nilai nilai afektif dan sosial
DESCRIPTION
MakalahTRANSCRIPT
Nilai-nilai Afektif dan Sosial
A. Pendahuluan
Benjamin Bloom mengkategorikan tujuan pendidikan ke dalam ranah kognitif, afektif
dan psikomotor (Wikipedia, 2011). Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan pengertian. Ranah
afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti
minat, sikap, dan motivasi. Ranah psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti menulis, melakukan, menggunakan, dan
mengoperasikan.
B. Ranah Afektif dan Ranah Sosial
Taksonomi pendidikan yang dikembangkan oleh Bloom, Krathwhol, dan para
kolabolator digunakan untuk merencanakan objektif instruksional, merancang kurikulum,
dan merencanakan pencapaian. Pengembangannya meliputi ranah kognitif, psikomotorik,
afektif dan sosial. Selanjutnya keempat ranah ini disintesis menjadi kesatuan yang disebut
ranah terpadu (unified domain) (Dettmer, 2006). Afektif (dari bahasa Latin affectus, yang
berarti "perasaan") mencakup sejumlah konstruksi, seperti sikap, nilai, kepercayaan,
pendapat, minat, dan motivasi (Koballa, 2011). Sikap (dalam bahasa Inggris attitude)
dapat diartikan cara berpikir. Sikap umumnya didefinisikan sebagai kecenderungan untuk
merespon secara positif atau negatif terhadap benda, orang, tempat, peristiwa, dan
gagasan.
Ranah afektif pada awalnya diklasifikasikan berdasarkan objektif sikap dan emosi.
Tingkatan ranah afektif menurut Krathwohl ada lima, yaitu receiving (menerima),
responding (menanggapi), valuing (menilai), organization (organisasi), dan
characterization (karakterisasi) (_____,2011). Kemudian, ranah afektif diperluas
mencakup internalize (internalisasi nilai-nilai), wonder (rasa ingin tahu), dan aspire
(mencita-citakan) (Dettmer, 2006). Dettmer menambahkan ranah sosial ke dalam
taksonomi Bloom yang baru. Hal ini sangat beralasan, karena kemampuan afektif
seseorang merupakan faktor internal yang berkaitan dengan perasaan dan proses
merasakan dalam diri seseorang, sedangkan kemampuan sosial berkaitan erat dengan
sosial budaya dan proses interaksi seseorang dengan orang lain di sekitar atau lingkungan
sekitar. Kemampuan seseorang untuk merasakan hal-hal positif dan negatif dapat
memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap sikap seseorang.
1
Tabel 1. New Bloom’s Taxonomy : Mengembangkan Potensi dalam Empat Ranah dengan Keterpaduan untuk Belajar dan Melakukan
Ranah Kognitif Afektif Sensorimotor Sosial Keterpaduan
Proses berpikir merasakan mengindera dan bergerak
berinteraksi melakukan
Isi intelektual perasaan fisik sosialbudaya holistik/menyeluruhTujuan memperluas pemikiran menumbuhkan perasaan mengolah indera dan
gerakanmemperkaya relasi mengoptimalkan
potensiSasaran untuk mendapatkan
pengetahuanuntuk mengembangkan pemahaman diri
untuk memelihara ekspresi diri
untuk menumbuhkan sosialisasi
untuk mewujudkan pemenuhan diri
Sumber : Peggy Dettmer, 2006
Tabel 2. Fase-fase dalam New Bloom’s Taxonomy
Dasar Cognizant/tahu,sadar Sentient/kepekaan Conscious/sadar Aware/menyadari Viable/dapat hidup terusFase 1 mengetahui menerima mengamati berhubungan melihat, merasa, mengerti
Fase 2 memahami menanggapi bereaksi berkomunikasi mengetahui, memahami, mengerti
Fase 3 menerapkan menilai,menghargai bertindak,melakukan berpartisipasi menggunakanFase 4 menganalisis mengorganisasi menyesuaikan berdiskusi membedakanFase 5 mengevaluasi menginternalisasikan membuktikan memutuskan mengesahkanFase 6 mensintesis, mempersatukan mengkarakterisasi menyelaraskan berkolaborasi mengintegrasikanFase 7 membayangkan,
menduga,menebakingin tahu, heran, mengagumi
mempertunjukan berinisiasi, memulai berusaha, berani mengambil risiko,berspekulasi
Fase 8 menciptakan mencita-citakan berinovasi berubah memulai, membangun, menghasilkan
Sumber : Peggy Dettmer, 2006
2
Penilaian ranah afektif dan ranah sosial menggunakan bentuk penilaian formatif.
Metode untuk penilaian formatif ranah afektif dan ranah sosial dapat menggunakan
beberapa bentuk instrumen pengukuran yang tergantung pada apa yang ingin diukur.
1. Pengukuran Kepribadian
Pengukuran kepribadian dikonsentrasikan bukan pada tes intelektual atau kompetensi
kognitif. Ada beberapa tipe pengukuran kepribadian, masing-masing tipe
merefleksikan teori dengan sudat pandang yang berbeda. Beberapa tipe merefleksikan
teori sifat dan tipe kepribadian, sedangkan beberapa yang lain merefleksikan teori
psikoanalitik dan motivasi. Pendidik harus tahu dengan tepat tentang hal yang akan
diukur dan jenis instrumen yang akan digunakan, dengan memperhatikan bukti
validitas.
a. Inventori
Dalam inventori, subjek yang dipresentasi dengan suatu luasan kumpulan
pernyataan yang menggambarkan contoh perilaku dan yang dimaksudkan untuk
mengindikasikan apakah setiap pernyataan merupakan karakteristik perilaku
mereka atau tidak, dengan memberi tanda ya, tidak atau tidak pasti. Skor
dikomputasi dengan menghitung jumlah respons yang setuju dengan sifat yang
penguji ukur. Daftar pernyataan disusun dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini
mirip wawancara terstruktur dan peneliti menanyakan pertanyaan yang sama
untuk setiap orang, dan jawaban biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah
dinilai, biasanya dengan bantuan komputer.
Beberapa inventori kepribadian hanya mengukur satu sifat, misalnya
California F-Scale untuk mengukur autoritarianisme, Cattell's Sixteen Personalitg
Factor Queslionnoire untuk mengukur sejumlah sifat, Minnesota Multiphasic
Personality lnventory, Guilford-Zimerman Temperament Survey, Mooney
Problem Check List, dan Edwards Personal Preference Schedule. Menurut
Atkinson dan kawan-kawan, investori kepribadian mungkin dirancang untuk
menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan) atau beberapa
sifat kepribadian secara keseluruhan. Investori kepribadian yang terkenal dan
banyak digunakan untuk menilai kepribadian seseorang ialah: (a) Minnesota
Multiphasic Personality Inventory (MMPI), (b) Rorced-Choice Inventories, dan
(c) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale).
1) Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
3
MMPI terdiri atas kira-kira 550 pernyataan tentag sikap, reaksi
emosional, gejala fisik dan psikologis, serta pengalaman masa lalu. Subjek
menjawab tiap pertanyaan dengan menjawab “benar”, “salah”, atau “tidak
dapat mengatakan”. Pada prinsipnya, jawaban mendapat nilai menurut
kesesuaiannya dengan jawaban yang diberikan oleh orang-orang yang
memiliki berbagai macam masalah psikologi. MMPI dikembangkan guna
membantu klinis dalam mendiagnosis gangguan kepribadian. Para perancang
tes tidak menentukan sifat mengukurnya, tetapi memberikan ratusn pertanyaan
tes untuk mengelompokkan individu. Tiap kelompok diketahui berbeda dari
normalnya menurut kriteria tertentu. Kelompok kriteria terdiri atas individu
yang telah dirawat dengan diagnosis gangguan paranoid. Kelompok kontrol
terdiri atas orang yang belum pernah didiagnosis menderita masalah psikiatrik,
tetapi mirip dengn kelompok kriteria dalah hal usia, jenis kelamin, status
sosioekonomi, dan variabel penting lain.
2) Rorced-Choice Inventories
Rorced-Choice Inventories atau Inventori Pilihan-Paksa termasuk
klasifikasi tes yang volunter. Suatu tes dikatakan volunter bila subjek dapat
memilih pilihan yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan itu benar,
tidak ada yang salah (Muhadjir,1992). Subjek, dalam hal ini, diminta memilih
pilihan yang lebih disukai, lebih sesuai, lebih cocok dengan minatnya,
sikapnya, atau pandangan hidupnya.
3) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale)
H-W Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian
Rosanoff (Muhadjir, 1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam
komponen, yang lebih banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu:
a) Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih
mengarah pada khayalan.
b) Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan
bahwa dirinya penting.
c) Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar.
d) Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan pesimisme.
e) Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal.
f) Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus.
4
H-W Temperament Scale tersusun dalam sejumlah item yang berfungsi
untuk memilahkan kelompok yang patologik dari kelompok penderita
hysteroid, misalnya, diasumsikan memiliki mental kriminal.
Inventori telah digunakan dalam penelitian pendidikan untuk memperoleh
deskripsi sifat yang menggambarkan kelompok tertentu, misalnya kelompok
dibawah rata-rata, kelompok dropout, kelompok minoritas dan sebagainya.
Beberapa penelitian dikonsentrasikan untuk melihat hubungan antara sifat
kepribadian dengan beberapa variabel seperti kecerdasan, prestasi, dan sikap.
Inventori memiliki keuntungan yaitu murah, sederhana dan objektif.
Kelemahannya berkaitan dengan masalah validitas. Validitasnya tergantung pada
kemampuan responden membaca dan memahami item-itemnya, pengenalannya
akan diri sendiri, dan khususnya keinginan mereka menjawab dengan jujur dan
terbuka. Berdasarkan pada hasil, informasi yang diperoleh dari inventori mungkin
hanya permukaannya saja atau bias. Kemungkinan ini semestinya dimasukkan ke
dalam laporan ketika hasil diperoleh dari instrumen.
b. Teknik Proyektif
Dalam tes-tes kepribadian dengan pendekatan proyektif, individu memberikan
respon pada stimulus yang tidak terstruktur dan ambigu, dimana hal ini berbeda
dengan tes objektif yang memuat beberapa pertanyaan berstruktur. Sehingga
diharapkan dengan menggunakan tes proyektif, individu secara tidak sadar akan
mengungkap dan menggambarkan struktur dan dinamika kepribadiannya.
Teknik proyektif yang banyak dikenal dan digunakan secara luas oleh ahli
psikologi yaitu tes Rorschach, Thematic Apperception Test (TAT), Children’s
Apperception Test (CAT), Draw-A-Person (DAP), Make-A-Picture Story
(MAPS), Michigan Picture Story Test, dan Sentence Completion Test. Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tes-tes tersebut:
1) Thematic Apperception Test (TAT)
TAT adalah yang dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena
menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang ambigu dan
subjek yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera.
Subjek diminta untuk mengatakan sebagai sebuah cerita yang dramatis.
2) Children’s Apperception Test (CAT)
Bentuk lain dari TAT adalah CAT (Children’s Apperception Test),
yang digunakan untuk anak-anak. CAT menampilkan sepuluh gambar
5
binatang dalam konteks sosial manusia seperti memainkan game atau tidur di
tempat tidur. Pada saat ini, versi ini dikenal sebagai CAT atau CAT-A
(gambar binatang).
3) Michigan Picture Story Test (MPST)
Tes ini hampir sama dengan kedua tes diatas dan terdiri dari material
yang menggambarkan anak-anak dalam hubungannya dengan orang tua,
polisi, dan figur otoriter lainnya, juga teman-teman. Tes ini sangat bermanfaat
dalam melihat struktur dari sikap anak-anak terhadap orang dewasa dan
teman-teman sekaligus mengevaluasi masalah yang mungkin timbul.
4) Make-A-Picture Story (MAPS)
Tes ini juga hampir sama dengan MPST dalam interpretasi dan tujuan
yang dimiliki. Perbedaannya, individu boleh memilih karakter yang ada untuk
membuat sebuah cerita berdasarkan situasi yang ada.
5) Figure Drawing
Dalam tes ini, kemampuan menggambar bukanlah faktor utama. Salah
satu bentuk tesnya adalah Draw-A-Person (DAP), dimana individu diminta
untuk menggambar seorang lelaki dan perempuan menggunakan pensil dan
kertas.
6) Incomplete Sentence Test
Dalam metode proyektif ini, terdiri dari sejumlah kalimat tidak lengkap
yang disajikan untuk dilengkapi. Biasanya bukan merupakan tes standar dan
tidak diperlakukan secara kuantitatif. Penting sebagai bahan pertimbangan
dalam situasi klinis yang memiliki asumsi bahwa respon individu terhadap
stimulus yang ambigu merupakan proyeksi dari hal-hal yang ada dalam
ketidaksadaran. Respon yang diberikan subjek dapat memberikan gambaran
area konflik, termasuk juga kelebihan dan kekurangan dari kepribadian subjek.
7) Competency Screening Test
Diberikan kepada individu yang menjadi terdakwa untuk mempelajari
interscorer kehandalan dan validitas prediktif tentang status mental atau
inteligensi individu terkait dengan kasus individu yang sedang terjadi. Tes
juga secara signifikan membedakan antara individu yang dikategorikan oleh
praktisi sebagai tidak berkompetensi secara mental dan yang dikategorikan
sebagai kompeten dalam sidang kasus yang dijalani.
6
8) Rorschach Test
Rorschach test juga dikenal sebagai tes inkblot Rorschach atau sekadar
tes Inkblot adalah sebuah tes psikologi di mana subjek mempersepsi sebuah
bentuk gambar tinta yang dicatat dan kemudian dianalisis dengan
menggunakan interpretasi psikologis. Beberapa psikolog menggunakan tes ini
untuk memeriksa kepribadian seseorang baik karakteristik maupun fungsi
emosional. Telah digunakan untuk mendeteksi gangguan pikiran yang
mendasari individu, terutama dalam kasus-kasus di mana pasien tidak mau
untuk menggambarkan proses berpikir mereka secara terbuka. Tes ini
mengambil namadari penciptanya yaitu psikolog dari Swiss, Hermann
Rorschach.
Teknik proyektif digunakan terutama dalam psikologi klinis untuk
mempelajari dan mendiagnosis masalah emosional seseorang. Teknik ini
jarang digunakan dalam pendidikan karena kebutuhannya lebih mengarah
untuk latihan administrasi dan penskoran. Para ahli juga kurang puas terhadap
masalah validitas instrumennya.
2. Skala Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku seseorang, subjek atau
objek untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu terhadap
dunia di sekitarnya. Guru perlu mengetahui norma-norma yang ada pada peserta didik
bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata
pelajaran dan lingkungan sekolah. Jika terdapat sikap peserta didik yang negatif, guru
perlu mencari suatu cara dan teknik tertentu untuk menempatkan sikap negatif itu
menjadi sikap yang positif. Dalam mengukur sikap, guru hendaknya memperhatikan
tiga komponen sikap yaitu (1) kognisi, berkenaan dengan pengetahuan peserta didik
tentang objek, (2) Afeksi, berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap objek,
(3) Konasi, berkenaan dengan kecenderungan berperilaku peserta didik. Disamping
itu guru juga harus memilih salah satu model skala sikap.
Skala merupakan seperangkat bilangan untuk menyatakan nilai yang
dikenakan pada subjek, objek, atau perilaku bagi tujuan quantifikasi dan pengukuran
kualitas. Skala digunakan untuk mengukur sikap, nilai dan karakter lainnya. Skala-
skala ini berbeda dari tes dalam hal hasil dari instrumen, tidak seperti tes-tes pada
umumnya, instrumen tidak mengindikasikan kesuksesan atau kegagalan, kelemahan
7
atau kekuatan. Instrumen mengukur derajat karakteristik proses ketertarikan individu.
Misalnya, mengukur sikap peserta didik terhadap pelajaran kimia.
Pengembangan skala untuk mengukur sikap, nilai, dan karakter lainnya dapat
meliputi berbagai teknik yang berbeda-beda. Sikap dapat didefinisikan sebagai
pengaruh positif atau negatif terhadap kelompok tertentu, institusi, konsep atau objek
sosial. Pengukuran sikap untuk menduga kemampuan guna menempatkan individu
pada kontinum kesukaan-ketidaksukaan terhadap objek. Ada empat tipe skala sikap
yang umum digunakan.
a. Summated rating scales (Skala Likert)
Skala Likert, sebagai metode untuk mengukur sikap, merupakan salah satu
tipe skala yang digunakan oleh sebagian besar peneliti dan memberikan hasil yang
baik. Skala Likert menilai sikap terhadap suatu hal dengan membuat pernyataan
kepada responden untuk mengindikasikan apakah responden menunjukan respon
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak berpendapat (TB), tidak setuju (TS), dan
sangat tidak setuju (STS) terhadap pernyataan tentang hal-hal tersebut. Skala
Likert dikonstruksi dengan mengumpulkan sejumlah pernyataan tentang suatu
objek, setengah dari jumlah pernyataan tentang kesukaan dan setengahnya lagi
tentang pernyataan ketidaksukaan terhadap suatu objek. Hal yang penting adalah
bahwa pernyataan-pernyataan ini merakit suatu contoh representatif tentang
semua pendapat atau sikap yang mungkin terhadap suatu objek. Hal yang
mungkin sangat membantu adalah memikirkan semua subtopik yang berhubungan
dengan objek sikap dan kemudian menuliskan item-item pada setiap subtopik.
Selanjutnya item-item ini divalidasi oleh orang yang memiliki pengetahuan dan
mengerti batasan sikap positif dan negatif.
Pernyataan, sepanjang kontinum setuju-tidak setuju, dipresensikan kepada
subjek. Pernyataan harus disusun secara acak untuk menjamin bahwa respon
mengena pada subjek. Untuk menskor skala, kategori respon harus berbobot. Bagi
item pernyataan kesukaan atau positif, nilai bilangan berturut-turut 5, 4, 3, 2, 1,
disusun untuk kategori respon yang dimulai dengan pernyataan positif. Sangat
setuju diberi nilai 5, sedangkan sangat tidak setuju diberi nilai 1. Bagi item
pernyataan ketidaksukaan atau negatif merupakan kebalikannya, sangat setuju
diberi nilai 1, sedangkan sangat tidak setuju diberi nilai 5. Misalnya, mengukur
sikap peserta didik terhadap pelajaran kimia:
8
S
S
S T
B
TS STS
Kimia merupakan pelajaran kesukaanku 5 4 3 2 1
Saya tidak suka pelajaran kimia 1 2 3 4 5
Skala berikut ini untuk mengukur sikap sosial:
Skala Responsibilitas Sosial
1. Adalah hal tidak berguna mengkhawatirkan tentang peristiwa atau urusan
publik saat ini, saya tidak dapat berbuat sesuatu pun bagi mereka.
SS S TB *TS *STS
2. Setiap orang harus memberikan waktunya untuk kebaikan kota atau
negaranya.
*SS *S TB TS STS
3. Membuat teman kesal/sedih tidak terlalu buruk, karena saya dapat berbuat
baik kapan saja kepada semua orang.
SS S TB *TS *STS
4. Di sekolah, saya selalu menjadi sukarelawan dalam berbagai kegiatan.
*SS *S TB TS STS
Peserta didik yang sangat menyukai pelajaran kimia akan setuju dengan
pernyataan positif dan tidak setuju dengan pernyataan negatif.
Peserta didik yang setuju dengan pernyataan pertama diberi nilai 4 dan tidak
setuju dengan pernyataan kedua diberi nilai 4, jumlahnya adalah 8 (4+4) untuk
kedua item. Jumlah seluruh bobot item yang dicentang oleh subjek pada skala
akan merepresentasikan skor total individu.
Skor dengan nilai tertinggi mengindikasikan sikap positif terhadap objek. Skor
tertinggi adalah 5 dikalikan N (jumlah item) dan skor terendah 1 dikalikan N.
Setelah skala sikap diujicobakan terhadap kelompok responden, analisis item
perlu dilakukan untuk mengidentifikasi item terbaik. Paling tidak, ada tiga tipe
statistik untuk menganalisis: 1) indeks item diskriminasi, 2) bilangan dan/atau
persentase untuk setiap item yang ditandai responden, 3) mean atau standar
deviasi item. Indeks item diskriminasi menunjukkan jangkauan atau batasan
terhadap yang mana setiap item membedakan responden dalam cara yang sama
seperti total skor diskriminan. Indeks item diskriminasi dikalkulasi dengan
mengkorelasikan skor item dengan total skor skala. Setiap item akan memiliki
9
korelasi minimal 0,25 dengan skor total. Item yang memiliki korelasi sangat
rendah atau negatif akan dieliminasi karena tidak mengukur hal yang sama
sebegai skala total dan tidak berkontribusi terhadap pengukuran sikap. Statistik 2
dan 3 mengindikasikan jangkauan atau batasan terhadap yang mana responden
memiliki pilihan bervariasi. Item pada yang mana responden menyebar diantara
kategori respon yang lebih disukai akan mengumpul pada satu atau dua kategori.
Setelah memilih item yang baik, instrumen yang telah direvisi digunakan pada
kelompok subjek yang berbeda dan akan memberikan reliabilitas yang baru.
Ada beberapa kesulitan untuk menempatkan kriteria yang akan digunakan
dalam menentukan validitas skala sikap. Beberapa peneliti menggunakan
observasi perilaku sebagai kriteria bagi sikap yang diukur, tetapi prosedur ini
jarang sekali digunakan karena kesulitan dalam menentukan perilaku yang
bagaimana yang dapat menjadi kriteria terbaik bagi sikap dan juga kesulitan
menjamin validitas pengukuran. Salah satu cara yang paling mudah untuk
memvalidasi adalah menentukan batasan pada dua sikap yang telah diketahui akan
berbeda, misal sikap terhadap masalah aborsi.
b. Equal-appearing intervals scales (Skala Thurstone)
Thurstone mengembangkan sebuah metode bagi penyusunan spesifik nilai
skala untuk item-item sikap. Skala Likert menilai sikap dengan meminta
responden untuk mengindikasikan derajat atau tingkat kesetujuan-ketidaksetujuan
dengan serangkaian pernyataan, sedangkan skala Turstone menilai dengan
mempresentasikan pernyataan tentang suatu topik dengan rentangan dari sangat
suka, melalui sikap netral, menuju sangat tidak suka dan meminta responden
untuk memilih dari pernyataan-pernyataan ini yang mana paling mendekati
berhubunagn dengan sikap mereka sendiri. Membuat skala Thurstone meliputi
beberapa langkah, yaitu:
Mengumpulkan sejumlah besar pernyataan (50-100) yang mengekspresikan
keluasan perbedaan derajat kesukaan-ketidaksukaan terhadap objek sikap,
termasuk pernyataan netral. Pernyataan diberikan kepada sejumlah besar orang
(50 atau lebih) yang memiliki cukup pengetahuan tentang objek untuk
mengurutkan pernyataan ke dalam sebelas kategori sepanjang dimensi kesukaan-
ketidaksukaan. Kategori A berisi pernyataan yang dapat diputuskan menjadi
paling/sangat disukai, kategori B berisi pernyataan sangat disukai selanjutnya,
agak sangat disukai, dan seterusnya. Pernyataan ke enam (F) berisi pernyataan
10
netral yang memberi respek sikap netral, dan kategori K berisi pernyataan yang
paling/sangat tidak disukai.
A B C D E F G H I J K
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Menyukai Netral Tidak menyukai
Klasifikasi pernyataan menjadi kategori-kategori tidak mempunyai sesuatu
untuk dilakukan dengan sikap pemilik sikap terhadap objek psikologis, tetapi
hanya mencerminkan persepsi mereka tentang kesukaan dan ketidaksukaan
mengenai pernyataan.
Setelah keputusan dari pengukuran semua item, distribusi dari rating
keputusan disiapkan bagi setiap item. Distribusi akan menunjukkan bilangan
keputusan yang menempatkan setiap item ke dalam sebelas kategori. Sebagai
contoh, anggapan pernyataan tentang pelajaran kimia ditempatkan dalam kategori
A dengan 4 keputusan, dalam kategori B dengan 28 keputusan, dalam C dengan
32 keputusan dan dalam D dengan 16 keputusan. Ada dua nilai, yaitu median dan
Q, yang dihitung dari distribusi tersebut.
Kategori Nilai kategori KeputusanD 4 16C 3 32B 2 28A 1 4
80
Median = 2,5 + (8/32) 1 = 2,5 + 0,25
= 2,75Median dari rating (distribusi skor pengukuran item) keputusan adalah 2,75.
Ini menjadi skala nilai yang ditunjukkan untuk item tersebut. Skala nilai
mengindikasikan posisi item pada kontinum positif-negatif. Dalam hal membuat
batasan persetujuan diantara keputusan-keputusan, indeks variabilitas dihitung
untuk setiap item. Pengukuran variabilitas menggunakan Q, yaitu diviasi kuartil,
yang sama dengan setengah dari selisish persentil ke-25 dan ke-75. Q lebih
disukai daripada standar deviasi karena tidak dipengaruhi oleh skor ekstrim.
Untuk contoh diatas Q=(3,38-2,07)/2 = 0,65. Tingginya tingkat persetujuan
diantara keputusan-keputusan tentang bagaimana pernyataan disukai-tidak disukai
akan dihasilkan dengan nilai Q yang rendah. Rendahnya tingkat persetujuan di
antara keputusan-keputusan ditunjukkan dengan nilai Q yang tinggi. Item yang
11
memiliki nilai Q terlalu tinggi akan dibuang karena menyebabkan ambigu pada
skala.
Setelah skala nilai (median) dan nilai Q dihitung untuk setiap pernyataan,
langkah selanjutnya adalah memilih pernyataan untuk mewakili poin pada
kontinum kesukaan-ketidaksukaan yang didistribusikan pada nilai 1-11. Untuk
batasan bahwa skala nilai mewakili kenaikan yang sama, salah satunya harus
mencapai interval pengukuran. Jika dua atau lebih item memiliki skala nilai yang
sama, item yang memiliki nilai Q paling rendah yang dipilih. Item-item
ditempatkan dalam urutan acak pada bentuk akhir dan tentu saja, nilai-nilainya
tidak ditunjukkan pada bentuk itu sendiri. Berikut ini contoh skala Thurstone.
Skala nilai Pernyataan
1,5 Saya yakin dengan belajar kimia masa depan saya cerah.
2,3 Saya mendapat pelajaran yang berharga dari guru kimia.
3,3 Saya menikmati pelajaran kimia karena banyak
manfaatnya.
4,5 Saya yakin pelajaran kimia sangat berguna tetapi sulit
diaplikasikan.
5,6 Saya merasa belajar kimia kadang-kadang
menyenangkan, tetapi saya tidak yakin dapat
menguasainya.
6,7 Saya yakin prestasi dan kesuksesan tidak ada
hubungannya dengan pelajaran kimia.
7,4 Saya merasa belajar kimia tidak membuat saya lebih
baik.
8,3 Saya pikir pelajaran kimia membahayakan masyarakat
dan lingkungan.
9,6 Saya merasa pelajaran kimia sangat sulit dan abstrak.
11,0 Saya pikir belajar kimia tidak ada gunanya dan
membuang waktu saja.
Dalam menentukan skala Thurstone, penguji harus menginstruksikan kepada
responden untuk mencentang hanya pernyataan yang mereka setujui saja. Skor
sikap subjek merupakan rata-rata dari skala nilai (mean atau median) dari
pernyataan yang dicentang. Skor rata-rata menempatkan individu pada kontinum
kesukaan-ketidaksukaan dengan respek terhadap objek sikap. Dari contoh diatas,
12
jika seorang responden setuju dengan pernyataan yang memiliki nilai 1,5; 2,3; 3,3;
dan 4,5 dalam skala Thustone, skor sikapnya adalah 2,9 (median), yang
mengindikasikan sikap suka terhadap mata pelajaran kimia.
Jumlah sebaran skala nilai dari item sikap yang dicentang oleh beberapa
responden dapat diambil sebagai pengukur batasan atau jangkauan untuk yang
mana responden memiliki gambaran sikap yang jelas. Artinya bahwa seseorang
dengan gambaran sikap yang baik terhadap beberapa objek akan diharapkan untuk
mencentang hanya item-item yang sangat dekat dengan skala nilai. Jika respon
seseorang menyebar luas tidak berdekatan item-itemnya, dapat diasumsikan
bahwa responden memiliki ambigu atau miskin gambaran tentang sikap.
c. Cumulative scales (Skala Guttman)
Kritik terhadap skala sikap Thurstone dan Likert bahwa skala-skala ini berisi
pernyataan-pernyataan heterogen mengenai berbagai dimensi terhadap suatu objek
sikap. Sebagai contoh, pengukuran sikap terhadap perang dalam skala Thurstone,
tidak ada usaha yang dibuat untuk memisahkan pernyataan etis dari pernyataan
yang berhubungan dengan hasil ekonomis dari perang, atau yang mencerminkan
aspek-aspek yang mungkin lainnya tentang sikap terhadap perang. Sebagai hasil
dari kombinasi ini tentang beberapa dimensi dari satu skala, hal ini bisa sukar
untuk membuat beberapa interpretasi yang jelas dari skor yang diperoleh.
Guttman mengembangkan suatu teknik untuk mengatasi masalah tersebut.
Teknik Guttman, dikarakteristik sebagai suatu skala unidimensional,
bertujuan/bermaksud untuk menentukan jika sikap dipelajari secara aktual
mencakup hanya sebuah dimensi tunggal. Sebuah sikap dianggap unidimensional
hanya jika sikap itu menghasilkan suatu skala kumulatif ― salah satu dalam yang
mana item-item dihubungkan dengan yang lain dalam hal suatu cara bahwa suatu
subjek yang setuju dengan item 2 juga setuju dengan item 1, jika setuju dengan
item 3, juga setuju dengan item 1 dan 2, dan seterusnya. Dengan demikian,
individu yang menyetujui item tertentu dalam tipe skala ini akan memiliki skor
lebih tinggi pada skala total daripada yang tidak menyetujui item tersebut. Sebagai
contoh, mempertimbangkan item berikut dengan meminta responden menyetujui
atau tidak menyetujui:
1. PTA seharga dengan waktu yang dihabiskan untuk PTA itu sendiri.
2. PTA merupakan suatu pengaruh kuat bagi perbaikan sekolah.
13
3. PTA merupakan organisasi paling penting di Amerika Serikat untuk
memperbaiki sekolah.
Jika ini merupakan skala kumulatif, tentu memungkinkan untuk mengatur
semua respon dari responden menjadi tipe contoh/model. Dengan demikian, jika
diketahui skor seseorang, tentu memungkinkan untuk menceritakan secara tepat,
item mana yang disetujuinya. Sebagai contoh, semua individu dengan skor 2
meyakini bahwa PTA seharga dengan waktu yang dihabiskan untuk itu dan PTA
merupakan suatu pengaruh kuat bagi perbaikan sekolah, tetapi tidak yakin bahwa
PTA merupakan organisasi paling penting di Amerika Serikat untuk memperbaiki
sekolah. Subjek dapat diranking atau diberi peringkat menurut skala responnya.
Setuju dengan item Tidak setuju dengan item
Skor 3 2 1 3 2 1
3 X X X 0 0 0
2 0 X X X 0 0
1 0 0 X X X 0
0 0 0 0 X X X
Saat mengkonstruksi skala kumulatif, satu hal yang harus ditentukan terlebih
dahulu dari semua yaitu apakah item-item membentuk skala unidimensional.
Untuk malakukan hal ini, salah satunya menganalisis reproduksibilitas dari
respon-respon ― artinya, proporsi dari respon secara aktual jatuh ke dalam
contoh/pola. Pada dasarnya skor total, suatu prediksi yang dibuat dari pola respon
terhadap item-item tertentu. Kemudian pola aktual dari respon dipelajari dan suatu
pengukuran dibuat dari batasan terhadap yang mana respon reprodusibel dari skor
total. Salah satu teknik adalah membagi total jumlah eror dengan total jumlah
respon dan substrak dari salah satu. Guttman menyarankan 0,90 koefisien
reproduksibilitas minimum diperlukan untuk serangkaian item untuk dikenali
sebagai bentuk skala unidimensional atau kumulatif.
Beberapa pendukung bahwa skala Guttman lebih teoretis dari pada signifikan
praktis karena hal ini sulit untuk mengumpulkan item-item kriteria
reproduksibilitas yang memuaskan. Teknik ini juga dikritik karena tidak
menyarankan langkah-langkah untuk mempersiapkan atau memilih item-item.
Hanya setelah item-item dipilih dapat memutuskan reproduksibilitasnya.
d. Semantic differensial scales
14
Salah satu pendekatan pengukuran sikap adalah Semantic differensial scales
yang merupakan teknik pengukuran sikap yang dikembangkan oleh Osgood, Suci
dan Tannenbaum. Semantic differensial didasarkan pada asumsi bahwa objek
mempunyai dua jenis perbedaan makna individu, yaitu makna konotatif dan
denotatif, yang dapat dinilai secara independen. Denotatif merujuk pada makna
yang terdapat dalam kamus, sedangkan konotatif merujuk pada makna asosiasi
atau saran yang dimaksudkan oleh kata tersebut. Lebih mudah menetapkan makna
denotatif suatu objek daripada makna konotatifnya. Namun sangat mungkin untuk
mendapatkan makna konotatif dengan meminta secara langsung kepada individu
untuk menilai objek yang dimaksud menggunakan bilangan atau adjektif bipolar.
Dengan demikian makna suatu objek bagi seseorang membuat pola dari nilainya
dari objek tersebut pada skala adjektif bipolar.
Osgood dan kawan-kawan menemukan, melalui studi faktor analitik, tiga
kelompok (cluster) adjektif, yaitu evaluatif yang terdiri dari objektif seperti baik
dan buruk, potensi yang terdiri dari adjektif seperti kuat atau lemah, dan aktivitas
yang terdiri dari adjektif seperti aktif atau pasif.
Skala sikap dikonstrusi dengan memilih pasangan adjektif yang mewakili
dimensi evaluatif. Pasangan adjektif dipresensikan sepanjang tujuh kategori skala
respons dan responden langsung memberi tanda X pada salah satu dari tujuh spasi
untuk mengindikasi batasan terhadap yang mana setiap adjektif menggambarkan
objek. Sebagai contoh, andaikan seseorang ingin mengukur sikap peserta didik
kelas dua terhadap sekolah.
Sekolah
Buruk Baik
Aktif Pasif
Tajam Tumpul
Menyenangkan Tidak menyenangkan
Tidak bernilai Bernilai
Keras Lembut
Berat Ringan
Lemah Kuat
Cepat Lambat
15
Catatan untuk skala di atas bahwa pasangan adjektif didaftar pada dua sisi
untuk meminimalkan rangkaian respon. Rangkaian respon merujuk pada
kecenderungan untuk menyukai posisi tertentu dalam daftar pilihan. Seseorang
harus memiliki kecenderungan untuk memilih secra ekstrim sisi kanan dan akan
mencentang pada posisi tersebut untuk setiap item. Namun sisi skala diubah
secara acak sehingga sisi kanan tidak selalu memuat respon yang paling disukai,
kemudian individu diwajibkan untuk membaca item dan respon dalam tingkat
isinya daripada melihat posisinya. Dalam menskor semantic differensial scale,
biasanya, poin-poinnya disusun pada skala 1-7 dengan 7 mewakili respon paling
positif. Dengan demikian, item pertama pada contoh di atas, bad akan mendapat
skor 1 dan good akan mendapat skor 7 pada posisi terakhir Pada item ke 2
merupakan kebalikannya, pada ujung yang satu, active mendapat skor 7 dan ujung
yang lain passive mendapat skor 1. Nilai-nilai pada semua item ditotal dan
dilporkan skor rata-ratanya.
3. Rating Scales
Rating scales (skala penilaian) merupakan salah satu instrumen yang paling
banyak digunakan untuk pengukuran. Rating scales meliputi asesmen oleh seseorang
terhadap kinerja atau perilaku orang lain. Secara khas, penilai diminta untuk
menempatkan orang yang akan dinilai pada beberapa poin dalam kontinum atau
kategori-kategori yang menggambarkan karakteristik perilaku orang yang dinilai.
Nomor nilai dilekatkan/ditempelkan pada poin atau ketagori tersebut. Penilai
diasumsikan telah terbiasa dengan ciri khas perilaku individual. Rating scales banyak
digunakan dalam penelitian tentang perkembangan anak dan aspek-aspek perilaku
lainnya.
Ada beberapa jenis rating scales, salah satu yang sering digunakan adalah
skala grafik, dimana penilai secara sederhana menempatkan tanda centang pada poin
yang sesuai di atas garis horizontal yang berjalan dari salah satu perilaku ekstrim ke
perilaku ekstrim lainnya. Misalnya:
Rendah Sedang Tinggi
Penampilan kepibadian
Kemampuan sosial (dapat diterima)
Kemampuan berbicara
(komunikasi)
16
Penilai dapat mencentang beberapa poin dalam garis bersambung. Pada
beberapa skala grafik pembuat tes menyusun nomor nilai menjadi poin-poin deskriftif.
Misalnya, numerical rating scales:
1 2 3 4 5 6 7
One of the
poorest
speaker
An
average
speaker
One of the
very best
speaker
Jenis kedua dari rating scales yaitu skala kategori, yang terdiri dari sejumlah
kategori yang disusun dalam suatu seri orde. Lima sampai tujuh kategori yang banyak
digunakan. Penilai menyeleksi salah satu pilihan terbaik yang mencirikan perilaku
orang yang dinilai. Misalnya, penilai hendak menilai kemampuan peserta didik dan
salah satu karakteristik yang akan dinilai yaitu kreativitas, maka item kategorinya
meliputi, antara lain:
Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu)
Luar biasa kreatif
Sangat kreatif
Kreatif
Tidak kreatif
Sama sekali tidak kreatif
Kadang-kadang frase deskriptifnya diringkas sebagai berikut:
Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu)
Selalu mempunyai ide kreatif
Mempunyai banyak ide kreatif
Kadang-kadang mempunyai ide kreatif
Jarang sekali mempunyai ide kreatif
Dalam menggunakan skala grafik dan skala kategori, penilai membuat
keputusan tanpa membandingkan secara langsung orang yang dinilai dengan
seseorang atau sekelompok orang lain. Dalam rating scales komparatif, pada sisi yang
lain, penilai diinstruksikan untuk membuat keputusan dengan refrensi langsung ke
posisi yang lain yang dengannya individu tersebut dibandingkan. Posisi dalam rating
scales didefinisikan dalam istilah populasi yang ditentukan dengan karakteristik yang
diketahui. Rating scale komparatif ditunjukkan sebagai berikut:
17
Kompetensi yang akan dinilai
Lua
r bi
asa
rend
ah
Leb
ih r
enda
h da
ri
keba
nyak
an p
eser
ta
didi
k
Rat
a-ra
ta d
iant
ara
pese
rta
didi
k
Leb
ih b
aik
dari
ke
bany
akan
Sup
erio
r
Lua
r bi
asa
supe
rior
Apakah peserta didik menunjukkan kepercayaan diri yang pasti dan tujuan profesional yang pantas?Apakah peserta didik memecahkan masalah dengan cara konstruktif?Apakah peserta didik kritis dan menggunakan cara-cara konstruktif?
Misalnya, skala akan digunakan untuk menyeleksi penerimaan peserta didik yang
baru saja lulus. Penilai diminta untuk memutuskan kemampuan calon untuk
melakukan pekerjaan yang dibandingkan dengan semua peserta didik yang diketahui
penilai. Jika rating valid, maka keputusan memiliki pengertian tentang range dan
distribusi kemampuan kelompok total dari lulusan.
Semua teknik penilaian (rating) harus mempertimbangkan error (kesalahan),
yang dikurangi dengan validitas dan reliabilitas. Error yang paling sering terjadi yaitu
efek halo, yang terjadi ketika penilai mengijinkan generalisasi kesan subjek untuk
mempengaruhi penilaian terhadap perilaku.Misalnya, guru menilai seorang peserta
didik yang memiliki prestasi yang baik di sekolah (disukai guru), sehingga memberi
nilai baik terhadap aspek kecerdasan, popularitas, kejujuran, kerja keras, dan semua
aspek lainnya, sedangkan peserta didik yang memiliki prestasi rendah (kurang disukai
guru) diberi nilai rendah untuk semua aspek.
Tipe error yang lain yaitu error generositas, yang menunjukkan
tendensi/kecenderungan untuk memberikan keuntungan bagi subjek. Sebaliknya tipe
error of severity, penilai cenderung memberi nilai terlalu rendah untuk semua aspek
atau karakteristik.
Salah satu cara mengurangi error, penilai perlu dilatih atau melatih diri
sebelum diminta untuk menilai. Mereka harus diinformasikan tentang kemungkinan
kesalahan yang dapat dilakukan. Hal yang paling penting yaitu penilai harus memiliki
18
waktu yang cukup untuk mengamati perlilaku peserta didik. Cara yang lain, tiap
perilaku dan poin yang akan dinilai harus didefinisikan dengan jelas.
Reliabilitas rating scales biasanya meningkat oleh penilai yang membuat penialian
independen pada individu. Penilaian independen dikutubkan atau dirata-rata untuk
memperoleh nilai akhir.
4. Teknik Sosiometri
Teknik sosiometri digunakan untuk mempelajari organisasi kelompok sosial.
Prosedur dasar, namun dapat dimodifikasi dalam beberapa cara, meliputi proses
meminta anggota kelompok tertentu untuk mengindikasikan pilihan pertama, kedua,
ketiga dan seterusnya untuk mencocokan berdasarkan kriteria tertentu, biasanya
beberapa aktivitas tertentu. Sebagai contoh, setiap peserta didik dalam kelompok
belajar atau kelas diminta untuk memilih dua peserta didik lainnya yang mereka suka
sebagai teman belajar, teman makan bersama, atau teman bermain. Metode sosiometri
terutama sekali meneliti tentang pilihan yang dibuat oleh setiap orang dalam
kelompok tertentu. Pilihan yang diperoleh diplotkan pada sosiogram, yang
menggambarkan pola interaksi antar individu dalam kelompok.
Seperti terlihat pada gambar, Fred paling sering dipilih sebagai anggota kelompok,
bisa dianggap sebagai ‘bintang’ kelas. Catatan bahwa Pat, Ann dan John saling
memilih satu sama lain. Ini mewakili kelompok orang yang mempunyai kesukaan
yang sama, yaitu tiga atau lebih individu yang saling memilih satu sama lain. Bill
tidak ada yang memilih, ia seorang yang terisolasi. Pilihan-pilihan ditampilkan dalam
sosiogram yang dapat dikuantifikasi dan digunakan untuk tujuan penelitian.
19
Ann
Pat
John
Sue Tony
Fred
Jane Bill
Metode sosiometri secara luas digunakan dalam penelitian psikologi sosial dan
juga dalam penelitian pendidikan, dimana status sosiometri dapat dipelajari dalam
hubungannya dengan variabel lainnya, seperti kemampuan mental, prestasi, dan
peserta didik yang disukai guru.
5. Observasi atau pengamatan langsung
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena. Alat yang digunakan dalam
melakukan observasi disebut pedoman observasi. Tujuan utama observasi adalah (1)
untuk mengumpulkan data mengenai suatu fenomena baik berupa peristiwa maupun
tindakan, baik dalam situasi sesungguhnya maupun dalam situasi buatan, (2) untuk
mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik), interaksi
antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktot yang dapat diamati lainnya terutama
ranah sosial (social domain) dan ranah afektif. Dalam evaluasi pembelajaran,
observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti
tingkah laku pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain-lain.
Observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar,
suasana kelas, hubungan sesama guru, hubungan sesama peserta didik, hubungan guru
dengan peserta didik, dan perilaku lainnya. Namun, observasi memiliki banyak
kelemahan, terutama dalam pelaksanaan, karena untuk mengamati individu maupun
kelompok adalah pekerjaan yang tidak mudah. Masalah validitas dan reliabilitas
instrumen, karena kemungkinan melakukan penilaian subjektif oleh pengamat cukup
besar.
C. Nilai-nilai Menurut Depdiknas
NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari
20
dirinya
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki
7. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8. Demokratis cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
9. Rasa Ingin Tahu
sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar
10. Semangat Kebangsaan
cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
18. Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME
21
Nilai-nilai tersebut bila dimasukkan dalam mata pelajaran IPA maka deskripsinya perlu
disesuaikan dengan objek pelajaran IPA.
NILAI Contoh atau indikator
1. Religius 1. Melakukan eksperimen atau penelitian untuk mengungkapkan rahasia ciptaan Tuhan.
2. Memperlakukan makhluk hidup sebagai ciptaan Tuhan, misalnya eksperimen pada hewan dilakukan sesuai prosedur.
2. Jujur 1. Melaporkan hasil percobaan apa adanya.2. Tidak plagiat, mencatumkan sumber asli.
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja Keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu
10. Semangat Kebangsaan
11. Cinta Tanah Air
12. Menghargai Prestasi
13. Bersahabat/Komuniktif
14. Cinta Damai
15. Gemar Membaca
16. Peduli Lingkungan
17. Peduli Sosial
18. Tanggung-jawab
D. Kesimpulan
22
Ranah afektif dan ranah sosial perlu dipisahkan karena merupakan dua hal yang berbeda
walaupun saling berhubungan. Kompetensi dalam ranah sosial perlu dikembangkan
karena berhubungan dengan kompetensi dalam ranah afektif. Tidak semua nilai-nilai
yang dimaksudkan oleh Depdiknas dapat dimasukkan ke dalam pelajaran IPA. Ranah
afektif dan ranah sosial dalam IPA dikembangkan berdasarkan konten dan objek
pelajaran IPA. Inventori, skala sikap, rating scales dan sosiometri merupakan teknik-
teknik pengukuran kompetensi afektif dan sosial yang sering digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
_____. (2011). Krathwohl's taxonomy of affective ranah. Artikel. Diambil pada tanggal 17 Oktober 2011, dari http://classweb.gmu.edu/ndabbagh/ Resources/Resources2/ krathstax.html.
Ary, D. (1985). Introduction to research in Education (3th ed.). USA: College Publishing.
Dettmer, P. (2006). New Blooms in established fields: four ranahs of learning and doing. ProQuest Education Journals, 28, 2, 70-78.
Koballa, T. (2011). The Affective Ranah in Science Education. Artikel. Diambil pada tanggal 17 Oktober 2011, dari http://serc.carleton.edu/ NAGTWorkshops/affective/ framework.html.
Wikipedia. (21 Juni 2011). Taksonomi Bloom. Artikel. Diambil pada tanggal 17 Oktober 2011, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom.
23
LampiranRating scales
Rendah Sedang TinggiPenampilan kepibadianKemampuan sosial (dapat diterima)Kemampuan berbicara (komunikasi)
Rating scales dengan skala kategori yang disusun dalam suatu seri urutan.Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu)
Luar biasa kreatif
Sangat kreatif
Kreatif
Tidak kreatif
Sama sekali tidak kreatif
Kadang-kadang frase deskriptifnya diringkas sebagai berikut:
Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu)
Selalu mempunyai ide kreatif
Mempunyai banyak ide kreatif
Kadang-kadang mempunyai ide kreatif
Jarang sekali mempunyai ide kreatif
Rating scales komparatif
Kompetensi yang akan dinilai
Lua
r bi
asa
rend
ah
Leb
ih r
enda
h da
ri
keba
nyak
an p
eser
ta
didi
k
Rat
a-ra
ta d
iant
ara
pese
rta
didi
k
Leb
ih b
aik
dari
ke
bany
akan
Sup
erio
r
Lua
r bi
asa
supe
rior
Apakah peserta didik
24
menunjukkan kepercayaan diri yang pasti dan tujuan profesional yang pantas?Apakah peserta didik memecahkan masalah dengan cara konstruktif?Apakah peserta didik kritis dan menggunakan cara-cara konstruktif?
25