nikolaus n. kewuan(6)

62
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan oleh rumah sakit di Indonesia dalam era globalisasi ini akan menjadi persaingan antara rumah sakit pemerintah maupun swasta. Mutu pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indicator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan menuntut pelayanan keperawatan yang sesuai dengan haknya, yakni pelayanan keperawatan yang bermutu dan paripurna. Paien akan mengeluh bila perilaku caring yang diberikan, dirasa tidak memberikan nilai kepuasan bagi dirinya. Perawat merupakan anggota dari kelompok profesi yang menggunakan ungkapan nursing care, care dan caring paling banyak, setiap hari, secara menetap dan terus

Upload: madefitriani

Post on 09-Feb-2016

120 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

wewqeqw

TRANSCRIPT

Page 1: Nikolaus N. Kewuan(6)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan oleh rumah sakit di Indonesia dalam era globalisasi ini

akan menjadi persaingan antara rumah sakit pemerintah maupun swasta. Mutu

pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan,

bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di

mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi

dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang

lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indicator dari

mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan keperawatan yang

diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Pasien sebagai pengguna jasa

pelayanan keperawatan menuntut pelayanan keperawatan yang sesuai dengan

haknya, yakni pelayanan keperawatan yang bermutu dan paripurna. Paien akan

mengeluh bila perilaku caring yang diberikan, dirasa tidak memberikan nilai

kepuasan bagi dirinya.

Perawat merupakan anggota dari kelompok profesi yang menggunakan

ungkapan nursing care, care dan caring paling banyak, setiap hari, secara

menetap dan terus menerus. Pakar keperawatan seperti Watson (1979), Leininger

(1984), Benner (1989), menempatkan caring sebagai pusat dan sangat mendasar

dalam praktek keperawatan. Diperkirakan bahwa ¾ pelayanan kesehatan adalah

caring sedangkan ¼ adalah curing. Jika perawat sebagai suatu kelompok profesi

yang bekerja selama 24 jam di rumah sakit lebih menekankan caring sebagai

pusat dan aspek yang dominan dalam pelayanannya maka tak dapat disangkal lagi

bahwa perawat akan membuat suatu perbedaan yang besar antara caring dan

curing (Marriner A-Tomey, 1994 : 150, 163, 428). Berdasarkan hasil survey

kepuasan pasien yang dilakukan oleh Depkes RI pada beberapa rumah sakit di

Jakarta, menunjukkan bahwa 14% pasien tidak puas terhadap pelayanan kesehatan

yang diberikan, sedangkan petugas dalam memberikan pelayanan umumnya telah

Page 2: Nikolaus N. Kewuan(6)

baik dimana sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan berada di

ranking kedua (84 %) dibawah dokter (86 %). Dari data ini menunjukkan bahwa

masih ada pasien yang tidak puas terhadap pelayanan keperawatan yang

diberikan, dimana salah satu penyebabnya adalah perilaku caring yang diberikan

masih kurang memuaskan (IDI, 1996 : 58).

Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa kebanyakan perawat terlibat

secara aktif dan memusatkan diri pada fenomena medik seperti cara diagnostik

dan cara pengobatan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi medik, memaksa

perawat memberikan perhatian lebih pada tugas-tugas cure daripada care. Dalam

praktek keperawatan beberapa perawat mengatakan bahwa mereka tidak

mempunyai waktu untuk mendengarkan pasien, memberi dukungan, kenyamanan

dan tindakan caring lainnya. Hal ini disebabkan karena tanggung jawab perawat

pada dokter yaitu mengerjakan tugas-tugas dokter. Suatu klise yang saat ini

berkembang di masyarakat bahwa perawat dalam tindakannya keras, tanpa

perasaan, terlalu birokratis dan juga sebagai pembantu dokter. Semua ini

merupakan benang merah yang dapat dihilangkan oleh perawat sebagai jumlah

terbesar dalam profesi kesehatan apabila perawat memahami secara tepat arti

caring (Leininger, 1984 : 11).

Pemecahan yang dianjurkan adalah perawat harus memiliki pengetahuan

tentang respon manusia terhadap sehat, sakit, keterbatasanya dan ketermapilan

praktek professional. Perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang manusia,

aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus berubah,

keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan-kebutuhan manusia (Watson, 1979).

Selain itu juga keahlian menggunakan proses keperawatan dalam praktek

keperawatan untuk menerapkan caring (Webb, 1996). Apabila perawat ingin

menempatkan caring sebagai inti dalam praktek keperawatan maka perawat harus

berjuang secara terus menerus, mengajarkan dan mensosialisasikan konsep caring

dalam praktek keperawatan/pelatihan kesehatan kepada semua masyarakat

(Wedho,U.M, 2000 : 7).

Instalasi rawat inap medikal bedah merupakan salah satu instalasi rawat

inap dari RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, dimana terdapat pasien-pasien

Page 3: Nikolaus N. Kewuan(6)

yang dirawat karena menderita suatu penyakit tertentu. Sebagai manusia yang

sedang menderita, tentu akan sangat membutuhkan caring dari perawat yang

dapat memuaskan sehingga timbulah kepatuhan dan peran serta dalam pelayanan

keperawatan yang diberikan.

Melihat gejala di atas, menunjukkan adanya masalah ketidakpuasan pasien

dalam hal perilaku caring perawat. Sehubungan dengan itu maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Persepsi Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat Dalam Praktek Keperawatan

Di IRNA Medikal Bedah RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka perumusan

masalah penelitian mengandung unsur:

1.2.1 Pernyataan Masalah

Adanya masalah ketidakpuasan pasien dalam hal perilaku caring perawat dapat

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang

mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat adalah

pendidikan, lama perawatan, kebutuhan dan penerimaan diri pasien. Apabila

persepsi pasien negatif maka tidak akan terjadi hubungan caring yang harmonis

sehingga pada akhirnya memperlambat proses kesembuhan dan selanjutnya hari

perawatan akan bertambah lama.

1.2.2 Pertanyaan Masalah

Sebagai pedoman dan arahan dalam penelitian ini maka pertanyaan

masalah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat dalam

praktek keperawatan di IRNA medikal bedah RSUD Prof. Dr. W . Z.

Johannes Kupang?

2. Faktor apakah yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku

caring perawat dalam praktek keperawatan di IRNA medikal bedah RSUD

Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang?

3. Manakah dari faktor (pendidikan, lama perawatan, kebutuhan, penerimaan

diri) yang dominan mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku

Page 4: Nikolaus N. Kewuan(6)

caring perawat dalam praktek keperawatan di IRNA medikal bedah

RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mempelajari faktor yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku

caring perawat dalam praktek keperawatan di IRNA medikal bedah RSUD

Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat

dalam praktek keperawatan di IRNA medikal bedah RSUD Prof.

Dr. W. Z. Johannes Kupang.

2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi persepsi pasien

terhadap perilaku caring perawat.

3. Mengidentifikasi faktor (pendidikan, lama perawatan, kebutuhan,

penerimaan diri pasien) yang dominan mempengaruhi persepsi

pasien terhadap perilaku caring perawat dalam praktek

keperawatan di IRNA medikal bedah RSUD Prof. Dr. W. Z.

Johannes Kupang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

kesehatan, khususnya perilaku caring perawat dalam praktek keperawatan

yang dapat memuaskan pasien.

1.4.2 Bagi Peneliti

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan penelitian tentang

persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat dalam praktek

keperawatan.

1.5 Relevansi

Perilaku caring dapat dilakukan dengan efektif dan dipraktekkan secara

verbal, non verbal dan tekhnikal. Perawat dalam bekerja harus selalu

memperhatikan perilaku caring dengan baik sehingga penggunaan diri

Page 5: Nikolaus N. Kewuan(6)

yang tepat dan asertif dapat mempengaruhi persepsi pasien sehingga pada

akhirnya menghasilkan suatu tingkat kepuasan tersendiri bagi pasien.

Pasien sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan dapat memberikan

respon atau persepsi yang objektif terhadap nilai-nilai sikap, perilaku dan

keterampilan dalam caring. Dengan dasar persepsi yang benar dari pasien

akan membantu memperbaiki kinerja perawat dalam caring yang efektif

dan efisien. Dengan demikian akan meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan menuju profesionalisme keperawatan.

Page 6: Nikolaus N. Kewuan(6)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan beberapa konsep yang mendasari

penelitian yaitu tentang : (1) Konsep Persepsi, (2) Standar Praktek Keperawatan,

(3) Caring Sebagai Inti Dalam Praktek Keperawatan, (4) Kepuasan, (5) Kerangka

Konseptual.

2.1 Konsep Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 1146), persepsi diartikan

sebagai : (1) pandangan dari orang/banyak orang akan hal/peristiwa yang

didapat/diterima, (2) proses diketahuinya suatu hal pada seseorang melalui panca

indra yang dimiliki.

Scherer (Walgito, 1995 : 16), mengatakan bahwa persepsi adalah suatu

representasi fenomena tentang obyek distal sebagai hasil pengorganisasian obyek

itu sendiri, medium dan rangsang progsimal. Persepsi merupakan proses

kategorisasi, dimana organisme dirangsang oleh masukan tertentu (obyek-obyek,

peristiwa-peristiwa, dan lain-lain) dan organisme mrespon dengan

menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori/golongan obyek atau

peristiwa. Proses ini berjalan aktif sehingga seorang dapat mengenali/memberikan

arti kepada masukan itu. Persepsi demikian bersifat inferensial serta bervariasi.

Menurut Widayatun (1999 : 110), persepsi atau tanggapan adalah proses

mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita

melihat, mendengar, merasakan, memberi serta meraba (kerja indra) di sekitar

kita.

2.1.2 Tahap-Tahap Dalam Proses Persepsi

Page 7: Nikolaus N. Kewuan(6)

Menurut Parcek (Walgito, 1995 : 20), proses tersebut terdiri dari proses

menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menyaji dan

memberikan reaksi kepada rangsang panca indra.

1. Proses menerima

Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsang/data dari

berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra sehingga

proses ini sering disebut dengan pengindraan/sensasi. Menurut Desiderato

(Walgito, 1995 : 20), proses ini merupakan pengalaman elementer yang

segera, tidak memerlukan penguraian secara verbal, simbolis atau

konseptual dan terutama sekali berhubungan dengan panca indra.

Scherer (Walgito, 1995 : 21) mengemukakan bahwa rangsang itu

terdiri dari 3 macam sesuai dengan elemen dari proses pengindraan.

Pertama, rangsang merupakan obyek dalam bentuk fisiknya atau rangsang

distal. Kedua, rangsang sebagai keseluruhan yang tersebar dalam lapangan

progsimal, ini belum menyangkut proses sistem syaraf. Ketiga, rangsang

sebagai representasi fenomena atau gejala yang dikesankan dari obyek-

obyek yang ada di luar.

2. Proses menyeleksi rangsang

Setelah menerima, rangsang/data diseleksi. Anderson (Walgito,

1995 : 22), mengemukakan bahwa perhatian adalah proses mental ketika

rangsang/rangkaian rangsang menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat

yang lainnya melemah.

3. Proses pengorganisasian

Data atau rangsang yang diterima, selanjutnya diorganisasikan

dalam suatu bentuk.

4. Proses pengambilan keputusan dan pengecekan

Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan menurut Burner

(Walgito, 1995 : 22) adalah sebagai berikut : pertama, kategori primitif,

dimana obyek/peristiwa yang diamati, diseleksikan dan ditandai

berdasarkan ciri-ciri tersebut. Kedua, mencari tanda (cue search),

pengamat secara cepat memeriksa (scanning) lingkungan untuk mencari

Page 8: Nikolaus N. Kewuan(6)

tambahan informasi untuk mengadakan kategorisasi yang tepat. Ketiga,

konfirmasi, ini terjadi setelah obyek mendapat penggolongan sementara.

Pada tahap ini pengamat tidak lagi terbuka untuk sembarang masukan

melainkan hanya menerima informasi yang memperkuat/

mengkonfirmasikan keputusannya, masukan-masukan yang tidak relevan

dihindari.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Ada 2 faktor yang sangat berpengaruh terhadap persepsi yaitu faktor

ekstern dan intern.

1. Faktor ekstern

Kebanyakan dari pembicaraan dari masalah ini ditujukan

untuk persepsi visual terhadap barang-barang, tetapi menurut

Parcek (Walgito, 1995 : 22) bahwa faktor ini juga digunakan untuk

persepsi atas orang dan keadaan. Intensitas rangsangan, kekuatan

rangsangan akan turut menentukan, disadari atau tidaknya

rangsangan itu. Pada umumnya rangsangan yang kuat lebih

menguntungkan dalam kemungkinan direspon bila dibandingkan

dengan rangsangan yang lemah. Sehubungan dengan itu, dalam hal

caring maka perilaku caring merupakan objek sedangkan lama

waktu dan frekuensi dalam caring merupakan intensitas

rangsangan.

Ukuran rangsangan, pada umumnya yang lebih besar lebih

menguntungkan dalam menarik perhatian dibandingkan dengan

ukuran yang kecil. Perubahan rangsangan, dimana rangsangan

yang monoton kurang menguntungkan dan karena itu perlu adanya

perubahan dari rangsangan itu untuk dapat menarik perhatian.

Gerakan rangsangan akan lebih menarik perhatian seseorang.

Rangsangan yang tidak diulang-ulang pada dasarnya lebih menarik

perhatian daripada rangsangan yang diulangi. Pertentangan/kontras

dari rangsangan-rangsangan yang bertentangan/kontras dengan

Page 9: Nikolaus N. Kewuan(6)

sekitarnya akan lebih menari perhatian seseorang. Hal ini

disebabkan karena rangsangan tersebut lain dari yang biasa dilihat

dan akan cepat menarik perhatian (Walgito, 1995 : 23).

Bila dikaitkan dengan caring perawat maka perubahan

rangsangan/gerakan rangsangan terletak pada keterampilan perawat

dalam caring, sedangkan rangsangan yang kontras adalah jenis-

jenis caring yang dilakukan.

2. Faktor intern

Menurut Walgito (1995 : 23), faktor intern yang

mempengaruhi persepsi adalah berkaitan dengan kebutuhan

psikologis, latar belakang pendidikan, kepribadian dan penerimaan

diri serta keadaan individu pada suatu waktu tertentu. Ada individu

yang suka memperhatikan sesuatu sekalipun kecil atau tidak berarti,

tetapi sebaliknya ada indiviu yang acuh tak acuh terhadap keadaan

sekitarnya.

Menurut Sertain (Walgito, 1995 : 24) bahwa ada 3 faktor

personal yang mempengaruhi persepsi yaitu : (1) motivasi, emosi

dan sikap seseorang, (2) kerangka acuan perilaku (frame of

reference) seseorang, (3) kemampuan penilaian dan evaluasi

seseorang. Menurut Krech dan Kruchfield (Walgito, 1995 : 24),

faktor personal itu meliputi kebutuhan (need), suasana hati (mood),

pengalaman masa lalu dan sifat-sifat individu lain.

2.2 Standar Praktek Keperawatan

2.2.1 Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 1460), standar

diartikan sebagai suatu ukuran tertentu yang digunakan sebagai patokan.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual-kultural yang

komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik

Page 10: Nikolaus N. Kewuan(6)

sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui

kerjasama yang bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan

lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang

dan tanggung jawabnya (DPP PPNI, 1999 : 4).

Standar praktek keperawatan adalah suatu ekspektasi minimal

dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis.

Standar praktek keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan

dalam melindungi masyarakat terhadap praktek yang dilakukan oleh

anggota profesi. Standar ini dibedakan sesuai dengan jenis dan jenjang

tenaga keperawatan serta dikhususkan untuk perawat profesional serta

dipakai sebagai alat ukur dalam mempertahankan dan meningkatkan

kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan nilai-nilai profesional, etika

dan tanggung jawab (DPP PPNI, 1999 : 2).

2.2.2 Pedoman dan Standar Praktek Keperawatan

Pedoman yang digunakan sebagai dasar evaluasi pelaksanaan

praktek keperawatan, seperti yang dikutip oleh Kusnanto (2001) yaitu

Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 436/Menkes/SK/VI/1993,

tanggal 3 Juni 1993 tentang standar pelayanan rumah sakit, Surat

Keputusan Dirjen Yanmed nomor 00.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus

1993 tentang berlakunya standar asuhan keperawatan di rumah sakit,

Permenkes nomor 647/2000 tentang registrasi dan praktek keperawatan.

Lingkup standar praktek keperawatan meliputi : (1) standar ilmu

keperawatan, agar dalam melaksanakan praktek keperawatan selalu

didasarkan pada ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu lain yang relevan, (2)

standar akontabilitas profesional, agar perawat menjalankan fungsi

independen dan interdependen serta harus dapat memenuhi peryaratan etis

dan legal dalam menjalankan praktek profesionalnya, (3) standar

pengkajian, agar perawat melalui konsultasi dengan klien dapat

mengumpulkan data tentang kesehatan klien secara sistematis, (4) standar

perencanaan, agar perawat melalui konsultasi dengan klien dapat

Page 11: Nikolaus N. Kewuan(6)

mengidentifikasi prioritas, waktu pencapaian dan strategi/intervensi, (5)

standar implementasi, agar perawat dapat membuat pertimbangan dalam

mamodifikasi tahap implementasi untuk disesuaikan dengan situasi dan

kondisi klien, (6) standar evaluasi, agar perawat dapat membandingkan

berbagai hasil dengan hasil terbaik yang diharapkan (DPP PPNI, 1999 : 3

– 15).

Standar praktek keperawatan disusun untuk : (1) melindungi

masyarakat yang telah memberi kepercayaan kepada profesi, (2)regulasi

dan pedoman bagi perawat untuk melaksanakan praktek, (3) memberikan

orientasi bagi perawat baru tentang uraian tugas yang akan diberikan oleh

pimpinan institusi pelayanan kesehatan, (4) asupan dalam menyelesaikan

masalah legal (DPP PPNI, 1999 : 1).

2.3 Caring Sebagai Inti Dalam Praktek Keperawatan

2.3.1 Sejarah Caring

Afinitas (daya tarik) dari caring bagi keperawatan sudah diakui

sejak awal praktek keperawatan. Nightingale (1864), menggambarkan

seorang perawat memiliki sifat-sifat khusus yang menciptakan suasana

mengasuh dan menolong untuk mempermudah kesembuhan pasien.

Johnson (1959), berpendapat bahwa pandangan Nightingale yang berlaku

sepanjang perang dunia kedua dibedakan menjadi suatu pendekatan

asuhan yang bersifat ekspresif dan emosional serta penolong/instrumental

(Komorita, 1991). American Nurse Association (ANA) (1965)

memperkenalkan 3 komponen keperawatan, yaitu care, cure dan

coordination. Cure dan coordination didefenisikan dengan baik tetapi

konsep care sedikit mendua artinya dan didefenisikan sebagai caring for

dan caring about (Wedho, U.M, 2000 : 1).

Watson (1979) membuat suatui asumsi bahwa caring dapat

dilakukan secara efektif dan dipraktekkan secara interpersonal. Watson

membuat daftar 10 faktor carative yang dapat mengangkat caring (untuk

membedakan istilah carative dari bagian medis). Ke-10 faktor tersebut

Page 12: Nikolaus N. Kewuan(6)

adalah : (1) pembentukan suatu sistem nilai dari human altruistic

(mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan), (2) menanamkan kepercayaan-

harapan, (3) pengembangan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain,

(4) pengembangan bantuan dan hubungan saling percaya, (5)

meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif,

(6) menggunakan secara sistematis metode pemecahan masalah secara

alamiah dalam membuat keputusan, (7) meningkatkan pendidikan dan

pengetahuan interpersonal, (8) menetapkan suatu dukungan, perlindungan

dan atau memiliki mental, fisik, sosial budaya dan lingkungan spiritual

yang baik, (9) dengan senang hati membantu kebutuhan-kebutuhan

manusia, (10) menghargai kekuatan eksistensial-phenomenologikal.

Menurut Watson bahwa 3 dari faktor carative pertama berpengaruh dalam

membuat suatu filosofi yang mendasari ilmu caring, sedangkan sisa faktor

carative didiskusikan dalam suatu dasar yang ilmiah (Kyle, 1995 : 507).

Griffin (1980, 1983) memandang caring mempunyai aspek

aktivitas tetapi juga menegaskan sikap dan perasaan yang menyokongnya.

Ini konsisten dengan teori self care dari Orem (1985) yang dominan dalam

praktek keperawatan dan digambarkan dalam aktivitas yang dillakukan

perawat (Kyle, 1995 : 507).

Urgenson (1983) mengatakan bahwa caring about adalah suatu

indikasi perasaan, mengingat caring for merupakan indikasi tugas yang

dilakukan (Mc Kenna G, 1993 : 73). Leininger (1981, 1984)

mengembangkan suatu taksonomi dalam membangun caring dari suatu

pandangan transkultur (Kyle, 1995 : 507).

Benner (1984) bersama Watson mengidentifikasi suatu peran

instrumental dan ekspresif dalam keperawatan sebagai suatu kehebatan

caring (Kyle, 1995 : 507). Gadow (1985) memandang caring sebagai

suatu moral ideal yang memerlukan tanggung jawab untuk melindungi dan

mempertinggi martabat manusia (Kyle, 1995 : 508). Benner dan Wrubbel

(1986) menggambarkan caring sebagai sesuatu yang lebih kompleks dari

Page 13: Nikolaus N. Kewuan(6)

cure dan tidak unik pada beberapa disiplin ilmu/profesional (Mc Kenna

G, 1993 : 73).

Fry (1988) mengatakan bahwa caring mempunyai suatu nilai moral

karena : (1) caring harus dilihat sebagai suatu dasar untuk pedoman dalam

melakukan tindakan, (2) caring harus dianggap sebagai suatu nilai

universal, (3) caring dianggap sebagai sesuatu yang menentukan tingkah

laku yang pasti (empati, suport, perasaan kasihan, perlindungan, dan

sebagainya), (4) caring harus berkenaan dengan yang lainnya/harus

mempertimbangkan kemajuan manusia dan bukan hanya kesejahteraan

(Kyle, 1995 : 508).

2.3.2 Defenisi Caring

Konsep caring adalah suatu yang paling sedikit dipahami idenya

yang digunakan profesional (Watson, 1979) dan suatu konsep yang tetap

sulit didefenisikan dalam praktek keperawatan dan pendidikan (Morrison,

1991) namun istilah care/caring sangat sering dan tidak tetap digunakan

oleh disiplin ilmu keperawatan(Kyle, 1995 : 506).

Mc Farlane (1976) mengataakan bahwa caring merupakan suatu

aktivitas yang membantu secara berurutan. Leininger (1981) mengatakan

bahwa caring merupakan suatu yang bersifat bantuan (assistive),

dukungan (supportif), atau tindakan fasilitatif untuk individu/kelompok

lainnya/mengantisipasi kebutuhan untuk menjadi lebih baik/cara hidupnya.

Griffin (1983) mengatakan bahwa caring adalah suatu aspek aktivitas

tetapi juga menegaskan sikap dan perasaan yang menyokongnya (Kyle,

1995 : 507).

Gaut (1983) mengataaaakan bahwa caring merupakan suatu proses

yang dalam kegiatannya terdiri dari komponen-komponen yaitu mengkaji

kebutuhan pasien, memilih dan melakukan tindakan dan menentukan

kriteria keberhasilan untuk pasien. Gustafon (1984) menyatakan bahwa

caring adalah suatu asuhan yang diberikan secara total melalui interaksi

perawat pasien, sedangkan nursing care adalah prosedur yang dilakukan

oleh perawat. Sabel (1986) mendefenisikan caring sebagai rasa peduli,

Page 14: Nikolaus N. Kewuan(6)

hormat dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan

mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang

berpikir, bertindak dan berperasaan (Wedho U.M, 2000 : 2 -3).

2.3.3 Caring Sebagai Suatu Konsep Teoritis

Dalam suatu analisa komperatif yang luas terhadap teori caring,

Morse et al (1991) menguji kerja dari 23 theorists dan mengidentifikasi 5

perbedaan konseptualisasi dari caring. (1) caring sebagai human trait

(mencirikan manusia) : suatu komponen esensial dari manusia umumnya

dan melekat dalam diri semua orang. (2) caring sebagai suatu moral

imperative (bentuk moral): menyangkut pemeliharaan martabat dan respek

bagi pasien sebagai manusia. (3) caring sebagai suatu affect (emosi

kasihan) : menggambarkan suatu emosi/perasaan keharuan/kasihan,

dimana perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya bisa

merawat pasien. (4) caring sebagai interaksi interpersonal : meliputi

komunikasi perawat-pasien, saling percaya/rasa penuh hormat dan

bertanggung jawab terhadap satu dan lainnya. (5) caring sebagai suatu

intervensi terapeutik : suatu tindakan yang berlainan yang dilakukan

perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien (Mc Kenna G, 1993 : 72).

Perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang

cukup sebagai dasar dalam melakukan caring. Dalam hal ini adalah

kondisi-kondisi pasien yang membutuhkan tindakan caring perlu

dijelaskan seperti mendengarkan dengan aktif, mendidik pasien, menjadi

penasehat pasien, menyentuh, menemani pasien dan kemampuan tekhnik,

atau juga caring bisa meliputi tindakan-tindakan keperawatan

(prosedur/intervensi keperawatan) yang membantu pasien (Wedho U.M,

2000 : 4).

2.3.4 Komponen Caring

American Nurse Association (ANA) (1965) menggambarkan

keperawatan merupakan caring for dan caring about orang lain. Caring

for adalah kegiatan-kegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan

seperti prosedur keperawatan, membantu memenuhi kebutuhan dasar

Page 15: Nikolaus N. Kewuan(6)

pasien seperti memandikan, menggosok punggung. Caring about

berkaitan dengan kegiaatan-kegiatan sharing/membagi pengalaman-

pengalaman seseorang dan keberadaannya. Watson (1985) mengatakan

bahwa perawat perlu menampilakn sikap empati, jujur dan tulus dalam

melakukan caring about (MC Daniel, 1990 : 19 – 20).

Watson et al (1979) dipuji oleh Wolf (1986) karena menggunakan

suatu model caring yang berfokus pada perilaku caring yang didasarkan

pada kegiatan instrumental (menolong) dan kegiatan yang expressive

(menyatakan perasaan). Aktivitas instrumental dibagi dua yaitu aktivitas

fisik yang berorientasi pada tingkah laku membantu seperti prosedur-

prosedur dan aktivitas fisik yang berorientasi pada kognitif seperti

mengajar. Aktivitas expressive tercipta saat hubungan dengan pasien dan

bercirikan : keyakinan, hubungan saling percaya, haraapan, peka/sensitif,

empati, sentuhan, keramahan, keikhlasan, suport, pengawasan,

kenyamanan/menghibur (Kyle, 1995 : 507).

Grifin (1983) dalam analisis philosophi, mengidentifikasi aspek

complementary dari model caring yaitu aktivitas, sikap dan perasaan.

Weiss (1988) mengusulkan suatu model caring yang terdiri dari 3

komponen perilaku yaitu verbal, non verbal dan tekhnikal (Mc Kenna G,

1993 : 72).

Wedho U.M, (2000 : 9) mengatakan bahwa perilaku caring terdiri

dari verbal dan non verbal. Perilaku verbal meliputi : (1) memberikan

tanggapan dengan kata-kata terhadap keluhan pasien, (2) memberikan

penjelasan kepada klien sebelum melakukan tindakan, (3) menanyakan

klien tentang keadaan fisiknya untuk lebih absah, (4) mengungkapkan

secara verbal status emosi klien, (5) membagi perasaan/pengamatan

pribadi/pengungkapan diri sebagai respon terhadap pengungkapan

kekhawatiran klien, (6) memberi keyakinan secara verbal kepada klien

selama perawatan, (7)membahas/mendiskusikan masalah-masalah yang

dialami klien daripada masalah kesehatan yang baru dialami. Perilaku non

verbal dalam caring meliputi : (1) berdiri di samping tempat tidur klien,

Page 16: Nikolaus N. Kewuan(6)

(2) menyentuh pasien, (3) mempertahankan kontak mata selama interaksi

dengan klien, (4) memasuki ruangan klien tanpa diminta terlebih dahulu,

(5) memberikan tindakan untuk kenyamanan fisik.

2.3.5 Caring Dalam Praktek Keperawatan : Tantangan dan Pemecahan

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa Watson (1979)

memperkenalkan 10 faktor caring dalam keperawatan dan terdapat 2

tindakan keperawatan yang dirasakan sebagai caring adalah aktivitas

expresive dan instrumental, tetapi yang paling penting adalah aktivitas

expressive. Cronin dan Horrison (1987) mengatakan bahwa secara

tradisional, nilai kualitatif dari caring dapat dilihat dari hirarki kebutuhan

dasar Maslow (Kyle, 1995 : 512). Tingkah laku caring yang expressive

sebagian besar tidak kelihatan adalah lebih nyata (Mc Kenna G, 1993 :

75). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan

humanistik-altruistik merupakan aspek mendasar dari caring (Mc Kenna

G, 1993 : 76).

Kemajuan ilmu penetahuan dan teknologi medik telah memaksa

perawat memberikan perhatian yang lebih pada tugas-tugas cure daripada

care. Akhirnya kebanyakan perawat terlibat secara aktif dan memusatkan

diri pada fenomena medik seperti cara diagnostik dan cara pengobatan,

bahkan dalam praktek keperawatan, beberapa perawat mengatakan bahwa

mereka tidak mempunyai waktu untuk mendengarkan pasien, memberi

dukungan, kenyamanan dan tindakan caring yang lainnya. Hal ini

disebabkan karena tanggung jawab perawat pada dokter yaitu

mengerjaaaaakan tugas-tugas dokter (Leininger, 1984 : 11). Perawat

mempunyai persepsi bahwa bila waktu mereka lebih banyak digunakan

untuk berkomunikasi/kontak dengan pasien maka status mereka menjadi

lebih rendah (Woodward, 1997 : 1001). Menurut Lypsky (1989), perawat

di satu pihak ingin melepaskan diri dari peran lamanya sebagai pembantu

dokter tetapi di pihak lain mereka menggabungkan fungsi cure ke dalam

perannya ( Baumann et al, 1998). Akibatnya munculah suatu benang

merah bahwa perawat adalah pembantu dokter, terlalu birokratis, terlalu

Page 17: Nikolaus N. Kewuan(6)

keras/kaku dan tanpa perasaan. Kenyataan ini diungkapkan oleh Leininger

(1984) sebagai salah satu isu kritis dalam memahami caring. Apakah

benang merah ini dapat dihilangkan oleh perawat sebagai tim kesehatan

dengan jumlaah yang terbesar dan bertugas selama 24 jam tersebut?

Leininger (1984), Baumann et al (1998) berpendapat bahwa caring tidak

diterima sama tingkatnya dengan curing. Medical cure memperoleh

perhatian jauh lebih besar daripada nursing care. Berbagai media masa di

masyarakat baik nasional maupun internasional lebih banyak

mempromosikan prosedur diagnostik dengan menggunakan alat canggih

dan pengobatan modern dengan obat-obat yang mahal. Pengakuan

masyarakat terhadap medical cure pun sering didramatisir. Masyarakat

tidak pernah mengakui bahwa keberhasilan merawat bayi kembar siam

yang dioperasi adalah berkat kerjasama tim termasuk perawat. Oleh karena

itu sampai hari ini, dokter menerima prestise sosial lebih tinggi dibanding

perawat dalam masyarakat. Pemerintah pun memberi dukungan dana lebih

besar pada tindakan kuratif daripada karatif.

Pemecahan yang dianjurkan oleh Watson (1979) adalah perawat

harus memiliki pengetahuan tentang respon manusia terhadap sehat, sakit,

keterbatasannya dan keterampilan praktek profesional. Perawat dituntut

memiliki pengetahuan tentang manusia, aspek tumbuh kembang, respon

terhadap lingkungan yang terus berubah, keterbatasan dan kekuatan serta

kebutuhan-kebutuhan manusia. Selain itu, Webb (1996) menyatakan

bahwa perawat harus ahli dalam menggunakan proses keperawatan

(pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi)

dalam praktek keperawatan untuk menerapkan caring. Apabila perawat

ingin menempatkan caring sebagai inti dalam praktek keperawatan maka

perawat harus berjuang secara terus menerus, mengajarkan dan

mensosialisasikan konsep caring dalam praktek keperawatan/pelatihan

kesehatan kepada semua masyarakat (Wedho U..M, 2000 : 6 – 7).

2.4 Kepuasan

Page 18: Nikolaus N. Kewuan(6)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 1198), kepuasan diartikan

sebagai perihal yang bersifat puas, kesenangan, kelegahan, sedangkan puas

diartikan sebagai perasaan senang (lega, gembira karena sudah terpenuhi hasrat

hatinya).

Oliver (Supranto, 1997 : 233 – 234) mengatakan bahwa kepuasan adalah

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan hasil yang dirasakannya

dengan harapan. Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara

kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila hasil dibawah harapan maka

pelanggan (klien) akan kecewa. Bila hasil sesuai dengan harapan maka klien akan

puas, sedangkan hasil lebih dari harapan maka klien akan sangat puas. Skor

kepuasan klien sebagai berikut 1. Sangat puas = 5

2. Puas = 4

3. Netral = 3

4. Tidak puas = 2

5. Sangat tidak puas = 1

Page 19: Nikolaus N. Kewuan(6)

2.5 Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan teori-teori yang diuraikan di atas yang dikaitkan dengan

faktor yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat

dalam praktek keperawatan maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah

seperti yang terlihat pada bagan berikut ini :

Faktor Yang Berhubungan

Dengan Persepsi Pasien

PERSEPSI PASIEN

FAKTOR INTERNAL

1. PENDIDIKAN

2. LAMA PERAWATAN

3. KEBUTUHAN

4. PENERIMAAN DIRI

5. Pengalaman Masa Lalu

Hubungan Interpersonal Yang

Baik

Negatif Positif

Kecemasan

FAKTOR EKSTERNAL

A. PERILAKU CARING

B. UNSUR LAINNYA :

Curing, Analis Medis,

Gizi.

C. KETERAMPILAN

Kepuasan Pasien

Tidak PuasMemperpendek Lama Hari

Perawatan

Page 20: Nikolaus N. Kewuan(6)

Keterangan :

Diteliti

Tidak Diteliti

Page 21: Nikolaus N. Kewuan(6)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam metodologi penelitian ini dijelaskan secara rinci mengenai disain

penelitian ini yang digunakan, kerangka operasional penelitian, populasi, sampel,

identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan dan analisa data, etika

penelitian dan keterbatasan penelitian.

3.1 Disain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu

mengungkapkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

(Nursalam & Pariani, 2000 : 134). Variabel dependen yang dimaksud adalah

yaitu variabel persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat dalam praktek

keperawatan, sedangkan variabel independen yaitu pendidikan, lama perawatan,

kebutuhan caring, penerimaan diri, perilaku caring.

3.2 Kerangka Operasional Penelitian

Untuk kerangka operasional penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini :

Page 22: Nikolaus N. Kewuan(6)

Keterangan :

1. Variabel Independen adalah faktor internal dan eksternal.

2. Variabel Dependen adalah persepsi pasien.

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Operasional Penelitian

3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di IRNA Medikal Bedah RSUD Prof. Dr.

W. Z. Johannes Kupang. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 – 30

Agustus 2002.

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional Dan Cara Pengukuran

variabel.

Pasien

Masuk

Rumah

Variabel Independen :

1. Pendidikan

2. Lama Perawatan

3. Kebutuhan Caring

Variabel Dependen :

Persepsi Pasien

Page 23: Nikolaus N. Kewuan(6)

Untuk mengetahui hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Parameter Dan Pengukurannya.

No. Variabel Definisi Operasional Paramet

er

Alat

ukur

Skala Skor

A. Persepsi

pasien

Penilaian/tanggapan

yang menunjukan

kepuasan pasien

terhadap caring yang

dilakukan perawat

kepada pasien dalam

praktek keperawatan.

Tingkat

kepuasan

pasien

terhadap :

1.Waktu

caring

2. Cara dan

sikap perawat

3.Kejelasan

isi caring

Kuesio

ner

nomor

II. 1- 8

Ordina

l

Baik:

>25

Kurang:

8 - 24

B. Pendidik

an

Pendidikan terakhir

yang diperoleh pasien

menurut pengakuan

pasien sendiri.

Tingkat

pendidikan :

1. T

idak

sekolah

2. SD

3. SLTP

4. SLTA

5. PT

Kuesio

ner

nomor

I. 4

Ordina

l

Tinggi:

4 – 5.

Rendah:

1 – 3.

Page 24: Nikolaus N. Kewuan(6)

Lama

Perawat

an

Jumlah hari rawat

pasien dihitung sejak

pasien masuk RS

sampai hari

pengambilan

data/informasi

penelitian.

Lama hari

rawat.

Kuesio

ner

nomor

I. 7.

Ordina

l

Lama:

>7 hari.

Kurang:

3-6 hari.

Kebutuh

an

caring

Tingkat kebutuhan

caring kepada pasien

selama perawatan

menurut pengakuan

pasien sendiri.

Tingkat

kebutuhan

caring

tentang :

1.Manfaat

caring.

2. Kesesuaian

dengan

penyakit.

Kuesio

ner

nomor

IV.1-5

Ordina

l

Tinggi:

>3

Rendah:

0 – 2.

Penerim

aan diri

Tingkat penerimaan

keberadaan diri

sehubungan dengan

penyakit yang

dideritanya.

1.Penerimaan

terhadap

kecacatan.

2. Perasaan

pasien.

Kuesio

ner

nomor

V. 1-4.

Ordina

l

Tinggi:

15 – 20

Rendah:

4 – 12.

Perilaku

caring

Sikap caring yang

ditampilkan perawat

1.Perilaku

caring

Kuesio

ner

Ordina

l.

Baik: >8

Kurang:

Page 25: Nikolaus N. Kewuan(6)

kepada pasien dalam

praktek keperawatan.

2. Jumlah

perilaku

caring.

nomor

III. 1-

12

0 - 7

3.5 Populasi, Sampel Dan Sampling Penelitian

3.5.1 Populasi Penelitian

Notoatmojo (2002 : 79) mengatakan populasi adalah keseluruhan objek

penelitian/objek yang diteliti tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien

di IRNA Medikal Bedah RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

3.5.2 Sampel Penelitian

Notoatmojo (2002 : 79) mengatakan sampel adalah sebagian dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Jumlah

sampel dalam penelitian menurut Notoatmojo (2002 : 92) menggunakan rumus

sebagai berikut :

N

n = ----------------

1 + N (d2)

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan.

Page 26: Nikolaus N. Kewuan(6)

Pada penelitian ini diketahui : jumlah tempat tidur yang tersedia pada tempat

penelitian adalah 137 buah dan apabila pada saat penelitian diperkirakan

semuanya terisi maka jumlah pasien adalah 137 orang dengan tingkat kepercayaan

(d) 0,05. Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel yang diambil pada

penelitian ini adalah sebanyak 102 orang.

Karena penelitian ini membutuhkan jawaban yang sejujur-jujurnya dan

dapat memperoleh informasi yang akurat maka sampel dalam penelitian ini

ditambah dengan persyaratan atau kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi :

1). Pasien dewasa, telah dirawat lebih dari 2 hari.

2). Dapat mengemukakan pendapat dengan jelas.

3). Tidak mengalami gangguan jiwa.

4). Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

2. Kriteria eksklusi :

Pasien di IRNA Medikal Bedah yang tidak memenuhi kriteria inklusi di

atas atau hal lain sehingga tidak dapat dijadikan objek penelitian

(Nursalam & Pariani, 2000 : 65).

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi seperti tersebut diatas maka

sampel yang dapat memenuhi untuk menjadi responden dalam penelitian ini

adalah pasien di ruang medikal bedah dewasa sebanyak 96 orang.

3.5.3 Sampling Penelitian

Page 27: Nikolaus N. Kewuan(6)

Pada penelitian ini menggunakan cluster random sampling yaitu

menentukan sampel penelitian menurut area (Zainudin, 2000 : 85). Area dimaksud

adalah ruang perawatan dimana pasien (responden) dirawat, maka ruangan yang

diteliti adalah ruangan III laki, II laki, III wanita, II wanita, Bedah dewasa, I

Interna, Pavaliun.

3.6 Teknik Pengumpulan, Pengolahan Dan Analisa Data

3.6.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data dikumpulkan dengan wawancara langsung kepada pasien dan

memberikan kuesioner kepada pasien (kuesioner merupakan modifikasi).

3.6.2 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan

tahapan sebagai berikut :

1. Editing, yaitu untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah terisi

lengkap/masih kurang lengkap.

2. Coding, yaitu mengklasifikasi jawaban dari responden menurut macamnya

dengan memberi kode pada masing-masing jawaban menurut item pada

kuesioner.

1). Persepsi Pasien (kuesioner nomor II. 1 – 8), nilainya adalah :

a. Sangat puas : 5 d. Tidak puas : 2

b. Puas : 4 e. Sangat tidak puas : 1

Page 28: Nikolaus N. Kewuan(6)

c. Kurang puas : 3

Total nilai untuk 8 nomor yaitu 8 – 40. Dari ke-8 nomor tersebut

dijumlahkan dan menentukan kriteria berdasarkan jumlah nilai untuk

menilai persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat, sesuai

parameter tingkat kepuasan yaitu : baik : > 25 dan kurang : 8 – 24 (nilai

ordinal).

2). Perilaku caring (kuesioner nomor III. 1 – 12), nilainya adalah 1 (satu)

untuk jawaban ya dan 0 (nol) untuk jawaban tidak. Dari 12 nomor

tersebut dijumlahkan dan menentukan kriteria berdasarkan jumlah nilai

untuk menilai perilaku caring sesuai parameter tingkat perilaku caring

yaitu baik : > 8 dan kurang : 0 – 7 (nilai ordinal).

3). Kebutuhan caring (kuesioner nomor IV. 1 – 5), nilainya adalah 1 (satu)

untuk jawaban ya dan 0 (nol) untuk jawaban tidak. Ke-5 nomor tersebut

dijumlahkan untuk menentukan kriteria kebutuhan caring sesuai

parameter tingkat kebutuhan : tinggi : > 3 dan rendah : 0 – 2 (nilai

ordinal).

4). Pendidikan terakhir (kuesioner nomor I. 3) dengan nilai 1 (rendah) bila

pendidikan tidak tamat SD sampai SLTP dan 2 (tinggi) bila pendidikan

SLTA sampai Perguruan Tinggi.

5). Lama perawatan (kuesioner nomor I. 5) dengan nilai 1 (kurang) bila lama

perawatan 3 – 6 hari dan 2 (lama) bila lama perawatan > 7 hari.

6). Penerimaan diri (kuesioner nomor V. 1 – 4), nilainya adalah :

a. Sangat setuju : 5 d. Tidak setuju : 2

Page 29: Nikolaus N. Kewuan(6)

b. Setuju : 4 e. Sangat tidak setuju : 1

c. Kurang setuju : 3

Total nilai untuk 4 nomor yaitu 4 – 20. Dari ke-4 nomor tersebut

dijumlahkan untuk menilai penerimaan diri sesuai parameter yaitu tinggi

: 13 – 20 dan rendah : 4 – 12 (nilai ordinal).

3.6.3 Penyajian Data

Penyajian data dari penelitian ini adalah dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan tabel silang (cross table).

3.6.4 Teknik Analisa Data

Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi persepsi pasien,

dilakukan uji statistik regresi logistik dengan p = 0,05 : untuk menentukan faktor

dominan yang mempengaruhi persepsi pasien berdasarkan tingkat kemaknaan

hasil uji statistik regresi logistik.

3.7 Etika Penelitian

1. Guna menghindari suatu keadaan atau hal-hal yang tidak diinginkan

maka yang menjadi responden adalah yang bersedia diteliti dan telah

menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

Page 30: Nikolaus N. Kewuan(6)

2. Kerahasiaan terhadap responden menjadi prioritas dengan cara tanpa

nama (anonimaty).

3. Kerahasiaan informasi yang diberikan responden, dijamin oleh peneliti

(confidentiality).

Keterbatasan Penelitian

1. Sampel yang digunakan hanya terbatas pada pasien bedah dan penyakit

dalam yang masuk rumah sakit selama bulan Agustus 2002 sehingga

hasilnya mungkin kurang representatif sebagai generalisasi secara

keseluruhan di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

2. Alat ukur yang digunakan adalah angket (kuesioner) berstruktur sehingga

kemungkinan responden menjawab secara tidak jujur/subjektif. Dengan

demikian hasilnya mungkin belum sesuai.

Page 31: Nikolaus N. Kewuan(6)

DAFTAR PUSTAKA

Barnum, S. J. B, (1994): Nursing Theory : Analysis, Application, Evaluation, ed.

4, J. B. Lippincott, Philadelphia, p. 69 – 84.

Bauman, O. A, et al (1998): Who Cares? Who Cure? The Ongoing Debate in the

Provision of Health Care, Journal of Advanced Nursing, 28 (5) : 1040 –

1045.

DPP PPNI (1999): Keperawatan dan Praktek Keperawatan, Jakarta, hal. 1 – 24.

DPP PPNI (1999): Standar Praktek Keperawatan, Jakarta, hal. 1 – 15.

Gaut, D.A, (1983): Development of A Theoretically Adequate Description of

Caring, Western Journal Nursing Research, 5 (4) : 313 – 324.

George, B. J, (1995): Nursing Theories : The Base For Professional Nursing

Practice, ed. 4, Prentice Hall Inc, New Jersey, p. 318 – 332.

Griffin, P. A, (1983): A Philosophical Analysis of Caring in Nursing, Journal of

Advanced Nursing, 8 : 289 – 295.

Page 32: Nikolaus N. Kewuan(6)

IDI, (1996): Cermin Dunia Kedokteran, Group PT Kalbe Farma, Jakarta, hal. 56 –

60.

Komorita, I. N, et al (1991): Perception of Caring By Nurse Educator, Journal of

Advanced Nursing, 30 (1) : 23 – 29.

Kusnanto, (2001): Standar Praktek Keperawatan : Makalah Kuliah Konsep Dasar

Keperawatan, Tidak Dipublikasikan, 2001.

Kyle, V. T, (1995): The Concept of Caring : A Review of The Litherature,

Journal of Advanced Nursing, 21 : 506 – 514.

Leininger, M. M, (1984): Care : The Essence of Nursing and Health, SLANK,

Thorofare.

Marriner , A & Tomey (1994): Nursing Theorists and Their Work, ed. 3, Mosby

Year Book, St. Louis, p. 138 – 437.

Mc. Daniel, M. A, (1990): The Caring Process in Nursing : Two Instrument for

Measuring Caring Behaviours, Springer Publishing Company, New York.

Mc. Kenna, G, (1993): Caring is The Essence of Nursing Practice, British Journal

of Nursing, 2 (2) : 72 – 76.

Page 33: Nikolaus N. Kewuan(6)

Notoatmojo, S, (2002): Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Nursalam & Pariani (2000): Metodologi Riset Keperawatan, PSIK FK Unair,

Surabaya.

Salim, P & Salim Y, (1995): Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern

English Press, Jakarta.

Sarwono, S, (1997): Sosiologi Kesehatan, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta.

Supranto , J, (1997): Pengukur Tingkat Kepuasan Pelanggan, Rineka Cipta,

Jakarta, hal. 233 – 234, 265 – 270.

Walgito & Bimo (1995): Pengantar Psikologi Umum, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Wedho, U. M, (2000): Caring Essensial Dalam Praktek Keperawatan : Suatu

Tinjauan, Makalah Simposium Keperawatan di RSUD Prof. Dr. W. Z.

Johannes Kupang, Tidak Dipublikasikan, 15 Mei 2000, hal. 1 – 15.

Widiyatun, T. R, (1999): Ilmu Perilaku, CV. Sagung Seto, Jakarta, hal. 110 – 111.

Page 34: Nikolaus N. Kewuan(6)

Woodward, M. V, (1997): Professional Caring : A Contradiction In Terms?

Journal of Advanced Nursing, 26 : 999 – 1004.

Zainuddin, M, (2000): Metodologi Penelitian, Airlangga University Press,

Surabaya, hal. 23 – 90.

Page 35: Nikolaus N. Kewuan(6)

JADWAL PELAKSANAAN

Page 36: Nikolaus N. Kewuan(6)

PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Para pasien yang terhormat,

Salam dan selamat bertemu.

Nama saya Nikolaus N. Kewuan, Mahasiswa Program S1 Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Saya akan

melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat Dalam Praktek Keperawatan Di IRNA

Medikal Bedah RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang”.

Manfaat dari penelitian ini adalah mempelajari faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat dalam praktek

keperawatan sehingga dapat dipakai sebagai informasi tentang pengelolaan mutu

pelayanan keperawatan pasien rawat inap di rumah sakit, untuk mengetahui

perilaku caring perawat yang merupakan inti dalam praktek keperawatan demi

kemajuan profesi keperawatan.

Untuk keperluan di atas, saya mohon kesediaan para pasien untuk mengisi

kuesioner yang telah saya siapkan dengan sejujur-jujurnya/apa adanya sesuai

dengan yang dialami/dirasakan. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan

identitas para pasien sekalian. Informasi yang diberikan akan dipergunakan

sebagai wahana untuk mengembangkan mutu pelayanan keperawatan, tidak akan

dipergunakan untuk maksud lain.

Page 37: Nikolaus N. Kewuan(6)

Sebagai bukti kesediaan para pasien untuk menjadi responden dalam

penelitian ini, saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar

persetujuan yang telah saya siapkan.

Partisipasi para pasien daalam mengisi kuesioner ini sangat saya hargai

dan diucapkan terima kasih.

Surabaya, 1 Agustus 2002

Hormat Saya Peneliti

Nikolaus N. Kewuan

NIM : 010130301 B

Page 38: Nikolaus N. Kewuan(6)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PASIEN

TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT DALAM PRAKTEK

KEPERAWATAN DI IRNA MEDIKAL BEDAH RSUD. PROF. DR. W. Z.

JOHANNES KUPANG

Oleh :

Nikolaus N. Kewuan

Setelah saya membaca tujuan dari penelitian ini maka saya dengan sadar

menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Tanda

tangan saya di bawah ini sebagai bukti kesediaan saya menjadi responden

penelitian.

Tanda tangan :

Page 39: Nikolaus N. Kewuan(6)

Tanggal :

Nomor Responden :

Page 40: Nikolaus N. Kewuan(6)

KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PASIEN

TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT DALAM PRAKTEK

KEPERAWATAN DI IRNA MEDIKAL BEDAH RSUD PROF. DR. W. Z.

JOHANNES KUPANG

Hari/Tanggal :

Ruang Perawatan :

I. IDENTITAS

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :□ Laki-laki □ Perempuan

4. Pendidikan terakhir : □ SD □ SLTP □ SLTA □ Akademi/PT

5. Pekerjaan :

6. Tanggal masuk RS :

7. Lama perawatan :

8. Keadaan saat ini : Hanya berbaring/hanya bisa duduk/bisa berjalan

Page 41: Nikolaus N. Kewuan(6)

II. PERSEPSI PASIEN TERHADAP PERILAKU CARING (ASUHAN)

PERAWAT

1. Perawat selalu memperkenalkan diri saat pertama kali bertemu dengan

anda.

□ sangat puas □ Puas □ kurang puas

□ Tidak puas □ Sangat tidak puas

2. Perawat selalu menolong/membantu anda pada pagi hari.

□ sangat puas □ Puas □ kurang puas

□ Tidak puas □ Sangat tidak puas

3. Perawat selalu menolong/membantu anda pada siang hari.

□ sangat puas □ Puas □ kurang puas

□ Tidak puas □ Sangat tidak puas

4. Perawat selalu menolong/membantu anda pada malam hari.

□ sangat puas □ Puas □ kurang puas

□ Tidak puas □ Sangat tidak puas

5. Cara dan sikap perawat di ruangan ini membuat anda merasa nyaman

□ sangat puas □ Puas □ kurang puas

Page 42: Nikolaus N. Kewuan(6)

□ Tidak puas □ Sangat tidak puas

6. Perawat memberikan perhatian yang cukup kepada anda

□ sangat puas □ Puas □ kurang puas

□ Tidak puas □ Sangat tidak puas

7. Dalam membantu/menolong anda, perawat selalu memperhatikan privacy

(kesopanan) anda

□ sangat puas □ Puas □ kurang puas

□ Tidak puas □ Sangat tidak puas

8. Perawat selalu memaksakan kehendaknya dalam membantu/menolong

anda

□ sangat puas □ Puas □ kurang puas

□ Tidak puas □ Sangat tidak puas

III. PERILAKU CARING (ASUHAN) PERAWAT SELAMA PASIEN

DIRAWAT DALAM RUANGAN INI

Page 43: Nikolaus N. Kewuan(6)

Selama para pasien dirawat dalam ruangan ini, apakah perawat

menampilkan hal-hal berikut :

1. Memberikan tanggapan dengan kata-kata terhadap keluhan anda