

Mardiyah adalah anak bungsu Resodrono yang mengalami kepahitan

hidup sepeninggalan Resodrono karena tidak mendapat warisan apa-apa.

Harta warisan Resodrono telah habis dikuras oleh saudara kandung yang

lain berkat hasutan Kerta Samin yang bekerja sebagai orang kepercayaan

Resodrono. Pada akhirnya dalam novel Trah ini diceritakan keturunan

Mbah Mardiyah sampai kepada cucunya yaitu Tilarsih mengalami nasib

yang tragis karena hidup dengan serba kekurangan.

Tilarsih adalah cucu tunggal Mbah Mardiyah yang selama ini

dirawatnya karena sejak kecil sudah ditinggal oleh ibu dan juga bapaknya.

Berkat Kepiawaiaan pengarang dalam melukiskan peristiwa yang

berbanding terbalik tersebut, dalam kehidupan nyata bisa terjadi karena hal

tersebut memang tidak bisa menjadi jaminan. Jadi intinya yaitu orang dari

keturunan keluarga yang baik-baik belum tentu memberikan jaminan

keturunan yang baik pula begitu pula sebaliknya seseorang yang dari

keturunan serba kekurangan kadang-kadang didalam perjalanan hidupnya

Page 99: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

bisa memberikan contoh nyata dapat melahirkan keturunan yang

berkualitas.

Contoh :

Banyak orang sukses terlahir dari keluarga yang kurang mampu,

begitu juga seorang ilmuwan bahkan bergelar professor yang tersohor,

mereka kadang-kadang mempunyai garis cerita hidup yang berlatar

belakang dari keluarga petani maupun orang miskin.

b. Faktor Kemiskinan

Kekuatan pada novel ini terletak pada alur cerita dimana si

pengarang secara sengaja membawa sidang pembaca kepada kehidupan

keluarga Tilarsih yang penuh dengan kekurangan dan kemiskinan padahal

diceritakan pada novel ini penampilan seorang Tilarsih secara fisik

bertolak belakang dari kenyataan yang, karena siapapun tak akan percaya

kalau yang bernama Tilarsih tersebut hidup dan dibesarkan di keluarga

yang sangat keluarga miskin. Hal inilah yang menurut hemat penulis,

seorang pengarang cerdik memutarbalikkan fakta dalam dunia nyata.

Faktanya pada dunia nyata, untuk dapat mengatakan seseorang itu

dari keluarga berada atau keluarga miskin itu tidak cukup dinilai dari

penampilan fisiknya, cara berpakaiannya, gaya bicaranya dan sebagainya.

Justru hal tersebut dapat diperankan dengan baik oleh seorang Atun yang

dapat membaca Tilarsih melalui mata hati dan mata batinnya sehingga

penilaiian terhadap seorang Tilarsih bahwa kenyataannya Tilarsih dengan

mudah dipengaruhi oleh Atun berdasarkan faktor kemiskinan.

Page 100: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Jelaslah bahwa faktor kemiskinanlah yang dapat memperdaya

seorang gadis desa bernama. Sebagai seorang gadis desa yang hidup dalam

kemiskinan, pasti mempunyai obsesinya ingin merubah jalan hidupnya

agar dapat memenuhi semua kebutuhannya. Untuk mewujudkan

impiannya tersebut banyak jalan ditempuh. Ada yang melalui jalan baik,

ada yang melalui jalan buruk bahkan jalan pintas.

Pilihan dari berbagai jalan tersebut ada sebagian orang yang mau

melakukan apapun agar keluar dari kehidupan yang miskin sekalioun

ditempuh dengan cara-cara yang hina. Untuk hal inilah ditengah-tengah

masyarakat timbul berbagai persoalan social dan penyakit masyarakat

yang ditimbulkan akubat kemiskinan tersebut contohnya timbulnya

pelacuran, penjualan anak di bawah umur, kejahatan, pencurian,

perampokan, penipuan dimana-mana, pemalsuan merajalela, KKN

menjadi budaya, kemerosotan moral generasi muda yang jauh dari

kehidupan rohani yang semua itu memperparah tumbuhnya penyakit

masyarakat.

c. Faktor Pendidikan

Karya sastra novel Trah ini menjelaskan bahwa seorang Tilarsih

hanya sempat mengenyam pendidikan sampai bangku SMP. Kita bisa

bayangkan seseorang yang hanya mengenyam pendidikan di tingkat

pertama dihadapkan pada persoalan kehidupan rumah tangga yang sarat

dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang semuanya serba materi,

padahal seorang Tilarsih juga ingin menikmati indahnya kehidupan

Page 101: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Memimpikan rumah indah, mobil mewah, makan makanan yang enak

seperti orang-orang kota. Untuk itulah dalam benak Tilarsih bagaimanakah

semua hal tersebut dapat mudah diraih. Pengarang disini mampu

menonjolkan karakter Atun dengan kelihaiannya akhirnya dapat

membujuk dan merayu Tilarsih dengan berbagai siasatnya yang cerdik.

Tilarsih akhirnya dapat terpengaruh oleh rayuan Atun dengan berbagai

gemerlap dunia kota yang sarat dengan kemewahan yang akhirnya

menjerumuskan Tilarsih ke dunia pelacuran.

Penulis memiliki pandangan sendiri dalam menyikapi jalan cerita

novel Trah agar lebih berbobot yaitu mengenai unsur jalan pintas seorang

Tilarsih yang hanya seorang gadis desa tamatan SMP pergi ke kota yang

akhirnya terjerumus menjadi seorang pelacur. Akankah mudah seseorang

dapat terpengaruh begitu saja kalau tanpa pendidikan formal yang cukup

dan wawasan yang memadai padahal jalan yang ditempuh tokoh Tilarsih

tersebut penuh dengan resiko.

d. Faktor Lingkungan

Digambarkan dalam novel ini masyarakat pedesaan budaya anak-

anak muda yang tongkrongan dipinggir jalan sambil ngrumpi kesana-

kemari dibumbui dengan pertunjukkan orkes dangdut yang merupakan

gambaran suka ria masyarakat desa ketika merayakan hajatan pernikahan,

atau sunatan, gaya anak-anak muda yang sok ikut-ikutan meniru anak-

anak perkotaan yang dilukiskan bepergian ke kota Purworejo, bahkan

ngumpul-ngumpul di stasiunon sambil berjoget dan bersuka ria. Disini

Page 102: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

pengarang mencoba menyatukan alur cerita satu dengan lain yang tak

lepas dari pola pikir masyarakat desanya dalam hal ini (pengalaman

pribadi pengarang).

Faktor lingkungan masyarakat desa, petani dan nelayan diceritakan

secara detail oleh pengarang yaitu masyarakat desa Bubutan Purwodadi

Purworejo. Pola pikir kebanyakan masyarakat desa merasuk dan

mempengaruhi psikologi seorang Tilarsih yang dalam keputusan hidupnya

selalu menerima apapun yang terjadi walaupun pahit (nrima ing pandum) ,

pasrah atas garis hidupnya. Dapat dikatakan bahwa Tilarsih adalah orang

yang tak percaya diri dan tidak mempunyai pendirian. Maksutnya adalah

selalu mengikuti pola pikir yang berkembang di desanya.

Page 103: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

D. Obsesi Pengarang Melalui Novel Trah

Berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian ini sekaligus untuk

menjawab pertanyaan penelitian, maka dari hasil penelitian ditemukan beberapa

permasalahan kehidupan yang merupakan penggambaran obsesi Atas S.

Danusubroto dalam novel Trah. Untuk memudahkan pemahaman dan pencatatan

terhadap beberapa permasalahan tersebut, dirumuskan secara singkat, yang

pertama permasalahan tentang keturunan,kedua permasalahan tentang nilai

seorang pelacur di mata masyarakat, dan yang terakhir permasalahan tentang nilai

sebuah novel bila dikaji secara psikologi merupakan gambaran dari neurosis

sosial pengarang.

1. Permasalahan tentang Keturunan.

Permasalahan tentang keturunan yang merupakan penggambaran obsesi

Atas S. Danusubroto dalam novel Trah secara tersirat memberi pesan moral

terhadap sidang pembaca bahwa seorang keturunan trah priyayi yang notebene

dikenal sebagai tokoh panutan yang baik dan cerminan dari masyarakat dalam

perjalanan hidupnya, apapun dilema yang dilakukan akhirnya akan membawa

bibit keturunan yang baik pula, begitu pula sebaiknya seorang dari keturunan dan

latar belakang yang kurang baik maka akan membawa pengaruh terhadap

keturunannya yang telah melekat sehingga mempengaruhi perjalanan hidupnya

dengan hasil dan kelakuan yang tidak baik di tengah masyarakat.

Penyebab terjadinya permasalahan demikian yaitu segala perbuatan

tersebut bergantung dari kualitas kita sewaktu kita menanam, jika bibit tersebut

baik maka hasilnya juga akan baik, sebaliknya jika bibit tersebut jelek maka akan

Page 104: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

menanggung kejelekan tersebut. Ungkapan tersebut sangat cocok dengan pepatah

Jawa yang berbunyi “sapa sing nandur bakalan ngunduh”. Jadi apapun perbuatan

yang dilakukan oleh seseorang, suatu saat akan menerima akibatnya walaupun

akhirnya yang harus menanggung adalah trah keturunannya sampai ke anak, cucu

maupun buyutnya, ibarat orang menanam pasti akan menuai hasilnya kelak.

2. Permasalahan tentang Prostitusi.

Permasalahan tentang prostitusi yang merupakan penggambaran obsesi

Atas S. Danusubroto ditinjau dari inti cerita yang mengisahkan tokoh utama

bernama Tilarsih yang berprofesi sebagai pelacur. Pengarang sengaja memberikan

kesan bahwa pelacur juga manusia, mereka menjalankan profesi tersebut dengan

penuh kesadaran dan mengerti bahwa profesi yang selama ini dijalankan dinilai

hina di tengah masyarakat, perusak moral generasi muda, penyebar penyakit dan

sumber kerusakan rumah tangga orang lain. Namun dibalik itu semua, hati nurani

seorang pelacur juga mengatakan bahwa jika masih ada kesempatan, pastilah dia

ingin terlepas dari belenggu profesi sebagai pelacur dan ingin kembali ke jalan

yang benar agar bisa menjalani kehidupan sebagai anggota masyarakat yang baik

dan kembali hidup normal seperti yang dilakukan orang pada umumnya.

Keterbatasan pilihan akhir sebagai seorang pelacur, tokoh Tilarsih tersebut

juga sadar bahwa dari segi moral dan agama perbuatannya tersebut sangat

dikecam dan dosa. Semua agama pasti juga melarang perbuatan ini, di sinilah nilai

positif yang terkandung dalam novel Trah tersebut bahwa sebagai manusia yang

diciptakan oleh Tuhan, apapun perbuatan dosa yang dilakukan manusia dia akan

ingat hidup sesudah mati. Dalam ajaran agama apapun mengajarkan bahwa bekal

Page 105: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

untuk kehidupan abadi adalah perbuatan baik ketika ia hidup di dunia ini dan amal

kebajikan yang ia tinggalkan. Selama ini kita selalu memandang sosok pelacur

dengan sebelah mata, namun jika dipahami lebih dalam dan dari dari sudut

pandang yang berbeda, kita pasti akan melihat bahwa profesi pelacur ternyata

bukanlah keinginan mereka dan mereka tetap bagian dari anggota masyarakat.

Mereka hanyalah budak dari korban kemiskinan yang melanda. Praktek prostitusi

yang mereka jalankan tidak mungkin berhenti begitu saja karena sulitnya untuk

mencari penghidupan yang layak dan sulitnya untuk diterima kembali sebagai

anggota masyarakat mengingat mereka adalah seorang pelacur.

3. Neurosis sosial pengarang.

Neurosis sosial pengarang secara tegas tidak membicarakan konsep sastra,

namun jika ditinjau lebih jauh terhadap proses penciptaan karya sastra, pandangan

tersebut pasti akan menuju kepada proses kreatif pengarang. Proses inilah yang

kemungkinan dianggap oleh sebagian kritkus berkaitan erat dengan proses

terbentuknya karya sastra. Proses kreatif yang dimaksudkan disini adalah tentang

nilai sebuah novel bila dikaji secara psikologi merupakan gambaran dari neurosis

sosial pengarang. Jika demikian karya sastra merupakan bagian dari proses kreatif

itu. Emosi pengarang sangat dominan dalam penciptaan karya sastra. Oleh karena

itu karya ini tidak akan pernah lepas dari kondisi mental manusia. Kondisi mental

akan mendorong seseorang melakukan sesuatu yang disebut dengan proses

kreatif. Inilah mengapa kondisi psikologis sering juga mempengaruhi nilai-nilai

atau corak sebuah karya sastra.

Page 106: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

E. Makna Nilai Novel Trah Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Membaca Novel sebagai bagian dari karya sastra akan memberikan

pencerahan dan inspirasi bagi pembacanya. Begitu pula setelah penulis membaca

dan memahami betul-betul mengenai pesan yang ingin ditampilkan si pengarang

melalui Novel basa Jawa Trah karya Atas S. Danusubroto, terdapat pelajaran yang

sangat berharga yang berisi tentang pesan moral diantara masyarakat kita bahwa

masih ada sebagian masyarakat kecil yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai

moral yang berkembang ditengah masyarakat dan berjalan sesuai dengan

nalurinya melalui tokoh-tokoh yang ditampilkan oleh pengarang.

Hikmah yang dapat penulis ambil setelah membaca dan memahami isi

cerita novel trah sebagai bahan kajian skripsi sekaligus sebagai kelengkapan

syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1 yaitu dapat menambah

pembelajaran bagi penulis maupun sidang pembaca dalam rangka meningkatkan

kualitas sebagai bagian dari karya sastra itu sendiri. Bertolak dari asumsi tersebut,

maka akan dikaji makna dan nilai novel Trah bagi kehidupan masyarakat Jawa.

Tokoh Tilarsih merupakan tokoh utama yang diangkat oleh pengarang

sebagai gadis penerus silsilah Eyang Resodrono yang dulunya merupakan tokoh

masyarakat yang sangat dihormati karena status sosial dan ekonominya yang

menonjol. Menurut cara pandang sempit tidak mungkin tidak mungkin tokoh

Tilarsih bernasib seburuk itu mengingat harta yang berlimpah peninggalan kakek

buyutnya akan diwariskan oleh generasi selanjutnya, namun pada cerita ini hal

tersebut bisa menjadi mungkin ketika sepeninggal Eyang Resodrono hartanya

dicuri oleh Kerta Samin yang bekerja sebagai orang kepercayannya. Anak bungsu

Page 107: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Eyang Resodrono bernama Mbah Mardiyah yang akhirnya harus hidup dengan

kemelaratan. Mbah Mardiyah mempunyai anak yaitu ibu kandung Tilarsih yang

meninggal ketika melahirkan Tilarsih.

Cerita ini menjadi menarik ketika pengarang menceritakan tentang

perkembangan kehidupan Tilarsih mulai dari masa muda Tilarsih yang

berpendidikan hanya tamatan SMP, sehingga faktor tersebut mempengaruhi pola

pergaulan Tilarsih dan juga interaksinya terhadap masyarakat. Dalam usia remaja

yang masih sangat rentan terhadap pergaulan, Tilarsih menjadi seorang penyanyi

dangdut yang manggung dari kampung ke kampung. Pekerjaan tersebut dilakukan

karena menurut Tilarsih hanya kelebihan ini yang dimiliki Tilarsih. Pertemuan

pertamanya dengan Atun di Alun-Alun Purworejo yang akhirnya Tilarsih harus

terjerumus ke dalam prostitusi sebagai seorang pelacur yang akhirnya merubah

jalan hidup dan pola pikirannya.

Sebagai remaja desa Tilarsih berobsesi ingin menjalani kehidupan seperti

wanita kota yaitu ingin hidup mewah, mempunyai banyak uang, bisa membeli

barang apa saja yang ia sukai, pergi ke tempat wisata, makan enak, punya rumah

mewah, mobil mewah dan sebagainya. Untuk mewujudkan obsesinya tersebut

maka ia sadar harus bekerja keras membanting tulang, bahkan dengan segala cara.

Dalam pikiran gadis desa tersebut hanya ada satu kata yaitu sukses, padahal kalau

hal tersebut dicermati untuk meraih kesuksesan tersebut tentu saja tidak mudah

seperti membalikkan tangan. Dalam kehidupan nyata banyak orang yang

bermimpi ingin cepat-cepat meraih kesuksesan tersebut agar segera dapat

Page 108: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

dinikmati meskipun dengan jalan pintas yang pada kenyataannya dapat

membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Novel Trah memberi kesan tentang seseorang dari keturunan dan bibit

yang baik akan mendapatkan bibit yang baik begitu pula sebaliknya seseorang

dari keturunan yang tidak baik akan melahirkan bibit yang tidak baik, padahal

menurut pandangan penulis hal tersebut tidak berlaku di zaman modern ini. Pada

kehidupan nyata hal tersebut sangat bertolak belakang, banyak tokoh-tokoh di

negeri ini yang jika ditarik garis keturunannya ternyata diperoleh hasil dari

keturunan yang kurang baik misalnya tokoh pengusaha sukses dari anak seorang

petani miskin, tokoh pejabat dari anaknya penjahat, tokoh kyai kondang dari

keturunan preman. Walaupun dari sudut pandang pengarang dengan penulis

mengenai penilaian keturunan yang baik akan mendapatkan bibit yang baik pula,

dalam hal ini pendapat tersebut berseberangan, namun hal ini tidak bisa

diperdebatkan karena setiap orang memiliki penilaian sendiri dan cara pandang

sendiri dalam konsep hidupnya.

Novel Trah juga menceritakan tentang praktek prostitusi yang dijalankan

oleh para pelacur dengan sindikatnya yang mewabah di masyarakat. Praktek

prostitusi tidak mungkin bisa diberantas karena itu sudah menjadi penyakit

masyarakat. Bukti konkretnya yaitu pemerintah saja sudah kewalahan dalam

memberantasnya. Program Pemerintah hanya bisa mencegah, namun tidak

mungkin bisa memberantas. Pada akhirnya Pemerintah membuatkan lokalisas

khusus bagi para pelacur agar tidak berkeliaran di sembarang tempat, meskipun

kenyataannya sekarang tetap masih ada yag nekat. Dengan adanya lokalisasi bagi

Page 109: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

para pelacur, ternyata ada segi positifnya yaitu mengurangi dampak angka

kriminalitas misalnya mengurangi angka pemerkosaan, sebagai penyaluran

biologis seseorang yang berperilaku seks menyimpang dan ternyata jika dipahami

lebih betul profesi pelacur juga turut mengurangi pengangguran.

Pada prinsipnya setiap manusia ingin merubah jalan hidupnya menjadi

lebih baik meskipun ditempuh dengan berbagai cara termasuk dengan jalan pintas

sekalipun. Siapapun orangnya dan apapun profesinya akan banyak dipengaruhi

oleh obsesi yang ada dalam jiwanya masing-masing karena hal tersebut justru

yang setiap saat bersinggungan secara langsung maupun tidak langsung hingga

dapat mempengaruhi pola pikir dan kejiwaan seseorang.

.

Page 110: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan tentang analisis struktural dan analisis psikologi sastra mengenai

tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto

sebagai berikut :

1. Ditinjau dari segi struktural, novel Trah karya Atas S. Danusubroto

menunjukkan kesatuan yang utuh dan sangat erat kaitannya satu sama lain.

Unsur-unsur yang terdiri dari tema, alur, latar, penokohan dan amanat tersebut

bersama-sama membentuk makna totalitas. Tema cerita yang tergambar dalam

judulnya, yang kemudian didukung oleh unsur lainnya, yaitu alur, latar,

penokohan, dan amanat menampilkan masalah kehidupan seorang gadis desa

keturunan trah priyayi yang berobsesi ingin menjadi orang sukses namun

akhirnya harus terjerumus menjadi seorang pelacur.

Problematika yang dihadapi masing-masing pelaku dalam novel Trah

memiliki ciri khas tersendiri. Alur ceritanya adalah alur campuran yang

merupakan suatu jalinan yang bergerak melalui peristiwa-peristiwa yang

bergerak maju dan mundur. Pengarang mampu melukiskan perwatakan dari

tokoh-tokohnya yang terungkap lewat penampilan fisik, karakter dan

psikisnya. Latar atau setting yang digunakan meliputi latar tempat, latar waktu

dengan keterangan waktu baik abstrak maupun konkrit, serta latar sosial yang

ada, yaitu suasana dalam lingkungan desa yang berlatar belakang masyarakat

Page 111: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

kelas bawah. Amanat yang ingin disampaikan melalui novel Trah ini terdapat

pada masalah yang berkaitan dengan pribadi masing-masing tokoh dan

hubungan antar tokoh yang mempengaruhi perkembangan kejiwaan tokoh

utama. Secara keseluruhan unsur-unsur yang membangun struktur novel Trah

tersebut saling terkait secara utuh.

2. Ditinjau dari potret kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah

karya Atas S. Danusubroto, mengungkapkan kehidupan seorang gadis yang

berobsesi ingin menjadi orang sukses namun pada kenyataannya harus

mengalami pengalaman pahit dalam kehidupan yaitu menjadi pekerja seks

komersial. Hal tersebut didorong karena tokoh Tilarsih tersebut ingin

memuaskan obsesinya untuk menjadi biduan di kota besar yang

mengakibatkan dirinya harus mengalami perubahan kepribadian atau

mengalami perkembangan kejiwaan oleh faktor internal dan eksternal.

Kehidupan seorang wanita lugu bernama Tilarsih yang tinggal di desa

dengan lingkungan tentram, damai, kemudian bertemu dengan tokoh Atun

yang akhirnya menjerumuskannya menjadi seorang pelacur, mengakibatkan

pola kehidupannya berubah drastis. Sosok keturunan kaum priyayi yang

seharusnya dijadikan panutan dalam kehidupan masyarakat desa, dalam novel

ini diceritakan sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi.

Tokoh pelacur bernama Tilarsih yang kebetulan masih keturunan priyayi

bernama Resodrono harus menjadi pelacur, sehingga mengakibatkan dirinya

harus mengalami kecaman dari berbagai pihak, terutama para warga desanya.

Beban psikis yang ditanggungnya ketika Tilarsih menjalani proses perbaikan

Page 112: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

untuk kembali ke jalan yang benar dirasa Tilarsih sangat berat dan sangat

mempengaruhi perkembangan kejiwaannya. Hujatan, sindiran maupun

pengucilan para warga membuat Tilarsih bagaikan sampah masyarakat di

lingkungan desanya. Namun berkat kesabaran, kegigihan dan dorongan

spiritual dari orang-orang yang masih menyayangi Tilarsih, membuatnya

bangkit dan tidak mengurunkan niatnya untuk bertobat.

Sosok penggambaran tokoh Tilarsih ini jika dikaji menurut teori

kepribadian Freud, diambil kesimpulan bahwa id, ego, dan super ego dalam

diri Tilarsih mampu mengendalikan segala bentuk proses perubahan yang

dialami Tilarsih. Super ego dalam hal ini berperan sebagai pengendali segala

perilaku baik atau buruk. Super ego berperan sebagai penyeimbang antar id

dan ego. Jadi terbukti bahwa ketiga sistim kepribadian tersebut tidak dapat

dipisahkan karena berkaitan satu-sama lain dan saling bekerja secara

seimbang.

3. Ditinjau dari obsesi pengarang melalui karyanya berjudul Trah, dapat

diketahui bahwa setelah melakukan analisis secara mendalam dari seluruh

kandungan isi novel Trah, peneliti menemukan konsep yang secara tegas

membicarakan obsesi pengarang melalui novel Trah. Dalam teorinya Freud

lebih banyak membicarakan gejala-gejala psikologis yang diakibatkan oleh

kerusakan syaraf pada seseorang. Gejala inilah yang menurut Freud membuat

seseorang melakukan proses kreatif yang tertuang dalam bentuk karya yang

disebut neurosis sosial pengarang. Meskipun tidak secara tegas membicarakan

konsep sastra, teori psikoanalisis banyak mengupas tentang proses kreatif

Page 113: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

seseorang. Proses inilah yang kemungkinan dianggap oleh sebagian kritikus

berkaitan erat dengan proses terbentuknya karya sastra. Proses kreatif yang

dimaksudkan disini adalah semua hasil karya hidup manusia. Ilmu

pengetahuan, filsafat, seni, termasuk agama menurut Prof. Freud adalah hasil

kreatifitas manusia. Jika demikian karya sastra merupakan bagian dari proses

kreatif itu.

Emosi pengarang sangat dominan dalam penciptaan karya sastra. Oleh

karena itu karya ini tidak akan pernah lepas dari kondisi mental pengarang.

Kondisi mental akan mendorong seseorang melakukan sesuatu yang disebut

dengan proses kreatif. Inilah mengapa kondisi psikologis sering juga

mempengaruhi nilai-nilai atau corak sebuah karya sastra. Kondisi psikologis

sering menjadi materi dalam karya sastra.

Terlepas dari ada tidaknya konsep sastra dalam teori psikoanalisis,

berikut ini akan penulis sampaikan hubungan neurosis sosial pengarang

dengan proses penciptaan sastra itu sendiri. Atas S. Danusubroto sebagai

salah seorang sastrawan yang lebih peka dari masyarakat lingkungannya,

sering dapat melihat problematika kejiwaan dari manusia lainnya. Dia

menyaksikan tingkah laku masyarakat yang kurang beres dan menyajikannya

dalam sebuah kesaksian yang bernama karya sastra agar masyarakat

memahaminya dan mau mengubah atau memperbaiki ketidakberesan. Dalam

hal ini, tugas pembaca adalah sebagai saksi zaman, sedangkan perbaikan dan

perubahannya terserah kepada masyarakat itu sendiri. Sebagai manusia yang

peka dan mampu melihat sesuatu di balik permukaan, pengarang lebih

Page 114: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

banyak bertugas sebagai radar bagi masyarakatnya. Barangkali pengarang

dapat membuat perubahan sosial dengan karya-karyanya, tetapi bukan itulah

tugas utamanya. Sebagai manusia yang peka dia mudah tergugah oleh

ketidakberesan manusia sehingga mudah gelisah dan dicekam obsesi. Karena

itu, si pengarang mesti mengungkapkannya sebagai bahan pelepas beban

kegelisahannya secara kreatif ke dalam karya sastra, agar dapat dibaca dan

dipahami secara betul mengenai pesan moral yang ingin disampaikan secara

tersirat maupun tersurat. Jadi jelaslah sudah bahwa karya sastra itu merupakan

gambaran dari neurosis sosial pengarang.

4. Ditinjau dari makna nilai novel Trah dalam kehidupan masyarakat

khususnya Jawa dapat menyiratkan sebuah makna perjuangan seorang gadis

desa yang ingin mewujudkan obsesinya untuk memperbaiki nasib hingga

akhirnya harus terjerumus ke dunia pelacuran. Hal tersebut dalam kehidupan

nyata sering terjadi karena pada dasarnya setiap manusia pasti ingin hidup

sejahtera. Namun setiap perjalanan kehidupan seseorang pastilah berbeda-

beda. Jalan yang ditempuh Tilarsih tersebut membawanya ke dunia pelacuran

selama bertahun-tahun. Setelah lama menggeluti pekerjaannya sebagai

pelacur, tiba saatnya untuk dirinya kembali ke jalan benar. Segala upaya

dilakukann untuk memperbaiki dirinya yang telah rusak. Perjuangannya yang

sangat gigih ini merupakan bentuk obsesi yang disalurkan secara positif. Dari

sosok Tilarsih ini dapat kita ambil hikmahnya yaitu pada prinsipnya setiap

orang ingin meraih obsesinya yaitu dengan merubah jalan hidupnya agar lebih

baik meskipun dengan jalan pintas sekalipun.

Page 115: OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

B. Saran

Bertolak dari kesimpulan di atas, maka selanjutnya disampaikan beberapa

saran berkisar tentang novel Trah karya Atas S. Danusubroto, diantaranya sebagai

berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemajuan kepada

penikmat karya sastra Jawa atau pembaca dalam menyikapi permasalahan

yang ada dalam kehidupan. Setiap orang berhak mewujudkan obsesinya,

namun perwujudan obsesi tersebut harus melalui proses dan cara yang benar

agar diperoleh hasil yang maksimal.

2. Pendekatan yang dipakai dalam analisis novel Trah adalah pendekatan

psikologi sastra. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi

penelitian selanjutnya dengan pengungkapan yang berbeda. Peneliti juga

berharap akan muncul berbagai kajian terhadap novel Trah seperti Sosiologi

Sastra, Stilistika dan kajian lain sehingga semua nilai dalam novel ini dapat

terungkap dan berguna bagi pembaca khususnya dan masyarakat pada

umumnya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pembelajaran bagi

pengemar sastra Jawa agar tidak melupakan nilai-nilai moral yang terkandung

dalam karya sastra itu sendiri seiring dengan munculnya karya sastra dengan

genre baru yang kandungan isinya hanya bersifat materiil.