nilai-nilai pendidikan tauhid -...

168
i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB AT-TAUHID LISH SHAFFIL AWWAL AL-‘ALIY KARYA Dr. SHALIH BIN FAUZAN BIN ABDULLAH AL-FAUZAN SKRIPSI Oleh: Muhammad Lutfi AlFajar NIM 12110207 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juni, 2016

Upload: others

Post on 13-Oct-2019

56 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID

DALAM KITAB AT-TAUHID LISH SHAFFIL AWWAL AL-‘ALIY

KARYA Dr. SHALIH BIN FAUZAN BIN ABDULLAH AL-FAUZAN

SKRIPSI

Oleh:

Muhammad Lutfi AlFajar

NIM 12110207

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

Juni, 2016

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

ii

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID

DALAM KITAB AT-TAUHID LISH SHAFFIL AWWAL AL-‘ALIY

KARYA Dr. SHALIH BIN FAUZAN BIN ABDULLAH AL-FAUZAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Muhammad Lutfi AlFajar

NIM 12110207

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

Juni, 2016

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

iii

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

iv

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

v

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini kupersembahkan kepada

orang-orang yang banyak membantu dan selalu mendampingi dalam hidupku:

Ayah dan Ibundaku Tercinta H. Sugeng Wiyono S.Pd.I & Anis Sa’adah, Kakakku

Lukman Hakim Prasetyo dan Adikku Muhammad Rifa’i Amin serta seluruh

keluargaku yang senantiasa tiada putus-putusnya untuk mengasihiku setulus hati,

yang selalu mengingatkanku dalam segala hal yang selalu sabar memberikan

bimbingan dan nasehat kepadaku serta pengorbanannya selama ini dan spiritual

sehingga saya mampu menatap dan menyongsong masa depan.

Guru-guruku yang telah memberikan wawasan dan ilmu yang sehingga

membuatku bisa menjadi manusia yang beradab dan berilmu.

Untuk sahabat-sahabatku dan tak lupa semua pihak yang turut serta membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semuanya

Untuk seluruh teman-teman, adek-adek dan kakanda seperjuangan yang berada di

dalam lingkaran “Kaum Merah” Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

Komisariat “Pelopor” UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

vi

MOTTO

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga

yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang

bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu

lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan

memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat

kebajikan.”

(Qs.Ali Imraan: 133-134)1

1 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm. 98.

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

vii

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

viii

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

ix

KATA PENGANTAR

الله الرمحن الرحيم بسم

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas berkat rahmat, ridha dan inayaNya jualah sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penyususnan skripsi yang berjudul: “Nilai-Nilai Pendidikan

Tauhid Dalam Kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy”. Shalawat serta

salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan baginda Nabi Muhammad

SAW, para keluarga, shahabat serta para pengikutnya yang telah membawa

petunjuk kebenaran untuk seluruh umat manusia, yang kita harapkan syafa’atnya

di akhirat kelak.

Pada kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati peneliti haturkan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si selaku rektor Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan kesempatan

kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat selesai.

2. Bapak Dr. H. Nur Ali, M. Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang memberikan izin dalam melaksanakan penelitian.

3. Bapak Dr. Marno, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

yang juga memberikan izin dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Mujtahid, M. Ag selaku dosen pembimbing yang telah bayak

meluangkan waktu serta memberikan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat

tersusun.

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

x

5. Seluruh Bapak/Ibu dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim Malang, khususnya Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama menempuh studi di kampus ini.

6. Ayahanda H. Sugeng Wiyono S.Pd.I dan Ibunda Anis Sa’adah yang selalu

mendoakan peneliti disetiap waktu, semoga Allah SWT membalas doa kalian

berdua.

7. Kakanda Taufiqurrahman yang selalu memberikan semangat dan meluangkan

waktu berharganya sampai akhir penulisan skripsi ini kepada peneliti.

8. Teman-teman seperjuangan, Mahasiswa Pendidikan Agama Islam yang telah

berjuang bersama selama empat tahun. Keceriaan, canda tawa, motivasi serta

pelajaran dari kalian tak akan pernah terlupakan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, saran dan kritik konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan demi

terwujudnya karya yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai ungkapan terima

kasih, peneliti hanya mampu berdo’a, semoga amal baik Bapak/Ibu akan

diberikan balasan yang setimpal oleh Allah SWT.

Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan bagi peneliti khususnya. Amin Yaa Rabbal ‘Alamin

Malang, 1 Juni 2016

Peneliti

Muhammad Lutfi AlFajar

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman

transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang

secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Hurufا = a ز = z ق = qب = b س = s ك = kت = t ش = sy ل = lث = ts ص = sh م = mج = j ض = dl ن = nح = h ط = th و = wخ = kh ظ = zh ه = hد = d ع = ‘ ء = ‘ذ = dz غ = gh ي = yر = r ف = f

B. Vokal PanjangVokal (a) panjang = âVokal (i) panjang = îVokal (u) panjang = û

C. Vokal Diftong

أو = awأ ي = ay

أ و = ûأ ي = î

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN...............................Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN................................Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ vi

NOTA DINAS PEMBIMBING.............................Error! Bookmark not defined.

SURAT PERNYATAAN.......................................Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ................................................... xi

DAFTAR ISI......................................................................................................... xii

ABSTRAK ............................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... xvii

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 5

E. Originalitas Penelitian............................................................................. 6

F. Definisi Operasional ............................................................................. 11

G. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................ 17

A. Landasan Teori ..................................................................................... 17

1. Pengertian Nilai ............................................................................... 17

2. Macam-Macam Nilai ....................................................................... 20

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xiii

3. Pengertian Pendidikan Tauhid ......................................................... 23

4. Tauhid dan Pembagiannya............................................................... 27

5. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid.............................................. 28

6. Pentingnya Pendidikan Tauhid ........................................................ 34

7. Metode Pembelajaran Tauhid .......................................................... 37

B. Kerangka Berfikir ................................................................................. 42

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 43

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................... 43

B. Data dan Sumber Data.......................................................................... 43

1. Data Primer ...................................................................................... 44

2. Data Sekunder.................................................................................. 44

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 44

D. Analisis Data ........................................................................................ 46

E. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................ 46

F. Prosedur Penelitian ............................................................................... 48

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ............................. 51

A. Tinjauan Umum Kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy ......... 51

1. Biografi Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan ...................... 51

2. Pemikiran Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan ................... 54

3. Karya Tulis Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan ................. 60

B. Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab At-Tauhid Lish ShaffilAwwal Al-‘Aliy.................................................................................... 61

C. Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid dan Implikasinya Dalam KehidupanSehari-Hari............................................................................................ 73

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xiv

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN................................................. 83

A. Deskripsi Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab At-Tauhid LishShaffil Awwal Al-‘Aliy ........................................................................ 83

B. Implikasi Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam KehidupanSehari-Hari.......................................................................................... 119

BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 143

A. Kesimpulan......................................................................................... 143

B. Saran ................................................................................................... 144

DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................ xviii

BIODATA MAHASISWA ................................................................................ xxiii

BUKTI KONSULTASI .........................................Error! Bookmark not defined.

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xv

ABSTRAK

AlFajar, Muhammad Lutfi. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-'Aliy Karya Dr. Shalih bin Fauzan binAbdullah Al-Fauzan. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana MalikIbrahim Malang. Pembimbing Skripsi: Mujtahid, M.Ag.

Nilai dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip sosial, tujuan-tujuan ataustandar yang dipakai atau diterima oleh individu, kelas, masyarakat dan lain-lain.Sebuah pendidikan akan selalu berkaitan dengan nilai-nilai itu sendiri karena nilaiadalah suatu yang berharga dan bisa dijadikan sebagai pedoman untuk masadepan. Kemudian dalam urusan agama, Islam lebih memprioritaskan agar setiapmuslim memahami akan esensi nilai-nilai pendidikan tauhid untuk diterapkandalam kehidupan mereka sehari-hari. Kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy adalah sebuah tulisan yang di dalamnya membahas seputar aqidah danketauhidan yang bisa dijadikan sebagai rujukan pembelajaran tauhid bagi setiapmuslim.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Untuk mendeskripsikan nilai-nilaipendidikan tauhid yang terkandung dalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil AwwalAl-‘Aliy. (2) Untuk mengetahui implikasi nilai pendidikan tauhid dalamkehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan diatas, digunakan pendekatan penelitian filosofisdengan jenis penelitian library research yang dilakukan dengan caramengumpulkan beberapa literatur yang berkaitan dengan objek penelitian. Datadianalisis dengan cara mereduksi data yang kompleks, memaparkan data danmenarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) ada tiga nilai utama pendidikantauhid di dalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, yaitu nilai-nilaiperilaku seorang muslim dalam hubungannya kepada Allah SWT, diri sendiri dansesama manusia (2) ada dua belas implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid dalamkehidupan sehari-hari yaitu ditinjau dari segi nilai rububiyah, uluhiyah, asma’ washifat, taat kepada Allah, ihsan kepada Allah, aqidah shahihah, shahihul ibadah,konsekuen syahadatain, manhaj salaf, dakwah tauhid, ihsan kepada manusia danwala’ wal bara’.

Kata Kunci: Nilai, Pendidikan Tauhid, At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xvi

ABSTRACT

AlFajar, Muhammad Lutfi. 2016. The Educational Values of Tawheed in TheBook At-Tawheed Lish Shaffil Awwal Al-'Aliy work by Dr. Shalih binFauzan bin Abdullah Al-Fauzan. Thesis, Department of Islamic Studies,Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University ofMaulana Malik Ibrahim Malang. Advisor: Mujtahid, M.Ag.

Value can be defined as the social principles, goals or standards used oraccepted by an individual, class, community and others. An education will alwaysbe related to it's own values because the value is a valuable and can be used as aguide for the future. Then in the affairs of a religion, Islam is more prioritizing sothat every muslim understands will be the essence of the educational values oftawheed in their daily lives. At-Tawheed Lish Shaffil Awwal Al-'Aliy was writingin it discusses about aqeedah and whence are can serve as a reference for anyunity of muslim learning.

The purpose of this study is to: (1) to describe the educational values ofunity contained in the book At-Tawheed Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy. (2) tomake clear the implications of educational value of unity in everyday life.

To achieve the objectives above, the philosophical research approach usedwith this type of research library research conducted by way of collecting some ofthe literature relating to the object of research. The data were analyzed by meansof the reduction of complex data, exposing the data and draw conclusions.

The results showed that (1) there are three main educational values oftawheed in the book At-Tawheed Lish Shaffil Awwal Al-'Aliy, i.e. the values ofthe muslim's behavior in relation to God Almighty, ourselves and our fellowhuman beings (2) there are twelve implications of educational values of unity ineveryday life, namely in terms of value uluhiyah, rububiyah, asma ' wa shifat,obey to Allah, ihsan to Allah, aqeedah shahihah, shahihul ibadah, consequentlysyahadatain, manhaj salaf, preaching tawheed, ihsan to human and wala' wal bara'.

Keywords: Value, Education of Tawheed, At-Tawheed Lish Shaffil AwwalAl-‘Aliy

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xvii

مستخلص البحثقيم تعليم التوحيد في كتاب "التوحيد للصف األول . ٢٠١٦الفجر، حممد لطفي.

. البحث اجلامعي، العالي" بكتابة الدكتور صالح بن فوزان بن عبد اهللا الفوزانقسم الرتبية اإلسالمية، كلية علوم الرتبية والتعليم، جامعة موالنا مالك إبراهيم

نج. املشرف: جمتهد املاجسترياإلسالمية احلكومية ماالكلمات أساسية: قيمة، تعليم التوحيد، التوحيد للصف األول العالي

القيم مبادئ االجتماع واألهداف أو املعيار املستخدم أو مقبول عند الفرد أو اهليئة تمع وغريه. الرتبية تتعلق بالقيم ألن القيم أشياء هلا اجلدارة وتكون توجيها أو ا

لمستقبل. يف احلال الديين، اإلسالم ركز اإلسالم املسلمني كي يفهموا جوهر قيم تعليم لم اليومية. كتاب "التوحيد للصف األول العايل" كتاب فيه التوحيد للتطبيق يف حيا

يبحث يف العقيدة والتوحيد كمرجع تعليم التوحيد لكل مسلم. كتاب "التوحيد للصف األول ) وصف قيم تعليم التوحيد يف١هدف البحث:

) معرفة نتيجة قيم تعليم التوحيد يف احلياة اليومية. ٢العايل"؛ لنيل األهداف السابق، يستخدم الباحث مدخل البحث الفلسفي ونوع البحث دراسة مكتبية حبمع املراجع واملصادر املتعلقة مبوضوع البحث. حتليل البيانات بتخفيض

مع، عرض البيانات واالستنباط. البيانات ا) هناك ثالث قيم األساسية من تعليم التوحيد يف كتاب ١نتيجة البحث تشري أن

"التوحيد للصف األول العايل" وهم قيمة سلوك املسلم يف حبل من اهللا وبنفسه وحببل الربوبية عشر نتيجة قيم تعليم التوحيد يف احلياة اليومية من جهةاثنا) هناك٢من الناس؛

واأللوهية واألمساء والصفات وكاعة اهللا واإلحسان إىل اهللا والعقيدة الصحيحة وصحيح العبادة ومتسق الشهادتني ومنهج السلف ودعوة التوحيد واإلحسان إىل الناس والوالء

والرباء.

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini berawal dari melihat akan pentingnya seorang muslim

untuk mempelajari dan memahami aqidah dan tauhid di zaman yang selalu

mengalami perubahan sosial secara dinamis. Penyimpangan dari aqidah yang

benar adalah sumber petaka dan bencana. Seseorang yang tidak mempunyai

aqidah yang benar maka sangat rawan terjerumus oleh berbagai macam

keraguan dan kerancuan pemikiran, sampai-sampai apabila mereka telah

berputus asa maka mereka pun mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat

mengenaskan yaitu dengan bunuh diri. Sebagaimana pula pernah kita dengar

dan saksikan di layar kaca televisi baru-baru ini yaitu tragedi berdarah yang

dilakukan oleh seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Sumatera

yang tega membacok dosen pembimbingnya akibat cekcok dalam pembuatan

tugas akhir perkuliahan dan masih banyak hal lagi perbuatan yang

mengindikasikan berbuat keburukan baik itu kepada Allah maupun yang

lainnya. Begitu pula sebuah masyarakat yang tidak dibangun di atas fondasi

akidah yang benar akan sangat rawan terbius berbagai kotoran pemikiran

materialisme (segala-galanya diukur dengan materi), sehingga apabila mereka

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

2

diajak untuk menghadiri pengajian-pengajian yang membahas ilmu agama

merekapun malas karena menurut mereka hal itu tidak bisa menghasilkan

keuntungan materi.

Pendidikan Agama Islam merupakan pembinaan diri bagi umat Islam yang

dilakukan secara terus menerus hingga terbentuk pribadi muslim yang kokoh.

Materi Pendidikan Agama Islam harus disesuaikan dengan ajaran Islam. Ajaran

agama Islam terdiri dari beberapa pokok ajaran yang bersumber dari Al-Qur’an

seperti: aqidah/tauhid kepada keesaan Allah SWT serta semua yang

menyangkut keyakinan agama, hukum-hukum yang berupa peraturan-peraturan

tentang peribadatan kepada Allah serta peraturan tentang pergaulan hidup antar

sesama manusia, akhlak mulia dan tentang ibarat yang dijadikan peringatan

kepada umat manusia.2 Ilmu merupakan landasan untuk pengimplementasian

dari amal/perbuatan manusia dalam hubungan antara manusia dengan Allah

SWT (habl min Allah), hubungan manusia dengan sesama manusia (habl min

an-naas), serta hubungan manusia dengan alam (habl min al ‘alam).

Hubungan manusia dengan Sang Khaliq haruslah dilandasi dengan

keimanan, iman merupakan kunci utama bagi manusia dalam beragama.

Dengan kata lain, iman merupakan fondasi yang digunakan Islam dalam

membangun pribadi muslim, sebab iman merupakan unsur paling mendasar

yang menjadi penggerak emosi dan pengarah segala keinginan.3 Dengan

landasan iman manusia akan lebih termotivasi beribadah kepada Allah SWT.

2 Ahmad Azhar Basyir, Pendidikan Agama Islam 1, (Yogyakarta : Perpustakaan Fak. HukumUII, 1995), hal. 24.

3 Abdurrahman Hasan Habanakah Al-Maidani, Pokok-pokok Akidah Islam terj. A. M.Basalamah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2004). hal. 43.

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

3

Agama Islam sebagai suatu konsep kehidupan, mempunyai landasan atau

prinsip yang khas dan spesifik dibandingkan agama-agama lain. Dalam agama

Islam, prinsip tersebut dikenal dengan istilah “aqidah tauhid”. Landasan inilah

yang seharusnya mendasari sikap, gerak dan pola pikir (ittijah) setiap muslim.

Wawasan pemahaman seseorang terhadap tauhid serta komitmennya terhadap

aqidah ini biasanya terimplementasi dalam bentuk perilaku, moralitas, visi dan

pola pikirnya dalam kehidupan yang nyata. Dengan demikian semakin dangkal

aqidah tauhid seseorang semakin rendah pula kadar akhlak dan kepribadian,

serta kesiapannya menerima konsep Islam sebagai way of life. Sebaliknya

bilamana aqidah seseorang telah kokoh dan mapan (established), maka itu akan

jelas terlihat dalam operasionalnya. Setiap konsep yang berasal dari Islam pasti

akan diterima secara utuh dan dengan lapang dada, tanpa rasa keberatan dan

terkesan mencari-cari alasan untuk menolaknya, itulah sikap muslim sejati.4

Kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy merupakan kitab yang di

dalamnya terkandung materi tentang ketauhidan yang ditulis oleh Shalih bin

Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan. Kitab ini adalah diantara kitab terbaik dalam

pembahasan tauhid menurut paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah untuk

kalangan masyarakat umum. Pembahasannya padat, sistematis dan

menyeluruh. Kitab ini adalah jilid pertama dari tiga jilid kitab yang disusun.

Dengan memahami kitab ini, wawasan tauhid akan menjadi luas dan lurus.

Maka kitab ini sangat baik untuk materi pengajaran tauhid di sekolah-sekolah,

masjid-masjid, majelis-majelis ta’lim, halaqah-halaqah ilmu atau untuk bahan

4 Daud Rasyid, Islam dalam Berbagai Dimensi, (Jakarta : Gema Insani Press, 1998), hlm. 15-16.

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

4

bacaan pribadi. Karena itu tidak mengherankan jika kitab ini menjadi materi

Daurah Nasional tentang materi dan metodologi pengajaran tauhid pada

tanggal 7-12 Rabi’ul Awwal 1419 H / 1-15 Juli 1998 M di salah satu Pondok

Pesantren di Bogor. Kitab ini juga telah dijadikan kurikulum tauhid di puluhan

pesantren di Indonesia.5

Sebelumnya penelitian terdahulu pernah melakukan penelitian ini namun

perbedaannya pada jenis dan fokus penelitian. Pertama, penelitian yang

dilakukan oleh Sismiati Lukluk (2012) melakukan penelitiannya pada TKIT

Al-Mukmin Ngruki Waringinrejo Cemani Grogol Sukoharjo. Kedua, penelitian

yang dilakukan oleh Tri Widiyanro (2014) pada SMA Negeri 3 Bantul. Ketiga,

Penelitian yang dilakukan Metha Shofi Ramadhani (2012), Pendidikan Tauhid

berdasarkan Qs. Al-An’am Ayat 74-83 serta penerapannya pada PAI (Tinjauan

tafsir Al-Mishbāh Karya M. Quraish Shihab).

Sedangkan dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada menggali

nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-

‘Aliy yang ditekankan pada beberapa aspek tentang pendidikan tauhid yang

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penelusuran peneliti

terhadap beberapa kajian terdahulu, belum ada tulisan/penelitian yang fokus

membahas mengenai kajian yang sedang peneliti angkat.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti hendak melakukan penelitian dengan

judul: “NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB AT-

5 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Kitab Tauhid Juz I, tarj. Agus Hasan Bashori,(Jakarta: Darul Haq, 2009), back cover buku.

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

5

TAUHID LISH SHAFFIL AWWAL AL-‘ALIY KARYA Dr. SHALIH

BIN FAUZAN BIN ABDULLAH AL-FAUZAN ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pokok

permasalah yang akan dibahas, yaiu sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam kitab

At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy?

2. Apa implikasi nilai pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Setelah menentukan rumusan masalah, maka dapat dijabarkan tujuan

dari penelitian ini. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka

yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung

dalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy.

2. Untuk menjelaskan implikasi nilai pendidikan tauhid dalam kehidupan

sehari-hari.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian tentang analisa dari nilai-nilai

pendidikan tauhid ini adalah:

1. Bagi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sebagai bahan kajian tentang nilai-nilai pendidikan tauhid

yang terdapat dalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

6

yang diharapkan mampu diterapkan sebagai salah satu referensi

tambahan sebagai usaha membentuk insan yang bertauhid.

2. Bagi Sistem Pendidikan Islam

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

informasi dan menjadi sumbangan dalam khazanah ilmu

pendidikan untuk peneliti selanjutnya, khususnya yang berkaitan

dengan pendidikan tauhid.

3. Bagi Peneliti

a. Untuk menambah wawasan dan pengalaman tentang nilai-

nilai pendidikan tauhid sebagai materi keIslaman.

b. Untuk memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi para

akademisi khususnya penulis untuk mengetahui lebih lanjut

tentang nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab At-Tauhid

Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy.

E. Originalitas Penelitian

Guna menghindari terjadinya pengulangan kajian dalam hal-hal yang

sama dalam penelitian lain, maka peneliti memaparkan beberapa penelitian

sebelumnya sebagai perbandingan terhadap penelitian ini, antara lain

sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sismiati Lukluk (2012)

“Implementasi Pendidikan Tauhid Usia Dini Di TKIT Al Mukmin

Ngruki Waringinrejo Cemani Grogol Sukoharjo Tahun Pelajaran

2011/2012”. Penelitian tersebut menekankan bahwa pendidikan

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

7

tauhid haruslah ditanamkan kepada kaum muslimin sejak dini.

Adapun penelitian tersebut mendapatkan hasil analisis bahwa

pendidikan tauhid usia dini di TKIT Al Mukmin Ngruki Sukoharjo

sudah cukup baik, meski masih ada beberapa hal yang menjadi

penghambat dalam proses penerapan pendidikan tauhid di TKIT

tersebut.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Widiyanro (2014), “Internalisasi

Nilai-Nilai Tauhid Dalam Pendidikan Agama Islam Untuk

Menumbuhkan Pluralisme Di SMA Negeri 3 Bantul Tahun

Pelajaran 2013/2014”. Penelitian tersebut mendapatkan kesimpulan

bahwa penanaman tauhid dalam pendidikan agama Islam

memberikan implikasi yang positif dalam menumbuhkan upaya

pluralisme di SMA Negeri 3 Bantul. Sebagai wujud iman kepada

Allah, siswa SMA Negeri 3 Bantul mengaplikasikan nilai-nilai

tauhid di lingkungan sekolah dengan saling menghargai,

menghormati, tidak membeda-bedakan dalam pemberian hak

kepada setiap individu, tidak saling menjatuhkan dan mengakui

keberagaman sebagai suatu rahmat.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Metha Shofi Ramadhani (2012),

Pendidikan Tauhid Berdasarkan Qs. Al-An’am Ayat 74-83 Serta

Penerapannya Pada PAI (Tinjauan tafsir Al-Mishbāh Karya M.

Quraish Shihab). Penelitian tersebut mendapatkan kesimpulan

bahwa QS. Al-An`am ayat 74-83 mengandung pendidikan tauhid

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

8

meliputi: (1) Tauhid rubūbiyah: pengarahan jiwa Nabi Ibrahim agar

menjadi muqinin (ayat 75), Allah ciptakan segalanya dengan

tujuan. Aspek rububiyah menyentuh semua manusia (ayat 80, 83).

(2) Tauhid uluhiyah: ajaran monoteisme dibawa Nabi Ibrahim

dengan menunjukkan kesesatan penyembah benda-benda langit

(ayat 74). Tahap penolakan Nabi Ibrahim As. dengan ungkapan

ketidaksukaan, lebih tegas, sangat tegas (ayat 76-78). Penegasan

hujjah Nabi Ibrahim As. tidak mengikuti keyakinan kaumnya dan

mengembalikan segalanya kepada Allah (ayat 80). (3) Tauhid

ubudiyah : ketaatan Nabi Ibrahim As. berserah diri secara total

kepada Allah, tidak menganut yang diyakini kaumnya (ayat 79).

Taat kepada Allah tidak mencampur adukkan haq dan bathil (ayat

81-82). Bertauhid dengan ketaatan, disamakan derajatnya dengan

Nabi Ibrahim As. di sisi Allah (ayat 83).

No Nama peneliti, Judul,Bentuk

(Skripsi/Tesis/Jurnal/dll).Penerbit dan Tahun

Penelitian.

Persamaan PerbedaanOriginalitasPenelitian

1 Sismiati Lukluk ,Implementasi PendidikanTauhid Usia Dini DiTKIT Al Mukmin NgrukiWaringinrejo CemaniGrogol Sukoharjo TahunPelajaran2011/2012. Skripsi,UniversitasMuhammadiyah

- Skripsi inimembahaspendidikan tauhid.

- Metodepengumpulan data:metode dokumentasiyaitu mencari dataatau informasimengenai hal-halatau variabel yang

- Objek yangdibahas adalahpengimplementasiannyaterhadap anakusia dini

- Menggunakanjenis penelitianfield research,

Penelitianyangdiajukanakanmembahasnilai-nilaipendidikantauhid dalamkitab At-Tauhid LishShaffil

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

9

Surakarta, 2012. berupa catatan,transkip, terbitanpmerintah dll.

deskriptifkualitatif

AwwalAl-‘Aliy karyaDr. Shalihbin Fauzanbin AbdulahAl-Fauzandengan fokuspenelitiansebagaiberikut:

1. Deskripsinilai-nilaipendidikantauhid dalamkitab At-Tauhid LishShaffilAwwalAl-‘Aliy.

2. Implikasinilai-nilaipendidikantauhid dalamkehidupansehari-hari.

2 Tri Widiyanro,Internalisasi Nilai-NilaiTauhid DalamPendidikan Agama IslamUntuk MenumbuhkanPluralisme Di SMANegeri 3 Bantul TahunPelajaran 2013/2014,Skripsi. Yogyakarta:Jurusan PendidikanAgama Islam, FakultasIlmu Tarbiyah danKeguruan, Yogyakarta,2014.

- Membahastentang nilai-nilaipendidikantauhid .

- Fokusmembahaspenginternalisasian nilai-nilaitauhid padasiswa untukmenumbuhkanpluralisme antarsiswa.

- Menggunakanjenis penelitianfield research,deskriptifkualitatif.

Penelitianyangdiajukanakanmembahasnilai-nilaipendidikantauhid dalamkitab At-Tauhid LishShaffilAwwalAl-‘Aliy karyaDr. Shalihbin Fauzanbin AbdulahAl-Fauzandengan fokuspenelitian

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

10

sebagaiberikut:

1. Deskripsinilai-nilaipendidikantauhid dalamkitab At-Tauhid LishShaffilAwwalAl-‘Aliy.

2. Implikasinilai-nilaipendidikantauhid dalamkehidupansehari-hari.

3 Metha Shofi Ramadhani,Pendidikan TauhidBerdasarkan Qs. Al-An’am Ayat 74-83 SertaPenerapannya Pada PAI(Tinjauan tafsir Al-Mishbāh Karya M.Quraish Shihab). Skripsi.Yogyakarta: JurusanPendidikan Agama IslamFakultas Tarbiyah danKeguruan UIN SunanKalijaga Yogyakarta,2012.

- Membahaspendidikantauhid.

- Menggunakan jenispenelitianlibraryresearch.

- Metodepengumpulandata: metodedokumentasiyaitu mencaridata atauinformasimengenaihal-hal atauvariabel yangberupacatatan,transkrip,terbitanpemerintahdll.

- Fokuspembahasanpendidikantauhid terletakpada Qs. Al-An’am Ayat 74-83.

Penelitianyangdiajukanakanmembahasnilai-nilaipendidikantauhid dalamkitab At-Tauhid LishShaffilAwwalAl-‘Aliy karyaDr. Shalihbin Fauzanbin AbdulahAl-Fauzandengan fokuspenelitiansebagaiberikut:

1. Deskripsinilai-nilaipendidikantauhid dalamkitab At-

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

11

F. Definisi Operasional

1. Nilai

Nilai adalah prinsip-prinsip sosial, tujuan-tujuan atau standar yang

dipakai atau diterima oleh individu, kelas, masyarakat dan lain-lain.6

2. Pendidikan

Menurut UU Sisdiknas Pasal 1 No. 20 Tahun 2003, pendidikan

diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.7

Selain itu, definisi pendidikan juga dikemukakan oleh Ki Hajar

Dewantara, ia menyatakan bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk

memajukan pertumbuhan nilai moral (kekuatan batin, karakter), pikiran

6 Agus Zaenul Fitri, Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai &Etika di Sekolah, (Jogjakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 87.

7 M. Sukardjo & Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 14.

Tauhid LishShaffilAwwalAl-‘Aliy.

2. Implikasinilai-nilaipendidikantauhid dalamkehidupansehari-hari.

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

12

(intelek) dan tumbuh anak yang antara satu dengan yang lainnya saling

berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan penghidupan

anak-anak yang kita didik selaras.8

Adapun pendidikan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah suatu yang

tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai yang berupa daya upaya atau

memberikan pertolongan secara sadar kepada anak agar dapat memajukan

kesempurnaan hidup dan menuju kearah kedewasaan.

3. Tauhid

Secara Bahasa (Etimologi), Kata tauhid adalah bentuk kata mashdar

dari asal kata kerja lampau yaitu wahhada – yuwahhidu – tawhiidan yang

memiliki arti mengesakan atau menunggalkan.9

Adapun definisi tauhid secara istilah sebagaimana yang dinyatakan

oleh Muhammad Abduh bahwa yang dimaksud tauhid adalah ilmu yang

membahas tentang wujud Allah dan sifat-sifat yang wajib ada pada-Nya dan

sifat yang boleh ada pada-Nya dan sifat yang tidak harus ada pada-Nya

(mustahil), beliau juga membahas tentang para Rasul untuk menegaskan

tugas risalahnya, sifat-sifat yang wajib ada padanya yang boleh ada padanya

(jaiz) dan yang tidak boleh ada padanya (mustahil).10

8 Zaim ElMubarak, Membumikan Pendidikan Nilai, Mengumpulkan yang terserak,Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008),hlm. 2.

9 Ahmad Warson Munawir, Al Munawir Kamus Bahasa Arab, (Yogyakarta: Ponpes AlMunawir, 1984), hlm. 1.646.

10 Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, terj., KH. Firdaus, (Jakarta: AN-PN Bulan Bintang,1963), hlm. 33.

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

13

Berbeda dengan Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif, ia

menjelaskan bahwa tauhid adalah mengesakan Allah SWT, baik dalam hal

rububiyah, uluhiyah maupun kesempurnaan asma’ dan sifat-Nya.11

Dalam pembagiannya, tauhid terbagi menjadi tiga macam yaitu tauhid

rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma’ wa shifat.12 Setiap macam dari

ketiga macam tauhid itu memiliki makna yang harus dijelaskan agar

menjadi terang perbedaan antara ketiganya.

Pertama, tauhid rububiyah. Yaitu kepercayaan yang pasti bahwa Allah

adalah Rabb yang tidak ada sekutu bagiNya dan mengesakan Allah dengan

perbuatan-perbuatanNya, yaitu meyakini bahwa Allah adalah dzat satu-

satunya yang menciptakan segala apa yang ada di alam semesta ini.13

Kedua, tauhid uluhiyah. Yaitu mentauhidkan Allah SWT melalui

segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka dapat mendekatkan

diri kepada Allah SWT, apabila hal itu disyari’atkan olehNya, seperti

berdo’a, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh

(penyembelihan), bernadzar, isti’anah (meminta pertolongan), istighotsah

(minta pertolongan disaat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan) dan

segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah SWT dengan tidak

menyekutukanNya dengan suatu apapun. Semua ibadah ini dan lainnya

11Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif, Pelajaran Tauhid Untuk Pemula, (Jakarta:Darul Haq, 2008), hlm. 31.

12 Ibid., hlm. 31.13 Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif, Pelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjutan,

(Jakarta: Darul Haq, 1998), hlm. 9.

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

14

harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan tulus karenaNya dan ibadah

tersebut tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah14

Ketiga, tauhid asma’ wa shifat. Yaitu menetapkan nama-nama dan

sifat-sifat yang sudah ditetapkan Allah untuk diri-Nya melalui lisan (sabda)

Rasul-Nya dengan cara yang sesuai dengan kebesaran-Nya. Serta menolak

atau menafikan semua sifat yang dinafikan Allah terhadap diri-Nya, baik

melalui kitab suciNya, Al-Qur’an atau melalui sunnah RasulNya.15

4. Kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy

Buku ini membahas tauhid menurut paham Ahlus Sunnah wal

Jamaah untuk kalangan masyarakat umum. Pembahasannya padat,

sistimatis dan menyeluruh. Buku ini sangat baik untuk materi pengajaran

tauhid di pesantren-pesantren, sekolah-sekolah, masjid-masjid, majelis-

majelis ta’lim, halaqoh-halaqoh ilmu atau bacaan pribadi. Karena itu tidak

mengherankan jika edisi bahasa Arab buku ini menjadi materi terpilih dalam

daurah nasional tentang materi dan metodologi pengajaran tauhid pada

tanggal 7 s/d 12 Rabi’ul Awwal 1419 H/ 1 s/d 15 Juli 1998 M di salah satu

pondok pesantren di Bogor. Edisi bahasa Arab buku ini juga telah dijadikan

kurikulum tauhid di puluhan pondok pesantren di Indonesia. Dan

terjemahan buku ini telah ditetapkan sebagai kurkulum kajian Islam jarak

jauh oleh Yayasan Al-Sofwa Jakarta yang pesertanya dari seluruh pelosok

14 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, 2008, Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, (Bogor:Pustaka Imam Syafi’i) hlm. 152.

15 Darwis Abu Ubaidah, Panduan Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah, (Jakarta: Penerbit Al-Kautsar, 2008), hlm. 51.

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

15

tanah air. Buku ini akan menjadi referensi penting bidang aqidah dan

koleksi perpustakaan.16

G. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN, meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Originalitas Penelitian, Definisi

Operasional dan Sistematika Pembahasan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, meliputi Pengertian Nilai, Macam-Macam

Nilai, Pengertian Pendidikan Tauhid, Tauhid dan Pembagiannya, Dasar

dan Tujuan Pendidikan Tauhid, Pentingnya Pendidikan Tauhid, Metode

Pembelajaran Tauhid.

BAB III METODE PENELITIAN, meliputi Pendekatan dan Jenis

Penelitian, Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Analisis

Data, Pengecekan Keabsahan Data, Prosedur Penelitian.

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, meliputi

Tinjauan Umum Kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, Nilai-

Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-

‘Aliy, Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid dan Implikasinya Dalam Kehidupan

Sehari-Hari.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN, meliputi Deskripsi

Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab At-Tauhid Lish Shaffil

16 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Kitab Tauhid Juz I, tarj. Agus Hasan Bashori,(Jakarta : Darul Haq, 2009), back cover buku.

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

16

Awwal Al-‘Aliy, Implikasi Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam

Kehidupan Sehari-Hari.

BAB VI PENUTUP, meliputi Kesimpulan dan Saran.

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Nilai

a. Nilai

Nilai padanan kata dalam bahasa Inggris adalah value, berasal dari

terjemahan bahasa latin adalah valere atau berasal dari bahas Perancis

kuno valori. Sebatas harfiah, value, valere, valori atau nilai dapat

diartikan sebagai “harga”. Namun ketika makna tersebut dihubungkan

dengan sudut pandang tertentu kata “harga” mempunyai makna atau

tafsiran yang bermacam-macam. Seperti harga atau nilai menurut ilmu

ekonomi, psikologi, antropologi, politik, bahkan agama. Perbedaan

tersebut disebabkan sudut pandang seseorang dalam melihat sesuatu.17

Maka dari itu peneliti akan menyajikan beberapa pengertian nilai

menurut para tokoh diantaranya sebagai berikut:

1) Oemar Hamalik

Oemar Hamalik mendeskripsikan bahwa nilai adalah

ukuran yang dipandang baik oleh masyarakat dan menjadi

17 Rohmat Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 7.

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

18

pedoman dari tingkah laku manusia tentang cara hidup yang

sebaik-baiknya.18

2) Patricia Cranton

Patricia Cranton menyatakan bahwa nilai adalah prinsip-

prinsip sosial, tujuan-tujuan atau standar yang dipakai atau

diterima oleh individu, kelas, masyarakat dan lain-lain.19

3) Joseph R. Roncek & Ronald L. Warren

Menurut Joseph r. Roncek & Ronald L. Warren menyatakan

bahwa nilai itu merupakan suatu kemampuan/kepastian yang

memuaskan setiap keinginan manusia, yang dinyatakan sebagai

ciri sesuatu benda, buah pikiran atau isi dari sesuatu

pengalaman.20

4) The Liang Gie

Menurut The Liang Gie seperti yang dikutip oleh Djunaidi

Ghaniy dalam bukunya yang berjudul Nilai Pendidikan, bahwa

di dalam filsafat, nilai dipandang sebagai pengalaman

(experience) dimana fakta yang nampak, menggejala untuk

menimbulkan penghargaan (appreciation) dan perhatian bagi

subyek yang melihatnya.21

18 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2009), hlm. 75.

19 Agus Zaenul Fitri, loc, cit.20 Muhamad Djunaidi Ghony, Nilai Pendidikan, (Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, 1982),

hlm. 16.21 Ibid., hlm. 17.

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

19

5) Linda N. Eyre

Menurut Linda N. Eyre seperti yang dikutip oleh Zaim

ElMubaraq dalam bukunya yang berjudul Membumikan

Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang terserak, Menyambung

yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai, ia menyatakan

bahwa secara garis besar nilai dibagi dalam dua kelompok yaitu

nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi

(values of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam

diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara

kita memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam nilai-nilai

nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri,

potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian dan kesesuaian. Nilai-

nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau

diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang

diberikan. Yang termasuk pada kelompok nilai-nilai memberi

adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih sayang, peka,

tidak egois, baik hati, ramah, adil dan murah hati.22

Beberapa pengertian nilai diatas menunjukkan bahwa nilai adalah,

suatu pengalaman, tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip yang menyangkut

persoalan kemampuan/kepastian terhadap sesuatu yang dikehendaki dan

22 Zaim ElMubarak, op. cit., hlm. 7.

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

20

memberikan corak pada pola pikiran, perasaan dan perilaku berupa sifat

atau keadaan yang bermanfaat.

2. Macam-Macam Nilai

Agar pengertian nilai bertambah jelas, peneliti akan memaparkan

tentang macam-macam nilai dalam penerapan pendidikan Islam. Menurut

Ziyadi seperti yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani dalam

bukunya Pendidikan Karakter Perspektif Islam mengatakan bahwa sumber

nilai yang berlaku dalam pranata kehidupan manusia dapat digolongkan

menjadi dua macam, yaitu:

a. Nilai Ilahiyah

Dalam bahasa Al-Qur’an, dimensi hidup Ketuhanan ini juga

disebut jiwa rabbaniyah (Qs. Ali-Imran: 79) atau ribbiyah (Qs. Ali-

Imran: 146). Dan jika dicoba merinci apa saja wujud nyata atau

substansi jiwa ketuhanan itu, maka kita dapatkan nilai-nilai

keagamaan pribadi yang amat penting yang harus ditanamkan

kepada setiap anak didik. Kegiatan menanamkan nilai-nilai itulah

yang sesungguhnya akan menjadi inti kegiatan pendidikan.

Diantara nilai-nilai itu yang sangat mendasar yaitu:

1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada

Allah. Jadi tidak cukup kita hanya percaya adanya Allah,

melainkan harus meningkat menjadi sikap mempercayai

kepada adanya Tuhan dan menaruh kepercayaan

kepadaNya.

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

21

2) Islam, sebagai kelanjutran iman, maka sikap pasrah

kepadaNya dengan meyakini bahwa apapun yang datang

dari Tuhan tentu mengandung hikmah kebaikan yang tidak

mungkin diketahui seluruh wujudnya oleh kita yang dhaif.

Sikap taat tidak abash (dan tidak diterima oleh Tuhan)

kecuali jika berupa sikap pasrah (Islam) kepadaNya.

3) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah

senantiasa hadir atau berada bersama kita dimanapun kita

berada. Berkaitan dengan ini dan karena selalu mengawasi

kita, maka kita harus berbuat, berlaku dan bertindak

menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh

dengan rasa tanggung jawab, tidak setengah-setengah dan

tidak dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang

tidak diridhaiNya.

4) Taqwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu

mengawasi kita, kemudian kita berusaha berbuat hanya

sesuatu yang diridhai Allah dengan menjauhi atau menjaga

diri dari sesuatu yang tidak diridhaiNya.23

Walaupun hanya sedikit yang disebutkan diatas itu akan

cukup mewakili nilai-nilai keagamaan mendasar yang perlu

ditanamkan pada setiap muslim, sebagai bagian amat penting dari

pendidikan.

23 Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PTRemaja Rosdakarya Offset, 2012) hlm. 93.

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

22

b. Nilai Insaniyah

Pendidikan tidak dapat dipahami secara terbatas hanya

kepada pengajaran. Karena itu keberhasilan pendidikan bagi anak-

anak tidak cukup diukur hanya dari segi seberapa jauh anak itu

menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan tentang

suatu masalah semata. Justru yang lebih penting bagi umat Islam,

berdasarkan ajaran kitab suci dan sunnah sendiri ialah seberapa

jauh tertanam nilai-nilai kemanusiaan yang mewujud nyata dalam

tingkah laku atau akhlaqul karimah. Berkenaan dengan itu, patut

kita renungkan sabda Nabi SAW; yang paling banyak memasukkan

orang ke dalam surga ialah taqwa kepada Allah dan keluhuran

budi. Tiada sesuatu apapun yang dalam timbangan (nilainya) lebih

berat daripada keluhuran budi. Diantara nilai-nilai itu yang

mendasar yaitu:

1) Silaturahmi, yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama

manusia, khususnya antara saudara, kerabat, tetangga dan

seterusnya. Sifat utama Tuhan adalah kasih (rahim, rahmah)

sebagai satu-satunya sifat Ilahi yang diwajibkan sendiri atas

diriNya (Qs. Al-An’am: 12). Maka manusia harus cinta

kepada sesamanya agar Allah cinta kepadanya.

2) Al-Ukhwah, yaitu semangat persaudaraan, lebih-lebih

kepada sesama orang yang beriman (ukhwah islamiyah).

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

23

3) Al-Musawah, yaitu pandangan bahwa semua manusia tanpa

memandang jenis kelamin, kebangsaan ataupun

kesukuannya dan lain-lain adalah sama dalam harkat dan

martabat. Tinggi rendah manusia hanya ada dalam

pandangan Allah yang tahu kadar ketaqwaannya (Al-

Hujurat: 13).24

Sama halnya dengan nilai-nilai ilahiyah yang membentuk

ketaqwaan, nilai-nilai insaniyah yang membentuk akhlaq mulia

diatas tentu masih dapat ditambah dengan deretan nilai yang lebih

banyak lagi.

3. Pengertian Pendidikan Tauhid

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan setiap

manusia. Dengan pendidikan itulah manusia dapat berkembang dan maju

dengan baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

tinggi pula tingkat kebudayaan dan peradabannya.

Apabila dilihat dari pengertiannya, pendidikan berasal dari kata

didik yang mendapat awalan pe dan akhiran an menjadi pendidikan yang

mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan

semula berasal dari bahasa Yunani, paedagogie yang berarti bimbingan

yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa Inggris pendidikan

diterjemahkan dari kata education yang berarti pengembangan atau

24 Abdul Majid & Dian Andayani, op. cit., hlm. 94.

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

24

bimbingan. Dalam bahasa Arab pendidikan diterjemahkan dari kata

tarbiyah.25

Menurut UU Sisdiknas Pasal 1 No. 20 Tahun 2003, pendidikan

diartikan sebagai:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secaraaktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilanyang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.26

Sedangkan pendidikan menurut para tokoh, pengertian pendidikan adalah

sebagai berikut:

a. Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan berarti

daya upaya untuk memajukan pertumbuhan nilai moral (kekuatan

batin, karakter), pikiran (intelek) dan tumbuh anak yang antara satu

dengan yang lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan

kesempurnaan hidup dan penghidupan anak-anak yang kita didik

selaras.27

b. M.J. Langeveld

M.J. Langeveld menyatakan bahwa pendidikan adalah

memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang

25 M. Fahim Tharaba & Moh. Padil, Sosiologi Pendidikan Islam, Realita Sosial Umat Islam.(Malang: CV. Dream Litera, 2015), hlm. 11.

26 M. Sukardjo & Ukim Komarudin, loc, cit.27 Zaim ElMubarak, loc, cit.

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

25

anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju kearah

kedewasaan.28

c. Noor Syam

Noor Syam menjelaskan bahwa secara praktis, pendidikan

tidak dapat dipisahan dengan nilai-nilai, terutama yang meliputi

kualitas kecerdasan, nilai ilmiyah, nilai moral dan nilai agama yang

kesemuanya tersimpul dalam tujuan pendidikan, yakni membina

kepribadian yang ideal.29

Dari beberapa pengertian pendidikan ini ada titik temu dalam hal tujuan

pendidikan. Secara sederhana pendidikan berarti suatu yang tidak dapat

dipisahkan dengan nilai-nilai yang berupa daya upaya atau memberikan

pertolongan secara sadar kepada anak agar dapat tumbuh memajukan

kesempurnaan hidup dan menuju kearah kedewasaan sebagaimana yang tersimpul

dalam tujuan pendidikan.

Kata tauhid adalah bentuk kata mashdar yaitu wahhada – yuwahhidu -

tawhiidan yang memiliki arti mengesakan atau menunggalkan.30 Maksudnya

adalah keyakinan atau pengakuan terhadap keesaan Allah. Sedangkan tauhid

secara istilah menurut para tokoh ilmu tauhid adalah sebagai berikut:

a. Muhammad Abduh

Muhammad Abduh mengatakan bahwa tauhid adalah ilmu yang

membahas tentang wujud Allah dan sifat-sifat yang wajib ada pada-Nya

28 Zaim ElMubarak, loc, cit.29 Jalaluddin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan Manusia, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),

hlm. 114.30 Ahmad Warson Munawir, loc. cit.

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

26

dan sifat yang boleh ada pada-Nya dan sifat yang tidak harus ada pada-

Nya (mustahil), ia juga membahas tentang para Rasul untuk menegaskan

tugas risalahnya, sifat-sifat yang wajib ada padanya yang boleh ada

padanya (jaiz) dan yang tidak boleh ada padanya (mustahil).31

b. Husain Affandi Al Jisr At-Tharablusy

Husain Affandi Al Jisr At-Tharablusy mengartikan bahwa tauhid

adalah ilmu yang membahas atau membicarakan bagaimana menetapkan

aqidah (agama Islam) dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan.32

c. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif

Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif menjelaskan bahwa

tauhid adalah mengesakan Allah SWT, baik dalam hal rububiyah,

uluhiyah maupun kesempurnaan asma’ dan sifatNya.33

Dengan demikian, secara sederhana pendidikan tauhid memiliki arti suatu

proses bimbingan untuk mengembangkan dan memantapkan kompetensi seorang

muslim dalam mengenal keesaan Allah SWT. Menurut Hamdani pendidikan

tauhid yang dimaksud disini adalah:

Suatu upaya yang keras dan bersungguh-sungguh dalammengembangkan, mengarahkan, membimbing akalpikiran, jiwa, hati dan ruh kepada pengenalan (ma’rifat)dan cinta (mahabbah) kepada Allah SWT. Danmelenyapkan segala sifat, af’al, asma’ dan dzat yangnegatif dengan yang positif (fana’ fillah) sertamengekalkannya dalam suatu kondisi dan ruang (baqa’billah).34

31 Muhammad Abduh, loc, cit.32 Husain Affandi Al-Jisr, Al Hushunul Hamidiyah, (Surabaya: Ahmad Nabhan, 1970), hlm. 6.33 Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif, loc. cit.34 M. Hamdani B. DZ., Pendidikan Ketuhanan Dalam Islam, (Surakarta: Muhammadiyah

University Press, 2001), hlm. 10.

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

27

4. Tauhid dan Pembagiannya

Pembagian tauhid terbagi menjadi tiga macam yaitu tauhid rububiyah,

tauhid uluhiyah dan tauhid asma’ wa shifat.35 Setiap macam dari ketiga

macam tauhid itu memiliki makna yang harus dijelaskan agar menjadi

terang perbedaan antara ketiganya.

Pertama, tauhid rububiyah. Yaitu kepercayaan yang pasti bahwa Allah

adalah Rabb yang tidak ada sekutu bagiNya dan mengesakan Allah dengan

perbuatan-perbuatanNya, yaitu meyakini bahwa Allah adalah dzat satu-

satunya yang menciptakan segala apa yang ada di alam semesta ini.36

Allah berfirman:

……….Artinya: “Allah menciptakan segala sesuatu….” (Qs. Az-Zumar: 62).37

Kedua, tauhid uluhiyah. Yaitu mentauhidkan Allah SWT melalui

segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka dapat mendekatkan

diri kepada Allah SWT, apabila hal itu disyari’atkan oleh-Nya, seperti

berdo’a, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh

(penyembelihan), bernadzar, isti’anah (meminta pertolongan), istighotsah

(minta pertolongan disaat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan) dan

segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah SWT dengan tidak

menyekutukanNya dengan suatu apapun. Semua ibadah ini dan lainnya

35 Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif, loc.cit.36 Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif, Pelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjutan,

(Jakarta: Darul Haq, 1998), hlm. 9.37Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.

755.

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

28

harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan tulus karenaNya dan ibadah

tersebut tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah38

Ketiga, tauhid asma’ wa shifat. Yaitu menetapkan nama-nama dan

sifat-sifat yang sudah ditetapkan Allah untuk diriNya melalui lisan (sabda)

RasulNya dengan cara yang sesuai dengan kebesaranNya. Serta menolak

atau menafikan semua sifat yang dinafikan Allah terhadap diriNya, baik

melalui kitab suciNya, Al-Qur’an atau melalui sunnah RasulNya.39

5. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid

a. Dasar Pendidikan Tauhid

Dasar merupakan fundamental dari suatu bangunan atau bagian yang

menjadi sumber kekuatan. Ibarat sebuah rumah, dasarnya adalah pondasi.

Maksud dari dasar pendidikan disini adalah pandangan yang mendasari

seluruh aspek kegiatan pendidikan, karena pendidikan merupakan bagian

yang sangat penting dalam kehidupan. Dasar pendidikan yang dimaksud

disini adalah nilai-nilai tertinggi yang dapat dijadikan pandangan oleh

suatu masyarakat itu sehingga dapat diketahui betapa penting keberadaan

dasar pendidikan sebagai tempat pijakan.

Dasar pendidikan tauhid adalah serupa dengan pendidikan Islam,

karena pendidikan tauhid merupakan salah satu dari pendidikan Islam

sehingga dasar dari pendidikan ini tidak lain adalah pandangan hidup yang

Islami yang pada hakikatnya merupakan nilai-nilai yang bersifat

38 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, loc, cit.39 Darwis Abu Ubaidah, loc, cit.

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

29

transedental dan universal yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Adapun uraian

dasar pendidikan tauhid adalah sebagai berikut:

1) Al-Qur’an

Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berkaitan

dengan upaya atau kegiatan pendidikan tauhid. Misalnya dalam Qs.

Luqman ayat 13, menjelaskan kisah Luqman yang mengajari

anaknya tentang tauhid,

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnyamempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezalimanyang besar." (Qs. Luqman: 13).40

Pengajaran yang disampaikan Luqman kepada anaknya,

merupakan dasar pendidikan tauhid yang melarang berbuat syirik,

karena pada hakikatnya pendidikan tauhid adalah pendidikan yang

berhubungan dengan kepercayaan akan adanya Allah dengan

keesaan-Nya, sehingga timbul dalam ketetapan dalam hati untuk

tidak mempercayai selain Allah. Kepercayaan itu dianut karena

kebutuhan (fitrah) dan harus merupakan kebenaran yang ditetapkan

dalam hati sanubarinya. Dengan demikian, memberikan pendidikan

40 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.654.

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

30

tauhid kepada anak didik (orang yang belum tahu) sebagai dasar

hidupnya dan dasar pendidikan sebelum memberikan pengetahuan

lain agar terhindar dari adzab Allah. Pada dasarnya semua Rasul

yang diutus oleh Allah adalah untuk menegakkan kalimat tauhid.

Sebagaimana firman Allah SWT;

Artinya: “Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelumkamu (Muhammad), melainkan Kami wahyukankepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yangberhak disembah) melainkan Aku maka sembahlahAku.” (Qs. Al-Anbiyaa’: 25).41

Ayat diatas menjelaskan bahwa semua rasul itu diutus oleh

Allah untuk menegakkan kalimat tauhid. Tugas mereka yang paling

pokok dan utama adalah menyeru manusia untuk bertauhid kepada

Allah, dengan menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak

disembah selain Allah. Seruan para rasul itu tentu dengan melalui

proses pendidikan, yaitu dengan memberikan pengajaran tentang

ketauhidan.

Pemberian pengajaran tauhid pada diri manusia, pada

hakikatnya adalah menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan

manusia dalam memahami tauhid tersebut sebab setiap manusia

sudah dibekali fitrah tauhid oleh Allah. Sebagaimana firman Allah:

41 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.498.

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

31

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama(Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakanmanusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan padafitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakanmanusia tidak mengetahui.” (Qs. Ar-Ruum: 30).42

Ayat diatas menegaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah

dengan dibekali fitrah tauhid, yaitu fitrah untuk selalu mengakui dan

meyakini bahwa Allah itu Maha Esa, yang menciptakan alam semesta

beserta pengaturannya dan wajib untuk disembah. Oleh karena itu,

untuk mejadikan fitrah ini tetap eksis dan kuat, maka diperlukan suatu

upaya untuk selalu menumbuhkembangkan dalam kehidupan

pemiliknya dengan melaui pendidikan tauhid, agar manusia selalu ingat

dan dekat kepada Tuhannya.

2) Al-Hadits

Hadits merupakan dasar kedua setelah Al-Qur’an. Hadits berisi

petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dan untuk membina umat

menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Inilah tujuan

pendidikan yang dicanangkan dalam Islam. Dalam sejarah pendidikan

Islam, Nabi Muhammad SAW telah memberikan pendidikan secara

menyeluruh di rumah-rumah dan di masjid-masjid. Salah satu rumah

42 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.645.

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

32

shahabat yang dijadikan tempat berlangsungnya pendidikan yang

pertama adalah rumah shahabat Arqam di Mekkah, sedang masjid yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah Masjid Nabawi di

Madinah. Adanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh Nabi

Muhammad SAW dan dilanjutkan oleh pengikutnya, merupakan

realisasi sunnah Nabi Muhammad sendiri. Adapun hadits yang

berkaitan dengan pendidikan tauhid ialah:

هريـرة انه كان يـقول قال رسول الله ص. ما من مولود اال عن أيب يـولد على الفطرة فأبـواه يـهودانه ويـنصرانه وميجسانه ....(رواه مسلم)Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw. bersabda tidak

ada seorang anak pun kecuali dilahirkan dalam keadaan kesucian(fitrah), maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,Nasrani dan Majusi….” (HR. Muslim).43

b. Tujuan Pendidikan Tauhid

Suatu usaha atau kegiatan dapat terarah dan mencapai sasaran

sesuai dengan yang diharapkan maka harus ada tujuannya, demikian pula

dengan pendidikan. Suatu usaha apabila tidak mempunyai tujuan tentu

usaha tersebut dapat dikatakan sia-sia. Tujuan, menurut Zakiah Daradjat

ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau kegiatan itu

selesai”.44

Secara khusus tujuan pendidikan tauhid menurut Chabib Thoha

adalah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Esa dan

untuk menginternalisasikan nilai ketuhanan sehingga dapat menjiwai

43 Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Naisaburi, Shahih Muslim, 1993, juz II, (Beirut: DarulKutub, Al Alamiah, tt), hlm. 458.

44 Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) hlm. 29.

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

33

lahirnya nilai etika insani.45 Dalam hal ini Islam menghendaki agar

manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya

sebagaimana yang digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia dalam

Islam ialah beribadah. Pendidikan tauhid sebagai salah satu aspek

pendidikan Islam mempunyai andil yang sangat penting dalam mencapai

tujuan pendidikan Islam. Menurut Zainuddin, tujuan dari hasil pendidikan

tauhid dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Agar manusia memperoleh kepuasan batin, keselamatan dan

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sebagaimana yang dicita-

citakan. Dengan tertanamnya tauhid dalam jiwa manusia maka

manusia akan mampu mengikuti petunjuk Allah yang tidak

mungkin salah sehingga tujuan mencari kebahagiaan bisa

tercapai.

2) Agar manusia terhindar dari pengaruh aqidah-aqidah yang

menyesatkan (musyrik), yang sebenarnya hanya hasil pikiran atau

kebudayaan semata.

3) Agar terhindar dari pengaruh faham yang dasarnya hanya teori

kebendaan (materi) semata. Misalnya kapitalisme, komunisme,

materialisme, kolonialisme dan lain sebainya.46

Tujuan dari pendidikan tauhid adalah tertanamnya aqidah tauhid

dalam jiwa manusia secara kuat, sehingga nantinya dapat diaktualisasikan

dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam. Dengan kata lain,

45 M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996)hlm. 72.

46 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 8-9.

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

34

tujuan dari pendidikan tauhid pada hakikatnya adalah untuk membentuk

manusia tauhid. Manusia tauhid diartikan sebagai manusia yang memiliki

jiwa tauhid yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui

perilaku yang sesuai dengan realitas kemanusiannya dan manusia yang

dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Ilahiyah.

6. Pentingnya Pendidikan Tauhid

Tauhid merupakan masalah yang paling fundamental dan yang

diutamakan dalam Islam. Namun demikian masih banyak dari kalangan

awam yang belum mengerti, memahami dan menghayati sebenarnya akan

makna dan hakikat dari tauhid yang dikehendaki Islam, sehingga tidak

sedikit dari mereka secara tidak dasar telah terjerumus ke dalam

pemahaman tentang keyakinan yang menyimpang atau salah persepsi.

Umat Islam harus memahami dan mengerti risalah yang dibawa Rasulullah

SAW.

Pandangan dunia tauhid itu bukan saja mengesakan Allah seperti

yang diyakini oleh kaum monoteis, melainkan juga mengakui kesatuan

penciptaan, kesatuan kemanusiaan, kesatuan tuntunan hidup dan kesatuan

tujuan hidup, yang semua itu merupakan derivasi dari kesatuan

ketuhanan”.47

Formulasi kalimat tauhid adalah kalimat thayyibah “Laa Ilaaha

Illallah” yang berarti tiada Tuhan selain Allah. Dengan mengucapkan

kalimat “Laa Ilaaha Illallah” ini, seorang manusia tahu dan memutlakkan

47 M. Amin Rais, Cakrawala Islam Antara Cita Dan Fakta, (Bandung: Mizan, 1991), hlm. 18.

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

35

Allah Yang Maha Esa sebagai Pencipta dan menisbikan selain-Nya,

sebagai ciptaan-Nya (makhluk). Dengan dasar ini maka pendidikan tauhid

menjadi suatu yang vital dalam kehidupan manusia sebab dengan

memembekali dasar tauhid manusia akan selalu ingat kepada Allah. Orang

yang apatis terhadap pengetahuan tentang tauhid akan tersesat karena akan

selalu mengikuti pikiran-pikiran yang salah yang akan menjerumuskan ke

dalam jurang kemusyrikan. Pengalaman tauhid merupakan pengalaman

yang bersifat suci, maka pengalaman ini dalam kehidupan manusia akan

menjadi sumber inspirasi kehidupan jiwa dan pendidikan kemanusiaan

yang tinggi. Hal ini disebabkan tauhid akan mendidik jiwa setiap manusia

untuk mengikhlaskan seluruh hidup dan kehidupannya hanya kepada Allah

semata. Tujuan hidup hanyalah kepada Allah dan mengharap atas segala

keridhaanNya, yang akhirnya akan membawa konsekuensi pembinaan

karakter yang agung dan menjadi manusia yang suci, jujur dan teguh

memegang amanah Allah.

Awal munculnya manusia sampai sekarang yang masih tetap

komitmen untuk membebaskan manusia dari keterikatan yang

membelenggu kehidupan menuju kemerdekaan yang hakiki dan tinggi,

yang semua itu akan berorientasi pada pengakuan akan keesaan Allah. Jadi

pendidikan tauhid menjadi sangat penting, hal ini disebabkan karena:

a. Tauhid akan mengantarkan manusia kepada posisi yang mulia

menjadi lebih sempurna dengan akan dimasukkannya manusia

yang bertauhid ke dalam surga.

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

36

b. Adanya fenomena akan semakin lunturnya makna kemanusiaan

yang tidak menuntut kemungkinan dapat hilang sama sekali, ini

berarti merusak bangunan tauhid yang dimiliki setiap manusia.

Dalam posisi yang kedua ini, manusia akan kehilangan jati dirinya

sebagai ahsani taqwim. Oleh karena itu rekonstruksi manusia harus selalu

diupayakan dan hal ini merupakan suatu kebutuhan dengan

menginternalisasikan, membiasakan dan mentransformasikan nilai-nilai

ilahi yang tertinggi melalui pendidikan tauhid.

Manusia yang kehilangan pedoman hidupnya meskipun mereka

bergelimang dalam materi namun merana secara mental dan spiritual

mereka akan mudah terjerumus ke dalam tingkah laku yang tidak

mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan, bahkan mereka dapat berperilaku

menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Padahal tujuan hidup manusia

adalah semata-mata untuk mengabdi kepada Allah. Mengabdi disini

mempunyai makna luas, tidak sebatas menjalankan rukun Islam saja. Hal

ini mengandung arti menjalankan semua perintah dan larangan Allah

secara konsisten dengan penuh keikhlasan. Dengan demikian pendidikan

tauhid begitu penting bagi manusia sebagaimana pentingnya kedudukan

dan fungsi tauhid itu sendiri dalam Islam. Begitu besarnya pengaruh tauhid

atas kehidupan manusia. Orang yang menolak tauhid akan hidup sengsara

di dunia dan akhirat. Oleh karena itu pendidikan tauhid hendaknya

dilakukan sedini mungkin, karena setiap anak mempunyai fitrah bertuhan

sejak sebelum ia lahir di dunia. Anak hendaknya dibina ketauhidannya

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

37

secara terus-menerus hingga perkembangan ketauhidannya semakin

sempurna. Ia menjadi manusia tauhid yang benar-benar mencintai Allah di

atas segalanya.

Apabila pendidikan dipandang sebagai suatu usaha melalui proses

yang betahap dan bertingkat maka usaha atau proses itu akan berakhir

manakala tujuan akhir pendidikan sudah tercapai. Namun demikin tujuan

pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis tetapi ia

merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan

dengan seluruh aspek kehidupannya.

7. Metode Pembelajaran Tauhid

Pada dasarnya seorang pendidik harus memiliki segala kemampuan

yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir seseorang

dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan seseorang tersebut.

Dalam pembelajaran tauhid, seorang pendidik harus mampu menerapkan

berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik seseorang

yang ia didik agar seseorang tersebut mampu memahami tauhid dan

pembahasannya secara baik dan benar. Berikut ini adalah metode yang

digunakan dalam pembelajaran tauhid:

a. Metode Ceramah

Yang dimaksud metode ceramah adalah cara menyampaikan

sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau

khalayak ramai. Adapun menurut M. Basyiruddin Usman yang

dimaksud dengan metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

38

pengajaran yang sudah lazim disampaikan oleh para guru di sekolah.

Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan

oleh guru bilamana diperlukan. Pengertian senada juga diungkapkan

oleh Mahfuz Sholahuddin dkk., bahwa metode ceramah adalah suatu

cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh guru di depan kelas

atau kelompok.48 Metode ini adalah metode tertua yang dipraktekkan

sejak zaman dahulu kala. Pada ilmu tauhid, metode ini paling cocok

dalam menyampaikan hal-hal yang bersifat uraian seperti pengertian

iman, Islam dan ihsan.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode belajar yang memungkinkan

terjadinya komunikasi langsung yang bersifat (two way traffic) sebab

pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan murid. Guru

bertanya dan murid menjawab atau sebaliknya.49

Penggunaan tanya jawab bertujuan mengetahui sejauh mana

tingkat pemahaman murid terhadap materi pelajaran yang telah

disampaikan oleh guru. Selain itu dengan adanya tanya jawab tersebut

akan menstimulus siswa untuk berfikir dan diberi kesempatan untuk

mengajukan masalah yang belum dipahami.

Metode tanya jawab atau dialogis ini, mencerminkan dan

melahirkan sikap saling keterbukaan antara guru dan murid dalam

48 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.57.

49 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo,2000), hlm. 78.

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

39

penerapan metode ini pikiran, kemauan, perasaan dan ingatan serta

pengamatan terbuka terhadap ide-ide baru yang ditimbulkan dalam

pembelajaran tersebut.

c. Metode Cerita/Kisah Qur’ani dan Nabawi

Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang

tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa. Hal ini

disebabkan kisah qur’ani dan nabawi memiliki beberapa keistimewaan

yang membuat dampak psikologi dan edukatif yang sempurna. Disamping

kisah edukatif itu melahirkan kehangatan perasaan serta vitalitas dan

aktivitas di dalam jiwa, yang selanjutnya memotivasi manusia untuk

mengubah perilakunya dan memperbaharui tekadnya sesuai dengan

tuntunan, pengarahan dan akhir kisah itu, serta pengambilan pelajaran

darinya. Diantaranya keistimewaan metode ini adalah kisah yang memikat

pembaca tanpa memakan waktu lama, kisah qur’ani mendidik perasaan

keimanan dengan cara membangkitkan perasaan ridha, cinta, melibatkan

pembaca atau pendengar ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara

emosional, mengarahkan seluruh perasaannya sehingga terpacu dalam satu

puncak kesimpulan.50

d. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah suatu cara dimana dalam proses

belajar mengajar guru memberikan tugas tertentu kepada murid untuk

dikerjakan yang kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada

50 Binti Maunah, Diktat Metode Penyusunan dan Desain Pembelajaran Aqidah Akhlak,(Tulungagung : STAI Dipo, 2008), hlm 61-62.

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

40

guru tersebut. Dalam istilah lama metode ini kita kenal sebagai PR

(Pekerjaan Rumah). Namun dalam pengertian baru tugas diartikan sebagai

suatu perencanaan atau pengorganisasian bersama antara murid mengenai

sesuatu hal. Metode ini lanyak kita gunakan setelah penyampaian materi

telah usai dilaksanakan. Hakikat dari metode ini adalah setelah siswa

pulang dari sekolah tanpa disadari ia telah mengulang pelajaran yang

diberikan melalui tugas yang diberikan oleh guru.51

e. Metode Keteladanan

Metode keteladanan mempunyai arti penting dalam mendidik,

keteladanan menjadi titik sentral dalam mendidik. Jika dalam mengajar

seorang pendidik dapat mengajar dengan baik maka ada kemungkinan

murid yang ia ajar juga akan menjadi baik karena biasanya seorang murid

akan meniru apa yang dicontohkan oleh gurunya. Dan sebaliknya jika guru

berperilaku buruk maka ada kemungkinan muridnya juga akan berperilaku

buruk.

Rasulullah SAW mempresentasikan dan mengekpresikan apa yang

ingin diajarkan melalui tindakannya dan kemudian menerjemahkan

tindakan ke dalam kata-kata seperti bagaimana beliau memuja Allah,

bersikap sederhana, duduk dalam sholat dan doa, tertawa dan sebagainya.

Hal tersebut menjadi acuan bagi para shahabat sekaligus menjadikan

pendidikan yang tidak langsung.

51 Departemen Agama, Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasah TsnawiyahMata Pelajaran Aqidah Akhlak. (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1993),hlm. 233.

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

41

Pelaksanaannya itu memerlukan seperangkat metode dan tindakan

pendidikan, dalam rangka mewujudkan asas yang melandasinya, metode

yang merupakan patokan dalam bertindak serta tujuan pendidikannya,

yang diharapkan dapat tercapai. Ini semua hendaknya ditata dalam suatu

sistem pendidikan yang menyeluruh dan terbaca dalam perangkat tindakan

dan perilaku yang konkret.52

52 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Muka, 2001), hlm. 127.

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

42

B. Kerangka Berfikir

Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘AliyKarya Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandungdalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy?

2. Apa implikasi nilai pendidikan tauhid dalam kehidupansehari-hari?

Uji Teori

Landasan Teori- Pengertian Nilai.- Macam-Macam Nilai- Pengertian Pendidikan Tauhid.- Tauhid Dan Pembagiannya.- Dasar Dan Tujuan Pendidikan

Tauhid.- Pentingnya Pendidikan Tauhid.- Metode Pembelajaran Tauhid.

Teknik pengumpulan data- Telaah Dokumen

Kesimpulan

Rekomendasi

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

filosofis. Menurut Sidi Gazalba seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata

dalam bukunya Metodologi Studi Islam mengatakan bahwa filsafat adalah

berpikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka

mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu

yang ada.53 Ditinjau dari jenisnya, penelitian ini termasuk dalam penelitian

pustaka (Library Research), karena data yang digunakan berasal dari

bahan-bahan kepustakaan yaitu buku-buku, tulisan dari majalah maupun

jurnal. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, artinya data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif (data yang tidak

terdiri angka-angka), yang berupa pesan verbal dialog serta tulisan-tulisan.

Jadi, penelitian ini berupaya menjelaskan inti, nilai, hakikat atau

hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formalnya.

B. Data dan Sumber Data

Bermula dari jenis penelitian yang dilakukan adalah library

research, maka data diambil dari dunia pustaka, seperti kamus, literatur,

53 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), hlm. 42.

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

44

majalah, serta buku-buku yang terkait dengan pembahasan dalam

penelitian skripsi ini. Dalam hal ini peneliti mengkategorikan sumber data

dalam dua tingkatan menurut kekuatan yang mengikatnya, yaitu54:

1. Data Primer

Sumber data primer, yaitu bahan pustaka pokok yang menjadi

acuan penelitian, yaitu kitab karya Syaikh Shalih bin Fauzan bin

Abdullah Al-Fauzan, kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder, yaitu bahan pustaka yang erat

kaitannya dengan bahan primer, seperti buku karya Darwis Abu

Ubaidah, Panduan Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah, buku karya

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal

Jama’ah, buku karya Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Manisnya

Buah Keimanan, buku karya Abdul Majid dan Dian Andayani,

Pendidikan Karakter Perspektif Islam, buku karya Abdullah bin

Abdul Aziz Al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah Sesuai Al-

Qur’an dan As-Sunnah serta Pemahaman Salafus Shalih.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan

adalah teknik telaah dokumen. Cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip dan termasuk juga buku tentang teori,

pendapat, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

54 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta, Andi Offset, 1987), hlm. 9.

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

45

masalah penelitian. Dalam penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat

pengumpul data yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang

diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori atau hukum-

hukum yang diterima, baik mendukung maupun yang menolong hipotesis

tersebut.55

Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan

data penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menghimpun/mencari literatur yang berkaitan dengan objek

penelitian.

2. Mengklasifikasi buku berdasarkan konten/jenisnya (primer dan

sekunder).

3. Membaca secara komprehensif yang dilanjutkan dengan

mengamati nilai-nilai pendidikan tauhid yang terdapat dalam kitab

At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-’Aliy. Dan dari kegiatan ini

peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan

rumusan masalah.

4. Peneliti mencatat paparan data penting yang terdapat dalam setiap

bab dan pasal-pasal yang tersaji dalam buku.

5. Peneliti mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis buku

sesuai dengan rumusan masalah.

55 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta: PTBumi Aksara, 2006) hlm. 191

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

46

D. Analisis Data

Dalam penelitian ini metode anlisis data yang digunakan adalah

content analysis atau kajian isi. Content analysis merupakan teknik

analisis data yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha

menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan

sistematis.56 Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam analisis

data sebagai berikut :

1. Deskriptif, peneliti memaparkan secara jelas dari pasal-pasal

dalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy. Dari sini

maka jelaslah bagaimana penjelasan tentang tauhid, yang akan

membuka pemahaman secara umum tentang konsep dan

pendidikan tauhid di dalamnya.

2. Reduksi, teknik ini digunakan untuk menyederhanakan data

yang kompleks menjadi ringkas.

3. Induksi-deduksi, teknik ini digunakan untuk menganalisis

nilai-nilai pendidikan tauhid berdasarkan pasal-pasal yang ada

dalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy.

E. Pengecekan Keabsahan Data

Sebagai upaya untuk memeriksa keabsahan data peneliti

menggunakan beberapa teknik antara lain:

1. Teknik ketekunan pengamat, yakni peneliti secara tekun

memusatkan diri pada latar penelitian untuk menemukan ciri-

56 Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Pendidikan Edisi Revisi, (Bandung : PT. RemajaRosda Karya, 2014), hlm. 220.

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

47

ciri dan unsur yang relevan dengan persoalan yang diteliti.

Peneliti mengamati secara mendalam pada kitab At-Tauhid

Lish Shaffil Awwal Al-’Aliy agar data yang ditemukan dapat

dikelompokkan sesuai dengan kategori yang telah dibuat

dengan tepat.

2. Berdiskusi dengan dosen pembimbing untuk memeriksa

perihal penelitian ini.

Selain itu dalam pengumpulan data peneliti dipandu rambu-rambu

yang berisi ketentuan studi dokumentasi tentang nilai pendidikan tauhid.

Perolehan tersebut dilakukan peneliti dengan identifikasi data sesuai

dengan arah permasalahan dalam penelitian. Adapun rambu-rambu

tersebut antara lain:

1. Dengan bekal pengetahuan, wawasan, kemampuan dan

kepekaan yang dimiliki, peneliti membaca sumber data secara

kritis cermat dan teliti. Peneliti membaca berulang-ulang untuk

menghayati dan memahami secara kritis dan utuh terhadap

sumber data.

2. Dengan berbekal pengetahuan, wawasan, kemampuan dan

kepekaan peneliti melakukan pembacaan sumber data secara

berulang-ulang dan terus menerus secara berkesinambungan.

Langkah ini diikuti kegiatan penandaan dan pencatatan.

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

48

3. Peneliti membaca dan menandai bagian dokumen, catatan dan

transkripsi data yang akan dianalisis lebih lanjut. Langkah ini

dipandu dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

F. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa tahapan yang

harus dilalui untuk dapat menguraikan penelitian yang dilakukan. Tahapan

ini dibagi menjadi empat tahapan, diantaranya sebagai berikut:

1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap ini peneliti mengajukan usulan materi yang diteliti,

maka proposal skripsi diajukan untuk mendapatkan pengesahan dan

kelayakan penelitian yang akan dilakukan.

Proposal berisikan judul yang akan diteliti serta kajian-kajian yang

kemudian dibahas dalam penelitian lebih lanjut. Metode yang

digunakan disesuaikan dengan topik penelitian. Dengan banyaknya

metode maka diperlukannya penyesuaian atau kesamaan serta

keterkaitan dengan yang dibahas.

Tentu tidak dilewatkan juga pendahuluan yang menjadi latar

belakang dari permasalahan yang diteliti. Dalam latar belakang masalah

disebutkan juga bagaimana rumusan masalah yang kemudian menjadi

bahan utama sebagai fokus tentang penelitian yang dilakukan. Pada

bagian ini juga disebutkan tentang tujuan penelitian beserta manfaat-

manfaat dari penelitian yang dilaksanakan.

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

49

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini peneliti melakukan research dari bahan yang

diteliti, maka peneliti melakukan beberapa cara dalam research bahan

penelitiannya, yaitu:

a. Mencari buku yang menjadi referensi utama dan penunjang.

b. Mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan

penelitian.

c. Melakukan pencarian informasi melalui internet untuk

menambah wawasan.

d. Mendokumentasikan dengan cara diketik.

Peneliti selalu survive dalam pencarian bahan-bahan yang diteliti.

Tahap pekerjaan lapangan ini membutuhkan usaha dan energi yang

lebih guna mendapatkan apa yang dicari. Maka bahan yang diteliti

harus didapatkan, kalau tidak penelitian akan terhenti sampai disini dan

tidak dapat dilanjutkan.

3. Tahap Analisis Data

Dalam tahap ini peneliti menganalisis semua data yang didapatkan,

baik dari buku maupun dari yang lainnya. Semua data akan saling

berhubungan antara satu dengan lainnya, jadi diperlukannya analisis dari

data-data yang sudah didapatkan guna memecahkan permasalahan yang

diteliti.

Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan metode

analysis content, yaitu data tekstual dan kontekstual yang diperoleh dan

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

50

dipilah-pilah, kemudian dilakukan kategorisasi (pengelompokan) antara

data yang sejenis yang selanjutnya dianalisis secara kritis untuk

mendapatkan yang dibutuhkan dalam penelitian. Dan peneliti mulai

menganalisis data, setelah data terkumpul dan ditulis. Tahap analisis ini

peneliti menggunakan beberapa cara untuk melakukannya, antara lain:

a. Membaca.

b. Memahami.

c. Memeriksa.

d. Menghubungkan.

e. Menyimpulkan.

4. Tahap Laporan

Akhir dari penelitian ini yaitu melaporkan hasil yang sudah didapat

dari penelitian. Laporan disusun berdasarkan proses selama pelaporan ini

ditujukan kepada dosen pembimbing guna mengetahui hasil dari penelitian

sesuai yang diharapkan. Apabila ditemukannya kekurangan dalam

penelitian ini, maka koreksi dan perbaikan harus dilakukan untuk merevisi

kekurangan yang ada. Kekurangan dan kesalahan dalam tahap pelaporan

ini menjadi kaca untuk validitas penelitian ini.

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

51

BAB IVPAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Tinjauan Umum Kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy

1. Biografi Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

Beliau adalah Syaikh yang mulia, Shalih bin Fauzan bin Abdullah

dari keluarga Al-Fauzan, suku Asa Syamasiyyah. Beliau dilahirkan pada

tahun 1345H/1933M. Ayahnya meninggal dunia semenjak beliau masih

anak-anak dan beliau dibesarkan oleh keluarganya. Beliau belajar Al-

Qur’an, dasar membaca dan menulis di bawah asuhan Imam Masjid

wilayah yang juga Qari' tetap, yaitu Hammud bin Sulaiman Ath-Thallal,

yang kemudian menjadi hakim di kota Dariyyah (bukan Dar'iyyah di

Riyadh) di wilayah Qasim. Beliau kemudian belajar di sebuah madrasah

negeri yang dibuka di Asa Syamasiyyah pada tahun 1369H/1948M.57

Beliau menyelesaikan studinya di Madrasah Faishaliyyah di

Buraidah pada tahun 1371H/1950M dan kemudian beliau diangkat

sebagai guru madrasah anak-anak. Beliau melanjutkan studi di Institut

Pendidikan Buraidah ketika dibuka tahun 1373H/1952M dan lulus tahun

1377H/1956M. Beliau kemudian melanjutkan di Fakultas Syari'ah di

Universitas Imam Muhammad Ibnu Su'ud Riyadh dan lulus tahun

57 Wikipedia, Sheikh / Shalih bin Fauzan Al-Fawzan(http://alifta.net/Fatawa/MoftyDetails.aspx?ID=7&languagename=, diakses 14 Juli 2016 jam 8:59WIB)

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

52

1381H/1960M. Setelah itu, beliau mengambil gelar Magister dan

Doktoralnya di bidang Fiqih.

Setelah lulus dari Fakultas Syariah, beliau diangkat menjadi

mudaris (pengajar) di sebuah Institut Pendidikan Riyadh, kemudian

beliau pindah mengajar ke Fakultas Syariah. Sesudah itu, beliau pindah

lagi mengajar di pendidikan yang lebih tinggi di Fakultas Ushuluddin dan

pindah lagi mengajar di Mahkamah Syariah dan beliau ditunjuk sebagai

ketua. Beliau kemudian kembali mengajar di sana setelah masa jabatan

ketuanya berakhir. Beliau juga menjadi anggota Lajnah Daimah Lil

Buhuts wal Ifta' (Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa) hingga saat ini.58

Syaikh yang mulia juga salah seorang anggota Haiah Kibaril

Ulama' dan Komite Fiqh Rabithah Alam Islamiy di Mekkah serta

anggota Komite Pengawas Du'at Haji sekaligus mengepalai keanggotaan

Lajnah Daimah Lil Buhuts Wal Ifta'. Selain itu, beliau juga seorang

Imam, Khatib dan Pengajar di Masjid Pangeran Mut'ib bin Abdil Aziz di

Al Malzar. Beliau juga berperan aktif di dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan di program radio 'Nuurun 'ala Darb' dan memberikan

kontribusi terhadap penerbitan sejumlah riset/penelitian Islami di

Lembaga Riset, Studi, Tesis dan Fatwa Islami, yang kemudian diperiksa

dan diterbitkan. Syaikh yang mulia ini juga berperan dalam mengawasi

sejumlah tesis magister dan disertasi doktoral.

58 Abdul Aziz bin Abdul Karim Al ‘Isa, Biografi Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan,(http://www.alifta.com/Fatawa/MoftyDetails.aspx?ID=7, diakses 26 Mei 2016 jam 19:00 WIB)

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

53

Beliau memiliki banyak murid yang senantiasa bermulazamah

dalam durus (pelajaran) dan mujtama' (pertemuan) rutinnya. Beliau

sendiri belajar melalui tangan sejumlah Ulama dan Qodhi (hakim)

terkemuka, diantara guru-guru beliau adalah:

1. Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Bazz.

2. Samahatus Syaikh Abdullah bin Humaid.

3. Samahatus Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithy.

4. Samahatus Syaikh Abdurrazaq Afifi.

5. Fadhilatus Syaikh Shalih bin Abdurrahman As-Sukayti.

6. Fadhilatus Syaikh Shalih bin Ibrahim Al-Bulayhi.

7. Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Subayyil.

8. Fadhilatus Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Khulaifi.

9. Fadhilatus Syaikh Ibrahim bin 'Ubaid Al-Abdul Muhsin.

10. Fadhilatus Syaikh Hammud bin Aqlaa`.

11. Fadhilatus Syaikh Shalih bin Ali An-Naashir.59

Beliau juga belajar di bawah bimbingan sejumlah ulama

Universitas Al-Azhar Mesir yang memiliki takhashus (spesialisasi) di

bidang hadits, tafsir dan bahasa Arab. Beliau telah memainkan peran

penting dalam berdakwah kepada Allah, mengajar dan berfatwa,

berkhutbah dan bantahan-bantahan ilmiah. Karangan beliau sangat

banyak, di antaranya adalah Syarh Aqidah Al-Wasithiyah, Al-Irsyad ila

Shahihil I'tiqaad (Bimbingan kepada Akidah yang benar), Al-Mulakhash

59 Wira Mandiri Bachrun, Biografi Syaikh Shalih Al Fauzan,(http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/09/26/syaikh-shalih-ibn-fauzan-ibn-abdullah-ibn-fauzan/,diakses 26 Mei 2016 jam 19:00 WIB)

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

54

Al-Fiqhi (Fikih Ringkas), Makanan dan Hukum-Hukum berkenaan

tentang Penyembelihan dan Berburu yang merupakan disertasi doktoral

beliau, At-Tahqiiqat Al-Mardhiyah dalam masalah waris yang merupakan

Tesis Magister beliau.60

2. Pemikiran Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan sebagai seorang

pemikir muslim banyak mengeluarkan ide atau gagasan dalam hal

ketauhidan. Pemikirannya banyak terinspirasi dari Ibnu Taimiyah, Ibnu

Qayyim Al-Jauziyyah, Muhammad Shalih Al-Utsaimin dan Abdul Aziz

bin Bazz. Salah satu pemikirannya yang terkenal adalah menjaga teguh

pemahaman ahlussunnah dan sekaligus memerangi kesyirikan. Shalih

bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan menyandarkan dalil-dalil Al-Qur’an

dan syarah hadits-hadits yang dibawakan dalam kitab-kitabnya pada

pemahaman salafus shalih (pemahaman para shahabat, tabi’in dan tabi’ut

tabi’in) serta para ulama ahlussunnah yang mengikuti mereka.

Pembelaannya terhadap aqidah dan sunnah yang murni pun tertuang

dalam banyak karyanya, salah satunya adalah kitab At-Tauhid Lish

Shaffits Tsalis Al-‘Aliy.

Beberapa pemikiran yang dilakukan Shalih bin Fauzan bin

Abdullah Al-Fauzan antara lain sebagai berikut:

60 Abu Hudzaifah, Biografi Singkat Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan hafizhahullah,(http:www.calltoislam.com, diakses 5 Desember 2015 jam 21:56 WIB)

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

55

a. Pemikiran Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan Dalam

Pendidikan Tauhid

Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan mengemukakan

bahwa aqidah adalah taufiqiyah. Artinya tidak bisa ditetapkan

kecuali dengan dalil syar’i dan tidak ada medan ijtihad serta

berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumbernya

terbatas kepada apa yang ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Sebab tidak seorangpun yang lebih mengetahui tentang Allah,

tentang apa-apa wajib bagi-Nya dan apa yang harus disucikan dari-

Nya melainkan Allah sendiri. Dan tidak seorangpun sesudah Allah

yang lebih mengetahui tentang Allah selain Rasulullah SAW. Oleh

karena itu manhaj salafus shalih dan para pengikutnya dalam

mengambil aqidah terbatas pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.61

Dalam pendidikan aqidah, Shalih bin Fauzan bin Abdullah

Al-Fauzan merekomendasikan agar pemahaman tentang aqidah

semua harus dikembalikan kepada Kitabullah dan Sunnah

Rasulullah SAW sebagaimana para salafus shalih mengambil

aqidah mereka dari kedua sumber Islam tersebut. Kemudian

memberikan perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah

salaf di berbagai jenjang pendidikan dan memberi jam pelajaran

61 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, (Mesir:Penerbit Darul ‘Aqidah, 1993) hlm. 11.

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

56

yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam

menyajikan materi ini62

b. Pemikiran Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan Dalam

Aspek Ibadah

Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan menjelaskan

tentang syarat diterimanya suatu ibadah yang menjadi suatu

amaliyah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan RasulNya

untuk mencapai derajat taqwa dalam rangka taqarrub

(mendekatkan diri) kepada Allah. Agar bisa diterima, ibadah

disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu menjadi tidak benar

kecuali dengan ada syarat:

1) Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan

syirik kecil.

2) Sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.63

c. Pemikiran Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan Dalam Hal

Politik

Dalam sebuah dialog, Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-

Fauzan menjawab beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan

permasalahan yang tengah dihadapi kaum muslimin. Tidak lupa

pula beliau juga menerangkan pedoman kaum muslimin dalam

menyikapi penguasa muslim atau non muslim yang berdaulat.

Beliau menjelaskan keutamaan memegang teguh jama’ah kaum

62 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, hlm. 14.63Ibid., hlm. 61.

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

57

muslim dan bahaya memecah belah persatuan dan mengacau

balaukan jamaah mereka serta tidak lupa beliau jelaskan hukum

syar’i yang berkaitan dengan masalah tersebut. Berikut ini

beberapa pandangan Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-

mengenai politik:

1) Berpecah belah bukan merupakan ajaran dienul Islam.

2) Kaum muslimin yang berada dalam satu naungan

pemerintahan yang berdaulat wajib memberikan bai’at

hanya kepada satu orang pemimpin saja dan tidak

dibenarkan adanya bai’at-bai’at lainnya.

3) Jika ada orang yang berusaha membangkang pemerintahan

yang sah dan berusaha memecah belah persatuan kaum

muslimin, maka Rasulullah SAW telah memerintahkan

waliyul amri beserta kaum muslimin untuk memerangi

pembangkangan tersebut.

4) Pedoman kaum muslimin dalam menghadapi perbedaan

pendapat adalah merujuk kepada Kitabullah dan sunnah

Rasul-Nya serta petunjuk para salafus shalih , baik dalam

persoalan manhaj, dien dan bai’at.

5) Dakwah kepada agama Allah SWT merupakan kewajiban.

Dan memecah belah kaum muslimin bukan merupakan

pedoman dakwah. Masing-masing golongan mengklaim

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

58

dirinyalah yang benar dan selain mereka adalah salah.

Sebagaimana kondisi yang dapat disaksikan pada hari ini.

6) Jika penguasa memerintahkan kepada perkara maksiat

maka tidak wajib ditaati. Yaitu tidak boleh menuruti

perkara maksiat yang diperintahkannya,ketaatan hanya

boleh diberikan dalam perkara-perkara ma’ruf bukan

maksiat.

7) Bentuk nasihat kepada pemimpin kaum muslimin ialah

dengan mentaati mereka dalam perkara ma’ruf,

mendo’akan mereka dan menjelaskan jalan yang benar

serta menerangkan kesalahan yang mereka lakukan.

Hendaknya nasihat itu diberikan secara rahasia antara

mereka dan si pemberi nasihat. (empat mata).64

d. Pemikiran Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan Dalam Hal

Golongan, Madzhab dan Tokoh

Dalam acara kunjungan resminya ke kota suci Madinah Al-

Munawwarah yang diselenggarakan di aula utama Al-Malik Saud

kampus Universitas Islam Madinah (UIM) pada hari Senin

(17/02/2014), Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan dalam

pidatonya di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Islam Madinah

(UIM) yang berasal dari seluruh dunia beliau mengingatkan para

64 Al-Manhaj, Dialog Politik Dan Pemikiran Bersama Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan,(http://almanhaj.or.id/content/3999/slash/0/dialog-politik-dan-pemikiran-bersama-syaikh-shalih-bin-fauzan-al-fauzan/, diakses 5 Desember 2015 jam 09:35 WIB).

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

59

penuntut ilmu agar tidak bersifat fanatik terhadap golongan, madzhab

dan tokoh yang mengundang perpecahan.

Ada beberapa penjelasan penting yang beliau jelaskan dalam

kunjungan tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Umat Islam itu satu hizb, satu jamaah yang tidak menerima

perpecahan. Janganlah kita saling membelakangi, saling

membid’ahkan dan mengkafirkan satu sama lain di antara

kita.

2) Ta’assub (fanatisme) terhadap suatu golongan adalah

musibah dan adzab, sedangkan berpegang teguh pada tali

Allah adalah kewajiban dan kemenangan.

3) Perbedaan pendapat di masalah-masalah furu’iyah mungkin

saja terjadi dan solusinya adalah mengembalikan masalah

tersebut kepada Al-Quran dan As-Sunnah tanpa ta’assub

(fanatisme) kepada pendapat seorang tokoh atau yang

lainnya, tetapi kita ber-ta’asub kepada kebenaran yang

dibawa oleh syariat.

4) Tujuan umat Islam adalah mencapai kebenaran, bila ada

seseorang diantara kita yang salah dinasehati untuk kembali

pada kebenaran, dengan penuh hikmah menjaga rasa cinta

dan menghindari perdebatan antara kaum muslimin.65

65 Muhammad Dinul Haq, Syeikh Sholeh al Fauzan: “Umat Islam Satu Hizb, jangan SalingMembid’ahkan”(http://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2014/02/18/16750/syeikh-sholeh-al-fauzan-umat-islam-satu-hizb-jangan-saling-membidahkan.html, diakses 26 Mei 2016jam 19:00 WIB)

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

60

3. Karya Tulis Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan telah banyak memiliki karya

tulis, diantaranya yang paling menonjol adalah:

a. At-Tahqiqat Al-Mardhiyyah Fil Mabahits Al-Fardhiyyah yang

membahas tentang hukum waris dan merupakan karya ilmiah beliau

dalam gelar master.

b. Ahkam Al-Ath’imah Fi Asy-syari’ah Al-Islamiyah yang merupakan

karya ilmiah beliau dalam gelar doktor.

c. Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad.

d. Syarah Al-‘Aqidatul Washitiyyah.

e. Al-Bayan Fima Akhtha’a Fihi Ba’dhul Kuttab.

f. Majmu’ Muhadharat Fil ‘Aqidah Wad Da’wah.

g. Al-Khuthab Al-Minbariyyah Fil Munasabat Al-‘Ashriyyah.

h. Min A’lam Al-Mujaddin Fil Islam.

i. Majmu’ Fatawa Fil ‘Aqidah Wal Fiqh, disarikan dari rekaman Tanya

jawab dalam acara “Nuwrun ‘Alad Darb” di radio.

j. Naqd Kitab Al-Halal Wal Haram Fil Islam.

k. Syarah Hadits Jibril ‘Alaihis Salam.

l. Kitabut Tauhid, terdiri dari dua jilid dan ditetapkan sebagai buku

panduan di tingkat Tsanawiyyah (setingkat SMA) oleh Departemen

Pendidikan Arab Saudi66.

66 Abdul Aziz bin Abdul Karim Al ‘Isa, Biografi Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzanhttp://www.alifta.com/Fatawa/MoftyDetails.aspx?ID=7, diakses 26 Mei 2016 jam 19:18 WIB)

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

61

B. Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab At-Tauhid Lish Shaffil

Awwal Al-‘Aliy

Setelah peneliti melakukan langkah-langkah analisa data yang terkandung

dalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, maka peneliti

memaparkan nilai-nilai pendidikan tauhid dengan cara mengelompokkannya

menjadi tiga nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku seorang muslim dalam

hubungannya kepada Allah SWT, diri sendiri dan sesama manusia.

Pengelompokan ini dilakukan oleh peneliti agar memudahkan para pembaca

dalam memahami nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam kitab

At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy Berikut ini adalah nilai utama yang

dimaksud beserta deskripsi ringkasnya:

1. Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Hubungannya Kepada Allah SWT

a. Nilai Rububiyah

الربـوبية دليل لوجوب تـوحيد االهية, فان االنسان يـتـعلق اوال مبصدر خلقه ومنشا نـفعه و ضره. مث يـنتقل بـعد ذلك اىل

67الوسائل اليت تـقربه

Artinya: “Tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya tauhiduluhiyah. Karena manusia pertama kalinya sangatbergantung pada asal kejadiannya, sumber kemanfaatandan kemadharatannya. Kemudian berpindah kepadacara-cara bertaqarrub kepadaNya.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa setiap muslim wajib

memiliki tauhid secara rububiyah, karena itu adalah sebagai syarat

67 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, (Mesir:Penerbit Darul Aqidah, 1993) hlm. 36.

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

62

keabsahan dari tauhid uluhiyah sebagai syarat diterimanya suatu

amal ibadah. Inti dari ajaran nilai rububiyah adalah sebagai berikut:

1) Rububiyah yaitu mengesakan Allah SWT dalam segala

perbuatanNya dan meyakini bahwa Dia sendiri yang

menciptakan segenap makhluk di seluruh alam semesta.68

2) Meniadakan sekutu atau pembantu bagi Allah dalam

kekuasaanNya (Qs. Luqman: 11).69

3) Allah menciptakan semua makhlukNya diatas semua fitrah

pengakuan terhadap rububiyahNya.70

b. Nilai Uluhiyah

قال له تـوحيد العبادة, باعتبار ان العبدية وصف االهلية يـ تـوحيد ٧١العبد حيث انه جيب عليه ان يـعبد الله خملصا يف ذلك

Artinya: “Tauhid uluhiyah disebut juga sebagai tauhid ibadah,karena ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang wajibmenyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantunganmereka kepadanya.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa dalam tauhid uluhiyah,

seorang muslim wajib mengesakan Allah dengan perbuatan para

hamba berdasarkan niat taqarrub yang telah disyari’atkan oleh Allah.

Karena tauhid uluhiyah juga disebut sebagai tauhid ibadah. Inti ajaran

dari nilai uluhiyah adalah sebagai berikut:

68Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 22.69 Ibid.,. hlm 23.70 Ibid.71 Ibid.,. hlm. 43.

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

63

1) Uluhiyah yaitu mengesakan Allah dengan perbuatan para

hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyari’atkan seperti

do’a, nadzar, kurban, raja’ (pengharapan), takut, tawakkal,

raghbah (senang), rahbah (takut) dan inabah

(kembali/taubat).

2) Setiap muslim yang mengakui Allah secara uluhiyah maka

ia harus merealisasikannya dengan beribadah kepada Allah

seperti melaksanakan shalat, puasa, zakat dan haji.

3) Tauhid uluhiyah merupakan inti dakwah para rasul, mulai

rasul yang pertama hingga yang terakhir.

c. Nilai Asma’ wa Shifat

هذه األمساء الكرمية ليست جمرد امساء ال تدل على معان لة وصفات وصفات, بل هي امساء كرمية تدل على معان جليـ

٧٢عظيمة

Artinya: “Nama-nama yang mulia ini bukanlah sekedar namakosong yang tidak mengandung makna dan sifat, justruia adalah nama-nama yang menunjukkan makna yangmulia dan sifat yang agung.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa seorang muslim

wajib beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya dan

sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an dan sunnah rasulNya.

Nama-nama ini memiliki makna yang mulia dan sifat Allah

sangatlah berpengaruh baik bagi perilaku individu maupun

72 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 74.

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

64

perorangan dalam hubungannya kepada Allah. Inti ajaran dari nilai

asma’ wa shifat adalah sebagai berikut:

1) Mengimani nama-nama Allah dan sifat-sifatNya.

2) Allah meniadakan sesuatu yang menyerupaiNya dan Dia

menetapkan bahwa Dia adalah Maha Mendengar dan

Maha Melihat.73

3) Allah memiliki sifat-sifat yang terbagi menjadi dua

bagian. Pertama adalah sifat dzatiyah dan bagian kedua

adalah sifat fi’liyah.

4) Sifat dzatiyah seperti: al-‘ilmu, al-qudrah (kekuasaan), as-

sam’i (mendengar), al-bashar (melihat), al-‘izzah

(kemuliaan), al-hikmah, al-‘uluw (ketinggian), al-

‘adzomah (keagungan), al-wajhu (wajah). Kemudian sifat

fi’liyah seperti: al-istiwa’ ‘alal ‘arsy (bersemayam diatas

‘Arsy), al-ityan dan al-maji’ (datang).74

d. Nilai Taat Kepada Allah

عة للله فهذه املخلوقات صامته و ناطقها وحيـها وميتتـها كلها مطيـقادة ألمره الكوين 75منـ

Artinya: “Maka seluruh makhluk, baik yang berbicara maupunyang tidak, yang hidup maupun yang mati, semuanyatunduk kepada perintah kauniyah Allah.”

73 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 70.74 Ibid., hlm. 75.75Ibid., hlm. 31.

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

65

Keterangan diatas menunjukkan bahwa seluruh makhluk pada

asalnya semuanya taat kepada Allah SWT secara ridha dan ikhlas.

Taat kepada Allah. berarti patuh, tunduk dan setia kepada Allah.

Inti ajaran nilai taat kepada Allah adalah sebagai berikut:

1) Mentaati dan konsisten terhadap syari’at Allah serta

meninggalkan syari’at-syari’at lainnya.76

2) Melaksanakan tugas sesuai dengan tugasnya masing-

masing sebagai makhlukNya serta mematuhi peran

yang diberikanNya.77

e. Nilai Ihsan Kepada Allah

بااحلسن الذي حيبه جيمع كمال االخالص لله و هو االحسان 78الله

Artinya: “Ihsan yaitu mengandung kesempurnaan ikhlas kepadaAllah dan perbuatan baik yang dicintai oleh Allah.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa perbuatan ihsan

kepada Allah adalah suatu daya dan upaya untuk senantiasa berbuat

baik bahkan yang terbaik dalam mengabdi kepada Allah dengan

segala cara dan upaya manusia itu sendiri. Inti ajaran dari nilai

ihsan adalah senantiasa menyembah kepada Allah seolah-olah dia

melihatNya. Jika dia tidak bisa melihatNya maka sesungguhnya

Allah melihat dia.

76Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 54.77 Ibid., hlm. 34.78Ibid., hlm. 63.

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

66

2. Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Hubungannya Kepada Diri Sendiri

a. Nilai Aqidah Shahihah

ين و تصح معه عقيدة الصحيحة هي األساس الذي يـقوم عليه الد79األعمال

Artinya: “Aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunanagama serta merupakan syarat sahnya amal.”

Keterangan diatas menjelaskan bahwa di dalam agama

Islam, seorang muslim harus memiliki aqidah yang benar (aqidah

shahihah) agar memiliki ikatan yang kuat kepada Allah serta

terhindar dari penyimpangan-penyimpangan aqidah. Inti ajaran dari

nilai aqidah shahihah adalah sebagai berikut:

1) Aqidah adalah taufiqiyah, artinya tidak bisa ditetapkan

selain menggunakan dalil syar’i (Al-Qur’an dan As-

Sunnah).80

2) Penyimpangan dari aqidah yang benar adalah kehancuran

bagi setiap muslim.81

3) Sebab-sebab penyimpangan aqidah yaitu:

a) Enggan mempelajari aqidah shahihah.

b) Ta’ashshub (fanatik kepada sesuatu yang diwarisi dari

nenek moyangnya sekalipun hal itu bathil.

79 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 9.80 Ibid., hlm. 11.81 Ibid., hlm. 12.

Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

67

c) Taqlid buta dalam mengambil pendapat manusia

dalam masalah aqidah tanpa mengetahui dalilnya dan

tanpa diselidiki terlebih dahulu kebenarannya.

d) Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan

orang-orang shalih (Qs. Nuh: 23).

e) Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah.

f) Rumah tangga yang kosong dari pengarahan yang

benar menurut Islam.

g) Kurangnya media pendidikan dan media informasi

yang menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam.82

4) Cara menanggulangi penyimpangan aqidah:

a. Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah

SAW dalam mengambil aqidah shahihah.

b. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah,

aqidah salaf di berbagai jenjang pendidikan.83

b. Nilai Shahihul Ibadah

ها اال بدليل من الكتاب العبادات تتـوففقية مبعىن انه اليشرع شيء منـ84والسنة

Artinya: “Ibadah adalah perkara taufiqiyah. Artinya tidak ada suatu

bentuk ibadah pun yang disyari’atkan kecuali berdasarkan

Al-Qur’an dan As-Sunnah.”

82 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 13.83 Ibid., hlm.15.84 Ibid., hlm 57.

Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

68

Keterangan diatas menjelaskan bahwa ibadah yang benar

(shahihul ibadah) adalah taat pada Allah dengan melaksakan ibadah

sesuai dengan manhaj Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun inti ajaran

dari nilai shahihul ibadah adalah sebagai berikut:

1) Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang

dicintai dan diridhai Allah SWT,baik berupa ucapan atau

perbuatan, yang zhahir maupun yang batin.85

2) Istiqamah dalam beribadah dalam melaksanakan ibadah

pada jalan tengah, tidak kurang atau lebih dan sesuai

dengan petunjuk syari’at serta tidak melampaui batas.86

3) Ibadah dilandasi oleh tiga pilar sentral, yaitu hubb

(cinta), khauf (takut) dan raja’ (harapan).87

4) Syarat diterimanya ibadah:

a) Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar

dan kecil.

b) Sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.88

c. Nilai Konsekuen Syahadatain

يع المعبودات و طاعة مقتضي الشهادتـني: هو تـرك عبادة ماسوى الله من مج89الرسول الله, تصديـقه وتـرك ما نـها

Artinya: “Konsekuensi syahadatain: Yaitu meninggalkan ibadahkepada selain Allah dari segala macam yangdipertuhankan dan mentaati Rasulullah,

85 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 55.86 Ibid., hlm. 57.87 Ibid., hlm. 59.88 Ibid., hlm. 61.89Ibid., hlm. 50.

Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

69

membenarkannya dan meninggalkan apa yangdilarangnya.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa seorang muslim harus

selalu menjaga konsekuen kalimat syahadatain yang telah ia

ikrarkan dari hal-hal yang dapat membatalkannya. Inti ajaran dari

nilai konsekuen syahadatain adalah sebagai berikut:

1) Makna syahadat laa ilaaha illallah yaitu beri’tiqad dan

berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah

dan menerima ibadah kecuali Allah SWT.90

2) Makna syahadat anna muhammadarrasulullah yaitu

mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba

Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara

keseluruhan serta mengamalkan konsekuensinya:

mentaati perintahnya, membenarkan ucapannya dan

menjauhi larangannya.91

3) Pembatal syahadatain:

a) Syirik dalam beribadah kepada Allah.

b) Meyakini bahwa selain petunjuk Nabi SAW lebih

sempurna dari petunjuk beliau atau hukum yang lain

lebih baik dari hukum beliau.

c) Menghina sesuatu dari ajaran Islam.

d) Sihir.

90 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 45.91 Ibid., hlm. 45.

Page 87: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

70

e) Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka

dalam memusuhi umat Islam.

f) Berpaling dari agama Allah.92

d. Nilai Manhaj Salaf

كان منحج السلف الصالح ومن تبعهم يف تـلقي العقيدة مقصورا 93على الكتاب والسنة

Artinya: “Manhaj salafus shalih dan para pengikutnya dalammengambil aqidah terbatas pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa seorang muslim

hendaknya senantiasa mengikuti jalan para ulama’ salafus shalih

(para shahabat, tabi’in dan tabi’in) dalam memahami Al-Qur’an

dan As-Sunnah. Inti ajaran dari nilai manhaj salaf adalah sebagai

berikut:

1) Mengimani, menyakini dan mengamalkan segala apa yang

ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah.94

2) Meneladani para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in

dengan cara mengikuti pemahaman mereka dalam

memahami aqidah shahihah.

3) Berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan

kesatuan kata, kebenaran aqidah dan kesatuan manhaj.95

92 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 51.93 Ibid., hlm. 11.94 Ibid.95 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 11.

Page 88: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

71

3. Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Hubungannya Kepada Sesama Manusia

a. Nilai Dakwah Tauhid

دون للناس عقيدة السلف ويـردون ضالالت قيام دعاة مصلحني جي دها 96املنحرفني عنـ

Artinya: “Menyebarkan para da’i (pendakwah) yang meluruskanaqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salafusshalih serta menjawab dan menolak seluruh aqidahbathil.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa untuk memperkuat

aqidah pada diri setiap muslim di suatu daerah terutama pada wilayah

yang jarang dijadikan sebagai medan dakwah maka peran para da’i

(pendakwah) adalah terjun untuk berdakwah meluruskan aqidah umat

Islam dengan mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak

seluruh aqidah batil. Adapun inti ajaran dari nilai manhaj salaf ini

adalah sebagai berikut:

1) Memberikan pengajaran terhadap aqidah shahihah.

2) Mencegah manusia dari perbuatan yang dapat merusak

aqidah.97

b. Ihsan Kepada Manusia

االحسان هو انـعام على الغري و احسان يف فعله و ذلك باتـقانه 98وامتامه

Artinya: “Ihsan yaitu memberikan kebaikan kepada orang lain danmemperbaiki perbuatannya dengan menyempurnakandan membaikkannya.”

96 Ibid., hlm. 15.97 Ibid., hlm. 12.98 Ibid., hlm. 62.

Page 89: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

72

Keterangan diatas menunjukkan bahwa seorang muslim yang

mulia adalah senantiasa berbuat kebaikan terhadap sesama, yakni

segala sesuatu yang menyenangkan dan terpuji dan selalu

menginstropeksi dirinya setiap waktu. Adapun inti ajaran dari nilai

ihsan kepada manusia adalah sebagai berikut:

1) Ihsan adalah berbuat suatu kebaikan kepada diri sendiri dan

orang lain.

2) Allah mencintai hambanya yang berbuat ihsan (Qs. Al-

Baqarah: 112).99

c. Wala’ dan Bara’

و مكانة الوالء والبـراء يف االسالم مكانة عظيمة, وجوب مواالة 100املؤمنني ومعادة الكافرين

Artinya: “Kedudukan wala’dan bara’ dalam Islam sangatlahmulia, wajib loyalitas kepada mukmin dan memusuhiorang-orang kafir.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa setiap muslim wajib

menjaga kesatuan dan persatuannya terhadap orang-orang mukmin

dan menjauhi orang-orang kafir dalam hal ajaran agama mereka.

Adapun inti ajaran dari nilai wala’ dan bara’ adalah sebagai

berikut:

99 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 61.100 Ibid., hlm 97.

Page 90: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

73

1) Wala’ artinya dekat. Yang dimaksud dengan wala’ disini

adalah dekat kepada kaum muslimin dengan mencintai,

membantu dan menolong mereka (Qs. Al-Mujadilah: 22).

2) Bara’ artinya memutus. Yang dimaksud dengan bara’

adalah memutus ikatan hati dengan orang-orang kafir

sehingga tidak lagi mencintai, membantu dan menolong

mereka (Qs. Al-Maidah: 51).101

3) Kedudukan al-wala’ wal bara’ dalam Islam sangatlah

tinggi, karena dialah tali iman yang paling kuat.102

C. Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid dan Implikasinya Dalam Kehidupan

Sehari-Hari.

Pada pembahasan ini peneliti memaparkan sekilas data dari penjelasan

mengenai implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-

hari. Dari nilai-nilai pendidikan tauhid yang telah dipaparkan pada

pembahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa pendidikan tauhid adalah

suatu sistem penanaman nilai-nilai tauhid kepada masyarakat guna

memperkuat keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT.

Pengalaman tauhid merupakan pengalaman yang bersifat suci, maka

pengalaman ini dalam kehidupan manusia akan menjadi sumber inspirasi

kehidupan jiwa dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. Hal ini disebabkan

tauhid akan mendidik jiwa setiap manusia untuk mengikhlaskan seluruh

hidup dan kehidupannya hanya kepada Allah semata. Tujuan hidup hanyalah

101 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm 96.102Ibid., hlm. 97.

Page 91: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

74

kepada Allah dan mengharap atas segala keridhaan-Nya, yang akhirnya akan

membawa konsekuensi pembinaan karakter yang agung dan menjadi manusia

yang suci, jujur dan teguh memegang amanah Allah. Berikut ini adalah nilai-

nilai pendidikan tauhid dan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari:

1. Nilai Rububiyah dan Implikasinya Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Dalam kehidupan ini, manusia akan selalu merasakan berbagai

manfaat dan kenikmatan yang tak terhitung dan tidak akan mampu

disebutkan satu per satu. Karena hal ini menunjukkan bahwa luasanya

rahmat Allah, benar-benar adanya Dia serta kebaikanNya terhadap

makhlukNya. Semua itu akan mendorong kita untuk mengagungkan

Yang Maha menciptakan dan membuatnya, mensyukurinya, senantiasa

menggerakkan bibir untuk berdzikir padaNya dan mengikhlaskan

agama ini hanya milik Allah. Maka, implikasi nilai rububiyah dalam

kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

a. Menjadikan manusia untuk konsisten dalam mengakui

keesaan Allah sebagai Pencipta alam semesta serta

mengetahui bukti-bukti tentang kebenaran seluruh

ciptaanNya.

b. Mengingatkan manusia untuk selalu memikirkan ayat-ayat

kauniyah.

c. Mengingatkan manusia untuk selalu memikirkan banyak

nikmat dan ciptaan Allah SWT.

Page 92: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

75

2. Nilai Uluhiyah dan Implikasinya Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Tauhid uluhiyah mengandung tauhid rububiyah dan tauhid asma’

wa shifat. Barangsiapa yang hanya beribadah kepada Allah dan beriman

bahwa Dia-lah semata-mata yang berhak untuk disembah, maka itu

menunjukkan bahwa ia beriman kepada rububiyahNya dan asma’ wa

shifatNya. Maka, implikasi nilai uluhiyah dalam kehidupan sehari-hari

adalah sebagai berikut:

a. Mampu menata diri dan niat dalam melaksanakan ibadah

mahdhah (ritual) untuk ikhlas hanya kepada Allah serta

melaksanakannya sesuai dengan tata cara yang

dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

b. Mampu menerapkan ibadah ‘ammah (sosial) secara adil

dan bijak.

3. Nilai Asma’ wa Shifat dan Implikasinya Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Mengenal dan memahami nama-nama Allah SWT yang maha

indah dan sifat-sifatNya yang Maha Sempurna merupakan pembahasan

yang sangat penting dalam agama Islam, bahkan termasuk bagian

paling penting dan utama dalam mewujudkan keimanan yang sempurna

kepada Allah SWT. Maka, implikasi nilai asma’ wa shifat dalam

kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

Page 93: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

76

a. Konsisten dalam mengakui keesaan Allah yang memiliki

asma’ (nama) dan sifat-Nya yang semuanya adalah husna

(sangat baik).

b. Mengingatkan manusia untuk memperbanyak dzikir disetiap

saat.

c. Mengajarkan manusia untuk mengenal nama-nama Allah SWT

yang baik.

d. Nilai Taat Kepada Allah dan Implikasinya Dalam Kehidupan Sehari-

Hari

Ketaatan kepada Allah tidak hanya asal taat begitu saja. Dalam

pengimplementasiannya, ketaatan kepada Allah harus benar-benar

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tanpa alasan apapun. Sebagai

utusan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW mempunyai tugas untuk

menyampaikan amanat kepada umat manusia tanpa memandang

jabatan, suku dan sebagainya. Oleh karena itu bagi setiap muslim yang

taat kepada Allah harus senantiasa melengkapinya dengan menaati

segala perintah Rasulullah SAW sebagai utusannya. Maka, implikasi

nilai taat kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai

berikut:

1) Menjadikan manusia semakin dekat dan merasa mendapatkan

pengawasan dari Allah.

2) Mengajarkan kepada manusia untuk bersabar dalam menjalani

realita hidup.

Page 94: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

77

e. Nilai Ihsan Kepada Allah dan Implikasinya Dalam Kehidupan Sehari-

Hari

Ihsan kepada Allah adalah beribadah kepada Allah Azza wa Jalla

dan berbuat baik kepada makhluk-makhlukNya. Ketika beribadah

kepada Allah, dia berusaha merasakan seolah-olah melihat dan

menyaksikanNya. Jika seandainya tidak mampu menghadirkan hati

untuk itu maka ia meyakini bahwa Allah sedang melihat atau

menyaksikannya. Maka, implikasi nilai ihsan kepada Allah adalah

sebagai berikut:

1) Mengajarkan kepada manusia untuk selalu berhusnuzhon

terhadap apa yang Allah berikan kepadanya.

2) Menerima segala kehendak yang Allah berikan baik berupa

takdir yang baik maupun yang buruk.

3) Mengajarkan kepada manusia untuk berbuat baik bahkan

yang terbaik dalam mengabdi kepada Allah.

f. Nilai Aqidah Shahihah dan Implikasinya Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Aqidah shahihah memberikan peranan yang besar dalam

kehidupan seseorang, karena tanpa aqidah yang benar, seseorang akan

terbenam dalam keraguan dan berbagai prasangka yang lama-kelamaan

akan menutup pandangannya dan menjauhkan dirinya dari jalan hidup

kebahagiaan. Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah

dipengaruhi dan dibuat ragu oleh informasi yang menyesatkan

Page 95: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

78

keimanan. Maka, implikasi nilai aqidah shahihah dalam kehidupan

sehari-hari adalah sebagai berikut:

1) Menjadikan manusia yang memiliki keyakinan dan komitmen

yang kokoh.

2) Menjadikan manusia lebih antisipatif terhadap paham-paham

yang menyimpang dari aqidah shahihah.

3) Menuntun manusia menuju kehidupan yang lebih terarah.

g. Nilai Shahihul Ibadah dan Implikasinya Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Hakikat dan landasan ibadah kepada Allah ialah cinta sempurna

dan ketundukan yang sempurna kepadaNya. Barangsiapa mencintai

sesuatu yang tidak dipatuhinya, maka ia tidak menghamba kepadaNya.

Demikian pula barangsiapa yang tunduk dan patuh kepada sesuatu yang

tidak dicintaiNya, maka ia bukan menghamba kepadaNya. Maka,

implikasi nilai shahihul ibadah dalam kehidupan sehari-hari adalah

sebagai berikut:

1) Mengajarkan manusia untuk senantiasa menjadikan Al-Qur’an

dan As-Sunnah sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu

ibadah.

2) Mengikuti tata cara pelaksanaan ibadah yang sesuai dengan

tuntunan Rasulullah SAW.

Page 96: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

79

h. Nilai Konsekuen Syahadatain dan Implikasinya Dalam Kehidupan

Sehari-Hari

Syahadatain (Asyhadu anlaa ilaaha illallah wa asyhadu anna

muhammadarrasuwlullah) bukanlah sesuatu yang asing bagi setiap

muslim. Bahkan lisan mereka seringkali melafalkan dua kalimat tersebut.

Namun boleh jadi banyak diantara kaum muslimin yang belum memahami

kandungan makna dan hakikat syahadat tersebut. Maka, implikasi nilai

konsekuen syahadatain dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai

berikut:

1) Mengajarkan manusia untuk selalu konsekuensi terhadap apa

yang telah ia ikrarkan kepada Allah dan RasulNya.

2) Mengajarkan manusia kepada keikhlasan dalam beribadah

hanya untuk Allah dan menjauhkan diri dari kesyirikan.

i. Nilai Manhaj Salaf dan Implikasinya Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Manhaj salaf merupakan manhaj yang harus diikuti dan dipegang

erat-erat oleh setiap muslim dalam memahami agamanya. Karena

demikianlah yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan demikian

pula yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW di dalam sunnahnya.

Sedangkan Allah telah berwasiat kepada kita:

….

Artinya: “…..kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentangsesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (AlQuran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar

Page 97: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

80

beriman kepada Allah dan hari kemudian. yangdemikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baikakibatnya.” (Qs. An-Nisaa’: 59)103

Maka, implikasi nilai manhaj salaf dalam kehidupan sehari-hari

adalah sebagai berikut:

1) Menjadikan manusia untuk senantiasa mengikuti pemahaman

para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in dalam mengambil

aqidah yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

2) Mengarahkan manusia untuk mengedepankan dalil naqli

daripada aqli.

j. Nilai Dakwah Tauhid dan Implikasinya Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Agama Islam bila semakin jauh dari zaman kenabian sebagai sumber

cahayanya, maka akan semakin besar kemungkinan seseorang akan

terkontaminasi dengan berbagai penyimpangan dan syubhat sebagaimana air

yang telah jauh dari sumbernya. Sudah banyak kejadian yang telah menjadi

saksi akan hal ini, berapa banyak penyimpangan yang menyusup masuk ke

dalam Islam dan berapa banyak pemikiran-pemikiran sesat yang tumbuh

subur dan berkembang di negeri ini. Dengan demikian, dakwah kepada

perbaikan aqidah harus senantiasa diprioritaskan kembali untuk menjaga

dan membantah pemikiran-pemikiran sesat tersebut yang diusung oleh

orang-orang yang berusaha menyelewengkan Islam dari manhajnya untuk

menjauhkan manusia dari fitrah penciptaannya. Maka, implikasi nilai

dakwah tauhid dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

103 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.128.

Page 98: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

81

1) Menumbuhkan rasa kepedulian terhadap pengajaran aqidah dan

tauhid.

2) Menumbuhkan rasa solid untuk menyeru kepada tauhid sebelum

menyatukan umat dan mengajak manusia kepada agama Islam

yang benar.

3) Mewujudkan manusia yang muwahhid (mengesakan Allah).

k. Nilai Ihsan Kepada Manusia dan Implikasinya Dalam Kehidupan

Sehari-Hari.

Keutamaan berbuat baik kepada sesama manusia merupakan buah

keimanan yang mengantarkannya pada amal shaleh yang dimana Allah

akan membalasnya dengan berbagai macam kebaikan pula. Karena hal

ini akan memperkuat keimanan dan cinta akan kebaikan serta lebih

mendekatkan diri kepadaNya dan mengikhlaskan amalan hanya untuk

Allah SWT. Maka, implikasi nilai ihsan kepada manusia dalam

kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

1) Menumbuhkan rasa saling tolong-menolong dalam hal

kebaikan.

2) Mewujudkan manusia yang cinta akan kebaikan.

l. Nilai Wala’ wal Bara’ dan Implikasinya Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Wala’ wal Bara’ dapat didefinisikan sebagai penyesuaian diri

seorang hamba terhadap apa yang dicintai dan diridhai Allah serta apa

yang dibenci dan dimurkai oleh Allah dalam hal perkataan, perbuatan

Page 99: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

82

dan kepercayaan. Maka, implikasi nilai wala’ wal bara’ dalam

kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

1) Menumbuhkan rasa respect, solid dan loyal terhadap umat

Islam dan membenci sikap orang-orang kafir yang merusak

Islam.

2) Mewujudkan persatuan Islam.

Page 100: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

83

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab At-Tauhid Lish

Shaffil Awwal Al-‘Aliy

Nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil

Awwal Al-‘Aliy adalah suatu kumpulan konsep yang memuat proses

pengubahan sikap atau tingkah laku seseorang dalam mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses pembiasaan dan cara

mendidik agar mampu mengembangkan dan memantapkan kompetensi

sebagai seorang muslim dalam mengenal keesaan Allah SWT. Kemudian

mampu menghambakan diri kepada-Nya, beribadah kepada-Nya secara

baik dan benar berdasarkan keterangan serta penjelasan menurut

pemahaman salafus shalih seputar aqidah dan tauhid berdasarkan dalil-

dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai cara bagi seorang muslim untuk

mengesakan Allah SWT dan berusaha sekuat tenaga menjauhkan diri dari

penyimpangan-penyimpangan yang akan menodainya. Adapun deskripsi

nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal

Al-‘Aliy sebagai berikut:

Page 101: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

84

1. Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Hubungannya Kepada Allah SWT

a. Nilai Rububiyah

Tauhid rububiyah adalah mengimani Allah secara rububiyah

yaitu mengesakan Allah SWT dalam segala perbuatanNya dengan

meyakini bahwa Allah sendiri yang menciptakan segenap

makhluk104 Dalam bahasa yang sederhana, tauhid rububiyah juga

bisa dikatakan sebagai keyakinan bahwa Allah itu adalah satu-

satunya pelaku atau subjek tunggal. Dalam bahasa aqidah disebut

dengan tauhidullah biaf’alihi (mentauhidkan Allah melalui

perbuatanNya).105

Jalan fitrah untuk menetapkan tauhid uluhiyah adalah

berdasarkan tauhid rububiyah. Karena manusia pertama kalinya

sangat bergantung kepada asal kejadiannya, sumber kemanfaatan

dan kemadharatannya. Setelah itu berpindah kepada cara-cara yang

bisa membuat ridhaNya dan yang menguatkan hubungan antara

dirinya dan Tuhannya. Maka tauhid rububiyah adalah pintu

gerbang dari tauhid uluhiyah.106

Kemudian jenis tauhid ini diakui oleh semua orang. Tidak ada

umat manapun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah

difitrahkan untuk mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan

terhadap yang lainNya. Adapun orang yang paling dikenal

104 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, (Mesir:Penerbit Darul Aqidah, 1993) hlm. 22.

105 Darwis Abu Ubaidah, Panduan Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah, (Jakarta: Penerbit Al-Kautsar, 2008), hlm. 130.

106 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 36.

Page 102: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

85

pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun demikian di hatinya

masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa As.

Kepada Fir’aun:

Artinya: “Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui,bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itukecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagaibukti-bukti yang nyata; dan Sesungguhnya aku mengirakamu, Hai Fir'aun, seorang yang akan binasa". (Qs. Al-Israa’: 102)107

Musa juga menceritakan tentang Fir’aun dan kaumnya:

Artinya: “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dankesombongan (mereka) Padahal hati mereka meyakini(kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahanorang-orang yang berbuat kebinasaan.” (Qs. An-Naml:14)108

Pengakuan terhadap kerububiyahan Allah tidak akan

menyebabkan seseorang tersebut berubah status dari kafir kepada

iman, dari syirik kepada tauhid. Yang demikian itu karena

mengimani Allah secara rububiyah baru sebatas pengakuan bahwa

Allah ditauhidkan dalam segala perbuatanNya.109 Tauhid rububiyah

107 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.439.

108 Ibid., hlm. 594.109 Darwis Abu Ubaidah, op.cit., hlm. 131.

Page 103: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

86

ini tidak bermanfaat bagi seseorang yang mengimaninya, kecuali dia

diberi petunjuk untuk beriman kepada dua macam tauhid lainnya,

yaiti tauhid uluhiyah dan tauhid asma’ wa shifat.110

Perilaku manusia yang mentauhidkan Allah secara rububiyah

bisa diwujudkan dalam bentuk mensyukuri segala nikmat dan

anugerah yang Allah berikan terhadap dirinya, selalu bermunjat

kepadaNya disetiap waktu dan dalam segala kondisi kemudian

menggantungkan seluruh harapan dan cita-cita kepada Allah semata.

Namun tauhid rububiyah masih belum bisa dikatakan sebagai

penyelamat bagi keimanan seseorang. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

memberikan penjelasan bahwa,

Seandainya keimanan kepada tauhid rububiyah ini sajadapat menyelamatkan, tentunya orang-orang musyriktelah diselamatkan. Akan tetapi urusan yang amatpenting dan menjadi penentu adalah keimanan kepadatauhid uluhiyah yang merupakan pembeda antaraorang-orang musyrikin dan orang-orang yangmentauhidkan Allah Ta’ala.111

Dengan demikian, maka seseorang tidak dapat dikatakan

sebagai orang yang mentauhidkan Allah dalam uluhiyahNya serta di

dalam asma’ dan shifatnya jika seseorang tersebut hanya sebatas

menetapkan Allah sebagai Rabb segala sesuatu.

110 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, 2008, Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, (Bogor:Pustaka Imam Syafi’i) hlm. 151.

111 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Madaarijus Saalikin, (Kairo: Darul Hadits, 1997) hlm. 355.

Page 104: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

87

b. Nilai Uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para

hamba berdasarkan niat taqarrub yang telah disyari’atkan oleh Allah

seperti do’a, nadzar, kurban, raja’ (pengharapan), takut, tawakkal,

raghbah (senang), rahbah (takut) dan inabah (kembali/taubat)”.112

Dan tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul yang

pertama hingga yang terakhir. Di dalam Al-Qur’anul Karim diceritakan

bahwa setiap rasul yang diutus oleh Allah kepada kaumnya selalu

memberikan perintah tauhid uluhiyah melalui dakwah yang mereka

jalankan. Sebagaimana yang diucapkan Nabi Nuh, Hud, Shalih,

Syu’aib dan lain-lain:

…… ……Artinya: “…Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada

Tuhan bagimu selain-Nya …." (Qs. Al-A’raf: 59, 65, 73,85)113

Tauhid uluhiyah menjadi salah satu faktor yang sangat

penting setelah manusia mengimani tauhid rububiyah. Kamilah Al-

Kiwari menjelaskan bahwa,

Makna tauhid uluhiyah adalah mengesakan AllahTa’ala dalam beribadah, dalam ketundukan danketaatan secara mutlak. Oleh sebab itu tidak diibadahikecuali Allah semata dan tidak boleh dipersekutukandenganNya sesuatu apapun baik yang ada di bumiataupun di langit. Tauhid tidak akan benar-benarterwujud selama tauhid uluhiyah belum menyertaitauhid rububiyah. Karena sesungguhnya hal ini

112 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 43.113 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.

231, 232, 235.

Page 105: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

88

(tauhid rububiyah) tidaklah mencukupi. Orang-orangmusyrik arab dahulu pun telah mengakui hal ini,tetapi ternyata hal itu belum memasukkan mereka kedalam Islam. Hal itu dikarenakan merekamempersekutukan Allah dengan sesembahan lainyang tentu saja Allah tidak menurunkan keteranganatasnya sama sekali dan mereka pun mengangkatsesembahan-sesembahan lain bersama Allah114

Permasalahan tauhid sangatlah penting dalam kacamata Islam.

Kesalahan dan penyimpangan dalam masalah ini sangat berbahaya

sehingga Rasulullah SAW dan para ulama’ memberikan perhatian

serius dalam permasalahan ini. Khususnya tauhid uluhiyah atau

tauhid ibadah yang langsung menjadi esensi peribadatan setiap

manusia.

Menyeru kepada manusia untuk memahami dan meyakini

tauhid dengan baik dan benar adalah satu keharusan yang wajib

diperhatikan dan tidak boleh diremehkan, karena itu adalah harus

diprioritaskan dan pertama bagi para hamba Allah yang

menginginkan kebahagian baik di dunia maupun di akhirat.

Ironisnya, banyak sekali kaum muslimin masih meremehkan dan

bersikap apatis dengan tauhid uluhiyah ini dengan tidak mempelajari

dan mengajak manusia kepada hal ini. Padahal, banyak sekali

kesyirikan dilakukan kaum muslimin dalam keadaan mereka tidak

mengetahui hal itu adalah suatu kesyirikan dan lawan dari tauhid

114 Kholid Syamhudi, Tauhid Uluhiyah: Kewajiban Pertama Seorang Manusia(https://irdhamapriadi.wordpress.com/tag/tauhid-dasar-pendidikan/, diakses 27 Mei 2016 jam20:22 WIB)

Page 106: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

89

uluhiyah. Semua ini tidak lepas dari lemahnya pemahaman mereka

terhadap tauhid uluhiyah dan kandungan serta tuntutannya.

Bila melihat kepada kejahilan banyak kaum muslimin terhadap

tauhid uluhiyah ini tidak lepas dari beberapa sebab, di antaranya:

1) Kaum Muslimin belum mengerti urgensi tauhid dan

kewajibannya seputar masalah ini. Tidak adanya

dakwah yang benar dalam menjelaskan kepada mereka

permasalahan tauhid ini.

2) Adanya ke-bid’ah-an yang terus dikembangkan para

musuh Allah dengan sengaja dan kaum muslimin

sendiri tanpa sadar yang menutup dan menghalangi

mereka mendengarkan kenbenaran.

3) Adanya para da’i (pendakwah) yang menyeru mereka

untuk meninggalkan ilmu dan meremehkan

permasalahan tauhid ini.

4) Mengutamakan tradisi-tradisi budaya dengan

mengesampingkan syariat, sehingga dengan dalih

mengembangkan tradisi budaya mereka kembangkan

beranekaragam kesyirikan, seperti sedekah laut dan

sebagainya.115

Dalam pembahasan tauhid uluhiyah ini, dapat diketahui

bahwa Allah sangat membenci para hambanya yang melakukan

115 Kholid Syamhudi, Tauhid Uluhiyah: Kewajiban Pertama Seorang Manusia(https://irdhamapriadi.wordpress.com/tag/tauhid-dasar-pendidikan/, diakses 27 Mei 2016 jam20:22 WIB)

Page 107: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

90

perbuatan syirik kepadaNya. Seperti yang dikutip oleh Yazid bin

Abdul Qadir Jawas, Shalih Al-Fauzan menjelaskan bahwa,

Sungguh Allah tidak ridha jika dipersekutukandengan suatu apapun. Apabila ibadah tersebutdipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunyajatuh kepada syirkun akbar (syirik yang besar) dantidak diampuni dosanya.116

Perilaku manusia yang mentauhidkan Allah secara uluhiyah bisa

diwujudkan dalam bentuk senantiasa mencintai, mengagungkan dan

menyembah Allah melalui berbagai bentuk ibadah yang

disyari’atkan tanpa menodainya dengan perbuatan syirik dengan

mengharap dan meminta sesuatu kepada selain Allah. Mengajak

kerabat, teman dan saudara semuslim untuk selalu berusaha berada

di jalan yang haq (benar) kemudian tunduk dan patuh kepada

perintah dan larangan Allah.

Dengan demikian, maka tauhid uluhiyah menunjukkan bahwa

semua ibadah harus tertuju kepada Allah SWT baik dalam segi

pengagungan, penghormatan, rasa takut, do’a, pengharapan, taubat,

tawakkal, minta pertolongan dan penghambaan dengan rasa cinta

yang paling dalam. Semua yang telah disebutkan itu wajib

diterapkan secara akal, syara’, dan fitrah agar ditujukan khusus

hanya kepada Allah SWT semata.

116 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, op.cit., hlm. 152.

Page 108: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

91

c. Nilai Asma’ wa Shifat

Seorang muslim wajib meyakini bahwa tidak ada sesuatu pun

yang menyamai Allah dan hanya Allah saja yang memiliki sifat

kesempurnaan, keperkasaan dan kemuliaan. Tauhid asma’ wa shifat

adalah iman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatnya yang

diterangkan dalam Al Qur’an dan sunah rasulNya. Nama tersebut

menunjukkan dzat Allah dan semua sifat yang terkandung di dalamnya.

Sebuah nama menunjukkan dua perkara, sedangkan sifat mengandung

satu perkara. Sehingga nama mengandung sifat, sedangkan sifat

merupakan keharusan sebuah nama..117

Nama-nama Allah dan sifatNya adalah merupakan perkara ghaib

yang tidak bisa diketahui oleh manusia secara detail kecuali melalui

wahyu. Karena manusia tidak bisa meliputi Allah dengan ilmunya.

Sebagaimana firman Allah:

Artinya: “Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa

yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidakdapat meliputi ilmu-Nya.” (Qs. Thaha: 110)118

Pembahasan mengenai sifat adalah bagian dari pembahasan

tentang dzat. Dengan alasan tersebut, tidak mungkin akal manusia

mampu dengan sendirinya mengkaji nama-nama dan sifat-sifat Allah

serta mengetahuinya secara terperinci, baik menetapkan atau

117 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 70118 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.

489.

Page 109: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

92

menafikannya. Bagi seseorang yang melakukan hal tersebut,maka ia

telah melakukan kesalahan dan berpaling dari jalan yang lurus.119

Seorang muslim juga harus meyakini bahwa hanya Allah yang

pantas untuk memiliki nama-nama mulia yang disebutkan di Al-Qur’an

dan Al-Hadits tersebut yang dikenal dengan Asmaul Husna. Allah SWT

telah menunjukkan hal ini dalam firman Nya:

Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka bagiAllah-lah kemuliaan itu semuanya. kepadaNyalah naikperkataan-perkataan yang baik dan amal yang salehdinaikkanNya. dan orang-orang yang merencanakankejahatan bagi mereka azab yang keras. dan rencanajahat mereka akan hancur.” (Qs. Faathir: 10)120

…..Artinya: “Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang

membentuk Rupa, yang mempunyai Asmaul Husna……”(Al-Hasyr: 24)121

Kemudian tauhid asma’ wa shifat adalah sesuatu yang sangat

penting untuk kita fahami dan diamalkan sehingga seorang hamba

diharapkan agar mampu menjadi pribadi yang lebih baik bagi diri

sendiri dan masyarakat.

119 Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah Sesuai Al-Qur’an danAs-Sunnah serta Pemahaman Salafus Shalih (Jakarta:Pustaka At-Tazkia, 2006), hlm. 53.

120 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.696.

121.Ibid., hlm. 919.

Page 110: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

93

Keimanan seorang hamba kepada asma’ dan sifat-sifat Allah

memiliki faedah yang sangat banyak, diantaranya sebagai berikut:

1) Buah keimanan kepada asma’ wa shifat yang paling

besar ialah mensucikan Allah SWT dari segala

kekurangan dan cacat, mensifatiNya dengan sifat

kesempurnaan yang sesuai dengan keagunganNya,

menafikan keserupaannya dengan sifat-sifat makhluk

yang lemah dan menetapkan nama-namaNya yang

indah.

2) Orang yang meyakini diantara nama-nama Allah adalah

Al-Qawiy (Yang Mahakuat), Al-Qadir (Yang

Mahakuasa), Al-‘Aziz (Yang Mahaperkasa) dan Dia

akan senantiasa memberikan perlindungan dan

pertolongan kepada orang-orang beriman. Makah al itu

akan mendatangkan sikap tawakkal kepada Allah,

yakin dengan pertolonganNya dan tidak berkeluh kesah

saat menghadapi musuh. Akibatnya ia akan hidup

bahagia dan percaya Allah SWT akan menjaga dan

menolongnya.

3) Barangsiapa mengetahui nama-nama dan sifat-sifat

Allah serta bertawassul kepada Allah dengannya,

niscaya Allah SWT mengabulkan doanya. Sehingga ia

Page 111: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

94

mendapatkan apa yang diharapkannya dan terhindar

dari segala sesuatu yang ditakutkannya.122

Kandungan dari asma’ wa shifat dapat menuntun manusia ke

jalan yang lurus dan memperbaiki sifat-sifatnya secara tidak

langsung. Apabila manusia telah mengenali kesempurnaan Allah dan

keindahan-Nya, maka akan menumbuhkan cinta khusus dan

kerinduan yang sangat besar untuk bertemu dengan Allah SWT

sehingga akan dapat meningkatkan ibadah-ibadah lainnya.

Perilaku manusia yang mentauhidkan Allah secara asma’ wa

shifat bisa diwujudkan dengan senantiasa berdzikir dan bershalawat

kepada Allah serta memuja-muji Allah dengan asma’ul husnaNya

(nama-namaNya yang terbaik).

d. Taat Kepada Allah SWT

Taat adalah mengerahkan segenap kemampuannya untuk

bersikap patuh, tunduk dan setia. Taat kepada Allah berarti patuh,

tunduk dan setia kepada Allah. Perwujudan sikap taat ini adalah dengan

melaksanakan perintah-perintahNya dan meninggalkan semua

laranganNya.123

Seluruh makhluk, baik yang berbicara maupun yang tidak, yang

hidup maupun yang mati, semuanya tunduk kepada perintah kauniyah

Allah. Semuanya menyucikan Allah dari segala kekurangan dan

kelemahan, baik secara keadaan maupun ucapan. Allah SWT berfirman:

122 Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, op. cit., hlm. 73.123 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 31.

Page 112: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

95

Artinya: “Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allahbersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan,bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yangmelata dan sebagian besar daripada manusia? danbanyak di antara manusia yang telah ditetapkan azabatasnya. dan Barangsiapa yang dihinakan Allah Makatidak seorangpun yang memuliakannya. SesungguhnyaAllah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Al-Hajj:18)124

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan

taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) danRasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar berimankepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebihutama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Qs. An-Nisa:59)125

Perintah taat pada ayat di atas bermakna untuk menghimpun

semua daya, yang dapat ditampung oleh kemampuan yang

digunakan dalam rangka memenuhi perintah-perintah beserta

124 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.514.

125Ibid., hlm. 128.

Page 113: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

96

segala bentuk larangan. Adapun perintah berupa "taatilah"

merupakan penekanan agar dipahami dalam arti perkenankan dan

terimalah sepenuh hati dan diwujudkan dengan pengamalan dalam

perbuatan.

Perilaku manusia dalam ketaatannya kepada Allah bisa

diwujudkan dengan cara berikhtiar dan bertawakkal kepada Allah,

melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi segenap

laranganNya baik berupa ibadah-ibadah khusus maupun ibadah-

ibadah muta’addiyah. Ibadah khusus itu seperti shalat, puasa, haji

sedangkan ibadah muta’addiyah itu seperti beramar ma’ruf nahi

munkar, jihad di jalan Allah dan yang sejenisnya.126

e. Ihsan Kepada Allah SWT

Ihsan kepada Allah adalah berbuat baik bahkan yang terbaik

dalam mengabdi kepada Allah. Dalam hal ini, ketika beribadah

kepada Allah terutama ketika shalat, ia benar-benar merasakan

seakan-akan berhadapan dan melihat Allah.127 Dalam sebuah hadits

shahih yang diriwayat oleh Bukhari dan Muslim diterangkan:

أن تـعبد الله كأنك تـراه ، فإن مل تكن تـراه فإنه يـراك « ما اإلحسان قال

Artinya: “Nabi Saw ditanya tentang Ihsan, beliau menjawab:”Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau

126 Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Ulasan Tuntas Tentang Tiga Prinsip Pokok: SiapaRabbmu? Apa Agamamu? Siapa Nabimu? (Jakarta: Darul Haq, 1999) hlm. 18.

127 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, op. cit.,hlm. 62.

Page 114: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

97

melihatnya, jika engkau tidak bisa melihatnya,sesungguhnya Ia melihatmu.” (HR. Muslim).128

Hadits diatas menjelaskan bahwa sikap ihsan kepada Allah

adalah sikap yang khusyu’ dalam beribadah, dan merasakan Allah

begitu dekat dengannya, sehingga ia merasakan selalu dalam

pengawasan Allah SWT.

Ihsan dapat diartikan puncak ibadah dan akhlak yang

senantiasa menjadi target seluruh hambah Allah SWT. Sebab, ihsan

menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dariNya.

Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai

pencapaian ini akan kehilangan peluang yang sangat mahal untuk

menduduki posisi terhormat dimata Allah SWT. Rasulullah SAW

pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh

ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah

yang sempurna dan akhlak yang mulia. Perbuatan ihsan sangatlah

dicintai oleh Allah sebagaimana dalam firmannya:

Artinya: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa

dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Qs. An-Nahl: 128)129

Pada ayat ini Allah menunjukkan keutamaan seorang

muhsin yang bertakwa kepada Allah yang senantiasa melaksanakan

128 Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Darul Fikr,1993)hlm. 1165.

129 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.421.

Page 115: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

98

kewajibannya dan meninggalkan segala yang haram. Kebersamaan

Allah dalam ayat ini adalah kebersamaan yang khusus.

Kebersamaan khusus yakni dalam bentuk dukungan, pertolongan

dan petunjuk arah yang lurus sebagai tambahan dari kebersamaan

Allah.

Sholeh Alu Syaikh memberikan penjelasan bahwa inti

yang dimaksud dengan ihsan adalah membaguskan amal. Batasan

minimal seseorang dapat dikatakan telah melakukan ihsan di dalam

beribadah kepada Allah yaitu apabila di dalam memperbagus

amalannya niatnya ikhlas yaitu semata-mata mengharap pahalaNya

dan sesuai dengan sunnah Nabi SAW. Inilah kadar ihsan yang

wajib yang harus ditunaikan oleh setiap muslim yang akan

membuat keislamannya menjadi sah. Adapun kadar ihsan yang

mustahab (dianjurkan) di dalam beribadah kepada Allah memiliki

dua tingkatan, yaitu :

a. Muroqobah.

Yakni seseorang yang beramal senantiasa merasa

diawasi dan diperhatikan oleh Allah dalam setiap

aktivitasnya. Tingkatan muroqobah yaitu apabila seseorang

tidak mampu memperhatikan sifat-sifat Allah, dia yakin

bahwa Allah melihatnya. Tingkatan inilah yang dimiliki

oleh kebanyakan orang. Apabila seseorang mengerjakan

shalat, dia merasa Allah memperhatikan apa yang dia

Page 116: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

99

lakukan, lalu dia memperbagus shalatnya tersebut. Hal ini

sebagaimana Allah berfirman:

Artinya: “Dan tidaklah engkau (Muhammad) berada dalamsuatu keadaan dan tidak membaca suatu ayatdari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatupekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmudi waktu kamu melakukannya. Tidak luput daripengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah(atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada yanglebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dariitu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yangnyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yunus: 61)130

b. Musyahadah

Tingkatan ini lebih tinggi dari yang pertama, yaitu

seseorang selalu memeperhatikan sifat-sifat Allah dan

mengaitkan seluruh aktivitasnya dengan sifat-sifat tersebut.

Pada tingkatan ini seseorang beribadah kepada Allah,

seakan-akan dia melihat-Nya. Perlu ditekankan bahwa yang

dimaksudkan di sini bukanlah melihat dzat Allah, namun

melihat sifat-sifat-Nya, tidak sebagaimana keyakinan orang-

130 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.316.

Page 117: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

100

orang sufi. Yang mereka sangka dengan

tingkatan musyahadah adalah melihat dzat Allah. Ini jelas

merupakan kebatilan. Yang dimaksud adalah

memperhatikan sifat-sifat Allah, yakni dengan

memperhatikan pengaruh sifat-sifat Allah bagi makhluk.

Apabila seorang hamba sudah memiliki ilmu dan keyakinan

yang kuat terhadap sifat-sifat Allah, dia akan

mengembalikan semua tanda kekuasaan Allah pada nama-

nama dan sifat-sifat-Nya. Dan inilah tingkatan tertinggi

dalam derajat ihsan.131

Perilaku manusia dalam ihsan kepada Allah bisa

diwujudkan dengan cara berkonsentrasi, berserah diri dan

mendekatkan diri kepada Allah dengan sungguh-sungguh dalam

segala bentuk pengabdian untuk mendapatkan ridhaNya.

2. Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Hubungannya Kepada Diri Sendiri

a. Aqidah Shahihah (Aqidah Yang Benar)

Aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama

serta merupakan syarat sahnya amal.132 Sebagaimana firman Allah

SWT:

131 Adika Mianoki, Meraih Derajat Ihsan, (https://muslim.or.id/4101-meraih-derajat-ihsan.html, diakses 29 Mei 2016 jam 9:35 WIB)

132 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 9.

Page 118: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

101

Artinya: “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamudan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jikakamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akanhapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasukorang-orang yang merugi.” (Qs.Az-Zumar:65)133

Pada mulanya manusia diciptakan Allah diatas aqidah yang

satu, yaitu aqidah tauhid. Kemudian seiring dengan perjalanan

waktu dan dinamisasi zaman, pemahaman manusia tentang

kebenaran yang sesungguhnya mulai mengalami pergeseran.

Bergeser dari yang haq kepada kebathilan. Cara melihat

kebenaran tidak lagi menggunakan sudut pandang wahyu

ilahiyah, namun melalui sudut pandang yang bersifat

materialistik. Hal ini tentu saja akan melahirkan hasil pandang

yang berbeda.134

Seorang muslim harus memiliki aqidah yang bersih

(salimul aqidah) agar memiliki ikatan yang kuat kepada Allah

serta terhindar dari penyimpangan-penyimpangan aqidah. Dengan

aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang

kuat kepada Allah SWT. Dan dengan ikatan yang kuat itu dia

tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuanNya.

133 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.755.

134 Darwis Abu Ubaidah, op. cit., hlm. 28.

Page 119: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

102

Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan

menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana

firmanNya:

Artinya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku,

semua bagi Allah Tuhan semesta alam” (Qs. Al-An’am: 162).135

Aqidah ahlussunnah merupakan jalan yang paling baik

untuk menyatukan kekuatan kaum Muslimin dan untuk

memperbaiki sesuatu yang rusak dari urusan dunia dan akhirat.

Hal ini dikarenakan aqidah ahlussunnah dapat mengembalikan

seseorang kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta jalannya kaum

Mukminin, yaitu jalannya para shahabat.136

Pada zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi dan

pemikiran kini masih saja ada segelintir manusia yang masih

mempercayai bahkan membenarkan tentang ramalan bintang atau

zodiak. Padahal perilaku tersebut sangat menyimpang dari ajaran

Islam yang mengajarkan bahwa segala bentuk takdir semuanya

telah Allah tentukan pada setiap hambaNya. Kemudian praktek

perdukunan yang semakin popouler karena pengakuan seseorang

yang mengklaim bahwa dirinya mengetahui ilmu ghaib dan

perkara-perkara yang ghaib seperti memberi kabar apa yang akan

135Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.216.

136 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, op. cit.,hlm. 94.

Page 120: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

103

terjadi di muka bumi ini dan apa akibatnya, menunjukkan dimana

tempat sesuatu yang hilang yang dimana segala upaya tersebut

dilakukan melalui permohonan kepada setan. Perdukunan ini

tidak lepas dari kemusyrikan karena tak jarang seorang dukun

meminta bantuan kepada setan kemudian menuruti segala apa

yang diminta kepadanya setelah memberikan bantuan kepada

dukun tersebut. Dalam hal ini Nabi SAW pernah bersabda:

قه مبا يـقول فـقد كفر مبا انزل على حممد من ات ى كاهنا فصدص.

Artinya: “Barangsiapa mendatangi dukun dan iamempercayai apa yang dikatakannya, makasesungguhnya ia telah kafir (ingkar) denganwahyu yang diturunkan kepada MuhammadSAW (HR. Abu Dawud)137

Diantara hal yang perlu diperhatikan dan diwaspadai

adalah bahwa para tukang sihir, dukun dan peramal itu

mempermainkan umat Islam yang dimana mereka memerintahkan

kepada orang yang sakit untuk menyembelih kurban untuk selain

Allah. Misalnya agar menyembelih kambing atau ayam dengan

ciri-ciri tertentu. Atau menuliskan kepada mereka thalasim

(tulisan mantra-mantra) syirik dan permohonan pertolongan

syaithaniyah dalam bentuk bungkusan yang dikalungkan di leher

mereka atau diletakkan di laci atau rumah mereka.138

137 Abu Dawud Sulaiman, Sunan Abu Dawud (Beirut: Darul Kitab Al-Ilmiyah, 1996) hlm.798.138 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, Kitab Tauhid 3 tarj. Ainul Haris Arifin (Jakarta:

Darul Haq, 2005) hlm. 41.

Page 121: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

104

Jadi, bila kita memperhatikan secara kritis dari fenomena-

fenomena yang telah disebutkan diatas maka dapat diambil suatu

langkah antisipatif mengenai perilaku manusia untuk menjaga

aqidahnya agar tetap berada di jalan yang benar yaitu dengan cara

menghindari hal-hal yang berkaitan dengan fenomena tersebut

dan tidak taqlid (ikut-ikutan) dalam perilaku yang termasuk

dalam menyekutukan Allah tersebut dan memperdalam kembali

ilmu agama dengan mengikuti berbagai majelis-majelis, halaqah-

halaqah yang sekarang dengan mudah bisa kita jumpai di berbagai

tempat.

b. Shahihul Ibadah (Ibadah Yang Benar)

Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah SWT yaitu

tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah

(kecintaan) yang paling tinggi.139 Ibadah yang benar (shahihul

ibadah) merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW. Dalam

salah satu haditsnya beliau menyatakan:

صلوا كما رايـتموين اصلي (رواه البخاري)Artinya: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.”

(HR. Bukhari)140

Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam

melaksanakan setiap ibadah haruslah merujuk kepada sunnah

139 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, op.cit., hlm. 55.140 Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, (Beirut:

Darul Fikr, 1993), hlm. 628.

Page 122: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

105

Rasulullah SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan

atau pengurangan.

Ibadah adalah perkara taufiqiyah. Artinya tidak ada suatu

bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an

dan As-Sunnah.141 Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah

mardudah (bid’ah yang ditolak), sebagaimana sabda Nabi SAW:

ليس عليه امرنا فـهو رد من عمل عمال Artinya: “Barangsiapa melaksanakan suatu amalan tidak atas

perintah kami, maka ia ditolak.” (HR. Bukhari-Muslim)142

Maksud dari hadits diatas adalah amalan suatu ibadah akan

ditolak dan tidak diterima, bahkan bisa menjadi perbuatan dosa,

sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan taat. Kemudian manhaj

yang benar dalam pelaksanaan ibadah yang disyari’atkan adalah

sikap pertengahan, yaitu antara meremehkan dan malas dengan sikap

ekstrim serta melampaui batas. Allah berfirman:

Artinya: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimanadiperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telahtaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampauibatas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamukerjakan.” (Qs. Hud: 112)143

141 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op.cit., hlm. 57.142Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Darul Fikr, 1993)

hlm. 1718.143 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.

344.

Page 123: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

106

Ayat Al-Qur’an diatas adalah garis petunjuk bagi langkah

manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah, yaitu dengan

beristiqamah dalam melaksanaan ibadah pada jalan tengah, tidak

kurang atau lebih, sesuai dengan petunjuk syari’at.144

Barangsiapa yang tunduk dan patuh terhadap sesuatu yang

tidak dicintaiNya, maka ia bukan menghamba kepadaNya. Agar

ibadah dapat diterima oleh Allah maka ada beberapa syarat yang

harus dipenuhi oleh seseorang, diantaranya yaitu:

1) Ikhlas

Seseorang beribadah kepada Allah dengan niat karena

wajah Allah, bukan karena selainNya. Berdasarkan syarat

ini, maka barangsiapa melakukan ibadah dan meniatkan

karena selain Allah seperti ingin mendapatkan pujian dari

orang lain, mengharapkan kemaslahatan duniawi,

menunaikannya karena mengikuti orang lain tanpa

meniatkan amalnya karena wajah Allah atau melakukannya

karena takut karena penguasa dan selainnya maka

ibadahnya tidak diterima dan tidak pula diberi pahala. Ini

adalah perkara yang telah disepakati di kalangan ulama’.145

Jika ia melakukan ibadah karena Allah tetapi niatrnya

itu terkontaminasi oleh sikap riya’(pamrih), maka amalan

ibadah tersebut juga batal.

144 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, op. cit., hlm. 57.145 Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, op. cit., hlm. 44.

Page 124: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

107

2) Sesuai Dengan Syariat Allah

Yaitu ibadah tersebut dalam waktu dan tata caranya

sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Kitab Allah dan

sunnah RasulNya. Ia tidak menambahkan dalam ibadahnya

suatu perbuatan atau ucapan yang tidak disinyalir oleh

keduanya dan tidak pula melakukannya di selain

waktunya.146 Allah SWT berfirman:

.... ….Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka

terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu,Maka tinggalkanlah.” (Qs. Al-Hasyr: 7)147

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamutidak mempunyai pengetahuan tentangnya.Sesungguhnya pendengaran, penglihatan danhati semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (Qs. Al-Israa’: 36)148

Ayat pertama diatas menegaskan tentang kewajiban

untuk berittiba’ (mengikuti sesuatu dengan mengetahui

dasar dan alasannya). Demikian pula pada ayat selanjutnya

menegaskan bahwa seseorang tidak dibenarkan mengikuti

sesuatu yang dia tidak mengetahui akan ilmunya, karena

146 Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, op. cit., hlm. 45.147 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.

916.148 Ibid., hlm. 429.

Page 125: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

108

kelak semuanya akan dimintai pertanggung jawaban di

akhirat kelak.

Perilaku manusia dalam melaksanakan ibadah

dengan benar kepada Allah bisa diwujudkan dengan cara

membiasakan diri untuk senantiasa ikhlas beribadah kepada

hanya kepada Allah, menghindari perkara baru (bid’ah)

dalam agama yang tidak bersandar kepada dalil syar’i dan

berusaha mengikuti seorang tokoh ulama’ yang sekiranya

dapat mengajarkan kita tentang tata cara peribadatan yang

baik dan benar sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh

Rasulullah SAW.

c. Konsekuen Syahadatain

Makna syahadatain yaitu ber’i’tiqad dan berikrar bahwa tidak

ada sesembahan yang haq dan menerima ibadah kecuali Allah SWT,

mantaati hal tersebut dan mengamalkannya kemudian mengakui

secara lahir dan batin bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan

RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan serta

mengamalkan konsekuensinya yaitu mentaati perintahnya,

membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya dan menyembah

Allah sesuai dengan apa yang disyari’atkan.149

149 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, op. cit.,hlm. 45.

Page 126: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

109

Mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) dan

memahaminya hendaklah berusaha menjaga syahadat yang ia yakini

itu dari penyakit futur atau kendur dan lemahnya keimanan.

Maka dari itu seorang muslim perlu mengetahui bagaimana

syahadat yang ia ucapkan itu diterima atau ditolak. Untuk

diterimanya syahadat maka diperlukan beberapa persediaan yaitu

berupa ilmu, yakin, ikhlas, shidq atau kebenaran, mahabbah atau

kecintaan, qabul atau penerimaan dan amal nyata. Kemudian perlu

menolak beberapa hal berikut, yaitu berupa kebodohan terhadap

syahadat, keraguan, kemusyrikan, dusta, kebencian, penolakan dan

tidak beramal.150

Seorang yang bersyahadat wajib memiliki pengetahuan tentang

syahadatnya dan memahami apa yang melandasinya sehingga ia

bersyahadat sehingga ketika mengikrarkan syahadatain ia memahami

arti dua kalimat ini serta bersedia menerima hasil ucapannya. Orang

yang tidak memahami dengan baik tentang makna dua kalimat

syahadat tidak mungkin dapat mengamalkannya. Manusia

berkewajiban mempelajari laa ilaaha illa Allah, karena hal ini yang

menjadi kunci agar mendapat rahmat dari Allah dan mendapatkan

banyak kebaikan.

Perilaku manusia dalam menjaga konsekuensi syahadatain bisa

diwujudkan dengan cara membiasakan lisan membaca dua kalimat

150 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, op. cit.,hlm 47.

Page 127: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

110

syahadat, wiridan dan asmaul husna. Membiasakan hati untuk

mengingat Allah dimanapun dan kapanpun kita berada serta

membenarkan (yakin) adanya Allah SWT kemudian membiasakan

badan kita untuk selalu beribadah menjalankan perintah dan

meninggalkan larangan Allah dan RasulNya.

d. Manhaj Salaf

Seorang muslim hendaknya senantiasa mengikuti jalan para

ulama’ salafus shalih (para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in)

dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Orang-orang yang

hidup pada zaman Nabi SAW adalah generasi terbaik dari umat ini.

Mereka telah mendapat pujian langsung dari Allah dan Rasul-Nya

sebagai sebaik-baik manusia.151

Salafus shalih adalah orang-orang yang paling paham agama

dan paling baik amalannya sehingga kepada merekalah kita harus

merujuk. Manhaj salaf, bila ditinjau dari sisi kalimat merupakan

gabungan dari dua kata; manhaj dan salaf. Manhaj dalam bahasa

Arab sama dengan minhaj, yang bermakna: Sebuah jalan yang terang

lagi mudah. Sedangkan salaf, menurut etimologi bahasa Arab

bermakna: Siapa saja yang telah mendahuluimu dari nenek moyang

dan karib kerabat, yang mereka itu di atasmu dalam hal usia dan

keutamaan.152

151 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 11.152 Ala’ Bakar, Studi Dasar-Dasar Manhaj Salaf, (Solo: Pustaka Barokah, 2002), hlm 92.

Page 128: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

111

Dan dalam terminologi syariat bermakna: Para imam terdahulu

yang hidup pada tiga abad pertama Islam, dari para shahabat

Rasulullah SAW, tabi’in (murid-murid shahabat) dan tabi’ut tabi’in

(murid-murid tabi’in).153

Berdasarkan definisi di atas, maka manhaj salaf adalah: Suatu

istilah untuk sebuah jalan yang terang dan mudah, yang telah

ditempuh oleh para sahabat Rasulullah SAW, tabi’in dan tabi’ut

tabi’in di dalam memahami dienul Islam yang dibawa oleh Rasulullah

SAW.

Umat akhir zaman ini mungkin tidak akan dapat memperbaiki

aqidah mereka bila tidak merujuk kepada pemahaman salafus shalih.

Maka jalan yang ditempuh agar aqidah umat tetap terjaga adalah

dengan cara mengkaji aqidah golongan sesat dan mengenal syubhat-

syubhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai, karena siapa

yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok

kedalamnya154

Perilaku manusia dalam mengikuti manhaj salafus shalih bisa

diwujudkan dengan cara berhati-hati dalam memilih dan mengikuti

hasil pemahaman (ijtihad) seorang ulama. Apalagi jika hasil

pemahaman (ijtihad) ulama tersebut sering mendapatkan kritikan atau

dibantah oleh banyak ulama lainnya kemudian berusaha untuk

153 Al Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Al Atsar, Mengapa Harus Bermanhaj Salaf(http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-manhaj/mengapa-harus-bermanhaj-salaf/,diakses 4 Mei 2016 jam 10:15 WIB)

154 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 42.

Page 129: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

112

menyandarkan diri kepada pemahaman yang berlandaskan Al-Qur’an

dan As-Sunnah.

3. Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Hubungannya Kepada Sesama Manusia

a. Dakwah Tauhid

Secara keseluruhan setiap para Nabi dan Rasul selalu memulai

dakwahnya dengan mengajak kepada tauhid karena itu adalah dakwah

yang paling utama dan mulia.155 Dakwah tauhid berarti mengajak

kepada derajat keimanan yang paling tinggi. Hal ini sebagaimana

sabda Rasulullah SAW :

عون أو بضع وستـون شعبة، فأفضلها قـول ال إله إال اهللا، اإلميان بضع وسبـوأدناها إماطة األذى عن الطريق، واحلياء شعبة من اإلميان

Artinya: “Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang atau lebih darienam puluh cabang, cabang yang paling tinggi adalahperkataan: ‘Laa ilaaha illallaah’, yang paling rendah adalahmenyingkirkan duri (rintangan) dari jalan dan malu adalahsalah satu cabang Iman.” (HR. Muslim)156

Peran aqidah dalam kehidupan sangat penting, maka Nabi SAW

selalu menekankan kepada para da’i (pendakwah) agar senantiasa

mencurahkan segenap perhatian mereka kepadanya dan mengawali

dakwah mereka kepadanya dan mengawali dakwah mereka dengannya

sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada Muadz bin Jabal ra.:

حق الله على العباد ان يـعبدوه وال يشركوبه شيئا

155 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 15.156 Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Darul Fikr,1993)

hlm. 1293.

Page 130: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

113

Hal yang dimaksud pada sabda Rasulullah SAW diatas adalah haq

Allah dari seorang hamba adalah beribadah kepadaNya dan tidak

menyekutukan sesuatu apapun denganNya.157

Maka dakwah menyeru kepada tauhid adalah yang harus pertama

kali disampaikan, jangan mengedepankan suatu kewajiban apapun

daripada tauhid. Tauhid adalah tujuan Allah mengutus para Nabi dan

RasulNya, kemudian tauhid yang pertama kali disampaikan oleh para

Rasul dan Nabi kepada kaum mereka.158 Allah SWT berfirman:

…..

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasulpada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilahThaghut….” (Qs. An-Nahl: 36)159

Perilaku manusia dalam mendakwahkan manusia kepada jalan

tauhid bisa diwujudkan dengan cara mengajak sanak keluarga dan

masyarakat untuk bersama-sama menguatkan ikatan untuk menjadi

hamba Allah semata, bukan hamba selain-Nya dengan penuh rasa

kasih dan sayang agar mereka dengan mudah menerimanya kemudian

bersama-sama meraih predikat yang sangat mulia sebagai Khalil atau

kekasih Allah.

157 Ala’ Bakar, op. cit., hlm 251.158 Ibid., hlm 253.159 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.

407.

Page 131: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

114

b. Ihsan Kepada Manusia

Seorang muslim harus senantiasa berbuat kebaikan, yakni segala

sesuatu yang menyenangkan dan terpuji. Ihsan kepada manusia adalah

berbuat baik kepada orang lain dengan niat yang tulus, tanpa pamrih

dan penuh kasih sayang.160 Sikap ihsan ini pernah dicontohkan oleh

Nabi SAW di masa hidupnya hingga menjelang wafatnya.

Mengenai sikap ihsan kepada manusia ini, Nabi SAW pernah

bersabda melalui beberapa haditsnya, diantaranya sebagai berikut:

ا اإلحسان أن حتسن إىل من أساء « قال النيب صلى اهللا عليه وسلم : إمن)(تفسري ابن أيب حامت» إليك ، ليس اإلحسان أن حتسن إىل من أحسن إليك

Artinya: “Nabi Saw bersabda: “Sesungguhnya ihsan itu adalahengkau berbuat baik kepada orang yang telah berbuatburuk kepadamu. Dan tidaklah disebut ihsan jika engkauberbuat baik kepada orang yang telah berbuat baikkepadamu.” (Tafsir Ibn Abi Hatim)161

م ( كل معروف عن جابر رضي اهللا عنه قال: قال رسول الله صلى اهللا عليه وسلأخرجه البخاري صدقة )

Artinya: “Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Setiapkebaikan adalah sedekah." (HR. Bukhari)162

وعن أيب هريـرة رضي اهللا عنه قال: قال رسول الله صلى اهللا عليه وسلم ( من نـيا, نـفس الله عنه كربة من كرب يـوم نـفس عن مؤمن كربة من كرب الد

نـيا واآلخرة, ومن ستـر القيامة , ومن يسر على معسر, يسر الله عليه يف الدنـيا واآلخرة, والله يف عون العبد ما كان العبد يف مسلما, ستـره الله يف الد

أخرجه مسلم عون أخيه )

160 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, op. cit., hlm. 62.161 Ibnu Hatim, Tafsir Ibnu Hatim (Beirut: Darul Fikr, 1993) hlm. 119.162 Abu Fadhl Ahmad bin Ali Hajar Al-Atsqalani, Bulughul Marram (Beirut: Darul Fikr, 1989),

hlm. 301.

Page 132: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

115

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAWbersabda: "Barangsiapa melepaskan kesusahan seorangmuslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskankesusahannya pada hari kiamat; barangsiapamemudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allahakan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; danbarangsiapa menurutpi (aib) seorang muslim, Allahakan menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allahselalu akan menolong hambanya selama ia menolongsaudaranya." (HR. Muslim)163

هما- وعن ابن عمر قال: عن النيب صلى اهللا عليه - رضي الله عنـوسلم قال: ( من استـعاذكم بالله فأعيذوه, ومن سألكم بالله

, فادعوا له ) فأعطوه, ومن أتى إليكم معروفا فكافئوه, فإن مل جتدواهقي أخرجه البـيـ

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra. bahwa Nabi SAW bersabda:"Barangsiapa meminta perlindugan kepadamu dengannama Allah, lindungilah dia; barangsiapa memintasesuatu kepadamu dengan nama Allah, berilah dia;barangsiapa berbuat baik kepadamu, balaslah dia, jikaengkau tidak mampu, berdoalah untuknya." (HR.Baihaqi)164

Allah suka kepada manusia yang bisa bersikap ihsan kepada

sesama manusia, lebih-lebih jika sikap ihsan itu dilakukan terhadap

kedua orang tuanya. Secara khusus Allah memerintahkannya dengan

firmanNya:

163 Abu Fadhl Ahmad bin Ali Hajar Al-Atsqalani, op. cit., hlm. 301164 Ibid., hlm. 302.

Page 133: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

116

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu janganmenyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuatbaik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jikasalah seorang di antara keduanya atau kedua-duanyasampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, makasekali-kali janganlah kamu mengatakan kepadakeduanya perkataan "ah" dan janganlah kamumembentak mereka dan ucapkanlah kepada merekaperkataan yang mulia” (Qs. Al Israa’: 23)165

Betapa mulianya berbuat ihsan kepada kedua orang tua

hingga Nabi SAW bersabda:

رضى الله يف رضى الوالدين وسخط الله يف سخط الوالدين Artinya: “Ridha Allah tergantung kepada ridha kedua orang tua

dan murka Allah tergantung kepada murka kedua orangtua.” (HR. Al-Tirmidzi. Ibn Hibban dan Al-Hakimmenshahihkannya).166

Hadits diatas menegaskan bahwa Allah dan RasulNya menyukai

orang-orang yang berbuat ihsan kepada sesama manusia, terutama

kepada kedua orang tuanya.

Perilaku manusia dalam ihsan kepada manusia kepada bisa

diwujudkan dengan cara mengajak sanak keluarga dan masyarakat

untuk bersama-sama berkompetisi dalam hal kebaikan dan senantiasa

saling tolong menolong dalam keadaan genting dan susah.

c. Wala’ wal Bara’

Wala’ wal bara’ adalah prinsip di dalam aqidah Islam tentang

loyalitas terhadap orang-orang mukmin dan pelepasan diri dari orang-

165 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.427.

166Abu Fadhl Ahmad bin Ali Hajar Al-Atsqalani, op.cit., hlm. 301.

Page 134: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

117

orang kafir. Wala’ adalah menjalin hubungan dekat dengan kaum

muslimin dengan mencintai mereka, membantu dan menolong mereka

dari orang-orang kafir yang bertempat tinggal bersama mereka.

Sedangkan bara’ adalah memutus hubungan atau ikatan hati dengan

orang-orang kafir, sehingga tidak mencintai mereka, membantu dan

menolong mereka serta tidak tinggal bersama mereka.167

Al-wala’ (loyalitas) dan al-bara’ (berlepas diri) ini telah

ditetapkan di dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’. Masalah ini

sudah disyari’atkan sebelum ada perintah berjihad, yaitu saat Nabi

SAW berada di Mekkah. Al-wara’ dan al-bara’ tetap wajib dijadikan

prinsip, baik dalam kondisi aman maupun perang. Ia bukan sesuatu

yang baru. Shalih bin Abdullah Al-Fauzan memberikan penjelasan

bahwa,

Kami menyampaikan permasalahan ini supaya diingat terusdan untuk menjelaskan kerancuan dalam memahaminya.Karena sebagian orang melampaui batas yang berjalandiatas pemikiran Khawarij dalam memahami ‘adawah(permusuhan), bara’ah (berlepas diri) dan kebenciankepada orang-orang kafir memiliki konsekuensi, (yaitu)haramnya bergaul dengan orang-orang kafir. Mereka tidakmengetahui bahwa yang dimaksud dengan berlepas diri ituadalah berlepas diri dari agama mereka. Dalam artian tidakmencintai mereka. Maksudnya bukan tidak boleh bergauldengan mereka dalam masalah yang dibolehkan Islamataupun mendzalimi mereka dengan menghancurkanrumah-rumah mereka, membunuh mereka yang beradadalam jaminan keamanan, membunuh anak-anak, kaumwanita atau juga memusnahkan harta benda mereka. Laluini disebut jihad. Sedangkan sebagian lainnya mengira,kebencian dan berlepas diri dari orang-orang kafir

167 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, op. cit.,hlm. 96.

Page 135: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

118

merupakan terror dan kezhalimin kepada mereka.Sebagaimana hal ini terungkap dalam berbagai dialogmaupun tulisan di sebagian media massa. Kemudiananggapan keliru ini dimanfaatkan oleh orang-orang kafirdan orang-orang munafik. Mereka mengatakan, “agamaIslam itu agama teror dan buas?!”.Kami mengatakan kepada kelompok pertama dan kedua,bahwa Islam merupakan agama rahmat bagi pemeluknyadan agama yang mengajarkan keadilan dan pemenuhan janjikepada musuhnya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

....

Artinya: “….Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)kepada sesuatu kaum karena merekamenghalang-halangi kamu dari MasjidilHaram, mendorongmu berbuat aniaya (kepadamereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangantolong-menolong dalam berbuat dosa danpelanggaran. dan bertakwalah kamu kepadaAllah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (Qs. Al-Maidah: 2)168

…. …

Artinya: “….Dan janganlah sekali-kali kebencianmuterhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untukBerlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil

168 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.156.

Page 136: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

119

itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalahkepada Allah….” (Qs. Al-Maidah: 8)169

Jadi dienul Islam ini, meskipun memerintahkan agarmemusuhi orang-orang kafir karena agama mereka, supayaajaran mereka tidak ada yang menelusup ke tengah kaumMuslimin dan ini untuk menutup celah, namun Islammengharamkan berbuat dzalim terhadap mereka tanpa alasan yang haq. Islam menghormati hak-hak orang kafirmu’ahad (yang sedang dalam perjanjian damai), dzimmi(orang-orang kafir yang tinggal di tengah komunitas muslimdengan membayar pajak), musta’man (orang kafir yangmendapat suaka). Islam juga mengharamkan darah danharta benda mereka, sebagaimana hak dan kewajiban kaumMuslimin170

Perilaku manusia dalam sikap wala’ bisa diwujudkan dengan

cara membela dan membantu kaum muslimin dengan jiwa, harta dan

lisan dalam hal yang mereka butuhkan, baik terkait dengan urusan

agama maupun dunia kemudian menyatukan hati bersama mereka

dalam kondisi sulit dan mudah, sempit dan lapang. Sedangkan dalam

sikap bara’ bisa diwujudkan dengan bermuamalah dengan baik dan

berlaku adil kepada orang kafir dengan tidak menyakiti dan

memerangi mereka jika memang tidak ada perlawanan dari mereka.

B. Implikasi Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kehidupan Sehari-

Hari

Pada pembahasan ini peneliti memaparkan penjelasan mengenai

implikasi nilai pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari. Dari nilai-

169 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.159.

170 Shalih Fauzan bin Abdillah Al Fauzan, Meluruskan Pemahaman Al-Wala’ Dan Al-Bara’(Sebuah Koreksi Loyalitas Seorang Muslim) (https://almanhaj.or.id/3542-meluruskan-pemahaman-al-wala-dan-al-bara.html?_e_pi_=7%2PAGE_ID10%2C2906279510, diakses 8 Mei 2016 jam13:45 WIB)

Page 137: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

120

nilai pendidikan tauhid yang dipaparkan pada pembahasan sebelumnya

dapat diketahui bahwa pendidikan tauhid adalah suatu sistem penanaman

nilai-nilai tauhid kepada masyarakat. Masyarakat terdiri atas dua macam,

yaitu masyarakat mikro yang terdiri dari keluarga dan masyarakat makro

yang terdiri dari rakyat atau masyarakat luas.171 Dalam pembahasan ilmu

tauhid, salah satunya meliputi perihal aqidah yang diibaratkan sebagai

pohon yang dapat memberikan berkah dan kebaikan serta akarnya

menjalar ke kedalaman jiwa. Unsur-unsurnya dapat memberikan makanan,

pertumbuhan dan kehidupan seperti apa yang telah diberikan oleh aqidah.

Aqidah adalah pohon yang terus berbuah dan bias terus dimakan setiap

waktu dengan izin Tuhan.172

Aqidah merupakan suatu energi dahsyat yang mampu menjaga diri

seseorang dari kehancuran, karena memang seseorang tersebut terpelihara

oleh energi supranatural yang mampu menundukkan dan menguasai semua

bentuk godaan dunia. Dengan aqidah, seorang muslim akan melepaskan

hatinya dari hal-hal keduniaan serta menanggalkan segala bentuk kekikiran

dengan kesadaran bahwa segala sesuatu pada akhirnya akan

dipertanggungjawabkan. Apalagi melakukan sesuatu yang diharamkan

Allah walaupun sebentar saja, ia tetap akan mendapatkan ganjaran yang

sesuai dengan apa yang ia lakukan.

Aqidah juga bisa menuntun kehidupan seseorang menjadi terarah

seakan-akan ia berjalan lurus (benar) menuju kepada surga dan dapat

171 M. Shaleh, Pengaruh Akidah dalam Membentuk Individu dan Masyarakat (Jakarta: PustakaAzzam, 2004) hlm. 133.

172 Ibid., hlm. 61.

Page 138: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

121

menjadikan kenyamanan bagi dirinya tidak akan menyimpang melakukan

keburukan ataupun yang lainnya. Aqidah menurut Islam jika belum

direalisasikan oleh individu, maka aqidah tersebut tidak memberikan

denyut kehidupan. Ia memang sebuah kekuatan, tetapi tidak akan berarti

jika terus dipendam dalam tempat persemayamannya karena memang hal

tersebut tidak bias membentangkannya kepada semangat jiwa dan cahaya

petunjuk.173

Allah SWT telah mensyariatkan beraneka ragam bentuk ibadah,

yaitu beberapa bagian daripada rukun-rukun aqidah yang harus

direfleksikan oleh individu kepada masyarakat, rukun-rukun yang tidak

mempunyai tujuan apa-apa kecuali hanya merupakan media untuk bisa

merealisasikan bentuk-bentuk tazkiyatun nafs (penyucian hawa nafsu) dan

sekaligus bisa memberikan kemanfaatan bagi masyarakat, karena memang

hal ini yang bisa menghantarkan kepada masyarakat yang ideal, yang

paham akan misi dan posisinya dalam sebuah eksistensi. Salah satu

rukunnya adalah shalat. Berikut ini adalah implikasi nilai pendidikan

tauhid dalam kehidupan sehari-hari:

1. Implikasi Nilai Rububiyah Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Ketika membahas esensi tauhid rububiyah, maka yang bisa kita

temukan dari inti rububiyah itu sendiri adalah seorang muslim dituntut

untuk konsisten dalam mengakui keesaan Allah sebagai Pencipta alam

semesta serta mengetahui bukti-bukti tentang kebenaran seluruh ciptaan-

Nya. Setelah mengakui keesaan Allah, maka langkah selanjutnya yaitu

173 M. Shaleh, op. cit., hlm. 85

Page 139: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

122

seorang muslim dibimbing untuk memikirkan penciptaan langit dan bumi

serta apa yang ada diantara keduanya dari berbagai macam makhluk yang

ada melalui ayat-ayat kauniyahNya dan memperhatikan manusia dengan

beraneka sifat yang mereka miliki. Sesungguhnya hal ini merupakan

pendorong kuatnya keimanan seseorang.

Dalam ciptaan Allah Azza wa Jalla ini terdapat berbagai manfaat

dan kenikmatan yang tak terhitung dan tidak akan mampu disebutkan satu

per satu. Karena hal ini menunjukkan bahwa luasnya rahmat Allah, benar-

benar adanya Dia serta kebaikanNya terhadap makhlukNya.

Dapat kita ketahui pula bahwa sekejap matapun seluruh makhluk

yang ada saat ini tidak akan terlepas dari nikmat Allah. Oleh sebab itu

Allah memerintahkan Rasulullah SAW dan orang-orang mukmin untuk

selalu bersyukur kepadaNya. Allah berfirman:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezkiyang baik-baik yang Kami berikan kepadamu danbersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nyakamu menyembah.” (Qs. Al-Baqarah: 172)174

Iman akan mendorong seseorang untuk bersyukur kepada Allah

SWT dan rasa syukur akan menambah keimanannya, maka syukur dan

iman keduanya saling berkaitan.

174 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.42.

Page 140: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

123

Jadi, implikasi nilai rububiyah dalam kehidupan sehari-hari adalah

mendorong manusia untuk senantiasa mengagungkan Allah Yang Maha

menciptakan dan membuatnya, mensyukurinya, senantiasa menggerakkan

bibir untuk berdzikir padaNya dan mengikhlaskan agama ini hanya milik

Allah.175

2. Implikasi Nilai Uluhiyah Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Jika dihubungkannya kepada Allah SWT, tauhid ini dinamakan

tauhid uluhiyah. Namun, jika dihubungkannya kepada makhluk, tauhid ini

dinamakan tauhid ibadah, tauhid ubdiyah, tauhdiullah bi af’alil ‘ibaad

(mentauhidkan Allah dengan perbuatan ibadah), tauhidul ‘amal, tauhidul

qashad dan tauhidul iradah wal qashd.176 Karena tauhid inilah Allah SWT

menciptakan jin dan manusia, sebagaimana firmanNya:

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Qs. Adz-Dzariyat: 56)177

Tauhid uluhiyah mengandung tauhid rububiyah dan tauhid asma’

wa shifat. Barangsiapa yang hanya beribadah kepada Allah dan beriman

bahwa Dialah semata-mata yang berhak untuk disembah, maka itu

menunjukkan bahwa ia beriman kepada rububiyahNya dan asma’ wa

shifatNya. Walaupun demikian urgensi tauhid ini, namun kebanyakan

175 Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Manisnya Buah Keimanan, (Malang: Cahaya TauhidPress, 2004), hlm. 75.

176 Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, op. cit., hlm. 33.177 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.

862.

Page 141: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

124

manusia mengingkarinya. Mereka mengingkari bahwa hanya Allah yang

berhak untuk disembah yang tidak ada sekutu bagiNya dan mereka

menyembah selainNya disamping menyembahNya.178

Jadi, implikasi nilai uluhiyah jika diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari adalah menjadikan seorang muslim untuk mampu menata diri

dan niat dalam melaksanakan ibadah mahdhah (ritual) secara ikhlas hanya

kepada Allah serta melaksanakannya sesuai dengan tata cara yang

dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan mampu menerapkan ibadah

‘ammah (sosial) secara adil dan bijak.

3. Implikasi Nilai Asma’ wa Shifat Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Mengenal dan memahami nama-nama Allah SWT yang maha

indah dan sifat-sifatNya yang Maha Sempurna merupakan pembahasan

yang sangat penting dalam agama Islam, bahkan termasuk bagian paling

penting dan utama dalam mewujudkan keimanan yang sempurna kepada

Allah SWT. Karena tauhid ini adalah salah satu dari dua jenis tauhid yang

menjadi landasan utama iman kepada Allah SWT.

Memahami tauhid asma’ wa shifat adalah ilmu yang paling agung

dan paling utama secara mutlak, karena berkaitan langsung dengan Allah

SWT. Jika manusia terlanjur lalai dalam mengingat nama-nama Allah,

maka keadaan dan hatinya menjadi melampaui batas atau menjadi rusak

sehingga dia tidak memperhatikan sedikitpun dari benih-benih kebaikan,

kesempurnaan, kesucian jiwa dan hatinya. Bahkan bisa jadi kondisi

hatinya menjadi tidak terarah dan tidak menentu., keadaannya melampaui

178 Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, op. cit., hlm. 34.

Page 142: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

125

batas merasa gundah, galau serta tidak memperoleh petunjuk ke jalan yang

benar.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah berkata dalam kitabnya yang berjudul

Madarijus Shalihin, yaitu barangsiapa yang mengenal Allah Azza wa Jalla

dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatanNya, maka dia

pasti akan mencintaiNya.179

Do’a adalah suatu sarana bagi setiap hamba dalam mengingat Allah

di setiap waktu. Dan do’a merupakan inti dari ibadah karena dzikir kepada

Allah SWT diumpamakan seperti menanamkan pohon keimanan dalam

hati seorang hamba, menjadi pupuk dan menjadikannya semakin kokoh

dan lebat. Kapan saja dzikir seseorang kepada Allah, semakin dihayati

kalimat dzikir yang diucapkan maka semakin menguatlah keimanannya.

Dan diantara orang-orang yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah dia

yang memperbanyak dzikir kepadaNya.180

Jadi, implikasi nilai asma’ wa shifat dalam kehidupan sehari-hari

adalah menjadikan seorang hamba untuk tetap konsisten dalam mengakui

keesaan Allah yang memiliki asma’ dan sifatNya yang semuanya adalah

husna (sangat baik) dan menjadi landasan pemahaman ibadah bagi setiap

hamba terhadap kebahagiaan, kebaikan dan kesempurnaan bagi dirinya di

dunia dan akhirat, karena jika memahami tauhid asma’ wa shifat melalui

179 Abdullah bin Taslim Al-Buthoni, Keutamaan Memahami Nama-Nama Dan Sifat-Sifat AllahAzza Wa Jalla (http://almanhaj.or.id/3388-keutamaan-memahami-nama-nama-dan-sifat-sifat-allah-azza-wa-jalla.html?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C2512332538, diakses 22 Mei 2016 jam 8:49WIB)

180 Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Manisnya Buah Keimanan, (Malang: Cahaya TauhidPress, 2004), hlm. 77.

Page 143: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

126

pemahaman yang baik dan benar, maka itu semua memudahkan seorang

muslim untuk memiliki keilmuan kepada ma’rifatullah (mengenal Allah)

dan lebih menaruh mahabbah (kecintaan) kepada Allah.

4. Implikasi Taat Kepada Allah Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Taat dapat diartikan sebagai kepatuhan terhadap sesuatu. Dengan

kata lain, taat adalah upaya untuk selalu mengikuti petunjuk Allah dengan

cara melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya. Ketaatan

seseorang kepada Allah sangat bergantung kepada keimanannya. Semakin

teguh imannya maka semakin taat dirinya kepada Allah. Jika taat kepada

Allah maka kita juga harus taat kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilahRasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jikakamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Makakembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allahdan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu)dan lebih baik akibatnya.” (Qs. An-Nisaa’: 59)181

Dalam ayat diatas dapat difahami bahwa orang beriman harus taat

kepada Allah, Rasul ataupun ulil amri. Ulil amri disini yaitu pemimpin

yang taat dan bersikap ma’ruf (baik) kepada Allah dan RasulNya.182

181 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.128.

182 Qamaruddin Shaleh dkk., Asbabun Nuzul-Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, (Bandung: CV. Diponegoro, 1987), hlm. 139.

Page 144: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

127

Maka, implikasi nilai taat kepada Allah dalam kehidupan sehari-

hari menjadikan manusia semakin dekat dan merasa mendapatkan

pengawasan dari Allah dan mengajarkan kepada manusia untuk bersabar

dalam menjalani realita hidup. Ketaatan kepada Allah tidak hanya asal taat

begitu saja. Dalam pengimplementasiannya, ketaatan kepada Allah harus

benar-benar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tanpa alasan apapun.

Sebagai utusan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW mempunyai tugas

untuk menyampaikan amanat kepada umat manusia tanpa memandang

jabatan, suku dan sebagainya. Oleh karena itu bagi setiap muslim yang taat

kepada Allah harus senantiasa melengkapinya dengan menaati segala

perintah Rasulullah SAW sebagai utusannya. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, jikakamu berpaling Sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalahmenyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (Qs-At-Taghabun: 12)183

Dalam kehidupan sehari-hari, bentuk ketaatan kepada Allah bisa

diterapkan dengan cara sebagai berikut:

1. Melaksanakan shalat fardhu lima waktu dengan ikhlas dalam

hati.

2. Menunaikan zakat atau sebagian hartanya di jalan Allah.

3. Berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua.

183 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.942.

Page 145: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

128

4. Menjaga sopan santun ketika berbicara.

5. Jujur memegang amanah yang diberikan.

6. Sabar ketika tertimpa musibah dan bersyukur ketika mendapat

rezeki.

7. Selalu beramal shaleh dan saling menasehati dengan haq dan

kesabaran.184

5. Implikasi Ihsan Kepada Allah Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Ihsan kepada Allah adalah beribadah kepada Allah Azza wa Jalla

dan berbuat baik kepada makhluk-makhlukNya. Ketika beribadah kepada

Allah, dia berusaha merasakan seolah-olah melihat dan menyaksikanNya.

Jika seandainya tidak mampu menghadirkan hati untuk itu maka ia

meyakini bahwa Allah sedang melihat atau menyaksikannya.

Tatkala kita mengaitkan sikap ihsan dengan takdir, takdir

merupakan bagian dari kehendak Allah yang terkadang setiap manusia

masih belum bisa menerima apa yang Allah berikan kepadanya secara

nyata. Takdir pada dasarnya merupakan suatu ujian dari Allah kepada

manusia untuk mengetahui seberapa kuat iman seseorang tersebut. Sebagai

hamba Allah, manusia tidak pernah mengetahui bagaimana baik atau

tidaknya takdir yang tertulis untuk dirinya, maka dari itu setiap manusia

diperintahkan untuk selalu berbuat ihsan dan berprasangka baik kepada

Allah agar mendapatkan takdir yang baik. Kemudian janganlah seorang

manusia menilai kehidupan hanya berdasarkan pada satu masa yang sulit.

184 Juni Hartono, Pengertian Taat, Contoh dan Perilaku Taat, Taat Dalam kehidupan Sehari-Hari (http://wallpaperhd99.blogspot.com/search/label/islami/, diakses 22 Mei 2016 jam 20:11WIB)

Page 146: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

129

Ketika sedang mengalami masa-masa sulit, segalanya terlihat tidak

menjanjikan, banyak kegagalan dan kekecewaan kemudian menjadikan

diri manusia tersebut rentan menyalahkan diri sendiri dan orang lain

bahkan berkata bahwa kita merasa tidak mampu, bodoh dan bernasib sial.

Maka implikasi nilai ihsan kepada Allah dalam kehidupan sehari-

hari adalah senantiasa untuk tetap yakin pada diri sendiri bahwa semuanya

sangat berharga di mata Allah, tidak ada yang bernasib sial, semua itu

adalah ujian dan cobaan yang Allah berikan. Kerjakanlah sesuatu yang

menjadi bagian dari diri kita dan percayalah bahwa Allah akan

mengerjakan bagianNya. Kemudian tetaplah berbuat ihsan dan mengabdi

kepada Allah agar semua jalan akan diberi kemudahan.

6. Implikasi Aqidah Shahihah Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Aqidah shahihah memberikan peranan yang besar dalam

kehidupan seseorang, karena tanpa aqidah yang benar, seseorang akan

terbenam dalam keraguan dan berbagai prasangka yang lama-kelamaan

akan menutup pandangannya dan menjauhkan dirinya dari jalan hidup

kebahagiaan. Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi

dan dibuat ragu oleh informasi yang menyesatkan keimanan.

Tanpa aqidah, masyarakat akan berubah menjadi masyarakat

jahiliyah yang diwarnai oleh kekacauan diman-mana. Masyarakat tersebut

akan hanyut dalam penyimpangan-penyimpangan di berbagai penjuru dan

menyebabkan masyarakat tersebut menjadi tidak terarah dan melakukan

sesuatu yang tidak dibenarkan oleh Islam.

Page 147: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

130

Oleh karena itu, aqidah shahihah sangat dibutuhkan dalam

menjalani kehidupan sehari-hari. Beberapa penerapan aqidah dalam

kehidupan sehari-hari dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain:

a. Aqidah dalam individu

Penerapan berupa manifestasi enam rukun iman dalam

kehidupan manusia. Contoh penerapannya adalah melaksanakan

perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Kemudian aqidah

dapat mengendalikan perasaan seseorang yang kemudian

membuat pemilik perasaan-perasaan itu memiliki pertimbangan

penuh dalam melakukan tindakan-tindakannya. Sehingga apa

yang kita lakukan adalah perbuatan yang berdasarkan pada

kaidah bahwa Allah melihat dan mengamati kita dimana saja

dan kapan saja.

b. Aqidah dalam keluarga

Aqidah dalam keluarga mengajarkan kita untuk saling

menghormati dan saling menyayangi sesuai dengan ajaran

Islam. Contoh penerapannya adalah shalat berjama’ah yang

dipimpin oleh ayah dan berdoa sebelum melakukan sesuatu

kebaikan.

c. Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat

Aqidah sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat

karena dapat menjaga hubungan dengan manusia yang lain. Hal

ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara saling menghargai

Page 148: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

131

satu sama lain sehingga tercipta suatu masyarakat yang tentram

dan harmonis.185

Maka, implikasi nilai aqidah shahihah dalam kehidupan sehari-hari

adalah menjadikan manusia untuk lebih memiliki keyakinan dan komitmen

yang kokoh dalam mengesakan Allah serta menjadikan manusia untuk

lebih berhati-hati terhadap paham-paham yang menyimpang dari aqidah

shahihah.

7. Implikasi Shahihul Ibadah Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Ibadah adalah sejenis ketundukan yang hanya menjadi hak Pemberi

kenikmatan dengan berbagai nikmat yang paling tinggi seperti kehidupan,

pemahaman, pendengaran dan penglihatan. Al-Jauhari memberikan

penjelasan bahwa, “Makna asal ubudiyah adalah tunduk dan merendah,

sedangkan ibadah maknanya adalah ketaatan.”186

Hakikat dan landasan ibadah kepada Allah ialah cinta sempurna dan

ketundukan yang sempurna kepadaNya. Barangsiapa mencintai sesuatu

yang tidak dipatuhinya, maka ia tidak menghamba kepadaNya. Demikian

pula barangsiapa yang tunduk dan patuh kepada sesuatu yang tidak

dicintaiNya, maka ia bukan menghamba kepadaNya.187 Beribadah kepada

Allah tidak diterima dan tidak pula diridhaiNya sehingga terpenuhi semua

syarat dan rukunnya.

185 Rohani, Corak Akidah Dalam Kehidupan,(http://elektrocatatanharian.blogspot.com/201306/normal-0-false-false-falseen-uz-zh-cnhtmldiakses 23 Mei 2016 jam 9:02 WIB)

186 Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, op. cit., hlm. 40.187 Ibid., hlm. 44.

Page 149: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

132

Maka, implikasi nilai shahihul ibadah dalam kehidupan sehari-hari

adalah menjadikan manusia untuk senantiasa ikhlas beribadah kepada

Allah dan terbebas dari unsur kesyirikan kemudian mengikuti tata cara

pelaksanaan ibadah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Karena

sesungguhnya syari’at agama Islam telah disempurnakan Allah SWT

seperti yang termaktub dalam firmanNya:

….

Artinya: “….pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu….” (Qs. Al-Maidah: 3)188

8. Implikasi Konsekuen Syahadatain Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Syahadatain (Asyhadu anlaa ilaaha illallah wa asyhadu anna

muhammadarrasuwlullah) bukanlah sesuatu yang asing bagi setiap

muslim. Bahkan lisan mereka seringkali melafalkan dua kalimat tersebut.

Namun boleh jadi banyak diantara kaum muslimin yang belum memahami

kandungan makna dan hakikat syahadat tersebut.

Dalam kehidupan seorang muslim, syahadatain memiliki

kedudukan yang sangat penting dan mendasar. Diantara pentingnya

syahadatain adalah:

188 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.157.

Page 150: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

133

1. Syahadat merupakan pintu gerbang masuk ke dalam Islam,

karena pada hakikatnya syahadat merupakan pemisah

seseorang dari kekafiran menuju iman.

2. Syahadat merupakan intisari dari ajaran Islam, karena

syahadat mencakup dua hal:

1) Konsep laa ilaaha illallah merealisasikan segala

bentuk ibadah hanya kepada Allah, baik yang

dilakukan secara pribadi maupun secara berjama’ah.

Dari sini akan melahirkan keikhlasan kepada Allah

SWT.

2) Konsep Muhammad SAW adalah utusan Allah,

mengantarkan pada makna bahwa konsep ini menjadi

konsep yang mengharuskan kita untuk mengikuti tata

cara penyembahan kepada Allah sebagaimana yang

diajarkan oleh Rasulullah SAW atau bisa disebut

sebagai ittiba’.189

Dengan demikian, implikasi nilai konsekuen syahadatain dalam

kehidupan sehari-hari adalah menjadikan manusia untuk dapat mengubah

kondisi diri dan masyarakat dari kehidupan yang jahili modern menuju

kehidupan yang Islami. Syahadat membawa perubahan mendasar dalam

jiwa setiap manusia. Ketika hati telah berubah, maka segala gerak-gerik,

tingkah laku, pola pikir, kejiwaan akan berubah. Namun tentulah untuk

189 PKS Kabupaten Bekasi, Pengertian dan Kedudukan Syahadatain (http://pks-bekasi.org/2013/12/pengertian-dan-kedudukan-syahadatain-.html, diakses 23 Mei 2016 jam 9:59WIB)

Page 151: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

134

dapat mewujudkan perubahan seperti itu haruslah terlebih dahulu

memahami hakikat yang terkandung dalam kalimat yang membawa pada

perubahan tersebut.

9. Implikasi Manhaj Salaf Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Sebuah dustur yang dikatakan oleh Imam Malik, yaitu “Umat ini

tak akan berjaya kecuali dengan meniti jalan yang telah ditempuh generasi

pertamanya”190 mengajarkan kita agar dalam memahami suatu aqidah agar

merujuk kepada pemahaman manhaj generasi pertama atau yang terkenal

dengan sebutan salafus shalih.

Kondisi beberapa umat Islam sekarang bisa dikatakan sangat

memprihatinkan, terutama pada dekade terakhir ini. Bukan karena

minimnya persiapan materi maupun sedikitnya jumlah, tetapi dikarenakan

kurangnya kedekatan umat dari ajaran Islam yang murni dan terbebas dari

tangan-tangan najis orang munafik, pluralis, sekuler, liberal, kejawen, ahli

bid’ah maupun tangan-tangan kotor dari aliran lainnya.

Kemudian pengaruh dari seseorang yang mengikuti manhaj salafus

shalih ini adalah memberikan pemahaman kepada orang tersebut untuk

selalu mengedepankan syara’ kemudian baru menggunakan akal, maka

dari itu mengedepankan riwayah daripada pandangan akal sesuai dengan

jalan ahli kalam. Karena ahli kalam memandang bahwa akal sudah sesuai

dengan syara’ dan tidak menyelisihinya. 191

190 Ala’ Bakar, Studi Dasar-Dasar Manhaj Salaf, (Solo: Pustaka Barokah, 2002), hlm ix.191 Ibid., hlm. 79.

Page 152: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

135

Terkadang syara’ datang dengan hal-hal yang membingungkan

akal dan sesekali ia tidak pernah datang dengan hal-hal yang mustahil

dalam akal. Tidak akan bertentangan antara naqli shahih dan pandangan

akal yang sehat. Naql shahih adalah hujah dan teori akal mengikuti dalil

sam’i selamanya tidak akan bertentangan antara keduanya.192

Maka implikasi nilai manhaj salafus shalih ini adalah menjadikan

kaum muslimin untuk kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta

amalan salaful ummah yang telah mengaplikasikan ajaran-ajarannya

secara murni seperti sewaktu awal diturunkan. Semua duri-duri rintangan

dari berbagai aliran yang menghadang ibarat daun berguguran tidak

mampu mengotori maupun merubah kemurnian Islam karena pada asalnya

Islam itu hadir sesuai dengan fitrah suci manusia.

10. Implikasi Dakwah Tauhid Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Pada tempo hari kemarin kita dikejutkan oleh berbagai modus

kristenisasi yang kembali marak dilakukan oleh para kaum salibis untuk

memurtadkan umat Islam di Indonesia. Sebuah video di sosial media yang

berjudul “Spesial: Kristenisasi Terselubung di Car Free Day Jakarta” yang

dirilis pertama kali hari Senin, (03/11/2014) oleh rtkChannel HD dan

disebarkan di laman Youtube menggambarkan betapa getolnya para salibis

menawarkankan “barang dagangannya”.193

192 Ala’ Bakar, Studi Dasar-Dasar Manhaj Salaf, op. cit., hlm 79.193 Reny Widya Widati, Waspada 7 Modus Gurita Kristenisasi (http://m.voa-

islam.com/news/christology/2014/12/02//34240/waspada-7-modus-gurita-kristenisasi/ diakses 21Mei 2016 jam 6:17 WIB)

Page 153: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

136

Video tersebut menampilkan aksi sekelompok orang yang sedang

membagi-bagikan cinderamata mulai dari pin, kalung, syal dan biskuit

dengan simbol dan istilah-istilah tertentu yang sangat identic dengan

simbol dan istilah dalam aksi kristenisasi. Bahkan di menit yang ke-14.03

terekam aksi seorang wanita yang secara jelas meminta kepada seorang

ibu tua berkerudung untuk percaya kepada kebaikan Yesus, jika dia

percaya maka dia akan terselamatkan.

Di Bogor, upaya kristenisasi juga menimpa warga di tiga desa

Kecamatan Babakan Madang-Sentul. Mereka menjadi korban pemurtadan

yang berkedok wisata di Monumen Nasional tanggal 2 November 2014

dan ternyata belakangan diketahui bahwa acara tersebut adalah program

kristenisasi massal. Menurut pengakuan warga yang ikut acara tersebut,

ternyata kejadian ini bukan yang pertama kali, sebelumnya orang-orang

yang sama pada 10 Syawal lalu pernah dibawa ke Ancol. Saat itu lebih

jelas lagi, mereka dibagi kaos bergambar salib dan ada kalimat

haleluyanya.194

Berdasarkan beberapa informasi yang dipaparkan diatas, maka

sangat jelas implikasi dakwah tauhid di Indonesia ini sangatlah diperlukan

untuk membendung segala jenis macam kristenisasi yang terus digetolkan

oleh kaum salibis terhadap umat Islam yang kurang pemahamannya

kepada aqidah shahihah. Setiap para da’i (pendakwah) sudah semestinya

194 Adhila, Datangi Polres Bogor, Sejumlah Ulama Laporkan Upaya Pemurtadan BerkedokWisata ke Monas. (http://m.suara-islam.com/mobile/detail/12373/Datangi-Polres-Bogor--Sejumlah-Ulama-Laporkan-Upaya-Pemurtadan-Berkedok-Wisata-ke-Monas diakses 21 Mei 2016jam 6:19 WIB)

Page 154: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

137

lebih memprioritaskan masalah aqidah ini karena dapat kita pahami

bersama bahwa aqidah Islam jika tidak dipahami melalui metode yang

benar, yakni lewat proses berfikir, tetapi semata-mata berdasarkan intuisi

yang muncul dari naluri beragama saja maka akibatnya pemurtadan akan

menjadi lebih rentan masuk, baik pemurtadannya dilakukan secara sadar

maupun tidak. Dan sebaliknya takhayul dan khurafat akan semakin

tumbuh subur di negeri ini. Untuk mengambil langkah tepat sebelum

masalah ini terulang kembali, maka dalam kehidupan sehari-hari seorang

pendakwah dalam setiap kali ia berada di suatu tempat, jika ia melihat ada

suatu kondisi yang terdapat penyimpangan dari Islam, maka ia dituntut

berusaha untuk selalu mengingatkan akan kesadaran dan kepedulian

mempelajari aqidah shahihah kepada diri sendiri dan orang lain guna

mewujudkan masyarakat yang muwahhid (mengesakan Allah).

11. Implikasi Ihsan Kepada Manusia Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Keutamaan berbuat baik kepada sesama manusia merupakan buah

keimanan yang mengantarkannya pada amal shaleh yang dimana Allah

akan membalasnya dengan berbagai macam kebaikan pula. Karena hal ini

akan memperkuat keimanan dan cinta akan kebaikan serta lebih

mendekatkan diri kepadaNya dan mengikhlaskan amalan hanya untuk

Allah SWT.195

Dengan ini siapapun yang diberi taufik oleh Allah SWT dengan

kebaikan beribadah padaNya serta berbuat baik ketika berinteraksi dengan

195 Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, op.cit., hlm. 79

Page 155: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

138

sesama kaum muslimin dan makhluk Allah SWT lainnya secara umum,

maka dia telah menyampaikan nasehatnya, karena peran agama bisa

diartikan sebagai nasehat. Rasulullah SAW bersabda:

حىت حيب الخيه ما حيب لنـفسه حدكم ا اليـؤمن Artinya: “Tidaklah sempurna iman salah seorang diantara

kalian sehingga ia mencintai saudaranyasebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR.Muttafaqun ‘alaihi)196

Keimanan dalam hati merupakan kecintaan yang paling agung dan

paling indah. Karena disitulah seorang hamba dapat merasakan manis dan

kuatnya keimanan tersebut di dalam hatinya. Sehingga batinnya senantiasa

terhiasi dengan dasar-dasar dan hakikat keimanan, anggota tubuhnyapun

terhiasi dengan amalan-amalan keimanan.

Maka, implikasi nilai ihsan kepada manusia dalam kehidupan

sehari-hari adalah menumbuhkan rasa saling tolong menolong dalam hal

kebaikan dan mewujudkan manusia yang cinta akan kebaikan.

12. Implikasi Wala’ dan Bara’ Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Perhatian Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan terhadap

wala’ dan bara’ ini perlu diapresiasi dan diterapkan pada generasi muda

Islam. Sebab di zaman yang penuh dengan ancaman dan fitnah serta

keburukan lainnya yang disebarkan secara sporadis oleh orang kuffar

terhadap Islam baik melalui media cetak maupun elektronik telah banyak

menimbulkan kekacauan di berbagai tempat. Seperti kita lihat sekarang

196 Abu Fadhl Ahmad bin Ali Hajar Al-Atsqalani, op. cit., hlm. 301.

Page 156: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

139

kondisi negara-negara timur tengah yang sedang bergejolak akibat fitnah

dan campur tangan yang dimakari oleh kaum kuffar Amerika dan

sekutunya yang mengakibatkan pertumpahan darah antar sesama muslim.

Kemudian masyarakat di Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam

baru-baru ini juga telah mengalami brainwashing (cuci otak) yang dimana

opini masyarakat sekarang dialihkan untuk tidak mengatasnamakan agama

dalam pemilihan seorang pemimpin. Pada kesempatan lain pula Habib

Rizieq Syihab, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) juga memperoleh

informasi mengenai hal ini. Dalam ceramah Maulid Majelis Al-Fauz di

Masjid Tangkuban Perahu, Jakarta Selatan, Habib Rizieq menyinggung

ucapan seorang pimpinan ormas Islam yang dinilai keblabasan. Pernyataan

yang disinggung itu adalah, “Lebih baik pemimpin kafir asal cerdas, rajin

dan bersih daripada pemimpin muslim tapi bodoh, malas dan korup”.197

Menurut Habib Rizieq, singgungan diatas sangat penting untuk di

kritisi karena pernyataan tersebut sangatlah berbahaya. Sebab pernyataan

tersebut mengandung pendangkalan aqidah. Dan dikhawatirkan kedepan

akan muncul pemuda-pemuda yang mengatakan, “Lebih baik menjadi

orang kafir asal kaya raya daripada menjadi orang muslim tapi miskin!” .

Disinilah peran wala’ dan bara’ sangat diperlukan dalam

mengantisipasi hal-hal seperti wacana diatas dan perlu diterapkan kepada

generasi Islam pada kehidupan sehari-hari untuk lebih menjaga

keloyalitasannya terhadap saudara seimannya. Walaupun memang realita

197 SUARA-ISLAM.com, Lebih Baik Pemimpin Kafir Asal Bersih daripada Pemimpin Muslimtapi Korup (http://m.suara-islam.com/mobile/detail/16674/Lebih-Baik-Pemimpin-Kafir-Asal -Bersih-daripada-Pemimpin-Muslim-tapi-Korup, diakses 20 Mei 2016 jam 9:20 WIB)

Page 157: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

140

pada hari ini yang lebih menjadi sorotan publik terkait kasus-kasus korupsi

dan lain sebagainya adalah dari saudara kita sendiri, namun tetaplah kita

tidak boleh memandang sinis kemudian berprasangka buruk terhadap

saudara seiman kita yang lainnya dan tetap bersikap selektif dengan

berusaha memilih orang muslim sebagai seorang pemimpin yang mampu

secara intensif memperhatikan kemaslahatan umat Islam kedepannya.

Hukum wala’ dan bara’ dalam Islam adalah wajib dan keduanya

termasuk dasar-dasar keimanan yang utama.198 Banyak dalil yang

menunjukkan kewajiban mencintai orang-orang yang seiman dan

kewajiban berlepas diri dari semua orang kafir dari kalangan Yahudi,

Nasrani, Budha, para penyembah berhala, orang-orang munafik dan

selainnya. Diantara dalil yang paling jelas tentang kewajiban mencintai

orang-orang yang beriman adalah firman Allah SWT:

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki danperempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadipenolong bagi sebahagian yang lain. merekamenyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dariyang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakatdan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. merekaitu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya

198 Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, op. cit., hlm 210.

Page 158: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

141

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. At-Taubah: 71)199

Dan diantara dalil yang paling jelas tentang kewajiban berlepas diri

dari kaum kuffar dan haram mencintai mereka ialah firmanNya:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baikbagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamadengan dia; ketika mereka berkata kepada kaummereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripadakamu dari daripada apa yang kamu sembah selainAllah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyataantara Kami dan kamu permusuhan dan kebencianbuat selama-lamanya sampai kamu beriman kepadaAllah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepadabapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkanampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolaksesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahimberkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada EngkaulahKami bertawakkal dan hanya kepada EngkaulahKami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kamikembali." (Qs. Mumtahanah: 4)200

Maka, implikasi nilai wala’ wal bara’ dalam kehidupan sehari-hari

adalah menumbuhkan rasa hormat, solid dan loyal terhadap umat Islam

199 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Menara Kudus, 1990), hlm.291.

200 Ibid., hlm. 923.

Page 159: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

142

dan membenci sikap orang-orang kafir yang melakukan penyimpangan

terhadap Islam.

Page 160: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

143

BAB VIPENUTUP

A. Kesimpulan

1. Terdapat tiga nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam kitab

At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy , yaitu (a) nilai-nilai perilaku

seorang muslim kepada Allah SWT, meliputi nilai rububiyah, nilai

uluhiyah, nilai asma’ wa shifat, nilai taat kepada Allah dan nilai ihsan

kepada Allah, (b) nilai-nilai perilaku seorang muslim kepada diri

sendiri, meliputi nilai aqidah shahihah, nilai shahihul ibadah, nilai

konsekuen syahadatain dan nilai manhaj salaf, (c) nilai-nilai perilaku

seorang muslim kepada sesama manusia, meliputi nilai dakwah tauhid,

nilai ihsan kepada manusia dan nilai wala’ wal bara’.

2. Implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari

yaitu:

(a) Menjadikan manusia untuk selalu berdzikir disetiap waktu

dan ikhlas beribadah kepada Allah.

(b) Menjadikan manusia untuk beribadah yang sesuai dengan

Al-Qur’an dan As-Sunnah dan mengajarkan manusia untuk

selalu konsekuensi terhadap apa yang ia ikrarkan kepada

Allah dan RasulNya.

(c) Menumbuhkan rasa kepedulian kepada sesama muslim

terhadap pengajaran aqidah dan tauhid serta menumbuhkan

Page 161: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

144

rasa respect, solid dan loyal kepada umat Islam dan

membenci sikap orang-orang kafir yang menyimpang dari

Islam.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti dapat memberikan saran-

saran sebagai berikut:

1. Bagi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Diharapkan kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy

ini dijadikan sebagai bahan kajian mengenai ilmu pendidikan

tauhid dan mampu diterapkan sebagai salah satu referensi

tambahan sebagai usaha membentuk insan yang bertauhid.

2. Bagi Sistem Pendidikan Islam

Diharapkan kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy

ini dapat dijadikan sumber informasi dalam pendidikan Islam dan

menjadi sumbangan dalam khazanah ilmu pendidikan untuk

peneliti selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan

tauhid.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan kepada masyarakat agar dapat memahami

esensi tauhid itu sendiri sehingga dapat mengenal Allah serta dapat

mengamalkannya ibadah dengan baik dan benar menurut

pemahaman salafus shalih dalam memahami dan mengambil

hukum dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Page 162: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xviii

DAFTAR RUJUKAN

Referensi Buku:

Abdul Majid & Dian Andayani. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Abduh, Muhammad. 1963. Risalah Tauhid, terj., KH. Firdaus. Jakarta: AN-PNBulan Bintang.

Agama, Departemen. 1993. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP)Madrasah Tsnawiyah Mata Pelajaran Aqidah Akhlak. Jakarta: DirjenPembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Al-Atsqalani, Abu Fadhl Ahmad bin Ali Hajar. 1989. Bulughul Marram. Beirut:Darul Fikr.

Al-Bukhari, Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. 1993. Shahih Al-Bukhari. Beirut: Darul Fikr.

Al-Hikmah. 2008. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV PenerbitDiponegoro.

Al-Jisr, Husain Affandi. 1970. Al Hushunul Hamidiyah. Surabaya: AhmadNabhan.

Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah, 1993. At-Tauhid Lish Shaffil AwwalAl-‘Aliy. Mesir: Penerbit Darul Aqidah.

_______. 2003. Edisi Indonesia: Kitab Tauhid I. Jakarta. Penerbit Darul Haq._______. 1999. Edisi Indonesia: Kitab Tauhid III. Jakarta. Penerbit Darul Haq.

Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim. 1997. Madaarijus Saalikin. Kairo: Darul Hadits.

Al-Jibrin, Abdullah bin Abdul Aziz. 2006. Cara Mudah Memahami AqidahSesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah serta Pemahaman Salafus Shalih.Jakarta:Pustaka At-Tazkia.

Al-Maidani, Abdurrahman Hasan Habanakah. 2004. Pokok-pokok Akidah Islamterj. A. M. Basalamah. Jakarta: Gema Insani Press.

Al-Naisaburi, Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj. 1993. Shahih Muslim. Beirut:Darul Fikr.

Page 163: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xix

As-Sa’di, Abdurrahman bin Nashir. 2004. Manisnya Buah Keimanan. Malang:Cahaya Tauhid Press.

Al-Utsaimin, Muhammad Ibn Shalih. 1999. Ulasan Tuntas Tentang Tiga PrinsipPokok Siapa Rabbmu? Apa Agamamu? Siapa Nabimu?. Jakarta: DarulHaq.

Basyir, Ahmad Azhar. 1995. Pendidikan Agama Islam 1. Yogyakarta:Perpustakaan Fak. Hukum UII.

Bakar, Ala’. 2002. Studi Dasar-Dasar Manhaj Salaf. Solo: Pustaka Barokah.

Chabib Thoha. M.. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: PustakaPelajar.

ElMubarak, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yangterserak, Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai.Bandung: Penerbit Alfabeta.

Fitri, Agus Zaenul. 2012. Reinventing Human Character: Pendidikan KarakterBerbasis Nilai & Etika di Sekolah. Jogjakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media.

Ghony, Muhamad Djunaidi. 1982. Nilai Pendidikan. Surabaya: Penerbit UsahaNasional.

Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta, Andi Offset.

Hamdani, Muhammad. 2001. Pendidikan Ketuhanan Dalam Islam. Surakarta:Muhammadiyah University Press.

Hamalik, Oemar. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.

Hatim, Ibnu. 1993. Tafsir Ibnu Hatim. Beirut: Darul Fikr.

Jalaluddin dan Abdullah. 1997. Filsafat Pendidikan Manusia. Jakarta: GayaMedia Pratama.

Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. 2008, Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.Bogor: Pustaka Imam Syafi’i.

Lathif, Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul. 2008. Pelajaran Tauhid UntukPemula. Jakarta: Darul Haq.

______. 1998. Pelajaran Tauhid Untuk Lanjutan. Jakarta. Penerbit Darul Haq.

M. Sukardjo & Ukim Komarudin. 2009. Landasan Pendidikan Konsep danAplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Page 164: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xx

Munawir, Ahmad Warson. 1984. Al Munawir Kamus Bahasa Arab. Yogyakarta:Ponpes Al-Munawir.

Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

M. Fahim Tharaba & Moh. Padil. 2015. Sosiologi Pendidikan Islam, RealitaSosial Umat Islam. Malang: CV. Dream Litera.

Maunah, Binti. 2008. Diktat Metode Penyusunan dan Desain PembelajaranAqidah Akhlak. Tulungagung : STAI Dipo.

Moelong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan Edisi Revisi. Bandung :PT. Remaja Rosda Karya.

Nata, Abuddin. 2000. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Qamaruddin Shaleh dkk., 1987. Asbabun Nuzul-Latar Belakang HistorisTurunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Bandung: CV. Diponegoro.

Rasyid, Daud. 1998. Islam dalam Berbagai Dimensi. Jakarta: Gema Insani Press.

Rais, M. Amin. 1991. Cakrawala Islam Antara Cita Dan Fakta. Bandung: Mizan.

Ramayulis. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Kalam Muka.

Shaleh, M.. 2004. Pengaruh Akidah dalam Membentuk Individu dan Masyarakat.Jakarta: Pustaka Azzam.

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : SinarBaru Algesindo.

Sulaiman, Abu Dawud. 1996. Sunan Abu Dawud. Beirut: Darul Kitab Al-Ilmiyah.

Ubaidah, Darwis Abu. 2008. Panduan Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Jakarta:Penerbit Al-Kautsar.

Zakiah Daradjat, dkk.. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Zainuddin, 1992. Ilmu Tauhid Lengkap. Jakarta: Rineka Cipta.

Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Website:

1. Abdul Aziz bin Abdul Karim Al ‘Isa, Biografi Syaikh Shalih bin FauzanAl-Fauzan, (http://www.alifta.com/Fatawa/MoftyDetails.aspx?ID=7,)

Page 165: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xxi

2. Abu Hudzaifah, Biografi Singkat Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzanhafizhahullah, (http:www.calltoislam.com,)

3. Adhila, Datangi Polres Bogor, Sejumlah Ulama Laporkan UpayaPemurtadan Berkedok Wisata ke Monas. (http://m.suara-islam.com/mobile/detail/12373/Datangi-Polres-Bogor--Sejumlah-Ulama-Laporkan-Upaya-Pemurtadan-Berkedok-Wisata-ke-Monas)

4. Adika Mianoki, Meraih Derajat Ihsan, (https://muslim.or.id/4101-meraih-derajat-ihsan.html,)

5. Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Al Atsar, Mengapa Harus BermanhajSalaf (http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-manhaj/mengapa-harus-bermanhaj-salaf/,)

6. Al-Manhaj, Dialog Politik Dan Pemikiran Bersama Syaikh Shalih binFauzan Al-Fauzan, (http://almanhaj.or.id/content/3999/slash/0/dialog-politik-dan-pemikiran-bersama-syaikh-shalih-bin-fauzan-al-fauzan/,)

7. Abdullah bin Taslim Al-Buthoni, Keutamaan Memahami Nama-NamaDan Sifat-Sifat Allah Azza Wa Jalla (http://almanhaj.or.id/3388-keutamaan-memahami-nama-nama-dan-sifat-sifat-allah-azza-wa-jalla.html?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C2512332538,)

8. Juni Hartono, Pengertian Taat, Contoh dan Perilaku Taat, Taat Dalamkehidupan Sehari-Hari(http://wallpaperhd99.blogspot.com/search/label/islami/,)

9. Kholid Syamhudi, Tauhid Uluhiyah: Kewajiban Pertama SeorangManusia (https://irdhamapriadi.wordpress.com/tag/tauhid-dasar-pendidikan/,)

10. Muhammad Dinul Haq, Syeikh Sholeh al Fauzan: “Umat IslamSatu Hizb, jangan SalingMembid’ahkan”(http://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2014/02/18/16750/syeikh-sholeh-al-fauzan-umat-islam-satu-hizb-jangan-saling-membidahkan.html,)

11. PKS Kabupaten Bekasi, Pengertian dan Kedudukan Syahadatain(http://pks-bekasi.org/2013/12/pengertian-dan-kedudukan-syahadatain-.html,)

12. Reny Widya Widati, Waspada 7 Modus Gurita Kristenisasi (http://m.voa-islam.com/news/christology/2014/12/02//34240/waspada-7-modus-gurita-kristenisasi/ diakses 21 Mei 2016 jam 6:17 WIB).

Page 166: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xxii

13. Rohani, Corak Akidah Dalam Kehidupan,(http://elektrocatatanharian.blogspot.com/201306/normal-0-false-false-falseen-uz-zh-cnhtml diakses 23 Mei 2016 jam 9:02 WIB).

14. Shalih Fauzan bin Abdillah Al Fauzan, Meluruskan Pemahaman Al-Wala’Dan Al-Bara’ (Sebuah Koreksi Loyalitas Seorang Muslim)(https://almanhaj.or.id/3542-meluruskan-pemahaman-al-wala-dan-al-bara.html?_e_pi_=7%2PAGE_ID10%2C2906279510, diakses 8 Mei 2016jam 13:45 WIB).

15. Suara-Islam.com, Lebih Baik Pemimpin Kafir Asal Bersih daripadaPemimpin Muslim tapi Korup (http://m.suara-islam.com/mobile/detail/16674/Lebih-Baik-Pemimpin-Kafir-Asal -Bersih-daripada-Pemimpin-Muslim-tapi-Korup, diakses 20 Mei 2016 jam 9:20WIB)

16. Wira Mandiri Bachrun, Biografi Syaikh Shalih Al Fauzan(http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/09/26/syaikh-shalih-ibn-fauzan-ibn-abdullah-ibn-fauzan/,)

17. Wikipedia, Sheikh / Salih bin Fauzan Al-Fawzan(https://id.wikipedia.org/wiki/Shalih_bin_Fauzan_al-Fauzan,)

Page 167: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xxiii

BIODATA MAHASISWA

Nama : Muhammad Lutfi AlFajar

NIM : 12110207

Tempat Tanggal Lahir : Denpasar, 19 Mei 1994

Fak./Jur./Prog. Studi ` : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/ Pendidikan Agama

Islam/ Pendidikan Agama Islam

Tahun Masuk : 2012

Alamat Rumah : Perumahan Bumi Dalung Permai Blok P No.1,

Kec. Kuta Utara, Kab. Badung – Bali

No. Tlp. Rumah/Hp : 085737317266 – 081945756166

Malang, 13 Juni 2016

Mahasiswa

(……………………………………….)

Page 168: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4626/1/12110207.pdf · nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab at-tauhid lish shaffil awwal al -‘aliy

xxiv