documento

23
Tax Incentive adalah pengurangan, pengucilan, atau pembebasan dari kewajiban pajak, yang ditawarkan pemerintah sebagai daya tarik untuk terlibat dalam kegiatan tertentu (seperti investasi barang modal) untuk jangka waktu tertentu. jenis insentif pajak secara umum adalah ; tax holiday, Investment allowance and tax credit, timing differences, dan reduced tax rates . 1. Tax holidays dan Tax Allowance Tax Holiday dapat diartikan sebagai periode pembebasan pajak penghasilan untuk industri-industri baru, yang diberikan oleh negara- negara berkembang dalam rangka untuk mengembangkan atau diversifikasi industri. Tax allowance diterjemahkan sebagai keringanan/pengurangan pajak. Fasilitas PPh yang diberikan dalam tax allowance berupa pengurangan penghasilan neto sebesar 30 persen dari jumlah investasi yang dibebankan selama enam tahun, masing-masing 5 persen per tahun. Tax holiday diberikan dalam periode waktu yang terbatas dan hanya diperbolehkan bagi perusahaan yang baru didirikan. Jangka waktu efektif dari tax holiday tergantung dari start awal berlakunya tax holiday. Alternatif titik awal tax holiday antara lain tanggal perusahaan didirikan atau terdaftar secara resmi, tanggal perusahaan mulai berproduksi atau usaha mulai dijalankan, tahun dimana perusahaan pertama kali mendapatkan keuntungan, atau tahun dimana perusahaan pertama kali memperoleh penghasilan kena pajak Insentif tax holiday sangat berkaitan dengan ketentuan mengenai penyusutan dan kompensasi kerugian. Dalam beberapa sistem pajak, Wajib Pajak dapat memilih untuk membebankan biaya penyusutan saat mulai diperolehnya aktiva atau menunda beberapa tahun sampai dengan kegiatan usaha dimulai dan memperoleh laba. Keuntungan insentif pajak berupa tax holiday antara lain adalah keuntungan dari segi kesederhanaan, karena dengan tidak adanya pajak yang harus dibayar pada masaholiday maka baik bagi kantor pajak maupun wajib pajak tidak perlu melakukan filing danaudit pajak serta tidak ada biaya administrasi. Sedangkan kelemahannya antara lain adalah: The cost of tax holiday, dalam arti penerimaan pajak yang hilang bagi host country yang tidak dapat diperkirakan didepan dengan tingkat akurasi yang cukup. Tax holiday sering dimanfaatkan oleh investor yang cenderung mobile dengan memindahkan usahanya ke negara lain untuk mendapatkan tax holiday yang baru jika masa manfaat tax holiday di suatu negara sudah habis. Dengan praktek tersebut, negara host country kehilangan benefit dari adanya investor tersebut. Tax holiday menciptakan kesempatan untuk penghindaran pajak atau manipulasi pajak.

Upload: nasta-aulia-listi

Post on 17-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Tax Incentive adalah pengurangan, pengucilan, atau pembebasan dari kewajiban pajak, yang ditawarkan pemerintah sebagai daya tarik untuk terlibat dalam kegiatan tertentu (seperti investasi barang modal) untuk jangka waktu tertentu.jenis insentif pajak secara umum adalah;tax holiday, Investment allowance and tax credit, timing differences,danreduced tax rates.

1.Tax holidays dan Tax AllowanceTax Holiday dapat diartikan sebagai periode pembebasan pajak penghasilan untuk industri-industri baru, yang diberikan oleh negara-negara berkembang dalam rangka untuk mengembangkan atau diversifikasi industri. Tax allowancediterjemahkan sebagai keringanan/pengurangan pajak. Fasilitas PPh yang diberikan dalam tax allowance berupa pengurangan penghasilan neto sebesar 30 persen dari jumlah investasi yang dibebankan selama enam tahun, masing-masing 5 persen per tahun.

Tax holidaydiberikan dalam periode waktu yang terbatas dan hanya diperbolehkan bagi perusahaan yang baru didirikan. Jangka waktu efektif daritax holidaytergantung daristartawal berlakunyatax holiday. Alternatif titik awaltax holidayantara lain tanggal perusahaan didirikan atau terdaftar secara resmi, tanggal perusahaan mulai berproduksi atau usaha mulai dijalankan, tahun dimana perusahaan pertama kali mendapatkan keuntungan, atau tahun dimana perusahaan pertama kali memperoleh penghasilan kena pajakInsentiftax holidaysangat berkaitan dengan ketentuan mengenai penyusutan dan kompensasi kerugian. Dalam beberapa sistem pajak, Wajib Pajak dapat memilih untuk membebankan biaya penyusutan saat mulai diperolehnya aktiva atau menunda beberapa tahun sampai dengan kegiatan usaha dimulai dan memperoleh laba. Keuntungan insentif pajak berupatax holidayantara lain adalah keuntungan dari segi kesederhanaan, karena dengan tidak adanya pajak yang harus dibayar pada masaholidaymaka baik bagi kantor pajak maupun wajib pajak tidak perlu melakukanfilingdanauditpajak serta tidak ada biaya administrasi. Sedangkan kelemahannya antara lain adalah:

The cost of tax holiday, dalam arti penerimaan pajak yang hilang bagihost countryyang tidak dapat diperkirakan didepan dengan tingkat akurasi yang cukup. Tax holidaysering dimanfaatkan oleh investor yang cenderungmobiledengan memindahkan usahanya ke negara lain untuk mendapatkantax holidayyang baru jika masa manfaattax holidaydi suatu negara sudah habis.Dengan praktek tersebut, negarahost countrykehilanganbenefitdari adanya investor tersebut. Tax holidaymenciptakan kesempatan untuk penghindaran pajak atau manipulasi pajak.

2.Tax sparing creditInsentif pajak berupaTax holidayagar efektif harus didukung dengan ketentuan mengenaitax sparing credityaitu suatu kredit pajak semu yang disepakati oleh negara asal investor dimana negara asal investor memperbolehkan investor mengakui adanya kredit pajak di luar negeri dalam penghitungan pajak global di negara asal investor (the country of resident) walaupun dalam kenyataannya tidak ada pajak yang dibayar di negara sumber karena negara sumber memberikan insentif pajak (tax holiday). Insentif pajak berupatax holidayyang diberikan oleh negara sumber tidak akan efektif jika di negara asalnya, investor harus membayar pajak atas keseluruhan penghasilan yang diterima dari seluruh dunia (world wide income). Hal ini pernah terjadi di Indonesia pada periode pemberlakuantax holidaypada periode waktu tahun 1967 sampai dengan 1983.

3.Investment allowances and tax creditsInvestment allowances and taxcreditspada umumnya diterapkan pada investasi baru yang dibuat.Investment allowances and taxcreditsadalah bentuk insentif pajak yang didasarkan pada besarnya investasi.Tax allowanceberarti mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan. Sedangkantax creditsecara langsung mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar.Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mendesaininvestment allowanceadalah:

Investasi yang memenuhi syarat (eligible investment), yaitu bahwainvsetment allowancediterapkan atas semua bentuk investasi modal atau dapat pula atas kategori khusus saja, seperti mesin atau peralatan berteknologi canggih. Jumlahallowance,yang pada umumnya dalam bentuk persentase dari investasi tertentu. Di Indonesia,besarnyaallowanceadalah 30% dari investasi yang memenuhi syarat. Jangka waktu (duration) dan batasan lainnya, yaitu batas waktu dimanainvestment allowancedapat diklaim. Untuk Indonesia jangka waktunya adalah 6 tahun.

Permasalahan utama berkenaan dengan insentif jenis ini adalah dalam mendefinisikan pengeluaran yang memenuhi syarat, pilihan tarif dariallowanceatau kredit pajak, dan perlakuan dari jumlah insentif yang tidak dapat dipergunakan dalam tahun tersebut dalam hal penghasilan kena pajak tidak mencukupi. Sedangkan kelebihan jenis insentif ini dibandingkan dengantax holidaydilihat dalamperspektif host countryadalah biaya maksimal yang muncul dapat ditentukan dengan mudah; biaya tersebut berhubungan secara langsung dengan jumlah investasi yang diberikanallowance;serta insentif tersebut tidak membatasi khusus kepada investor baru tapi juga kepada investor lama yang meningkatkan investasinya.

4.Accelerated depreciation (timing difference)Perbedaan waktu dapat terjadi dalam hal pembebanan biaya yang dipercepat atau penangguhan pengakuan penghasilan. Bentuk umum dari pembebanan biaya yang dipercepat adalah penyusutan, yaitu penyusutan dibebankan dalam periode waktu yang lebih pendek dari umur ekonomis aktiva tersebut atau melalui pembebanan khusus di periode tahun pertama. Maksud dari insentif tipe ini adalah untuk membantu perusahaan memperoleh pengembalian modalnya (return on investment) lebih cepat. Namun, insentif ini secara keseluruhan tidak mempengaruhi jumlah pajak yang seharusnya dibayar ke negara, tetapi hanya menggeser beban pajak ke belakang. Misalnya atas suatu aktiva yang mempunyai manfaat ekonomis selama 8 tahun, seharusnya dibiayakan melalui penyusutan selama 8 tahun. Namun dengan kebijakan insentif, penyusutan tersebut dapat dibebankan lebih pendek, misalnya menjadi 4 tahun. Namun total biaya penyusutan yang boleh dibebankan tetap sama sesuai dengan nilai perolehan aktiva tersebut.

5.Tax rate reductionsPengurangan tarif pajak secara umum diterapkan atas penghasilan dari sumber tertentu atau kepada perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu. Misalnya, kepada perusahaan kecil di bidang manufaktur atau pertanian. Pengurangan tarif ini berbeda dengantax holidaysebab kewajiban pajak dari perusahaan tidak dibebaskan secara keseluruhan, dan insentif ini dapat diperluas pada perusahaan baru termasuk penghasilan dari kegiatan yang telah ada serta tidak dibatasi pada periode waktu tertentu.Persoalan utama dalam menerapkan insentif tipe ini adalah dalam mengidentifikasi penghasilan yang memenuhi syarat dan kriteria perusahaan tertentu. Seringkali dalam membuat definisi atas penghasilan dan perusahaan tertentu yang berhak mendapatkan insentif menimbulkan peluang untuk dimanipulasi. Untuk mencegah dimanipulasi, biasanya dibuat aturan hukum yang ketat sehingga justru mengurangi efektifitas dari insentif tersebut.

http://catatannaim.blogspot.com/2015/02/beragam-insentif-pajak.html Beragam Insentif Pajak Muhammad Na'im Amali FEBRUARI 2015

http://liafatrathohir.blogspot.com/2014/10/dampak-diberlakukannya-tax-incentive.htmlOKTOBER 2014DAMPAK DIBERLAKUKANNYA TAX INCENTIVE DAN TAX HOLIDAY BAGI DUNIA USAHA

1. Fasilitas PPh atas Industri Tertentu dan Wilayah Tertentu

http://www.binafiscal.co.id/index.php/articles-update/88-pemberian-fasilitas-pembebasan-atau-pengurangan-pph-badan-.htmlPemberian Fasilitas Pembebasan Atau Pengurangan PPh Badan

Pemerintah memberikan fasilitas pembebasan/pengurangan pajak (Tax Holiday) dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011 tanggal 15 Agustus 2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

Wajib Pajak yang Dapat Menggunakan FasilitasTax Holiday

Fasilitastax holidayini diberikan kepada Wajib Pajak badan baru yang memenuhi kriteria:1. merupakan Industri Pionir;2. mempunyai rencana penanaman modal baru yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang paling sedikit sebesar Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);3. menempatkan dana di perbankan di Indonesia minimal 10% dari total rencana penanaman modal sebagaimana dimaksud pada huruf angka 2 di atas, dan tidak boleh ditarik sebelum saat dimulainya pelaksanaan realisasi penanaman modal; dan4. harus berstatus sebagai badan hukum Indonesia yang pengesahannya ditetapkan maksimal 12 bulan sebelum Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku atau pengesahannya ditetapkan sejak atau setelah berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini. Untuk diketahui bahwa Peraturan Menteri Keuangan ini berlaku mulai 15 Agustus 2011.Industri Pionir yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan ini mencakup:1. Industri Logam Dasar;2. Industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organic yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam;3. Industri permesinan;4. Industri di bidang suberdaya terbarukan; dan/atau5. Industri peralatan komunikasi.Syarat bagi Wajib Pajak yang Memenuhi Kriteria Untuk Memanfaatkan FasilitasTax Holiday

FasilitasTax Holidayini dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sepanjang memenuhi persyaratan:1. telah merealisasikan seluruh penanaman modalnya sebagaimana disebutkan dalam kriteria nomor 2 di atas; dan2. telah berproduksi secara komersial. Saat dimulainya berproduksi secara komersial ini akan diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Tata Cara Untuk Memperoleh FasilitasTax Holiday Wajib Pajak harus menyampaikan permohonan kepada Menteri Perindustrian atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Dalam rangka pemberian fasilitasTax Holiday, Menteri Perindustrian atau Kepala BKPM setelah berkoordinasi dengan menteri terkain, menyampaikan usulan kepada Menteri Keuangan, dengan melampirkan fotokopi: Penyampaian usulan ini harus disertai dengan uraian penelitian mengenai:1. kartu NPWP;2. suratpersetujuan penanaman modal baru dari Kepala BKPM beserta rinciannya; dan3. Bukti penempatann dana di perbankan di Indonesia.1. ketersediaan infrastruktur di lokasi investasi;2. penyerapan tenaga kerja domestic;3. kajian mengenai pemenuhan kriteria sebagai industry pionir;4. rencana tahapan alih teknologi secara rinci; dan5. adanya ketentuan mengenaitax sparingdi negara domisili.

Tax sparingadalah pengakuan pemberian fasilitastax holidaydari Indonesia dalam penghitungan PPh di negara domisili sebesar fasilitas yang diberikan.

Persetujuan Menteri Keuangan

Atas usulan pemberiantax holidayoleh Menteri Perindustrian atau Kepala BKPM, Menteri Keuangan menugaskan komite verifikasi pemberian fasilitastax holiday(yang dibentuk oleh Menteri Keuangan) untuk membantu melakukan penelitian dan verifikasi dengan mempertimbangkan dampak strategis Wajib Pajak bagi perekonomian nasional.

Dalam melaksanakan tugasnya komite verifikasi pemberian fasilitastax holidayberkonsultasi dengan Menteri Koordinator Perekonomian.

Atas hasil penelitian dan verifikasi, komite verifikasi menyampaikan kepada Menteri Keuangan yang disertai dengan pertimbangan dan rekomendasi, serta rekomendasi jangka waktu pemberian fasilitas.

Berdasarkan hasil rekomendasi ini, Menteri Keuangan memutuskan pemberian fasilitas setelah berkonsultasi dengan Presiden Republik Indonesia. Apabila Menteri Keuangan menyetujui pemberian fasilitastax holidayini, maka diterbitkan Surat Keputusan. Namun apabila Menteri Keuangan menolak, maka penolakan disampaikan melalui pemberitahuan secara tertulis kepada Wajib Pajak dengan tembusan kepada Menteri Perindustrian atau Kepala BKPM.

Kewajiban Bagi Wajib Pajak yang Telah Memperoleh FasilitasTax Holiday

Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitasTax Holidayharus menyampaikan laporan secara berkala kepada Direktur Jenderal Pajak dan komite verifikasi mengenai:1. laporan penggunaan dana yang ditempatkan di perbankan di Indonesia; dan2. laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit.Ketentuan mengenai tata cara pelaporan ini diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Sanksi Pencabutan FasilitasTax Holiday

Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitastax holidayini dapat dicabut, apabila:1. tidak memenuhi ketentuan kriteria sebagai Wajib Pajak yang dapat diberikan fasilitas dan persyaratan telah merealisasikan seluruh penanaman modal yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang; dan/atau2. tidak memenuhi ketentuan penyampaian laporan.Pencabutan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri Keuangan setelahmendapat rekomendasi dari komite verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan PajakPenghasilan badan.

Fasilitas Pembebasan Pajak yang Diperoleh oleh Wajib Pajak

Wajib Pajak yang mendapatkan persetujuan untuk memperoleh fasilitastax holiday, mendapatkan fasilitas pembebasan pajak berupa:1. pembebasan atau pengurangan PPh badan dalam jangka waktu maksimal 10 tahun dan minimal 5 tahun, terhitung sejak Tahun Pajak dimulainya produksi komersial.2. setelah berakhirnya pemberian fasilitastax holiday, Wajib Pajak diberikan pengurangan PPh badan sebesar 50% dari PPh terutang selama 2 Tahun Pajak.3. atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari kegiatan usaha yang memperoleh fasilitastax holiday, tidak dilakukan pemotongan dan pemungutan pajak selama periode pemberian fasilitastax holiday.

Jangka waktu pemberian fasilitastax holidaysebagaimana disebutkan di atas dapat melebihi jangka waktu sebagaimana yang telah ditetapkan tersebut berdasarkan pertimbangan dari Menteri Keuangan.

Kewajiban Perpajakan yang Masih Tetap Berlaku Bagi Wajib Pajak yang Dapat FasilitasTax Holiday

Bagi Wajib Pajak yang memperoleh fasilitastax holidaymasih berlaku ketentuan: atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak di luar kegiatan usaha yang memperoleh fasilitastax holiday, tetap dilakukan pemotongan dan pemungutan pajak sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku. tetap melaksanakan kewajiban pemotongan dan pemungutan pajak kepada pihak lain sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.Ketentuan Memperoleh Fasilitas PPh1. Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas PPh sesuai Pasal 31A UU PPh, tidak dapat memperoleh fasilitas tax holiday berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini.2. Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas PPh sesuai Peraturan Menteri Keuangan ini, tidak dapat memperoleh fasilitas tax holiday berdasarkan Pasal 31A UU PPh.Saat Pengajuan Usulan Pemberian FasilitasTax Holiday

Usulan untuk memberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh badan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini, harus diajukan oleh Menteri Perindustrian atau Kepala BKPM dalam jangka waktu selama 3 tahun terhitung sejak diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan ini.Saat Berlakunya Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Ini

Peraturan Menteri Keuangan ini berlaku pada pada tanggal diundangkannya, yaitu tanggal 15 Agustus 2011

FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU-Pada tanggal 6 April Tahun 2015, pemerintah menerbitkan revisi regulasi fasilitas PPh melalui Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang UsahaTertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu yang secara efektif akan berlaku mulai tanggal 6 Mei 2015.-Peraturan Pemerintah ini mencabut dan menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2011 yang mengatur tentang fasilitas Pajak Penghasilan di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu.-Tujuannya adalah untuk mendorong peningkatan investasi langsung guna mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka pemerataan pembangunan.Kebijakan umum dalamfasilitasTax Allowance(PeraturanPemerintahNomor 18 Tahun 2015):1. Menciptakan efek pengganda yang besar dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki neraca pembayaran;2. Memenuhi kebutuhan dalam negeri sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi;3. Mengisi pohon industri yang kosong guna mendorong kemandirian nasional;4. Tidak mengganggu pertumbuhan industri yang ada dalam rangka menjaga iklim usaha yang kondusif;5. Tidak saling menghapuskan dengan kebijakan lain sejalan dengan konsistensi kebijakan pemerintah;6. Lebih ramah terhadap investor, seperti penyederhanan proses pengurusan fasilitas;7. Lebih terbuka dari peraturan sebelumnya dengan persyaratan yang tidak bersifat kumulatif.-WajibPajak yang dapat diberikan fasilitasTax Allowanceadalah Wajib Pajak badan dalam negeri yang melakukan penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada.-Terdapat setidaknya 66 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) di dalamLampiran I dan 77 KBLI di dalamLampiran II.-Dari total 143 KBLI tersebut sebagian besar didominasi oleh sektor industri makanan, industri petrokimia (seperti industri pengolahan CPO atau CPKO), industri tekstil, industri produk dari batu bara dan pengilangan minyak bumi, industri logam dasar, industri pembangkit listrik dengan menggunakan energi baru dan terbarukan, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional.-Terdapat juga dalam PP ini industri untuk sektor pertanian, kelautan perikanan, peternakan, kehutanan, dan kawasan pariwisata juga diberikan fasilitas, termasuk bidang-bidang usaha yang dapat mendorong sektor kemaritiman, sepertiga langan kapal dan kepelabuhanan yang meliputi industri kapal dan perahu, industri peralatan, perlengkapan dan bagian kapal, dan industri penanganan kargo (bongkarmuatbarang).BentukfasilitasTax Allowanceyang diberikanmeliputi:1.Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tigapuluhpersen) yang dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5% (lima persen),2.Penyusutan dan amortisasi dipercepat,3.Pengenaan PPh sebesar 10% (sepuluh persen) atas dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri atau tarif yang lebih rendah apabila terdapatTax Treaty, dan4.Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun.Khusus untuk tambahan kompensasi kerugian, Pemerintah akan memberikanrewardberupa tambahan kompensasi kerugian selama 2 (dua) tahun kepada Wajib Pajak yang melakukan perluasan dari usaha yang telah ada yang sebagian sumber pembiayaannya berasal dari laba setelah pajak (earning after tax) dan tambahan 2 (dua) tahun lagi kepada Wajib Pajak dalam negeri di bidang usaha tertentu di luar kawasan berikat yang melakukan ekspor paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari nilai total penjualan.Bentukrelaksasidalam PP ini meliputi:1.Persyaratan umum Wajib Pajak yang dapat mengajukan fasilitasTax Allowance:a. Wajib Pajak badan dalam negeri dengan tidak dibatasi hanya pada Perseroan Terbatas dan Koperasib. Tidak lagi mensyaratkan jangka waktu penerbitan Izin Prinsip, sepanjang belum berproduksi secara komersial2.Lebih memberikan relaksasi pada kriteria dan persyaratan pengajuan fasilitasTax Allowance(besaran investasi, ekspor, tenaga kerja, dan TKDN tidak bersifat kumulatif)3.Wajib Pajak dapat bersamaan mengajukan permohonanTax HolidaydanTax Allowance. Dalam hal permohonanTax Holidaynya ditolak, akan diberikan fasilitasTax Allowance.4. Jangka waktu penyelesaian yang lebih cepat dan proses pengajuan yang lebih mudah:- Penguatan fungsi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di BKPM,- Simplifikasi dokumen persyaratan dengan tujuan tidak memberatkan Wajib Pajak,- Lebih memberikan kepastian jangka waktu penyelesaian pemberian fasilitas, yaitu paling lama 28 hari kerja.

http://www.ekon.go.id/press/view/poin-poin-penting-dalam-pp-no.1447.html#.VV5W0Y6qqkoPOIN POIN PENTING DALAM PP NO 18 TAHUN 2015 TENTANG FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU 2015

2. Beragam Fasilitas PPN dan Bea Masuk

Ada 4 (empat) jenisfasilitas PPNdi Indonesia yaitu : Fasilitas PPN Tidak Dikenakan, PPN Dibebaskan, PPN Tidak Dipungut dan PPN 0% (Nol Persen). Pengertian keempat fasilitas tersebut adalah sama-sama tidak dibebani PPN. Tetapi, ada beberapa perbedaan mendasar di antara keempat fasilitas tersebut, yaitu :

1. PPN Tidak Dikenakan: BKP/JKP dikecualikan dari objek PPN. Apabila tidak ada usaha lain, maka wajib pajak tidak wajib untuk dikukuhkan sebagai PKP. Pajak Masukan atas perolehan Barang dan/atau Jasa Kena Pajak tidak dapat dikreditkan.2. PPN Dibebaskan: Ada Objek PPN. Wajib Pajak harus minta dikukuhkan sebagai PKP dan wajib membuat Faktur Pajak kecuali ada peraturan yang menyatakan tidak diperlukan. Pajak Masukan atas perolehan Barang dan/atau Jasa Kena Pajak tidak dapat dikreditkan.3. PPN Tidak Dipungut: Ada Objek PPN. Wajib Pajak harus minta dikukuhkan sebagai PKP dan wajib membuat Faktur Pajak kecuali ada peraturan yang menyatakan tidak diperlukan. Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dapat dikreditkan.4. PPN 0% (Nol Persen): Ada Objek PPN. Wajib Pajak harus minta dikukuhkan sebagai PKP. Pajak Masukan atas perolehan BKP dapat dikreditkan.http://pajakppn.blogspot.com/2011/06/fasilitas-ppn.html Fasilitas PPN 2011

Fasilitas Fiskal Kepabeanan Pada dasarnya fasilitas fiskal yang dibicarakan disini adalah fasilitas yang terkait dengan penerimaan perpajakan, khususnya Bea Masuk. Fasilitas fiskal dalam konteks Undang-undang Kepabeanan mengandung pengertian sebagai bentuk-bentuk insentif perpajakan yang diberikan kepada industri, perdagangan, dan pihak-pihak tertentu. Bentuk-bentuk fasilitas fiskal kepabeanan dapat berupa:- Tidak dipungut Bea Masuk, sesuai Pasal 24 Undang-undang Kepabeanan;- Pembebasan Bea Masuk, sesuai Pasal 25 Undang-undang Kepabeanan;- Pembebasan atau Keringanan, sesuai Pasal 26 Undang-undang kepabeanan;- Pengembalian Bea Masuk, sesuai Pasal 27 Undang-undang Kepabeanan;- Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk dalam rangka Impor Sementara, sesuai pasal 10D Undang-undang Kepabeanan;- Penangguhan Bea Masuk terhadap tempat penimbunan berikat, sesuai pasal 44 Undang-undang Kepabeanan. Pada dasarnya fasilitas fiskal kepabeanan yang diberikan oleh Undang-undang nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2006 bertujuan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan juga bentuk perlakuan yang lazim terhadap tata pergaulan internasional. Untuk kepentingan industri dan perdagangan, pemerintah memberikan insentif terhadap industri yang sedang membangun atau melakukan pengembangan. Berkaitan dengan tata pergaulan internasional, pemerintah memberikan perlakuan pembebasan terhadap barang impor yang akan digunakan oleh perwakilan negara asing atau pejabat pada Badan internasional. Demikian pula erhadap barang-barang yang digunakan untuk kepentingan publik yang tidak berorientasi pada hal-hal yang bersifat komersial, diberikan perlakuan pembebasan terhadap Bea Masuk.1) Tidak Dipungut Bea MasukSesuai dengan ketentuan pasal 24 undang-undang Kepabeanan diatur bahwa barang yang dimasukkan ke Daerah Pabean untuk diangkut terus atau diangkut lanjut ke luar Daerah Pabean tidak dipungut Bea Masuk. Dasar pertimbangan perlakuan tidak dipungut Bea Masuk pada hakekatnya mempertimbangkan asas-asas pemungutan pajak. Pada dasarnya asas pemungutan Bea Masuk di Indonesia menerapkan asas domisili. Pengertiannya bahwa pemungutan Bea Masuk dikenakan terhadap subyek yang berdomisili di Indonesia atau obyek yang dikonsumsi di dalam wilayah pabean Indonesia. Berdasarkan pengertian ini, maka terhadap barang yang diangkut terus atau diangkut lanjut ke luar daerah pabean, maka dari sisi subyek maupun obyek tidak memenuhi asas domisili tersebut.2) Pembebasan Bea MasukPasal 25 Undang-undang Kepabeanan memberikan bentuk fasilitas fiskal berupa pembebasan Bea Masuk terhadap barang impor yang digunakan untuk keperluan tertentu. Antara lain sebagai bentuk tata krama dalam pergaulan internasional berupa pembebasan terhadap barang impor yang digunakan untuk keperluan perwakilan negara asing dan pejabat pada Badan Internasional. Disamping itu, pembebasan Bea Masuk diberikan pula terhadap barang-barang yang digunakan untuk kepentingan publik yang bersifat nonkomersial, kemajuan pendidikan dan ilmu pengetahuan, sosial kemanusiaan, pertahanan dan keamanan, serta kesehatan. Sifat pembebasan yang diatur dalam pasal 25 undang-undang Kepabeanan adalah pembebasan mutlak. Pengertiannya bahwa bentuk pembebasan atau peniadaan terhadap pemenuhan kewajiban pembayaran Bea Masuk yang diberikan pemerintah bersifat permanen. Dengan kata lain, selama pos tarif dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) memberikan pembebananan tarif Bea Masuk diatas 0% (nol persen) terhadap barang impor dengan fasilitas pembebasan, maka terhadap barang impor tersebut secara permanen tidak akan dikenakan pungutan Bea Masuk. Untuk mendapatkan skema pembebasan Bea Masuk tersebut, para pihak yang berhak menerima pembebasan wajib memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mungkin dalam pikiran anda timbul pertanyaan, bagaimana kalau barang yang diberikan pembebasan sesuai pasal 25, dalam BTBMI tarif Bea Masuknya sudah 0%, apakah pembebasan Bea Masuk tersebut masih relevan ? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu ditegaskan bahwa apabila pembebanan tarif dalam BTBMI sudah 0% maka secara tidak langsung telah berlakupembebasan mutlak (absolute ) tanpa syarat apapun. Pengertiannya bahwa importir dalam hal ini tidak perlu mengajukan permohonan fasilitas pembebasan sesuai Pasal 25 undang-undang Kepabeanan. Contoh kasus seperti ini terjadi pada barang berupa buku-buku yang digunakan untuk keperluan ilmu pengetahuan. 3) Pembebasan atau Keringanan Bea MasukPasal 26 Undang-Undang Kepabeanan memberikan bentuk fasilitas fiskal berupa pembebasan atau keringanan Bea Masuk terhadap barang impor yang digunakan untuk keperluan tertentu. Fokus pemberian fasilitas ini terutama ditujukan terhadap sektor industri dan perdagangan. Antara lain pembangunan dan pengembangan sektor indsutri baik dalama skema penananaman modal maupun swasta murni. Disamping itu, fasilitas pembebasan atau keringanan Bea Masuk diberikan sebagai insentif sektor pertanian, pencegahan pencemaran lingkungan, keperluan olah raga, kepentingan publik yang dikelola pemerintah, proyek pembangunan yang dibiayai hibah, serta sektor industri yang berorientasi ekspor. Sifat pembebasan yang diatur dalam pasal 26 Undang-undang Kepabeanan adalahpembebasan yang bersifat relatif. Pengertiannya bahwa bentuk fasilitas yang diberikan dapat berupa pembebasan atau hanya berupa keringanan Bea Masuk saja, dan hal ini bersifattentative (sementara), tergantung kepada kebijakan yang akan diterapkan pemerintah pada kondisi-kondisi tertentu. Contoh:- perlakuan fasilitas terhadap pembangunan atau pengembangan industri berdasar Keputusan Menteri Keuangan (KMK) nomor 135/KMK.04/2002 adalah berupa keringanan Bea Masuk. (tarif akhir Bea Masuk menjadi 5%).- sejak berlakunya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 176/PMK.04/2009, perlakuan fasilitas terhadap pembangunan atau pengembangan industri adalah berupa pembebasan Bea Masuk.4) Pengembalian Bea MasukPasal 27 undang-undang Kepabeanan memberikan bentuk fasilitas fiskal berupa pengembalian Bea Masuk atas bea-bea yang telah dibayar sebelumnya oleh importir. Dalam hal ini undang-undang kepabeanan telah memberikan batasan terhadap kategori barang atau subyek mana yang dapat menerima pengembalian Bea Masuk. Berdasar ketentuan pasal 27 tersebut, pengembalian dapat diberikan terhadap seluruh atau sebagian Bea Masuk yang telah dibayar atas:- kelebihan pembayaran Bea Masuk yang timbul akibat penetapann tarif dan nilai pabeana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (5), Pasal 17 ayat (3), atau karena kesalahan tata usaha;- impor barang yang mendapat fasilitas pembebasan dan/atau keringanan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26;- impor barang yang oleh sebab tertentu harus diekspor kembali atau dimusnahkan di bawah pengawasan pejabat bea dan cukai;- impor barang yang sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai kedapatan jumlah yang sebenarnya lebih kecil daripada yang telah dibayar Bea Masuknya, cacat, bukan barang yang dipesan, atau berkualitas lebih rendah; atau- kelebihan pembayaran Bea Masuk akibat putusan Pengadilan Pajak.5) Fasilitas Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk atas Barang Impor Sementara (Referensi : Pasal 10D Undang-undang Kepabeanan) Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor sementara jika pada waktu importasinya benar-benar dimaksudkan untuk diekspor kembali paling lama 3 (tiga) tahun. Terhadap barang impor sementara dapat diberikan pembebasan Bea Masuk atau keringanan Bea Masuk. Ketentuan operasional yang mengatur impor sementara adalah Peraturan Menteri Keuangan nomor 140/PMK.04/2007 tentang Impor Sementara . Kategori barang impor sementara yang mendapat pembebasan Bea Masuk diatur dalam Pasal 3 ayat 2 PMK tersebut, yang meliputi:- barang untuk keperluan pameran yang dipamerkan di tempat lain dari tempat penyelenggaraan pameran berikat;- barang untuk keperluan seminar atau kegiatan semacam itu;- barang untuk keperluan peragaan atau demonstrasi;- barang untuk keperluan tenaga ahli;- barang untuk keperluan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan;- barang yang diimpor untuk keperluan perlombaan dibidang olahraga;- kemasan yang digunakan untuk pengangkutan barang impor atau ekspor secara berulang-ulang;- barang keperluan contoh atau model;- kendaraan atau sarana pengangkut yang digunakan sendiri oleh wisatawan manca negara; - kendaraan atau sarana pengangkut yang masuk melalui lintas batas dan penggunaannya tidak bersifat regular;- barang untuk diperbaiki, direkondisi, diuji, dan dikalibrasi;- binatang hidup untuk keperluan pertunjukan umum, olahraga, perlombaan, pelatihan, pejantan, dan penanggulangan gangguan keamanan;- peralatan khusus yang digunakan untuk penanggulangan bencana alam, kebakaran, dan gangguan keamanan;- kapal niaga yang diimpor oleh perusahaan pelayaran niaga nasional;- pesawat dan mesin pesawat yang diimpor oleh perusahaan penerbangan nasional;- barang yang dibawa oleh penumpang dan akan dibawa kembali ke luar negeri; dan/atau- barang pendukung proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman dari luar negeri. Pemberian keringanan Bea Masuk diperlakukan terhadap barang impor berupa mesin dan peralatan untuk kepentingan produksi atau pengerjaan proyek infrastruktur. Atas kegiatan impor sementara terhadap barang tersebut, importir akan dikenakan pungutan berupa :- Bea Masuk sebesar 2% untuk setiap bulan atau bagian dari bulan dari jumlah Bea Masuk yang seharusnya dipungut;- Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn.BM) secara penuh (100%). Akan tetapi, kewajiban membayar PPN atau PPn.BM tidak berlaku, apabila importir mendapatkan skema fasilitas perpajakan berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku;Selain kewajiban membayar Bea Masuk, PPN dan PPn BM, Importir diwajibkan mempertaruhkan jaminan sebesar selisih antara Bea Masuk yang seharusnya dibayar dengan yang telah dibayar ditambah dengan Pajak Penghasilan Pasal 22.6) Fasilitas Penangguhan Bea Masuk terhadap Tempat Penimbunan Berikat(Referansi: pasal 44, Undang-undang Kepabeanan) Bentuk insentif yang diterima oleh pihak yang menyelenggarakan Tempat Penimbunan Berikat (TPB) berupa penangguhan Bea Masuk dan tidak dipungut pajak-pajak dalam rangka impor maupun pajak-pajak dalam negeri. Fasilitas tempat penimbunan berikat merupakan bentuk fasilitas yang bersifat institusional terhadap subyek pajak. Pengertiannya bahwa perlakuan insentif perpajakan melekat terhadap institusi atau subyek pajak tertentu dan bukan terhadap obyek pajaknya. Secara prinsip barang-barang impor yang ditimbun di dalam TPB masih terutang Bea Masuk dan apabila dikeluarkan dari TPB selain untuk diekspor maka wajib dipungut Bea Masuk dan PDRI. Pada prinsipnya tujuan pengadaan Tempat Penimbunan Berikat adalah untuk memberikan insentif berupa penangguhan pembayaran Bea Masuk, atas kegiatan menyimpan, menimbun, memamerkan, menjual, mengemas dan mengolah barang yang berasal dari impor di dalam tempat penimbunan berikat. Pelaksanaannya, TPB dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Kawasan Berikat, Gudang Berikat, Entrepot Tujuan Pameran, Toko Bebas Bea, Tempat Pelelangan Berikat dan Tempat Daur Ulang Berikat.

1. Pasal 25 Undang-Undang Kepabeanan No. 10/1995 jo Undang-Undang No. 17/20062. Pasal 26 Undang-Undang Kepabeanan No. 10/1995 jo Undang-Undang No. 17/2006http://www.bcsoetta.net/v2/page/impor-fasilitas-pembebasan-bea-masuk

3. Strategi memanfaatkan seluruh fasilitas perpajakan yang ada

A. Pertama, Wajib Pajak harus mengerti peraturan perpajakan yang terkait. Akan sangat sulit dapat melakukan pemanfaatan fasilitas perpajakan untuk tax planning yang baik dan tidak melanggar undang undang bila dirancang tidak dalam koridor undang undang undang perpajakan yang berlaku. Pemanfaatan fasilitas perpajakan yang melanggar undang undang akan berakibat fatal dan bahkan dapat mengancam keberhasilan Tax Planning.Apabila suatu perencanaan pajak ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, bagi wajib pajak merupakan resiko yang berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak. Karena itu, sebaiknya wajib pajak menghindari hal tersebut karena dapat sangat merugikan wajib pajak sendiri

B. Kedua, menentukan tujuan yang ingin dicapai dengan memanfaatkan fasilitas perpajakan dalam tax planning. Tax planning paling tidak memiliki dua tujuan utama yakni :1. menarik investor lokal maupun asing untuk menanamkan modalnyamengurangi beban perusahaan (tergantung pada sektornya)

C. Ketiga, dalam memanfaatkan fasilitas perpajakan yang ada, perusahaan harus memahami karakter usaha Wajib Pajak. Hal ini dikarenakan hampir setiap industri memiliki perbedaan perbedaan dalam kebijakan maupun perilaku dan kebiasaan kebiasannya. Dengan memahami secara mendalam seluk beluk usaha akan sangat membantu dalam melakukan pemanfaatan fasilitas perpajakan.

D. Keempat, memahami tingkat kewajaran atas transaksi transaksi yang diatur dalam tax planning. Hal ini dikarenakan apabila dalam pelaksanaan tax planning untuk memanfaatkan fasilitas perpajakan jika mengabaikan kewajaran sudah tentu akan menimbulkan kesulitan kesulitan karena adanya kecurigaan fiskus dan ini dapat berimplikasi dengan pemeriksaan, karena bisa diindikasikan adanya kecurangan pajak.

http://padyangantaxcenter.blogspot.com/2013/05/perencanaan-pajak_3.html#.VV5U_46qqko

Strategi Perencanaan Bagian I 2013

Insentif untuk jenis Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurut Tait (1988) dalam bentuktax exemptionatau pembebasan pajak, danzero ratingatau pengenaan tarif nol persen.Exemptiondalam PPN berarti pengusaha yang mendapatkan fasilitas pembebasan atas penyerahan barang atau jasanya, tidak dapat mengkreditkan PPN yang telah dibayar pada waktu pembelian barang atau jasa sebagai pajak masukan. Sedangkanzero rateberarti pengusaha secara penuh dapat mengkreditkan PPN yang telah dibayar, sehingga secara murni bebas dari PPN. Karakteristik dasar dalam sistem pembebasan PPN adalah tidak adanya pembebasan secara penuh dari pengenaan PPN. Pembebasan PPN hanya diterapkan pada saat pengusaha yang mendapatkan fasilitas pembebasan melakukan penjualan atau penyerahan barang dan atau jasa. Sedangkan semua pembelian yang dilakukan oleh pengusaha tersebut, termasuk barang modal dikenakan pajak. Oleh karena itu, jika petani dibebaskan dari pengenaan PPN, maka petani tersebut tidak harus berhubungan dengan petugas pajak, tetapi petani tersebut harus membayar semua pajak masukannya pada waktu melakukan pembelian pupuk, benih dan semua barang modal yang dipergunakan seperti mesin pertanian. Pembebasan PPN membantu menyederhanakan administrasi perpajakan karena pengusaha atau pedagang yang bebas PPN tidak perlu melakukan registrasi dan pencatatan untuk PPN. Namun, pembebasan PPN dapat menimbulkan distorsi. Hal tersebut dapat terjadi misalnya pengusaha yang bebas PPN melakukan penjualan atau penyerahan barang kepada pihak lain selain konsumen akhir. Pengusaha yang bebas PPN akan menambahkan PPN atas pembelian barang yang tidak dapat dikreditkan pada harga jual barang yang diserahkan kepada pengusaha lainnya yang tidak bebas PPN. Bagi pengusaha yang tidak bebas PPN tersebut tentunya akan memperhitungkan harga pembelian yang didalamnya terdapat PPN tersebut sebagai bagian dari harga pokok penjualan, sehingga atas penyerahan barang tersebut akan terjadi pengenaan PPN atas PPN. Hal ini disebut sebagaicascading efectatau efek pajak yang kumulatif yang menimbulkan distorsi dalam pertumbuhan perekonomian karena pajak berganda tersebut akan menyebabkan tingginya harga yang harus dibayar oleh konsumen. Oleh karena itu, menurut Tait sebaiknya pembebasan PPN hanya diterapkan pada kondisi tertentu dan terbatas saja serta yang paling dekat dengan konsumen akhir.Kerugian dalam memberikan insentif pajak untuk tujuan menarik investasi adalah hilangnya potensi pajak yang seharusnya diterima oleh negara. Kerugian tersebut dapat dikurangi apabila insentif tersebut diterapkan pada sektor yang tepat, yaitu sektor yang menarik investor hanya jika sektor tersebut diberikan insentif. Pemerintah telah mengembangkan berbagai teknik untuk mencapai target yang lebih baik dalam membuat kebijakan pemberian insentif pajak. Tehnik tersebut antara lain dengan mengkaitkan pemberian insentif dengan pengembangan wilayah yang pertumbuhan ekonominya masih rendah dan untuk tujuan tertentu, seperti penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi dan peningkatan ekspor.a)Pengembangan Wilayah.Kebijakan pemberian insentif pajak untuk tujuan pengembangan suatu wilayah biasanya berbentuktax holiday,investment allowanceataupenyusutan yang dipercepat. Wilayah yang menjadi target pemberian insentif pajak biasanya daerah yang terpencil dan tingkat penganggurannya tinggi.b)Penciptaan lapangan kerja.Insentif pajak dapat diarahkan untuk merangsang pendirian perusahaan di bidang industri yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Industri manufaktur merupakan contoh industri padat karya yang sering menjadi target pemberian insentif.c)TransferTeknologi.Banyak negara memformulasikan kebijakan pemberian insentif pajak dengan tujuan untuk menarik investasi yang membawa teknologi yang lebih modern. Namun, kebijakan tersebut sulit diterapkan karena kantor pajak mengalami kesulitan dalam menentukan kriteria suatu teknologi yang canggih atauadvanced. Di samping itu, sangat jarang perusahaan asing yang membawa teknologi canggih bersedia mengalihkan atau mentransfer teknologi tersebut kepadahost country.d)Pengembangan ekspor.Kebijakan pemberian insentif pajak untuk menarik investasi yang berorientasi ekspor cenderung lebih efektif dibandingkan dengan pemberian insentif pajak untuk tujuan lain. Perusahaan berorientasi ekspor tertentu yang sensitif terhadap adanya insentif pajak adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri textile dan elektronika. Alasannya, industri tersebut tidak bergantung pada bahan baku lokal dan pasar dari produknya sebagian besar di luar negeri. Industri tersebut dikenal sebagaifootlooseyang sangat tertarik dengan lingkungan yang mempunyai biaya rendah. Komponen biaya paling besar adalah tenaga kerja dan pajak yang harus dibayar, sehingga dengan adanya insentif pajak maka industri tersebut akan tertarik untuk berinvestasi. Musgrave dan Musgrave (1989) berpendapat bahwa insentif perpajakan sangat berguna bagi kegiatan ekspor. Insentif untuk kegiatan ekspor adalah kebijakan yang populer untuk membangun pasar internasional dan memperkuat keseimbangan neraca pembayaran. Jenis insentif pajak penghasilan yang biasa diberikan pada jenis industri yang berorientasi ekspor adalahtax holidaydan tunjangan investasi khusus.Tax holidaydiberikan dalam bentuk pembebasan pajak atas bagian dari keuntungan yang berhubungan dengan ekspor atau dapat pula berupa pembebanan biaya secara maksimal atas biaya untuk tujuan ekspor, seperti biaya promosi ekspor.e)Daerah perdagangan bebas atauexport processing zones.Export processing zonesberhubungan dekat dengan pengembangan investasi yang berorientasi ekspor. Zona ini juga disebut sebagaicustoms-free zones, duty-free zones, free trade zones, bonded zonesatauspecial economic zones. Insentif jenis ini sudah diterapkan lebih dari 50 negara di seluruh dunia dan telah berlangsung selama lebih dari 30 tahun (Thuronyi, 1998). Ciri yang membedakan kawasan khusus tersebut adalah adanya daerah terbatas atau kawasan terbatas yang terikat dengan ketentuan tertentu dimana perusahaan yang berada di kawasan tersebut baik lokal maupun asing dapat melakukan impor mesin, komponen dan bahan baku tanpa harus membayar bea masuk dan pajak lainnya sepanjang barang tersebut sebagai sarana untuk merakit, mengolah atau diolah menjadi barang untuk tujuan ekspor. Apabila barang tersebut dijual di pasar domestik, maka atas penjualan tersebut diperlakukan sebagai impor sehingga dikenakan pajak dan bea masuk seperti impor.Maksud dari negara yang mendirikanexport processing zonepada umumnya adalah untuk mendapatkan devisa dari penjualan ekspor. Disamping itu juga untuk menciptakan lapangan kerja, menarik teknologi dari luar negeri atau mendorong perkembangan wilayah tertentu.Insentif pajak yang diberikan pada kawasan khusus tersebut terutama adalah pembebasan bea masuk dan PPN. Pembebasan tersebut diterapkan atas bahan baku dan komponen yang diimpor yang kemudian diekspor. Pembebasan juga berlaku atas barang modal yang digunakan untuk proses produksi untuk tujuan ekspor tersebut. Dengan adanya insentif berupa pembebasan atas impor barang tersebut diharapkan investor asing akan tertarik untuk menanamkan modalnya karena insentif tersebut langsung berdampak pada rendahnya harga pokok barang sehingga barang yang diproduksi mempunyai daya saing yang tinggi. Pembebasan PPN atas kegiatan impor di kawasan khusus untuk tujuan ekspor disertai dengan penerapanzero rateatas kegiatan ekspor. Dengan tarif 0% atas ekspor, berarti PPN yang masih melekat dalam harga barang dapat dieliminasi sehingga barang tersebut dapat bersaing di pasar internasional. Hal ini sesuai dengan prinsip destinasi dari PPN, yaitu bahwa PPN dikenakan di tempat barang tersebut dikonsumsi. Dengan adanya pembebasan bea masuk dan PPN atas impor barang untuk tujuan ekspor, perusahaan akan diuntungkan dari segicash flowkarena tidak harus membayar pajak terlebih dahulu.