nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitabe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2040/1/skripsi...
TRANSCRIPT
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM KITAB
MAJMŪ‘AH AS-SYARĪ‘AH AL-KĀFIYAH LIL ‘AWĀM
KARYA K.H. MUHAMMAD SHOLEH DARAT
AS-SAMARANI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Dimas Adam Saputra
NIM: 11113251
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
ii
iii
Dr. M. Ghufron, M.Ag.
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp : 4 eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara : Dimas Adam Saputra
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadaan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,
kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Dimas Adam Saputra
NIM : 11113251
Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam
Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Majmū‘ah As-
nSyarī‘ah Al-Kāfiyah Lil ‘Awām Karya K.H. Muhammad
nSholeh Darat As-Samarani
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera
dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 17 Juli 2017
Pembimbing
Dr. M. Ghufron, M.Ag.
NIP. 19720814 200312 1 001
iv
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM
KITAB MAJMŪ‘AH AS-SYARĪ‘AH AL-KĀFIYAH LIL ‘AWĀM
KARYA K.H. MUHAMMAD SHOLEH DARAT AS-SAMARANI
disusun oleh:
DIMAS ADAM SAPUTRA
NIM: 11113251
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 21 Agustus 2017 dan telah dinyatakan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Fatchurohman, M.Pd
Sekretaris : Mufiq, M.Phil
Penguji I : Sutrisna, M.Pd
Penguji II : Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag.
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dimas Adam Saputra
NIM : 11113251
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB
MAJMŪ‘AH AS-SYARĪ‘AH AL-KĀFIYAH LIL ‘AWĀM
KARYA K.H. MUHAMMAD SHOLEH DARAT AS-
SAMARANI
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah dan tidak keberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga
tanpa menuntut konsekuensi apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika pada kemudian hari terbukti
karya saya ini bukan karya sendiri, maka saya sanggup untuk menaggung semua
konsekuensinya.
Salatiga, 31 Agustus 2017
Yang menyatakan
Dimas Adam Saputra
NIM: 11113251
vi
MOTTO
و خير الناس أنفعهم للناس
“Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”
(HR. Thabrani dan Daruquthni)
vii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan hati, saya persembahkan skripsi ini untuk:
1. Nabi Muhammad SAW., semoga menjadi bukti kecil tanda kecintaanku
kepada Baginda Nabi SAW.
2. Keluarga yang aku cintai, Bapak Sutrisno yang telah menuntun dalam jalan
perjuangan hingga saat ini, Ibu Siti Rofi’ah yang terus berdo’a demi
kesuksesanku, dan tak lupa adikku Riski Dian Rahmawati yang selalu
menyemangati dalam perjuanganku.
3. Dosen Pembimbing Bapak Dr. M. Ghufron, M.Ag. yang membimbing dan
memotivasiku dengan sabar hingga terselesainya skripsi ini.
4. Dosen Pembimbing Akademik Bapak Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd. yang
membimbing dan memotivasiku dari awal belajar di kampus hingga saat ini.
5. Bapak Sukron Ma’mun, M.Si selaku pengasuh Ma’had Al-Jami’ah Putra
IAIN Salatiga.
6. Keluarga besar Ma’had IAIN Salatiga, Komisariat PSHT IAIN Salatiga,
Majelis Do’a Mawar Allah IAIN Salatiga, KI Salatiga, HKEC Periode 7,
Keluarga Miftakhul Jannah dan Man Jadda wa Jada.
7. Keluarga besar dan teman-teman seperjuangan di kampus yaitu PAI, PPL,
dan KKN angkatan 2013.
8. Seluruh muslimin muslimat serta semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang senantiasa
membanjiri penulis dengan kasih sayang, melimpahkan rahmat, memberikan
petunjuk, dan memberikan kemudahan dalam penulisan skripsi ini. Sholawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga
penulis dan pembaca diridloi Allah SWT. dan mendapatkan syafa’at Rasullullah
SAW. baik di sunia maupun di akhirat.
Penulisan skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Disamping tujuan mulia tersebut, penulisan ini dimaksudkan untuk amal
jariyah kepada pendidikan Islam di Indonesia dengan harapan dapat membantu
mencetak generasi bangsa yang selalu bertaqwa kepada Allah SWT dan juga
cinta tanah air. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan,
tetapi dengan rahmat-Nya melalui dukungan, bantuan dan bimbingan hamba-
hamba yang dekat dengan Allah oleh karena itu perkenankan penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI)
4. Bapak Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang
selama ini menjadi pembimbing studi penulis selama belajar di kampus
IAIN Salatiga, dan tak jenuh memberikan nasihat dan bimbingan serta
dengan antusias mendengarkan setiap kata hati penulis. Athalallahu umrohu
wa shahhaha jasadahu.
5. Bapak Dr. M. Ghufron, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi, yang selalu
sabar dan teliti memberikan pengarahan dan dukungan untuk terus maju dan
maju.
ix
6. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang
telah banyak memberikan hikmah dan bekal ilmu pengetahuan kepada
penulis selama di bangku perkuliahan.
7. Bapak, Ibu, dan Adikku tercinta yang selalu memberikan dukungan,
semangat, serta dengan tulus dan ikhlas mengetuk pintu langit berdoa untuk
kelancaran dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.
8. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan.
9. Teman-teman yang selalu menyemangatiku.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu
Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat al-hamdulillahi
Robbil Alamin jazakumullahu ahsanal jaza’, jaza’an katsiro. Penulis berdo’a
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dan ridho dari
Allah SWT serta tercatat dalam bentuk amalan ibadah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kajian yang akan
datang. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnya serta
para pembaca yang budiman pada umumnya. Āmīn.
Salatiga, 17 Juli 2017
Penulis,
Dimas Adam Saputra
111-13-251
x
ABSTRAK
Saputra, Dimas, Adam. 2017. 11113251. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam
Kitab Majmū‘ah As-Sharī‘ah Al-Kāfiyah lil-‘Awām karya K. H.
Muhammad Sholeh Darat As-Samarani. Skripsi, Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M. Ag.
Kalimat Kunci: Nilai Pendidikan Akhlak, Kitab Majmū‘ah As-Sharī‘ah Al-
Kāfiyah lil-‘Awām, K. H. Muhammad Sholeh Darat As-
Samarani.
Semangat untuk membangun dan memperbaiki akhlak pelajar demi
terwujudnya pelajar yang berakhlakul karimah. Salah satunya perkembangan
zaman modern saat ini (globalisasi), yang mudah masuk dan keluarnya berbagai
budayaan luar, yang menyebabkan merosotnya akhlak dikalangan pelajar.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengadakan penelitian
terhadap kitab Majmū‘ah As-Sharī‘ah Al-Kāfiyah lil-‘Awām karya K.H.
Muhammad Sholeh Darat As-Samarani. Disusun dua rumusan masalah untuk
mengetahui lebih dalam lagi tentang pendidikan akhlak buah pikiran beliau,
yaitu: 1). Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Majmū‘ah As-
Sharī‘ah Al-Kāfiyah lil-‘Awām K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani 2).
Bagaimana relevansi pemikiran K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani
dalam kitab Majmū‘ah As-Sharī‘ah Al-Kāfiyah lil-‘Awām dengan Pendidikan
Akhlak Sekarang?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kepustakaan (Library Research), sedangkan sumber data primer
dari penelitian ini adalah kitab Majmū‘ah As-Sharī‘ah Al-Kāfiyah lil-‘Awām dan
sumber sekundernya adalah buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan
dengan penelitian. Kemudian data dianalisis dengan metode induktif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ciri pemikiran beliau lebih
menekankan pada pengamalan ajaran Islam secara konsisten dengan dilandaskan
pada teks-teks Al-Qur’an dan Hadist. Di dalam kitab Majmū‘ah dijelaskan bahwa
terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu: pertama:
bagi murid hendaknya berniat suci untuk menuntut ilmu. Kedua: bagi guru
dalam mengamalkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya terlebih dahulu, tidak
mengharapkan materi semata-mata. Proses mencari ilmu dapat diperoleh dengan
cara bertaqwa kepada Allah SWT., melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya dan senantiasa mendekatkan diri pada Allah. Sikap kita
kepada sesama manusia untuk saling menjaga diri, jujur, adil serta sikap-sikap
yang lainnya agar menjadi hamba yang santun dan bijak dalam kehidupan. Dari
sini diharapkan akan terwujudnya generasi muda terutama pelajar yang
berakhlak mulia, tidak hanya beraspek pada kognitif saja tetapi juga pada aspek
afektif dan spiritual.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iv
DEKLARASI ....................................................................................................v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
ABSTRAK ........................................................................................................x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................6
E. Kajian Pustaka .........................................................................7
F. Metode Penelitian..................................................................11
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................11
2. Sumber Data ...................................................................12
3. Teknik Analisis Data ......................................................14
G. Sistematika Penulisan ...........................................................15
xii
BAB II PROFIL K. H. MUHAMMAD SHOLEH DARAT AL-
SAMARANI DAN SISTEMATIKA KITAB MAJMŪ‘AH
AS-SYARĪ‘AH AL-KĀFIYAH LIL ‘AWĀM .........................17
A. Biografi K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani ........17
1. Riwayat Hidup K.H. Muhammad Sholeh Darat As-
Samarani ..........................................................................17
2. Pendidikan K.H. Muhammad Sholeh Darat As-
Samarani ..........................................................................18
3. Karya-Karya K.H. Muhammad Sholeh Darat As-
Samarani ..........................................................................30
B. Sistematika Kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil
‘Awām ...................................................................................36
BAB III NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB
MAJMŪ‘AH AS-SYARĪ‘AH AL-KĀFIYAH LIL ‘AWĀM .43
A. Deskripsi Nilai Pendidikan Akhlak .......................................43
B. Pemikiran K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani
Tentang Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Majmū‘ah
As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām .......................................45
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK DAN NILAI-
NILAINYA KITAB MAJMŪ‘AH AS-SYARĪ‘AH AL-
KĀFIYAH LIL ‘AWĀM ...........................................................52
A. Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Majmū‘ah As-
Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām ..............................................52
xiii
B. Relevansi Pemikiran K.H. Muhammad Sholeh Darat As-
Samarani dalam kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah
lil ‘Awām dengan Pendidikan Akhlak Sekarang ...................78
BAB V PENUTUP ...................................................................................94
A. Kesimpulan ...........................................................................94
B. Saran ......................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................98
LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................................................................101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa adalah dilihat dari sistem
pendidikannya. Dari pendidikan seseorang akan terbuka intelektualnya
sehingga luas pemikirannya. Pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas.
Ruang lingkupnya mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia
tentang pendidikan. Setiap orang pernah mendengar tentang perkataan
pendidikan, dan setiap orang waktu kecilnya pernah mengalami pendidikan,
atau setiap orang sebagai orang tua, guru, telah melaksanakan pendidikan.
Namun tidak setiap orang mengerti dalam arti yang sebenarnya apa pendidikan
itu, dan tidak setiap orang mengalami pendidikan ataupun menjalankan
pendidikan sebagaimana mestinya.
Setiap bangsa tentu akan menyatakan tujuan pendidikannya sesuai
dengan nilau-nilai kehidupan yang sedang diperjuangkan untuk kemajuan
bangsanya. Walaupun masing-masing bangsa memiliki tujuan hidup berbeda,
namun secara garis besar, ada beberapa kesamaan dalam berbagai aspeknya.
Pendidikan bagi setiap individu merupakan pengaruh dinamis dalam
perkembangan jasmani, jiwa, rasa sosial, susila, dan sebagainya .
Pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan
persoalan, diantaranya pertama bertambahnya jumlah penduduk yang sangat
cerah dan sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan
2
pendidikan, yang secara kumulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan
yang memadai, kedua berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern
menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan
terus-menerus dan dengan demikian menuntut pendidikan yang lebih lama
sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup (life long education) dan yang
ketiga berkembangnya teknologi yang mempermudah manusia dalam
menguasai, memanfaatkan, dan mengakses berbagai informasi, yang terkadang
menjadi ancaman terhadap pendidikan bahkan peranan manusiawi (Sa’ud,
2008: 5).
Pendidikan sendiri tak lepas juga dari sejarah peradaban Islam, dimana
dari peradaban tersebut lahir berbagai bidang ilmu salah satunya adalah
pendidikan. Pendidikan sendiri di dalamnya mengandung berbagai disiplin
ilmu dan nilai-nilai pendidikan. Dalam pendidikan Islam ada yang mananya
nilai pendidikan akhlak. Dalam ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan
yang istimewa. Selain menjadi pokok isi Al-Qur’an akhlak juga merupakan
salah satu ajaran pokok agama Islam.
Konteks akhlak di masa depan, visi pendidikan diharuskan untuk
menyiapkan atau merencanakan perbaikan akhlak yang telah mulai rapuh di
masa sekarang. Contohnya seperti yang terjadi saat ini adalah kenakalan
remaja. Hal ini sudah menjadi masalah umum yang menjadi bahan bahasan
atau pemikiran bagaimana mengatasinya secara bijaksana dan sesuai dengan
nilai moral yang berlaku yang tidak pula melenceng dari HAM (Hak Asasi
Manusia). Terkait dengan hal ini, visi pendidikan sebagai institusi ataupun
3
pemerintah harus solid dalam menyelesaikan permasalahan akhlak. Selain itu,
hal ini juga dipicu karena kurangnya penghayatan atas nilai-nilai ketuhanan
yang telah ada kaidah-kaidah yang mengaturnya sesuai dengan norma yang
berlaku.
Permasalahan lainnya yang terjadi di masyarakat pada umumnya seperti
kurangnya kedisiplinan dalam bekerja, berumahtangga yang kurang harmonis,
mendidik anak tidak dengan nilai moral bahkan kerukunan bersosial yang
kurang. Bukanlah tidak mungkin menyelesaikan masalah-masalah tersebut,
harus ada kesadaran individu maupun institusi dalam menyelesaikan
permasalahan. Dengan mengetahui penyebab utamanya kemudian diadakan
usaha kolektif dalam mencari solusinya.
Salah satu solusinya adalah dengan penanaman akhlak yang mulia
dimanapun anak berada. Baik di mulai lingkungan rumah, sekolah, masyarakat
dan hingga menjadi warga bernegara. Misalnya di keluarga, orang tua
mengajarkan akan keimanan, ketakwaan dan sopan santun. Di sekolah bisa
dilakukan dengan mengajarkan peserta didik mulai dari menghormati guru,
bergaul dengan teman hingga sekolah tidak hanya mencari ilmu tetapi juga
membangun akhlak yang baik, begitu juga di masyarakat.
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan setiap urusan
manusia, dimana di dalam Al-Qur’an dan hadist Rasullulloh SAW. salah
satunya yaitu tata cara dalam menjalani kehidupan ini. Selain itu banyak
tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan menyumbangkan pemikirannya
4
tentang aktifitas belajar dan pembelajaran, di antaranya adalah seorang ulama
yang mashur di pulau Jawa yaitu K.H. Muhammad Shalih As-Samarani atau
yang lebih dikenal Kyai Haji Sholeh Darat, dimana ulama abad 19-20 M.
Beliau setidaknya memiliki 14 karya, yang menerangkan berbagai macam
kajian keislaman, seperti tentang akidah, akhlak, tauhid, tasawuf, ulumul
qur’an, tafsir qur’an hingga kitab fiqih yang masih banyak digunakan di
pesantren-pesantren salaf hingga saat ini.
Salah satu kitab karangan Kyai Haji Sholeh Darat adalah kitab
Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām merupakan salah satu karya
penting berbahasa Jawa dengan huruf Arab (Arab pegon). Penelitian ini lebih
fokus dan mendalam mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak kitab Majmū‘ah
As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām, dimana kitab ini merupakan kitab untuk
orang awam (pemula) sehingga lebih mudah untuk dicerna bahasanya. Dengan
isi kitab menggunakan huruf Arab Pegon mempermudah dalam
mempelajarinya terlebih jika seseorang tersebut belum menguasai Bahasa
Arab. Perbedaan dan sekaligus keunggulan dari kitab tersebut yaitu kitab ini
juga masuk kategori tasawuf, karena dengan tasawuf akhlak itu sendiri akan
merefleksikan dari penerapan ilmu tasawuf sehingga tingkah laku dan
perbuatan kita sama dengan perilakunya Rasulullah SAW. Disamping itu Kyai
Sholeh Darat pengajaran yang diajarkan dengan kultur budaya lokal yang
mudah diterima masyarakat luas dan terbukti beliau melahirkan ulama-ulama
besar terkenal seperti K.H. Hasyim As’ari, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Mahfudz
dari Tremas, K.H.R. Dahlan dari Tremas, Kyai Amir dari Pekalongan, Kyai
5
Idris dari Surakarta, K.H. Abdul Hamid dari Kendal, Kyai Khalil dari
Rembang, Kyai Penghulu Anom dari Kraton Surakarta.
Berangkat dari uraian permasalahan di atas peneliti terdorong untuk
meneliti, mendeskripsikan dan merelevansi pemikiran beliau di dalam kitab
Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām. Maka peneliti pemengangkatnya
sebagai skripsi yang berjudul, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab
Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām karya K. H. Muhammad Sholeh
Darat As-Samarani”.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
maka peneliti ingin membahas hal-hal pokok dalam skripsi ini dirumuskan
dalam bentuk rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Majmū‘ah As-
Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām karya K. H. Muhammad Sholeh Darat As-
Samarani?
2. Bagaimana relevansi pemikiran K.H. Muhammad Sholeh Darat As-
Samarani dalam kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām
dengan Pendidikan Akhlak di era Modern
C. Tujuan Penelitian
Pembahasan skripsi tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab
Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām karya K. H. Sholeh Darat ini
bertujuan untuk:
6
1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Majmū‘ah As-
Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām.
2. Mengetahui relevansi pemikiran K.H. Muhammad Sholeh Darat As-
Samarani dalam kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām dengan
Pendidikan Akhlak di era Modern
D. Manfaat Penelitian
Dari paparan tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan penelitian
ini, maka dapat dirumuskan manfaat yang dapat diperoleh dari kajian
ilimiah ini. Pada penelitian ini penulis mengategorikannya menjadi manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Secara lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini merupakan sumbangsih khasanah keilmuan
pendidikan Indonesia secara umum dan pendidikan Islam. Selain itu
khususnya tentang nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab
Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām ini memberikan sumbangan
pemikiran dan konsep baru mengenai pendidikan akhlak dikalangan
praktisi pendidikan maupun akademisi sebagai bahan acuan dan rujukan.
Dan juga bisa sebagai pijakan atau acuan (referensi) para peneliti dalam
penelitian lebih lanjut terkait konsep pendidikan akhlak ke depannya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
7
langsung (praktis) bagi segenap pemerhati dan pelaku pendidikan,
terutama para pelaku/pembimbing akhlak peserta didik. Secara umum
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
mengatasi masalah-masalah pendidikan akhlak, seperti:
a. Bagi akademisi
Hasil penelitian ini dapat berguna untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan pelestarian nilai-nilai pendidikan Islam yang pernah
ada di Indonesia khusunya nilai pendidikan akhlak.
b. Bagi masyarakat
Sebagai sumbangan informasi bagi segenap masyarakat yang
beragama Islam untuk tetap menjaga nilai-nilai pendidikan Islam yang
yang pernah diajarkan oleh K. H. Sholeh Darat. Selain itu, juga untuk
menangani perilaku ataupun akhlaq anak bagi orang tua maupun
masyarakat pada umumnya.
c. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan wawasan ilmu
pengetahuan, sejarah tokoh Islam Indonesia, sikap ilmiah dan sebagi
bahan dokumen untuk penelitian lebih lanjut.
E. Kajian Pustaka
Pembahasan kali ini yaitu kajian terhadap hasil penelitian yang relevan
mengenai Kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām bukanlah yang
pertama kali dilakukan. Namun belum banyak skripsi yang menyajikan
informasi tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandungnya.
8
Sejauh yang penulis ketahui dalam penelitian yang dianggap relevan
guna menunjang penelitian ini yaitu:
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Andri Winarco dengan judul “Konsep
Pendidikan Akhlak Perspektif K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani”
(Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan IAIN Salatiga, 2017). Pembahasan
yang dibahas dalam skripsi ini yaitu membahas tentang konsep pendidikan
akhlak dalam pemikiran K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani selain itu
pembahasannya pun lebih umum karena sumber primernya meliputi berbagai
kitab dari karangan K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani (Winarco,
2017: 144).
Kedua, jurnal yang ditulis oleh Mudzakiron dan Arif Chasanul Muna
dengan judul “Pola Redaksi Matan Hadis Dalam Kitab Majmū’ah Al-Syarī’ah
Karya K.H. Saleh Darat” (Dosen Fakultas Ushuludin Jurusan Studi Ilmu
Hadist IAIN Pekalongan 2015). Jurnal ini membahas tentang pola redaksi
matan dan mendeskripsikan yang tercantum dalam kitab Majmū‘ah As-
Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām. Hadis-hadis yang terdapat dalam kitab tersebut
akan ditelusuri keberadaannya dalam kitab-kitab hadis induk dan kemudian
dibandingkan pola redaksinya. Jumlah hadis yang terdapat dalam kitab
Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām adalah 117 hadis, namun yang
akan diteliti hanya dua belas hadis saja yang memang tertulis dalam bahasa
Arab (Mudzakiron dan Muna, 2015: 229).
Ketiga, jurnal yang ditulis oleh M. In’amuzzahidin dengan judul
“Pemikiran Sufistik Muhammad Shalih Al-Samarani” (Dosen Fakultas
9
Ushuludin UIN Walisongo 2012). Jurnal ini membahas tenang pemikiran
sufistik dari K.H. Muhammad Shalih As-Samarani dalam Matn al-Ḥikam dan
Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām. Beliau menegaskan bahwa
Pemikiran tasawuf Muhammad Shalih As-Samarani (Saleh Darat) yang ada
dalam kitab Matn Al-Ḥikam dan Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil
‘Awām, menekankan terhadap pengamalan ajaran Islam dengan penuh
kesadaran dan keikhlasan kepada Allah. Kiai Saleh Darat mendasarkan
pemikiran nya pada tasawuf sunni amali. Beliau menolak keras
pemahaman tasawuf falsafi, khususnya untuk orang awam (In’amuzzahidin,
2012: 343-344)
Keempat, disertasi yang ditulis oleh Abdullah Salim dengan judul
disertasinya “Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām karya Shaikh
Muḥammad Ṣālih Ibn ‘Umar al-Samārānī” (Mahasiswa IAIN Syarif
Hidayatullah 1994. Disertasi ini berisi tentang pemikiran K.H. Muhammad
Sholeh Darat As-Samarani mengenai sosiohistoris dan pemikirannya (Salim,
1994: 20-37).
Kelima, disertasi yang ditulis oleh Ghazali Munir dengan judul
“Pemikiran Kalam Muhammad Salih Darat As-Samarani (1820-1903)”
(Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Agama Islam UIN Sunan Kalijaga 2007).
Disertasi ini berisi tentang pemikiran K.H. Muhammad Sholeh Darat As-
Samarani mengenai iman, kasab, dan pengaruhnya terhadap masyarakat
tradisional (Munir, 2007: 17).
10
Penelitian ini berbeda dengan penelitian di atas dengan melihat variable
dan objeknya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Andri Winarco
menitikberatkan pada konsep pendidikan akhlak dan relevansinya dalam
pemikiran K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani sehingga tidak
mengungkapkan pendidikan akhlak dalam pemikiran maupun karya K.H.
Muhammad Sholeh Darat As-Samarani secara spesifik jadi masih bersifat
umum (global). Penelitian yang dilakukan oleh Mudzakiron dan Arif Chasanul
Muna secara garis besar hanya meneliti tentang Pola Redaksi Matan Hadis
Dalam Kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām karya K.H.
Muhammad Sholeh Darat As-Samarani, serta tidak membahas tentang nilai
pendidikan akhlak dalam penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
M. In’amuzzahidin menjelaskan lebih ke pemikiran sufistik dari K.H.
Muhammad Shalih As-Samarani dalam Matn Al-Ḥikam dan Majmū‘ah As-
Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām, tidaklah ke nilai pendidikan akhlaknya. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Salim, beliau memaparkan tentang
sosiohistoris dan pemikirannya yang dituangkan di dalam kitab Majmū‘ah As-
Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām. Dan penelitian yang dilakukan oleh Ghazali
Munir, beliau memaparkan bahwa menekankan amal sebagai realisasi dari
iman yang dimiliki seseorang, begitu pula kasab juga menekankan kepada
adanya amal bagi iman. Sedangkan pengaruhnya untuk masyarakat tradisioanl
sangatlah luas dengan bukti karya tulis K.H. Muhammad Sholeh Darat As-
Samarani digunakan sebagai literatur wajib dalam masjelis pengajian di
kalangan masyarakat awam begitu pula di pesantren-pesantren.
11
Pada penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan lebih mendalam dan
terpusat pada nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah
Al-Kāfiyah lil ‘Awām sekaligus mengungkap analisis pemikiran K.H.
Muhammad Sholeh Darat As-Samarani beserta relevansinya diera sekarang.
F. Metode Penelitian
Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang akan
dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri diartikan
sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk
memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan
sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 1995: 24). Oleh karena itu,
di sini akan dipaparkan mengenai:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian pustaka atau literer, maka
penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analitis, yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan
data secara kuantitatif (Moleong, 2002: 6).
Penulis berusaha mengkaji nilai-nilai pendidikan akhlak yang
terdapat dalam kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām. Adapun
pengertian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan sifat- sifat
atau karakter individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Sehingga
penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, akan
tetapi hanya menggambarkan suatu variable atau keadaan, sehingga
12
penulis hanya menganalisa secara kritis permasalahan yang dikaji.
Adapun jenis penelitian yang digunakan Penulis adalah kajian
pustaka (library research). Penelitian ini termasuk jenis penelitian
yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-
macam materi yang terdapat dalam kepustakaan (buku) atau jenis
penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun
kelompok (Sukmadinata, 2007: 60).
2. Sumber Data
Sumber data yang dimaksudkan semua informasi baik yang
merupakan benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa/gejala baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Sumber data yang bersifat kualitatif di dalam
penelitian diusahakan tidak bersifat subjektif, oleh sebab itu perlu diberi
peringkat bobot (Sukandarrumidi, 2002: 44). Oleh karena itu penelitian ini
membutuhkan beberapa data, baik itu data primer dan data sekunder.
Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah sumber
data yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data
terdiri dari dua macam yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan bahan utama atau
rujukan utama dalam mengadakan suatu penelitian untuk
13
mengungkapkan dan menganalisis penelitian tersebut. Sumber data
dalam penelitian ini yaitu kitab hasil karya Muḥammad Ṣālih Ibn
‘Umar al-Samārānī atau biasa disebut K. H. Sholeh Darat yaitu kitab
Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber Data Sekunder yaitu sumber data pendukung yang
digunakan untuk menguatkan dan menunjang penelaahan data-data
yang dihimpun dari sumber data utama serta sebagai pembanding dari
sumber data primer. Sumber-sumber tersebut diantaranya adalah kitab
Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn karya Al-Ghazali, buku-buku tentang ilmu
Pendidikan, Pendidikan Akhlaq, hingga sejarah Kyai Haji Sholeh
Darat. Selain itu juga berbagai literatur yang berkaitan dan relevan
dengan objek penelitian, baik itu skripsi, jurnal, maupun website.
Dalam penelaahan ini tak lepas dari sistematika pendidikan di
Indonesia seperti pada UU No. 20 tahun 2003. Menurut Undang-
Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 Pendidikan adalah "Usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Pasal 1, ayat 1).
Pendidikan nasional "pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
14
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman” (Pasal 1, ayat 2).
Berlangsungnya kehidupan sosial yang berlandaskan
sekularisme telah menyuburkan paradigm hidonisme (hura-hura),
permisivisme (serba boleh), materialistic (money oriented), dan
lainnya di dalam kehidupan masyarakat. Motif untuk
menyelenggarakan dan mengenyam pendidikan, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, saat ini lebih kepada tujuan untuk mendapatkan
hasil-hasil materi ataupun keterampilan hidup belaka (yang tidak
dikaitkan dengan tujuan membentuk kepribadian (akhlak) yang utuh
berdasarkan pandangan syari`at Islam).
Maka dilihat dari pembahasan diatas bahwa pendidikan saat
ini lebih sekuler yang menyebabkan akhlak dikesampingkan. Dari sini
seperti pasal 1 ayat 2 pendidikan salah satunya harus berakar pada
nilai-nilai agama.
3. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam
metode ilmiah, karena dengan dianalisa data tersebut dapat diberi arti
dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.
Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecah-pecahkan dalam
kelompok-kelompok, diadakan katagosasi, dilakukan manipulasi serta
diperas sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna
15
untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesa
(Nazir, 1983: 405).
Sedangkan menurut Lexy J. Moloeng analisis data kualitatif
merupakan sebuah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisir data, memilih dan memilah sehingga dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
mensimpulkan hasil analisis ke dalam sebuah laporan penelitian
(Moloeng, 2009: 248).
Adapun cara menganalisis penelitian ini, penulis menggunakan
metode induktif. Metode Induktif adalah suatu metode berfikir yang
berangkat dari fakta-fakta peristiwa khusus dan konkret, kemudian
ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1987: 42).
Dalam prakteknya penelitian ini dimulai dari mencari data temuan
dari berbagai sumber yaitu buku-buku yang berkaitan dengan nilai-
nilai pendidikan akhlak dalam kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-
Kāfiyah lil ‘Awām karya K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani.
Dari uraian data-data yang diperoleh kemudian dikaji dan dirumuskan
menjadi kesimpulan. Sehingga penelitian ini berfikir dimulai dari
khusus menuju umum.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan menyeluruh
maka diperlukan sebuah sistematika penulisan yang runtut dari satu bab ke bab
16
yang selanjutnya. Sedangkan sistematika sendiri memiliki arti suatu tata urutan
yang saling berkaitan, saling berhubungan, dan saling melengkapi. Adapun
sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan, menguraikan tentang : latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,
metode penelitian, sistemaitka penulisan sebagai gambaran awal
dalam memahami skripsi ini.
Bab II: Sosiohistoris K. H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani yang
menguraikan tentang: Biografi K. H. Muhammad Sholeh Darat As-
Samarani, yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual,
perjalanan karirnya hingga karya-karyanya. Selain itu dalam bab ini
juga membahas tentang sistematika kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-
Kāfiyah lil ‘Awām.
Bab III: Data temuan dan uraian pemikiran K. H. Muhammad Sholeh Darat
As-Samarani di dalam kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil
‘Awām
Bab IV : Pembahasan, analisis, pemikiran, relevansi, dan implikasinya dalam
era modern sekarang.
Bab V : Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran.
17
BAB II
PROFIL K. H. MUHAMMAD SHOLEH DARAT AS-SAMARANI
DAN SISTEMATIKA KITAB MAJMŪ‘AH AS-SYARĪ‘AH AL-KĀFIYAH
LIL ‘AWĀM
A. Biografi K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani
1. Riwayat Hidup K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani
Nama lengkap beliau adalah Muhammad Sholeh Ibn `Umar As-
Samarani, atau lebih dikenal dengan sebutan Kiai Sholeh Darat ataupun
Mbah Sholeh Darat. Nama yang sering dicantumkan dalam
beberapa kitab karyanya, seperti tercantum pada sampul kitab Majmū‘ah
As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām, Munjiyyāt, Laṭa’if al-Ṭahārah,
tarjamah Sabīl al-‘Abīd ‘Alā Jauharah al-Tauḥīd, dan sebagainya.
Ayahnya bernama Kiai Umar yang merupakan pejuang dan orang
kepercayaan Pangeran Dipenogoro (1825-1830 M) di Jawa bagian Utara
khususnya Semarang (Shabir, 2007: 178).
Menurut Kiai Fahr ar-Razi Kajen yang mendapat informasi
dari Kiai Abdullah bahwa Kiai Sholeh Darat lahir sedesa dengannya,
yaitu di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten
Jepara. Kiai Sholeh Darat lahir pada masa pemerintahan kolonial
Belanda, sekitar tahun 1820 M (Munir, 2008: 33) . Sedangkan hari,
tanggal, bulan, dan tahun yang tepat belum diketahui secara pasti. Hal
ini, menurut Munir, sebagaimana perkataan dari K.H. Ali Khalil, cucu
18
Kiai Sholeh Darat. Berbeda dengan tanggal wafat beliau, bahwa beliau
wafat di Semarang pada hari Jum’at 28 Ramadan 1321 H yang
bertepatan dengan 18 Desember 1903 M. Tahun ini berdasarkan catatan
santri dan abdi dalem Kiai Sholeh Darat yaitu K.H. Jayadi.
Meskipun beliau wafat pada tanggal 28 Ramadhan 1321 H. haul
beliau diadakan pada tanggal 10 Syawal. Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat bisa merayakan lebaran dengan leluasa lebih dahulu. Setelah
merayakan lebaran dan syawalan. Banyaknya umat yang hadir dalam
acara haul tersebut, seolah menjadi penanda bagi kebesaran nama dan
jasa Kiai Sholeh Darat. Karena itulah, semakin lama nama ulama besar
itu kini semakin popular di masyarakat luas, khususnya di Jawa Tengah
(Hakim, 2016: 200).
Masyarakat pada umumnya mengenal beliau dengan nama “Kiai
Sholeh Darat”. Kata “Darat” adalah nama suatu daerah di pantai utara
Kota Semarang. Tempat itu disebut demikian karena ia menjadi
tempat orang berlabuh (ndarat; Jawa). Sekarang, daerah itu termasuk
dalam Kelurahan Dadapsari Kecamatan Semarang Utara. Selain itu
sebutan Kiai Sholeh Darat, beliau akui sendiri dan tertera pada sampul
karya tulisnya yang berjudul Syarh Barzanji.
2. Pendidikan Kiai Sholeh Darat
Pendidikan pertama agamanya diajar langsung oleh ayahnya
sendiri. Permulaan belajar agama berpusat pada pelajaran al Qur’an yang
dimulai dari bacaan surat pendek dalam juz ‘Amma yang dimulai dari
19
surat Al Fatikhah karena berkaitan dengan ibadah, salat, wudu’ dan
beberapa doa serta ilmu tajwid yang bermanfaat untuk melafalkan
ayat-ayat al Qur’an dengan benar. Pelajaran ini diikuti oleh anak-anak
pada usia 6 sampai 10 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan al
Qur’an, minat belajar beliau berlanjut kepada pelajaran yang lebih tinggi,
yaitu pendidikan (pengajian) kitab.
Setelah itu, Kiai Sholeh Darat kecil melanjutkan pelajaran ke
beberapa kiai di beberapa pesantren. Hal ini dikukuhkan dengan
pengakuan Kiai Sholeh Darat sendiri. Beliau menyebutkan daftar Kiai
yang menjadi guru beliau dalam bagian akhir kitab al-Mursyid al-
Wajiz (Hakim, 2016: 53), mereka adalah:
a) K.H.M. Syahid, Waturoyo, Kajen, Margoyoso, Pati, cucu Kiai
Mutamakkin (1645 – 1740 M). Kepadanya Kiai Sholeh Darat
belajar kitab: Fath al-Qarib, Fath al-Mu’in, Minhaj al-Qawim,
Sayrh al-Khatib, Fath al-Wahhab, dan lainnya. Ini adalah
pesantren pertama dari pengembaraan keilmuan yang panjang.
b) K.H.R. Muhammad Salih ibn Asnawi Kudus (1861-1959).
Kepada kiai yang sufistik ini Kiai Sholeh Darat belajar kitab
Tafsir Jalalain.
c) K. Ishaq Damaran, Semarang. Kiai Sholeh Darat belajar nahwu dan
saraf serta Fath al-Wahhab dari beliau.
d) K. Abu Abdillah Muhammad al-Hadi ibn Bauni, mufti di Semarang,
belajar Ilmu Falak.
20
e) Sayyid Syaikh ibn Ahmad Bafaqih Baalawi, di Semarang. Pada
tahun 1870-an, Kiai Sholeh Darat belajar kitab Jauhar at-Tauhid
karya Ibrahim al-Laqqani dan Minhaj al-‘Abidin karya Imam al-
Ghazali dari beliau.
f) Syaikh Abd al-Ghani Bima di Semarang. Belajar Sittin Masilah
karya Abu al-Abbas Ahmad al-Misri (818 H/1415 M). Ini adalah
kitab yang berisi dasar ajaran Islam. Kitab ini populer di Jawa
pada abad XIX.
g) Haji Muhammad Irsyad, Lowano, Begelan, Purworejo. Darinya
Kiai Sholeh Darat belajar arti penting ilmu pengetahuan dan
mauizah. Hasilnya pelajaran ini ditulis dalam bentuk nazam oleh
Kiai Sholeh Darat.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Jawa, pada tahun
1835-an Muhammad Salih diajak ke Makkah oleh ayahnya. Kiai Sholeh
Darat bersama ayahnya berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah
haji (Munir, 2008: 44). Ayahnya wafat di Makkah, kemudian Kiai
Sholeh Darat menetap di Makkah beberapa tahun untuk menuntut ilmu.
Pada waktu itu abad ke-19, banyak santri Indonesia yang berdatangan ke
Makkah guna menuntut ilmu agama di sana. Termasuk di dalamnya, Kiai
Sholeh Darat. Beliau pergi ke Makkah dan menetap di sana guna
menuntut ilmu agama dalam waktu yang cukup lama. Sayangnya, tidak
diketahui secara pasti tahun berapa beliau ke Makkah dan kapan kembali
ke tanah air. Di Makkah beliau belajar kepada beberapa orang ulama
21
terkenal seperti (Hakim, 2016: 66-67):
a) Syaikh Muhammad al-Muqri al-Misri al-Makki, kepadanya ia
belajar ilmu 'aqa'id dengan kitab Umm al-Barahin karya
Muhammad as-Sanusi.
b) Syaikh Muhammad ibn Sulaiman pengajar di Masjid al-Haram dan
Masjjd an-Nabawi, kepadanyaia belajar Syarh: al-Khatib, Fath
al-·Wahhab, dan Alfi.yah ibn Malik beserta Syarah-nya, dan dari
Syaikh Muhammad ibn Sulaiman beliau memperoleh ijazah tentang
kitab-kitab tersebut.
c) Sayid Muhammad ibn Zairu Dahlan, (1232-1304: H/18-17-l886 M)
mufti Syafi'iyyah di Makkah. Kepadanya ia belajar lhya,' 'Ulum ad-
Din karya al-Ghazali, dan dari Sayyid Muhammad ibn Zaini
Dahlan ia mendapatkan ijazah. Ulama Indonesia Iain yang pernah
berguru kepadanya antara Iain: K.H. Nawawi al-Bantani, KR
Mahfuz at-Tinnisi, dan Ahmad Khatib, Sayyid Muhammad
kebanyakan orang menyebut Ahmad ibn Zaini Dahlan adalah 'ulama'
besar yang berpengaruh sebagai pengajar di Masjid al-Haram,
Makkah, ahli fiqh dan sejarawan lahir di Makkah dan karena
kedalaman ilmunya ia diangkat menjadi mufti di Makkah. Para
pelajar dari Indonesia yang memmtut ilmu di Makkah pada masanya
banyak yang berguru kepadanya.
d) Al-'Alamab Ahmad an-Nahrawi al-Misti al-Makki, kepadanya
Muhammad Salih belajar al-Hikam karya Ahmad ibn 'Ata1allah.
22
e) Sayyid Muhammad Salih az-Zawawi al-Makki, pengajar di Masjid
al-Haram. kepadanya ia belajar Ihya' Ulum ad-Din juz, I dan II.
f) Syekh Zaid atau Zaid, kepadanya ia belajar Fath al-Wahhab dan
mendapat ijazah daripadanya,
g) Syaikh 'Umar asy-Syami, kepadanya ia belajar Fath al- Wahhah.
h) Syaikh as-Sanbulawi al-Misri, kepadanya ia belajar Syarhiat Tahrir
karya Zakariya al-Ansari.
i) Syaikb Jamal mufti Hanafi di Makkah, ia belajar Tafsir al-Qur'an
(Bizawie, 2016: 442)
Melihat pendidikan yang ditempuh oleh Kiai Sholeh Darat baik di
Jawa maupun di Makkah dengan berbagai ilmu pengetahuan agama
Islam, menunjukkan bahwa ia termasuk orang yang bersemangat dalam
pencarian ilmu, ia bisa disebut musafir pencari ilmu, dalam kalangan
pesantren terdapat istilah ngalap berkah (mengambil berkah) yaitu
mengaji (belajar) kepada guru tertentu yang mempunyai kharisma tinggi.
Walaupun kitab yang dikaji termasuk kitab dasar atau sudah pernah
dikaji oleh seseorang tadi, yang inti ngaji tersebut bukan tertuju pada
isi kitab tapi mendapat berkah dari guru. Ini bisa terlihat dari
beberapa kitab yang Kiai Sholeh Darat beberapa kali mengaji kepada
beberapa kyai, sebut saja Fath al-Wahab beliau mempelajarinya dari
Kyai Sahid, Kyai Muhammad Ishaq, Syaikh Muhammad ibn Sulaiman
Hasbullah, Kyai Zahid, Syaikh Umar as-Syami.
Setelah beberapa tahun beliau belajar di Makkah, beliau
23
mendapatkan kesempatan mengajar disana seperti ulama lainnya sebut
saja Nawawi al-Bantani dan Ahmad Khatib Minangkabawi, keduanya
merupakan teman Kiai Sholeh Darat sewaktu di Mekkah.
Sejak berada di Mekkah Kiai Sholeh Darat telah mengajar sembari
belajar. Tercatat beberapa ualama yang menjadi tokoh besar telah
belajar padanya di Mekkah (Dzahir dan Ichwan, 2012: 12-13). Mereka
diantaranya:
a) K.H. Dalhar pendiri Pesantren Watucongol, Muntilan, Magelang.
b) K.H. Dimyati (1934) dari Termas, Pacitan.
c) K.H.R. Dahlan (1329 H/1919 M) juga dari Termas.
d) K.H. Kholil Harun (1358 H/1940 M) dari Kasingan, Rembang.
e) K.H. Raden Asnawi (1969 M) dari Kudus).
f) K.H. Mahfuz (1919) dari Termas.
Selain itu, Kiai Sholeh juga mengabdikan ilmunya dengan menjadi
pengajar di sebuah pesantren yang terletak di Desa Maron, Kecamatan
Loano, Purworejo. Ini adalah pesantren tua yang telah berdiri sejak abad
ke-18 M. Didirikan oleh tiga orang sufi, Kiai Ahmad Alim dan kedua
putranya Kiai Muhammad Alim dan Kiai Zain Alim. Namun,
penulis tidak menemukan informasi tepatnya mulai kapan dan berapa
tahun Kiai Sholeh Darat mengajar di pesantren tersebut. Pesantren ini
fokus pada pendidikan hafalan Al-Qur’an. Meski begitu, pelajaran
kitab kuning tidak ditinggalkan. Disinilah Kiai Sholeh Darat berperan
24
sebagai pengajar kitab kuning seperti fikih, tafsir Al-Qur’an, nahwu, dan
saraf (Dzahir dan Ichwan, 2012: 16).
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa Kiai Sholeh Darat
tidak membatasi pelajaran beliau hanya pada satu bidang agama tertentu.
Karena beliau belajar hukum Islam (fikih), misalnya belajar Fath al-
Wahhab bahkan mengulangnya beberapa kali. Dari Syaikh Umar asy-
Syami, Kiai Zahid, Syaikh Muhammad ibn Sulaiman Hasb Allah, K.
Ishaq Damaran, dan K.H.M. Syahid. Beliau juga belajar ilmu kalam
(teologi), misalnya saat di Mekkah, dari Syaikh Muhammad al-Muqri al-
Misri al-Makki beliau mengkaji kitab Umm al-Barahin karya
Muhammad As-Sanusi. Ketika pulang di Semarang beliau belajar lagi
dari Sayyid Syaikh ibn Ahmad Bafaqih Baalawi kitab Jauhar at-Tauh
karya Ibrahim al-Laqqani dan Minhaj al-‘Abidin karya Imam al-Ghazali.
Serta belajar beliau juga tasawuf, pelajaran ini ditempuh pada tahun
1870-an saat beliau berusia 50-an (mistisisme Islam) kitab Ihya’ ‘Ulum
ad-Din karya al- Ghazali, yaitu juz I dan II dari Sayyid Muhammad Salih
az- Zawawi al-Makki, dan kitab al-Hikam karya Ibn Ataillah dari Al-
Allamah Ahmad an-Nahrawi al-Misri al-Makki.
Kesimpulan kedua, yaitu Kiai Sholeh Darat juga tidak menjadikan
perbedaan madzhab (fikih) sebagai penghalang untuk belajar kepada
seseorang. Buktinya, beliau belajar Tafsir al-Qur’an kepada Syaikh
Jamal yang merupakan mufti Hanafiah di Makkah.
25
Kiai Sholeh Darat diawali sebagai guru yang diperbantukan di
Pondok Pesantren Salatiyang, yang terletak di Desa Maron, Kecamatan
Loana, Purworejo. Pesantren ini didirikan sekitar abad ke-18 M oleh tiga
orang sufi, masing-masing adalah Kiai Achmad Alim, Kiai Muhammad
Alim, dan Kiai Zain al-Alim dalam perkembangan selanjutnya, pesantren
ini dipercayakan kepada Kiai Zain al-Alim. Sementara Kiai Achmad
Alim mengasuh sebuah pesantren yang bernama al-Imam, di Desa Bulus,
Kecamatan Gebang. Adapun Kiai Muhammad Alim mengembangkan
pesantrennya di Desa Maron, yang kini dikenal dengan pesantren al-
Anwar. Jadi kedudukan Kiai Sholeh Darat sebagai pengajar yang
membantu Kiai Zain al-Alim (Ulum: 2016, 49-50).
Pesantren Salatiyang sendiri lebih memfokuskan pada bidang
penghafalan al-Qur’an, di samping mengajarkan kitab kuning. Di sinilah
besar kemungkinan, Kiai Sholeh Darat diperbantukan untuk mengajarkan
kitab- kitab kuning, seperti Fiqh, Tafsir, Nahwu, dan Sharaf kepada
santri yang sedang menghafalkan al-Qur’an (Masyhuri, 2008: 67).
Tidak jelas, berapa lama Kiai Sholeh Darat menjadi guru pembantu
di pesantren Salatiyang. Sejarah hanya mencatat, beliau dijodohkan
dengan Sofiyah putri kyai Murtadha teman seperjuangan ayahnya di
bawah pimpinan Diponegoro, setelah itu beliau mulai menetap di
Semarang dan mendirikan pondok sekitar tahun 1870-an. Hitungan ini
didasarkan pada kitabnya, Matn al-Hikam, yang ditulis rampung dengan
menggunakan bahasa Arab Pegon pada tahun 1289 H/1871 M.
26
Lambat laun pesantren tersebut terkenal dengan sebutan Pondok
Pesantren Darat. Kiai Sholeh Darat mendirikan pesantren Darat.
Pesantren ini merupakan pesantren tertua kedua sesudah pesantren
Dondong, Mangkang Wetan, Semarang. Pesantren ini didirikan oleh
salah seorang prajurit Sultan Agung Mataram, yaitu Kiai Syafi’i
Piaranegoro sekitar tahun 1628 (Ulum, 2016: 50).
Kemasyhuran pesantren Darat pada masa itu terdengar hingga ke
beberapa daerah. Ini dibuktikan dengan banyaknya murid Kiai Sholeh
Darat yang datang dari berbagai daerah, seperti Solo, Magelang,
Surakarta, Yogyakarta, Kudus, Pacitan, dan Jombang. Kemungkinan
besar pula, nama dan kemasyhuran beliau sudah terdengar sejak
beliau belajar-mengajar di Mekkah. Apalagi mengingat murid-murid
beliau, seperti tersebut di atas, adalah para tokoh agama di tempat
mereka masing- masing.
Keadaan itu menjadikan tidak heran setelah mendirikan pesantren
Darat. Bangunan Pondok Pesantren Darat sangatlah sederhana, namun
pesantren ini mampu mendidik santrinya dengan sangat baik, dintara
santri-santrinya dikemudian hari banyak yang menjadi tokoh nasional
bahkan internasional. Diantara santri- santrinya ialah (Hakim, 2016: 80-
82):
a) KH. Mahfudh ibn Abdullah ibn Abdul Manan (1258 H/1866 M-
1338 H/1919 M), keturunan dari Raja Brawijaya V, yang terkenal
27
dengan sebutan Syaikh Mahfud at-Tirmisi seorang ahl Hadis,
pengajar di Saudi Arabia.
b) KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyyah (1868-1923 M),
ketika di Makkah beliau belajar kepada Syaikh Khatib
Minangkabau.
c) KH. Hasyim Asy’ari, (1871-1947 M) pendiri Nahdlatul Ulama, dan
pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang.
d) K.H. R. Dahlan dari Termas, (1329 H/1919 M), ahli falak dan
kemudian hari diambil menantu oleh Kiai Sholeh Darat.
e) K. Amir dari Brebes (1357 H/1939 M) pendiri pondok pesantren di
simbang kulon dan juga diambil menantu oleh Kiai Sholeh Darat.
f) K. Idris dari Solo, nama aslinya Slamet (1341 H/1927 M), ia
menghidupkan kembali Pondok Pesantren Jamsaren yang didirikan
oleh Kyai Jamsari, prajurit Diponegoro yang ditawan oleh Belanda.
g) K.H. Abdul Hamid, Kendal (1348 H/1930 M), yang kemudian salah
seorang putranya KH. Ahmad Abdul Hamid menjadi Ketua Umum
MUI tingkat I Jawa Tengah tahun 1935-1990 M.
h) K.H. Sya’ban ibn Sya’ban, Semarang (1364 H/1946 M).
i) K.H. Tahir, penerus Pondok Pesantren Mangkang Wetan, semarang.
j) K.H. Sahli, salah seorang kyai di Kauman, Semarang.
k) K.H. Dimyati dari Termas (1934 M) adik Kyai Mahfudh at-Tirmisi.
l) K.H. Khalil, Rembang (1358 H/1940 M).
m) K.H. Munawir, Krapyak, Yogyakarta (1358 H/1940 M).
28
n) Kyai Yasin, Rembang.
o) K.H. Ridwan ibn Mujahid, Semarang (1368 H/1950 M).
p) K.H. Bapak Ali Barkan, Semarang.
q) Kyai penghulu Tafsir Anom, Penghulu Keraton Surakarta, ayah
KH.R Muhammad Adnan.
r) K.H. Yasir, Bareng Kudus.
s) K.H. R. Asnawi dari Kudus (1861-1959 M) yang menjadi murid
Kiai Sholeh Darat sewaktu menuntut ilmu di Makkah.
t) K.H. Muzakkir, kakek KH. Zamrazi, Sayung Demak.
u) K.H. Siraj, dari Payaman, Magelang.
v) K.H. Anwar Mujahid, Semarang.
w) K.H. Abdussamad, ayah K. Muhab Arifin, Solo.
x) K.H. Dalhar, pendiri Pondok Pesantren Watucongol Muntilan.
Beliau terkenal dengan sebutan Mbah Dalhar Watucongol.
y) K.H. Harun, Pondok Pesantren Kempek Cirebon.
z) K.H. Sajad, pendiri Pondok Pesantren Sendangguwa, Semarang.
Pengabdian kepada ilmu dan agama oleh Mbah Sholeh tidak hanya
terbatas pada mengajar di pesantrennya namun beliau juga mengajar
masyarakat lainnya, sebut saja majelis pengajian di Demak, atas
undangan Bupati Demak waktu itu Pangeran Ario Hadiningrat. Mbah
Sholeh Darat mengajarkan tafsir al Qur’an di pendapa Kabupaten.
Selah satu muridnya yang terkenal tetapi bukan dari kalangan
kyai/ulama adalah Raden Ajeng Kartini. Karena RA Kartini inilah Mbah
29
Sholeh Darat menjadi pelopor penerjemahan Al-Qur'an ke bahasa Jawa.
Menurut catatan cucu Kiai Sholeh Darat, RA Kartini pernah punya
pengalaman tidak menyenangkan saat mempelajari Islam. Guru ngajinya
memarahinya karena dia bertanya arti.sebuah ayat Al-Qur'an. Kemudian
ketika berkunjung ke rumah parnannya, seorang Demak, RA Kartini
menyernpatkan diri pengajian yang diberikan oleh, Kiai Sholeh Darat.
Saat itu beliau sedang mengajarkan tafsir Surat al-Fatihah. RA Kartini
menjadi amat tertarik dengan model pengajian yang disajikan oleh Kiai
Sholeh Darat. Di majlis itulah RA. Kartini mengenal beliau serta menjadi
muridnya, Kartini merasakan adanya pencerahan setelah mengikut
pengajian tersebut, seperti pengakuannya bahwa ia sebelumnya merasa
asing dengan agamanya karena tidak mengetahui maknanya (Hakim,
2016: 171-174).
Dalam sebuah pertemuaan RA Kartini meminta agar Al-Qur'an
diterjemahkan karena menurutnya tidak ada gunanya membaca suci
yang tidak diketahui artinya. Tetapi pada waktu itu penjajah Belanda
secara resmi melarang orang menerjemahkan Al-Qur'an. Mbah Sholeh
Darat melanggar Iarangan ini. Beliau menerjemahkan Al-Qur' an dengan
ditulis dalam huruf "Arab gundul" (pegon) sehingga tak dicurigai
penjajah. Kitah tafsir dan terjemahan Al-Qur'an ini diberi nama Kitab
Faid Ar-Rahman tafsir pertama di Nusantara dalarn bahasa Jawa dengan
aksara Arab (Hakim, 2016: 160).
30
Sepekan sebelum hari pernikahan Kartini, Kiai Sholeh Darat
mengutus Kyai Ma’sum seorang Ulama dari Semarang untuk
menyampaikan kitab tafsir berjudul Faid Ar-Rahman fi Bayani Asraril
Qur’an, untuk Kartini sebagai hadiah pernikahannya dengan R.M.
Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang.
Pesantren yang didirikan oleh K.H. Saleh Darat di daerah pantai
utara Semarang (daerah Darat) sekarang berubah nama menjadi
Dadapsari, yang letaknya kurang lebih 2 km ke arah jantung kota Jalan
Bojong. Pwsantren Sarat waktu itu tidak berbeda dengan pesantren
lainnya, di kompleks pesantren tersebut ada rumah kiai, mushola/masjid
untuk sholat dan pengajian, asrama santri dan sebagainya. Pesantren ini
dibanggun dengan kayu jati. Sekarang ini, bekas pesantren sudah
berubah menjadi tempat tinggal penduduk. Hanya masjid pesantren yang
masih tersisa, itu pun sudah direnovasi (Hakim, 2016: 79-80).
3. Karya-Karya K. H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani
K.H. Sholeh Darat mengisi kehidupannya hanyalah diabdikan
untuk kehidupan agama dan umat Islam. Selain sebagai ‘ulama yang
gigih berdakwah menyebarkan agama Islam dan mencerahkan
masyarakat dengan nilai-nilai Islam, beliau juga salah satu ulama yang
sangat produktif melahirkan berbagai karya dalam bentuk tulisan. Karya
tulisnya dipergunakan untuk menggali ajaran Islam dan
menyampaikannya kepada masyarakat. Karya tulisnya mencakup
berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam baik tentang fikih, akhlak,
31
tasawuf, teologi hingga tafsir Al-Qur’an. Ia secara intensif mencurahkan
segala tenaga dan pikirannya untuk membukukan pendapat para
ulama-ulama terdahulu, pendapatnya sendiri dan dikaitkan dengan kultur
dan budaya sendiri tentang berbagai masalah yang dihadapinya dalam
konteks kemasyarakatan yang melingkupinya. Perhatiannya tercurah
terhadap pandangan hidup yang berdasarkan ajaran-ajaran agama islam
dan kehidupan spiritual setiap muslim, kebanyakan karya tulis Kiai
Sholeh Darat berbahasa jawa (Arab pegon), ini dimaksudkan untuk
memudahkan pengajaran terutama bagi kaum awam agar mudah
difahami dan hayati.
Tidak sedikit dari karya-karya mereka yang ditulis dengan bahasa
Arab. Setelah Kiai Ahmad Rifa’i dari kalisasak (1786), yang banyak
menulis kitab berbahasa Jawa, tampaknya Kiai Sholeh Darat adalah satu-
satunya ulama, akhir abad ke-19 yang karya tulis keagamaannya
berbahasa Jawa.
Menurut riwayatnya, kurang lebih ada 40 kitab telah dikarang oleh
K.H. Sholeh Darat, tetapi yang bisa diselamatkan hingga sekarang baru
sekitar 14 kitab. Karya-karyanya masih berada dalam proses pencarian.
Kitab-kitab beliau cukup sulit dilacak, Karena disebabkan jaman dahulu
pengawasan Belanda, sehingga K.H. Sholeh Darat tidak sempat
mengoleksi kitab-kitab karangannya sendiri. Usai menulis kitab, kitab
tersebut langsung diberikan kepada muridnya. Karena itu justru murud-
muridnya yang banyak menyimpan atau mengoleksi kitab-kitabnya.
32
Anak-anaknya sendiri hanya sedikit yang bisa mengoleksinya (Hakim,
2016: 147).
Adapun karya-karya Kiai Sholeh Darat yang sebagiannya
merupakan terjemahan, kurang lebih ada 14 buah, yaitu:
1. Matn al-Hikam
Kitab ini merupakan terjemahan dan ringkasan dari kitab al-
Hikam karya Syaikh Ahmad ibn Ata’ al-Askandari, merupakan kitab
terjemahan dalam bahasa Jawa, merupakan kitab Tasawuf. Yang
diakhir penulisan kitab ini K.H. Sholeh Darat memberikan nasehat
bahwa resep bagi orang yang hendak membunuh nafsunya, maka
hendaknya menanamkan sifat kerinduan akan kematian dan cinta
ingin bertemu Tuhan-Nya. Benci terhadap dunia. Maka dari itu
dalam mempelajari kitab ini sangat-sangat dibutuhkan seorang guru
(mursyid) (Ulum, 2016: 117).
2. Munjiyat
Sebuah kitab yang merupakan petikan dari kitab Ihya ‘Ulum
al-Din jilid III dan IV karya Imam Al-Ghozali. Kitab ini terdiri dari
dua bagian, yaitu bagian pertama, Muhlikat Madzmumah atau
perbuatan yang dapat membinasakan dan tercela. Sedangkan pada
bagian kedua, Munjiyat Mahmudah atau perbuatan yang
menyelamatkan dan terpuji.
33
Di akhir pada pembahasan di dalam kitab Munjiyat, K.H.
Sholeh Darat bermudajat “La ilaha illallah ya ilahi wa sayyidi”
(Ulum, 2016: 121).
3. Kitab Fasalatan
Kitab ini membahas tentang sesuatu yang berkaitan dengan
sholat secara zahirnya syariat. Kitab ini berbeda dengan lathaifu al-
thaharah yang selain mengupas syariat secara lahir, juga disinggung
secara batinnya (Ulum, 2016: 140).
4. Syarh Barzanji.
Kitab ini merupakan terjemahan dari kitab Barzanji karya
Syaikh Ja’far Al-Barjanji dengan menggunakan bahasa Arab
Pegon seperti kitab-kitab karangan K.H. Sholeh Darat yang lainnya.
Kitab ini mengulas tentang perjalanan Sirah Nabawi, khususnya
tentang Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. di waktu malam
dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha (Ulum, 2016: 147).
5. Lathaif al-Thaharat wa Asrar al-Sholah fi Kaifiyat Sholat al-Abidin
wa al-Arifin.
Kitab ini terdiri dari 3 judul yang dijadikan menjadi 1 kitab,
yaitu berjudul Lathaifu al-Thaharah wa al-Asrari al-Shalat fi
Kafiyati al-Salati al-Abidin wa al-Arifin Asrari al-Shaumi, Fadhilati
al-Muharram wa al-Rajab wa al-Sya’ban. Kitab tersebut berisi lebih
menekankan akan pentingnya sholat lima waktu yang menjadi rukun
Islam dan tiang agama (Ulum, 2016: 154).
34
6. Kitab Manasik Kaifiyah al-Shalat al-Musyafirin.
Kitab ini berisi tentang tata cara melaksanakan shalat fardu
bagi orang yang sedang dalam perjalanan.
7. Kitab Hadits al-Mi’raj.
Kitab berisi hadist-hadist ini dicetak sebelum kitab
Fasalatan dan Sabilul al-Abid Terjemah Jauhar al- Tauhid.
8. Sabilul al-Abid Terjemah Jauhar al-Tauhid, karya Ibrahim Laqqani
Kitab ini merupakan terjemahan berbahasa Jawa. Dalam kitab
ini disampaikan. Kitab ini membahas bahwa orang Islam wajib
mengetahui tiga hal, yaitu: pertama, Ilmu Tauhid. Kedua, Ilmu
Fiqih. Ketiga, Ilmu Tasawuf.
9. Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām.
Kitab ini ditulis K.H. Sholeh Darat untuk memudahkan orang-
orang awam dalam mempelajari hukum Islam. Di dalamnnya
dikupas beberapa materi tentang Islam seperti muamalah, zakat,
puasa, haji, nikah, dan memerdekakan budak. Kitab ini referensinya
diambil dari berbagai kitab al-mu’tabarah yang keilmuan mualifnya
dialami oleh mayoritas ulama Ahlusunnah wa al-Jamaah (Ulum,
2016: 170).
10. Manasik al-Hajj wa al-‘Umrah
Kitab ini berisi tuntunan atau tata cara ibadah haji dan umrah
yang dimulai dengan riwayat melaksanakan haji, kemudian
keutamaan Bait Allah, syarat dan rukun haji beserta umrah, tata
35
kerama melaksanakan ibadah haji. Selain mengupas amalan tentang
haji dan umrah secara lahir, juga menyinggung hal-hal batin dalam
ritual ibadah haji (Ulum, 2016: 181)..
11. Minhaj al-Atqiya fi Syarh Ma’rifah al-Atqiyah ila Thariq al-Aulia
Kitab ini merupakan terjemahan dan syarh dari nazham
Hidayah al-Azkiya’ ila Thariq al-Auliya karya Syaikh Zainudin ibn
Ali al-Malibari, dimana K.H. Sholeh Darat menggunakan bahasa
Arab Pegon dengan maksud agar manfaat dan memudahkan bagi
orang awan di Jawa, yang kebanyakan tidak mengerti Bahasa Arab
dengan baik dan benar (Ulum, 2016: 185-187).
12. Al-Mursyid al-Wajiz fi ‘Ilm al-Qur’an al ‘Aziz
Kitab ini berisi tentang ilmu-ilmu al-Qur’an dan ilmu tajwid.
Namun lebih dari pada itu, ada 46 bab disamping khutbah kitab atau
pendahuluan. Ada pembahasan tentang awal mula kenabian, cara
wahyu diturunkan, hakikat Al-Qur’an, penulisan Al-Qur’an mulai
dari zaman Rasullullah SAW. hingga Khalifah Ustman ibn Affan,
keutamaan belajar dan mengajar Al-Qur’an hingga al-Khatimah
(penutup) (Ulum, 2016: 193).
13. Kitab Tafsir Faidhu al-Rahman fi Tarjamati Tafsiri Kalam
Maliki ad-Dayyan.
Sebuah kitab tafsir al-Qur’an yang ditulis menggunakan
Bahasa Arab Pegon, disebabkan karena kebanyakan orang pribumi
masih merasa kesulitan umtuk memahami Bahasa Arab dena baik.
36
Hal ini disebabkan pemerintah Hindia Belanda tidak menyukai
tentang sesuatu yang berbau Arab sehingga persebarannya dibatasi.
Oleh sebab itu kitab ini ditulis dengan Bahasa Arab Pegon untuk
memudahkan orang awam yang ingin memperlajari Islam,
khususnya ingin mengerti makna yang terkandung dalam Al-Qur’an
(Ulum, 2016: 198).
14. Kitab Al-Mahabbah wa al-Mawaddah fi Tarjamah Qaul al-Burdah
fi Mahabbah wa al-Madhu ‘ala Sayyid al-Mursalin.
Kitab ini terkenal dengan sebutan Syarh al-Maulid al-Burdah
dan kitab ini berasal dari berbagai rujukan kitab-kitab muktabar
seperti kitab Maulid al-Burdah karya Muhammad bin Sa`id al-
Bushiri, Syarah al-Burdah karya Imam Ibrahim al-Baijuri, kitab
karya Syaikh Khalid al-Azhari, kitab al-Barjanji dan kitab karya
Syaikh Yusuf al-Nabhani. Berisi tentang sanjungan terhadap Nabi
Muhammad SAW, sejumlah kemu’jizatan Rasulullah SAW,
keagungan al-Qur’an, peperangan dan ditutup dengan doa (Ulum,
2016: 207-209).
B. Sistematika Kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām.
Kitab Majmū‘ah karangan K.H. Saleh ini ditulis ulang oleh Jazuli
pada tanggal 8 Sya`ban 1309 H/1892 M. Kitab ini diterbitkan pertama kali
oleh Haji Muhammad Shadiq di Singapura tahun 1317 H, kemudian oleh
penerbit al-Karimi di Bombay tahun 1336 H, dan oleh penerbit al-Mishriyah
di Cirebon tahun 1374 H. Kitab ini dikatagorikan sebagai kitab fiqh dan
37
merupakan satu-satunya karya penting berbahasa Jawa di bidang ini. Kitab
ini merupakan rangkuman atau ensiklopedi dari syari`at yang diperuntukkan
bagi orang awam. Para ulama’ memberikan pengertian tentang syari’at Islam
yaitu apa yang disyari`atkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang
meliputi akidah, ibadah, akhlak dan mu`amalah. Pengertian ini sejalan
dengan apa yang dimaksud oleh kitab Majmū‘ah yang meskipun
menitikberatkan pada masalah fiqh yang erat kaitannya dengan hukum yang
sangat dibutuhkan oleh orang awam dibahas juga tentang akidah dan akhlak
(Shabir, 2011: 375-376).
Kitab Majmū‘ah yang dicetak oleh penerbit Al-Mishriyah dan
kemudian dicetak ulang oleh penerbit Karya Toha Putera Semarang terdiri
atas 275 halaman dengan rincian sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Terdiri halaman dari 1-4, di dalamnya dijelaskan tentang pentingnya
menuntut ilmu dan masalah hidayah dari Allah.
2. Masalah akidah
Terdiri halaman dari halaman 4-41, di dalamnya terdapat 12 fasal yang
menjelaskan tentang: rukun Islam, rukun iman, ihsan, sifat-sifat Allah,
sifat-sifat rasul termasuk nasab Nabi Muhammad SAW, wajibnya
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya, rukun
syahadat, menjaga iman dan Islam agar jangan sampai rusak/murtad,
macam-macam dosa (dosa besar dan dosa kecil) dan maksiat.
3. Masalah shalat
38
Terdiri halaman dari 41-95, di terdapat 23 fasal yang menjelaskan
tentang: syarat shahnya shalat, hadas dan najis termasuk cara
mensucikannya, masalah wudhu’, tayammum, mandi, haidh, macam-
macam najis, shalat-shalat yang wajib, waktu shalat, syarat dan
fardhu/rukun shalat, shalat jama`ah, syarat makmum, shalat Jum`at
termasuk keutamaan hari Jum’at dan macam-macam shalat Jum`at,
bepergian, shalat dua hari raya, shalat istisqa’, shalat gerhana, shalat-
shalat sunat, pakaian, dan shalat jenazah.
4. Masalah zakat
Terdiri halaman dari 95-100, di dalamnya terdapat satu fasal yakni zakat
fithrah.
5. Masalah puasa
Terdiri halaman dari 100-110, di dalamnya lima fasal yang membahas:
hal-hal yang membatalkan puasa, macam- macam puasa, fidyah puasa,
i`tikaf, dan kafarat.
6. Masalah haji dan `umrah
Terdiri halaman dari 110-145, di dalamnya terdapat 15 fasal yang
membahas: pengertian haji dan `umrah, keutamaan baitullah, keutamaan
haji dan `umrah, rukun haji, wuquf di Arafah, mabit di Muzdalifah,
thawaf dan sa`i, potong rambut, mabit di Mina, wada`, waktu untuk haji
dan `umrah, ihram, hal-hal yang haram ketika ihram, ihshar, tata kerama
berhaji, dan amalan-amalan yang penting ketika berhaji.
7. Masalah jual beli dan hal-hal yang terkait dengan mu`amalah
39
Terdiri halaman dari 145-174, di dalamnya terdapat sembilan fasal yang
membahas: riba, hutang piutang, halal dan haram, jual beli yang
dilarang,`âriyah, ghashab, qardh, mukhâbarah wal muzâra`ah, dan
ijârah.
8. Masalah nikah
Terdiri halaman dari 174-256, di dalamnya terdapat 18 fasal yang
membahasa: pentingnya nikah dan hal-hal yang terkait dengan hukum
nikah, sunat nikah, khithbah, nazhar, rukun-rukun nikah, akad nikah,
menikahi orang yang merdeka,kafâ’ah, apa-apa yang diharamkan dalam
nikah, khiyâr, maskawin, gugurnya maskawin, tata cara akad nikah,
walimah, etika mu`âsyarah, hak suami atas istri,`iddah, masa`iddah, dan
rujuk.
9. Masalah hudud
Terdiri halaman dari 256-258, di dalamnya ada fasal, pembahasannya
tentang: had orang yang berzina, peminum minuman keras, pencuri dan
perampok/penyamun.
10. Masalah penyembelihan binatang
Terdiri halaman dari 258-273, di dalamnya terdapat tiga fasal,
pembahasannya: rukun dan tata cara menyembelih binatang, makanan
yang halal dan haram serta masalah qurban dan aqiqah.
11. Masalah memerdekakan budak
Terdiri halaman dari 273-275, di dalamnya tidak ada fasal/bab,
pembahasannya adalah tentang keutamaan memerdekakan budak dan
40
macam-macam budak.
12. Penutup pengarang dan mutarajjim al-Mutūn al-‘Arabiyyah al-Jāwiyyah
al-Mrīkiyyah, dengan ucapannya: “supoyo pahamo wong-wong amtsal
ingsun awam kang ora ngerti basa Arab.” (supaya paham orang-orang
awam seperti saya yang tidak mengerti bahasa Arab) (As-Samarani,
1891: 278).
Menurut Muslich Sabir kitab Majmû`ah memang tidak bisa
dikatagorikan sebagai kitab fiqh utama seperti Muḥarrar atau Tuḥfah al-
Muḥtâj, tetapi juga tidak bisa dikatagorikan sebagai fiqh pengantar seperti
Safînah al-Najâh atau Taqrîb. Kitab Majmû`ah ini bisa dikatakan sebagai
kitab fiqh sederhana untuk orang awam namun pembahasannya cukup
lengkap dan dilengkapi dengan dalil-dalil al-Qur’an, hadis, pendapat para
shahabat dan ulama (Shabir, 2011: 375-376).
Adapun isi kitab Majmū‘at itu sendiri diambilkan dari beberapa
kitab salaf, baik yang berkaitan dengan masalah fiqh, teologi, akhlak hingga
tasawuf. Kitab-kitab itu antara lain: Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn karya al-Ghazali
dalam masalah nikah, asrār al-nikāh, asrār al-ṣalāh dan asrār al-ḥajj; kitab
Sharḥ Minhāj (Fatḥ al-Wahhāb), Sharḥ al-Khaṭīb Sharbīnī, dan al-Durar
al-Bahiyyah, dalam masalah fiqh dan ushuluddin.
Jadi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab tersebut berada dalam
pembahasan-pembahasan per bab maupun sub bab(fasal), dimana dalam
setiap pembahasan fiqih selalu disisipi akhlak. Selain itu yang membahas
tentang nilai pendidikan akhlak banyak ditemukan dalam bab II tentang
41
akidah dimana menjelaskan antara dosa kecil dan dosa besar.
Hadis yang ada di dalamnya berjumlah 117 hadis. Dua puluh lima di
antaranya dalam bentuk tulisan bahasa arab dan sisanya berbentuk
terjemahan bahasa jawa. Kyai Saleh Darat tidak hanya mencantumkan hadis-
hadis berkualitas sahih saja, sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Ghazali
dalam Ihyâ’ `Ulum ad-Dîn. Kitab Ihyâ’ merupakan rujukan utama Kyai Saleh
ketika menyusun kitab Majmû`ah ini terutama di dalam masalah ibadah.
Selain ini Kyai Saleh juga merujuk kepada kitab-kitab fiqh seperti Fatḥ al-
Wahhâb dan al-Iqnâ’. Dengan demikian, maka kitab Majmû`ah ini bukan
hanya mengandung unsur fiqh tapi juga unsur-unsur tasawuf. Hal itu bisa
dilihat misalnya ketika membicarakan ruh shalat seperti hadirnya hati ketika
shalat, paham akan arti yang dibacanya, mampu mengagungkan Allah
ketika shalat, merasa takut kepada Allah yang disembah, merasa malu karena
shalatnya belum sempurna dan lain sebagainya (Shabir, 2011: 377).
Sebagaimana dikemukakan oleh Muslich Shabir, kitab Majmû`ah
merupakan salah satu kitab yang banyak diajarkan di daerah-daerah yang
banyak dihuni oleh umat Islam, khususnya di Semarang, Kendal, Pekalongan,
Cirebon, Demak, Kudus, Rembang dan lain-lain. Di daerah Wedung Putih
Demak, sekitar tahun 1950-an, ada suatu kebiasaan bahwa sebelum menikah
seseorang harus sudah khatam membaca kitab ini. Di Pondok Pesantren
Kempek Cirebon, bila ada santri yang tidak mengalami kemajuan dalam
mengaji kitab berbahasa Arab dianjurkan untuk berhenti dan selanjutnya
mempelajari Majmû`ah karena kitab ini sudah dapat membimbing orang
42
Islam yang awam (Shabir, 2011: 377).
Berkaitan dengan pola redaksi matan yang terdapat dalam kitab
Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām dapat dikategorikan menjadi
dua macam: Pertama adalah pola redaksi yang sama, dimana dapat
dikategorikan lebih lanjut kepada dua jenis yaitu:
1. Pola redaksi yang sama persis dengan redaksi yang ada dalam kitab hadis
primer
2. Pola redaksi yang sama namun redaksi tersebut merupakan bagian dari
penggalan hadis yang panjang.
Pola redaksi kedua adalah pola redaksi yang berbeda. Kategori kedua
ini juga dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi dua macam, yaitu:
1. Berbeda tetapi masih mirip dengan redaksi hadis yang ada dalam kitab
hadits primer.
2. Berbeda dan tidak ditemukan dalam kitab hadis, namun redaksi tersebut
dapat ditemukan dalam kitab-kitab lain yang bukan kategori kitab hadis.
Berdasarkan dari hasil analisa pola redaksi terhadap matan-matan
hadis dalam kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām, maka dapat
disimpulkan bahwa pola redaksi hadits yang terdapat dalam kitab ini masih
ada yang diriwayatkan secara makna paska pentadwinan (Mudzakiron dan
Muna, 2015: 241-242).
43
BAB III
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
KITAB MAJMŪ‘AH AL-SHARĪ‘AH AL-KĀFIYAH LI ’L-‘AWĀM
A. Deskripsi Nilai Pendidikan Akhlak
Di dalam buku Watak Pendidikan Islam (Munzier, 2008: 138)
menyatakan bahwa pembahasan tentang nilai-nilai berdasarkan keinginan
membawa dua pembagian lain tentang nilai pendidikan, yaitu nilai
instrumental (instrumental value) dan nilai intrinsik (intrinsic value).
Nilai yang pertama ada ketika seseorang mengutamakannya karena
kebaikan yang ada padanya (sesuatu itu bernilai karena berguna bagi hal
tertentu atau bermanfaat untuk tujuan tertentu). Yang kedua, sesuatu itu baik
bukan hanya karena sesuatu itu baik untuk mencapai tujuan tertentu,
melainkan karena sesuatu itu sendiri baik(nilai baik sesuatu itu tidak
tergantung pada selainnya, tetapi lahir dari karakteristik asli yang ada di
dalam dirinya).
Sedangkan pendidikan akhlak adalah suatu usaha mengembangkan
diri sesuai kebutuhan yang diyakini benar oleh seseorang atau kelompok
sehingga menjadi kebiasaan yang terbentuk dengan sendirinya tanpa
dipikirkan dan tanpa direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian akan
tercapailah tatanan kehidupan dunia yang damai dan sejahtera antara
penghuninya saling mengasihi, menghormati, juga melindungi serta
44
mengajak ke arah perilaku yang diridhoi Allah dan utusannya (Khamid,
skripsi 2017: 61).
Lalu bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Majmū‘ah
As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām? Kitāb Majmū‘at ini berisi 97 bagian,
yang didominasi dengan ajaran fiqh. Maka sangat tepat, jika Martin Van
Bruinessen mengatakan, ia merupakan satu-satunya karya terpenting
berbahasa Jawa tentang fiqh, yang ditulis oleh Muhammad Saleh Darat
Semarang. Pernyataan ini ada benarnya. Karena sebagian besar kitab
tersebut adalah fiqh, walaupun di dalamnya terdapat persoalan-persoalan
ushuluddin akhlak hingga tasawuf.
B. Pemikiran K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani Tentang Nilai
Pendidikan Akhlak dalam Kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil
‘Awām
Melihat pemikiran-pemikiran tasawuf Sholeh Darat yang tertuang
dalam kitab Majmū‘at al-Sharī‘ah al-Kāfiyah li ’l-‘Awām, nampaknya Sholeh
Darat mendasarkan pemikirannya pada tasawuf sunni amali. Beliau lebih
menekankan pada pengamalan ajaran Islam secara konsisten, dengan
dilandaskan pada teks-teks al-Qur’an dan Hadits. Beliau sangat menolak
adanya pemahaman tasawuf falsafi, yakni tasawuf yang ajaran-ajaranya
memadukan antara visi intuitif dan visi rasional pengarangnya, khususnya
untuk orang awam. Hal ini bisa dipahami, karena untuk memahami tasawuf
falsafi, membutuhkan pemikiran dan pengetahuan yang lebih komprehensif,
45
agar tidak menjurus ke arah kemusyrikan atau menyekutukan Allah. Sedang
dosa syirik adalah dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah SWT.
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya
mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf
mengatur jalinan komunikasi vertikal antara manusia dengan Tuhannya
(Allah). Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam
prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Karena akhlak itu sendiri adalah
refleksi dari penerapan ilmu tasawuf sehingga tingkah laku dan perbuatan kita
sama dengan perilakunya Rasulullah SAW.
Sesengguhnya antara tasawuf dan fiqih adalah dua disiplin ilmu yang
saling menyempurnakan. Jika terjadi pertentangan antar keduanya, berarti di
situ terjadi kesalahan dan penyimpangan. Jaid seorang ahli fiqih harus
bertasawuf. Sebliknya, seorang ahli tasawuf pun harus mendalami dan
mengikuti aturan fiqih.
Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-
Kāfiyah lil ‘Awām berdasarkan penelitian yang dikaji, peneliti menemukan
pembahasan awal di kitab tersebut terdapat dua hal yang harus diperhatikan
dalam menuntut ilmu, yaitu: pertama, bagi seorang muslim maupun
muslimah haruslah tahu bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap
muslim dan muslimah. Kedua, hendaknya berniat suci untuk menuntut
ilmu dengan meluruskan niatnya terlebih dahulu, dimana menuntut ilmu
semata hanya untuk Allah SWT. Dari sinilah seorang muslim/muslimah
memulai untuk belajar dengan pembelajaran pertama tentang akidah untuk
46
memperkuat iman, islam, dan ikhsannya, yang kemudian baru belajar yang
lainnya.
Adapun nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Majmū‘ah As-
Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām peneliti mengklasifikasi sebagai berikut:
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
Seorang pelajar muslim haruslah bertaqwa kepada Allah SWT.
Dalam kitab Majmū‘ah dikatakan:
ا بببببڠ لاكببببي بببببو واجبببب ا بببب وو فرك ببببڠالله اب سببببلا ڠ ي ڠ اسبببب
و عڠللله لن دو الله چبڠالله
Wajib setiap orang Islam semua melaksanakan perintah Allah AWT. dan
menjauhi larangan-Nya (As-Samarani, t.th: 32)
Sebaik-baik seorang muslim yaitu muslim yang bertaqwa
kepada Allah SWT. karena dengan taqwanya seorang pelajar diakan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
2. Menjaga diri dari maksiat
Wajib bagi seorang muslim untuk menjaga dirinya dari
kemaksiatan. Kemaksiatan disini tidak hanya maksiat yang lahiriyah saja
tetapi juga batiniyah. Karena sesungguhnya kemaksiatan bisa berasal dari
sesuatu yang tidak terlihat seperti prasangka buruk seseorang. Dalam
kitab Majmū‘ah dikatakan:
ببببب بسبببب جببببڠب جبببب بڠلاكببببي ار لببببن واجبببب ا سببببلله ببهبببب
ب ببببب سبببببلان واجببببب لبببببن بببببدوا سببببببڠلاك ڠ بع بببببك ٢ار
سڠءلواس عبوري
47
Dan wajib setiap mukallaf semuanya akan menjaga diri yang pasti akan
bertemu dan menjauhi seluruh maksiat selama umurnya (As-Samarani,
t.th: 18)
Perbuatan maksiat merupakan perbuatan dosa yang sudah
seharusnya tidak dilakukan oleh siapapun. Perbuatan maksiat dalam hal
apapun jika telah dilakukan sekali maka selanjutnya ia kembali pada
maksiat dan dirinya akan semakin lemah dari iman. Maka salah satu cara
menjaga diri dari kemaksiatan dengan Amar Ma’ruf nahi munkar.
3. Syukur
Syukur merupakan salah satu amalan yang terkadang diabaikan
seseorang, entah itu ketika Allah memberika kelebihan maupun
kekurangan yang telah diberikan kepada seseorang tersebut. Allah SWT.
menciptakan dan memberikan rahmat-Nya kepada kita merupakan yang
terbaik, hanya saja bagaimana seseorang tersebut menyikapinya. Dalam
kitab Majmū‘ah dikatakan:
ركبڠرضڠافڠ بوب الله بس بو ورا ا وا بو لن ار
لارابڠ ا وافڠاكت ا وا بو اك ك ا والاوت
Dan akan ridho menerima hukumnya Allah, maksudnya hukum sehat
maupun sakit, manis ataupun pahit, ataupun hukum ringan ataupun berat
(As-Samarani, t.th: 18)
كسبببب وءبن ا بببب لببببن اولك بببب ا ببببوي بع ببببڠ اكبببببڠن اكبببب اولك ببببلله
اك ا وااورااك ركبڠ لن رضڠا ا ب الله ڠ سبڠلاك ڠ بAtau makna dari iman itu dapat memperlihatkan hatinya dan dapat
menerima dan ridho hatinya dalam segala hukumnya Allah enak ataupun
tidak enak (As-Samarani, t.th: 20)
Seorang pelajar harus dibiasakan selalu bersyukur terhadap apa
saja yang dimilikinya, karena barang siapa yang bersyukur akan
48
ditambah nikmatnya. Sebagai hamba Allah, bersyukur adalah hal
yang wajib karena atas nikmat yang diberikan secara lahir maupu batin.
4. Wara’
Seorang pelajar di usahakan mempunya sifat Wara’, yaitu
berusaha menjauhkan diri dari dosa dan maksiat. Hal ini seperti dalam
kitab Majmū‘ah, dimana dikatakan:.
ببببدوا سبببببڠلاك ڠ بع ببببك ا ببببوي ار بببب ربسببببڠاواب اكبببب ار
ب بجلاڠبن دبڠي بڠ ك ووڠ لن بڠبڠلكڠهن لاكبڠل
Maksud menjaga badannya adalah akan menjauhi seluruh maksiat yang
mewajibkan khad seperti membunuh orang, mencuri, dan membegal (As-
Samarani, t.th: 33)
5. Patuh terhadap pemimpin
ببببڠلاب اڠ ر ببببو لبببب ن ب ببببورو افببببڠ واجبببب ا سبببب ووڠ اسبببب
ي بع كت اورفرك ٢فرك ڠا ر و سبكرا
Wajib bagi orang Islam berbakti kepada ratunya menurut apa perintah
ratunya sekira-kira tidak perintah maksiat (As-Samarani, t.th: 32)
Patuh terhadap pemimpin sangat dibutuhkan oleh seorang
pelajar, tetapi yang dimaksud disini yaitu guru, karena guru adalh
pendidik yang akan mentransferkan ilmunya kepada peserta didik. Tidak
hanya itu saja tetapi juga menyangkup peraturan tata tertib sekolah.
6. Berbakti kepada orang tua
٢ ڠا سبكرا ڠلاب برك لافڠ لاكو لن ب ورو افڠفرك واج
اورفرك ي بع كت
Wajib berbakti kepada bapak ibunya dan patuh apa perintahnya sekira-
kira tidak perintah maksiat (As-Samarani, t.th: 32)
49
Ridho Allah adalah ridho orang tua, dan murka Allah adalah
murka orang tua, bigitulah pesan Rasullullah kepada umatnya. Maka
sebagai pelajar harus patuh kepada orang tua karena ridho kesuksesan
dalam belajarnya juga merupakan ridho dari orang tua.
7. Menjaga perkataan
لاڠبوسڠب لن س عي سب اك ار ن فك برك واج ا ووڠ اس
اجڠ فكسن ك ڠ ال ٢سبڠلاك ڠ ووڠ اس
Dan setengah dari kewajiban dari orang Islam itu akan memperbagus
mencoba kepada semua orang Islam jangan sampai sekali-kali berkata
buruk (As-Samarani, t.th: 34)
Perkataan merupakan senjata yang lebih tajam daripada pisau,
karena ketika seseorang tersakiti dengan perkataan juga tersakitinya
perasaannya, dan itu sakitnya bisa berhari-hari sebelum orang yang
menyakitinya meminta maaf jika yang disakitinya orangnya tidak mudah
memaafkan orang lain. Maka seorang pelajar harus menjaga
perkataannya baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun dengan
masyarakat.
8. Sabar
بو ڠ بر ڠ ودون ابوبرا ڠ عقه ب واج ووب سبفر ڠ عقه ار
بهون لار
Karena wanita itu kurang akalnya maka wajib orang yang sempurna
akalnya akan mendidik dengan sabar (As-Samarani, t.th: 231)
Para pelajar harus dibiasakan selalu bersabar terhadap apa saja
yang menjadi cobaan yang datang dari Allah, karena orang yang bersabar
adalah orang yang dicintai oleh Allah. Semakin besar cobaan padanya
50
dan semakin sabar orang tersebut maka Allah akan mengangkat
derajatnya.
9. Jujur
رلاڠا وا ركلاببببڠءبن بركبببب ااببببل ابببببڠ ببببڠل بڠبو ببببو ببببرا ببببب ارا
ك بببودي ا وابركببب وو بببب اابببل ابببب بببرا ا وابركببب اابببل اببببڠ
بجوس
Maka haram melakukan riba ataupun meribaan kepada ahli agama
nasrani, yahudi, ataupun majusi (As-Samarani, t.th: 149)
Seorang pelajar harus dibiasakan berkata jujur. Dengan jujur
orang tersebut akan dipercaya orang. Terkadang jujur sangatlah pahit
rasanya tetapi dibalik itu sangatlah manis rasanya. Selain itu pelajar yang
saling jujur secara tidak langsung akan meperkuat dan mempererat tali
persaudaraannya, karena saling percaya mempercayai.
10. Tidak menghambur-hamburkan uang
اورالاببببببوواڠ ار ببببببڠا ب فببببببڠدو وڠ ٢ ربسببببببڠار ڠ اكبببببب ار
بڠبواڠبڠ
Menjaga uangnya dimana tidak membuang-buang uangnya yang tidak
bermanfaat bagi agama (As-Samarani, t.th: 33)
Berlebih-lebihan merupakan sifat yang tidak disukai oleh Allah.
Sebagai seorang pelajar jagnanlah menghambur-mamburkan uang
dengan membeli berbagai macam barang yang sekiranya tidak berlu.
Allah menyediakan sarana seseorang ketika sedang banyak rizki untuk di
zakatkan baik kepada fakir miskin maupun anak yatim piatu. Begitu pula
seorang pelajar juga harus bisa memenejemen kebutuhannya sendiri, dan
ketika adanya sisa uang bisa untuk membantu orang lain ataupun
ditabung.
51
11. Menjaga harga diri
بببببدوا لار بببببب دادي روسببببببڠءبن ربسبببببڠبفروكرا اكببببب ار
ببڠلوان بڠي ن ا ودلكي ن برك لكڠ
Menjaga harga dirinya dengan menjauhi sesuatu yang membuat rusak
harga dirinya seperti zina ataupun yang berhubungan dengan zina lainnya
(As-Samarani, t.th: 33)
Seorang pelajar haruslah bisa menjaha harga dirinya, baik itu
menyangkut nafsu material maupun non material. Nafsu material seperti
korupsi sedangkan nafsu non material seperti hawa nafsu syahwat
seseorang. Maka seorang yang telah siap untuk menikah maka segera
untuk menikah, dan jika belum berani Allah menganjurkan untuk
berpuasa untuk menjaga nafsunya.
52
BAB IV
ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
KITAB MAJMŪ‘AH AS-SYARĪ‘AH AL-KĀFIYAH LIL ‘AWĀM
A. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah
Lil ‘Awām
Pendidikan sendiri tak lepas juga dari sejarah peradaban Islam,
dimana dari peradaban tersebut lahir berbagai bidang ilmu salah satunya
adalah pendidikan. Pendidikan sendiri di dalamnya mengandung berbagai
disiplin ilmu dan nilai-nilai pendidikan. Dalam pendidikan Islam ada yang
mananya nilai pendidikan akhlak. Dalam ajaran Islam, akhlak menempati
kedudukan yang istimewa. Selain menjadi pokok isi Al-Qur’an akhlak juga
merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam.
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna. Manusia juga
dipilih Allah menjadi khalifah di muka bumi. Seperti dalam firman Allah
dalam Q.S. Al-Baqarah: 30
وإذ قڠل رلا لهب ئب إ ه جڠعل ف الأرض خهكف قڠلوا أ جعل فك ڠ بن
بڠ لا كفسد فك ڠ وكسف الدهبڠء و ن سلاهح لا بد و قده ل قڠل إ ه أعه
عهبون Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat,
“Aku hendak menjadikan khalifah) di bumi “Mereka berkata,
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-
Mu dan menyucikan nama-Mu?”Dia berfirman, “Sungguh, Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
(http://opi.110mb.com).
53
Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia
dapat menjadi kalifah di muka bumi tersebut. Yang dimaksud dengan
khalifah ialah bahwa manusia diciptakan untuk menjadi penguasa yang
mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhannya, hewannya,
hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya, perikanannya dan
seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada
di bumi untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu
menjalankan itu semuanya maka sunatullah yang menjadikan manusia
sebagai khalifah di bumi benar-benar dijalankan dengan baik oleh
manusia tersebut, terutama manusia yang beriman kepada Allah SWT
dan Rasulullah SWT.
Salah satu khalifah yang dapat dijadikan suri tauladan adalah
Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan uswatun hasanah terbaik,
beliau adalah sebaik-baik umat, dan sumber pendidik sepanjang zaman
yang patut kita contoh. Hal ini sudah sangat jelas diterangkan di dalam
firman Allah QS. Al-Ahzaab: 21
الآخر والكو أسو س لبن بڠن كرجو الله ف رسول الله لقد بڠن لب
بثكرا وذبر اللهArtinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun
hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.”( QS. Al-Ahzaab: 21)
(http://opi.110mb.com).
Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir yang
tidak ada keraguan perihal keimanannya dan kehidupan akhirat beliau
telah dijamin masuk surga. Walaupun begitu, beliau tetap terus berusaha
54
menambah keimanan setiap hari. Banyak para sahabat, tabin, tabiut-
tabin hingga ulama’-ulama’ mengikuti jejak beliau baik dalam hal
keilmuan maupun akhlaknya. Termasuk salah satu ulama’ yaitu K.H.
Muhammad Sholeh As-Samarani seorang ulama’ pribumi asli Jawa,
Indonesia yang namanya diakui mendunia.
Sebagai umat Nabi Muhammad SAW. tentu harus semaksimal
mungkin mencontoh perilaku beliau baik dalam hal perkataan,
perbuatan, keilmuan dan akhlak. Dalam hal keilmuan seorang muslim
juga harus bersungguh-sungguh dalam belajar untuk menghadapi
tantangan globalisasi yang lebih dimasa depan, karena sesungguhnya
mencari ilmu adalah wajib hukumnya wajib baik untuk muslimin dan
muslimat. Seperti dalam kitab Majmū‘ah dikatakan:
اكبببببوفرض ا بببب سببببلان ل بببب وو ٢ا ببببوي لببببوروعه ڠ وو ڠ اسبببب ودون اس
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah (As-
Samarani, t.th: 2)
Allah SWT. berfirman:
ڠئفبب وبببڠ بببڠن البنب ببون لك فببروا بڠفهبب فهببولا فببر بببن بببله فرقبب ا ببب
ك ذرون لعهه إذا رجعوا إلك لك فقه وا ف الدهكن ولك ذروا قوب Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At Taubah 9: 122)
(http://opi.110mb.com).
Rasullullah SAW. bersabda:
ا وبسهب ا فركض عهلله بله بسه ه العه
55
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki
maupun muslim perempuan”. (H.R. Ibnu Abdil Barr)
(http://www.dic.or.id).
Dari pembahasan Al-Qur’an dan hadist sudah sangatlah jelas
bahwa hukumnya wajib mencari ilmu bagi muslimin dan musliman,
bahkan ada hadist yang menerangkan bahwa tidaklah hanya menuntut
ilmu di daerah sendiri tetapi juga keluar seperti hadist mencari ilmu
walaupun dampai negeri Cina. Islam sangat mawajibkan untuk
menuntut ilmu karena orang yang mempunya ilmu akan dimudahkan
orang tersebut menuju jalan ke surga dan akan dinaikkan derajatnya
oleh Allah. Seperti yang dikatakan dalam kitab Majmū‘ah:
ببببب ا ببفڠببببڠبن ابركببببي عهبببب سببببفڠوو لكببببوات اڠ ددالببببن بر ببببڠار
الله سلا ڠ ي و عڠللله اڠ وو كبو ددال برك سوربڠ
Barang siapa seseorang yang berjalan di jalan karena mencari ilmu maka
Allah SWT. akan memudahkan orang tersebut ke jalan menuju ke Surga
(As-Samarani, t.th: 2)
Allah berfirman dalam Q.S. Al-Mujadilah:11:
فسه وا ف البجڠل فڠفس وا كفسح الله كڠ أك ڠ الهذكن آب وا إذا قكل لب
وإذا قكل ا والهذكن أو وا لب الهذكن آب وا ب ب ش وا فڠ ش وا كرفع الله
لابڠ عبهون خلاكر درجڠتا والله العهArtinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Q.S. Al-Mujadilah:11).
Begitu pentingnya ilmu pengetahuan hingga seorang
pelajar hendaknya juga jangan sampai pernah menyakiti hari gurunya,
56
karena jika sampai menyakiti gurunya ilmu yang diperoleh tidak akan
berkah dan bermanfaat bagi dirinya. Seperti dalil berikut:
إلاه قهك ولا ك فع لاڠلعه لارب العه فبن أذى ب ي أس ڠذ ك ر
Artinya: “Barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya
tertutup dan hanya sedikit kemamfaatannya”.
(http://yurirobithoh.blogspot.com)
Seperti dalil di atas sudah sangat jelas bahwa seorang santri
(peserta didik) diwajibkan untuk menjaga perasaan gurunya, supaya
ilmunya bisa berkah dan bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi
orang lain.
Di dalam kitab Majmū‘ah dijelaskan bahwa terdapat dua hal
yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu: pertama: bagi
murid hendaknya berniat suci untuk menuntut ilmu, jangan
mempunyai niat untuk hal-hal duniawi, dan jangan melecehkan dan
menyepelekan. Kedua: bagi guru dalam mengamalkan ilmu hendaknya
meluruskan niatnya terlebih dahulu, tidak mengharapkan materi semata-
mata. Disamping itu yang diajarkan hendaknya sesuai dengan
tindakan-tindakan yang diperbuat.
Proses pendidikan akhlak salah satunya dengan menanamkan akhlak
kepada santri (siswa). Proses ini pun tentu mempunyai beberapa model
tergantung kepada tingkatan usia, pengalaman serta jenis pendidikan
yang sedang ditempuh. Menurut Syarif Ulil Amri dalam bukunya yang
berjudul Pendidikan Karakter ada 6 model pendikan akhlak dalam al-
Qur’an antara lain dengan metode perintah, larangan, pembiasaan,
teladan, dan dorongan (tabligh). Dalam penelitian yang dilakukan
57
peneliti menganalisis lebih lanjut mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak
dalam kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām karya K.H.
Muhammad Sholeh Ibn Umar Al-Salarani atau yang biasa disebut K.H.
Sholeh Darat. Peneliti menganalisis kitab tersebut dan dari hasil analisis
tersebut bahwa model yang dituliskan oleh K.H. Sholeh Darat dalam
materi-materi dari kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām
yaitu antara lain menggunakan:
a. Model perintah
Model ini memberikan kemampuan seseorang untuk
mengajarkan ajaran Islam khususnya yang terkait dengan amal atau
perbuatan melakukan perintah. Nilai-nilai perintah Islam tersebut
mampu menjiwai dan mewarnai kepribadian santri (siswa) dengan
menyebutkan berbagai ayat al-Qur’an. Dimana ayat tersebut
kecendrung ke arah melakukan perintah. Contoh kalimat yang
ditemukan di kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām
sebagai berikut:
واجببب ا ببب وو بببب ببب ببببو بع بببك ببببدي ا وا هكببب ار
ق ولا ٢ ولا بهون سأ ق Wajib bagi orang yang melakukan maksiat besar atau kecil akan
tobat dengan sebaik-baik tobat (As-Samarani, t.th: 38).
b. Model Larangan
Model ini merujuk melalui larangan di dalam Al-Qur’an,
kalimat-kalimat larangan yang diucapkan Allah kepada manusia
lebih banyak berdimensi pengharaman, yang apabila dilakukan
tentunya akan berdosa dengan sanksi yang disebutkan. Semua
58
larangan yang datang dari Allah adalah sesuatu hal yang buruk.
Perkara yang buruk adalah sesuatu yang memberi mudharat dan
bahaya bagi umat manusia, bahaya dan mudharat yang dimaksud
bisa berdampak negatif kepada kehidupan manusia, seperti contoh
kalimat yang ditemukan di kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah
lil ‘Awām sebagai berikut:
رلاڠا وا ركلاببببڠءبن بركبببب ااببببل ببببڠل بڠبو ببببو ببببرا ببببب ارا
ك ببببودي ا وابر ببببرا ا وابركبببب ااببببل ابببببڠ كبببب وو ببببب ابببببڠ
بجوس اال ابMaka haram melakukan riba ataupun meribaan kepada ahli agama
nasrani, yahudi, ataupun majusi (As-Samarani, t.th: 149).
c. Model Pembiasaan
Model pendidikan ini terkait dengan prilaku ataupun sikap
tanpa diikuti dan didukung adanya praktik dan pembiasaan pada diri,
maka pendidikan itu hanya jadi angan-angan belaka, karena
pembiasaan dalam proses pendidikan sangat dibutuhkan. Contoh
kalimat yang ditemukan di kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah
lil ‘Awām sebagai berikut:
لاڠبوسببببڠبن لببببن سبببب اكبببب ار ڠي سبببببڠووخ ا بببب ووڠ اسبببب
اجببببڠ فكسببببن كببببن ال لببببن ٢فكلاببببڠ بركبببب سبببببڠ لاك ببببڠ ووڠ اسبببب
ا ببببببببببدووك بربببببببببببڠبرك سكوبجڠا سبببببببببب ووڠ اسبببببببببب ار
اورا ولكببببڠ ٢لببببن بكهواڠافڠعببببڠدا براسبببببرا سببببأفدا اسبببب
شركع Dan arti dari wajib atas orang Islam adalah akan membuat
kebagusan kepada semua orang yang mempunyai tata karma kepada
sesama Islam, dan ikut adat setempat selama tidak melanggar syariat
(As-Samarani, t.th: 34)
59
Secara umum akhlak dibagi menjadi 2 menurut sifatnya
yaitu Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah. Akhlak Mahmudah
adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman
seseorang. Sedangkan Akhlak Madzmumah adalah segala tingkah laku
yang tercela atau perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan
menjatuhkan martabat manusia. Dimana akhlak tersebut sangat
berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam menuntut ilmu, tujuan
seseorang dalam menuntut ilmu dan niat seseorang dalam menuntut
ilmu.
Dalam kitab Majmū‘ah karya K.H. Muhammad Sholeh
Darat menjelaskan perihal nilai pendidikan akhlak bagi seorang muslim.
Adapun analisis yang dapat ditarik dari pembahasannya, yaitu:
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
Seorang pelajar muslim haruslah bertaqwa kepada Allah
SWT. Sebaik-baik seorang muslim yaitu muslim yang bertaqwa
kepada Allah SWT seperti dalam Al-Quran surat Al-Hujrat 49: 13,
Allah SWT. berfirman:
بن ذبرا وأ ثلله وجعه شعولاڠ وقلاڠئل كڠ أك ڠ ال هڠ إ هڠ خهق ڠب ڠب
خلاكر عهك إنه الله أ قڠب ع د الله ل عڠرفوا إنه أبربب
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujrat 49: 13)
(http://opi.110mb.com)
60
Analisis data yang ditemukan dengan yang ada di Al-Qur’an
dan hadist dimana sudah sangatlah jelas adanya keterkaitan dengan
data yang ditemukan di kitab Majmu’ah. Dimana di dalam kitab,
seseorang untuk percaya/tidak ragu dengan Islam. Di dalam Al-
Qur’an menerangkan tentang akhlak dengan bertaqwa kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa. Begitu pula dalam hadist tersebut dimana
kata "al-Birr" apabila dikaitkan dengan "taqwa" terkadang maksud
dari "al-Birr" adalah bermuamalat dengan makhluk secara baik dan
"at-Taqwa" adalah bermuamalat dengan Allah yaitu dengan
melakukan ketaatan kepadaNya dan menjauhi hal-hal yang
diharamkan oleh-Nya, terkadang pula arti dari "al-Birr" tersebut
adalah melakukan kewajiban-kewajiban dan arti "at-Taqwa" adalah
menjauhi hal-hal yang diharamkan. Maka taqwa disini yaitu
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
2. Menjaga diri dari maksiat
Wajib bagi seorang muslim untuk menjaga dirinya dari
kemaksiatan. Kemaksiatan disini tidak hanya maksiat yang lahiriyah
saja tetapi juga batiniyah. Karena sesungguhnya kemaksiatan bisa
berasal dari sesuatu yang tidak terlihat seperti prasangka buruk
seseorang. Allah SWT. berfirman:
وك بون عبن أبه كدعون إللله الخكر وكأبرون لاڠلبعرو ول بن ب ب
البفه ون الب بر وأولئ اArtinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf
61
dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang
yang beruntung”. (Q.S. Ali Imran 3: 104)
(http://opi.110mb.com).
Rasullullah SAW. bersabda:
ءؤؤؤؤ ق لؤؤؤؤ ا ؤؤؤؤ ل إأا أأنؤؤؤؤت نانؤؤؤؤس ن ؤؤؤؤبن ؤؤؤؤا إن المؤؤؤؤن بؤؤؤؤ
ان الؤؤؤؤ ف لبؤؤؤؤ ؤؤؤؤبن كا كا ا ؤؤؤؤ ل الؤؤؤؤر ؤؤؤؤ فر والؤؤؤؤء ونؤؤؤؤ
سب ن نلا بف ران عل ل بهم ا نان ا ي نءاب أنره الل
Artinya: “Sesungguhnya apabila seorang yang beriman berbuat
satu kesalahan (dosa), maka akan ditulis noktah hitam di
hatinya. Tetapi jika ia menahan dirinya (dari perbuatan
maksiat), meminta ampun kepada Allah dan bertaubat,
maka hatinyapun akan bersih kembali, dan jika ia
berbuat kesalahan lagi, maka akan ditambah titik hitam
tersebut di hatinya, sehingga titik-titik itu memenuhi
hatinya. Dan itulah ‘raan’ yang difirmankan Allah
“Sekali kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu
telah menutupi hati mereka.” (H.R. At-Tirmidzi)
(http://www.ummi-online.com).
Perbuatan maksiat merupakan perbuatan dosa yang sudah
seharusnya tidak dilakukan oleh siapapun. Perbuatan maksiat
dalam hal apapun jika telah dilakukan sekali maka selanjutnya ia
kembali pada maksiat dan dirinya akan semakin lemah dari iman.
Orang yang berbuat maksiat tentu akan mendapat dosa besar dan
dekat dengan api neraka. Maka salah satu cara menjaga diri dari
kemaksiatan dengan Amar Ma’ruf nahi munkar. Ma’ruf yaitu
segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan
Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-
Nya.
3. Syukur
62
Syukur merupakan salah satu amalan yang terkadang
diabaikan seseorang, entah itu ketika Allah memberika kelebihan
maupun kekurangan yang telah diberikan kepada seseorang
tersebut. Allah SWT. menciptakan dan memberikan rahmat-Nya
kepada kita merupakan yang terbaik, hanya saja bagaimana
seseorang tersebut menyikapinya. Allah SWT. berfirman:
ر ه العڠلبكن ال بد لله
Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-
Fatikhah 1: 2) (http://opi.110mb.com).
Allah berfirman di dalam Hadist Qudsi-Nya:
ا هببببببب ببببببببڠذبر لله شببببببببر لله قبببببببڠ ا عبببببببڠللله كبببببببڠالان اد
واذابڠ سك لله بفر لله
Artinya: “Allah berfirman dalam hadits qudsi-Nya: “wahai anak
Adam, bahwa selama engkau mengingat Aku, berarti engkau
mensyukuri Aku, dan apabila engkau melupakan Aku, berarti
engkau telah mendurhakai Aku!.” (H.R Thabrani)
(http://mikiarmadaibnutsman.blogspot.co.id).
Maksudnya Alhamdu dalam Q.S Al-Fatikhah ayat 2 yang
berarti segala puji yang merupakan wujud syukur kepada Allah
SWT. Memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang
dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berati:
menyanjung-Nya karena perbuatan-Nya yang baik. Lain halnya
dengan syukur yang berarti mengakui keutamaan seseorang
terhadap nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala
puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan
yang patut dipuji. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat
dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji
63
dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah
adalah Maha Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat
dalam alam ini. Diantara nikmat itu ialah nikmat penciptaan,
nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rab dalam
kalimat Rabbul-'aalamiin tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa,
tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan
menumbuhkan. Begitu pula dalam hadist qudsi menunjukkan
bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya
sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena
Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan
dan Penumbuahn oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan
dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi
sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah
keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta
berguna bagi masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
syukur (bersyukur) berarti ungkapan rasa terima kasih kepada
Allah SWT. dengan membuka atau mengakui bahwa nikmat
tersebut berasal dari-Nya. Serta direalisasikan dalam perbuatan
dengan meningkatkan ketaatan kepada Allah, menggunakan nikmat
tersebut sesuai fungsinya, dan berusaha menahan diri dari larangan-
Nya. Seorang pelajar harus dibiasakan selalu bersyukur terhadap
apa saja yang dimilikinya, karena barang siapa yang bersyukur
64
akan ditambah nikmatnya. Sebagai hamba Allah, bersyukur
adalah hal yang wajib karena atas nikmat yang diberikan secara
lahir maupu batin.
4. Wara’
Seorang pelajar di usahakan mempunya sifat Wara’, yaitu
berusaha menjauhkan diri dari dosa dan maksiat atau bisa juga
Wara’ adalah meninggalkan yang meragukan, menentang yang
membuatmu tercela, mengambil yang lebih terpercaya,
mengarahkan diri kepada yang lebih hati-hati. Rasullullah
bersabda:
بن ورعڠ بن أعلاد ال هڠ
Artinya: “Jadilah seorang yang wara’, niscaya engkau menjadi
manusia yang paling (tinggi kualitas) ibadahnya (H.R
Ibnu Majah, dinyatakan sebagai sanad yang hasan oleh
alBushiri dalam Mishbahus Zujaajah)
(http://salafy.or.id).
Singkatnya, wara’ adalah menjauhi yang syubhat dan
mengawasi yang berbahaya.
5. Patuh terhadap pemimpin
Allah SWT menciptakan makhluk dan memberinya
kecenderungan sosial dan fitrah dasar agar saling memiliki
keterikatan di antara mereka. Atas dasar kecenderungan dan fitrah
tersebut, manusia adalah makhluk social dimana manusia tidak
dapat "hidup" kecuali dengan berkelompok agar kebutuhan dan
kepentingan mereka saling terlindungi, terselamatkan, saling bantu
65
dalam kebaikan dan bekerjasama dalam menciptakan kepentingan
bersama/umum. Atas dasar itu pula, Allah SWT memerintahkan
manusia untuk taat kepada pemimpin yang telah dipilih di antara
mereka. Hal tersebut karena jika manusia tidak memiliki ikatan
atau aturan (rabithah) kepemimpinan dalam suatu kelompok
sebagai pedoman dan kesepakatan bersama, maka kepentingan
umum tidak akan terealisasi dengan baik. Ta’at kepada pemimpin
adalah suatu kewajiban sebagaimana disebutkan dalam Al Kitab
dan As Sunnah. Di antaranya Allah Ta’ala berfirman,
سول وأول الأبر ب ب وأ كعوا الره كڠ أك ڠ الهذكن آب وا أ كعوا الله
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan
ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS.
An Nisa’ : 59) (http://opi.110mb.com)
Dalam ayat ini Allah menjadikan ketaatan kepada
pemimpin pada urutan ketiga setelah ketaatan pada Allah dan
Rasul-Nya. Namun, untuk pemimpin di sini tidaklah datang dengan
lafazh ‘ta’atilah’ karena ketaatan kepada pemimpin merupakan
ikutan (taabi’) dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, apabila seorang
pemimpin memerintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah,
maka tidak ada lagi kewajiban dengar dan ta’at.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
كنبر لابع ك ا ، فإذا ، فكبڠ أ ه وبر ، بڠ ل عهلله البرء البسه
أبر لابع ك ا ف سبع ولا ڠع
66
Artinya: “Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara
yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan
untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk
bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan
taat.” (HR. Bukhari no. 7144) (https://rumaysho.com).
Perilaku taat kepada pemimpin untuk para pelajar yaitu
taat kepada guru ataupun hukum sekolah. Dimana diawali oleh
upaya pembiasaan diri untuk hidup tertib dan teratur dalam
kehidupan sehari-hari. Pembiasaan ini bisa dilakukan dan dilatih
sejak kecil atau usia dini. Apabila sikap dan kebiasaan taat dan
disiplin ini sudah dihayati dan dijiwai, bahkan sudah menjadi
kepribadian, ketika kita melihat ketidakpatuhan dan ketidaktertiban
orang lain sebagai tindakan indisipliner. Hati kita akan bergerak
untuk segera memperbaikinya.
6. Berbakti kepada orang tua
Amal yang paling utama adalah berbakti kepada kedua
orang tua. Dengan dasar diantaranya yaitu hadits Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari
sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
dia berkata :
أي العبببببل أفضببببل عهكببببي وسببببهه ببببههلله الله سببببألت رسببببول الله
ه أي قببببڠل لاببببر بببب عهببببلله وق ببببڠ قببببڠل قهببببت ثبببب قببببڠل ال ه
ه أي قڠل الج ڠد ف سلاكل الله الوالدكن قڠل قهت ث
Artinya: “Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah
? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, Pertama
shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan
shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua
67
orang tua, ketiga jihad di jalan Allah” (Hadits Riwayat
Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9)
(https://almanhaj.or.id).
Dengan demikian jika ingin kebajikan harus didahulukan
amal-amal yang paling utama di antaranya adalah birrul walidain
(berbakti kepada kedua orang tua).
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala
ولا شببببربوا لاببببي شببببكئڠ ولاڠلوالببببدكن إ سببببڠ ڠ ولاببببذي واعلاببببدوا الله
القرلابببببلله والك ببببببڠبلله والبسببببببڠبكن والجببببببڠر ذي القرلاببببببلله والجببببببڠر
الج ببب وال بببڠ لاڠلج ببب والاببببن السهبببلاكل وببببڠ بهببببت أكبببببڠ ب ه
لا ك بن بڠن بخ ڠلا فخورا إنه الله
Artinya: “Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-
Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada
kedua orang tua Ibu Bapak, karib-kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,”.
(An Nisa’ : 36) (http://opi.110mb.com).
Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak)
merupakan perintah, dan perintah disini menunjukkan kewajiban,
khususnya, karena terletak setelah perintah untuk beribadah dan
meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak
didapatinya perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari perintah
ini. Karena sesungguhnya ridha Allah Bergantung Kepada Ridha
Orang Tua, sesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
disebutkan:
رضبببب ا ع بببببڠ أنه عببببن علاببببد ا لاببببن عبببببرو لاببببن العببببڠ
ه فببب رضبببڠ قبببڠل رضبببڠ البببره رسبببول ا بببههلله ا عهكبببي وسبببهه
ه ف سخ الوالد الوالد، وسخ الره
68
Artinya: “Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu
‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada
keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada
kemurkaan orang tua”. (https://almanhaj.or.id).
7. Menjaga perkataan
Segala puji bagi Alloh yang telah menciptakan lidah.
Dengan lidah kita dapat berkomunikasi dan menentukan rasa.
Dengan lidah ini juga kita bisa membuat lawan bicara kita menjadi
tergerak kepada kebaikan ataupun keburukan, membuat lawan
bicara tersenyum bahagia ataupun menangis menahan perih. Meski
lidah merupakan nikmat yang besar, namun kita perlu mengetahui,
bahwasanya lidah yang berfungsi untuk berbicara ini seperti senjata
bermata dua. Yaitu dapat digunakan untuk taat kepada Allah, dan
juga dapat digunakan untuk memperturutkan setan.
Allah berfirman :
وقولببببوا قببببولا سدكداك ببببهح لببببب كببببڠ أك ببببڠ الهببببذكن آب ببببوا ا هقببببوا الله
ورسبببولي فقبببد فبببڠ ع وببببن ك بببع الله ذ بببولاب فبببر لبببب وك أعببببڠلب
فو ا عظكبڠ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu
dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati
Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenengan yang besar” (Q.S. Al-Ahzab : 70-
71) (http://opi.110mb.com).
Rasulullah bersabda.
الآخر فهكقل خكرا أو لك بت والكو وبن بڠن كنبن لاڠلله
69
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”.
(https://almanhaj.or.id).
Maka apabila seseorang hendak berkata hendaklah ia
berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataannya tidak akan
membawa mudharat, maka silahkan dia berbicara. Akan tetapi, jika
diperkirakan perkataannya itu akan membawa mudharat atau ragu
apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak
usah berbicara
8. Sabar
Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan
kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah,
serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi
takdir Allah. Sabar adalah sendi dasar yang harus dimiliki selama
masih hidup di dunia. Dan termasuk juga akhlak yang mulia.
(Munawir, 2007: 203)
Bersabar adalah bersikap tenang, baik pikiran maupun
perasaan. Sabar ialah menahanan diri agar tidak muda berkeluh
kesah, meredam segala bentuk amarah dan benci, menguasai diri
agar tidak menyesal, melatih diri untuk selalu berbuat taat dan
membentengi diri agar tidak melakukan perbuatan maksiat. Sabar
memiliki beragam arti namun tetap intinya adalah sama.
Sabar merupakan salah satu sifat keutamaan yang sangat
dibutuhkan oleh seorang muslim, baik dalam kehidupan untuk
dirinya sendiri maupun kepada masyarakat diluar. Antara sabar
70
dan syukur ada keterkaitan seperti keterkaitan yang ada antara
nikmat dan cobaan dimana manusia tidak bisa terlepas dari
keduanya. Karena syukur dengan amal perbuatan menuntut adanya
kesabaran dalam beramal.
Menurut M. Abduh Tuasikal, MSc., ulama’ membagi sabar
menjadi tiga bagian, antara lain:
a. Sabar dalam ketaatan
Sabar dalam ketaatan kepada Allah yaitu seseorang bersabar
dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Dan perlu diketahui
bahwa ketaatan itu adalah berat dan menyulitkan bagi jiwa
seseorang. Terkadang pula melakukan ketaatan itu berat bagi
badan, merasa malas dan lelah (capek). Juga dalam melakukan
ketaatan akan terasa berat bagi harta seperti dalam masalah
zakat dan haji. Intinya, namanya ketaatan itu terdapat rasa berat
dalam jiwa dan badan sehingga butuh adanya kesabaran dan
dipaksakan. Allah Ta’ala berfirman,
كببببڠ أك ببببڠ الهببببذكن آب ببببوا ا ببببلاروا و ببببڠلاروا ورالا ببببوا وا هقببببوا فه ون لعههب الله
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu
dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap
siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
beruntung.” (QS. Ali Imron: 200)
(http://opi.110mb.com).
b. Sabar dalam menjauhi maksiat
Seseorang biasa memerintahkan dan mengajak kepada
kejelekan, maka hendaklah seseorang menahan diri dari
71
perbuatan-perbuatan haram seperti berdusta, menipu dalam
muamalah, makan harta dengan cara bathil dengan riba dan
semacamnya, berzina, minum minuman keras, mencuri dan
berbagai macam bentuk maksiat lainnya. Seseorang harus
menahan diri dari hal-hal semacam ini sampai dia tidak lagi
mengerjakannya dan ini tentu saja membutuhkan pemaksaan
diri dan menahan diri dari hawa nafsu yang mencekam.ibadah,
kerelaan melakukan kehendak Allah yang wujud dalam
perintah-perintah-Nya.
c. Sabar dalam menghadapi takdir yang pahit
Takdir Allah itu ada dua macam, ada yang menyenangkan dan
ada yang terasa pahit. Untuk takdir Allah yang menyenangkan,
maka seseorang hendaknya bersyukur. Dan syukur termasuk
dalam melakukan ketaatan sehingga butuh juga pada kesabaran
dan hal ini termasuk dalam sabar bentuk pertama di atas.
Sedangkan takdir Allah yang dirasa pahit misalnya seseorang
mendapat musibah pada badannya atau kehilangan harta atau
kehilangan salah seorang kerabat, maka ini semua butuh pada
kesabaran dan pemaksaan diri. Dalam menghadapi hal
semacam ini, hendaklah seseorang sabar dengan menahan
dirinya jangan sampai menampakkan kegelisahan pada
lisannya, hatinya, atau anggota badan. Oleh karena itu, sabar
adalah separuh iman, sebab tidak satupun maqam iman
72
kecuali disertai kesabaran (Hawa, 2004:370). Bahkan Allah
akan memberikan derajat yang tinggi dan kebaikan,
dan menjadikannya sebagai buah dari kesabaran. Firman-Nya:
بع لار وال ه إنه الله كڠأك ڠ الهذكن ءاب وا اس عك وا لاڠل هڠلاركن ال ه
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! mohonlah
pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat.
Sungguh Allah bersama orang- orang yang sabar.
(Q.S Al-Baqorah: 153). (http://opi.110mb.com)
Dalam surat lain Allah berfirman:
ڠأك ببببڠ الهببببذكن ءاب ببببوا ا ببببلاروا و ببببڠلاروا ورالا ببببوا وا هقببببوا ك فه ون لعههب الله
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” (Ali ‘Imran: 200) (http://opi.110mb.com).
Yang penting bahwasanya macam-macam ujian itu sangat
banyak yang butuh akan adanya kesabaran dan kesiapan
menanggung bebannya, maka seseorang harus menahan jiwanya
dari apa-apa yang diharamkan kepadanya dari menampakkan
keluh kesah dengan lisan atau dengan hati atau dengan anggota
badan.
9. Jujur
Jujur dalam Bahasa Arab berarti benar (siddiq). Benar
disini yaitu benar dalam berkata dan benar dalam perbuatan.
Berlaku jujur dengan perkataan dan perbuatan, mengandung
makna, berkata harus sesuai dengan yang sesungguhnya, dan
sebaliknya jangan berkata yang tidak sesuai dengan yang
sesungguhnya. Dan perkatan itu disesuaikan dengan tingkah
73
laku perbuatan, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat at-
Taubah ayat 119.
دقكن ـ وبو وا بع ٱل ه أكہڠ ٱلهذكن ءاب وا ٱ هقوا ٱلله ـ ك
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada
Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang benar”. (Q.S. At-Taubah: 119)
(http://opi.110mb.com).
Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang
menentukan status dan kemajuan perseorangan dan msyarakat.
Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah satu sendi
kemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan manusia
dan antara satu golongan dengan golongan yang lain.(Ya’cub,
1983: 102)
Sedangkan dalil mengenai jujur diantaranya adalah:
عببببن الاببببـن بسببببعودا رض قببببڠل قببببڠل رسببببول ا عهببببـكب
بببدف كبببـ دى البببلله اللابببره و اللابببر كبببـ دى البببلله دف فبببڠنه ال ه لابببـڠل ه
بببببدف ى ال ه جل ك بببببدف و كبببببـ ره الج هببببب م و ببببببڠ كببببب ال البببببـره
و الببببببذ فبببببڠنه هبببببلله كببببببـ ع بببببد ا ده كبببببـقڠم و اكبببببـهڠب
الببببذ كبببـ دى البببلله الفجبببور و الفجبببور كبببـ دى البببلله ال هبببڠرم و
ى الببببذ هبببلله كببببـ ع بببد ببببڠ كببب ال العلابببد كببببذ و كبببـ ره
ربببببببذى و ا بـذهالاببببببـڠم اللاخببببببڠرى و بسببببببه و الاببببببو داود و ال
ي و الهفظ لي
Artinya: “Dari Ibnu Mas’ud RA ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “Wajib atasmu berlaku jujur, karena
sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan
dan kebaikan itu membawa ke surga. Dan terus-
menerus seseorang berlaku jujur dan memilih
74
kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang
yang jujur. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena
sesungguhnya dusta itu membawa kepada
kedurhakaan, dan durhaka itu membawa ke neraka.
Dan terus menerus seorang hamba itu berdusta dan
memilih yang dusta sehingga dicatat di sisi Allah
sebagai pendusta”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu
Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi menshahihkannya dan
lafadh baginya”. (http://www.mirajnews.com).
Menurut Habibullah Al Faruq berdasar dengan
tempatnya, jujur ada beberapa macamnya, yakni:
a. Jujur dalam Niat dan Kehendak
Yakni motivasi atau dukungan bagi setiap gerak dan
langkah seseorang dalam rangka menaati perintah Allah
SWT dan ingin mencapai RidhoNya. Jujur yang
sesungguhnya berbeda dengan berpura-pura jujur. Orang
yang bertindak pura-pura jujur merupakan orang yang
tidak ikhlas dalam berbuat.
2. Jujur dalam Ucapan
Yakni memberitahukan sesuatu sesuai dengan realita yang
tengah terjadi, kecuali untuk kemaslahatan yang
dibenarkan syari'at seperti dalam kondisi Perang,
mendamaikan orang yang tengah bersengketa dan
semisalnya. Setiap hamba memiliki kewajiban untuk
menjaga lisan, yakni dengan berbicara secara jujur dan
dianjurkan untuk menghindari kata sindiran karena dengan
hal tersebut adalah sepadan dengan kebohongan, kecuali
75
saat tengah dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat
tertentu, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur.
3. Jujur dalam Perbuatan
Yakni seimbang antara lahir dan batin hingga tidaklah
berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam
perbuatan juga memiliki arti melaksanakan suatu pekerjaan
sesuai dengan yang diridhoi oleh Allah SWT dan
melaksanakannya secara terus-menerus dan ikhlas.
(http://www.habibullahurl.com).
Maka hendaklah seorang pelajar selalu berkata dan
berbuat dengan jujur sesuai dengan petunjuk di atas agar
terhindar dari celaan masyarakat, meninggikan kehormatan
kita, dan yang paling penting menjalankan ajaran suri
tauladan yang baik bagi manusia yakni Rasulullah SAW
dan mengamalkan sifat tersebut.
10. Tidak menghambur-hamburkan uang
Israf artinya berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta
serta menghambur-hamburkannya untuk hal-hal yang tak perlu,
sehingga menghalang-halangi orang yang berhak memakainya.
Sebagai akibat dari perbuatan ini, maka kemelaratan dan
kemiskinan akan melanda golongan orang-orang yang hidup
sederhana, terutama rakyat jelata yang berpenghasilan kecil.
Dari meratanya kemiskinan ini akan timbul rasa dengki dan iri
76
hati dari kalangan rakyat jelata terhadap orang-orang kaya,
sehingga segala bentuk kejahatan tumbuh subur.
Islam berpandangan bahwa harta kekayaan yang dimiliki
setiap individu adalah milik masyarakat. Karena pada asalnya
harta tersebut adalah milik Allah, kemudian dititipkan kepada
manusia, agar dimanfaatkan olehnya dan oleh orang-orang yang
berada di sekitarnya untuk tujuan kebajikan. Seorang muslim
bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Terkadang
ketika seseorang memperoleh sejumlah harta, mereka akan
bingung akan dibawa kemana. Islam sendiri memerintahkan
orang muslim untuk menjaga dan memanfaatkan hartanya di
jalan Allah. Allah SWT. berfirman:
ف سلاكل الله ببثل لاه ا أ لا ت سلاع بثل الهذكن ك فقون أبوال
لبن كشڠء والله كضڠع س ڠلال ف بله س لاه ا بڠئ لاه ا والله
واسع عهكArtinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus
biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-
Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Al Baqarah 2:
261) (http://opi.110mb.com).
Rasullullah SAW. bersabda:
إذا بببببڠت اس سببببڠن ا ق ببببع ع ببببي عبهببببي إلاه بببببن ث ثبببب ا إلاه بببببن
ا ك فع لاي أو ولدا ڠلحا كدعو لي دق ا جڠرك ا أو عه
Artinya: “Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah
segala amalannya, kecuali dari tiga perkara:
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak
77
shaleh yang mendoakannya.” (H.R. Muslim)
(https://almanhaj.or.id).
Analisis dari data temuan dengan Al-Qur’an dan hadist
di atas, dimana pengertian menafkahkan harta di jalan Allah
meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan
perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Selain itu hadist di atas menerangkana bahwa salah ada 3
amalan yang tidak dapat terputus salah satunya yaitu shodaqoh
jariyah, maka sangatlah dianjurkan muslimin muslimat untuk
menyisihkan sebagian hartanya di jalan Allah salah satunya
dengan cara shodaqoh.
11. Menjaga harga diri
Kehormatan dan Harga Diri sebagai fitrah Tidak bisa dipungkiri,
manusia lahir di muka bumi ini dengan kondisi yang bersih.
Terlahir dengan jiwa yang suci dan dihiasi dengan penciptaan
yang sempurna. Wujud manusia telah dibentuk sedemikian
cantik dan indah. tidak heran bila al-Qur’an menyebutkan bahwa
manusia merupakan ahsanu Khuluqan. Rasulullah SAW.
memerintahkan umatnya untuk selalu menjaga kehormatan diri
(‘Iffah). Dalam sebuah sabdanya, Beliau berkata:
ألاڠ العكڠل ك علاد البنبن الفقكر الب عفه إنه الله
Artinya: “Sesungguhnya Allah s.w.t. senang dengan hamba-Nya
yang Mukmin dan fakir namun tetap menjaga
kehormatan dirinya serta menanggung nafkah
keluarganya”
(https://akhlakrasulullahsaw.wordpress.com).
78
Wajib bagi seorang muslim untuk menjaga dirinya dari
kemaksiatan. Kemaksiatan disini tidak hanya maksiat yang
lahiriyah saja tetapi juga batiniyah. Karena sesungguhnya
kemaksiatan bisa berasal dari sesuatu yang tidak terlihat seperti
prasangka buruk seseorang.
B. Relevansi Nilai Pendidikan Akhlak Kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-
Kāfiyah lil ‘Awām terhadap Akhlak dalam pendidikan akhlak di era
modern
Pendidikan kita saat ini menghadapi berbagai tantangan dan
persoalan, diantaranya pertama bertambahnya jumlah penduduk, kedua
berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern menghendaki dasar-dasar
pendidikan sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup (life long
education) dan yang ketiga berkembangnya teknologi yang mempermudah
manusia dalam menguasai dan memanfaatkan dalam dan lingkungannya.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, segala bentuk
fasilitas dan layanan kepada manusia menjadi mudah dan terkesan
memanjakan manusia. Namun di balik kemajuan ini, terkadang justru
menimbulkan kegersangan rohani orang-orang modern.
Mayoritas kondisi kemanusiaan modern adalah berada dalam
wilayah pinggiran eksistensinya, bahkan bergerak menjauh dari pusat
eksistensi, yaitu Tuhan. Sebagai akibatnya, masyarakat modern menjadi
kehilangan visi keilahian dan melahirkan sikap/aklak yang tidak baik yang
menjerumus ke kehampaan spiritual. Akibatnya, banyak orang yang
79
melakukan sikap/perilaku yang tidak sesuai norma bahkan orang yang
berilmu pun yang tidak memiliki sikap/akhlak yang baik. Permasalahan
lainnya yang terjadi di masyarakat pada umumnya seperti kurangnya
kedisiplinan dalam bekerja, berumahtangga yang kurang harmonis, mendidik
anak tidak dengan nilai moral bahkan kerukunan bersosial yang kurang.
Bukanlah tidak mungkin menyelesaikan masalah-masalah tersebut, harus ada
kesadaran individu maupun institusi dalam menyelesaikan permasalahan.
Dengan mengetahui penyebab utamanya kemudian diadakan usaha kolektif
dalam mencari solusinya. Untuk mengatasi problem tersebut, yang salah
satunya diakibatkan oleh hilangnya visi keilahian setelah manusia bergerak
menjauh dari pusat eksistensi, maka tidak ada jalan lain kecuali kembali
ke pusat eksistensi tersebut.
Lalu bagaimana relevansi pemikiran K.H. Sholeh Darat terhadap
akhlak dalam pendidikan akhlak sekarang ini? Salah satu jawaban dari
permasalahan ini bisa dijawab dengan sebuah kitab karya beliau yaitu kitab
Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām. Lalu kenapa bisa kitab tersebut
yang menjadikan jawabannya? Sebenarnya kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-
Kāfiyah lil ‘Awām merupakan kitab fiqih sesuai yang dikatakan Martin Van
Bruinessen dalam karya tulisnya yang berjudul “Kitab Fiqih di Pesantren
Indonesia dan Malaysia”, kitab ini merupakan satu-satunya karya penting
berbahasa Jawa dengan huruf Arab (Arab pegon) tentang fiqh, yang ditulis
oleh Muhammad Shalih Darat dari Semarang, selain memuat juga ajaran-
ajaran teologi dan tasawuf atau akhlaq. Lalu kenapa bisa kitab yang
80
mayoritas dikatakan kitab fiqih bisa masuk menjadi kitab tentang akhlak?
Jawaban lebih renci akan dijelaskan oleh peneliti di bawah ini.
Setelah diteliti dan dianalisa, kitab ini merupakan rangkuman atau
ensiklopedi dari syari`at yang diperuntukkan bagi orang awam. Para ulama’
memberikan pengertian tentang syari’at Islam yaitu apa yang disyari`atkan
oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang meliputi akidah, ibadah, akhlak
mu`amalah. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dimaksud oleh kitab
Majmū‘ah yang meskipun menitikberatkan pada masalah fiqh yang erat
kaitannya dengan hukum yang sangat dibutuhkan oleh orang awam. Maka
kitab tersebut dapat dikatakan merupakan kitab untuk atau lebih khususnya
untuk orang awan (pemula), dari sini penyampaiannya pun pasti lebih enak,
komunikatif dan sesuai kultur budaya Jawa karena K.H. Sholeh Darat sendiri
adalah ulama pribumi asli.
Pendidikan akhlak yang ada pada kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-
Kāfiyah lil ‘Awām sangatlah relevan jika di terapkan untuk pelajar sekarang,
karena dalam pembahasannya tentang pendidikan akhlak. Sehingga apabila
diterapkan pada para pelajar, mereka akan menjadi pelajar yang cerdas tapi
berakhlak mulia serta menjadi lebih kuat dalam mengarungi dan
menghadapi tantangan kehidupan yang akan datang.
Menurut Yuniar Ilyas, ruang lingkup akhlak dibagi menjadi 6 bagian
diantaranya:
1. Akhlak terhadap Allah Swt.
2. Akhlak terhadap Rasulullah
81
3. Akhlak terhadap diri sendiri
4. Akhlak dalam keluarga
5. Akhlak dalam lingkungan sekitar (masyarakat)
Diantara ruang lingkup nilai-nilai pendidikan akhlak yang dapat
diambil dan diterapkan dalam dunia pendidikan dari kitab Majmū‘ah As-
Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘karya K.H. Sholeh Darat berhubungan dengan 4
pembagian besar yaitu Akhlak terhadap Allah SWT., Akhlak terhadap diri
sendiri, Akhlak terhadap keluarga dan Akhlak terhadap lingkungan sekitar
(bermasyarakat). Penulis uraikan diantaranya sebagai berikut:
1. Pendidikan Akhlak terhadap Allah SWT
Salah satu contoh pendidikan akhlak terhadap Allah SWT .
dalam kitab Majmū‘ah adalah Pendidikan Bertaqwa kepada Allah SWT.
Seorang pelajar muslim haruslah bertaqwa kepada Allah SWT. Dalam
kitab Majmū‘ah dikatakan:
ا بببببڠ لاكببببي بببببو فرك ببببڠا واجبببب ا بببب وو لله اب سببببلا ڠ ي ڠ اسبببب
و عڠللله لن دو الله چبڠالله
Wajib setiap orang Islam semua melaksanakan perintah Allah AWT. dan
menjauhi larangan-Nya (As-Samarani, t.th: 32)
Sebaik-baik seorang muslim yaitu muslim yang bertaqwa
kepada Allah SWT seperti dalam Al-Quran surat Al-Hujrat 49: 13, Allah
SWT. berfirman:
شعولاڠ وقلاڠئل ل عڠرفوا بن ذبرا وأ ثلله وجعه ڠب كڠ أك ڠ ال هڠ إ هڠ خهق ڠب
خلاكر عهك إنه الله أ قڠب ع د الله إنه أبربب
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
82
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujrat 49: 13)
(http://opi.110mb.com)
Sudah sangat jelas apa yang diterangkan di Al-Qur’an dan juga
data temuan yang ditemukan di kitab Majmū‘ah, bahwa sesungguhnya
kita diperintahkan oleh Allah untuk bertaqwa kepada-Nya karena
sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang
bertaqwa kepadanya. Dimana bertaqwa dengan menjalankan perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dengan bertakwa orang akan selalu berhati-hati dalam setiap
ucapan dan melakukan perbuatan dalam kehidupannya, hal tersebut
dikarenakan rasa keyakinan kepada kebenaran ajaran Tuhan yang ia
yakini. ketakwaan adalah aplikasi dari tingkat keimanan seseorang yang
salah satunya ditunjukkan oleh sikap kepatuhan dan perilaku dalam
beribadah dan dalam kehidupan sehari-hari.
Bertaqwa kepada Allah SWT ini, relevan sekali dengan para
pelajar di era modern sekarang, pendidikan ini harus diberikan kepada
para pelajar saat ini. Tentu saja bisa karena Tuhan memerintahkan setiap
umatnya untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, berbuat
kebaikan, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, serta mentaati
setiap aturan yang bertujuan untuk kebaikan. Sekolah diciptakan untuk
membentuk pribadi yang mantap dari segi mental, intelektual, dan
sepiritual. Maka disetiap sekolah pasti memiliki aturan-aturan yang
83
diciptakan untuk mencapai tujuan dalam membentuk pribadi siswa yang
mantap tersebut. Dan agama apapun tentu tidak membenarkan setiap
umatnya untuk melanggar aturan di dunia yang bertujuan untuk kebaikan
umat-Nya.
Berikut ini adalah berbagai contoh sikap dan perilaku siswa
yang bertakwa dalam lingkungan sekolah :
a. Menghormati guru karena guru merupakan seorang pendidik yang
diharapkan bisa membantu siswa dalam mengembangkan diri.
b. Menghormati teman dan tidak bersikap sombong apabila diberikan
kelebihan. Setiap siswa harus menyadari bahwa setiap orang tidak
diciptakan sama dan setiap orang harus menghargainya.
c. Berusaha untuk tidak melanggar tata tertib sekolah, karena tata tertib
sekolah diciptakan sebagai rambu-rambu untuk membentuk perilaku
siswa yang baik. Sehingga diharapkan akan terbiasa untuk berbuat
baik pula dalam kehidupan sehari-hari.
d. Memelihara kebersihan dan kesehatan, dalam hal ini termasuk juga
memelihara lingkungan sekolah misal dengan tidak membuang
sampah sembarangan. Karena diyakini bahwa menjaga kebersihan
merupakan sebagian dari iman.
e. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar (menuntut ilmu), karena
belajar merupakan salah satu kewajiban agama baik belajar bidang
agama maupun bidang umum.
2. Pendidikan berakhlak terhadap diri sendiri
84
Salah satu contoh pendidikan akhlak terhadap diri sendiri dalam
kitab Majmū‘ah adalah pendidikan untuk selalu bersyukur kepada Allah
SWT. Syukur merupakan salah satu amalan yang terkadang diabaikan
seseorang, entah itu ketika Allah memberika kelebihan maupun
kekurangan yang telah diberikan kepada seseorang tersebut. Allah SWT.
menciptakan dan memberikan rahmat-Nya kepada kita merupakan yang
terbaik, hanya saja bagaimana seseorang tersebut menyikapinya. Dalam
kitab Majmū‘ah dikatakan:
كسبببب وءبن ا بببب لببببن اولك بببب ا ببببوي بع ببببڠ اكبببببڠن اكبببب اولك ببببلله
اك ا وااورااك ا ركبڠ لن رضڠا ب الله ڠ سبڠلاك ڠ ب
Atau makna dari iman itu dapat memperlihatkan hatinya dan dapat
menerima dan ridho hatinya dalam segala hukumnya Allah enak ataupun
tidak enak (As-Samarani, t.th: 20)
ر كبڠرضڠافڠ بوب الله بس بو ورا ا وا بو لن ار
لارابڠ ا وافڠاكت ا وا بو اك ك ا والاوت
Dan akan ridho menerima hukumnya Allah, maksudnya hukum sehat
maupun sakit, manis ataupun pahit, ataupun hukum ringan ataupun berat
(As-Samarani, t.th: 18)
ببببب بسبببب جببببڠب جبببب بڠلاكببببي ار لببببن واجبببب ا سببببلله ببهبببب
ب ببببب سبببببلان واجببببب لبببببن بببببدوا سببببببڠلاك ڠ بع بببببك ٢ار
ركبڠرضبببببببڠافڠ بو ب الله بسببببببب سڠءلواسببببببب عببببببببوري لبببببببن ار
ببببببو ورا ا وا ببببببو لاراببببببڠ ا وافڠاكبببببت ا وا ببببببو اك كببببب
ا والاوت
Dan wajib setiap mukallaf semuanya akan menjaga diri yang pasti akan
bertemu dan menjauhi seluruh maksiat selama umurnya dan akan ridho
menerima hukumnya Allah, maksudnya hukum sehat maupun sakit,
manis ataupun pahit, ataupun hukum ringan ataupun berat (As-Samarani,
t.th: 18)
Allah SWT. berfirman:
85
ر ه العڠلبكن ال بد لله
Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-
Fatikhah 1: 2) (http://opi.110mb.com)
Allah berfirman di dalam Hadist Qudsi-Nya:
ا ه بڠذبر لله شبر لله واذابڠ سك لله بفر لله قڠ ا عڠللله كڠالان اد
Artinya: “Allah berfirman dalam hadits qudsi-Nya: “wahai anak Adam,
bahwa selama engkau mengingat Aku, berarti engkau
mensyukuri Aku, dan apabila engkau melupakan Aku, berarti
engkau telah mendurhakai Aku!.” (H.R Thabrani)
(http://mikiarmadaibnutsman.blogspot.co.id).
Maksudnya Alhamdu dalam Q.S Al-Fatikhah ayat 2 yang berarti
segala puji yang merupakan wujud syukur kepada Allah SWT. Memuji
orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan
kemauan sendiri. Maka memuji Allah berati: menyanjung-Nya karena
perbuatan-Nya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti
mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. Kita
menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari
segala kebaikan yang patut dipuji. Beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala
puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah
adalah Maha Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam
alam ini. Diantara nikmat itu ialah nikmat penciptaan, nikmat mendidik
dan menumbuhkan, sebab kata Rab dalam kalimat Rabbul-'aalamiin
tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung arti
tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan. Begitu pula dalam hadist
qudsi menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang
86
dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah,
karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan,
penjagaan dan Penumbuahn oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan
dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi
sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah
keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta
berguna bagi masyarakat.
Imam Gazali menyebutkan 3 macam syukur sebagai berikut :
a. Syukur dengan lisan
Yaitu syukurnya orang berilmu yang direalisasikan dengan bentuk
ucapan. Dengan ucapannya itu adalah merupakan pengakuan dari
sikap untuk selalu merendahkan diri dihadapan Allah SWT.
b. Syukur dengan badan
Adalah syukurnya ahli ibadah, ini direalisasikan melalui perbuatan
baik, yakni dengan banyak beribadah. Dirinya akan selalu sepakat
dan melayani untuk terus mengabdi kepada Allah, begitu juga
dengan hartanya untuk salalu di nafkahkan di jalanNya.
c. Syukur dengan Hati
Adalah syukurnya seorang ahli makrifat yakni perwujudan hati yang
selalu mengasingkan diri di hadapan Allah SWT, dengan menjaga
keagunganNya yang diwujudkan melalui segala bentuk perbuatan
dan amalnya termasuk gerak hatinya secara konsisten di hadapan
Allah SWT.
87
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa syukur
(bersyukur) berarti ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT.
dengan membuka atau mengakui bahwa nikmat tersebut berasal dari-
Nya. Serta direalisasikan dalam perbuatan dengan meningkatkan ketaatan
kepada Allah, menggunakan nikmat tersebut sesuai fungsinya, dan
berusaha menahan diri dari larangan-Nya. Seorang pelajar harus
dibiasakan selalu bersyukur terhadap apa saja yang dimilikinya, karena
barang siapa yang bersyukur akan ditambah nikmatnya. Sebagai hamba
Allah, bersyukur adalah hal yang wajib karena atas nikmat yang
diberikan secara lahir maupu batin. Selain itu seorang pelajar yang
bersyukur akan melihat ke bawah untuk urusan duniawi. Dengan melihat
ke bawah, kita akan mengetahui bahwa kita jauh lebih beruntung
dibandingkan jutaan manusia di muka bumi ini, misalkan saja banyak
saudara kita yang tidak bisa sokolah apalagi melanjutkan kejenjang yang
lebih tinggi, tidak dapat makan, tidak memiliki tempat tinggal, menderita
penyakit parah, hidup di daerah konflik, atau mengalami musibah
bencana alam. Dan seorang pelajar yang bersyukur akan melihat ke atas
untuk urusan akhirat, maka akan lebih bersyukur menerima segala apa
yang telah diberikan dan hanya mengharap ridho Allah SWT.
3. Pendidikan Akhlak kepada keluarga
Salah satu contoh pendidikan akhlak terhadap keluarga dalam
kitab Majmū‘ah adalah pendidikan untuk selalu berbakti kepada orang
tua. Di dalam kitab Majmū‘ah dikatakan:
88
2رك ڠا سبكرا ڠلاب برك لافڠ لاكو لن ب ورو افڠف واج
اورفرك ي بع كت
Wajib berbakti kepada bapak ibunya dan patuh apa perintahnya sekira-
kira tidak perintah maksiat (As-Samarani, t.th: 32)
Amal yang paling utama adalah berbakti kepada kedua orang tua.
Dengan dasar diantaranya yaitu hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu
Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata :
أي العبببببل أف عهكببببي وسببببهه ببببههلله الله ضببببل قببببڠل سببببألت رسببببول الله
ه أي قبببڠل لابببر الوالبببدكن قبببڠل ببب عهبببلله وق بببڠ قبببڠل قهبببت ثببب ال ه
ه أي قڠل الج ڠد ف سلاكل الله قهت ث
Artinya: “Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada
waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal
waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga
jihad di jalan Allah” (Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim
No.85, Fathul Baari 2/9) (https://almanhaj.or.id).
Dengan demikian jika ingin kebajikan harus didahulukan amal-
amal yang paling utama di antaranya adalah birrul walidain (berbakti
kepada kedua orang tua). Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala
ولا شبببربوا لابببي شبببكئڠ ولاڠلوالبببدكن إ سبببڠ ڠ ولابببذي القرلابببلله و اعلابببدوا الله
والك ببببببببڠبلله والبسببببببببڠبكن والجببببببببڠر ذي القرلاببببببببلله والجببببببببڠر الج بببببببب
إنه الله بببببڠ لاڠلج ببببب والابببببن السهبببببلاكل وببببببڠ بهببببببت أكببببببڠ ب لا وال ه
ك بن بڠن بخ ڠلا فخورا
Artinya: “Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang
tua Ibu Bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
89
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri,”. (An Nisa’ : 36) (http://opi.110mb.com).
Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan
perintah, dan perintah disini menunjukkan kewajiban, khususnya, karena
terletak setelah perintah untuk beribadah dan meng-Esa-kan (tidak
mempersekutukan) Allah, serta tidak didapatinya perubahan (kalimat
dalam ayat tersebut) dari perintah ini. Sesungguhnya ridha Allah
bergantung kepada ridha orang tua, sesuai hadits Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam, disebutkan:
رضببب ا ع بببببڠ أنه رسببببول عبببن علاببببد ا لاببببن عببببرو لاببببن العببببڠ
ه فبببب رضببببڠ الوالببببد، ا ببببههلله ا ع قببببڠل رضببببڠ الببببره هكببببي وسببببهه
ه ف سخ الوالد وسخ الره
Artinya: “Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma,
bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan
murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua”
(https://almanhaj.or.id).
Dalam pandangan penulis, mengajarkan kepada anak agar
senantiasa berbakti kepada kedua orangtuanya adalah suatu keharusan
yang tidak dibantah lagi. Sudah banyak perilaku anak di negeri ini yang
menunjukkan anak tersebut kurang atau bahkan tidak berbakti kepada
orangtuanya (terutama kepada ibunya), misalnya anak membentak dan
berlaku kasar kepada orangtuanya, lebih memilih orangtua dititipkan di
panti jompo daripada merawat di rumahnya sendiri, memperkarakan
orangtuanya karena sengketa harta benda, tidak mengakui orangtuanya
karena kemiskinan dan penampilan yang tidak menarik, memperlakukan
orangtua seperti pembantu, memukul hingga luka bahkan menghilangkan
90
nyawanya dengan berbagai alasan yang tidak dibenarkan oleh hukum
agama, dan sebagainya. Oleh karena itu, mengajarkan anak agar berbakti
kepada orangtua masih sangat relevan dengan pendidikan anak
kontemporer dengan cara mendoakan orangtua, menjaga silaturahmi,
menghormati, dan mempergaulinya dengan baik, menaati (selama tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip agama) dan menunaikan hak-hak
orangtua, memperhatikan, dan menjaga keduanya.
4. Pendidikan berakhlak terhadap Masyarakat
Salah satu contoh pendidikan akhlak terhadap masyarakat dalam
kitab Majmū‘ah adalah pendidikan untuk selalu menjaga perkataan
لاڠبوسڠبن فك برك لن س عي سب اك ار واج ا ووڠ اس
اجڠ فكسن ك ڠ ال ٢سبڠلاك ڠ ووڠ اس
Dan setengah dari kewajiban dari orang Islam itu akan memperbagus
mencoba kepada semua orang Islam jangan sampai sekali-kali berkata
buruk (As-Samarani, t.th: 34)
Segala puji bagi Alloh yang telah menciptakan lidah. Dengan
lidah kita dapat berkomunikasi dan menentukan rasa. Dengan lidah ini
juga kita bisa membuat lawan bicara kita menjadi tergerak kepada
kebaikan ataupun keburukan, membuat lawan bicara tersenyum bahagia
ataupun menangis menahan perih. Meski lidah merupakan nikmat yang
besar, namun kita perlu mengetahui, bahwasanya lidah yang berfungsi
untuk berbicara ini seperti senjata bermata dua. Yaitu dapat digunakan
untuk taat kepada Allah, dan juga dapat digunakan untuk
memperturutkan setan.
Allah berfirman :
91
كبببڠ أك بببڠ الهبببذكن آب بببوا ا هقبببوا الله أعببببڠلب وقولبببوا قبببولا سدكداك بببهح لبببب
ورسولي فقد فڠ فو ا عظكبڠ ع وبن ك ع الله ذ ولاب فر لب وك
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian
kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya
Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-
dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” (Al-
Ahzab : 70-71) (http://opi.110mb.com).
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.
الآخر فهكقل خكرا أو لك بت والكو وبن بڠن كنبن لاڠللهArtinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaknya dia berkata yang baik atau diam”
(https://almanhaj.or.id).
Maksud hadits ini adalah apabila seseorang hendak berkata
hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataannya
tidak akan membawa mudharat, maka silahkan dia berbicara. Akan
tetapi, jika diperkirakan perkataannya itu akan membawa mudharat atau
ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak
usah berbicara.
Pendidikan untuk selalu menjaga perkataan ini sangat relevan
jika diterapkan dan diajarkan pada pelajar di era sekarang. Karena
sesungguhnya perkataan lebih tajam daripada pedang, apalagi jika
sampai menimbulkan fitnah sangatlah besar dosanya, seperti firman
Allah SWT. Dalam Q.S. Al-Baqarah : 191
والف ببب أخرجبببوب بببن كببب وأخرجبببوا به ثقف ببببوا كببب واق هبببوا
فكبببي أشبببد بببب هبببلله كقبببڠ هوب ع بببد البسبببجد ال بببرا ن الق بببل ولا قبببڠ هوا
بذل ج اء البڠفركن فڠق هوا فإن قڠ هوبArtinya: “Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan
usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu
92
(Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari
pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di
Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di
tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka
bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir”
(Q.S. Al-Baqarah : 191 ) (http://opi.110mb.com).
Sangat jelas sekali bahwa perkataan yang tidak baik (fitnah)
lebih kejam dari pada pembunuhan. Maka dengan seorang menjaga
perkataan secara tidak langsung akan menjaga hubungan baik antara
yang satu dengan yang lainnya baik hubungan internal maupun eksternal
dan terjalinnya rasa persaudaraan.
Dan pada bagian penutup K.H. Sholeh Darat seperti berpesan
dalam penutup kitab tersebut juga mengandung nilai pendidikan akhlak
secara tersirat yaitu “supoyo pahamo wong-wong amtsal ingsun awam
kang ora ngerti basa Arab.” (supaya paham orang-orang awam seperti
saya yang tidak mengerti bahasa Arab) (As-Samarani, t.th: 278). Kenapa
kata-kata tersebut bisa dikatakan mengandung pendidikan akhlak?
Karena beliau sangking rendah hatinya menyatakan kata-kata tersebut
yaitu beliau tidak mengerti bahasa Arab padahal beliau adalah seorang
santri dan pengajar yang pernah berpengalaman di Makkah, maka tidak
dapat dipungkiri beliau tidak bisa bahasa Arab, beliau sebetulnya bisa
berbahasa Arab tetapi dengan kerendahan hatinya agar beliau dapat
merangkaul orang-orang awan dengan kitab tersebut, sehingga orang
awam tidak terlalu takut dengan beliau.
Selain itu, dengan masih mempelajari bahasa Jawa, secara tidak
langsung eksistensi bahasa lokal, bahasa Jawa, akan terjaga dan lestari di
93
tengah maraknya penggunaan bahasa asing di kalangan masyarakat.
Dan hingga saat ini, menurut pengamatan penulis, komunitas Saleh
Darat masih tetap eksis. Seperti di Pesantren Bareng Kudus Jawa
Tengah, maupun di Losari. Bahkan ada komunitas para penggemar
ataupun pecinta K.H. Sholeh Darat dimana komunitas tersebut bernama
KOPISODA (Komunitas Pecinta K. H. Sholeh Darat).
Dengan demikian sangat relevan apa yang telah dipikirkan dan
dituangkannya dalam bentuk manuskrip sebuah kitab yang bernama kitab
Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām oleh K.H. Sholeh Darat jika
diaplikasikan dengan baik dan benar. Maka dengan pendidikan akhlak
yang diusung melalui kitab tersebut disertai dengan usaha dan doa, tidak
dipungkiri akan membawa pendidikan di era sekarang yang tidak hanya
berorientasi pada aspek kognitif saja tetapi juga pada aspek afektif dan
spiritual.
94
BAB V
PENUTUP
Dalam bab yang terakhir ini, penulis mengambil kesimpulan
berdasarkan analisis yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya dan
disesuaikan dengan pembahasan penulisan ini. Sebagai tambahan, penulis juga
memberikan saran-saran yang relevan dengan harapan menjadi sebuah kontribusi
pemikiran bagi dunia pendidikan akhlak khususnya dan bagi Pendidikan Agama
Islam pada umumnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
hasil penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Majmū‘ah As-
Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām karya K. H. Muhammad Sholeh Darat
As-Samarani?
Dalam kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām karya
K. H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani beliau memaparkan Beliau
lebih menekankan pada pengamalan ajaran Islam secara konsisten,
dengan dilandaskan pada teks-teks al-Qur’an dan Hadits. Beliau sangat
menolak adanya pemahaman tasawuf falsafi, yakni tasawuf yang
ajaran-ajaranya memadukan antara visi intuitif dan visi rasional
pengarangnya, khususnya untuk orang awam. Betapa pentingnya
pendidikan pada segala sendi kehidupan agar manusia harus memiliki
95
pendidikan sebagai pembeda antara yang baik dan buruk. Pendidikan
budi pekerti sering diartikan dengan pendidikan akhlak. Pendidikan
akhlak merupakan dua istilah yang memiliki kesamaan esensi, walaupun
akhlak memiliki memiliki pengertian watak, sikap, sifat, moral yang
tercermin dalam tingkah laku baik dan buruk yang di terukur oleh norma-
norma sopan santun, tata karma dan adat istiadat, sedangkan akhlak
merupakan suatu system yang menilai tindakan dzahir dan batin manusia
atau di atur dengan agama. Dari pemaparan beliau, nilai-nilai pendidikan
akhlak yang ada pada kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām
karya K. H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani dapat penulis
kelompokan menjadi empat antara lain:
a. Pendidikan berakhlak kepada Allah SWT
b. Pendidikan berakhlak kepada diri sendiri
c. Pendidikan berakhlak kepada keluarga
d. Pendidikan berakhlak terhadap masyarakat
Secara umum nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam
kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām karya K. H.
Muhammad Sholeh Darat As-Samarani di antaranya adalah: bertaqwa
kepada Allah SWT., menjaga diri dari maksiat, syukur, wara’, patuh
terhadap pemimpin, berbakti kepada orang tua, menjaga perkataan, sabar,
jujur, tidak menghambur-hamburkan uang, dan menjaga harga diri
96
2. Bagaimana relevansi pemikiran K.H. Muhammad Sholeh Darat As-
Samarani dalam kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah lil ‘Awām
dengan Pendidikan Akhlak di era Modern?
Pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Nashaihul ‘Ibad
karyaa Imam Nawawi al-Bantani dengan konteks kehidupan pelajar
sekarang sangatlah relevan dan sesuai. Pendidikan-pendidikan akhlak
yang dapat diambil dan diterapkan pada para pelajar sekarang dari kitab
ini antara lain:
a. Pendidikan berakhlak kepada Allah SWT, salah satu contohnya adalah
pendidikan untuk bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Pendidikan berakhlak kepada diri sendiri, salah satu contohnya adalah
pendidikan untuk pendidikan untuk selalu bersyukur.
c. Pendidikan berakhlak kepada keluarga, salah satu contohnya adalah
birrul walidain atau berbakti kepada orang tua.
d. Pendidikan berakhlak kepada masyarakat, salah satu contohnya
adalah pendidikan untuk selalu menjaga perkataan
Dan pesan terakhir dalam kitab tersebut dalam bagian penutup
secara tersirat K.H. Sholeh Darat berpesan ketika ilmu kita sudah banyak
maka janganlah pamer dan sombong. Dengan pendidikan akhlak yang
diusung melalui kitab tersebut disertai dengan usaha dan doa, tidak
dipungkiri akan membawa pendidikan di era modern sekarang yang
tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif saja tetapi juga pada aspek
afektif dan spiritual.
97
B. Saran-saran
Dari hasil kesimpulan di atas, perlu kiranya penulis memberikan saran
yang mungkin dapat membantu dan bermanfaat bagi pendidikan di Indonesia
maupun para pembaca yang budiman
1. Bagi Orang tua
Orang tua diberikan amanah oleh Allah SWT., hendaknya
meningkatkan kesadaran akan peranan dan posisinya untuk menanamkan
nilai-nilai pendidikan Islam kepada anak-anaknya sejak kecil. Agar
nantinya anak tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang sholeh dan sholehah.
2. Bagi Pendidik
Seorang guru hendaknya dapat menjadi teladan yang baik bagi
anak didiknya, sehingga seorang guru harus dapat “digugu dan ditiru” oleh
anak didiknya. Juga proses pembelajaran harus dibuat bervariasi dan
menyenangkan, agar peserta didik tidak bosan dan jenuh ketika mengikuti
pembelajaran. Membangun kedekatan dengan peserta didik, kedekatan
yang pada batasnya. Hal ini akan membuat pendidik mudah memahami
karakter peserta didik dan peserta didik merasa nyaman ketika belajar.
3. Bagi peneliti
Dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut
dari pembahasan dan topik masalah yang telah dibahas di atas. Sehingga
dapat memberikan gambaran pendidikan akhlak khususnya dan pendidikan
Agama Islam pada umumnya guna tercapainya cita-cita bangsa Indonesia
yang tercurah di dalam Pancasila (Insan Kamil).
98
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimasyqiy, Husain An-Nawawi. Tanpa tahun. Terjemah Hadits Arba’in
Nawawiyah. Terjemahan oleh Tim Pustaka Nuun. 2014. Semarang:
Pustaka Nuun.
Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak. Solo:Era Intermedia.
Ali, Muhammad Daud. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Grafindo Persada
Amri,Syafri Ulil. 2014. Pendidikan Karakter. Jakarta: Rajawali.
As-Samārānī, Muhammad Sholeh bin ‘Umar. 1892. Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-
Kāfiyah lil ‘Awām. 1955. Semarang: PT. Karya Toha.
At-Tirmidzi, Saurah. Tanpa tahun. Shahih Sunan Tirmidzi: Seleksi Hadits Shahih
dari Kitab Sunan Tirmidzi. Terjemahan oleh Abu Muqbil Ahmad
Yuswaji. 2002. Depok: Pustaka Azzam.
Bizawie, Zainul Milal. 2016. Masterpiece Islam Nusantara: Sanad Jejaring
Ulama-Santri 1830-1945. Ciputat Baru: Pustaka Kompas.
Dzahir, Abu Malikus Salih & Ichwan. Kiai & Perjuangan kyai Sholeh Darat
Semarang. Semarang. Semarang: Perhimpunan Remaja Islam Masjid
Kyai Sholeh Darat Semarang/PRIMAKISADA. Tanpa tahun.
Ensiklopedi Nasional Indonesia. 2004. Jakarta: PT Delta Pamungkas.
Ghazali, Munir. 2007. Pemikiran Kalam Muhammad Salih Darat As-Samarani
(1820-1903). Yogyakarta: Pascasarjana Ilmu Agama Islam UIN Sunan
Kalijaga.
Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM Yogjakarta.
Hakim, Taufiq. 2016. Kiai Sholeh Darat dan Dinamika Politik di Nusantara Abad
XIX-XX M. Yogyakarta: INDeS.
In’amuzzahidin, M. 2012. Pemikiran Sufistik Muhammad Shalih Al-Samarani.
Walisongo, 20(2): 321-346.
Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka.
Mardalis. 1995. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
99
Masyhuri, K.H. A. Aziz. 2008. 99 Kiai Kharismatik Indonesia Biografi,
Perjuangan, Ajaran, dan Doa-doa Utama yang Diwariskan.
Yogyakarta: Kutub.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
Mudzakiron & Arif Chasanul Muna. 2015. Pola Redaksi Matan Hadis Dalam
Kitab Majmū’ah Al-Syarī’ah Karya K.H. Saleh Darat. Religia, 18(2):
227-243.
Munir, Ghazali, Shalat Jum’at Bergantian, Implementasi Konsep Iman dan
Amal Muhammad Salih Ibn Umar as-Samarani dalam Masyarakat
Modern. Semarang: Syiar Media Publishing, 2008.
Munzier dan Ali. 2008. Watak Pendidikan Islam. Jakarta Utara: Farika Agung
Insani.
Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghaloia Indonesia.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.
Sa’ud, Udin Syaefudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Salim, Abdullah. 1994. Majmū‘at al-Sharī‘ah al-Kāfiyah li ’l-‘Awwām
karya Shaikh Muhammad Shālih Ibn ‘Umar al-Samārānī. Jakarta:
Disertasi IAIN Syarif Hidayatullah.
Shabir, Muslich. Studi Kitab Munjiyat: Menyingkap Konsep Kiai Saleh
Darat tentang Perbuatan yang Membinasakan dan yang
Menyelamatkan Manusia. Semarang: Puslit IAIN Walisongo, 2007,
Vol. XV, No. 1, Mei 2007.
Sukandarrumidi. 2002. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Ulum, Amirul. 2016. KH. Muhammad Sholeh Darat Al-Samarani Maha Guru
Ulama Nusantara. Yogyakarta: Global Press.
Winarco, Andri. 2017. Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif K.H. Muhammad
Sholeh Darat Al-Samarani. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
Ya’cub, Hamzah. 1983. Etika Islam. Bandung: Diponegoro.
100
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an Revisi Terjemah oleh
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama RI. 2009.
Syaamil Al-Qur’an Edisi Khat Madinah. Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkanleema.
Yunus, Mahmud. 1962. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:Mutiara Sumber
Widya.
(https://abbymolana.wordpress.com). Diakses pada hari Senin, 10 Juli 2017.
Pukul 07:17.
(https://akhlakrasulullahsaw.wordpress.com). Diakses pada hari Selasa, 05
September 2017. Pukul 17.35.
(https://almanhaj.or.id). Diakses pada hari Senin, 10 Juli 2017. Pukul 07:47.
(http://www.dic.or.id ). Diakses pada hari Senin, 10 Juli 2017. Pukul 07:21.
(https://elsunnah.wordpress.com). Diakses pada hari Senin, 10 Juli 2017. Pukul
07:01.
(https://generasisalaf.wordpress.com). Diakses pada hari Senin, 10 Juli 2017.
Pukul 08:51.
(http://mikiarmadaibnutsman.blogspot.co.id). Diakses pada hari Senin, 10 Juli
2017. Pukul 06:48.
(http://www.mirajnews.com). Diakses pada hari Selasa, 05 September 2017.
Pukul 17.33
(https://muslim.or.id). Diakses pada hari Senin, 10 Juli 2017. Pukul 9:03.
(http://www.mutiarahadits.com). Diakses pada hari Senin, 10 Juli 2017. Pukul
08:13.
(http://www.rahmanbashri.com). Diakses pada hari Senin, 10 Juli 2017. Pukul
08:03.
(https://rumaysho.com). Diakses pada hari Selasa, 05 September 2017. Pukul
17.24.
(http://salafy.or.id). Diakses pada hari Selasa, 05 September 2017. Pukul 17.57
(http://www.ummi-online.com). Diakses pada hari Senin, 10 Juli 2017. Pukul
07:40.
(http://yurirobithoh.blogspot.com). Diakses pada hari Jum’at, 14 Juli 2017. Pukul
11.59.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
K.H. Muhammad Sholeh Darat As-Samarani
Kitab Majmū‘ah As-Syarī‘ah Al-Kāfiyah Lil ‘Awām
terbitan Karya Toha Putera Semarang
DAFTAR SURAT KETERANGAN KEGIATAN
Nama : Dimas Adam Saputra Fakultas/Jurusan : FTIK/PAI
NIM : 111-13-251 Dosen Pemdik : Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.
NO. KEGIATAN PELAKSANAAN SEBAGAI NILAI
1 OPAK STAIN Salatiga
2013
26-27 Agustus 2013 Peserta 3
2 OPAK TARBIYAH 2013 29 Agustus 2013 Peserta 3
3 UPT Perpustakaan 16 September 2013 Peserta 2
4 Masa Ta'aruf (MASTA)
IMM
06 September 2013 Peserta 2
5 Training Pembuatan
Makalah (LDK STAIN
Salatiga)
18 September 2013 Peserta 2
6 Sertifikat Pelatihan "PLCPP
Membuka Cakrawala Dunia
Serta Membangun
kreadibilitas bangsa
(RACANA STAIN
Salatiga)"
20-13 September
2013
Peserta 2
7 Sertifikat Kajian Intensif
Mahasiswa (LDK STAIN
Salatiga)
10 Oktober 2013 Peserta 2
8 Sertifikat Regional "Piagam
Kenaikan Tingkat Jambon
PSHT Cabang Salatiga"
8 Februari 2014 Peserta 2
9 Sertifikat Penghargaan
"Longman TOEFL Training
( STAIN Salatiga Boarding
House)"
14 Februari 2014 Peserta 2
10 Sertifikat CEC Festifal 20-22 Februari 2014 Panitia 3
105
2014 STAIN Salatiga
11 Akhirussanah Ma'had
STAIN Salatiga 2013/2014
21 Juni 2014 Panitia 3
12 Sertifikat Santri Ma'had
Putra STAIN Salatiga
2013/2014
29 September 2015 Peserta 2
13 Sertifikat Penghargaan
"Intensive TOEFL
Preparation Training
Program"
5-24 Januari 2015 Peserta 2
14 Seminar Internasional
"ASEAN Economic
Community 2015;
Prospects and Challenges
for islamic Higher
Education"
28 Februari 2015 Peserta 8
15
Ma'had IAIN Salatiga
Certificate " Lokakarya
Ma'had IAIN Salatiga"
10 April 15 Panitia 3
16 Sertifikat Kejuaraan
Nasional "The 2nd
Airlangga Setia Hati Terate
Pencak Silat
Championship"
13-18 April 2015 Peserta 2
17 Sertifikat Rihlah Rohani
Ma'had IAIN Salatiga
5-8 Mei 2015 Panitia 2
107
18 Sertifikat Piagam
Penghargaan Kejuaraan
Regional "Pencak Silat
PSHT CUP 2015 Juara 1
Seni Tunggal Dewasa
Putra"
26-27 September
2015
Juara I 3
19 Sertifikat Piagam Piagam
Penghargaan Kejuaraan
Regional "Pencak Silat
PSHT CUP 2015 Juara 1
Seni Beregu Dewasa Putra"
26-27 September
2015
Juara I 3
20 Sertifikat Piagam Piagam
Penghargaan Kejuaraan
Regional "Pencak Silat
PSHT CUP 2015 Kota
Salatiga dan sekitarnya"
26-27 September
2015
Panitia 3
21 Sertifikat LCC Ma'had Al-
Jami'ah IAIN Salatiga
14-17 Desember
2015
Panitia 3
22 Certificate of Ma'had
Championship
21-26 Desember
2015
Panitia 3
23 Piagam Penghargaan "Tes
Kenaikan Sabuk Polos
PSHT Komisariat IAIN
Salatiga 2015/2016"
24 Desember 2015 Panitia 3
24 Ma'had IAIN Salatiga
Certificate "The
Civilization of Islamic
Spain"
26 Desember 2015 Pemateri 4
25 Sertifikat Acara Ma'had
IAIN Salatiga Bersih Desa
28 Desember 2015 Panitia 3
108
26 Sertifikat Piagam
Penghargaan "Tes
Kenaikan Sabuk Jambon
PSHT Komisariat IAIN
Salatiga 2015/2016"
9-10 April 2016 Panitia 3
27 Sertifikat Peringatan Isra'
Mi'raj Nabi Muhammad
SAW. Ma'had Al-Jami'ah
Putra IAIN Salatiga
6 Mei 2016 Panitia 3
28 Ma'had IAIN Salatiga
Certificate "Having good
ability in leanguage
speaking"
8 Mei 2016 Panitia 3
29 Sertifikat Sima'an Akbar
Al-Qur'an bersama JQH Al-
Furqon
17 Mei 2016 Panitia 3
30 Sertifikat "Haflah Ihtitam
period 2015/2016 (IAIN
Salatiga Islamic Boarding
School)"
19 Mei 2016 Panitia 3
31 Piagam Penghargaan "Tes
Kenaikan Sabuk Hijau
PSHT Komisariat IAIN
Salatiga 2015/2016"
28-29 Mei 2016 Panitia 3
32 Sertifikat Pengurus Ma'had
Al-Jami'ah IAIN Salatiga
2014 -2016 Pengurus 4
33 Serifikat Pengajar Ma'had
Al-Jami'ah IAIN Salatiga
2015-2016 Pengajar 4
34 Piagam Penghargaan "Tes
Kenaikan Sabuk Polos
11 Desember 2016 Panitia 3
109
PSHT Komisariat IAIN
Salatiga 2016/2017"
35 Sertifikat Internasional
"International Certificate of
Pemuda Mendunia
Malaysia"
16 Januari 2017 Peserta 8
36 Certificate of Spoken
English Training
11 Maret-21 Mei
2017
Peserta 2
37 Piagam Penghargaan "Tes
Kenaikan Sabuk Jambon
PSHT Komisariat IAIN
Salatiga 2016/2017"
23-24 April 2017 Panitia 3
38 Piagam Penghargaan "Tes
Kenaikan Sabuk Hijau
PSHT Komisariat IAIN
Salatiga 2016/2017"
10-11 Juni 2017 Panitia 3
39 Sertifikat Pemateri “LDMI-
HMI Pesantren Kilat
Ramadhan tahun 2017 di 7
sekolah Salatiga dan
sekitarnya”
09-16 Juni 2017 Pemateri 4
TOTAL 119
110
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dimas Adam Saputra
Tempat, tanggal lahir : Magelang, 24 September 1993
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Krajan II Ngabean
Nomer Hand Phone : 0823 2474 1997
Latar Pendidikan : RA Ma’arif Ngabean : 1998 - 2000
MI Ma’arif Ngabean : 2000 - 2001
SD N 2 Secang : 2001 - 2007
SMP N 1 Secang : 2007 - 2009
SMK N 1 Temanggung : 2009 - 2013
IAIN Salatiga : 2013 - sekarang
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat supaya dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Salatiga, 17 Juli 2017
Penulis,
Dimas Adam Saputra
111-13-251