nilai nilai afektif dan sosial

31
Nilai-nilai Afektif dan Sosial A. Pendahuluan Benjamin Bloom mengkategorikan tujuan pendidikan ke dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor ( Wikipedia, 2011). Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan pengertian. Ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, dan motivasi. Ranah psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti menulis, melakukan, menggunakan, dan mengoperasikan. B. Ranah Afektif dan Ranah Sosial Taksonomi pendidikan yang dikembangkan oleh Bloom, Krathwhol, dan para kolabolator digunakan untuk merencanakan objektif instruksional, merancang kurikulum, dan merencanakan pencapaian. Pengembangannya meliputi ranah kognitif, psikomotorik, afektif dan sosial. Selanjutnya keempat ranah ini disintesis menjadi kesatuan yang disebut ranah terpadu (unified domain) (Dettmer, 2006). Afektif (dari bahasa Latin affectus, yang berarti "perasaan") mencakup sejumlah konstruksi, seperti sikap, nilai, kepercayaan, pendapat, minat, dan motivasi (Koballa, 2011). Sikap (dalam bahasa Inggris attitude) dapat diartikan cara berpikir. Sikap umumnya didefinisikan sebagai kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap benda, orang, tempat, peristiwa, dan gagasan. Ranah afektif pada awalnya diklasifikasikan berdasarkan objektif sikap dan emosi. Tingkatan ranah afektif menurut Krathwohl ada lima, yaitu receiving (menerima), responding (menanggapi), valuing (menilai), organization (organisasi), dan characterization (karakterisasi) (_____,2011). Kemudian, ranah afektif diperluas mencakup internalize (internalisasi nilai-nilai), wonder (rasa ingin tahu), dan aspire (mencita- citakan) (Dettmer, 2006). Dettmer menambahkan ranah sosial ke dalam taksonomi Bloom yang baru. Hal ini sangat beralasan, karena kemampuan afektif seseorang merupakan faktor internal yang berkaitan dengan perasaan dan proses merasakan dalam diri 1

Upload: unpar

Post on 28-Nov-2014

5.397 views

Category:

Education


7 download

DESCRIPTION

Makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Nilai nilai afektif dan sosial

Nilai-nilai Afektif dan Sosial

A. Pendahuluan

Benjamin Bloom mengkategorikan tujuan pendidikan ke dalam ranah kognitif, afektif

dan psikomotor (Wikipedia, 2011). Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan pengertian. Ranah

afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti

minat, sikap, dan motivasi. Ranah psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan

aspek keterampilan motorik seperti menulis, melakukan, menggunakan, dan

mengoperasikan.

B. Ranah Afektif dan Ranah Sosial

Taksonomi pendidikan yang dikembangkan oleh Bloom, Krathwhol, dan para

kolabolator digunakan untuk merencanakan objektif instruksional, merancang kurikulum,

dan merencanakan pencapaian. Pengembangannya meliputi ranah kognitif, psikomotorik,

afektif dan sosial. Selanjutnya keempat ranah ini disintesis menjadi kesatuan yang disebut

ranah terpadu (unified domain) (Dettmer, 2006). Afektif (dari bahasa Latin affectus, yang

berarti "perasaan") mencakup sejumlah konstruksi, seperti sikap, nilai, kepercayaan,

pendapat, minat, dan motivasi (Koballa, 2011). Sikap (dalam bahasa Inggris attitude)

dapat diartikan cara berpikir. Sikap umumnya didefinisikan sebagai kecenderungan untuk

merespon secara positif atau negatif terhadap benda, orang, tempat, peristiwa, dan

gagasan.

Ranah afektif pada awalnya diklasifikasikan berdasarkan objektif sikap dan emosi.

Tingkatan ranah afektif menurut Krathwohl ada lima, yaitu receiving (menerima),

responding (menanggapi), valuing (menilai), organization (organisasi), dan

characterization (karakterisasi) (_____,2011). Kemudian, ranah afektif diperluas

mencakup internalize (internalisasi nilai-nilai), wonder (rasa ingin tahu), dan aspire

(mencita-citakan) (Dettmer, 2006). Dettmer menambahkan ranah sosial ke dalam

taksonomi Bloom yang baru. Hal ini sangat beralasan, karena kemampuan afektif

seseorang merupakan faktor internal yang berkaitan dengan perasaan dan proses

merasakan dalam diri seseorang, sedangkan kemampuan sosial berkaitan erat dengan

sosial budaya dan proses interaksi seseorang dengan orang lain di sekitar atau lingkungan

sekitar. Kemampuan seseorang untuk merasakan hal-hal positif dan negatif dapat

memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap sikap seseorang.

1

Page 2: Nilai nilai afektif dan sosial

Tabel 1. New Bloom’s Taxonomy : Mengembangkan Potensi dalam Empat Ranah dengan Keterpaduan untuk Belajar dan Melakukan

Ranah Kognitif Afektif Sensorimotor Sosial Keterpaduan

Proses berpikir merasakan mengindera dan bergerak

berinteraksi melakukan

Isi intelektual perasaan fisik sosialbudaya holistik/menyeluruhTujuan memperluas pemikiran menumbuhkan perasaan mengolah indera dan

gerakanmemperkaya relasi mengoptimalkan

potensiSasaran untuk mendapatkan

pengetahuanuntuk mengembangkan pemahaman diri

untuk memelihara ekspresi diri

untuk menumbuhkan sosialisasi

untuk mewujudkan pemenuhan diri

Sumber : Peggy Dettmer, 2006

Tabel 2. Fase-fase dalam New Bloom’s Taxonomy

Dasar Cognizant/tahu,sadar Sentient/kepekaan Conscious/sadar Aware/menyadari Viable/dapat hidup terusFase 1 mengetahui menerima mengamati berhubungan melihat, merasa, mengerti

Fase 2 memahami menanggapi bereaksi berkomunikasi mengetahui, memahami, mengerti

Fase 3 menerapkan menilai,menghargai bertindak,melakukan berpartisipasi menggunakanFase 4 menganalisis mengorganisasi menyesuaikan berdiskusi membedakanFase 5 mengevaluasi menginternalisasikan membuktikan memutuskan mengesahkanFase 6 mensintesis, mempersatukan mengkarakterisasi menyelaraskan berkolaborasi mengintegrasikanFase 7 membayangkan,

menduga,menebakingin tahu, heran, mengagumi

mempertunjukan berinisiasi, memulai berusaha, berani mengambil risiko,berspekulasi

Fase 8 menciptakan mencita-citakan berinovasi berubah memulai, membangun, menghasilkan

Sumber : Peggy Dettmer, 2006

2

Page 3: Nilai nilai afektif dan sosial

Penilaian ranah afektif dan ranah sosial menggunakan bentuk penilaian formatif.

Metode untuk penilaian formatif ranah afektif dan ranah sosial dapat menggunakan

beberapa bentuk instrumen pengukuran yang tergantung pada apa yang ingin diukur.

1. Pengukuran Kepribadian

Pengukuran kepribadian dikonsentrasikan bukan pada tes intelektual atau kompetensi

kognitif. Ada beberapa tipe pengukuran kepribadian, masing-masing tipe

merefleksikan teori dengan sudat pandang yang berbeda. Beberapa tipe merefleksikan

teori sifat dan tipe kepribadian, sedangkan beberapa yang lain merefleksikan teori

psikoanalitik dan motivasi. Pendidik harus tahu dengan tepat tentang hal yang akan

diukur dan jenis instrumen yang akan digunakan, dengan memperhatikan bukti

validitas.

a. Inventori

Dalam inventori, subjek yang dipresentasi dengan suatu luasan kumpulan

pernyataan yang menggambarkan contoh perilaku dan yang dimaksudkan untuk

mengindikasikan apakah setiap pernyataan merupakan karakteristik perilaku

mereka atau tidak, dengan memberi tanda ya, tidak atau tidak pasti. Skor

dikomputasi dengan menghitung jumlah respons yang setuju dengan sifat yang

penguji ukur. Daftar pernyataan disusun dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini

mirip wawancara terstruktur dan peneliti menanyakan pertanyaan yang sama

untuk setiap orang, dan jawaban biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah

dinilai, biasanya dengan bantuan komputer.

Beberapa inventori kepribadian hanya mengukur satu sifat, misalnya

California F-Scale untuk mengukur autoritarianisme, Cattell's Sixteen Personalitg

Factor Queslionnoire untuk mengukur sejumlah sifat, Minnesota Multiphasic

Personality lnventory, Guilford-Zimerman Temperament Survey, Mooney

Problem Check List, dan Edwards Personal Preference Schedule. Menurut

Atkinson dan kawan-kawan, investori kepribadian mungkin dirancang untuk

menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan) atau beberapa

sifat kepribadian secara keseluruhan. Investori kepribadian yang terkenal dan

banyak digunakan untuk menilai kepribadian seseorang ialah: (a) Minnesota

Multiphasic Personality Inventory (MMPI), (b) Rorced-Choice Inventories, dan

(c) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale).

1) Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)

3

Page 4: Nilai nilai afektif dan sosial

MMPI terdiri atas kira-kira 550 pernyataan tentag sikap, reaksi

emosional, gejala fisik dan psikologis, serta pengalaman masa lalu. Subjek

menjawab tiap pertanyaan dengan menjawab “benar”, “salah”, atau “tidak

dapat mengatakan”. Pada prinsipnya, jawaban mendapat nilai menurut

kesesuaiannya dengan jawaban yang diberikan oleh orang-orang yang

memiliki berbagai macam masalah psikologi. MMPI dikembangkan guna

membantu klinis dalam mendiagnosis gangguan kepribadian. Para perancang

tes tidak menentukan sifat mengukurnya, tetapi memberikan ratusn pertanyaan

tes untuk mengelompokkan individu. Tiap kelompok diketahui berbeda dari

normalnya menurut kriteria tertentu. Kelompok kriteria terdiri atas individu

yang telah dirawat dengan diagnosis gangguan paranoid. Kelompok kontrol

terdiri atas orang yang belum pernah didiagnosis menderita masalah psikiatrik,

tetapi mirip dengn kelompok kriteria dalah hal usia, jenis kelamin, status

sosioekonomi, dan variabel penting lain.

2) Rorced-Choice Inventories

Rorced-Choice Inventories atau Inventori Pilihan-Paksa termasuk

klasifikasi tes yang volunter. Suatu tes dikatakan volunter bila subjek dapat

memilih pilihan yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan itu benar,

tidak ada yang salah (Muhadjir,1992). Subjek, dalam hal ini, diminta memilih

pilihan yang lebih disukai, lebih sesuai, lebih cocok dengan minatnya,

sikapnya, atau pandangan hidupnya.

3) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale)

H-W Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian

Rosanoff (Muhadjir, 1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam

komponen, yang lebih banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu:

a) Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih

mengarah pada khayalan.

b) Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan

bahwa dirinya penting.

c) Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar.

d) Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan pesimisme.

e) Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal.

f) Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus.

4

Page 5: Nilai nilai afektif dan sosial

H-W Temperament Scale tersusun dalam sejumlah item yang berfungsi

untuk memilahkan kelompok yang patologik dari kelompok penderita

hysteroid, misalnya, diasumsikan memiliki mental kriminal.

Inventori telah digunakan dalam penelitian pendidikan untuk memperoleh

deskripsi sifat yang menggambarkan kelompok tertentu, misalnya kelompok

dibawah rata-rata, kelompok dropout, kelompok minoritas dan sebagainya.

Beberapa penelitian dikonsentrasikan untuk melihat hubungan antara sifat

kepribadian dengan beberapa variabel seperti kecerdasan, prestasi, dan sikap.

Inventori memiliki keuntungan yaitu murah, sederhana dan objektif.

Kelemahannya berkaitan dengan masalah validitas. Validitasnya tergantung pada

kemampuan responden membaca dan memahami item-itemnya, pengenalannya

akan diri sendiri, dan khususnya keinginan mereka menjawab dengan jujur dan

terbuka. Berdasarkan pada hasil, informasi yang diperoleh dari inventori mungkin

hanya permukaannya saja atau bias. Kemungkinan ini semestinya dimasukkan ke

dalam laporan ketika hasil diperoleh dari instrumen.

b. Teknik Proyektif

Dalam tes-tes kepribadian dengan pendekatan proyektif, individu memberikan

respon pada stimulus yang tidak terstruktur dan ambigu, dimana hal ini berbeda

dengan tes objektif yang memuat beberapa pertanyaan berstruktur. Sehingga

diharapkan dengan menggunakan tes proyektif, individu secara tidak sadar akan

mengungkap dan menggambarkan struktur dan dinamika kepribadiannya.

Teknik proyektif yang banyak dikenal dan digunakan secara luas oleh ahli

psikologi yaitu tes Rorschach, Thematic Apperception Test (TAT), Children’s

Apperception Test (CAT), Draw-A-Person (DAP), Make-A-Picture Story

(MAPS), Michigan Picture Story Test, dan Sentence Completion Test. Berikut

adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tes-tes tersebut:

1) Thematic Apperception Test (TAT)

TAT adalah yang dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena

menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang ambigu dan

subjek yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera.

Subjek diminta untuk mengatakan sebagai sebuah cerita yang dramatis.

2) Children’s Apperception Test (CAT)

Bentuk lain dari TAT adalah CAT (Children’s Apperception Test),

yang digunakan untuk anak-anak. CAT menampilkan sepuluh gambar

5

Page 6: Nilai nilai afektif dan sosial

binatang dalam konteks sosial manusia seperti memainkan game atau tidur di

tempat tidur. Pada saat ini, versi ini dikenal sebagai CAT atau CAT-A

(gambar binatang).

3) Michigan Picture Story Test (MPST)

Tes ini hampir sama dengan kedua tes diatas dan terdiri dari material

yang menggambarkan anak-anak dalam hubungannya dengan orang tua,

polisi, dan figur otoriter lainnya, juga teman-teman. Tes ini sangat bermanfaat

dalam melihat struktur dari sikap anak-anak terhadap orang dewasa dan

teman-teman sekaligus mengevaluasi masalah yang mungkin timbul.

4) Make-A-Picture Story (MAPS)

Tes ini juga hampir sama dengan MPST dalam interpretasi dan tujuan

yang dimiliki. Perbedaannya, individu boleh memilih karakter yang ada untuk

membuat sebuah cerita berdasarkan situasi yang ada.

5) Figure Drawing

Dalam tes ini, kemampuan menggambar bukanlah faktor utama. Salah

satu bentuk tesnya adalah Draw-A-Person (DAP), dimana individu diminta

untuk menggambar seorang lelaki dan perempuan menggunakan pensil dan

kertas.

6) Incomplete Sentence Test

Dalam metode proyektif ini, terdiri dari sejumlah kalimat tidak lengkap

yang disajikan untuk dilengkapi. Biasanya bukan merupakan tes standar dan

tidak diperlakukan secara kuantitatif. Penting sebagai bahan pertimbangan

dalam situasi klinis yang memiliki asumsi bahwa respon individu terhadap

stimulus yang ambigu merupakan proyeksi dari hal-hal yang ada dalam

ketidaksadaran. Respon yang diberikan subjek dapat memberikan gambaran

area konflik, termasuk juga kelebihan dan kekurangan dari kepribadian subjek.

7) Competency Screening Test

Diberikan kepada individu yang menjadi terdakwa untuk mempelajari

interscorer kehandalan dan validitas prediktif tentang status mental atau

inteligensi individu terkait dengan kasus individu yang sedang terjadi. Tes

juga secara signifikan membedakan antara individu yang dikategorikan oleh

praktisi sebagai tidak berkompetensi secara mental dan yang dikategorikan

sebagai kompeten dalam sidang kasus yang dijalani.

6

Page 7: Nilai nilai afektif dan sosial

8) Rorschach Test

Rorschach test juga dikenal sebagai tes inkblot Rorschach atau sekadar

tes Inkblot adalah sebuah tes psikologi di mana subjek mempersepsi sebuah

bentuk gambar tinta yang dicatat dan kemudian dianalisis dengan

menggunakan interpretasi psikologis. Beberapa psikolog menggunakan tes ini

untuk memeriksa kepribadian seseorang baik karakteristik maupun fungsi

emosional. Telah digunakan untuk mendeteksi gangguan pikiran yang

mendasari individu, terutama dalam kasus-kasus di mana pasien tidak mau

untuk menggambarkan proses berpikir mereka secara terbuka. Tes ini

mengambil namadari penciptanya yaitu psikolog dari Swiss, Hermann

Rorschach.

Teknik proyektif digunakan terutama dalam psikologi klinis untuk

mempelajari dan mendiagnosis masalah emosional seseorang. Teknik ini

jarang digunakan dalam pendidikan karena kebutuhannya lebih mengarah

untuk latihan administrasi dan penskoran. Para ahli juga kurang puas terhadap

masalah validitas instrumennya.

2. Skala Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku seseorang, subjek atau

objek untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu terhadap

dunia di sekitarnya. Guru perlu mengetahui norma-norma yang ada pada peserta didik

bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata

pelajaran dan lingkungan sekolah. Jika terdapat sikap peserta didik yang negatif, guru

perlu mencari suatu cara dan teknik tertentu untuk menempatkan sikap negatif itu

menjadi sikap yang positif. Dalam mengukur sikap, guru hendaknya memperhatikan

tiga komponen sikap yaitu (1) kognisi, berkenaan dengan pengetahuan peserta didik

tentang objek, (2) Afeksi, berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap objek,

(3) Konasi, berkenaan dengan kecenderungan berperilaku peserta didik. Disamping

itu guru juga harus memilih salah satu model skala sikap.

Skala merupakan seperangkat bilangan untuk menyatakan nilai yang

dikenakan pada subjek, objek, atau perilaku bagi tujuan quantifikasi dan pengukuran

kualitas. Skala digunakan untuk mengukur sikap, nilai dan karakter lainnya. Skala-

skala ini berbeda dari tes dalam hal hasil dari instrumen, tidak seperti tes-tes pada

umumnya, instrumen tidak mengindikasikan kesuksesan atau kegagalan, kelemahan

7

Page 8: Nilai nilai afektif dan sosial

atau kekuatan. Instrumen mengukur derajat karakteristik proses ketertarikan individu.

Misalnya, mengukur sikap peserta didik terhadap pelajaran kimia.

Pengembangan skala untuk mengukur sikap, nilai, dan karakter lainnya dapat

meliputi berbagai teknik yang berbeda-beda. Sikap dapat didefinisikan sebagai

pengaruh positif atau negatif terhadap kelompok tertentu, institusi, konsep atau objek

sosial. Pengukuran sikap untuk menduga kemampuan guna menempatkan individu

pada kontinum kesukaan-ketidaksukaan terhadap objek. Ada empat tipe skala sikap

yang umum digunakan.

a. Summated rating scales (Skala Likert)

Skala Likert, sebagai metode untuk mengukur sikap, merupakan salah satu

tipe skala yang digunakan oleh sebagian besar peneliti dan memberikan hasil yang

baik. Skala Likert menilai sikap terhadap suatu hal dengan membuat pernyataan

kepada responden untuk mengindikasikan apakah responden menunjukan respon

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak berpendapat (TB), tidak setuju (TS), dan

sangat tidak setuju (STS) terhadap pernyataan tentang hal-hal tersebut. Skala

Likert dikonstruksi dengan mengumpulkan sejumlah pernyataan tentang suatu

objek, setengah dari jumlah pernyataan tentang kesukaan dan setengahnya lagi

tentang pernyataan ketidaksukaan terhadap suatu objek. Hal yang penting adalah

bahwa pernyataan-pernyataan ini merakit suatu contoh representatif tentang

semua pendapat atau sikap yang mungkin terhadap suatu objek. Hal yang

mungkin sangat membantu adalah memikirkan semua subtopik yang berhubungan

dengan objek sikap dan kemudian menuliskan item-item pada setiap subtopik.

Selanjutnya item-item ini divalidasi oleh orang yang memiliki pengetahuan dan

mengerti batasan sikap positif dan negatif.

Pernyataan, sepanjang kontinum setuju-tidak setuju, dipresensikan kepada

subjek. Pernyataan harus disusun secara acak untuk menjamin bahwa respon

mengena pada subjek. Untuk menskor skala, kategori respon harus berbobot. Bagi

item pernyataan kesukaan atau positif, nilai bilangan berturut-turut 5, 4, 3, 2, 1,

disusun untuk kategori respon yang dimulai dengan pernyataan positif. Sangat

setuju diberi nilai 5, sedangkan sangat tidak setuju diberi nilai 1. Bagi item

pernyataan ketidaksukaan atau negatif merupakan kebalikannya, sangat setuju

diberi nilai 1, sedangkan sangat tidak setuju diberi nilai 5. Misalnya, mengukur

sikap peserta didik terhadap pelajaran kimia:

8

Page 9: Nilai nilai afektif dan sosial

S

S

S T

B

TS STS

Kimia merupakan pelajaran kesukaanku 5 4 3 2 1

Saya tidak suka pelajaran kimia 1 2 3 4 5

Skala berikut ini untuk mengukur sikap sosial:

Skala Responsibilitas Sosial

1. Adalah hal tidak berguna mengkhawatirkan tentang peristiwa atau urusan

publik saat ini, saya tidak dapat berbuat sesuatu pun bagi mereka.

SS S TB *TS *STS

2. Setiap orang harus memberikan waktunya untuk kebaikan kota atau

negaranya.

*SS *S TB TS STS

3. Membuat teman kesal/sedih tidak terlalu buruk, karena saya dapat berbuat

baik kapan saja kepada semua orang.

SS S TB *TS *STS

4. Di sekolah, saya selalu menjadi sukarelawan dalam berbagai kegiatan.

*SS *S TB TS STS

Peserta didik yang sangat menyukai pelajaran kimia akan setuju dengan

pernyataan positif dan tidak setuju dengan pernyataan negatif.

Peserta didik yang setuju dengan pernyataan pertama diberi nilai 4 dan tidak

setuju dengan pernyataan kedua diberi nilai 4, jumlahnya adalah 8 (4+4) untuk

kedua item. Jumlah seluruh bobot item yang dicentang oleh subjek pada skala

akan merepresentasikan skor total individu.

Skor dengan nilai tertinggi mengindikasikan sikap positif terhadap objek. Skor

tertinggi adalah 5 dikalikan N (jumlah item) dan skor terendah 1 dikalikan N.

Setelah skala sikap diujicobakan terhadap kelompok responden, analisis item

perlu dilakukan untuk mengidentifikasi item terbaik. Paling tidak, ada tiga tipe

statistik untuk menganalisis: 1) indeks item diskriminasi, 2) bilangan dan/atau

persentase untuk setiap item yang ditandai responden, 3) mean atau standar

deviasi item. Indeks item diskriminasi menunjukkan jangkauan atau batasan

terhadap yang mana setiap item membedakan responden dalam cara yang sama

seperti total skor diskriminan. Indeks item diskriminasi dikalkulasi dengan

mengkorelasikan skor item dengan total skor skala. Setiap item akan memiliki

9

Page 10: Nilai nilai afektif dan sosial

korelasi minimal 0,25 dengan skor total. Item yang memiliki korelasi sangat

rendah atau negatif akan dieliminasi karena tidak mengukur hal yang sama

sebegai skala total dan tidak berkontribusi terhadap pengukuran sikap. Statistik 2

dan 3 mengindikasikan jangkauan atau batasan terhadap yang mana responden

memiliki pilihan bervariasi. Item pada yang mana responden menyebar diantara

kategori respon yang lebih disukai akan mengumpul pada satu atau dua kategori.

Setelah memilih item yang baik, instrumen yang telah direvisi digunakan pada

kelompok subjek yang berbeda dan akan memberikan reliabilitas yang baru.

Ada beberapa kesulitan untuk menempatkan kriteria yang akan digunakan

dalam menentukan validitas skala sikap. Beberapa peneliti menggunakan

observasi perilaku sebagai kriteria bagi sikap yang diukur, tetapi prosedur ini

jarang sekali digunakan karena kesulitan dalam menentukan perilaku yang

bagaimana yang dapat menjadi kriteria terbaik bagi sikap dan juga kesulitan

menjamin validitas pengukuran. Salah satu cara yang paling mudah untuk

memvalidasi adalah menentukan batasan pada dua sikap yang telah diketahui akan

berbeda, misal sikap terhadap masalah aborsi.

b. Equal-appearing intervals scales (Skala Thurstone)

Thurstone mengembangkan sebuah metode bagi penyusunan spesifik nilai

skala untuk item-item sikap. Skala Likert menilai sikap dengan meminta

responden untuk mengindikasikan derajat atau tingkat kesetujuan-ketidaksetujuan

dengan serangkaian pernyataan, sedangkan skala Turstone menilai dengan

mempresentasikan pernyataan tentang suatu topik dengan rentangan dari sangat

suka, melalui sikap netral, menuju sangat tidak suka dan meminta responden

untuk memilih dari pernyataan-pernyataan ini yang mana paling mendekati

berhubunagn dengan sikap mereka sendiri. Membuat skala Thurstone meliputi

beberapa langkah, yaitu:

Mengumpulkan sejumlah besar pernyataan (50-100) yang mengekspresikan

keluasan perbedaan derajat kesukaan-ketidaksukaan terhadap objek sikap,

termasuk pernyataan netral. Pernyataan diberikan kepada sejumlah besar orang

(50 atau lebih) yang memiliki cukup pengetahuan tentang objek untuk

mengurutkan pernyataan ke dalam sebelas kategori sepanjang dimensi kesukaan-

ketidaksukaan. Kategori A berisi pernyataan yang dapat diputuskan menjadi

paling/sangat disukai, kategori B berisi pernyataan sangat disukai selanjutnya,

agak sangat disukai, dan seterusnya. Pernyataan ke enam (F) berisi pernyataan

10

Page 11: Nilai nilai afektif dan sosial

netral yang memberi respek sikap netral, dan kategori K berisi pernyataan yang

paling/sangat tidak disukai.

A B C D E F G H I J K

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Menyukai Netral Tidak menyukai

Klasifikasi pernyataan menjadi kategori-kategori tidak mempunyai sesuatu

untuk dilakukan dengan sikap pemilik sikap terhadap objek psikologis, tetapi

hanya mencerminkan persepsi mereka tentang kesukaan dan ketidaksukaan

mengenai pernyataan.

Setelah keputusan dari pengukuran semua item, distribusi dari rating

keputusan disiapkan bagi setiap item. Distribusi akan menunjukkan bilangan

keputusan yang menempatkan setiap item ke dalam sebelas kategori. Sebagai

contoh, anggapan pernyataan tentang pelajaran kimia ditempatkan dalam kategori

A dengan 4 keputusan, dalam kategori B dengan 28 keputusan, dalam C dengan

32 keputusan dan dalam D dengan 16 keputusan. Ada dua nilai, yaitu median dan

Q, yang dihitung dari distribusi tersebut.

Kategori Nilai kategori KeputusanD 4 16C 3 32B 2 28A 1 4

80

Median = 2,5 + (8/32) 1 = 2,5 + 0,25

= 2,75Median dari rating (distribusi skor pengukuran item) keputusan adalah 2,75.

Ini menjadi skala nilai yang ditunjukkan untuk item tersebut. Skala nilai

mengindikasikan posisi item pada kontinum positif-negatif. Dalam hal membuat

batasan persetujuan diantara keputusan-keputusan, indeks variabilitas dihitung

untuk setiap item. Pengukuran variabilitas menggunakan Q, yaitu diviasi kuartil,

yang sama dengan setengah dari selisish persentil ke-25 dan ke-75. Q lebih

disukai daripada standar deviasi karena tidak dipengaruhi oleh skor ekstrim.

Untuk contoh diatas Q=(3,38-2,07)/2 = 0,65. Tingginya tingkat persetujuan

diantara keputusan-keputusan tentang bagaimana pernyataan disukai-tidak disukai

akan dihasilkan dengan nilai Q yang rendah. Rendahnya tingkat persetujuan di

antara keputusan-keputusan ditunjukkan dengan nilai Q yang tinggi. Item yang

11

Page 12: Nilai nilai afektif dan sosial

memiliki nilai Q terlalu tinggi akan dibuang karena menyebabkan ambigu pada

skala.

Setelah skala nilai (median) dan nilai Q dihitung untuk setiap pernyataan,

langkah selanjutnya adalah memilih pernyataan untuk mewakili poin pada

kontinum kesukaan-ketidaksukaan yang didistribusikan pada nilai 1-11. Untuk

batasan bahwa skala nilai mewakili kenaikan yang sama, salah satunya harus

mencapai interval pengukuran. Jika dua atau lebih item memiliki skala nilai yang

sama, item yang memiliki nilai Q paling rendah yang dipilih. Item-item

ditempatkan dalam urutan acak pada bentuk akhir dan tentu saja, nilai-nilainya

tidak ditunjukkan pada bentuk itu sendiri. Berikut ini contoh skala Thurstone.

Skala nilai Pernyataan

1,5 Saya yakin dengan belajar kimia masa depan saya cerah.

2,3 Saya mendapat pelajaran yang berharga dari guru kimia.

3,3 Saya menikmati pelajaran kimia karena banyak

manfaatnya.

4,5 Saya yakin pelajaran kimia sangat berguna tetapi sulit

diaplikasikan.

5,6 Saya merasa belajar kimia kadang-kadang

menyenangkan, tetapi saya tidak yakin dapat

menguasainya.

6,7 Saya yakin prestasi dan kesuksesan tidak ada

hubungannya dengan pelajaran kimia.

7,4 Saya merasa belajar kimia tidak membuat saya lebih

baik.

8,3 Saya pikir pelajaran kimia membahayakan masyarakat

dan lingkungan.

9,6 Saya merasa pelajaran kimia sangat sulit dan abstrak.

11,0 Saya pikir belajar kimia tidak ada gunanya dan

membuang waktu saja.

Dalam menentukan skala Thurstone, penguji harus menginstruksikan kepada

responden untuk mencentang hanya pernyataan yang mereka setujui saja. Skor

sikap subjek merupakan rata-rata dari skala nilai (mean atau median) dari

pernyataan yang dicentang. Skor rata-rata menempatkan individu pada kontinum

kesukaan-ketidaksukaan dengan respek terhadap objek sikap. Dari contoh diatas,

12

Page 13: Nilai nilai afektif dan sosial

jika seorang responden setuju dengan pernyataan yang memiliki nilai 1,5; 2,3; 3,3;

dan 4,5 dalam skala Thustone, skor sikapnya adalah 2,9 (median), yang

mengindikasikan sikap suka terhadap mata pelajaran kimia.

Jumlah sebaran skala nilai dari item sikap yang dicentang oleh beberapa

responden dapat diambil sebagai pengukur batasan atau jangkauan untuk yang

mana responden memiliki gambaran sikap yang jelas. Artinya bahwa seseorang

dengan gambaran sikap yang baik terhadap beberapa objek akan diharapkan untuk

mencentang hanya item-item yang sangat dekat dengan skala nilai. Jika respon

seseorang menyebar luas tidak berdekatan item-itemnya, dapat diasumsikan

bahwa responden memiliki ambigu atau miskin gambaran tentang sikap.

c. Cumulative scales (Skala Guttman)

Kritik terhadap skala sikap Thurstone dan Likert bahwa skala-skala ini berisi

pernyataan-pernyataan heterogen mengenai berbagai dimensi terhadap suatu objek

sikap. Sebagai contoh, pengukuran sikap terhadap perang dalam skala Thurstone,

tidak ada usaha yang dibuat untuk memisahkan pernyataan etis dari pernyataan

yang berhubungan dengan hasil ekonomis dari perang, atau yang mencerminkan

aspek-aspek yang mungkin lainnya tentang sikap terhadap perang. Sebagai hasil

dari kombinasi ini tentang beberapa dimensi dari satu skala, hal ini bisa sukar

untuk membuat beberapa interpretasi yang jelas dari skor yang diperoleh.

Guttman mengembangkan suatu teknik untuk mengatasi masalah tersebut.

Teknik Guttman, dikarakteristik sebagai suatu skala unidimensional,

bertujuan/bermaksud untuk menentukan jika sikap dipelajari secara aktual

mencakup hanya sebuah dimensi tunggal. Sebuah sikap dianggap unidimensional

hanya jika sikap itu menghasilkan suatu skala kumulatif ― salah satu dalam yang

mana item-item dihubungkan dengan yang lain dalam hal suatu cara bahwa suatu

subjek yang setuju dengan item 2 juga setuju dengan item 1, jika setuju dengan

item 3, juga setuju dengan item 1 dan 2, dan seterusnya. Dengan demikian,

individu yang menyetujui item tertentu dalam tipe skala ini akan memiliki skor

lebih tinggi pada skala total daripada yang tidak menyetujui item tersebut. Sebagai

contoh, mempertimbangkan item berikut dengan meminta responden menyetujui

atau tidak menyetujui:

1. PTA seharga dengan waktu yang dihabiskan untuk PTA itu sendiri.

2. PTA merupakan suatu pengaruh kuat bagi perbaikan sekolah.

13

Page 14: Nilai nilai afektif dan sosial

3. PTA merupakan organisasi paling penting di Amerika Serikat untuk

memperbaiki sekolah.

Jika ini merupakan skala kumulatif, tentu memungkinkan untuk mengatur

semua respon dari responden menjadi tipe contoh/model. Dengan demikian, jika

diketahui skor seseorang, tentu memungkinkan untuk menceritakan secara tepat,

item mana yang disetujuinya. Sebagai contoh, semua individu dengan skor 2

meyakini bahwa PTA seharga dengan waktu yang dihabiskan untuk itu dan PTA

merupakan suatu pengaruh kuat bagi perbaikan sekolah, tetapi tidak yakin bahwa

PTA merupakan organisasi paling penting di Amerika Serikat untuk memperbaiki

sekolah. Subjek dapat diranking atau diberi peringkat menurut skala responnya.

Setuju dengan item Tidak setuju dengan item

Skor 3 2 1 3 2 1

3 X X X 0 0 0

2 0 X X X 0 0

1 0 0 X X X 0

0 0 0 0 X X X

Saat mengkonstruksi skala kumulatif, satu hal yang harus ditentukan terlebih

dahulu dari semua yaitu apakah item-item membentuk skala unidimensional.

Untuk malakukan hal ini, salah satunya menganalisis reproduksibilitas dari

respon-respon ― artinya, proporsi dari respon secara aktual jatuh ke dalam

contoh/pola. Pada dasarnya skor total, suatu prediksi yang dibuat dari pola respon

terhadap item-item tertentu. Kemudian pola aktual dari respon dipelajari dan suatu

pengukuran dibuat dari batasan terhadap yang mana respon reprodusibel dari skor

total. Salah satu teknik adalah membagi total jumlah eror dengan total jumlah

respon dan substrak dari salah satu. Guttman menyarankan 0,90 koefisien

reproduksibilitas minimum diperlukan untuk serangkaian item untuk dikenali

sebagai bentuk skala unidimensional atau kumulatif.

Beberapa pendukung bahwa skala Guttman lebih teoretis dari pada signifikan

praktis karena hal ini sulit untuk mengumpulkan item-item kriteria

reproduksibilitas yang memuaskan. Teknik ini juga dikritik karena tidak

menyarankan langkah-langkah untuk mempersiapkan atau memilih item-item.

Hanya setelah item-item dipilih dapat memutuskan reproduksibilitasnya.

d. Semantic differensial scales

14

Page 15: Nilai nilai afektif dan sosial

Salah satu pendekatan pengukuran sikap adalah Semantic differensial scales

yang merupakan teknik pengukuran sikap yang dikembangkan oleh Osgood, Suci

dan Tannenbaum. Semantic differensial didasarkan pada asumsi bahwa objek

mempunyai dua jenis perbedaan makna individu, yaitu makna konotatif dan

denotatif, yang dapat dinilai secara independen. Denotatif merujuk pada makna

yang terdapat dalam kamus, sedangkan konotatif merujuk pada makna asosiasi

atau saran yang dimaksudkan oleh kata tersebut. Lebih mudah menetapkan makna

denotatif suatu objek daripada makna konotatifnya. Namun sangat mungkin untuk

mendapatkan makna konotatif dengan meminta secara langsung kepada individu

untuk menilai objek yang dimaksud menggunakan bilangan atau adjektif bipolar.

Dengan demikian makna suatu objek bagi seseorang membuat pola dari nilainya

dari objek tersebut pada skala adjektif bipolar.

Osgood dan kawan-kawan menemukan, melalui studi faktor analitik, tiga

kelompok (cluster) adjektif, yaitu evaluatif yang terdiri dari objektif seperti baik

dan buruk, potensi yang terdiri dari adjektif seperti kuat atau lemah, dan aktivitas

yang terdiri dari adjektif seperti aktif atau pasif.

Skala sikap dikonstrusi dengan memilih pasangan adjektif yang mewakili

dimensi evaluatif. Pasangan adjektif dipresensikan sepanjang tujuh kategori skala

respons dan responden langsung memberi tanda X pada salah satu dari tujuh spasi

untuk mengindikasi batasan terhadap yang mana setiap adjektif menggambarkan

objek. Sebagai contoh, andaikan seseorang ingin mengukur sikap peserta didik

kelas dua terhadap sekolah.

Sekolah

Buruk Baik

Aktif Pasif

Tajam Tumpul

Menyenangkan Tidak menyenangkan

Tidak bernilai Bernilai

Keras Lembut

Berat Ringan

Lemah Kuat

Cepat Lambat

15

Page 16: Nilai nilai afektif dan sosial

Catatan untuk skala di atas bahwa pasangan adjektif didaftar pada dua sisi

untuk meminimalkan rangkaian respon. Rangkaian respon merujuk pada

kecenderungan untuk menyukai posisi tertentu dalam daftar pilihan. Seseorang

harus memiliki kecenderungan untuk memilih secra ekstrim sisi kanan dan akan

mencentang pada posisi tersebut untuk setiap item. Namun sisi skala diubah

secara acak sehingga sisi kanan tidak selalu memuat respon yang paling disukai,

kemudian individu diwajibkan untuk membaca item dan respon dalam tingkat

isinya daripada melihat posisinya. Dalam menskor semantic differensial scale,

biasanya, poin-poinnya disusun pada skala 1-7 dengan 7 mewakili respon paling

positif. Dengan demikian, item pertama pada contoh di atas, bad akan mendapat

skor 1 dan good akan mendapat skor 7 pada posisi terakhir Pada item ke 2

merupakan kebalikannya, pada ujung yang satu, active mendapat skor 7 dan ujung

yang lain passive mendapat skor 1. Nilai-nilai pada semua item ditotal dan

dilporkan skor rata-ratanya.

3. Rating Scales

Rating scales (skala penilaian) merupakan salah satu instrumen yang paling

banyak digunakan untuk pengukuran. Rating scales meliputi asesmen oleh seseorang

terhadap kinerja atau perilaku orang lain. Secara khas, penilai diminta untuk

menempatkan orang yang akan dinilai pada beberapa poin dalam kontinum atau

kategori-kategori yang menggambarkan karakteristik perilaku orang yang dinilai.

Nomor nilai dilekatkan/ditempelkan pada poin atau ketagori tersebut. Penilai

diasumsikan telah terbiasa dengan ciri khas perilaku individual. Rating scales banyak

digunakan dalam penelitian tentang perkembangan anak dan aspek-aspek perilaku

lainnya.

Ada beberapa jenis rating scales, salah satu yang sering digunakan adalah

skala grafik, dimana penilai secara sederhana menempatkan tanda centang pada poin

yang sesuai di atas garis horizontal yang berjalan dari salah satu perilaku ekstrim ke

perilaku ekstrim lainnya. Misalnya:

Rendah Sedang Tinggi

Penampilan kepibadian

Kemampuan sosial (dapat diterima)

Kemampuan berbicara

(komunikasi)

16

Page 17: Nilai nilai afektif dan sosial

Penilai dapat mencentang beberapa poin dalam garis bersambung. Pada

beberapa skala grafik pembuat tes menyusun nomor nilai menjadi poin-poin deskriftif.

Misalnya, numerical rating scales:

1 2 3 4 5 6 7

One of the

poorest

speaker

An

average

speaker

One of the

very best

speaker

Jenis kedua dari rating scales yaitu skala kategori, yang terdiri dari sejumlah

kategori yang disusun dalam suatu seri orde. Lima sampai tujuh kategori yang banyak

digunakan. Penilai menyeleksi salah satu pilihan terbaik yang mencirikan perilaku

orang yang dinilai. Misalnya, penilai hendak menilai kemampuan peserta didik dan

salah satu karakteristik yang akan dinilai yaitu kreativitas, maka item kategorinya

meliputi, antara lain:

Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu)

Luar biasa kreatif

Sangat kreatif

Kreatif

Tidak kreatif

Sama sekali tidak kreatif

Kadang-kadang frase deskriptifnya diringkas sebagai berikut:

Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu)

Selalu mempunyai ide kreatif

Mempunyai banyak ide kreatif

Kadang-kadang mempunyai ide kreatif

Jarang sekali mempunyai ide kreatif

Dalam menggunakan skala grafik dan skala kategori, penilai membuat

keputusan tanpa membandingkan secara langsung orang yang dinilai dengan

seseorang atau sekelompok orang lain. Dalam rating scales komparatif, pada sisi yang

lain, penilai diinstruksikan untuk membuat keputusan dengan refrensi langsung ke

posisi yang lain yang dengannya individu tersebut dibandingkan. Posisi dalam rating

scales didefinisikan dalam istilah populasi yang ditentukan dengan karakteristik yang

diketahui. Rating scale komparatif ditunjukkan sebagai berikut:

17

Page 18: Nilai nilai afektif dan sosial

Kompetensi yang akan dinilai

Lua

r bi

asa

rend

ah

Leb

ih r

enda

h da

ri

keba

nyak

an p

eser

ta

didi

k

Rat

a-ra

ta d

iant

ara

pese

rta

didi

k

Leb

ih b

aik

dari

ke

bany

akan

Sup

erio

r

Lua

r bi

asa

supe

rior

Apakah peserta didik menunjukkan kepercayaan diri yang pasti dan tujuan profesional yang pantas?Apakah peserta didik memecahkan masalah dengan cara konstruktif?Apakah peserta didik kritis dan menggunakan cara-cara konstruktif?

Misalnya, skala akan digunakan untuk menyeleksi penerimaan peserta didik yang

baru saja lulus. Penilai diminta untuk memutuskan kemampuan calon untuk

melakukan pekerjaan yang dibandingkan dengan semua peserta didik yang diketahui

penilai. Jika rating valid, maka keputusan memiliki pengertian tentang range dan

distribusi kemampuan kelompok total dari lulusan.

Semua teknik penilaian (rating) harus mempertimbangkan error (kesalahan),

yang dikurangi dengan validitas dan reliabilitas. Error yang paling sering terjadi yaitu

efek halo, yang terjadi ketika penilai mengijinkan generalisasi kesan subjek untuk

mempengaruhi penilaian terhadap perilaku.Misalnya, guru menilai seorang peserta

didik yang memiliki prestasi yang baik di sekolah (disukai guru), sehingga memberi

nilai baik terhadap aspek kecerdasan, popularitas, kejujuran, kerja keras, dan semua

aspek lainnya, sedangkan peserta didik yang memiliki prestasi rendah (kurang disukai

guru) diberi nilai rendah untuk semua aspek.

Tipe error yang lain yaitu error generositas, yang menunjukkan

tendensi/kecenderungan untuk memberikan keuntungan bagi subjek. Sebaliknya tipe

error of severity, penilai cenderung memberi nilai terlalu rendah untuk semua aspek

atau karakteristik.

Salah satu cara mengurangi error, penilai perlu dilatih atau melatih diri

sebelum diminta untuk menilai. Mereka harus diinformasikan tentang kemungkinan

kesalahan yang dapat dilakukan. Hal yang paling penting yaitu penilai harus memiliki

18

Page 19: Nilai nilai afektif dan sosial

waktu yang cukup untuk mengamati perlilaku peserta didik. Cara yang lain, tiap

perilaku dan poin yang akan dinilai harus didefinisikan dengan jelas.

Reliabilitas rating scales biasanya meningkat oleh penilai yang membuat penialian

independen pada individu. Penilaian independen dikutubkan atau dirata-rata untuk

memperoleh nilai akhir.

4. Teknik Sosiometri

Teknik sosiometri digunakan untuk mempelajari organisasi kelompok sosial.

Prosedur dasar, namun dapat dimodifikasi dalam beberapa cara, meliputi proses

meminta anggota kelompok tertentu untuk mengindikasikan pilihan pertama, kedua,

ketiga dan seterusnya untuk mencocokan berdasarkan kriteria tertentu, biasanya

beberapa aktivitas tertentu. Sebagai contoh, setiap peserta didik dalam kelompok

belajar atau kelas diminta untuk memilih dua peserta didik lainnya yang mereka suka

sebagai teman belajar, teman makan bersama, atau teman bermain. Metode sosiometri

terutama sekali meneliti tentang pilihan yang dibuat oleh setiap orang dalam

kelompok tertentu. Pilihan yang diperoleh diplotkan pada sosiogram, yang

menggambarkan pola interaksi antar individu dalam kelompok.

Seperti terlihat pada gambar, Fred paling sering dipilih sebagai anggota kelompok,

bisa dianggap sebagai ‘bintang’ kelas. Catatan bahwa Pat, Ann dan John saling

memilih satu sama lain. Ini mewakili kelompok orang yang mempunyai kesukaan

yang sama, yaitu tiga atau lebih individu yang saling memilih satu sama lain. Bill

tidak ada yang memilih, ia seorang yang terisolasi. Pilihan-pilihan ditampilkan dalam

sosiogram yang dapat dikuantifikasi dan digunakan untuk tujuan penelitian.

19

Ann

Pat

John

Sue Tony

Fred

Jane Bill

Page 20: Nilai nilai afektif dan sosial

Metode sosiometri secara luas digunakan dalam penelitian psikologi sosial dan

juga dalam penelitian pendidikan, dimana status sosiometri dapat dipelajari dalam

hubungannya dengan variabel lainnya, seperti kemampuan mental, prestasi, dan

peserta didik yang disukai guru.

5. Observasi atau pengamatan langsung

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,

objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena. Alat yang digunakan dalam

melakukan observasi disebut pedoman observasi. Tujuan utama observasi adalah (1)

untuk mengumpulkan data mengenai suatu fenomena baik berupa peristiwa maupun

tindakan, baik dalam situasi sesungguhnya maupun dalam situasi buatan, (2) untuk

mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik), interaksi

antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktot yang dapat diamati lainnya terutama

ranah sosial (social domain) dan ranah afektif. Dalam evaluasi pembelajaran,

observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti

tingkah laku pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain-lain.

Observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar,

suasana kelas, hubungan sesama guru, hubungan sesama peserta didik, hubungan guru

dengan peserta didik, dan perilaku lainnya. Namun, observasi memiliki banyak

kelemahan, terutama dalam pelaksanaan, karena untuk mengamati individu maupun

kelompok adalah pekerjaan yang tidak mudah. Masalah validitas dan reliabilitas

instrumen, karena kemungkinan melakukan penilaian subjektif oleh pengamat cukup

besar.

C. Nilai-nilai Menurut Depdiknas

NILAI DESKRIPSI

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari

20

Page 21: Nilai nilai afektif dan sosial

dirinya

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki

7. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

8. Demokratis cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

9. Rasa Ingin Tahu

sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar

10. Semangat Kebangsaan

cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

12. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

14. Cinta Damai

Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

18. Tanggung-jawab

Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME

21

Page 22: Nilai nilai afektif dan sosial

Nilai-nilai tersebut bila dimasukkan dalam mata pelajaran IPA maka deskripsinya perlu

disesuaikan dengan objek pelajaran IPA.

NILAI Contoh atau indikator

1. Religius 1. Melakukan eksperimen atau penelitian untuk mengungkapkan rahasia ciptaan Tuhan.

2. Memperlakukan makhluk hidup sebagai ciptaan Tuhan, misalnya eksperimen pada hewan dilakukan sesuai prosedur.

2. Jujur 1. Melaporkan hasil percobaan apa adanya.2. Tidak plagiat, mencatumkan sumber asli.

3. Toleransi

4. Disiplin

5. Kerja Keras

6. Kreatif

7. Mandiri

8. Demokratis

9. Rasa Ingin Tahu

10. Semangat Kebangsaan

11. Cinta Tanah Air

12. Menghargai Prestasi

13. Bersahabat/Komuniktif

14. Cinta Damai

15. Gemar Membaca

16. Peduli Lingkungan

17. Peduli Sosial

18. Tanggung-jawab

D. Kesimpulan

22

Page 23: Nilai nilai afektif dan sosial

Ranah afektif dan ranah sosial perlu dipisahkan karena merupakan dua hal yang berbeda

walaupun saling berhubungan. Kompetensi dalam ranah sosial perlu dikembangkan

karena berhubungan dengan kompetensi dalam ranah afektif. Tidak semua nilai-nilai

yang dimaksudkan oleh Depdiknas dapat dimasukkan ke dalam pelajaran IPA. Ranah

afektif dan ranah sosial dalam IPA dikembangkan berdasarkan konten dan objek

pelajaran IPA. Inventori, skala sikap, rating scales dan sosiometri merupakan teknik-

teknik pengukuran kompetensi afektif dan sosial yang sering digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

_____. (2011). Krathwohl's taxonomy of affective ranah. Artikel. Diambil pada tanggal 17 Oktober 2011, dari http://classweb.gmu.edu/ndabbagh/ Resources/Resources2/ krathstax.html.

Ary, D. (1985). Introduction to research in Education (3th ed.). USA: College Publishing.

Dettmer, P. (2006). New Blooms in established fields: four ranahs of learning and doing. ProQuest Education Journals, 28, 2, 70-78.

Koballa, T. (2011). The Affective Ranah in Science Education. Artikel. Diambil pada tanggal 17 Oktober 2011, dari http://serc.carleton.edu/ NAGTWorkshops/affective/ framework.html.

Wikipedia. (21 Juni 2011). Taksonomi Bloom. Artikel. Diambil pada tanggal 17 Oktober 2011, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom.

23

Page 24: Nilai nilai afektif dan sosial

LampiranRating scales

Rendah Sedang TinggiPenampilan kepibadianKemampuan sosial (dapat diterima)Kemampuan berbicara (komunikasi)

Rating scales dengan skala kategori yang disusun dalam suatu seri urutan.Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu)

Luar biasa kreatif

Sangat kreatif

Kreatif

Tidak kreatif

Sama sekali tidak kreatif

Kadang-kadang frase deskriptifnya diringkas sebagai berikut:

Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu)

Selalu mempunyai ide kreatif

Mempunyai banyak ide kreatif

Kadang-kadang mempunyai ide kreatif

Jarang sekali mempunyai ide kreatif

Rating scales komparatif

Kompetensi yang akan dinilai

Lua

r bi

asa

rend

ah

Leb

ih r

enda

h da

ri

keba

nyak

an p

eser

ta

didi

k

Rat

a-ra

ta d

iant

ara

pese

rta

didi

k

Leb

ih b

aik

dari

ke

bany

akan

Sup

erio

r

Lua

r bi

asa

supe

rior

Apakah peserta didik

24

Page 25: Nilai nilai afektif dan sosial

menunjukkan kepercayaan diri yang pasti dan tujuan profesional yang pantas?Apakah peserta didik memecahkan masalah dengan cara konstruktif?Apakah peserta didik kritis dan menggunakan cara-cara konstruktif?

25