nuansa 04-06.09

28
Edisi April-Mei-Juni 2009 THE JAPANFOUNDATION, JAKARTA

Upload: prima-purnamadani

Post on 23-Mar-2016

258 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

buletin japan foundation jakarta

TRANSCRIPT

Page 1: nuansa 04-06.09

Edis

i Apr

il-M

ei-J

uni 2

009

THE

JAPA

NFO

UN

DAT

ION

, JA

KART

A

Page 2: nuansa 04-06.09

02

INFOPERPUSTAKAAN

Kunjungi Perpustakaan The Japan Foundation Jakarta dan kenali budaya Je-pang tradisional dan modern melalui koleksinya.

O-SHOGATSUBermain KARUTA dan HYAKUNIN ISSHU hanya sebuah contoh dari hal-hal yang di-lakukan orang Jepang dalam mengisi / merayakan Tahun Baru (Shogatsu). Seperti apakah bentuknya permainan ini? Apalagi yang dilakukan orang untuk merayakan Tahun Baru di Jepang? Apa itu O-SECHI RYORI dan O-TOSHIDAMA? Masih banyak lagi kegiatan lain yang dilakukan orang dalam merayakan Tahun Baru di Jepang, (Januari)

SETSUBUNMelakukan Mame-maki sambil berseru “oni –wa soto, fuku-wa uchi” mungkin sudah ti-dak banyak diperbuat oleh orang-orang Jepang di kota besar di jaman sekarang ini, namun kisah awal mulanya perayaan Setsubun sangat menarik untuk kita ketahui. Pada awalnya ada 4 Setsubun setiap tahun, tapi hanya satu yang tersisa. Mengapa RISSHUN dianggap sebagai penanda Tahun Baru?(Awal Februari)

MOMO-NO-SEKKUPada awalnya merupakan ritual untuk membersihkan diri dan menghilangkan/mengu-sir roh jahat. Belakangan ini ritual tersebut berubah menjadi upacara untuk memohon kebahagiaan dan masa depan pernikahaan yang baik bagi anak perempuan. Pada masa kini upacara ini lebih dikenal dengan HINA MATSURI atau Festival Boneka. Mari nikmati keindahan HINA NINGYO di perpustakaan kami.(Pertengahan Februari)

Koleksi buku terbaru perpustakaan The Japan Foundation Jakarta :

1. Origins : The creative spark behind Japan’s best product designs / Shu Hagiwara, 2006.2. Cooltools : cooking utensils from the Japanese kitchen / Kate Klippensteen, 20063. The very small home : Japanese ideas for living well in limited space, 20054. Inspired shapes : contemporary designs for Japan’s ancient crafts, Ori Koyama, 20055. Historic Rings : Four thousand years of craftsmanship / Diana Scarisbrick, 20046. The new Zen garden : designing quiet spaces / Joseph Cali, 20047. Bamboo in Japan / Nancy Moore Bess, 2001.

Jam buka perpustakaan :

- Senin, Selasa, Kamis, Jumat : 09.30 - 18.00- Sabtu (minggu I dan III) : 09.30 - 12.30- Rabu : Tutup- Sabtu (minggu II dan IV) : Tutup- Minggu dan hari besar nasional Indonesia dan beberapa hari libur nasional Jepang : Tutup

Staff perpustakaan tidak melayani pengunjung untuk hal berikut :

- Pendaftaran anggota : 12.00 - 13.00- Sirkulasi (Peminjaman/ Pengembalian : 13.00 - 14.00- Audio Visual dan Fotocopy : 12.00 - 14.00

The Japan Foundation adalah lembaga nirlaba resmi pemer-intah Jepang yang khusus

menangani pertukaran budaya internasional dan berpusat di

Tokyo dengan 21 kantor di 20 negara.

Page 3: nuansa 04-06.09

03

Dari RedaksiDari RedaksiDi bulan April hingga Juni ini kami akan mengajak anda untuk merayakan kehidupan. Apakah anda bersedia meluangkan waktu dengan datang ke acara-acara yang kami selenggarakan ?

Kami akan mempersembahkan serangkaian kegiatan yang sangat unik, menarik dan dikemas dengan segenap cipta, rasa dan karsa. Pameran Ikebana Internasional, pameran keramik, lukisan dan lainnya hanyalah merupakan sebagian dari kegiatan kami.

Kami nantikan kehadiran anda !

Yoroshiku,Redaksi.

Ingin tahu kegiatan kami setiap saat ?

Anda dapat mengunjungi web site kami http://www.jpf.or.id atau bergabung dalam milis searah JF dengan mengirim-kan e-mail kosong ke “thejapanfoundation-sub-scribe @yahoogroups.com”. Kami akan mengunjungi anda setiap saat.

Untuk berlangganan Nuansa melalui pos, silakan datang untuk membayar TUNAI dana sebesar Rp. 20.000 (dua puluh ribu rupiah) sebagai sebagian ongkos kirim untuk masa dua tahun.

The Japan Foundation, Jakarta Gedung Summitmas I lt. 3 Jl. Jend.Sudirman kav.61-62 Jakarta Selatan. T. 021-520-1266 F. 021-525-5159

Kirimkan slip bukti transfer dan alamat pengiriman yang diinginkan ke redaksi Nuansa :The Japan Foundation, JakartaGedung Summitmas I lt. 3 Jl. Jend. Sudirman kav.61-62 Jakarta Selatan F. 021-525-5159 | T. 021-520-1266

Bila anda ingin memperoleh Nuansa secara GRATIS, silakan datang ke perpustakaan atau kantong-kantong budaya di kota Anda.Info : Natalia (021) 520-1266

Pedoman PROGRAM BANTUAN The Japan Foundation Tahun fiskal 2009/2010 The Japan Foundation mengundang organisasi dan individu yang ingin mengadakan kegiatan pertukaran internasional untuk melamar program kami. Para pelamar yang lolos seleksi akan diberikan bantuan berupa dana, beasiswa penelitian, buku dan atau berbagai bantuan dalam bentuk lainnya. Program bagian budaya : Arts and Cultural Exchange, Japanese Studies Overseas and Intellectual Exchange, dll. URL:http://www.jpf.go.jp

Ingin berdiskusi seputar Studi Jepang ? bergabunglah bersama para pakar dan pemerhati Jepang ; [email protected]

Bila anda berminat menghadiri acara yang kami selenggarakan, mohon konfirmasikan kembali waktu penyelenggaraan kegiatan melalui T. 021-520-1266 atau melalui website kami. Terkadang, situasi dan kondisi tak terduga memaksa kami mengubah waktu penyelenggaraan

info

LIBUR

Kantor JF akan

TUTUP pada tanggal

10 April

9, 21 May

Page 4: nuansa 04-06.09

04SELAYANG PANDANG SENI RUPA JEPANG

Kita selalu mengenal Jepang sebagai pusat perkembangan teknologi yang bisa menjaga ke-harmonisan tradisi di dalamnya. Perkembangan senirupa di kota Sakura ini tidak juga lepas dari bagaimana perkembangan teknologi. Keberhasi-lan ekonomi dari kemajuan teknologi, menjadi-kan Jepang sebagai negara di Asia yang paling penting. Begitu juga dengan seni rupa-nya.

Pada periode tahun 1970 seiring dengan melesat-nya kemajuan ekonomi, berbagai kota di Jepang berlomba-lomba membangun museum-museum yang bertaraf internasional. Dan ini terus ber-lanjut pada periode 1980an hingga awal 1990an. Muculnya museum dan pusat-pusat kesenian terutama senirupa, tidak lepas dari upaya mem-bangun kota dengan konsep metropolitan. To-kyo, sebagai kota terbesar di Jepang mempunyai lebih dari lima museum senirupa modern dan kontemporer dengan berbagai spesifikasinya.

Saya beruntung pada Oktober 2008 dapat me- ngunjungi sebagian dari museum-museum atas bantuan Japan Foundation dengan program Je-nesys yang memberikan saya melakukan riset bebas tentang perkembangan senirupa kontem-porer di Jepang. Program Jenesys adalah pro-gram risedensi bagi seniman dan kurator den-gan durasi tertentu untuk berkarya di Jepang.

Dalam kunjugan ini, pertemuan dengan ber-bagai kurator museum dan galeri memberikan pengalaman yang sangat penting bagi saya. Spesifikasi dari berbagai museum dan galeri menggambarkan bagaimana Jepang telah mem-bangun infrastruktur kesenian yang sangat ma-pan. Karir seorang seniman dan kurator dapat diukur dengan indikator-indikator yang dapat dibaca oleh art scene. Museum menjadi muara utama dari presentasi dan pameran utama.

Page 5: nuansa 04-06.09

05

BANKArt Artist Initiative merupaka salah satu hasil dari berba-gai skema bantuan dan peran pemerintah dalam pengembangan seni rupa kontemporer di Jepang. Lalu saya pun bertanya dalam hati, ka-pan peran pemerintah ini dapat diimplementasikan di Indonesia? Hafiz

Inilah yang menjadikan saya tertarik untuk melihat sesuatu yang alternatif. Kalan-gan seniman muda di Jepang, memerlukan usaha yang sangat berat untuk dapat sampai ke level seniman museum. Berbagai alter-natif dibangun oleh berbagai kalangan seni-man. Membuat art space dan galeri-galeri alternatif adalah salah satu usaha untuk dapat mempresentasikan karya mereka.

Pada kunjungan ke Yokohama, selain me-lihat Yokohama Trienale, saya menyem-patkan diri untuk berkunjung ke BANKart Artist Initiative. Saat saya datang sedang berlangsung pertemuan artist initiative se-Jepang. Tiga puluh kelompok seniman hadir pada pertemuan ini. Dalam pertemuan ini, masing-masing artist initiative membagi pengalaman tentang bertahan dalam ra-nah senirupa Jepang. Topik penting yang menjadi pembicaraan utama adalah ten-tang pengarsipan, pertukaran program dan konten, pengakupasian ruang-ruang gedung tua dan kerjasama dengan pemerintah kota. Juga dibicarakan masalah finansial, peran perguruan tinggi, dan program communi-tybase sebagai alternative program untuk mensiasati keberlansungan artist initiative.

Penyelenggara pertemuan ini adalah BAN-KArt Artist Initiative adalah kelompok yang berdiri pada 2005 dan mendapat subsidi dari pemerintah kota Yokohama. Kelom-pok ini mendapatkan space bangunan tua bekas Bank yang dikelola sebelum-nya oleh pemerintah kota. BANKArt ban-yak bekerjasama dengan para arsitek di kota Yokohama dalam mempertahank-an bangunan tua di kota pelabuhan ini.

BankArt mempunyai aktifitas beragam se-lain pameran senirupa, mereka juga men-gadakan pertujukan dan workhop berba-gai macam aktifitas seperti berkunjugn ke gedung tua, arsitektur, fotografi, video, drawing dan lain. Kelompok ini super aktif. Saat ini selain space mereka dipakai seagai salah satu venue untuk Yokohama Trienale.

Saat berkunjung ke BankArt, saya ditemani oleh Aki Hoashi, kordinator program Jenesys Japan Foundation. Aki banyak bercerta tentang perkembangan senirupa di Jepang, terutama bagaimana perkembangan Yokohama seba-gai culture city-nya Jepang. Yokohama dalam satu sisi mengalami dilema karena kedekatan georgrafisnya dengan Tokyo. Karena selama ini Tokyo menjadi pusat perkembangan senirupa moderen Jepang. Yokohama berusaha mem-berikan alternatif seperti penyelenggaraan Yokohama Trienale yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah kota. Selain itu pe-merintah Yokohama memberikan grant kepada kelompok-kelompok seperti artist initiative di sini dalam mengembangkan program-pro-gramnya. Menurut Aki dalam beberapa tahun terakhir kota-kota di Jepang berlomba-lomba membuat tempat-tempat cultural center.

Dalam pembicaraan dengan Aki, saya sem-pat bertanya tentang karir seniman muda di Jepang. Saya melakukan komparasi dengan seniman muda di Indonesia terutama seniman kontemporernya. Menurut Aki di Jepang ada be-berapa skema, museum, galeri, artist initiative dan perguruan tinggi mempunyai peran dalam hal ini. Banyak lembaga-lembaga swasta yang memberikan peluang kepada seniman muda un-tuk melakukan residensi di tempatnya semacam program ARCUS di Ibaraki. Ini merupakan kes-empatan untuk seniman muda mulai meniti karir. Juga ada program pameran di museum dengan skala kecil. Selain itu, museum selalu memberikan kesempatan kepada seniman muda berpameran dengan publiksi yang memadai. Publikasi sangat penting di sini, karena budget untuk membuat publikasi di Jepang sangat ma-hal. Ada juga program award dan anugrah seni (prize) yang merupakan stimulus untuk seniman muda dalam berkompetisi. Juga, program bea-siswa untuk seniman muda sekolah ke pergu-ruan tinggi dan residensi di luar negeri. Sejauh ini program-program ini cukup memberi pelu-ang karir bagi seniman-seniman muda Jepang.

Page 6: nuansa 04-06.09

2-21 April 2009

06

Midori Hirota adalah seniman Jepang yang tinggal di Indonesia sejak tahun 1999 setelah terpilih sebagai penulis dan berpartisipasi dalam CP Biennale dan Biennale Jakarta.

Sejak tahun 2005, ia mulai menggarap proyek "Memori of Asia", dan mengambil foto wajah-wajah orang tua serta membuat dokumenter tentang kenangan masa lalu melalui berbagai wawancara. Karyanya ini telah dipamerkan di Aichi maupun Yogyakarta.

Melalui pameran ini, Midori ingin mengungkapkan fakta sejarah tentang Indonesia yang tidak ditampilkan melalui mata orang Jepang dari masa peperangan. Ia ingin menampilkan sejarah seni yang disajikan melalui media, dengan pelaku orang Indonesia maupun orang Jepang yang mampu mengembalikan getaran dari sejarah masa lalu. Melalui proyeknya ini Midori mencoba memetakan masa depan hubungan persahabatan Indonesia-Jepang.

MEMORY Of ASIA

Pameran lukisan, instalasi,patung dan foto karya Midori Hirota

Di Hall JF. Gd.Summitmas I lt. 2Terbuka untuk UMUM.tanpa tanda masuk.

Tutup hari Sabtu,Minggu, hari libur nasional.

Pembukaan : 2 April 2009 pk. 19:30 Pameran : 3-19 April 10:00-18:00

Page 7: nuansa 04-06.09

07

midori hirota 1989 Lulus Aichi University of Fine Art, jurusan Graphic Design 1993 Belajar Seni Tradisi Bali dengan beasiswa Pemuda Kota Nagoya 1994-1996 Belajar Seni Patung Bali dengan beasiswa Yayasan Kebudayaan Aichi 1999-2000 Belajar di ISI Yogyakarta dengan programme Darmasiswa P&K Indoneisa

SOLO EXHIBITIONMidori telah berpameran solo sejak tahun 1988-1998 di berbagai galeri di Nagoya dan Tokyo Jepang dan sejak tahun 1999 mulai aktif berpameran di Bali, Yogyakarta, Fil-ipina dan tahun 2008 kembali berpameran di Aichi Prefectural Museum of Art Nagoya untuk menampilkan “Memory of Asia”

GROUP EXHIBITIONPameran bersama telah dilakoni berawal sejak tahun 1986 dengan karya WONDER NONDER SHOW di Galeri Love Collection, Nagoya-Jepang, menyusul berbagai galeri di kota lainnya di Jepang, Filipina dan galeri-galeri di beberapa kota di Indone-sia dengan deretan karya lainnya.

Page 8: nuansa 04-06.09

08Three Sisters

Page 9: nuansa 04-06.09

09

Pementasan kelompok Pappa Tarahumara

Sabtu, 18 April & Minggu 19 April 2009Pk. 20:00~HTM. Rp. 50,000

Teater SaliharaJl.Salihara No.16 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520.

T. 021 789 1202 ext. 303 (Rama).

Pappa TARAHUMARA, kelompok pertunjukan ‘bongkar-pasang-multi seni’ kontemporer (berkreasi menggunakan segala sesuatu yang telah ada di dalam kehidupan menjadi sebuah karya seni baru) dari Jepang akan menampilkan adaptasi karya sastra klasik Anton Chekov dalam konteks sebuah pedesaan di Jepang tahun 60-an. Tampil peran manis dari 3 gadis bersaudara yang bosan bergelut dengan kodrat kewanitaan mereka. Eksistensi mereka menjadi sensual dengan meditasi yang disuntikkan pada identitas perempuan masa depan serta obsesi budaya kaum muda Jepang. Tragedi komikal yang eksentrik ini diceritakan melalui koreografi dinamis dan merupakan alternatif yang sangat kental dengan karya multi disiplin sebuah kelompok teater besar.

Tentang Pappa TARAHUMARA

Kelompok ini adalah kelompok teater ‘bongkar-pasang-multi-seni’ yang didirikan oleh Hiroshi Koike pada tahun 1982. Pappa TARAHUMARA bertahan tampil sebagai kel-ompok yang berbeda dari kelompok lainnya karena kelompok teater ini bersinergi secara fleksibel menggunakan metode proses kreatif yang mereka miliki.

Dengan memanfaatkan talenta menari, ber-main, musik, dan seni mereka hadir sebagai kelompok ‘teater’ seni unik yang menarik perhatian banyak penonton dan diakui dunia internasional.

Berbagai seniman berbakat berkumpul dalam kelompok Pappa TARAHUMARA dan aktif men-ciptakan karya-karya unik setiap tahunnya. Masing-masing produksi akan menampilkan persepsi sang sutradara akan dunia.

Three Sisters

18 -19 April 2009

Page 10: nuansa 04-06.09

10

22-23-24 April 2009

IKEBANA “Hijau”

Di Hall & lobby hall JF.terbuka untuk UMUM. GRATIS. Tanpa tanda masuk.

Jadwal

23 April : Pameran pk.12:00-18:0024 April : Pameran pk. 10:00-17:00 Demo upacara minum the- chanoyu Pk. 14:00 ( di Ruang Serba Guna)

Bersama Ikebana International Pameran Ikebana Internasional

Page 11: nuansa 04-06.09

11

Ikebana 3-Dimensi Setelah memasuki periode Momoyama Yashi (1583-1602), gaya arsitektur tradisional Jepang diganti dengan pembangunan benteng-benteng megah. Pada zaman ini gaya Tatebana berganti dengan ikebana 3-Dimensi. Bila dibandingkan dengan gaya Tatebana, rangkaian bunga ini lebih besar, tidak hanya menggunakan lebih banyak jenis tanaman, tetapi juga menampil-kan bunga pada berbagai posisi sehingga tampil 3-Dimensi.

Ikebana Alam Pada periode Momoyama, beberapa kalangan mulai membangun kamar yang lebih luas dan digunakan untuk melakukan upacara minum teh, namun masuk ke periode Edo (1603-1868) ruangan menjadi lebih kecil dan mereka harus mengubah teknik ikebana dengan menggu-nakan jambangan untuk menghemat ruang. Karena upacara minum teh dilakukan dalam ruang yang lebih kecil maka mereka harus mulai menciptakan ikebana yang cocok dengan ukuran ruangan. Pada masa itu penggunaan gaya Tatebana dan 3-Dimensi berpusat di Kyoto. Namun, sejak pusat pemerintahan dan perekonomian berpindah ke Edo (sekarang Tokyo), ruang Ikebana pun turut berpindah. Sejak itu Ikebana gaya alami mulai diminati tanpa perubahan posisi bunga utama.

Ikebana Saat iniSetelah paruh kedua 1970, sekolah Ikebana mendobrak segala keterbatasan dan mulai merangkai dengan gaya yang lebih modern. Kelompok-kelompok Ikebana mulai menyeleng-garakan pameran di luar ruang pameran. Seko-lah khusus ini juga mulai terpisah dari tradisi menggunakan vas dalam upaya menampilkan rangkaian yang lebih alami dan mendekatkan masyarakat kepada alam.

Sejak awal kemunculannya Ikebana telah me-lewati lebih dari 600 tahun masa sejarah dan kini dikenal sebagai salah satu budaya tradis-ional Jepang yang tersebar di seluruh dunia.

Ikebana –seni merangkai bunga tradisional Jepang- kini semakin diminati dan telah melewati batasan kebangsaan. Sekarang, kenikmatan ber-Ikebana ini tidak hanya dapat dirasakan oleh bangsa Jepang saja, tetapi juga oleh bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.

Asal-usul Ikebana Diperkirakan Ikebana berawal sejak masa Muromachi (1333-1573). Ada beberapa pencetus yang mendorong kelahiran Ikebana. 1) Saat itu beberapa kalangan menggunakan bunga sebagai persembahan kepada sang Buddha. 2) Pengaruh dari kebiasaan menempatkan Tokiwagi-sejenis pohon pinus yang hingga hari ini masih digunakan sebagai hiasan pintu selama Tahun Baru.3) Pengaruh Dinasti T'ang, (618-907)di Cina, tempat para rahib Jepang belajar agama Buddha dan kembali ke Jepang membawa pengetahuan tentang cara merangkai bunga.

Ikebana untuk Dekorasi Selama zaman Muromachi (1333-1573) bangunan rumah tinggal kaum Samurai dibuat dengan gaya tradisional Jepang dengan ruang khusus untuk hiasan bunga. Inilah awal konsep dekorasi yang menggunakan bunga. Pada masa ini ikebana menggunakan pola dua atau tiga jenis tana-man. Jenis rangkaian bunga ini dikenal dengan sebutan Tatebana karena bunga utama diletak-kan dalam posisi tegak lurus dan bunga kecil lain di sekitarnya.

Bulan Mei ; Kursus ikebana aliran Shofukadokai. Pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Triana Suharna Jun Sui. Terbatas untuk 25 peserta WNI. Pendaftaran : 5-8 Mei 2009. Kursus dimulai 15 Mei 2009 setiap hari Jumat pk.14:00-16:00Setiap peserta dikenakan sebagian kecil biaya pembelian materi : Rp. 350,000,-Pendaftaran akan ditutup bila jumlah peserta telah mencapai 25 orang. Informasi : Natalia 021-520-1266

Pameran Ikebana Internasional pk.10:00~18:00

di seluruh ruang pamerthe Japan Foundation, Jakartaterbuka untuk UMUM. GRATIS. Tanpa tanda masuk.

Jadwal:

22 April-23 April-24 April

Selintas tentang I K E B A N A

Page 12: nuansa 04-06.09

12

Resensi Buku

A Wild Haruki Chase:

Reading Murakami Around the

WorldOleh . Dipo D.Siahaan

Simposium itu dimaksudkan sebagai ajang tukar pikiran dan dialog antar kebudayaan ten-tang bagaimana karya-karya Murakami dipan-dang dan diapresiasi oleh berbagai kebudayaan di dunia. Atau dengan kata lain: simposium itu mencoba untuk memahami bagaimana karya Murakami bisa menembus batas-batas negeri dan kebudayaan dan diterima dengan begitu luas. Setahun setelah symposium itu berakhir, the Japan foundation menerbitkan sebuah buku hasil kumpulan tulisan dari symposium terse-but. Para pakar yang hadir sebagai panelis dalam simposium tersebut diminta untuk menyumbangkan opini mereka dalam bentuk tulisan. Hasilnya adalah sebuah buku kecil yang mampu memberikan kontribusi luar biasa besar terhadap upaya untuk memahami karya-karya Murakami.

Sejak tahun 90an karya-karya Murakami telah menarik perhatian para pembaca dari seluruh dunia. Novel Murakami pertama yang diterje-mahkan ke dalam bahasa asing adalah ‘A Wild Sheep Chase’ dan ‘Norwegian Wood’. Ked-uanya diterjemahkan pada tahun 1989. A Wild Sheep Chase diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, sedangkan Norwegian Wood ke dalam bahasa Korea. Sejak penerjemahan kedua buku tersebut, karya-karya Murakamit tercatat te-lah diterjemahkan dalam lebih dari 40 bahasa. Novel Murakami yang terakhir, Kafka on the Shore, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Mandarin, Korea, Rusia, Norwegia dan Belanda. Seingat saya, novel tersebut bahkan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Begitu meluasnya karya Murakami dibaca di seluruh dunia, hingga para pengamat sastra menyebutnya sebagai ‘Murakami Phenom-enon’. Murakami mungkin juga memiliki basis pembaca yang paling banyak bila dibandingkan dengan para sastrawan Jepang lainnya, bahkan bila dibandingkan dengan para pemenang nobel seperti Kawabata Yasunari dan Oe Ken-zaburo. Di Korea Selatan pun, dimana secara tradisional karya-karya pengarang Jepang relatif sulit diterima secara luas, Murakami memiliki basis pembaca yang sangat kuat, terutama di kalangan anak Muda. Hal yang sama juga terjadi di Cina dan di Taiwan. Kesuksesan Murakami untuk menarik pembaca dari berbagai latar belakang budaya, seringkali menjadi objek perbincangan para pengamat dan kritikus sastra. Mengapa karya-karya Mu-rakami dibaca dengan demikian luas? Apa yang membuat tulisan-tulisan Murakami, seorang Jepang, bisa jadi menarik bagi orang Amerika, orang Italia, orang Inggris, dan orang Korea? Elemen-elemen apa yang di dalam novel tersebut?

Itulah sebabnya buku terbitan the Japan Foun-dation ini memberikan kontribusi penting terh-adap upaya memahami Murakami. Sebenarnya pertanyaan para penulis di buku ini tidaklah secara langsung mengenai ‘apa sebenarnya yang hendak disampaikan Murakami’, melaink-an mengenai ‘apa yang membuat Murakami bisa disukai oleh para pembaca dari berbagai latar belakang budaya? Namun, dalam rangka menjelaskan jawaban mereka masing-masing, mau tidak mau para penulis tersebut menyen-tuh banyak aspek yang menjelaskan bagaimana cara memaknai Murakami.

TIGA tahun lalu, tepatnya pada bulan Maret 2006, the Japan Foundation mengadakan sebuah simposium internasional tentang Haruki Murakami. Temanya: ‘A Wild Haruki Chase: Reading Murakami Around the World’. Simposium itu terdiri dari serangkaian acara diskusi, lokakarya, dan eskursi yang diadakan di tiga kota: Tokyo, Kobe dan Sapporo. Para peserta sim-posium adalah kritikus sastra dan penerjemah karya-karya Murakami dari berbagai negara, yaitu dari: Perancis, Amerika Serikat, Korea Selatan, Cina, Rusia, Denmark dan lain sebagainya. Juga diundang adalah penerjemah karya Murakami ke dalam bahasa Indonesia, yaitu bapak Jonjon Johana, yang juga merupakan pengajar sastra Jepang di Universitas Padjadjaran Bandung.

Page 13: nuansa 04-06.09

13

Richard Powers, seorang sastrawan dan kritikus sastra dari Amerika Serikat, tidak me-nyangkal atau membenarkan Yomota tentang ke-tanpa aroma-an karya-karya Murakami. Daripada membahas itu, ia mengambil jalur lain dalam upayanya memahami karya Murakami dan mengapa karya-karyanya memiliki global appeal yang demikian meluas. Den-gan merujuk pada sejumlah terobosan terbaru dalam bidang ilmu syaraf (neuroscience), Powers menunjukkan bahwa Murakami melalui karya-karyanya memiliki pemahaman yang mendalam tentang bagaimana ‘dunia dalam’ manusia bekerja. Pemahaman inilah yang membuat para pembaca menjadi mampu mengidentifikasikan dirinya dengan karakter-karakter dalam kisah-kisah Murakami dan tenggelam dalam alur ceritanya hingga akhir. Berikut pendapat beliau: One explanation for his astonishing international success may be this deep attunement to the strangeness of the distributed and modular brain – a strangeness not culturally con-structed but in itself the fundamental transcltural and universalizing condition. (hal. 49) Buku ini diberi judul sesuai dengan judul simposium yang mendahuluinya, A Wild Haruki Chase, yang juga merupakan plesetan dari satu karya Murakami: A Wild Sheep Chase. Membaca berbagai sudut pandang yang terpapar di dalamnya, pembaca pun akan terpeso-na akan bersilang-tumpuknya pandangan tentang Murakami. Tidak ada penulis memiliki pendapat yang sama tentang Murakami. Kadang pendapat mereka bisa saling melengkapi, dan kadang pula bisa saling bertentangan. Benar-benar sebuah upaya liar untuk mengejar berbagai makna yang di dalam karya-karya Murakami . Liar. Namun juga penuh perhitungan dan kaya wawasan. Suatu upaya yang bagiku, sebagai seorang penggemar Murakami, sangat mengasikkan dan menyenangkan...

Ambil contoh tulisan dari Yomota Inuhiko, seorang kritikus dan juga salah seorang pencetus ide symposium ini. Ia menyum-bangkan artikel berjudul How to View the “Haruki Boom”. Dalam pandangannya, karya-karya Murakami mampu menebus batas-batas budaya justru karena karya-karyanya telah kehilangan ‘bau budaya’ yang khusus. Ia menyebut kecenderungan seperti ini dalam karya-karya Murakami dengan istilah scentlesness, ketiadaan aroma. Karya-karya Murakami tidak memiliki aroma Jepang sedikit pun, kecuali nama-nama karakter dan tempat di dalamnya. Ganti nama-nama tersebut dengan nama-nama lain, cerita tersebut tetap dapat ‘berfungsi’ dengan baik. Menarik sekali bahwa pandangan semacam ini tidak sepenuhnya diterima. Bahkan satu orang kontributor dari Rusia, Ivan Seergevich Logatchov, yang juga meru-pakan penerjemah karya Murakami ke bahasa Rusia, Portraits in Jazz, mengambil pandangan yang sama sekali bertolak be-lakang. Logatchov menyumbangkan artikel berjudul What Russians See in Murakami. Menurut Logatchov, justru orang Rusia memandang karya-karya Murakami sebagai representasi dari Jepang. Karya-karya Murakami, bagi orang Rusia, menyim-bolkan tentang ‘kehidupan kontemporer Jepang’ dan ‘mentalitas modern Jepang’. Dalam kata lain, Murakami memberikan perspektif tentang kehidupan Jepang yang sama sekali berbeda dengan kehidupan sehari-hari di Rusia. Walaupun demikian, Logatchov juga mengakui bahwa topik-topik utama yang diangkat oleh Murakami, yaitu tentang keterasingan, kesepian dan kesadaran pribadi, adalah hal-hal yang sangat fa-miliar juga bagi orang Rusia. Orang Rusia bisa merasakan empati terhadap tokoh-tokoh yang disajikan oleh Murakami, dan bahkan bisa mengidentifikasikan dirinya dengan para karakter tersebut. Dengan demikian, karya-karya Murakami ber-fungsi tidak hanya sebagai representasi tentang masyarakat Jepang kontemporer, melainkan juga representasi masyarakat kontemporer di mana saja.

Penerbit: Stonebridge PressTahun Terbit: 2008Jumlah Halaman: 151 halamanISBN: 978-1-933330-66-2Call No.: 895.635 jap w

Page 14: nuansa 04-06.09

14

8MeiMei7Pk. 16:00 Watashi ga Suteta OnnaPk. 18:30 Kage no Kuruma

Pk. 16:00 Hush!

Gadis yang Kena SikutWatashi ga Suteta Onna1969/116/Dewasa

Sutradara: Kiriro Urayama | Pemain : Choichiro Kawarazaki, Toshie Kobayashi,Ruriko Asaoka

Sinopsis:

Yoshioka yakin akan masa depannya yang baik. Ia juga akan menikahi Mariko, keponakan direktur perusahaannya. Di masa lalunya yang sulit, ia pernah berkencan dengan Mitsu, gadis yang akhirnya ditinggalkannya atas nasihat seorang teman. Namun keputusan ini disesali-nya karena ternyata ia masih mencintai Mitsu. Shimako, kawan lama yang tahu tentang rencana pernikahan Yoshioka membawa kabar sedih tentang Mitsu. Diam-diam Shimako ingin memeras calon pengantin ini.

FILM Di hall JF

Gd. Summitmas lt. 2

Teks. Bahasa Indonesia

Tiket GRATIS

dapat diperoleh sejak 1 jam

sebelum pemutaran di tempat.

Ingin tahu kondisi masyarakat yang maju seperti Jepang ? Semoga film-film ini dapat

menggambarkan sebagian kon-disi yang tengah mereka hadapi

saat ini.

Hush!2001/135 menit/dewasa

Sutradara : Ryosuke Hashiguchi Pemain : Seiichi Tanabe, Kazuya Takahashi, Reiko Kataoka

Sinopsis:

Sebuah potret gambaran keluarga kontem-porer di Jepang. Terjadi komplikasi dari para anggota keluarga - Hashiguchi mencoba men-garahkan film ini ke arah komedi namun juga sarat pemikiran.

Katsuhiro adalah insinyur yang menutupi kehidupan gay-nya. Naoya, juga seorang gay namun lebih extrovert. Mereka menjalin hubungan khusus sebelum akhirnya berjumpa dengan Asako, yang merubah hidup mereka selamanya. Hidup serumah bertiga, membuat Asako yang tengah berputus asa memohon agar ia dapat memiliki bayi dari kedua lelaki tersebut. Ketegangan,keharuan dan kisah lucu mewarnai kehidupan mereka dalam sebuah ‘keluarga’ hingga akhirnya mereka harus menentukan sikap…..

Bayangan dalam KalbuKage no Kuruma1970/97 menit/dewasa

Sutradara : Yoshitaro Nomura | Pemain : Go Kato, Shima Iwashita, Mayumi Ogawa

Sinopsis:

Hamashima yang bosan dengan kehidupan rumahtangganya merasa bergairah ketika bertemu dengan seorang teman lama, janda dengan satu anak. Ia pun menjalin hubun-gan terlarang dengan wanita itu. Namun, Hamashima merasa curiga jika anak kekasih gelapnya ini mengetahui hubungan mereka. Hamashima sendiri pernah punya pengala-man serupa di masa kecilnya. Saat itu tanpa sengaja ia membunuh kekasih gelap ibunya. Saat ini Hamashima begitu bernafsu ingin membunuh bocah ini.

“Sexy Suspence‘70s” “Gay Life”

Page 15: nuansa 04-06.09

15

8Mei Mei

Cahaya KepagianKira-kira Hikaru1992/103 menit/dewasa

Selain untuk mematuhi perintah orang-tua, Shoko dianjurkan dokter untuk segera menikah. Ia terpaksa menikahi Mutsuki, yang belakangan mengaku sebagai gay yang juga terpaksa menikah untuk memenuhi norma yang berlaku. Menyadari hal ini, Shoko mem-inta agar Mutsuki kembali mengencani kekasih lamanya, Kon. Belakangan, Shoko menyadari jika ia tetap menginginkan Mutsuki dan mela-lui inseminasi buatan ia pun hamil. Kehidupan yang tidak wajar ini akhirnya diketahui oleh orangtua Shoko yang menuntut agar mereka menyudahi hubungan ini….

Pk. 16:00 “W” no Higeki (Yakushimaru Hiroko)Pk. 18:30 Nogiku no haka (Matsuda Seiko)

Tragedi W W no higeki (Yakushimaru Hiroko)1984/108 menit/dewasaSutradara : Shinichiro SawaiPemain : Hiroko Yakushimaru, Kimimori Sera, Akiko Shiho

Sinopsis:

Shizuka tengah menggali ilmu sebagai artis teater. Dalam sebuah kesempatan ia mem-peroleh peran kecil dalam karya “Tragedi W”. Melalui audisi, pemeran utama jatuh pada Ka-ori. Atas bantuan Akio yang bersimpati, sikap-nya berubah dan menarik perhatian Tsubasa, pemain lainnya untuk berlatih bersama. Atas bantuan pria ini, pemeran utama akhirnya diberikan kepada Shizuka dan pertunjukan perdana pun mendapat sambutan meriah. Di tengah sambutan penonton Kaori datang menghujamkan pisau ke arahnya namun Akio segera melindungi gadis ini. Akio terluka. Dalam pertemuan berikutnya Akio mencoba menjalin hubungan dengan Shizuka……….

“ Japanese Idol ‘80s!!”

Pk. 18:30 Kira Kira Hikaru

14Makam Bunga Krisan LiarNogiku no haka (Matsuda Seiko)1981/90 menit/dewasa

Sutradara : Shinichiro SawaiPemain : Seiko Matsuda, Tadashi Kuwabara,Tetsuro Tamba

sinopsis:

Masao, telah menjalin hubungan akrab dengan Tamiko sepupunya sejak masa kanak-kanak. Suatu hari Tamiko datang untuk membantu merawat Kiku, ibu Masao yang sudah tua dan sakit-sakitan. Keduanya kembali bertemu na-mun hubungan mereka berubah ke arah yang lebih serius. Melihat gelagat ini Kiku khawatir dan mengirim Masao agar tinggal di asrama. Tamiko pun dikawinkan dengan laki-laki pili-han orangtuanya…..

Page 16: nuansa 04-06.09

0116

Mei15Pk. 16:00 Kiri no Hata (Yamaguchi Momoe) Pk. 18:30 Kamata Koshinkyoku (Matsuzaka Keiko)

Dendam Remaja – Kiri no hata (Yamaguchi Momoe) 1978/96 menit/dewasaSutradara : Katsumi Nishikawa | Pemain : Mo-moe Yamaguchi, Hiroshi Sekiguchi, Tomokazu Miura

Kiriko sedang memperjuangkan nasib Masao, kakaknya yang terancam hukuman mati atas tuduhan pembunuhan ketika bertemu dengan Keiichi, seorang wartawan, di kantor pengac-ara Otsuka. Otsuka tidak mau membantu Kiriko karena ia tidak mampu membayarnya. Sebe-lum hukuman mati dilaksanakan Masao pun bunuh diri. Beberapa masa kemudian sebuah pembunuhan terjadi di klab malam, tempat Kiriko bekerja. Keiko sang manajer yang juga kekasih gelap Otsuka ditangkap karena dituduh membunuh. Kiriko yang mengetahui kejadian sebenarnya tidak mau mengungkapkan fakta yang ada. Ketika Keiichi datang melamarnya ia menunjukkan reaksi yang tidak diharapkan. Kiriko hanya ingin membalaskan dendamnya pada Otsuka….

Lagu Mars Kamata – Kamata Koshinkyoku (Matsuzaka Keiko)1982/108 menit/remajaSutradara : Kinji Fukasaku Pemain : Keiko Mat-suzaka, Morio Kozama, Mitsuru Hirata

Sinopsis:Ginshiro adalah aktor populer yang tengah membintangi sebuah film samurai. Yasu sangat mengaguminya dan bahkan bersedia mengabdi pada Ginshiro. Ketika Konatsu, pacar Ginshiro hamil, Yasu bersedia menjadi ayah si bayi demi menjaga popularitas Ginshiro. Konatsu yang pada awalnya tidak menyukai Yasu akhirnya berbalik mengagumi laki-laki ini. Yasu berjuang untuk mengumpulkan uang bahkan untuk Ginshiro ketika aktor ini terpuruk dalam karirnya.

FILM Di hall JF

Gd. Summitmas lt. 2

Teks. Bahasa Indonesia

Tiket GRATIS

dapat diperoleh sejak 1 jam

sebelum pemutaran di tempat.

Ingin tahu kondisi masyarakat yang maju seperti Jepang ? Semoga film-film ini dapat

menggambarkan sebagian kon-disi yang tengah mereka hadapi

saat ini.

Workshop and Residensi Nurdian Ichsan (Sasan) menyelesikan studinya di FSRD-ITB jurusan keramik tahun 2002. Sejak tahun 2000 ia mulai berkutat dalam workshop Earth Objects, bersama John Teschendorrf, di Galeri Soemardja, Bandung. Berturut-turut tahun berikutnya “Workshop for the art writer”, Pendidikan Seni Nusan-tara, Jakarta dan “Glass Blowing Workshop” dengan Yoshihiko Takahashi, Fabriek Gallery, Bandung. Menyusul residensi di Tajimi Ceram-ics and Design Institute, Tajimi City, Gifu Prefecture, Japan, granted by TSOOC. Tahun 2003 Sasan juga berpartisipasi dalam “Writer in Residence”, Pasir Impun Curatorial Program and Selasar Sunaryo Art Space, Bandung dan terakhir mengikuti residensi di The Shigaraki Ceramic Cultural Park, Koka City, Shiga Prefec-ture, Japan, granted by The Japan Foundation.

PameranSasan mulai berpameran sejak 1999 dan ber-mula dengan “Clay and Fiber”, Bietnik Gallery, Bandung dan “Java–Bali Ceramic Exhibition”, Cultural Park Gallery, Yogyakarta. Tahun-tahun berikutnya juga disarati dengan pameran di berbagai kota di kota Bandung, Yogyakarta, Jakarta, Berlin-Jerman,Jepang, Filipina dan Malaysia.

Dengan deretan pengalaman dan keunikan karyanya Sansan mendapatkan undangan untuk kembali beresidensi di Shiga-Jepang selama 2 bulan. Setelah membaca oleh-oleh berupa tulisannya di bulletin Nuansa ini, kami mengundang anda untuk juga mengapresiasi karyanya yang merupakan hasil dari pencerma-tannya yang juga merupakan oleh-olehnya dari Jepang. Selamat mengapresiasi !

Pameran KeramikKarya Nurdian Ichsan

22 Mei – 5 Juni 2009 (kecuali Sabtu,Minggu dan hari libur nasional)Hall the Japan Foundation, JakartaPembukaan : Jumat , 22 Mei 2009 pk 19:30Terbuka untuk UMUM tanpa tanda masuk.

Page 17: nuansa 04-06.09

2413

Titik Temu Keramik di ShigarakiDi dalam komplek Shigaraki Ceramic Cultural Park terdapat Museum of Contemporary Ceramic Art yang memiliki koleksi karya seniman keramik ternama dari berbagai negara.

Page 18: nuansa 04-06.09

18

Page 19: nuansa 04-06.09

19

Seniman bisa melihat bagaimana keramik sebagai salah satu media kesenian ternyata memiliki kemungkinan yang sangat luas. Setiap seniman yang melakukan residensi akan menyumbangkan satu karya mereka. Karya-karya tersebut sebagian bisa kita lihat di sekitar kom-plek Togei no Mori. Kita bisa menemukan berbagai karya mulai dari tradisi pottery, kecenderungan sculptural, sampai dengan instalasi, mulai kecenderungan formalis sampai figuratif, bahkan sampai dengan mix material.

Pengalaman menarik bagi penulis adalah melihat berbagai kemungki-nan penggunaan material keramik, berbagai pendekatan teknis, dan bermacam gagasan. Harus diakui bahwa faktor dukungan material dan fasilitas memegang peranan penting bagi seniman keramik, meski de-mikian ternyata banyak sekali karya-karya yang dibuat dengan teknik sederhana namun tetap menarik. Bagi penulis hal paling menarik adalah spirit kerja para seniman tersebut. Tampak sekali semangat tersebut mempengaruhi proses kerja dan hasil akhir. Hampir semua karya—baik dengan teknis sulit mau pun mudah—pada hasil akhirnya menunjukkan kekuatannya masing-masing. Semangat dan mental kesenimanan ini mungkin pengalaman berharga yang tidak mudah di dapat di Indonesia.

Shigaraki Ceramic Cultural Park seperti menjadi titik temu perkem-bangan seni keramik dari berbagai dunia. Kita bisa melihat keragaman dan kesamaan kecenderungan seni keramik dari sisi intensi, teknik, dan gagasan. Melalui koleksi museum dan perpustakaan kita bisa me-lihat bagaimana sejarah seni keramik modern dan perkembangan seni keramik kontemporer.

Penulis sendiri dalam kesempatan residensi merencanakan mem-buat karya life size, namun sayang sekali karena fasilitas tungku pembakaran ukuran besar tidak dapat digunakan karena sudah full book, akhirnya penulis meneruskan karya-karya yang sudah dibuat di Indonesia. Menarik sekali adalah pendapat para seniman keramik di sana terhadap karya penulis. Banyak yang melihat karya penulis tidak berangkat dari tradisi keramik melainkan dari tradisi patung, dan lebih dekat pada kecenderungan seni rupa kontemporer. Penulis melihat pula ternyata pada tingkat tertentu karya seni mengandung pengalaman bersama yang bersifat universal, tanpa harus misalnya mencari-cari identitas kultural ke-Indonesia-an misalnya.

Interaksi semacam ini bagi penulis berharga, melalui saling tukar gagasan dan pengalaman semangat dan mental kesenimanan bisa terbentuk. Selain itu pengalaman langsung memberikan pemahaman terhadap seni keramik di Jepang dan negara-negara lain. Pengala-man ini juga memberikan pemahaman terhadap kesenimanan penulis sendiri dan posisi seni keramik Indonesia.(Nurdian Ichsan, peserta Jenesys Program tahun 2008)

PENULIS mendapat kesempatan untuk melakukan residensi selama dua setengah bulan pada tahun 2008 di Institute Ceramic Studies, The Shigaraki Ceramic Cultural Park (Togei no Mori), Koka City, Shiga Prefecture sebagai bagian dari Jenesys Program. Togei no mori didirikan tahun 1990 sebagai wadah bagi publik untuk memahami perkembangan seni keramik di daerah shigaraki khususnya dan Jepang umumnya. Di dalam komplek Shigaraki Ceramic Cultural Park terdapat Museum of Contemporary Ceramic Art yang memiliki koleksi karya seniman keramik ternama dari berbagai negara. Selain itu terdapat juga Institute of Ce-ramic Studies yang merupakan tempat residensi bagi seniman keramik baik dari Jepang mau pun dari negara lain. Sedangkan Exhibition Hall of Industrial Ceramics merupakan tempat promosi bagi industri keramik Shigaraki. Semua unit dalam Shigaraki Ceramic Cultural Park tersebut secara aktif mengadakan berbagai kegiatan pameran, workshop, dan pasar seni.

Institute Ceramic Studies sejak tahun 1991 telah menerima ratusan seniman keramik dari berbagai negara untuk melakukan residensi. Pada saat penulis tinggal dua setengah bulan pada tahun lalu, selain bertemu 5 seniman dari Australia, India, Kamboja, dan Laos juga seniman-sen-iman lain dari Jepang, Korea, Inggris, Prancis, Belanda, Amerika, dan Taiwan. Tujuan program residensi selain memberikan peluang bagi para seniman berkarya juga saling bertukar pengalaman, teknik, gagasan, dan membangun jaringan. Institute Ceramic Studies sendiri terbuka tidak hanya untuk seniman keramik, melainkan juga seniman dengan latar belakang berbeda. Bahkan seniman kontemporer Cai Guo Jiang dari Cina dan Yoshitomo Nara dari Jepang pernah melakukan residensi.

Titik Temu Keramik di Shigaraki

Page 20: nuansa 04-06.09

20

FILM Di hall JF

Gd. Summitmas lt. 2

Teks. Bahasa Indonesia

Tiket GRATIS

dapat diperoleh sejak 1 jam

sebelum pemutaran di tempat.

Ingin tahu kondisi masyarakat yang maju seperti Jepang ? Semoga film-film ini dapat

menggambarkan sebagian kon-disi yang tengah mereka hadapi

saat ini.

12JuniJuni11Kamikaze Taxi1995/150 menit/dewasaSutradara : Masato Harada | Pemain : Koji Yakusho, Kazuya Takahashi, Reiko Kataoka

Animaru, seorang boss yakuza, membunuh Renko, kekasih Tatsuo. Tatsuo yang juga ang-gota yakuza kelompok lain bertekad membalas dendam dengan mencuri uang Domon-seorang politikus. Dalam pelariannya ia bertemu dengan Kantake dan Tama yang juga berseteru dengan Animaru. Bertiga mereka menyerang Animaru namun kaki tangan Domon berhasil melumpuhkan serangan ini. Ketika Tatsuo terbunuh, Kantake meneruskan penyerangan-nya terhadap Domon yang dahulu meracuni ayahnya dalam sebuah aksi politik.

Mereka KembaliKidzu Return1996/108 menit/dewasaSutradara : Takeshi Kitano | Pemain : Masanobu Ando, Ken Kaneko, Kyosuke Kasuya

Shinji dan Masaru adalah pembuat onar semasa bersekolah dahulu. Belakangan, Shinji menjadi petinju profesional sedangkan Masaru bergabung den-gan kelompok yakuza. Teman mereka, Hiroshi yang berwatak lembut bekerja sebagai sopir. Nasib mereka tidak terlalu mulus, kenyataan ini lain dari angan-angan mereka ketika masih bersekolah dulu.

Foto © 1996 Bandai Visual OFFICE KITANO

Mereka KembaliKidzu Return1996/108 menit/dewasaSutradara : Takeshi Kitano | Pemain : Ma-sanobu Ando, Ken Kaneko, Kyosuke Kasuya

Shinji dan Masaru adalah pembuat onar semasa bersekolah dahulu. Belakangan, Shinji menjadi petinju profesional sedangkan Masaru bergabung dengan kelompok yakuza. Teman mereka, Hiroshi yang berwatak lembut bekerja sebagai sopir. Nasib mereka tidak terlalu mulus, kenyataan ini lain dari angan-angan mereka ketika masih bersekolah dulu.

Foto © 1996 Bandai Visual OFFICE KITANO

My GrandpaWatashino Gurampa2003/113 menitSutradara : Yoichi Higashi | Pemain : Bunta Sugawara,Satomi Ishihara, Tadanobu Asano Godai Kenzo kembali ke rumah setelah 13 tahun mendekam di penjara. Cucunya Tamako bingung menghadapi kedatangan kakek yang dianggapnya ‘aneh’, namun ia berusaha menjalin hubungan dengan menyapanya ‘grampa’. Di sisi lain, pembebasan Godai telah lama dinantikan oleh Hikita, boss yakuza yang kehilangan anak buahnya akibat ulah Godai. Berniat membalas dendam. kelompok yakuza ini menculik Tamako …..

“ Liku-liku Yakuza”

Pk. 16:00 Kidzu ReturnPk. 18:30 Watashino Grampa

Pk. 16:00 Kamikaze TaxiPk. 18:30 Kidzu Return

Page 21: nuansa 04-06.09

21

Kegiatan budaya di jepang Bulan JULI

Festival Tanabata (festival bintang) Merupakan pengaruh legenda Cina yang mengisahkan bintang penenun(Vega) dan gembala sapi Altair)- pasangan kekasih yang hanya bisa bertemu setahun sekali di tanggal 7 di bulan Juli. Biasanya malam tersebut tidak hujan dan langit penuh dengan bintang. Persitiwa Tanabata ini dirayakan dan masyarakat Jepang menuliskan keinginan dan aspirasi romantis pada selembar kertas panjang yang digantung di pohon bamboo bersama hiasan lainnya.

Ingin turut merasakan festival-festival ini di Jakarta ? Silakan datang ke perpustakaan JF ! Anda bisa berwisata melalui buku-buku, majalah, tayangan video dan TV serta mencicipi suasana festival besama hiasan ruang yang ada. Silakan gantungkan harapan anda pada pohon bambu di pintu perpustakaan kami!

Page 22: nuansa 04-06.09

22

Dari acara BINCANG-BINCANG

Page 23: nuansa 04-06.09

23

Dari acara BINCANG-BINCANG

The Japan Foundation, Jakarta, pada hari Kamis, tanggal 19 Maret 2009 lalu mengadakan acara ‘Bincang-bincang’ dengan mengundang siswa-siswi SMK di Jakarta dan sekitarnya. Umumnya sekolah tersebut memiliki mata pelajaran bahasa Jepang seperti; SMK Jaya Wisata, SMK Santa Maria dan SMKN 57.

IGOSetiap Jum’at pk. 17:00~ selesaiTerbuka untuk UMUM. GRATIS.Ruang Serba Guna.Bagi para peminat silakan hubungi mbak YUI Rieko (021) 520-1266

Acara bincang-bincang kali ini terdiri dari empat sesi. Sesi pertama adalah sesi mengenai kesempatan magang di Jepang yang diberikan oleh ibu Hj. Ligia Emilia Muchtar, MA, Kepala Bidang Kerjasama Bilateral Pusat Administrasi Kerjasama Luar Negeri, Depnakertrans. Sesi kedua adalah mengenai ‘Bekerja di Perusahaan Jepang’ yang diberikan oleh Itsubashi Yachiyo dari Krama Yudha Tiga Berlian dan ibu Sri Banowati dari PT. Musashi Indonesia. Sesi ketiga mengupas masalah ‘Tour Guiding Turis Jepang’ oleh bapak Amaludin, freelance tour guide berba-hasa Jepang dan Yui Rieko dari the Japan Foundation. Sedangkan sesi keempat dan terakhir adalah ‘Demonstrasi Memasak Masakan Jepang’ yang diberikan oleh Chef Takai Hitoshi dari Basara Restau-rant. Mengenai isi dari masing-masing sesi yang tentunya sangat menarik dan membuka wawasan dapat disimak pada www.jpf.or.id

Page 24: nuansa 04-06.09

24

PERSELFTIVE19 juni - 2juli 2009

di Hall JF. Summitmas I lt. 2

Pembukaan : 19 Juni 2009. pk. 19:30 Pameran : 22 Juni 2009 ~ 2 Juli 2009Pk. 10:00 ~18:00

( Senin~ Jumat ) : Sabtu-Minggu dan hari libur nasional TUTUP.

Diskusi Seni Rupa : 23 Juni 2009Workshop Lino Cut : 26 Juni 2009Workshop Origami Batik : 1 Juli 2009

(mohon konfirmasikan kembali waktu penyelenggaraan termasuk jadwal workshop)

Terbuka untuk UMUM. Tanpa tanda masuk.

(Art Exhibition of Personal-Self Perspective)

Page 25: nuansa 04-06.09

25

Rivalry: a geisha’s tale / Kafu, Nagai / 2007

Strong in the rain : selected poems / Mi-yazawa, Kenji / 2007

The glass slipper and other stories / Ya-suoka, Shotaro / 2008

A wild Haruki chase : reading Murakami around the world / 2008

The temple of the wild geese and bamboo dolls of echizen / Mizukami, Tsutomu / 2008

Menampilkan karya tugas akhir mahasiswa Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Jakarta yang juga akan diselingi acara work-shop grafis lino cut dan origami kain batik serta diskusi tentang perkembangan dunia seni rupa.

Peserta Pameran:

SENI LUKIS : Ari Suprayogi | Gunawan Wibisono | Nenis Fauziah | M. Sigit Budi S. | Chairunisa | Purwanto | Triyanugerah Harefa |

KOMIK : Rahmat Muslim H.

LUKIS AIRBRUSH : Hamdi Ahadi

GRAFIS MURNI : Khairul Ramdhani

DESAIN GRAFIS : Dedi Gumelar | Galih R.Santosa

DESAIN PRODUK : Murniati | Yohanes Daris A.B.

SENI PATUNG : Dwi Putri Restiany

Shinu no gihou : zaitakushi ni miru sou no reisetsu. Shiseikan / 2008

Ouken to toshi / Imatani, Akira / 2008

Kansai o souzousuru / Senda, Minoru / 2008

Manga de tanoshimu nou no meikyo 70 ban / Mura, Naoya / 2007

Sekai ni hasshin! Creator no anime jutsu / 2005

Kawaii ron / Yomota, Inuhiko / 2006

Japanese Entertainment Report / Asoh, Kohtaroh / 2006

DAFTAR BUKU BARU PERPUSTAKAAN

THE JAPAN FOUNDATION

Buku – buku berbahasa Inggris :

Buku – buku berbahasa Jepang :

Page 26: nuansa 04-06.09

26

Fotografi Jepang tahun 1970-an hingga saat ini

6-27 Juli 2009di hall, galeri MINI, the Japan Foundation 10:00-18:00 (Senin-Jumat) . etrbuka untuk UMUM. GRATIS.tanpa tanda masuk.

"Memandang Dunia Kontemporer

Fotografer: Daido Moriyama | Shomei Tomatsu | Nobuyoshi Araki | Kazuo Kitai | George Hashiguchi | Mitsugu Ohnishi | Hiromi Tsuchida | Hiroh Kikai | Masato Seto | Shuji Yamada | Akihide Tamura | Eiji Ina | Toshio Shibata | Norio Kobayashi | Toshimi Kamiya | Yutaka Takanashi | Kikuji Kawada | Ryuji Miyamoto | Takashi Homma | Miyuki Ichikawa | Risaku Suzuki

SEBAGAI BAGIAN DARI PROGRAM-PROGRAM SENI VISUAL, THE JAPAN FOUNDATION JUGA MENJADWAL-KAN PAMERAN KELILING FOTOGRAFI JEPANG. KALI INI KARYA-KARYA YANG DIPAMERKAN AKAN MENAMPILKAN FOTO EKSPRESI YANG MUNCUL DI JEPANG SEJAK TAHUN 1970AN. PAMERAN INI MELIPUTI 76 KARYA FOTO DARI 23 ORANG FOTOGRAFER. KARYA YANG DIPAJANG TERBAGI DALAM DUA TEMA BAGIAN . BAGIAN PERTAMA ADALAH , “MASYARAKAT YANG BERUBAH," YANG MENITIK BERATKAN PERHATIAN PADA MANUSIA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT. BAGIAN KE DUA, "LANDSEKAP YANG BERUBAH" YANG MENAMPAK-KAN KOTA-KOTA, DAERAH PINGGIRAN KOTA, DAN ALAM.

Page 27: nuansa 04-06.09

27

Happy Casual ROCK; Tampaknya T-shirt ber-lengan panjang, celana pendek jeans ataupun rok mini bertumpuk dengan motif kotak-kotak (tartan patern) plus kaus kaki

selutut dan sepatu sneakers menjadi pilihan. Jacket bertopi (hood) pun tampil dengan warna yang didominasi hitam dengan aksen merah di sana-sini. Motif bendera Inggris yang memang identik dengan motif tartan tampil dalam bentuk jaket, kaus, tas hingga pouche make up.

LOLITA; Untuk musim semi ini, gaya Romantic LOLITA tampil dengan banyak renda, rok bertingkat dan pita di mana-mana. Sesuai dengan musim semi yang tiba, motif-motif cerah dan bunga-bunga pun bertaburan di mana-mana. Sepatu bermotif polkadot, tas tangan berwarna cerah melengkapi penampi-lan penggemar gaya Lolita yang kerap tampil bak boneka hidup.

Classical LOLITA tampil dengan topi-topi klasik dengan tambahan bunga, bulu-bulu dan renda. Warna-warna gelap yang anggun seperti maroon, abu-abu tua, biru tua dan coklat muncul pada rok-rok lipit selutut ala Victorian Maiden ataupun one piece.

Lovely LOLITA tampil dengan one piece yang sedikit sexy den-gan pundak terbuka dan potongan sensual. Rok dalam berupa celana pendek balon berenda merupakan perlengkapan yang tidak keting-galan untuk dikenakan.

Gaya GOTHIC tentu saja didominasi warna hitam, dengan atasan berbentuk kemeja ataupun jaket berk-erah plus rok selutut dan stoking hitam. One piece dengan sedikit renda dan rok bertumpuk yang umumnya panjang tentu saja didomi-nasi oleh warna hitam.

Para Remaja yang penasa-ran seperti apa sih gaya ‘fashion’ terkini di Jepang dapat mengintip berbagai majalah remaja Jepang yang selalu hadir dengan nomor-nomor terbaru ! Salah satu majalah yang tampil ‘heboh’ dan sarat dengan segala pernak pernik untuk remaja adalah majalah KERA dari Index Communications.

Majalah KERA terbitan Maret 2009 vol. 127 dengan Kobayashi Ryouko sebagai cover membahas ber-bagai topik yang kini tengah ramai dibi-carakan para remaja di Jepang bulan ini dalam tema :

“Check List barang-barang yang kamu inginkan !”

Majalah Bulanan Remaja.

Anarchi Hard PUNK; Dominasi warna hitam lebih kuat dibandingkan Happy Casual Rock dengan sedikit aksen merah dan motif tartan pada vest, jaket ber-hood atau pun rok tumpuk. Jeans belel hitam dengan tambalan di sana sini juga menambah kuat kesan punk. Walau gaya punk memilih sneakers berwarna hitam, alas kaki yang lebih sering digunakan adalah sepatu kulit hitam berhak tinggi atau pun boots hitam. Kaus kaki bergaris dan stock-ing warna gelap digunakan untuk membalut kaki dari cuaca yang masih dingin. Aksesoris lainnya ? Tentu saja rantai-rantai yang berge-lantungan di mana-mana. Magical Fantasy PUNK sedikit menampilkan kesan imut walau masih beraliran keras seperti tas kain berkara-kter kucing yang penuh motif jahitan di wajah dan rok tumpuk dengan sedikit renda.

Beberapa trend untuk musim semi di Jepang tahun ini menampilkan berbagai gaya;

Penasaran kan? Cek jadwal buka perpusa-takaan JF dan selamat menikmati koleksi majalah-majalah yang kami miliki !

Page 28: nuansa 04-06.09

PRANGKO BERLANGGANANKP JAKARTA MAMPANG 12700

NO 38/PRKB/JKTM/WILPOS IV/2008