obesitas dalam islam

24
BAB III PENCEGAHAN OBESITAS PADA ANAK DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM Kesehatan merupakan nikmat Allah SWT yang tak terhingga sehingga harus disyukuri dan digunakan untuk beribadah kepada-Nya. Bersyukur dapat dilakukan dengan hati, lisan dan anggota tubuh. Bersyukur dengan hati berarti mengikrarkan dalam hati bahwa Allah sebagai pemberi kesehatan, dengan lisan berarti pengakuan dalam bentuk ucapan dan dengan anggota tubuh artinya menggunakan kesehatan untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT (Zuhroni, 2003). Tak selamanya seseorang akan sehat, segala sesuatu yang melampaui batas keseimbangan atau kewajaran akan menyebabkan terganggunya fisik, mental dan bahkan kesempurnaan amal seseorang. Jika dirumuskan maka sakit adalah gangguan fisik, mental, sosial serta adanya penyakit atau cacat pada seseorang. Sakit disebutkan dalam al-qur’an

Upload: iqbal-z-assyidiqie

Post on 31-Oct-2014

120 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ilmu penyakit anak

TRANSCRIPT

Page 1: obesitas dalam islam

BAB III

PENCEGAHAN OBESITAS PADA ANAK DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM

Kesehatan merupakan nikmat Allah SWT yang tak terhingga sehingga

harus disyukuri dan digunakan untuk beribadah kepada-Nya. Bersyukur dapat

dilakukan dengan hati, lisan dan anggota tubuh. Bersyukur dengan hati

berarti mengikrarkan dalam hati bahwa Allah sebagai pemberi kesehatan,

dengan lisan berarti pengakuan dalam bentuk ucapan dan dengan anggota

tubuh artinya menggunakan kesehatan untuk mengabdikan diri kepada Allah

SWT (Zuhroni, 2003).

Tak selamanya seseorang akan sehat, segala sesuatu yang melampaui

batas keseimbangan atau kewajaran akan menyebabkan terganggunya fisik,

mental dan bahkan kesempurnaan amal seseorang. Jika dirumuskan maka

sakit adalah gangguan fisik, mental, sosial serta adanya penyakit atau cacat

pada seseorang. Sakit disebutkan dalam al-qur’an dengan kata al-maradh.

Berbagai penyakit disinggung dalam al-Qur’an seperti al-Akmaha (buta), al-

Abrasha (sopak), dan al-A’raj (pincang). Dalam Islam, penyakit dibagi atas

penyakit jasmani atau fisik, penyakit jiwa, penyakit sosial dan penyakit

akidah (Zuhroni, 2003).

Memelihara kesehatan yang dijelaskan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits

dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (Nashr, 2004):

1. Menjaga Kesehatan

Allah SWT mengisyaratkan dalam firmanNya:

Page 2: obesitas dalam islam

Artinya:”(yaitu) dalam beberapa hari tertentu. Maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S al-Baqarah [2]: 184)

Imam Ibnu Qayyim mengatakan: “Dalam ayat ini, Allah SWT

membolehkan berbuka bagi orang yang sakit, karena alasan sakitnya.

Bagi orang yang bersafar karena berkumpulnya kesusahan-kesusahan

yang akan menyebabkan lemahnya badan maka Allah membolehkan

bagi mereka untuk berbuka, untuk memelihara kekuatan mereka dari hal-

hal yang bisa melemahkannya”.(Al-Jauziyah, 2004)

2. Menjaga diri dari hal-hal yang membahayakan

Kaidah ini diisyaratkan Allah SWT dalam firmanNya:

Artinya: “Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih)”. (Q.S al-Maidah [5]: 6)

Page 3: obesitas dalam islam

Dalam ayat ini Allah membolehkan orang yang sakit untuk

menggunakan debu yang suci dan tidak menggunakan air demi menjaga

badan dari hal-hal yang bisa membahayakan. Dalam ayat ini juga

terdapat peringatan untuk menjaga diri dari setiap hal yang

membahayakan, baik dari dalam maupun luar tubuh (Al-Jauziyah, 2004).

3. Menyingkirkan zat-zat yang merusak

Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah dalam firmanNya:

Artinya: “Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu:berpuasa” (QS. al-Baqarah [2] : 196)

Dalam ayat ini Allah SWT membolehkan orang yang sakit atau yang ada

gangguan di kepalanya, seperti: kutu, rasa gatal, atau yang lainnya pada

saat berhaji untuk memotong rambut. Hal ini bertujuan untuk

menyingkirkan zat-zat yang menyebabkan penyakit di kepalanya.

Menahan zat-zat yang rusak di dalam tubuh dapat menjadi penyebab

utama timbulnya penyakit-penyakit ganas. Para dokter dan ulama seperti

Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang jika ditahan

bisa menimbulkan penyakit ganas, yaitu darah apabila tekanannya naik,

mani jika telah memuncak (tidak tersalurkan), air kencing, kotoran,

muntah, bersin, mengantuk, lapar dan haus. Hal-hal tersebut apabila

ditahan akan mengakibatkan penyakit sesuai dengan kadarnya.

Sudah menjadi kesepakatan ulama bahwa menjaga kesehatan lebih

baik dari pada mengobati, untuk itu perlu upaya sejak dini agar seseorang

Page 4: obesitas dalam islam

tetap sehat. Dalam menjaga kesehatan dapat dilakukan dua tindakan yaitu

tindakan pencegahan atau preventif dan perlindungan kesehatan tubuh.

Tindakan pencegahan sendiri ada dua jenis yaitu pencegahan dari hal-hal

yang dapat menimbulkan sakit dan pencegahan dari sesuatu yang dapat

memperparah penyakit yang sudah ada. Cara pertama disebut pencegahan

primer yaitu mencegah timbulnya penyakit pada orang yang sehat. Cara yang

kedua adalah pencegahan bagi orang yang sakit agar penyakitnya tidak

bertambah parah. Dasar dari amalan ini adalah firman Allah SWT dalam

surat al-Maidah ayat 6 yang menjelaskan pencegahan penyakit dengan air

karena air bisa membahayakan kesehatan seseorang yang menderita penyakit

tertentu (Al-Jauziyah, 2004).

Dalam hal ini, tindakan yang paling nyata dalam mencegah terjadinya

penyakit adalah dengan melakukan pola hidup yang baik, dari mulai makan

hingga beraktivitas. Islam mengajarkan ummatnya bagaimana cara makan

yang baik, seperti jenis makanan, cara makan, porsi makanan, hingga pola

atau waktu makan. (As-Syayyid, 2006)

Nutrisi yang Baik Untuk Anak Menurut Islam

Bayi di Bawah Lima Tahun (Balita)

Memerhatikan makanan seimbang bagi anak akan sangat membantu

menghindarkan mereka dari makanan yang buruk sekaligus membantu

pertumbuhan mereka secara alami. Sebab, kebutuhan mereka terhadap energi dan

unsur-unsur makanan saat beraktivitas sehari-hari lebih besar dibandingkan

dengan kebutuhan orang dewasa. (As-Syayyid, 2006)

Page 5: obesitas dalam islam

Oleh karena itu, seorang anak harus mengonsumsi makanan beragam

secara rutin setiap hari, khususnya karena mereka tidak bisa mengonsumsi

makanan sendiri sebanyak makanan yang dikonsumsi oleh orang dewasa.

Sebagaimana mereka juga harus diarahkan dan dibimbing untuk membiasakan

diri memakan makanan yang baik dan benar sejak dini sekaligus memotivasi

mereka untuk melakukan aktivitas gerakan atau olahraga sehingga tidak

mengalami obesitas atau kegemukan. (As-Syayyid, 2006)

Anak yang Masih Menyusui

Setelah lahir dan hidup di dunia ini, sang buah hati pun menjadi demikian

bersandar dan membutuhkan ibu, layaknya kebutuhan cabang pada akar. Dia

membutuhkan makanan yang sama yang dulu pernah diserapnya di dalam darah,

ketika masih menjadi janin. Kemudian dengan ilmu, kekuasaan dan kalimat Allah,

darah itu berubah menjadi susu yang bersih dan murni yang mengandung berbagai

unsur yang sesuai bagi pertumbuhannya. Kemudian susu itu mengalir ke payudara

untuk kemudian atas hidayah Allah pula sang anak menyerap makanan melalui

anggota tubuh sang ibu tersebut. Allah berfirman, (As-Syayyid, 2006)

“Yang menentukan kadar (masing-masing) dan menentukan petunjuk” (Q.S al-

A’la [87]: 3)

Al-Quran al-Karim telah menyebutkan beberapa aturan yang mengatur

masalah penyusuan alami dan aturan pemeliharaan anak yang masih menyusu

kepada selain ibu kandung, yakni ibu susuan dan bukan termasuk salah satu

nasab. Berkenaan dengan masalah ini, Allah berfirman, (As-Syayyid, 2006)

Page 6: obesitas dalam islam

“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang

ingin menyusui secara sempurna” (Q.S al-Baqarah [2]: 233)

Dari ayat tersebut terlihat jelas aturan sebagai berikut:

Seorang ibu berkewajiban untuk menyusui anaknya melalui payudara dan

tidak mengingkari pentingnya hak anak untuk menikmati air susu dari payudara

ibunya, bila mampu, dan tidak menolak memberikannya selama masa menyusui,

bagi siapa saja yang ingin menyempurnakan penyusuan, yakni selama 2 tahun.

(As-Syayyid, 2006)

Namun demikian dibolehkan juga menyapih anak sebelum masa yang

telah ditetapkan oleh Al-Quran al-Karim, yaitu 2 tahun, dengan syarat ada

kesepakatan antara ayah dan ibu, tanpa harus mengesampingkan kemaslahatan

sang buah hati dan jaminan pengasuhannya. Hal itu sesuai dengan firman Allah,

(As-Syayyid, 2006)

“Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan

antara keduanya, maka tidak ada dosa antara keduanya” (Q.S. al-Baqarah [2]:

233)

Menyusukan anak kepada wanita lain, padahal dia mampu melakukannya,

merupakan suatu tindakan yang tidak dibenarkan agama. Oleh karena itu, Islam

benar-benar telah menancapkan tiang penopang materi untuk kepentingan

penyusuan ini, di mana Islam telah memberikan nafkah penyusuan jika terjadi

Page 7: obesitas dalam islam

perceraian dengan suaminya, sehingga kepentingan anak tidak terabaikan dan bisa

memenuhi segala makanan yang dibutuhkan. Allah berfirman, (As-Syayyid,

2006)

“Tenpatkanlah mereka (para istri) di mana kalian bertempat tinggal menurut

kemampuan kalian dan janganlah kalian menyusahkan mereka dan menyempitkan

(hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) sedang hamil,

maka berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan, kemudian

jika mereka menyusui (anak-anak) kalian maka berikanlah imbalannya kepada

mereka; dan musyawarahkanlah di antara kalian (segala sesuatu) dengan baik;

jika kalian menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)

untuknya” (Q.S. ath-Thalaq [65]: 6)

Dengan demikian Allah SWT telah menjamin kebutuhan makanan bayi

melalui air susu ibunya. Pada tiga hari pertama, payudara mengeluarkan cairan

yang berwarna kekuningan dalam jumlah yang tidak banyak yang disebut

kolostrum. Cairan ini bisa mencukupi kebutuhan makanan bayi di awal

kehidupannya di dunia, yang kaya akan protein, antibodi, vitamin dan mineral.

Sebagaimana cairan ini juga memiliki manfaat lain, yaitu membiasakan alat

pencernaan bayi untuk bisa beradaptasi dan menerima sekaligus mencerna

makanan. (As-Syayyid, 2006)

Dan pada hari keempat, barulah payudara ibu mengeluarkan zair susu yang

merupakan makanan bayi. Susu ibu mengandung zat-zat yang menambah

kemampuan tubuh bayi untuk melawan berbagai macam penyakit. Sebagaimana

Page 8: obesitas dalam islam

ia merupakan makanan aman yang mengandung berbagai macam unsur makanan

yang dibutuhkan bayi pada usia enam bulan pertama. (As-Syayyid, 2006)

Ketika bayi telah mencapai 6 bulan, maka seorang ibu harus memberikan

makanan pendamping yang kaya akan energi, protein, vitamin dan mineral,

misalnya telur, buah-buahan, sayur-sayuran dan semua makanan yang diolah dari

hewan. (As-Syayyid, 2006)

Secara lambat laun dan bertahap, sang buah hati akan terbiasa dengan

makanan-makanan. Setelah gigi tumbuh dan bayi telah terbiasa dengan makanan-

makanan cair dan lembut, maka dimungkinkan baginya untuk mengonsumsi

makanan agak keras. Untuk kemudian secara bertahap meningkat pada jenis

makanan keras. Makanan bayi memerlukan tempat khusus yang bisa menjaga

kebersihan dan mudah untuk dikonsumsi dan dicerna. (As-Syayyid, 2006)

Telah dibuktikan pula bahwa menyusui memiliki manfaat perlindungan

dan pencegahan dari berbagai macam penyakit yang membahayakan, misalnya

penyakit kanker. Sangat kecil sekali kemungkinan penyakit kanker payudara

khususnya akan menghinggapi ibu-ibu yang menyusui, jika dibandingkan dengan

mereka yang tidak menyusui anaknya. Dan lebih kecil kemungkinannya menimpa

wanita menikah dibanding wanita yang tidak menikah. Dengan demikian,

penyusuan alami memiliki manfaat yang sangat banyak. (As-Syayyid, 2006)

Di lebih dari satu tempat, Al-Quran al-Karim telah menunjukkan

pentingknya penyusuan alami, dimana Allah berfirman, (As-Syayyid, 2006)

Page 9: obesitas dalam islam

“Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, ‘Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau

khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah

engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan

mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul’” (Q.S.

al-Qashash [28]: 7)

Kaum muslim terdahulu telah berusaha memotivasi para ibu untuk

menyusui anak-anak mereka secara alami, karena pengetahuan mereka yang

mendalam mengenai pentingnya penyusuan bagi anak dan keluarga sekaligus.

(As-Syayyid, 2006)

Islam merupakan agama yang aktif dan penuh kasih sayang yang selalu

menyeru setiap orang berakal untuk meneladani orang-orang muslim terdahulu.

Sementara kedokteran modern telah menegaskan bahaya sikap yang mnegabaikan

penyusuan alami. Islam telah memuliakan kita, baik sebagai ibu, ayah, anak,

maupun masyarakat, ketika ia memerintahkan kita untuk memelihara dan

mempertahankan hal-hal yang baik di atas. (As-Syayyid, 2006)

Perlu disebutkan, World Health Organization (WHO) di akhir abad ke-20

telah menekankan pentingnya penyusuan alami ini. Kemudian dengan bekerja

sama dengan beberapa negara anggota, WHO telah mengampanyekan pentingnya

penyusuan ini bagi bayi sekaligus mengingatkan untuk menghindari makanan-

makanan buatan yang terbuat dari berbagai macam campuran, untuk kemudian

membuat aturan yang melarang mengiklankan produk-produk tersebut atau

menganjurkan para ibu untuk memberikannya kepada anak-anaknya. ASI

memeiliki beberapa kelebihan, diantaranya: (As-Syayyid, 2006)

Page 10: obesitas dalam islam

1. Bersih dan steril

2. Tidak dingin dan tidak juga panas

3. Siap dikonsumsi kapanpun

4. Tidak busuk saat dalam penyimpanan

5. Cocok bagi pencernaan bayi

6. Bisa memberi antibodi khusus untuk melawan berbagai kuman dan virus

penyakit.

7. Menyusui langsung dari payudara ibu dapat mencegah terjadinya

kegemukan pada anak dan juga ibu

8. Menyusui dari payudara ibu juga bisa menumbuhkan rasa kasih sayang

sekaligus mempererat hubungan emosional antara anak dan ibu.

Obesitas dalam Sudut Pandang Islam

Obesitas merupakan abnormalitas atau kelebihan akumulasi lemak di dalam

tubuh yang dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan. Hal ini dapat

terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan energi untuk

waktu yang lama (Behrman dkk, 1996).

Obesitas pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah faktor genetik, kebiasaan dan pola makan yang buruk, dan inaktivitas fisik

(kurang berolahraga, sering menonton televisi, bermain games, dll) (Ferry, 2007).

Obesitas pada anak dapat berdampak buruk bagi kesehatan karena dapat

menjadi penyebab langsung atau faktor predisposisi dari berbagai penyakit seperti

Page 11: obesitas dalam islam

penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, gangguan ortopedik, pseudotumor

serebri, dan alergi. (Hidayati dkk, 2008)

Mengenai makanan dan pola makan, Islam tidak hanya menyinggung

tentang makanan dan kandungannya saja, juga kesempurnaan dan kesehatan

makanan, serta cara mengonsumsinya. Sebab pola makan yang buruk dan

berlebih-lebihan dalam mengonsumsi makanan atau sebaliknya, terlalu sedikit

mengonsumsi makanan dari yang seharusnya, serta tidak memerhatikan

keseimbangan kandungan makanan, akan mengakibatkan munculnya berbagai

macam penyakit. (As-Syayyid, 2006)

Selain itu pola makan serta kualitas dan kebersihan makanan memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap pencernaan yang baik, juga kemampuan

tubuh untuk menyerap zat-zat makanan dengan segala macam ragamnya. (As-

Syayyid, 2006)

Jika seseorang mengonsumsi makanan yang mnegandung selera ini

melebihi batas kebutuhannya, maka dia harus mengimbanginya dengan

berolahraga, agar zat-zat yang berlebih yang tidak dibutuhkan tubuh terbakar. Jika

seseorang mengonsumsi makanan yang menyuplai kalori lebih banyak dari yang

dibutuhkannya, maka hal itu akan menyebabkan kelebihan berat badan.

Sebaliknya, bila dia mengonsumsi makanan lebih sedikit dari yang dibutuhkan,

makan berat badannya akan menurun sehingga mnejadi kurus, yang rawan sekali

terhadap serangan berbagai penyakit. Dan jika seseorang menciptakan

keseimbangan antara kebutuhan kalori dan aktivitas yang dilakukannya, berarti

dia telah menjaga berat badan ideal. (As-Syayyid, 2006)

Page 12: obesitas dalam islam

Berbagai penelitian ilmiah modern menetapkan, mengonsumsi makanan

yang banyak tanpa dicerna dengan baik memaksa pankreas mengeluarkan

sejumlah enzim yang melebihi batas kebutuhannya, yang jika pola makan

berlebihan ini dilakukan secara terus-menerus akan menyebabkan

ketidakmampuan melakukan tugas dan aktivitas atau radang yang parah.

Sebagaimana kemampuan jaringan tubuh untuk mengubah unsur-unsur makanan

menjadi melemah saat berbagai macam makanan masuk ke dalam lambung dalam

satu waktu sekaligus.

Penyakit yang disebabkan oleh sikap berlebih-lebihan dalam makan ini bisa

lebih berbahaya jika dibandingkan dengan penyakit yang disebabkan oleh

kekurangan makanan. (As-Syayyid, 2006)

Adalah penting bahwa orang yang bersikap menahan diri dan memakan

apa yang cocok dan sesuai dengan seleranya, namun tanpa berlebihan. Umar r.a.

berkata, “Hindarilah berperut buncit, karena ia merusak tubuh, menyebabkan

penyakit dan menjadikan shalat sebagai pekerjaan yang melelahkan.

Manfaatkanlah bekam, karena ia membuat badan beres. Hindarilah semua yang

berlebihan, karena Allah membenci orang berilmu yang bertubuh gendut”. Hadist

ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim. (As-Suyuthi, 2006)

Hippocrates berkata, “Memelihara kesehatan yang baik bergantung pada

kerja secara wajar dan menghindari makan dan minum terlalu banyak”. Dia juga

berkata, “Makanan yang merugikan tetapi sedikit lebih baik daripada makanan

yang baik namun terlalu banyak”. (As-Suyuthi, 2006)

Page 13: obesitas dalam islam

Sejak beberapa abad yang lalu, Islam telah membuat aturan dan ajaran bagi

ummat manusia untuk mengatur langkah jalannya dan mengawasi semua

pergerakannya. Terkadang dalam bentuk larangan, terkadang juga dalam bentuk

bimbingan dan terkadang dengan menarik perhatian, agar tubuh manusia berdiri

tegak di atas dasar-dasar yang kukuh dan bangunan yang baik, yang kelak akan

membuatnya mampu menghadapi dan menjalani kehidupan. Dengan demikian

mengonsumsi makanan secara berlebih-lebihan jelas bertentangan dengan ajaran

Islam. Allah SWT berfirman, (As-Syayyid, 2006)

“Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepada kalian,

dan janganlah melampaui batas” (Q.S. Thaha [20]: 81)

“Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaian kalian yang bagus pada setiap

(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh,

Allah tidak menyukai orang yang berlebihan” (Q.S. al-A’raf [7]: 31)

“Sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka

akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran

yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Teliti terhadap (keadaan) hamba-

hamba-Nya, Maha Melihat” (Q.S. asy-Syura [42]: 72)

Page 14: obesitas dalam islam

“Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya.

Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya.

Kalau toh, dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk

minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas” (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan

Muslim)

Untuk itu, Islam mengajarkan pola hidup sehat yang meliputi (Zuhroni, 2003):

a. Mengatur pola makan dan minum

Dalam ilmu kesehatan dan gizi disebutkan bahwa makanan merupakan

unsur terpenting untuk menjaga kesehatan. Dalam Islam, makanan yang baik

untuk kesehatan adalah makanan yang halal dan thayyib.

Obesitas sering disebabkan oleh perubahan pola hidup masyarakat yang

tidak sehat akibat memakan makanan secara berlebihan yang tidak diimbangi

dengan pengeluaran kalori seperti kurangnya berolahraga. Islam sangat

menganjurkan agar mengatur pola makan yang tidak berlebihan sehingga badan

selalu segar dan sehat. Dianjurkan pula agar makan tidak terlalu kenyang atau

dekat jaraknya karena menurut pakar kesehatan, makan terlalu banyak yang

melebihi kebutuhan tubuh akan membahayakan bahkan menyebabkan munculnya

berbagai penyakit yang dipredisposisi oleh obesitas.

Perintah untuk mengkonsumsi makanan yang baik dan tidak berlebihan

terdapat pada firman Allah SWT :

�وا �ُل ُك ِم�ن �اِت� َب َط�ِّي ِم�ا �ْم� �اُك ْق�َن َز� َر� َو�اَل� �ْط�َغ�و�ا َت ِف�ِّيِه�

Artinya: “Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah kami berikan kepada kalian dan janganlah melampaui batas,” (QS. Thaha [20]:81)

Page 15: obesitas dalam islam

Allah SWT berfirman:

Artinya:“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S al-A’raf [7]:31)

b. Keseimbangan beraktivitas dan istirahat

Islam menekankan keteraturan untuk menjaga ritme hidup dengan cara

melakukan aktivitas yang diimbangi dengan tidur yang cukup, istirahat yang

cukup di samping hak-haknya kepada Allah untuk beribadah seperti dalam hadist

yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar,

Artinya: “Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak yang harus kamu penuhi.” (Mutafaq’alaih).

c. Olah raga sebagai upaya menjaga kesehatan

Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kedokteran adalah

olah raga. Kurangnya aktivitas fisik pada seseorang dapat meningkatkan risiko

PJK pada kemudian hari sehingga perlu upaya preventif seperti olah raga. Dalam

pandangan ulama fikih, hukum olah raga adalah mubah, bahkan bisa bernilai

ibadah jika diniati sebagai ibadah atau agar mampu melakukan ibadah dengan

sempurna dan pelaksanaannya sesuai dengan norma Islami. Dari sumber hadits

dapat dijumpai berbagai riwayat, adakalanya Nabi berolah raga, juga

Page 16: obesitas dalam islam

menganjurkan berolahraga. Berbagai jenis olah raga yang dianjurkan Nabi adalah

renang, memanah, berkuda, anggar, dll.

Kata memanah sebagai kekuatan pernah disebutkan Nabi di atas mimbar

sebanyak 3 kali, sebagaimana dinyatakan dalam hadits:

Artinya: Nabi berkata:”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, ingatlah kekuatan itu adalah memanah, ingatlah kekuatan itu adalah memanah.” (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad dan al-Darimi)