nyamplung flyer

2
Pengembangan tanaman HHBK secara luas masih menghadapi beberapa kendala, karena teknik budidaya termasuk pemanenan dan pengolahan hasil masih dilakukan secara tradisional atau secara turun temurun. Informasi IPTEK tentang teknik budidaya jenis tanaman pohon HHBK masih terbatas atau kurang lengkap. Hal ini dapat dipahami mengingat jenis-jenis pohon HHBK berdaur hidup panjang, jumlah jenis banyak dan untuk tiap daerah memiliki beberapa jenis terpilih yang berbeda sifat fisiologis dan karakteristik tempat tumbuhnya (Hartoyo et al,. 1998). Salah satu jenis HHBK yang potensial dan sampai saat ini masih belum tergali baik informasi maupun teknologinya adalah jenis-jenis yang berasal dari genus Calophyllum. Berdasarkan hasil ekplorasi Zuhud (1995), jenis ini terdapat di hutan Cagar Alam Tanjung Pangandaran dan pada umumnya jenis ini tumbuh di daerah pesisir pantai. Soerwidjaja (2005) mendapatkan bahwa inti biji dari jenis ini sangat berpotensi penghasil minyak lemak yang dapat digunakan sebagai minyak bakar, sementara Zuhud (1995) mengemukakan bahwa biji Calophyllum dapat berkhasiat sebagai obat kurap. Mengingat potensi manfaat jenis Calophyllum ini cukup besar, maka ada baiknya kita mengetahui informasi yang telah diperoleh tentang jenis ini sehingga dapat digali lebih jauh hal-hal yang belum tertangani menuju upaya pengembangannya baik untuk pembangunan hutan tanaman maupun rehabilitasi daerah pantai akibat bencana alam. Pengenalan Jenis Famili Guttiferae Jenis-Jenis C. inophyllum Linn, C. pulcherrinum Wall., C. soulatri Burm.f. Nama Daerah Bintangur (Sumatera), nyamplung, soulatri (Jawa), bentangur (Kalimantan), bintula (Sulawesi), pataule, bitaur (Maluku), bentango, samplong (NTT). Deskripsi Botani • Daging biji tipis sebab ber-biji relatif besar; d 2,5 cm. Bijikering berwarna coklat tua, dan lengket berminyak • Buah nyamplung muda berwarna hijau, namun jika sudah tua ber-warna kekuningan atau seperti kayu jika sudah dipetik dan dibiarkan lama • Tanaman merupakan pohon dengan tinggi dapat mencapai 25 – 35 meter, dengan panjang bebas cabang sampai 21 m dan diameter batang dapat mencapai sekitar 150 cm • Batang berdiri tegak dan berbentuk lurus dengan percabangan mendatar, tidak berbanir Kulit luar berwarna kelabu atau putih, beralur dangkal dan mengelupas besar- besar tipis Musim Berbuah Pohon nyamplung berbuah sepanjang tahun Tempat Tumbuh Tumbuh pada tanah berawa dekat pantai sampai pada tanah kering di bukit-bukit sampai ketinggian 800 m dari permukaan laut dengan tipe curah hujan A dan B Penyebaran Pohon nyamplung tumbuh di Asia Tenggara, India, Afrika, Australia Utara, Quessland Utara dan lain-lain. Di Indonesia pohon nyamplung tersebar di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera, Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Papua Perbanyakan Tanaman Pohon nyamplung dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif (stek). Namun untuk perbanyakan tanaman,umumnya diperoleh dari biji, karena buah nyamplung mudah diperoleh dan berbuah sepanjang tahun. Walaupun perkecambahan benih nyamplung tergolong lama (± 3 bulan) tapi persen kecambahnya relatif tinggi yaitu mencapai ± 90%. Bibit nyamplung ditempatkan dalam bedeng yang diberi naungan dengan intensitas cahaya 50%. Manfaat Nyamplung memiliki manfaat ganda yaitu: 1. Kayu: Kayu nyamplung termasuk kayu komersial yang dapat digunakan untuk perkapalan, balok, tiang, papan lantai dan papan pada bangunan perumahan dan bahan kontruksi ringan (Litsea cubeba L. Persoon) Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan usaha yang sangat mendukung upaya pengelolaan hutan yang lestari karena sistim pemanenan jenis–jenis tanaman penghasil bukan kayu ini tidak bersifat merusak (non destructive harvesting). Sudah saatnya negara Indonesia mulai mengelola sumberdaya alam bukan kayu ini secara lebih bijaksana dan terarah, sehingga produk-produk bukan kayu akan lebih konkrit hasilnya Bentuk tajuk pohon Nyamplung (dokumen: Heryati, Rostiwati dan Mile, 2007) Nyamplung Oleh : Yetty Heryati

Upload: annisa-muizzah

Post on 14-Feb-2015

48 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Penjelasan tentang manmaat tanaman nyamplung

TRANSCRIPT

Page 1: Nyamplung Flyer

Pengembangan tanaman HHBK secara luas masih menghadapi beberapa kendala, karena teknik budidaya termasuk pemanenan dan pengolahan hasil masih dilakukan secara tradisional atau secara turun temurun. Informasi IPTEK tentang teknik budidaya jenis tanaman pohon HHBK masih terbatas atau kurang lengkap. Hal ini dapat dipahami mengingat jenis-jenis pohon HHBK berdaur hidup panjang, jumlah jenis banyak dan untuk tiap daerah memiliki beberapa jenis terpilih yang berbeda sifat fisiologis dan karakteristik tempat tumbuhnya (Hartoyo et al,. 1998).

Salah satu jenis HHBK yang potensial dan sampai saat ini masih belum tergali baik informasi maupun teknologinya adalah jenis-jenis yang berasal dari genus Calophyllum. Berdasarkan hasil ekplorasi Zuhud (1995), jenis ini terdapat di hutan Cagar Alam Tanjung Pangandaran dan pada umumnya jenis ini tumbuh di daerah pesisir pantai. Soerwidjaja (2005) mendapatkan bahwa inti biji dari jenis ini sangat berpotensi penghasil minyak lemak yang dapat digunakan sebagai minyak bakar, sementara Zuhud (1995) mengemukakan bahwa biji Calophyllum dapat berkhasiat sebagai obat kurap.

Mengingat potensi manfaat jenis Calophyllum ini cukup besar, maka ada baiknya kita mengetahui informasi yang telah diperoleh tentang jenis ini sehingga dapat digali lebih jauh hal-hal yang belum tertangani menuju upaya pengembangannya baik untuk pembangunan hutan tanaman maupun rehabilitasi daerah pantai akibat bencana alam.

Pengenalan Jenis

Famili Guttiferae

Jenis-Jenis C. inophyllum Linn, C. pulcherrinum Wall., C. soulatri Burm.f.

Nama Daerah Bintangur (Sumatera), nyamplung, soulatri (Jawa), bentangur (Kalimantan), bintula (Sulawesi), pataule, bitaur (Maluku), bentango, samplong (NTT).

Deskripsi Botani

• Dagingbijitipissebabber-bijirelatifbesar;d ≈2,5cm.Bijikeringberwarnacoklat tua,dan lengket berminyak

• Buah nyamplung muda berwarna hijau,namunjikasudahtuaber-warnakekuninganatau seperti kayu jika sudah dipetik dandibiarkan lama

• Tanamanmerupakanpohondengan tinggidapat mencapai 25 – 35 meter, dengan panjang bebas cabang sampai 21 m dandiameterbatangdapatmencapaisekitar150cm

• Batang berdiri tegak dan berbentuk lurusdengan percabangan mendatar, tidak berbanir

• Kulit luar berwarna kelabu atau putih,beralur dangkal dan mengelupas besar-besar tipis

Musim Berbuah Pohonnyamplungberbuahsepanjangtahun

Tempat Tumbuh

Tumbuh pada tanah berawa dekat pantaisampaipadatanahkeringdibukit-bukitsampaiketinggian800mdaripermukaanlautdengantipecurahhujanAdanB

Penyebaran Pohonnyamplung tumbuhdiAsiaTenggara,India,Afrika,AustraliaUtara,QuesslandUtaradan lain-lain.Di Indonesiapohonnyamplungtersebar di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera, Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat,KalimantanTengah,Sulawesi,Maluku,Nusa Tenggara Timur dan Papua

Perbanyakan TanamanPohon nyamplung dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif (stek). Namun untuk perbanyakan tanaman,umumnya diperoleh dari biji, karena buah nyamplung mudah diperoleh dan berbuah sepanjang tahun. Walaupun perkecambahan benih nyamplung tergolong lama (± 3 bulan) tapi persen kecambahnya relatif tinggi yaitu mencapai ± 90%. Bibit nyamplung ditempatkan dalam bedeng yang diberi naungan dengan intensitas cahaya 50%.

ManfaatN y a m p l u n g m e m i l i k i m a n f a a t g a n d a y a i t u :

1. Kayu: Kayu nyamplung termasuk kayu komersial yang dapat digunakan untuk perkapalan, balok, tiang, papan lantai dan papan pada bangunan p e r u m a h a n d a n b a h a n k o n t r u k s i r i n g a n

(Litsea cubeba L. Persoon)

Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan usaha yang sangat mendukung upaya pengelolaan hutan yang lestari karena sistim pemanenan jenis–jenis tanaman penghasil bukan kayu ini tidak bersifat merusak (non destructive harvesting). Sudah saatnya negara Indonesia mulai mengelola sumberdaya alam bukan kayu ini secara lebih bijaksana dan terarah, sehingga produk-produk bukan kayu akan lebih konkrit hasilnya

Bentuk tajuk pohon Nyamplung

(dokumen: Heryati, Rostiwati

dan Mile, 2007)

NyamplungOleh : Yetty Heryati

Page 2: Nyamplung Flyer

APFORGENNationalCoordinators

Asia Pacific Forest Genetic Resources Programme

DEPARTEMEN KEHUTANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANANPUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN TANAMANKampus Balitbang Kehutanan; Jl. Gunung Batu Nomor 5 PO BOX 331; Telp. (0251) 631238, 631507; Fax (0251) 7520005 Bogor 16610 - Indonesia

Sekretariat :

2. G e t a h : p e n y a d a p a n g e t a h N y a m p l u n g di lakuk an untuk mendapatk an minyak yang dikenal dengan nama minyak tamanu ( Tahiti)

3. Biji : biji Nyamplung segar mengandung 40 - 55 %-b, sedang pada biji kering kandungan minyaknya 70 – 73%-b. Bahan aktif yang terkandung pada biji adalah Inophylum A-E, Calophylloide dan Asid calophynic. Kandungan lain dalam jumlah kecil antara lain 1,2,3,4,4a, 7-beksahidro-1, 6 dimetil-4 (1-metilletil) naftalin, cubebene, selinene, calerene, farnesene, scadinene, bourbonene, zingiberene, copaene, murelene, sesquiphellandrene, octadecanal, heksadecane, farmesol. (Dahlan dan Gusmailina, 2006).

Karakteristik Minyak Nyamplung Malaysia berhasil mengembangkan Calanolida-A, aktif sebagai anti virus HIV (in vivo) diperoleh dari tanaman Calophyllum inulifolium/C. langinerum (Anonim, 2003). Minyak nyamplung ber-warna hijau gelap atau kuning kebiru-biruan. Minyak Nyamplung dinamakan juga minyak tamanu (Tahiti), minyak undi (India), minyak domba (Afrika?).

Minyak nyamplung mentah mengandung komponen yang aktif mempercepat kesembuhan luka atau pertumbuhan kulit (cicatrization). Karakteristik minyak nyamplung : berat jenis 0,941 - 0,945; angka iodium 82 - 98; angka penyabunan 192 - 202, titik leleh 8°C. Komposisi asam lemak (%-b) : oleat 48 - 53, linoleat 15 - 24, palmitat 5 - 18, stearat 6 - 12.

PenutupNyamplung (Calophyllum spp.) berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena banyak tersebar secara alami di Indonesia. Pohon nyamplung sangat bermanfaat ganda. Selain kayunya, buah dan getahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi cair juga sebagai bahan farmasi .

Daftar PustakaAnonim. 2003. Identifikasi Potensi Hutan Sebagai Sumber Senyawa

Bioaktif (Laporan Akhir). Kerjasama Departemen Kehutanan RI dan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Alhamid, H . 1998. Tumbuhan ber k has iat obat dan cara pemanfaatannya oleh masyarak at I r ian Jaya. Matoa. B a l a i P e n e l i t i a n K e h u t a n a n M a n o k w a r i : 1 - 2 3

Asmaliyah., E. Martin. dan S. Utami. 2006. Potensi Etnobotani Sumatera Sebagai Sumber Penghasil Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama. Dalam. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor: 95 – 103.

Dahlan, E. dan Gusmailina.2006. Ranting Warta Hasil Hutan Vol. 1 No. 1.

Hartoyo, S. Hadisoesilo, Kaomini., S. Sumadiwangsa., B. Wiyono., Yunita., Zulnely., N. Sumarliani., Karyono and E. Dahlian. 1998. Telaahan Hasil-Hasil Penelitain Bidang Teknik Silvikultur dan Pemanfaatan Beberapa Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Dalam: Sinopsis Hasil-Hasil Penelitian Kehutanan.: 381 – 477.

Mar tawijaya, A. I . Kar tasujana, K . Kadir dan S.A. Prawira. 2 0 0 5 . At l a s K a y u I n d o n e s i a . B a d a n Pe n e l i t i a n d a n Pe n g e m b a n g a n K e h u t a n a n , D e p a r t e m e n K e h u t a n a n

Soerawidjaja, T.H. 2005. Potensi Sumber Daya Hayati Indonesia Dalam Menghasilkan Bahan Bakar Hayati Pengganti BBM. Makalah Lokakarya “Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Energi Alternatif untuk Keberlanjutan Industri Perkebunan dan Kesejahteraan Masyarakat”. Hotel Horison, Bandung, 28 Nopember 2005.

W h i t m o r e . T. C . , 1 9 7 5 . Tr o p i c a l R a i n Fo r e s t o f T h e F a r E a s t . C l a r e n d o n P r e s s . O x f o r d . U S A .

Zuhud, E. A. M. dan Yuniarsih, A. 1995. Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Cagar Alam pananjung Pangandaran. D a l a m . Pr o s i d i n g S e m i n a r d a n Lo k a k a r y a N a s i o n a l Etnobotani II. Ikatan Pustakawan Indonesia, Jakarta: 39 – 51.

Kulit batang pohon Nyamplung (dokumen : Heryati, Rostiwati dan

Mile, 2007)

Tanaman Nyamplung yang baru ditanam di kawasan Pantai Pangandaran sebagai upaya rehabilitasi daerah pantai (dokumen :

Heryati, Rostiwati dan Mile, 2007)Buah Nyamplung

(dokumen : Heryati dan Rostiwati, 2007)

Minyak Nyamplung (dokumen : Heryati dan Rostiwati, 2006)