notulensi lokakarya -...

31
NOTULENSI LOKAKARYA PELAKSANAAN 5 KORIDOR SUMATERA 3 Oktober 2012 Dikompilasi Oleh: Ida Bagus Ketut Wedastra, M. Yudi Agusrin Kontribusi: Thomas Barano, Chairul Saleh, Oki Hadian dan Puteri Tiara Maulida Hotel Bidakara - Jakarta ©2012

Upload: nguyencong

Post on 07-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NOTULENSI LOKAKARYA PELAKSANAAN 5 KORIDOR SUMATERA 3 Oktober 2012 Dikompilasi Oleh: Ida Bagus Ketut Wedastra, M. Yudi Agusrin Kontribusi: Thomas Barano, Chairul Saleh, Oki Hadian dan Puteri Tiara Maulida

Hotel Bidakara - Jakarta

©2012

1 | H a l a m a n

Hari/tanggal : Rabu, 3 Oktober 2012

Waktu : 08.30 WIB – Selesai

Tempat : Ruang Bima – Hotel Bidakara - Jakarta

Agenda : 1. Pembukaan

2. Sambutan Panitia

3. Sambutan dan Membuka Oleh Kementerian PU

4. Key note speech : Ecosophy

5. Pemaparan dan Diskusi

6. Diskusi Kelompok dan Pleno

7. Pemaparan Konsep SREDFI

8. Penutupan

2 | H a l a m a n

Laporan Panitia Oleh Sekretaris Jenderal ForTRUST Apresiasi yang sangat besar kepada Dirjen Penataan Ruang Kementerian PU, yang telah bersedia

bersama-sama membahas pelaksanaan 5 koridor sumatera.

Seiring dengan disahkannya Peraturan Presiden no 13 Tahun 2012 tentang Rencana Penataan Ruang

Pulau Sumatera, sudah semakin jelas arah kebijakan dari rencana pemanfaatan lahan-lahan yang ada di

Pulau Sumatera. Meskipun rencana ini masih bersifat makro dan indikatif karena masih dalam tingkat

pulau, tetapi hal ini perlu diapresiasi sebagai kemajuan yang baik dalam rencana penataan ruang

khususnya di Pulau Sumatera.

Pada 3 Oktober 2012 bertempat di Hotel Bidakara Jakarta, dilaksanakan Lokakarya Pelaksanaan 5

Koridor Sumatera. Kegiatan ini didorong oleh Kementerian Pekerjaan Umum yang didukung juga oleh

Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Bappenas. Dengan terbangunnya

komunikasi yang baik antara pihak-pihak yang peduli terhadap tata ruang dengan pihak pengambil

keputusan diharapakan dapat menghasilkan kualitas penataan ruang yang optimal mulai dari proses

pengawalan implementasi hingga evaluasinya.

PEMBUKAAN

3 | H a l a m a n

Pembukaan acara

Ir. Imam Sudrajat Direktur penataan ruang – Kementrian PU

Loka karya ini merupakan suatu hal yang luar biasa dapat bertemu dengan forum2 lainnya yang tidak

hanya di bidang lingkungan tetapi dibidang lainnya. (pertambangan, kebun).

Terima kasih kepada WWF yang sudah memfasilitasi pertemuan ini. Diawali dengan pertemuan

membahas kawasan strategis nasional dan itu harus

dilindungi. Dan WWF sangat sensitif menanggapi

isu-isu seperti ini. Dalam penataan ruang nasional

mencakup KSN-KSN yang memasukkan Kawasan2

konservasi seperti, Taman Nasional – Taman Nasional,

Walau juga ada kawasan yang perlu dikembangkn

seperti di kawasan perbatasan. Seperti KSN Bukit

Batabuh, Bukit 30 dan yang terlambat adalah di

Bukit Barisan Selatan. Dan juga Perlu diperhatikan

adalah landasan hukumnya, dalam Perpres 13/2012

telah dimasukkan dalam aturan ini adalah kawasan

RIMBA. Kemudian yang mejadi tantangan sekarang

adalah tataran implementasi. Ciri khas dari

Sumatera adalah kesatuan ekosistem, karena ada

pandangan bahwa Jawa masa lalu dan Sumatera adalah masa depan dengan mesin ekonominya

30%.

Sumatera adalah masa kini Indonesia, dimana kebijakkan ekonomi memberikan tantangan berupa

koridor koridor ekonomi dimana pelaksanaannya di mulai di pulau sumatera, terkait dengan perputaran

ekonomi dunia berada dekat dengan sumatera seperti Singapura dan Malaysia. Dalam perkembangan

riset ekonomi, bahwa ekonomi harus merata sehingga juga dikembangkan di Kalimantan, Sulawesi, dan

pulau lainnya.

Dan pertumbuhan ekonomi ini Tentunya akan berkaitan dengan perubahan lingkungan sebagai contoh,

adalah adanya kawasan ekonomi khusus yang menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi

berdasarkan ekonomi kelapa sawit yang Tentunya akan bertentangan dengan perlindungan lingkungan.

Sehingga di Sumatera akan terjadi pertumbuhan ekonomi dan terjadi penekanan pada lingkungan.

Pendekatan-pendekatan dengan pemerintah daerah sudah dilakukan tetapi perlu adanya pendekatan

juga dengan para pengusaha-pengusaha perkebunan. Maka perlu mempersiapkan konsep tata ruang

namun bagaimana dengan implementasinya? Sehingga pelaksanaannya harus didasari landasan hukum.

Seperti yang telah dilakukan pada Koridor Rimba. Sehingga perlu dukungan dan persiapan dari Pemda.

Dan juga Kita harus bisa memberikan informasi aset yang dimiliki dalam keanekaragaman hayati. Perlu

disampaikan aset kekayaan tropis bagi masa depan kita. Perlu sama dilakuan dengan landasan

hukumnya (perpres 13/2012) dengan tujuan tata ruang sumatera dengan kelestarian kawasan fungsi

lindung sebesar 40%. Kawasan yang masuk dalam koridor itu dimaksudkan batasannya adalah deliniasi.

Hal ini juga akan dikoordinasikan dengan beberapa Kementerian sehingga dapat bersama-sama

4 | H a l a m a n

melakukan perencanaan yang sesuai, sehingga Kementeri Dalam Negeri, Kementerian Kehutanan dan

Kementerian PU akan melakukan hold in down, maksudnya adalah apabila ada kawasan yang tidak bisa

diselesaikan dan harus melewati DPR, maka prosesnya harus diselesaikan.

Demikian barangkali keinginan-keinginan kita yang diharapkan bersama, dimana ini menurut saya suatu

asset bersama, asset negara, asset dunia, dan sumatera sedang diperjuangkan sebagai warisan hutan

tropikal dunia, tetapi didalam penangannya kita harus mendorong pemerintah daerah dan dengan

mengucap bismillah hiroman irohim, acara lokakarya terhadap lima koridor di Sumatera secara resmi di

buka.

Wabilahu Waltaufik walhidaya wassalammualaikum warromattuloh wabarakatu

ECOSOFY – Prof. DR. Hadi Alikodra (keynote Speech)

Assalamualaikum waromahtullo wabarakatu

Terus terang saja bahwa pertama kali saya

sangat salut terhadap pak iman, beliau yang

menguasai penataan ruang, dan kita mendengar

sendiri bahwa sampai detik ini terus saja pak

Iman dengan jajarannya untuk mendukung dan

mengi mplementasikan keppres yang tahun ini

dikemundangan tentang penataan ruang

berbasis ekosistem disumatera, yang kedua; Ibu

Dyah yang terus mengawal jalannya fortrust dari

Pertemuan Pertemuan pertama hanya dalam 2

tahun kami dapat meyakinkan jajaran

pemerintah pusat yang selalu mengatur dalam

konsep dan proses penataan ruang nasional,

beliau berkedudukan sebagai pejabat

Kementerian dalam negeri. Kemudian rekan dan

jajaran yang saya hormati dan cintai, Pak Hermasono, tim LIPI. Pada tahun lalu, sama-sama untuk

mengemundangkan tentang konservasi, Pak Sambas, kemudian teman-teman yang bergabung dalam

fortrust para senior ada guru besar Pak Ardinis sejak lalu 45 tahun sama-sama dewasa selalu berjuang

bagaimana mengkonservasikan jenis species dan kami bekerjasama dengan Universitas andalas, dan

kawan2 dari Univ lain dan para NGO yang tidak dapat disebut satu persatu, dan kita tahu kita berjuang

bergandengan tangan yang berkaitan dengan pergerakan2 yang sekarang sudah di anut yang disebut

‘ekologi dalam ‘(deep ecology) yg dikemundangkan oleh harner 1970 yang disebut ecosofy, dalam ESQ.

Terima kasih tanpa perjuangan kita tidak mungkin kita sampai duduk diruangan ini, tidak ada perpres

no.12 2012, akan sulit sekali, dan permasalahannya adalah lebih rumit lagi dimana pepres yang sifatnya

dnasional ke implementasi di kabupaten dan ini sangat sulit sekali dan tidak semudah kita

mengumpulkan kawan2 dr dephut LH, kemendagri dan PU saat ini, dan terus terang saja kita sudah

menginvest, dan kebetulan saya mantan brokrat di LH, dan kami invest beberapa orang yang di tanam di

PU dan Kemendagri dirjen Bangda, dan ditanam di bapenas, akhirnya semuanya menjadi kawan ketika

kita membutuhkan, dan begitu kawan2 memetakan kondisi ekosistem sumatera, baik biodiversitas dan

5 | H a l a m a n

kita fokus kepada species, ada Gajah, Badak dan orang utan, maka fakta ini tidak bisa melepas tangan

karena hak kondisi habitatnya yang rusak dan menyempit, ada perkebunan, tambang, dan pemukiman

sehingga pergerakan species yang besar tersebut, menjadi terbatas, dan sehingga kita terus

menggerakkan bisnis konservasi, setelah kita tetapkan dengan sejujur-jujurnya, Kondisi stress

ekosistem-ekosistem seperti gajah, harimau, orang hutan, yang diakibatkan oleh proses pembangunan

semakin menujukkan decrease atau penurunan kondisi stress satwa-satwa yang sangat luar biasa, klo

kita liat memang kebutuhannya karena mereka semakin terdesak, minum, makanan, berkembangbiak,

dan hidup semakin terbatas.

Akhirnya kita bersepakat informasi ini kita bawa ke pemerintah, dan ini juga tidak gampang juga, dimana

kita bawa pak Uyung dan pak Barano, mari, ide yang brilian mengenai konsep ini ke tata ruang ke

tempat pak imam, dan alhamdullilah para direktur adalah lulusan lingkungan sehingga, lebih mudah

untuk masuk, paling tidak menganggap saya sebagai dosen dan dibicarakan mengenai importancy of

habit, dan alhamdulilah dengan cepat menangkap. Melalui meterinya bahwa beberapa menteri PU.

Kemndagri, Bappenas, LH, dalam waktu 2 tahun, sangat cepat sekali, paling tidak 4 tahun baru dapat

selesai ini 2 tahun sudah bisa keluar perpres dengan menyebut sumatera dan Kalimantan.

Perpres sudah ada bagaimana selanjutnya, karena ada dilemma otonomi, dikotomi Bupati, karena

mungkin kurang patuhsangat sulit diatur pada Gubernur. Dan kita minta bantuan dari kemendagri untuk

membantu, bagaimana caranya untuk menyadarkan mengenai lingkungan hidup ke pada tingkat eselon I

dan setelah level nasional selesai baru kami ke level bawahnya, provinsi dan kabupaten. Maka dipikirkan

kembali, ternyata sudah banyak orang yang bekerja pada lingkungan tetapi kenapa penataan ruang

terhadap lingkungan tidak bisa jalan, dan kemudian dicoba untuk mendesiminasikan ke tahap

selanjutnya ke tahap berikutnya ke pada para akademi, untuk mendirikan sekolah lingkungan/sekolah

biologi sehingga dapat menjadi dasar dalam pendidikan lingkungan dan dengan melakukan disemenasi

oleh LSM lokal untuk sampai kepada pemerintah daerah untuk menjadi perda, institusi, orang dan

aturannya (kepmen, kepres) ttg konservasi biologi, tetapi kenapa konsideran penataan ruang yang

berdasarkan administratif dan bagaimana mengisi bagian ekolog, biolog, antropologi dan sehingga dapat

diterima dan dimasukkan kedalam penataan ruang, kemudian masuk ke dalam bagian berikutnya,

ternyata banyak pertanyaan yang dilontarkan dari para guru besar, PHd master dan sarjana lainnya.

Tetapi sulit lagi apabila dalam ruang tersebut memiliki sumber daya alam yang besar, dan ketika

mengatur SDA yang tidak memberikan impact negatif pada species, dan ini menjadi pergumulan besar,

dan pertanyaanya adalah siapa yang mengatur dan siapa yang mengeluarkan peraturan, ternyata para

birokrat ternyata manusia yang mengatur, manusia yang bagaimana? (S1, S2, S3, Prof), Tetapi kenapa

mereka tidak tahu dengan Gajah, Badak, Harimau dll. Berarti ada soal lain, jangan2 mereka menulis atas

suruhan birokrasi, berarti keilmuan yang masuk dalam membuat kebijakan mengenai keamanan species,

ekosistem dan biodiversity, ke tiga ilmu (ekologi, biologi dan antropologi) tersebut bila di pahami maka

amanlah dalam perencanaan, dan dibentuk dalam satu kesatuan khusus, pada tahun 2001, bapelda

pusat dibubarkan, hal ini menjadi pemikiran yang besar, karena ketika mencoba mengembangkan

mental pemahaman lingkungan. Akhirnya diperoleh masukkan dari Algore, dan menurut beliau, pelajari

yang dipahami dan dibawa merupakan hal yang hakiki, kita punya pemahaman ilmu dasar tentang alam.

6 | H a l a m a n

Maka terbentuklah “god spot” atau titik Tuhan (memberi dan menerima). Maka terbukalah bagaimana

harus berkomunikasi dengan pemerintah, untuk menjadi birokrat.

Pengalamanan mengikuti ISQ, pada hari 1, terjadi perkenalan dari para perserta ISQ, dan pada hari ke 2

barulah terbentukan the ecosystem system, siklus hidrologi, siklus bintang dimana semuanya adalah

diatur oleh Tuhan. Tolong disebutkan ayat2 yang mengatakan tentang alam, dan dengan bergabunga

dengan salah Seorang teman yang lebih paham dengan agama, mak mulailah pengabungan antara

ekologi dan agama, sehingga muncullah istilah Ecosufy.

Dan dengan ecosufy ini, maka mulailah Pengenalan pemahaman ekologi dan agama dapat bersama-

sama dalam melestarikan alam.

Sehingga dengan adanya ecosufy ini bisa menjadi corong untuk menyuarakan perlindungan lingkungan,

kami menyuarakan itu.

Ecosufy, adalah ekologi dan philosophy merupakan suatu pendekatan perlindungan hutan atau ekologi

dimana yang kita pelajari hanyalah bayangan dari ekologi atau “shadow ecology” melalui pendekatan

philosophy ajaran keagamaan, dengan tidak merusak batu, tidak merusak tumbuhan dan tidak merusak

air,dan tanah sehingga dapat dikatakan setelah pemahaman tersebut maka lapis ke duanya adalah

menuju surga atau deep ekologi.

Sehingga dicoba mental attitude spiritual dengan keilmuan sehingga Dengan pemahaman ekologi

dengan melindunginya, masuk kedalam hati untuk dapat memberikan pemahaman melalui pendekatan

agama.

Bagaimana setelah melakukan deep ekologi adalah melaksanakan perubahan diri bahwa alam harus

diselamatkan bahwa di dunia sehingga dalam setiap pembicaraan dalam perjalanan umroh. Dalam

memasukkan deep ecologi sehingga dapat melakukan perlindungan alam.

Salah satu bentuk penerapan ecosufy adalah dengan melakukan perubahan diri, i.e. penghematan

dalam pemanfaatan energi. Dan hingga kini kita sudah memiliki sekitar 400 student (UI, IPB UIN, USU,

dll) untuk dapat melakukan perubahan. sehingga …mohon maaf ini hanya sekedar sharing knowlege Dan

terima kasih kepada pak direktur, ibu Dyah, dan para senior dan para sahabat, kolega sekaran gkita

menuju pada proses menuju spiritual tetapi intelektual jalan terus sehingga emosional kita tetap terjaga,

amin, assmulaikum warohmawabarakatu.

7 | H a l a m a n

A. Sesi Pemaparan I (Prof. Dr. Ardinis Arbain (moderator)) Menampilkan para birokrat yang sama-sama mendorong penandatanganan Perpres presiden ini.

Panelis yang akan menyampaikan materi adalah:

Pak Budi Situmorang – Kementerian PU - Tata ruang

Pulau Sumatera dalam upaya penyelamatan ekosistem

sumatera dan implementasinya

Terkait dengan perpres 13 tahun 2012 di dalam perpres

tersebut terdapat definisi ekosistem, kenapa ada

didalam tersebut karena sebagai bentuk penyelamatan

lingkungan sebagai bentuk implementasi tantangan

adalah mental birokrat kita, sekarang adalah siapa yang

menjalankannya.

Didalam PP 26 2008 sudah ada Dalam PP tersebut

koridor merupakan sebgaia kawasan koridor bagi jenis

satwa atau biota laut yang dilindungi, adalah bagian dari

kawasan yang dilindungi dan budidaya yang berfungsi

sebgai alur migrasi satwa atau biota laut yang

menghubungkan antar kawasan konservasi.

Sehingga sejak tahun 2008 sebenarnya, hal ini sudah ada tetapi kita tidak membacanya dan bahan2

tersebut bisa didapat di website Kementerian PU (www.penataanruang.net).

Apa sih tata ruang pulau? Setelah tataruang Sulawesi ( perpres 88/2011), Kalimantan (perpres 3/2012)

dan sumatera yang paling mengelegar karena perpres ini yang paling pro lingkungan. Tetapi

tantangannya bagaimana implementasinya. Dan ke 3 perpres tersebut dekat dengan lingkungan, sosial

dan ekonomi.

Sehingga diperlukan suatu strategi operasionalisasi setiap koridor termasuk dengan 5 koridor yang ada

disumatera dan apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang boleh tetapi bersyarat. Terkait dengan jalan,

didalam tata ruang jawa-bali yang melewati konservasi apabila ada maka jalan tersebut harus tunduk

kepada UU konservasinya. Dan aspek ekonomi tetap bergerak pada wilayah budidaya, dan ada

kesepakatan 40% dan itu adalah kesepakatan kita bersama, dengan Kementerian terkait dan pemerintah

daerah.

Ada dua hal yang terpenting adalah 40% kawasan hutan yang berfungsi lindung, bukan hanya yang

berfungsi lindung, jd hutan produksi yg ada bisa dijadikan berfungsi lindung dan koridor yang paling

berat adalah pada kawsan budidaya yang perlu diatur kembali. Dan implementasinya merupakan

tantangan yang paling berat, kita mulai dengan infrastruktur dalam program jangka menengah, karena

secara ekonomi mereka berfikir dalam jangka 2 tahun kedepan. Jd Jangan harapkan mereka memikirkan

lingkungan.

PEMAPARAN MATERI

8 | H a l a m a n

Setiap kebijakan dengan keinginan 20 thn pulau sumatera, untuk implementasinya maka kehutanan

harus membuat tegakkan hutan, maka didaerah sering menjadi dilemma karena kawasan hutan tetapi

tidak ada tegakkan hutan. koridor pada kawasan di luar kawasan lindung memiliki potensi yang besar

terhadap konflik, tantangannya adalah otonomi daerah.

Beberapa terobosan adalah tidak ada boleh ada lagi hasil bentuk dasar dari hasil bumi tetapi sudah

dalam bentuk olahan sehingga tenaga kerja lokal dapat terserap. Dan perlu diperhatikan dimana

kawasan industrinya dan kawasan lindung.

Pengembangkan yang dilakukan terhadap kawasan hutan, bagaimana pengendaliannya dan Kebijakan

dan strategi PR, dimana kawasan yang perlu dipertahankan dan mempertahankan kehati hutan hujan

tropis basah yang bernilai konservasi tinggi, sehingga strateginya dengan melestarikan kawasan tersisa.

Sehingga Tataruang sudah mengakomodir dan aman dalam dokumen tetapi perlu dikawali untuk publik

sektor,

Didalam Tata Ruang ini, lebih banyak mengenai strategi operasionalisasasi dan pada dokumen juga

terdapat Peta-peta yang harus dilampirkan dalam format Lembaran negara (F4). Kawsan

suakamargasatwa bukit baling dan bukit rimbang, dan sudah ada rujukkan teknisnya dari Kementerian

PU, dimana ada yang boleh, boleh bersayarat dan tidak boleh. Dan dalam pola ruang terdapat

pengaturan spesifik koridor dimana yang menyangkut kawasan budidaya maka perlu ada perlakuan

khusus.

Pengembangan infrastruktur hijau, dengan membanguna ke atas atau ke bawah, sebenarnya ada SOP

untuk ke 5 Koridor. Dan juga ada indikasi programnya. Indikasi program : koridor ekosistem, dimana

indikasi program ini telah disesuaikan dengan rpjm atau rpjp, sehingga tidak ada lagi perdebatan

tentang time frame.

Tantangan koridor adalah implementasi di kawasan budi daya. Dilematisnya adalah otonomi daerah.

Dan beberapa hal yang menjadi terobosan adalah tidak lagi mengeluarkan bahan mentah namun harus

diolah di tempat untuk penyerapan tenaga kerja. Sehingga pengembangan ekonomi kreatif berkembang

merata di Indonesia. Isinya harus melakukan

Koridor ini tantangannya adalah implementasi ke lapangan dan kita memerlukan bantuan Fortrust untuk

implementasi pada tingkat kabupaten dan kota.

Implementasi harus dilakukan secara bertahap kepada para stakeholder, pemerintah investor dan

masyarakat dapat memanfaatkan forum2 koordinasi pembangunan, forum Gubernur, sehingga semua

membicarakan mengenai indikasi program yang sudah ada.dan bertahap adalah konsisten.

Dalam rangka deliniasi : cakupan wilayah, proses deliniasi membuat perdebatan di daerah, dan deliniasi

perlu untuk administrasi pembangunan dan perlu ditetapkan delianiasi kawasan akan terkait dengan

adanya inisiasi insentif dan disinsentif bagi masyarakat yg menjaga kelestarian alam di dalam wilayah

koridor. Sehingga kita perlukan forum fortrust untuk mendeliniasi dan mengimplementasikan, dan

masuk dalam lingkungan terlebih dahulu baru kemudian infrastruktur.

9 | H a l a m a n

Pelaksanaan program RIMBA – Ibu Dyah subdit konservasi

Penyampaian pengalaman penyiapan salah satu koridor salah satunya RIMBA, Diawali oleh kesepakatan

10 gubernur 1 september 2008 di hotel Borobudur yang disaksikan oleh 4 kementrian, dan hasil

kesepakatannya telah di inisiasi ke IUCN dan pak emil salaim

sebgai yang “memanas-manasi” .

Penataan ruang berbasis ekosistem merupakan bagian dari

kunci pengurangan emisi, ditindak lanjuti dengan rencana

aksi peta jalan (road map) untuk penyelamatan ekosistem

sumatera, dengan dihadiri oleh pak emil salim. Dan

peluncuran buku peta jalan 12 mei 2010 dengan konsultasi

dengan daerah dan diskusi. Dan selanjutnya apa yang akan

dilakukan tidak hanya kesepakatan2 saja, dan jika melakukan

intervensi ke 10 provinsi tetapi kita belum mempunyai model.

Pada awalnya bernama datuk RIMBA tetapi dirubha menjadi

Koridor RIMBA, sebagai Implementasi koridor pada 3

kabupaten Prioritas. Dan menjadi kawasan implementasi

dengan membuat rencana aksi, dan dilakukan secara

bersama-sama dan skema2.

Ini kemudian ke pemerintah daerah ke 3 provinsi tersebut dengan maksud memperoleh masukkan

mengenai deliniasi mengenai lokasi RIMBA, dan provinsi JAMBI telah mengirimkan jawabannya,

dilanjuti oleh SUmbar dan Riau. Dan mereka mengharapkan pada sosialisasi di kabupaten/kota, ada

sekitar 19 kab/kota yang ada di RIMBA. Dan kami mulai safari , door to door. Dan bersama-sama dengan

WWF melakukan konsentrasi di 3 kabupaten uji coba dulu (Kab. Dharmasraya, kab. Tebo dan Kab.

Kuansing) agar tidak terlalu lama, sehingga keluarlah perpres 13 / 2012 terbit. sehingga saat ini para

birokrat telah banyak memunculkan “green”nya, sehingga ini merupakan terobosan dari kawan2 LSM.

Penyusunan tata ruang Pulau Sumatera telah menyertakan/mengintegrasikan KLHS dan hasilnya sudah

sangat bagus sekali dimana terapan dari sisi kebijakan secara nasional sudah sesuai, dan memang

tantangannya adalah implementasi dari perpres tersebut yang muaranya ada di kab/kota. Kemudian

menyusun 5 rencana aksi dari rimba yaitu,

restorasi,

pelayanan jasa air,

pelayanan jasa carbon,

pengelolaan hutan lestari dan

Pengelolaan perkebunan lestari

Karena ke 5 isu ini merupakan yang paling penting dan isu ini juga kemungkinan akan bertambah, dan

bagaimana mengimplementasikan ke 5 rencana aksi ini, beberapa rencana strategis telah di design,

seperti untuk; 1) restorasi, memiliki renstra, melakukan review legal status lahan dalam RIMBA ( HL,

KSA, CA, SM, TWA, dan status kawasan lindung lainnya), Konsultasi dengan pemerintah & pemerintahan

setempat terkait program reforestasi, Identifikasi dan profiling area potensial untuk kegiatan reforestasi

di luar kawasan lindung, Pemetaan detail area lokasi reforestasi, Konsultasi, identifikasi dan

establishment kelompok masyarakat. Pemantauan secara partisipatif secara dan penggunaan INDERAJA

10 | H a l a m a n

serta IT. 2) renstra Pelayanan Jasa Air, Identifikasi dan mapping kawasan tangkapan hujan di dalam

areal RIMBA, Menentukan wilayah DAS sebagai sumber, Melakukan study kesediaan membayar dari

consumer, Mengembangkan mekanisme jasa air, Menyusun regulasi sebagai dasar pungutan jasa air,

Pelaksanaan pungutan jasa air, dan monitoring dan evaluasi. 3) renstra Pelayanan Jasa Carbon, Visibility

studi utk kelayakan legal,policy,sosial,carbon, financial dan baselining ( other aspect relate with REDD),

Kesepakatan (pemerintah dan masyarakat) dan registrasi (pokja REDD), Detail carbon measurement,

PDD , MRV, Validasi, sertifikasi ---> dengan asumsi berdasarkan REDD voluntary, Marketing dan carbon

trading, Implementasi dan monitoring, 4) Pengelolaan Hutan Lestari, Review Status legal sesuai dengan

peraturan & perizinan, Detail mapping ekosistem penting (kawasan tinggi Kehati dan Karbon),

Kesesuaian lokasi konsesi HTI & HPH terhadap kawasan ekosistem, arahan strategis pengelolaan ->

Menuju praktek BMP, hutan lestari, HPH restorasi, mekanisme pelaksanaan dan peran antar lembaga

serta pengembangan kapasitas, MRV (measurable, reportable dan verifiable) serta pengukuran dan

pemantauan perkembangan, 5) renstra untuk Pengelolaan Perkebunan Lestari, Review Status legal

sesuai dengan peraturan & perizinan, Detail mapping ekosistem penting (kawasan tinggi Kehati dan

Karbon), Kesesuaian lokasi konsesi Perkebunan terhadap kawasan ekosistem, Arahan strategis

pengelolaan -> Menuju praktek BMP, perkebunan lestari, Mekanisme pelaksanaan dan peran antar

lembaga serta pengembangan kapasitas, MRV (measurable, reportable dan verifiable) serta pengukuran

dan pemantauan perkembangan.

Implementasi dilapangan belum ada, yang kami lakukan adalah membentuk payung hukumnya terlebih

dahulu dengan membuat kesepakatan dengan beberapa Kementerian terkait seperti kemenko kesra,

bappenas, Kemen-PU, KLH dan Kemenhut. 1 Nov 2011 di Hotel Nikko- Jakarta, GEF Consultation

Meeting, 5 Nov 2011 di Hotel Borobudur, dalam rangka menjajagi mekanisme pembiayaan hibah luar

negeri dengan Kemenkeu, 14 Desember 2011, pengiriman Project Identification Form (PIF) RIMBA

Project ke GEF Sec dari Kemendagri selaku Koordinator Executing Agency; dan ada kejadian kurang

mengenakkan, proposal kita ditolak oleh GEF, tetapi kegiatan ini harus terus berjalan. 9 Maret 2012,

disampaikan Revisi PIF dari GEF OFP ke UNEP selaku Implementing Agency. Tanggapan ‘penolakan’ dari

GEF Sec terhadap PIF yang diajukan (cat:lebih bersifat politis) dan segera disampaikan surat dari

Kemendagri tanggal 25 April 2012 tentang tanggapan penjelasan terhadap penolakan dimaksud, dan

kesimpulannya proses persiapan RIMBA Project tetap dilanjutkan. Komunikasi dengan GEF OFP dan GEF

Sec melalui WWF dan UNEP masih terus berlangsung dalam rangka proses perbaikan/ penyermpurnaan

PIF dan PPG. Pelaksanaan KLHS di Koridor RIMBA:

Pada tahun 2011: fasilitasi Kemendagri untuk KLHS RTRW Provinsi Jambi, dengan membawa

rekomendasi KLHS RTR Sumatera ke dalam proses KLHS RTRW Jambi.

Tanggal 31 Juli -3 Agustus 2012: Pelatihan KLHS – Kick Off Meeting Pelaksanaan KLHS dengan fasilitasi

WWF dan dukungan penelitian potensi jasa lingkungan dan scoping tutupan lahan, serta fasilitasi KLHS 3

kabupaten di RIMBA melalui skema MCI-BMU (s.d. Maret 2013).

Tanggal 5-7 September 2012 Bintek KLHS untuk 3 Kabupaten di Koridor RIMBA di Jakarta, dengan fokus

melakukan pelingkupan untuk mendapatkan isu strategis PB di 3 kabupaten (dihadiri Oleh 12 orang dari

3 kabupaten). Yang menjadi kendala adalah isu strategis diketahui tetapi tidak tau apa yang mau di

KLHSkan sehingga isu strategis di bawah ke daerah dan segera ditetapkan paling kurang seminggu, dan

Kab. Dharmasraya : RPJPD, kuansing : RPJMD dan kabupaten tebo: RPJPD.

11 | H a l a m a n

Dan usulan tersebut perlu dicek kembali dengan isu strategisnya, sehingga direkomendasikan kepada

kabupaten untuk menyusun baseline terkait dengan isu strategis dari proses pelingkupan, Melakukan

pertemuan dengan SKPD +pihak2 terkait untuk shortlisted isu, Melakukan 3 mekanisme dan tahapan

KLHS sesuai Rapermendagri. Dan apakah isu tersebut masih berhubungan dengan kondisi saat ini.

Dan kemudian klo memberikan dampak negetif terhadap lingkungan maka diperlukan alternatif lain

dalam kebijakan rencana dan programnya.

Status RPJM/RPJP sudah dengan sesuai dengan RPJMD/RPJPD tetapi masih memiliki stigma sendiri-

sendiri sehingga semakin jauh dengan RPJM/RPJP sehingga pada tahap kedua akan semakin jauh.

Dan rekomendasi dalam pelaksanaan KLHS di 3 kabupaten adalah :

- Memperhitungkan hubungan fungsional ekologis, sosial dan ekonomi pada kawasan perbatasan lintas wilayah.

- Merestorasi kawasan yang memiliki nilai penting terhadap perlindungan sistem kehidupan, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim, yang telah mengalami degradasi dan terfragmentasi

- Mengembangkan akses bagi daerah terisolir dan pulau-pulau kecil serta membuka akses bagi masyarakat lokal untuk memenuhi kebutuhan dasar dan peningkatan kesejahteraannya

- Membangun dengan tidak menganggu keutuhan (memotong) kawasan lindung, dan ekosistem yang bersifat unik.

- Menetapkan enklave desa yang berada dalam kawasan hutan, dan pengakuan terhadap hak masyarakat adat.

- Mengembangkan sumber energi alternatif.

- Mempertahankan kawasan pertanian pangan

Dan hasil rekomendasi tersebut dapat diintegrasikan kedalam perumusan RPJPD/RPJMD/RTRW 10

provinsi dan kabupaten dan kotanya.

KLHS bukan instrumen untuk menyalahkan atau meluruhkan suatu kebijakan, rencana, atau program.

Namun alat untuk meningkatkan kualitas K/R/P dan menganalisis pengaruh K/R/P terhadap kondisi

lingkungan (sosial budaya – ekonomi – ekologi) suatu wilayah.

Tata Kelola Di Areal Koridor Rimba (Sumatera Risk Map) – Thomas Barano

Paparan ini mungkin bisa jadi sebagai ransangan dalam diskusi untuk membagi imaginative kita semua,

kami melihat dari bberapa latar belakang dari

pengelolaan hijau terkait dengan kondisi 40 % tutupan

hutan, komitmen pemerintah menekan emisi 26% dan

41% secara nasional, Amanat PerPres 13 2012 tentang

Pembentukan 5 Koridor Ekosistem di Sumatera,

Kebutuhan Sumber Energi alternatif yang dapat

diperbarui (Biofuel) yang semakin mendesak, Inisiatif

M3EI untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi

Kondisi eksternal dan kriteria sustainable dapat

disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, sehingga dapat

diperoleh suatu bentuk spasial. Dan juga Regulasi di

Eropa tentang keharusan menggunakan sumber energi

dari bahan bakar terbarukan (EU RED).

12 | H a l a m a n

Dan kriteria-kreteria dari luar dapat disesuaikan dengankriteria di dalam, dimana kriteria tersebut

adalah: Kawasan secara fisik (elevasi, lereng, sempadan sungai, dll) yang harus dilindungi, Kawasan

penting dari segi keanekaragaman hayati, Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung, Habitat

Spesies Payung (Harimau, Gajah, Badak, Orangutan), Kawasan nilai karbon tinggi, Kesepakatan

penyelamatan ekosistem sumatra (Vision Sumatra).

Kriteria itu kita ambil dari : UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, UU No.32 tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH, UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 5 Tahun

1990 tentang KSDA Hayati Dan Ekosistemnya, UU No.18 tahun 2004 tentang Perkebunan, PerPres

No.13 tahun 2012 tentang Rencana Penataan Ruang Pulau Sumatra, pola spasial dari RTR, pola

pembangunan MP3EI, Intepretasi pasl 48, Perpres 13 tahun 2012 tentang 5 koridor, serta dari road map.

Dan hasil dari berbagai kriteria ini kemudian kita coba tumpangsusunkan dimulai dari Pola ruang

kawasan konservasi dan hutan lindung, pembangunan koridor ekosistem, rencana kehutanan nasional

(RKTN) untuk kawasan untuk konservasi, kawasan untuk rehabilitasi,dan ternyata RKTN belum

mengentahui bahwa sudah ada perpres Pulau Sumatera, kawasan untuk perlindungan hutan alam dan

gambut, dari Road Map penyelamatan ekosistem sumatera dan data tambahan lainnya seperti tutupan

hutan, sebaran Konsesi dan potensi karbon, sehingga diperoleh peta area penting untuk Kehati.

Hasilnya, apabila kita menginginkan bahwa 40% tercapai maka warna merah dalam petahasil harus

diperhatikan. Dan setelah hitungan GIS, luas hutan nya adala sekitar 46 %. Dan setelah di diskusikan

maka seharusnya harus di sesuaikan dengan RTRW sehingga kemungkinan warna merah tersebut

terdapat kawasan budidaya sehingga diperlukan suatu treatment sendiri untuk mengelola wilayah

tersebut, demikian Semoga ini bisa menginspirasi dalam diskusi.

Sesi Diskusi Pemaparan I

Irfan (Satwa alam Aceh)

Konflik satwa, masalah konflik antara satwa dengan manusia maka perlu dipikirkan kelak di

kmudian hari Ketika telah tercipta koridor untuk hewan

Proporsiaonal hutan 40% apakah sudah sesuai, dimana bagi provinsi dapat menjadi beban, sehingga 40

% itu harus proposional, pada peta risk map perlu diperhatikan bahwa setiap kabupaten mendapat

proporsi yang sama Dan juga paparan wilayah itu ternyata banyak sekali wilayah merah. Perlu dipehatikan proporsional kawasan itu.

Kusnadi (walhi sumut)

Setelah uu diterbitkan perlu adanya pengawalan atau pengawasan implementasi pelaksanaannya. Juga

perhatikan bahwa koridor ekonomi dapat menjadi menjadi kendala dalam pelestarian alam, aspek

dimensi sosial yang akan terjadi konflik dengan berbagai proses pembangunan (tambang), dimana

tindak lanjut perencanaan penataan ruang berbasis ekosistem, Perpres 13/2012 untuk mendorong percepatan MP3EI. Sedangkan biaya recovery untuk perbaikan lingkungan jauh lebih besar. Diharapkan rekan-rekan di ForTRuSt ini selangkah lebih maju.

13 | H a l a m a n

Penyelesaian tata ruang baru di Lampung dan Bengkulu. Sedangkan di wilayah lainnya belum terjadi. Jangan sampai di detik terakhir ini, RTRWP ditandatangani hanya untuk sekedar melaksanakan tugasnya.

Sedangkan aspek sosial dalam hal ini masyarakat, maka akan terjadi perbenturan ha-hak masyarakat dengan rencana yang dikembangan. Sehingga diharapkan rekan-rekan FoTRUST memperhatikan aspek sosial ini

Agus Setiawan (UNILA Lampung)

Bagaimana perpres dapat menjawab permasalahan di rtrwp dan rtrwk , proporsi hutan di suatu wilayah

sebesar 40 % akan sulit diterapkan karena masih banyak kawasan hutan yang masih di rambah atau

masyarakat tinggal dalam kawasan hutan, contoh tnbbs telah terfragmentasi oleh jalan dan pemekaran

wilayah, sehingga desakan ke tnbbs semakin tinggi.

Wacana tentang fragmentasi TN BBS karena terdapat 7 usulan jalan di TN BBS. Belum lagi rencana

perkembangan kabupaten baru di kawasan dekat TN BBS. Sehingga semakin membuat TN BBS

terfragmentasi Walau dulu ada wacana untuk membangun jalan/terowongan di kawasan lindung.

Bagaimana dengan lahan-lahan milik masyarakat? Bagaimana strateginya?

Ada areal bukan masuk kawasan hutan yg masuk ke dalam koridor, bagaimana areal ini didalam wilayah

koridor

Pak Budi Situmorang :

Seberapa jauh perpres dalam diimplementasi oleh pusat ke daerah?

untuk menjawab hal tersebut terdapat pada perpres, ttg peralihan, perda rtrwp, perda rtrwk dan

peraturan zonasi tetap berlaku selam tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Sehingga

rtrwp aceh, dapat berjalan.

Ketentuan itu tercantum dalam SOP perpres itu sendiri, Sehingga revisi pelaksanaannya

dilakukan setiap 5 tahun karena dilakukan peninjauan kembali. Jika dilakukan dengan cepat

juga akan menimbulkan masalah. Tolong kami juga dikawal dalam SK 44 sehingga prosesnya

berjalan dengan baik. Proses tata ruang ini di Aceh sudah mulai cair.

Dalam penentuan deliniasi jg harus memperhatikan rtrwk yang sudah dalam proses penyelesaiaan,

sehingga peta risk map dapat diterima pad level kabupaten. Ttg proposi 40% disesuaikan dengan kondisi

ekosistem. Jadi yg harus diperhatikan adalah proporsi ekosistemnya baru melihat pada proporsi 40%.

ini kebijakan publik, sehingga seperti klhs kita bisa overlay kan dan memberi informasi kondisi

yang dihadapi. Setuju dengan proporsi namun perlu dilihat juga dengan fungsi kawasan.

Pemerintah kita sering mengukur tingkat keberhasilan pembangunan dari sisi gross national

product/GNP tidak pada indikator lain seperti EPS, sehingga tingkat pembangunan kita berjalan lambat.

Kesimpulan Semoga pemerintah tidak lagi menjadi kan GNP sebagai acuan pembangunan tetapi EPS

sebagaian acuan pembangunan.

Ibu Dyah

bgmn strategis ttg proporsi antar daerah, suatu daerah kemungkinan akan berfungsi lindung apabila wilayahnya mencakup kawasan hutan yang lebih besar dr 40 %, hal ini memerlukan penerapan yang baik.

14 | H a l a m a n

di daerah yang masuk dalam kawasan merah memang perlu dilindungi. Namun perkembangan politik tidak bisa dicegah prosesnya. Kemendagri juga kewalahan, walau moratorium untuk pemekaran telah dilakukan namun tekanan politiknya begitu tinggi.

Thomas Barano

Peta high risk map memiliki risiko pada kedua sisi yaitu : alam dan adanya pengembangan biofuel dari

eured, dimana kriteria merah berati kebijakan eured tidak menerima produk2 biofuel. Bila digunakan

maka akan memiliki konsekuensi yang tidak baik bagi perekonomian pada minyak kelapa sawit.

Peta risk map ini masih indikatif, sehingga perlu adanya adjustifikasi dengan penggunaan data dari BIG,

dan yang paling penting adalah adanya komitmen antar pihak bahwa perencanaan ruang dijadikan alat

untuk pemantauan dan pengendalian

Pa Budi Sitomorang :

PU sedang menyusun ttg perda TR , bisa tidak mendapatkan informasi yang mendalam ttg lokasi perish

yg harus di konservasi habitatnya dimana, spt, jalur gajah…sehingga rekomendasi seperti apa yg bisa

diajukkan untuk melakukan konservasi , sosial masyarakat dan pembangunan dan kesesuaian lokasi

yang seperti apa dan dimana suatu lokasi memiliki areal yang boleh dibangun tetapi bersyarat, boleh

dan sehingga dapat menjadi masukkan bagi pu untuk ke depannya.

Fortrust aceh

Harapan ke teman2 yang melakukan penelitian ttg satwa diberikan kepada pemerintah untuk menjadi

masukkan ke dalam PR.

Peraturan pemerintah harus diterapkan agar tidak menjadi konflik baru dikemudian hari.

Tambahan ;

Sangat tertarik dengan ajakan pak budi ttg di kawasa budidaya yang di lakukan penanaman bersyarat

yang ditanami dengan tanaman yang tidak disukai oleh satwa (gajah), sehingga sebenarnya sudah ada

kajian analisis mengenai jalur gajah dan perkebunan, tetapi kondisi di lapangan berbeda.

Data-data sudah ada pada masing2 lembaga, hanya perlu dikumpulkan atau merapatkan diri, dan yang

perlu diperhatikan bahwa data2 tersebut Jangan sampai jatuh ke tangan yng tidak bertanggung jawab,

sehingga justru populasinya makin berkurang..

Prof. Dr. Ardinis Arbain (moderator)

sehingga kita dapat mempengaruhi para pengambil kebijakan yang mendewa-dewakan GNP menjadi

GNH (gross National Happiness)

15 | H a l a m a n

B. Sesi Pemaparan II - Chairul Saleh (moderator)

Kita lanjutan dengan beberapa isu yang menjadi pokok terkait dengan keanekaragaman hayati,

bagaimana situasi sebaran, situasi kondisi, habitat mamalia besar di sumatera yang ditarik dengan

kebutuhan 5 koridor dalam perpres 13/ 2012, berikut adalah para pemateri :

1. Konservasi harimau sumatera, status dan tantangannya – Forum harimau kita - Dolly Prihatna

Status populasi dan sebaran Harimau, banyak konfplik yang terjadi

dan banyak informasi juga yang menggembirakan, tantangan utama

keberadaan Harimau sumatera, dan apa yang harus dilakukan?.

Sejarah sebaran Harimau didunia, memiliki 7 % habitat Harimau

tersida, India Cina, eropa timur (turki dan rusia) dan Indonesia.

Sebelumnya kita memiliki 9 anak jenis dan 3 anak jenis telah punah,

seperti Harimau bali, Harimau jawa dan Harimau Malaysia

memisahkan diri. Penurunan populasi sangat signifikasi dengan

perubahan luasan hutan. Sebaran Harimau sumatera terdapat di 20

fragment dari 30 dng luas > 1000km2 , sehingga kecenderungan

populasi Harimau dari tahun-ketahun memiliki trend menurun, dan

sekitar 250 – 325 individu yang tersisa.

Dan tantangan utama nya adalah perburuan dan perdagangan, konflik dengan penduduk sekitar

meningkat, deforestasi dan fragmentasi, terjadi penyusutan luasan hutan sekitar 48 % dari

tahun 1985 hingga 2007.

16 | H a l a m a n

Dan upaya yang telah dilakukan adalah terbentuknya anti perburuan dan perdagangan yang

kasusnya meningkat sudah masuk ke pengadilan, dan konflik dengan manusia juga menurun

sejak 2007 dengan adanya intervensi konservasi pada daerah2 rawan konflik, pemantauan

populasi Harimau sesumatera telah 72% daerah survey digunakan oleh Harimau (dilakukan oleh

9 lembaga).

Apa yang akan dilakukan ke depan: melakukan beberapa pendekatan dalam penyelamatan

Harimau yang merupakan recovery tiger plan dimana merupakan turunan dari recovery tiger

program, yaitu: Konsep source dan sink area, kawasan Prioritas dan source sites, replikasi unit

anti perburuan dan perdagangan, replikasi unit mitigasi konflik, peningkatan kapasitas dan

infrastruktur, penyadartahuan dan Publikasi, Pemantauan pola populasi, distibusi dan ancaman

dengan pendekatan pengelolaan adaptif, tata ruang berbasis ekosistem berdasarkan

lkesepakatan Gubernur se sumatera.

2. Konservasi Gajah Di Indonesia – Forum Konservasi Gajah di Indonesia – Doni Priyatna

Forum Gajah didirikan pada tahun 2007, dan dibentuk sebagai mitra

pemerintah,.

Status populasi, pada tahun 1985 terdapat 44 sub populasi di 8

provinsi dan dengan perkiraan populasi 3500-4000, Dan status

terkini, bahwa habita Gajah menyempit dengan 85% populasi di

luar kawasan konservasi, dengan lokasi Penyebaran di 7 provinsi di

sumatera dan 1 provinsi di Kalimantan. Dan perkiraan populasi

sekitar 2400- 2800 dan masuk dalam status critically endangered

(IUCN). Ternyata dari 1985 – 2008, dari 40 kantong hampir

setengahnya telah hilang, contoh di lampung sebelumnya terdapat

12 kantong kini hanya tersisa 2 kantong dan semuanya terdapat

pada kawasan konservasi, lainnya telah dikonversi menjadi kawasan

perkebunan dan daerah transmigrasi.

Dan apabila dilihat dari luasan dan jumlah habitat harapan terbesar berada di Aceh. Dari analisis yang

kita lakukan terlihat adanya tumpang tindih pemanfaatan lahan dengan Konsesi dan terlihat bahwa

hampir sebagian kantong-kantong Gajah telah terkonversi. Dan perubahan habitat hutan untuk

perkebunan, pemekaran desa dan pembukaan wilayah pemukiman baru, dan tekanan perambahan dan

pembalakan liar terhadap habitat Gajah sumatera.

Tantangan ke depan adalah kerusakan habitat, popolasi masih terfragmentasi dan konflik Gajah yang

meluas, perdagangan illegal Gajah/bagian-bagiannya dan pengelolaan populasi Gajah secara kolaboratif.

Apa yang perlu dilakukan?

Diperlukan adanya pembagian peran upaya penanganan, managemen habitat, sinergi arah

pembangunan dan kebijakan (penyesuaian komoditas pertanian/perkebunan yang sesuai, dll),

penyadartahuan, peningkatan kapasitas masyarakat dan swasta untuk mitigasi konflik di tingkat tapak.

17 | H a l a m a n

Sehingga beberapa rekomendasi aksi untuk mengurangi penurunan populasi Gajah, yaitu:

mengembangkan konsep “management elephant Range”) diareal Konsesi dan lahan masyarakat,

menghentikan konservasi hutan alam tersisa yang merupakan habita Gajah, mengidentifikasi kantong-

kantong yang potensial untuk populasi Gajah dan pengembangan koridornya, memasukkan agenda

konservasi Gajah dan habitatnya dalam badan koordinasi tata ruang nasional/daerah (BKTRN/D).

3. Manfaat Konservasi Badak sumatera terkait biodiversity dan Landscape – DR. Adhi Rahmat

Konteks flagship dengan bentang alam, sebaran historis Badak sumatera terdapat di Indonesia dan

Malaysia dan populasi di Indonesia lebih banyak di bandingkan dengan Malaysia.

Ukuran biologis dari Badak sumatera dibandingkan dengan Badak lainnya adalah: ukuran tubuh paling

kecil dari 5 species Badak di dunia, Kulit tipis dan berambut,

Kebiasaan berkubang, Reproduksi lambat. Dan pemantauan Badak

dilakukan dengan memperhatikan dari jejak, Feses, bekas

ragutan(makan), bekas berkumbang, kamera otomatis.

Sebaran Badak di Aceh berada pada kawasan ekosistem leuser dan

taman nasional gunung leuser, di TNBBS, dan beberapa konflik juga

terjadi antara Badak dengan pembangunan yaitu terutama dari

pembangunan infrastruktur jalan raya.

Bio indikator Badak terhadap lingkungan, dimana Badak merupakan

hewan yang sensitif terhadap lingkungan, Respon terhadap kondisi

lingkungan, Badak memerlukan air sehingga ketersediaan air yang

kurang membuat kondisi Badak menjadi stress, dan juga kualitas

makanan (tumbuhan), dan indikatornya adalah iklim, mikro, iklim global dan juga kualitas habitat. Bio

prospecting, mengapa kita repot memikirkan Badak dan apa benefitnya kita mengurusi Badak. Beberapa

manfaat keberadaan Badak adalah Penyebaran tumbuhan herba (obat tradisional), integritas dan

Keseimbangan ekosistem ilmu pengetahuan, lapangan kerja dan devisa dari sektor wisata.

Sehingga apabila dilihat dari impact mitigasinya, dimana pembangunan juga perlu tetapi kelestarian

ekosistem juga perlu dijaga, keberadaan Badak adalah keragaman hayati (flagship species terjaga),

Masyarakat sejahtera, daya dukung kehidupan species dan daya dukung kehidupan manusia.

Secara bentang alam, koridor diharapkan sebgai refuge biodiversity, Keseimbangan ekosistem dan

kualitas ekosistem , dan untuk Badak sumatera sebagai bioindikator, biopropecting untuk ekonomi dan

human welfare, dan terhadap bentang alamnya itu sendiri keberadaan Badak dapat memberikan

kualitas ekosistem yang baik seperti udara, air, dll, keanekaragaman hayati yang meningkat dan

pembangunan tetap berjalan dan bisa berdampingan dengan manusia.

18 | H a l a m a n

4. Sebaran orang utan Sumatera – Forum Orang utan Indonesia – Dr. Suci Utomo

Forum orang utan juga memiliki kamar2 , yaitu: kamarr pemerintah, swasta dan masyarakat.

keberadaan oran utan di dunia tinggal berada di sumatera dan Kalimantan, sejarahnya orang utan

tersebar di dataran asia. Statisnya critical endangered dan

Kalimantan adalah dangerred.

Tetapi di dalam PP nomor7 belum masuk dan populasinya sekitar

1000, dan di sumatera orang utan berada di sieke, tumon TN

leuser bagian barat timur dan utara, dan baru diketemukan

2005/2006 di batang toru dan survey 2010 di antara batang toru

dan deli serdang dan fak-fak.

Dan proses pelepasliarkan orang utan di Ca Jantho dan TN Bukit

tiga puluh, sejak tahun 2003, dan secara Topografinya maka

sebaran orang utan pada daerah flood plains/peat swamp, alluvial

lowland, upland, dan sub montane. Berdasarkan penelitian bahwa

orang utan di kawsan gambut memiliki kecerdasan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan orang utan lainnya, orang utan

dikawsan gambut sudah bisa membuat alat untuk mendapatkan

makanan.

Di lihat dari skema pola penjelajahannya dengan luas jelajah untuk betina 300 – 1500 ha (cenderung

menetap) dan jantan > 3000 Ha.

Dari segi administrasi, tidak semua kabupaten memiliki sebaran orang utan, dengan leuser yang

mendominasi sebarannya, populasi oran utan mengalami penurunan karena adanya penebangan liar

dan perambahan dan pemukiman masyarakat dan juga pembangunan jalan yang tiba-tiba ada dan yang

diusulkan. beberapa kasus, di Bekancan, ternyata pada dataran rendah masih banyak terdapat populasi

orang utan dan perkebunan telah sampai disini, di marike, juga terdapat orang utan dan saat ini wilayah

tersebut telah menjadi lahan perkebunan dan orang utan yang ada kini berada pada dataran tinggi, hal

ini terjadi karena terdesaknya habitat orang utan oleh perkebunan

di Sapopadang, konfliknya lebih karena faktor politik karena adanya pembangunan jalan , dan beberapa

areal lainnya yang telah diprediksikan terdapat orang utan tetapi kita belum bisa kunjungi dikarenakan

Kurangnya pendanaan, dan ternyata di fafak barat di Sumut ternyata ditemukan orang utan, dan faktor

politik yang lebih membuat habitat orang utan terdesak. Satu catatan kecil, suatu kawasan orang utan

overlapping dengan habitat lainnya seperti Gajah.

Komentar moderator, evaluasi konservasi satwa langka perlu dilakukan bila pendekatan ekonomi

menjadi pilihan dalam konservasi

Pak Budi Simorangkir (Kementerian PU)

Bukan bertanya tapi lebih pada konsekuensi perpres yang sedang kita susun.

Bisakah kita mendapat input lebih dalam di TN Leuser, Kerinci Seblat dll. Lokasi persis yang perlu

kita konservasi terkait habitat itu dimana?

Rekomendasi seperti apa yang harus dihasilkan?

19 | H a l a m a n

Dimana saja jalur hidup spesies itu tinggal dan hidup.

Sehingga rencana KSN RTR itu harus sama persis setiap kabupaten. Sehingga bisa memperkaya informasi

yang sedang kita susun bersama dan menjadi feedback kami ke depan. Jika memang tidak bisa kita bisa

berikan startegi lain.

Irsadi - ForTRuSt Aceh

Harapannya adalah dari teman-teman tidak hanya survey saja namun bisa dimasukkan dalam RTR di

wilayah. Walau pertanyaan ini sudah disampaikan oleh BS (Kemen PU). Sehingga dalam penyusunan RTR

itu bisa terakomodir dan tidak menempatkan hewan itu sebagai hama. Perlu segera merapat dengan

pemerintah untuk memberikan informasi dan s=data yang dibutuhkan.

Dolly Priatna;

tertarik dengan ajakan Pak Budi Situmorang untuk melakukan penanaman di kawasan budi daya dengan

bersyarat. Pernah masalah ini disampaikan beberapa tahun lalu tentang informasi tanaman-tanaman

yang tidak disukai oleh gajah, sehingga bisa dikembangkan tanaman sebagai kawasan budidaya.

Sejak ForTRuSt berdiri dan kami menjadi anggotanya, kami sudah mengkontribusikan informasi itu ke

forum ini. Namun dalam 1-2 tahun terakhir ini memang belum di up-date.

Tambahan dari Adhi R; ini insiatif yang bagus untuk merapatkan diri karena data untuk badak sudah

cukup komprehensif di beberapa lembaga. Hanya perlu sistematisasi pengolahan datanya. Hanya dalam

analisis yang perlu diperhatikan.

20 | H a l a m a n

C. Sesi Pemaparan III – (Suhandri (moderator))

Kami mohon untuk ke depan : Bapak Herwasono dari LIPI dan Pak Jonotoro dari Riau, dan paparan kali

ini juga menjadi pengantar dalam diskusi selanjutnya

Herwasono Soedjito – LIPI – Pusat Peneliti Biologi

Keanekaragaman hayati dan Kondisi Ekosistem Penting di Sumatera

Berbicara tentang kehati terkait dengan ekosistem, latar belakang pentingnya melestarikan kehati dari

segi vegetasinya, kenapa perlu koridor.

Paling tidak terdapat 47 ekosistem buatan dan alam yang kemudian

direklasifikasi menjadi 90 tipe ekosistem. Banyak tipe ekosistem

hutan ini mempunyai sumberdaya yang langsung mempengaruhi

kehidupan masyarakat tradisional.

Paling sedikit 38,000 species telah diidentifikasi (55% endemik)

Sekitar 25,000 species tumbuhan, umumnya dari hutan alam –

berguna untuk manusia. Heyne (1950) tumbuhan berguna 219 suku;

1.229 marga; 2.928 (3.500) species

Keanekaragaman flora, untuk dunia monera 300 species, fungi

sebanyak 12.000 species dan plantae 29.550 species. Dan yang

endemic di dataran sumatera sekitar 17 species yang betul hanya

tumbuh di daerah ini tidak ada lagi di daerah lain, contoh nya adalah

Jerenang sebagai antibiotic penganti Venesilin dan jerenang ini

berapapun jumlahnya tetap diterima di Vietnam, dan lainnya adalah Kapur Barus.

Dan di tingkat kabupaten telah di inisiasi mengenai Kebun Raya Kabupaten

Terkait dengan ekosistem, mulai dari pesisir hingga pegunungan, berdasarkan buku road map, kita perlu

dipertanyakan sebesar banyak tipe2 ekosistem di sumatera dan berapa banyak jenis Kehati.

Lalu yang mengakibatkan habisnya hutan atau terdegradasi, dan kehilangan kehati terus meningkat dan

di Sumater tersebut Kapur barus merupakan produk yang sangat terkenal dijamannya.

21 | H a l a m a n

Dan beberapa kegiatan yang telah dilakukan untuk mempertahankan kondisi ekosistem seperti

inventarisasi ekosistem hutan, sumatera key biodiversity, dan HCVF.

Dan pengelolaan ekosistem harus berdasarkan pada daerah aliran sungai, dengan Prioritas pada sungai-

sungai panjang dan pada das pendek dengan sungai pendek dan terjal, apabila rusak dapat

mengakibatkan bencana tetapi mudah diperrbaiki seperti di padang. Kemudian pulau-pulau kecil dan

ekosistem unik. Dan ekosistem juga memiliki koridor ekosistem, tidak hanya MP3Ei, koridor terbut harus

memperhatikan Posisi dan letak 5 kawasan koridor ekosistem penting di Sumatera dimana Manfaat

koridor untuk apa (Harimau, Gajah, Badak, Orangutan, Burung dll), Menghubungkan tipe ekosistem apa

saja (alami dan buatan, infrastruktur jalan, pemukiman, dll), Panjang dan lebar koridor berapa kilometer

, Melintas sub-DAS atau DAS utama dan Status kepemilikan lahan dalam koridor.

Dan koridor rimba sudah menerapakan konsep DAS, dan juga beberapa hal yang penting untuk

dipertimbangkan seperti

- Pendekatan DAS – Bioregion

- Keterwakilan DAS besar – sungai panjang

- Keterwakilan DAS kecil – sungai pendek dan terjal

- Ekspedisi ilmiah diperbanyak

- Keterwakilan kehati tingkat ekosistem, jenis, dan genetik

- Memanfaatkan dan menghargai pengetahuan tradisional dan kearifan lokal

- Kontekstual dengan kondisi lapangan

Dan tantangan ke depan pada koridor adalah:

Ketersediaan lahan yang luas, potensi konflik lahan, jaminan keamanan jangka panjang, sumber daya

yang berkelanjutan. Dan benar-benar mengawal pepres tersebut sesuai dengan harapkan, dengan ideal

bisa terealisasi.

Dan ekosistem dalam keberlanjutannya dalam jangka panjang perlu diperhatikan dalam keterwakilannya

terkait dengan koridor lain, dan perhatian ke masyarakat tradisional untuk keberlanjutan ekosistem

sumatera

Pak Jonotoro – JIKALAHARI

Keanekaragaman Jenis Hutan Alam Sumatera dan

Keanekaragaman Flora

Dasar pemikiran nya adalah ekosistem koridornya, adalah menjaga Keseimbangan ekosistem pulau yang dapat menopang pembangunan di sumatera secara lestari, upaya pelestarian kehati dan kepastian konektifitas kawasan sebagai koridor satwa besar di P. Sumatera, sumber kehidupan bagi masyarakat lokal yang hidupnya bergantung pada SD Hutan, upaya pencapaian target pengurangan emisi karbon sebesar 26%.

Peran hutan secara manfaatan nya sebgai ekonomi, sosial budaya dan ekologis,

22 | H a l a m a n

Biodiversitas pohon pada hutan hujan tropis (kawasan bukit 30), terdapat 139 jenis pohon yang ada pada hutan bekas tebangan dengan kondisi relatif cukup baik dan didominasi oleh tingkat semai. Dan keragaman jenisnya pada tingkat pohon, dan beberapa masuk dalam kategori IUCN dalam status CR, EN, Appendix II.

Sedangkat pada gambut juga memiliki tingkat keragaman yang tinggi.

Pada hutan gambut memiliki sifat, seperti: kemampuan menyimpan air 15-20 kali berat kering gambut tersebut (fungsi hidrologi), Hydropobicity/kering tak balik (rawan kebakaran, bahayanya kanal yang dalam), kemampuan melepas air kearah horizontal lebih besar di banding ke arah vertical (kanal menjadi gambut cepat kering) sehingga gambut sebagai water tabel.

Dampak pembukaan gambut, Pelepasan CO2 dan CH4 yang tinggi, tanaman akan keracunan Pyrit (FeS2), karena kondisi anaerob menjadi aerob, maka menjadi stagnasi atau mati, suhu permukaan gambut dapat menjadi 700 C (rawan kebakaran) dan penurunan permukaan gambut (subsidence) pohon roboh.

Perlu ditekankan perubahan status jika kita mengusulkan koridor di Sumatera. Benteng terakhir yang perlu dijaga adalah gambut karena kandungan CO2 nya yang paling tinggi, sehingga apabila ingin menurunkan emisi maka pertahankan gambut.

Diskusi:

Marjuki koalisis untuk advokasi laut aceh,

ekosistem pesisir belum diangkat dalam pembahasan, penelitian di kawasan teresterial dapat

berdampak pada kawasan pesisir. Pesisir sebenarnya dapat diangkat dalam pembahasan dan hal

tersebut penting untuk tetap dilakukan.

tanggapan

Koridor penting sepandan sungai itu dimaksudkan dapat menghubungan rkosistem yang di daratan

dengan di laut, dan apabila bagian atas rusak maka dipesisirnya juga hilang. Yang menjadi problem

adalah apakah ada penghubung atau sungai, dimana harus dilindungi tetapi dilapangan tidak terjadi,

sehingga apa bila dikatakan fungsi ekologi maka yang diperhatikan bukan status hutannya, tetapi fungsi

ekologinya.

Fungsi ekologi sebenarnya adalah untuk kepentingan bersama, tetapi apabila menggunakan status,

lebih pada kekuasaan. Dan dalam konteks yang lebih luas, dalam penataan ruang perlu memperhatikan

fungsi ekologisnya

Mr. gan.

Sedikit kompleks dengan kehati, TN di belarusia memiliki hutan purba dengan 26 jenis pohon dengan

luasan 46.000 Ha. Dan dalam 1 Ha berapa jenis Pohon?

Di Indonesia dalam 1 hektar terdapat 32 - 50 species rata2, hal ini menunjukkan bahwa kehati di

Indonesia paling fantastic di bandingkan dengan eropa.

23 | H a l a m a n

Data yang sudah ada jenis pohon yang banyak adalah di wanariset semboja ada 150 jenis pohon dan

klo ditesonilo itu hingga 100 jenis dengan dibandingkan dengan tempat lain tesonilo paling tinggi,

termasuk yang tertinggi di dunia.

Yunus - BKSN

Kalau dalam kawasan gambut dibuat kanal dan berapa jauh efek dari pembuatan kanal.

Gambut tidak pernah dideliniasi, dengan pengelolaan sistem kanal dapat merusak ekosistem gambut

Besarnya efek dari kanalisasi itu sekitar 500 m – 1 km. dan polanya kering dan banyak yang tambang.

Dan pernah dibendung kembali, untuk rehabilitasi gambut dan asumsinya adalah dengan

perkembangan suksesi maka, harapannya dapat membuat tumbuhan kembali tumbuh.

Sehingga untuk membuat perhatian terhadap gambut perlu adanya plot pengamatan yang baik.

Pernah pada kawasan gambut 1 juta hektar, penurunan subsidence gambut dan penurunan dapat

membuat kenaikanmuka air dikarenakan penurunan tanah.

24 | H a l a m a n

D. Diskusi Kelompok

Kelompok I – Tata kelola Koridor (Fasilitator : Wisnu Rusmantoro)

Identifikasi Peran dan Tugas masing-masing lembaga dalam pengelolaan Koridor dan membangun

kelembagaan dan mekanisme pengelolaan Koridor (lintas administrasi , lintas sector, sumber

pendanaan).

Beberapa isu yang mungkin muncul dalam pengelolaan koridor, seperti : Tugas dan tanggung jawab yang

belum jelas dari institusi yang terkait dengan pengelolaan Koridor, Lempar tanggung jawab dan

kewenangan antar para pihak, Konflik antar Lembaga, Ego sektoral, Kendala dalam pengelolaan Koridor,

Peran perusahaan dan masyarakat dalam perwujudan koridor.

Maka ada berapa pertanyaan yang akan muncul terkait dengan tata kelola koridor, yaitu :Apakah ada

pengalaman pengelolaan koridor di Indonesia? Tentang koridor di Rimbang Baling, Bukit Batabuh dan

Bukit Sosa. Serta Koridor Bukit Singkil, Siapa lembaga yang berkepentingan terhadap Koridor?,

Bagaimana model pengelolaan Koridor?, diperlukan suatu manajemen kolaboratif, sehingga apa saja

peran peran para pihak serta kendala yang dihadapi dalam koridor?

Konflik kepentingan kolaborasi manajemen dan bagaimana menjembatani kepentingan antara

perusahaan, masyarakat , NGO dan pemerintah dalam pembanguna n koridor?

Perlu dipahami bersama mengenai definisi dari koridor itu sendiri, sehingga tidak ada perbedaan yang

terjadi, koridor adalah kawasan penghubung antara kawasan konservasi yang terpisahkan/

terfragmentasi dan fungsi dari koridor dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

penyelesaiaan kasus demi kasus dan juga peran masyarakat dalam pengelolaan koridor.

Ada beberapa hal penting yang kita sampaikan terkait dengan bukit dengan bukit sosa dan koridor tTN

Leuser dan rawa singkil, dan koridor bukit kaba dng TN Kerinci sebelat, dari sini ada inisiasi dari

stakeholder NGO dan Pemda dan BKSDA membuat kegiatan koridor terutama dalam pengawasan

koridor, dan kolaborasi pengelolaan dikembangkan dengan melakukan tata kelola dalam konteks

pengamanan wilayah koridor. Untuk TN Leuser taman Singkil, pelibatan masyarakat dalam pembebasan

lahan tetapi tidak ada kelanjutan lagi, dan di Bukit Kaba dan TN KS ada pembelajaran pengembangan

wilayah koridor C di bukit Kaba yang menghubungkan Jambi Bengkulu, Sumbar, dimana sudah ada

penelitian (science jugdement), kemudian bagaimana dengan tata kelola koridor, dimana pola koridor,

dimana pemerintah bisa menerapkan koridor, pengelolaan kawasan koridor tidak hanya pada kawasan

lingdung atau kawasan budidaya, Konsesi dan lain sebgainya, sehingga pengelolaannya dapat kolaboratif

antara pengelola.

Pembelajaran di wilayah Rimbangbaling - tn 30 bahwa kegiatan pengamanan saja tidak cukup tetapi

dalam proses pengembangannya memerlukan pengembangan managemen kolaboratif dan ada usulan

green infrastruktur, penelitian (sciencetific judgment), dan keterlibatan masyarakat dan perlu adanya

identifikasi konflik kepentingan, maka solusi yang kelompok I usulan adalah

- Adanya managemen kolaborasi koridor,

- Penyamaan visi koridor

- Pendanaan, proses pembuatan koridornya perlu disiapkan pendanaanya.

- Pengamanan, Penyelesaiaan masalah perambahan lahan.

25 | H a l a m a n

Edi S – LIPI

Peluang perluasan wilayah bisa saja terjadi namun tetap perlu dilakukan monitoring dalam proses politik yang terjadi di kawasan koridor tersebut. Herwasono – LIPI Institusi KPH di dalam kawasan koridor itu belum ada bentuknya. Walau pun sudah dbahas dalam diskusi mengenai peluang KPH ini. Kusnadi – WALHI Sumut Kawasan yang masuk dalam koridor itu memang wilayah konservasi dan mengacu pada Perpres

itu sehingga target yang diterapkan pun harus lebih besar dari target itu. Sehingga memberikan

hasil yang lebih besar dari target 40% kawasan hutan.

Model pengelolaan koridor dikelola oleh pemerintah, termasuk tanah masyarakat yang telah

menjadi hak milik masyarakat, dan apabila dalam bentuk Konsesi, maka pengelolaannya

diserahkan kepada pemilik Konsesi secara mandatory.

Pelibatan masyarakat menjadi solusi dalam pengelolaan kawasan koridor serta penerapan

konsep hijau terhadap pembangunan-pembangunan yang ada didalam kawasan koridor seperti

green infrastruktur, serta diperlukannya kajian akademin pada pengelolaan koridor, melibatkan

masyarakat yang mendukung penyelamatan lingkungan sebagai bagian dari pengelolaan,

adanya perlindungan yang insentif (seperti patrol).

Pengelolaan koridor tersebut diharapkan bersifat kolaborastif dibawah satu Unit Pelaksana

Teknis (UPT) atau juga bisa dalam bentuk konsorsium.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh pelaksanaan koridor adalah konflik kepentingan dapat

dikurangi dengan adanya kolaboratif management, mengutamakan visi koridor (beyond species

dan habitat), pendanaan: untuk “land banking” dapat menggunakan dana APBN/sumber

lainnya, masyarakat perambah/dari luar: penegakan hukum (law enforcement), penyadaran

atau pembatas sosial (Awarness/ social barrier).

Action Plan :

- Perpres perlu ditingkatkan menjadi Peraturan Pemerintah (PP)

- Naskah akademis koridor

- Aspek legalitas koridor

- Integrasi koridor dalam RPJP

- Diseminasi strategi konservasi

26 | H a l a m a n

Kelompok II – Design Spasial Koridor (Fasilitator : Oki Hadian)

Tujuan Pembahasan kelompok II terkait dengan mendesain keruangan pola dan bentuk koridor, Perpres

sudah menyebutkan identifikasi species, Apa saja kriteria biogeografi (sebaran gajah, harimau,

orang utan, badak burung) , fisiogeografi (kawasan lindung, tutupan hutan dll), sosial (HTR , dll)

dalam delineasi Koridor, Bagaimana Bentuk dan Pola desain Koridor?, Apa saja status

pemanfaatan lahan di dalam Koridor?, Dimana saja pola sebaran konsesi dalam Koridor?,

Kabupaten dan propinsi mana saja yang tercover dalam koridor?, Bagaimana proses

sinkronisasi landuse antar kabupaten dan antar pola land use agar koridor dapat berfungsi?,

Bagaimana identifikasi isu land tenure dalam Koridor?, Apa saja Tool spatial dalam Koridor?.

Maka dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang muncul tersebut maka isu-isu yang perlu

diperhatikan adalah Skala peta dasar (kabupaten 1 : 50.000), alokasi keruangan antar daerah

yang mungkin sama, perbedaan status penggunaan lahan dalam koridor, dan sinkronsisasi

koridor dengan pengelolaan lainnya.

Agus – UNILA

Konsep yang dikembangkan harus meta-populasi, sehingga dikawasan itu bisa tersambung secara

biologi

Ardinis A – UNAND

Kriteria kita ketika menyusun/delineasi masih pada spesies. Namun harus berdasarkan naskah akademis

yang melibatkan masalah sosial (antropolo misalnya) dan tidak hanya berbasis conservation species.

Dicky – WARSI

Dalam koridor tidak hanya hutan alam saja dan juga tidak monokultur. Perlu dikembangkan agroforest

jika memang itu sudah dkembangkan. Ini terkait dengan reward yang akan diperoleh oleh masyarakat

yang iktu terlibat mengelola koridor. Dan untuk kasus Suku Anak Dalam/Orang Rimba di wilayah Jambi.

Berdasarkan studi mereka berada di wilayah Jambi sebelah Barat. Sebarannya berada di wilayah hutan

yang tersisa dan tidak di wilayah gambut. Sentranya di Bukit DuaBelas dan juga ada Suku Batin Sembilan

yang berebda dengan Orang Rimba. Penghubung dengan wilayah restorasi adalah agroforest di APL yang

langsung melibatkan masyarakat.

Suci - FORINA

Apakah koridor ini harus sesuai dengan Perpres? maksudnya adalah, sebagai contoh, koridor pertama,

template yang digunakan sebaiknya yang terbaru - 2007. Jika kita melihat Diri Pakpak ke arah

BatangToru.

Thomas Barano-WWF

Sebaiknya mengacu pada Perpres yang telah menyebutkan satwa-satwa Gajah dan Harimau. Sehingga

sebaiknya mengacu pada Perpres yang telah menyebutkan itu. Apa yang dihasilkan ini akan dibawa

dalam forum gubernur atau melalui prosespolitik ini, namun bisa saja menjadi bopeng atauberkurang.

Sehingga dalam forum pakar ini ususlan yang diberikan memberikan ruang yang lebih luas dan catatan

dari kita sebagai usulan pengelolaan.

27 | H a l a m a n

Erwin Widodo - WWF

Di dalam Perpres itu belum menyebutkan spesifik seperti apa bentuk peta itu. Ini adalah peluang bagi

kita untuk meyampaikan keinginan kita dan akan memperbaharui peta yang telah ada, jika ada.

Dicky – WARSI

Bagi saya ini adalah peta visi, jika mengacu disampaikan oleh teman dari Sumut tadi, lebih baik jika lebih

besar dari ini. Hanya dalam delineasi kita perlu lebih detil.

Irfan – Unsyah

Kita hanya melihat kepentingan satwa saja, mengingatkan saja bahwa tujuan Perpres yang sebesar 40%

dan juga tidak hanya pada koridor saja. Yang perlu dipelajari lebih dalam lagi adalah memasukkan

delineasi dalam target Perpres itu.

Chairul Saleh – WWF

Ususlan pertemuan lagi yang melibatkan para pihak dari Antropolog dan Hukum dan tidak saja di bidang

konservasi.

Kelompok III – Tahapan Integrasi ke dalam Rencana Provinsi dan Kabupaten, Insentif dan

disisentif (Fasilitator : Suhandri)

Tujuan pembahasan kelompok III adalah mengidentifikasi potensi dan hambatan dalam proses

mengadopsi koridor di regulasi provinsi dan kabupaten (RTRWP/K dan RPJMD/RPJP) serta identifikasi

potensial ekonomi dari jasa lingkungan dalam pengelolaan koridor.

Dan permasalahan –permasalahan yang mungkin muncul adalah kompleksitas kepentingan, seberapa

cepat value koridor dengan tantangan investasi, Best management Practise (BMP) sektor dalam

kawasan koridor, bentuk insentif dan disinsentif dari pemerintah pusat yang nyata, restorasi kawasan

kritis di koridor, dan keterkaitan dan kesesuaian antara koridor dengan RTRWP dan RTRWK. Sehingga

beberapa pertanyaan dapat muncul, seperti: kebijakan apa sajayang penting ditingkat provinsi dan

kabupaten untuk mengadopsi koridor dan proses konsultasinya, para pihak di provinsi dan kabupaten,

dan program apa saja yang didorong dalam koridor terkait dengan restorasi.

Integrasi Koridor dalam RTRW Kabupaten dan RTRW Provinsi, Identifikasi potensi dalam proses adopsi

koridor, yaitu: penyusunan RTRW, RPJM, Kawasan lindung, KK, taman Kehati, proses Penyusunan RTRW

yang topdown, redd +, pemilukada, ISPO.

Identifikasi hambatan: rendahnya pemahaman urgensi koridor, mutasi pejabat, koridor MP3EI,

bagaimana ketidakpatuhan terhadap RTRW. Tidak adanya kajian ilmiah, bisa menjadi peluang, akurasi

dan Validasi data, keterkaitan dengan peringkat kabupaten dari PAD, Untuk stake holder kunci yang pro

lingkungan : PT, LSM, Masyarakat adat, Pemerintah.

Identifikasi jasa lingkungan: Jasa Air, jasa landscape, biodiversity, NTFP, jasa carbon, jasa sosial

pendidikan.

28 | H a l a m a n

Nilai koridor selalu bertentangan dengan investasi, pandangan terhadap koridor, isu perkebunan sawit

pada jargo bahwa sawit meningkatkan ekonomi marsyarakat, konflik pertanahan, nilai biodiversity di

koridor, pembangunan koridor terkendali otonomi daerah. Overlap pengelolaan kawasan. Kebijakan yg

kontradiktif, penegakan hukum yg susah diterpak di lapangan, sehingga koridor tetap dapat berjalan,

legalitas kawasan apakah perlu ada legalitas baru?

Kebijakan yg harus disiapkan data spasial dengan kondisi dilapanga, kebijakkan revisi RTRW, rpjm, tanah

ulayat, sisinfo transparan dan Ekoregion dan klhs

Proses konsultasi : pembangunan persepsi pada stake holder, klasifikasi insentif/benefit untuk

masyarakat luas.

Stake holder kunci yang spesifik pada daerah/lokal, dimana key stake holder berbeda-beda, seperti di

Aceh dengan tokoh adat/tokoh ulama, di Lampung dengan pemda, Spesifik untuk stake holder,

dibengkulu-> badan masyarakat adat

Program yang dapat dikembangkan untuk restorasi, energi murah terbaharukan/microhidro,

pemberdayaan petani lokal, pengembangan perikanan darat, dan adanya kegiatan pohon asuh.

Klarifikasi :

KLH - terkait dengan KLHS masih perlu kajian mengenai koridor di dalam pembahasan KLHS.

Dikalbar ada koridor yang menghubungkan tn betung kerihun dan danau sentarum, sehingga koridor

dapat dijadikan kawasan stretegis kabupaten/provinsi/nasional.

Kelompok IV – Monitoring Sistem dan Evaluasi (Fasilitator : Thomas Barano)

Tujuan dari diskusi kelompok IV adalah memastikan praktek penggunaan lahan sesuai dengan arahan

pengelolaan 5 koridor di Sumatera, melihat efektifitas dan pemanfaatan koridor untuk konservasi dan

ekonomi dan beberapa permasalahan yang akan berkembang adalah konflik manusia dan satwa, jumlah

korban dan kerugian ekonomi, kondisi koridor, perubahan peruntukan lahan dalam koridor dapat terjadi

setiap saat, dan penegakan hukum, beberapa permasalahan atau isu tersebut dapat menimbulkan

pertanyaan-pertanyaan yang dapat dilontarkan oleh kelompok seperti: perlukan suatu

pemantauan/monitoring, bagaimana Mekanisme komunikasinya apakah ada tool yang dapat

dikembangkan untuk sistem monitoring (spasial dan non spasial), para pihak yang perlu dilibatkan dalam

clearing sistem monitoring penataan ruang dan bagaimana menjaga dan mengendalikan peruntukan

ruang dan lahan dalam koridor agar fungsi koridor tetap optimal.

Tugas ForTRUST ke depan terhadapa cantolan koridor adalah perpres, yang sebenarnya sudah cukup

kuat apabila presidennya tetap sama, takutnya ganti presiden ganti kebijakkan , apakah memungkinkan

status perpres dinaikkan ke Peraturan Pemerintah

Perlu adanya naskah akademis pd koridor yang didukung oleh kajian2 dari berbagai forum, di dalam

terdapat naskah akademis tersebutdan juga naskah lainnya yg dapat mendukung. Sebagai sebuah

dokumen perencanaan dan dokumen aksi, seberapa jauh dokumen ini terkaitan dengan RPJM atau RPJP.

29 | H a l a m a n

Perpres masih bisa berubah-ubah, sehingga perlu adanya sosialisasi mengenai perundang-undangan

yang telah dikeluarkan.

E. Rencana Tindak Lanjut

Rencana kedepan ada namanya SREDFI (Sustainable Regional Development Forum Indonesia), dimana

inisiatif ini oleh Kementerian PU dan Ikatan Ahli Perencanaan (IAP), SREDFI ini akan menaungi forum-

forum yang ada di setiap Pulau besar seperti ForTRUST di Sumatera, Forum di Kalimantan, forum di

Sulawesi, FOKER di Papua, dan Forum di Nusa tenggara dan tidak ada crosscutting untuk menjahit

region2 ini, maka akan dibangun suatu hub yang akan menjadi kesatuan antara sumatera, Kalimantan,

Sulawesi, jawa nusa tenggara dan papua maluku, dan Kementerian PU melihat ini sebagai mitra penting

untuk melakukan mediasi lintas sektor. Sehingga pada SREDFI tersebut membantu hubungan antar

lintas sektor serta membangun peningkatan kapasitas, serta mendorong isu insentif dan disinsentif pada

tataran di Kementerian Keuangan, sehingga perlu pembahasan khusus untuk membahas insentif dan dis

insentif.

Kegiatan SRED – FI mencakup kegiatan pemantauan pelaksanaan RTR Pulau dan KSN, Melakukan

fasilitasi teknis terhadap proses adopsi RTR Pulau dan KSN, memfasilitasi dialog lintas administrasi dalam

unit pulau untuk kesesuaian pola penggunaan lahan lintas batas administrasi, memfasilitasi dialog lintas

sektor untuk memberikan pendampingan dalam perwujudan pola ruang dan identifikasi dan analisis

stakeholder.

Dalam implementasinya SRED-FI memiliki sejumlah alat bantu untuk melakukan kegiatannya baik dalam

penerapan insentif dan disinsentif, yaitu pemanfaatan Sistem Informasi geografis (GIS), Penginderaan

jauh dengan teknologi satelit, Sistem Jaringan Pemantauan Penataan Ruang (SIGAPTARU), kajian

Lingkungan Hidup Strategis bidang Penataan Ruang (KLHS saat ini telah di bagi menjadi sektor

Kementerian, apabila terkait dengan sektor perencanaan pembangunan maka Dikoordinasikan oleh

Bappenas, untuk bidang penataan ruang Dikoordinasikan oleh Kementerian PU dan apabila terkait

dengan Lingkungan Dikoordinasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup), dan Kawasan bernilai

konservasi tinggi (KBKT/HCV).

Sigaptaru (Sistem Jaringan Pemantauan Tata Ruang) sebagai tool untuk memonitoring Tata Ruang yang

merupakan suatu pengembangan teknologi informasi yang memanfaatkan alat telekomunikasi sebagai

media tukar informasinya.

Keanggotaan SREDFI adalah umum yang berfokus pada penataan ruang dengan fokus:

- Komunikasi publik

- Program fasilitas dan kapasiti

- Monitoring dinamika

Dan keanggotaan SRED-FI terbuka untuk umum bersifat inklusif dari berbagai latar belakang profesi,

pendidikan dan institusi/Lembaga dan didaftarkan oleh secretariat dan dapat teregister secara online.

Berikut adalah Struktur dari SRED-FI;

30 | H a l a m a n

Beberapa program SRED-FI dapat dilakukan ke depan adalah

• Sebagai contoh kasus adalah perwujudan pelaksanaan dan pengembangan Master Plan 5

koridor ekosistem di Sumatera

• Pengembangan program selanjutnya untuk pulau lainnya akan disesuiakan dengan Tujuan

masing-masing RTR pulau

• Perwujudan pelaksanaan KSN akan dilakukan untuk KSN yang telah ditetapkan dan perlu

prioritas pelaksanaannya.

• Pengembangan Indikator Keberlajutan Pulau sesuai dengan perpres RTR Pulau dengan melihat

aspek sosial, ekonomi regional dan ekologi

Dengan adanya lokakarya ini, diharapkan akan menjadi contoh untuk region lainnya. Kementerian PU

dan Ikatan Ahli Perencanaan akan membahas mengenai perkembangan ke depan mengenai Forum Ini

dan IAP akan me launching SRED-FI ini.

Dan usulan tambahan bahwa

Untuk kalangan akademisi, telah ada forum di inisiasi oleh Pak Ernan Rustiadi (IPB), tetapi perlu juga

adanya suatu forum ForTRUST untuk akademisi se Sumatera

Foto bersama:

Sekjend/ Koordinator

SIGAPTARU Program Komunikasi

Public Relation

Sekretariat