nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/bukti c 01 nutrisi dan...atas...

120
NUTRISI dan MANAJEMEN PAKAN Widya P. Lokapirnasari

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

22 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

NU

TR

ISI d

adaaann

nnn

MA

MA

MA

MA

NNA

NA

NA

JE

JE

JE

JE

MME

ME

ME

NNNPPPA

KA

KA

KA

NPP

BuBurrunnggnnPuyuhh

Widya P. Lokapirnasari

NUTRISI dan MANAJEMEN PAKAN

Widya P. Lokapirnasari

Naskah dalam buku referensi ini mengupas tentang kebutuhan nutrisi setiap fase pertumbuhan burung puyuh, tentang berbagai macam sumber bahan pakan ternak sumber energi maupun protein serta bahan pakan alternatif yang berasal dari hasil samping pertanian. Dalam naskah ini juga dikupas tentang berbagai macam feed additive baik herbal maupun probiotik yang dapat digunakan untuk menunjang peningkatan performa produksi serta membahas tentang manajemen pemberian pakan. Pada akhir naskah ini dijelaskan tentang bagaimana cara menyusun formula pakan secara mandiri sesuai dengan standar kebutuhan burung puyuh pada semua fase, yaitu fase starter, grower dan layer.

Buku ini diharapkan dapat membantu para pembaca di kalangan dosen, mahasiswa, peternak maupun masyarakat luas yang berminat untuk memulai serta mengembangkan usaha peternakan burung puyuh.

Dr. Widya Paramita Lokapirnasari, drh., MP, dilahirkan di Surabaya, 10 November 1969. Menyelesaikan studi S1 Kedokteran Hewan tahun 1993 serta menyelesaikan Profesi Kedokteran Hewan tahun 1994 di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Pada tahun 2004 menyelesaikan studi Magister Nutrisi Ternak di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, selanjutnya tahun 2013 menyelesaikan program Doktoral Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga.

Penulis aktif mengikuti berbagai macam workshop serta seminar international yang berhubungan dengan peningkatan kualitas keilmuan tentang nutrisi ternak. Sejak tahun 1997 sampai saat ini, penulis masih aktif sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Airlangga University PressKampus C Universitas AirlanggaMulyorejo, Surabaya 60115Telp. (031) 5992246, 5992247Fax. (031) 5992248E-mail: [email protected]

Copyright @ Airlangga University Press

Page 2: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

NU

TR

ISI d

adaaann

nnn

MA

MA

MA

MA

NNA

NA

NA

JE

JE

JE

JE

MME

ME

ME

NNNPPPA

KA

KA

KA

NPP

BuBurrunnggnnPuyuhh

Widya P. Lokapirnasari

NUTRISI dan MANAJEMEN PAKAN

Widya P. Lokapirnasari

Naskah dalam buku referensi ini mengupas tentang kebutuhan nutrisi setiap fase pertumbuhan burung puyuh, tentang berbagai macam sumber bahan pakan ternak sumber energi maupun protein serta bahan pakan alternatif yang berasal dari hasil samping pertanian. Dalam naskah ini juga dikupas tentang berbagai macam feed additive baik herbal maupun probiotik yang dapat digunakan untuk menunjang peningkatan performa produksi serta membahas tentang manajemen pemberian pakan. Pada akhir naskah ini dijelaskan tentang bagaimana cara menyusun formula pakan secara mandiri sesuai dengan standar kebutuhan burung puyuh pada semua fase, yaitu fase starter, grower dan layer.

Buku ini diharapkan dapat membantu para pembaca di kalangan dosen, mahasiswa, peternak maupun masyarakat luas yang berminat untuk memulai serta mengembangkan usaha peternakan burung puyuh.

Dr. Widya Paramita Lokapirnasari, drh., MP, dilahirkan di Surabaya, 10 November 1969. Menyelesaikan studi S1 Kedokteran Hewan tahun 1993 serta menyelesaikan Profesi Kedokteran Hewan tahun 1994 di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Pada tahun 2004 menyelesaikan studi Magister Nutrisi Ternak di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, selanjutnya tahun 2013 menyelesaikan program Doktoral Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga.

Penulis aktif mengikuti berbagai macam workshop serta seminar international yang berhubungan dengan peningkatan kualitas keilmuan tentang nutrisi ternak. Sejak tahun 1997 sampai saat ini, penulis masih aktif sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Airlangga University PressKampus C Universitas AirlanggaMulyorejo, Surabaya 60115Telp. (031) 5992246, 5992247Fax. (031) 5992248E-mail: [email protected]

Copyright @ Airlangga University Press

Page 3: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

Copyright @ Airlangga University Press

Page 4: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta:

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 5: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR

Airlangga University Press

Dr. Widya Paramita Lokapirnasari, drh., M.P.

Fakultas Kedokteran HewanUniversitas Airlangga

Copyright @ Airlangga University Press

Page 6: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Widya P. Lokapirnasari

Cetakan pertama — 2017

Dilarang mengutip dan/atau memperbanyak tanpa izin tertulis dariPenerbit sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun.

Penerbit:Airlangga University Press Kampus C Unair, Mulyorejo Surabaya 60115Telp. (031) 5992246, 5992247 Fax. (031) 5992248 E-mail: [email protected]

ANGGOTA IKAPI: 001/JTI/95ANGGOTA APPTI: 001/KTA/APPTI/X/2012AUP 500/54.694/09.17 (0.025)

Dicetak oleh: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga (AUP)(OC 221/07.17/AUP-25E)

Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)Lokapirnasari, W.P.

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh/Widya P. Lokapirnasari. –Cet.1– Surabaya: Airlangga University Press, 2017.

103 hlm.: 23 cm.

ISBN 978-602-6606-55-6

1.Burung Puyuh I. Judul 598.627

Copyright @ Airlangga University Press

Page 7: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

v

Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan Karunia-Nya hingga terselesaikannya penulisan naskah ini. Buku ini mengupas tentang budi daya burung puyuh mulai dari awal pemilihan bibit, kebutuhan nutrisi sesuai fase pertumbuhannya, mengenal berbagai jenis sumber bahan pakan, mengenal berbagai macam bahan pakan imbuhan atau feed additive yang berfungsi untuk meningkatkan produksi dan kesehatan ternak burung puyuh. Buku ini juga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk menyusun ransum secara mandiri sesuai dengan kebutuhan ternak pada setiap fase pertumbuhannya.

Buku tentang nutrisi dan manajemen pakan burung puyuh ini tersusun atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi burung puyuh jantan dan betina. Pada bab kedua membahas tentang fase pertumbuhan burung puyuh meliputi fase starter, grower serta layer. Pada bab ketiga membahas tentang kebutuhan nutrisi pada burung puyuh meliputi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, mineral serta vitamin. Pada bab keempat membahas tentang berbagai sumber bahan pakan ternak, baik bahan pakan sumber protein, energi serta nutrient yang lain. Pada bab kelima pembaca diperkenalkan tentang bagaimana cara memformulasikan pakan burung puyuh pada semua fase kehidupannya mulai dari fase starter, grower serta layer. Pada bab keenam diperkenalkan berbagai bahan pakan ternak yang dapat digunakan sebagai feed additive yang dapat digunakan untuk meningkatkan performans pertumbuhan dan produksi, baik yang berasal dari nabati/herbal dan penggunaan berbagai macam probiotik yang aman, menyehatkan serta dapat meningkatkan performa produksi. Pada bab ketujuh membahas tentang manajemen pemeliharaan burung puyuh meliputi tata laksana perkandangan, pemberian pakan serta perawatan puyuh. Buku ini berakhir pada bab kedelapan yaitu penutup yang menampilkan secara singkat tentang nutrisi dan manajemen pakan burung puyuh.

Prakata

Copyright @ Airlangga University Press

Page 8: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

vi

Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kemenristekdikti, Rektor Unair, Ketua Lembaga Penelitian dan Inovasi Unair, dan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Unair atas segala bantuan dan pendanaan riset, karena hasil karya buku ini juga memuat hasil riset penulis dan tim serta ditunjang dengan bahan acuan dari berbagai sumber pustaka. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga terselesaikannya buku ini.

Semoga buku ini dapat ikut membantu pengembangan peternakan di Indonesia khususnya burung puyuh serta bermanfaat bagi semua pembaca, baik mahasiswa, dosen, peneliti yang ingin melakukan update pengetahuan maupun bagi peternak yang langsung berkecimpung dengan dunia peternakan burung puyuh.

PenulisWidya P. Lokapirnasari

Copyright @ Airlangga University Press

Page 9: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

vii

Prakata .............................................................................................................. vDaftar Gambar ................................................................................................. ixDaftar Tabel ...................................................................................................... xiDaftar Singkatan .............................................................................................. xiii

BAB 1 BAB 1 PendahuluanPendahuluan ................................................................................... ................................................................................... 1Latar Belakang ................................................................................. 1Sejarah Burung Puyuh .................................................................... 2Seleksi Burung Puyuh Jantan dan Betina .................................... 3

BAB 2 BAB 2 Fase Pertumbuhan Burung PuyuhFase Pertumbuhan Burung Puyuh .............................................. .............................................. 1 11Fase Starter ...................................................................................... 11Fase Grower ...................................................................................... 12Fase Layer ......................................................................................... 13

BAB 3 BAB 3 Kebutuhan Nutrisi Burung PuyuhKebutuhan Nutrisi Burung Puyuh ............................................. ............................................. 1 15Protein ............................................................................................... 17Karbohidrat ...................................................................................... 19Lemak ................................................................................................ 21Mineral .............................................................................................. 23Vitamin ............................................................................................. 25Jagung ............................................................................................... 31

BAB 4 BAB 4 Bahan Pakan TernakBahan Pakan Ternak ...................................................................... ...................................................................... 3 31Dedak Padi ....................................................................................... 33Bekatul Padi ..................................................................................... 35Bungkil Kedelai ............................................................................... 36Tepung Darah (Blood Meal) ............................................................ 37Tepung Daging dan Tulang (Meat Bone Meal) ............................. 38Bungkil Kelapa Sawit ..................................................................... 39Tepung Keong ................................................................................. 40Tepung Ikan (Fish Meal).................................................................. 41

Daftar Isi

Copyright @ Airlangga University Press

Page 10: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

viii

BAB 5 BAB 5 Formulasi Pakan Burung PuyuhFormulasi Pakan Burung Puyuh ................................................. ................................................. 4 43Penggolongan Bahan Pakan .......................................................... 44Formula Pakan Fase Starter ............................................................ 45Formula Pakan Fase Grower ........................................................... 48Formula Pakan Fase Layer .............................................................. 51Formulasi dan Perhitungan Harga Pakan ................................... 54

BAB 6 BAB 6 Feed AdditiveFeed Additive ................................................................................... ................................................................................... 5 59Herbal ............................................................................................... 59Meniran (Phyllanthus niruri. L.) ..................................................... 60Kunyit (Curcuma longa linn.) .......................................................... 62Jahe (Zingiber offi cinalle) .................................................................. 65Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) ..................................... 67Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) .................................... 68Probiotik ........................................................................................... 70

BAB 7 BAB 7 Manajemen Pemeliharaan Burung PuyuhManajemen Pemeliharaan Burung Puyuh ................................ ................................ 7 77Tatalaksana Perkandangan ........................................................... 77Tatalaksana Pemberian Pakan ....................................................... 79Tatalaksana Perawatan Puyuh ..................................................... 84

BAB 8 BAB 8 PenutupPenutup ............................................................................................ ............................................................................................ 8 85

Daftar Pustaka ................................................................................................. 87Lampiran .......................................................................................................... 99

Copyright @ Airlangga University Press

Page 11: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

ix

Gambar 1. Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica). ......................... 4Gambar 12. Jagung Kuning Giling. ............................................................ 32Gambar 13. Dedak Padi. .............................................................................. 34Gambar 14. Bekatul Padi. ............................................................................ 35Gambar 15. Bungkil kedelai. ....................................................................... 36Gambar 16. Tepung ikan. ............................................................................. 41Gambar 17. Tanaman Meniran (Phyllanthus sp. L.). ................................. 61Gambar 18. Kunyit Utuh dan tepung Kunyit (Curcuma longa linn.). .... 63Gambar 19. Jahe utuh dan tepung jahe (Zingiber Offi cinalle). ................. 66Gambar 20. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)..................... 67Gambar 27. Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb). ........... 69Gambar 22. Pemberian pakan fase starter................................................. 82Gambar 24. Pemberian pakan fase layer. .................................................. 83Gambar 23. Pemberian pakan fase grower. .............................................. 83

Daftar Gambar

Copyright @ Airlangga University Press

Page 12: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

Copyright @ Airlangga University Press

Page 13: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

xi

Tabel 1. Perbedaan Morfologi antara Burung Puyuh Jantan dan Betina Dewasa Kelamin ............................................................. 4

Tabel 2. Perbedaan Warna Bagian Punggung (dorsal) antara Puyuh Jantan dan Betina Pada Umur Satu Hari .................... 5

Tabel 3. Perbedaan Warna Bulu Sayap Antara Puyuh Jantan dan Betina Berdasarkan Umur ......................................................... 6

Tabel 4. Perbedaan Warna Paruh Antara Puyuh Jantan dan Betina Berdasarkan Umur ..................................................................... 7

Tabel 5. Perbedaan Warna Shank Antara Burung Puyuh Jantan dan Betina Berdasarkan Umur ......................................................... 8

Tabel 6. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh Fase Starter ..................... 16Tabel 7. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh Fase Grower ................... 16Tabel 8. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh Fase Layer ........................ 17Tabel 9. Kebutuhan Asam Amino untuk Burung Puyuh .................... 19Tabel 10. Kebutuhan Macro mineral dan Trace mineral pada Burung

Puyuh ........................................................................................... 24Tabel 11. Kebutuhan Vitamin untuk Burung Puyuh ............................. 26Tabel 12. Kandungan Nutrisi Jagung ...................................................... 33Tabel 13. Kandungan Nutrisi Dedak Padi ............................................... 34Tabel 14. Kandungan Nutrisi Bekatul ...................................................... 35Tabel 15. Kandungan Nutrisi Bungkil Kedelai ....................................... 37Tabel 16. Kandungan Nutrisi Tepung Darah .......................................... 38Tabel 17. Kandungan Nutrisi Meat Bone Meal ......................................... 38Tabel 18. Komposisi Asam Amino Meat Bone Meal ............................... 39Tabel 19. Kandungan Nutrisi Bungkil Kelapa Sawit ............................. 39Tabel 20. Kandungan Nutrisi Tepung Keong Sawah dan Keong Mas 40Tabel 21. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan ............................................. 42Tabel 22. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak Fase Starter .......... 45Tabel 23. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak Fase Grower ......... 48Tabel 24. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak Fase Layer ............ 51

Daftar Tabel

Copyright @ Airlangga University Press

Page 14: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

xii

Tabel 25. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak .............................. 55Tabel 26. Formulasi pakan Burung Puyuh Fase Starter ......................... 55Tabel 27. Perhitungan Harga Pakan Fase Starter .................................... 56Tabel 28. Formulasi pakan Burung Puyuh Fase Grower ........................ 56Tabel 29. Perhitungan Harga Pakan Fase Grower ................................... 57Tabel 30. Formulasi pakan Burung Puyuh Fase Layer ........................... 57Tabel 31. Perhitungan Harga Pakan Fase Layer ..................................... 58Tabel 32. Kandungan Nutrisi Meniran .................................................... 62Tabel 33. Kandungan Nutrisi Kunyit ....................................................... 63Tabel 34. Kandungan Nutrisi Jahe ............................................................ 66Tabel 35. Kandungan Nutrisi Temulawak ............................................... 69Tabel 36. Jumlah pemberian ransum berdasarkan umur ...................... 82

Copyright @ Airlangga University Press

Page 15: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

xiii

AGP antibiotic growth promoterBB Berat badanBETN Bahan Ekstrak tanpa NitrogenBIS Bungkil inti sawitBK Bahan keringBKK Bungkil kacang kedelaiBLAST Basic Local Alignment Search ToolCa CalsiumCaBP Calsium Binding ProteinCFU Colony Forming UnitsCl ChlorCo CobaltCu CuprumDCP dicalcium phosphateDDGS Distiller's dried grains with solublesDOQ Day Old QuailEM Energi MetabolismFCR Feed Conversion ratioFDA Food and Drug AdministrationFe Ferrumg gramHDL high density lipoproteinI IodineKcal/kg Kilocalori per kilogramLD Lethal doseLK Lemak kasarMBM Meat bone mealMCP monocalsium phosphate

Daftar Singkatan

Copyright @ Airlangga University Press

Page 16: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

xiv

ME Metabolisme EnergiMg Magnesiummg miligramml mililiterMn ManganeseMo MolybdenumNRC National Research CouncilP PhosphorPABA Para Amino Benzoic AcidpH Potential of HydrogenPK Protein kasarppm Part per millionS SulphurSe SeleniumSK Serat kasarSNI Standart Nasional IndonesiaTDN Total Digestible NutrientU/mL Units per mililitreUV UltravioletVLDL very low density lipoproteinZ Zinc

Copyright @ Airlangga University Press

Page 17: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

1

1Pendahuluan

LATAR BELAKANG

Salah satu ternak unggas komoditas yang digemari adalah burung puyuh (Coturnix coturnix japonica), hal ini disebabkan karena apabila dibandingkan dengan ayam potong, pemeliharaan burung puyuh lebih cepat pertumbuhannya serta lebih mudah penanganannya. Burung puyuh merupakan salah satu sumber diversifikasi produk daging dan telur. Burung puyuh memiliki tubuh yang kecil, pertumbuhan yang cepat, dewasa kelamin lebih awal, produksi telur yang relatif tinggi, interval generasi dalam waktu singkat, dan periode inkubasi relatif cepat (Vali, 2008; Khalil, 2015). Populasi burung puyuh di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2016), populasi burung puyuh di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 12.692.213 ekor, tahun 2015 meningkat menjadi 13.781.918 ekor, dan pada tahun 2016 semakin meningkat menjadi 13.932.649 ekor. Keunggulan yang dimiliki ternak puyuh antara lain mampu berproduksi dalam usia muda, siklus reproduksi singkat, tidak membutuhkan permodalan yang besar, mudah pemeliharaannya, serta dapat dipelihara dalam jumlah besar namun pada tempat yang terbatas, memiliki laju produksi telur yang tinggi namun rendah konsumsi pakannya (Panekenan et al., 2013; Ayasan, 2013; Huss et al., 2008).

Permasalahan saat ini adalah belum optimalnya produktivitas utama burung puyuh sebagai penghasil telur. Salah satu penyebabnya yaitu manajemen pemberian pakan yang kurang efisien (Primacitra et al., 2014). Pakan merupakan kebutuhan dasar setiap ternak. Ditinjau dari aspek

Copyright @ Airlangga University Press

Page 18: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

2

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

ekonomis, biaya pakan sangat tinggi mencapai 70% dari total biaya produksi ternak puyuh (Khalil, 2015). Pakan pada umumnya diberikan dalam bentuk pakan komersial dari pabrik, hal ini dikarenakan lebih praktis daripada menyusun formulasi sendiri, selain itu kondisi saat ini bahan baku pakan sulit dicari di pasaran (Afria et al., 2013).

Masalah pakan burung puyuh, khususnya puyuh petelur harus memenuhi kualitas dan kuantitas pakan itu sendiri sehingga pengaruhnya sangat nyata terhadap produksi telur. Nutrisi pakan harus mencukupi kebutuhan hidup puyuh petelur. Produksi telur merupakan hasil produk akhir dari aktivitas metabolisme hidup puyuh, artinya setelah terpenuhi kebutuhan hidup yang bersifat pokok, baru kemudian nutrisi yang ada selanjutnya digunakan untuk metabolisme produksi telur. Untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas ternak burung puyuh, maka perlu diketahui manajemen pakan pada ternak burung puyuh sehingga dapat mencapai efisiensi produksi dan efisiensi pakan, sehingga berdampak terhadap peningkatan produktivitas untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Sebelum memulai usaha beternak puyuh, seorang peternak harus harus memahami tiga unsur produksi, yaitu: management (pengelolaan usaha), breeding (pembibitan), dan feeding (pakan).

SEJARAH BURUNG PUYUH

Burung puyuh (Quail) disebut juga Gemak (Bahasa Jawa-Indonesia), yang merupakan bangsa burung yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870, yang disebut dengan Bob White Quail, Colinus Virgianus. Banyak jenis burung puyuh yang tersebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, namun tidak semua burung puyuh tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penghasil bahan pangan. Beberapa jenis di antaranya menghasilkan produksi telur rendah, namun mempunyai warna bulu yang indah sehingga banyak dipelihara sebagai burung hias (Wheindrata, 2014). Burung puyuh adalah unggas darat berukuran kecil, memiliki ekor sangat pendek, memiliki kemampuan untuk berlari, dan terbang dengan kecepatan tinggi namun dengan jarak tempuh yang pendek dan bersarang di permukaan tanah (Achmad, 2011).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 19: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

3

Pendahuluan

Di beberapa negara termasuk Indonesia, burung puyuh diklasifikasikan pada kelompok burung kesayangan atau game bird yang selalu diburu baik untuk tujuan konsumsi ataupun hanya sekedar hobi. Jenis burung puyuh yang dipelihara di Indonesia di antaranya adalah Coturnix coturnix japonica, Arborophila javanica, Turnic susciator, dan Rollus roulroul yang dipelihara sebagai burung hias karena memiliki mahkota berwarna merah terang yang indah (Slamet, 2014). Burung puyuh termasuk dalam ordo Galliformes dan famili Phasianidae, Genus Coturnix, dan Species Coturnix coturnix japonica (Huss et al., 2008). Jenis burung puyuh yang paling banyak diternakkan di Indonesia adalah puyuh yang berasal dari Jepang sehingga disebut puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica). Beberapa spesies seperti puyuh Jepang adalah migratori dan mampu terbang untuk jarak yang jauh. Beberapa jenis puyuh diternakkan dalam jumlah besar. Puyuh Jepang diternakkan terutama untuk diambil hasil produksi telurnya.

SELEKSI BURUNG PUYUH JANTAN DAN BETINA

Untuk bisa melakukan seleksi antara puyuh jantan dan betina, maka dapat dilakukan dengan mengamati perbedaan morfologi antara burung puyuh jantan dan betina dewasa kelamin. Burung puyuh memiliki bulu berwarna cokelat dengan bercak abu-abu dan hitam. Ciri khas yang membedakan burung puyuh jantan dan betina terdapat pada warna, suara, dan berat tubuh. Pada umumnya bulu burung puyuh jantan dewasa berwarna cokelat dengan sedikit gradasi hitam pada bagian atas tubuhnya (Slamet, 2014). Puyuh pejantan mulai bersuara atau berkicau pada umur 5–6 minggu. Bila dibandingkan suara burung puyuh betina dengan jantan, maka suara burung puyuh jantan lebih besar daripada betina (Listiyowati dan Roospitasari, 2007). Perbedaan dengan puyuh betina terletak dari bagian kerongkongan dan dada bagian atas. Pada puyuh betina, warna cinnamon-nya lebih terang dan dihiasi totol-totol berwarna cokelat tua. Apabila ditinjau dari sisi berat badan, maka puyuh jantan memiliki berat yang lebih ringan daripada puyuh betina, yaitu 117 gram, sedangkan berat badan pada burung puyuh betina dapat mencapai 143 gram per ekor (Slamet, 2014).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 20: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

4

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Sexing pada burung puyuh umumnya dilakukan pada umur 3 minggu, di mana pada umur tersebut peternak dapat membedakan puyuh jantan dan puyuh betina hanya dengan melihat warna bulu. Warna bulu puyuh betina pada bagian leher dan dada bagian atas warnanya lebih terang serta terdapat totol-totol cokelat tua, sedangkan puyuh jantan bulu dadanya berwarna cinnamon/cokelat muda (Vali dan Doosti, 2011). Perbedaan morfologi antara burung puyuh jantan dan betina dewasa kelamin tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Morfologi antara Burung Puyuh Jantan dan Betina Dewasa Kelamin

Morfologi Puyuh Jantan Puyuh Betina

Kepala (muka)

Berwarna cokelat gelap dan rahang bawah berwarna gelap

Berwarna terang dan rahang bawah berwarna putih

Bulu bagian dada

Berwarna Cokelat kekuning-kuningan dan tidak bergaris

Terdapat bercak hitam atau cokelat

Kloaka Terdapat tonjolan kecil berwarna merah di kloaka, yaitu struktur bulat khas pada pinggir atas kloaka, apabila ditekan akan mengeluarkan seperti busa berwarna putih dan berbuih, dapat diketahui saat puyuh mulai dewasa kelamin sekitar 6 minggu.

Pada kloaka tidak terdapat benjolan seperti pada jantan

Sumber: Achmad (2011)

Gambar 1.Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica).

Sumber: Lokapirnasari et al. (2017a)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 21: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

5

Pendahuluan

Tabel 2. Perbedaan Warna Bagian Punggung (dorsal) antara Puyuh Jantan dan Betina Pada Umur Satu Hari

Jantan Betina

Left lateral

Midline

Terdapat 3 garis berwarna hitam memanjang sampai bagian ekor (caudal), di antara tiga garis tersebut bulu terlihat berwarna kuning, sehingga terdapat satu garis memanjang pada bagian tengah (midline) dan dua garis lainnya berada memanjang di sisi kiri (left lateral) dan sisi kanan (right lateral) bagian punggung badan

Right lateral

Terdapat 3 garis berwarna cokelat tua memanjang sampai bagian ekor (caudal), di antara 3 garis tersebut bulu terlihat berwarna cokelat muda, sehingga pola garis pada bagian punggung betina hampir sama dengan jantan

Sumber: Tumbilung et al. (2014)

Untuk lebih mudah mengidentifikasi jenis kelamin puyuh, sebaiknya dilakukan setelah umur tiga minggu, karena warna bulu dada puyuh jantan sangat jelas terlihat perubahannya menjadi cokelat kemerahan. Perubahan warna bulu dada hanya terjadi pada burung puyuh jantan, tidak terlihat pada burung puyuh betina. Cara lain yang dapat dilakukan untuk identifikasi jenis kelamin pada puyuh adalah dengan melihat ukuran tubuh, di mana ukuran tubuh puyuh betina lebih besar dari yang jantan (Vali dan Doosti, 2011).

Semakin cepat peternak dapat menentukan jenis kelamin dari burung puyuh, maka semakin efisien dalam pengelolaan dan semakin akurat perhitungan biaya pakan. Untuk membedakan burung puyuh jantan dan betina dapat berdasarkan morfologi yaitu melalui perbedaan warna bagian punggung (Tabel 2), perbedaan warna bulu sayap (Tabel 3), perbedaan warna paruh (Tabel 4), dan perbedaan warna kaki/shank (Tabel 5), yang dapat dilakukan saat burung puyuh berumur kurang dari tiga minggu. Sexing dengan melihat morfologi burung puyuh dapat dilakukan mulai umur 1 hari dengan tingkat keberhasilan 92,72% (Tumbilung et al., 2014).

Karakteristik umum dari burung puyuh C. japonica yaitu: (1) sebagai unggas penghasil telur dan daging, (2) biaya pemeliharaan relatif lebih murah yang diasosiasikan dengan ukuran tubuh yang kecil (80-300 g/ekor), (3) memiliki produksi telur yang tinggi (Huss et al., 2008), (4) tahan (resisten)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 22: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

6

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Tabel 3. Perbedaan Warna Bulu Sayap Antara Puyuh Jantan dan Betina Berdasarkan Umur

Umur Jantan Betina

1 hari

Humerus

Warna terlihat seperti garis hitam dan kuning dari ujung sayap (phalanx 2) sampai pada bagian pangkal sayap (humerus)

Phalanx 2

Warna terlihat seperti garis cokelat muda dan cokelat tua dari ujung sayap (phalanx 2) sampai pada bagian pangkal sayap

1 Minggu

Warna terlihat semakin hitam gelap dengan bercak-bercak cokelat keemasan

Warna cokelat muda dengan bercak-bercak kekuningan

3 Minggu

Bulu sayap primer

Bulu sayap sekunder

Warna dari pangkal sayap (humerus) sampai ujung (phalanx 2) berwarna hitam pekat dengan bintik-bintik samar kecil berwarna cokelat keemasan pada bagian ujung (barbs) bulu. Bintik-bintik putih pada bagian ujung bulu sayap tidak terlihat. Bulu sayap primer dan sekunder pada puyuh jantan tidak mengalami perubahan warna

Bulu sayap sekunder

Bulu sayap primer

Warna dari pangkal sayap (humerus) sampai ujung (phalanx 2) tidak banyak mengalami perubahan, tetap berwarna abu-abu kecokelatan. Sama seperti burung puyuh jantan, warna bulu primer dan bulu sekunder burung puyuh betina tidak mengalami perubahan. Secara keseluruhan burung puyuh betina berwarna cokelat muda

Sumber: Tumbilung et al. (2014)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 23: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

7

Pendahuluan

Tabel 4. Perbedaan Warna Paruh Antara Puyuh Jantan dan Betina Berdasarkan Umur

Umur Jantan Betina

1 hari

OperculumMaxilla

Bagian maxilla berwarna cokelat tua baik dari pangkal atau bagian operculum hingga mandible

Operculum

Maxilla

Mandible

Bagian maxilla berwarna cokelat muda hanya di bagian ujung paruh, sedangkan bagian pangkal atau operculum berwarna kuning kecokelatan. Bagian mandible berwarna merah muda

1 Minggu

Bagian maxilla: cokelat tua (mendekati hitam) hingga pada bagian pangkalnya (operculum); mandible: cokelat

Bagian maxilla berwarna cokelat muda dan bagian mandible berwarna kuning kecokelatan

3 Minggu

Dari bagian pangkal atau operculum sampai bagian maxilla berwarna hitam pekat. Warna paruh bagian maxilla dan mandible puyuh jantan tidak terjadi perubahan warna lagi

Bagian maxilla berwarna cokelat tua (mendekati warna hitam), namun pada bagian pangkal atau operculum berwarna merah muda. Warna paruh betina tidak mengalami perubahan lagi, secara keseluruhan berwarna cokelat kehitaman.

Sumber: Tumbilung et al. (2014)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 24: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

8

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Tabel 5. Perbedaan Warna Shank Antara Burung Puyuh Jantan dan Betina Berdasarkan Umur

Umur Jantan Betina

1 hari

Berwarna kuning kecokelatan dengan bercak cokelat yang sangat jelas terlihat di bagian tarsus (tibiotarsus) kaki sampai ke bagian kuku

Berwarna kuning dengan bercak cokelat muda tetapi belum terlihat jelas

1 Minggu

Warna coklat (jantan)

Warna cokelat muda dan terlihat adanya bercak cokelat tua pada bagian tarsus

Warna coklat (jantan)

Warna kuning dengan bercak-bercak cokelat muda di bagian jari kaki

3 Minggu

Tarsus

Warna cokelat kehitaman yang terlihat di permukaan kulit kaki puyuh jantan

Tarsus

Sole

Warna kuning dan terlihat bercak-bercak cokelat yang terlihat di bagian permukaan kulit kaki

Sumber: Tumbilung et al. (2014)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 25: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

9

Pendahuluan

terhadap wabah dan penyakit unggas, (5) memiliki selang generasi yang pendek (3-4 generasi per tahun) sehingga memungkinkan memiliki generasi yang lebih banyak dalam setahun, (6) merupakan unggas dengan ukuran tubuh terkecil yang diternakkan untuk menghasilkan telur dan daging, dan (7) dapat digunakan sebagai hewan percobaan (Vali, 2008; Huss et al., 2008).

Ternak burung puyuh merupakan salah satu komoditas unggas sebagai penghasil telur dan daging. Keberadaannya dapat sebagai pendukung ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapat. Ternak puyuh sangat potensial dikembangkan untuk diambil produksi telur atau dagingnya. Di antara semua jenis unggas petelur, puyuh termasuk unggas penghasil telur terbesar kedua setelah ayam ras petelur. Selain telur, daging puyuh juga memiliki rasa yang lezat, gurih, dan bertekstur lembut. Dagingnya memiliki kandungan zat gizi yang cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan sumber bahan makanan alternatif (Wuryadi, 2011). Usaha budi daya puyuh merupakan salah satu jenis usaha yang banyak diminati dan dikembangkan karena beberapa hal berikut (Wheindrata, 2014; Departemen Pertanian, 2012): 1. Memiliki kemampuan produksi sangat tinggi, mencapai 250-300 butir/

ekor/tahun 2. Kualitas nutrisi telur dan daging puyuh lebih tinggi bila dibandingkan

dengan ternak unggas lainnya 3. Memiliki daya tahan tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan ayam

ras 4. Bibit burung puyuh mudah diperoleh. 5. Usaha budi daya burung puyuh dapat dilakukan dengan modal yang

relatif kecil serta tidak memerlukan lahan yang luas 6. Penyakit yang menyerang puyuh relatif lebih sedikit dibanding penyakit

pada ternak ayam ras 7. Cara beternaknya sangat mudah sehingga pada umumnya dapat

ditangani oleh semua orang 8. Biaya perawatan rendah namun memberikan nilai keuntungan yang

tinggi 9. Burung puyuh afkir dapat dijual dengan harga yang masih tinggi sebagai

ternak potong 10. Burung puyuh cepat mencapai dewasa kelamin dan cepat berproduksi,

di mana pada umur 42 hari burung puyuh sudah mulai bertelur

Copyright @ Airlangga University Press

Page 26: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

10

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

11. Permintaan telur puyuh sangat tinggi, bahkan terus meningkat, yang sampai kini belum dapat dipenuhi oleh para peternak

12. Sarana, vitamin, pakan, obat-obatan khusus untuk puyuh, peralatan kandang, mesin tetas, dan perlengkapan lain lebih mudah diperoleh.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 27: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

11

Tahap pertumbuhan pada masa pemeliharaan burung puyuh sebagai unggas petelur dapat dibedakan menjadi tiga fase, yaitu: fase starter, fase grower, dan fase layer.

FASE STARTER

Day Old Quail (DOQ) adalah anak burung puyuh umur 1 (satu) hari, memiliki ukuran berat badan sekitar 7-10 g/ekor serta berbulu halus. Anak burung puyuh yang sehat berbulu kuning, memiliki besar yang seragam, memiliki gerakan yang lincah, dan aktif mencari makan atau minum (Wheindrata, 2014).

Day Old Quail (DOQ) yang dibudidayakan berasal dari pembibitan burung puyuh yang merupakan final stock. Persyaratan mutu DOQ berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 33/Permentan/OT.140/2/2014, meliputi:a. berasal dari induk burung puyuh yang mempunyai kemampuan bertelur

antara 300-310 butir/ekor/tahun;b. berasal dari induk dengan kemampuan menghasilkan telur dengan berat

antara 10-12 gram/butir;c. berasal dari induk yang sehat dan tahan stres atau tidak mudah kaget; d. berat DOQ per ekor antara 7-8 gram;e. kondisi fisik sehat, kaki normal, dan dapat berdiri tegak tampak segar dan

aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik;

2Fase Pertumbuhan Burung Puyuh

Copyright @ Airlangga University Press

Page 28: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

12

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

f. warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondisi bulu kering; dan

g. jaminan kematian DOQ maksimal 2%.Untuk pemeliharaan anakan puyuh yang baru menetas atau sering

disebut dengan Day Old Quail (DOQ), diperlukan kandang khusus starter atau disebut dengan kandang indukan. Kandang indukan ini diperlukan untuk anak puyuh petelur mulai umur 1 hari hingga 2–3 minggu. Jumlah DOQ dalam satu kandang ini disesuaikan dengan kapasitas kandang indukannya. Pada umumnya pada luasan 1 m2 dapat digunakan untuk menampung puyuh sebanyak 100 ekor untuk umur 1 hari sampai 10 hari, tetapi jika sudah berumur lebih dari 10 hari, maka sebaiknya per m2 nya hanya digunakan untuk menampung sekitar 60 ekor burung puyuh.

FASE GROWER

Burung Puyuh Dara (Quail Grower) adalah burung puyuh betina yang berumur antara 18 (delapan belas)– 40 (empat puluh) hari. Pemeliharaan pada fase grower ini masih berada pada kandang indukan, hanya saja kebutuhan panas untuk puyuh pada fase ini sudah banyak dikurangi dan jumlah puyuh per m2 nya juga harus dikurangi. Pada umur 16–21 hari dapat dilakukan proses pemisahan antara jantan dan betina sebab pada umur tersebut jenis kelamin betina dan jantan sudah dapat dibedakan dengan mudah. Cara penentuan jenis kelamin puyuh yang paling mudah adalah dengan melihat warna bulu dada. Burung puyuh jantan memiliki bulu dada berwarna polos, sedangkan pada burung puyuh betina terdapat bintik-bintik berwarna hitam. Selain itu pada puyuh jantan terdapat tonjolan berupa titik berbentuk bulat atau lonjong dan jika ditekan mengeluarkan cairan putih kental berupa sperma, sedangkan puyuh betina pada bagian kloaka tidak terdapat tonjolan atau hanya berupa garis lurus (Wuryadi, 2011).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 29: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

13

Fase Pertumbuhan Burung Puyuh

FASE LAYER

Burung Puyuh Petelur (Quail Layer) adalah burung puyuh yang sudah berproduksi (bertelur). Puyuh petelur dengan umur 6 minggu ke atas sudah memasuki fase layer atau masa produksi. Untuk sistem pemeliharaannya, puyuh tersebut dipindah ke kandang layer atau kandang puyuh produksi. Pada umur 42 hari burung puyuh dapat mencapai berat badan sekitar 120 g/ekor. Fase kematangan seksual burung puyuh ditandai dengan kemampuan ovulasi pertama. Berat badan burung puyuh pada saat tersebut sekitar 140 g/ekor. Kematangan seksual dapat dipercepat dan diperlambat dengan cara pembatasan ransum dan pemberian cahaya. Berat badan rata-rata burung puyuh berkisar 150–160 g/ekor. Burung puyuh yang belum mengalami seleksi genetik, menunjukkan berat badan jantan dewasa sekitar 100–140 g/ekor, sedangkan betina sedikit lebih berat yaitu antara 120–160 g/ekor (Wheindrata, 2014). Puyuh dalam waktu setahun dapat menghasilkan tiga sampai empat keturunan (Listyowati dan Roospitasari, 2007).

Pemeliharaan puyuh pembesaran dilakukan selama lima minggu terhitung dari DOQ masuk, hal tersebut dikarenakan pada umur lima minggu puyuh sudah siap untuk bertelur. Puyuh pullet atau puyuh yang berumur lima minggu memiliki pangsa pasar yang besar karena banyak peternak puyuh yang mencari untuk diternakkan kembali. Apabila dibandingkan dengan membeli dan memelihara DOQ, membeli puyuh pullet sangat mengefisienkan waktu karena hanya membutuhkan waktu satu minggu pemeliharaan sampai menghasilkan telur, selain itu juga tingkat kematian yang tinggi saat memelihara DOQ menjadikan alasan dipilihnya puyuh pullet untuk diternakkan kembali (Kasadi, 2015).

Puyuh pada masa bertelur dalam satu tahunnya dapat menghasilkan 130-300 butir telur dengan berat telur rata-rata 10 gram (Listyowati dan Roospitasari 2007). Produksi telur burung puyuh pada masa awal bertelur berkisar antara 40–60% dan terus meningkat setiap minggu hingga mencapai puncak pada umur sekitar 20 minggu dengan produksi mencapai 90% (Mursito et al., 2016). Selama satu periode usaha (18 bulan), produksi telur rata-rata seekor puyuh betina ± 78–85%. Puyuh mencapai puncak produksi (98%) pada umur 2,5–6 bulan, kemudian setelah mencapai puncak, dalam waktu relatif singkat akan turun secara perlahan (Rasyaf, 2003; Slamet, 2014).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 30: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

Copyright @ Airlangga University Press

Page 31: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

15

3Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

Pakan adalah bahan pakan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Penyusunan pakan untuk burung puyuh perlu memperhatikan beberapa hal seperti kebutuhan nutrien sesuai dengan fase pertumbuhan atau umur burung puyuh serta ketersediaan dan kualitas bahan pakan yang digunakan.

Puyuh membutuhkan beberapa unsur nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Unsur-unsur tersebut adalah protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Kekurangan unsur-unsur tersebut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan menurunkan produktivitas. Semua kebutuhan puyuh harus dipenuhi, seluruh unsur gizi itu dipadukan dan digunakan untuk kebutuhan hidupnya, untuk menggantikan bagian-bagian tubuh yang rusak dan untuk pembentukan telur (Rasyaf, 2003). Rasio konversi pakan (Feed Conversion ratio/FCR) berperan penting secara ekonomis dalam industri unggas. Rasio konversi pakan pada burung puyuh lebih tinggi dibandingkan dengan broiler yaitu pada burung puyuh 3,3–4,9 , sedangkan pada broiler adalah 1,3–2,2 (Khalil, 2015).

Konsumsi pakan dapat menunjukkan apakah ransum yang dibuat disukai ternak ataukah tidak. Konsumsi pakan yang rendah menunjukkan ransum tersebut kurang disukai. Konsumsi yang rendah mungkin juga disebabkan kandungan energinya terlalu tinggi, sedangkan konsumsi yang tinggi namun jika tidak diikuti dengan peningkatan produksi menunjukkan bahwa ransum tersebut kualitasnya rendah (Setyono et al., 2013).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 32: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

16

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Tabel 6. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh Fase Starter

No. Parameter Satuan Starter

1. Kadar Air (Maks) % 14,0 2. Protein Kasar (Min) % 20,0 3. Lemak Kasar (Maks) % 7,0 4. Serat Kasar (Maks) % 6,5 5. Abu (Maks) % 8,0 6. Kalsium (Ca) % 0,90–1,20 7. Fosfor (P) total % 0,60–1,00 8. Fosfor tersedia (Min) % 0,40 9. Energi Metabolisme (Min) Kkal/kg 280010. Total Aflatoksin (Maks) μg/kg 40,011. Asam amino: (Min)

– Lisin– Metionin– Metionin + Sistin

%%%

1,100,400,60

Sumber: SNI, 2006a

Tabel 7. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh Fase Grower

No. Parameter Satuan Grower

1. Kadar Air (Maks) % 14,0 2. Protein Kasar (Min) % 20,0 3. Lemak Kasar (Maks) % 7,0 4. Serat Kasar (Maks) % 7,0 5. Abu (Maks) % 8,0 6. Kalsium (Ca) % 0,90–1,20 7. Fosfor (P) total % 0,60–1,00 8. Fosfor tersedia (Min) % 0,40 9. Energi Metabolisme (Min) Kkal/kg 280010. Total Aflatoksin (Maks) μg/kg 40,011. Asam amino: (Min)

- Lisin- Metionin- Metionin + Sistin

%%%

0,800,350,50

Sumber: SNI, 2006b

Konsumsi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan (komposisi nutrisi dalam ransum, kualitas pellet, formulasi, ransum) dan manajemen (manajemen lingkungan, kepadatan kandang, ketersediaan pakan, ketersediaan air minum

Copyright @ Airlangga University Press

Page 33: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

17

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

Tabel 8. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh Fase Layer

No. Parameter Satuan Layer

1. Kadar Air (Maks) % 14,0 2. Protein Kasar (Min) % 20–22 3. Lemak Kasar (Maks) % 7,0 4. Serat Kasar (Maks) % 7,0 5. Abu (Maks) % 14,0 6. Kalsium (Ca) % 2,50–3,50 7. Fosfor (P) total % 0,6–1,00 8. Fosfor tersedia (Min) % 0,4 9. Energi Metabolisme (Min) Kkal/kg 280010. Total Aflatoksin (Maks) μg/kg 40,011. Asam amino: (Min)

– Lisin– Metionin– Metionin + Sistin

%%%

0,900,400,60

Sumber: SNI, 2006c

dan kontrol terhadap penyakit) (Ferket dan Gernat, 2006). Nutrisi burung puyuh harus mengandung nutrient yang dibutuhkan antara lain protein, karbohidrat, lemak, mineral serta vitamin.

Mutu pakan burung puyuh harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Mutu pakan anak burung puyuh (quail starter) sesuai SNI 01-3905-2006, burung puyuh dara (quail grower) sesuai SNI 01-3906-2006, dan burung puyuh petelur (quail layer) sesuai SNI 01-3907-2006, seperti tercantum pada Tabel 6, 7, dan 8.

PROTEIN

Protein merupakan komponen senyawa organik yang kompleks mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S), dan fosfor (P), serta ada yang mengandung besi dan tembaga, protein juga tersusun atas 20–22 macam asam amino. Burung puyuh fase starter dan fase grower membutuhkan protein dalam ransum minimal 20% (SNI, 2016a,b), sedangkan fase finisher minimal 20–22% (SNI, 2016c). Fungsi protein antara lain sebagai sumber asam-asam amino, sumber energi dalam tubuh, dan pembentuk beberapa enzim dan hormon serta materi penyusun

Copyright @ Airlangga University Press

Page 34: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

18

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

dasar pembentukan semua jaringan tubuh. Selain itu, protein berfungsi untuk pertumbuhan jaringan baru, produksi telur, dan sperma. Bila kadar protein dalam pakan tidak sesuai dengan kebutuhan, maka dapat menghambat pertumbuhan. Apabila kondisi kekurangan atau defisiensi protein berlangsung dalam waktu panjang, maka dapat menyebabkan rendahnya produksi bahkan hingga menimbulkan mortalitas.

Protein untuk pakan unggas dapat diperoleh dari dua sumber yaitu sumber hewani dan nabati. Sumber protein hewani pada umumnya secara nutrien lebih baik kualitas proteinnya dan lebih lengkap kandungan asam-asam aminonya apabila dibandingkan dengan sumber protein nabati. Sumber protein hewani dapat berasal dari tepung ikan ataupun tepung daging, sedangkan sumber protein nabati biasanya berasal dari bahan pakan seperti kedelai dan bungkil kedelai.

Perlu diperhatikan kualitas protein untuk penyusunan pakan burung puyuh. Kebutuhan asam-asam amino, terutama asam amino esensial harus tersedia dalam formula pakannya, karena asam amino esensial tidak dapat disintesis di dalam tubuh. Asam amino esensial seperti lisin dan metionin dalam pakan harus diperhatikan ketersediaannya karena sering menimbulkan defisiensi pada ternak unggas. Defisiensi atau kekurangan akan asam amino dapat menyebabkan terhambatnya laju pertumbuhan. Kebutuhan asam amino esensial seperti lisin pada puyuh fase starter, grower, dan layer berturut-turut minimal 1,1%, 0,80%, dan 0,90%, sedangkan kebutuhan metionin pada puyuh fase starter, grower, dan layer berturut-turut minimal 0,4%, 0,35%, dan 0,4% (SNI, 2006).

Protein untuk unggas diperoleh dari dua sumber yaitu nabati dan hewani. Sumber protein nabati pada umumnya berasal dari bahan pakan seperti bungkil kedelai sedangkan sumber protein hewani seperti tepung ikan ataupun tepung daging (Listyowati dan Roospitasari, 2009). Defisiensi suatu asam amino selalu diikuti dengan lambatnya pertumbuhan atau penurunan produksi. Kebutuhan asam amino untuk burung puyuh menurut Nutrient Requirement of Japanese Quail (NRC) tercantum pada Tabel 9.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 35: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

19

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

KARBOHIDRAT

Karbohidrat dibutuhkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan energinya. Energi digunakan untuk kebutuhan hidup pokok, pergerakan otot, sintesis jaringan-jaringan baru, aktivitas kerja, serta memelihara temperatur tubuh (Slamet, 2014). Nilai energi bahan pakan maupun ransum dapat ditentukan dengan berbagai cara. Pada penyusunan ransum unggas, nilai energi dalam pakan dinyatakan dalam Energi Metabolism (EM). Burung puyuh yang sedang tumbuh (fase grower) membutuhkan energi metabolis dalam ransum sekitar 2.800 kkal/kg. Kandungan energi dalam ransum menunjukkan hubungan dengan konsumsi ransum, yaitu energi dalam ransum merupakan pembatas terhadap konsumsi ransum, karena apabila kebutuhan unggas sudah terpenuhi maka unggas secara naluriah akan berhenti makan. Kekurangan energi ransum akan menyebabkan meningkatnya konsumsi ransum dan apabila kandungan energi di bawah kebutuhan hidup pokok akan menyebabkan penurunan berat badan.

Untuk menyusun pakan puyuh, diperlukan perhitungan antara imbangan energi dan proteinnya. Imbangan protein merupakan perbandingan antara energi metabolis ransum dengan persentase protein kasarnya. Keseimbangan

Tabel 9. Kebutuhan Asam Amino untuk Burung Puyuh

Nutrient Satuan Starter Grower Finisher

Arginine % 1,25 1,25 1,26Glycine + serine % 1,15 1,15 1,17Histidine % 0,36 0,36 0,42Isoleucine % 0,98 0,98 0,90Leucine % 1,69 1,69 1,42Lysine % 1,30 1,30 1,00Methionine % 0,50 0,50 0,45Methionine + cystine % 0,75 0,75 0,70Phenylalanine % 0,96 0,96 0,78Phenylalanine + tyrosine % 1,80 1,80 1,40Threonine % 1,02 1,02 0,74Tryptophan % 0,22 0,22 0,19Valine % 0,95 0,95 0,92

Sumber: Nutrient Requirement of Japanese Quail, NRC (1994)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 36: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

20

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

energi dan protein yang ideal pada puyuh periode starter sekitar 140 berdasarkan kebutuhan nutriennya yaitu energi metabolis sebesar 2.800 kkal/kg dan protein kasar 20%, fase grower sekitar 140 berdasarkan kebutuhan nutriennya yaitu energi metabolis sebesar 2.800 kkal/kg dan protein kasar 20%, serta fase layer sekitar 140-127,27 berdasarkan kebutuhan nutriennya yaitu energi metabolis sebesar 2.800 kkal/kg dan protein kasar 20-22%. Imbangan energi dan protein harus diupayakan seimbang karena apabila imbangan terlalu luas dapat menyebabkan berkurangnya konsumsi protein sehingga mengalami hambatan pertumbuhan serta memengaruhi tingkat efisiensi penggunaan pakan.

Secara fisiologis, burung puyuh merupakan ternak unggas yang tidak mampu terlalu banyak mengonsumsi serat kasar. Kandungan serat kasar dalam pakan puyuh periode starter dan grower maksimal 6,5%, sedangkan fase layer maksimal 7% (SNI, 2006). Serat kasar antara lain tersusun dari selulosa dan hemiselulosa, yang merupakan salah satu sumber energi, akan tetapi kandungan serat kasar tersebut tidak dapat dicerna unggas karena dalam saluran pencernaannya unggas tidak memiliki enzim selulose yang mampu mencerna selulosa dan kandungan serat kasar hanya memberikan sifat bulky pada pakan. Apabila kandungan serat kasar dalam pakan tinggi, maka burung puyuh cenderung meningkatkan konsumsi air minum.

Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan akan mengurangi efisiensi penggunaan nutrisi lainnya, sebaliknya juga apabila persentase serat kasar yang terkandung dalam pakan sangat rendah maka pakan juga tidak dapat dicerna dengan sempurna. Tingginya kandungan serat kasar pada pakan akan memengaruhi proses pencernaan di dalam saluran pencernaan menjadi lebih singkat serta dapat menurunkan kecernaan.

Untuk meningkatkan pemanfaatan serat kasar (selulosa), sebuah penelitian berhasil membuktikan bahwa enzim selulolitik yang memiliki aktivitas enzim endo-(1,4)- β-D-glucanase, exo-(1,4)-β-D-glucanase, dan β-glucosidase dapat diproduksi oleh isolat Enterobacter cloacae WPL 214 yang diisolasi dari limbah cairan rumen sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Surabaya. Hal ini mengindikasikan bahwa Enterobacter cloacae WPL 214 dapat menghidrolisis serat kasar pakan yang mengandung selulosa (Lokapirnasari et al., 2015a).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 37: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

21

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

Bakteri selulolitik adalah bakteri yang mampu mendegradasi dan memanfaatkan selulosa sebagai sumber karbon dan energinya. Bakteri selulolitik dipilih sebagai salah satu mikroba pendegradasi selulosa karena memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibanding kelompok mikroba lainnya sehingga waktu yang dibutuhkan untuk produksi enzim lebih cepat (Baharuddin et al., 2010). Kemampuan bakteri selulolitik dalam mendegradasi selulosa disebabkan oleh kemampuan bakteri tersebut menghasilkan enzim endoselulase dan eksoselulase yang mampu memecah dan mengurai komponen serat kasar menjadi karbohidrat terlarut dan selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi bagi ternak (Lokapirnasari et al., 2015). Karbohidrat terdapat dalam bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti jagung, dedak padi, minyak kelapa, minyak jagung, dan minyak wijen (Slamet, 2014).

LEMAK

Lemak atau lipida tersusun atas unsur-unsur karbon, hydrogen, dan oksigen. Lemak berfungsi sebagai sumber energi, membantu absorpsi vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K), sumber asam-asam lemak esensial, menambah palatabilitas, membantu penyerapan vitamin A, karoten, kalsium (Ca) dalam saluran pencernaan, dan menambah efisiensi penggunaan energi (Slamet, 2014). Kebutuhan lemak kasar dalam pakan burung puyuh fase starter, grower, dan layer yaitu maksimal 7% (SNI, 2006).

Minyak merupakan salah satu bahan sumber energi serta mengandung asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Minyak lemuru (Sardinella longiceps) merupakan hasil samping industri pengalengan ikan lemuru yang cukup melimpah dan pemanfaatannya belum optimal dan berpotensi sebagai sumber asam lemak Omega-3, sedangkan minyak sawit mengandung Omega-6 cukup tinggi (Estiasih, 1996; NRC, 1994).

Walaupun kandungan gizi dalam telur burung puyuh lengkap mengandung protein, lemak, vitamin dan mineral, tetapi kandungan kolesterolnya juga sangat tinggi. Kandungan nutrien yang terdapat dalam telur burung puyuh antara lain 13,2% protein dan 11,1% lemak. Komposisi telur burung puyuh tersusun atas 47,4% putih telur (albumen), 31,9% kuning telur, dan 20,7 % bagian membran dan cangkang telur (Mursito et al., 2016).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 38: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

22

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Penambahan minyak lemuru dalam pakan puyuh berperan untuk menurunkan kandungan kolesterol telur puyuh. Kandungan rata-rata kolesterol telur pada burung puyuh tanpa pemberian minyak lemuru adalah 114,66 mg/100, sedangkan kandungan kolesterol telur puyuh terendah diperoleh dengan pemberian minyak lemuru 8% (54,82 mg/100 g) diikuti oleh puyuh yang diberikan perlakuan minyak lemuru 6% dan minyak sawit 2% (55,01 mg/100 g), minyak lemuru 4% dan minyak sawit 4% (55,14 mg/100 g) , minyak lemuru 6% dan minyak sawit 2% (61,24 mg/100 g), yang hanya mengandung sekitar 50% dari kolesterol telur puyuh kontrol (Suripta dan Astuti, 2007). Penurunan tersebut berkaitan dengan semakin meningkatnya Omega-3 pada ransum yang mengandung minyak lemuru dapat menurunkan kolesterol telur. Omega-3 dapat menghambat terjadinya biosintesis kolesterol serta menurunkan very low density lipoprotein (VLDL)-kolesterol dan trigliserida plasma. Faktor yang menentukan kandungan kolesterol dalam telur adalah berat kuning telur. Kuning telur dengan ukuran lebih kecil mengandung kolesterol yang lebih rendah dibanding kuning telur yang besar. Ransum yang menggunakan 1,5% minyak menhaden dapat meningkatkan Omega-3 dibanding ransum kontrol. Asam linoleat (Omega-6) pada telur semakin menurun seiring meningkatnya kandungan Omega-3, hal ini diduga karena tingginya Omega-3 akan menghambat sintesis Omega-6 dengan cara berkompetisi untuk sistem enzim yang sama. Rasio yang baik antara Omega-3 dan Omega-6 adalah 1:5 (Jiang dan Sim, 1991; Murray et al., 1995; Leeson dan Atteh, 1995).

Sumber lemak terdapat dalam bahan pakan seperti minyak kelapa, minyak kacang kedelai, minyak jagung, dan minyak biji kapas (Slamet, 2014). Semakin tinggi kandungan energi dan kandungan lemak maka ransum yang dikonsumsi oleh ternak semakin berkurang. Kandungan lemak yang terlalu tinggi dalam ransum akan mengurangi tingkat palatabilitas atau kesukaan ternak terhadap ransum, selain itu ransum yang mengandung lemak terlalu tinggi menyebabkan ransum mudah tengik dikarenakan lemak mudah teroksidasi (Mursito et al., 2016).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 39: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

23

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

MINERAL

Mineral merupakan nutrien yang dibutuhkan oleh ternak untuk pertumbuhan produksi agar optimal. Mineral sangat penting untuk kelangsungan hidup ternak. Hampir semua mineral ditemukan dalam jaringan ternak dan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses metabolisme ternak. Umumnya ternak membutuhkan mineral dalam jumlah yang relatif sedikit, baik mineral makro maupun mineral mikro. Kalsium (Ca) dan fosfor (P) merupakan mineral makro yang yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi. Pada periode pertumbuhan kalsium dan fosfor diperlukan untuk pembentukan kerangka tubuh, sedangkan pada periode produksi, Ca dan P diperlukan untuk pembentukan kulit telur dan membantu metabolisme tubuh. Metabolisme dan interrelationship di antara mineral sangat bervariasi dan kompleks. Suatu kelebihan atau kekurangan mineral tertentu dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan dari mineral lainnya (Ridla, 2014; Mursito et al., 2016).

Mineral Ca merupakan unsur mineral utama yang diperlukan dalam pakan ternak dan dapat dipakai dalam bentuk terikat dengan karbonat, sehingga tidak perlu proses pengolahan lebih lanjut untuk meningkatkan ketersediaan Ca.

Penggunaan tepung pada ternak unggas, seperti ayam, itik, puyuh, burung dan lainnya, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ransum. Tepung batu yang ukuran partikelnya agak kasar, keras, dan sulit larut dapat berfungsi sebagai sumber grit yang membantu proses pencernaan makanan dalam empedal. Pakan mineral yang baik harus mengandung mineral sesuai dengan kebutuhan nutrisi serta disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak. Selain Ca, P, Mg (Magnesium), dan Fe (Ferrum), mineral esensial lain yang dibutuhkan ternak adalah mineral makro natrium (Na), kalium (K), chlor (Cl) dan sulfur (S) serta mineral mikro Iodium (I), cuprum (Cu), mangan (Mn), zinc (Zn), dan cobalt (Co) (Anwar, 2010).

Kebutuhan kalsium pada burung puyuh pada fase starter dan grower yaitu 0,90-1,20 %, sedangkan fase layer yaitu 2,50-3,50%. Kebutuhan fosfor pada fase starter, grower dan fase layer 0,60-1,00% (SNI, 2006). Perbandingan Ca dan P sebesar 2:1 dapat memberikan pertambahan berat badan yang optimum dan pertumbuhan bulu yang cepat, sebaliknya jika lebih dari perbandingan tersebut akan menghambat pertumbuhan puyuh umur 1-5

Copyright @ Airlangga University Press

Page 40: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

24

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

minggu. Perbandingan yang tidak seimbang dapat menurunkan absorpsi kalsium dan fosfor serta dapat menyebabkan defisiensi salah satu unsur seperti defisiensi fosfor yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Bila fosfor dalam ransum kurang, maka fosfor dalam tulang akan dirombak sehingga dapat menyebabkan berkurangnya cadangan fosfor dalam tulang yang berakibat gangguan pertumbuhan.

Semua jenis ternak, termasuk burung puyuh sangat memerlukan mineral dalam ransumnya, baik berupa mineral makro (Ca, P, Na, K dan Cl) atau mineral mikro (Fe, Cu, I, Co, Zn, Mn, Se, dan Mo). Bahan pakan yang mengandung mineral antara lain adalah tepung tulang, kulit kerang, dan garam dapur (Slamet, 2014).

Penyerapan kalsium terutama terjadi pada bagian depan dari usus halus, duodenum dan jejunum serta terjadi melalui mekanisme transport aktif dan pasif. Absorpsi Ca dalam saluran pencernaan pada umumnya berkisar antara 30-80% dari total asupan. Penyerapan Ca akan meningkat apabila kadar Ca di dalam darah rendah. Protein berperan penting dalam penyerapan kalsium karena dapat mengikat kalsium yang disebut Calcium Binding Protein (CaBP). Calcium Binding Protein terdapat di mukosa usus sebagai pembawa kalsium ke dalam mukosa duodenum. Selain itu kadar kalsium dan fosfor dalam

Tabel 10. Kebutuhan Macro mineral dan Trace mineral pada Burung Puyuh

Macrominerals Satuan Starter Grower Finisher

Calcium % 0.8 0.8 2.5Chlorine % 0.14 0.14 0.14Magnesium mg 300 300 500Nonphytate phosphorus % 0.3 0.3 0.35Potassium % 0.4 0.4 0.4Sodium % 0.15 0.15 0.15

Trace minerals

Copper mg 5 5 5Iodine mg 0.3 0.3 0.3Iron mg 120 120 60Manganese mg 60 60 60Selenium mg 0.2 0.2 0.2Zinc mg 25 25 50

Sumber: Nutrient Requirement of Japanese Quail, NRC (1994)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 41: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

25

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

darah serta absorpsi kalsium dan fosfor dipengaruhi oleh hormon paratiroid (berfungsi untuk mobilisasi kalsium dari kerangka) dan kalsitonin serta peranan dari vitamin D (Mursito et al., 2016).

Kebutuhan makro mineral dan trace mineral pada burung puyuh berdasarkan Nutrient Requirement of Japanese Quail, NRC (1994) tercantum pada Tabel 10.

VITAMIN

Vitamin merupakan senyawa organik yang harus tersedia walaupun dalam jumlah yang sangat kecil karena dibutuhkan untuk proses metabolisme jaringan normal. Secara langsung maupun tidak langsung, defisiensi vitamin pada burung puyuh mengakibatkan kerugian seperti lebih mudah terserang penyakit sehingga menurunkan produktivitas, bahkan dapat menimbulkan kematian (Slamet, 2014).

Vitamin secara umum dibagi atas dua golongan yaitu vitamin larut dalam lemak dan vitamin larut dalam air:1. Vitamin yang larut dalam lemak: vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan

vitamin K.2. Vitamin yang larut dalam air: biotin, cholin, folacin (asam folat), inositol,

niacin (asam nicotinat, nikotinamid), asam pantotenat (vitamin B3), asam para amino benzoat (PABA), riboflavin (vitamin B2), thiamin (vitamin B1), vitamin B6 (pyridoxin, pyrodoxal, pyridoxamin), vitamin B12 (cyanocobalamin), dan vitamin C (asam askorbat).

Vitamin berasal dari jaringan tanaman kecuali vitamin C dan vitamin D yang terdapat dalam jaringan hewan hanya apabila hewan mengonsumsi pakan yang mengandung vitamin tersebut atau mikroorganisme yang ada dalam tubuh menyintesisnya. Vitamin yang larut dalam lemak terdapat dalam jaringan tanaman dalam bentuk provitamin (precursor vitamin). Dalam kondisi yang baik umumnya ransum mengandung cukup beberapa vitamin (Ridla, 2014).

Kebutuhan Vitamin pada burung puyuh berdasarkan Nutrient Requirement of Japanese Quail, NRC (1994) tercantum pada Tabel 11.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 42: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

26

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Beberapa macam vitamin yang penting serta dibutuhkan oleh ternak, antara lain:

a. Vitamin A

Ada beberapa bentuk vitamin A yang mempunyai aktivitas biologis berbeda, yang paling penting adalah bentuk retinol dan dehydroretinol. Mempunyai aktivitas biologis sebagai suatu alkohol, aldehyde, dan asam. Bentuk alkohol merupakan bentuk yang umum, biasa sebagai retinol, bentuk aldehyde sebagai retinal atau retine dan bentuk asam sebagai asam retinat. Dehydroretinol atau vitamin A2 berbeda dari retinol karena mempunyai tambahan ikatan rangkap dan mempunyai ± 40% nilai aktivitas biologisnya. Senyawa yang berhubungan dengan vitamin A adalah karoten atau juga disebut provitamin A karena dapat diubah menjadi vitamin A. Beta karoten mempunyai aktivitas vitamin A yang paling tinggi dan dapat menyediakan dua pertiga dari vitamin A yang seharusnya dalam ransum. Perbedaan jenis hewan mengubah beta karoten menjadi vitamin A memiliki derajat efisiensi yang berbeda-beda. Beta karoten dan vitamin A sangat mudah teroksidasi, sehingga perlu diperhitungkan kehilangan

Tabel 11. Kebutuhan Vitamin untuk Burung Puyuh

Nutrient Satuan Starter Grower Finisher

Vitamin Larut LemakA IU 1.650 1.650 3.300D3 ICU 750 750 900E IU 12 12 25K mg 1 1 1

Vitamin Larut AirB12 mg 0.003 0.003 0.003Biotin mg 0.3 0.3 0.15Choline mg 2.000 2.000 1.500Folacin mg 1 1 1Niacin mg 40 40 20Pantothenic acid mg 10 10 15Pyridoxine mg 3 3 3Riboflavin mg 4 4 4Thiamin mg 2 2 2

Sumber: Nutrient Requirement of Japanese Quail, NRC (1994)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 43: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

27

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

dalam pengolahan dan penyimpanan bahan makanan ternak. Vitamin A sintetis lebih banyak digunakan karena lebih stabil (Ridla, 2014).

Kekurangan vitamin A dalam pakan dapat menyebabkan kulit telur puyuh menjadi tipis, ukuran lebih kecil, serta depigmentasi pada telur. Bahan pakan sumber vitamin A antara lain jagung kuning, kacang kedelai, serta kacang tanah. Vitamin A memegang peranan penting dalam proses metabolisme sel, memelihara jaringan epitel yang melapisi organ saluran pencernaan, pernafasan serta reproduksi serta proses pembentukan telur. Vitamin A juga berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan, xerophthalmia, bulu kasar, serta penurunan fertilitas (Dewansyah, 2010).

b. Vitamin D

Vitamin D adalah vitamin yang hanya terdapat dalam sedikit bahan makanan dan dapat dibentuk di dalam tubuh oleh kulit yang terpapar sinar ultraviolet (UV) yang berasal dari sinar matahari dengan panjang gelombang pendek dan frekuensi yang tinggi. Kurang lebih 10 senyawa sterol dengan aktivitas vitamin D telah diidentifikasi yang dikenal sebagai provitamin D atau prekursor vitamin D. Iradiasi UV dan 2 provitamin-ergosterol dan dehydrocholesterol diperoleh dari sumber hati, minyak ikan, dan kulit hewan (Ridla, 2014).

Vitamin D dibutuhkan unggas antara lain untuk pembentukan osteocalcin yaitu suatu protein pada tulang. Osteocalcin berperan untuk pembentukan organik-anorganik matriks. Vitamin D berperan mengonversikan residu specific glutamic acid dalam osteocalcin menjadi carboxylglutamic acid metabolite yang berinteraksi dengan kalsium. Tanaman merupakan sumber vitamin D2 dan peningkatan jumlahnya karena adanya irradiasi UV dari ergosterol, sedangkan vitamin D3 berasal dari hewan dengan irradiasi dari 7-dehydro-cholesterol pada kulit. Pada unggas, vitamin D3 lebih efektif 10 kali lipat dibandingkan vitamin D2. Gejala defisiensi vitamin D antara lain penurunan intestinal binding protein serta kekurangan kalsium dari pakan. Pada fase grower terlihat gejala hypocalcemia, sedangkan pada fase layer menunjukkan adanya penurunan produksi telur dan berat telur serta penipisan kerabang telur (NRC, 1994).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 44: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

28

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

c. Vitamin E

Vitamin E terbentuk dari derivate tocopherols yang bersumber dari tanaman, memiliki aktivitas sebagai antioksidan di dalam tubuh hewan. Jumlah vitamin E yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya defisiensi juga tergantung dari keseimbangan dengan mineral selenium dalam perannya untuk mencegah proses oksidative. Ketidakseimbangan keduanya yaitu antara vitamin E dan selenium memicu terjadinya exudative diathesis, akibat kegagalan endothelial pada sistem vaskuler. Gejala lain yang ditimbulkan adalah terjadinya encephalomalacia. Defisiensi vitamin E dan selenium juga dapat menurunkan produksi telur dan hatchability apabila kasus defisiensi tersebut terjadi pada induk dalam periode waktu yang lama (NRC, 1994).

Alpha tocopherol mempunyai aktivitas paling tinggi, sedangkan tocopherol yang lain mempunyai aktivitas biologi antara 1–50% dari alpha tocopherol. Bahan yang kaya vitamin E adalah gandum/hasil ikutannya, jagung/hasil ikutannya, padi/hasil ikutannya, kedelai, dedak padi, dan lembaga gandum. Sumber vitamin E sintetis adalah di-alpha tocopherol acetat (Ridla, 2014).

d. Vitamin K

Vitamin K dapat berasal dari tiga sumber yaitu vitamin K1, K2, dan K3. Vitamin K1 atau phylloquinone, sebagian besar berasal dari daun tanaman. Vitamin K2 atau menaquinone, bersumber dari bakteri, terutama bakteri dalam saluran pencernaan usus besar. Vitamin K3 atau menadione, dapat disintesis dan tidak didapatkan dari alam. Vitamin K dikenal sebagai vitamin anti haemorrhage. Vitamin K merupakan kofaktor untuk menyintesis carboxyglutamic residues dari glutamic acid di hati dan tulang. Protein hati juga berperan dalam proses sintesis beberapa faktor pembekuan darah termasuk prothrombin dan protein tulang, osteocalcin yang merupakan implikasi dari proses kalsifikasi matriks tulang. Gejala defisiensi vitamin K antara lain adanya hemoragi yang dapat terjadi pada bagian subcutan, intermuscular dan bagian internal serta dapat memicu terjadinya anemia dan hypoplastic bone marrow (NRC, 1994).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 45: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

29

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

e. Vitamin C

Puyuh termasuk unggas yang sangat mudah mengalami stres karena lingkungan. Untuk menanggulangi kendala puyuh yang mudah mengalami stres karena adanya beberapa faktor eksternal antara lain perubahan cuaca ekstrem, pergantian pakan secara mendadak, atau adanya keramaian yang muncul secara tiba-tiba maka perlu dilakukan penambahan vitamin C sebagai bahan anti stres. Vitamin C berperan dalam melawan pengaruh dari luar yang disebut stressor. Bila terdapat stressor dari luar maka hormon corticosteroid dari glandula adrenal yang meningkat aktivitasnya dapat dihambat oleh vitamin C. Vitamin C berperan dalam proses metabolisme di dalam tubuh hewan dan manusia, terutama dalam proses melawan stressor. Puyuh yang mengalami stress, antara lain dapat disebabkan karena temperatur udara yang tidak sesuai untuk pertumbuhan optimal dan adanya suara keras yang terjadi secara tiba-tiba dapat menyebabkan puyuh kehilangan nafsu makannya. Hal ini berdampak pada menurunnya produksi telur karena untuk memproduksi telur yang tinggi maka puyuh memerlukan nutrisi yang cukup. Penambahan vitamin C pada ransum dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, karena dengan penambahan vitamin C yang berperan sebagai antistres yang dialami oleh puyuh, maka energi yang terbuang untuk mengatasi stres dapat dihindari sehingga energi yang diperoleh dari konsumsi ransum dapat lebih optimal untuk proses produksi (Prawirokusumo, 1991; Subekti, 2012).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 46: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

Copyright @ Airlangga University Press

Page 47: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

31

4Bahan Pakan Ternak

Salah satu faktor produksi yang berperan sangat penting dalam pemeliharaan burung puyuh adalah pakan. Pakan merupakan kebutuhan dasar setiap ternak (Afria et al., 2013). Semakin baik kualitas pakan maka unggas akan mengonsumsi secukupnya karena adanya mekanisme kontrol sebagai indikator tercukupinya nutrisi di dalam tubuh. Bila kualitas pakan rendah maka unggas akan mengalami defisiensi salah satu nutrien (Wahju, 2004). Biaya pakan menghabiskan sekitar 60–70% dari biaya produksi, oleh sebab itu jika peternak dapat menyusun ransum yang murah dan berkualitas akan didapatkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan jika menggunakan pakan komersial (Setyono et al., 2013).

Berikut adalah bahan pakan ternak yang pada umumnya digunakan dalam formulasi pakan puyuh adalah:

JAGUNG

Pertimbangan penggunaan jagung sebagai bahan pakan ternak adalah sebagai sumber energi. Kontribusi energi jagung berkaitan dengan tingginya kandungan pati (> 60%). Penggunaan jagung sebagai campuran pakan ternak pada umumnya sekitar 55%. Jagung mengandung serat kasar rendah sehingga mudah dicerna (Tangendjaya dan Wina, 2007). Jagung merupakan pakan yang sangat baik untuk ternak serta pada umumnya sangat disukai ternak. Pemakaian yang berlebihan untuk ternak bibit dapat menyebabkan kelebihan lemak. Jagung tidak mengandung zat antinutrisi dan sifat pencahar. Walaupun

Copyright @ Airlangga University Press

Page 48: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

32

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

demikian pemakaian dalam ransum ternak terutama untuk bibit perlu dibatasi karena penggunaan jagung yang tinggi dapat mengakibatkan gangguan untuk berproduksi (Ridla, 2014).

Kadar asam lemak tidak jenuh linoleat dalam jagung sangat tinggi. Asam lemak ini dapat meningkatkan ukuran telur serta bermanfaat dalam sintesis hormon reproduksi. Jagung mempunyai kandungan Ca dan P yang relatif rendah dan sebagian besar P terikat dalam bentuk fitat yang tidak tersedia seluruhnya untuk ternak monogastrik. Jagung mengandung lisin dan metionin yang relatif rendah dibanding gandum atau dedak padi. Salah satu keunggulan jagung untuk pakan unggas adalah kandungan xantofilnya yang tinggi (18 ppm) dan berguna untuk meningkatkan warna kuning telur, kulit, atau kaki berwarna lebih cerah. Kandungan Asam amino pada jagung sebagai berikut: lisin 0,26; metionin 0,18; metionin+sistin 0,36; triptofan 0,06; treonin 0,29; asam linoleat 2,20; dan xantofil 17. Kandungan lisin, metionin, dan triptofan jagung relatif rendah sehingga untuk membuat pakan ayam perlu ditambahkan sumber protein yang tinggi seperti tepung ikan atau bungkil kedelai. Kandungan asam amino dalam pakan dapat dilengkapi dengan menambahkan asam amino sintetis seperti L-Lisin, DL-Metionin atau L-Treonin (Tangendjaya dan Wina, 2007).

Jagung merupakan butiran yang memiliki kandungan Total Digestible Nutrient (TDN) yang tinggi (81,9%). Dari butiran yang ada, hanya jagung kuning yang mengandung karoten. Kandungan karoten jagung akan menurun dan atau hilang selama masa penyimpanan. Secara kualitatif, kualitas butiran jagung dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung.

Gambar 12.Jagung Kuning Giling.

Sumber: Lokapirnasari. (2017b)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 49: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

33

Bahan Pakan Ternak

Bulk density butiran jagung yang baik adalah 626,6 g/liter, sedangkan untuk jagung giling yang baik berkisar antara 701,8-722,9 g/liter. Makin banyak jagung yang mengapung berarti makin banyak jagung yang rusak. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas jagung yang baik (Ridla, 2014). Kandungan nutrisi jagung tercantum pada Tabel 12.

DEDAK PADI

Dedak padi merupakan hasil ikutan dari penggilingan padi menjadi beras. Banyaknya dedak padi yang dihasilkan tergantung dari jenis padi serta cara pengolahan. Sebanyak 14,44% dedak kasar, 26,99% dedak halus, 3% bekatul, dan 1-17% menir dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Secara umum, penggunaan dedak dalam ransum broiler tidak disarankan melebihi 10%. Penggunaan dedak yang tinggi dapat menyebabkan penurunan produksi, di mana penggunaan dedak dalam ransum ayam petelur sebesar 20% sudah menyebabkan penurunan produksi telur dari 75% (kadar dedak 12,5%) menjadi 71%. Pembatasan dilakukan karena pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dapat menyebabkan sulitnya pengosongan saluran pencernaan karena sifat pencahar pada dedak. Adanya zat antinutrisi myoinositol (asam fitat) di dalam dedak dapat menghambat ketersediaan mineral ransum bagi ternak. (Ridla, 2014; Mathius dan Sinurat, 2001).

Penggunaan dedak padi dalam ransum unggas dibatasi penggunaannya karena kandungan serat kasar dan minyak yang tinggi. Dedak padi yang terkontaminasi oleh bakteri dan jamur yang dapat menghasilkan enzim lipase menyebabkan minyak dedak padi terurai menjadi asam lemak mudah terbang, berbau tengik, serta kurang disenangi ternak. Pada umumnya bahan yang digunakan untuk mengurangi proses ketengikan adalah dengan penambahan

Tabel 12. Kandungan Nutrisi Jagung

BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN(%) ME Kkal/kg

Jagung 87,9 2,4 8,8 4,1 3,9 3,8 68,8 3126,1100 2,7 10,0 4,6 4,4 4,3 78,3 3554,6

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 50: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

34

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Tabel 13. Kandungan Nutrisi Dedak Padi

BK(%) Abu(%) PK (%) LK(%) SK(%) Ca(%) BETN(%) MEKkal/kg

Dedak 91 14,1 8,8 7,2 23,7 0,3 38,2 2297,0100 15,4 9,7 7,9 26,1 0,3 42,0 2523,9

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

antioksidan dalam bentuk senyawa phenol, quionon, vitamin E, dan asam gallat. Konsekuensi pemberian dedak padi yang telah tercemar dalam ransum unggas, menyebabkan penampilan ternak yang mengonsumsinya menjadi tidak optimal. Kandungan lisin dan methionin pada dedak padi berturut-turut adalah 0,45% dan 0,25% (Mathius dan Sinurat, 2001).

Kualitas dedak padi dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density dedak padi yang baik adalah 337,2 – 350,7 g/l. Makin banyak dedak padi yang mengapung, makin rendah kualitas dedak padi tersebut. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, bau, dan uji sekam (flouroglusinol) dapat dipakai untuk mengetahui kualitas dedak padi yang baik. Dedak yang berbau tengik merupakan indikasi terjadinya kerusakan pada dedak tersebut (Ridla, 2014). Kandungan nutrisi dedak padi tercantum dalam Tabel 13.

Gambar 13.Dedak Padi.

Sumber: Lokapirnasari. (2017b)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 51: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

35

Bahan Pakan Ternak

Tabel 14. Kandungan Nutrisi Bekatul

BK(%) Abu(%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

Bekatul 91,4 10,8 13,0 10,2 10,1 0,4 47,2 2931,4100 11,8 14,3 11,2 11,0 0,5 51,7 3208,7

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

BEKATUL PADI

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil beras terbesar di dunia. Produksi padi di Indonesia adalah sekitar 47 juta ton per tahun, atau setara beras sekitar 32 juta ton. Bekatul merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi dan penyosohan beras. Dari 32 juta ton beras diperoleh hasil sampingan berupa bekatul sekitar 2,5 juta ton (Ridla, 2014).

Bekatul padi mempunyai kandungan minyak bervariasi antara 12–25% tergantung dari varietas padi dan tingkat penyosohan. Kandungan asam lemak bebas dalam minyak bekatul juga bervariasi tergantung dari kondisi dan lamanya penyimpanan bekatul. Bekatul dapat menjadi tengik jika disimpan terlalu lama karena adanya aktivitas dari enzim lipase. Lipase akan menghidrolisis minyak (trigliserida) menjadi gliserol dan asam lemak bebas (Suprijana et al., 2002). Kandungan nutrisi bekatul tercantum pada Tabel 14.

Gambar 14.Bekatul Padi.

Sumber: Lokapirnasari. (2017b)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 52: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

36

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

BUNGKIL KEDELAI

Bungkil kedelai merupakan produk samping dari industri pengolahan minyak kedelai yaitu suatu masa yang tersedia setelah minyak diambil. Bungkil ini sangat disukai oleh ternak. Namun penggunaannya perlu diperhatikan karena zat penghambat trypsin mungkin masih tersisa pada bungkil kedelai yang diproduksi dengan pemakaian suhu yang rendah. Penggunaan bungkil kedelai sangat baik sebagai sumber protein dalam pakan ternak. Persentase penggunaan bungkil kedelai dalam ransum adalah sebesar 25%. Permasalahan utama dari bungkil kedelai adalah harganya yang mahal, kualitas kedelai lokal yang masih jauh dari kualitas kedelai impor (Agrobisnis, 2015; Ridla, 2014).

Secara kualitatif, kualitas bungkil kedelai dapat diuji menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density bungkil kedelai yang baik adalah 594,1–610,2 gr/l. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas bungkil kedelai yang baik. Uji sekam dengan larutan flouroglusinol dapat juga dilakukan untuk mengevaluasi kualitas bungkil kedelai (Ridla, 2014).

Kandungan protein bungkil kedelai yang diperoleh dengan cara mekanik adalah 41% dan mempunyai kandungan lemak 4,8%, sedangkan yang diperoleh dengan pelarutan mempunyai kandungan lemak sebesar 1,32%. Bungkil kedelai mengandung serat kasar lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas.

Bungkil kedelai mengandung kalsium 0,27%. Kandungan fosfor lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0,63%. Seperti biji kedelai, bungkil kedelai tidak mengandung karoten dan vitamin D. Bungkil kedelai rendah kandungan riboflavin, tetapi kandungannya lebih

Gambar 15.

Bungkil kedelai.

Sumber: Lokapirnasari. (2017b)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 53: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

37

Bahan Pakan Ternak

Tabel 15. Kandungan Nutrisi Bungkil Kedelai

BK(%) Abu(%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

Bungkil Kedelai

88,3 7,8 39,3 7,3 5,0 0,4 28,9 2999,0100,0 8,8 44,5 8,2 5,7 0,5 32,7 3397,7

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

tinggi dibandingkan dengan jagung dan butiran lainnya. Kandungan niasin tidak tinggi. Kandungan thiamin bungkil kedelai sama dengan butiran lainnya (Ridla, 2014). Kandungan nutrisi bungkil kedelai tercantum pada Tabel 15.

TEPUNG DARAH (Blood meal)

Tepung darah diperoleh dari darah ternak yang bersih dan segar, berasal dari ternak sehat, berwarna cokelat kehitaman dan relatif sulit larut dalam air. Kandungan protein sekitar 85% dengan kadar air 10%. Tepung darah rendah kandungan kalsium, fosfor, serta asam amino isoleusin dan glysin. Kurang disukai ternak, sehingga penggunaanya untuk ternak unggas dibatasi sekitar 5% (Ridla, 2014). Penggunaan tepung darah di dalam pakan dibatasi penggunaannya karena terbatasnya kandungan asam amino esensial yaitu isoleusin, metionin dan arginin yang jumlahnya sangat sedikit sehingga jika kekurangan salah satu asam amino dapat menurunkan produktivitas ternak. Tepung darah juga memiliki kecernaan yang rendah karena memiliki karakteristik yang cenderung lebih liat dan keras yang diduga mengandung serat-serat fibrinogen (komponen utama dari protein dalam gumpalan darah) sehingga dapat menghambat kecernaan bahan pakan lain dan berdampak pada penurunan produksi. Penambahan tepung darah dalam pakan sebesar 5% menghasilkan rerata berat badan puyuh terbaik yaitu 65,13 g/ekor, dibandingkan dengan penambahan tepung darah sebesar 7,5% dan 10% dengan hasil rerata berat badan berturut-turut 57,77 g/ekor dan 53,33 g/ekor (Djaya, 2010; Kurniasih, 2011). Penggunaan campuran tepung bekicot dan tepung darah sebagai substitusi tepung ikan dapat meningkatkan rerata berat telur puyuh menjadi 9,11–9,89 g/butir bila dibandingkan dengan rerata berat telur puyuh pada umumnya yang mempunyai berat 7–8% dari berat induk yaitu berkisar antara 7–11 gram per butir (Daud, 2014). Kandungan nutrisi tepung darah tercantum pada Tabel 16.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 54: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

38

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

TEPUNG DAGING DAN TULANG (MEAT BONE MEAL)

Meat bone meal (MBM) atau tepung daging dan tulang merupakan salah satu bahan baku pakan unggas yang berfungsi sebagai sumber protein, energi, fosfor, dan berbagai mineral lainnya. Kualitas nutrisi dari MBM sangat tergantung dari bahan baku dan proses pengolahan. Campuran MBM pada pakan unggas diketahui akan meningkatkan kualitas kulit telur (Bozkurt et al., 2004; Hendriks et al., 2002). MBM dengan kualitas baik mengandung residu pepsin yang tidak tercerna maksimal sebesar 12%. MBM dapat dipergunakan pada peternakan, industri perunggasan, dan perikanan, berdasarkan peraturan Food and Drug Administration (FDA) hanya hewan non-ruminansia yang diperbolehkan mengonsumsi pakan yang mengandung jaringan hewan ruminansia (Meeker dan Hamilton, 2006; Meeker, 2009). Tepung daging dan tulang berasal dari sisa-sisa daging yang tidak dikonsumsi manusia, biasanya melekat pada kulit dan tulang sehingga seringkali dalam bentuk tepung daging dan tulang (MBM). Penggunaan untuk ternak unggas sekitar 10% dan kurang disukai karena dapat menimbulkan bau pada produk ternak (daging, telur, dan susu). Kandungan nutrisi dan asam amino MBM tercantum pada Tabel 17 dan 18.

Tabel 17. Kandungan Nutrisi Meat Bone Meal

BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

MBM 93.4 25.5 49.2 4.7 10.7 8.1 3.2 2123.5100.0 27.3 52.7 5.0 11.4 8.7 3.5 2273.8

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

Tabel 16. Kandungan Nutrisi Tepung Darah

BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

Tepung darah

90,0 4,0 85,0 1,6 7,6 1,0 10,3 1877,2100 4,4 94,4 1,8 8,4 1,1 11,5 2085,8

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 55: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

39

Bahan Pakan Ternak

Tabel 18. Komposisi Asam Amino Meat Bone Meal

Asam Amino (%) Asam Amino (%)

MetioninSistinLisinTreoninIsoleusinValinTriptophan

0,70,72,61,71,52,40,3

ArgininHistidinLeusinFenilalaninTirosinGlisinSerin

3,31,03,31,81,26,72,2

Sumber: Meeker (2009)

Tabel 19. Kandungan Nutrisi Bungkil Kelapa Sawit

BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

B.Sawit 94,1 3,4 13,6 9,6 29,7 0,4 37,9 2605,1100 3,6 14,4 10,2 31,5 0,4 40,3 2769,6

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

BUNGKIL KELAPA SAWIT

Ada dua jenis limbah yang dapat diperoleh dari pengolahan kelapa sawit untuk dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan ternak, yaitu bungkil inti sawit (BIS) dan lumpur sawit. Kedua bahan ini dihasilkan masing-masing sekitar 2% dari tandan buah segar kelapa sawit. Penggunaan bungkil kelapa dalam pakan ternak dibatasi karena beberapa faktor, antara lain: rendahnya kandungan asam amino, terutama lisin, kandungan serat kasar yang tinggi serta kandungan aflatoksin yang cukup tinggi (terutama di daerah yang beriklim tropis basah. Penggunaan bungkil inti sawit dalam ransum ternak monogastrik terutama dibatasi tingginya kandungan serat kasar, adanya kontaminasi tempurung sawit, palatabilitas yang rendah, dan kecernaan protein/asam amino yang rendah. Namun, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa BIS masih dapat digunakan dalam jumlah terbatas, dalam ransum ayam pedaging adalah 10% (Ridla, 2014; Mathius dan Sinurat, 2001). Kandungan nutrisi bungkil kelapa sawit tercantum pada Tabel 19.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 56: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

40

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

TEPUNG KEONG

Tepung keong sebagai alternatif bahan pakan ternak dapat berasal dari jenis keong sawah dan keong mas. Tepung keong merupakan bahan pakan alternatif sumber protein hewani untuk ternak. Selain dagingnya, cangkang keong juga bisa digunakan sebagai sumber mineral, terutama Ca. Walaupun tidak sebaik kualitas tepung ikan, daging keong mas dapat digunakan sebagai sumber protein. Tepung keong mas dapat digunakan sebagai pakan alternatif pengganti tepung ikan sampai pada tingkat 10% dalam ransum tanpa memberikan pengaruh negatif terhadap kualitas fisik telur puyuh (berat telur, tebal dan berat cangkang, berat kuning telur, skor warna kuning telur, dan indeks kuning telur. Tepung keong mas memiliki kandungan mineral kalsium sebesar 29,33% dan kandungan fosfor sebesar 0,13%. Pembuatan tepung keong mas didahului dengan pengolahan daging keong, selanjutnya dilakukan beberapa proses atau tahapan pengolahan. Proses perendaman dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran dan lendir yang tersisa. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air, sehingga daging keong mas menjadi lebih tahan lama (Ridla, 2014; Daud, 2014). Kandungan nutrisi tepung keong sawah dan keong mas tercantum pada Tabel 20.

Tabel 20. Kandungan Nutrisi Tepung Keong Sawah dan Keong Mas

BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

T.Keong sawah*

87,6 22,0 42,1 9,9 6,5 7,9 7,0 2388,5100 25,2 48,1 11,3 7,5 9,0 8,0 2727,2100 24,0 51,8 13,6 6,1 29,3 4,5 2886,2

Sumber: * Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017) ** Daud, 2014

Copyright @ Airlangga University Press

Page 57: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

41

Bahan Pakan Ternak

TEPUNG IKAN (Fish Meal)

Tepung ikan mengandung protein yang cukup tinggi, sehingga tepung ikan digunakan sebagai sumber utama protein pada pakan unggas, di samping bahan baku pakan lainnya. Kualitas tepung ikan tergantung dari bahan baku ikan yang digunakan. Tepung ikan dapat berasal dari ikan jenis besar maupun jenis kecil atau berasal dari limbah/sisa pengolahan ikan. Pemilihan jenis ikan yang akan dijadikan bahan pembuat tepung harus memperhatikan karakteristik ikan, nilai ekonomis, dan ketersediaan. Salah satu karakter ikan yang penting adalah kadar lemaknya karena berpengaruh pada kualitas tepung. Kendala yang sering dijumpai antara lain adalah kadar lemak tinggi yang terdapat pada tepung ikan. Hal ini disebabkan karena bahan baku awal mengandung tinggi lemak atau dalam proses pengolahan tidak dilakukan pembuangan lemaknya. Kadar lemak ikan jika terlalu tinggi akan berpengaruh buruk terhadap kualitas tepung ikan. Ikan dikategorikan memiliki kadar lemak rendah jika kadar lemaknya 3–5%, dan digolongkan tinggi jika lebih dari 10%. Tepung ikan mengandung protein hewani yang tinggi, tersusun dari asam-asam amino esensial yang kompleks, di antaranya lisin dan methionin, juga mengandung mineral kalsium dan fosfor, serta vitamin B kompleks terutama vitamin B12. Tepung ikan yang ada di Indonesia dibedakan antara impor dan lokal. Tepung ikan impor memiliki kandungan nutrisi lebih baik karena kandungan protein kasar antara 60–74% dan kadar lemak rendah, sedangkan tepung ikan lokal

Gambar 16.Tepung ikan.

Sumber: Lokapirnasari. (2017b)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 58: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

42

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

mempunyai kadar protein kasar 55–58%. Persentase penggunaan tepung ikan dalam ransum berbeda-beda, seperti pada puyuh tepung ikan digunakan 5–10%, ayam pedaging atau petelur sebesar 5–10%, itik petelur 5–10%, itik potong 5–12%, merpati 5%, dan kalkun 5–15%. Permasalahan dari tepung ikan adalah semakin lama penyimpanan maka kandungan nutrisinya juga semakin menurun (Ridla, 2014; Sa’diyah, 2016; Agrobisnis, 2017). Kandungan nutrisi tepung ikan tercantum pada Tabel 21.

Tabel 21. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan

BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

Tepung Ikan

89,9 12,9 57,5 13,1 3,3 5,7 3,1 2982,9100 14,3 64,0 14,6 3,7 6,3 3,5 3317,7

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 59: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

43

5Formulasi Pakan Burung Puyuh

Pada usaha peternakan secara intensif, pakan merupakan biaya tertinggi, jumlahnya dapat mencapai 70% atau lebih dari total biaya produksi. Oleh sebab itu, jika peternak mampu menyusun ransum yang murah dan berkualitas akan didapatkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan jika menggunakan pakan komersial. Dalam menyusun ransum, perlu diketahui beberapa hal, antara lain: ransum tersebut nantinya digunakan untuk hewan apa, berapa nutrisi yang dibutuhkan, serta bahan pakan apa saja yang dapat digunakan serta kandungan nutrien bahan pakan tersebut. Pengertian ransum atau pakan adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya. Bahan baku pakan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan, dan hasil industri yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik yang telah maupun yang belum diolah (SNI 01-3930-2006).

Tabel Komposisi Bahan Pakan menampilkan komposisi nutrien bahan-bahan pakan yang umum terdapat di Indonesia serta dapat digunakan sebagai patokan awal dalam penyusunan ransum. Perlu diketahui bahwa komposisi nutrien bahan pakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: asal bahan pakan, ketersediaan hara tanah, pemrosesan, dan penyimpanan. Adanya faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan jenis bahan pakan yang sama mempunyai kandungan nutrien yang berbeda. Penyusunan ransum yang sebenarnya baru dapat dilakukan jika sudah diketahui secara pasti

Copyright @ Airlangga University Press

Page 60: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

44

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

kandungan nutrien dari masing-masing bahan baku pakan yang tersedia dengan melakukan analisis proksimat. Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak, dan Serat Kasar dilakukan dengan metode yang sudah ditetapkan menurut SNI 01–2891–1992.

PENGGOLONGAN BAHAN PAKAN

Untuk memformulasikan ransum, khususnya ransum unggas, bahan pakan yang digunakan dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Basal Mix

Basal mix merupakan campuran beberapa bahan pakan sumber energi. Pada umumnya, bahan pakan tersebut mengandung protein kasar 9–12%. Penggunaan basal mix dalam ransum ternak sebesar 50–75% dari total ransum. Batas penggunaan basal mix sebagai berikut:– Golongan butiran sumber energi sebesar 50–60% (contoh: jagung,

shorgum, dan sebagainya)– Hasil samping pertanian sebesar 0–25% (contoh: bekatul padi, wheat

pollard, dan sebagainya)– Tetes/molases sebesar 0–8%– Minyak nabati atau hewani sebesar 0–8%.

2. Protein Mix

Protein mix merupakan campuran dari berbagai bahan pakan sumber protein dan pada umumnya bahan pakan tersebut mengandung protein kasar sebesar 40–50%. Penggunaan untuk ternak dalam ransum sebesar 20–25% dari total ransum protein mix dapat disusun dari bahan-bahan asal tanaman atau asal hewan. Batas penggunaannya sebagai berikut:– Asal tanaman sebesar 10–20% (contoh: berbagai macam bungkil)– Asal hewan sebesar 3–10% (contoh: tepung ikan, meat meal, meat bone

meal)

3. Mineral Mix

Mineral mix merupakan campuran dari berbagai bahan pakan sumber mineral. Penggunaan dalam ransum untuk ternak sebesar 2–5% dari total ransum. Mineral mix antara lain: garam dapur, dicalcium phosphate

Copyright @ Airlangga University Press

Page 61: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

45

Formulasi Pakan Burung Puyuh

(DCP), monocalcium phosphate (MCP), tepung tulang, tepung kerang, dan sebagainya.

4. Premix Vitamin dan Premix Mineral

Campuran dari berbagai vitamin dan mineral mikro dengan mengunakan bahan pembawa (carrier) dikenal sebagai premix vitamin dan mineral. Kebutuhan hewan terhadap premix ini hanya sedikit sehingga penggunaannya dalam ransum hanya sebesar 0,5–1% dari total ransum.

FORMULA PAKAN FASE STARTER

Penyusunan ransum dapat dilakukan dengan menggunakan gabungan dua tahapan yaitu tahap coba-coba dan tahap bujur sangkar Pearson (Al Arif et al., 2016). Cara ini diawali dengan menentukan salah satu kandungan nutrien misalnya kandungan protein kasar ataupun kandungan energi. Misalnya akan disusun ransum untuk burung puyuh fase starter dengan kandungan protein kasar 20% sebanyak 100 kg. Bahan pakan yang digunakan mempunyai kandungan nutrien sebagai berikut.

Tabel 22. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak Fase Starter

BK (%)

Abu (%)

PK (%)

LK (%)

SK (%)

Ca (%)

BETN (%)

ME Kkal/kg

Bekatul 91,4 10,8 13,0 10,2 10,1 0,4 47,2 2931,4Bungkil kedelai 88,3 7,8 39,3 7,3 5,0 0,4 28,9 2999,0Jagung 87,9 2,4 8,8 4,1 3,9 3,8 68,8 3126,1T.Ikan 89,9 12,9 57,5 13,1 3,3 5,7 3,1 2982,9Lisin 95,8 0,6 67,6 2,5 0,6 1,3 24,6 3336,8Minyak - - - - - - - 8600,0

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

Penyusunan ransum untuk burung puyuh fase starter dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

Tahap I (Perhitungan secara coba-coba) Untuk melakukan perhitungan secara coba-coba, bahan baku pakan

yang digunakan dapat berupa sumber protein, sumber energi, mineral, dan

Copyright @ Airlangga University Press

Page 62: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

46

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

vitamin. Dari semua bahan baku pakan yang tersedia, disisakan 2 bahan untuk digunakan lebih lanjut pada tahap II, yaitu terdiri dari sumber protein dan sumber energi.

Pada tahap I, jumlah bahan pakan ditentukan berdasarkan batasan optimum. Selanjutnya dihitung kandungan proteinnya sebagai berikut:

10 kg Bekatul 10/100 x 13,04 % = 1,30 %15 kg Bungkil kedelai 15/100 x 39,31% = 5,9 %1,1 kg Lisin Komersil 1/100 x 67,59% = 0,74 %0,5 kg Minyak 1/100 x 0% = 0,00 %2 kg Mineral 2/100 x 0% = 0,00 %1 kg Premix 1/100 x 0% = 0,00 %29,6 kg = 7,94 %

Kekurangan bahan pakan = 100 kg − 29,6 kg = 70,40 kgKekurangan Prot = 22% − 7,94 % = 14,06 %% ke (-) Prot = 14,06/70,40 × 100% = 19,97%

Tahap II

Pada tahap ini hanya terdiri atas dua bahan yang merupakan sisa dari tahap I yang terdiri dari bahan pakan sumber protein dan sumber energi. Bahan pakan tersebut disusun untuk menutup kekurangan bahan serta kekurangan protein pada tahap I sehingga nantinya diperoleh ransum sesuai yang diharapkan.

Jagung 8,80 -----------------------> 37,54 bag.

19,97

T.Ikan 57,51 ------------------------> 11,17 bag.

48,71 bag.

Kebutuhan jagung = 37,54/48,71 × 70,40 kg = 54,26 kg.Kebutuhan T.Ikan = 10,40/48,71 × 70,00 kg = 16,14 kg.sehingga diperoleh susunan ransum sebagai berikut:

Copyright @ Airlangga University Press

Page 63: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

47

Formulasi Pakan Burung Puyuh

10 kg Bekatul 15 kg Bungkil kedelai

54,26 kg Jagung16,14 kg Tepung Ikan

1,1 kg Lisin 0,5 kg Minyak kelapa

2 kg Mineral1 kg Premix

TOTAL 100 kg

Untuk mengetahui kualitas ransum yang disusun, maka perlu dilakukan cek ulang terhadap kandungan nutriennya, yaitu:

1. Kandungan Protein Kasar

Bekatul 10/100 x 13,04 % = 1,30 %Bungkil kedelai 15/100 x 39,31% = 5,90 %Jagung 54,26/100 x 8,80% = 4,77 %Tepung Ikan 16,14/100 x 57,51% = 9,28 %Lisin 1,1/100 x 67,59% = 0,74 %Minyak kelapa 0,5/100 x 0% = 0,00 %Mineral 2/100 x 0% = 0,00 %Premix 1/100 x 0% = 0,00 %

Jumlah Protein Kasar = 22 %

2. Kandungan Serat Kasar

Bekatul 10/100 x 10,1 % = 1,01%Bungkil kedelai 15/100 x 5,0% = 0,11%Jagung 54,26/100 x 3,9% = 2,10%Tepung Ikan 16,14/100 x 3,3% = 0,53%Lisin 1,1/100 x 0,6% = 0,01%Minyak kelapa 0,5/100 x 0% = 0,00 %Mineral 2/100 x 0% = 0,00 %Premix 1/100 x 0% = 0,00 %

Jumlah Serat Kasar = 3,76 %

Copyright @ Airlangga University Press

Page 64: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

48

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

3. Kandungan Lemak Kasar

Bekatul 10/100 x 10,2% = 1,02%Bungkil kedelai 15/100 x 7,3% = 1,09%Jagung 54,26/100 x 4,1% = 2,20%Tepung Ikan 16,14/100 x 13,1% = 2,11%Lisin 1,1/100 x 2,5% = 0,03%Minyak kelapa 0,5/100 x 0,0% = 0,05%Mineral 2/100 x 0,0% = 0,0%Premix 1/100 x 0,0% = 0,0%

Jumlah Lemak Kasar = 6,95%

4. Kandungan Energi Metabolisme

Bekatul 10/100 x 2931,4 = 293,14 kkalBungkil kedelai 15/100 x 2999,0 = 449,85 kkalJagung 54,26/100 x 3126,1 = 1696,20 kkalTepung Ikan 16,14/100 x 2982,9 = 481,44 kkalLisin 1,1/100 x 3336,8 = 36,70 kkalMinyak kelapa 0,5/100 x 8600,0 = 43,00 kkalMineral 2/100 x 0,0 = 0,0 kkalPremix 1/100 x 0,0 = 0,0 kkal

Jumlah Energi Metabolisme = 3000,34 kkal

FORMULA PAKAN FASE GROWER

Misalnya akan disusun ransum untuk burung puyuh fase grower, dengan kandungan Protein Kasar 20% sebanyak 100 kg. Bahan pakan yang digunakan mempunyai kandungan nutrien sebagai berikut.

Tabel 23. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak Fase Grower

BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

Pollard 90,5 7,7 13,3 8,9 13,8 0,5 46,9 2839,0BKK 88,3 7,8 39,3 7,3 5,0 0,4 28,9 2999,0Jagung 87,9 2,4 8,8 4,1 3,9 3,8 68,8 3126,1T.Ikan 89,9 12,9 57,5 13,1 3,3 5,7 3,1 2982,9Lisin 95,8 0,6 67,6 2,5 0,6 1,3 24,6 3336,8Minyak - - - - - - - 8600,0Mineral - - - - - - - -Premix - - - - - - - -

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 65: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

49

Formulasi Pakan Burung Puyuh

Penyusunan ransum untuk burung puyuh fase grower dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

Tahap I (Perhitungan secara coba-coba)Untuk melakukan perhitungan secara coba-coba, bahan baku pakan

yang digunakan dapat berupa sumber protein, sumber energi, mineral, dan vitamin. Dari semua bahan baku pakan yang tersedia, disisakan 2 bahan untuk digunakan lebih lanjut pada tahap II, yaitu terdiri dari sumber protein dan sumber energi.

Pada tahap I, jumlah bahan pakan ditentukan berdasarkan batasan optimum. Selanjutnya dihitung kandungan proteinnya sebagai berikut:

50 kg Jagung 50/100 x 8,8 % = 4,40 %10 kg Tepung ikan 10/100 x 57,5% = 5,75 %1 kg Lisin Komersil 1/100 x 67,59% = 0,68 %0,5 kg Minyak 0,5/100 x 0% = 0,00 %2 kg Mineral 2/100 x 0% = 0,00 %1 kg Premix 1/100 x 0% = 0,00 %64,5 kg = 10,83 %

Kekurangan bahan pakan = 100 kg – 64,5 kg = 5,50 kgKekurangan Prot = 20% – 10,83 % = 9,17 %% ke (-) Prot = 9,17/35,50 × 100% = 25,84%

Tahap II

Pada tahap ini hanya terdiri atas dua bahan, sisa dari tahap I yang terdiri dari bahan pakan sumber protein dan sumber energi. Bahan pakan tersebut disusun untuk menutup kekurangan bahan serta kekurangan protein pada tahap I sehingga nantinya diperoleh ransum sesuai yang diharapkan.

Pollard 13,34 -----------------------> 13,47 bag.

25,84

BKK 39,31 ------------------------> 12,50 bag.

25,97 bag.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 66: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

50

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Kebutuhan Pollard = 13,47/25,97 × 35,50 kg = 18,41 kg.Kebutuhan BKK = 12,50/25,97 × 35,50 kg = 17,09 kg.

Dari perhitungan tersebut, maka diperoleh susunan ransum sebagai berikut:

18,41 kg Pollard17,09 kg BKK

50 kg Jagung10 kg Tepung Ikan1 kg Lisin

0,5 kg Minyak kelapa2 kg Mineral1 kg Premix

TOTAL 100 kg

Untuk mengetahui kualitas ransum yang disusun, maka perlu dilakukan cek ulang terhadap kandungan nutriennya, yakni sebagai berikut:

1. Kandungan Protein Kasar

Pollard 18,41/100 x 13,34 % = 2,46 %BKK 17,09/100 x 39,31% = 6,72 %Jagung 50/100 x 8,80% = 4,40 %Tepung Ikan 10/100 x 57,51% = 5,75 %Lisin 1,0/100 x 67,59% = 0,68 %Minyak kelapa 0,5/100 x 0% = 0,00 %Mineral 2/100 x 0% = 0,00 %Premix 1/100 x 0% = 0,00 %

Jumlah Protein Kasar = 20 %

2. Kandungan Serat Kasar

Pollard 18,41/100 x 13,79 % = 2,54%BKK 17,09/100 x 5,04% = 0,86%Jagung 50/100 x 3,88% = 1,94%Tepung Ikan 10/100 x 3,30% = 0,33%Lisin 1,0/100 x 0,59% = 0,01%Minyak kelapa 0,5/100 x 0% = 0,00 %Mineral 2/100 x 0% = 0,00 %Premix 1/100 x 0% = 0,00 %

Jumlah Serat Kasar = 5,67 %

Copyright @ Airlangga University Press

Page 67: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

51

Formulasi Pakan Burung Puyuh

3. Kandungan Lemak Kasar

Pollard 18,41/100 x 8,9% = 1,63%BKK 17,09/100 x 7,3% = 1,24%Jagung 50/100 x 4,1% = 2,03%Tepung Ikan 10/100 x 13,1% = 1,31%Lisin 1,0/100 x 2,5% = 0,02%Minyak kelapa 0,5/100 x 0,0% = 0,50%Mineral 2/100 x 0,0% = 0,0%Premix 1/100 x 0,0% = 0,0%

Jumlah Lemak Kasar = 6,73%

4. Kandungan Energi Metabolisme

Pollard 18,41/100 x 2839,0 = 522,72 kkalBKK 17,09/100 x 2999,0 = 512,46 kkalJagung 50/100 x 3126,1 = 1563,06 kkalTepung Ikan 10/100 x 2982,9 = 298,29 kkalLisin 1,0/100 x 3336,8 = 33,37 kkalMinyak kelapa 0,5/100 x 8600,0 = 43,00 kkalMineral 2/100 x 0,0 = 0,0 kkalPremix 1/100 x 0,0 = 0,0 kkal

Jumlah Energi Metabolisme = 2972,87 kkal

FORMULA PAKAN FASE LAYER

Misalnya akan disusun ransum untuk burung puyuh fase layer, dengan kandungan protein kasar 20% sebanyak 100 kg. Bahan pakan yang digunakan mempunyai kandungan nutrien seperti tercantum pada Tabel 24.

Tabel 24. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak Fase Layer

BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

Pollard 90,5 7,7 13,3 8,9 13,8 0,5 46,9 2839,0BKK 88,3 7,8 39,3 7,3 5,0 0,4 28,9 2999,0Jagung 87,9 2,4 8,8 4,1 3,9 3,8 68,8 3126,1T.Ikan 89,9 12,9 57,5 13,1 3,3 5,7 3,1 2982,9Lisin 95,8 0,6 67,6 2,5 0,6 1,3 24,6 3336,8Minyak - - - - - - - 8600,0Mineral - - - - - - - -Premix - - - - - - - -

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 68: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

52

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Penyusunan ransum untuk burung puyuh fase layer dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

Tahap I (Perhitungan secara coba-coba)

Untuk melakukan perhitungan secara coba-coba, bahan baku pakan yang digunakan dapat berupa sumber protein, sumber energi, mineral, dan vitamin. Dari semua bahan baku pakan yang tersedia, disisakan 2 bahan untuk digunakan lebih lanjut pada tahap II, yaitu terdiri dari sumber protein dan sumber energi.

Pada tahap I, jumlah bahan pakan ditentukan berdasarkan batasan optimum. Selanjutnya dihitung kandungan proteinnya sebagai berikut:

10 kg Bekatul 10/100 x 13,04 % = 1,30 %15 kg BKK 15/100 x 39,31% = 5,90 %1,1 kg Lisin 1,1/100 x 67,59% = 0,74 %0,75 kg Minyak 0,75/100 x 0% = 0,00 %2 kg Mineral 2/100 x 0% = 0,00 %1 kg Premix 1/100 x 0% = 0,00 %29,85 kg = 7,94 %

Kekurangan bahan pakan = 100 kg – 29,85 kg = 70,15 kgKekurangan Prot = 20% – 7,94 % = 12,06 %% ke (-) Prot = 12,06/70,15 × 100% = 17,19%

Tahap II

Pada tahap ini hanya terdiri atas dua bahan, sisa dari tahap I yang terdiri dari bahan pakan sumber protein dan sumber energi. Bahan pakan tersebut disusun untuk menutup kekurangan bahan serta kekurangan protein pada tahap I sehingga nantinya diperoleh ransum sesuai yang diharapkan.

Jagung 8,80 -----------------------> 40,32 bag.

17,19

T.Ikan 57,51 ------------------------> 8,39 bag.

48,71 bag.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 69: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

53

Formulasi Pakan Burung Puyuh

Kebutuhan jagung = 40,32/48,71 × 70,15 kg = 58,07 kg.Kebutuhan T.Ikan = 8,39/48,71 × 70,15 kg = 12,08 kg.Dari perhitungan tersebut maka diperoleh susunan ransum sebagai berikut:

10 kg Bekatul 15 kg BKK

58,07 kg Jagung12,08 kg Tepung Ikan

1,1 kg Lisin 0,75 kg Minyak kelapa

2 kg Mineral1 kg Premix

TOTAL 100 kg

Untuk mengetahui kualitas ransum yang disusun, maka perlu dilakukan cek ulang terhadap kandungan nutriennya sebagai berikut:

1. Kandungan Protein Kasar

Bekatul 10/100 x 13,04 % = 1,30 %BKK 15/100 x 39,31% = 5,90 %Jagung 58,07/100 x 8,80% = 5,11 %Tepung Ikan 12,08/100 x 57,51% = 6,95 %Lisin 1,1/100 x 67,59% = 0,74 %Minyak kelapa 0,5/100 x 0% = 0,00 %Mineral 2/100 x 0% = 0,00 %Premix 1/100 x 0% = 0,00 %

Jumlah Protein Kasar = 20 %

2. Kandungan Serat Kasar

Bekatul 10/100 x 10,1 % = 1,01%Bungkil kedelai 15/100 x 5,04% = 0,76%Jagung 58,07/100 x 3,9% = 2,25%Tepung Ikan 12,08/100 x 3,3% = 0,41%Lisin 1,1/100 x 0,6% = 0,01%Minyak kelapa 0,5/100 x 0% = 0,00 %Mineral 2/100 x 0% = 0,00 %Premix 1/100 x 0% = 0,00 %

Jumlah Serat Kasar = 4,42 %

Copyright @ Airlangga University Press

Page 70: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

54

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

3. Kandungan Lemak Kasar

Bekatul 10/100 x 10,2% = 1,02%Bungkil kedelai 15/100 x 7,3% = 1,09%Jagung 58,07/100 x 4,1% = 2,35%Tepung Ikan 12,08/100 x 13,1% = 1,58%Lisin 1,1/100 x 2,5% = 0,03%Minyak kelapa 0,5/100 x 0,0% = 0,75%Mineral 2/100 x 0,0% = 0,0%Premix 1/100 x 0,0% = 0,0%

Jumlah Lemak Kasar = 6,83%

4. Kandungan Energi Metabolisme

Bekatul 10/100 x 2931,4 = 293,14 kkalBungkil kedelai 15/100 x 2999,0 = 449,85 kkalJagung 58,07/100 x 3126,1 = 1815,32 kkalTepung Ikan 12,08/100 x 2982,9 = 360,32 kkalLisin 1,1/100 x 3336,8 = 36,70 kkalMinyak kelapa 0,5/100 x 8600,0 = 64,50 kkalMineral 2/100 x 0,0 = 0,0 kkalPremix 1/100 x 0,0 = 0,0 kkal

Jumlah Energi Metabolisme = 3019,84 kkal

FORMULASI DAN PERHITUNGAN HARGA PAKAN

Dalam penyusunan formula pakan secara mandiri, dapat diperhitungkan pula biaya pakan dari formula tersebut. Untuk menghasilkan penyusunan pakan murah digunakan bahan pakan yang tersedia di daerah tersebut serta menghindari atau meminimalkan penggunaan bahan pakan impor atau bahan pakan yang berasal dari daerah lain karena bahan-bahan yang berasal dari luar daerah umumnya mahal karena tambahan biaya transport. Penggunaan bahan pakan asal luar daerah dibenarkan bila harganya murah. Dalam memilih bahan pakan murah diperlukan informasi harga dari beberapa pakan yang tersedia. Dengan adanya kandungan nutrisi dan harga beberapa bahan pakan tersebut, maka dapat dipilih bahan pakan per unit nutrisi berdasarkan perhitungan protein maupun energi, sehingga diketahui berapa harga per kilogram ransum tersebut. Dengan cara demikian, maka akan dapat dipilih bahan pakan yang ekonomis untuk digunakan. Berikut ditampilkan beberapa formula pakan untuk fase starter, grower, dan fi nisher beserta perhitungan harga pakannya.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 71: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

55

Formulasi Pakan Burung Puyuh

Bahan pakan yang digunakan mempunyai kandungan nutrien seperti tercantum pada Tabel 25.

Tabel 25. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ternak

Bahan BK ABU PROT LEMAK SK Ca ME

Bekatul 91,4 10,8 13,0 10,2 10,1 0,4 2931,4Pollard 90,5 7,7 13,3 8,9 13,8 0,5 2839,0Jagung 87,9 2,4 8,8 4,1 3,9 3,8 3126,1Tapioka 89,5 0,2 1,7 0,6 0,6 0,0 3281,1BKK 88,3 7,8 39,3 7,3 5,0 0,4 2999,0T.Ikan 89,9 12,9 57,5 13,1 3,3 5,7 2982,9 DDGS 89,2 4,7 24,5 15,2 11,6 0,4 3162,8MBM 93,4 25,5 49,2 4,7 10,7 8,1 2123,5Tp.keong sawah 87,6 22,0 42,1 9,9 6,5 7,9 2388,5Lisin 95,8 0,6 67,6 2,5 0,6 1,3 3336,8Kulit Kerang 98,3 74,6 6,7 1,5 1,4 11,8 853,0Minyak - - - 100,0 - - 8600,0DCP - - - - - 18,6 -

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)DDGS: Distiller’s dried grains with solublesMBM: Meat Bone MealDCP: Di Calsium PhosphatBKK: Bungkil kacang kedelai

Diketahui susunan formulasi pakan burung puyuh pada fase starter seperti tercantum pada Tabel 26.

Tabel 26. Formulasi pakan Burung Puyuh Fase Starter

Jumlah Bahan pakan PK (%) LK (%) SK (%) ME Kkal/kg

10,5 Pollard 1,4 0,9 1,4 298,146,5 Jagung 4,1 1,9 1,8 1453,6

1,5 T.Tapioka 0,0 0,0 0,0 49,220 BKK 7,9 1,5 1,0 599,810 T.Ikan 5,8 1,3 0,3 298,3

8 DDGS 2,0 1,2 0,9 253,01,5 Lisin 1,0 0,0 0,0 50,12 DCP 0,0 0,0 0,0 0,0

100 22,1 6,8 5,5 3002,1

Copyright @ Airlangga University Press

Page 72: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

56

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Setelah didapatkan formulasi pakan burung puyuh sesuai yang dikehendaki, maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan harga pakan pada fase tersebut, seperti tercantum pada Tabel 27.

Tabel 27. Perhitungan Harga Pakan Fase Starter

Berat Bahan (%)

Bahan Pakan Harga Bahan pakan /kg

Berat bahan pakan (g)

Harga pakan/kg

10,5 Pollard Rp 3.000 105 Rp 315 46,5 Jagung Rp 4.000 465 Rp 1.860

1,5 T.Tapioka Rp 2.800 15 Rp 42 20 BKK Rp 6.000 200 Rp 1.200 10 T.Ikan Rp 6.000 100 Rp 600

8 DDGS Rp 4.000 80 Rp 320 1,5 Lisin Rp 30.000 15 Rp 450 2 DCP Rp 5.000 20 Rp 100

100 1000 Rp 4.887

Diketahui susunan formulasi pakan burung puyuh pada fase grower seperti tercantum pada Tabel 28.

Tabel 28. Formulasi pakan Burung Puyuh Fase Grower

Jumlah Bahan Pakan BK (%) PK (%) LK (%) SK (%) ME Kkal/kg

11 Pollard 90,5 1,5 1,0 1,5 312,350 Jagung 87,9 4,4 2,0 1,9 1563,0

1 Tapioka 89,5 0,0 0,0 0,0 32,817 BKK 88,3 6,7 1,2 0,9 509,810 T.Ikan 89,9 5,8 1,3 0,3 298,3

8 DDGS 89,2 2,0 1,2 0,9 253,01 Lisin 95,8 0,7 0,0 0,0 33,42 DCP 0,0 0,0

100 21,0 6,8 5,6 3002,6

Copyright @ Airlangga University Press

Page 73: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

57

Formulasi Pakan Burung Puyuh

Setelah didapatkan formulasi pakan burung puyuh sesuai yang dikehendaki, maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan harga pakan pada fase tersebut, seperti tercantum pada Tabel 29.

Tabel 29. Perhitungan Harga Pakan Fase Grower

Berat Bahan (%)

Bahan Pakan Harga Bahan pakan /kg

Berat bahan pakan (g)

Harga pakan/kg

11 Pollard Rp 3.000 110 Rp 330 50 Jagung Rp 4.000 500 Rp 2.000

1 T.Tapioka Rp 2.800 10 Rp 28 17 BKK Rp 6.000 170 Rp 1.020 10 T.Ikan Rp 6.000 100 Rp 600

8 DDGS Rp 4.000 80 Rp 320 1 Lisin Rp 30.000 10 Rp 300 2 DCP Rp 5.000 20 Rp 100

100 1000 Rp 4.698

Diketahui susunan formulasi pakan burung puyuh pada fase layer seperti tercantum pada Tabel 30.

Tabel 30. Formulasi pakan Burung Puyuh Fase Layer

Jumlah Bahan Pakan BK (%) PK (%) LK (%) SK (%) ME Kkal/kg

10 Bekatul 9,1 1,3 1,0 1,0 293,150 Jagung 44,0 4,4 2,0 1,9 1563,0

2 T.Tapioka 1,8 0,0 0,0 0,0 65,611 BKK 9,7 4,3 0,8 0,6 329,9

9 T.Ikan 8,1 5,2 1,2 0,3 268,55 DDGS 4,5 1,2 0,8 0,6 158,1

10 Tp.keong sawah 8,8 4,2 1,0 0,7 238,91 Lisin 1,0 0,7 0,0 0,0 33,42 DCP 0,0 - - 0,0 0,0

100 86,9 21,4 6,8 5,0 2950,5

Copyright @ Airlangga University Press

Page 74: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

58

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Setelah didapatkan formulasi pakan burung puyuh sesuai yang dikehendaki, maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan harga pakan pada fase tersebut, seperti tercantum pada Tabel 31.

Tabel 31. Perhitungan Harga Pakan Fase Layer

Berat Bahan (%)

Bahan Pakan Harga Bahan pakan /kg

Berat bahan pakan (g)

Harga pakan/kg

10 Pollard Rp 3.000 100 Rp 300 50 Jagung Rp 4.000 500 Rp 2.000

2 T.Tapioka Rp 2.800 20 Rp 56 11 BKK Rp 6.000 110 Rp 660

9 T.Ikan Rp 6.000 90 Rp 540 5 DDGS Rp 4.000 50 Rp 200

10 Tp.keong sawah Rp 4.000 100 Rp 400 1 Lisin Komersil Rp 30.000 10 Rp 300 2 Dicalcium Phosphat Rp 5.000 20 Rp 100

100 1000 Rp 4.556

Copyright @ Airlangga University Press

Page 75: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

59

Burung puyuh diternakkan terutama sebagai penghasil telur. Produktivitas burung puyuh sebagai penghasil telur belum optimal. Salah satu penyebab adalah manajemen pemberian pakan yang kurang efi sien. Hal ini ditandai dengan kurang gairahnya peternak mengembangkan usaha di bidang ini. Efi siensi pakan yang tinggi dapat tercapai apabila saluran pencernaan berada dalam kondisi optimal untuk mencerna dan menyerap zat makanan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efi siensi pakan tanpa berpengaruh buruk terhadap produktivitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan feed additive. Feed additive yaitu suatu substansi yang ditambahkan ke dalam ransum dalam jumlah yang relatif sedikit untuk meningkatkan nilai kandungan zat makanan tersebut untuk memenuhi kebutuhan khusus (Saputra et al., 2016). Menurut SNI (2006), imbuhan pakan atau feed additive adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pakan, biasanya dalam jumlah sedikit dan bukan sebagai sumber zat gizi, yang dapat memengaruhi karakteristik pakan, serta meningkatkan kinerja, kesehatan dan/atau kualitas produk ternak/hewan.

HERBAL

Sebagian besar tanaman mengandung ratusan jenis senyawa kimia, baik yang telah diketahui jenis dan khasiatnya ataupun yang belum diketahui jenis dan khasiatnya. Senyawa kimia merupakan salah satu bahan dasar dalam pembuatan obat dari berbagai hasil pengkajian menunjukkan bahwa tanaman

6Feed Additive

Copyright @ Airlangga University Press

Page 76: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

60

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

daerah tropis mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai obat (Sukara, 2000).

Penggunaan antibiotika pada umumnya digunakan untuk pencegahan penyakit dan untuk meningkatkan produksi daging dan telur. Bahan tersebut dapat digunakan untuk mencapai hasil produksi yang lebih tinggi dalam industri peternakan unggas. Namun, penggunaan antibiotika secara terus menerus dalam pakan akan memicu permasalahan, antara lain peningkatan resistensi mikroba patogen terhadap obat, residu obat dalam tubuh ternak, serta ketidakseimbangan intestinal mikrofl ora (Awad et al., 2009). Berdasarkan hal tersebut, maka dikembangkan penggunaan feed additive yang tidak memiliki efek negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Di antara feed additive, herbal dan produknya memiliki peranan yang penting baik untuk manusia maupun ternak serta tidak memiliki efek samping bersifat negatif. Tanaman herbal dan ekstraknya memiliki aktivitas biologis yang berbeda pada unggas, antara lain memiliki kemampuan sebagai antibakterial, antiparasitik, antiviral, dan antioksidan (Kamel et al., 2001; Botsoglou et al., 2002; Papageorgiou et al., 2003; Youn dan Noh, 2001), serta memiliki kemampuan untuk menstimulasi sistem imunitas dan glandula endokrin (Lee et al., 2004).

Obat herbal adalah obat yang terbuat dari tumbuhan, merupakan warisan budaya dan telah digunakan secara turun-temurun. Obat herbal selain digunakan untuk manusia, belakangan ini juga sering digunakan untuk ternak. Respons ternak terhadap herbal ini antara lain dapat meningkatkan nafsu makan, ternak menjadi lebih sehat, dan meminimalisir bau amonia di sekitar kandang (Slamet, 2014).

Tanaman berkhasiat mengandung zat aktif seperti alkaloid, fl avonoids, glikosida, saponin, terpenoid, dan tanin yang dapat meningkatkan kesehatan atau menyembuhkan penyakit. Sebagian dari zat aktif di dalam tanaman sudah diteliti berikut fungsinya (Wenk, 2003). Bahan-bahan herbal yang umum digunakan adalah Meniran, Kunyit, Jahe, Sambiloto, dan Temulawak yang akan dijelaskan berikut ini.

Meniran (Phyllanthus niruri. L.)

Herba meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tanaman yang mempunyai banyak khasiat dan telah digunakan sebagai obat tradisional.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 77: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

61

Feed Additive

Komponen aktif metabolit sekunder dalam meniran adalah flavonoid (kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, nirurin, niruside, leukodelfi nidin, dan galokatekin), lignin (fi lantin dan hipofi lantin), isolignan, dan alkaloid (sekurinin) (Wardoyo et al., 2009). Komponen yang bersifat imunomodulator adalah dari golongan fl avonoid yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap serangan virus, bakteri, atau mikroba lainnya. Senyawa aktif dari genus Phyllanthus yaitu P. amarus yang mempunyai aktivitas menghambat perkembangbiakan virus hepatitis B, meningkatkan sistem imun, dan melindungi hati. Ekstrak P. niruri dapat meningkatkan aktivitas dan fungsi komponen sistem imun baik imunitas humoral maupun selular. Hasil penelitian bahwa ekstrak P. niruri dapat memodulasi sistem imun melalui proliferasi dan aktivasi limfosit T dan B, sekresi beberapa sitokin spesifi k seperti interferon-gamma, tumor nekrosis faktor-alpha dan beberapa interleukin, aktivasi sistem komplemen, aktivasi sel fagositik seperti makrofag, dan monosit serta terjadi peningkatan sel sitotoksik seperti natural killer cell (Suhirman dan Winarti, 2010). Zat aktif fl avonoid yang berasal dari rempah berfungsi sebagai anti peradangan dan merangsang produksi cairan empedu (Wahyudha et al., 2002). Herba meniran juga mengandung fi lantin, hipofi lantin, fi lantenol, nirantin, nirurin, kuersetin, rutin, asam galat, isokuersetin, dan asam lemak. Kandungan fi lantin dan hipofi lantin diduga merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor. Efek hepatoprotektif tersebut berasal dari senyawa protein yang terdapat pada herba meniran. Kerja hepatoprotektif tersebut melalui aktivitas kandungan senyawa sebagai antioksidan (Mun’im dan Hanani, 2011).

Gambar 17.Tanaman Meniran (Phyllanthus sp. L.).

Sumber: Bebeja. (2017)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 78: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

62

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang terkandung di dalam ekstrak etanol meniran memiliki aktivitas sebagai antimikroba. Aktivitas antimikroba dapat diketahui dari kemampuan penghambatan pertumbuhan bakteri Gram positif, S. aureus dan khamir C. albicans. Penghambatan pertumbuhan mikroba terjadi karena penghambatan sintesis dinding sel, pengubahan permeabilitas membran sel atau transpor aktif melalui membran sel, penghambatan sintesis protein, dan penghambatan sintesis asam nukleat (Mangunwardoyo et al., 2009). Kandungan nutrient meniran tercantum pada Tabel 32.

Kunyit (Curcuma longa linn.)

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar di sekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 mdpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab ‘Kurkum’ dan Yunani ‘Karkom’. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus, bentuknya menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.

Kandungan kimia utama pada rimpang kunyit adalah kurkuminoida, yaitu antara lain desmetoksikurkumin, kukumin, dan bidesmetoksikurkumin. Selain mengandung kurkuminoida, rimpang kunyit juga mengandung minyak atsiri sekitar 3–5%, berupa seskuiterpen keton sekitar 60%, seperti arturmeron, zingiberen, β-atlanton, felandren, eugenol, dan borneol. Kurkumin juga mengandung polisakarida antara lain glikan dan ukonan A-D. Kunyit dikenal sebagai inhibitor enzim siklooksigenase-2. Beberapa senyawa yang terkandung

Tabel 32. Kandungan Nutrisi Meniran

BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

Meniran 52,2 11,4 4,4 18,5 7,6 4,0 10,3 1877,2100 21,8 8,4 35,5 14,5 7,7 19,8 3595,2

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 79: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

63

Feed Additive

di dalam kunyit memiliki efek protektif terhadap saluran pencernaan (Mun’im dan Hanani, 2011).

Penambahan tepung kunyit dalam pakan sampai dengan 0,6% pada ayam pedaging memberikan pengaruh terbaik dalam kecernaan protein, energi metabolis semu, dan energi metabolis terkoreksi nitrogen (Aimmah et al., 2011). Kurkumin dan minyak atsiri merupakan komponen utama yang terkandung dalam genus Curcuma. Kurkumin termasuk senyawa fenolik, sehingga mekanisme kerja kurkumin sebagai antimikroba mirip dengan senyawa fenol lainnya (Gultom et al., 2003). Kandungan nutrient kunyit tercantum pada Tabel 33.

Pada ternak unggas, kunyit (Curcuma domestica Valet) merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai imunomodulator serta pemacu pertumbuhan. Kandungan zat aktif kurkumin pada kunyit dapat meningkatkan daya tahan tubuh unggas, meningkatkan kinerja saluran pencernaan, serta kualitas karkas yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan tepung kunyit terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan antara kelompok puyuh yang diberi tepung kunyit

Tabel 33. Kandungan Nutrisi Kunyit

BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

Kunyit 91,4 10,8 7,4 13,2 11,1 0,8 48,9 3023,8100 11,8 8,1 14,5 12,1 0,9 53,5 3309,1

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

Gambar 18. Kunyit Utuh dan tepung Kunyit (Curcuma longa linn.).

Sumber: Lokapirnasari. (2017b)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 80: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

64

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

tidak menunjukkan perbedaan dengan kelompok kontrol tanpa penambahan kunyit. Penambahan tepung kunyit memberikan pengaruh terhadap jumlah leukosit, neutrofi l, dan limfosit puyuh. Pada umur 42 hari, penambahan tepung kunyit dosis 1,0% dapat menekan jumlah neutrofi l. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat aktivitas antibakteri dari senyawa kurkumin yang terdapat di dalam kunyit. Kandungan lemak dan kolesterol daging antara kelompok puyuh yang diberi tepung kunyit tidak menunjukkan perbedaan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan tepung kunyit dalam pakan puyuh pedaging hingga dosis 1,0% tidak memberikan pengaruh buruk terhadap performa dan menunjukkan aktivitas antibakteri dengan menekan persentase neutrofi l darah puyuh, namun belum dapat menurunkan kandungan lemak dan kolesterol daging secara optimal (Napirah, 2013).

Kadar kolesterol yang tinggi pada telur puyuh dapat ditekan menjadi lebih rendah melalui pemberian suplemen berupa tepung kunyit ke dalam pakan puyuh. Kadar lemak pada telur dapat berkurang hingga 10,76%, sedangkan kadar kolesterol pada telur dapat berkurang hingga 11,15%. Hal ini dikarenakan kunyit mengandung fi toestrogen yang memiliki fungsi sama seperti estrogen dalam tubuh. Fitoestrogen di dalam tepung kunyit mampu menstimulasi sel hati untuk menyintesis vitelogenin yang akhirnya menambah jumlah vitelogenin di dalam yolk (Saraswati et al., 2013). Vitelogenin digunakan sebagai sumber nutrien yang mendukung proses perkembangan embrio. Perkembangan yang baik selama fase embrio akan membuat organ fungsional berkembang secara optimal, sehingga pada fase pasca-tetas diharapkan anakan dalam kondisi yang sehat dan pertumbuhannya baik dan optimal (Rifa’i et al., 2017).

Pemberian tepung kunyit 54 mg/ekor/hari dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol serum, lemak telur, serta dapat meningkatkan indeks kuning telur dan protein telur, haugh unit, tetapi tidak memengaruhi konsumsi pakan, berat telur, berat kerabang telur, berat lemak abdominal dan pektoral, serta tebal kerabang telur dan indeks kerabang telur. Penggunaan suplementasi tepung kunyit sebesar 54 mg/ekor/hari merupakan kadar optimal untuk memperbaiki metabolisme lipid dan pendistribusiannya ke berbagai organ. Tepung kunyit juga berperan dalam meningkatkan proses metabolisme protein dan kalsium pada burung puyuh sehingga dapat memperbaiki

Copyright @ Airlangga University Press

Page 81: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

65

Feed Additive

performa dan kualitas telur burung puyuh. Suplemen tepung kunyit ini mampu memaksimalkan kinerja metabolisme hati dan sintesis vitellogenin (Ejaz et al., 2011). Kandungan kurkumin pada tepung kunyit sebesar 7,97%. Kurkumin yang terkandung di dalam tepung kunyit dapat memengaruhi metabolisme penyebaran kolesterol dan menghambat produksi lemak secara berlebih. Pemberian suplemen tepung kunyit (Curcuma Longa L.) dengan dosis 108 mg/ekor/hari ke dalam pakan mampu meningkatkan kadar high density lipoprotein (HDL) yang terkandung di dalam telur puyuh Jepang (Cortunix cortunix japonica L.) (Saraswati et al., 2013; Zulhaidar et al., 2017).

Jahe (Zingiber offi cinalle)

Jahe merupakan tanaman berbatang semu, tinggi 30 cm sampai dengan 1 m, tegak, tidak bercabang, tersusun atas lembaran pelepah daun, berbentuk bulat, berwarna hijau pucat, dan warna pangkal batang kemerahan. Akar jahe berbentuk bulat, ramping, berserat, dan berwarna putih sampai coklat terang. Tanaman ini berbunga majemuk berupa malai muncul di permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur yang sempit, dan sangat tajam (Wardana, 2002).

Kandungan kimia herbal jahe antara lain minyak atsiri 0,25–3,30%, kandungan monoterpen utama adalah sitral a dan sitral b, serta seskuiterpen (30–70%), utamanya adalah β-seskuifelandren, β-bisabolen, ar-kurkumen dan α-zingiberen (Mun’im dan Hanani, 2011). Rukmana (2001) menyatakan bahwa jahe banyak digunakan dalam ramuan obat tradisional yang berfungsi sebagai obat pencernaan dan perut kembung, sakit kepala, kerongkongan, mulas, dan batuk kering. Beberapa komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol, dan zingerone memberi efek farmakologi dan fi siologi seperti antioksidan, antiinfl amasi, analgesik, antikarsinogenik, non-toksik, dan non-mutagenik meskipun pada konsentrasi tinggi (Masuda et al. 1995; Surh et al., 1998; Manju dan Nalini 2005; Stoilova et al., 2007).

Penggunaan jahe bentuk serbuk 10–15 gram/kg pakan dapat meningkatkan performan ayam petelur, status anti oksidan pada serum dan kuning telur serta meningkatkan stabilitas oksidasi pada pakan (Zhao et al., 2011). Suatu penelitian lain juga telah dilakukan dengan penggunaan kunyit dan jahe pada formula ransum puyuh jantan umur 2–8 minggu, menggunakan

Copyright @ Airlangga University Press

Page 82: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

66

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

bahan jagung, bungkil kedelai, bekatul, tepung ikan, premix, tepung kunyit, dan tepung jahe. Perlakuan yang dicobakan adalah 4 perlakuan yaitu Ransum Kontrol; Ransum+0,5 % kunyit dan 0,25% jahe; ransum+1,00% kunyit dan 0,50% jahe dan ransum+1,50% kunyit dan 0,75 jahe, dengan kandungan nutrisi protein kasar 23,25-22,81%; ME 2.849,66-22; 2.845,22 kkal/kg; serat kasar 2,14-2,47%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kunyit dan jahe memberikan pengaruh positif terhadap konsumsi pakan dan pertambahan berat badan. Penggunaan kunyit dan jahe yang paling optimal adalah 1,00% kunyit dan 0,50% jahe karena mampu meningkatkan konsumsi pakan total (262 g) dibandingkan kontrol (244,60 g) dan menghasilkan pertambahan berat badan tertinggi (76,48 g) dibandingkan kontrol (61,60 g), serta memperbaiki konversi pakan (2,52) dibandingkan kontrol (2,70) (Ningrum et al., 2017).

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa penambahan penambahan kunyit (1,00%) dan jahe (0,50%) dalam ransum puyuh, mampu menaikkan kadar hemoglobin (8,63 g/dl) dibandingkan kontrol (7,31 g/dl) dan jumlah eritrosit (3,84 x106/mm3) dibandingkan kontrol (3,47 x106/mm3) pada puyuh jantan umur 8 minggu, tetapi tidak meningkatkan perlakuan jumlah leukosit (Sa’adah et al., 2017). Demikian pula dengan adanya penambahan kunyit

Tabel 34. Kandungan Nutrisi Jahe

BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

Jahe 88,8 10,7 10,4 4,2 11,4 - 52,0 2593,1100 12,1 11,8 4,8 12,8 - 58,6 2920,8

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

Gambar 19. Jahe utuh dan tepung jahe (Zingiber Offi cinalle).

Sumber: Lokapirnasari. (2017b)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 83: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

67

Feed Additive

(1,00%) dan jahe (0,50%) dalam ransum, mampu menaikkan berat potong (106,60 g) dibandingkan kontrol (84,30 g), berat karkas (76,00 g) dibandingkan kontrol (58,30 g), persentase karkas (68,78%) dibandingkan kontrol (66,56) pada puyuh jantan umur 8 minggu (Choiri et al., 2017). Kandungan nutrisi jahe tercantum pada Tabel 34.

Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)

Sambiloto memiliki nama sinonim antara lain Justicia paniculata Burm, Justicia stricta Lamk, dan Justicia latebrosa Russ (Winarto, 2003). Kandungan utama sambiloto antara lain senyawa diterpenoid lakton, seperti: andrografolida, deoksiandrografolida, neoandrografolida, andrografi sida, neon andrografi sida, andropanosida, andrograpanin, bis-andrografolida A, B, C dan D, serta fl avonoid. Kandungan senyawa aktif sambiloto terbukti aman. Hasil uji toksisitas akut menunjukkan LD50 sambiloto mencapai 27,5 g/kg BB. Pada pengujian toksisitas lainnya, pemberian ekstrak kering sambiloto sampai 100 mg/kg selama 60 hari tidak memberikan efek toksik pada organ reproduksi (Mun’im dan Hanani, 2011).

Sambiloto adalah tanaman herbal yang biasa digunakan oleh manusia untuk kesehatan. Sambiloto merupakan tanaman yang berguna bagi kesehatan dan dapat meningkatkan nafsu makan ayam pedaging melalui salah satu zat yang dikandungnya. Sambiloto mengandung zat aktif andrographolid, saponin, tannin, dan fl avonoid yang diduga salah satunya dapat membantu pertumbuhan ayam pedaging. Penggunaan bahan tambahan makanan diharapkan tidak memberikan efek negatif pada hasil peternakan, sehingga penggunaan kunyit

Gambar 20. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata).

Sumber: Zell. (2009)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 84: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

68

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

dan sambiloto dapat meningkatkan konsumsi pakan dan pertumbuhan berat badan ayam pedaging.

Hasil penelitian Cahyaningsih et al. (2003) menunjukkan bahwa dengan pemberian sambiloto dosis bertingkat dengan koksidiostat (preparat sulfa) akan meningkatkan kadar heterofi l pada darah ayam. Peningkatan tersebut diduga berkaitan erat dengan fungsi ganda dari sambiloto sebagai imunosupresan dan imunostimulan (Deng, 1978; Puri et al., 1993). Heterofi l merupakan salah satu komponen sistem imun yaitu sebagai penghancur bahan asing yang masuk ke dalam tubuh.

Menurut Puri et al. (1993) bahwa sambiloto dapat merangsang sistem imun tubuh baik berupa respons antigen spesifi k maupun respons imun nonspesifi k untuk kemudian menghasilkan sel fagositosis. Respons antigen spesifi k yang dihasilkan akan menyebabkan diproduksinya limfosit dalam jumlah besar terutama limfosit B. Limfosit B akan menghasilkan antibodi yang merupakan plasma glikoprotein yang akan mengikat antigen dan merangsang proses fagositosis (Decker, 2000; Suhirman dan Winarti, 2010).

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)

Pemberian pakan tambahan yang baik pada burung puyuh tentunya akan berpengaruh pada kualitas telur. Salah satu pakan tambahan yang baik diberikan kepada burung puyuh adalah pakan yang berasal dari bahan herbal. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), merupakan salah satu bahan herbal yang dapat digunakan sebagai pakan tambahan alternatif bagi ternak unggas. Kandungan zat aktif yang terkandung dalam temulawak (C. xanthorrhiza Roxb.) adalah kurkuminoid dan minyak atsiri. Kurkuminoid berfungsi meningkatkan nafsu makan yang pada akhirnya akan meningkatkan bobot hidup unggas, sedangkan minyak atsiri berfungsi sebagai kalagoga dalam hal ini dapat meningkatkan sekresi cairan empedu. Kandungan senyawa-senyawa aktif temulawak (C. xanthorrhiza Roxb.) berpotensi untuk dijadikan feed additive herbal untuk ternak ayam potong sebagai pengganti antibiotik. Temulawak (C. xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman herbal yang termasuk dalam antibiotik alami dan tidak mengakibatkan residu atau bahaya apabila dikonsumsi oleh ternak maupun manusia. Penambahan rimpang temulawak dalam ransum akan meningkatkan proses pencernaan makanan dalam saluran pencernaan

Copyright @ Airlangga University Press

Page 85: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

69

Feed Additive

Tabel 35. Kandungan Nutrisi Temulawak

BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) BETN (%) ME Kkal/kg

Temulawak 87,5 6,4 8,2 6,8 3,5 - 62,6 3075,3100 7,3 9,4 7,8 4,0 - 71,5 3513,1

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

karena mengandung kurkuminoid yang dapat merangsang pengeluaran cairan empedu serta adanya kandungan minyak atsiri yang berfungsi mengatur pengeluaran asam lambung agar tidak berlebihan sehingga membantu kerja usus. Peningkatan proses pencernaan akan menjadikan substrat hasil metabolisme yang diserap menjadi semakin banyak. Penambahan 2% rimpang temulawak dalam ransum burung puyuh, tidak menunjukkan efek negatif terhadap pembentukan kuning telur melainkan memberikan warna (pigmen) kuning yang baik pada kuning telur (yolk) (Rondonuwu et al., 2014; Kaselung et al., 2014).

Kandungan kimia utama temulawak adalah kurkuminoid sekitar 1-2%, yaitu kurkumin dan monodesmetoksikurkumin, serta bisdesmetoksikurkumin dalam jumlah yang sangat kecil. Kandungan lain adalah seskuiterpen 3-12%, terutama ar-kurkumen, xanthorhizol, β- kurkumen, dan germakron (Mun’im dan Hanani, 2011). Temulawak mengandung zat aktif xanthorrizol yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Penelitian tentang penggunaan temulawak sebagai imbuhan pakan unggas belum banyak diteliti. Rukayadi dan Hwang (2006) melaporkan bahwa efektivitas xanthorrizol yang diisolasi dari temulawak sama khasiatnya dengan antijamur komersil amphotericin B. Kandungan nutrisi temulawak tercantum pada Tabel 35.

Gambar 27.Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb).

Sumber: Purnomowati. (2009)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 86: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

70

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Probio k

Probiotik telah banyak diteliti sebagai feed-additive menggantikan fungsi antibiotika sebagai growth-promotor. Dalam industri peternakan, antibiotika telah digunakan secara luas untuk mencegah bakteri patogen serta pencegahan penyakit pada unggas serta untuk meningkatkan produksi daging dan telur. Namun, penggunaan antibiotika dalam pakan unggas dapat menyebabkan permasalahan, antara lain resistensi bakteri terhadap obat (Sørum dan Sunde, 2001), adanya residu obat dalam tubuh unggas (Burgat, 1991), serta penggunaan antibiotik dapat merusak keseimbangan mikrofl ora normal usus sehingga dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Andremont, 2000; Suroso et al., 2016). Menurut Ibrahim et al. (2005), antibiotika dan hormon yang digunakan dalam pakan untuk menstimulasi performa ternak dapat menimbulkan beberapa efek samping yang merugikan, antara lain toksisitas, alergi, kanker, resistensi mikroba terhadap obat, serta adanya residu dalam makanan.

Penggunaan probiotik dapat diberikan melalui spray pada pakan dan melalui air minum serta mampu memengaruhi keseimbangan mikrofl ora intestine di dalam ternak host. Beberapa teori telah banyak menerangkan tentang mode of action dari produk probiotik, termasuk produksi dari substansi antimicrobial (acidophilin, lactalin, acidolin), produksi beberapa enzim (cellulase, xylanase, lipase, protease, β-gluconase dan amylase), pH rendah, redox potential rendah, kompetisi untuk adesi receptors pada intestine, kompetisi nutrisi, dan immunostimulan (Arslan and Saatci, 2004).

Bahan kimiawi feed additive yang sering digunakan pada unggas berupa antibiotik, antioksidan, xantofi l, koksidiostat, dan elektrolit. Penggunaan antibiotik dalam perkembangannya memiliki efek memacu pertumbuhan sehingga memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan ayam. Pengaruh positif tersebut yang mengakibatkan perkembangan penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan dalam pakan komersial berkembang pesat di Indonesia. Namun di sisi lain, antibiotic growth promoter (AGP) yang banyak digunakan untuk memacu produksi, mulai dilarang penggunaannya karena diindikasikan memiliki efek negatif, antara lain dapat menimbulkan residu dalam daging dan produk hewani lainnya yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan konsumen serta resistensi terhadap antibiotik tersebut (Suprijatna et al., 2005; Soeharsono, 2010; Kompiang, 2002; Rahayu, 2011). Hal

Copyright @ Airlangga University Press

Page 87: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

71

Feed Additive

ini membuka peluang untuk melakukan diversifi kasi berbagai jenis mikroba probiotik dalam pakan ternak untuk menggantikan fungsi menguntungkan dari antibiotik. Beberapa negara telah menerapkan kebijakan pembatasan penggunaan antibiotik dalam pakan ternak seperti di Swedia pada tahun 1986 dan Denmark tahun 1995. Komisi Masyarakat Uni Eropa sejak tanggal 1 Januari 2006 (Regulasi No. 1831/2003), menetapkan penggunaan antibiotik misalnya Zn-Bacitracin, Avilamycin, Spiramycin, Avoparcin, Virginiamycin, Carbadox, Olaquindox, Salinomycin Flavomycin, dan Monensin tidak dapat digunakan dalam ransum ternak (Cogliani et al., 2011; Mackie, 2011). Kebijakan untuk pengurangan penggunaan antibiotik pada ternak hanya dapat dicapai jika strategi antimikroba alternatif telah tersedia.

Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan antibiotika sebagai antibiotic growth promoters, maka perlu dikembangkan penggunaan beberapa mikroorganisme menguntungkan dan/atau bahan nondigestible yang dapat meningkatkan pertumbuhan mikrobial tersebut. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang ketika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dapat memberi manfaat terhadap kesehatan inangnya (FAO/WHO, 2001). Penggunaan probiotik sejauh ini aman, bahkan dapat merangsang pertumbuhan vili-vili usus dalam saluran pencernaan, karena probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan bagi kesehatan host-nya (FAO/WHO, 2002). Probiotik merupakan pakan tambahan berbentuk mikroba hidup yang menguntungkan dan memengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan (Karpinska et al., 2001).

Jenis mikroba yang digunakan sebagai probiotik sangat terkait pada sifat kimia dan fi sik lingkungan pencernaan. Sebagian organ pencernaan unggas (tembolok dan proventriculus) mempunyai keasaman yang tinggi. Oleh karena itu, mikroba yang digunakan harus tahan terhadap kondisi asam (Febriyossa et al., 2013). Pada nutrisi broiler, spesies probiotik yang digunakan, antara lain Lactobacillus, Streptococcus, Bacillus, Bifi dobacterium, Enterococcus, Aspergillus, Candida, dan Saccharomyces. Mikroorganisme probiotik terutama merupakan strain dari Genera Lactobacillus dan Bifi dobacterium, tetapi strains Bacillus, Pediococcus, dan beberapa yeast juga merupakan kandidat probiotik yang sesuai. Pada umumnya probiotik berasal dari golongan bakteri asam

Copyright @ Airlangga University Press

Page 88: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

72

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

laktat (BAL), khususnya genus Lactobacillus yang merupakan bagian dari fl ora normal pada saluran pencernaan (Sujaya et al., 2008).

Syarat yang harus dipenuhi oleh bakteri asam laktat yang berfungsi sebagai probiotik yaitu suatu probiotik harus non patogenik yang mewakili mikroorganisme normal usus dari inang tertentu. Selain itu, suatu probiotik yang baik harus mampu tumbuh dan bermetabolisme dengan cepat dan dalam jumlah yang tinggi pada usus. Probiotik harus dapat memproduksi asam-asam organik secara efi sien dan memiliki sifat antimikroba terhadap bakteri yang merugikan. Probiotik juga harus mudah diproduksi, mampu tumbuh dalam sistem produksi skala besar, dan dapat hidup selama kondisi penyimpanan (Salminen et al., 2004). Mikroorganisme-mikroorganisme yang menguntungkan tersebut dapat saling bekerja sama serta memiliki peranan penting terhadap perlindungan dari mikroorganisme-mikroorganisme patogen yang merugikan, serta berperan juga untuk memperkuat sistem immune dari host-nya (Javadi et al., 2012).

Bakteri probiotik tersebut memiliki efek positif terhadap performance broiler (Roshanfekr dan Mamooee, 2009; Kabir et al., 2004; Pelicano et al., 2003), berperan terhadap modulasi mikrofl ora intestinal dan menghambat mikroba patogen, perubahan intestinal secara histologis, immunomodulasi, parameter haematobiochemical, meningkatkan sensory characteristics pada daging broiler, dan meningkatkan kualitas mikrobiologis daging (Islam et al., 2004; Mountz ouris et al., 2007; Chichlowski et al., 2007; Haghighi et al., 2005).

Probiotik tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem dalam saluran pencernaan namun juga dapat menahan aktivitas mikroba pengurai protein (Sjofj an, 2003). Mekanismenya yaitu dengan memproduksi bakteriosin untuk melawan beberapa strain patogen selektif (Adams, 2009). Pertumbuhan probiotik juga akan menghasilkan berbagai komponen antibakteri yaitu asam organik, hidrogen peroksida, dan bakteriosin yang mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen. Terbentuknya kolonisasi probiotik dalam saluran pencernaan, juga mengakibatkan kompetisi nutrisi antara probiotik dengan bakteri lain, khususnya bakteri patogen (Rahayu dan Purwandhani, 2007).

Mikroorganisme probiotik akan berkembang di dalam saluran pencernaan serta menghasilkan beberapa substansi yang memiliki sifat menguntungkan yaitu sebagai bakterisidal atau bakteriostatik (bacteriocins), seperti lactoferrin,

Copyright @ Airlangga University Press

Page 89: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

73

Feed Additive

lysozyme, hydrogen peroxide, serta beberapa asam-asam organik. Substansi-substansi tersebut memiliki efek menghambat bakteri-bakteri patogen, terutama disebabkan oleh penurunan pH pada saluran pencernaan. Penurunan pH tersebut disebabkan adanya sekresi asam hydrochloric ke dalam lambung. Selain itu juga terjadi kompetisi energi dan nutrient antara mikroba probiotik dengan bakteri lain yang menyebabkan penekanan terhadap spesies bakteri patogen (Kabir et al., 2004)

Probiotik dapat memperbaiki saluran pencernaan dan meningkatkan kecernaan pakan dengan mendukung perkembangan bakteri yang menguntungkan (Kompiang et al., 2002). Akibatnya, hal tersebut akan mempercepat laju pergerakan makanan sehingga penyerapan zat - zat makanan menjadi lebih besar, kemudian lebih lanjut akan berdampak terjadi peningkatan efi siensi penggunaan pakan dan laju produksi (Suherman et al., 2015).

Manfaat dari pemakaian probiotik adalah kemampuannya untuk mencegah reaksi bakteri patogen, menyuplai enzim untuk membantu mencerna beberapa bahan makanan, dan detoksikasi beberapa komponen makanan yang merugikan kemudian mengeluarkannya ke saluran pencernaan dan aktivitas peristaltik usus (Ray, 1996).

Penggunaan probiotik pada ternak unggas bertujuan untuk memperbaiki saluran pencernaan dengan cara: menekan reaksi pembentukan racun dan metabolit yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker), merangsang reaksi enzim yang dapat menetralisir senyawa beracun yang tertelan atau dihasilkan oleh saluran pencernaan, merangsang produksi enzim (selulase, protease, dan alfa-amilase) yang digunakan untuk mencerna pakan, serta memproduksi vitamin dan zat zat yang tidak terpenuhi oleh tubuh (Seifert dan Gessler, 1997). Penggunaan suplementasi multi enzim yang terdiri dari xylanase, glucanase, cellulose, pectinase, dan protease pada pakan burung puyuh dapat meningkatkan performa produksi telur, jumlah telur, berat telur, indeks albumen, yolk index, egg shape index, dan Haugh unit (Tekeli et al., 2014).

Mekanisme kerja probiotik yaitu dengan mendesak mikroorganisme nonindigenous keluar dari ekosistem saluran pencernaan dan menggantikan lokasi mikroorganisme patogen (translokasi) di dalam saluran pencernaan. Karena probiotik berasal dari mikroorganisme indigenous, maka proses translokasi yang terjadi dalam ekosistem usus bersifat alamiah. Dengan

Copyright @ Airlangga University Press

Page 90: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

74

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

demikian, mekanisme probiotik dalam usus ialah mempertahankan keseimbangan dan mengeliminasi mikroorganisme yang tidak diharapkan atau mikroorganisme patogen dari induk semang (Soeharsono, 1987). Penggunaan probiotik berperan untuk menyeimbangkan mikroba dalam saluran pencernaan, sehingga memiliki peran yang penting untuk meningkatkan kesehatan dan performance ternak unggas (Thongsong et al., 2008). Penggunaan probiotik dapat meningkatkan kecernaan protein kasar pada ayam. Hal ini sangat membantu proses pencernaan pakan pada ternak, sehingga pakan yang terkonsumsi dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pertumbuhan (Lokapirnasari et al., 2000; Sjofj an, 2003).

Idealnya, strain probiotik seharusnya tidak hanya mampu bertahan hidup melewati saluran pencernaan tetapi juga memiliki kemampuan untuk berkembang biak dalam saluran pencernaan, tahan terhadap cairan lambung dan cairan empedu. Selain itu probiotik juga harus dapat menempel pada sel epitel usus, mampu membentuk kolonisasi pada saluran pencernaan, dan mampu menghasilkan zat antimikroba (bakteriosin) (FAO/WHO, 2001). Syarat lainnya adalah tidak bersifat patogen dan aman jika dikonsumsi. Strain probiotik juga harus tahan dan tetap hidup selama proses pengolahan dan penyimpanan, selain itu juga mudah diaplikasikan (Prado et al., 2008).

Hampir pada semua hewan, probiotik berperan meningkatkan konsumsi pakan. Kondisi tersebut dikarenakan meningkatnya daya cerna makanan oleh hewan yang menyebabkan saluran pencernaan cepat kosong sehingga dapat dicapai efi siensi pakan. Probiotik selain berperan pada peningkatan konsumsi pakan juga dapat meningkatkan laju pertumbuhan sehingga berperan pada penurunan angka konversi pakan (Soeharsono, 2010). Keunggulan bakteri Lactobacillus rhamnosus dalam pakan pada anak itik sebesar 0,2% menunjukkan peningkatan konsumsi pakan serta pertambahan berat badan yang nyata dibanding kontrol yaitu tanpa penggunaan Lactobacillus rhamnosus, sedangkan salah satu keunggulan bakteri Lactobacillus casei digunakan sebagai probiotik yaitu mampu menghambat dan membunuh bakteri patogen (Ramia dan Bidura, 2000; Margawani, 1995). Dilihat dari keunggulan bakteri Lactobacillus casei dan Lactobacillus rhamnosus serta kedua bakteri tersebut tidak saling mempunyai pengaruh antagonis terhadap tubuh inang, pemberian kombinasi bakteri asam laktat Lactobacillus casei dan Lactobacillus rhamnosus pada hewan terutama ayam akan memberikan pengaruh lebih baik terhadap performa dan

Copyright @ Airlangga University Press

Page 91: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

75

Feed Additive

kesehatan ayam. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Jaya (2012) bahwa probiotik yang diberikan pada ayam dapat hanya satu macam strain mikroba atau dalam bentuk campuran terdiri dari beberapa strain mikroba. Pemberian probitik pada ternak unggas dapat diberikan dalam bentuk campuran pakan atau diberikan melalui air minum (Utomo, 2012).

Beberapa isolat bakteri probiotik yang berhasil diisolasi dari cairan rumen sapi, antara lain Lactococcus lactis (L.lactis), gram positif, nonpatogen bakteri, dan facultative heterofermentatif lactic acid bacteria. Bakteri tersebut dapat berasal dari tanaman yang dikonsumsi ternak serta berkembang lebih lanjut dalam saluran pencernaan ternak karena kondisi lingkungan hidupnya yang sesuai sehingga dapat diisolasi dari saluran pencernaan ternak. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa isolat L.lactis memiliki kemampuan hidup pada kondisi keasaman rendah pH 2 dengan viabilitas 6.9 x 107 CFU/ml, memiliki ketahanan pada kondisi Bile salt tolerance (0.3%) dengan viabilitas 3.9 x 107

CFU/ml serta memiliki kemampuan antagonis terhadap bakteri pathogen Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Lokapirnasari et al., 2016a).

Berdasarkan hasil penelitian Lokapirnasari et al., (2016b) konsumsi pakan broiler yang tidak diberi penambahan bakteri asam laktat Lactobacillus casei dan Lactobacillus rhamnosus dengan konsentrasi masing-masing sebesar 1,2x109

sel/ml menunjukkan hasil konsumsi pakan yang paling rendah yaitu rata-rata sebesar 62,35 gram/hari/ekor, dibandingkan dengan konsumsi pakan pada broiler yang diberi penambahan kombinasi bakteri asam laktat 0,25% Lactobacillus casei dan 0,25% Lactobacillus rhamnosus menunjukkan rata-rata konsumsi pakan sebesar 64,24 gram/hari/ekor, sedangkan konsumsi pakan pada broiler yang diberi penambahan bakteri asam laktat 0,5% Lactobacillus casei dan 0,5% Lactobacillus rhamnosus menunjukkan rata-rata konsumsi pakan sebesar 65,05 gram/hari/ekor. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi Lactobacillus casei dan Lactobacillus rhamnosus mampu meningkatkan nafsu makan pada ayam pedaging. Menurut Surono (2004), bakteri asam laktat mampu memperbaiki penyerapan pakan dan meningkatkan sekresi enzim pencernaan sehingga protein yang terhidrolisis dapat diserap tubuh dengan mudah. Pemberian bakteri asam laktat pada pakan burung puyuh menghasilkan kecenderungan peningkatan konsumsi pakan pada konsentrasi 8x106 CFU/g dalam pakan (Soeharsono, 2010). Peningkatan konsumsi pakan tersebut disebabkan keberadaan probiotik dalam pakan dapat meningkatkan

Copyright @ Airlangga University Press

Page 92: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

76

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

aktivitas enzimatis dan membantu pencernaan sehingga efi siensi pemanfaatan pakan dapat meningkat serta dapat meningkatkan kecernaan pakan.

Konversi pakan pada perlakuan dengan penambahan 0,5% Lactobacillus casei dan 0,5% Lactobacillus rhamnosus menunjukkan pakan yang diberikan lebih ekonomis dari perlakuan dengan penambahan 0,25% Lactobacillus casei dan 0,25% Lactobacillus rhamnosus dan kontrol tanpa penambahan Lactobacillus casei dan Lactobacillus rhamnosus. Hal ini dikarenakan pada penggunaan 0,5% menunjukkan pertambahan berat badan tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain karena pada perlakuan tersebut terjadi penyerapan pakan lebih baik dari perlakuan lain. Konsumsi pakan pada penambahan 0,5% Lactobacillus casei dan 0,5% Lactobacillus rhamnosus yang cenderung tinggi dapat dimanfaatkan dengan baik oleh ayam perlakuan untuk produksinya. Hal ini dikarenakan jumlah Lactobacillus casei dan Lactobacillus rhamnosus yang membantu proses pencernaan cenderung tinggi yaitu dengan konsentrasi 1,2 x 109 sel/ml. Pada kelompok penambahan probiotik bakteri asam laktat, sebanyak 0,5% Lactobacillus casei dan 0,5% Lactobacillus rhamnosus dalam pakan lebih efektif karena dapat menghasilkan pertambahan berat badan sebesar 34,99 gram/ekor/hari dengan tingkat konsumsi pakan 65,05 gram/ekor/hari dan nilai konversi pakan sebesar 1,88 (Lokapirnasari et al., 2016b).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 93: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

77

Tatalaksana perkandangan, tatalaksana pemberian pakan, tatalaksana pemeliharaan, dan analisis usaha merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan usaha budi daya puyuh. Program pemeliharaan puyuh dibedakan menurut skala usaha yang akan dilaksanakan yaitu skala usaha besar, menengah, dan skala usaha rumah tangga. Dikatakan pengusaha puyuh dalam skala besar, bila jumlah puyuh yang dipelihara lebih dari 8.000 ekor, maka program pemeliharaan puyuh pada umumnya meliputi proses penetasan, pemeliharaan puyuh anakan, pemeliharaan puyuh indukan/pembibit, dan pemeliharaan puyuh petelur atau pedaging.

TATALAKSANA PERKANDANGAN

Kandang beserta perlengkapannya perlu dipersiapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemeliharaan burung puyuh. Pembuatan kandang bertujuan antara lain agar ternak dapat hidup nyaman serta memudahkan peternak dalam melaksanakan manajemen pemeliharaan seperti pemberian pakan dan minum, pembersihan kandang, pengambilan hasil produksi, dan penanganan terhadap ternak. Sistem perkandangan untuk budi daya puyuh ada dua system, yaitu sistem litt er dan sistem sangkar. Untuk menghemat tempat maka sistem kandang baterai lebih sesuai karena kandang dapat dibuat bersusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang baterai untuk puyuh petelur antara lain adalah:

7Manajemen Pemeliharaan Burung Puyuh

Copyright @ Airlangga University Press

Page 94: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

78

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

a. Penentuan Lokasi Kandang

Lokasi kandang dapat berada di mana saja, tetapi tidak terlalu berdekatan dengan rumah. Kandang dapat berupa bangunan tersendiri dan diusahakan cukup mendapat sinar matahari pagi. Agar sirkulasi udara dalam kandang lancar maka ventilasi harus baik. Kandang juga harus mampu melindungi puyuh dari hembusan angin kencang serta terhindar dari sengatan panas matahari dan air hujan.

b. Pembuatan Kandang

Dinding kandang puyuh dapat dibuat dari bermacam bahan berupa bambu, kawat kasa (ram), dan kayu. Atap dapat terbuat dari bahan yang bersifat meredam panas misalnya genting dan asbes. Lantai kandang dapat terbuat dari campuran semen, pasir, dan kapur.

Jumlah dan ukuran unit kandang yang dibuat dapat disesuaikan dengan luas tanah yang tersedia. Apabila luas tanah yang tersedia terlalu sempit maka kandang puyuh dapat dibuat bertingkat. Untuk mempermudah pembersihan, perawatan, dan pemanenan hasil, maka kandang cukup dibuat tiga tingkat karena tidak terlalu tinggi.

Pengusaha ternak harus memperhatikan kepadatan kandang, untuk sekitar 40 ekor puyuh petelur dewasa dapat digunakan luas 1 m2. Bila ukuran kandang terlalu besar maka puyuh akan terlalu banyak beraktivitas (berlari-lari) sehingga cadangan lemak dan protein dalam tubuh puyuh akan lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk energi sehingga produktivitasnya menurun. Bila kandang terlalu sempit atau kapasitasnya terlalu padat maka dapat menyebabkan puyuh stres, sehingga akan menurunkan produktivitasnya.

Ukuran kandang perlu diperhatikan, panjang per unit kandang diusahakan kurang dari 200 cm. Panjang yang berlebihan akan membuat kandang semakin luas dan puyuh menjadi terlalu aktif. Lebar kandang sebaiknya tidak lebih dari 75 cm atau sejangkauan lengan agar peternak dapat lebih mudah saat membersihkan kandang, merawat, ataupun menangkap puyuh. Tinggi kandang diusahakan antara 30–35 cm. Bila ruang kandang terlalu tinggi puyuh akan terangsang untuk melakukan aktivitas melompat-lompat, akibatnya kepala puyuh dapat terluka. Untuk

Copyright @ Airlangga University Press

Page 95: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

79

Manajemen Pemeliharaan Burung Puyuh

menjaga agar kepala puyuh tidak terluka akibat terbentur, sebaiknya di bawah atap dipasang jaring atau net dari plastik atau benang elastis.

Tinggi kolong kandang sebaiknya 30–40 cm agar lantai pertama kandang tidak terpengaruh kelembapan lantai. Pintu kandang sebaiknya dibuat di samping dengan ukuran 17 cm × 17 cm. Untuk unit kandang yang dibuat bertingkat hendaknya setiap dasar lantai dilengkapi dengan alas berupa dropping board untuk tempat penampung kotoran, sehingga dengan adanya tempat penampung kotoran tersebut pemeliharaan kebersihan ruangan tempat kandang berada lebih mudah dilakukan dan kotoran tidak menimpa puyuh yang berada di kandang bawahnya (Listiowati dan Kinanti, 2009).

Tempat pakan dan tempat minum dapat terbuat dari pralon, bamboo, atau kayu yang diletakkan di luar kandang dan menempel di bagian samping kandang pada sisi yang memanjang. Pembuatan lantai tiap tingkat kandang hendaknya dibuat agak miring keluar kandang agar telur dapat menggelinding keluar unit kandang, sehingga memudahkan dalam pengumpulan telur (Subekti dan Hastuti, 2013).

TATALAKSANA PEMBERIAN PAKAN

Pakan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam budi daya puyuh karena sekitar 70% biaya produksi digunakan untuk pembelian pakan. Tatalaksana pemberian pakan berpengaruh terhadap produktivitas puyuh. Tatalaksana pemberian pakan yang tidak dikelola secara baik dapat mengakibatkan produktivitas puyuh tidak optimal dan dapat menyebabkan pemborosan pakan. Pakan yang diberikan hendaknya mengandung zat-zat nutrisi yang dibutuhkan ternak dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Zat-zat nutrisi yang dibutuhkan oleh puyuh antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Pemberian pakan hendaknya tidak dilakukan sekaligus sehingga tempat pakan menjadi penuh, sebaiknya pakan diberikan secara bertahap dua kali sehari, yaitu pagi sekitar pukul 06.00 dan sore pukul 15.00. Dengan cara ini, pakan tidak banyak yang tumpah sehingga dapat mengurangi pemborosan pakan.

Untuk mengganti ransum pakan misalnya dari ransum grower akan diganti ransum untuk layer, maka cara menggantinya harus dilakukan secara

Copyright @ Airlangga University Press

Page 96: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

80

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

bertahap. Penggantian ransum secara mendadak dapat menyebabkan puyuh stres yang dapat berakibat menurunnya produktivitas. Penggantian ransum dapat dilakukan secara bertahap dengan mencampur pakan grower dengan pakan layer dengan komposisi ransum pengganti dari hari ke hari diperbesar hingga dalam seminggu komposisi pakan telah diganti 100% dengan ransum baru (Subekti dan Hastuti, 2013).

Untuk meningkatkan kandungan nutrisi bahan pakan terutama yang memiliki kandungan serat kasar tinggi, maka dapat dilakukan upaya perbaikan kandungan nutrisi untuk meningkatkan kandungan protein kasar serta menurunkan kandungan serat kasar. Upaya ini dapat dilakukan melalui proses fermentasi. Pemilihan isolat bakteri yang dapat digunakan harus sesuai dengan tujuannya yaitu memiliki kemampuan mendegradasi selulosa. Diketahui bahwa isolat selulolitik dengan BLAST (Basic Local Alignment Search Tool) menunjukkan bahwa isolat selulolitik yang berasal dari cairan rumen sapi teridentifi kasi sebagai Enterobacter cloacae (E.cloacae) dengan tingkat homologi 97-99%. E. cloacae WPL 214 memiliki kemampuan menghasilkan tiga macam enzim selulase yaitu, endo-β-1,4-glucanase sebesar 0,09 Unit/mL (U/mL), exo-β-1,4-glucanase sebesar 0,13 U/mL, dan β-glucosidase sebesar 0,10 U/mL (Lokapirnasari et al., 2015a; Lokapirnasari et al., 2017c).

Hasil penelitian fermentasi dedak padi sebagai pakan unggas dengan isolat Acidothermus cellulolyticus dan Aspergillus terreus menunjukkan peningkatan kualitas dedak padi. Dari hasil analisis, proksimat diketahui bahwa terjadi penurunan kandungan serat kasar dari 34,11% (kontrol) menjadi 28,96%. Penurunan kandungan serat kasar ini disebabkan karena Acidothermus cellulolyticus dan Aspergillus terreus mempunyai kemampuan mendegradasi bahan organik terutama selulosa karena adanya enzim selulase yang dihasilkan oleh Acidothermus cellulolyticus dan Aspergillus terreus yang dapat memecah serat kasar menjadi glukosa. Selanjutnya hasil analisis proksimat protein kasar juga menunjukkan adanya peningkatan kandungan protein kasar bekatul yang difermentasi dengan menggunakan Acidothermus cellulolyticus dan Aspergillus terreus dari 10,90% (kontrol) menjadi 13,97%. Hal ini disebabkan karena Acidothermus cellulolyticus dan Aspergillus terreus mampu menghasilkan enzim protease yang akan merombak protein menjadi peptida sederhana, kemudian peptida ini akan dirombak menjadi asam-asam amino (Lokapirnasari et al., 2015b).

Copyright @ Airlangga University Press

Page 97: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

81

Manajemen Pemeliharaan Burung Puyuh

Puyuh merupakan jenis unggas yang tahan terhadap penyakit, namun ada beberapa penyakit yang dapat menyerang puyuh. Manajemen pakan pada puyuh yang sakit secara umum sama dengan puyuh yang sehat, namun diberi tambahan terapi. Untuk pencegahan penyakit dan juga menambah efek terapi, dapat diberikan probiotik, herbal, dan vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh (Slamet, 2014). Bahan baku pakan harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan ini menjamin kesehatan dan ketenteraman batin masyarakat konsumen hasil peternakan. Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan, yaitu: a) Bahan imbuhan: pemacu pertumbuhan (growth promotor), penambah kesehatan, dan b) Pelengkap pakan: vitamin, mineral, dan asam amino.

Burung puyuh mengonsumsi pakan dan minum sepanjang hari, namun tingkah laku makan dan minumnya berkaitan erat dengan lamanya pencahayaan serta seringkali dilakukan pada pagi dan sore hari. Kontrol terhadap konsumsi pakan pada burung puyuh tergantung pada kosong atau penuhnya saluran pencernaan serta tingkat nutrien. Ukuran pakan (mash, crumble, pellet) dan frekuensi bervariasi antar individu. Pada individual yang mengonsumsi dalam jumlah besar dan mengonsumsi dalam waktu yang tidak teratur berkaitan dengan kondisi penuhnya crop secara parsial. Sebaliknya, pada puyuh yang mengonsumsi pakan dalam jumlah kecil dalam waktu yang tidak teratur berkaitan dengan penuhnya gizzard. Puyuh yang diberikan pakan rendah nutrisi, akan meningkatkan jumlah konsumsi pakannya. Pemberian pakan dalam bentuk pellet akan lebih cepat dikonsumsi bila dibandingkan diberikan pakan dalam bentuk mash, serta menurunkan waktu makannya daripada peningkatan intake nutriennya (Mills et al., 1997).

Pakan puyuh yang mengandung 3000 kcal/kg pakan, menunjukkan konsumsi pakannya lebih rendah daripada puyuh yang diberikan pakan dengan kandungan energi 2600 dan 2800 Kcal/kg pakan (Att ia et al., 2006). Konsumsi pakan yang tinggi sebagai akibat pemberian energi pakan yang rendah merupakan kompensasi untuk kebutuhan intake energinya, sehingga sangat penting pada fase fi nisher kebutuhan energinya relatif lebih tinggi daripada fase starter dan fase grower (Gheisari et al., 2011). Jumlah pemberian ransum pada puyuh tercantum pada Tabel 36.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 98: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

82

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Fase Starter

DOQ dapat diberi pakan dalam bentuk mash yang ditaburkan di atas lantai untuk merangsang dan mengenalkan pakan. Selain itu air minum harus tersedia di dalam kandang. Sedangkan pada fase starter, pakan dapat diberikan dalam wadah nampan lebar di dalam kandang. Wadah yang datar bertujuan untuk mempermudah puyuh memakan pakan. Permukaan nampan dapat ditutup dengan kawat ram berukuran 1 inch agar puyuh tidak mengais-ngais dan menumpahkan pakan ke kandang. Pakan harus diganti setiap hari dan sisa pakan sebaiknya jangan diberikan kembali kepada puyuh. Kebutuhan pakan tiap ekor burung puyuh/hari yaitu umur 7 hari adalah 3,95 gram dan untuk umur 14 hari adalah 7,15 gram (Slamet, 2014).

Gambar 22.Pemberian pakan fase starter.

Sumber:http://www.quailfarm.co.uk)

Tabel 36. Jumlah pemberian ransum berdasarkan umur

Umur Jumlah ransum (g/ekor/hari)

1 hari – 7 hari 2 – 3,95 gram8 hari – 14 hari 4 – 7,15 gram

15 hari – 28 hari 8 – 11,15 gram29 – 35 hari 13 – 20,67 gram36 – 42 hari 15 – 22,77 gram

Lebih dari 42 hari – afkir 19 – 22,77 gram

Sumber: Wuryadi (2011); Slamet (2014)

Fase Grower

Kebutuhan pakan burung puyuh untuk umur 21-28 hari adalah 11,15 gram dan untuk umur 29-35 hari adalah 20,67 gram. Pada fase grower, pakan

Copyright @ Airlangga University Press

Page 99: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

83

Manajemen Pemeliharaan Burung Puyuh

Gambar 24. Pemberian pakan fase layer.

Sumber: Lokapirnasari (2017a)

dapat diberikan dalam wadah nampan lebar di dalam kandang. Pakan diberikan dalam kondisi kering (Slamet, 2014).

Fase Layer

Kebutuhan pakan burung puyuh umur 42 hari adalah 22,77 gram. Volume pakan 42 hari tersebut bersifat stabil sampai puyuh diafk ir. Pakan harus tersedia terus-menerus dan dalam jumlah cukup. Pakan yang diberikan dapat berbentuk mash atau crumble dan ditempatkan di dalam wadah yang ditempatkan di luar kandang (Slamet, 2014).

Selama proses pemeliharaan, pemberian pakan dan minum dilakukan pada waktu pagi dan sore hari, sedangkan untuk pengumpulan telur dilakukan satu kali pada waktu pagi hari. Untuk mengurangi konsumsi pakan serta pakan yang berceceran, di dalam tempat pakan diberikan kawat ram. Tujuan pemberian kawat ram untuk mencegah pakan tumpah karena dikais-kais oleh paruh puyuh. Kawat ram yang digunakan biasanya berukuran 0,5 inchi untuk memudahkan paruh puyuh masuk dan mengambil makanannya

Gambar 23.Pemberian pakan fase grower.

Sumber: www.unggas-indonesia.com

Copyright @ Airlangga University Press

Page 100: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

84

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

sehingga akan mengefi sienkan pakan yang diberikan mengingat kontribusi biaya pakan dalam usaha ternak puyuh sangat besar yaitu mencapai 85% (Wuryadi, 2011).

Jika unggas berada dalam fase pertumbuhan dan fase bertelur, maka konsumsi pakan semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan energi metabolisme per hari (Wahju, 2004). Unggas pada masa awal bertelur membutuhkan energi dan protein untuk hidup pokok, pertumbuhan, dan produksi telur (Dian, dkk., 2013). Oleh karena itu, puyuh harus diberi pakan berkualitas tinggi dan dengan jumlah yang cukup. Hal tersebut disebabkan karena puyuh petelur membutuhkan makanan untuk tubuhnya sendiri dan juga untuk membuat telur (Rasyaf, 2003).

TATALAKSANA PERAWATAN PUYUH

Program pemeliharaan puyuh untuk skala rumah tangga pada umumnya dimulai sejak puyuh memasuki fase grower yaitu puyuh umur sekitar 3-5 minggu. Puyuh fase grower tersebut hendaknya dibeli dari pembibit yang telah terjamin kualitasnya, karena kualitas bibit ini sangat menentukan kemampuan produktivitas puyuh yang akan dipelihara. Bibit yang jelek meskipun dikelola secara baik tetap tidak dapat memberikan hasil yang optimal. Untuk mendapatkan hasil yang optimal harus dipilih bibit puyuh dengan kualitas yang baik dan dipelihara dengan tatalaksana pemeliharaan yang baik pula.

Sebelum puyuh datang, hendaknya kandang beserta perlengkapannya berupa tempat pakan, tempat minum, dan alat penerang harus dalam kondisi bersih dan siap dipakai. Puyuh yang baru saja datang sebaiknya tidak langsung diberi pakan, tetapi hendaknya diistirahatkan dulu sampai stres akibat perjalanan berkurang, setelah itu baru diberi minum yang telah dicampur dengan zat anti stres dan glukosa, kemudian baru diberi pakan.

Kegiatan harian dalam budi daya puyuh, antara lain meliputi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pagi sekitar pukul 06.00 dan sore sekitar pukul 15.00. Air minum harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan tempat minum dibersihkan setiap hari, yakni pagi hari sebelum pemberian pakan pada waktu pagi. Pengumpulan telur dapat dilakukan dua kali sehari pada saat puyuh akan diberi pakan. Untuk pengambilan kotoran dari dropping board dapat dilakukan 2–3 kali seminggu.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 101: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

85

Ternak puyuh mempunyai prospek pasar yang cukup tinggi. Oleh karena itu, puyuh merupakan komoditas unggulan yang potensial untuk dikembangkan secara komersial.

Masalah pakan burung puyuh, khususnya puyuh petelur harus memenuhi kualitas dan kuantitas pakan itu sendiri sehingga pengaruhnya sangat nyata terhadap produksi telur. Nutrisi pakan harus mencukupi kebutuhan hidup puyuh petelur. Produksi telur merupakan hasil produk akhir dari aktivitas metabolisme hidup puyuh, artinya setelah terpenuhi kebutuhan hidup pokok, baru kemudian nutrisi yang ada selanjutnya dimetabolismekan untuk produksi telur. Untuk meningkatkan efi siensi dan produktivitas ternak burung puyuh, maka perlu dilakukan manajemen pakan yang baik pada ternak burung puyuh sehingga dapat mencapai efi siensi produksi, efi siensi pakan, dan menurunkan biaya pakan sehingga berdampak terhadap peningkatan produktivitas serta peningkatan keuntungan.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efi siensi pakan tanpa berpengaruh buruk terhadap produktivitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan feed additive, yaitu bahan yang ditambahkan ke dalam pakan, biasanya dalam jumlah sedikit dan bukan sebagai sumber zat gizi, yang dapat memengaruhi karakteristik pakan, meningkatkan kinerja, kesehatan dan/atau kualitas produk ternak/hewan.

Antibiotik dalam perkembangannya berperan penting dalam memacu pertumbuhan sehingga memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan. Pengaruh positif tersebut yang mengakibatkan perkembangan penggunaan

8Penutup

Copyright @ Airlangga University Press

Page 102: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

86

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

antibiotik sebagai imbuhan pakan dalam pakan komersial berkembang pesat di Indonesia. Namun di sisi lain, antibiotic growth promotor (AGP) yang banyak digunakan untuk memacu produksi, mulai dibatasi bahkan di beberapa negara dilarang penggunaannya karena diindikasikan memiliki efek negative, antara lain dapat menimbulkan residu dalam daging dan produk hewani lainnya yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan konsumen serta resistensi terhadap antibiotik tersebut. Hal ini membuka peluang untuk melakukan diversifi kasi berbagai jenis mikroba probiotik dalam pakan ternak untuk menggantikan fungsi menguntungkan dari antibiotik. Penggunaan probiotik pada ternak unggas bertujuan untuk memperbaiki saluran pencernaan, merangsang reaksi enzim pada saluran pencernaan, merangsang produksi enzim (selulase, protease, dan alfa-amilase) yang digunakan untuk mencerna pakan, memproduksi vitamin, dan zat zat yang tidak terpenuhi oleh tubuh. Penggunaan suplementasi multi enzim yang terdiri dari xylanase, glucanase, cellulose, pectinase, dan protease pada pakan burung puyuh dapat meningkatkan performa produksi.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 103: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

87

Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Puyuh. Tangerang: Agromedia Pustaka.

Achmad, D.A. 2011. Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica) Yang Diberi Pakan Dengan Suplementasi Omega-3. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Adams, CA. 2000. The Role of Nutricines in Health and Total Nutrition. Proc. Aust. Poult. Sci. Sym, vol. 12, pp. 17-24.

Afria, AUE., Sjofj an, O., dan Widodo, E. 2013. Eff ect of Addition of Choline Chloride in Feed on Quail (Coturnix coturnix japonica) Production Performance. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.

Aimmah, N., Sjofj an, O., dan Djunaidi, IH. 2011. Pengaruh Penggunaan Campuran Kunyit (Curcuma domestica) dan Jahe (Zingiber offi cinale) Bentuk Tepung dan Terenkapsulasi dalam Pakan Terhadap Nilai Kecernaan Protein dan Energi Metabolis Ayam Pedaging. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.

Al Arif, A., Nurhajati, T., Sidik R., Lamid, M., Setyono, H., dan WP, Lokapirnasari. 2016. Buku Ajar Teknologi Pakan Hewan. Edisi Revisi. Surabaya: PT. Revka Petra Media.

Andremont, A. 2000.Consequences of Antibiotic Therapy To The Intestinal Ecosystem. In Annales francaises d’anesthesie et de reanimation, vol. 19, no. 5, pp. 395-402.

Anwar, S. 2010. Studi Komposisi Mineral Tepung Batu Bukit Kamang Sebagai Bahan Baku Pakan Sumber Mineral. Media Peternakan, vol. 30, no. 1, pp. 18-25.

Arslan, C., dan Saatci, M. 2004. Eff ects of Probiotic Administration Either As Feed Additive or By Drinking Water on Performance and Blood Parameters of Japanese Quail. Archiv fur Gefl ugelkunde, vol. 68, no. 4, pp. 160-163.

Att ia, YA., Aggoor, FAM., Ismail, FSA., Qota, EMA., dan Shakmak, EA. 2006. Eff ect of Energy Level, Rice By Products and Enzyme Additions on Growth Performance and Energy Utilization of Japanese Quail. In XII European Poultry Conference pp. 10-14.

Ayasan, TUGAY. 2013. Eff ects of Dietary Inclusion of Protexin (Probiotic) on Hatchability of Japanese Quails. Indian J. Anim. Sci, vol. 83, no. 1, pp. 78-81.

Daftar Pustaka

Copyright @ Airlangga University Press

Page 104: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

88

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Baharuddin, AS., Razak, MNA., Hock, LS., Ahmad, MN., Aziz, SA., Rahman, NAA., dan Shah, UKM. 2010. Isolation and Characterization of Thermophilic Cellulase-Producing Bacteria from Empty Fruit Bunches-Palm Oil Mill Effl uent Compost. American Journal of Applied Sciences, vol. 7, pp. 56-62.

Bebeja. 2017. Lima Herbal Pendongkrak Imunitas Tubuh. Diakses dari htt p://www.bebeja.com/5-herbal-pendongkrak imunitas-tubuh/ pada tanggal 7 Mei 2017.

Bozkurt, M., Alcicek, A., dan Çabuk, M. 2004. The Eff ect of Dietary Inclusion of Meat and Bone Meal on the Performance of Laying Hens at Old Age. South African Journal of Animal Science, vol. 34, no. 1, pp. 31-36.

Botsoglou, NA., Florou-Paneri, P., Christaki, E., Fletouris, D.J., dan Spais, AB. 2002. Eff ect of Dietary Oregano Essential Oil on Performance of Chickens and on Iron-induced Lipid Oxidation of Breast, Thigh and Abdominal Fat Tissues. Br Poult Sci, vol. 43, pp. 223-230.

Burgat, V. 1991. Residues of Drugs of Veterinary Use in Food. La Revue du praticien, vol. 41, no, 11, pp. 985-990.

Cahyaningsih, UK., Setiawan., dan Ekastuti, DR. 2003. Perbandingan Gam-baran Diferensiasi Leukosit Ayam Setelah Pemberian Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) Dengan Dosis Bertingkat Dan Koksidiostat. Prosiding Seminar dan Pameran Nasional TOI XXIV, pp. 245-257.

Chichlowski, M., Croom, WJ., Edens, FW., McBride, BW., Qiu, R., Chiang, CC., Daniel, LR., Havenstein, GB., dan Koci, MD. 2007. Microarchitecture and Spatial Relationship between Bacteria and Ileal, Cecal, and Colonic Epithelium in Chicks Fed a Direct-fed Microbial, PrimaLac, and Salinomycin. Poultry science, vol. 86, no. 6, pp. 1121-1132.

Choiri, MA., Muryani, R., dan Sarengat, W. 2017. Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe dalam Ransum terhadap Bobot Potong, Persentase Karkas dan Non Karkas Puyuh Jantan. Disertasi. Universitas Diponegoro.

Cogliani, C., Goossens, H., dan Greko C., 2011. Restricting Antimicrobial Use in Food Animals: A Lesson From Europe. Microbe, vol. 6, pp. 274-280.

Daud, FD. 2014. Penggunaan Tepung Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) sebagai Substitusi Tepung Ikan dalam Ransum Terhadap Kualitas Fisik Telur Puyuh. Disertasi. Universitas Negeri Gorontalo.

Decker, JM. 2000. Introduction to Immunology 11th Hour. United States: Blackwell Science. Inc.

Deng, WL. 1978. Preliminary Studies On The Pharmacology of The Andrographis Product Dihydroan-drographolide Sodium Succinate. Newslett ers Of Chinese Herb Med, vol. 1318, pp. 26-28. Diakses dari htt p://www. Altcancer. Com/andcan.htm # 101 pada tanggal 10 April 2017.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 105: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

89

Daftar Pustaka

Dian, A., Ning, I., dan Sigit, M. 2013. Pertumbuhan dan Konsumsi Pakan Pada Berbagai Jenis Itik Betina yang Pakannya Disuplementasi Probiotik. Jurnal Ilmiah Peternakan, vol. 1, no. 2), pp. 691-698.

Departemen Pertanian. 2012. Pedoman Penataan Budidaya Puyuh. Diakses dari htt p//www.deptan.go.id. pada tanggal 3 Mei 2017.

Dewansyah, A. 2010. Efek Suplementasi Vitamin A Dalam Ransum Terhadap Produksi dan Kualitas Telur Burung Puyuh. Disertasi. Universitas Sebelas Maret.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016. Statistik Peternakan dan Kesehatan. Diakses dari htt p://ditjennak.pertanian.go.id. pada tanggal 17 Maret 2017.

Djaya, MS. 2010. Pengaruh Penggunaan Tepung Darah Dalam Ransum Terhadap Penampilan Burung Puyuh. Media Sains, vol. 2, no. 2, pp. 2085-3548.

Edjeng, S., Umiyati, A., dan Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ejaz, A., Wu, D., Kwan, P., dan Meydani, M. 2009. Curcumin Inhibits Adipogenesis in 3T3-L1 Adipocytes and Angiogenesis and Obesity in C57/BL Mice. The Journal of nutrition, vol. 139, no. 5, pp. 919-925.

Estiasih, T. 1996. Mikroenkapsulasi Konsentrat Asam Lemak Omega-3 Dari Limbah Cair Pengalengan Ikan Lemuru (Sardinella longiceps). Disertasi. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

FAO/WHO. 2001. Joint FAO/WHO Expert Consultation on Evaluation of Health and Nutritional Properties of Probiotics in Food Including Powder Milk with Live Lactic Acid Bacteria. Amerian Córdoba Park Hotel, Córdoba, Argentina.

FAO/WHO. 2002. Joint FAO/WHO Working Group Report on Drafting Guidelines for the Evaluation of Probiotics in Food. London.

Febriyossa, A., Nurmiati., dan Periadnadi. 2013. Potensi dan Karakterisasi Bakteri Alami Pencernaan Ayam Broiler Pedaging (Gallus gallus domesticus L.) Sebagai Kandidat Probiotik Pakan Ayam Broiler. Jurnal Biologi Universitas Andalas, vol. 2, no. 3, pp. 201-206

Ferket, PR., dan Gernat, AG. 2006. Factors that Affect Feed Intake of Meat Birds: A Review. Int. J. Poult. Sci, vol. 5, no. 10, pp. 905-911.

Gheisari, A., Halaji, HA., Maghsoudinegad, G., Toghyani, M., Alibemani, A., dan Saeid, SE. 2011. Eff ect of Diff erent Dietary Levels of Energy and Protein on Performance of Japanese Quails (Coturnix coturnix Japonica). In 2nd International Conference on Agricultural and Animal Science, Singapore, Vol. 4, pp. 156-159.

Gultom, AG., Sihombing, DTH., dan Fuah, AM. 2003. Penambahan Tepung Kunyit (Curcuma domestica) dalam Ransum untuk Meningkatkan Bobot Badan Tikus Putih (Ratt us norvegicus ). Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/bitstream /handle/123456789/17591/F03amg.pdf? sequence=2. pada tanggal 7 Mei 2017.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 106: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

90

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Haghighi, HR., Gong, J., Gyles, CL., Hayes, MA., Sanei, B., Parvizi, P., Gisavi, H., Chambers, JR., dan Sharif, S. 2005. Modulation of Antibody-mediated Immune Response by Probiotics in Chickens. Clinical and diagnostic laboratory immunology, vol. 12, no. 12, pp. 1387-1392.

Hendriks, WH., Butt s, CA., Thomas, DV., James, KAC., Morel, PCA., dan Verstegen, MWA. 2002. Nutritional Quality and Variation of Meat and Bone Meal. Asian Australasian Journal of Animal Sciences, vol. 15, no. 10, pp. 1507-1516.

Huss, D., Poynter, G., dan Lansford, R. 2008. Japanese Quail (Coturnix japonica) as a Laboratory Animal Model. Lab animal, vol. 37, no. 11, pp. 513.

Ibrahim, KA., Mahmoud, A., dan Abd Elhalim, HS. 2005. Comparison of the Effi cacies of Commercial Probiotics on Growth Performance, Carcass Characteristics and Some Plasma Constituents of Broiler Chicks. Suez Canal Vet. Med. J, vol. 7, pp. 1-18.

Islam, MW., Rahman, MM., Kabir, SML., Kamruzzaman, SM., dan Islam, MN. 2004. Eff ects of Probiotics Supplementation on Growth Performance and Certain Haemato-biochemical Parameters in Broiler Chickens. Bangladesh journal of veterinary medicine, vol. 2, no. 1, pp. 39-43.

Jaya, TP. 2012. Pengaruh Probiotik (Kombinasi bakteri Lactobacillus sp, Saccharomyces cerevisiae, Streptomyces albus, Bacillus subtilis) Terhadap Konversi Pakan Ayam Pedaging. Skripsi. Universitas Ailangga.

Javadi, A., Mirzaei, H., Safarmashaei, S., dan Vahdatpour, S. 2012. Eff ects of Probiotic (live and inactive Saccharomyces cerevisiae) on Meat and Intestinal Microbial Properties of Japanese Quails. African Journal of Biotechnology, vol. 11, no. 57, pp. 12083-12087.

Jiang, Z., dan SIM, JS. 1991. Research Note: Egg Cholesterol Values in Relation to the Age of Laying Hens and to Egg and Yolk Weights. Poultry Science, vol. 70, no. 8, pp. 1838-1841.

Kabir, SL., Rahman, MM., Rahman, MB., Rahman, MM., dan Ahmed, SU. 2004. The Dynamics of Probiotics on Growth Performance and Immune Response in Broilers. Int. J. Poult. Sci, vol. 3, no. 5, pp. 361-364.

Kaselung, PS., Montong, ME., Sarayar, CL., dan Saerang, JL. 2014. Penambahan Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val), Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorriza Roxb) Dan Rimpang Temu Putih (Curcuma Zedoaria Rosc) Dalam Ransum Komersial Terhadap Performans Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica). ZOOTEK, vol. 34, no. 1, pp. 114-123.

Suroso, KU., dan Wadjdi, MF. 2016. Pengaruh Penambahan Probiotik Enkapsulasi Terhadap Konsumsi Pakan, Produksi Telur dan Efi siensi pakan Pada Burung Puyuh. Dinamika Rekasatwa, vol. 1, no. 2, pp. 1-5.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 107: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

91

Daftar Pustaka

Kamel, C., Garnsworthy, PC., dan Wiseman, J. 2001. Tracing Modes of Action and the Roles of Plant Extracts in Non-ruminants. Recent Adv Anim Nutr, vol. 2001, pp. 135-150.

Karspinska, E., B. Blaszcak, G., Kosowska, A., Degrski, MB., dan W.B. Borzemska. 2001. Growth of The Intestinal Anaerobes in The Newly Hatched Chicksaccording to The Feeding and Providing with Normalgut Flora. Bull. Vet. Pulawy, vol. 45, pp. 105-109.

Kasadi. 2015. Tingkat Sensitivitas Usaha Ternak Puyuh (Studi Kasus Pada Satu Usaha Ternak Puyuh Di Desa Rangdu, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang). Jurnal Unpad, vol. 4, no. 1, pp.1-13

Khalil, MM. 2015. Use of Enzymes to Improve Feed Conversion Effi ciency in Japanese Quail Fed a Lupin-based Diet. Thesis. The University of Western Australia.

Kompiang, IP. 2002. Pengaruh Ragi: Saccharomyces Cerevisiae dan Ragi Laut sebagai Pakan Imbuhan Probiotik terhadap Kinerja Unggas. JITV vol. 7, no. 1, pp. 18-21.

Kompiang, IP. 1993. Formulasi Pemberian dan Evaluasi Pakan Unggas. Forum Komunikasi Hasil Penelitian Bidang Peternakan.Yogyakarta.

Kompiang, IP. 2009. Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Probiotik Untuk Meningkatkan Produksi Ternak Unggas di Indonesia. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peteernakan, Bogor.

Kuherbal. 2013. Kandungan Kunyit Khasiat Sebagai Obat Tipes. Diakses dari htt p://Kuherbal.Com/Kandungan-Kunyit-Khasiat-Sebagai-Obat-Ti pes. Htm pada tanggal 25 Mei 2015.

Kurniasih, T. 2011. Potensi Tepung Darah Sebagai Sumber Protein Pakan Ikan Alternatif. In Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, vol. 1, no. 1, pp. 1001-1007.

Lee, KW., Everts, H., dan Beynen, AC. 2004. Essential Oils in Broiler Nutrition. Int J Poult Sci, vol. 3, pp. 738-752.

Leeson, S., dan Att eh, JO. 1995. Utilization of Fats and Fatt y Acids by Turkey Poults. Poultry science, vol. 74, no. 12, pp. 2003-2010.

Listiyowati, E., dan Roospitasari, K. 2007. Puyuh. Tatalaksana Budidaya Puyuh Secara Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya.

Listiyowati, E., dan Kinanti R. 2009. Beternak Puyuh Secara Komersial. Jakarta: Panebar Swadaya.

Lokapirnasari, WP., dan Sabdoningrum, EK. 2000. Efek Penggunaan Bakteri Asam Laktat Terhadap Kecernaan Protein Kasar Pada Ayam Pedaging Jantan. Media kedokteran Hewan, vol. 16, no. 3, pp.1-5

Lokapirnasari WP., Nazar, DS., Nurhajati, T., Supranianondo, K., dan Yulianto, AB. 2015. Production and Assay of Cellulolytic Enzyme Activity of Enterobacter Cloacae WPL 214 Isolated from Bovine Rumen Fluid Waste of Surabaya Abbatoir, Indonesia. Veterinary World, vol. 8, no. 3, pp. 367-371.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 108: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

92

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Lokapirnasari, WP., Setiawan, A., dan Prawesthirini, S. 2015. Potensi Kombinasi Bakteri Dan Jamur Selulolitik Pada Fermentasi Bekatul Terhadap Kandungan Serat Kasar dan Protein Kasar. Buletin Peternakan, vol. 39, no. 3, pp.174-179.

Lokapirnasari, WP., Sahidu, AM., Nurhajati, T., Soepranianondo, K., dan Yulianto, AB. 2016a. Lactococcus lactis Lactic Acid Bacteria from Intestine Beef Catt le as a Candidate Probiotics. Proceding International Seminar on Molecular Biology in Veterinary Medicine. ISBN 978-602-7043-81-7.

Lokapirnasari, WP., Rahmawati, A., dan Eliyani, H. 2016b. Potensi Penambahan Bakteri Asam Laktat Lactobacillus casei dan Lactobacillus rhamnosus Terhadap Konsumsi Pakan dan Konversi Pakan Ayam Pedaging. Agroveteriner, vol. 5, no. 1, pp. 43-49.

Lokapirnasari, WP., Hidanah, S., dan Soeharsono. 2017a. Potensi Probiotik Lactobacillus casei dan Lactobacillus rhamnosus Sebagai Pengganti Antibiotic Growth Promoter Terhadap Performa Produksi, Analisis Usaha Serta Analisis Finansial pada Ayam Pedaging dan Burung Puyuh. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.

Lokapirnasari, WP. 2017b. Kandungan Nutrient Analisis Proksimat Berbagai Bahan Pakan Ternak. Fakultas kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.

Lokapirnasari, WP., Sahidu, AM., Nurhajati, T., Supranianondo, K., dan Yulianto, AB. 2017c. Sequencing of 16S DNA of Cellulolytic Bacteria from Bovine Rumen Fluid Waste Ongole Crossbreed. Jurnal Veteriner, vol. 18, no. 1, pp.76-82.

Mackie, B. 2011. Lessons from Europe on Reducing Antibiotic Use in Livestock. BCMJ, vol. 53, p. 487.

Mangunwardoyo, W., Cahyaningsih, E., dan Usia, T. 2009. Ekstraksi dan Identifi kasi Senyawa Antimikroba Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, vol. 7, no. 2, pp. 57-63.

Manju, V., dan Nalini, N. 2005. Chemopreventive Effi cacy of Ginger, A Naturally Occurring Anticarcinogen During the Initiation, Post Initiation Stages of 1, 2 Dimethyl Hydrazine-induced Colon Cancer. Clin Chim Acta, vol. 358, pp. 60-67.

Margawani, KR. 1995. Lactobacillus casei Galur Shirota (Bakteri Yakult), Peranannya dalam Kesehatan Manusia. Buletin Teknologi Industri Pangan, vol. VI, no. 2, pp. 93-94.

Masuda, T., Jitoe, A., dan Mabry, TJ. 1995. Isolation and Structure Determination of Cassumunarins A, B, C: New Antiinfl ammatory Antioxidants from a Tropical Ginger, Zingible Cassumunar. J Am Oil Chem Soc, vol. 72, pp. 1053-1057.

Mathius, IW., dan Sinurat, AP. 2001. Pemanfaatan Bahan Pakan Konvensional Untuk Ternak. Wartazoa, vol. 11, no. 2, pp. 20-31.

Meeker, DL., dan Hamilton, CR. 2006. Essential Rendering. Diakses dari htt p://www. animalprotein. org. pada tanggal 19 Maret 2017

Meeker, DL. 2009. North American Rendering: Processing High Quality Protein and Fats for Feed. Revista Brasileira de Zootecnia, vol. 38(SPE), pp. 432-440.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 109: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

93

Daftar Pustaka

Mills, AD., Crawford, LL., Domjan, M., dan Faure, JM. 1997. The Behavior of the Japanese or Domestic Quail Coturnix Japonica. Neuroscience & Biobehavioral Reviews, vol. 21, no. 3, pp. 261-281.

Mountz ouris, KC., Tsirtsikos, P., Kalamara, E., Nitsch, S., Schatz mayr, G., dan Fegeros, K. 2007. Evaluation of the Effi cacy of a Probiotic Containing Lactobacillus, Bifi dobacterium, Enterococcus, and Pediococcus Strains in Promoting Broiler Performance and Modulating Cecal Microfl ora Composition and Metabolic Activities. Poultry Science, vol. 86, no. 2, pp. 309-317.

Mun’im, A., dan Hanani, E. 2011. Fitoterapi Dasar. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat. Murray, RK., Ganner, DK., Mayes, PA., dan Rodwell, VW. 1995. Biokimia Harper.

Jakarta: EGC.Mursito, D., Yunianto, VD., dan Wahyono, F. 2016. Kadar Kalsium dan Fosfor Darah

Burung Puyuh Fase Layer dengan Pengaruh Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus). Disertasi. Universitas Diponegoro.

Napirah, A. 2013. Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit (Curcuma Domestica Valet) dalam Pakan Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica) Pedaging Terhadap Performans, Profil Darah, Kandungan Lemak Dan Kolesterol Daging Puyuh. Disertasi. Universitas Gadjah Mada.

National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ninth Revised Edition. Washington D.C: National Academy Press.

Ningrum, SPH., Muryani, R., dan Suprijatna, E. 2017. Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam Ransum, Performans Puyuh Jantan (Umur 2-8 Minggu). Disertasi. Universitas Diponegoro.

Nuraini., Sabrina., dan Latif, SA. 2012. Fermented Product by Monascus Purpureus In Poultry Diet Eff ects on Laying Performance and Egg Quality. Pakistan Journal of Nutrition, vol. 11, pp. 507-510.

Panekenan, OJ., Loing JC., Rorimpandey, B., dan Vwaleleng PO. 2013. Analisis Keuntungan Usaha Beternak Puyuh di Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Jurnal Zootek, vol. 32, no. 5, pp. 1-10.

Papageorgiou, G., Botsoglou, N., Govaris, A., Giannenas, I., Iliadis, S., dan Botsoglou, E. 2003. Eff ect of Dietary Oregano Oil and α-tocopheryl Acetate Supplementation on Iron-induced Lipid Oxidation of Turkey Breast, Thigh, Liver and Heart Tissues. J Anim Physiol Anim Nutr, vol. 87, pp. 324-335.

Pappas, J. 2002. Coturnix Japonica. Animal Diversity. Diakses dari dari http://animaldiversity.Ummz.umich.edu/site/account/inormation/Coturnix/japonica.html. pada tanggal 8 Maret 2017.

Pelicano, ERL., De Souza, PA., De Souza, HBA., Oba, A., Norkus, EA., Kodawara, LM., dan De Lima, TMA. 2003. Eff ect of Diff erent Probiotics on Broiler Carcass and Meat Quality. Revista Brasileira de Ciência Avícola, vol. 5, no. 3, pp. 207-214.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 110: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

94

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33/Permentan/OT.140/2/2014. tentang Pedoman Budidaya Burung Puyuh yang Baik.

Prado, FC., Parada, JL., Pandey, A., dan Soccol, CR. 2008. Trends in Non-dairy Probiotic Beverages. Food Res. Int, vol. 41, pp. 111-123.

Prawirokusumo, S. 1991. Peranan Vitamin C dan Zat Non Gizi Dalam Pakan. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Primacitra, YD., Sjofj an, O., dan Natsir, MH. 2014. Pengaruh Penambahan Probiotik (Lactobacillus Sp.) dalam Pakan terhadap Energi Metabolis, Kecernaan Protein dan Aktivitas Enzim Burung Puyuh. J. Ternak Tropika, vol. 15, no. 1, pp. 74-79

Puri, A., Saxena, R., Saxena, RP., Saxena, KC., Srivastava, V., dan Tandon, JS. 1993. Immunostimulant Agents from Andrographis Paniculata. Journal of Natural products, vol. 56, no. 7, pp. 995-999.

Purnomowati, S. 2009. Khasiat Temulawak. Diakses dari htt p://fi tz ania.com/khasiat-temulawak/ pada tanggal 10 April 2017.

Rahayu, E., dan Purwandhani, S. 2007. Isolasi dan Seleksi Lactobacillus yang Berpotensi sebagai Agensia Probiotik. Agritech, vol. 23, no. 2, pp. 67-74.

Rahayu, E. 2011. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. J. Antibiotika Resistensi, vol. 4, no. 1, pp. 191-198.

Ramia, IK., dan Bidura, IGNG. 2000. Suplementasi Probiotik dalam Ransum Berprotein Rendah terhadap Penampilan dan Karkas Itik. Skripsi. Universitas Udayana. Bali.

Rasyaf, M. 2003. Memelihara Burung Puyuh. Yogyakarta: Kanisius.Ray, B. 1996. Fundamental Food Microbiology. New York: CRC Press.Redaksi Agromedia. 2007. Sukses Beternak Puyuh. Jakarta: Agromedia Pustaka.Ridla. 2014. Pengenalan Bahan Makanan Ternak. Bogor: IPB Press..Rifa’i, A., Saraswati, TR., dan Tana, S. 2017. Kadar Protein Daging Pada Keturunan Puyuh

(Coturnix coturnix japonica L.) Betina (F1) Dari Induk yang Diberi Suplemen Serbuk Kunyit dalam Pakan. Bioma, vol. 18, no. 2, pp. 97-101.

Rondonuwu, C., Saerang, JL., Nangoy, FJ., dan Laatung, S. 2014. Penambahan Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val.), Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.), dan Temu Putih (Curcuma Zedoaria Rosc.) dalam Ransum Komersil Terhadap Kualitas Telur Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica). ZOOTEK, vol. 34, no. 1, pp. 103-113.

Roshanfekr, H., dan Mamooee, M. 2009. Eff ect of Dietary Antibiotic, Probiotic and Prebiotic as Growth Promoters, on Growth Performance, Carcass Characteristics and Hematological Indices of Broiler Chickens. Pakistan Journal of Biological Sciences, vol. 12, no. 1, pp. 52-57.

Rukayadi, Y., dan Hwang, JK. 2006. In vitro Antifungal Activity of Xanthorrhizol Isolated from Curcuma xanthorrhiza Roxb Against Pathogenic Candida, Opportunistic

Copyright @ Airlangga University Press

Page 111: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

95

Daftar Pustaka

Filamentous Fungi and Malassezia. Pros. Seminar Nasional Himpunan Kimia Indonesia. Palembang, 19-22 Juli 2006. Dept. Kimia FMIPA IPB dan Himpunan Kimia Indonesia Cab. Jawa Barat dan Banten. Bogor. pp. 191-202.

Rukmana, HR. 2001. Aneka Olahan Jahe. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.Sa’adah, NNN., Muryani, R., dan Sunarti, D. 2017. Pengaruh Penambahan Kunyit dan

Jahe dalam Ransum Terhadap Kadar Hemoglobin, Jumlah Eritrosit dan Leukosit Puyuh Jantan. Disertasi. Universitas Diponegoro.

Sa’diyah, H., Hadi, AF., dan Ilminnafi k, N. 2016. Pengembangan Usaha Tepung Ikan Di Desa Nelayan Puger Wetan. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship, vol. 1, no. 1, pp. 39-47.

Salminen, S., Wright, AV., dan Ouwehand, A. 2004. Lactic Acid Bacteria: Microbiologycal and Functional Aspects. 3rd Edition, Revised, and Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc.

Saputra, DR., Kurtini, T., dan Erwanto. 2016. Pengaruh Penambahan Feed Aditif Dalam Ransum Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Bobot Telur Dan Nilai Haugh Unit (Hu) Telur Ayam Ras. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, vol. 4, no. 3, pp. 230-236.

Saraswati, TR. 2013. Optimalisasi Kondisi Fisiologis Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica) dengan Suplementasi Serbuk Kunyit (Curcuma longa). Disertasi. Institut Pertanian Bogor.

Saraswati, TR., Manalu, W., Ekastuti, DR., dan Kusumorini, N. 2013. The Role of Turmeric Powder in Lipid Metabolism and its Eff ect on Quality of the First Quail’s Egg. Journal of The Indonesian Tropical Animal Agriculture, vol. 38, no. 2, pp. 123-130.

Siefert, HSH., dan F, Gessler. 1997. Continous Oral Application of Probiotic B.cereus an Aternatif to the Prevalension of Enteroxamia. Anim. Research and develop, vol. 46, pp. 30-38.

Setyono, H., Kusriningrum., Nurhajati, T., Sidik, R., Al-Arief, A., Lamid, M., dan Lokapirnasari, WP. 2013. Buku Ajar Teknologi Pakan Hewan. Surabaya: Airlangga University Press.

Sjofj an, O. 2003. Kajian Probiotik (Aspergillus Niger dan Bacillus Spp) sebagai Imbuhan Ransum dan Implikasi Efeknya terhadap Mikrlofora Usus serta Penampilan Produksi Ayam Petelur. Disertasi. Universitas Padjajaran.

Slamet, W. 2014. Beternak & Berbisnis Puyuh 3,5 Bulan Balik Modal. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Soeharsono, H. 1987. Probiotik Alternatif Pengganti Antibiotika. Buletin PPSKI, no. 9, pp. 3-4.

Soeharsono. 2010. Probiotik Basis Ilmiah, Aplikasi dan Aspek Praktis. Bandung: Penerbit Widya Padjajaran.

Slamet, W. 2014. Beternak & Berbisnis Puyuh 3,5 Bulan Balik Modal. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 112: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

96

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2006a. Ransum Puyuh Dara Petelur (Quail Grower).

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2006b. Ransum Puyuh Dara Petelur (Quail Starter).

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2006c. Ransum Puyuh Dara Petelur (Quail Layer). Soeharsono. 2010. Probiotik Basis Ilmiah. Aplikasi dan Aspek Praktis. Bandung: Widya

Padjajaran. Sørum, H., dan Sunde, M. 2001. Resistance to Antibiotics in the Normal Flora of

Animals. Veterinary research, vol. 32, no. 3-4, pp. 227-241.Subekti, E. 2012. Pengaruh Penambahan Vitamin C Pada Pakan Non komersial Terhadap

Efi siensi Pakan Puyuh Petelur. Mediagro, vol. 8, no. 1, pp.1-8Subekti, E., dan Hastuti, D. 2013. Budidaya Puyuh (Coturnix coturnix Japonica) di Pekarangan

Sebagai Sumber Protein Hewani dan Penambah Income Keluarga. Mediagro, vol. 9, no. 1, pp. 1-10

Suherman, AF., Natsir, MH., dan Sjofj an, O. 2015. Pengaruh Penambahan Probiotik Lactobacillus Plus Bentuk Tepung Sebagai Aditif Pakan Terhadap Penampilan Produksi Burung Puyuh. Diakses dari fapet.ub.ac.id/2015/pdf. pada tanggal 7 Juni 2017.

Suhirman, S., dan Winarti, C. 2010. Prospek dan Fungsi Tanaman Obat Sebagai Imunomodulator. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, pp.121-131.

Sujaya, IN., Ramona, Y., Antara, NS., dan Nursini, NW. 2008. Manual kerja Teknik Dasar Biologi Molekuler. UPT Laboratorium Terpadu Biosain dan Bioteknologi. Universitas Udayana.

Sukara, E. 2000. Sumber Daya Alam hayati dan Pencarian Bahan Baku Obat (Bioprospekting). Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik. Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor, pp. 31-37.

Suprijatna, E., Umiyati, A., dan Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Surh, YJ., Loe, E., dan Lee, JM. 1998. Chemopreventive Properties of Some Pungent Ingredients Present in Red Pepper and Ginger. Mutat Res, vol. 402, pp. 259-267.

Suripta, H., dan Astuti, P. 2007. Pengaruh Penggunaan Minyak Lemuru Dan Minyak Sawit Dalam Ransum Terhadap Rasio Asam Lemak Omega-3 Dan Omega-6 Dalam Telur Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)[The Eff ects of Sardine and Palm Oil in Rations on the Ratio of Omega-3 to Omega-6 Fatt y Acids in Eggs of Coturnix coturnix japonica]. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture, vol. 32, no. 1, pp. 22-27.

Stoilova, I., Krastanov, A., Stoyanova A., Denev, P., dan Gargova S. 2007. Antioxidant Activity of a Ginger Extract (Zingiber offi cinale). Food Chemistry, vol. 102, pp. 764–770.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 113: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

97

Daftar Pustaka

Tangendjaja, B., dan Wina, E. 2007. Limbah Tanaman dan Produk Samping Industri Jagung untuk Pakan. Balai Penelitian Ternak Bogor, pp.1-24.

Tekeli, A., Bilgeçli, K., Çelen, F., Kurbal, ÖF., dan Bitigiç, M. 2014. Eff ects of Multi-Enzyme Supplementation in Wheat Based Quail (Coturnix coturnix japonica) Rations on Egg Production, Egg Quality and Some Blood Parameters. Animal Nutrition and Feed Technology, vol. 14, no. 1, pp. 9-18.

Thongsong, B., Kalandakanond-Thongsong, S., dan Chavananikul, V. 2008. Eff ects of the Addition of Probiotic Containing Both Bacteria and Yeast or an Antibiotic on Performance Parameters, Mortality Rate and Antibiotic Residue in Broilers. The Thai Journal of Veterinary Medicine, vol. 38, no. 1, pp. 17-26.

Tim Agromedia. 2002. Puyuh Si Mungil Penuh Potensi. Jakarta: Agromedia Pustaka. Tumbilung, W., Lambey, L., Pudjihastuti, E., dan Tangkere, E. 2014. Sexing Berdasarkan

Morfologi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica). ZOOTEK, vol. 34, no. 2, pp. 170-184.

Utomo, AM. 2012. Pengaruh Pemberian Probiotik dengan Campuran Lactobacillus sp. dan Saccharomyces cerevisiae terhadap Pertambahan Berat Badan Ayam Pedaging. Skripsi. Universitas Airlangga.

Utomo, JW., Sudjarwo, E., dan Hamiyanti, AA. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung Darah Pada Pakan Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Pakan Serta Umur Pertama Kali Bertelur Burung Puyuh. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, vol. 24, no. 2, pp. 41-48.

Vali, N. 2008. The Japanese Quail: A Review. Int. J. Poultry Sci, vol. 7, no. 9, pp. 925-931. Vali, N., dan Doosti, A. 2011. Molecular Study for the Sex Identifi cation in Japanese Quail.

African of Biotechnology, vol. 10, no. 80, pp.18593-18596Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.Wahyudha, DW., Pontjo, BP., dan Budiarti, PL. 2002. Studi Hispatologi Hati dan Ginjal

Ayam Broiler (Gallus Domesticus) yang diberi Pakan Tambahan (Feed Additive) Phytogenik Sebagai Pemacu Pertumbuhan. Diakses dari htt p://repository.ipb.ac.id/bitstream/ handle/ 12345678 9/14632/B02dww_abstract.pdf. pada tanggal 25 Mei 2017.

Wardah., dan Tatang, S. 2015. Formulasi dan Pembuatan Pakan Puyuh Menuju Kemandirian Peternak di Desa Sumberingin Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar. Jurnal Pengabdian LPPM Untag Surabaya, vol. 1, no. 2, pp. 119-126.

Wardana, HD. 2002. Budi Daya secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wenk, C. 2003. Herbs and Botanicals as Feed Additives in Monogastric Animals. Asian-Aust. J. Anim. Sci, vol. 16, pp. 282-289.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 114: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

98

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Wheindrata. 2014. Panduan Lengkap Beternak Burung Puyuh Petelur. Yogyakarta: Lily Publisher.

Winarto, WP. 2003. Sambiloto: Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat. Edisi I. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wuryadi, S. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Puyuh. Jakarta: Penerbit Agro Media.Wuryadi, S. 2013. Beternak Puyuh. Jakarta: Penerbit Agro Media.Youn, H.J., dan Noh, JW. 2001. Screening of the Anticoccidial Eff ects of Herb Extracts Against

Eimeria tenella. Vet Parasitol, vol. 96, pp. 257-263.Yuli. 2014. 7 Manfaat Jahe untuk Kesehatan dan Kecantikan. Diakses dari htt p://manfaat.

co.id/7-manfaat-jahe-untuk-kesehatan-dan-kecantikan pada tanggal 20 Mei 2017

Zell, H. 2009. Sambiloto (Andrographis paniculata). Diakses dari http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Andrograp his_p anicul ata_001.JPG pada tanggal 25 April 2017

Zhao, X., Yang, Z.B., Yang, W.R., Wang, Y., Jiang, S.Z. and Zhang, G.G., 2011. Eff ects of Ginger Root (Zingiber offi cinale) on Laying Performance and Antioxidant Status of Laying Hens and on Dietary Oxidation Stability. Poultry Science, vol. 90, no. 8, pp. 1720-1727.

Zulhaidar, MH., Saraswati, TR., dan Tana, S. 2017. Kadar High Density Lipoprotein (HDL) Telur Puyuh Jepang (Coturnix japonica L.) setelah Pemberian Tepung Kunyit (Curcuma longa L.) pada Pakan. Buletin Anatomi dan Fisiologi, vol. 2, no. 1, pp. 67-71.

Copyright @ Airlangga University Press

Page 115: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

99

Lampiran

KANDUNGAN NUTRIEN BAHAN PAKAN TERNAK

1. Golongan Rumput

Jenis BK PK EE SK Abu BETN

R. Lapangan 34.0 6.4 0.7 11.1 2.6 13.1

R. Gigirinting (Bermuda grass) 35.0 3.6 0.8 9.8 2.9 17.9

R. Pangola (Digitaria decumben) 40.0 2.3 0.5 16.2 3.1 17.6

Alang-alang 50.0 2.7 0.5 17.7 5.0 24.1

R. Jukut (Melinis minutiflora) 36.0 2.1 0.7 13.6 2.8 16.7

R. Benggala (Panicum maximum) 26.0 1.3 0.6 10.4 2.8 11.3

R. Gajah (Pennisetum purpureum) 28.0 1.3 0.6 10.7 2.8 12.6

R. Setaria (Setaria sphacelata) 21.0 1.1 0.6 8.3 2.4 8.6

2. Golongan Limbah Pertanian

Jenis BK PK EE SK Abu BETN

Jerami padi 86.0 3.2 1.5 30.9 18.2 32.2

Jerami jagung 60.0 3.3 3.1 22.7 7.5 38.5

Jerami kacang tanah 85.8 15.9 3.1 22.7 7.5 38.5

Jerami ketela pohon 80.0 3.2 1.3 26.6 39.8 9.1

Jerami kedelai 80.0 10.0 3.1 28.8 8.7 29.4

Pucuk tebu 22.3 1.1 0.4 7.5 1.8 9.8

Kulit pisang 26.0 2.7 2.7 5.4 3.7 11.3

Batang pisang 10.0 0.4 0.2 2.4 1.4 5.6

Limbah nenas 12.0 0.4 0.2 1.7 0.5 8.9

Kulit ketela pohon 23.0 2.6 1.0 1.5 4.1 14.0

Ampas jambu mete 86.0 5.8 2.9 6.8 3.4 67.2

Ampas rumput laut 95.5 3.1 2.7 4.4 68.9 16.4

Pelok manalagi 20.5 2.6 0.9 1.1 0.7 15.1

Copyright @ Airlangga University Press

Page 116: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

100

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

Jenis BK PK EE SK Abu BETN

Pelok gadung 24.5 3.9 1.6 1.4 1.0 16.6

Litter ayam 70.8 10.1 1.9 17.5 30.5 19.1

T.kangkung 94.8 11.4 10.5 28.6 12.9 31.5

Rendeng Kedele 91.1 7.2 5.1 20.4 6.7 51.7

Kulit buah naga 93.7 7.4 8.7 29.9 16.7 31.0

Kulit Pisang 90.8 9.1 12.5 27.9 14.6 26.7

Kulit Mangga 83.4 4.7 18.2 9.3 3.2 47.9

3. Golongan Hijauan/Dedaunan

Jenis BK PK EE SK Abu BETN

Daun nangka 16.0 2.0 0.7 3.2 4.0 6.1

Daun gamal (Gliricidia) 27.0 5.1 0.8 4.8 2.6 13.4

Daun kedelai 28.0 4.2 1.9 8.0 2.8 11.1

Daun Kembang sepatu 19.0 3.4 0.5 3.8 2.3 9.1

Daun ketela rambat 10.0 3.0 0.3 3.6 1.1 3.2

Daun ketela pohon 23.0 4.0 1.7 5.3 1.6 10.5

Daun Lamtoro 29.0 6.5 1.8 4.2 2.6 14.1

Daun Kudzu 31.0 5.5 0.7 11.6 2.2 11.4

Daun Turi 17.0 4.6 0.8 2.8 1.7 6.8

Daun jagung 28.0 2.3 0.7 8.4 3.0 13.8

Daun kacang tanah 35.0 5.3 0.8 8.0 3.9 17.2

Daun kacang panjang 13.0 3.1 0.4 2.3 1.7 5.5

Daun pisang 16.0 2.3 0.6 3.7 1.9 7.5

Daun tebu 22.0 1.6 0.6 9.3 1.6 8.8

Daun Semanggi 12.2 6.9 0.6 0.5 1.3 2.9

Daun Enceng gondok 88.0 10.1 5.6 32.8 12.2

Daun Kelor 91.0 28.0 23.7 11.8 9.3 18.2

Daun Talas 94.9 14.8 18.2 22.5 11.6 27.8

Daun api-api 90.2 10.7 11.1 13.9 12.4 42.2

Daun kacang 96.3 17.2 8.0 29.7 13.0 28.2

Daun Bambu 93.0 14.9 2.6 33.4 10.0 32.1

Daun Lamtoro 89.9 21.5 13.7 15.5 9.8 29.4

Copyright @ Airlangga University Press

Page 117: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

101

Lampiran

4. Golongan Bahan pakan sumber Energi

Jenis BK PK EE SK Abu BETN

Ubi jalar 31.0 1.7 0.4 1.3 1.1 26.1

Ketela pohon 35.0 1.6 1.6 1.3 1.3 29.1

Gaplek 87.0 2.6 1.0 3.6 1.4 78.4

Onggok/ ampas cassava 82.7 0.8 0.2 2.2 2.5 78.0

Bungkil Kelapa sawit 86.0 12.9 9.4 16.9 5.6 41.2

Bekatul 86.0 12.0 10.4 5.2 7.7 50.4

Dedak padi kasar 86.0 6.5 3.2 23.9 14.0 38.4

Dedak padi agak kasar 86.0 8.5 4.2 17.0 12.6 43.7

Dedak padi halus 86.0 11.9 12.1 10.0 10.1 41.9

Dedak kacang hijau 87.7 19.9 1.0 21.6 5.3 40.1

Dedak gandum 86.0 12.9 3.5 9.5 5.2 51.9

Pollard 86.0 16.1 45.0 6.6 4.2 14.1

Tetes tebu (molasses) 77.0 4.2 0.2 7.7 8.0 57.1

Jagung kuning 86.0 8.9 4.0 2.2 1.7 68.6

Jagung putih 86.0 8.6 4.1 2.2 1.6 69.5

Ampas tahu basah 16.0 5.0 1.2 3.2 0.8 5.8

Ampas sagu 88.4 3.4 1.0 7.3 1.6 75.2

Kulit ari kedelai 84.0 8.5 2.2 33.1 2.1 38.1

Karak 86.0 8.1 1.7 0.4 0.6 76.9

Kulit biji kopi 87.1 11.6 2.6 17.5 9.4 45.9

Kulit biji coklat 86.3 14.4 3.4 26.0 9.7 32.8

Limbah tapioka 26.1 1.2 2.7 0.5 0.4 21.3

Kreco 91.0 6.6 1.9 0.4 75.1 7.0

Tumpi jagung 88.2 9.7 6.0 21.1 8.5 42.9

Rempah Roti 95.1 7.9 17.6 5.1 2.4 79.7

Kebby 87.9 11.0 6.5 5.6 6.4 58.3

Bungkil Sawit 94.1 13.6 9.6 29.7 3.4 37.9

Ampas Jagung 91.9 9.0 33.4 4.1 16.2 29.2

Ampas Sorghum 56.3 2.9 0.9 0.2 49.8 2.5

Ampas Tapioka 64.7 2.5 13.0 0.4 22.9 25.8

Roti tawar 74.6 13.1 18.6 1.8 1.7 39.4

Rumput Laut 10.3 1.3 2.8 0.7 3.8 1.6

Copyright @ Airlangga University Press

Page 118: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

102

Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh

5. Golongan Bahan pakan sumber Protein

Jenis BK PK EE SK Abu BETN

Bungkil kelapa 86.0 18.6 8.8 10.4 5.5 42.7

Kedelai 86.0 32.4 16.6 6.0 4.9 26.1

Bungkil Kedelai 86.0 41.3 4.9 5.3 9.3 26.5

Biji kapas 86.0 19.0 20.6 16.9 4.0 25.5

Bungkil Biji kapas 86.0 34.0 5.0 13.6 5.4 28.0

Bungkil Biji kapuk 86.0 27.3 8.3 20.6 6.8 23.0

Biji bunga matahari 86.0 16.1 28.6 23.5 3.2 14.6

Bungkil Biji bunga matahari 86.0 28.7 8.8 12.6 6.4 29.5

Dedak kacang hijau 87.7 19.9 1.0 21.6 5.3 40.1

Ampas bir kering 88.0 21.8 6.5 17.2 2.4 39.5

Ampas kecap 86.0 28.0 17.1 12.1 13.7 15.1

Ampas susu kedelai 81.2 20.2 8.1 11.6 2.2 42.1

Limbah katak 95.7 49.1 6.6 2.0 23.6 14.5

Limbah ikan teri 76.6 50.1 7.0 1.8 16.1 1.6

Daging kanguru 26.6 19.6 1.2 0.6 1.2 3.9

Bungkil Wijen 94.5 34.3 5.7 4.3 38.9 11.3

Meat Bone Meal 93.1 39.6 7.2 5.9 38.4 1.9

DDGS 89.2 24.5 15.2 11.6 4.7 33.2

Daging Ikan hiu 34.1 20.5 4.5 1.8 1.3 6.0

Belut 23.4 17.6 1.2 0.3 3.0 1.2

Limbah Kaki katak 91.0 40.9 4.3 3.7 22.8 19.2

Daging kepiting 24.6 18.6 2.6 0.1 2.0 1.3

Tepung limbah Udang 91.5 28.6 5.4 24.6 26.6 6.2

Daging udang 34.0 25.6 2.9 0.4 2.8 2.2

Mogot 92.7 29.0 15.6 36.6 8.5 3.0

Tp.keong sawah 87.6 42.1 9.9 6.5 22.0 7.0

Cacing 22.9 13.6 5.7 0.5 1.6 1.4

Kroto 23.9 10.7 5.0 3.2 0.1 4.8

Tp.jangkrik 93.5 51.8 15.8 16.3 5.4 4.3

Rebon 87.3 19.1 19.9 6.4 29.5 12.5

Kpl Ikan 89.1 35.2 8.5 6.1 15.6 23.7

Ikan Rucah Kuniran 26.0 16.4 4.3 1.2 1.9 2.3

Ampas tahu kering 85.0 21.3 6.4 17.0 4.3 36.1

Azolla 83.0 20.0 1.7 22.0 23.6 15.7

Copyright @ Airlangga University Press

Page 119: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

103

Lampiran

6. Bahan Obat Tradisional

Jenis BK PK EE SK Abu BETN

Bawang Putih 93.8 1.2 52.0 0.2 27.1 13.3

Daun Kelor 90.7 8.4 19.3 11.8 10.3 40.9

Daun Pepaya 96.2 20.6 13.8 6.8 13.5 41.5

Jahe 97.3 9.8 9.2 12.1 10.3 55.9

Kunyit 91.4 7.4 13.2 11.1 10.8 48.9

Kayu manis 86.0 4.4 9.3 21.8 5.0 45.5

Meniran 52.2 4.4 18.5 7.6 11.4 10.3

Mengkudu 8.5 1.4 0.7 0.3 0.6 5.5

Temulawak 87.5 8.2 6.8 3.5 6.4 62.6

Sumber: Hasil Analisis Proksimat Unit Pengujian Veteriner dan Analisis Pakan FKH Unair (2017)

Copyright @ Airlangga University Press

Page 120: Nutrisi dan manajemen pakan burung puyuhrepository.unair.ac.id/89929/3/Bukti C 01 Nutrisi dan...atas delapan bab. Pokok bahasan pada bab pertama yaitu tentang sejarah serta seleksi

Copyright @ Airlangga University Press