no. 8, april 2013 issn. 1978 - 0052 u r n a l penelitian · sulit dari metode yang lain, karena...

128
ALAT DETEKSI DINI BAHAYA BANJIR DENGAN PENYAMPAIAN INFORMASI TINGGI MUKA AIR MENGGUNAKAN DATA LOGGER BERBASIS GSM GATEWAY Muhammad Andang Novianta, ST, MT, Aru Purba Ardimas Jaya Giri PEMANFAATAN PASIR MERAPI PASCA ERUPSI SEBAGAI MEDIA PENGOLAH AIR YANG MENGANDUNG BESI DAN MANGAN TINGGI Retno S, ST, MP dan Irene AS, ST, MT PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN MASYARAKAT MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK RAMAH LINGKUNGAN Dr. Eli Rohaeti, M.Si STRATEGI PEMBERDAYAAN UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN DAN KEMANDIRIAN KESEHATAN MASYARAKAT YOGYAKARTA BERBASIS KEBIJAKAN PREVENTIF DAN PROMOTIF Awang Darumurti, SIP, M.Si, dr. Budi Santosa, S.Psi PENGEMBANGAN SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY (SSP) BERBASIS NEW TAXONOMY OF SCIENCE EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS Ary Kusmawati, S. Si, Hj. Sri Utari, M.Pd.Si, Alfi Suciati, S.Pd ANALISIS MUTU LAYANAN PUSKESMAS BERDASARKAN TINGKAT KEPENTINGAN PASIEN DAN KINERJA JASA PELAYANAN (STUDI KASUS DI PUSKESMAS MERGANGSAN DAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA) dr. Betty Ekawaty, SpKK, drg. Punik Mumpuni Wijayanti, M.Kes, Adi Nugroho, ST STRATEGI PENGEMBANGAN KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN CAKUPAN USAHA DALAM PEMBERDAYAAN UMKM DI KOTA YOGYAKARTA Dra. Sri Utami, M.Si REBRANDING YOGYAKARTA SEBAGAI KOTA WISATA BUDAYA Arif Wibawa, M.Si dan M. Edy Susilo, M.Si APLIKASI WEBSITE PEMASARAN DENGAN TEKNIK SEO (SEARCH ENGINE OPTIMAZION) UNTUK MEMPROMOSIKAN PRODUK-PRODUK UMKM Fatsyahrina Fitriastuti, S.Si, MT MENGEMBANGKAN PERANAN KOMUNITAS "BECAK" SEBAGAI PENGUATAN TERHADAP SIMBOL YOGYAKARTA KOTA BUDAYA Dra. MC. Candra Rusmala D, M.Si MENYIKAP WAJAH PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN ADMINISTRASI DASAR PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA Dwi Priyono,SH, Waryono,S.IP,S.Kep,M.Kes, Sri Arini Winarti, SKM.M.Kep URNAL PENELITIAN No. 8, APRIL 2013 ISSN. 1978 - 0052 8

Upload: dangthien

Post on 06-Mar-2019

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ALAT DETEKSI DINI BAHAYA BANJIR DENGAN PENYAMPAIAN INFORMASI TINGGIMUKA AIR MENGGUNAKAN DATA LOGGER BERBASIS GSM GATEWAYMuhammad Andang Novianta, ST, MT, Aru Purba Ardimas Jaya Giri

PEMANFAATAN PASIR MERAPI PASCA ERUPSI SEBAGAI MEDIA PENGOLAH AIRYANG MENGANDUNG BESI DAN MANGAN TINGGIRetno S, ST, MP dan Irene AS, ST, MT

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN MASYARAKAT MELALUIPEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA DALAM PEMBUATANBIOPLASTIK RAMAH LINGKUNGANDr. Eli Rohaeti, M.Si

STRATEGI PEMBERDAYAAN UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIANDAN KEMANDIRIAN KESEHATAN MASYARAKAT YOGYAKARTABERBASIS KEBIJAKAN PREVENTIF DAN PROMOTIFAwang Darumurti, SIP, M.Si, dr. Budi Santosa, S.Psi

PENGEMBANGAN SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY (SSP)BERBASIS NEW TAXONOMY OF SCIENCE EDUCATION UNTUKMENINGKATKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH ATASAry Kusmawati, S. Si, Hj. Sri Utari, M.Pd.Si, Alfi Suciati, S.Pd

ANALISIS MUTU LAYANAN PUSKESMAS BERDASARKAN TINGKATKEPENTINGAN PASIEN DAN KINERJA JASA PELAYANAN (STUDIKASUS DI PUSKESMAS MERGANGSAN DAN PAKUALAMANYOGYAKARTA)dr. Betty Ekawaty, SpKK, drg. Punik Mumpuni Wijayanti, M.Kes, Adi Nugroho, ST

STRATEGI PENGEMBANGAN KOLABORASI BISNIS UNTUKMENINGKATKAN EFISIENSI DAN CAKUPAN USAHA DALAMPEMBERDAYAAN UMKM DI KOTA YOGYAKARTADra. Sri Utami, M.Si

REBRANDING YOGYAKARTA SEBAGAI KOTA WISATABUDAYAArif Wibawa, M.Si dan M. Edy Susilo, M.Si

APLIKASI WEBSITE PEMASARAN DENGAN TEKNIK SEO(SEARCH ENGINE OPTIMAZION) UNTUKMEMPROMOSIKAN PRODUK-PRODUK UMKMFatsyahrina Fitriastuti, S.Si, MT

MENGEMBANGKAN PERANAN KOMUNITAS "BECAK" SEBAGAIPENGUATAN TERHADAP SIMBOL YOGYAKARTA KOTA BUDAYADra. MC. Candra Rusmala D, M.Si

MENYIKAP WAJAH PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN, KESEHATAN DANADMINISTRASI DASAR PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTADwi Priyono,SH, Waryono,S.IP,S.Kep,M.Kes, Sri Arini Winarti, SKM.M.Kep

U R N A L

P E N E L I T I A N

No. 8, APRIL 2013 ISSN. 1978 - 0052

8

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2

TIM REDAKSI ........................................................................................................................ 3

SALAM REDAKSI .................................................................................................................. 4

ALAT DETEKSI DINI BAHAYA BANJIR DENGAN PENYAMPAIAN INFORMASI TINGGIMUKA AIR MENGGUNAKAN DATA LOGGER BERBASIS GSM GATEWAYMuhammad Andang Novianta, ST, MT, Aru Purba Ardimas Jaya Giri ................................... 5

PEMANFAATAN PASIR MERAPI PASCA ERUPSI SEBAGAI MEDIA PENGOLAH AIRYANG MENGANDUNG BESI DAN MANGAN TINGGIRetno S, ST, MP dan Irene AS, ST, MT............................................................................... 17

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN MASYARAKAT MELALUI PEMANFAATANLIMBAH AIR KELAPA DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK RAMAH LINGKUNGANDr. Eli Rohaeti, M.Si ............................................................................................................. 27

STRATEGI PEMBERDAYAAN UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN DANKEMANDIRIAN KESEHATAN MASYARAKAT YOGYAKARTA BERBASIS KEBIJAKANPREVENTIF DAN PROMOTIFAwang Darumurti, SIP, M.Si, dr. Budi Santosa, S.Psi.......................................................... 40

PENGEMBANGAN SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY (SSP) BERBASIS NEWTAXONOMY OF SCIENCE EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER SISWASEKOLAH MENENGAH ATASAry Kusmawati, S. Si, Hj. Sri Utari, M.Pd.Si, Alfi Suciati, S.Pd............................................. 50

ANALISIS MUTU LAYANAN PUSKESMAS BERDASARKAN TINGKAT KEPENTINGANPASIEN DAN KINERJA JASA PELAYANAN (STUDI KASUS DI PUSKESMASMERGANGSAN DAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA)dr. Betty Ekawaty, SpKK, drg. Punik Mumpuni Wijayanti, M.Kes, Adi Nugroho, ST ........... 58

STRATEGI PENGEMBANGAN KOLABORASI BISNIS UNTUK MENINGKATKANEFISIENSI DAN CAKUPAN USAHA DALAM PEMBERDAYAAN UMKM DI KOTAYOGYAKARTADra. Sri Utami, M.Si ............................................................................................................. 70

REBRANDING YOGYAKARTA SEBAGAI KOTA WISATA BUDAYAArif Wibawa, M.Si dan M. Edy Susilo, M.Si ......................................................................... 80

APLIKASI WEBSITE PEMASARAN DENGAN TEKNIK SEO (SEARCH ENGINEOPTIMAZION) UNTUK MEMPROMOSIKAN PRODUK-PRODUK UMKMFatsyahrina Fitriastuti, S.Si, MT .......................................................................................... 88

MENGEMBANGKAN PERANAN KOMUNITAS "BECAK" SEBAGAI PENGUATANTERHADAP SIMBOL YOGYAKARTA KOTA BUDAYADra. MC. Candra Rusmala D, M.Si ..................................................................................... 98

MENYIKAP WAJAH PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN, KESEHATAN DANADMINISTRASI DASAR PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTADwi Priyono,SH, Waryono,S.IP,S.Kep,M.Kes, Sri Arini Winarti, SKM.M.Kep .................... 109

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

3

TIM REDAKSI

Penanggung Jawab : Ir. Edy Muhammad

Ketua : Ir. Suparwoko, MURP, Ph.D

Drs. Hajar Pamadhi, MA (Hons)

Pemimpin Redaksi : Dra. Pratiwi Yuliani

Sekretaris : Sugito Raharjo, SH, M.Hum

Redaktur Pelaksana : Risdiyanto, ST,MT

Drs. Rochmad, M.Pd

Drs. Zenni

Layout dan Desain Grafis : Affrio Sunarno, S.Sos

Itmam Fadhlan, S.Si

Purwanta

Illustrator : Budhi Santoso, ST

Dwi Sulistiyowati, S.Si

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

KANTOR BAPPEDA

Kompleks Balaikota Timoho

Jl. Kenari No. 56 Yogyakarta 55156

Tlp. (0274) 515 207

Fax. (0274) 55 44 32

Email: [email protected]

Website: www.jogjakota.go.id

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

4

SALAM REDAKSI

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Tema penelitian yang diusung dalam Jurnal kali ini adalah “Peningkatan

Peran Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, Pariwisata Berbasis

Budaya dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan”. Hasil

penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan tambahan wawasan baik bagi

pemerintah maupun masyarakat yang tertarik akan hasil penelitian ini.

Jurnal penelitian ini merupakan sarana pemberian informasi dan

komunikasi yang dibentuk oleh Bappeda Kota Yogyakarta dalam wadah jaringan

penelitian di Kota Yogyakarta.

Dengan terbitnya jurnal penelitian ini diharapkan para pembaca dapat

ikut serta dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang akan diselenggarakan setiap

tahunnya oleh jaringan penelitian Kota Yogyakarta, akhirnya semoga hasil

penelitian ini dapat lebih bermanfaat bagi kita semua.

Wassalammu’alaikum Wr Wb

Redaksi

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

5

Alat Deteksi Dini Bahaya Banjir Dengan Penyampaian Informasi Tinggi Muka AirMenggunakan Data Logger Berbasis GSM Gateway

(Oleh : Muhammad Andang Novianta, ST, MT, Aru Purba Ardimas Jaya Giri)

Abstract

Changes in water level at a watershed is one of the flooding. Stored measurementdata will be used as decision-making to the accumulation of water level changes that occurso that the threat of natural disasters of floods and flash floods can be known at an earlystage.

The purpose of this study is to design a water level telemetry tool with a rotaryencoder type sensor technology and type of resistance wire wound as a digitally-basedmicrocontroller, so that measurement data are stored digitally, and the delivery ofmeasurement data can be via the GSM network.

Based on the research instrument calibration with a conventional measuringinstrument measuring ruler obtained average error 0.3 cm, and calculations if proppedwith a level of accuracy of 1 cm, 5 cm, 10 cm, then the error values obtained 30%, 6%, 3%,so it can concluded that the sistem of tools and sensors showed a good performance sistem.

Key words : Telemetry, Water Level, Wire Wound Sensor, GSM Network

A. PendahuluanIndonesia merupakan salah satu negara yang masuk pada wilayah tropis dengan

tingkat curah hujan yang relatif tinggi dibanding dengan negara–negara di luar wilayahtropis. Dengan semakin tingginya curah hujan di suatu kawasan tertentu akan berdampakbaik dan bisa juga berdampak buruk. Dampak baiknya sudah jelas adalah tingkat kesuburantanah yang tinggi sehingga menjadikan tingkat komoditas pangan pada wilayah tersebut.Akan tetapi dampak buruknya harus diperhatikan karena menyangkut keselamatan banyakorang, terutama di daerah dengan tingkat curah hujan yang tinggi, akan tetapi tidak imbangdengan tingginya nilai penyerapan air oleh tanah yang disebabkan oleh buruknya sistemdrainase pada kawasan tertentu, maka akumulasi air limpahan akan terjadi di Daerah AliranSungai (DAS) setempat. Jika akumulasi yang terjadi mempunyai debit yang dapatditampung oleh DAS maka ancaman luapan air berupa banjir tidak terjadi, tetapi jika debitakumulasinya berlebihan menimbulkan bahaya banjir.

Dengan memasang titik-titik pantau perubahan permukaan tinggi muka air disepanjang DAS, maka akan bisa dipantau kenaikan muka air DAS secara tepat dan cepat.Diharapkan dengan titik–titik stasiun pantau tersebut, kenaikan muka air DAS bisa dipantaudan dicatat pada selang waktu tertentu. Data–data yang tersimpan tersebut dapat dijadikansebagai bahan pertimbangan dan prediksi kejadian masa mendatang berdasarkan bentukkenaikan tinggi muka air. Selain itu dengan stasiun pantau muka air DAS bisa secara cepatdipantau nilai tinggi muka airnya (TMA) sehingga saat terjadi akumulasi air pada daerahaliran sungai tersebut maka bisa disimpulkan secara cepat pula berkaitan dengan prosesevakuasi masyarakat yang tinggal di sepanjang DAS yang termasuk pada area bahayarawan bencana banjir.

Untuk mewujudkan ide pembuatan stasiun pantau tentunya harus memahami teknikpengukuran dan perancangan alat stasiun pantau itu sendiri, sehingga bisa digunakanmasyarakat sebagai wujud penerapan teknologi dalam menjamin keamanan, kesejahteraanhidup, serta keselamatan yang berkelanjutan.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

6

Permasalahan utama pada penelitian ini adalah bagaimana mengubah suatu gerakmekanik ke dalam sistem digital dan mentransfernya menjadi suatu database yangdigunakan untuk mengetahui perubahan tinggi muka air pada suatu daerah aliran sungaiyang rawan banjir serta bagaimana rancangan sistem pemantauan pengukuran jarak jauh(telemetri) yang terbaik terhadap parameter gejala banjir yaitu besarnya tinggi muka airyang mampu menjamin kompatibilitas dan interoperabilitas.

B. Tujuan dan ManfaatTujuan penelitian ini adalah untuk merancang dan membuat sistem telemetri tinggi

muka air berbasis GSM pada daerah rawan banjir secara digital yang dapat dijadikanpetunjuk perubahan tinggi muka air pada suatu DAS yang terjadi setiap waktu. Data tinggimuka air yang dihasilkan secara otomatis dari alat pengukur ini dapat disimpan danditampilkan melalui layar tampilan untuk diolah secara lebih lanjut sebagai bahanperencanaan dan pertimbangan untuk dilakukan konservasi lebih lanjut.

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan bagi masyarakat awam yang tidakmengenal sama sekali tentang teknologi pengukuran nilai perubahan tinggi muka air, akansangat membutuhkan sebuah sistem berbasis teknologi tepat guna hasil perancangan terkaityang mampu mewujudkan keinginan masyarakat dalam rangka menjamin ketenteramandalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan teknologi tepat guna untuk sistem peringatan dinidalam kelompok ini sebatas dimanfaatkan dan didayagunakan seperti tujuan semula, yaitusebagai alat peringatan dini terhadap bencana, tidak lebih dari itu. Bagi pelajar dan penelitidapat memperbaiki kinerja dan mengurangi kelemahan dari sistem yang sudah ada danmenjadi titik awal terbukanya gerbang pemikiran yang luas dengan dilakukan inovasi terusmenerus dan up to date terhadap situasi dan kondisi zaman yang ada. Sedangkan untukpemerintah, pemerhati teknologi, untuk mewujudkannya menjadi realita melibatkankelompok-kelompok yang harus sinergis. Peran pemerintah sangatlah diperlukan dalamrangka menjembatani antara kebutuhan teknologi tepat guna oleh masyarakat awam dankemampuan serta keahlian dari kelompok cendekia dalam menciptakan teknologi.

C. Tinjauan PustakaDaerah Aliran Sungai (DAS), yaitu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi

oleh punggung-punggung dari gunung yang menampung air hujan dan menyimpankemudian disalurkan ke laut melalui sungai utama. DAS, yaitu suatu sistem dalam bidanghidrologi, sehingga terdapat sistem masukan serta sistem keluaran. Salah satu keluaran darisistem DAS adalah debit aliran sungai. Debit aliran sungai merupakan integrator dari suatuDAS, hal ini mengartikan bahwa debit aliran sungai adalah penyimpan informasi tentangciri dan kondisi DAS tersebut. (Asdak, 2002)

Terdapat bermacam-macam teknik pengukuran tinggi muka air berdasarkan mediapenginderaan, akan tetapi yang perlu diperhatikan, yaitu pembacaan nilai oleh sensor yangdapat dipertanggung jawabkan keakuratannya.

Pada program penelitian ini akan dipakai teknik pengukuran tinggi muka air denganteknik menyentuh air dengan model pelampung. Pada teknik ini sensor tidak berinteraksisecara langsung dengan permukaan yang akan diukur tingginya, akan tetapi dengan mediaperantara lain, yaitu berupa pelampung yang mengapung pada permukaan air yang akandiukur dan dihubungkan sebuah pemberat melalui tali baja lentur. Sensor yang digunakanpada model ini bisa menggunakan jenis rotary encoder maupun jenis resistansi seperti wirewound seperti yang dikembangkan pada program penelitian ini. Pelampung berfungsi untukmemantau setiap variasi tinggi muka air dan pemberat digunakan untuk mempertahankantegangan tali agar setiap variasi permukaan air bisa dipantau oleh sensor. Setiap perubahanpenurunan dan kenaikan permukaan air akan diikuti oleh perubahan sudut putar dari sensor

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

7

dengan kalkulasi sederhana berdasarkan nilai datum DAS setempat dapat diketahui tinggimuka air DAS tersebut.

Model pengukuran seperti ini banyak diterapkan karena bisa memantau variasitinggi muka air secara terperinci dan juga sensor terhindar dari adanya rendamansedimentasi lumpur, tetapi kelemahannya, yaitu operasional pemasangan yang relatif lebihsulit dari metode yang lain, karena selain harus dilakukan kalibrasi juga perlu diperhatikanfaktor dari gesekan (friction) antara lingkaran sensor (pulley) dengan tali peregang akibatfrekuensi perubahan tinggi muka air yang cepat.

Gambar 1. Model Pengukuran Teknik Pelampung

Sebelum menerapkan sistem peringatan dini dari suatu kawasan rawan bahayabencana, salah satu tahapan adalah melakukan tindakan pemantauan area rawan bencanadalam rangka menentukan langkah–langkah mitigasi bencana alam itu sendiri. Kegiatansurvei dilakukan untuk mengidentifikasi pola-pola perubahan tinggi muka air di suatuDaerah Aliran Sungai (DAS). Sistem peringatan dini merupakan sebuah upaya untukmelakukan tindakan pencegahan (preventive) terhadap jatuhnya korban manusia (yangpaling utama) atau harta benda dari bencana alam yang mungkin saja terjadi. Alam akanselalu menunjukkan gejala-gejala yang bisa dikenali baik dengan indera manusia maupundengan indera alat rekayasa teknologi. Dengan penerapan sistem peringatan dini diharapkanagar sebelum bencana terjadi, nyawa manusia maupun harta benda bisa dievakuasi padalokasi yang aman (Hadisantono RD, 1994).

Terdapat kajian-kajian terkait yang telah dilaksanakan oleh beberapa penelitisebelumnya dengan hasil hipotesis yang berbeda-beda. Pada dasarnya adanya diversifikasipenelitian dalam satu kaitan masalah merupakan sebuah mata rantai yang bisa menentukankesempurnaan hasil sehingga terdapat wujud berupa sistem yang nyata dan bisa langsungditerapkan pada masyarakat. Sri Harto, (2000)

Hidrograf bisa digambarkan sebagai penyajian grafis antara salah satu unsur aliranterhadap satuan waktu. Hidrograf akan menunjukkan suatu tanggapan secara menyeluruhdari DAS terhadap suatu masukan yang tertentu. Sesuai dengan sifat serta perilaku DASyang bersangkutan, hidrograf aliran akan selalu berubah sesuai dengan besaran danwaktu adanya masukan. Bentuk hidrograf pada umumnya sangat dipengaruhi oleh sifathujan yang terjadi, akan tetapi juga dapat dipengaruhi oleh sifat DAS yang lain.

Hari Siswoyo, (2003)DAS adalah suatu sistem hidrologi, sehingga terdapat sistem masukan serta sistemkeluaran. Salah satu keluaran dari sistem DAS, yaitu debit aliran sungai. Debit aliran

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

8

sungai adalah integrator dari suatu DAS. Hal ini mempunyai arti bahwa debit aliransungai merupakan penyimpan informasi tentang ciri dan kondisi DAS tersebut. Debitaliran sungai ini dapat dijadikan petunjuk mampu tidaknya suatu sistem DAS dapatberperan dalam mengatur proses, khusus dari segi sistem hidrologi. Selain itu, dari sistemkeluaran DAS tersebut dapat dievaluasi kondisi DAS yang bersangkutan. Dengandemikian masukan ke dalam suatu DAS dapat dioptimalkan menjadi suatu keluaran yangbaik dengan mengatur kondisi biofisik yang ada pada DAS tersebut. Adanya suatuperubahan penggunaan lahan pada DAS akan mengakibatkan terjadinya perubahanefektifitas perlakuan dari DAS. Informasi debit aliran sungai akan memberikan hasilyang lebih bermanfaat apabila disajikan dalam bentuk hidrograf. Namun demikian tidaksemua DAS mempunyai data pengukuran debit air, hanya sungai–sungai yang memilikiDAS yang telah dikembangkan akan mempunyai data pengukuran debit yang cukuprelevan. Melalui model suatu hidrograf satuan sintetis, optimasi penggunaan lahan padasuatu DAS akan dapat dilakukan dengan merubah pola hidrografnya. Adapun tujuanpenelitian yang telah dilakukan oleh Hari Siswoyo adalah memberikan wacana tentangmodel hidrograf satuan sintetis selain untuk keperluan prediksi debit banjir atau aliran disungai dapat juga sebagai dasar perencanaan bangunan air, dan memberikan wacanagambaran awal terhadap penggunaan suatu metode alternatif penggunaan lahan sebagaibagian kegiatan pengelolaan DAS.

M. Luthful hakim, O. Haridjaja, Sudarsono, dan G. Irianto (2008)Penelitian mengenai pengaruh tekstur tanah terhadap suatu karakteristik unit hidrografdan model pendugaan banjir pada daerah aliran sungai (DAS) di daerah KalimantanTimur dilakukan karena intensitas dan luasan daerah banjir semakin meningkat. Hasildari analisis menunjukkan tekstur tanah berpengaruh terhadap debit puncak dan waktusaat menuju debit puncak, dimana tanah bertekstur lempung akan memiliki debit puncakyang lebih tinggi bila dibandingkan pada tanah bertekstur pasir dan liat, sedangkan untukwaktu menuju debit puncak dimana tanah bertekstur liat memiliki waktu menuju debitpuncak yang lebih cepat dibandingkan dengan tanah bertekstur lempung dan berteksturpasir. Pendugaan banjir (debit puncak dan waktu saat menuju debit puncak) berdasarkankarakteristik lahan serta geomorfologi DAS dapat mensimulasi debit puncak dan waktumenuju debit puncak dengan hasil tidak berbeda dengan pengukuran.

Catu Daya, unit ini berfungsi memberi asupan arus dan tegangan ke semua unitelektronis sistem, sehingga jika terjadi kegagalan pada unit ini maka semua komponenelektronis sistem akan terganggu. Untuk alat yang akan digunakan dalam penelitian inidiperlukan asupan arus yang nilainya tidak terlalu besar, yaitu kurang dari 100 mA namunperlu diperhatikan adalah adanya kestabilan tegangan catu daya sebesar 5 volt dengantoleransi ± 10%, untuk mendapatkan tegangan yang stabil pada kisaran tersebut digunakansebuah IC regulator dengan tipe 7805. Seperti yang terlihat pada Gambar 2, terdapat ICpenstabil tegangan, yaitu IC LM7805 yang menyetabilkan tegangan keluaran tepat sebesar5 volt dengan toleransi ± 10%. Adapun IC LM7805 membutuhkan tegangan masukan yanglebih besar daripada tegangan keluaran stabilnya, yaitu nilainya lebih dari 5 volt.Penggunaan kapasitor adalah sebagai penapis frekwensi rendah yang dapat menghindarkanterhadap adanya cacat arus yang masih terjadi dikarenakan hasil penyearahan oleh diodebridge yang masih belum halus, sehingga masih membutuhkan beberapa tingkatpenyaringan hingga diperoleh bentuk yang ideal sebagai arus searah (DC) stabil.

Gambar 2. Sistem Pencatu Daya Stabil 5 volt

Gambar 3. Bentuk Fisik Potensiometer Jenis

Sensor Tinggi Muka Air, sensor yang digunakan pada penelitian ini adalah jenispotensiometer wire wound yang dianggap sebagai pembagi tegangan masukan yang tetap.Nilai tegangan masukan yang tetap diumpankan dari tegangan catu sumber yaitu sebesar +5 volt. Potensiometer wire wound memiliki keluaran berupa tegangan yang bervariasitergantung dari sudut putar yang diberikan dimana sudut putar yang terjadi sebandingdengan tingkat variasi tinggi muka air yang terukur.

Pengendali Utama, pada penelitian ini digunakan mikrokontrolleuntuk pengendali utama sistem. Mikrokontroller akan melakukan antar muka denganperangkat lain. Pada operasionalnya diperlukan beberapa penambahan komponen pasifyaitu saklar push on sebagai tombol menu operasional yang terdiri dari fungsi Udan SET. Pengendali utama tidak menggunakan komponen penggetar secara eksternalkarena menggunakan komponen penggetar internal yang terkalibrasi sebesar 4 MHz.

Penampil LCD digunakan jenis dot-matrik dengan ukuran 7 x 5 titik per karakterdengan baris sebanyak 2 serta kolom sebanyak 16 sehingga total karakternya adalah 32buah. Jenis karakter yang dapat ditampilkan adalah karakter ASCII, selain itu juga karakterkreasi sendiri (customize).

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

9

Gambar 2. Sistem Pencatu Daya Stabil 5 volt

Gambar 3. Bentuk Fisik Potensiometer Jenis Wire Wound

r, sensor yang digunakan pada penelitian ini adalah jenisyang dianggap sebagai pembagi tegangan masukan yang tetap.

Nilai tegangan masukan yang tetap diumpankan dari tegangan catu sumber yaitu sebesar +memiliki keluaran berupa tegangan yang bervariasi

tergantung dari sudut putar yang diberikan dimana sudut putar yang terjadi sebandingdengan tingkat variasi tinggi muka air yang terukur.

, pada penelitian ini digunakan mikrokontroller ATMega 8535untuk pengendali utama sistem. Mikrokontroller akan melakukan antar muka denganperangkat lain. Pada operasionalnya diperlukan beberapa penambahan komponen pasif,

sebagai tombol menu operasional yang terdiri dari fungsi UP, DOWNdan SET. Pengendali utama tidak menggunakan komponen penggetar secara eksternalkarena menggunakan komponen penggetar internal yang terkalibrasi sebesar 4 MHz.

matrik dengan ukuran 7 x 5 titik per karakterris sebanyak 2 serta kolom sebanyak 16 sehingga total karakternya adalah 32

buah. Jenis karakter yang dapat ditampilkan adalah karakter ASCII, selain itu juga karakter

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

10

Gambar 4. Rangkaian Penampil LCD

Mode komunikasi yang dipakai antara mikrokontroler dan perangkat LCDmenggunakan mode 4-bit jalur data. Kelebihan dari mode ini adalah tidak memerlukanpengkawatan yang sangat banyak sehingga bisa menghemat pinmikrokontroler dan bisa dialokasikan untuk keperluansemakin panjang waktu eksekusi perintah untuk menampilkan karakterdibandingkan dengan mode 8-bit, akan tetapi dengan kecepatan eksekusi darimikrokontroler kelemahan ini akan bisa diabaikan.

Penyimpan Data, IC memori yang akan digunakan untuk menyimpan memori adalahtipe AT24C128 produksi ATMEL dengan kapasitas 16 Kbyte untuk tiap kepingnya,sehingga bila menggunakan 3 keping maka diperoleh total kapasitas penyimpanan datasebesar 48 Kbyte.

Gambar 5. Rangkaian Penyimpan Data

Dengan menggunakan komunikasi I2C maka ketiga keping IC memori tersebutdapat dikaskade dengan menggunakan jalur data secara bersamaIC memori terdapat pin A0 dan A1, jika dilihat secara seksama kondisi lpin tersebut untuk ketiga buah IC memori adalah berbeda. Perbedaan yang ada tersebutberupa kombinasi digital 2-bit, sehingga maksimal kaskade yang bisa dilakukan pada ICmemori AT24C128 sebanyak 4 keping.

Sebagai standar operasional pada sistem komunikasi I2C, disarankan menggunakanresistor pull up menuju tegangan sumber (VCC) sebesar 4K7 Ω pada masing

Gambar 4. Rangkaian Penampil LCD

akai antara mikrokontroler dan perangkat LCDbit jalur data. Kelebihan dari mode ini adalah tidak memerlukan

pengkawatan yang sangat banyak sehingga bisa menghemat pin–pin input/outputmikrokontroler dan bisa dialokasikan untuk keperluan lainnya, sedang kelemahannya, yaitusemakin panjang waktu eksekusi perintah untuk menampilkan karakter–karakternya bila

bit, akan tetapi dengan kecepatan eksekusi darimikrokontroler kelemahan ini akan bisa diabaikan.

Data, IC memori yang akan digunakan untuk menyimpan memori adalahtipe AT24C128 produksi ATMEL dengan kapasitas 16 Kbyte untuk tiap kepingnya,sehingga bila menggunakan 3 keping maka diperoleh total kapasitas penyimpanan data

Rangkaian Penyimpan Data

Dengan menggunakan komunikasi I2C maka ketiga keping IC memori tersebutdapat dikaskade dengan menggunakan jalur data secara bersama-sama. Pada setiap kepingIC memori terdapat pin A0 dan A1, jika dilihat secara seksama kondisi logika pada keduapin tersebut untuk ketiga buah IC memori adalah berbeda. Perbedaan yang ada tersebut

bit, sehingga maksimal kaskade yang bisa dilakukan pada IC

sistem komunikasi I2C, disarankan menggunakanmenuju tegangan sumber (VCC) sebesar 4K7 Ω pada masing-masing pin

SCL dan SDA dari IC memori. Secara internal pada mikrokontroler terdapat resistorakan tetapi nilainya tidak mencukupi apabila difungsikan untuk komunikasi I2C, dan untukmenjaga kestabilan kerja pada masing-masing IC memori, digunakan kapasitor 100 nFyang mengkompensasi fluktuasi tegangan sumber yang terjadi pada IC memori.

Komunikasi Serial UART, komunikasi antara peramikrokontroler secara serial tidak bisa dihubungkan secara langsung. Hal ini karenamikrokontroller menggunakan aras/level TTL sebagai dasar logika digitalnyaLOW = 0 volt dan logika HIGH = 5 volt, sedangkan pada komputeyang unik, yaitu logika LOW = + 5 volt hingga + 15 volt dan logika HIGH =-15 volt. Perbedaan ini bisa diatasi dengan menggunakan IC MAX232 yang mampumengadaptasi komunikasi antara komputer dengan mikrokontroler, hal initersebut sudah dibentuk khusus agar bisa mengenali logika digital dari dua jenis rentangtersebut. Agar bekerja secara normal, pada IC MAX232 diperlukan suatu komponenpendukung, yaitu kapasitor yang akan membantu pada proses pemompaan muatterjadi pada IC MAX232. Mekanisme dari pemompaan secara elektronis diterapkan agarpin masukan yang akan terhubung dengan aras/dapat dikenali, hal ini mengingat bahwa tegangan suplai dari IC MAX232 hanyasehingga butuh pengkondisian.

Gambar 6. Rangkaian Komunikasi

Data–data hasil pengukuran selama durasi tertentu (tergantung pada pengaturanyang telah dilakukan) akan disimpan pada sebuah penyimpan elektronis yang lazim disebutsebagai memori. Data yang tersimpan pada memori merupakan data digital yangmengandung konsep pembacaan logika 0 dan 1 dan dimanifestasikan dalam banyak caraoperasional (misal, pengisian/pengosongan muatan, pemisahan/peleburan seldan lain-lain). Pada umumnya memori terdiri dari memori yang menguap (memori tak menguap (non-volatile). Memori yang menguap akan kehilangan data saat catudaya listrik dihilangkan, hal ini karena pola penyimpanan data pada memori jenis ini tidakbersifat permanen yang tergantung pada keberadaan muatan listrik. Memori yang takmenguap tidak akan kehilangan data yang telah disimpan walaupun kehilangan catu listrik,hal ini karena pola penyimpanan data pada memori ini bersifat permanen yang tidaktergantung pada keberadaan muatan listrik setelah catu dihilangkan, akan tetapi jenismemori yang tak menguap yang sering digunakan sebagai penyimpanan datapengukuran, hal ini karena selain operasionalnya yang mudah juga harga yang relatif murahserta mudah dijumpai dipasaran.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

11

SCL dan SDA dari IC memori. Secara internal pada mikrokontroler terdapat resistor pull upapabila difungsikan untuk komunikasi I2C, dan untuk

masing IC memori, digunakan kapasitor 100 nFyang mengkompensasi fluktuasi tegangan sumber yang terjadi pada IC memori.

UART, komunikasi antara perangkat komputer dengantidak bisa dihubungkan secara langsung. Hal ini karena

TTL sebagai dasar logika digitalnya, yaitu logikaLOW = 0 volt dan logika HIGH = 5 volt, sedangkan pada komputer mempunyai rentang

yaitu logika LOW = + 5 volt hingga + 15 volt dan logika HIGH = -5 volt hingga15 volt. Perbedaan ini bisa diatasi dengan menggunakan IC MAX232 yang mampu

mengadaptasi komunikasi antara komputer dengan mikrokontroler, hal ini karena pada ICtersebut sudah dibentuk khusus agar bisa mengenali logika digital dari dua jenis rentangtersebut. Agar bekerja secara normal, pada IC MAX232 diperlukan suatu komponen

yaitu kapasitor yang akan membantu pada proses pemompaan muatan yangterjadi pada IC MAX232. Mekanisme dari pemompaan secara elektronis diterapkan agarpin masukan yang akan terhubung dengan aras/level tegangan besar (± 30 V) dari komputerdapat dikenali, hal ini mengingat bahwa tegangan suplai dari IC MAX232 hanya + 5 volt

Gambar 6. Rangkaian Komunikasi Serial

pengukuran selama durasi tertentu (tergantung pada pengaturanyang telah dilakukan) akan disimpan pada sebuah penyimpan elektronis yang lazim disebut

mori. Data yang tersimpan pada memori merupakan data digital yangmengandung konsep pembacaan logika 0 dan 1 dan dimanifestasikan dalam banyak caraoperasional (misal, pengisian/pengosongan muatan, pemisahan/peleburan sel avalanche,

umnya memori terdiri dari memori yang menguap (volatile) dan). Memori yang menguap akan kehilangan data saat catu

daya listrik dihilangkan, hal ini karena pola penyimpanan data pada memori jenis ini tidakyang tergantung pada keberadaan muatan listrik. Memori yang tak

menguap tidak akan kehilangan data yang telah disimpan walaupun kehilangan catu listrik,hal ini karena pola penyimpanan data pada memori ini bersifat permanen yang tidak

adaan muatan listrik setelah catu dihilangkan, akan tetapi jenismemori yang tak menguap yang sering digunakan sebagai penyimpanan data-data hasilpengukuran, hal ini karena selain operasionalnya yang mudah juga harga yang relatif murah

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

12

Gambar 7. Format Data Tersimpan

D. Metodologi PenelitianDalam rancangan sistem yang akan dilakukan merupakan disain low cost yang

berorientasi pada disain sederhana tapi memiliki tingkat keakurasian tinggi (orde milimeter)yang hanya mengukur satu parameter saja, yaitu nilai tinggi muka air. Adapun kesatuansistem data logger tinggi muka air nampak pada Gambar 8.

Gambar 8. Blok Diagram Pemantau Tinggi Muka Air

Adapun perancangan alat pemantau tinggi muka air memiliki spesifikasi rancanganadalah sebagai berikut:a) Menggunakan sensor jenis optical rotary encoder 5-bit 360 derajat dengan satuan ukur

cm dan rentang jarak pengukurannya adalah 0 mm – 65535 mm. Model sensorpemberat dan pelampung dengan keliling piringan 25cm, sehingga setiap perubahanmuka air yang terukur akan selalu dideteksi oleh sensor.

b) Menggunakan penampil LCD 16x2.c) Menggunakan pengendali berbasis mikrokontroler.d) Menggunakan 3 buah tombol operasi: Up-Down-Enter.e) Kapasitas memori penyimpanan 256 Kbyte.f) Interval penyimpanan data minimal 1 menit dan maksimal 24 jam yang bisa diatur

sesuai keinginan, semakin cepat interval waktu yang dipilih, maka semakin cepat pulamemori penyimpan akan terisi penuh dan sebaliknya.

g) Menggunakan piranti RTC (Real Time Clock) yang akurat dengan catu daya ganda,sehingga informasi waktu akan selalu terjaga.

h) Mampu berkomunikasi serial tak sinkron RS-232 dengan baudrate 19200 bps denganformat 8n1.

i) Menggunakan metode powersave, sehingga akan lebih menghemat daya agar lifetimebaterai lebih lama.

j) Menggunakan catu daya baterai DC 3 volt jenis AA.Pengambilan data dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perancangan

agar dari karekteristik data yang dikumpulkan dapat diambil kesimpulan hasil beserta

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

13

analisanya yang diharapkan dari hasil akhir dan analisa tersebut dapat menjadi bahanapabila perencanaan akan dilanjutkan. Pengambilan data dilakukan melalui serangkaianpengujian, yaitu pada proses pembuatannya dilakukan pengujian pada setiap bagian sistem,namun dalam pembahasan ini hanya disajikan pengujian dan pembahasan pada bagian yangmenentukan kinerja sistem, kemudian pengujian dilakukan sebagai sistem yang bekerjakeseluruhan. Pengamatan Elektronis

Pengamatan pada sistem elektronis berguna untuk mengetahui karakteristik elektrissistem. Data hasil pengamatan diperoleh terutama dari sistem catu daya berupa nilai arusdan tegangan seperti nampak pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Arus dan Tegangan Catu DayaNo Titik Pengukuran Tegangan (Volt) Arus (Ampere)1 Pin Input IC 7805 13.5 V 75 mA2 Pin Output IC 7805 5.6 V 60 mA3 Pin VCC IC ATMega8535 4.8 V 25 mA4 Pin VCC LCD 16x2 4.8 V 30 mA5 Pin VCC Sensor Wire-Wound 4.7 V 0.5 mA

Data Hasil PengukuranTabel 2. Data Perbandingan Hasil Pengukuran

No. Uji Penunjukkan Sensor Penunjukkan Mistar Ukur Error1 25 cm 24.8 cm 0.2 cm2 50 cm 50.4 cm -0.4 cm3 75 cm 75.3 cm -0.3 cm4 100 cm 99.6 cm 0.4 cm5 125 cm 124.7 cm 0.3 cm6 150 cm 150.2 cm -0.2 cm7 175 cm 175.3 cm -0.3 cm8 200 cm 199.5 cm 0.5 cm9 225 cm 225.2 cm -0.2 cm10 250 cm 249.6 cm 0.4 cm

Dari hasil pengukuran di atas, dapat diperoleh data sebagai berikut:

cm.pengukurann

errorratarataError 30

10

3

Jika disandarkan dengan tingkat ketelitian 1 cm, maka diperoleh nilai kesalahan:

%30%1001

3.0%100

cm

cm

akurasi

errorreratakesalahanpersen

Jika disandarkan dengan tingkat ketelitian 5 cm, maka diperoleh nilai kesalahan:

%6%1005

3.0%100

cm

cm

akurasi

errorreratakesalahanpersen

Jika disandarkan dengan tingkat ketelitian 10 cm, maka diperoleh nilai kesalahan:

%3%10010

3.0%100

cm

cm

akurasi

errorreratakesalahanpersen

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

14

Gambar 9. Grafik Nilai Error Tiap Pengukuran

Dari data perhitungan nilai kesalahan di atas dapat dijadikan sebagai bahan masukandalam mendisain ulang sistem pengideraan dan juga penyesuaian dengan alat ukur tinggimuka air konvensional yang sudah sering digunakan, yaitu pail scale yang memilikitingkat akurasi berbeda-beda, misal 1 cm atau 10 cm.

Data Hasil PengamatanPengamatan dilakukan pada satu hari dengan pengambilan data pada pagi, sore danmalam hari sebanyak 10 kali dengan durasi pengambilan setiap 30 menit.

Gambar 10. Grafik Data Pemantauan Pagi Hari

Perhitungan statistik berdasarkan data di atas didapatkan bahwa untuk sensor TMAdalam mendeteksi tinggi muka air di waktu pagi hari adalah rata-rata = 55.7 cm danstandar deviasi sebesar 7.8067 dan varians sebesar 60.9455.

Gambar 10. Grafik Data Pemantauan Sore Hari

Nilai Error Tiap Pengukuran

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No. Uji

NilaiErr

or

Nilai Error

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

15

Perhitungan statistik berdasarkan data di atas didapatkan bahwa untuk sensor TMAdalam mendeteksi tinggi muka air di waktu pagi hari adalah rata-rata = 62.2 cm danstandar deviasi sebesar 1.5748 dan varians sebesar 2.48.

Gambar 11. Grafik Data Pemantauan Malam Hari

Perhitungan statistik berdasarkan data di atas didapatkan bahwa untuk sensor TMAdalam mendeteksi tinggi muka air di waktu pagi hari adalah rata-rata = 51.8 cm danstandar deviasi sebesar 1.7738 dan varians sebesar 3.1466.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan

Dalam perancangan dan pembuatan perangkat pemantau nilai perubahan tinggi mukaair secara telemetri yang dijadikan sebagai bahan penelitian yang sudah dilakukan inidiperoleh beberapa kesimpulan yang dapat digunakan sebagai pertimbanganpengembangannya ke depan, yaitu antara lain:a) Pembuatan alat nilai perubahan tinggi muka air secara telemetri dapat digunakan

untuk mendapatkan data-data hasil pemantauan dari waktu ke waktu terhadapkondisi muka air suatu DAS yang diamati.

b) Data hasil pengukuran dapat digunakan untuk peringatan dini kepada masyarakatakan kecenderungan terjadinya bahaya banjir.

c) Data-data hasil pengukuran perubahan tinggi muka air yang sudah diperolehsebelumnya dapat digunakan untuk menggambarkan pola perubahan tinggi mukaair, sehingga dapat dilakukan prediksi dan perencanaan di waktu mendatang dalamrangka optimalisasi penggunaan lahan tempat tinggal masyarakat dan jugamengantisipasi adanya korban dari ancaman bencana banjir.

d) Nilai resolusi sensor pada sudut pengujian yang sama akan ditentukan oleh kelilingcakram sensor. Semakin besar keliling cakram sensor maka semakin rendahresolusi sensornya dan sebaliknya.

e) Dengan disertai pemakaian memori dalam pengoperasiannya dapat dibuat sebuahdata logger yang dapat mencatat data otomatis pada durasi tertentu kemudian data–data tersebut dapat diambil secara jarak jauh menggunakan sistem telemetri.

RekomendasiPenelitian yang telah dilaksanakan ini merupakan salah satu upaya pengembangankajian teknik pengukuran jarak jauh yang berupa sebuah rancangan dan sistemterhadap tinggi muka air berbasis GSM. Hal ini dimaksudkan agar dapatmeningkatkan kewaspadaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. Denganmemanfaatkan jaringan GSM melalui Base Station Transmitter akan terbangunpemantauan jarak jauh parameter gejala banjir secara realtime.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

16

Data–data hasil pengukuran yang sudah diperoleh sebelumnya dapat digunakan untukmenggambarkan pola perubahan tinggi muka air daerah aliran sungai, sehingga bisadilakukan prediksi dan perencanaan di waktu mendatang dalam rangka optimalisasipenggunaan lahan tempat tinggal masyarakat dan juga mengantisipasi adanya korbandari ancaman bencana banjir.

Daftar PustakaAsdak C. (2002). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.Bruninga B. (2006). APRS: Automatic Position Reporting Sistem, Author of APRS.

http://web.usna.navy.mil/~bruninga/aprs.html.Diakses tanggal 15 September 2009

Hadisantono. R.D dan Bronto S. (1994). Sistem Peringatan Dini Bahaya LetusanGunungapi. (Seminar Nasional Mitigasi Bencana alam). Yogyakarta: UGM

Hari Siswoyo. (2003). Makalah Pengantar Falsafah Sains. Malang: UniversitasBrawijaya. http://rudyct.com/PPS702-ipb/06223/hari_siswoyo.htm

Diakses tanggal 25 September 2009M. Luthful hakim, O. Haridjaja, Sudarsono, dan G. Irianto. (2008). Pengaruh Tekstur

Tanah Terhadap Karakteristik Unit Hidrograf dan Model Pendugaan Banjir.(Studi Kasus di DAS Separi, Kutai, Kartanegara). Kalimantan Timur.

Montarcih L. (2007). Hidrograf Satuan Sintesis Untuk DAS Di Indonesia. (PenelitianBPP Fakultas Teknik). Malang: Universitas Brawijayahttp://bppft.brawijaya.ac.id/?hlm=bpenelitian&view=full&thnid=2007&pid=1199415768

Diakses tanggal 25 September 2009Purwanto, E. (1992). Pemanfaatan dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai Dengan

Menggunakan Parameter Hidrologi. (Majalah Kehutanan Indonesia, Edisi No. 10th 1991/1992, Diterbitkan oleh Departemen Kuhutanan RI, STT. No.1162/SK/DITJEN PPG/SST/1987). Jakarta: Departemen Kehutanan RI.

Sri Harto Br. (2000). Hidrologi (Teori, Masalah, dan Penyelesaian). Yogyakarta: NafiriOffset.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

17

Pemanfaatan Pasir Merapi Pasca Erupsi Sebagai Media Pengolah Air YangMengandung Besi dan Mangan Tinggi

( Oleh: Retno S, ST, MP dan Irene AS, ST, MT)

Abstract

Water as an essential need for living organisms, can not be replaced its function.The quality of water consumed by living organisms, especially human being, will effect thedegree of his health. Well-water in the edges of Code river is susceptible to quality changebecause of the Merapi’s volcano-mudflow flood and activities surroundings. In the otherhand, Merapi’s sand could have potential to be used as filter media. A study of determiningthe best treatment for Merapi’s sand, the height of sand media and the number of chlorinediffuser orifice was done to find the optimum combination of the operational condition forwater treatment purpose.

To have a description of well-water quality in the edges of Code river, ninesampling point represent upstream, middle and downstream area were taken. Furthermore,study was continued by: a) determining best treatment of Merapi’s sand, arranging inphases of determining best combination of using KMnO4 solution (concentration of 2,5, 5,7,5%) and soaking time (8, 16, 24 hours) continued by determining best diameter of sand (-8/+10, -10/+14, -14/+18 mesh); b) determining best height of filter sand media (70, 85,100 cm) using activated filter device; c) determining best number of chlorine diffuserorifice (20, 30, 40 orifices) applied in the well.

The study shown that well-water quality in the edges of Code river on the summertime is relatively good for Fe and Mn, turbidity is slightly above the maximum level andcoliform/fecal coli is above the maximum level for all samples. The best treatment ofMerapi’s sand as activated media filter can be achieved by using 5 % KMnO4 solution,soaking time 24 hours and media height of 100 cm. Application of chlorine diffuser in thewell shown that 40 orifices give best result for reduction of coliform/fecal coli. Package ofactivated filter device can be used as applied technology to improve well-water quality,especially for those which contain high Fe dan Mn.

Key words: Merapi’s sand, Fe and Mn, activated filter, chlorine diffuser

A. PendahuluanKota Yogyakarta, selain memiliki kerawanan bencana terhadap potensi letusan

gunung api, juga berpotensi terhadap bencana banjir. Bahaya banjir tidak hanya berupabanjir dari meluapnya air sungai, namun juga adanya banjir lahar dingin. Hal ini terjadikarena keberadaan Gunung Merapi sebagai hulu dari sungai-sungai tersebut masih aktif danterus mengeluarkan material, terlebih jika sedang fase erupsi. Banjir lahar dingin dapatdiartikan sebagai banjir yang diakibatkan oleh gugurnya atau hanyutnya lahar dingin yangmengendap di kubah gunung, sebagai akibat dari hujan yang terjadi di wilayah gunungtersebut. Endapan lahar yang masih ada di sekitar gunung akan hanyut dan mengalirmelalui sungai dan berdampak pada penduduk yang berada sepanjang bantaran sungai.Banyak rumah yang rusak atau hanyut terkena terjangan banjir lahar dingin tersebut.Walaupun berpotensi menimbulkan bahaya banjir lahar dingin, disatu sisi pasir Merapimemiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai media pengolahan air. Pasir merapi dapatdimanfaatkan sebagai media filter untuk memperbaiki kualitas air.

Rekonstruksi dan recovery ekonomi masyarakat korban erupsi gunung Merapimasih terus berjalan dengan semua kekuatan stakeholdersnya. Kualitas air sumurmasyarakat di pinggiran sungai Code rentan terhadap perubahan kualitas khususnya

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

18

peningkatan Fe dan Mn akibat banjir lahar dingin, juga akibat aktivitas masyarakatdisekitarnya. Ditengarai telah terjadi degradasi kualitas air sumur masyarakat korban erupsimerapi, dengan identifikasi naiknya kandungan parameter Besi (Fe), Mangan (Mn) danbakteriologik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pergeseran lapisan bumi danterjadinya keretakkan maupun patahnya saluran buangan sanitasi individu (WC), sehinggamengakibatkan kebocoran. Mengingat air merupakan kebutuhan esensial bagi hidup dankehidupan manusia serta tidak dapat tergantikan keberadaan maupun fungsinya, makaketersediaan air bersih yang memenuhi persyaratan mutlak diperlukan. Untuk itu perludilakukan upaya sanitasi air sumur masyarakat agar tidak menjadi daerah rawan terhadappenularan penyakit dan untuk peningkatan derajad kesehatan masyarakat.

B. Tujuan dan Manfaat PenelitianSecara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah:1) Mendapatkan gambaran kualitas air sumur masyarakat di subdas Code terutama

kandungan Fe, Mn kekeruhan, dan bakteriologik.2) Mendapatkan media filter terbaik.3) Untuk mengetahui jumlah lubang yang optimum pada chlorine diffuser.4) Dapat diperoleh paket teknologi tepat guna sanitasi air sumur masyarakat.

Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut :1) Memberikan gambaran kualitas air sumur masyarakat di subdas Code terutama

kandungan Fe, Mn dan bakteriologik.2) Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memperbaiki kualitas air yang

dikonsumsi sesuai syarat kesehatan.3) Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang alternatif alat pengolah

sebagai sarana memperbaiki kualitas air.

C. Tinjauan Pustaka1. Pencemaran Air Tanah

Pencemaran pada air tanah dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitusebagai pencemaran alamiah dan pencemaran akibat perilaku manusia.a. Pencemaran Alamiah

Struktur kimia tanah yang termasuk di dalam struktur pegunungan berapi didaerah tropis dengan curah hujan sedang dan tinggi pada ketinggian hingga 900 mdari permukaan laut (dpl) banyak mengandung mineral besi (Fe) dan mangan (Mn),oleh karena didominasi oleh jenis tanah regosol, litosol dan latosol. Warna jenistanah ini adalah berwarna kuning kecoklatan, coklat kemerahan, coklat, coklatkehitaman dan hitam. Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Kalsium (Ca) adalah konstituenalam yang terdapat pada tanah dan batuan yang terdapat pada bahan induk vulkanikberupa tufa ataupun batuan beku. Besi salah satu unsur yang sering didapati lebihbesar kandungannya dibanding mangan. Besi terdapat dalam mineral silikat padabatuan beku, sedangkan mangan sering terdapat di dalam batuan metamorphik danbatuan sedimen. ( Khumyahd 1991),

Menurut Berthouex (1998), pencemaran alamiah terjadi karena pelapukanbiogeokimia di dalam tanah akibat proses pencucian (leaching) bahan organik daritop soil pada proses perkolasi. Proses oksidasi biokimia akan menipiskan oksigentanah dan memproduksi karbondioksida (CO2) yang semakin lama menghabiskanoksigen terlarut di dalam air dan akan digantikan oleh proses anaerobik (reduksi)atau proses fermentasi biokimia. Dalam kondisi yang demikian ini CO2 akanbereaksi dengan senyawa-senyawa karbonat pada batuan alam seperti CaCO3

(Calcite), FeCO3 (Siderit) dan MnCO3 (Rhodochrosite) menghasilkan mineral-

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

19

mineral terlarut. Hal ini akan dipercepat lagi apabila terjadi keronggaan lapisantanah dalam dan pergeseran lapisan tanah oleh gempa, sehingga dapat menyebabkankandungan mineral besi, mangan dan kalsium di dalam air tanah menjadi meningkat.

b. Pencemaran Akibat Perilaku ManusiaPencemaran oleh karena perilaku manusia pada wilayah perkotaan terjadi

akibat tingginya kepadatan dan aktivitas penduduk, terutama bila sistem buanganlimbah cair dan padat, sampah, dan sanitasi tidak memadai akan menjadi potensipencemaran air tanah (Sutrisno, 2002). Menurut Berthouex (1998), menyatakanbahwa bakteri patogen analog dengan bahan kimia beracun, karena dapatmenyebabkan penyakit apabila melebihi batas toleransi yang diperbolehkan untukmanusia. Bakteri Coliform adalah group bakteri yang sering ditemukan di dalamtanah, tinja manusia, burung dan binatang berdarah panas. Adanya coliformmenunjukkan adanya bakteri patogen, sehingga digunakan sebagai indikator kualitashigienis air bersih/ minum. Secara praktis apabila indikator bakteri tidak muncul didalam air bersih/ minum, maka bakteri patogen juga tidak ada (negatif) dan air amanuntuk diminum. Air dapat berfungsi pembawa penyakit (water borne disease),sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dari kontaminasi bakteri. Kontaminasibakteri patogen pada air bersih/minum sering berasal dari septic tank dan airbuangan domestik melalui tanah, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan.Pencegahan kontaminasi bakteri patogen dari septic tank maupun air buangandomestik dapat dilakukan dengan cara pengolahan dan pada akhir pengolahandilakukan proses desinfeksi menggunakan klorin, ultra violet maupun ozon.

2. Keberadaan Unsur Fe dan Mn pada Air TanahKeberadaan unsur besi dan Mn dalam air tanah secara kimia dapat dibedakan atas

dua macam muatan, yaitu besi bermuatan 2+ yang disebut bentuk ferro dan besi yangbermuatan 3+ disebut ferri dan umumnya bentuk ferro cenderung berubah menjadi ferri.Pada air yang tidak mengandung oksigen, seperti seringkali air tanah, besi beradasebagai Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+, Fe3+ ini sukar larut pada pH 6 –8 (kelarutanyakecil) bahkan dapat menjadi ferri hodroksida Fe (OH)3 salah satu jenis oksidasi yangmerupakan zat padat dan bisa mengendap (Alaerts dan Santika, 1984). Sedangkan untukunsur Mangan (Mn) merupakan komponen utama dari lapisan bumi, terdapat secaraalamiah dalam air tanah. Jika tidak ada unsur–unsur pembentuk yang komplek, makaMn tidak terdapat sebagai unsur terlarut. Dalam kebanyakan air alami konsentrasiorganik pembentuk yang komplek atau bahan–bahan organik jarang memadai untukmenstabilkan kondisi Mn3+. MnO2 padat merupakan fase bervalensi tinggi (terdapatsebagai koloid) yang stabil secara termodinamis dalam air alami. Mn bervalensi tinggisebagai koloid terdispersi yang stabil dalam waktu yang lama. Secara analisis perbedaanterlarut dan tersuspensi Mn4+ sangat sukar (Fair, et. Al 1969).

Kandungan Fe dan Mn dalam air tanah pada umumnya terdapat dalam bentukterlarut bersenyawa dengan bikarbonat dan sulfat, juga ditemukan kedua unsur tersebutbersenyawa dengan hidroden sulfida (H2S). Selain itu Fe dan Mn ditemukan pula padaair tanah yang mengandung asam yang berasal dari humus yang mengalami penguraiandan dari tanaman atau tumbuhan yang bereaksi dengan unsur Fe atau Mn untukmembentuk ikatan kompleks organic. Unsur Fe umumnya terdapat pada hampir semuaair tanah, sedangkan unsur Mn tidak ditemukan, tetapi keberadaan unsur Mn biasanyabersama-sama dengan unsur Fe.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

20

3. Dampak Negatif Fe dan MnMenurut Tjokrokusumo (1995), identifikasi tingginya mineral Fe dan Mn

ditengarai dengan berbau amis logam, meninggalkan noda kuning kecoklatan (Fe) dancoklat kehitaman (Mn) pada porselin maupun alat–alat saniter serta pakaian berwarnacerah, terjadi pengkaratan (korosif) pada logam, memunculkan partikel berwarnakuning coklat/coklat hitam dan mengkilap di permukaan air.

Menurut Purdom (1971), dikatakan metabolisme tubuh membutuhkan Fe, Mn, Cadan Mg selama konsentrasi sesuai dengan standart kualitas Air Minum yangdiperbolehkan. Fe, Mn, Ca dan Mg termasuk golongan tidak beracun/toksisitas rendah,tetapi apabila dikonsumsi melebihi standar baku mutu diperbolehkan dan secara regulermelebihi 10 tahun akan berakibat terjadi pembengkakan ginjal, lever, batuginjal/kandung kemih, iritasi usus besar (lambung) dan sakit pinggang. Hal ini dapatterjadi oleh karena kelebihan mineral dari kebutuhan metabolisme tubuh akan terdepositpada organ–organ tubuh yang penting dan tidak dapat dibuang keluar dari sistem tubuhseperti halnya vitamin.

4. Prinsip Penghilangan Fe dan MnProses penghilangan Fe dan Mn pada prinsipnya adalah proses oksidasi, yaitu

menaikkan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator dengan tujuan merubah bentuk Fe danMn terlarut menjadi Fe dan Mn yang tidak larut (endapan). Endapan yang terbentukdihilangkan dengan proses sedimentasi dan atau filtrasi di dalam proses adsorpsi.Menurut Khumyahd (1991), beberapa proses untuk menghilangkan Fe dan Mn di dalamair yaitu :1. Oksidasi dengan oksigen, khlorin dan Permanganat.

Fe2+ Fe3+

Mn2+ Mn4+ (berupa presipitat)2. Pertukaran ion

R –Na + Fe2+ R –Fe + Na+

Mn2+ R –Mn (reaksi pertukaran ion)R –Fe + Na+ R –Na + Fe2+

R –Mn Mn2+ (regenerasi)3. Oksidasi dengan pelapisan oksidan (MnO2) pada media

(misal : zeolit, pasir kuarsa dll).3 {Mn (II). Mn O2} (s) + 2 MnO4

- + 2H2O 8MnO2 (s) + 4H+

Mn2+ + MnO2 (s) Fast Mn2+. MnO2 (s) (sorpsi)

Fe2+ Fast Fe3+ (oksidasi)

5. Tinjauan tentang Pasir MerapiPasir Merapi merupakan pasir yang berasal dari muntahan lava merapi pada saat

terjadinya letusan Merapi. Letusan Merapi yang biasanya mengeluarkan material yangberupa pasir maupun material batu besar lainnya yang dapat berdampak negatif danpositif. Dampak negatif yang timbul seperti kerusakan lingkungan permanen, dapatmerubah suhu, dan mengganggu kesehatan serta yang lainnya. Tapi di sisi lain dampakpositif dari vulkanik Merapi sebenarnya cukup banyak, yaitu pasir berlimpah,meningkatkan kesuburan tanah, serta sebagai media penjernih air. Vulkanik/tanahgunung berapi adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi dari letusan gunungberapi yang subur mengandung unsur hara yang tinggi. Vulkanik yang dapat dijumpaidi sekitar lereng gunung berapi umumnya dicirikan oleh kandungan mineral liatallophan yang tinggi. Allophan adalah Aluminosilikat amorf yang dengan bahanorganik dapat membentuk ikatan kompleks. Adapun manfaaat pasir gunung berapi

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

21

sangat baik digunakan untuk penjernihan air. Kandungan silika (SiO) tinggi yangterbentuk akibat proses pembakaran unsur geologi di dalam bumi dengan suhu lebihdari 800° C menjadikan pembentukkan kadar silica semakin banyak dan membuatkualitasnya menjadi sangat baik. Pasir gunung api baik digunakan untuk penjernih air.Pola silika yang berujung runcing membuat kemampuan pasir menyerap partikel tidakdiinginkan jauh lebih baik ketimbang pasir biasa.

6. DesinfeksiMenurut Sanropie (1984), menyatakan bahwa Desinfeksi adalah suatu proses

untuk membunuh bakteri patogen (bakteri penyebab penyakit) yang ada di dalam airdengan menggunakan bahan desinfektan. Desinfeksi secara kimia antara lain dapatdilakukan dengan penambahan bahan kimia seperti Cl2, Br2, I2, O3, KMnO4, O2, Cl2,CuSO4 dan ZnSO4. Bahan kimia yang paling banyak digunakan adalah senyawakhlorin yang disebut proses khlorinasi atau desinfeksi. Di Indonesia kebanyakandigunakan kaporit karena mudah didapat dan mudah penggunaannya. Disinfeksimerupakan bagian dari proses pengolahan air terakhir yang penting dan merupakanteknologi bersih. Disinfektan senyawa khlorin, dapat digunakan untuk menghilangkanbakteri patogen, meminimalkan gangguan mikroorganisme dan sebagai oksidator.Sebagai oksidan, khlorin dapat juga digunakan untuk menghilangkan zat besi, mangan,menghilangkan rasa air dan senyawa berbau serta meminimalkan amonia nitrogen.Terminologi disinfeksi yang berarti menghilangkan atau menghancurkan seluruhmikroorganisme yang hidup termasuk didalamnya spora disebut sterilisasi. Namunistilah disinfeksi tidak seluruhnya benar karena ada beberapa spora bakteri yang lebihtahan terhadap disinfeksi dibanding bentuk vegetatif, seperti halnya organismetuberculosis lebih tahan dibanding dengan negatif-gram sel coliform. Sumber Khlorinyang banyak digunakan saat ini adalah jenis kaporit tablet dengan kemurnian 90% yangmampu menyuntikkan dosis khlorin sebesar 40 mg/l berupa tablet kaporit ukuran 200gram sebanyak 2 tablet untuk debit aliran antara 1 –5 liter per detik (Berthouex, 1998).

7. KhlorinatorMenurut Winarno (1986), alat yang diperlukan dalam klorinasi disebut klorinator.

Klorinator sederhana dapat digunakan dalam khlorinasi kontinyu bagi suplai air yangjumlahnya relatif banyak. Klorinator dapat diupayakan dengan membuat sendiri, salahsatunya adalah jenis Klorin Difuser yang terbuat dari bahan PVC. Dari hasil penelitiandilaporkan bahwa khlorinasi air bersih pada sumur gali protected (dindingdisemen/diplester minimal sedalam 3 m) dan unprotected (tanpa ada dinding yangdisemen/plester) berdasarkan pada standart yang telah ditetapkan dengan dosis kaporit1,00 ppm untuk sumur gali protected dan 1,5 ppm sumur gali unprotected. Susunan alatklorin difuser dari PVC dengan ukuran : diameter pipa luar 2 inch dan pipa dalam 1inch, bersekat pasir diantaranya, dengan panjang 30 cm; pasir ukuran diameter 0,4 –0,9mm; kaporit kadar 60 %; lubang difuser ukuran 5 mm; jumlah lubang sebanyak 15buah, memberikan sisa khlor 0,51 mg/l pada sumur gali protected dan sisa khlor 0,49mg/l pada sumur gali unprotected. Khlorin difuser dimaksud seperti pada Gambar dibawah ini :

Lubang Ф 5 mmPVC Ф 1”

Dop Ф 2 “ Kaporit

Gambar : Khlorin DiffuserPasir

Dop Ф 1 “

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

22

D. Metodologi Penelitian1. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Analisis dan Evaluasi MasalahAnalisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan parameter Fe, Mn,kekeruhan dan Coli masing-masing contoh air sumur. Sampel air sumur yang akandiambil sebanyak 9 titik. Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkanbeberapa pendekatan antara lain : Lokasi di sekitar sungai Code yang masuk wilayah Kota Yogyakarta di bagian

hulu, tengah dan Hilir Sumur yang dekat dengan bantaran sungai Code, dan secara sanitasi belum

memenuhi syarat. Lokasi sumur mudah terjangkau.

b. Tahap penelitian meliputi :1) Penentuan media filter terbaik meliputi : penentuan konsentrasi larutan pengaktif

KMnO4, lama perendaman, ukuran diameter pasir, ketebalan media filter2) Penentuan jumlah lubang pada chlorin diffuser.

2. Variabel Penelitiana. Variabel bebas (independent variable).

- Konsentrasi larutan KMnO4 : 2,5, 5, 7,5 %- Lama perendaman : 8,16,42 jam- Diameter pasir : -8/+10, -10/+14, -14/+18 mesh- Ketebalan filter : 70, 85, 100 cm- Jumlah lubang chlorine diffuser : 20, 30, 40 lubang.

b. Variabel terikat (dependent variable) : kadar Fe, Mn, kekeruhan dan Coli tinja padaair hasil olahan.

3. Alat dan BahanAlat Yang Digunakan Bahan Yang Digunakan

a. Gergaji kayu dan besib. Bor listrik arus DCc. Ember plastikd. Test Kit Fe dan Mne. Instrumen analisis parameter Coli tinjaf. Pukul besi

a. Media filter: pasir Merapib. KMnO4

c. Kaporit tabletd. Aire. Reagen Fe, Mn, Kekeruhan dan

4. Penyiapan Alat Penelitiana. Filter Aktif

Filter Aktif terdiri dari : Tabung Fiter Aktif

Material :- pipa PVC (pralon) diameter 4”(dim); tinggi 125 cm- asesoris : dop 4”= 1 buah; sockdrat luar dan dalam ¾”,masing- masing 1

buah, knee (elbow) ¾”= 4 buah, pipa PVC ¾”secukupnya.- Bahan Pembantu : plat PVC berlubang, seal karet ban dalam bekas, lem

PVC dan TBA. Media Filter Aktif

Material :- Pasir Merapi- Bahan aktif : Permanganat (PK), KMnO4

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

23

Cara Pembuatan Tabung Filter Aktif

1. Dop dilubangi dengan ukuran diameter drat sockdrat luar, masukan sockdratluar dari arah dalam dengan diberi seal karet ban pada luar dan dalam dop.Pasangkan sockdrat dalam pada drat sockdrat luar setelah diberi TBAsecukupnya sampai kencang. Potong pipa ¾” secukupnya untukpenyambungan knee pada sockdrat dalam, kemudian potong pipa ¾”secukupnya lagi untuk penyambungan antar knee dan arahkan ke atas dansambungkan pipa ¾” panjang 120 cm yang telah dipasang knee (pipakeluaran filter).

2. Potong pipa 4”sepanjang 125 cm dan pasangkan rangkaian No 1 pada salahsatu ujung pipa 4”, setelah dipasangkan plat plastik berlubang.Tabung filter aktif telah siap digunakan.

Media Filter Aktif1. Larutkan PK (KMnO4) ke dalam ember sesuai variasi konsentrasi yang

diinginkan, diaduk hingga larut merata (homogen).2. Masukan ke dalam larutan KMnO4, media (sesuai variasi diameter) kemudian

direndam sesuai variasi lama perendaman.3. Media yang sudah direndam, kemudian ditiris (dipisahkan dari larutan PK.

Larutan PK masih dapat dipergunakan) dan dijemur di bawah sinar mataharihingga kering (berwarna kecoklatan, dari warna ungu larutan PK).

4. Dilakukan pencucian media aktif hingga air pencuci menjadi jernih atausedikit jingga.

5. Media aktif siap untuk dipergunakan.Cara Pengoperasiana. Masukan air sumur ke dalam filter dengan gayung (lihat gambar filter aktif

manual) atau selang/pipa PVC dari bak tandon/penampung secara perlahanhingga air keluar dari pipa keluaran (lihat gambar filter aktif kontinyu).

b. Cek air dari pipa keluaran (biasanya masih masih agak berwarna jingga dari sisaPK dan ada partikel hitam dari arang aktif),

c. Lakukan hal di atas hingga didapat air keluaran benar-benar jernih (filter stabil)d. Filter aktif siap dioperasikan

b. KhlorinatorKhlorinator terdiri dari 2 (dua) tabung yaitu : tabung kaporit dan tabung pasir,Material : Pipa PVC bekas/baru;Cara Pembuatan/Pemasangan :a) Tabung Kaporit

1. Siapkan pipa PVC diameter 1”, panjang 25 cm (ukuran dapat bervariasitergantung material yang ada) sebanyak 1 buah.

2. Siapkan dop diameter 1”, sebanyak 2 buah3. Pipa PVC dilubangi dengan ukuran diameter lubang 2 mm, sebanyak 20, 30

dan 40 luban, pasangkan dop pada satu ujungnya.4. Masukan kaporit bubuk ke dalam pipa berlubang, tutupkan dop pada ujung

satunya.5. Tabung kaporit siap digunakan.

b) Tabung Pasir1. Siapkan pipa PVC diameter 2”, panjang 27 cm (ukuran dapat bervariasi

tergantung material yang ada) sebanyak 1 buah.2. Siapkan dop diameter 2”, sebanyak 2 buah

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

24

3. Pipa PVC dilubangi dengan ukuran diameter lubang 1 mm, sebanyak 60lubang.

4. Pasangkan dop pada salah satu ujung pipa (boleh dilem maupun tidak).c) Khlorinator

1. Masukan tabung kaporit ke dalam tabung pasir dan masukan pasir bersihdiantara sela-sela kedua tabung, kemudian pasangkan dop pada ujungsatunya. Khlorinator siap digunakan.

2. Pasangkan tali pada khlorinator dengan posisi tergantung tegak, kemudianmasukan ke dalam sumur pada kedalaman hampir mencapai dasar sumur(lebih optimal dekat dengan sumber air).

Gambar : Alat filter aktif

Air

Air bersih

PVC dia. 4 “

Kayu penyangga

Pasir aktif

Kerikil

Dop 4 “

55

30

60

25

Plat plastik

berlubang

Air cucian

Air sumur

50

100

Drum plastik

Kran 1

Kran 2

Kran 3

Kran 4

Kran 5

Kran 6Bilas

PVC dia. 3/4 “

OPERATIONAL MANUAL

Penyaringan :

Buka Kran : 1, 2, 5

Tutup Kran : 4, 6, 3

Pencucian Filter :

Buka Kran : 1, 3, 4

Tutup Kran : 2, 6, 5

Bilas Setelah Pencucian :

Buka Kran : 1, 2, 6

Tutup Kran : 4, 5, 3

(Untuk operasi penyaringan

kembali, buka 5 dan tutup

6)

Gambar Rekayasa Filter

Aktif Kontinyu

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

25

E. Kesimpulan dan RekomendasiBerdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :1. Sampel air sumur masyarakat sepanjang pinggir sungai Code di musim kemarau

menunjukan kualitas Fe dan Mn masih relatif bagus, kekeruhan sedikit di atasbaku mutu sedangkan untuk bakteriologis semuanya di atas baku mutu.

2. Pasir Merapi dapat digunakan sebagai media filter aktif dengan perlakukanterbaik dicapai pada konsentrasi larutan KMnO4 5 % dengan lama perendaman 24jam diameter -10/+14 mesh dan ketebalan 100 cm.

3. Jumlah lubang terbaik pada chlorin diffuser adalah 40 buah.4. Paket alat filter aktif dapat digunakan sebagai teknologi tepat guna untuk

memperbaiki kualitas air sumur, khususnya yang kandungan Fe dan Mn nyatinggi.

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan dan diaplikasikan dengan rekomendasisebagai berikut :1. Pemanfaatan filter aktif dengan media pasir Merapi akan memberikan hasil

optimum bila digunakan media pasir dengan ketebalan 100 cm, ukuran pasir -10/+14 mesh ((1,40 – 2,00 mm) dan pasir telah diaktifkan dengan larutanKMnO4 5 % dan direndam selama 24 jam.

2. Apabila fungsi desinfeksi diinginkan berjalan optimal, untuk air sumur dengankandungan Fe. Mn tinggi, chlorin diffuser sebaiknya tidak diletakkan dalamsumur, tetapi setelah filter aktif.

Daftar PustakaAnonim, 1991, Environmental Pollution Control Alternative Drinking Water Treatment for

Small Communities, Washington, DC.Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/1990, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.Anonim, 2001, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.Berthouex, 1998, Industrial Pollution & Prevention ControllFair, Geyer, Okun, D.A, 1969, Water and Waste Water Engineering, Third edition, Mc

Graw Hill, New York.Ircham, 1992, Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Sanitasi Pedesaan

dan Perkotaan, Dian Nusantara , Yogyakarta.Khumyahd, 1991, Iron and Manganese Removal in Water Supplies, University Of

Wisconsin, MadisonMontgomery, 1985, Water Treatment Principles & Design, John Wily & Sons.Purdom, PW, 1971, Environmental Health, Academic Press, Inc., New York.Sanropie, Djasio, Dkk, 1984, “Penyehatan Air Besih“, Proyek Pengembangan Pendidikan

Tenaga Sanitasi Pusat, Jakarta.Winarno, F.G, 1986, Air Untuk Industri Pangan, PT Gramedia , JakartaSoemarto, CD, 1995, Hidrologi Teknik, ed. Kedua, Erlangga, Jakarta

Sudaryo dan Sutjipto. 2009. “Uji Komposisi Kimia Tanah Abu Vulkanik Gunung MerapiYogyakarata”. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Yogyakarta.Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Abuvulkanik

Sutrisno, T, Suciastuti, E, 1987, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Bina Aksara, Jakarta.Sutrisno, C Totok, 2004, “Teknologi Pengolahan Air Bersih “, Penerbit Rineka Cipta,

Jakarta

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

26

Sutrisno, S: 2002, Strategi Manajemen Air Tanah Wilayah Perkotaan, Makalahdipresentasikan pada diskusi panel pelatihan Manajemen Air Bawah Tanah diWilayah Perkotaan Berwa wasan Lingkungan, Jurusan Geologi FT UGM,Yogyakarta, 15-27 September 2002

Tirtomiharjo, H., 2003, Penjelasan Peta Cekungan Air Tanah P Jawa dan P Madura,Direktorat Tata Lingkungan Geologi Dan Kawasan Pertambangan, DirjenGeologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen ESDM, Jakarta

Tjokrokusumo, 1995, Pengantar Engineering Lingkungan, STTL, YLH, Yogyakarta.Tjokrokusumo, 1998, Pengantar Engineering Lingkungan, STTL, YLH, Yogyakarta.Vesilind, P.A., 1997, Introduction to Environmental Engineering, PWS Publishing

Company, BostonYusman, 1981, “Pembuatan Tahu, Buletin Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Pangan”, IPB, Bogor

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

27

Peningkatan Kualitas Lingkungan Masyarakat Melalui Pemanfaatan Limbah AirKelapa dalam Pembuatan Bioplastik Ramah Lingkungan

( Oleh : Dr. Eli Rohaeti, M.Si )

Abstract

This research aimed to study effect adding oleic acid and glycerol toward mechanicalproperties, functional group, and biodegradability of bioplastics from coconut water. Theprocedure of this research included preparation bioplastics from coconut water withoutand with adding plasticizer i.e. oleic acid and glycerol, biodegradation, andcharacterization of bioplastics. The characterization of bioplastics included mechanicalproperties, functional group, and biodegradability. The study showed that the adding oleicacid 1.5 % (v/v) and glycerol 2% (v/v) in preparation bioplastics from coconut waterincreased mechanical properties, mass loss, the speed of mass loss, but the functionalgroup wasn’t different among each other. Adding plasticizer caused microorganism in soilcan hydrolize bioplastics to simple molecul. Based biodegradation test, the adding oleicacid and glycerol increased biodegradability of bioplastics.

Key words: bioplastics, coconut water, plasticizer

A. PENDAHULUANProduksi sampah kota Yogyakarta per hari mencapai 300 ton, sebagian besar

berasal dari sampah rumah tangga. Selama ini pengelolaan sampah dilakukan melaluipengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir di TPA Bantul yang lahannyasemakin lama makin berkurang. Sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan produksisampah dimulai dari jalur rumah tangga melalui kader–kader serta pengurus PKK untukmelakukan pengolahan sampah secara mandiri di rumah tangga masing–masing. Kegiatanpengolahan sampah secara mandiri sudah dilakukan oleh beberapa kader dan telahmemberikan hasil nyata berupa pupuk maupun barang bekas yang didaur ulang. (MediaInfo Kota, 2008)

Namun demikian, sebagaimana diungkapkan oleh Walhi Yogyakarta bahwavolume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan Bantul masih saja tinggi dan diperkirakanpenuh pada tahun 2012. Saat ini, 80% lahan TPA Piyungan sudah dipenuhi sampah. Haltersebut dapat disebabkan oleh sampah yang dibuang sebagian besar merupakan sampahplastik berbasis petrokimia yang sulit diuraikan oleh mikroorganisme di alam.

Jika dilihat dari sudut pandang kebutuhan manusia akan plastik yang sukar untukdikurangi apalagi dihindari, maka diperlukan suatu terobosan baru atau alternatif untukmengatasi masalah tersebut tanpa merugikan manusia. Salah satu alternatif yang layakuntuk dipertimbangkan adalah dengan menciptakan produk plastik yang lebih mudahterbiodegradasi sehingga aman bagi lingkungan. Untuk mewujudkan hal itu maka langkahpertama yang perlu dilakukan adalah mengkaji bahan baku pembuatan plastik dari bahanalam yang mudah terbiodegradasi melalui suatu penelitian.

Penelitian untuk mendapatkan bahan plastik yang ramah lingkungan sudah mulaidilakukan, seperti yang telah dilakukan oleh Heru Pratomo dan Eli Rohaeti (2010)mengenai Biodegradasi Bioplastik Nata de Coco Menggunakan Lumpur Aktif, yang daripenelitian itu didapatkan bioplastik yang terbuat dari nata de coco. Tetapi Bioplastik yangdidapat mempunyai kualitas yang kurang baik. Hal ini terbukti dari sifat mekaniknya yangmasih sangat rendah. Selain itu penelitian Demse Pardosi mengenai pembuatan materialselulosa bakteri dalam medium air kelapa melalui penambahan sukrosa, kitosan dan gliserolmenggunakan Acetobacter Xylinum yang mendapatkan hasil berupa nata de coco yang

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

28

memiliki tekstur permukaan dan kekuatan tarik yang paling baik dengan penambahan 10 gsukrosa, 1,5 g kitosan dan 2 g gliserol. Mengembangkan penelitian yang terdahulu, dandengan penambahan zat pemlastis, yaitu gliserol diharapkan diperoleh produk bioplastiklebih berkualitas dengan sifat mekanik lebih baik.

Nata de coco merupakan produk hasil proses fermentasi air kelapa dengan bantuanaktivitas Acetobacter xylinum. Nata berasal dari bahasa Spanyol yang artinya terapung. Inisesuai dengan sifatnya, yaitu sejak diamati dari proses awal terbentuknya nata merupakansuatu lapisan tipis yang terapung pada permukaan yang semakin lama akan semakin tebal.Nata de coco mempunyai struktur yang menyerupai selaput/membran sehingga dapatdimanfaatkan sebagai plastik yang ramah lingkungan karena terbuat dari bahan yang alamidan mudah diuraikan oleh mikroorganisme.

Berdasarkan latar belakang maka batasan masalah dalam penelitian ini adalahsebagai berikut:

1. Bahan yang digunakan dalam pembuatan bioplastik adalah nata yang terbuat dariair kelapa.

2. Pemlastis yang digunakan dalam pembuatan bioplastik adalah gliserol dan asamoleat.

3. Karakterisasi bioplastik meliputi analisis gugus fungsi dengan FTIR, uji kehilanganmassa serta laju kehilangan massa, serta uji sifat mekanik.Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh penambahan pemlastis berupa gliserol dan asam oleatterhadap keberhasilan dalam pembuatan bioplastik?

2. Bagaimana pengaruh penambahan gliserol dan asam oleat terhadap sifat mekanikbioplastik?

3. Bagaimana pengaruh penambahan gliserol dan asam oleat terhadap kemudahanbiodegradasi bioplastik?

B. TUJUAN DAN MANFAATTujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan gugus fungsi bioplastik nata de coco yang paling optimum.2. Menentukan pengaruh penambahan gliserol dan asam oleat terhadap sifat mekanik

bioplastik nata de coco.3. Menentukan pengaruh penambahan gliserol dan asam oleat terhadap kemudahan

biodegradasi bioplastik nata de coco.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1. Dapat menjadi sumber informasi mengenai cara pembuatan bioplastik dari bahanalam, khususnya dari limbah-limbah bahan alam yang terbuang sia–sia seperti airkelapa yang ternyata memiliki fungsi dan nilai ekonomis.

2. Dapat memberikan informasi baru mengenai plastik yang ramah lingkungan.

C. TINJAUAN PUSTAKABioplastik merupakan plastik yang terbuat dari sumber yang dapat diperbarui,

yaitu dari senyawa–senyawa dalam tanaman misalnya pati, selulosa, dan lignin serta padahewan seperti kasein, protein dan lipid (Averous, 2002). Bioplastik mempunyai keunggulankarena sifatnya yang dapat terurai secara biologis (biodegradable), sehingga tidak menjadibeban lingkungan (Haryani dan Sailah dalam Anggara, 2001).

Bioplastik ini sering disebut juga dengan plastik biodegradable karena sifatnyayang dapat diuraikan. Walaupun tidak semua bioplastik dapat diuraikan. Namun demikianproduk bioplastik merupakan produk yang mahal. Mengingat masih barunya teknologiuntuk pembuatannya dan kemampuan kompetisi dengan plastik konvensional yang tidakmemadai. Selain itu kelemahan pada bioplastik adalah kelenturannya kurang jika

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

29

dibandingkan dengan plastik konvensional. Namun bioplastik sendiri memiliki kelebihantingkat permeabilitas penguapan oksigen dan air yang lebih tinggi, sehingga menjagakesegaran buah dan sayuran 3 hari lebih lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwabioplastik memiliki beberapa efek terhadap lingkungan. Beberapa efek tersebut, yaitubioplastik dapat mengurangi carbon footprint sebesar 42%, menghemat penggunaan bahanbakar fosil antara 25% hingga 68% dibandingkan dengan penggunaan polyethylene.

Bioplastik dapat dibuat dari limbah air kelapa. Air kelapa mengandung air 91,5%;protein 0,14%; lemak 1,5%; karbohidrat 4,6%; serta abu 1,06%. Selain itu, air kelapamengandung berbagai nutrisi seperti sukrosa, dekstrosa, fruktosa, serta vitamin B kompleksyang terdiri dari asam nikotinat, asam pantotenat, biotin, riboflavin, dan asam follat. Nutrisitersebut sangat berguna untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum.

Nata de coco merupakan produk hasil proses fermentasi air kelapa dengan bantuanaktivitas Acetobacter xylinum. Nata berasal dari bahasa spanyol yang artinya terapung. Haltersebut sesuai dengan sifatnya, yaitu sejak diamati dari proses awal terbentuknya natamerupakan suatu lapisan tipis.

Bibit nata adalah bakteri Acotobacter xylinum yang akan dapat membentuk seratnata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogenmelalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akanmenghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atauselulosa. Secara fisik pembentukkan selulosa merupakan pembentukkan pellicle sepertiterlihat pada Gambar 1. Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 –7,5, namun akantumbuh optimal bila pH 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacterxylinum pada suhu 28°–31°C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Asam asetat atauasam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa.Asam asetat yang baik adalah asam asetat glasial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasirendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan, yaitupH 4,5 –5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asam asetat, asam-asam organik dananorganik lain dapat digunakan.

Gambar 1. Pembentukan selulosa

Pembuatan bioplastik yang fleksibel perlu ditambahkan bahan pemlastis berupagliserol dan asam oleat. Gliserol kebanyakan ditemui hampir pada semua lemak hewani danminyak nabati sebagai ester gliserin dari asam palmitat dan oleat (Austin, 1985). Gliseroladalah senyawa yang netral, dengan rasa manis tidak berwarna, cairan kental dengan titiklebur 20°C dan memiliki titik didih yang tinggi, yaitu 290°C gliserol dapat larut sempurnadalam air dan alkohol, tetapi tidak dalam minyak. Sebaliknya banyak zat dapat lebih mudahlarut dalam gliserol dibanding dalam air maupun alkohol. Oleh karena itu gliserolmerupakan pelarut yang baik.

Gliserol bermanfaat sebagai anti beku (anti freeze) dan juga merupakan senyawayang higroskopis sehingga banyak digunakan untuk mencegah kekeringan pada tembakau,pembuatan parfum, tita, kosmetik, makanan dan minuman lainnya (Austin, 1985). Gliserol

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

30

dapat digunakan untuk gliserolisis lemak atau metil ester untuk membentuk gliserolatmonogliserida, digliserida dan trigliserida. Gliserol mengandung tiga gugus hidroksi yangterdiri dari dua gugus alkohol primer dan satu gugus alkohol skunder. Atom karbon yangterdapat dalam gliserol dapat ditunjukkan sebagai atom karbon α, β dan γ (Nouriedden, dkk, 1992).

Gambar 2. Rumus bangun gliserol

Asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuhrangkap dua, memiliki titik beku 140C dan bilangan iodin 90. Rumus struktur asam oleatyaitu CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH. Asam oleat termasuklemak ini pada suhu ruang berupa cairan kental dengan warna kuning pucat atau kuningkecoklatan.

D. METODOLOGI PENELITIANTahapan penelitian yang dilakukan meliputi:

Tahap Pembuatan Bioplastik Murni Nata De CocoSebanyak 500 mL air kelapa yang sudah tua ditambahkan

%, urea 0,5 %, serta CH3COOH 0,75 % dari banyaknyasambil dipanaskan dan diaduk hingga mendidih.untuk mendapatkan sari dari bahan hasil perebusanpanas ke dalam loyang/ nampan yang sudah steril dan tertutup. Kemudian ditutup rapatkembali dengan menggunakan kertas koran dan ditempatkan pada tempat yang datar padasuhu kamar untuk didinginkan (12 jam). Setelah dingin, dilakukan penambahanAcetobacter xylinum (1 botol untuk 5 bak fermentasi ). Larutan hasil penyaringandifermentasikan selama 5 hari. Setelah lama penyimpanan yang ditentukan, nata siap dipanen.

Bentuk nata de coco hasil fermentasi berupa gel selanjutnya dicuci dengan airmengalir selama 24 jam untuk menghilangkan lendir serta sisa bakteri yang masihtertinggal dalam nata. Untuk selanjutnya dijemur/ diangindari murni nata de coco yang siap di karakteristik.

Tahap Pembuatan Bioplastik dengan Penambahan Asam OSebanyak 500 mL air kelapa yang sudah tua ditambahkan

%, urea 0,5 %, CH3COOH 0,75 % hingga didapat pH 3banyaknya air kelapa sambil dipanaskan dan diaduk hingga mendidih.dilakukan penyaringan untuk mendapatkan sari dari bahan hasil perebusandituangkan pada keadaan panas ke dalam loyang/ nampan yang sudah steril. Kemudianditutup rapat dengan menggunakan kertas koran dan ditempatkan pada tempat yang datarserta didinginkan (12 jam). Setelah dingin, dilakukan penambahanxylinum (1 botol untuk 5 bak fermentasi ). Larutan hasil penyaringan difermentasikanselama 5 hari. Setelah lama penyimpanan yang ditentukan, nata siap dipanen.

Bentuk nata de coco hasil fermentasi berupa gel selanjutnya dicuci dengan airmengalir selama 24 jam untuk menghilangkan lendir serta sisa bakteri yang masihtertinggal dalam nata. Untuk selanjutnya dijemur/ dianginnata de coco dengan penambahan 1 % gliserol.

iserolisis lemak atau metil ester untuk membentuk gliserolatmonogliserida, digliserida dan trigliserida. Gliserol mengandung tiga gugus hidroksi yangterdiri dari dua gugus alkohol primer dan satu gugus alkohol skunder. Atom karbon yang

serol dapat ditunjukkan sebagai atom karbon α, β dan γ (Nouriedden,

Gambar 2. Rumus bangun gliserol

asam lemak tidak jenuh berkarbon 18 dengan satu ikatanC dan bilangan iodin 90. Rumus struktur asam oleat,

COOH. Asam oleat termasuk asam lemak omega 9. Asamtal dengan warna kuning pucat atau kuning

Nata De Cocoair kelapa yang sudah tua ditambahkan gula pasir sebanyak 10

dari banyaknya air kelapa hingga didapat pH 3-4sambil dipanaskan dan diaduk hingga mendidih. Setelah mendidih, dilakukan penyaringanuntuk mendapatkan sari dari bahan hasil perebusan, kemudian dituangkan pada keadaan

m loyang/ nampan yang sudah steril dan tertutup. Kemudian ditutup rapatkembali dengan menggunakan kertas koran dan ditempatkan pada tempat yang datar pada

. Setelah dingin, dilakukan penambahan bakteri(1 botol untuk 5 bak fermentasi ). Larutan hasil penyaringan

Setelah lama penyimpanan yang ditentukan, nata siap di

hasil fermentasi berupa gel selanjutnya dicuci dengan airjam untuk menghilangkan lendir serta sisa bakteri yang masih

tertinggal dalam nata. Untuk selanjutnya dijemur/ diangin–anginkan dan didapat bioplastikyang siap di karakteristik.

engan Penambahan Asam OleatSebanyak 500 mL air kelapa yang sudah tua ditambahkan gula pasir sebanyak 10

0,75 % hingga didapat pH 3–4 serta asam oleat 1,5 % dariair kelapa sambil dipanaskan dan diaduk hingga mendidih. Setelah mendidih,

n penyaringan untuk mendapatkan sari dari bahan hasil perebusan, kemudiandituangkan pada keadaan panas ke dalam loyang/ nampan yang sudah steril. Kemudianditutup rapat dengan menggunakan kertas koran dan ditempatkan pada tempat yang datar

. Setelah dingin, dilakukan penambahan bakteri Acetobacter(1 botol untuk 5 bak fermentasi ). Larutan hasil penyaringan difermentasikan

Setelah lama penyimpanan yang ditentukan, nata siap dipanen.il fermentasi berupa gel selanjutnya dicuci dengan air

mengalir selama 24 jam untuk menghilangkan lendir serta sisa bakteri yang masihtertinggal dalam nata. Untuk selanjutnya dijemur/ diangin-anginkan dan didapat bioplastik

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

31

Tahap Pembuatan Bioplastik dengan Variasi Penambahan GliserolSebanyak 500 mL air kelapa yang sudah tua ditambahkan gula pasir sebanyak 10

%, urea 0,5 %, CH3COOH 0,75 % hingga didapat pH 3–4, asam oleat 1,5 % serta gliserol1% dari banyaknya air kelapa sambil dipanaskan dan diaduk hingga mendidih. Setelahmendidih, dilakukan penyaringan untuk mendapatkan sari dari bahan hasil perebusan,kemudian dituangkan pada keadaan panas ke dalam loyang/ nampan yang sudah steril.Kemudian ditutup rapat dengan menggunakan kertas koran dan ditempatkan pada tempatyang datar serta didinginkan (12 jam). Setelah dingin, dilakukan penambahan bakteriAcetobacter xylinum (1 botol untuk 5 bak fermentasi). Larutan hasil penyaringandifermentasikan selama 5 hari. Setelah lama penyimpanan yang ditentukan, nata siap dipanen. Hal yang sama dilakukan variasi penambahan gliserol, yaitu 2 % dan 3 % daribanyaknya air kelapa.

Bentuk nata de coco hasil fermentasi berupa gel selanjutnya dicuci dengan airmengalir selama 24 jam untuk menghilangkan lendir serta sisa bakteri yang masihtertinggal dalam nata. Untuk selanjutnya dijemur/ diangin-anginkan dan didapat bioplastik.

Tahap Biodegradasi Bioplastik Nata de CocoPada proses biodegradasi ini uji standar yang dapat dilakukan pada polimer

bioplastik antara lain adalah kehilangan berat, di samping perubahan kekuatan tarik, danperubahan sifat fisik lainnya (Schanabel, 1981). Berat polimer sebelum dan sesudahdiinkubasi dalam mikroorganisme dengan waktu tertentu ditimbang. Persen kehilanganberat sesungguhnya dapat dihitung dengan memasukkan faktor koreksi berat yangdiperoleh dari kontrol negatif ke dalam berat sampel awal sesungguhnya sebelummengalami proses biodegradasi, maka perlu disiapkan adanya suatu kontrol negatif bagipolimer yang akan diinkubasi dalam mikroorganisme. Kontrol negatif adalah berat sampelpolimer yang diinkubasi selama waktu tertentu tanpa adanya mikroorganisme.

Karakterisasi BioplastikKarakterisasi biopolimer meliputi uji gugus fungsi, uji kehilangan massa, laju

kehilangan massa, laju adsorpsi air serta uji sifat mekanik. Untuk uji kehilangan massa sertalaju kehilangan massa dilaksanakan pada proses biodegradasi bioplastik, sedangkan untukanalisis gugus fungsi dengan metode FTIR dilakukan sebelum film bioplastikdibiodegradasi dan setelah dibiodegradasi selama waktu yang telah ditentukan denganmenggunakan spektroskopi infra merah pada setiap sampel. Untuk mengetahui sifatmekanik dari bahan polimer dapat dilakukan dengan mengaplikasikan gaya pada sampeltersebut. Sifat mekanik yang diuji dalam penelitian ini meliputi kuat putus (tensile strength)dan perpanjangan (strain) dari bioplastik.

Pengujian sifat mekanik menggunakan alat Universal Test Machine dengan testspeed 10 mm/min. Untuk spesimen uji sifat mekanik berbentuk dumbble yang dipreparasisesuai ISO 527-2-5A, dengan ketebalan rata-rata 0,25 mm.

Adapun teknik analisis data yang dilakukan meliputi:Penentuan Karakteristik Bioplastik dengan Metode FTIR

Spektrum IR yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis secara kualitatif dankuantitatif dalam mengkarakterisasi bioplastik. Analisis kualitatif, bertujuan untuk melihatpuncak serapan dari gugus fungsi yang ada dalam polimer sehingga dapat diketahuikeberhasilan dalam pembuatan bioplastik.Biodegradasi Bioplastik

Penentuan tingkat biodegradabilitas bioplastik dengan cara uji kehilangan massa.Persen kehilangan massa ditentukan dengan rumus berikut:

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

32

% kehilangan massa =i

fi

W

WW x 100%

Wi = massa sampel sesungguhya sebelum diinkubasi.Wf = massa sampel sesudah dibiodegradasi.Penentuan laju kehilangan massa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

v =t

WW fi

v = laju kehilangan massa.∆t = waktu biodegradasi

Uji Sifat MekanikBerdasarkan hasil pengujian dengan alat uji tarik selanjutnya dilakukan

perhitungan dengan cara membagi gaya dengan luas penampang sampel sehingga dapatdiketahui kekuatan tarik dari sampel. Perubahan panjang sampel dibagi dengan panjangsampel mula-mula dapat diperoleh nilai perpanjangan dari sampel. Nilai kekuatan tarikdibagi dengan perpanjangan dapt diperoleh data modulus Young dari sampel bioplastik.

E. HASIL DAN PEMBAHASANSifat Fisika Nata de Coco

Tabel 1 menunjukkan sifat fisik nata de coco dengan berbagai komposisi, yaitunata de coco murni, nata de coco dengan penambahan asam oleat, dan nata de coco denganpenambahan asam oleat dan variasi gliserol (1%, 2% dan 3%) masing-masing mengalamipemeraman atau fermentasi selama 5 hari.

Tabel 1. Sifat fisika nata de coco dengan berbagai komposisi

No Sifat fisika

nata de cocoTanpa

penambahangliserol danasam oleat

PenambahanAsam oleat

Asam oleatdan gliserol

1%

Asam oleatdan gliserol

2%

Asam oleatdan gliserol

3%

1 BentukLembarantebal dankenyal

Lembarantebal, kenyaldan licin

Lembarantebal, kenyaldan licin

Lembarantebal, kenyaldan licin

Lembarantebal, kenyaldan licin

2 Warna Putih Putih Putih Putih Putih

3Transparan/tidak

Transparan Transparan Transparan Transparan Transparan

4 TeksturKenyal danhalus

Kenyal, halusdan licin

Kenyal, halusdan licin

Kenyal, halusdan licin

Kenyal, halusdan licin

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa secara umum nata de coco denganberbagai komposisi memiliki bentuk fisik hampir mirip, yaitu lembaran tebal, kenyal, licin,berwarna putih, dan transparan. Komposisi bahan utama dalam pembuatan nata de cocodalam penelitian ini adalah air kelapa sebanyak 500 mL, dengan bantuan bakteriAcetobacter xylinum dan masa pemeraman atau fermentasi 5 hari didapatkan nata de cocodengan ketebalan 5 mm. Ketebalan tersebut ideal untuk dijadikan bioplastik karena jikanata yang terbentuk terlalu tebal maka nata sulit dikeringkan.

Karakter Bioplastik dari Nata de Coco dengan Berbagai komposisiUntuk memperoleh bioplastik dari nata de coco, maka nata tersebut harus

dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan dua alat, yaitu pertama menggunakan oven

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

33

dengan suhu 100 0C selama 30 menit dan kedua menggunakan hot plate dengan suhu 1000C selama 1 jam. Untuk sifat fisika bioplastik yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat fisika bioplastik nata de coco dengan berbagai komposisi

No. Sifat fisik

Bioplastik nata de cocoTanpa

penambahangliserol danasam oleat

Penambahanasam oleat

Asam oleat dangliserol 1%

Asam oleat dangliserol 2%

Asam oleat dangliserol 3%

1 Bentuk

Lembaranseperti kertasyangtransparan

Lembaranseperti kertasyangtransparan dansedikit licin

Lembaranseperti kertasyang transparandan sedikit licin

Lembaranseperti kertasyang transparandan sedikit licin

Lembaranseperti kertasyang transparandan sedikit licin

2 WarnaPutih

transparan

Kuningkecoklatantransparan

Kuningkecoklatantransparan

Kuningkecoklatantransparan

Kuningkecoklatantransparan

3 Tekstur Halus Halus dan licin Halus dan licin Halus dan licin Halus dan licin

4Kaku/tidak

Tidak kaku Kaku Sedikit kaku Sedikit kaku Sedikit kaku

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari kelima bioplastik dengan berbagaikomposisi baik dengan tambahan pemlastis atau tidak, memiliki sifat fisik hampir sama,yaitu berbentuk lembaran seperti kertas yang transparan dan bertekstur halus. Bioplastikyang terbuat dari nata de coco dengan penambahan bahan pemlastis, baik yang hanyapanambahan asam oleat maupun dengan penambahan asam oleat dan variasi gliserolternyata memliki warna kuning kecoklatan serta tekstur licin, hal ini dikarenakan adanyapenambahan asam oleat dengan wujud seperti minyak yang licin jika terkena kulit danberwarna kuning.

Sifat Mekanik BioplastikBerdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa peran pemlastis asam oleat dan gliserol

sangat jelas, yaitu terbukti pada bioplastik tanpa penambahan asam oleat dan gliserolmempunyai nilai tensile strength dan strain lebih kecil dibandingkan dengan bioplastikyang menggunakan tambahan pemlastis. Hal ini berarti pemlastis dapat meningkatkankualitas bioplastik dalam hal menahan beban dan mengalami perpanjangan.

Tabel 3. Hasil uji sifat mekanik bioplastik dari nata de coco pada berbagai komposisi

NoSampel

BioplastikTensile Strength

(MPa)Strain(%)

1Bioplastik dari nata de coco tanpapenambahan asam oleat dan gliserol

7,8672 12,0411

2Bioplastik dari nata de coco denganpenambahan asam oleat

7,1117 7,2185

3Bioplastik dari nata de coco denganpenambahan asam oleat dan gliserol 1%

10,9965 6,7973

4Bioplastik dari nata de coco denganpenambahan asam oleat dan gliserol 2%

10,2267 13,8441

5Bioplastik dari nata de coco denganpenambahan asam oleat dan gliserol 3%

6,0412 11,9724

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

34

Berdasarkan data tensile strength dan strain tersebut dapat dicari modulus Young.Modulus Young menunjukkan perbandingan tensile strength terhadap strain. Jika nilaimodulus Young suatu bioplastik semakin tinggi, maka bioplastik tersebut semakin bersifatkaku. Data modulus Young masing-masing sampel bioplastik dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa bioplastik dengan penambahanasam oleat dan gliserol 1% mempunyai modulus Young paling tinggi, yaitu sebesar 50,4594MPa. Angka tersebut menunjukkan bahwa bioplastik dengan penambahan asam oleat dangliserol 1% mempunyai sifat paling kaku atau keras berarti kurang baik karena jikabioplastik tersebut kaku, maka sulit dibentuk dan bersifat lebih rapuh. Berdasarkan data ujisifat mekanik, dapat disimpulkan bioplastik optimum adalah bioplastik dengan penambahanasam oleat dan gliserol 2% ditunjukkan oleh nilai tensile strength dan strain paling besardalam penelitian ini.

Tabel 4. Modulus Young bioplastik

No Sampel bioplastik Modulus Young (MPa)

1Bioplastik dari nata de coco tanpa penambahan asam oleatdan gliserol

65,3362

2 Bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asam oleat 98,5205

3Bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asam oleatdan gliserol 1%

161,7775

4Bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asam oleatdan gliserol 2%

73,8705

5Bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asam oleatdan gliserol 3%

50,4594

Analisis Gugus Fungsi Bioplastik Sebelum DibiodegradasiAnalisis gugus fungsi dilakukan pada sampel bioplastik optimum, yaitu bioplastik

dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2%. Sebagai pembanding dilakukan pulaanalisis gugus fungsi pada bioplastik dari nata de coco murni. Analisis gugus fungsidilakukan dengan tujuan mengetahui perubahan gugus fungsi sebagai akibat penambahanbahan pemlastis pada pembuatan bioplastik. Analisis gugus fungsi dilakukan denganspektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infrared).

Spektrum FTIR bioplastik dari nata de coco murni dan bioplastik denganpenambahan asam oleat dan gliserol 2% dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.

Gambar 3. Spektrum FTIR bioplastik dari nata de coco sebelum dibiodegradasi

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

35

Gambar 4. Spektrum FTIR bioplastik dari nata de coco dengan penambahan gliserol 2%dan asam oleat sebelum dibiodegradasi

Spektrum FTIR bioplastik tersebut selanjutnya diinterpretasikan untuk mengetahuijenis gugus-gugus fungsi yang ada. Tabel 5 menunjukkan data interpretasi gugus fungsispektrum FTIR bioplastik dari nata de coco murni. Tabel 6 menunjukkan hasil interpretasigugus fungsi spektrum FTIR bioplastik dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2%.

Tabel 5. Interpretasi gugus fungsi spektrum FTIR bioplastik nata de coco murni

Bilangan Gelombang (cm-1) Jenis Gugus Fungsi3402,43 -OH2900,94 C-H alifatik1635,64 C=O karbonil1056,99 β-1,4-glikosidik601,79 C-C

Berdasarkan analisis FTIR, bioplastik dari nata de coco tanpa panambahan asamoleat dan gliserol dan bioplastik dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2% ternyatamenunjukkan spektrum dengan gugus fungsi hampir sama.

Tabel 6. Interpretasi gugus fungsi spektrum FTIR bioplastik nata de coco denganpenambahan asam oleat dan gliserol 2%

Bilangan Gelombang (cm-1) Jenis Gugus Fungsi3387 -OH

2931,8 C-H alifatik1627,92 C=O karbonil1064,71 β-1,4-glikosidik478,35 C-C

Uji Kemudahan Biodegradasi BioplastikUji ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama bioplastik akan terurai, yang

diharapkan tidak memerlukan waktu lama untuk terbiodegradasi sehingga bioplastik yangdihasilkan bersifat ramah lingkungan. Tabel 7 menunjukkan keadaan bioplastik dari nata decoco murni dan bioplastik dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2% setelahmengalami biodegradasi pada selang waktu tertentu.

Dilihat dari bentuk fisik kedua bioplastik tersebut, semakin lama biodegradasimaka semakin banyak bagian bioplastik yang terurai, hal ini terlihat dengan adanya lubang-

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

36

lubang pada sampel. Adanya lubang tersebut berarti massa bioplastik akan menjadiberkurang karena hilangnya bagian dari bioplastik.

Tabel 7. Keadaan bioplastik pada saat proses biodegradasi

Harike-

Keadaan bioplastik dari nata de cocoTanpa penambahan asam oleat dan

gliserolDengan penambahan asam oleat dan

gliserol 2%

3Bioplastik menjadi agak lembab, warnasemakin pucat, terdapat beberapa lubangkecil pada pinggir bioplastik

Bioplastik menjadi agak lembab, tebal,warna semakin pucat, terdapat beberapalubang kecil pada pinggir bioplastik

6Lubang menjadi semakin besar danbertambah

Lubang semakin besar dan bertambah

9Bioplastik menjadi rapuh dan lubangsemakin banyak

Bioplastik menjadi rapuh, lunak dan lubangsemakin banyak

10Lubang-lubang bergabung sehinggamenjadi lubang yang besar

Lubang semakin merata pada bioplastik

11 Bioplastik sangat rapuh dan hampir hancur Bioplastik sangat rapuh dan hampir hancur12 Bioplastik sudah terbiodegradasi sempurna Bioplastik sudah terbiodegradasi sempurna

Tabel 8 merupakan pengurangan massa bioplastik selama proses biodegradasiberlangsung. Berdasarkan Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya waktubiodegradasi, maka persen pengurangan massa bioplastik semakin besar pula. Bioplastikmengalami biodegradasi hamper sempurna pada hari ke-12, dengan demikian baikbioplastik dari nata de coco tanpa penambahan asam oleat dan gliserol dan bioplastik darinata de coco dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2% mudah mengalamibiodegradasi.

Tabel 8. Pengurangan massa bioplastik

Harike-

Pengurangan massa bioplastik (%)Bioplastik dari nata de coco

tanpa penambahan asam oleatdan gliserol

Bioplastik dari nata de cocodengan penambahan asam

oleat dan gliserol 2%3 47,18 71,656 52,14 79,719 58,64 83,9210 60,58 86,8411 62,72 88,5312 64,17 89,19

Data laju pengurangan massa bioplastik dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9menunjukkan laju pengurangan bioplastik, semakin lama waktu biodegradasi, makasemakin kecil laju pengurangan massanya. Hal ini terjadi karena pada saat awal, nutrisi ataukandungan gugus fungsi dalam bioplastik yang menjadi sumber makanan bagi bakteripengurai. Dengan bertambahnya hari, nutrisi atau gugus fungsi tersebut mulai berkurang,dan menyebabkan laju pengurangan massa semakin kecil.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

37

Tabel 9. Laju pengurangan massa bioplastik

Harike-

Laju pengurangan massa bioplastik (mg/hari)Bioplastik dari nata de coco

tanpa penambahan asam oleatdan gliserol

Bioplastik dari nata de cocodengan penambahan asam

oleat dan gliserol 2%3 16,2 58,96 8,95 32,89 6,71 23,010 6,24 21,411 5,87 19,812 5,51 18,4

Berdasarkan Tabel 8 dan 9, di antara kedua sampel tersebut, yaitu bioplastik darinata de coco tanpa penambahan asam oleat dan gliserol dengan bioplastik dari nata de cocodengan penambahan asam oleat dan gliserol 2% ternyata bioplastik dengan penambahanasam oleat dan gliserol 2% menunjukkan pengurangan massa dan laju pengurangan massalebih besar. Hal ini dikarenakan semakin banyak selulosa yang dihidrolisis oleh enzim yangdihasilkan oleh mikroorganisme. Berdasarkan uji biodegradasi ini dapat ditarik kesimpulanbahwa bioplastik nata de coco baik dengan penambahan pemlastis gliserol dan asam oleatataupun tanpa penambahan ternyata bisa menghasilkan bioplastik yang mudahterbiodegradasi dalam 12 hari atau waktu sangat singkat. Namun demikian, bioplastik yangdibuat dari air kelapa dengan penambahan bahan pemlastis berupa asam oleat dan gliserolmenunjukkan pengurangan massa dan laju pengurangan massa untuk setiap waktubiodegradasi lebih besar dibandingkan dengan bioplastik tanpa penambahan bahanpemlastis. Dengan demikian adanya bahan pemlastis dalam pembuatan bioplastik dari airkelapa menghasilkan bioplastik lebih mudah diuraikan oleh alam atau lebih mudahterbiodegradasi.

Analisis Gugus Fungsi Bioplastik Sesudah DibiodegradasiSpektrum FTIR bioplastik dari nata de coco tanpa penambahan asam oleat dan

gliserol sesudah biodegradasi pada Gambar 5 dan spektrum FTIR bioplastik dari nata decoco dengan penambahan asam oleat dan gliserol 2% sesudah biodegradasi dapat dilihatpada Gambar 6.

Gambar 5. Spektrum FTIR bioplastik dari nata de coco sesudah biodegradasi

Bioplastik nata de coco tanpa penambahan asam oleat dan gliserol menunjukkanpada bilangan gelombang 3433,29 cm-1 adanya gugus –OH. Bilangan gelombang 2924,09cm-1 menunjukkan gugus C-H alifatik. Bilangan gelombang 1635,64 cm-1 menunjukkan

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

38

gugus C=O karbonil yang didukung sidik jari pada bilangan 1041,56 menunjukkan gugusC-O berikatan β-1,4-glikosidik.

Gambar 6. Spektrum FTIR bioplastik dari nata de coco dengan penambahan asamoleat dan gliserol 2% sesudah biodegradasi

Berdasarkan spektrum FTIR untuk bioplastik nata de coco dengan penambahanasam oleat dan gliserol 2% memberikan informasi pada bilangan gelombang 3425,58 cm-1

menunjukkan gugus –OH. Bilangan gelombang 2924,09 cm-1 menunjukkan gugus C-Halifatik. Bilangan gelombang 1635,64 cm-1 menunjukkan gugus C=O karbonil yangdidukung sidik jari pada bilangan 1041,56 menunjukkan gugus C-O berikatan β-1,4-glikosidik.

Berdasarkan spektrum FTIR bioplastik sebelum dan sesudah biodegradasi,ternyata menunjukkan jenis vibrasi ikatan yang sama dan kedua memiliki bentuk spektrumyang sama. Hal ini berarti gugus fungsi yang terdapat pada bioplastik sebelumdibiodegradasi dengan gugus fungsi sesudah dibiodegradasi adalah sama. Dengan demikiandisimpulkan bahwa proses biodegradasi tidak merubah gugus fungsi bioplastik. Hal ini bisaterjadi karena pada proses biodegradasi terjadi hidrolisis atau pemutusan ikatan pada ikatanβ-1,4-glikosidik, sehingga molekul selulosa pada bioplastik terurai kembali menjadi suatuoligosakarida atau disakarida atau monosakarida, oligosakarida dan disakarida tersebutmemiliki jenis gugus fungsi yang sama dengan selulosa penyusun bioplastik.

F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASIKesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penambahan asamoleat dan gliserol 2% dalam pembuatan bioplastik nata de coco :1. menghasilkan bioplastik lebih elastis namun tidak mempengaruhi kualitas gugus fungsi

dalam bioplastik yang dihasilkan.2. meningkatkan nilai tensile strength dan nilai strain bioplastik dari air kelapa. Bioplastik

mempunyai kualitas lebih baik dalam hal menahan beban dan lebih fleksibel daripadabioplastik dari nata de coco tanpa penambahan pemlastis.

3. meningkatkan pengurangan massa dan laju pengurangan massa bioplastik pada saatproses biodegradasi. Adanya tambahan pemlastis tersebut, menyebabkanmikroorganisme pengurai dapat menghidrolisis atau menguraikan bahan bioplastiktersebut menjadi molekul lebih sederhana dan menjadi nutrisi bagi mikroorganisme.

RekomendasiDengan sudah mendesaknya permasalahan pencemaran lingkungan yang

mengancam kelestarian alam baik daratan, perairan, dan udara serta semakin terbatasnyalahan yang dapat digunakan untuk membuang sampah yang berasal dari kota Yogyakartamaka penelitian ini memberikan rekomendasi supaya pemerintah daerah menerapkan

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

39

peraturan wajib menggunakan bioplastik sebagai pengemas makanan yang pelaksanaannyadilakukan dengan tahapan sebagai berikut:1. Membuat perda tentang penggunaan bioplastik oleh masyarakat Yogyakarta2. Menentukan jenis plastik yang dinyatakan layak sebagai pengemas makanan secara

bertahap3. Mensyaratkan lolos uji kemudahan dibiodegradasi/diuraikannya di alam terhadap

plastik yang digunakan khususnya sebagai pengemas makanan yang beredar diYogyakarta

4. Mewajibkan semua toko (supermarket, swalayan, dan sejenisnya) untuk menggunakanbioplastik yang telah lolos uji kemudahan diuraikannya di alam

5. Melaksanakan program pengolahan limbah air kelapa oleh pengurus PKK dan kader-kader lainnya menjadi bahan bioplastik ramah lingkungan selain dibuat nata de cocokarena teknologi yang digunakan cukup sederhana dan dapat dilakukan oleh masyarakatsetempat sehingga dapat menambah penghasilan warga masyarakat.

DAFTAR PUSTAKAASTM. 1980. Plastics-general Test Methods; Nomenclature. Di dalam : Annual Book

of.ASTM Standards, Part 36, American Society for Testing and Materials, Easten,USA.

Austin, 1985. Shreve’s Chemical Process Industries, Mc Graw-Hill Book Co TokyoAverous, Luc. 2004. Biodegradable Multiphase Sistems Based on Plasticized Starch : A

Review, Journal of Macromolecular Science, United Kingdom.Bhat, S.G. 1990. Oleic Acid A Value Added Product From Palm Oil. The Conference

Chemistry Technology.PORIM.Kuala Lumpur.Carpenter, L.P. 1972. Microbiology. Third Edition. W.B. Sauders Company.

Philadelphia-London-Toronto.Collado,L.S. 1986. Nata, Processing and Problems of The Industry in The Philipines. Di

dalam Proceding Seminar on Traditional Foodand Their Processing in Asia.Tokyo. Japan.

Heru Pratomo dan Eli Rohaeti. 2010. Pembuatan Bioplastik dari Limbah Rumah Tanggasebagai Bahan Edible Film Ramah Lingkungan. Laporan Penelitian. UniversitasNegeri Yogyakarta.

Irawan, Bambang. 2010. Peran Mikrobia dalam Proses Degradasi Plastik. Laporan Ekologi.Bogor.

Nurul Huda Efendi. 2009. Pengaruh Penambahan Variasi Massa Pati Pada Pembuatan NataDe Coco Dalam Medium Fermentasi Bakteri Acetobacter Xilynum. Tesis, SekolahPasca Sarjana Universitas Sumatra Utara.

Pardosi, Demse. 2008. Pembuatan Material Selulosa Bakteri Dalam Medium Air KelapaMelalui Penambahan Sukrosa, Kitosan dan Gliserol Menggunakan AcetobacterXylinum. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara.

Perry, Jhon H. (Ed). 1999. Perry’s Chemical Engeneers’ Handbook. Edisi Ketujuh,McGraw-Hill Book Company, New York.

Rukaesih Achmad. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : ANDI.W Schnabel. 1981. Polymer Degradation, Principles and Practical Applications. New

York : Macmillan Publishing Co., Inc.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

40

Strategi Pemberdayaan untuk Meningkatkan Kepedulian dan KemandirianKesehatan Masyarakat Yogyakarta Berbasis Kebijakan Preventif dan Promotif

(Oleh : Awang Darumurti, SIP, M.Si, dr. Budi Santosa, S.Psi)

Abstract

The title of this research is empowerment strategies to raise awareness andindependence of Yogyakarta’s society health condition based on promotion and preventionpolicy. It uses qualitative approach in its implementation. Then to retrieve the data, it isused questionnaires, interviews and FGDs techniques. From the results which is obtained,we can conclude that health policy which is oriented toward preventive and promotivepolicy becomes very important. Preventive and promotive policy give the output generatedmuch better than curative and rehabilitative health policy. For that, communityempowerment is necessary to support the policy. Appropriate empowerment strategies ofpublic health will produce Societies health outcomes independently. But to achieve that, ittakes a lot of synergy start from Health Department, health centers, NGOs, CommunityLeaders, and the community itself. The focus is more directed towards the empowerment ofyoung person and mens who do not get a lot of health education. Additionally, collectivepeople and self-conscious running environmental health is also one of the focus needs to bedone when running the empowerment of public health. Some things related to the contentsof the Ottawa Charter should keep in mind to optimize the implementation of communityhealth empowerment in Yogyakarta. This empowerment policy (which is an element ofpolicy advocates preventive and promotive) if successful would create a public health inYogyakarta increased independence, thus curative and rehabilitative policies only becomea side policy.

Keywords: Preventive and Promotive policy, Empowernment, Health independently

A. PENDAHULUANKesehatan menjadi suatu bidang yang begitu sering menjadi pusat perhatian. Hal

ini dikarenakan untuk membentuk suatu sumber daya manusia yang berkualitas danproduktifitas tinggi, haruslah berawal dari kondisi yang sehat. Baik sehat secara jasmanidan rohaninya. Sehingga dalam pembangunan suatu bangsa kita tidak terlepas dari faktorkesehatan. Mulai dari gizi anak yang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya hinggatingkat kesakitan masyarakat perlu dinilai.

Baru-baru ini di beberapa daerah sering mengkampanyekan akan memberikanbiaya kesehatan gratis. Namun demikian kita perlu juga mengkaji sebenarnya programkesehatan yang kita anut diarahkan kemana? Selama ini Pemerintah dapat kita gambarkanseperti kehilangan arah, sebab perhatian hanya tertuju pada tindakan kuratif (pengobatan).Keadaan sehat hanya dipandang dalam konsep sehat-sakit, dimana perlakuan programsebagian besar hanya diarahkan dalam upaya mengobati pasien yang sakit. Hal ini dapatkita lihat dari jumlah anggaran kesehatan yang lebih banyak ditujukan pada biaya obat,pembangunan sarana dan prasarana dan tenaga dokter/ paramedis.

Untuk itulah, Kebijakan preventif menjadi sangat penting mengingat faktamenunjukkan bahwa kemandirian masyarakat dalam memelihara, meningkatkan danmelindungi kesehatannya dinilai masih kurang dan belum menggembirakan, karenareformasi dalam sistem kesehatan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tetapisemua masyarakat. Kebijakan promotif juga harus dilakukan untuk mendukungkeberhasilan kebijakan preventif.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

41

Pemerintah Kota Yogyakarta sendiri dalam RPJMD tahun 2005-2011 belumoptimal mengimplementasikan kebijakan yang bersifat preventif dan promotif terkaitdengan kesehatan. Kebijakan yang dipakai masih berfokus pada kebijakan kuratif. Olehsebab itu paradigma ini harus segera dirubah untuk menuju pada target jangka panjangmeningkatkan derajat kesehataan masyarakat Yogyakarta berbasis pada kesadaran merekasendiri, tidak lagi berbasis bantuan uang yang sifatnya hanya jangka pendek dan tidakmenghilangkan permasalahan yang sebenarnya terjadi.

Dengan demikian strategi pemberdayaan masyarakat Yogyakarta agar lebih pedulidengan kesehatan mutlak untuk dilakukan. Untuk itulah penelitian ini harus segeradilakukan agar ditemukan pola atau strategi pemberdayaan yang tepat dan masyarakat bisalebih peduli serta kemandirian kesehatan mereka dapat ditingkatkan. Selain akanmenghemat anggaran kesehatan, tujuan jangka panjang Yogyakarta sebagai kota yang sehatakan lebih bisa tercapai dengan melakukan pemberdayaan yang berbasis kebijakanpreventif dan promotif.

B. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIANI. Tujuan Penelitian

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan agar masyarakatYogyakarta dapat memelihara kesehatannya tidak hanya dengan upaya kuratif yang selamaini lebih banyak ditegakkan, namun dapat menjaga kesehatannya pula, yaitu dengan upayapreventif dan promotif. Dengan kata lain penelitian ini berusaha untuk membuktikan bahwapemberdayaan, kebijakan preventif dan promotif, akan efektif untuk meningkatkankepedulian dan kemandirian kesehatan masyarakat Yogyakarta. Selain itu, ada beberapatujuan khusus yang ditawarkan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pemberdayaan masyarakat Yogyakarta agar peduli dengan kesehatan dengandemikian kualitas SDM masyarakat Yogyakarta akan meningkat.

2. Penyusunan kebijakan preventif dan promotif dalam kebijakan kesehatan.3. Memberi masukan ilmiah kepada Pemerintah Kota Yogyakarta terkait kebijakan

kesehatan.4. Meyakinkan stakeholder di Yogyakarta agar menerapkan kebijakan preventif dan

promotif daripada kebijakan kuratif dan rehabilitatif.

II. Manfaat PenelitianHasil penelitian diharapkan akan memberikan manfaat yang relatif banyak bagi

berbagai elemen di Yogyakarta, baik masyarakat, dunia pendidikan, DPRD, PemerintahKota Yogyakarta, Dinas Kesehatan. Manfaat teoritis yang berguna bagi dunia pendidikanadalah ditemukannya pola pemberdayaan yang tepat, diketahuinya strategi kebijakankesehatan yang akurat. Sedangkan manfaat praktis yang paling utama tentu sajaditemukannya strategi pemberdayaan yang tepat sehingga masyarakat Yogyakarta akanmenerima manfaat jangka panjang berupa meningkatnya kesehatan mereka. Ketikakepedulian dan kemandirian kesehatan dapat tercapai, maka manfaat lain akan dirasakanyakni meningkatnya kualitas hidup, meningkatnya kehidupan ekonomi serta tingkatharapan hidup.

Demikian juga dengan Pemerintah Kota Yogyakarta ( Dinas Kesehatan ) akanmendapatkan manfaat berupa kajian ilmiah terkait kebijakan preventif dan promotifkesehatan yang ditawarkan dalam penelitian ini. Selain itu, ketika masyarakat Yogyakartasudah peduli dengan kesehatan dan mandiri kesehatannya maka anggaran yang harusdikeluarkan untuk kebijakan kuratif dapat dikurangi.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

42

C. TINJAUAN PUSTAKAI. Pemberdayaan

Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan memiliki duakecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan primer, yaitu kecenderungan prosesyang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan(power) kepada masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Beberapa pandangantentang pemberdayaan masyarakat, antara lain sebagai berikut (Ife, 1996) :1. Struktural, pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi struktural

secara fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang operesif.2. Pluralis, pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya seseorang atau sekelompok

orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam suatu ’rule of the game’tertentu.

3. Elitis, pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi denganelit–elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap praktek–praktek danstruktur yang elitis.

4. Post–Strukturalis, pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus sertamenghargai subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial.

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah membentuk individu danmasyarakat menjadi mandiri. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisiyang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan memikirkan, memutuskanserta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah–masalah yang dihadapi dengan menggunakan daya kemampuan kognitif, konatif,psikomotor dan afektif dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkunganinternal masyarakat ( Sulistyani : 2004 ). Setiap masyarakat memiliki daya, akan tetapikadang-kadang mereka tidak menyadari atau daya tersebut masih belum dapat diketahuisecara eksplisit. Pada hakekatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana yangmemungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang ( Suparjo: 2003 ).

Menurut Wrihatnolo dan Dwijowijoto (2007), ada tiga tahapan prosespemberdayaan. Proses pertama, penyadaran dengan target, yang hendak diberdayakandiberi pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka punya hak untukmempunyai sesuatu. Prinsipnya, membuat target mengerti bahwa mereka perludiberdayakan dan proses pemberdayaan dimulai dari dalam diri mereka. Proses selanjutnyaadalah diberikan daya kuasa yang bersangkutan agar mampu terlebih dahulu. Prosespembentukan kapasitas ini terdiri atas manusia, organisasi, dan sistem nilai. Selanjutnya,target diberi daya, kekuasaan, otoritas, dan peluang. Sebagaimana dilakukan beberapakomunitas desa yang sukses memberdayakan diri sendiri, mereka aktif memanfaatkanpeluang dan berdaya atas diri mereka sendiri tanpa bergantung pada pihak mana pun.Mereka berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan komunitas dan mempunyai perasaanbermasyarakat.

II. Kebijakan PublikKebijakan adalah suatu rangkaian atau pola tindakan bertujuan yang diikuti oleh

seorang atau sekelompok aktor dalam berurusan dengan suatu masalah atau suatu haltertentu. Beberapa karakterisitik dari kebijakan tersebut adalah: Purposive, Courses orpatterns of actions, What government actually do, Either positive or negative, Based on lawand is authoritative (James E. Anderson). Sedangkan untuk menganalisa sebuah kebijakanpublik dapat melalui beberapa pendekatan, diantaranya adalah : Teori Sistem Politik, TeoriKelompok (Group Theory), Teori Elit (Elite Theory), Institutionalism, Teori PilihanRasional.

Teori Sistem Politik mengatakan bahwa kebijakan publik dipandang sebagairespons sistem politik terhadap tuntutan yang muncul dari lingkungannya. Sistem politik

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

43

terdiri atas institusi dan aktivitas yang saling berkaitan dalam masyarakat yang membuatalokasi otoritatif dari nilai–nilai yang mengikat masyarakat. Input ke dalam sistem politikberasal dari lingkungan dan terdiri atas tuntutan (demands) dan dukungan (supports).Output dari sistem politik mencakup undang–undang, aturan, keputusan pengadilan danlain–lain. Feedbacks menunjukkan bahwa output atau kebijakan publik yang dibuat padasatu saat tertentu pada gilirannya dapat mengubah lingkungan dan tuntutan yang akanmuncul berikutnya, dan juga, karakter sistem politik itu sendiri.

Teori Kelompok (Group Theory) : Kebijakan publik merupakan produk dariperjuangan kelompok. Interaksi dan perjuangan antara kelompok–kelompok adalahkenyataan sentral dari kehidupan politik. Kelompok adalah sekumpulan orang yangmungkin, atas dasar sikap atau kepentingan yang sama, membuat klaim terhadap kelompoklain dalam masyarakat. Kelompok menjadi kelompok kepentingan manakala ia membuatklaim melalui atau terhadap setiap institusi pemerintah. Konsep utama dalam teorikelompok adalah akses.

Teori Elit (Elite Theory) : Kebijakan publik dipandang sebagai pencerminan nilaidan preferensi elite yang berkuasa. Masyarakat terbagi atas sedikit orang yang mempunyaipower dan massa yang tidak mempunyai power. Elite berasal dari lapisan masyarakatdengan tingkat sosial ekonomi tinggi. Perpindahan non–elite ke posisi elite harus lambatdan terus menerus untuk memelihara stabilitas dan menghindari revolusi. Elite mempunyaikonsensus terhadap nilai–nilai dasar dari sistem sosial dan pelestarian sistem. Perubahandalam kebijakan publik akan bersifat inkremental. Elite mempengaruhi massa lebih banyakdaripada massa mempengaruhi elite. Institutionalism : Kebijakan publik ditentukan secaraotoritatif dan pada awalnya dilaksanakan oleh institusi pemerintah. Terpusat padapemaparan aspek–aspek formal dan legal dari institusi pemerintah : organisasi formal,kekuasaan hukum, aturan prosedural, dan fungsi atau aktivitas.

Teori pilihan rasional: Kebijakan publik sebagai keputusan dari aktor politik yangbertindak rasional untuk memaksimalkan kepuasan mereka (rational utility maximizer).Aktor politik dipandu oleh kepentingan pribadi dalam memilih rangkaian tindakan untukkemanfaatan terbaik bagi dirinya: (1) Pemilih memberikan suara untuk partai dan kandidatyang terbaik memenuhi kepentingannya, dan (2) Politisi secara terus menerus bersainguntuk pemilihan dalam upaya meningkatkan kepentingannya dalam income, power, danprestige yang berasal jabatan (office), dan menawarkan kebijakan yang akan memenangkandukungan pemilih. Partai politik beroperasi mirip politisi, menawarkan paket kebijakanyang menarik bagi pemilih. Self interest birokrasi mengarahkan mereka untukmemaksimalkan budget instansinya karena budget yang lebih besar merupakan sumberpower, prestige, perks, dan high salary.

Kebijakan publik yang terkait dengan masalah kesehatan sendiri jika dijabarkanlebih lanjut akan terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah:

1. Promotif adalah upaya untuk memperkenalkan (sosialisasi) dan mengarahkanopini, persepsi, sikap dan tindakan masyarakat dalam menunjang pola perilakuhidup bersih dan sehat.

2. Preventif adalah usaha untuk melakukan pencegahan terhadap risiko penularanpenyakit dan penyebaran penyakit yang berpotensi menular atau menimbulkanwabah penyakit.

3. Kuratif adalah upaya dalam pengobatan dan penanganan penyakit yang telahdiduga dan didiagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang.

4. Rehabilitatif adalah upaya untuk mengembalikan dan mengobati pasien sepertipada keadaan yang sehat.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

44

D. METODE PENELITIANI. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan pemahamanyang mendalam tentang pentingnya pemberdayaan dan implementasi kebijakan preventifserta promotif untuk mewujudkan kepedulian dan kemadirian kesehatan masyarakat diYogyakarta. Draft solusi yang ditawarkan oleh peneliti diharapkan bisa diterima olehPemerintah Daerah ( Dinas Kesehatan ) dan DPRD Kota Yogyakarta dalam prosesnegosiasi dan konsolidasi tersebut. Untuk implementasi kebijakan preventif dan promotiftentang kesehatan sepenuhnya menjadi kewenangan dari stakeholders setempat, untuk itupeneliti hanya bisa melakukan evaluasi terhadap implementasi kebijakan tersebut.II. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian didapat dari sumber utama yaitu masyarakat di 3 Kecamatan yangmenjadi sampel penelitian melalui metode FGD, semi structured group dan deep interviewuntuk memperoleh informasi apa saja persoalan kesehatan yang mereka hadapi, faktorpenyebab mereka tidak peduli dengan kesehatan serta kurang mandirinya kesehatanmasyarakat, potensi dan karakter masyarakat. Data hasil penelitian tersebut kemudiandikorelasikan dengan teori-teori pemberdayaan, kebijakan publik yang relevan dengankesehatan yang diperoleh dari buku, narasumber, ataupun literatur lainnya. Data sekunderdiperoleh dari kajian dokumentasi; baik dari ekspos media massa yang terkait denganpencarian solusi masalah kesehatan yang pernah dilakukan oleh lembaga lainnya.III. Teknis Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, obyektivikasi data akan didapatkan denganmemberikan kesempatan yang luas kepada obyek untuk bertutur tentang sesuatu. Artinyapeneliti tidak memiliki otoritas untuk melakukan treatment, baik mengarahkan agarresponden memilih jawaban tertentu ataupun menginterpretasikan makna keluar dari obyekyang diteliti. Pekerjaan analisis lebih pada upaya mengorganisasikan temuan, dan kemudianmengkonstruksikan temuan tersebut dalam bingkai obyek yang diteliti. Dari analisis inikemudian akan diperoleh kesimpulan makna yang ramah dengan obyek penelitian, danbermanfaat bagi pembuatan rekomendasi penelitian yang bisa diterapkan di lapangan. Inijuga mendukung metode penelitian yang beruapaya melibatkan masyarakat secara aktif,menempatkan rakyat/responden sebagai sumber informasi utama dengan tanpa intervensidari peneliti.IV. Populasi dan sampel

Populasi penelitian adalah rakyat di seluruh Indonesia yang diwakili oleh rakyatYogyakarta yang berada di Kecamatan Gondomanan, Tegalrejo dan Mantrijeron.Penentuan Sampel dilakukan melalui purposive sampling, yang dimaksudkan gunamengetahui persoalan kesehatan yang dihadapi masyarakat, faktor yang membuatmasyarakat kurang peduli dengan kesehatan dan kurang mandiri. Dengan data tersebut polapemberdayaan dan implementasi kebijakan preventif dan promotif kesehatan bisa lebihmudah diimplementasikan di masyarakat.V. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di 3 Kecamatan di Yogyakarta dengan mengambil sampelkecamatan dengan karakteristik berbeda–beda. Lokasi Kecamatan yang pertama adalahKecamatan Gondomanan yang dialiri Sungai Code serta tingkat kepadatan penduduk yangsangat tinggi serta berada di tengah kota menjadi pertimbangan utama karena masalahkesehatan menjadi sangat rentan dengan kondisi seperti itu. Lokasi penelitian kedua beradadi Kecamatan Tegalrejo dengan karakterisitik lokasi yang dekat jalur kereta api dan banyakrumah kumuh sehingga persoalan kesehatan juga menjadi masalah serius. Sedangkan lokasiketiga adalah Kecamatan Gedongkiwo yang mewakili kecamatan di pinggiran kotaYogyakarta serta termasuk kecamatan dengan tingkat kemiskinan masyarakat yang relatiftinggi sehingga masalah kesehatan juga menjadi persoalan penting.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

45

VI. Rancangan penelitianTahap penelitian dilakukan dengan mengikuti rancangan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi pola pemberdayaan, kebijakan preventif dan promotif kesehatan(a) identifikasi potensi implementasi kebijakan tersebut(b) mengumpulkan bahan-bahan data sekunder (terutama dari media) tentang

persoalan kesehatan dan kebijakan kesehatan yang akan dianalisis(c) mendokumentasikan untuk bahan penyusunan solusi mewujudkan kepedulian

dan kemandirian kesehatan masyarakat.2. Mengidentifikasi karakter dan potensi masyarakat di 3 Kecamatan :

(a) menentukan subyek penelitian(b) menyusun panduan dan pedoman wawancara dalam proses story telling(c) menyelenggarakan focus group discussion dan(d) melakukan wawancara secara mendalam terhadap masyarakat di 3

kecamatan.3. Mengidentifikasi persoalan kesehatan dan kurangnya kepedulian dan kemandirian

kesehatan masyarakat ( FGD dan Interview );(a) mengklasifikasi persoalan kesehatan(b) mengkaji faktor penyebab kurangnya kepedulian masyarakat(c) mengklasifikasi kurangnya kemandirian kesehatan masyarakat.

4. Menyusun solusi untuk mewujudkan kepedulian dan kemandirian kesehatan :(a) penyiapan materi(b) penyusunan draft solusi(c) mengkonsultasikan draft solusi kepada pakar kesehatan dan kebijakan.

5. Negosiasi dan Konsolidasi dengan stakeholder untuk menyakinkan merekamemakai solusi pemberdayaan, kebijakan preventif dan promotif kesehatan untukmewujudkan kepedulian dan kemandirian kesehatan masyarakat.

6. Sosialisasi hasil penelitian kepada warga :(a) warga masyarakat menjadi peserta aktif(b) menentukan jadual pelaksanaan sosialisasi(c) menentukan narasumber dalam pelaksanaan sosialisasi(d) pelaksanaan sosialisasi.

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASII. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di lapangan, beberapa hal yang perlu diperhatikan terkaitdengan pola hidup bersih dan sehat yang dijalankan oleh masyarakat di Yogyakartadiantaranya adalah:

1. Pengetahuan tentang pola hidup bersih dan sehatSecara umum masyarakat di Yogyakarta telah mengetahui apa yang

dimaksud dengan pola hidup bersih dan sehat, tetapi yang perlu diperhatikanadalah belum semua masyarakat di Yogyakarta mengetahui dengan baik yangtermasuk dalam semua indikator pola hidup bersih dan sehat yang telah ditetapkanoleh pemerintah. Masyarakat di 3 Kecamatan yang menjadi sampel penelitianbanyak yang berpendapat bahwa perilaku hidup bersih dan sehat masih seputarmenjaga kebersihan diri sendiri dan rumah. Bersih dan higienis adalah kata kunciyang menunjukkan pendapat masyarakat tentang pengertian pola hidup bersih dansehat ( PHBS ). Apsek–aspek lain ataupun indikator lain dari PHBS ( misalnyamerokok, kondisi rumah, lingkungan, dan lain–lain ) belum dilaksanakan ataubelum dijalankan dengan baik oleh sebagian masyarakat di 3 Kecamatan.

Dari kondisi ini, maka pemberdayaan yang dilakukan adalahmengoptimalkan sosialisasi pada indikator–indikator yang belum dipahami

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

46

ataupun belum dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta terkait dengan PHBS yangberujung pada kemandirian kesehatan masyarakat Yogyakarta. Jika hanyabeberapa indikator PHBS saja yang dilakukan oleh masyarakat, maka optimalisasikemandirian kesehatan masyarakat akan sulit untuk tercapai. Untuk itulah prosespemberdayaan selanjutnya lebih diarahkan kepada indikator di luar unsurkebersihan diri dan higienitas sesuatu.

2. Sumber informasi mengenai PHBS dan intensitasnyaMasyarakat yang menjadi sampel dari penelitian mengatakan bahwa

mereka mendapatkan informasi tentang kesehatan dari berbagai sumber. Namunyang paling sering mereka dapatkan adalah informasi dari petugas puskesmas ataupengurus PKK. Dengan demikian dapat dianalisa bahwa informasi mengenaikesehatan masih perlu diperluas lagi untuk menjangkau sasaran yang lebih luaslagi. Mayoritas responden perempuan mengatakan bahwa mereka mendapatkaninnformasi ini dari pengurus PKK dan Puskesmas, sedangkan untuk respondenlaki-laki mayoritas mengatakan informasi dari pengurus kampung.

Dari data tersebut tampaknya informasi tentang PHBS lebih intensifditerima oleh responden perempuan daripada laki–laki. Ini juga tercermin darimayoritas jawaban responden ketika ditanyakan mengenai intensitas pemberianinformasi mengenai PHBS. Mayoritas responden perempuan banyak yangmengatakan sering mendapatkan informasi, sedangkan proposionalitas respondenlaki–laki yang mengatakan sering mendapatkan informasi jauh lebih sedikit.Dengan demikian sasaran utama atau fokus pemberdayaan masyarakat ke depanlebih difokuskan untuk mengejar ketertinggalan informasi yang diterima laki–lakiagar PHBS bisa dijalankan dengan lebih optimal lagi. Kemandirian kesehatantidak bisa dicapai jika hanya mengandalkan satu pihak saja, sinergisitas semuapihak harus dijalankan. Untuk itulah kesediaaan dari pihak laki–laki untuk maudan mampu menjalankan semua indikator dari PHBS sangat diperlukan untukmencapai tujuan yang diinginkan. Kepatuhan menjalankan PHBS danHambatannya.

Hampir seluruh responden mengatakan bahwa mereka menjalankan polahidup bersih dan sehat. Namun yang harus digarisbawahi dalam data tersebutadalah mereka menjalankan PHBS sesuai dengan pemahaman mereka. Artinya,mereka menjalankan PHBS pada konteks menjaga kebersihan diri dan higienitassesuatu. Setelah dilakukan wawancara mendalam, banyak warga yang belumsecara teratur menjalankan indikator yang lainnya, terutama yang berhubungandengan lingkungan sekitar mereka ataupun yang membutuhkan koordinasi dankerjasama dengan tetangga ( kesehatan lingkungan ).

Mengenai masalah kesadaran tentang kesehatan, dapat dikatakan bahwamasyarakat di Yogyakarta mempunyai tingkat kesadaran yang cukup tinggi.Optimalisasi hanya diperlukan pada indikator–indikator yang memang belum bisadilakukan dengan baik. Banyak kendala yang kemudian membuat masyarakat diYogyakarta terkadang terhambat dalam menjalankan PHBS sesuai pemahamanmereka. Dari data penelitian didapatkan hasil bahwa kesibukan dan tidak adanyaorang yang rajin mengontrol pelaksanaan PHBS menjadi dua hambatan utamayang menjadi penghalang bagi masyarakat Yogyakarta untuk bisa secara teraturmenjalankan PHBS.

Kondisi inilah yang perlu diperhatikan dalam program pemberdayaanyang akan dilakukan. Pendamping kesehatan ataupun duta kesehatan dalam sebuahkampung tampaknya menjadi sebuah hal yang dibutuhkan untuk mengatasipersoalan tersebut. Masyarakat di Yogyakarta masih memerlukan perhatian

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

47

ataupun pendampingan untuk bisa melaksanakan PHBS dengan optimal terutamayang menyangkut kolektifitas kesehatan masyarakat.

3. Strategi peningkatan pelaksanaan PHBSStrategi pemberdayaan yang telah dibahas dalam analisa sebelumnya

harus bisa dijalankan sesuai dengan kondisi masing–masing kampung dankarakteristik masyarakat setempat. Dari hasil penelitian didapatkan data bahwamasyarakat memang membutuhkan sinergisitas antar stakeholder untukmeningkatkan pelaksanaan PHBS. Masyarakat meminta pendampingan danpenyuluhan kesehatan dari berbagai elemen, yakni Puskesmas, Pemerintah danjuga tokoh masyarakat agar optimalisasi pelaksanaan PHBS bisa dilakukan denganbaik.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pendampingan tampaknyamenjadi salah satu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam pemberdayaan karenamasyarakat merasa akan sangat sulit menjaga konsistensi jika tidak dilakukanpendampingan secara teratur oleh stakeholder terkait. Pendampingan juga akanberjalan optimal jika semua stakeholder mau melaksanakannya. Dengan kata lainkunci utama dalam strategi pemberdayaan ini adalah sinergisitas dalampendampingan. Masyarakat juga meminta adanya duta kesehatan di kampung yangbisa mendampingi mereka.

4. PHBS untuk anak mudaData dari penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi PHBS untuk anak

muda sangat jarang dilakukan oleh pihak terkait, baik itu puskesmas ataupun pihaklain yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pendidikan terhadap anakmuda. Masukan penting yang diperoleh dari masyarakat adalah mereka memintapihak–pihak yang berwenang untuk melakukan sosialisasi ataupun pendampinganterhadap anak muda yang pola hidupnya tidak menunjukkan pola hidup yangsehat.

Gambaran penting yang diberikan oleh masyarakat mengenai pola hidupanak muda yang tidak sehat terkait dengan kebersihan, pola makan, tidur, atautindakan yang menjurus ke tindak kriminal. Sebuah pendampingan dan jugasosialisasi yang intensif dan teratur kepada anak muda diharapkan akanmemberikan efek positif terhadap pelaksanaan PHBS di kalangan generasi mudadi Yogyakarta. Sebuah kompetisi kesehatan berbasis anak muda juga diharapkanmuncul di Yogyakarta untuk menggugah kemauan dan kesadaran anak muda diYogyakarta dalam menjalankan pola hidup sehat, ini sekaligus menjadi promosikesehatan yang efektif.

Strategi lain yang bisa digunakan untuk menaikkan kesadaran anak mudadalam menjalankan PHBS adalah menggunakan strategi promosi kesehatan visual.Beberapa anak muda yang menjadi sampel dalam interview mengatakan bahwamereka akan lebih mencerna makna dari promosi kesehatan jika menggunakanmedia visual, baik itu gambar ataupun video. Mereka mengatakan bahwa jikasosialisasi hanya bersifat oral saja, tidak akan banyak memberi pengaruh bagimereka.

Dengan kondisi seperti ini, maka pola pemberdayaan anak muda ke depanadalah dengan menggabungkan berbagai strategi pemberdayaan dengan dukunganvisualisasi yang baik dan tidak menggunakan pola yang konservatif. Bahkanbeberapa di antara mereka meminta duta kesehatan berbasis anak muda jugadimunculkan untuk mendukung pola pemberdayaan yang telah disusun.

Untuk itulah, kebijakan kesehatan yang berorientasi kepada kebijakanpreventif dan promotif menjadi sangat penting mengingat output yang dihasilkandari kebijakan tersebut jauh lebih baik daripada kebijakan kesehatan yang bersifat

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

48

kuratif dan rehabilitatif. Untuk itulah pemberdayaan masyarakat perlu dilakukanuntuk mendukung kebijakan itu. Strategi pemberdayaan kesehatan masyarakatyang tepat akan menghasilkan outcome berupa mandirinya kesehatan masyarakat.

Namun untuk bisa mencapai hal itu, dibutuhkan sinergisitas banyak pihakmulai Dinas Kesehatan, Puskesmas, LSM, Tokoh Masyarakat, dan masyarakatsendiri. Fokus pemberdayaan lebih diarahkan kepada anak muda dan bapak–bapakyang memang belum banyak mendapatkan pendidikan kesehatan. Selain itukolektifitas masyarakat untuk mau dan sadar diri menjalankan kesehatanlingkungan juga menjadi salah satu fokus yang harus dilakukan ketikamenjalankan pemberdayaan kesehatan masyarakat.

Beberapa hal terkait isi dari Ottawa Charter sebaiknya perlu diperhatikanuntuk mengoptimalkan pelaksanaan pemberdayaan kesehatan masyarakat diYogyakarta. Kebijakan pemberdayaan masyarakat ini ( yang merupakan unsurpendukung kebijakan preventif dan promotif ) jika berhasil dilakukan akanmembuat kemandirian kesehatan masyarakat Yogyakarta meningkat, dengandemikian kebijakan kuratif dan rehabilitatif hanya menjadi kebijakan pendampingsaja.

II. Rekomendasi1. Mengubah paradigma kebijakan kesehatan, dari paradigma kuratif menjadi

kebijakan preventif dan promotif dengan memasukkan kebijakan ini dalamRPJMD Kota Yogyakarta tahun 2011-2015.

2. Puskesmas di Yogyakarta dijadikan motor penggerak kebijakan preventif danpromotif melalui dukungan dana Bantuan Operasional Kesehatan ( BOK ) dariKementerian Kesehatan.

3. Melakukan pemberdayaan kepada masyarakat untuk lebih peduli dan mandiriterhadap kesehatan, terutama ditujukan kepada anak muda dan bapak–bapak.Untuk anak muda menggunakan sosialisasi visual dan Duta Kesehatan.

4. Fokus pemberdayaan juga terkait dengan kolektifitas masyarakat dalampeningkatan kepedulian kesehatan lingkungan.

5. Peningkatan kapasitas SDM Dinas Kesehatan dengan melakukan training danworkshop teratur.

6. Reformasi sistem kesehatan (mengacu pada kebijakan pusat dan kajianilmiah/penelitian).

7. Jika memungkinkan menambah jumlah tenaga kesehatan (sebagai pendampingmasyarakat).

8. Manajemen anggaran kesehatan berbasis pada kebijakan preventif dan promotiftanpa menghilangkan kebijakan kuratif dan rehabilitatif (sebagai pendukung).

9. Penyusunan rencana strategis berbasis data ilmiah/penelitian.10. Mencipatakan model baru pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat

dengan melibatkan pihak lain semisal LSM yang peduli dengan kesehatan.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

49

DAFTAR PUSTAKA

Chambers, Robert. Poverty and Livelihoods: Whose Reality Counts? Uner Kirdar danLeonard Silk (eds.), People: From Impoverishment to Empowerment. New York:New York University Press, 1995.

Friedman, John, Empowerment: The Politics of Alternative Development. Cambridge:Blackwell, 1992.

Kartasasmita, Ginanjar, Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan : Teori, Kebijaksanaan,dan Penerapan, Makalah mata kuliah Pembangunan berbasis Masyarakat, PascaSarjana ITB, 1997

Rahayu Sedyaningsing, Endang, Mewujudkan kemandirian kesehatan masyarakat berbasiskebijakan preventif dan promotif, Makalah seminar nasional, Fakultas Ilmukesehatan UNDIP, 2010

Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho D, Manajemen Pemberdayaan, Gramedia/ElexMedia Komputindo: Jakarta, 2007

Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta : Gava Media, 2004Suparjan & Suyatno, Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan sampai Pemberdayaan.

Yogyakarta : Aditya Media, 2003Sumodiningrat, Gunawan, JPS dan Pemberdayaan, Gramedia, Jakarta, 1998-----------, Konsepsi pemberdayaan masyarakat, Makalah kuliah pemberdayaan, ITB 2010.-----------, Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas, Depkes RI, Jakarta, 1997

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

50

Pengembangan Subject Specific Pedagogy (SSP) BerbasisNew Taxonomy of Science Education untuk Meningkatkan Karakter Siswa

Sekolah Menengah Atas

(Oleh : Ary Kusmawati, S. Si, Hj. Sri Utari, M.Pd.Si, Alfi Suciati, S.Pd)

Abstrak

Pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan karakter menjadi kebutuhanmendesak dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu dibutuhkan perangkat pembelajaranyang mampu mengakomodasi pendidikan karakter. Penelitian ini bertujuanmengembangkan produk berupa perangkat pembelajaran yang disebut Subject SpecificPedagogy (SSP) Biologi berbasis New Taxonomy of Science Education (NTSE). SubjectSpecific Pedagogy (SPP) berisi 5 komponen, yaitu : Silabus, Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP), Materi, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Penilaian. SSP yangdikembangkan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan karakter siswa.

Penelitian ini menggunakan model Research and Development (R and D). Subjekpenelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta.Pengambilan sampel dilakukan secara random setelah terlebih dahulu dipilih kelas–kelasyang relatif homogen. Dalam model penelitian R and D, produk dikembangkan melaluitahap validasi, uji coba terbatas dan uji coba lapangan. Pada tiap tahap dilakukan revisiproduk untuk memperoleh hasil produk akhir yang handal.

Berdasar hasil analisis data, SSP yang dikembangkan dalam penelitian ini mampumeningkatkan karakter siswa secara signifikan, baik pada uji coba terbatas maupun pada ujicoba lapangan. Karakter kreatif siswa dapat ditingkatkan sebesar 28,13%, sedangkankarakter kreatif dapat ditingkatkan sebesar 15,88%.

Key words: SSP, New Taxonomy of Science Education, karakter.

A. PENDAHULUANPendidikan karakter telah menjadi isu yang sering didengar oleh para guru. Namun

langkah konkret dari para guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pembelajaran belumlahterlihat jelas. Hal ini menjadikan pendidikan karakter hanya sebatas wacana yang ramaidibicarakan namun nihil pelaksanaan, apalagi pencapaian. Untuk segera mewujudkanpembelajaran yang bermuatan karakter, maka langkah pertama yang harus dilakukan guruadalah dengan menyiapkan perangkat pembelajaran yang juga bermuatan karakter. Kondisidi lapangan saat ini, perangkat pembelajaran yang digunakan masih perangkatpembelajaran seperti biasanya yang belum secara eksplisit memuat pendidikan karakter.Sebagai konsekuensinya, kemajuan pendidikan karakter menjadi tak dapat dipetakan.

Kota Yogyakarta sebagai salah satu basis pendidikan di Indonesia memilikipotensi yang cukup besar untuk mewujudkan keberhasilan pendidikan karakter. Bahkandengan menyandang peran sebagai Kota Pendidikan, sudah sepatutnya Kota Yogyakartamenjadi rujukan kota lain dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Untuk mewujudkan‘Yogyakarta sebagai kota pendidikan berkarakter’, tentunya sekolah dan segala bentukpembelajaran di dalamnya akan menjadi medan–medan pergerakan pendidikan karakter,dengan guru sebagai ujung tombaknya. Maka di samping perlu adanya kebijakan yangmendukung keterlaksanaan pendidikan karakter secara kondusif, juga diperlukanprofesionalitas guru dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran yang bermuatankarakter. Profesionalitas guru tersebut salah satunya menyangkut bagaimana seorang gurudapat menyusun dan mengembangkan Subject Spesific Pedagogy (disingkat SSP, samamaknanya dengan istilah Perangkat Pembelajaran).

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

51

Meskipun penyusunan perangkat pembelajaran adalah kewenangan guru, namununtuk memberikan pedoman bagaimana seorang guru menyusun perangkat pembelajaranyang bermuatan karakter, diperlukan sebuah acuan berupa SSP bermuatan karakter yangtelah diuji kesahihannya melalui serangkaian penelitian. Berdasar hal tersebut, makadiperlukan penelitian untuk mengembangkan SSP bermuatan karakter sesuai dengan bidangstudi. Untuk itu maksud penyusunan proposal ini adalah untuk mewujudkan penelitianpendidikan yang mampu menghasilkan produk berupa Subject Spesific Pedagogybermuatan karakter yang didasarkan pada taksonomi baru pendidikan sains (New Taxonomyof Science Education), khususnya untuk mata pelajaran biologi.

B. TUJUAN DAN MANFAATPenelitian ini bertujuan untuk:1. Mengembangkan SSP berbasis New Taxonomy Of Science Education untuk

meningkatkan karakter siswa.2. Mengetahui apakah produk SSP Biologi yang dihasilkan mampu mengembangkan

karakter siswa.Manfaat penelitian ini, yaitu :1. Membantu mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkarakter melalui

proses pembelajaran di sekolah.2. Menghasilkan alternatif SSP yang bisa digunakan oleh guru SMA, khususnya di

Kota Yogyakarta, dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran bermuatankarakter.

3. Mengembangkan karakteristik siswa melalui pembelajaran biologi, sesuai dengannilai–nilai lokal kota Yogyakarta.

4. Membentuk siswa yang memahami hakekat sains (biologi) sebagai sikap, prosesdan aplikasi agar mereka memiliki bekal pengetahuan konsep dan keterampilantingkat tinggi yang dapat diterapkan sebagai life skill, tanpa meninggalkankeluhuran budi.

C. TINJAUAN PUSTAKA1. Pendidikan Karakter

Menurut Kemdiknas (2010) hakikat pendidikan karakter dalam kontekspendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai yakni pendidikan nilai–nilai luhuryang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membinakepribadian generasi muda. Pendidikan karakter berdasarkan kajian nilai–nilai agama,norma–norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip–prinsip HAM,telah teridentifikasi butir–butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama,yaitu nilai–nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa,diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan. Berikut adalah daftarnilai–nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya.1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan

a. ReligiusPikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkanpada nilai–nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiria. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yangselalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadapdiri dan pihak lain

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

52

b. Bertanggung jawabSikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannyasebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.

c. Bergaya hidup sehatSegala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakanhidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggukesehatan.

d. DisiplinTindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuandan peraturan.

e. Kerja kerasPerilaku yang menunjukkan upaya sungguh–sungguh dalam mengatasiberbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengansebaik–baiknya.

f. Percaya diriSikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainyasetiap keinginan dan harapannya.

g. Berjiwa wirausahaSikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produkbaru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaanproduk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatifBerpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untukmenghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telahdimiliki.

i. MandiriSikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalammenyelesaikan tugas–tugas.

j. Ingin tahuSikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalamdan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

k. Cinta ilmuCara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesamaa. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak dirisendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

b. Patuh pada aturan–aturan sosialSikap menurut dan taat terhadap aturan–aturan berkenaan dengan masyarakatdan kepentingan umum.

c. Menghargai karya dan prestasi orang lainSikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yangberguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan oranglain.

d. SantunSifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tataperilakunya ke semua orang.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

53

e. DemokratisCara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajibandirinya dan orang lain.

4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungana. Peduli sosial dan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkunganalam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya–upaya untuk memperbaikikerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagiorang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

5. Nilai kebangsaanCara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsadan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.a. Nasionalis

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,ekonomi, dan politik bangsanya.

b. Menghargai keberagamanSikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yangberbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

2. Pembelajaran Biologi Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)Belajar Biologi pada hakikatnya belajar tentang organisme dan

kehidupannya, serta interaksi yang terjadi antara keduanya. Johnson, et all ( 1984 :xxiv) menyatakan bahwa, “two major themes in biology, both so fundamental to thestudy of modern biology that we will introduce them here : (1). Organisms haveevolved, and (2) life and its processes confirm to the laws of chemistry and physics”Dua tema yang sangat fundamental dalam mempelajari Biologi modern adalah evolusiorganisme dan proses kehidupannya.

Mata pelajaran Biologi di SMA merupakan kelanjutan IPA di SMP/MTsyang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya yang meliputi aspek–aspeksebagai berikut.1. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup,

hubungan antarkomponen ekosistem, perubahan materi dan energi, perananmanusia dalam keseimbangan ekosistem.

2. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan, hewandan manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan, teknologi danmasyarakat

3. Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi,bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

3. New Taxonomy Science of Education (NTSE)Pandangan tradisional menganggap bahwa Sains adalah sebuah pengetahuan

mengenai alam semesta yang dikumpulkan/diakumulasi melalui rekaman sejarah.Hanya saja akhir–akhir ini (3 – 5 tahun belakangan) telah terjadi banyak perhatianyang diarahkan ke proses Sains, sebuah keahlian yang digunakan ahli Sains untukmenemukan pengetahuan baru. Akan tetapi, itu menjadi jelas saat ini bahwa lebihbanyak perhatian untuk pendidikan Sains dari pada proses dan isi. McCormack danYager (1989) mengembangkan sebuah “Taksonomi Pendidikan Sains” baru yangmemperluas pandangan tentang pendidikan Sains di luar dua domain isi dan prosesmenjadi lima domain yang bisa dianggap penting untuk setiap kurikulum Sains yangbaik.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

54

Pengembang kurikulum bisa menggunakan taksonomi ini sebagai cetak biru(blueprint) sebagai petunjuk dalam mendesain program baru. Evaluator dapatmenggunakan taksonomi sebagai tolok ukur terhadap program yang ada yang dapatdinilai. Pengarang Taksonomi “melihat 5 domain dalam pendidikan Sains yangkesemuanya itu penting sebagai petunjuk bagi kita dalam bekerja membantu semuasiswa untuk mencapai cara membaca gejala Sains yang diperlukan dalam kehidupanmereka jika sudah terjun ke dalam masyarakat nantinya. Dan diperlukan bagi kita saatingin menyelesaikan permasalahan saat ini untuk menghasilkan masa depan yanglebih baik (McCormack dan Yager 1989, 47 - 48).

Taksonomi Pendidikan Sains meliputi 5 domain, yaitu:a. Domain mengetahui dan memahami (Domain pengetahuan)b. Domain menjelajah dan menemukan (Proses dari domain ilmu)c. Domain membayangkan dan membuat (Domain kreativitas)d. Domain merasa dan menilai (Domain sikap)e. Domain menggunakan dan menerapkan (Domain Aplikasi dan Koneksi)

4. Subject Specific Pedagogy (SSP)SSP merupakan pengemasan bidang studi menjadi perangkat pembelajaran

komprehensif mencakup standar kompetensi, materi, strategi, metode, dan media,serta evaluasi (instrumen penilaian hasil belajar). SSP meliputi : Silabus, RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP), Materi, Lembar Kegiatan Siswa dan Butir Soal(post tes dan tes kinerja). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan ditelaahdengan lembar telaah yang formatnya diadaptasi dari BSNP, yaitu dengan menuliskanada tidaknya tiap ranah yang diharapkan dari tiap perangkat.

D. METODOLOGIPenelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan atau

Research and Development (R and D). Sugiyono (2010) memberikan definisi penelitiandan pengembangan, yaitu : metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produktertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

Penelitian ini mengembangkan produk berupa Subjek Specific Pedagogy (SSP)biologi berbasis NTSE untuk mengembangkan karakter mandiri siswa SMA yang terdiriatas silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi, media, Lembar Kerja Siswa(LKS) dan lembar evaluasi yang disesuaikan dengan standar kompetensi siswa SMA. Agarproduk yang dikembangkan sesuai dengan tujuan, maka penelitian pengembangan inidilakukan berdasarkan beberapa model. Model pengembangan Borg & Gall (1983: 774-789, dan Dick & Carey (2005: 282-291) disederhanakan agar lebih mudah dipahami. Modelpengembangan hasil penyederhanaan ini mempunyai lima tahap, yaitu: analisis, desain,produksi, uji coba dan revisi serta pemanfaatan dan penyebarluasan. Model penelitianpengembangan SSP ini digambarkan sebagai berikut:

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

55

Beberapa hal yang menjadi temuan dalam penelitian pengembangan SSP berbasisNew Taxonomy of Science Education ini disajikan dalam pembahasan sebagai berikut:1. Pada tahap uji ahli dan praktisi

Pada tahap uji ahli dan praktisi, yaitu tahap validasi ditemukan bahwa SSPBiologi berbasis NTSE sudah memenuhi kriteria kelayakan untuk digunakan.Hasilpenelitian dari ahli dan praktisi menunjukkan bahwa SSP berbasis NTSE berada padakategori sangat baik sehingga dapat digunakan dengan melakukan revisi berdasarkansaran dan masukan dari ahli dan praktisi.

2. Tahap uji coba terbatas dan uji coba lapanganPada tahap uji coba terbatas dan uji coba lapangan diuji apakah SSP berbasis

NTSE yang dikembangkan mampu meningkatkan karakter kreatif dan mandiri.Pada ujicoba terbatas ada beberapa aspek pengukuran kreativitas dan kemandirian yang belummuncul pada siswa sehingga ini menjadi dasar untuk merevisi SSP. Revisi SSP jugaberdasarkan pengamatan observer serta catatan guru.

Pada uji coba diperluas semua aspek untuk mengukur tingkat kreativitas dankemandirian telah muncul pada siswa. Sehingga SSP ini dapat digunakan guru sebagaialternatif acuan untuk mengajar Biologi pada materi bakteri dan peranannya dalamkehidupan, di kelas X SMA semester gasal.

Peningkatan karakter kreatif dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini:Tabel 1.

Peningkatan Karakter Kreatif

Kategori Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Peningkatan (%)Sangat Kreatif 3,12 12,50 9,38Kreatif 40,62 68,75 28,13Kurang Kreatif 40,62 15,62 -Tidak Kreatif 15,62 3,12 -

Produk SSP biologi

Berbasis Domain Aplikasi

Penyebarluasan

Evaluasi Tahap IIEvaluasi Tahap I

Uji Coba TerbatasReview Ahli Materi

dan Ahli Pedagogi

Analisis IIAnalisis I

Revisi IIRevisi I

Uji Coba Lapangan

Evaluasi Tahap III

Analisis III

Revisi III

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

56

Peningkatan karakter Mandiri dapat dilihat dalam tabel 2 berikut ini:Tabel 2.

Peningkatan Karakter Mandiri

Kategori Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Peningkatan (%)Sangat Mandiri 0 18,75 18,75Mandiri 46,87 62,50 15,88Kurang Mandiri 40,62 18,75 -Tidak Mandiri 12,5 0 -

Dari analisis data di atas dapat dilihat bahwa penerapan SSP berbasis NTSEmampu meningkatkan karakter siswa secara signifikan, terutama untuk karakter kreatifdan mandiri. Pengintegrasian karakter dalam pembelajaran biologi tidak mengurangiatau menghambat hasil pembelajaran biologi siswa. Ini terbukti dengan meningkatnyahasil belajar biologi pada kelas eksperimen.

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI1. Kesimpulan

Berdasar analisis data dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan :a. SSP Biologi berbasis New Taxonomy of Science Education (NTSE) untuk

meningkatkan karakter kreatif dan mandiri siswa SMA dikembangkan denganmetode research and development. Tahapan research, yaitu studi pendahuluanyang merupakan studi pustaka dan survei lapangan. Tahapan developmentmeliputi desain produk, validasi ahli dan praktisi, uji coba terbatas, dan ujicoba lapangan.

b. SSP Berbasis New Taxonomy of Science Education (NTSE) mampumeningkatkan karakter siswa SMA.

2. RekomendasiUntuk turut serta mensukseskan gerakan pendidikan karakter nasional makabeberapa langkah yang perlu diambil oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, yaitu :1. Mengadakan koordinasi dengan pihak sekolah untuk mengembangkan

perangkat pembelajaran yang mampu meningkatkan karakter peserta didik,misalnya melalui kegiatan :a. Analisis terhadap KTSP, mencari titik temu antara Standar Kompetensi,

Kompetensi Dasar dan berbagai karakter yang akan diintegrasikan.b. Menggali kearifan lokal untuk diintegrasikan dalam kurikulum dan menjadi

bagian dari pendidikan karakter.2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan atau rujukan untuk

dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah sertadapat diimplementasikan juga kedalam mata pelajaran lain agar siswa terbiasadengan kurikulum yang menganut pendidikan karakter dalam kehidupansehari–hari.

3. Melakukan kegiatan pelatihan pengembangan perangkat pembelajaran yangmemuat pendidikan karakter, misalnya workshop dan seminar. Kegiatan inidiharapkan mampu meningkatkan pemahaman praktisi pendidikan mengenaipendidikan karaker secara komprehensif.

4. Mengadakan program kegiatan pembiasaan karakter, koordinasi pelaksanaan,pemantauan dan penilaian, dan evaluasi terus menerus dari pengawas DinasPendidikan kepada pihak sekolah dan komite sekolah melalui laporan hasilevaluasi yang diserahkan ke Dinas Pendidikan.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

57

5. Seluruh staf di dinas juga menjalankan pendidikan karakter untuk membericontoh kepada pihak sekolah sehingga terjadi pendidikan karakter yangkomprehensif. Pendidikan karakter akan tercapai bila semua unsur yang terlibatdari atas sampai keakar–akarnya sehingga terjadi hubungan yangberkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKABrog, Walte R. & Meredith Daonien Gall. (1983). Educational research an introduction.

New York & London : LongmanCormack, Mc & Yager.(1989).Taxonomy of Science EducationDick, W. C. & Carey, J.D. (2005). The sistematic design of instruction (ged). San

Fransisco : PearsonJohnson, K.D., Rayle, D.L., & Wedberg, H.L. (1984). Biology an introduction. California :

The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.Kemdiknas. (2010). Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: KemdiknasSugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

58

Analisis Mutu Layanan Puskesmas Berdasarkan Tingkat Kepentingan Pasien danKinerja Jasa Pelayanan (Studi Kasus di Puskesmas Mergangsan dan Pakualaman

Yogyakarta)

( Oleh : dr. Betty Ekawaty, SpKK, drg. Punik Mumpuni Wijayanti, M.Kes, AdiNugroho, ST)

Abstract

This study aims to analyze the level of health center visitors satisfaction based onImportance and Performance Services and determine the priorities in the form of serviceimprovements. The approach used is a sampling technique using a questionnaire with arandom distribution pattern. Grouping data based on a Likert scale with the dimensionparameters are used based on tangible, reliability , responsiveness, assurance (security)and empathy. Analysis of data processing using the method of Important PerformanceAnalysis (IPA) and the Potential Gain in Customer Value (PGCV). Adequacy of test datausing the 10% level of accuracy and confidence level of 90%, error 0.1 (10%) obtained aminimum number of questionnaires for 21.2. With a significance level of 5% table r valuesobtained by 0.239 to obtain 21 valid attributes. The analysis carried out the conclusion thatthe visitors of Pakualam and Mergansang health centers assess the satisfaction they get isnot fully in accordance with their interests or expectations as evidenced by the averagevalue of the interests / expectations of greater value than the average performances that isequal to 4.24 and 3.24. Based on the analysis obtained Important Performance Analysisservice is a top priority bathroom facilities, timesliness of service, hospitality towardsvisitors, openness in accepting criticism and advice, information bord, and quick responein resolving complaints. The result is different from by the method using Potential Gains inCustomer Value. But researchers recomonded to use Important Performance Analysis(IPA)methode because it saves time and cost.

Keywords : Level Satisfaction, Scale Likert, Potential Gain in Customer Value, ImportantPerformance Analysis (IPA)

A. PENDAHULUANKondisi ekonomi yang dinamis beberapa tahun ini, membuat masyarakat semakin

sulit untuk memenuhi harapan kebutuhan hidupnya. Fenomena ini cukup dirasakangolongan masyarakat dengan strata sosial menengah ke bawah. Dimana kontinuitas hidupcenderung bergeser hanya pada bagaimana untuk dapat memenuhi kebutuhan sandang danpangan. Pentingnya pola hidup sehat dan berimbang menjadi skala prioritas terakhir padapenggunaan anggaran pendapatan yang diperoleh. Dimana rata–rata 60 % pendapatan telahhabis dalam memenuhi kebutuhan wajib. Cukup bertolak belakang terhadap gencarnyapromosi kesehatan yang dilakukan oleh instansi–instansi kesehatan terhadap pentingnyapola hidup sehat sejak dini. Kecenderungan menurunnya kesadaran masyarakat ini cukupmenimbulkan pro dan kontra dari beberapa analis maupun masyarakat. Dalih mahalnyabiaya yang harus dikeluarkan masyarakat bukan menjadi alasan utama untuk malasmemeriksakan kesehatannya. Sejak berdirinya puskesmas sebagai salah satu instansipelayanan kesehatan yang bisa ditemukan di tingkat kecamatan menjadikan prosespelayanan menjadi lebih praktis. Mulai dari checkup sampai pada pemeriksaan suatupenyakit dapat dilakukan dengan mudah dan praktis. Dengan berkembangnya pengetahuandan teknologi, paradigma pelayanan pun mulai bergeser. Dimana puskesmas yang duluhanya memiliki beberapa fungsi bergeser pada kompleksitas pelayanan. Tuntutanpelayanan dan kualitas yang optimal menjadikan perannya sebagai partner pemerintah

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

59

menjadi lebih berat. Mulai dari biaya yang cukup mahal serta pelayanan yang buruk masihmenghantui lembaga–lembaga kesehatan yang ada pada saat ini tanpa terkecualiPuskesmas. Instansi yang berada dalam pengawasan pemerintah ini mulai menjadi sorotanpublik semenjak maraknya tindakan sewenang–wenang yang dilakukan bagian internalnya.Mulai dari penyalahgunaan obat sampai pada pelayanan birokrasi yang rumit. Sarana danprasarana yang belum memadai serta kualitas SDM yang rendah. Yang berakibat padapelayanan buruk pada pasien. Jika dilihat dari fungsinya, Puskesmas merupakan salah satuinstansi yang berwenang memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Sebagaiinstansi yang bukan berorientasi pada profit, Puskesmas dituntut untuk lebih bersikapprofesional sehingga tidak kalah bersaing dengan lembaga–lembaga kesehatan lain yangdikelola oleh sektor swasta. Dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki Puskesmasdiharapkan mampu memberikan nilai lebih, salah satunya melalui pelayanan yang baik danprofesional.

B. TUJUAN DAN MANFAATPersepsi terhadap kualitas pelayanan, akan menjadi faktor penting bagi masyarakat

(pasien) dalam menentukan puskesmas sebagai tempat terpercaya dalam mendapatkanpelayanan terbaik. Dengan memenuhi harapan tersebut, diharapkan kepuasan masyarakatdapat tercapai. Melalui harapan tersebut, penelitian berinisiatif melakukan penelitiantentang Analisis Mutu Layanan Puskesmas Berdasarkan Tingkat Kepentingan Pasien danKinerja Jasa Pelayanan dengan tujuan dapat melakukan perbaikan kualitas layanan diPuskesmas Mergangsan dan Pakualam serta dapat menentukan prioritas perbaikan terhadaplayanan yang ada. Dengan menganalisis tingkat kepentingan / harapan (Importance) pasiendan kepuasan terhadap kinerja (performance) Puskesmas, sejauh mana keinginanpengunjung tentang layanan yang mereka peroleh melalui Tingkat Kesesuaian danPotential Gain in Customer Value. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukandan evaluasi bagi Puskesmas untuk membantu menentukan strategi–strategi yang lebihberorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan.

C. TINJAUAN PUSTAKAArianti (2006) menemukan Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Implementasi

Customer Relationship Management Grand Java Tour & Travel Jogjakarta denganmenggunakan analisis Important Performance Matrix”. Penelitian ini menemukanbeberapa atribut pelayanan yang perlu diperbaiki karena tingkat kepentingannya yangtinggi, sedangkan tingkat kepuasannya rendah. Yoga (2004) melakukan penelitian yangberjudul ”Analisa Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen dengan Metode IPA danPGCV”. Penelitian ini dilakukan pada salah satu jasa perbankan bank pembangunandaerah, dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor–faktor yang menyebabkanketidakpuasan nasabah serta pengaruhnya terhadap kualitas pelayanan yang diberikan olehbank tersebut. Lusy (2007) menemukan persamaan pada hasil kesimpulan penelitian yangdilakukan pada kasus layanan nasabah pegadaian dimana skala perbaikan layanan denganmetode Importance Performance Matriks dengan Potential Gain in Customer Value(PGCV) menghasilkan urutan yang sama. Berdasarkan pada fenomena tersebut Penelitiankali ini, terfokus pada analisis tingkat kepentingan (Importance) dan kepuasan terhadapkinerja (Performance), dengan studi kasus yang berbeda, yaitu pada jasa pelayananPuskesmas. Penelitian mencoba membandingkan hasil pengolahan data antara tingkatkesesuaian melalui Important Performance Matriks (IPA) dengan metode Potential Gain inCustomer Value (PGCV) dengan tujuan untuk menguji parameter atribut dengan kasus yangberbeda sehingga dapat diketahui fasilitas atau atribut apa yang secara prioritas harusdiperbaiki untuk memenuhi kepuasan pengunjung. Hasil penelitian ini diharapkan dapatmenjadi masukan dan evaluasi bagi Puskesmas untuk membantu menentukan strategi–

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

60

strategi yang lebih berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dan kepuasanpengunjung.

Definisi JasaPada dasarnya, membedakan secara tegas antara barang dan jasa merupakan hal

yang tidak mudah. Hal ini dikarenakan pembelian barang fisik seringkali dibarengi denganunsur jasa/pelayanan, dan sebaliknya pembelian suatu jasa tidak jarang juga melibatkanbarang–barang yang melengkapinya. Menurut Kotler (1994) dalam Supranto (1997) jasaadalah tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak lain, yang padadasarnya bersifat tidak menghasilkan kepemilikan terhadap sesuatu. Sedangkan Rangkuti(2002) menyatakan bahwa jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasatmata dari suatu pihak ke pihak lain. Pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secarabersamaan, dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasiljasa tersebut. Jasa merupakan suatu kinerja penampilan yang tidak berwujud dan cepathilang. Jasa lebih dapat dirasakan daripada dinilai, serta pelanggan lebih dapatberpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Kondisi dan cepat lambatnyapertumbuhan jasa akan sangat tergantung pada penilaian pelanggan terhadap kinerja yangditawarkan oleh pihak produsen.

Kualitas Jasa (Service Quality)Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku

bisnis yang ingin memenangkan persaingan dalam dunia industri akan memberikanperhatian penuh pada kualitas. Salah satu cara utama dilakukan perusahaan agar lebihunggul dari pesaingnya adalah dengan cara memberikan pelayanan yang lebih bermutukepada konsumen dibandingkan dengan para pesaingnya. Keunggulan suatu produk jasaadalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakahsudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan atau tidak. Kualitas pelayananterbukti merupakan faktor terpenting penentu kepuasan pelanggan. Menurut Lewis danBooms (1983) yang dikutip oleh Tjiptono dan Gregorius (2005) kualitas jasa sebagaiukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasipelanggan. Menurut Goestsch dan Davis yang dikutip oleh Tjiptono (1996) kualitasmerupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, prosesdan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Dari definisi–definisi di atas, dapatditarik kesimpulan bahwa ; Baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuanpenyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. Kualitas jasa bisadiwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatanpenyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan Ada dua faktor utama yangmempengaruhi kualitas jasa, yaitu jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yangdirasakan (perceived service). Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service)sesuai dengan yang diharapkan (expected service), maka kualitas jasa dipersepsikan baikdan memuaskan. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan,maka kualitas jasa dipersepsikan buruk

Dimensi Kualitas JasaMenurut Parasuraman, et al. (1994) yang dikutip dalam sebuah jurnal oleh

Purnama Nursya’bani (2000), terdapat lima dimensi yang digunakan pelanggan dalammenilai kualitas suatu jasa, yaitu :a. Sesuatu yang berwujud (tangibles) Perusahaan harus bisa memberikan bukti awal

kualitas jasa, yang tercermin dari penampilan fasilitas fisik, yang dapat diandalkan.Sebagai contoh untuk menilai sebuah rumah sakit, seseorang barangkali akan terlebihdahulu melihat bangunan, fasilitas yang tersedia, kebersihan, reputasi para dokter, dan

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

61

karakteristik yang tampak sebelum orang tersebut memutuskan untuk menggunakanjasa rumah sakit tersebut.

b. Kehandalan (reliability)Kemampuan untuk memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan dengan segera,akurat dan memuaskan sesuai harapan pelanggan yang tercermin dari ketepatan waktu,layanan yang sama untuk semua pelanggan.

c. Ketanggapan (responsiveness)Keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanandengan tanggap.

d. Jaminan (assurance)Mencangkup pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan para staf dalam melaksanakantugas secara spontan yang menjamin kinerja yang baik sehingga menimbulkankepercayaan dan keyakinan pelanggan.

e. Empati (emphaty)Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatianpribadi sehingga dapat memahami keinginan pelanggan dengan baik.

Importance Performance Analysis (IPA)John A. Martilla dan John C. James mengembangkan sebuah konsep Importance

Performance Analysis (IPA) yang sebenarnya berasal dari konsep Service Quality(SERVQUAL). Konsep ini berisi bagaimana menterjemahkan apa yang diinginkan olehkonsumen diukur dalam kaitannya dengan apa yang harus dilakukan oleh perusahaan agarmenghasilkan produk berkualitas, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud(Supranto, 2001). Bila pada konsep Service Quality (SERVQUAL) hanya menganalisatentang kesenjangan atau gap yang terjadi antara keinginan atau harapan konsumen dengankinerja yang telah diberikan perusahaan, pada konsep Importance Performance Analysis(IPA) kita menganalisa tentang tingkat kepentingan dari suatu variabel di mata konsumendengan kinerja perusahaan tersebut. Dengan demikian perusahaan akan lebih terarah dalammelaksanakan strategi bisnisnya sesuai dengan prioritas kepentingan konsumen yang palingdominan. Analisa diawali dengan sebuah kuisioner yang disebarkan kepada nasabah.Responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan/harapan berbagai atribut dankepuasan tingkat kinerja perusahaan pada masing–masing atribut tersebut. Dalam penelitianini digunakan dua variabel X dan Y, dimana X merupakan tingkat kinerja terhadap layananyang memberikan kepuasan konsumen dan Y merupakan tingkat kepentingan/harapankonsumen. Dalam hal ini digunakan lima tingkat Skala Linkert untuk penilaian tingkatkepentingan konsumen, yang terdiri dari :a) Sangat penting, diberi bobot 5b) Penting, diberi bobot 4c) Cukup penting, diberi bobot 3d) Kurang penting, diberi bobot 2e) Tidak penting, diberi bobot 1Untuk kinerja yang nyata diberikan lima kriteria penilaian dengan bobot sebagai berikut;a) Sangat baik diberi bobot 5, yang berarti konsumen sangat puas.b) Baik diberi bobot 4, yang berarti konsumen puas.c) Cukup baik diberi bobot 3, yang berarti konsumen cukup puas.d) Kurang baik diberi bobot 2, yang berarti konsumen kurang puas.e) Tidak baik diberi bobot 1, yang berarti konsumen tidak puas.

Kemudian nilai rata–rata tingkat kepentingan dan kinerja perusahaan akandianalisis di Importance Performance Matrix. Berdasarkan hasil penilaian tingkatkepentingan dan hasil penilaian kinerja maka akan dihasilkan suatu perhitungan mengenaitingkat kesesuaian

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

62

D. METODE PENELITIAN

Gambar 1Diagram alir (flowchart) penelitian

E. HASIL DAN PEMBAHASANAtribut Kuesioner

No Atribut Pernyataan1. Lokasi Puskesmas strategis2. Sarana parkir3. Fasilitas ruang tunggu4. Penampilan Petugas5. Kelengkapan dan kecanggihan peralatan medis6. Fasilitas kamar mandi7. Papan Informasi8 Pelayanan dimulai cepat ketika pengunjung datang9 Ketepatan waktu pelayanan

10. Prosedur pelayanan kesehatan yang mudah11. Biaya administrasi12. Kecepatan sistem antrian13. Kecepatan dan ketepatan pelayanan petugas14. Pemberian informasi yang jelas oleh petugas15. Cepat Tanggap dalam menyelesaikan keluhan16. Keamanan obat17. Pengetahuan dan penguasaan tugas dari pegawai

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

63

No Atribut Pernyataan18. Pelayanan kartu JAMKESMAS yang tepat sasaran19. Keramahan terhadap pengunjung20. Kesabaran dalam menghadapi keluhan pengunjung21. Keterbukaan dalam menerima kritik dan saran

Uji ValiditasUji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner yangdiberikan pada responden selama penelitian. Suatu kuisioner dikatakan valid tidaknyajika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akandiukur oleh kuisioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilair hitung dengan r tabel dengan degree of freedom (df)= n-2, dalam hal ini jumlahsampel (n) sebanyak 30, maka besar df dapat dihitung 30-2 = 28 dan alpha = 0.05didapat r table = 0.239.

96,12

N

XXJKx

22

668,01N

JKxSBx

8,2692

N

yyJKy

22

63,91N

JKySBy

491,0

Y-YNX-XN

)Y)(X(XYNrxy

2222

435,0

SBySBxrxy2-SBySBx

SBx-SByxyr

22hitungr

239,0rtabel

Jika r hitung ≥ r tabel maka Ho diterimaSehingga 0,435 ≥ 0,239, maka Ho diterima

Uji ReabilitasAtribut pertanyaan yang telah valid kemudian dilakukan pengujian reliabilitas. Teknikuji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis dengan menggunakanCronbach Alpha.- Jumlah kuadrat total skor butir (JKx)

∑ JKxi = 12.967 + 15.67 ........8.967+15.467 = 316.36

Daerah PenolakanDaerah Penerimaan

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

64

- Jumlah kuadrat total skor faktor (Jky)

N

yyJKy

22

JKy = 2502.16- Maka koefisien reliabilitas yang dicari adalah : Diman M = 30

JKyJKx

1MM 1r AlphasCronbach'

09.1r AlphasCronbach'

239,0rtabel

Karena 239.009.1 rr tabelAlphasCronbach', maka Ho diterima.

Karena Ho diterima, maka atribut-atribut kuisionernya reliabel. Berapa kali punatribut-atribut kuisioner ditanyakan kepada responden yang berlainan, hasilnyatidak akan menyimpang terlalu jauh dari rata-rata jawaban responden untuk atributtersebut.

Uji Kecukupan DataUntuk menentukan jumlah data (sampel) minimal yang harus diperoleh, digunakanperhitungan dengan menggunakan rumus Paul Leedy (Arikunto,1997) yaitu :

q.pe

Zn

22/

Dengan menggunakan nilai distribusi normal dengan nilai Z 2a sebesar 1.645 (untuk

tingkat ketelitian 10% dan tingkat kepercayaan 90 %), error 0,1 (10 %), dengan jumlahkuisioner yang disebar sebanyak 70 kuisioner dan sah sebanyak 64 kuisioner, makadiperoleh jumlah data (sampel) minimal yang sebesar 21,2 atau 22 sampel.

Important Performance Analysis (IPA)Important Performance Analysis dilakukan dengan menghitung skor total kinerja

pelayanan dan kepentingan puksesmas. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai X(rata–rata skor kinerja) dan Y (rata–rata skor kepentingan). Dari perhitungan tingkatkesesuaian antara penilaian kinerja puskesmas dengan kepentingan pegunjung makadibuat suatu penilaian khusus yang menjadi dasar suatu keputusan untukmempertahankan prestasi atau melakukan perbaikan. Tolak ukur batas pengambilankeputusan adalah 76.56 %, yang merupakan nilai rata–rata tingkat kesesuaian seluruhatribut pertanyaan. Implikasi dari nilai tolak ukur tersebut adalah jika :a. TK < 76.56 % maka dilakukan perbaikan ( Action) / Ab. Bila TK > 76.56 % maka dilakukan usaha untuk mempertahankan (Hold) / H

Daerah PenerimaanDaerah Penolakan

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

65

Tabel 1Hold & Action

Atribut Tingkat Kesesuaian Hold & action1 85.53 H

2 82.75 H

3 85.21 H

4 86.4 H

5 74.24 A

6 73.84 A

7 78.44 H

8 67.04 A

9 72.09 A

10 75.95 A

11 86.05 H

12 72.04 A

13 70.45 A

14 76.15 A

15 74.32 A

16 76.83 H

17 75.66 A

18 74.14 A

19 70 A

20 75.76 A

21 74.70 A

Berdasarkan pada tabel di atas terdapat atribut yang memperoleh nilai tingkatkesesuaian kurang dari 76.56 %. Artinya adalah atribut tersebut belum memenuhi nilaiharapan dari pengunjung puskesmas dimana membutuhkan tindakan perbaikan secarakontinu sehingga diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan optimal bagipengunjung yang berkunjung kedepannya. Selain itu terdapat 7 aspek yangmemperoleh nilai tingkat kesesuaian di atas 76.56 %, yaitu lokasi puskesmas strategis,sarana parkir, fasilitas ruang tunggu, penampilan petugas, papan informasi, prosedurpelayanan yang mudah, dan cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan. Artinyaaspek tersebut sudah cukup untuk memenuhi nilai harapan bagi pengunjung puskesmassehingga patut untuk dipertahankan. Prioritas perbaikan atribut berdasarkan padaImportance Performance Analysis (IPA) dapat dijabarkan melalui tabel 1.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

66

Gambar 2Important Performance Matrix

(Diagram Kartesius)

NilaiKinerja

Tin

gka

tK

ep

en

tin

ga

n

3.63.53.43.33.23.13.02.9

4.6

4.5

4.4

4.3

4.2

4.1

4.0

3.9

3.8

3.24

4.24

21

2019

18

17

1615

14

13

12

11

10

9

8

7 6

5

4

32

1

NilaiKepentinganVsNilaiKinerja

Kuadran (I) (6,9,15,19,21) memerlukan penanganan yang perlu diprioritaskan olehtingkat manajemen karena tingkat kepentingan tinggi sedangkan tingkat kepuasankinerja rendah. Kuadran kedua (II) (5,10,11,14,16,17,18,20) disebut dengan daerahyang harus dipertahankan, karena tingkat kepentingan tinggi sedangkan tingkatkepuasan kinerja juga tinggi. Kuadran ketiga (III) (2,8,12,13) disebut juga sebagaidaerah prioritas rendah, karena tingkat kepentingan rendah sedangkan tingkat kepuasankinerja juga rendah Kuadran keempat (IV) (1,4,3) dikategorikan sebagai daerahberlebihan, karena tingkat kepentingan rendah sedangkan tingkat kepuasan kinerjatinggi.

Tabel 2Rata-Rata Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan

Atribut Rata –rata Kinerja Rata –rata Kepentingan1 3.45 4.032 3.2 3.863 3.266 3.834 3.4 3.935 3.266 4.46 3.2 4.337 3.1 4.338 2.91 3.95

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

67

Atribut Rata –rata Kinerja Rata –rata Kepentingan9 3.1 4.35

10 3.31 4.311 3.6 4.3612 3.05 4.1813 3.1 4.2314 3.3 4.415 3.23 4.3316 3.48 4.3517 3.31 4.5318 3.25 4.3819 3.15 4.3520 3.28 4.3321 3.2 4.28

Potential Gain in Customer Value (PGCV)Untuk melengkapi hasil analisa dari Importance & Performance, digunakan sebuahmetode untuk menentukan prioritas perbaikan yang harus dilakukan oleh pihakPuskesmas. PGCV memberikan jalan bagi diagram Importance dan Performanceuntuk dapat dibandingkan dalam bentuk yang lebih teliti dan terperinci. Indeks PGCV(Potential Gain in Customer Value) digunakan untuk menentukan atribut–atribut manasaja yang berpotensi paling besar, dalam memberikan nilai tambah atau keuntunganbagi perusahaan sehingga dapat dibuat urutan prioritas perbaikan layanan.

Tabel 3Perhitungan Indeks PGCV

Atribut Nilai UDCV Indeks PGCV Nilai ACV Urutan Perbaikan1 20.16 6.25 13.91 202 19.33 6.96 12.37 163 19.16 6.64 12.5 174 19.66 6.29 13.37 195 22 7.62 14.37 116 21.66 7.8 13.86 77 21.66 8.23 13.43 28 19.75 8.22 11.52 39 21.75 8.265 13.45 1

10 21.5 7.23 14.26 1511 21.83 6.11 15.72 2112 20.16 6.25 13.9 413 21.16 8.04 13.12 614 22 7.48 14.52 1315 21.66 7.65 14.01 1016 21.75 6.59 15.15 1817 22.66 7.63 15.03 1218 21.91 7.670 14.24 919 21.75 8.047 13.70 520 21.66 7.43 14.22 1421 21.41 7.71 13.70 8

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

68

Berdasarkan pada tabel di atas ketepatan waktu pelayanan (jam buka/tutup)memperoleh prioritas perbaikan yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai indeksPGCV yang paling besar, yaitu 8.265. Selain itu rendahnya nilai ACV (AchiveCustomer Value) ,yaitu nilai kepuasan pengunjung yang telah tercapai terhadap kinerjaatau kualitas layanan Puskesmas sebesar 13,485. Nilai kepuasan ini cukup rendah jikadibandingkan dengan nilai UDCV (Ultimately Desire Customer Value). UDCVmerupakan nilai yang diharapkan pengunjung dari kinerja Puskesmas, yaitu sebesar21,75. Atribut kedua yang perlu diperbaiki, yaitu Papan Informasi (sumber informasi)dengan indeks PGCV sebesar 8,23. Diikuti Pelayanan dimulai cepat ketika pengunjungdatang memiliki indeks PGCV sebesar 8,22. Atribut ini memiliki nilai ACV terbesar11,52 yang juga diimbangi dengan nilai UDCV terbesar, yaitu 19,75. Hal inimembuatnya berada pada atribut ketiga yang perlu diperbaiki. Begitu pula denganatribut Kecepatan sistem antrian, Keramahan terhadap pengunjung, Kecepatan danketepatan pelayanan petugas, Fasilitas kamar mandi (bersih dan nyaman) jangka waktudan cepat tanggap petugas dalam menyelesaikan keluhan yang secara berurutan beradapada prioritas kelima, keenam dan ketujuh, memiliki nilai ACV yang cukup rendahjika dibandingkan dengan nilai UDCV–nya. Jika diperhatikan, urutan prioritasperbaikan pada PGCV berbeda dengan urutan perbaikan pada tingkat kesesuaian.Hanya saja dengan tingkat kesesuaian, kita dapat mengambil keputusan apakah suatuatribut atau kinerja layanan, perlu dilakukan perbaikan atau dipertahankan. Selain itucara perhitungan tingkat kesesuaian lebih mudah dan cepat jika dibandingkan denganPotential Gain in Customer Value.

F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI1) Kesimpulan

Dari penelitian tentang tingkat kinerja dan kepentingan pengunjung di PuskesmasMergangsan dan Pakualaman dapat ditarik kesimpulan, yaitu ;1. Pengunjung Puskemas Mergangsan dan Pakualaman menilai bahwa kepuasan

yang mereka peroleh belum sepenuhnya sesuai dengan kepentingan atauharapan mereka.

2. Aspek perbaikan pelayanan Puskesmas Mergangsan dan Pakualam berdasarkanpada Important Performance Matrix sebagai berikut ;a) Prioritas Utama, yaitu Fasilitas kamar mandi (bersih dan nyaman), Papan

Informasi (sumber informasi), Ketepatan waktu pelayanan (jambuka/tutup), Cepat Tanggap dalam menyelesaikan keluhan, Keramahanterhadap pengunjung dan Keterbukaan dalam menerima kritik dan saran.

b) Aspek yang harus dipertahankan, yaitu kelengkapan dan kecanggihanperalatan medis, biaya administrasi, pemberian informasi yang jelas olehpetugas, keamanan obat, pengetahuan dan penguasaan dari pegawai,pelayanan kartu jamkesmas yang tepat sasaran dan kesabaran dalammenghadapi keluhan pengunjung.

c) Aspek yang menjadi prioritas rendah diantaranya Sarana parkir, Pelayanandimulai cepat ketika pengunjung datang, Kecepatan sistem antrian danKecepatan dan ketepatan pelayanan petugas.

d) Sedangkan aspek yang berlebihan, yaitu Lokasi Puskesmas strategis,Penampilan Petugas (rapi, sopan dan seragam) dan Fasilitas ruang tunggu.

3. Prioritas perbaikan pelayanan Puskesmas Mergangsan dan Pakualamanberdasarkan pada Metode Potential Gain in Customer Value (PGCV)) berturut–turut sebagai berikut :a) Ketepatan waktu pelayanan (jam buka/tutup)b) Papan Informasi (sumber informasi)

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

69

c) Pelayanan dimulai cepat ketika pengunjung datangd) Kecepatan sistem antriane) Keramahan terhadap pengunjungf) Kecepatan dan ketepatan pelayanan petugasg) Fasilitas kamar mandi (bersih dan nyaman)h) Keterbukaan dalam menerima kritik dan sarani) Pelayanan kartu JAMKESMAS yang tepat sasaranj) Cepat Tanggap dalam menyelesaikan keluhank) Kelengkapan dan kecanggihan peralatan medisl) Pengetahuan dan penguasaan tugas dari pegawaim) Pemberian informasi yang jelas oleh petugasn) Kesabaran dalam menghadapi keluhan pengunjungo) Prosedur pelayanan kesehatan yang mudahp) Sarana parkirq) Fasilitas ruang tunggu (TV, tempat duduk, Koran)r) Keamanan obat (standar pengobatan)s) Penampilan Petugas (rapi, sopan dan seragam)t) Lokasi Puskesmas strategisu) Biaya administrasi

2) SaranDari penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa rekomondasi atau saranyang bisa dijadikan langkah perbaikan kedepannya diantaranya ;1) Hendaknya Puskesmas lebih memperhatikan hal–hal yang dianggap penting

oleh pengunjung dengan terus melakukan perbaikan layanan ataumempertahankan serta meningkatkan prestasinya

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan evaluasi bagipuskesmas untuk membantu menentukan strategi–strategi yang lebihberorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dan kepuasan pengunjung.

3) Untuk penelitian yang bertujuan menentukan urutan prioritas perbaikan, dapatmenggunakan konsep Tingkat kesesuaian pada Importance PerformanceAnalysis (IPA), karena selain menghemat waktu dengan perhitungannya yangsederhana, tindakan perbaikan atau mempertahankan suatu kinerja juga dapatdiputuskan.

DAFTAR PUSTAKAGasperz, Vincent, Manajemen Bisnis Total : Statistical Process Control, Penerapan

Teknik-Teknik Statistikal Dalam Manajemen Bisnis Total, PT. GramediaPustaka Utama, Jakarta, 1998

Peter, J.P., & Olson J.C., 1999. Consumer Behavior, Perilaku Konsumen Dan StrategiPemasaran, Erlangga, Jakarta

Sarwono, J., 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13, CV Andi Offset,Yogyakarta

Lewis,Barbara R., and Sotiris Spyrakopoulos. “ Service failures and recovery in retailbanking : the customer’s perspective”, International Journal of Bank Marketing,Vol. 19/2001 p.34-47.

Wulandari, Lusy Astri. 2007. Analisa Perbaikan Kualitas Layanan Berdasarkan TingkatKepentingan dan Kinerja Jasa Keuangan. Tesis Program Teknik Industri UII,Yogyakarta.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

70

Strategi Pengembangan Kolaborasi Bisnis untuk Meningkatkan Efisiensi danCakupan Usaha dalam Pemberdayaan UMKM di Kota Yogyakarta

(Oleh : Dra. Sri Utami, M.Si)

ABSTRACT

Problem faced by UMKM specially UKM in Town Yogyakarta enough complex.Internal factor and eksternal require to be studied continuously. From internal side,complex problem from micro effort minimize in the begining is capital, productdevelopment, yield up the ghost marketing, do not ready to and inflexible its yielded effort.At the same time with the market emulation which is progressively opened by the inclusiveof micro effort minimize is claimed a lot of but yielded a few/little, so that micro effortminimize to tend to inefficient in its effort.

This research aim to to know the strategic steps basis for improve the efficiencyand coverage is effort through economic enableness of perpetrator UKM, and to know howto join the business (alliance or join) what more beneficial a period of/to coming, so thatcan be made by as one way of society enableness.

This research is conducted in six subdistrict of exist in Town Yogyakarta(Umbulharjo, Kotagede, Kraton, Ngampilan, Mantrijeron and Wirobrajan), with themethod used by descriptive qualitative. Data collecting by documentation, observation andinterview. Data analysis use the descriptive method of eksploratif assisted by using modelanalyse SWOT.

Result of research indicate that, to increase the effort at micro effort minimize the(UKM) require to be internal potency reinforcement, so that micro effort minimize able toexploit the existing opportunity. This matter is development of merger of strategic allianceor business usher the micro effort perpetrator humanity minimize which of a kind to fill therequirement one another, and also to reach the economic effort scale and improve thecoverage is effort larger ones again.

Keyword: Micro Effort Minimize, Empowerment, Business Collaboration

A. PENDAHULUANArgumentasi utama dan mendasar yang melandasi pentingnya berbagai usaha

pengembangan ekonomi rakyat (dalam hal ini adalah UMKM khususnya UKM usahamikro kecil) hingga akhir–akhir ini adalah karena potensi alamiahnya yang besar dalammemberi andil bagi penyediaan masalah kesempatan kerja, kesempatan berusaha serta ikutmengatasi urbanisasi dan kemiskinan.

Karena itu, strategi pengembangan ekonomi perlu ditata kembali ke arahpembangunan ekonomi kerakyatan. Pemberdayaan ekonomi rakyat menuntut kesiapansemua pihak yang terkait, untuk terus menerus berusaha meningkatkan kemampuannyabaik teknis maupun non teknis. Pendeknya, selama daerah–daerah pedesaan dan kota–kotakecil setingkat kecamatan tidak berkembang secepat di kota–kota besar, maka prosesurbanisasi tak dapat dihindari dan pemerataan pun akan sulit tercapai (Todaro, 2003). Padasaat ini dan mendatang, pemberdayaan ekonomi rakyat melalui kolaborasi bisnis dengansistem aliansi strategis yang sehat dan kompetitor merupakan kebutuhan mutlak yangmendasar bagi bangsa Indonesia. Dengan demikian, kegiatan ekonomi dalam masareformasi ini harus banyak digerakkan oleh ekonomi rakyat yang mencakup UMKM usahamikro kecil termasuk koperasi dan kewirausahaan.

Membangun ekonomi rakyat perlu pemihakan dan upaya membuat rakyat lebihpartisipatif berarti memberdayakan masyarakat. Secara teori, pemberdayaan masyarakat

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

71

dapat dilihat dari tiga sisi. Pertama, upaya menciptakan suasana dan iklim yangmemungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling), kata kuncinya adalahpemihakan. Kedua, upaya memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat(empowering), kata kuncinya adalah penyiapan. Ketiga, upaya memberdayakanmengandung arti melindungi (protecting), kata kuncinya adalah perlindungan. Karena yangbersifat pemihakan (enabling) dan perlindungan (protecting) menjadi tugas dan tanggungjawab pemerintah, maka dalam penelitian ini lebih dikhususkan bahwa yang dimaksuddengan pemberdayaan adalah penyiapan atau upaya memperkuat potensi atau daya yangdimiliki masyarakat (empowering). Dipilihnya model pemberdayaan empowering karenalebih cocok dengan situasi dan khalayak sasaran.

Keberadaan UMKM di Kota Yogyakarta tidak perlu diragukan lagi mengingatjumlahnya yang cukup banyak serta tersebar di berbagai sektor khususnya sektor industri,perdagangan dan jasa. Posisi Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata tentunya sangatmenunjang bagi tumbuh suburnya pelaku–pelaku UMKM di daerah ini.

Data Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakartamenyebutkan, bahwa jumlah pelaku UMKM di Kota Yogyakarta pada tahun 2009mencapai 17.679 dari berbagai bidang antara lain : industri, perdagangan, pertanian danjasa lainnya. Beberapa sektor industri kecil menengah yang menjadi andalan KotaYogyakarta diantaranya kerajinan perak di Kecamatan Kotagede, industri corlogam/aluminium di Kecamatan Umbulharjo, batik di Kecamatan Mantrijeron, Kraton,Wirobrajan, bakpia di Kecamatan Ngampilan dan kerajinan kulit di Kecamatan Wirobrajan(Suyuti, dalam Kajian Potensi UMKM Kota Yogyakarta, 2010).

Hasil pengamatan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian diKota Yogyakarta, bahwa pelaku UMKM di Kota Yogyakarta memiliki potensi yang cukupbesar. Produk–produk yang mereka miliki sangat bervariasi dan potensi untukdikembangkan, didukung dengan tingginya motivasi dan semangat pelaku UMKM untukberkembang. Namun, mereka masih menghadapi banyak permasalahan dalampengembangan usaha. Permasalahannya tidak sekedar permasalahan klasik sepertiketerbatasan modal, teknologi (SDM), pemasaran, pengadaan bahan baku, tetapi dampakdari diberlakukannya Asean China Free Trade Agreement (ACFTA) dan pertambahanminimarket maupun supermarket yang banyak berdiri di sekitar usaha mereka.Pemberlakuan ACFTA membuat pelaku UKM khawatir dengan membanjirnya produk-produk China yang akan menjadi pesaing bagi usaha mereka. Demikian juga pelakuUMKM khususnya usaha mikro kecil menjadi resah karena masyarakat akhirnya telahmemilih berbelanja ke minimarket atau supermarket daripada ke warung–warung kelontongyang mereka miliki.

Berbagai kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintahdaerah/kota belum mampu mengentaskan persoalan–persoalan tersebut. Karena itu, upayapemberdayaan ekonomi rakyat melalui strategi kolaborasi bisnis dengan sistem aliansistrategis yang memiliki produk homogin mutlak diperlukan, agar keberadaannya ke depanlebih kuat dan cepat berkembang maju secara mandiri serta mampu menjadi usaha ekonomiyang handal. Karena selama ini linkage progam pemerintah antara pengusaha kecil danbesar sering membuat yang kecil menjadi tergantung kepada yang besar atau sebaliknyayang besar sering memakan yang kecil. Untuk itulah, strategi kolaborasi bisnis diharapkanke depan dapat meningkatkan efisiensi dan memperbesar cakupan usaha bagi pelaku UKMdi Kota Yogyakarta.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

72

B. TUJUAN DAN MANFAAT1. Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk:1. Menjelaskan langkah–langkah strategi dasar yang dapat dioperasionalkan dengan

mudah dan aman untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha.2. Menjelaskan cara mengkolaborasikan bisnis usaha menjadi usaha yang lebih

menguntungkan, sehingga ke depan dapat lebih memperkuat potensi diri(empowering) dan daya saing bisnisnya secara mandiri dan berkesinambungan,sekaligus sebagai satu model pemberdayaan ekonomi rakyat khususnya UMKMusaha mikro kecil di Kota Yogyakarta.

2. Manfaat PenelitianDiharapkan dapat menjelaskan tentang pemberdayaan ekonomi rakyat

melalui strategi kolaborasi bisnis yang menguntungkan. Artinya, secara umumpenelitian ini diharapkan lebih banyak memberi konsekuensi praktis berdasarkan ilmupengetahuan fundamental praktis yang rasional. Dengan kata lain, terdapat keterkaitan(link and match) antara universitas dengan kegiatan praktis. Karena sekaranguniversitas sangat diperlukan bagi kegiatan praktis. Maka manfaat dalam penelitian iniadalah :1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu bahan informasi dan konsep

dasar praktis dalam pemberdayaan UMKM usaha mikro kecil.2. Sebagai salah satu alternatif keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara

akademik dan dunia usaha industri khususnya UMKM usaha mikro kecil.3. Sebagai bahan informasi praktis pemerintah dan lembaga lainnya dalam upaya

memberdayakan ekonomi rakyat UMKM usaha mikro kecil.4. Sebagai salah satu alternatif model usaha yang praktis bagi para pelaku UMKM

usaha mikro kecil dalam upaya meningkatkan keuntungan yang lebih baik danberkesinambungan.

C. TINJAUAN PUSTAKA1. Pengertian UMKM

Pengertian UMKM cukup beragam berdasarkan beberapa definisi yangberbeda–beda. Pendefinisian antara lain dilakukan oleh Badan Pusat Statistik yangmengelompokkan usaha ke dalam usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengahberdasarkan jumlah tenaga kerja atau jumlah karyawannya. Sedang dalam penelitianini memahami UMKM usaha mikro kecil menggunakan acuan terbaru tentangUMKM yang didasarkan pada definisi yang ada dalam Undang–Undang No 20 Tahun2008 tentang UMKM, yang pengelompokkannya berdasarkan aset dan omsetnya.Dimana pengertian Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangandan/atau badan usaha perorangan usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyakRp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempatusaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,-(tigaratus juta rupiah). Sedangkan Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang No 20 Tahun 2008 adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yangdilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anakperusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadibagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besaryang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah)sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,-(lima ratus juta rupiah) tidak termasuktanah dan bangunan tempat tinggal; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dariRp 300.000.000,-(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

73

Rp 2.500.000.000,-(dua milyar lima ratus juta rupiah). Di samping acuan pemahamanusaha mikro kecil seperti tersebut di atas, UMKM di Indonesia memiliki karakteristikyang hampir seragam, ada empat karakteristik yang dimiliki oleh kebanyakan UMKMdi Indonesia (Kuncoro, 2007) yaitu:a. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan

operasional. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkapsebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan yang memanfaatkan tenaga kerjadari keluarga dan kerabat dekatnya.

b. Rendahnya akses terhadap lembaga–lembaga kredit formal sehingga merekacenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atausumber–sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang, perantara, bahkanrentenir.

c. Sebagian besar usaha ini belum memiliki status badan hukum.d. Hampir sepertiga UMKM bergerak pada kelompok usaha makanan, minuman, dan

tembakau, barang galian bukan logam, tekstil, dan industri kayu, bambu, rotan,rumput, dan sejenisnya termasuk perabot rumah tangga.

2. Pemberdayaan EkonomiPemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment, sedang

memberdayakan adalah terjemahan dari empower. Menurut Meriem Webster danOxford English Dictionary, kata empower mengandung dua pengertian, yaitu: 1) togive power atau authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan ataumendelegasikan otoritas ke pihak lain; 2) to give ability atau anable atau usaha untukmemberi kemampuan atau keperdayaan.

Menurut Karl Marx (dalam Kajian Potensi UMKM Kota Yogyakarta, 2009),pemberdayaan masyarakat adalah proses perjuangan kaum powerless untukmemperoleh surplus value dilakukan melalui distribusi penguasaan faktor–faktorproduksi. Dan perjuangan untuk mendistribusikan penguasaan faktor produksi harusdilakukan melalui perjuangan politik. Menurut Friedman, pemberdayaan harusdimulai dari rumah tangga. Pemberdayaan rumah tangga adalah pemberdayaan yangmencakup aspek sosial, politik dan psikologi. Yang dimaksud pemberdayaan sosialadalah usaha bagaimana rumah tangga lemah memperoleh akses informasi, aksespengetahuan dan ketrampilan, akses untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial danakses ke sumber–sumber keuangan. Yang dimaksud pemberdayaan politik adalahusaha bagaimana rumah tangga lemah memiliki akses dalam proses pengambilankeputusan publik yang mempengaruhi masa depannya. Sedang pemberdayaanpsikologis adalah usaha bagaimana membangun kepercayaan diri rumah tangga yanglemah.

Pandangan mengenai pengertian pemberdayaan pada prinsipnya adalahpenguatan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusanyang mempengaruhi masa depannya, penguatan masyarakat untuk dapat memperolehfaktor–faktor produksi, dan penguatan masyarakat untuk dapat menentukan pilihanmasa depannya. Dari pandangan mengenai konsep pemberdayaan tersebut, makapemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan pemilikan faktor–faktorproduksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakatuntuk mendapatkan upah/gaji yang memadai dan penguatan masyarakat untukmemperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang harus dilakukan secaramulti aspek, baik dari aspek masyarakat sendiri maupun dari aspek kebijakanpemerintah (Hutomo, 2000).

Karena persoalan strategis perekonomian masyarakat bersifat lokal spesifikdan problem spesifik, maka operasional pemberdayaan masyarakat tidak dapat

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

74

diformulasikan secara generik. Perlu pemahaman secara jernih terhadap karakteristikpermasalahan ketidakberdayaan masyarakat di bidang ekonomi. Dengan pemahamanyang jernih, akan lebih produktif dalam memformulasikan konsep atau pendekatanyang sesuai dengan karakteristik permasalahan lokal. Namun, penanganan masalahlokal tidak seluruhnya dapat dilakukan melalui pendekatan ekonomi semata, karenabanyak dimensi–dimensi politik, sosial,budaya yang harus ditangani. Oleh sebab itu,pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak dapat dilakukan tanpa pemberdayaan politikdan kebijakan politik. Dimensi yang harus ditangani dalam pemberdayaan masyarakatdalam bidang ekonomi bersifat multi dimensi. Dari tulisan Sumodiningrat (1999),konsep pemberdayaan ekonomi secara ringkas dapat dikemukakan sbb:1. Perekonomian rakyat adalah perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat.

Perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat adalah perekonomian nasionalyang berakar pada potensi dan kekuatan masyarakat secara luas untukmenjalankan roda perekonomian mereka sendiri. Pengertian rakyat adalah semuawarga negara.

2. Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menjadikan ekonomi yangkuat, besar, modern dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang benar.Karena kendala pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala struktural, makapemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan melalui perubahan struktur.

3. Perubahan struktur yang dimaksud adalah perubahan dari ekonomi tradisional keekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat, dari ekonomi subsisten keekonomi pasar, dari ketergantungan ke kemandirian. Langkah–langkah prosesperubahan struktur, meliputi:1) pengalokasian sumber pemberdayaan sumberdaya;2) penguatan kelembagaan; 3) penguasaan teknologi; 4) pemberdayaansumberdaya manusia.

4. Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan peningkatanproduktivitas, memberikan suntikan modal sebagai stimulan, tetapi harus dijaminadanya kerjasama dan kemitraan yang erat antara yang telah maju dengan yangmasih lemah dan belum berkembang.

5. Kebijakannya dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah:1) pemberian peluangatau akses yang lebih besar kepada aset produksi (khususnya modal); 2)memperkuat posisi sekedar price taker; 3) pelayanan pendidikan dan kesehatan; 4)penguatan industri kecil, 5) mendorong munculnya wirausaha baru; dan 6)pemerataan spasial.

6. Kegiatan pemberdayaan masyarakat mencakup: 1) peningkatan akses bantuanmodal usaha; 2) peningkatan akses pengembangan SDM; dan 3) peningkatanakses ke sarana dan prasarana yang mendukung langsung sosial ekonomimasyarakat lokal.

3. Perkembangan UKM dan MasalahnyaPermasalahan mendasar dalam bidang manajemen bagi pengusaha kecil pada

berbagai sektor usaha secara umum adalah kekurangmampuan pelaku usahamenentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usaha(Maisaroh dalam penelitian, 2007). Hal ini penting, karena setiap periode tahapperkembangan usaha akan menuntut tingkat pengelolaan produksi yang berbeda. Padatahap awal perkembangan produksi dan skala usaha produksi yang masih relatif kecil,gaya manajemen keluarga yang sederhana masih mendominasi, sehingga mengarahkepemuasan pengelolaan hanya pada seseorang (one man show) sebagai kepalakeluarga masih relevan. Tetapi sejalan dengan perkembangan dan lingkungan usaha,maka gaya manajemen konvensional tidak dapat dipaksakan lagi begitu saja, karenapemaksaan suatu hal dapat menjadi pangkal munculnya berbagai masalah baru.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

75

Dengan demikian, pengusaha mikro kecil dituntut harus selalu dinamis dalammenerapkan manajemen yang sesuai dengan perkembangan usaha. Maisaroh (dalamPrasetyo,2002), mengatakan tuntutan menggunakan manajemen konvensional barudapat dilakukan jika pelaku usaha mikro kecil memiliki kemampuan dan ketrampilan(manajement skill) yang memadai.

Pada dasarnya UMKM usaha mikro kecil mempunyai banyak fungsi;misalnya fungsi sosial dapat mengurangi kemiskinan juga dapat memperluas lapangankerja dan kesempatan berusaha serta meningkatkan pendapatan. Fungsi ekonomi,mampu memanfaatkan sumber daya alam dan meningkatkan pendapatan daerah atauNegara serta menghemat devisa. Fungsi budaya, dapat meningkatkan ketrampilanserta mencerdaskan masyarakat dalam melestarikan budaya bangsa. Fungsi ketahanannasional, dapat meningkatkan keuletan dan ketangguhan, memupuk kepribadian dankemampuan serta menumbuhkan kepercayaan diri sendiri dan kepribadian.

Dalam kenyataannya, usaha mikro kecil selain mempunyai banyak fungsi danmanfaat, keberadaan UKM juga mengandung berbagai masalah mendasar yang perlusegera dikaji dan diatasi. Selain masalah di bidang manajemen, pelaku usaha mikrokecil juga menghadapi masalah pemasaran, SDM, masalah permodalan, masalahkemitraan serta masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya (Arogana, 2002).

4. Dimensi Kinerja Pasar UKMBerbagai dimensi kinerja pasar (market performant) adalah : laba usaha,

kesempatan kerja, pertumbuhan, penciptaan nilai tambah, efisiensi, produktivitas danpemerataan hasil serta pemerataan pertumbuhan industri.

Kinerja pasar yang baik terutama mencakup harga yang rendah, efisiensi,inovasi dan keadilan. Tujuan kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memilikibanyak aspek. Menurut para pakar ekonomi, biasanya memusatkan hanya pada tigaaspek pokok, yaitu : efisiensi, kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi(Jaya, 2001).1. Efisiensi dalam mengalokasikan sumber daya.

a. Efisiensi internal, yaitu: perusahaan yang dikelola dengan baik,mendeskripsikan usaha yang maksimum dari para pekerja dan menghindarikejenuhan dalam pelaksanaan jalannya perusahaan UMKM usaha mikro kecil.

b. Alokasi yang efisien, yaitu: sumber daya ekonomi dialokasikan sedemikianrupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikannilai dari output. Di semua perusahaan, harga ditentukan sama dengan biayamarginal dan biaya rata–rata jangka panjang (P=LRMC=LRAC).

2. Kemajuan teknologiKemajuan teknologi dan penggunaannya dalam praktik adalah secepat mungkin.

3. Keseimbangan dalam distribusi atau keadilan (equity)Keadilan yang dimaksud di sini adalah keadilan distribusi. Keadilan terhadapdistribusi yang wajar (yang berkaitan dengan standar masyarakat) ada tiga dimensipokok, yakni : kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan.

4. Dimensi lainnyaYang termasuk dalam pengertian dimensi lainnya ini antara lain adalah kebebasanindividu dalam memilih keamanan dari bahaya yang mengancam, dukungan faktorpolitik sosial budaya dan lingkungan setempat, dan keanekaragaman model,warna, corak budaya.

Sementara itu, Bygrave (1996) seperti yang dikutip oleh Suwandi (1999),mengungkapkan bahwa, untuk mengukur kinerja usaha dari bisnis kecil sebaiknyamenyertakan peranan usaha kecil dalam menyerap tenaga kerja. Dalam sistemekonomi perekonomian Indonesia, peranan usaha kecil dalam penyerapan kerja telah

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

76

teruji demikian penting. Dari sensus BPS tahun 2009, menyebutkan secara nasionalusaha mikro kecil dan menengah persen dari total tenaga yang terjun dalam duniausaha Indonesia. Mencermati hal ini, posisi UMKM usaha mikro kecil sangat strategisdalam perekonomian rakyat.

5. Kerangka PikirMeskipun perkembangan UMKM dan koperasi secara umum telah

menunjukkan hasil yang cukup baik, namun tantangan yang dihadapi cukup berat.Secara umum, UMKM usaha mikro kecil skala usahanya masih sedikit dan tidakmemiliki skala usaha minimum yang efisien. Karena itu, para pelaku ekonomi rakyatdalam hal ini adalah usaha mikro kecil dituntut harus memiliki kinerja yang lebihefisien dan produktif, sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Pemerintah danlembaga bantuan terkait dituntut bersikap tegas yakni : tidak menggunakan sistemproteksi dalam pengembangan usaha mikro kecil, tetapi lebih banyak berperan sebagaipenyedia fasilitas serta iklim usaha yang kondusif (enabling), pembuat dan penegakperaturan, dan pemberi bantuan bagi yang lemah (protecting). Pemihakan (enabling)dan perlindungan (protecting) yang dimaksud dalam pemberdayaan ekonomi rakyatadalah kepada pelaku usaha mikro kecil. Pendekatan pemberdayaan ekonomi rakyatdalam penelitian ini adalah cenderung menggunakan pendekatan empowering, yakniikut menyiapkan dan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (pelakuUMKM usaha mikro kecil).

Dengan demikian, ada dua program untuk memberdayakan ekonomi rakyatdalam hal ini adalah pelaku usaha mikro kecil (UKM) dengan pendekatanempowering, yakni dalam bentuk kewirausahaan dan program kemitraan, dankolaborasi bisnis. Pengembangan kewirausahaan yang dimaksud agar pengusaha kecildapat membuat apa saja yang dapat mereka buat untuk menumbuhkan kreatifitas,sehingga jenis produk yang dihasilkan dapat beraneka ragam (economies of scope).Sedang bentuk kemitraan atau kolaborasi bisnis yang dimaksud adalah sebaiknyabergabung, agar menjadi besar. Karena usaha produksi yang lebih besar akan lebihefisien dan fisibel secara ekonomi.

Bagi pengusaha mikro kecil (UKM), pengembangan usaha melalui kegiatanbersama atau berkolaborasi atau kemitraan skala usaha (economies of scale) dapatditingkatkan, dan cakupan usahanya (economies of scope) juga dapat diperluas, sertadapat pula dikembangkan usaha produksi yang baru. Sejalan dengan hal itu,bargaining position pelaku usaha mikro kecil (UKM) dapat ditingkatkan ataudiperdayakan, baik terhadap supplier (dalam pasar input) maupun terhadap mitrausahanya.

D. METODOLOGI PENELITIANJenis penelitiannya adalah deskriptif kualitatif. Sumber datanya adalah data primer

dan sekunder sebagai data pelengkap. Data primer diperoleh langsung dari sejumlahkeluarga UMKM usaha mikro kecil yang ada di enam kecamatan kota Yogyakarta denganwawancara dan teknik angket terstruktur. Sedang data sekunder diperoleh dari berbagaisumber literatur yang telah dipublikasikan oleh instansi–instansi terkait. Setelah semua dataterkumpul sebelum diolah dan dianalisis terhadap instrument tersebut diberi kode.Selanjutnya dilakukan analisis, digunakan model analisis diskriptif eksploratif dankoparatif. Digunakannya model analisis tersebut karena penelitian ini adalah merupakankasus pada khalayak sasaran pelaku UMKM usaha mikro kecil di enam kecamatan kotaYogyakarta. Selain itu, juga digunakan model analisis SWOT untuk menjelaskan secararinci aspek–aspek yang menjadi kekuatan, kelemahan maupun peluang dan tantangan yang

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

77

dihadapi oleh pelaku usaha mikro kecil di enam kecamatan Kota Yogyakarta (Umbulharjo,Kotagede, Kraton, Ngampilan, Mantrijeron dan Wirobrajan).

E. HASIL ANALISIS SWOTAnalisis SWOT secara kualitatif membantu memperjelas jawaban dari pokok

masalah penelitian yang diajukan. Dari sisi pendekatan konsep empowerment nampakbahwa, pada dasarnya usaha mikro kecil adalah sebagai penopang ekonomi daerah yangsebagian besar digeluti oleh kalangan menengah ke bawah. Terbukti, bahwa dalam prosesproduksi pelaku UKM cenderung memanfaatkan tenaga kerja dari lingkungan keluarga intiyang berakibat relatif murahnya biaya tenaga kerja, hal ini menjadi kekuatan atau modaldasar dalam menjawab kebutuhan pasar khususnya peluang pasar lokal yang relatif sangatbesar.

Keberadaan UKM ini secara keterkaitan juga memiliki keterkaitan ke belakang,yaitu dalam menjalankan usahanya pelaku UKM cenderung memanfaatkan potensi sumberdaya ekonomi lokal atau bahan baku lokal; sedang keterkaitan ke depan mampu memberipeluang kerja kepada anggota keluarga sehingga kedua potensi ini dapat sebagai modaluntuk lebih cepat diberdayakannya pelaku UKM di lingkungan sampel.

Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa, pembeli potensial yang sangatbesar dan pembeli cenderung dapat mempengaruhi harga jual produk. Namun modelpemasaran produk UKM ini umumnya masih dikelola secara tradisional hanyamemanfaatkan tempat tinggal yang sederhana dan bersifat lokal. Ilmu ekonomimengajarkan, untuk menjadi efisien dan mampu bersaing suatu usaha perlu mempunyaiskala produksi minimum tertentu (efficiency economies of scale).

Dengan demikian, para pelaku UKM perlu diberi pengertian dan bimbingan,bahwa produksi yang lebih itu lebih efisien, mereka perlu bergabung (berkolaborasi) agarmenjadi besar. Oleh karena itu, salah satu solusinya adalah penggabungan usaha (aliansisejenis) atau membentuk sentra–sentra usaha atau kolaborasi, maka cara ini yang akandapat membantu memberdayakan ekonomi rakyat untuk berkembang secara mandiri.Dalam kondisi ini pengembangan usaha melalui kolaborasi bisnis dengan menciptakankegiatan usaha bersama yang kreatif (collective busniess creative) merupakan alternatifutama. Karena itu, melalui kegiatan bersama ini dapat ditingkatkannya cakupan usaha yanglebih besar lagi (economies of scope) dapat dicapai, yang pada akhirnya skala usaha yangekonomis (economies of scale) dapat terpenuhi.

F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI1. Kesimpulan

UMKM usaha mikro kecil di enam kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta,masih menghadapi beberapa permasalahan. Permasalahan pertama adalah pemasaran,tempat usaha cenderung memanfaatkan tempat tinggal dengan sarana sederhana,keterbatasan untuk mengetahui informasi peluang pasar baru, dan lainnya. Danpermasalahan lain yang tidak kalah penting adalah modal usaha pada pelaku UMKMusaha mikro kecil perlu diperhatikan. Artinya, untuk mengembangkan ekonomi rakyatmelalui usaha mikro kecil diperlukan pangsa pasar (market share) yang lebih luassupaya produksi meningkat, sehingga pendapatan juga meningkat yang pada akhirnyakeuntungan pelaku usaha mikro kecil juga akan meningkat. Jika kondisi ini terjadidalam jangka panjang, maka pengembangan UMKM usaha mikro kecil secaraberkesinambungan akan terjadi. Namun untuk dapat mengembangkannya tetapmembutuhkan modal usaha maupun dukungan dari pemerintah atau swasta sekalipunmodal bukan sebagai faktor pertama, tetapi tetap utama.

Solusi yang perlu dilakukan untuk memperbesar kedua faktor tersebut(pemasaran dan modal usaha) perlu dilakukan kolaborasi bisnis melalui keterkaitan

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

78

atau aliansi kerja sama antar sesama pelaku usaha mikro kecil yang mempunyaikesamaan produk dan tujuan, agar ke depan dapat berkembang menjadi usahamenengah dan besar yang maju, mandiri dan tangguh. Kolaborasi atau aliansi bisnisyang strategis tidak harus berbentuk koperasi atau usaha yang besar, karena aliansidengan usaha besar selama ini justru membuat salah satu pelaku dalam aliansi tersebutmenjadi tergantung bukan sebagai mitra kerja.

Dalam situasi saat ini, kolaborasi bisnis melalui sistem aliansi strategis bagipelaku usaha mikro kecil dan kewirausahaan muda sangat penting dilakukan, karenauntuk memenuhi permintaan pasar atau ekspansi usaha yang masih terbatas. Hasilpenelitian juga menyimpulkan bahwa, dari beberapa kelemahan yang antara lainketrampilan SDM yang terbatas (artinya belum mempunyai keahlian khusus dalammenghasikan produk yang berorientasi pasar luar), terbatasnya modal untuk ekspansiusaha, semuanya itu pelaku usaha mikro kecil perlu melakukan usaha bersama(collective business) dengan sistem aliansi merupakan alternatif utama dalammeningkatkan efisiensi usaha (economies of scale) supaya lebih mampu untukmemperluas cakupan usaha (economies of scope).

Dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, penelitiberharap pemberdayaan ekonomi rakyat melalui strategi pengembangan kolaborasibisnis atau aliansi usaha untuk meningkatkan efisiensi dan cakupan usaha padakelompok pelaku usaha mikro kecil di enam kecamatan Kota Yogyakarta(Umbulharjo, Kotagede, Kraton, Ngampilan, Mantrijeron dan Wirobrajan) dapatberkesinambungan, sehingga kondisi ekonomi, martabat dan kesulitannya dapatterangkat yang pada akhirnya kesejahteraan masyarakat pelaku usaha mikro kecilyang sebagian besar masyarakat golongan menengah ke bawah dapat terwujud.

2. RekomendasiAda beberapa masukan untuk Pemerintah Kota Yogyakarta dalam upaya

mengembangkan dan memberdayakan UMKM khususnya usaha mikro kecil, makaada beberapa rekomendasi kebijakan pengembangan UMKM yang dapat dilakukan diKota Yogyakarta adalah sebagai berikut :- Perlu menumbuhkan jiwa kewirausahaan pelaku UMKM usaha mikro kecil (yang

meliputi program penumbuhan dan pengembangan kewirausahaan/entrepreunership dan managerialship), mendorong terciptanya iklim usaha yangkondusif bagi UMKM usaha mikro kecil yang antara lain dengan fasilitasperijinan dan registrasi UMKM secara transparan, mudah dan cepat. Kebijakanmenumbuhkan produktivitas dan peningkatan kapasitas produksi UMKMkhususnya usaha mikro kecil dalam memenuhi kebutuhan pasar melalui programbantuan sarana produksi, program pemahaman teknis produksi yang efektif danefisien.

- Kebijakan mendorong dan memfasilitasi peningkatan kualitas dan kompetensiSDM pelaku usaha mikro kecil antara lain : perilaku tentang organisasi danmanajemen usaha, peningkatan kemampuan inovasi produk dan peningkatankemampuan managemen pemasaran.

- Kebijakan yang mendorong pola pembiayaan usaha secara mudah dan terjangkauoleh pelaku usaha mikro kecil, program kerjasama kemitraan pemasaran denganpasar modern yang saling menguntungkan, program kemitraan pembiayaan usahadengan lembaga keuangan.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

79

DAFTAR PUSTAKAArogana, Panji & Djoko, Sudantoko, 2002,”Koperasi: Kewirausahaan dan Usaha Kecil”,

Rineka Cipta, Jakarta.Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta, Beberapa tahun terbit, Kota Yogyakarta

Dalam Angka,Yogyakarta.Disperindagkoptan Provinsi DIY, 2010,”Peta Panduan UMKM dan Koperasi Kota

Yogyakarta”, Yogyakarta.Disperindagkoptan Kota Yogyakarta, 2010,”Laporan Akhir Kajian Potensi UMKM Kota

Yogyakarta”, Yogyakarta.Jaya, Wihana K., 2001,”Ekonomi Industri; Konsep Dasar, Struktur, Perilaku dan Kinerja

Pasar”, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.Kuncoro.M., 2002,”Analisis Spasial dan Regional; Studi Aglomerasi dan Klaster Industri

Indonesia”, UPP –AMP, YKPN, Yogyakarta.Rangkuti, Freddy. 2004,”Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi

Konsep Perencanaan Strategi Untuk Menghadapi Abad21”.GramediaPustakaUtama. Jakarta.

Swastha DH.Basu, MBA; Irawan Drs, MBA.,”Manajemen Pemasaran Modern,”PenerbitLiberty, Yogyakarta.

Sumodiningrat, Gunawan. 1999,”Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring PengamanSosial”, Gramedia, Jakarta.

Undang-Undang No.20 Tahun 2008, “Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah”Todaro, PM., 1995,”Perkembangan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Cetakan Kedua, Penerbit

Erlangga, Jakarta.Pemberdayaan Masyarakat dalam BIdang Ekonomi: Tinjauan Teoritik danImplementasiMardi Yatmo HutomoMardi Yatmo Hutomo, SU adalah staf pengajar pada FakultasPertanian Universitas WangsamanggalaYogyakarta. Pokok-pokok pikiran dalam tulisan ini pernah disampaikan padaSeminar Sehari Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan Bappenas, tanggal6 Maret 2000 di Jakarta-red.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

80

Rebranding Yogyakarta sebagai Kota Wisata Budaya

( Oleh : Arif Wibawa, M.Si dan M. Edy Susilo, M.Si )

ABSTRAK

Produk pariwisata juga memuat kemungkinan untuk selalu dilakukan inovasi baikinovasi produk maupun inovasi pemasaran. Rebranding sebagai langkah inovasi dalampemasaran pariwisata di Yogyakarta mendesak dilakukan mengingat pencapaian wisatawanterutama wisatawan asing belumlah maksimal. Penelitian ini bertujuan. Mengidentifikasifaktor–faktor yang berpengaruh dalam penyusunan rebranding Yogyakarta sebagai kotawisata budaya. Menyusun strategi rebranding Yogyakarta sebagai kota wisata budaya.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Interpretif, yang berartimemiliki arti membiarkan sesuatu menjadi manifes seperti apa adanya tanpa memaksakankategori yang kita miliki kepada mereka. Objek penelitiannya adalah wisatawanmancanegara dan domestik, stakeholder pariwisata di Yogyakarta dan pemerintah KotaYogyakarta dalam hal ini Dinas Pariwisata. Penelitian ini menemukan. Branding sebuahkota sangat diperlukan untuk menarik kunjungan wisatawan di kota Yogyakarta. Brandingkota Yogyakarta masih menjadi satu dengan branding yang disusun oleh PemerintahProvinsi. Branding yang disusun Pemerintah Provinsi ini secara sengaja maupun tidakdisengaja telah menjadi branding kota Yogyakarta pula. Wisatawan mengenal Yogyaartadengan branding “Jogja Never Ending Asia”. Branding “Jogja Never Ending Asia”dianggap sebagai brand yang cukup menarik sehingga untuk dalam waktu dekat perlu tetapdipertahankan. Akan tetapi brand itu sekarang ini dinilai hanya sebatas brand yang kosongkarena tidak diikuti dengan langkah–langkah yang konkrit dalam mensosialisasikan brandtersebut ke seluruh stakeholder pariwisata di Yogyakarta.

Kata kunci: Brand, Destination Branding, Rebranding, Wisata Budaya, Pariwisata.

A. PENDAHULUANYogyakarta sudah lama dikenal sebagai kota budaya baik di tingkat nasional

maupun internasional. Budaya yang hidup dan berkembang di Yogyakarta sebenarnyamenjadi kekayaan yang tidak ternilai harganya. Sebagai kota budaya, Yogyakarta masihcukup kental memelihara berbagai tradisi Jawa di dalam masyarakatnya. Kraton KesultananYogyakarta dan Puro Pakualaman menjadi pusat tradisi dan budaya Jawa yangberpengaruh.

Kekayaan budaya kota Yogyakarta terserak di dalam berbagai bentuk danornamen kebudayaan mulai dari artefak–artefak budaya peninggalan masa lalu sepertigedung–gedung, bangunan–bangunan kuno dan candi–candi sampai ke upacara ritual danperilaku masyarakatnya. Lebih dari itu, Yogyakarta juga memiliki banyak keseniantradisional yang beragam dan atraktif. Kesenian tradisional itu ada yang melekat di dalamkehidupan masyarakatnya dan ada yang sekedar menjadi seni pertunjukan.

Yogyakarta juga identik dengan kehidupan kampung–kampungnya yang unik daneksotis. Kampung–kampung di Yogyakarta masih sangat kental beraroma budaya dantradisi seperti kampung Sosronegaran yang kuat dengan wayang Kancilnya. KampungTaman Sari yang kuat dengan batiknya, kampung Kota Gede dengan perak dan bangunan–bangunan kunonya.

Namun demikian, kekayaan budaya yang dimiliki Yogyakarta belum sepenuhnyadikelola dan dikemas sebagai paket wisata yang dapat menarik banyak wisatawan baikdomestik maupun mancanegara. Memang Yogyakarta sudah dikenal sebagai tujuan wisatakedua setelah Bali, tapi data statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

81

Yogyakarta masih tertinggal jauh dalam hal kemampuannya mendatangkan wisatawan,apalagi wisatawan manca, bila dibandingkan dengan Bali. Data berikut menunjukkan halitu, jumlah tamu mancanegara yang menginap di hotel berbintang di Yogyakarta pada tahun2009 hanya 112 ribu sedangkan di Bali 2 juta orang. Sedangkan tamu asing yang menginapdi hotel non bintang di Yogyakarta pada tahun 2009 sebanyak 16.437 orang, di Bali831.428 ribu orang.

Data di Dinas Pariwisata Provinsi DIY menunjukkan bahwa pertumbuhankunjungan wisatawan ke DIY tidak terlalu besar seperti terlihat di tabel berikut ini:

Tabel Kunjungan Wisatawan ke DIY

Tahun WisatawanMancanegara

Pertumbuhan WisatawanNusantara

Pertumbuhan WisatawanMancanegaradan Nusantara

Pertumbuhan

2006 78.145 -24.49 838.682 -13.52 914.827 -14.582007 103.224 32.09 1.146.197 36.99 1.249.421 36.572008 128.660 24.64 1.156.097 0.86 1.284.757 2.832009 139.492 8.42 1.286.565 11.29 1.426.057 112010 152.843 9.57 1.304.137 1.37 1.456.980 2.17

Sumber: Dispar DIY.

Pertumbuhan wisatawan yang mengunjungi Yogyakarta secara kumulatif tidakmenunjukkan angka yang tinggi, yaitu 2.17% pada tahun 2010. Pertumbuhan tersebutsebenarnya masih dapat ditingkatkan lagi seandainya ada upaya maksimal dalam menatawisata budaya terutama di Yogyakarta.

Data di atas secara tidak langsung menunjukkan, Yogyakarta masih belummaksimal dalam mengemas paket wisata budaya seperti halnya Bali. Kalau diteliti lebihjauh, kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali, bukan hanya tertarik oleh keindahanpantainya, sebab banyak tempat–tempat lain di dunia ini yang pantainya jauh lebih indahdari Bali. Tapi wisatawan asing itu datang ke Bali lebih tertarik pada budaya Bali yangmemang eksotis dan original. Yogyakarta sebenarnya juga memiliki potensi yang samadengan Bali dalam hal daya tarik budaya yang dimilikinya.

Yogyakarta sebenarnya pernah juga menjadi kota yang diminati oleh wisatawanmancanegara di era tahun 1990-an, hal itu terbukti dengan maraknya kampung–kampunginternasional seperti kampung Sosrowijayan, kampung Prawirotaman dan kampungTamansari dengan kedatangan turis mancanegara. Kampung–kampung itu tampak semarakdengan aktivitas turisme pada waktu itu. Setelah badai krisis moneter tahun 1998 danPeristiwa Bom Bali satu dan dua, turis mancanegara seolah menghilang dari Yogyakartadan kelesuan itu masih berlanjut hingga saat ini. Kampung–kampung turis tidak seramaidulu lagi. Roda ekonomi di kampung–kampung itu juga tidak sekencang dulu lagi bergerak.

Keadaan seperti ini tidak dapat dibiarkan berlarut–larut, supaya Yogyakarta masihtetap eksis sebagai kota wisata, terutama kota wisata yang lebih digerakkan oleh budaya.Di samping itu, Yogyakarta tidak boleh kehilangan budayanya karena tidak adanyadukungan finansial untuk menghidupinya. Pariwisata dan budaya diharapkan bisa salingmembentuk simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan, pariwisata memberi basisfinansial bagi pengembangan budaya dan budaya memberi sumbangan nilai yang layakuntuk dikemas dalam sajian pariwisata.

Langkah pertama yang harus ditempuh untuk menghidupkan pariwisata budaya diYogyakarta adalah melakukan rebranding dalam pemasaran pariwisata. Rebrandingdiperlukan untuk membentuk citra baru pariwisata di Yogyakarta. Dengan branding yangbaru ini Yogyakarta lebih leluasa untuk mempromosikan pariwisatanya melalui perubahankemasan produknya yang mungkin sudah dianggap ketinggalan atau tidak sesuai dengan

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

82

kebutuhan wisatawan. Dalam kegiatan rebranding ini, Yogyakarta juga dapat menata ulangproduk–produk wisata yang akan disajikan kepada wisatawan.

B. TUJUAN DAN MANFAAT1. Tujuan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk:1. Mengidentifikasi faktor–faktor yang berpengaruh dalam penyusunan rebranding

Yogyakarta sebagai kota wisata budaya.2. Menyusun strategi rebranding Yogyakarta sebagai kota wisata budaya.

2. Manfaat PenelitianPenelitian mengenai rebranding Yogyakarta sebagai kota wisata budaya ini

dapat menghasilkan temuan mengenai inovasi–inovasi promosi pariwisata yangmanfaat pada perbaikan upaya promosi pariswisata di Yogyakarta. Promosi pariwisatayang baik, diharapkan dapat menarik kedatangan wisatawan baik mancanegaramaupun domestik ke Yogyakarta. Pariwisata yang berkembang baik dan banyakmendatangkan wisatawan akan menghasilkan devisa dan pertumbuhan ekonomipositif bagi masyarakat Yogyakarta. Pada gilirannya, pariwisata yang berkembangdengan baik akan menghasilkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakatYogyakarta.

Di samping itu, pariwisata budaya yang berkembang dengan baik akan dapatmenyediakan sumber finansial bagi pelestarian dan pengembangan budaya yang hidupdi tengah masyarakat Yogyakarta. Tercipta hubungan yang saling menguntungkanantara pariwisata dengan budaya.

C. TINJAUAN PUSTAKAPariwisata dan Wisata Budaya

Menurut Suyitno (2001: 8) pariwisata seringkali didefinisikan kegiatan melakukanperjalanan untuk sementara waktu, perjalanan tersebut dilakukan dari satu tempat ke tempatlain, Perjalanan itu bagaimanapun bentuknya harus selalu dikaitkan dengan bertamasya ataurekreasi, orang yang melakukan perjalanan tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjungidan semata-mata sebagai konsumen di tempat itu.

Menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990, yangdimaksud pariwisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yangdilakukan secara sukarela bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.Menurut definisi yang lebih luas pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempatlain bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok sebagai usaha mencarikeseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensisosial, budaya, alam dan ilmu (Spillane dalam Rahmathadi, 2005: 35).

Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggarayang paling banyak memiliki pusaka budaya (heritage) dari masa lalu baik yang bersifattangible teraga maupun yang tidak teraga (intangible). Berbagai pusaka budaya dari masaprasejarah, Hindu-Budha, Islam dan masa kolonial tersebar di seluruh Nusantara. Sumberdaya tersebut sudah tentu akan sangat bermanfaat untuk pengembangan pariwisata budayadi Indonesia.

Sementara itu muncul juga kecenderungan di kalangan masyarakat Eropa dalamdua dekade terakhir ini adalah keinginan untuk memahami jati dirinya melalui pusakabudaya (heritage) yang berasal dari masa lalu (Richards 1996). Upaya untuk memahami jatidiri ini telah mendorong masyarakat Eropa untuk berwisata ke berbagai tempat atau situsbersejarah di berbagai negara guna mencari kebudayaan yang original atau otentik yangtidak mereka jumpai di negaranya sendiri.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

83

Namun demikian tidak semua obyek atau atraksi budaya tersebut dapat benar–benar dikembangkan secara mendalam sebagai daya tarik wisata budaya, mengingat bahwaketerbatasan kemampuan yang dimiliki oleh para pengembang baik materi maupun nonmateri, maka dari itu diperlukan suatu kriteria penilaian dalam menentukan obyek wisatatersebut benar–benar menarik dan layak untuk dikembangkan menjadi suatu obyek atraksiwisata budaya.

Pariwisata budaya dapat didefinisikan secara sempit maupun luas. Dalampengertian sempit, pariwisata budaya menyangkut perpindahan orang semata–mata karenamotivasi budaya seperti: bepergian untuk tujuan studi, melihat seni pertunjukkan danbudaya, mengunjungi festival, mengunjungi monumen dan peninggalan purbakala,mengunjungi kesenian rakyat dan perjalanan (berziarah) ke tempat suci. Di sisi lain dalampengertian luas, pariwisata budaya menyangkut semua perpindahan orang yang bertujuanuntuk memenuhi kebutuhan akan sesuatu yang berbeda, mempertinggi budaya seseorang,memberi pengetahuan dan pengalaman (Lim 1996:161).

Laster Borley (1996:181) menyatakan bahwa pariwisata budaya merupakanaktifitas yang memungkinkan wisatawan untuk mengetahui dan memperoleh pengalamantentang perbedaan cara hidup orang lain, merefleksikan adat–istiadatnya, tradisi religiusnyadan ide–ide intelektualnya yang terkandung dalam warisan budaya yang belum dikenalnya.Dalam konteks ini Boniface (1995:115) menyatakan bahwa pariwisata budaya adalah jeniskepariwisataan yang berhubungan dengan kehidupan manusia dan cara–cara hidupnya sertahasil karyanya, teristimewa hasil karya pada zaman dahulu.

Dari definisi di atas tampak kemudian bahwa upaya pemasaran produk pariwisatabukanlah upaya yang mudah. Pemasaran produk pariwisata menurut Rochayat Harun jauhlebih kompleks sifatnya dibandingkan dengan memasarkan produk perusahaan manufakturyang umumnya berbentuk atau berwujud. Lebih lanjut Harun mengemukakan untukmemasarkan produk industri pariwisata perlu dipahami sifat dan karakter produk pariwisatayang akan ditawarkan.

Salah satu upaya yang sangat menentukan keberhasilan, pemasaran produkpariwisata adalah penelitian pemasaran (Marketing Research). Pada umumnya researchdiartikan sebagai aktivitas mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data dan fakta.Sedangkan yang dimaksudkan dengan marketing research adalah penyelidikan yangdilakukan terhadap aktivitas pembelian dan penjualan serta usaha–usaha penyampaianbarang–barang dan jasa–jasa dari produsen kepada konsumen. Di tengah persainganmemperebutkan wisatawan yang sangat ketat seperti sekarang ini strategi branding danrebranding sangat dibutuhkan.

BrandingMerek atau brand tidak dapat dipisahkan dari suatu produk dan penerapannya

dapat menambah nilai suatu produk. Merek adalah nama, lambang, tanda desain ataukombinasi dari semuanya untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang ditawarkan. Merekadalah janji perusahaan yang menjual produk untuk secara konsisten memberikan manfaatdan jasa kepada konsumen. Merek yang baik memberikan garansi kualitas (Mahmud, 2010:79).

Brand/merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, desain ataupun kombinasiyang mengidentifikasi suatu produk atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual untukmembedakannya dengan produk pesaing (Kotler, 2000). Merek menjadi sinyal bagikonsumen dalam mencari produk dan melindungi konsumen dan produsen dari pesaingyang juga menyediakan produk serupa (Aaker,1991).

Berbagai definisi mengenai merek menekankan adanya hubungan antarakonsumen dengan merek (consumer to brand relationship) dimana pada kenyataannyamerek lebih dari sekedar nama, istilah, rancangan, tanda atau kombinasi dari hal–hal

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

84

tersebut, karena merek mempunyai aspek emosional di dalamnya. Merek mengandungnilai–nilai intangible, emosional, keyakinan, harapan serta penuh dengan persepsipelanggan. Merek yang kuat dapat dilihat dengan sejauh mana menciptakan persepsi dibenak konsumen. Perusahaan yang memiliki merek yang kuat dapat lebih mudah merebutpeluang bisnis yang ada dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki merek yangkuat (Rangkuti, 2004).

Pengetahuan merek atau brand knowledge adalah konsep yang berisi tentanghubungan sebuah merek dalam ingatan konsumen dimana terdapat keanekaragamanasosiasi yang terkait. Pengetahuan merek (brand knowledge) menurut Keller (1993) terdiridari: kesadaran merek dan citra merek.

Kesadaran merek menurut Rossiter dan Percy (Keller,1993), berhubungan dengankekuatan sebuah merek dalam ingatan konsumen yang dicerminkan dalam kemampuankonsumen untuk mengidentifikasi suatu merek pada kondisi yang berbeda. Kesadaranmerek dibedakan menjadi dua, yaitu : Pengingatan kembali (brand recall) kemampuanuntuk mengingat kembali suatu merek dalam ingatan konsumen. Pengenalan merek (brandrecognition) kemampuan konsumen untuk membedakan merek yang pernah dilihat ataudidengar sebelumnya.

Kesadaran merek mempunyai peranan penting dalam tahap pembuatan keputusan(consumer decision making). Peranan penting itu meliputi:a. Hal yang terpenting bagi konsumen ketika memikirkan suatu merek adalah ketika

mereka berfikir tentang kategori produk.b. Kesadaran merek dapat mempengaruhi keputusan tentang merek pada tahap

pertimbangan.c. Kesadaran merek dapat mempengaruhi pembuatan keputusan oleh konsumen, dengan

mempengaruhi formasi dan kekuatan dari asosiasi merek pada citra merek (brandimage).

Penciptaan suatu merek mengimplikasikan penyampaian suatu brand imagetertentu sebagai suatu cara dimana semua yang ditargetkan oleh perusahaan terhubungdengan suatu merek (kemudian produk dijual dengan nama tersebut) dengan sekumpulanasosiasi.

Citra merek (brand image) itu sendiri merupakan persepsi mengenai sebuah mereksebagai cerminan dari asosiasi merek yang melekat pada ingatan konsumen. Membangunbrand image harus sesuai dengan pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, kondisi persaingan,keuntungan dan alasan mengapa produk atau jasa tersebut diciptakan. Semua ini dilandasioleh kuatnya brand value yang melekat pada merek tersebut. Konsumen yang terbiasamenggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image atauhal ini disebut dengan kepribadian merek (brand personality)(Rangkuti, 2004).

Fungsi merek adalah fungsi asosiasi yang berhubungan dengan atribut intangibleatau citra image yang ditambahkan dan memberikan keuntungan yang hnaya bisa dicapaijika sebuah produk mempunyai sebuah merek. Manfaat dari merek dalam hal ini adalahmemberi tambahan nilai bagi produk dibandingkan dengan produk tanpa merek. Fungsimerek digunakan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari suatu penjual atau kelompokpenjual dan untuk membedakannya dengan produk pesaing. Karakteristik khusus darifungsi merek adalah merek memiliki sifat atau pembawaan alami yang positif sehingga jikanilai suatu merek semakin besar maka derajat atau tingkat nilai merek tersebut semakinbesar pula.

Destination BrandingSetiap tempat atau lokasi dapat juga dibuat brand-nya dengan menciptakan dan

mengkomunikasikan identitas lokasi yang bersangkutan. Kota, Negara saat ini telah aktifdikampanyekan melalui periklanan, directmail dan perangkat komunikasi lainnya.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

85

Keseluruhan strategi dan proses inilah yang dikenal dengan destination branding (Keller,2003).

Destination branding berarti merancang suatu tempat untuk memenuhi kebutuhantarget market (Keller,2003). Lebih penting lagi destination branding adalah mengenaibagaimana konsumen merasakan suatu tempat di dalam benak mereka. Kekuatan brandterletak pada kemampuan membangun brand awareness terhadap suatu lokasi danmenghubungkan lokasi tersebut dengan asosiasi yang sesuai dengan yang diinginkannya.

Ketika suatu lokasi mengatur untuk menciptakan rangka dasar dan infrastrukturdestination brand-nya, lokasi tersebut harus mengenali target marketnya secara tepat.Target market secara potensial dari destination branding adalah kalangan produsen barangdan jasa, cabang perusahaan dan kantor regional, penanaman modal luar negeri dan pasarekspor, turisme, penerimaan tamu (hospitality), warga negara dan penduduk baru.Destination branding dapat dikatakan sukses apabila warga negara dan puas dengankomunitas mereka, serta harapan–harapan para pengunjung dan para penanam modal dapatbertemu (Kotler, 2002).

Rebranding KotaPerubahan logo atau Rebranding berasal dari kata re- dan branding. Re berarti

kembali, sedangkan branding adalah proses penciptaan brand image yang menghubungkanhati dan benak pelanggannya. Jadi rebranding adalah suatu upaya atau usaha yangdilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk merubah total atau memperbaharui sebuahbrand yang telah ada agar menjadi lebih baik, dengan tidak mengabaikan tujuan awalperusahaan, yaitu berorientasi profit.

Rebranding sebagai sebuah perubahan merek, seringkali identik dengan perubahanlogo ataupun lambang sebuah merek. Dengan kata lain, ketika melakukan rebranding makayang berubah ialah nilai–nilai dalam merek itu sendiri.

Dalam membuat sebuah city branding, terdapat beberapa kriteria yang harusdipenuhi, diantaranya: Attributes. menggambarkan sebuah karakter, daya tarik, gaya danpersonalitas kota. Message. menggambarkan sebuah cerita, menyenangkan dan selalumudah diingat. Differentiation, unik dan berbeda dari kota–kota yang lain.Ambassadorship, menginsipirasi orang untuk datang dan ingin tinggal di kota tersebut(Suharno,2010).

D. METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini mencoba menganalisis bagaimana para informan memahami dan

memaknai mengenai branding dan rebranding kota Yogyakarta. Peneliti juga menggali darimana informan mendapatkan informasi tersebut. Penelitian ini objek wisatawanmancanegara dan domestik, stakeholder pariwisata di Yogyakarta dan pemerintah KotaYogyakarta dalam hal ini Dinas Pariwisata. Data diperoleh melalui wawancara mendalamdan kuisioner. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASIBranding sebuah kota sangat diperlukan untuk menarik kunjungan wisatawan di

kota Yogyakarta. Branding kota Yogyakarta masih menjadi satu dengan branding yang disusun oleh Pemerintah Provinsi. Branding yang disusun Pemerintah Provinsi ini secarasengaja maupun tidak disengaja telah menjadi branding kota Yogyakarta pula. Wisatawanmengenal Yogyakarta dengan branding “Jogja Never ending Asia”. Branding “JogjaNever Ending Asia” dianggap sebagai brand yang cukup menarik sehingga untuk dalamwaktu dekat perlu tetap dipertahankan.

Akan tetapi brand itu sekarang ini dinilai hanya sebatas brand yang kosong karenatidak diikuti dengan langkah–langkah yang konkrit dalam mensosialisasikan brand tersebut

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

86

ke seluruh stakeholder pariwista di Yogyakarta. Selain ini brand ini juga belum diikutidengan langkah–langkah revitalisasi dan rekondisi produk–produk wisata budaya yang adadi Yogyakarta. Branding yang ada juga belum diikuti dengan perubahan pelayanan bagipara wisatawan yang datang ke Yogyakarta.

Branding yang ada sudah selayaknya diikuti dengan tiga langkah yang disarankanoleh Michael Porter maupun responden dalam penelitian ini, yaitu: be a good host , menjadituan rumah yang baik bagi wisatawan, treat your gues properly, memperlakukan tamudenagan keramah–tamahan dan building home sweet home, memberi rasa aman dannyaman bagi wisatawan yang datang.

RekomendasiPemerintah kota Yogyakarta hendaknya merancang sebuah tahapan–tahapan

branding kota Yogyakarta dengan melakukan revitalisasi dan rekondisi obyek–obyekwisata budaya, menetapkan dan melakukan koordinasi dengan pemerintah KabupatenGunung Kidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman untukrevitalisasi branding “Jogja Never Ending Asia” sebagai branding bersama. Brandingbersama tersebut harus dikoordinatori dan dimotori oleh Pemerintah Daerah DaerahIstimewa Yogyakarta (DIY) untuk mencegah terjadinya branding sektoral antar kota dankabupaten yang dapat merugikan citra Yogyakarta sebagai tujuan wisata budaya.

Melakukan langkah untuk mengisi dan mewujudkan branding tersebut denganmenghidupkan gerakan sadar wisata secara terus–menerus kepada seluruh lapisanmasyarakat di Yogyakarta, terlebih pada masyarakat yang bersentuhan langsung denganindustri pariwisata seperti penjual cinderamata, restoran dan penyedia transportasi sepertitukang becak dan kusir andong.

DAFTAR PUSTAKAAaker, David, 1991,Managing Brand Equity, Capitalizing on the Value of Brand Name,

The Freepress, New York.Boniface, Priscilla & Peter J. Fowler, Heritage and Tourism in the Global Village.

Routledge. London.1993Hidayat, Dedy N, Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi, dalam Jurnal

ISKI, No 3/April 1999.Kartajaya, Hermawan, 2006, Siasat Memenangkan Persaingan Global, Marketing Plus

2000, Gramedia, Jakarta.Keller, KL, 1993, A Study of Brand Equity in an Organization-Buying Context, Journal of

Marketing Vol. 7 Januari pp 1 -22.Kotler, Philip, 2000, Marketing Management, Edisi Bahasa Indonesia, PT. Prehalindo,

Jakarta.Machfoedz, Mahmud, 2010, Komunikasi Pemasaran Modern, Cakra Ilmu, Yogyakarta.Moleong, Lexy J. 2004, Metode Penelitan Kualitatif, Rosda, BandungMulyana, Deddy, 2003, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Rosda, BandungNorman, K Denzin, Yvona Lincoln, 1994, Hand Book of Qualitative Research, California:

SAGE Publications.Putra, Heddy Shri, Ahimsa, Mengembangkan Wisata Budaya dan Budaya Wisata Sebuah

Refleksi Antropologis, Pusat Studi Pariwisata UGM, Yogyakarta.---------------, Perencanaan Wisata Budaya, Bimbingan Teknis Perencanaan Program

Kepariwisataan, Yogyakarta, 2000.Suyitno, 2001, Perencanaan Wisata, Kanisius, Yogyakarta.Spillane, James, 1987, Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya, Kanisius, yogyakarta.Sarantokos, Sotirios, 1998. Social Research. McMillan,Melbourne.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

87

Skripsi :Sidik, Rahmathadi, 2005, Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Daerah di Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman dalam Meningkatkan JumlahWisatawan, Jurusan Ilmu Komunikasi, UPN “Veteran”Yogyakarta.

Wiryandi, 2004, Branding terhadap Negara (State Branding), Studi Kasus BrandingSingapura “Uniquely Singapore”, Jurusan Hubungan Internasional, UPN“Veteran”Yogyakarta.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

88

Aplikasi Website Pemasaran Dengan Teknik SEO (Search Engine Optimazion) UntukMempromosikan Produk-Produk UMKM

( Oleh : Fatsyahrina Fitriastuti, S.Si, MT )

ABSTRAK

Penelitian ini merancang dan membangun suatu aplikasi yang berbasis website yangdigunakan untuk memasarkan produk–produk Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM)yang ada di wilayah Kota Yogyakarta. Hasil rancangan aplikasi ini tidak hanya sekedarsebuah website tetapi juga dilengkapi dengan beberapa teknik–teknik optimalisasi websiteatau lebih dikenal dengan Search Engine Optimization (SEO), yaitu teknik yang bisamembuat website berada pada posisi–posisi atas suatu search engine ternama. Terdapatfaktor internal dan faktor eksternal yang dapat diterapkan pada teknik SEO ini. Obyekpenelitian dipilih daerah pengrajin perak di Kotagede. Pemilihan ini berdasarkan bahwasyarat untuk optimalisasi website, adalah kekhasan atau ciri khas content website. Aplikasiwebsite yang dihasilkan memungkinkan untuk setiap showroom atau pengrajin perakmempunyai satu atau lebih akun untuk memasarkan produk dan hak untuk mengelolahalamannya sendiri sehingga ketergantungan terhadap administrator bisa berkurang.Aplikasi website ini dapat diterapkan pada produk–produk UMKM yang lain yangmempunyai ciri khas Yogyakarta seperti batik, makanan khas atau hasil–hasil kerajinanlainnya. Website dirancang dengan bahasa pemrograman PHP dan database serverMySQL.

Kata kunci : website pemasaran, Search Engine Optimization, PHP, MySQL

A. PENDAHULUANPeranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia pada

dasarnya sudah besar sejak dulu. Namun demikian sejak krisis ekonomi melanda Indonesia,peranan UKM meningkat dengan tajam. Data dari Biro Pusat Statistik(BPS), menunjukkanbahwa persentase jumlah UKM dibandingkan total perusahaan pada tahun 2001 adalahsebesar 99,9%. Pada tahun yang sama, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor inimencapai 99,4% dari total tenaga kerja. Demikian juga sumbangannya pada ProdukDomestik Bruto (PDB) juga besar, lebih dari separuh ekonomi kita didukung oleh produksidari UKM (59,3%). Data–data tersebut menunjukkan bahwa peranan UKM dalamperekonomian Indonesia adalah sentral dalam menyediakan lapangan pekerjaan danmenghasilkan output (Adiningsih, 2008). Potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM) di Kota Yogyakarta juga cukup besar. Terdapat 4.545 IMKM (Industri MenengahKecil dan Mikro) yang tersebar di 14 kecamatan dengan 5 cabang jenis usaha (sumberwww.http://umkm.jogjakota.go.id/). Hal ini diharapkan akan mampu memberikankontribusi yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat Yogyakarta sehingga perluuntuk didorong dan dikembangkan agar menjadi pelaku ekonomi yang tangguh dan berdayasaing.

Masalah utama dalam pengembangan UMKM pada umumnya adalah terkaitdengan masalah pemodalan dan pemasaran (Primiana, 2011). Untuk masalah pemodalanbisa teratasi dengan adanya kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengucuran kredituntuk para UMKM. Sementara untuk permasalahan pemasaran, baik pemerintah maupunpihak swasta sering menggelar pameran–pameran untuk mempromosikan hasil–hasilproduksi dari UMKM. Selain itu pemasaran juga masih bersifat konvensional, melalui faceto face atau melalui media telepon. Akan tetapi cara–cara demikian dinilai belum terlaluefektif untuk memaksimalkan pemasaran produk-produk UMKM karena hanya

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

89

diselenggarakan pada waktu–waktu tertentu, produk–produk yang ditawarkan masihterbatas dan cakupan area pemasaran yang juga masih terbatas.

Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat dan pengaruhnya terhadapkehidupan manusia, dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat dihandalkan untukmempromosikan produk–produk UMKM. Terlebih munculnya perkembangan internet yangbegitu cepat dan semakin mudah dan murahnya mengakses internet melalui berbagai mediakomunikasi mulai dari komputer desktop, laptop, netbook bahkan telepon seluler. Statistikpenggunaan internet di dunia mengalamai pertumbuhan yang luar biasa pada sepuluh tahunbelakangan ini (tahun 2000–2010), yaitu 480,4%.

Pemasaran produk–produk dari para UMKM yang dilakukan melalui media websitememberikan banyak keuntungan baik bagi pemasarnya maupun bagi pemakai atau customer.Dari sisi pemasarnya yang dalam hal ini para UMKM, pemasaran melalui media websitememberi keuntungan diantaranya, promosi bisa dilakukan 24 jam nonstop tanpa dibatasiruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja, dapat digunakan untuk menyediakan informasiselengkap dan sedetil mungkin dan dapat selalu di update, merupakan jalur distribusi barudalam mempromosikan hasil–hasil produksinya, dan mengurangi anggaran pemasaran. Bagipara pemakai atau customer pemasaran melalui media website dapat mengurangi gangguanterhadap salesman yang saat ini begitu maraknya, dapat melihat produk–produk yangditawarkan kapan dan dimana saja juga tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Penelitian ini akan merancang dan membangun sebuah website pemasaran yangdisediakan untuk mempromosikan produk–produk dari para UMKM yang ada di KotaYogyakarta. Setiap UMKM akan mempunyai satu atau lebih account atau analogi dengansatu tempat di website untuk mempromosikan produknya. Untuk lebih meningkatkan peranwebsite dalam memasarkan produk, akan dilakukan dengan pendekatan SEO (Search EngineOptimazion), yaitu website dapat ditampilkan pada halaman utama/halaman atas padasetiap search engine yang populer seperti Google, Yahoo, MSN dan lainnya.

Obyek penelitian yang dipilih adalah UMKM yang berada di wilayah KotaYogyakarta, khususnya yang menghasilkan produk–produk yang khas Yogyakarta. Dariberbagai alternatif pilihan produk UMKM yang ada di Kota Yogyakarta, yaitu kerajinandan umum, kimia dan bahan bangunan, logam dan elektronika, pengelolaan pangan,sandang dan kulit, diambil sampel kerajinan perak di Kecamatan Kotagede. Pemilihankerajinan perak ini dengan pertimbangan untuk membuat sebuah website yang digunakanuntuk pemasaran, diperlukan content yang spesifik sehingga mudah dikenali oleh mesinpencari (search engine).

B. TUJUAN DAN MANFAATTujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Merancang dan membangun website pemasaran untuk mempromosikan produk–produkUMKM.

2. Melengkapi website pemasaran dengan pendekatan teknik SEO (Search EngineOptimization)sehingga sering dikunjungi banyak orang?

3. Mencari teknik–teknik SEO yang yang tepat untuk meningkatkan rating websitepemasaran tersebut.

Manfaat yang akan diperoleh perusahaan setelah pengimplementasian rancangansistem ini adalah sebagai berikut:1. Menyediakan sarana untuk mempromosikan produk–produk dari para UMKM melalui

media website dengan pendekatan teknik SEO (Search Engine Optimization) untukmengembangkan usaha dari para UMKM

2. Memberikan kemudahan kepada pembeli untuk melakukan transaksi pembelian.3. Pembeli dapat melakukan transaksi setiap saat dan di mana pun juga.4. Memperluas jangkauan daerah pemasaran dengan pangsa pasar.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

90

C. TINJAUAN PUSTAKAPenelitian yang telah dilakukan oleh Joko, dkk (2005), menghasilkan Penjualan

Mobil Berbasis Web Dan Manajemen Data Pembayaran di Showroom Mobil XYZ. Dalampenelitian tersebut telah dilakukan pengembangan suatu sistem showroom virtual padasuatu showroom mobil sehingga dapat dilakukan pemasaran dan penjualan mobil disertaidengan informasi pembayaran customernya melalui Web. Sistem dikembangkanberdasarkan kebutuhan pengguna terhadap sistem dan prosedur penjualan pada showroomtersebut. Padahal kondisi satu showroom dengan showroom yang lain kemungkinan besarberbeda, sehingga sistem hanya dapat diterapkan pada showroom tersebut.

Penelitian serupa telah dilakukan Indayani & Selly (2007), menghasilkan Analisisdan Perancangan Sistem Informasi Penjualan Berbasiskan Web pada PT. DairyfoodInternusa yang difokuskan pada sistem informasi penjualan online yang terdiri daripenerimaan pesanan dari pelanggan, pengiriman barang ke pelanggan, retur penjualan danpenyediaan laporan. Dalam penelitian tidak ditonjolkan bagaimana mekanismememasarkan produk melalui media internet dan hasil penelitian ini hanya disesuaikandengan kondisi PT. Dairyfood Internusa sehingga tidak dapat diterapkan untuk perusahaanlain.

Purnomo, S (2009) telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan websitepemasaran. Penelitian tersebut menghasilkan Perancangan Sistem Informasi PemasaranHandycraft Berbasis Website. Hasil penelitian ini adalah website e–commerce yangdigunakan untuk memasarkan handycraft. Perancangan dan pembuatan website e–commerce ini menggunakan software joomla virtuemart. Keunggulan dari penggunaanJoomla adalah kemudahan dalam hal perancangannya dan perawatannya karena Joomlaadalah sebuah framework untuk pembuatan website. Tetapi kelemahannya adalahbanyaknya tabel pada basis data dan masalah keamanan.

Hurryati, dkk (2009) melakukan penelitian dengan judul Strategi Pemasaran,Usaha Kecil, Web 2.0 dan Daya Saing Industri Kecil. Penelitian dilakukan di wilayah kotaBandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, di manapada tahap awal dirancang kriteria model strategi pemasaran usaha kecil berbasis web 2.0yang akan dijadikan percobaan melalui need assesment. Kemudian dilanjutkan denganmembuat rancangan sistem web 2.0 berdasarkan model strategi pemasaran usaha kecil yangakan diterapkan. Pada tahap selanjutnya dilakukan uji coba implementasi pada sistem web2.0 dengan menggunakan model strategi pemasaran usaha kecil yang akan diterapkan padasatu industri kecil. Kemudian dilakukan juga uji coba pada sistem pemasaran konvensionaldengan model strategi pemasaran usaha kecil pada usaha kecil yang membuat produk danpada industri yang sama. Pada proses uji coba implementasi baik pada sistem pemasaranberbasis web 2.0 maupun sistem pemasaran konvensional.

Dari uraian di atas, nampak bahwa sebagian besar penelitian adalah membangunwebsite dengan tujuan untuk memasarkan suatu produk dan menyediakan tempatpemesanan secara online. Website yang dihasilkan hanya dapat digunakan untukmemasarkan produk dari suatu perusahaan dan website dirancang sesuai dengan kondisiperusahaan tersebut. Sehingga website yang dihasilkan tidak dapat digunakan untukperusahaan lain. Berdasarkan referensi dari penelitian–penelitian tersebut, maka padapenelitian ini dirancang dan dibangun suatu website interaktif dan dinamis yang dapatdigunakan untuk memasarkan produk UMKM dan memberikan sentuhan–sentuhanpendekatan teknologi SEO agar supaya website lebih optimal penggunaannya dalampemanfaatannya sebagai alat pemasaran produk UMKM. Website menyediakan tempatuntuk setiap UMKM mempunyai halaman sendiri yang digunakan untuk memasarkanproduk. Dengan demikian website dapat dimanfaatkan oleh banyak pengrajin untukmemasarkan produknya.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

91

D. METODE PENELITIANMetodologi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Studi Literatur, SDLC

(Sistem Development Life Cycle) yang meliputi tahap Analysis, Design, Implementation,Testing dan Maintenance, (Pressman,2002).1. Studi Literatur

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan informasi dan literatur yang diperlukan untukpembuatan sistem.

2. Analisis dan PerancanganPada tahap ini dilakukan analisis serta desain yang diperlukan dalam membuat sistem,diantaranya perancangan DFD, perancangan basisdata, dan perancangan user interface

3. CodingRancangan sistem yang telah dibuat akan diimplementasikan dengan melakukan codingprogram menggunakan web editor, image editor, bahasa pemrograman PHP, databaseserver MySQL, Cascading Style Sheet (CSS).

4. Uji coba dan evaluasiPada tahap ini, akan dilakukan uji coba dan evaluasi terhadap sistem serta akandilakukan perbaikan–perbaikan yang diperlukan. Ujicoba dilakukan dengan memasangaplikasi pada server lokal.

5. ImplementasiTahap terakhir adalah mengimplementasikan aplikasi yang telah dibuat dan telah diujiserver lokal. Aplikasi akan disimpan dalam hosting dengan nama domain tertentu.

E. HASIL DAN PEMBAHASANLangkah awal dilakukan penelitian ini adalah pemilihan produk UMKM yang

tepat untuk ditonjolkan dalam website yang akan dirancang ini. Dari berbagai alternatifpilihan produk UMKM yang ada di Kota Yogyakarta, yaitu kerajinan dan umum, kimia danbahan bangunan, logam dan elektronika, pengelolaan pangan, sandang dan kulit, diambilsampel kerajinan perak di Kecamatan Kotagede. Pemilihan kerajinan perak ini denganpertimbangan untuk membuat sebuah website yang digunakan untuk pemasaran, diperlukancontent yang spesifik sehingga mudah dikenali oleh mesin pencari (search engine).

Setelah penentuan jenis produk kerajinan UMKM yang akan ditampilkan dalamwebsite, dilanjutkan melakukan survei ke para pengrajin perak di wilayah Kotagede. Surveidilakukan dengan mendatangi secara acak para pengrajin perak di Kotagede. Tujuan darisurvei ini adalah mengetahui sejauh mana pemasaran produk yang telah dilakukan dansejauh mana pemahaman para pengrajin tentang teknologi internet terutama pemanfaatanyadalam memasarkan produk.Responden dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :a. Kelompok I melakukan promosi tidak melalui media internetb. Kelompok II melakukan promosi melalui media internet tapi tidak pernah

diupdate/dirawat.c. Kelompok III melakukan promosi melalui media internet dan diup dateHasil survei (dilakukan terhadap 25 pengrajin secara random) :a. 90% pasar produk adalah dalam negerib. 50% pemasaran sudah melalui media internet seperti social networking atau sekedar

email.c. 50% pemasaran sama sekali belum tersentuh media internetd. 78,5% pengrajin tidak mempunyai anggaran khusus untuk promosie. 50% pengrajin buta dengan teknologi internetf. Ada beberapa masukan dari pengrajin

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

92

Dari hasil survei di atas, ada beberapa kesimpulan yang bisa diperoleh :a. Kesempatan untuk membuka pasar lebih luas ke pasar internasional.b. Dibutuhkan kegiatan promosi tanpa biaya yang tinggi tapi cakupan pemasaran menjadi

lebih luas.c. Perlu adanya pengenalan/sosialisasi pemasaran produk dengan memanfaatkan teknologi

internet.d. Perlu untuk melakukan perancangan website pemasaran yang sederhana sehingga

dipergunakan baik bagi para pemula maupun yang sudah biasa.

Relasi TabelRelasi tabel pada website pemasaran produk perak seperti pada gambar 4.1. Pada gambarrelasi tabel dapat dilihat bahwa terdapat 3 tabel utama yang saling berelasi, yaitu tabelgaleri, tabel kategori dan tabel pemilik.

Gambar 4.1 Relasi Antar Tabel

Context DiagramContext Diagram atau diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu

proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan leveltertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem.Context Diagram memberi gambaran tentang keseluruhan sistem. Dalam diagram kontekshanya ada satu proses, dan tidak ada store di dalam Context Diagram.

Context Diagram pada website pemasaran ini menjelaskan secara garis besar alurdata yang terjadi. Diagram ini merupakan context diagram yang telah dipecah menjadibagian yang lebih rinci, kemudian diagram level 0 dipecah menjadi diagram level 1,diagram level 2, dan seterusnya sesuai dengan kompleksifitas. Context Diagram websitepemasaran dapat dilihat pada Gambar 4.2.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

93

Gambar 4.2 Context Diagram Sistem

Pada context diagram di atas terdapat tiga entitas eksternal yang berhubungandengan aplikasi, yaitu:a. Admin adalah orang yang mempunyai hak tertinggi dalam aplikasi dan berperan

sebagai pengelola website. Admin dapat melakukan semua proses pengelolaan datayang ada dalam website, menyaring data–data yang tidak perlu, dan merawat website.

b. Toko/Showroom adalah pemilik toko/showroom/pengrajin yang mempunyai hakuntuk mengelola halaman website yang dapat digunakan untuk mempromosikanproduk. Toko/Showroom dapat membuat akun yang berupa username dan passworduntuk mempromosikan produk.

c. User adalah orang yang dapat mengakses website atau bisa dikatakan sebagaipengunjung website.

DFD Level 1DFD (Data Flow Diagram) level 1 menjelaskan lebih rinci proses–proses yang

terjadi pada context diagram. Pada website pemasaran ini terdapat 10 proses, yaitu prosesvalidasi login, proses pengelolaan toko, proses pengelolaan kategori perak, prosespengelolaan galeri, proses pengelolaan header, proses pengelolaan pesan, prosespengelolaan testimoni, proses pengelolaan order, proses pengelolaan penjualan perak,proses pengelolaan toko/showroom dan informasi penjualan perak.

Desain Antarmuka SistemModul digunakan untuk memudahkan pemrogram dalam menyusun menu,

menggolongkan proses dan mengatur hak akses. Modul dalam sistem ini terbagi menjadi 2bagian utama, yaitu halaman admin (back_sistem) dan halaman user (front_sistem). Untukmempermudah pembuatan antarmuka, terlebih dahulu dirancang HIPO (Hierarchy PlusInput-Process-Output) atau HIPO Chart untuk menentukan fungsi–fungsi program.

Desain Menu Back_SistemDesain menu back_sistem untuk website pemasaran perak ini disusun berdasarkan

jenis user (user group) yang mengakses. User group dibedakan menjadi 2, yaitu admin danpemilik toko/showroom. Masing–masing group memiliki hak akses yang berbeda–beda.

Dari kedua gambar desain menu di atas, dapat diketahui bahwa untuk groupAdmin memiliki hak akses penuh mengelola semua menu–menu yang ada pada sistem,sementara untuk group OPERATOR hanya dapat mengelola menu toko miliknya sendiri.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

94

Desain Menu Front_SistemDesain menu pada front_sistem (halaman user) untuk untuk sistem informasi pola

pengelolaan sumber daya air berbasis web ini terdiri dari 8 menu utama, yaitu Beranda,Tentang Kami, Daftar Toko, Peta, Hubungi Kami, Kategori, Produk Terbaru danTestimoni.

Implementasi SistemPada tahap implementasi dilakukan beberapa tahap proses uji coba untuk

mengetahui apakah sistem dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan ataubelum. Implementasi merupakan tahap dimana sistem sudah siap dioperasikan padakeadaan yang sebenarnya, di sini akan kelihatan apakah sistem yang dibuat benar–benardapat menghasilkan informasi yang diharapkan dan sesuai dengan tujuan yang hendakdicapai. Karena apabila terjadi kesalahan dapat diketahui terlebih dahulu, maka dapatdilakukan perbaikan sebelum program digunakan untuk selanjutnya. Aplikasi websitepemasaran ini mempunyai alamat di www.yogyakartasilver.com dan aplikasi ini dibuatdalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris.

Halaman Awal UserHalaman awal user merupakan link menuju halaman–halaman yang lain, yaitu:

Sign-In, Beranda, Artikel, Showroom, Peta, Kategori, Produk Terbaru, Testimonial. Bentuktampilan halaman awal user ditunjukkan pada gambar 4.6. Keunggulan dari rancanganwebsite ini adalah bahwa setiap showroom perak atau pengrajin perak dapat mendaftarkanshowroom mereka di website ini dan kemudian mempunyai hak untuk mengatur profil danmenawarkan produk–produk. Bahkan setiap showroom perak bisa memiliki lebih dari satuakun (username dan password).

Gambar 4.6 Halaman Awal User

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

95

Halaman Awal AdminHalaman awal admin merupakan halaman untuk melakukan setup data sistem ini,

yaitu : Beranda, Pesan, Testimonial, Pengaturan Panel, Daftar Toko, Tambah Kategori,Ubah Peta, Ubah Produk, Ubah Header, Ubah Sidebar Kanan, Ubah Sidebar Kiri, UbahPassword, Ubah Kontak Kami. Bentuk tampilan halaman awal admin ditunjukkan padagambar 4.7.

Gambar 4.7 Halaman Awal Admin

Teknik Search Engine Optimization (SEO)Dalam bahasa Inggris disebut Search Engine Optimization (SEO), adalah cara

yang harus ditempuh agar website berhasil menduduki posisi atas untuk keyword yangdiharapkan. Ada dua faktor utama yang harus diperhatikan pada proses SEO, yaitu :•Faktor Internal (berhubungan dengan penulisan content website dan HTML)•Faktor Eksternal (berhubungan dengan link popularity)

Faktor InternalTeknik–teknik yang berkaitan dengan faktor–faktor internal dalam teknik SEO yangditerapkan dalam peneltian ini adalah : Content Web

Dalam menentukan rangking, search engine sangat memperhatikan content websitesebagai salah satu acuan untuk menentukan tingkat relevansi. Maka dari itu contentberupa teks murni wajib dipakai agar website mudah dilisting.Oleh karena itu dalam perancangan website ini, untuk setiap gambar produk yangditampilkan selalu dilengkapi dengan nama dan keterangan produk, baik dalam bahasaIndonesia maupun dalam bahasa Inggris.

KeywordMenempatkan keyword pada tag <title> dan pada attribut ALT dalam tag <img>. Jikapengoptimalan website untuk keyword salah bisa berakibat fatal. Meskipun websiteberada di posisi paling atas pada halaman pertama, tetap saja tidak berguna sebab

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

96

keyword yang dipakai tidak pernah dicari orang. Salah satu cara untuk mengatasimasalah ini dengan menggunakan alat bantu seperti yang disediakan WordTracker.com.WordTracker.com memiliki database keyword populer berdasarkan data dari beberapasearch engine utama. Dengan mengetikkan topik dari content website dan dalambeberapa saat WordTracker bisa memberikan keyword–keyword yang berhubungandengan topik tersebut. Dalam penelitian ini, keyword yang digunakan adalah silver,Kotagede, Yogyakarta dan alternatif keyword yang diberikan WordTracker.com adalahsebagai berikut : pusat silver, centre silver, silver jogja, jogja silver, silver yogyakarta,buy silver, beli silver, perak kotagede, pusat perak, kerajinan perak, silver center,kotagede, hand made, kemasan. Keyword tersebut ditempatkan pada source codeprogram.

Faktor Eksternala. Link Popularity

Faktor yang dimaksud adalah link popularity, yaitu banyaknya link dari website lainyang mengarah ke website. Dalam perancangan website ini, disediakan Daftar Link yangmengacu kepada alamat–alamat website tertentu.

b. Content yang MenarikSecara alami link akan didapat jika website memiliki sesuatu yang berguna bagipengunjung. Jika hendak memasang link ke website lain, tentu ingin menunjukkansuatu informasi untuk pengunjung situs. Tidak mungkin memasang link hanya untukiseng, atau tanpa tujuan. Dalam perancangan website ini terdapat satu menu Artikelyang disediakan untuk meng–update berita–berita atau informasi seputar perak,kotagede atau Yogyakarta.

c. Iklan di iklan–iklan baris di internetd. Pendaftaran account di Facebook, Twittere. Pendaftaran url website di search engine (Google, yahoo, bing, msn)

F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI1. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah :1. Perkembangan teknologi internet yang semakin mudah dan murah diakses oleh

siapa, kapan dan dimana saja dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usahaUMKM dalam hal pemasaran.

2. Mempromosikan produk–produk UMKM melalui website pemasaran dapatmeningkatkan penjualan jika website selalu dikelola dan diupdate isinya secaraterus menerus.

3. Agar supaya website sering dikunjungi banyak orang, maka perlu dilakukanstrategi, dengan pendekatan teknik SEO (Search Engine Optimization), yaituoptimalisasi website baik secara intenal maupun eksternal.

4. Diperlukan Sumber Daya Manusia yang konsen dalam perawatan dan pengelolaanwebsite pemasaran ini agar hasil yang diperoleh bisa optimal.

2. RekomendasiRekomendasi Untuk Pemerintah Kota :1. Pemerintah Kota Yogyakarta diharapkan memberikan fasilitas–fasilitas untuk

menyediakan tempat (hosting) bagi website pemasaran sebagai sarana promosibagi produk–produk para UMKM dengan bandwidth yang memadai.

2. Pemerintah Kota Yogyakarta diharapkan memberi bantuan kepada para UMKMberupa akses internet terutama bagi yang produk–produknya merupakan cirikhusus Kota Yogyakarta.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

97

3. Pemerintah Kota diharapkan sering menyelenggarakan pelatihan–pelatihanteknologi informasi kepada para pemilik UMKM supaya mereka mempunyaipengetahuan yang selalu ter-update mengenai teknologi informasi sehingga dapatmengembangkan usaha para pelaku UMKM dengan memanfaatkan perkembanganTI.

4. Pendampingan dalam melakukan pemasaran melalui website secara berkelanjutan.5. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui model aplikasi website

yang efektif dan tepat untuk memasarkan produk baik dari sisi pemasar maupunuser yang memanfaatkan aplikasi website pamasaran ini.

6. Teknik–teknik optimalisasi website pemasaran ini masih dapat diteliti lebih jauh,karena keterbatasan waktu sehingga belum semua teknik optimalimasasi websitedapat diujicobakan.

7. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk masalah keamanan website karenamenyangkut pemesanan dan pembelian secara online.

DAFTAR PUSTAKAAdiningsih, S. 2008. ”Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil Dan Menengah Di

Indonesia”. Diakses pada tanggal 1 April 2011.Jogiyanto, HM. 2001. “Analisis dan Desain Sistem Informasi”. Andi Offset. Yogyakarta.Kadir, A. 2001.“Dasar Pemrograman WEB Dinamis Dengan Menggunakan PHP”. Andi

Offset. YogyakartaLadjamudin, A.B. 2005.“Analisis dan Desain Sistem Informasi.”Graha Ilmu. Yogyakarta.Pressman, Roger, 2002.”Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi”. Andi Offset.

Yogyakarta.Primiana, I. 2011. “Mengembangkan Alternatif Pembiayaan Dan Pemasaran UKM”.

Diakses pada tanggal 2 April 2011 di http://www.bisnisjabar.com.Sutanta, E. 2004.“Sistem Basis Data”. Graha Ilmu. YogyakartaSutarman. 2007. “Membangun Aplikasi WEB Dengan PHP dan MYSQL”. Graha

Ilmu.Yogyakarta.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

98

Mengembangkan Peranan Komunitas “Becak”Sebagai Penguatan Terhadap SimbolYogyakarta Kota Budaya

( Oleh : Dra. MC. Candra Rusmala D, M.Si)

Abstract

Government of Yogyakarta took policy to keep the traditional transportation, pedicab, asan efforts of culture preservation. Moreover, pedicab, is expected to be a symbol of itsculture. However, the pedicab community has many problems. Therefore the aims of theresearch to find out that the community can be used as a reinforcement of symbol ofYogyakarta as the culture city.

This research uses a qualitative descriptive approach, with 25 respondents which wereconsisting of pedicab drivers, pedicab community board, Yogyakarta transportationservices, Yogyakarta tourism services and hotel managers.

Based on interviews and Focus Group Discusion (FGD), obtained results that thecommunity can give maximum contribute as reinforcement of culture symbol of Yogyakarta.The element of the culture are behavior, knowledge and pedicab transportation. Theyshould be improved. Meanwhile the role of community development needs goodwill fromthe others, especially the local government, the private sector (stakeholders of tourism) andthe community be an integral and comprehensive.

Key Word: pedicab community, symbol, culture.

A. PENDAHULUANYogyakarta sebagai kota budaya memiliki simbol–simbol yang begitu banyak

dalam pandangan masyarakat Indonesia pada umumnya, maupun dalam pandanganmasyarakat mancanegara. Simbol–simbol ini sungguh khas dan unik yang tidak dimilikioleh masyarakat yang lain. Simbol–simbol ini juga mencirikan atau bahkan meneguhkanYogyakarta sebagai kota budaya. Beraneka ragam simbol itu antara lain tercermin dalambangunan–bangunan yang indah, aneka kesenian rakyat yang menawan, bahasa Jawa yangmemiliki berbagai tingkatan dan masih banyak lagi hal–hal yang menyimbolkanYogyakarta sebagai kota budaya.

Sarana transportasi kota Yogyakarta tampaknya juga merupakan kekhasan jikadibandingkan dengan daerah–daerah lain di Indonesia ini. Sebagai contoh becak danandong yang di kota–kota besar justru telah dihilangkan karena dipandang tidak lagi efisiendan efektif dalam sistem transportasi kota, di Yogyakarta kedua sarana transportasi itujustru menjadi daya tarik untuk beberapa kalangan tertentu. Bahkan becak dan andongmenjadi andalan untuk beberapa wilayah di daerah kota Yogyakarta ini terutama di wilayahMalioboro. Bahkan transportasi / kendaraan becak ini juga sangat diminati oleh para turisatau wisatawan mancanegara untuk mengelilingi kota Yogayakarta.

Meski dalam realitasnya transportasi/ kendaraan becak ini menjadi saranatransportasi yang diminati untuk beberapa kalangan masyarakat Yogyakarta maupun parawisatawan, baik itu wisatawan domistik mapun wisatawan manacanegara, namun bukanberarti transportasi ataupun komunitas transportasi becak ini tidak tanpa masalah. Adaberbagai persoalan yang semestinya dikaji lebih mendalam untuk komunitas becak ini.Berbagai persoalan yang melingkupi komunitas becak ini antara lain, adanya persepsimasyarakat bahwa sarana transportasi/ kendaraaan ini sudah tidak efisien atau tidak

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

99

memadai untuk diandalkan di kota–kota besar, bahkan sarana transportasi ini dipersepsikansebagai sarana transportasi tradisonal yang menggambarkan kemiskinan masyarakatnya.

Lebih dari pada itu sikap dan perilaku pengemudi becak juga menjadi sorotan olehberbagai kalangan. Sikap dan perilaku yang mendesak atau menekan pengguna becak,menaikkan tarif becak dengan harga yang tidak realistis, dan beberapa sikap dan perilakuyang kurang menarik lainnnya yang justru dapat merusak citra Yogyakarta sebagai kotabudaya. Berkaitan dengan hal–hal demikianlah maka penelitian ini menjadi penting untukdiungkapkan dan mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang berkepentingan ataskomunitas becak ini sebagai pendukungan terhadap simbol Yogyakarta sebagai kotabudaya.

B. TUJUAN DAN MANFAATTujuan Penelitian :1. Untuk mengetahui kemampuan komunitas becak dalam penguatan simbol Yogyakarta

Kota Budaya.2. Untuk mengetahui cara–cara mengembangkan komunitas becak sebagai penguatan

simbol Yogyakarta Kota Budaya.

Manfaat Penelitian :1. Sebagai bahan rujukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam pengambilan

keputusan yang terkait dengan pengembangan komunitas becak sebagai salah satusimbol budaya Yogyakarta.

2. Untuk memperkaya wacana dalam pengembangan peranan–peranan yang dapatdilakukan oleh berbagai unsur masyarakat dalam memperkuat Yogyakarta sebagaikota Budaya.

C. TINJAUAN PUSTAKAR.M. Maclver (dalam F.W. Dillistone, 2002: 15) menyatakan bahwa kesatuan

sebuah kelompok, seperti semua nilai budayanya, pasti diungkapkan dengan memakaisimbol. Simbol sekaligus merupakan sebuah pusat perhatian yang tertentu, sebuah saranakomunikasi, dan landasan pemahaman bersama. Setiap komunikasi, dengan bahasa atausarana yang lain menggunakan simbol – simbol. Masyarakat hampir tidak mungkin adatanpa simbol. Berkaitan dengan pernyataan tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwaYogyakarta sebagai kota budaya tidak mungkin tidak, pasti menggunakan atau memilikisimbol untuk mengungkapkan sistem nilai budayanya.

Lebih jauh lagi Erwin Googdenogh (dalam F. W. Dilistone, 2002: 19)mendefinisikan simbol adalah barang atau pola atau apapun yang bekerja pada manusia,dan berpengaruh pada manusia, melampaui pengakuan semata–mata tentang apa yangdisajikan secara harafiah dalam bentuk yang diberikan itu. Berhubungan dengan definisi inimaka dapat dikatakan bahwa simbol–simbol yang memperkaya Yogyakarta sebagai kotabudaya, tidaklah mesti ditangkap sebagai harafiah saja, namun lebih dari pada itu simbol–simbol itu perlu dikaji atau ditelaah lebih mendalam untuk dapat mengungkapkan nilai–nilai yang sesungguhnya.

F.W. Dillistone ( 2002: 20) mengungkapkan lebih dalam bahwa sebuah simboldapat dipandang sebagai :1. Sebuah kata atau barang atau obyek atau tindakan atau peristiwa atau pribadi atau yang

kongkrit.2. Yang mewakili atau menggambarkan atau mengisyaratkan atau menandakan atau

menyelubungi atau menyampaikan atau menggugah atau mengingatkan, ataumengungkapkan, atau merujuk kepada yang mencorakkan atau menghubungkan ataubersesuaian atau berkaitan dengan sesuatu.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

100

3. Sesuatu yang lebih besar atau transenden atau tertinggi atau terakhir, yang terkaitdengan sebuah makna, realitas, nilai, cita–cita, prestasi, kepercayaan dari masyarakatatau lembaga. Jadi simbol ini sangat berkaitan dengan kohesi sosial dn transformasisosial masyarakatnya. Dengan demikian simbol–simbol Yogyakarta Kota Budaya punterkait erat dengan kohesi sosial dan transformasi sosial masyarakat Yogyakarta.

Lebih jauh lagi, Yogyakarta sebagai kota budaya tentulah tidak terlepas darikebudayaan yang melingkupi seluruh kehidupan masyarakat Yogyakarta itu sendiri. JamesM. Henslin (2007:38-39) berpendapat bahwa kebudayaan dapat dilihat dari kebudayaanmaterial dan kebudayaan non material. Kebudayaan material adalah hal–hal sepertiperhiasan, peralatan, bangunan, kesenian dan hal–hal lainnya yang kontras denganmasyarakat lainnnya. Kebudayaan material ini tidak ada sesuatu pun yang bersifat “alami”.Sedangkan Kebudayaan non–material adalah cara berpikir (kepercayaaan, nilai danasumsinya yang lain mengenai dunia), dan cara bertindak (pola perilakunya yang umumtermasuk bahasa, gerak–isyarat, dan bentuk interaksi lain).

Senada dengan Henslin, Koentjaraningrat (1985: 5) menyatakan bahwa setidak–tidaknya ada tiga wujud kebudayaan, yaitu:1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide–ide, gagasan, nilai–nilai, norma–

norma, peraturan–peraturan, dan sebagainya.2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas atau kelakuan dari manusia dalam

masyarakat.3. Wujud kebudayaan sebagai benda–benda hasil karya manusia

Bersesuaian dengan pernyataan dari Koentjaraningrat tersebut maka di dalamfokus penelitian ini akan melihat ketiganya sebagai sesuatu hal yang tidak terpisahkan satudengan yang lainnnya dalam menganalisis peranan komunitas becak dalam pendukungansimbol Yogyakarta sebagai kota Budaya. Adapun pada dasarnya dalam melihat sebuahsistem nilai budaya, secara lebih terinci Koentjaraningrat (1985:28) menyebutkan ada limahal yang mesti dikaji lebih dalam, yaitu:1. Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia.2. Masalah mengenai hakekat dari karya manusia.3. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu tertentu.4. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya.5. Masalah menenai dari hubungan manusia dengan sesamanya.

Sedangkan faktor–faktor krisis dalam tenggelamnya kebudayaan, Bakker(1984,79) berpendapat faktor mental, mandulnya daya cipta dan pudarnya jiwa penantangadalah faktor–faktor yang dapat menyebabkan kebudayaan itu tenggelam.

Lebih jauh lagi, Williams (dalam Kuntowjoyo, 1987:5) bahwa dalam rangkapelembagaan produksi dan distribusi simbol–simbol budaya ditemukan tiga komponenpokok yang mempengaruhi pengembangan simbol–simbol tersebut, yaitu lembaga–lembaga budaya, isi budaya dan efek budaya. Lembaga budaya menanyakan siapamenghasilkan produk budaya, siapa mengkontrol dan bagaimana kontrol itu dilakukan; isibudaya menanyakan apa yang dihasilkan atau simbol–simbol budaya apa yang diusahakan;efek budaya menanyakan konsekuensi apa yang diharapkan dari proses budaya itu. Dengandemikian kebudayaan dapat menjadi tidak fungsional manakala simbolnya atau normanyatidak lagi didukung oleh lembaga–lembaga sosialnya atau oleh modus organisasi sosial daribudaya itu.

Berkaitan dengan pengungkapan simbol ini, dikenal sebuah teori yang disebutdengan teori interaksi simbolik. Ada sejumlah asumsi–asumsi yang dibangun dari teori ini,yang oleh Arnold Rose (Ritzer, 1985) dikemukakan sebagai berikut:1. Manusia hidup dalam suatu lingkungan simbol–simbol. Manusia memberikan

tanggapan terhadap simbol–simbol itu seperti juga ia memberikan tanggapan terhadaprangsangan yang bersifat fisik.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

101

2. Melalui simbol–simbol manusia berkemampuan menstimulir orang lain dengan cara–cara yang mungkin berbeda dari stimuli yang diterimanya dari orang lain.

3. Melalui komunikasi, simbol–simbol dapat dipelajari sejumlah besar arti dan nilai–nilai,dan arena itu dapat dipelajari cara–cara tindakan orang lain.

4. Simbol, makna serta nilai–nilai yang berhubungan dengan mereka tidak hanyaterfikirkan oleh mereka dalam bagian–bagian yang terpisah, tetapi selalu dalam bentukkelompok yang kadang–kadang luas dan kompleks. Atau dengan kata lain akan adasimbol kelompok.

5. Berpikir merupakan suatu proses pencarian kemungkinan yang bersifat simbolis.Manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dalam pemikirannnya sebelumia memulai tindakannnya.

Sejalan dengan Arnold Rose, Blumer (dalam Poloma. 1984) secara rincimenyatakan bahwa untuk melihat masyarakat dari kerangka perspektif interaksi simbolikdapat dilihat dari ide–ide dasarnya sebagai berikut:1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian

melalui tindakan bersama membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi ataustruktur sosial.

2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatanmanusia lain. Dan bahasa merupakan simbol berarti yang paling umum.

3. Obyek–obyek tidak mempunyai makna yang intrinsik, makna lebih merupakan produkinteraksi simbolik.

4. Manusia tidak hanya mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagaiobyek.

5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri.6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota–anggota kelompok,

hal ini disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai organisasi sosial daritindakan–tindakan berbagai manusia.

Selanjutnya untuk kepentingan penelitian ini perlu juga dipaparkan pemahamantentang peranan. Peranan oleh Hendropuspito (1989:178) dikonsepsikan sebagai sejumlahpola kelakuan lahiriah ataupun batiniah yang diterima atau diikuti oleh banyak orang. Jadiperanan ini diperuntukkkan bagi kepentingan bersama agar masyarakat sebagai peristiwasosial dan persatuan hidup dapat berjalan dengan baik.Selebihnya oleh Hendropuspito, peranan sosial memuat hal–hal sebagai berikut:1. Peranan sosial adalah sebagian dari keseluruhan fungsi masyarakat.2. Peranan sosial mengandung sejumlah pola kelakuan yang telah ditentukan.3. Peranan sosial dilakukan oleh perorangan atau kelompok tertentu.4. Pelaku peranan sosial mendapat tempat tertentu dalam tangga masyarakat.5. Dalam peranan sosial terkandung harapan yang khas dari masyarakat.6. Dalam peranan sosial ada gaya khas tertentu.

Selanjutnya dalam penelitian ini, yang dikaji tentang peranan lebih ditekankanpada peranan yang dilakukan pada komunitas tertentu jadi bukan pada perilaku perorangan.Adapun dalam mengembangkan peranan dapat dilakukan antara lain dengan (1) denganmemberikan perangsang-perangsang yang cocok, (2) dengan persuasi dan (3) denganpembinaan yang sesuai dengan komunitas yang bersangkutan.

D. METODOLOGI PENELITIANPada peneltian ini yang dijadikan subyek penelitian adalah pengemudi becak yang

tergabung dalam komunitas–komunitas becak yang berada di wilayah Kota Yogyakarta.Dalam penelitian ini peneliti memilih beberapa komunitas becak yang berada di wilayahKraton, wilayah Malioboro, wilayah Hotel Santika dan Hotel Saphir serta komunitas yangberada di wilayah Stasiun Tugu. Namun demikian komunitas becak ini bukan satu–satunya

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

102

yang dijadikan subyek penelitian dalam penelitian ini. Untuk keperluan trianggulasi datamaka diperlukan subyek penelitian yang lain, misalnya, pengusaha–pengusaha yangmenggunakan jasa becak dalam memasarkan produk atau instansinya, Dinas Pariwisata danKebudayaan serta Dinas Perhubungan. Berkaitan dengan jenis penelitian kualitatif, makasubyek penelitian tidak menggunakan sampling acak namun dipilih berdasarkan tujuan(purpose) penelitian. Teknik ini sering dinamakan sebagai teknik purposive sampling.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Yang dimaksudkan denganpenelitian kualitatif (qualitative research) adalah jenis penelitian yang menghasilkanpenemuan–penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur–prosedurstatistik atau dengan cara–cara lain dari kuantifikasi atau pengukuran (Strauss, 1997).

Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif menurutNasution (1992) ini adalah : (a) Observasi yang diartikan sebagai pengamatan danpencatatan yang sistematik terhadap fenomena–fenomena yang diteliti. Dalam pengamatan,indera yang sangat berperanan adalah mata dan telinga (b) Wawancara merupakan prosestanya jawab lisan, di mana dua orang atau lebih berhadap–hadapan secara fisik, di manapeneliti dapat mendengarkan secara langsung dari responden. Dalam wawancara penelitidapat menggunakan catatan dan tape–recorder sebagai alat bantunya.Tujuan dariwawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati oranglain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal–hal yang tidak dapat diketahuimelalui observasi. (c) Dokumentasi, untuk memperoleh data secara komprehensif, penelitijuga melakukan studi dokumentasi. Keuntungan menggunakan teknik dokumentasi iniadalah bahan itu telah tersedia dan hanya memerlukan waktu untuk mempelajarinya.

Untuk melakukan analisis data, penelitian ini menggunakan metode analisakualitatif. Analisis data ini menggunakan tahap–tahap sebagai berikut, reduksi data, displaydata yang kemudian dilakukan pengambilan kesimpulan.

E. HASIL PENELITIAN1. Kemampuan Komunitas Becak dalam Penguatan Simbol Yogyakarta Kota

BudayaSecara umum terkait dengan alasan wisatawan baik itu wisatawan domestik

maupun wisatawan asing dalam menggunakan transportasi becak ketika sedang beradadi Yogyakarta adalah, sebagian besar informan yang diwawancarai mengatakan bahwatransportasi becak adalah transportasi tradisional yang di kota–kota lain atau negara–negara lain tidak ada, sudah digusur atau dilarang. Selain itu alasan yang lainnya adalahadanya anggapan bahwa pengemudi becak dapat memberikan informasi tentangtempat–tempat wisata, tentang tempat–tempat bersejarah, tempat–tempat tempo dulu,budaya kraton, dan tempat–tempat lainnya seperti perguruan tinggi ternama diYogyakarta, serta tempat–tempat belanja. Selain itu dengan kemampuan bahasa Inggris,meski sederhana, dapat menjadi guide yang murah sera dapat membantu menawarharga–harga barang yang ingin dibeli oleh para wisatawan. Secara lebih terinci beberapaalasan mengapa komunitas becak ini menjadi rujukan oleh para penumpangnya akandijelaskan sebagaimana berikut ini.

Komunitas becak di Yogayakarta, keberadaanya selalu dikaitkan denganYogyakarta sebagai kota budaya. Oleh karenanya, berdasarkan wawancara denganberbagai pihak, komunitas becak ini dapat menjadi salah satu penguatan simbolYogyakarta Kota Budaya apabila didukung dengan berbagai hal seperti bahasa, perilakuatau tindakan serta penonjolan ciri khas transportasi becak itu sendiri sebagai alattransportasi tradisional.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

103

a. BahasaDari hasil wawancara yang dilakukan oleh berbagai pihak seperti Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta,Manajer HRD Hotel Saphir dan Hotel Santika, maupun pengemudi becak itu sendiri,semuanya menyatakan bahwa bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalammendukung simbol Yogyakarta sebagai kota Budaya. Hal ini seperti yangdiungkapkan oleh Kepala Bidang Pembinaan Pengembangan Pariwisata DinasPariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, yang mengatakan bahwa bahasa danperilaku pengemudi becak sangat mempengaruhi kenyamanan wisatawan yangberdatangan ke Yogyakarta, baik itu wisatawan asing atau mancanegara ataupunwisatawan domestik. Oleh karenanya perilaku Sadar Wisata menjadi sangat pentinguntuk komunitas becak ini. Karena pada dasarnya wisatawan datang ke Yogyakartaingin menikmati budaya Yogyakarta dan budaya Yogyakarta itu adalah budayaKraton yang memiliki kehalusan dalam berbahasa dan berperilaku. Kata–kata dantindakan yang kasar tidak sesuai dengan budaya Jawa atau budaya Yogyakarta.

Terkait dengan komunitas becak ini, bahasa memang menjadi pekerjaanrumah bagi berbagai elemen yang peduli terhadap keberadaan komunitas becak ini.Hal ini mengingat bahwa di salah satu sisi bahasa merupakan simbol budaya yangpaling umum karena dengan bahasa dapat diungkapkan hasil–hasil budaya maupunkondisi budaya suatu daerah tertentu. Namun di sisi lain pelaku budaya ini termasukdi dalamnya adalah kumunitas becak seringkali masih gagal dalam mengungkapkansituasi dan kondisi budaya Yogyakarta. Hal ini mengingat kemampuan pengemudiatau komunitas becak yang sangat terbatas dalam “berbahasa”.

Berbahasa yang dimaksudkan di sini adalah berbahasa yang sesuai denganbudaya Yogyakarta yang identik dengan budaya Keraton. Dalam Keratonpengungkapan bahasa secara halus dan sopan merupakan syarat yang mutlak(Suhatno, 1995).

b. PerilakuTerkait dengan perilaku atau tindakan ini, hampir keseluruhan informan

yang diwawancarai mengungkapkan bahwa sebagaimana bahasa, tindakan adalahsalah satu unsur yang penting dalam pembentukan budaya Yogyakarta. Sebagaiujung tombak yang bersentuhan langsung dengan para wisatawan, para pengemudibecak hendaknya dapat bersikap ramah, sopan santun. Tindakan yang demikianmerupakan tindakan yang mencerminkan masyarakat yang Sadar Wisata. Selain daritindakan yang sopan santun dan ramah, kejujuran juga merupakan tindakan yangdiharapkan muncul dari pengemudi atau komunitas becak ini.

Demikianlah seperti yang dikatakan oleh Blumer (dalam Veeger, 1993)orang menimbang perbuatan masing–masing orang secara timbal balik, dan hal initidak hanya merangkaikan perbuatan orang yang satu dengan perbuatan orang yanglain, melainkan menganyam perbuatan–perbuatan mereka menjadi apa yangbarangkali boleh disebut dengan transaksi, dalam arti bahwa perbuatan–perbuatanyang diasalkan dari masing–masing pihak diserasikan sehingga membentuk suatuaksi bersama yang menjembatani mereka. Orang saling berhubungan satu sama laindan saling menyesuaikan kelakuan mereka secara timbal balik. Kesadaran akanhubungan timbal balik dalam berinteraksi ini memang akan mempengaruhikeberlanjutan hubungan tersebut. Ketika komunitas atau pengemudi becak itumelakukan suatu tindakan yang tidak terpuji tentunya akan membuat ”kapok”penumpangnya. Tetapi ketika komunitas itu mampu menangkap kebutuhan yangdirasakan oleh penumpangnya baik itu penumpang lokal maupun penumpang luarnegeri, maka kecenderungan penumpang itu akan kembali lagi tentulah sangat besar.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

104

c. Becak Sebagai Alat Transportasi TradisionalSebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya bahwa tanda–tanda yang

paling mudah dipahami yang menyatakan kekhasan suatu budaya adalah berupabenda atau alat–alat dan bahasa. Benda ini selain bisa menjadi suatu tanda atausimbol yang paling mudah untuk dipahami dalam suatu masyarakat namun jugabenda atau alat ini bisa menjadi daya tarik tersendiri pada masyarakat yangbersangkutan. Hal ini seperti yang terjadi di kota Yogyakarta. Yogyakarta yangdikenal sebagai kota budaya salah satu cirinya adalah alat tansportasi tradisionalyang dikenal dengan nama becak. Transportasi tradisional becak ini tidak hanyadikenal oleh berbagai masyarakat di kota–kota di luar Yogyakarta namuntransportasi tradisional ini telah dikenal dan menjadi daya tarik yang kuat olehmasyarakat mancanegara. Hal ini bisa terlihat di jalan–jalan sekitar Malioboro danKeraton seringkali dijumpai para wisatawan asing yang sengaja menggunakantransportasi ini untuk keliling kota Yogyakarta. Jadi kedatangan mereka keYogyakarta salah satunya memang ingin menikmati transportasi becak ini.

Ada tiga jenis transportasi becak ini. Pertama, yang disebut dengantransportasi becak niaga, yaitu becak–becak yang biasanya “mangkal” di dekat–dekat pasar. Becak–becak ini yang melayani para penumpang dalam berbelanja ataumengangkut barang–barang belanjaan. Jenis yang kedua, disebut dengan becakwisata yaitu komunitas becak yang diutamakan untuk membawa para wisatawan keobyek–obyek wisata seperti Keraton, Taman Sari, dan lain–lain. Sedangkan jenisyang ketiga disebut dengan wisata becak. Untuk jenis yang ketiga ini, justru orang–orang datang ke Yogyakarta untuk naik becak.

d. Sistem PengetahuanSistem pengetahuan yang dimiliki oleh para pengemudi atau komunitas

becak ini merupakan salah satu kekuatan pula yang menjadi simbol Yogyakarta kotaBudaya. Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang mengatakan bahwa pengemudibecak yang dapat memberikan informasi tentang tempat–tempat wisata, tentangtempat–tempat bersejarah, tentang tempat–tempat tempo dulu, budaya kraton, dantempat–tempat lainnya seperti perguruan tinggi ternama di Yogjakarta, sungguhmerupakan harapan dari para wisatawan yang datang ke Yogyakarta. Selain itudengan kemampuan bahasa Inggris yang sederhana dapat menjadi guide yang murahbagi para wisatawan mancanegara.

2. Proses / Cara Pengembangan Komunitas Becak dalam Penguatan SimbolYogyakarta Kota Budaya

Berkaitan dengan proses pengembangan komunitas becak dalam penguatansimbol Yogyakarta kota budaya, ada beberapa hal yang dibahas dalam penelitian ini.Beberapa hal ini terkait dengan bagaimana sebenarnya sebuah simbol itu bisadidistribusikan.a. Lembaga atau organisasi yang berperanan dalam pengembangan komunitas becak

dalam penguatan simbol Yogayakarta Kota Budaya.Menganalisis tentang kebudayaan, Kuntowijoyo (1987) mengatakan bahwa

kebudayaan dapat menjadi tidak fungsional jika simbol atau normanya tidak lagididukung oleh lembaga–lembaga sosialnya. Oleh karenanya dalam penelitian ini,dilihat pula beberapa institusi atau lembaga yang memiliki keterkaitan erat denganpengembangan komunitas becak dalam penguatan simbol Yogyakarta Kota Budaya.Beberapa institusi yang terkait adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, DinasPerhubungan Kota Yogyakarta, Paguyuban Becak yang diharapkan sebagaipersatuan komunitas–komunitas becak yang berada di wilayah Kota Yogyakarta dan

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

105

perwakilan dari pengusaha hotel yang menggunakan komunitas becak sebagai mitradalam pembentukan citra Kota Yogayakarta dan citra hotel.

Berdasarkan wawancara dengan kepala Bidang Pembinaan danPengembangan Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta,peranan dinas Pariwisata dan Kebudayaan ini lebih memfokuskan pada pembinaanpara pengemudi becak untuk Sadar Wisata. Hal ini mengingat Yogyakarta sebagaitujuan wisata baik dari wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Hal–hal yang telah dilakukan oleh Dinas ini adalah memberikan berbagai pembinaan ataupelatihan yang terkait dengan sikap atau tingkah laku yang sadar wisata sertapembinaan bahasa sebagai alat komunikasi yang paling mudah dalam pelayananpara wisatawan. Secara kongkrit Dinas ini juga sudah membuatkan buku saku untukpara pengemudi becak serta stiker–stiker yang isinya mengajak untuk dapatmelayani pelanggan atau wisatawan dengan baik. Namun demikian apa yang talahdilakukan oleh Dinas ini belum dirasakan atau dialami oleh sebagian besarkomunitas becak yang ada di Yogyakarta.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sie. Angkutan Dinas PerhubunganKota Yogyakarta, Dinas ini dalam rangka memfasilitasi kepentingan kendaraantidak bermotor termasuk didalamnya adalah becak, memiliki fungsi pengendaliandan pelayanan. Dalam rangka pengendalian banyaknya becak yang beroperasi diKota Yogyakarta, Dinas perhubungan telah melakukan registrasi becak–becak yangberoperasi di Kota Yogyakarta. Registrasi ini selain untuk pengendalian jumlahbecak namun juga merupakan fungsi perlindungan terhadap komunitas becak.Sebab, apabila becak–becak ini jumlahnya tidak terkendalikan maka mereka akanberebut lahan dan penumpang. Hal ini menjadi tidak sehat. Berdasarkan registrasiyang telah dilakukan oleh Dinas Perhubungan, jumlah becak yang beroperasi di kotaYogyakarta sejumlah 8.200 becak. Selain itu, untuk ketertiban pengemudi becak ini,mulai tahun 2008 Dinas Perhubungan telah menerbitkan SIO (Surat IjinOperasional) Kendaraan Tidak Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan TidakBermotor (TNKTB). Begitu pula Dinas Perhubungan Kota juga telah menyediakanlajur–lajur dan lahan–lahan parkir gratis untuk alat transportasi ini di sepanjang jalanMalioboro dan jalan Mangkubumi.

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan Kepala HRD HotelSantika dan Kepala HRD Hotel Saphir yang mewakili pihak hotel masing–masingsebagai Institusi Pengguna Jasa Becak. Dalam wawancara yang dilakukan, baikHRD Hotel Santika maupun Hotel Saphir menyatakan bahwa hotel tetap akanmenggunakan jasa becak dalam melestarikan budaya Yogyakarta maupun dalammempromosikan hotel. Bahkan Kepala HRD Hotel Saphir mengatakan tetap akanmemepertahankan becak, meski pada suatu saat seandainya becak ini dilarang diKota Yogyakarta.

Berdasarkan hasil FGD Paguyuban Pengemudi Becak Kota Yogyakartapula, didapatkan informasi bahwa komunitas–komunitas becak yang berada diwilayah kota Yogyakarta terdapat 145 komunitas becak. Terkait dengan peranankomunitas atau paguyuban ini, ketua PPBKY mengatakan bahwa paguyuban inisangat penting bagi pengemudi–pengemudi becak maupun bagi para pengguna jasabecak. Dengan paguyuban, pengemudi–pengemudi becak ini mendapatkan beberapafasilitas seperti, pendampingan kesehatan, penyaluran tenaga kerja bagi keluargapengemudi becak, dan lain–lain. Sementara itu apabila seluruh pengemudi becaktergabung dalam komunitas–komunitas becak atau paguyuban maka apabila suatusaat pengguna jasa becak ini merasa dirugikan oleh pengemudi becak, makapengguna becak bisa melakukan komplain pada komunitas–komunitas atau

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

106

paguyuban becak tersebut. Dengan demikian komunitas atau paguyuban dapatmelaksanakan pembinaan atau bahkan sangsi terhadap pengemudi becak tersebut.

b. Materi atau hal–hal yang dikembangkan Fasilitas–fasilitas yang dikembangkan

Terkait dengan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah, 7 orangmengatakan belum pernah mendapatkan fasilitas apapun dari pemerintah.Menurut mereka karena mereka bukan orang kantoran, dan mereka hanya orangkecil yang tidak mungkin diperhatikan oleh pemerintah. Sedangkan 8 yanglainnya mengatakan bahwa fasilitas yang diberikan oleh pemerintah adalah platnomor gratis, STNK becak dan yang berkawasan di Malioboro mendapatkanparkir khusus becak dan gratis pula serta jalur becak. Manfaat dari fasilitas yangdiberikan adalah pengakuan becak itu resmi sehingga wisatawan percaya, adanyamember sehingga pendatang percaya, penertiban lalu lintas, identitas yang jelasbisa membuat teratur, mempermudah perjalanan.

Sementara itu untuk fasilitas yang diterima dari Dinas Pariwisata danKebudayaan, seluruhnya pengemudi becak ini mengatakan belum pernahmenerima fasilitas apapun dari Dinas ini. Namun ketika peneliti mengkonfirmasipada Dinas ini, sebenarnya Dinas ini telah mencetak kaos–kaos dengan motif–motif kota Yogyakarta untuk para pengemudi becak. Meski demikian diakui pulafasilitas kaos ini masih sangat terbatas.

Pembinaan–pembinaanBerdasarkan hasil wawancara, peranan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

masih minimal dalam pemberian pembinaan–pembinaan.. Hal ini dapat cermatidengan hasil wawancara, bahwa dari 5 komunitas becak yang dijadikan subyekpenelitian, hanya 1 komunitas saja, yaitu komunitas becak Santika, yangmenjawab pernah mendapatkan pembinaan dari dinas pariwisata danKebudayaan. Sementara komunitas–komunitas becak yang lain belum pernahsama sekali tersentuh oleh dinas ini. Sebenarnya, berdasarkan wawancara denganKepala Sie Pembinaan, Dinas ini juga telah mengadakan beberapa pembinaanuntuk komunitas–komunitas becak. Bahkan Dinas ini telah pula menerbitkanbuku saku dan stiker–stiker untuk membantu pengemudi becak dalammelaksanakan pelayanan secara ramah dan beretika. Namun karena komunitas–komunitas becak ini jumlahnya cukup banyak dan terdiri lebih dari 5000pengemudi becak, maka belum seluruhnya dapat dijangkau oleh Dinas ini.

c. Efek yang dihasilkanMeski belum didukung oleh data kuantitaif yang memadai, efek yang

dihasilkan dari berbagai upaya yang dilakukan, dapat dilihat dari peningkatanpenggunaan becak sebagai sarana transportasi yang terdiri dari 3 kategori becak,yaitu becak niaga, becak wisata dan wisata becak. Sebagaimana yang diungkapkanoleh Kepala HRD Hotel Saphir mapun Kapala HRD Hotel Santika, kebutuhan akanbecak wisata dan wisata becak oleh wisatawan–wisatwan yang menggunakan jasahotel tidak pernah surut. Bahkan ada diantara wisatawan yang memesan untukdisediakan becak apabila mereka datang ke kota Yogyakarta. Namun demikianbelum adanya standar harga bagi pengemudi becak juga merupakan persoalan yangseringkali mereka becak hadapi.

Berkaitan dengan penelitian tentang pengembangan peranan komunitasbecak dalam penguatan simbol–simbol Yogyakarta sebagai kota budaya ini, makadapatlah dikatakan bahwa peranan komunitas ini untuk penguatan simbol budayaYogyakarta tidaklah dapat berdiri sendiri. Peranan ini dapat dikembangkan secaramaksimal apabila didukung oleh lembaga–lembaga sosial atau modus organisasi

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

107

sosial yang menjadi stakeholders dari pendistribuasian simbol budaya ini. Dalampenelitian ini, lembaga–lembaga seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, DinasPerhubungan serta instansi–instansi yang berkepentingan atas keberadaan becak inimenjadi unsur yang tidak bisa ditinggalkan dalam pengembangannnya.Kekurangmaksimalan lembaga–lembaga ini dalam melaksanakan peranannya akanmempengaruhi gerak komunitas becak ini dalam penguatan simbol Yogyakarta kotabudaya. Sebaliknya kemaksimalan peranan pada lembaga–lembaga ini akan ikutmendukung komunitas becak ini sebagai salah satu kekuatan kekhasan Yogyakartasebagai kota budaya.

F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI1. Kesimpulan

a. Komunitas becak sebagai pelaksana alat transportasi tradisional becak dapat menjadisalah satu penguatan simbol Yogyakarta Kota Budaya manakala bahasa, tatakelakuan, alat tansportasi becak serta sistem pengetahuan dibangun sedemikian rupasesuai dengan citra Yogyakarta Kota Budaya.

b. Cara pengembangan komuntas becak agar dapat menjadi penguatan simbolYogyakarta Kota Budaya harus melibatkan secara maksimal dan terintegrasinstitusi-institusi terkait seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, DinasPerhubungan, institusi swasta dan paguyuban becak itu sendiri. Pelibatan institusiselama selama ini telah ada namun belum maksimal dan belum terintegrasi.

2. RekomendasiAda beberapa hal yang akan dapat direkomendasikan dalam penelitian ini, yaitu:a. Agar setiap unsur pelaksana dalam rangka pembangunan kebudayaan memiliki pola

pikir dan pola perilaku yang sama dalam mendukung citra Yogyakarta sebagai KotaBudaya maka diperlukan persepsi dan komitmen yang sama pada setiap institusi(Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Perhubungan, Institusi Swasta danPaguyuban Becak) dalam pengembangan akan nilai–nilai budaya secara bersama–sama.

b. Komunitas “Becak”tetap akan menjadi salah satu pendukungan terhadap simbolYogyakarta Kota Budaya, untuk itu perlu diperkuat peranannya agar sesuai denganharapan pada berbagai pihak atau kalangan yang berkepentingan terhadap komunitas“Becak”ini, baik sebagai becak niaga, becak wisata masupun wisata becak.

c. Diperlukan sejumlah upaya-upaya kongkrit yang sistematik dan berkelanjutan untukmemperkuat peranan komunitas “Becak”, misalnya dengan:1) Pembinaan karakter, pelatihan–pelatihan bahasa, pengadaan fasilitas–

fasilitas/ornamen–ornamen yang mencirikan Yogyakarta Kota Budaya yangdilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ataupun institusi–institusi lainyang berkepentingan, yang dapat mendukung pengembangan 145 komunitasbecak yang ada di Kota Yogyakarta ini.

2) Program penertiban oleh Dinas Perhubungan atas komunitas becak selayaknyameningkatkan pelibatan komunitas becak yang bersangkutan secara partisipatif.Selain itu dengan 8.200 pengemudi becak yang teregistrasi dan tersebar di KotaYogyakarta, perlu dilakukan mapping untuk tempat mangkal, lahan parkir,sehingga terpenuhi ketertiban dan batas aman tiap–tiap lokasi.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

108

DAFTAR PUSTAKABakker, 1984, Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar, Kanisius, Yogyakarta.Dillistone, 2002, Daya Kekuatan Simbol. Kanisius, Yogyakarta.Hendropuspito,1989, Sosiologi Sistematik, Kanisius, Yogayakarta.Henslin James, 2007, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, Erlangga, JakartaJosef-Franz Eileers, 1995, Berkomunikasi Antara Budaya, Suatu Pengantar Komunikasi

Antarbudaya, Nusa Indah, Ende.Koentjaraningrat, 1985, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Gramedia, Jakarta.Koentjaraningrat, 1986, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta.Kuntowijoyo, 1987, Budaya dan Masyarakat, Tiara wacana, Yogyakarta.Nasution, 1992, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung.Pabottinggi, Mochtar,1996, “Bahasa, Kramanisasi dan Kerakyatan”dalam Latif, Yudi dan

Ibrahim, Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru, Mizan,Bandung.

Ritzer George, 1985, Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, Rajawali Press, JakartaSingarimbun, Anonim, 2010, Survei Kendaraan Tidak Bermotor, Hasil Penelitian, Dinas

Perhubungan Kota Yogyakata

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

109

Menyikap Wajah Pelayanan Publik Bidang Pendidikan, Kesehatan dan AdministrasiDasar Pemerintah Kota Yogyakarta

(Oleh : Dwi Priyono,SH, Waryono,S.IP,S.Kep,M.Kes, Sri Arini Winarti, SKM.M.Kep)

Abstrak

Latar Belakang hak masyarakat, yang harus dipenuhi oleh pemerintah yang merupakanhak konstitusi yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, dalam kenyataannya saat inihak–hak tersebut belum sepenuhnya diperoleh oleh masyarakat. Masih adanya wali muridmengeluhkan mahalnya biaya pendidikan, tidak terpenuhinya KMS untuk pendidikan,munculnya macam pungutan di sekolah. Di bidang kesehatan juga tidak beda jauh, banyakkasus–kasus busung lapar, menunjukkan kurangnya optimalnya perhatian pemerintahterhadap derajat kesehatan warganya, penderita DBD yang banyak tidak tertolong. Dibidang administrasi dasar keluhan lamanya mengurus perijinan, lamanya proses pembuatanKTP dan KK dan beberapa kasus lain yang sering muncul di masyarakat.

Rumusan Masalah, Bagaimana pelayanan publik di bidang Pendidikan, Kesehatan danPelayanan Administrasi Dasar kependudukan di Kota Yogyakarta.

Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris yang dilakukan dengan pendekatandiskriptif kuantitatif kualitatif (kuantilatif) masuk kategori Action Research.

Hasil : Sarana dan Fasilitas ruang kelas, perpustakaan dalam kondisi baik. Fasilitasolahraga, Ruang UKS, koperasi sekolah/warung/kantin, Fasilitas belajar (meja, kursi,papan tulis, papan absensi, dsb) masih dalam kondisi yang baik, Buku pelajaran pokokdipinjamkan secara gratis, Alat peraga dalam kondisi sedang. Pelayanan Untuk OrangMiskin setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tidak perduli kaya maupunmiskin. Jaminan Kesehatan Daerah tercatat banyaknya warga miskin sesuai bantuan biayasesuai platfom dan keputusan Walikota Yogyakarta. Administrasi dasar pembuatan KKmenunjukkan waktu yang dibutuhkan proses pembuatan KK relatif lama, kualitaspelayanan di kelurahan, kecamatan mengalami perubahan biaya pengurusan, biaya danwaktu serta keramahan petugas sudah baik. Sikap petugas dalam melayani masyarakatakan standar prosedur pelayanan optimal sesuai dalam Standar Pelayanan yang ditetapkandengan Peraturan Walikota Yogyakarta.

Saran. Pemerintah membentuk desain ( Alur Pelayanan Publik ) sistem evaluasi terhadapmodel kontrak pelayanan, mekanisme pelayanan publik yang berbasis kepentinganmasyarakat. Sebagai pihak yang harus dilayani oleh administrasi negara (birokrasi) atauberbasis tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Kata kunci, Layanan Publik, bidang kesehatan, Pendidikan, Admnistrasi dasar.

A. Latar BelakangPelayanan publik merupakan hak masyarakat, yang harus dipenuhi oleh

pemerintah. Hak tersebut merupakan hak konstitusi yang tertuang dalam pembukaan UUD1945. Dalam kenyataannya saat ini hak–hak tersebut belum sepenuhnya diperoleh olehmasyarakat. Ketidakpuasan masyarakat tersebut bisa diatasi apabila pemerintah bisa lebihdekat dengan masyarakat. Peluang pemerintah untuk bisa lebih memahami kebutuhanmasyarakat tersebut sebenarnya telah didukung dengan adanya Otonomi Daerah. Salah satu

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

110

paradigma baru dari otonomi daerah sebenarnya adalah semakin mendekatkan pelayanankepada masyarakat.

Menurut W. Riawan Tjandra dkk, ada tiga level pembahasan dalam kerangkameningkatkan pelayanan publik, Pertama kebijakan (peraturan perundang–undangan),apakah kebijakan dalam pemberian pelayanan publik sudah benar–benar ditujukan untukkepentingan masyarakat; kedua, kelembagaan, apakah lembaga–lembaga yang dibentukoleh pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau hanya berdasar padakebutuhan eksistensi lembaga–lembaga di daerah agar tidak dilakukan likuidasilembaganya termasuk juga kepentingan–kepentingan politis yang sangat kental terutamaketika masuk dalam pembahasan di tingkat legislatif; ketiga, sumber daya manusia, apakahsumber daya manusia yang memberikan pelayanan juga memerlukan kecakapan–kecakapantertentu.

Para pengguna jasa yang sering tidak sanggup menghadapi ketidakpastiancenderung memilih membayar biaya yang lebih tinggi kepada penyelenggara pelayananuntuk memperoleh kepastian waktu dan kualitas pelayanan. UU dan Perda dalampenyelenggaraan pelayanan publik hanya mengatur kewajiban pengguna jasa tanpamemberikan perlindungan yang memadai mengenai hak–haknya dan hal yang dapatdilakukan oleh seorang pengguna jasa yang merasa dilanggar haknya. Peraturan yang adadalam penyelenggaraan pelayanan publik selama ini tidak pernah mengatur kewajibanpenyelenggara dan resikonya ketika mereka gagal memenuhi kewajibannya. Kondisisemacam ini membuat rezim pelayanan bisa memperlakukan warga pengguna jasasekehendaknya sendiri dan menjadi penyebab dari ketidakpastian biaya dan waktupelayanan.

Negara, masyarakat sipil, dan mekanisme pasar memiliki kepentingan danketerlibatan yang tinggi dalam ranah ini. Belajar dari pengalaman di masa lalu, untukmenjamin agar upaya peningkatan kualitas pelayanan publik benar–benar dapat direalisasisecara nyata, ke depan salah satu perangkat yang dibutuhkan sebagai acuan adalah adanyaStandar Pelayanan (SP).

B. KERANGKA KONSEPTUAL PELAYANAN PUBLIK YANG BERBASISKONTRAK PELAYANAN

1.1. Tinjauan Umum Pelayanan PublikPelayanan publik Menurut Keputusan MENPAN No. 67 Tahun 2003 adalah segala

kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upayapemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturanperundang–undangan.

Menurut Laksono Trisnantoro, 2005, produk pelayanan publik dalam negarademokrasi paling tidak harus memenuhi tiga indikator, yakni : pertama, Responsivitasadalah daya tanggap penyedia jasa terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutanpengguna layanan; kedua, responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapajauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip–prinsip atauketentuan–ketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan; ketiga,akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar prosespenyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma–normayang berkembang dalam masyarakat.

Dalam Keputusan MENPAN Nomor 81 / 1993 dijelaskan sendi–sendi pelayananprima : kesederhanaan, dalam arti bahwa prosedur / tata cara pelayanan diselenggarakansecara mudah, lancar, cepat tidak berbelit–belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.Hak dan kewajiban baik dari pemberi maupun penerima pelayanan umum berdasarkan

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

111

bukti–bukti penerimaan permohonan / kelengkapan sebagai alat untuk memastikan mulaidari proses pelayanan umum hingga ke penyelesaiannya.

Ekonomis, dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secarawajar dengan memperhatikan : nilai barang dan atau jasa pelayanan umum/ tidak menuntutbiaya yang tinggi di luar kewajaran, kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayarsecara umum.

Pelayanan Publik Provinsi Yogyakarta menyebutkan bahwa Penerima pelayananpublik mempunyai hak:1. Mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas–asas dan tujuan

pelayanan serta sesuai standar pelayanan publik yang telah ditentukan.2. Mendapatkan kemudahan untuk memperoleh informasi selengkap–lengkapnya

tentang sistem mekanisme dan prosedur dalam pelayanan publik.3. Memberikan saran untuk perbaikan pelayanan publik.4. Mendapatkan pelayanan yang tidak diskriminatif, santun, bersahabat dan ramah.5. Memperoleh kompensasi apabila tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar

pelayanan publik yang telah ditetapkan.6. Menyampaikan pengaduan kepada penyelenggara pelayanan publik dan atau Komisi

Pelayanan Publik untuk mendapatkan penyelesaian.7. Mendapatkan penyelesaian atas pengaduan yang diajukan sesuai mekanisme yang

berlaku.8. Mendapatkan pembelaan, perlindungan, dalam upaya penyelesaian sengketa

pelayanan publik.

Sementara Penyelenggara pelayanan publik mempunyai kewajiban:1. Mengundang penerima layanan dan pihak–pihak yang berkepentingan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik untuk merumuskan standar pelayanan danmelakukan pengawasan atas kinerja pelayanan publik.

2. Menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan standarpelayanan yang telah ditetapkan.

3. Mengelola pengaduan dari penerima layanan sesuai mekanisme yang berlaku.4. Menyampaikan pertanggungjawaban secara periodik atas penyelenggaraan pelayanan

publik yang tatacaranya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.5. Memberikan kompensasi kepada penerima layanan apabila tidak mendapatkan

pelayanan sesuai standar pelayanan publik yang telah ditetapkan.6. Mematuhi ketentuan yang berlaku dalam penyelesaian sengketa pelayanan publik.7. Mematuhi peraturan perundang–undangan yang terkait dengan tugas dan

kewenangannya dalam penyelenggaraan pelayanan publik.Penyelenggara pelayanan publik juga wajib memiliki tata perilaku sebagai kode

etik dalam memberikan pelayanan publik, sebagai berikut:a. Bertindak jujur, disiplin, proporsional dan profesional.b. Bertindak adil dan tidak diskriminatif.c. Peduli, teliti dan cermat.d. Bersikap ramah dan bersahabat.e. Bersikap tegas, dan tidak memberikan pelayanan yang berbelit–belit.f. Bersikap mandiri dan dilarang menerima imbalan dalam bentuk apapun.g. Transparan dalam pelaksanaan dan mampu mengambil langkah–langkah yang kreatif

dan inovatif.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

112

a. Administrasi Negara (Birokrasi) Sebagai Pelayan PublikTugas Administrasi Negara adalah memberikan pelayanan yang baik

terhadap kepentingan rakyat dan masyarakat, untuk mengabdi kepada kepentinganmasyarakat atau kehendak rakyat. Bukanlah sebaliknya rakyat mengabdi kepadakepentingan administrasi negara. Pertama adalah konsepsi Hegel tentang birokrasi.Menurutnya, birokrasi adalah jembatan antara negara (state) dan rakyat (society).Kedua, konsepsi Marx yang berseberangan dengan konsepsi Hegel. Marx meletakkanposisi birokrasi tidak seperti itu karena negara, menurutnya, tidak mewakilikepentingan umum tetapi mewakili kepentingan khusus dari kelas dominan. Dariperspektif ini maka birokrasi sebenarnya merupakan perwujudan dari kelompok sosialyang amat khusus.

Perkembangan terkini yang cukup menggembirakan yang berpengaruh padaperubahan paradigma birokrasi adalah adanya “trend” demokratisasi yang bersifatmondial yang mempengaruhi esensi dan pola hubungan negara masyarakat (state-society relations) hampir di seluruh dunia, dari yang semula otoriter menjadidemokratik; dari sentralisasi ke desentralisasi; dari orientasi kekuasaan ke orientasipelayanan publik; dari birokrasi tertutup menjadi birokrasi terbuka.

Menurut Mertin Jr, karakteristik profesionalisme aparatur sesuai dengantuntutan good governance diantaranya, Pertama, Equality, perlakuan yang sama ataspelayanan yang diberikan. Hal ini didasarkan atas tipe perilaku birokrasi yang secarakonsisten memberikan pelayanan yang berkualitas kepada semua pihak tanpamemandang afiliasi politik, status sosial dan sebagainya. Bagi mereka memberikanperlakuan yang sama identik dengan perilaku jujur. Kedua, Equity, yaitu perlakuanyang sama terhadap masyarakat tidak cukup, selain itu juga diperlukan perlakuan yangadil. Untuk masyarakat yang pluralistik diperlukan perlakuan yang adil dan perlakuanyang sama. Ketiga, Loyality. Kesetiaan diberikan kepada konstitusi, hukum, pimpinan,bawahan dan rekan kerja. Berbagai jenis pekerjaan tersebut terkait antara satu samalain dan tidak ada kesetiaan mutlak yang diberikan kepada suatu jenis kesetiaantertentu dengan mengabaikan yang lainnya. Keempat, Accountability. Setiap aparatpemerintah harus siap menerima tanggungjawab atas apapun yang ia kerjakan danmenghindarkan diri dari sindroma “saya sekedar melaksanakan perintah atasan”.

b. Urgensi Kontrak Pelayanan dalam Pelayanan PublikSalah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pelayanan publik

yang baik di masa-masa yang akan datang adalah dengan pelembagaan kontrakpelayanan (service Charter) dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Urgensikontrak pelayanan dipicu oleh beberapa pertimbangan. Pertama, untuk memberikankepastian pelayanan meliputi waktu, biaya, prosedur dan cara pelayanan; Kedua,memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pengguna layanan, penyedialayanan, serta stakeholders lainnya dalam keseluruhan proses penyelenggaraanpelayanan; Ketiga, untuk mempermudah pengguna layanan, warga dan stakeholderslainnya dalam mengontrol praktik penyelenggaraan pelayanan; Keempat, untukmempermudah manajemen pelayanan memperbaiki kinerja pelayanan; Kelima, untukmembantu manajemen pelayanan mengidentifikasi kebutuhan, harapan, dan aspirasipengguna layanan, serta warga dan stakeholders lainnya.

C. DESAIN PENELITIANJenis penelitian ini adalah penelitian empiris yang dilakukan dengan pendekatan

diskriptif kuantitatif kualitatif (kuantilatif) masuk kategori Action Research. MenurutMuhadjir Action Research merupakan model penelitian yang sekaligus berpraktik danberteori atau mengembangkan teori sekaligus melaksanakan dalam praktik. Cara, yaitu

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

113

menggabungkan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif atau apa yang disebut olehBogdan dalam Julia Brannen disebut dengan penelitian matching method. Adapunpendekatan yang dipakai adalah untuk penelitian kuantitatif dilakukan survei denganmenggunakan Metodologi Kartu Laporan (Report Card Sistem = RCS). Sementara untukpendekatan kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan Partisipatory ActionResearch (PAR). Dalam metode PAR Menurut Huizer28 terdapat unsur pendidikan yangmendewasakan yang berorientasi pada upaya–upaya pengembangan dalam rangkapemberdayaan masyarakat khususnya yang berkaitan dengan pelayanan publik dasar yangdibutuhkan oleh masyarakat. Penggunaan Metodologi Kartu Pelaporan (RCS) disusunberdasarkan keinginan kuat dari masyarakat umum untuk melihat pemerintah menjadi lebihtanggap terhadap perhatian dan keinginan warganya. Kartu Laporan merupakan alatpotensial yang dapat dipergunakan warga, kelompok–kelompok aksi konsumen dan LSMlokal untuk mendukung dan menuntut jasa pelayanan masyarakat yang memadai, efisien,serta dapat diandalkan.

D. METODE ANALISAMetode analisis yang dipakai adalah metode ganda (triangulasi method) yang bisa

terjadi antar metode atau bisa di dalam metode. Karena metode yang dipakai ada kaitannyadengan objek studi yang sama dengan masalah dan subtansi yang sama. Oleh karena ituanalisis data dilakukan dengan penggabungan baik secara kuantitaitif maupun secarakualitatif. Secara kuantitatif yang menggunakan metode Raport Card Sistem (RCS)Didasarkan pada prinsip–prinsip statistik. Dimana pengolahan data dilakukan denganmenggunakan komputer untuk menjawab pertanyaan–pertanyaan untuk menetapkan tingkatkepuasan atau ketidakpuasan warga terhadap penyedia pelayanan masyarakat, mengurutkanlembaga berdasarkan penilaian tingkat kepuasan atau ketidakpuasan masyarakatmengajukan pilihan dan melakukan pembaruan dengan bobot kuantitatif.

E. ANALISIS PELAYANAN PUBLIK DI BIDANG PENDIDIKAN KESEHATANDAN ADMINISTRASI DASAR

I. ANALISA BIDANG PENDIDIKAN1. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan

Otonomi daerah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,pemerataan, keadilan, demokrasi, dan penghormatan terhadap nilai–nilai budayalokal serta menggali potensi dan keanekaragaman daerah. Bukan untukmemindahkan masalah dari pusat ke kabupaten/kota. Demikian juga otonomi(sistem dan pengelolaan) pendidikan bertujuan untuk meningkatkan mutupendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat. Bukan sekadar memindahkan ataumengembangbiakkan masalah pendidikan yang menjadi beban pemerintah pusatke kabupatan/kota.

Desentralisasi pendidikan ialah pendelegasian sebagian atau seluruhwewenang di bidang pendidikan yang seharusnya dilakukan oleh pejabat pusatatau pejabat dibawahnya atau dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerahatau dari pemerintah kepada masyarakat. Yang menjadi bahan pemikiran dalamhal desentralisasi ini adalah untuk menentukan kewenangan mana yang tidak bisadidesentralisasikan dan kewenangan mana yang dapat didesentralisasikan.Kewenangan yang bersifat nasional yang seharusnya dipegang oleh pemerintahpusat.

Implementasi dan evaluasi kebijakan nasional bisa dilakukan oleh pusat bisapula diserahkan kepada unit di bawah di daerah atau kepada masyarakat.Kewenangan yang bersifat lokal (daerah) pelaksanaan dan evaluasi tidak perlu

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

114

diintervensi oleh pemerintah pusat. Desentralisasi pendidikan bertujuan untukmengurangi campur tangan atau intervensi pejabat atau unit pusat terhadappersoalan pendidikan yang sepatutnya bisa diputuskan dan dillaksanakan oleh unittataran bawah atau masyarakat.

2. Benang Kusut Pelayanan PendidikanKarena otonomi pengelolaan pendidikan berada di tingkat sekolah, maka

peran lembaga pemerintah adalah memberi pelayanan dan dukungan kepadasekolah agar proses pendidikan berjalan secara efektif dan efisien. Peranpemerintah bergeser dari `regulator` menjadi `fasilitator`. Keterlibatan pemerintahdalam penyelenggaraan pendidikan ini hanya mencakup dua aspek, yaitu mutu danpemerataan. Pemerintah menetapkan standar mutu pendidikan, dan berupaya agarsemua siswa dapat berprestasi setinggi mungkin. Juga berupaya agar semuasekolah dapat mencapai standar minimum mutu pendidikan, dengan keragamanprestasi antarsekolah dalam suatu lokasi sekecil mungkin.

Perubahan peran pemerintah ini mengubah hierarki pengambilan keputusanyang selama ini selalu berawal dari pemerintah pusat dan bermuara di sekolah.Dalam skema otonomi pengelolaan pendidikan hierarki pengambilan keputusanberubah menjadi piramida terbalik; kedudukan lembaga sekolah berada di atassedangkan lembaga pemerintah berada di bawah. Namun pada kenyataan perantersebut pertama, akuntabilitas sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan kepadamasyarakat masih sangat rendah. Terlalu kuatnya dominasi pemerintah pusatdalam manajemen mikro penyelenggaraan pendidikan di sekolah secara sistematiktelah memadamkan akuntabilitas sekolah kepada masyarakat sekitarnya.Kedudukan masyarakat dan orang tua sebagai konsumen pendidikan dengan segalakepentingannya telah lama diabaikan. Kedua, pengguna sumber daya tidakoptimal. Rendahnya anggaran pendidikan merupakan kendala besar. Keadaan inidiperburuk oleh sistem pengelolan anggaran yang terpusat. Pengelolan anggaranpendidikan secara terpusat mengakibatkan penggunaan sumber daya sangat tidakefisien. Karena rendahnya kepercayaan kepada sekolah selama ini, pemerintahpusat sering kali mengasumsikan berbagai alat, bahan, dan input pendidikanlainnya yang dibutuhkan sekolah, harus diadakan oleh pusat lalu dikirimkannya kesekolah.

3. Mengurai Pelayanan Pendidikana. Managemen Berbasis Sekolah (MBS)

Salah satu model pengelolaan yang digagas Departemen PendidikanNasional adalah apa yang disebut manajemen berbasis sekolah (MBS).Keberhasilan dalam pelaksanaan MBS sangat ditentukan oleh perwujudankemandirian manajemen pendidikan pada tingkatan kabupaten/kota. GagasanMBS sebenarnya dapat merupakan jawaban atas tantangan pendidikan kita kedepan. Dalam UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program PembangunanNasional, (Propenas), khususnya Bab VII (Pembangunan Pendidikan)digambarkan bahwa dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantanganbesar, di antaranya adalah sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah,sistem pendidikan nasional dituntut untuk melakukan perubahan danpenyesuaian sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebihdemokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah danpeserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.

Problem yang dihadapi kaitannya dengan penerapan modelpengelolaan MBS selain rendahnya sosialisasi adalah kesiapan sekolahmengenai kesediaan infrastuktur dan suprastruktur sekolah dalam menerapkanMBS. Padahal jika dipahami yang dimaksud dengan manajemen berbasis

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

115

sekolah sesungguhnya bertujuan untuk "memberdayakan" sekolah, terutamasumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tuasiswa, dan masyarakat sekitarnya), melalui pemberian kewenangan,fleksibilitas, dan sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapioleh sekolah yang bersangkutan. Berikut gambaran pendekatan manajemenpendidikan yang memberikan perbedaan antara manajemen berbasis pusatdengan manajemen berbasis sekolah.

b. Menggugat Kinerja Komite Sekolah.Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan badan yang

bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan satuanpendidikan maupun lembaga pemerintah lainnya. Posisi Dewan Pendidikan,Komite Sekolah, satuan pendidikan, dan lembaga–lembaga pemerintah lainnyamengacu pada kewenangan masing–masing berdasarkan ketentuan yangberlaku. Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah bertujuan,yaitu: (a) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalammelahirkan kebijakan dan program pendidikan di kabupaten/kota (untukDewan Pendidikan) dan di satuan pendidikan (untuk Komite Sekolah); (b)meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisanmasyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan; (c) menciptakan suasana dankondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan danpelayanan pendidikan yang bermutu di daerah kabupaten/kota dan satuanpendidikan.

c. Menyoal Transparansi Anggaran PendidikanMenyadari pentingnya pengembangan mutu pendidikan, membuat

pemerintah telah meneguhkan niatnya untuk memperhatikan pengembanganmutu pendidikan lewat regulasi yang memberikan jaminan tentang pembiayaanpendidikan. Lewat amademen UUD 1945 pasal 31 ayat 4 mengamanatkanadanya 20 persen minimal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negarauntuk sektor pendidikan. Selengkapnya, berbunyi sebagai berikut: negaramemprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% darianggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatandan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikannasional,selain UUD 1945, UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikannasional juga mengamanatkan seperti yang tertuang dalam pasal 49 ayat 1 yangberbunyi dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasandialokasikan minimal 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari anggaran pendapatandan belanja daerah (APBD). Guru yang tadinya hanya diposisikan sebagaipelaksana kegiatan belajar mengajar (KBM) bisa disertakan dalam kegiatanlainnya seperti penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah(APBS). Begitupun orang tua siswa dan masyarakat, yang biasanya cumamenjadi sumber pendanaan sekolah, bisa ikut merencanakan bahkanmelaksanakan kegiatan sekolah.

d. Buruk Rupa Sarana dan Fasilitas PendidikanBerbagai fasilitas sarana dan prasarana pendidikan umumnya di

Indonesia masih memprihatinkan, sekalipun terdapat beberapa sekolah yangmempunyai berbagai kelengkapan sarana, prasarana dan fasilitas namun itubelum dianggap mencerminkan baik buruknya pelayanan pendidikan.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

116

No Kondisi Fasilitas dan Sarana Belajar Baik(%)

Sedang(%)

Buruk(%)

Abstain(%)

1 Ruang belajar/kelas 48 48 2 2

2 Ruang perpustakaan 40 48 2 4

3 Tempat bermain/ fasilitas olahraga 38 48 2 2

4 Ruang UKS 32 56 4 4

5 Ruang koperasi sekolah/ warung/kantin 36 54 4 6

6 Faslitas belajar (meja, kursi, papan tulis,papan absensi dsb)

50 44 4 4

7 Buku pelajaran pokok yang dipinjamkansecara gratis kepada siswa

40 14 2 2

8 Alat peraga yang sesuai dengankeperluan pendidikan dan pembelajaran

34 30 4 16

Hasil survei tentang sarana pendidikan dapat dilihat pada tabel 6dimana rata-rata kondisi ruang belajar/kelas, Ruang perpustakaan, Tempatbermain / fasilitas olahraga, Ruang UKS, Ruang koperasi sekolah / warung /kantin, Fasilitas belajar (meja, kursi, papan tulis, papan absensi dsb), Bukupelajaran pokok yang dipinjamkan secara gratis kepada siswa, Alat peragayang sesuai dengan keperluan pendidikan dan pembelajaran masih dalamkondisi yang baik dan sebagian yang sedang.

e. Ragam Macam Pungutan dan Korupsi PendidikanUpaya memerangi korupsi dan berbagai penyimpangan lain dalam

pembangunan gedung sekolah maupun penyelenggaraan pendidikan hanya bisadilakukan bila ada transparansi dalam pengelolaan dana pendidikan. Di tingkatsekolah, korupsi tidak bisa diperangi dari dalam sekolah, tetapi harus dilakukandengan memberdayakan orangtua murid dan masyarakat di sekitar sekolah.Langkah ini tentu bisa dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional(Depdiknas). Depdiknas sebagai departemen yang bertanggung jawab terhadappengelolaan dana pendidikan nasional bisa memulainya dengan membukaakses kepada publik mengenai dana–dana yang diterima, sekolah mana sajayang menerima dana tersebut, dan untuk apa penggunaan dana tersebut.Selama ini, birokrasi pendidikan -dari pusat, dinas, sampai kepala sekolah-sangat tertutup dan tidak mau membuka dokumen–dokumen berkaitan denganproyek–proyek yang ada di sekolah. Alhasil, informasi tentang pengelolaandana pendidikan hanya ada di tangan kepala dinas dan kepala sekolah. Hal initentu riskan terhadap penyelewengan dan tidak adanya kontrol dari publik,terutama stakeholder dunia pendidikan.

f. Menyoal Kompetensi PengajaranKualitas SDM Indonesia jauh ketinggalan dibandingkan dengan SDM

negara–negara Asean lainnya. Ketinggalan ini hanya dapat dijawab denganpeningkatan kualitas pendidikan. Indonesia dengan latar belakang yangberagam memerlukan penataan sistem dan layanan pendidikan yang lebihdemokratis sesuai dengan tuntutan masyarakat. Untuk menghasilkanpendidikan yang bermutu dalam masyarakat yang heterogen (majemuk), perluketerlibatan semua pihak (pemerintah, keluarga, masyarakat) dan inimerupakan prasyarat utama bagi terselenggaranya pendidikan yang berkualitas.Hal ini semua mengisyaratkan perlunya dilaksanakan desentralisasi pendidikanuntuk merespon dan memotivasi aspirasi semua pihak. Desentralisasi

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

117

pendidikan akan berdampak langsung pada desentralisasi manajemenpendidikan sekaligus secara fleksibel dapat mengantisipasi keragaman tuntutanlokal dan daerah, utamanya sekolah. Untuk melaksanakan desentralisasipendidikan, kemampuan daerah ini menjadi ukuran karena banyak masalah dankendala yang perlu diatasi dalam penyelenggaraan desentralisasi tersebut(kurikulum, SDM, dana, sarana dan prasarana, peraturan perundang–undangan).

g. Dicari kepala sekolah yang KompetenPada tingkat paling operasional, kepala sekolah adalah orang yang

berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkanpembelajaran yang bermutu. Kepala sekolah diangkat untuk mendudukijabatan yang bertanggung gugat mengkoordinasikan upaya bersama mencapaitujuan pendidikan pada level sekolah masing–masing. Dalam praktik diIndonesia, kepala sekolah adalah guru senior yang dipandang memilikikualifikasi menduduki jabatan itu. Tidak pernah ada orang yang bukan gurudiangkat menjadi kepala sekolah. Jadi, seorang guru dapat berharap bahwa jika"beruntung" suatu saat kariernya akan berujung pada jabatan kepala sekolah.Biasanya guru yang dipandang baik dan cakap sebagai guru diangkat menjadikepala sekolah. Dalam kenyataan, banyak di antaranya yang tadinya berkinerjasangat bagus sebagai guru, menjadi tumpul setelah menjadi kepala sekolah.Umumnya mereka tidak cocok untuk mengemban tanggung jawab manajerial.Ingat salah satu prinsip Peter tentang inkompetensi? Orang–orang seperti initelah terjerembab di puncak inkompetensinya dan akan tetap di situ hinggapensiun. Bayangkan nasib sekolah jika dipimpin oleh seseorang yang tidak lagikompeten.

II. ANALISA PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATANHak atas pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia. Dalam substansi

hukum internasional pelayanan kesehatan sebagai salah satu hak asasi manusia tercantumdalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM) 1948. Di samping berbagai aturantersebut, di tingkat internasional Indonesia telah mengikatkan diri melalui MilleniumDevelopment Goals (MDG) yang berkomitmen untuk dicapai pada 2015, yakni mengatasi :(1) kemiskinan dan kelaparan, (2) kesehatan, (3) ketidaksetaraan gender, (4) pendidikan, (5)air bersih, dan (6) lingkungan.

Sementara di tingkat nasional berbagai aturan hukum telah mengatur tentangpelayanan kesehatan. Pasal 28H UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan“...setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan”. Undang–Undang No. 36 tahun 2009tentang Kesehatan juga menegaskan bahwa negara harus bertanggungjawab danberkepentingan atas pembangunan kesehatan rakyatnya. Tujuan pembangunan kesehatanmenurut UU kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemampuanhidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

1. Persepsi Besaran Biaya dan WaktuMenurut responden yang menggunakan jasa layanan Puskesmas di beberapa

puskesmas berpendapat waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan pelayananlama.

No Jenis Pelayanan Lama ( % ) Cepat ( % ) Abstan ( % )1 Antri pengambilan kartu 50 40 102 Menunggu pemeriksaan 67 20 133 Pemeriksaan medis 30 63 74 Pengambilan obat 17 67 16

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

118

Yang cukup menarik dari hasil penelitian di beberapa puskesmas ini,pasien justru lebih banyak menghabiskan waktu pada saat mengantri ataumengambil kartu. Pada saat proses antri atau mendapatkan giliran pemeriksaanjuga cukup lama. Padahal orang sakit menginginkan segera mendapatkanpenanganan dari paramedis. Bayangkan apabila orang yang sakit disuruhmenunggu cukup lama, mereka sudah sakit namun terpaksa mengantri lama.

Alasan responden memilih berobat di puskesmas adalah biaya yang murahdan bisa dijangkau. Untuk biaya sebanyak 80% responden menyatakan bahwabiaya berobat di puskesmas termasuk murah dengan jumlah nominal Rp 6.000,00.Sedangkan yang memiliki Kartu Miskin mereka gratis atau tidak dikenakan biaya.Akan tetapi ada beberapa masyarakat yang mengeluhkan untuk mendapatkan kartumiskin prosesnya cukup lama dan berbelit–belit.

2. Transparansi pelayananAdanya transparansi tersebut, diharapkan bisa memperkecil penyelewengan

yang dilakukan dan tidak mengelabuhi masyarakat. Melalui transparansi pelayanandiharapkan para pemakai layanan puskesmas tahu akan hak serta kewajiban yangharus dipenuhi dan didapatkan. Hal tersebut dikarenakan tidak tersedianyainformasi secara tertulis. Informasi tersebut mengenai ; tarif/retribusi puskesmas,biaya tindakan medik, program–program pelayanan, prosedur pelayanan, jampelayanan Puskesmas, prosedur rujukan dan prosedur penggunaan askes. Tidakadanya transparansi tersebut akan membuat perbedaan besaran biaya yangdikeluarkan antara puskesmas yang satu dengan yang lain. Seharusnya setiapPuskesmas terpampang besaran harga yang harus dibayar oleh pasien setiap kaliberobat, mulai dari berbagai macam poli, laboraturium dan loket pengambilan obat(obat apa saja yang harus bayar).

No Jenis informasi Ya( % )

Tidak( % )

Tidak tahu( % )

Abstain( % )

1 Tarif/retribusi puskesmas - 50 40 102 Biaya tindakan medik 10 40 40 -3 Program-program pelayanan 30 20 50 -4 Prosedur pelayanan 10 30 50 105 Jam pelayanan puskesmas 30 10 50 106 Prosedur rujukan 10 30 50 107 Prosedur penggunaan akses 20 7 67 6

3. Sikap petugasParameter keramahan petugas sengaja dimasukkan dalam salah satu

pertanyaan dalam kuisoner penelitian karena lewat keramahan ini diharapkandapat mempercepat kesembuhan si pasien. Dari aspek psikologis orang yang sakitapabila mendapatkan pelayanan yang terbaik dan keramahan akan menumbuhkankepercayaan terhadap para medis dan bisa mendukung proses kesembuhan.

Tentang ada atau tidaknya keluhan dari pasien kepada petugas puskesmasyang meliputi petugas loket pendaftaran, perawat/bidan, dokter, dan petugas obat,apabila ada keluhan, keluhan yang terkadang muncul adalah keterlambatanpetugas dan ada beberapa petugas yang tidak ramah.

4. Pemenuhan standar pelayananStandar pelayanan tersebut dibuat atas dasar kesepakatan yang dibangun

antara pemberi dan penerima layanan. Bukan hanya kesepakatan harga (yangmemang sudah ditetapkan oleh pemerintah), namun standar waktu, jenispelayanan, dan kesepakatan–kesapakatan yang lain. Pelibatan masyarakat tersebut,akan menumbuhkan pada diri masyarakat rasa memiliki dan pada akhirnya ikut

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

119

melaksanakan peraturan yang ada. Tentu saja dalam kesepakatan tersebut munculreward dan punishment bagi kedua belah pihak.

5. Konteks pelayanana) Kebersihan

Dari penelitian ini, kebersihan dijabarkan pada kebersihan kamar mandi, ruangtunggu pasien dan ruang periksa pasien.

b) KenyamananKenyamanan merupakan salah satu aspek penilaian konteks pelayanan.

No Aspek penilaian Nyaman (%) Tidak Nyaman (%) Abstan(%)1 Pengaturan kursi 60 40 -2 Kenyaman ruang tunggu 67 33 -3 Penagturan letak TV 50 50 -4 Kesejukan 93 7 -

Kenyamanan merupakan salah satu aspek penilaian konteks pelayanan. Dalampenelitian ini kenyamanan pasien ditempatkan pada wilayah kenyamananruang tunggu dan kenyamanan ruang periksa. Dalam wilayah kenyamananruang tunggu ada beberapa parameter yang digunakan, yaitu pengaturan kursi,kenyamanan ruang tunggu, pengaturan letak pesawat televisi, dan kesejukan.Sedangkan untuk kenyamanan ruang periksa didapat hasil:

No Aspek penilaian Nyaman (%) Tidak Nyaman (%) Abstan (%)1 Tempat tidur periksa 73 27 -2 Kondisi penerangan 83 17 -3 Kesejukan 90 10 -4 Privasi pasien 90 10 -

6. Keterjangkauan fasilitasKemudahan untuk mengakses fasilitas di Puskesmas diperlukan bagi para

pasien untuk mempercepat mendapatkan pelayanan. Sebagian besar respondenmenyatakan untuk mengakses fasilitas tersebut terbilang mudah. Lebih jelastentang pendapat pasien lihat tabel di bawah;

No Keterjangkauan fasilitas Sulit (%) Mudah(%) Abstain(%)1 Bagian / ruang informasi 23 77 -2 Loket pendaftaran 7 93 -3 Poli (ruang periksa) 10 90 -4 Laboraturium 27 73 -5 Loket obat 7 90 36 Kamar mandi/toilet 10 83 77 Kotak saran/pengaduan 23 77 -

7. Responsivitas pelayananRespon layanan puskesmas terhadap tindakan medis ketika terjadi Kejadian

Luar Biasa (KLB), temu warga untuk menjaring aspirasi pelayanan, dan pelibatanmasyarakat dalam menyusun program kesehatan responden. Hal ini dapat dilihatkerjasama antara Puskesmas dengan warga sekitarnya. Puskemas responsivitasterhadap berbagai macam kejadian di lingkungannya. Puskesmas dalam sosialisasiterhadap berbagai macam kegiatan yang dilakukan, atau kegiatan yang dilakukanmelibatkan warga sekitar.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

120

8. Keluhan pelayananBagaimanapun baiknya pelayanan yang diberikan puskesmas kepada pasien

tak urung pasti ada pasien yang mengeluhkan pelayanan. Ada beberapa aspekpelayanan yang dikeluhkan oleh responden. Adapun aspek pelayanan yang dinilaidan jumlah responden yang mengeluhkan pelayanan tersebut sebagai berikut:

No Jenis Pelayanan Ya ( % ) Tidak( % )1 Ketetapan jam pelayanan 20 502 Ketersediaan obat 20 533 Keberadaan dokter/perawat/bidan 17 534 Keterbukaan dokter dalam memeriksa 10 605 Lama antrian pelayanan 67 136 Hasil pemeriksaan laboratorium kurang akurat 10 607 Kebersihan bangunan 13 57

9. Pelayanan Untuk Orang MiskinSetiap orang berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tidak peduli

kaya maupun miskin. Ironisnya yang terjadi saat ini banyak kalangan ekonomimenengah ke bawah tidak memperoleh jaminan kesehatan. Pada saat sakit merekaenggan untuk berobat, mereka cenderung ketakutan akan besarnya biaya untukberobat. Ini merupakan salah satu efek dari kurang sosialisasinya pemerintahtentang kesehatan bagi mereka. Sebenarnya orang–orang yang tidak mampuberhak untuk mendapatkan ASKES KIN. Dalam prakteknya tidak semuamasyarakat miskin mendapatkan kartu tesebut. Muncul permasalahan baru padasaat mereka akan mengurus kartu ASKESKIN tersebut, adanya prosedur yangberbelit–belit maupun tidak tepat sasarannya ASKESKIN. Orang yang dirasakandari keluarga mampu pun mendapatkannya. Yang kaya merasa miskin sedangkanbagi yang miskin enggan untuk merasa miskin. Kartu ASKESKIN tersebut yangmengeluarkan adalah Kelurahan. Tepat atau tidak tepat sasaran tersebut tergantungkepada kepala kelurahan. Bagi warga yang tidak memiliki atau terdaftarASKESKIN, ASKES menerbitkan kartu merah (mulai bulan Mei), persyaratannyacukup membawa surat keterangan tidak mampu. Lalu bagaimana para tunawisma,yang tergolong miskin bisa mendapatkan kartu tersebut, sedangkan untukmendapatkan kartu tersebut harus memenuhi berbagai persyaratan diantaranyaadalah adanya KK, sedangkan mereka tidak memiliki KK. Muncul permasalahanbaru lagi pada saat ada ruang khusus untuk orang miskin. Hal tersebut akanmenimbulkan dampak psikologis bagi orang miskin. Hal itu akan membuatseseorang enggan menggunakan ASKESKIN yang mereka miliki. Seharusnyatidak ada diskriminasi bagi yang mampu maupun tidak mampu.

III. ANALISA PELAYANAN PUBLIK PEMBUATAN KTP DAN KK

Isu penyelenggaran pelayanan publik (public service) dalam pelaksanaan otonomidaerah menjadi perhatian tersendiri bagi pengambil kebijakan dan birokrasi pemerintahdaerah. Kondisi pelayanan publik yang diberikan pemerintah belum sepenuhnya berpihakkepada publik. Bermacam kepentingan seperti halnya kepentingan kapital, kepentinganpolitik, sangat mempengaruhi kebijakan layanan yang diberikan. Akibat yang terjadi tidaklebih bahwa pelayanan yang ada saat ini dapat ”diperjualbelikan”. Namun terlepas dariberbagai kepentingan yang ada, sudah menjadi peran stakeholder untuk peduli dan bisaberpartisipasi dalam pemenuhan haknya dengan merubah kebijakan yang ada.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

121

1. PEMBUATAN KTPa. Persepsi besaran biaya dan waktu

Berdasarkan prosedur yang ada dalam mengurus KTP harus melaluibeberapa tahap. Tahap–tahap tersebut adalah melalui RT, RW, kelurahan dankecamatan. Dalam prosedur tersebut, jangka waktu yang dibutuhkan padasetiap tahap tidak ada kejelasan. Tidak adanya peraturan yang jelas berdampakterhadap perlakuan yang diterima masyarakat. Perbedaaan waktu tersebut bisadilihat pada tabel di bawah ini:

No TingkatPelayanan

1 menit -1 jam

2 jam-1 hari

2 hari-1minggu

2 minggu-1bulan

> 2 bulan

1 RT 66 21 0 72 RW 52 31 7 03 Kelurahan 31 21 41 34 Kecamatan 17 17 52 3

Tabel di atas menunjukkan, bahwa pada tingkatan kelurahan dankecamatan membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan tingkatRT dan RW. Pengurusan di Tingkat RT bisa dibilang cukup cepat demikianhalnya di tingkat RW. Seandainya di masing–masing tingkat membutuhkanwaktu sampai berhari–hari berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk prosespembuatan KTP saja. Waktu yang berbeda tersebut menimbulkan persepsiyang berbeda pada masyarakat. Tabel di bawah ini menunjukkan persepsimasyarakat tentang waktu yang dibutuhkan.

No Tingkat Pelayanan Lama( % ) Cepat ( % ) Abstain( % )1 RT 14 75 112 RW 14 75 113 Kelurahan 57 36 74 Kecamatan 66 21 11

Masyarakat akan enggan untuk melewati tahap-pertahap, sehinggamereka cenderung menggunakan jasa calo, ataupun oknum. Masyarakat relamembayar lebih daripada harus mengikuti proses yang panjang dan memakanwaktu. Hal tersebut akan merugikan masyarakat dan menguntungkan beberapapihak. Besaran biaya yang bervariasi ini terinci sebagai berikut:

No Tingkat Pelayanan Gratis Seribu-5 ribu

ribu 6-10 ribu

11ribu-15ribu

16ribu-25ribu

26ribu-50ribu

1 RT 62 28 0 3 3 32 RW 52 28 0 0 0 03 Kelurahan 17 45 3 3 7 74 Kecamatan 0 21 14 0 0 0

Pembiayaan di tingkat RT dan RW banyak yang gratis, namundemikian biasanya mereka diminta untuk mengisi uang Kas secara sukarela.Masyarakat yang membayar lebih dari sepuluh ribu di tingkatan RT biasanyamereka meminta tolong agar RT saja yang menghendel sampai KTP selesai.Padahal dalam peraturannya untuk membuat KTP bagi WNI adalahRp.5000,00 dan WNA adalah Rp.10.000,00. Apabila di setiap sektor pelayanan(RT, RW, kelurahan dan kecamatan), dipungut biaya seharusnya ada standaryang harus diberlakukan di setiap pengurusan KTP. Standar yang diberlakukanjangan sampai memberatkan masyarakat. Bahkan ada sebagian masyarakatsebenarnya menginginkan pembuatan KTP gratis.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

122

b. Transparansi PelayananBerdasarkan survei diperoleh bahwa tingkat transparansi pelayanan

terkait dengan pembuatan KTP yang ada di Kelurahan dan Kecamatan adalahsebagai berikut:

No Jenis Informasi Ya (%) Tidak (%) Tidak tahu (%)1 Tarif retribusi pembuatan KTP 29 36 352 Program-program pelayanan 50 25 253 Prosedur pelayanan 46 32 214 Jam pelayanan pembuatan KTP 29 43 29

c. Sikap petugasSikap petugas bisa dikatakan cukup baik dalam memberikan layanan.

Para petugas cukup ramah dalam artian mereka memberikan senyuman dansapaan. Akan tetapi dalam memberikan layanan yang bertujuan memberikankepuasan kepada penerima layanan keramahan saja tidak cukup. Hal tersebutterbukti dengan masih banyaknya keluhan dari masyarakat dalam mengurusKTP. Besaran keluhan tersebut bisa dilihat dari Tabel di bawah:

No Petugas Kelurahan/kecamatan Ya (%) Tidak (%) Abstain (%)1 Petugas loket 46 54 0

d. Perbedaan pelayanan

No Diskriminasi pelayanan Ya (%) Tidak ( % ) Abstain ( % )1 Petugas loket 25 25 502 Pegawai kelurahan/kecamatan 57 7 36

e. Standar pelayananStandar pelayanan yang harus dipenuhi oleh petugas adalah setiap

petugas harus menanyakan kepentingan orang yang akan dilayani. Pada saatmasyarakat mengurus KTP para petugas menjelaskan prosedurnya dan masihada sikap petugas yang enggan menjelaskan. Tujuan dari menjelaskan tersebutbiar masyarakat mengerti dengan harapan mereka tidak akan bolak–balik ataubertanya kesana kemari utuk mencari informasi, yang pada akhirnya informasiyang diperoleh simpang siur. Selain itu petugas juga berkewajiban menanyakanberkas–berkas yang dibutuhkan.

No Keterjangkauan Fasilitas Sulit( % ) Mudah( % ) Abstain( % )1 Bagian/ruang informasi 29 71 02 Loket Pendaftaran 11 89 03 Kotak saran / pengaduan 43 50 7

Pelayanan yang baik harus tidak berhenti membuat inovasi dalamperbaikan. Pendapat responden, yang perlu diperbaiki dalam memberikanlayanan terlihat dalam tabel di bawah ini:

No Jenis Pelayanan Ya ( % ) Tidak( % ) Abstain( % )1 Ketepatan waktu pelayanan 79 21 -2 Besarnya biaya retribusi 70 18 123 Prosedur pelayanan 51 25 24

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

123

Kualitas pelayanan di kelurahan maupun kecamatan mengalamiperubahan, yaitu mengenai biaya pengurusan, biaya dan waktu sertakeramahan petugas.

2. Pembuatan Kartu Keluargaa. Persepsi besaran biaya dan waktu

Berdasarkan hasil survei proses pelayanan administrasi dasarkhususnya pembuatan KK menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan dalamproses pembuatan KK relatif lama, terutama ketika sudah berurusan denganbirokrasi di tingkat kelurahan dan kecamatan. Data lebih rinci tentang rentangwaktu yang diperlukan dalam proses pembuatan KK adalah sebagai berikut:

No TingkatPelayanan

1 menit -1 jam

2 jam-1 hari

2 hari-1minggu

2 minggu-1bulan

> 3 bulan

1 RT 65 20 5 - 52 RW 40 45 5 - -3 Kelurahan 10 25 50 - -4 Kecamatan 0 5 70 - -

* diurus oleh ketua RT sampai selesai.

Sedangkan untuk besaran biaya pembuatan KK bervariasi, padahalberdasarkan peraturan daerah seharusnya untuk besaran biaya standar. Biayapembutan KK menurut peraturan adalah WNI Rp. 5.000,- dan WNARp.10.000,-. Besaran biaya yang bervariasi ini terinci sebagai berikut:

No TingkatPelayanan

Gratis(%)

Seribu-5ribu (%)

6 ribu –10 ribu (%)

11ribu-15ribu (%)

16ribu –25ribu (%)

26ribu-50ribu (%)

1 RT 55 5 0 0 15 02 RW 50 30 0 0 0 03 Kelurahan 5 35 20 0 0 04 Kecamatan - 50 45 5 0 0

b. Transparansi PelayananBerdasarkan survei didapat bahwa tingkat transparansi pelayanan

terkait dengan pembuatan KK yang ada di Kelurahan dan Kecamatan adalahsebagai berikut:

No Jenis Informasi Ya (%) Tidak (%) Tidak tahu (%)1 Tarif retribusi pembuatan KK 16 53 262 Program-program pelayanan 53 32 113 Prosedur pelayanan 47 32 164 Jam pelyanan pembuatan KK 26 37 32

Berkaitan dengan adanya keluhan dari masyarakat terhadap layananyang diberikan, masyarakat banyak yang mengeluh tentang biaya yang mahalserta lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan KK, selain itusikap petugas yang cukup menjengkelkan lainnya yang dikeluhkan olehmasayarakat adalah adanya pembedaan pelayanan bagi yang memiliki koneksi.

Berkaitan dengan keluhan tersebut kami menanyakan aspek–aspekapa saja yang perlu diperbaiki. Sebagian besar responden menyatakan bahwaketepatan waktu, besarnya biaya retribusi, dan prosedur pelayanan perludiperbaiki.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

124

c. Sikap petugasHal ini berkitan sikap petugas dalam melayani masyarakat dalam

pengurusan KK. Aspek yang kami nilai adalah sapaan, senyuman, kerapian,dan ada tidaknya keluhan kepada petugas loket. Berkaitan dengan hal ini surveiSikap Petugas menunjukkan sebagai berikut:

No Sikap Petugas Baik ( % ) Tidak( % ) Abstain ( % )

1 Sapaan 63 32 5

2 Senyuman 63 32 5

3 Kerapian 95 0 5

4 Keluhan 26 68 6

Berkaitan dengan adanya keluhan dari masyarakat terhadap layananyang diberikan, masyarakat banyak yang mengeluh tentang biaya yang mahalserta lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan KK, selain itusikap petugas yang cukup menjengkelkan lainnya yang dikeluhkan olehmasyarakat adalah adanya pembedaan pelayanan bagi yang memiliki koneksi.Pembedaan ini dilakukan oleh pegawai kelurahan atau kecamatan dan petugasloket. Yang cukup mengherankan dari banyaknya keluhan tersebut sedikitsekali yang disampaikan kepada pihak kelurahan atau kecamatan. Ini terjadikarena tidak jelasnya prosedur penyampaian keluhan, dan dari sekian yangmenyampaikan keluhan tanggapan pihak kelurahan atau kecamatan sebagianbesar membiarkan saja dan berjanji akan memperbaiki. Sebagian besarresponden menyatakan bahwa ketepatan waktu, besarnya biaya retribusi, danprosedur pelayanan perlu diperbaiki.

d. Pemenuhan standar pelayananHal ini berkaitan dengan sikap petugas dalam melayani masyarakat,

petugas paling tidak harus menguasai prosedur pelayanan untuk dapatmelayani masyarakat dengan baik. Standar Pelayanan ini meliputi:

No Standar pelayanan Standar (%) Tidak standar(%) Abstain (%)1 Menanyakan kepentingan 89 5 62 Menjelaskan prosedur 63 26 113 Menanyakan kelengkapan berkas 68 21 11

Konteks pelayanan terkait dengan prasarana yang tersedia dalammelayani masayarakat.

e. Konteks pelayananKonteks pelayanan terkait dengan prasarana yang tersedia dalam

melayani masayarakat. Dalam survei ini kami menilai tentang kebersihan,kenyamanan, dan kemudahan akses atau keterjangkauan. Dari survei inididapat bahwa kebersihan kamar mandi di kelurahan atau kecamatanmenunjukkan bersih, sedangkan untuk kebersihan ruang tunggu. Respondenmenyatakan bersih. Berkaitan dengan kenyamanan ruang tunggu, kamimembagi menjadi empat (4) aspek yaitu,1. Pengaturan kursi, kenyamanan, pengaturan letak televisi, dan kesejukan.

Untuk kenyamanan ruang tunggu responden menyatakan nyaman dan tidaknyaman.

2. Sedangkan untuk pengaturan televisi dan kesejukan responden menyatakanbahwa pengaturan televisi memenuhi aspek kenyamanan, sisanya tidak

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

125

nyaman, untuk kesejukan ruang tunggu responden menyatakan nyaman danresponden menyatakan tidak nyaman.

3. Kemudahan akses atau keterjangkauan fasilitas berkaitan dengankemudahan dalam mengakses bagaian atau ruang informasi, loketpendaftaran, dan kotak saran atau pengaduan.

Dari survei Konteks Pelayanan yang kami lakukan didapat bahwa:

No Keterjangkauan fasilitas Sulit( % ) Mudah( % ) Abstain( % )1 Bagian/ruang informasi 16 79 152 Loket pendaftaran 0 89 113 Kotak saran/pengaduan 26 63 11

f. Persepsi perubahan kualitasRespon pihak kelurahan dan kecamatan dalam menanggapi keluhan

yang disampaikan oleh masyarakat. Ternyata dari persepsi responden didapatbahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak kelurahan dan kecamatan.Aspek pelayanan yang dipersepsikan oleh responden:1. Mempersepsikan lebih buruk yakni; fasilitas ruang tunggu, waktu tunggu

dan keramahan petugas.2. Adapun yang mempersepsikan lebih baik, aspek tersebut, yaitu keramahan

petugas, fasilitas ruang tunggu dan waktu tunggu.

F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASII. Kesimpulan

1. PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKANSarana dan Fasilitas Pendidikan rata–rata kondisi ruang belajar/kelas, Ruangperpustakaan masih dalam kondisi yang baik. Tempat bermain/fasilitas olahraga,Ruang UKS, Ruang koperasi sekolah/warung/kantin , Fasilitas belajar (meja, kursi,papan tulis, papan absensi dsb) masih dalam kondisi yang baik, Buku pelajaranpokok yang dipinjamkan secara gratis kepada siswa, Alat peraga yang sesuaidengan keperluan pendidikan dan pembelajaran masih dalam kondisi yang sedang.

2. PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATANa. Persepsi Besaran Biaya dan Waktu

Yang cukup menarik dari hasil penelitian di beberapa puskesmas ini, pasienjustru lebih banyak menghabiskan waktu pada saat mengantri atau mengambilkartu.

b. Transparansi pelayananSebagai sebuah organisasi yang memberikan jasa kepada masyarakat,puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan yang maksimal demikepuasan pasien. Sedangkan Rumah Sakit Kota sangatlah diperbaiki padaManajemen bersifat kepuasan pelayanan baik internal maupun eksternal.Secara keseluruhan transparansi sedang.

c. Pemenuhan standar pelayananSebagai sebuah organisasi yang memberikan jasa kepada masyarakat,puskesmas dan Rumah Sakit Umum Kota dituntut untuk memberikanpelayanan yang maksimal demi kepuasan pasien

d. Konteks pelayananKenyamanan merupakan salah satu aspek penilaian konteks pelayanan.Kenyamanan pasien ditempatkan pada wilayah kenyamanan ruang tunggu dankenyamanan ruang periksa. Dalam wilayah kenyamanan ruang tunggu ada

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

126

beberapa parameter yang digunakan, yaitu pengaturan kursi, kenyamananruang tunggu, pengaturan letak pesawat televisi, dan kesejukan.

e. Keterjangkauan fasilitasKemudahan untuk mengakses fasilitas di Puskesmas dan Rumah Sakit Kotadiperlukan bagi para pasien untuk mempercepat mendapatkan pelayanan.Sebagian besar responden menyatakan untuk mengakses fasilitas tersebutterbilang mudah.

f. Responsivitas pelayananRespon layanan puskesmas terhadap tindakan medis ketika terjadi KejadianLuar Biasa (KLB), temu warga untuk menjaring aspirasi pelayanan, danpelibatan masyarakat dalam menyusun program kesehatan responden.Sedangkan Rumah Sakit Kota masih kurang dalam mencerna aspirasi yangdikarenakan belum efektifnya Promosi Kesehatan terutama pada SistemInformasi Manajemen Rumah Sakit terlihat jelas pada angka piutang yangditagihkan kepada Pemerintah Kabupaten Bantul senilai Rp. 732.000.000,-.

g. Keluhan pelayananBagaimanapun baiknya pelayanan yang diberikan puskesmas dan rumah sakitkepada pasien tak urung pasti ada pasien yang mengeluhkan pelayanan, dan iniuntuk Pemerintah Kota telah memberikan Kegiatan khusus tentang IndekPelayanan Masyarakat serta memfasilitasi keluhan yang bersifat langsungdengan UPIK dan Walikota menyapa.

h. Pelayanan Untuk Orang MiskinSetiap orang berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tidak perdulikaya maupun miskin. Ironisnya yang terjadi saat ini banyak kalangan ekonomimenengah ke bawah tidak memperoleh jaminan kesehatan, dengan adanyaJaminan Kesehatan Daerah tercatat banyaknya warga miskin sesuai denganketerangan miskin dan mendapatkan bantuan biaya sesuai dengan platfom dankeputusan Walikota Yogyakarta.

3. PELAYANAN PUBLIK PEMBUATAN KTP DAN KKa. PEMBUATAN KTP

1) Persepsi besaran biaya dan waktuStandar yang diberlakukan jangan sampai memberatkan masyarakat.Bahkan ada sebagian masyarakat sebenarnya menginginkan pembuatanKTP gratis.

2) Sikap petugasSikap petugas bisa dikatakan cukup baik dalam memberikan layanan. Parapetugas cukup ramah dalam artian mereka memberikan senyuman dansapaan. Akan tetapi dalam memberikan layanan yang bertujuanmemberikan kepuasan kepada penerima layanan keramahan saja tidakcukup.

3) Perbedaan pelayananFasilitas yang disediakan di tempat–tempat pelayanan publik harus mudahdiakses oleh para pengguna layanan. Pelayanan yang baik harus tidakberhenti membuat inovasi dalam perbaikan. Pendapat responden, yangperlu diperbaiki dalam memberikan layanan.Kualitas pelayanan di kelurahan maupun kecamatan mengalami perubahan,yaitu mengenai biaya pengurusan, biaya dan waktu serta keramahanpetugas sudah baik.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

127

b. PEMBUATAN KARTU KELUARGA1) Persepsi besaran biaya dan waktu

Proses pelayanan administrasi dasar khususnya pembuatan KKmenunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan KKrelatif lama, terutama ketika sudah berurusan dengan birokrasi di tingkatkelurahan dan kecamatan. Data lebih rinci tentang rentang waktu yangdiperlukan dalam prsoses pembuatan KK.Sedangkan untuk besaran biaya pembuatan KK bervariasi, padahalberdasarkan peraturan daerah seharusnya untuk besaran biaya standar.Biaya pembuatan KK menurut peraturan adalah WNI Rp. 5.000,- dan WNARp.10.000,-.

2) Transparansi PelayananBerdasarkan survei didapat bahwa tingkat transparansi pelayanan terkaitdengan pembuatan KK yang ada di Kelurahan dan Kecamatan adalah baik.Berkaitan dengan adanya keluhan dari masyarakat terhadap layanan yangdiberikan, masyarakat banyak yang mengeluh tentang biaya yang mahalserta lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan KK,

3) Pemenuhan standar pelayananHal ini berkaitan dengan sikap petugas dalam melayani masyarakat.Petugas paling tidak harus menguasai prosedur pelayanan untuk dapatmelayani masyarakat dengan baik. Standar Pelayanan telah dilaksanakandengan baik sesuai dengan Peraturan Walikota Yogyakarta.

II. SARAN1. Pemerintah Kota Yogyakarta.

a. Membentuk desain ( Alur Pelayanan Publik ) sistem evaluasi terhadap modelkontrak pelayanan di bidang pelayanan publik bidang pendidikan, kesehatan danadministrasi dasar yang bebas dari KKN, efisien, partisipatif, responsif danbertanggungjawab di Kota Yogyakarta.

b. Menindaklanjuti hasil evaluasi terhadap mekanisme pelayanan publik yangberbasis kepentingan masyarakat sebagai pihak yang harus dilayani olehadministrasi negara (birokrasi) atau berbasis tata kelola pemerintahan yang baik(good governance).

2. Satuan Kerja Perangkat Daerah1. Membuat Prosedur Tetap ( SOP ) sesuai dengan desain sistem evaluasi terhadap

pelayanan publik bidang Pendidikan ( SOP Bosda), kesehatan ( SOP PelayananKesehatan Dasar dan Lanjutan ) dan administrasi dasar yang Bebas dari KKN(SOP Pelayanan KTP/Kependudukan) dengan efisien, partisipatif, responsif danbertanggungjawab di Kota Yogyakarta.

2. Memberikan Penghargaan bagi yang berprestasi ( Kompensasi Karir/ TunjanganKinerja ) dan Hukuman bagi yang bermasalah ( Penundaan Pangkat, PenghentianTunjangan Kinerja, Dipindahtugaskan ) kepada Pegawai yang melayani danterlibat langsung pelayanan kepada masyarakat.

3. Karena indikasi keberhasilannya terletak pada perubahan kondisi ekonomi secaratetap bukan sementara, maka dengan demikian sangat sulit bila saat harusdiputuskan program ini berhasil, ataupun tidak untuk itu diperlukan program yangbersifat berkelanjutan.

JURNAL PENELITIAN VOL. 8

128

3. Rekomendasi Umum1. Dalam sebuah upaya perbaikan program atau evaluasi, langkah awal yang penting

adalah penguatan pangkalan data (dasar data) tentang jumlah penduduk miskinbeserta dengan indikator kemiskinan yang dapat dijadikan acuan oleh seluruhpemangku kepentingan pembangunan daerah dalam hal ini adalah pemegangKMS. Dalam proses pendataan dan penentuan indikator kemiskinan, penting untukmelibatkan masyarakat, terutama masyarakat miskin.

2. Menciptakan kesepahaman bersama dengan seluruh pemangku kepentinganpembangunan daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kegiatan ini akanberhasil dengan baik apabila dilakukan secara terencana, terpadu, terarah,sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh elemen, baikpemerintah, swasta, maupun masyarakat. Dalam hal ini adalah lembagapendidikan, penyedia layanan kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik,Rumah bersalin, Dokter Praktek dan lain–lain), dan pihak pengembangperumahan.

3. Memaksimalkan apa yang ada di daerah, menggali potensi–potensi daerah yangdapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan asli daerah, tanpa menggangguaktivitas ekonomi lokal, sehingga mampu menyediakan kapasitas fiskal yangmemadai guna mendanai berbagai kegiatan pembangunan di daerah. Di kotaYogyakarta yang masih bisa dikembangkan adalah bidang wisata, dan industritetapi harus mengacu kepada kepentingan masyarakat lokal.