o senin se/asa rabu o sabtu o mlnggu

1
o Senin 123 .,t\i! ;<~'~i:u 17 18 19 ,ty.~ "-~ik 0 Jan 0 Peb .".""" ~ o Se/asa -- 4 5 20 o Mar ~ilnlll JalJa11 o Rabu 6 7 21 22 OApr OMei . Kamis 0 .}umat 8 9 <i2) 11 23 24 25 26 OJu,) OJul 0 Ags' o Sabtu 12 13 27 28 o Sep OOkt o Mlnggu 14 15 16 29 3CJ 31 OHov .Des I(TT Perubahan Ikfun dan Apatisme Negara Maju BERBICARA tentang per- ubahan iklim memang tiada habisnya. Isu tersebut men- jadi suatu diskursus publik yang sangat hangat meng- ingat masyarakat mulai menyadari dampak yang ditimbulkan akibat per- ubahan iklim~Untuk itulah, PBB sebagai lembaga su- pranasional yang ada di du- nia menggelar KTT Per- ubahan Iklim atau lebih dikenal dengan UNCCC. . Konferensi tersebutdilak- sanakandi Kopenhagen, Denmark, yang berlang- sung pada 7-15 Desember 2009. Tujuan PBB menye- lenggarakan konferensi ter- sebut untuk mengajak ne- gara berkembang dan maju menekan penggunaan ba- han bakar fosil dan mengu- rangi emisi gas karbon. Ahli iklim PBBmenyatakan, per- ubahan iklim yang kini tam- pak di depan mata akan ber- dampak pada mencairnya es di Kutub Utara, tengge- lamnya negara-negara ke- pulauan, hilangnya ekosis- tern terumbu karang, gagal panen, dan cuaca ekstrem. Perubahan iklim kini ti- dak hanya persoalan eko- logi semata, melainkan te- lah merambah pada ranah politik. Dibutuhkan sebuah politicalwill darinegara-bang- sa untuk menjaga keseim- bangan antara alam dan ma- nusia itu sendiri. Diseleng- garakannya KTT tersebut adalah sebuah ajakan bagi negara-negara berkembang dan maju bahwa mereka adalah institusi yang bisa rnenciptakan sebuah per- ~bahan sekaligus sebagai elemen yang harus mem- pertanggungjawabkan aksi- oya yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. -. --------- renakan lahan gambut dan hutan lindung yang terdapat di negara ini telah dialih- fungsikan menjadi lahan pertanian kelapa sawit. Walaupun tidak tergo- long parah, dunia interna- sional menekankan. pada Indonesia agar melakukan revitalisasi terkait masalah deforestasi. Tujuannnya adalah areal hu- tan yang melim- pah di negara ini dapat men- jadi sentral uta- ma paru-paru dunia. Selain itu, mengatasi masalah defo- restasi ini adalah bentuk komitmen In- donesia untuk meng- urangi emisi karbon. Agenda yang men- jadi prioritas lainnya adalah terumbu ka- rang. 5esuai World Ocean Conference di Manado Mei la- lu, Indonesia ada- lah satu di antara banyak negara yang memiliki terumbu karang terindah. Bagi pemerintah Rl sendiri, menyelamatkan kekayaan alam yang satu ini adalah harga mati. Di samping menjalankan kon- sep Wawasan Nusantara, terumbu karang menyim- pan potensi yang besar dari segi ekonomi dan pariwi- sata. Jika perubahan iklim mampu merusak haJ?itat terumbu karang, maka se- car a langsung akan ber- dampak pada devisa dan kehidupan sosial masya- rakat. Akan tetapi, di balik itu semua masih tersimpan sebuah sikap pesimistis akan terwujudnya hasil yang bersifat commoninter- est dari KIT ini. Hal ini dise- babkan sikap negara maju yang terkesan setengah hati dalam melaksanakan kebi- referat IQBAL RAMADHAN Alumnus Hubungan Intemasional FISIP Universitas Padjadjaran Khusus untuk negara ma- ju, keberadaan mereka me- nyurnbang emisi yang besar sejak revolusi industri di- mulai. Serta mereka dituntut untuk melakukan tra,nsfer teknologi agar negara-nega- ra berkembang mampu me- redam perubahan iklim. Sedangkan bagi negara berkembang yang notabene memiliki sumber daya alam melimpah dianjurkan untuk menerapkan kebijakan yang bersinergi dengan lingkung- an hidup. Seperti pencegah- an kebakaran hutan, perlin- dungan terhadap pembalak- an, pengurangan polusi dan emisi karbon. Bagi Indonesia sendiri, KIT ini sangat krusial me- ngingat negara ini dan Bra- sil dituntut untuk lebih aktif karena memiliki kekayaan hutan yang luar biasa. Da- lam KIT tersebut, delegasi Indonesia mem\;Jawa empat agenda, yaitu deforestasi, perli~dungan terhadap te- rumbu karang seperti yang tercantum dalam World Ocean Conference, transfer alih teknologi lingkungan, dan dampak perubahan lingkungan terhadap sum- bel' daya manusia (SDM) Kepentingan nasional In- donesia dalam konferensi ini sangat besar. Dari empat agenda yang ada, negara ini memprioritaskan defores- tasi dan perlindungan te- rumbu karang. Masalah de- forestasi cukup krusial bagi Indonesia. Hal irii dika- emisi yang dikeluarkan dari industri-industrinya. Peme- rintah AS masih bE:!rang- gapan bahwa dengan me- ngurangi kegiatan industri- nya maka dna sebagai. ke- kuatan baru akan meng- ungguli meJi,ekabaik secara ekonomi, politik, maupun militer. Faktor e~~nomi pun ikut menentukillJil sikap apatis- me negara -maju. Amerika Serikat dan J epang memiliki teknologi ramah ling kung- an yang dkiptakan oleh Qmuwan-ilrpuwan mereka. Teknolow. tersebut sa- ngatlah cUbutuhkan oleh negara ~rkembang un- tuk menj~ga keutuhan ekosistem rn'ereka. Sayang- nya, negara-negara yang memiliki teknologi tersebut menerapkac,\kebijakan pro- teksiorti;sme untuk me- lind1iJlgi hak paten dan perusahaan swasta yang me- mWki dan men- jualnya. <Dlehkarena itu- lah, PBBmenggelar KTIIklimini untuk menjembatani dua kepentingan yang berbecla untuk satu tujuan. Selain itu, ne- gara mqju tidak lagi di- pandaI;1,g sebagai ak- tor utarna melainkan negara berkem- ban~. KIT ini bu- kanIith gelaran bia- sa. Melainkan suatu konferensi ;fang mampu menyatukan semua kepen- tingan, serta mampu mem- buka sikap itfpatis negara- negara maj1)\ serta meng- gugah politiOili will negara- bangsa unt).tk tidak me- mandang i~tt ini dengan ~ebelah mata., (*) jakan-kebijakan pengu- rangan emisi yang dianjur- kan PBB dan Protokol Kyo- to. Negara maju seperti Amerika Serikat, misalnya, masih enggan mengurangi emisi menjadi 50 persen dari level 1990ke 2020. Hingga saat ini AS baru mengurangi 17 persen d~ri -Kllping Humas Unpod 2009

Upload: trinhdien

Post on 15-Dec-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: o Senin Se/asa Rabu o Sabtu o Mlnggu

o Senin

123.,t\i!;<~'~i:u1 7 18 19,ty.~"-~ik 0 Jan 0 Peb

.".""" ~

o Se/asa--4 5

20

o Mar

~ilnlll JalJa11o Rabu

6 721 22

OApr OMei

. Kamis 0 .}umat

8 9 <i2) 1123 24 25 26

OJu,) OJul 0 Ags'

o Sabtu12 13

27 28

o Sep OOkt

o Mlnggu14 15 16

29 3CJ 31

OHov .Des

I(TT Perubahan Ikfundan Apatisme Negara Maju

BERBICARA tentang per-ubahan iklim memang tiadahabisnya. Isu tersebut men-jadi suatu diskursus publikyang sangat hangat meng-ingat masyarakat mulaimenyadari dampak yangditimbulkan akibat per-ubahan iklim~Untuk itulah,PBB sebagai lembaga su-pranasional yang ada di du-nia menggelar KTT Per-ubahan Iklim atau lebihdikenal dengan UNCCC. .

Konferensi tersebutdilak-sanakandi Kopenhagen,Denmark, yang berlang-sung pada 7-15 Desember2009. Tujuan PBB menye-lenggarakan konferensi ter-sebut untuk mengajak ne-gara berkembang dan majumenekan penggunaan ba-han bakar fosil dan mengu-rangi emisi gas karbon. Ahliiklim PBBmenyatakan, per-ubahan iklim yang kini tam-pak di depan mata akan ber-dampak pada mencairnya esdi Kutub Utara, tengge-lamnya negara-negara ke-pulauan, hilangnya ekosis-tern terumbu karang, gagalpanen, dan cuaca ekstrem.

Perubahan iklim kini ti-dak hanya persoalan eko-logi semata, melainkan te-lah merambah pada ranahpolitik. Dibutuhkan sebuahpoliticalwill darinegara-bang-sa untuk menjaga keseim-bangan antara alam dan ma-nusia itu sendiri. Diseleng-garakannya KTT tersebutadalah sebuah ajakan baginegara-negara berkembangdan maju bahwa merekaadalah institusi yang bisarnenciptakan sebuah per-~bahan sekaligus sebagaielemen yang harus mem-pertanggungjawabkan aksi-oya yang mengakibatkanterjadinya perubahan iklim.

-. ---------

renakan lahan gambut danhutan lindung yang terdapatdi negara ini telah dialih-fungsikan menjadi lahanpertanian kelapa sawit.

Walaupun tidak tergo-long parah, dunia interna-sional menekankan. padaIndonesia agar melakukanrevitalisasi terkait masalahdeforestasi. Tujuannnyaadalah areal hu-tan yang melim-pah di negaraini dapat men-jadi sentral uta-ma paru-parudunia. Selainitu, mengatasimasalah defo-restasi ini adalahbentuk komitmen In-donesia untuk meng-urangi emisi karbon.

Agenda yang men-jadi prioritas lainnyaadalah terumbu ka-rang. 5esuai WorldOcean Conferencedi Manado Mei la-lu, Indonesia ada-lah satu di antarabanyak negarayang memilikiterumbu karangterindah. Bagi pemerintahRl sendiri, menyelamatkankekayaan alam yang satuini adalah harga mati. Disamping menjalankan kon-sep Wawasan Nusantara,terumbu karang menyim-pan potensi yang besar darisegi ekonomi dan pariwi-sata. Jika perubahan iklimmampu merusak haJ?itat

terumbu karang, maka se-car a langsung akan ber-dampak pada devisa dankehidupan sosial masya-rakat.

Akan tetapi, di balik itusemua masih tersimpansebuah sikap pesimistisakan terwujudnya hasilyang bersifat commoninter-estdari KIT ini.Hal ini dise-babkan sikap negara majuyang terkesan setengah hatidalam melaksanakan kebi-

referatIQBAL RAMADHAN

Alumnus Hubungan IntemasionalFISIP Universitas Padjadjaran

Khususuntuk negarama-ju, keberadaan mereka me-nyurnbang emisi yang besarsejak revolusi industri di-mulai. Serta mereka dituntutuntuk melakukan tra,nsferteknologi agar negara-nega-ra berkembang mampu me-redam perubahan iklim.

Sedangkan bagi negaraberkembang yang notabenememiliki sumber daya alammelimpah dianjurkan untukmenerapkan kebijakan yangbersinergi dengan lingkung-an hidup. Seperti pencegah-an kebakaran hutan, perlin-dungan terhadap pembalak-an, pengurangan polusi danemisi karbon.

Bagi Indonesia sendiri,KIT ini sangat krusial me-ngingat negara ini dan Bra-sil dituntut untuk lebih aktifkarena memiliki kekayaanhutan yang luar biasa. Da-lam KIT tersebut, delegasiIndonesia mem\;Jawa empatagenda, yaitu deforestasi,perli~dungan terhadap te-rumbu karang seperti yangtercantum dalam WorldOcean Conference, transferalih teknologi lingkungan,dan dampak perubahanlingkungan terhadap sum-bel' daya manusia (SDM)

Kepentingan nasional In-donesia dalam konferensi inisangat besar. Dari empatagenda yang ada, negara inimemprioritaskan defores-tasi dan perlindungan te-rumbu karang. Masalah de-forestasi cukup krusial bagiIndonesia. Hal irii dika-

emisi yang dikeluarkan dariindustri-industrinya. Peme-rintah AS masih bE:!rang-gapan bahwa dengan me-ngurangi kegiatan industri-nya maka dna sebagai. ke-kuatan baru akan meng-ungguli meJi,ekabaik secaraekonomi, politik, maupunmiliter.

Faktor e~~nomi pun ikutmenentukillJil sikap apatis-me negara -maju. AmerikaSerikat dan Jepang memilikiteknologi ramah ling kung-an yang dkiptakan olehQmuwan-ilrpuwan mereka.

Teknolow. tersebut sa-ngatlah cUbutuhkan olehnegara ~rkembang un-

tuk menj~ga keutuhanekosistem rn'ereka. Sayang-nya, negara-negara yangmemiliki teknologi tersebutmenerapkac,\kebijakan pro-

teksiorti;sme untuk me-lind1iJlgi hak patendan perusahaanswasta yang me-mWki dan men-jualnya.

<Dlehkarena itu-lah, PBBmenggelarKTIIklimini untuk

menjembatani duakepentingan yang

berbecla untuk satutujuan. Selain itu, ne-gara mqju tidak lagi di-pandaI;1,g sebagai ak-tor utarna melainkan

negara berkem-ban~. KIT ini bu-kanIith gelaran bia-

sa. Melainkan suatu

konferensi ;fang mampumenyatukan semua kepen-tingan, serta mampu mem-buka sikap itfpatis negara-negara maj1)\ serta meng-gugah politiOiliwill negara-bangsa unt).tk tidak me-mandang i~tt ini dengan

~ebelah mata., (*)

jakan-kebijakan pengu-rangan emisi yang dianjur-kan PBB dan Protokol Kyo-to. Negara maju sepertiAmerika Serikat, misalnya,masih enggan mengurangiemisi menjadi 50 persendari level 1990ke 2020.

Hingga saat ini AS barumengurangi 17 persen d~ri

-Kllping Humas Unpod 2009