nining file

28
Jumat, 25 Februari 2011 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL 1. Batasan Pasien Terminal Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit / sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal/ mengancam hidup, antara lain : Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal,Sirosis Hepatis, Penyakit Ginjal Kronis, Gagal Jantung dan HIpertensi Kondisi Keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca Pankreas, Ca Liver, Leukemia Kelainan Syaraf seperti Paralise, Stroke, Hydrocephalus dll Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ Vital (Paru- Paru atau jantung) ginjal dll. Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 30-Jun-2015

85 views

Category:

Economy & Finance


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nining file

Jumat, 25 Februari 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL

1. Batasan Pasien Terminal

Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit / sakit yang

tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian.

Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung  kondisi fisik, psikologis, social

yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini

mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.

Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk

dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam

hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.

Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal/ mengancam hidup, antara

lain :

         Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal,Sirosis Hepatis, Penyakit Ginjal

Kronis, Gagal Jantung dan HIpertensi

         Kondisi Keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca Pankreas, Ca Liver, Leukemia

         Kelainan Syaraf seperti Paralise, Stroke, Hydrocephalus dll

         Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia

         Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ Vital (Paru-Paru atau jantung)

ginjal dll.

Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam

empat fase, yaitu :

         Fase Prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko penyakit

         Fase Akut; berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan,

termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis.

         Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.

         Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pasti terjadi.

Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis, maupun

social-spiritual. Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain :

Page 2: Nining file

         Problem Oksigenisasi ; respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes,

sirkulasi perifer menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia,

akumulasi secret, nadi ireguler.

         Problem Eliminasi; Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet

serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh

karena pengobatan atau kondisi penyakit(mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi

akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit mis trauma medulla spinalis, oliguri terjadi

seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal

         Problem Nutrisi dan Cairan; asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi

abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual,

muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun

         Problem suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut

         Problem Sensori ; Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian,

menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi

menjadi menurun.

         penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun.

         Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien

harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan

         Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit

sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.

         Masalah Psikologis ; klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon

emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang

muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi

produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi / barrier

komunikasi.

         Perubahan Sosial-Spiritual, klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal

dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan

terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju

kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan

yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau

mengalami penderitaan sepanjang hidup

Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup, merespon

terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian

Page 3: Nining file

utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan

kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis

yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai. Orang yang telah

lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama

dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian

beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan

mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut

akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang

hidup.

2. Cara Mengkaji Tingkat Kesadaran

Kesadaran adalah status individu tentang keberadaan dirinya dan hubungan dengan lingkungan

sekitarnya.

Menurut Strauss dan Glaser Tahun 1970, Tingkat Kesadaran dibagi 3 :

         Closed Awarness

         Mutual Pretense

         Open Awarness

Teknik lain untuk mengkaji tingkat kesadaran adalah dengan metode GCS (Glasgow Coma

Scale) .

JENIS PEMERIKSAAN NILAI

Respon motorik ( M )

      Ikut perintah

      Melokalisir nyeri

      Fleksi norma

      Dekortasi

      Deserebrasi

      Tidak ada

6

5

4

3

2

1

Respon Verval ( V )

      Orientasi baik

      Bicara kacau / bingung

      Kata-kata tidak teratur

      Suara tidak jelas

5

4

3

2

Page 4: Nining file

      Tidak ada 1

Respon buka mata

 ( Eye Opening E )

      Spontan

      Terhadap suara

      Terhadap nyeri

      Tidak ada

4

3

2

1

Skor GCS 14-15 : Compos Mentis/Alert/Sadar Penuh

Skor GCS 11 – 13 : Somnolent

Skor GCS 9 – 11 : Sopor

Skor GCS 3-8 : Koma

3. Faktor-Faktor yang perlu dikaji

a.      Faktor Fisik

Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik.

Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi,

cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.

Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien mungkin

mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus

respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut

menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.

b.      Faktor Psikologis

Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal. Perawat harus peka dan

mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah

yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada

pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus

mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.

Menurut Kubler Ross (1969) seseorang yang menjelang ajal menunjukan lima tahapan, yaitu :

         Denial (menolak), pada tahap ini individu menyangkal dan bertindak seperti tidak terjadi

sesuatu, dia mengingkari bahwa dirinya dalam kondisi terminal. Pernyataan seperti ‘ tidak

mungkin, hal ini tidak akan terjadi pada saya, saya tidak akan mati karena kondisi ini’ umum

dilontarkan klien.

Page 5: Nining file

         Anger (Marah) individu melawan kondisi terminalnya, dia dapat bertindak pada seseorang atau

lingkungan di sekitarnya. Tindakan seperti tidak mau minum obat, menolak tindakan medis,

tidak ingin makan, adalah respon yang mungkin ditunjukan klien dalam kondisi terminal.

         Bargaining (Tawar Menawar), individu berupaya membuat perjanjian dengan cara yang halus

atau jelas untuk mencegah kematian. Seperti “ Tuhan beri saya kesembuhan, jangan cabut

nyawaku, saya akan berbuat baik dan mengikuti program pengobatan’.

         Depresion (Depresi), ketika ajal semakin dekat atau kondisi semakin memburuk klien merasa

terlalu sangat kesepian dan menarik diri. Komunikasi terjadi kesenjangan, klien banyak berdiam

diri dan menyendiri.

         Aceptance(Penerimaan), reaksi fisiologis semakin memburuk, klien mulai menyerah dan

pasrah pada keadaan atau putus asa.

Peran perawat adalah mengamati perilaku pasien terminal, mengenali pengaruh kondisi

terminal terhadap perilaku, dan memberikan dukungan yang empatik.

c.      Faktor Sosial

Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena pada

kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan

sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering

membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri,

sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga

terdekat untuk selalu menemani klien.

d.      Faktor Spiritual

Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap

pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan

ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat- saat

seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat

terakhirnya.

4. Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalam Pengkajian Pasien

Terminal

Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural/budaya yang mempengaruhi

reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga

mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian/menjelang ajal. Perawat tidak boleh

Page 6: Nining file

menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya, 

sehingga reaksi menghakimi harus dihindari. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah,

ritual harus diberi dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui

keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang

akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat

terpenuhi.

B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL

1. Jenis Diagnosa Keperawatan

Perawat mengumpulkan data-data senjang untuk membuat diagnosa keperawatan klien pada

kondisi terminal. Mengelompokan perubahan/ masalah fisik, psikologis, social, spiritual klien

dan keluarganya kedalam kelompok actual atau potensial.

Perawat harus mengidentifikasi batasan/karakteristik yang membentuk dasar untuk kelompok

diagnosa yang actual atau potensial.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien terminal

Klien menjelang ajal / kondisi terminal membutuhkan pertimbangan khusus ketika diagnosa

keperawatn ditegakkan. Klien yang sakit terminal menyebabkan berbagai perubahan kondisi

seperti perubahan citra tubuh, cacat fisik atau perubahan konsep diri. Sejalan dengan

memburuknya kondisi klien perawat membuat diagnos yang relevan dengan kebutuhan dasar

seperti perubahan rasa nyaman, perubahan eliminasi, pernafasan tidak efektif, perubahan

sensoris dan sebagainya. Berbagai kondisi tersebut bisa dituangkan dalam bentuk diagnosa

actual atu potensial.

Karena sifat dan tingkat keparahan kondisi terminal, data pengkajian fisik harus  dikumpulkan

dengan sering dan dapat digunakan untuk memvalidasi diagnosa.

Contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kondisi terminal antara lain :

         Nutrisi tidak terpenuhi berhubungan dengan intake/asupan tidak adekuat

         Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret

         Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

         Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi

         Potensial terjadi kecelakaan fisik berhubungan dengan kelemahan

         Gangguan konsep diri  berhubungan dengan ketidakmampuan pasien menerima keadaannya

Page 7: Nining file

         Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan klien mengungkapkan perasaannya dalam

menghadapi kematian

         Depresi berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi kematian

C. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL

1. Prinsip Rencana Keperawatan pada pasien terminal

Ketika merawat klien menjelang ajal/terminal, tanggung jawab perawat harus

mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik. Perawat harus lebih

toleran dan rela meluangkan waktu  lebih banyak dengan klien menjelang ajal, untuk

mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan kualitas hidup

pasien.

Tujuan merawat klien terminal adalah sebagai berikut :

         Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan fisik

         Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari

         Mempertahankan harapan

         Mencapai kenyamanan spiritual

         Menghindarkan / mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan isolasi

         Mempertahankan rasa aman, harkat , dan rasa berguna

         Membantu klien menerima kehilangan

2. Intervensi Keperawatan pada pasien terminal

Menurut Rando (1984), ada tiga kebutuhan utama klien terminal yaitu pengendalian nyeri,

pemulihan jati diri dan makna diri, dan cinta serta afeksi.

Kehadiran perawat harus bisa memberikan ketenangan dan menurunkan ansietas, perawat

dapat mendukung harga diri klien dengan menanyakan tentang pilihan perawatan yang

diinginkan. Perawat mendorong keluarga untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan

klien dan keputusan bersama. Hal ini membantu menyiapkan keluarga ketika klien sudah tidak

mampu membuat pilihan.

Setiap klien dan keluarga harus ditangani secara unik dengan mengenali kebutuhan, rasa takut,

cita-cita, dan kekhawatiran mereka akan perubahan perjalanan penyakit. Klien terminal

mungkin mengkhawatirkan situasi dan dukacita dari orang yang ditinggalkan. Selain

Page 8: Nining file

membutuhkan bantuan dengan masalah yang berhubungan dengan penyakit dan stress

emosional yang ditimbulkan, klien juga membutuhkan bantuan dalam masalah financial,

perubahan hubungan social dan seksual dan kesulitan dalam menghadapi rumah sakit.

Perawat bisa menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu untuk mengatasi masalah praktis

pada pasien terminal.

D. PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PASIEN TERMINAL

1. Konsep Bimbingan dan Konseling pada Pasien Terminal

Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu klien untuk meraih

kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan

intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien harus dirawat dengan respek dan

perhatian penuh.  Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang terdekat klien harus

dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang perawatan diperlukan.

Pokok – pokok  dalam memberikan bimbingan dan konseling dalam perawatan pasien terminal

terdiri dari :

a.      Peningkatan Kenyamanan.

Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan distress

psikobiologis. Perawat harus memberikan bimbingan kepada keluarga tentang tindakan

penenangan bagi klien sakit terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena mengganggu tidur,

nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis. Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada

klien kanker. Pemberian kenyamanan bagi klien terminal juga mencakup pengendalian gejala

penyakit dan pemberian terapi. Klien mungkin akan bergantung pada  perawat dan keluarganya

untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa memberikan bimbingan dan

konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara memberikan kenyamanan pada klien.

b.      Pemeliharan Kemandirian

Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan intensif, pilihan lain

adalah perawatan hospice yang memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat

harus memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga dank lien. Sebagian besar klien

terminal ingin mandiri dalam melakukan aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan

tugas sederhana seperti mandi, makan, membaca, akan meningkatkan martabat klien. Perawat

tidak boleh memaksakan partisipasi klien terutama jika ketidakmampuan secara fisik membuat

Page 9: Nining file

partisipasi tersebut menjadi sulit. Perawat bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk

membiarkan klien membuat keputusan.

c.      Pencegahan Kesepian dan Isolasi

Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon secara efektif terhadap

klien menjelang ajal. Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat

mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Lingkungan harus diberi pencahayaan

yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian. Keluarga

atau penjenguk harus diperbolehkan bersama klien menjelang ajal sepanjang waktu. Perawat

memberikan bimbingan kepada keluarga untuk tetap/ selalu bersama klien menjelang ajal,

terutama saat-saat terkhir hidupnya.

d.      Peningkatan Ketenangan Spiritual

Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar meminta

rohaniawan. Ketika kematian mendekat, Klien sering mencari ketenangan. Perawat dan

keluarga dapat membantu klien mengekspresikan nilai dan keyakinannya. Klien menjelang ajal

mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup sebelum menyerahkan diri

kepada kematian. Klien mungkin minta pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari

anggota keluarga. Selain kebutuhan spiritual ada juga harapn dan cinta, cinta dapat

diekspresikan dengan baik melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati dari perawat dan

keluarga.

Perawat   dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan ketrampilan

komunikasi, empati, berdoa dengan klien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.

e.      Dukungan untuk keluarga yang berduka

Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari orang yang

mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan pada klien harus diberikan

penjelasan, seperti alat Bantu nafas atau pacu jantung. Kemungkinan yang terjadi selama fase

kritis pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga.

2. Prosedur Bimbingan dan Konseling pada pasien terminal

Dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada pasien terminal atau keluarganya, harus

ditetapkan tujuan bersama. Hal ini menjadi dasar untuk evaluasi  tindakan perawatan.

Bimbingan yang diberikan harus berfokus pada peningkatan kenyamanan dan perbaikan sisa

Page 10: Nining file

kualitas hidup, hal ini berarti memberikan bimbingan pada aspek perbaikan fisik, psikologis,

social dan spiritual.

E. PELAKSANAAN PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH

1. Batasan Perawatan Lanjut di Rumah

Penyakit terminal menempatan tuntutan yang besar pada sumber social dan financial. Keluarga

mungkin takut berkomunikasi dengan klien, banyak hal sulit yang dialami keluarga untuk

mengatasi kondisi anggota keluarganya yang terminal. Hal ini mencakup lamanya periode

menjelang ajal, gejala yang sulit dikontrol, penampilan dan bau yang tidak menyenangkan,

sumber koping yang terbatas, dan buruknya hubungan dengan pemberi perawatan. Alternatif

perawatan bisa dilaksanakan di rumah, dikenal dengan Perawatan Hospice.

Perawatan Hospice adalah program perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang

untuk membantu klien terminal dapat hidup nyaman dan mempertahankan gaya hidup senormal

mungkin sepanjang proses menjelang ajal. Sebagian besar klien dalam program hospice

mempunyai waktu hidup 6 bulan atau kurang. Program ini dimulai di Irlandia tahun 1879, yang

kemudian di Inggris, amerika, dan Canada pada tahun 1970-an.

Komponen Perawatan Hospice yaitu:

o        Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan dibawah administrasi

rumah sakit

o        Control gejala (fisik,fisiologis, sosio-spiritual)

o        Pelayanan yang diarahkan dokter.

o        Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri dari dokter, perwat, rohaniawan, pekerja

sosial, dan konselor.

o        Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu.

o        Klien dan keluarga sebagai unit perawatan.

o        Tindak lanjut kehilangan karena kematian setelah keamatian klien.

o        Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian dari tim.

o        Penerimaan kedalam program didasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan ketimbang

pada kemampuan untuk membayar.

Program hospice menekankan pengobatan paliatif yang mengotrol gejala ketimbang

pengobatan penyakit. Klien dan keluarga berpartisipasi dalam perawatan .perawatan klien

Page 11: Nining file

dikoordinasikan antara lingkungan rumah dan klien. Upaya diarahkan untuk tetap merawat klien

dirumah selama mungkin. Keluarga menjadi pemberi perawatan primer, pemberian medikasi

dan pengobatan, tim interdisiplin memberikan sumber psikologis dan fisik yang diperlukan untuk

mendukung keluarga.

2. Sistem Rujukan

Dalam pelayanan rujukan, rujukan pasien harus dibuat oleh penanggung jawab perawatan.

Diluar negeri Registered nurses (RN), mempunyai kewenangan untuk merujuk pasien ke

system pelayanan yang lebih tinggi lagi. Dalam perawatan pasien di rumah, system rujukan

bisa dibuat, dimana perawatan klien oleh perawat home care dibawah yurisdiksi Registered

nurses (RN). RN membuat delegasi tugas-tugas perawatan yang harus dilaksanakan oleh

perawat pelaksana yang telah mempunyai izin (lisenced) dari lembaga berwenang.

Prinsip Delegasi/Rujukan  :

o        Perawat pelaksana secara hukum bertanggung jawab langsung untuk merawat klien

o        Perawat pelaksana bertanggung jawab untuk merujuk pasien, mengevaluasi asuhan yang

diberikan, bimbingan dan konseling pasien terminal

o        Pemberian terapi intravena tergantung peraturan pemerintah setempat, ada yang memberi

kewenangan untuk melakukan terapi intravena oleh pelaksana perawat, ada juga yang tidak.

o        Lembaga berwenang (Rumah sakit, binas kesehatan) memberi kan izin pada perawat

pelaksana untuk merawat dan membuat rujukan berdasarkan standar asuhan keperawatan.

3. Langkah Perawatan Lanjut di Rumah

Perawatan lanjut di rumah ditujukan untuk memberikan perawatan fisik berupa perawatan

kebersihan diri, perawatan kulit, ambulasi, laithan dan mobilisasi, berpakaian, kemampuan

eliminasi dan lainnya. Perawatan harus memberikan kebersihan, keamanan, kenyamanan dan

lingkungan yang tenang. Inti perawatan harus bisa memberikan kenyamanan bagi klien,

peningkatan kemandirian, Pencegahan Kesepian dan Isolasi, peningkatan ketenagan spiritual.

F. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL

Page 12: Nining file

1. Tujuan Dokumentasi Askep pada Pasien Terminal

Bentuk dokumentasi pasien terminal di tiap rumah sakit sangat variatif. Modiifikasi yang

dikembangkan berbeda-beda, namun secara garis besar tujuan dokumentasi adalah :

a.      memberi informasi perawatan seperti fakta, gambaran, hasil observasi kesehatan klien ke tim

kesehatan lainnya.

b.      Menunjukan penampilan kerja perawat dalam merawat klien yang lebih spesifik

c.      Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan sebagai referensi kesehatan

klien.

2. Prinsip Aspek Legal dan Etik

Pada prinsipnya semua catatan kesehatan klien adalah dokumen legal. Dalam tinjauan legal-

etik, bentuk perawatan yang diberikan tetapi tidak dicatat sama saja dengan tidak memberikan

perawatan. Oleh karena itu penting untuk mencatat semua tindakan yang telah diberikan. Yang

legal adalah tindakan yang terdokumentasikan.

3. Teknik Pendokumentasian

Pendokumentasian atau Charting di tiap rumah sakit berbeda, terdapat 3 teknik

pendokumentasian, yaitu :

a.      berorientasi pada sumber (Source Oriented), informasi kesehatan pasien didokumentasikan

berdasarkan sumber tim kesehatan yang membuat. Contoh ada 3 dokumentasi terpisah yaitu

catatan kesehatan yang dibuat oleh dokter, perawat, atau fisioterapi. Kekurangannya adalah

untuk mengetahui gambaran lengkap/utuh dari pasien, seseorang harus membaca secara

terpisah tiap lembar dokumentasi klien dari tiap sumber. Hal ini tentu akan menghabiskan

waktu, jenis dokumentasi biasanya dalam bentuk narasi.

b.      Berorientasi pada Masalah (Problem –based Oriented), pendokumentasian berdasarkan

masalah yang ditemukan pada klien. Semua masalah actual maupun potensial dibuat

catatannya. Semua tim kesehatan mendokumentasikan pada lembar yang sama.

Keuntungannya semua gambaran kesehatan klien dapat mudah dibaca.

Page 13: Nining file

c.      Teknik komputerisasi (Computer Assisted Oriented), secara konstan dari berbgai sumber bisa

dilihat informasi terkini perkembangan kesehatan klien. Data perkembangan kesehatan klien

dituangkan dalam format DAR (Data, Action, Responses).

4. Berpikir Kritis dalam pendokumentasian data

Dalam pendokumentasian perawat harus berpikir kritis, hal-hal apa saja yang penting

didokumentasikan untuk pasien terminal. Hal penting yang harus dicatat adalah :

o        Perawat harus memperhatikan gejala fisik klien yang menyebabkan ketidaknyamanan

o        Perawat harus mengenali tahapan menjelang ajal

o        Perawat memberikan dukungan system / lingkungan bagi klien menjelang ajal/terminal

o        Perawat dapat peka dan mampu menganalisa hal yang membuat pasien terminal merasa

nyaman atau tidak nyaman

o        Perawat melihat penerimaan keluarga dan interaksi dengan pasien terminal

G. BUKU SUMBER

Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical Nursing Skills. Basic to

Advanced Skills, Fourth Ed, 1996. Appleton&Lange, USA.

Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and function.

Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and Practice, Ethics and Values.

California : Addison Wesley

Potter, P (1998). Fundamental of Nursing. Philadelphia : Lippincott.

Atkinson, Leslie D. Fundamentals of Nursing. A Nursing Process Approach.

http://lukmanulhakim-amk.blogspot.com/2011/02/asuhan-keperawatan-pada-pasien-terminal.html

PENGERTIAN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL

Kritis

Page 14: Nining file

Suatu keadaan penyakit kritis dimana memungkinkan sekali klien meninggal.

Contoh : Gangguan kesadaran (coma meninggal)

Keadaan hamper meninggal/sakaratul maut

Ca.Stadium lanjut

Terminal

Keadaan penyakit terminal merupakan kondisi penyakit yang berat dan tidak dapat disembuhkan lagi.

B. RESPON KLIEN TERHADAP PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL ini akan

meliputi respon kehilangan.

1. Kehilangan Kesehatan

Klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistis, aktifitasnya terbatas.

2. Kehilangan Kemandirian

Ditunjukkan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan.

3. Kehilangan Situasi

Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga / kelompoknya.

4. Kehilangan Rasa Nyaman

Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti : panas, nyeri, dll.

5. Kehilangan Fungsi Fisik

Contoh : klien gagal ginjal harus dibantu melalui haoinodialisa.

6. Kehilangan Fungsi Mental

Page 15: Nining file

Klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berfikir efisiek sehingga klien

tidak dapat berfikir secara rasional.

7. Kehilangan Konsep Diri

Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi tubuh sehingga klien

tidak dapat berfikir secara rasional (body image) peran serta identitasnya.

Hal ini akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri menjadi rendah.

8. kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

C. PSIKODINAMIKA PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL

1. DINAMIKA INDIVIDU

a. PROTES DAN PENGINGKARAN

Pada fase ini klien mengekspresikan rasa tidak percaya pada kenyataan.

“mengapa kejadian ini menimpa saya?”

Pada fase ini terjadi proses perubahan konsep diri, ini terjadi selama kondisi klien dalam keadaan stress

tetapi Setelah keadaan ini berlalu klien mulai masuk kedalam fase berikutnya.

b. DEPRESI CEMAS DAN MARAH

Pada fase ini emosi klien mulai meningkat. Depresi, cemas dan marah muncul

Kerika klien tidak mampu mengatasi masalahnya dan merasa tidak berdaya.

“bagaimana mengatasi masalah ini?”

Manifestasi depresi ; sedih, kadang-kadang menangis, bingung ketergantungan, tidak dapat mengambil

keputusan, tidak punya harapan.

Kecemasan yang dialami pasien dialihkan menjadi kemarahan yang diproyeksikan pada diri sendiri,

keluarga dan petugas.

Page 16: Nining file

c. PELEPASAN DAN REINVESTASI

Klien mulai mengidentifikasi peningkatan keadaan cemas, depresi dan perasaan marahnya. Klien mulai

mengumpulkan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi respon yang memperberat keadaan stress,

apabila penyakit ini terjadi progressif fase ini akan berlangsung siklik. Disini klien mulai ada kerja sama.

Klien mulai melepaskan dari obyek yang hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian diri

terhadap realita.

2. DINAMIKA KELUARGA

Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien ; pengingkaran, marah, cemas dan depresi.

3. DINAMIKA LINGKUNGAN

Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien STIGMA SOSIAL ketidakmampuan

melakukan aktivitas sosial perubahan peran dalam kelompok sosial merupakan hambatan dalam

melaksanakan fungsi sosial secara normal.

RESPON PERAWAT

Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus

dengan pendekatan yang baik pada saat pasien mengalami fase pengingkaran perawat harus dapat

menghadirkan fakta.

ANALISA DIRI PERAWAT

Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang ideal diperlukan perawat dalam terapi.

Contoh :

Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami kesulitan.

Bagaimana perasaan saya tentang penyakit klien dalam keadaan kritis.

Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronik sama/berbeda dengan klien/keluarga.

Page 17: Nining file

D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL

1. PENGKAJIAN

a. PENGKAJIAN TERHADAP KLIEN

Perlu dikaji bagaimana upaya klien dalam mengatasi kehilangan dan perubahan yang terjadi.

Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :

1) Respon emosi klien terahadap diagnosa

2) Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi

3) Upaya klien dalam mengatasi situasi

4) Kemampuan dalam mengambil dan memilik pengobatan

5) Persepsi dan harapan klien

6) Kemampuan mengingat masa lalu.

b. PENGKAJIAN KELUARGA

Perawat perlu mengetahui persepsi keluarga terhadap penyakit klien dan sejauh mana pengaruhnya

terhadap keluarga, kelebihan dan kekurangan yang memerlukan dukungan dan intervensi.

Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :

1) Respon keluarga terhadap klien

2) Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya.

3) Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui

4) Kapasitas dan sistem pendukung yang ada.

5) Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional

6) Proses pengambilan keputusan

Page 18: Nining file

7) Identifdikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan perubahan yang terjadi.

c. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

Sumberdaya yang ada.

Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit

Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan

Ketersediaan fasilitas partisipasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan perubahan.

b. Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan mengekspresikan perasaan.

c. Gangguan berhubungan (menarik diri) berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas

hidup sehari-hari (ADL)

d. Gangguan body image berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami

e. Resiko tinggi terjadinya gangguan identitas berhubungan dengan adanya hambatan dalam fungsi

seksual.

3. PERENCANAAN

TUJUAN

a. Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap kenyataan.

b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas

c. Klien mau membina hhubungan dengan keluarga dan petugas

d. Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya saat ini.

e. Klien tidak mengalami gangguan fungsi seksual.

INTERVENSI TERHADAP KLIEN

Page 19: Nining file

a. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan cemas, marah, frustasi dan depresi.

b. Bantu klien untuk menggunakan koping yang konstruktif

c. Berikan informasi secara benar dan jujur

d. Bantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

e. Beri penjelasan mengenai perubahan fungsi seksual yang dialami terhadap penyakitnya.

f. Ciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan.

INTERVENSI TERHADAP KELUARGA

a. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekuatannya.

b. Beri informasi tentang klien kepada keluarga secara jelas

c. Bantu keluarga untuk mengenali kebutuhan

d. Berikan motivasi pada keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien

e. Tingkatkan harapan keluarga terhadap keadaan klien

f. Optimalkan sumber daya yang ada

g. Beri informasi tentang penyakit ynag jelas

h. Beri motivasi pada lingkungan untuk membantu klien dalam proses penyembuhan

i. Upayakan fasilitas kesehatan yang memadai sesuai dengan kondisi,

Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-klien-penyakit.html#ixzz1ysICuPsX

http://texbuk.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-klien-penyakit.html

kreteria pasien kritis

Page 20: Nining file

Suatu perawatan intensif adalah perawatan yang menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian khusus dalam bidang perawatan dan kedokteran gawat darurat yang dibutuhkan untuk merawat pasien sakit kritis.

Pasien kritis adalah pasien yang memerlukan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.Prioritas pasien yang dikatakan kritis1. Pasien prioritas 1kelompok ini merupakan pasien sakit kritis ,tidak stabil,yang memerlukan perawatan inensif ,dengan bantuan alat – alat ventilasi ,monitoring, dan obat – obatan vasoakif kontinyu dan lain – pain.misalnya pasien bedah kardiotorasik,atau pasien shock septik.pertimbangkan juga derajat hipoksemia, hipotensi, dibawah tekanan darah tertentu.2. Pasien prioritas 2pasien ini memerluakn pelayanan pemantauan canggih dari icu.jenis pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi segera,karenanya pemantauan intensif menggunakan metoda seperti pulmonary arteri cateteter sangat menolong.misalnya pada pasien penyakit jantung,paru,ginjal, yang telah mengalami pembedahan mayor.pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya.3. Pasien prioritas 3pasien jenis ini sakit kritis dan tidak stabil, dimana status kesehatan sebelumnya,penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya, baik masing – masing atau kombinasinya,sangat mengurangi kemungkinan sembuh dan atau mendapat manfaat dari terapi icu.

contoh – conoh pasien ini adalah pasien dengan keganasan metastasik disertai penyulit infeksi pericardial tamponade,atau sumbatan jalan napas atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.pasien – pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut berat.pasien – pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut,tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi dan resusitasi kardio pulmoner.

Tugas dan tanggung jawab perawat dalam penatalaksanaan pasien kritisTujuan Menyelamatkan kehidupan1.Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan 2.monitoring ketat disertai kemampuan menginterprestasikan setiap data yang didapat dan melakukan tindak lanjut.3.Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan.4.Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.5.Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepat proses penyembuhan pasien.

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DALAM PENATALAKSANAAN PASIEN KRITIS

•Tujuan 1.Menyelamatkan kehidupan 2.Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan monitoring ketat disertai

kemampuan menginterprestasikan setiap data yang didapat ,dan melakukan tindak lanjut.3.Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan.4.Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.5.Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepat  proses penyembuhan pasien.

Page 21: Nining file

 Tugas dan tanggung jawab

1. Mengelolapasienmengacupadastandarkeperawatanintensifdengankonsisten. 2. Meghormatisesamasejawatdantimlainnya.3. Megintegrasikan kemampuan ilmiah dan ketrampilan kusus serta diikuti oleh nilai etik dan legal

dalam memberikan asuhan keperawatan.4. Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan.

http://sis-doank27.blogspot.com/2010/04/kreteria-pasien-kritis_04.html